Triwulan III 2014 Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Indonesia Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Outline 2 Pendahuluan • Alur Pikir • Ringkasan Perekonomian Global • Ekonomi Global • Harga Komoditas Internasional • Pasar Keuangan Global Perekonomian Domestik • Pertumbuhan Ekonomi • Neraca Pembayaran, Nilai Tukar, dan Inflasi • Suku Bunga, Uang Beredar, Kredit, dan Pasar Keuangan Prospek dan Risiko Perekonomian • Prospek Perekonomian • Risiko Perekonomian Kebijakan Bank Indonesia • Keputusan Rapat Dewan Gubernur 3 Pendahuluan Risks Alur Pikir Managing risk perception through a right mixture of stabilization and structural reform policies... External Risks: Domestic Risks: • Normalisasi kebijakan The Fed • Perlambatan ekonomi Tiongkok, Euro & Jepang • Penurunan harga komoditas • • • • Perlambatan Ekonomi Twin deficits Pembiayaan ULN Ekspektasi Inflasi Policy Mix Fundamental Economy RISK PERCEPTION Capital Outflows CAD PDB Nilai Tukar Inflasi Effective Communication Stabilization Policy Effective Coordination & Structural Reform Policy 4 Ringkasan 5 Evaluasi Perekonomian Pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut, meskipun berjalan tidak seimbang. Pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam kecenderungan melambat. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membaik pada triwulan III 2014, terutama didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun. Rupiah mengalami pelemahan disebabkan sentimen global. Inflasi terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Namun, Bank Indonesia mewaspadai indikasi kenaikan ekspektasi inflasi terkait dengan rencana kebijakan BBM yang akan ditempuh Pemerintah Stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Respons Kebijakan Pada RDG 13 November 2014, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengendalikan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung penguatan struktur perekonomian domestik. Bank Indonesia juga akan mengintensifkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, agar penyesuaian ekonomi tetap terkendali dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi. 6 Perekonomian Global Ekonomi Global 7 Pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut, meskipun berjalan tidak seimbang ... Perekonomian Amerika Serikat solid, ekonomi Eropa dan Jepang masih melambat Perekonomian Tiongkok juga terindikasi melambat sehingga mendorong berlanjutnya harga komoditas global yang masih cenderung menurun Pertumbuhan Ekonomi Global Realization 2013 Dunia Negara Maju Amerika Serikat Kawasan Eropa Jepang Negara Berkembang Negara Berkembang Asia Tiongkok India Negara Berkembang Lainnya Volume Perdagangan Dunia (barang dan jasa) Harga Komoditas (U.S.Dollars) Minyak (USD per barel) Non bahan bakar (rata-rata berdasarkan bobot ekspor komoditas dunia) 3.3 1.4 2.2 -0.4 1.5 4.7 6.6 7.7 4.6 3.1 3.0 3.0 Consensus Forecast Bank Indonesia WEO (IMF) Jul-14 Oct-14* Sep-14 Oct -14 ** Oct-14* Nov-14* 2014 2015 2014 2015 2016 2014 2015 2014 2015 2016 2014 2015 2014 2015 2016 3.40 4.00 3.31 3.85 4.04 3.2 3.7 3.3 3.8 - 3.3 3.8 3.3 3.6 3.9 1.8 2.4 1.8 2.3 2.4 1.9 2.4 1.8 2.3 2.4 1.9 2.4 1.8 2.3 2.4 1.7 3.0 2.2 3.1 3.0 2.1 3.1 2.2 3.1 3.0 2.2 3.0 2.2 3.0 3.0 1.1 1.5 0.8 1.3 1.7 0.9 1.4 0.8 1.2 1.5 1.0 1.5 0.8 1.3 1.7 1.6 1.1 0.9 0.8 0.8 1.2 1.3 1.1 1.2 1.0 1.3 1.1 0.9 0.8 0.8 4.6 5.2 4.4 5.0 5.2 4.8 5.2 4.8 5.2 - 4.4 5.0 4.4 4.6 4.9 6.4 6.7 6.5 6.6 6.5 6.6 6.6 6.4 6.6 7.4 7.1 7.4 7.1 6.8 7.4 7.1 7.3 7.1 7.0 7.4 7.1 7.4 7.1 7.0 5.4 6.4 5.6 6.4 6.5 5.5 6.2 5.6 6.3 6.7 5.5 6.4 5.6 6.4 6.5 3.12 3.98 2.7 3.6 4.1 2.7 3.6 2.7 3.0 3.4 4.0 104.1 104.1 -1.2 -2.5 5.3 3.8 5.0 5.5 3.2 5.0 2.8 4.7 5.0 99.6 102.8 99.4 97.3 104 95 102 95 93 -0.6 -4.1 -0.8 -3.0 0.2 -3.0 -0.2 2.4 -3.0 Ekonomi AS 8 Perekonomian Amerika Serikat terus membaik meski dengan laju yang moderat .... Kegiatan produksi AS meningkat, terindikasi dari meningkatnya PMI manufacture dan pertumbuhan job openings serta menurunnya angka pengangguran Angka pengangguran menurun dari 5,9% ke 5,8% sejalan dengan pertumbuhan job opening. PMI AS Tingkat Pengangguran dan Job Openings AS Ekonomi Eropa 9 Perekonomian Eropa mengalami perlambatan... Tekanan dari sisi eksternal terindikasi dari menurunnya pertumbuhan ekspor seiring melambatnya perekonomian Tiongkok Aktivitas produksi menurun terindikasi dari perkembangan indeks manufaktur PMI yang berada dalam tren menurun Perkembangan Ekspor Impor Eropa PMI Manufaktur Eropa Ekonomi Jepang 10 Perekonomian yang mengalami perlambatan juga terjadi di Jepang..... Aktivitas produksi melemah, terindikasi dari menurunnya PMI Jepang , sementara pertumbuhan indeks produksi terus terkontraksi Permintaan domestik belum membaik, terindikasi penjualan department store yang masih negatif PMI Jepang Penjualan Ritel (%yoy) Ekonomi Tiongkok 11 Perekonomian Tiongkok cenderung melambat… Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi Tiongkok terutama berasal dari turunnya pertumbuhan konsumsi dan investasi . Aktivitas produksi Tiongkok menurun terutama berasal dari sektor real estate (industri tersier) Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Perkembangan Industri Tiongkok Ekonomi India 12 Perekonomian India meningkat dan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya … Aktivitas produksi meningkat, terindikasi dari PMI India yang berada di level ekspansi, sementara pertumbuhan indeks produksi stabil. Selain itu, indeks infrastruktur juga berada dalam tren yang meningkat. Peningkatan perekonomian India seiring adanya sentimen positif paska terpilihnya pemerintahan baru yang mendorong pelaksanaan reformasi struktural PMI India Indeks Infrastruktur India Harga Komoditas Internasional 13 Harga komoditas global juga masih cenderung menurun.... Harga batubara menurun didorong oleh melimpahnya pasokan dan melemahnya permintaan terutama dari Tiongkok Melemahnya ekonomi Tiongkok juga berdampak pada menurunnya harga komoditas nikel, timah, aluminium dan karet Pertumbuhan Harga Komoditas Ekspor Indonesia Harga Minyak 14 Harga minyak dunia terus menurun... Harga minyak dunia terus menurun, seiring dengan meningkatnya pasokan di tengah melemahnya permintaan dunia AS akan menjadi ‘superpower’ energi seiring meningkatnya ekspor minyak dari AS Harga Minyak Produksi dan ekspor Minyak AS Pasar Keuangan Global 15 Perkembangan pasar keuangan global mengalami tekanan koreksi... Sumber tekanan pada pasar keuangan global didorong oleh menguatnya prakiraan terjadinya normalisasi the Fed pada pertengahan 2015 dan rilis IMF terkait penurunan pertumbuhan ekonomi dunia sehingga mendorong adanya sentimen negatif Bursa Saham Global 16 Perekonomian Domestik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 17 Sejalan masih lemahnya permintaan global, pertumbuhan ekonomi domestik pada Tw III 2014 masih dalam kecenderungan melambat .... Konsumsi meningkat ditopang masih kuatnya konsumsi swasta dan meningkatnya belanja barang Pemerintah. Kinerja investasi, khususnya investasi nonbangunan, masih lemah. Ekspor masih kontraksi, seiring lemahnya ekspor komoditas primer, sementara ekspor manufaktur secara konsisten terus membaik. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah Meskipun masih tumbuh cukup kuat, konsumsi rumah tangga melambat .... Perlambatan terjadi seiring berakhirnya akitivas Pemilu Penurunan optimisme masyarakat juga menjadi penyebab perlambatan konsumsi RT. Perlambatan tercermin dari turunnya pertumbuhan penjualan mobil dan motor Konsumsi pemerintah tumbuh kuat didorong akselerasi belanja barang. Indeks Keyakinan Konsumen - BPS Penjualan Kendaraan Bermotor 18 Investasi 19 Investasi masih lemah terutama dipicu oleh pelemahan kinerja investasi nonbangunan .... Perlambatan investasi nonbangunan terjadi seiring dengan kontraksi impor barang modal. Investasi bangunan juga tumbuh melambat disebabkan oleh perilaku wait-and-see investor pasca Pemilu. Kapasitas Utilisasi Indikator Investasi Bangunan Ekspor - Impor 20 Dari sisi eksternal, kinerja ekspor masih mengalami kontraksi seiring dengan melemahnya permintaan global.... Kontraksi ekspor terutama pada ekspor komoditas primer seiring lemahnya permintaan global. Namun, kontraksi ekspor mengecil didorong terus membaiknya ekspor manufaktur dan mulai terealisasinya ekspor SDA (pertambangan) khususnya ekspor konsentrat mineral. Impor mengalami kontraksi sebagai respons terbatasnya kinerja ekspor dan investasi nonbangunan. Ekspor Nonmigas Riil Impor Nonmigas Riil Pertumbuhan Sektoral 21 Secara sektoral, melambatnya pertumbuhan terutama didorong melambatnya sektor manufaktur sejalan dgn melemahnya permintaan domestik dan terbatasnya kinerja ekspor.... Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha % Y-o-Y,Tahun Dasar2000 S e k to r 2013 2013 I 2014 II III I II III IV Pertanian,Peternakan,Kehutanan,& Perikanan 3.7 3.3 3.3 3.8 3.5 3.2 3.4 3.7 Pertam bangan & Penggalian 0.1 (0.6) 2.0 3.9 1.3 (0.4) (0.3) 0.3 IndustriPengolahan 6.0 6.0 5.0 5.3 5.6 5.1 5.0 4.6 Listrik,G as & AirBersih 7.9 4.0 3.8 6.6 5.6 4.8 8.1 6.2 Konstruksi 6.8 6.6 6.2 6.7 6.6 6.7 6.4 6.3 Perdagangan,Hotel& Restoran 6.5 6.4 6.1 4.8 5.9 4.8 4.5 4.2 Pengangkutan & Kom unikasi 9.6 10.9 9.9 10.3 10.2 10.2 9.8 9.0 Keuangan,RealEstat& Jasa Perusahaan 8.2 7.7 7.6 6.8 7.6 6.1 6.2 6.0 Jasa-jasa 6.5 4.5 5.6 5.3 5.5 5.7 5.7 6.5 PD B 6.0 5.8 5.6 5.7 5.8 5.2 5.1 5.0 Sum ber:BPS Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perlambatan ekonomi nasional terutama bersumber dari melemahnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera sebagai wilayah pengekspor komoditas Ekonomi DKI Jakarta juga tumbuh melambat disebabkan oleh melambatnya sektor konstruksi. Pada sisi lain, perekonomian ditopang oleh pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI dan Jawa. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan III 2014 22 Tingkat Pengangguran 23 Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2014 meningkat .... Tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2014. Peningkatan tersebut didorong oleh penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja seiring dengan perlambatan di sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa, serta sektor lainnya. Tk. Pengangguran Terbukan dan PDB Tingkat Pengangguran Pertumbuhan PDB (%,yoy) Neraca Pembayaran dan Transaksi Berjalan 24 NPI pada Tw III 2014 menunjukkan kinerja yang semakin baik, ditopang oleh menurunya defisit transaksi berjalan..... Kinerja transaksi berjalan membaik, didukung oleh meningkatnya surplus perdagangan nonmigas. Defisit neraca perdagangan migas tetap besar. Surplus neraca nonmigas meningkat, didorong oleh menurunnya impor nonmigas sejalan dgn moderasi permintaan domestik, mulai pulihnya ekspor mineral serta msh positifnya ekspor manufaktur Secara keseluruhan, NPI pada triwulan III-2014 mengalami surplus US$6,5 miliar, meningkat dari US$4,3 miliar pada triwulan sebelumnya Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Perdagangan Ekspor Nonmigas 25 Ekspor produk manufatur meningkat… Seiring dengan berlanjutnya pemulihan AS, beberapa produk ekspor manufaktur mengalami peningkatan seperti TPT, barang dari logam, makanan olahan, dan kendaraan & bagiannya. Ekspor tembaga mampu menahan perlambatan eskpor pertambangan Perkembangan Ekspor Nonmigas September 2014 Main Commodity 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Coal Palm Oils Textile & Textile Products Machinery & Mechanic Chemical Products Electrical Appliances Copper Papers Animal & Husbandry Products Rubber Footwear Wood Products Rubber Products Metal Products Coffee Others Non Oil & Gas Export Total Value, ytd mn US$ Growth (%) mtm 16,015 6.3 12,760 5.4 9,936 10.0 8,179 10.5 8,796 -8.7 7,902 3.8 2,398 32.9 4,100 -2.3 3,265 18.6 3,869 4.5 2,967 -0.9 2,442 22.0 1,560 9.8 1,494 38.5 985 8.3 yoy ↑ ↑ ↑ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↑ ↑ ↑ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ 23,044.8 4.9 109,713 6.7 ↑ Note: commodity classification base on SITC Share ytd (%) -3.5 -12.5 14.6 -2.0 7.4 11.6 4.6 0.9 9.1 14.5 7.6 7.5 1.0 10.4 8.0 -2.7 -5.8 7.2 41.9 -24.5 2.2 5.3 1.4 3.7 22.4 12.3 3.0 -27.1 -27.3 3.5 5.9 4.6 2.7 21.0 11.9 2.2 2.9 -4.4 1.4 10.4 26.5 1.4 -7.0 -13.2 0.9 4.4 12.7 21.0 3.4 0.6 100.0 Aliran Modal dan Finansial 26 Aliran modal asing tetap kuat didorong kepercayaan investor yang masih positif terhadap prospek ekonomi Indonesia… Pada triwulan III-2014, surplus transaksi modal dan finansial mencapai US$13,7 miliar, terutama didukung aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri korporasi. Aliran Dana Masuk Asing 15.00 miliar dolar AS 10.00 5.00 0.00 -5.00 -10.00 Investasi Portofolio Investasi Langsung Investasi Lainnya Transaksi Modal dan Finansial -15.00 -20.00 Q1 Q2 Q3 2011 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 Q4 Q1 Q2 Q3 2013* Q4 Q1** Q2** Q3** 2014 Cadangan Devisa 27 Cadangan devisa berada dalam tren meningkat... Posisi cadangan devisa pada Oktober 2014 mencapai US$112,0 miliar atau setara 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi cadev tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Perkembangan Cadangan Devisa Nilai Tukar Rupiah 28 Rupiah mengalami pelemahan terutama dipengaruhi oleh sentimen global .... Sentimen global dipicu oleh normalisasi kebijakan The Fed, dinamika geopolitik, dan perlambatan ekonomi global Volatilitas nilai tukar rupiah masih relatif terjaga, lebih rendah dibandingkan Lira Turki, Real Brasil, dan Rand Afrika Selatan. Tekanan depresiasi rupiah berlanjut pada bulan Oktober 2014. Nilai Tukar Kawasan Volatilitas Nilai Tukar – Peer Group Inflasi 29 Inflasi tetap terjaga dan berada dalam tren menurun ............ Inflasi IHK Tw III 2014 tercatat sebesar 4,53% (yoy), lebih rendah dari 6,70%(yoy) pada triwulan sebelumnya. Inflasi yang terkendali berlanjut pada bulan Oktober 2014, meskipun mencatat kenaikan menjadi 4,83% (yoy). Inflasi yang tetap terjaga tersebut didukung oleh inflasi inti dan volatile food yang terkendali. Inflasi Inflasi : Volatile Food 30 Inflasi volatile food tercatat relatif rendah sejalan dengan cukup tingginya pasokan bahan pangan dan relatif lancarnya distribusi.. ... Mundurnya El Nino ke triwulan IV juga turut mendukung terjaganya inflasi volatile food di triwulan III ini. Inflasi volatile food pada Tw III 2014 tercatat sebesar 4,21 (yoy), lebih rendah dari 6,74% (yoy) pd Tw II 2014. Di bulan Oktober , inflasi volatile food meningkat meski masih terkendali Inflasi Volatile Food Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food Inflasi : Inti 31 inflasi inti terkendali sejalan dengan menurunnya tekanan eksternal dan domestik... Tekanan permintaan domestik melambat sejalan menurunnya aktivitas perekonomian, meski sempat meningkat akibat permintaan musiman lebaran dan tahun ajaran baru Penurunan tekanan eksternal terutama didorong oleh penurunan harga global, di tengah tekanan pelemahan rupiah di akhir triwulan III 2014 Inflasi inti pada Tw III 2014 tercatat sebesar 4,04% (yoy), lebih rendah dari 4,81% (yoy) pd Tw II 2014. Terkendalinya inflasi inti berlanjut di bulan Oktober Inflasi Pendidikan Inflasi Inti Traded dan Faktor Eksternal Inflasi IHK: Regional 32 Laju inflasi tahunan di berbagai daerah mengalami kenaikan pada oktober 2014 sejalan dengan dampak lanjutan dari kenaikan TTL dan LPG 12 kg Selain itu, tekanan inflasi tersebut bersumber dari kenaikan inflasi volatile food terkait dengan kekeringan. Beberapa di daerah yang mencatat inflasi di atas nasional adalah Sumatera Barat, Banten dan Sulawesi Tengah, yaitu sekitar 6-7% (yoy). Sebaliknya, beberapa daerah lain mengalami inflasi di bawah rata-rata nasional, yaitu Jawa Barat, Sematera Selatan dan Sulawesi Tenggara, yaitu sekitar 3,3 – 4,6%. Sebaran Inflasi Daerah Dampak Kenaikan UMP 33 Kenaikan UMP 2015 diperkirakan berdampak relatif terbatas terhadap inflasi .... Dampak kenaikan UMP terhadap inflasi melalui jalur cost–push relatif terbatas, sekitar 0,04% UMP juga memberikan dampak tambahan 0,02% melalui upah tukang bangunan dan upah jasa rumah tangga UMP Indonesia (terutama Jakarta) kurang kompetitif bila dibandingkan Beijing (Tiongkok). Bagan Estimasi UMP Terhadap Inflasi IHK Upah Minimum Tiap Negara Suku Bunga PUAB 34 Suku bunga PUAB relatif stabil.... Suku bunga PUAB O/N relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara Volume PUAB menurun dari triwulan sebelumnya Likuiditas di PUAB relatif stabil, sementara likuiditas perbankan meningkat Perkembangan Suku Bunga PUAB O/N Suku Bunga Perbankan 35 Suku bunga perbankan masih dalam tren meningkat .… Dibandingkan Tw II, suku bunga deposito 1 bulan pad Tw III 2014 naik 18 bps , sementara suku bunga kredit naik 11 bps. Kenaikan suku bunga kredit terutama disumbang oleh kenaikan KMK Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perkembangan Suku Bunga Kredit % % 15 16 9 8 7 12.87 6 13 15 5 11 14 13.38 13 Selisih rKredit - rDepo1: 439 bps 9 8.48 12.87 12.78 12 12.34 Data Per Sep 2014 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 11 % Sb. Kredit Sb. Kredit Modal Kerja Sb. Kredit Investasi Sb. Kredit Konsumsi 7 4 3 2 1 5 0 Jan-05 Apr-05 Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 17 Spread-rhs Sb Kredit Sb Dep 1 bln BI rate Sb LPS Uang Beredar 36 Pertumbuhan M2 dan M1 melambat .... M2 melambat seiring turunnya uang kuasi M1 juga melambat menjadi dipengaruhi oleh turunnya giro rupiah dan uang kartal yang melambat Pertumbuhan M2 dan Komponennya 25 Pertumbuhan M1 dan Komponennya 30.0 %yoy, kontribusi M1 Uang Kuasi M2 Giro Rp Uang Kartal Currency 25.0 20 20.0 15 15.0 10 10.0 5 5.0 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 2013 2014 0.0 I - III - I - III - I - III - I - III - I - III - I - III - I - III - I - III - I - III - I - III - I - III -5.0 04 04 05 05 06 06 07 07 08 08 09 09 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 Uang Beredar 37 Turunnya NFA menjadi faktor utama penurunan M2 di tengah NDA yang meningkat NFA melambat disumbang oleh NFA BI seiring meningkatnya tekanan terhadap rupiah dan meningkatnya kewajiban (net) bank umum kepada nonresiden Sementara NDA meningkat disebabkan operasi keuangan Pemerintah yg ekspansif Pertumbuhan M2 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 30 %yoy, kontribusi 25 Aktiva Dalam NDA Negeri Bersih Aktiva Luar NFA Negeri Bersih I I M2 20 15 10 5 0 -5 I II III IV 2010 I II III IV 2011 II III IV 2012 II III IV 2013 I II III 2014 Kredit Perbankan 38 Laju pertumbuhan kredit melambat sejalan dengan moderasi ekonomi. Perlambatan kredit terutama disumbang oleh perlambatan Kredit Modal Kerja (KMK) ... Pertumbuhan Kredit Perbankan 44 % % yoy Total KMK KI KK 12 BI Rate (RHS) 37 11 30 10 23 9 16 8 9 7 2 6 5 Sep-14 Jun-14 Mar-14 Dec-13 Sep-13 Jun-13 Dec-12 Sep-12 Jun-12 Mar-12 Dec-11 Sep-11 Jun-11 Mar-11 Dec-10 Sep-10 Jun-10 Mar-10 -5 Mar-13 Per September 2014 Kredit Perbankan 39 Secara sektoral, melambatnya kredit perbankan dikontribusi oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan, sejalan dengan melambatnya kinerja kedua sektor tersebut .... Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Sep-14 (Pangsa %) Sep-14 Jun-14 11.2 13.9 Lainnya 19.5 14.3 Jasa Sosial -1.0 6.2 Jasa Dunia Usaha Pengangkutan 18.2 28.6 Perdagangan 13.9 18.3 Konstruksi Listrik, Air dan Gas 21.1 19.5 Industri Pengolahan 17.1 7.0 Pertambangan Pertanian % -10 0 10 20 18.7 17.5 16.1 24.9 21.7 25.4 30 40 Pertumbuhan DPK 40 Pertumbuhan DPK melambat dipicu oleh penurunan giro dan tabungan.... Namun, pertumbuhan deposito meningkat Pertumbuhan DPK 30 %, yoy DPK (RHS) Tab (Pangsa: 30.2%) 25 Giro (Pangsa 22.9%) Depo (Pangsa 46.9%) 25 20 20 15 15 10 10 5 5 Per Sep 2014 - Sep-14 Jun-14 Mar-14 Dec-13 Sep-13 Jun-13 Mar-13 Dec-12 Sep-12 Jun-12 Mar-12 Dec-11 Sep-11 Jun-11 Mar-11 Dec-10 Sep-10 Jun-10 Mar-10 - Pasar Saham dan Pasar SBN 41 Pasar saham positif, sementara yield di pasar SBN meningkat.... IHSG menunjukkan tren yang meningkat dipengaruhi optimisme terhadap pemerintahan baru Yield SBN meningkat dipengaruhi sentimen eksternal dan domestik Perubahan Bulanan Yield SBN IHSG & Net Beli/Jual Non Residen 6.000 20 15 5.000 10 4.000 5 0 3.000 -5 2.000 -10 -15 1.000 -20 Net Beli/Jual (RHS) IHSG 0 -25 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pasar Saham 42 Meski menguat di Tw.III 2014, bursa saham sedikit melemah pada Oktober .... Pelemahan dipicu sentimen domestik terkait ekspektasi inflasi yang meningkat akibat rencana kenaikan harga BBM, pelemahan nilai tukar rupiah, serta sentimen global IHSG dan Indeks Bursa Global Tw III 2014 World EM ASIA US (Dow Jones) Japan (Nikkei) England (FTSE) India (SENSEX) Hong Kong (Hang Seng) Shanghai (SHCOMP) Strait Times (STI) Kuala Lumpur (KLCI) Philippine Thailand (SET) Vietnam Indonesia (IHSG) 0,3% -0,5% 1,3% 6,7% -1,8% 4,8% -1,1% 15,4% 0,6% -1,9% 6,4% 6,7% 3,6% 5,3% -6% -3% 0% 3% 6% 9% 12% 15% 18% IHSG dan Indeks Bursa Global Oktober 2014 World EM ASIA US (Dow Jones) Japan (Nikkei) England (FTSE) India (SENSEX) Hong Kong (Hang Seng) Shanghai (SHCOMP) Strait Times (STI) Kuala Lumpur (KLCI) Philippine Thailand (SET) Vietnam Indonesia (IHSG) 1,1% 1,6% 2,0% 1,5% -1,2% 4,6% 4,6% 2,4% -0,1% 0,5% -0,9% -0,1% 0,3% -0,9% -3% 0% 3% 6% Pasar SBN 43 Meskipun Yield SBN meingkat di Tw.III 2014, pada Oktober 2014 Yield SBN kembali menurun .... Penurunan yield dipicu oleh optimisme terhadap pemerintahan baru dan sentimen eksternal Investor asing masih membukukan net beli Yield SBN dan Net Jual/Beli Asing Bulanan % Rp. Trillion Rp Triliun 45 Net Foreign Net Beli/JualBuy/Sell Asing 16,0 Yield SUN SUN (sk.kanan) (RHS) Yield 35 13,0 25 15 10,0 5 (5) 7,0 (15) 4,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (25) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sistem Pembayaran Tunai 44 Rata-rata harian Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) melambat sejalan dengan moderasi perekonomian .... Pertumbuhan UYD menurun dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan UYD (yoy) Rp triliun 600 20% 18.2% 17.4% 16.8% 16.3% 16.6%16.1%16.4% 18% 15.6% 16% 14.2% 13.4%13.2%13.9% 12.7% 12.6% 14% 11.1% 12% 500 400 300 10% 8% 200 6% 4% 100 2% 0 0% Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III 2011 2012 Nominal (Rp. triliun) 2013 2014 Pertumbuhan (yoy) Sistem Pembayaran Non-Tunai 45 Volume transaksi sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan .... Peningkatan volume transaksi seiring dengan Hari Raya Idul Fitri dan pelaksanaan pemilihan umum Presiden 2014 Perkembangan Volume Sistem Pembayaran Non Tunai Volume (Ribu) Volume (Thousand) Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai BI-RTGS BI-SSSS Kliring APMK Kartu Kredit Kartu ATM dan ATM/Debet Uang Elektronik Total 2013 QI 4,250.03 34.16 24,341.27 840,748.93 56,730.85 784,018.08 30,728.04 900,102.43 Q II Q III Q IV QI 4,498.99 4,263.52 4,621.03 4,526.01 34.16 28.52 35.13 32.92 25,946.38 26,270.70 27,751.07 25,179.21 917,524.30 945,361.63 987,952.48 992,728.89 59,557.75 61,329.42 61,543.89 61,867.08 857,966.56 884,032.21 926,408.60 930,861.82 34,259.61 35,850.06 37,063.07 36,827.86 982,263.43 1,011,774.42 1,057,422.79 1,059,294.88 2014 Q II 4,471.34 38.69 26,786.05 1,068,963.66 64,241.35 1,004,722.31 44,245.79 1,144,505.53 Q III 4,519.95 35.57 27,102.83 1,099,594.29 63,045.29 1,036,549.00 49,374.56 1,180,627.20 46 Prospek dan Risiko Perekonomian Perekonomian Global 2014-2015 Perekonomian global ke depan diperkirakan tetap dalam tren membaik, meskipun lebih moderat…. Perbaikan kondisi ekonomi global terutama ditopang oleh perekonomian AS Namun, pertumbuhan ekonomi Jepang dan Eropa direvisi ke bawah Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global 47 Prospek Perekonomian Domestik 48 Perekonomian mengalami penyesuaian dengan pertumbuhan ekonomi yang termoderasi, inflasi yang terkendali pada kisaran sasaran, serta defisit transaksi berjalan yang menurun ke arah yang lebih sehat…. 2014 Pertumbuhan 5,1-5,5% ekonomi Inflasi 4,5±1% CA Defisit ±3% (% PDB) 2015 5,4-5,8% 4,0±1% <3% Pertumbuhan Ekonomi 2014-2015 49 Pertumbuhan ekonomi termoderasi... Pertumbuhan ekonomi 2014 diperkirakan pada kisaran 5,1-5,5%, dengan kecenderungan menuju batas bawah kisaran, seiring pertumbuhan PDB dunia yang tidak sekuat prakiraan sebelumnya Pada tahun 2015, pertumbuhan diperkirakan kembali meningkat pada kisaran 5,4-5,8% Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Risiko Normalisasi Kebijakan The Fed Kenaikan Fed Fund Rate diperkirakan lebih cepat dengan intensitas lebih besar... Fed Fund Survey: IMF & Market 50 Risiko Perlambatan Ekonomi China 51 Perekonomian China dalam tren melambat…. Retail sales nominal menurun di tengah CPI dan PPI yg cenderung melemah mengindikasikan pelemahan permintaan dalam negeri. Kinerja sektor perumahan Tiongkok juga terus menurun Penjualan Eceran Tiongkok Masalah Struktural Perumahan Risiko Kredit 52 Pertumbuhan kredit 2014 berisiko di bawah target indikatif 15-17% .... Pertumbuhan Kredit (% ytd) Risiko Inflasi : Ekspektasi inflasi mulai meningkat Ekspektasi inflasi mulai meningkat dipengaruhi ekspektasi kenaikan harga BBM bersubsidi baik di sektor riil maupun ekspektasi di sektor keuangan Ekspektasi Inflasi Pasar Keuangan 12 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran 1.500 Spread (RHS) Inflation Expectation CPI (yoy) 10 1.300 1.100 8 900 6 700 500 4 4,82*) 300 2 100 -100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 2010 2011 2012 2013 2014 53 Risiko Inflasi: Dampak kenaikan BBM thd Inflasi 54 Inflasi menghadapi risiko terutama terkait kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi... • Kenaikan harga BBM bersubsidi Rp2000/L akan berdampak pd inflasi sebesar 2,4-2,8% dengan dampaknya yang bersifat temporer. • BI akan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi, khususnya melalui forum TPI/ TPID, guna meminimalkan dampak lanjutan yg ditimbulkan & mengarahkan inflasi pd sasaran inflasi Dampak Kenaikan BBM (Premium dan Solar) Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Bobot SBH 2012 (%) Inflasi (%) Sumbangan (%) Dampak langsung - Bensin - Solar 3,95 0,16 30,77 36,36 1,27 1,21 0,06 Dampak tidak langsung ke tarif angkutan - Angkutan ASDP - Angkutan Antar Kota - Angkutan Dalam Kota - Angkutan Laut 0,01 0,66 2,57 0,05 14,68 14,00 24,18 3,04 0,73 0,00 0,09 0,62 0,00 0,12 0,09 5,73 10,18 0,01 0,01 63,10 17,46 0,57 1,21 0,57 0,36 0,21 2,58 - Tarif KA - Tarif Taksi Dampak tidak langsung ke komoditas lainnya *) - Core - Volatile Food Total dampak ke Inflasi IHK *) Da mpa k ti da k l a ngs ung berda s a rka n es ti ma s i denga n da ta terki ni , yg ma na el a s ti s i ta s 10% kena i ka n ha rga BBM bers ubs i di a ka n mena mba h teka na n i nfl a s i core s eki ta r 0,17% da n VF s eki ta r 0,36%. 55 Risiko Fiskal Realisasi APBN hingga September 2014 mencatat defisit yang lebih besar dibandingkan tahun 2013. Untuk mencapai target defisit fiskal 2,4% PDB di 2014, Pemerintah harus melakukan penghematan dan atau kenaikan harga BBM bersubsidi dalam triliun Rp 2012 Rincian Pendapatan Negara A. Pendapatan Dalam Negeri I. Penerimaan Perpajakan 1. Pajak Dalam Negeri 2. Pajak Perdagangan Int. II. Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) 1. Penerimaan SDA 2. Bagian Laba BUMN 3. Pendapatan BLU 4. PNBP Lainnya B. Hibah Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-lain II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus & Peny. III.Suspen Belanja Negara Keseimbangan Primer Surplus/(Defisit) Anggaran Surplus/(Defisit) (% terhadap PDB) Pembiayaan Sep Jan-Sep 100.6 100.4 77.1 73.0 4.1 23.3 12.4 4.5 1.6 4.8 0.1 135.7 77.5 15.5 10.3 10.7 9.1 27.4 0.0 4.2 0.2 58.2 47.3 10.9 898.1 896.7 692.2 654.8 37.3 204.5 119.7 25.6 11.1 48.1 1.5 968.6 610.4 152.8 73.3 62.0 75.5 197.1 0.0 46.4 3.4 358.2 305.8 52.4 (26.0) (35.1) (0.4) 31.4 5.0 (70.5) (0.9) 143.6 2014 2013 % 66.1 66.1 68.1 67.6 77.9 59.9 55.1 83.1 54.4 66.1 176.5 62.6 57.1 72.0 45.2 35.2 64.1 80.4 1.7 53.9 5.0 74.8 74.9 74.4 75.5 Sep 137.2 137.1 94.5 90.5 4.1 42.6 31.1 1.0 4.1 6.5 0.1 147.0 83.5 18.0 13.1 11.8 10.6 20.0 0.0 9.9 0.1 63.5 49.0 14.5 Jan-Sep % APBNP Sept Jan-Sep %APBN-P 982.2 980.7 751.9 718.8 33.0 228.9 138.4 31.2 14.0 45.3 1.4 1092.7 699.1 170.6 83.2 72.3 83.5 232.8 0.0 55.6 1.2 393.6 332.2 61.4 65.4 65.5 65.5 65.4 68.2 65.6 67.9 85.6 59.6 53.0 31.5 63.3 58.4 73.2 40.3 37.5 74.2 66.9 0.8 67.4 6.0 74.4 74.6 73.3 145.6 145.4 110.3 110.3 0.0 35.1 18.7 0.5 7.2 8.6 0.2 184.1 108.8 18.5 15.7 11.2 17.0 34.7 0.1 11.4 0.3 75.4 57.8 17.6 1081.4 1080.0 803.1 773.3 29.8 272.5 163.3 34.0 18.4 56.8 1.4 1234.5 793.8 184.4 98.3 59.8 103.2 283.2 0.2 62.8 2.0 440.7 368.6 72.0 66.1 66.1 64.4 65.0 52.8 70.4 67.7 84.8 87.9 66.9 61.5 65.9 62.0 71.3 50.4 37.2 76.2 70.3 8.5 64.9 7.2 73.9 74.9 68.9 0.0 79.8 (21.6) (38.6) (0.4) 38.9 (49.9) (153.1) (1.5) 239.0 0.9 (27.1) (9.7) (110.6) (0.1) (1.2) 30.8 179.0 99.0 56 Kebijakan Bank Indonesia Keputusan RDG 13 November 2014 57 Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada RDG 13 November 2014…. Pada RDG 13 November 2014, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengendalikan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai bahwa kebijakan stabilisasi ekonomi yang ditempuh selama ini mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang. Hal ini tercermin pada defisit transaksi berjalan yang menurun dan permintaan domestik yang tetap terkelola. Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung penguatan struktur perekonomian domestik. Bank Indonesia juga akan mengintensifkan koordinasi dengan Pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, agar penyesuaian ekonomi tetap terkendali dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi Keputusan RDG Tambahan 18 November 2014 58 Merespon kebijakan reformasi subsidi BBM yang ditempuh Pemerintah pada tanggal 17 November 2014, Bank Indonesia memutuskan untuk memperkuat bauran kebijakan : 1. Menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility naik sebesar 50 bps menjadi 8,00% dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,75% berlaku efektif sejak 19 November 2014. Kenaikan BI Rate ditempuh untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasaran yaitu 4±1% pada tahun 2015. Kebijakan tersebut juga konsisten dengan kemajuan dalam mengelola defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Pelebaran koridor suku bunga operasi moneter dimaksudkan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendorong pendalaman pasar keuangan. 2. Mempersiapkan penyesuaian kebijakan makroprudensial guna memperluas sumber-sumber pendanaan bagi perbankan sekaligus mendukung pendalaman pasar keuangan serta mendorong penyaluran kredit ke sektorsektor produktif yang prioritas. 3. Memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung kelancaran dan perluasan penyaluran programprogram bantuan dari Pemerintah kepada masyarakat guna mengurangi dampak kenaikan harga BBM melalui penggunaan uang elektronik dan implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD). 4. Melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya. Kebijakan reformasi subsidi BBM diyakini dapat memperkuat konfiden pasar dan perbaikan transaksi berjalan sehingga akan lebih kondusif pada pergerakan nilai tukar Rupiah ke depan. 5. Memperkuat langkah koordinasi bersama Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dengan fokus pada upaya untuk meminimalkan potensi tekanan inflasi khususnya dari sisi kenaikan tarif angkutan dan terjaganya harga pangan. Bank Indonesia meyakini bahwa penguatan bauran kebijakan serta koordinasi yang erat dengan Pemerintah mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Proyeksi Inflasi 59 Dengan bauran kebijakan, inflasi 2014 diperkirakan sebesar 7,7-8,1% dan akan menuju 4±1 % di 2015. 60 Terima Kasih