MODUL PERKULIAHAN Tes Inventori Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Fakultas Psikologi Psikologi Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Abstract Kompetensi Penjelasan tentang tes MMPI, definisi, penskalaan, bentuk soal dan penggunaan tes MMPI Mahasiswa dapat memahami penskalaan tes MMPI dan melakukan interpretasi dari hasil tes MMPI TES MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) I. Definisi MMPI Adalah kependekan dari Minnesota Multiphasic Persinality Inventory suatu tes psikologi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi psikopatologi pada seorang subyek. Tes ini terdiri dari 566 pernyataan yang perlu dijawab oleh subyek. Dari sini terlihat apakah pada subyek tersebut terdapat gangguan jiwa, psikopatologi ataukah dia termasuk orang normal yang tidak menderita gangguan jiwa. Yang diukur dalam tes ini adalah ciri-ciri kepribadian yang bersifat relatif menetap (personality Traits). Dengan demikian nilai prediktif dari tes ini cukup tinggi, karena fokusnya adalah ciri-ciri kepribadian, yang dalam jangka waktu yang lama tidak akan berubah banyak. Untuk tes ini tidak memerlukan peralatan banyak, yaitu hanya sebuah buku yang berisi 566 pernyataan beserta pedomanya, lembar jawaban dan tempat yang nyaman untuk dapat bekerja. Sewaktu melakukan testing tidak diperlukan tenaga ahli untuk mengawasinya, tetapi dalam analisis dan pelaporan hasilnya diperlukan expertise yang cukup tinggi, yaitu seorang yang tahu benar tentang masalah-masalah klinik psikiatri dan paham pula akan psikometrik. Di Amerika telah tersedia beberapa program computer yang dengan langsung dapat menghasilkan laporan lengkap tentang informasi yang terdapat dalam MMPI, tetapi pada umumnya fasilitas ini lebih banyak digunakan untuk mengadakan seleksi massal. Bagi laporan untuk seorang pasien pada umumnya masih dipergunakan laporan yang lebih terinci dan terarah kepada kepentingan individual pasien. II. Sejarah MMPI MMPI dikembangkan sejak tahun 1940 di USA oleh S.R. Hathaway, seorang psikolog dan J.C. Mckinley, seorang psikiater. Maksud dari penyusunan MMPI adalah untuk secara akurat dapat memberikan gambaran tentang dimensi-dimensi kepribadian dan psikopatologi yang penting dalam klinik psikiatri. Jadi jelas tujuan dari tes ini adalah untuk membantu para psikiater (atau petugas kesehatan lain) dalam menetapkan sindrom atau psikopatologi pada pasien dan skrining dari petugas-petugas tertentu. Dari seluruh pernyataan-pernyataan ini kemudian disusun skala-skala tertentu yang menggambarkan sindrom-sindrom yang sering ditemukan dalam pengalaman klinik seharihari. Disamping itu disusun pula validitas untuk menilai sejauh mana MMPI yang telah diisi oleh subyek dapat dipercaya kebenaranya. ‘13 2 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Starke R Hathaway dan JC McKinley pada awalnya menggabungkan 1000 item terpilih dari berbagai sumber, termasuk sejarah kasus, laporan psikologis, buku bacaan dan tes yang sudah ada. Kemudian mereka memilih 504 item yang dinilai independen satu sama lain. Pada tes ini ditambahkan 46 butir yang memberikan informasi tentang minat jenis kelamin dan gangguan seksual. Untuk mempermudah pengolahan pada waktu itu ditambahkan 16 butir yang sama (duplikasi), sehingga seluruh tes berisi 566 pernyataan. Dari seluruh pernyataan-pernyataan ini kemudian disusun skala-skala tertentu yang menggambarkan sindrom-sindrom yang sering ditemukan dalam pengalaman klinik sehari-hari. Disamping itu disusun pula validitas untuk menilai sejauh mana MMPI yang telah diisi oleh subyek dapat dipercaya kebenaranya. Skala lalu ditentukan secara empiris dengan memberikan item kepada kelompok kriteria dan kelompok kontrol. Kelompok kriteria yang digunakan untuk mengembangkan MMPI terdiri dari pasien psikiatri di University of Minnesota Hospital. Pasien psikiatri tersebut dibagi menjadi delapan kelompok berdasarkan diagnosis kejiwaan mereka. Meskipun pada awalnya ada pasien sebanyak 800 orang, tetapi jumlah tersebut secara besar dikurangi untuk mendapatkan kelompok yang homogen melalui kesepakatan yang kuat dengan diagnosis. Delapan kelompok kriteria akhir terdiri atas setidaknya lima puluh pasien : 1. Hipokondriasis 2. Pasien depresi 3. Histeria, yaitu individu yang menunjukkan masalah fisik tanpa adanya sebab fisik 4. Penyimpangan terkait psikopati, yaitu individu yang nakal, kriminal atau antisosial 5. Paranoid, yaitu individu yang menunjukkan simtom seperti waham 6. Psychasthenics, yaitu individu dengan gangguan yang memiliki ciri penyangkalan yang brelebihan dan ketakutan yang tidak rasional 7. Skizofrenia, yaitu individu dengan gangguan psikotik seperti halusinasi dan masalah berpikir (seperti penalaran yang tidak logis) 8. Hipomania, yaitu individu dengan gangguan yang memiliki ciri hiperaktivitas dan mudah marah. III. Perkembangan MMPI di Indonesia Mulai tahun 1972 karena para psikiater merasa perlunya mengunakan MMPI sebagai Instrumen bantuan dalan klinik psikiatri. Dalam tahap pertama diadakan penterjemahan dari butir MMPI tanpa melihat apakah butir-butir itu dapat diaplikasikan terhadap orang Indonesia. Dari hasil percobaan, tampak bahwa MMPI yang diterjemahkan saja tidak dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya tentang dimensi-dimensi gangguan jiwa pada seseorang. Ini disebabkan karena: ‘13 3 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bahasa yang digunakan terlalu kompleks dan kurang dimengerti maksudnya oleh subyek yang mengisi MMPI Terdapat banyak butir-butir yang tidak sesuai dengan keadaan dan bumi Indonesia, begitu pula gejala-gejala yang dianggap wajar di Amerika tetapi di Indonesia tidak lazim. Scoring yang berlaku untuk orang amerika tidak dapat begitu saja digunakan pada orang Indonesia Banyak butir sama sekali tidak dimengerti orang Indonesia, karena kurang relevan Fenomenologi gejala yang berbeda, misalnhya jalan melompat sejumlah tegel Berdasarkan pengalaman itu akhirnya dibentuk tim penguji yang akan mengkaji setiap butir, diambil yang sesuai dengan keadaan orang Indonesia dan membuang yang kurang relevan. Bahasanyapun disederhanakan sejelas mungkin dan sependek mungkin. Setelan fase validation disusunlah MMPI versi Indonesia yang hasilnya dicoba pada sejumlah mahasiswa normal.dari hasil inilah disusun scoring untuk orang Indonesia. Publikasi mengenai hasilnya telah dilakukan dalam kalangan terbatas. IV. Skala dalam MMPI Tes MMPI berisikan skala validitas (skala ?, skala L, skala F, dan skala K) dan skala klinis (skala 1 sampai dengan skala 0). Skala Validitas[ 1) Skala ? : skala yang disebut sebagai skala tidak tahu adalah sejumlah pernyataan yang dibiarkan kosong. Yang dianggap skor tinggi adalah 30 atau lebih butir pernyataan yang tidak dijawab . Dan apabila ini terjadi, maka tes MMPI dikembalikan kepada individu untuk mengisi yang dikosongkan. Bila seseorang mengisi tidak kurang dari 10 butir pernyataan, maka dibiarkan saja karena tidak mempengaruhi hasil. Seseorang yang banyak tidak mengisi butir pernyataan, biasanya tergolong orang yang tidak kooperatif, kurang dapat mengambil keputusan karena ragu-ragu, terlalu berintelektualisasi, dan terkadang memiliki ciri-ciri obsesif. 2) Skala L (Lie Scale) : skala yang terdiri dari 15 pernyataan yang berisi kekurangankekurangan kecil yang terdapat pada setiap orang, dan setiap orang itu rela mengakuinya. Skor yang tinggi berarti bahwa subjek berusaha menampakkan diri sebaik mungkin di hadapan orang lain, menyembunyikan hal-hal yang kurang baik tentang dirinya dalam tes yang mengakibatkan dia mengisi MMPI dengan tidak secara jujur atau ‘13 4 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id banyak berbohong. Orang yang mendapat skor rendah termasuk orang yang tegang, kurang mawas diri, dan berpendirian agak kaku. 3) Skala F : skala ini terdiri dari 64 pernyataan dan jarang sekali dijawab sesuai dengan arah skoringnya. Bila terdapat skor tinggi pada skala ini, maka kebenaran tes kurang dapat dipercayai. Bila terdapat skor yang rendah pada skala ini, maka subjek mengerti benar apa yang ditanyakan dan mengisi tes sesuai instruksi. Individu dengan skor yang rendah biasanya tergolong orang yang konvensional, dapat diandalkan dan mempunyai minat-minat terbatas. 4) Skala K : skala yang terdiri dari 30 butir pernyataan untuk mengukur sikap subjek terhadap tes. Skor tinggi subjek berarti subjek bersikap defensif, tidak mau mengakui kekurangan atau kelemahan psikologisnya. Skor yang sedang berarti subjek memiliki kekuatan ego yang baik, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan memiliki kemampuan adaptif yang baik. Skor rendah berarti subjek terlalu terbuka, terlalu kritis terhadap dirinya, kurang puas dengan kedaannya, serta bersedia mengakui gangguan dan gejala-gejalanya. Skala Klinis 1) Skala 1 : skala yang terdiri dari 33 pernyataan dan menggambarkan dimensi gangguan fisik dan fungsi tubuh. Skor tinggi berarti subjek terlalu memperhatikan kesehatan tubuhnya dan merasakan keluhan-keluhan somatik lebih dari yang biasa. Skor rendah berarti subjek memiliki energi yang penuh, ambisius, tidak memiliki hambatan-hambatan, dan tidak menghiraukan keluhan fisik. 2) Skala 2 : skala yang terdiri dari 60 butir pernyataan yang menggambarkan dimensi depresi. Skor tinggi berarti individu mengalami depresi, suka memikirkan sesuatu dengan perasaan cemas dan pesimistik. Skor sedang berarti subjek berekasi baik terhadap psikoterapi. Skor rendah berarti subjek mempunyai pandangan hidup yang optimistik, gembira, spontan dan kadang-kadang kurang mengalami hambatan. 3) Skala 3 : skala yang terdiri dari 60 pernyataan yang menggambarkan konversi. Skor tinggi menunjukkan adanya ketidakmatangan, represi yang bersifat histeris, mudah terpengaruh oleh sugesti-sugesti dan mudah bereaksi secara emosional. Skor rendah berarti subjek kurang spontan dan seorang yang kurang senang berpatisipasi dengan orang-orang lain. 4) Skala 4 : skala yang terdiri dari 50 pernyataan dan menggambarkan orang yang tidak menghiraukan nilai-nilai sosial, kurang mampu mengambil manfaat dari pengalaman dan sukar mengadakan hubungan interpersonal yang lama. Skor tinggi berarti subjek adalah impulsif, kurang mampu memberikan reaksi emosional yang mendalam, dan marah terhadap orang lain. Skor sedang berarti subjek adalah orang yang suka ‘13 5 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berpetualangan, suka bergaul dan suka berbicara banyak. Skor rendah berarti subjek adalah seorang yang penurut dan tidak banyak tingkah lakunya. 5) Skala 5 : skala yang terdiri dari 60 pernyataan untuk wanita dan 60 pernyataan untuk pria serta menggambarkan minat dan perhatian terhadap orang yang tidak sejenis. Skor tinggi pada pria berarti dia termasuk orang yang sensitif, memiliki minat dan kesenangan yang bersifat feminim. Skor tinggi pada wanita berarti dia termasuk orang yang kompetitif,agresif, maskulin dan aktif. Skor rendah pada pria berarti dia suka berpetualang, lebih suka bersikap dan bertindak aktif. Pada wanita, skor rendah berarti minat yang bersifat sangat feminim, pasif dan bersedia menerima tugas-tugas yang berat. 6) Skala 6 : skala yang terdiri dari 40 butir pernyataan dan mengambarkan dimensi kecurigaan, merasa dikejar dan gejala paranoid. Skor tinggi pada skala ini berarti subjek mempunyai sifat sangat curiga yang besar, disertai dengan kurangnya perhatian terhadap lingkungannya, kurang ada kontak sosial dan keras kepala. 7) Skala 7 : skala yang terdiri dari 48 pernyataan dan menggambarkan sindrom neurotik, seperti fobia, obsesi dan kompulsif. Skor tinggi berarti subjek mengalami kecemasan, berpendirian kaku, sangat ragu-ragu, dan memiliki kepercayaan diri kurang. Skor rendah berarti subjek dapat berpikir teratur dan baik, realistik dan dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya dengan lancar dan mudah. 8) Skala 8 : skala yang terdiri dari 78 pernyataan dan menggambarkan dimensi psikopatologi pikiran aneh serta tingkah laku yang banyak kaitannya dengan skizofrenia. Skor tinggi berarti subjek kurang suka bergaul, suka menarik diri dari lingkungannya, melakukan hal-hal yang berada di luar norma-norma masyarakat. Skor rendah berarti subjek merupakan orang yang konvensional, terkontrol, dan memiliki ciri-ciri orang penurut. 9) Skala 9 : skala yang terdiri dari 49 pernyataan dan menggambarkan dimensi hipomania, emosionalitas, impulsivitas, pikiran-pikiran dan aktivitas-aktivitas yang berlebihan. Skor tinggi berarti subjek mempunyai tingkat energi yang tinggi, kurang tenang, gelisah, tidak sabar dan hiperaktif. Skor tinggi sekali berarti subjek menderita gangguan bipolar tipemanik. Skor rendah berarti subjek mempunyai tingkat energi yang rendah, tidak kompetitif, dan kurang percaya diri. 10) Skala 0 : skala yang terdiri dari 70 pernyataan dan menggambarkan dimensi minat untuk berpatisipasi secara sosia. Skor tinggi berarti subjek adalah pemalu, kurang pandai bergaul dengan orang lain, sensitif dan lebih suka menyendiri. Skor rendah berarti subjek suka bergaul, ramah, dan banyak mengadakan hubungan interaktif dengan orang lain. ‘13 6 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id V. Interpretasi kelompok MMPI skala Klinis Hypochondriasis (Hs) Didefinisikan sebagai gejala gangguan somatoform, yaitu gangguan psikis yang dimanifestasikan terhadap simptom psikis. Pasien mengembangkan gangguan psikis menjadi keluhan fisik yang sering diistilahkan sebagai keluhan hipokondrial. Dengan skor Hs tinggi menunjukkan perhatian terhadap kondisi tubuh yang berlebih dari gangguan-gangguan yang muncul. Gangguan tersebut meluas terhadap gejala somatis tidak jelas yang bervariatif seperti gangguan epigastrik, fatig, gejala kronis dan lemah atau lesu secara umum. Dalam terapi, pasien dengan nilai Hs tinggi menunjukkan kecemasan yang lebih sedikit dibandingkan dengan gangguan lain. Sifat yang muncul biasanya mementingkan diri sendiri, berorientasi diri sendiri dan narsistik.Penelitian menunjukkan mereka dengan kondisi Hs tinggi adalah orang yang pesimis, pertahanan diri kuat, merasa tidak puas dengan orang lain dan secara umum merasa kurang bahagia. Mereka menunjukkan sinisme terhadap hidup. Hubungan interpersonal yang dilakukannya tidak lancar dan orang lain merasa bisa merasa sedih dengan keluhan-keluhan kronis yang dideritanya. Mereka akan sering mengeluh, ingin diperhatikan dan kritis terhadap orang lain. Karena terlalu peka, mereka sering menuntut sesuatu yang tidak objektif kepada orang lain dan terkadang menunjukkan kekerasan meskipun secara tidak langsung. Aktivitas yang terlihat kurang dan tampak ia seorang yang membosankan, kurang antusias terhadap sesuatu dan kurang ambisius. Terlihat dari ekspresi verbal ia kurang efektif. Dengan skor tinggi, seseorang akan tampak kurang efisien meskipun tanpa penurunan kemampuan. Pada terapi, mereka kurang responsif dan dengan cepat ingin menghentikannya apabila terapis dianggap kurang memberikan perhatian atau dukungan. Mereka cenderung meyakini pengobatan medis dan kurang percaya apabila gangguannya adalah psikis. Depression (D) Hampir keseluruhan orang dengan skor D tinggi mengalami gangguan depresi dan depresi manik. Digambarkan pasien mengalami perasaan sedih atau tidak bahagia. Mereka diindikasikan sebagai orang yang terhambat dan pesimis dengan masa depannya. Ia sangat mengkritisi diri sendiri dan merasa bersalah dengan seringkali tanpa alasan jelas. Ia merasa kesehatannya menurun, lambat dalam beraktivitas dan sering merasa lemah dan capek. Banyak pula yang mengalami kecemasan dan tegang, sering pula merasakan tegang dan sensitif meskipun terhadap hal-hal yang sepele. Orang dengan skor tinggi tidak dilaporkan adanya perasaan tidak berharga atau lemah dalam beraktivitas. Ia tampak sebagai orang yang kurang agresif, pemalu, hambatan dalam kepercayaan dirinya dan sering merasa cemas terhadap hal-hal kecil yang terjadi. Menjauhkan diri secara sosial mungkin saja terjadi, karena kecenderungan mereka menjaga ‘13 7 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id jarak dengan kontak yang terjadi secara psikis khususnya hubungan emosional yang mendalam. Banyak dari mereka menunjukkan keraguan dalam berpikir atau berperilaku. Mereka akan kesulitan dalam mengambil keputusan. Respon terhadap terapi cukup baik dimana mereka cenderung mengikuti tanpa dorongan membantah dari terapis, apalagi terapis yang memiliki intensitas tinggi terhadap perhatian dan dukungan kepada Klien. Hysteria (Hy) Orang dengan skor tinggi pada skala ini menunjukkan simptom fisik yang tidak jelas seperti sakit kepala, pegal-pegal pada bahu, otot lemah, detak jantung tidak normal atau simptom fisik lain yang tidak jelas dengan tidak adanya diagnosa medis yang menunjukkan gangguan pada fisik. Skala ini dipahami dari munculnya simptom somatis dari penampilan kepribadian yang menunjukkan ketidakmampuan secara efektif dalam menghadapi stressor (tekanan). Orang dengan profil ini menunjukkan pengingkaran atau menekan konflik yang ada dan seringkali gagal dalam menyelesaikannya secara baik dan wajar. Mereka menunjukkan ketidakmampuan mendapatkan insight terhadap sebab-sebab dari gangguan yang berdampak pada rendahnya motivasi atau perasaan untuk mencoba mencari jalan keluar.Tidak banyak dilaporkan muncul delusi, halusinasi atau kecurigaan berlebih, namun seringkali disertai sedikit gangguan kecemasan, tegang atau depresi. Pada saat muncul kecemasan atau ketakutan, simptom akan muncul berbarengan dengan adanya stressor dan secara tiba-tiba akan menghilang. Skor tinggi juga disertai sifat tidak dewasa secara mental, kekanak-kanakan atau infantil dan berorientasi pada diri sendiri. Ia juga narsistik dan egosentris. Ia menuntut perhatian dan afeksi yang tinggi dari orang lain. Orang dengan skala tinggi tidak menunjukkan kemarahan atau ketidaksukaan secara terbuka namun dilakukan secara tidak langsung dari hubungan interpersonal yang terjalin. Mereka memanipulasi hubungan yang terjalin dengan orang lain untuk kebutuhan dirinya sendiri. Secara sosial mereka terlibat namun tidak disertai dengan ketulusan. Mereka dapat akrab, aktif berkomunikasi dan antusias. Mereka dapat bertindak namun dengan cara yang tidak wajar dan menunjukkan sedikit perhatian terhadap kepentingan orang lain. Pasien dengan tipe ini sulit mengikuti terapi dengan baik karena kecenderungan pengingkaran yang tinggi dan kecenderungan melihat dirinya pada posisi yang benar. Meski dapat mengikuti terapi dengan antusias, mereka kurang dapat merespon terhadap insight diri sendiri karena resistensi yang tinggi terhadap nasihat psikologis yang diberikan. Mereka cenderung lambat untuk mengetahui sebab-sebab permasalahan sehingga untuk tipe pasien seperti ini akan lebih sesuai menggunakan “direct advice” dibandingkan dengan terapi yang berorientasi pada “insight-oriented”. Psychopathic deviate (Pd) Orang dengan skor tinggi menunjukkan karakteristik perilaku anti-sosial, termasuk perilaku membangkang terhadap figur otoritas, ketegangan dalam hubungan keluarga dan ‘13 8 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tindakan berlebih dengan tanpa pertimbangan konsekuensi atau akibat yang akan dihasilkan. Mereka akan cenderung menyalahkan orang lain terhadap masalahnya, yang dapat direfleksikan dari pengalamannya seperti kurang berprestasi dirinya di sekolah, perilaku buruk dalam bekerja atau hubungan perkawinan yang kurang harmonis. Bermasalah dengan hukum mungkin saja terjadi. Mereka bertindak secara impulsif tanpa dilakukan pertimbangan matang, toleransi terhadap frustasi rendah dan seringkali bereaksi terhadap impulsifitasnya. Tindakan tidak direncanakan dengan baik, lemah dalam mengambil keputusan dan akan mengambil resiko terhadap hal-hal yang secara umum tidak dilakukan oleh orang lain. Mereka tidak belajar dari pengalaman, dan akan mengulangi perilaku negatif tersebut meskipun seringkali mendapatkan imbalan buruk berupa teguran atau hukuman. Mereka akan dipandang sebagai kurang dewasa, kekanak-kanakan, egois dan narsistik. Mereka terkesan hedonis, suka pamer, hura-hura dan tidak sensitif dengan kebutuhan orang lain. Hubungan yang dijalin secara sosial tidak tulus dan menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri. Meskipun dapat membuat kesan pertama yang menyenangkan dan mudah akrab, namun hubungan yang terjalin tidak bertahan lama karena berorientasi pada diri sendiri. Mereka juga tidak membangun kehangatan dalam berinteraksi. Secara individu akan tampak ekstrovert, mudah bergaul, aktif berbicara, hiperaktif dan tindakannya spontan dalam kelompok. Mereka tampak pintar dan percaya diri meskipun aktivitasnya tanpa tujuan jelas. Hubungan yang terjalin biasanya bersifat kasar, agresif, keras, sinis, membangkang dan terkadang pendendam. Mereka seringkali bertindak sangat agresif dan sering mengajak berkelahi Biasanya mereka tidak disertai gangguan kecemasan, depresi maupun simptom psikotik. Mereka cenderung didiagnosa sebagai gangguan kepribadian terutama perilaku anti-sosial atau kepribadian pasif-agresif. Prognosis pada treatmen buruk, dimana pasien cenderung menunjukkan insight pada perilakunya karena tidak menunjukkan penyesalan atau kekhawatiran dari perilakunya selama ini. Selain itu pasien akan cenderung menyalahkan orang lain dan menggunakan intelektualisasi daripada menghadapinya sebagai tanggung jawab diri. Mereka seringkali menghentikan treatmen tanpa ada perubahan. Masculinity-Femininity (Mf) Kecenderungan skala ini lebih melihat peran gender dan bukan skala psikopatologis. Laki-laki Dengan skor >80 memperlihatkan individu memiliki konflik terhadap identitas seksual dan merasa tidak aman dengan peran maskulin. Mereka akan cenderung menyukai aestetik dan artistik melebihi laki-laki pada umumnya. Penelitian menunjukkan mereka menunjukkan intelegensi tinggi dan dapat melakukan aktivitas kognitif dengan baik. Mereka digambarkan sebagai orang yang ambisius, kompetitif, sikapnya meyakinkan, pintar, berpikir jernih, teratur ‘13 9 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan dapat mengambil keputusan dengan baik. Mereka cenderung kreatif, keingin-tahuannya tinggi dan imajinatif. Mereka bersosialisasi dengan baik, peka terhadap orang lain, toleran dan dapat mengekspresikan kehangatan kepada orang lain. Orang lain melihat pasif, tergantung dan tenang dengan orientasi jauh dari agresivitas. Mereka cenderung penurut terhadap situasi konflik untuk menghindari konfrontasi. Laki-laki dengan pendidikan tinggi menunjukkan skor tinggi dibandingkan dengan laki-laki dengan pendidikan rendah. Skor antara 70-79 terlihat sebagai figur sensitif, insight dan toleran. Mereka memiliki ketertarikan luas terhadap budaya, dan terkadang tenang dan pasif dalam menjalin hubungan interpersonal. Pada analisa klinis dapat menunjukkan kebingungan peran seksual atau permasalahan pada penyesuaian jenis kelamin. Skor <35 menunjukkan dirinya “macho” dengan orientasi tinggi terhadap maskulinitas. Mereka ingin menunjukkan dirinya secara fisik kuat, gagah dan agresif. Mereka menunjukkan ketertarikan terhadap pencarian sensasi ketegangan adrenalin melalui aktivitas fisik, petualangan dan cenderung vulgar dalam menjalin hubungan. Mereka sebenarnya tampak ragu dengan maskulinitasnya dan merasa perlu bukti dengan ketertarikan dan perilaku maskulin-nya. Dengan skala Mf rendah pada laki-laki menunjukkan keterbatasan pada intelektualitasnya dan kurang tertarik terhadap budaya. Mereka kurang fleksibel dalam bertindak dan memiliki pendekatan permasalahan yang tidak original. Mereka cenderung bertindak praktis dan non-teoritis. Mereka juga cenderung menghindari aktivitas yang membutuhkan pemikiran tinggi dan tidak suka mendiskusikan hubungan interpersonal yang dijalin, sehingga mereka akan resisten dengan terapi psikologis. Mereka cenderung kurang sadar terhadap nilai-nilai sosial dan kurang ter-insight dari motif-motif yang dimiliki. Perempuan Skor >70 akan menolak perilaku atau peran tradisional wanita, cenderung tertarik dengan aktivitas maskulin yang sering dilakukan oleh laki-laki dalam pekerjaan, hobi, olah raga atau aktivitas-aktivitas rutin harian. Mereka terkesan aktif dan kompetitif, energik, agresif, dominan. Mereka menunjukkan ketegaran dan lebih kuat secara fisik dibandingkan wanita pada umumnya. Mereka akan mudah bergaul, percaya diri dan akan mudah bertindak meskipun terkadang kurang perasa atau kurang akrab. Skor < 35 menunjukkan wanita dengan figur dan peran feminis. Ia dapat dikatakan ultra-feminist, tertarik dengan aktivitas feminin, pasif, tenang, pendiam dan cerewet dalam berinteraksi sosial. Mereka cenderung menggantungkan pada figur laki-laki atau figur yang lebih maskulin dalam mengambil keputusan atau bertindak. Penelitian menunjukkan skala rendah pada perempuan tidak diterapkan untuk kalangan yang berpendidikan tinggi. ‘13 10 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Paranoia (Pa) Skala ini digunakan untuk melihat simptom atau karakteristik kepribadian dengan gangguan paranoid. Orang dengan skor > 80 secara jelas dapat menunjukkan perilaku psikotik, gangguan pikir, delusi persekusi atau delusi grande atau kedua-duanya dan delusi keyakinan seperti ideas of reference. Mereka meyakini orang lain memanfaatkannya, menentangnya atau melakukan sesuatu terhadap dirinya. Mereka biasanya menunjukkan amarah dan rasa tidak suka. Mereka menunjukkan pertentangan atau ketidaksukaan karena telah menerima kesalahan dimana orang lain bersekongkol melawan dirinya. Pasien biasanya menggunakan mekanisme pertahanan diri proyeksi dan sering didiagnosa sebagai schizophrenia paranoid atau keadaan paranoid. Dengan skor moderat (65-79) menunjukkan predisposisi paranoid kalo tidak memunculkan simptom atau gangguan delusi. Mereka memiliki sensitivitas berlebih, curiga dan responsif terhadap reaksi orang lain. Mereka menganggap memiliki nasib buruk dalam kehidupannya. Jika pasien akan melakukan rasionalisasi terhadap kesulitannya dan menyalahkan kepada orang lain permasalahan dirinya sendiri. Mereka tampak curiga, berjaga-jaga dan memungkinkan untuk bereaksi kasar, tidak suka atau menentang terhadap orang lain. Mereka menunjukkan sikap moral yang tinggi dan rigid. Pasien dengan kondisi ini memiliki prognosis buruk terhadap terapi karena tidak suka untuk mendiskusikan permasalahannya dan sulit terbuka. Mereka sulit membuka diri untuk membangun hubungan dalam treatmen. Psychasthenia (Pt) Skala ini mudah dilihat sebagai pengukuran kecemasan dan gangguan penyesuaian diri secara umum. Pasien dengan skor tinggi menunjukkan kecemasan, tegang dan kegelisahan. Mereka akan mudah sekali khawatir dan sangat cemas meskipun terhadap masalah kecil. Mereka merasa terancam dan takut. Dalam berkonsentrasi sulit. Orang lain melihat dirinya ragu-ragu dan khawatir dengan terlalu banyak introspeksi diri, obsesif dan kompulsif hampir setiap waktu. Terkadang simptom fisik menyertainya terutama pada detak jantung. Seringkali pasien menganggapnya sakit jantung. Pasien tampak sangat mengkritisi diri sendiri, pemalu dan sulit bergaul dengan lingkungan sosial. Merasa tidak aman, inferior, kurang percaya diri dan sering terpaku dengan keragu-raguan. Umumnya rigid dalam pendekatan interpersonal, moralistik dan kaku. Mereka terkesan perfeksionis, terlalu teratur dalam aktivitasnya. Manifestasi rigid ditampilkan dengan tidak adanya basa-basi dalam bertindak, tidak kompromis, kaku dengan interaksi hubungan yang ada. Mereka cenderung ragu dalam mengambil keputusan karena melihat terlalu banyak kemungkinan dari situasi yang dihadapi. Mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi sekarang dan akan termotivasi dengan treatmen psikologis. Pasien akan lebih lama bertahan dengan treatmen psikologis yang ‘13 11 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diberikan namun lambat, atau istilah lainnya “lambat tapi pasti”. Insight sulit dimunculkan namun masih memungkinkan. Kecenderungan intelektualitas dan rasionalisasinya adalah kurang produktif. Resistensi terhadap terapi muncul karena kekakuannya (rigid).Terkadang muncul kekacauan atau distorsi kepentingan masalah yang disebabkan terlalu bereaksi terhadap hal-hal kecil. Schizophrenia (Sc) Skala ini menunjukkan kompleksitas intepretasi dan memiliki cakupan luas sebelum melakukan diagnosa secara tepat. Perlu dipertimbangkan terkadang pasien memiliki kecenderungan schizophrenia dan terkadang pula menunjukkan perilaku anti-sosial. Pada kondisi lain dapat pula diasosiasikan terhadap gangguan psikis parah dengan perilaku kurang terkendali atau mengangsingkan diri secara sosial dengan tidak adanya pengalaman pikir yang buruk. Skor 80-90 Individu dengan range skor ini dapat secara yakin menunjukkan perilaku psikotik. Individu seperti ini menunjukkan kecenderungan bingung, tidak terkontrol perilakunya dan mengalami disorientasi. Mereka memiliki ketidakwajaran pikir atau sikap dengan delusi keyakinan (salah satunya ideas of reference), dan terkadang mengalami halusinasi. Pertimbangan keputusan perilaku yang buruk tampak dalam dirinya. Skor 65-79 Skor dengan range ini menunjukkan gaya hidup schizoid. Mereka merasa terasingkan dari kondisi sosial, merasa terisolasi dan salah dimengerti oleh orang lain. Mereka menghindar diri, menarik diri terhadap kondisi sosial yang dianggap tidak dapat menerima dirinya. Mereka menghindar dari orang lain dan tampak sebagai orang yang aneh, pemalu, menjauhkan diri dan tidak akrab. Pasien akan menggeneralisasi stress atau depresi dengan menjauhkan diri dengan cara berkhayal atau berfantasi. Mereka akan bersikap kasar dan agresif dengan cara-cara atau perilaku yang tidak wajar. Pasien dengan tipe seperti ini biasanya merespon situasi dengan salah dalam waktu lama, tidak beradaptasi dan perilaku aneh. Perasaan inferioritasnya tinggi, tidak puas dengan kehidupannya, bingung dengan peran seksual, perilaku eksentrik, keras kepala, impulsif dan kekanak-kanakan. Treatmen psikologis dapat beragam hasilnya mempertimbangkan cara terapi yang harus dilakukan harus tepat. Namun pada umumnya prognosis buruk karena pasien sulit mendapatkan insight, sulit menjalin kontak atau hubungan dengan terapis dan pada terapi jangka pendek akan tidak efektif karena keluasan masalah yang diderita pasien. Terapi jangka panjang dapat efektif jika terapis menyediakan situasi atau keadaan yang dapat diterima sehingga tidak menutup kemungkinan pasien tipe ini dapat mempercayai terapis. ‘13 12 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Treatmen yang dilakukan banyak bersifat jangka panjang dan berorientasi directive-therapy dengan memperhatikan mental pasien. Hypomania (Ma) Skala ini berusaha menunjukkan manik atau perilaku hipomanik, gangguan afeksi dengan melibatkan gangguan mood. Terdapat 3 kelompok definisi, yaitu: Skor >80 Individu dalam kategori ini menunjukkan perilaku mengganggu, termasuk perilaku over-acting, hiperaktif, percepatan bicara dan terkadang gejala yang cukup lama gangguan pikir inkoheren atau flight of idea. Terkadang disertai pula halusinasi atau delusi grande. Aktivitasnya meluas,berenergi dan antusias. Mengalami gangguan pikir dan kurang dapat mengatur energi dengan baik. Keinginan dan aktivitasnya banyak namun sulit untuk berhasil sampai tujuan yang diharapkan. Kesan pertama dalam pergaulan tampak pintar, cerdas, kreatif, menghibur dan hangat. Mereka merasa kesulitan beraktivitas rutin dan kemampuan detailnya rendah. Mereka menunjukkan ide atau aspirasi yang tidak realistis dan terkadang grande, mereka sulit melihat keterbatasan dirinya. Mereka cenderung menunjukkan secara berlebih keyakinan diri dan tingkat kepentingannya. Pada saat tertentu dan tidak lama mereka akan menunjukkan kebosanan dan merasa tidak suka secara cepat. Terkadang sering bermasalah dengan hukum atau sosial karena dorongan impulsif-nya menjadikan tindakan yang dilakukan bebas dengan sedikit atau tidak menghargai nilai-nilai etis atau norma yang berlaku, termasuk dorongan seksual. Terkadang pada tahap tertentu menunjukkan kurang stabil, agresif dan kekerasan terhadap objek atau orang lain. Sifat pribadinya terbuka, sosial dan menyenangkan dihadapan orang lain. Mereka menunjukkan kepercayaan diri, hangat dan bersahabat dan berusaha menunjukkan kesan pertama yang menyenangkan. Mereka mudah berbicara dengan banyak orang, sopan, menunjukkan antusiasme namun kurang tulus. Pada skor tunggal cenderung perilakunya manipulatif demi kepentingan dirinya sendiri. Mereka seringkali memutarbalikkan fakta, tidak realistis dan mencampuradukkan kebenaran dan kebohongan pada pembicaraannya. Pada saat tertentu mereka memiliki periode depresi. Treatmen dengan skor ini membutuhkan treatmen medis untuk mood-nya. Psikoterapi yang dibangun terkadang sering diganggu akibat ulah dari perilakunya misalkan masalah hukum, gangguan dalam kerja atau sekolah dll. Mereka cenderung akan menolak intepretasi yang diberikan terapis yang berdampak kesulitan mendapatkan insight diri. Banyak dari mereka tidak dapat secara teratur mengikuti terapi karena perhatian terhadap aktivitas lain yang menarik seringkali mengganggu dirinya dalam mengikuti proses terapi secara rutin. Banyak yang menghentikan terapi di tengah jalan dan banyak pula yang bersifat kasar dan agresif terhadap terapis. Skor 65-79 ‘13 13 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Skor dengan kondisi seperti ini perlu berhati-hati dalam mengintepretasikan karena individu cenderung normal dengan tidak adanya gangguan afeksi. Dapat dilihat mereka karakteristiknya adalah over-aktif, energetik dan banyak berbicara. Mereka menunjukkan ketertarikan di berbagai bidang dan terkadang tidak realistis dengan ketertarikannya. Mereka terkadang terlalu bergairah dalam beraktivitas namun kurang melihat tujuan dari aktivitasnya. Keterbatasan melihat dirinya sendiri dan merasa terlalu yakin terhadap apa yang akan diraih menjadikan realitasnya terhadap tujuan berbeda jauh dengan apa yang ada dalam pikirannya. Ada kecenderungan tidak menyukai rutinitas dan perhatian terhadap detail rendah. Banyak janji-janji akhirnya diingkari karena terlalu banyak aktivitas dan sifatnya setengah-setengah. Cepat bosan dan capek seringkali dirasakannya, mudah frustasi. Terkadang menunjukkan episode tertentu yang sensitif, agresif dan kasar. Pada konteks interpersonal, mereka sosial, terbuka dan mudah bergaul. Mereka senang dalam situasi sosial dengan menunjukkan karakteristik yang menyenangkan, menarik, sopan dan antusias mekipun kurang tulus. Terkadang ketidaktulusannya ditunjukkan dengan berbicara bohong atau tidak realistis. Pada skala ini pasien tidak tertarik dengan treatmen psikologis karena “merasa menyenangkan”, dalam kondisi “asik-asik aja” dan resisten terhadap intepretasi psikologis. Apabila mengikuti terapi seringkali bolos atau dengan cepat menghentikan proses terapi. Skor <35 Orang dengan skor seperti ini terlihat kurang berenergi, kurang bergairah, banyak ketidaktertarikan aktivitas dalam sosial dan cenderung pendiam, rutin dan sulit dimotivasi dalam treatmen. Social Interversion (Si) Skala ini mengukur intraversion atau ekstraversion. Skala ini sifatnya unidimensional dan dapat diinterpretasikan pada tataran skor, dimana skor tinggi berarti cenderung introversion dan skor rendah cenderung ekstraversion. Skor >65 memiliki sifat sangat malu dalam pergaulan sosial dan tertutup pribadinya. Mereka sangat nyaman bila sendiri atau dengan segelintir teman dekatnya. Terkadang mereka tidak nyaman dengan lawan jenis dan sulit dimengerti. Terlalu sensitif terhadap reaksi dari orang lain, sangat mengendalikan diri sendiri dan cenderung pasif dalam berinteraksi dengan orang lain bahkan tidak ekspresif. Mereka tampak sangat serius, konvensional dan penurut terhadap otoritas yang ada. Tempo yang ditunjukkan lambat, berhati-hati sampai ragu-ragu, tidak original dalam pendekatan terhadap masalah dan seringkali mendapatkan kesulitan dalam mengambil keputusan meskipun terhadap hal-hal kecil. Mereka cenderung pada mood dan memiliki episode cemas atau depresi. ‘13 14 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Treatmen psikologis dengan skor tinggi dalam kategori sulit, karena mereka sulit atau terhambat mengekspresikan perasaannya, kurang berpartisipasi secara sosial, seringkali hambatan komunikasi oral dan terutama rigid dan tidak fleksibel dalam kondisikondisi tertentu. Apabila skor <= 45 menunjukkan sangat sosial dan terbuka. Tampak dirinya mudah bergaul, senang ngobrol atau berkecimpung dalam kelompok, sopan dan banyak bicara. Dorongan untuk dikelilingi orang banyak tinggi dan banyak menghabiskan waktu dengan kongkow. Mereka terkesan spontan dan ekpresif dalam bersikap dan senang dengan situasi kompetitif. Dengan skor sangat rendah dapat berarti kurang dewasa, impusif dan berorientasi pada kesenangan pribadi. MMPI-2 (Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2) Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes "Benar" atau "Salah". 370 soal pertama, yang pada dasarnya sama dengan butir-butir soal dalam MMPI, kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala "klinis" yang asli dan tiga skala validitas 197 butir soal tersisa (107 di antaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi dan dipertahankan, serta skala dan subskala suplementer yang membangun inventori secara lengkap. Butir-butir soal mempunyai rentang luas dalam isi, mencakup bidang-bidang seperti kesehatan umum; simptom-simptom afektif, neurologis, dan motorik; sikap seksual, politis, dan social; ppertanyaan-pertanyaan tentang pendidikan, pekerjaan, keluarga, dan pernikahan; serta banyak manifestasi perilaku neurons, atau psikotis yang dikenal, seperti keadaan obsesif dan kompulsif, delusi, halusinasi, ide-ide rujukan, fobia, dan kecenderungan sadistis serta masokhistis. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan suplemen manual yang menyediakan semua mformasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal yang asli Segi yang menonjol dari MMPI asli adalah penggunaan tiga skala yang disebut skala-skala validitas, yang juga dipertahankan dalam MMPI-2.5 Skala-skala ini tidak berkaitan dengan validitas dalam pengertian teknis. Akibatnya, skala-skala ini mewakili pengecekan dalam hal kurangnya perhatian, kesalahpahaman, pura-pura sakit, dan pelaksanaan perangkat respons khusus dan sikap mengikuti tes Bagaimanapun juga, panduan MMPI-2 memiliki informasi yang memungkinkan para pengguna untuk membandingkan skor-skor yang dimunculkan dari kedua versi vang didasarkan pada respons ke salah satunya. Meskipun usul ini bukan tanpa masalahmasalah yang dibawanya (lihat, misalnya Ben-Porath & Tellegen, 1995), usulan ini didukung oleh sejumlah metode yang dapat dipertahankan secara empiris bagi para pengguna untuk ‘13 15 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menegosiasikan periode transisi antara kedua versi ini (lihat, misalnya Humphrey & Dahlstrom, 1995). MMPI-A (Minnesota Multiphasic Personality Inventory-Adolescent) MMPI-A adalah bentuk baru MMPI yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja. MMPI-A memuat hampir semua segi dari MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar, tetapi menampung para peserta lebih muda melalui pengurangan panjang keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkannya butir-butir soal dan skala-skala baru yang mencakup bidang yang secara spesifik relevan bagi mereka, seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya, persyaratan norma kecocokan usia. MMPI-A menggunakan sampel normatif yang terdiri dari 1620 remaja dewasa ini yang berusia antara 14 dan 18 tahun; sampel klinis terdiri dari 713 remaja dengan rentang usia sama telah dikumpulkan untuk perbandingan dan studi validitas. Di samping skala klinis dan validitas yang digunakan bersama dengan MMPI-2, MMPI-A memiliki skala validitas sendiri (F1 dan F2), juga skala dan subskala isi serta suplementer yang unik untuk MMPI-A dan beberapa hal yang umum bagi kedua instrumen tersebut. Meskipun sejumlah besar penelitian, termasuk tabel norma dan konversi yang diterbitkan oleh Dahlstrom et al., (1972) dan Marks, Seeman, dan Haller (1974), menyokong penggunaan MMPI pada para remaja, riset itutidak berlaku bagi MMPI-A, yang lebih merupakan instrumen yang baru sama sekali daripada revisi. Dengan demikian, manfaatnya haruslah ditentukan melalui akumulasi riset dan materi interpretif yang dimulai secara bersamaan dengan Publikasinya (Archer, 1992a; Butcher &C Williams, 1992; Williams, Butcher, Ben-Porath, & Graham,1992). MMPI di Indonesia Unsur – unsur religiousitas penduduk Minessota tahun 1930-an adalah kebanyakan protestan, dan pada MMPI Indonesia, pertanyaan religiousitas dinetralkan. Contoh pertanyaan : No 95: I go to Church almost every week. Penduduk Minesota 1930-an, pada umumnya akan menjawab Ya sebagai mayoritas, dan Tidak adalah minoritas. Ditahun 1980-an, ternyata jawaban Ya adalah minoritas, sedangkan Tidak adalah mayoritas. Terjemahan dalam bahasa Indonesia (Yul Iskandar) Aku rajin pergi ketempat ibadah. (True) sampai saat ini masih mayoritas. VI. Kritik dan kontroversi RC dan Klinis Timbangan ‘13 16 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Beberapa pertanyaan telah dikemukakan tentang Scales RC dan rilis mendatang dari MMPI-2-RF, yang menghilangkan sisik klinis yang lebih tua sepenuhnya berpihak pada skala RC lebih psychometrically menarik. Penggantian Timbangan Klinis asli dengan skala RC belum bertemu dengan persetujuan universal, dan diskusi yang cukup diperlukan untuk mendorong edisi khusus Journal akademik Personality Assessment (Vol 87, Issue 2, Oktober 2006) untuk menyediakan setiap sisi dengan forum untuk menyuarakan pendapat mereka mengenai langkah-langkah lama dan baru. Individu yang mendukung mempertahankan Klinis skala yang lebih tua berpendapat bahwa RC baru timbangan mengukur patologi yang nyata berbeda dari yang diukur dengan skala klinis yang asli. klaim ini tidak didukung oleh hasil penelitian, yangmenemukan skala RC untuk menjadi lebih bersih, versi yang lebih murni dari skala klinis asli karena 1) korelasi interscale akan sangat berkurang dan tidak ada item yang terkandung di lebih dari satu skala RC, dan 2) yang tersebar di seluruh varians umum skala yang lebih tua klinis karena faktor umum bersama psikopatologi-parsing keluar dan terkandung dalam demoralisasi skala pengukuran terpisah (RCdem). Kritik dari skala baru berpendapat bahwa penghapusan ini varians umum membuat skala RC kurang ekologis berlaku (kurang suka kehidupan nyata) karena pasien riil cenderung untuk menyajikan pola-pola kompleks gejala. Namun, masalah ini ditangani dengan mampu melihat peningkatan pada skala RC lain yang kurang jenuh dengan faktor umum dan, karenanya, juga lebih transparan dan lebih mudah untuk menginterpretasikan. Kritik dari skala RC menyatakan mereka telah menyimpang terlalu jauh dari skala klinis asli, implikasi bahwa penelitian sebelumnya dilakukan pada skala klinis tidak lagi relevan untuk interpretasi skala RC dan beban pembuktian harus di RC skala untuk menunjukkan mereka jelas lebih unggul dengan skala klinis asli. Pendukung skala RC menyatakan penelitian yang telah ditangani isu-isu tersebut dengan hasil menunjukkan bahwa skala RC memprediksi patologi di daerah mereka lebih baik daripada skala yang ditunjuk sesuai klinis yang asli ketika menggunakan item secara signifikan lebih sedikit dan memelihara sama dengan reliabilitas konsistensi internal dan validitas yang lebih tinggi, dan tidak lemah di mengidentifikasi unsur-unsur inti dari skala klinis asli; lebih lanjut, tidak seperti sisik klinis asli, timbangan RC tidak jenuh dengan faktor utama (demoralisasi, sekarang ditangkap dalam RCdem) yang sering menghasilkan elevasi menyebar dan interpretasi yang terbuat dari hasil sulit; akhirnya, timbangan RC memiliki korelasi interscale lebih rendah dan, dalam kontras dengan skala klinis asli, tidak berisi item interscale tumpang tindih Sebuah kritik lebih mendasar adalah bahwa MMPI-2 RF sisik bertumpu pada asumsi bahwa psikopatologi adalah. kondisi homogen yang aditif. Meskipun gejala terutama homogen, kondisi yang paling psychodiagnostic seperti histeria, PTSD, DID terdiri dari ‘13 17 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pertahanan, negara bertentangan, dan tampaknya tidak berhubungan tanda-tanda dan gejala yang tidak dapat diukur dengan skala yang dibuat memiliki konsistensi internal yang tinggi. VII. Ranah Bidang Penggunaan. Minnesota Multiphasic Personality Inventories (MMPI) sering digunakan pada bidang klinis untuk mendeteksi psikopatologis. Minnesota Multiphasic Personality Inventories (MMPI) digunakan untuk subjek-subjek yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis, militer, dan forensik. Data dari MMPI-2 penilaian sangat berguna dalam pengaturan kesehatan kerja dalam presentasi kompleks dimana keraguan tentang apa yang benar-benar salah dengan pasien ada. Sebagai contoh, MMPI-2 biasanya harus bisa mendeteksi secara tidak sadar atau sadar somatizing berpura-pura sakit pada pasien. MMPI 2 juga dapat digunakan untuk menilai stabilitas psikologis pada pekerja di berisiko tinggi 'profesi' seperti pilot pesawat, polisi atau pekerja dalam industri tenaga nuklir. Popularitas MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya, terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh psikiater dan di bidang psikologi kalah populer alat inventori ini dengan alat-alat tes lain. Kemungkinan besar karena alat ini dianggap hanya untuk mengukur gangguan jiwa dan jumlah item yang dirasa cukup banyak sehingga para psikolog cenderung mengabaikan. Padahal selain penggunaan secara klinis, alat ini dari dulu sudah diakui untuk mengukur fit and proper test oleh psikiater terhadap klien yang akan menduduki jabatan termasuk calon presiden RI yang dilakukan oleh psikiater dari RSPAD. Jadi alat ini tidak selamanya digunakan untuk mendiagnosa gangguan klinis saja namun dapat melihat gambaran untuk kepribadian terutama dinamika psikologis yang terkait dengan aspek kesehatan jiwa secara umum. Secara umum MMPI/MMPI-2 dapat digunakan untuk: ⇒ Evaluasi pasien gangguan jiwa untuk membantu status kesehatan mentalnya. ⇒ Alat menilai simptom untuk menentukan perawatan yang sesuai. ⇒ Alat menilai pasien untuk melakukan perencanaan perawatan. ⇒ Evaluasi efek dari perawatan atau terapi. ⇒ Alat penelitian epidemilogi menggunakan kriteria kepribadian. ⇒ Alat penilai kepribadian untuk posisi publik seperti polisi, tentara, pilot, pemadam kebakaran, calon bupati-gubernur-presiden, pejabat lain dan jabatan-jabatan lain yang penting untuk dilihat kesehatan jiwanya. ⇒ Alat penelitian psikologi terutama menentukan perbedaan kriteria kepribadian. ‘13 18 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ⇒ Alat penelitian genetika kepribadian. ⇒ Alat penelitian dengan konteks budaya yang berbeda. ⇒ Evaluasi kesehatan mental orang tua. ⇒ Evaluasi kesehatan mental tersangka (alat forensik kesehatan mental). Kelebihan dan kekurangan MMPI/MMPI 2 Kelebihan: Item yang banyak Interview klinis terstruktur Psikolog/Psikiater tidak perlu mengadministrasikan tes Inventori Laporan Diri Pilihan hanya ya/tidak Sejarah panjang dengan literatur penelitian yang sedemikian banyak Inventori kepribadian yang paling banyak digunakan di dunia Diterjemahkan (dan dibuat norma ulang) ke berbagai bahasa. Lebih dari 250 skala atau sistem yang saat ini dikembangkan dengan variasi setting klinis yang berbeda-beda. Terdapat skala yang secara eksplisit mengevaluasi validitas pelaksanaan tes Dapat diadministrasikan dalam bentuk “short form (370 Item awal)” ketika waktu terbatas atau kerjasama dengan testee tidak memungkinkan lagi Versi tes yang secara khusus didesain untuk remaja dan dan dewasa. Kekurangan: Item yang banyak Interview klinis terstruktur Klien/testee harus menjalankan tes Inventori Laporan Diri Pilihan hanya ya/tidak Sejarah panjang dengan literatur penelitian yang sedemikian banyak Isi berorientasi mendalam pada psikopatologi Dibutuhkan kemampuan baca, paling tidak klien/testee lulus SMP Lembar jawab ‘memusingkan’ dan cenderung susah digunakan. Skala content overlap ‘13 19 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Aiken, L.R. 1997.Psychological Testing & Asessment. Boston: Allyn & Bacon. Anastasi, A. & Urbania, S. 1997. Psychological testing. New York: McMillan Company. Anastasia, A & Urbina, S.2007. Tes Psikologi. Jakarta. Indeks Gregory, R.J. 2000.Psychological testing. Boston: Allyn & Bacon. Groth-Marnat, G. (1999). Handbook of Psychological Asessment. (3rd Ed). New York: Jhon Wiley & Sons, Inc. http://www.psychologymania.net/2010/03/tes-inventori-inventory-test.html http://psikologi45.blogspot.com/2011/02/tes-inventory.html http://lailatur-rohmah.blogspot.com/2012/01/minnesota-multiphasic-persinality.html www.psychologymania.com. Diakses 2 April 2014. "Manfaat Tes Kesehatan Jiwa untuk Afriyani". http://health.kompas.com/read/2012/02/02/15483564/Manfaat.Tes.Kesehatan.Jiwa.u ntuk.Afriyani. Diakses 5 April 2014. Robert M. Kaplan, Dennis P. Saccuzzo, ed. (2012). Pengukuran Psikologi: Prinsip, Penerapan, dan Isu. Jakarta: Salemba Humanika. hlm. 341. ISBN 978-981-4410-335. Yustinus Semiun, OFM, ed. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 307. ISBN 979-21-1121-2. http://id.wikipedia.org/wiki/Tes_MMPI http://wikansusanti.blogspot.com/2011/03/mmpi-minnesota-multifase-personality.html http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2013/06/psikodiagnostik-nonproyektif-minnesota.html ‘13 20 Tes Inventori Nunnie Retna Widagdo, Dra, Psi, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id