Paper “Gaya Kepemimpinan” Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Semester Ganjil Disusun Oleh : 1. Muhammad Roikhan (1030474101) 2. Danang Sagita Putra (1030474086) 3. Vita Putri Rahayu (1030474018) 4. Annisa Pusparani (1030474085) 5. Devi Rahma Katrina (1030474019) Prodi S1 Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai makhluk individu dan sekaligus mahluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena merupakan satu kesatuan utuh dalam diri manusia. Tidak mungkin manusia secara individu berkembang tanpa ada lingkungan atau tempat untuk berkembang dan berinteraksi, tempat inilah yang disebut sebagai organisasi. Dalam suatu organisasi tentunya akan mengalami perubahan lingkungan yang semakin komplek dan kompetitif. Untuk dapat menghadapi perubahan tersebut maka diperlukan adanya perubahan individu. Proses penyelarasan antara perubahan individu dengan perubahan organisasi inilah yang tidak mudah, harus diperlukannya seorang pemimpin yang mampu menjadi motor penggerak yang dapat melakukan perubahan kearah yang lebih baik bagi sebuah organisasi. Setiap pemimpin tentunya mempunyai sifatsifat yang berbeda dalam membangun organisasi, sifat-sifat inilah yang memunculkan konsep mengenai gaya-gaya pemimpin, salah satunya adalah menurut Douglas Mc Gregor dalam bukunya “The Human Side Enterprise” (1960) yang menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama. Dua kutub yang dimaksud adalah Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Namun selain Teori X dan Teori Y tersebut ternyata masih banyak macam gaya kepemimpinan lainnya. Atas dasar itulah melalui paper ini penyusun akan menggali lebih dalam mengenai berbagai macam gaya yang ada dalam figur seorang pemimpin. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Pemimpin Istilah pemimpin atau leadear mempunyai macam-macam definisi dari para ahli. Berikut ini terdapat beberapa definisi tentang pemimpin yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya : Menurut Stephen. P. Robbins (2005), pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan memiliki wewenang manajerial. Menurut Kartini Kartono (2010), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Menurut Henry Pratt Fairchild dalam buku Kartini Kartono (2010) pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui kekuasaan dan posisi. Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2011), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. 2.2 Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting di dalam suatu organisasi. Para ahli dalam bidang organisasi umumnya mengemukakan pengertian tersendiri mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam administrasi, dan persepsi mengenai pengaruh yang sah. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kepemimpinan, diantaranya : Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281). Menurut Yukl (1994:2) mendefinisikan bahwa kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitasaktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi. Menurut Veithzal Rivai (2004), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Stephen P. Robbins (2005), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Menurut Ordway Tead dalam buku Kartini Kartono (2010), kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Robbins & Judge (dalam Teguh Sriwidadi dan Oey Charlie, 2011) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Menurut Rivai dan Mulyadi (dalam Teguh Sriwidadi dan Oey Charlie, 2011), kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. 2.3 Gaya Kepemimpinan Gaya (Style) kepemimpinan yang baik adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi yang berkembang dan ada disekitar kita. Berikut ini definisi dari gaya kepemimpinan menurut para ahli : Menurut Veithzal Rivai (2004), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Menurut Stephen P. Robbins (2005), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Menurut Malayu. S. P Hasibuan (2011), gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Thoha (dalam Teguh Sriwidadi dan Oey Charlie, 2011), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang diharapkan agar tercapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian gaya kepemimpinan, dapat diambil kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. 2.4 Macam-Macam Gaya Kepemimpinan Wahjosumidjo (1994) mengatakan bahwa perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya kepemimpinan seseorang. Gaya tersebut adalah sebagai berikut: 1. Gaya kepemimpinan Direktif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata. 2. Gaya kepemimpinan Konsultatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan. 3. Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. 4. Gaya kepemimpinan Delegatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Macam-macam gaya kepemimpinan menurut Stephen. P. Robbins (2005) terdiri dari : 1. Gaya Otokratis Gaya otokratis menggambarkan pemimpin yang biasanya cenderung memusatkan wewenang, mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan membatasi partisipasi karyawan. 2. Gaya Demokratis Gaya Demokratis menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan. 3. Gaya Laissez Faire Dalam gaya laisezz faire, pemimpin umumnya memberi kelompok kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai. Menurut White & Lippit Harbani (2008) gaya kepemimpinan terdiri dari 3 macam yaitu : 1. Gaya kepemimpinan Otokratis Dalam tipe ini, pemimpin menentukan sendiri “policy” dan dalam rencana untuk kelompoknya, membuat keputusan-keputusan sendiri namun mendapatkan tanggung jawab penuh. Bawahan harus patuh dan mengikuti perintahnya, jadi pemimpin tersebut menetukan atau mendiktekan aktivitas dari anggotanya. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dalam kepemimpinan otokrasi terjadi adanya keketatan dalam pengawasan, sehingga sukar bagi bawahan dalam memuaskan kebutuhan egoistisnya. Kebaikan dari gaya kepemimpinan adalah : a. Keputusan dapat diambil secara tepat. b. Tipe ini baik digunakan pada bawahan yang kurang disiplin, kurang inisiatif, bergantung pada atasan dan kurang kecakapan. c. Pemusatan kekuasaan, tanggung jawab serta membuat keputusan terletak pada satu orang yaitu pemimpin. Kelemahannya adalah : a. Dengan tidak diikutsertakannya bawahan dalam mengambil keputusan atau tindakan maka bawahan tersebut tidak dapat belajar mengenai hal tersebut. b. Kurang mendorong inisiatif bawahan dan dapat mematikan inisiatif bawahannya tersebut. c. Dapat menimbulkan rasa tidak puas dan tertekan. d. Bawahan kurang mampu menerima tanggung jawab dan tergantung pada atasan saja. 2. Gaya kepemimpinan Demokrasi (Demokratis) Dalam gaya ini pemimpin sering mengadakan konsultasi dengan mengikuti bawahannya dan aktif dalam menentukan rencana kerja yang berhubungan dengan kelompok. Disini pemimpin seperti moderator atau koordinator dan tidak memegang peranan seperti pada kepemimpinan otoriter. Partisipan digunakan dalam kondisi yang tepat akan menjadikan hal yang efektif. Tujuannya adalah supaya dapat memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengisi atau memperoleh kebutuhan egoistisnya dan memotivasi bawahan dalam menyelesaikan tugasnya untuk meningkatkan produktivitasnya pada pemimpin demokratis, sering mendorong bawahan untuk ikut ambil bagian dalam hal tujuan-tujuan dan metode-metode serta menyokong ide-ide dan saran-saran. Disini pemimpin mencoba mengutamakan “human relation” (hubungan antar manusia) yang baik dan mengerjakan secara lancar. Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini adalah : a. Memberikan kebebasan lebih besar kepada kelompok untuk megadakan kontrol terhadap supervisor. b. Merasa lebih bertanggungjawab dalam menjalankan pekerjaan. c. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengan catatan bila situasi memungkinkan. d. Lebih matang dan bertanggung jawab terhadap status dan pangkat yang lebih tinggi. Kelemahannya adalah : a. Harus banyak membutuhkan koordinasi dan komunikasi. b. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan. c. Memberikan persyaratan tingkat “skilled” (kepandaian) yang relatif tinggi bagi pimpinan. d. Diperlukan adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak karena dapat menimbulkan perselisihan. 3. Gaya kepemimpinan Laissez Faire Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran- sasaran dan kebijakan organisasi. Kepemimpinan pada tipe ini melaksanakan perannya atas dasar aktivitas kelompok dan pimpinan kurang mengadakan pengontrolan terhadap bawahannya. Pada tipe ini pemimpin akan meletakkan tanggung jawab keputusan sepenuhnya kepada para bawahannya, pemimpin akan sedikit saja atau hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan. Pemimpin pada gaya ini sifatnya positif dan seolah-olah tidak mampu memberikan pengaruh kepada bawahannya. Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini : a. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkan persoalan serta mengembangkan rasa tanggung jawab. b. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia anggap penting dan tidak bergantung pada atasan sehingga proses yang lebih cepat. Kelemahannya adalah : a. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta dapat mengakibatkan salah tindak dan memakan banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman. b. Pemimpin sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan terpisah dari bawahan. Beberapa tidak membuat tujuan tanpa suatu peraturan tertentu. c. Kelompok dapat mengkambing hitamkan sesuatu, kurang stabil, frustasi, dan merasa kurang aman. Sedangkan menurut Hersey dan Blanchard membedakan adanya 4 gaya kepemimpinan, yaitu : 1. Telling (Pemberitahu) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah. Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung. 2. Selling (Penjual) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat. Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan. 3. Participating (Partisipatif) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat. Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok. 4. Delegating (Pendelegasian) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi. Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan. Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda. Menurut Rensis Liker, Gaya Kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1. Eksploitatif, yaitu pemimpin yang memeras bawahan, bawahan harus mencapai tujuan yang ditetapkan, kalau tidak bisa dihukum. 2. Otoritatif, yaitu pemimpin yang keras terhadap bawahan, bawahan tidak boleh memberi komentar terhadap perintah pemimpin. 3. Konsultatif, yaitu pemimpin yang selalu meminta pendapat dari bawahan, perintah biasanya dikeluarkan setelah diskusi dengan bawahan. 4. Partisipatif, yaitu pemimpin yang selalu mengambil keputusan sesuai kesepakatan bawahan. BAB III PENUTUP 3.1 Analisis Kelompok Dari berbagai penjelasan dan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin yang baik harus teliti melihat karakterikstik anak buah dan situasi yang terjadi. Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kematangan dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan anak buah dengan memberikan penguatan positif berupa pujian, penghargaan dan memberikan tugas menantang. Dengan cara inilah diharapkan mampu memberikan motivasi. Memberikan motivasi tersebut bergantung kepada kepribadian individu. Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah secara rutin melakukan pengajaran keterampilan dan bimbingan sikap atau mental. Hal ini sangat penting untuk dilakukan dikarenakan kinerja anak buah tidak selalu sesuai harapan. Seorang pemimpin harus memastikan bahwa semua anggota kelompok mengerti dan memahami visi dan misi perusahaan supaya semua anggota bergerak ke arah yang sama dan mampu mencapai tujuan organisasi. Sedangkan definisi dari kepemimpinan menurut kami adalah suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya perbedaan pada setiap individu khususnya perbedaan sikap seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi, memunculkan adanya penggolongan terhadap cara atau gaya dalam memimpin. Gaya kepemimpinan sendiri adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Terdapat berbagai pendapat ahli mengenai macam-macam gaya kepemimpinan namun menurut kami terdapat tiga macam gaya kepemimpinan yang utama yaitu gaya otokratis, gaya demokratis dan gaya laissez faire. Ketiga gaya kepemimpinan ini mempunyai perbedaan yang signifikan, perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 3.1 : Perbandingan gaya kepemimpinan Setelah mengetahui dan memahami pengertian ketiga gaya kepemimpinan diatas ternyata dari ketiganya memiliki pemahaman dan penerapan sifat yang sangat jauh berbeda. Namun dari tiga macam gaya kepemimpinan tersebut menurut kelompok kami gaya kepemimpinan yang paling sesuai diterapkan dalam organisasi baik formal maupun non formal adalah gaya kepimpinan demokratis. Karena seorang pemimpin yang demokratis selalu mengutamakan kebersamaan, dimana pemimpin berusaha membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita secara bersama-sama. Pemimpin yang demokratis juga selalu menghargai pendapat orang-orang yang dipimpinnya, sehingga menimbulkan sifat kebersamaan yang akan memudahkan dalam memecahkan suatu masalah. Selain hal tersebut kami memilih gaya kepemimpinan demokratis adalah atas dasar dari beberapa ciri kepemimpinan demokratis yaitu: a. Pemimpin yang demokratis memandang perannya sebagai koordinator dan integrator adalah bagian dari unsur dan komponen organisasi. b. Organisasi disusun sedemikian rupa sehingga secara jelas tugas dan kegiatannya tidak hanya terpaku demi tercapainya tujuan. c. Adanya pembagian peranan dan kerja sesuai dengan tingkatnya d. Memperlakukan karyawan/anggota dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabatnya. Dengan berdasar ciri-ciri diatas maka dapat kami simpulkan bahwa gaya kepemimpinan demokratis lebih efektif dalam mencapai tujuan dibanding dengan gaya kepemimpinan lainnya. Namun, dibalik kepemimpinan demokratis yang dinyatakan sesuai dalam penggunaannya didalam organisasi terdapat kelemahannya juga yaitu sulit dalam proses pengambilan keputusan karena dalam kepemimpinan ini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak seluasluasnsya sehingga banyak sekali pendapat yang berbeda, pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan yang terkadang dapat menimbulkan konflik. Proses pengambilan keputusan yang panjang akan memakan waktu yang lebih lama. Pada dasarnya setiap gaya kepemimpinan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun menurut kelompok kami kepemimpinan demokratislah yang setidaknya meminimalisir kelemahan dalam penerapan gaya kepemimpinan pada suatu organisasi. DAFTAR PUSTAKA Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo Persada,. Nogi, Hessel. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo. http://www.academia.edu/5525397/Gaya_Kepemimpinan (diakses pada tanggal 24 September 2014, pukul 15.23 WIB) http://quickstart-indonesia.com/gaya-kepemimpinan-situasional/ (diakses pada tanggal 26 September 2014, pukul 21.18 WIB) http://indraputrabintan.blogspot.com/2011/10/kepemimpinan.html#.VCgbyxbptb w (diakses pada tanggal 26 September 2014, pukul 21.37 WIB)