BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Perilaku Seks Bebas Menurut kamus bahasa Indonesia, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan. Jadi seks itu sendiri berarti sesuatu yang berkaitan dengan jenis kelamin. Seperti yang dikatakan oleh Rintyastini (2006:44) bahwa seks adalah “segala yang berkaitan dengan jenis kelamin, termasuk hubungan intim antara laki-laki dan perempuan”. Hubungan seksual yang dilakukan oleh seseorang telah didominasi beberapa dimensi yang sangat luas baik dimensi biologis, psikologis,dimensi kultural, maupun dimensi sosial. Seperti yang dikatakan oleh Nugraha (2010: 171) mengatakan bahwa seks adalah “ dimensi yang mempelajari proses biologis yang menimbulkan ransangan, pengaruh hormon-hormon seperti persyarafan, dimensi fisiologis ( meliputi fungsi faal dari organ-organ seks, termasuk proses terjadinya mentruasi, kehamilan, penuaan dan lain-lain). Dimensi kultural mempelajari bagaimana seorang pria harus berperan, dan bagaimana kedudukan wanita. Dimensi sosial mempelajari perencanaan keluarga, pengaruh penyakit kelamin (misalnya AIDS), masalah aborsi, bagaimana membina rumah tangga yang sehat, dan lain-lain.” Seksualitas tidak hanya membahas tentang alat kelamin tetapi seksual juga membahas bagaimana aktifitas seseorang dalam melakukan suatu hubungan. Hal ini telah diungkapkan oleh Masland (2010: 43 ) menyatakan bahwa manusia adalah mahluk seksualitas. Seksualitas diartikan sebagai berikut. 1) bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain, secara fisik, psikologis, 2) aktivitas, perasaan, dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi, 3) bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dalam kelompok. Dari pernyataan para ahli tentang pengertian seks, maka dapat disimpulkan bahwa seks adalah hubungan intim yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang telah didominasi oleh perasaan, aktifitas, dan sikap. Masland ( 2010 : 43) menyatakan bahwa seks adalah “ bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus”. Kartono ( 2010: 228) menyatakan bahwa seks adalah “ merembes pada setiap kehidupan, dan bisa ikut membentuk kepribadian manusia”. Ulwan (2009: 40) menyatakan bahwa seks adalah “ bagaimana orang merasakan dan mengepresikan sifat dasar dan ciri ciri seksualnya yang khusus”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa seks bebas adalah aktivitas, perasaan, dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi. Sedangkan perilaku seks bebas adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditunjukan dalam bentuk tingkah laku . Hal ini dapat dilihat pada pernyataan Sarwono (2012:174) bahwa seks bebas adalah “segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama ( petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan di luar hubungan pernikahan. Himawan ( 2007: 43) menyatakan bahwa seks bebas adalah “sebuah model hubungan seks yang dilakukan secara bebas, tanpa dibatasi oleh aturan-aturan serta tujuan yang jelas”. Nenggala ( 2006: 86) bahwa seks bebas dapat diartikan “sebagai pola perilaku seks yang bebas tanpa batas, baik dalam tingkah laku seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu dilakukan”. Seks pranikah dikatakan seks bebas karena dilakukan di luar pernikahan yang tidak sesuai dengan aturan agama, hukum, dan budaya yang ada dalam masyarakat. Hal ini telah diungkapkan oleh Wijaya ( 2006: 41) bahwa seks bebas adalah “hubungan seks yang dilakukan di luar ikatan pernikahan”. Selanjutnya Widyastuti (2010:155) bahwa seks bebas adalah “perbuatan yang dapat merendahkan martabat seseorang”. Dari pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa seks bebas adalah suatu perbuatan yang dapat merusak moral seseorang. 2.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku Seks Bebas Berdasarkan pengertian seks bebas maka selanjutnya akan dijelaskan bentuk- bentuk perilaku seks bebas. Seperti yang dikatakan oleh para ahli Sarwono ( dalam O,gaga 2012 ) mengemukakan beberapa bentuk dari perilaku seks bebas. Bentuk-bentuk yang dimaksud adalah : 1) Kissing, 2) Necking, 3) Petting 4) Intercourse, 5) Oral – genital seks, 6) frenc kiss. 1) Kissing yaitu Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong oleh hasrat seksual, 2) Necking yaitu bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggam, 3) Petting bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama, 4) Intercourse yaitu mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh di luar pernikahan, 5) Oral –genital seks yaitu aktivitas menikmati organ seksual melalui mulut. Tipe hubungan seksual model oralgenital ini merupakan alternative aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini, 6) frenc kiss yaitu berciuman dengan bibir ditutup merupakan ciuman yang umum dilakukan, berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan french kiss. Tira (2007:61) mengatakan ada beberapa bentuk perilaku seks bebas sebagai berikut. a. Meraba-raba anggota badan, seperti paha, pantat, buah dada, dan bagian-bagian lain yang sensitif. b. Memeluk dan mencium 2.1.3 Tahapan-Tahapan Perilaku Sex Bebas Aktifitas seksual adalah tindakan fisik atau mental yang menstimulasi, meransang, dan memuaskan jasmaniah. Tindakan ini dilakukan sebagai cara untuk mengekspresikan perasaan dan daya tarik kepada orang lain. Tetapi hal ini dilakukan tidak sesuai dengan aturan agama, misalnya melakukan seks diluar pernikahan. Untuk memperoleh kepastian hubungan yang mengarah pada seks bebas atau tidak, alangkah baiknya jika kita mengetahui tahapantahapan menuju seks bebas. Seperti yang dikatakan oleh Raka ( 2012) menyatakan beberapa tahap menuju perilaku seks bebas yaitu: 1) pegangan tangan, 2) ciuman sebatas ciuman dipipi dan di kanan, 3) ciuman bibir, 4) pelukan, 5) petting mulai berani melepas pakaian bagian atas, 6) meraba bagian yang sensitif, mulai berani buka-bukaan, 7) melakukan hubungan seksual. Amalia ( dalam Kusuma 2011) mengemukakan beberapa tahapan perilaku seks bebas yai tu : 1) awaking and eksloration, 2) autosexuality: masturbation,3) heterosexuality: kissing and necking, 4) heterosexuality. 1) aweking and eksploration yaitu Rangsangan terhadap diri sendiri dengan cara berfantasi, menonton film, dan membaca buku-buku porno, 2) Autosexuality: Masturbation yaitu Perilaku merangsang diri sendiri dengan melakukan masturbasi untuk mendapatkan kepuasan seksual, 3) Heterosexuality:kissing and necking yaitu Saling merangsang dengan pasangannya, tetapi tidak mengarah kedaerah sensitif pasangannya, hanya sebatas cium bibir dan leher pasangannya, 4) Heterosexuality terdapat beberapa bagian yaitu : 1) Light petting : perilaku saling menempelkan anggota tubuh dan masih dalam keadaan memakai pakaian, 2) Heavy petting : perilaku saling menggesek-gesekkan alat kelamin dan dalam keadaan tidak memakai pakaian untuk mencapai kepuasan. Tahap ini adalah awal terjadinya hubungan seks, 5) Heterosexuality : Copulaation yaitu Perilaku melakukan hubungan seksual dengan melibatkan organ seksual masing-masing. Dari pernyataan para ahli dapat diuraikan bahwa tahap perilaku seks bebas meliputi : ciuman, pegangan tangan, pelukan , dan melakukan hubungan intim. 2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas Adapun dibawah ini akan dijelaskan faktor-faktor penyebab perilaku seks bebas menurut para ahli. Menurut Rintyastini (2006: 108) ada beberapa faktor yang menjadi penyebab remaja terjebak dalam seks bebas yaitu: a. Perubahan hormon ketika seseorang memasuki masa remaja. Hal ini mengakibatkan organorgan seks menjadi matang dan membutuhkan penyaluran b. Motivasi untuk mewujudkan rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah komitmen yang jelas c. Rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui d. Faktor lingkungan, lingkungn juga punya peranan cukup besar dalam membuat remaja terjebak pada seks bebas e. Adanya budaya barat yang masuk ke dalam negri yang mengutamakan nafsu, merambah aspek hidup remaja f. Kurangnya dasar – dasar keimanan didalam diri . Faruq ( 2006: 47) mengemukakan beberapa faktor dari perilaku seks bebas. faktor-faktor yang dimaksud adalah : 1) pengaruh media elektronik, 2) pengaruh lingkungan, 3) pendidikan moral agama, 4) pengaruh minim pengetahuan. 1) pengaruh media elektronik dan cetak yaitu media mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilakus seks bebas berupa tayangantayangan di televisi yang dapat ditiru secara langsung , akses internet secara langsung dan bebas yang seharusnya belum layak melihat hal-hal yang belum waktunya sudah dapat dilihat dengan sedemikian gampangnya. Media cetak dengan gambar-gambar yang kurang sopan di pampang di Pinggir jalan sehingga dengan mudah anak-anak remaja mendapat atau membelinya, 2) pengaruh lingkungan yaitu pergaulan dengan siapa dan apa yang dilakukan menjadi salah satu pengaruh cukup besar bagi kehidupan seks bebas, berkumpul dengan teman- teman seperti apa dan dalam lingkungan pergaulan macam apa akan membawa efek bagi si anak itu sendiri sehingga memilih teman menjadi salah satu pertimbangan yang harus dipikirkan dengan baik, 3) pendidikan moral agama yaitu pemahaman pendidikan moral dan agama yang rendah semakin menenggelamkan remaja untuk masuk ke dunia pergaulan bebas, ini terjdi karena pengontrol diri dikatakan sudah tidak ada, 4) pengaruh minim pengetahuan yaitu pengetahuan yang tidak memadai tentang pendidikan seks menyebabkan anak-anak akan mencoba-coba sesuatu yang tidak pernah dimengerti akibat dari apa yang dilakukan, jadi pendidikan seks lebih mengarah pada pemahaman alat reproduksi dan apa yang ditimbulkan bila masuk kedalam pergaulan seks bebas, salah satu contoh bisa tertular penyakit. Dari beberapa pendapat tersebut maka diuraikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya seks bebas adalah kurangnya penguatan dalam diri baik itu yang sifatnya internal maupun eksternal. 2.1.5 Dampak Dari Perilaku Seks Bebas Tindakan –tindakan perilaku seks bebas sama dengan merendahkan martabat seseorang dapat dianggap sebagai bentuk kejahatan, disamping itu tindakan –tindakan tersebut menimbulkan dampak buruk bagi korbannya. Seperti yang dikatakan oleh Rintyastini (2005: 110) Menyatakan bahwa ada beberapa dampak akibat dari perilaku seks bebas yaitu: a. Kehamilan b. Hubungan seks bebas dapat mengakibatkan kehamilan. Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seks bebas merupakan kehamilan yang tidak dikehendaki c. Penyakit Menular Seksual Penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang mengakibatkan penderitaan, kemandulan, dan kematian. Gejala-gejala menular seksual pada laki-laki sebagai berikut. a. Bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada penis /alat kelamin b. Luka tidak sakit, keras, dan berwarnah merah pada alat kelamin c. Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam pada alat kelamin d. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin e. Kencing nanah atau darah yang disertai bau busuk f. Kehilangan berat badan secara drastis disertai diare terus-menerus, sering demam, dan berkeringat malam. Adapun gejala-gejala menular seksual pada perempuan sebagai berikut. a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah c. Pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin d. Keputihan berwarnah putih susu, bergumpal, dan disertai rasa gatal serta kemerahan pada alat kelamin sekitarnya e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal f. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual g. Bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada penis /alat kelamin h. HIV/ AIDS Hubungan seks bebas dapat menyebabkan tertularnya virus HIV( Human Immunodefficiency Virus) yang mengakibatkan penyakit AIDS ( Acquired Immuno Deffciency Syndrome). AIDS merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh karena seseorang teriveksi virus HIV. Penyakit ini timbul akibat hubungan seks. Gejala-gejala HIV /AIDS menurut Rintyastini (2006: 112) yaitu : 1) gejala baru terlihat beberapa minggu sesudah terinfeksi, 2) Selama 3-4 tahun, penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas, selama tahun ke-5 atau ke-6, 3) terjadi penurunan berat badan secara drastis, 4) terjadi pembekakan didaerah kelenjar getah bening. Menurut Ibrahim (2005: 15 ) dampak seks bebas dibagi berapa macam yaitu: 1) tinjauan agama, 2) tinjauan moral, (3) tinjauan sosial kemasyarakatan, 4) tinjauan ekonomi, 6) tinjauan psikologis. Tinjauan Agama, adapun dampak dari segi agama, perbuatan tersebut dikategorikan sebagai salah satu dari dosa besar dan akan mendatangkan kemurkaan dan azab dari Allah SWT. Tinjauan Moral, dapat diuraikan sebagai berikut : 1) hilang malu, 2) jelek ahlak ,3) keras hati. Tinjauan sosial kemasyarakatan, dapat diuraikan sebagai berikut.1) merendahkan harga diri, melemahkan kecerdasan, menghilangkan keberanian, dan merusak kehormatan, 2) jatuhnya martabat dan kehormatan, diganti dengan kehinaan dan kerendahan,3) hilangnnya cemburu dari hati, 4) hilangnya kepercayaan orang lain terhadapnya dan memandangnnya dengan pandangan hianat, 5) hilangnya keberanian.Tinjaun ekonomi, dapat diuraikan sebagai berikut. 1) mengahabiskan harta demi memperturutkan hawa nafsu, 2) uang yang dimilikinya dibelanjakan untuk membeli majalah-majalah yang merusak dan kaset-kaset porno yang dapat menggairakan hawa nafsu,3) hartanya dihabiskan untuk menghilangkan ketergantungan terhadap seks, 4) banyak uang yang dihabiskan untuk mengobati penyakit-penyakit aneh akibat seks. Tinjauan psikologis, dapat diuraikan sebagai berikut berikut. 1) ketakutan dan kecemasan yang berlebih-lebihan dan goncang jiwanya, 2) rasa sedih, azab, gelisah yang terus-menerus menghantui dan menimpa mereka, 3) perbuatan keji ini menumbuhkan rasa fanatis yang tinggi terhadap kaumnya, penyakit bangga diri, dan hilangnya kelezatan hidup dari hatinya 4) keinginan untuk selalu menyendiri 5) lemah keinginan dan tidak ada pendirian. Selanjutnya Tira (2007:61) menyatakan bahwa dampak perilaku seks bebas yaitu dampak secara fisik, seperti sakit pada kamaluan dan dubur, sakit kerongkongan, dan susah buang air sedangkan dampak secara mental seperti takut kepada oran lain, susah berkosentrasi, malu, tertekan, dan depresi. Dari pernyataan para ahli maka disimpulkan bahwa dampak dari perilaku seks bebas dapat menimbulkan penyakit secara fisik maupun mental. 2.1.6 Cara Mengatasi Perilaku Seks Bebas Remaja yang memilliki harga diri akan mampu mengatasi dorongan seksualnya secara positif. Sebagaimana dikemukakan oleh Tira ( 2007:61) ada berapa yang dilakukan untuk menjaga diri kita dari perilaku seks bebas adalah sebagai berikut. a. Membekali diri dengan norma dan ajaran agama kita masing-masing untuk menumbuhkan sifat dan sikap terpuji b. Memakai pakaian yang rapi dan sopan yang tidak memperlihatkan bagian tubuh kita seperti : paha, dada, dan perut c. Menolak dengan keras apabila ada orang lain yang meraba bagian-bagian tubuh kita yang sensitif, seperti paha, dada, dan kemaluan. Widyastuti ( 2010:156) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi perilaku seks bebas diantaranya : a. Tidak berduan ditempat yang sepi b. Berteman dengan anak yang berkpribadian baik c. Jangan muda menerima hadiah uang dari orang yang tidak dikenal Irwansyah ( 2006: 18) menyatakan bahwa ada beberapa cara menghindari perilaku seks bebas yaitu : a. Membentengi diri dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa. b. Menyalurkan minat, bakat, dan potensi pada aktifitas positif dalam mengisi waktu luang, misalnya mengikuti ekstrakurikuler. c. Selalu terbuka pada teman, guru, orang tua hingga mereka tahu segala aktifitas kita. d. Lebih mengenal bahaya dan dampak pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. e. Berani mengatakan tidak pada seks bebas. Menurut Rintyastini (2005: 52) Ada beberapa hal upaya mencegah perilaku seks bebas yaitu: a. Membuat komitmen serta berusaha keras mematuhi komitmen itu b. Menghindari tontonan, bacaan, atau situasi dan tempat yang kondusif untuk menimbulkan fantasi atau ransangan seksual c. Membatasi pergaulan dan frekuensi pertemuan dengan lawan jenis tanpa ada aktifitas yang pasti d. Banyak melibatkan teman-teman atau sudara dalam berinteraksi e. Menemukan kegiatan-kegiatan alternatif yang baru dan positif sehingga energi terfokus pada pengembangan diri f. Memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa dengan banyak melakukan aktifitas yang dapat menambah pemahaman agama dan aktif dalam kegiatan kerohanian Dari beberapa pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa cara mencegah perilaku seks bebas adalah menjauhi diri dari segala hal yang mempengaruhi bangkitnya syahwat dan yang mangajak untuk berbuat nista. Cara mengatasi perilaku seks bebas dalam program Bimbingan Konseling (BK) baik secara preventif Maupun kuratif. a. Cara mengatasi perilaku seks bebas dalam program Bimbingan Konseling (BK) secara preventif. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) adalah seseorang yang memiliki peran penting dalam memfasilitasi, mengatasi dan memberikan layanan kepada seseorang terutama dalam perkembangan siswa / mahasiswa baik secara individu maupun perkembangan sosial serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa/ mahasiswa. di Sekolah / Perguruan Tinggi banyak sekali masalah-masalah yang muncul yang sering dihadapi oleh siswa / mahasiswa diantaranya masalah pribadi seperti patah hati dan kurang percaya diri, maupun permasalahan sosial seperti kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, sering menyendiri, dan kurang bisa bergaul dengan yang lain. Masing - masing masalah sangat beragam antara individu satu dengan individu yang lain yang mana tingkatan penyelesaiannya pun berbeda-beda. Namun dari permasalahan yang dialami oleh siswa / mahasiswa jika tolak segera mendapatkan treatmen dari konselor maka kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan semakin parah. Salah satu bentuk permasalahan yang sering dilakukan oleh para remaja adalah seks bebas. Seks bebas atau hubungan seks yang dilakukan di luar hubungan pernikahan. Dampak yang ditimbulkan dari seks bebas banyak sekali baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Apabila itu terjadi pada perempuan akan berdampak kehamilan yang mana dari segi biologis belum matang sehingga apabila bayi itu lahir kemungkinan besar akan mengalami cacat. Sementara dalam kehidupan sosialnya,baik secara langsung nama baik berserta nama baik keluarga akan tercoreng dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya uraian tersebut peran konselor sangatlah penting dalam melakukan / memberikan layanan kepada siswa/ mahasiswanya mengenai hubungan seks bebas baik secara klasikal maupun individual. Dengan menggunakan layanan klasikal di kelas yaitu memberikan informasi yang seluas-luasnya dan pemahaman yang benar kepada semua siswa tentang seks atau memberikan materi pendidikan seks yang diharapkan agar para siswa tidak terjerumus dalam dunia seks bebas. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Hal yang perlu diketahui tentang pendidikan seksualitas adalah pemahaman tentang hal-hal yang berkenan dengan diri, tubuh, fungsi dari bagian-bagian tubuh serta cara menjaganya, seperti : 1) ketika remaja mengetahui mengalami menstruasi atau mimpi basah, saat itu organ-organ reproduksi dalam menahan sudah mulai berfungsi, 2) ketidakmampuan remaja dalam menahan dorongan seksual dalam menahan doronngan seksual dapat membuat ia mengalami penyakit kelamin atau kehamilan. Oleh karena itu, remaja harus lebih berhati-hati dalam pergaulan, terutama dengan lawan jenis. Pendidikan seksual ini bertujuan untuk membuat seseorang memiliki sikap yang positif terhadap seksualitas. Hal ini dikarenakan rasa ingin tahu remaja yang semakin besar, adanya anggapan yang kurang tepat di masyarakat, serta berbagai godaan informasi, tingkah laku yang menunjukan sifat positif terhadap seksualiatas. Menurut Imran ( dalam Rintyastini 2006: 43 ) menyatakan beberapa informasi pendidikan sebagai berikut. a. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan. Misalnya, menganggap seks sebagai sarana untuk meneruskan keturunan. Hal ini akan membuat individu merasa siap untuk memiliki keturunan dalam bingkai pernikahan jika melakukan hubungan seksual. b. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu, dan jorok. c. Tidak menjadikan pembiacaraan mengenai seks sebagai bahan candaan atau obrolan murahan, misalnya berbicara seks dengan teman atau tempat umum. d. Mengikuti norma atau aturan untuk menggunakannya. Misalnya, melakukan hubungan seks hanya dengan suami / istri dan ditempat tertutup. Tidak melakukannya ditempat umum, seperti tempat rekreasi yang dapat dilihat anak-anak. e. Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami diri dan orang lain serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujuan sakralnya. Misalnya, pembicaraan seks dalam seminar mengenai seksualitas. Wildan ( 2013:1) mengatakan ada beberapa cara guru BK dalam mengatasi terjadinya seks bebas sebagai berikut. a. Bimbingan Pendidikan Seks Kesadaran dari para remaja untuk tidak mendekat maupun melakukan seks bebas adalah tindakan yang sangat mungkin dilakukan untuk dapat menghindari seks bebas di kalangan remaja. Konseling bagi remaja mengenai pendidikan seks adalah yang paling mungkin dilakukan, terutama kepada para pelajar disekolah-sekolah. Pendidikan seks diberikan agar siswa mengenali dan meminimalkan seks bebas. Selama ini pendidikan seks dianggap tabu, karena asumsi yang beredar dikalangan publik adalah bahwa pendidikan seks sama dengan sosialisasi aktivitas seks dan identitas seks. Padahal sesungguhnya apabila para remaja mengetahui apa esensi sebenarnya dari pendididkan seks itu yang mancakup tentang pengetahuan genital, pemahaman mengenai organ-organ tubuh mana yang boleh dilihat atau tidak, bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi, dan sejauh mana batasan-batasan bergaul dengan teman lawan jenis,serta resiko apa yang mungkin dapat terjadi apabila melakukan seks bebas, maka para remaja tidak akan berani untuk mencoba melakukan seks bebas. Bimbingan pendidikan seks yang diberikan berupa materi : 1) Kesehatan Reproduksi Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja di atas memerlukan suatu upaya pengembangan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja yang dapat mencakup penyediaan pelayanan klinis, pemberian informasi akurat, mempertimbangkan kemampuan dan sisi kehidupan remaja, menjamin program yang cocok atau relevan dengan remaja serta utamanya mendapat dukungan masyarakat. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan oleh sekolah/ perguruan tinggi merupakan salah satu upaya untuk membimbing remaja mengatasi konflik seksualnya. Pendidikan KRR untuk memberikan bekal pengetahuan kepada remaja mengenai anatomi dan fisiologi reproduksi, proses perkembangan janin, dan berbagai permasalahan reproduksi pengembangan perilaku reproduksi sehat untuk menyiapkan diri melaksanakan fungsi reproduksi yang sehat (fisik, mental, ekonomi, spiritual). Pendidikan KRR dapat diwujudkan dalam penyuluhan, bimbingan dan konseling, pencegahan, penanganan masalah yang berkaitan dengan KRR. 2) Bahaya Seks Bebas Dalam penyampaian materi bahaya seks bebas dapat juga dijelaskan mengenai penyakit yang ditimbulkan akibat seks bebas, antara lain : Herpes Genital, Sifilis (Penyakit Raja Singa), Gonore (Kencing Nanah), HIV/AIDS, Kanker Serviks (leher rahim). Dengan disampaikannya materi penyakit akibat seks bebas siswa diharapkan bias memahami dan menghindari seks bebas karena menimbulkan sakit yang bermacam-macam. Guru bimbingan dan koseling memiliki peran yang besar dalam konseling kesehatan tersebut, penyampaian materi bahaya seks bebas dapat juga disampaikan dalam pendidikan seks. b. Referal Kasus Sebelum konseling dilakukan, guru Bimbingan dan Konseling terlebih dahulu menggali informasi tentang konseli, melalui wawancara dengan guru / dosen, teman-teman dekatnya, dan orang tua. Guru Bimbingan dan Konseling bekerjasama dengan pihak yang terkait seperti orang tua dan guru, sebelumnya siswa / mahasiswa diberi pengertian (bagi yang sudah terlanjut hamil) agar siswa / mahasiswa tidak depresi dan jangan bunuh diri, karena banyak kasus siswa/ mahasiswa bunuh diri karena kasus seks bebas. Bimbingan terhadap siswa / mahasiswa yang telah hamil akibat seks bebas juga bertujuan untuk pencegahan aborsi. c. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat Seorang guru BK harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika siswa / mahasiswa mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat. Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan menggunakan istilah 'burung' atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan remaja mengenal istilah yang benar sejak dini, ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi remaja. Menjelaskan tentang seks juga tidak perlu secara eksklusif, itu bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Apabila remaja tiba-tiba bertanya tentang seks, maka detik itu juga konselor harus segera menjawabnya agar remaja tidak menyimpulkan bahwa seks adalah sesuatu yang patut dirahasiakan tetapi sebaliknya seks merupakan sesuatu yang lumrah dan merupakan bagian dari hidupnya. b. Cara mengatasi seks bebas secara kuratif sebagai berikut. Menurut Corey (2003:196 ) menyatakan bahwa: “Terapi yang cocok dalam penyembuhan penyakit seks bebas adalah terapi tingkah laku.Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar". Dengan tujuan menciptakan tingkah laku yaitu menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Salah satu sumbangan terapi tingkah laku adalah pengembangan prosedur-prosedur terapeutik yang spesifik yang memiliki kemungkinan untuk diperbaiki melalui metode ilmiah.Teknik utama terapi tingkah laku ini adalah terapi aversi, di mana teknik ini digunakan secara luas untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yan menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diiginkan terhambat kemunculannya. Stimulus-stimulus aversi berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunan berbagai bentuk hukuman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara mengatasi perilaku seks bebas yang bersifat preventif dan kuratif dengan cara memberikan informasi yang bernuansa pendidikan yaitu pendidikan seks bebas dan melakukan suatu terapi yaitu terapi tingkah laku.