Implementasi Asas Tugas Pembantuan (Medebewind) di

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan informasi dan pengetahuan serta pesatnya laju perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi, menuntut perpustakaan semakin
profesional. Perpustakaan sebagai salah satu basis penyangga peradaban
bangsa diharapkan dapat memberi sumbangsih untuk ikut serta dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan tujuan berbangsa dan
bernegara.
Hal ini tentunya berkaitan dengan mutu pendidikan di Indonesia yang
kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah yang secara langsung
berpengaruh pada sektor pembangunan, ekonomi dan kesehatan. Keadaan
tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan)
daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan
kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan
diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca.
Kebiasaan membaca perlu dimulai dari usia dini sejak di rumah, di sekolah
dasar, sekolah menengah pertama dan atas hingga perguruan tinggi. Tanpa
kebiasaan membaca, maka akan sangat sulit untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya berada dalam buku-buku.
Kebiasaan membaca dan penguasaan Iptek bagaikan dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan dengan banyak membaca akan banyak
mendapatkan pengetahuan, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan ialah
orang yang memiliki sumber daya yang berkualitas yang dapat melaksanakan
pembangunan untuk kesejahteraan semua bangsa. Minat baca, buku dan
perpustakaan adalah tiga elemen pokok dalam suatu sistem pendidikan yang
dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia. Sebuah negara yang kaya
sumber daya manusia akan lebih unggul daripada suatu negara yang kaya
sumber daya alam.1
Pemerintah pada saat sekarang ini memberikan perhatian yang besar
terhadap dunia pendidikan. Banyak kebijakan yang sudah mulai dikeluarkan,
baik yang berkaitan dengan sarana fisik maupun non-fisik. Berkaitan dengan
sarana fisik, pemerintah berupaya membangun dan memperbaiki gedunggedung sekolah serta melengkapi sarana dan prasarana. Dimana Perpustakaan
merupakan sarana strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, mapan, sejahtera lahir
dana batin. Menyadari posisi strategis perpustakaan sebagai saran pendidikan
non formal, dalam skala luas sangat dibutuhkan untuk menunjang program
belajar sepanjang hayat (long live education) bagi masyarakat, maka
pemerintah tentu saja terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan
kualitas berbagai jenis perpustakaan. Salah satu kebijakan pemerintah yang
cukup penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yaitu meningkatkan
minat baca melalui Gerakan Membaca Nasional. Gerakan membaca ini
1
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Kencana, 2009, h. 2.
dicanangkan mulai dari tingkat nasional sampai ke tingkat kabupaten dan kota.
Program ini berupaya merubah budaya masyarakat dari budaya tutur kepada
budaya baca. Pemerintah juga membuat payung hukum untuk menunjukkan
keseriusan dalam meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam UU.
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pencanangan
Gerakan Membaca Nasional (November 2003). Hal ini menyiratkan bahwa
minat baca itu perlu dibangkitkan sejak dini, dimulai dengan perkenalan hurufhuruf dan angka pada masa pendidikan pra-sekolah hingga mantapnya
penguasaan baca-tulis-hitung (calistung). Minat baca yang dibangkitkan pada
usia dini selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi berkembangnya budaya
baca. Suburnya perkembangan budaya baca tentu sangat tergantung dari
tersedianya bahan bacaan yang dibutuhkan dan tentunya tidak lepas dari Tugas
Pemerintah dari Pemerintah Pusat sampai ke Daerah.
Tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 31 ayat (3) menyebutkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang serta Pasal 31 ayat (5) menyebutkan Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab III Pasal 4 ayat 5, menjelaskan bahwa :2 ”Salah satu
2
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III
Pasal 4 Ayat (5)
cara penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengembangkan budaya
baca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.
Berdasarkan pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus urusan sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan.
Mengenai hal tersebut diatas tentunya berkaitan dengan tugas
pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah pusat kepada pemerintah Daerah
dan atau Desa meliputi sebagian tugas-tugas. Pemerintah yang apabila
dilaksanakan oleh daerah dan atau desa akan lebih efisien dan efektif. Tugas
pembantuan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten kepada Desa mencakup
sebagian tugas-tugas kabupaten di bidang pemerintahan yang menjadi
wewenang Kabupaten. Sehubungan dengan Gerakan Nasional Gemar
membaca maka terkait tujuan dari Pemerintah dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta diatur lebih lanjut dalam Pasal
31 Undang-Undang Dasar 1945 , maka Pemerintah telah melakukan
pembangunan di bidang pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu,
kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang
tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Di
sinilah pemerintah dan masyarakat dituntut untuk bekerja sama demi
terciptanya kualitas pemberdayaan manusia yang diinginkan. Satu sisi dengan
adanya penyediaan wadah tersebut, melalui aturan-aturan, memgembangkan
nilai-nilai yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan tertentu. Oleh
karena itu, lembaga sosial berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
secara tertib dan teratur.3
Masalah pendidikan nasional seperti yang dikemukakan di atas adalah
sekaligus juga merupakan penyebab sejumlah masalah yang dihadapi dalam
menumbuh-kembangkan minat, kegemaran, dan kebiasaan membaca sehingga
membudaya di kalangan masyarakat. Membaca itu dapat dianggap telah
membudaya apabila kegiatan membaca telah menjadi kebiasaan yang
dilakukan secara berkelanjutan dan bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari.
Belum meratanya kesempatan memperoleh layanan pendidikan mengakibatkan
belum meratanya juga kesempatan mengembangkan kemampuan membaca,
yang berarti juga belum dapat menjadikan membaca menjadi suatu kegiatan
apalagi kebiasaan.
Kemampuan dan keterampilan membaca mempunyai pengaruh yang
sangat berarti terhadap hasil belajar. Dengan demikian, rendahnya mutu
pendidikan menunjukkan indikasi rendahnya kemampuan dan keterampilan
membaca peserta didik. Pengelolaan pendidikan yang kurang profesional dapat
mengakibatkan penyediaan dana, sarana dan prasarana pendidikan tidak efektif
dan tidak efisien. Buku adalah bagian dari sarana pendidikan yang sangat
diperlukan sebagai sumber bacaan. Kurangnya jumlah dan jenis buku di
3
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, Alumni, 1982, h, 31.
lembaga-lembaga
pendidikan
memberikan
pengaruh
negatif
terhadap
pengembangan minat membaca peserta didik.
Sementara itu pada saat ini sehubungan dengan rendahnya minat
membaca dan mutu pendidikan di Indonesia, dalam hal ini Pemerintah baik
dari Pemerintah Pusat sampai ke Pemerintah Daerah diminta untuk bekerja
ekstra keras dalam menangani masalah terebut dan tentunya tidak terlepas dari
peran Pemerintah Pusat dalam mencanangkan program Gerakan Naional
Gemar Membaca. Terkait dengan tugas Pemerintah berdasarkan Pasal 18 Ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan
bahwa Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pelaksanaan desentralisasi yang diwujudkan dengan otonomi
daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, pemerataan, keadilan, peran serta
masyarakat, peningkatan daya saing daerah, efisiensi dan efektivitas,
keanekaragaman
daerah
menurut
prinsip-prinsip
demokrasi
dengan
memperhatikan aspirasi melalui partisipasi masyarakat.4
Berdasarkan Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota.
Daerah provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang
diatur dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Pemerintah provinsi, kabupaten dan kota memiliki kepala daerah
4
Lihat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 Ayat (1)
sebagai kepala pemerintahan. Kepala daerah provinsi disebut Gubernur, kepala
daerah kabupaten disebut Bupati dan kepala daerah kota disebut Walikota.
Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah melaksanakan
desentralisasi yang merupakan penyerahan kewenangan urusan pemerintahan
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Negara Republik Indonesia
sebagai negara kesatuan menganut desentralisasi, tugas pembantuan dan
dekonsentrasi
dalam
penyelenggaraan
memberikan
kesempatan
dan
pemerintahan
keleluasaan
kepada
daerah,
daerah
dengan
untuk
menyelenggarakan Otonomi Daerah.5 Penyelenggaraan otonomi daerah
menekankan pentingnya prinsi-prinsip demokrasi, peningkatan peran serta
masyarakat, dan pemerataan keadilan dengan memperhitungkan berbagai aspek
yang berkenaan dengan potensi dan keanekaragaman antar daerah. Dalam arti
bahwa dalam penyelenggaraan kebijakan otonomi daerah, menyangkut
pengalihan kewenangan dari pemerintahan kemasyarakat, yang diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang, terkait penyelenggaraan otonomi daerah
sehubungan dengan Tugas Pembantuan untuk melaksanakan program
pemerintah.
Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa: “Pemerintahan daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi
urusan
Pemerintah.
Dan
ayat
(2)
menyebutkan
bahwa:
“Dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah
5
Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Di Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, pendidikan merupakan salah
satu aspek yang mendapat perhatian serius dari pemerintah kota. Hal ini
tercermin dalam salah satu misi kota Salatiga yaitu menyediakan pemenuhan
kebutuhan dasar yang mencakup peningkatan akses pendidikan, peningkatan
akses pelayanan kesehatan, dan peningkatan akses air bersih dan sanitasi6.
Selain itu, Pemerintah Kota Salatiga juga telah menetapkan Salatiga sebagai
Kota Pendidikan dan Olahraga, sebagai salah satu dari trifungsi kota Salatiga7.
Dinas pendidikan kota salatiga juga telah menetapkan salah satu misinya yaitu
mewujudkan sistem pendidikan secara demokratis dan bermutu. Misi ini
mengandung makna bahwa dalam upaya mewujudkan visi harus didukung
sisem pendidikan yang demokratis dan bermutu, yang nantinya akan
memberikan kesempatan bagi masyarakat yang kurang beruntung untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu serta mendorong ke arah terwujudnya
potensi penyelenggaraan pendidikan8. Salah satu sarana untuk menunjang
peyelenggaraan pendidikan yang bermutu di kota salatiga adalah dengan
Perpustakaan Kota Salatiga.
Sebagai daerah yang berotonom keberadaan perpustakaan umum kota
salatiga sejatinya berfungsi sebagai tempat bagi masyarakat Salatiga untuk
memperluas wawasan. Meski demikian, ada masyarakat Salatiga yang masih
6 Visi dan Misi Kota Salatiga, diunduh dari http://www.pemkot-salatiga.go.id/PemerintahanVisiMisi.php tanggal 10 Februari 2013
7 Visi misi dan Trifungsi Kota Salatiga, di unduh dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2218822-visi-misi-dan-trifungsikota/ tanggal 10 Februari 2013
8 Misi Dinas Pendidikan Kota Salatiga, diunduh dari http://disdiksala3.host22.com/?page_id=78 tanggal 10 Februari 2013
mengeluhkan fungsi dari Perpustakaan ini yang terkesan terbengkalai dan
kurang terurus9. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk penyelesaian
permasalahan hukum yakni terkait dengan Tugas Pembantuan Pemerintah
Daerah/Kota Salatiga terhadap program Gerakan Nasional Gemar Membaca
apakah telah atau belum terlaksana sesuai dengan kaidah/norma berlandaskan
otonomi daerah pada fungsi kepala daerah dalam melaksanakan kehidupan
demokrasi didalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan bunyi
Pasal 27 Ayat (1) huruf (d) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Dalam UU No 43 Tahun 2007 Pasal 51 dari Undang-Undang dinyatakan
bahwa pembudayaan gemar membaca dilakukan melalui Program Gerakan
Nasional Gemar Membaca, dan dilaksanakan oleh pemerintah yang melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini Perpustakaan Daerah Kota Salatiga
yang mempunyai tugas melaksanakannya, sehingga perpustakaan wajib
berperan aktif dengan menyediakan karya tulis, karya cetak, dan karya rekam.
Kaidah yang rumusan tertuang dalam kontitusi mengharuskan peran
Pemerintah, Sekolah dan Masyarakat untuk menjalankan amanat dari rumusan
tersebut. Sejalan dengan pengaturan tersebut, penulis melakukan observasi
dengan cara wawancara untuk mengetahui masalah yang dialami pihak
Sekolah di Salatiga. Adapun beberapa Sekolah dalam Kota Salatiga yang
diwawancari oleh penulis meliputi : SMU Negeri 1 Salatiga, SMU Negeri 2
Salatiga, dan SMU Negeri 3 Salatiga.
9 Surat Pembaca, HATI BERIMAN, Majalah Berita Warga Kota Salatiga Vol. 2 No. 2 Tahun 2008, Salatiga, Kantor Komunikasi dan
Informasi Kota Salatiga
.
Dalam hasil wawancara tersebut, ada beberapa point yang menjadi
masalah dalam penerapan Program Nasional Gemar Membaca tersebut, Pointpoint tersebut penulis jabarkan di bawah ini:
1. Kurang aktifnya pengadaan buku dan proses pengadaan buku masih
melibatkan murid-murid.
2. Keuangan dalam pengadaan buku-buku. Uang dalam pengadaan buku
didapatkan oleh orang murid, denda, dan sumbangan dari murid.
3. Belum adanya kerjasama antara sekolah dengan sekolah lain dalam hal
pengadaan buku.
4. Kekurangan petugas perpustakaan dalam hal ini pustakawan.
5. Promosi tentang perpustakaan dari sekolah itu sendiri masih kurang efektif.
Berdasarkan
hasil wawancara tersebut, penulis melihat bahwa ada
masalah yang masih dialami oleh pihak sekolah dalam menerapkan Gerakan
Nasional Gemar Membaca, tentunya dengan kekurangan keuangan dalam
pengadaan buku, kekurangan petugas pustakawan dan kurangnya promosi
perpustakaan di sekolah. Tentunya tidak terlepas dari tugas Pemerintah Kota
Salatiga
dalam hal ini Perpustakaan sebagai pelaksana Program Gerakan
Nasional Gemar Membaca sehingga membuat penulis ingin melakukan
Penelitian dengan judul :
“IMPLEMENTASI ASAS TUGAS PEMBANTUAN (MEDEBEWIND)
DI PEMERINTAH DAERAH KOTA SALATIGA DALAM RANGKA
GERAKAN NASIONAL GEMAR MEMBACA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di muka, maka isu hukum
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Tugas Pembantuan di Perpustakaan Daerah Kota
Salatiga dalam rangka Gerakan Nasional Gemar Membaca ?
2. Sejauh mana peran Pemerintah Daerah ( Perpustakaan Daerah ) Kota
Salatiga dalam menerapkan Program Gerakan Nasional Gemar Membaca ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Tugas Pembantuan
di
Perpustakaan Daerah Kota Salatiga dalam rangka Gerakan Nasional Gemar
Membaca
2. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Daerah ( Perpustakaan
Daerah ) Kota Salatiga dalam menerapkan Program Nasional Gemar
Membaca.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian dalam penulisan karya tulis ini
adalah :
1. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum. Dan sebagai tambahan
wacana referensi acuan penelitian yang sejenis dari permasalahan yang
berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memajukan perkembangan Ilmu
Hukum khususnya yang berkaitan dengan Program Gerakan Nasional Gemar
Membaca.
2. Secara Praktis
a. Sebagai salah satu acuan kepustakaan Hukum Administrasi Negara
terutama mengenai pelakasanaa dan peran Perpustakaan Daerah dalam
penyelenggaraan Program Gerakan Nasional Gemar Membaca.
b. Sarana praktis atau terapan penelitian ini berguna untuk sedapat mungkin
memberikan sebuah pilihan kearah yang lebih baik kepada berbagai
pihak terutama dalam hal pelaksanaan program Gerakan Nasional Gemar
Membaca.
E. Metode Penelitian
Metodelogi penelitian merupakan proses-proses yang menjadi syarat
utama bagi kegiatan penulisan ilmiah dan dengan sendirinya juga belaku bagi
segala macam kegiatan penelitian dibidang ilmu sosial.10
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan dan peran Perpustakaan
dalam penyelenggaraan Program Gerakan Gemar Membaca. Deskripsi
disini bukan dalam arti sempit karena akan memberi gambaran tentang
fenomena yang ada yang dilakukan sesuai dengan metode penelitian dan
fakta-fakta yang ada digambarkan dengan suatu interpretasi, evaluasi dan
10
1984, h. 5-6.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia,
pengetahuan umum karena fakta tidak akan mempunyai arti tanpa
interpretasi, evaluasi dan pengetahuan umum.11 Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan keadaan dari objek atau masalah yang diteliti tanpa
bermaksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.
2. Metode Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan analisis yuridis sosiologis. David William mendefinisikan
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah12. Penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia . Dalam penelitian kualitatif diperoleh
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan atau orangorang dan perilaku yang diamati. Data tertulis dari informan dan perilakunya
dalam hal ini adalah berkaitan dengan bagaimana dan sejauh mana
Perpustakaan berperan dalam penyelenggaraan program Gerakan Nasional
Gemar membaca.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang di ambil penulis adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Pengumpulan Data Primer diperoleh dengan mewancarai, metode ini
terapkan secara langsung terhadap :
11
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990, h. 35.
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung, 2006, h. 5.
a. 1. Pengurus/Staf Perpustakaan di Sekolah-sekolah di Kota Salatiga.
a. 2. Pengurus/Staf Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.
b. Data sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, meliputi rancangan undangundang, hasil-hasil penelitian, pendapat pakar hukum, buku-buku
literatur, karya ilmiah dari para sarjana dan dokumen resmi yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.
4. Unit Amatan dan Unit Analisa
a. Unit Amatan : Para pihak yang terkait dalam Implementasi Peran dan
Fungsi Tugas Pembantuan (medebewind) di Pemerintah Kota Salatiga
dalam rangka Gerakan Nasional Gemar Membaca.
1. Pengurus/Staf Perpustakaan Sekolah di Kota Salatiga
2. Perpustakaan Daerah Kota Salatiga
b. Unit Analisa :
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan peran Perpustakaan
Daerah Kota Salatiga terhadap penerapan Pasal 51 mengenai Gerakan
Nasional Gemar Membaca dalam UU No 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan.
Download