Politik Jabat Tangan Rizieg, Ahok Dan Raja Salman

advertisement
Politik Jabat Tangan Rizieg, Ahok Dan Raja Salman
Ada benarnya! Sudah seharusnya kelompok Islam Radikal yang tergabung dalam MUI,
FPI, khususnya Habib Rizieg sendiri untuk merenungkan lebih lanjut, ... pantaskah dirinya
yang menyandang Ulama-Ulama terkemuka di Indonesia, dengan gelar Habib, dimana
gelar Habib merupakan gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan kerabat Nabi
Muhammad (Bani Hasyim) , dan Gelar Habib tersebut terutama ditujukan kepada mereka
yang memiliki pengetahuan agama Islam yang mumpuni dari golongan keluarga tersebut, ...
tapi mengambil sikap TEGAS dan KERAS memusuhi, membenci Ahok yang dituduh
menista Agama Islam itu!
Kenyataan terjadi yang bisa dilihat bersama, bagaimana MUI bersama FPI
membangkitkan KEMARAHAN umat Islam untuk melancarkan aksi-aksi 411, 212, 112 yl,
sedang Habib Rizieq yang tampil sebagai saksi-ahli dipersidangan ke-12 tertuduh Ahok
menista Agama itu, TIDAK Mau mengulurkan tangan BERSALAMAN dengan Ahok! Habib
Rizieq menyalami semua hakim dan jaksa, namun langsung memunggungi terdakwa Ahok
dan tim penasihat hukumnya. Dan membuktikan dirinya BELUM BISA memperlakukan
seseorang terdakwa sebelum pengadilan menjatuhi vonis TETAP harus diperlakukan
TIDAK BERSALAH, PREJUDICE!
Sebaliknya, kemarin kita saksikan bersama Raja Salman dari Arab Saudi, sebagai
orang-PERTAMA yang berkuasa ditanah Suci-Mekah, justru TETAP bersedia
bersalaman dengan Ahok yang ikut serta menyambut kehadirannya di Jakarta! Dan saya
yakin Raja Salman dengan jelas mengetahui sosok Ahok yang disalami itu adalah seorang
sedang dalam proses pengadilan atas tuduhan Menista Agama Islam!
Salam,
ChanCT
Politik Jabat Tangan Rizieg, Ahok Dan Raja Salman
Rabu, 01 Maret 2017 | 18:20
http://www.beritasatu.com/nasional/416995-opini-politik-jabat-tangan-riziek-ahok-dan-raja-salman.html
1
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyalami Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz
Al Saudi didampingi Presiden Joko Widodo
di Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, 1 Maret 2017. (Setpres/Agus Suparto)
Jakarta - Dalam dua hari terakhir soal jabat tangan menjadi topik berita. Gubernur
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersalaman dengan raja Arab Saudi, Rabu (1/3),
sehari setelah Rizieq Syihab tak mau mengulurkan tangan padanya di ruang sidang.
Jabat tangan merupakan gestur persahabatan yang berlaku global. Meskipun warga
Jepang melakukannya dengan membungkukkan badan, setelah itu mereka tetap
mengulurkan tangan ketika bertemu dengan orang dari negara lain.
Berita dan foto Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saudi bersalaman dengan Ahok
ramai menghiasi berbagai media Indonesia hari ini, tertama karena kondisi politik yang
melingkupinya.
Ketika peristiwa itu terjadi, Ahok berstatus terdakwa penistaan agama Islam karena
laporan yang dimotori terutama oleh Front Pembela Islam, organisasi kemasyarakatan
yang dipimpin Rizieq. Ahok diadili ketika sedang mencalonkan diri untuk masa jabatan
kedua, dan sekarang melawan Anies Baswedan yang sudah "meminta restu" Rizieq dalam
sebuah pertemuan.
Jabat tangan Ahok dengan Raja Salman menjadi menarik karena Arab adalah tempat
kota suci yang menjadi kiblat Muslim seluruh dunia, dan kebetulan Indonesia dan Arab
sama-sama memiliki umat Muslim Suni terbesar di dunia.
Tanpa politik yang melingkupi, jabat tangan itu betul sebuah momen tanpa nilai berita.
Raja Salman hanya menjalani prosedur protokoler, sementara seorang gubernur memang
sepantasnya menyambut tamu negara di bandara yang berada dalam wilayah
administratifnya.
2
Tapi bisakah Raja memilih siapa yang akan dia salami? Itu bukan hal yang lazim dalam
tata krama diplomatik, namun ya, beliau bisa kalau menghendaki.
Informasi siapa yang akan menyambut kehadiran Raja Salman dan siapa saja rombongan
sang tamu tentu telah saling dibagikan lewat saluran diplomatik. Duta Besar Kerajaan
Arab Saudi Osamah Mohammed Alshuibi yang bermukim di Jakarta tentu juga kenal
siapa Ahok, dan apa kasus yang menjeratnya.
Kalau Raja Salman tidak berkehendak untuk menyalami Ahok, dia tinggal bertitah dan
para diplomatnya akan menyampaikan dengan cara sehalus mungkin ke pemerintah
Indonesia agar gubernur tidak ada di antara para penyambut di samping pesawat
kerajaan. Itu tidak terjadi.
Politik jabat tangan ini menjadi tambah menarik karena sehari sebelumnya, di dalam
ruang sidang, Rizieq menyalami semua hakim dan jaksa, namun langsung memunggungi
terdakwa Ahok dan tim penasihat hukumnya.
Meskipun penasihat hukum Ahok, Humphrey Djemat, tidak mempermasalahkan sikap
Rizieq tersebut, namun ia menyebutnya sebagai sikap kebencian.
"Rasa kebenciannya ditunjukkan, bagian kubu Ahok nggak disalamin. Nggak apa-apa.
Sikap itu sudah menunjukkan apa yang ada di hatinya. Padahal dia sebagai ahli. Kalau
bukan sebagai ahli nggak masalah, benci bagaimana pun silakan. Ahli kan bagaimana
menerangkan sesuai keilmuannya," kata Humphrey.
Peristiwa dua hari ini tampaknya bisa memberi sudut pandang menyenangkan bagi para
pendukung Ahok: Rizieq menolak salaman, tetapi Raja Arab mengulurkan tangan.
3
Jabat Tangan Ala Trump
Politik jabat tangan juga ditunjukkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump
dalam pekan-pekan pertamanya di Gedung Putih. Setiap kali menyambut kepala negara
lain, dia menggenggam erat tangan tamunya, kemudian menarik dan mengguncangnya,
seperti untuk menunjukkan who is in charge, siapa yang lebih berkuasa.
Sempat viral video Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan wajah yang tampak
kesakitan akibat tak mampu melepaskan tangannya dari Trump, setelah jabat tangan
yang berlangsung hingga 19 detik.
Bahkan sampai ada artikel media terkemuka The Washington Post membahas masalah
jabat tangan Trump ini, dengan judul "Trump and the art of the super-awkward
handshake" (Trump dan seni jabat tangan super aneh).
"Apakah ini cuma kebiasaan saja, atau memang cara untuk menunjukkan kekuasaannya,
Trump memang punya kebiasaan menarik paksa tangan yang dia jabat," tulis The
Washington Post.
Jadi, jabat tangan memang kadang bisa menjadi berita.
Heru Andriyanto/HA
BeritaSatu.com
4
Download