Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
IMPLEMENTASI SISTEM ENTERPRISE RESOURCES PLANNING :
STUDI FENOMENOLOGI DI PT PLATINUM CERAMICS INDUSTRY
Stanislaus Adnanto Mastan
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik
Andayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Enterprise Resource Planning (ERP) is an information system for manufacture or service companies which has
the role to integrate and to automate business processes that relate with operation aspects, production or
distribution at the related companies. ERP system allows organizations to integrate variety of functions and
business processes. This study aims to determine the impact and constraints to the implementation of ERP
system in the Platinum Ceramics Industry (PCI) operations. ERP can provide real time information for
managers and leaders, because of that on 2nd of August 2010 Platinum Ceramics Industry has done the
information system change become ERP system. This study uses a phenomenological study approach. The result
of this study are: (1) ERP system provide a positive impact for the company both in terms of operational, control
and reporting; (2) ERP system minimizes manual processes and has the ability to be developed in accordance
with the development of the company; (3) the constraints that exist make performance of the ERP system to be
less than the maximum, the reliability of the information generated by the system become unreliable; and (4)
ERP system for six months is still not able to contribute a report in accordance to the needs and expectations of
management.
Keywords: Enterprise Resource Planning, phenomenology study, operational activity.
ABSTRAK
Enterprise Resource Planning adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur
maupun jasa yang berperan mengintegrasi dan mengotomasi proses bisnis yang berhubungan dengan
aspek operasi, produksi maupun distribusi. Sistem ERP memungkinkan organisasi untuk
mengintegrasi berbagai fungsi dan proses bisnis. ERP dapat menyediakan informasi yang real time
bagi manajemen, karena itu pada 2 Agustus 2010 PT Platinum Ceramics Industry melakukan
implementasi sistem ERP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kendala
implementasi sistem ERP terhadap kegiatan operasional di PCI. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi fenomenologi. Hasil penelitian ini adalah: (1) sistem ERP memberikan dampak
positif bagi perusahaan baik dari sisi operasional, kontrol maupun pelaporan; (2) sistem ERP
meminimalkan proses manual dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan lebih sesuai dengan
perkembangan perusahaan; (3) kendala yang ada membuat kinerja sistem ERP menjadi kurang
maksimal, keandalan informasi yang dihasilkan oleh sistem menjadi tidak reliable; dan (4) selama
enam bulan sistem ERP masih belum dapat memberikan kontribusi laporan sesuai dengan kebutuhan
dan harapan manajemen.
Kata kunci: Enterprise Resource Planning, studi fenomenologi, kegiatan operasional.
PENDAHULUAN
Persaingan di dunia bisnis mau tidak mau akan menjadi semakin kompleks akibat dari
proses globalisasi di ekonomi internasional, perusahaan-perusahaan berlomba untuk
meningkatkan keunggulan dalam berbagai hal. Perkembangan dan penggunaan teknologi
informasi berperan penting dalam proses bisnis yang ada (Olalla, 2000). Dewasa ini hampir
seluruh sektor bisnis melibatkan teknologi sebagai perantara maupun inti dari transaksi
ekonomi yang terjadi. Teknologi memberi berbagai manfaat lebih untuk menunjang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
2
keberlangsungan hidup perusahaan, salah satu produk teknologi adalah sistem informasi.
Bahkan di beberapa bidang industri penggunaan sistem informasi merupakan suatu
keharusan.
Teknologi informasi dapat membantu pembuatan perencanaan dan strategi bisnis
yang lebih baik, dapat memahami implikasi bisnis yang rumit, mampu meningkatkan
keunggulan kompetitif bisnis secara global serta kecepatan dalam proses pengolahan data.
Sistem pemrosesan informasi akuntansi berbasis komputer banyak ditawarkan dengan
tujuan memberi kemudahan bagi para akuntan untuk menghasilkan informasi yang dapat
dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji (Maharsi, 2000).
Namun, seiring dengan banyaknya penggunaan sistem informasi tersebut muncul
persoalan baru, yaitu meningkatnya jumlah data yang harus ditangani dari operasional
harian perusahaan baik dari satu divisi maupun dari divisi yang berlainan. Untuk mengatasi
persoalan yang ditimbulkan oleh sistem informasi yang berbeda dalam suatu organisasi,
perusahaan telah mengintegrasikan semua sistem operasional mereka ke dalam satu sistem
tunggal. Shang dan Seddon (2002) merujuk ke Enterprise System Software (ESS) yang terdiri
atas, Enterprise Resource Planning (ERP) dan Customer Relationship Management (CRM).
Sistem ERP memungkinkan organisasi untuk mengintegrasi berbagai fungsi dan
proses bisnis, ERP dapat menyediakan informasi yang real time bagi para manajer dan
pimpinan. Akibatnya, sistem ERP dianggap sebagai suatu sarana penyediaan yang ditujukan
bagi manajemen agar dapat merespon dengan lebih efisien terhadap perubahan yang terjadi
dalam lingkungan bisnis (Spathis dan Constantinides, 2004). Spathis dan Constantinides
(2004) dalam studi mereka telah mengidentifikasi manfaat sistem ERP yang meliputi:
peningkatan fleksibilitas dalam generasi informasi dan peningkatan kualitas laporan dan
khususnya laporan operasional manajemen dan keuangan.
Selanjutnya, para peneliti telah menyelidiki dampak dari sistem ERP pada akuntansi
manajemen. Booth et al. (2000) menguji efek dari sistem ERP pada praktik akuntansi
manajemen perusahaan di Australia. Meskipun mereka tidak menemukan adanya
perbedaan yang signifikan antara pengadopsi ERP dan non-pengadopsi dalam hal
penggunaan teknik akuntansi manajemen yang canggih, mereka mengusulkan bahwa sistem
ERP memiliki fungsi sebagai faktor penggerak utama dilakukannya proses adopsi teknik
akuntansi manajemen modern. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh Granlund
dan Malmi (2002), dalam studi mereka tentang pengaruh sistem ERP pada akuntansi
manajemen pada perusahaan di Finlandia, penerapan sistem baru tidak mengubah praktik
akuntansi manajemen. Meskipun demikian, studi ini memberi bukti bahwa sistem ERP
mengurangi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin dan operasional,
dengan demikian, memberi waktu tambahan bagi para akuntan untuk melakukan analisis
informasi yang lebih dalam dan berguna. ERP juga mempunyai kemampuan dalam
menyederhanakan proses transaksi bisnis, menghilangkan kerja yang hanya sedikit
memberikan nilai tambah atau bahkan tidak ada, sekaligus meningkatkan layanan
pelanggan (Gibbs, 1997).
Di Indonesia dewasa ini sudah banyak perusahaan yang menerapkan sistem ERP,
tepatnya pada era millenium berbagai perusahaan go public seperti Semen Gresik, Bentoel
Prima, Sampoerna, Indofood, Garuda Indonesia dan Unilever sudah menerapkan sistem
ERP. Hampir satu dekade yang lalu, PT Platinum Ceramics Industry sendiri sudah
menerapkan sistem informasi yang terkomputerisasi sejak 2007, sistem informasi ini
dulunya masih berdiri sendiri per modul, hingga pada tahun 2010 mulai menerapkan sistem
ERP dan sampai sekarang sudah sepenuhnya menggunakan sistem ERP yang terintegrasi.
Singkat kata, ERP sudah seharusnya memberi dampak ke arah yang lebih baik bagi
perusahaan khususnya pada kegiatan operasional manajemen di setiap unit operasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
3
Namun pada fase awal penerapan sistem ERP perusahaan mengalami berbagai
kendala baik teknis maupun non teknis yang berbeda-beda sesuai dengan jenis bidang dan
ruang lingkup perusahaan masing-masing. Kendala ini akan membawa dampak baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap proses kegiatan operasional manajemen. Baik
dari sisi ketepatan waktu, kebijakan, prosedur bahkan sampai laporan yang dihasilkan oleh
tiap unit operasi mengalami perubahan yang cukup signifikan yang di luar dari estimasi
perencanaan awal ketika merancang sistem ERP. Hal ini menimbulkan pertanyaan
bagaimana dampak dan kendala implementasi sistem ERP terhadap kegiatan operasional di
PT Platinum Ceramics Industry.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode fenomenologi, mencoba menggali
informasi berdasarkan pengalaman pengalaman yang disadari para individu yang terlibat
dalam implementasi proyek sistem ERP dan tentunya dengan individu yang terlibat dalam
kegiatan operasional manajemen di departemen terkait. Seperti yang diungkapkan oleh
Hegel (Moustakas, 1994:26) fenomenologi mengacu pada pengalaman sebagaimana yang
muncul pada kesadaran, fenomenologi adalah ilmu menggambarkan apa yang seseorang
terima, rasakan, dan ketahui di dalam kesadaran langsungnya dan pengalamannya. Apa
yang muncul dari kesadaran itulah yang disebut sebagai fenomena. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem ERP di unit operasional pada studi kasus
di PT Platinum Ceramics Industry melalui pendekatan studi fenomenologis agar didapatkan
pemahaman dan wawasan yang lebih komprehensif.
TINJAUAN TEORETIS
Sistem Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (Enterprises Resources Planning)
Secara definisi Enterprise Resource Planning (ERP) mengandung pengertian yaitu
sekumpulan paket sistem informasi yang dibangun dan diimplementasi sebagai fasilitator
terwujudnya konsep ERP di suatu organisasi (Dhewanto, 2007:3). Jadi perencanaan sumber
daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa Inggrisnya, enterprise resource
planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun
jasa yang berperan mengintegrasi dan mengotomasi proses bisnis yang berhubungan
dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan.
ERP (Enterprice Resource Planning) adalah suatu cross-functional atau sistem informasi
yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa guna mengintegrasi dan
mengotomasi proses bisnis di dalam pabrik, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan
sumber daya manusia. Implementasi ERP merupakan investasi dan juga tulang punggung
perusahaan guna meningkatkan efisiensi kinerja serta mengembangkan bisnis. Pada
prinsipnya dengan sistem ERP, sebuah industri atau perusahaan dapat berjalan secara
optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien, seperti biaya
inventory maupun biaya kerugian akibat kesalahan teknis.
ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II), yaitu merupakan hasil
evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP
secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan,
pengiriman, dan akunting perusahaan. Artinya bahwa sistem ini kemudian akan membantu
mengontrol seluruh aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen
persediaan, manajemen kualitas, dan sumber daya manusia.
Pendekatan sistem ERP dalam aplikasi bisnis pembelian dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: Pertama, modul ERP terintegrasi, terutama pada suatu definisi umum dan
database umum. Suatu transaksi diproses di dalam satu area, seperti penerimaan pesanan,
dampak transaksi ini dengan seketika dapat dicerminkan di dalam semua area lain yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
4
berhubungan, seperti agenda produksi akuntansi, suatu pembelian. Kedua, modul ERP telah
dirancang untuk mencerminkan cara tertentu dalam melakukan suatu satuan proses bisnis
tertentu.
Sistem ERP didasarkan pada suatu pandangan terhadap nilai bisnis, dan departemen
fungsional yang mengkoordinir pekerjaan mereka. Untuk menerapkan suatu sistem ERP,
selanjutnya, suatu perusahaan mengubah proses bisnisnya. Jika perusahaan membeli suatu
sistem ERP, perusahaan harus mengubah prosesnya agar dapat sesuai dengan paket
software yang digunakan. Perusahaan menyesuaikan diri dengan paket software ERP dan
sebaliknya. Tujuan sistem ERP adalah memberi satu aplikasi tunggal yang bekerja secara
terintegrasi yang meliputi berbagai divisi dalam perusahaan, seperti planning, marketing,
manufacturing, sales, finance, purchasing, human resource.
Teknologi ERP
Implementasi sistem informasi yang ada dalam organisasi bisnis dimulai dari yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks, yang berbasis enterprise. Implementasi
sistem informasi yang berbasis enterprise ini seringkali disebut sebagai Enterprise Resource
Planning (ERP). Akronim dari ERP ini memang jika dilihat tidak menggambarkan makna
yang sebenarnya, yakni resource dan planning, hanya kata enterprise yang sangat mewakili
konsep dari ERP. Seperti yang kita ketahui, pengambilan keputusan strategis memerlukan
data aktual internal perusahaan yang bisa di peroleh dengan cepat, tepat, dan efisien.
Kondisi ini didapatkan dengan mengadopsi teknologi yang dapat mengintegrasi
bagian-bagian pada perusahaan. Aplikasi ERP memungkinkan terjadinya integrasi data
dalam keseluruhan organisasi bisnis, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih
relevan untuk mengambil keputusan. Kedua gambar berikut merupakan perbandingan dua
pendekatan implementasi sistem informasi dalam sebuah organisasi bisnis, yakni
pendekatan tradisional (gambar 1) dan pendekatan enterprise (gambar 2).
Keuntungan pendekatan enterprise akan memudahkan pengambilan keputusan yang
lebih relevan. Dikatakan relevan karena sistem ERP memampukan user (pihak manajemen
maupun owner) untuk melihat keadaan organisasi secara keseluruhan selanjutnya
berdasarkan pengamatan secara keseluruhan itu diambil keputusan yang tepat dan
keputusan itu sifatnya mewakili kondisi perusahan secara keseluruhan (representatif).
Berbeda halnya jika organisasi menggunakan pendekatan tradisional, dalam kasus ini pihak
manajemen maupun pemilik tidak dapat melihat keseluruhan keadaan organisasi sebagai
satu kesatuan, namun informasi yang didapat seringkali hanya berbicara mengenai
epartment-by-department. Namun seringkali pertanyaan muncul, ”apakah dengan pendekatan
tradisional, integrasi informasi tidak dapat dilakukan?” Jawabannya, tentu saja bisa, namun
kembali lagi, membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga seringkali informasi yang
dihasilkan tidak berguna lagi (out of date) untuk mengambil keputusan secara cepat dan
akurat. Kaitannya dengan akuntansi, laporan keuangan tahun 2009, baru dapat dilaporkan
pada akhir 2010, apalagi jika organisasi bisnis tersebut memiliki cabang yang tersebar di
seluruh indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
5
Traditional view of system
Vendor
Finance
HRM
Customer
Accounting
Manufacturing
Business Process
Accounting
System
Manufacturing
System
Finance
System
HRM
System
Sumber : Laudon (2004)
Gambar 1
Pendekatan Sistem Tradisional
Dalam gambar 1 (pendekatan tradisional), setiap departemen mengolah informasi
sendiri, seperti yang dapat dilihat, departemen akuntansi menyimpan data departemen
akuntansi sendiri, dan data tersebut diolah dalam sistem akuntansi yang ada, hal ini akan
membuat laporan yang diberikan tiap departemen memiliki format yang berbeda dan tentu
saja akan lebih sulit untuk mengambil keputusan karena tidak terjadinya integrasi (gambar
2) antara informasi antara satu departemen dengan departemen yang lain dan hal ini akan
berdampak pada lambatnya aliran informasi dalam organisasi bisnis yang ada. Sebagai
contoh, ketika terdapat pesanan dari pelanggan, maka idealnya adalah organisasi bisnis
harus mencatat pada departemen penjualan dan secara otomatis bagian gudang harus tahu
kapan akan mengirim pesanan dari pelanggan yang telah disetujui oleh bagian penjualan.
Jika hal ini tidak dilakukan, tentu saja akibat kelalaian organisasi bisnis maka pelanggan
akan komplain dan tentu saja ini berdampak negatif terhadap organisasi bisnis yang ada.
Setelah barang dikirim oleh bagian gudang, bagian keuangan harus mengetahui kapan akan
melakukan penagihan terhadap pelanggan.
Non - Traditional view of system
(Enterprise System)
HRM
Customer
Vendor
Manufacturing
Business Process
Accounting
Finance
Sumber : Laudon (2004)
Gambar 2
Pendekatan Sistem Enterprise (Non Tradisional)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
6
Dalam bagian produksi sendiri, penjualan kepada pelanggan akan mempengaruhi stok
barang di gudang, sehingga adanya kebutuhan untuk mengetahui apakah stok barang di
gudang telah mencapai safety stock? Tentu saja bukan hanya itu, kebutuhan akan adanya
pengajuan terhadap pembelian baku juga tidak bisa diabaikan (jika telah mencapai safety
stock). Setelah bagian perencanaan produksi melakukan review informasi dan menyetujuinya,
secara otomatis informasi akan mengalir ke bagian pembelian, yang memungkinkannya
menghubungi pemasok untuk negosiasi harga dan pengiriman. Saat itu, bagian pembelian
juga mendapat berbagai informasi berharga mengenai kinerja para pemasok. Setelah
kesepakatan diperoleh, order pembelian dibuat dan informasi rencana kedatangan barang
seharusnya telah sampai di bagian penerimaan barang. Sementara itu, bagian keuangan
akan memperoleh informasi berapa jumlah uang yang harus disiapkan untuk order
pembelian, demikian seterusnya.
Aplikasi Utama ERP
Fungsionalitas ERP terdiri atas dua aplikasi umum yaitu aplikasi inti dan aplikasi
analisis bisnis. Aplikasi inti adalah aplikasi yang secara operasi mendukung aktivitas seharihari dari bisnis. Jika aplikasi ini gagal, bisnis pun ikut gagal. Aplikasi inti dari sistem ERP
meliputi penjualan dan distribusi, perencanaan bisnis, perencanaan produksi, kontrol shop
floor dan logistik tetapi tidak terbatas pada lingkup itu saja, harus disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Aplikasi ini disebut juga aplikasi on line transaction processing (Hall,
2002).
Kesuksesan aplikasi analisis bisnis terpusat pada fungsinya sebagai gudang data.
Sebuah gudang data (data warehouse) adalah sebuah database yang dibentuk untuk pencarian,
perolehan kembali secara tepat, pertanyaan khusus, dan kemudahan penggunaan (Hall,
2002). Pengertian gudang data sendiri adalah basis data yang dibuat untuk dapat melayani
pencarian secara cepat, penarikan, permintaan khusus, dan kemudahan dalam penggunaan.
Data biasanya diekstraksi secara berkala dari basis data operasional atau layanan informasi
publik. Sebuah sistem ERP dapat ada tanpa memiliki suatu gudang data, demikian pula
organisasi yang tidak mengimplementasi suatu ERP mungkin menggunakan gudang data,
organisasi yang serius dengan keunggulan akan bersaing akan menggunakan keduanya.
Konfigurasi Sistem ERP
Kebanyakan sistem ERP berdasarkan model client-server, secara singkat model clientserver adalah suatu bentuk dari topologi jaringan dimana komputer atau terminal pengguna
(client) mengakses program ERP dan data melalui suatu komputer host yang dinamakan
server. Sementara server mungkin terpusat, klien biasanya berlokasi pada berbagai lokasi
diseluruh perusahaan. Dua arsitektur dasar terdiri atas model dua tingkat dan model tiga
tingkat (Hall, 2002).
Model dua tingkat (Two-Tier Model), server menangani baik aplikasi dan kewajiban
database. Komputer klien bertanggung jawab untuk menyajikan data kepada klien dan
menyampaikan masukan (input) klien kembali kepada server, pendekatan ini biasanya
digunakan pada suatu populasi klien yang relatif kecil.
Fungsi database dan aplikasi dipisahkan dalam model tiga tingkat (Three-Tier Model ),
biasanya pada sistem ERP besar yang menggunakan jaringan area luas (Wide Area Network –
WANs) untuk konektivitas di antara pengguna. Memenuhi permintaan klien memerlukan
dua atu lebih sambungan jaringan. Pada awalnya, klien membentuk komunikasi dengan
server aplikasi, server aplikasi tersebut kemudian memulai suatu hubungan kedua kepada
database server.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
7
Pendekatan Sistem ERP
Manfaat yang diperoleh dari sistem ERP sangat besar, akan tetapi organisasi tetap
memiliki resiko dalam mengimplemetasikan. Pada beberapa kasus, implementasi ERP justru
menjadi faktor pemicu kebangkrutan sebuah organisasi, oleh karena itu untuk
mengimplementasi ERP umumnya ada tiga pendekatan yaitu, pendekatan Big Bang, Phasedin, dan Small Bang.
Metode Big-Bang adalah lebih ambisius dan berisiko dari keduanya. Organisasi yang
mengambil pendekatan ini mencoba untuk mengalihkan operasi dari sistem warisan
lamanya ke sistem baru dalam satu kejadian tunggal yang mengimplementasikan ERP
melintasi seluruh perusahaan (Hall, 2002).
Sebaliknya, dalam metode phased in, sistem ERP disebarkan dan dijalankan bersama
dengan sistem warisan. Phased in sangat efisien dilaksanakan pada organisasi yang
terdiversifikasi yang unitnya tidak terbagi proses dan data umum. Dalam perusahaan jenis
ini, sistem ERP independen dapat dipasang di setiap unit bisnis sepanjang waktu untuk
mengakomodasi periode penyesuaian yang diperlukan untuk asimilasi. Proses dan data
umum (seperti fungsi buku besar) umum dapat diintegrasi sepanjang organisasi tanpa
mengganggu operasi seluruh perusahaan.
Metode Small-Bang, metode ini merupakan pembuatan model implementasi pada salah
satu site atau fungsi perusahaan sebagai pilot project, dapat dikatakan sebagai proyek
percobaan pertama kali yang akan dijadikan sebagai acuan dan diteruskan ke fungsi atau
site yang terkait. Kelebihannya adalah biaya relatif rendah, dan kompleksitas berkurang.
Kekurangannya adalah membutuhkan banyak kustomisasi (perubahan dari standar) akibat
adanya operasi yang spesifik antar-site.
Keuntungan dan Kendala Penerapan ERP
Integrasi data adalah kunci utama ERP, baik data keuangan, standarisasi proses
operasi, informasi, dan teknik komunikasi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari
penerapan ERP itu sendiri adalah (a) terintegrasinya data keuangan, hal ini dapat
memudahkan bagi top management untuk bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan
perusahaan secara keseluruhan; (b) standarisasi data dan informasi melalui keseragaman
pelaporan, terutama bagi perusahaan besar yang biasanya terdiri atas unit bisnis dengan
jumlah dan jenis bisnis yang berbeda–beda; (c) penurunan inventori serta biaya
pemeliharaan atas inventori; (d) penurunan tenaga kerja; (e) penurunan waktu yang
dibutuhkan untuk mendapat informasi.
Investasi yang dibutuhkan dalam ERP sangat tinggi dan pilihan yang tidak tepat dari
ERP dapat menjadi mimpi buruk bagi perusahaan (Khaitan, 2003) oleh karena itu selain
melihat keuntungan yang dapat diperoleh dari ERP, sangat penting untuk mengetahui
beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ERP, yaitu (a) kurangnya komitmen
top management; (b) kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisa strategi
bisnis); (c) cacatnya proses seleksi software; (d) kurangnya sumber daya, baik sumber daya
manusia, inftrastruktur, dan modal; (e) kesalahan perhitungan waktu implementasi; (f)
ketidaksesuaian antara software dengan bisnis proses; (g) kurangnya training dan
pembelajaran; (h) cacatnya project design and management; (i) kurangnya komunikasi; (j)
saran penghematan yang menyesatkan.
Sejarah Studi Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya
di dunia. Studi ini melihat objek dan peristiwa dari perspektif orang yang mengalami.
Realitas dalam fenomenologi selalu merupakan bagian dari pengalaman sadar seseorang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
8
Pendekatan ini merupakan suatu langkah maju terhadap aliran yang menganggap bahwa
suatu realitas terlepas dari kesadaran atau persepsi manusia.
Maurice Merleu-Ponty, seorang fenomenologis terkenal, mengungkapkan
pandangannya (Merleu-Ponty, 1965) bahwa seluruh pengetahuan saya tentang dunia,
bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari sudut pandang saya sendiri, atau dari
beberapa pengalaman yang tampak menggunakan sudut pandang saya sendiri akan
menyebabkan simbol-simbol ilmiah menjadi tidak berarti. Untuk kembali kepada hal-hal
tersebut adalah kembali kepada dunia yang mendahului pengetahuan, dan pengetahuan
selalu bicara. Fenomenologi berarti menempatkan pengalaman nyata sebagai data dasar dari
pengetahuan. Fenomenologi juga menghindari penerapan ketentuan kategori teoritis,
”fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu mengungkapkan dirinya sendiri, tanpa
memaksakan kategori kita kepada mereka”.
Husserl (Bernet et al., 1993), mengajarkan bahwa fenomenologi dapat menjadi suatu
disiplin ilmu, dengan menggunakan kesadaran jernih, orang dapat mengungkap kebenaran.
Edmund Husserl adalah filosof yang mengembangkan metode Fenomenologi, dia lahir di
Prostejov Cekoslowakia dan mengajar di berbagai universitas besar Eropa, meninggal pada
tahun 1938 di Freiburg. Hasil pemikirannya dapat diselamatkan dari kaum Nazi, dengan
membawa seluruh buku dan tulisannya ke Universitas Leuven Belgia, sehingga kemudian
dapat dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya. Di antara tulisan-tulisan pentingnya
adalah Logische Untersuchungen (Penyelidikan-penyelidikan Logis) dan Ideen zu einer reinen
Phanomenologie und Phanomenologischen Philosophie (gagasan-gagasan untuk suatu
fenomenologi murni dan filsafat fenomenologi).
Dalam faham fenomenologi sebagaimana diungkapkan oleh Husserl, bahwa kita harus
kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen selbst), obyek-obyek harus diberikan
kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari hakekat gejalagejala (Wessenchau). Husserl berpendapat bahwa kesadaran bukan bagian dari kenyataan
melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi antara kesadaran dan alam, antara
subyek dan obyek, kesadaran tidak menemukan obyek-obyek, tapi obyek-obyek diciptakan
oleh kesadaran.
Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas (bertujuan), artinya
kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran timbul
perlu diandaikan tiga hal yaitu : ada subyek, ada obyek, dan subyek yang terbuka terhadap
obyek-obyek. Kesadaran tidak bersifat pasif karena menyadari sesuatu berarti mengubah
sesuatu, kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat interaksi antara tindakan kesadaran
dan obyek kesadaran, namun yang ada hanyalah kesadaran sedang obyek kesadaran pada
dasarnya diciptakan oleh kesadaran.
Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, Husserl berpandapat bahwa untuk
menangkap hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan
semua hal yang mengganggu dalam mencapai gejala (wessenchau) yaitu: Reduksi pertama.
Menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk
gejala-gejala yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh pengetahuan
tentang obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah
ada Reduksi ketiga. Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah
dikatakan orang lain harus, untuk sementara, dilupakan, kalau reduksi-reduksi ini berhasil,
maka gejala-gejala akan memperlihatkan dirinya sendiri atau dapat menjadi fenomin.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
9
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Objek
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif, eksplanasi, dan eksploratif serta kronologis. Penulis
menggunakan paradigma interpretatif dengan pendekatan kajian fenomenologis sebagai
dasar rerangka berpikir penelitian. Paradigma fenomenologis merupakan suatu cara
pandang yang menyebutkan bahwa kebenaran mengenai suatu hal diperoleh dengan cara
menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti, dalam realitas
bagaimana manusia menghayati dunianya.
Pendekatan fenomenologi yang akan dibahas mengikuti ajaran fenomenologi dari
Husserl dan Schutz atau sering disebut dengan kelompok classical phenomenology. Pada
prinsipnya fenomenologi adalah salah satu bidang filsafat yang memfokuskan diri dan
mengeksplorasi pengalaman akan kesadaran manusia. Menurut Edmund Husserl (Bernet et
al., 1993), metode ini sering disebut dengan metode pemberian tanda kurung (bracketing).
Menurutnya, fenomenologi mengandung ide untuk membuka persepsi yang murni lepas
dari common sense atau akal sehat. Elemen dalam persepsi Husserl meliputi kesadaran akan
kedirian, gambaran mental (kesan) dari sesuatu, dan penyusunan makna (kesan) dari
gambaran tersebut.
Fenomenologi haruslah kembali pada data bukan pada pemikiran, yakni pada halnya
sendiri yang harus menampakan dirinya. Subyek harus melepaskan atau, menurut istilah
Husserl, menaruh antara tanda kurung semua pengandaian-pengandaian dan kepercayaankepercayaan pribadinya serta dengan simpati melihat obyek yang mengarahkan diri
kepadanya. Bagi Husserl, pengetahuan sejati adalah kehadiran data dalam kesadaran budi,
bukan rekayasa pikiran untuk membentuk teori.
Dalam melihat segala sesuatu, manusia menggunakan sejumlah elemen yang ada
dalam dirinya untuk dapat memberikan kepada objek tertentu apa yang diindrainya.
Namun, menurut Husserl, sebelum mengetahui sesuatu di luar dirinya, manusia harus
terlebih dahulu mempunyai akal, rasa tentang dirinya (sense of being a self ) sehingga kita
sadar akan apa yang kita persepsikan.
Ada satu jembatan yang menghubungkan tradisi fenomenologi dengan arus utama
dari sosiologi yairu karya dari Alfred Schutz. Schutz (1970) memberikan arti penting untuk
mengetahui apa yang ia sebut sebagai lebenswelt atau dunia kehidupan manusia pada
umumnya. Ada tiga kunci dari Schutz yang merangkum gagasan, yaitu taken-for-granted
world, common-sense knowledge, dan typification atau klasifikasi objek dalam kategori umum.
Interaksi sosial harus diterima dalam lingkup situasi yang sudah ada (taken-for-granted world)
dengan memaksimalkan pengetahuan akal sehat (common-sense knowledge) daripada
pengetahuan rumit versi Husserl yang memisahkan pengetahuan akal sehat dengan
pengalaman (persepsi murni). Menurut Shutz, interaksi terjadi karena berdasarkan
pandangan dunia yang sama. Pengetahuan akal sehat dan pengalaman dunia fenomena
dengan cara yang sama disebut sebagai “perspektif timbal balik” (reciprocal of perspective).
Schutz dalam karyanya The Phenomenology of Social World, memusatkan perhatian pada
cara orang memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran
kesadaran mereka sendiri. Schutz juga menggunakan perspektif intersubyektivitas, yaitu
melihat segala sesuatu dalam kondisi sebenarnya, dalam pengertian lebih luas untuk
memahami kehidupan sosial, terutama mengenai ciri pengetahuan sosial.
Jadi kaum fenomenologi memandang perilaku manusia, yaitu apa yang dikatakan dan
dilakukan orang sebagai suatu produk dari cara orang tersebut menafsirkan dunianya.
Tugas ahli fenomenologi adalah menangkap “proses” interpretasi ini. Untuk melakukan hal
itu diperlukan apa yang disebut Weber Verstehen, yaitu pengertian empatik atau seperti
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
10
disebutkan di atas, yaitu kemampuan untuk mengeluarkan kembali dalam pikirannya
sendiri, perasaan, motif, dan pikiran-pikiran yang ada dibalik tindakan orang lain. Untuk
dapat memahami arti tingkah laku seseorang, jadi ahli fenomenologi berusaha memandang
sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Berdasarkan paradigma di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak implementasi sistem ERP secara umum dan khususnya pada kegiatan operasional
manajemen serta mempelajari pengalaman-pengalaman yang disadari para narasumber
secara strategis dalam lingkup dimensi waktu sebelum dan sesudah implementasi sistem
ERP. Jadi fokus penelitian ini bukan pada benar atau tidaknya implementasi sistem ERP,
sesuai dengan teori atau hukum yang ada, bukan pula mengenai apakah proses
implementasi sudah benar sesuai dengan standar yang ada, namun fokus penelitian ini
terletak pada tindakan dan interaksi individu. Jadi penelitian ini akan menghasilkan
informasi mengenai dampak implementasi sistem ERP terhadap kegiatan operasional
manajemen berdasarkan hasil interaksi dan sudut pandang informan penelitian secara
objektif.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus, dipilihnya studi kasus
sebagai rancangan penelitian dengan alasan bahwa studi kasus dapat memberi informasi
penting mengenai hubungan antara entitas serta proses-proses yang memerlukan penjelasan
dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus juga memberi kesempatan untuk melakukan
wawancara mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia, dengan melalui penyelidikan
intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin
tidak diduga sebelumnya, dan studi kasus dapat menyajikan data dan temuan yang sangat
berguna sebagai dasar untuk membangun kajian dalam penelitian secara lebih mendalam
dalam konteks pengembangan kerangka penelitian yang sudah direncanakan.
Obyek penelitian ini adalah Perseroan Terbatas (PT) Platinum Ceramics Industry yang
bergerak di bidang industri manufaktur keramik. Domisili kantor pusat PT tersebut terletak
di Surabaya, dan telah memiliki 5 buah cabang dan 3 buah pabrik. Dalam kurun waktu
tahun 2005 sampai dengan 2011 perusahaan mengalami pertumbuhan mencapai 75% serta
mulai melakukan ekspansi pasar ke luar pulau Jawa dan luar negeri (Ekspor). Saat ini PT
Platinum Ceramics Industry telah memiliki kurang lebih 120 Agen dan retailer yang tersebar
di seluruh Indonesia.
Dengan terus berkembangnya jumlah agen dan retail yang dimiliki oleh PT Platinum
Ceramics Industry, kebutuhan untuk semakin meningkatkan efektifas serta efisiensi kerja
dirasakan oleh pihak manajemen melalui konsultan eksternal yang telah ditunjuk. Pada
tahun 2007, PT Platinum Ceramics Industry memutuskan untuk mengimplementasikan
sistem informasi guna memperbaiki kinerja manajemen, namun sistem yang dibuat ini
masih berdiri sendiri dan untuk melakukan integrasi data masih perlu dilakukan usaha
tambahan dengan cara manual, lama kelamaan kinerja sistem informasi ini dinilai kurang
efisien dalam menghasilkan laporan yang tepat waktu bagi pihak manajemen kemudian
perusahaan melakuakan implementasi sistem ERP Oracle pada awal tahun 2010 hingga saat
ini. Peneliti akan membatasi objek penelitian pada cabang Indo Timur saja, dikarenakan
transaksi operasional secara kualitas dan kuantitas di cabang ini lebih luas dibandingkan
cabang yang lain, sehingga cukup representatif.
Satuan Kajian
Satuan kajian adalah bagian terpenting dari penelitian yang dilakukan karena
merupakan satuan data yang akan dianalisis oleh peneliti guna menjawab permasalahan
penelitian yang diajukan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
11
Seperti yang sudah disebutkan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan studi
fenomenologis, yaitu studi tentang pengalaman yang disadari atau “conscious experience”.
Jadi segala hal di luar yang disadari oleh responden penelitian tidak dianalisis dalam
penelitian ini.
Peneliti tidak berusaha menganalisis “tanda” yang ditangkap pada saat proses
wawancara dengan responden penelitian, tetapi peneliti hanya menganalisis setiap jawaban
atau pertanyaan yang diungkapkan oleh individu. Peneliti tidak berusaha untuk memahami
komunikasi non verbal atau gerak gerik lainnya yang dilakukan oleh responden penelitian
tetapi murni dari pengalaman murni yang disadari oleh responden penelitian. Namun
peneliti akan melakukan beberapa klasifikasi kajian hanya sebagai acuan agar pernyataan
yang dikeluarkan oleh responden penelitian tidak menjadi bias dari subjek penelitian, acuan
tersebut antara lain:
1. Kegiatan Operasional Manajemen
Hal ini meliputi seluruh kegiatan-kegiatan dalam operasional manajemen perusahaan
di semua departemen sebelum dan sesudah implementasi sistem ERP. Definisi kegiatan
operasional manajemen dalam penelitian ini adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen dalam unit operasi yang terkait. Jadi mulai dari transaksi operasional harian,
proses klasifikasi, perencanaan, controlling dan berbagai proses lainnya termasuk laporanlaporan teknik yang siap digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan.
Termasuk dampak-dampak positif yang ditimbulkan akibat dari implementasi sistem ERP
yang ditinjau dari sisi operasional proses bisnis, sumber daya manusia, pengambilan
keputusan manajemen dan rencana strategis perusahaan.
Batasan periode operasional manajemen yang akan diteliti oleh peneliti sebelum
implementasi sistem ERP adalah periode Agustus 2011 sampai Januari 2012, sedangkan
batas waktu setelah implementasi sistem ERP adalah periode Februari 2012 sampai dengan
Juli 2012.
2. Enterprise Resource Planning
Hal ini meliputi kegiatan manajemen implementasi ERP mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan proses pengawasan atau controlling terhadap
implementasi sistem ERP. Pada saat proses implementasi sistem ERP setiap kendala yang
terjadi akan dikaji, jadi satuan kajian ERP ini lebih fokus pada kendala apa saja yang
dihadapi oleh informan penelitian, dalam hal teknis operasional baik umum mampun
khusus yang pastinya juga berdampak pada implementasi sistem ERP ini dan juga pada
kegiatan operasional manajemen yang ada. Dari kendala tersebut juga akan dikaji dampak
yang ditimbulkan dan bagaimana pengaruhnya dalam laporan setiap unit operasi dalam
proses pengambilan keputusan.
3. Struktur Organisasi dan Kebijakan Perusahaan
Hal ini meliputi sumber daya manusia yang terlibat baik secara pasif maupun aktif
yang memiliki relasi terhadap implementasi sistem ERP. Karena SDM juga merupakan salah
satu faktor utama yang tidak bisa dilepaskan dalam proses implementasi sistem ERP, selain
dengan teknologi informasi itu sendiri. Satuan kajian ini juga termasuk kebijakan-kebijakan
yang diterapkan dan berlaku pada saat sebelum dan sesudah proses implementasi.
Satuan kajian ini juga meliputi perubahan struktur dari sudut pandang peneliti bukan
hanya sekedar pergeseran ataupun pergantian posisi secara fisik saja, namun lebih dari itu
peneliti juga memperhatikan adanya perubahan fungsi dan peranan yang terjadi serta
dikaitkan dengan perencanaan dan strategi yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan
implementasi sistem ERP, apakah perubahan ini membawa akibat positif atau negatif bagi
perusahaan. Satuan kajian ini juga melingkupi dampak apa saja yang terjadi akibat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
12
implementasi sistem ERP terhadap perusahaan di luar dampak terhadap kegiatan
operasional manajemen.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dalam tiga tahap besar yang nantinya akan dilakukan
proses break down menjadi beberapa tahap-tahap yang lebih rinci, namun sebelumnya akan
dilakukan terlebih dahulu proses triangulasi data. Setelah terhimpun catatan harian dari
wawancara dan observasi, dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian
tersebut untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian
wawancara dan observasi. Setelah itu, hasil yang telah diperoleh perlu diuji lagi dengan
informan-informan sebelumnya. Apabila terdapat perbedaan, harus ditelusuri perbedaan
tersebut sampai diperoleh sumber perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian
dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain. Proses ini dilakukan terusmenerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai tidak ada lagi
perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.
Setelah teknik triangulasi dilakukan maka dilanjutkan dengan tiga tahap besar yaitu
tahap reduksi data, tahap display data dan tahap verifikasi (penyimpulan). Reduksi data
digunakan untuk memilih data yang sesuai dengan keperluan peneliti. Hal ini karena data
yang didapat dari lapangan begitu banyak, sehingga perlu dilakukan pemilihan dan
pemilahan. Tahap display data dilakukan setelah tahapan reduksi dan pemilahan data
selesai dilakukan. Sesuai dengan karakter penelitian kualitatif yang mengungkap konfiguasi
informasi dalam bentuk teks naratif, maka penyajian data dalam tahapan ini juga dilakukan
dengan mendeskripsikan data kualitatif. Berikutnya adalah tahap verifikasi, yang dlakukan
dengan cara memberikan interpretasi terhadap data yang telah dianalisis pada tahapan
reduksi data dan display data. Analisis data tersebut dilakukan baik pada waktu di
lapangan maupun sesudah data terkumpul semuanya, untuk selanjutnya ditarik simpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tahapan Implementasi Sistem ERP
Tahapan proses implementasi sistem ERP ini dibagi menjadi lima tahap seperti yang
ditunjukkan di gambar 3.
Sumber : Departemen IT PCI
Gambar 3
Tahapan Proses Implementasi Sistem ERP
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
13
Lima tahap ini harus dilakukan secara sekuensial, yaitu dikerjakan secara berurutan dan
tahap lain tidak bisa dilakukan tanpa menyelesaikan tahap yang sebelumnya.
1. Planning and Initialization
Tujuan pada tahapan ini adalah menyediakan perencanaan dan persiapan awal untuk
penerapan sistem, termasuk di dalamnya memperkenalkan framework atau kerangka kerja
dari sistem ERP oracle. Perencanaan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang akan
dibutuhkan selama proses implementasi. Pada tahap ini juga akan disusun timeline dan
deadline yang dibutuhkan proses implementasi sistem ERP ini.
2. Definition
Pada tahapan ini tim konsultan dan para user akan mendefinisikan proses bisnis dan
kebutuhan fungsional apa saja yang diperlukan PCI, kemudian mengidentifikasi,
menganalisa dan mengelompokkan proses bisnis tersebut ke dalam framework sistem ERP
yang akan dibangun. Teknisnya adalah akan diadakan workshop antara konsultan dengan
para user dari pihak PCI berdasarkan hasil pemetaan dari tahap sebelumnya, sesuai bidang
kerja dan ruang lingkup masing-masing. Hasil dari tahapan ini adalah sebuah dokumentasi
atau blueprint yang akan dijadikan sebuah panduan teknis dan fungsional selama tahapan
kosntruksi sistem ERP.
3. Construction
Proses ini untuk membangun dan mengimplementasikan semua kebutuhan proses
bisnis berdasarkan pada business blueprint. Pada tahap ini juga akan dilakukan uji integrasi
dan penggambaran dokumentasi end-user. Salah satu tujuan dari tahap ini adalah
menerapkan semua proses bisnis dan persyaratan teknis yang ditetapkan pada tahap
sebelumnya. Di tahap ini juga konsultan akan melakukan tes modul dan uji integrasi.
4. Go Live
Tujuan pada tahap ini untuk berpindah dari sebuah lingkungan pra-produksi yang
berorientasi pada proyek pada pengoperasian produksi. Pada tahap ini akan diterapkan
semua yang sudah dikonstruksi di tahap sebelumnya, pada tahap ini juga sistem ERP akan
berjalan sepenuhnya.
5. Support
Pada tahap ini konsultan dan user PCI akan melakukan pemantauan terhadap transaksi
sistem dan pemantapan seluruh kinerja sistem, bila perlu konsultan akan memberikan
dukungan pada pengaturan dan proses operasional produksi.
Cakupan Area Sistem ERP
Sistem ERP yang diimplementasikan mencakup seluruh bidang dan aspek fungsional
dan produksi yang dibutuhkan oleh PCI. Aspek fungsional tersebut dibagi kedalam enam
area yang ditunjukkan pada gambar 4.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
14
Oracle
Financials
Oracle
Purchasing
Oracle Order
Management
Oracle
Inventory
Oracle ASCP (Advance
Supply Chain Planning)
Oracle Process
Manufacturing
Sumber : Departemen IT PCI
Gambar 4
Cakupan Area Sistem ERP
1. Oracle Financials
Area ini mencakup seluruh bidang finance dan accounting, yang meliputi transaksi
operasional harian yang digunakan oleh departemen Finance dan Accounting antara lain
untuk mencatat pembayaran kepada supplier, manajemen data supplier, untuk mencatat
hutang kepada supplier dan pihak ketiga termasuk pembayaran uang muka, mencatat
piutang, dan arus kas atau bank keluar dan masuk. Laporan yang sering digunakan adalah
laporan hutang, laporan umur piutang. Sedangkan di bagian Accounting transaksi yang
sering dilakukan adalah manajemen aktiva tetap, termasuk di dalamnya penambahan
aktiva, perubahan nilai buku, umur ekonomis, metode penyusutan, pembiayaan dan
penjualan aktiva. Oracle Financials juga meliputi buku besar (general ledger) yang biasa
digunakan untuk melakukan jurnal penyesuaian, menarik laporan buku besar, melakukan
amortisasi dan pembiayaan yang teralokasi. Proses budgeting atau kontrol atas biaya juga
bisa dilakukan di modul ini termasuk di dalamnya analisa keuangan laporan-laporan buku
pembantu dan laporan keuangan, serta aktivitas keuangan lainnya.
2. Oracle Purchasing
Area ini menangani transaksi pengadaan barang atau jasa yang diperlukan, termasuk
di dalamnya proses pemilihan supplier, jenis dan jumlah barang atau jasa yang dibutuhkan,
proses penerimaan barang atau jasa. Pengguna di area ini adalah departemen Procurement.
Proses di area ini meliputi permintaan pembelian (purchase requisition), kemudian
persetujuan pembelian dari pihak yang telah terotorisasi untuk memberikan pilihan supplier
yang ada (request for quote), kemudian dari pihak masing-masing supplier akan memberikan
penawaran (quotation), jika telah disetujui maka akan dibuat purchase order, kemudian ketika
barang telah dikirim akan dilakukan penerimaaan dengan bukti pendukung (receipts). Selain
proses transaksi harian tersebut, dapat dilakukan juga kegiatan manajemen supplier,
termasuk di dalamnya penilaian kinerja supplier, input, dan adjust site. Laporan yang
digunakan adalah laporan pesanan pembelian, laporan barang atau jasa yang belum
diterima.
3. Oracle Inventory
Area ini berfungsi melakukan manajemen terhadap segala bentuk persediaan barang
yang dimiliki oleh PCI, termasuk persediaan barang dagang maupun persediaan barang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
15
kebutuhan operasional kantor dan pabrik. Pengguna area ini adalah departemen pabrik,
Marketing dan Human Resources - General Affair, di area ini pengguna dalam melakukan
manajemen atribut item inventory yang dimiliki termasuk di dalamnya klasifikasi dan
penomoran. Kemudian para pengguna dapat melakukan pembiayaan yang terjadi atas
barang tersebut, siapa yang menggunakan, berapa jumlah yang digunakan dsb. Proses
ramalan permintaan (forecast demand) atas item tertentu juga dapat dilakukan dengan lebih
akurat, sehingga sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan, khususnya
karena Oracle Inventory ini terintegrasi dengan seluruh area lainnya secara real-time.
4. Oracle Process Manufacturing
Seluruh proses produksi dari raw material sampai dengan finished goods dikerjakan di
dalam area oracle process manufacturing, termasuk di dalamnya proses costing. Seluruh jajaran
departemen di pabrik menggunakan area ini, siklus produksi yaitu formulasi produk,
validasi produk, otorisasi dan pelepasan produk, penjadwalan proses produksi, proses
produksi dan uji coba produk serta quality management system (QMS). Proses lain yang
termasuk di dalam area ini adalah proses penentuan sumber daya, penentuan rute produksi
atau penggunaan line pabrik dan proses perhitungan biaya-biaya produksi. Laporan yang
dihasilkan adalah perhitungan efsiensi dan efektifitas produksi, laporan biaya produksi dsb.
5. Oracle Advance Supply Chain Planning
Area ini bertugas untuk memastikan bahwa kebutuhan dari area OPM terpenuhi
secara efisien dan efektif sesuai dengan permintaan pasar dan kebijakan manajemen.
Termasuk ramalan akan kebutuhan produksi, bagaimana pengembangan produk dan
perencanaan proses produksi.
6. Oracle Order Management
Area ini merupakan ujung tombak dari proses bisnis PCI, karena area ini mencakup
operasional sales (penjualan), termasuk di dalamnya manajemen customer, proses pemberian
harga, penjualan, potongan penjualan, dan monitoring aktivitas order dari customer.
Departemen penjualan menggunakan area ini untuk melakukan kontrol atas setiap pesanan
produk yang masuk, ketika ada order, dilakukan input data kemudian secara real-time akan
dicocokkan apakah persediaan barang mencukupi, jika tersedia akan dilakukan book order,
setelah itu dilakukan proses pengambilan dan packing, kemudian dilakukan proses alokasi
barang kepada ekspedisi kemudian dikirimkan ke customer. Proses pengiriman barang
termasuk ongkos angkut juga berhubungan dengan area ini. Laporan yang dihasilkan
adalah jumlah penjualan, potongan penjualan, motif yang dijual.
Dampak Umum
Proses implementasi sistem ERP membawa dampak yang cukup luas dan hal ini
dirasakan oleh semua departemen PCI, Budi (Project Manager) menyampaikan bahwa:
Dengan ada perubahan software yakni sistem ERP maka kita tidak bisa
menutup mata dengan perubahan lain, diperlukan hardware yang
mumpuni, karena hardware yang lama sudah tidak dapat
mengakomodir kebutuhan sistem ERP ini. Perubahan fasilitas yang
terjadi antara lain, PC (personal computer), komputer server, dan
jaringan yang baru dan semua peningkatan ini juga memerlukan
nominal biaya yang tidak sedikit.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
16
Budi melanjutkan, dengan adanya implementasi sistem ERP ini, maka kualitas sistem
informasi di PCI semakin meningkat. Sistem informasi ERP ini menurut Budi lebih stabil
dan bisa bertahan jauh lebih lama jika dibandingkan dengan sistem informasi sebelumnya.
Budi menambahkan, dengan life cycle yang lebih panjang, maka perusahaan bisa melakukan
penghematan waktu dan biaya. Perubahan sistem memang harus diikuti dengan
peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti yang dikemukakan oleh
Khaitan (2003), bahwa penerapan sistem ERP memang memerlukan investasi dana yang
tidak sedikit. Semakin besar cakupan dan jumlah transaksi yang ada maka dana yang
dibutuhkan semakin besar, karena penerapan perangkat lunak sistem ERP harus ditunjang
dengan peningkatan perangkat keras, jaringan, SDM yang kompeten dan fasilitas lain yang
mendukung, dan hal ini jika tidak dipenuhi dengan baik maka dapat menjadi faktor yang
menyebabkan gagalnya implementasi sistem ERP.
Selain peningkatan hardware, setelah menerapkan sistem ERP, ada beberapa hal positif
lain yang dirasakan oleh para informan penelitian seperti yang disampaikan oleh Anik, FAM
Cabang:
Melalui sistem ERP ini kami tidak perlu menggunakan banyak
program aplikasi cukup satu program untuk semua, karenanya kinerja
operasional relatif menjadi lebih cepat, tidak perlu proses input pada
banyak program, tapi pada awalnya memang belum begitu lancar,
kami butuh waktu untuk beradaptasi.
Anik melanjutkan bahwa terjadi perubahan job description, antara sebelum proses
implementasi sistem ERP dan sesudah go live. Perubahan terjadi khususnya di bagian
operasional, karena sebagian besar kegiatan-kegiatan transaksional dijadikan satu modul
dalam aplikasi sistem ERP sedangkan sebelum implementasi sistem ERP, kegiatan
transaksional menggunakan beberapa program aplikasi yang berbeda. Penggunaan
beberapa program aplikasi yang berbeda ini membuat user dituntut untuk belajar lebih
banyak lagi karena setiap program memiliki perbedaan karakteristik dan secara tidak
langsung hal ini juga membebani job description karyawan. Anik menambahkan bahwa
tampilan aplikasi program sistem ERP ini lebih user-friendly dibandingkan sistem yang lama.
Sandra (Project Secretary) di lain kesempatan menyampaikan pendapat bahwa dengan
berkurangnya penggunaan program aplikasi sistem informasi, menyebabkan lebih cepat dan
mudah dalam melakukan troubleshooting, yaitu proses penyelesaian atau perbaikan ketika
terjadi masalah pada sistem ERP. Sandra melanjutkan bahwa pengguna sistem ERP lebih
dimudahkan dalam melakukan transfer atau sharing knowledge mengenai pemahaman
penggunaan sistem ERP sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya karena
sistem yang digunakan sistem tunggal.
ERP mengubah sistem komunikasi tradisional perusahaan, dimana pada sistem
tradisional, desain sistem terfragmentasi dan setiap sistem didesain sebagai solusi bagi
masalah operasional khusus daripada sebagai bagian dari strategi perusahaan secara
keseluruhan (Hall, 2002:115). Sistem ERP mendukung suatu aliran informasi yang lancar
sepanjang organisasi menyediakan suatu lingkungan yang distandarisasi untuk proses
bisnis suatu perusahaan dan database operasional umum yang mendukung komunikasi.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gelinas dan Dul (2008:33) dengan
adanya implementasi sistem ERP maka seluruh sistem aplikasi di semua lini dan
departemen terintegrasi menjadi satu. Praktis hal ini akan meminimalkan terjadinya
kesalahan data (error) dan duplikasi data (redundancy data). Proses pengolahan data menjadi
informasi-informasi juga dapat dilakukan dengan cepat, fleksibel dan reliable karena databasenya telah dijadikan satu. Dengan terpusatnya database ini memudahkan tim dari departemen
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
17
IT untuk melakukan maintenance dan pengembangan aplikasi software. Sistem ERP mampu
menyajikan seluruh data yang dibutuhkan secara real-time, dan hal ini memberikan dampak
positif tersendiri dalam kegiatan operasional khususnya di kegiatan penjualan barang yang
membutuhkan informasi persediaan barang jadi terkini, dengan demikian departemen sales
mampu memberikan kinerja yang maksimal, dan akhirnya dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan. Dengan menghasilkan informasi yang tepat waktu, ERP menjadi alat pendukung
keputusan bagi pihak manajemen, sehingga peningkatkan kinerja dan keunggulan dalam
persaingan antar kompetitor.
Di lain kesempatan Wijaya (super user) menyatakan bahwa :
Sistem ERP merupakan sebuah tools yang powerful, karena bisa
dilakukan berbagai macam konfigurasi di dalamnya dan terintegrasi
secara penuh dari proses produksi sampai proses penjualan.
Sistem ERP menjadikan proses pencarian data dan informasi menjadi lebih efisien
karena user dapat melakukan secara mandiri tanpa harus melakukan permintaan pencarian
data atau informasi ke departemen IT. Dan sistem ERP ini cukup terjamin karena sistem ini
terbukti konsisten dan telah digunakan oleh berbagai jenis perusahaan multinasional. Lebih
lanjut menurut Wijaya, sistem ERP ini mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
dan situasi perkembangan bisnis yang ada karena menggunakan sistem modul. Ketika ada
perubahan, sistem secara global tidak berubah yang dimodifikasi adalah modul-modulnya
saja. Sependapat dengan penelitian yang dilakukan Laudon (2004), dari sudut pandang
bisnis, sistem informasi adalah pemecahan masalah manajemen dan organisasi berdasarkan
pada teknologi informasi untuk menghadapi tantangan dari lingkungan. Sistem Informasi
yang baik adalah sistem yang mampu menanggapi perubahan lingkungan bisnis dan terus
mendukung proses bisnis yang ada menuju kinerja yang maksimal. Sistem ERP harus
membantu para pengguna untuk menganalisa masalah, menemukan solusi dalam
menyelesaikan masalah yang kompleks dan menciptakan produk-produk baru.
Susianti selaku direktur dan steering committee, mengharapkan dengan adanya
implementasi ini, kegiatan perencanaan di berbagai departemen, menjadi lebih efektif dan
efisien karena informasi yang dihasilkan lebih reliable. Susianti melanjutkan bahwa proses
planning yang baik akan membuat setiap kegiatan di lini masing-masing departemen akan
lebih teratur dan terarah sesuai visi dan misi perusahaan. Susianti juga menambahkan
bahwa dengan adanya sistem ERP ini proses controlling juga dapat ditingkatkan. Berikut
pernyataan dari Susianti :
Sistem ERP merupakan salah satu komponen dari Sistem
Pengendalian Internal dalam suatu perusahaan, maka memberikan
informasi dengan cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan
manajemen adalah keharusan utama yang harus dimiliki oleh sebuah
sistem informasi.
Susianti menuturkan lebih lanjut bahwa sistem ERP memiliki satu keunggulan
tersendiri dalam proses controlling, yaitu adanya konfigurasi yang mampu menentukan
batasan-batasan dalam prosedur program aplikasi baik batasan dari sisi otoritas maupun
dari sisi departemen. Seorang staf memiliki menu dan modul yang terbatas jika
dibandingkan dengan supervisor dan manager, dengan demikian proses kontrol sudah
dilakukan sejak dari program aplikasi.
Fungsi controlling yang dimiliki oleh sistem ERP ini, sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Mcleod (1995), sistem informasi adalah seperangkat komponen yang
saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
18
dalam organisasi. Melalui sistem ERP user mampu mengetahui banyak informasi, baik dari
report yang telah disediakan atau dari program secara langsung, melalui informasi yang
dihasilkan inilah manajemen dapat melakukan kontrol dan mengambil keputusan yang
terbaik.
Susianti menambahkan bahwa dengan diterapkannya sistem ERP secara tidak
langsung meningkatkan daya saing perusahaan, dan membuat perusahaan masih dapat
survive di lingkungan bisnis yang semakin kompetitif ini. Susianti melanjutkan bahwa
dengan adanya implementasi sistem ERP juga berdampak terhadap struktur organisasi,
antara lain terjadi perubahan job description dan job specification. Perubahan dalam job
description, meliputi perubahan pekerjaan-pekerjaan operasional secara teknis, apabila
sebelumnya dikerjakan di kertas kerja excel atau manual saat ini dikerjakan dalam sistem
ERP. Perubahan dalam job specification meliputi kualifikasi yang dimiliki oleh supervisor ke
atas, yaitu pemahaman mengenai teknis dan sistem ERP, alur proses, alur dokumen dan
laporan.
Dampak Terhadap Kegiatan Operasional Manajemen
Pada area oracle financials, peran dari sistem ERP yang paling utama adalah laporan,
khususnya laporan keuangan, dengan adanya laporan keuangan manajemen dapat
melakukan pengambilan keputusan dan kebijakan sesuai dengan informasi yang disajikan.
Demikian juga dengan sistem ERP yang diimplementasikan di PCI output dari sistem ERP
yang berupa laporan menjadi hal yang penting.
Menurut Anik (FAM cabang), proses implementasi sistem ERP sangat membantu
dalam proses operasional harian walaupun pada awalnya diperlukan penyesuaian dan
adaptasi terhadap penggunaan aplikasi program. Sistem ERP ini sangat membantu
khususnya dalam hal kecepatan dan kontrol transaksi operasional harian, namun memang
tetap perlu adanya usaha dari user, karena menurut Anik, bagaimana pun canggihnya sistem
ERP yang digunakan jika user yang tidak bisa menggunakan dengan benar maka hasilnya
juga kurang bahkan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Anik juga menambahkan selama
enam bulan setelah go live, masih dilakukan crosscheck data di cabang antara data yang telah
di-input di sistem dengan catatan manual, untuk menghindari adanya kesalahan input data.
Hal ini menunjukkan bahwa pada saat awal go live pihak manajemen belum percaya
sepenuhnya terhadap kinerja sistem karena itu perlu dilakukan verifikasi dengan data
manual.
Wijaya (super user), menyampaikan bahwa sebelum menggunakan sistem ERP proses
penyusunan laporan keuangan sebagian besar masih dilakukan secara manual, proses
penarikan data, kompilasi data dan pengolahan data sampai menjadi sebuah laporan
keuangan masih dilakukan di kertas kerja manual. Setelah sistem ERP go live, proses manual
sudah tidak ada, namun sayang sekali, pada 6 bulan pertama setelah go live, sistem ERP
belum bisa menghasilkan laporan keuangan secara sempurna, sehingga penyusunan laporan
keuangan masih dilakukan secara manual.
Menurut Kartika proses implementasi ERP ini seharusnya membawa dampak positif
dan berbagai keuntungan, akan tetapi karena pada saat proses input data di area oracle
purchasing dan area oracle order management, inputan user kurang akurat maka terjadi
kesalahan proses dan output data. Kendala ini menyebabkan sistem ERP menghasil
informasi yang tidak akurat padahal seharusnya ERP berjalan dengan baik dan
menghasilkan informasi yang akurat. Kendala human error ini membawa dampak yang
negatif dan membuat informasi yang dihasilkan tidak dapat digunakan oleh manajemen.
Kesalahan dalam input data juga menyebabkan laporan-laporan yang dihasilkan oleh
sistem ERP tidak bisa diandalkan, praktis laporan yang dihasilkan tidak dapat digunakan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
19
Pihak manajemen tidak mau tahu apakah sistem ERP bisa menghasilkan laporan dengan
baik atau tidak, yang penting bagi pihak manajemen adalah setiap periode waktu harus ada
laporan keuangan yang disajikan dan dapat dipertangunggjawabkan kebenaran data dan
informasinya. Hal ini mengakibatkan pihak penyusun laporan keuangan dalam hal ini
adalah departemen akuntansi harus menyusun laporan keuangan secara manual.
Penyusunan laporan keuangan secara manual ini membutuhkan waktu yang cukup
lama dan memperbesar kemungkinan kesalahan dalam pengambilan data, supaya
menghindari adanya kesalahan penyajian data diperlukan proses verifikasi yang sifatnya
manual, juga dengan kata lain waktu yang dibutuhkan cukup banyak. Sehingga waktu
closing (tutup buku) praktis menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan sistem yang lama.
Tanjoyo menyatakan bahwa selama enam bulan setelah sistem ERP go live, sistem tidak
bisa menghasilkan laporan keuangan secara sempurna. Jadi report yang dihasilkan belum
sesuai dengan kebutuhan manajemen, report yang sudah jadi pun datanya tidak akurat,
selain dari kesiapan data, yang menjadikan report tidak akurat adalah kesalahan rumus
(formula) dan kesalahan dalam konfigurasi aplikasi program.
Tidak adanya laporan keuangan ini berdampak pada semua area, yang paling
dirasakan adalah manajemen tidak dapat melakukan pengambilan keputusan dengan baik
karena hanya mengandalkan laporan manual yang tidak sempurna. Pada departemen sales
dan marketing tidak adanya report menyebabkan kebijakan untuk melakukan kontrol
terhadap biaya dan penjualan yang ada menjadi lemah, dalam hal operasional pun ketika
terjadi kesalahan pihak manajemen tidak dapat mengetahui dan akibatnya kesalahan ini
terus terjadi sampai report sudah siap digunakan. Pada proses manufaktur, departemen
produksi tidak dapat mengetahui berapa biaya produksi (cost of production) yang terjadi dan
efisiensi yang harus dilakukan, solusi yang dilakukan akhirnya membuat setiap laporan
secara manual, dengan konsekuensi, waktu yang diperlukan lebih lama dan tingkat
keakuratan menurun.
Pada area oracle purchasing proses implementasi ini di fase awal membuat kinerja
departemen purchasing menjadi agak lambat, karena harus menyesuaikan dengan program
yang baru, dan juga ditemukan kendala pada data yang di-upload, banyak yang tidak sesuai
dan adanya data yang kembar. Namun setelah kendala ini diselesaikan dan para user dapat
beradaptasi dengan sistem ERP maka proses kinerja dapat berlangsung dengan lebih cepat,
sehingga proses pengambilan keputusan khususnya dalam pemilihan supplier dapat berjalan
dengan baik.
Pada area oracle inventory, sistem ERP mampu bekerja secara maksimal dan dapat
memberikan informasi yang detail dan real time. Proses penambahan dan pengeluaran stok
barang berjalan dengan baik, bahkan dengan adanya implementasi sistem ERP, proses
klasifikasi dan penomoran item barang dan jasa dapat dilakukan dengan rapi, sehingga
proses pencarian dan otomasi persediaan barang dapat dilakukan tanpa ada kendala. Proses
issuing atau pembiayaan atas barang dan jasa yang diterima juga dapat dilakukan secara
otomatis dari kode item tertentu sejak awal proses, hal ini memberikan keuntungan
tersendiri, yaitu proses verifikasi atas pembiayaan yang terjadi tidak perlu dilakukan
berkali-kali, cukup sekali saja di awal proses.
Dampak positif yang dihasilkan sistem ERP pada area oracle inventory, berdampak baik
juga terhadap area oracle order management, karena sistem ERP mampu memberikan
informasi persediaan barang jadi dengan detail dan real time, sehingga ketika customer akan
melakukan order, sales dapat melakukan pengecekan dan penjualan dengan tepat. Hal ini
secara tidak langsung juga meningkatkan kepuasan customer. Pada fase awal masih terdapat
penyesuaian dan kesalahan setting kebijakan mengenai potongan harga baik secara jumlah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
20
maupun jatuh tempo pembayaran, namun kendala ini telah dapat diselesaikan dan sistem
ERP di area order management berjalan dengan baik tanpa kendala.
Pada area oracle process manufacturing, selain proses manual mulai berkurang, dampak
lain yang dirasakan adalah proses costing menjad lebih mudah karena hampir seluruh area
proses manufacturing dilakukan secara otomatis, termasuk di dalamnya proses perhitungan
biaya produksi. Namun ketika dilakukan verifikasi selama enam bulan go live terhadap data
dan informasi yang dihasilkan masih terdapat penyimpangan yang terjadi sehingga
informasi yang dihasilkan oleh sistem ERP menjadi tidak valid. Selama enam bulan go live,
tim dan konsultan berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Kesalahan input dan tidak validnya informasi yang dihasilkan menyebabkan
melesetnya perkiraan yang dihasilkan juga pada area Oracle Advance Supply Chain Planning,
karena area ini melakukan peramalan akan kebutuhan di area oracle process manufacturing,
peramalan ini didasarkan pada kegiatan di area OPM, ketika proses di OPM mengalami
kesalahan, maka di area ASCP juga mengalami kesalahan sehingga informasi yang
dihasilkan tidak dapat digunakan.
Susianti menyatakan bahwa selama enam bulan pertama sistem ERP sudah berjalan
secara operasional dan sudah memberikan dampak positif namun masih belum maksimal
karena ada kendala yang dihadapi. Ketika kendala ini sudah dapat diatasi, maka sistem ERP
dapat berjalan dengan maksimal khususnya dalam penyusunan laporan keuangan, bahkan
dengan sistem pembelajaran yang dimiliki sistem ERP Susianti meyakini bahwa sistem ERP
akan memberikan dampak positif melebihi yang diharapkan.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Pada 2 Agustus 2010, PT Platinum Ceramics Industry mengambil keputusan untuk
melakukan perubahan sistem informasi menjadi sistem ERP, dengan harapan sistem ERP
dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan. Selama enam bulan setelah go live,
sistem ERP memberikan berbagai dampak positif bagi perusahaan baik dari sisi operasional,
kontrol maupun pelaporan dan khususnya dalam pengambilan keputusan. Sistem ERP
meminimalkan proses manual dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan lebih
maksimal sesuai dengan perkembangan perusahaan. Sistem ERP juga turut serta menjadi
alat perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan supaya tetap bisa survive dalam
persaingan global.
Namun pada proses implementasi baik sebelum maupun sesudah go live, ada beberapa
kendala yang dihadapi oleh tim baik dari sisi perusahaan maupun dari sisi konsultan.
Kendala yang dihadapi meliputi banyaknya customized program di luar standar sistem ERP,
kurangnya penyediaan data baik sebelum maupun sesudah go live, turnover SDM baik dari
sisi konsultan maupun PCI, dan kesiapan user dalam menggunakan sistem ERP.
Kendala ini membuat kinerja sistem ERP menjadi kurang maksimal, hasil output dari
sistem ERP yang berupa laporan belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh manajemen
baik dari sisi ketepatan waktu maupun keandalan informasi yang dihasilkan oleh sistem
menjadi tidak reliable. Dampaknya adalah selama enam bulan setelah go live beberapa
laporan operasional khususnya laporan keuangan masih dibuat secara manual dan
dilakukan proses verifikasi data selama proses transaksi dan ini membutuhkan waktu yang
lebih lama. Sistem ERP dan aplikasi report masih terus mengalami perbaikan dan
perbenahan sampai nanti dapat digunakan dengan maksimal. Jadi selama enam bulan go live
dalam proses kegiatan operasional manajemen di PCI sistem ERP masih belum dapat
memberikan kontribusi sesuai dengan kebutuhan manajemen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
21
Keterbatasan
Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan metode, periode waktu yang ditentukan oleh
peneliti adalah enam bulan sebelum go live dan enam bulan sesudah go live, dengan
ditambahkannya batasan waktu penelitian maka hal yang dikaji akan lebih dalam. Progress
implementasi sistem ERP setelah enam bulan go live, sistem ERP dimungkinkan mengalami
perkembangan dan perbaikan atas kendala yang terjadi, dampak yang terjadi bisa jadi
mengalami perubahan yang signifikan terhadap proses kegiatan operasional manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Bernet, R., I. Kern, dan E. Marbach. 1993. An Introduction to Husserlian Phenomenology,
Evanston, Ill.: Northwestern University Press.
Booth, P.J., Z. P. Matolcsy, dan B. Wieder. 2000. The impacts of enterprise resources planning
systems on accounting practice - the Australian experience, Australian Accounting
Review, vol. 10, no. 3, pp. 4-18.
Dhewanto, W. 2007. ERP (Enterprise Resource Planning), Menyelaraskan Teknologi Informasi
dengan Strategi Bisnis, Bandung: Penerbit Informatika.
Gibbs, J. 1997. The Power of Enterprise Computing, Internal Auditor, Vol. 54 Issue 1, p34.
Gelinas, J.C. dan B. R. Dull. 2008. Accounting Information System, South-Western, Canada:
Thomson.
Granlund M. dan T. Malmi. 2002, Moderate impact of ERPS on management accounting: a
lag or permanent outcome?, Management Accounting Research, n.13.
Hall, A.J. 2002. Sistem Informasi Akuntansi (Terjemahan), Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Husserl, E. 1962. Ideas : General Introduction to The Pure Phenomenology, United State of
America: Collier Books Edition.
Khaitan, B.K. 2003. How to Get an ERP implementation Right, Express Computer, Vol.
August.
Laudon, K.C. 2004. Management Information Systems, 8th ed. Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice-Hall.
Maharsi, S. 2000, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Bidang Akuntansi
Manajemen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 2, No. 2 Hal 127-137.
McLeod.Jr, R. 1995. Sistem Informasi Manajemen Jilid I, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta:
Salemba Empat.
Merleau-Ponty, M. 1965. The Structure of Behaviour, London: Methuen.
Moustakas, C. 1994. Phenomenological Research Methods, London: Sage Publication.
Olalla M.F. 2000. Information Technology in Business Process Reengineering, Int’l. Advances
in Econ. Res., 6(3): pp. 581-589.
Schutz, A. 1970. On Phenomenology and Social Relations, Chicago: The University of Chicago
Press.
Shang, S. dan P. B. Seddon. 2002. Assessing And Managing The Benefits Of Enterprise
Systems: The Business Manager’s Perspective, Information Systems Journal, Vol. 12,
Issue 4, pp. 271-299.
Spathis, C. dan S. Constantinides. 2004. Enterprise resource planning systems' impact on
accounting processes. Business Process Management Journal, 10(2): 234-247.
●●●
Download