0 HUBUNGAN LAMANYA PERAWATAN DENGAN STATUS GIZI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : DWIYANTI AGUSTINA KHRISTININGRUM NIM: ST. 14014 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 1 HUBUNGAN LAMANYA PERAWATAN DENGAN STATUS GIZI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Dwiyanti Agustina K1), Wahyu Rima Agustin2), Galih Priambodo3) ABSTRAK Salah satu indikator dalam melakukan efisiensi kegiatan rumah sakit adalah dengan melihat lama hari rawat. Bayi Prematur atau BBLR rentan terhadap kekurangan nutrisi karena reflek hisap dan menelannya masih lemah akan berdampak pada perkembangan status gizinya dan akan berpengaruh terhadap lamanya hari rawat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan lamanya perawatan dengan status gizi BBLR di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 30 responden dan teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data dianalisis menggunakan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik responden sebagian besarberatbadan 2,19 kg dan tinggi badan 41,07 cm; (2) Sebagian besar responden mempunyai lama perawatan bayi kurang dari 7 hari atau termasuk cepat/pendek; (3) Status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebelum perawatan semuanya mempunyai status gizi kurang; (4) Terdapat hubungan yang signifikan lamanya dirawat dengan status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (rxty = 0,513; p-value = 0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan lamanya dirawat dengan status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kata kunci : Lama Perawatan, Status Gizi, BBLR Daftar Pustaka : 43 (2005-2014) The Relationship between Treatment Duration and Nutritional Status of Low Birth Weight (LBW) Infants at Perinatology Room of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri ABSTRACT One of indicators in maintaining efficiency of hospital activities is by looking at the treatment duration. Premature or low birth weight (LBW) infants are vulnerable to malnutrition due to their weak suck-swallow reflex, and thereby this will give effect to the development of their nutritional status and treatment duration. This research aims at analyzing the relationship between the treatment duration and nutritional status of low birth weight infants at perinatology room of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. The research employed descriptive correlational method with cross sectional approach. The total number of samples is 30 respondents selected using accidental sampling. The data were then analyzed using Spearman’s rank correlation. The research findings indicate that: (1) most of the respondents are characterized with 2.19 kilograms of weight and 41.07 centimeters of height, (2) most of their treatment duration is less than 7 days. This is considered as short-treatment duration, (3) prior to treatment, all of the low birth weight infants are attributable to low nutritional status, and (4) there is a significant relationship between the treatment duration and the nutritional status of low birth weight infants (rxty = 0.513 and p-value = 0.001). This research concludes is a significant relationship between the treatment duration and the nutritional status of low birth weight infants at perinatology room of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. Keywords : treatment duration, nutritional status, low birth weight infants Bibliography : 43 (2005-2014) 2 prevalensi tertinggi berada di Provinsi Nusa PENDAHULUAN Salah satu indikator dalam melakukan Tenggara Timur sekitar 19.2%, dan terendah efisiensi kegiatan rumah sakit adalah dengan berada di Provinsi Sumatera Barat yakni 6,0% melihat lama hari (Riskesdas, 2013). rawat. Lama perawatan merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan Masalah gizi balita telah dinyatakan dan pelayanan dirumah sakit yang dapat dinilai sebagai masalah utama kesehatan dan berkaitan dan diukur. Bila seseorang dirawat dirumah dengan banyaknya angka kematiandan penyakit sakit, maka yang diharapkan ada perubahan akan yang disebabkan oleh masalah gizi, khususnya derajat kesehatannya. Apabila yang diharapkan bagi bayi dengan premature atau bayi berat lahir baik oleh tenaga medis maupun penderita sudah rendah.Bayi premature/BBLR rentan terhadap tercapai maka tentunya tidak ada seorangpun kekurangannutrisi karena reflek hisap dan yang ingin berlama-lama di rumah sakit. menelannya masih lemah selama menyusui Semakin lama hari dirawat yang dibutuhkan sehingga berdampak pada perkembangan status pasien maka semakin tinggi pula biaya yang gizinya.Angka kematian bayi di Indonesia saat dikeluarkan oleh pasien (Heryati, 2005). ini masih tergolong tinggi dibanding dengan Prevalensi BBLR (bayi berat lahir negara-negara di ASEAN. Angka kematian bayi rendah) secara global hingga saat ini masih tetap di Indonesia tercatat 36 per 1000 kelahiran hidup berada di kisaran 10-20% dari seluruh bayi yang pada tahun 2006. Penyebab kematian bayi lahir hidup setiap tahunnya. WHO (2011) terbanyak adalah karena gangguan perinatal. memperkirakan sekitar 25 juta bayi mengalami Sekitar 2 - 27% kematian perinatal disebabkan BBLR setiap tahun dan hampir 5% terjadi di karena negara maju sedangkan 95% terjadi di negara (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada berkembang. saat ini diperkirakan 7 - 14% yaitu sekitar Prevalensi BBLR di India mencapai 26%, dan Amerika Serikat mencapai 7%. Kematian bayi adalah 20 kali lebih besar kelahiran bayi berat lahir rendah 459.200 - 900.000 bayi (Depkes RI, 2013). BBLR dapat mengalami gangguan pada bayi yang mengalami BBLR dibandingkan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang, dengan yang tidak BBLR diseluruh dunia sehingga membutuhkan biaya perawatan yang (Jayant, 2011). tinggi. BBLR adalah salah satu akibat dari ibu Indonesia memiliki prevalensi BBLR hamil yang menderita energi kronis (KEK) tahun 2013 diperkirakan mencapai dari 18.948 (Depkes bayi (11,1%) yang ditimbang dalam kurun menyebabkan terjadinya BBLR antara lain waktu 6-48 jam setelah melahirkan. Prevalensi kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil ini menyebar secara tidak merata antara satu perokok, ibu hamil pekerja berat, sosial ekonomi provinsi dengan provinsi lainya dengan RI, 2010). Faktor-faktor yang 3 rendah dan faktor janin (Prawirohardjo, 2008). Perawatan bayi di rumah sakit untuk Joeharno (2008), menambahkan bahwa BBLR bayi yang bermasalah dengan berat badan adalah juga dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi. perawatan intensif agar bayi dapat memperoleh Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%) berat badan yang ideal. Perawatan dilakukan di melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah. ruang khusus yaitu di ruang perinatologi dan BBLR merupakan masalah kesehatan yang NICU (Neonatus Intensive Care Unit) karena cukup menonjol di Indonesia, karena pada bayi pada dasarnya BBLR selalu merujuk pada upaya BBLR menstabilkan tanda-tanda kehidupan. mempunyai angka mortalitas dan Kasus BBLR di ruang Perinatologi morbiditas yang tinggi. Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 prevalensi BBLR sekitar 21,573 (3,75%), RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso tahun 2014 sebanyak 155 kasus dengan lama prevalensi BBLR termasuk dalam kategori perawatan tercepat 3 hari dan terlama 83 hari. rendah apabila dibandingkan dengan provinsi Angka kejadian pada Januari – Mei 2015 lain yang berada di Indonesia. Hasil riset sebanyak 101 bayi dengan 79 bayi tidak lama kesehatan dasar tahun 2012 menunjukan bahwa kemudian pulang, 17 bayi meninggal dan angka prevalensi BBLR di Sumatera Utara pulang atas permintaan sendiri atau belum seijin sekitar 76 dari 928 bayi (8,2%) yang ditimbang. dokter, dengan lamanya Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Wonogiri tersebut akan berdampak pada status gizi bayi. 5 waktu perawatan (2013), di Kabupaten Wonogiri ditemukan Tujuan umum dari penelitian ini adalah angka kejadian BBLR sebanyak 133 kasus dari untuk mengetahui hubungan lamanya perawatan 17.296 bayi lahir hidup (0,77%) dan jumlah ini dengan status gizi Bayi Berat Lahir Rendah meningkat dibandingkan tahun 2007 yakni 94 (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD dr. kasus dari 16.976 bayi lahir hidup (0,55%). Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Faktor yang mempengaruhi status gizi bayi berat lahir rendah diantaranya adalah METODE PENELITIAN lamanya perawatan di rumah sakit. Pada BBLR Jenis penelitian ini adalah penelitin biasanya mempunyai status gizi sedang sampai deskriptif korelational yaitu suatu penelitian kurang sehingga mempunyai resiko tinggi untuk yang kematian, kecende-rungan menderita ISPA, mengapa diare, dan kemudian melakukan analisis dinamika korelasi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan antara fenomena atau antara faktor resiko maka diperlukan waktu perawatan yang lama dengan faktor efek. Adapun pendekatan yang untuk meningkatkan berat badannya. digunakan dengan pendekatan cross sectional. respon imunitas yang rendah mencoba menggali fenomena bagaimana kesehatan itu dan terjadi, 4 Sampel pada penelitian ini diambil dari pasien HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu BBLR di ruang Perinatologi RSUD dr. Lama Perawatan Soediran Mangun SumarsoWonogiri yang rata- Hasil distribusi ratanya mencapai 46 bayi setiap tiga bulan. perawatan di rumah sakit disajikan dalam tabel Sampel yang diambil adalah bayi dengan berat badan bayi < 2500 gram, BBLR yang tidak ada diagnosa penyerta lain misalnya asfiksia,lama perawatan dihitung setelah hari pertama masuk rumah sakit. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 bayi. Adapun teknik pengambilan sampling sampel yaitu dengan teknik accidental penentuan secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu tentang lamanya 1. berikut: Tabel 1. Lama Perawatan Lamanya Perawatan F (%) Cepat/Pendek 17 56,7 Lama/Panjang 13 43,3 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Distribusi sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang frekuensi data tentang lamanya perawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebagian besar mempunyai lama perawatan bayi di rumah sakit yaitu tergolong cepat/pendek yaitu cocok dengan sember data (Sugiyono, 2012) sebanyak 17 orang (69,2%), sedangkan lama dalamartipasien perawatan BBLRdi ruangPerinatologi RSUD dr. Soediran Mangun SumarsoWonogiri yang menjalaniperawatan yang memenuhisyarat Teknik analisis data terdiri dari analisis menjelaskan diteliti, dan bivariat.Analisis masing-masing adapun analisis dimiliki BBLR paling lama/panjang yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Dari sebagian bayi yang dirawat tergolong lama ini disebabkan karena pasien kriteriainklusi diatas. univariate yang univariate variabel bivariate yang dengan menggunakan analisis korelasirank spearman. yang masuk kebetulan menjelang hari minggu atau hari libur. Hal ini bagi bayi yang masuk rumah sakit menjelang hari minggu akan memperpanjang kesibukan lama hari rawat, karena menjelang hari libur dimana pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan penunjang diundur sampai hari kerja biasa dimana pegawai rumah sakit bagian tertentu sudah bekerja seperti biasa. Perpanjangan lama hari rawat juga terjadi apabila pasien masuk di luar jam kerja rumah sakit atau saat terjadi 5 pergantian jaga. Hal ini sesuai dengan apa yang Status Gizi dikemukakan oleh Barbawa J (2008), bahwa Tabel 2. Status Gizi perpanjangan lama hari rawat terjadi karena Status Gizi Bayi F (%) adanya perpanjangan dari lama hari rawat pra Kurang 30 100,0 Baik 0 0,0 Jumlah 30 100,0 bedah, yang akan berdampak pada perpanjangan jumlah keseluruhan lama hari rawat. Lama hari rawat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien (quality of patient care). Lamanya hari perawatan di rumah sakit bagi BBLR menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu periode perawatan. Satuan untuk lama rawat adalah hari, sedangkan cara menghitung lama rawat adalah dengan menghitung selisish antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, baik hidup ataupun meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit. Umumnya data tersebut tercantum dalam formulir ringkasan masuk dan keluar di Rekam Medik (Barbara J., 2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indradi (2008) yang menyatakan bahwa lama rawatan merupakan salah satu bagian dari manajemen Rumah Sakit yang menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan terhadap berbagai penyakit yang diderita oleh pasien. Adapun satuan yang digunakan dalam lama rawatan yaitu “hari”. Lama rawatan dapat diketahui dari status gizi pasien terutama pada balita, dan adanya perubahan terhadap penyembuhan penyakit yang diderita. Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Hasil penelitian diketahui bahwa distribusi data tentang status gizi pada Bayi Berat Lahir Perinatologi Rendah RSUD (BBLR) dr. di Soediran Ruang Mangun Sumarso Wonogiri semuanya mempunyai status gizi kurang. Hal ini apabila dilihat dari ratarata berat badan bayi adalah 2,109 kg dengan berat badan terendah 1,5 kg dan berat badan tertinggi adalah 2,5 kg. Menurut pengamatan peneliti diketahui bahwa di ruang Perinatologi ini memang dikhususkan bagi pasien atau bayi yang mempunyai kelahiran dengan berat badan lahir rendah, sehingga orientasi rumah sakit adalah menyediakan ruang khusus dalam perawatannya. Menurut Proverawati (2010), bahwa status gizi bayi merupakan keadaan gizi pada bayi yang dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur dan panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, maka disebut gizi baik. Gizi sedikit di bawah standar, maka disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar maka disebut gizi buruk. 6 Status gizi bayi dipengaruhi oleh banyak artinya bahwa terdapat hubungan yang negatif faktor. Dalam pengklasifikasiannya, status gizi antara lamanya dirawat dengan status gizi pada dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Yang termasuk dalam faktor instrinsik adalah Perinatologi genetik, Sumarso Wonogiri, artinya bahwa semakin hormon, Sedangkan yang kehidupan termasuk intrauterin. dalam faktor lama/panjang RSUD bayi dr. Soediran tersebut Mangun dirawat maka ekstrinsik adalah asupan gizi, morbitas, pola semakin menurun status gizi yang ada pada Bayi makan, dan pengaruh lingkungan. Oleh karena Berat itu, faktor-faktor ini harus diperhatikan dalam Perinatologi melakukan perbaikan status gizi bayi. Bukan Sumarso dari hanya asupan gizi saja, tetapi faktpr-faktor hubungan adalah cukup erat, karena nilai lain seperti pola makan dan morbiditas perlu korelasi (rxy = 0,513) berada diantara 0,51 - 0,75. Lahir Rendah RSUD Wonogiri dr. (BBLR) di Soediran Ruang Mangun tersebut. Adapun sifat Menurut hasil observasi juga diketahui diperhatikan (Pudjiadi S, dkk. 2010). Hasil penelitian ini diperkuat oleh bahwa lamanya hari rawat yang terjadi pada bayi penelitian yang dilakukan oleh Novitasari yang menjalani perawatan di ruang Perinatologi (2012), yang meneliti tentang faktor-faktor rata-rata 5-8 hari, namun juga ada lebih dari 5 resiko kejadian gizi buruk pada Balita yang hari dan lebih lama sampai 20 hari karena faktor dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang, hasil berat badan yang rendah sekali dengan tinggi penelitian menjelaskan bahwa sebagian besar badan juga tidak normal, dengan berat badan balita dengan gizi buruk sebanyak 64,1%, dan yang minim yaitu rata-rata berat badan bayi faktor yang paling dominan terhadap terjadinya adalah 2,19 kg dengan berat badan terendah 1,5 gizi buruk adalah penyakit penyerta pada balita. kg dan berat badan tertinggi adalah 2,5 kg. Penemuan di lapangan diketahui bahwa HubunganLamanyaperawatandengan Status dari 30 bayi yang diamati terdapat bayi yang GiziBayi BBLR mempunyai berat badan antara 1,5-1,8 kg Penelitian ini menggunakan uji korelasi sebanyak 5 responden (16,7%), dari kelima bayi rank spearman ( ) untuk mengetahui hubungan tersebut lamanya perawatan dengan status gizi pada pada tergolong lama/panjang perawatannya. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang ternyata mem-punyai lama rawat Lamanya hari rawat di rumah sakit bagi Mangun bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) akan Sumarso Wonogiri. Berdasarkan hasil penelitian berdampak pada status gizi bayi. Bayi dengan diketahui nilai korelasi Rank Spearman sebesar - berat lahir rendah dapat mengalami gangguan 0,513 dengan nilai probabilitas 0,001 (p value < mental dan fisik pada usia tumbuh kembang, 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang Perinatologi RSUD dr. Soediran 7 tinggi. BBLR adalah salah satu akibat dari ibu merupakan masalah kesehatan yang cukup hamil yang menderita energi kronis (KEK) menonjol di Indonesia, karena pada bayi BBLR (Depkes mempunyai angka mortalitas dan morbiditas RI, 2010). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR antara lain yang tinggi. kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil Hasil penelitian ini sejalan dengan perokok, ibu hamil pekerja berat, sosial ekonomi penelitian yang dilakukan oleh Eddyman (2011) rendah dan faktor janin (Prawirohardjo, 2008). yang meneliti tentang hubungan status gizi ibu Joeharno (2008), menambahkan bahwa berdasarkan ukuran lingkar atas (LILA) dengan BBLR juga dapat terjadi pada ibu dengan paritas berat badan lahir bayi, hasil penelitiannya tinggi. Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang melahirkan bayi dengan berat lahir yang rendah. bermakna antara status gizi ibu berdasarkan BBLR merupakan masalah kesehatan yang ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan cukup menonjol di Indonesia, karena pada bayi berat badan lahir bayi. BBLR mempunyai angka mortalitas dan Selain itu penelitian ini juga sejalan morbiditas yang tinggi. Hal inilah yang berdapak dengan pada perawatan yang lama di rumah sakit. Selain Maulidiyah, dkk (2012) yang meneliti tentang itu, lamanya perawatan bayi BBLR di rumah hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan sakit juga dipengaruhi oleh faktor tenaga dokter Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Berat Bayi yang menangani pasien cukup berperan dalam Lahir, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa menentukan memanjangnya lama hari rawat, ada hubungan antara LILA dan kadar Hb dengan dimana perbedaan ketrampilan antar dokter akan berat bayi lahir ditunjukkan melalui uji chi mempengaruhi kinerja dalam penanganan kasus, square dengan nilai p-value 0,001 dan < 0,05. penelitian yang dilakukan oleh juga waktu memutuskan untuk melakukan tindakan (Lacy, Antonio M, 2008). Sebagaimana diutarakan SIMPULAN oleh 1. Sebagian besar responden mempunyai lama Prawirohardjo (2008), bahwa faktor-faktor yang perawatan bayi di rumah sakit tergolong menyebabkan terjadinya BBLR antara lain cepat/pendek kurangnya gizi pada ibu hamil, ibu hamil 2. Status gizi pada Bayi Berat Lahir Rendah perokok, ibu hamil pekerjaberat, sosial ekonomi (BBLR) semuanya mempunyai status gizi rendah dan faktor janin. Joeharno (2008) kurang. menambahkan bahwa BBLR juga dapat terjadi 3. Terdapat hubungan signifikan lamanya pada ibu dengan paritas tinggi. Ibu dengan dirawat dengan status gizi pada Bayi Berat paritas tinggi berisiko (50%) melahirkan bayi Lahir dengan Perinatologi RSUD dr. Soediran Mangun berat lahir yang rendah. BBLR Rendah (BBLR) di Ruang 8 4. Sumarso Wonogiri (rxty = -0,513; p-value perawatan = 0,001). Adapun sifat hubungan tergolong pengetahuan ibu dan lingkungan, serta cukup erat. meneliti cakupan sampel yang lebih luas. Dilihat dari karakteristik responden di rumah sakit misalnya 4. Bagi Peneliti diketahui : sebagian besar responden Bagi peneliti dapat menerapkan teori ke berjenis kelamin laki-laki (56,7%), umur dalam kegiatan nyata di lapangan terutama kurang dari 5 hari sebanyak 12 responden penerapan (40,0%), berat badan antara 1,9-2,2 kg dengan lamanya hari perawatan bayi yang sebanyak 15 responden (50,0%), dan tinggi dirawat di rumah sakit dengan status gizi badan antara 38-40 cm sebanyak 14 bayi BBLR. metode penelitian berkaitan responden (46 DAFTAR PUSTAKA SARAN Almatsier. 2010.Prinsip Dasar Ilmu Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1. Bagi RumahSakit Diharapkan untuk rumah sakit maupun tenaga kesehatan lain lebih meningkatkan pelayanan kesehatan baik berupa pemeriksaan kehamilan dan penyuluhan tentang gizi sehingga kejadian BBLR dan anemia dapat diatasi sejak dini sehingga lamanya perawatan di rumah sakit juga dapat dipecepat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat mempergunakan sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan dalam menyusun panduan perkuliahan Afif, Gizi. Ahmad. 2008. Hubungan Faktor Komorbid, Usia dan Status Gizi dengan Lama Rawat Inap pada Pasien Hernia Inguinalis Lateralis Reponibilis yang Dioperasi Herniorepair Tanpa Mesh di RS PKU Muhammadiyah Surakarta Periode 2005 – 2007. Adriani, Elvi Rhida. 2008. Pengaruh Persepsi Tentang Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Peserta Askeskin Rawat Inap Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2006. Barbara J, Billie F., Brahm Pendit. 2006. Buku Ajar Perawatan Perioperatif. Volume 2. Praktik. Cetakan I. . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak agar di kemudian hari tidak terjadi adanya BBLR dan perawatan bayi yang lama di rumah sakit. Budiningsari, Dwi R., 2004. Pengaruh Perubahan Status Gizi Pasien Dewasa terhadap Lama Rawat Inap dan Biaya Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor yang mempengaruhi status gizi bagi BBLR tidak hanya lamanya Chriswardani S. 2006. PenyusunanIndikator Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Managemen Pelayanan Kesehatan. 9 Depkes RI. 2000. Program Perbaikan GiziMenuju Indonesia Sehat 2010. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005. Standar Pelayanan Minimal, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2008. StandarPelayanan Minimal, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Depkes RI. 2013. Hasil RISKESDAS Tahun2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. 2014. Profil Kesehatan JawaTengah. Semarang: Departemen Kesehatan Jawa Tengah. Dinkes Kabupaten Wonogiri. 2013. ProfilKesehatan Kabupaten Wonogiri. Wonogiri: Dinkes Kab. Wonogiri. Eddyman. 2011. Hubungan status giziibuberdasarkanukuranlingkaratas (LILA) denganberatbadanlahirbayi di RSUD Daya Kota Makkasar. Fakhrul, Razi. 2011. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perawat terhadap Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUD Kota Langsa Tahun2011. Tesis (tidak dipublikasikan). Jakarta: UI. Jayant D, Phalke DB, Bangal BV, Peeyuusha D, Sushen B. 2011. Maternal risk factor for low birth weight neonates: a hospital based case-control study in rural area of Western Maharshtra, India. Natl J Community Med. Joeharno, Zaenab, R.,. 2008. Beberapa faktor risiko kejadian BBLR di Rumah Sakit AlFatah Ambon Periode Januari-Desember Tahun 2006. Available From: file://localhost/G:/berat-badan-lahir- rendah-bblr.html [Accesed 19 Februari 2015]. Kemenkes RI, 2013. Riskesdas tahun 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan Repuiblik Indonesia. Maulidiyah, Afif & Ardiani Sulistiani. 2012. Hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Berat Bayi Lahir. JurnalKebidanan, Vol. IV, No. 01, Juni 2012. Boyolali: STIEKS Estu Multo. Prawirohardjo. 2008. Buku Saku Obsteteridan Ginekologi. Edisi 9. Cetakan I. Jakarta: Penerbit EGC. Proverawati, A dan Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika. Proverawati. 2010. Buku Ajar untukKebidanan. Jogjakarta: Medika. Gizi Nuha Rahmawati. 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam, Desa Sukamantri [skripsi/Tidakdipublikasikan]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 10