(bblr) ketuban pecah dini

advertisement
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) KETUBAN PECAH DINI
(KPD) DAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN SEPSIS
NEONATUS DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT
BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NURSASMITA NINGSIH
J1A1 12 041
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Berat Badan Lahir Rendah, Ketuban Pecah Dini dan Persalinan Prematur
dengan Kejadian Sepsis Neonatus di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2016”.
Harapan untuk menyajikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya karena bantuan
dari berbagai pihak, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini terwujud
sebagaimana adanya.
Skripsi ini masih terdapat adanya kekurangan, dalam hal sistematika, pola
penyampaian, bahasa, maupun materi yang di luar kemampuan penulis. Hal itu tidak
terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Sehingga saran yang bersifat
konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. La Dupai, M.Kes selaku Pembimbing I dan
Ibu Karma Ibrahim.,SKM.,M.Kes selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pikirannya dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Selain itu, kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Sasi Kirono, Ibunda tercinta
Hj. Nurma, S.Pd yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan dan membimbing
v
serta adikku tersayang Dian Wulandari yang telah memberikan motivasi, materi dan
kasih sayang serta mendoakan perjalanan studi penulis agar dapat selesai dan sukses.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Halu Oleo Kendari.
4. Koordinator
Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Kesehatan
Masayarakat Universitas Halu Oleo Kendari.
5. Ibu Hariati Lestari,S.KM., M.Kes., Bapak Lymbran Tina, S.KM., M.Kes., dan
Jusniar Rusli Afa, S.KM., M.Kes., selaku penguji yang telah memberikan banyak
pengetahuan serta memberikan motivasi kepada penulis.
6. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
7. Staf pengolola Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu
administrasi penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Kepala Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi tenggara yang telah memberikan
izin penelitian kepada penulis.
9. Kepala Kesbang Kabupaten Kolaka beserta seluruh stafnya telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
10. Direktur BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka beserta stafnya yang
telah banyak membantu dalam penelitian ini.
vi
11. Kepala Rekam Medis BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka beserta
seluruh stafnya telah banyak membantu dalam proses penelitian.
12. Teman-teman terdekatku yang tulus menemani serta dukungan yang tak terhingga
Khususnya I Ketut De Arya Saputra, Desi Arwanti, Asmaul Husnah, Nur Tri
Fitriani Ahmad Putri, Tiara Hastuti, Kartini, Fiola Finandakasih, Dita Anugrah,
Putri Puspita Dewi, Ismawati dan Ardillah Fauziah.
13. Teman-teman peminatan epidemiologi angkatan 2012 yang penulis tidak bisa
sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih banyak atas segala bentuk
dukungan moril dan materil serta doa dan semngatnya. Tetap semangat meraih
kesuksesan.
14. Teman-teman Kelas A Anggkatan 2012 terima kasih untuk semangat serta
motivasi yang di berikan dan telah hadir untuk memberikan warna dalam harihariku selama menempuh bangku perkuliahan.
15. Teman-teman PBL Desa Lasuai Feyzar Rasmanto, Muhammad Syukriadin, Dita
Anugrah, Nur Mukmin Hasanah, Tiara Hastuti, Ratih Dewi A, Nasrawati,
Mariana Hamidu, Noviarti, Mely Nurhasan, dan Magfirah Jabir yang memberikan
banyak cerita serta pengalaman yang luar biasa sekali, terimakasih sudah
memberikan semangat dan motivasi selama ini.
16. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Regular Desa Kondongia Kecamatan
Lohia Kabupaten Muna : Sitti Alijah, Sutrianti, Dalmatia, dan Yuswo Safaat.
Terima kasih atas dukungan semangat, kerja sama dan bantuannya selama ini.
vii
17. Kepada semua pihak yang telah memberikan doa, motivasi dan dorongan serta
bantuan, hanya Allah SWT Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Insya
Allah akan dibalas dengan sebaik-baiknya balasan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang lebih baik
terutama menyerahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak yang terlah turut
memberikan bantuannya kepada penulis.
Kendari, Juni 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGAJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
i
ii
iii
iv
v
ix
x
xi
xiii
xiv
xv
xvi
I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
C. TujuanPenelitian
D. ManfaatPenelitian
E. RuangLingkup
F. Definisi Istilah dan Glosarium
G. Organisasi/Sistematika
1
5
6
6
7
7
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Tinjauan Umum Tentang Sepsis Neonatus
TinjauanUmumTentangBerat Badan Lahir Rendah
Tinjauan Umum Tentang Ketuban Pecah Dini
TinjauanUmum Tentang Persalinan Prematur
TinjauanTentang HasilPenelitianSebelumnya
KerangkaTeoriPenelitian
KerangkaKonsepPenelitian
HipotesisPenelitian
10
18
22
26
28
32
33
34
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
RancanganPenelitian
Lokasi dan WaktuPenelitian
PopulasidanSampel Penelitian
DefinisiOperasional dan KriteriaObjektif
Pengumpulan Data Penelitian
Instrumen Penelitian
VariabelPenelitian
xi
35
35
35
37
38
38
39
H. Pengolahan Data dan Analisis Data
I. Penyajian Data
39
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan
42
43
53
V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
64
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran Surat dari Dekan
Lampiran Surat dari Balitbang
Lampiran Surat dari Tempat Penelitian
66
71
71
72
74
79
80
81
82
83
84
xii
DAFTAR TABEL
No.
Judul Tabel
Halaman
Tabel 1
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
37
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin anak pada
BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun
2016
43
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan umur pada BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
44
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Sepsis
Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016
45
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian BBLR pada
BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun
2016
46
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Ketuban Pecah Dini
(KPD) pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016
46
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan kejadian persalinan
premature pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh
Kab. Kolaka Tahun 2016
Distribusi Hubungan BBLR dengan Kejadian Sepsis
Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016
47
Distribusi Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan
Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
Distribusi Hubungan Persalinan Prematur dengan Kejadian
Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
50
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
xiii
49
52
DAFTAR GAMBAR
No.
Daftar Gambar
Halaman
1
Kerangka Teori Penelitian
32
2.
Kerangka Konsep Penelitian
33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
Lampiran 1
Lembar Ceklis
71
Lampiran 2
Master Tabel
72
Lampiran 3
Tabel Crostab
74
Lampiran 4
Tabel Distribusi Responden
79
Lampiran 5
Tabel Distribusi Variabel
80
Lampiran 6
Dokumentasi
81
Lampiran 7
Surat izin penelitian dari Badan Penelitian
Dan Pengembangan Sulawesi Tenggara
83
Lampiran 8
Surat keterangan telah melakukan penelitian
84
xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
LambangdanSingkatan
ArtidanKeterangan
≥
Lebih dari sama dengan
>
Lebih dari
<
Kurang dari
=
Sama dengan
&
Pengganti kata hubung (dan)
+
Positif
%
Persen
(
Buka kurung
)
Tutup kurung
$
Dolar Amerika
Depkes
Departemen Kesehatan
Dinkes
Dinas Kesehatan
PROM
Premature Repture Of The Membranes
SAD
Sepsis Awitan Dini
SPSS
Statistical Product And Service Solution
WHO
World Health Organization
xvi
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH KETUBAN PECAH
DINI DAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN
SEPSIS NEONATUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA
TAHUN 2016
OLEH
NURSASMITA NINGSIH
Abstrak
Sepsis neonatus sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan
dan perawatan neonatus. Neonatus, terutama bayi kurang bulan mempunyai pertahanan
fisik yang lemah dan fungsi imunitas yang imatur, sehingga menyebabkan rentan
terhadap invasi bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan BBLR,
Ketuban Pecah Dini (KPD), dan Persalinan Prematur dengan kejadian Sepsis Neonatus di
RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016. Metode penelitian ini adalah
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk
untuk mengetahui faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit terkait fenomena yang di
temukan berupa hubungan (BBLR, KPD dan persalinan Prematur) dengan kejadian
Sepsis Neonatus di RSUD Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016. Penelitian ini
dilaksanakan pada Maret 2016 sampai selesai dengan lokasi penelitian adalah BLUD RS
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 251 bayi,
dan adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 rekam medik bayi. Hasil penelitian
menggunakan analisis Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
BBLR dengan kejadian sepsis neonatus (PValue (0,878) > α), terdapat hubungan antara
KPD dengan kejadian sepsis neonatus (Pvalue (0.018) < α), tidak terdapat hubungan antara
persalinan prematur dengan kejadian sepsis neonatus (PValue (0,878) > α). Kesimpulan
yang didapatkan terdapat hubungan antara KPD dengan kejadian sepsis neonatus.
Disarankan adanya penanganan yang cepat dan tepat untuk menurunkan masalah yang
berhubungan dengan penyakit pada bayi baru lahir.
Kata kunci : Sepsis Neonatus, BBLR, KPD, Persalinan Prematur.
vii
RELATIONSHIP OF LOW BIRTH WEIGHT (LBW) ,
PREMATURERUPTURE OF MEMBRANE (PRM) AND PREMATURE
CHILDBIRTH WITH THE INCIDENCE OF NEONATAL SEPSIS IN
REGION PUBLIC SERVICE AGENCY (RPSA) OF BENJAMIN GULUH
HOSPITAL OF KOLAKA REGENCY IN 2016
Nursasmita Ningsih1 La Dupai2 Karma Ibrahim3
Public Health University of Halu Oleo Faculty 123
[email protected]@[email protected]
ABSTRACT
Neonatal sepsis until now stills a major problem in the field of neonatal services and
care. Neonates, especially preterm infants have the weak physical defense and
immature immune function, thus predispose to bacterial invasion. The purpose of this
study was to determine the relationship of low birth weight, premature rupture of
membranes (PRM), and premature childbirth with the incidence of neonatal sepsis in
Region Public Service Agency (RPSA) of Benjamin Guluh hospital of Kolaka
regency in 2016. This study method was analytic observational study with cross
sectional approach aimed to determine the risks factors and determinant of diseases
related phenomenon that found namely the relationship of (LBW, PRM and
premature childbirth) with the incidence of s neonatal sepsis in Region Public Service
Agency (RPSA) of Benjamin Guluh hospital of Kolaka regency in 2016. The study
was conducted in March 2016 until finish with the study site in RPSA of Benjamin
Guluh hospital of Kolaka regency. The population in this study was 251 infants, and
the sample in this study amounted to 70 of infant medical records. The results used
chi square analysis showed that there was no relationship between LBW with the
incidence of neonatal sepsis (ρ value (0.124)> α), there was relationship between the
PRM with the incidence of neonatal sepsis (ρ value (0.006) <α), there was no
relationship between premature childbirth with the incidence of neonatal sepsis (ρ
value (0.494)> α). The Conclusions that obtained is there is relationship between the
PRM with the incidence of neonatal sepsis. The Hospital Management is suggested to
fast and precise action to reduce the problems associated with the diseases in
newborns.
Keywords: Neonatal Sepsis, LBW, PRM, Premature Childbirth.
x
1
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis neonatus sampai saat ini masih merupakan masalah utama di
bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Infeksi neonatal menunjukkan ciri
khas yang tidak ditemukan pada usia kehidupan yang lain. Neonatus,
terutama bayi kurang bulan mempunyai pertahanan fisik yang lemah dan
fungsi imunitas yang imatur, sehingga menyebabkan rentan terhadap invasi
bakteri (yang secara normal hanya merupakan bakteri komensal). Sepsis
merupakan salah satu keadaan yang paling sering terjadi pada masa neonatal.
Sindrom klinis ini ditandai dengan gejala responsin flamasi systemic pada
saat tersebut sebagai akibat dari suatu kecurigaan atau pun sudah jelas
terdapat infeksi.
Walaupun teknik penatalaksanaan dan pelayanan intensif telah maju,
sepsis masih merupakan penyebab kematian utama pada masa neonatal,
tercermin dari insidens global sepsis neonatal yang tetap tinggi, dari
1−8/1.000 lahir hidup, dan dihubungkan dengan case fatality rate berkisar
10−50%.
Infeksi bayi baru lahir yang disebut sepsis neonatal adalah penyakit
yang sangat parah dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi. Gejala
klinis sepsis timbul sebagai akibat dari respons sistemik yang dapat berupa
hipotermia,hipertermia, takikardi, hiperventilasi dan letargi (Sofwan,2010).
Sepsis
adalah
respon
inflamasi
terhadap
infeksi.
Pendapat
lain
menyebutkan sepsis neonatus sebagai sindroma klinik penyakit sistemik
1
2
yang disertai bakteremia dan terjadi pada bulan pertama kehidupan
(Salenda, 2012).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011
menunjukkan angka kematian neonatal sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup
dan 80% kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Kematian neonatal
menyumbang lebih dari setengah angka kematian bayi 59,4%, sedangkan jika
dibandingkan
dengan
angka
kematian
balita,
kematian
neonatal
menyumbangkan 47,5%. Tiga penyebab utama kematian neonatal tersebut,
antara lain akibat infeksi 36%, prematuritas 28% dan asfiksia 23% (WHO,
2011).
Berdasarkan data WHO terdapat 10 juta kematian neonatus dari 130
juta bayi yang lahir setiap tahunnya. Secara global 5 juta neonatus meninggal
setiap tahunnya, 98% diantaranya terjadi di negara sedang berkembang.
Angka kematian bayi 50% terjadi pada periode neonatus dan 50% terjadi
pada minggu pertama kehidupan (Sianturi dkk, 2012).
Penyebab langsung mortalitas pada neonatus adalah sepsis, asfiksia
neonatorum, trauma lahir, prematuritas dan malformasi kongenital. Lebih dari
sepertiga dari 4 juta bayi meninggal di dunia setiap tahunnya yang
disebabkan oleh infeksi berat dan 25% dari 1000 bayi yang meninggal
disebabkan oleh sepsis neonatus (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
Insiden sepsis neonatus bervariasi dari 1-4 per 1000 kelahiran pada
negara maju dan 10-50 per 1000 kelahiran di negara berkembang. Laporan
WHO yang di kutip dari case fatality rate yang tinggi 40% pada kasus sepsis
3
neonatus (Putra, 2012). Angka kejadian sepsis pada neonatus di negara yang
sedang berkembang masih cukup tinggi berkisar 18 kasus setiap 1000
kelahiran dibanding di negara maju berkisar 1-5 kasus setiap 1000 kelahiran
(Sianturi dkk, 2012).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
mengestimasi angka kematian neonatus (AKN) di indonesia sebesar 19 per
1000 kelahiran hidup. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes)
Departemen Kesehatan tahun 2007 sepsis menjadi salah satu penyebab utama
kematian. Tingginya angka kematian neonatus yaitu sebesar 12%, disamping
penyebab-penyebab lain seperti gangguan/kelainan pernapasan 37% dan
prematuritas 34% (Wulandari,2014).
Berdasarkan data profil kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun
2012 jumlah kematian neonatal sebesar 221 kematian. Dimana penyebab
Kematian pada neonatal disebabkan oleh BBLR sebanyak 120 (54,2) orang,
asfiksia 89 (40,2%) orang, sepsis 9 (4,0%) orang dan tetanus 3 (1,3%) orang,
dengan demikian total kematian neonatal tahun 2012 adalah 221 orang, hal
ini menunjukkan masa neonatal merupakan resiko kematian bayi paling
tinggi yaitu 221 kematian dari 693 (31,8 %)bayi. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara melaporkan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN)
pada tahun 2013 sebanyak 13 per 1000 kelahiran hidup kemudian pada tahun
2014 menurun 1 poin menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian neonatal yaitu 28% BBLR, Asfiksia 23%, Sepsis 3,35%, masalah
laktasi 0,23%, dan lain-lain 45% (Dinkes Sultra 2014).
4
Berdasarkan data dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RS
Benyamin Guluh Kolaka jumlah kelahiran bayi hidup terdapat 402 bayi, dan
terdapat 44 (10,95%) yang terdiagnosa sepsis neonatus pada tahun 2014. Dari
laporan penelitian pada sepsis neonatus yang terjadi segera setelah lahir,
menunjukkan adanya satu atau lebih faktor risiko pada riwayat kehamilan
setelah persalinan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah Berat Badan
Lahir Rendah, Ketuban Pecah Dini dan persalinan prematur (laporan BLUD
RS Benyamin Guluh, 2014).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga merupakan faktor risiko
kejadian sepsis neonatus dimana Berat lahir memegang peranan penting pada
terjadinya sepsis neontus. Dilaporkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah
mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi terjadi sepsis dari pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram. Menunjukkan bahwa BBLR dan
prematuritas 4,85 kali risiko terjadinya sepsis neonatal. Berat badan lahir
rendah (pertumbuhan janin terhambat) dan prematuritas merupakan faktor
prediktor angka kejadian mortalitas pada neonatus dengan sepsis neonatorum
(Wilar, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).
5
KPD merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sepsis neonatal. Sepsis
neonatorum sering di hubungkan dengan ketuban pecah dini karena infeksi
dengan ketuban pecah dini saling mempengaruhi. Infeksi genetalian pada ibu
hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini, demikian pula ketuban pecah
dini dapat memudahkan infeksi Ascendens pada bayi (Indrawarman, 2012).
Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Persalinan prematur merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas neonatal, yaitu 60-80% di seluruh dunia (Oroh, 2015). Bayi yang
lahir prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit,
disabilitas dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual, pendengaran,
sikap, emosi sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan
dengan bayi normal (Zhang et al., 2012).
Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka penelitian ini dianggap
penting dengan judul Hubungan BBLR, KPD dan Persalinan Prematur
Dengan Kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Hubungan BBLR, KPD dan Persalinan
Prematur Dengan Kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka Tahun 2016 ?.
6
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan BBLR, Ketuban Pecah Dini (KPD),
dan Persalinan Prematur dengan kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian Sepsis Neonatus
di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
b.
Untuk mengetahui hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan
kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka tahun 2016.
c.
Untuk mengetahui hubungan persalinan prematur dengan kejadian
Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka
tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah landasan ilmiah dan
kerangka konseptual mengenai hubungan BBLR, KPD dan Persalinan
Prematur dengan kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka atau sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti
selanjutnya.
7
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan
masukan bagi Rumah Sakit dalam upaya menurrunkan angka kematian ibu
dan balita sehingga turut berkontribusi terhadap indikator MDGs.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Diharapkan
dapat
menambah
pengalaman,
wawasan
dan
pengetahuan peneliti tentang hubungan BBLR, Ketuban Pecah Dini (KPD)
dan persalinan prematur terhdap kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
E. Ruang lingkup / Batasan penelitian
Penelitian ini dilakukan di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka dalam penelitian ini, ruang lingkup variable penelitian hanya terbatas
pada Bayi baru lahir termasuk data kejadian BBLR, KPD dan Persalinan
Prematur
F. Definisi dan Istilah, Glosarium
Istilah
Arti
BBLR
Berat Badan Lahir Rendah
EOS
Early Onset Sepsis
KPD
Ketuban Pecah Dini
LOS
Late Onset Sepsis
Neonatus
Masa usia anak dari sejak lahir sampai
4 minggu (0-28 hari)
Peradangan di seluruh tubuh yang
disebabkan oleh infeksi
Sepsis
8
WHO
World Health Organisation
Escherichia coli
bakteri yang umum ditemukan di
dalam usus besar manusia
suatu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi serius dan fatal
pada bayi, anak-anak, orang sakit dan
lanjut usia, serta orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah
bakterigram-negatif penyebab
penyakitmeningitis dan
meningococcemia
infeksi cairan ketuban
Listeria monocytogenes
Neisseria meningitidis
Amnionitis
Endometritis
Hipotermia
Ikterus neonatorum
Hidramnion
Iritabilitas
Necrotizing enterocolitis
suatu kondisi medis yang ditandai
dengan peradangan pada lapisan
dalam rahim yang umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri.
suatu kondisi di mana inti suhu turun
di bawah yang diperlukan untuk
metabolisme dan fungsi tubuh yang
didefinisikan
perubahan warna menjadi kuning
yang terjadi pada neonatus atau bayibayi yang baru lahir.
suatu kondisi dimana terdapat
keadaan dimana jumlah air ketuban
melebihi dari batas normal
kemampuan untuk menanggapi
rangsang.
infeksi dan pembengkakan pada perut.
Sering ditemui pada bayi yang terlahir
prematur.
G. Organisasi / sistematika
Proposal penelitian ini berjudul Hubungan BBLR, Ketuban Pecah
Dini (KPD), dan Persalinan Prematur dengan kejadian Sepsis Neonatus di
BLUD RS
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka
Tahun 2016, yang di
bimbing oleh Drs. H. La Dupai, M.Kes (Pembimbing I) dan Karma
9
Ibrahim.,SKM.,M.Kes (Pembimbing II). Serta Hariati Lestari, SKM.,M.Kes
(Penguji I), Lymbran Tina, SKM.,M.Kes (Penguji II), dan Jusniar Rusli,
SKM., M.Kes (Penguji III).
10
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sepsis Neonatal
1. Sepsis Neonatal
Sepsis adalah sindrom/kumpulan gejala respon inflamasi sistemik
(Systemic Inflamatary Respons Syndrome-SIRS) yang terjadi sebagai
akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit (Aminullah, 2014).
Departemen Kesehatan RI (2007) mendefinisikan sepsis neonatus adalah
suatu sindrom klinis dari penyakit sistemik karena infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan bayi yang disebabkan antara lain oleh bakteri,
virus, jamur dan protozoa (Mohtar, 2005).
Sepsis adalah respon inflamasi terhadap infeksi. Pendapat lain
menyebutkan sepsis neonatorum sebagai sindroma klinik penyakit
sistemik yang disertai bakteremia dan terjadi pada bulan pertama
kehidupan (Salenda, 2012). Infeksi bayi baru lahir yang disebut sepsis
neonatal adalah penyakit yang sangat parah dan menyebabkan morbiditas
dan mortalitas tinggi. Gejala klinis sepsis timbul sebagai akibat dari
respons sistemik yang dapat berupa hipotermia,hipertermia, takikardi,
hiperventilasidan letargi (Feigin RD dalam sofwan,2010). Sepsis adalah
infeksi berat yang umumnya di sebabkan oleh bakteri, yang bisa berasal
dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus, saluran kemih atau
kulit yang menghasilkan toksin atau racun. Toksin ini menyebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh menyerang organ dan jaringan tubuh
sendiri. Sepsis dapat mengakibatkan komplikasi yang serius mengenai
10
11
ginjal, paru-paru, otak dan pendengaran, bahkan juga menyebabkan
kematian (Putra SR, 2012).
Ada dua macam sepsis neonatal yaitu sepsis awitan dini (early
onset sepsis/EOS) dan sepsis awitan lanjut (late onset sepsis/LOS) bahwa
EOS adalah sepsis yang terjadi dalam 24 jam, atau terjadi dalam 24 jam
sampai 6 hari, atau ada juga yang menyatakan terjadi dalam 72 jam,
sedangkan LOS adalah sepsis yang terjadi >6 hari atau >72 jam. Selain
itu, ada juga istilah very late onset sepsis, yaitu onset >30 hari (Klein Jo
dalam Efendi, 2013).
Infeksi pada neonatus dapat terjadi pada saat fase antenatal yaitu
infeksi yang berasal dari ibu melewati plasenta dan umbilikus yang
masuk ke janin, disebabkan oleh Streptococcus group B (SGB). Infeksi
disebabkan oleh virus 10 menembus plasenta, antara lain virus rubella,
herpes, sitomegalokoksaki, influensa, parotitis. Bakteri yang dapat
melewati plasenta antara lain malaria, sipilis dan toxoplasma. Infeksi
pada fase intranatal yaitu infeksi yang berasal dari vagina yang sering
menyebabkan ketuban pecah dini lebih dari 18-24 jam. Hal ini dapat
menyebabkan bayi terkontaminasi kuman melalui saluran pernapasan
ataupun saluran cerna (Aminullah, 2014). Cara lain yaitu saat persalinan,
dimana infeksi terjadi pada janin melalui kulit bayi atau port de entre
yaitu saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman
misalnya herpes genetalia, candida albicans dan gonorrhea. Infeksi
yang didapat saat pascanatal yaitu infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
12
yang disebabkan infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim yaitu
melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman (dot). Perawat atau tenaga kesehatan yang
bertugas memberikan asuhan kepada bayi, dapat menyebabkan terjadinya
infeksi nosokomial. Infeksi ini juga dapat melalui luka umbilikus
(Surasmi, 2003).
2. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir adalah:
a. Prematuritas dan BBLR
b. Ketuban pecah sebelum waktunya
c. Demam/infeksi pada ibu
d. Resusitasi pada bayi
e. Kembar
f. Prosedur invasif
g. Galaktosemia (predisposisi sepsis E. coli), defek imunitas, atau asplenia
h. Faktor lain (jenis kelamin, pemberian ASI, sosioekonomi rendah,
kekurangwaspadaan penjagaan infeksi/cuci tangan) (Haris MC dalam
Efendi SH,2013).
3. Patofisiologi
Menurut Fairchild KD dalam Raden NS (2008) infeksi pada neonatus
dapat melalui beberapa cara, yaitu :
13
a. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini
kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.
Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini adalah :
1) virus rubella, polimyelitis, coxsackie, variola, vaccinia, cytomegalic
inclusion,
2) spirochaeta, yaitu treponema pallidum,
3) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. coli dan
Listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi
melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan
amniondan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi
cairan amnion tersebut.
b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi dari pada cara lain.
mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Selain itu infeksi dapat
juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina
misalnya blenorea dan oral trush.
14
c. Infeksi pascanatal
Terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai
akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebenarnya sebagian besar
dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal
ini sangat tinggi. Bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan
terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
4. Etiologi
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri
seperti E.coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis, Streptokokus
pneumonia, Haemophilus influenza tipe b, Salmonella dan Streptokokus
grup B. Semua jenis bakteri tersebut adalah penyebab sepsis pada bayi baru
lahir. Sepsis terjadi apabila bakteri masuk ke tubuh bayi dari ibu selama
kehamilan dan persalinan (Putra SR, 2012). Menurut Setiati & Ardikusumah
dalam Raden NS (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sepsis
neonatorum menjadi:
a. Inang
Prematuritas, kehamilan kembar, kelainan kongenital, faktor imunitas
(defek fungsi granulosit yaitu daya kemotaksis, kemampuan fagositas
dan bakterisid terganggu) .
15
b. Faktor Ibu
Ras, kesehatan ibu, flora vagina, perawatan antenatal, penyakit ibu
seperti bakteri simptomatik, bakteriemia/viremia, panas, ketuban pecah
lama (>24 jam), amnionitis, endometritis, pendarahan banyak, kala II
lama disertai fetal distres.
c. Faktor Lingkungan
Infeksi Ascendens melalui kulit amnion yang utuh, aspirasi cairan
amnion ke dalam parulsaluran cerna, transmisi melalui plasenta, asfiksia,
prematur, anomali kongenital, amnipulasi tindakan atau pengobatan.
5. Tanda dan Gejala
Gejala atau tanda klinis sepsis tersering pada penelitian Juniatiningsih A,
ini
adalah
distress
pernapasan,
letargi
dan
suhu
tidak
stabil
(hipotermia/hipertermia). Ikterus, kejang, diare, perdarahan dan konjungtivitis
jarang ditemukan karena umumnya pasien terdiagnosis tersangka sepsis pada
tahap yang dini (Juniatiningsih A, 2008).
Sepsis pada bayi baru lahir memiliki gejala yang bervariasi. Umumnya,
bayi terlihat tidak seperti biasanya. Menurut Putra SR, 2012 gejala sepsis
pada bayi baru lahir dapat berupa beberapa hal berikut:
a. Tidak mau minum ASI atau muntah.
b. Suhu tubuh > 38 oC diukur melalui anus atau lebih rendah dari normal,
suhu tubuh tidak stabil.
c. Rewel.
d. Lemas dan tidak responsif.
16
e. Tidak aktif bergerak.
f. Perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis, kemudian pelan
pada sepsis lanjutan).
g. Bernafas sangat cepat atau kesulitan bernafas.
h. Ada saat bayi henti nafas lebih dari 10 detik.
i. Perubahan warna kulit (pucat atau biru).
j. Kuning pada kulit dan mata.
k. Ruam kemerahaan.
l. Kurang produksi urine.
6. Pencegahan
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan
gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan
yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.
Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila
benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan
dan menghindari luka pada kulit dan selaput lendir.
17
c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri,
perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari luka pada
selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan
desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi
secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik.
Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.
Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara
rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi. (Prawirohardjo, 2004)
7. Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan
Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh,
tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam
otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara
parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau
18
ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi.
B. Tinjauang Umum Tentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi lahir yang berat
lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2449
gram. (Prawirohardjo, 2006) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan, baik prematur maupun cukup bulan. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Unuk keperluan bidan di
desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan
dalam 24 jam pertama ( Depkes RI, 2009). Pada BBLR mempunyai
kesulitan untuk beradaptasi dgn kehidupan ekstra uterine akibat
ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung,
ginjal, hati, dan sistem pencernaannya Beberapa masalah gangguan alat
pencernaan dan masalah nutrisi pada BBLR antara lain reflek menelan dan
menghisap bayi yang lemah, daya untuk mencerna, mengabsorbsi lemak,
laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu
berkurang (Maryuni, 2013).
2. Klasifikasi BBLR
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) ada beberapa cara dalam
mengelompokkan BBLR yaitu:
19
a. Menurut harapan hidup
1) Berat badan lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
2) Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500
gram
3) Berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni; masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan.
2) Dismaturitas; bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan.
3. Faktor-faktor Penyebab BBLR
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR menurut
Prawirohardjo (2005) adalah:
a. Faktor Ibu
1) Umur bumil kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
2) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
3) Gizi saat hamil yang kurang
4) Faktor pekerja yang terlalu berat
20
5) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung dan lain-lain
b. Faktor Kehamilan
1) Hamil ganda (gemeli)
2) Hamil dengan hidramnion
3) Perdarahan antepartum
4) Komplikasi kehamilan (Preeklampsi/ eklampsi, ketuban pecah
dini).
5) Plasenta previa
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan
2) Infeksi dalam rahim
d. Faktor pendukung lainnya (nutrisi, perokok, peminum alkohol, budaya,
sosial ekonomi, dan lain-lain).
4. BBLR dibagi Menjadi 2 Golongan
a. Premature murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai untuk usia kehamilan (Surasmi,2003).
b. Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami
retasdasi peribahan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya (Proverawati, 2010).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya sepsis neonatorum karena 37% sampai 80% kasus BBLR
merupakan
kasus
prematuritas.
Bayi
lahir
dengan
prematuritas
21
menyebabkan immaturitas sistem imun berupa penekanan pembentukan
gamma globulin oleh sistem limfoid (Guyton &Hall, 1997). Immaturitas
sistem imun akan menyebabkan gangguan fungsi imunologi berupa
penurunan aktivitas fagosit pada sel darah putih dan penurunan produk
sitokin dan akan terjadi kegagalan dari sistem kekebalan humoral.(Karnen
Garna,2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon D di RSUD Curup
Kabupaten Rejang Lebong (2008), hasil penelitian menunjukkan tidak
ada hubungan berat badan lahir dengan kejadian sepsis neonatorurn. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bayi
dengan BBLR berisiko tinggi mengalami infeksi atau sepsis neonatorum.
Bayi BBLR berisiko mengalami sepsis neonatom karena pada bayi dengan
BBLR pematangan organ tubuhnya (hati, paru, pencernaan, otak, daya
pertahanan tubuh terhadap infeksi, dll) belum sempurna, maka bayi BBLR
sering mengalami komplikasi yang berakhir dengan kematian. Pada bayi
berat badan normal, minggu pertama setelah lahir berat bayi akan turun,
kemudian
akan
naik sesuai dengan pertumbuhan bayi. Pada BBLR
menurunnya berat badan bayi dapat terjadi setiap saat, karena biasanya ada
masalah pemberian air susu ibu (ASI). Akibat bayi kurang atau tidak
mampu menghisap ASI, bayi menderita infeksi atau mengalami kelainan
bawaan. Demikian juga Manuaba menyatakan bahwa bayi BBLR pusat
pengatur pernafasan belum sempurna, surfaktan paru-paru masih kurang,
sehingga perkembangannya tidak sempurna, otot pernafasan dan tulang
22
iga masih lemah yang mengakibatkan oksigen masuk ke otak kurang, jika
oksigen
O2 kurang
maka
kuman
anaerob
mudah
berkembang
menyebabkan mudah terjadi infeksi (Simbolon, 2008).
C. Tinjauan Umum Tentang Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Ketuban Pecah Dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang
terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho,
2010). KPD atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika
ketuban pecah sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban
pecah dini kehamilan preterm atau PROM.
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan amnion sebelum
waktunya mulai persalinan, terjadi sekitar 7-12% kehamilan. Ketuban pecah
dini sering dikaitkan dengan sepsis neonatorum karena berhubungan dengan
infeksi genetalia bawah ibu hamil. Infeksi genetalia bawah ibu hamil dapat
menyebabkan ketuban pecah dini, demikian pula ketuban pecah dini dapat
memudahkan infeksi Ascendens pada bayi (Indrawarman, 2012).
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang
berisi cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di
sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar
disebut chorion.
Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari
benturan yang diakibatkan oleh lingkungan di luar rahim. Selain itu
23
air ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah
(Utomo AH, 2013).
Menurut Sumiyoga (2007) mendapatkan insidensi sepsis neonatorum
pada KPD kehamilan aterm adalah 4,4%, Remington (2012) mendapatkan
KPD merupakan penyebab terjadinya prematuritas, sebagai faktor risiko
sepsis neonatorum dan kematian perinal. Menurut Leal (2012), KPD >24
jam memiliki peluang 3,38 kali untuk mengalami sepsis dibandingkan yang
tidak mengalami KPD (RR=3,38, 95%CI:1,80-6,32). Ibu yang mengalami
KPD memiliki peluang 7,5 kali berisiko mengalami sepsis OR=7,595
95%CI:3,593-16,058 (Simbolon, 2008).
2. Faktor yang mempengaruhi KPD
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi
persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah
antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang
sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya
dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.
24
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa
uang yang mempengaruhi seseorang
dalam memenuhi kehidupan
hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari
anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas
yaitu
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah
seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin
mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
3. Komplikasi ketuban pecah Dini
Menurut Manuaba, 2009) komplikasi yang biasa terjadi pada KPD
meliputi ;
a. mudah terjadinya infeksi intra uterin
b. partus premature
c. prolaps bagian janin terutama tali pusat.
Menurut Prawirohardjo (2010) terdapat tiga komplikasi utama yang
terjadi pada ketuban pecah dini yaitu:
1) peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas
25
2) komplikasi selama persalinan dan kelahiran
3) resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi
karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang
terhadap masuknya penyebab infeksi.
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatal yang didapat dari ibu
meliputi ketuban pecah dini/lebih 18 jam, demam lebih 380C, cairan
ketuban hijau, keruh dan berbau, serta kehamilan multipel. Faktor risiko
pada bayi meliputi prematuritas, berat lahir rendah, gawat janin, asfiksia
neonatorum, serta faktor lain yaitu prosedur cuci tangan yang tidak benar
(Kosim,2010).
Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka
terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak
(Prawirohardjo, 2010). Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu
sehubungan dengan KPD ialah terjadinya korioamnionitis dengan atau
tanpa sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi. Terjadinya infeksi maternal
sehubungan dengan KPD tergantung dari lamanya masa laten, dimana
makin muda umur kehamilan makin memanjang periode laten sedangkan
persalinan lebih pendek dari biasanya, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6
jam. Risiko pada bayi dengan
KPD ialah kelahiran prematur dengan
segala akibatnya yaitu infeksi, gawat janin, dan persalinan traumatik. Bila
masa laten >24 jam, maka angka kematian perinatal meningkat dan
insiden amnionitis meningkat >50% (Lowing, 2015).
26
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa air ketuban keruh (air
ketuban bercampur mekonium) merupakan salah satu faktor risiko ibu
yang menyebabkan terjadinya sepsis bayi baru lahir.
D. Tinjauan Umum tentang Persalinan Prematur
1. Persalinan Prematur
Persalinan prematur dapat didefinisikan sebagai persalinan yang
terjadi antara usia kehamilan kurang dari 37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Rompas dalam Oroh, 2015). Kelahiran prematur
yaitu bayi lahir hidup kurang dari 37 minggu kehamilan, menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi yang lahir prematur
memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit, disabilitas
dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual, pendengaran, sikap,
emosi sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan
dengan bayi normal (Zhang et al., 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zhang, 2012 yang
menyatakan bahwa ibu dengan riwayat persalinan prematur berisiko
20,888 kali untuk melahirkan prematur lagi. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Utami tahun 2009 yang menyatakan bahwa
riwayat persalinan prematur merupakan faktor risiko kejadian kelahiran
prematur dengan OR sebesar 3,413.
2. Klasifikasi prematur atau preterm
menurut Wiknjosastro (2005) kalasifikasi prematur atau preterm yaitu:
27
a. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) 24-30 minggu.
Bayi dengan gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup
terutama dinegara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang intensif.
b. Bayi pada derajat prematur sedang (moderately premature) 31-36
minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik
dari golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian
hari juga lebih ringan, asal pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul
intensif.
c. Borderline premature; masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti
bayi matur dan dikelola seperti bayi matur. Sehingga bayi ini harus
diamati dengan seksama.
3. Faktor Risiko Persalinan Preterm
Menurut Bobak (2004) faktor risiko persalinan pretem yaitu:
a. Risiko demografik; ras, usia (kurang dari 17 tahun dan lebih dari 40
tahun), status sosial ekonomi rendah, belum menikah, tingkat
pendidikan rendah.
b. Risiko medis; riwayat preterm atau abortus, anomali uterus, penyakit
medis, risiko kehamilan saat ini (gemeli, hidramnion, kenaikan BB
kecil,
kelainan
placenta,
pembedahan
inkompetensi serviks, KPD, anomali janin).
abdomen,
infeksi,
28
c. Risiko perilaku dan lingkungan; nutrisi buruk, merokok (lebih dari
10 batang sehari), penyalahgunaan alkohol, jarang atau tidak
mendapat ANC.
d. Faktor risiko potensial; stress, iritabilitas uterus, peristiwa yang
memicu kontraksi uterus, perubahan serviks sebelum awitan
persalinan, ekspansi volume plasma yang tidak adekuat, defisiensi
progesterone, infeksi.
Infeksi endometrium lebih sering terjadi pada ibu setelah
persalinan preterm yang dapat mengakibatkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi
neonatal lebih tinggi (kartikasari, 2010). Bayi yang lahir dari ibu yang
menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan
risiko distres pernafasan, sepsis neonatal necrotizing enterocolitis serta
perdarahan intraventrikuler berisiko 3 kali (Rompas, 2004).
E. Tinjauan Umum Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya
1. Hermawan, Tetty Yuniti, Aris Primadi Tahun 2015, yang meneliti
tentang Hubungan antara Hipokalsemia dengan Prognosis Buruk pada
Sepsis Neonatal dengan jenis penelitian Cross sectional Study,
Berdasarkan analisis uji chi kuadrat dan eksak Fisher terdapat tiga
variabel bebas yang mempunyai faktor risiko yang berhubungan secara
statistik dengan prognosis buruk yang kemudian dilakukan analisis
regresi logistik ganda.
29
2. Eko Sulistijono, Brigitta Ida RVC, Siti Lintang K, Astrid Kristina K
(tahun 2013), yang meneliti tentang Faktor Risiko Sepsis Awitan Dini
pada Neonatus, Penelitian ini bersifat retrospektif dengan mengambil
data dari rekam medis, Faktor maternal (ibu) yang menunjukkan peran
signifikan adalah menunjukkan bahwa riwayat adanya KPD berisiko 3,5
kali terjadi sepsis pada bayi yang dilahirkan dibandingkan ibu tanpa
KPD, sedangkan faktor-faktor maternal lain tidak menunjukkan hasil
signifikan.
3. Anita Juniatiningsih, Asril Aminullah, Agus FirmansyahTahun 2008,
yang
meneliti
tentang
Profl
Mikroorganisme
Penyebab
Sepsis
Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta, Dari 334 kasus tersebut 7 kasus memenuhi
kriteria inklusi, 5 kasus dikeluarkan dari penelitian karena ketidak
lengkapan data, sehingga terdapat 02 kasus yang dapat dianalisis dengan
hasil kultur darah positif sebanyak 42 kasus (4,2%).
4. Dewie Sulistyorini, Shinta Siswoyo Putri. Tahun 2015, yang meneliti
tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di
Puskesmas pedesaan kabupaten Banjarnegara tahun 2014, Penelitian ini
merupakan penelitian survey analitik yaitu suatu penelitian yang
menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan pendekatan
retrospective. Dari 8 variabel (paritas, usia ibu, jarak kehamilan, umur
kehamilan, anemia, status gizi, preeklamsi dan gemelli), terdapat 3
variabel yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR karena nilai (p) lebih
30
dari a (0,05) yaitu status gizi (p=0,036), gemelli (p=0,148) dan anemia
(p= 0,203).
5. Intan Fitri Ramdani, Dicky Santosa, Risky Suganda Tahun 2014, yang
meneliti tentang Faktor Penyulit pada Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang
Dirawat di RSUD Al – Ihsan Bandung Tahun 2014, Penelitian ini
bersifat deskriptif retrospektif dengan metode cross sectional atau potong
lintang. Serta menggunakan data rekam medis. RSUD Dr. Harjono
Ponorogo tahun 2012 menyatakan bahwa 81,8% kelahiran BBLR
memiliki kadar bilirubin yang tidak normal. Hiperbilirubinemia dapat
disebabkan oleh imunitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar.
6. Joshua G. A. Lowing Rudy Lengkong Maya Mewengkang Tahun 2015
yang meneliti tantang Gambaran ketuban pecah dini Di rsup prof dr. R.
D. Kandou Manado Metode penelitian ini ialah retrospektif deskriptif
dengan menggunakan rekam medik Persalinan prematur merupakan
kelainan proses yang multi faktoral. Kombinasi keadaan obstetrik,
sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan prematur. Risiko tunggal dijumpai seperti distensi
berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma.
7. Arie Haryo Utomo Tahun 2013, yang meneliti tentang Analisa masalah
ketuban pecah dini terhadap paritas di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
dengan pendekatan studi
analitik. Jenis penelitian ini
dengan
31
menggunakan jenis penelitian studi potong lintang (cross sectional),
jumlah paritas merupakan faktor risiko terhadap KPD. Meskipun tidak
bermakna secara statistik, namun terlihat kecenderungan risiko KPD
yaitu 1,5 kali lebih besar pada ibu yang memiliki jumlah paritas risiko
tinggi dibandingkan ibu yang memiliki jumlah paritas risiko rendah.
8. Siva Oroh Eddy Suparman Hermie M. M. Tendean Tahun 2015, yang
meneliti tentang Karakteristik persalinan prematur di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado Penelitian ini
bersifat
deskriptif retrospektif
dengan memanfaatkan data sekunder berupa catatan medik, Pada
penelitian ini didapatkan tertinggi pada jenis persalinan spontan letak
belakang kepala. Seksio sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik
bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
9. Novhita Paembonan, Jumriani Novhita Paembonan, Jumriani Ansar ,
Dian Sidik Arsyad Tahun 2012, yang meneliti tentang Faktor risiko
kejadian kelahiran prematur di rumah sakit ibu dan anak Siti Fatimah
kota Makassar Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional
analitik dengan rancangan case control study. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa paritas bukan faktor risiko kejadian kelahiran
prematur. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Eiriksdottir et al
(2013) di Islandia yang menyatakan bahwa paritas bukan faktor risiko
persalinan prematur (1,15; 95% CI: 0,91-1,45).
32
F. Kerangka Teori Penelitian
Kerangka teori dalam penelitian ini yaitu gabungan dari beberapa teori
penyebab sepsis Neonatus, adapun faktor penyebab sepsis neonatus yaitu
faktor ibu diantaranya Ruptur selaput ketuban yang lama, Persalinan
prematur, Amnionitis klinis, Demam maternal, Persalinan yang lama,
Ketuban Pecah Dini >18 jam, Korioamnionitis maternal (ibu demam 38C)
dan faktor Bayi diantaranya prematuritas, berat lahir, adanya asfiksia, adanya
cacat bawaan, tindakan invasive, status imun dan nutrisi parental.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Faktor Ibu
Ruptur selaput ketuban yang
lama
Persalinan prematur
Amnionitis klinis
Demam maternal
Persalinan yang lama
Ketuban Pecah Dini >18 jam
Korioamnionitis
maternal(ibu demam 38C)
7
Faktor Bayi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sepsis Neonatus
Sumber: Efendi SH,2013
Gambar 1. Kerangka Teori
Prematuritas
Berat lahir
Adanya asfiksia
Adanya cacat bawaan
Tindakan invasive
Status imun
Nutrisi parental
33
G. Kerangka Konsep Penelitian
Dari kerangka teori diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
yaitu Variabel Terikat Sepsis Neonatus dan variabel bebas BBLR, KPD,
Persalinan Prematur.
BBLR
SEPSIS
NEONATUS
KPD
Persalinan prematur
Keterangan :
Variabel Independen/ Variabel Bebas
Variabel Dependen/Variabel Terikat
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
34
H. Hipotesis Penelitian
H0 :
Tidak ada hubungan BBLR dengan kejadian Sepsis Neonatus
di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
Ha :
Ada hubungan BBLR dengan kejadian Sepsis Neonatus di
BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
H0 :
Tidak ada hubungan KPD dengan kejadian Sepsis Neonatus di
BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
Ha :
Ada hubungan KPD dengan kejadian Sepsis Neonatus di
BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
H0 :
Tidak ada hubungan Persalian Prematur dengan kejadian
Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka tahun 2016.
Ha :
Ada hubungan Persalian Prematur dengan kejadian Sepsis
Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka
tahun 2016.
35
III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional study. Metode penelitian analitik adalah
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama memperoleh
penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit terkait fenomena
yang di temukan berupa hubungan (BBLR, KPD dan persalinan Prematur)
dengan kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka tahun 2016.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2016 sampai selesai. Adapun
lokasi penelitian ini adalah BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka
Tahun 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir hidup
di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka sebanyak 251 Bayi pada
tahun 2016.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diselidiki dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi
(Arikunto, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
35
36
dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dengan
menggunakan tabel acak.
Menurut Nursalam (2003) penentuan kriteria sampel sangat
membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika
terdapat variabel-variabel perancu yang ternyata mempunyai pengaruh
terhadap variabel yang diteliti. Kriteria sampel tersebut meliputi:
a. Kriteria Inklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua rekam medik
persalinan di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka pada tahun
2016, yang tersedia data mengenai Kejadian Sepsis, BBLR, KPD, dan
persalinan prematur.
b. Kriteria Eksklusi.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Persalinan ibu yang
tidak di lakukan di BLUD RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun
2016.
Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini digunakan rumus :
n=
Z2 1-a/2 P (1- P) N
d2 (N-1) + Z2 P(1-P)
(Lemeshow, 1997).
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Z2 1-a/2 = tingkat kemaknaan (ditetapkan peneliti)
P = Proporsi estimasi (0,5)
37
d = Presisi (0,1)
sehingga perhitungan sampel adalah sebagai berikut :
Z2 1-a/2 P (1- P) N
n=
d2 (N-1) + Z2 P(1-P)
(1,96)2 0,5 (1-0,5) 251
n=
(0,1)2 (251-1) + (1,96)2 0,5 (1-0,5)
n = 241,0604
2,5 + 0,9604
n = 69,66
n = 70
Jadi jumlah sampel keseluruhan pada penelitian ini adalah 70 responden
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Tabel 1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
No
1
Variabel
2
Definisi Operasional
KriteriaObjektif
3
4
Alat
5
Skala
6
1
Sepsis
Neonatus
sepsis neonatus
adalah suatu sindrom
klinis dari penyakit
sistemik karena
infeksi selama satu
bulan pertama
kehidupan bayi yang
disebabkan antara
lain oleh bakteri,
virus, jamur dan
protozoa (Mohtar,
2005)
1. Ya : “Bila hasil
diagnos dokter pada
catatan medis
menunjukkan
neonatus
mengalami Sepsis”
2. Tidak : “Bila hasil
diagnos dokter pada
catatan medis
menunjukkan
neonatus tidak
mengalami sepsis”
Rekam
medis
dan
Lembar
Ceklis
Nominal
2
Berat
Baadan
Lahir
Rendah
(BBLR)
Berat badan lahir
rendah (BBLR) ialah
bayi lahir yang berat
lahirnya saat
kelahiran kurang dari
2500 gram atau
sampai dengan 2449
gram.
(Prawirohardjo,
2006)
1. Tidak = “Tidak
BBLR, jika bayi berat
badan lahir 2500 –
4000 gram”
Rekam
medis
dan
Lembar
Ceklis
Nominal
2. Ya = “BBLR, jika
berat badan lahir <
2500 gr” (Proverawati
38
dan Ismawati, 2010)
3
Ketuban
Pecah Dini
(KPD)
4
Persalinan
Prematur
KPD adalah
Ya
ya : “jika selaput ketuban Rekam
pecahnya ketuban
pecah sebelum permulaan medis
sebelum waktu
persalinan tanpa
dan
melahirkan yang
memandang kehamilan Lembar
terjadi pada saat akhir preterm atau aterm”
Ceklis
kehamilan maupun
jauh sebelumnya
2) Tidak: jitidak : “jika selaput ketuban
(Nugroho, 2010).
pecah setelah Permulaan
persalinan” (ade
kurniawati 2012).
Persalinan prematur
1. Prematur : “bila
Rekam
dapat didefinisikan
persalinan yang
medis
sebagai persalinan
terjadi usia
dan
yang terjadiantara
kehamilan <37
Lembar
usia kehamilan 20 minggu”
Ceklis
<37 minggu dihitung 2. Normal : “bila
dari hari pertama haid
persalinan yang
terakhir (Rompas
terjadi usia
dalam Oroh, 2015).
kehamilan >37
minggu”
Nominal
Nominal
E. Pengumpulan Data Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan data sekunder
yang dikumpulkan berupa data rekam medis neonatus BLUD RS Benyamin
Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2016.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian
adalah
alat-alat
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini instrument yang
digunakan berupa :
1.
Data Rekam Medis Neonatus
2.
Lembar Ceklis
39
3.
Dokumentasi, yaitu mengambil data yang akan didokumentasikan oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian
4.
Perangkat Keras computer dan perangkat lunak yang menunjang
pengolahan data
G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a.
Variabel terikat (Variable dependent) adalah sepsis neonatus
b.
Variabel bebas (Variable independent) adalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Ketuban Pecah Dini (KPD) dan Persalinan Prematur.
H. Pengolahan dan Analisis Data
1.
TeknikPengolahan Data
Pengolahan
data
dilakukan
secara
komputerisasi
dengan
menggunakan analisis SPSS, dan disajikan dalam bentuk table dan
disertai dengan penjelasan
2.
Analisis Data
a. AnalisisUnivariat
Analisis statistik univariat digunakan untuk mendapatkan
gambaran karakteristik
umur ibu, usia kandungan pada saat
melahirkan, pekerjaan, dan pendidikan Ibu serta distribusi variable
dependen berupa sepsis neonatus dan variable independen yaitu Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR), Ketuban Pecah Dini (KPD) dan Persalinan
Prematur.
40
b. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variable
independen dengan variable dependen, yaitu bagaimana hubungan
antara Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Ketuban Pecah Dini
(KPD) dan Persalinan Prematur terhadap sepsis neonatus di BLUD RS
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016 dengan menggunakan
uji statistic Chi Square dengan table kontingensi 2x2, pada tingkat
kepercayaan 95% (α=0,05)
RΦ =
| ad | – | bc |
(a + b)(c + d)(a + c)(b + d)
Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program
komputerisasi seperti SPSS adalah sabagai berikut:
1) Bila pada table kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang
dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bila pada table kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction
3) Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3
dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Person ChiSquare.
41
4) Bila pada table kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga
menjadi table kontigency 2x2 (Budiarto, 2002).
I.
Penyajian Data
Data yang diperoleh dan telah diolah kemudian ditampilkan dalam
bentuk table dan diinterpretasikan dalam bentuk penjelas
42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Instansi
Status Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka sebagai Badan
layanan Umum milik Pemerintah Daerah Kab. Kolaka. Rumah Sakit ini
adalah Rumah Sakit Type C yang merupakan pusat rujukan pasien yang
berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan dari seluruh kecamatan di
Kabupaten Kolaka dan sekitarnya.. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. YM.01.10/III/5061/2009 tanggal 29 Desember 2009
menetapkan status Akreditasi Bersyarat Tingkat Dasar kepada RSBG Kab.
Kolaka.
2. Sejarah
Pada awalnya rumah sakit ini memiliki nama Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) namun tepatnya pada tanggal 17 November 2012 RSUD
ditetapkan sebagai badan layanan Umum Daerah (BLUD) dan berganti
nama menjadi Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Benyamin
Guluh. BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka di bangun pada
tahun 1979 di atas tanah seluas  1 (satu) Ha dengan luas bangunan 
2.737 m2. RSBG Kab. Kolaka mulai dimanfaatkan pada bulan Juni 1980.
Pada tahun 2012 telah memiliki 27 (dua puluh tujuh) gedung dengan luas
seluruh bangunan  6320,82 m2.
42
43
3. Letak Geografis
RSBG Kab. Kolaka terletak di Kel. Lamokato, Kec. Kolaka, Kab.
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di jalan Dr. Sutomo No. 1,
dengan koordinat geografis
3°13´ - 4°35´ LS, 121°05´ – 121°99´ BT.
Lokasi ini sangat strategis karena terletak di pusat kota Kolaka sehingga
mudah dijangkau oleh masyarakat.
4. Lingkungan Fisik
Kabupaten Kolaka memiliki wilayah daratan seluas  6.918,38
Km2 dan wilayah perairan  15.000 Km2 yang terdiri dari 20 (dua puluh)
Kecamatan, dengan jumlah penduduk 321.506 jiwa (BPS Kab. Kolaka,
2012). RSBG Kab. Kolaka dibangun di atas tanah seluas  1 (satu) Ha
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak
Jenis kelamin dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 2
ketegori, yaitu Laki-laki dan Perempuan, adapun distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel 2.
Tabel 2.
No.
1
2
Sumber
Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin anak pada
BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun
2016.
Jumlah
Persentase
Jenis Kelamin
(n)
(%)
Laki-laki
34
48,6
Perempuan
36
51,4
Total
70
100
: Data Sekunder,Diolah 20 Maret 2016
44
Tabel 2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin anak pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka
tahun 2016 dari 70 responden terdapat Laki-laki sebesar 48,6% dan
Perempuan sebesar 51,4%.
b. Distribusi responden berdasarkan umur
Umur responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 3
kategori, yaitu < 20 Tahun, 20-30 tahun, dan 30-40 tahun, adapun
distribusi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada tabel
3.
Tabel 3.
No.
1
2
3
Sumber
Distribusi Responden Berdasarkan kelompok umur pada
BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun
2016.
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase
(Tahun)
(n)
(%)
<20
13
18,6
20-30
45
64,3
31-40
12
17,1
Total
70
100
: Data Sekunder,Diolah 20 Maret 2016
Tabel 3 menunjukkan distribusi responden berdasarkan
kelompok umur pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016 dari 70 responden terdapat beberapa proporsi
kelompok umur, yaitu kelompok umur < 20 tahun sebesar 18,6%,
kelompok umur 20-30 tahun sebesar 64,3%, kelompok umur 31-40
tahun sebesar 17,1%.
45
2. Analisis Univariat
a. Sepsis Neonatus
Sepsis Neonatus adalah suatu sindrom klinis dari penyakit
sistemik karena infeksi selama satu bulan pertama kehidupan bayi
yang disebabkan antara lain oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa
(Mohtar, 2005)
Distribusi responden berdasarkan kejadian sepsis neonatus
pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Sepsis
Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016.
No.
Sepsis Neonatus
Jumlah (n)
Persentase (%)
1
Ya
18
25,7
2
Tidak
52
74,3
Total
70
100
Sumber : Data Sekunder, Diolah 20Maret 2016
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 70 responden, sebagian kecil
responden yang mengalami kejadian Sepsis Neonatus yaitu sebanyak
18 orang (25,7%) sedangkan besar responden tidak mengalami
kejadian sepsis neonatus yaitu sebanyak 52 orang (74,3%)
b. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi lahir yang berat
lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan
2449 gram. (Prawirohardjo, 2006)
Distribusi responden berdasarkan kejadian BBLR pada Rumah
Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka dapat dilihat pada tabel 5.
46
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian BBLR pada
BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun
2016.
No.
BBLR
Jumlah (n)
Persentase (%)
1
Ya
24
34,3
2
Tidak
46
65,7
Total
70
100
Sumber : Data Sekunder,Diolah 20 Maret 2016
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 70 responden, sebagian kecil
responden dengan kejadian BBLR yaitu sebanyak 24 orang (34,3%)
sedangkan sebagian besar responden tidak mengalami BBLR yaitu
sebanyak 46 orang (65,7%)
c. Ketuban Pecah Dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan
yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya
(Nugroho, 2010).
Distribusi responden berdasarkan kondisi Ketuban Pecah Dini
pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Ketuban Pecah Dini
(KPD) pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016.
No.
KPD
Jumlah (n)
Persentase (%)
1
Ya
26
37,1
2
Tidak
44
62,9
Total
70
100
Sumber : Data Sekunder, Diolah 20 Maret 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 70 responden, sebagian kecil
responden dengan keadaan ketuban pecah dini yaitu sebanyak 26
47
orang (37,1%) sedangkan sebagian besar responden tidak mengalami
ketuban pecah dini yaitu sebanyak 44 orang (62,9%).
d. Persalinan Prematur
Persalinan prematur dapat didefinisikan sebagai persalinan
yang terjadi antara usia kehamilan <37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Rompas dalam Oroh, 2015).
Distribusi responden berdasarkan waktu kelahiran pada BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan kejadian persalinan
prematur pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016.
No.
Persalinan Prematur
Jumlah (n)
Persentase (%)
1
Ya
14
20,0
2
Tidak
56
80.0
Total
70
100
Sumber : Data Sekunder,Diolah 20 Maret 2016
Tabel 7 menunjukkan menunjukkan bahwa dari 86 responden,
sebagian kecil responden dengan kelahiran prematur yaitu sebanyak
14 orang (20,0%) sedangkan besar responden tidak mengalami
kelahiran prematur yaitu sebanyak 56 orang (80,0%).
3. Analisis Bivariat
Hubungan
antara
variabel
penelitian
di
analisis
dengan
menggunakan tabulasi silang (crosstab) antara variabel independen yakni
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Ketuban Pecah Dini (KPD) dan
Persalinan Prematur dengan variabel dependen yaitu Sepsis Neonatus pada
48
bayi sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil tabulasi silang antara variabel
independen dan variabel dependen akan disajikan pada tabel.
a. Hubungan BBLR dengan Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah ) ialah bayi lahir
yang berat lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai
dengan 2449 gram. Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan, baik prematur maupun cukup bulan. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pada BBLR
mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstra
uterine akibat ketidakmatangan sistem organ
tubuhnya seperti
paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaan-nya. Dari
hasil pengolahan data rekam medik yang didapatkan kemudian
dihitung kembali dan dianalisis hasil yang telah didapatkan. Hasil
analisis statistik hubungan hubungan BBLR dengan kejadian sepsis
neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka
dapat dilihat pada tabel 8.
49
Tabel 8. Distribusi Hubungan BBLR dengan Kejadian Sepsis
Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh
Kab. Kolaka Tahun 2016.
Sepsis Neonatus
No
BBLR
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
n
%
n
%
1
Ya
3
12,5
21
87,5
24
100
2
Tidak
15
32,6
31
67,4
46
100
18
25,7
52
74,3
70
100
Total
Sumber
ρValue
phi (θ)
0,124
0,218
: Data Sekunder, Diolah 20 Maret 2016
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 70 responden proporsi
responden dengan kejadian BBLR terdapat 24 responden dengan yang
mengalami sepsis neonatus sebanyak 3 responden (12,5%) dan yang
tidak mengalami sepsis neonatus sebanyak 21 responden (87,5%).
Sedangkan proporsi responden kejadian tidak BBLR terdapat 46
responden dengan yang mengalami sepsis neonatus sebanyak 15
responden (32,6%) dan yang tidak mengalami sepsis neonatus
sebanyak 31 responden (67,4%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh
nilai ρValue= 0,124. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis
bahwa jika ρValue (0,124) > 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak
sehingga dapat dimaknai bahwa tidak ada hubungan antara BBLR
dengan Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kab. Kolaka.
50
b. Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian Sepsis
Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016.
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan amnion sebelum
waktunya mulai persalinan, terjadi sekitar 7-12% kehamilan. Ketuban
pecah dini sering dikaitkan dengan sepsis neonatorum karena
berhubungan dengan infeksi genetalia bawah ibu hamil. Infeksi
genetalia bawah ibu hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini,
demikian pula ketuban pecah dini dapat memudahkan infeksi
ascendens pada bayi. Hasil analisis statistik hubungan hubungan KPD
dengan kejadian sepsis neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kab. Kolaka dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan
Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
Sepsis Neonatus
No
1
2
KPD
Ya
Tidak
Total
Ya
Tidak
Jumlah
n
%
N
%
N
%
12
46,2
14
53,8
26
100
6
18
13,6
25,7
38
52
86,4
74,3
44
70
100
100
ρValue
phi (θ)
0,006
0,359
Sumber : Data Sekunder, Diolah 20 Maret 2016
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 70 responden proporsi
responden dengan kejadian KPD terdapat 26 responden dengan yang
mengalami sepsis neonatus sebanyak 12 responden (46,2%) dan yang
tidak mengalami sepsis neonatus sebanyak 14 responden (53,8%).
Sedangkan proporsi responden kejadian tidak KPD terdapat 44
51
responden dengan yang mengalami sepsis neonatus sebanyak 6
responden (13,6%) dan yang tidak mengalami sepsis neonatus
sebanyak 38 responden (86,4%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh
nilai ρValue= 0,006. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis
bahwa jika ρValue (0,006) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima
sehingga dapat dimaknai bahwa ada hubungan antara KPD dengan
Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh
Kab. Kolaka. Dengan uji keeratan didapatkan nilai phi Ø sebesar
0,359 (hubungan sedang).
c. Hubungan
Persalinan
Prematur
dengan
Kejadian
Sepsis
Neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.
Kolaka Tahun 2016.
Kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup kurang dari 37
minggu kehamilan, menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas
perinatal. Bayi yang lahir prematur memiliki risiko kematian yang
lebih tinggi, risiko penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka
panjang, kognitif, visual, pendengaran, sikap, emosi sosial, kesehatan,
dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi normal.
Hasil analisis statistik hubungan hubungan Persalinan Prematur
dengan kejadian sepsis neonatus pada BLUD Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kab. Kolaka dapat dilihat pada tabel 10.
52
Tabel 10. Distribusi Hubungan Persalinan Prematur dengan
Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
No
1
2
Persalinan
Prematur
Ya
Tidak
Total
Sepsis Neonatus
Ya
Tidak
n
%
n
%
2
14,3 12 85,7
16
28,6 40 71,4
18
25,7 52 74,3
phi
(θ)
Jumlah
ρValue
N
14
56
70
0,494 0,131
%
100
100
100
Sumber : Data Sekunder, Diolah 20 Maret 2016
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 70 responden proporsi
responden dengan kejadian persalinan prematur terdapat 14 responden
dengan yang mengalami sepsis neonatus sebanyak 2 responden
(14,3%) dan yang tidak mengalami sepsis neonatus sebanyak 12
responden (85,7%). Sedangkan proporsi responden kejadian tidak
mengalami kelahiran prematur terdapat 56 responden dengan yang
mengalami sepsis neonatus sebanyak 16 responden (28,6%) dan yang
tidak mengalami sepsis neonatus sebanyak 40 responden (71,4%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh
nilai ρValue= 0,494. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis
bahwa jika ρValue (0,494) > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak
sehingga dapat dimaknai bahwa tidak ada hubungan antara persalinan
prematur dengan Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kab. Kolaka.
53
C. Pembahasan
Dari penelitian yang dilakukan tentang hubungan BBLR, KPD dan
Persalinan Prematur Dengan Kejadian Sepsis Neonatus di BLUD RS
Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2016 meliputi variabel yang diteliti
yang akan dibahas berikut ini :
1. Hubungan BBLR dengan Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
Bayi berat lahir rendah adalah adalah bayi dengan berat lahir
kurang atau sama dengan 2500 gram saat lahir. Angka kematian tertinggi
dan membutuhkan perawatan dan tindakan khusus terjadi pada bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram. Pada bayi sepsis dengan
berat lahir kurang dari 1500 gram lebih banyak meninggal 27,3% dari pada
berat lahir lebih 2.500 gram 18,2% (Sianturi,2012). Menurut Leal (2012),
BBLR tidak signifikan berpengaruh terhadap terjadinya sepsis neonaturum
baik pada onset lama maupun cepat dan prevalensi bayi sepsis pada
penelitian Junara (2010) sebesar 56% dengan RR =2,66 IK=1,03-6,90
artinya bahwa berat bayi lahir rendah 2,66 kali berisiko sepsis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh hasil p = 0, 124 (p>0,05) dengan
demikian H0 diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
BBLR dengan kejadian sepsis neonatus pada rumah sakit benyamin guluh
Kab. Kolaka. Hal ini sesuai dengan penelitian Ningrum, N.D. 2015. yang
menunjukkan bahwa BBLR tidak memiliki hubungan yang signifikan
54
dengan Kejadian Sepsis Neonatus. Sejalan dengan Ningrum, N.D. 2015
hasil penelitian dari Carolus, Winny., Rompis, Johnny., Wilar, Rocky.
tentang hubungan apgar skor dan berat badan lahir dengan sepsis
neonatorum yang menyatakan bahwa BBLR tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan Kejadian Sepsis Neonatus.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara BBLR
dengan kejadian sepsis neonatus. Hal ini dipengaruhi oleh proporsi
kejadian BBLR yang mengalami sepsis neonatus sebanyak 3 responden
(12,5%) dan yang tidak mengalami sepsis neonatus sebanyak 21 responden
(87,5%). Sedangkan proporsi responden kejadian tidak BBLR yang
mengalami sepsis neonatus sebanyak 15 responden (32,6%) dan yang tidak
mengalami sepsis neonatus sebanyak 31 responden (67,4%). Dari hal ini
dapat dilihat perbandingan antara kejadian BBLR terhadap kejadian sepsis
noenatus lebih rendah dari pada jumlah kelahiran yang tidak mengalami
BBLR dan tidak mengalami sepsis, sehingga mempengaruhi hubungan
antara BBLR dengan sepsis neonatus.
Sebanyak 3 (12,5%) responden lahir dengan kondisi berat badan
lahir rendah dengan mengalami sepsis dan 21 (87,5%) responden lahir
dengan kondisi berat badan lahir rendah tidak mengalami sepsis hal ini
dikarenakan sebagian besar pada saat persalinan lahir secara prematur dan
normal. Selain persalinan prematur faktor lain yang berperan terhadap
tidak terjadinya sepsis pada 21 (87,5%) neonatus yang BBLR yaitu hanya
sebagian kecil yang mengalami ketuban pecah dini. Adapun bayi yang
55
lahir tidak mengalami BBLR namun mengalami sepsis sebanyak 15
(32,6%) sebagian besar mengalami ketuban pecah dini pada saat
persalinan, sedangkan 31 (67,4%) responden lainnya lahir dengan kondisi
berat badan normal dan tidak mengalami sepsis dimana sebagian besar
lahir dalam kondisi tidak mengalami persalinan prematur dan tidak
mengalami ketuban pecah dini pada saat persalinan.
Hal ini didukung berdasarkan hasil wawancara pada petugas KIA
pada saat penelitian didapatkan informasi terkait kejadian BBLR tidak
selalu terjadi kejadian sepsis neonatus hal ini membuat tingkat hubungan
antara BBLR pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh tidak begitu
mempengaruhi sehingga tidak berhubungan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Simbolon D di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong (2008), hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan berat badan lahir dengan
kejadian sepsis neonatorurn. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa bayi dengan BBLR berisiko tinggi mengalami
infeksi atau sepsis seonatorum. Bayi BBLR berisiko mengalami sepsis
neonatom karena pada bayi dengan BBLR pematangan organ tubuhnya
(hati, paru, pencernaan, otak, daya pertahanan tubuh terhadap infeksi, dll)
belum sempurna, maka bayi BBLR sering mengalami komplikasi yang
berakhir dengan kematian.
Pada bayi berat badan normal, minggu pertama setelah lahir berat
bayi akan turun, kemudian akannaik sesuai dengan pertumbuhan bayi.
56
Pada BBLR menurunnya berat badan bayi dapat terjadi setiap saat, karena
biasanya ada masalah pemberian air susu ibu (ASI). Akibat bayi kurang
atau tidak mampu menghisap ASI, bayi menderita infeksi atau mengalami
kelainan bawaan. Demikian iuga Manuaba menyatakan bahwa bayi BBLR
pusat pengatur pernafasan belum sempurna, surfaktan paru-paru masih
kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna, otot pernafasan dan
tulang iga masih lemah yang mengakibatkan oksigen masuk ke otak
kurang, jika oksigen (02) kurang maka kuman anaerob mudah berkembang
menyebabkan mudah terjadi infeksi (Simbolon, 2008 )
Salah satu penyebab kejadian BBLR ini adalah faktor dari ibu yang
mengalami persalinan di usia prematur. Angka kejadian tertinggi pada
persalinan dengan usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravida yang jarak
kelahirannya terlalu dekat (Mitayani, 2011).
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rizky Wirawan (2012), terdapat hubungan antara BBLR dengan
terjadinya sepsis neonatorum. BBLR memiliki risiko sebesar 3 kali untuk
mengalami sepsis daripada yang tidak BBLR.
2. Hubungan KPD dengan Kejadian Sepsis Neonatus pada BLUD
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan amnion sebelum
waktunya mulai persalinan, terjadi sekitar 7-12% kehamilan. Ketuban
pecah dini sering dikaitkan dengan sepsis neonatorum karena berhubungan
dengan infeksi genetalia bawah ibu hamil. Infeksi genetalia bawah ibu
57
hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini, demikian pula ketuban
pecah dini dapat memudahkan infeksi ascendens pada bayi (Indrawarman,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh diperoleh hasil p = 0, 006 (p>0,05)
dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan
antara KPD dengan kejadian Sepsis Neonatus.
Hasil analisis statistik menunjukan ada hubungan antara KPD
dengan kejadian sepsis neonatus. Berdasarkan proporsi kejadian KPD
yang mengalami sepsis neonatus sebanyak 12 responden (46,2%) dan yang
tidak mengalami sepsis neonatus sebanyak 14 responden (53,8%).
Sedangkan proporsi responden kejadian tidak KPD mengalami sepsis
neonatus sebanyak 6 responden (13,6%) dan yang tidak mengalami sepsis
neonatus sebanyak 38 responden (86,4%).
Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat 14 (53,8%) responden
lahir dengan kondisi ketuban pecah dini namun tidak mengalami sepsis.
Tidak terjadinya sepsis dapat disebabkan oleh faktor berat badan normal
pada saat lahir dan tidak terjadinya persalinan prematur pada saat
persalinan sehingga mengurangi dari risiko terjadinya sepsis meskipun
mengalami sepsis. Kemudian 6 (30,4%) responden lahir dengan kondisi
tidak terjadinya ketuban pecah dini pada saat persalinan namun mengalami
sepsis hal ini disebabkan oleh neonatus yang lahir dengan kondisi ketuban
58
pecah dini tidak mengalami persalinan prematur dan 5 dari 6 neonatus
yang mengalami sepsis memiliki berat badan normal pada saat persalinan.
Dari hal ini dapat dilihat perbandingan antara kejadian KPD terhadap
kejadian sepsis noenatus lebih rendah dari pada jumlah kelahiran yang
tidak mengalami KPD dan tidak mengalami sepsis, sehingga hal ini
mempengaruhi tingkat hubungan antara KPD dengan kejadian sepsis
neonatus. Sedangkan berdasarkan hasil analisis rekam medik diperoleh
bahwa tingkat kejadian sepsis neonatus selalu terjadi pada ibu yang
melahirkan dengan kondisi KPD, hal ini mengindikasikan adanya
hubungan antara kejadian KPD dengan kejadian sepsis neonatus.
Hal ini didukung berdasarkan hasil wawancara pada petugas KIA
pada saat penelitian didapatkan informasi terkait kejadian KPD selalu
terjadi kejadian sepsis neonatus hal ini membuat tingkat hubungan antara
KPD pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh begitu mempengaruhi
sehingga berhubungan. Serta pada saat wawancara pada petugas diperoleh
informasi kejadian ketuban pecah dini dapat dipengaruhi oleh status
ekonomi pasien dan sosial budaya.
Menurut Betsy (2013) bahwa status sosial dan ekonomi yang
rendah merupakan salah satu factor yang mempengiaruhi terjadinya
ketuban pecah dini. Dalam teori Betsy (2013) status sosial dan ekonomi
yang rendah merupakan salah satu faktor resiko dari ibu yang mengalami
ketuban pecah dini. Status sosial dan ekonomi akan mendasari seseorang
dalam bersikap dan berperilaku kesehatan selama kehamilan. Ibu yang
59
memiliki
status
sosial
dan
ekonomi
rendah
cenderung
tidak
memperhatikan kesehatan baik dirinya maupun janin yang dikandungnya
sehingga faktor resiko ketuban pecah dini meningkat.
Selain itu, Sepsis neonatorum sering dihubungkan dengan ketuban
pecah
dini
karena
mempengaruhi.
infeksi
Infeksi
dengan
genetalia
ketuban
bawah
pada
pecah
dini
saling
ibu
hamil
dapat
menyebabkan ketuban pecah dini, demikian pula ketuban pecah dini dapat
memudahkan infeksi Ascendens pada bayi. Sepsis neonatorum sering
dihubungkan dengan infeksi intra natal dan infeksi postnatal terutama
nosokomial. Menurut Ketut Sumiyoga dan AA Raka Budayasa (2007)
insidensi sepsis neonatorum pada ketuban pecah dini kehamilan aterm
adalah 4,4%.
Menurut Jerome O. Remington (2002) ketuban pecah dini dapat
merupakan akibat dari infeksi maupun sebagai penyebab infeksi Asendens
pada bayi. Selain itu, ketuban pecah dini merupakan faktor risiko utama
prematuritas yang merupakan penyumbang utama kejadian sepsis
neonatorum dan kematian perinatal.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum tanda-tanda persalinan. Insidens KPD masih cukup tinggi, ± 10%
persalinan didahului oleh KPD. Hal ini dapat meningkatkan komplikasi
kehamilan pada ibu maupun bayi, terutama infeksi (Gjoni M, 2001).
Infeksi neonatus setelah pecah ketuban dipengaruhi oleh kolonisasi kuman
Streptokokus Grup Beta, lama ketuban pecah, khorioamnionitis, jumlah
60
pemeriksaan vagina, pemberian antibiotika, dan lain lain ( Seaward P,
Hannah M, dkk, 1998).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Demsa
Simbolon. yang berjudul Risk Factors Of Sepsis Neonatorum At District
Hospital in curup rejang lebong pada tahun 2008 yang menemukan bahwa
salah satu faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum adalah KPD
(p=0.001, OR=7.595, 95% CI 3.593;16.058). Hasil penelitian ini juga
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketuban pecah dini (KPD).
berisiko tinggi mengalami infeksi atau sepsis neonatorum. KPD
merupakan faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum, hal ini dapat terjadi
karena KPD dapat meningkatkan komplikasi kehamilan pada ibu dan bayi
terutama infeksi (Budayasa R, 2006).
Bagi janin kurang bulan dengan KPD, risiko yang disebabkan
kelahiran kurang bulan harus dibandingkan dengan risiko infeksi dan
sepsis, yang keberadaannya di dalam rahim, bahkan dapat menjadikannya
lebih problematik. Ditemukannya bakteri dengan pewarnaan gram atau
biakan cairan amnion yang diperoleh pada amniosentesis berkorelasi
dengan infeksi ibu berikutnya pada sekitar 50 persen kasus dan sepsis
neonatal pada sekitar 25 persen (Hacker & Neville F, 2001).Dalam
penelitian Suwiyoga, dkk tahun 2007 dengan menggunakan rancangan
penelitian studi kohort di Indonesia menemukan bahwa KPD merupakan
faktor risiko utama prematuritas yang merupakan penyumbang utama
SAD dan kematian perinatal.
61
3. Hubungan persalinan Prematur dengan Kejadian Sepsis Neonatus
pada BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka Tahun 2016
Kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup kurang dari 37 minggu
kehamilan, menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi
yang lahir prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko
penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual,
pendengaran, sikap, emosi sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan
jika dibandingkan dengan bayi normal (Zhang et al., 2012).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh hasil p = 0, 494 (p>0,05) dengan
demikian H0 diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
persalinan prematur dengan kejadian sepsis neonatus pada rumah sakit
benyamin guluh Kab. Kolaka.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara persalinan
prematur dengan kejadian sepsis neonatus. Hal ini dipengaruhi oleh
proporsi kejadian persalinan prematur yang mengalami sepsis neonatus
sebanyak 2 responden (14,3%) dan yang tidak mengalami sepsis neonatus
sebanyak 12 responden (85,7%). Sedangkan proporsi responden kejadian
tidak mengalami kelahiran prematur yang mengalami sepsis neonatus
sebanyak 16 responden (28,6%) dan yang tidak mengalami sepsis neonatus
sebanyak 40 responden (71,4%).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan 12 (85,7%) responden lahir
prematur dengan tidak mengalami sepsis hal ini dikarenakan sebagian
62
besar responden lahir dengan mengalami ketuban pecah dini yaitu
sebanyak 11 neonatus dari total 12 responden yang mengalami persalinan
prematur. Sedangkan 16 (28,6%) responden lahir normal dengan
mengalami sepsis hal ini dikarenakan sebagian besar responden lahir
dengan kondisi ketuban pecah dini yaitu sebanyak 10 dari total 16
responden. Dimana ketuban pecah dini merupakan faktor risiko tinggi
terjadinya sepsis dalam penelitian ini.
Berdasarkan data rekam medik yang diperoleh menunjukkan
bahwa jumlah bayi lahir dengan kejadian persalinan prematur yaitu 2 bayi
dengan kejadian sepsis neonatus, sedangkan bayi lahir tanpa kejadian
persalinan prematur yaitu 16 bayi dengan kejadian sepsis neonatus. Hal ini
mempengaruhi tingkat pengaruh dan hubungna persalinan prematur
terhadap sepsis neonatus. Serta berdasarkan hasil wawancara pada petugas
KIA pada saat penelitian didapatkan informasi terkait kejadian persalinan
prematur tidak selalu terjadi kejadian sepsis neonatus hal ini membuat
tingkat hubungan antara persalinan prematur pada BLUD Rumah Sakit
Benyamin Guluh tidak begitu mempengaruhi sehingga tidak berhubungan.
Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa Semakin kecil usia kehamilan maka kematian akan semakin tinggi,
terutama pada kelompok usia kehamilan <37 minggu. Dinyatakan bahwa
prematuritas merupakan faktor yang berhubungan dengan infeksi dan
insidensi dapat meningkat 3-10 kali dibandingkan dengan neonatus usia
kehamilan normal. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya
63
yaitu: (1) infeksi saluran genital ibu sebagai penyebab utama persalinan
prematur, (2) frekuensi infeksi intraamnion berbanding terbalik dengan
usia kehamilan, (3) neonatus prematur mempunyai respons imun yang
belum matang, dan juga (4) neonatus prematur sering memerlukan
pemasangan akses vena yang lebih lama, intubasi endotrakea, atau
prosedur invasif lainnya yang menjadi tempat masuknya kuman atau
gangguan mekanisme pertahanan tubuhnya, baik mekanis maupun
imunologis (Leifinam, dkk, 2012).
Persalinan premature bukan satu-satunya faktor yang dapat
menyebabkan sepsis pada neonatus, namun bersifat multifaktor dimana
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan sepsis.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lihawa, dkk, 2013 dimana dari hasil penelitian menunjukkan persalinan
prematur berisiko 4 kali lebih tinggi dibandingkan bayi-bayi yang lahir
cukup bulan. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Suwiyoga, dkk tahun 2007 dengan menggunakan rancangan
penelitian studi kohort di Indonesia menemukan bahwa prematuritas
merupakan penyumbang utama SAD dan kematian perinatal.
64
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kejadian di Rumah
Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka mengenai hubungan BBLR, Ketuban
Pecah Dini (KPD), dan Persalinan Prematur dengan kejadian Sepsis Neonatus
di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka tahun 2016. Maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1. Tidak ada hubungan antara BBLR dengan kejadian Sepsis Neonatus di
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka tahun 2016.
2. Ada hubungan antara KPD dengan kejadian Sepsis Neonatus di Badan
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka tahun 2016.
3. Tidak ada hubungan antara Persalinan Prematur dengan kejadian Sepsis
Neonatus di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kabupaten Kolaka tahun 2016.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka, maka saran yang dapat
diberikan yaitu :
1. Adanya program dari pihak rumah sakit terutama bidang Kesehatan Ibu
dan Anak untuk menindak lanjuti kejadian BBLR pada bayi. Hal ini
64
65
dilakukan untuk menurunkan anggka kejadian BBLR pada bayi wilayah
kolaka.
2. Adanya penanganan yang tepat dan cepat pada bayi yang lahir prematur
untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan bada bayi.
3. Adanya penanganan yang cepat dan tepat pada pasien yang mengalami
KPD untuk menghindarkan terjadianya penyakit yang tidak diinginkan
terjadi pada bayi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, A. 2014. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim,M.S.,
Yunanto,A., Dewi,R., Sarosa,G.I., Usman,A. Edisi keempat: Ikatan Dokter
Anak Indonesia. h.170-187. Jakarta
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik.(Edisi Revisi) :
Rineka Cipta. Jakarta
Asindi A, Bilal N, AL-shehri M. Neonatal sepsis. Saudi Med J 1999;20:942-6
Betsy, Kennedy. (2013) Modul manajemen intrapartum. Alih Bahasa Esty
Wahyuningsih: EGC. Jakarta
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4 : EGC. Jakarta
Budayasa R. 2006. Peranan Faktor Risiko KPD Terhadap Insidens Sepsis
Neonatorum dini pada Kehamilan Aterm. Jakarta
DINKES SULTRA. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2014. Kolaka
Efendi, SH. 2013. Sepsis Neonatal ; Penatalaksanaan Terkini serta Berbagai
Masalah Dirematis.
Gjoni M. preterm preature rupture of the membrane. Matweb Network . 2001
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.EGC. P.
208 – 212, 219 – 223, 277 – 282, 285 – 287. Jakarta
Hacker, Neville F. 2007. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: Edi
Nugroho. Ed ke-2.Hipokrates. Jakarta
Hermawan., Tetty Yuniati., Aris Primadi. 2015. Hubungan antara Hipokalsemia
dan Prognosis Buruk pada Sepsis Neonatal. Sari Pediatri, Vol. 16, No. 6,
April 2015
Indrawarman, Danny. 2012. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dengan
Terjadinya Sepsis Neonatorum di Rsud Dr Moewardi. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2012.
Jarome O, Ramington JG. 2002. Current concept of infection of the fetus and
newborn infant In: Infectious disease fetus and newborn . 4th ad.WB
Saunders Co, NewYork .
Jumah DS, dkk. 2007. Predictors of Mortality Outcome in Neonatal Sepsis. The
Medical Journal of Basrah University Vol. 25, No. 1, 2007.
Junara, P. 2015. Insiden dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sepsis
Neonatus di RSUP Sanglah Denpasar. http://saripediatri.idai.or.id
66
66
67
Juniatiningsih, Anita., Asril Aminullah,. Agus Firmansyah. 2008. Profil
Mikroorganisme Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri, Vol. 10,
No. 1, Juni 2008. Jakarta
Karnen Garna Baratawidjaya., Iris Rengganis. 2006. Imunologi Dasar. Dalam:
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata
K., Siti Setiati, editor: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Kartikasari, Ratih Indah. 2010. Hubungan Faktor Risiko Multiparitas Dengan
Persalinan Preterm Di Rsud Dr. Soegiri Lamongan. Skripsi Program Studi
Div Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010. Surakarta
Klein, J. O. “Bacteriology of neonatal sepsis,” Pediatric Infectious Disease
Journal, vol. 9, no. 10, pp. 777s–778, 1990.
Kosim, M. S., Rini, A.E., Suromo, L.B., 2010. Faktor Risiko Air Ketuban Keruh
Terhadap Kejadian Sepsis Awitan Dini pada Bayi Baru Lahir. , 12(3),
pp.135–141.
Leal, A.Y., dkk. 2012. Risk Factor and prognosis for neonatal sepsis in
shoutheastern Mexico:analysis of a four-year historic cohort follow-up.
(serial
online),
(diunduh
28
Maret
2016).
Tersedia
:http://www.biomedcentral.com
Leifinam dkk,2012. Kadar Laktat Darah sebagai Faktor Risiko Mortalitas Pada
Sepsis Neonatorum. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.
Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta
Lihawa Maria Y. 2014. Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Sepsis
Neonatorum Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Lowing, Joshua G. A. Rudy Lengkong., Maya Mewengkang. 2015. Gambaran
Ketuban Pecah Dini Di Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal EClinic (Ecl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. EGC.
Jakarta
Manuaba, I. A. C., Ida B. G. M. 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk
Profesi Bidan.EGC. Jakarta
67
68
.(2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Kb Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Egcwinkjosastro,
Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Pt Bina Pustaka. Jakarta
Maryunani, A. dan Nurhayati ., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit
Pada Neonatus. CV. Trans Info Media, Jakarta
Maryuni, A. 2013. Asupan Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah. Konsep Dasar
Asuhan Bayi BBLR. CV. Trans Info Media : Jakarta.
Mitayani.2011.Asuhan Keperawatan Maternitas.Salemba Medika : Jakarta
Mochtar, R., Lutan, D. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi & Obstetri
Patologi. EGC Jakarta
Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta.
Morgan,Gery. (2009). Obstetri Dan Ginekologi. Egc. Jakarta
Ningrum, Novrika Dwi and Radityo S, Adhie Nur (2015) Faktor Ibu Dan Bayi
Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Sepsis Neonatorum Awitan Dini
Pada Bayi Prematur. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.
Nugroho,Taufan.(2010).Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika , Yogyakarta
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Novhita Paembonan,, Jumriani Ansar , Dian Sidik Arsyad. 2012. Faktor Risiko
Kejadian Kelahiran Prematur Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah
Kota Makassar. Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Keperawatan.Salemba Medika, Jakarta.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Oroh Siva, Suparman Eddy Hermie M. M. Tendean. 2015. Karakteristik
Persalinan Prematur Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal EClinic (Ecl), Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015. Manado.
Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Ketujuh, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
68
69
Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir
Rendah. Nuha Medika. Yogyakarta
Putra, SR. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. D-Medika: Yogyakarta.
Raden, Narasky Syarif. Pengaruh Antara Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Dengan Terjadinya Sepsis Neonatorum Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2008.
Surakarta.
Radhy H. Neonatal sepsis causative agents and outcome. Thesis submitted to the
Iraqi commission for medical specialization 2001: 1-36.
Ramdani, Intan Fitri. Dicky Santosa, Risky Suganda. 2014. Faktor Penyulit pada
Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang Dirawat di RSUD Al – Ihsan Bandung
Tahun 2014. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung.
Rizky Wirawan. 2012. Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah ( Bblr )
Dengan Terjadinya Sepsis Neonatorum. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Rompas J. 2004. Pengelolahan Persalinan Prematur. Bagian/Smf Obstetri Dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/Rumah Sakit
Umum Pusat Manado, Manado.
RSUD Benyamin Guluh, 2014. Laporan Jumlah kejadian Sepsis Neonatus tahun
2015. Kolaka.
Salenda, Praevilia M. 2012. Sepsis Neonatorum Dan Pneumonia Pada Bayi
Aterm. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 4, Nomor 3, Suplemen, November
2012, hlm. S175-179
Seaward P,Hannah M,Myhr T,Farine D, Ohlsson A, Wang E. International
multicenter term PROM study. Evaluation of predictors of neonatal
infection in infant born to patients with premature rupture of membrane.
Am J Obstet gynecol. 1998
Sianturi, dkk. 2012. Gambaran Pola Resistensi Bakteri di Unit Perawatan
Neonatus. Jurnal Teknologi Kesehatan 2012. Vol.13, No.6, April 2012.
Sianturi I.D.M., 2009. Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Pada Tahun
2003- 2006. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Setiati dan Ardikusumah. 1991. Pengelolaan Sepsis Neonatorum.
69
70
Simbolon D. 2008. Faktor Resiko Sepsis Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Curup
Kabupaten Rejang Lebong. Buletin Panel Kesehatan vol 36. Politeknik
Kesehatan Bengkulu, 2008. Bengkulu
Sofwan, Rudianto., Sansen Suhelda., Stefanus Lembar. 2010. Prokalsitonin
sebagai kandidat Petanda Inflamasi pada Sepsis Neonatus. Vol. 9. No. 1
Februari 2010 : hlm. 38-44.
Sulistyorini, Dewie dan Shinta Siswoyo Putri. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Bblr di Puskesmas Pedesaan Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2014. Politeknik Banjarnegara
Sumiyoga K dan AA Raka Budayasa. 2007. Peran Korioamniotis Klinik, Lama
Ketuban Pecah, dan Jumlah Pemeriksaan Dalam pada Ketuban Pecah Dini
Kehamilan Aterm Terhadap Kejadian Sepsis Neonatorum Dini. Denpasar:
Sub Divisi Obstertri Sosial Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Bali. Bali
Surasmi, A. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC, Jakarta
Utomo, Arie Haryo. 2013. Analisa Masalah Ketuban Pecah Dini Terhadap
Paritas Di Rs Pku Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
WHO. WHO statistics 2011. http://www.doh.gov.za/docs/stats/2011/who.pdf.
Diakses pada 23 Desember 2015.
WHO 2012. ‘Born Too Soon; The Global Action Report on Preterm Birth’.
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP
Wilar R, Kumalasari E, Suryanto DY, Gunawan S. 2010. Faktor risiko sepsis
awitan dini. Sari Pediatri. 2010;12:265-8.
Wulandari, Fitria. 2014. Asuhan Kebidanan pada By. A Umur 6 Hari dengan
Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta Tahun 2014.
Sejolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Surakarta.
Zhang, Y.-P., Liu, X.-H., Gao, S.-H., Wang, J.-M., Gu, Y.-S., Zhang, J.-Y., Zhou,
X. & Li, Q.-X. 2012. ‘Risk Factors for Preterm Birth in Five Maternal and
Child Health Hospitals in Beijing’. 7.
70
LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR CEKLIS
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR), KETUBAN PECAH DINI
(KPD), DAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN SEPSIS
NEONATUS DI BLUD RUMAH SAKIT BENYAMIN
GULUH KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016
A. Karakteristik Responden
Nama Ibu
:
Umur
:
Jenis Kelamin Bayi
2. Perempuan
B. Variabel Penelitian
: 1. Laki-laki
LEMBAR CEKLIS
Item
Hasil
Postur, Tonus danaktivitas
 Normal
 Tidak Normal
Kulitbayi
 Normal
 Tidak Normal
Pernapasanketikabayisedangtidakmenangis
(Asfiksia)
Detakjantung
 Normal
 Tidak Normal
 Normal
 Tidak Normal
Mata
 Normal
 Tidak Normal
Mulut ( lidah, selaput lender)
 Normal
 Tidak Normal
Alatkelamin
 Normal
 Tidak Normal
Beratbadan
 Normal
 BBLR
Panjangbadan
 Normal
 Tidak Normal
Lingkarkepala
 Normal
 Tidak Normal
Waktukelahiran (Bulan)
 Normal
 Prematur
Prosedurmelahirkan
 Normal
 OperasiSesar
Air Ketuban
 Normal
 KPD
Lampiran 2
Master Tabel Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Ketuban
Pecah Dini (KPD) Dan Persalinan Premature Dengan Kejadian Sepsis
Neonates Di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kabupaten Kolakaka Tahun 2016
No.
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
Umur
19
24
26
31
26
19
24
24
27
18
26
20
24
24
19
23
19
25
25
26
26
21
31
24
30
22
34
28
25
25
25
JK Anak
L
L
L
L
P
P
P
L
P
L
L
L
P
P
L
P
L
L
L
L
L
L
L
P
P
P
L
P
P
P
L
BBLR
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
ya
ya
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
PREMATUR
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
KPD
Ya
tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
tidak
Ya
tidak
Ya
tidak
Ya
tidak
Ya
tidak
tidak
Ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
Ya
tidak
Ya
tidak
tidak
SEPSIS
ya
tidak
ya
ya
ya
ya
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
R56
R57
R58
R59
R60
R61
R62
R63
R64
R65
R66
R67
R68
R69
R70
19
25
22
22
27
23
20
29
27
22
33
22
31
23
34
25
20
28
25
21
23
19
26
26
20
23
20
31
27
27
34
19
30
24
31
26
26
33
22
L
L
L
P
L
P
L
L
L
L
P
L
L
P
L
P
P
L
P
L
L
P
P
P
L
L
P
L
L
P
P
L
P
L
P
L
p
P
P
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
ya
ya
tidak
ya
tidak
ya
ya
tidak
tidak
ya
ya
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
ya
ya
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
Ya
Ya
tidak
Ya
tidak
tidak
tidak
Ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
Ya
tidak
Ya
tidak
tidak
Ya
tidak
Ya
tidak
tidak
tidak
Ya
Ya
tidak
Ya
tidak
tidak
Ya
Ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
ya
tidak
tidak
ya
ya
ya
ya
ya
tidak
tidak
Lampiran 3
Tabel Crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid
n
Missing
Percent
n
Total
Percent
n
Percent
berat badan lahir rendah *
70
sepsis
100.0%
0
.0%
70
100.0%
berat badan lahir rendah * sepsis Crosstabulation
Sepsis
tidak
Berat badanlahir
tidak
rendah
Count
% within berat badan lahir
rendah
ya
Count
% within berat badan lahir
rendah
Total
Count
% within berat badan lahir
rendah
Ya
Total
31
15
46
67.4%
32.6%
100.0%
21
3
24
87.5%
12.5%
100.0%
52
18
70
74.3%
25.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
sided)
a
1
.068
2.369
1
.124
3.635
1
.057
3.339
b
sided)
Fisher's Exact Test
sided)
.087
Linear-by-Linear
3.291
Association
N of Valid Cases
Exact Sig. (1-
b
1
.058
.070
70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,17.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Phi
Approx. Sig.
-.218
.068
Cramer's V
.218
.068
Contingency Coefficient
.213
.068
N of Valid Cases
70
Case Processing Summary
Cases
Valid
n
Missing
Percent
n
Total
Percent
n
Percent
Ketuban pecah dini *
sepsis
70
100.0%
0
.0%
70
100.0%
Ketuban pecah dini * sepsis Crosstabulation
sepsis
tidak
Ketuban pecah tidak
dini
Count
% within ketuban pecah
dini
ya
dini
Total
6
44
86.4%
13.6%
100.0%
14
12
26
53.8%
46.2%
100.0%
52
18
70
74.3%
25.7%
100.0%
Count
% within ketuban pecah
dini
Total
38
Count
% within ketuban pecah
ya
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.003
7.424
1
.006
8.866
1
.003
9.047
b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
8.917
Association
N of Valid Cases
.004
b
1
.003
70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,69.
b. Computed only for a 2x2 table
.003
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.359
.003
Cramer's V
.359
.003
Contingency Coefficient
.338
.003
N of Valid Cases
70
Case Processing Summary
Cases
Valid
n
Persalinan prematur *
sepsis
Missing
Percent
70
n
100.0%
Total
Percent
0
n
.0%
Percent
70
100.0%
Persalinan prematur * sepsis Crosstabulation
Sepsis
tidak
Persalinan
tidak
prematur
Count
% within Persalinan prematur
ya
Count
% within Persalinan prematur
Total
Count
% within Persalinan prematur
Ya
Total
40
16
56
71.4%
28.6%
100.0%
12
2
14
85.7%
14.3%
100.0%
52
18
70
74.3%
25.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
a
1
.274
.566
1
.452
1.317
1
.251
1.197
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.494
Linear-by-Linear
1.179
Association
N of Valid Cases
b
1
.232
.277
70
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Phi
Approx. Sig.
-.131
.274
Cramer's V
.131
.274
Contingency Coefficient
.130
.274
70
Lampiran 4
Tabel Distribusi Responden
Statistics
umur
n
Valid
Missing
Jenis kelamin
Berat badan
Ketuban
Persalinan
lahir rendah
pecah dini
prematur
sepsis
70
70
70
70
70
70
0
0
0
0
0
0
umur
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
<20
13
18.6
18.6
18.6
20-30
45
64.3
64.3
82.9
30-40
12
17.1
17.1
100.0
Total
70
100.0
100.0
Jenis kelamin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
laki-laki
34
48.6
48.6
48.6
perempuan
36
51.4
51.4
100.0
Total
70
100.0
100.0
Lampiran 5
Tabel Distribusi Variabel
Berat badan lahir rendah
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
46
65.7
65.7
65.7
ya
24
34.3
34.3
100.0
Total
70
100.0
100.0
Ketuban pecah dini
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
44
62.9
62.9
62.9
ya
26
37.1
37.1
100.0
Total
70
100.0
100.0
Persalinan prematur
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
56
80.0
80.0
80.0
ya
14
20.0
20.0
100.0
Total
70
100.0
100.0
sepsis
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
52
74.3
74.3
74.3
ya
18
25.7
25.7
100.0
Total
70
100.0
100.0
Lampiran 6
DOKUMENTASI
BLUD RS Benyamin Guluh
Proses Pencatatan Rekam Medik
Rekam Medik Kelahiran
Profil Rumah Sakit Tahun 2014
Proses Pengambilan Rekam Medik
Proses Pengambilan Rekam Medik
Download