Psyche 165 Journal , Volume 8, No. 2, Juli 2015 ISSN : 2088-5326 PENALARAN MORAL DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA YANG TINGGAL DI SEKITAR DAERAH X DI PADANG Andhika Ketapati Disama1), Rina Mariana2) ,Ifani Candra3) 1)Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang 2) Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang 3) Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penalaran moral dan perilaku seksual remaja yang tinggal di sekitar daerah X di Padang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Proses pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara, setelah itu dilakukan pengkodean pada hasil wawancara dalam bentuk transkrip, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis tematik (Thematic Analysis) dan diinterpretasikan berdasarkan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Hasil dari penelitian ini dilihat berdasarkan komponen penalaran moral menurut Rest (dalam Sari, 2011) bahwa subjek bermasalah dengan penalaran moralnya dengan bertindak tanpa berpikir panjang, tidak pernah memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, berprilaku berdasarkan prinsip kesenangannya sendiri, mengganggap wajar yang melanggar norma dan tidak dapat mengontrol dorongan-dorongan yang muncul dari dalam diri subjek. Hasil dari penelitian ini juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono 2010, bahwa kedua subjek melakukan perilaku seksual seperti kissing (berciuman), necking (berpelukan), memegang payudara, melakukan oral seks, petting (menggesek-gesekan alat kelamin) dan intercouse (bersenggama). Kata Kunci : Penalaran Moral, Perilaku Seksual, Remaja Pendahuluan Remaja adalah masa transisi, artinya masa peralihan antara periode anakanak dan dewasa (Sudrajat, 2008). Masa remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama (Latifah, 2008). Remaja mengalami berbagai macam perubahan, selain yang terjadi pada tubuhnya, terdapat pula perubahan yang terjadi pada lingkungannya seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. dimana remaja tersebut dituntut untuk berperilaku sesuai dengan orangorang seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun diluar dirinya membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan masyarakat lain Agustiani (dalam Fatayani, 2006). Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual dan tanpa kontrol yang jelas dari orang tua akan menimbulkan konflik-konflik dalam diri remaja. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual dengan anaknya dan hubungan orang tua anak menjadi jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat khususnya teman. (Sarwono, 2007). Kusmiran (2012) perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis dengan bentuk tingkah laku yang beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga Andhika Ketapati Disama1), Rina Mariana2) ,Ifani Candra3)- Penalaran Moral dan Perilaku Seksual . . . 29 Psyche 165 Journal , Volume 8, No. 2, Juli 2015 tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Sarwono (2012) perilaku seksual adalah suatu bentuk aktifitas fisik untuk mengekspresikan perasaan atau emosi yang berasosiasi dengan perasangan alat kelamin, daerah-daerah eregenous, atau proses perkembangbiakan sebelum adanya ikatan secara resmi. Bentuk-bentuk perilaku seksual yang dikemukakan oleh Sarwono yaitu pelukan dan pegangan tangan, berciuman, meraba payudara, meraba alat kelamin danm hubungan seks. Bentuk-bentuk perilaku seksual Sarwono (2010) mengemukakan beberapa bentuk perilaku seksual yaitu : 1) Kissing yaitu saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong oleh hasrat seksual. 2) Necking yaitu bercumbu tidak sampai menempelkan alat kelamin, biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama. 3) Petting yaitu bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesekgesekkan alat kelamin pada pasangan namun belum bersenggama. 4) Intercourse yaitu bersenggama atau kontak alat kelamin. Puspitadesi (2011) remaja dalam masa yang labil dan memiliki tantangan yang harus dihadapi sehingga memerlukan pengendalian diri dan penalaran moral untuk mengendalikan perilakunya agar bertindak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di tengan masyarakat. Moralitas dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan tersebut, dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan merasa bersalah atau malu ketika melanggar standar tersebut (Hasan, 2006). Hurlock (dalam Taringan dan Siregar, 2013 ) menyatakan bahwa ada perilaku moral; yaitu perilaku yang sesuai dengan harapan sosial, ada perilaku tidak ISSN : 2088-5326 bermoral; yang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial, perilaku yang demikian tidak semata disebabkan karena ketidakacuhan akan harapan sosial saja melainkan karena ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta ada perilaku amoral yang lebih disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran terhadap standar kelompok hubungan manusia dengan lingkungan alam. Yang ketiga adalah hubungan manusia dengan Tuhannya. Pembentukan penilaian ini terjadi atas dasar interaksi antara potensi-potensi yang ada dan oleh faktor-faktor lingkungan. Hal ini terjadi sedemikian rupa ,sehingga proses menjadi dewasa dan proses emansipasi membawa individu ke arah penilaian yang mandiri yang mempunyai konsekuensi penting bagi dirinya sendiri Further dkk (http;//www.arsip.uii.ac.id, Padang, 19/11/2014) Penalaran moral berkenaan dengan jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana seseorang sampai pada keputusan bahwa sesuatu dianggap baik dan buruk Sarwono (2010). Penalaran moral berperan penting bagi pengembangan prinsip moral. Pada penalaran moral diharapkan seorang remaja yang menghadapi dilema-dilema moral secara reflektif mengembangkan prinsip-prinsip moral pribadi yang dapat bertindak sesuai dasar moral yang diyakini dan bukan merupakan tekanan sosial. Penalaran moral yang seperti ini dapat terbentuk karena penerimaan nilai moral yang diperoleh melalui lingkungan sosial, seperti: keluarga, sekolah, dan kelompok agama yang diproses melalui penalaran dan dicamkan dalam batin. Kohlberg (dalam Sari, 2011) mendefenisikan penalaran moral sebagai penilaian nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan Penalaran moral dapat dijadikan prediktor terhadap dilakukannya tindakan tertentu pada situasi yang melibtkan moral. Hal ini sejalan apa yang dikemukakan Rest (dalam Sari, 2011) bahwa penalaran moral Andhika Ketapati Disama1), Rina Mariana2) ,Ifani Candra3)- Penalaran Moral dan Perilaku Seksual . . . 30 Psyche 165 Journal , Volume 8, No. 2, Juli 2015 adalah konsep dasar yang dimiliki individu untuk menganalisa masalah-masalah sosialmoral dan menilai terlebih dahulu tindaka apa yang akan dilakukan. Komponen Penalaran Moral Rest membagi komponen penalaran moral menjadi empat hal (dalam Sari, 2011). Adapun empat komponen utama penalaran moral, antara lain : 1. Menginterpretasi situasi dan mengidentifikasi permasalahan moral (mencakup empati, berbicara selaras dengan perannya, memperkirakan bagaimana masing-masing pelaku dalam situasi terpengaruh oleh berbagai tindakan tersebut). 2. Memperkirakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, merumuskan suatu rencana tindakan yang merujuk kepada suatu standar moral atau suatu ide tertentu (mencakup konsep kewajaran & keadilan, penalaran moral, penerapan nilai moral sosial). 3. Mengevaluasi berbagai perangkat tindakan yang berkaitan dengan bagaimana caranya orang memberikan penilaian moral atau bertentangan dengan moral, serta memutuskan apa yang secara aktual akan dilakukan seseorang (mencakup proses pengambilan keputusan, model integrasi nilai, dan perilaku mempertahankan diri). 4. Melaksanakan serta mengimplementasikan rencana tindakan yang berbobot moral (mencakup ego strength dan proses pengaturan diri).. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang merupakan merupakan suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami fenomena dalam konteks sosial secara ilmiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010). Subjek ISSN : 2088-5326 Peneliti menentukan karakteristikkarakteristik sampel guna mengambil responden yang benar-benar memenuhi karakteristik penelitian. Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah : 1. Subjek berada pada tahapan usia remaja. 2. Remaja yang bermasalah dengan penalaran moralnya. 3. Bersedia menjadi subjek penelitian. 4. Remaja yang pernah melakukan perilaku seksual. 5. Remaja yang menjajakan jasa seks wanita. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil sampel dua orang subjek yaitu subjek A dan FA yang berusia 21 tahun yang bermasalah dengan penalaran moral dan perilaku seksualnya. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu data dikumpulkan oleh peneliti sendiri secara pribadi. Peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara dan obsevasi terhadap subjek penelitian dan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2007). Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Menurut Moleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif dikumpulkan oleh peneliti sendiri secara pribadi, tidak menggunakan angket atau tes yang telah disusun terlebih dahulu. Peneliti menjadi instrument utama serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui wawancara. Analisis Data Pada penelitian ini peneliti menggunkan pendekatan analisis tematik (thematik analisis). Alasan peneliti menggunakan analisis temati adalah untuk Andhika Ketapati Disama1), Rina Mariana2) ,Ifani Candra3)- Penalaran Moral dan Perilaku Seksual . . . 31 Psyche 165 Journal , Volume 8, No. 2, Juli 2015 menemukan pola atau tema data-data atau informsi-informasi yang telah didapatkan. Analisis tematik merupakan proses pengkodean informasi yang menghasilkan tema, model tema atau indikator kompleks berdasarkan fenomena yang diteliti Moleong(2006). Hasil Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya terhadap subjek penelitian, diperoleh jawaban yang mengungkap tentang penalaran moral dan perilaku seksual remaja yang tinggal di daerah X yang dapat diuraikan sebagai berikut. Menurut Rest (dalam Sari, 2010) penalaran moral adalah konsep dasar yang dimiliki individu untuk menganalisa masalah-masalah sosial moral dan menilai terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan. Sedangkan hasil temuan peneliti mengatakan bahwa remaja yang tinggal di daerah X tidak memiliki penalaran moral yang baik, sehingga melakukan suatu aktifitas hanya berdasarkan kesenangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan kedua subjek, didapatkan hasil bahwa kedua subjek melakukan suatu hal tanpa berpikir panjang terlebih dahulu dan kedua subjek tidak bisa mengontrol dorongan-dorongan yang keluar dari daalam dirinya. Menurut Kohlberg (dalam Basyirudin, 2010) penalaran moral adalah pertimbangan individu mengenai baik atau buruk suatu hal untuk memperkuat aturan, norma nilai etis yang dianut dan diterapkan dalam berbagai situasi yang melibatkan proses kognitif. Menurut Sarwono (2010) mengatakan bentuk-bentuk perilaku seksual adalah kissing, necking, memegang payudara, oral seks, petting, intercouse. Sedangkan hasil temuan peneliti mengatakan bahwa kedua subjek melakukan perilaku seksual, diantaranya, berciuman, berpelukan, memegang payudara, melakukan oral seks, melakukan petting/menggesekkan alat kelamin, serta melakukan senggama Kesimpulan ISSN : 2088-5326 Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan terhadap duaorang subjek, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua subjek bermasalah dengan penalaran moral dan perilaku seksualnya. Hal ini terlihat dari perilaku kedua subjek yang belum memenuhi komponen penalaran mora dan kedua subjek melakukan semua bentukbentuk perilaku seksual yaitu kissing, necking, petting dan intercouse. Daftar Pustaka Ali, Muhammad, dkk. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara Andisti, Miftah Aulia dan ritandiyono. 2012. Religiusitas Dan Perilaku Seks Bebas Pada Dewasa Awal.Skripsi. Jakarta : fakultas Psikologi Universitas Gunadharma Fatayani. 2012. Sumber-sumber Konflik Interpersonal pada Pasangan Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini di Kecamatan Lubug Begalung Padang. Skripsi. Padang : Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang Farisa, Tiara Devi. 2013. Faktor-faktor Penyebab perilaku Seksual Menyimpang Pada Remaja Tunagrahita SLB N Semarang. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Herdiansyah.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika Hurlock, E. B. 2009. Perkembangan anak jilid 2. Jakarta : Erlangga Ibad, Farid Irsyadul. 2012. Dinamika Penerapan Moral Remaja. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Poerwandari. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Edisi Ketiga. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Andhika Ketapati Disama1), Rina Mariana2) ,Ifani Candra3)- Penalaran Moral dan Perilaku Seksual . . . 32 Psyche 165 Journal , Volume 8, No. 2, Juli 2015 Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers Sari, Tapi Yanda. 2011. Hubungan Keharmonisan Keluarga Dengan Penalaran Moral Pada Remaja Delikuen. Skripsi. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara Septiningsih, Dyah Siti dan Nuraini. 2014. Aplikasi Pola Asuh Otoritatif Ibu Dalam Mereduksi Kekerasan Seksual Pada Anak. Skripsi. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Suwarni, Linda. 2009. Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kota Pontianak. Jurnal Kesehatan. Kalimantan Barat : Dinas Kesehatan Kota Pontianak Taringan, Solvia Karina dan Ade Rahmawati Siregar. 2013. Gambaran Penalaran Moral Pada Remaja Yang Tinggal di Daerah Konflik. Skripsi. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara Teruna, Yedda Prada. 2010. Perbedaan Tingkat Konformitas Terhadap Seks Pranikah Antara Pria dan Wanita. Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma Rahmadani, Riki. 2010. Analisis Perilaku Seksual Remaja Tunagrahita Pada Masa Puberitas. Skripsi. Padang : Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang Online (http;//www.arsip.uii.ac.id, Padang, 19/11/2014) Yulianto. 2011. Gambaran Sikap Siswa SMP Terhadap Perilaku Seksual Pranikah. Skripsi . Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jakarta Yuniarrahmah, Emma dan Dewi Nur Rachman. 2011. Pola Asuh Dan Penalaran Moral Pada Remaja Yang Sekolah Di Madrasah Dan Sekolah Umum Di Banjarmasin. Skripsi. Kalimantan Selatan : Universitas Lambung Mangkurat Mayasari, Fridya. 2005. Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau dari Harga Diri Berdasarkan Jenis ISSN : 2088-5326 Kelamin. Jurnal Psikogil.Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Andhika Ketapati Disama1), Rina Mariana2) ,Ifani Candra3)- Penalaran Moral dan Perilaku Seksual . . . 33