LAPORAN TIM TEKNIS KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK (TTKH PRG) TENTANG HASIL PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN KEDELAI PRODUK REKAYASA GENETIK EVENT SYHT0H2 Kegiatan : Pemohon : Tanggal Pengkajian : Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai Produk Rekayasa Genetik (PRG) Event SYHT0H2 PT. Syngenta Seed Indonesia dan PT Bayer Indonesia 1. 7 September 2015 Tim Kecil Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Pangan 2. 27 April 2016 Pleno Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 77 ayat (2) berbunyi: “Setiap Orang yang melakukan kegiatan atau proses Produksi Pangan dilarang menggunakan bahan baku, bahan tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum diedarkan”. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengkajian keamanan pangan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik yang telah diubah oleh Peraturan Presideng Nomor 53 Tahun 2014; Peraturan Kepala Badan POM HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik; Keputusan Ketua KKH 02/KKH/03/2013 tentang Addendum, Keputusan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG) Nomor: KEP-01/KKH/11/2011 tentang Penetapan Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Sehubungan dengan permohonan dari PT. Syngenta untuk memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia terhadap kedelai PRG event SYHT0H2 sebelum diedarkan, TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan terhadap kedelai PRG event SYHT0H2. Pelaksanaan pengkajian dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik dan surat Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Nomor B-57/KKH PRG/08/2015 Tanggal 12 Agustus 2015 perihal Penugasan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Kedelai Event SYHT0H2. Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kedelai PRG SYHT0H2 mengandung satu kopi insert gen avhppd-03, dua kopi insert gen pat-03-01 dan dua kopi insert gen pat-03-02; tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasip SYN15954; Gen interes pat-03-01, pat-03-01 dan pat-03-02 diintroduksikan ke kedelai PRG SYHT0H2 masih stabil pada tiga generasi BC3F2; dan gen interes pat-03-01, pat-03-01 dan pat-03-02 1 yang diintroduksikan ke kedelai PRG SYHT0H2 diwariskan mengikuti hukum Mendel. 2. Kedelai PRG SYHT0H2 sepadan secara substansial dengan kedelai non PRG; tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan termasuk ke dalam golongan bahan yang tidak toksik. 3. TTKH menilai bahwa kedelai PRG event SYHT0H2 yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan kedelai PRG event SYHT0H2 perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian produk tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik kedelai PRG event SYHT0H2 dari peredaran. 6. Kedelai PRG event SYHT0H2 tidak boleh digunakan sebagai pakan ternak sampai memperoleh sertifikat aman pakan. 7. Kedelai PRG event SYHT0H2 tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan. Laporan terinci hasil kajian beserta nama tim pengkaji sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3. Jakarta,.......................... 2016 Koordinator Tim Teknis Keamanan Hayati Bidang Keamanan Pangan Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP NIP. 19600120 198603 2 001 2 Lampiran 1. Ringkasan Pengkajian Keamanan Pangan Kedelai PRG SYHT0H2 I. Pendahuluan Kedelai PRG event SYHT0H2 merupakan kedelai produk rekayasa genetik dari perusahaan PT Syngenta Seed Indonesia dan PT Bayer Indonesia yang dikembangkan untuk memperoleh toleransi terhadap herbisida yang termasuk pada HPPD-inhibiting herbicide dan glufosinate ammonium. Kedelai PRG SYHT0H2 mengandung tiga gen yaitu avhppd-03, gen pat-0301 dan gen pat-03-02. Gen avhppd-03 mengkode enzim p-hydroxyphenylpyruvate dioxygenase (AvHPPD-03) yang bertanggung jawab mengkatalisis pembentukan homogentisic acid, prekursor aromatik untuk biosintesis plastoquinone dan vitamin E, sedangkan gen pat-03-01 mengkode protein PAT yang bertanggung jawab dalam toleransi terhadap herbisida glufosinate-ammonium (phosphinothricin), serta gen pat-03-02 yang juga mengkode protein PAT yang bertanggung jawab untuk meningkatkan ekspresi dalam toleransi terhadap herbisida glufosinate-ammonium. Pengkajian keamanan pangan kedelai PRG event SYHT0H2 dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik dan surat Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik Nomor B-57/KKH PRG/08/2015 Tanggal 12 Agustus 2015 perihal Penugasan Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG) Komoditas Kedelai Event SYHT0H2. TTKH telah melakukan pengkajian keamanan pangan kedelai PRG event SYHT0H2 berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan pangan yang terdiri atas kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas sebagaimana diuraikan di bawah ini. Kedelai PRG SYHT0H2 telah memperoleh sertifikat aman pangan di Australia (2014), Kanada (2014), Korea (2014) dan Taiwan (2014). II. II.1. Informasi Genetik Elemen Genetik Kedelai PRG SYHT0H2 mengandung tiga gen interes, promoter dan terminator yaitu: Gen avhppd-03, pat-03-01 dan pat-03-02. Gen avhppd-03 mengkode enzim p-hydroxyphenyl-pyruvate dioxygenase (HPPD) yang bertanggung jawab mengkatalisis pembentukan homogentisic acid, prekursor aromatik untuk biosintesis plastoquinone dan vitamin E, sedangkan gen pat-03-01 mengkode protein PAT yang bertanggung jawab dalam toleransi terhadap herbisida glufosinate-ammonium (phosphinothricin), serta gen pat-03-02 juga mengkode protein PAT yang bertanggung jawab untuk meningkatkan ekspresi dalam toleransi terhadap herbisida glufosinateammonium. Promoter 35S, synthetic minimal plant (SMP) dan cestrum yellow leaf curling virus (CmYLCV). Terminator nopaline synthase (NOS). 3 II.2. Sumber Gen Interes Gen interes avhppd-03 berasal dari tanaman golongan serealia yang dikenal dengan nama “oat” atau haver (Avena sativa). Gen pat-03-01 dan gen pat03-02 berasal dari bakteri yang umum terdapat di tanah yaitu Streptomyces viridochromogenes strain Tü494. Promoter 35S berasal dari cauliflower mosaic virus dan promoter CMP berasal dari cestrum yellow leaf curling virus. Terminator NOS (nopaline synthase) berasal dari bakteri Agrobacterium tumefaciens. II.3. Sistem Transformasi Kedelai PRG event SYHT0H2 dirakit melalui metode transformasi mediasi A.tumefaciens strain EHA 101 dengan plasmid pSYN15954 yang mengandung 3 gen interes. Eksplan yang digunakan dalam transformasi adalah biji immature (belum masak) polong kedelai kultivar Jack. II.4 Stabilitas Genetik Analisis stabilitas genetik gen interes avhppd-03 dari kedelai PRG SYHT0H2 dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) menunjukkan stabil sampai tiga generasi BC3F2 dan pewarisan sifat mengikuti hukum Mendel (New, 2011). Data dari analisis Southern Blot menunjukkan bahwa: kedelai PRG event SYHT0H2 mengandung satu kopi insert gen avhppd-03, dua kopi insert gen pat-03-01 dan dua kopi insert gen pat03-02. tidak terdeteksi sekuen backbone dari plasmid transformasi pSYN15954. (Burgin, 2012) II.5 Kesimpulan Dari kajian informasi genetik dapat disimpulkan bahwa: 1. Kedelai PRG event SYHT0H2 mengandung satu kopi insert gen avhppd-03, dua kopi insert gen pat-03-01 dan dua kopi insert gen pat03-02; 2. Kedelai PRG event SYHT0H2 tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasip SYN15954; 3. Gen interes avhppd-03, pat-03-01 dan pat-03-02 yang diintroduksikan ke kedelai PRG event SYHT0H2 stabil sampai tiga generasi BC3F2; dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. III. III.1 Informasi Keamanan Pangan Kesepadanan Substansial Materi yang digunakan untuk uji kesepadanan substansial adalah tanaman kedelai PRG event SYHT0H2, kedelai non PRG sebagai kontrol, dan enam jenis kedelai non PRG lainnya sebagai pembanding. Kedelai ditanam di delapan lokasi di Amerika Serikat selama musim tanam tahun 2010. Kedelapan lokasi tersebut adalah: Richland, IA; York, NE; Fisk, MO; Stewardson, IL; Mebane, NC; Hamburg, PA; Carlyle, IL; dan Rockville, ID. Kedelai ditanam mengikuti cara penanaman yang baku dengan rancangan randomized complete block design menggunakan empat blok per lokasi. 4 Kedelai PRG event SYHT0H2 diberi perlakuan herbisida mesotrione dan glufosinate pada tahapan pertumbuhan V3-V4. Semua kedelai diberi perlakuan pestisida konvensional yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan tanaman yang optimal. Komposisi biji kedelai dan tanaman kedelai (forage) dari setiap ulangan dianalisis di laboratorium Covance Laboratories Inc. 3301 Kinsman Boulevard Madison,WI 53704. Covance Laboratories sudah mengikuti EPA (Environmental Protection Agency) GLP Standards, 40 CFR 160. (Launis, 2011). Parameter yang dianalisis untuk biji kedelai adalah kadar proksimat (air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat dihitung by-difference), profil asam lemak (palmitat, heptadekanoat, stearat, oleat, linoleat, linolenat, arakidat, eikosenoat, dan behenat) dan profil asam amino (alanin, arginin, asam aspartat, sistein, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin), mineral (Ca, Fe, Mg, P, dan K), vitamin (β -karoten, B1, B2, K, asam folat), vitamin E (α-tokoferol, β-tokoferol, -tokoferol, dan -tokoferol serta α-tokotrienol, β-tokotrienol, -tokotrienol, dan -tokotrienol), antigizi (rafinosa, stakiosa, inhibitor tripsin, lektin, dan fitat), serat yaitu ADF (acid detergent fiber), dan NDF (neutral detergent fiber), serta isoflavon (daidzein, glisitein, dan genistein). Sedangkan parameter yang dianalisis untuk tanaman kedelai (forage) adalah kadar proksimat (air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat dihitung by-difference), dan serat (ADF dan NDF) (Launis, 2011). Hasil analisis komposisi menunjukkan bahwa komposisi proksimat dan NDF kedelai PRG event SYHT0H2 tidak berbeda nyata dengan kedelai kontrol non PRG dan kedelai konvensional lainnya. Kandungan ADF kedelai PRG event SYHT0H2 lebih rendah dari kontrol non-PRG. Meskipun demikian, komposisi proksimat serta ADF dan NDF masuk ke dalam kisaran komposisi proksimat pada umumnya (ILSI, 2010). Komposisi vitamin (B1, B2, K, dan asam folat) kedelai PRG event SYHT0H2 tidak berbeda nyata dengan kedelai kontrol non PRG, dan masuk ke dalam kisaran komposisi vitamin kedelai pada umumnya (ILSI, 2010). Dalam hal vitamin E, kedelai PRG event SYHT0H2 mengandung α-tokoferol lebih rendah dari kontrol kedelai non PRG, sedangkan -tokotrienol, dan -tokotrienol lebih tinggi (Launis, 2011). Komposisi enam asam amino (glisin, sistein, valin, metionin, isoleusin, dan triptofan) kedelai PRG event SYHT0H2 tidak berbeda nyata dengan kedelai kontrol non PRG, sedangkan komposisi asam amino lainnya (asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, alanin, leusin, tirosin, fenilalanin, lisin, histidin, dan arginin) lebih tinggi (Launis, 2011). Komposisi asam lemak kedelai PRG event SYHT0H2 berbeda dari kedelai kontrol non PRG, namun masih dalam kisaran komposisi asam lemak kedelai konvensional (ILSI, 2010). Komposisi antigizi (rafinosa, stakiosa, inhibitor tripsin, lektin, dan fitat) dan isoflavon (daidzein, glisitein, dan genistein) kedelai PRG event SYHT0H2 tidak berbeda nyata dengan kedelai kontrol non PRG (Launis, 2011). 5 Hasil analisis komposisi pada tanaman kedelai PRG event SYHT0H2 menunjukkan bahwa komposisi proksimat (air, protein, lemak, abu, dan karbohidrat dihitung by-difference) dan komposisi serat (ADF, dan NDF) sebanding dengan komposisi pada tanaman kedelai kontrol non PRG (Launis, 2011). Dari hasil pengkajian kesepadanan substansial di atas dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event SYHT0H2 sepadan secara substansial dengan kedelai non PRG. III.2 Alergenisitas Alergenisitas protein hasil ekspresi gen diuji melalui analisis sekuen asam amino yang menyusun protein AvHPPD-03 dan protein PAT, untuk meyakinkan bahwa sekuen protein tersebut tidak serupa dengan protein yang memiliki sifat alergenik dan toksik. Selain itu, parameter lain yang dianalisis adalah konsentrasi protein dan stabilitasnya. Pengujian dilakukan di laboratorium Syngenta Biotechnology, Inc. yang menerapkan Good Laboratory Practice (GLP). III.2.1 Analisis Bioinformatika Untuk mengetahui apakah sekuen asam amino AvHPPD-03 dan PAT menunjukkan kesamaan asam amino dengan sekuen alergen yang telah diketahui, pencarian dilakukan dengan Food Allergy Research and Resource Program (FARRP) tahun 2012 pada protein Allergen Online database, versi 12, yang memiliki data 1.603 sekuen asam amino alergen maupun alergen putative (McClain, 2012). Pada pencarian kedua, sekuen asam amino AvHPPD-03 diskrining untuk menemukan kesamaan delapan asam amino yang berurutan atau lebih Hasil analisis menunjukkan tidak ditemukan kesamaan antara sekuen asam amino AvHPPD-03 dengan semua sekuen pada database alergen. Selain itu, tidak ada kesamaan yang teramati antara setiap sekuen dari delapan (atau lebih) urutan asam amino AvHPPD-03 dengan database alergen. Pengkajian ini mendukung kesimpulan tidak adanya keterkaitan secara biologis antara sekuen asam amino AvHPPD-03 dengan sekuen alergen ataupun dengan alergen putative (McClain, 2012). Sekuen protein PAT juga tidak memiliki kesamaan dengan epitop protein alergenik. Pencarian keseluruhan menunjukkan tidak adanya kesamaan sekuen yang relevan antara PAT dengan alergen dalam database. Tidak adanya kesamaan sekuen asam amino PAT dengan sekuen alergen mendukung kesimpulan bahwa protein PAT tidak memiliki sifat yang berpotensi alergenik (Capt, 2002). III.2.2 Analisis Konsentrasi Protein AvHPPD-03 dan PAT Konsentrasi protein AvHPPD-03 dalam berbagai jaringan dan fase pertumbuhan pada kedelai PRG event SYHT0H2 diukur menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Jaringan yang dianalisis adalah daun (pada 4 fase pertumbuhan), akar (pada 2 fase pertumbuhan), seluruh bagian tanaman (forage) dan biji. Pada berat segar, konsentrasi 6 protein AvHPPD-03 pada setiap sampel di seluruh lokasi berkisar antara 6,82-207,21 µg/g pada daun, 1,21-50,18 µg/g pada forage dan 0,34-24,84 µg/g pada biji (McDonald, 2012). Pada berat segar, konsentrasi protein PAT pada setiap sampel di seluruh lokasi berkisar antara 0,13-47,9 µg/g pada daun, kurang dari LOD sampai 12,53 µg/g pada akar, 0,36-20,15 µg/g pada bagian tanaman (forage) dan kurang dari LOQ sampai 14,27 µg/g pada biji (McDonald, 2012). III.2.3 Analisis Stabilitas Protein Jumlah protein AvHPPD-03 dan protein PAT yang dihasilkan oleh tanaman kedelai sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian, protein AvHPPD-03 dan protein PAT diproduksi pada bakteri Escherichia coli strain BL21 (DE3). Ekivalensi protein AvHPPD-03 dan protein PAT yang dihasilkan oleh tanaman kedelai PRG event SYHT0H2 dengan yang dihasilkan oleh bakteri E. coli, telah diuji dengan metode Western Blot, analisis sekuen N-terminal dan keberadaan glikosilasi. Hasil pengujian tersebut menyimpulkan bahwa protein AvHPPD-03 dan protein PAT yang dihasilkan oleh bakteri E. coli ekivalen dengan protein AvHPPD-03 dan protein PAT yang dihasilkan oleh tanaman kedelai PRG event SYHT0H2 (Winslow, 2010 dan Herouet, 2004). Analisis stabilitas protein AvHPPD-03 dan PAT dilakukan menggunakan (1) model pencernaan lambung (Simulated Gastric Fluid-SGF) dan usus (Simulated Intestinal Fluid-SIF) dan (2) uji stabilitas panas. Metode yang digunakan adalah uji SDS PAGE, Western Blot dan aktivitas enzim. a. Protein AvHPPD-03 Pengujian SGF untuk protein AvHPPD-03 dilakukan pada suhu 37ºC ± 2C selama 60 menit dengan sampel yang diambil pada 0, 1, 2, 5, 10, 30, dan 60 menit. Pengujian SIF untuk protein AvHPPD-03 dilakukan pada suhu 37ºC ± 2C selama 48 jam dengan sampel yang diambil pada 0, 1, 2, 5, 10, 30, 60 menit dan 2, 3, 6, 24 dan 48 jam (Winslow, 2010a). Protein AvHPPD-03 terdegradasi dengan cepat di dalam Simulated Gastric Fluid (SGF). Tidak ada protein AvHPPD-03 utuh (berat molekul 47,0 kDa) ataupun fragmen turunannya yang terdeteksi setelah inkubasi dalam SGF selama 1 (satu) menit. Hasil studi ini mendukung kesimpulan bahwa protein AvHPPD-03 akan dicerna dengan cepat dalam lambung mamalia (Winslow, 2010a). Protein AvHPPD-03 terdegradasi dengan cepat di dalam Simulated Intestinal Fluid (SIF). Tidak terdapat protein utuh (berat molekul 47,0 kDa) yang ditemukan setelah diinkubasi selama 1 (satu) menit dalam SIF. Protein berukuran lebih kecil, yang tampaknya berhubungan dengan produk degradasi AvHPPD-03, teramati pada Western blot setelah inkubasi pada SIF selama 1 (satu) dan 2 (dua) menit. Meskipun demikian, setelah inkubasi selama 5 (lima) menit, pita protein ini tidak teramati lagi. Hasil studi ini mendukung kesimpulan bahwa protein 7 AvHPPD-03 akan dicerna dengan cepat pada kondisi usus mamalia (Winslow, 2009). Hasil uji stabilitas panas protein AvHPPD-03 menunjukkan bahwa aktivitas enzimatis protein AvHPPD-03 menurun jauh setelah inkubasi selama 30 menit pada suhu 37C. Aktivitas enzimatis tidak lagi terdeteksi setelah inkubasi selama 30 menit pada suhu 65C dan lebih, yang mengindikasikan kehilangan fungsi enzimatis dioksigenase pada kondisi tersebut (Winslow, 2010b). b. Protein PAT Protein PAT dicerna dalam Human Simulated Gastric Fluid (SGF) pada suhu 37C dan pH 2.0 dan di dalam Human Simulated Intestinal Fluid (SIF) suhu 37C dan pH 7.5. Protein PAT didegradasi seluruhnya dengan segera di SGF. Sementara di SIF, degradasi fragmen 7 kDa terjadi dalam waktu 5 menit. (Herouet, 2004). Berdasarkan hasil pengkajian alergenisitas meliputi bioinformatik dan stabilitas protein dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event SYHT0H2 termasuk dalam golongan yang tidak menyebabkan alergi. III.3 Toksisitas III.3.1 Toksisitas Akut a. Protein AvHPPD-03 Pengujian toksisitas akut yang dilakukan terhadap protein AvHPPD-03 dari kedelai PRG event SYHT0H2 telah dilaporkan (Eapen, 2012). Jumlah protein yang dihasilkan oleh tanaman kedelai sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian, protein AvHPPD-03 diproduksi pada bakteri Escherichia coli strain BL21 (DE3). Ekivalensi protein AvHPPD-03 yang dihasilkan oleh tanaman kedelai PRG event SYHT0H2 dengan yang dihasilkan oleh bakteri E. coli, telah diuji dan dilaporkan. Hasil pengujian tersebut menyimpulkan bahwa protein AvHPPD-03 yang dihasilkan oleh bakteri E. coli ekivalen dengan protein AvHPPD-03 yang dihasilkan oleh tanaman kedelai PRG event SYHT0H2 (Shaw, 2012). Bahan yang diuji berupa protein AvHPPD-03 yang disuspensikan dalam air yang telah dihilangkan ionnya (deionized water), di mana air tersebut juga digunakan sebagai kontrol. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan mencit strain Crl:CD1(ICR) jantan dan betina masingmasing dengan berat badan 28,6–34,2 g dan 24,8 – 28,8 g, berumur sekitar 52 hari sewaktu diterima, yang diperoleh dari Charles River Laboratories, Inc., Raleigh, NC (Eapen, 2012). Setelah diterima di laboratorium, semua mencit diaklimatisasi selama 13 hari sebelum digunakan dalam pengujian, untuk menyesuaikan pada kondisi laboratorium. Mencit dibagi menjadi empat kelompok masing8 masing terdiri dari 10 ekor jantan dan 10 ekor betina. Mencit dipelihara secara individual di dalam kandang baja tahan karat (stainless steel, wire mesh cages) selama aklimatisasi dan pengujian berlangsung. Kandang ditempatkan dalam ruangan dengan suhu 22 ± 3°C dan kelembaban relatif (RH) 50 ± 20%, dengan pencahayaan 12 jam gelap dan 12 jam terang. Ransum diberikan secara ad libitum berupa PMI Nutrition International, LLC, Certified Rodent LabDiet® 5002 (meal). Air minum yang juga diberikan secara ad libitum berupa reverse osmosis treated (on site) drinking water (Eapen, 2012). Pengujian toksisitas akut protein AvHPPD-03 sebagai dosis tunggal dilakukan dengan cara cekokan (oral gavage) pada mencit yang diikuti dengan periode observasi selama 2 dan 14 hari. Desain percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut: kelompok 1 diberi cekokan deionized water sebagai kontrol; kelompok 2 diberi cekokan suspensi protein AvHPPD-03 dengan dosis 500 mg/kg BB, kelompok 3 diberi cekokan suspensi protein AvHPPD-03 dengan dosis 1500 mg/kg BB, dan kelompok 4 diberi cekokan suspensi protein AvHPPD-03 dengan dosis 2000 mg/kg BB. Pada hari ke dua, 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina dari masing-masing kelompok dimatikan, untuk dilakukan pengamatan patologis. Pengujian selama 14 hari selanjutnya dilakukan menggunakan mencit lainnya (Eapen, 2012). Pemberian bahan uji dilakukan dengan menggunakan sonde lambung. Pengamatan mortalitas dan morbiditas dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) selama pengujian berlangsung.Pengamatan klinis dilakukan tiga kali sehari sewaktu dilakukan pemberian bahan uji, dan satu kali sehari pada hari lainnya. Penimbangan berat badan dilakukan setiap hari, demikian juga konsumsi ransum dihitung setiap hari. Pada hari ke 14 semua mencit dimatikan, kemudian dilakukan pembedahan untuk pemeriksaan patologi makro (Eapen, 2012). Selama pengujian berlangsung tidak terdapat mencit yang mati maupun sakit. Secara statistik tidak terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kontrol dalam hal berat badan, pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan kondisi organ dalam. Selain itu, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kelainan klinis pada mencit akibat perlakuan. Pemberian protein AvHPPD-03 secara cekokan sampai pada dosis 2000 mg/kg BB tidak menyebabkan adanya pengaruh merugikan terhadap kesehatan mencit jantan maupun betina. Pengujian ini menunjukkan bahwa protein AvHPPD-03 tidak bersifat toksik pada mencit. Sebagai tambahan, karena pemberian protein AvHPPD-03 secara cekokan tidak menyebabkan adanya pengaruh merugikan terhadap kesehatan mencit, maka no-observed adverse-effect level (NOAEL) protein AvHPPD-03 pada mencit jantan dan betina strain Crl:CD1(ICR) dalam pengujian ini adalah 2000 mg/kg BB (Eapen, 2012). 9 b. Protein PAT Jumlah protein PAT yang dihasilkan oleh tanaman kedelai sangat sedikit, sehingga untuk keperluan pengujian, protein PAT diproduksi pada bakteri Escherichia coli. Untuk mengakses ekivalensi biokimia dan fungsional dari protein PAT yang diproduksi pada rekombinan E.coli dengan protein PAT yang diproduksi dari kedelai PRG event SYHT0H2. Kedua protein dibandingkan identitas, integritas, aktivitas enzim spesifik dan status glycosylation. Hasilnya menunjukkan bahwa protein PAT yang diproduksi secara mikrobiologi ekivalen secara biokimia dan fungsional dengan yang diproduksi di kedelai PRG. Pada studi intravena akut, mencit kontrol diberi 1 mg/kg melittin atau aprotinin 1 dan 10 mg/kg (kontrol negatif) tidak memberikan tanda. Sementara melittin pada 10 mg/kg (kontrol positif) memberikan kematian 100% setelah 10 menit. Pada studi ini, tidak ada mortalitas atau efek toksik dari protein PAT setelah pemberian secara intravenous terhadap mencit sampai 10 mg/kg berat badan. Hal ini mengkonfirmasi bahwa protein PAT tidak toksik akut (faktor keamanan >1000) (Herouet, 2004). Berdasarkan hasil pengkajian toksisitas dapat disimpulkan bahwa kedelai PRG event SYHT0H2 termasuk dalam golongan bahan yang tidak toksik. IV. Kesimpulan Atas dasar hasil pengkajian tentang informasi genetik, kesepadanan substansial, alergenisitas, dan toksisitas disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil pengkajian informasi genetik diketahui bahwa: a. Kedelai PRG SYHT0H2 mengandung satu kopi insert gen avhppd03, dua kopi insert gen pat-03-01 dan dua kopi insert gen pat-03-02; b. Kedelai PRG event SYHT0H2 tidak mengandung sekuen backbone dari plasmid transformasip SYN15954; c. Gen interes avhppd-03, pat-03-01 dan pat-03-02 yang diintroduksikan ke kedelai PRG SYHT0H2 stabil sampai tiga generasi BC3F2; dan diwariskan mengikuti hukum Mendel. 2. Hasil pengkajian keamanan pangan disimpulkan bahwa : a. kedelai PRG event SYHT0H2 sepadan secara substansial dengan kedelai non PRG; b. kedelai PRG event SYHT0H2 yang mengandung protein AvHPPD03 dan PAT tidak menunjukkan adanya potensi menimbulkan alergi; dan c. kedelai PRG event SYHT0H2 yang mengandung protein AvHPPD03 dan PAT termasuk ke dalam golongan bahan yang tidak toksik. 3. TTKH menilai bahwa kedelai PRG event SYHT0H2 yang diajukan adalah aman untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan. 4. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan pangan yang diperoleh hingga saat ini, maka status keamanan pangan kedelai PRG event SYHT0H2 perlu dikaji ulang. 5. Apabila setelah ditetapkan aman pangan, kemudian produk tersebut terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia 10 maka pemohon wajib melakukan tindakan pengendalian dan penanggulangan, serta menarik kedelai PRG event SYHT0H2 dari peredaran. 6. Kedelai PRG event SYHT0H2 tidak boleh digunakan sebagai pakan ternak sampai memperoleh sertifikat aman pakan. 7. Kedelai PRG event SYHT0H2 tidak boleh dibudidayakan sampai ditetapkan aman lingkungan. V. Daftar Acuan Burgin, K. 2012. Event SYHT0H2 Soybean Functional Element Copy Number Southern Blot Analysis Final Report. Syngenta Crop Protection LLC. Capt, A., C.Herouet-Guicheney. 2012. PAT/pat Protein Amino Acid Sequence Homology Search With Known Allergens. Bayer Crop Science. Eapen AK, 2012. AvHPPD-03: single-dose oral (gavage) toxicity study in mice with a 2-day or 14-day observation period. Report No. WIL-639061. Syngenta Crop Protection, LLC, 410 Swing Road, Greensboro, NC 27419-8300,USA. Performing laboratory: WIL Research Laboratories LLC, 1407 George Road, Ashland, OH 44805-8946, USA. Herouet C. et al. 2004. Safety Evaluation of the Phosphinothricin Acetyltransferase Proteins Encoded by pat and bar Sequences that Confer Tolerance to Glufosinate-Ammonium Herbicide in Transgenic Plants. ILSI.2010. International Life Sciences Institute Crop Composition Database, v.4.2.http://www.cropcomposition.org/query/workflow.wiz?_flowExecutionKey=_c A7F4B946-6363-4348-11BE-41337A9A24CA_k93E17A8F-A183-1098-64AA70BE811DD966; search parameters: crop type = “SOYBEAN,” tissue type = “FORAGE” or “SEED”, crop year = “All”, country = “All,” and regions = “All”; (accessed July 14, 2011) Launis K. 2011. Compositional Analysis of Forage and Seed from Soybean Event SYHT0H2 Grown During 2010 in the USA Assessment. McClain, S. 2012. AvHPPD-03: Assessment of Amino Acid Sequence Similarity to Known or Putative Allergens. Syngenta Crop Protection, LLC. McDonald. J. 2012. Quantification of p-Hydroxyphenylpyruvate Dioxygenase and Phosphinothricin Acetyltransferase in Tissues of Plants Treated with TraitSpecific Herbicides. Syngenta Crop Protection, LLC. 3054 East Cornwallis Road. Research Triangle Park, NC 27709-2257 USA. New, S. 2011. Event SYHT0H2 Soybean: Mendelian Inheritance Analysis Final Report. Syngenta Crop Protection, LLC. Shaw, L. 2012. Comparison of p-Hydroxyphenylpyruvate Dioxygenase (AvHPPD-03) Protein Produced in Recombinant Escherichia coli and AvHPPD11 03 Protein Produced in Event SYHT0H2 Derived Soybean Plants. Syngenta Crop Protection, LLC. Winslow, S. 2009. In Vitro Digestibility of p-Hydrophenylpyruvate Dioxygenase (AvHPPD-03) Protein under Simulated Mammalian Intestinal Condition. Syngenta Biotechnology, Inc. Winslow, S. 2010a. In Vitro Digestibility of p-Hydroxyphenylpyruvate Dioxygenase (AvHPPD-03) Protein under Simulated Mammalian Gastric Conditions. Syngenta Biotechnology, Inc. Winslow, S. 2010b. Effect of Temperature on the Enzymatic Activity of pHydroxyphenylpyruvate Dioxygenase (AvHPPD-03) Protein. Syngenta Biotechnology, Inc. 12 Lampiran 2.Tim Kecil Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Pangan dan TTKH Bidang Keamanan Pangan. Tim Kecil TTKH Bidang Keamanan Pangan 1. Informasi Genetik Dr. M. Herman – Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan - Balai Besar BIOGEN, Balitbang Pertanian, Kementerian Pertanian 2. Keamanan Pangan Kesepadanan Substansial Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, M.Sc. – Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor Alergenisitas Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono – Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor Toksisitas Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS – Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor 3. Produksi dan Peredaran Badan POM Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) Bidang Keamanan Pangan 1. 2. Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP (Koordinator, Badan POM) Yusra Egayanti, S.Si., Apt (Wakil Koordinator, Dit. Standardisasi Produk Pangan, Badan POM) 3. Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS (Fakultas Teknologi Pertanian, IPB) 4. Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono, MS (Fakultas Teknologi Pertanian, IPB) 5. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc (Fakultas Teknologi Pertanian, IPB) 6. Dr. Dahrul Syah (Fakultas Teknologi Pertanian, IPB) 7. Dr. Maksum Radji, M. Biomed (FMIPA, UI) 8. Dr. Muhammad Herman (BB Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik, Kementerian Pertanian) 9. Dr. Tri Joko Santoso (BB Biogen, Kementerian Pertanian) 10. Dra. Daroham Mutiatikum, MSi (Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan) 11. Dra. Sutanti Siti Namtini, PhD., Apt. (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan POM) 12. Drh. Sukirno, MP.APVet (Pusat Riset Obat dan Makanan, Badan POM) 13 Lampiran 3. Daftar Hadir 1. Tanggal Review TTKH Prof.Dr.Deddy Muchtadi, MS Prof.Dr.Dedi Fardiaz,M.Sc Prof. Dr.Maggy T.Suhartono Dr.M.Herman Yusra Egayanti, S.Si, Apt. 2. Tanggal Review : 7 September 2015 (Tim Kecil TTKH Bidang Keamanan Pangan) IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan BB Biogen, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan : 27 April 2016 (Pleno TTKH Bidang Keamanan Pangan) TTKH Ir.Tetty Helfery Sihombing, MP Koordinator TTKH Bidang Keamanan Pangan (Badan POM) Prof. Dr.Dedi Fardiaz, M.Sc. IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Prof. Dr. Maggy T. Suhartono IPB, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Dr. Muhammad Herman BB Biogen, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Yusra Egayanti, S.Si, Apt Badan POM, Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Anggota TTKH Bidang Keamanan Pangan Prof. Dr.Dedi Fardiaz, M.Sc. IPB Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono, IPB MS Dr. Muhammad Herman BB Biogen, Kementerian Pertanian Dr. Tri Joko Santoso BB Biogen, Kementerian Pertanian Dr.Rer Nat Wien Kusharyanto Pusat Bioteknologi, LIPI Prof.Dr.Ir.Endang Sutriswati UGM Rahayu, MS Danang Waluyo, MEng Balai Pengkajian Teknologi, BPPT Dra. Mariana Raini, M.Kes Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kesehatan IPB Dr. Endang Prangdimurti 14 15