Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan bersama Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menggelar Konferensi Pers bersama mengenai hasil APEC summit 2013, di Bali Nusa Dua Convention Centre, Bali, Indonesia, Selasa (8/10). kurang dari dua bulan lagi. Menutup keterangannya, Menteri Perdagangan menandaskan bahwa kehadiran Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo bersama Menteri-menteri APEC pada 4 dan 5 Oktober lalu membantu Ekonomi APEC memahami dengan jelas sejauh mana kemajuan perundingan di Jenewa saat ini, dan bagaimana APEC harus menyikapinya. Pemimpin APEC juga sepakat untuk mendukung sistem perdagangan multilateral Butir Kesepakatan APEC 2013 Secara umum, keketuaan Indonesia dalam APEC 2013 ini berhasil menelurkan 20 prakarsa. Hasil tersebut akan ditindaklanjuti tahun depan. Selain enam prakarsa yang telah di simpulkan oleh Presiden RI yang telah disebutkan, berikut prakarsa lain yang telah disepakati pada APEC 2013: Dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral dan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) ke-9 n Pengembangan kerja sama di sektor jasa bersama sektor bisnis n Pedoman RICES (resilient, inclusive, connected, equitable, sustainable dan secure) dalam pencapaian Tujuan Bogor n Promosi produk yang berkontribusi kepada pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif melalui pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan; n Penguatan daya saing global UMKM n Wanita sebagai economic driver n Penyesuaian petani dengan pencapaian keamanan pangan dunia; n Financial inclusion n Pengembangan tumbuhan obat dan obat-obatan tradisional; n Pengarusutamaan isu kelautan n Kerja sama penasihat keilmuan n Energi yang bersih, terbarukan dan berkelanjutan n Sistem pelayanan kesehatan yang berkelanjutan n Jejaring APEC untuk memerangi korupsi dan menjamin transparansi. n adv Pemimpin Ekonomi APEC membahas relevansi APEC di tengah situasi ekonomi global saat ini serta dukungan APEC terhadap sistem perdagangan multilateral. Para pemimpin sepakat bahwa kerja sama APEC perlu diperluas dan diperdalam untuk menjadikan APEC lebih memiliki daya tahan menghadapi krisis ekonomi. Pertumbuhan berkelanjutan dan kerja sama konektivitas juga disebutsebut oleh sejumlah Pemimpin sebagai kunci keberhasilan APEC ke depan. Selain itu, para pemimpin juga menyambut baik kemajuan agenda kerja sama seperti di bidang jasa, pembiayaan perdagangan, daya saing global UMKM, kapasitas petani dalam mewujudkan keamanan pangan global, financial inclusion, energi terbarukan, konektivitas, fasilitasi tanggap bencana, kerja sama pendidikan, dan prakarsa fasilitasi perjalanan. Para Pemimpin sependapat bahwa kerja sama APEC harus tetap ditempatkan dalam bingkai sistem perdagangan multilateral yang lebih terbuka dan adil, dan untuk itu APEC ikut memikul tanggungjawab bagi berfungsinya sistem perdagangan multilateral di bawah WTO. “Para Pemimpin APEC sepakat bahwa KTM WTO di Bali bulan Desember mendatang harus berhasil sebagai batu-loncatan untuk menyelesaikan Perundingan Putaran Doha. Untuk itu, para Pemimpin harus saling mengingatkan mengenai perlunya anggota WTO lebih pro-aktif dalam proses perundingan di WTO, lebih fleksibel dalam berbagai isu runding, dan bersikap pragmatis,” imbuh Gita Wirjawan. Pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC ini merupakan kesempatan penting untuk menggalang kekuatan APEC guna menyukseskan KTM Bali yang akan digelar yang diatur di bawah WTO dan melihat APEC sebagai sebuah batu loncatan menuju sistem perdagangan multilateral yang lebih baik. Melakukan kerja sama di forum APEC seharusnya memungkinkan anggota ekonomi APEC untuk dapat memenuhi komitmen WTO mereka, serta memainkan sebuah peranan yang lebih besar dalam sistem perdagangan multilateral. “Kami juga optimis bahwa KTM ke-9 bulan Desember di Bali nanti akan menjadi sebuah batu loncatan menuju penyelesaian Agenda Pembangunan Doha (Doha Development Agenda/DDA), namun proses negosiasinya di Jenewa harus dipercepat,” kata Mendag. Dalam hal ini, anggota ekonomi menunjukkan kesiapannya untuk lebih fleksibel dan memperdalam keterlibatan mereka, sehingga pada akhir Oktober atau awal November 2013 perkembangan signifikan dapat tercapai. Untuk fasilitasi perdagangan dan proposal cadangan pangan (public stockholding), Ekonomi APEC melihat landasan sudah mulai tampak. Namun untuk isu-isu pembangunan, termasuk yang terkait negaranegara kurang berkembang (least developed countries/LDCs) banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. “Ekonomi APEC akan mendorong LDCs untuk lebih pro-aktif dalam perundingan, tetapi juga realistis terhadap apa yang dapat dicapai pada saat pertemuan para Menteri di Bali nanti,” kata Gita.n 30 OKTOBER 2013 suplemen gATRA perdagngan 51.indd 3 10/23/13 1:04:12 PM