Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) IMPLEMENTASI SISTEM ENTERPRISE RESOURCES PLANNING : STUDI FENOMENOLOGI DI PT PLATINUM CERAMICS INDUSTRY Stanislaus Adnanto Mastan [email protected] Nur Fadjrih Asyik Andayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Enterprise Resource Planning (ERP) is an information system for manufacture or service companies which has the role to integrate and to automate business processes that relate with operation aspects, production or distribution at the related companies. ERP system allows organizations to integrate variety of functions and business processes. This study aims to determine the impact and constraints to the implementation of ERP system in the Platinum Ceramics Industry (PCI) operations. ERP can provide real time information for managers and leaders, because of that on 2nd of August 2010 Platinum Ceramics Industry has done the information system change become ERP system. This study uses a phenomenological study approach. The result of this study are: (1) ERP system provide a positive impact for the company both in terms of operational, control and reporting; (2) ERP system minimizes manual processes and has the ability to be developed in accordance with the development of the company; (3) the constraints that exist make performance of the ERP system to be less than the maximum, the reliability of the information generated by the system become unreliable; and (4) ERP system for six months is still not able to contribute a report in accordance to the needs and expectations of management. Keywords: Enterprise Resource Planning, phenomenology study, operational activity. ABSTRAK Enterprise Resource Planning adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasi dan mengotomasi proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi. Sistem ERP memungkinkan organisasi untuk mengintegrasi berbagai fungsi dan proses bisnis. ERP dapat menyediakan informasi yang real time bagi manajemen, karena itu pada 2 Agustus 2010 PT Platinum Ceramics Industry melakukan implementasi sistem ERP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kendala implementasi sistem ERP terhadap kegiatan operasional di PCI. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi. Hasil penelitian ini adalah: (1) sistem ERP memberikan dampak positif bagi perusahaan baik dari sisi operasional, kontrol maupun pelaporan; (2) sistem ERP meminimalkan proses manual dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan lebih sesuai dengan perkembangan perusahaan; (3) kendala yang ada membuat kinerja sistem ERP menjadi kurang maksimal, keandalan informasi yang dihasilkan oleh sistem menjadi tidak reliable; dan (4) selama enam bulan sistem ERP masih belum dapat memberikan kontribusi laporan sesuai dengan kebutuhan dan harapan manajemen. Kata kunci: Enterprise Resource Planning, studi fenomenologi, kegiatan operasional. PENDAHULUAN Persaingan di dunia bisnis mau tidak mau akan menjadi semakin kompleks akibat dari proses globalisasi di ekonomi internasional, perusahaan-perusahaan berlomba untuk meningkatkan keunggulan dalam berbagai hal. Perkembangan dan penggunaan teknologi informasi berperan penting dalam proses bisnis yang ada (Olalla, 2000). Dewasa ini hampir seluruh sektor bisnis melibatkan teknologi sebagai perantara maupun inti dari transaksi ekonomi yang terjadi. Teknologi memberi berbagai manfaat lebih untuk menunjang Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 2 keberlangsungan hidup perusahaan, salah satu produk teknologi adalah sistem informasi. Bahkan di beberapa bidang industri penggunaan sistem informasi merupakan suatu keharusan. Teknologi informasi dapat membantu pembuatan perencanaan dan strategi bisnis yang lebih baik, dapat memahami implikasi bisnis yang rumit, mampu meningkatkan keunggulan kompetitif bisnis secara global serta kecepatan dalam proses pengolahan data. Sistem pemrosesan informasi akuntansi berbasis komputer banyak ditawarkan dengan tujuan memberi kemudahan bagi para akuntan untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji (Maharsi, 2000). Namun, seiring dengan banyaknya penggunaan sistem informasi tersebut muncul persoalan baru, yaitu meningkatnya jumlah data yang harus ditangani dari operasional harian perusahaan baik dari satu divisi maupun dari divisi yang berlainan. Untuk mengatasi persoalan yang ditimbulkan oleh sistem informasi yang berbeda dalam suatu organisasi, perusahaan telah mengintegrasikan semua sistem operasional mereka ke dalam satu sistem tunggal. Shang dan Seddon (2002) merujuk ke Enterprise System Software (ESS) yang terdiri atas, Enterprise Resource Planning (ERP) dan Customer Relationship Management (CRM). Sistem ERP memungkinkan organisasi untuk mengintegrasi berbagai fungsi dan proses bisnis, ERP dapat menyediakan informasi yang real time bagi para manajer dan pimpinan. Akibatnya, sistem ERP dianggap sebagai suatu sarana penyediaan yang ditujukan bagi manajemen agar dapat merespon dengan lebih efisien terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis (Spathis dan Constantinides, 2004). Spathis dan Constantinides (2004) dalam studi mereka telah mengidentifikasi manfaat sistem ERP yang meliputi: peningkatan fleksibilitas dalam generasi informasi dan peningkatan kualitas laporan dan khususnya laporan operasional manajemen dan keuangan. Selanjutnya, para peneliti telah menyelidiki dampak dari sistem ERP pada akuntansi manajemen. Booth et al. (2000) menguji efek dari sistem ERP pada praktik akuntansi manajemen perusahaan di Australia. Meskipun mereka tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara pengadopsi ERP dan non-pengadopsi dalam hal penggunaan teknik akuntansi manajemen yang canggih, mereka mengusulkan bahwa sistem ERP memiliki fungsi sebagai faktor penggerak utama dilakukannya proses adopsi teknik akuntansi manajemen modern. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh Granlund dan Malmi (2002), dalam studi mereka tentang pengaruh sistem ERP pada akuntansi manajemen pada perusahaan di Finlandia, penerapan sistem baru tidak mengubah praktik akuntansi manajemen. Meskipun demikian, studi ini memberi bukti bahwa sistem ERP mengurangi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin dan operasional, dengan demikian, memberi waktu tambahan bagi para akuntan untuk melakukan analisis informasi yang lebih dalam dan berguna. ERP juga mempunyai kemampuan dalam menyederhanakan proses transaksi bisnis, menghilangkan kerja yang hanya sedikit memberikan nilai tambah atau bahkan tidak ada, sekaligus meningkatkan layanan pelanggan (Gibbs, 1997). Di Indonesia dewasa ini sudah banyak perusahaan yang menerapkan sistem ERP, tepatnya pada era millenium berbagai perusahaan go public seperti Semen Gresik, Bentoel Prima, Sampoerna, Indofood, Garuda Indonesia dan Unilever sudah menerapkan sistem ERP. Hampir satu dekade yang lalu, PT Platinum Ceramics Industry sendiri sudah menerapkan sistem informasi yang terkomputerisasi sejak 2007, sistem informasi ini dulunya masih berdiri sendiri per modul, hingga pada tahun 2010 mulai menerapkan sistem ERP dan sampai sekarang sudah sepenuhnya menggunakan sistem ERP yang terintegrasi. Singkat kata, ERP sudah seharusnya memberi dampak ke arah yang lebih baik bagi perusahaan khususnya pada kegiatan operasional manajemen di setiap unit operasi. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 3 Namun pada fase awal penerapan sistem ERP perusahaan mengalami berbagai kendala baik teknis maupun non teknis yang berbeda-beda sesuai dengan jenis bidang dan ruang lingkup perusahaan masing-masing. Kendala ini akan membawa dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses kegiatan operasional manajemen. Baik dari sisi ketepatan waktu, kebijakan, prosedur bahkan sampai laporan yang dihasilkan oleh tiap unit operasi mengalami perubahan yang cukup signifikan yang di luar dari estimasi perencanaan awal ketika merancang sistem ERP. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana dampak dan kendala implementasi sistem ERP terhadap kegiatan operasional di PT Platinum Ceramics Industry. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode fenomenologi, mencoba menggali informasi berdasarkan pengalaman pengalaman yang disadari para individu yang terlibat dalam implementasi proyek sistem ERP dan tentunya dengan individu yang terlibat dalam kegiatan operasional manajemen di departemen terkait. Seperti yang diungkapkan oleh Hegel (Moustakas, 1994:26) fenomenologi mengacu pada pengalaman sebagaimana yang muncul pada kesadaran, fenomenologi adalah ilmu menggambarkan apa yang seseorang terima, rasakan, dan ketahui di dalam kesadaran langsungnya dan pengalamannya. Apa yang muncul dari kesadaran itulah yang disebut sebagai fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem ERP di unit operasional pada studi kasus di PT Platinum Ceramics Industry melalui pendekatan studi fenomenologis agar didapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih komprehensif. TINJAUAN TEORETIS Sistem Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (Enterprises Resources Planning) Secara definisi Enterprise Resource Planning (ERP) mengandung pengertian yaitu sekumpulan paket sistem informasi yang dibangun dan diimplementasi sebagai fasilitator terwujudnya konsep ERP di suatu organisasi (Dhewanto, 2007:3). Jadi perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa Inggrisnya, enterprise resource planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasi dan mengotomasi proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. ERP (Enterprice Resource Planning) adalah suatu cross-functional atau sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa guna mengintegrasi dan mengotomasi proses bisnis di dalam pabrik, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan sumber daya manusia. Implementasi ERP merupakan investasi dan juga tulang punggung perusahaan guna meningkatkan efisiensi kinerja serta mengembangkan bisnis. Pada prinsipnya dengan sistem ERP, sebuah industri atau perusahaan dapat berjalan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien, seperti biaya inventory maupun biaya kerugian akibat kesalahan teknis. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II), yaitu merupakan hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan, pengiriman, dan akunting perusahaan. Artinya bahwa sistem ini kemudian akan membantu mengontrol seluruh aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas, dan sumber daya manusia. Pendekatan sistem ERP dalam aplikasi bisnis pembelian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Pertama, modul ERP terintegrasi, terutama pada suatu definisi umum dan database umum. Suatu transaksi diproses di dalam satu area, seperti penerimaan pesanan, dampak transaksi ini dengan seketika dapat dicerminkan di dalam semua area lain yang Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 4 berhubungan, seperti agenda produksi akuntansi, suatu pembelian. Kedua, modul ERP telah dirancang untuk mencerminkan cara tertentu dalam melakukan suatu satuan proses bisnis tertentu. Sistem ERP didasarkan pada suatu pandangan terhadap nilai bisnis, dan departemen fungsional yang mengkoordinir pekerjaan mereka. Untuk menerapkan suatu sistem ERP, selanjutnya, suatu perusahaan mengubah proses bisnisnya. Jika perusahaan membeli suatu sistem ERP, perusahaan harus mengubah prosesnya agar dapat sesuai dengan paket software yang digunakan. Perusahaan menyesuaikan diri dengan paket software ERP dan sebaliknya. Tujuan sistem ERP adalah memberi satu aplikasi tunggal yang bekerja secara terintegrasi yang meliputi berbagai divisi dalam perusahaan, seperti planning, marketing, manufacturing, sales, finance, purchasing, human resource. Teknologi ERP Implementasi sistem informasi yang ada dalam organisasi bisnis dimulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yang berbasis enterprise. Implementasi sistem informasi yang berbasis enterprise ini seringkali disebut sebagai Enterprise Resource Planning (ERP). Akronim dari ERP ini memang jika dilihat tidak menggambarkan makna yang sebenarnya, yakni resource dan planning, hanya kata enterprise yang sangat mewakili konsep dari ERP. Seperti yang kita ketahui, pengambilan keputusan strategis memerlukan data aktual internal perusahaan yang bisa di peroleh dengan cepat, tepat, dan efisien. Kondisi ini didapatkan dengan mengadopsi teknologi yang dapat mengintegrasi bagian-bagian pada perusahaan. Aplikasi ERP memungkinkan terjadinya integrasi data dalam keseluruhan organisasi bisnis, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih relevan untuk mengambil keputusan. Kedua gambar berikut merupakan perbandingan dua pendekatan implementasi sistem informasi dalam sebuah organisasi bisnis, yakni pendekatan tradisional (gambar 1) dan pendekatan enterprise (gambar 2). Keuntungan pendekatan enterprise akan memudahkan pengambilan keputusan yang lebih relevan. Dikatakan relevan karena sistem ERP memampukan user (pihak manajemen maupun owner) untuk melihat keadaan organisasi secara keseluruhan selanjutnya berdasarkan pengamatan secara keseluruhan itu diambil keputusan yang tepat dan keputusan itu sifatnya mewakili kondisi perusahan secara keseluruhan (representatif). Berbeda halnya jika organisasi menggunakan pendekatan tradisional, dalam kasus ini pihak manajemen maupun pemilik tidak dapat melihat keseluruhan keadaan organisasi sebagai satu kesatuan, namun informasi yang didapat seringkali hanya berbicara mengenai epartment-by-department. Namun seringkali pertanyaan muncul, ”apakah dengan pendekatan tradisional, integrasi informasi tidak dapat dilakukan?” Jawabannya, tentu saja bisa, namun kembali lagi, membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga seringkali informasi yang dihasilkan tidak berguna lagi (out of date) untuk mengambil keputusan secara cepat dan akurat. Kaitannya dengan akuntansi, laporan keuangan tahun 2009, baru dapat dilaporkan pada akhir 2010, apalagi jika organisasi bisnis tersebut memiliki cabang yang tersebar di seluruh indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 5 Traditional view of system Vendor Finance HRM Customer Accounting Manufacturing Business Process Accounting System Manufacturing System Finance System HRM System Sumber : Laudon (2004) Gambar 1 Pendekatan Sistem Tradisional Dalam gambar 1 (pendekatan tradisional), setiap departemen mengolah informasi sendiri, seperti yang dapat dilihat, departemen akuntansi menyimpan data departemen akuntansi sendiri, dan data tersebut diolah dalam sistem akuntansi yang ada, hal ini akan membuat laporan yang diberikan tiap departemen memiliki format yang berbeda dan tentu saja akan lebih sulit untuk mengambil keputusan karena tidak terjadinya integrasi (gambar 2) antara informasi antara satu departemen dengan departemen yang lain dan hal ini akan berdampak pada lambatnya aliran informasi dalam organisasi bisnis yang ada. Sebagai contoh, ketika terdapat pesanan dari pelanggan, maka idealnya adalah organisasi bisnis harus mencatat pada departemen penjualan dan secara otomatis bagian gudang harus tahu kapan akan mengirim pesanan dari pelanggan yang telah disetujui oleh bagian penjualan. Jika hal ini tidak dilakukan, tentu saja akibat kelalaian organisasi bisnis maka pelanggan akan komplain dan tentu saja ini berdampak negatif terhadap organisasi bisnis yang ada. Setelah barang dikirim oleh bagian gudang, bagian keuangan harus mengetahui kapan akan melakukan penagihan terhadap pelanggan. Non - Traditional view of system (Enterprise System) HRM Customer Vendor Manufacturing Business Process Accounting Finance Sumber : Laudon (2004) Gambar 2 Pendekatan Sistem Enterprise (Non Tradisional) Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 6 Dalam bagian produksi sendiri, penjualan kepada pelanggan akan mempengaruhi stok barang di gudang, sehingga adanya kebutuhan untuk mengetahui apakah stok barang di gudang telah mencapai safety stock? Tentu saja bukan hanya itu, kebutuhan akan adanya pengajuan terhadap pembelian baku juga tidak bisa diabaikan (jika telah mencapai safety stock). Setelah bagian perencanaan produksi melakukan review informasi dan menyetujuinya, secara otomatis informasi akan mengalir ke bagian pembelian, yang memungkinkannya menghubungi pemasok untuk negosiasi harga dan pengiriman. Saat itu, bagian pembelian juga mendapat berbagai informasi berharga mengenai kinerja para pemasok. Setelah kesepakatan diperoleh, order pembelian dibuat dan informasi rencana kedatangan barang seharusnya telah sampai di bagian penerimaan barang. Sementara itu, bagian keuangan akan memperoleh informasi berapa jumlah uang yang harus disiapkan untuk order pembelian, demikian seterusnya. Aplikasi Utama ERP Fungsionalitas ERP terdiri atas dua aplikasi umum yaitu aplikasi inti dan aplikasi analisis bisnis. Aplikasi inti adalah aplikasi yang secara operasi mendukung aktivitas seharihari dari bisnis. Jika aplikasi ini gagal, bisnis pun ikut gagal. Aplikasi inti dari sistem ERP meliputi penjualan dan distribusi, perencanaan bisnis, perencanaan produksi, kontrol shop floor dan logistik tetapi tidak terbatas pada lingkup itu saja, harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Aplikasi ini disebut juga aplikasi on line transaction processing (Hall, 2002). Kesuksesan aplikasi analisis bisnis terpusat pada fungsinya sebagai gudang data. Sebuah gudang data (data warehouse) adalah sebuah database yang dibentuk untuk pencarian, perolehan kembali secara tepat, pertanyaan khusus, dan kemudahan penggunaan (Hall, 2002). Pengertian gudang data sendiri adalah basis data yang dibuat untuk dapat melayani pencarian secara cepat, penarikan, permintaan khusus, dan kemudahan dalam penggunaan. Data biasanya diekstraksi secara berkala dari basis data operasional atau layanan informasi publik. Sebuah sistem ERP dapat ada tanpa memiliki suatu gudang data, demikian pula organisasi yang tidak mengimplementasi suatu ERP mungkin menggunakan gudang data, organisasi yang serius dengan keunggulan akan bersaing akan menggunakan keduanya. Konfigurasi Sistem ERP Kebanyakan sistem ERP berdasarkan model client-server, secara singkat model clientserver adalah suatu bentuk dari topologi jaringan dimana komputer atau terminal pengguna (client) mengakses program ERP dan data melalui suatu komputer host yang dinamakan server. Sementara server mungkin terpusat, klien biasanya berlokasi pada berbagai lokasi diseluruh perusahaan. Dua arsitektur dasar terdiri atas model dua tingkat dan model tiga tingkat (Hall, 2002). Model dua tingkat (Two-Tier Model), server menangani baik aplikasi dan kewajiban database. Komputer klien bertanggung jawab untuk menyajikan data kepada klien dan menyampaikan masukan (input) klien kembali kepada server, pendekatan ini biasanya digunakan pada suatu populasi klien yang relatif kecil. Fungsi database dan aplikasi dipisahkan dalam model tiga tingkat (Three-Tier Model ), biasanya pada sistem ERP besar yang menggunakan jaringan area luas (Wide Area Network – WANs) untuk konektivitas di antara pengguna. Memenuhi permintaan klien memerlukan dua atu lebih sambungan jaringan. Pada awalnya, klien membentuk komunikasi dengan server aplikasi, server aplikasi tersebut kemudian memulai suatu hubungan kedua kepada database server. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 7 Pendekatan Sistem ERP Manfaat yang diperoleh dari sistem ERP sangat besar, akan tetapi organisasi tetap memiliki resiko dalam mengimplemetasikan. Pada beberapa kasus, implementasi ERP justru menjadi faktor pemicu kebangkrutan sebuah organisasi, oleh karena itu untuk mengimplementasi ERP umumnya ada tiga pendekatan yaitu, pendekatan Big Bang, Phasedin, dan Small Bang. Metode Big-Bang adalah lebih ambisius dan berisiko dari keduanya. Organisasi yang mengambil pendekatan ini mencoba untuk mengalihkan operasi dari sistem warisan lamanya ke sistem baru dalam satu kejadian tunggal yang mengimplementasikan ERP melintasi seluruh perusahaan (Hall, 2002). Sebaliknya, dalam metode phased in, sistem ERP disebarkan dan dijalankan bersama dengan sistem warisan. Phased in sangat efisien dilaksanakan pada organisasi yang terdiversifikasi yang unitnya tidak terbagi proses dan data umum. Dalam perusahaan jenis ini, sistem ERP independen dapat dipasang di setiap unit bisnis sepanjang waktu untuk mengakomodasi periode penyesuaian yang diperlukan untuk asimilasi. Proses dan data umum (seperti fungsi buku besar) umum dapat diintegrasi sepanjang organisasi tanpa mengganggu operasi seluruh perusahaan. Metode Small-Bang, metode ini merupakan pembuatan model implementasi pada salah satu site atau fungsi perusahaan sebagai pilot project, dapat dikatakan sebagai proyek percobaan pertama kali yang akan dijadikan sebagai acuan dan diteruskan ke fungsi atau site yang terkait. Kelebihannya adalah biaya relatif rendah, dan kompleksitas berkurang. Kekurangannya adalah membutuhkan banyak kustomisasi (perubahan dari standar) akibat adanya operasi yang spesifik antar-site. Keuntungan dan Kendala Penerapan ERP Integrasi data adalah kunci utama ERP, baik data keuangan, standarisasi proses operasi, informasi, dan teknik komunikasi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penerapan ERP itu sendiri adalah (a) terintegrasinya data keuangan, hal ini dapat memudahkan bagi top management untuk bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan; (b) standarisasi data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama bagi perusahaan besar yang biasanya terdiri atas unit bisnis dengan jumlah dan jenis bisnis yang berbeda–beda; (c) penurunan inventori serta biaya pemeliharaan atas inventori; (d) penurunan tenaga kerja; (e) penurunan waktu yang dibutuhkan untuk mendapat informasi. Investasi yang dibutuhkan dalam ERP sangat tinggi dan pilihan yang tidak tepat dari ERP dapat menjadi mimpi buruk bagi perusahaan (Khaitan, 2003) oleh karena itu selain melihat keuntungan yang dapat diperoleh dari ERP, sangat penting untuk mengetahui beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ERP, yaitu (a) kurangnya komitmen top management; (b) kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisa strategi bisnis); (c) cacatnya proses seleksi software; (d) kurangnya sumber daya, baik sumber daya manusia, inftrastruktur, dan modal; (e) kesalahan perhitungan waktu implementasi; (f) ketidaksesuaian antara software dengan bisnis proses; (g) kurangnya training dan pembelajaran; (h) cacatnya project design and management; (i) kurangnya komunikasi; (j) saran penghematan yang menyesatkan. Sejarah Studi Fenomenologi Fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya di dunia. Studi ini melihat objek dan peristiwa dari perspektif orang yang mengalami. Realitas dalam fenomenologi selalu merupakan bagian dari pengalaman sadar seseorang. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 8 Pendekatan ini merupakan suatu langkah maju terhadap aliran yang menganggap bahwa suatu realitas terlepas dari kesadaran atau persepsi manusia. Maurice Merleu-Ponty, seorang fenomenologis terkenal, mengungkapkan pandangannya (Merleu-Ponty, 1965) bahwa seluruh pengetahuan saya tentang dunia, bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari sudut pandang saya sendiri, atau dari beberapa pengalaman yang tampak menggunakan sudut pandang saya sendiri akan menyebabkan simbol-simbol ilmiah menjadi tidak berarti. Untuk kembali kepada hal-hal tersebut adalah kembali kepada dunia yang mendahului pengetahuan, dan pengetahuan selalu bicara. Fenomenologi berarti menempatkan pengalaman nyata sebagai data dasar dari pengetahuan. Fenomenologi juga menghindari penerapan ketentuan kategori teoritis, ”fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu mengungkapkan dirinya sendiri, tanpa memaksakan kategori kita kepada mereka”. Husserl (Bernet et al., 1993), mengajarkan bahwa fenomenologi dapat menjadi suatu disiplin ilmu, dengan menggunakan kesadaran jernih, orang dapat mengungkap kebenaran. Edmund Husserl adalah filosof yang mengembangkan metode Fenomenologi, dia lahir di Prostejov Cekoslowakia dan mengajar di berbagai universitas besar Eropa, meninggal pada tahun 1938 di Freiburg. Hasil pemikirannya dapat diselamatkan dari kaum Nazi, dengan membawa seluruh buku dan tulisannya ke Universitas Leuven Belgia, sehingga kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya. Di antara tulisan-tulisan pentingnya adalah Logische Untersuchungen (Penyelidikan-penyelidikan Logis) dan Ideen zu einer reinen Phanomenologie und Phanomenologischen Philosophie (gagasan-gagasan untuk suatu fenomenologi murni dan filsafat fenomenologi). Dalam faham fenomenologi sebagaimana diungkapkan oleh Husserl, bahwa kita harus kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen selbst), obyek-obyek harus diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari hakekat gejalagejala (Wessenchau). Husserl berpendapat bahwa kesadaran bukan bagian dari kenyataan melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi antara kesadaran dan alam, antara subyek dan obyek, kesadaran tidak menemukan obyek-obyek, tapi obyek-obyek diciptakan oleh kesadaran. Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas (bertujuan), artinya kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu : ada subyek, ada obyek, dan subyek yang terbuka terhadap obyek-obyek. Kesadaran tidak bersifat pasif karena menyadari sesuatu berarti mengubah sesuatu, kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat interaksi antara tindakan kesadaran dan obyek kesadaran, namun yang ada hanyalah kesadaran sedang obyek kesadaran pada dasarnya diciptakan oleh kesadaran. Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, Husserl berpandapat bahwa untuk menangkap hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal yang mengganggu dalam mencapai gejala (wessenchau) yaitu: Reduksi pertama. Menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah ada Reduksi ketiga. Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah dikatakan orang lain harus, untuk sementara, dilupakan, kalau reduksi-reduksi ini berhasil, maka gejala-gejala akan memperlihatkan dirinya sendiri atau dapat menjadi fenomin. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 9 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Objek Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, eksplanasi, dan eksploratif serta kronologis. Penulis menggunakan paradigma interpretatif dengan pendekatan kajian fenomenologis sebagai dasar rerangka berpikir penelitian. Paradigma fenomenologis merupakan suatu cara pandang yang menyebutkan bahwa kebenaran mengenai suatu hal diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti, dalam realitas bagaimana manusia menghayati dunianya. Pendekatan fenomenologi yang akan dibahas mengikuti ajaran fenomenologi dari Husserl dan Schutz atau sering disebut dengan kelompok classical phenomenology. Pada prinsipnya fenomenologi adalah salah satu bidang filsafat yang memfokuskan diri dan mengeksplorasi pengalaman akan kesadaran manusia. Menurut Edmund Husserl (Bernet et al., 1993), metode ini sering disebut dengan metode pemberian tanda kurung (bracketing). Menurutnya, fenomenologi mengandung ide untuk membuka persepsi yang murni lepas dari common sense atau akal sehat. Elemen dalam persepsi Husserl meliputi kesadaran akan kedirian, gambaran mental (kesan) dari sesuatu, dan penyusunan makna (kesan) dari gambaran tersebut. Fenomenologi haruslah kembali pada data bukan pada pemikiran, yakni pada halnya sendiri yang harus menampakan dirinya. Subyek harus melepaskan atau, menurut istilah Husserl, menaruh antara tanda kurung semua pengandaian-pengandaian dan kepercayaankepercayaan pribadinya serta dengan simpati melihat obyek yang mengarahkan diri kepadanya. Bagi Husserl, pengetahuan sejati adalah kehadiran data dalam kesadaran budi, bukan rekayasa pikiran untuk membentuk teori. Dalam melihat segala sesuatu, manusia menggunakan sejumlah elemen yang ada dalam dirinya untuk dapat memberikan kepada objek tertentu apa yang diindrainya. Namun, menurut Husserl, sebelum mengetahui sesuatu di luar dirinya, manusia harus terlebih dahulu mempunyai akal, rasa tentang dirinya (sense of being a self ) sehingga kita sadar akan apa yang kita persepsikan. Ada satu jembatan yang menghubungkan tradisi fenomenologi dengan arus utama dari sosiologi yairu karya dari Alfred Schutz. Schutz (1970) memberikan arti penting untuk mengetahui apa yang ia sebut sebagai lebenswelt atau dunia kehidupan manusia pada umumnya. Ada tiga kunci dari Schutz yang merangkum gagasan, yaitu taken-for-granted world, common-sense knowledge, dan typification atau klasifikasi objek dalam kategori umum. Interaksi sosial harus diterima dalam lingkup situasi yang sudah ada (taken-for-granted world) dengan memaksimalkan pengetahuan akal sehat (common-sense knowledge) daripada pengetahuan rumit versi Husserl yang memisahkan pengetahuan akal sehat dengan pengalaman (persepsi murni). Menurut Shutz, interaksi terjadi karena berdasarkan pandangan dunia yang sama. Pengetahuan akal sehat dan pengalaman dunia fenomena dengan cara yang sama disebut sebagai “perspektif timbal balik” (reciprocal of perspective). Schutz dalam karyanya The Phenomenology of Social World, memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri. Schutz juga menggunakan perspektif intersubyektivitas, yaitu melihat segala sesuatu dalam kondisi sebenarnya, dalam pengertian lebih luas untuk memahami kehidupan sosial, terutama mengenai ciri pengetahuan sosial. Jadi kaum fenomenologi memandang perilaku manusia, yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan orang sebagai suatu produk dari cara orang tersebut menafsirkan dunianya. Tugas ahli fenomenologi adalah menangkap “proses” interpretasi ini. Untuk melakukan hal itu diperlukan apa yang disebut Weber Verstehen, yaitu pengertian empatik atau seperti Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 10 disebutkan di atas, yaitu kemampuan untuk mengeluarkan kembali dalam pikirannya sendiri, perasaan, motif, dan pikiran-pikiran yang ada dibalik tindakan orang lain. Untuk dapat memahami arti tingkah laku seseorang, jadi ahli fenomenologi berusaha memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain. Berdasarkan paradigma di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak implementasi sistem ERP secara umum dan khususnya pada kegiatan operasional manajemen serta mempelajari pengalaman-pengalaman yang disadari para narasumber secara strategis dalam lingkup dimensi waktu sebelum dan sesudah implementasi sistem ERP. Jadi fokus penelitian ini bukan pada benar atau tidaknya implementasi sistem ERP, sesuai dengan teori atau hukum yang ada, bukan pula mengenai apakah proses implementasi sudah benar sesuai dengan standar yang ada, namun fokus penelitian ini terletak pada tindakan dan interaksi individu. Jadi penelitian ini akan menghasilkan informasi mengenai dampak implementasi sistem ERP terhadap kegiatan operasional manajemen berdasarkan hasil interaksi dan sudut pandang informan penelitian secara objektif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus, dipilihnya studi kasus sebagai rancangan penelitian dengan alasan bahwa studi kasus dapat memberi informasi penting mengenai hubungan antara entitas serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus juga memberi kesempatan untuk melakukan wawancara mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia, dengan melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya, dan studi kasus dapat menyajikan data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun kajian dalam penelitian secara lebih mendalam dalam konteks pengembangan kerangka penelitian yang sudah direncanakan. Obyek penelitian ini adalah Perseroan Terbatas (PT) Platinum Ceramics Industry yang bergerak di bidang industri manufaktur keramik. Domisili kantor pusat PT tersebut terletak di Surabaya, dan telah memiliki 5 buah cabang dan 3 buah pabrik. Dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2011 perusahaan mengalami pertumbuhan mencapai 75% serta mulai melakukan ekspansi pasar ke luar pulau Jawa dan luar negeri (Ekspor). Saat ini PT Platinum Ceramics Industry telah memiliki kurang lebih 120 Agen dan retailer yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan terus berkembangnya jumlah agen dan retail yang dimiliki oleh PT Platinum Ceramics Industry, kebutuhan untuk semakin meningkatkan efektifas serta efisiensi kerja dirasakan oleh pihak manajemen melalui konsultan eksternal yang telah ditunjuk. Pada tahun 2007, PT Platinum Ceramics Industry memutuskan untuk mengimplementasikan sistem informasi guna memperbaiki kinerja manajemen, namun sistem yang dibuat ini masih berdiri sendiri dan untuk melakukan integrasi data masih perlu dilakukan usaha tambahan dengan cara manual, lama kelamaan kinerja sistem informasi ini dinilai kurang efisien dalam menghasilkan laporan yang tepat waktu bagi pihak manajemen kemudian perusahaan melakuakan implementasi sistem ERP Oracle pada awal tahun 2010 hingga saat ini. Peneliti akan membatasi objek penelitian pada cabang Indo Timur saja, dikarenakan transaksi operasional secara kualitas dan kuantitas di cabang ini lebih luas dibandingkan cabang yang lain, sehingga cukup representatif. Satuan Kajian Satuan kajian adalah bagian terpenting dari penelitian yang dilakukan karena merupakan satuan data yang akan dianalisis oleh peneliti guna menjawab permasalahan penelitian yang diajukan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 11 Seperti yang sudah disebutkan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologis, yaitu studi tentang pengalaman yang disadari atau “conscious experience”. Jadi segala hal di luar yang disadari oleh responden penelitian tidak dianalisis dalam penelitian ini. Peneliti tidak berusaha menganalisis “tanda” yang ditangkap pada saat proses wawancara dengan responden penelitian, tetapi peneliti hanya menganalisis setiap jawaban atau pertanyaan yang diungkapkan oleh individu. Peneliti tidak berusaha untuk memahami komunikasi non verbal atau gerak gerik lainnya yang dilakukan oleh responden penelitian tetapi murni dari pengalaman murni yang disadari oleh responden penelitian. Namun peneliti akan melakukan beberapa klasifikasi kajian hanya sebagai acuan agar pernyataan yang dikeluarkan oleh responden penelitian tidak menjadi bias dari subjek penelitian, acuan tersebut antara lain: 1. Kegiatan Operasional Manajemen Hal ini meliputi seluruh kegiatan-kegiatan dalam operasional manajemen perusahaan di semua departemen sebelum dan sesudah implementasi sistem ERP. Definisi kegiatan operasional manajemen dalam penelitian ini adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam unit operasi yang terkait. Jadi mulai dari transaksi operasional harian, proses klasifikasi, perencanaan, controlling dan berbagai proses lainnya termasuk laporanlaporan teknik yang siap digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Termasuk dampak-dampak positif yang ditimbulkan akibat dari implementasi sistem ERP yang ditinjau dari sisi operasional proses bisnis, sumber daya manusia, pengambilan keputusan manajemen dan rencana strategis perusahaan. Batasan periode operasional manajemen yang akan diteliti oleh peneliti sebelum implementasi sistem ERP adalah periode Agustus 2011 sampai Januari 2012, sedangkan batas waktu setelah implementasi sistem ERP adalah periode Februari 2012 sampai dengan Juli 2012. 2. Enterprise Resource Planning Hal ini meliputi kegiatan manajemen implementasi ERP mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan proses pengawasan atau controlling terhadap implementasi sistem ERP. Pada saat proses implementasi sistem ERP setiap kendala yang terjadi akan dikaji, jadi satuan kajian ERP ini lebih fokus pada kendala apa saja yang dihadapi oleh informan penelitian, dalam hal teknis operasional baik umum mampun khusus yang pastinya juga berdampak pada implementasi sistem ERP ini dan juga pada kegiatan operasional manajemen yang ada. Dari kendala tersebut juga akan dikaji dampak yang ditimbulkan dan bagaimana pengaruhnya dalam laporan setiap unit operasi dalam proses pengambilan keputusan. 3. Struktur Organisasi dan Kebijakan Perusahaan Hal ini meliputi sumber daya manusia yang terlibat baik secara pasif maupun aktif yang memiliki relasi terhadap implementasi sistem ERP. Karena SDM juga merupakan salah satu faktor utama yang tidak bisa dilepaskan dalam proses implementasi sistem ERP, selain dengan teknologi informasi itu sendiri. Satuan kajian ini juga termasuk kebijakan-kebijakan yang diterapkan dan berlaku pada saat sebelum dan sesudah proses implementasi. Satuan kajian ini juga meliputi perubahan struktur dari sudut pandang peneliti bukan hanya sekedar pergeseran ataupun pergantian posisi secara fisik saja, namun lebih dari itu peneliti juga memperhatikan adanya perubahan fungsi dan peranan yang terjadi serta dikaitkan dengan perencanaan dan strategi yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan implementasi sistem ERP, apakah perubahan ini membawa akibat positif atau negatif bagi perusahaan. Satuan kajian ini juga melingkupi dampak apa saja yang terjadi akibat Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 12 implementasi sistem ERP terhadap perusahaan di luar dampak terhadap kegiatan operasional manajemen. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dalam tiga tahap besar yang nantinya akan dilakukan proses break down menjadi beberapa tahap-tahap yang lebih rinci, namun sebelumnya akan dilakukan terlebih dahulu proses triangulasi data. Setelah terhimpun catatan harian dari wawancara dan observasi, dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian tersebut untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan observasi. Setelah itu, hasil yang telah diperoleh perlu diuji lagi dengan informan-informan sebelumnya. Apabila terdapat perbedaan, harus ditelusuri perbedaan tersebut sampai diperoleh sumber perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain. Proses ini dilakukan terusmenerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Setelah teknik triangulasi dilakukan maka dilanjutkan dengan tiga tahap besar yaitu tahap reduksi data, tahap display data dan tahap verifikasi (penyimpulan). Reduksi data digunakan untuk memilih data yang sesuai dengan keperluan peneliti. Hal ini karena data yang didapat dari lapangan begitu banyak, sehingga perlu dilakukan pemilihan dan pemilahan. Tahap display data dilakukan setelah tahapan reduksi dan pemilahan data selesai dilakukan. Sesuai dengan karakter penelitian kualitatif yang mengungkap konfiguasi informasi dalam bentuk teks naratif, maka penyajian data dalam tahapan ini juga dilakukan dengan mendeskripsikan data kualitatif. Berikutnya adalah tahap verifikasi, yang dlakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap data yang telah dianalisis pada tahapan reduksi data dan display data. Analisis data tersebut dilakukan baik pada waktu di lapangan maupun sesudah data terkumpul semuanya, untuk selanjutnya ditarik simpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahapan Implementasi Sistem ERP Tahapan proses implementasi sistem ERP ini dibagi menjadi lima tahap seperti yang ditunjukkan di gambar 3. Sumber : Departemen IT PCI Gambar 3 Tahapan Proses Implementasi Sistem ERP Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 13 Lima tahap ini harus dilakukan secara sekuensial, yaitu dikerjakan secara berurutan dan tahap lain tidak bisa dilakukan tanpa menyelesaikan tahap yang sebelumnya. 1. Planning and Initialization Tujuan pada tahapan ini adalah menyediakan perencanaan dan persiapan awal untuk penerapan sistem, termasuk di dalamnya memperkenalkan framework atau kerangka kerja dari sistem ERP oracle. Perencanaan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang akan dibutuhkan selama proses implementasi. Pada tahap ini juga akan disusun timeline dan deadline yang dibutuhkan proses implementasi sistem ERP ini. 2. Definition Pada tahapan ini tim konsultan dan para user akan mendefinisikan proses bisnis dan kebutuhan fungsional apa saja yang diperlukan PCI, kemudian mengidentifikasi, menganalisa dan mengelompokkan proses bisnis tersebut ke dalam framework sistem ERP yang akan dibangun. Teknisnya adalah akan diadakan workshop antara konsultan dengan para user dari pihak PCI berdasarkan hasil pemetaan dari tahap sebelumnya, sesuai bidang kerja dan ruang lingkup masing-masing. Hasil dari tahapan ini adalah sebuah dokumentasi atau blueprint yang akan dijadikan sebuah panduan teknis dan fungsional selama tahapan kosntruksi sistem ERP. 3. Construction Proses ini untuk membangun dan mengimplementasikan semua kebutuhan proses bisnis berdasarkan pada business blueprint. Pada tahap ini juga akan dilakukan uji integrasi dan penggambaran dokumentasi end-user. Salah satu tujuan dari tahap ini adalah menerapkan semua proses bisnis dan persyaratan teknis yang ditetapkan pada tahap sebelumnya. Di tahap ini juga konsultan akan melakukan tes modul dan uji integrasi. 4. Go Live Tujuan pada tahap ini untuk berpindah dari sebuah lingkungan pra-produksi yang berorientasi pada proyek pada pengoperasian produksi. Pada tahap ini akan diterapkan semua yang sudah dikonstruksi di tahap sebelumnya, pada tahap ini juga sistem ERP akan berjalan sepenuhnya. 5. Support Pada tahap ini konsultan dan user PCI akan melakukan pemantauan terhadap transaksi sistem dan pemantapan seluruh kinerja sistem, bila perlu konsultan akan memberikan dukungan pada pengaturan dan proses operasional produksi. Cakupan Area Sistem ERP Sistem ERP yang diimplementasikan mencakup seluruh bidang dan aspek fungsional dan produksi yang dibutuhkan oleh PCI. Aspek fungsional tersebut dibagi kedalam enam area yang ditunjukkan pada gambar 4. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 14 Oracle Financials Oracle Purchasing Oracle Order Management Oracle Inventory Oracle ASCP (Advance Supply Chain Planning) Oracle Process Manufacturing Sumber : Departemen IT PCI Gambar 4 Cakupan Area Sistem ERP 1. Oracle Financials Area ini mencakup seluruh bidang finance dan accounting, yang meliputi transaksi operasional harian yang digunakan oleh departemen Finance dan Accounting antara lain untuk mencatat pembayaran kepada supplier, manajemen data supplier, untuk mencatat hutang kepada supplier dan pihak ketiga termasuk pembayaran uang muka, mencatat piutang, dan arus kas atau bank keluar dan masuk. Laporan yang sering digunakan adalah laporan hutang, laporan umur piutang. Sedangkan di bagian Accounting transaksi yang sering dilakukan adalah manajemen aktiva tetap, termasuk di dalamnya penambahan aktiva, perubahan nilai buku, umur ekonomis, metode penyusutan, pembiayaan dan penjualan aktiva. Oracle Financials juga meliputi buku besar (general ledger) yang biasa digunakan untuk melakukan jurnal penyesuaian, menarik laporan buku besar, melakukan amortisasi dan pembiayaan yang teralokasi. Proses budgeting atau kontrol atas biaya juga bisa dilakukan di modul ini termasuk di dalamnya analisa keuangan laporan-laporan buku pembantu dan laporan keuangan, serta aktivitas keuangan lainnya. 2. Oracle Purchasing Area ini menangani transaksi pengadaan barang atau jasa yang diperlukan, termasuk di dalamnya proses pemilihan supplier, jenis dan jumlah barang atau jasa yang dibutuhkan, proses penerimaan barang atau jasa. Pengguna di area ini adalah departemen Procurement. Proses di area ini meliputi permintaan pembelian (purchase requisition), kemudian persetujuan pembelian dari pihak yang telah terotorisasi untuk memberikan pilihan supplier yang ada (request for quote), kemudian dari pihak masing-masing supplier akan memberikan penawaran (quotation), jika telah disetujui maka akan dibuat purchase order, kemudian ketika barang telah dikirim akan dilakukan penerimaaan dengan bukti pendukung (receipts). Selain proses transaksi harian tersebut, dapat dilakukan juga kegiatan manajemen supplier, termasuk di dalamnya penilaian kinerja supplier, input, dan adjust site. Laporan yang digunakan adalah laporan pesanan pembelian, laporan barang atau jasa yang belum diterima. 3. Oracle Inventory Area ini berfungsi melakukan manajemen terhadap segala bentuk persediaan barang yang dimiliki oleh PCI, termasuk persediaan barang dagang maupun persediaan barang Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 15 kebutuhan operasional kantor dan pabrik. Pengguna area ini adalah departemen pabrik, Marketing dan Human Resources - General Affair, di area ini pengguna dalam melakukan manajemen atribut item inventory yang dimiliki termasuk di dalamnya klasifikasi dan penomoran. Kemudian para pengguna dapat melakukan pembiayaan yang terjadi atas barang tersebut, siapa yang menggunakan, berapa jumlah yang digunakan dsb. Proses ramalan permintaan (forecast demand) atas item tertentu juga dapat dilakukan dengan lebih akurat, sehingga sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan, khususnya karena Oracle Inventory ini terintegrasi dengan seluruh area lainnya secara real-time. 4. Oracle Process Manufacturing Seluruh proses produksi dari raw material sampai dengan finished goods dikerjakan di dalam area oracle process manufacturing, termasuk di dalamnya proses costing. Seluruh jajaran departemen di pabrik menggunakan area ini, siklus produksi yaitu formulasi produk, validasi produk, otorisasi dan pelepasan produk, penjadwalan proses produksi, proses produksi dan uji coba produk serta quality management system (QMS). Proses lain yang termasuk di dalam area ini adalah proses penentuan sumber daya, penentuan rute produksi atau penggunaan line pabrik dan proses perhitungan biaya-biaya produksi. Laporan yang dihasilkan adalah perhitungan efsiensi dan efektifitas produksi, laporan biaya produksi dsb. 5. Oracle Advance Supply Chain Planning Area ini bertugas untuk memastikan bahwa kebutuhan dari area OPM terpenuhi secara efisien dan efektif sesuai dengan permintaan pasar dan kebijakan manajemen. Termasuk ramalan akan kebutuhan produksi, bagaimana pengembangan produk dan perencanaan proses produksi. 6. Oracle Order Management Area ini merupakan ujung tombak dari proses bisnis PCI, karena area ini mencakup operasional sales (penjualan), termasuk di dalamnya manajemen customer, proses pemberian harga, penjualan, potongan penjualan, dan monitoring aktivitas order dari customer. Departemen penjualan menggunakan area ini untuk melakukan kontrol atas setiap pesanan produk yang masuk, ketika ada order, dilakukan input data kemudian secara real-time akan dicocokkan apakah persediaan barang mencukupi, jika tersedia akan dilakukan book order, setelah itu dilakukan proses pengambilan dan packing, kemudian dilakukan proses alokasi barang kepada ekspedisi kemudian dikirimkan ke customer. Proses pengiriman barang termasuk ongkos angkut juga berhubungan dengan area ini. Laporan yang dihasilkan adalah jumlah penjualan, potongan penjualan, motif yang dijual. Dampak Umum Proses implementasi sistem ERP membawa dampak yang cukup luas dan hal ini dirasakan oleh semua departemen PCI, Budi (Project Manager) menyampaikan bahwa: Dengan ada perubahan software yakni sistem ERP maka kita tidak bisa menutup mata dengan perubahan lain, diperlukan hardware yang mumpuni, karena hardware yang lama sudah tidak dapat mengakomodir kebutuhan sistem ERP ini. Perubahan fasilitas yang terjadi antara lain, PC (personal computer), komputer server, dan jaringan yang baru dan semua peningkatan ini juga memerlukan nominal biaya yang tidak sedikit. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 16 Budi melanjutkan, dengan adanya implementasi sistem ERP ini, maka kualitas sistem informasi di PCI semakin meningkat. Sistem informasi ERP ini menurut Budi lebih stabil dan bisa bertahan jauh lebih lama jika dibandingkan dengan sistem informasi sebelumnya. Budi menambahkan, dengan life cycle yang lebih panjang, maka perusahaan bisa melakukan penghematan waktu dan biaya. Perubahan sistem memang harus diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti yang dikemukakan oleh Khaitan (2003), bahwa penerapan sistem ERP memang memerlukan investasi dana yang tidak sedikit. Semakin besar cakupan dan jumlah transaksi yang ada maka dana yang dibutuhkan semakin besar, karena penerapan perangkat lunak sistem ERP harus ditunjang dengan peningkatan perangkat keras, jaringan, SDM yang kompeten dan fasilitas lain yang mendukung, dan hal ini jika tidak dipenuhi dengan baik maka dapat menjadi faktor yang menyebabkan gagalnya implementasi sistem ERP. Selain peningkatan hardware, setelah menerapkan sistem ERP, ada beberapa hal positif lain yang dirasakan oleh para informan penelitian seperti yang disampaikan oleh Anik, FAM Cabang: Melalui sistem ERP ini kami tidak perlu menggunakan banyak program aplikasi cukup satu program untuk semua, karenanya kinerja operasional relatif menjadi lebih cepat, tidak perlu proses input pada banyak program, tapi pada awalnya memang belum begitu lancar, kami butuh waktu untuk beradaptasi. Anik melanjutkan bahwa terjadi perubahan job description, antara sebelum proses implementasi sistem ERP dan sesudah go live. Perubahan terjadi khususnya di bagian operasional, karena sebagian besar kegiatan-kegiatan transaksional dijadikan satu modul dalam aplikasi sistem ERP sedangkan sebelum implementasi sistem ERP, kegiatan transaksional menggunakan beberapa program aplikasi yang berbeda. Penggunaan beberapa program aplikasi yang berbeda ini membuat user dituntut untuk belajar lebih banyak lagi karena setiap program memiliki perbedaan karakteristik dan secara tidak langsung hal ini juga membebani job description karyawan. Anik menambahkan bahwa tampilan aplikasi program sistem ERP ini lebih user-friendly dibandingkan sistem yang lama. Sandra (Project Secretary) di lain kesempatan menyampaikan pendapat bahwa dengan berkurangnya penggunaan program aplikasi sistem informasi, menyebabkan lebih cepat dan mudah dalam melakukan troubleshooting, yaitu proses penyelesaian atau perbaikan ketika terjadi masalah pada sistem ERP. Sandra melanjutkan bahwa pengguna sistem ERP lebih dimudahkan dalam melakukan transfer atau sharing knowledge mengenai pemahaman penggunaan sistem ERP sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya karena sistem yang digunakan sistem tunggal. ERP mengubah sistem komunikasi tradisional perusahaan, dimana pada sistem tradisional, desain sistem terfragmentasi dan setiap sistem didesain sebagai solusi bagi masalah operasional khusus daripada sebagai bagian dari strategi perusahaan secara keseluruhan (Hall, 2002:115). Sistem ERP mendukung suatu aliran informasi yang lancar sepanjang organisasi menyediakan suatu lingkungan yang distandarisasi untuk proses bisnis suatu perusahaan dan database operasional umum yang mendukung komunikasi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gelinas dan Dul (2008:33) dengan adanya implementasi sistem ERP maka seluruh sistem aplikasi di semua lini dan departemen terintegrasi menjadi satu. Praktis hal ini akan meminimalkan terjadinya kesalahan data (error) dan duplikasi data (redundancy data). Proses pengolahan data menjadi informasi-informasi juga dapat dilakukan dengan cepat, fleksibel dan reliable karena databasenya telah dijadikan satu. Dengan terpusatnya database ini memudahkan tim dari departemen Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 17 IT untuk melakukan maintenance dan pengembangan aplikasi software. Sistem ERP mampu menyajikan seluruh data yang dibutuhkan secara real-time, dan hal ini memberikan dampak positif tersendiri dalam kegiatan operasional khususnya di kegiatan penjualan barang yang membutuhkan informasi persediaan barang jadi terkini, dengan demikian departemen sales mampu memberikan kinerja yang maksimal, dan akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Dengan menghasilkan informasi yang tepat waktu, ERP menjadi alat pendukung keputusan bagi pihak manajemen, sehingga peningkatkan kinerja dan keunggulan dalam persaingan antar kompetitor. Di lain kesempatan Wijaya (super user) menyatakan bahwa : Sistem ERP merupakan sebuah tools yang powerful, karena bisa dilakukan berbagai macam konfigurasi di dalamnya dan terintegrasi secara penuh dari proses produksi sampai proses penjualan. Sistem ERP menjadikan proses pencarian data dan informasi menjadi lebih efisien karena user dapat melakukan secara mandiri tanpa harus melakukan permintaan pencarian data atau informasi ke departemen IT. Dan sistem ERP ini cukup terjamin karena sistem ini terbukti konsisten dan telah digunakan oleh berbagai jenis perusahaan multinasional. Lebih lanjut menurut Wijaya, sistem ERP ini mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan situasi perkembangan bisnis yang ada karena menggunakan sistem modul. Ketika ada perubahan, sistem secara global tidak berubah yang dimodifikasi adalah modul-modulnya saja. Sependapat dengan penelitian yang dilakukan Laudon (2004), dari sudut pandang bisnis, sistem informasi adalah pemecahan masalah manajemen dan organisasi berdasarkan pada teknologi informasi untuk menghadapi tantangan dari lingkungan. Sistem Informasi yang baik adalah sistem yang mampu menanggapi perubahan lingkungan bisnis dan terus mendukung proses bisnis yang ada menuju kinerja yang maksimal. Sistem ERP harus membantu para pengguna untuk menganalisa masalah, menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah yang kompleks dan menciptakan produk-produk baru. Susianti selaku direktur dan steering committee, mengharapkan dengan adanya implementasi ini, kegiatan perencanaan di berbagai departemen, menjadi lebih efektif dan efisien karena informasi yang dihasilkan lebih reliable. Susianti melanjutkan bahwa proses planning yang baik akan membuat setiap kegiatan di lini masing-masing departemen akan lebih teratur dan terarah sesuai visi dan misi perusahaan. Susianti juga menambahkan bahwa dengan adanya sistem ERP ini proses controlling juga dapat ditingkatkan. Berikut pernyataan dari Susianti : Sistem ERP merupakan salah satu komponen dari Sistem Pengendalian Internal dalam suatu perusahaan, maka memberikan informasi dengan cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan manajemen adalah keharusan utama yang harus dimiliki oleh sebuah sistem informasi. Susianti menuturkan lebih lanjut bahwa sistem ERP memiliki satu keunggulan tersendiri dalam proses controlling, yaitu adanya konfigurasi yang mampu menentukan batasan-batasan dalam prosedur program aplikasi baik batasan dari sisi otoritas maupun dari sisi departemen. Seorang staf memiliki menu dan modul yang terbatas jika dibandingkan dengan supervisor dan manager, dengan demikian proses kontrol sudah dilakukan sejak dari program aplikasi. Fungsi controlling yang dimiliki oleh sistem ERP ini, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mcleod (1995), sistem informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 18 dalam organisasi. Melalui sistem ERP user mampu mengetahui banyak informasi, baik dari report yang telah disediakan atau dari program secara langsung, melalui informasi yang dihasilkan inilah manajemen dapat melakukan kontrol dan mengambil keputusan yang terbaik. Susianti menambahkan bahwa dengan diterapkannya sistem ERP secara tidak langsung meningkatkan daya saing perusahaan, dan membuat perusahaan masih dapat survive di lingkungan bisnis yang semakin kompetitif ini. Susianti melanjutkan bahwa dengan adanya implementasi sistem ERP juga berdampak terhadap struktur organisasi, antara lain terjadi perubahan job description dan job specification. Perubahan dalam job description, meliputi perubahan pekerjaan-pekerjaan operasional secara teknis, apabila sebelumnya dikerjakan di kertas kerja excel atau manual saat ini dikerjakan dalam sistem ERP. Perubahan dalam job specification meliputi kualifikasi yang dimiliki oleh supervisor ke atas, yaitu pemahaman mengenai teknis dan sistem ERP, alur proses, alur dokumen dan laporan. Dampak Terhadap Kegiatan Operasional Manajemen Pada area oracle financials, peran dari sistem ERP yang paling utama adalah laporan, khususnya laporan keuangan, dengan adanya laporan keuangan manajemen dapat melakukan pengambilan keputusan dan kebijakan sesuai dengan informasi yang disajikan. Demikian juga dengan sistem ERP yang diimplementasikan di PCI output dari sistem ERP yang berupa laporan menjadi hal yang penting. Menurut Anik (FAM cabang), proses implementasi sistem ERP sangat membantu dalam proses operasional harian walaupun pada awalnya diperlukan penyesuaian dan adaptasi terhadap penggunaan aplikasi program. Sistem ERP ini sangat membantu khususnya dalam hal kecepatan dan kontrol transaksi operasional harian, namun memang tetap perlu adanya usaha dari user, karena menurut Anik, bagaimana pun canggihnya sistem ERP yang digunakan jika user yang tidak bisa menggunakan dengan benar maka hasilnya juga kurang bahkan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Anik juga menambahkan selama enam bulan setelah go live, masih dilakukan crosscheck data di cabang antara data yang telah di-input di sistem dengan catatan manual, untuk menghindari adanya kesalahan input data. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat awal go live pihak manajemen belum percaya sepenuhnya terhadap kinerja sistem karena itu perlu dilakukan verifikasi dengan data manual. Wijaya (super user), menyampaikan bahwa sebelum menggunakan sistem ERP proses penyusunan laporan keuangan sebagian besar masih dilakukan secara manual, proses penarikan data, kompilasi data dan pengolahan data sampai menjadi sebuah laporan keuangan masih dilakukan di kertas kerja manual. Setelah sistem ERP go live, proses manual sudah tidak ada, namun sayang sekali, pada 6 bulan pertama setelah go live, sistem ERP belum bisa menghasilkan laporan keuangan secara sempurna, sehingga penyusunan laporan keuangan masih dilakukan secara manual. Menurut Kartika proses implementasi ERP ini seharusnya membawa dampak positif dan berbagai keuntungan, akan tetapi karena pada saat proses input data di area oracle purchasing dan area oracle order management, inputan user kurang akurat maka terjadi kesalahan proses dan output data. Kendala ini menyebabkan sistem ERP menghasil informasi yang tidak akurat padahal seharusnya ERP berjalan dengan baik dan menghasilkan informasi yang akurat. Kendala human error ini membawa dampak yang negatif dan membuat informasi yang dihasilkan tidak dapat digunakan oleh manajemen. Kesalahan dalam input data juga menyebabkan laporan-laporan yang dihasilkan oleh sistem ERP tidak bisa diandalkan, praktis laporan yang dihasilkan tidak dapat digunakan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 19 Pihak manajemen tidak mau tahu apakah sistem ERP bisa menghasilkan laporan dengan baik atau tidak, yang penting bagi pihak manajemen adalah setiap periode waktu harus ada laporan keuangan yang disajikan dan dapat dipertangunggjawabkan kebenaran data dan informasinya. Hal ini mengakibatkan pihak penyusun laporan keuangan dalam hal ini adalah departemen akuntansi harus menyusun laporan keuangan secara manual. Penyusunan laporan keuangan secara manual ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan memperbesar kemungkinan kesalahan dalam pengambilan data, supaya menghindari adanya kesalahan penyajian data diperlukan proses verifikasi yang sifatnya manual, juga dengan kata lain waktu yang dibutuhkan cukup banyak. Sehingga waktu closing (tutup buku) praktis menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan sistem yang lama. Tanjoyo menyatakan bahwa selama enam bulan setelah sistem ERP go live, sistem tidak bisa menghasilkan laporan keuangan secara sempurna. Jadi report yang dihasilkan belum sesuai dengan kebutuhan manajemen, report yang sudah jadi pun datanya tidak akurat, selain dari kesiapan data, yang menjadikan report tidak akurat adalah kesalahan rumus (formula) dan kesalahan dalam konfigurasi aplikasi program. Tidak adanya laporan keuangan ini berdampak pada semua area, yang paling dirasakan adalah manajemen tidak dapat melakukan pengambilan keputusan dengan baik karena hanya mengandalkan laporan manual yang tidak sempurna. Pada departemen sales dan marketing tidak adanya report menyebabkan kebijakan untuk melakukan kontrol terhadap biaya dan penjualan yang ada menjadi lemah, dalam hal operasional pun ketika terjadi kesalahan pihak manajemen tidak dapat mengetahui dan akibatnya kesalahan ini terus terjadi sampai report sudah siap digunakan. Pada proses manufaktur, departemen produksi tidak dapat mengetahui berapa biaya produksi (cost of production) yang terjadi dan efisiensi yang harus dilakukan, solusi yang dilakukan akhirnya membuat setiap laporan secara manual, dengan konsekuensi, waktu yang diperlukan lebih lama dan tingkat keakuratan menurun. Pada area oracle purchasing proses implementasi ini di fase awal membuat kinerja departemen purchasing menjadi agak lambat, karena harus menyesuaikan dengan program yang baru, dan juga ditemukan kendala pada data yang di-upload, banyak yang tidak sesuai dan adanya data yang kembar. Namun setelah kendala ini diselesaikan dan para user dapat beradaptasi dengan sistem ERP maka proses kinerja dapat berlangsung dengan lebih cepat, sehingga proses pengambilan keputusan khususnya dalam pemilihan supplier dapat berjalan dengan baik. Pada area oracle inventory, sistem ERP mampu bekerja secara maksimal dan dapat memberikan informasi yang detail dan real time. Proses penambahan dan pengeluaran stok barang berjalan dengan baik, bahkan dengan adanya implementasi sistem ERP, proses klasifikasi dan penomoran item barang dan jasa dapat dilakukan dengan rapi, sehingga proses pencarian dan otomasi persediaan barang dapat dilakukan tanpa ada kendala. Proses issuing atau pembiayaan atas barang dan jasa yang diterima juga dapat dilakukan secara otomatis dari kode item tertentu sejak awal proses, hal ini memberikan keuntungan tersendiri, yaitu proses verifikasi atas pembiayaan yang terjadi tidak perlu dilakukan berkali-kali, cukup sekali saja di awal proses. Dampak positif yang dihasilkan sistem ERP pada area oracle inventory, berdampak baik juga terhadap area oracle order management, karena sistem ERP mampu memberikan informasi persediaan barang jadi dengan detail dan real time, sehingga ketika customer akan melakukan order, sales dapat melakukan pengecekan dan penjualan dengan tepat. Hal ini secara tidak langsung juga meningkatkan kepuasan customer. Pada fase awal masih terdapat penyesuaian dan kesalahan setting kebijakan mengenai potongan harga baik secara jumlah Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 20 maupun jatuh tempo pembayaran, namun kendala ini telah dapat diselesaikan dan sistem ERP di area order management berjalan dengan baik tanpa kendala. Pada area oracle process manufacturing, selain proses manual mulai berkurang, dampak lain yang dirasakan adalah proses costing menjad lebih mudah karena hampir seluruh area proses manufacturing dilakukan secara otomatis, termasuk di dalamnya proses perhitungan biaya produksi. Namun ketika dilakukan verifikasi selama enam bulan go live terhadap data dan informasi yang dihasilkan masih terdapat penyimpangan yang terjadi sehingga informasi yang dihasilkan oleh sistem ERP menjadi tidak valid. Selama enam bulan go live, tim dan konsultan berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi. Kesalahan input dan tidak validnya informasi yang dihasilkan menyebabkan melesetnya perkiraan yang dihasilkan juga pada area Oracle Advance Supply Chain Planning, karena area ini melakukan peramalan akan kebutuhan di area oracle process manufacturing, peramalan ini didasarkan pada kegiatan di area OPM, ketika proses di OPM mengalami kesalahan, maka di area ASCP juga mengalami kesalahan sehingga informasi yang dihasilkan tidak dapat digunakan. Susianti menyatakan bahwa selama enam bulan pertama sistem ERP sudah berjalan secara operasional dan sudah memberikan dampak positif namun masih belum maksimal karena ada kendala yang dihadapi. Ketika kendala ini sudah dapat diatasi, maka sistem ERP dapat berjalan dengan maksimal khususnya dalam penyusunan laporan keuangan, bahkan dengan sistem pembelajaran yang dimiliki sistem ERP Susianti meyakini bahwa sistem ERP akan memberikan dampak positif melebihi yang diharapkan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Pada 2 Agustus 2010, PT Platinum Ceramics Industry mengambil keputusan untuk melakukan perubahan sistem informasi menjadi sistem ERP, dengan harapan sistem ERP dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan. Selama enam bulan setelah go live, sistem ERP memberikan berbagai dampak positif bagi perusahaan baik dari sisi operasional, kontrol maupun pelaporan dan khususnya dalam pengambilan keputusan. Sistem ERP meminimalkan proses manual dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan lebih maksimal sesuai dengan perkembangan perusahaan. Sistem ERP juga turut serta menjadi alat perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan supaya tetap bisa survive dalam persaingan global. Namun pada proses implementasi baik sebelum maupun sesudah go live, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh tim baik dari sisi perusahaan maupun dari sisi konsultan. Kendala yang dihadapi meliputi banyaknya customized program di luar standar sistem ERP, kurangnya penyediaan data baik sebelum maupun sesudah go live, turnover SDM baik dari sisi konsultan maupun PCI, dan kesiapan user dalam menggunakan sistem ERP. Kendala ini membuat kinerja sistem ERP menjadi kurang maksimal, hasil output dari sistem ERP yang berupa laporan belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh manajemen baik dari sisi ketepatan waktu maupun keandalan informasi yang dihasilkan oleh sistem menjadi tidak reliable. Dampaknya adalah selama enam bulan setelah go live beberapa laporan operasional khususnya laporan keuangan masih dibuat secara manual dan dilakukan proses verifikasi data selama proses transaksi dan ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Sistem ERP dan aplikasi report masih terus mengalami perbaikan dan perbenahan sampai nanti dapat digunakan dengan maksimal. Jadi selama enam bulan go live dalam proses kegiatan operasional manajemen di PCI sistem ERP masih belum dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kebutuhan manajemen. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013) 21 Keterbatasan Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan metode, periode waktu yang ditentukan oleh peneliti adalah enam bulan sebelum go live dan enam bulan sesudah go live, dengan ditambahkannya batasan waktu penelitian maka hal yang dikaji akan lebih dalam. Progress implementasi sistem ERP setelah enam bulan go live, sistem ERP dimungkinkan mengalami perkembangan dan perbaikan atas kendala yang terjadi, dampak yang terjadi bisa jadi mengalami perubahan yang signifikan terhadap proses kegiatan operasional manajemen. DAFTAR PUSTAKA Bernet, R., I. Kern, dan E. Marbach. 1993. An Introduction to Husserlian Phenomenology, Evanston, Ill.: Northwestern University Press. Booth, P.J., Z. P. Matolcsy, dan B. Wieder. 2000. The impacts of enterprise resources planning systems on accounting practice - the Australian experience, Australian Accounting Review, vol. 10, no. 3, pp. 4-18. Dhewanto, W. 2007. ERP (Enterprise Resource Planning), Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis, Bandung: Penerbit Informatika. Gibbs, J. 1997. The Power of Enterprise Computing, Internal Auditor, Vol. 54 Issue 1, p34. Gelinas, J.C. dan B. R. Dull. 2008. Accounting Information System, South-Western, Canada: Thomson. Granlund M. dan T. Malmi. 2002, Moderate impact of ERPS on management accounting: a lag or permanent outcome?, Management Accounting Research, n.13. Hall, A.J. 2002. Sistem Informasi Akuntansi (Terjemahan), Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Husserl, E. 1962. Ideas : General Introduction to The Pure Phenomenology, United State of America: Collier Books Edition. Khaitan, B.K. 2003. How to Get an ERP implementation Right, Express Computer, Vol. August. Laudon, K.C. 2004. Management Information Systems, 8th ed. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall. Maharsi, S. 2000, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi terhadap Bidang Akuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 2, No. 2 Hal 127-137. McLeod.Jr, R. 1995. Sistem Informasi Manajemen Jilid I, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat. Merleau-Ponty, M. 1965. The Structure of Behaviour, London: Methuen. Moustakas, C. 1994. Phenomenological Research Methods, London: Sage Publication. Olalla M.F. 2000. Information Technology in Business Process Reengineering, Int’l. Advances in Econ. Res., 6(3): pp. 581-589. Schutz, A. 1970. On Phenomenology and Social Relations, Chicago: The University of Chicago Press. Shang, S. dan P. B. Seddon. 2002. Assessing And Managing The Benefits Of Enterprise Systems: The Business Manager’s Perspective, Information Systems Journal, Vol. 12, Issue 4, pp. 271-299. Spathis, C. dan S. Constantinides. 2004. Enterprise resource planning systems' impact on accounting processes. Business Process Management Journal, 10(2): 234-247. ●●●