BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak Negara mengadopsi International Financial Reporting Standars (IFRS) sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan, bahkan terdapat negara yang telah mengadopsi penuh (full adoption) dengan mengimplementasikan sepenuhnya IFRS sebagai standar akuntansi di negaranya. Indonesia sebagai salah satu anggota G20 pun sudah mengadopsi IFRS ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) sejak 1 Januari 2012. Hal ini bermakna bahwa sejak tanggal tersebut pula Indonesia sudah meninggalkan PSAK berbasis United Stated General Accounting Acepted Principles (US-GAAP). Perubahan konseptual yang dialami oleh dunia akuntansi di Indonesia, tentu akan menimbulkan dampak beragam bagi perkembangan ilmu akuntansi di Indonesia. Menurut ketua tim implementasi IFRS-IAI, Kurniawan (2010) melalui harian kompas menyatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat, yaitu: (1) meningkatkan standar akuntansi keuangan (SAK); (2) mengurangi biaya SAK; (3) meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan; (4) meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan; (5) meningkatkan transparansi keuangan; (6) menurunkan biaya modal peluang penghimpunan dana melalui pasar modal; dan (7) meningkatkan efisiensi penyajian laporan keuangan. Salah satu perubahan mendasar yang membedakan antara PSAK berbasis IFRS dengan PSAK berbasis US-GAAP adalah penerapan principle based yang mengandung makna bahwa, standar hanya mengatur hal-hal prinsip namun tidak untuk aturan detail. Sehingga diperlukan professional judgement dalam menerapkan standar tersebut. Sebagai konsekuensi atas peraturan tersebut (rule based menjadi principle based) dibutuhkan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi dibandingkan standar sebelumnya. Adapun tujuan dari pengungkapan yang lebih luas tersebutagar pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi yang lebih luas, sehingga dapat mempertimbangkan informasi untuk pengambilan keputusan. Penelitian tentang tingkat pengungkapan (disclosure) laporan tahunan sebagai konsekuensi dari penerapan IFRS telah banyak dilakukan oleh peneliti baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Tas dan Lisa (2010) menguji tentang transisi ke IFRS pada perusahaan yang terdaftar di yunani dengan membedakan perusahaan atas ukuran auditor, dengan menggunakan indeks comparability gray implementasi IFRS berdampak signifikan terhadap posisi keuangan dan kinerja. Petreski (2006) menguji tentang dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan pada manajemen perusahaan, dengan menggunakan wawancara (studi kasus) menghasilkan pengungkapan laporan keuangan lebih tinggi dan manajemen perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable). Wardhani (2010) menguji tentang dampak derajat konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan ke konservatisme akuntansi pada negara asia, dengan menggunakan analisis regresi terdapat dampak yang positif konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan terhadap kualitas laba. Annisa (2011) meneliti tentang pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan porsi kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan laporan tahunan perusahaan, dengan menggunakan analisis regresi, penelitian ini menyatakan bahwa likuiditas, profitabilitas, dan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan. Namun, dalam penelitian Permatasari (2013) dengan menggunakan indeks comparability gray bahwa likuiditas, profitabilitas, dan porsi saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Banyaknya hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian terdahulu memotivasi peneliti untuk menguji lebih lanjut dampak implementasi PSAK berbasis IFRS terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan tahunan. Pengembangan yang peneliti akan lakukan dan berbeda dari penelitian sebelumnya adalah; (1) Peneliti menggunakan laporan tahunan sebagai dasar pengungkapan, tidak menggunakan laporan keuangan ; (2) Metode penelitian yang digunakan menggunakan uji beda dua rata-rata berpasangan (ttest), tidak meneliti dari segi rasio keuanggannya; (3) Penelitian ini ingin mengetahui reaksi pasar terhadap implementasi PSAK berbasis IFRS; Beberapa alasan yang mendasari diambilnya penelitian pada pengungkapan laporan tahunan setelah diterapkannya IFRS dikarenakan terdapat ketidak puasan pihak eksternal (stakeholder) terhadap penyajian pengungkapan data keuangan saja. Penelitian ini akan menggunakan data laporan tahunan pada saat menerapkan standar PSAK dan yang telah menerapkan standar IFRS. Sehubungan dengan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul: “Dampak Penerapan PSAK Berbasis IFRS Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan Pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penerapan PSAK berbasis IFRS berpengaruh terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan tahunan ? 2. Apakah pengungkapan laporan tahunan setelah penerapan PSAK berbasis IFRS direspon positif oleh pasar ? 1.2.2 Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti dapat fokus dan tidak meluas, penelitian ini memiliki batasan masalah. Maka batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan pada laporan tahunan perusahaan manufaktur yang listing selama periode pengamatan. 2. Penelitian ini dibatasi pada upaya untuk melihat tingkat keluasan pengungkapan laporan tahunan dalam melihat bagaimana respon pasar atas penerapan IFRS. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada sebelumya maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh penerapan PSAK berbasis IFRS terhadap keluasan pengungkapan laporan tahunan 2. Respon pasar atas pengungkapan laporan tahunan setelah penerapan PSAK berbasis IFRS direspon positif atau tidak oleh pasar 1.3.2 Manfaat Penelitian Dalam setiap penelitian tentunya peneliti ingin menyajikan sesuatu yang dapat berguna bagi semua kalangan, berikut adalah manfaat dari penelitian yang dilakukan: 1.3.2.1 Manfaat Teoritis a. Bagi perusahaan, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya perusahaan manufaktur mengaplikasikan standar pelaporan internasional (IFRS) secara tepat dalam penyusunan, pengajian, dan pengungkapan laporan tahunan. b. Bagi pemerintah, manfaat penelitian ini sebagai bahan pertimbangan pemerintah dan lembaga-lembaga penyusunan standar yang telah ada. c. Bagi pihak lain, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu referensi untuk mencari alternatif solusi lain jika ingin melakukan penelitian dengan tema serupa. 1.3.2.2 Manfaat Praktis a. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan jawaban atas tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan dalam penelitian. b. Bagi civitas akademika, manfaat penelitian ini adalah sebagai referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya, memberikan kontribusi bagi akademisi dalam pengembangan ilmu akuntansi, terutama mengenai bagaimana dan apa dampak yang diberikan pengguna IFRS pada keluasan pengungkapan laporan tahunan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Legitimasi Menurut Tristanti (2012) teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat. Teori legitimasi menjadi sumber yang menentukan keberadaan perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem nilai perusahaan sejalan dengan system nilai masyarakat. Ini berarti bahwa legitimasi adalah status atau kondisi yang terjadi ketika system nilai suatu entitas searah dan sejalan dengan sistem nilai yang ada di sosial masyarakat. Legitimasi merupakan hubungan yang kukuh sebagai hal yang benar dan tepat. Legitimasi adalah proses yang mengarah ke sebuah organisasi yang dipandang sah. Dengan melakukan pengungkapan perusahaan akan merasa bahwa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Pengungkapan merupakan jembatan informasi yang menghubungkan perusahaan dengan masyarakat. Dengan adanya pengungkapan akan memberikan informasi yang lebih luas tentang perusahaan kepada masyarakat sebagai salah satu pengguna laporan keuangan. 2.1.2. Teori Signal Teori signal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik (Wolk et al.,2001: 308) dalam Situmorang (2011). Informasi tersebut bias berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan.Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal-signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya (Machfoedz, 1999, dalam Wirawan, 2010). Penggunaan peraturan seperti IFRS yang meningkatkan kualitas pelaporan merupakan salah satu signal perusahaan untuk menarik investor atau pengguna lainnya. Menurut (Marston, 2003) dalam (Suta,2012), semakin besar perusahaan akan memiliki dorongan yang lebih besar untuk memberi sinyal mengenai kualitas perusahaan melalui pengungkapan informasi keuangan yang meningkat. Alasan utama yang melatar belakangi keadaan tersebut adalah karena nilai perusahaan sangat tergantung pada persepsi investor mengenai kemampuan manajer mengelola perusahaan, terutama dalam menghadapi perubahan di masa mendatang (Healy dan Palepu, 2001). Dengan demikian memberikan sinyal berupa pengungkapan kepada publik diharapkan dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan. 2.1.3. Laporan Tahunan Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan pencapaian keberhasilan yang mampu diraih perusahaan dalam jangka waktu setahun. 2.1.3.1 Komponen Laporan Tahunan Menurut Needles, et al. (1995) dalam Oktaviana (2009) di lalam laporan tahunan terdapat tujuh komponen utama yang membentuk laporan tahunan, yaitu: 1. Sambutan kepada para pemegang saham. Bagian awal yang berisi sambutan dari direktur utama perusahaan yang ditujukan kepada para pemegang saham dan menjelaskan tentang kinerja perusahaan selama periode tertentu dan prospek perusahaan ke depannya. 2. Ikhtisar data keuangan. Berisi penyajian data keuangan penting selama 10 tahun terakhir, dilengkapi dengan grafik untuk mempermudah pengguna laporan tahunan dalam melihat tren pergerakan keuangan perusahaan, dan termasuk juga data non keuangan seperti jumlah took yang dimiliki dari period ke periode. 3. Laporan keuangan. Berisi empat jenis laporan keuangan yang diwajibkan, yaitu laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Penyajian laporan keuangan ini dilakukan secara komparatif untuk beberapa periode. Tujuannya untuk membantu pengguna dalam membandingkan kinerja perusahaan periode berjalan dengan periode-periode sebelumnya. 4. Catatan atas laporan keuangan. Merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan keuangan, gunanya membantu pengguna laporan keuangan dalam menginterpretasikan data yang disajikan dalam laporan keuangan. Secara garis besat catatan atas laporan keuangan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Ringkasan prinsip akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dalam pencatatan transaksinya. b. Catatan penjelas atas item-item yang disajikan dalam laporan keuangan. c. Catatan yang berupa informasi pelengkap. 5. Laporan pertanggungjawaban manajemen. Penyajian laporan keuagan harus disertai dengan pernyataan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan struktur pengendalian internal perusahaan. 6. Hasil diskusi dan analisis manajemen. Dalam bagian ini, manajemen akan melakukan analisis dengan membandingkan kinerja periode berjalan dengan beberapa periode sebelumnya dan melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. 7. Laporan hasil audit. Auditor bertugas untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Hasil dari proses audit yang dilakukan auditor adalah opini audit atas penyajian laporan keuangan oleh perusahaan. 2.1.3.2 Peraturan Terkait Penyajian Laporan Tahunan Di Indonesia, peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan diatur oleh Bapepam pada tahun 1996. Bapepam mengeluarkan Peraturan Nomor VIII.G.2 dalam Lampiran Keputusan BAPEPAM No. Kep-38/PM/1996 yang mengatur tentang kewajiban menyampaikan laporan tahunan bagi perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum dan Perusahaan Publik, serta mengatur bentuk dan isi laporan tahunan tersebut, yang terdiri dari: ketentuan umum, laporan manajemen, iktisar data keuangan penting, analisis dan pembahasan umum oleh manajemen, dan bagian mengenai laporan keuangan. Kemudian pada tahun 2002, Bapepam kembali mengeluarkan peraturan dalam Surat Edaran Nomor: SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik untuk tiga belas industri, salah satunya termasuk industry manufaktur. Pada tanggal 7 Desember 2006, Bapepam menerbitkan peraturan baru untuk memperbaharui peraturan yang ada, yaitu Peraturan Nomor X.K.6 dalam Lampiran Keputusan BAPEPAM No. Kep-134/BL/2006. Dalam peraturan ini menyoroti lebih spesifik, yaitu bentuk dan isi laporan tahunan yang terdiri dari ketentuan umum, iktisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan (corporate governance), tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, laporan keuangan yang telah diaudit, dan tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris. 2.1.4 Pengungkapan Laporan Keuangan 2.1.4.1 Pengertian Pengungkapan Pengungkapan laporan keuangan merupakan suatu cara untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan kepada investor, kreditur, dan pengguna laporan keuangan lainnya dalam memahami risiko portofolio investasi sebagai dasar untuk melakukan keputusan ekonomi yang rasional (Prasetya, 2011). Purwandari (2012) menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan adalah suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif. Menurut Tanor (2009:3) pengungkapan (disclosure) adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan (disclosure) merupakan suatu cara untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Pengungkapan merupakan semua materi yang harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang sangat membantu pengguna laporan keuangan. Jika dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang membutuhkan. Sehingga data tersebut harus benarbenar bermanfaat karena jika bermanfaat tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Sedangkan bila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure berarti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang memadai mengenai hasil aktivitas suatu perusahaan (Irawan, 2010:22). Pengungkapan merupakan sarana penyampaian informasi secara lengkap kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses pengambilan keputusan. Pengungkapan juga dilakukan sebagai upaya untuk mempertangungjawabkan aktivitas perusahaan selama periode tertentu dalam menggunakan sumber yang ada di perusahaan. Menjelaskan item-item yangbelum diakui dan untuk meyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut. 3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan resiko, dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui. 4. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang. 5. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membanddingkan antar perusahaan dan angka tahun. 6. Untuk membantu investor menetapkan return dan investasinya. Menurut Belkoui dan Ahmed Riahi (2000:219), terdapat lima tujuan pengungkapan yaitu: 1. Untuk menyediakan item-item yang belum diakui beserta ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut. 2. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan. 3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang. 4. Untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan resiko atas item-item tersebut. Tujuan Pengungkapan secara umum adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. 2.1.4.2 Jenis Pengungkapan Tanor (2009:4) mengungkapakan disclosure terbagi menjadi dua yaitu: 1. Mandatory Disclosure: merupakan pengungkapan yang wajib dikemukakan perusahaan, khususnya perusahaan publik kepada masyarakat dan memiliki badan khusus yang meregulasi seperti IAI dan Bapepam. 2. Voluntary Disclosure: merupakan pengungkapan yang diberikan oleh perusahaan di luar item-item yang diwajibkan untuk diungkapkan. Berdasarkan PSAK No. 10 bahwa penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material seperti bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan yang meliputi istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkan Mardiyah (2002) menyatakan pengungkapan dalam pasar modal terdiri dari dua aspek yaitu: 1. Protective disclosure yaitu usaha badan pengawas pasar modal untuk melindungi investor dari perlakukan tidak wajar oleh emiten. Informative disclosure adalah pengungkapan yang disajikan dalam keterbukaan emiten untuk tujuan analisis investasi. Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas pengungkapan pada laporan keuangannya. Kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dariisi suatu laporan tahun. Semakin tinggi kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Ada tiga konsep umummengenai pengungkapan yaitu: 1. Pengungkapan Cukup (Adequacy Disclosure) Pengungkapan cukup merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan peraturanyang berlaku dimana angka-angka yang disajikan dapat di interpretasikan dengan benar oleh investor. 2. Pengungkapan Wajar (Fair Disclosure) Pengungkapan wajar merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak bagi pembaca yang potensial. 3. Pengungkapan Penuh (Full Disclosure) Menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkap secara relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara berlimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik. Sesuai undangundang pasar modal dalam meningkatkan dan menjamin perlindungan terhadap masyarakat pemodal, disebutkan bahwa setiap perusahaan menawarkan efeknya melaluipasar modal wajib mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan. Berdasarkan SK Bapepam Nomor Kep347/BL/2012, terdapat dua jenis pengungkapan dalam laporan keuangan, antara lain: 1. Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) Merupakan pengungkapan yang diwajibkan peraturan pemerintah artinya pengungkapan yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan secara sukarela maka pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. 2. Pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure) Merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan ini berupa butirbutir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan sesuai peraturan yang berlaku (Standar Akuntansi Keuangan). Ainun dan Fuad (2000) menjelaskan jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar yaitu: 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela maka perusahaan wajib memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. 2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Pengungkapan sukarela dilakukan oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan adalah pengakuan perusahaan untuk menunjukkan sistematika yang digunakan untuk mengukur kinerja dan mengetahui keadaan perusahaan baik pengungkapan secara menyeluruh ataupun tidak. 2.1.4.3 Tujuan Pengungkapan Irawan (2010) Menyebutkan bahwa tujuan pengungkapan laporan keuangan yaitu sebagai berikut: 1. Menjelaskan item-item yang diakui danuntuk menyediakan ukuran relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan. 2.1.7.1 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kualitas tampak sebagai atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi (Imhoff, 1992 dalam Oktoviana, 2009). Menurut Simanjuntak dan Widiastuti (2004) banyak penelitian yang menggunakan indeks of disclosure methodology untuk mengukur kualitas pengungkapan, kemudian hasil dari perhitungan indeks tersebut digunakan untuk menilai manfaat potensial dari sisi laporan keuangan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, tingginya kualitas informasi akuntansi berkorelasi positif terhadap tingkat kelengkapan yang diungkapkan. Berapa banyak informasi yang harus didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada standar yang dianggap cukup. Menurut Hendriksen (1997) dalam Putri (2011), terdapat tiga konsep yang umumnya diungkapkan, yaitu: 1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup) yang mengandung arti disclosure minimal yang harus ada sehingga laporan yang disajikan dapat diinterpretasi dengan benar dan tidak menyesatkan pengguna. 2. Fair disclosure (pengungkapan wajar) menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan keuangan dengan menyediakan informasi yang layak bagi pembaca potensial. 3. Full disclosure (pengungkapan penuh) diartikan sebagai penyediaan semua informasi yang dianggap cukup penting dalam mempengaruhi penilaian dan keputusan yang akan diambil pengguna laporan keuangan. Pengungkapan informasi yang berlebihan atau melimpah dipandang tidak baik dan dapat membahayakan, karena dapat mengaburkan tafsiran informasi dan dapat merugikan posisi kompetitif perusahaan sendiri. Pada umumnya terdapat dua jenis pengungkapan terkait dengan persyaratan yang ditetapkan standar, yaitu : 1. Pengungkapan yang didasarkan pada ketentuan atau standar (required/ regulated/ mandatory disclosure). Merupakan pengungkapan minimum yang diwajibkan dan diatur dalam suatu peraturan sehingga harus disajikan oleh perusahaan. 2. Pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Merupakan pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan secara sukarela, tanpa dipaksakan oleh peraturan. Informasi yang diungkapkan dalam voluntary disclosure berbeda dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Menurut Na’im dan Rakhman (2000) manfaat dari pengungkapan sukarela yang diperoleh perusahaan antara lain meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu investor memahami strategi bisnis manajemen, menarik perhatian analis meningkatkan akurasi pasar, menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, dan menurunkan kejutan pasar. 2.1.5 International Financial Reporting Standard (IFRS) 2.1.5.1 Pengertian IFRS Menurut Warta Ekonomi (November 2011), IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Standar Pelaporan Keuangan Internasional (bahasa Inggris: International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka Kerja (1989) yang diadaptasi oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (bahasa Inggris: International Accounting Standards Board (IASB)). Sehingga dapat disimpulkan bahwa International Financial Reporting Standart (IFRS) adalah Standar penyusunan laporan keuangan berdasarkan pedoman internasional agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang memerlukannya. 2.1.5.2 Karakteristik IFRS IFRS memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. IFRS menggunakan principle base sehingga lebih menekankan pada interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut. 2. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. 3. Membutuhkan professional judgement dalam penerapan standar akuntansi. 4. Semakin banyak menggunakan fair value dalam penilaian. 5. Disclosure yang lebih banyak. 2.1.5.3 Tujuan IFRS Menurut Ardian (2011) tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. 2.1.5.4 Manfaat IFRS Menurut Ardian (2011) manfaat dari adanya suatu standar global: 1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Stadar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal. 2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik. 3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi. 4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi. Ersa Tri Wahyuni Direktur Teknis Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Antara News (2011) menyebutkan adanya beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard) ke dalam PSAK (Pedoman Standar Akutansi Keuangan), di antaranya: 1. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. 2. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar akutansi keuangan yang dikenal secara internasional. 3. Menurunkan biaya modal dengan membuka fund raising melalui pasar modal secara global. Pada sebuah artikel dalam Seputar Indonesia, Ketua Tim Implementasi IFRS Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan mengatakan manfaat IFRS di Indonesia, yaitu: 1. Bisa meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan dan mengurangi biaya penyusunan laporan. 2. Meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. 3. Menyelaraskan dengan pengaturan yang berlaku secara internasional. 4. Meningkatkan arus investasi ke dalam dan ke luar. 5. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan 2.1.6 Penelitian Terdahulu Telah banyak penelitian mengenai pengadopsian IFRS namun penelitian yang secara langsung berfokus pada suatu perusahaan dan suatu negara masih terbatas adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: Tabel..... Peneliti Terdahulu Nama peneliti Tujuan peneliti IonnisTsalavoutas untuk menguji and Lisa transisi ke Metode penelitian menggunakan indeks Hasil penelitian implementasi IFRS memiliki dampak Evans,2010 IFRS pada Perusahaan yang terdaftar di yunani dengan membedakan perusahaan atas ukuran auditor yang digunakan comparability Gray yang signifikan pada posisi keuangan dan kinerja perusahaan Marjan Petreski (2006) Menjelaskan dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan pada manajemen perusahaan Wawancara: studi kasus Pengungkapan laporan keuangan lebih tinggi dan manajemen perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable)s Untuk menganalisis dampak derajat konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan ke conservatisme akuntansi: Studi kasus pada negara-negara Analisis regresi Konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan memiliki Dampak yang Positif terhadap kualitas laba Judul: Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Porsi Kepemilikan Saham Publik terhadap Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Analisis Regresi Tingkat likuiditas yang tinggi tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Begitu pula dengan profitabilitas,dan kepemilikan Saham publik yang samasama tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan laporan tahunan Ratna Wardhani (2010) Wilujeng Dwi Annisa (2011) 2.1.7 Model Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini akan dideskripsikan pada gambar berikut: PSAK berbasis US-GAAP Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan PSAK berbasis IFRS Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan Reaksi Pasar Reaksi Pasar Model Dampak Penerapan PSAK Berbasis IFRS Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Tahunan Pada Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Indonesia 2.1.8 Hipotesis 1.4.8.1. Penerapan PSAK berbasis IFRS dan Pengaruhnya Terhadap Tingkap Keluasan Pengungkapan Penerapan PSAK berbasis IFRS memberikan berbagai dampak signifikan terhadap rasio keuangan perusahaan dan menyebabkan pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan ditangkap oleh pihak eksternal (stekeholder) sebagai suatu sinyal yang dapat menggambarkan prospek perusahaan kedepan. Menurut Yuliasti (2008) dalam Suta (2012) keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas pengungkapan (disclosure). Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, terdapat fenomena ketidak puasan para pihak eksternal (stakeholder) terhadap penyajian pengungkapan data keuangan saja. Komponen keuangan saja tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan stakeholder (Maines et al., 2002 dalam Taures, 2011). Ketidakpuasan stakeholder disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya krisis kepercayaan akan rasa aman dalam berinvestasi. Dalam principle based dibutuhkan pengungkapan yang luas dibandingkan dengan standar sebelumnya, dengan melakukan pengungkapan perusahaan akan merasa bahwa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Berdasarkan hasil observasi dalam penelitian ini, perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi lebih luas cenderung lebih banyak menarik perhatian investor karena para investor merasa lebih banyak mengetahui informasi mengenai perusahaan tersebut dan dapat memprediksi risikorisiko yang ada dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan fakta tersebut dan telaah pustaka, serta beberapa penelitian terdahulu yang telah diungkapkan diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat pengungkapan wajib pada laporan tahunan perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melatarbelakanginya, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 = Terdapat perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan sebelum dan sesudah penerapan PSAK berbasis IFRS. 1.4.8.2 Reaksi Pasar terhadap Laporan Tahunan atas Implementasi PSAK berbasis IFRS Penggunaan IFRS diharapkan dapat menyempurnakan komparabilitas pernyataan keuangan, memperkuat transparansi perusahaan, dan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Amstrong et al. (2007) dalam Siregar (2012) beranggapan bahwa laporan IFRS membuat investor lebih hemat dalam membandingkan perusahaan lintas negara dan pasar modal. Covrig et al. (2007) dalam Siregar (2012) menyatakan bahwa pemusatan ke arah pelaporan IFRS dapat memfasilitasi investasi lintas batas dan juga integrasi pasar modal. Berkaitan dengan pemusatan ke arah IFRS menyelidiki reaksi pasar terhadap beberapa peristiwa berkaitan dengan pergerakan Uni Eropa terhadap kewajiban pelaporan menggunakan IFRS atau meneliti dampak adopsi IFRS dalam laporan keuangan pada negara tersebut diperoleh hasil terdapat pasar efisien yang tercermin dalam average abnormal return dan cumulative average abnormal return setelah penerapan IFRS. Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukan hipotesis sebegai berikut: Ha2 = Terdapat perbedaan respon pasar atas laporan tahunan sebelum dan setelah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menguji teori yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui kerangka berpikir deduktif yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen berupa pengujian tentang perbedaan antara dua variabel atau lebih. Variabel yang diteliti yaitu variabel konstruk yang diperoleh berdasarkan teori tertentu kemudian dijabarkan sebagai indikator penelitian. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data yang diperoleh dari idx.co.id hingga akhir Oktober 2012 jumlah perbankan yang terdaftar sebanyak 34 perusahaan perbankan. Keputusan menjadikan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebagai populasi dari sampel penelitian dikarenakan perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang paling penting dalam kegiatan investasi di Bursa Efek Indonesia dimana perbankan merupakan penyalur dana dari pihak investor. Pengadopsian IFRS tentu membawa pengaruh besar terhadap laporan keuangan perbankan. 3.2.2 Sampel Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistem non random sampling (nonprobability sampling) yaitu menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan