(PDF, Unknown) - Universitas Negeri Jakarta

advertisement
Volume 12 No.2 Oktober 2015
ISSN : 0216 - 7484
Pembina
Prof. Dr. H. Djaali
Rektor Universitas Negeri Jakarta
Penanggung Jawab
Dr. Etin Solihatin, M.Pd
Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat
Pemimpin Redaksi
Dra. Desfrina
Sekretaris Redaksi
Drs. Sri Kuswantono, M.Si
Dewan Redaksi
Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM
Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si
Sekretariat
Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd,
Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna
Terbit
(Mei dan Oktober)
Alamat Redaksi
Gedung LPM UNJ
Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur
Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal
Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.2 Oktober 2015.
Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat
yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada
masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta
terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat.
Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah
menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
“Sarwahita” Volume 12 No.2 Oktober 2015 ini dapat diterbitkan.
Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi
sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Redaksi
TRAINING OF TRAINERS (TOT) KETRAMPILAN UNTUK DIDESEMINASIKAN SEBAGAI
ALTERNATIF MENAMBAH PENGHASILAN IBU-IBU RUMAH TANGGA
Eko Tri Rahardjo
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pelaksanaan KKN di perdesaan, memberi peluang bagi masyarakat untuk memperoleh
ketrampilan dalam rangka menambah penghasilan. Dengan adanya mahasiswa KKN memberi
ketrampilan, maka masyarakat akan berpeluang mendapatkan ketrampilan secara gratis yang
pada akhirnya dapat memperoleh peluang mecari penghasilan tambahan.
Namun demikian tidak semua mahasiswa peserta KKN mempunyai ketrampilan yang dapat
diberikan ke masyarakat berupa ketrampilan yang menghasilkan “sesuatu yang dapat dijual”.
Oleh karena itu kegiatan ini memberi bekal kepada mahasiswa calon peserta KKN untuk
menjadi trainers di tempat mereka ber KKN nanti.
Melalui pelatihan TOT bagi mahasiswa calon peserta KKN UNJ yang dideseminasikan kepada
para ibu-ibu di lokasi KKN maka diharapkan diperoleh alternatif menambah penghasilan,
dengan mengikuti pelatihan tanpa mereka harus mengeluarkan biaya.
Kata Kunci : TOT, KKN, mahasiswa
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Pendidikan dan hidup layak merupakan
hak seluruh bangsa Indonesia, pendidikan dapat
dijangkau melalui proses pembelajaran, dan
pembelajaran tidak dibatasi oleh waktu dan usia.
Belajar dan pembelajaran berlangsung sepanjang
hayat sejauh hal itu diperlukan. Manusia belajar
sesuai
dengan
kebutuhannya.
Tujuan
pembelajaran yang mencakup belajar afeksi,
belajar kognisi dan belajar ketrampilan semua
membawa manfaat sesuai dengan porsinya.
Masing-masing tujuan pembelajaran tersebut
akan memberikan kontribusi kepada kehidupan
individu
sesuai
dengan
kapasitas
dan
kebutuhannya.
Di kehidupan sekitar kita, tidak semua
anggota masyarakat dapat menempuh pendidikan
sampai jenjang tinggi. Terdapat sekelompok
masyarakat yang hidup dengan bekal pendidikan
minimum. Hal ini disebabkan karena banyak hal
yang antara lain ketiadaan biaya, waktu dan
lainnya yang intinya adalah pada ketiadaan
kesempatan. Kondisi seperti ini juga terjadi di
banyak tempat di lokasi KKN mahasiswa UNJ,
dimana terdapat sekelompok masyarakat dengan
ijasah relatif rendah. Masyarakat ini sukar untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
meningkatkan pendidikan dan ketrampilanya
yang dapat meningkatkan penghasilan dan taraf
hidup mereka. Bekal ijasah yang rendah dan
ketiadaan biaya serta kurangnya kemampuan
atau
ketrampilan,
berakibat
mengurangi
kesempatan untuk maju dan menjadi salah satu
kendala kemajuan kehidupan ekonomi mereka.
Sehubungan dengan hal di atas maka
diperlukan suatu upaya yang secara riil dapat
dilakukan dan berdampak langsung terhadap
kemampuan mereka dalam meningkatkan
kehidupan perekonomiannya. Salah satu upaya
tersebut adalah dengan memberikan ketrampilan
tambahan dan memberikan hasil yang nyata,
cepat dan langsung dapat dimanfaatkan dan
dirasakan hasilnya
Di lain pihak dengan pelaksanaan KKN di
perdesaan, memberi peluang bagi masyarakat
untuk memperoleh ketrampilan dalam rangka
menambah penghasilan. Dengan adanya
mahasiswa KKN memberi ketrampilan, maka
masyarakat akan berpeluang mendapatkan
ketrampilan secara gratis yang pada akhirnya
dapat memperoleh peluang mecari penghasilan
tambahan. Namun demikian tidak semua
mahasiswa
peserta
KKN
mempunyai
ketrampilan yang dapat diberikan ke masyarakat
1
berupa ketrampilan yang menghasilkan “sesuatu
yang dapat dijual”. Oleh karena itu kegiatan ini
memberi bekal kepada mahasiswa calon peserta
KKN untuk menjadi trainers di tempat mereka
ber KKN nanti.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisis situasi yang telah
diuraikan, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
a. Banyak masyarakat di lokasi KKN yang
taraf perekonomianya relatif rendah.
b. Di masyarakat yang jenjang pendidikannya
rendah
sukar
meningkatkan
ketrampilan dan pendapatanya.
c. Masyarakat di lokasi KKN banyak yang
mengalami kendala dalam meningkatkan
jenjang pendidikan karena alasan ekonomi
dan kesempatan.
d. Diperlukan ketrampilan tambahan untuk
mendapatkan
peluang
meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan.
e. Perekonomian yang terbatas ini membatasi
masyarakat dalam memperoleh pendidikan
dan ketrampilan.
f. Diperlukan upaya untuk memberikan
ketrampilan tanpa mereka harus berhenti
bekerja atau mencari nafkah dan tanpa
mengeluarkan biaya.
g. Salah satu upaya tersebut adalah melalui
pemberdayaan mahasiswa KKN sebagai
instruktur yang telah dibekali berbagai
ketrampilan.
h. Untuk menjadi instruktur maka mahasiswa
calon peserta KKN diberi pelatihan
sebagai instruktur melalui kegiatan TOT
ketrampilan.
2. Rumusan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang dapat
diidentifikasi, maka masalah yang dirumuskan
dalam program ini adalah: melalui pelatihan
TOT bagi mahasiswa calon peserta KKN UNJ
yang dideseminasikan kepada para ibu-ibu di
lokasi KKN maka diharapkan diperoleh alternatif
menambah penghasilan. tanpa mereka harus
mengeluarkan biaya, sehingga diperoleh peluang
mendapatkan penghasilan tambahan.
2
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. memberikan ketrampilan tambahan
membuat berbagai barang kerajinan
dengan bahan yang murah dan mudah
didapatkan.
2. memberikan peluang meningkatkan
pendapatan dengan berbagi pengalaman
dengan instruktur sekaligus sebagai
pengrajin.
3. menumbuhkan rasa percaya diri kepada
para mahasiswa calon peserta KKN.
4. meningkatkan sinergi dan kinerja,
dengan kegiatan ini para peserta bKKN
diharapkan menjadi lebih intens dalam
komunikasi dengan masyarakat di lokasi
KKN.
C. Manfaat Kegiatan
1. Memberikan ketrampilan tambahan bagi
mahasiswa
2. Memberi ketrampilan tambahan bagi
ibu-ibu di lokasi KKN
3. Memberikan peluang meningkatkan
pendapatan.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri
mahasiswa calon peserta KKN
5. Meningkatkan sinergi dan kinerja.
6. Menambah suksesnya pelaksanaan KKN
UNJ
7. Menambah nama baik UNJ di
masyarakat lokasi KKN
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Ketrampilan dan Pendapatan
Pendapatan yang dimaksud dalam
kegiatan ini adalah penghasilan yang didapat
seseorang dari hasil bekerja atau mengasilkan
produk tertentu. Menurut Safir Senduk (2000),
penghasilan seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor : pendidikan, pekerjaan, umur, harta,
tempat tinggal, keberuntungan, bakat, kerjakeras,
koneksi dan diskriminasi.
1. Pendidikan, orang yang berpendidikan
tinggi cenderung menghasilkan banyak
uang, hal ini menyebabkan orang
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
cenderung menganggap bahwa orang
akan berpenghasilan tinggi setelah
menempuh pendidikan tinggi. Namun
demikian yang benar adalah bahwa
pendidikan bisa membantu seseorang
untuk memperoleh penghasilan tinggi.
Namun demikian terdapat potensi bahwa
orang berpendidikan tinggi berpeluang
lebih besar karena umumnya memiliki
wawasan yang lebih luas.
Pekerjaan, orang yang pekerjaanya
menggunakan pikiran biasanya lebih
banyak menghasilkan uang dibandingkan
dengan
orang
yang
pekerjaanya
menggunakan tenaga.
Umur, orang yang berumur lebih tua
biasanya mendapatkan penghasilan lebih
tinggi dibandingkan yang usianya lebih
muda karena faktor pengalaman dan
lama bekerja.
Harta, kaitan harta dengan penghasilan
ialah bahwa seseorang bisa saja memiliki
investasi sehingga dapat menambah
penghasilan selain dari upah.
Tempat tinggal, standar gaji dan upah
serta biaya hidup dapat memengaruhi
perbedaan penghasilan walaupun dalam
pekerjaan dan level yang sama tetapi
beda tempat tinggal, misalnya beda kota
atau di kota dengan kota lain yang beda
peraturan.
Keberuntungan, faktor ini tidak dapat
diprediksi tetapi tetap menjadi variabel
yang
dipertimbangkan,
misalnya
fluktuasi perusahaan menentukan bonus
karyawan.
Bakat,
bakat
menentukan
mutu
pekerjaan sehingga dapat memengaruhi
penghasilan seseorang.
Kerja Keras, kerja keras merupakan
salah satu faktor yang menentukan
produktifitas, selain dari promosi
jabatan.
Koneksi, koneksi dapat menentukan
penghasilan. Misalnya dengan koneksi
mendapatkan penghasilan sampingan
atau mendapat tambahan pekerjaan yang
menghasilkan uang.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
10. Diskriminasi, diskriminasi ini dapat
menyangkut gender atau kesukuan.
Misalnya pria dan wanita bekerja dalam
level yang sama tetapi pria digaji lebih
tinggi, sama-sama sebagai konsultan
tetapi konsultan asing digaji lebih tinggi.
Sehubungan dengan uraian di atas maka
yang dapat diupayakan untuk meningkatkan
penghasilan pada masyarakat sebagai orang yang
berpendidikan rendah,
dan berharta tidak
banyak, serta tempat tinggal yang kurang
kondusif untuk mencari tabahan, caranya adalah
dengan mengoptimalkan keberuntungan, bakat,
kerjakeras, dan melalui koneksi yang legal.
Mengoptimalkan keberuntungan dapat dilakukan
dengan memberikan bekal ketrampilan sehingga
memperoleh peluang lebih banyak, sedangkan
bakat adalah diupayakan mengoptimalkan bakat
dengan
memberikan
berbagai
macam
ketrampilan sehingga dimungkinkan untuk
dipilih sampai akhirnya muncul salah satu bakat
yang terpendam dan dapat dioptimumkan, kerja
keras dapat diupayakan melalui etos kerja yang
meningkat.
Adapun koneksi yang legal maksudnya
adalah memberikan perhatian khusus dengan
memilih secara sengaja kepada mereka yang
benar-benar membutuhkan untuk diberikan
peluang yang lebih besar.
B. Metode Pembelajaran Ketrampilan
Dalam proses pembelajaran, banyak sekali
metode dan media yang dapat dipergunakan.
Menurut Edgar Dale proses pembelajaran dengan
cara mengalami sendiri akan mempunyai
dampak yang lebih baik dibandingkan dengan
apabila sekedar mendengarkan. Pada gambar di
bawah ini ditunjukan tentang efektifitas
pengalaman belajar. Bagian paling atas dari
kerucut ini adalah bagian yang paling sempit
memberikan kontribusi pengalaman belajar,
sedangkan bagian paling bawah menunjukan
pengalaman belajar yang hasilnya paling luas.
(Edgar Dale dalam Oemar Hamalik, 1982).
3
Lambang
kata
Lambang visual
gambar
Rekaman, radio,
televisi
pameran
Karya wisata
demonstrasi
Pengalaman dramatis
Pengalaman tiruan yang diatur
Pengalaman yang bertujuan
Gambar 1.
Diagram efektifitas pengalaman belajar
(Edgar Dale dalam Oemar Hamalik,
1976)
Berdasarkan pada gambar di atas terlihat
bahwa pembelajaran ketrampilan akan baik jika
diberikan secara langsung melibatkan aktivitas
peserta. Sementara itu penyerapan informasi
sehingga menjadi suatu hasil belajar juga
mengalami suatu proses belajar. Proses belajar
dikatakan baik apabila peserta mampu
PENIRUAN
PENGGUNAAN
KETEPATAN
PERANGKAIAN
NATURALISASI
Meniru gerak
yang diamati
atau diajarkan
Menggunakan
konsep untuk
melakukan gerak
Melakukan gerak
dengan teliti dan
benar
Merangkaikan
berbagai gerakan
secara
berkesinambungan
Melakukan gerak
secara wajar dan
efisien
Untuk selanjutnya menurut Aida Idris
(1982 / 1983) seseorang akan lebih berhasil
belajar bila yang dipelajarinya itu bertalian
dengan apa yang diperlukannya dalam kehidupan
sehari-hari, yang berarti bahwa ia mengetahui
secara jelas tujuan belajarnya. Agar tercapai
keberhasilan belajarnya, faktor minat pun harus
diperhitungkan. Minat seseorang terhadap apa
yang dipelajarinya merupakan salah satu faktor
yang memungkinkan konsentrasi belajarnya.
Karena ia menaruh minat terhadap apa yang
dipelajarinya itu maka akan timbul padanya
kegairahan belajar, sehingga ia giat belajar. Oleh
karena minat itu perlu ditimbulkan, dan minat
4
mengungkapkan kembali atau melakukan
kembali apa yang telah diajarkanya. Dalam hal
ini maka suatu hasil yang berupa produk
merupakan manifestasi dari hasil pengung-kapan
kembali apa yang dipelajari sebelumnya.
Dalam revisi teori Bloom tentang tujuan
pembelajaran, Lorin W. Anderson dan David R.
Krathwohl membuat taksonomi pembelajaran
meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan
mengkreasi.
Berdasarkan taksonomi di atas, apabila
seseorang diberi pelajaran tertentu maka hasil
akhirnya adalah menciptakan atau mempunyai
suatu kreasi atau kemampuan mencipta sesuatu.
Dalam hal ketrampilan membuat produk maka
dapat dikategorikan sebagai pengetahuan faktual
yang nyata tampak, dapat dilihat, dipegang dan
dirasakan, sehingga hasil akhir dari bahan
mentah dapat dicipta menjadi sesuatu yang
bernilai lebih tinggi. Dari uraian ini jika kita
memandang belajar melalui jalur ranah
psikomotor, maka menurut Dave (1967) proses
belajar dapat berjalan melalui langkah sebagai
berikut:
belajar itu timbul apabila terdapat hubungan
antara orang yang belajar dan yang dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas, berarti bahwa
pada seseorang itu harus ada berbagai
kemampuan sehubungan apa yang dipelajarinya,
seperti menghargai, memahami, menikmati, dan
menggunakan apa yang dipelajarinya itu.
Menurut Dale (dalam Oemar Hamalik, 1976)
pengalaman langsung atau keterlibatan langsung
akan
mempengaruhi
memori
dalam
pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut
secara teoritis metode pembelajaran langsung
mempunyai konstribusi yang baik dalam proses
pembelajaran.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
III. MATERI DAN METODE
A. Metode Pemecahan Masalah
Kegiatan terdiri dari 90 % praktik dan
sisanya berbagi pengalaman tentang cara
mendapatkan bahan, prosesing dan peluang
pemasaranya. Sesi satu display beberapa contoh
barang kerajinan yang sudah dibuat dan akan
dibuat.
Sesi kedua demonstrasi pembuatan dan
langsung praktik dengan bahan yang disediakan.
Peserta diminta mencoba mempraktekan yang
diajarkan dan meneruskan jika belum jadi, atau
bagi yang sudah jadi atau bisa membuat diminta
untuk mengembangkan model lain.
Kegiatan ini direncanakan meliputi 3 sesi dengan jadwal sebagai berikut:
Sessi ke
1.
2.
3.
Materi Kegiatan
Nara Sumber
Membuat gelang dan asesories Pengrajin
dengan bahan manik-manik.
Membuat gelang dengan manik- Pengrajin
manik berkawat.
Membuat gelang dengan macam- Pengrajin
macam kombinasi.
Waktu
1 x pertemuan
1 x pertemuan
1 x pertemuan
Jadwal kegiatan di atas dapat lakukan perubahan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta.
B. Realisasi Pemecahan Masalah
Pemecahan
masalah
dilakukan
dalambentuk pelatihan pengenalan bahan,
pembuatan
berbagai
barang
kerajinan,
penggalian ide inovatif, dengan memancing ide
dari para peserta untuk memanfaatkan bahan
sederhana dengan cara berpikir sederhana namun
kreatif.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini diharapkan akan memberikan ketrampilan
yang dapat dimanfaatkan untuk mencari
tambahan pendapatan.
Kegiatan ini bermanfaat bagi peserta untuk
memperoleh materi pembuatan berbagai barang
kerajinan. Dengan pelatihan ini peserta
mendapat manfaat contoh dan ide pembuatan
berbagai kerajinan, sehingga diharapkan mereka
dapat mengembangkan inspirasinya untuk
membuat sendiri, menjadi inovatif dan
memanfaatkanya untuk mencari tambahan
pendapatan setelah ikut pelatihan ini.
Pelatihan ini sifatnya pemberian motivasi bahwa
dengan sedikit kreativitas, inovasi, dan kemauan,
seseorang dapat membantu dirinya sendiri
mendapatkan pendapatan lebih, dengan cara
membuat berbagai kerajinan hasil kreatifitasnya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Manfaat seperti tersebut di atas berlaku bagi
mahasiswa sebagai calon trainers maupun bagi
masyarakat sebagai peserta training dan
pemangguna
atau
pemanfaat
langsung
ketrampilan yang diberikan.
C. Khalayak Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah
mahasiswa calon peserta KKN Universitas
Negeri Jakarta ditargetkan 15 orang peserta.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kerja di luar
jam kuliah atau pada saat istirahat. Instruktur
diambil dari para pengrajin yang telah
berpengalaman
dalam
pembuatan
dan
pemasaranya.
D. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan dimulai dengan penyusunan proposal
pada bulan Februari 2015 dan direncanakan
selesai sebelum bulan Agustus 2015, tepatnya
sebelum para mahasiswa diberangkatkan ke
lokasi KKN. tempat direncanakan di Gedung
LPM - UNJ dengan maksud supaya para
mahasiswa tidak meninggalkan tempat tugas dan
tidak usah mengeluarkan biaya transportasi.
5
Jadwal kegiatan disusun sebagai berikut:
BULAN
NO
KEGIATAN
FEB
1
2
3
4
Penyusunan
Proposal
Pengajuan
Proposal
Kegiatan
Pelatihan
Penyusunan
Laporan
MAR
MEI
JULI
AGUS
T
XX
X
XXX
XXXX
XXX
X
XXX
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan dengan lancar
pada hari Jum’at, tanggal 25 Mei 2015, jam
13.00 – 15.30 di LPM UNJ. Kegiatan diikuti
oleh 35 orang mahasiswa. Kegiatan diawali
dengan pembukaan oleh Ketua Tim yang
menyatakan tentang maksud dan tujuan dari
kegiatan ini. Kemudian dilanjutkan dengan
sambutan Ketua LPM
sekaligus membuka
kegiatan.
Untuk selanjutnya pelaksanaan dipandu oleh tiga
orang instruktur yaitu:
1. Ibu Budi Astuti
2. Ibu Pirmantiningsih
3. Ibu Ria
Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masingmasing kelompok dipandu oleh satu instruktur.
Peserta dibagikan bahan, kemudian diberi
pejelasan tentang:
1. Nama bahan, jenis bahan, masingmasing harganya
dan tempat
pembelianya.
2. Contoh bentuk-bentuk yang sudah jadi
dan variasinya serta kemungkinan
pengembangan ide-ide yang dapat
dilakukan.
3. Harga jual, kemasan dan pangsanya,
seperti untuk dijual eceran, dijual di
konter khusus, untuk souvenkir hajatan
seperti pernikahan, sunatan dsb.
Selanjutnya peserta diajarkan membuat
kerajinan dengan langsung praktik, bagi
mahasiswa yang telah selesai langsung diajarkan
membuat kerajianan lainya. Bagi mahasiswa
yang telah selesai diberikan tambahan bahan
6
untuk praktik pengembangan di rumah masingmasing.
Pada bagian akhir kegiatan dilakukan
evaluasi terhadap kerapihan hasil kerja dan
dibenahi serta diberi petunjuk melakukan
pembetulanya. Hasil pekerjaan peserta dibawa,
menjadi milik peserta pelatihan. Bahkan
beberapa peserta minta dibawakan lagi bahanbahan untuk dibawa selain bahan yang telah
diberikan.
Kegiatan ditutup dengan memberikan pesan
bahwa ketrampilan yang diberikan selain untuk
dipakai/dimanfaatkan
sendiri,
juga
agar
dipergunakan untuk diajarkan kepada orang lain
terutama di lokasi KKN.
B. Hasil
Hasil yang didapat dari pelatihan ini
adalah semua peserta dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Tentu saja dengan
kecepatan dan kerapihan yang berbeda-beda.
Akan tetapi seluruh peserta dapat menyelesaikan
ketiga tugasnya dengan tuntas. Dilihat dari
minat, peserta antusias mengikuti. Indikatornya
adalah semua peserta megikuti kegiatan sampai
acara selesai, tidak ada yang meninggalkan
tempat di tengah acara. Bahkan peserta
menginginkan diadakan lagi kegiatan serupa
untuk ketrampilan yang berbeda. Dari hasil
testimoni, peserta merasa bahwa kegiatan ini
bermanfaat, dapat diteruskan, dan diperlukan
baik untuk keperluan diri peserta ataupun untuk
persiapan kkn. Peserta menghendaki agar di
lokasi KKN dapat menularkan ketrampilan
kepada masyarakat tempat mereka bertugas.
Bahkan ada peserta yang sudah menyatakan akan
mulai membuat dengan cara menyicil untuk
souvenir hajatan.
Kendala yang dirasa oleh peserta adalah
ketersediaan waktu untuk ikut pelatihan,
beberapa orang digantikan oleh temanya karena
sedang ada kuliah atau kegiatan lainya. Akan
tetapi mereka yang tidak bisa ikut kegiatan
umumnya merasa menyesal karena kegiatanya
dirasakan mereka sangat menarik dan
bermanfaat.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan
Dengan dilaksanakanya kegiatan ini
peserta memiliki ketrampilan yang bermanfaat
untuk dirinya dan untuk masyarakat yang
dibinanya. Pelaksana kegiatan juga berharap agar
mendapat kesempatan untuk menyeleng-garakan
kegiatan sejenis yang lebih bervariasi dan dengan
jumlah peserta yang lebih banyak. Peserta
merasakan manfaat dan menginginkan untuk
mengembangkan diri serta berharap ada
pelatihan lain yang sejenis sebagai kelanjutanya.
Diharapkan pelatihan ini memberikan
dampak terciptanya entrepreneur di kalangan
peserta dan di kalangan masyarakat binaan.
Target minimal adalah para peserta dapat
menjadi instruktur yang mampu menularkan
ketrampilan ke warga atau masyarakat di lokasi
KKN.
Aida Idris, 1983, Cara-cara Belajar yang
Efisien, dalam Materi Dasar Program
Bimbingan dan Konseling untuk
Perguruan Tinggi; Psikologi Belajar,
Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Jakarta.
B. Saran
LPM UNJ memberi kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan sejenis dan perlu
diwujudkanya ketrampilan yang rutin antara lain
dengan mendirikan pusat wirausaha. Atau pusat
pelatihan ketrampilan. Semoga kegiatan ini
memberi manfaat bagi pengembangan KKN dan
masyarakat mandiri. Tuhan memberkati.
Amir Hamzah, Sulaeman, 1970, Media AudioVisual untuk Pengajaran, Penerangan
dan Penyuluhan, P.T. Gramedia, Jakarta.
Arsyad, Azhar, 2002, Media Pembelajaran,
Rajafindo Persada, Jakarta.
Dale, E., Audiovisual Method in Teaching (Third
Edition), The Dryden Press, Holt,
Renehart and Winson, Inc, New York.
Maman Achdiat, dkk.,1980, Teori Belajar
Mengajar dan Aplikasinya dalam
Program Belajar Mengajar, Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru (P3G),
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Jakarta.
Oemar Hamalik, 1982, Media Pendidikan,
Alumni, Bandung,
http://www.perencanakeuangan.com/files/Faktor
Penghasilan.html
diambil
tanggal
4/30/2012 jam 11:26
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
7
8
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN PEMBUATAN CASE GADGET CHEMISTRY STYLE
YANG UNIK DAN KREATIF DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA JURUSAN KIMIA FMIPA UNJ
Irma Ratna Kartika1), Fera Kurniadewi1),
Muktiningsih Nurjayadi3), Yuli Rahmawati4)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta,
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan IPTEKS telah dilakukan di
Jurusan Kimia FMIPA UNJ yang dihadiri oleh mahasiswa Jurusan Kimia sebagai tenaga
potensial, dengan jumlah total peserta sebanyak 40 orang. Perumusan masalah utama pada
kegiatan ini adalah: Bagaimana upaya konkrit untuk melatih keterampilan mahasiswa
mendesain berbagai case gadget Chemistry Style dengan berbagai design unik dan kreatif
yang terbuat dari resin sebagai upaya mengaplikasikan pengetahuan Kimia?
Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) Menambah dan mengembangkan wawasan
pengetahuan Kimia para mahasiswa Jurusan Kimia tentang aplikasi resin; (2) Meningkatkan
keterampilan kreatif mahasiswa dalam mendesain berbagai case gadget Chemistry Style
dengan berbagai design unik dan kreatif yang terbuat dari resin. Program pengabdian kepada
masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (1) Untuk menambah dan
mengembangkan pengetahuan mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ tentang resin dan
aplikasinya dengan berbagai design unik dan kreatif untuk case gadget Chemistry Style; (2)
Semua mahasiswa dapat mengembangkan kegiatannya menjadi lebih terprogram dan bernilai
ekonomis; (3) Keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti program ini diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan pada akhirnya dapat menambah
penghasilan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik, karena: (1)
Mahasiswa mengikuti setiap tahapan kegiatan yang diselenggarakan dari awal sampai akhir
dengan sungguh-sungguh; (2) Mahasiswa aktif bertanya pada setiap tahap yang tidak
dimengerti; (3) Mahasiswa berkeinginan untuk mengembangkan keterampilan yang diperoleh
pada skala komersial yang bertujuan meningkatkan penghasilan; (5) Ketua Jurusan dan
BEMJ Jurusan Kimia yang telah memberikan dukungan sehingga terwujudnya kegiatan
dengan memberikan kemudahan dalam perizinan, himbauan pada mahasiswa dan
penyebaran undangan.
Kata Kunci : Case Gadget, Chemistry Style, Resin, IPTEKS, unik dan kreatif, Kimia
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi
di bidang informasi dan komunikasi, telah
membuat
masyarakat
mengenal
Imu
Pengetahuan Alam lebih cepat, yang salah
satunya adalah melalui penggunaan gadget yang
berupa laptop, komputer tablet, dan ponsel.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Indonesia menempati urutan teratas di dunia
dalam penggunaan ponsel pintar atau
smartphone dengan waktu pemakaian rata-rata
181 menit per hari (Okezone, 2014). Sehingga,
permintaan konsumen terhadap case gadgetakan
meningkat, karena dengan case, gadget akan
terlindungi dari guncangan dan mempermudah
9
untuk dibawa. Case gadgetdapat berupa tas
laptop, case tablet maupun case ponsel.
Seiring dengan perkembangannya, case
gadget pun saat ini memiliki banyak variasi
model dan design. Tetapi variasi model dan
design case gadget yang saat ini ada di pasaran
baru sebatas variasi pada warna dan design yang
cenderung menggunakan tokoh kartun maupun
animasi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu
inovasi yang unik dan kreatif dalam pembuatan
model dan design tas laptop, case tablet, maupun
case ponsel. Menginovasikan case gadget
Chemistry Style dengan berbagai design
menggunakan resin merupakan langkah strategis
dalam memasarkanproduk case gadget yang
unik dan kreatif. Case gadget yang khusus
diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa ini
dibuat
sebagai
upaya
mengaplikasikan
pengetahuan dan wawasan Kimiakepada
masyarakat, khususnya mahasiswa Jurusan
Kimia FMIPA UNJ.
Berdasarkan kondisi ini, perlu diupayakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong
mahasiswa Jurusan Kimia untuk mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan Kimia kepada
masyarakat. Tujuan lainnya adalah untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
hal mendesain berbagai case gadget Chemistry
Styledengan berbagai design unik dan kreatif
yang terbuat dari resin, yang kemudian berguna
untuk menambah penghasilan mereka bila
dikembangkan dalam skala komersial.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Case Gadget
Case gadget Chemistry Style terbuat dari
bahan kain perca danbentuknya persegi panjang
menyerupai bentuk gadget (laptop, tablet, dan
ponsel) dengan berbagai design unik dan kreatif.
Berbagai design unik dan kreatif tersebut di
tempelkan ke case gadgetmenggunakan lem.
Sementara, untuk tas laptop dibuat dengan
tambahan resleting dan pegangan tangan untuk
memudahkan membawa laptop. Sedangkan
untuk case tablet dan case handphone dibuat
variasi model soft case dan flip case.
Prospek pengembangan usaha case gadget
Chemistry Styledikaji berdasarkan pada analisa
10
SWOT (Strength, Weakness,
Threat) sebagai berikut :
Opportunity,
1. Kekuatan
(Strength)
yang
meliputi
perkembangan teknologi yang canggih yang
memudahkan setiap orang memiliki gadget;
jumlah pelajar dan mahasiswa yang memiliki
gadget cukup banyak di Indonesia; gadget
perlu untuk dibuat tempat penyimpanannya
atau sering disebut case gadget; variasi
bentuk dan design yang memiliki keunikan
tersendiri yang tidak didapatkan pada
designcase gadget lainnya.
2. Kelemahan (Weakness) antara lain skala
produksi yang masih relatif sedikit.Hal ini
dapat diatasi jika adanya modal yang cukup
besar.
Peluang (Opportunity) antara lain pelajar dan
mahasiswa di Indonesia menggunakan gadget
untuk kebutuhan informasi dan komunikasi;
case gadget banyak diminati oleh kalangan
pelajar dan mahasiswa untuk memudahkan
membawa
gadget;
pemasaran
dapat
dilakukan melalui online shop dan sosial
media agar semua orang mudah untuk
mengaksesnya.
Ancaman (Threat) antara lain design produk
yang rawan untuk diduplikasi/dibajak oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab serta
munculnya
usaha-usaha
sejenis
yang
menggunakan
design
yang
sama
dan
memproduksi dalam skala besar.
Berdasarkan uraian kelemahan (weakness)
dan ancaman (threat) diatas, perlu disusun
strategi untuk prospek pengembangan usaha case
gadgetChemistry Styleagar lebih baik. Adpun
strategi yang digunakan ialah dengan
menggunakan kekuatan (strength) yang dimiliki
untuk mengatasi kelemahan (weakness) dan
ancaman (threat) yang ada. Ancaman dapat
diatasi dengan caramembuat hak paten dari
produk
case
gadget
Chemistry
Style.
Berdasarkan uraian analisa SWOT diatas dapat
diprediksi bahwa pengembangan usaha ini akan
mendapat sambutan yang baik serta memiliki
prospek usaha yang baik pula.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
B. Resin
Resin adalah senyawa polimer rantai
karbon. Polymer berasal dari kata –poly
(banyak) dan –mer (ikatan). Senyawa polimer
rantai karbon dapat didefinisikan sebagai
senyawa yang mempunyai banyak ikatan rantai
karbon. Resin merupakan bahan pelapis, perekat
dan
material
komposit
seperti
yang
menggunakan serat karbon, serta pembuat
fiberglass (meskipun polyester, vinyl ester, dan
resin thermosetting lainnya juga digunakan
untuk plastik yang diperkuat kaca). Resin
berwujud cairan kental seperti lem, berkelir
hitam atau bening, menyerupai minyak goreng,
tetapi agak kental. Ada banyak jenis resin,
diantaranya adalah: Natural Oil, Alkyd, Nitro
Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy,
Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon, Venyl,
Cellolosic, dan lain-lain.
Resin atau epoksi terdiri dari monomer atau
polimer rantai pendek dengan kelompok
epoksida di kedua ujung. Epoksi bersifat adhesi
dan tahan panas, sifat mekanik, dan sifat isolasi
listrik. Resin paling umum yang dihasilkan
adalah berasal dari reaksi antara epiklorohidrin,
bisphenol-A dan monomer polyamine, misalnya
triethylenetetramine (Teta). Ketika semua
senyawa dicampur bersama, kelompok amina
(NH) bereaksi dengan kelompok epoksida untuk
membentuk ikatan kovalen menghasilkan
polimer sangat silang, kaku dan kuat. Proses
polimerisasi disebut "curing", dan dapat
dikontrol melalui suhu, pilihan senyawa resin,
dan rasio konsentrasi senyawanya; dan lamanya
reaksi.
Resin berfungsi untuk mengeraskan semua
bahan yang akan dicampur. Resin biasanya
digunakan sebagai bahan dasar dalam
membuat kerajinan, dan gantungan. Resin jenis
butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan
aksesoris, disamping harganya murah, resin ini
dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia.
Resin untuk bahan aksesoris fiberglass,
umumnya menggunakan resin bening atau resin
butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk
bentuk yang menonjolkan kebeningannya,
seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dan lain
lain sebagai pengganti mika, namun penggunaan
resin bening yang ada di pasaran untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
pengganti mika, masih belum menghasilkan
kualitas yang memuaskan.
Cairan katalis biasanya berwarna bening
dan berbau agak menyengat. Cairan ini berfungsi
untuk mempercepat proses pengerasan adonan
fiber. Semakin banyak katalis maka akan
semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya
kurang bagus. Katalis dibutuhkan dalam jumlah
relatif sedikit. Penggunaan katalis 1% dari resin
dalam kondisi dingin. Namun, jika cuaca panas,
katalis yang digunakan hanya 0.8% dari resin.
Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa panas,
seperti cairan air aki. Kalsium karbonat yang
berbentuk bubuk putih yang menyerupai terigu
ini berfungsi sebagai pengental adonan
fiberglass.Semakin banyak campuran kalsium
karbonat pada adonan, maka hasil fiberglass
akan menjadi lebih tebal dan berat. Bahan ini
dapat diganti dengan talc, tetapi warna talc agak
lebih gelap.
C. Kerajinan Tangan Dari Resin
Langkah-langkah dalam membuat desain
antara lain dengan:
1. Membuat visualisasi produk dengan gambar
melalui komputer. Melakukan pembuatan
pola melalui komputer yang kemudian
dituangkan dalam gambar desain. Hal ini
bertujuan memvisualisasikan desain prosuk
yang akan dibuat dan mempermudah dalam
pencetakan.
2. Membuat cetakan fiberglass sesuai ukuran
gambar. Gambar produk yang telah dibuat
kemudian digunakan untuk menciptakan
cetakan fiberglass dengan ukuran tertentu.
Cetakan ini dibuat dari bahan fiberglassuntuk
mempermudah pembentukan.
3. Finising desain cetakan fiberglass. Finising
dilakukan untuk melihat keakuratan ukuran
dan kesesuaian bentuk cetakan dengan model
gambar.
Adapun, proses pencetakan dilakukan dengan
beberapa tahapan, yaitu:
1. Menyiapkan alat-alat berupa gelas air mineral
atau baskom atau ember, pengaduk (bisa
sumpit atau sendok plastik), dan sarung
tangan.
11
2. Menuang resin, katalis dan talc kedalam gelas
air mineral dengan perbandingan campuran
Resin : Katalis = 1 liter : 10cc (0,01 L),
sedangkan resin ditambah talc kira-kira
perbandingan 1:1. Untuk mengetahui apakah
resin dan katalisnya sudah benar-benar
tercampur, maka ketika campuran diaduk,
resin dan katalis akan terasa lebih sukar
diaduk atau sudah lebih lengket. Bila katalis
terlalu banyak dicampurkan pada resin, pada
saat sudah kering, resin akan menjadi retakretak. Bila katalis terlalu sedikit sedikit
dicampurkan
pada
resin,
resin
akansulituntukmongering.
3. Penambahan air secukupnya untuk menjaga
agar bahan baku tidak mudah mengeras.
4. Penambahan pigmen sesuai warna yang
dikehendaki dan diaduk-aduk sampai merata.
5. Penuangan bahan baku kedalam cetakan dan
menunggu hingga mengering dan keras.
Sebelum cetakan digunakan, terlebih dahulu
diolesi dengan minyak goreng agar resin yang
sudah kering mudah dilepas dari cetakan.
6. Mengeluarkan fiberglass dari cetakan.
7. Untuk pemberian hiasan, resin yang sudah
diaduk dan tercampur dengan katalis,
dimasukkan kedalam cetakan (yang sudah
diolesi minyak goreng) hanya setengah
cetakan terlebih dahulu. Resin ditunggu
sampai agak mengering, lalu hiasan
dimasukkan. Hiasan dapat berbentuk
potongan kecil kertas warna, daun dan bunga
atau foto, uang recehan pecahan 100, 200,
atau 50 rupiah, bubuk atau pasir warna.
Hiasan dijaga agar tidak ikut mengapung
diatas campuran resin dan katalis.
III. METODE PELAKSANAAN
Tahap Pendahuluan meliputi pengumpulan
data mengenai karakteristik mahasiswa Jurusan
Kimia FMIPA UNJ, jenis dan merek gadget
yang dimiliki oleh mahasiswa, case gadget yang
selama ini digunakan oleh mahasiswa,
mengadakan koordinasi dengan Ketua Jurusan
dan Ketua BEMJ dalam hal penyesuaian waktu
dengan kelompok sasaran.
12
Persiapan antara lain penyusunan rencana
kerja yang meliputi persiapan penyuluhan,
penyusunan materi penyuluhan, persiapan alat
dan zat untuk resin, serta mengatur waktu dan
tempat kegiatan penyuluhan.
Pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan
dalam satu kali pertemuan, yaitu pada hari Senin,
5 Oktober 2015 pukul 08.00 – 12.00 WIB,
bertempat di Ruang 1.6 – 1.7 Gedung FMIPA
UNJ dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Peserta memberikan tanggapan yang
positif dan antusias pada kegiatan ini. Peserta
banyak
mengajukan
pertanyaan
karena
keingintahuan lebih lanjut peserta mengenai
informasi yang telah disampaikan. Beberapa
pertanyaan dari peserta antara lain:
a. Jenis resin yang digunakan,
b. Komposisi dan perbandingan campuran
resin : katalis : talc,
c. Penggunaan bahan pengganti katalis dan
talc,
d. Kemudahan mendapatkan bahan (resin,
katalis dan talc),
e. Harga bahan yang digunakan (resin,
katalis dan talc),
f. Penyimpanan dan daya tahan produk yang
dihasilkan,
g. Keamanan produk untuk digunakan oleh
semua umur (anak-anak, remaja, dewasa,
dan manula),
h. Fungsi produk yang dihasilkan.
Tim
pelaksana
juga
mengadakan
wawancara kepada peserta kegiatan tentang
program kegiatan yang telah dilaksanakan untuk
mengetahui kebermanfaatan kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta kegiatan,
program pelatihan ini dianggap sangat
bermanfaat karena:
a. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ
dapat menambah dan memperluas
wawasan pengetahuan mereka tentang
teknologi tepat guna bidang kimia terapan
yang sederhana.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
b. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ
dapat menambah keterampilan.
c. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ
merasa terpacu untuk menghasilkan
produk yang unik dan menarik dan dapat
dikembangkan dalam skala komersil.
Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ
yakin bahwa keterampilan yang diperoleh
setelah mengikuti kegiatan ini dapat diterapkan
dan dimanfaatkan langsung setelah mengikuti
kegiatan untuk menciptakan lapangan kerja baru
dan pada akhirnya dapat menjadi sumber
penghasilan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini dapat terlaksana dengan baik, karena:
a. Peserta mengikuti setiap tahapan kegiatan
yang diselenggarakan dari awal sampai
akhir dengan sungguh-sungguh,
b. Peserta aktif bertanya pada setiap tahap
yang tidak dimengerti,
c. Peserta berkeinginan untuk mengembangkan keterampilan yang diperoleh pada
skala
komersial
yang
bertujuan
meningkatkan penghasilan,
d. Ketua Jurusan dan BEMJ Jurusan Kimia
memberikan dukungan sehingga terwujudnya kegiatan dengan memberikan
kemudahan dalam perizinan, himbauan
pada
mahasiswa
dan
penyebaran
undangan.
V. KESIMPULAN
d. Peserta perlu diberikan penyuluhan
lanjutan tentang pembuatan kemasan
produk yang menarik bagi konsumen,
e. Peserta perlu diberikan penyuluhan
lanjutan tentang cara penyimpanan produk
yang telah dibuat agar tahan lama,
f. Peserta perlu diberikan penyuluhan
lanjutan tentang strategi pemasaran
produk yang telah dibuat kepada
masyarakat,
g. Peserta perlu diberikan penyuluhan
lanjutan tentang analisis usaha yang akurat
untuk melihat prospek usaha yang akan
dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi
saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hightower, R. and Gradecki, J. D. 2003.
Mastering
Resin.
Indiana:
Wiley
Publishing Inc.
Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya
Manusia, 1996. Profil Teknologi Padat
Karya.
May, C. A. 1988. Epoxy Resin: Chemistry and
Technology. Second Edition. New York:
Marcel Dekker Inc.
Sanggarang, D. L. 2004. Membuat Kerajinan
Berbahan Fiberglass. Jakarta: Kawan
Pustaka.
E. Sutrisno, C. I., 1998. Metode dan Bentuk
Pengabdian Masyarakat. IKIP Jakarta.
Kesimpulan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini adalah:
a. Peserta kegiatan telah mampu membuat
design dan membuat Case Gadget
Chemistry Style yang unik dan kreatif,
b. Peserta memberikan tanggapan yang
positif dan antusias pada kegiatan ini.
c. Untuk mengetahui kesungguhan peserta
dalam menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh selepas
mengikuti kegiatan, maka perlu adanya
pembinaan yang berkelanjutan dan
kontinue,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
13
14
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN PENGOLAHAN TEMPE MENJADI MINUMAN DAN TEPUNG TEMPE
PADA TUTOR PAUD DI KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR
Alsuhendra1), Ridawati2)
Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pengelola dan tutor PAUD di Kecamatan Makasar Jakarta Timur tentang
pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe. Kegiatan dilaksanakan di
PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur dengan melibatkan 23 orang
sasaran. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah penyuluhan
interaktif antara narasumber dengan sasaran serta demonstrasi pengolahan tempe. Dari
pelaksanaan kegiatan ini diketahui terjadi peningkatan pengetahuan sasaran tentang tempe
dan produk olahannya, yaitu minuman sari tempe serta tepung tempe. Para pengelola dan
tutor PAUD Kuntum Melati juga menyatakan tertarik untuk mengonsumsi dan memproduksi
sendiri minuman sari tempe dan tepung tempe karena dipahami bahwa minuman tempe dan
tepung tempe memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.
Kata Kunci : tempe, minuman sari tempe, tepung tempe, tutor, PAUD
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Salah satu bentuk lembaga pendidikan
non formal yang banyak dikembangkan di
Indonesia adalah Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM). Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat telah menjadi tempat pem-belajaran
berbagai macam pengetahuan dan keterampilan
bagi masyarakat, sehingga keberadaan PKBM
dirasakan masyarakat telah menjadi alternatif
sumber
pembelajaran,
khususnya
bagi
masyarakat putus sekolah atau dengan tingkat
ekonomi lemah.
Berbagai PKBM telah dikembangkan
oleh pemerintah dan masyarakat (swasta), di
antaranya terdapat di Kecamatan Makasar
Jakarta Timur. Jenis kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada PKBM di Kecamatan
Makasar cukup beragam, termasuk kegiatan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Data pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat sekitar
45 lembaga PAUD negeri dan swasta di wilayah
tersebut dengan jumlah guru sebanyak 205 orang
serta total murid 2088 orang.
Kegiatan pembelajaran di PAUD harus
dilakukan dengan prinsip menyenangkan dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dapat memelihara potensi anak, baik fisik
maupun mental. Tutor memegang peran penting
dalam mendidik anak karena tutor berperan
sebagai pembimbing, pelatih, atau pendidik
anak-anak.Untuk itu, tutor yang bertugas sebagai
pelaksana kegiatan pem-belajaran harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang handal agar
dapat mendidik anak-anak dengan baik dan
sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan seorang tutor dapat dilakukan melalui
pendidikan lanjut pada strata yang lebih tinggi,
atau melalui sejumlah kegiatan pelatihan, baik
yang diadakan oleh Suku Dinas Pendidikan Non
Formal Informal (PNFI) atau lembaga lainnya.
Salah satu pengetahuan dan keteram-pilan yang
perlu dimiliki oleh tutor adalah pengetahuan dan
keterampilan tentang makanan yang harus
dikonsumsi oleh seorang anak usia dini. Hal ini
didasarkan pada pentingnya memberikan
makanan yang baik dan bergizi kepada anak usia
dini agar anak-anak tersebut dapat tumbuh dan
berkembang dengan sehat dan memiliki
kecerdasan tinggi.
Pelatihan bagi tutor tentang pengolahan
makanan yang baik penting dilakukan. Dengan
pelatihan tersebut, tutor dapat menyebarluaskan
15
pengetahuan dan keterampilan pengolahan
makanan tersebut kepada anak-anak dan orang
tua.Dalam hal ini, tutor adalah agen peubah dan
agen pentransfer pengetahuan bagi masyarakat.
Berbagai bentuk pengolahan makanan
dengan menggunakan teknologi tepat guna dapat
disampaikan kepada para tutor, khususnya tutor
yang mengajar pada PAUD di Kecamatan
Makasar. Di antara teknologi tepat guna tersebut
adalah pengolahan tempe menjadi minuman sari
tempe dan tepung tempe.
Tempe merupakan salah satu jenis
makanan yang mengandung gizi tinggi, karena
kaya akan protein, vitamin, dan mineral.
Meskipun memiliki kandungan gizi yang tinggi,
tidak semua anak-anak menyukai tempe sebagai
lauk. Oleh karena itu, pengolahan tempe menjadi
minuman sari tempe diharapkan dapat
meningkatkan kesukaan anak-anak terhadap
tempe olahan dengan kandungan gizi yang juga
tinggi. Minuman sari tempe dianggap sebagai
produk
diversifikasi
pangan
berbasis
tempe.Sebagaimana tempe, minuman sari tempe
memiliki kandungan gizi yang tinggi, bahkan
dapat digunakan pula sebagai minuman antidiare.
Selain dijadikan minuman, tempe juga
dapat diolah menjadi tepung yang selanjutnya
diaplikasikan sebagai bahan untuk membuat
berbagai produk olahan pangan. Proses
pembuatan tepung tempe juga sederhana,
sehingga dapat dilakukan dengan mudah oleh
tutor dan masyarakat lainnya.
Pelatihan yang akan diberikan kepada
tutor PAUD di Kecamatan Makasar ini tidak
hanya
bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tutor, tetapi juga
diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan
alternatif bagi tutor dan masyarakat sekitar.
Dalam hal ini, tutor dan masyarakat dapat
mengolah minuman sari tempe dan produk tempe
lainnya, seperti tepung tempe menjadi produk
dengan nilai ekonomi tinggi dan layak untuk
dipasarkan.
B. Permasalahan Mitra
Lembaga penyelenggara kegiatan PAUD
di Kecamatan Makasar Jakarta Timur perlu
diberdayakan sebagai agen peubah untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
16
masyarakat dalam berbagai bidang.Pelaku utama
yang berperan sebagai agen peubah pada
lembaga PAUD adalah tutor.
Tutor umumnya berasal dari masyarakat
yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke
bawah, terutama tutor dengan status swasta.
Selain memiliki pendapatan yang rendah, tutor
juga kurang mengusai berbagai keterampilan
yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh
kembang anak usia dini, seperti keterampilan
dalam mengolah makanan. Secara umum,
permasalahan yang dijumpai pada tutor PAUD di
Kecamatan Makasar adalah:
1) Rendahnya tingkat pendapatan dan status
ekonomi tutor
2) Kurangnya kegiatan pelatihan bagi tutor
dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mengolah makanan
3) Kurangnya upaya untuk meningkatkan
pendapatan tutor karena tidak adanya
alternatif
kegiatan
bisnis
yang
dikembangkan oleh pengelola PKBM
dengan melibatkan tutor sebagai pelaku
bisnis
4) Terbatasnya tingkat pengetahuan dan
keterampilan tutor dalam mengolah
makanan yang berperan penting dalam
mendukung tumbuh kembang anak usia
dini
5) Kurangnya inisiatif tutor dan masyarakat
dalam melakukan diversifikasi produk
olahan makanan atau minuman.
C. Solusi yang Ditawarkan
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh tutor
dan masyarakat lainnya di Kecamatan Makasar
Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan pengetahuan tutor PAUD dan
masyarakat di Kecamatan Makasar tentang
manfaat tempe dan hasil olahannya.
2. Peningkatan keterampilan tutor PAUD dan
masyarakat di Kecamatan Makasar dalam
mengolah tempe menjadi minuman sari
tempe dan tepung tempe yang memiliki
nilai ekonomi tinggi.
3. Pemberian motivasi kepada tutor PAUD
dan masyarakat di Kecamatan Makasar
agar dapat membentuk dan mengemJurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
bangkan unit bisnis di PKBM, sehingga
dapat menjadi sumber pendapatan
tambahan bagi keluarga.
D. Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini
adalah :
1. Meningkatnya kualitas pengetahuan dan
keterampilan tutor PAUD dan masyarakat
di Kecamatan Makasar.
2. Meningkatnya partisipasi dan motivasi
masyarakat dalam melakukan pengolah-an
tempe menjadi minuman sari tempe dan
tepung tempe yang berkhasiat bagi
kesehatan anak usia dini.
II. MATERI DAN METODE
A. Tempat dan Waktu
Rencana, pelaksanaan, dan pembuatan
laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini dilaksanakan di UNJ dari bulan Juni hingga
Nopember 2015, sedangkan kegiatan pelatihan
pembuatan minuman dan tepung tempe
dilaksanakan di Balai RW 5 PAUD Kuntum
Melati Jl. Usman Harun Kampung Makasar
Jakarta Timur pada tanggal 29 September 2015.
B. Khalayak Sasaran
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan
sekitar 23 orang pengelola dan tutor PAUD
Kuntum Melati yang menjadi sasaran kegiatan.
C. Metode
Peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan sasaran dilakukan dengan metode
penyuluhan
interaktif
dan
demonstrasi
pengolahan produk tempe. Dari pelaksanaan
kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan sasaran tentang tempe serta produk
minuman dan tepung tempe.
Langkah-langkah yang diambil dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Mengidentifikasi calon pengelola dan tutor
PAUD yang akan dijadikan peserta.
2. Menyiapkan narasumber yang memberikan informasi dan pengetahuan tentang
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
3.
4.
5.
6.
tempe dan produk olahannya, yaitu
minuman sari tempe dan tepung tempe.
Menyiapkan instruktur untuk melatih
sasaran dalam membuat minuman sari
tempe dan tepung tempe.
Mengundang sasaran untuk mengikuti
kegiatan pelatihan.
Melaksanakan kegiatan pelatihan.
Mengevaluasi pengetahuan dan motivasi
sasaran tentang tempe dan produk
minuman sari tempe serta tepung tempe.
Evaluasi
dilakukan
dengan
cara
memberikan sejumlah pertanyaan tertulis
kepada para sasaran. Salah satu aspek
yang sangat menentukan keberhasilan
evaluasi adalah rancangan evaluasi yang
dikembangkan
sebagai
instrumen
pengukuran keberhasilan dan pencapaian
tujuan. Instrumen yang digunakan adalah
angket yang berisi sejumlah pertanyaan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tingkat Pengetahuan Pengelola dan
Tutor
Penyuluhan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Dalam kegiatan ini,
penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan pengelola dan tutor PAUD Kuntum
Melati Kampung Makasar Jakarta Timur tentang
tempe dan produk olahannya.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dasar pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati
tentang tempe dan produk olahannya, sebelum
penyuluhan diberikan, terlebih dahulu dilakukan
penilaian tingkat pengetahuan sasaran melalui
pengisian instrumen pre-test. Instrumen tersebut
berisi 8 pertanyaan tentang materi dan harus
dijawab oleh sasaran dengan jujur. Selanjutnya,
untuk mengetahui efektivitas dari penyuluhan,
setelah diberikan penyuluhan, kepada sasaran
ditanyakan kembali 8 pertanyaan yang sama
(post-test) guna mengetahui tingkat keterserapan
materi peyuluhan oleh sasaran. Hasil dan
pembahasan terhadap data pre- dan post-test
disajikan di bawah ini.
17
18
Persentase (%)
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Tempe kaya
protein
Pre-Test
90.9
Tempe
sebaiknya
tidak
digoreng
40.9
Post-Test
100.0
100.0
Gambar 3. Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat
tentang Kandungan dan Cara Pengolahan
Tempe
Selain jumlah protein yang tinggi, kualitas
protein pada tempe juga tinggi karena protein
tempe mudah dicerna oleh enzim protease yang
ada dalam tubuh. Baik pada pre-test maupun
post-test, persentase sasaran yang memberikan
jawaban benar terhadap pernyataan bahwa
protein tempe memiliki kualitas yang sama
dengan daging meskipun harganya murah adalah
sama, yaitu 95.5% (Gambar 4).
Karena memiliki kualitas protein yang
tinggi, maka tempe dapat diberikan kepada bayi
dan anak-anak, meskipun tempe ditumbuhi oleh
kapang Rizhopus oryzae sp. Sebanyak 77.3%
sasaran menyatakan setuju dengan pernyataan
tersebut sebelum diberikan penyuluhan (pretest).
Setelah
mendapatkan
penyuluhan,
persentase sasaran yang menyetujui pernyataan
bahwa tempe cocok untuk bayi dan anak-anak
meningkat menjadi 95.5%. Hal ini memperlihatkan adanya pengaruh dari penyuluhan dalam
meningkatkan pengetahuan sasaran tentang
kandungan dan mutu gizi dari tempe, sehingga
terjadi peningkatan persentase sasaran yang
dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Persentase (%)
1. Kandungan dan Cara Pengolahan Tempe
Tempe termasuk jenis makanan yang
memiliki kualitas gizi baik, khususnya protein.
Karena mengalami proses fermentasi, kedele
yang menyusun tempe mengandung protein
dengan daya cerna yang lebih tinggi
dibandingkan dengan protein kedelai.
Di dalam instrumen pre-test dan post-test
dinyatakan bahwa tempe merupakan jenis bahan
makanan yang kaya akan protein. Pada saat pretest, sebanyak90.9% sasaran menyetujui
pernyataan tersebut dan terdapat 9.1% sasaran
yang tidak setuju. Namun, setelah diberi
penyuluhan, seluruh sasaran ternyata telah
mengetahui bahwa tempe adalah makanan yang
kaya akan protein. Hal ini dapat dilihat dari hasil
post-test bahwa 100% sasaran menyatakan tempe
kaya akan protein (Gambar 3).
Meskipun ditumbuhi oleh kapang
Rizhopus oryzae sp., tempe adalah makanan yang
aman dikonsumsi meskipun dalam keadaan
mentah atau tidak mengalami proses pengolahan.
Sebelum ditambah kapang, kedelai terlebih
dahulu agar jaringan kedelai menjadi lunak dan
basah sehingga mudah ditumbuhi oleh kapang.
Oleh sebab itu, tempe sebenarnya adalah
makanan yang siap konsumsi, meskipun tidak
mengalami pengolahan.
Penggorengan tempe dapat menurunkan
jumlah dan mutu zat gizi yang ada dalam tempe.
Karena itu, tempe sebaiknya mendapatkan proses
pengolahan yang minimal, terutama pengolahan
panas, seperti digoreng. Pada kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini, sebelum
penyuluhan
dilakukan,
terlebih
dahulu
ditanyakan kepada sasaran apakah tempe
sebaiknya digoreng agar kapang yang berwarna
putih pada tempe mati. Sekitar Jahe merupakan
salah satu jenis rempah asli Indonesia yang
banyak dimanfaatkan 40.9% sasaran menyatakan
tempe sebaiknya tidak digoreng agar zat gizi
yang diperoleh lebih optimal. Setelah diberi
penyuluhan, persentase sasaran yang menjawab
tempe sebaiknya tidak digoreng meningkat
menjadi 100%. Ini menunjukkan bahwa seluruh
sasaran dapat memahami informasi yang
disampaikan oleh narasumber, bahwa tempe
lebih baik tidak digoren (Gambar 3).
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Pre-Test
Tempe cocok
untuk bayi dan
anak
77.3
Protein tempe
berkualitas
tinggi
95.5
Post-Test
95.5
95.5
Gambar 4. Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat
tentang Kualitas Tempe dan Kecocokan
Tempe bagi Bayi dan Anak-anak
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Persentase (%)
Minuman sari tempe adalah minuman
yang dibuat menggunakan bahan baku tempe
dengan cara mengambil sari dari tempe
menggunakan air panas. Cara pembuatan
minuman sari tempe sebenarnya sangat
sederhana, tetapi tidak semua orang dapat
membuat minuman tersebut.
Pada saat pre-test, sebanyak 77,3%
sasaran mengetahui bahwa sari tempe dapat
dibuat dengan menggunakan air panas.
Persentase tersebut menjadi meningkat pada saat
post-test, yaitu 90,9%. Peningkatan ini terjadi
karena semakin banyaknya
sasaran yang
mengerti cara pembuatan minuman sari tempe
setelah
mendapatkan
penyuluhan
dari
narasumber.
95.0
90.0
85.0
80.0
75.0
70.0
Pre-Test
Post-Test
Sari tempe Ampas sari
dibuat
tempe masih
dengan air
berguna
mendidih
77.3
77.3
90.9
90.9
Gambar 5. Sebaran Sasaran berdasarkan
Pengetahuan tentang Pembuatan Sari
Tempe dari Air Mendidih dan Ampas
Tempe
Sari tempe dibuat dari hasil pemisahan sari
tempe dengan hancuran tempe menggunakan air
panas. Ampas hasil pemisah-an sari tempe
dengan hancuran tempe sebenarnya masih
mengandung gizi dan serat makanan yang
bermanfaat bagi kesehatan. Jadi, ampas tersebut
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan produk pangan, seperti kue basah.
Meskipun mengandung banyak gizi, tidak
semua sasaran mengetahui bahwa ampas
pembuatan sari tempe masih dapat digunakan
sebagai bahan baku produk olahan lainnya.
Berdasarkan hasil survei pada saat pre-test
diketahui bahwa persentase sasaran yang
menyatakan ampas sari tempe masih berguna
adalah sebanyak 77,3%. Persentase tersebut
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
meningkat menjadi 90,9% pada saat post-test
karena sasaran mendapatkan pengetahuan
tentang kandungan gizi ampas sari tempe pada
saat penyuluhan.
Tepung tempe merupakan salah satu
bentuk produk awet dari tempe. Pengubahan
tempe basah menjadi bentuk tepung dapat
meningkatkan variasi olahan dari tempe karena
tepung tempe dapat digunakan sebagai tambahan
atau bahan baku untuk pembuatan berbagai
produk olahan. Tepung tempe dapat dijadikan
sebagai bahan baku untuk pembuatan kue basah
atau kue kering dengan tingkat penerimaan yang
baik. Kue yang dibuat dari tepung tempe juga
mengandung gizi yang tinggi.
Ketika ditanyakan kepada sasaran tentang
penggunaan tepung tempe sebagai bahan baku
pembuatan kue, pada saat pre-test, sebanyak
81,8% sasaran menyatakan tepung tempe cocok
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kue.
Persentase tersebut meningkat menjadi 100%
pada saat post-test. Ini menunjukkan bahwa
seluruh sasaran dapat memahami kegunaan
tepung tempe dalam pengolahan makanan,
sebagaimana disampaikan oleh narasumber pada
waktu penyuluhan.
Persentase (%)
2. Produk Minuman Sari Tempe dan Tepung
Tempe
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Pre-Test
Tepung
tempe
cocok
untuk kue
81.8
Serat
tempe
baik bagi
kesehatan
90.9
Post-Test
100.0
90.9
Gambar 6. Sebaran Sasaran berdasarkan
Pengetahuan tentang Penggunaan Tepung
Tempe untuk Kue dan Manfaat Serat
Tempe bagi Kesehatan
Selain mengandung protein, tempe juga
kaya akan serat. Kandungan serat tepung tempe
adalah sekitar 1,4 g/100 g (Astuti, 1982). Serat
makanan merupakan komponen dari tanaman,
termasuk di dalam tepung tempe, yang tidak
dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia,
karena manusia tidak memiliki enzim untuk
mencerna serat tersebut. Serat makanan memiliki
banyak manfaat bagi ksehatan, antara lain dapat
19
B.
Tingkat Pengetahuan tentang Minuman
Sari Tempe dan Tepung Tempe
Proses pembuatan minuman sari tempe
dan tepung tempe pada kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini dijelaskan oleh sejumlah
mahasiswa yang dilibatkan pada kegiatan ini
dalam bentuk demonstrasi. Penjelasan tentang
proses pembuatan produk diberikan oleh
mahasiswa bersamaan dengan demonstrasi
pembuatan produk.
Minuman sari tempe dan tepung tempe
yang dihasilkan dari kegiatan demonstrasi
selanjutnya disajikan kepada seluruh sasaran
untuk dicicipi dan dinilai secara inderawi. Untuk
mengetahui respon sasaran terhadap minuman
sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan,
maka kepada sasarn diberikan angket yang berisi
10 pertanyaan seputar minuman sari tempe dan
tepung tempe. Hasil penilaian inderawi dari
sasaran tersebut dijelaskan di bawah ini.
1.
Konsumsi dan Produksi Minuman Sari
Tempe dan Tepung Tempe
Tempe merupakan makanan sumber
protein berkualitas tinggi yang mudah didapat
dan murah harganya. Karena itu, tidak heran jika
tempe dikonsumsi oleh hampir semua kelompok
masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang
lanjut usia. Sebagian besar sasaran (85,7%)
menyatakan mengonsumsi tempe setiap hari,
baik untuk diri sendiri maupun keluarga (Gambar
7). Alasan sasaran mengonsumsi tempe setiap
hari adalah karena bergizi dan harganya murah.
20
Persentase (%)
menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah
konstipasi, menyehatkan usus besar sehingga
terhindar dari penyakit kanker usus besar,
divertikulosis, dan lain-lain.
Pengetahuan
sasaran
kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini tentang
manfaat serat bagi kesehatan dapat dinyatakan
baik karena dari hasil survei dapat diketahui
bahwa persentase sasaran yang menyatakan serat
bermanfaat bagi kesehatan termasuk tinggi. Baik
pada saat pre-test maupun post-test, persentase
sasaran yang menyatakan serat tempe baik bagi
kesehatan adalah sama, yaitu 90,9%.
100.0
50.0
85.7
95.2
14.3 4.8
100.0
0.0
100.0 100.0
0.0
0.0
0.0
Ya
Tidak
Gambar 7. Sebaran Sasaran berdasarkan Konsumsi
dan Produksi Minuman Sari Tempe dan
Tepung Tempe
Tempe yang dikonsumsi sasaran biasanya diolah
menjadi lauk dengan cara digoreng atau
dibacem. Hanya sekitar 4,8% sasaran yang
pernah mengolah tempe menjadi kue atau
menjadikan tempe sebagai bahan baku
pembuatan kue. Sisanya, yaitu 95,2%, tidak
pernah membuat kue dengan menggunakan
tempe sebagai bahan baku. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan
sasaran tentang pengolahan tempe menjadi
produk olahan.
Pembuatan minuman sari tempe
sebenarnya
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan teknologi sederhana. Karena
kurangnya pengetahuan sasaran tentang cara
pembuatan minuman sari tempe, maka pada saat
survei dilakukan dapat diketahui bahwa tidak
seorangpun (0%) yang pernah membuat
minuman sari tempe. Bahkan, semua (100%)
sasaran tidak tahu cara membuat minuman sari
tempe tersebut dan tidak pernah pula membuat
tepung dari tempe (Gambar 8).
Semua pengelola dan tutor PAUD yang
mengikuti
kegiatan
pengabdian
kepada
masyarakat ini menyatakan bahwa mereka baru
mengetahui adanya produk minuman sari tempe
dan tepung tempe ketika mengikuti kegiatan
pelatihan ini. Mereka juga menyatakan bahwa
mereka tidak pernah membayangkan adanya
produk minuman dari tempe karena tempe
merupakan produk olahan hasil fermentasi
kedelai oleh kapang.
2.
Tingkat Penerimaan Minuman Sari
Tempe dan Tepung Tempe
Minuman sari tempe dan tepumg tempe
merupakan produk olahan tempe yang memiliki
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Persentase (%)
100.0
95.2
95.2
100.0
50.0
0.0
4.8
4.8
0.0
Menyukai Menyukai Menyukai
rasa
warna
aroma
Ya
Tidak
Gambar 8. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat
Penerimaan terhadap Minuman Sari
Tempe
Tingkat penerimaan tepung tempe tidak
didasarkan pada penerimaan sasaran terhadap
produk olahan tepung tempe, tetapi berdasarkan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
penerimaan terhadap produk olahan tepung
tempe. Pada pelatihan ini, tepung tempe diolah
menjadi produk bola biskuit coklat (biscuit
truffle), yaitu kue yang dibuat dari bahan
hancuran biskuit, susu kental manis, tepung
tempe kasar, dan meses. Hasil survei menunjukkan bahwa semua sasaran (100%) menyukai
rasa, warna, dan aroma dari produk bola biskuit
coklat tempe yang dihasilkan (Gambar 9). Tidak
satupun sasaran yang tidak menyukai produk
olahan tersebut. Dari data ini dapat diketahui
bahwa penambahan tepung tempe pada
pengolahan produk pangan dapat diterima oleh
masyarakat.
100.0
Persentase (%)
banyak manfaat, sebagai bahan baku untuk
pembuatan produk olahan pangan lainnya
ataupun manfaat bagi tubuh ketika dikonsumsi.
Agar dapat diterima oleh para peserta pelatihan
kegiatan ini, maka minuman sari tempe dan
tepung tempe yang dihasilkan harus dinilai
secara inderawi atau berdasarkan tingkat
penerimaan oleh organ tubuh. Terdapat 3 aspek
penilaian yang dilakukan sasaran terhadap
minuman sari tempe dan produk olahan tepung
tempe, yaitu rasa, warna, dan aroma.
Hasil penilaian inderawi terhadap
minuman sari tempe oleh peserta pelatihan
menunjukkan bahwa semua (100%) sasaran
menyukai minuman sari tempe (Gambar 9). Ini
menunjukkan bahwa sasaran tidak terpengaruh
oleh rasa tempe sebagai bahan baku minuman
sari tempe yang sedikit langu, karena pada proses
pembuatan minuman sari tempe ditambahkan
gula dan perisa yang dapat menutupi rasa asal
dari tempe.
Selain rasa, warna dari minuman sari
tempe juga disukai oleh hampir semua peserta
pelatihan. Sebanyak 95,2% sasaran menyukai
warna minuman sari tempe, dan hanya 4,8%
sasaran yang tidak menyukai warnanya.
Hal yang sama juga dijumpai pada aroma
minuman sari tempe. Sebagaimana penerimaan
terhadap warna, sebanyak 95,2% sasaran juga
menyukai aroma minuman sari tempe dan
sisanya sebanyak 4,8% saja yang tidak
menyukainya (Gambar 8).
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
100.0
0.0
0.0
100.0
0.0
Menyukai Menyukai Menyukai
rasa
warna
aroma
Ya
Tidak
Gambar 9. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat
Penerimaan terhadap Bola Biskuit Coklat
Tempe
3. Tindak Lanjut
Pada saat kegiatan pelatihan dan
demonstrasi pembuatan produk minuman sari
tempe, tepung tempe, dan produk bola biskuit
coklat tempe selesai dilaksanakan, kepada para
peserta pelatihan diberikan 3 pertanyaan yang
berkaitan dengan tindak lanjut dari kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini. Sekitar
95,2% sasaran menyatakan bahwa produk olahan
tempe merupakan produk yang dapat diberikan
kepada anak-anak dan orang dewasa, sehingga
mereka akan menindaklanjuti dengan keinginannya untuk membuat sendiri produk olahan
tersebut, minimal untuk diberikan kepada
anggota keluarga.
Proses pembuatan produk olahan tempe
dinyatakan oleh 76,2% sasaran tidak sulit karena
menggunakan teknologi sederhana yang bisa
dilakukan di rumah. Walaupun masih ada
sasaran yang menyatakan proses pembuatan
produk olahan tempe sulit (23,8%), tetapi para
21
Persentase (%)
sasaran tersebut yakin bisa membuat produkproduk tersebut di rumah.
Para peserta pelatihan diminta pula
untuk menilai kelayakan dari produk yang sudah
dibuat untuk dijual di pasar. Hasil survei
menunjukkan bahwa semua (100%) sasaran
pelatihan menyatakan produk olahan tempe,
yaitu minuman sari tempe dan tepung tempe
yang dihasilkan sangat layak untuk dijual.
100.0
95.2
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
76.2
4.8
23.8
0.0
Mau
Proses Produk dari
membuat pembuatan tempe layak
produk dari produk dari
jual
tempe tempe sulit
Ya
Tidak
Gambar 10. Sebaran Sasaran berdasarkan Tindak
Lanjut yang Dilakukan Sasaran setelah
Mengikuti Pelatihan
C. Kendala yang Dihadapi
Ada beberapa kendala yang masih
dijumpai pada pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Terbatasnya jumlah peserta yang dapat
mengikuti kegiatan ini karena dana untuk
penyediaan bahan baku dan peralatan yang
digunakan pada pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini juga
terbatas.Sebagai akibatnya, kegiatan ini
hanya dilakukan dalam bentuk demonstrasi dan bukan dalam bentuk praktik
sendiri oleh setiap peserta.
2. Tidak ada monitoring terhadap perkembangan penguasaan keterampilan serta
praktik pembuatan produk olahan tempe
oleh peserta pelatihan setelah kegiatan
pengabdian kepada masyarakat selesai
dilakukan.
3. Belum adanya nota kesepakatan yang
bersifat berkelanjutan (MoU) dengan
PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar
Jakarta Timur, sehingga tidak ada
kepastian untuk berlanjutnya kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini di
tempat yang sama pada tahun mendatang.
22
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
kegiatan penyuluhan ini adalah:
a. Kegiatan penyuluhan dan demonstrasi
pembuatan minuman sari tempe, tepung
tempe, dan produk olahan tepung tempe
bagi pengelola dan tutor PAUD Kuntum
Melati Kampung Makasar Jakarta Timur
dapat meningkatkan pengetahuan sasaran
dalam mengolah tempe menjadi produk
olahan yang layak jual.
b. Motivasi dan semangat peserta untuk
mengikuti kegiatan pelatihan dapat
dinyatakan tinggi yang ditunjukkan oleh
tidak adanya peserta yang meninggalkan
kegiatan hingga kegiatan berakhir.
c. Kegiatan penyuluhan dan demonstrasi ini
dapat mengubah sikap dan keterampilan
sasaran dalam mengolah tempe menjadi
produk yang memiliki nilai ekonomi
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, S., dan A.S. Cantawinata. 2010.
Pengaruh Temperatur, Rasio Bubuk Jahe
Kering dengan Etanol, dan Ukuran Bubuk
Jahe Kering terhadap Ekstraksi Oleoresin
Jahe (Zingiber officinale, Roscoe).
Seminar Rekayasa Kimia dan Proses,
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang, 4-5
Agustus 2010.
Albertine, A, A. Darda, R. Inaryani, BN.
Kusuma, dan M. Arsyad. 2008. Tepung
Tempe sebagai Sumber Protein Nabati
yang
Ekonomis.
http://repository.
ipb.ac.id/handle/123456789/33708
Kasmidjo, R.B., 1990. Tempe. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. Universitas
Gadjah Mada. p. 1- 95.
Susanti, I., 1992. Mempelajari Pembuatan
Minuman Padat Gizi dari Tempe. IPB,
Bogor.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN MENYUSUN RENCANA USAHA (BUSINESS PLAN)
BAGI PENGUSAHA KECIL DI DESA BANTAR WARU
Corry yohana
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk Memberikan pelatihan dan
penyuluhan kepada individu/pengusaha kecil dilingkungan desaBantarwaru untuk dapat
menyusun perencanaan dan pengelolaan usaha bagi usaha yang telah dijalankan.
Metode penelitian yang digunaka adalah metode klasikal dengan pendekatan
diskusi/tanya jawab dan bisnis game (simulasi) dengan maksud agar materi dapat diterima
oleh peserta dengan baik. Bimbingan/konsultasi dilakukan baik melalui satu sesi pertemuan
terakhir dengan peserta, telpon maupun melalui surat
Hasil pelatihan menunjukan dengan adanya pelatihan ini para peserta memiliki
pengetahuan dan keterampiilan praktis mengenai PembuatanRencana Usaha(Busines Plan)
dan termotivasi untuk membuuat dan menggunakannya dalam usaha mereka Berdasarkan
hasil pelatihan ini dapat disimpulkan peserta menginginkan pengetahuan yang berkelanjutan.
Sangat diharapkan memberikan pengetahuan dalam bentuk pelatihan yang rutin dan
berkesinabungan.
Kata Kunci : Pelatihan, Rencana Usaha
I. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu negara berkembang,
Indonesia saat ini sedang giat melakukan
pembangunan disegala bidang dengan tujuan
mensejajarkan diri dengan negara-negara lainnya
di dunia.
Salah satu bentuk kontribusi perguruan
tinggi dalam pembangunan tercermin pada
tujuan pendidikan tinggi itu sendiri yaitu
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)..
Penguasaan
IPTEK
bertujuan
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Mengacu pada statuta dan renstra
Universitas Negeri Jakarta serta
kebijakan
pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang
ditetapkan DP3M Dikti maka secara gradual
dilakukan perubahan pendekatan PKM dari
Community Service menjadi Community
Development. Terutama dalam bidang usaha
yang dilakukan masyarakat. .
Masyarakat dengan taraf ekonomi
menengah kebawah dan pendidikan yang
terbatas memiliki keterbatasan dalam mengelola
atau pun memanfaatkan secara optimum segala
potensi alam yang melimpah yang berada di
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya
informasi yang didapatkan oleh masyarakat dan
minimnya
keinginan
masyarakat
untuk
meningkatkan kondisi perekonomian yang
terbatas.
Desa Bantarwaru merupakan salah satu
desa yang memiliki potensi tanaman melinjo
yang melimpah. Melimpahnya potensi tersebut,
sayangnya tidak diiringi dengan pemanfaatannya secara optimal. Masyarakat Desa Bantarwaru umumnya hanya menjual melinjo untuk
sayuran dan emping melinjo
Saat ini, universitas memegang peranan
fundamental dalam membuat dan mengembangkan orientasi ekonomi berwirausaha sebagai
institusi yang menyediakan sumber ilmu
pengetahuan yang baru. Universitas diharapkan
dapat menjadi solusi untuk kebutuhan sosial dan
industry karena universitas secara stratejik dapat
menentukan sasaran untuk mendapatkan
keuntungan dari investasi dalam bisnis dengan
membangun jaringan bisnis, kemitraan dengan
perusahaan atau dengan menciptakan perusahaan
baru melalui kewirausahaan di dalam akademik.
Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh
23
universitas adalah dengan memberikan keterampilan membuat rencana kerja tertulis dan resmi
guna menjalankan perusahaan (Business plan)
bagi wirausahawan di desa Bantarwaru.
Rencana bisnis sangat berguna untuk
mengidentifikasi kebutuhan konsumen, atribut
produk yang paling diinginkan dan memastikan
rencana perusahaan di berbagai aspek seperti
produksi, distribusi, penentuan harga dan
pemasaran.Jika ada kendala dalam memulai
usaha, rencana bisnis sangat berguna untuk
memeriksa kembali tujuan dan sumber daya yang
dimiliki unit usaha sehingga dapat mengatasi
masalah tersebut. Lebih dari itu rencana usaha
yang tertulis merupakan legitimasi dari sebuah
usaha yang akan didirikan. Rencana usaha yang
baik, membuat investor atau rekanan meyakini
potensi usaha tersebut sehingga tertarik untuk
bekerja sama.
A. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut :
1. Membuka usaha tidak mungkin tanpa ada
rencana sebelumnya
2. Keenggganan menulis rencana usaha
3. Kegagalan bisnis karena keterbatasan
pengalaman mengelola usaha
4. Banyak benturan bisnis yang terjadi pada
usaha yang dijalankan tanpa perencanaan
Berdasarkan identifikasi masalah diatas
maka perumusan masalah dalam program
pengabdian masyarakat ini adalah Bagaimana
membuat perencanaan usaha (Business plan) dan
pengelolaan usaha.
B.
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kegiatan
pengabdian ini adalah :
1. Membekali pengusaha emping agar
memiliki pemahaman dan pengetahuan
tentang pentingnya perencanaan dan
pengelolaan usaha yang tepat.
2. Dapat
menyusun
perencanaan
dan
pengelolaan usaha bagi usaha yang telah
dijalankan.
24
C. Manfaat
Adapun manfaat program ini adalah :
1. Memberikan
pemahaman
tentang
pentingnya perencanaan dan pengelolaan usaha
2. Memberikan
pengetahuan
tentang
penyusunan Business plan
3. Sebagai
forum
untuk
bertukar
pengetahuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berwirausaha tidak cukup hanya berbekal
keyakinan, namun diiperlukan perencanaan
usaha (business plan). Menjalankan usaha
khususnya usaha baru tidak mungkin tanpa ada
rencana sebelumnya. Rencana harus ada betapa
pun sederhananya secara tertulis. Perencanaan
yang tidak tertulis pasti sudah ada dalam
pikiran, yaitu suatu rekayasa secara sederhana
tentang jawaban dari berbagai pertanyaan antara
lain, usaha apa yang akan dibuka, mengapa
memilih usaha tersebut, dimana lokasinya, siapa
konsumennya, darimana sumber modal, dsb.
Cara wirausaha baru seperti ini cenderung
melaksanakan kegiatan trial and error atau cobacoba. Seandainya gagal mereka akan beralih ke
usaha yang lain. Model seperti ini banyak
dijumpai dalam masyarakat bisnis kita.
Suatu rencana kerja yang dibuat tertulis
dan resmi guna menjalankan perusahaan
(business plan) merupakan perangkat tepat untuk
memegang kendali perusahaan dan menjaga agar
fokus usaha perusahaan tidak menyimpang.
Minimal harus ada catatan-catatan tertentu secara
tertulis yang akan diikuti dalam pelaksanaannya.
Misalnya menyangkut orang atau personalia
yang akan diberi tugas untuk menjalankan usaha,
modal yang akan digunakan, dan sebagainya.
Memulai suatu usaha baru tidak tepat kiranya
jika langsung dalam bentuk usaha besar.Memang
ada pengusaha yang langsung membuka usaha
besar tanpa mempunyai pengalaman lebih dulu.
Akibatnya jika usaha besar ini mengalami
benturan-benturan bisnis maka akan timbul
kepanikan bagi pemiliknya sendiri dan
perusahaan semacam ini gampang jatuh/
mengalami kegagalan. Memulai wirausaha
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dalam bentuk usaha kecil akan memberikan
pengalaman demi pengalaman dalam pengelolaanusahanya. Berdasarkan pengalaman setiap
tahun dan data yang terkumpul dianalisis maka
dengan mudah perusahaan berkembang menjadi
perusahaan yang lebih besar. Untuk membangun
jiwa kewirausahaan yang mampu membuat
perencanaan bisnis (business plan) yang baik dan
kemudian mampu membuat usaha yang layak
dan menguntungkan atau dengan kata lain
produktif dan profitable maka diperlukan adanya
upaya nyata, misalnya pelatihan kewirausahaan.
Pelatihan kewira-usahaan yang dilaksanakan
dalam rangka pengabdian kepada masyarakat ini
diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
mahasiswa untuk menjadi seorang wirausahawan.
Peluang usaha adalah suatu bidang
kebutuhan pembeli dimana seorang wirausaha
dapat mengelola usaha di bidang tersebut secara
menguntungkan. Membaca peluang pasar
merupakan hal yang esensial bagi seorang
wirausahawan. Kelihaian membaca peluang
pasar tidak hanya dilakukan untuk memulai suatu
usaha, namun keahlian dalam membaca peluang
usaha ini juga harus dimiliki saat ingin
mengembangkan usaha, melakukan segmentasi
pasar, maupun pada saat melakukan perluasan
usaha.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
menangkap peluang usaha sebagai berikut :
1. Melihat
Membaca peluang pasar dimaksudkan
adalah melihat apa yang menjadi masalah dari
fenomena-fenomena yang ada disekitar,
yang
kemudian dicari celah agar dapat menembus
peluang di dalam celah-celah kecil tersebut.
2. Mendengar
Bagaimana mengetahui secara langsung
tentang kebenaran masalah yang terjadi di
pasar.Mendengar disini juga memiliki tujuan
agar mengenal lebih dekat dengan konsumen,
sehingga masalah yang didapatkan lebih tepat
sasaran.
3. Membaca
Setelah melihat dan mendengar mengenai
masalah yang terjadi, kemudian semuanya dibaca
perlahan tentang apa yang telah dilihat dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
didengar. Usaha yang akan dijalani tidak akan
sukses apabila hanya terpatok pada teori.
4. Menulis
Setelah
melihat,
mendengar,
dan
membaca, maka perlu untuk menuangkan semua
analisis yang telah diambil yang akan menjadi
tolok ukur atau pegangan dalam mengaplikasikannya.
Business plan merupakan sarana sistematis
dalam mempertajam ide bisnis. Dengan bantuan
business plan, ide-ide bisnis akan lebih terencana
dan sistematis. Melalui pendekatan-pendekatan
standar business plan, akan diketahui siapa saja
pasar atau konsumen potensial, bagaimana
proses pemasarannya, serta bagaimana proses
operasional dari bisnis yang sedang dijalani.
Pada perencanaan finansial, akan diketahui
bagaimana pemasukan dan pengeluaran yang
paling optimal. Dengan bantuan komputer, akan
dapat disimulasikan posisi pos-pos keuangan
yang dapat menghasil-kan profit yang tinggi bagi
bisnis. Selain itu, tentu saja akan diketahui juga
pos-pos bisnis mana saja yang tidak memberikan
keuntungan dan bahkan bisa menjadi beban
bisnis.
Membuat business plan sangatlah penting
bagi setiap pengusaha, tapi bila ini pertama kali
membuatnya tentu kamu akan menemui
beberapa kesulitan. Para pemilik bisnis akan
beargumen tentang seberapa panjang business
plan itu harus dibuat, namun biasanya satu
halaman business plan bisa mengcover semua
kebutuhan untuk memulai bisnis. Berikut adalah
langkah mudah untuk menulis business plan :
1.
Pembukaan
Pembukaan pada plan / rencana bisnis.
Jelaskan siapa yang menulis, kapan dan untuk
tujuan apa.
2.
Rangkuman
Berikan kisi-kisi dari rencana/plan bisnis
Anda.Tuliskan bagian ini terakhir setelah semua
bagian dibuat.
3.
Strategic Overview
Tuliskan apa yang menjadi tujuan utama,
dan kegiatan utama dari rencana bisnisnya. Apa
tujuan jangka panjang, strategi kunci dan tujuan
akhir.
25
4.
Status Saat Ini
Rangkum apa yang sudah dicapai,
performa keuangan, penjualan dan teknis sampai
saat ini. Perkenalkan siapa saja yang terlibat
dalam bisnis ini.
5.
Penawaran Produk atau Jasa
Jelaskan secara singkat apa yang membuat
produk Anda beda dengan yang lain. Apa yang
membuatnya special?
6.
Target Pasar
Tunjukkan siapa saja target pasar yang
akan disasar. Berikan profil pelanggan, segmen,
trend dan juga kompetisi dibisnis ini.
7.
Strategi Marketing dan Penjualan
Bagaimana Anda akan menjual produk
ini? Bagaimana akan bersaing dengan pesaing
dibidang yang sama ? Berapa biaya marketingnya ? dan sebagainya.
8.
Teknologi
Berikan segala hal yang berkaitan degan
teknologi dan penelitian di usaha Anda.
9.
Operasional
Bagaimana operasional akan di handel,
bagaimana menjalankannya, berapa biaya dan
sumber daya yang dibutuhkan.
10. Proyeksi Keuangan
Berikan tabel sederhana tentang proyeksi
keuangannya.
11. Kebutuhan Pendanaan
Berapa tambahan pendanaan yang Anda
butuhkan.
12. Implemetasi
Berikan timeline pengerjaan, dan aksi
yang dibutuhkan agar rencana berjalan.
13. Kesimpulan
Berikan alasan mengapa bisnis ini akan
sukses, dan mengapa perlu didukung Format
business plan tidaklah baku. Format business
plan biasanya bergantung pada siapa yang akan
membaca business plan. Mungkin ada pihak
yang mengharuskan bagian exit strategy,
mungkin ada juga yang menginginkan bagian
tambahan seperti analisis regulasi. Penyusunan
business plan sangat bergantung pada mengapa
business plan dibuat dan siapa yang akan
26
menggunakannya. Misalnya, business plan yang
bersifat non-profit bisa saja fokus membahas
misi organisasi. Business plan dengan tujuan
mendapatkan pendanaan bank mungkin lebih
melihat seperti apa rencana keuangan bisnis,
apakah dapat melunasi hutang, dan berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk melunasi hutang.
Jika business plan ditujukan untuk investor,
isinya bisa saja lebih berfokus pada penawaran
investasi, target pasar, dan exit strategy.
Business plan disusun dengan jangka
waktu 3-5 tahun ke depan. Karena bertujuan
untuk menjadi patokan perusahaan mencapai
sasaran sekaligus mendapatkan pendanaan,
business plan harus dilengkapi data yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data
dapat berasal dari sumber eksternal, atau
internal.Sumber eksternal mengacu pada data
pihak luar yang relevan dengan usaha dan
disediakan oleh pihak yang memiliki reputasi.
Sementara sumber internal mengacu pada data
hasil pengamatan yang kita lakukan.
Perencanaan usaha merupakan suatu
dokumen yang menyatakan keyakinan akan
kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang
atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang
memuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Perencanaan usaha akan membuat kita dapat
melihat dengan jelas apakah usaha yang
dijalankan nanti memiliki prospek keberhasilan
yang tinggi dan juga harus bisa menyakinkan
orang lain tidak akan merugi bila melakukan
kerjasama. Perencanaan usaha juga harus
didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan
adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan tersebut, sehingga perencanaan usaha
harus berbasis pada permintaan pasar.
Ada beberapa alasan penting mengapa
pengelola usaha harus menyusun perencanaan
usaha, antara lain :
1.
Untuk dipakai sebagai alat pengawasan dan
pengendalian kegiatan usaha sehari-hari.
 Perencanaan usaha yang telah disusun
dengan baik akan memudahkan para
pelaksana untuk mengetahui apakah
tindakan mereka menyimpang atau
sesuai dengan rencana.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2


2.
Dengan adanya perencanaan usaha yang
disusun (tentunya sebelum suatu
kegiatan dilakukan) dengan cermat
dapatlah dipilih dan ditetapkan kegiatankegiatan mana yang diperlukan dan
mana yang tidak
Dengan adanya perencanaan usaha,
maka segala kegiatan dapat dilakukan
secara tertib dan teratur sesuai dengan
tahap-tahap yang semestinya.
Untuk mendapatkan pembiayaan dari
Lembaga Pemberi Pinjaman {To obtain
theinstitution financing)
Dengan adanya perencanaan usaha
yang jelas akan memudahkan untuk mencari
bantuan kerjasama dari berbagai pihak
karena
didalam
perencanaan
usaha
menunjukkan aspek keuangan, dan aspek
pemasaran yang mana hal tersebut akan
memudahkan pengelola usaha mendapat
dukungan berupa pinjaman melalui lembaga
pemberi pinjaman.
3.
Untuk mendapatkan dana investasi (To
obtain investment funds)
Perencanaan usaha yang jelas juga
memungkinkan kita untuk mendapatkan
pinjaman melalui pihak-pihak lain yang
potensial yang akan mendukung pemenuhan
investasi usaha kita.
4.
Untuk mengatur dengan siapa bekerjasama
{To arrange strategic alliances)
Mengatur dan membentuk kerjasama
dengan perusahaan-perusahaan lain yang
sudah ada dan saling menguntungkan
misalnya dari para produsen yang dapat
diharapkan
memasok
barang
buat
perusahaan anda.
5.
Untuk mendapatkan kontrak besar {To large
contracts)
Perencanaan yang baik menarit minat
perusahaan-perusahaan yang lebih besar
memberi pekerjaan atau kontrak yang dapat
dikerjakan oleh perusahaan anda
6.
Untuk menarik tenaga kerja inti {To attract
key employes)
Perencanaan yang baik mengundang
orang-orang tertentu yang potensial atau
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
mempunyai keahlian untuk bergabung
bekerja sama dengan anda. Mungkin saja
anda memerlukan orang-orang yang
mempunyai kemampuan untuk menduduki
posisi kunci dalam perusahaan anda namun
anda harus berhati-hati menerima orangorang tertentu yang dapat pula menjerumuskan perusahaan anda yang baru berdiri.
7.
Untuk memotivasi dan fokus (To motivate
and focus your management team)
Perencanaaan yang baik menjamin
adanya perhatian yang fokus pada tujuan
dari berbagai personil yang ada dalam
perusahaan. Sebab sebuah perusahaan akan
bertumbuh makin lama makin komplek
sehingga perencanaan usaha akan menjadi
komponen yang sangat penting bagi setiap
orang untuk tetap berpijak pada arah yang
benar.
Sebuah perencanaan usaha paling tidak
mempunyai tiga tujuan utama yakni:
1. Sebagai Rencana Aksi (Action Plan)
Sebuah perencanaan usaha akan membantu
untuk bergerak dan mengambil tindakan bisnis.
Kita mungkin sudah lama memikirkan untuk
memulai sebuah usaha, tetapi prosesnya mungkin
tampak seperti sesuatu yang 'menakutkan' dan
terlalu kompleks. Sebuah rencana usaha akan
membantu
untuk
memilah-milah
proses
dimaksud menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih jelas. Dengan demikian sebuah masalah
bisnis yang besar dapat dilihat sebagai sebuah
urutan masalah-masalah kecil. Dan dengan
memecahkan masalah masalah kecil dimaksud,
otomatis masalah besar tersebut juga akan dapat
terpecahkan. Jadi menulis sebuah perencanaan
usaha akan membantu dalam mengambil
tindakan bisnis dengan membagi masalah besar
ke dalam masalah-masalah kecil yang tidak
terlalu rumit.
2. Sebagai Peta Jalan (Road Map)
Seketika
memulai
sebuah
usaha,
perencanaan usaha akan menjadi alat yang sangat
berguna agar usaha tetap pada arah yang
diinginkan. Dalam kegiatan bisnis sehari-hari
yang hiruk-pikuk, sangat mudah bagi seseorang
untuk kehilangan arah usaha untuk mencapai
27
tujuan yang ingin dicapai. Sebuah rencana bisnis
membantu untuk tetap fokus dalam arah yang
diinginkan untuk mencapai tujuan yang telah
dicanangkan. Juga perencanaan usaha akan
membantu pihak lain untuk memahami visi
usaha yang akan dijalankan, termasuk supplier,
pekerja, mitra bisnis, teman dan keluarga.
3. Sebagai Alat Penjualan (Sales Tool)
Mungkin yang paling penting adalah
bahwa sebuah perencanaan usaha merupakan
sebuah alat bantu penjualan (Sales Tool),
sehingga sebuah perencanaan usaha merupakan
alat yang bisa dipergunakan untuk meyakinkan
investor untuk menempatkan investasinya di
usaha tersebut.
Sebuah perencanaan usaha yang ditulis
dengan baik akan mendekatkan pengelola usaha
dengan pihak-pihak yang melihat bahwa ide
bisnis yang ditawarkan akan juga menguntungkan mereka.
III. PEMBAHASAN DAN HASIL
Kegiatan Pelatihan Kewirausahaan dan
Pembuatan Busines Plan bagi pengusaha kecil
di Desa Bantar Waru Kecamatan Cinangka
Kabupaten Serang dilaksanakan di Rumah Pak
Lurah dengan nara sumber dan dibantu oleh tim
panitia mahasiswa KKN
Peserta pelatihan seluruhnya 30 orang,
terdiri dari pengusaha kecil. Pelaksanaan
pelatihan tersebut berjalan lancar, hal ini
dikarenakan partisipasi dan keterkaitan semua
pihak terutama masyarakat setempat yang
sekaligus sebagai peserta.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu,
19 Agustus 2015 pukul 13,00-17.00 WIB.
Pelatihan ini ditekankan pada keberhasilan
peserta dalam menyerap materi khususnya
melalui sesi Tanya-jawab secara interaktif
diantara para peserta juga narasumber.Selain itu
diadakan sesi praktek oleh peserta secara
berkelompok, diakhiri masukan dan arahan dari
narasumber.Selain sesi praktek peserta juga
diberikan angket evaluasi pelaksanaan pelatihan.
Berdasarkan angket dapat diketahui sebagai
berikut:
28
1. Peserta dapat mengetahui secarapraktis
dan sederhana mengenai Pembuatan
Busines Plan sederhana
2. Peserta dapat memahami dan mengerti
terhadap pengetahuan Pembuatan Busines
Plan
3. Peserta termotivasi untuk pelatihan
wirausaha dan Pembuatan Busines Plan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelatihan memberikan pengetahuan dasar
terhadap Pembuatan Busines Plan bagi
pengusaha kecil. Dengan kegiatan ini diharapkan pengusaha kecil dapat mendapatkan
pemahaman dari materi yang diberikan juga
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para
peserta memiliki pengetahuan dan wawasan
sebagai pengusaha kecil yang terampil
mengelola Pembuatan Busines Plandan juga
mampu mencari peluang untuk menambah
keuangan keluarga sebagai bekal untuk
meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih
baik.
Evaluasi yang diberikan menunjukan
peserta menginginkan pengetahuan yang berkelanjutan. Sangat diharapkan memberikan
pengetahuan dalam bentuk pelatihan yang rutin
dan berkesinabungan.
B. Saran
1. Peserta diharapkan dapat menerapkan
Pembuatan Busines Plan
2. Kegiatan ini harus dikembangkan
sebagai wujud pengabdian kepada
masyarakatdalam rangka peningkatan
kualitas masyarakat pada umumnya dan
pengusaha kecil pada khususnya.
3. Diharapkan kedepan jumlah dana yang
dianggarkan untukkegiatan pengabdian
kepada masyarakat bisa ditingkatkan
jumlahnya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah,T..,
“Pengangguran
Terdidik
Bertambah.”,http://www.republika.co.id/
berita/koran/halaman-1/14/11/06/neltsapengangguran-terdidik-bertambah,
diakses pada 15 Maret 2015.
Modul
Seri Kewirausahaan Kementerian
Koperasi
dan
UMKM
Republik
Indonesia.
Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha
(PMW)
2013,
http://dikti.go.id/
mahasiswa bidang-minat-bakat-dan atau-
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
keorganisasian/program-mahasiswawirausaha-pmw/,diakses pada tanggal 27
Maret 2015.
Titik Purwinarti. 2012. Model Rencana Usaha
Bagi Wirausaha Pemula Kecil dan
Menengah
Yildirim, N., Askun, O. B., “Entrepreneurship
Intentions of Public Universitiesin
Turkey: Going Beyond Education and
Research?” 8th International Strategic
Management Conference, Procedia –
Social and Behavioral Science, 2012
29
30
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG
SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT
Mudjiati
Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Garut merupakan merupakan salah satu wilayah yang memiliki Sumber Daya Alam
yang melimpah selain dari komoditas padi dan tembakaunya, Garut juga penghasil komoditas
jagung yang sangat potensial.Sehingga banyak juga menghasilkan kulit jagung yang sangat
memungkinkan untuk dijadikan cinderamata seperti bunga, aksesoris, dan penghias beragam
peralatan rumah tangga seperti tempat tisu, toples, keranjang, dan sebagainya.Dengan begitu,
tercipta karya seni yang ramah lingkungan, green craft atau eco craft, yang sangat potensial
dalam menunjang pariwisata Garut apabila dikembangkan dengan baik. Seiring dengan
perkembangan industri kreatif, Universitas Negeri Jakarta saat ini memberikan kontribusinya
dalam kegiatan P2M di Kota Garut oleh siswa/i dan guru-guru SMPLB B dan C untuk
memberikan media pembelajaran kreatif dalam pemanfaatan limbah kulit jagung menjadi
produk seni yang bernilai jual tinggi. Pemanfaatan kuli jagung tersebut dikenal dengan
Kelobot Art dengan teknik merangkai, koase, dan menganyam.
Dengan demikian, harapan pengabdian kepada masyarakat ini dapat ikut berpartisipasi
memberdayakan peningkatan Sumber Daya Manusiadibidang pendidikanmelalui sosialisasi
pengetahuan dan keterampilan pembuatan kreasi kulit jagung khas Garut (Kelobot Art) dengan
teknik merangkai, kolase, dan menganyam.Metode yang digunakan adalah metode presentasi,
tanya jawab, metode demonstrasi dan praktek.
Kata Kunci : Desa, Klobot Art, teknik merangkai, kolase, dan menganyam
I.
PENDAHULUAN
Garut merupakan salah satu penghasil
komoditas kulit jagung yang besar di wilayah
Jawa Barat. Sebagai daerah yang kaya akan
kekayaan alamnya, salah satunya jagung.
Tanaman jagung biasa hanya digunakan
jagungnya saja, namun kulit jagung juga bisa
dimanfaatkan sebagai media kreasi yang
menghasilkan karya unik serta memiliki nilai
yang tinggi.Kreasi dari kulit jagung merupakan
pembelajaran kriya dalam mata pembelajaran
seni rupa.
Salah satu kerajinan khas dari Garut adalah
kriya kulit jagung yang di buat berbagai jenis
bunga.Namun kerajinan tersebut hanya diketahui
beberapa masyarakat saja, tanpa eksplorasi lebih
yang dapat menjadi lahan industri kreatif
sehingga kerajinan tersebut kini tidak
dikembangkan di daerahnya.
Melalui kegiatan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
P2M yang dilakukan oleh Universitas Negeri
Jakarta ini akan mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan melalui pendampingan guruguru dan siswa/i SMPLB B dan C Kota Garut
dalam membuat Kelobot Art menjadi berbagai
jenis produk berdaya guna dan bernilai seni.
Media pembelajaran Kelobot Art ini,
selain memberikan siswa/i juga guru-guru
SMPLB B dan C Kota Garut keterampilan dalam
membuat produk seni kriya berbahan dasar
kelobot jagung, juga dapat memberikan
pembelajaran seni berkarakter kepada siswa/i
dengan memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungan melalui pemanfaatan limbah kelobot
jagung menjadi produk atau benda yang
memiliki nilai guna. Dengan pemanfaatan limbah
kelobot jagung tersebut, tanpa disadari siswa/i
telah berperan aktif meminimalisir limbah
kelobot jagung yang merupakan salah satu
31
limbah
yang
menyebabkan
pencemaran
lingkungan.
Disinilah sikap kepedulian yang mulai sejak
dini ditanamkan pada masing-masing peserta
didik. Bukan hanya itu, dengan adanya
pembelajaran seni kriya Kelobot Art akan
menanamkan jiwaentrepreneur,yang tangguhdan
mandiri, sehingga adanya pembelajaran Kelobot
Art ini akan menjadi suatu ilmu kewirausahaan
yang dapat diaplikasikan/implementasikan ke
depannya. Kelobot jagung dapat dengan mudah
diperoleh dikarenakan kulit jagung (kelobot)
merupakan varietas tumbuhan yang tidak
termasuk varietas tanaman semusim yanghasil
panennya hanya dapat dipanen satu musim atau
satu tahun musim panen saja.
II. METODE
Khalayak sasaran antara yang strategis
dalam pengabdian masyarakat ini adalah guruguru SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB
B dan C atau tuna grahita dan tuna rungu,
diutamakan siswa-siswi kelas VIII dan kelas IX
SMP dengan beberapa guru yang mendampinginya dan memiliki minat dalam bidang pembuatan
karya seni kriya (kreasi bunga) dengan kulit
jagung.
Pendampingan keterampilan terhadap guruguru SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB
B dan C atau tuna grahita dan tuna rungu ini
dilakukan dalam dua tahap, meliputi: (1)
Mempresentasikan objek-objek nyata dalam
bentuk video, power point, dan karya seni hasil
dari limbah kulit jagung. (2) Menjelaskan
sistematika pembuatan karya seni kriya dari kulit
jagung. Kemampuan penalaran dalam studi
penciptaan karya seni rupa meliputi: (1) adanya
objek yang diciptakan, (2) adanya subjek
pembuat karya seni, (3) Pertemuan antara subjek
dan objek seni. Oleh karena itu, ketiganya harus
selalu ada dalam proses penciptaan karya seni
dan penelitian ilmiah. Apabila antara keduanya
yakni subjek dan objek seni tidak ada, maka
aktivitas penelitian ilmiah atau aktivitas
penciptaan karya seni (seni kriya dari limbah
kulit jagung) tidak ada.
32
Metode yang digunakan adalah:
1) Metode presentasi, digunakan untuk
menyampaikan materi yang berupa teori
pembuatan kreasi bunga dari kulit jagung
dalam bentuk ppt dan video tutorial.
2) Metode tanya jawab, digunakan untuk
memberikan kesempatan bagi peserla
yang belum jelas dalam pemahamannya.
3) Metode demonstrasi; digunakan untuk
memperagakan teknik membuat berbagai
bentuk dan jenis bunga.
4) Metode Latihan/Praktek, digunakan
untuk latihan/praktek membuat kreasi
bunga dari kulit jagung (Klobot Art)
berupa berbagai jenis bunga mawar,
bunga aster, bunga sedap malam,
kembang sepatu, membuat hiasan buku
harian, dan sebagainya
5) Metode diskusi, digunakan pada waktu
setelah dilakukan evaluasi hasil praktek
peserta pelatihan.
Ada dua tahap evaluasi yang akan dilakukan
dalam pelatihan pengabdian ini, yaitu:
1. Evaluasi pada akhir pelatihan, yang
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pemahaman dan keterampilan peserta, dengan
menilai hasil praktek adapun kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
A = 85% - 100%
B = 70% - 84%
C = 60% - 69%
D = 0% - 59%
=
=
=
=
sangat baik
baik
cukup
kurang
2. Evaluasi pada akhir pelatihan, untuk
mengetahui
keberhasilan
pelaksanaan
pengabdian
pada
masyarakat
yang
dilakukan oleh tim pengabdian. Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat berupa
pelatihan keterampilan, melalui 3 tahap
yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan
yaitu:
1. Tahap Persiapan;
a. Perizinan
b. Persiapan materi
petunjuk praktek.
,bahan,
alat,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pertemuan I : Pembukaan dan
penyampaian materi teori dan
praktek.
b. Pertemuan II : Praktek membuat
klobot art untuk membuat berbagai
jenis bunga,danhiasan pada buku
harian, membuat bingkai foto dari
kuli jagung, tempat pensil, dan
sebagainya.
c. Pertemuan III : Penyelesaian
dilanjutkan evaluasi hasil dan
penutupan.
Dalam rangka memecahkan masalah yang
sudah diidentifikasi pada uraian di atas maka
metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dilakukan oleh tim pengabdian adalah berbentuk
penyampaian informasi dan pelatihan.
Adapun materinya terdiri dari teori dan
praklek. Materi tersebut secara garis besar dirinci
sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat
a. Kulit Jagung
b. Pewarna Tekstil: Warna hijau, kuning,
orange, merah muda, merah, dan lainlain.
c. Pewarna Alam: kulit secang (memberi
warna merah), kunyit (memberi warna
kuning), dan daun mangga (memberi
warna hijau).
d. Gunting dan satu gulung batang kawat
lunak (1 meter) dipotong menjadi 10 cm
atau batang lidi.
e. Klorotif
f. Lem Tembak dan lem kayu
g. Kompor Listrik
h. Polyfoam dan benang
2. Tahap pengerjaan bunga mawardengan
kulit jagung
a. Membuat desain pola makhota bunga
mawar.
b. Mencetak pola mahkota bunga mawar.
c. Menggunting kelobot jagung dengan
mengikuti pola bentuk makhota yang
dibuat.
d. Merapikan bagian sisi paling bawah dari
kulit jagung.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
e. Melipat menjadi dua bentuk pola yang
sudah dibentuk sebelumnya.
f. Melipat dengan arah vertikal kemudian
gunting untuk mendapat bentuk yang
sama.
g. Gulung dari bagian ujung kelobot yang
telah digunting,hingga mendapatkan pola
bentuk radial/spiral
h. Ambil satu batang kawat. Untuk
menempelkan bentuk radial kelopak,
pada batang kawat.
i. Kemudian tempelkan dengan menggunakan lem tembak.
j. Menempelkan pola mahkota bungasatu
persatu mulai dari kelipatan ganjil yang
paling kecil (3,5, dan7).
k. Lapisi bagian kawat/lidi dengan klorotif.
l. Tempelkan pola daun yang sudah jadi
pada bagian batang kawat/lidi, kemudian
lapisi kembali dengan klorotif.
Kegiatan ini merupakan program P2M
Universitas Negeri Jakarta yang dalam
pelaksanaannya
membutuhkan
keterkaitan
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan
ini memiliki keterkaitan dengan peningkatan
sumber daya manusia khususnya pada guru-guru
SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB B
dan C atau tuna grahita dan tuna rungu serta
pemberdayaan keterampilan untuk mencapai
SDM (Sumber Daya Manusia) yang kreatif,
inovatif dalam bidang pendidikan yang bertolak
ukur pada pendidikan seni khususnya seni rupa
dalam rangka ikut meningkatkan diri dan untuk
berwirausaha di bidang pembuatan Kelobot Art
menjadi produk bernilai jual tinggi.
III. PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Pembahasan
1. Mengkaji hasil yang dicapai oleh para
peserta yaitu 75% berhasil dengan kriteria
baik, maksudnya pemahaman peserta
tentang pengertian tujuan dan teknik sudah
baik, dan dari aspek teknik penyelesaian,
keindahan dan kecepatan juga baik.
Sedangkan hasil 25% dari peserta yang
memperoleh kriteria cukup, siswa-siswi
SMPLB B dan C pada umumnya aspek
33
kecepatan dan kerapihan belum dapat
melakukannya dengan baik, artinya 25%
dari peserta tersebut kerjanya harus
membutuhkan bimbingan yang lebih khusus
dan belum dapat membuat Klobot Art
dengan rapi dan proporsi.
2. Pelaksanaan kegiatan ini, tim pengabdian
tidak banyak mengalami hambatan yang,
berarti. Hal ini disebabkan penyelenggaraan
ini dilakukan pada pertemuan rutin antara
tim pengabdi dengan pihak komponen
sekolah SMPLB B dan C kOTA Garut.
Selain itu, peserta merasa membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan membuat
kreasi Klobot Art dengan teknik merangkai,
kolase, dan anyam, untuk menciptakan
ruang kelas, mading sekolah, maupun ruang
kantor agar lebih indah dengan adanya
karya seni dari kulit jagung. Hal ini
ditunjukkan jumlah peserta yang konsisten
sesuai dengan kesepakatan yaitu 24 orang
untuk dua sekolah.Respon semua pihak
sekolah seperti Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, maupun para guru SMPLB
B dan C juga sangat menunjang baik
penyiapan fasilitas tempat, Tetapi ada
sedikit kendala yang menghambat jalannya
pelaksanaan ini, antara lain waktu yang
terbatas, sehingga siswa/i maupun guru
tidak bisa menyelesaikan hasil karya mereka
dalam waktu sehari dan dilanjutkan dihari
berikutnya.
3. Faktor pendorong yang mempengaruhi
kelancaran pclaksanaan kegiatan ini adalah
keinginan peserta untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan. Selain itu,
Kepala Sekolah maupun Wakil Kepala
Sekolah SMPLB B dan C Kota Garut juga
ikut sebagai peserta pelatihan sehingga
memacu peserta yang lain untuk lebih
semangat dan aktif.
4. Relevansi kegiatan ini dapat memperkenalkan dan menambah pengetahuan dan
keterampilan peserta didik maupun para
pendidik SMPLB B dan C di Kota Garut
untuk lebih kreatif dan inovatif membuat
media pembelajaran yang menyenangkan
juga bermakna. Bagi tim pengabdian
34
masyarakat merupakan penerapan langsung
dari materi-materi mata kuliah yang
dipelajarinya, sehingga dapat rnendharmabaktikan kemampuan sesuai dengan
perkembangan zaman.
5. Tindak lanjut kegiatan ini diharapkan para
siswa/i maupun guru-guru SMPLB B dan C
Kota Garut memperoleh dasar pengetahuan
dan keterampilan membuat kreasi dengan
teknik merangkai, kolase dan anyam, dapat
sering berlatih dan rnenekuninya yang
memungkinkan dapat sebagai bekal untuk
usaha di bidang jasa membuat kreasi Klobot
Art dengan teknik merangkai, kolase, dan
anyam. Selain itu dapat menyampaikan dan
disebarluaskan kepada siswa/i maupun
guru-guru
yang
belum
mendapat
kesempatan mengikuti pelatihan membuat
kreasi bunga dari kulit jagung (Klobot Art)
khas Garut dengan teknik merangkai,
kolase, dan menganyam.
B. Hasil
Hasil pengabdian kepada masyarakat
dijabarkan dalam 3 aspek, yakni: kehadiran
peserta, partisipasi dan kesungguhan peserta
serta hasil praktek/latihan.
1. Kehadiran peserta
Sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan
ini adalah guru-guru SMPLB Garut yang
terdiri dari 12 SMPLB B dan C atau tuna
grahita dan tuna rungu.Pada pelaksanaan
kegiatan jumlah peserta yang hadir sesuai
dengan kesepakatan yaitu 24peserta.Selama
3 hari pertemuan kehadiran 100% atau tidak
ada yang absen.
2. Partisipasi dan kesungguhan peserta
Paritisipasi dan kesungguhan peserta dapat
dikatakan baik. Hal ini terlihat dari
kesungguhan peserta dalam mengikuti
kegiatan, demonstrasi maupun melakukan
praktek. Hal ini didukung dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta untuk
praktek dan membawa pulang hasil tersebut
kemudian mengadakan pameran yang
dilakukan pihak sekolah di Mall Ramayana
Kota Garut.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
3. Hasil pelatihan keterampilan membuat
kreasi bunga, bingkai foto, dan sebagainya
dengan teknik rangkai, kolase, dan anyam.
Berdasarkan hasil pengamatan selama
pelaksanaan
dan
pemantauan
{TOT
(Monitoring)}yang telah dilaksanakan diperoleh
hasil :
a. Peserta pelatihan sangat antusias saat
diberikan materi teori baik berupa video
atau ppt, bahan, alat-alat yang digunakan
untuk membuat Klobot Art dengan
teknik rangkai,kolase, dan anyam. Halini
terlihat dari, diskusi antara tim pengabdi
dengan peserta. dan hasil karya Klobot
Art yang dibuat para guru maupun
siswa/i SMPLB Garut.
b. Praktek yang dilakukan adalah membuat
kreasi bunga dari kulit jagung berupa
bunga mawar, bunga aster, bingkai
photo, hiasan buku harian dengan teknik
merangkai, kolase, dan menganyam.
Para siswa/i yang didampingi oleh
masing-masing guru, yang mana sesuai
dengan waktu yang telah disepakati
peserta, dapat menyelesaikan membuat
Klobot Artdengan teknik merangkai,
kolase, dan menganyam dimana
penerapannya pada kreasi bunga, mading
sekolah, vas bunga, bingkai foto, dan
hiasan buku harian .
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pelaksanaan pengabdian kepada
masyarakat menunjukkan bahwa siswa/i dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
guru-guru SMPLB B dan C Kota Garut peserta
pelatihan tentang pengetahuan dan keterampilan
membuat kreasi kulit jagung (Klobot Art) dengan
teknik merangkai, kolase, dan menganyam
melalui metode presentasi, tanya jawab,
demonstrasi oleh tim pengabdian, maka para
peserta dapat mengenal dan memahami materi
pelatihan. Selain itu, baik siswa/i maupun para
guru SMPLB B dan C Kota Garut melalui
metode latihan / praktek dapat membuat /
mempraktekkan membuat berbagai kreasi Klobot
Art berupa kreasi jenis bunga, vas, bross, hiasan
buku harian, bingkai foto, dan sebagainya
dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam dengan hasil 75% peserta berhasil dengan
kriteria baik dan 25% peserta berhasil dengan
kriteria cukup.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil
kegiatan adalah kepada guru-guru SMPLB B dan
C Kota Garut sebagai Tim Pendidik anak-anak
berkebutuhan (tuna grahita atau tuna rungu)
diwilayah Garut agar menyampaikan dan
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh kepada masyarakat
sekitarnya dengan pelatihan membuat Klobot Art
(kreasi kulit jagung) berupa pengembangan
produk yang berbeda dari yang dibibimbing oleh
Tim Pengabdi seperti membuat dompet, tas, dan
lain sebagainya dengan teknik yang sama yaitu
merangkai, kolase, dan menganyam. Kemudian,
hendaknya pelatihan tersebut dapatlah sebagai
dasar pengetahuan dan keterampilan, yang
selanjutnya dapat ditekuni dan dikembangkan
menjadi salah satu altenatif untuk membuka
usaha dengan berwirausaha.
35
36
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA
MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DENGAN BANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA
DI WILAYAH TANGERANG SELATAN
Anton Noornia1), Aris Hadiyan W2), Ibnu Hadi3)
Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kurikulum 2013 (Kurtilas) telah dicanakan dan bahkan diterapkan. Pendekatan pembelajaran
yang dikembangkan di Kurtilas merupakan sesuatu yang relatif baru bagi guru, perlu
pembiasaan dalam menerapkannya. Pelatihan yang diberikan pemerintah untuk penguasaan
Kurtilas sangat terbatas waktunya, untuk itu guru perlu dilatih bagaimana mengembangkan
diri untuk bisa menerapkan Kurtilas dengan baik, pengetahuan mengenai pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) haruslah dikuasai siswa, sebagai alat pengembangan diri. Di
samping itu perlunya penguasaan dan bantuan Teknologi, Komunikasi dan Informasi
amatlah penting dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, khsusnya Geometri. Oleh
karena itu, perlu dikenalkan kepada para guru beragam softesre yang dapat membantu dan
memaksimalkan pembelajaran di dalam kelas.
Kata Kunci : Kurtilas, PTK, software pembelajaran
I.
PENDAHULUAN
Penerapan Kurikulum 2013 (Kurtilas) di
tingkat sekolah dasar hingga menengah atas
memang dihentikan sementara, karena perbaikan
dan persiapan di sana- sini perlu dilakukan oleh
pemerintah agar penerapannya kembali kelak
dapat berlangsung secara sempurna. Walaupun
demikian, penghentian dan perbaikan yang
dilakukan itu sebenarnya sebatas tehnik evaluasi
yang memang masih dirasakan sulit. Sedangkan
penerapan pendekatan pembelajaran saintifik
sebenarnya sebaiknya tetap dilakukan guru.
Karena pendekatan tersebut, khususnya untuk
pembelajaran
matematika,
sangat
tepat
diterapkan.
Masalah yang muncul kemudian, ketika
pendekatan pembelajaran saintifik diterapkan
adalah guru belum terbiasa melakukannya.
Mengembangkan bahan observasi atau media
pendukung untuk melaksanakan pembelajaran
sangatlah sulit dicari dan jarang tersedia,
terutama untuk materi matematika di tingkat
SMA. Tuntutan materi yang cenderung abstrak
menyulitkan guru mencari bahan yang dapat
dijadikan jembatan untuk mengembangkan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
model-model antara untuk sampai pada konsep
matematika yang dipelajari. Buku yang disediakan pemerintah juga belum sepenuhnya
sempurna mempersiapkan tahapan-tahapan itu.
Masalah lain yang banyak dialami guru
adalah bahwa sekarang ini jarang sekali
pelatihan-pelatihan
yang
diadakan
oleh
pemerintah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan guru, padahal guru di lapangan
sangat membutuhkan pelayanan tersebut.
Pelatihan kurtilas yang berlangsung singkat dan
tidak berkesinambungan tidak cukup memenuhi
rasa haus guru akan kesempatan memeroleh
pengetahuan.
Melalui program Pengabdian Kepada
Masyarakat (P2M) ini, kami sebagai pendidik
memiliki keinginan dan merasa bertanggung
jawab untuk membantu dan melatih guru-guru
sekolah menengah atas untuk meningkatkan
kemampuan menerapkan pembelajaran matematika sesuai tuntutan Kurtilas. Melalui
penjaringan pendapat pada pertemuan pelaksanaan Open House FMIPA 2015 lalu, beberapa
guru meminta UNJ, dalam hal ini Jurusan
Matematika, untuk memberikan pelatihan
37
menerapkan Kurtilas dengan berbantuan
software pendukung. Disepakati kemudian akan
dilakukan pelatihan menerapkan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk Mengembangkan
Pembelajaran Matematika dengan Berbantuan
Software GeoGebra. Kegiatan ini dirancang
untuk guru-guru SMA mengantisipasi penerapan
Kurtilas di wilayah Tangerang Selatan.
A. Rumusan Masalah
Bagaimanakah mengembangkan kemampuan guru matematika melakukan penelitian
tindakan kelas dengan bantuan software
geogebra di Wilayah Tangerang Selatan?
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat ini antara lain :
1. Meningkatkan
mutu
pembelajaran
matematika.
2. Membantu guru SMA membuat dan
menerapkan software matematika dalam
pembelajaran matematika melalui PTK.
3. Menumbuhkan motivasi guru untuk
membuat penelitian, khususnya dalam
mempersiapkan
diri
menerapkan
Kurtilas.
Perkembangan zaman dan tuntutan akan
kemampuan yang harus dimiliki bangsa
Indonesia agar bisa sejajar dengan bangsa lain
dalam hal berpikir dan mengembangkan
pengetahuan dan teknologi, menuntut adanya
perubahan paradigm pembelajaran di sekolah
yang kelak dampaknya akan memengaruhi
bagaimana insan Indonesia bersikap, bertingkah
laku dan berpikir. Kurtilas yang pembelajar
dalam rangka memperoleh pengetahuannya
menuntut siswa untuk bersikap dan berpikir
ilmiah.
Kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific
Instruction Approach) yaitu tahapan dalam
pembelajaran yang meliputi menggali informasi
melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau infor-masi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan ilmiah
pembelajaran tersebut disajikan berikut ini:
C. Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa
pihak :
1. Bagi guru, mereka akan lebih profesional
dalam kegiatan belajar mengajar dengan
dimilikinya kemampuan menggunakan
teknnologi informasi dan kemampuan
meneliti menggunakan jenis penelitian
tindakan.
2. Bagi siswa, mereka lebih termotivasi dan
senang belajar
matematik sehingga
diharapkan
kemampuannya
akan
meningkat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penerapan Kurikulum 2013 (Kurtilas)
adalah keniscayaan yang memang harus
dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah.
38
Gambar 1. Tahapan Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik
1. Mengamati
Metode
mengamati
mengutamakan
kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya.
2. Menanya
Menanya adalah bentuk keingintahuan
siswa denganmengajukan pertanyaan atas apa
yang diamatinya. Siswa bertanya atas apa yang
diobservasinya mendorong sikap kritis yang
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dibutuhkan dalam memahami pengetahuan.
Mendorong siswanya untuk bertanya terhadap
hasil apa yang diobserasinya adalah kecakapan
yang diharapkan.
3. Menalar
Istilah menalar di sini merupakan padanan
dari associating; bukan merupakan terjemanan
dari reasonsing. Esensi menalar adalah upaya
memahami apa yang sedang dipikirkan.
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Bentuk menalar lainya adalah
termasuk di dalamnya adalah menganalogi dan
mencari hubungan antar fenomena.
4. Mencoba
Agar memperoleh hasil belajar yang nyata
atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode
eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,
yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak
lanjut.
5. Membuat Jejaring
Dasar dari pelaksanaan tahap ini adalah
pembelajaran kolaboratif yang merupakan suatu
filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar
teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah.
Kolaborasi esensinya merupakan filsafat
interaksi dan gaya hidup manusia yang
menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai
struktur interaksi yang dirancang secara baik dan
disengaja rupa untuk memudahkan usaha
kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
 GeoGebra
GeoGebra adalah software matematika
dinamis yang menggabungkan geometri, aljabar,
dan kalkulus. Software ini dikembangkan untuk
proses belajar mengajar matematika di sekolah
oleh Markus Hohenwarter di Universitas Florida
Atlantic. Di satu sisi, GeoGebra adalah sistem
geometri dinamik. Anda dapat melakukan
konstruksi dengan titik, vektor, ruas garis, garis,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
irisan kerucut, begitu juga dengan fungsi, dan
mengubah hasil konstruksi selanjutnya. Di sisi
lain, persamaan dan koordinat dapat dimasukan
secara langsung. Jadi, GeoGebra memiliki
kemampuan menangani varibel-peubah untuk
angka, vektor, titik, menemukan turunan dan
integral dari suatu fungsi, dan menawarkan
perintah-perintah seperti Akar atau Nilai Ekstrim.
Hal-hal yang dapat kita ajarkan melalui
pembelajaran menggunakan geogebra antara lain
diantaranya; (1) Bisa mengajarkan langkahlangkah dalam melukis dalam geometri Euclid,
seperti bagaimana cara melukis lingkaran luar
segitiga, bagaimana cara melukis garis kuasa
pada lingkaran, (2) Kita bisa mengajarkan
konsep-konsep dalam geometri, aljabar, maupun
kalkulus melalui pola-pola yang terjadi sehingga
dapat melatih pola pikir deduktif, (3) Kita bisa
menanamkan konsep abstrak sehingga mampu
membayangkan dan mendeskripsikan konsep
abstrak tersebut. Interface dari geogebra ini
terdiri atas menu file, toolbar, algebra view,
graphics view, dan spreadsheet view. Berikut
interface dari GeoGebra:
Gambar 2. Interface GeoGebra

Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa pendapat mengenai definisi
dari Penelitian Tindakan (Action Research) ini.
Definisi penelitian tindakan yang sangat singkat
telah dirumuskan oleh Helsey sebagai berikut:
”Penelitian tindakan adalah bentuk intervensi
skala kecil dalam Hal berfungsinya dunia nyata
ini, dan memeriksa dengan cermat apakah
intervensi itu efektif atau tidak” (Iksan,1994:17).
Lebih lanjut dalam perkembangan
Kemmis & Taggart mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai berikut :
39
“Action research is a form of collective selfinquiry undertaken by participants ini socilal
situations in order to improve the rationality and
justice of their own social or educational
practices as well as their understanding of these
practices and the situations in which these
practices are carried out.
Groups of the
participants can be teachers, students,
principals, parents, and other community
members,-any group with a shared concern. The
approach is only action research when it is
collaborative, though it is important to realize
that the action research of group is achieved
through the critically examined action of
individual group members” (Kemmis and Mc
Taggart, 1988:5).
Di dalam definisi tersebut terdapat prinsip
dilakukan oleh para peserta, yakni para pelaku
program (praktis) yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan patisipatoris. Ini berarti bahwa
penelitian tindakan mesti melibatkan pelaku
kegiatan program, seperti guru, murid, kepala
sekolah, dan sebagainya. Kemmis dan Mc
Taggart mengidentifikasi adanya 17 butir kunci
yang mencirikan penelitian tindakan dalam dunia
pendidikan, beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian tindakan adalah suatu pendekatan
untuk memperbaiki pelak-sanaan suatu
program dengan jalan melakukan suatu
perubahan (intervensi) dan belajar dari
pengalaman
dalam
perubahan
yang
dilakukan.
2. Penelitian tindakan adalah penelitian
partisipatori,
yakni
penelitian
yang
melibatkan para pelaksana program yang
bekerja ke arah perbaikan cara-cara kerja
mereka.
3. Penelitian tindakan dilaksanakan melalui
self-reflecive spiral, yakni spiral siklus yang
berulang yang meliputi: perencanaan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan sistematik terhadap
tindakan (observing), refleksi (reflecting),
dan perencanaan kembali (replanning), dan
demikian seterusnya seperti berikut.
40
Gambar 3. Siklus dalam Classroom Action Research
4. Penelitian tindakan menumbuhkan para
partisipan dan para kolaborator menjadi
komunitas yang kritis ke dalam diri sendiri
self-critical communities melalui pengalaman
mereka pada semua tahap penelitian
tindakan. Mereka menjadi kritis terhadap
apa yang mereka kerjakan dan termotivasi
untuk meningkatkan efektivitas kerja melalui
langkah-langkah penelitian tindakan.
5. Penelitian tindakan merupakan proses belajar
yang sistematik, di mana para partisipan
bertindak dengan cermat.
Penelitian
tindakan adalah proses penggunaan critical
intelligence
untuk
menginformasikan
tindakan yang mereka kerjakan.
III. MATERI DAN METODE
Sesuai dengan tujuan pusat pengabdian
masyarakat dalam latar belakang di atas, maka
Universitas Negeri Jakarta sebagai salah satu
institusi perguruan tinggi melalui kegiatan
pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat
berperan aktif dalam menyebarluaskan IPTEKS
sebagai produk yang telah diteliti dan
dimanfaatkan untuk mencapai sasaran tersebut.
Oleh karena itu, kegiatan pengabdian yang telah
dilakukan di sini adalah kegiatan yang
menyebarluaskan hasil penelitian tentang
pengembangan penelitian kualitatif PTK dengan
bentuk pembelajaran yang memanfaatkan ICT
(Information Communication and Technology)
berupa pembelajaran meng-gunakan GeoGebra.
Ini dilakukan bagi guru agar mereka terampil
menggunakan media ajar sekaligus melaksanakan implementasi Kurtilas, maka mereka
berksempatan mengembangkan mengajarnya
melalui pelaksanaan penelitian PTK.
Salah satu upaya agar guru siap menerapkan Kurtilas, dimana proses pembelajarannya
dapat memanfaatkan media, seperti software
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
GeoGebra. Penyebarluasan teknologi dan
pemanfaatan ICT sebagai sarana media ajar yang
mempermudah belajar materi matematika seperti
Geometri perlu dilakukan. Sedangkan tehnik
menerapkannya yang terbaik dal;am proses
pembelajaran, guru dapat menguji coba
pembelajarannya melalui penelitian PTK. Hasil
penelitian ini akan memberi gambaran pada guru
bagaimana software GeoGebra diteraplkan
secara baik dan benaar dalam rangka
menerapkan Kurtilas. Melalui pelatihan ini,
diharapkan penguasaan software pembelajaran
dengan menerapkan penelitian PTK akan dapat
diperoleh proses pembelajaran sesuai Kurtilas
yang efektif.
Selanjutnya
direalisasikan
kegiatan
dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang
berupa pengumpulan data mengenai kemampuan
guru di Wilayah Tanggerang Selatan yang belum
mampu menggunakan komputer dan mengenal
software pembelajaran GeoGebra. Serta guru
yang berminat mengembangkan kemampuannya
dalam penelitian dan berniat melakukan
penelitian, seperti PTK. Pelaksanaan Pelatihan
diseleng-garakan dalam satu kali pertemuan pada
Sabtu, 15 Agustus 2014, dari pukul 08.00 - 15.00
WIB, bertempat di Gedung P2PKG SMAN 11
Tanggerang Selatan. Sasaran kegiatan sekaligus
peserta kegiatan adalah sebanyak 17 orang guru
di tingkat SMA. Evaluasi dilakukan berupa
kegiatan pengisisan angkat yang kemudian
dianalisis prosesnya untuk memeroleh hasil dan
efektivitas pelatihan.
Metode yang digunakan pada program
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
adalah pembekalan teori dan praktek. Teori dan
praktek diberikan dalam bentuk pelatihan oleh
nara sumber (dosen) yang didampingi beberapa
dosen. Pelatihan yang diberikan pada kegiatan
ini adalah mengembangkan proposal dan
penelitian tindakan kelas dan pelatihan
menggunakan software GeoGebra sesuai materi
matematika SMA dan cara mengajarkannya
untuk siswa.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik
dan peserta tampak antusias mengikuti pelatihan.
Ini terlihat dari keseriusan dalam memptraktekan
apa yang dipelajari dan proses tanya jawab yang
intens selama pelatihan sering terjadi.
Pelaksanaan program pengabdian kepada
masyarakat ini memberikan pengaruh dan
manfaat terhadap peserta peserta program, hal ini
terlihat dari hasil quisioner sebelum dan setelah
pelaksanaan serta wawancara sebagai berikut :
1. Sebelum kegiatan ketika ditanyakan apakah
guru terbiasa melaksanakan pembelajaran
mengguankan ICT hanya 23% peserta yang
menggunakan media pembelajaran berbasis
ICT untuk pembelajaran di kelas. PAdahal
jika ditanya seberapa besar manfaat ICT peda
pembelajaran mereka yang menjawab sangat
berpengaruh sebesar lebih dari 50%. Setelah
mengikuti program ini peningkatkan motivasi
peserta
untuk
menggunakan
media
pembelajaran berbasis ICT untuk pembelajaran di kelas sebesar 100%.
Gambar 5. Peserta Pengguna ICT dalam
Pembelajaran
2. Peserta ditanya apakah mereka mengenal
software GeoGebra sebagai sebuah software
yang
membantu
dalam
pembelajaran
matematika? Jawabannya mengejutkan, lebih
dari 50 % mengatakan tahu dan pernah
menerima pelatihan .
Gambar 5. Pengetahuan Peserta Mengenai Software
GeoGebra
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
41
Tetapi ketika kepada mereka ditanyakan
apakah
mereka
menerapkannya
dalam
pelaksanaan pembelajaran? Hanya 5% saja guru
yang menerapkannya
Gambar 6. Peserta Menerapkan Software GeoGebra
di Kelas
Setelah pelatihan, pertanyaan seberapa
besar minat mereka untuk memanfaatkan
Software GeoGebra dalam pembelajaran atau
administrasi pendidikan? Hampir seluruh peserta
merasakan motivasi yang besar bahkan sangat
besar untuk memanfaatkannya.
Sebagai bentuk keinginan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari, ditanyakan kepada
peserta, apakah mereka berminat melakukan
PTK
untuk
mengembangkan
bentuk
pembelajaran yang menerapkan penggunaan
ICT, sebagai bentuk pengembangan professional
guru, 100% peserta menyebutkan keinginan yang
sangat besar untuk melaksakannya.
Gambar 7. Motivasi Peserta menerapkan hasil
Pelatihan
Demikian hasil sukses
diperoleh setelah pelatihan.
dan
baik
Geogebra Di Wilayah Tangerang Selatan,”
bertujuan menambah dan memperluas
wawasan pengetahuan guru SMA di
Tanggerang Selatan dalam meningkatkan
keterampilan guru di Tanggerang Selatan
dalam melakukan penelitian menggunakan
PTK pada materi Geometri yang menerapkan
software GeoGebra, sebagai usaha pengembangan penerapan Kurtilas.
2. Peserta kegiatan, dengan segala keterbatasan,
telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk membuat sendiri
media
pembelajaran dengan menggunakan software
GeoGebra. Selain itu, peserta kegiatan cukup
antusias dalam pelaksanaan pelatihan.
B. Saran
1. Perlunya pembinaan berlanjutan dan kontinu
sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana
peserta menerapkan pengetahuan dan
keterampilan
yang
diperoleh
selepas
mengikuti kegiatan, dan bagaimana selanjutnya mereka harus mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuannya kepada
guru lain.
2. Perlunya diadakan kegiatan pelatihan lanjutan
tentang penyelesaian masalah-masalah yang
berkaitan dengan metode pengajaran dan
penyelesaian masalah pengajaran di kelas,
terutama materi geometrid
melalui
pengembangan PTK.
3. Perlunya diadakan kegiatan lanjutan berupa
seminar nasional atau yang lebih luas untuk
menjadi sarana menampung karya-karya guru
hasil pengembangan professional dan
pedagogisnya, bekerja sama antara MGMP,
Dinas Pendidikan Daerah dan Perguruan
Tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan pelatihan
keterampilan ini adalah :
Anderson, Din S. & Biddle, Bruce J. (1991).
Knowledge for Policy : Improving
Education through Research. London: The
Palmer Press.
1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dengan judul “Mengembangkan Kemampuan
Guru Matematika Melakukan Penelitian
Tindakan Kelas Dengan Bantuan Software
42
Carr, Wilfred & Kemmis, Stephen (1986).
Becoming
Critical
:
Education,
Knowledge, and Action Research.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Deakin University (1990). The Action Research
Reader.
Geelong, Victoria: Deakin
University.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1988).
The Action Research Planner. Geelong
Victoria: Deakin University.
Hasan, M. Zaini (1994). Pengertian dan Disain
Penelitian Tindakan. Disajikan pada
Lokakaryua Penelitian Tindakan di IKIP
PGRI Malang. 12 Nopember 1994.
McNiff, Jean. Jack Whitehead(2002). Action
Research: Principles and Practice. 2nd
Edition. London: Routledge&Palmer.
Hopkins, David (1993). Teacher’s Guide to
Classroom
Research.
Buckingham,
Philadelphia: Open University Press.
http://www.ziddu.com/download/17260989/mast
ergeogebra.zip.html
http://www.ziddu.com/download/6638498/introd
uctiontogeogebra.zip.html
http://www.ziddu.com/download/6607669/manu
algeogebra.zip.html
Iksan Wasesa (1994). Wawasan dan Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan.
Makalah untuk Lokakarya Pelatihan
Penelitian Tindakan di IKIP Yogyakarta.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
McTaggart, Robin (1991). Action Research: A
Short Modern History. Geelong, Victoria:
Deakin University.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985).
The development and validation of the test
of basic process skills. Paper presented at
the annual meeting of the National
Association for Research in Science
Teaching, French Lick, IN.
Winter, Richard (1989).
Learning from
Experience: Principles and Practice in
Action Research. London: The Palmer
Press.
43
44
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN KELAS SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH DASAR
DESA KUBANG BAROS - RANCA SANGGAL
KECAMATAN CINANGKA – KABUPATEN SERANG – PROVINSI BANTEN
E. Surachman
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru dapat melakukan
penelitian terhadap interaksi dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, efektifitas
penggunaan metode dan media pembelajaran. Di samping itu gurujuga secara refektif dapat
menganalisis dan mendiagnosis apa yang telah dilakukan di kelas dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktik
pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri,
dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan yang direncakan,
dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan demikian diperoleh umpan balik yang sistematik
mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu,
dapat dibuktikan suatu teori belajar mengajar untuk diterapkan dengan baik di kelas yang
ditekuni. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui PTK
pendidik dapat mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses dan atau produk belajar
yang lebih efektif, optimal, fungsional.
Dari sisi kebijakan dalam bidang pendidikan, pemahaman dan kemampuan guru
mengenai penelitian tindakan kelas, sangat penting terutama terkait sertifikasi guru dan
kenaikan golongan. Di sinilah kemudian, perlu dilakukan pengabdian masyarakat, dalam hal
ini masyarakat persekolahan dalam mengembangkan penelitian tindakan kelas.
Kata Kunci : PTK, Guru
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Peningkatan kualitas proses maupun hasil
pembelajaran merupakan konsekuensi logis dari
perkembangan dinamika pendidikan dan tugas
kependidikan masa kini. Dalam hal ini guru
dituntut melakukan pemutakhiran pendekatan,
strategi, metode, serta teknik pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas proses serta
hasil
pendidikan dan pembelajaran. Salah satu upaya
peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran tersebut, hendaknya dilakukan
dengan paradigma pemikiran research-actionimprovement (RAI), yang bersifat bottom-up,
realistik-pragmatik yang diawali dengan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
diagnosis masalah secara nyata yang dialami
oleh para guru di lapangan, kemudian diakhiri
dengan sebuah upaya perbaikan (improvement).
Upaya perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran, menuntut adanya inisiatif dan
keinginan dari dalam diri para guru untuk mau
melakukan upaya perbaikan. Upaya perbaikan
dimulai ketikan guru secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi terhadap setiap
kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan,
sebagai suatu bentuk diagnosis terhadap
permasalahan pembelajaran. Dari sinilah
kemudian filosofi penelitian tindakan kelas yang
diperuntukkan
untuk
meningkatkan
profesionalitas guru dimulai.
45
Dalam
rangka
inovasi
kegiatan
pembelajaran, Penelitian Tindakan Kelas
kemudian dipandang sebagai bentuk penelitian
peningkatan kualitas pembelajaran yang tepat
karena selain sebagai peneliti, guru juga
bertindak sebagai pelaksana proses kegiatan
pembelajaran, sehingga tahu betul permasalahan
yang dihadapi dan kondisi yang ingin dicapai.
Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan
prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalitas pendidik dalam
proses pembelajaran di kelas. Bahkan McNiff
(1992:1) memandang penelitian ini sebagai
bentuk penelitian reflektif yang dapat dilakukan
oleh pendidik sendiri, pengembangan sekolah,
meningkatkan
prestasi
belajar,
dan
pengembangan keahlian dalam melakukan
kegaiatan pembelajaran. Dalam PTK, guru dapat
melihat dan menganlisis sendiri
praktik
pembelajaran atau bersamaan dengan guru
lain.Melalui pelaksanaan PTK guru
dapat
melakukan penelitian terhadap interaksi dan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
efektifitas penggunaan metode dan media
pembelajaran. Di samping itu gurujuga secara
refektif dapat menganalisis dan mendiagnosis
apa yang telah dilakukan di kelas dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain
melalui
penelitian tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi
lebih efektif.
Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan
dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah
praktik-praktik pembelajaran yang selama ini
dilakukan memiliki efektivitas yang tinggi. Jika
dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan
bahwa praktik-praktik pembelajaran tertentu
seperti: pemberian pekerjaan rumah kepada
siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang
bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas efektif,
cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas
tidak mampu merangsang siswa untuk berpikir
dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara
tentatif tindakan tertentu untuk memperbaiki
keadaan tersebut melalui penelitian tindakan
kelas.
Penelitian Tindakan Kelas terkait dengan
persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang
dihadapi oleh para guru. Sebagai contoh, jika
46
pendidik menghadapi persoalan rendahnya minat
baca siswa, sehingga kondisi ini sangat
menghambat pencapaian tujuan kurikuler.
Dengan penelitian tindakan kelas dapat dicoba
berbagai tindakan yang berupa program
pembelajaran tertentu, seperti mencoba ceritacerita lokal, menggunakan buku yang memiliki
cerita lucu, dan sebagainya. Berdasarkan
program pembelajaran yang dirancang sebagai
bentuk PTK akhirnya guru dapat memperbaiki
persoalan rendahnya minat baca siswanya.
Sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki
minat baca yang tinggi, akan tetapi tidak dapat
memanfaatkan bahan bacaan secara tepat, guru
juga dapat melakukan PTK untuk mencari dan
memilih secara tepat terhadap kesalahan siswa
dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang
fungsional.
Namun demikian, antusiasme guru masih
kurang optimal dalam mengembangkan PTK,
karena keterbatasan kemampuan dan kurangnya
pengalaman
penelitian.Di
samping
itu,
keterbatasan pengetahuan dan pemahaman
mengenai penelitian tindakan kelas menyebabkan hasil-hasil pelaksanaan penelitian yang
terlaksana masih kurang optimal.Kebanyakan
hasil penelitian tindakan masih rancu dengan
penelitian dengan analisis statistik.Dari sisi
kebijakan dalam bidang pendidikan, pemahaman
dan kemampuan guru mengenai penelitian
tindakan kelas, sangat penting terutama terkait
sertifikasi guru dan kenaikan golongan.Di sinilah
kemudian,
perlu
dilakukan
pengabdian
masyarakat, dalam hal ini masyarakat
persekolahan dalam mengembang-kan penelitian
tindakan kelas.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
dirumuskan masalah yang dapat dijadikan titik
fokus utama kegiatan pengabdian kepada
masyarakat, sebagai berikut :
“Bagaimana meningkatkan profesionalitas guruguru Sekolah Dasar di Desa Kubang Baros dan
Ranca Sanggal melalui work shop penelitian
tindakan kelas “?
C. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
memberikan pemahaman dan pengalaman
langsung kepada guru-guru guru Sekolah Dasar
Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal –
Kecamatan Cinangka – Kabupaten Serang –
Propinsi Banten, dalam membuat proposal dan
melakasanakan penelitian tindakan kelas.
Selain itu, secara tentatif, juga ingin
mengetahui dan menganalisis masalah utama
yang dihadapi guru Sekolah Dasar Ranca
Sanggal, dalam melaksanakan dan mengembangkan PTK;mengidentifikasi dan menganalisis
seberapa tinggipemahaman (kompetensi) guru
guru dalam mengembangkan PTK di sekolah;
dan mengetahui peningkatan kualitas belajar
melalui refleksi penelitian tindakan kelas.
D. Manfaat Kegiatan
Dari kegiatan pengabdian inimanfaat
utama yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi berbagai pihak, terutama guruguru Sekolah Dasar desa Ranca Sanggal dalam
hal peningkatan pemahaman (kompetensi)dan
pengalaman melakukan penelitian tindakan
kelas. Di samping itu, bagi pihak -pihak terkait
(pemerhati pendidikan, Perguruan Tinggi, dan
Pemerintah/Kemendikbud), kegiatan pengabdian
ini diharapkan sebagai upaya mengetahui
implementasi PTK dan persoalannya di sekolah,
untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi
program pendidikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsepsi Profesionalitas Guru
Secara ekplisit PP No. 74 Tahun 2008
pasal 2 menyebutkan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi
pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut
maka seorang guru dituntut untuk memiliki
komptensi yang memadai untuk dapat disebut
sebagai seorang yang profesional.
Suatu pekerjaan profesional menurut Moh.
Ali (Kunandar, 2007: 47) memerlukan
persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya
keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya
tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan sejalan dengan dinamika kehidupan.
Selain itu, Moh. Uzer Usman (2005:85)
menambahkan bahwa pekerjaan profesional
dituntut: (1) memiliki kode etik, sebagai acuan
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; (2)
memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti
dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya;
(3) diakui oleh masyarakat karena memang
diperlukan jasanya di masyarakat.Guru yang
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian baik dalam materi maupun metode.
Selain itu juga ditunjukkan melalui
tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya.Guru profesional adalah guru
yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan
rasa kesejawatan yang didukung oleh etika
profesi yang kuat. Guru profesional harus
memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai:
kompetensi intelektual, sosial, spiritual, pribadi
dan moral (Mohamad Surya, 2003:28). H.A.R
Tilaar (1999:205) menegaskan bahwa guru
profesional abad 21 harus memiliki:
1. Kepribadian yang matang dan berkembang
(mature and developing personality).
2. Menguasai
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi yang kuat. Melalui dua hal ini
seorang guru profesional akan menginspirasi anak didiknya dengan ilmu dan
teknologi. Guru profesional semestinya ia
adalah 'ilmuwan' yang dibentuk menjadi
pendidik.
3. Menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat dan potensi peserta didik.
Oleh karena itu seorang guru profesional
sudah sepatutnya menguasai keterampilan
metodologis membelajarkan siswa. Karakteristik ini yang membedakan profesi guru
dari profesi lainnya. Jika karakteristik ini
tidak secara sungguh-sungguh dikuasai,
maka siapa saja dapat menjadi 'guru'
seperti yang terjadi sekarang ini.
Akibatnya profesi guru akan kehilangan
'bargaining position'.
47
4. Pengembangan profesi yang berkesinambungan, yang dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan profesi guru.
Materi pendidikan dan pelatihan dimaksud,
secara khusus harus berkaitan dengan
peningkatan
mompetensi
pedagogik,
akademik, kepribadian, dan sosial.
2.
3.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Penelitian Tindakan Kelas atau Class
Action Researchsekarang marak dibicarakan
oleh dunia pendidikan bahkan cenderung
menjadi prasyarat kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru untuk melaksanakannya. PTK
dikenalkan pertama orang Amerika bernama
Kurt Lewin (ahli psikologi sosial) pada tahun
1946 yang selanjutnya dikembangkan oleh
Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John
Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. Bobot
keilmiahannya masih menjadi perdebatan
dikarenakan PTK di Indonesia mulai dikenalkan
sejak 1980-an. PTK sebenarnya bisa diterapkan
dalam lingkup manajemen, perbaikan organisasi,
kesehatan, pengembangan organisasi, dan bidang
pendidikan secara praktis di dalam kelas atau
skala mikro. Dalam skala makro PTK di bidang
pendidikan bisa diterapkan untuk suatu institusi
maupun dalam bentuk tindakan melalui
kebijakan.
Suharsimi (2007:2) menyatakan penelitian
tindakan kelas memuat tiga pengertian yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian berarti
suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu
suatu hal yang menarik minat. Tindakan berarti
suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Kelas adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Menurut Aqib (2007:13), ada beberapa
alasan mengapa PTK merupakan suatu
kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan
profesionalisme guru antara lain karena :
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru
menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi
48
4.
5.
reflektif dan kritis terhadap apa yang sudah
dilakukan bersama siswanya
PTK dapat meningkatkan kinerja guru
sehingga menjadi professional, guru bukian
sekedar praktisi yang puas atas yang
dilakukan namun juga sebagai peneliti di
bidangnya
Melalui PTK guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian
yang dalam terhadap apa yang terjadi di
kelasnya dalam tahap-tahap berdasar
masalah aktual dan faktual.
Pelaksanaan PTK bisa dilakukan terintegrasi
dalam proses pembelajaran yang tidak
mengganggu tugas pokok guru
PTK membuat guru lebih kreatif karena
selalu dituntut untuk melakukan upaya
inovasi sebagai implementasi dan adaptasi
berbagai teori dan teknik pembelajaran serta
bahan ajar yang dipakainya.
Adapun tujuan PTK antara lain: (1)
meningkatkan mutu, isi, masukan, proses dan
hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah;
(2) membantu guru dan tenaga kependidikan
lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3)
meningkatkan sikap profesional pendidik dan
tenaga kependidikan; (4) menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan
LPTK sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable);
(5) meningkatkan keterampilan pendidik dan
tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam
melakukan PTK dan; (6) meningkatkan
kerjasama profesional di antara pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.
Bidang kajian PTK meliputi: (a) masalah
belajar siswa sekolah seperti kesalahan
pembelajaran dan miskonsepsi; (b) desain dan
strategi pembelajaran terkait pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan
inovasi metode atau model pembelajaran dan
interaksi pembelajaran dalam kelas; (c) alat
bantu, media dan sumber belajar, temanya
masalah penggunaan media, perpustakaan, dan
sumber-sumber belajar di dalam/luar kelas; (d)
sistem evaluasi, temanya evaluasi awal dan hasil
pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
berbasis kompetensi; (e) masalah kurikulum,
temanya masalah implementasi KBK, interaksi
guru-siswa, siswa-bahan ajar dan lingkungan
pembelajaran.
Sedangkan luaran umum yang diharapkan
dihasilkan dan PTK adalah sebuah peningkatan
dan perbaikan (improvement and therapy), antara
lain: (a) peningkatan atau perbaikan terhadap
kinerja belajar siswa di sekolah; (b) peningkatan
atau
perbaikan
terhadap
mutu
proses
pembelajaran di kelas; (c) peningkatan atau
perbaikan terhadap kualitas penggunaan media,
alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya;
(d) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas
prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk
mengukur proses dan hasil belajar siswa; (e)
peningkatan atau perbaikan terhadap masalah
pendidikan anak di sekolah; (f) peningkatan dan
perbaikan terhadap kualitas penerapan KBK dan
kompetensi siswa di sekolah.
PTK sebenarnya bagian dari tugas dan
tanggung jawab guru terhadap kinerja
pembelajaran di dalam kelasnya. Meskipun
menggunakan kaidah penelitian ilmiah PTK
berbeda dengan penelitian formal akademik pada
umumnya.Karakteristik PTK antara lain: (a)
didasarkan pada masalah yang dihadapi guru
dalam instruksional (aktual dan faktual); (b)
adanya
kolaborasi
dalam
pelaksanaan
(partisipasi); (c) peneliti sekaligus sebagai
praktisi yang melakukan refleksi; (d) bertujuan
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas
praktik instruksional; (e) dilaksanakan dalam
beberapa siklus.
Menurut Hopkins (dalam Wiriatmadja,
2007; Yunus, 2009), ada 6 (enam) prinsip dalam
PTK sebagai berikut :
(1) Apapun metode PTK yang diterapkannya
sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar (tugas utamanya
mengajar).
(2) Metode
pengumpulan
data
yang
digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga tidak
mengganggu proses pembelajaran.
(3) Metodologi yang digunakan harus
reliable, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi
serta
merumuskan
hipotesis secara meyakinkan, mengemJurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
(4)
(5)
(6)
bangkan strategi yang dapat aplicable,
serta memperoleh data yang dapat
digunakan untuk menjawab hipotesis yang
dikemukakannya.
Masalah yang diusahakan pemecahannya
adalah yang cukup merisaukan, dan
bertolak dari tanggung jawab profesional.
Dalam menyelenggarakan PTK, guru
harus selalu bersikap konsisten menaruh
kepedulian tinggi terhadap proses dan
prosedur
yang
berkaitan
dengan
pekerjaannya.
Pelaksanaan PTK sejauh mungkin
menggunakan class room excerding
perpsective, permasalahan selain dilihat
dalam konteks kelas atau mata pelajaran
tertentu, juga perspektif misi sekolah
secara keseluruhan.
C. Penelitian Tindakan dan Pengembangan
Profesionalitas Guru
Tugas
guru
adalah
mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pemerintah melalui beragam
kebijakan berupaya mendukung profesionalisme
guru. Selain guru mampu melaksanakan
pembelajaran dan meningkatkan kualitas
pembelajaran secara terus menerus. Guru masa
kini sebagai pendidik profesional (dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik) dituntut melakukan peningkatan
professional secara terus menerus.Di era
kurikulum yang mengalami pergeseran atau
perubahan ini penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran membutuhkan guru yang terampil
dan kreatif termasuk harus mampu menulis
sebuah karya tulisan yang ditunjang dengan
penelitian terkait dengan penggunaan berbagai
macam strategi atau metode pembelajaran dan
kinerja pembelajaran serta dampaknya bagi
peserta didiknya.
Membentuk keterampilan guru yang
demikian, guru harus mampu melakukan
penelitian tindakan kelas, hasilnya bisa
diwujudkan menjadi suatu bentuk karya tulis
ilmiah. Hasil penenlitin tindakan kelas bisa
disajikan dalam forum ilmiah bersama bersama
dengan guru-guru yang lain sehingga bisa
berbagi ilmu dan pengalaman. Masalah yang
49
diangkat dalam penelitian bisa bervariasi sesuai
konteks dan kondisi masing-masing tergantung
dari permasalahan yang terjadi di dalam kelas
yang diajarnya. Misalnya guru bisa meneliti
mengenai penerapan berbagai strategi atau
metode dan atau model pembelajaran,
penggunaan media, teknik pembelajaran, model
evaluasi, dan efeknya terhadap proses
pembelajaran dan dampak lain seperti hasil
belajar kepada peserta didik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research merupakan suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh peneliti
yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melakukan tindakan tertentu.Penelitian biasanya
dilakukan dalam dua siklus dengan setiap siklus
bisa terdiri dari beberapa tindakan.Masingmasing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi.Ada banyak model dalam
melaksanakan PTK yang bisa diikuti.
Dengan melakukan suatu penelitian
tindakan kelas, seorang guru memperoleh
pemahaman tentang apa yang harus dilakukan,
merefleksi diri untuk memahami dan menghayati
nilai pendidikan dan pembelajarannya sendiri,
dapat bekerja secara kontekstual, dan mengerti
atau memahami kondisi anak atau peserta
didiknya.
Inisiatif penelitian seharusnya banyak
datang dari para guru karena gurulah yang faham
mengenai kondisi siswanya berawal dari
motivasi diri untuk perbaikan mutu pembelajaran
sifatnya pragmatis dan alamiah. Dalam
melaksanakan guru bisa bermitra dengan
peneliti, guru sekolah lain antar jenjang dan jenis
pendidikan dalam rumpun ataupun bidang studi
yang sama. Kebutuhan kemitraan yang sehat dan
produktif, dikembangkan atas prinsip kesetaraan
di antara pihak terkait sudah sangat mendesak
sebagai
kebutuhan
bersama.
Khususnya
kemitraan antara LPTK dan sekolah adalah
sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era
otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan.
Penelitianpun hendaknya dikelola berdasarkan
atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif),
sehingga kedua belah pihak dapat memetik
manfaat secara timbal balik.
50
III. METODE PELAKSANAAN
A. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah dalam
kegiatan pengabdian ini berupa cooperative
inquiry. Dalam praktiknya cooperative inquiry
ini dilakukan melalui workshop yang akan
mendatangkan narasumber dari pakar penelitian
tindakan kelas dan peserta guru-guru Sekolah
Dasar Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal.
Dalam workshop ini akan disampaikan
pembahasan materi mengenai pengembangan
substansi penelitian tindakan kelas.
Bentuk kegiatan ini lebih menyerupai
bentuk ToT (traine of trainer) sebagai berikut:
1) Pelatihan, metode ini dimaksudkan
untuk menyajikan materi tentang
landasan dan rasional PTK dan analisis
masalah pembelajaran.
2) Tanya jawab, untuk memberikan
kesempatan bertanya kepada peserta
pelatihan terhadap materi terkait analisis
masalah pembelajaran.
3) Pelatihan dan supervisi penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas
4) Tugas, dimaksudkan untuk megetahui
sejauhmana hasil pelatihan ini dapat
dipahami oleh peserta, dan diujudkan
dalam proposal sesuai kondisi dan hasil
analisis masalah pembelajaran.
5) Diskusi, untuk membahas rencana
tindaklanjut
penyebarluasan
dan
implementasi di sekolah masing-masing.
6) Monitoring dan pendampingan.
B. Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah yang
dirancang dalam kegiatan PPM dalam bentuk
pelaksanaan kegiatan workshop ini adalah :
1) Penjelasan konsep tentang Penelitian
Tindakan Kelas baik dasar filosofisnya
maupun
opersionalnya,
kemudian
dilanjutkan dengan latihan menemukan
akar masalah sesuai kondisi sekolah.
2) Latihan menyusun proposal Penelitian
Tindakan Kelas oleh guru guru, dibawah
bimbingan instruktur/narasumber.
3) Latihan praktik pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas oleh guru guru.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
C. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang terlibat dalam
kegiatan pengabdian ini adalah guru-guru
Sekolah Dasar Desa Kubang Baros dan Ranca
Sanggal – Kecamatan Cinangka – Kabupaten
Serang – Provinsi Banten. Tim P2M akan
membimbing sejumlah guru yang potensial yang
menjadi peserta workshop untuk dilatih cara
menganalisis masalah pembelajaran, merancang
dan merealisasikan ke dalam proposal tindakan
kelas, dan bagaimana strategi untuk mengimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Dalam perkembangannya Pelaksanaan
workhop/pelatihan akan langsung dilaksanakan
oleh tim P2M, selanjutnya para guru yang telah
mendapatkan pelatihan diharapkan dapat
menyebarluaskan hasil pelatihannya kepada
guru-guru yang lainnya di luar gugus.
D. Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat yang digunakan adalah Ruang
Aula Sekolah Dasar Negeri Kubang Baros –
Kecamatan Cinangka – Kabupaten Serang –
Provinsi
Banten.Adapun
jadwalkegiatan
pengabdian dengan topik; “Work shop penelitian
tindakan kelas sebagai upaya pengembangan
profesionalitas guru sekolah dasar – desa Ranca
Sanggal dan Kubang Baros, Kecamatan
Cinangka – Kabupaten Serang – Banten”, akan
dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Januari 2015.
E.
1.
Materi Workshop
Penelitian Tindakan
a. Konsep Dasar Penelitian Tindakan
 Penelitian tindakan adalah penelitian
tentang, untuk dan oleh kelompok
sasaran bersama peneliti, dengan
memanfaatkan interaksi,partisipasi, dan
kolaborasi bersama dengan kelompok
sasaran.
 Penelitian tindakan adalah strategi
pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata untuk mendeteksi
dan memecahkan masalah dalam rangka
mengembangkan kemampuan kelompok
sasaran.
 Dalam praktek, penelitian tindakan
menggabungkan
antara
tindakan
bermakna dengan prosedur penelitian
untuk memecahkan suatu masalah secara
ilmiah. Peneliti dan kelompok sasaran
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
secara sadar dan bersama sama
merumuskan suatu tindakan atau
intervensi yangcermat untuk memperbaiki situasi yang dinginkan.
2. Bentuk Bentuk Penelitian Tindakan.
 Participatory Action Research.
Sebuah strategi transformasi sosial yang
menekankan keterlibatan kelompok
sasaran agar pada mereka tumbuh rasa
turut memiliki, dan rasa turut
bertanggung jawab terhadap program
kerja, serta pelaksaan kerja, menganalisis
permasalahan yang ada, serta secara
proaktifturut mem-bangun solusi atas
permasalahan yang ada. Dalam hal ini
suatu rekayasa perubahan sosial;
direncanakan, dilaksanakan, diamati,
dan dievaluasi/ refleksi
untuk
menghasilkan suatumodel perubahan
yang ideal.

Critikal Action Research.
Penelitian tindakan yang yang dilakukan
oleh kelompok yang secarakolektif
mengkritisi masalah praksis, dengan
penekanan pada komitmen untuk
bertindak
memperbaiki
situasi.
Kelompok peneliti masuk dan bergabung
dengan
kelompok
sasaran,untuk
mengetahui lebih jauh berbagai hal yang
menjadi fokus penelitian, sambil
melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan.

Institusional Action Research.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh
pihak manajemen untuk meningkatkan
kualitas kerja, serta produktivitas sebuah
organisasi. Biasanya dilakukan bersama
konsultan yang memliki keakhlian
didalam melakukan tindakan perubahan,
dalam rangka menigkatkan kinerja
organisasi.

Classroom Action Research.
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh
guru di dalam kelas atau sekolah dengan
melibatkan siswa di tempat ia mengajar,
dengan penekanan pada penyempurnaan
proses dan hasil pembelajaran.
51
3.
Karakteristik Penelitian Tindakan.
a. On the job problem oriented.
Masalah yang diteliti adalah
masalah nyata yang
berada dalam
lingkup kewenangan/tanggunjawab kerja
peneliti.
Contoh : Classroom based action
research, yaitu penelitian
guru yang berfokus pada
masalah
yang
ada
di
kelas/sekolah, dan ditandai
oleh pendekatan interpretivisme, karena gurulah yang
paling tahu masalah kelas/
sekolah.
b. Problem solving oriented.
Penelitian yang secara langsung
diarahkan untuk dapat mengatasi suatu
permasalahan tertentu.
Penelitian tindakan kelas
yang dimaksudkan untuk
mengatasi
ketiadaan
media pembelajaran atau
sumber belajar.
Misalnya :
c. Improvement oriented.
Penelitian tindakan yang;
- berorientasi
pada
peningkatan
kualitas.
- harus
menghasilkan
produk
perubahan.
Misalnya
52
:
Tindakan meningkatkan
kualitas
berbagai
komponen sumber daya
sekolah, dalam rangka
meningkatkan
kualitasmaupun kuantitas
lulusan ( output ).
observing, dan reflecting, yang pada
dasarnya menunjukkanalur pemikiran
terhadap efektifitas suatu tindakan.
f. Participatory ( collaborative ).
Penelitian tindakan yang dilakukan
dalam kerjasama dengan pihak lain,
untuk
melalukan
setiap
langkah
penelitian
.
Jenis penelitian ini memiliki ciri;
- dipengaruhi prinsip cricalisme (kebenaran/
realita itu bersifat relative) sehingga
pendekatan terhadap masalah harus
participatory, untuk memperoleh data/
informasi yang valid.
- tidak mempersoalkan masalah pengambilan
populasi/sampelseperti pada
penelitian empiris.
- tidak
menggeneralisasi
temuan/hasil
penelitian,
tetapi
menawarkansaran
pemecahan masalah.
F. Penelitian Tindakan Kelas.
1. Latar Belakang Penelitian Tindakan Kelas.
a. Sebagai pengajar tugas pokok guru
meliputi;
- merencanakan proses pembelajaran.
- melaksanakan proses pembelajaran.
- mengevaluasi proses pembelajaran.
b. Sebagai manajer guru harus mampu
mengantisipasi
berbagaipermasalahan
yang bisa muncul dari;
- raw input /siswa (bakat, minat,
motivasi, dsb)
- instrumental input (methode, media,
sumber belajar, dsb.)
- environmental
input
(kondisi
lingkungan fisik/sosial budaya)
d. Multiple data collection.
Penelitian tindakan yang menggunakan berbagai koleksi data untuk
mendapatkan informasi yang akurat,
dimana data diperoleh melalui berbagai
cara seperti; observasi,
wawancara,
questionair, angket, dan sebagainya.
Untuk mampu mengantisipasi berbagai
permasalahan yang terkait dengan
proses
pembelajaran guru dituntut untuk;
- mampu mengidentifikasi permasalahan.
- menganalisis permasalahan
- menentukan solusi atas permasalahan.
e. Cyclis action.
Penelitian tindakan yang dilakukan
melalui urutan urutan; planning,action,
2. Prinsip prinsip Penelitian Tindakan
Kelas.
a. Tidak boleh mengganggu pelaksanaan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
b.
c.
d.
e.
tugas.
- komitmen terhadap profesionalitas
sebagai guru.
- memperhatikan keterlaksanaan kurikulum.
- selalu mengacu pada perencanaan
penelitian.
Proses penelitian tidak mengambil waktu
berlebihan, sehingga tidak menggganggu
proses pembelajaran.
Metode yang digunakan harus bersifat
reliabel (handal) sehingga guru dapat
mengidentifikasi
masalah,
serta
merumuskan hipotesis dengan penuh
keyakinan.
Masalah yang diteliti harus berupa
masalah yang berada didalam tanggung
jawab profesionalnya, agar memiliki
komitmen
yang
tinggi
terhadap
pemecahannya.
Dalam PTK guru harus konsisten
terhadap prosedur serta etika yang
berkaitan dengan bidang tugasnya.
Misalnya : - penelitian
mendapat
persetujuan dari atasan.
- di sosialisasikan kepada
teman sejawat.
- di lakukan sesuai dengan
kaidah kajian ilmiah.
f.
PTK menggunakan perspektif kelas,
artinya :
-
hanya dilakukan dalam proses
pembelajaran.
bersifat spesifik dan kontekstual.
hasilnya hanya berlaku untuk kelas
yang bersangkutan.
hasilnya tidak bisa digeneralisir.
3. Tujuan dan manfaat PTK
a. Tujuan PTK.
- memperbaiki/meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
- meningkatkan
hasil
proses
pembelajaran.
- meningkatkan
layanan
profesionalitas guru.
b. Manfaat PTK.
- inovasi proses pembelajaran.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
-
peningkatan kompetensi pedagogik
guru.
perbaikan/peningkatan
kualitas
pembelajaran
peningkatan hasil belajar siswa.
4. Prosedur Kolaborasi Pelaksanaan PTK.
a. Masalah penelitian diidentifikasi dan
dirumuskan secara kolaborasi dengan
kelompok sasaran.
b. Semua yang terlibat dalam kolaborasi
merupakan anggotapenuh dari tim
peneliti.
c. Peneliti berperan sebagai aktor utama,
sementara kolaborator terlibat dalam
pengumpulan data, cross chek, dan
refleksi
sebelum
dan
sesudah
pembelajaran.
d. Teman sejawat yang berperan sebagai
mitra peneliti, sekaligusdilibatkan
dalam penyusunan laporan.
5. Penentuan Masalah PTK.
Penentuan masalah PTK dilakukan melalui;
a. Identifikasi masalah.
Menentukan karakteristik masalah yang
relevan dengan pembelajaran, serta
memungkinkan untuk diteliti.
b. Masalah bersifat riil dan on the job
problem oriented.
- benar benar berada di bawah
kewenangan guru.
- muncul dari hasil pengamatan guru
itu sendiri.
c. Masalah yang akan diteliti harus
problematik.
Artinya masalah itu perlu diselesaikan,
dan
memungkinkan
untuk dapat
diselesaikan.
d. Hasil pemecahan masalah harus memberi
manfaat
yang
jelas/nyata
bagi
kepentingan pembelajaran.
e. Dengan memperhatikan berbagai sumber
daya (biaya, kemampuan intelektual,
waktu, dukungan birokrasi) masalah
harus memungkinkan untuk diteliti.
f. Penyebab munculnya masalah dapat
dianalisis.
53
Misalnya melalui;
- penyebaran angket.
- mewawancarai siswa.
- melakukan observasi.
e. dukungan pimpinan & teman sejawat.
3.
Persiapan Tindakan.
a. menyusun skenario tindakan yang akan
dilakukan.
b. mempersiapkan sarana pendukung.
c. mempersiapkan instrumen perekam
data.
d. melakukan
simulasi
pelaksanaan
tindakan.
4.
Pelaksanaan Tindakan
a. dimaksudkan untuk mengatasi masalah.
b. kelas dikondisikan sebagai komunitas
belajar normal.
c. hindari adanya kelompok kontrol dan
treatment.
5.
Observasi dan interpretasi.
- mengamati tindakan untuk mengatasi
masalah.
- menganilisis data/informasi yang telah
dikumpulkan.
- observasi akan memberi manfaat jika
diikuti diskusi balikan.
- Diskusi balikan akan bermanfaat jika;
- dilakukan tidak lebih dari 24 jam setelah
observasi.
- dilakukan dalam suasana mutually.
- bertolak dari rekaman data.
- diinterpretasikan bersama.
- mengacu pada sasaran yang ingin
dicapai.
6. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
PTK mencakup empat tahap yaitu;
- perencanaan (planning)
- tindakan (acting)
- pengamatan (observing)
- refleksi (reflecting).
C. Sistematika Laporan PTK
1. Perencanaan ( Planning )
Tahap ini ditempuh melalui
langkah sebagai berikut;
langkah
a. Formulasi solusi dalam bentuk
hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan merupakan rencana
tindakan yang diprediksiakan mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Untuk menyusun hipotesis tindakan,
guru dapat :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
melakukan kajian teori.
mengkaji penelitian yang relevan.
diskusi dengan teman sejawat.
mengkaji saran/pendapat pakar.
merefleksi pengalaman sendiri.
menyusun kerangka berpikir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam merumuskanhipotesis tindakan :
a) rumuskan
alternatif
tindakan
berdasarkan kajian
b) kaji relevansi setiap alternatif dengan
tujuan & teknis.
c) pilih alternatif tindakan yang memiliki
peluang besar untukdapat mengatasi
permasalahan.
3. Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji
kelayakanhipotesis tindakan :
a. intensitas dukungan dan komitmen
guru.
b. kemampuan siswa (fisik, psikis, sosial
budaya, dsb)
c. fasilitas dan sarana pendukung.
d. iklim belajar di dalam kelas.
54
D. Analisis dan Refleksi
Reflecting adalah kegiatan mengkaji
secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada
siswa, suasana belajar, dan guru, sebagai hasil
daritindakan yang telah dilakukan.
Pada tahap ini guru sebagai peneliti
menjawab pertanyaan ;
mengapa,
bagaimana,dan
sejauh
mana
tindakan/intervensi telahmenghasilkan solusi
yang signifikan atas permasalahan yang
dihadapi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Untuk
memperoleh
diperlukan;
jawaban
akurat
- kolaborasi dengan teman sejawat, untuk
memperoleh masukan.
- learning logs (catatan reflektif dan kritis).
IV. PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Tahapan Kegiatan
Kegiatan workshop bagi guru guru
Sekolah Dasar Negeri Desa Kubang Baros dan
Ranca Sanggal pada tanggal 31 Januari 2015,
bertempat di Sekolah Dasar Negeri Kubang
Baros Kecamatan Cinangka – Serang – Banten,
dilaksanakan sesuai dengan jadual yang tertera
pada tabel 2 di bawah ini.
1.
Penjelasan Konsep PTK
Melalui ceramah bervariasi, materi
Penelitian Tindakan Kelas dijelaskan kepada
guru guru, dengan bantuan media visual berupa
tayangan power point. Di samping itu untuk
memudahkan penguasaan materi, kepada guru
guru juga diberikan hard copy power point
materi PTK yang dijelaskan.
2.
Diskusi Materi PTK
Peserta workshop diberi kesempatan untuk
bertanya atau berpendapat tentang berbagai hal
yang terkait dengan materi Penelitian Tindakan
Kelas, baik mengenai teori maupun tentang hal
hal teknis dalam pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas.
3.
Bimbingan Pemilihan Judul
Penjelasan verbal melalui ceramah dan
tanya tawab, serta secara visualmelalui tayangan
power point saja tentang PTK kepada guru guru
peserta workshop dianggap belum cukup. Untuk
sekedar membuat judul atau topic PTK saja,
mereka masih kebingungan.Karena itu secara
individual, mereka diberi kesempatan untuk
konsultasi tentang perumusan judul PTK yang
telah mereka pilih.
Secara individual guru guru merumuskan
judul atau topik PTK, kemudian secara
bergantian mereka mengkonsultasikan judul/
topik tersebut kepada instruktur, untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
memperoleh petunjuk atau masukan mengenai
judul/topik PTK yang benar.
4.
Latihan Penyusunan Proposal PTK.
Latihan penyusunan proposal dilakukan
secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri atas
4 orang guru peserta workshop. Kerja kelompok
ini dilakukan agar mereka bisa berdiskusi, saling
memberi dan menerima pendapat sebagai
masukan.Tiap kelompok ditugaskan untuk
membuat satu proposal penelitian tindakan kelas.
Karena keterbatasan waktu, hasil kerja
kelompok berupa proposal PTK dibawa oleh
instruktur untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi oleh
instruktur, seminggu kemudian, proposal
dikembalikan kepada masing masing kelompok
untuk ditindak lanjuti
B.
1.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor Pendukung
Faktor
yang
mendukung
kegiatan
workshop Penelitian Tindakan Kelas bagi guru
guru SDN Kubang Baros dan SDN Ranca
Sanggal ialah motivasi guru guru untuk
mengikuti kegiatan secara sungguh sungguh
dengan antusiasme yang tinggi. Mereka
mengikuti kegiatan mulai dari penjelasan konsep
PTK sampai mereka latihan menyusun proposal
PTK.
2.
Faktor Penghambat
Hambatan yang dialami oleh guru guru
ialah bahwa sebagaian besar dari mereka tidak
memiliki computer (lap top), dan juga tidak
mengusai penggunaan computer. Penyusunan
proposal dilakukan secara manual dan ditulis
tangan. Hal ini dirasakan sangat penghambat,
karena mereka tidak bisa bekerja cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas:
Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Brookfield, S.D. 1990. The Skillful Teacher : On
Technique, Trust, and Responsiveness in
the Classroom. San Fransisco : JosseyBass
55
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies.
Katoomba NSW: Social Science Press
Surya, Mohammad. 2003. Percikan Perjuangan
Guru. Semarang: CV Aneka Ilmu.
Kunandar.
2007.
Guru
Profesional:
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Tilaar,
M. Yunus, 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
(online), (http:m.yunus.com, diakses
tanggal 16 Maret 2011)
Suharsimi Arikunto., Suhardjono., Supardi.
2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
56
H.A.R. 1999. Beberapa Agenda
Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21. Magelang: Penerbit
Tera Indonesia.
Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Wiriatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian
Tindakan Kelas untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN PEMBUATAN ES KRIM SEHAT UNTUK BALITA
BAGI KADER POSYANDU DI KELURAHAN DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR
Ridawati1), Alsuhendra2)
Jurusan IKK, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara membekukan dan
mencampur bahan baku secara bersama-sama. Bahan yang digunakan adalah kombinasi
susu dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau tanpa bahan perasa dan warna, dan
stabilizer. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu tentang mengolah es krim dan produk
olahannya seperti milkshake menjadi salah satu minuman sehat yang disukai oleh anak-anak.
Kegiatan ini dilaksanakan di TK Ruhul Islam Kelurahan Duren Sawit, dengan melibatkan 20
orang peserta. Hasil dari pelaksanaan pengabdian ini terjadi peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan kader posyandu tentang es krim sehat dan produk olahannya seperti milkshake.
Kata Kunci : Eskrim, posyandu
I. PENDAHULUAN
Kecamatan Duren Sawit merupakan
salah satu kecamatan di Wilayah Jakarta Timur
yang terletak pada jantung kota Jakarta Timur.
Kecamatan Duren Sawit pada awalnya
merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di
dalam wilayah Kecamatan Jatinegara, yaitu
kelurahan Duren Sawit. Dikarenakan wilayah
cakupannya yang sangat luas dan dilakukannya
pemekaran daerah kota maka pada tahun 1990-an
dibentuk Kecamatan Duren Sawit.
Kecamatan Duren Sawit yang terdiri dari 7
kelurahan diantaranya Kelurahan Duren Sawit.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan
Cakung di sebelah utara, Kecamatan Jatinegara
di sebelah barat, Kecamatan Bekasi Barat di
sebelah timur, dan KecamatanMakasar di sebelah
selatan. Kecamatan Duren Sawit dibagi menjadi
tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Pondok Bambu,
Duren Sawit, Pondok Kelapa, Pondok Kopi,
Malaka Jaya,
Malaka Sari dan Kelurahan
Klender Klender.
Kecamatan Duren Sawit
terdiri dari 95 Rukun Warga dan 1.103 Rukun
Tetangga dengan luas wilayah 22,8 km2,
merupakan kecamatan yang memiliki ukuran
luas urutan nomor tiga terbesar di Jakarta Timur,
setelah Kecamatan Cipayung dan Pulo Gadung.
Wilayah dengan jumlah KK 82.164 dan jumlah
penduduk 346.197 total jiwa serta jumlah
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
penduduk miskin sebanyak 4.590 jiwa. (Sumber :
Kantor Statistik Jakarta Timur bulan Desember
2000 dalam Suku Dinas Kebersihan Jakarta
Timur 2002). Sebagian besar penduduk
Kecamatan Duren Sawit adalah pendatang,
sedangkan sebagian kecilnya adalah penduduk
asli yang keberadaannya mulai tergeser.
Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) juga
menyebabkan semakin tergusurnya penduduk
asli Kecamatan Duren Sawit, khususnya
penduduk yang tinggal di sekitar BKT tersebut.
Es krim merupakan salah satu produk
olahan susu yang
digemari masyarakat
Indonesia khususnya anak-anak. Es krim
memiliki rasa yang lezat, manis, dan nikmat
apalagi jika dihidangkan saat cuaca sedang
panas. Terutama anak-anak yang selalu dapat
mendapatkan produk es krim di sekitar tempat
tinggal mereka, sehingga beberapa orangtua
khawatir akan kebiasaan anak-anak untuk
mengkonsumsi es krim yang dapat diperoleh
dengan mudah tersebut. Salah satu hal yang
dikhawatirkan adalah produk kurang higienis dan
bahan-bahan pembuat es krim yang tidak
memenuhi persyaratan sebagai bahan yang aman
untuk dikonsumsi.
Es krim dapat diolah lebih lanjut menjadi
produk minuman seperti Milkshake. Milkshake
menjadi salah satu jenis minuman yang sangat
disukai. Selain memberikan rasa yang segar dan
57
enak, juga manfaatnya untuk kesehatan.
Milkshake adalah minuman yang dibuat dari
campuran susu cair es krim, buah, pemanis, sirup
buah atau saus cokelat, disajikan dingin dengan
topping whipped cream. Cara pembuatan
menggunakan shaker (sejenis gelas berpenutup,
kemudian semua bahan dimasukkan dalam
shaker dan dikocok agar semua bahan
tercampur) atau di blender. Dibandingkan
dengan jenis minuman ringan lainnya seperti
soda, milkshake memang mengandung beberapa
komponen yang memberikan manfaat kesehatan
bagi tubuh. seperti protein, serat, vitamin dan
mineral. Es krim dan susu menjadi bahan utama
dari milkshake, dan seperti yang diketahui susu
mengandung protein yang baik untuk kesehatan.
Bagi orang yang kurang menyukai aroma susu,
mungkin milkshake bisa menjadi pilihan untuk
menggantikannya. Konsumsi segelas susu
perhari membantu kesehatan tulang secara
optimal. Buah yang digunakan dalam
pembuatan milkshake memberi sumbangan
terhadap kebutuhan serat harian. Jumlah serat
pada milkshake bergantung dari jenis dan jumlah
buah yang digunakan. Serat berfungsi menjaga
kesehatan saluran cerna dan memberikan rasa
kenyang lebih lama. Sumber vitamin dan mineral
pada milkshake berasal dari buah yang
digunakan. Biasanya vitamin yang terdapat dari
milkshake antara lain bitamin A, Vitamin C,
vitamin E, kalsium, mangan, kalium.
Buah yang digunakan dalam pembuatan
milkshake adalah buah dapat memberikan rasa
manis yang alami, sehingga tidak perlu lagi
menambahkan gula, sirup buah, atau pemanis
lainnya. Susu dan es krim yang digunakan adalah
es krim dengan rasa yang sesuai dengan buah
yang digunakan. Penambahan topping pada
milkshake sebaiknya berupa irisan buah/ cokelat,
sukade atau manisan buah lainnya.
B.
Permasalahan Mitra
Pergantian pimpinan, terpuruknya nilai
tukar rupiah yang melanda Indonesia berdampak
terhadap gizi anak-anak, meningkatnya angka
kesakitan dan kematian. Terjadinya peningkatan
penyebaran penyakit infeksi turut mempengaruhi
keadaan gizi penderita serta turut mempengaruhi
aktivitas kegiatan masyarakat.
58
Berdasarkan latar belakang diatas,
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1.
2.
Bagaimanakah cara mengolah es krim
dan produk olahannya seperti milkshake
menjadi salah satu minuman sehat yang
disukai oleh anak-anak ?
Bagaimanakah
cara
meningkatkan
pengetahuan
masyarakan
akan
pentingnya protein sebagai salah satu zat
gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak dan
balita ?
Salah satu dharma perguruan tinggi adalah
pengabdian
pada
masyarakat,
hal
ini
mengisyaratkan bahwa tugas perguruan tinggi
antara lain adalah melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat dengan seoptimal mungkin.
Program
pengabdian
pada
masyarakat
dilaksanakan dengan cara memanfaatkan dan
menerapkan hasil penelitian maupun hasil
pendidikan perguruan tinggi. Pengabdian pada
masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat.
Program
pengabdian
pada
masyarakat
dilaksanakan dengan menganut asas kelembagaan, asas ilmu amaliah, dan amal ilmiah, asas
kerjasama, asas kesinambungan, serta asas
edukatif dan pengembangan. Khalayak sasaran
kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah
masyarakat di luar kampus yang merupakan
mitra kerja perguruan tinggi untuk menerapkan
Ipteks dalam rangka menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Es Krim
Es krim adalah sebuah makanan beku
dibuat dari produk susu seperti krim (atau
sejenisnya), digabungkan dengan perasa dan
pemanis. Campuran ini didinginkan dengan
mengaduk sambil mengurangi suhunya untuk
mencegah pembentukan kristal es besar.
Tradisionalnya, suhu dikurangi dengan menaruh
campuran es krim ke sebuah wadah dimasukkan
ke dalam campuran es pecah dan garam. Garam
membuat air cair dapat berada di bawah titik
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
beku air murni, membuat wadah tersebut
mendapat sentuhan merata dengan air dan es
tersebut.
Meskipun istilah es krim sering digunakan
untuk menunjuk ke "dessert" beku dan makanan
ringan, tapi sebenarnya digunakan unuk
menunjuk ke "dessert" beku dan makanan ringan
yang terdiri dari lemak susu. Banyak negara,
termasuk
Amerika
Serikat,
membatasi
penggunaan
istilah
tersebut
berdasarkan
kuantitas dari bahan dasar makanan tersebut
Es krim merupakan produk olahan susu
yang dibuat dengan cara membekukan dan
mencampur bahan baku secara bersama-sama.
Bahan yang digunakan adalah kombinasi susu
dengan bahan tambahan seperti gula dan madu
atau tanpa bahan perasa dan warna , dan
stabilizer, bahan campuran es krim disebut ice
cream mix dengan pencampuran bahan yang
tepat dan pengolahan yang benar maka dapat
dihasilkan es krim dengan kualitas baik. Nilai
gizi es krim sangat tergantung pada nilai gizi
bahan baku yang digunakan, untuk membuat es
krim yang memiliki kualitas tinggi bahan
bakunya perlu diketahui dengan pasti, dengan
menggunakan susu sebagai bahan utama
pembuatan es krim maka es krim memiliki
sumbangan terbesar nilai gizinya. Dibalik
kelembutan dan rasa manisnya, es krim terbukti
memiliki beberapa fakta gizi yang tidak terduga,
keunggulan es krim yang didukung oleh
bahanutamanya yaitu susu tanpa lemak dan
lemak susu maka es krim hampir sempurna
dengan kandungan gizi yang lengkap. Banyak
tersedia bahan es krim yang mudah dalam
pembuatannya, yaitu es krim instan, dengan
adanya es krim yang mudah dan praktis
konsumsi es krim di Indonesia mulai meningkat
secara sering dengan adanya es krim instan yang
pemuatannya tidak memerlukan ahli khusus dan
dapat dibuat di rumah. Pembuatan es krim
menggunakan bahan tambahan yaitu bahan
pengembang dan bahan penstabil. Untuk bahan
pengembang dapat digunakan baking powder
(sodium bikarbonat) yang merupakan bahan
pengembang dan dipakai untuk meningkatkan
volume dan memperingan tekstur bahan
makanan antara lain es krim. Fungsi lain bahan
pengembang jika ditambahan dengan adonan es
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
krim karena sodium bikarbonat bereaksi dengan
asam juga digunakan sebagai obat untuk
menetralkan asam lambung berlebihan. Bahan
penstabil (stabilizer) merupakan bahan aditif
yang ditambahkan dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan emulsi sekaligus memperbaiki
kelembutan produk es krim, mencegah
pembentukan kristal es yang besar pada es krim,
memberikan keseragaman produk, memberikan
ketahanan agar tidak meleleh atau mencair dan
memperbaiki sifat produk. Es krim yang
diperoleh dengan penambahan bahan penstabil
menjadi menjadi lebih halus dan lembut. Tekstur
lembut es krim juga dapat diperoleh melalui
proses
pembekuan
cepat
yang
akan
menghasilkan kristal es berukuran kecil dan
halus serta tekstur es krim lembut. Pembuatan es
krim mempunyai prinsip yaitu dapat membentuk
rongga udara pada ice cream mix, sehingga
diperoleh pengembangan volume es krim agar
menjadikan es krim lebih ringan dan tidak padat
serta mempunyai tekstur yang lembut, oleh
karena itu es krim merupakan produk olahan
susu yang disukai masyarakat.
B. Milk Shake
Bahan dasar milkshake hampir sama
dengan smoothie, yaitu buah, sayuran, sirup gula,
susu tawar cair atau kental, dan potongan es batu.
Bahan milkshake yang membedakannya dengan
smoothie adalah susu dan es krim yang selalu
melengkapi setiap penampilan milkshake.
Proses pembuatan milkshake. Ada dua
cara membuat milkshake, yaitu diblender dan
juga dengan menggunakan shaker. Masukkan
sari buah, sirup gula, susu tawar cair, potongan
es batu ke dalam tabung shaker. Kocok hingga
semua bahan tercampur rata. Tuang milkshake ke
dalam gelas, dan sajikan bersama es krim sebagai
topping di atas milkshake. Anda juga bisa
mencampur es krim bersama bahan ke dalam
tabung shaker sebagai variasi sajian milkshake.
C. Protein
Status gizi pada anak menentukan
pembangunan nasioanal karena anak merupakan
generasi yang akan melanjutkan pembangunan
ini. Kalau status gizi anak tidak baik, ini akan
berpengaruh terhadap kondisi fisik dan
59
psikologis pada anak tersebut. Masalah gizi pada
anak sering seperti masalah gizi buruk
(marasmus maupun kwasiorkor), gizi kurang
(kekurangan zat mikro maupun makro) maupun
gizi lebih (obesitas) merupakan masalah nasional
yang memerlukan penganganan secara terpadu
oleh seluruh unsur masyarakat. Salah satu zat
gizi yang sangat dibutuhkan pada masa
pertumbuhan seorang anak adalah protein.
Protein memiliki fungsi :
histidin (arginin dan histidin esensial
untuk bayi, tetapi tidak bagi orang
dewasa).
2) Asam amino semi esensial, meliputi:
glisin, serin, sistin, dan tirosin.
3) Asam amino non esensial (dapat
disintesis oleh tubuh), meliputi: alanin,
prolin, serin, sistein, tirosin, asparagin,
glutamin, asam aspartat, dan asam
glutamate.
 Pertumbuhan jaringan baru
 Metabolisme untuk energi
 Metabolisme ke dalam zat-zat vital dalam
fungsi tubuh
 Enzim-enzim yang esensial bagi fungsi
tubuh yang normal
 Hormon-hormon tertentu
Di dalam tubuh protein memainkan
peranan penting sebagai zat pembangun tubuh,
zat pengatur di dalam tubuh, dan sebagai sumber
energi. Sebagai zat pembangun, protein berperan
membentuk jaringan baru, misalnya membentuk
janin pada masa kehamilan atau jaringan baru
pada proses pertumbuhan anak. Protein juga
penting untuk memelihara jaringan yang telah
ada atau mengganti bagian-bagian yang aus atau
rusak.
Fungsi protein sebagai sumber energi tidak
begitu utama dibandingkan dengan karbohidrat
dan lemak. Dalam keadaan normal, tubuh lebih
menggunakan protein sebagai zat pembangun
dan pengatur daripada sebagai sumber energi.
Namun, apabila tubuh sedang kekurangan energi,
maka protein ini terpaksa dipakai sebagai sumber
energi. Untuk setiap gram protein dapat
dihasilkan energi sekitar 4 Kal/g, atau setara
dengan kandungan energi karbohidrat.
Secara lebih rinci peranan utama protein di
dalam tubuh dapat diringkaskan menjadi 6, yaitu
untuk :
Protein dapat digolongkan sebagai protein
yaitu golongan yang termasuk protein-protein
yang pada hidrolisis menghasilkan hanya asam
amino atau derivatnya. Contohnya albumin,
globulin, glutelin, protein yang larut dalam
alkohol, albuminoid dan protamin. Selain protein
sederhana, ada juga protein gabungan, seperti
nucleoprotein, glikoprotein dan fosfoprotein.
Nukleoprotein, adalah gabungan dari satu atau
lebih molekul protein dengan asam nukleat.
Glikoprotein, gabungan dari molekul protein dan
zat yang mengandung gugusan karbohidrat selain
asam nukleat, misalnya mucin, Fosfoprotein,
gabungan molekul protein dengan zat yang
mengandung fosfor selain asam nukleat atau
lesitin, misalnya kasein.
Protein terdiri dari asam-asam amino
esensial dan asam amino non esensial. Asam
amino esensial merupakan asam amino yang
tidak dihasilkan oleh tubuh, sehingga harus
dikonsumsi dari bahan makanan, sedangkan
asam amino non esensial dapat dihasilkan dalam
proses metabolism di dalam tubuh manusia.
Asam amino terdiri atas gugusan amino yang
mengandung amonia dan gugusan karbonhidrogen yang dibangun dengan kombinasi
asam-asam lemak. Tiga (3) kelompok, yaitu :
1) Asam amino esensial (tidak dapat
disintesis oleh tubuh), meliputi: valin,
arginin, leusin, isoleusin, fenilalanin,
triptofan, metionin, lisin, treonin, dan
60
1. pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
2. pembentukan senyawa tubuh yang
esensial,
seperti
enzim,
hormon,
hemoglobin, neurotransmitter (misalnya
serotonin), dan senyawa yang terlibat
dalam pembekuan darah
3. pengaturan/regulasi keseimbangan air
4. mempertahankan netralitas tubuh melalui
fungsinya sebagai senyawa penyangga
(buffer)
5. membentuk antibodi
6. transfer zat gizi
Pemecahan atau hidrolisis protein akan
menghasilkan asam-asam amino penyusunnya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Proses hidrolisa dapat dilakukan antara lain
menggunakan larutan HCl atau H2SO4 6-8 N
selama 12-48 jam. Hidrolisis protein dengan
asam akan menghasilkan asam-asam amino yang
memiliki sifat optis aktif yang tetap (bentuk L)
seperti terdapatnya di alam. Hidrolisis dapat
pula dilakukan dengan menggunakan alkali,
misalnya BaOH.
Jika unsur-unsur protein murni dianalisis,
maka komposisi unsur-unsur penyusun yang
umum dijumpai adalah C (50-55%), O (20-25%),
N (15-18%), H (5-7%), S
(0.4-2.5%), serta
P, Fe, dan Cu dalam jumlah sedikit. Di alam
umumnya terdapat 20 jenis asam amino (bahkan
untuk protein tertentu dapat 25 jenis), sehingga
jenis protein yang dapat dibentuk dari ratusan
atau bahkan ribuan unit asam-asam amino
berbeda-beda secara matematis adalah tak
terhingga.
Protein dapat dikelompokkan berdasar-kan
beberapa kriteria. Berdasarkan sumbernya
protein dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein
asal tanaman (protein nabati) dan protein asal
hewan (protein hewani). Sumber utama dari
protein
nabati
adalah
kacang-kacangan,
sedangkan protein hewani banyak ditemukan
pada telur, ikan, daging, dan susu.
Setidaknya ada 10 jenis protein jika
dikelompokkan menurut perannya dalam
makhluk hidup. Berbagai jenis protein tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Protein di dalam plasma darah, cairan
limfa, dan cairan tubuh lain. Protein ini
berperan sebagai bahan yang mengatur
tekanan osmosis cairan tubuh. Protein ini
juga dapat bertindak sebagai penyangga
atau buffer, sehingga dapat menjaga
kestabilan pH cairan tubuh. Peran lain
dari protein dalam kelompok ini adalah
sebagai pembawa asam amino yang perlu
dipindahkan dari satu organ ke organ yang
lain. Beberapa protein yang larut dalam
serum cairan tubuh adalah enzim,
sedangkan yang lain berperan sebagai
senyawa antibodi yang melindungi tubuh
dari serangan mikroorganisme penyebab
penyakit dan benda asing lain.
2) Protein kontraksi. Protein ini terdapat
dalam jaringan otot dan sel kontraksi
hewan tingkat rendah. Contoh protein di
dalam otot adalah aktin yang dalam
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
keadaan konstraksi akan terikat dengan
protein myosin menjadi aktomyosin.
3) Protein pernafasan. Protein ini berperan
mengangkut oksigen dari organ pernafasan
ke jaringan yang memer-lukan oksigen,
seperti hemoglobin.
4) Enzim. Enzim merupakan senyawa yang
terbuat dari protein untuk mempercepat
(mengkatalisis) reaksi-reaksi metabolisme
dalam makhluk hidrup. Beberapa enzim
memerlukan bahan lain non protein
dengan berat molekul rendah untuk
mengkatalisis reaksi, seperti vitamin dan
mineral.
5) Hormon. Hormon merupakan jenis
protein yang diproduksi oleh kelenjarkelenjar endoktrin dan kemudian diangkut
oleh darah ke organ tubuh.
6) Protein cadangan. Jaringan hewan dan
tanaman memiliki protein tertentu yang
disimpan sebagai cadangan makanan pada
lembaga, biji, janin yang baru dilahirkan,
telur, atau susu.
7) Protein inti sel. Protein inti sel atau
nukleoprotein adalah jenis protein yang
berperan penting dalam proses pewarisan
sifat-sifat keturunan yang terdapat dalam
kromosom.
8) Protein musin dan mukoid. Musin dan
mukoid adalah kelompok protein sangat
kental yang menyusun cairan tubuh.
Protein ini dapat ditemukan dalam saliva,
cairan pencernaan, pankreas dan usus,
cairan kental pada persendian, cairan tali
pusar dan organ-organ lain yang memiliki
kekentalan serupa. Umumnya protein ini
merupakan gabungan antara protein dan
polisakarida.
9) Kolagen.
Kolagen adalah kelompok
protein dalam jaringan pengikat, misalnya
dalam tulang, tulang rawan, urat ligamen
otot, dan kulit. Kolagen tidak ditemukan
dalam tanaman.
10) Keratin.
Keratin bersifat tidak larut
dalam air dan sulit dihidrolisis, misalnya
dalam rambut, tanduk, kulit, terapak kaki
hewan, dan kuku. Protein ini tidak terdapat
dalam tanaman.
Di samping berdasarkan peranannya
dalam tubuh, protein dapat pula diklasifikasikan
menurut sifat fisik dan kimia, khususnya
berdasarkan kelarutannya. Secara umum, jenis
protein sederhana yang diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya adalah sebagai berikut :
61
1. Albumin, yaitu protein yang dapat larut
dalam air dan terkoagulasi oleh panas.
Contohnya adalah albumin telur, albumin
serum darah, dan laktalbumin dalam susu.
2. Globulin, yaitu protein yang tidak larut
dalam air, larut dalam larutan garam encer,
mengendap dalam larutan garam dengan
konsentrasi tinggi (salting out), dan
terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah
miosinogen dalam otot, ovalbumin dalam
kuning telur, dan legumin dalam kacangkacangan.
3. Prolamin (Gliadin), yaitu protein yang
larut dalam etanol 70 – 80%, tetapi tidak
larut dalam air, larutan garam ataupun
etanol absolut/murni. Contohnya adalah
gliadin dalam gandum, zein dalam jagung,
dan hordain dalam barley.
4. Glutelin, yaitu protein yang tidak larut
dalam pelarut netral, larutan garam atau
etanol, tetapi dapat larut dalam larutan
alkali atau asam encer. Contohnya adalah
glutelin dalam gandum dan orizenin dalam
beras.
5. Histon, yaitu protein yang larut dalam air
dan larutan garam, tidak larut dalam
amonia encer, tetapi histon yang
terkoagulasi oleh panas dapat larut dalam
larutan asam encer. Contohnya adalah
globin dalam hemoglobin.
6. Protamin, yaitu protein yang larut dalam
etanol 70-80%, tidak larut dalam air dan
etanol absolut, serta tidak terkoagulasi
oleh panas. Protein ini kaya akan asam
amino arginin. Contohnya adalah salmin
dalam ikan salmon, klupein dalam ikan
herring, dan scrombin dalam ikan
mackerel.
Pengelompokkan protein berdasarkan
kelarutannya dianggap cukup baik, tetapi masih
terdapat beberapa kelemahan. Sebagai contoh
adalah globulin, pada awalnya diartikan sebagai
protein yang dapat diendapkan (salted-out) oleh
larutan 50% amonium sulfat dan dikelompokkan
sebagai protein yang tak dapat larut dalam air,
tetapi banyak jenis globulin serum darah yang
ditunjukkan dengan cara elektroforesis, dapat
larut dalam air. Karena itu, lebih praktis
mengelompokkan jenis-jenis protein sederhana
menjadi protein yang larut dan yang tidak larut,
tanpa mengkaitkannya lagi dengan cara
pengelompokkan yang lebih terperinci.
62
III. MATERI DAN METODE
Dalam kegiatan ini dilakukan proses
diskusi dan pelatihan pengolahan es krim dan
milkshake. Pelatihan terdiri dari beberapa
tahapan yaitu :
a) Melakukan inventarisasi berbagai
kegiatan
yang
telah
dilakukan
Posyandu terkait dengan Kesehatan dan
Gizi
b) Melakukan pelatihan pengolahan es
krim dan milkshake
c) Melakukan
praktek
pembuatan
milkshake dari es krim dan produk
olahan susu.
Mengingat jenis kegiatan ini adalah
praktek dan pelatihan maka metode yang
digunakan adalah :


30 % teori berupa ceramah dan diskusi
kelompok
70 % berupa demonstrasi dan praktek
langsung
pengolahan
pembuatan
milkshae dan variasinya.
Tim Pelaksana :
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) adalah
salah satu lembaga pendidikan tinggi yang
berada
di
pusat
kota
Jakarta.
UNJ
menyelenggarakan bidang kependidikan dan non
kependidikan. Salah satu Fakultas yang
menyelenggarakan bidang kependidikan dan non
kependidikan di UNJ adalah Fakultas Teknik.
Program Studi Tata Boga merupakan salah satu
program studi yang dimiliki oleh Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Keluarga (IKK). Jurusan IKK
merupakan pengembangan dari Program Studi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Home
Economic) yang telah ada di Indonesia sejak
tahun 1960 dan berada dibawah FKIP
Universitas Indonesia menurut SK Dirjen DIKTI
Depdikbud RI No. 112/Dikti/Kep/1984 tanggal 4
September 1984. Program Studi Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang merupakan
program studi setingkat sarjana (S1), memiliki 3
bidang keahlian khusus, yaitu Tata Boga, Tata
Busana dan Tata Rias. Berdasarkan SK DIKTI
No.269/DIKTI/ Kep/2000 pasal 6 ayat 4,
Program Studi PKK berubah menjadi Jurusan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK) dan
menggunakan Kurikulum Nasional sesuai SK
MenDikBud RI No.017/U/ 1995.
Peningkatan kualitas merupakan hal yang
harus terus-menerus dilakukan pada sumberdaya
manusia, baik bagi staf pengajar/dosen maupun
staf administrasi. Beberapa bentuk upaya
peningkatan kualitas tersebut adalah pengiriman
dosen untuk studi lanjut pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, short course, pelatihan,
workshop, seminar ilmiah dan profesi skala
nasional dan internasional, magang profesi, serta
pengiriman staf administrasi untuk mengikuti
pelatihan, workshop, atau magang profesi.
Berbagai kegiatan pengabdian pada masyarakat
telah dilakukan oleh staf pengajar program studi
tata boga.
Pada saat ini Program Studi Tata Boga
memiliki 11 orang staf pengajar tetap dengan
berbagai tingkat pendidikan dan keahlian. Dari
jumlah demikian, sekitar 21.1% staf pengajar
memiliki jabatan akademik sebagai Lektor
Kepala, 52.6% sebagai Lektor, dan 26.3%
lainnya sebagai asisten ahli. Usia sebagian besar
(68.4%) staf pengajar berada antara 35 hingga 50
tahun, dan 21.1% memiliki usia di bawah 35
tahun. Hanya 15.8% staf pengajar yang berusia
di atas 50 tahun. Dari komposisi ini dapat dilihat
bahwa sebagian besar staf pengajar masih
berusia muda, yaitu usia yang potensial untuk
menampilkan kinerja secara optimal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Minuman sehat merupakan salah satu
produk olahan yang banyak digemari oleh
masyarakat. Minuman sehat sering disebut juga
sebagai minuman fungsional yaitu minuman
yang mengandung fungsi-fungsi tambahan
karena kandungan unsur penyusunnya. Salah
satu minuman sehat yang disukai oleh
masyarakat dari berbagai tingkat usia adalah
minuman yang diolah dari susu dan produk
olahannya seperti susu evaporasi, susu
pasteurisasi, susu kental manis, susu asam,
yoghurt dan susu bubuk. Minuman sehat yang
diolah dari susu banyak mengandung protein.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Protein merupakan zat gizi yang sangat
diperlukan tubuh, karena di samping berperan
penting dalam pembentukan dan penggantian sel,
protein juga dapat menjadi sumber energi bagi
tubuh. Sebagai zat pembangun, protein menjadi
bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang
selalu terjadi dalam tubuh. Khususnya pada
masa pertumbuhan, proses pembentukan jaringan
terjadi secara besar-besaran, sehingga pelatihan
pengolahan makanan yang mengandung protein
tinggi penting dilakukan, terutama pelatihan
makanan yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat, khususnya anak-anak.
Produk olahan minuman yang terbuat dari
susu dikenal dengan sebutan milkshake.
Milkshake diolah dari susu dengan tambahan
bahan lainnya seperti buah-buahan, sayuran, susu
tawar cair, sirup gula (atau gula pasir), dan juga
es batu. Karakteristik dari milkshake adalah susu
dan es krim yang selalu lebih dominan
dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya.
Pelatihan pembuatan milkshake ini
ditujukan untuk memperkenalkan variasi produk
olahan minuman lain kepada masyarakat yang
memiliki nilai gizi yang tinggi yaitu mengandung
protein dan dapat dikonsumsi sebagai minuman
kesehatan.
Peserta pelatihan sebelumnya diminta
untuk mengisi angket yang berisi pertanyaan
seputar pengetahuan peserta tentang es krim,
protein, sumber-sumber protein, fungsi dan
peranan protein sebagai zat gizi. Angket ini
merupakan evaluasi awal yang dilakukan
sebelum materi pelatihan diberikan. Selanjutnya
setelah pelatihan dilaksanakan, pengisiaan
angket yang sama di ulang kembali oleh peserta.
Angket kedua merupakan angket untuk evaluasi
akhir dari kegiatan pemberian materi berupa
penyuluhan oleh tim pengabdian pada
masyarakat.
Penyebaran angket dan pengambilan data
untuk evaluasi kegiatan penyuluhan dan
pemberian materi berupa pengetahuan, sangat
penting dulakukan karena peserta pelatihan
adalah khalayak sasaran strategis yang
diharapkan dapat menyampaikan dan menyebarluaskan pengetahuannya tentang protein sebagai
sumber zat gizi.
63
Persentase pengetahuan peserta tentang es
krim jika dibandingkan dengan sebelum
penyuluhan menunjukkan
terjadi sedikit
peningkatan. Sebanyak 87% peserta menyebutkan bahwa es krim merupakan salah satu produk
olahan susu. Susu yang dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan es krim tidak hanya susu
sapi. Selain itu, susu juga merupakan bahan
dasar untuk produk olahan susu, seperti susu
kental manis, susu bubuk, susu skim, es krim,
keju, yoghurt dan susu fermentasi.
Susu kedelai merupakan ekstrak kedelai
yang berbentuk seperti susu dan sering juga
disebut sebagai susu kedelai. Susu kedelai dapat
jiga digunakan sebagai bahan baku pembuatan es
krim.
Terjadi
peningkatan
pengetahuan
masyarakat (hingga 87%) yang menyatakan
bahwa walaupun susu kedelai sering disebut
dengan istilah susu, tetapi nilai gizi susu kedelai
tidak sama dengan susu sapi. Kualitas protein
susu sapi masih lebih baik dari pada susu
kedelai.
Sebagai salah satu sumber protein, es krim
tidak hanya dapat dikonsumsi langsung, tetapi
juga digunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan
minuman.
Minuman
yang
menggunakan es krim sebagai salah satu bahan
bakunya adalah milkshake. Pada awalnya
hanya 62% peserta yang mengetahui bahwa
milkshake adalah produk olahan es krim.
Setelah
penyuluhan
terjadi
peningkatan
persentase peserta yang menjawab benar bahwa
milkshake adalah produk olahan es krim yang
menyehatkan. Analisis pertanyaan angket no.1,
no.4 dan no.8 (Gambar 1)
% jawab benar pre test
% jawab benar post test
Gambar 1. Persentase Peningkatan Pengetahuan
Peserta tentang Es Krim dan Milkshake
64
Pengetahuan peserta tentang susu sebagai
salah satu sumber protein dan protein penting
sebagai zat untuk pertumbuhan sebelum dan
setelah penyuluhan terlihat tidak berbeda (Butir
pertanyaan no. 2 dan no.5). Tetapi pengetahuan
bahwa protein dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terjadi peningkatan persentase peserta
yang menjawab dengan benar yaitu dari 73.9%
menjadi 87% (Butir pertanyaan no.3, Gambar 2).
Susu sebagian besar digunakan sebagai produk
pangan, dipandang dari segi gizi, susu
merupakan makanan yang hampir sempurna dan
merupakan makanan alamiah bagi binatang
menyusui yang baru lahir (Buckle et al. 1985).
Susu merupakan bahan makanan yang sangat
baik bermanfaat untuk kesehatan manusia,
karena susu mengandung zat yang sangat
diperlukan oleh tubuh seperti protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Susu
adalah suatu emulsi lemak dalam air, serta
larutan berbagai senyawa mineral. Nilai gizi
yang terdapat dalam susu sangat tinggi, karena
mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan garam-garam mineral. Selain itu,
susu juga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh,
hal ini menjadikan susu sebagai bahan pangan
andalan dalam meningkatkan kesehatan dan gizi
masyarakat (Winarno, 1992).
% jawab benar pre test
% jawab benar post test
Gambar 2. Persentase Pengetahuan Peserta tentang
Manfaat Susu
Selain susu sapi, susu kedelai merupakan
salah satu minuman suplemen (tambahan) yang
dianjurkan diminum sesuai kebutuhan. Sebagai
minuman tambahan, artinya susu kedelai bukan
merupakan obat, tetapi bisa menjaga kondisi
tubuh agar tetap sehat sehingga tidak mudah
terserang penyakit. Pada prinsipnya terdapat dua
bentuk susu kedelai, yaitu susu kedelai cair dan
susu kedelai bubuk. Bentuk cair jauh lebih
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
banyak dibuat dan diperdagangkan. Susu kedelai
dapat disajikan dalam bentuk murni, artinya
tanpa penambahan gula dan cita rasa baru. Dapat
juga ditambah gula atau flavor (essen/cita rasa)
seperti moka, pandan, vanili, coklat, dan
strawberry.
Susu kedelai dapat digunakan sebagai
pengganti susu sapi terutama bagi mereka yang
alergi susu sapi, yaitu yang tidak memiliki atau
kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa
dalam susu sapi. Susu kedelai mampu
menggantikan susu sapi karena protein susu
kedelai mempunyai susunan asam amino hampir
mirip dengan susu sapi. Komposisi asam amino
metionin dan sistein dalam protein susu kedelai
lebih sedikit daripada susu sapi. Akan tetapi,
karena kandungan asam amino lisin yang cukup
tinggi, maka susu kedelai dapat meningkatkan
nilai gizi protein dari serealia.
Protein merupakan suatu zat makanan
yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini
disamping sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.
Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat.
Molekul protein mengandung fosfor, belerang
dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Sebagai zat pembangun, protein merupakan
bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang
selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa
pertumbuhan proses pembentukan jaringan
terjadi secara besar-besaran, pada masa
kehamilan proteinlah yang membentuk jaringan
janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga
mengganti-kan jaringan tubuh yang rusak dan
yang perlu di rombak. Fungsi utama protein bagi
tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang telah ada
(Winarno, 1992).
Peningkatan persentase pengetahuan peserta
tentang kualitas susu segar meningkat hingga
87% (Butir pertanyaan no. 7, Gambar 3). Susu
segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak
dikurangi atau ditambahkan bahan apapun yang
diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat. Susu
merupakan bahan minuman yang sesuai untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
kebutuhan hewan dan manusia karena
mengandung zat gizi dengan perbandingan yang
optimal, mudah dicerna dan tidak ada sisa yang
terbuang. Susu segar mudah sekali mengalami
kerusakan karena cemaran mikroba. Dalam suhu
ruang, susu hanya bertahan maksimal empat jam
setelah pemerahan. Kerusakan juga bisa terjadi
karena proses pemerahan tidak bersih dan wadah
yang tercemar. Sehingga setelah susu diperah
dari sapi perah, harus segera dilakukan
penanganan dan proses pengolahan susu. Untuk
memperpanjang daya simpannya, susu segar
segera dipasteurisasi dan disimpan pada suhu
dibawah 10oC. Pada suhu tersebut mikroba
pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang.
Terjadi peningkatan pengetahuan peserta tentang
kualitas susu segar dan pengaruh proses
pengolahan terhadap kualitas susu segar. Proses
pengolahan akan memperpanjang umur simpan
susu dan menjaga kesegaran serta kualitas susu.
Beberapa proses pengolahan susu segar yang
dapat dilakukan adalah proses pasteurisasi. Pada
industri susu, susu segar ada yang diolah menjadi
susu evaporasi, susu bubuk, susu kental manis
susu sterilisasi dan susu fermentasi. Proses
pengolahan susu akan memperpanjang umur
simpan susu.
Berbagai jenis produk susu olahan dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan
produk minuman. Salah satu minuman yang
diolah dengan menggunakan es krim adalah
milkshake.
% jawab benar pre test
% jawab benar post test
Gambar 3. Persentase Pengetahuan Kualitas Susu dan
Pengaruh Proses pengolahan
Es krim adalah buih setengah beku yang
mengandung lemak teremulsi dan udara. Sel-sel
udara yang ada berperan untuk memberikan
65
tekstur lembut pada es krim tersebut. Tanpa
udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu
dingin dan terlalu berlemak. Sebaliknya, jika
kandungan udara dalam es krim terlalu banyak
akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga
kurang enak. Lemak susu terlalu rendah, akan
membuat es lebih besar dan teksturnya lebih
kasar serta terasa lebih dingin. Untuk menjaga
kualitas es krim agar tetap baik, maka es krim
sebaiknya disimpan pada suhu beku (<10oC).
Terjadi peningkatan pengetahuan peserta tentang
proses penyimpanan es krim dari 34.8% menjadi
60.9%.
Setelah
pelatihan
peserta
dapat
melakukan proses pengolahan es krim menjadi
berbagai jenis milkshake, seperti milkshake susu
kedelai, milkshake mangga, milkshake cokelat
dan sebagainya. Peserta pelatihan dan anak
balitanya sangat menyukai produk olahan es
krim tersebut.
Penyimp
anan es
krim, %
jawab
benar
pre…
Penyimp
anan es
krim, %
jawab
benar
post…
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini kader Posyandu sebagai
salah satu sasaran awal penerapan IPTEK di
Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Duren
Sawit dapat melakukan pembuatan es krim sehat
bagi balita dalam bentuk minuman milkshake
susu kedelai, milkshake mangga, milkshake
cokelat. Sebagai khalayak sasaran yang strategis
kader
Posyandu
diharapkan
dapat
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan
mereka pada masyarakat sekitarnya. Kader
posyandu dan masyarakat di sekitarnya dapat
membuat milkshake sebagai minuman sehat dan
bergizi bagi balita, serta memanfaatkan peluang
usaha untuk menggantikan produk minuman
kurang sehat yang banyak beredar dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Marshall, R. T., and W. S. Arbuckle. 1996. Pages
59, 151–185, 263–267, 319 in Ice Cream.
5th ed. International Thomson Publ., New
York.
Marshall, R.T., H.D Goff and R.W. Hartel.2003.
Ice Cream. Sixth Edition. Kluwer
Academic. Planum Publisher. New York.
McBride, R.L and H.J.H..1990. Psychological
Basis of Sensory Evaluation. Elsiver
Science Publisher Ltd. New York
Gambar 4. Persentase Pengetahuan Kualitas Susu
dan Pengaruh Proses pengolahan
Muse, MR., dan W. Kartel, 2004. Ice Cream
Structure Elements that Affect Melting
Rate and Hardness. ADSA. J.Dairy Sci.
87:1-10. Diakses 18 September 2
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia. Jakarta.
66
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KADER POSYANDU DALAM
MENGIDENTFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Murni Winarsih
Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberdayakan kemampuan kader
posyandu dalam mengidentifikasi ABK di kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Latar belakang
dilakukannya kegiatan ini adalah adanya permasalahan yang dihadapi oleh para kader posyandu
dalam menjalan tugasnya yaitu belum memahami karakteristik anak berkebutuhan khusus yang ada
disekitar lingkungan posyandu. Keterbatasan yang dimiliki para kader posyandu dalam menjalankan
perannya, dikarenakan kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam mengidentifikasi ABK
berdasarkan karakteristiknya. Sasaran dalam kegiatan pengabdian ini adalah kader posyandu
Cempaka yang berada di Kelurahan Kayuringin Jaya Kecamatan Bekasi Selatan. Metode yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan terbimbing dengan menggunakan ceramah dan
simulasi didukung dengan materi yang bersifat teori dan praktik. Hasil dari kegiatan ini adalah
keterampilan kader posyandu Cempaka dalam mengidentifikasi ABK.
Kata Kunci : Posyandu, ABK, Kader
I. PENDAHULUAN
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di era globalisasi saat ini, tidak
terlepas dampak yang ditimbulkan akibat
perkembangan tersebut. Dampak positif dan
negatif terhadap kehidupan manusia dalam arus
teknologi sekarang ini tidak bias dihindari. Salah
satunya adalah semakin bertambahnya anak
berkebutuhan khusus (ABK) yang ada di sekitar
masyarakat. Hal ini dipicu oleh adanya berbagai
penyebab yaitu karena faktor genetik, patologik,
obat-obatan yang berdosis tinggi dan pola makan
yang serba instan dan banyak mengandung bahan
pengawet.
Terlahirnya anak dengan kondisi yang
memiliki hambatan atau berkelainan tersebut,
sebenarnya dapat dihindari dan dicegah oleh
setiap orangtua dan keluarga, apabila orangtua
dan keluarga memiliki pengetahuan tentang
bagaimana mendeteksi dan mengidentifikasi
terjadinya anak berkebutuhan khusus. Namun
karena
minimnya
pengetahuan
dan
ketidakpedulian terhadap dampak dari faktor
genetik, patologik, obat-obatan yang berdosis
tinggi dan pola makan yang serba instan dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
banyak mengandung bahan pengawet tersebut
maka semakin hari jumlah ABK bertambah
banyak.
Posyandu merupakan salah satu tempat
bagi para orangtua dan keluarga untuk
memberikan informasi yang tepat terkait dengan
penyebab terjadinya ABK, penyebab dan cara
mencegahnya. Posyandu adalah pos pelayanan
terpadu yang berada ditingkat terbawah dalam
lingkungan masyarakat yang ada disetiap rukun
warga (RW). Selama ini kegiatan yang ada di
posyandu adalah melakukan pemeriksaan
kesehatan terhadap ibu dan balita, memberikan
penyuluhan gizi dan imunisasi yang dilakukan
oleh dinas kesehatan setempat (puskesmas) dan
para kader posyandu yang turut membantu.
Posyandu Cempaka merupakan salah satu
posyandu yang ada di wilayah kelurahan
Kayungin Jaya yaitu berada di RW 022.
Kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu
Cempaka selama ini sama seperti posyandu
lainnya yaitu melakukan penimbangan terhadap
balita, memberikan makanan sehat dan
memberikan imunisasi.
Hingga saat ini di
posyandu Cempaka belum pernah ada
67
pemberdayaan kader posyandu dalam melakukan
identifikasi
anak
berkebutuhan
khusus.
Berdasarkan kebutuhan dan keinginan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada kader posyandu Cempaka inilah maka
melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat
Universitas Negeri Jakarta akan dilakukan
kegiatan “ Pemberdayaan Kader Posyandu
Cempaka
Dalam
Mengidentifikasi
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelurahan
Kayuringin Jaya Bekasi Selatan”.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada kader-kader posyandu Cempaka dalam
melakukan identifikasi terhadap ABK, dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para
kader posyandu diharapkan dapat mengurangi
terjadinya kelainan dan mencegah bertambahnya
jumlah ABK di lingkungan masyarakat kelurahan
Kayuringin Jaya. Sehingga fungsi dan peran
posyandu sebagai pos pelayanan terpadu kepada
masyarakat dapat dioptimalkan.
II. MATERI DAN METODE
Dalam melakukan kegiatan ini para kader
posyandu diberikan materi terkait dengan
mengenal
ABK, jenis-jenis
ABK
dan
karakteristiknya, dan cara mengidentfikasi ABK
dengan instrumen sederhana, sedangkan metode
yang digunakan adalah metode ceramah dan
simulasi, yaitu sebelumnya para kader posyandu
diberikan teori tentang ke ABK an, kemudian
diberikan simulasi terkait identifikasi ABK.
Pada tahap awal kader posyandu dibimbing
oleh instruktur, hingga beberapa kali dan setelah
mereka memahami yang diajarkan, kader
posyandu diberikan kesempatan untuk berpraktek
melakukan identifikasi dengan cara simulasi
antar kader dan pada akhirnya mereka dapat
memahami cara melakukan identifikasi terhadap
ABK.
III.
HASIL KEGIATAN DAN
PEMBAHASAN
Kegiatan Pemberdayaan Kader Posyandu
Dalam Mengidentifikasi ABK dilaksanakan
68
dalam bentuk pelatihan sehari yang melibatkan
para kader posyandu Cempaka, dengan instruktur
yang berpengalaman dalam bidang ke PLB an.
Pelatihan pengidentifikasi untuk kader
posyandu ini berjalan dengan lancar dan peserta
sangat antusias dikarenakan sebelumnya para
kader posyandu belum pernah mengikuti kegiatan
seperti ini dan mereka sangat berkeinginan untuk
diadakan
secara
berkesinambungan
dan
terprogram bagi semua kader yang lain termasuk
yang berada di luar posyandu.
Para kader posyandu dalam mengikuti
kegiatan sangat serius dan selama 1 hari para
peserta pelatihan tetap mengikuti semua materi
yang diberikan tanpa meninggalkan sesi yang
ada. Dengan penuh semangat para kader
posyandu mensimulasikan apa yang diajarkan
oleh instruktur diantara sesama kader posyandu
lainnya .Setelah mengikuti pelatihan selama 1
hari kader posyandu berharap pelatihan-pelatihan
seperti
ini
dapat
dilakukan
secara
berkesinambungan dan terprogram secara rutin
bagi semua ibu-ibu kader lainnya yang belum
mengikuti dan diperluas sasarannya.
Kader posyandu Cempaka bertugas satu
bulan sekali dalam melaksanakan penimbangan
batita dan balita serta penyuluhan kepada ibu
hamil bekerjasama dengan PUSKESMAS
setempat yang ada disekitar RW.022, di wilayah
Kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan.
Selama ini para kader posyandu belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam rmengenali
anak-anak berkebutuhan khusus serta belum
mampu untuk melakukan identifikasi terhadap
ABK.
Kader posyandu selama ini hanya
memahami batita dan balita normal berdasarkan
pengamatan fisiknya saja, tanpa memperhatikan
karakteristik lainnya dari anak tersebut. Untuk itu
dengan kesadaran para kader posyandu bersedia
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
pengabdian masyarakat LPM UNJ selama 1 hari
melalui kegiatan dengan Tema Pemberdayaan
Kader
Posyandu
Cempaka
Dalam
Mengidentifikasi ABK di Kelurahan Kayuringin
Jaya Bekasi Selatan. Melalui pelatihan ini para
kader dibekali teori tentang mengenal ABK,
jenis-jenis ABK beserta karakteristiknya,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
penyebab
terjadinya
ABK
dan
cara
mengidentifikasi ABK dengan menggunakan
instrument sederhana.
Materi yang disajikan selama 1 hari
dikemas sedemikian rupa sehingga tidak
membosankan bagi para peserta. Instruktur yang
merupakan dosen PLB FIP UNJ begitu
menguasai materi yang dilatihkan dan membuat
para peserta pelatihan semakin bersemangat,
dengan diselingi lagu-lagu yang dinyanyikan
dalam bahasa isyarat membuat peserta semakin
antusias mengikuti pelatihan.
Dalam proses pelaksanaan kegiatan peserta
diminta untuk saling men simulasikan materi
yang sudah diperoleh dengan sesama kader
posyandu lainnya, dan pada akhir kegiatan
instruktun melakukan evaluasi dengan penekanan
pada pemahaman peserta yaitu bagaimana cara
melakukan
identfifikasi
terhadap
ABK
berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil evaluasi, pemahaman
kader posyandu terhadap materi pelatihan yang
diberikan relatif baik. Hal ini dibuktikan oleh
kemampuan mereka dalam menjawab beberapa
pertanyaan yang diajukan oleh nara sumber.
Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini para
kader posyandu Cempaka semakin bersemangat
dalam menjalankan visi dan misinya sebagai
perpanjangan
tangan
pemerintah
dalam
melakukan
penyuluhan
kesehatan
dan
penimbangan kepada batita, balita serta ibu hamil
juga kepada anak berkebutuhan khusus yang ada
disekitar posyandu tersebut.
IV. KESIMPULAN
Hasil dari kegiatan ini berdampak positif
pada kedua belah pihak yaitu tim LPM UNJ
dengan pihak posyandu Cempaka yang berada di
kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan.
Permintaan untuk melanjutkan kegiatan ini secara
berkesinambungan,
menunjukkan
kebermanfaatan kegiatan ini bagi mereka khususnya
para kader posyandu Cempaka yang selama ini
menjalankan tugasnya dalam memberikan
penyuluhan dan penimbangan batita dan balita
serta ibu hamil. Disamping membuat mereka
semakin mampu melakukan aktifitas yang terkait
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dengan anak pada umumnya juga akhirnya
mereka lebih memperhatikan lagi terhadap anak
berkebutuhan
khusus.
Sehingga
dapat
meningkatkan pemahaman dan keterampilan
mengidentifikasi
ABK
disekitar
wilayah
kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan.
Selain itu kegiatan ini juga sebagai langkah
awal dan terobosan dalam membuat memajukan
anak bangsa sedini mungkin melalui kejelian dan
kepedulian para kader posyandu dalam
melakukan tugas-tugasnya. Sehingga kedepan
peran posyandu lebih maksimal dan menjadi
lembaga yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat
yang ada disekitar . Diharapkan LPM UNJ dapat
lebih menjangkau semua lembaga yang ada di
masyarakat dan di kemudian hari semakin
menunjukkan darma baktinya kepada masyarakat
yang membutuhkan. Kebermanfaatan yang
diperoleh melalui kegiatan program pengabdian
masyarakat akan meningkatkan kepedulian LPM
Universitas Negeri Jakarta terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono, Sosialisasi Pendidikan
Inklusi Bagi Sekolah Dasar di DKI
Jakarta, 2011, PLB UNJ Jakarta
Depdagri. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Tentang Revitalisasi, 1999, Jakarta
Depdagri
Direktorat Pendidikan Luar Biasa ,Pedoman
Pendidikan
Terpadu/Inklusi
Alat
Identifikasi
Anak
Berkebutuhan
Khusus,2003,
Dirjen
Dikdasmen,
Depdiknas, Jakarta
Depkes RI. Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia sehat 2010, Depkes RI Jakarta
Effendy,
N.,
Dasar-Dasar
Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, 1998, EGC Jakarta
Posyandu Muninjaya, A., A., G. 2004.
Manajemen Kesehatan, EGC,Jakarta
69
70
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGUNAKAN SOFTWARE R
SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN INOVASI PEMBELAJARAN
BAGI GURU-GURU MATEMATIKA SMA DAN SMK DI JAKARTA TIMUR
Widyanti Rahayu1), Siti Rohmah Rohimah2)
Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kondisi yang dialami oleh banyak guru matematika antara lain yaitu kurangnya inovasi dalam
pembelajaran matematika. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.untuk menjamin keterlaksanaan tugasnya secara professional. Untuk meningkatkan
kompetensi guru-guru khususnya guru-guru di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah
Kejuruan perlu diberikan pelatihan-pelatihan software yang menunjang tugas utamanya sebagai
pendidik. Salah satu software yang berguna untuk pembelajaran matematika diantaranya Software R.
Software R dapat digunakan untuk menjelaskan banyak topik dalam matematika antara lain: masalah
aritmatika, geometri, maupun aljabar. Sofware R juga dapat digunakan guru untuk membantu evaluasi
pembelajaran maupun untuk mengolah data penelitian. Melalui pelatihan software R bertujuan agar
guru mampu berinovasi untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas mengajar matematika guruguru di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta Timur. Feedback dari
kegiatan pelatihan yang diselenggarakan, peserta memberikan respon positif terhadap pelatihan tentang
Software R.
Kata kunci : Pelatihan, Software R, Inovasi Pembelajaran, Guru
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika masih menjadi pelajaran yang
cukup ditakuti oleh siswa SMK. Hal ini terlihat
dari hasil UN para siswa, nilai matematika
termasuk mata pelajaran yang nilainya lebih
kecil dibandingkan dengan nilai untuk mata
pelajaran
lainnya.
Dalam
mengajarkan
Matematika bagi siswa SMK perlu bantuan
media visual karena Matematika adalah
pelajaran yang abstrak. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Peraturan
Pemerintah No.19 tahun 2005, dan Peraturan
Menteri No. 24 tahun 2007 yang mengharuskan
penggunaan TIK dalam proses pembelajaran di
sekolah. Banyak sarana TIK yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran, misal
kalkulator, komputer dan softwarenya, dan
internet.Software-software yang berguna untuk
pembelajaran matematika diantaranya R,
MAPLE, MATLAB, GEOGEBRA, dan SPSS.
Software R dapat digunakan untuk
menjelaskan banyak topik dalam matematika
baik masalah aritmatika, geometri, maupun
aljabar. Misalnya penyelesaian sistim persamaan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
linier, jumlah deret, persamaan kuadrat dan
sekaligus menampilkan grafiknya dari berbagai
sudut pandang. Sehingga apabila guru dan siswa
menguasai software R maka keabstrakan
pelajaran matematika dapat dikurangi sehingga
siswa akan lebih mudah memahami konsepkonsep matematika yang diajarkan guru.
Pusat pelatihan hanya difokuskan pada
gugus wilayah I Jakarta Timur. Tempat gugus
tersebut mengadakan musyawarah bertempat di
pusat rayon yang berlokasi SMKN 26 Jakarta
Timur. Pada umumnya guru-guru matematika
sering mendiskusikan permasalahan yang terkait
dengan kegiatan pembelajaran matematika.
wadah ini sangat bagus sebagai tempat curahan
hati para guru dalam menyelesaikan masalah
yang muncul.
Adapun yang menjadi perhatian kita
adalah terkait dengan kurangnya inovasi dalam
pembelajara matematika. Mengingat tugas guru
sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan
formal.
Selain
itu
untuk
menjamin
keterlaksanaan tugasnya yang utama tersebut,
71
guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani,
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk
meningkatkan kompetensi guru-guru khususnya
guru-guru di Sekolah Menengah Atas perlu
diberikan pelatihan-pelatihan yang menunjang
tugas utamanya sebagai pendidik. Dengan
memberikan pelatihan software R diharapkan
akan meningkatkan kemampuan dan kreativitas
mengajar matematika guru-guru di Sekolah
Menengah Atas atau Sekolah Menengah
Kejuruan di Jakarta Timur.
Pada kenyataannya, banyak guru di SMK
di Jakarta Timur menginginkan pengetahuan
tentang inovasi terbaru dalam pembelajarannnya.
Banyak guru yang ingin mengintegrasikan antara
matematika dengan komputer. Hal ini memiliki
tujuan agar siswa tertarik untuk belajar
matematika dengan menyenangkan. Pada
kenyataannya banyak guru yang memiliki
keterbatasan penguasaan software. Padahal
mereka yakin dengan pembelajaran matematika
berbasis computer dapat membantu siswa dalam
meningkatkan pemahaman matematika dengan
mudah dan mampu meningkatkan kreativitas
bagi siswanya.
Selain itu, paradigma mereka selalu
berpikir bahwa matematika dianggap pelajaran
yang sulit untuk dipelajari, sehingga banyak
siswa yang tidak menyukai pelajaran
matematika. Biasanya guru cenderung untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang
konvensional yang hanya mengajarkan konsep
dan rumus-rumus matematika. Hal ini membuat
suasana belajar siswa tidak bergairah dan
membosankan. Sementara, siswa sekarang ini
sangat menyukai berinteraksi dengan komputer,
sehingga
guru
harus
meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar dengan
menambahkan penggunaan software dalam
membantu mengajar konsep, rumus, dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di kelas yang disertai penggunaan
software yang terintegrasi dapat memotivasi
siswa dalam meningkatkan minat belajar
matematika dan meningkatkan kreativitas siswa.
Universitas Negeri Jakarta sebagai salah
satu Perguruan Tinggi di DKI Jakarta memiliki
tanggungjawab untuk membantu melaksanakan
program pemerintah dalam mengembangkan
72
inovasi pembelajaran di sekolah. Sebagai bentuk
pelaksanaan salah satu misi UNJ yaitu
mengembangkan berbagai bentuk pengabdian
kepada masyarakat di bidang ilmu, teknologi,
dan seni yang berdaya guna dan berhasil guna,
jurusan matematika bermaksud mengadakan
suatu kegiatan pelatihan bagi guru SMA dan
SMK di Jakarta Timur. Pelatihan tersebut
dimaksudnya untuk memberi pengetahuan dan
pengalaman praktek tentang Sofware R.
Pelatihan khususnya diadakan untuk Guru
SMA dan SMK di lingkungan dinas pendidikan
Jakarta Timur dengan pertimbangan: (1) Penting
sekali bagi guru SMK mengenal software R yang
tidak
berbayar
untuk
membantu
mengembangkan kompetensi guru (2) Jakarta
Timur dipilih karena lokasi terdekat dari UNJ,
sehingga dari tempat yang terdekat pelatihan
akan mudah dilaksanakan untuk pertama
kalinya.
B. Perumusan Masalah
Banyak siswa SMA dan SMK yang
memiliki kesulitan dalam menyelesaiakan
persoalan matematika di sekolah. Hal ini
mendorong guru untuk senantiasa melakukan
inovasi dalam pembelajaran matematika. Selain
itu, zaman sekarang ini adalah zaman yang
canggih dan melek teknologi, sehingga
pembelajaran yang yang konvensional membuat
anak tidak tertantang bahkan tidak tertarik untuk
belajar. Banyak guru yang memiliki keterbatasan
penguasaan
software.
Padahal
dengan
berbantuan software dapat meningkatkan minat
siswa untuk belajar matematika. Selain itu,
banyak guru yang tidak mengenal software yang
free seperti R dan mereka juga tidak menyadari
bahwa software sangat bermanfaat dalam
pelajaran matematika bahkan sangat mudah
dipelajari.
Untuk
menanggulangi
permasalahan
tersebut maka guru perlu melakukan inovasi
dalam pembelajaran matematika. Banyak inovasi
yang bisa dilkukan jika guru telah menguasai
software R. Melalui Pemanfaatan software R
sebagai
bahan
untuk
simulasi
dalam
pembelajaran matematika, sehingga siswa
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
merasa termotivasi belajar matematika. Selain
itu, dengan R guru dapat meningkatkan
kualitasnya dalam melakukan penelitian untuk
kepentingan evaluasi siswa maupun untuk
kepentingan kenaikan pangkat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
1. Apakah peserta pelatihan memahami
materi yang disampaikan tentang
Software R?
2. Bagaimana aktivitas peserta pelatihan
dalam mengikuti kegiatan pelatihan
Software R?
C. Tujuan
Kegiatan pengabdian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan bagi peserta
pelatihan tentang Software R dan
manfaatnya bagi guru.
2. Memberikan solusi bagi peserta
pelatihan agar mau menerapkan dalam
pembelajarannya di kelas, sehingga
guru mampu mengatasi kesulitan
dalam pembelajaran matematika di
sekolah. Selain itu, peserta pelatihan
diberikan
keterampilan
untuk
mengevaluasi
pembelajaran
dan
mampu
meneliti
menggunakan
software R.
D. Manfaat
Program pengabdian kepada masyarakat
ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada:
1. Memberikan solusi secara tidak
langsung kepada siswa, karena setelah
pelatihan ini diharapkan guru mau
menerapakan dalam pembelajarannya
di kelas, sehingga guru mampu
mengatasi
kesulitan
dalam
pembelajaran matematika.
2. Meningkatkan kompetensi guru karena
melalui software R dapat digunakan
untuk mengevaluasi pembelajaran dan
membantu mengolah data penelitian.
3. Meningkatkan kualitas sekolah, karena
melalui
pelatihan
ini
dapat
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
meningkatkan kompetensi bagi guru
matematika yang ada di lingkungan
Jakarta Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengenalan Bahasa R
Bahasa R merupakan versi sumber terbuka
(open-source) dari bahasa pemrograman S
(Azola dan Harrel, 2006). Versi komersial yang
berbasis bahasa S adalah S plus. Bahasa R
memiliki kemampuan yang tidak kalah dangan
paket-paket program pengolahan data komersial
bahkan dalam beberapa hal kemampuannya lebih
baik. Perbandingan R khususnya terhadap SAS
dibahas secara rinci oleh Azola dan Harrel
(2006). Bahasa R mendapat sambutan yang baik
dari kalangan statistikawan di seluruh dunia,
sayangnya di Indonesia belum banyak dikenal.
B. Cara Kerja Bahasa R
Verzani (2002) mengemukakan bahwa
keuntungan-keuntungan yang diperoleh bila
menggunakan bahasa R untuk pengolahan data
dan statistik antara lain: R dapat diakses gratis
dan dapat dijalankan pada berbagai sistem
operasi
(UNIX,
Windows,
Macintosh),
sintaksnya mudah dipelajari dan memiliki
banyak sekali fungsi-fungsi statistik terpasang.
Disamping keuntungan tersebut Verzani (2002)
juga mengumukakan kelemahan utama bahasa R
adalah tidak adanya dukungan komersial. Azola
dan Harrel (2006) memberikan perbandingan
rinci atas kemampuan bahasa R terhadap
program komersial SAS. S-Plus sebagai
“kembaran” komersial dari bahasa R memiliki
antar muka yang lebih baik, tetapi berjalan
sedikit labih lambat dari pada R.
Sofware R merupakan sebuah paket dan
sekaligus bahasa pemrograman untuk analisis
data dan grafik. R merupakan bahasa
pemrograman tingkat tinggi (hight level
programming). R dapat digunakan secara
interaktif sehingga hasil perhitungan segera
dapat dilihat, tetapi apabila perhitungannya
kompleks maka perintah-perintah R ditulis lebih
dahulu dalam text editor, kemudian dipanggil
dengan fungsi source. Program R dapat di akses
gratis di internet di http://www.r-project.org/.
73
dan sebagaimana halnya program open source, R
dirancang secara voluntary oleh ahli-ahli statistik
dan pemrograman di seluruh dunia, sehingga
perkembangannya sangat pesat, Versi R terakhir
ketika tulisan ini dibuat adalah 2.4.1. R juga
dilengkapi
dengan package (add-in)
yang
memberikan kemampuan tambahan, misalnya
perhitungan
teknik-teknik
statistik
yang
canggih,interface dan
lain-lain. Packages ini
juga dapat diakses gratis. Secara periodik
muncul package- package baru yang menarik
yang
dapat
dipilih
sesuai
kebutuhan.
Semua package ini dapat diperoleh gratis
di http://cran.r-project.org/.
C. Skema Kerja Bahasa R
Setelah R terinstal pada komputer maka
dapat diakses melalui shortcut atau menu start.
Prompt default “>” mengindikasikan bahwa R
menunggu perintah yang diberikan, baik berupa
fungsi maupun objek lain. R merupakan suatu
bahasa berorientasi objek, artinya bahwa
variabel, data, fungsi, hasil dan sebagainya,
disimpan dalam memori aktif komputer dalam
bentuk objek dan mempunyai sebuah nama.
Pengguna dapat mengenakan aksi terhadap
objek-objek tersebut melalui suatu operator
(aritmatika, logika, dan perbandingan) dan
fungsi (functions). Fungsi itu sendiri juga
merupakan suatu objek. Penamaan terhadap
objek bersifat case sensitive (membedakan huruf
besar dan huruf kecil). Jadi X dan x merupakan
objek yang berbeda.
Argumen suatu fungsi dalam R juga
merupakan suatu objek (“data”, formula, expresi,
dan sebagainya). Beberapa fungsi menyediakan
nilai default dari argumennya, nilai ini dapat
diubah oleh penggunanya dengan options
tertentu. Beberapa fungsi tidak membutuhkan
nilai argumen dalam menjalankan perintahnya,
hal ini dapat terjadi karena ada dua kemungkinan
1) semua argumennya mempunyai nilai default
(karenanya dapat diubah dengan options). Jadi
dalam mengeksekusi fungsi tersebut tidak perlu
memasukkan nilai argumen, karena fungsi akan
menggunakan nilai default sebagai nilai
74
argumen. 2) tidak ada argumen yang
didefinisikan sebelumnya pada fungsi tersebut.
Objek-objek R (termasuk fungsi) dikemas
dalam bentuk add-ins yang oleh R disebut
dengan package. Pada saat R dipanggil pertama
kali, maka ada tujuh package yang dipanggil dan
disimpan dalam memori aktif.
Semua aksi pada R dilakukan dengan
memanipulasi objek yang tersimpan pada
memori aktif komputer: tanpa menggunakan file
temporary. Pengguna mengeksekusi fungsi, yang
mana nilai argumen akan menentukan hasilnya
(dapat juga berupa suatu grafik). Hasil eksekusi
ini diperagakan secara langsung pada layar,
disimpan pada sebuah objek yang dapat diberi
nama tertentu, atau ditulis pada disk (khusunya
grafik). Oleh karena hasil itu sendiri merupakan
sebuah objek, maka objek ini dapat merupakan
nilai argumen (data) bagi fungsi lain untuk
selanjutnya dieksekusi.
Sofware R bekerja berdasarkan jenis
struktur datanya. Struktur data paling sederhana
adalah vector. Vektor dibuat dengan fungsi c,
hasilnya disimpan dalam suatu objek. Selain itu
fungsi read.table digunakan untuk membaca data
dalam format ascii (txt, dat). Fungsi ini tersedia
pada package base.
D. Tampilan Grafik Dengan R
Sofware R menyediakan kemampuan yang
kaya untuk visualisasi grafik (Rossiter, 2006).
Tersedia dua sistem grafik: sistem base (terdapat
dalam package graphics, yang dipanggil secara
default ketika memulai R) dan sistem
trellis (tersedia
dalam package lattice).
Disamping kedua sistem tersebut, terdapat
berbagai package tambahan yang memperkaya
kemampuan grafik R, antara lain:misc3d
(berbagai
plot
3
dimensi),
rgl
(sistem device untuk visualisasi grafik 3
dimensi), scatter plot 3d (scatter plot 3 dimensi)
dan beberapa package lain yang tidak ditujukan
khusus untuk grafik seperti tseries, menyediakan
kamampuan untuk menampilkan grafik-grafik
deret waktu.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
III. MATERI DAN METODE
A. Kerangka Penyelesaian Masalah
Merujuk kepada rumusan masalah yang
telah teridentifikasi sebelumnya yaitu Apakah
peserta pelatihan memahami materi yang
disampaikan tentang Software R? Serta
bagaimana keadaan peserta pelatihan dalam
mengikuti kegiatan pelatihan Software R? Untuk
menjawab pertanyaan ini maka perlu analisis
lebih mendalam situasi di Sekolah. Berikut ini
situasi yang mungkin dijumpai di sekolah tingkat
SMA dan SMK di Jakarta Timur:
1) Belum mengenal dan memahami
software yang open source.
2) Masih kesulitan dalam mengevaluasi
secara mudah menggunakan sofware
yang free terkait dengan evaluasi
pembelajaran maupun mengolah data
penelitian.
Dibatasi
oleh
constraint
waktu
pelaksanaan kegiatan P2M yang hanya satu hari,
dan mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam
memahami Software R serta keterbatasan skill
ICT yang dimiliki oleh para peserta maka solusi
yang tim pengabdi tawarkan adalah dengan
memberikan kegiatan pelatihan khusus materi
yang diperlukan saja yaitu konsep vektor,
matriks, dan analisis data sederhana yang
meliputi analisis deskriptif, analisis regresi, dan
uji t.
B. Khalayak Sasaran
Sasaran utama kegiatan ini adalah guru
matematika SMA dan SMK di wilayah I Jakarta
Timur. Terdapat total 26 undangan yang
dikirimkan ke sekolah-sekolah yang terdapat di
lingkungan SMA dan SMK di wilayah I Jakarta
Timur.
C. Materi Penerapan IPTEK
Metode yang digunakan pada program ini
adalah teori, praktek, dan diskusi. Teori
diberikan dalam bentuk pembelajaran di kelas.
Praktek dilaksanakan masing-masing di dalam
kelas dengan menyelesaikan latihan yang telas
disiapkan oleh pengajar.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Langkah-langkah
kegiatan
Pelatihan
Software R untuk guru SMA dan SMK wilayah I
Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
1. Menyebarkan angket kepada peserta
sebelum kegiatan pelatihan.
2. Nara
sumber
mempresentasikan
tentang
pentingnya
penguasaan
sofware R bagi guru matematika di
sekolah SMK dan SMA.
3. Memberikan materi tentang vektor,
matriks, dan analisis data.
4. Melalui diskusi, peserta menanyakan
tentang kesulitan-kesulitan dalam
membuat
program-program
di
Software R.
5. Peserta secara mandiri diberi tugas
untuk menjalankan program dengan
kasus-kasus yang berbeda.
6. Nara sumber dan tim membantu
peserta yang masih kesulitan dalam
mengerjakan tugas mandiri.
7. Beberapa guru mempresentasikan
hasil kerjanya.
Menyebarkan angket kepada peserta sesudah
kegiatan pelatihan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan P2M dilaksanakan dengan
acara tatap muka dan praktek pembuatan
program.
Kegiatan
pelatihan
utamanya
menjelaskan mengenai praktik membuat
program vektor, matriks, dan analisis data
berjalan baik dan lancar. Pertemuan tatap muka
dengan metode ceramah dan diskusi, dilanjutkan
dengan latihan/praktek membuat program
dengan kasus-kasus yang berbeda yang sering
ditemui dalam pembelajaran maupun penelitian
di kelas. Kegiatan dilaksanakan sehari yaitu pada
hari Rabu 7 Oktober 2015 di Laboratorium
Matematika UNJ Gedung Dewi Sartika Lantai 5
pukul 08.30-13.30. Peserta yang hadir berjumlah
18 orang.
Program pengabdian pada masyarakat
berupa pelatihan Sofware R yang terdiri dari
materi vektor, matriks, dan analisis data sudah
75
dilaksanakan. Kegiatan ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan, keterampilan, sehingga
kompetensi yang dimiliki guru meningkat. Guru
akan lebih semangat untuk mengembangkan
profesinya diantaranya melakukan inovasi
pembelajaran menggunakan Software R dan
melakukan penelitian untuk melakukan evaluasi
pembelajaran maupun untuk kebutuhan pangkat.
Hasil pelatihan ini diharapkan bermanfaat bagi
sekolah, sehingga proses belajar mengajar
menjadi lebih menarik.
A. Aktivitas Peserta Pelatihan
Keaktifan peserta pelatihan dinilai melalui
indikator
kesungguhan,
aktif
bertanya,
kedisiplinan, dan kerja sama. Hampir 75%
peserta pelatihan aktif bertanya, bersungguhsungguh dalam mengikuti pelatihan, disiplin
dalam mengikuti kegiatan pelatihan, kerjasama
yang baik antara para peserta dengan tim
pengabdi.
Kedisiplinan dari peserta pelatihan juga
terbukti dari ketepatan waktu kehadiran, tertib
mengikuti materi pelatihan, serta disiplin
menunggu pulang setelah selesai seluruh
rangkain acara pelatihan. Selain itu, peserta
pelatihan juga memiliki semangat yang tinggi
untuk mengetahui dan belajar Software R yang
cukup tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan
pada saat sesi tanya jawab. Selain itu, tampak
dari peserta pelatihan serius mengerjakan latihan
yang diberikan.
B. Daftar Peserta Pelatihan
Peserta yang menghadiri undangan
pelatihan total berjumlah 18 orang guru SMK
dan SMA di wilayah 1 Jakarta Timur. Dilihat
dari sisi perwakilan sekolah, terdapat 11 sekolah
swasta dan sisanya perwakilan dari sekolah
negeri.
C. Hasil Survey/Feedback Peserta
Survey dilakukan terhadap peserta
pelatihan sebelum dan setelah kegiatan
pelatihan. Berikut adalah hasil surveynya.
1. Sebelum pelatihan
a. Frekuensi penggunaan software
dalam pembelajaran atau penelitian:
Berdasarkan hasil survey diketahui
bahwa mayoritas responden hanya
76
menggunakan software 1 atau 2 kali
dalam pembelajaran atau penelitian.
b. Jenis
penelitian
yang
sudah
dilakukan:
Ketika ditanyakan jenis penelitian
apa yang sudah pernah dilakukan
oleh
responden,
mayoritas
menjawab penelitian PTK (10
orang),
kualitatif
(5
orang),
kuantitatif (3 orang), dan 1 orang
lainnya.
c. Jenis software yg digunakan dalam
penelitian atau pembelajaran:
Jenis software yang digunakan dalam
penelitian
adalah
mayoritas
menggunakan excel (12 orang), SPSS (6
orang), sisanya belum pernah. Software
R belum pernah digunakan oleh peserta
pelatihan sebelumnya.
2. Sesudah pelatihan
Berdasarkan angket yang diberikan
pada
peserta
pelatihan
setelah
memperoleh pelatihan, diperoleh hasil
yang sangat antusias dan umpan balik
yang positif terhadap manfaat yang
diterima. Hal ini terbukti dari jawaban
mereka yang menjawab 100 persen mau
menggunakan Software R dalam
pembelajaran atau penelitian. Selain itu,
peserta pelatihan menjawab 100 persen
bahwa mereka akan menggunakan
Software R untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran siswa. Peserta pelatihan
juga menjawab 100 persen bahwa
pelatihan software R sangat bermanfaat
bagi mereka. Selain itu kesan, kritik, dan
saran yang diberikan peserta pelatihan
adalah sebagai berikut:
a. Terhadap materi pelatihan : symbolsimbol supaya lebih jelas, contohcontoh ditambah, diberi simulasi,
diberi warna-warna, dan ditambah
interpretasi yang lebih detail.
b. Instruktur : sudah cukup bagus dan
komunikatif
c. Acara : waktu ditambah, dapat
dilanjutkan di lain waktu
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor-faktor yang mendukung kegiatan
pengabdian ini terlaksana diantaranya:
1. Rekan mitra, guru-guru SMK dan SMA
di wilayah I Jakarta Timur sangat
kooperatif
dalam
membantu
terlaksananya acara khususnya kehadiran
ke tempat pelatihan tepat waktu dan
tertib
dalam proses pelaksanaan
pelatihan.
2. Undangan tersebar dengan baik dan
respon dalam menanggapi undangan
cukup baik.
3. Bantuan asisten mahasiswa yang
diperbantukan sebagai asisten pengabdi
sangat mendukung.
4. Kebutuhan tentang penggunaanSoftware
R tepat sasaran
Tim pengabdi menemukan sejumlah
kendala teknis selama perjalanan awal persiapan
hingga terlaksananya pengabdian. Namun
kendala utama yang dihadapi adalah pendanaan
yang diterima terlalu minim untuk dapat lebih
kreatif/bermanfaat selama kegiatan pengabdian.
Selain itu, kurangnya kreatifitas tim pengabdi
dalam mencari sumber dana mandiri.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Topik kegiatan pengabdian cukup tepat
sasaran dan sesuai kebutuhan.
2. Respon dari perwakilan sekolah cukup
baik, dan berpotensi untuk ditindak
lanjuti.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
B. Saran
1. Waktu pelaksanaan pelatihan untuk
topik pelatihan Software R setidaknya
full day training
2. Diperlukan follow up terhadap peserta
yang memiliki motivasi besar untuk
belajar, salah satunya melakukan
workshop
lanjutan
khususnya
penggunaan Software R untuk analisis
data lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Maindonald, J.H. (2001). Using R for Data
Analysis and Graphics An Introduction.
Australian
National
University. http://mirror.aarnet.edu.au/pu
b/CRAN.
Owen, W.J. (2006). The R Guide. Department of
Mathematics and Computer Science,
University of Richmond.
http://www.mathc.richmond.edu/~wowe
n/TheRGuide.pdf.
http://rianprestasi.blogspot.com/2011/04/modulsoftware-r.html
Suhartono. 2008. Analisis Data Statistik dengan
R. http://bahasa r.blogspot.com/2008/12/
manipulasi-data-dan-grafikmenggunakan.html
77
Download