siaran pers siaran pers

advertisement
SIARAN PERS
Pusat HUMAS Departemen Perdagangan
Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110
SIARAN
PERS
Telp/Fax.
021-23528400/23528456
Pusat HUMAS Departemen
Perdagangan
www.depdag.go.id
Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Pertemuan Menteri Perdagangan APEC:
Mendorong Pemulihan Ekonomi Regional dan Perundingan DDA
Singapura, 21 Juli 2009 - Para Menteri Perdagangan APEC kembali mengadakan
pertemuan tahunannya pada 21 dan 22 Juli 2009 di Singapura untuk membahas kemajuan
kerjasama ekonomi APEC di berbagai bidang. Agenda umum yang dibahas secara
mendalam oleh para Menteri dikemas ke dalam tiga tema utama, yakni (1) Addressing the
Crisis, Preparing for Recovery, (2) Supporting the Multilateral Trading System, dan (3)
Accelerating Regional Economic Integration atau REI yang terbagi ke dalam sub-agenda
behind-the-border, at-the-border, dan across-the-border.
Di awal pertemuan, para Menteri menyampaikan simpatinya kepada rakyat dan bangsa
Indonesia sehubungan dengan ledakan bom yang terjadi pada tanggal 17 Juli lalu di Hotel
Marriot dan Ritz Carlton Jakarta. Para Menteri menyatakan keyakinannya bahwa kemajuan
yang dicapai Indonesia di berbagai bidang dan telah mengantarkan Indonesia sebagai new
emerging economy tidak akan terpengaruh oleh kejadian ini. Menteri Perdagangan RI, Mari
Pangestu yang hadir memimpin Delegasi Indonesia ke pertemuan ini menyatakan bahwa
kejadian tersebut tidak akan mempengaruhi fundamental perekonomian Indonesia yang
cukup baik dan tekad rakyat Indonesia untuk terus melawan terorisme dalam berbagai
bentuk. “Kehadiran kami dalam pertemuan ini adalah untuk menunjukkan komitmen
Indonesia pada APEC dan menjaga kepercayaan dunia usaha bahwa rakyat dan
Pemerintah Indonesia akan tetap melanjutkan agenda pembangunan ekonominya,” tegas
Mari Pangestu menanggapi pernyataan simpati Menteri Perdagangan APEC lainnya.
Pembahasan yang berlangsung dalam pertemuan ini berjalan sangat serius karena
menyangkut berbagai isu perekonomian regional dan internasional yang mendesak. Seperti
dikatakan Mari Pangestu, “Pertemuan kali ini memiliki arti sangat strategis karena
dimaksudkan tidak saja untuk meningkatkan proses integrasi ekonomi regional yang sudah
berjalan selama ini, tetapi juga membahas langkah-langkah pemulihan ekonomi regional
dan dunia serta upaya memanfaatkan momentum untuk mendorong penyelesaian
Perundingan Putaran Doha pada tahun 2010.”
Di bawah agenda Addressing the Crisis, Preparing for Recovery, para Menteri membahas
usaha-usaha untuk memfasilitasi pembiayaan perdagangan melalui jaringan kerjasama
regional dan bilateral. Secara khusus Indonesia bersama Ekonomi APEC lainnya
menyambut baik dilakukannya dialog kebijakan yang pertama kali berlangsung antara
pejabat senior perdagangan APEC dan pejabat senior keuangan APEC. Menurut Menteri
Perdagangan, “Pemulihan ekonomi dari situasi krisis saat ini menuntut adanya koordinasi
dan keterkaitan erat antara langkah di sektor finansial dan di sektor perdagangan.” Para
Menteri sepakat bahwa proses dialog ini harus dilanjutkan dan ditingkatkan tidak saja untuk
menanggulangi krisis dan memperlancar jalan menuju pemulihan ekonomi tetapi juga untuk
menciptakan daya tahan ekonomi APEC dalam jangka panjang.
Para Menteri juga sependapat bahwa upaya untuk mengatasi krisis dunia ini merupakan
kesempatan yang baik untuk mengembangkan pendekatan inclusive growth yang
memberikan penekanan pada restrukturisasi perekonomian dan memperkuat ketahanan
sosial. Delegasi Indonesia memberikan penekanan khusus pada penguatan ketahanan
sosial ini melalui program-program pengembangan kapasitas terutama bagi UKM,
masyarakat miskin dan pekerja. “Ini merupakan agenda jangka pendek dan menengah yang
sangat penting bagi APEC, terutama untuk membantu masyarakat dan kelompok usaha
yang paling merasakan dampak krisis dunia saat ini dan untuk meningkatkan daya tahan
ekonomi dan sosial regional menghadapi krisis serupa di masa datang,” tegas Menteri
Perdagangan Mari Pangestu pada saat pertemuan. Untuk itu, lanjut Menteri Perdagangan,
“APEC harus memberikan perhatian pada program pengembangan kapasitas yang
menyentuh UKM dan lapisan masyarakat yang benar-benar membutuhkannya.”
Masih di bawah agenda Addressing the Crisis, Preparing for Recovery, dibahas pula konsep
sustainable growth, yang intinya adalah untuk menerapkan kebijakan pemulihan dan
pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan masalah lingkungan hidup, termasuk
perubahan cuaca (climate change). Berbeda dengan beberapa ekonomi anggota APEC
lainnya, dalam pertemuan ini Indonesia menekankan bahwa konsep sustainable growth
jangan dibatasi hanya pada issue liberalisasi barang dan jasa lingkungan. Sustainable
growth harus mencakup pula pengembangan kapasitas ekonomi berkembang yang
kemampuannya belum sejajar dengan ekonomi maju dalam mengembangkan kebijakan
pro-lingkungan, misalnya dalam kaitan dengan carbon footprint. Pandangan Indonesia ini
didukung oleh ekonomi berkembang APEC lainnya yang mengharapkan program kerja
APEC juga memberikan perhatian khusus pada kebutuhan ekonomi berkembang untuk
menerapkan pendekatan sustainable growth, antara lain dengan mendorong investasi di
bidang penelitian dan pengembangan dan pengembangan serta penerapan teknologi
lingkungan.
Dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral merupakan isu yang dibahas cukup
dalam oleh para Menteri, dan ini ditandai antara lain oleh kehadiran Direktur Jenderal WTO
Pascal Lamy pada pertemuan ini. Indonesia merupakan salah satu ekonomi APEC yang
dipandang memainkan peran kunci dalam keberhasilan Perundingan Putaran Doha dan
dalam pertemuan ini berperan aktif mengupayakan agar APEC secara bulat dan konkrit
mendorong segera terjadinya engagement di Jenewa. “Indonesia yang diakui sebagai
‘emerging economy’ dan koordinator dari gerakan G-33 terus dimintakan pandangan
mengenai langkah kolektif ekonomi APEC untuk dapat memperlebar jalan menuju
perundingan kembali Agenda Pembangunan Doha di WTO,” jelas Mari Pangestu. Indonesia
menegaskan bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini dorongan politik bagi dimulainya
engagement di Jenewa terus mendapatkan momentumnya, mulai dari pertemuan G20 di
London, pertemuan Kelompok Cairns di Bali, pertemuan OECD di Paris, Pertemuan G-8
dan G-5 serta Major Economies Forum di L’Aquila-Italia pada minggu kedua Juli lalu. APEC,
sebagai forum kerjasama ekonomi regional yang pada tahun 2008 mewakili 41% penduduk
dunia, 49% perdagangan dunia dan 55% GDP dunia, harus dapat memberikan dorongan
terhadap momentum ini. ”Indonesia berkepentingan pada hasil Perundingan Doha yang
tidak saja ambisius tetapi juga seimbang, agar terwujud tata perdagangan dunia yang lebih
adil bagi ekonomi berkembang,” tambah Mendag.
Para Menteri juga membahas isu proteksionisme yang ditengarai cenderung meningkat
sejalan dengan meluasnya dampak krisis perekonomian dunia di sektor riil. Berdasarkan
hasil monitoring tiga bulanan yang dilakukan WTO, maka praktis semua negara anggota
WTO menerapkan kebijakan yang dapat dianggap mempunyai dampak terhadap
perdagangan walaupun tetap konsisten dengan aturan main WTO. Namun dalam
pertemuan ini Indonesia menggarisbawahi perlunya kajian yang lebih cermat karena tidak
sedikit kebijakan yang sebenarnya sesuai dengan ketentuan WTO namun dampaknya sama
atau bahkan melebihi dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan yang dianggap tidak sesuai
ketentuan WTO. “Penerapan kebijakan anti-dumping dan subsidi yang digunakan dalam
berbagai paket stimulus fiskal, misalnya, adalah sesuai dengan ketentuan WTO namun
dalam prakteknya semakin banyak digunakan oleh ekonomi maju sehingga menghambat
kegiatan ekspor dari ekonomi berkembang,” jelas Mari.
Terkait dengan agenda internal kerjasama APEC, para Menteri membahas sejumlah
program kerja yang diharapkan dapat mendorong proses integrasi ekonomi regional lebih
jauh. Dalam kaitan ini Indonesia mengingatkan sesama ekonomi APEC lainnya bahwa
tahun 2010 merupakan target pencapaian Bogor Goal bagi ekonomi maju. “Harus ada
kesepakatan seluruh anggota APEC bagaimana pencapaian Bogor Goal ini akan diukur,
apa benchmark-nya untuk dapat menyatakan bahwa ekonomi maju APEC telah mencapai
Bogor Goal sesuai kerangka waktu yang disepakati 15 tahun yang lalu, dan apa yang
dilakukan oleh ekonomi maju APEC selanjutnya. Ini hal-hal yang dilontarkan oleh Indonesia
sebagai bahan pemikiran agar pada tahun 2010 nanti APEC dapat menyampaikan kepada
publik apakah Bogor Goal bagi ekonomi maju telah dicapai dan apa ukuran-ukurannya,”
tambah Mendag.
Di sela-sela Pertemuan Para Menteri Perdagangan APEC ini, Menteri Perdagangan Mari
Pangestu juga melakukan pertemuan bilateral dengan Mexico, Australia, Singapore,
Taiwan, Rusia dan dengan Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy. Menteri Perdagangan juga
melakukan pertemuan-pertemuan kelompok kecil bersama China, Amerika Serikat, serta
negara-negara ASEAN yang juga adalah anggota APEC. Dalam pertemuan-pertemuan
bilateral dibahas antara lain permasalahan spesifik yang dihadapi, seperti kasus antidumping, hambatan ekspor-impor dan upaya peningkatan hubungan perdagangan dan
investasi. Sementara itu baik dalam pertemuan bilateral maupun pertemuan kelompok kecil
dibahas pula secara khusus langkah-langkah yang sekiranya dapat mendorong proses
perundingan Doha Development Agenda, prioritas program kerja APEC untuk menyumbang
secara konkrit proses pemulihan ekonomi.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Kepala Pusat Humas Departemen Perdagangan
Telp/Fax: 021-23528400/021-23528456
Email: [email protected]
Download