BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Komunikasi Penelitian ini menggunakan definisi komunikasi sebagai bagian dari kerangka teoritis karena komunikasi merupakan faktor penting dalam pembentukan sebuah citra perusahaan. Melalui komuikasi, perusahaan dapat membangun citra yang baik dimata publiknya. Mengacu pada pendapat Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient), efek (effect, impact, influence). 12 13 Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku yang berjudul Dinamika Komunikasi (2008:hal.9), mengatakan bahwa arti : “ Ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas- asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.” (Effendy, 2008:hal.9) Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan). Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya diserai perasaan tertentu, disadari atau tidak tidak disadaari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan 14 menggunakan perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh Walter lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan. (Effendy, 2008:9) 2.1.2 Prinsip-prinsip Komunikasi Ada 12 prinsip komunikasi tertulis sebagai berikut : Prinsip 1: Komunikasi adalah Proses Simbolik Susanne K. Langer yang dikutip oleh Mulyana (2009:91) mengatakan bahwa: “Kebutuhan simbolisasi atau pnggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas symbolicum.” makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai 15 Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. Prinsip 2: Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Sangat sulit meminta seseorang untuk tidak berkomunikasi karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Prinsip 3: Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara non verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara 16 mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Prinsip 4: Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika seseorang melamun sementara orang lain memperhatikannya) hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika seseorang sdag menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen, seperti dalam persuasi. Prinsip 5: Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu 17 Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik- topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti lelucon, acara televisi, mobil, bisnis atau perdagangan terasa kurang sopan bila dikemukakan di tempat ibadah. Prinsip 6: Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya, orang-orang memiliki strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadaari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Prinsip 7: Komunikasi Bersifat Sistemik Ada dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, 18 masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok suku, kelompok pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya). Istilah-istilah lain yang identik dengan sistem internal adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field experience), struktur kognitif (cognitive structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude). Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen ini adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi. Prinsip 8: Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-budaya Semakin efektiflah Komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Kesamaan bahasan khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama. 19 Prinsip 9: Komunikasi Bersifat Nonsekuensial Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua rah komunikasi ini, misalnya Frank Dance, Kincaid dan Schramm yang mereka sebut komunikasi antarmanusia yang memusat, dan Tubss yang menggunakan komunikator 1 dan komunikator 2 untuk kedua pihak yang berkomunikasi tersebut. Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut: 1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara, misalnya komunikator A dan komunikator B, bukan pengirim (sender) dan penerima (receiver), sumber (source) dan sasaran (destination), atau yang sejenisnya. Dengan kata lain, mereka mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama. 2. Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah), karena itu modelnya pun tidak lagi ditandai dengan satu garis lurus bersifat linier (satu arah) 3. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik, karena pesan komunikator A sekaligus umpan balik bagi komunikator B, dan sebaliknya umpan balik B sekaligus merupakan pesan B, begitu seterusnya. 4. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, misalnya komunikasi antara dua orang juga sebenarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lainnya. 20 Prinsip 10: Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continous). Impikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandia (encoding) dan penyandian balik (decoding). Kedua proses itu, meskipun secara teoritis dapat dipisahkan, sebenarnya terjadi serempak, bukan bergantian. Keserempakan inilah yang menandai komunikasi sebagai transaksi. Prinsip 11: Komunikasi Bersifat Irreversible Sifat Irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini menyadarkan kita untuk berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali meskipun kita berupaya meralatnya. 21 Prinsip 12: Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelsaikan persoalan atau konflik itu karena persoalan atau konflik itu karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. (Mulyana, 2009 :91) 2.1.3 Elemen-elemen dalam Model Komunikasi 1. Pengirim Karakteristik dari sumber pesan memengaruhi tingkat penerimaan pesan oleh si penerima tetapi tidak banyak memengaruhi dampak pesan jangka panjang. Hovland yang dikutip oleh Culip (2009:9) mengatakan bahwa: “Dampak sumber jangka panjang ini sebagai “sleeper effect” Misalnya, menurut teori kredibilitas kalangan mahasiswa akan lebih mudah diterima sebagai pesan yang terprcaya apabila diberikan oleh sumber yang kredibilitasnya tinggi, seperti otoritas medis yang diakui, ketimbang apabila pesan itu disampaikan oleh teman mereka sendiri.” 22 Riset yang lebih baru menunjukkan dampak sumber jangka pendek maupun jangka panjang. Kredibilitas sumber memperbesar nilai informasi, kata seorang sarjana. Teori ini menyatakan bahwa atatus, reliabilitas, dan kepakaran dari sumber akan menambah bobot pesan. Mengalikan ketiga sumber ini akan menghasilkan faktor bobot sumber dalam proses komunikasi. Para periset telah menyimpulkan bahwa meskipun karakteristik sumber akan memengaruhi proses komunikasi, dampaknya akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu topik ke topik lainya, dan dari waktu ke waktu. Akan tetapi, setidaknya karakteristik sumber akan memengaruhi penerimaan pesan oleh si penerima. 2. Pesan Karakeristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi banyak ahli komunikasi sepakat bahwa “ maknanya tergantung pada orang, bukan kata-kata pesannya.” Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang berbeda yang menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara berbeda, memberikan makna yang berbeda, dan bereaksi dengan cara yang berbeda. Bagaimanapun juga, karakteristik pesan dapat menghasilkan efek yang kuat, walaupun mungkin tidak dapat diterangkan dengan penjelasan berdasarkan sebab akibat langsung dan sederhana. Seperti ditunjukkan lewat gagasan tentang audien yang keras kepala, efek pesan dimmediasi oleh penerima, dan karenanya menyulitkan pencarian aturan yang berlaku untuk semua situasi komunikasi. 23 3. Medium atau Saluran Teknologi baru untuk menyampaikan pesan telah menentang pandangan lama. Misalnya, dibanyak organisasi, e-mail telah mengubah komunikasi di dalam organisasi dan bahkan melintasi batas negara. Misalnya, rapat bisa dilakukan dalam format digital atau virtual, mengubah sifat interaksi tetapi memberikan keuntungan dari segi biaya dan kenyamanan. Sarjana dan praktisi komunikasi biasanya menganggap komunikasi tatap muka adalah metode pertukaran yang paling langsung, kuat dan lebih disukai. Berbeda dengan komunikasi massal, komunikasi interprsonal (antar-orang) hanya melibatka dua orang komunikator (biasanya keduanya berdekatan), menggunakan banyak indra, dan bisa langsung ditanggapi. Akan tetapi, deskripsi komunikasi interpersonal ini tidak mempertimbangkan bahwa pesan media massa ditujukan kepada hanya sedikit orang di dalam publik spesifik. Demikian pula, kedekaatan fisik bisa jadi kurang penting ketimbang sifat dari hubungan antar komunikator, yang oleh para sarjana dinamakan “fenomena kedekatan yang mengatasi jarak.” Apa yang dahulunya merupakan komunikasi impersonal ketika orang tukar –menukar pesan bisa menjadi komunikasi interpesonal saat komunikator mulai menjalin hubungan. 24 4. Penerima Model komunikasi dan program PR seringkali secara keliru menganggap audien sebagai penerima pasif dalam proses transmisi informasi. Anggapan ini masih ada meskipun riset selalu membuktikan adanya proses “dua arah” dan peran audien yang berbeda. Akan tetapi, dalam studi komunikasi massa awal, audien masyarakat luas dianggap mudah dimanipulasi oleh pihak berkuasa dengan menggunakan media dan pesan. Para krikitikus mengganggap masyarakat telah teralienasi dan terisolasi dari kekuatan ikatan sosial dan psikologis sebagaimana ada dalam masyarakat tradisional sebagai akibat dari industrialisasi, urbanisasi, dan modernisasi. Akan tetapi, bukti dari penelitian efek menunjukkan bahwa mereka adalah penerima aktif. Eksperimen persuasi Yale menunjukkan bahwa penerima tidak semuanya dipengaruhi oleh pesan dan tidak semuanya berubah sikap secara seragam. Misalnya, penerima yang menghargai anggota suatu kelompok relatif tidak terpengaruh oleh pesan yang menentang pandangan dari kelompok itu. Orang yang selalu agresif terhadap orang lain cenderung akan menolak terhadap pesan persuasif. Di lain pihak, penerima yang rendah hati dan suka peduli pada orang lain lebih mudah dipengaruhi oleh pesan persuasif ketimbang orang yang angkuh dan suka tidak peduli pada orang lain. Perbedaan dampak ini membuat komunikator bertanggung jawab untuk mendefinisikan publik spesifik agar pesannya sesuai denga sasaran. 25 5. Konteks Hubungan Komunikasi terjadi di dalam konteks hubungan para komunikator. Rentang hubungan itu mencakup hubungan dekat dan intim, hubugan formal, hubungan kompetitif, dan hubungan interpersonal konfliktual dalam berbagai setting. Tentu saja, maksudnya adalah hubungan itu sendiri meengaruhi proses komunikasi. Semua komunikasi relasional merefleksikan empat dimensi dasar : 1) Kemunculan emosi, ketenangan, dan formalitas 2) Keakraban dan kemiripan 3) Kedekatan atau kegemaran 4) Dominasi-ketundukan Tidak mengejutkan, perilaku nonverbal memainkan peran penting dalam komunikasi relasional. Kedekatan (proximity) menyampaikan pesan keakraban, daya tarik, kepercayaanm perhatian, dominasi, persuasi, dan keagresifan. Senyum menyampaikan perasaan emosional, ketenangan, formalitas, keakraban, dan rasa suka. Sentuhan menunjukkan keakraban atau keintiman. Kontak mata mengitensifkan perilaku nonverbal lainnya. Tetapi, interpretasi terhadap perilaku nonverbal tersebut diatas tidak mempertimbangkan perbedaan kultural. Misalnya, di Navajo dan di kultur Asia, kontak mata dapat ditafsirkan sebagai tanda kurang ajar atau tantangan. Dalam beberapa kultur, menyentuh di depan umum adalah dilarang. 26 6. Lingkungan sosial Komunikasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh setting sosial. Jadi, komunikasi terjadi sebagai sebuah proses terstruktur di dalam sistem yang terdiri dari komponen dan aktivitas yang saling berhubungan. Sitem sosial mencakup keluarga, kelompok, organisasi, dan semua jenis kelompok yang pada saat yang sama bertindak sebagai produsen sekaligus produk komunikasi. Misalnya, keika orang menganggap mereka bisa mencapai sesuatu melalui tindakan bersama, maka mereka membentuk kelompok. Komunikasi dalam kelompok akan tergantung kepada sifat dari kelompok (primer versus sekunder, formal versus informal, berorientasi tugas versus eksperensial), karakteristik anggota kelompok, ukuran kelompok, struktur kelompok, kohesivitas kelompok, dan tujuan kelompok. (Cutlip, 2009:9) 2.2 Teori-teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas 2.2.1. Definisi Public Relations Mengacu pada pendapat Rex F. Harlow (1976) pengertian Public Relations (PR) dapat dikemukakan sebagai fungsi manajemen tertentu yag membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerjasama antara organisasi dan publiknya ; PR melibatkan manajemen problem atau manajemen isu ; PR memantu manajemen 27 agar tetap esponsif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik ; PR mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik ; PR membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan ; dan PR menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya. (Cutlip, 2009:30) 2.2.2 Fungsi Public Relations Anne van der Meiden dalam bukunya Public Relations een Kennismaking yang dikutip oleh Assumpta (2005:30) menjabarkan:. “Kesuksesan PR terletak pada apakah organisasi dan produk atau jasanya diakui dan diterima publik. 1. PR secara terus-menerus mengadakan komunikasi dan dialog dengan publik internal dan ekstrenal. 2. PR merupakan instrumen dalam manajemen yang dengan secara kontinyu memberi informasi kepada kelompok publik terkait. 3. Informasi mengenai peraturan organisasi dan tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan organisasi. 4. PR merupakan fungsi manajemen, yang didasarkan pada analisis terhadap pengarh yang kuat dari lingkungan, apa efek dan dampaknya terhadap publik 28 internal dan eksternal, peraturan yang setelah diolah menjadi perencanaan yang nyata untuk direalisasikan, demi keuntungan kedua belah pihak. “ Masih banyak hal yang disampaikan, namun hal ini sekedar untuk memberi gambaran fungsi Public Relations itu sebenarnya. a. Edwin Emery dalam bukunya Introduction to Mass Communications menyatakan “The planned and organized effort of a company institution to establish mutually beneficial through acceptable communications relationship with its various public”. (Upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya.) b. Pada dasarnya PR adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya. 2) Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak. 3) Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi/perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan menyenagkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal. 29 4) Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui proses timbal balik, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi/perusahaan yang bersangkutan. c. Kegiatan PR haruslahh dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. d. Sukses PR dalam melaksanakan fungsinya merupakan keterlibatan seluruh individu dalam organisi, masing-masing dalam tugasnya, mulai dari top dan staff manaement sampai tingkat yang paling bawah dalam manajemen. Disini komunikasi dan kerjasama sangat vital dalam pencapaian tujuan PR. e. PR haruslah dimulai dari masing-masing organisasi dan organisasi itu sendiri. Apakah fungsi PR dilaksanakan secara seksama, dengan fungsi PR tersebut, hubungan atau kerja sama, relasi dan kepercayaan antara organisasi dan lingkungannya, kebutuhan publik, bisa terlayani dengan baik dan publiknya akan merasa puas. Ini semua merupakan kelangsungan hidup organisasi atau perusahaan tersebut. Bagi para ahli PR yang bergabung di IPRA dan telah berpuluh tahun mempraktikannya benar-benar menyadari bahwa PR itu merupakan instrumen yang sangat penting untuk kemajuan organisasi sehingga mampu bersaing secara terus-menerus mengadakan re-creative dan ini sangat penting untuk memberi citra baik organisasinya sekaligus mananamkan kepercayaan bagi publiknya. 30 Mengapa citra baik organisasi bisa dipertahankan dan dikembangkan semakin baru? Dalam fungsinya, PR publik internal secara terus - menerus diberi informasi mengenai peraturan, seluk beluk organisasi atau perusahaan yang harus mereka ketahui dan menabah daya ikut memiliki dan keterlibatannya semakin meningkat. Itu berati meningkatkan tanggung jawab dari masingmasing karyawan dengan sendirinya produktivitas meningkat. Apa itu artinya? Kesejahteraan mereka pun meningkat. Ketenangan, suasana kerja terjamin. PR dalam fungsinya dan penerapan falsafah PR berusaha selalu melibatkan dalam pengambilan keputusan ini dilaksanakan, mengingat kita tidak bisa menganggap orang lain bodoh, semakin orang diberi kepercayaan semakin orang menjadi bertanggung jawab. Kalau itu semua dilaksanakan, berarti bahwa para karyawan diberi tahu dan menerti masalah apa saja yang dihadapi organisasinya. Itu berarti bisa dikatakan oleh masing-masing karyawan, “Masalah apa yang kita/saya hadapi?” dengan komunikasi yang tepat dan benar serta pndekatan yang penuh kepercayaan, akan memotivasi dan menyadarkan para karywan ikut melibatkan diri dalam mengatasi masalah tersebut. Jelas karena kesadaran tersebut, meskipun harus bekerja lebih berat, bila dilaksanakan dalam suasana kerja sama, bekerja bersama-sama maka Public Relations secara kontinyu meminimalisasi munculnya keluhan, konflik, isu- isu dan sebagainya. 31 Fungsi Public Relations yang dilaksanakan dengan baik benar-benar merupakan alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi atau perusahaan, suasana kerja yang kondusif, peka terhadap karyawan yang perlu pendekatan khusus, perlu dimotivasi dalam meningkatkan kinerjanya, dan lain-lain. Penting diperhatikan bahwa dalam PR, mengingat kembali falsafah, pengertian, dan sejarah maupun fungsinya, menunjukkan bahwa pada PR berakar pola pikir pragmatis dan harmonis, terutama dalam meminimalkan konflik, dengan menggunakan pendekatan, komunikasi timbal balik akan sangat membantu menemukan strategi bagaimana mengatasi konflik yang terjadi.. PR menyadari bahwa komunikasi yang baik dan etis serta hubungan manusiawi merupakan alat dalam mengatasi hubungan yang tegang ataupun sampai terjadinya konflik. Hal ini terjadi karena adanya pengertian. Dengan komunikasi itu menjadi muncul adanya saling pengertian dan kepercayaan. Artinya mengakui bila ada kesalahan, kekeliruan, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk mengadakan perbaikan demi perkembangan yang akan lebih menguntungkan semua pihak. Dalam hal ini jaminan yang terhandal ialah “saing adanya keterbukaan”. Mengacu pada pendapat S. Black en Melvin L. Sharpo (1983) bahwa PR sebagai “jalan penengah” antara organisasi dan publik internal dan eksternal. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa fungsi PR adalah memelihara, mengembangtumbuhkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik 32 yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul, atau meminimalkan munculnya masalah. PR bersama-sama mencari dan menemukan kepentingan organisasi yang mendasar dan menginformasikan kepada semua pihak yang terkait dalam menciptakan adanya saling pengertian yang didasarkan pada kenyataan, kebenaran dan pengetahuan yang jelas dan lengkap dan perlu diinformasikan secara jujr, jelas dan objektif. (Assumpta, 2005: 30) 2.2.3 Proses Public Relations Menurut Rhenald Kesali yang dikutip oleh Iriantara (2006:9) proses PR terdiri atas (a) Pengumpulan fakta, (b) Definisi Permasalahan, (c) Perencanaan dan Program, (d) Aksi dan komunikasi, (e) Evaluasi program. Oleh Rhenald Kesali (1994:33) proses PR itu digambarkannya seperti berikut ini : 33 Pengumpulan Fakta Definisi Permasalahan Perencanaan dan Program Aksi dan Komunikasi Evaluasi Gambar 2.1 Proses Public Relations Sumber: Rhenald Kesali (Iriantara, 2006:9) 34 Mengacu pada pendapat James E. Grunig dan Todd Hunt dalam Managing Public Relations yang dikutip oleh Jim Mcnamanara (2002) menunjukkan satu hal penting yakni hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan. Hubungan tersebut ditentukan 4 faktor situasi yakni (a) tingkat pengenalan atas masalah, (b) tingkat kendala untuk mengenali masalah (apakah orang mempersepsi bahwa masalah atau isu itu berada di bawah kendali atau kemampuannya untuk melakukan sesuatu), (c) adanya kriteria acuan (pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki), dan (d) tingkat keterlibatan. Grunig dan Hunt juga mengingatkan bahwa dampak komunikasi itu tidak selalu ada pada level perilaku karena bisa saja pada level pengetahuan dan pada level sikap. Inii menunjukkan, dalam kegiatan PR itu ada poros yang cukup panjang dari pengetahuan menuju perilaku itu. (Iriantara , 2006:9) 2.2.4 Definisi Strategi J L Thompson (1995) yang dikutip oleh Surachman (2006::9) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, sebagai berikut: “Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masingmasing aktivitas. Sementara itu, strategi fungsional mendorong secara langsung strategi kompetitif.” 35 Mengacu pada pendapat Mintzberg yang dikutip oleh Surachamn (2006:9) menawarkan lima kegunaan dari kata strategi, yaitu : 1. Sebuah rencana – suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar; 2. Sebuah cara – suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk mengecoh lawan/kompetitor; 3. Sebuah pola – dalam suatu rangkaian tindakan; 4. Sebuah posisi – suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan; 5. Sebuah perspektif – suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia. Mintzberg melihat hubungan diantara kelima kegunaan yang dai ajukan dan dalam tulisannya selalu menekankan bahwa sangat penting bagi pembaca untuk menggali berbagai perspektif yang berbeda dari sebuah organisasi dan aktivitasnya yang diberikan oleh tiap-tiap kegunaan. Praktisi yang yeang reflektif yang bekerja pada sebuah organisasi selalu melakukan ini setiap hari sebagai aktivitas pengendalian profesional dan akan meyadari bahwa: • Keputusan public relations yang penting akan mempengaruhi sasaran organisasi dalam beberapa tahun mendatang; • Keputusan public relations melibatkan komitmen penting dari sumber daya; 36 • Keputusan public relations melibatkan situasi yang kompleks pada tingkat korporasi, unit bisnis, atau tingkat stakeholders lainnya yang mungkin mempengaruhi atau dipengaruhi oleh banyak pihak dalam organisasi. Definisi yang didasarkan pada berbagai istilah yang digunakan oleh pengajar manajemen umm dan oraktisi: • Visi – sebuah konsep tertulis yang didasarkan pada fungsi (tugas) atau pandangan (ide) dari organisasi. • Misi – tujuan fundamental dari sebuah organisasi yang menopang strategi organisasi tersebut. • Strategi – sebuah cara atau proses yang digunakan organisasi untuk mencapai misinya. • Tujuan – pernyataan terukur dan realistis mengenai apa yang harus dicapai, sering dianggap memiliki jangka waktu yang panjang dari ‘tujuan’. • Sasaran – sebuah tujuan konkret yang dianggap memiliki jangka waktu lebih pendek. • Maksud – sebuah kombinasi antara sasaran dan tujuan, dimana keduanya mungkin berjangka pendek atau berjangka panjang, yang kadang – kadang menyangkut harapan dan aspirasi. • Taktik – keputusan dan tindakan yang dimaksud untuk mencapai tujuan jangka pendek. 37 Meskipun strategi yang ditetapkan berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya, pembuatan strategi umumnya menggunakan tiga tingkat, yaitu tingkat korporasi, unit bisnis, dan tingkat operasional, meskipun dalam sebuah perusahaan yang kecil unit bisnis sering juga berarti tingkat korporasi, sementara dalam Pelayanan Kesehatan misalnya, keputusan strategis dibuat dari pemerintah pusat ke bawah. Strategi komunikasi antara berbagai tingkat dalam organisasi haus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh karena itu, peran spesialis public relations adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut sebagai ‘on message’. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti ‘umum’ atau ‘sama’, meskipun persepsi dari frase tersebut secara terus-menerus dibuat oleh jurnalis dan rival politiknya agar frase ‘on message’ memang berarti ‘umum’ atau ‘sama.” (Surachman, 2006:9) 38 2.2.5 Strategi Public Relations Mengacu pada pendapat Ruslan (2002) Strategi Public Relations atau yang lebih dikenal dengan bauran Public Relations adalah sebagai berikut: 1. Publications Setiap fungsi dan tugas Public Relations adalah menyelenggarakan publikasi dan menyebarluaskan informasi melalui fungsi media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan/organisasi yang pantas diketahui oleh publik. Dalam hal ini, tugas PR adalah menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers/wartawan dengan tujuan menguntungakan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya. 2. Event Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendkatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat memengaruh opini publik. Berikut beberapa jenis event: a. Calendar event Calendar event meliputi kegiatan rutin selalu dislenggarakan pada waktu tertentu, seperti menyambut hari raya Idul Fitri, hari Natal, Tahun Baru, hari ulang tahun dan sebagainya. 39 b. Special events Event atau acara ajang yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada momen tertentu di lar acara rutin dari program kerja PR, seperti peluncuran produk baru (product launching), pembukaan kantor, pabrik baru, jalan baru, gedung baru, dan sebagainya. c. Moment event Event atau acara yang bersifat momentum atau lebih khusus lagi, misalnya menyambut pesta perak, pesta emas, pesta berlian, hingga menghadapi millenium. 3. News (menciptakan berita) Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, bulletin, dan lain-lain. Untk itulah seorang PR harus mempunyai kemampuan menulis untuk menciptakan publisitas. 4. Community involvement (kepedulian pada komunikasi) Keterlibatan tugas sehari-hari seorang Public Relations adalah mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik (community relations dan humanity relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya. 40 5. Inform/image (memberitahukan atau meraih citra) Ada dua fungsi utama dari Public Relations, yaitu memberikan informasi kepada publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif. 6. Lobbying and negotiation Keterampilan untuk melobi melalui pendekaatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan lobi adalah untuk mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. 7. Sosial Responsibillity (tanggung jawab sosial) Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas Public Relations menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Saat ini banyak perusahaan menjadikan kegiatan sosial sebagai aktivitas yang harus dilakukan. Bentuknya beragam seperti peduli banjir, memberikan beasiswa, santunan anak yatim, pengobatan gratis, dan masih banyak kegiatan lainnya. (Nova, 2009:41-43) 41 2.2.6 Teori Manajemen Public Relations a. Fact Finding ( Menentukan Masalah) Mencari dan mengumpulkan fakta/data sebelum melakukan tindakan misalnya PR sebelum melakukan suatu kegiatan diperlukan publik, siapa saja yang termasuk kedalam publik,bagaimana keadaan publik dipandang dari bebagai faktor : • Masalah, perhatian atau kesempatan. “Apa yang terjadi sat ini • Analisis situasi (internal dan eksternal). “kekuatan positif dan negatif apa yang bekerja?”. “siapa yang terlibat dan terpengaruh?”, “bagaimana mereka terlibat dan terpengaruh”. b. Planning (perencanaan dan programming) Berdasarkan fakta yang membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah tersebut. • Tujuan : “situasi seperti yang diinginkan?” • Publik dan sasaran : “program harus memberikan respon pada publik yang mana?” (internal dan eksternal) • Tujuan : “ apa yang harus dicapai atas masing-masing khalayak agar tujuan program dapat dipenuhi?” 42 c. Communicating Rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang bedasarkan fakta dan data tadi, kemudian di komunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional • Strategi tindakan : “Perubahan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil sebagaimana yang dinyatakan pada tujuan.” • Strategi komunikasi : “Isi pesan apa yang harus disampaikan untuk mencapai hasil yang dinyatakan pada tujuan?” • Rencana pelaksanaan dan program : “Siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan setiap tindakan dan taktik komunikasi?”. “Bagaimana urutan tindakan dan jadwalnya?”. “berapa biaya yang dibutuhkan” d. Evaluation Mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi dapat dilakukan secara kontinyu. Hasil evaluasi ini menjadi dasar kegiatan public relation selanjutnya . Evaluasi program : “Bagaimana tujuan yang sudah ditentukan dapat dicapai dan diukur?” Umpan balik dan penyesuaian program : “Bagaimana hasil evaluasi dilaporkan kepada manajer program dan digunakan untuk membuat perubahan program?” 43 Grunigg dan Hunt yang dikutip oleh Soemirat (2003) menyarankan bahwa: “Para manajer Public Relations bertindak berdasarkan apa yang disebut sebagai teoretis organisasional suatu boundary role (memainkan peran di perbatasan), dimana mereka berada di tepi suatu perusahaan atau organisasi sebagai penghubung antara perusahaan atau organisasi dengan public internal dan eksternalnya. Sebagai boundary managers orang-orang public relations mendukung kolega mereka dengan sokongan komunikasi mereka yang lintas organisasional yaitu ke dalam dan keluar organisasi atau perusahaan.” Rhenard Kasali dalam bukunya Management Public Relations mengatakan, manajemen dan Public Relations adalah dua bidang ilmu yang berkembang secara terpisah namun seperti yang telah kita saksikan sekarang bahwa manajemen berhasil meningkatkan peranannya pada hampir setiap bidang kehidupan. Dengan kata lain, manajemen juga telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penerapan konsepsi Public Relations dalam kehidupan manusia. (Sholeh Soemirat, 2003:10) 44 2.2.7 Consultant Public Relations Memiliki reputasi positif organisasi adalah dambaan dari seluruh organisasi baik profit maupun nonprofit. Tugas tersebut biasanya dipegang oleh Public Relations sebuah organisasi tetapi kenyatannya keinginan dan pelaksanaan tidak semudah itu tercapai. Organisasi disatu sisi ingin reputasinya baik tetapi disisi lain masih merasa jika memiliki departemen PR sendiri mereka harus mengelurakan sejumlah biaya tetap yang tidak murah. Jalan keluar untuk mengatasi hal tersebut adalah perusahaan dapat menyewa jasa konsultan PR yang dapat membantu mreka mewujudkan hal tersebut. (Beard, 2004:138) Berikut ini adalah alasan-alasan memperkerjakan konsultan PR : • Opini kedua untuk menilai strategi • Implementasi program kerja • Mengisi kesenjangan pengalaman dan kemampuan • Penyediaan sumber daya luar negeri • Situasi khusus penawaran saham dan pencatatan pada bursa • Akese ke sejumlah kontak • Riset • Mengatasi puncak beban kerja • Dukungan operasi perusahaan cabang • Penguatan isu-isu manajemen (Mario, 2010:127-134) 45 2.2.8 Model-model Consultant Public Relations Menurut Goldhaber, dikenal 3 Model Konsultasi yaitu: 1. Purchase Model Pada model ini, klien mendefinisikan apa yang dibutuhkan berdasarkan diagnosa terhadap sistem yang ada, kemudia klien melakukan pendekatan kepada konsultan untuk membeli layanan dan informasi berdasarkan kebutuhan tersebut. Pada model ini baik klien maupun konsultan berada pada posisi linier. Misalnya, konsultan diminta untuk memberikan pelayanan sementara tujuan dari pelatihan tersebut dibuat atas permintaan klien. Klien menginginkan informasi atau konsultasi mengenai masalah komunikasi atasan bawahan di organisasi (klien tahu masalah yang terjadi di organisasinya sehingga topik yang ingin dibahas adalah masalah yang sudah teridentifikasi sebelumnya). Menurut Schein dalam Goldhaber, keberhasilan dari model ini sangat tergantung dari akurasi diagnosa klien terhadap masalah, mengkomunikasikannya kepada konsultan, melakukan asesment terhadap kosnsultan apakah mereka mampu menangani hal ini atau tidak. 46 2. Doctor Patient Model Klien bertindak sebagai orang sakit, mendeskripsikan gejalanya kepada konsultan tanpa tahu masalah yang terjadi padanya. Peran konsultan disini adalah mendiagnosa penyakit yang diderita pasien dan membuat resep apa yang seharusnya dilakukan. Pada model ini biasanya konsultan disewa untuk melihat kondisi organisasi. Perbedaan utama antara model ini dengan model sebelumnya adalah sumber dari diagnosa. Pada Purchase Model sumber diagnosa berasal dari klien sedangkan pada Doctor Patient Model, diagnosa bersumber dari konsultan. 3. Process Model Pada model ini, konsultan dan klien duduk bersama menggali masalah. Melakukan intervensi dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Menurut Schein, tugas utama konsltan disini adalah membuat klien menerima, memahami, dan bertindak berdasarkan proses yang berlandaskan kondisi yang terjadi pada lingkungan klin. Pada proses ini diharapkan dan diasumsikan adanya keinginan para anggota-anggota untuk pengembangan organisasi ke arah yang lebih baik. Manajer tidak tahu apa yang salah, tidak tahu bagaimana penyelesaian masalahnya, tulus menginginkan organisasi menjadi lebih baik, dan akan dapat menjadi efektif apabila mereka dapat belajar mendiagnosa masalahnya sendiri. Dari pihak konsultan diasumsikan mereka mampu bekerja sama dengan anggota organisasi, mampu menyediakan alternatif penyelesaian masalah, memiliki kemampuan 47 mendiagnosa masalah dan memberikan jalan keluarnya. Pada model ini, konsultan membantu organisasi agar dapat mampu menggunakan sumberdayanya untuk menyelesaikan masalah. Masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga model mana yang akan digunakan dikembalikan lagi kepada organisasi masing-masing yang akan menggunakan jasa konsultan PR. (Ananda, 2009:3-10) 2.2.9 Kerangka Berpikir Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 48 Fortune Pramana Rancang (Fortune PR) adalah perusahaan konsultasi kehumasan terkemuka dan terdepan di Indonesia. Peusahaan ini memiliki spesialisasi dalam komunikasi pemasaran dan strategi korporasi melalui pelayanan uang komperehensif yang mencakup Media Relations, Public Affairs, investor dan Hubungan Finansial, Layanan Informasi, Jasa Pemasaran, Layanan Korporasi, Hubungan LSM, Jasa Pemasaran Sosial, Internal PR, Komunikasi Militer, Pertahanan dan Komunikasi Litigasi. Fortune Pramana Rancang memperlihatkan sebuah kemajuan dalam hal pengembangan sumber daya manusia, yang terbukti memberikan motivasi lebih. Tim Fortune PR diperluas mendekati 30 anggota tim, dengan posisi baru Client Service Director, Business Support Director, dan New Business Development Director. Dengan begitu dapat meningkatkan kepuasan klien. Fortune PR mencapai sebuah tingkat sinergi yang lebih tinggi, dengan menciptakan tim-tim spesialis. Kelompok-kelompok kerja yang beroperasi dengan sistem matriks yang meliputi : Perawatan Kesehatan dan Konsumen, Energi, Teknologi, Finansial dan Korporasi. Beberapa studi kasus berbasis pengetahuan yang baru membantu melakukan penyebaran ilmu tersebut. Fortune PR melakukan program pelatihan intensif dan merevitalisasi seluruh organisasi. Fortune PR sedang mempersiapkan peta strategis untuk menjadi konglomerasi PR regional yang mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan program careertracking, Fortune PR melakukan pembinaan beberapa kelompok spesialisasi yang kua untuk menjadi posisi inti dengan liputan 49 spesialisasi yang komperehensif termasuk di dalamnya lini kehumasan terbaru, Pembanguna Strategi Brand. (Walter, 2009:25)