prinsip hukum umum dalam hukum ekonomi internasional

advertisement
Prinsip hukum umum merupakan
kumpulan nilai-nilai mulia yang menjadi
dasar interaksi manusia untuk
mewujudkan kehidupan yang harmonis
 Kedudukannya lebih tinggi daripada
hukum positif
 Prinsip hukum umum membuat dinamis,
kreatif dan inovatif

Kaidah-kaidah fundamental bersumber
pada kebiasaan internasional
 Kaidah-kaidah fundamental pada
prinsipnya secara operasional
dituangkan dalam suatu perjanjian
internasional
 Bahwa kaidah-kaidah dasar mengacu
pada dua prinsip, yaitu :

› Freedom of comerce
› Freedom of communication
Kaidah Dasar Minimum (Minimum Standards)
Kaidah Dasar Perlakukan Sama (Identical Treatment)
Kaidah Dasar Perlakukan Nasional (National Treatment)
Kaidah Dasar Most Favoured Nation (MFN)
(Kaidah Dasar Mengenai Kewajiban Menahan Diri Untuk
Tidak Merugikan Negara Lain
 Kaidah Dasar Tindakan Pengaman : Klausul Penyelamat
(Safeguards and Escape Clause)
 Kaidah Dasar Mengenai Prefensi Negara Sedang
Berkembang
 Kaidah Dasar Menyenai Penyelesaian Sengketa Secara
Damai
 Kaidah Dasar Kedaulatan Negara Atas Kekayaan Alam,
Kemakmuran Dan Kehidupan Ekonominya
 10. Kaidah Dasar Kerja Sama Internasional






•
•
•
•
Prinsip dasar Minimum (minimum
standards)
Merupakah kaidah utama dalam HEI.
Satu-satunya kaidah yang telah berkembang menjadi suatu
aturan hukum kebiasaan internasional umum (general
international customary law.
Menurut kaidah ini, adalah kewajiban negara untuk
seidikitnya memberikan jaminan perlindungan kepada
pedagang atau pengusaha asing atau harta miliknya.
Dalam perkembangannya, kaidah ini banyak dicantumkan
dalam perbagai perjanjian internasional
•
Sejarahnya dulu  raja bersepakat untuk secara timbal balik memberikan
para pedagang mereka perlakukan yang sama (identik). Apabila raja A,
misalnya mengenakan pajak sebanyak 5% kepada pengusaha dari
kerajaan B, maka raja B pun akan mengenakan pajak 5% kepada
pengusaha yang sama dari kerajaan A.
•
Saat ini, kaidah dasar ini lebih dikenal dengan istilah resiprositas (reciprocity).
•
Perlakuan sama biasanya tertuang dalam suatu perjanjian, baik bersifat
multilateral maupun bilateral.
•
Kaidah resiprositas tampak dalam pasal, Preambule GATT :
“Being desirous of controbuting to these objectives by enetering into
reciprocal and mutually advantageous arragements directed to the
substantial reduction of tariffs and other barriers to trade and to the
elimination of discriminatory treatment in international commerce”.
•
•
•
Seringkali dianggap sebagai pengejawantahan
dari prinsip non-diskriminasi.
Klausul ini ditemukan dalam berbagai perjanjian
termasuk dalam GATT dan perjanjian perbatasan,
perdagangan dan navigasi.
Klausul ini mensyaratkan suatu negara untuk
memperlakukan hukum yang sama atas barangbarang, jasa-jasa atau modal asing yang telah
memasuki pasar dalam negerinya dengan hukum
yang diterapkan atas produk-produk atau jasa
yang dibuat dalam negeri nya sendiri
•
klausul MFN ini adalah prinsip nondiskriminasi di antara negara-negara.
Dengan mensyaratkan, suatu negara
harus memberikan hal kepada negara
lainnya sebagai halnya ia memberikan
hak yang serupa kepada negara ketiga.
•
MFN mempunyai 2 bentuk :
1) MFN bersyarat (conditional)
2) MFN tidak bersyarat (unconditional)


Prinsip ini diatur dalam pasal I GATT 1994 yang mensyaratkan
semua komitman yang dibuat atau ditandatangani dalam
rangka GATT-WHO harus diperlakukan secara sama kepada
semua negara anggota WTO (azas non diskriminasi) tanpa syarat.
Misalnya suatu negara tidak diperkenankan untuk menerapkan
tingkat tarif yang berbeda kepada suatu negara dibandingkan
dengan negara lainnya.
Pada perkembangannya, klausula MFN tidak hanya terbatas pada
perdagangan barang, namun juga diterapkan pada perdagangan
jasa, misalnya asuransi dan pelayaran dann dapat diterapkan
terdahap perlakuan negara dalam penanaman modal dan aliran
modal berbagai bentuk
•
Merupakan kaidah tambahan
•
Salah satu contohnya tampak dalam pasal III (1) GATT, bahwa suatu tindakan tertentu
tidak boleh diterapkan sehingga memberikan proteksi kepada produksi dalam negeri
•
Salah satu contoh praktek perdagangan tidak jujur dan dianggap dapat merugikan
negara yang lain ialah dumping. Dumping ialah penjaualan suatu produk di luar negeri
dengan harga yang lebih rendah daripada harga di dalam negerinya atau harga di
pasar di negara yang mengimpor barang tsb.
•
Larangan dumping  diakomodir dalam GATT  Putaran Tokyo 1979  mengeluarkan
peraturan  subsidi negara-negara yang merugikan secara material (materially injury)
produk industri domestik negara lainnya.
•
Peraturan ini mensyaratkan kepada negara-negara anggota GATT, suatu kewajiban
untuk menahan diri dan tidak memberikan subsidi-subsidi tertentu pada tahap awal
produksi bagi produk-produknya
•
Masyarakat internasional umumnya mengakui,  aturan-aturan dalam
perjanjian-perjanjian internasional mengenai hubungan-hubungan ekonomi
kadangkala dirasakan terlalu membebani negara-negara


•
Untuk mengatasinya  dibuatlah suatu kalusul penyelamat (escape clause
atau safeguard clause).

•
jika negara ini harus menerapkannya, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak
negatif terhadap perekonomian negerinya
akhirnya akan berakibat peraturan-peraturan tersebut menjadi tidak berfungsi
Biasanya klausul demikian memberikan kemungkinan-kemungkinan penanggalan
bagi negara-negara tertentu, biasanya bagi negara berkembang atau miskin
Diakomodir dlm pasal XIX GATT


memberikan suatu hak sepihak kepada negara-negara untuk menangguhkan
suatu kewajiban-kewajiban internasional, untuk selama jangka waktu tertentu
penangguhan untuk pembebasan pemberlakukan tarif.
Penangguhan yang demikian itu diperbolehkan hanya dalam hal-hal tertentu
manakala keadaan-keadaan perdagangan internasional akan mengakibatkan
kerugian terhadap industri dalam negeri suatu negara
•
Mensyaratkan perlunya suatu kelonggaran-kelonggaran atas
aturan-aturan hukum tertentu bagi negara berkembang
 negara-negara berkembang ini perlu mendapatkan perlakukan khusus
manakala negara-negara maju berhubungan dengan mereka
 misalnya pengurangan bea masuk untuk produk-produk negara sedang
berkembang ke dalam pasar negara maju.
•
Dasar teori dari sistem prefensi ini :
 negara-negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajibankewajiban MFN untuk memperbolehkan mereka guna mengurangi
tingkat tarifnya pada impor-impor barang, manakala barang-barang
tersebut berasal dari negara-negara sedang berkembang.
 Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara-negara sedang
berkembang suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat
industri yang menjadi sasaran ekspor.
•
Menurut Castaneda, HEI harus memuat serangkaian
ketentuan, termasuk di dalamnya lembaga-lembaga,
praktek, metoda dan prinsip-prinsip yang mengatur dan
menjamin perlindungan efektif terhadap kekayaan alam,
khususnya kekayaan alam negara sedang berkembang.
•
Bahwa masalah kekayaan alam terkait dengan kedaulatan
negara yang memiliki kekayaan alam tersebut. Untuk itu,
prinsip kedaulatan negara atas kekayaan alamnya,
kekayaan dan kehidupan ekonominya harus diakui,
diformulasikan secara hukum dan dipatuhi.
•
Dasar dari kaidah ini ialah tanggung jawab kolektif (collective responsibility)
dan solidaritas untuk pembanguan dan kesejahteraan bagi semua negara.
–
•
Kewajiban hukum untuk bekerja sama ini mencakup semua bidang ekonomi
internasional.
Kaidah ini tampak dalam pasal 1 ayat 1 Piagam PBB., yang mensyaratkan
“kerjasama internaisonal (international co-operation) dalam memecahkan
masalah-masalah ekonomi internasional”, dan pasal ini menjadi tujuan
berdirinya PBB :
The purpose of the United Nations are…
3. to achieve international cooperation in solving international problems of
an economic, social, culture or humanitarian character and ini promoting
and encouraging respect for human rights and for fundamental freedom for
all without distinction as to race, sex, languange or religion.
Download