Perencanaan Penggunaan Lahan Berbasis Konservasi Tanah

advertisement
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu pada DAS
Ciasem. Secara administratif terletak di Kabupaten Subang yang meliputi 5
kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak, Cijambe, Subang, dan
Kalijati (Gambar 1 dan Gambar 2).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan berupa peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000, dan
peta tanah skala 1 : 50.000, peta kelas lereng yang berasal dari peta topografi
skala 1 : 50.000 (Bakosurtanal), peta administrasi Kabupaten Subang skala 1 :
50.000, peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Subang skala 1 :
50.000, contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu.
Sedangkan alat yang dipakai terdiri dari seperangkat komputer PC,
perangkat untuk pengecekan lapang berupa Global Posisition System (GPS),
Kompas, Abney level, pita meter, ring sample, bor tanah, cangkul, pisau, dan
kamera.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistim informasi
geografis (SIG), untuk menentukan peta satuan lahan homogen (SLH), dimana
SLH diperoleh dengan melakukan proses tumpang susun (overlay) peta jenis
tanah, peta kelas lereng dan peta penggunaan lahan. Berdasarkan peta SLH
ditentukan satuan lahan pengamatan intensif, yang pemilihannya dilakukan secara
purposive sampling sebagai pewakil dari masing-masing SLH yang dijadikan
sebagai lokasi pengumpulan data lapangan.
Sebelum melakukan pengumpulan data lapangan, dilakukan survei
pendahuluan dengan tujuan untuk mencocokan unit lahan pengamatan pada peta
satuan lahan pengamatan intensif dengan lokasi pengamatan di lapangan.
Pengumpulan data lapangan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi: (1) data fisik lahan (tekstur, permeabilitas tanah, kemiringan dan
panjang lereng, kedalaman efektif tanah, drainase, kandungan bahan organik dan
22
780000
790000
800000
810000
820000
830000
840000
AW
A
770000
9310000
9310000
LAUT J
Legonkulon
PETA
LOKASI PENELITIAN
6
0
6
12
Blanakan
Kab. Karawang
9300000
9300000
Kilometers
Kab. Indramayu
Pamanukan
Pusakanagara
U
Ciasem
9290000
9290000
Binong
Patokbeusi
Compreng
Pabuaran
Purwadadi
Areal Sub DAS Ciasem Hulu
Cikaum
Bagian dari DAS Ciasem
9280000
9280000
Pagaden
Cipunagara
Bagian dari DAS Cipunagara
Cipeundeuy
Kab. Purwakarta
Kalijati
Subang
9270000
SUB DAS
CIASEM HULU
9270000
Cibogo
Sumber :
- Peta Topografi (Bakosurtanal)
skala 1 : 50.000
- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
Departemen Kehutanan
Cijambe
9260000
9260000
Sagalaherang
Kab. Sumedang
Jalancagak
Peta Jawa Barat
Kab. Subang
Cisalak
9250000
9250000
Tanjungsiang
Kab. Bandung
770000
780000
790000
800000
810000
820000
830000
840000
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Lokasi
785000
790000
795000
800000
805000
9280000
9280000
23
Batucari
Cidahu
9275000
9275000
Rawa Lele
Manyeti
Dawuan Kaler
Suka Sari
Situ Sari
Dawuan Kidul
Dangdeur
PETA
ADMINISTRASI
SUB DAS CIASEM HULU
KABUPATEN SUBANG
2
0
2
4 Kilometers
U
Cisampih
Jambe Laer
9270000
9270000
Marga Sari
Parung
Keterangan
Kec. Cijambe
Kec. Jalan Cagak
Cijambe
Leles
Cinta Mekar
Bunihayu
Sagala Herang Kaler
Cijengkol
Jalan Cagak
9260000
9260000
Dayeuh Kolot
Ciponggang
Kec. Kalijati
9265000
9265000
Curug Agung Gunung Tua
Sagala Herang
Curug Rendeng
Kec. Sagalaherang
Kec. Subang
Sumber :
- Peta Topografi (Bakosurtanal)
Skala 1 : 50.000
- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
Departemen Kehutanan
Cikujang
Sukamandi
Cisaat
9255000
9255000
Cipancar
Cicadas
Ciater
Lokasi
Peta Jawa Barat
785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 2 Peta Administrasi Lokasi Penelitian
24
penutupan dan pengelolaan lahan), (2) data sosial ekonomi (luas kepemilikan
lahan, produksi usaha tani, biaya dan pendapatan dalam setahun dan sarana
produksi).
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi data curah
hujan, data debit air, data statistik, peta jenis tanah, peta kelas lereng dan peta
penggunaan lahan serta peta RTRW).
Tahapan analisis selanjutnya adalah melakukan evaluasi lahan dengan
metode klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Classification), analisis ini
dilakukan untuk menentukan kelas kemampuan lahan. Apabila penggunaan lahan
belum sesuai dengan kelas kemampuannya, maka disusun alternatif perubahan
penggunaan lahan.
Prediksi erosi dilakukan dengan metode universal soil loss equation (USLE)
untuk menduga besarnya erosi pada pengelolaan lahan aktual, hasil prediksi erosi
dibandingkan dengan besarnya erosi yang dapat ditolerasi (Atol), yang menujukan
besarnya erosi yang masih dapat diperbolehkan.
Apabila laju erosi (A) lebih besar dari Atol maka disusun alternatif
perubahan pengelolaan lahan, dan kegiatan analisis terakhir adalah melakukan
analisis usaha tani. Tujuannya adalah untuk menghitung pendapatan petani yang
kemudian dibandingkan dengan standar hidup layak dilokasi penelitian, apabila
nilai pendapatan petani lebih kecil dari standar hidup layak, maka disusun
alternatif pola tanam dan agrotenologi.
Untuk lebih memperjelas metode peneltian ini, disusun diagram alir
pelaksanaan penelitian, seperti tersaji dalam Gambar 3. Tahapan pelaksanaan
kegiatan penelitian secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi (1) orientasi ketersediaan
data pada instansi dan lembaga yang dijadikan sumber data yaitu Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Subang, BPS Kabupaten Subang,
Balai Pengelolaan DAS Citarum – Ciliwung Departemen Kehutanan, dan Perum
Jasa Tirta Unit II Divisi III Subang; (2) pengurusan ijin penelitian; (3) analisis
studio untuk menentukan satuan lahan pengamatan intensif, dimana satuan lahan
25
Peta-peta Analog
Peta kelas lereng skala 1 : 50.000
Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000
Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : 50.000
Peta-peta Digital
Peta Kelas lereng
Peta Penggunaan Lahan
Peta Jenis Tanah
Dijitasi
Penentuan titik pengamatan yang mewakili
(satuan lahan pengamatan intensif)
Satuan lahan homogen
Overlay
Survei Utama
Survei pendahuluan
Pengamatan, pengukuran dan pengambilan data
Arahan penggunaan lahan
menurut RTRW
Kelas Kemampuan Lahan
Evaluasi kecocokan arahan penggunaan lahan
menurut RTRW dengan Kelas kemampuan lahan
Perubahan
penggunaan lahan
Tidak
Pengamatan dan pengambilan data sosial
ekonomi
Penggunaan lahan sekarang
Evaluasi kecocokan penggunaan lahan
dengan Kelas kemampuan lahan
Ya
Alternatif penggunaan
lahan
Cocok
Ya
Cocok
Tidak
Perubahan penggunaan lahan
Evaluasi pola tanam dan agroteknologi
Alternatif penggunaan
lahan
Predikasi Erosi
Kebijakan dan Program
Pemda Subang
Alternatif pola tanam dan
agroteknologi
Ya
A < Atol
Tidak
Perubahan pola tanam dan
argoteknologi
∩
Analisis sosial ekonomi
REKOMENDASI PENGGUNAAN LAHAN
Ya
Pendapatan bersih >
standar hidup layak
Gambar 3 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
Tidak
26
pengamatan intensif ditentukan dari peta satuan lahan homogen (SLH) yang
dihasilkan dari proses tumpang susun (overlay) peta kelas lereng, peta tanah dan
peta penggunaan lahan.
Pada penelitian ini pemilihan satuan lahan pengamatan intensif hanya
dilakukan pada penggunaan lahan semak belukar, tegalan dan kebun campuran,
dengan kemiringan 15%-40%, dan (4) melakukan survei pendahuluan ke lapangan
untuk mengecek kecocokan letak plot di peta dengan kondisi lapangan yang akan
dijadikan lokasi satuan lahan pengamatan intensif.
Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer yang terdiri atas data fisik dan data sosial
ekonomi, dilakukan pada satuan lahan pengamatan intensif. Pengumpulan data
fisik meliputi pengukuran panjang lereng, kemiringan lereng, penutupan dan
penggunan lahan, kedalaman efektif tanah, pengambilan contoh tanah utuh
(menggunakan ring sample) untuk keperluan analisis fisik tanah (permeabilitas
dan bobot isi), serta contoh tanah terganggu untuk analisis tekstur, struktur dan
kandungan bahan organik untuk mendapatkan nilai erodibilitas tanah (nilai K).
Pengumpulan data sosial ekonomi, meliputi luas dan status kepemilikan
lahan, jenis dan jumlah produksi komoditas usaha tani, jenis dan jumlah sarana
produksi, variasi pola tanam, diperoleh melalui wawancara kepada petani dengan
menggunakan kuesioner, pemilihan petani sebagai responden, ditentukan secara
purposive sampling. Seleksi petani dilakukan dengan wawancara awal sebelum
dilakukan wawancara inti. Petani terpilih adalah petani yang dianggap mampu
untuk memberikan informasi yang tepat dan benar. Jumlahnya untuk setiap pola
tanam dan agroteknologi sebanyak 5 orang.
Kegiatan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi
langsung instansi yang terkait. Data yang dikumpulkan merupakan jenis data
yang mengatur atau menjadi landasan perencanaan penggunaan lahan, dan masih
dipakai sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Jenis data dan instansi asal,
seperti tersaji dalam Tabel 2.
27
Tabel 2 Nama Instansi dan Jenis Data yang Dikumpulkan
No.
Nama Instansi
Jenis Data atau Peta
1.
Badan Perencanaan
Daerah Kabupaten
Subang
1. Pola Dasar Pembangunan Daerah tahun 2005-2009
2. Program Pembangunan Daerah tahun 2005-2009
3. Rencana Strategis Daerah tahun 2005-2009
4. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah skala 1 : 50.000
2.
Balai Pengelolaan DAS
Citarum Ciliwung
1. Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000
2. Peta Kelas Lereng skala 1 : 50.000
3. Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 50.000
3.
Perum Jasa Tirta Unit II
Divisi III Subang
1. Data Curah hujan selama 10 tahun terakhir
2. Data debit air sungai selama 5 tahun
4.
Badan Pusat Statistik
Kabupaten Subang
Statistik Subang dalam Angka
5.
Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Subang
Rencana Rahabilitasi Lahan Tahun 2004-2009
Analisis Data
Analisis data ditentukan berdasarkan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. Tahapan analisis data tersebut meliputi kegiatan:
(1)
Evaluasi penggunaan lahan sekarang (Existing Land Use) meliputi evaluasi
kecocokan penggunaan lahan berdasar kelas kemampuan lahan, melakukan
prediksi erosi (A) dan mengkaji nilai erosi yang dapat ditoleransi (Atol) pada
kondisi aktual dan melakukan analisis usaha tani pada kondisi aktual.
(2)
Evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW), yang terdiri atas analisis
deskriptif RTRW, evaluasi kecocokan arahan penggunaan lahan RTRW
berdasarkan kemampuan lahan.
(3)
Penyusunan alternatif penggunaan lahan dan agroteknologi meliputi
alternatif penggunaan lahan sekarang dan RTRW (apabila belum sesuai),
penyusunan pola tanam dan agroteknologi serta analisis usaha tani sesuai
pola tanam dan agroteknologi alternatif.
Secara terrinci metode analisis data ini, dijelaskan pada masing-masing sub
bab sebagai berikut:
Evaluasi Penggunaan Lahan Sekarang
Penggunaan lahan sekarang. Kegiatan analisis yang dilakukan, hanya berupa
analisis deskriptif tentang penggunaan lahan sekarang, terdiri atas deskripsi
persentase luas masing-masing penggunaan lahan pada luas Sub DAS dan pada
luas DAS secara keseluruhan.
28
Kecocokan Penggunaan Lahan dengan Kelas Kemampuan Lahan. Analisis
yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah proses klasifikasi lahan dengan metode
faktor penghambat. Kriteria yang dipakai untuk menilai kecocokan penggunaan
lahan adalah kriteria kelas kemampuan penggunaan lahan yang dikemukakan oleh
Arsyad (1989), yang mengacu pada Klingebiel dan Montgomery (1973), seperti
yang disajikan pada Lampiran 4 dan 5.
Prediksi Erosi. Prediksi erosi dilakukan untuk menduga besarnya erosi yang
terjadi pada penggunaan lahan dengan pengelolaan tertentu. Prediksi erosi
dilakukan dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE)
yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978), yaitu :
A = R x K x LS x C x P
Dimana
A
R
K
LS
C
P
:
:
:
:
:
:
:
jumlah erosi dalam ton/ha/tahun
faktor erosivitas hujan
faktor erodibilitas tanah
faktor panjang dan kemiringan lereng
faktor tanaman (penggunaan tanah)
faktor teknik konservasi tanah
Untuk mendapatkan nilai masing-masing variabel pendugaan (prediksi)
erosi, digunakan metode-metode sebagai berikut:
Faktor erosivitas hujan (R). Faktor Erosivitas hujan (R) merupakan jumlah
satuan indeks erosi hujan dalam setahun. Nilai R yang merupakan daya rusak
hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Bols (1978), sebagai berikut :
R = 6.119 (Rain)1.21 (Days)-0,47 (Max.P)0,53
dimana :
R
Rain
Days
Max.P
:
:
:
:
indeks erosivitas hujan
curah hujan bulanan rata-rata (mm)
jumlah hari hujan dalam bulan yang dimaksud (hari)
curah hujan maksimum dalam 24 jam dalam bulan yang
bersangkutan
Faktor erodibilitas tanah (K). Faktor K dihitung dengan menggunakan rumus
Wischmeier dan Smith (1978), yaitu :
29
100 K = 2,713 M1,14(10-4)(12-a) + 3,25(b-2) + 2,5(c-3)
dimana :
K
M
a
b
c
:
:
:
:
:
faktor erodibilitas tanah
(% debu + % pasir halus) x (100-% liat)
persentase bahan organik
kelas struktur tanah (seperti pada Lampiran 6a)
kelas permeabilitas tanah (seperti pada Lampiran 6b)
Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS). Nilai panjang lereng dan
kemiringan lereng diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, untuk menentukan
fakor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung dengan menggunakan rumus
persamaan Wischmeier dan Smith (1978), sebagai berikut :
LS =
dimana :
LS
X
S
(
X 0,0138 + 0,00965S + 0,00138S 2
:
:
:
)
faktor lereng
panjang lereng (m)
kemiringan lereng (%)
Faktor Pengelolaan Tanaman (C) dan Teknik Konservasi Tanah (P). Fakor
pengelolaan tanaman (C) dan teknik konservasi tanah (P) ditentukan dengan
mencocokan kondisi penggunaan lahan dan penutupan tanah di lapangan dengan
tabel faktor C dan P yang merupakan hasil penelitian (Hammer, 1981), dan
(Abdurachman, et al. (1983) dalam Sinukaban, 1989).
Erosi yang Dapat Ditoleransikan (Atol). Nilai Atol adalah besaran maksimum
erosi yang masih dapat ditoleransikan dari sebidang tanah agar tanah tersebut
masih dapat berproduksi secara ekonomis dan lestari dengan sistem produksi yang
diterapkan (Wischmeier dan Smith, 1978). Besarnya nilai Atol tanah dipengaruhi
oleh iklim (berkaitan dengan laju pembentukan tanah), kedalaman akar tanaman
dan jenis tanaman yang diusahakan. Penetapan Atol tanah dilakukan dengan
menggunakan metode Wood dan Dent (1983), yang memasukan faktor kedalaman
minimum tanah dan laju pembentukan tanah, dengan rumus sebagai berikut :
ETol =
DE − Dmim
+ LPT
MPT
30
Dimana ETol : erosi yang masih dapat ditoleransikan (mm/tahun), DE : nilai
kedalaman ekuivalen yang besarnya adalah hasil perkalian antara nilai kedalaman
efektif dengan nilai faktor kedalaman (mm), Dmin : kedalaman tanah minimum
yang memungkinkan tanaman yang akan ditanam dapat berproduksi (mm), MPT ;
masa pakai tanah, yaitu berapa lama tanah akan digunakan untuk sistem produksi
yang direncanakan, (250 tahun, dapat dianggap sebagai pemakaian secara terus
menerus/lestari), LPT : laju pembentukan tanah yang besarnya 1.2 mm/tahun
(Sinukaban, 1989).
Evaluasi Arahan Penggunaan Lahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Analisis Deskriptif Arahan Penggunaan Lahan RTRW. Metode yang dipakai
berupa metode analisis deskriptif tentang rencana penggunaan lahan yang dibuat
dalam RTRW, terdiri atas deskripsi persentase luas masing-masing penggunaan
lahan pada luas Sub DAS.
Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW dengan Kelas Kemampuan
Lahan. Metode analisis yang dipakai sebagimana yang dilakukan pada evaluasi
kecocokan penggunaan lahan sekarang.
Penyusunan Alternatif Penggunaan Lahan,
Pola Tanam dan Agroteknologi
Alternatif penggunaan lahan sekarang dan RTRW. Analisis ini dilakukan
apabila penggunaan lahan sekarang atau RTRW belum sesuai dengan kelas
kemampuan lahannya, penyusunan alternatif penggunaan lahan didasarkan pada
kelas kemampuan lahannya dan potensi yang dapat dikembangkan.
Alternatif Pola Tanam dan Agroteknologi. Penetapan pola tanam dan
agroteknologi alternatif ditentukan berdasarkan nilai CP (faktor tanaman dan
pengelolaan tanah) yang dapat diterapkan untuk berbagai jenis pengelolaan lahan
melalui simulasi. Kriteria yang dipakai adalah dengan menetapkan CP maksimum
yang akan direkomendasikan dengan pendekatan sebagai berikut :
A ≤ Atol
CP ≤
Atol
RKLS
R.K.LS.C.P ≤ Atol
CPrek ≤ CPmak
31
Pada analisis ini, dipakai asumsi bahwa nilai R, K, dan LS pada setiap
lokasi penelitian dianggap konstan, sehingga besarnya nilai dugaan erosi
berbanding lurus dengan nilai CP yang dipilih dalam simulasi.
Penetapan nilai CP untuk setiap alternatif, pertimbangan yang dipakai
adalah kelas kemampuan lahan, masukan dari petani dan pertimbangan
pemenuhan standar hidup layak, apabila nilai CP yang diperoleh telah maksimal
tetapi standar hidup layak belum terpenuhi, maka harus ada penyempurnaan usaha
tani atau dukungan usaha lainnya, seperti usaha ternak ataupun usaha lainnya
sehingga nilai standar hidup layak dapat dicapai.
Analisis Usaha Tani dan Standar Hidup Layak
Analisis Usaha Tani. Analisis ini dilakukan pada kondisi pola tanam dan
agoteknologi aktual dan pola tanam dan agoteknologi alternatif. Dalam analisis
usaha tani ini yang dikaji tiga variabel penting yaitu penerimaan, biaya dan
pendapatan sebagaimana dikemukakan oleh Soekartawi (2002), dengan
penjabaran sebagai berikut :
1.
Penerimaan usaha tani, merupakan nilai produksi yang dapat dihasilkan dari
usaha tani per musim tanam yang dinilai dengan mata uang, dihitung dengan
persamaan :
TRi = Yi Pyi
dimana TRi : total penerimaan produksi komoditas i (Rp), Yi : produksi
komoditas i yang diperoleh dalam satu musim tanam (kg), Pyi : harga Y
komoditas i (Rp). Dalam suatu usaha tani biasanya ditemukan lebih dari satu
komoditas yang dikembangkan sehingga total penerimaan dihitung dengan
menggunakan persamaan :
n
TR =
∑ YiPyi
i =1
n : jumlah macam komoditas yang diusahakan
2.
Biaya Usaha tani, merupakan nilai semua masukan atau keluaran yang
dipakai dalam satu musim tanam selama proses produksi baik langsung
maupun tidak, untuk menghitung biaya usaha tani dapat digunakan
persamaan :
32
n
FC =
∑ XiPxi
i =1
dimana FC : biaya tetap yang dipergunakan secara periodik (Rp), Xi :
jumlah fisik dari input
yang membentuk biaya tetap dalam produksi
komoditas i, Pxi : harga input dalam produksi komoditas i (Rp), dan n :
jumlah macam input yang digunakan dalam suatu usaha tani.
Persamaan ini juga dipakai untuk menghitung biaya variabel, karena total
biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC),
maka :
TC = FC + VC
3.
Pendapatan usaha tani, adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya :
Pd = TR – TC
Dimana Pd : pendapatan usaha tani (Rp), TR : total penerimaan usaha tani
(Rp), dan TC : total biaya usaha tani (Rp).
Standar Hidup Layak. Untuk menetapkan besaran standar hidup layak pada
lokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan nilai ambang kecukupan untuk
keperluan rumah tangga eqivalen dengan standar nilai tukar beras 320
kg/orang/tahun (kategori miskin menurut Sajogyo, 1977), jumlah anggota
keluarga sebanyak 4 orang terdiri atas 2 orang anak, ibu dan bapak (didasarkan
pada rata-rata jumlah anggota keluarga per KK dalam Buku RTL DAS Ciasem
Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, 2004), dengan harga beras Rp
2.500.00 per kilogram dan nilai indeks kompensasi 250 % atau 2.5 (dapat
memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, perumahan sederhana dan tabungan),
maka standar hidup layak yang dipakai pada lokasi penelitian adalah sebesar 320
kg x 4 orang x Rp 2.500.00 x 2.5 = Rp.8.000.000.
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Letak dan Luas
Sub DAS Ciasem Hulu merupakan bagian dari DAS Ciasem, terletak di
wilayah Kabupaten Subang memiliki luasan 16 319.62 hektar (Ha) yang meliputi
5 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalan Cagak, Cijambe, Kalijati, dan
Subang, dengan jumlah desa sebanyak 32 desa. Peta wilayah Sub DAS Ciasem
Hulu tersaji dalam Gambar 4.
Tanah
Jenis tanah di wilayah DAS Ciasem Hulu terdiri atas: jenis Asosiasi
Andosol-Podsolik, Latosol-Coklat, Andosol, Asosiasi Regosol-Litosol. Jenis
tanah ini bersumber peta tanah tinjau Jawa Barat, dimana sebagian besar wilayah
memiliki jenis tanah Asosiasi Andosol-Podsolik yang mencapai luasan 8.876.91
Ha atau 54.39% dari seluruh luas sub DAS, selengkapnya tersaji dalam Tabel 3
dan Gambar 5.
Tabel 3 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Luas (Ha)
Persentase (%)
656.40
4.02
1.
Andosol
2.
Asosiasi Andosol Podsolik
8 876.91
54.39
3.
Latosol Coklat
4 940.82
30.28
4.
Asosiasi Regosol Litosol
1 845.49
11.31
16 319.62
100.00
Jumlah
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem
BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Topografi dan Keadaan Wilayah
Sub DAS Ciasem Hulu sebagian besar memiliki bentuk lereng agak curam
dengan kelas lereng 15%–25%, dengan luasnya mencapai 5.951.31 Ha atau
36.47%, kemudian bentuk lereng yang sangat curam dengan luasan 3.530.09 Ha
atau 21.63%, selengkapnya tersaji dalam Tabel 4 dan Gambar 6.
785000
790000
795000
800000
805000
9280000
9280000
34
9275000
9275000
PETA AREAL
SUB DAS CIASEM HULU
KABUPATEN SUBANG
2
0
2
4 Kilometers
9270000
9270000
U
Keterangan
Sungai
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
Areal Sub DAS
9255000
Sumber :
- Peta Topografi (Bakosurtanal)
Skala 1 : 50.000
- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat
785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 4 Peta Areal Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
790000
795000
800000
805000
9275000
9275000
785000
9280000
9280000
35
PETA
JENIS TANAH
SUB DAS CIASEM HULU
KABUPATEN SUBANG
2
0
2
4 Kilometers
9270000
9270000
U
Keterangan
Andosol
Asosiasi Andosol-Podsolik
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
Latosol-Coklat
Asosiasi Regosol-Litosol
9255000
Sumber :
- Peta Topografi (Bakosurtanal)
Skala 1 : 50.000
- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat
785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 5 Peta Jenis Tanah Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
36
Tabel 4 Luas Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Kelas Lereng
No.
Kelas Lereng
1.
3%– 8% (agak landai)
2.
8% – 15 % (landai)
3.
15%– 25% (agak curam)
4.
25%– 40% (curam)
5.
> 40% (sangat curam)
Jumlah
Luas (Ha)
Persentase (%)
2 726.13
2 064.07
5 951.31
2 048.04
3 530.09
16 319.62
16.70
12.65
36.47
12.55
21.63
100.00
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem
BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Iklim
Tipe iklim menurut sistim klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), yang
didasarkan pada nisbah jumlah bulan kering dengan bulan basah, nisbah ini diberi
simbol Q. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan ≥100 mm, sedangkan
bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <60 mm. Wilayah Sub DAS
Ciasem Hulu berdasarkan tipe iklim tersebut termasuk ke dalam tipe iklim B,
dimana bulan basahnya 9.1 dan bulan kering 2.2 dan digolongkan ke dalam
kondisi iklim basah.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu, didominasi oleh
sawah dengan luas 5.540.43 Ha atau 33.95%, kemudian perkebunan 3.474.09 Ha
atau 21.29%, dan kebun campuran 2.324.90 Ha, selengkapanya tersaji dalam
Tabel 5 dan Gambar 7.
Tabel 5 Luas wilayah Sub DAS Ciasem Hulu Berdasarkan Penggunaan Lahan
No.
Penggunaan Lahan
1.
Pemukiman
2.
Sawah
3.
Kebun Campuran
4.
Tegalan
5.
Hutan
6.
Perkebunan
7.
Semak Belukar
Jumlah
Luas (Ha)
Persentase (%)
1 494.14
5 540.43
2 324.90
547.39
2 178.07
3 474.09
760.60
16 319.62
9.16
33.95
14.25
3.35
13.35
21.29
4.66
100.00
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem
BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
790000
795000
800000
805000
9275000
9275000
785000
9280000
9280000
37
PETA
KELAS LERENG
SUB DAS CIASEM HULU
KABUPATEN SUBANG
2
0
2
4 Kilometers
Keterangan
3-8 %
8 - 15 %
15 - 25 %
25 - 40 %
> 40 %
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
9270000
9270000
U
9255000
Sumber :
- Peta Topografi (Bakosurtanal)
Skala 1 : 50.000
- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat
785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 6 Peta Kelas Lereng Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
790000
795000
800000
805000
9275000
9275000
785000
9280000
9280000
38
PETA
PENGGUNAAN LAHAN
SUB DAS CIASEM HULU
KABUPATEN SUBANG
2
0
2
4 Kilometers
Keterangan
Hutan
Kebun campuran
Perkebunan
Belukar
Sawah
Tegalan
Pemukiman
9260000
9260000
9255000
9265000
9265000
9270000
9270000
U
9255000
Sumber :
- Peta Topografi (Bakosurtanal)
Skala 1 : 50.000
- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung
Departemen Kehutanan
Lokasi
Peta Jawa Barat
785000
790000
795000
800000
805000
Gambar 7 Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Ciasem Hulu Kabupaten Subang.
39
Sosial Ekonomi
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk pada Sub DAS Ciasem Hulu, jumlahnya 146.209 orang
yang terdiri dari 73.190 orang laki-laki dan 73.019 orang perempuan, dengan
jumlah keluarga sebanyak 40.842 kepala keluarga (KK).
Berdasarkan kelas umur jumlah penduduk terbagi dalam kelas 0–15 tahun
sebanyak 43.367 orang, kelas umur 16–55 tahun sebanyak 78 445 orang dan kelas
umur >55 tahun 24.397 orang (Tabel 6 dan 7). Data selengkapnya disajikan dalam
Lampiran 2.
Tabel 6 Jumlah Penduduk Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Jenis Kelamin
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kecamatan
Sagalaherang
Jalancagak
Cijambe
Subang
Kalijati
Jumlah
Jumlah Penduduk (orang)
Laki-laki
Perempuan
22 096
14 547
5 219
13 240
18 088
73 190
21 131
14 396
5 325
13 086
19 081
73 019
Jumlah KK
12 775
7 142
2 829
6 892
11 204
40 842
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem
BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Tabel 7 Jumlah Penduduk Sub DAS Ciasem Hulu berdasarkan Kelas Umur
Jumlah Penduduk (orang)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kecamatan
Sagalaherang
Jalancagak
Cijambe
Subang
Kalijati
Jumlah
0-15 tahun
15 –55 tahun
>55 tahun
13 048
9 369
3 080
7 526
10 344
43 367
24 234
14 760
5 583
9 984
23 884
78 445
5 945
4 814
1 881
8 816
2 941
24 397
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem
BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian, penduduk pada wilayah Sub DAS Ciasem
Hulu sebagian besar merupakan petani yang jumlahnya mencapai 39.613 orang,
40
lalu buruh tani 13.431 orang. Data ini menunjukan, bahwa penduduk yang berada
pada wilayah Sub DAS Ciasem Hulu, sebagian besar menyandarkan pemenuhan
kebutuhan hidupnya dari sektor pertanian.
Hal ini akan menuntut adanya
ketersediaan sumber daya lahan. Data selengkapnya tersaji dalam Lampiran 1.
Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian yang ada di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu terdiri
atas pasar, koperasi, toko, bank perkreditan dan warung, selengkapnya dapat
dilihat dalam Lampiran 3. Rekapitulasinya dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah dan Jenis Sarana Perekonomian Sub DAS Ciasem Hulu
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Sarana Perekonomian
Kecamatan
Sagalaherang
Jalan Cagak
Cijambe
Kalijati
Subang
Jumlah
Jumlah
Bank
Koperasi
Pasar
Toko
Warung
9
1
0
1
1
12
6
3
0
4
1
14
2
1
0
0
0
3
44
63
12
28
12
155
657
310
73
200
73
1 264
718
378
87
233
87
1 503
Sumber : Buku Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Ciasem
BP- DAS Citarum Ciliwung (2004)
Download