perkembangan perundingan fta bilateral - AEC Center

advertisement
mengubah forum kerjasama ini menjadi organisasi yang
berbadan hukum. Sejalan dengan itu, perhatian difokuskan
pada proses integrasi ekonomi menuju ASEAN Economic
Community (AEC) 2015 dengan berpedoman kepada
Cetak Biru/ AEC Blueprint yang disusun tahun 2007.
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
B. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Indonesia akan menuju ASEAN Economic Community
(AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada
tahun 2015. Namun demikian, MEA 2015 bukan
merupakan hal yang baru, melainkan suatu proses
panjang sejak terbentuknya PTA tahun 1977. MEA 2015
adalah perwujudan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN
yang dinamis dan kompetitif dimana kesenjangan ekonomi
antar negara semakin diperkecil.
Perwujudan MEA 2015 disangga oleh 4 pilar yaitu: (i)
ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, (ii)
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi
tinggi, (iii) ASEAN sebagai kawasan pengembangan
ekonomi merata dan berimbang, dan (iv) ASEAN sebagai
kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global.
Dibawah Cetak Biru AEC, ASEAN berhasil mencatat
beberapa pencapaian signifikan. Pada Pilar 1, ASEAN
telah menciptakan arus perdagangan bebas di bidang
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, serta modal.
Disamping itu, ASEAN telah menyusun Priority Integration
Sector (PIS) serta pengembangan sektor pertanian dan
kehutanan.
DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
(DJ-KPI) - 2014
Kementerian Perdagangan
Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta
Telp/Fax: (62-21) 23528600; 23528610
Website: www.Kemendag.go.id dan
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/
A. Sejarah Pembentukan ASEAN
Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara didirikan pada
tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok-Thailand, melalui
Deklarasi ASEAN (Deklarasi Bangkok) oleh Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand (ASEAN
Founding Fathers). Kemudian pada tanggal 20 November
2007 di Singapura disepakati Piagam ASEAN yang
Pilar 2 pondasi MEA 2015 akan dicapai melalui berbagai
kerja sama di bidang kebijakan kompetisi, perlindungan
konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. Selanjutnya,
Pilar 3 akan tercapai dengan pengembangan UKM. Untuk
mewujudkannya, telah disepakati ASEAN Framework on
Equitable Economic Development (AFEED) pada tahun
2011. Pilar 4 diwujudkan melalui interaksi ASEAN dengan
ekonomi global. Saat ini, ASEAN telah menandatangani 5
(lima) FTA dengan negara mitranya yakni China, Korea,
Jepang, Australia dan Selandia Baru, serta India.
C. Manfaat dan Peluang Indonesia
Manfaat: integrasi ekonomi didasarkan pada keyakinan
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan
ASEAN pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Disamping itu, integrasi ekonomi juga akan banyak
membuka lapangan pekerjaan, menurunkan tingkat
pengangguran
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat ASEAN.
Peluang: berbagai peluang Indonesia dengan terwujudnya
integrasi ekonomi kawasan ASEAN antara lain:
1. Pasar potensial dunia - Jumlah penduduk Indonesia
yang terbesar di kawasan ASEAN merupakan potensi
yang sangat besar untuk menjadi negara ekonomi yang
produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar
ASEAN di masa yang akan datang.
2. Negara pengekspor - Negara-negara ASEAN dikenal
sebagai eksportir dan Indonesia mempunyai komoditi
yang berpeluang untuk ditingkatkan ekspornya ke dunia
antara lain: peralatan kantor, rempah-rempah,
perhiasan, kerajinan, ikan & produk perikanan, minyak
atsiri, makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis,
serta kulit & produk kulit. Tentu saja, Indonesia harus
cermat mengidentifikasi tujuan pasar sesuai dengan
segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang
dihasilkan.
3. Negara tujuan investor - Indonesia diharapkan mampu
menarik investor ke dalam negeri dan mendapat
peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara Anggota
ASEAN lainnya dikarenakan luas dan beragamnya
potensi Indonesia.
4. Daya saing - Indonesia sebagai salah satu negara
besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di
sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada
sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar
untuk mengembangkan industri di sektor-sektor
tersebut.
5. Sektor jasa yang terbuka – Tenaga kerja terampil
Indonesia (akuntan, dokter, perawat, arsitek dan
sebagainya) yang berjumlah cukup besar memiliki
peluang untuk bekerja di perusahaan-perusahaan
bertaraf internasional yang tersebar di kawasan
ASEAN. Disamping itu, sektor jasa Indonesia yang
berpeluang dalam pasar ASEAN adalah bidang
konstruksi, kesehatan, e-ASEAN, logistik, transportasi
udara, dan pariwisata.
6. Aliran modal – Rezim investasi yang semakin terbuka
dengan tingkat kepemilikian ekuitas asing mencapai
70% dan didukung oleh sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang melimpah menjadikan Indonesia
sebagai daya tarik bagi investor asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
D. Tantangan
1. Laju peningkatan impor - Apabila kondisi daya saing
Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai defisit
perdagangan dengan Negara Anggota ASEAN akan
semakin meningkat.
2. Laju inflasi - Stabilitas makro masih menjadi kendala
peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat
kemakmuran Indonesia juga masih relatif rendah di
ASEAN.
3. Kesamaan produk – Sangat penting bagi Indonesia
melakukan strategi peningkatan nilai tambah dan
inovasi bagi produk eskpornya sehingga mempunyai
karakteristik tersendiri
4. Daya saing sektor integrasi prioritas - Saat ini Indonesia
memiliki keunggulan di sektor komoditi seperti: produk
berbasis kayu, pertanian, minyak sawit, perikanan,
produk karet dan elektronik, sementara itu untuk tekstil,
elektronik, mineral (tembaga, batu bara, nikel), mesinmesin, produk kimia, karet dan kertas masih dengan
tingkat keunggulan yang terbatas.
5. Daya saing SDM – Kemampuan SDM Indonesia harus
ditingkatkan baik secara formal maupun informal untuk
memanfaatkan potensi lapangan pekerjaan yang
terbuka luas di ASEAN.
6. Tingkat perkembangan ekonomi - Tingkat kesenjangan
yang tinggi antara Indonesia dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand merupakan salah satu masalah
di kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan
agar tidak menghambat percepatan kawasan menuju
MEA 2015.
E. Keberadaan Indonesia saat ini
Di bidang perdagangan barang:. Sembilan cabang
industri yang akan dikembangkan guna mengisi pasar
ASEAN adalah produk berbasis Agro (CPO, kakao, karet),
ikan dan produk olahannya, tekstil dan produk tekstil, alas
kaki, kulit dan barang kulit, furniture, makanan dan
minuman, pupuk dan petrokimia, mesin dan peralatannya
serta logam dasar, besi dan baja. Guna mengamankan
dalam negeri, tujuh cabang industri yang akan
dikembangkan adalah otomotif, elektronik, semen, pakaian
jadi, alas kaki, makanan dan minuman serta furniture.
Tujuh cabang industri ini dinilai dapat meningkatkan daya
saing untuk mengamankan pasar dalam negeri terhadap
produk sejenis dari negara ASEAN lainnya.
Di bidang perdagangan jasa: Dalam memenangkan
persaingan di sektor jasa, pemerintah memetakan sektor
jasa industri nasional yang bisa dikembangkan seperti
bidang pendidikan, pariwisata, hotel, kesehatan, olahraga,
budaya, kuliner wisata, gunung, laut, pantai dan
sebagainya. Selain itu beberapa sektor jasa yang perlu
ditingkatkan sebagai input bagi semua sektor ekonomi
antara lain jasa infrastruktur (keuangan, telekomunikasi,
transportasi, logistik) sangat krusial untuk mendukung
pertumbuhan dan daya saing perekonomian nasional.
Di bidang investasi: Secara umum Indonesia memiliki
daya saing dan kemampuan yang tinggi untuk berinvestasi
di negara anggota ASEAN untuk sektor properti,
pertambangan dan infrastruktur. Terkait dengan peluang
investasi di ASEAN, secara khusus Indonesia sedang
melakukan pendekatan intensif ke Myanmar, negara
terbesar ke-2 di ASEAN setelah Indonesia yang aksesnya
terbuka langsung ke China, dalam upaya menjadikan
Myanmar sebagai kawasan investasi yang diharapkan
dapat memanfaatkan pasar Myanmar dan pasar China
sekaligus.
F. Apa yang sudah dan sedang dilakukan Indonesia
Dalam menghadapi MEA 2015, Pemerintah telah
menerbitkan beberapa kebijakan yang bersifat lintas
sektoral dan memberi perhatian khusus dalam
meningkatkan daya saing, antara lain: (i) Inpres No 5/2008
tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009; (ii)
Inpres No 11/2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak
Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN; (iii) Keppres No.
23/2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat
Nasional ASEAN; (iv) Program pembangunan seperti
MP3EI; (v) Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas);
(vi) Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing; (vii)
Policy Paper mengenai kesiapan Indonesia menghadapi
AEC; (viii) Pembentukan Komite Nasional AEC 2015; (ix)
Unit Kerja Presiden di Bidang Pengembangan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4) – Monitoring
Langkah Pemerintah
Disamping itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag)
telah menerapkan tiga strategi non-tarif, yaitu pengamanan
pasar domestik, peningkatan ekspor, dan peningkatan
iklim usaha. Dalam pengamanan pasar domestik,
Kemendag mengupayakan agar gangguan impor di
perbatasan dapat diminimalisir dengan menerapkan
disiplin impor (Permendag No.83/2012). Untuk mengatasi
gangguan impor, terutama terkait dengan illegal trading,
dibentuk post-audit mechanism dan penerapan kepatuhan
standar sesuai dengan ketentuan WTO. Dalam hal
optimalisasi penyerapan dalam negeri, Kemendag
berupaya melakukan pengamanan pasar domestik melalui
peningkatan kualitas produk domestik dan promosi
penggunaan produk dalam negeri.
Dalam hal penguatan pasar ekspor, Kemendag terus
berupaya meningkatkan peran perwakilan R.I. di luar
negeri untuk melakukan economic market intelligence;
mempromosikan Trade, Tourism, and Investment;
membuat Standard Operating Procedures melakukan
pengawasan terhadap SKA Indonesia; memberikan
bantuan terhadap penyelesaian kasus ekspor; serta
mengoptimalkan peluang pasar Negara Mitra ASEAN.
Untuk penyelesaian isu domestik, Kemendag berupaya
melakukan pembenahan sistem logistik, perbaikan
pelayanan publik seperti National Single Window (NSW),
penyederhanaan peraturan, implementasi peraturan,
prosedur dan mekanisme perijinan secara terintegrasi.
G. Kesimpulan
MEA 2015 menawarkan berjuta peluang bagi produkproduk maupun sumber daya manusia Indonesia yang
memiliki daya saing tinggi. Namun demikian, manfaat MEA
2015 tidak serta merta dapat dinikmati, perlu perjuangan
dan usaha yang tidak mudah dari seluruh pemangku
kepentingan (pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha,
akademisi, dan masyarakat pada umumnya). Untuk
menghadapi MEA 2015, Pemerintah terus mengupayakan
kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan daya saing
Indonesia. Dukungan dari seluruh lini sangat diperlukan
untuk menjadikan Indonesia negara yang berdaya saing
tinggi, berkualitas, dan mampu menghadapi MEA 2015 .
Mari bersama-sama kita siapkan diri untuk menjadi
“Champion” dalam pasar bebas ASEAN

Informasi Lebih Lanjut:
Direktorat Kerjasama ASEAN
Jl. M.I Ridwan Rais No.5,
Jakarta Pusat, 10110
Website:
 www.kemendag.go.id
 http://ditjen kpi.kemendag.go.id
Telephone:
(021) 3858203
Download