skripsi analisis komparasi kinerja reksadana

advertisement
SKRIPSI
ANALISIS KOMPARASI KINERJA REKSADANA SYARIAH
DAN KONVENSIONAL (KATEGORI SAHAM, CAMPURAN
DAN PENDAPATAN TETAP) DI INDONESIA
Diajukan Oleh :
Nama
: Maharis Syahna Saputra
NIM
: 105081002433
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009
1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Maharis Syahna Saputra
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat Lahir
: Jakarta
Tangggal Lahir
: 31 Oktober 1987
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
Anak Ke
: Pertama dari Dua Bersaudara
Orang Tua
Ayah
: Syahlan Hutagalung
Ibu
: Deliana Batubara
Alamat
: Jln. Langgar Rt 007/08 No.56 Lubang Buaya Jakarta
13810
Telepon
: 021-95358385
Email
: [email protected]
Pendidikan Formal
-
TK Al-Ghazali Jakarta
-
SDN 01 Pagi Lubang Buaya
-
SMPN 81 Jakarta
-
SMUN 48 Jakarta
-
Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah
2
ABSTRACT
This study aims to compare the performance of conventional and sharia
mutual funds directly, so there is a difference between the level of risk and return
and the standard comparison (SBI).
This research sample was 28 (twenty eight) mutual funds, where there is
one (1) sharia mutual funds shares, one (1) conventional stock mutual funds, 10
(ten) a mixture of sharia mutual funds, 10 (ten) a mixture of conventional mutual
funds, three (3) fixed income mutual funds sharia, three (3) conventional fixed
income. Comparison of the performance of this method using the Sharpe analysis,
comparison of the cost mutual funds, the amount of growth and nab nab, and
using a pair sample T test.
Results comparison with sharia mutual funds mutual funds shows that the
performance of conventional mutual funds sharia produce 12 (twelve) mutual
funds in a higher performance of 12 (twelve) of conventional mutual funds, and
two (2) the performance of conventional mutual funds are higher than two (2)
mutual funds sharia.
Keywords
: Sharia mutual fund, conventional mutual fund, comparation
3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja reksadana syariah
dan konvensional secara langsung sehingga ada perbedaan antara keduanya dari
tingkat pengembalian dan risikonya serta perbandingan pada tolok ukurnya (SBI).
Sampel penelitian ini berjumlah 28 (dua puluh delapan) reksadana, dimana
terdapat 1 (satu) reksadana saham syariah, 1 (satu) reksadana saham
konvensional, 10 (sepuluh) reksadana campuran syariah, 10 (sepuluh) reksadana
campuran konvensional, 3 (tiga) reksadana pendapatan tetap syariah, 3 (tiga)
pendapatan tetap konvensional. Perbandingan kinerja ini menggunakan metode
analisis sharpe, perbandingan biaya reksadana, jumlah NAB dan pertumbuhan
NAB, serta menggunakan uji T sampel berpasangan.
Hasil perbandingan reksadana syariah dengan reksadana konvensional
menunjukkan bahwa kinerja reksadana syariah menghasilkan 12 (dua belas)
reksadana yang lebih tinggi kinerjanya dari 12 (dua belas) reksadana
konvensional, dan 2 (dua) reksadana konvensional menghasilkan kinerja yang
lebih tinggi dari 2 (dua) reksadana syariah.
Kata kunci
: Reksadana Syariah, Reksadana Konvensional, Komparasi.
4
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru
sekalian alam. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada baginda Nabi Besar,
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Hanya karena rahmat dan ridho Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Komparasi Pengaruh Kinerja
Reksadana Syariah dan Konvensional (Kategori Saham, Campuran dan
Pendapatan Tetap) Di Indonesia”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana S-1 pada jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam Skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Penulis juga mempunyai
keterbatasan kemampuan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis
menyadari tanpa adanya bimbingan, dukungan dan bantuan baik secara moril
maupun materiil dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik, pada kesempatan ini penulis menghanturkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis dan adik satu-satunya, “My Lovely Dad” Bapak
Syahlan Hutagalung, “My Lovely Mom” Ibu Deliana Batubara serta “My
Lovely Brother” Syapril Rahmad yang selalu mendo’akan yang terbaik
bagi putra-putranya, dan selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial dan selaku Pembimbing I yang selalu memberi motivasi dan solusi
dalam penelitian ini
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM, selaku Pudek Akademik dan Dosen
Metodelogi Penelitian dan Seminar Keuangan atas bimbingan dan
motivasinya.
5
4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kajur Manajemen yang
telah meluangkan waktu dalam mereview skripsi ini.
5. Bapak Arief Mufraini, Lc, Msi. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dan setia menunggu untuk membimbing dan
memberikan
pengarahan
kepada
penulis
dengan
sabar
dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Dan Civitas Akademika FEIS yang telah memberikan
banyak ilmu yang tidak ternilai dan bantuan dalam menyelesaikan studi di
FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga Besar Hutagalung, Kotto, dan Batubara yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materi, khususnya Tante Rita, Om Kiki
(Makasih atas bantuannya ).
8. Mahasiswa Manajemen Angkatan 2005, terutama Manajemen A , Arif,
Henri, Miftahullah, Aang, Ristiandi, Afian Doni, Bramantio, Imam, Febi,
Fauzi, Mashari, M.Ilham, Elvira, Muhibbah, Dewi, Farah, I’I, Irma, Anis,
Nurhasanah , Rahma, Restu, dan yang tidak bisa kusebutkan satu-satu.
9. Mahasiswa Akuntansi 2005, M.Ikhsan Soddiq, Didi, Azis Indrawan,
Asbah, Yuli dan semua yang tak bisa kusebutkan satu-satu.
10. Mahasiswa Ekonomi 2007 FEIS, Ahmad Kurniawan, Ayip Tayana, Rizky,
Miranti, Doni Purwanto, Keiko, M. Fikri, Reval, Fatih, Ian, Rio,
Muammar.
11. Ibu Nurjanis yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam
menjalani situasi yang sulit dalam menjalani kuliah selama di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Warga Bintara Jaya VIII, makasih atas dukungan material maupun moril
dalam memotivasi penulis hingga dapat menjadi seperti ini.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, jika terdapat kekurangan dalam skripsi ini, ditengah keterbatasan
penulis sebagai mahluk ciptaan-Nya. Di tengah keterbatasan penulis dalam skripsi
ini, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah
SWT membimbing dan menyertai setiap langkah kita Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
7
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup
i
Abstract
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vii
Daftar Tabel
x
Daftar Grafik
xi
Daftar Gambar
xii
Daftar Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan Masalah
7
1.3 Tujuan Penelitian
9
1.4 Manfaat Penelitian
9
BAB II LANDASAN TEORI
10
2.1 Teori Reksadana
10
2.1.1 Pengertian Reksadana
10
2.1.2 Manfaat Reksadana
12
2.1.3 Risiko Reksadana
15
2.1.4 Klasifikasi Reksadana
17
2.1.5 Pengelola Reksadana
25
2.1.6 Teori Distribusi Normal
26
2.2 Penelitian Terdahulu
27
2.3 Kerangka Pemikiran
30
2.4 Hipotesis
30
32
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
33
3.2 Metode Pemilihan Sampel
34
3.3 Metode Pengumpulan Data
39
3.4 Metode Analisis
39
3.4.1 Mengukur Return NAB
40
3.4.2 Mengukur Rata-rata dari retutn aset bebas risiko
40
3.4.3 Mengukur Risiko
40
3.4.4 Mengukur risk adjusted return measure of portfolio performance
42
3.4.5 Mengukur Pertumbuhan Aset Under Management
42
3.4.6 Mengukur Biaya Reksadana
42
3.4.7 Mengukur Normalisasi Skor
43
3.4.8 Mengukur Total Skor
44
3.4.9 Melakukan Uji T
45
3.5 Operasional Variabel Penelitian
46
3.5.1 NAB Reksadana
46
3.5.2 Pertumbuhan Nilai Dana Kelolaan
47
3.5.3 Biaya Reksadana
47
3.5.4 Ukuran Kinerja Sharpe
49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
49
4.1 Reksadana di Indonesia
52
4.2 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Sharpe Ratio Metode
58
4.3 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Jumlah NAB
61
4.4 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan pertumbuhan NAB
66
4.5 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Biaya Reksadana
70
4.6 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
9
Berdasarkan Skor Total
4.7
74
Analisis Kinerja Reksadana Pada Semua Perusahaan yang Dijadikan
Objek Penelitian
78
4.8 Uji T
80
80
BAB V KESIMPULAN, KELEMAHAN PENELITIAN DAN SARAN
87
5.1 Kesimpulan
5.2 Implikasi
xiv
89
Daftar Pustaka
Lampiran
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai macam instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, memiliki dua fungsi
sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana
yang mempertemukan dua kepentingan, antara pihak yang memiliki kelebihan
dana (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer atau emiten). Dengan
adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil,
sedangkan pihak emiten dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan
investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar
modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih. Karena kedua fungsi yang dijalankannya
tersebut, maka semakin jelas bahwa pasar modal memiliki peran yang besar bagi
perekonomian suatu negara. Dengan adanya pasar modal maka aktivitas
perekonomian akan meningkat karena pasar modal menyediakan berbagai
alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala
yang lebih besar, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan
kemakmuran masyarakat luas.(Darmadji, 2006:11)
15
Dalam perkembangannya, pasar modal cenderung semakin dominan jika
sekiranya reksadana semakin mendapatkan tempat yang lebih besar pada kegiatan
pasar modal. Pada negara maju, kontribusi reksadana (mutual fund) atas nilai
kapitalisasi perdagangan di bursa mencapai lebih dari 40 %. Artinya, reksadana
mampu melipatgandakan nilai transaksi di bursa. Situasi ini memberikan indikasi
bahwa bisnis reksadana dalam menunjang prospek perkembangan pasar modal di
Indonesia semakin menjanjikan karena reksadana merupakan suatu perusahaan
yang menanamkan modalnya dalam berbagai portofolio saham beragam
(diversified portofolio). Perusahaan reksadana menjual saham kepada pemodal
dengan menjanjikan nilai tambah dalam wujud perolehan deviden, capital gain,
dan kenaikan Net Asset Value (NAV) yang biasa disebut juga Nilai Aktiva Bersih
(NAB). (Singgih, Riphat, 1996:60).
Secara lebih makro, terdapat kecenderungan bahwa pasar modal akan
semakin unggul dibandingkan dengan peran perbankan. Kasus Indonesia
menunjukkan, pada awal sejak pasar modal diaktifkan pada tahun 1995 dan
berkembang mulai 1996, melalui berbagai paket deregulasi, kapitalisasi pasar
modal mencapai Rp. 170 trilyun. Sementara itu, perbankan dengan ribuan kantor
dan cabang yang tersebar luas hingga kota – kota kecil, bahkan sampai tingkat
kecamatan, dalam kurun waktu yang jauh lebih panjang (puluhan tahun) baru
dapat mengumpulkan dana sekitar Rp. 209 Trilyun (Singgih, Riphat, 1996:61).
Salah satu alternatif instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar
modal adalah reksadana. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun
dana dari masyarakat yang memiliki modal dan keinginan untuk berinvestasi,
16
namun hanya memiliki waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung profil
risiko dan imbal hasil investasi, yang terbatas. Himpunan dana dari masyarakat
investor tersebut selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer
Investasi yang menjadi pihak yang dipercaya oleh Investor untuk mengelola dana
tersebut.
Manfaat yang dapat diperoleh investor jika melakukan investasi pada
produk reksadana ialah, walaupun dengan modal terbatas, investor tetap dapat
melakukan diversifikasi dalam investasi efek, sehingga mampu memperkecil
risiko. Melalui reksadana inilah, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang
besar sehingga memudahkan diversifikasi portofolio investasi. Sebagian besar
investor hanya memiliki pengetahuan dan keahlian yang terbatas untuk
menentukan saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya, yang sekiranya
baik untuk dibeli. Dengan melakukan investasi pada reksadana yang dikelola oleh
Manajer Investasi professional, maka hal tersebut bukan lagi menjadi hambatan
bagi investor untuk bisa berinvestasi di pasar modal.
Sama halnya dengan alternatif instrumen keuangan lainnya, reksadana pun
mengandung berbagai kemungkinan terjadinya risiko disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan. Beberapa risiko yang dikandung reksadana antara
lain : (1) risiko berkurangnya nilai aktiva bersih, yang dipengaruhi oleh turunnya
harga dari efek yang masuk dalam portofolio reksadana tersebut; (2) risiko
likuiditas, Manajer Investasi akan mengalami kesulitan dalam menyediakan uang
tunai apabila sebagian besar pemegang unit penyertaan melakukan redemption
atau penjualan kembali atas unit – unit penyertaan yang dipegangnya; (3) risiko
17
gagal bayar (wanprestasi), risiko ini muncul ketika perusahaan asuransi yang
mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal – hal yang tidak
diinginkan.
Jika dilihat dari portofolio investasinya (Darmadji dan Fakhruddin,
2006:212), maka reksadana dapat dibedakan menjadi :
1) Reksadana Pasar uang
Reksadana kategori ini hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat
hutang dan memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun.
2) Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana kategori ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari
aktivanya berbentuk efek yang bersifat hutang (obligasi)
3) Reksadana Saham
Reksadana kategori ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari
aktivanya berbentuk efek yang bersifat ekuitas (saham)
4) Reksadana Campuran
Reksadana kategori ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat hutang
dan efek yang bersifat ekuitas.
Dari masing – masing kategori reksadana tersebut, terdapat dua sub
kategori reksadana yaitu reksadana konvensional dan reksadana syariah.
Reksadana syariah merupakan reksadana yang mengalokasikan seluruh dana ke
dalam instrumen syariah seperti saham – saham yang tergabung dalam JII,
obligasi syariah, dan berbagai instrumen berbasis syariah lainnya untuk
18
membentuk suatu portofolio. Hal tersebut menjadi pembeda antara kedua sub
kategori reksadana ini. Sedangkan dalam hal mekanisme perdagangan, tidak ada
perbedaan antara keduanya. Suatu efek dapat memenuhi kriteria syariah apabila
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain core business dari perusahaan
penerbit efek (emiten) tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam (
sesuai dengan Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001), yaitu diantaranya : (i)
kegiatan usahanya tidak tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; (ii)
usahanya tidak bersifat ribawi atau konvensional; (iii) tidak memproduksi,
mendistribusi, dan memperdagangkan makanan dan minuman haram, serta barang
atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Dilatarbelakangi adanya perbedaan dalam kedua sub kategori reksadana
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis
komparasi kinerja reksadana untuk mengetahui apakah reksadana konvensional
ataukah reksadana syariah yang lebih baik kinerjanya. Di dalam penelitian ini
penulis akan menilai kinerja reksadana antara yang berbasis syariah dengan yang
berbasis konvensional berdasarkan kategori reksadana saham, campuran, dan
pendapatan tetap yang diterbitkan oleh dua belas perusahaan investasi yang ada di
Indonesia.
Pada prinsipnya, Islam mengakui semua kegiatan ekonomi manusia
sepanjang kegiatan tersebut sesuai dengan prinsip kehati – hatian (Prudential
management/ ikhtiyat) dan menghindari spekulasi yang di dalamnya mengandung
unsur riba, gharar dan masyir sebagaimana yang digariskan oleh Allah dalam
firman-Nya :
19
“Hai orang – orang yang beriman, jangan kalian memakan harta sesama kalian
dengan jalan yang bathil. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kalian. (QS. An – Nisaa : 79) :
Dan Allah telah menghalakan ba’i (jual beli) dan mengharamkan riba (QS : Al
Baqarah 275)
Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah,
Rasulullah menegaskan sikap Islam dalam melarang riba.
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadapi Tuhanmu dan Dia pasti akan
menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena
itu hutang akibat riba harus dihapuskan, Modal (uang pokok) kamu adalah hak
kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidak adilan.”
“Rasulullah SAW melarang jual beli dengan hasah dan penjualan gharar.” (HR.
Muslim).
Perbedaan reksadana Syariah dengan reksadana konvensional adalah
keseluruhan dalam proses manajemen portofolio, penyaringan (screening),
valuation, strategi, controlling hingga benchmarking selalu sesuai dengan prinsip
– prinsip syariah (Rindu Asytuti,2002 :3).
Alat ukur atau tolak ukur kinerja reksadana adalah NAB ( Nilai Aktiva
Bersih). Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang
bersangkutan, yaitu jumlah aktiva atau kekayaan reksadana dikurangi dengan
kewajiban – kewajiban yang ada seperti fee untuk Manajer Investasi dan Bank
Kustodian. Nilai NAB akan selalu mengalami perubahan ( naik atau turun )
20
bergantung pada kinerja aset yang merupakan portofolio reksadana tersebut. Jika
harga pasar aset – aset reksadana mengalami penurunan, maka tentu saja NAB
juga akan mengalami penurunan, dan berlaku sebaliknya. Dengan demikian,
dalam mengukur kinerja suatu reksadana tidak hanya dilihat dari imbal hasilnya
saja tetapi juga harus memperhatikan risiko yang akan ditanggung investor. Selain
itu besarnya jumlah dana kelolaan dari suatu produk reksadana yang dikelola oleh
suatu perusahaan investasi juga penting untuk dijadikan bahan penilaian kinerja,
karena dapat menjadi gambaran sebagian besar kepercayaan para incumbent
investor selama ini kepada Manajer Investasi dan perusahaan investasi yang
bersangkutan. Hal ini sekaligus mampu menggambarkan bagaimana kehandalan
seorang Manajer Investasi dalam mengelola reksadana tersebut.
1.2 Perumusan Masalah

Identifikasi Masalah
untuk lebih mengenal masalah apa yang diteliti ada beberapa identifikasi masalah
dalam penelitian ini.
 Reksadana merupakan salah satu sarana investasi bagi investor yang mulai
berkembang di Indonesia untuk itu, perlu mengenalnya reksadana syariah oleh
masyarakat sehingga masyarakat mulai menginvestasikan dananya.
 Banyaknya reksadana membuat investor harus memutuskan mana reksadana
yang menghasilkan tingkat return yang tinggi dan tingkat risiko yang rendah.
 Seberapa jauh tingkat perkembangan reksadana syariah di Indonesia, terutama
dibandingkan dengan reksadana konvensional dan investasi sejenisnya.
21

Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya membandingkan tiga kategori, yaitu reksadana saham,
reksadana campuran, dan reksadana pendapatan tetap, tanpa membandingkan
reksadana pasar uang karena memiliki return yang lebih rendah dibandingkan
ketiga reksadana lainnya.

Perumusan Masalah
Berdasarkan data BAPEPAM-LK per Februari 2008, ketika seorang
investor ingin berinvestasi pada produk reksadana yang ada di Indonesia, investor
tersebut dihadapkan pada 461 pilihan produk reksadana yang ditawarkan oleh 111
perusahaan Manajer Investasi yang ada di negeri ini. Pada umumnya investor
akan dihadapkan pada kebingungan (produk reksadana manakah yang harus
dipilih untuk dijadikan lahan berinvestasi). Setiap produk reksadana meskipun
dari jenis yang sama, bisa menghasilkan kinerja yang berbeda – beda, hal ini
dapat terjadi karena adanya kebijakan pengalokasian aset yang berbeda-beda dari
masing-masing Manajer Investasi.
Berdasarkan adanya masalah-masalah tersebut, maka penulis merumuskan
masalahnya yaitu
“Bagaimana perbandingan kinerja reksadana kategori saham, campuran, dan
pendapatan tetap berbasis syariah dengan kinerja reksadana kategori saham,
campuran, dan pendapatan tetap berbasis konvensional yang dikeluarkan
oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia?”
“Bagaimana perbandingan kinerja reksadana kategori saham, campuran, dan
pendapatan tetap berbasis syariah dengan kinerja reksadana kategori saham,
22
campuran, dan pendapatan tetap berbasis konvensional yang dikeluarkan
oleh semua perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia?”
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengilustrasikan penggunaan empat unsur atau empat kriteria, yaitu
sharpe ratio, nilai dana kelolaan, pertumbuhan dana kelolaan, dan biaya
reksadana, dalam penilaian kinerja produk reksadana yang dijadikan objek
penelitian.
2. Untuk mengetahui sub kategori reksadana apa yang lebih baik kinerjanya
antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah dari masing –
masing perusahaan investasi maupun secara keseluruhan, baik dari kategori
reksadana saham, campuran maupun dari kategori reksadana pendapatan tetap.
1.4 Manfaat Penelitian
Selain memperhitungkan profit imbal hasil dari risiko, penelitian ini juga
menilai kinerja AUM (Asset Under Management) dan struktur biaya dalam
melakukan analisis komparasi kinerja reksadana yang berbasis konvensional
dengan reksadana yang berbasis syariah. Maka dengan adanya penambahan
kriteria penilaian kinerja reksadana tersebut, penelitian ini diharapkan bisa
memberikan penilaian kinerja reksadana yang lebih sempurna dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya dan dapat bermanfaat untuk menjadi acuan bagi
para investor dan calon investor dalam mengambil keputusan ketika akan memilih
produk reksadana.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori reksadana
2.1.1 Pengertian reksadana
Reksadana merupakan kumpulan saham, obligasi, atau sekuritas jenis
lain yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan
investasi profesional (Jacobs, Bruce, 1994). Reksadana merupakan salah satu
alternatif investasi yang dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun
hanya memiliki waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung risiko investasi
yang terbatas. Undang – undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat
27 mendefinisikan reksadana sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
Dari pengertian reksadana tersebut, terdapat tiga hal yang terkait dari
definisi tersebut (Manurung, 2003), yaitu :
-
Adanya dana dari masyarakat investor
Investor dari reksadana dapat perseorangan ataupun lembaga
dimana masing – masing pihak memiliki tujuan investasi yang berbeda –
beda. Tujuan investasi para investor secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu untuk alasan keamanan (berjaga –
24
jaga), untuk mendapatkan pendapatan konstan, dan untuk mengejar
pertumbuhan nilai dana.
Secara umum dapat dikatakan bahwa investasi awal minimum
untuk membeli reksadana adalah berkisar antara Rp. 250.000 sampai
Rp.10.000.000.
Ada
pula
beberapa
reksadana
yang
menetapkan
persyaratan investasi minimum Rp.100.000.
-
Dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek
Dana yang dikumpulkan dari masyarakat diinvestasikan ke dalam
instrumen investasi atau efek seperti deposito, obligasi, saham, dan
sebagainya. Manajer Investasi membentuk portofolio dengan melakukan
alokasi aset yang berbeda – beda pada berbagai instrumen investasi sesuai
dengan perhitungan Manajer Investasi untuk mencapai tujuan investasi,
yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan.
-
Dana tersebut dikelola oleh manajer investasi
Pengelolaan reksadana dilakukan oleh perusahaan yang telah
mendapatkan izin dari BAPEPAM sebagai Manajer Investasi. Perusahaan
pengelola reksadana ini dikenal sebagai perusahaan efek atau perusahaan
investasi. Selain perusahaan Manajemen Investasi yang bergerak sebagai
pengelola dana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu
reksadana adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian memiliki wewenang
dan
tanggung
jawab
mengadministrasikan
dalam
kekayaan,
hal
baik
menyimpan,
dalam
menjaga,
pencatatan
dan
maupun
pembayaran atau penjualan kembali suatu reksadana berdasarkan kontrak
25
yang dibuat bersama manajer investasi. Dalam undang – undang pasar
modal disebutkan bahwa kekayaan reksadana wajib disimpan pada Bank
Kustodian sehingga pihak Manajer Investasi tidak memegang langsung
kekayaan tersebut. Selain itu, Bank Kustodian dilarang berafiliasi dengan
Manajer Investasi untuk menghindari adanya benturan kepentingan dalam
pengelolaan kekayaan reksadana.
2.1.2 Manfaat Reksadana
Reksadana menawarkan berbagai macam fitur untuk para pemula yang
tidak memiliki kemampuan untuk me-manage instrumen – instrumen investasi
dan hanya memiliki modal atau dana investasi yang terbatas. Manfaat yang
dapat diperoleh oleh investor jika melakukan investasi pada reksadana antara
lain (Manurung, 2003) :
a. Diversifikasi portofolio
Dengan melakukan investasi pada produk reksadana, seorang
investor walaupun tidak memiliki dana yang relatif besar, dapat memiliki
portofolio investasi dalam bentuk efek, yang terdiversifikasi. Dengan
reksadana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah besar (karena dana
yang ada dalam reksadana merupakan dana bersama dari masyarakat
investor), sehingga memudahkan diversifikasi portofolio, artinya investasi
dapat dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham dan
obligasi yang ada di pasar uang maupun di pasar modal.
26
b. Pengelolaan yang profesional
Tidak semua investor memiliki pengetahuan dan keahlian untuk
melakukan diversifikasi instrumen investasi, menentukan efek – efek yang
baik untuk dibeli atau yang sebaiknya dijual, menghitung tingkat
pengembalian dan risiko, serta dalam melakukan penilaian kinerja
investasi. Dengan melakukan investasi pada reksadana, semua hal tersebut
menjadi tanggung jawab Manajer Investasi yang profesional dan memiliki
keahlian dalam mengelola investasi.
c. Mengurangi resiko
Hanya dengan berinvestasi di suatu produk reksadana, yang berati
hanya dengan memiliki satu wadah investasi, manfaat yang dapat
diperoleh seorang investor sama dengan memiliki beragam investasi yang
terdiversifikasi (tersebar) secara optimal, sehingga dapat memperkecil
risiko.
d. Efisiensi biaya transaksi
Secara umum, investasi awal minimum untuk membeli reksadana
hanya berkisar antara Rp. 250.000,- hingga Rp. 10.000.000,-. Adapula
reksadana yang menetapkan peryaratan investasi minimum Rp.100.000,-.
Persyaratan tambahan berikutnya pada umumnya ditetapkan lebih rendah
dari nilai investasi pertama. Oleh karena penanaman modal dilakukan oleh
sejumlah pihak secara bersama – sama, maka biaya akan menjadi lebih
rendah (economics of scale). Secara umum pula, biaya pembelian
(subscription fee) berkisar antara 0% sampai 2%, sedangkan biaya
27
penjualan kembali (redumption fee) berkisar antara 0% sampai 3%. Pada
intinya biaya transaksi akan lebih rendah dibandingkan apabila investor
melakukan transaksi sendiri di pasar uang ataupun pasar modal.
e. Efisiensi Waktu
Dengan melakukan investasi pada reksadana yang dikelola oleh
Manajer Investasi profesional, investor tidak perlu repot – repot
meluangkan kebanyakan waktunya untuk melakukan riset, analisa pasar,
maupun
berbagai
pekerjaan
administrasi
yang
berkaitan
dengan
pengambilan keputusan investasi setiap hari, karena kegiatan tersebut akan
ditangani
oleh
Manajer
Investasi
secara
terarah
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Likuiditas
Bagi pemegang unit penyertaan reksadana yang memerlukan uang
tunai untuk suatu keperluan mendesak, dapat menjual kembali unit
penyertaannya kepada Manajer Investasi dengan penerimaan selambat –
lambatnya 7 hari bursa setelah tanggal transaksi penjualan kembali
disetujui oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
g. Transparansi Informasi
Manajer Investasi memiliki kewajiban yang telah ditentukan
BAPEPAM untuk memberikan informasi atas perkembangan portofolio
investasi
dan
pembiayaannya secara berkesinambungan,
sehingga
pemegang unit penyertaan dapat memantau perkembangan keuntungan,
biaya, dan tingkat risiko investasi setiap saat.
28
Manajer Investasi wajib mengumumkan NAB setiap hari serta
menerbitkan laporan keuangan secara rutin dengan pengawasan penuh
oleh BAPEPAM dan DPS (Dewan Pengawas Syariah).
2.1.3 Risiko Reksadana
Sama dengan instrumen atau wahana investasi lainnya, selain dapat
mendatangkan berbagai peluang keuntungan, reksadana juga mengandung
berbagai peluang risiko. Risiko tersebut dapat disebabkan oleh hal – hal berikut
a. Risiko berkurangnya nilai aktiva bersih
Nilai Aktiva Bersih Unit Penyertaan suatu reksadana kemungkinan
dapat mengalami penurunan apabila terdapat efek ( saham obligasi dan
surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio yang harganya
mengalami penurunan atau perusahaan penerbit efek mengalami suatu
kejadian seperti kesulitan likuiditas sehingga pembayaran bunga atas efek
bersifat hutang tertunda.
b. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan dari Manajer Investasi
untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai saat
pemegang unit penyertaan melakukan redemption. Jika sebagian besar
pemegang unit penyertaan melakukan penjualan kembali unit penyertaan
kepada Manajer Investasi, maka Manajer Investasi dapat mengalami
kesulitan likuiditas untuk menyediakan uang tunai tersebut dengan segera.
29
c. Risiko wanprestasi
Manajer investasi akan berusaha memberikan hasil investasi
terbaik kepada pemegang unit penyertaan. Namun wanprestasi dapat
terjadi akibat adanya hal – hal yang tidak diinginkan atau kondisi luar
biasa (force majeur) yang menyebabkan kegagalan emiten dalam
memenuhi kewajibannya. Perusahaan asuransi yang mengasuransikan
kekayaan reksadana pun tidak segera membayar ganti rugi atau membayar
lebih rendah dari nilai pertanggungan. Hal ini tentu akan mempengaruhi
hasil investasi atau menyebabkan penurunan NAB reksadana.
d. Risiko perubahan politik, ekonomi dan peraturan
Perubahan kondisi politik, ekonomi, dan peraturan perpajakan serta
peraturan – peraturan lainnya khususnya pada pasar uang dan pasar modal
nasional maupun internasional dapat mempengaruhi kinerja bursa dan
perusahaan (emiten), yang kemudian berdampak pada nilai investasi pada
reksadana.
e. Risiko nilai tukar
Portofolio investasi dapat dilakukan baik dalam mata uang rupiah
maupun mata unag asing, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya rugi
kurs valuta asing atas sekuritas yang termasuk foreign invesment dalam
portofolio dan menyebabkan terjadinya penurunan Nilai Aktiva Bersih
reksadana yang bersangkutan.
30
2.1.4 Klasifikasi reksa dana
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 212), reksadana dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang, antara lain dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3)
portofolio investasi, (4) tujuan investasi.
2.1.4.1
Berdasarkan bentuk
Dilihat dari bentuknya, reksadana dapat dibedakan menjadi :
a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type)
Perusahaan penerbit reksadana bentuk ini menghimpun dana
dengan menjual saham, kemudian dana dari hasil penjualan saham tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar
uang dan pasar modal. Reksadana bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas
2) Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara
Direksi Perusahaan dan Manajer Investasi yang ditunjuk
3) Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara
Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contarctual Type)
Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara Manajer Investasi
dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP),
dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio
investasi
kolektif
sedangkan
Bank
Kustodian
berwenang
untuk
melaksanakan penitipan kolektif. Reksadana bentuk inilah yang lebih
31
populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan
reksadana berbentuk perseroan. Reksadana bentuk ini mempunyai ciri –
ciri sebagai berikut :
1) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
2) Pengeloaan reksadana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan
kontrak.
3) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank
Kustodian berdasarkan kontrak.
2.1.4.2
Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifatnya, reksadana dapat dibedakan menjadi :
a. Reksadana bersifat tertutup
Reksdana Tertutup merupakan suatu bentuk reksadana yang investor
pemegang unit penyertaannya tidak dapat menjual kembali unit pemnyertaan
tersebut kepada Manajer Investasi. Pemegang unit penyertaan hanya dapat
menjual kembali unit penyertaan melalui Bursa Efek tempat saham tersebut
dicatatkan.
b. Reksadana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)
Reksadana Terbuka merupakan reksadana yang pemegang unit
penyertaannya dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimiliki setiap
saat diinginkan langsung kepada Manajer Investasi. Manajer Investasi
reksadana melalui Bank Kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai
Aktiva Bersih per unit penyertaan pada saat tersebut.
32
2.1.4.3
Berdasarkan portofolio investasi
Jika dilihat berdasarkan portofolio investasinya, maka reksadana dapat
dibedakan menjadi :
a. Reksadana Pasar Uang
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya menjaga likuiditas dan
pemeliharaan modal dengan membentuk portofolio yang terdiversifikasi pada
berbagai instrumen jangka pendek (kurang dari satu tahun), seperti Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial
Paper, Promissory Notes, Call Money, Banker Acceptance, Repurchase
Agreement, dan lain – lain.
b. Reksadana Pendapatan Tetap
Pengalokasian aset pada reksadana pendapatan tetap dikonsentrasikan
pada berbagai tipe obligasi yang dikelompokkan menjadi obligasi pemerintah,
obligasi korporasi, dan obligasi pemerintah daerah (municipal bond) yang
dapat mengeneralisasi adanya tingkat pengembalian yang stabil dengan
tingkat kemungkinan risiko yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang,
namun lebih rendah dibandingkan dengan kemungkinan risiko pada reksadana
saham.
c. Reksadana saham
Reksadana jenis ini mengalokasikan lebih dari 80 % dananya pada
efek yang bersifat ekuitas (saham), terutama saham biasa (common stock).
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, risiko tinggi”.
Artinya, reksadana saham merupakan surat berharga yang memberikan
33
peluang keuntungan yang tinggi, namun memberikan potensi risiko yang
tinggi pula.
d. Reksadana campuran
Reksadana campuran membentuk diversifikasi portofolio dengan
mengkombinasikan pengalokasian aset pada saham, sekuritas pendapatan
tetap, dan efek pasar uang. Komposisi pengalokasian aset diantara ketiganya
berbeda – beda tergantung pada kebijakan masing – masing. Manajer
Investasi, dan biasanya kebijakan investasi ini tercantum pada masing –
masing prospektus reksadana.
2.1.4.4
Berdasarkan Tujuan Investasi
Klasifikasi reksadana berdasarkan tujuan investasinya terbagi atas :
a. Growth Fund
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan
nilai dana, sehingga biasanya reksadana ini mengalokasikan dananya pada
saham.
b. Income Fund
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mendapatkan pendapatan
yang konstan, sehingga reksadana jenis ini mengalokasikan dananya pada
obligasi atau surat hutang.
c. Safety Fund
Reksadana jenis ini lebih mengutamakan keamanan daripada
pertumbuhan. Pengalokasian dananya lebih ditempatkan pada instrumen –
34
instrumen di pasar uang saperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
surat utang jangka pendek.
2.1.4.5
Berdasarkan Hukum
Karena penelitian ini ingin membandingkan kinerja reksadana
konvensional dengan reksadana berbasis syariah, maka penulis menambahkan
teori pengklasifikasian reksadana berdasarkan hukum. Klasifikasi reksadana
berdasarkan hukum terbagi atas :
a. Reksadana Konvensional
Reksadana Konvensional merupakan suatu instrumen reksadana yang
keberadaannya tidak berlandaskan pada prinsip – prinsip syariah atau syariat
islam. Unsur – unsur yang dikandung oleh reksadana konvensional yang tidak
sesuai dengan syariat islam antara lain dalam segi akad, operasi, investasi,
transaksi dan pembagian keuntungannya. Reksadana konvensional bebas
berinvestasi di berbagai instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
– perusahaan dari berbagai bidang usaha termasuk bidang perjudian,
pelacuran, pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan
ribawi, dan lain – lain yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip – prinsip
syariah. Meskipun demikian, sebenarnya dalam reksadana konvensional berisi
akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil
(mudharabah/ musyarakah). Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti
memajukan perekonomian, saling memberikan keuntungan diantara para
pelakunya, meminimalkan risiko dalam pasar modal dan sebagainya.
35
b. Reksadana Syariah
Pada dasarnya, reksadana syariah merupakan islamisasi dari reksadana
konvensional. Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shabul
mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer
Investasi sebagai wakil (shahibul mal) menurut ketentuan dan prinsip syariah
Islam.
Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah
reksadana syariah memiliki kebijaksanaaan investasi yang berbasis instrumen
investasi pada portofolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika
perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan
usaha – usaha yang bertentangan dengan prinsip – prinsip Islam seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Disamping itu dalam pengelolaan dana reksadana ini
tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah
spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan
diantara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi modal
yang dimiliki.
Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No. 20/DSN/MUI/VI/2001. Fatwa tersebut memuat antara lain (Permata,Wulan : 2007) :
1) Pada reksadana konvensional, masih terdapat unsur – unsur yang
bertentangan dengan syariah, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi,
maupun dari segi pembagian keuntungan.
36
2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran
umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha,
penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat hutang
yang sesuai dengan syariah.
3) Jenis usaha Emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh
melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan
ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman haram serta barang –barang atau jasa – jasa yang
merusak moral dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan
investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati – hatian dan tidak
boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh
melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki,
insider trading-menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan
informasi orang dalam untuk keuntungan bertransaksi yang dilarang, serta
melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih
dominan dari modalnya.
4) Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksadana syariah jika
struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembayaran
hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung
unsur riba. Emiten memiliki Nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82%
(hutang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak
melanggar prinsip usaha yang Islami.
37
5) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari : Wakalah antara
Manajer Investasi dan pemodal; serta mudharabah antara Manajer
Investasi dengan pengguna investasi.
6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian
keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh Manajer Investasi) dan
pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad
yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi
tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menanggung risiko sebesar dana
yang telah diberikan, (3) Manajer Investasi sebagai wakil pemodal tidak
menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang
bukan karena kelalaiannya.
7) Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah
adalah:
a) Penghasilan dari saham dapat berupa (1) dividen yang merupakan bagi
hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba, baik yang dibayarkan
dalam bentuk saham, (2) Rights yang merupakan hak untuk memesan
efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten,(3) capital gain yang
merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar
modal.
b) Penghasilan obligasi yang sesuai dengan syariah : bagi hasil yang
diterima secara periodik dari laba emiten.
c) Penghasilan dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan
syariah : bagi hasil yang diterima oleh Issuer.
38
d) Penghasilan dari deposito dapat berupa : bagi hasil yang diterima dari
bank – bank syariah.
2.1.5 Pengelola Reksa Dana
Pengelolaan reksadana dilakukan oleh perusahaan Manajemen Investasi
yang telah mendapatkan izin dari BAPEPAM. Perusahaan Manajemen Investasi
yang mengelola reksadana ini dapat berupa perusahaan yang secara khusus
bergerak sebagai perusahaan investasi (invesment management company)
ataupun perusahaan efek yang pada umumnya membentuk divisi tersendiri yang
khusus menangani reksadana.
Selain perusahaan manajemen investasi yang berfungsi sebagai
pengelola reksadana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan reksadana
adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian memiliki wewenang dan tanggung
jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan,
baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksadana sesuai
dengan kontrak yang telah ditetapkan bersama Manajer Investasi.
Undang – undang Pasar Modal menyebutkan bahwa Manajer Investasi
tidak boleh memegang langsung kekayaan reksadana. Kekayaan reksadana
tersebut wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak memiliki afiliasi
dengan Manajer Investasi untuk menghindari adanya kecurangan atau benturan
kepentingan dalam pengelolaan kekayaan tersebut.
39
2.1.6 Teori Distribusi Normal
Distribusi normal (distribusi Gauss) adalah distribusi profitabilitas yang
paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal
baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku
satu. Distribusi ini juga dijuluki kurs lonceng (bell curve) karena grafik fungsi
kepekatan profitabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng.
Dalam distribusi normal, profitabilitas untuk suatu interval nilai variabel
digambarkan
sebagai
suatu
luas
wilayah.
Sehingga untuk
keperluan
profitabilitas, luas seluruh wilayah di bawah kurva harus sama dengan satu
tahun (100%). Karena kurva simetris, maka luas wilayah di sebelah kanan garis
tegak lurus di atas rata-rata sama dengan 0,5 (50%) dan di sebelah kirinya juga
sama dengan 0,5 (50%).
σ
µ
x
Untuk mencari profitabilitas suatu interval dari variabel random
kontinyu, dapat dipermudah dengan bantuan distribusi normal standar (Z).
Rumus
untuk
memperoleh
variabel
normal
standar
Z
adalah
(Mulyono,Sri,2003):
Z= (x-µ)/ σ
Dimana :
x = nilai variabel random
40
µ = rata-rata variabel random
σ = deviasi standar variabel random
2.2 Penelitian Terdahulu
Ahmad Mujahid (2007) meneliti tentang analisis perbandingan kinerja
reksadana syariah terhadap kinerja reksadana konvensional ( studi kasus pada
jenis reksadana campuran ) dengan periode penelitian selama tahun 2004 – 2006
dengan menggunakan metode Sharpe ( Excess return to variability ), Treynor (
Excess return to beta ), Jensen ( Differential return ) dan pengujian statistik dapat
diambil kesimpulan :
1. Reksadana Syariah memperlihatkan hasil return yang kecil dibandingkan
dengan reksadana konvensional dan tolak ukur IHSG dan SBI. Dan juga
dengan tolak ukurnya JII dan SWBI masih lebih kecil dari segi return-nya.
2. Reksadana Syriah memperlihatkan hasil variance dan standar deviasi
(unsystematic risk), Beta (systematic risk) yang tinggi dibandingkan
dengan reksadana konvensional dengan tolak ukur IHSG dan SBI. Dan
juga dengan tolak ukurnya yakni JII dan SBI masih lebih tinggi dari segi
risikonya.
3. Reksadana Syariah memperlihatkan hasil return dan risk yang tidak baik
dibandingkan dengan reksadana konvensional, IHSG dan SBI dari segi
risk adjusted return-nya. Dan juga bila dengan investasi pembanding
reksadana syariah memiliki hasil yang tidak baik dari JII dan SWBI.
4. Berdasarkan hasil uji paired sample t test menunjukkan bahwa kinerja
reksadana
syariah
terdapat
perbedaan
dengan
kinerja
reksadana
41
konvensional, dengan menggunakan perbedaan model Sharpe, Jensen, dan
Treynor sehingga antar sampel tidak terdapat hubungan yang erat.
5. Reksadana Syariah masih belum mengalami kemajuan baik. Maka
diperlukan upaya dari semua pihak untuk memajukan reksadana syariah,
yakni diberi kemudahan oleh pemerintah semoga reksadana syariah makin
diminati investor.
Penelitian untuk membandingkan kinerja reksadana syariah terhadap
reksadana konvensional juga pernah dilakukan oleh Sofyan S. Harahap (2002).
Dalam jurnalnya mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah
Terhadap Reksadana Konvensional Periode Tahun 1997 – 2001”. Beliau
menggunakan sampel penelitian yakni Dana Reksa Mawar (reksadana
konvensional) dibawah naungan satu manajemen investasi dengan PT. Danareksa
Invesment Management. Evaluasi performa didasarkan pada perbandingan
langsung, metode sharpe, Treynor dan Jensen.
Dalam penelitiannya tersebut menghasilkan bahwa selama penelitian
dengan menggunakan metode pembanding langsung, kinerja reksadana syariah
(dana reksa syariah) lebih baik jika dibandingkan dengan reksadana konvensional
(Dana Reksa Mawar). Kinerjanya berdasarkan tolok ukur, dalam hal ini 20 % SBI
1 bulan dan 80 % IHSG, kinerja reksadana syariah dan konvensional lebih rendah.
Dengan metode Sharpe, hasil yang didapat bahwa kinerja reksadana syariah lebih
baik jika dibandingkan dengan reksadana konvensional. Dalam metode Treynor,
hasil yang disimpulkan yakni : kinerja reksadana syariah lebih rendah jika
dibandingkan dengan reksadana konvensional. Namun, kinerja masing – masing
42
reksadana lebih rendah jika dibandingkan dengan tolok ukur. Sedangkan dengan
metode Jensen analisa kinerja reksadana syariah lebih baik jika dibandingkan
dengan reksadana konvensional. Namun kinerja reksadana konvensional
(Reksadana Mawar) lebih rendah jika dibandingkan dengan tolok ukur. Dalam
perkembangan terakhir sejak awal tahun 2003, Danareksa Invesment Management
menutup dan melikuidasi reksadana syariah. Hal ini disebabkan dengan
membaiknya iklim investasi di pasar modal yang ditandai naiknya IHSG secara
drastis, ternyata return yang diberikan reksadana syariah lebih rendah jika
dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Perbandingan kinerja reksadana juga pernah diteliti oleh Setyaningsih
(2000) dengan judul jurnal “Perbandingan Kinerja Reksadana di Indonesia
Periode 1997 – 1999”. Dalam penelitiannya terhadap 34 reksadana pendapatan
tetap, 21 reksadana saham, 20 reksadana campuran, 5 reksadana pasar uang,
dengan mencari perbandingan dengan alat ukur NAB, Return dan variance
didapat hasil perhitungan nilai F hitung ANOVA didapatkan F hitung sebesar 2,55
dengan probabilitas kapasitas sebesar 6,3 %, tingkat kesalahan tersebut lebih kecil
dari 5 % maka hipotesis nihil diterima sedangkan hipotesis alternatifnya ditolak.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan
antara jenis reksadana pasar uang, reksadana saham, reksadana pendapatan tetap
dan reksadana campuran di Indonesia.
Dengan level kesalahan 5 % hipotesis pertama terbukti kebenarannya. Jika
level of significancy 10 % maka hipotesis nihil ditolak sedangkan hipotesis
alternatifnya diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaaan kinerja
43
yang signifikan antara reksadana jenis pasar uang, saham, obligasi dan campuran
di Indonesia. Dengan level kesalahan 10 % hipotesis pertama telah dapat
dibuktikan kebenarannya. Hasil perbandingan kinerja reksadana diperoleh
reksadana saham mempunyai kinerja lebih baik jika dibandingkan dengan tiga
reksadana lainnya, sehingga hipotesis keempat dapat dibuktikan kebenarannya.
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran akan menjelaskan alur pengolahan data kinerja
reksadana yang dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai perbandingan
investasi pada reksadana. dalam penelitian ini, skema penelitiannya akan
ditunjukkan pada gambar 2.1
2.4 HIPOTESIS
Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu harus ditentukan hipotesis
yang digunakan. hipotesis yaitu dugaan mengenai suatu hal atau masalah.
hipotesis biasanya disajikan dalam bentuk pernyataan atau dilambangkan dengan
angka. hipotesis untuk penelitian ini yaitu :

H0 : “tidak ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis
syariah dengan reksadana berbasis konvensional”

H1 : “ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis syariah
dengan reksadana berbasis konvensional”
44
Gambar 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Reksadana Syariah
Maret 2005- Maret 2008
Reksadana Konvensional
Maret 2005- Maret 2008
Reksadana Saham, Campuran
dan Pendapatan Tetap
Proses Olah Data
Data NAB
Reksadana
SBI
Jumlah AUM
Pertumbuhan
AUM
Biaya
Reksadana
Hitung Skor
Perumbuhan
AUM
Hitung Skor
Biaya
Reksadana
Hitung
Excess
Return
Hitung
Standar
Deviasi
Hitung
Sharpe Ratio
Hitung Skor
Sharpe Ratio
Hitung Skor
Jumlah AUM
Hitung Skor Total
Uji T
Membandingkan Kinerja Reksadana
Syariah dan Konvensional
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini mencoba untuk membandingkan dan mengetahui sub
kategori reksadana apakah yang menghasilkan kinerja yang lebih baik antara
reksadana syariah dan reksadana konvensional, baik dari kategori reksadana
saham, campuran maupun dari reksadana kategori pendapatan tetap.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus yang tertera pada
tabel 3.1. Dua puluh delapan produk reksadana yang dijadikan objek dalam
penelitian ini berasal dari dua belas perusahaan investasi di Indonesia yang
mengeluarkan produk reksadana dari sub kategori konvensional dan dari sub
kategori syariah untuk kategori reksadana yang sama (saham, campuran, atau
pendapatan tetap). Selain itu, produk reksadana baik dari sub kategori
konvensional maupun syariah dari masing – masing perusahaan investasi tersebut
telah beroperasi lebih dari satu tahun terhitung mundur sejak bulan Maret 2008.
Penilaian dilakukan melalui pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB),
besarnya nilai dana kelolaan (AUM), tingkat pertumbuhan dana kelolaan, dan
besarnya biaya reksadana dari masing – masing objek penelitian.
Reksadana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana yang
terdaftar dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana
yang berasal dari dua belas perusahaan investasi di Indonesia yang menawarkan
produk reksadana baik dari sub kategori reksadana konvensional maupun syariah
46
dalam kategori yang sama (saham, campuran, atau pendapatan tetap) dan telah
beroperasi lebih dari satu tahun (terhitung mundur dari bulan Maret 2008).
Ringkasan mengenai reksadana yang menjadi objek penelitian terdapat
pada tabel 3.1
3.2 Metode Pemilihan Sampel
Ada dua puluh delapan produk reksadana (terdiri atas 14 produk reksadana
dari sub kategori syariah dan 14 produk reksadana dari sub kategori konvensional)
yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai objek dalam penelitian ini.
Untuk kategori reksadana saham, produk reksadana yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan objek penelitian hanya berasal dari PT Trimegah Securities. Ada 10
perusahaan Investasi yang produk reksadananya memenuhi kriteria untuk menjadi
objek penelitian untuk kategori reksadana campuran, yaitu : 1) PT Trimegah
Securities 2) PT Recapital Asset Management 3) PT Mega Capital Indonesia 4)
PT Danareksa Invesment Management 5) CIMB-GK Securities Indonesia 6) PT
Mandiri Invesment Management 7) PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 8) PT
Kresna Graha Sekurindo 9) PT BNI Securities 10) PT Euro Capital Peregrine
Securities. Untuk kategori reksadana pendapatan tetap, terdapat 6 produk
reksadana dari 3 perusahaan investasi yang memenuhi kriteria penilaian,yaitu : 1)
PT Bhakti Asset Management 2) PT BNI Securities 3) PT PNM. Daftar reksadana
yang menjadi objek penelitian secara alebih terperinci terlihat pada tabel 3.1.
Data yang diambil adalah data Nilai Aktiva Bersih (NAB), jumlah dana
kelolaan, tingkat pertumbuhan jumlah dana kelolaan, dan besarnya biaya
47
reksadana dari masing – masing objek produk reksadana. Untuk reksadana
kategori saham, yang akan dinilai dan dibandingkan adalah kinerja satu tahun
(dari Maret 2007 hingga Maret 2008), sedangkan untuk kategori reksadana
campuran dan pendapatan tetap yang akan dinilai dan dibandingkan adalah kinerja
satu tahun ( dari Maret 2007 hingga Maret 2008 ), kinerja dua tahun (dari Maret
2006 hingga Maret 2008 ), dan kinerja tiga tahun ( dari Maret 2005 hingga Maret
2008 ).
3.3 Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini penilaian kinerja reksadana – reksadana yang akan
dibandingkan dan dianalisa, tidak hanya menggunakan metode risk-adjusted
return, akan tetapi juga dengan menambahkan 3 unsur baru sebagai kriteria
penilaian kinerja yaitu besarnya AUM (Asset Under Management), pertumbuhan
AUM, dan biaya reksadana. Metode penilaian kinerja dalam penelitian ini
sebelumnya pernah digunakan oleh Majalah Investor dan PT Infovesta Utama
(perusahaan researcher reksadana dan penyedia informasi reksadana terpadu)
dalam melakukan peningkatan reksadana 2007 (Majalah Investor edisi 28
Februari-13 Maret 2007). Metode penilaian kinerja reksadana termasuk kriteria –
kriteria yang digunakan dalam penilaian kinerja reksadana tersebut merupakan
hasil masukan dari berbagai pihak, seperti pelaku industri, pemodal dan analisis di
Indonesia.
Dalam penilaian kinerja, risk adjusted return akan dihitung menggunakan
sharpe ratio.
48
Sharpe = risk premium return / standard deviation
Untuk menghitung sharpe ratio tersebut, yang dibutuhkan adalah data
NAB harian dari masing - masing reksadana selama periode penelitian. Kemudian
akan dilakukan pemeriksaan apakah selama periode penelitian terdapat tanggal
yang tidak ada data NAB-nya ( karena tanggal tersebut merupakan hari libur
nasional atau karena sebab – sebab lainnya ). Jika ada yang masih kosong maka
diisi dengan NAB pada tanggal sebelumnya. Data NAB ini dapat diperoleh di
situs BAPEPAM. Selain data NAB, untuk menghitung biaya sharpe ratio juga
diperlukan data SBI-3 bulan yang akan digunakan sebagai risk free return.
Nilai asset under management atau besarnya dana kelolaan dari masing –
masing reksadana yang dijadikan objek penelitian, bisa diperoleh dari situs
BAPEPAM atau dalam prospektus reksadana. Nilai AUM tersebut merupakan
hasil perkalian dari NAB dengan jumlah unit penyertaan (satuan kepemilikan
reksadana). Pertumbuhan AUM sendiri akan dihitung dari besarnya persentase
perubahan nilai AUM pada awal periode penelitian hingga di akhir periode
penelitian. Sedangkan untuk biaya reksadana, data bisa didapatkan dari
prospektus reksadana atau dengan berlangganan situs www.infovesta.com. Biaya
reksadana yang dipergunakan meliputi biaya pemesanan (subscription fee),
redemption fee, serta fee untuk Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
Setelah data – data tersebut didapat, langkah selanjutnya adalah
melakukan skoring pada setiap reksadana yang diteliti sesuai dengan besarnya
nilai pada masing – masing kriteria peniaian kinerja. Skoring didasarkan pada
metode distibusi normal standar Z. Lalu ditentukan besarnya bobot untuk masing
49
– masing kriteria penilaian. Karena unsur risk-adjusted return (RAR) sangat
penting, maka unsur ini mendapat bobot penilaian paling tinggi yaitu 50%,
sedangkan bobot nilai AUM 30%, pertumbuhan AUM 10 %, dan biaya reksadana
10% (Tim Majalah Investor dan Infovesta, 2007). Setelah itu akan dilakukan uji
beda rata – rata, untuk mengetahui apakah antara kinerja reksadana berbasis
syariah
dengan
kinerja
reksadana
berbasis
konvensional
tepat
untuk
diperbandingkan.
Seluruh pengolahan dan perhitungan didalam penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder karena berasal dari data yang telah mengalami proses pengolahan
kembali. Data yang dipergunakan terdiri dari :
1) Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan
Penelitian mempergunakan data NAB per unit penyertaan dari masing –
masing reksadana yang menjadi objek penelitian. Untuk reksadana Danareksa
Syariah Berimbang, Danareksa Anggrek, BNI Dana Syariah, BNI Dana Plus, BNI
DanaPlus Syariah, dan BNI Dana Flexible, data dikumpulkan terhitung mulai
tanggal 15 Maret 2005 sampai tanggal 15 Maret 2008. untuk reksadana PNM
Amanah Syariah, PNM Dana Sejahtera II, Reksadana Capital Syariah, Reksadana
Capital Flexi, Mandiri Investa Syariah Berimbang, Mandiri Investa Aktif, AAA
Amanah Syariah Fund, AAA Balanced Fund, IPB Syariah, dan IPB Kresna, data
dikumpulkan sejak 15 Maret 2006 hingga tanggal 15 Maret 2008. Untuk
reksadana Trim Syariah Saham, Trim Kapital, Trim Syariah Berimbang, Trim
50
Kombinasi, Mega Dana Syariah, Mega Dana Campuran, Kausar Balanced Growth
Syariah, CIMB-GK Arjuna Berkembang, Euro Peregrine Syariah Balanced Plus,
Euro Peregrine Berimbang Plus, Big Dana Muamalah, dan Big Dana Likuid, data
dikumpulkan mulai tanggal 15 Maret 2007 hingga tanggal 15 Maret 2008.
Keseluruhan data NAB per unit dari masing-masing reksadana tersebut
dapat diperoleh dari situs BAPEPAM.
Tabel 3.1.
Daftar Reksadana dan Periode Penilaian Reksadana
Kategori
Reksadana
Perusahaan
Investasi
Nama Reksadana
Syariah
Nama Reksadana
Konvensional
Saham
Trimegah
Securities
Trimegah
Securities
Mega Capital
Ind.
CIMB-GK Sec.
Ind.
Trim Syariah
Saham
Trim Syariah
Berimbang
Mega Dana
Syariah
Kausar Balanced
Growth Syariah
Trim Kapital
Periode
Penilaian
Kinerja
1 tahun
Trim Kombinasi
1 tahun
1 tahun
Campuran
Euro Capital
Peregrine
Campuran
Capital Flexi
1 tahun, 2 tahun
Mandiri Investa
Aktif
AAA Balanced
Fund
IPB Kresna
Anggrek
Campuran
BNI Securities
Dana Flexible
Pendapatan
Tetap
Pendapatan
Tetap
Pendapatan
Tetap
Bhakti Asset
Mgt.
PNM
Investa Syariah
Berimbang
AAA Amanah
Syariah Fund
IPB Syariah
Danareksa
Syariah
Berimbang
DanaPlus
Syariah
Big dana
muamalah
Amanah Syariah
1 tahun, 2 tahun
Campuran
Campuran
Recapital Asset
Mgt.
Mandiri Mgt.
Inmvestasi
Andalan Artha
Advisindo
Kresna Graha
Danareksa
Euro Peregrine
Syariah Balanced
Plus
Capital Syariah
Mega Dana
Campuran
CIMB-GK
Arjuna
Berkembang
Euro Peregrine
Berimbang Plus
Big Dana Likuid
1 tahun, 2 tahun,
3 tahun
1 tahun
Dana Sejahtera
1 tahun, 2 tahun
BNI Securities
Dana Syariah
Dana Plus
1 tahun, 2 tahun,
3 tahun
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
Campuran
1 tahun
1 tahun
1 tahun, 2 tahun
1 tahun, 2 tahun
1 tahun, 2 tahun,
3 tahun
Sumber Bapepam, 2008
51
2) Tingkat Suku SBI-3 bulan
Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia-3 bulan digunakan sebagai
acuan tingkat pengembalian aset bebas risiko. Menurut Sharpe, Alexander, Bailey
(1995:147), kriteria dari sekuritas bebas risiko adalah sekuritas yang memberikan
investor suatu tingkat pengembalian yang pasti sepanjang horizon waktunya dan
tidak memiliki risiko default. Data SBI-3 bulan yang digunakan dalam penelitian
ini dikumpulkan sejak tanggal 15 Maret 2005 hingga 15 Maret 2008, dan data
tersebut diperoleh melalui situs Bank Indonesia.
3) Jumlah dana kelolaan (Asset Under Management)
Data jumlah dana kelolaan (AUM) yang dipergunakan adalah data AUM
per tanggal 14 Maret 2008 dari masing-masing reksadana yang menjadi objek
penelitian. Untuk penilaian kinerja satu tahun, pertumbuhan AUM dinilai dari
persentase perubahan jumlah dana kelolaan dari tanggal 14 Maret 2006 hingga
tanggal 14 Maret 2008. Sedangkan untuk penilaian kinerja tiga tahun,
pertumbuhan AUM dinilai dari persentase perubahan jumlah dana kelolaan dari
tanggal 14 Maret 2005 hingga tanggal 14 Maret 2008. keseluruhan data AUM
yang digunakan dapat diperoleh dari situs BAPEPAM.
4) Biaya reksadana
Data biaya reksadana yang dipergunakan dalam skripsi ini meliputi biaya
pembelian, biaya penjualan, fee untuk Manajer Investasi, fee untuk Bank
Kustodian, dari masing-masing reksadana yang menjadi objek penelitian. Data
keseluruhan biaya reksadana tersebut dapat diperoleh dari prospektus masingmasing reksadana yang ada di situs BAPEPAM, namun karena tidak semua
52
reksadana mem-publish prospektusnya pada situs tersebut, maka penulis
mendapatkan sebagian data biaya reksadana dengan berlangganan situs PT
Infovesta Utama, sebuah perusahaan penyedia informasi reksadana terpadu.
3.4 Metode Analisis
Langkah-langkah dalam menganalisis data yang diperoleh dari situs
BAPEPAM, situs BI, dan dari situs Infovesta Utama untuk menilai dan
membandingkan kinerja reksadana adalah sebagai berikut :
3.4.1 Mengukur Return NAB
Mengukur return portofolio dalam hal ini perubahan harga Nilai Aktiva
Bersih (NAB) dari periode t dikurangi NAB periode sebelumnya t-1 lalu dibagi
dengan NAB periode t-1, pengukuran dalam hal ini hanya akan mengukur
capital gain tanpa memasukkan unsur deviden.
Secara matematis, return NAB reksadana per unit adalah sebagai
berikut:
Ri = ln(NABt/NABt-1)
Dimana :
Ri
: Return Reksadana
NABt
: NAB per unit pada hari ke t
NABt-1
: NAB
per unit pada hari ke t-1
53
3.4.2 Mengukur rata-rata dari return aset bebas resiko
Risk free asset of return adalah investasi instrumen keuangan yang
memiliki nilai nol atau paling kecil. Menurut Rindu Asytuti (2003:51), dalam
hal ini Rata-rata dari return aset bebas resiko (SBI-3 bulan) mingguan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
RFR 
RFR
52
Dimana :
RFR = rata-rata dari return SBI
3.4.3 Mengukur risiko
Standar yang digunakan untuk menghitung total risiko (risiko
sistematik dan tidak sistematik) dari suatu instrumen investasi dikenal dengan
standar deviasi (σi), perhitungan standar deviasi dilakukan dengan
menggunakan formula STDEV pada software Microsoft Excel. Langkahlangkah untuk mendapatkan nilai standar deviasi adalah sebagai berikut :
a. Menghitung return NAB mingguan dari masing-masing reksadana yang
menjadi objek penelitian
b. Menghitung standar deviasi mingguan dengan mempergunakan fungsi
STDEV pada return NAB mingguan
c. Menghitung standar deviasi tahunan dengan mengkalikan standar deviasi
mingguan dengan SQRT(52)
3.4.4 Mengukur risk adjusted return measure of portfolio performance
Sharpe merupakan alat ukur kinerja suatu portofolio yang dinyatakan
sebagai rasio excess return portofolio terhadap total risiko (standar deviasi).
54
S1 
R i  RFR
i
Dimana :
Ri
= rata-rata dari return portofolio i selama periode pengamatan
RFR = rata-rata dari return aset bebas risiko selama periode pengamatan
σi
= standar deviasi dari return portofolio i selama periode pengamatan
langkah-langkah
untuk
mengukur
kinerja
portofolio
dengan
menggunakan metode Sharpe adalah sebagai berikut :
a. Menghitung return NAB mingguan dari masing-masing reksadana yang
menjadi objek penelitian.
b. Menghitung rata-rata return NAB mingguan dengan fungsi AVERAGE.
Kemudian dilanjutkan menghitung rata-rata return NAB tahunan yaitu
dengan mengkalikan rata-rata return NAB mingguan dengan 52.
c. Menghitung standar deviasi mingguan dengan mempergunakan fungsi
STDEV pada return NAB mingguan. Kemudian dilanjutkan dengan
menghitung standar deviasi tahunan dengan mengkalikan standar deviasi
mingguan dengan SQRT(52).
d. Menghitung rata-rata tahunan suku bunga SBI-3 bulan (risk free rate).
e. Menghitung sharpe ratio dengan mengkurangkan rata-rata tahunan
return NAB dengan rata-rata tahunan risk free rate, kemudian hasilnya
(excess return) dibagi dengan standar deviasi tahunan.
55
3.4.5 Mengukur pertumbuhan Asset Under Management
gAUM = (AUMt – AUMt-1) / AUMt-1
Dimana :
gAUM
: Pertumbuhan AUM (jumlah dana kelolaan)
AUMt
: Asset Under Management pada tahun t
AUMt-1
: Asset
Under Management pada tahun t-1
Untuk perhitungan kinerja reksadana periode satu tahun, pertumbuhan
AUM yang dinilai adalah pertumbuhan AUM dari tanggal 14 Maret 2007
hingga tanggal 14 Maret 2008. untuk perhitungan kinerja reksadana periode
dua tahun, pertumbuhan AUM yang dinilai adalah pertumbuhan AUM dari
tanggal 14 Maret 2006 sampai tanggal 14 Maret 2008. Sedangkan untuk
perhitungan kinerja reksadana periode tiga tahun, pertumbuhan AUM yang
dinilai adalah pertumbuhan AUM dari tanggal 14 Maret 2005 hingga tanggal
14 Maret 2008.
3.4.6 Mengukur biaya reksadana
Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Majalah
Investor dan PT Infovesta Utama, besarnya biaya reksadana yang digunakan
sebagai salah satu kriteria penilaian, didapat dengan menjumlahkan biaya
Manajer Investasi, biaya Bank Kustodian, biaya pembelian dan biaya
penjualan reksadana dari masing-masing produk reksadana yang termasuk
dalam penilaian.
3.4.7 Mengukur normalisasi skor
Pemberian skor pada keempat variabel menjadi ukuran kinerja
reksadana (yaitu Sharpe, AUM, growth AUM, dan biaya reksadana) dari
56
masing-masing reksadana dilakukan dengan menggunakan metode distribusi
normal standar atau normalisasi skor yang dapat dilakukan pada software
Microsoft Excel. Langkah-langkah pemberian skor pada setiap variabel adalah
sebagai berikut :
a. Menghitung rata-rata dari nilai sharpe keseluruhan reksadana yang
menjadi objek penelitian.
b. Menghitung standar deviasi dari nilai sharpe keseluruhan reksadana
yang menjadi objek penelitian
c. Menggunakan fungsi STANDARDIZE (nilai sharpe reksadana x, ratarata nilai sharpe, standar deviasi nilai sharpe), sehingga didapatkan nilai
z (z-score)
d. Kemudian
menggunakan
fungsi
NORMSDIST
(nilai
z)
untuk
mendapatkan probabilita dari masing-masing reksadana
3.4.8 Mengukur total skor
Total skor yang menjadi gambaran kinerja suatu reksadana dihitung
dengan menjumlahkan skor dari keempat variabel sesuai dengan bobotnya
masing-masing yaitu :
a. Sharpe Ratio, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, diberikan bobot 50 %
b. Jumlah Dana Kelolaan (AUM) per tanggal 14 Maret 2008, diberikan
bobot 30%
c. Pertumbuhan Jumlah Dana Kelolaan (growth AUM) periode 1 tahun, 2
tahun, dan 3 tahun terakhir per tanggal 14 Maret 2008, diberikan bobot
nilai 10%.
57
d. Biaya reksadana yang mencakup fee untuk Manajer Investasi, fee untuk
Bank Kustodian, biaya pembelian dan biaya penjualan reksadana,
diberikan bobot nilai 10%.
Pembobotan pada masing-masing kriteria penilaian ini didasarkan
pada penelitian sebelumnya (Tim Majalah Investor dan Infovesta, 2007).
3.4.9 Melakukan Uji T
Uji statistik yang dipakai adalah Uji T atau uji beda rata – rata.
Menurut Purbayu dan Ashari (2005:60). Tahap – tahap yang harus dilakukan
untuk menguji hipotesis diawali dengan pemilihan level signifikansi,
pemilihan alat uji statistik yang digunakan, penetuan titik kritis pengambilan
keputusan, perhitungan nilai statistik, dan penentuan keputusan statistik dan
interprestasi.

Jika nilai T hitung > T Table, maka H0 diterima yang berarti tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.

Dan sebaliknya bila nilai T hitung < T Tabel, maka H1 diterima yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan.
Uji T atau uji beda rata-rata dilakukan dengan menggunakan
software SPSS dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Data total skor (yang menjadi tolak ukur kinerja) dari seluruh reksadana
yang dinilai dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok syariah dan
kelompok konvensional.

Gunakan fungsi Analysis-Independent Samples untuk mengolah kedua
kelompok data tersebut.
58
3.5 Operasional Variabel Penelitian
Pemberian skor didasarkan pada besarnya nilai probabilita masing-masing
reksadana. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua, luas wilayah di bawah
kurva normal harus sama dengan satu (100%), sementara range nilai atau skor
yang akan diberikan adalah antara 1 sampai 10, sehingga penentuan pemberian
skor besarnya probabilita adalah sebagai berikut :
Probabilita
Skor
0-10%
1
10%-20%
2
20%-30%
3
30%-40%
4
40%-50%
5
50%-60%
6
60%-70%
7
70%-80%
8
80%-90%
9
90%-100%
10
Untuk variabel AUM, growth AUM, dan biaya reksadana, langkahlangkah yang digunakan untuk memberikan skor pada masing-masing reksadana
juga sama seperti pemberian skor berdasarkan nilai sharpe. Akan tetapi untuk
biaya reksadana karena variabel ini memiliki spesifikasi yang berbeda dari ketiga
59
variabel lainnya karena semakin kecil biaya reksadana menunjukkan tingakat
efisiensi yang semakin baik dari suatu reksadana, maka pemberian skor dilakukan
berdasarkan 1-probabilita.
Empat unsur atau empat variabel yang dijadikan sebagai operasional
variabel penelitian antara lain adalah :
3.5.1
NAB Reksa Dana
Aktiva atau kekayaan reksadana adalah nilai portofolio atau aktiva
reksadana yang dapat berupa saham, obligasi, right, deposito, SBI, dan efek
lainnya. Sementara, kewajiban reksadana diantaranya seperti fee untuk
Manajer Investasi, fee untuk Bank Kustodian, biaya registrasi dan transaksi
efek, biaya akuntan, notaris, dan konsultan hukum serta pengeluaran pajak.
Jadi Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan jumlah nilai pasar wajar
dari efek – efek dan kekayaan lain dari reksadana dikurangi seluruh
kewajibannya, sedangkan NAB per unit merupakan jumlah NAB dibagi
dengan jumlah unit penyertaan (satuan ukuran yang menunjukkan bagian
kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi kolektif) yang beredar,
atau
NAB = Total nilai pasar wajar seluruh aset reksadana – kewajiban reksadana
Jumlah unit penyertaan yang beredar
3.5.2
Pertumbuhan nilai dana kelolaan
Pertumbuhan nilai dana kelolaan sangat tergantung pada nilai aktiva
bersih aktual pada tahun yang dijadikan objek penelitian. Pertumbuhan nilai
60
dana kelolaan adalah persentase selisih antara nilai dana kelolaan tahun aktual
dikurangi nilai dana kelolaan yang dijadikan tahun dasar per nilai dana
kelolaan yang dijadikan tahun dasar.
3.5.3
Biaya – biaya reksadana
Dalam pengelolaan reksadana terdapat biaya-biaya yang harus
dikeluarkan yang dapat mengurangi nilai investasi investor dan pada akhirnya
akan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh investor. Tentu
saja biaya ini diharapkan oleh investor seminimum mungkin agar hasil
investasi yang diperoleh cukup besar atau lebih tinggi dibandingkan dengan
berinvestasi di produk investasi lainnya.
Biaya-biaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam biaya
(Manurung : 2003) sebagai berikut :
1) Biaya pembelian (subscription fee)
2) Biaya yang dibebankan kepada reksadana
3) Biaya Penjualan (redemption fee)
3.5.4
Ukuran Kinerja Sharpe
Ukuran kinerja ini dikembangkan oleh William Sharpe yang akan
dikenal dengan Reward-to variability ratio (RVAR). Menurut Jones
(2002:579), “Sharpe’s measure of portofolio performance calculated as the
ratio of excess portofolio return to standar deviation”. Pengukuran dengan
metode Sharpe didasarkan pada premium atas risiko premium (risk premium)
61
yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata – rata kinerja investasi yang bebas
risiko (risk free asset). Ukuran Sharpe ini dihitung dengan cara membagi risk
premium return dari suatu portofolio dengan standar deviasinya. Risk premium
merupakan excess return dari portofolio, sedangkan standar deviasi
merupakan total risiko dari portofolio tersebut. Dengan demikian ukuran
Sharpe ini mengukur risk premium return yang didapat untuk setiap unit total
risiko dan dapat dinyatakan sebagai berikut (Reilly,2002) :
Si =
R1  RFR
1
R 1 = Rata-rata dari return portofolio i selama periode pengamatan
RFR = Rata-rata dari return aset bebas resiko selama periode pengamatan
σi = Standar deviasi dari return portofolio i selama periode pengamatan
Tujuan dari analisis koefisien Sharpe adalah mengukur sejauh mana
diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal yang dapat menghasilkan
keuntungan dengan risiko tertentu. Dengan membagi risk premiun dengan
standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit
risiko yang diambil. Dalam ukuran kinerja Sharpe, suatu portofolio dinyatakan
superior risk-adjusted performance jika memiliki nilai Sharpe atau RVAR
yang lebih besar dari nilai Sharpe indeks pasar. Semakin besar nilai Sharpe
suatu portofolio, maka hal itu menunjukkan kinerja yang lebih baik dari
portofolio tersebut.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Reksadana di Indonesia
Reksadana merupakan kumpulan saham, obligasi, atau sekuritas jenis lain
yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan investasi
profesional (Jacobs, Bruce, 1994). Reksadana merupakan salah satu alternatif
investasi yang dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat
yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung risiko investasi yang terbatas.
Undang – undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27
mendefinisikan reksadana sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
efek oleh Manajer Investasi.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 212), reksadana dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang, antara lain dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio
investasi, (4) tujuan investasi.
4.1.1 Berdasarkan bentuk
a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type)
b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type)
4.1.2 Berdasarkan sifat
a) Reksadana bersifat tertutup
b) Reksadana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)
63
4.1.3 Berdasarkan portofolio investasi
a) Reksadana Pasar Uang
b) Reksadana Pendapatan Tetap
c) Reksadana Saham
d) Reksadana Campuran
4.1.4 Berdasarkan Tujuan Investasi
a) Growth Fund
b) Income Fund
c) Safety Fund
4.1.5 Berdasarkan Hukum
a) Reksadana Konvensional
b) Reksadana Syariah
Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus yang tertera pada
tabel 4.1. Dua puluh delapan produk reksadana yang dijadikan objek dalam
penelitian ini berasal dari dua belas perusahaan investasi di Indonesia yang
mengeluarkan produk reksadana dari sub kategori konvensional dan dari sub
kategori syariah untuk kategori reksadana yang sama (saham, campuran, atau
pendapatan tetap). Selain itu, produk reksadana baik dari sub kategori
konvensional maupun syariah dari masing – masing perusahaan investasi tersebut
telah beroperasi lebih dari satu tahun terhitung mundur sejak bulan Maret 2008.
Penilaian dilakukan melalui pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB),
besarnya nilai dana kelolaan (AUM), tingkat pertumbuhan dana kelolaan, dan
besarnya biaya reksadana dari masing – masing objek penelitian.
64
Tabel 4.1
Daftar Manajer Investasi dan Produk Reksadana (Objek Penelitian)
Kategori Reksa Dana
No.
Perusahaan Investasi
Nama Reksadana
Saham
1
PT Trimegah Securities
Trim Kapital
Trim Syariah Saham
Campuran
1
PT Trimegah Securities
Trim Kombinasi
Trim Syariah Berimbang
2
PT Recapital Asset Management
Capital Flexi
Capital Syariah
3
PT Mega Capital Indonesia
Mega Dana Campuran
Mega Dana Syariah
4
PT Dana Reksa Invesment Management
Danareksa Anggrek
Danareksa Syariah Berimbang
5
PT CIMB-GK Securities Indonesia
Cimb-GK Arjuna Berkembang
Kausar Balanced Growth Syariah
6
PT Mandiri Management Invesment
Mandiri Investa Aktif
Mandiri Investa Syariah Berimbang
7
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
AAA Balanced Fund
AAA Amanah Syariah
8
PT Kresna Graha Sekurindo
IPB Kresna
IPB Syariah
9
PT BNI Securities
BNI Dana Flexible
BNI DanaPlus Syariah
10
PT Euro Capital Peregrine Securities
Euro Peregrine Berimbang Plus
Euro Peregrine Syariah Balanced
Plus
Pendapatan Tetap
1
PT Bhakti Asset Management
Big Dana Likuid
Big Dana Muamalah
2
PT BNI Securities
BNI Dana Plus
BNI Dana Syariah
3
PT PNM
PNM Dana Sejahtera II
PNM Amanah Syariah
Sumber : Bapepam, 2008
65
4.2 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Sharpe Ratio Metode
Berdasarkan penelitian kinerja (Tabel 4.2) menggunakan risk adjusted
return (sharpe ratio), reksadana Trim Kapital memiliki sharpe ratio yang lebih
unggul (0,799) dibandingkan dengan sharpe ratio reksadana Trim Syariah
Saham (0,681). Trim Syariah Berimbang membukukan nilai sharpe yang lebih
tinggi (1,124) dibandingkan dengan nilai sharpe reksadana Trim Kombinasi
(0,764). Reksadana Mega Dana Campuran memiliki nilai sharpe yang lebih
besar (1,410) dibandingkan dengan nilai sharpe Mega Dana Syariah (1,234).
Pada perusahaan investasi CIMB-GK Securities Indonesia, berdasarkan kriteria
nilai sharpe, produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah, yaitu
reksadana Kausar Balanced Growth Syariah lebih unggul dengan nilai sharpe
sebesar 0,491 dibandingkan dengan reksadana Arjuna Berkembang yang
memiliki nilai sharpe 0,472. Berdasarkan kriteria nilai sharpe, reksadana
kelolaan Euro Capital Peregrine yang berbasis konvensional, reksadana Euro
Peregrine Berimbang Plus, memiliki sharpe ratio yang lebih unggul (0,967)
dibandingkan dengan sharpe ratio reksadana berbasis syariah yang dikelolanya,
yaitu reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus (0,731). Pada periode
penilaian satu tahun produk reksadana campuran berbasis syariah maupun
berbasis konvensional yang dikelola perusahaan investasi Recapital Asset
Management, sama – sama memiliki sharpe ratio yang negatif. Reksadana
Capital Syariah dan Capital Flexi masing – masing memiliki sharpe ratio
sebesar -0,103 dan -0,249. kedua reksadana ini memiliki nilai sharpe yang
66
negatif karena imbal hasil yang diberikannya lebih kecil dibandingkan dengan
imbal hasil yang diberikan oleh aset bebas risiko (SBI). Pada penelitian periode
satu tahun, berdasarkan sharpe ratio, untuk kategori reksadana campuran yang
dikelola oleh Mandiri Investment Mgt. reksadana Investa Syariah Berimbang
unggul dengan sharpe ratio sebesar 2,367 sementara reksadana Investa Aktif
hanya memiliki nilai sharpe sebesar 1,134. Dengan sharpe ratio sebesar 0,891
reksadana AAA Amanah Syariah Fund, mampu mengalahkan sharpe ratio
reksadana AAA Balanced Fund (0,677), pada periode penilaian satu tahun.
Selama periode penilaian satu tahun, produk reksadana berbasis syariah yang
dikelola oleh Kresna Graha (IPB Syariah) tercatat memiliki nilai sharpe yang
lebih unggul dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana berbasis
konvensional yang dikelolanya (IPB Kresna). Pada periode penilaian satu tahun,
reksadana IPB Syariah memiliki nilai sharpe sebesar 0,775 sementara reksadana
IPB Kresna memiliki nilai sharpe sebesar 0,533. Pada periode penilaian satu
tahun, reksadana Danareksa Syariah Berimbang memiliki nilai sharpe yang
lebih unggul (1,279) dibandingkan reksadana Anggrek yang memiliki sharpe
ratio sebesar 1,180. Berdasarkan kriteria sharpe ratio periode penilaian satu
tahun,
reksadana
campuran
berbasis
syariah
maupun
yang
berbasis
konvensional yang dikelola perusahaan investasi BNI Securities sama- sama
memiliki sharpe ratio yang negatif. Reksadana Dana Flexible dan reksadana
Dana Plus Syariah yang dikeloa BNI Securities, masing – masing memiliki nilai
sharpe sebesar -0,039 dan -0,098. Pada penilaian periode satu tahun berdasarkan
sharpe, reksadana Big Dana Muamalah lebih unggul dibandingkan dengan
67
reksadana Big Dana Likuid. Reksadana Big Dana Muamalah tercatat memiliki
nilai sharpe sebesar 10,731. sedangkan reksadana Big Dana Likuid memiliki
nilai sharpe sebesar 7,371. Berdasarkan kriteria sharpe ratio periode satu tahun,
reksadana Amanah Syariah lebih unggul dibandingkan dengan reksadana Dana
Sejahtera II. Pada penilaian satu tahun, reksadana Amanah Syariah dan Dana
Sejahtera II yang dikelola oleh PNM, masing-masing memliki nilai sharpe
sebesar 3,151 dan 0,944. Pada penilaian peiode satu tahun, berdasarkan sharpe
ratio, untuk kategori reksadana pendapatan tetap yang dikelola oleh BNI
Securities, reksadana Dana Syariah lebih unggul dengan sharpe ratio sebesar
4,784, sementara reksadana Dana Plus justru memiliki nilai sharpe yang negatif
yaitu sebesar -0,328.
Tabel 4.2
Sharpe Ratio 1 Tahun
Perusahaan Investasi
Trimegah Securities (saham)
Trimegah Securities (campuran)
Mega Capital Ind.
CIMB-GK Sec. Ind.
Euro Capital Peregrine
Recapital Asset Mgt.
Mandiri Mgt. Investasi
Andalan Artha Advisindo
Kresna Garaha
Danareksa
BNI Sec.(campuran)
Bhakti Asset Mgt.
PNM
BNI Sec.(pendapatan tetap)
Data : diolah, 2009
Syariah
Sharpe
Ratio (1
Skor
Tahun)
Sharpe
Konvensional
Sharpe Ratio
(1 Tahun)
Skor
Sharpe
0.681
4
0.79
4
1.124
5
0.764
4
1.234
5
1.41
5
0.491
4
0.472
4
0.731
4
0.967
5
-0.103
3
-0.249
3
2.367
7
0.803
4
0.891
4
0.677
4
0.775
4
0.533
4
1.279
5
1.18
5
-0.098
3
-0.039
3
10.731
10
7.371
10
3.145
8
0.944
5
4.784
10
-0.328
5
68
Grafiik 4.1 sharpe ratio 1 tahun
Grafik 4.2 Skor sharpe 1 tahun
Konvensional Sharpe Ratio (1 Tahun)
P NM
B NI
Danarek s a
B NI
K res na
M andiri M gt.
A ndalan
Rec apital
Syariah Skor Sharpe
B hak ti A s s et
Syariah Sharpe Ratio (1 Tahun)
P NM
B NI
B hak ti
Danarek s a
B NI
K res na
M andiri
A ndalan
Rec apital
E uro
M ega
CIM B -G K
-5
T rim egah
T rim egah
0
E uro Capital
5
CIM B -G K
10
M ega Capital
12
10
8
6
4
2
0
T rim egah
T rim egah
15
Konvensional Skor Sharpe
Sedangkan untuk penilaian periode dua tahun (Tabel 4.3), reksadana
Capital Syariah membukukan nilai sharpe yang lebih superior, yaitu sebesar
0,209 dibandingkan dengan reksadana Capital Flexi yang memiliki nilai sharpe
sebesar 0,009. . Sementara pada penelitian periode dua tahun, berdasarkan
sharpe ratio, untuk kategori reksadana campuran yang dikelola oleh Mandiri
Invesment Management, reksadana Investa Syariah Berimbang unggul dengan
sharpe ratio sebesar 2.010 sementara reksadana Investa Aktif hanya memiliki
nilai sharpe sebesar 1.134. Untuk periode penilaian dua tahun (Tabel 4.3),
reksadana AAA Amanah Syariah Fund memiliki nilai sharpe sebesar 1,316
lebih unggul dibandingkan reksadana AAA Balanced Fund, yang memiliki nilai
sharpe sebesar 1,081. Sedangkan pada periode penilaian dua tahun, reksadana
IPB Syariah dan IPB Kresna, masing – masing memiliki nilai sharpe sebesar
0,698 dan 0,305. Pada periode penilaian dua tahun, produk reksadana kelolaan
Danareksa yang berbasis konvensional memiliki nilai sharpe yang lebih unggul
dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana kelolaannya yang berbasis
syariah. Reksadana Anggrek dan Danareksa Syariah Berimbang masing –
69
masing memiliki nilai sharpe sebesar 1,057 dan 0,935. Untuk periode penilaian
dua tahun, reksadana Dana Flexible memiliki nilai sharpe yang lebih besar
(0,127), dibandingkan dengan reksadana Dana Plus Syariah yang memiliki nilai
sharpe sebsar 0,112. Pada periode penilaian dua tahun besarnya nilai sharpe dari
reksadana Amanah Syariah adalah sebesar 2,590 dan nilai sharpe dari reksadana
Dana Sejahtera II adalah sebesar 1,953. Untuk periode penilaian dua tahun,
reksadana Dana Syariah memiliki nilai sharpe yang lebih tinggi (4,177),
dibandingkan nilai sharpe reksadana Dana Plus yang memiliki nilai sharpe
sebesar 0,176.
Tabel 4.3
Sharpe ratio 2 tahun
Perusahaan Investasi
Recapital Asset Mgt.
Mandiri Mgt. Investasi
Andalan Artha Advisindo
Kresna Garaha
Danareksa
BNI Sec.(campuran)
PNM
BNI Sec.(pendapatan tetap)
Data : diolah, 2009
Syariah
Sharpe
Ratio (2
Skor
Tahun)
Sharpe
Sharpe Ratio
(2 Tahun)
Skor
Sharpe
0.209
3
0.009
2
2.01
8
1.134
6
1.316
6
1.801
5
0.698
4
0.305
3
0.935
5
1.057
5
0.112
2
0.127
2
2.59
10
1.953
8
4.177
10
0.176
3
Grafik 4.3 Sharpe ratio 2 tahun
5
4
3
2
1
0
Konvensional
Grafik 4.4 Skor Sharpe 2 tahun
12
10
8
6
4
2
0
Syariah Sharpe Ratio (2 Tahun)
Konvensional Sharpe Ratio (2 Tahun)
Syariah Skor Sharpe
Konvensional Skor Sharpe
70
Pada periode penilaian tiga tahun (Tabel 4.4), reksadana Anggrek juga
memiliki nilai sharpe yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,788. sementara
reksadana Danareksa Syariah Berimbang memiliki nilai sharpe sebesar 0,769.
Sedangkan pada periode penilaian tiga tahun, reksadana Dana Plus Syariah
memiliki nilai sharpe yang lebih unggul (0,070), dibandingkan dengan
reksadana Dana Flexible yang memiliki nilai sharpe yang negatif, yaitu
sebesar -0,115. Sama halnya dengan periode penilaian satu tahun dan dua
tahun, pada periode penilaian tiga tahun pun, reksadana Dana Syariah
memiliki nilai sharpe yang lebih besar (0,040) dibandingkan dengan reksadana
Dana Plus yang justru memiliki nilai sharpe yang negatif (0,400).
Tabel 4.4
Sharpe ratio 3 tahun
Perusahaan Investasi
Danareksa
BNI Sec.(campuran)
BNI Sec.(pendapatan
tetap)
Data : diolah, 2009
Syariah
Sharpe Ratio Skor
(3 Tahun)
Sharpe
0.768
9
0.787
9
0.07
9
-0.115
5
0.04
3
-0.4
2
Grafik 4.5 Sharpe 3 tahun
1
0.5
0
Danareksa
-0.5
Konvensional
Sharpe Ratio (3
Skor
Tahun)
Sharpe
BNI
BNI
Sec.(campuran) Sec.(pendapatan
tetap)
Grafik 4.6 Skor sharpe 3 tahun
10
8
6
4
2
0
Danareksa
BNI
Sec.(campuran)
BNI
Sec.(pendapatan
tetap)
Syariah Sharpe Ratio (3 Tahun)
Konvensional Sharpe Ratio (3 Tahun)
Syariah Skor Sharpe
Konvensional Skor Sharpe
71
4.3 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Jumlah NAB
Berdasarkan jumlah dana kelolaan (Tabel 4.5), per tanggal 14 Maret
2008, reksadana Trim Kapital unggul dengan nilai AUM (Asset Under
Management) mencapai lebih dari satu trilyun rupiah, mengalahkan reksadana
Trim Syariah Saham yang nilai AUM-nya sebesar Rp. 226,23 Miliar.
Tabel 4.5
Jumlah NAB
Syariah
Jumlah NAB
226,234,326,823.00
Trimegah Securities
125,533,746,114.00
Trimegah Securities
134,307,722,222.12
Mega Capital Ind.
63,052,396,093.00
CIMB-GK Sec. Ind.
2,131,533,810.88
Euro Capital Peregrine
67,401,016,570.03
Recapital Asset Mgt.
108,305,167,550.00
Mandiri Mgt. Investasi
49,470,503,310.21
Andalan Artha Advisindo
67,605,856,258.36
Kresna Garaha
65,780,544,848.32
Danareksa
14,250,260,177.14
BNI Sec.
50,449,890,306.90
Bhakti Asset Mgt.
111,626,149,704.00
PNM
87,020,407,810.99
BNI Sec.
Data : diolah, 2009
6
6
5
4
5
5
4
5
5
4
4
5
5
10
4
5
4
4
4
6
4
4
7
3
6
5
5
Grafik 4.8 Skor Jumlah NAB
Konvensional Jumlah NAB
Syariah Skor NAB
P NM
B N I S ec .
B hak ti
Danarek s a
B N I S ec .
K res na
T rim egah
T rim egah
0.00
M andiri
A ndalan
400,000,000,000.00
200,000,000,000.00
Rec apital
800,000,000,000.00
600,000,000,000.00
E uro
1,000,000,000,000.00
CIM B -G K
12
10
8
6
4
2
0
1,200,000,000,000.00
Syariah Jumlah NAB
Skor NAB
1,157,106,916,198.39
2,864,657,091.97
86,842,831,704.56
19,797,702,733.74
7,178,260,008.06
14,668,435,473.67
161,452,567,332.00
38,748,139,175.89
2,831,532,521.56
179,701,595,723.86
18,619,048.10
81,653,821,082.00
125,989,321,054.08
99,765,297,780.37
8
Grafik 4.7 Jumlah NAB
1,400,000,000,000.00
Konvensional
Jumlah NAB
Skor NAB
M ega
Perusahaan Investasi
Konvensional Skor NAB
72
Berdasarkan besarnya jumlah dana kelolaan, per tanggal 14 Maret
2008, reksadana Trim Syariah Berimbang memiliki nilai AUM yang lebih
unggul yaitu sebesar Rp. 125,5 Miliar, sementara nilai AUM reksadana Trim
Kombinasi hanya sebesar Rp. 2,86 Miliar. Nilai AUM Reksadana Mega Dana
Syariah, per tanggal 14 Maret 2008 mampu mengalahkan nilai AUM
reksadana Mega Dana Campuran. Reksadana Mega Dana Syariah memiliki
nilai AUM sebesar Rp. 134,3 Miliar, sedangkan nilai AUM reksadana Mega
Dana Campuran sebesar Rp. 86,8 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan,
per tanggal 14 Maret 2008, reksadana Kausar Balanced Growth Syariah
unggul dengan nilai AUM sebesar Rp. 63,05 Miliar, mengalahkan reksadana
Arjuna Berkembang yang nilai AUM-nya sebesar Rp. 19,8 Miliar.
Berdasarkan kriteria jumlah dana kelolaan, per tanggal 14 Maret 2008,
reksadana Euro Peregrine Berimbang Plus, memiliki nilai AUM yang lebih
besar (Rp. 7,18 Miliar) dibandingkan nilai AUM reksadana Euro Peregrine
Syariah Balanced Plus, yang hanya memiliki nilai AUM sebesar Rp. 2,13
Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan reksadana, per tanggal 14 Maret
2008, reksadana Capital Syariah memiliki nilai AUM sebesar Rp. 67,4 Miliar,
mengalahkan nilai AUM reksadana Capital Flexi yang memiliki nilai AUM
sebesar Rp. 14,67 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan reksadana, pada
tanggal 14 Maret 2008, reksadana AAA Amanah Syariah Fund tercatat
memiliki nilai AUM yang lebih besar (yaitu sebesar Rp. 49,47 Miliar)
dibandingkan reksadana AAA Balanced Fund yang memiliki nilai AUM
sebesar Rp. 38,75 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan reksadana, per
73
tanggal 14 Maret 2008, reksadana IPB Syariah lebih unggul jika dibandingkan
reksadana IPB Kresna, karena reksadana IPB Syariah memiliki nilai AUM
sebesar RP. 67,6 Miliar sementara jumlah dana kelolaan reksadana IPB
Kresna hanya sebesar Rp. 2,83 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan
reksadana, per tanggal 14 Maret 2008, reksadana Anggrek membukukan nilai
AUM sebesar Rp. 179,7 Miliar. Sementara Reksadana Danareksa Syariah
Berimbang memiliki nilai AUM sebesar Rp. 65,78 Miliar. Reksadana Dana
Plus Syariah memiliki nilai AUM, sebesar Rp. 14,25 Miliar sedangkan
reksadana Dana Flexible hanya memiliki total dana kelolaan sebesar Rp. 18,6
juta per tanggal 14 Maret 2008. Berdasarkan jumlah dana kelolaan, per
tanggal 14 Maret 2008, reksadana Big Dana Likuid yang dikelola Bhakti
Asset Management lebih unggul, dengan nilai AUM sebesar Rp. 125,99
Miliar. Sementara, reksadana Big Dana Muamalah memiliki nilai AUM
sebesar Rp. 50,45 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan, per tanggal 14
Maret 2008, reksadana Amanah Syariah tercatat memiliki nilai AUM yang
lebih besar (Rp. 111,63 Miliar) dibandingkan dengan nilai AUM reksadana
Dana Sejahtera II (Rp. 81,65 Miliar). Berdasarkan besarnya jumlah dana
kelolaan, per tanggal 14 Maret 2008, reksadana Dana Plus lebih unggul
dengan jumlah dana kelolaan sebesar Rp. 99,76 Miliar, dibandingkan dengan
reksadana Dana Syariah yang memiliki jumlah dana kelolaan sebesar Rp.
87,02 Miliar.
74
4.4 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan pertumbuhan NAB
Dalam satu tahun terakhir ( terhitung sejak 14 Maret 2007 sampai 14
Maret 2008), reksadana Trim Syariah Saham tercatat memiliki pertumbuhan
jumlah dana kelolaan periode satu tahun (Tabel 4.6), sebesar 474,55%,
sementara jumlah dana kelolaan reksadana Trim Kapital hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 88,76%. Nilai AUM reksadana Trim Syariah Berimbang
mengalami pertumbuhan hingga sebesar 1389,98 %. Sedangkan reksadana Trim
Kombinasi, untuk periode yang sama, justru mengalami penurunan nilai AUM
sebesar -56,07 %. Nilai AUM reksadana Mega Dana Syariah mengalami
pertumbuhan sebesar 756,79 %. Sedangkan reksadana Trim Kombinasi
mengalami peningkatan Nilai AUM sebesar 119,85 % untuk periode yang sama.
Nilai AUM reksadana Kausar Balanced Growth Syariah mengalami
pertumbuhan sebesar 6,46 %. Sedangkan reksadana Arjuna Berkembang pada
periode yang sama, justru mengalami pertumbuhan nilai AUM yang negatif
yaitu sebesar -51,62 %. Nilai AUM reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced
Plus mengalami peningkatan sebesar 23,83 %, sedangkan reksadana Euro
Peregrine Berimbang Plus justru mengalami penurunan nilai AUM sebesar 16,87 % pada periode yang sama. Nilai AUM reksadana Capital Syariah
maupun reksadana Capital Flexi sama – sama mengalami pertumbuhan yang
negatif. Nilai reksadana Capital Syariah turun sebesar -3,80 %, sedangkan
reksadana Capital Flexi yang mengalami penurunan nilai AUM dengan
persentase yang lebih besar, yaitu sebesar -23,96 %. Reksadana Investa Syariah
75
Berimbang mencatat pertumbuhan nilai AUM yang positif sebesar 544,44 %
sedangkan nilai AUM reksadana Investa Aktif mengalami peningkatan sebesar
138,10 %. Reksadana AAA Amanah Syariah Fund mengalami pertumbuhan
nilai AUM yang lebih besar (43,29 %) dibandingkan dengan nilai AUM AAA
Balanced Fund yang tumbuh sebesar 27,89 %. Nilai AUM reksadana IPB
Syariah mengalami pertumbuhan sebesar 316,04 %, sedangkan nilai AUM
reksadana IPB Kresna justru mengalami penurunan sebesar -19,71 %.
Reksadana Anggrek mengalami pertumbuhan nilai AUM yang lebih besar
(72,79 %) dibandingkan dengan nilai AUM reksadana Danareksa Syariah
Berimbang yang tumbuh sebesar 46,03 %. Reksadana Dana Plus Syariah
mencatat pertumbuhan nilai AUM yang positif sebesar 90,76 %. Sedangkan
nilai AUM reksadana Dana Flexible justru mengalami pertumbuhan nilai AUM
yang negatif, yaitu sebesar -99,73 %. Reksadana Big Dana Muamalah telah
mengalami pertambahan nilai AUM sebesar 201,83 %. Sedangkan reksadna Big
Dana Likuid justru mengalami penurunan nilai AUM selama periode tersebut
sebesar -6,57 %. Nilai AUM reksadana Dana Sejahtera II mengalami
pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan nilai AUM
reksadana Amanah Syariah. Nilai AUM reksadana Dana Sejahtera II tumbuh
sebesar
62,16
%
sedangkan
reksadana
Amanah
Syariah
mengalami
pertumbuhan nilai AUM sebesar 48,86 %. Reksadana Dana Syariah mengalami
pertumbuhan nilai AUM yang positif sebesar 21,45%, sementara reksadana
Dana Plus justru mengalami pertumbuhan nilai AUM yang negatif sebesar 30,35%.
76
Tabel 4.6
Jumlah Pertumbuhan NAB 1 tahun
Syariah
Perusahaan Investasi
growth NAB 1 tahun
474.55%
Trimegah Securities
-56.07%
Trimegah Securities
119.85%
Mega Capital Ind.
-51.62%
CIMB-GK Sec. Ind.
-16.87%
Euro Capital Peregrine
-23.96%
Recapital Asset Mgt.
138,10%
Mandiri Mgt. Investasi
Andalan Artha
27.89%
Advisindo
-19.71%
Kresna Garaha
72,79%
Danareksa
-99.73%
BNI Sec.
-6.57%
Bhakti Asset Mgt.
62.16%
PNM
-30.35%
BNI Sec.
Data : diolah, 2009
Grafik 4.9 Growth NAB 1 tahun
Konvensional
growth NAB 1
skor Growth
tahun
NAB
skor Growth
NAB
9
10
10
4
4
4
9
88.76%
1389.98%
756.79%
6.46%
23.83%
-3.80%
544.44%
43.29%
5
3
5
3
3
3
5
4
8
4
5
6
4
4
4
316.04%
46.03%
90.76%
201.83%
48.86%
21.45%
3
5
3
4
4
3
Graik 4.10 Skor Growth NAB 1 tahun
12
1500.00%
10
1000.00%
8
500.00%
6
4
0.00%
2
-500.00%
Syariah skor
Grow th NAB
Konvensional
skor Grow th
NAB
0
Syariah grow th NAB 1 tahun
Konvensional grow th NAB 1 tahun
77
Tabel 4.7
Jumlah Petumbuhan NAB 2 tahun
Perusahaan Investasi
Recapital Asset Mgt.
Mandiri Mgt. Investasi
Andalan Artha Advisindo
Kresna Garaha
Danareksa
BNI Sec.
PNM
BNI Sec.
Data : diolah, 2009
Syariah
growth NAB 2
skor Growth
tahun
NAB
38.14%
846.72%
226.53%
548.06%
457.71%
159.48%
210.57%
-4.59%
3
10
6
9
9
5
5
3
Grafik 4.11 growth NAB 2 tahun
1000.00%
Konvensional
growth NAB 2
skor Growth
tahun
NAB
-65.68%
429.98%
387.01%
-14.86%
461.22%
-99.96%
60.10%
-59.61%
2
8
8
2
9
2
3
2
Grafik 4.12 Skor Growth NAB 2 tahun
12
10
8
6
4
2
0
800.00%
600.00%
400.00%
200.00%
0.00%
-200.00%
Syariah grow th NAB 2 tahun
Syariah skor Growth NAB
Konvensional grow th NAB 2 tahun
Konvensional skor Growth NAB
Selama periode dua tahun (14 Maret 2006 hingga 14 Maret 2008),
reksadana Investa Syariah Berimbang telah mengalami Peningkatan nilai AUM
(Tabel 4.7) sebesar 846,72 % sementara nilai AUM reksadana Investa Aktif
tumbuh sebesar 429,98 % pada periode tersebut. Nilai AUM reksadana AAA
Balanced Fund telah tumbuh sebesar 387,01 %, sementara reksadana AAA
Amanah Syariah Fund memiliki persentase pertumbuhan nilai AUM yang lebih
kecil yaitu sebesar 226,53 %. Reksadana IPB Syariah mengalami peningkatan
nilai AUM sebesar 584,06 %, sementara reksadana IPB Kresna mengalami
78
penurunan sebesar -14,68 %. Reksadana Anggrek memiliki nilai AUM yang
pertumbuhannya lebih besar (461,22 %) dibandingkan pertumbuhan nilai AUM
reksadana Danareksa Syariah Berimbang (457,71 %). Reksadana Dana Plus
Syariah telah mengalami peningkatan nilai AUM sebesar 159,48 % sementara
nilai AUM reksadana Dana Flexible mengalami penurunan sebesar -99,96 %
pada periode tersebut. Reksadana Amanah Syariah justru telah menglami
peningkatan nilai AUM yang lebih besar (210,57 %) daripada peningkatan nilai
AUM reksadana Dana Sejahtera II (60,10 %). Reksadana Dana Syariah maupun
Dana Plus sama – sama mengalami penurunan nilai AUM. Nilai AUM
reksadana Dana Syariah turun sebesar -4,59%, sedangkan nilai AUM reksadana
Dana Plus turun dengan persentase yang lebih besar (-59,61%).
Tabel 4.8
Jumlah Petumbuhan NAB 3 tahun
Syariah
Perusahaan Investasi
growth NAB 3 tahun
290.21%
Danareksa
-49.74%
BNI Sec.
-54.87%
BNI Sec.
Data : diolah, 2009
skor Growth
NAB
10
4
4
Konvensional
growth NAB 3
skor Growth
tahun
NAB
103.73%
-99.97%
-98.20%
8
3
3
Akan tetapi untuk jangka waktu yang lebih lama, yaitu selama periode tiga
tahun (sejak 14 Maret 2005 hingga 14 Maret 2008), nilai AUM reksadana
Danareksa Syariah Berimbang telah tumbuh sebesar 290,21 %. Sementara
reksadana Anggrek memiliki persentase pertumbuhan nilai AUM yang lebih
kecil yaitu sebesar 103,73 %. Kedua reksadana ini sama – sama telah
mengalami penurunan nilai AUM. Reksadana Dana Plus Syariah mengalami
penurunan total dana kelolaan sebesar -49,74 %, sedangkan reksadana Dana
79
Flexible mengalami penurunan total dana kelolaan sebesar -99,97 %. Kedua
produk ini juga sama – sama mngalami penurunan nilai AUM. Reksadana Dana
Syariah turun -54,87%, sedangkan nilai AUM reksadana Dana Plus turun
sebesar -98,20%.
Grafik 4.13 growth NAB 3 tahiun
Grafik 4.14 skor growth reksadana 3
tahun
400.00%
12
300.00%
10
200.00%
8
100.00%
6
0.00%
-100.00%
Danareksa
BNI Sec.
BNI Sec.
4
2
-200.00%
0
Danareksa
BNI Sec.
BNI Sec.
Syariah grow th NAB 3 tahun
Konvensional grow th NAB 3 tahun
skor Grow th NAB
skor Grow th NAB
4.5 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Biaya Reksadana
Besarnya biaya reksadana (Tabel 4.9) yang ditetapkan oleh Trimegah
Securities untuk produk reksadana kategori saham kelolaannya ditetapkan
sama besarnya baik untuk yang berbasis syariah maupun yang berbasis
konvensional yaitu sebesar 6,22%. Untuk Produk reksadana Kategori
campuran yang dikelolanya, baik untuk produk reksadana berbasis syariah
maupun konvensional, Trimegah Securities menetapkan biaya reksadana yang
sama besarnya yaitu sebesar 8,25 %. Biaya reksadana yang ditetapkan oleh
Mega Capital Indonesia, baik untuk produk reksadana berbasis syariah
maupun konvensional dalam kategori reksadana campuran adalah sama
besarnya yaitu sebesar 4,25 %. Besarnya biaya reksadana yang ditetapkan oleh
80
CIMB-GK Securities Indonesia untuk produk reksadana kategori campuran
kelolaannya ditetapkan sama besarnya baik untuk yang berbasis syariah
maupun yang berbasis konvensional, yaitu sebesar 3,75 %. Pada perusahaan
investasi Euro Capital Peregrine, biaya reksadana kategori reksadana
campuran ditetapkan sama besarnya baik untuk produk reksadana berbasis
syariah maupun konvensional yaitu sebesar 5,75 %. Reksadana Capital
Syariah dan Capital Flexi yang merupakan reksadana kategori campuran yang
dikelola oleh Recapital Asset Management, memiliki biaya reksadana yang
sama besarnya, yaitu sebesar 2,25 %. Mandiri Investment Management
menetapkan besarnya biaya reksadana yang sama besarnya untuk produk
reksadana kategori campuran kelolaannya, baik untuk produk reksadana yang
berbasis syariah maupun yang berbasis konvensional, yaitu sebesar 4,75 %.
Andalan Artha Advisindo menetapkan biaya reksadana yang lebih murah
untuk produk reksadana yang berbasis syariah (AAA Amanah Syariah Fund)
yaitu sebesar 2,75 % sementara pada produk kelolaannya yang berbasis
konvensional ditetapkan biaya reksadana sebesar 3,25 %. Kresna Graha
menetapkan biaya reksadana yang sama besarnya untuk produk reksadananya
yang berbasis syariah (IPB Syariah) maupun untuk produk kelolaannya yang
berbasis konvensional (IPB Kresna) yaitu sebesar 2,25 %. Besarnya biaya
reksadana yang ditetapkan oleh Danareksa untuk produk reksadana kategori
campuran yang dikelolanya, baik untuk reksadana berbasis syariah (Danareksa
Syariah Berimbang) maupun konvensional (Anggrek), adalah sama besarnya
yaitu sebesar 3,15 %. Besarnya biaya reksadana yang ditetapkan oleh BNI
81
Securities untuk produk reksadana kategori campuran kelolaannya ditetapkan
sama besarnya baik untuk yang berbasis syariah maupun yang berbasis
konvensional, yaitu sebesar 3,05 %. Untuk kategori reksadana pendapatan
tetap, Bhakti Asset Management menetapkan biaya reksadana yang berbeda
untuk
produk
reksadananya
yang
berbasis
syariah
dengan
produk
reksadananya yang berbasis konvensional. Biaya reksadana yang dikenakan
pada reksadana Big Dana Muamalah adalah sebesar 4 % sementara pada
reksadana Big Dana Likuid ditetapkan biaya yang lebih besar yaitu 5 %.
Untuk kategori reksadana pendapatan tetap, PNM Investment Management
menetapkan biaya reksadana yang sama besarnya, yaitu sebesar 3,75%, baik
untuk produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah maupun yang
berbasis konvensional. Pada kategori reksadana pendapatan tetap, BNI
Securities menetapkan biaya reksadana yang lebih tinggi untuk produk
reksadananya yang berbasis Syariah (reksadana Dana Syariah) yaitu sebesar
2,25%, sementara pada produk kelolaannya yang berbasis konvensional
ditetapkan biaya reksadana sebesar 1,85%.
Grafik 4.15 Biaya Reksadana
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
Syariah Biaya Reksadana
Konvensional Biaya Reksadana
82
Tabel 4.9
Biaya Reksadana
Perusahaan Investasi
Trimegah Securities
(saham)
Trimegah Securities
(campuran)
Mega Capital Ind.
CIMB-GK Sec. Ind.
Euro Capital Peregrine
Recapital Asset Mgt.
Mandiri Mgt. Investasi
Andalan Artha
Advisindo
Kresna Garaha
Danareksa
BNI Sec.(campuran)
Bhakti Asset Mgt.
PNM
BNI Sec.(pendapatan
tetap)
Data : diolah, 2009
Syariah
Biaya
skor biaya
Reksadana
reksadana
Konvensional
Biaya
skor biaya
Reksadana
reksadana
6.22%
6.22%
2
8.25%
4.25%
3.75%
5.75%
2.25%
4.75%
2.75%
2.25%
3.15%
3.05%
4.00%
3.75%
2.25%
2
8.25%
1
5
6
2
9
4
8
9
8
8
6
6
1
5
6
2
9
4
4.25%
3.75%
5.75%
2.25%
4.75%
3.25%
7
9
8
8
3
6
2.25%
3.15%
3.05%
5.00%
3.75%
1.85%
9
10
Grafik 4.16 Skor Biaya Reksadana
12
10
8
6
4
2
0
Syariah skor biaya reksadana
Konvensional skor biaya reksadana
83
4.6 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Skor Total
Pada penilaian kinerja satu tahun (Tabel 4.10), berdasarkan empat kriteria
yang digunakan (sharpe ratio, AUM, pertumbuhan AUM, dan biaya reksadana),
reksadana Trim Kapital yang dikelola Trimegah Securities muncul sebagai juara
untuk kategori reksadana saham dengan skor total 5,7, mengalahkan kinerja
reksadana berbasis syariah yang dikelola perusahaan investasi tersebut, yaitu
reksadana Trim Syariah Saham yang memberikan skor total sebesar 5,5.
Berdasarkan penilaian kinerja satu tahun, pada perusahaan investasi Trimegah
Securities, reksadana kelolaannya yang berbasis syariah yaitu reksadana Trim
Syariah Berimbang muncul sebagai jawara dengan skor total 5,4 mengalahkan
kinerja reksadana Trim Kombinasi yang memiliki skor total sebesar 3,6.
Berdasarkan penilaian kinerja satu tahun, pada perusahaan investasi Trimegah
Securities, reksadana kelolaannya yang berbasis syariah yaitu reksadana Trim
Syariah Berimbang muncul sebagai jawara dengan skor total 5,4 mengalahkan
kinerja reksadana Trim Kombinasi yang memiliki skor total sebesar 3,6. Pada
perusahaan investasi CIMB-GK Securities Indonesia, untuk kategori reksadana
campuran kinerja reksadana satu tahun dimenangkan oleh reksadana Kausar
Balanced Growth Syariah dengan skor total sebesar 4,5 sementara reksadana
Arjuna Berkembang hanya memiliki skor total sebesar 4,1. Pada perusahaan
investasi Euro Capital Peregrine, berdasarkan penilaian kinerja satu tahun,
produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu reksadana Euro
Peregrine Berimbang Plus tampil sebagai jawara dengan skor total sebesar 4,2
84
mengalahkan kinerja reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus yang
memiliki total skor 3,8. Berdasarkan empat kriteria yang digunakan dalam
penilaian kinerja reksadana, selama periode satu tahun, produk reksadana
Syariah yang dikelola oleh Recapital Asset Management, reksadana Capital
Syariah, membukukan kinerja yang lebih baik dengan skor total 4,3
dibandingkan kinerja reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu
reksadana Capital Flexi yang mencatat skor total sebesar 3,9. Pada perusahaan
investasi Andalan Artha Advisindo, berdasarkan penilaian kinerja satu tahun,
produk reksadana berbasis syariah kelolaannya yaitu reksadana AAA Amanah
Syariah Fund unggul dengan skor total 4,4 mengalahkan kinerja Reksadana
AAA Balanced Fund yang memiliki skor total 4,3. Berdasarkan empat kriteria
yang digunakan, pada periode penilaian kinerja reksadana satu tahun maupun
dua tahun, produk reksadana syariah yang dikelola oleh Kresna Graha,
reksadana IPB Syariah, membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan
kinerja produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu reksadana
IPB Kresna. Pada penilaian kinerja satu tahun, reksadana IPB Syariah tercatat
memiliki skor total sebesar 5,2 sementara reksadana IPB Kresna skor total
sebesar 4,4. Berdasarkan empat kriteria yang digunakan dalam penilaian kinerja
reksadana, selama periode satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun, produk
reksadana syariah yang dikelola oleh BNI Securities, reksadana Dana Plus
Syariah, membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja
reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu reksadana Dana Flexible.
Pada penilaian kinerja satu tahun, reksadana Dana Plus Syariah unggul dengan
85
skor total 4, sedangkan reksadana Dana Flexible memiliki skor total sebesar 3,5.
Pada penilaian kinerja satu tahun, reksadana Big Dana Likuid yang dikelola
Bhakti Asset Management muncul sebagai juara untuk kategori reksadana
pendapatan tetap dengan skor total 7,5 mengalahkan kinerja reksadana berbasis
syariah yang dikelola perusahaan investasi tersebut, yaitu reksadana Big Dana
Muamalah yang membukukan skor 7,4. Pada penelitian kinerja satu tahun,
reksadana berbasis syariah yang dikelola PNM Invesment Management, yaitu
reksadana Amanah Syariah, tercatat memiliki kinerja yang lebih unggul dengan
skor total sebesar 6,5, dibandingkan dengan kinerja reksadana berbasis
konvensional yang juga dikelola oleh PNM Invesment Management, yaitu
reksadana Dana Sejahtera II yang memiliki skor total sebesar 5. Untuk kategori
reksadana pendapatan tetap yang dikelola oleh BNI Securities, berdasarkan
empat kriteria yang digunakan dalam penilaian kinerja reksadana, pada periode
penilaian satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun, produk reksadana syariah
yang dikelolanya, reksadana Dana Syariah, selalu membukukan kinerja yang
lebih baik dibandingkan kinerja produk reksadana berbasis konvensional
kelolaannya yaitu reksadana Dana Plus. Pada penilaian kinerja satu tahun,
reksadana Dana Syariah tercatat memiliki skor total sebesar 7,8, sementara
reksadana Dana Plus memiliki skor total sebesar 4,3.
Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun, reksadana Capital
Syariah kembali unggul dengan total skor 4,2 sementara reksadana Capital
Flexi memiliki skor total sebesar 3,3.
86
Tabel 4.10
Kinerja Skor Total
Perusahaan Investasi
Trimegah Securities (saham)
Trimegah Securities
(campuran)
Mega Capital Ind.
CIMB-GK Sec. Ind.
Euro Capital Peregrine
Recapital Asset Mgt.
Mandiri Mgt. Investasi
Andalan Artha Advisindo
Kresna Garaha
Danareksa
BNI Sec.(campuran)
Bhakti Asset Mgt.
PNM
BNI Sec.(pendapatan tetap)
Data : diolah, 2009
total
skor 1
tahun
5.5
5.4
5.8
4.5
3.8
4.3
6.3
4.4
5.2
5.2
4
7.4
6.5
7.8
Syariah
total
skor 2
tahun
4.2
6.9
5.6
5.4
5.5
3.5
7.7
7.7
total
skor 3
tahun
7.8
4.9
4.8
Konvensional
total
total skor 1
skor 2
tahun
tahun
5.7
3.6
5
4.1
4.2
3.9
4.7
4.3
4.4
5.9
3.5
7.5
5
4.3
total
skor 3
tahun
3.3
6.1
5.2
3.9
5.8
2.9
8.2
3.5
6.5
4.2
3.8
Untuk penilaian kinerja periode dua tahun, reksadana Investa Syariah
Berimbang juga mencatatkan kinerja yang lebih unggul dengan skor total 6,9
dibandingkan dengan kinerja reksadana Investa Aktif yang memiliki skor total
6. Untuk penilaian periode dua tahun, reksadana AAA Amanah Syariah Fund
juga memiliki kinerja yang lebih unggul dengan skor total 5,6 dibandingkan
dengan kinerja reksadana AAA Balanced Fund yang membukukan skor total
sebesar 5,2. Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun, dengan skor total 5,3
reksadana IPB Syariah mengungguli kinerja reksadana IPB Kresna yang
memiliki skor total sebesar 3,8. Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun,
reksadana Dana Plus Syariah memiliki skor total 3,5 mengalahkan reksadana
Dana Flexible yang memiliki skor total 2,9. sama halnya dengan penilaian
kinerja satu tahun, pada penilaian kinerja dua tahun pun, reksadana Amanah
87
Syariah juga memiliki kinerja yang lebih unggul dengan skor total 7,6,
dibandingkan dengan kinerja Dana Sejahtera II yang memiliki skor total 6,4.
Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun, dengan skor total 7,7, reksadana
Dana Syariah mengungguli kinerja reksadana Dana Plus yang memiliki skor
total sebesar 4,2.
Untuk kinerja tiga tahun, reksadana Dana Plus Syariah dan Dana Flexible,
masing-masing memiliki skor total 4,9 dan 3,5. Pada periode penilaian tiga
tahun, reksadana Dana Syariah dan reksadana Dana Plus, masing – masing
memiliki skor total 4,8 dan 3,8.
4.7 Analisis Kinerja Reksadana Pada Semua Perusahaan yang Dijadikan
Objek Penelitian
Berdasarkan penelitian kinerja (Tabel 4.11) menggunakan risk
adjusted return (sharpe ratio), semua reksadana syariah memiliki rata-rata
sharpe ratio satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun (2.005, 1.505, 0.292)
yang lebih unggul dibandingkan dengan rata-rata sharpe ratio semua
reksadana konvensional (1.143, 0.820, 0.090). sharpe ratio 1 tahun tertinggi
untuk reksadana syariah adalah 10.731 (Big Dana Muamalah) yang dipegang
oleh Bhakti Asset Management dan untuk sharpe ratio dua tahun tertinggi
dipegang oleh BNI Sec. dengan angka 4.177 (Dana Syariah), dan pada
sharperatio 3 tahun dipegang oleh Danareksa (0.768) lewat reksadana Syariah
Berimbang. Sharpe ratio terendah untuk periode 1 tahun, dua tahun, dan tiga
tahun berturut-turut adalah -0.098 (BNI Securities, Dana Plus Syariah), 0.112
88
(BNI Securities, Dana Plus Syariah), 0.040 (BNI Securities, Dana Syariah).
Sedangkan untuk konvensional yang tertinggi 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun
adalah 7,371(Bhakti Asset Management, Big Dana Likuid), 1.953 (PNM,
Dana Sejahtera 2), Anggrek (0.787) yang terendah selama 1 tahun, 2 tahun
dan tiga tahun adalah -0.249 (Recapital Asset Mgt, Capital Flexi.), 0.009
(Recapital Asset Mgt, Capital Flexi.), -0.400 (BNI Sec, Dana Plus)
Berdasarkan jumlah dana kelolaan per tanggal 14 Maret 2008, rata-rata
reksadana
konvensional
unggul
dengan
nilai
AUM
(Asset
Under
Management) mencapai lebih dari seratus miliar rupiah, mengalahkan
reksadana syariah yang dikelola semua perusahaan dengan nilai rata-rata
AUM-nya sebesar Rp. 83 Miliar. Untuk reksadana syariah AUM tertinggi
adalah Rp.226.234.326.823,00 (Trimegah, Trim Syariah Saham), sedangkan
yang terendah adalah Rp.2.131.533.810,88 (Euro Capital Peregrine, Euro
Peregrine Syariah Berimbang Plus). Pada Reksadana konvensional AUM
tertinggi adalah Rp1.157.106.916.198,39 (Trimegah, Tri Kapital) dan yang
terendah adalah Rp.18.619.048,10 (BNI Sec. Dana Flexible)
Dalam tiga tahun terakhir ( terhitung sejak 14 Maret 2005 sampai 14
Maret
2008),
semua
reksadana
syariah
tercatat
memiliki
rata-rata
pertumbuhan jumlah dana kelolaan periode satu tahun, dua tahun, dan tiga
tahun sebesar 282.89%, 310.32%, 61.87%. Sementara rata-rata jumlah dana
kelolaan reksadana konvensional hanya mengalami pertumbuhan sebesar
14.61%, 137.28%, -31.48%. Sedangkan pertumbuhan AUM yang tertinggi
selama 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun pada reksadana syariah adalah 1389.98%
89
(Trimegah, Trim Syariah Saham), 846.72% (Mandiri Mgt. Invesment, Investa
Syariah Berimbang), 290.21% (Danareksa, Syariah Berimbang) dan yang
terendah pada 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun adalah -3.80% (Recapital Asset
Mgt, Capital Syariah), -4.59% (BNI Sec. Dana Syariah) -54.87% (BNI Sec.
Dana Syariah). Sedangkan pada reksadana konvensional yang tertinggi pada 1
tahun, 2 tahun,dan 3 tahun adalah 138.10% (Mandiri Mgt. Investasi, Mandiri
Investa Aktif), 461.22% (Danareksa, Anggrek), 103.73% (Danareksa,
Anggrek) dan yang terendah adalah -99.73 (BNI Sec. Dana Flexible), -99.96%
(BNI Sec. Dana Flexible), -99.97% (BNI Sec. Dana Flexible).
Besarnya rata – rata biaya reksadana yang ditetapkan ada untuk
reksadana konvensional diperoleh rata –rata yang besarnya 4.03%, sedangkan
untuk rata-rata biaya reksadana yang berbasis syariah yaitu sebesar 4.10%.
Yang tertinggi pada Syariah dan Konvensional adalah 8.25% (Trimegah, Trim
Kombinasi dan Trim Syariah Berimbang). Yang terendah pada konvensional
adalah 1.85% (BNI Sec, Dana Plus), sedangkan pada Syariah adalah 2.25%
ada pada tiga reksadana yaitu Dana Syariah, IPB Syariah, Capital Syariah
Berdasarkan penelitian kinerja menggunakan skor pada empat
indikator yang digunakan, dalam rata-rata skor sharpe ratio dalam tiga tahun.
seluruh reksadana syariah mendapatkan skor rata-rata yaitu 5.4, 6, 7. dan pada
rata-rata skor sharpe ratio seluruh reksadana konvensional adalah 4.6, 4.3, 5.3.
Pada besarnya AUM, kedua reksadana sama mendapatakan skor ratarata sebesar 5.1 dan pada pertumbuhan AUM besarnya rata-rata skor
reksadana syariah selama tiga tahun adalah 6.1, 6.3, 6. sedangkan pada
90
reksadana konvensional besarnya skor rata-rata pertumbuhan AUM adalah
3.8, 4.5, 4.6. Dan pada biaya reksadana, rata-rata skor reksadana syariah yaitu
5.9 dan rata-rata skor pada reksadana konvensional yaitu 5.7.
Tabel 4.11
Kinerja Reksadana
Syariah
Kategori
Mean
Tertinggi
Terendah
Sharpe ratio
2
1 tahun
tahun
2.005
1.505
10.731
4.177
-0.098
0.112
Pertumbuhan
NAB
3
tahun
0.292
0.768
0.04
Jumlah NAB
83.797.822.971,28
226.234.326.823,00
2.131.533.810,88
1 tahun
282.89%
1389.98%
-3.80%
2 tahun
310.32%
846.72%
-4.59%
3 tahun
61.87%
290.21%
-54.87%
Biaya
Reksadana
4.03%
8.25%
2.25%
3 tahun
-31.48%
103.73%
-99.97%
Biaya
Reksadana
4.10%
8.25%
1.85%
Konvensional
Pertumbuhan
NAB
Sharpe ratio
Kategori
Mean
Tertinggi
Terendah
1
tahun
1.143
7.371
-0.328
2 tahun
0.82
1.953
0.009
3
tahun
0.09
0.787
-0.4
Jumlah NAB
141.329.978.352,14
1.157.106.916.198,39
18.619.048,10
1 tahun
14.61%
474.55%
-99.73%
2 tahun
137.28%
461.22%
-99.96%
Data : diolah, 2009
Pada penilaian kinerja , berdasarkan empat kriteria yang digunakan
(sharpe ratio, AUM, pertumbuhan AUM, dan biaya reksadana), reksadana
Syariah yang meiliki kinerja yang lebih baik untuk dengan skor total selama
tiga tahun 5.4, 5.8 5.8, mengalahkan kinerja reksadana berbasis konvensional
yang ada dalam penelitian, yang memberikan skor total selama tiga tahun 4.7,
4.7, 5.16.
91
4.8 Uji T
Untuk mengetahui apakah antara kinerja produk reksadana berbasis syariah
dengan kinerja produk reksadana berbasis konvensional benar – benar bisa
diperbandingkan yaitu dengan mengetahui ada tidaknya perbedaan rata – rata
antara kinerja kedua sub kategori reksadana terebut maka dilakukan T-tet (Uji T)
atau uji beda rata – rata dua kelompok sample independent di dalam penelitian ini.
Dengan hipotesis-nya adalah :

H0 : “tidak ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis
syariah dengan reksadana berbasis konvensional”

H1 : “ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis syariah
dengan reksadana berbasis konvensional”
Significance level yang dipakai adalah 0,05 (atau Confidence level 95%)
dengan memakai 2-tailed. Dari tabel T-test di bawah, terlihat angka Sig. sebesar
0.111. angka ini lebih besar dari angka significance level (0,025). Berarti H0
diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata total skor (kinerja)
antara produk reksadana yang berbasis syariah dengan produk reksadana yang
berbasis konvensional. Hal ini berarti pula bahwa kinerja dari kedua sub kategori
reksadana tersebut memang bisa diperbandingkan
92
Dengan menggunakan software SPSS, maka diperoleh output sebagai berikut :
Group Statistics
N
VAR00003
Total Skor
Konvensional (Kinerja)
Syariah
Mean
Std.Deviation
Std. Error
Mean
14
4.7143
1.05892
.28301
14
5.4286
1.22627
.32773
Independent Sample Test
Total
Equal
Skor
variances
(kinerja) assumed
Equal
variances
not
assumed
Levene’s Test
for Equality of
Variances
F
Sig.
T
Lower
.430
Lower
-1.650
Upper
26
-1.650
-25.460
Upper
.518
Df
t-test for Equality of Means
Sig.(2-tailed)
Mean
Std. Error
Differenc
Difference
e
Lower
Upper
Lower
.111
-.71429
.43302
.111
-.71429
.43302
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
Lower
-1.60437
.175
-1.60529
.
93
.176
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari seluruh uraian dan perubahan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana saham, produk
reksadana berbasis konvensional yang dikelola Trimegah Securities,
memiliki sharpe ratio yang lebih besar dibandingkan dengan sharpe ratio
produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah. Untuk kategori
reksadana campuran periode penilaian satu tahun, tujuh dari sepuluh
perusahaan investasi yang dinilai memiliki produk reksadana berbasis
syariah dengan sharpe ratio yang lebih unggul dibandingkan dengan
sharpe ratio produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.
Ketujuh perusahaan investasi tersebut adalah Trimegah Securities, CIMBGK Securities Indonesia, Recapital Asset Management, Andalan Artha
Advisindo, Kresna Graha, dan Danareksa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada pemeringkatan reksadana berdasarkan nilai sharpe periode
satu tahun, dari sepuluh reksadana dengan nilai sharpe tertinggi, enam
diantaranya adalah reksadana berbasis syariah, dengan reksadana Investa
Syariah Berimbang yang menduduki posisi teratas. Pada kategori
reksadana campuran periode penilaian dua tahun, empat dari enam
perusahaan investasi yang dinilai, memiliki produk reksadana berbasis
94
syariah dengan sharpe ratio yang lebih besar dibandingkan dengan sharpe
ratio produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya. Keempat
perusahaan investasi tersebut adalah Recapital Asset Management,
Mandiri Investment Management, Andalan Artha Advisindo, dan Kresna
Graha. Untuk penilaian perode tiga tahun pada kategori reksadana
campuran, perusahaan BNI Securities memiliki produk reksadana berbasis
syariah dengan sharpe ratio yang lebih unggul dibandingkan dengan
sharpe ratio produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya,
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Table 5.1
Peringkat Sharpe Ratio Reksadana Campuran
Periode Satu Tahun
Reksadana
Sharpe Ratio
Investa Syariah Berimbang*)
2.367
Mega Dana Campuran
1.41
Syariah Berimbang*)
1.279
Mega Dana Syariah*)
1.234
Anggrek
1.18
Trim Syariah Berimbang*)
1.124
EuroPeregrine Balanced Plus
0.967
AAA Amana Syariah Fund*)
0.891
Mandiri Investa Aktif
0.803
IPB Syariah*)
0.775
Trim Kombinasi
0.764
EuroPeregrine Syariah Balanced Plus*)
0.731
AAA Balanced Fund
0.677
IPB Kresna
0.533
Kausar Balanced Growth Syariah*)
0.491
Arjuna Berkembang
0.472
Dana Flexible
-0.039
Dana Plus Syariah*)
-0.098
Captal Syariah*)
-0.103
Capital Flexi
-0.249
sedangkan pada perusahaan investasi Danareksa, produk reksadana
berbasis konvensional yang dikelolanya memiliki nilai sharpe yang lebih
95
unggul dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana berbasis
syariah kelolaannya. Pada kategori reksadana pendapatan tetap periode
penilaian satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun, produk reksadana
berbasis syariah dari seluruh perusahaan investasi yang dinilai (Bhakti
Asset Management, PNM, dan BNI Securities), memiliki nilai sharpe yang
lebih unggul dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana berbasis
konvensional dari masing-masing perusahaan investasi tersebut.
5.1.2
Per tanggal 14 Maret 2008, untuk kategori reksadana saham, produk
reksadana berbasis konvensional yang dikelola Trimegah Securities
memiliki jumlah dana kelolaan (AUM) yang lebih besar dibandingkan
dengan AUM produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah. Pada
kategori reksadana campuran, tujuh dari sepuluh perusahaan investasi
yang dinilai, yaitu Trimegah Securities, Mega Capital Indonesia, CIMBGK Securities Indonesia, Recapital Asset Management, Andalan Artha
Advisindo, Kresna Graha, dan BNI Securities, memiliki produk reksadana
berbasis syariah dengan AUM yang lebih besar dibandingkan dengan
AUM
produk
reksadana
berbasis
konvensional
kelolaannya.
Pemeringkatan yang dilakukan pada AUM dari keseluruhan reksadana
kategori campuran yang dinilai, menunjukkan bahwa dari sepuluh
reksadana dengan nilai AUM tertinggi, tujuh diantaranya merupakan
reksadana berbasis syariah, akan tetapi reksadana Anggrek yang
merupakan reksadana berbasis konvensional yang dikelola Danareksa-lah,
yang memiliki jumlah dana kelolaan yang paling besar diantara sembilan
96
belas reksadana lainnya. Untuk kategori reksadana pendapatan tetap, dari
tiga perusahaan investasi yang dinilai, hanya pada perusahaan investasi
PNM saja yang AUM produk reksadana berbasis syariah-nya mengungguli
AUM produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.
Tabel 5.2.
peringkat AUM Reksadana Campuran
Reksadana
AUM Per 14 Maret 2008
No.
(Dalam Rp)
1
Anggrek
179.701.595.723,86
2
Mandiri Investa Aktif
161.452.567.332,00
3
Mega Dana Syariah*)
134.307.722.222,12
4
Trim Syariah Berimbang*)
125.533.746.114,00
5
Investa Syariah Berimbang*)
108.305.167.550,00
6
Mega Dana Campuran
86.842.831.704,56
7
IPB Syariah*)
67.605.856.258,36
8
Capital Syariah*)
67.401.016.570,03
9
Syariah Berimbang*)
65.780.544.848,32
10
Kausar Balanced Growth Syariah*)
63.052.396.093,00
11
AAA Amanah Syariah Fund*)
49.470.503.310,21
12
AAA Balanced Fund
38.748.139.175,89
13
Arjuna Berkembang
19.797.702.733,74
14
Capital Flexi
14.668.435.473,67
15
Dana Plus Syariah*)
14.250.260.177,14
16
EuroPeregrine Berimbang Plus
7.178.260.008,06
17
Trim Kombinasi
2.864.657.091,97
18
IPB Kresna
2.831.532.521,56
19
EuroPeregrine Syariah Balanced Plus*)
2.131.533.810,88
20
Dana Flexibel
18.619.048,10
Sumber : Bapepam 14 Maret 2008.
97
5.1.3
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana saham, prosuk
reksadana berbasis syariah yang dikelola Trimegah Securities memiliki
pertumbuhan jumlah dana kelolaan (AUM) yang lebih besar dibandingkan
dengan AUM produk reksadana kelolaannya yang berbasis konvensional.
Untuk kategori reksadana campuran periode penilian satu tahun, pada
sepuluh perusahaan investasi yang dinilai, hanya pada Danareksa sajalah
yang pertumbuhan AUM produk reksadana berbasis syariahnya lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan AUM produk reksadana berbasis
konvensional-nya. Untuk periode penilaian dua tahun pada kategori
reksadana campuran, empat dari enam perusahaan investasi yang dinilai,
yaitu Recapital Asset Management, Mandiri Investment Management,
Kresna Graha, dan BNI Securities, memiliki produk reksadana berbasis
syariah dengan pertumbuhan AUM yang lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan AUM produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.
Untuk periode penilaian tiga tahun, pada kedua perusahaan investasi yang
dinilai (Danareksa dan BNI Securities), pertumbuhan AUM produk
reksadana berbasis syariah yang dikelolanya lebih besar dibandingkan
dengan pertumbuhan AUM reksadana berbasis konvensional kelolaannya.
Pada kategori reksadana pendapatan tetap, untuk menilai periode satu
tahun, dua tahun, dan tiga tahun, produk reksadana berbasis syariah dari
ketiga perusahaan investasi yang dinilai, memiliki pertumbuhan AUM
yang selalu lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan AUM produk
reksadana konvensionalnya, kecuali pada perusahaan PNM untuk periode
98
penilaian satu tahun, yaitu pertumbuhan AUM reksadana berbasis
konvensional kelolaannya lebih besar dari pertumbuhan AUM produk
reksadananya yang berbasis syariah.
5.1.4
Berdasarkan hasil penelitian, biaya reksadana yang mencakup fee Manajer
Investasi, fee Bank Kustodian, biaya pembelian, dan biaya penjualan
reksadana, pada sebagian besar perusahaan investasi yang termasuk dalam
penilaian, ditetapkan sama besarnya baik untuk produk reksadana berbasis
syariah maupun konvensional yang dikelolanya. Kecuali pada perusahaan
investasi Andalan Artha Advisindo, Bhakti Asset Management, dan BNI
Securities yang menetapkan biaya reksadana yang besarnya berbeda untuk
masing-masing sub kategori reksadana kelolaannya. Pada Andalan Artha
Advisindo dan Bhakti Asset Management, biaya reksadana yang mereka
tetapkan untuk produk reksadananya yang berbasis syariah lebih rendah
dengan besarnya biaya reksadana untuk produk reksadana berbasis
konvensional yang dikelolanya.
Sementara pada BNI Securities, untuk kategori reksadana pendapatan
tetap produk reksdana yang berbasis konvensional ditetapkan biaya
reksadana yang lebih rendah dibandingkan dengan produk reksadana yang
berbasis syariah.
5.1.5
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana saham, produk
reksadana berbasis konvensional yang dikelola Trimegah Securities,
memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja produk
reksadana kelolaannya yang berbasis syariah.
99
5.1.6
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana campuran, pada
perusahaan Trimegah Securities, Mega Capital Indonesia, CIMB-GK
Securities Indonesia, Recapital Asset Management, Mandiri Investment
Management, Andalan Artha Advisindo, Kresna Graha dan BNI
Securities, produk reksadana berbasis syariah yang dikelolanya memiliki
kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan produk reksadana
kelolaannya yang berbasis konvensional. Sedangkan pada dua perusahaan
investasi lainnya (Euro Capital Peregrine dan Danareksa), produk
reksadana konvensional yang dikelolanya lebih baik kinerjanya dari
produk reksadana kelolaannya.
5.1.7
Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana pendapatan tetap,
produk reksadana berbasis syariah yang lebih unggul kinerjanya
dibandingkan dengan produk reksadana berbasis konvensional, terdapat
pada perusahaan investasi PNM dan BNI Securities. Sedangkan pada
Bhakti
Asset
Management,
kinerja
produk
reksadana
berbasis
konvensional yang dikelolanya memiliki kinerja yang lebih unggul
dibandingkan dengan produk reksadana berbasis syariah kelolaannya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari 12 perusahan investasi
yang teliti, mayoritasnya memiliki produk reksadana berbasis syariah yang
lebih unggul kinerjanya dibandingkan dengan produk reksadana berbasis
konvensional kelolaannya.
100
5.2 Implikasi
5.2.1 Harapan saya, penelitian ini bisa bermanfaat untuk para investor dan calon
investor untuk membantu mengambil keputusan ketika memilih produk
reksadana, terutama bagi para investor yang kurang memiliki akses
informasi terhadap perkembangan kinerja reksadana baik yang berbasis
syariah maupun reksadana berbasis konvensional. Namun yang perlu
menjadi catatan, bukan berarti reksadana yang memiliki kinerja yang lebih
unggul pasti akan menghasilkan kinerja yang unggul pada di masa yang
akan datang. Para investor tetap harus mengumpulkan informasi tambahan,
dan menanyakan langsung kepada sang pengelola (Manajer Investasi) secara
lebih detail mengenai produk yang akan dipilih.
5.2.2 Untuk penelitian mendatang diharapkan cakupan reksadana yang dinilai dan
diperbandingkan lebih diperluas, tidak hanya produk reksadana berbasis
syariah dan konvensional dari kategori saham, campuran, dan pendapatan
tetap tetapi juga dari reksadana pasar uang dan reksadana terproteksi.
Kinerja reksadana yang dinilai dan diperbandingkan dimasa mendatang juga
perlu ditambah periode misalnya sampai dengan periode lima tahun. Untuk
metode penilian yang dipergunakan, semoga ke depannya akan semakin
baik dan semakin dapat mempersentasikan performa reksadana yang
sebenarnya.
5.2.3 Bagi para pembaca diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang reksadana, khususnya reksadana syariah.
101
Note : Pada dasarnya antara obligasi konvensional dengan obligasi syariah, yang
merupakan salah satu instrument keuangan yang pembentuk reksadana,
tidak dapat sepenuhnya diperbandingkan, karena obligasi konvensional
menggunakan sistem fund rate sementara obligasi syariah menggunakan
sistem bagi hasil dalam pembagian keuntungan untuk para investornya.
Pada kondisi perekonomian yang baik dan stabil, sistem bagi hasil
memang akan lebih dapat memberikan imbal hasil yang lebih
menguntungkan bagi para investor dibandingkan dengan sistem fund rate.
102
DAFTAR PUSTAKA
Asytuti, Rindu. “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah dan
Reksadana Konvensional dalam Menghasilkan Return 2001-2002” Pasca
Sarjana UI, Jakarta,2003.
Bodie Zvi, Kane Alex, Marcus Alan. Invesment. 3rd ed. United States of America;
Irwin Professional Publishing, Inc. 1996.
Boudreaux, Denis. Business & Economics Research Journal Volume 6, Number 5.
University of Louisiana, Lafayette International, May 2007
Dabbeereu, Rao Neelaknateswar. Performance of Mutual Funds in Saudi Arabia.
Journal SSRN.
Darmadji, Tjiptono, Hendy M. F. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat :
Jakarta, 2006.
Darmawan, Komang. “Peringkat Reksadana 2007”. Investor Magazine. 28
Februari – 13 Maret 2007.
Glode, Vincent. “Time Variation in Information Production: Evidence from
Mutual Funds”. Carnegie Mellon University, 2007
Harahap, Sofyan s. “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Terhadap
Reksadana Konvensonal ( Reksadana Mawar) Periode 1997 – 2001”
Journal Riset Bisnis dan Manajemen vol 3 no.3, Desember 2003.
Jacobs, Bruce. All about mutual funds. Usa: Irwin Professional Publishing, Inc.
1994.
Kothari, s.P. dan Jerold B. Warner (1997). Evaluating Mutual Fund Performance,
Journal SSRN, August.
103
Manurung, Adler H. Berinvestasi, Pendirian, dan Pembubaran Reksadana,
Jakarta : PT Adler Manurung Press, 2003.
Reilly, Frank K. and Brown, Keith C. Invesment Analysis & Portofolio
Management. 7th ed. Orlando : The Dryden Press, 2002.
Setyaningsih. “Perbandingan Kinerja Reksadana di Indonesia Periode 19971999”, Journal Riset dan Ekonomi dan Manajemen vol. 2 no.1, Januari
2002.
Sharpe, William F., Alexander, Gordon J., and Bailey. Invesment. New Jersey :
Prentice Hall Inc. 1995. Stanford Graduate School of Business, November
2004.
William, Sharpe, (1996). “Mutual Fund Performance.” Journal of Bussiness, Vo
39, No.1 (January).
www.bapepam.go.id
www.bi.go.id
www.infovesta.com
www.mui.or.id
www.google.com
104
Download