3.Dinar Dodik - Website Staff UI

advertisement
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
1
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
1. Pendahuluan
KECUKUPAN EMAS UNTUK DINAR DAN
RASIONYA DENGAN DIRHAM
STUDI KASUS INDONESIA
Dodik Siswantoro
Departement of Economic, University Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstract In the year of 2000s, there is a great issue to reuse gold as money
or at least as monetary reserve or back up system. History has shown that
money which is backed up by gold or as goldmoney itself is more stable
compared to the fiat money. In this case, Indonesia as a big gold producer
should realize this phenomenon. The paper tries to explain the feasibility
and adequacy of gold as money exchange in Indonesia, and the ratio between
dinar (gold money) and dinar (silver money). The result shows that actually
gold in Indonesia is quite enough to be used as money, in condition that it
must be supported by activities that are not only creativy money supply. In
addition, the ratio of dinar and dirham may exist again in stable condition,
since the value of gold may increase again as it is used in monetary sector.
Keyword: Dinar, Dirham, Money, Moneter
Merupakan suatu tanda tanya besar mengapa emas dan perak pada
umumnya selalu digunakan sebagai mata uang dan standar pada zaman
dulu. Tidak ada sejarah yang tepat kapan pertama kalinya manusia
menggunakannya. Walaupun pada zaman Yunani juga dikenal uang
kertas, namun hal ini bersifat sebagai check (dari bahasa Arab) bukan
sebagai mata uang yang digunakan secara operasional.
Ada hal yang masih mengganjal dalam penggunaan emas sebagai
mata uang. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah apakah jumlah emas
yang tersedia memadai untuk mengukur segala jenis produksi dan jasa di
muka bumi ini. Ditambah, di dalam ayat Qur'an banyak disebutkan kata
emas, diperlukan tafsiran empirikal untuk hal ini. Disamping kata emas
juga dipersandingkan dengan perak (Ali Imran: 14, At Tauba: 34), ada apa
di balik ini gerangan?
Di negara-negara maju pun penggunaan emas digunakan untuk mata
uang pada tahun 1800-an, misalnya (Oppers, 2000) rasio emas dan perak
di Spanyol 1786-1861 (1:16.61), Amerika 1792-1834 (1:15) dan 18341861 (1:16), Prancis 1803-1873 (1:15.5), Austria-Jerman 1786-1857
(1:15.29) dan Rusia 1764-1873 (1:15) (lihat figure 1 dan tabel 14). Dapat
dikatakan bahwa rasionya berkisar pada 1:15-17 yang sebenarnya sudah
pernah terjadi pada zaman pemerintahan Islam pada zaman Ibnu Faqih
(800-an).

Kertas kerja ini dipresentasikan di seminar University of Malaya, Malaysia
pada tanggal 15 September 2002. Ucapan terima kasih pada Handi Risza atas
komentar dan kritiknya pada draft awal.
2
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Figure 1
Sumber: Oppers (2000)
Terlebih-lebih pada ayat 91 surat Ali Imran yang menjelaskan ilustrasi
jumlah emas yang ada di bumi berkaitan dengan pengukuran:
@AB‫ و‬DAE‫رض ذه‬J‫ء ا‬MN O‫ه‬PQ‫ أ‬SN METU SVW ‫ر‬DX‫ آ‬O‫@ا وه‬ZDN‫[وا و‬X‫ آ‬SU\B‫إن ا‬
SU[_D` SN OaB DN‫ و‬ObB‫\اب أ‬d OaB efB‫ أو‬g‫ى ﺏ‬PjW‫ا‬
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap
dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di
antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan
emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekalikali mereka tidak memperoleh penolon (3:91)
Dapat dikatakan bahwa ini merupakan standar pengukuran, terkait
juga dengan aktivitas yang tidak sesuai dengan syari'ah Islam (kafir)
misalnya margin trading, spekulasi, memungut suku bunga, dan bubble
ekonomi lainnya. Karena pada dasarnya kegiatan ekonomi tersebut tidak
riil dan hanya berdasarkan pada penggelembungan ekonomi semata atau
hanya akan menambah jumlah uang di sektor keuangan yang tidak
mempunyai nilai tambah pada sektor riil yang seharusnya diperhatikan.
Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini. Namun demikian, AlGhazali dalam bukunya (Ihya Ullumuddin 2), mengatakan bahwa uang
seperti cermin yang tidak mempunyai warna, tapi dapat merefleksikan
semua warna. Namun dalam penerapannya cukup sulit memahami konsep
ini. Di dalam sejarah, pemikir Islam yang membatasi uang hanya pada
emas dan perak adalah Abu Hanifah, Abu Yusuf, Mujahid, Nakha'I,
Nabhani, dan Baqir Sadr. Sedangkan kelompok yang tidak membatasi
uang hanya emas dan perak adalah Shaybani, Ibn Taymiyyah, Ibn Hazm,
Laith ibn Sa'ad, Al-Zuhri, Yusuf Qardhawi dan Muhammad Taqi Usmani.
Lain halnya yang pernah terjadi di barat.
Terdapat 2 kelompok yang saling bertentangan yang hidup pada
periode yang sama. Pada tahun 1800-an di barat ada 2 kelompok besar,
yang satu dapat disebut sebagai defender of gold and silver "Bullionist",
"the currency school" sedangkan yang lainnya "Anti-Bullionist", "the
banking school". Kelompok yang pertama adalah Henry Thornton, David
Ricardo, John Wheatley, Lord Samuel Jones Loyd Overstone, Thomas
Joplin, James R. McCulloch, Samuel Montiford Longfield dan Amasa
Walker.
Sedangkan kelompok kedua diusung oleh Colonel Robert Torrens,
James Mill, Thomas Tooke, John Fullarton, dan John Stuart Mill. Maka
debat pendapatpun terjadi, kelompok pertama mengatakan bahwa uang
tanpa emas akan menimbulkan inflasi sedangkan kelompok kedua
menolak pendapat pertama ini dengan mengeluarkan "the Real Bills
3
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Doctrine" dengan prinsip reflux-nya. Yang isinya antara lain bahwa inflasi
yang terjadi oleh uang kertas akibat ekses uang adalah sementara dan akan
hilang dengan sendirinya. Pada saat itu terjadi perang Napoleon yang
menurut "Anti-Bullionist" tidak dapat dijadikan sebab penggunaan uang
kertas menyebabkan inflasi. Namun setelah perang tersebut berakhir
ternyata malah terjadi deflasi, berbeda dengan hipotesanya "Bullionist".
Menurut Sherman (1983), hal itu merupakan fenomena wajar yang juga
terjadi pada perang lainnya, misalnya perang sipil (1861-1865) dan perang
dunia I (1914-1918). Jadi pendapat "Bullionist" tidak dapat disalahkan.
Ditambah uang kertas memang cenderung meningkatkan inflasi secara
umum. Pada hakekatnya mata uang tidak boleh ditimbun dan apabila
digunakan uang emas, kadar emasnya tidak boleh dicampur dengan yang
lain. Dalam hal ini diperlukan manusia yang paham dan mengerti tentang
syari'ah Islam agar terwujudnya sistem ekonomi yang Islami.
Pada dasarnya, tulisan ini akan mengulas tentang 2 topik disebutkan
di atas, kecukupan dan rasio antara dinar dan dirham. Perlu adanya kajian
lebih lanjut dalam hal persiapan penggunaan dinar dan dirham kembali di
muka bumi ini, khususnya di Indonesia.
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
(Vadillo 1996). Namun demikian penggunaan tembaga banyak yang
dicampurkan pada dinar. Sehingga hal ini menimbulkan suatu fenomena
uang dinar dengan kualitas yang rendah menggeser atau menghilangkan
dinar dengan kualitas yang asli dan bagus. Fenomena ini dinamakan
"hukum Maqrizi's" (Ghazali 1991). Hal serupa terjadi pada tahun 1500-an
di Inggris, yang kemudian diintepertasikan oleh Sir Thomas Gresham.
Walaupun berat dinar dan dirham sudah distandarkan oleh Umar bin
Khattab dengan rasio 7 : 10 Atau dengan kata lain berat dinar menjadi
4.25-4.3 gram sedangkan berat dirham adalah sekitar 3 gram. Namun
masih ada juga dinar dan dirham dengan dengan berat dan kharakteristik
yang berbeda (lihat tabel 1). Namun demikian Rasulullah SAW
mengisyaratkan bahwa dalam pertukaran dinar dan dirham walaupun
jumlah mungkin berbeda namun beratnya harus sama.1 Karena pertukaran
dinar dan dirham yang berbeda, dengan berat yang berbeda pula dapat
dikategorikan riba.
Mengenai ukuran 22 karat merupakan suatu kebijakan yang
mungkin berdasarkan hadis yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib
mengurangi nilai dinar sebesar 2 karat2 atau reformasi moneter yang
dilakukan oleh Abdul Malik (dengan menetapkan 1 mitsqal = 22 karat).
2. Karakteristik singkat dinar dan dirham
Penggunaan emas dan perak secara eksplisit dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Hal ini tertera di dalam hadis dan beberapa riwayat.
Dinar dan dirham ini merupakan salah satu mata uang terhebat yang
pernah ada di dunia (Mundell 1999).
Dinar pertama kali timbul pada tahun 694 dan distandarisasikan
pada tahun 697 kecuali di Afrika utara dan Spanyol. Beratnya sekitar 4.25
gram berdasarkan rata-rata Byzantium solidi. Sedangkan dirham yang
pertama dikenalkan pada tahun 695. Ini dapat dikatakan diadopsi dari
Sasanian dengan berat sekitar 3.5-4 gram. Kemudian yang lebih lanjut
adalah fals, pertama kali diperkenalkan pada tahun 707, berasal dari follies
Yunani. Fals ini terbuat dari tembaga dengan berat sekitar 3.5 gram
1
2
Hadis diriwayatkan oleh Malik No. 1153
Hadis diriwayatkan oleh Abu Daud No. 1711
4
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Tabel 1
Series
Iraq
Khurasan
Nishapur
Damascus
Jibal Isfahan
Cordoba
Shirwan
Spain
Egypt
Denominati
on
Dirham
Dinar
Dirham
Fals
Dinar
Dirham
Dirham
Dirham
Dinar
Dinar
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
3. Perkiraan jumlah emas di Indonesia dan di bumi
Weight (grams)
1.96-2.931
1.519-5.583
1.696-8.519
2.871-3.893
4.012-4.461
2.383-3.995
2.922-2.929
2.832
4.087
4.012
Sumber: The American Numismatic Society
Dalam kaitan dengan surat Ali Imran ayat 75 yang memuat satu kata dinar.
Al Kortoby menafsirkannya sebagai berikut
...
،eAB‫ـ|ون ذ‬Ab~U  ‫@ن‬A€N~B‫ وا‬،SbNJ‫ وا‬S‫ﺉ‬DzB‫ب ا‬DjtB‫ ا‬M‫ أه‬uW ‫ أن‬vBDwZ [Ex‫أ‬
‫؛‬eB\‫€@ن آ‬N~B‫ن ا‬D‫\آ[ وإن آ‬BD‫ب ﺏ‬DjtB‫ ا‬M‫„ أه‬x‫ و‬.Oawb~‚ ‫ب‬D€j‫ ا‚ـ‬uƒE€bW
[bXZ vŽN P‫ و‬.OVd‫ واŒ أ‬.ˆBDƒB‫ ا‬vVd ‫Šم‬tB‫[ج ا‬zW ،[†‫ أآ‬OabW ‡`DbzB‫ن ا‬J
”‫ وﺱ‬SN ‫ت‬DEQ ‫[اط ﺙŠث‬bTB‫ وا‬D‘‫[ا‬b ‫’[ون‬d‫‡ و‬w‫“رﺏ‬W ‫ر‬D€UPB‫ ا‬DN‫ وأ‬.‫ر‬D€TB‫ا‬
... gbVd ›~šN @‫ وه‬،‡EQ ‫@ن‬wE‫ن وﺱ‬Dj€‫ اﺙ‬gd@~š~W ،[bw’B‫ا‬
Beliau berpendapat bahwa satu dinar menggunakan 24 karat. Pada saat ini
hal ini juga masih menjadi perdebatan (lihat di www.e-dinar.com dan
penetapan dinar oleh murabitun movement).
Hal yang mungkin masih merisaukan adalah apakah jumlah emas yang
di Indonesia dan bumi ini memadai untuk digunakan sebagai mata uang.
Di samping komposisi produsen emas sudah berubah dari tahun 1970
hingga tahun 2000-an (lihat table 13). Dalam paper ini akan dibahas secara
garis besar dan mendasar yang disertai adanya asumsi-asumsi yang juga
harus dipatuhi. Hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan adalah:
a. Tidak semua asset harus diback-up oleh uang. Hal ini sepertinya sudah
menjadi kesalahan bahwa apabila digunakan uang emas maka semua
asset harus diback-up. Bila melihat uang di dalam perusahaan, pada
umumnya hanya 5 % dari total asset.
b. Instrumen keuangan yang digunakan haruslah yang tidak mendukung
pada penciptaan uang (money supply), misalnya suku bunga,
spekulasi, margin trading dan lain sebagainya. Di samping transaksi
tersebut tidak berdasarkan pada syariat Islam yang jelas (maqasid asysyari'ah) juga tidak memberikan nilai tambah pada ekonomi secara riil
dan tidak berpihak pada rakyat banyak (seharusnya berprinsip pada
maslahah mursalah).
Oleh karena itu di dalam penggunaan dinar dan dirham ini haruslah
juga didukung oleh Islamic human (tidak harus orang Islam), namun
orang-orang yang mengerti dan paham tentang kegunaan uang sesuai
dengan syariat Islam. Implikasi lainnya adalah dengan menghilangkan
pengakuan untung dan rugi pada akuntansi yang digantikan dengan sistem
reserve dan definisi ulang kata mata uang asing bagi dinar dan dirham
(Rashid, et.al., 2002). Sehingga sistem yang ada juga mendukung untuk
diterapkannya syariat Islam secara kaffah.
Terkait dengan kesediaan emas untuk mata uang dinar, maka dapat
di ambil kesimpulan sebagai berikut:
5
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Table 2 Produksi Emas
Tahun
Indonesia
(juta ons)
Kurs $
1996
Dunia
(juta
ons)
75
2.7
1997
1998
1999
2000
2001
80
82
82
83
84
2.8
4.7
4.1
4
3.9
2329.591
2869.917
10152.26
7813.417
8364.275
Harga
emas
1 once
388.1117
331.2069
294.0506
278.6387
279.021
10190.87 270.6906
Jumlah
+an
Emas
2441
Penambahan
uang beredar
2661
14030
8926
9335
10758
5937
12970
16959
14018
n.a
1680
Sumber: www.goldsheetlinks.com, Pacific Commerce database
Keterangan:
Jumlah +an (penambahan) emas dan penambahan uang beredar dalam milyar
Rupiah
Uang kartal = uang kertas dan logam, uang giral = giro yang sewaktu-waktu
dapat diambil dengan cek
Pada keadaan normal pada tahun 1996, sebenarnya emas dapat
digunakan untuk memback-up uang. Apabila diteliti lebih lanjut, misalnya
uang yang beredar di sektor riil tentunya nilainya akan semakin berkurang.
Di samping suku bunga yang tidak begitu tinggi (lihat table 16). Penyebab
bertambahnya uang antara lain disebabkan oleh tagihan (obligasi) yang
termasuk di dalamnya suku bunga (lihat table 15).
Berkaitan dengan hal ini, dalam teori ekonomi neo-klasik akan didapat
persamaan:
MV = PT
dimana:
M = jumlah uang beredar pada satu perode (M1)
V = kecepatan peredaran uang
P = harga rata-rata satu perode
T = banyaknya transaksi per periode.
Oleh karena itu M1 (termasuk uang kartal) sangat tergantung
sekali oleh factor V, P dan T. Sangat tepat bila didalam qur'an
digambarkan bahwa kekayaan jangan hanya beredar pada sekelompok
orang saja (59:7) atau pelarangan penimbunan yang hanya akan
memperbesar M (karena nilai V mengecil akibat penimbunan dan sirkulasi
uang yang terbatas) sedangkan P terkait dengan suku bunga dan tingkat
inflasi yang ada. Tingkat inflasi dapat berkurang apabila digunakan uang
emas (Greenspan). Sedangkan jumlah transaksi, tidak semuanya dilakukan
dalam bentuk kas. Kemudian untuk motif spekulasi dirumuskan:
msp = m2 I
dimana:
msp = jumlah uang yang diminta untuk membeli obligasi
m2 = faktor pembanding (suatu tetapan tertentu)
i = suku bunga yang berlaku di pasar
Dalam hal ini, spekulan akan melihat nilai suku bunga di pasar.
Dalam sistem ekonomi Islam dimana tidak ada suku bunga dan dengan
asumsi daya beli uang yang stabil (misalnya 1 ekor ayam selama 1400
tahun senilai dengan 1 dirham, www.murabitun.org). Maka sikap
spekulatif sebenarnya tidak diperlukan.
Berkaitan dengan sistem keuangan, di Amerika sendiri 71 % emas
digunakan untuk di sektor moneter (lihat figure 2 dan 4), dengan demikian
Amerika sendiri sudah mempunyai strategi yang jelas mengenai
penggunaan emas ini dan kemungkinan kembali emas ini sebagai mata
uang akan mungkin terwujud. Mengingat Alan Greespan pada tahun 1981
pernah mengajukan proposal untuk digunakannya kembali mata uang
emas, namun hal ini ditolak oleh president Ronald Reagan. Gudang emas
di Amerika terutama terdapat di Federal Reserves dan U.S. Gold Bullion
Depository, Fort Knox, Kentucky. Di samping Rusia dan Cina juga akan
turut serta dalam penggunaan emas sebagai standar mata uang ini (Norfed
6
ISEFID Review, Volume.1 No.1
newsletter Vol. 4 No. 1, Januari 2002). Lain hal dengan Korea Selatan
yang menggunakan 250 ton emas untuk menstabilkan dan menjaga mata
uangnya selama tahun 1998 (www.usagold.com). Berkaitan dengan
balance of payment yang dapat disesuaikan secara otomatis akibat
penggunaan uang emas ini. Misalnya, negara A mempunyai deficit dalam
BOP dan negara B surplus. Tentunya uang emas akan mengalir ke negara
B. Hal ini tentunya akan meningkatkan harga di negara B, sedangkan
harga di negara A akan turun. Tentunya ini akan memudahkan negara A
untuk meningkatkan ekspor, dan mengurangi impor. Hal ini akan berlaku
sebaliknya di negara B, selain meningkatkan harga di B, uang yang
mengalir juga meningkatkan pendapatan nasional yang meyebabkan B
melakukan kegiatan tersebut (Horvitz, 1987). Untuk implementasinya
dapat digunakan sistem bilateral agreement yang selanjutnya dapat
meningkat untuk tingkat internasional. Terlebih-lebih di dalam Islam
terdapat konsep khilafah yang sangat mendukung sekali terhadap
penggunaan dinar dan dirham ini.
Masalah yang timbul di Indonesia mungkin juga terefleksikan ketika
sistem back-up mata uang dicabut pada tahun 1971, sejak itu Indonesia
mengalami 3 kali devaluasi yaitu 15 November 1978, 30 Maret 1983, dan
12 Septermber 1986. Di tambah, adanya 8 kali perubahan kebijakan
penetapan mata uang yang akhirnya hancur lebur pada saat krisis moneter
(Siswantoro, 1999).
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Figure 2
Sumber: www.fgmr.com
Figure 3
Gambar dengan moto "It's money. So use it"
7
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Figure 4
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Dalam paper akan dicoba memprediksi nilai dinar dan dirham
menggunakan data periode tahun 1992-2001 (data harian) dengan
metode time-series. Maka didapat persamaan sebagai berikut:
x Yt = α + β . time + εt
Ŷ dn = 55.159 – 1.742 . Time
Ŷ dr = 0.449 + 0.004712 . Time
Dalam ketetapan untuk mencari rasio 1:15, maka:
15 Ydn
=
1 Ydr
Maka akan didapat:
Time = 26.714
Sumber: www.fgmr.com
4. Analisa rasio dinar dan dirham
Penggunaan emas untuk estimasi juga dilakukan oleh Mark Skousen
seorang kolumnis di Forbes dan editor of Forecasts & Strategies. Dengan
menggunakan model ekonometrik untuk mengetes indeks komoditas
(Indeks Dow Jones Commodity Spot, minyak mentah, dan emas) berkaitan
dengan Consumer Price Index (CPI). Hal yang serupa dilakukan oleh
Richard M. Salsman, ekonom di H. C. Wainwright & Co., Boston
melakukan tes analisa hubungan nilai emas dan suku bunga. Sehingga
emas dapat dikatakan sebagai standar untuk analisa atau perbandingan.
Berarti akan didapat rasio 1:15 pada tahun = 2019 (Wallohu a'lam). Hal ini
mirip dengan fenomena pada zaman Abdul Malik dan sekitar tahun 1850an di Eropa (Oppers, 2000),
Once in 1850s, when a decline in the gold price as a
result of new discoveries caused its silver coinage to be
replaced by gold, and once again in 1860s, when silver
return to circulation.
Namun apabila komposisi nilai dinar diubah menjadi beratnya sama
dengan dirham (3 gram), maka:
8
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Ŷ newdn = 38.936 – 1.229 . time
Masih dengan rasio yang sama 1 : 15, maka:
15 Ynew dn
=
1
Ydr
maka time untuk new dinar : dirham adalah: 24.776. Sehingga rasio 1:15
untuk new dinar dan dirham akan terjadi pada tahun 2017. Tetapi hal ini
tidak mengubah secara mendasar dari nilai dinar itu sendiri.
Nilai dalamUS $
Figure 5
50
40
30
60
50
40
30
20
20
10
5
4
3
10
9
8
7
6
5
4
3
2
2
1
.5
.4
.3
1992
1993 1994 1995 1996
1997 1998 1999 2000
1
.9
.8
.7
.6
.5
.4
.3
2001
DINAR
DIRHAM
Next DINAR
Next DIRHAM
TAHUN
Untuk analisa hasil statistik, bahwa 64.6 % nilai dinar dapat dijelaskan
oleh variabel time atau dengan kata lain hubungan antara waktu dan nilai
dinar cukup kuat (table 3). Karena nilai siknifikansi pada tabel 4 lebih
kecil dari 0.05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi nilai
dinar, disamping pada tabel 5 keduanya siknifikan, yang berarti waktu
benar-benar berpengaruh pada nilai dinar. Hal yang sama juga berlaku
pada new dinar (yang mempunyai berat 3 gram). Kemudian dapat
dikatakan persyaratan normalitas untuk nilai dinar terpenuhi (figure 6),
karena penyebarannya sekitar garis. Namun demikian, model regresi untuk
dinar dapat dikatakan kurang fit untuk prediksi, karena penyebarannya
tidak pada titik 0 dan membentuk pola tertentu (figure 7), tetapi memenuhi
persyaratan model fit tiap data untuk nilai dinarnya (figure 8).
Selanjutnya adalah analisa untuk dirham yang ternyata hanya 8.3 %
yang dapat dijelaskan oleh variabel time atau dengan kata lain hubungan
antara waktu dan nilai dirham sangat lemah (tabel 6). Karena siknifikansi
pada tabel 7 lebih besar dari 0.05 maka model regresi tidak dapat
digunakan untuk memprediksi nilai dirham, disamping pada tabel 8
menunjukkan bahwa waktu tidak mempunyai pengaruh pada nilai dirham.
Namun demikian persyaratan normalitas untuk nilai dirham terpenuhi
(figure 9). Tetapi, untuk persyaratan kelayakan untuk model regresi
(model fit) dan persyaratan model fit tiap data tidak terpenuhi (figure 10
dan 11).
Kemudian untuk hubungan antara dinar dan dirham dapat dikatakan
tidak siknifikan atau tidak ada hubungan sama sekali, baik yang bertolak
belakang (negatif) atau yang sejalan. Misalnya apabila nilai dinar naik atau
turun, hampir dapat dipastikan bahwa nilai dirham tetap atau tidak
terpengaruh.
Namun demikian yang menjadi persoalan adalah nilai emas semakin
berkurang dibandingkan US $, dalam hal ini Stevens (1975) berpendapat:
The reason is that the value of the paper money, with
which government forces everyone to deal, has fallen
yearly relative to all commodities. Clearly, if a commodity
(theoretically, almost any commodity) had been used as a
medium of exchange over the past decades instead of
9
ISEFID Review, Volume.1 No.1
government's fiat money, prices would have remained
relatively stable. It is important to realize that it is not
commodities that are rising in value, but flat money that is
falling in value.
Namun demikian, nilai emas dan perak akan mungkin naik setelah
mencapai rasio yang sama 1:15, seiring dengan kenaikan nilai emas dan
perak dan dengan rasio yang sama. Dalam hal ini Jastram (1997)
berpendapat:Gold always returns to its full purchasing power
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
ini setidaknya kita tidak kecurian start dan terutama dalam penguasaan
emas sebagai mata uang. Wassalam.
Hal ini berbeda dengan uang kertas yang tidak pernah kembali pada
nilai asalnya. Kecuali dengan pemotongan nilai atau devaluasi yang dapat
tidak menstabilkan keadaaan ekonomi. Adapaun penyebab turunnya nilai
emas disebabkan oleh (Fischer, 1999):
Cyclical developments, the diminished attraction of gold as
an investment alternative, expansion of mine output,
central bank lending of gold, and the declining role of gold
as a monetary asset
Apabila bank sentral tidak dipinjamkan emas dan penggunaan emas
sebagai aset moneter dilaksanakan secara kolektif, tentunya nilainya tidak
akan berkurang, malah kemungkinan posisi rasio 1: 15 terjadi pada saat
nilai dinar menguat.
5. Saran
Sudah saatnya para "the so called" pakar moneter di Indonesia dan
Bank Indonesia mulai atau paling tidak menyadari bahwa emas merupakan
standar uang yang lebih baik dibandingkan uang kertas. Fakta dan data
empirik telah menunjukkan dan banyak fakta yang memberikan penjelasan
bahwa emas akan kembali banyak digunakan oleh bangsa lain, seperti
Rusia dan Cina, tidak tertutup kemungkinan Amerika Serikat. Dalam hal
10
ISEFID Review, Volume.1 No.1
Referensi
Fischer, Stanley. 1999. IMF response to the world gold council.
IMF
Gaynor P E & Kirkpatrick R C. 1994. Introduction to time-series
modeling and forecasting in business and economics. McGrawHill Book Co., Singapore
Ghazali A.1991. Islamic thinkers on economics, administration,
and transactions. Quill Publisher: Kuala Lumpur
Horwvitz, P M & Ward R A.1987. Monetary policy and the
financial system. USA: Prentice Hall.
Jastram, Roy W. 1997. The Golden Constant: The English and
Amer-ican Experience, 1560-1976. New York: Wiley & Sons
Kecukupan Emas Untuk Dinar - Dodik
Sherman, Howard J. 1983. Stagflation an introduction to
traditional and radical macroeconomics. Harper and Row
Publishers, New York
Siswantoro, Dodik. 1999. Menggugat sektor moneter di
Indonesia dengan sistem dasar. Paper untuk LKIEMI
Siswantoro, Dodik. 2002 Dolarisasi vs dinarisasi. Republika 2
Juli 2002
Stevens, Paul. 1975. The gold standard: A standard for freedom.
The Foundation for Economic Education, Inc., January, 1975,
Vol. 25, No. 1
The Trail Widens... an Archive di www.usagold.com
Vadillo UI. 1996. The return of the gold dinar, Madinah Press,
South Africa.
Mundell RA. 1999. The Euro and the stability of the
international monetary system, University of Columbia
Norfed newsletter Vol. 4 No. 1, Januari 2002
Officer, Lawrence H. 2002. "What Was the Gold Price Then?"
Economic History Services, EH.Net
Oppers, Stefan Erik. 2000. Dual currency boards: A proposal for
currency stability. IMF Working Paper. International Monetary
Fund
Rashid, Hafiz Majdi Abd., Dodik Siswantoro & John A
Brozovsky . 2002. The stability of gold dinar and accounting
implications: An empirical study. Proceeding International
Conference on Stable and Just Global Monetary System. Kuala
Lumpur. Malaysia
11
Download