ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Diajukan oleh : Kurnia N 0851010020 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR 2012 PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS PENDAHULUAN Arsitektur tropis adalah suatu perancangan bangunan yang di rancang untuk memecahkan permasalahan – permasalahan yang terdapat di daerah tropis, dimana permasalah – permasalahan tersebut ditentukan oleh iklim yang hanya terdapat 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai tropis, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan. Arsitektur tropis diartikan sebagai suatu karya aritektur yang mengarah pada pemecahan problematic iklim tropis, iklim tropis dicirikan oleh barbagai karakteristik, seperti : kelembaban udara yang tingggi (dapat mencapai angka diatas 90%), suhu udara relative tinggi (18º hingga 35º C), radiasi yang menyengat dan mengganggu, serta curah hujan yang tinggi (dapat mencapai angka diatas 3000 mm/tahun). Factor – factor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia terutama aspek kenyamanan suhu (termis). Aspek kenyamanan suhu sesungguhnya telah mendominasi kehidupan manusia dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan fisiknya, hamper pada setiap kesempatan manusia selalu membicarakan masalah sensasi termisnya terhadap udara disekitarnya, seperti terlalu panas atau terlalu dingin atau mungkin sekedar mengatakan bahwa pada saat tertentu mereka merasa kepanasan, kedinginan dan sebagainya, hal ini menunjukan bahwa aspek kenyamanan suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia sehari – hari. Dalam teori kenyamanan suhu dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin yang dirasakan oleh manusia sesungguhnya merupakan wujud respon dari sensor perasa yang terdapat pada kulit terhadap stimuli suhu yang ada disekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi rangsangan rasa kepada otak dimana otak akan memberikan perintah kepada bagian – bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna mempertahankan suhu tubuh agar tetap berada pada sekitar 37ºC, dimana hal ini diperlukan agar organ tubuh dapat menjalankan fungsinya secara baik. Standar Intrnasional untuk kenyamanan suhu (termis) ‘ISO 7730 : 1994’ menyatakan bahwa sensasi termis yang dialami manusia merupakan fungsi dari empat factor iklim yaitu suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara,kecepatan angina serta dua factor individu yakni tingkat aktifitas yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Dari teori Fanger menghasilkan suatu rumusan bahwa ‘kenyamanan suhu’ merupakan fungsi dari 4 (empat) factor iklim (climatic factors) yaitu : suhu udara (º C ), suhu radiasi (º C ), kelembaban udara (% ) dan kecepatan angina ( m/s ). Dalam buku standart tata cara perencanaan teknis konservasi energi pada bangunan gedung yang diterbitkan oleh yayasan LPMB – PU menyatakan bahwa suhu nyaman untuk orang Indonesia adalah sebagai berikut : - sejuk nyaman antara 20,5 – 22,8 º C ET (suhu efektif) - suhu nyaman oftimal antara 22,8 – 25,8 º C ET - hangat nyaman antara 25,8 – 27,1 º C ET - orientasi Bangunan - bangunan didaerah tropis biasanya berorientasi menghadap kearah utara – selatan, karrena dengan orientasi ke arah utra – selatan dapat menghindari panas matahari langsung dari arah matahari terbit (timur) dan matahari terbenam (barat). Dengan orientasi tersebut sinar matahari langsung dari timur maupun barat akan di tahan oleh dinding, untuk mengatasi perambatan panas melalui dinding maka dinding dapat di buat dua rangkap, dimana diantaranya dapat diberi peredam panas, sehingga panas matahari tidak dapat masuk kedalam ruangan. Selain itu, orientasi utara – selatan ini juga dapat memanfaatkan aliran udara yang sulalu bertiup dari selatan ke utara atau sebalikmya, dengan masuknya aliran udara dari ventilasi – ventilasi seperti jendela dan kisi – kisi maka akan dapat menyejukan suhu didalam ruangan. Untuk mengatasi kelembaban ruang akibat tidak masuknya sinar / cahaya matahari, maka pada atap bisa digunakan penutup atap yang transparan seperti fiberglass, atau infrabord. Untuk penutup transparan yang baik biasanya digunakan infrabord, kerena infrabord memiliki dua lapis dan ditengah – tengahnya terdapat lobang yang berfungsi untuk aliran udara sehingga dengan dua lapis tersebut dapat menahan sinar matahari, sehingga panas matahari langsung tidak dapat menyebabkan panas pada ruangan dibawahnya. Dalam orientasi bangunan juga perlu dipikirkan mengenai hal – hal seperti curah hujan, curah hujan didaerah tropis seperti di Indonesia masanya seimbang dengan masa kemarau, dimana musim hujan rata – rata pada bulan juli – desember sedangkan musim kemarau dari bulan januari – juni. Dengan keseimbangan musim tersebut maka bangunan di Indonesia direncanakan untuk mengatasi masalah pada musim hujan yang relative suhu / iklim menjadi lembab dan dingin, sedangkan pada musim kemarau suhu / iklim berubah menjadi panas. Dengan permasalahan – permasalahan tersebut maka secara umum design daerah tropis di Indonesia selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan tidak tamyas , selain itu overstek juga menjaga sinar matahari langsung, sehingga ruangan dibawah hanya akan mendapat cahaya matahari yang tidak terlalu panas. Seperti rumah adat di Indonesia yang selalu / kebanyakan menerapkan system rumah panggung, system tersebut dibuat untuk mengatasi masalah suhu panas sehingga dengan rumah panggung itu dapat mengalirkan udara sehingga ruangan pada rumah – rumah tersebut akan menjadi sejuk. Dan untuk mengatasi perambatan panas melalui dinding dan atap, maka rumah adat di Indonesia memakai bahan / material dari kayu, bambu untuk dinding sedangkan ijuk, jerami dan daun kelapa digunakan untuk menutup atap. Pengunaan material alam itu berfungsi untuk menyerap panas matahari langsung dan dipantulkan lagi keluar bangunan, sehingga suhu udara didalam ruangan akan selalu sejuk. Sedangkan bangunan tropis yang berorientasi timur – barat (menghadap timur dan barat) maka untuk mengatasi sinar matahari langsung yang terbit dari timur dan tanggelam dari barat, biasanya pasade bangunan tersebut dipasangkan tirai bamboo atau yang lainnya, yang berfungsi untuk menahan panas matahari dari barat ataupun dari timur, atau bisa juga ditanami pohon – pohon yang dapat menahan sinar matahari langsung, selain itu pohonan juga dapat memberikan kesejukan dengan mengalirkan udara di sekitar bangunan. Sekarang juga banyak terdapat cara untuk mengatasi masalah panas di dalam ruangan, yaitu memakai teknologi (AC), yang berfungsi untuk memberikan kesejukan pada setiap ruangan, tetapi akibat dari pemakaian AC, yang menggunakan gas Freon ini dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon di langit, sehingga panas matahari akan langsung masuk kebumi tanpa disaring oleh lapisan ozon, akibat sinar matahari langsung inilah yang dapat menyebabkan pemanasan global. Makanya disarankan untk bangunan tropis khususnya di Indonesia didesign selain untuk mengatasi masalah – masalah yang terjadi di daerah tropis juga harus dapat menciptakan bangunan hemat energi. Seperti diperbanyak bukaan – bukaan, memperlebar overstek dan menanami pohon disekitar bangunan, selain memberikan keteduhan dean kesejukan pohonan juga dapat menahan angin yang kencang dan dapat memutarkan sirkulasi angin kedalam bangunan sehingga angin yang masuk kedalam bangunan akan terasa sepoi – sepoi. IKLIM Indonesia adalah Negara yang dilalui oleh garis katulistiwa, dimana Negara – Negara yang dilalui oleh garis katuistiwa akan mendapat dua musim, yaitu musim panas (kemarau) dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan di Negara Indonesia hampir seimbang , dimana pada musim kemarau biasanya dimulai dari bulan januari - bulan juni, sedangkan musim penghujan dari bulan juli – bulan desember. Dari kondisi iklim di Indonesia ini terlihat jelas bahwa kedua musim ini sangat berpengaruh dalam merancang bangunan tropis, karena arsitektur tropis adalah arsitektur yang dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kenyamanan termis manusia. Oleh karena itu bangunan tropis khususnya di Indonesia selalu memakai atap plana, karena atap plana selain untuk mempermudah mengalirnya air hujan, atap plana juga dapat mengatasi tekanan angin yang terlalu kencang didaerah tropis. Atap plana juga berfungsi untuk mengatasi tampyasnya air hujan dengan cara memperlebar overstek. Arsitektur tropis (basah) pada umumnya mengarah pada dominasi bentuk atap yang lebar yangnberfungsi sebagaipenahan cucuran hujan dan radiasi langsung sinar matahari. Dimana keduanya dianggap sebagai factor – factor dominan iklim tropis basah (lembab). Pemikiran ini tidaklah terlalu keliru meskipun belum cukup memberikan pengertian menyeluruh tentang arsitektur tropis. Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematic iklim tropis, dimana iklim tropis sendiri dicirikan oleh berbagai karakteristik, misalnya kelembaban udara yang tinggi / dapat mencapai angka diatas 90%, suhu udara relative tinggi / 18higga 35 º C. radiasi matahari langsug, serat curah hujan tinggi dapat mencapai angka diatas 3000 mm/tahun. Dimana factor – fakto iklim teresebut berpengaruh sangat besar terhadapaspek kenyamanan manusia terutama aspek kenyamanan suhu / termal. Arsitektur tropis diharapkan mampu menjawab seluruh persoalan iklim yang terjadi pada daerah tropis dengan bentuk rancangan yang hamper tanpa batas. Bukan sebatas pada penyelesaian atap lebar saja. Aspek kenyamanan visual (pencahayaan) serta kenyamanan suhu (termis) merupakan dua hal dominant yang perlu dipecahkan agar penghuni bangunan tropis dapat mencapai kebutuhan kenyamanan secara fisik. Atap lebar memang diperlukan pada bangunan tropis berlantai rendah, namun rancangan ini tidak merupakan jamian bahwa penghuni akan mampu mencapai kenyamanan fisik secara visual dan termal seperti diharapkan diatas. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah – masalah seperti diatas, maka bangunan tropis untuk memberikan pencahayaan (visual) biasanya memakai glass blok atau fiberglass dan lain sebagainya dimana bahan tersebut harus transparan sehingga dapat memberikan pencahayaan pada ruangan, selain itu bahan – bahan tersebut juga harus dapat mengatasi radiasi matahari langsung. Untuk mengatasi suhu ruangan yang terlalu panas juga bisa dengan cara memakai dan memperbanyak bukaan – bukaan sebagai sarana ventilasi dalam bangunan secara memadai. Apabila tidak tersedianya bukaan – bukaan sebagai sarana ventilasi maka akan mengakibatkan ruang dalam bangunan tropis akan terasia panas. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya radiasi dinding atau langit – langit,atau disebabkan oleh meningkatnya kelembaban dalam ruang tersebut akibat minimnya aliran udara. Banyak factor lain yang dapat menghambat pencapaian kenyamanan fisik bagi pengguna bangunan yang pada umumnya disebabkan oleh rancangan arsitektur yang tidak tepat dimana kondisi iklim setempat (tropis) tidak diperhitungkan dalam proses perancangan. Dari brbagai penelitian kenyamanan suhu didaerah beriklim tropis basah memperlihatkan rentang suhu antara 24 º C - 30º C yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah yang beriklim tersebut, sedangkan hasil penelitian karyono dijakarta memperlihatkan angka suhu nyaman optimal (netral) pada 25,3 º CTeq (suhu ekuivalen), dimana sekitar 95 % responden diperkirakan Nyman. Sedangkan rentang suhu nyaman (antara ‘sejuk Nyaman hingga ‘hangat nyaman’ adalah antara 23,6 º CT hingga 27,0º CTeq. Seandainya digunakan parameterlain yakni, suhu udara (Ta) sebagai unit sekala suhu, suhu nyaman optimal (netral) tersebut menjadi 26,7º C Ta , sedangkan rentang rentang antara sejuk Nyman hingga hangat nyaman adalah antara 25,1 º C sampai 28,3º C. Hasil penelitian tentang kenyamanan suhu manusia yang tinggal didaerah tropis memiliki perbedaan dengan hasil penelitian manusia yang tinggal di daerah sub – tropis. Maka suhu nyaman manusia yang tinggal didaerah tropis berada diatas rata – rata suhu nyaman mereka yang tinggal di daerah dingin. Dari hasil penelitian – penelitian itu maka dapat disimpulkan bahwa kenyamanan manusia di daerah tropis dan daerah sub tropis berbeda, perbadaan itu terjadi karena adaptasi / keseringan dan kebiasaan manusia yang sudah tinggal di daerahnya masing – masing. Untuk itu maka arsitek dalam merancang juga harus mengerti tentang kenyamanan suhu pada daerah – daerah tropis dan sub tropis, sehingga dalam perancangan tersebut dapat menghasilkan karya arsitektur tropis yang benar – benar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada daerah tersebut. Masalah yang harus dipecahkan pada iklim tropis sebagaimana halnya Indonesia adalah bagaimana menciptakan suhu ruangan agar berada dibawah 28,3º C (batas atas suhu hangat Nyman) sementara suhu udara luar bekisar pada 32º C (siang hari). Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengkondisian udara secara mekanis dan pengkondisian udara secara alamiah. Pengkondisian udara secara mekanis dalam melakukan pencapaian suhu ruangan dibawah 28,3º C tidak terlalu sulit. Karena tinggal mengatur suhu udara dalam ruangan sesuai keinginan kita, tetapi dengan menggunakan AC ini akan menyebabkan permasalahan baru, yaitu pemanasan global, yang disebabkan menipisnya lapisan ozon akibat pemakaian gas Freon yang terlalu banyak. Dan dengan cara modifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi nyaman (melalui cara mekanis) lebih merupakan tugas para engineer disbanding arsitek. Yang kedua dengan cara pengkondisian udara secara alamiah, dimana dalam pengkondisian udara secara alamiah arsitek lebih banyak memegang peranan. Karena arsitek dituntut untuk supaya mampu memodifikasi udara luar yang tidak nyaman (dengan suhu sekitar 32º C) menjadi nyaman (dengan suhu dibawah 28,3º C) melalui karya arsitektur. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim secara alamiah adalah sebagai berikut : Melakukan penanaman pohon lindung disekitar bangunan sebagai upaya menghalangi radiasi matahari langsung pada material keras seperti halnya atap, dinding, halaman parker dan halaman yang ditutup dengan material keras seperti beton atau aspal akan sangat membantu untuk menurunkan suhu lingkungan. Dari berbgai penelitian yang dilakukan oleh akabri dan parker memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 3º C bukan merupakan suatu hal yang mustahil dapat dicapai dengan cara penanaman pohon lindung disekitar bangunan. Selain itu juga penanaman pohon lindung di sekitar bangunan dapat mengatasi masalah yang disebabkan oleh polusi, baik polusi udara maupun suara. Dengan adanya pohon lindung disekitar bangunan dapat mengatasi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor dan juga dapat mengatasi masalah kebisingan akibat dari kendaraan bermotor atau mesin – mesin lainnya. Dan melakukan pendinginan malam hari, simulasi kompeter terhadap efek pendinginan malam hari (night passive cooling) yang dilakukan oleh Cambridge architectural reserceh limited memperlihatkan bahwa penurunan suhu sampai 3ºC (pada siang hari) dapat dicapai oleh bangunan yang menggunakan material dengan masa berat (beton, batu bata) apabila perbedaan suhu antara siang dan malam tidak kurang dari 8ºC (perbedaan suhu siang dan malam dikota – kota di Indonesia umumnya berkisar sekitar 10ºC. Dan juga dapat meminimalkan perolehan panas (heat gain) dari matahari pada bangunan, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara , pertama menghalangi radiasi mataharilangsung pada dinding – dinding transparan yang dapat mengakibatkan efek rumah kaca, yang berarti dapat menaikan suhu dalam bangunan, kedua , mengurangi transmisi panas dari dinding – dinding massif yang terkena radiasi matahari langsung , denan melakukan melakukan penyelesaian rancangan tertentu, misalnya membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya, menempatkan ruang – ruang servis (tangga, toilet, pantry gudang dll) pada sisi – sisi jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan sisi barat). Kemudian dengan memberikan ventilasi pada ruang antara atap dan langit – langit (pada bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya tidak maka panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan kebawah, kedalam ruangan di bawahnya sehingga ruangan dibawahnya akan terasa lebih panas. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan, hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan rancangan arsitektur yang memungkinkan terjaidnya aliran udara silang secara maksimum didalam bangunan, aliran udara sangat berpengaruh dalam menciptakan efek dingin pada tubuh manusia, sehingga dapat membantu dalam pencapaian kenyamanan suhu. Rancangan kota tropis, dengan karakter iklim yang berbeda, setiap tempat didunia seharusnya memiliki rancangan kota yang berbeda, yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan manusia terhadap kenyamanan fisik, terutama kenyamanan suhu. Suhu udara, radiasi matahari serta kelembaban yang tinggi perlu diatasi karena tidak diharapkan bagi pencapaian kenyamanan suhu manusia tropis. Kota tropis memerlukan banyak ruang terbuka yang hijau untuk menurunkan suhu kota dan sekaligus meningkatkan aliran udara (umumnya kecepatan angina diwilayah kota tropis basah atau rendah). Bangunan perlu diatur tata letaknya agar udara dapat bergerak (untuk menciptakan angina ) disekitar bangunan.penempatan masa – masa bangunan secara rapat tidak mencirikan pemecahan problematic iklim tropis, karena pada akhirnya akan memperkecil terjadinya aliran (sirkulasi) udara secara silang didalam bangunan. Ruas – ruas jalan (yang didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan beton) perlu dilindungi dari radiasi matahari langsung yakni dengan cara penenaman pohon di sepanjang tepi jalan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya pemanasan udara disekitarnya, yang paa akhirnya akan menaikan suhu udara di kota tersebut. Demikian pula halaman – halaman parkir yang perlu di beri perlindungan serupa, bil hal tersebut diatas dapat diwujudkan, maka suhu kota tropis diharapkan dapat menjadi rendah. Hal ini akan membantu pada penurunan suhusuhu udara di sekitar bangunan yang secara langung atau tidak langsung akan mempermudah pencapaian suhu nyaman didalam bangunan tropis. Roof Colour Warna yang biasanya dipakai pada bangunan tropis adalah warna – warna lembut, seperti biru muda, hijau, coklat dll. Karena warna juga bisa mengakibatkan / mengganggu kenyamanan manusia. Misalnya untuk material yang terkena sinar matahari langsung berwarna kontras seperti hijau stabile, maka material itu akan membuat silau kemudian akan mengesankan panasnya daerah tropis sehingga membuat kenyamanan manusia itu akan terganggu. Pewarnaan atap atau dinding yang terkena sinar matahari langsung seharusnya berwarna yang dapat menyejukan suasana didaerah tropis, selain itu juga harus dapat menanggulangi masalah sinar matahari langsung, sehingga panas yang dihasilkan oleh sinsr matahari langsung terseit dapat di redam dan dipantulkan kembali, sehingga panas matahari tersebut tidak dapat merambat melalui dinding bangunan ataupun dari atap. Bayangan Matahari Perencanaan bayangan pada bangunan tropis bermula pada orientasi bangunan, dimana orientasi tersebut menentukan bayangan matahari. Sinar matahari langsung akan ditahan oleh dinding – dinding massif dooble atau ditempatkan untuk area servis, sehingga panas matahari tidak akan merambat masuk ke dalam bangunan, sehingga suhu didalam akan tetap sejuk dan mencapai angka kenyamanan manusia. Untuk menutupi / menjaga permukaan bangunan yang terbuat dari bahan keras seperti beton dan aspal dari sinar matahari langsung, maka bisa diatasi dengan cara penanaman pohon lindung, selaindapat melindungi pekerasan pada bangunan, pohon lindung ini juga dapat berfungsi sebagai peredam polusi yang diakibatkan dari asap – asap pabrik dan asap kendaraan bermotor. Dan juga dapat menanggulangi kebisingan. Poon lindung ini juga dapat membantu menyalurkan udara kedalam bangunan, sehingga udara didalam bangunan akan tetap bersih dan aliran udara tersebut akan menejukan suasana didalam ruangan. Untuk mengatasi masalah udara yang lembab karena tidak mendapat cahaya matahari, maka cara mengatasinya perlu diberikan atap trasnparan yang berfungsi untuk memaskan cahaya kedalam ruangan, sehingga suhu udara didalam ruangan terebut tidak menjadi lembab. Material transparan untuk memasukan cahaya juga harus dapat menangkal sinar matahari langsung, kemudian dipantulkan keluar ruangan, dengan begini maka ruangan akan tetap sejuk dan dapat memberikan kenyamanan pada manusia. Material tranparan seperti kaca merupakan material yang harus terlindungi dari sinar matahari langsung, karena kaca apabila terkena matahari akan membiaskan sinar – sinar tersebut menjadi gelombang pendek yang masuk kedalam bangunan sehingga akam menaikan suhu didalam ruangan akan menjadi panas. Bukaan – bukaan seperti jendela, pintu, lobang angin untuk di atap memang sanga dibutuhkan dalam bangunan tropis, karena bukaan – bukaan itu dapat berfungsi sebagai jalan keluar masuk angin (sirkulasi udara) sehingga udara didalam bangunan akan selalu segar dan juga dapat menyejukan ruangan yang dilaluinya. Selain itu bukaan – bukaan itu juga berfungsi untuk memasukan cahaya matahari kedalam ruangan sehingga suhu udara didalam ruangan tidak akan menjadi lembab. Penghijauan Dalam arsitektur tropis penghijauan juga tidak kalah penting dengan yang lainnya, karena penghijauan pada area bangunan akan dapat menurunkan suhu panas sampai 3%. Pada penghijauan membantu untuk memberikan kesejukan dan keteduhan pada bengunan. Selain itu penghijauan juga dapat mengatasi beberapa masalah , seperti masalah pencemaran polusi udara, yang biasanya didapat dari asap kendaraan bermotor dan polusi suara, yang mendapat kebisingan dari mesin – mesin yang ada disekitas bangunan. Penghijauan disekitas bangunan juga dapat menahan aliran angin kemudian disalurkan kedalam bangunan secara perlahan – lahan, sehingga udara dalam bangunan akan terjaga kebersihannya dan perputaran sirkulasi udara itu membuat ruangan menjadi lebih fress. Karena pohonan dapat mengeluarkan gas O2 (oksigen) yang dibutuhkan oleh manusia maupun hewan, sedangkan CH2O (karbon) diserap oleh pohonan, maka penghijaunan pada sekitar bangunan akan sangat membantu dalam memberikan kenyamanan yang dibutuhkan manusia. Perlindungan bangunan Dalam melakukan perlindungan bangunan dari sinar matahari dan air hujan, maka perlu dilakukan analisa. Bagian mana dinding / jendela yang langsung terkena sinar dan hujan diharap dapat diberi perlindungan. Memberikan perlindungan pada bagian – bagian yang terkena sinar matahari dan hujan dapat diatasi seperti, memberikan halangan yang dapat menghalangi sinar matahari atau air hujan yang langsung terkena pada bagian bangunan. Dalam memberikan perlindungan pada bagian bangunan yang terkena sinar matahari langsung juga bisa dengan cara memberi perlindungan dengan mengecat permukaan yang teerkena panas dan hujan. Dalam pengecatan perlu diperhatikan beberapak ketentuannya, seperti membersihkan permukaan , memplitur dan mengecat 2 – 3 kali, sehingga akihir finishing mendapat hasil yang terbaik.