AHOK: SIMBOL ANOMALI BAHASA KELAS PENGUASA Mulyadi Email: [email protected] (Mahasiswa S-3 Ilmu Sosial dan Politik PPs Universitas Muhammadiyah Malang) Abstract: One of the distinguishing features between the ruling class with the lower class is language. The higher stratum of someone then he has a tendency to use the language as well as, as smooth as, or as a good order as possible. But this credo does not apply to Basuki Tjahaja Purnama called Ahok, as Head of Jakarta region, he communicates in a language far from polite, smooth, and well, sometime he uses rough language, gratuitous, even invective. Ahok selected to be analyzed because in the social fact Ahok is deemed to have a behavior that is controversial that reveals the good government jargon without corruption and nepotism with languages that are far from a good order of language used by the elits. This article tries to analyze and compare the language of politics that used by Ahok that represent the ruling class of the ruling in a metropolis and became the capital of the State in the reform era (freedom) with the language used in the era of Soeharto. Key Words: Ahok, Ruling Class Language A. Pendahuluan Ekspresi bahasa seseorang, baik itu pemilihan kata atau diksi, struktur bersikap hati dalam komunikasi verbal ataupun tulisannya, kehati-hatian itu termanifestasi dari derajat fomalitas gramatikalnya, atau aksennya dapat menentukan asal geografisnya, tingkat pendidikannya, gender, usia, dan fonologis, morfologis, dan sintaksisnya. Hal ini berbeda dengan strata pilihan bahasa masyarakat kebanyakan atau bahkan strata sosialnya.1 Dalam perspektif strata sosial berlaku hipotesis kelas dibawahnya yang cenderung berkomunikasi pada strata bahasa yang semakin tinggi kelas sosial sesorang lebih bebas (tidak terikat gramatika) dan maka akan semakin tertata struktur bahasanya, terjaga ragam bakunya, lugas (tidak ada beban moral diksi). Hal ini terlepas apakah pilihan bahasa kaum selektif pilihan diksinya. Sebagai contoh negarawan seorang benar-benar terjadi secara alami atau negarawan akan sangat (higher level class) itu hanya sebagai perwujudan prestige semu belaka. Namun fakta sosial 1 David Crystal, A Dictionary of Linguistics and Phonetics (Oxford: Blackwell Publishing Ltd, 2008). tentang pilhan bahasa di masing-masing OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 123 kelas dan strata melembaga pada sosial itu lapisan sudah komunitas sosial ditentukan oleh bahasa ibunya.3 struktur komunitas penutur di manapun. B. Kelas Sosial Minat orang untuk memainkan Kelompok sosial merupakan fungsi bahasa sebagai semen sosial istilah sosiologis yang mengacu pada dan bisa perbedaan penduduk atau kelompok ke didentifikasi sejak zaman Yunani kuno. dalam kelas-kelas secara berkelompok Para filosof Yunani memandang bahasa atas dasar kekuasaan, pendapatan, sebagai alat pengungkap kebenaran, kedudukan, media mengekspresikan hal-hal yang Kekuasaan biasanya dikaitkan dengan bersifat artistic, dan sebagai instrumen politik, pendapatan dikaitkan dengan untuk mencapai tujuan tertentu, yang ekonomi, kedudukan dikaitkan dengan kongkrit Dalam martabat dan jenis pekerjaan dikaitkan perkembangannya, bahasa memperoleh dengan profesi. Keempat aspek ini perhatian ilmu biasanya mempunyai karakter sosial filsafat yang kemudian melahirkan sub tertentu dan variasi bahasa tertentu fungsi sosial dan sudah praktis. khusus dari disiplin keilmuan yang lain yaitu filsafat bahasa. Sedangkan jenis pekerjaan. pula. perspektif Kriteria atau determinan yang sosiologi, fungsi bahasa adalah untuk biasa dipakai untuk mengklasifikasikan membentuk dan menjaga hubungan masyrakat kedalam kelas-kelas tertentu sosial disamping sebagai antar dari 2 dan fungsi utamanya adalah: alat komunikasi. Hubungan kekuasaan, ukuran kehormatan, dan individu melalui bahasa itu ukuran ukuran ilmu kekayaan, pengetahuan.4 ukuran Bisa membentuk komunitas penutur (speech dimaknai community), gaya tutur setiap individu seseorang maka akan semakin tinggi ditentukan kelas oleh latar belakang bahwa sosialnya, semakin semakin kaya tinggi kehidupan sosialnya, maknanya adalah kekuasaan sesorang akan membawa ragam bahasa menginformasikan siapa dia pada strata sosial yang lebih tinggi sebenarnya sudut sehingga muncul hirarki struktur politik pandang sosial. Bahkan lebih jauh lagi mulai dari presiden sampai level paling Sapir-Whorf berspekulasi bahwa cara bawah yaitu bupati. Sedangkan dalam pandang konteks penutur dan pola itu dari pikir sebuah kehormatan, terjadi dalam masyarakat tradisional, seseorang yang 3 A. E. Kadarisman, Mengurai Bahasa Menyimak Budaya. (Malang: UIN Maliki Press, 2010). 4 S. Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009). 2 Y. Latif and Ibrahim, I. S. Bahasa dan Kekuasaan Politik Wacana di Panggung Orde Baru. (Bandung: Mizan Pustaka: Kronik Indonesia Baru, 1996). OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 124 lebih terpandang dan disegani akan Masih dari Poloma, klasifikasi mendapat tempat paling atas. Meskipun kelas mengalami deviasi, dari berilmu menjadi melihat pada potensi kekuasaan dan bergelar, kebutuhan. namun ada kelompok sosial menurut Lenski Menurut Lenski lebih yang masyarakat yang menggolongkan kelas dimaksud kelas adalah kelas kekuasaan masyarakat ilmu yang menentukan distribusi previlese pegetahuan dan gelar kesarjanaan yang dan gengsi dalam masyarakat. Kelas didapat, semakin berilmu atau semakin kuasaan ini sangat variatif mulai dari banyak semakin kelas kekuasaan industri sampai pada megahlah dia dan menempati kelas atas kelas kekuasaan yunta militer (Poloma, strata sosial. 2010).6 Di Indonesia, sepertinya model berdasarkan gelar sarjananya Dalam teori sosiologi lain, ada kelas kekuasaan Lenski ini menemukan pandangan bahwa istilah kelas sosial manifestasinya. terderivasi dari istilah pelapisan sosial. bahwa ada dua sirkulasi kekuatan politik Seperti istilah pelapisan sosial dari teori dalam kelas kekuasaan yaitu: periode fungsional dan teori konflik. Kedua teori kekuasaan yang memaksa atau aturan ini menggunakan istilah pelapisan dan kehendak kelas sosial secara bergantian, mereka institusional atau aturan hak. beranggapan bahwa terjadinya Lenski dan berpendapat periode Sedangkan aturan berdasarkan pelapisan atau kelas sosial bersifat perspektif politik, watak manusia itu alamiah dan dibutuhkan dalam mengkaji cenderung hidup berkelompok. Di dalam dinamika kelompok dan organisasi dianggap lebih individu dalam kelompok masyarakat, meskipun secara prinsip efektif postulat yang mereka pakai tentang daripada pelapisan dikenal masyarakat sama lain. menganggap berbeda satu individu. pemerintah Dari dengan politik pengelompokan fungsional berdasarkan bahwa stratifikasi partain politik) serta menurut kekuasaan masyarakat platform segi Teori politik (partai- yaitu elite dam khalayak. 7 masyarakat penting untuk memenuhi kebutuhan mempengaruhi secara keseluruhan. Sedangkan teori konflik yang dimotori Marx dasar sebuah kelas C. Bahasa dan Strata Sosial Salah datu aspek kebahasaan sosial tapi yang menjadi penentu stratafikasi sosial penghisapan saty kelas oleh kelas masyarakat adalah penggunaan ragam bukan lainnya. consensus 5 6 Ibid. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 1999). 5 7 Poloma, M. M. Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010). OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 125 baku atau bahasa standar.8 Lebih jauh bahwa kelas sosial rendah cenderng dijelaskan bahwa ragam bagu atau menggunakan bahasa yang tidak resmi dialek sosial masyrakat tergantung dari status sosialnya, mereka yang ada dilapisan bawah cenderung dan tida baku dan hal itu membedakan mereka dari kelas di atasnya.11 Dari deskripsi di atas tentang menggunakan bahasa yang tidak baku, begitu juga sebaliknya bahwa semakin ragam baku dan berdasarkan kelas tinggi kelas sosial semakin banyak melahirkan bahasa bahasa dipakai. Istilah bahsa standar Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan mengacu pada “language which is oleh masyarakat atau kelompok yang written and has undergone some degree of regularization or codification (in sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. grammar is Dalam hal variasi bahasa ini ada dua 9 recognized as prestigious variety. Bahasa baku adalah bahasa tulis dan telah mengalami proses kodefikasi dan pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan regularisasi baik itu grammarnya ataupun dalam kamus. Bahasa baku atau bahasa standar juga dapat keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan dimaknai sebagai ragam bahasa atau keragaman dialek yang diterima untuk diapakai dalam situasi resmi dan yang dianggap variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat paling baik, seperti dalam perundangundangan, surat menyurat resmi, interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua berbicara di depan umum, dan lain pandangan sebagainya.10 Fenomena pengkelasan sosial ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan ragam baku juga pernah berdasarkan adanya keragaman sosial diteliti Dengan dan fungsi kegiatan didalam masyarakat menggunakan pendekatan sosiologi, penelitiannya mendapatkan temuan sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai baku baku and oleh yang atau a dictionary), Labov. it istilah fungsi ini pola bahasa sosial, maka variasi bahasa. dapat saja bahasa. Kedua, diterima (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi- 8 Sumarsono, Sosiolinguistik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). 9 Janet Homes, An Introduction to Sosiolinguistics (Essex: Pearson Education Limited, 2001). 10 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001). variasi bahasa tersebut, dimulai dari 11 William Labov, The Social Stratification of English in New York City (Cambridge: Cambridge University Press, 2006). OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 126 segi penutur ataupun dari segi sosiolinguistik 12 penggunanya. variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan seks, 1. Variasi dari Segi Penutur Pertama, variasi idiolek, bahasa masing-masing. berkenaan dengan Idiolek “warna” dengan prokem. ini suara, 2. Variasi dari Segi Pemakaian Variasi kalimat, dan sebagainya. Yang paling fungsinya mengenali suara seseorang yang kita atau kenal hanya dengan mendengar suara tersebut Idiolek melalui karya tulis pun juga bisa, tetapi di sini membedakannya Variasi ragam biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, tingkat atau bahasa berdasarkan ini adalah bidang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau tempat atau area tertentu. Bidang studi tentang fungsiolek, ini pemakaian jumlahnya relatif, yang berada di suatu mempelajari disebut register. Variasi variasi bahasa dari sekelompok penutur yang yang berkenaan keformalan dan sarana penggunaan. agak sulit. yaitu bahasa dengan penggunanya, pemakainya atau dominan adalah warna suara, kita dapat dialek, Sehubungan kelas sosial para penuturnya disebut pilihan kata, gaya bahasa, susunan Kedua, sebagainya. pekerjaan, dengan tingkat, golongan, status, dan bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai idiolek dan ekonomi, dengan variasi bahasa yang berkenaan merupakan yang sosial bidang sastra, variasi apa. jurnalistik, Misalnya, bidang pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dan sebagainya. bahasa ini adalah dialektologi. Ketiga, kronolek atau dialek 3. Variasi dari Segi Keformalan temporal, yaitu variasi bahasa yang Menurut Martin Joos, variasi digunakan oleh kelompok sosial pada bahasa dibagi menjadi lima macam gaya masa tertentu. Sebagai contoh, variasi (ragam), yaitu ragam beku (frozen); bahasa Indonesia pada masa tahun tiga ragam resmi (formal); ragam usaha puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini. (konsultatif); Keempat, sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa ragam santai (casual); ragam akrab (intimate). yang Ragam beku adalah variasi berkenaan dengan status, golongan dan bahasa kelas sosial para penuturnya. Dalam digunakan dalam situasi khidmat dan upacara yang paling resmi. formal, Misalnya, yang dalam khotbah, undang-undang, akte notaris, 12 Abdul Chaer dan Leone Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004). sumpah, dan sebagainya. OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 127 Ragam variasi diwujudkan lewat bahasa. Masyarakat bahasa yang digunakan dalam pidato bahasa itu terbentuk karena adanya kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku saling pengertian (mutual intelligibility), pelajaran, dan sebagainya. terutama karena adanya kebersamaan Ragam resmi variasi dalam kode-kode linguistik yaitu sistem digunakan bunyi, sintaksis dan semantik.13 Dengan pembicaraan biasa di sekolah, rapat- demikian dalam pengertian masyarakat rapat, sudah bahasa usaha adalah yang adalah lazim ataupun pembicaraan yang terkandung berorientasi kepada hasil atau produksi. melalui Wujud ragam ini berada di antara ragam bahasa. formal dan ragam informal atau santai. Ragam santai adalah makna interaksi yaitu dengan komunikasi Stratifikasi sosial dalam suatu variasi masyarakat menimbulkan ragam bahasa yang digunakan dalam situasi bahasa, dan selanjutnya ragam bahasa tidak resmi untuk berbincang-bincang memperkokoh dangan keluarga atau teman pada waktu Inggris anak-anak yang berasal dari beristirahat, orang tua yang berstatus pekerja di berolahraga, berekreasi, sosial. pabrik menggunakan universitas. Hal seperti ini juga kita temui alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan. Ragam akrab diperkenankan Di dan sebagainya. Ragam ini banyak bentuk tidak stratifikasi masuk di Indonesia walau tidak setragis di adalah variasi Inggris, misalnya kata ndalem dalam bahasa yang biasa digunakan oleh para bahasa Jawa. Kata ini digunakan penutur yang hubngannya sudah akrab, apabila lawan berbicara lebih tinggi seperti antar anggota keluarga, atau kedudukannya. Stratifikasi sosial yang teman karib. Ragam ini menggunakan mempengaruhi pemilihan bahasa dalam bahasa yang tidak lengkap dengan tingkatantingkatan bahasa disebut unda- artikulasi yang tidak jelas. usuk. Unda-usuk dapat kita lihat pada bahasa Jawa, seperti yang dikatakan 4. Variasi dari Segi Sarana oleh Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana jalur “bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur yang sangat yang kompleks”. Perbedaan tingkat tutur ini digunakan. Dalam hal ini dapat disebut disebabkan, karena dalam stratifikasi adanya ragam lisan dan tulis atau juga sosial Jawa dikenal tiga tingkatan yaitu: ragam dengan ngoko, madya dan krama. Berdasarkan menggunakan sarana atau alat tertentu, stratifikasi ini dikenal pula dalam bahasa misalnya bertelepon atau bertelegraf. Jawa ragam-ragam bahasa. dalam atau Soepomo, berbahasa Masyarakat adalah sekelompok individu yang bekerja sama satu sama 13 A. Wasilah and A. Chaeedar, A Sosiologi Bahasa (Bandung: Angkasa, 1985). lain. Kerja sama antar individu itu OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 128 dalam bingkai epistemology instrumentalis. Bahasa yang seharusnya dipakai sebagai alat komunikasi yang netral menjadi perkakas bagi mesi pembangunan. D. Bahasa Soeharto dan Ahok Di sisi lain Bahasa Indonesia 1. Bahasa Suharto Membahas tidak bisa pada bahasa lepas dari jaman Orba juga mengalami Soeharto kramansasi yang terperangkap dalam pengaruh imaji orang jawa topeng keukasaannya di masa Orba atau Orde memegang Baru. Pada masa Orba yang ditekankan berkomunikasi. bagaiamana kondisi poitik saat itu harus dimaksud mengacu pada penekanan “bersih, Stabil, dan tertib”. Ketiga kata itu terpadu pada prinsip kehalusan dan adalah bentuk sari efumisme situasi anggapan tentang kebutuhan sosiologis poltik jargon akan topeng. Dalam hal ini kehalusan wacana. Bersih yang dimaksud adalah dan topeng berpadu menjadi satu,16 bersih lingkungan yang tidak berkonotasi maka kemudian muncullah istilah-istilah kebersihan fisik tapi kebersihan politik “bersih diri” sebagai pengganti “tidak dari pengaruh ekstrim kiri dan ekstrim terlibat politik kiri dan kanan, ada kata kanan. Kata tertib mengacu pada kata “diamankan” sebagai pengganti kata “tata” atau penataan bisa juga disebut ditangkap, ada jargon “kecemburuan “normalisasi” sosial” yang terekam dalam termasuk di dalamnya penataan kelambagaan sosial politik dan penataan ideologi rakyat. dalam Kramanisasi yang `menyampingkan seperti menggunakan penting istilah kesenjangan ekonomi dan kata-kata lain 14 Dengan peranan dimana mesin tunawisma, tridarma, penggerak bernama Pusat Pembinaan saptamarga, swasembada, dan lain sebagianya. dan Pengembangan Bahasa (P3B) yang Fenomena lain ari bahasa Orba berfungsi sebagai”polkam”nya bahasa, adalah pemerintah Orba penggabungan bagian dari beberapa pentingnya bahasa 15 benar. menggariskan yang baik dan akronimisasi, yaitu sebuah kata menjadi suatu kata baru dengan Orba menggunakan bahasa makna khusus. Di zaman Orba, akronimisasi menemukan usia emasnya, karena 14 Yudi Latif dan Idi Subandi Ibrahim, Bahasa dan Kekuasaan Politik Wacana di Panggung Orde Baru (Bandung: Mizan Pustaka: Kronik Indonesia Baru, 1996). 15 A. Heryanto, Pembakuan Bahasa dan Totalitarianisme. Seminar Bahasa dan Sastra seJawa Timur (Surabaya: Hima Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, 1992). gejala ini tidak hanya menyangkut proses penggbungan kata Mochtar Pabottinggi, “Bahasa, Kramanisasi, dan Kerkayatan. Prisma, 1991”, pp. 16-26. 16 OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 129 tapi juga berkaitan dengan hegemoni menggambarkan kekuasaan yang digalakkan oleh sebuah pemahaman monologis bukan dialogis. 18 otoritas atau rezim. Akronim-akronim seperti AMD, GPK, SARA, OTB, Ornop, PWI dan lain sebagianya cenderung menyembunyikan gejala-gejala sosial 2. Bahasa Ahok 17 yang dianggap negatif. Mengutip Penghalusan atau kramanisasi, penertiban, akronimisasi, kembali faktor-faktor determinan kelas sosial yang dipakai dan untuk mengklasifikasikan pembakuan bahasa yang dilakukan oleh kedalam Orba menjadi ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, topeng dari pelbagai tindakan represif ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu terhadap lawan politik rezim Soeharto. pengetahuan,19 dari anasir-anasir itu Pihak-pihak yang tidak segaris dan kelas sosial Ahok pastilah ada pada sejalan dengan pemerinthan Orba akan strata tertingggi diukur dari determinan ditertibkan sebagai topeng dari kata apapun. Arti ukuran kekayaan Ahok dibredel kalau itu media, akan dimankan terlahir dari pengusaha yang sukses sebagai topeng dari kata ditangkap yang cukup dikenal di daerah Belitung. kemudian dihilangkan kalau itu oposan, Disorot dari ukuran kekuasaan, Ahok dan akan dibersihkan sebagai topeng terbilang dari kata disingkirkan kalau secara anggota legislatif, bupati, wakil gubernur, ideology bersebrangan dari rezim ini. dan gubernur. Kekayaan dan jabatan ternyata benar-benar kelas-kelas masyrakat mapan tertentu pernah yaitu: menjadi Sepertinya ekspresi bahasa atau agama memberikan dampak otomatis linguistik bagi Soeharto sama sekali sebagai warga yang terhormat dan dipisahkan terpandang. dari konteks kehidupan Sedangkan karir kongkrit jika tidak berhubungan dengan akademiknya yang pernah sampai S2 bagian-bagian khusus konteks tersebut. akan membawa dia ke strata atas kelas Sebagaimana analisis Habermas bahwa sosial.20 Dengan sederet gelar dan dalam hal ini ekspresi linguistik muncul prestasi seperti tersebut sebelumnya dalam bentuknya yang absolut, yaitu seharusnya akan membawa Ahok pada sebuah iklim berbahasa yang mumpuni 18 Kaelan. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya (Yogyakarta: Paradigma, 2002). 19 S. Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar. 20 Arip Ripangi, Sisi Lain Ahok (Yogyakarta: Glosaria Media, 2013). J.v. Putten, “Bongkar Bahasa: Meninjau Kembali Konsep yang Beraneka Makna dan Beragam Fungsi. “ In M. Moriyama, & M. Budiman, Geliat Bahasa Selaras Zaman (p. 18) (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2010). 17 OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 130 baik secara diksi, gramatika, dan Selain suka mengumbar marah 21 konteks maknanya. dan makian didepan publik, Ahok juga Namun hipotesa sosiolinguistik memiliki kegemaran menyalahkan pihak yang menyatakan bahwa semakin tinggi lain. Ahok kerap menuduh, mencari kelas sosial sesorang akan semakin kambing hitam atas sebuah persoalan tertata bahasanya baik secara sintaksis yang sedang dia hadapi. Kebiasaan ataupun pemaknaaan menuduh sana-sini, mencari kambing konteksnya seperti menjadi antithesis hitam telah menjadi trademark Ahok, dalam sehingga bila ada sebuah peristiwa di semantik dan perspektif Sungguh sebuah penguasa kelas dialektika Hegel. anomali bahasa atas. Jakarta, netizen “sebentar Marah-marah lagi 22 menjadi style Ahok dalam merespon hitamnya.” persoalan, sebenarnya tidak peduli siapa yang akan akan ada mengolok kambing Ungkapan identik serapah dengan bahasa sedang dia hadapi. Bukan hanya PNS percakapan yang terikat pada konteks DKI yang dimarahi oleh Ahok, bahkan situasional dan bersifat antarpribadi. seorang wartawan menjalankan disemprot tugas Ahok. yang sedang Ketika juga pernah kepada khlayak dankemudian disiarkan Sebagai Gubernur diucapkan secara nasional secara langsung ungkapan serapah arogansi Ahok sangat luar biasa, hanya seharusnya terkendala oleh hubungan dia sajalah menurutnya yang paling antarpeserta komunikasi dan nilai yang benar, dianut oleh masyarakat seperti tabu, dan orang lain dianggap salah. Banyak pihak diajak “ribut”, walau dalam media persoalan menyiarkan yang diributkan tempat ungkapan secara serapah terbuka atau 23 sesungguhnya Ahok yang keliru atau tertutup. salah. Dari tiik inilah kita bisa melihat Selain sifatnya yang suka marah, suka naik darah, yang bahwa strata sosial seseorang tidak lebih menjamin akan kabakuan atau memprihatikankan Ahok sangat sering gramatikalitas and variasi bahasanya. Ini mengumbar depan sekan menjadi anomali bahasa dan publik. Kata-kata tolol, bego, bangsat, kelas sosial. Namun berangkat dari fakta (maaf) taik, bajingan, dan lainnya yang sosial ini juga seakan-akan hipotesis makian di tidak pantas diucapkan oleh seorang pejabat sering meluncur dari mulut 22 Ferry Koto, Ahok Gubernur 3M: Marah, Maki, Menuduh. Surabaya: 2016. 23 Untung Yuwono, "Ilfil Gue Sama Elu!": Sebuah Tinjauan atas Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul Mutakhir. In M. Moriyama, & M. Budiman, Geliat Bahasa Selaras Zaman (p. 66). Jakarta : KPG: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010. Ahok. C. Mallinson, “ Social Class, Social Status and Stratification:Rivisiting Familiar Concepts in Sociolinguistics.” University of Pennsylvania Working paper in Linguistics, 2007. 21 OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 131 Sapir-Whorf menemukan sebuah aktifitas public oleh karenanya pembenarannya baik dari versi ekstrem politisi dan pelayan public haruslah dan menggunakan versi moderat. Versi ekstrem bahasa yang jelas, hipotesis ini menyatakan bahwa cara akurat, dan dimengerti. Bahasa resmi pandang kita terhadap relitas ditentukan yang tidak pantas sudah sepantasnya sepenuhnya oleh bahasa pertama kita, diejek namun perlu diperhatikan secara sedangkan serius juga. versi moderatnya mengungkapkan bahwa cara pandang kita terhadap realitas dipengaruhi oleh bahasa pertama kita Bibliography (Kadarisman, 2010).24 Bahasa Ahok yang kasar dan penuh dengan makian menggerakkan Chaer, alam bawah sadar dia untuk berlaku represif seperti menggusur, menuduh, terlibat pada banyak kasus-kasus A., & Agustina, L. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta. Crystal, D. 2008. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. korupsi, dan nepotis. E. Simpulan Heryanto, A. 1992. Pembakuan Bahasa dan Totalitarianisme. Seminar Bahasa dan Sastra se-Jawa Timur (p. 252). Surabaya: Hima Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. Ada pada kelas teratas pada sebuah kelas sosial merupakan sebuah kemewahan, karena darinya kita mendapatkan previlese dan prestise. Akan tetapi berada di kelas teratas itu juga akan banyak harapan-harapan Holmes, J. 2001. An Introduction to Sociolinguistics. Essex: Pearson Education Limited. moral yang selalau ditanya dan ditagih oleh struktur kelas sosial di bawahnya. Sebagai penguasa, presiden atau gubernur, dituntut berprilaku dan Homes, J. 2001. An Introduction to Sosiolinguistics. Essex: Pearson Education Limited. berbahasa yang santun. Namun bahasa yang santun hendaknya bukan menjadi topeng dari moralitas kepribadian yang sebenarnya mengeluarkan apalgi kata-kata Kadarisman, A. E. 2010. Mengurai Bahasa Menyimak Budaya. Malang: UIN Maliki Press. sampai yang tidak pantas. Politik dan pemerintah adalah Kaelan. 2002. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Paradigma. 24 A. E. Kadarisman, Mengurai Bahasa Menyimak Budaya (Malang: UIN Maliki Press, 2010). OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 132 Koto, F. 2016. Ahok Gubernur 3M: Marah, Maki, Menuduh. Surabaya: -. Soekanto, S. 2009. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo. Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Surbakti, R. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Labov, W. 2006. The Social Stratification of English in New York City. Cambridge: Cambridge University Press. Wasilah, A., & Chaeedar, A. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Latif, Y., & Ibrahim, I. S. 1996. Bahasa dan Kekuasaan Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan Pustaka: Kronik Indonesia Baru. Yuwono, U. 2010. "Ilfil Gue Sama Elu!": Sebuah Tinjauan atas Ungkapan Serapah dalam Bahasa Gaul Mutakhir. In M. Moriyama, & M. Budiman, Geliat Bahasa Selaras Zaman (p. 66). Jakarta : KPG: Kepustakaan Populer Gramedia. Mallinson, C. 2007. Social Class, Social Status and Stratification:Rivisiting Familiar Concepts in Sociolinguistics. University of Pennsylvania Working paper in Linguistics, 151. Pabottinggi, M. (1991, Februari No. 2). Bahasa, Kramanisasi, dan Kerkayatan. Prisma, pp. 16-26. Poloma, M. M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Putten, J. v. 2010. Bongkar Bahasa: Meninjau Kembali Konsep yang Beraneka Makna dan Beragam Fungsi. In M. Moriyama, & M. Budiman, Geliat Bahasa Selaras Zaman (p. 18). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Ripangi, A. 2013. Sisi Lain Ahok. Yogyakarta: Glosaria Media. OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 133 OKARA Journal of Languages and Literature, Vol. II, Tahun X, November 2016 134