BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu
management yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini memang
belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal sehingga pengertiannya
untuk masing-masing para ahli masih memiliki banyak perbedaan.
Secara umum manajemen juga dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu
yang mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui
upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik organisasi. Dalam hal
ini manajemen adalah sebuah proses atau seri dari aktivitas yang berkelanjutan
dan berhubungan, melibatkan dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan
organisasi, mendapatkan hasil-hasil ini dengan berkerja sama dengan sejumlah
orang dan memanfaatkan sumber-sumber dimiliki si organisasi.
Henry Fayol menyebutkan ada 5 fungsi manajemen, yaitu merancang,
mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Sedangkan fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di
dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
1
Marry Parker Follet (Wibowo: 2008) menyatakan bahwa manajemen
adalah the art of getting things done trought people yaitu sebagai seni untuk
mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain
James A.F. Stoner (2006:Organisasi.org) Manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari
anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Dr. Sp. Siagian dalam buku “Filsafat Administrasi” Pengertian
Manajemen dapat di definisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain.
Ditinjau dari segi fungsinya, manajemen memiliki 4 fungsi dasar
Manajemen yang menggambarkan proses manajemen, semuanya terangkum
sebagai berikut Perencanaan, Pengorganisasian, Pengaruh, Pengendalian.
Perencanaan
Perencanaan melibatkan urusan memilih tugas yang harus di lakukan
untuk mempertahankan tujuan organisasi, menjelaskan bagaimana tugas harus
dilaksanakan,
dan
memberi
indikasi
kapan
harus
dikerjakan.
Aktivitas perencanaan memfokuskan pada mempertahankan tujuan. Para manajer
menegaskan secara jelas apa yang organisasi harus lakukan agar berhasil.
Perencanaan fokus terhadap kesuksesan dari organisasi dalam jangka waktu
pendek dan jangka panjang
2
Pengorganisasian
Pengorganisasian yakni memberi tugas sebagai hasil dari tahapan
perencanaan, tugas tersebut di berikan kepada beragam individu atau grup
didalam organisasi. Mengorganisir adalah untuk menciptakan mekanisme untuk
menjalankan rencana
Pengarahan
Pengarahan merupakan sebuah motivasi, kepemimpinan atau arah.
Pengarahan dapat di definisikan sebagai bimbingan dari aktivitas anggota
organisasi dalam arah yang dapat membantu organisasi lebih terarah untuk
mencapai hasil atau target
Pengendalian
Pengendalian merupakan sejumlah peranan yang dimainkan oleh para
manajer:

Mengumpulkan informasi untuk mengukur performa.

Membandingkan performa masa kini dengan sebelumnya.

Menentukan aksi selanjutnya dari rencana dan melakukan
modifikasi untuk menuai parameter performa diharapakan
3
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2 1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber
daya manusia
merupakan suatu kegiatan
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia
sebagai individu organisasi atau perusahaan bisnis. Manajemen sumber daya
manusia juga menjelaskan cara cara mendesain sistem perencanaan, penyusunan
karyawan, pengelolaan karir evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan
hubungan ketenagakerjaan.
Manajemen sumberdaya manusia disebut juga dengan manajemen
personalia. Manajemen personalia merupakan proses manajemen yang diterapkan
terhadap personalia yang ada di organisasi.
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Marwansyah
(2010:3), dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam
organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya
manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia,
perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut Mathis dan Jackson
(2008) adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk
memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan organisasi.
4
Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki
tingkat produktivitas, memperbaiki kualitas kehidupan kerja, meyakinkan
organisai telah memenuhi aspek-aspek legal (Schuler dalam Edy Sutrisno 2010)
Tujuan umum manajemen sumber daya manusia adalah untuk memastikan
bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang. Sistem ini dapat
menjadi sumber kapabilitas organisasi yang memungkinkan perusahaan atau
organisasi dapat belajar dan menggunakan kesempatan untuk peluang baru.
(sumber:http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=1222:manajemen-sumber-daya-manusia-msdm&catid=25:industri&Itemid=14)
2.2.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Henry Simamora 2006, tujuan manajemen sumber daya manusia
juga dibedakan menjadi 4 tujuan, antara lain :
1.Tujuan Sosial
Manajemen sumber daya manusia bertujuan agar bertanggung jawab
secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat, serta
meminimalkan dampak negatif tuntutan itu terhadap organisasi. Manajemen ini
juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan membantu
memecahkan masalah sosial.
5
2.
Tujuan Organisasional
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memiliki sasaran formal
organisasi yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Melalui
tujuan ini, manajemen sumber daya manusia berkewajiban meningkatkan
efektifitas
organisasional
dengan
cara
meningkatan
produktivitas,
mendayagunakan tenaga kerja secara efisien dan efektif, mengembangkan dan
mempertahankan
kualitas
kehidupan
kerja,
mengelola
perubahan
dan
mengkomunikasikan kebijakan. dan yang paling penting adalah untuk membantu
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tujuan Fungsional
Merupakan tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber
daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dengan
adanya tujuan fungsional ini, departemen sumber daya manusia harus menghadapi
peningkatan pengelolaan sumber daya manusia yang kompleks dengan cara
memberikan konsultasi yang berimbang dengan kompleksitas tersebut.
4.Tujuan Organisasional
Manajemen sumber daya manusia berperan serta untuk mencapai tujuan
pribadi dari setiap anggota organisasi yang hendak dicapai melalui aktifitasnya di
dalam organisasi. Oleh karena itu, aktifitas sumber daya manusia yang dibentuk
oleh pihak manajemen haruslah terfokus pada pencapaian keharmonisan antara
6
pengetahuan, kemampuan, kebutuhan dan minat karyawan dengan persyaratan
pekerjaan dan imbalan yang ditawarkan oleh manajemen sebuah organisasi.
Ada tujuh aktifitas sumber daya manusia, menurut Robert L. Mathis dan
John H. Jackson (2008) diantaranya:
1. Perencanaan dan analisis SDM
Lewat perencanaan SDM, manajer-manajer berusaha untuk mengantisipasi
kekuatan yang akan mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di
masa depan
2. Kesetaraan kesempatan kerja
Pemenuhan hukum dan peraturan tentang kesetaraan kesempatan kerja
(EEO) mempengaruhi semua aktifitas SDM yang lain dan integral dengan
manajemen sumber daya manusia.
3.Pengangkatan pegawai
Tujuan dari pengangkatan pegawai adalah memberikan persediaan yang
memadai atas individu-individu yang berkualifikasi untuk mengisi lowongan
pekerjaan di sebuah organisasi.
4.Pengembangan Sumber Daya Manusia
Dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan SDM juga
meliputi ketrampilan pekerjaan.
5.Kompensasi dan sumbangan
7
Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan
pekerjaan melalui gaji, insentif, dan tunjangan. para pemberi kerja harus
memperbaiki dan mengembakan sistem upah dan gaji dasar mereka.
6.
Kesehatan,
keselamatan
dan
keamanan
Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan dan kesehatan
para karyawan adalah hal yang sangat penting.
7.
Hubungan karyawan dan buruh atau hubungan manajemen
Hubungan para manajer dan karyawan mereka harus ditangani secara
efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama.
2.3 Kepemimpinan
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih
dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur
yang mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau
perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat
dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon
pemimpin.
Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya manusia memegang peranan
penting dalam perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, dimana
terdapat sekelompok orang dalam organisasi yang bekerja sama untuk mencapai
8
tujuan perusahaan yang diinginkan. Maka dengan adanya kerjasama tersebut
terkadang menimbulkan konflik, perselisihan diantara karyawan di dalam
kelompok kerja tersebut, karena adanya perbedaan persepsi, sehingga perlu
adanya pendekatan yang tepat supaya terjamin keteraturan dan keserasian kerja.
Dalam hal seperti di atas pengaruh pimpinan sangat penting untuk
merealisasikan tujuan dan menghasilkan suatu pola kerja yang inisiatif dan
konsisten dalam rangka mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerja sama
mencapai tujuan perusahaan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia. ada banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kepemimpinan dibawah ini akan
dikutip beberapa pendapaat para ahli mengenai kepemimpinan yang dianggab
sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan skripsi ini.
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan
Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi
intrepretasi mengenai peristiwa peristiwa para pengikutnya, Pengorganisasian dan
aktifitas aktifitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama dan
9
kerja kelompok atau organisasi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang
kepemimpinan dibawah ini akan dikutif beberapa pendapat ahli mengenai defenisi
kepemimpinan sebagai berikut:
Kepemimpianan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok. (Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2006)
Berdasarkan defenisi – defenisi yang telah disebutkan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan dalam operasionalnya mempunyai peranan
sebagai pemberi dorongan atau motivator yang ditentukan oleh gaya
kepemimpinan, karena pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan
kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanya
sendiri membedakan dirinya dengan orang lain.
Gaya atau style hidupnya itu pasti akan mewarnai perilaku dan tipe
kepemimpinanya yang efektif guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan
bersama. kepemimpinan merupakan aspek pengelolaan yang penting dalam
sebuah organisasi. kemampuan untuk memimpin secara efektif
sangat
menentukan berhasil atau tidaknya sebuah organisasi mencapai tujuan. Dalam
usahanya mencapai tujuan maka ia haruslah mempunyai pengaruh untuk
memimpin para bawahannya.
Dengan kecakapan dan kemampuan dari pemimpin dan bawahan
dipengaruhi juga oleh kesediaan oleh para anggota pelaksana untuk berkorban dan
10
berusaha. Prestasi dari pemimpin kemudian akan berpengaruhi pada bawahannya.
Disamping kecakapan dan kemampuan dari pemimpin dan bawahan dipengaruhi
juga oleh kesediaan dari para anggota pelaksana untuk berkorban dan berusaha
2.3.2 Teori Kepemimpinan
a. Teori Greatmen
Berdasarkan keyakinan bahwa pemimpin adalah orang yang luar biasa,
dilahirkan dengan kualitas bawaan, ditakdirkan untuk memimpin. Penggunaan
'pria-Men' istilah itu disengaja karena hingga pada akhir abad kedua puluh
kepemimpinan dianggap sebagai sebuah konsep terutama berhubungan dengan
laki-laki, misalnya pemunculannya di militer dan dunia Barat (Bolden,dkk 2003).
Munculnya tokoh besar seperti Napoleon, George Washington, atau Martin
Luther, yang telah berpengaruh besar pada masyarakat (Wart, 2003).
Anggapan bahwa para pemimpin dilahirkan, telah memiliki warisan sifatsifat kepemimpinan seperti halnya pada jaman raja-raja di Asia. Teori ini juga
mendorong pemunculan teori sifat, dimana seorang pemimpin dibandingkan
dengan yang bukan pemimpin memiliki ciri-ciri yang berbeda. Diantara teori
kepemimpinan yang memiliki kedekatan klasifikasi dengan teori genesis adalah
teori sifat dan karismatik (Suryadi, 2010)
b.
Teori Sifat
Menurut Bolden,dkk (2003) dan Wart (2003), terdaftar sederetan sifat atau
kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan yang ada secara berkelimpahan
11
dan terus diproduksi. Semua sifat yang menggambarkan beberapa atribut manusia
positif atau saleh, semangat untuk hidup. Penekanan pada sifat-sifat individu
(fisik, pribadi, motivasi, bakat) dan keterampilan (komunikasi dan kemampuan
untuk mempengaruhi) yang menyertai para pemimpin ke semua tugas
kepemimpinan. Era ini dipengaruhi oleh metodologi ilmiah secara umum
(pengukuran terutama industri) dan manajemen ilmiah pada khususnya (misalnya,
definisi peran tugas, kompetensi untuk peran-peran bersangkutan).
Menurut Suryadi (2010), pendekatan sifat merupakan pendekatan tertua
dalam studi kepemimpinan. Pendekatan ini didasarkan atas anggapan karakteristik
tertentu yang akan membuat orang menjadi pemimpin yang baik dibandingkan
dengan lainnya dan bahwa memungkinkan menentukan sifat-sifat pemimpin yang
baik. Dalam bukunya yang menampilkan studi seleksi karyawan menyebutkan
kriteria seorang pemimpin mencakup kemampuan, pengalaman kerja, motivasi
dan kepribadian, sedangkan dalam kajian emergensi pemimpin dengan
menampilkan hasil penelitian Lord, de Veder dan Alinger (1986) menemukan
sifat kepemimpinan, yaitu: kecerdasan, agresif, tegas, dan dominasi berhubungan
dengan emergensi pemimpin.
c. Teori Perilaku
Ini berkonsentrasi pada apa yang para pemimpin benar-benar lakukan
daripada penerapan kualitas mereka. Pola yang berbeda dari perilaku yang diamati
dan dikategorikan sebagai 'gaya kepemimpinan' (Bolden dkk, 2003). Sebagian
besar studi kepemimpinan publik dasarnya studi tentang hidup dan karakteristik
12
tertentu dari perilaku individu menduduki kantor-kantor publik. Studi ini
merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan,
memahami dan mengevaluasi perilaku elit atau beberapa orang yang menjalankan
kekuasaan dan pengaruhnya atas banyak hal. Elit dapat dipelajari dalam berbagai
cara - dengan mewawancarai mereka, dengan membajak melalui pidato dan
tulisan mereka, dengan memberikan survei kepada mereka, dengan melihat CV
mereka, menyusun dan membandingkan karakteristik demografi mereka, sosial
dan profesional, atau dengan mengamati mereka dari dekat sebanyak mungkin
(Hart, Paul 't dan John Uhr, 2008).
Menjadi sebuah kebingunan tersendiri ketika para ahli kepemimpinan
menyusun sebuah paradigma kepemimpinan secara tumpang tindih dengan yang
lainnya. Kadang-kadang teori sifat sangat terkait dengan perilaku, demikian juga
perilaku bersimetris dengan teori kontingensi dan teori situasional.
d.
Teori Situasional
Pendekatan ini melihat kepemimpinan sebagai hal khusus untuk
situasi di mana kepemimpinan sedang dilakukan. Sebagai contoh, beberapa situasi
mungkin memerlukan gaya otokratis, dan sementara bagi orang lain mungkin
perlu pendekatan yang lebih partisipatif. Hal ini juga dapat menampilkan bahwa
mungkin ada perbedaan dalam gaya kepemimpinan yang diperlukan pada tingkat
yang berbeda dalam organisasi yang sama. Pembicaraan masalah kepemimpinan
bersifat
situasional,
dimana
pemimpin
harus
dapat
memanage
gaya
kepemimpinanya agar dapat berjalan secara efektif, lebih-lebih di era globalisasi
13
yang membawa dampak luar biasa, bagi para pemimpin di masa kini. Menurut
Papworth (2008) gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah ditentukan oleh
tingkat "kesiapan" para pemimpin dan pengikutnya.
e.
Teori Kontingensi
Penekanan para pemimpin situasional berkaitan dengan kinerja dan
variabel pengikut. Pergeseran dari sifat-sifat dan keterampilan untuk perilaku
(misalnya, tingkat energi dan keterampilan komunikasi, klarifikasi peran dan
motivasi staf). Era ini banyak dipengaruhi oleh munculnya Teori Hubungan
Manusia, dan Ilmu Perilaku.
Premis teori kontingensi bahwa kepemimpinan optimal dicapai hanya
dengan sintesis persyaratan situasi dengan pemimpin, baik oleh pemimpin yang
cocok dengan situasi, atau dengan pencocokan perilaku pemimpin dengan situasi.
Pendekatan ini berasumsi bahwa perilaku pemimpin dapat disesuaikan dengan
situasi, dan oleh karena itu, teori ini memiliki potensi yang kuat untuk
mengembangkan dan meningkatkan kepemimpinan (Pinto, Jeffrey K. Et all,
1998). Interaksi antara berbagai jenis perilaku kepemimpinan (misalnya
berorientasi tugas dan sosio-emosional kepemimpinan) mungkin lebih berkaitan
dengan bagaimana mereka digabungkan dibandingkan dengan frekuensi atau
intensitasnya.
14
f.
Teori Transaksional
Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan antara pemimpin dan
pengikut, berfokus pada keadaan saling menguntungkan, teori ini bersumber dari
bentuk 'kontrak' di mana pemimpin memberikan hal-hal seperti penghargaan atau
pengakuan sebagai imbalan atas komitmen atau kesetiaan para pengikut.
Menurut Antonakis, Avolio, & Sivasubramaniam (Bodla dan Nawaz,
2010), Kepemimpinan transaksional adalah sebuah proses pertukaran yang
didasarkan pada pemenuhan kewajiban kontrak dan biasanya direpresentasikan
sebagai penetapan tujuan dari hasil pemantauan dan pengendalian. Kepemimpinan
transaksional secara teori terdiri dari tiga faktor-faktor berikut: (a) penghargaan
kepemimpinan Kontinjensi (yaitu, transaksi konstruktif) mengacu pada perilaku
pemimpin berfokus pada klarifikasi peran dan persyaratan tugas, menyediakan
pengikut dengan bahan atau imbalan psikologis bergantung pada pemenuhan
kewajiban kontraktual (b) manajemen dengan pengecualian aktif (yaitu, transaksi
korektif aktif) mengacu pada kewaspadaan aktif seorang pemimpin yang
tujuannya untuk memastikan bahwa standar dipenuhi; dan (c) manajemen dengan
pengecualian pasif (yaitu, transaksi korektif pasif) pemimpin hanya intervensi
setelah pelanggaran telah terjadi atau ketika kesalahan telah terjadi.
(Sumber :http://fisipunipassingaraja.blogspot.com/2011/11/analisis-teoriteori-kepemimpinan_06.html )
15
2.3.3
Tipe Tipe Kepemimpinan
Para pemimpin selalu berbeda beda dalam sifat, kebiasaan, temperamen
watak dan kepribadiannya. Berbagai tipe kepemimpinan yang banyak di kenal
dalam sejarah kebangsaan, politik, kemiliteran dan masyarakat lainnya yang
popular antara lain adalah ( Kartini Kartono 2009 )
1.
Tipe Kharismatik
Adalah tipe seorang pemimpin yang sangat dikagumi dan ditaati oleh para
pengikutnya tanpa mengetahui dengan jelas apa alas an mereka mengikuit
pemimpin tersebut.
Seorang pemimpin yang bertipe kharismatik biasanya hanya dari
penampilan dan pidatonya yang singkat pun sudah dapat mempengaruhi banyak
orang yang kemudian secara spontan bersedia menjadi pengikutnya secara
nasional bahkan internasional bahkan seluruh dunia.
2.
Tipe Peternalistik
Pemimpin paternalistik adalah pemimpin yang bersifat kebapakan dan
selalu melindungi bawahnnya layaknya seorang ayah kepada anaknya yang masih
kecil dan belum dewasa. Pemimpin paternalistik ini tetap memperlakukan
bawahannya seperti anak anak yang belum dewasa walaupun mungkin ada yang
sudah lebih tua dan lebih berpengalaman dibanding dengan pemimpin itu sendiri.
3.
Tipe Militeris
16
Pemimpin Militeris bersifat tegas dan keras dalam memberikan perintah
dari atasan kepada bawahan dann tidak senang mendapat kritik dari
bawahan,sedikit keterlambatan member laporan dengan segera mendapat
hukuman pisik. Pemimpin yang bertipe militer bersifat kaku dan satu arah hanya
dari atasan ke bawahan namun perintahnya cukup jelas untuk dilaksanakan oleh
para bawahannya.
4.
Tipe Otokratis
Pemimpin bertipe otokratis adalah pemimpin yang beranggapan bahwa
dirinya berkuasa absolute dan dirinya dapat melakukan apa saja sesuka hatinya di
dalam organisasi tanpa konsultasi dan pertimbangan dari para bawahannya.
5.
Tipe Demokratis
Tipe Demokratis adalah pemimpin yang terpilih secara demokrasi dan
menjalankan kekuasaannya juga secara demokrasi dengan cara meminta
pertimbangan pertimbangan kelompok. pemimpin demokratislah yang paling
banyak disukai masyarakat di dunia ini
6.
Tipe Indigenous ( Hobi )
Pemimpin bertipe Indegenous atau orang yang bersifat pembawaan dari
lahir, biasanya terlihat dari organisasi organisasi kemasyarakatan, perkumpulan
sepak bola, perkumpulan motor gede, perkumpulan golf, tenis dan sebagainya
17
yang kebanyakan ditentukan oleh keahian, sifat dan pembawaan (Hobi) para
pimpinannya
7.
Tipe Pribadi
Kepemimpinannya didasarkan pada kontak secara langsung kepada
bawahannya. Tipe pemimpin pribadi ini sangat efektif dan sederhana cara
pelaksanaannya. Tetapi tipe ini cocok pada organisasi yang relative kecil karena
pendekatan secara langsung antar pribadi
Sumber : http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/2.3.4
2.3.4 Fungsi Kepemimpinan
Menurut Veitzhal dalam bukunya perilaku organisasi (2003) Fungsi
kepemimpinan mempunyai dua dimensi seperti :
a.
Dimensi yang berkenan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktifitas pemimpin
b.
Dimensi yang berkenan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas tugas pokok
kelompok / organisasi
Secara
operasional
dapat
dibedakan
kepemimpinan, yaitu :
a.
Fungisi Instruksi
18
dalam
lima
fungsi
pokok
Fungsi ini bersifat komunikatif ini bersifat satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan, apa, bagaimana, bilamana dan
dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan
memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah
b.
Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam
melaksanakan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan
yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang orang yang dipimpinnya,
yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang
orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang
dalam pelaksanaan. konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan
berupa umpan balik (feedback ) untuk memperbaiki dan menyempurnakan
keputusan keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan
menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan keputusan pimpinan,
akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga
kepemimpinan berlangsung efektif.
c.
Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang
orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
19
keikutsertaan melaksanakan keputusan. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat
semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan
tidak mencampuri atau tidak mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan
pemimpin harus tetap dalam funsi pemimpin dan bukan pelaksana
d.
Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pemimpin. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
Orang orang peneriman delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, serta persepsi dan aspirasi.
e.
Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/
efektif mampu mengatur aktifitas dalam koordinasi yang efektif sehingga
memungkinkan
tercapainya
tujuan
bersama
secara
maksimal.
Fungsi
pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi dan pengawasan.
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam
aktifitas kepemimpinan secara integral, pelaksanaannya berlangsung sebagai
berikut :
a.
Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja
b.
Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas
20
c.
Pemimpin harus berusaha mengembangkan kerjasama yang
harmonis
d.
keputusan
e.
Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil
sesuai dengan batas tanggung jawab masing masing
Pemimpin harus berusaha menumbuhkembangkan kemampuan
memikul tanggung jawab
f.
Pemimpin harus menyalahgunakan pengawasan sebagai alat
pengendali
2.4
Motivasi Kerja
2.4.1
Pengertian Motivasi
Motivasi kerja sangat penting bagi anda baik yang ingin bertahan di karir
tertentu, untuk mengembangkan karir, bahkan untuk pancapai jenjang karir
tertinggi. tanpa motivasi kerja adalah tidak mungkin anda mendapatkan prestasi
kerja yang tinggi yang akan berimbas pada kemajuan karir anda.
Orang-orang yang sukses dalam karir adalah mereka yang memiliki
motivasi kerja. jika seseorang memiliki keterampilan begitu memukau, artinya
dia memiliki motivasi tinggi untuk menguasai keterampilan itu. jika seseorang
yang mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat, artinya dia
memiliki motivasi kerja yang tinggi. termasuk mereka yang selalu disiplin
bekerja, karena motivasi kerjanya yang luar biasa.
21
Pemberian motivasi adalah hal yang penting dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan. Motivasi
dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan induvdu untuk melakukan kegiatan kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan. Motivasi adalah masalah yang kompleks dan sangat penting dalam suatu
organisasi. Sedemikian pentingnya organisasi sehingga para ahli mengemukakan
teori motivasi kerja antara lain :
Menurut Prof Dr Sondang P Siagian dalam bukunya“teori motivasi dan
aplikasinya” (2004 ) yang dimaksud dengan motivasi adalah : Daya Pendorong
yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi yang ditentukan sebelumya.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2008)
Motivasi adalah kumpulan proses psikologis yang pergerakan, arahan, dan
kegigihan dari sikap sukarela yang mengarah pada tujuan.
Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson (2009)
Motivasi suatu kumpulan kekuatan yang energik yang mengkoordinasi di
dalam dan di luar diri seorang pekerja, yang mendorong usaha kerja, dalam
menentukan arah , intensitas, dan kegigihan.
22
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa motivasi merupakan
kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan mendorong perilaku
manusia. Pemimpin perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya dalam bekerja sesuai dengan keinginan organisasi.
Siagian mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk
kehidupan berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi kerja mutlak
mendapat perhatian serius dari para manajer. Karena 4 (empat) pertimbangan
utama yaitu:
1. Filsafat hidup manusia berkisar pada prinsip “quit pro qu”, yang dalam
bahasa awam dicerminkan oleh pepatah yang mengatakan “ada ubi ada talas, ada
budi ada balas”.
2. Dinamika kebutuhan manusia sangat kompleks dan tidak hanya bersifat
materi, tetapi juga bersifat psikologis.
3. Tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia.
4.Perbedaan karakteristik individu dalam organisasi atau perusahaan,
mengakibatkan tidak adanya satupun teknik motivasi yang sama efektifnya untuk
semua orang dalam organisasi juga untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang
berbeda-beda.
Menurut Siagian ada enam teknik aplikasi teori motivasi, yaitu:
1. Manajemen berdasarkan sasaran atau management by objectives
(MBO).
23
2. Program penghargaan karyawan.
3. Program ketertiban karyawan.
4. Program imbalan bervariasi.
5. Rencana pemberian imbalan berdasarkan keterampilan, manfaat yang
fleksibel.
Menurut Rivai (2004) terdapat beberapa perilaku yang dapat memotivasi
karyawan:
1. Cara berinteraksi.
2. Menjadi pendengar aktif.
3. Penyusunan tujuan yang menantang.
4. Pendekatan penyelesaian masalah dan tujuan yang berfokus pada
perilaku bukan pada pribadi.
5. Informasi yang menggunakan teknik penguatan.
2.4.2 Elemen Motivasi
24
Menurut George and Jones (2005) ada tiga elemen dalam motivasi kerja
dantiga elemen tersebut adalah adalah: arah perilaku, tingkat usaha, tingkat
kegigihan.
a. Arah Perilaku
Perilaku manakah yang dipilih seseorang untuk ditunjukkan? Dalam
pekerjaan manapun, ada banyak perilaku (beberapa tepat, dan beberapa tidak
tepat) dimana seorang pekerja dapat terlibat di dalamnya.
Arah perilaku mengacu pada perilaku yang dipilih karyawan untuk
ditunjukkan dari banyak potensi perilaku yang dapat mereka tunjukkan.
b. Tingkat usaha
Seberapa keras seseorang bekerja untuk menunjukkan perilaku yang
dipilihnya? Adalah tidak cukup bagi organisasi untuk memotivasi karyawannya
untuk menunjukkan perilaku untuk berfungsi bagi perusahaan, organisasi juga
harus memotivasi mereka untuk bekerja keras dalam perilaku ini.
c. Tingkat kegigihan
Ketika menghadapi rintangan, jalan buntu, dan tembok batu, seberapa
keras seseorang tetap mencoba untuk menunjukkan perilaku yang dipilihnya
dengan baik? Seandainya pimpinan seorang marketing, apakah marketing tersebut
gigih terus memasarkan produknya padahal sudah pernah gagal.
2.5 Kinerja karyawan
25
Kata kinerja (Performance ) dalam konteks kerja sama denga prestasi kerja
dapat diartikan sebagai kerja. selain itu kinerja dapat diartikan sebagai suatu hasil
yang telah dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang dilaksanakan
secara legal, tidak melanggar hukum, serta sesuai dengan moral dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya.
Kinerja merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan
dengan produksi barang atau penyampaian jasa. Informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting digunakan untuk
mengevaluasi apakah proses kinerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah
sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam
kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada
yang mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya. Kinerja sebagai
hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006).
Sedangkan menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja adalah kesediaan
seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang
diharapkan.
Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan
perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah
ditentukan.Sedangkan menurut Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai
26
hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas
individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang
dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan
dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja
yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin dan
Waridin, 2004). Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh seseorang, baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawab
yang dberika kepadanya.
Tika (2006) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) unsur-unsur yang
terdapat dalam kinerja yaitu:
1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan
3. Pencapaian tujuan organisasi
4. Periode waktu tertentu
Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga
hal, yaitu:
1. Kemampuan
2. Keinginan
3. Lingkungan
Rivai dan Basri (2005) juga menyebutkan empat aspek kinerja:
27
1. Kemampuan
2. Penerimaan tujuan perusahaan
3. Tingkat tujuan yang dicapai
4.Interaksi antara tujuan dan kemampuan para karyawan dalam perusahaan
Kemudian Tujuan kinerja menurut Rivai dan Basri (2005):
1. Kemahiran dari kemampuan tugas baru diperuntukan untuk perbaikan
hasil kinerja dan kegiatannya.
2. Kemahiran dari pengetahuan baru dimana akan membantu karyawan
dengan pemecahan masalah yang kompleks atas aktivitas membuat
keputusan pada tugas.
3. Kemahiran atau perbaikan pada sikap terhadap teman kerjanya dengan
satu aktivitas kinerja.
4. Target aktivitas perbaikan kinerja.
5. Perbaikan dalam kualitas atau produksi.
6. Perbaikan dalam waktu atau pengiriman.
Yuwalliatin (2006) mengatakan bahwa kinerja diukur dengan instrumen
yang dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara
umum.kemudian diterjemahkan kedalam penilaian perilaku secara mendasar,
meliputi:
28
1. Kuantitas kerja
2. Kualitas kerja
3. Pengetahuan tentang pekerjaan
4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan
5. Perencanaan kegiatan
Munurut Judith R Gordon dikutip oleh Hadari Nawawi “Buku Evaluasi
dan Manajemen Kinerja di Lingkungan perusahaan
dan Industri” (2006 )
defenisi kinerja sebagai berikut
Kinerja adalah fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan
pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan
pekerja
Menurut Hasibuan (2009) : Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas tuga yang dibebankan kepadanya didasarkan
pada kecakapan,pengalaman dan kesungguhan serta waktu
Sedangkan pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari
berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.para atasan atau
manajer tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala Sesuatu jadi
serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui berapa buruknya kinerja
telah merosot sehingga perusahaan /instansi menghadapi krisis serius.
2.5.1
Peningkatan Kinerja Pegawai
29
Dalam rangka peningkatan kinerja pegawai, menurut Mangkunegara
(2005) terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.
Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja
b.
Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan
c.
Mengidentifikasikan hal hal yang mungkin terjadi penyebab
kekurangan baik yang berhubungan dengan system maupun yang berhubungan
dengan pegawai itu sendiri
d.
Mengenbangkan rencana tindakan dan menanggulangi penyebab
kekurang tersebut
e.
Melakukan rencana tindakan tersebut
f.
Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau
g.
Mulai dari awal apabila perlu
belum
Bila langkah langkah tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan baik
mengakibatkan kinerja karyawan dapat ditingkatkan
30
31
Download