Gaya Kepemimpinan

advertisement
Paper
“Gaya Kepemimpinan”
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kepemimpinan
Semester Ganjil
Disusun Oleh :
1. Muhammad Roikhan
(1030474101)
2. Danang Sagita Putra
(1030474086)
3. Vita Putri Rahayu
(1030474018)
4. Annisa Pusparani
(1030474085)
5. Devi Rahma Katrina
(1030474019)
Prodi S1 Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai makhluk individu dan sekaligus mahluk sosial, manusia tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya, karena merupakan satu kesatuan utuh dalam
diri manusia. Tidak mungkin manusia secara individu berkembang tanpa ada
lingkungan atau tempat untuk berkembang dan berinteraksi, tempat inilah yang
disebut sebagai organisasi. Dalam suatu organisasi tentunya akan mengalami
perubahan lingkungan yang semakin komplek dan kompetitif. Untuk dapat
menghadapi perubahan tersebut maka diperlukan adanya perubahan individu.
Proses penyelarasan antara perubahan individu dengan
perubahan
organisasi inilah yang tidak mudah, harus diperlukannya seorang pemimpin yang
mampu menjadi motor penggerak yang dapat melakukan perubahan kearah yang
lebih baik bagi sebuah organisasi. Setiap pemimpin tentunya mempunyai sifatsifat yang berbeda dalam membangun organisasi, sifat-sifat inilah yang
memunculkan konsep mengenai gaya-gaya pemimpin, salah satunya adalah
menurut Douglas Mc Gregor dalam bukunya “The Human Side Enterprise”
(1960) yang menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat
dikelompokkan dalam dua kutub utama.
Dua kutub yang dimaksud adalah Teori X dan Teori Y. Teori X
mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi,
tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka
dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa,
bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri,
mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Namun selain Teori X
dan Teori Y tersebut ternyata masih banyak macam gaya kepemimpinan lainnya.
Atas dasar itulah melalui paper ini penyusun akan menggali lebih dalam mengenai
berbagai macam gaya yang ada dalam figur seorang pemimpin.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Definisi Pemimpin
Istilah pemimpin atau leadear mempunyai macam-macam definisi dari
para ahli. Berikut ini terdapat beberapa definisi tentang pemimpin yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :
Menurut Stephen. P. Robbins (2005), pemimpin adalah orang yang mampu
mempengaruhi orang lain dan memiliki wewenang manajerial. Menurut Kartini
Kartono (2010), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Menurut Henry Pratt Fairchild dalam buku Kartini Kartono (2010)
pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah
laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol
usaha/upaya orang lain atau melalui kekuasaan dan posisi.
Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2011), pemimpin adalah
seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk
mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut
dalam mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
2.2
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting di dalam suatu
organisasi. Para ahli dalam bidang organisasi umumnya mengemukakan
pengertian tersendiri mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan didefinisikan ke
dalam ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi,
kedudukan dalam administrasi, dan persepsi mengenai pengaruh yang sah. Ada
beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kepemimpinan,
diantaranya :
Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques,
1990:281).
Menurut Yukl (1994:2) mendefinisikan bahwa kepemimpinan sebagai
sebuah proses pengaruh social yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja
dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitasaktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi.
Menurut
Veithzal
Rivai
(2004),
kepemimpinan
adalah
proses
mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Stephen P. Robbins (2005),
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju
tercapainya sasaran.
Menurut Ordway Tead dalam buku Kartini Kartono (2010), kepemimpinan
adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Robbins & Judge (dalam Teguh Sriwidadi dan Oey Charlie,
2011) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian
tujuan yang ditetapkan.
Menurut Rivai dan Mulyadi (dalam Teguh Sriwidadi dan Oey Charlie,
2011), kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota
kelompok.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu.
2.3
Gaya Kepemimpinan
Gaya (Style) kepemimpinan yang baik adalah suatu gaya yang dapat
memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah
menyesuaikan dengan segala situasi yang berkembang dan ada disekitar kita.
Berikut ini definisi dari gaya kepemimpinan menurut para ahli :
Menurut Veithzal Rivai (2004), gaya kepemimpinan adalah sekumpulan
ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran
organisasi tercapai. Menurut Stephen P. Robbins (2005), gaya kepemimpinan
adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi kelompok menuju
tercapainya sasaran.
Menurut Malayu. S. P Hasibuan (2011), gaya kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan
bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut
Thoha (dalam Teguh Sriwidadi dan Oey Charlie, 2011), gaya kepemimpinan
adalah cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahan agar mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang
diharapkan agar tercapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pengertian gaya kepemimpinan, dapat diambil
kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh
seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
2.4
Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Wahjosumidjo (1994) mengatakan bahwa perilaku pemimpin dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya
kepemimpinan seseorang. Gaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan Direktif adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan
oleh pimpinan semata-mata.
2. Gaya kepemimpinan Konsultatif adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh
pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan.
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
4. Gaya kepemimpinan Delegatif adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih
banyak diserahkan kepada bawahan.
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut Stephen. P. Robbins (2005)
terdiri dari :
1. Gaya Otokratis
Gaya otokratis menggambarkan pemimpin yang biasanya cenderung
memusatkan wewenang, mendiktekan metode kerja, membuat keputusan
unilateral, dan membatasi partisipasi karyawan.
2. Gaya Demokratis
Gaya
Demokratis
menggambarkan
pemimpin
yang
cenderung
melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan
wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran
kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih
karyawan.
3. Gaya Laissez Faire
Dalam gaya laisezz faire, pemimpin umumnya memberi kelompok
kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan
dengan cara apa saja yang dianggap sesuai.
Menurut White & Lippit Harbani (2008) gaya kepemimpinan terdiri dari 3
macam yaitu :
1. Gaya kepemimpinan Otokratis
Dalam tipe ini, pemimpin menentukan sendiri “policy” dan dalam
rencana untuk kelompoknya, membuat keputusan-keputusan sendiri
namun mendapatkan tanggung jawab penuh. Bawahan harus patuh dan
mengikuti
perintahnya,
jadi
pemimpin
tersebut
menetukan
atau
mendiktekan aktivitas dari anggotanya. Pemimpin otokratis biasanya
merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan
cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk
perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dalam kepemimpinan
otokrasi terjadi adanya keketatan dalam pengawasan, sehingga sukar bagi
bawahan dalam memuaskan kebutuhan egoistisnya.
Kebaikan dari gaya kepemimpinan adalah :
a. Keputusan dapat diambil secara tepat.
b. Tipe ini baik digunakan pada bawahan yang kurang disiplin, kurang
inisiatif, bergantung pada atasan dan kurang kecakapan.
c. Pemusatan kekuasaan, tanggung jawab serta membuat keputusan
terletak pada satu orang yaitu pemimpin.
Kelemahannya adalah :
a. Dengan
tidak
diikutsertakannya
bawahan
dalam
mengambil
keputusan atau tindakan maka bawahan tersebut tidak dapat belajar
mengenai hal tersebut.
b. Kurang mendorong inisiatif bawahan dan dapat mematikan inisiatif
bawahannya tersebut.
c. Dapat menimbulkan rasa tidak puas dan tertekan.
d. Bawahan kurang mampu menerima tanggung jawab dan tergantung
pada atasan saja.
2. Gaya kepemimpinan Demokrasi (Demokratis)
Dalam gaya ini pemimpin sering mengadakan konsultasi dengan
mengikuti bawahannya dan aktif dalam menentukan rencana kerja yang
berhubungan dengan kelompok. Disini pemimpin seperti moderator atau
koordinator dan tidak memegang peranan seperti pada kepemimpinan
otoriter. Partisipan digunakan dalam kondisi yang tepat akan menjadikan
hal yang efektif.
Tujuannya adalah supaya dapat memberikan kesempatan
pada
bawahannya untuk mengisi atau memperoleh kebutuhan egoistisnya dan
memotivasi bawahan dalam menyelesaikan tugasnya untuk meningkatkan
produktivitasnya pada pemimpin demokratis, sering mendorong bawahan
untuk ikut ambil bagian dalam hal tujuan-tujuan dan metode-metode serta
menyokong
ide-ide
dan
saran-saran.
Disini
pemimpin
mencoba
mengutamakan “human relation” (hubungan antar manusia) yang baik dan
mengerjakan secara lancar.
Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini adalah :
a. Memberikan kebebasan lebih besar kepada kelompok untuk
megadakan kontrol terhadap supervisor.
b. Merasa lebih bertanggungjawab dalam menjalankan pekerjaan.
c. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen
dengan catatan bila situasi memungkinkan.
d. Lebih matang dan bertanggung jawab terhadap status dan pangkat
yang lebih tinggi.
Kelemahannya adalah :
a. Harus banyak membutuhkan koordinasi dan komunikasi.
b. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.
c. Memberikan persyaratan tingkat “skilled” (kepandaian) yang relatif
tinggi bagi pimpinan.
d. Diperlukan adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak
karena dapat menimbulkan perselisihan.
3. Gaya kepemimpinan Laissez Faire
Yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini bukan berarti
tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas
disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka
sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka
mencapai sasaran-
sasaran dan kebijakan organisasi. Kepemimpinan pada tipe ini melaksanakan
perannya atas dasar aktivitas kelompok dan pimpinan kurang mengadakan
pengontrolan terhadap bawahannya.
Pada tipe ini pemimpin akan meletakkan
tanggung jawab keputusan
sepenuhnya kepada para bawahannya, pemimpin akan sedikit saja atau
hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan. Pemimpin pada gaya ini
sifatnya positif dan seolah-olah tidak mampu memberikan pengaruh kepada
bawahannya.
Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini :
a. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya,
daya kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkan persoalan serta
mengembangkan rasa tanggung jawab.
b. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia anggap
penting dan tidak bergantung pada atasan sehingga proses yang lebih
cepat.
Kelemahannya adalah :
a. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan terjadi
penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta dapat
mengakibatkan salah tindak dan memakan banyak waktu bila bawahan
kurang pengalaman.
b. Pemimpin sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan terpisah dari
bawahan. Beberapa tidak membuat tujuan tanpa suatu peraturan
tertentu.
c. Kelompok dapat mengkambing hitamkan sesuatu, kurang stabil,
frustasi, dan merasa kurang aman.
Sedangkan menurut Hersey dan Blanchard membedakan adanya 4 gaya
kepemimpinan, yaitu :
1. Telling (Pemberitahu)
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah. Ini menekankan
perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya
kepemimpinan
telling
(kadang-kadang
disebut
directing)
adalah
karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan
dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan
instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara
langsung.
2. Selling (Penjual)
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat. Ini menekankan
pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya
kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia
menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara
emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa
percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau
kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap
membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil
tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
3. Participating (Partisipatif)
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi
moderat. Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi
jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini
mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan dan
sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan.
Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan
pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai
pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini
melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik
serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah
memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
4. Delegating (Pendelegasian)
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi. Ini menekankan
pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan
dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan
tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level
kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif
karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk
mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin
hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal
setiap saat bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas,
dan harus beradaptasi di setiap situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak
berlaku dalam gaya kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan
bawahan yang berbeda.
Menurut Rensis Liker, Gaya Kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi
4, yaitu:
1. Eksploitatif, yaitu pemimpin yang memeras bawahan, bawahan
harus mencapai tujuan yang ditetapkan, kalau tidak bisa dihukum.
2. Otoritatif, yaitu pemimpin yang keras terhadap bawahan, bawahan
tidak boleh memberi komentar terhadap perintah pemimpin.
3. Konsultatif, yaitu pemimpin yang selalu meminta pendapat dari
bawahan, perintah biasanya dikeluarkan setelah diskusi dengan
bawahan.
4. Partisipatif, yaitu pemimpin yang selalu mengambil keputusan
sesuai kesepakatan bawahan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Analisis Kelompok
Dari berbagai penjelasan dan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa
pemimpin
adalah
seseorang
yang
memiliki
kemampuan
untuk
mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin
yang baik harus teliti melihat karakterikstik anak buah dan situasi yang terjadi.
Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kematangan
dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan anak
buah dengan memberikan penguatan positif berupa pujian, penghargaan dan
memberikan tugas menantang. Dengan cara inilah diharapkan mampu
memberikan motivasi.
Memberikan motivasi tersebut bergantung kepada kepribadian individu.
Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah secara rutin melakukan pengajaran
keterampilan dan bimbingan sikap atau mental. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan dikarenakan kinerja anak buah tidak selalu sesuai harapan. Seorang
pemimpin harus memastikan bahwa semua anggota kelompok mengerti dan
memahami visi dan misi perusahaan supaya semua anggota bergerak ke arah yang
sama dan mampu mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan definisi dari kepemimpinan menurut kami adalah suatu proses
dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya perbedaan pada setiap
individu khususnya perbedaan sikap seorang pemimpin dalam menjalankan
organisasi, memunculkan adanya penggolongan terhadap cara atau gaya dalam
memimpin. Gaya kepemimpinan sendiri adalah suatu cara yang digunakan oleh
seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Terdapat
berbagai
pendapat
ahli
mengenai
macam-macam
gaya
kepemimpinan namun menurut kami terdapat tiga macam gaya kepemimpinan
yang utama yaitu gaya otokratis, gaya demokratis dan gaya laissez faire. Ketiga
gaya kepemimpinan ini mempunyai perbedaan yang signifikan, perbedaan
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 3.1 : Perbandingan gaya kepemimpinan
Setelah mengetahui dan memahami pengertian ketiga gaya kepemimpinan
diatas ternyata dari ketiganya memiliki pemahaman dan penerapan sifat yang
sangat jauh berbeda. Namun dari tiga macam gaya kepemimpinan tersebut
menurut kelompok kami gaya kepemimpinan yang paling sesuai diterapkan dalam
organisasi baik formal maupun non formal adalah gaya kepimpinan demokratis.
Karena seorang pemimpin yang demokratis selalu mengutamakan
kebersamaan,
dimana
pemimpin
berusaha
membawa
orang-orang
yang
dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita secara bersama-sama. Pemimpin yang
demokratis juga selalu menghargai pendapat orang-orang yang dipimpinnya,
sehingga menimbulkan sifat kebersamaan yang akan memudahkan dalam
memecahkan suatu masalah.
Selain hal tersebut kami memilih gaya kepemimpinan demokratis adalah
atas dasar dari beberapa ciri kepemimpinan demokratis yaitu:
a. Pemimpin yang demokratis memandang perannya sebagai koordinator
dan integrator adalah bagian dari unsur dan komponen organisasi.
b. Organisasi disusun sedemikian rupa sehingga secara jelas tugas dan
kegiatannya tidak hanya terpaku demi tercapainya tujuan.
c. Adanya pembagian peranan dan kerja sesuai dengan tingkatnya
d. Memperlakukan karyawan/anggota dengan cara yang manusiawi dan
menjunjung harkat dan martabatnya.
Dengan berdasar ciri-ciri diatas maka dapat kami simpulkan bahwa gaya
kepemimpinan demokratis lebih efektif dalam mencapai tujuan dibanding dengan
gaya kepemimpinan lainnya. Namun, dibalik kepemimpinan demokratis yang
dinyatakan
sesuai
dalam
penggunaannya
didalam
organisasi
terdapat
kelemahannya juga yaitu sulit dalam proses pengambilan keputusan karena dalam
kepemimpinan ini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak seluasluasnsya sehingga banyak sekali pendapat yang berbeda, pemimpin sulit
menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui
kesepakatan yang terkadang dapat menimbulkan konflik. Proses pengambilan
keputusan yang panjang akan memakan waktu yang lebih lama.
Pada dasarnya setiap gaya kepemimpinan memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing, namun menurut kelompok kami kepemimpinan
demokratislah yang setidaknya meminimalisir kelemahan dalam penerapan gaya
kepemimpinan pada suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo
Persada,.
Nogi, Hessel. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo.
http://www.academia.edu/5525397/Gaya_Kepemimpinan (diakses pada tanggal
24 September 2014, pukul 15.23 WIB)
http://quickstart-indonesia.com/gaya-kepemimpinan-situasional/ (diakses pada
tanggal 26 September 2014, pukul 21.18 WIB)
http://indraputrabintan.blogspot.com/2011/10/kepemimpinan.html#.VCgbyxbptb
w (diakses pada tanggal 26 September 2014, pukul 21.37 WIB)
Download