Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 1 PENGARUH VOLUME PENJUALAN SAHAM DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM Nizar Imanuel Pegi Magang [email protected] Prijati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the influence of the stock sales volume, the level of interest rate to the stock price. The research samples in this research are 3 cigarette companies which are listed in Indonesia Stock Exchange, by using the purposive sampling method (between 2010 – 2012), hence the number of data observation data is (N) = 9 respondents. The simultaneous test results of Fcount = 15.333 with the significance of 0.001 < 0.05, Ho is rejected. It means that simultaneously the stock sales volume and the level of interest rate have significant influence to the stock price. The determination coefficient result of Adjusted RSquare is 0.235 meaning that the stock sales volume and the level of interest rate are have less influence in the stock price by 23.5% while 76.5% is explained by other variables. The t test or partially test result shows that the stock sales volume variable has the value of tcount by 3.094 with the significance of 0.041 (smaller than 0.05) meaning that the stock sales volume have positive and significant influence to the stock price. Keywords: Stock Sales Volume, SBI Level of Interest Rates, and Stock Price. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara volume perjualan saham, tingkat suku bunga terhadap harga saham. Sampel penelitian ini sebanyak 3 perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan metode purposive sampling (periode 2010–2012), sehingga jumlah data observasi (N) = 9 responden. Hasil penelitian secara simultan didapatkan Fhitung = 15.333 dengan signifikansi 0.001 < 0.05, maka Ho berhasil ditolak. Artinya volume penjualan saham dan tingkat suku bunga secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil koefesien determinasi Adjusted RSquare sebesar 0.235 yang berarti bahwa volume penjualan saham, dan tingkat suku bunga lemah dalam mempengaruhi harga saham sebesar 23.5% sedangkan 76,5% dijelaskan oleh variabel yang lain. Hasil dari uji t atau parsial untuk variabel volume penjualan saham mempunyai nilai thitung sebesar 3,094 dengan signifikansi sebesar 0,041 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa volume penjualan saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Kata Kunci : Volume Penjualan Saham, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Harga Saham PENDAHULUAN Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara maupun dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain (Jogiyanto, 2006 : 37). Sumber dari return terdiri dari dua komponen, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang memcerminkan aliran kas atas pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield untuk investasi dalam saham ditunjukkan oleh dividen yang diterima. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan atau Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 2 kerugian bagi investor. Capital gain (loss) dapat pula diartikan sebagai pertambahan atau penurunan keuntungan akibat adanya perubahan harga suatu surat berharga. Apabila surat berharga mengalami kenaikan harga, maka investor akan mendapatkan tambahan keuntungan dari nilai selisih harga yang terjadi, dan sebaliknya apabila suatu surat berharga mengalami penurunan harga, maka investor akan mengalami penurunan keuntungan dari selisih harga tersebut (Tandelilin, 2006 : 48). Tidak semua investor menyukai dividen dan akan memegang saham selamanya. Investor seperti ini biasanya mementingkan capital gain daripada dividen (Jogiyanto, 2006 : 101). Sepanjang investor lebih menyukai capital gain daripada deviden, maka tidak tepat jika kita hanya memusatkan perhatian pada dividen. Untuk itu diperlukan suatu model penilaian yang lebih mudah untuk diaplikasikan, tetapi mempunyai akurasi yang dapat dipercaya oleh para investor maupun para analis. Dan sepertinya PER dapat memenuhi hal tersebut. Prospek pemasaran hasil produksi juga dapat mempengaruhi perubahan harga saham di bursa efek. Dengan meningkatnya penjualan, maka pertumbuhan laba perusahaan pun meningkat dan kesempatan untuk menghasilkan keuntungan lebih besar, sehingga investor akan tertarik untuk menanam saham. Apabila penjualan meningkat diharapkan harga saham akan mengalami peningkatan yang dapat menyebabkan terjadinya capital gain sehingga return saham akan meningkat, dan demikian pula sebaliknya. Perubahan tingkat suku bunga SBI juga memberikan pengaruh terhadap perubahan harga saham. Suku bunga SBI yang tinggi akan mengakibatkan bunga kredit meningkat dan bunga deposito juga tinggi, sehingga hal ini akan membuat investor kurang tertarik untuk menanamkan modalnya pada saham, tetapi mereka akan lebih tetarik untuk menyimpan modalnya di deposito yang bebas risiko, karena memberikan keuntungan yang cukup tinggi dengan risiko yang lebih rendah dibanding dengan saham. Dengan beralihnya penyimpanan dana ke deposito, maka untuk perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang finansial misalnya bank, hal ini justru akan memberikan keuntungan tersendiri, yaitu semakin banyak dana yang terhimpun berarti bank-bank tersebut akan semakin banyak menyalurkan kredit sehingga akan bisa meningkatkan keuntungannya. Karena meningkatnya performa perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, maka investor akan tertarik untuk menanamkan investasinya pada saham perusahaan yang bergerak di bidang finansial ini. Permintaan saham yang meningkat ini akan menyebabkan naiknya harga saham, dengan demikian akan terjadi capital gain yang meningkatkan return saham. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari volume penjualan saham, dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel volume penjualan saham dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial dari volume penjualan saham, dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara bersama-sama dari variabel volume penjualan saham dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 3 Ruang lingkup perlu dilakukan untuk memfokuskan penelitian pada pokok permasalahan, mencegah terlalu luasnya pembahasan dan mencegah terjadinya salah interpretasi atas kesimpulan yang dihasilkan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya untuk perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur (Rokok) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena BEI dianggap cukup mewakili kondisi pasar modal di Indonesia, dengan periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 secara kontinyu. 2. Perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai laba negatif atau tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan, karena sesuai pendapat Gujarati (2003) bahwa estimasi PER tidak akan berarti apabila perusahaan mempunyai tingkat keuntungan yang negatif. 3. Jenis sekuritas yang digunakan sebagai populasi adalah saham biasa karena umumnya saham biasa merupakan saham yang terbesar. 4. Faktor-faktor lain seperti inflasi dan pajak diabaikan. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Tinjauan Teoritis Investasi pada dasarnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Pada umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu investasi pada asset riil (real assets dan investasi pada asset finansiil (financial assets). Investasi pada asset riil dapat berupa tanah, emas, mesin atau bangunan, sedangkan investasi asset finansiil dapat berupa deposito, saham, dan obligasi. Pada perekonomian primitif hampir semua investsi merupakan investasi asset riil, sedangkan di perekonomian modern lebih banyak dilakukan pada asset finansial. Herlianto dan Pujiastuti, (2009 : 10). Menurut Halim, (2005:21). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Agar harapan tersebut tercapai, maka sebelum memasuki dunia investasi diperlukan pengetahuan di dunia investasi. Pengetahuan ini penting sebagai pegangan ketika memasuki dunia investasi yang penuh resiko dan ketidakpastian. Tujuan Investasi 1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) 2. Tingkat resiko (rate of risk) 3. Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. 4. Investor menginginkan pengembalian yang maksimal dengan risiko tertentu. Investasi di Bursa Saham Investasi di bursa saham sebagaimana dikemukakan mempunyai kekhususan walaupun dalam prinsipnya sama dengan investasi di bidang lain. Investasi di bursa saham selain diperlukan dana juga diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis untuk menganalisa saham atau surat berharga mana yang akan dibeli dan saham mana yang sudah waktunya dijual kembali. Bagi calon investor yang tidak mempunyai keterampilan untuk itu, dapat meminta bantuan kepada lembaga perantara, karena di samping melakukan jual/beli saham juga memberikan nasihat kepada masyarakat sebagai calon investor bagaimana melakukan investasi yang baik dan akan menunjukkan saham-saham yang dapat dipilih untuk dibeli (Halim, 2005:34 ) Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 4 Saham Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 15). Pertumbuhan Penjualan Saham Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan tinggi, maka akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat (Deitiana, 2011). Higgins (2003) mengatakan bahwa “Growth comes from two sources: increasing volume and rising price. Because of all variable cost, most curren assets, and current liabilities have a tendency with sales, so it is a good idea to see the growth based on the sales of the company”. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Volume penjualan menunjukkan seberapa produktif suatu perusahaan dan juga keberhasilan dalam pemasaran. Volume penjualan yang meningkat ini juga adalah sebuah pertumbuhan penjualan yang dialami perusahaan tersebut. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan atau mengalami pertumbuhan laba perusahaan yang akan meningkatkan return yang akan diterima dan tentu saja hal ini akan membuat investor semakin percaya akan kemampuan emiten dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Dengan meningkatnya kepercayaan investor, maka permintaan akan saham akan meningkat dan harga saham pun juga ikut naik. Dengan naiknya harga saham, maka akan terjadi capital gain yang meningkatkan return saham. Demikian pula sebaliknya, jika volume penjualan menurun, maka akan mengakibatkan menurunnya return yang diterima. Volume penjualan adalah banyaknya lembar saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari bursa dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker) penjualan saham saham di pasar modal yang dikenal dengan lot yang terdiri dari 500 lembar saham dalam setiap 1 lot. Volume penjualan saham saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume penjualan saham saham menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal. Bagi investor, sebelum melakukan investasi atau penanaman modal hal terpenting adalah tingkat likuiditas dari efek. (Wiyani dan Wijayanto, 2005) Tingkat Suku Bunga SBI Dengan naiknya Suku Bunga SBI, maka dengan sendirinya tingkat suku bunga deposito juga akan ikut naik. Faktor tingkat suku bunga deposito akan mempengaruhi investor dalam menanamkan dananya pada saham. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 5 mempengaruhi harga saham secara terbalik, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham naik. Secara teoritis, investor cenderung lebih menyukai menabung pada saat tingkat bunga deposito tinggi, sebab investasi di bidang ini relatif tidak mengandung risiko. Sebaliknya investor akan lebih menyukai kecenderungan menginvestasikan uang dalam bentuk saham ketika tingkat bunga deposito rendah. Akan tetapi untuk perusahaan yang bergerak di bidang keuangan sepeti halnya bank, asuransi dan perusahaan penjaminan, pengaruh perubahan suku bunga terhadap return saham adalah positif, artinya jika suku bunga naik maka return saham juga akan meningkat dan demikian pula sebaliknya. Apabila tingkat suku bunga deposito mengalami kenaikan maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya pada deposito dari pada saham. Dengan semakin banyaknya dana yang terhimpun oleh bank, berarti mereka akan bisa menyalurkan dana lebih banyak ke masyarakat untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Karena terjadi peningkatan performa dari perusahaan yang bergerak di bidang finansial ini, maka tentu saja investor akan tertarik menanamkan sahamnya. Permintaan saham yang meningkat ini akan menyebabkan naiknya harga saham sehingga terjadi capital gain yang akan meningkatkan return saham perusahaan tersebut. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI turun, maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan dananya pada saham perusahaan diluar perusahaan yang bergerak di bidang keuangan , karena dengan suku bunga yang rendah akan sulit bagi perusahaan yang bergerak di bidang finansial untuk menghimpun dana. Permintaan saham yang berkurang ini akan menurunkan harga saham dan berarti terjadi capital loss yang menyebabkan menurunnya return saham. Dengan demikian suku bunga SBI ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham dan return saham. Tingkat suku bunga SBI menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase yang ditetapkan Bank Indonesia dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia. Salah satu penyederhanaan yang dibuat dalam mempelajari makro ekonomi adalah dengan menyebut “satu” suku bunga, yang pada kenyataanya tentu, banyak terdapat tingkat-tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga ini berbeda tergantung dari tingkat kepercayaan kredit dari peminjam, jangka waktu dari pinjaman, dan berbagai aspek perjanjian lainnya antara peminjam dan pemberi pinjaman. Obligasi Amerika Serikat jangka pendek adalah salah satu asset yang paling sering diperdagangkan di seluruh dunia. Harga Saham Harga saham merupakan hasil dari interaksi performance perusahaan dan situasi pasar yang terjadi. Harga saham dapat dibedakan menjadi harga saham perdana dan harga saham di pasar sekunder. Perbedaan dari kedua harga saham tersebut adalah harga saham perdana memiliki harga saham yang tetap dan telah ditetapkan sebelumnya dan ditawarkan pertama kali kepada masyarakat. Harga saham pada pasar sekunder tidak memiliki harga statis melainkan dapat berfluktuasi mengikuti situasi pasar yang berlaku. Perusahaan penerbit yang mampu menghasilkan keuntungan tinggi, dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pembagian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Penentuan harga saham di pasar sekunder pada dasarnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap saham di pasar modal, sehingga harga saham naik turun setiap saat tergantung kekuatan mana yang lebih kuat antara permintaan dengan penawaran. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 6 Harga saham mengalami perubahan sesuai dengan pengaruh-pengaruh yang sedang terjadi di pasar saham. Pasar saham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal perusahaan. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase yang ditetapkan bank. Bagi bank, bunga merupakan komponen pendapatan yang paling tinggi. Dari total pendapatan yang diterima bank, sebagian besar diperoleh dari bunga pinjaman. Suku bunga yang tinggi akan dapat menimbulkan tingginya volume tabungan masyarakat. Makin tinggi tingkat suku bunga yang ditawarkan bank mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung, artinya masyarakat cenderung akan mengurangi konsumsinya guna menambah saldo tabungan yang dimiliki. Selain itu, suku bunga yang tinggi akan berdampak melonjaknya biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami persaingan dalam investasi, artinya para investor cenderung memilih berinvestasi ke pasar uang atas tabungan dibandingkan pasar modal. Sebaliknya suku bunga yang rendah, baik suku bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan akan berdampak menurunnya keinginan masyarakat untuk menabung, sedangkan bagi perusahaan kondisi ini sangat menguntungkan karena perusahaan dapat mengambil kredit untuk menambah modal atau investasi dengan tingkat bunga yang rendah. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah observasi nonprilaku. Cooper dan Emory (2001 : 157) menyatakan bahwa obervasi masuk ke dalam kelompok penelitian ilmiah apabila dirancang secara khusus untuk menjawab sebuah pertanyaan penelitian, direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, dengan menggunakan kendali-kendali yang tepat, serta menyajikan perkiraan yang andal dan valid tentang apa yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa catatan (record analysis). Cooper dan Emory (2001 : 157) menyatakan bahwa analisa catatan dapat merupakan catatan sejarah atau catatan tersebut maupun catatan perusahaan publik maupun swasta. Catatancatatan tersebut mungkin ditulis, dicetak, direkam dalam pita suara, difoto, ataupun direkam dalam pita video. Data statistik historis seringkali digunakan sebagai satu-satunya sumber data dalam sebuah studi. Analisis catatan-catatan keuangan tahun berjalan dan data ekonomi juga menyajikan sebuah sumber data utama untuk berbagai studi. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penyusunan skripsi ini tidak menggunakan studi kasus dan mengambil Surabaya yang berupa data sekunder yaitu Gudang Garam Tbk. dan PT. Bentoel Tbk., dari tahun 2010 sampai 2012. menggunakan sampel karena jenis penelitian data langsung dari Bursa Efek Indonesia (BEI) laporan keuangan PT HM Sampoerna Tbk, PT. yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berasal dari dokumentasi yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi PT HM Sampoerna Tbk, PT. Gudang Garam Tbk. dan PT. Bentoel Tbk., dalam kurun waktu tahun 2010 – 2012 serta data lain berupa sejarah, profil dan ruang lingkup usaha PT HM Sampoerna Tbk, PT. Gudang Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 7 Garam Tbk. dan PT. Bentoel Tbk., dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Melalui Pojok Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya. Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, penulis menggunakan prosedur yang digunakan pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan penelitian dengan melihat laporan keuangan PT HM Sampoerna Tbk, PT. Gudang Garam Tbk. dan PT. Bentoel Tbk., yang telah dipublikasikan dan terdapat di Bursa Efek Indonesia jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari neraca dan laporan labarugi selama tahun 2010 – 2012. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukurannya 1. Harga Saham (HS) Menurut Anoraga (2006: 145). Harga saham merupakan jumlah nominal uang yang harus dibayar oleh investor yang akan membeli saham suatu perusahaan. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham rata-rata dari closing tiap bulan dalam satu tahun 2010 - 2012. 2. Volume Penjualan Saham (VPS) Menurut Kesuma (2009:41). Volume penjualan menunjukkan seberapa produktif suatu perusahaan dan juga keberhasilan dalam pemasaran. Volume penjualan yang meningkat ini juga adalah sebuah pertumbuhan yang dialami perusahaan tersebut. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan tentu saja hal ini akan membuat investor semakin percaya kepada perusahaan tersebut. 3. Suku Bunga SBI (TSB) Menurut Dornbusc dan Fischer. (2004: 219). Suku bunga SBI adalah tingkat bunga yang ditentukan oleh pemerintah untuk menyesuaikan dengan kondisi perekonomian yang sedang terjadi. Perubahan suku bunga SBI akan mempengaruhi suku bunga deposito yang dapat mempengaruhi investor untuk menanamkan investasinya pada saham atau pada deposito. Suku bunga SBI kwartalan didapatkan dengan menggunakan rata-rata SBI kwartalan dalam satu kwartal. Suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia periode triwulanan tahun 2010 - 2012. Teknik Analisa Data 1. Analisis Regresi Berganda Analisa regresi sederhana ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21. Algifari (2001 : 38) menyatakan bahwa besarnya koefisien korelasi (r) antara dua macam variabel adalah nol sampai dengan +/- 1. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = 0, berarti antara dua buah variabel tersebut tidak ada hubungan. Sedangkan apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = +/ 1, maka dua buah variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi antara dua buah variabel (semakin mendekati 1), maka tingkat keeratan hubungan antara dua variabel tersebut semakin tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah koefisien korelasi antara dua buah variabel (semakin mendekati 0), maka tingkat keeratan hubungan antara dua buah variabel tersebut semakin lemah. Rosalina (2005:73) menyatakan bahwa di dalam statistik tidak ada pedoman yang pasti tentang interval keeratan hubungan antar variabel. Namun pada umumnya angka korelasi sebesar 0,6 ke atas dianggap cukup memadai untuk menggambarkan eratnya Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 8 2. hubungan antar variabel. Sedangkan angka korelasi sebesar 0,6 ke bawah dianggap variabel-variabel tidak berkorelasi dengan baik (hubungannya tidak erat). Uji Goodness of Fit Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik F, nilai koefisien determinasi nilai statistik t (Ghozali, 2008 ; 78). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia suatu tempat yang kredibel untuk perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional. Misi Bursa Efek Indonesia adalah Menciptakan keunggulan kompetitif untuk menarik investor dan perusahaan yang terdaftar, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah efisiensi, biaya dan pelaksanaan tata kelola yang baik. Analisis Pembahasan Penelitian dilakukan dari periode triwulanan tahun 2010 – 2012 pada perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia dengan metode purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 3 perusahaan rokok di BEI. Yang terdiri dari perusahaan PT HM Sampoerna Tbk, PT. Gudang Garam Tbk. dan PT. Bentoel Tbk. Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini akan menganalisis kualitatif berupa penjabaran data statistik deskriptif dari variabel penelitian. Berikut ini data penelitian yang akan diteliti: Tabel 1 Rekapitulasi Tahun 2010 2011 2012 V. Saham 0,113 0,218 0,261 Suku Bunga 6.5 6 5.75 Harga Saham 28150 39000 59900 2 PT. Gudang Garam Tbk 2010 2011 2012 0,143 0,111 0,171 6.5 6 5.75 40000 62050 56300 3 PT. Bentoel Tbk 2010 2011 2012 0,227 0,131 -0,022 6.5 6 5.75 800 790 580 No Perusahaan 1 PT HM. Sampoerna Tbk. Sumber : Data BEI Pojok Kampus STIESIA (diolah) Penjelasan data disertai dengan nilai minimum, nilai maksimum, mean, varians dan standar deviasi. Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari variabel sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 9 Variabel N Vol. Penj. Saham Tingkat Suku Bunga Harga Saham 9 9 9 Tabel 2 Deskriptif Variabel Minimum Maksimum 0.02 5.75 580.00 .26 6.50 62050.00 Mean .1553 6.0883 31952.22 Std. Deviation .07313 .33072 25822.53 Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan nilai rata-rata pada Suku Bunga SBI sebesar 6,08%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata suku bunga SBI yang ditetapkan perusahaan sektor rokok di BEI periode triwulanan tahun 2010 – 2012 sebesar 6,08%; nilai terendah sebesar 5,75% dan nilai tertinggi sebesar 6,50%. Nilai rata-rata pada Volume Penjualan Saham sebesar 0.1553 lembar saham. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata banyaknya lembar saham perusahaan sektor rokok yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari bursa dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham pada periode triwulanan tahun 2010 – 2012 sebesar 0.1553 lembar saham; nilai terendah sebesar 0.02 lembar saham dan nilai tertinggi sebesar 0.26 lembar saham. Sedangkan nilai rata-rata pada Closing Price (Harga Saham Penutupan) sebesar 31952.22. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata harga yang terbentuk untuk suatu sertifikat tanda bukti kepemilikan atas suatu perusahaan pada perusahaan sektor rokok di BEI periode triwulanan tahun 2010 – 2012 sebesar 31952.22; nilai terendah sebesar 580 dan nilai tertinggi sebesar 62050. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linier terpenuhi. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menguji normalitas data secara statistik, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas serta uji autokorelasi. 1. Uji Normalitas Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka asumsi kenormalan terpenuhi. Gambar 1 Grafik Normal P-P Plot Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 10 Gambar grafik normal plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas. Ghozali (2008:112) menyatakan bahwa uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak dilakukan secara hati-hati, secara visual terlihat normal namun secara statistik tidak, atau sebaliknya secara visual tidak normal padahal secara statistik normal. Oleh sebab itu diajurkan disamping menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik, salah satunya dengan menggunakan uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov. Jika hasil K-S mempunyai nilai P-value ≥ 0,05 maka dapat dikatakan data normal. Tabel 3 One Sample Kolmogorof-Smirnov Unstandardized Residual N 9 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 2.38931052 .189 Most Extreme Absolute Difference Positif .189 Negatif -.109 Kolmogorov-Smirnov Z .567 Asymp. Sig (2-tailed) .905 a. Test distribution is Normal b. Calculated from data Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa nilai Kolmogorof-Smirnov Z sebesar 0,567 dengan tingkat signifikan 0,905, berarti hal itu menunjukkan bahwa variabel penelitian terdistribusi normal karena tingkat signifikansinya ≥ 0,005. 2. Uji Multikolinearitas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas. Jika antara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indiksi adanya multikolinearitas. Selain itu untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF. Jika nilai tolerance mendekati angka 1 dan VIF disekitar angka 1 maka dinyatakan bebas multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai tolerace mendekati angka 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) disekitar angka 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi ini. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF) Tabel 4 Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance Vol. Penj. Saham 0,997 Tingkat Suku Bunga 0,997 a. Dependent Variable: Harga Saham VIF 1,003 1,003 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 11 3. Uji Autokorelasi Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti, apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson. Dalam hasil analisis penelitian didapat bahwa angka statistik Durbin Watson adalah 1,876 dengan N = 9 dan k = 2, taraf signifikansi yang digunakan (α) adalah 5% diperoleh dL = 0,629 dan dU=1,699 serta 4-dU =2,301 dan 4-dL = 2,742 yang dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Batas-batas Daerah Test Durbin Watson Distribusi Interprestasi DW < 1,876 Autokorelasi positif 0,629 ≤ DW < 1,699 Daerah keragu-raguan/ Incilclusif 1,699 ≤ DW < 2,301 Tidak ada autokorelasi 2,301 ≤ DW < 2,742 Daerah keragu-raguan/ Incilclusif DW ≥ 2,742 Autokorelasi negatif Dari tabel batas-batas distribusi nilai test Durbin – Watson dan kurva pengujian auto korelasi Durbin – Watson diatas menunjukkan bahwa nilai test Durbin–Watson berada pada daerah antara du dan 2. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi tidak ada autokorelasi. 4. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2008:69) deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter SRESID dan ZPRED, sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di stundentized. Gambar 2 Grafik Scatter Plot Dari gambar 2 di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 12 Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan dengan komputer dengan aplikasi program SPSS 21 (Statistical Program Sosial Science) adalah sebagai berikut : Variabel Bebas Constant Vol. Penj. Saham Tingkat Suku Bunga Fhitung Signifikan R Rsquare Adjusted RSquare Varaibel terikat Tabel 6 Analisis Regresi Linier Berganda Koefisien Regresi 8.060 .688 -.830 15.333 .001 .449 .250 .235 Harga Saham thitung 0,704 3,094 -2,179 Sig. ,561 ,041 ,028 Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan koefisien beta tidak standar (unstandardized coefficient). Hal ini disebabkan karena masing-masing variabel memiliki satuan dan berfungsi untuk menjelaskan besarnya koefisien regresi masing-masing variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya, dengan rumusnya : HS = 8,060 + 0.688VPS – 0.830TSB Dari persamaan regresi tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta Regresi Besarnya nilai konstanta adalah 8.060. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel bebas yang terdiri volume penjualan saham dan tingkat suku bunga = 0, maka besarnya variabel terikat yaitu harga saham sebesar 8.060. 2. Koefisien Regresi Volume Penjualan Saham (b1) Besarnya koefisien b1 adalah 0,688 yang berarti menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara volume penjualan saham dengan harga saham, memilik tanda positif menunjukkan pengaruh volume penjualan saham searah terhadap harga saham yaitu jika variabel. volume penjualan saham naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar b1 yaitu 0,688 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 3. Koefisien Regresi Tingkat Suku Bunga (b2) Besarnya koefisien b2 adalah -0,830 yang berarti menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara tingkat suku bunga dengan harga saham. Tanda negatif menunjukkan tidak ada pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham yaitu jika variabel tingkat suku bunga naik sebesar satu satuan maka harga saham akan turun sebesar yaitu -0,830 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Uji Goodness of Fit Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik F, nilai koefisien determinasi nilai statistik t (Ghozali, 2008 ; 78). Dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengujian Secara Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 6 didapatkan angka Fhitung 15,333 dengan Sig. 0,001 < 0,05, maka Ho berhasil ditolak. Artinya volume penjualan saham dan tingkat suku bunga secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 13 2. 3. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefesien Determinasi Adjusted RSquare pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, berdasarkan penelitian ini menggunakan Adjusted RSquare. Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa nilai Adjusted RSquare sebesar 0.235 yang berarti bahwa volume penjualan saham, dan tingkat suku bunga lemah dalam mempengaruhi harga saham sebesar 23.5% sedangkan 76,5% dijelaskan oleh variabel yang lain. Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel volume penjualan saham, dan tingkat suku bunga terhadap variabel harga saham. Berdasarkan tabel 6 didapat bahwa volume penjualan saham berpengaruh signifikan terhadap harga saham mempunyai nilai thitung sebesar 3,094 dengan signifikansi sebesar 0,041 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa volume penjualan saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham, sehingga hipotesis yang menyatakan volume penjualan saham berpengaruh positif terhadap harga saham terbukti. Berdasarkan tabel 6 didapat bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan mempunyai nilai thitung sebesar -2,179 dengan signifikansi sebesar 0,028 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis yang menyatakan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham tidak terbukti. Pembahasan Pengaruh volume penjualan saham dan tingkat suku bunga secara simultan terhadap harga saham Berdasarkan hasil pengujian pengaruh volume penjualan saham dan tingkat suku bunga secara simultan terhadap harga saham, mempunyai nilai Fhitung sebesar 15,333 dengan signifikansi sebesar 0,001 (lebih kecil dari 0,05) artinya volume penjualan saham dan tingkat suku bunga secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh volume penjualan saham dan tingkat suku bunga dipercaya dapat meningkatkan Harga saham. Menurut Swastha dan Handoko (2001), berpendapat bahwa pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan. Serta diperkuat oleh pendapat Higgins (2003) yang mengatakan bahwa dari bahwa tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Menurut Dornbusch dan Fischer, (2004: 37) suku bunga yang tinggi akan berdampak melonjaknya biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami persaingan dalam investasi, artinya para investor cenderung memilih berinvestasi ke pasar uang atas tabungan dibandingkan pasar modal. Sebaliknya suku bunga yang rendah, baik suku bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan akan berdampak menurunnya keinginan masyarakat untuk menabung, sedangkan bagi perusahaan kondisi ini sangat menguntungkan karena perusahaan dapat mengambil kredit untuk menambah modal atau investasi dengan tingkat bunga yang rendah. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 14 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyani dan Wijayanti (2005) dimana hasil penelitiannya diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara volume perdagangan saham terhadap harga saham. Pengaruh Volume Penjualan saham dan Tingkat Suku Bunga secara parsial terhadap Harga Saham a. Volume penjnualan saham mempunyai pengaruh terhadap harga saham Berdasarkan perhitungan didapat bahwa volume penjualan saham berpengaruh terhadap harga saham mempunyai nilai thitung sebesar 3,094 dengan signifikansi sebesar 0,041 (lebih kecil dari 0,05), hal ini menunjukkan bahwa volume penjualan saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Volume penjualan Saham terhadap Harga Saham secara parsial. Adanya pengaruh yang positif ini mengindikasikan bahwa semakin besar volume penjualan saham perusahaan akan semakin besar pula harga saham perusahaan. Dan semakin rendah volume penjualan saham perusahaan akan semakin rendah pula harga saham perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa volume penjualan yang tinggi mengindikasikan banyaknya investasi yang masuk ke perusahaan perbankan, sehingga akan menyebabkan harga saham perusahaan menjadi meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyani dan Wijayanto (2005) dimana hasil penelitiannya diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Volume Penjualan Saham terhadap Harga Saham dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis terbukti. b. Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh terhadap harga saham Berdasarkan perhitungan didapat bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham mempunyai nilai thitung sebesar -2,179 dengan signifikansi sebesar 0,028 (lebih kecil dari 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dan negatif antara tingkat suku bunga terhadap harga saham secara parsial. Adanya pengaruh yang signifikan dan negatif ini mengindikasikan bahwa semakin besar tingkat suku bunga pada periode triwulanan tahun 2010– 2012 berdampak pada menurunnya harga saham. Dengan tingkat suku bunga yang kecil menyebabkan peningkatan tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan sahamnya di perusahaan rokok. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Febritasari (2004) dan Utami (2003) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis terbukti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian pertama diperoleh ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Volume Perdagangan Saham terhadap Harga Saham secara parsial. Hasil ini menunjukkan bahwa volume penjualan yang tinggi mengindikasikan banyaknya investasi yang masuk ke perusahaan, sehingga akan menyebabkan harga saham perusahaan menjadi meningkat. 2. Hasil pengujian kedua diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan dan negatif antara suku bunga SBI terhadap harga saham secara parsial. Dengan suku bunga SBI Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014) 15 yang kecil menyebabkan peningkatan tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi kebijakan yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah : 1. Investor dapat menjadikan volume penjualan saham sebagai informasi dalam penanaman investasinya karena terbukti bahwa volume penjualan saham berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Dan faktor suku bunga juga perlu diperhatikan investor karena berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan rokok. 2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan besarnya pengaruh volume transaksi perdagangan, tingkat suku bunga terhadap harga saham hanya sebesar 23,5%. Dari keterbatasan penelitian, maka agenda penelitian mendatang yaitu pada penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan variabel lain untuk menganalisis volume transaksi penjualan terhadap harga saham agar relatif besar. DAFTAR PUSTAKA Algifari, 2001. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Anoraga, P. 2006. Pengantar Pasar Modal, Rineka Cipta, Jakarta. Cooper, D.R dan C. W. Emory. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kelima, Jili Dua, Erlangga. Jakarta, Darmadji dan M.Fakhruddin. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Deitiana, T. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen Terhadap Harga Saham, Universitas Trisakti Dornbusch, R. dan S. Fischer. 2004. Makroekonomi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, Febritasari, I. 2004. “ Analisis Pengaruh Return On Equity dan Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap Harga Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S-1 UNS, Surakarta. Ghozali, I. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang : Badan Penerbit UNDIP, 2001. Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics. Edisi 8. Erlangga Halim, A. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 3, Yogyakarta. Herlianto, D dan E. Pujiastuti. 2009. Dasar-dasarManajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN Higgins,M. James, 2003, Human Relations Concepts and Skill, Random House, New York Jogiyanto, H.M. 2006. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. Yogyakarta : BPFE. Kesuma, A. 2009. Manajemen dan Kewirausahaan. Jurnal Vol.11 No 1, Kalimantan: Universitas Darwan Ali Sampit. Rosalina. 2005. Analisis Statistik Menggunakan Aplikasi Excel, Alfabeta. Bandung. Swastha, B.D. dan T.H. Handoko, 2001, Manajemen Pemasaran “ Analisa Perilaku Konsumen “, Edisi pertama cetakan ketiga, BPFE-Yogyakarta. Tandelilin, E. 2006. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi pertama. Yogyakarta : BPFE Utami, L. W. 2003. “Analisis Pengaruh Earning Per Share, Return On Assets, Tingkat Bunga Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Trecantum dalam Indeks LQ-45 di BEJ Tahun 1999-2001”. S-2 Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. Wiyani, W. dan A. Wijayanto. 2005. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Harga Saham, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Tahun IX, No. 3 September.