Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II ini penulis memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan
noun clause yang menjadi acuan dalam menganalisis data pada bab III. Teori-teori
yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori mengenai sintaksis yang di
dalamnya membahas tentang satuan sintaksis (kata, frasa, klausa, dan kalimat),
fungsi sintaksis (subject, verb, object, dan complement), noun clause (that clause,
wh-clause, whether/if clause) dan teori semantik yang berkonsentrasi pada peran
semantik.
2.1 Sintaksis
Secara etimologis, kata sintaksis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu
σύνταξις (syntáxis) yang berarti arrangement atau pengaturan yang merupakan
gabungan dari kata σύν (syn), yang artinya bersama dan τάξις (taxis) yang berarti
pengaturan. Sintaksis sangat erat hubungannya dengan bentuk-bentuk gramatika.
Objek kajian dalam sintaksis melingkupi wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Saeed (1997:3) mengatakan bahwa, “syntax is the study of how words can be
combined into sentences. Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
kata-kata dapat dikombinasikan hingga membentuk kalimat. Robert (1964:1)
menyatakan bahwa, “syntax is the area of grammar that is concerned of word in
sentences, the way in which they are put together to form sentences.” Maksudnya
sintaksis merupakan bidang ilmu tata bahasa yang berhubungan dengan kata-kata
di dalam kalimat dan bagaimana kata-kata dapat tergabung menjadi bentuk
7
kalimat. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Miller (2002: 56) yang menyatakan
bahwa, “syntax has to do with how words are put together to build phrases, with
how phrases are put together to build clauses or bigger phrases, and how clauses
are put together to build sentences.” Sintaksis memiliki peranan dalam proses
dimana kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa, di mana frasa
digabungkan untuk membentuk klausa atau frasa yang lebih luas, dan bagaimana
klausa-klausa digabungkan untuk membentuk kalimat.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat didefinisikan bahwa sintaksis adalah
cabang ilmu linguistik yang mempelajari fungsi dan aturan-aturan dalam
perangkaian hubungan antar unit-unit bahasa menjadi suatu struktur bahasa dalam
bentuk frasa, klausa, maupun kalimat. Dalam ilmu sintaksis itu sendiri terdapat
kajian sintaksis yang berkaitan dengan skripsi ini yaitu satuan sintaksis dan fungsi
sintaksis.
Satuan sintaksis merupakan bagian dari sintaksis yang menjelaskan
hubungan fungsional pada tiap satuan di dalam sintaksis yang tersusun bersama
dalam wujud berupa frasa, klausa dan kalimat. Satuan sintaksis dari yang kecil
dimulai dari kata, frasa, klausa dan kalimat. Fungsi satuan sintaksis akan tampak
apabila satuan muncul dalam suatu susunan. Misalnya susunan kata dalam frasa,
sususan frasa dalam klausa, dan susunan klausa di dalam kalimat.
2.1.1 Kata
Kata merupakan satuan terkecil yang menjadi komponen pembentukan
satuan sintaksis. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai
fungsi pengisi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai
8
dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis. Fromkin
(1998:63) menyatakan bahwa “word is the smallest unit of linguistic meaning.”
Kata adalah unit terkecil dalam linguistik.
Crane et al. (1981:130) berpendapat bahwa, “words have a denotative
meaning, which is akin to a definition.” Yang berarti kata memiliki makna
harafiah, yang serupa dengan definisi. Crane at al. juga berpendapat bahwa,
“words have a connotative meaning, which includes varied aspect.” Kata
memiliki makna yang terselubung, termasuk aspek yang bervariasi.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata
merupakan satuan terkecil yang memiliki fungsi penting dalam pembentukan
frasa, klausa, dan kalimat. Kata memiliki makna yang harfiah yang sesuai dengan
definisi, dan juga dapat memiliki makna terkait dengan kata lainnya sehingga
makna sebuah kata menjadi lebih bervariasi dalam kalimat. Kata diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya di dalam satuan sintaksis yang disebut part of speech
(kelas kata)
Nesfeld (1993:48) menglkasifikasikan parts of speech (kelas kata) ke
dalam delapan jenis, yaitu:
1. Noun adalah sebuah kata yang digunakan untuk menamai orang atau
benda. “A word used for naming some person or thing.”
Contoh:
(1) Jane came to party last night
(2) She eats an apple every day.
9
2. Pronoun adalah sebuah kata yang digunakan sebagai pengganti nomina
atau kata yang berfungsi sebagai nomina. “A word used instead of noun or
noun equivalent.”
Contoh:
(3) He loves her so bad.
(4) She gave me a gift.
3. Adjective adalah kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya
dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. “Word
used instead of noun or noun equivalent.”
Contoh:
(5) She is a beautiful.
(6) Patrick is a good boy.
4. Verb adalah sebuah kata yang digunakan untuk mengatakan sesuatu
tentang orang atau benda. Arti lain verb adalah kata kerja. “A word for
saying something about some person or thing.”
Contoh:
(7) My mom cooks a cake.
(8) Andy plays his guitar.
5. Preposition adalah kata yang diletakkan sebelum noun atau sebelum kata
yang berfungi sebagai nomina untuk menunjukan hubungan orang atau
10
benda yang disimbolkan atau diwakili oleh nomina dengan sesuatu yang
lain. “Word placed before a noun equivalent to show in what relation the
person or thing denoted by the noun stands to something else.”
Contoh:
(9) Marry puts a book on the table.
(10) Bond stays in font of Marry’s house.
6. Conjunction adalah sebuah kata yang digunakan untuk menggabungkan
kata-kata atau frasa, atau menggabungkan satu klausa dengan klausa lain.
“A word used to join words or phrases together, or oe clause to another to
another clause.”
Contoh:
(11) Selly reads a script and Sarah writes a summary.
(12) James asks Barron to bring a day pack or carrier.
7. Adverb adalah sebuah kata yang digunakan untuk menspesifikasikan kelas
kata manapun kecuali nomina dan pronomina. “A word used to qualify any
part of speech except a noun or pronoun.”
Contoh:
(13) A students walk slowly.
(14) John performed perfectly.
11
8. Interjection adalah sebuah kata atau bunyi yang dilontarkan dalam kalimat
untuk mengekspresikan perasaan dari pikiran. “A word or sound thrown
into sentence to express some feeling of the mind.”
Contoh:
(15) Argh, I did many mistakes!
(16) Hey, she comes!
Sedangkan Quirk et al. (1982:18) mengklasifikasikan part of speech ke
dalam sepuluh jenis, yaitu:
1.
Noun – party, churches, moment.
2. Adjective – fearless, quick, wonderfull.
3. Adverb – today, easily, far.
4. Verb – run, jump, play.
5. Article – the, a, an.
6. Demonstrative – that, this.
7. Pronoun – he, they, which.
8. Preposition – at, in, without.
9. Conjunction – and, when, that.
10. Interjection – oh, uh, ough.
12
2.1.2 Frasa
Menurut Schmidt (1995:338) “a phrase is a group of words that are
closely related.” Frasa adalah kelompok kata yang berhubungan sangat erat. Frasa
merupakan kombinasi atau susunan kata-kata yang tidak lengkap pengertiannya.
Frasa sering didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif artinya hubungan antara kedua unsur yang membentuk
frasa tidak berpola subject, verb dan object.
Definisi di atas diperkuat oleh Richards et al. (1985:39) yang menyatakan
“a phrase is a group of words which form a grammatical unit. A phrase does not
contain a finite verb and does not have a subject-predicate structure: for example:
I liked her expensive new car.” Frasa adalah gabungan kata yang membentuk unit
gramatikal. Sebuah frasa tidak mengandung finite verb (verba finit) dan tidak
berstruktur subject-verb.
Frasa diklasifikasikan kedalam lima jenis menurut fungsinya di dalam
kalimat, yaitu:
1. Noun Phrase (NP)
Quirk (1985:62) menyatakan “noun phrase consist of a head which is
typically a noun, and of elements which determine the head and modify that head
or complement another element in the phrase.” Noun Phrase adalah frasa yang
terdiri dari head (unsur utama) yang berkelas kata noun, dan elemen lain yang
menjelaskannya. Noun Phrase merupakan frasa yang terdiri dari gabungan noun
yang bisa dikombinasikan dengan Determiner (Det.) dan adjective (Adj.)
13
Contoh:
(17) The controversial books made the public curious.
NP
2.
Verb Phrase (VP)
Quirk (1985:62) menyatakan “verb phrase consist of a main verb which
either stands alone as the entire verb phrase, or is preceded by up to four verb in
an auxilary function.” Maksudnya verb phrase merupakan frasa yang terdiri dari
verb sebagai head dan di padankan oleh elemen yang lain yang berfungsi untuk
memperjelas atau menambah informasi dari verb di dalam verb phrase.
Contoh:
(18) George has given Mary a book
VP
3. Adjective Phrase (Adj. P)
Quirk (1985: 63) menyatakan bahwa, “adjective Phrase consist of an
adjective as head optionaly preceded and followed by modifying elements.”
Maksudnya adjective phrase adalah frasa yang unsur utamanya berupa adjektive.
Contoh:
(19) James is very intelligent.
Adj. P
14
4. Adverb Phrase (Adv. P)
Quirk et al. (1985: 63) menyatakan bahwa, “adverb phrase consist of
adverb, instead of adjective as their head.” Maksudnya adverb phrase merupakan
frasa yang memiliki head yang berkelas kata adverb.
Contoh:
(20) Tony drives a car very slowly.
Adv. P
5. Prepositional Phrase (Prep. P)
Quirk et al. (1985:143) menyatakan bahwa: “a Prepositional phrase
consits of a preposition followed by a prepositional complement, which is
characteristically a noun phrase or wh-clause or V-ing clause.” ‘frasa preposisi
terdiri dari sebuah preposisi yang diikuti oleh sebuah prepositional complement,
dapat berupa noun phrase atau wh-clause atau V-ing clause’.
Contoh:
(21) The bettle was ended by signing a peace treaty.
Prep. P
2.1.3 Klausa
Miller (2002:6) berpendapat bahwa “clause is unit which as minimum
consists of a verb, its complement and its adjunct”. Richads et al. (1982:39),
menyatakan “A group of words which form a grammatical unit and which contain
a subject and a finite verb. A clause forms a sentences or part of a sentence and
15
often functions as a noun, adjective, or adverb”. Kelompok kata yang membentuk
sebuah unit gramatikal dan mengandung sebuah subject dan sebuah verb (finit).
Klausa merupakan bagian dari kalimat yang memiliki fungsi sebagai noun,
adjektive, atau adverb. Kreidler (1998:298) berpendapat bahwa, klausa adalah “a
construction of words that expresses a proposition but forms part of a sentence
rather than being sentence in itself.” Sebuah konstruksi kata-kata yang
mengungkapkan proposisi, tetapi merupakan bagian dari kalimat bukannya
kalimat itu sendiri.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulan bahwa, klausa adalah
kelompok kata yang membentuk sebuah unit gramatikal yang mengandung paling
sedikit sebuah subject dan sebuah verb. Klausa bukan kalimat, melainkan klausa
adalah bagian dari kalimat.
Quirk et al. (1985:56) mengklasifikasi jenis dari unsur-unsur pembentukan
klausa sebagai berikut:
1. S+V
: Someone was laughing.
S
2. S+V+O
V
: My mother enjoys parties.
S
3. S+V+C
V
: The country become totally independent.
S
4. S+V+Adv
V
C
: I have been in the garden.
S
5. S+V+O+O
O
V
Adv
: Mary gave the visitor a glass of milk.
16
S
6. S+V+O+C
V
O
O
: Most people consider these books rather expensive.
S
V
O
C
7. S+V+O+Adv : You must put all the toys upstairs.
S
V
O
Adv
Di dalam bahasa inggris klausa diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu
main clause dan subordinate clause.
2.1.3.1 Main Clause
Main clause juga sering disebut independent clause yang merupakan
klausa bebas atau klausa utama, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri
menyerupai kalimat. Quirk et al. (1985:988) berpendapat bahwa, “main clauses
have also been called ‘ principal clauses’ or ‘ head clauses’. Main clauses are
generally also independent clauses.” Jacobs (1995:65) menyatakan pendapat
serupa bahwa “a clause that can stand as a sentence is called a main clause or
sometimes independent clause.” Maksudnya adalah klausa yang dapat berdiri
sendiri menyerupai kalimat itu merupakan klausa inti atau klausa bebas.
Sedangkan Richards, et.al. (1985:77) berpendapat bahwa main clause adalah “A
clause which can be used on its own”. Main clause merupakan sebuah klausa
yang dapat berdiri sendiri.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, main clause atau
juga sering disebut independent clause, principal clause, dan head clause yang
merupakan jenis klausa bebas yang dapat berdiri sendiri seperti kalimat.
Contoh:
17
(22) She told me that she was going abroad.
Main Clause
2.1.3.2 Subordinate Clause
Subordinate clause juga disebut dependent clause yang merupakan jenis
klausa terikat, yaitu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri seperti main clause.
Walaupun subordinate clause memiliki ciri yang sama dengan main clause yang
di dalamnya paling sedikit memiliki satu subject dan verb, tetapi subordinate
clause selalu bergantung kepada main clause yang menjadi induk klausa di dalam
kalimat.
Quirk et al. (1985:988) berpendapat bahwa, “subordinate clauses
(sometimes abbreviated to ‘sub-clauses’) have also been called ‘dependent’,
‘embedded’, ‘included’, ‘constituent’, and ‘syntactically bound’ clauses.
Subordinate clause yang terkadang disingkat sub-clause atau juga sering disebut
dependent yang berarti klausa yang bergantung, embedded yang berarti klausa
yang tertanam, included yang berarti klausa yang termasuk, constituent yang
berarti klausa konstituen, syntactically bound yang berati sintaksis klausa terikat.
Sedangkan Jacobs (1995:65), menyatakan “dependent clause, on the other hand
do not stand on their own as sentences.” Richards, et.al. (1985:77) menyatakan
dependent clause adalah “A clause which must be used with another clause to
form a complete grammatical contruction. It depends on the other clause and is
subordinate to it.” Sebuah klausa yang harus digunakan dengan klausa lain untuk
membentuk sebuah kontruksi gramatikal yang lengkap. Jenis klausa tersebut
sangat bergantung pada keberadaan main clause.
18
Contoh:
(23) I told him that nothing was going to happen to me.
Main Clause
Subordinate Clause
Dari ketiga pendapat di atas, subordinate clause yang biasa disebut subclause atau dependent clause, yaitu merupakan sebuah klausa yang terikat atau
klausa yang selalu bergantung pada main clause untuk membentuk sebuah
kontruksi gramatikal yang lengkap. Di dalam bahasa inggris subordinate clause
diklasifikasikan ke dalam tiga bagian yaitu adverbial clause, adjective clause dan
noun clause.
1.
Adverbial Clause (Adv. C)
Adverb clause merupakan subordinat clause yang memodifikasi atau
memberikan informasi tambahan terhadap verb. Miller (2002:65), menyatakan
“The name ‘adverbial’ suggests that adverbial clause modify verb; but they
modify the whole clauses.” Pendapat Miller diperkuat dengan pendapat Maurer
(2000:352), yang menyatakan bahwa. “Adverb clause are dependent clauses that
answer the question how, where, or why in the same way that single adverb do.
They are introduced by subordinating conjunctions, which can be either single
words or phrases.”
Definisi dari kedua teori tersebut adalah adverbial clause merupakan jenis
dari subordinate clause yang memodifikasi dan memberi informasi tambahan
verb. Adverbial clause merupakan jenis klausa yang dapat menjawab pertanyaan
how, where, dan why. Di dalam kalimatnya, adverbial clause ditandai dengan
adanya subordinate conjunction seperti because, although, before, after, when,
19
where, while, since.
2.
Adjective Clause (Adj. C)
Adjective Clause atau relative clause adalah jenis subordinate clause yang
berfungsi untuk menjelaskan noun atau pronoun. Selain itu adjective clause
berfungsi untuk memberikan informasi tambahan serta menyatakan kepunyaan.
Swan (2000:487) menyatakan “Clauses beginning with question word (e.g who,
which, where) are often used to modify noun and some pronouns to identify
people and things, or to give information about them. Clauses used like this are
called relative clause.” Klausa yang diawali dengan question word seperti who,
which, where, yang di gunakan untuk memberikan informasi tambahan kepada
orang, benda, dan pronoun disebut relative clause. Sedangkan Miller (2002:65)
berpendapat, “relative clause are called adjective clause, reflecting the fact that
adjective also modify nouns”. Maksudnya serupa dengan pendapat yang
dikemukakan Swan (2000:487), bahwa adjective clause berfungsi memberikan
informasi tambahan terhadap noun. Kedua pendapat di atas diperkuat oleh
pendapat Maurer (2000:186) yang menyatakan, “Adjective clauses are dependent
clause that modify noun and pronoun. They are introduced by the relative
pronoun….”.
Dari ketiga pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa, adjective clause
adalah sebuah kalusa yang pada dasarnya diawali dengan subordinative clause
seperti who, that, which, where, whom, whose, when, where, how, that, yang
berfungsi memberikan tambahan informasi terhadap noun dan pronoun.
20
3.
Noun Clause (NC)
Karena noun clause menjadi objek penelitian dalam penulisan ini, maka
pada poin ini noun clause akan dipaparkan secara spesifik yang mengacu pada
identifikasi masalah dan batasan masalah pada bab I.
Swan (1995) berpendapat, noun clause adalah “(usually introduced by
what) which act as the subject, object or complement of a sentences.” Maksudnya
adalah noun clause biasanya diawali dengan what, yang berfungsi sebagai subject,
object atau complement di dalam kalimat. Pernyataan Swan diperkuat oleh
pendapat Eastwood (1994:341) yang menyatakan “a noun clause begins with that,
a question word or if/whether.” Yang berarti noun clause merupakan klausa yang
dimulai dengat that, question word seperti what, where, who, how, dan if/whether
yang menjadi kata penghubung antara noun clause dengan main clause.
Altenberg and Vago (2010:218) menyatakan,
“Noun clauses look just like other dependent clauses: they bigining with a
subordinating conjunction and contain both a subject and a verb phrase.
When a sentence has a noun clause, the rest of the sentence cannot always
stand alone; it needs the noun clause to be complete.”
Maksud dari pendapat Altenberg and Vago adalah noun clause terlihat
seperti klausa terikat lainnya yang dimulai dengan konjungsi subordinatif dan
paling sedikitnya mengandung unsur satu subject dan verb. Ketika sebuah kalimat
mengandung noun clause di dalamnya, maka main clause tidak dapat berdiri
sendiri, sehingga membutuhkan noun clause untuk menjadikan kalimat yang
lengkap.
21
Pernyataan di atas di perkuat oleh pendapat Lester (2009:91) yang
menyatakan bahwa,
“noun clauses are dependent clauses that function as noun phrases.
(Dependent clauses have their own subjects and verbs, but they are not
able to stand alone as complete sentences.) Noun clauses, like gerunds
and infinitives used as nouns, are singular, and thus they can always be
replaced by the third-person singular pronoun it.”
Noun clause merupakan klausa terikat yang berfungsi sebagai noun
phrase. Walaupun noun clause memiliki subject dan verb sendiri, noun clause
tidak dapat berdiri sendiri seperti kalimat yang lengkap. Noun clause juga
memiliki fungsi yang sama seperti gerunds dan infinitif, artinya dapat digunakan
sebagai noun, dan sebagai cirinya noun clause dapat digantikan oleh pronomina
‘it’.
Dari ketiga pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa noun clause adalah
jenis subordinate clause yang berfungsi sama seperti noun, yaitu dapat mengisi
fungsi sebagai subject, object, dan complement di dalam kalimat. Noun clause
pada dasarnya diawali dengan adanya subordinate conjunction sebagai kata
penghubung noun clause dengan main clause, kehadiran subordinate clause juga
dapat menjadi pembeda antara main clause dengan noun clause.
Noun clause diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu that-clause, whclause, dan whether/if clause. Hal tersebut dapat memudahkan pengguna bahasa
dalam menentukan subordinate conjunction yang tepat di dalam pembentukan
noun clause, karena masing-masing subordinate clause memiliki fungsi yang
berbeda.
22
(a) That-Clause
That-clause adalah jenis noun clause yang diawali dengan
subordinate conjunction ‘that’. Klammer et al. (2000:315) menyatakan
bahwa, “noun clause is introduced by complementizer that.” Lester
(2009:92) menyatakan pendapat yang serupa bahwa, “That clauses are
built is very simple way. They consist of the introductory word that
followed by a statement in its normal words order.” Maksudnya that
clause dibentuk dengan cara yang sederhana. That-clause terdiri dari kata
pengantar yang diikuti dengan pernyataan dalam urutan kata yang normal
(sederhana). Quirk et al. (1985:1047) berpendapat bahwa “nominal thatclauses may function as subject, direct object, subject complement,
appositive, and adjectival complement.”
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa that-clause
merupakan noun clause yang diawali ‘that’ sebagai subordinate
conjunction (complementizer), yang dapat mengisi fungsi sebagai subject,
direct object, subject complement, appositive dan adjective complement di
dalam kalimat.
Berikut ini adalah contoh that-clause berdasarkan fungsinya di
dalam kalimat:
Contoh
(24) Subject: That the invading troops have been withdrawn has
not affected our government’s trade sanctions.
(25) Direct object: I noticed he spoke English with an Australian
23
accent.
(26) Subject complement: May assumption is that interest rates
will soon fall.
(27) Appositive: Your criticism, that no account has been taken of
psychological factors, is fully justified.
(28) Adjectival complementation: We are glad that you are able to
join us on our wedding anniversary.
Lester (2009:92) menyatakan bahwa “unlike wh- clauses
(question word), the other main type of noun clause, that clause cannot
play the role of object of preposition.” Noun clause yang diawali dengan
‘that’ tidak sama dengan noun clause yang diawali dengan ‘wh-clause’,
klausa yang diawali dengan ‘that’ tidak dapat dipadankan dengan objek
preposisi.
Contoh:
(29) Question word : I am not upset at what you did.
(kalimat yang benar)
(30) That clause
: I am not upset at that you did it.
(kalimat yang salah)
Lester (2009:94), “That-clause can easily be moved to the end
with a dummy it in the subject position.” Maksudnya adalah noun clause
yang diawali dengan that dapat dipindahkan ke belakang kalimat dengan
cara menambahkan it sebagai dummy subject.
24
Contoh:
(31) Original: That I couldn’t remember his name was only to be
expected.
Shifted : It was only to be expected that I couldn’t remember
his name.
(32) Original: That they could actually win almost seemed too
good to be true.
Shifted : It almost seemed too good to be true that they could
actually win.
(33) Original: That the cost of college is rapidly rising is beyond
question.
Shifted : It is beyond question that the cost of college is
rapidly rising.
Pernyataan Lester diperkuat oleh pendapat Quirk et al.
(1985:1049) berpendapat bahwa “’that’ is omitted frequently when a
subject that-clause (with anticipatory it).” artinya ‘that’ dapat dihilangkan
ketika that-clause berfungsi sebagai subject. Dengan menambahkan it
sebagai subject.
Contoh:
(34) Original: That you don’t know Russian is a pity.
Shifted : It is a pity Ø you don’t know Russian.
Lester (2009:94) menyatakan “when a that clause is used as the
object of verb, we often deleted the word that from the beginning of the
25
noun clause.” Ketika that-clause digunakan sebagai object dari verb di
dalam kalimat, that yang mengawali noun clause terkadang dihilangkan.
Quirk et al. (1985:1049) berpendapat serupa bahwa, “when that-clause is
direct object or complement, the conjunction that is frequently omitted
except in formal use.” Noun clause yang diawali dengan that yang
berfungsi sebagai direct object atau complement, subordinate conjunction
‘that’ dapat dihilangkan, kecuali di dalam situasi yang formal.
Contoh:
(35) We knew Ø it was getting pretty late.
(36) Do you understand Ø we may not be able to hold your
reservation?
(37) The manager said Ø the hotel will be full this weekend.
Altenberg and Vago (2010:219) menyatakan, “if dependent
clause comes before the main clause, the subordinating conjunction
cannot be deleted.” Jika dependent clause berada sebelum main clause
maka subordinate conjunction tidak dapat dihilangkan. Quirk et al.
(1985:1049) yang menyatakan pendapat yang serupa bahwa, “‘that’
cannot be omitted in a subject clause, since without the subordinate
marker the clause would be initially misinterpreted as a main clause.
Kesimpulan dari kedua pendapat Altenberg, Vago dan Quirk
yaitu, That-clause tidak dapat dihilangkan pada noun clause yang
berfungsi sebagai subject di dalam sebuah kalimat, karena tanpa
26
subordinate conjunction di awal dependent clause dapat disalahartikan
sebagai main clause.
(b) Wh-Clause
Wh-clause disebut juga sebagai wh-question atau wh-introgative
yaitu istilah yang digunakan terhadap noun clause yang diawali dengan
Wh-word atau wh-question yang memiliki peran sebagai kata pengubung
noun clause dengan main clause di dalam kalimat. Berikut ini adalah
subordinate conjunction yang digunakan Wh-clause.
Nouns
What
Whatever
Which
Whichever
Who
Whoever
Whom
Whomever
Whose
Adverb
When
Whenever
Where
Wherever
Why
How
Lester (2009:99) menyatakan “the fact that wh-clauses can begin
with adverbs does not change the fact that these introductory words are
used to create noun clauses.” Wh-clause yang berunsur dalam
pembentukan adverbial clause (when, where, why, whenerver, wherever)
juga dapat digunakan dalam membentuk noun clause. Thomas et al.
27
(2000:330) menyatakan pendapat yang serupa bahwa, “interrogative
clause begining with the interrogative words who, which, what, why, when,
where, and how.” Sedangkan Qurk et al. (1985:1050) berpendapat bahwa
wh-clause “may function as subject, direct object, subject complement,
appositive, adjectival complement, and prepositional complement.”
Dari ketiga pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa wh-clause
juga disebut interrogative clause, karena diawali dengan unsur question
words, yang dapat berfungsi sebagai subject, direct object, subject
complement, appositive, adjectival complement, dan prepositional
complement.
Quirk et al. (1985:105-1051) contoh wh-clause berdasarkan
fungsinya:
(38) Subject: How the book will sell depends on the reviewers.
(39) Direct object: I can’t imagine what they want with your
address.
(40) Subject complement: The problem is who will water my plants
when I am away.
(41) Appositive: Your original question, why he did not repot it to
the police earlier, has not yet been answered.
(42) Adjectival complement: I’m not sure which she prefers.
(43) Prepositional complement: They did not consult us on whose
names should be put forward.
28
Klammer et al. (2000:330) “a second kind of nominal clause is the
dependent interrogative clause, one that usually involves a question,
directed either to oneself or to another, about an unknown.” Wh-clause,
merupakan jenis klausa yang biasanya melibatkan pertanyaan baik untuk
diri sendiri atau diarahkan untuk orang lain yang informasinya belum tentu
diketahui.
Klammer et al. (2000:331) berpendapat bahwa “interrogative
clauses most commonly occur in direct or indirect question.” Wh-clause
paling sering terjadi pada pertanyaan langsung dan tidak langsung. Dalam
perbandingan antara pernyataan langsung dan tidak langsung dapat terlihat
bahwa pronoun dan verb mengalami perubahan tenses,
Contoh:
(44) He asked, “What time will you leave for work?” (Direct)
He asked what time I would leave for work.
(Indirect)
(45) Eleanor wondered, “Why has that bookshelf been moved?”
(Direct)
Eleanor wondered why that bookshelf had been moved.
(Indirect)
(c) Whether/if-Clause
Wheter/if-clause adalah jenis noun clause yang diawali dengan
whether atau if. Noun clause jenis ini berfungsi untuk menggantikan
jawaban dari jenis pertanyaan yes/no. Pernyataan berikut dikemukakan
Quirk et al. (1985:1053) yang berpendapat bahwa “thes yes-no clause is
29
introduced by the subordinators whether or if.” Yes-no clause biasa
dikenali dengan subordinatif whether-if. Azar (1999:245). “When a yes/no
question is changed to a noun clause, whether or if is used to introduce the
clause.” Whether dan if memiliki makna yang sama, whether biasa
digunakan dalam bahasa inggris yang bersifat formal, namun if digunakan
di dalam situasi yang bersifat informal atau biasa digunakan khususnya di
dalam percakapan. Berikut ini adalah contoh noun clause yang diawali
dengan wheter or ‘if’:
(46) Question : Will she come?
Answer : I don’t know whether she will come.
I don’t know if she will come.
(47) Question : Does he need help?
Answer : I wonder whether he needs help.
I wonder if he needs help
Pada whether/if-clause biasanya or not hadir menjadi ekspresi
pilihan di dalam kalimat, dan biasanya or not ditempatkan di akhir
whether/if-clause.
Contoh:
(48) I don’t know if Tom will perform or not.
(49) I don’t know whether Tom will perform or not.
30
2.1.4 Kalimat
Kalimat didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap. Kalimat merupakan satuan gramatikal yang memperhatikan
pengaturan kelas kata dan kelas gramatikal secara fungsi. Kalimat dalam bahasa
inggris paling sedikit terdiri dari satu object dan verb yang diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan intonasi final (.). Aarts (1997:6) menyatakan bahwa
“sentence is a string of words that begins is capital letter and ends in a full stop
and its typicaly used to express a state of affairs in the world.”
Pada umumnya kalimat diklasifikasikan kedalam empat jenis berdasarkan
strukturnya, yaitu:
1. Simple sentence
Menurut Volpe (2000:284) “Simple Sentence is a sentence is a sentence
containing one main clause and one predicate.” Senada dengan pendapat di atas,
menurut Downing dan Locke (2006:272) menjelaskan bahwa, “The simple
sentence consist basically of one main clause. Main clause is the unit we consider
primary, in that it comprises minimal grammatical completeness and unity.”
Kesimpulan dari definisi-definisi di atas, simple sentence adalah suatu
kalimat yang terdiri dari satu main clause yang mempunyai satu subject dan satu
verb yang berfungsi sebagai predicator.
Contoh:
(50) He died.
S
V
31
2.
Compound sentence
Menurut Quirk et al. (1985:987), “a compound sentence consists of two or
more coordinated main clause.” Compound sentence terdiri dari dua atau lebih
main clause yang terkoordinasi.
Contoh:
(51) I like chocolate ice cream, but my friend likes strawberry.
Main Clause
Conj.
Main Clause
3. Complex Sentence
Menurut Quirk et al. (1985:987), “a complex sentence is like a simple
sentence in that it consist of only one main clause, but unlike a simple sentence it
has one or more subordinate clauses functioning as an element of the sentence.”
Maksudnya, complex sentence terlihat serupa dengan simple sentence yang terdiri
dari satu main clause. Perbedaannya, simple sentence hanya memiliki satu main
clause tanpa melibatkan subordinat clause, sedangkan complex sentence terdiri
dari satu main clause, dan paling sedikitnya memiliki satu subordinat clause.
Contoh:
(52) Although I admire her reasoning, I reject her conclusions.
Main Clause
Subordnate Clause
4. Compound-Complex sentence
Compound-Complex sentence adalah jenis kalimat yang terdiri dari dua
atau lebih main clause dan satu atau lebih subordinate clause.
32
Contoh:
(53) I think that your new position demands sensitive judgment
Main Clause
Subordinate Clause
And I would hope that you will mature as the years go by.
Conj. Main Clause
Subordinate Clause
2.1.5 Fungsi Sintaksis
Secara umum, konstituen-konstituen atau unsur-unsur bahasa yang
termasuk dalam fungsi sintaktis adalah subject (subjek), verb (verba), object
(objek), dan complement (komplemen). Crystal (1985: 129) menyatakan bahwa “a
syntactic function is the grammatical relationship of one constituent to another
within a syntactic construction.” Maksudnya, sebuah fungsi sintaktis adalah
hubungan gramatikal dari sebuah konstituen dengan konstituen yang lain dalam
sebuah konstruksi sintaktis. Kridalaksana (2001: 62) berpendapat bahwa fungsi
sintaktis adalah “Hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang
penyajiannya dalam ujaran. Masalah subject, verb, object bersangkutan dengan
fungsi sintaktis.”
Dari kedua pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa fungsi sintaktis
adalah suatu aturan yang menghubungkan konstituen-konstituen atau unsur-unsur
bahasa dalam sebuah struktur bahasa sehingga bisa diterima secara gramatikal
oleh pengguna bahasa.
Beritkut adalah penjelasan tentang fungsi sintaksis:
33
1. Subject
Menurut Crystal (2008: 461), “subject is a term used in the analysis of
grammatical functions to refer to a major constituent of sentence or clause
structure, traditionally associated with the ‘doer’ of an action.” Maksudnya,
subject adalah sebuah istilah yang digunakan dalam analisis fungsi gramatikal
yang merujuk kepada sebuah konstituen mayor dari struktur kalimat atau klausa,
yang umumnya diasosiasikan dengan pelaku dari sebuah aksi. Sedangkan menurut
Kridalaksana (2001: 204) berpendapat bahwa subject adalah “Bagian klausa
berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara.” Subject dapat berupa noun, pronoun, phrase, dan clause.
2. Verb
Verb merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat disamping subject
yang memiliki peran atau fungsi utama sebagai salah satu unsur yang harus ada di
dalam sebuah kalimat. Bussman (1668: 1263) berpendapat “verbs indicate
phenomena which take place during time: activities, processes, and states.”
Maksudnya, verb adalah yang mengindikasikan fenomena yang terjadi pada
waktu itu: baik kegiatan, proses, maupun kondisi.
3. Object
Crystal (2008: 336) menyatakan bahwa “object is a term used in the
analysis of grammatical functions to refer to a major constituent of sentence or
clause structure, traditionally associated with the ‘receiver’ or ‘goal’ of an
action.” Maksudnya, object adalah sebuah istilah yang digunakan dalam analisis
fungsi gramatikal, yang merujuk kepada sebuah konstituen mayor, dari struktur
34
kalimat atau klausa, yang biasanya diasosiasikan dengan ‘penerima’ atau ‘tujuan’
dari sebuah aksi. Kridalaksana (2001: 148) berpendapat bahwa object adalah
“Nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam
klausa.”
Dari kedua pendapat diatas dapat didefinisikan bahwa objek adalah salah
satun unsur kalimat yang menandai siapa yang menjadi peran penderita, penerima
atau tujuan suatu aksi dari verb tertentu (transitif) di dalam kalimat atau klausa.
object dapat berupa noun atau pronoun dan unsur kalimat ini bersifat wajib dalam
susunan kalimat aktif. Terdapat dua jenis objek yaitu direct object (objek
langsung) yang menunjukkan orang atau hal yang mengalami tindakan yang
dinotasikan dengan verb, atau yang langsung dipengaruhi oleh tindakan dari verb
tersebut. dan indirect object (objek tidak langsung) yang menunjukkan peran
penerima dari direct object. Sebuah indirect object selalu disertai oleh direct
object.
Contoh:
(54) I like
Verb
that place.
Direct Object
She gave
me
a reason.
Verb Indirect Object Direct Object
4. Complement
Crystal (2008: 92) berpendapat bahwa “Complement is a term used in the
analysis of grammatical function, to refer to a major constituent of sentence or
clause structure, traditionally associated with ‘completing’ the action specified by
35
the verb.” Maksudnya, complement adalah sebuah istilah yang digunakan di
dalam analisis fungsi gramatikal, yang merujuk kepada sebuah konstituen mayor
dari struktur kalimat atau klausa, yang umumnya diasosiasikan dengan
‘melengkapi’ aksi yang dispesifikasikan oleh verb. Komplemen terbagi menjadi 4
jenis, yaitu:
(a) Subject Complement
Subject complement muncul setelah kopula atau ‘linking verb’,
dan berasal dari kelas kata adjective, noun, pronoun, atau kata atau
kelompok kata yang bertindak sebagai sebuah adjective atau sebuah
noun. Subject complement mendefinisikan atau mendeskripsikan subject
tersebut.
Contoh:
(55) Jim
is
a teacher.
Linking Verb
Billy’s mistake
Complement
was
that he refused to take lessons.
Linking Verb Complement (Noun Clause)
(b) Object Complement
Object complement muncul setelah sebuah direct object dan
mendeskripsikan, mendefinisikan, atau merujuk kepada direct object
tersebut. Object complement dapat berasal dari sebuah noun, atau sebuah
adjective, atau kata maupun kelompok kata yang bertindak sebagai
sebuah noun atau adjective.
Contoh:
36
(56) She paints the door
read.
Direct Object Object Complement
(c) Adjective complement
Adjective complement adalah klausa atau frase yang menambah
makna dari kata sifat atau memodifikasinya. biasanya adjective
complement selalu mengikuti adjective.
Contoh:
(57) I am happy they got married.
Adj. Complement
(d) Prepositional complement
Prepositional complement dalam tata bahasa Inggris adalah katakata, frasa, dan klausa yang secara langsung mengikuti preposisi dan
menyelesaikan makna dari prepositional phrase.
Contoh:
(58) I read an account of what an impression you had made.
Prepositional Complement
2.2 Semantik
Secara etimologis, semantik (semantic) yang berasal dari bahasa yunani
sēmantiká adalah cabang ilmu yang mempelajari makna. Kreidler (1998:303)
berpendapat bahwa, “semantics the study of meaning expressed by language.”
Menurut Kreidler (1998:303), semantik adalah studi tentang makna yang
37
diekspresikan oleh bahasa. Hartman dan Stork (1999: 13) berpendapat “Semantics
is the system and study of meaning in language.” Semantik adalah sistem dan
studi mengenai makna di dalam bahasa. Malmkjaer (2004: 455) berpendapat
“Semantics is the study of linguistics meaning, and is the area of linguistics which
is closest to the philosophy of language.” Menurut Griffiths (2006:1) semantik
adalah:“…the study of “toolkit” for meaning: knowledge encoded in the
vocabulary of the language and it its patterns for building more elaborate
meaning, up to the level of sentence meaning. Griffiths menganggap semantik
sebagai suatu “Kotak alat” ilmu untuk pemaknaan: penyandian pengetahuan pada
kosa kata dari suatu bahasa dan struktur-struktunya untuk mengembangkan makna
yang lebih terperinci hingga ke tingkat pemaknaan kalimat.
Dari ketiga pendapat di atas, semantik dapat didefinisikan sebagai cabang
linguistik yang memperlajari makna yang meliputi pemahaman makna dan cara
pengkombinasian makna-makna kata yang kemudian membentuk makna yang
lebih luas yaitu makna frasa dan makna kalimat. Semantik juga merupakan
cabang linguistik yang paling dekat dengan filsafat kebahasaan. Di dalam kajian
semantis terdapat peran semantik (semantic role) yang berfungsi menginventigasi
kalimat berdasarkan peran sintaksis-semantis yang berkaitan dengan skripsi ini.
2.2.1 Peran Semantik
Brokenssel et al. (2006-1) menyatakan, “semantic roles have long played
a major in all domains of linguistic explanation, including theory of grammar,
language typology and psycho/neurolinguistics.” Brokenssel et al. berpendapat
bahwa peran semantik sudah lama digunakan dalam linguistik yang di dalamnya
38
termasuk teori gramatical, tipologi bahasa, dan psiko/neurolinguistik. Peran
semantik juga biasa disebut thematic role adalah salah satu dari serangkaian peran
semantik bahwa frasa nomina ada kaitannya dengan kata kerja, misalnya agent,
patient/theme, goal, source, location, instrument, beneficiary and experiencer.
Saeed (1997:257) berpendapat bahwa, “semantic component have been used to
investigate several areas of the syntax-semantic interface. It has been claimed for
example, that they might allow a more satisfactory account of the interaction of
verbal argument structure with the thematic role.” Saeed menjelaskan bahwa
komponen semantik digunakan untuk menginvestigasi peran sintaksis-semantik.
Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa komponen semantik dapat lebih
memperjelas pengguna bahasa dalam interaksi struktur argumen verbal dengan
peran tematik.
Riemer (2010:365) berpendapat,
“Semantic role is the relations between a verb and its associated noun
phrases. According to the traditional generative understanding, the lexical
entries for verbs include a specification of the types of argument they have
associated with them. It was assumed that the possible arguments of all
verbs could be classified into a small number of classes, called thematic
roles, theta-roles, participant roles or semantic roles. Typical roles
include agent, patient/theme, goal, source, location, instrument,
beneficiary and experiencer. Some roles are more likely to be coded as
subject, and others as object.”
Menurut Riemer peran semantik merupakan hubungan antara verb dan
noun phrase yang saling terkait, dimana leksikal untuk verb termasuk spesifikasi
jenis argumen. Argumen memungkinkan semua verb dapat diklasifikasikan ke
dalam sejumlah kategori yang dipersempit yang biasa disebut thematic roles,
theta roles, participant roles atau semantic roles. Peran semantik dapat berupa
39
agent, patient/theme, goal, source, location, instrument, beneficiary and
experiencer.
Dari ketiga pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa, peran semantik
merupakan proses pengidentifikasian argumen dari predikat dalam suatu kalimat,
dan menentukan peran semantiknya. Peran semantik dapat memberikan level
analisis semantik yang bertujuan dalam menyelesaikan task natural language
processing
(tugas
pengolahan
bahasa
yang
natural).
Peran
semantik
mempresentasikan partisipan dalam aksi atau keterhubungan yang digambarkan
dengan semantic frame.
Kreidler (1998:70), definisi dan ilustrasi dalam peran semantik:
1. Actor: Peran argumen yang melakukan beberapa tindakan tanpa
mempengaruhi entitas lain. Sylvia left
2. Affected: Peran argumen yang mengalami perubahan karena beberapa
peristiwa atau dipengaruhi oleh beberapa entitas lain. A window broke,
betty likes opera. Opera delight Betty.
3. Affecting: Peran argumen yang tanpa tindakan apapun, mempengaruhi
entitas lain. Betty likes opera. Opera delight Betty
4. Agent: Peran argumen bahwa dengan aksinya mempengaruhi beberapa
entitas lain. Tom broke a window
5. Associate: Peran argumen yang memberitahu status identitas argumen
lain, tema. Roger is a student.
40
6. Effect: Peran argumen yang datang menjadi ada melalui aksi predikat.
Tillie baked a pie
7. Place: peran argumen yang nama-nama lokasi di mana tindakan predikat
terjadi. The fireman climbed a ladder.
8. Theme: peran argumen yang merupakan topik predikat yang tidak
mengungkapkan tindakan-predikat/statif. Audrey is a computer expert.
Kreidler (1998:66) menyatakan bahwa dalam analisis semantik setiap
proposisi mengandung satu predikat dan berbagai jumlah ekspresi yang mengacu
kepada frase nomina disebut argumen. Riemer (2010:344) berpendapat,
“arguments are linked to subject and object.” Menurut Riemer, argumen
merupakan istilah yang digunakan dalam peran semantik yang mengacu kepada
subject dan object. Dari pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa argumen
identik pada noun dan noun phrase yang mengisi fungsi subject, object dan
complement.
Kreidler (1998:66) menyatakan bahwa, di dalam peran semantik verb ‘to
be’ seperti am, is, are, was, were, tidak memiliki makna. ‘to be’ nyata di dalam
dalam struktur sintaksis, tapi tidak di dalam semantik. Dalam peran semantik yang
mengisi peran predikat dapat berupa verb, adjective, dan preposition.
Kreidler (1998: 67-78), contoh analisis peran semantik:
Contoh:
(59) Grandfather died.
41
(60) A volcano erupted.
(61) The cake fell.
Grandfather, volcano dan cake merupakan argumen yang berperan sebagai
affected yang mengalami perubahan yang dipengaruhi beberapa peristiwa. Died,
erupted, fell adalah predikat yang berperan sebagai event atau peristiwa,
perubahan yang dialami argumen affected.
Contoh:
(62) This soup is cold.
(63) Terry is impatient.
Soup dan Terry merupakan argumen yang berperan sebagai theme atau
topik. Cold dan impatient adalah predikat yang berperan sebagai decription yang
mendeskripsikan theme.
Contoh:
(64) This man is a carpenter.
(65) Dextrose and fructose are sugar.
Man, dextrose and fructose adalah argumen yang berperan sebagai theme.
Carpenter dan sugar adalah predikat yang berperan sebagai identity.
Contoh:
(66) The cat killed a rat.
(67) I broke the window.
42
Cat dan I adalah argumen yang berperan sebagai agent. Kill dan broke
adalah predikat berupa action. Rat dan window adalah argumen berupa affected.
Contoh:
(68) The cat dug a hole.
(69) Chris is making an omelet.
Cat dan Chris adalah argumen yang berperan sebagai sebagai agent. Dug
dan making adalah predikat berupa action. Hole dan omelet adalah argumen
berupa effect.
Contoh:
(70) Jannie crossed the street.
(71) Simon climbed a tree.
Jennie dan Simon adalah argumen sebagai actor. Crossed dan climbed
adalah predikat berupa action. Street dan tree adalah predikat berupa place.
Contoh:
(72) The decision surprised us all.
(73) You’re distrubing everybody.
Decision dan you adalah argumen berupa affecting. Suprised dan
distrubing adalah predikat berupa affect. Us dan everybody adalah argumen
berupa affected.
Contoh:
43
(74) Oliver envied his brother.
(75) Angie was angri with Algernon
Oliver dan Angie adalah argumen berupa affected. Envied dan angri
adalah predikat berupa affect. Brother dan Algernon adalah argumen berupa
affecting.
Contoh:
(76) The book is about fosills.
(77) Canada is north of the United States.
(78) The party will be on Saturday.
Book, Cannada dan party adalah adalah argumen berupa theme. About,
noth of, dan on adalah predikat berupa link. Fosills, the United States, dan
Saturday adalah argumen berupa associate.
Download