Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperglikemia Menggunakan Berbagai Bentuk Sediaan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus ) Siti Zaenab*), Nurwidodo*) *) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Jln Raya Tlogomas no 246 Malang telp 0341-464318 pswt 120 e-mail : [email protected] ABSTRAK Menurut survei dari WHO yang dikutip oleh Depkes (2005), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Seseorang yang memiliki kadar gula darah tinggi, seharusnya melakukan diet rendah energy. Salah satu makanan yang ideal untuk pasien diabetes adalah jamur tiram. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Selain rendah kolesterol dan karbohidrat, jamur tiram mengandung insulin alami dan enzim yang menghambat penyerapan gula. Jamur juga mengandung senyawa yang meningkatkan fungsi pankreas, organ hati dan kelenjar endokrinal lainnya. Jenis penelitian ini adalah true experimental, direncanakan terdiri dari 5 kelompok perlakuan, (P0-,P0+ P1, P2, dan P3) yaitu kontrol negatif, kontrol positip, pemberian jamur dalam bentuk simplisia, filtrat dan infus), masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan. Penelitian dilaksanakan dilaboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang, pada bulan Maret sampai Agustus 2016. Metode pengumpulan data dengan mengukur kadar glukosa darah tikus putih yang sudah diberi perlakuan, kemudian dianalisis menggunakan Anava 1 jalur dan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan terbaik. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh berbagai bentuk sediaan jamur tiram putih terhadap kadar gula darah tikus putih. Perlakuan menggunakan filtrat jamur tiram dalam bentuk filtrat (P2) merupakan perlakuan terbaik, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk simplisia (P1), dan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk infus (P3), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positip P0+. Walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3, tapi pada perlakuan P2 didapatkan kadar gula terendah. Kata Kunci : Kadar gula darah, tikus putih, hiperglikemia, jamur tiram putih. 108 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk 1. PENDAHULUAN Menurut survei dari WHO yang dikutip oleh Depkes (2005), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Prevalensi DM di Indonesia sebesar 8.6% dari total penduduk, sehingga pada tahun 2025 diperkirakan penderita DM mencapai 12.4 juta jiwa. Jumlah tersebut setara dengan tiga kali kejadian pada tahun 1995, yaitu 4.5 juta penderita (Depkes, 2005). Angka prevalensi penderita diabetes di tanah air berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka prevalensi prediabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia, hal ini berarti jumlah penduduk Indonesia yang terkena diabetes akan meningkat dua kali lipat dalam beberapa waktu mendatang (Hidayat, 2009). Diabetes Mellitus dapat menyerang segala lapisan umum dan sosial ekonomi. Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan angka kejangkitan penyakit Diabetes Mellitus sebesar 1,5% - 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun (Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia). Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara berkembang karena perubahan gaya hidup salah yang menyebabkan obesitas (Suyono, 2009). Tabel 1. Penentuan Kriteria Diabetes Melitus Berdasarkan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dengan Metode Enzimatik Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar glukosa plasma vena < 110 mg/dl 110-199 mg/dl ≥ 200 mg/dl Kadar glukosa darah kapiler < 90 mg/dl 90-199 mg/dl ≥ 200 mg/dl Sumber: Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, 2002 (Perkeni) Kadar glukosa plasma puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 80-115 mg/100 ml. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa plasma puasa yang lebih tinggi dari 115 mg/ 100 ml, sedangkan hipoglikemia bila kadarnya lebih rendah dari 80 mg/100 ml. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorbsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/100 ml. Jika kadar glukosa plasma naik melebihi kadar ini, maka glukosa tersebut akan keluar bersama kemih dan keadaan ini disebut glukosuria. (Price, 1995). Konsumsi sayuran, khususnya sayuran yang termasuk kategori sayur untuk diabetes, sangat dianjurkan. Kandungan serat sayuran untuk diabetes tersebut bisa dibilang sangat tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan harian tubuh akan serat. Dengan asupan serat yang cukup, maka pencernaan pun Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 109 dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, serat juga berfungsi menghambat pelepasan glukosa ke dalam darah, sehingga kadar gula darah dapat kembali mendekati stabil. Pada penelitian sebelumnya, (Zaenab, 2014), jamur tiram putih dalam bentuk fitrat pada dosis 3 ml/ hari dapat menurunkan kadar kolesterol tikus putih hiperlipidemia. Tetapi belum ada penelitian tentang jamur tiram putih dalam berbagai bentuk sediaan dalam penurunan kadar gula darah tikus putih. Sedangkan pada penelitian sebelumnya (Zaenab, 2013), penggunaan filtrat batang jamur shiitake dengan dosis 6 ml perhari dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih hiperglikemia terbaik. Penyakit diabetes mellitus, sulit untuk sembuh secara total atau tuntas. Yang bisa dilakukan adalah agar kadar gula dikendalikan atau dijaga supaya tidak terlalu tinggi. Selain mengkonsumsi obat dari dokter, penderita diabetes membatasi konsumsi gula dan karbohidrat, tetapi memperbanyak mengkonsumsi serat, yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Salah satu makanan yang ideal untuk pasien diabetes adalah jamur tiram. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Kandungan serat jamur mulai 7,4% sampai 27,6% sangat baik bagi pencernaan. Pada jamur tiram, rata-rata kandungan seratnya sekitar 11,5%. Selain tinggi serat dan rendah kolesterol dan karbohidrat, jamur tiram mengandung insulin alami dan enzim yang menghambat penyerapan gula. Jamur juga mengandung senyawa yang meningkatkan fungsi pancreas, organ hati dan kelenjar endokrinal lainnya. Selain itu, jamur juga memiliki antibiotik alami yang memberikan perlindungan bagi penderita diabetes dari infeksi. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian sungguhan (true experimental). Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 kali ulangan. Adapun perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: P0 (–) yaitu kelompok tikus yang tidak diberi jamur tiram dan tidak diberi aloksan (kontrol negatif); P0 (+) yaitu kelompok tikus yang tidak diberi jamur tiram dan diberi aloksan (kontrol positif); P1 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi simplisia jamur tiram putih dengan dosis 3 gram/ ekor/ hari; P2 yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi filtrat jamur tiram putih dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari, dan P3, yaitu kelompok tikus hiperglikemia yang diberi infus jamur tiram putih dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) dewasa dengan berat 150-200 gram yang diperoleh dari laboratorium kimia UMM. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sedangkan sampel penelitian berupa tikus putih dewasa dengan berat 150-200 gram. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 25 ekor tikus putih. 110 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk Adapun tahapan yang harus dilakukan meliputi : 1. Menyiapkan 25 tikus putih jantan, dibagi menjadi 5 kelompok, kemudian diadaptasikan selama 2 minggu. Selanjutnya tikus putih diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu: P0 - , P0 +, P1, P2 dan P3. Setelah 30 hari, dilakukan test pengambilan darah tikus putih pada masing-masing perlakuan untuk diperiksa gula darahnya. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat untuk mengukur kadar glukosa darah merek Autocheck. Darah tikus diambil dengan cara menyayat bagian pangkal ekor tikus dan menggunakan alat mikropipet untuk mengambil sampel darah. Selanjutnya sampel darah tersebut diteteskan pada alat ukur glukosa dan dibaca angka yang tercantum pada alat tersebut, yang menunjukkan kadar gula darah tikus putih tersebut. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan SPSS. Sebelumnya, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dulu, sebagai syarat untuk uji Anova. Setelah diuji normalitas dan homogenitasnya, selanjutnya dilakukan uji Anava satu jalur, untuk mengetahui apakah ada pengaruh perbedaan perlakuan pemberian jamur tiram putih dalam berbagai bentuk sediaan. Selanjutnya, untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan Uji Duncan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai “Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperglikemia Menggunakan Berbagai Bentuk Sediaan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus )” didapatkan data hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Data Kadar Gula Darah Tikus Putih (mg/dl) NO PERLAKUAN ULANGAN 1 2 3 4 5 RERATA 1 P0 (-) 104 109 102 114 115 108,8 2 P0 (+) 139 140 133 144 127 136,6 3 P1 112 106 126 127 106 115,4 4 P2 103 107 115 119 113 111,4 5 P3 110 109 107 114 130 114 Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil nilai skewness yaitu 1,72 dan nilai kurtosis -0,55 sehingga, dari hasil tersebut dapat diambil keputusan bahwa data berdistribusi normal karena terletak pada kisaran angka ± 2. Sedangkan untuk uji homogenitas didapatkan hasil probabilitas (Sig) 0,413. Pengambilan keputusannya adalah jika Sig> 0,05 maka Ho diterima jika Sig < 0,05 Ho ditolak, karena hasil sig 0,413> 0,05 maka Ho diterima. Kesimpulannya semua data varians populasinya adalah sama (homogen), karena kedua prasyarat telah terpenuhi maka analisis bisa dilanjutkan. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 111 Analisis selanjutnya adalah uji Anava satu jalur, fungsi dari uji tersebut adalah untuk mengetahui apakah berbagai macam bentuk sediaan jamur tiram putih dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. ANOVA Kadar_Glukosa_Darah Sum of Squares Between Groups Within Groups Total 2470,160 1256,400 3726,560 df Mean Square 4 20 24 617,540 62,820 F 9,830 Sig. ,000 Berdasarkan hasil analisis Anava diperoleh hasil probabilitas 0,000. Pengambilan keputusannya adalah jika Sig> 0,05 maka Ho diterima jika Sig < 0,05 Ho ditolak, karena hasil Sig 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya berbagai macam bentuk sediaan jamur tiram putih (simplisia, filtrat dan infus) dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan untuk mengetahui pemberian sediaan jamur tiram putih bentuk apakah yang dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) tertinggi atau terbaik. Tabel Uji Duncan kadar glukosa darah tikus putih Duncana Perlakuan N P0P2 P3 P1 P0+ Sig 5 5 5 5 5 Subset for alpha = 0,05 1 2 108,80 111,40 114,00 115,40 136,60 ,241 1,000 Means for grous in homogeneous subsets are displayed a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,0000 Berdasarkan hasil uji Duncan terlihat hasilnya bahwa perlakuan P0-, P1, P2, P3 berada pada satu kolom yang sama yang artinya tidak berbeda nyata, sedangkan untuk perlakuan P0+ berada pada kolom yang berbeda artinya berbeda nyata. P0 (+) merupakan kelompok tikus yang tidak diberi jamur tiram dan diberi aloksan (kontrol positif), perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan keempat lainnya, hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam sediaan jamur tiram putih mampu menurunkan kadar gula tikus putih. Uji Duncan antara P1, P2 dan P3 ternyata diketahui tidak berbeda secara signifikan namun jika dilihat dari hasilnya berturut-turut yaitu 115,40; 111,40 dan 114 sehingga, 112 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk kesimpulannya perlakuan yang terbaik adalah ketika kadar glukosa darahnya yang paling kecil yaitu P2 (Kelompok tikus hiperglikemia yang diberi filtrat jamur tiram putih dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari). 3.2. Pembahasan Level glukosa di dalam darah pada tikus dimonitor oleh pankreas. Jika konsentrasi glukosa darah pada tikus menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, yaitu hormon yang menargetkan sel-sel di hati. Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah hingga meningkatkan level gula darah. Namun jika konsentrasi glukosa darah pada tikus meningkat karena perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini disebut insulin yang menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen (glikogenosis) yang mengurangi level gula darah. Karbohidrat dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa dan fruktosa yang akan dilepas di dalam intestinum. Unsur-unsur gizi ini lalu diangkut kedalam hepar lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera diubah menjadi glukosa di dalam hepar (Dalimartha, 2005). Tingginya kadar glukosa darah pada tikus putih jantan pada P0+ adalah akibat dari pemberian aloksan yang diinduksikan pada tikus putih. Aloksan merupakan suatu zat yang dapat digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus sehingga kadar glukosa darahnya meningkat akibat dari kerusakan sel beta pancreas. Penyuntikan aloksan ke dalam pembuluh darah tikus dapat merusakkan sel beta pada kelenjar pancreas dari pulau langerhans, akibatnya insulin tidak dapat diproduksi oleh pancreas. Insulin adalah hormon yang salah satu fungsinya merubah glukosa menjadi glikogen yaitu simpanan glukosa yang ada di hati dan otot. Karena insulin tidak dapat diproduksi oleh pankreas maka glukosa tidak bisa dirubah menjadi glikogen, akibatnya glukosa dalam darah meningkat secra terus menerus sehingga tubuh dalam keadaan hiperglikemia. Menurunnya produksi insulin berakibat naiknya kadar glukosa darah. Pemberian jamur tiram putih dalam bentuk simplisia dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih sehingga mendekati normal. Penurunan gula darah tiap tikus (ulangan) berbeda-beda, karena simplisia ini diberikan sebagai pakan dan kemampuan tikus dalam menghabiskan pakan ini berbeda-beda. Walaupun demikian, kadar gula darah tikus putih yang diberi perlakuan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk simplisia sudah berada dalam batas yang normal (115,4 mg/ dl). Demikian juga pemberian Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis Anava satu jalur yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa jamur tiram putih dalam berbagai bentuk sediaan dapat menurunkan kadar gula tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia. Hal ini karena kandungan zat yang terdapat pada jamur tiram mampu menurukan kadar gula tikus putih. Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol). Jamur tiram juga mengandung Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 113 vitamin penting terutama vitamin B, C, dan D. Vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Berdasarkan kandungan jamur tiram tersebut, jamur tiram sangat baik sebagai alternatif makanan bagi penderita diabetes melitus karena terutama kandungan karbohidrat yang rendah. Mengingat bahwa penderita hiperglikemia harus berhati-hati dalam memilih makanan untuk menjaga kestabilan gula darah (Sumarmi, 2006). Jamur tiram putih juga mengandung insulin alami dan enzim yang menghambat penyerapan gula. Insulin merupakan enzim yang bertugas sebagai pengatur kadar gula darah. Insulin disintesa oleh sel β pankreas. Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel β pankreas dengan konsentrasi glukosa dalam darah. Peningkatan kadar glukosa darah seperti yang terjadi setelah penyerapan makanan secara langsung merangsang sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel pankreas (Sherwood, 1996). Insulin akan menurunkan kadar gula darah dengan cara membantu uptake glukosa ke dalam otot dan jaringan lemak, penyimpanan glukosa sebagai glikogen dalam hati, dan menghambat sintesis glukosa (glukoneogenesis) di hati (Sheidel, 2001). Beta glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih akan masuk ke dalam sistem peredaran darah membantu tubuh untuk menghasilkan insulin dan berperan sebagai phytoinsulin, yaitu insulin yang berasal dari tumbuhan yang akan menstimulasi sel β pancreas tubuh untuk memproduksi insulin lebih banyak, sehingga kadar glukosa darah dalam tubuh mengalami penurunan. Dengan cara bertahap produksi insulin dalam tubuh meningkat, sehingga kadar glukosa darah menurun. Paparan di atas menggambarkan bahwa insulin sangat penting saat proses mengatur gula darah sehingga kandungan insulin alami jamur tiram putih merupakan salah satu faktor yang menguatkan bahwa jamur tiram putih mampu menurunkan gula darah sesuai hasil penelitian yang telah peneliti lakukan. Seseorang yang memiliki kadar gula darah tinggi, seharusnya melakukan diet rendah energi. Jamur merupakan makanan paling ideal untuk pasien diabetes. Selain rendah kolesterol dan karbohidrat, jamur tiram mengandung insulin alami dan enzim yang menghambat penyerapan gula atau pati. Jamur juga mengandung senyawa yang meningkatkan fungsi pankreas, organ hati dan kelenjar endokrinal lainnya. Jamur memiliki antibiotik alami yang memberikan perlindungan bagi penderita diabetes dari infeksi. Disamping itu jamur dapat meningkatkan produksi sel-sel darah putih. Jamur bisa menjadi makanan diet rendah energi yang ideal bagi penderita diabetes. Hal ini karena jamur mengandung lemak dan karbohidrat yang sangat rendah, protein tinggi, vitamin, mineral, dan serat. Antibiotik alami dalam jamur dapat membantu melindungi penderita diabetes dari infeksi yang ditakutkan. 114 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa jamur tiram putih dapat menurunkan gula darah penderita hiperglikemia karena beberapa alasan. Pertama karena kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Kedua jamur tiram mengandung insulin alami (fito insulin) dan enzim yang menghambat penyerapan gula. Ketiga jamur tiram putih memiliki aktivitas antioksidan yang mampu mengurangi kerusakan sel beta pankreas. Ketiga alasan tersebut telah dapat menguatkan hasil penelitian tentang penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattusnorvegicus) hiperglikemia menggunakan berbagai bentuk sediaan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus ). Bentuk sediaan pada penelitian ini ada tiga yaitu simplisia, filtrat dan infus. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian berbagai macam sediaan jamur tiram putih mampu menurunkan kadar gula tikus putih. Perlakuan yang paling baik adalah P2 (Kelompok tikus hiperglikemia yang diberi filtrat jamur tiram putih dengan dosis 3 ml/ ekor/ hari). Masing-masing bentuk sediaan melalui proses dan cara kerja yang berbeda, sehingga hasilnya juga berbeda. Hasil penurunan kadar gula darah tikus putih yaitu P1, P2 dan P3 ternyata diketahui tidak berbeda secara signifikan namun jika dilihat dari hasilnya berturut-turut yaitu P1 sebesar 115,40 mg/dl.; P2 sebesar 111,40 mg/dl dan P3 sebesar 114 mg/dl. Artinya ketiga sediaan dapat digunakan sebagai alternatif pembuatan sediaan, karena hasilnya semua optimal. Hasil yang terlihat sudah hampir mendekati perlakuan kontrol negatif (tikus normal) yaitu 108,8 mg/dl. Pada perlakuan jamur tiram dalam bentuk simplisia dan infus, juga terjadi penurunan kadar gula darah yang berbeda nyata terhadap kontrol positip (P0+). D. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Ada pengaruh berbagai bentuk sediaan jamur tiram putih terhadap kadar gula darah tikus putih. Perlakuan menggunakan filtrat jamur tiram dalam bentuk filtrat (P2) merupakan perlakuan terbaik, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk simplisia (P1), dan pemberian jamur tiram putih dalam bentuk infus (P3), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positip P0+. Walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3, tapi pada perlakuan P2 didapatkan kadar gula terendah. Sedangkan saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis dan waktu yang berbeda, juga dapat menggunakan jenis jamur yang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap penurunan kadar gula darah juga berbeda. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 115 E. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonimous, 20015, (http://tradisioanal-obat.blogspot.co.id/2015/05/manfaat-jamur-tiram-untukkesehatan.html) [2] Dalimartha, Setiawan. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Bogor: Penebar Swadaya. [3] Departemen Kesehatan RI. 2005. Jumlah penderita diabetes Indonesia ranking ke-4 di dunia. Berita Dep. Kes. RI. 5 September 2005. [4] Heather, R et al. 2001. The effect of flexible low glycemic index dietary advice versus measured carbohydrate exchange diets on glycemic control in children with type 1 diabetes.Diab Care Vol. 24:1137-1143. [5] Hidayat. 2009. 11% Penduduk Indonesia Berisiko Diabetes. Republika Edisi November 15th, 2009 [6] Laboratorium klinik Prodia. 2002. Diabetes Mellitus Bagaimana Mengelola dan Mengendalikannya. Jakarta :Informasi Terkini [7] Perkeni. 2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 1-39, PB. PERKENI, Jakarta. [8] Price, S.A. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta [9] Syamsuni. 2006. Bentuk Sediaan Obat. Apollo Press, Surabaya. [10] Siswono. 2005. Jumlah Pengidap Diabetes di Indonesia Peringkat Keenam. Suara Pembaruan Edisi Selasa, 11 Januari, 2005 [11] Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian 4(2):124130.). [12] Suyono, S. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua tahun 2009. Bagian I [13] World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycemia: report of a WHO/IDF consultation. WHO Document Production Services, Geneva, Switzerland [14] Zaenab, Siti 2013, Uji Potensi Batang Jamur Shiitake Dalam Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Hiperglikemia, Laporan Penelitian [15] Zaenab, Siti 2014, Penurunan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia Menggunakan Filtrat Dan Infus Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Dalam Berbagai Dosis, Laporan Penelitian 116 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk