visualisasi hak politik warga negara (sebuah

advertisement
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
VISUALISASI HAK POLITIK WARGA NEGARA (SEBUAH
PERBANDINGAN KONSTITUSI) BERBASIS MULTIMEDIA
Ramses Hutagaol, SH, MH
Dosen Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pasir Pangaraian
e-mail : [email protected]
Abstrak
Pada awalnya, masyarakat hukum menghadapi kesulitan untuk mengartikan penggunaan dari
terminologi perbandingan hukum (ComparativeLaw). Secara garis besar telah terjadi pembagian ilmu
hukum menjadi cabang-cabang tersendiri dari hukum nasional, seperti misalnya hukum keluarga, hukum
pidana, hukum perjanjian, dan sebagainya.Namun demikian, perbandingan hukum tidak juga dibedakan
sebagaimana ilmu hukum lainnya. Semakin kembangnya teknologi sekarang ini maka sangatla berperan
dalam kehidupan sekarang ini namun begitu dengan hak warga Negara untuk berpendapat sesuai dengan
hati nuraninya masing-masing namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahui hak politik
warga Negara yang sesungguhnya, maka dengan menggunakan visualisasi ini dilakukan agar masyarakat
luas bisa memahami dengan berualng-ulang dalam memutar visualisasi ini demi untuk memahami hak
politik warga Negara yang lebih rinci.
Kata kunci : Visualisasi, Politik Warga Negara, Multimedia
A. PENDAHULUAN
Perbandingan adalah salah satu sumber pengetahuan penting.Perbandingan merupakan
teknik, disiplin, pelaksanaan dan metode di mana nilai-nilai kehidupan manusia, relasi dan
aktivitasnya dikenal dan dievaluasi. Pentingnya perbandingan telah mendapatkan penghargaan
di setiap bagian oleh siapapun dalam bidang studi dan penelitian.Nilai penting tersebut
direfleksikan pada pekerjaan dan tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh para ahli ilmu
pengetahuan, ahli sejarah, ahli ekonomi, para politisi, ahli hukum dan mereka yang terkait
dengan kegiatan penyelidikan dan penelitian.Apapun gagasan, ide, prinsip dan teorinya,
kesemuanya dapat diformulasikan dan dapat dikatakan sebagai hasil dari metode studi
perbandingan.Hal inilah yang dinamakan hukum sejatinya.
Berbagai kontribusi dari para pemikir hukum dan penulis biasanya merupakan hasil dari
pendekatan perbandingan mereka.Yurisprudensi sebagai suatu ilmu hukum, esensi
keistimewaannya terletak pada metode studi yang khusus, bukan pada hukum dari satu negara
saja, tetapi gagasan-gagasan besar dari hukum itu sendiri, yaitu hukum yang berasal dari hampir
keseluruhan negara-negara di dunia.Para ahli hukum dan filasafat hukum telah mengemukakan
butir-butir pemikirannya sendiri tentang studi hukum, filosofinya, fungsi dan pendirian setelah
melakukan studi ekstensif dari sistem hukum mereka masing-masing dan sistem dari berbagai
negara lainnya di dunia, dengan membandingkan antara satu dengan lainnya.
Pendekatan dalam bidang ilmu hukum ini telah mengembangkan sebuah cabang studi
hukum baru yang dinamakan dengan “Perbandingan Hukum”. Metodenya bersandarkan
penelitian terhadap hukum dari berbagai negara yang dimasukkan sebagai sampel dengan teknik
perbandingan.Perkembangannya kemudian menjadi penting, tidak hanya sekedar menjadi alat
bantu dalam membangun sistem hukum, mulai dari konstitusi sampai pada hukum yang lebih
spesifik seperti pidana dan perdata. Tetapi juga merupakan sumber pengetahuan bagi siapa pun
yang bermaksud mempelajari hukum, termasuk upaya mencari relasi bentuk negara republik
dengan pengakuan eksistensi hak politik warga negara, dengan melakukan pendekatan
perbandingan konstitusi negara republik yang dijadikan sampel.
83
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
B. LATAR BELAKANG
Pada awalnya, masyarakat hukum menghadapi kesulitan untuk mengartikan
penggunaan dari terminologi perbandingan hukum (comparative law).Secara garis besar telah
terjadi pembagian ilmu hukum menjadi cabang-cabang tersendiri dari hukum nasional, seperti
misalnya hukum keluarga, hukum pidana, hukum perjanjian, dan sebagainya.Namun demikian,
perbandingan hukum tidak juga dibedakan sebagaimana ilmu hukum lainnya.Ketidakjelasan ini
ternyata memberikan andil yang cukup besar terhadap munculnya kontroversi dan
kesalahpahaman yang menjadi salah satu faktor penghambat berkembangnya studi
perbandingan hukum.Salah satu konsekuensi logisnya, sebagaima dikemukakan oleh Myres
McDougal bahwa perbandingan hukum seakan menjadi suatu literatur yang tersimpan rapat,
obsesif dan steril untuk jangka waktu yang cukup panjang.
Metode suatu perbandingan dapat kita katakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari pemikiran dan pengetahuan manusia sehari-hari.Secara sederhana, dalam berbagai
tingkatannya, memperbandingkan satu dengan yang lainnya merupakan hal yang pasti terjadi
hampir di dalam seluruh bidang kehidupan manusia. Sebagaimana Hall menegaskan, ”to be
sapiens is to be a comparatist.”
Melalui sejarah yang panjang, teknik perbandingan ternyata telah memberikan
kontribusi yang teramat penting dan berpengaruh di seluruh bidang ilmu alam dan ilmu
sosial.Dalam hal ini, perbandingan hukum mempunyai signifikansi terhadap aplikasi yang
sistematis dari teknik perbandingan di bidang hukum.Artinya, perbandingan hukum mencoba
untuk mempelajari dan meneliti hukum dengan menggunakan perbandingan yang sistematik
dari dua atau lebih sistem hukum, bagian hukum, cabang hukum, serta aspek-aspek yang terkait
dengan ilmu hukum termasuk konstitusi.
Oleh karena itu, menarik untuk melakukan perbandingan konstitusi negara-negara
republik yang dipilih sebagai sampel untuk melihat sejauh mana pengakuan hak politik warga
negaranya yang tertuang dalam konstitusi negara-negara republik tersebut khususnya hak
memilih dalam pemilihan umum.Mengingat bentuk negara republik dapat kita pahami secara
etimologi berasal dari kata res dan publica, yang artinya urusan awam. Terkait dengan bentuk
negara republik, maka secara sederhana, konsekuensi logisnya adalah adanya ruang bagi warga
negara untuk menentukan arah tata kelola negara, baik langsung maupun melalui perwakilan,
mulai dari penentuan pemimpin dengan sistem pemilihan yang melibatkan warga negara sampai
pada saluran aspirasi warga negara atas berbagai persoalan yang dihadapi dalam perjalanannya
mengarungi kehidupan bernegara.
Mengingat sejarah kelam bangsa Indonesia di era pra reformasi, kesewenang-wenangan
penguasa orde baru yang menginjak-injak rasa keadilan masyarakat, lemahnya checks and
balances pada institusi-institusi ketatanegaraan, kekuasaan terlalu dominan yang berada di
tangan Presiden (hak prerogatif dan kekuasaan legislatif) dan utamanya pada terbatasnya
pengaturan jaminan akan hak-hak konstitusional warga Negara.
Bahkan hingga sekarang pun, dimana Indonesia adalah negara demokrasi merupakan
sebuah pernyataan ideologis dan faktual yang tidak dapat lagi ditolak. Keniscayaan sebagai
sebuah negara demokrasi terlihat dari diberlakukannya pemlihan umum (pemilu) dalam setiap
lima tahun, mulai dari tingkat kabupaten dan kota sampai tingkat pusat. Pemilu tersebut dapat
berupa pileg (pemilihan legislatif), pilgub (pemilihan gubernur), pilpres (pemilihan presiden)
dan sebagainya. Selain itu, keberadaan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan lembaga Kepresidenan dengan dilengkapi kementeriankementerian semakin mempertegas kenyataan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.
Walaupun itu semua dalam standar minimal atau prosedural sebagai negara demokrasi.
Demokrasi kekinian adalah demokrasi yang mampu meningkatkan partisipasi politik
masyarakat, sehingga mampu menjadi jawaban terhadap setiap masalah-masalah kebangsaan
hari ini. Seperti halnya pemilihan umum baik pemilihan kepala daerah ataupun pemilihan
Presiden, seharusnya menjadi momen penting untuk untuk menjalankan setiap sendi-sendi
demokrasi, karena demokrasi bagi bangsa Indonesia merupakan tatanan kenegaraan yang
paling sesuai dengan martabat manusia yang menghormati dan menjamin pemenuhan Hak Asasi
Manusia (HAM)
84
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Namun disisi yang lain ketika praktek demokrasi sudah dilaksanakan acap kali tetap
saja dijumpai kekecewaan-kekecewaan sebagian masyarakat yang tidak puas terhadap
pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden tersebut. Contoh yang paling faktual adalah
kekisruhan tentang banyaknya warga negara yang hilang hak memilihnya karena tidak terdaftar
didalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).Dalam konstelasi demikian, kemudian mengkonklusikan
kekecewaan masyarakat terhadap pelaksanaan pemilihan secara lansung sebagai sebuah
persengketaan yang memerlukan kepastian hukum.Sehingga payung hukum yang menjamin
semua persengketaan dalam pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden yang
dilaksanakan secara langsung bisa diselesaikan dengan sebaik dan seadil mungkin menjadi
kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi.
Meskipun pemilihan umum merupakan sarana berdemokrasi bagi warga negara dan
merupakan hak warga negara yang dijamin oleh konsitusi, yaitu hak atas kesempatan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan sebagaimana diatur dalam UUD 1945 yang berbunyi “Segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”, dan “Setiap orang
berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama dihadapan hukum” serta prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity
principle). Namun pelaksanaannya lagi-lagi masih menyisakan banyak celah dalam pemenuhan
hak untuk memilih warga negara.
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini sekaligus menjadi
batasan masalah agar fokus adalah:
1. Apakah semua konstitusi negara republik mengakui adanya hak memilih sebagai bagian
dari hak politik warga negaranya?
2. Apa-apa saja yang menjadi syarat hak memilih warga negara yang disebutkan dalam
konstitusi negara republik yang diperbandingkan?
3. Bagaimana memvisualisasikan hak politik warga Negara dengan menggunakan multimedia
flash ?
D. METODE PERBANDINGAN
Sebagai sebuah pendekatan dalam melakukan perbandingan, maka metode induksi
menjadi pilihan guna menarik benang merah, konten konstitusi negara-negara yang berbentuk
republik dalam melakukan pengaturan hak memilih sebagai bagian dari hak politik yang
merupakan hak dasar warga negaranya.Metode induksi ini dalam melakukan penyelidikan
terhadap konstitusi negara-negara republik yang menjadi sampel, penulis memilih metode
penyelidikan deskriptif.Yaitu, suatu metode yang didasarkan semata-mata pada melukiskan
secara formal dan rinci tentang materi muatan konstitusi ke dalam rangka studi perbandingan.
Obyek yang diperbandingkan adalah konstitusi negara-negara republik, dalam
kaitannya dengan pengakuan akan hak memilih sebagai hak dasar warga negara, dimana secara
sederhana, negara yang berbentuk republik semestinya memberi ruang kepada warganya untuk
menentukan arah kebijakan negara tersebut, mulai dari pemilihan pemimpin maupun terkait
dengan kebijakan-kebijakan publik lainnya tanpa memperdebatkan modelnya; langsung ataupun
melalui perwakilan.
E. MACROMEDIA FLASH
Macromedia Flash merupakan sebuah program yang ditujukan kepada para desainer
maupun programer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan halaman
web, persentasi untuk tujuan bisnis maupun proses pembelajaran hingga pembuatan game
interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik. Flash adalah program animasi berbasis
vektor yang bisa menghasilkan file kecil (ringan) sehingga mudah diakses pada halaman web
tanpa membutuhkan waktu loading yang lama. Flashmenghasilkan file dengan ekstensi .FLA.
85
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Setelah file tersebut siap untuk dimuat ke halaman web, selanjutnya file akan disimpan dalam
format .SWF agar dapat dibuka tanpa menginstal perangkat lunak Flash, tetapi cukup
menggunakan Flash Player yang dipasang pada browser berbasis windo ws (Yudhiantoro,
2006).
Beberapa kemampuan Flash lainnya adalah membuat animasi logo, persentasi
multimedia,gamepermainan, kuis interaktif, simulasi/visualisasi, pengaturan navigasi halaman
web, pembuatan animasi form, membuat situs web, aplikasi web, dan sebagainya. Intinya
Flashdapat dikembangkan sesuai dengan kreatifitas danimajinasi (Hakim, 2004).
Berikut ini tampilan file atau dokumen baru dari area kerja Macromedia Flash Pro8 :
Gambar Area kerja Macromedia Flash Pro8
F. PEMBAHASAN
Hak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, sementara konstitusional diartikan dengan hal yang diatur dalam konstitusi sebuah
negara.Hak konstitusional berarti dapat dimaknai sebagai kekuasaan yang diatur melalui
konstitusi suatu negara.
Berbicara mengenai konstitusi suatu negara berarti negara tersebut dapat dikategorikan
sebagai negara hukum. Menurut Friedrich Julius Stah, gagasan konstitusionaisme Negara
Hukum di Eropa Kontinental dimana sistem hukum civil law diberlakukan pada abad ke-19
hingga permulaan abad ke-20, ditandai dengan ciri-ciri pada jaminan atas perlindungan Hak
Asasi Manusia, pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin Hak Asasi Manusia
(trias poitica), adanya pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan adanya
peradian administrasi. Sementara menurut A.V. Dicey, bahwa pada wilayah negara-negara
Anglo Saxon, berkembang prinsip Rule of Law yakni adanya supremasi hukum dimana
penegakan hukum tidak boleh ada kesewenang-wenangan, adanya kedudukan yang sama di
depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat pubik, serta jaminan Hak Asasi
Manusia oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keputusan pengadilan.
Dalam sebuah Negara Hukum, hukumlah yang berdaulat. Negara dipandang sebagai
subjek hukum, dan apabila negara melakukan kesalahan, maka ia dapat dituntut di muka
pengadilan sebagaimana halnya sengan subjek hukum lainnya. Indonesia dengan latar belakang
sebagai negara jajahan Belanda sedikit banyak telah mengarahkan Indonesia menganut tipe
Negara Hukum Eropa Kontinental meskipun juga mengambil unsur-unsur yang dinilai sesuai
dari tipe Negara Hukum Anglo Saxon, sehingga memuncukan variasi-variasi baru dari
pengertian Negara Hukum.
Dari semuanya ini akan terbentuk tampilan menu utamanya yaitu :
86
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Gambar menu utama Visualisasi Hak Politik Warga Negara
Pada gambar ini berisikan tentang awalnya mesimulasikan hak politik warga
Negara.Kemudian dilanjutkan dengan meng klik tombol “Mulai”.
Setelah mengklik tombol mulai maka tampilla menu poin-poin dari penjelasan seperti
pada gambar berikut ini :
Gambar Poin-poin penjelasan
Pada menu poin-poin diatas adalah menampilkan menu dari pendahuluan, latar
belakang, rumusan masalah, metode, pembahasan, dan bagian penutup.
Dimana menu-menu yang ada di atas bisa di klik untuk mengetahui secara jelas apa di
pendahuluan dan sampai pada penutupnya.
Maka dengan gambar poin-poin diatas maka dapat di jabarkan juga dengan seperti gambar di
bawah ini :
87
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Gambar Menu Pendahuluan.
Gambar menu pendahuluan diatas yaitu menjelaskan
semua yang berkaitan dengan
pendahuluan dalam membuat visualisasi ini.
Kemudian ada selanjutnya yaitu latar Belakang.Dimana gambar menu latar belakang
seperti gambar dibawah ini :
GambarLatar Belakang.
Pada menu latar belakang diatas yaitu berisi tentang latar belakang hak politik warga
Negara.
Kemudian ada selanjutnya yaitu rumusan masalah. Dimana gambar menu rumusan
masalah seperti gambar dibawah ini :
Gambar Rumusan Masalah.
88
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Dimana rumusan tampilan gambar menu diatas adalah terdiri dari tiga rumusan masalahnya.
Kemudian setelah gambar menu rumusan masalah maka dilanjutkan dengan
menampilkan menu metode perbandingan seperti gambar di bawah ini :
Gambar Menu Metode Perbandingan.
Pada gambar diatas menjelaskan semua perbandingan antara beberapa Negara untuk di
sampaikan dengan menggunakan multimedia ini.
Seperti kita ketahui semua Negara itu berbeda-beda dalam hak warganegaranya dalam
menyampaikan pendapat dengan berpolitik dalam berbangsa dan bernegara.
Setelah dijelaskan sedimikian banyaknya maka akan dilanjutkan dengan pembahasan
dari semua permasalahan dengan cara menampilkan dalam tampilan menu pembahasan ini :
Gambar Menu Pembahasan.
Seperti menu-menu sebelumnya maka di menu pembahasan ini akan menampilkan
semua jawaban dari rumusan masalah.
Setelah menampilkan menu pembahasan maka akan dilanjutkan dengan kesimpulan
seperti pada gambar penutup dibawah ini.
89
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Gambar Menu Penutup.
Pada gambar menu diatas ini, berisi tentang kesimpulan dari semua tampilan menu yang
suda dibahas.
G. KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan dari studi perbandingan konstitusi negara-negara
yang menganut sistem republik di atas adalah bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
bentuk negara republik dengan muatan konstitusi negara tersebut mengenai hak-hak politik
warga negaranya.Termasuk hak dipilih dan memilih yang diwujudkan melalui partisipasi politik
warga yang telah diatur dalam konstitusi, meskipun secara detail diatur lebih lanjut melalui
undang-undang yang berkenaan dengan haltersebut, misalnya undang-undang pemilihan umum
atau yang lainnya.Diantara sejumlah negara yang menjadi sampel yang diambil secara acak dari
setiap benua, dipastikan setiap negara memuat aturan mengenai hak memilih sebagai bagian hak
politik warga negara.
Pada umumnya setiap warga negara diberikan hak memilih dan hak-hak politik lainnya
dengan memperhatikan kesetaraan gender dan tanpa membedakan suku, ras, warna kulit,
agama, bahkan kondisi fisik bagi penyandang cacat.
Dengan adanya kesimpulan ini maka kami selaku penulis mengharapkan masyarakat
untuk memahaminya dan menjalankan aplikasi visualisasi hak politik warga Negara dengan
baik. Dengan adanya visualisasi ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan
dimasa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Yudhiantoro, Dhani. 2006. Membuat animasi WEB dengan Macromedia Flash
Profesional 8.Yogyakarta : Andi.
Hakim, Lukmanul.2004. Cara Ampuh Menguasai Macromedia Flash.Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Arinanto, Satya, Constitutional Law and Democratization in Indonesia, Publishing House
Faculty of Law University of Indonesia, Jakarta:2000.
____________, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum
Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta:2001.
____________, Politik Hukum 1, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta:2001.
90
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
____________, Politik Hukum 2, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta:2001.
____________, Politik Hukum 3, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta:2001.
Arthur T. von Mehren, An Academic Tradition for Comparative Law, 1971
Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi Dan Konstitusioonalisme Indonesia, Konstitusi Press.
Jakarta:2005
____________,Lembaga Negara Dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara.
Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) bekerja sama dengan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia (MKRI),Jakarta :2005.
_____________, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT. Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta:2007.
Chaidir, Ellydar dan Fahmi, Sudi, Hukum Perbandingan Konstitusi, Total Media,
Yogyakarta:2010
David. Rene, dan Brierly,John E., Major legal systems in the world today, Stevens & Sons,
London: 1981
Djaja S. Meliala, Hukum di Amerika Serikat, suatu studi perbandingan, Penerbit Tarsito,
Bandung: 1977
Djauhari, Politik Hukum Negara Kesejahteraan Indonesia, Unissula press. Semarang:2008.
Edard D. Re, Comparative Law Courses in the Law School Curriculumdalam The American
Journal of Comparative Law, Vol. 1, No. 3. Summer, 1952, hal.233-242.
Effendi, A. Masyhur dan Evandri, Taufani Sukmana, Hak Asasi Manusia Dalam
Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik;Dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-kham (Hak
Asasi Manusia) dalam Masyarakat, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor:2007
El-Muhtaj, Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia: Dari UUD 1945 Sampai
Dengan Amandemen UUD 19945 Tahun 2002, Kencana Prenada Media Group, Jakarta:2005
Entah. Alloysius R, Hukum perdata (Suatu studi perbandingan ringkas), Liberty,
Yogyakarta:1989
George Winterton, Comparative Law Teachingdalam the American Journal of Comparative
Law, Vol. 23, No. 1, Winter, 1975, hal. 69-118.
Hall, Comparative Law and Social Theory, Baton Rouge: 1963, hal. 9.
H. C. Gutteridge, Comparative Law as a Factor in English Legal Educationdalam Journal of
Comparative Legislation and International Law, 3rd Ser., Vol. 23, No. 4, 1941, hal.130.
Huda, Ni‟Matul, Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Demokrasi, UII Press,Yogyakarta:
2007
Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, PT. Bumi Aksara,Jakarta:2003
John N. Hazard, Comparative Law in Legal Education dalam the University of Chicago Law
Review, Vol. 18, No. 2, Winter, 1951, hal. 264-279.
John Henry Merryman, Legal Education There and Here: A Comparison dalam Stanford Law
Review, Vol. 27, No. 3. Feb., 1975, hal.859-878.
Mahfud MD, Moh, Politik Hukum Di Indonesia, Rajawali Grafindo PersadaJakarta:2011
Manan, Bagir, Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Gaya Media
Pratama, Jakarta:1996
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 1983.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta:1983.
Regon, Saragih Bintan, Politik Hukum, CV. UtomoBandung: 2006
Rudolf B. Schlesinger, The Role of the „Basic Course‟ in the Teaching of Foreign and
Comparative Law dalam the American Journal of Comparative Law, Vol. 19, No. 4, Autumn,
1971, hal. 616-623.
Siahaan, Maruarar, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Sinar
GrafikaJakarta:2011.
Soerjono Soekanto, Perbandingan hukum, Penerbit Alumni, Bandung 1989
Subekti, R.- Perbandingan hukum perdata, Pradnya Paramita, Jakarta 1988
91
Jurnal KomTekInfo, Vol. 3, No. 1, 2016, Hal 83 - 92 ,
Copyright@2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN CETAK : 2356 – 0010, ISSN ONLINE : 2502-8758
Sunarjati Hartono, Kapita selekta perbandingan hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 1988
Syafiie, Inu Kencana dan Azikin, Andi, Perbandingan Pemerintahan, PT. Refika Aditama,
Bandung:2008
Syahuri, Taufiqurrohman, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta:2011
Yuhana, Abdy, Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia Paska Perubahan UUD 1945, Fokus
Media,Bandung:2007.
[1]Dorothy I Marx, Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa, Bandung, 2003, hlm. 47-48
[2]Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara FHUI, cet.ke-5, Jakarta, 1983.hal.328.
[3] Miriam Budiarjo, Hak Asasi Manusia Dalam Dimensi Global, Jurnal Ilmu Politik, No. 10,
1990, Jakarta, hlm. 37.
[4] Dahlan Thaib, Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945, Liberty, Jakarta,
1993, hlm. 94.
[5] Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 1983, hlm. 9.
[6] G. Bingham Powell, Jr., 1982, Contemporary Democracies: Participation, Stability and
Violence, (Cambridge: Harvard University Press), dikutip dari Hasyim Asy‟ari, “Pendaftaran
Pemilih di Indonesia”, Makalah Seminar Internasional “Membangun Sistem Pendaftaran
Pemilih Yang Menjamin Hak Pilih Rakyat: Pengalaman Indonesia dan Internasional”,Jakarta,
30 Maret 2011, hlm. 1.
[7] Dieter Nohlen, 1995, “Voting Rights”, dalam Seymour Martin Lipset (ed.), 1995, The
Encyclopedia of Democracy, Volume IV, (Wahington D.C.: Congressional Quarterly Inc.), hlm.
1353-1354, dikutip dari Hasyim Asy‟ari, Ibid, hlm. 1.
92
Download