TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2013 EVALUASI PEREKONOMIAN TAHUN 2012, PROSPEK 20132013-2014, DAN KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2013--2014 Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang tetap terkendali dan rendah. Kinerja tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas makro dan momentum dunia.. Ke depan, Bank pertumbuhan ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi dunia moneter Indonesia juga akan memperkuat bauran kebijakan mon eter dan makroprudensial serta mempererat koordinasi dengan Pemerintah untuk mengelola permintaan domestik agar eksternal,, mencapai sasaran inflasi inflasi,, dan sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan eksternal kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. I. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter 2012 Di tengah pelemahan ekonomi global yang masih berlanjut, perekonomian Indonesia pada tahun 2012 masih tumbuh cukup kuat, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Inflasi tetap terkendali pada level yang cukup rendah dan berada pada kisaran sasaran inflasi 4,5%±1%. Kondisi tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam upaya menjaga momentum perekonomian, di tengah melambatnya perekonomian global dengan tetap memelihara kestabilan makroekonomi. Kuatnya perekoonomian domestik di tengah lemahnya ekonomi global menyebabkan meningkatnya defisit transaksi berjalan selama tahun 2012. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Pertumbuhan ekonomi global pada pada tahun 2012 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Berbagai permasalahan ekonomi dunia, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat (AS), yang belum sepenuhnya dapat diatasi mengakibatkan pemburukan ekonomi global yang telah terjadi sejak akhir tahun 2011 masih berlanjut di tahun 2012 (Grafik 1.1). Perekonomian kawasan Eropa masih mengalami pertumbuhan yang negatif, sementara ekonomi AS mulai membaik meskipun masih rentan dan dibayangi isu keterbatasan stimulus fiskal (fiscal cliff). Kontraksi pertumbuhan ekonomi Eropa disebabkan oleh krisis utang fiskal, sempitnya ruang kebijakan moneter, meningkatnya angka pengangguran, rapuhnya sektor keuangan, dan menurunnya kepercayaan pasar. Memburuknya perekonomian di negara-negara maju telah memberikan dampak pada melambatnya perekonomian sebagian besar negara emerging markets seperti China dan India. Berdasarkan kondisi tersebut, ekonomi dunia tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 3,3%, lebih rendah dari tahun 2011 sebesar 3,8%. Tinjauan Kebijakan Moneter |1 % yoy 10 8 6 4.5 4 2 0 09 09 08 08 07 06 3.8 2.5 03 01 02 2.3 -0.7 01 00 -0.6 -2 -2.1 -4 05 05 05 05 04 02 realisasi 07 08 08 07 07 3.4 03 05 03 03 3.9 3.8 3.4 03 03 03 02 02 02 03 Negara Berkembang 00 Dunia -2.7 -03 proyeksi -04 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Negara Maju -05 -05 -6 , Sumber: Realisasi Bloomberg, Proyeksi Consensus Forecast Des-12 (diolah) Grafik 1.1 Realisasi dan Prakiraan Ekonomi Dunia Inflasi dunia selama tahun 2012 secara umum mengalami penurunan sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia (Grafik 1.2 dan 1.3). ). Penurunan inflasi tersebut sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada menurunnya harga komoditas, komoditas khususnya komoditas nonmigas. Penurunan harga banyak terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam (SDA), termasuk komoditas hasil pertanian. Komoditas logam dasar dan batubara tercatat mengalami penurunan harga yang cukup tinggi terutama disebabkan oleh perlambatan ekonomi China yang merupakan konsumen terbesar di dunia dari kedua komoditas tersebut. % yoy % yoy Skala Kiri 4 Skala Kanan UK 3 24 6 US Australia 2 5 20 4 16 Skala Kiri % yoy India 5 Thailand 1 8 0 4 -1 Jepang Jul-12 Feb-12 Apr-11 Sep-11 Nop-10 Jun-10 Jul-12 Jan-10 Feb-12 Sep-11 Apr-11 Nop-10 Jan-10 Jun-10 Grafik 1.2 Inflasi Negara Maju -3 3 Indonesia Malaysia China 2 Filipina 0 -2 Per Nov 2012 Sumber: Bloomberg 4 1 Sumber: Bloomberg Per Des 2012 -4 0 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 N.Zealand 0 -2 6 Korea 12 -1 7 2 Kanada Eropa % yoy Singapura 3 1 Skala Kanan Vietnam Grafik 1.3 Inflasi IHK Regional Asia Melemahnya perekonomian dan rendahnya inflasi mendorong otoritas moneter di sebagian besar negara mengalihkan fokusnya dari pengendalian inflasi kepada ke pada upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Negara--negara negara maju secara umum tetap mempertahankan kebijakan moneter yang longgar disertai tai dengan langkah-langkah langkah nonkonvensional sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, beberapa negara berkembang merespons pelemahan ekonominya dengan melakukan kebijakan moneter yang akomodatif, akomodatif terutama di negara-negara negara yang terkena dampak perlambatan ekonomi global secara signifikan. Di sisi kebijakan fiskal, berbeda dengan negara maju yang memiliki keterbatasan fiscal space, space pemerintah di negara berkembang pada umumnya masih memiliki ruang untuk memberikan stimulus fiskal untuk mendorong perekonomiannya.. Kebijakan moneter longgar yang diterapkan oleh negara-negara negara negara maju tersebut pada akhirnya meningkatkan likuiditas di pasar keuangan global yang sebagian besar mengalir ke negara berkembang kawasan Asia. Asia Tinjauan Kebijakan Moneter |2 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Permintaan Agregat Perekonomian tahun 2012 masih tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3%, terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. investasi . Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 5,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut utamanya bersumber dari konsumsi nonmakanan. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya indeks penjualan eceran kelompok nonmakanan khususnya perlengkapan rumah tangga, peralatan informasi dan komunikasi, komunikas serta suku cadang (Grafik 1.4). ). Keyakinan konsumen menurut beberapa lembaga survei menunjukkan penguatan mencapai titik tertinggi tertinggi sepanjang sepanjan historisnya (Grafik 1.5). Faktor-faktor faktor yang mendukung solidnya kinerja konsumsi rumah tangga tersebut antara lain meningkatnya jumlah kelas menengah, menguatnya keyakinan konsumen, membaiknya daya beli masyarakat, rendahnya inflasi, dan tersedianya pembiayaan konsumsi. Peralatan RT Lainnya Komunikasi Total Makanan Rekreasi Sk.Cadang Otomotif Bensin Grafik 1.4 Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen Kinerja investasi pada tahun 2012 terus membaik mencapai 10,7%, dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar 8,8%. faktor yang mendukung peningkatan kinerja 8,8% Faktor-faktor investasi tersebut antara lain optimisme pelaku usaha terhadap perekonomian Indonesia, Indonesia perbaikan iklim investasi yang tercermin dari survei preferensi negara tujuan investasi (UNCTAD), (UNCTAD) serta terjaganya kestabilan makroekonomi.. Dari sisi pembiayaan, peningkatan investasi juga didukung oleh tersedianya kredit investasi yang tumbuh sebesar 29,8% (Grafik 1.6), meningkatnya FDI dan sumber pembiayaan eksternal lainnya serta dukungan belanja modal Pemerintah. Dari sisi alokasi investasi, peningkatan investasi terutama terjadi di sektor industri yang diikuti oleh sektor pertambangan dan sektor perkebunan. Peningkatan n investasi di sektor industri tersebut terutama terjadi di industri kimia, alat angkut, serta mesin dan elektronik. Kredit Investasi Sk.Bunga KI (sk.kanan) Sk.Bunga Depo 1m (sk.kanan) %, yoy 40 35 % 14 12 30 25 10 20 15 8 10 6 05 00 4 -05 -10 2 1 3 5 7 2010 9 11 1 3 5 7 2011 9 11 1 3 5 7 9 11 2012 Grafik 1.6 Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil Tinjauan Kebijakan Moneter |3 Melemahnya perekonomian global berdampak berdampa k pada termoderasinya kinerja ekspor sepanjang tahun 2012. Perlambatan ekspor disebabkan oleh melambatnya permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia seperti China dan India, terutama pada komoditas pertanian seperti karet dan komoditas industri seperti produk kimia. Berdasarkan erdasarkan sektornya, perlambatan ekspor terutama disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor di sektor pertambangan dan sektor manufaktur. manufaktur Melambatnya elambatnya ekspor juga didorong oleh tren penurunan harga komoditas terutama komoditas SDA (Grafik 1.7). Dari sisi domestik,, penurunan kinerja ekspor disebabkan oleh kebijakan Pemerintah untuk mengetatkan ekspor mineral mentah yang ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam jangka menengah. Indeks 2006=100 200 220 Pertanian Pertambangan Industri Non-migas 200 180 160 140 120 100 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 80 Grafik 1.7 Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHEx) Di tengah melambatnya ekspor, permintaan domestik yang masih kuat menyebabkan impor masih tumbuh cukup tinggi. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi, peningkatan impor terutama terjadi di kelompok barang modal, modal terutama dalam bentuk mesin dan alat angkut, termasuk pesawat terbang.. Sementara itu, masih tingginya kegiatan produksi di dalam negeri mengakibatkan impor bahan baku juga masih tetap tinggi. Pertumbuhan impor yang masih tetap tinggi terkait dengan engan keterbatasan industri domestik dalam memenuhi pasokan barang modal dan bahan baku. Memasuki semester II 2012, akselerasi impor mengalami penurunan sejalan dengan melambatnya ekspor dan termoderasinya nya pertumbuhan investasi. investasi Perlambatan impor terjadi baik pada impor migas maupun nonmigas. Hampir seluruh komponen impor nonmigas mengalami perlambatan terutama pada impor barang konsumsi berupa makanan dan minuman jadi, dan diikuti oleh perlambatan impor barang modal seperti perlengkapan transportasi untuk industri. Sementara itu, impor bahan baku masih tumbuh tumbu tinggi ditopang oleh impor bahan baku (processed) untuk industri. Penawaran Agregat Di sisi penawaran, sejalan dengan pelemahan permintaan global, sektorsektor-sektor yang berorientasi ekspor mengalami perlambatan, sementara sektorsektor-sektor yang berorientasi domestik masih tumbuh cukup kuat. Sektor yang paling terkena dampak dari penurunan permintaan global adalah sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan pertumbuhan negatif sejak triwulan III 2012. Sementara itu, sektor-sektor sektor tradables lainnya seperti sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup kuat seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik. domesti Di sisi lain, kinerja sektor nontradables juga masih mencatat pertumbuhan yang tetap tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor PHR masih mampu tumbuh tinggi sejalan sej dengan meningkatnya kegiatan konsumsi rumah tangga dan masih tingginya impor. Kinerja sektor bangunan tumbuh lebih baik sejalan dengan aktivitas investasi dan konstruksi yang meningkat (Grafik 1.9). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa juga tumbuh lebih baik terkait kinerja subsektor bank dan lembaga keuangan nonbank yang masih baik seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan aktivitas Tinjauan Kebijakan Moneter |4 % yoy ekonomi. Selain itu, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik, sektor transportasi dan komunikasii masih mencatatkan pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2012. %, yoy 08 %, yoy 140 9 120 06 Pert.Produksi Padi 8 100 04 Impor kerikil, semen, mika 80 60 02 40 Pert.Luas Tanam 00 -02 2005 2006 gLuas Tanam 2007 Pert.Produktivitas Padi 2008 2009 gProduktivitas Padi 20 7 Impor Barang Keramik 6 Penjualan Semen 5 PDB Bangunan 0 2010 2011 2012* gProduksi Padi 4 I II III IV I II III IV* 2011 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, CEIC 9 10 11 2012 Data: BPS, ARAM II-2012 Grafik 1.8 Produksi Padi Grafik 1.9 Penjualan Semen dan Impor Material Bangunan NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Pada tahun 2012, NPI mengalami surplus di tengah meningkatnya tekanan dari meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan, berjalan, (Grafik 1. 10). 0). Tekanan terutama bersumber dari meningkatnya defisit neraca perdagangan migas akibat melonjaknya konsumsi BBM di dalam negeri serta realokasi gas untuk pemenuhan konsumsi gas di dalam negeri yang lebih besar (Grafik 1.11). Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas masih mengalami surplus meskipun lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sehingga belum mampu mengimbangi memburuknya neraca perdagangan migas. migas Menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas merupakan dampak dari melemahnya permintaan dari negara mitra dagang utama dan penurunan harga komoditas ekspor yang cukup besar. Di sisi lain, impor nonmigas masih tumbuh cukup tinggi terutama dalam bentuk barang modal dan bahan baha baku untuk mendukung meningkatnya kegiatan perekonomian domestik. Searah dengan pertumbuhan impor yang masih tinggi, defisit neraca jasa diprakirakan meningkat yang didorong oleh tingginya biaya jasa pengangkutan. Selain itu, defisit neraca pendapatan juga diprakirakan meningkat disebabkan oleh meningkatnya imbal hasil yang dibayarkan kepada investor asing sejalan dengan peningkatan investasi asing langsung (FDI). Trf. Berjalan Jasa Neraca Trs. Berjalan Pendapatan Neraca Perdagangan juta dolar AS 4000 Neraca Perdagangan NP Migas NP Nonmigas 3000 2000 1000 0 -1000 -2000 Okt-12 Nop-12 Sep-12 Jul-12 Agust-12 Jun-12 Apr-12 Mei-12 Mar-12 Jan-12 Feb-12 Des-11 Okt-11 Nop-11 Sep-11 Jul-11 Agust-11 Jun-11 Apr-11 Mei-11 Mar-11 Jan-11 Grafik 1.1 0 Neraca Transaksi Berjalan Feb-11 -3000 Grafik 1.1 1 Neraca Perdagangan Migas dan Non Migas Sepanjang tahun 2012, neraca transaksi modal dan finansial mencatat kenaikan surplus yang cukup signifikan. Masih baiknya kinerja ekonomi domestik dan imbal hasil investasi rupiah, serta kebijakan stimulus ekonomi yang dilakukan oleh beberapa negara mendorong tingginya aliran masuk Tinjauan Kebijakan Moneter |5 modal asing selama tahun 2012. Arus masuk modal asing didominasi oleh investasi langsung, langsun namun investasi portofolio juga mengalami kenaikan tajam baik dalam pasar saham maupun pasar obligasi. Meningkatnya arus masuk modal tersebut menggambarkan tingginya kepercayaan investor asing terhadap kondisi fundamental dan prospek perekonomian Indonesia Indonesia ke depan. Selain net beli investor asing di pasar saham dan obligasi, surplus di investasi portofolio juga didorong oleh meningkatnya penerbitan utang luar negeri, baik pemerintah maupun swasta. Meskipun meningkat, posisi utang luar negeri tersebut masih ih berada dalam tingkat yang aman. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir tahun 2012 mencapai 112,78 112, 8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah. NILAI TUKAR RUPIAH Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi walaupun volatilitasnya dapat dijaga pada tingkat yang relatif rendah. rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% (yoy) ke rendah Secara rata-rata, Rp9.358 per dolar AS dari Rp8.768 8.768 per dolar AS pada tahun sebelumnya. Sementara itu, secara point-topoint, rupiah melemah sebesar 5,91% 5,91% dan ditutup pada level Rp9.638 per dolar AS dengan volatilitas yang lebih terjaga pada level 4,3% % (annualised) (Grafik 1.12).. Terjaganya volatilitas rupiah ru tersebut tidak terlepas dari kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan stabilisasi nilai tukar untuk menjaga volatilitas rupiah pada tingkat yang rendah. Tekanan depresiasi rupiah selama tahun 2012 terutama disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global dan melebarnya defisit transaksi berjalan. berjalan. Dari sisi eksternal, mengemukanya kembali kekhawatiran terhadap penyelesaian krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa serta melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi regional dan global sempat memicu penarikan dana oleh investor dalam rangka menghindari risiko (perilaku risk aversion) dari aset-aset keuangan di negara emerging markets, termasuk Indonesia. Dari sisi domestik, ketidakseimbangan di pasar valuta asing dalam negeri akibat perlambatan ekspor di tengah tingginya impor memberikan tekanan pada neraca pembayaran Indonesia (NPI) terutama pada transaksi berjalan (current account) yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan tekanan terhadap rupiah. Namun, peningkatan arus modal asing yang cukup besar, baik dalam bentuk investasi portofolio maupun investasi investasi langsung (FDI) dapat menahan tekanan depresiasi nilai tukar lebih lanjut. Meningkatnya arus modal asing yang cukup besar tersebut didukung oleh kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental dan prospek ekonomi Indonesia dan perolehan status atau peringkat peri layak investasi (investment grade), faktor risiko yang membaik, membaik dan tingkat imbal hasil dalam aset rupiah yang masih menarik (Grafik 1.13 dan 1.14). 1 Grafik 1.1 2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tinjauan Kebijakan Moneter |6 Grafik 1.13 .1 3 Indikator Risiko Indonesia (CDS & Yield Spread ) Grafik 1.14 .1 4 CIP (Covered Interest Parity) INFLASI Inflasi sepanjang tahun 2012 tetap terkendali pada level yang rendah dan berada pada kisaran sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1%. 1% . Terkendalinya inflasi merupakan hasil dari berbagai kebijakan Bank Indonesia yang didukung oleh semakin baiknya koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Pemerintah Inflasi pada tahun 2012 tercatat sebesar 4,3% (yoy) (Grafik 1.15) terutama didorong oleh inflasi inti yang stabil, inflasi volatile food yang terkendali dan inflasi administered prices yang rendah. Inflasi inti yang stabil didukung oleh penerapan strategi bauran kebijakan moneter dan makroprudensial sehingga tekanan inflasi asi dari sisi permintaan, harga komoditas impor, dan ekspektasi inflasi tetap terkendali. terkendali Selain itu, terjaganya inflasi juga didukung oleh koordinasi yang semakin intensif antara Bank Indonesia dan Pemerintah melalui forum TPI dan TPID, terutama pada upaya upaya peningkatan produksi, kelancaran distribusi, dan stabilisasi harga pangan strategis. IHK %, yoy Inflasi Inti Inflasi Bhn.Makanan Begejolak 20 Inflasi Harga Diatur Pemerintah 14 8 5.68 4.40 4.30 2 2.66 -4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -10 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Grafik 1.1 5 Perkembangan Inflasi Inflasi inti tahun 2012 tercatat rendah sebesar 4,40% (yoy). (yoy). Rendahnya inflasi inti tersebut didukung oleh terkelolanya permintaan domestik serta meningkatnya kemampuan sisi produksi dalam merespons permintaan domestik sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi dalam beberapa tahun 1 terakhir. Terjaganya kapasitas utilisasi pada level 70%-75% (Grafik 1.16)) masih dapat mengimbangi permintaan yang masih kuat sehingga tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan pada harga. Kondisi itu tercermin dari inflasi industri pengolahan yang terjaga di level yang rendah dan stabil. Selain itu, rendahnya inflasi inti juga disebabkan oleh rendahnya tingkat inflasi dari sisi impor (imported inflation) (Grafik 1.17)) seiring dengan penurunan harga komoditas akibat perlambatan perekonomian dunia, nilai tukar yang terjaga dengan tingkat volatilitas rendah, dan kebijakan Pemerintah terkait bea masuk impor . 1 Data terakhir dari SKDU Triwulan III 2012 dan Survei Produksi November 2012. Tinjauan Kebijakan Moneter |7 Grafik 1.1 7 Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Global Grafik 1.1 6 Kapasitas Produksi Sektor Manufaktur Ekspektasi inflasi selama tahun 2012 secara umum dapat terkendali dengan baik, baik meski sempat meningkat pada awal tahun terkait dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada beberapa indikator ekspektasi inflasi seperti hasil survei Consensus Forecast F dan Survei Konsumen Bank Indonesia (SK-BI) yang pada awal tahun cenderung tinggi namun secara berangsur-angsur membaik (bergerak menurun) hingga mendekati sasaran inflasi sebesar 4,5% ± 1% pada paruh kedua tahun 2012 (Grafik 1.18 dan 1.19). Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut tidak terlepas dari penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta penguatan koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dengan Pemerintah yang turut didukung oleh penguatan strategi komunikasi yang terarah ah dan berkelanjutan untuk pembentukan ekspektasi para pelaku ekonomi. %, Indeks yoy 200 15 180 10 160 140 5 120 Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad (CMA 5) 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2009 Grafik 1.18 .1 8 Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast 2010 2011 2012 Grafik 1.19 .1 9 Ekspektasi Harga Konsumen - SKBI Inflasi kelompok volatile food tahun 2012 cenderung turun terutama dipengaruhi oleh peningkatan produksi pangan domestik dan kelancaran distribusi. Terkendalinya inflasi volatile food pada tingkat yang rendah yakni sebesar 5,68% (yoy) pada tahun 2012 tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah serta koordinasi yang intensif antara Bank Indonesia dan Pemerintah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam hal pengendalian harga. Peningkatan Peningkatan produksi pangan terutama didukung oleh peningkatan luas lahan tanam dan produktivitas. Selain itu, kecukupan sisi pasokan juga tidak terlepas dari peran TPI baik di tingkat pusat maupun daerah. Di tingkat pusat, TPI secara aktif melakukan pemantauan uan serta merumuskan dan merekomendasikan respons kebijakan yang perlu diambil untuk mengendalikan tekanan inflasi. Dalam kerangka yang lebih luas, TPI juga memberikan masukan terkait kerangka kebijakan untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan pangan pokokk dan mendorong pengembangan pusat informasi harga. Dengan tujuan yang sama, TPID yang diwadahi Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) intensif memantau perkembangan inflasi di daerah dan memberikan evaluasi dan masukan ke tingkat pusat terkait kebijakan-kebijakan kebijakan akan di tingkat nasional yang diperlukan untuk menjaga inflasi bahan pangan pokok pada tingkat yang rendah dan stabil. Tinjauan Kebijakan Moneter |8 Inflasi administered prices tahun 2012 tercatat rendah sebesar 2,66% (yoy). (yoy). Kenaikan harga yang cukup besar pada kelompok administered price hanya terjadi di cukai rokok yang mengalami 2 kenaikan tarif rata-rata 15% . Selain rokok, komoditas administered prices lainnya seperti bahan bakar rumah tangga dan bensin memberikan sumbangan yang minimal terhadap inflasi. inflasi Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok administered prices pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN, PERBANKAN, DAN SISTEM KEUANGAN KEUANGAN Moneter Pada awal tahun 2012, 2012, kebijakan moneter Bank Indonesia difokuskan pada upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, ekonomi , namun memasuki triwulan kedua kebijakan difokuskan untuk mengendalikan men gendalikan ekspektasi inflasi dan keseimbangan eksternal. eksternal . Bank Indonesia pada Februari 2012 menurunkan BI rate 25 bps sebagai langkah antisipatif lanjutan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi global. Pada saat yang sama, Bank Indonesia juga menurunkan koridor bawah suku suku bunga operasi moneter Bank Indonesia sebesar 50 bps menjadi 3,75%. Penurunan koridor bawah suku bunga operasi moneter tersebut dimaksudkan untuk mendorong pembiayaan antar bank dan mengurangi risiko likuiditas bank sekaligus memperluas sumber pendanaan Bank. Pada Maret 2012, ekonomi Indonesia dihadapkan pada melambungnya ekspektasi inflasi yang dipicu oleh pilihan-pilihan pilihan kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah terkait kebijakan subsidi BBM. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia sejak Maret 2012 mempertahankan BI rate pada tingkat 5,75% dan mengambil langkah kebijakan untuk mengantisipasi dampak peningkatan inflasi jangka pendek melalui penguatan n operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek. Sejalan dengan penurunan suku bunga BI Rate dan koridor bawah suku bunga, bunga , suku bunga PUAB secara umum mengalami penurunan pada tahun 2012. Suku bunga PUAB O/N pada akhir tahun 2012 tercatat sebesar 4,17 17% atau menurun 38 bps dari akhir tahun sebelumnya sebesar 4,55%. 4 Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N dengan volatilitas yang sedikit meningkat. meningkat Penurunan suku bunga PUAB O/N selama tahun 2012 diikuti dengan persepsi risiko yang tetap terjaga. Hal tersebut tercermin pada selisih antara suku bunga tertinggi dan terendah PUAB O/N selama tahun 2012 (spread) yang relatif kecil yakni hanya sebesar 10 bps dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya yang mencapai 22 bps. S uku bunga simpanan dan kredit perbankan mengalami penurunan selama tahun 2012, 2012 sejalan dengan penurunan suku bunga di pasar uang. uang Perkembangan tersebut menempatkan tingkat suku bunga simpanan dan kredit sebagai yang terendah sejak tahun 2005. Menurunnya suku bunga tersebut sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung akomodatif sejak tahun 2011. Peningkatan transparansi ansparansi melalui kewajiban perbankan untuk mengumumkan penentuan suku bunga dasar kredit (SBDK) kepada masyarakat turut memengaruhi pergerakan suku bunga tersebut. Sampai dengan November 2012, suku bunga deposito 1 bulan tercatat menurun sebesar 93 bps menjadi 5,42%, sedangkan rata--rata rata suku bunga kredit turun sebesar 66 bps menjadi 12,13% (Grafik 1.20). ). Dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga kredit, maka selisih antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit tercatat melebar, yaitu dari 6,43% di tahun 2011 menjadi sebesar 6,71% di tahun 2012. Penurunan enurunan suku bunga terjadi pada seluruh jenis kredit berdasarkan penggunaannya. penggunaannya. Suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing masing mengalami penurunan sebesar 55 bps, 80 bps dan 62 6 bps dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi njadi 11,61%, 11, 11,24%, dan 13,53% (Grafik 1.21 dan Tabel 1.1). 2 Tarif cukai rokok yang ditetapkan pada tahun 2011 adalah rata-rata rata sebesar 5%. Tinjauan Kebijakan Moneter |9 7 11.46 30 20 11.24 12.0 11.62 12.16 12 Jul-12 Jul-11 Jan-12 Jul-10 Jan-11 Jul-09 Jan-10 Jul-07 Jul-08 Credit rate Sb LPS 60 40 0 Jan-09 Spread (Rhs) BI rate Jan-08 Jul-06 Jan-07 Jul-05 Jan-06 Jan-05 5 1 5,5 70 50 2 As of Nov 2012 korelasi: rLPS dan rDep :0.89 korelasi ; BI rate dan rDep: 0.85 7 80 13 3 12.01 9 90 55 4 Spread: 6.71% Nov Nov-12 62 5 11 Jun-12 14 6 11.79 12.13 Mar-12 11.61 13 Dec-11 bps 13.90 80 13.53 % 14.2 15 8 14.13 9 % % 15 10 11 Deposit rate 0 Sb KMK Grafik 1.2 .20 0 Suku Bunga Perbankan Sb KI Sb KK Grafik 1.21 .2 1 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan Tabel 1.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik, likuiditas perekonomian selama 3 tahun 2012 meningkat (Grafik 1.22 .22 ). Pertumbuhan M2 tercatat sedikit meningkat menjadi 17,4% (yoy) dengan level Rp3.204 triliun dibandingkan dengan pertumbuhan pada akhir tahun sebelumnya sebesar 16,4% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan M2 tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit yang tetap tinggi. Sementara itu, pertumbuhan pertu M1 juga meningkat dari akhir tahun sebelumnya sebesar 19,4% (yoy) menjadi 20,0% (yoy) dengan level Rp801 triliun. triliun Dari sisi faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 yang sedikit meningkat sejalan dengan ekspansi keuangan Pemerintah (NCG) khususnya di akhir tahun dan meningkatnya sumbangan Net Foreign Asset (NFA). 30 14 %, yoy %, yoy M2 M1 BI Rate (RHS) 25 12 21.53 20.0 20 10 15.68 17.4 15 8 10 Nov-12 Jul-12 Sep-12 May-12 Jan-12 Mar-12 Nov-11 Jul-11 4 Sep-11 Mar-11 May-11 Jan-11 Nov-10 Jul-10 Sep-10 Mar-10 Jan-10 0 6 Per Nov 2012 Rata-rata rata periode sebelum krisis Mei 2006--Sept 2008 M1: 21.5%, M2: 15,7% May-10 5 Grafik 1.22 .22 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian 3 Data sampai dengan November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter | 10 Kinerja Perbankan Selama tahun 2012 sistem keuangan dan perbankan menunjukkan kinerja yang positif dengan ketahanan yang tetap terjaga. terjaga . Dengan dukungan berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia, kinerja perbankan terlihat menunjukkan perbaikan. Dari sisi kelembagaan, jumlah bank umum relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan jumlah dan sebaran seba kantor yang memadai. Kinerja intermediasi perbankan dapat dipertahankan pada tingkat pertumbuhan yang aman bagi perekonomian. Pertumbuhan kredit hingga akhir November 2012 mencapai 22,3% dan diprakirakan akan mencapai sekitar 23% untuk keseluruhan tahun n 2012. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut terutama disalurkan dalam bentuk kredit investasi. Kredit investasi tercatat tumbuh paling tinggi sebesar 29,8% (yoy), yang diikuti dengan pertumbuhan kredit KMK sebesar 26,1% (yoy) dan kredit konsumsi sebesar 12,1% (yoy) (Grafik 1.23). Tingginya pertumbuhan kredit diikuti dengan kualitas penyaluran kredit yang lebih baik. baik Hal itu sebagaimana tercermin pada penyaluran kredit yang lebih besar pada sektor-sektor sektor produktif. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penyaluran kredit ke sektor-sektor sektor seperti pertanian, pengangkutan, perdagangan dan konstruksi mengalami m peningkatan (Grafik 1.24). 4). Sebaliknya sejalan dengan penurunan kredit konsumsi, penyaluran kredit pada sektor bukan lapangan usaha mengalami perlambatan. an. Dengan meningkatnya penyaluran kredit ke sektor-sektor sektor sektor produktif tersebut diharapkan dapat menambah kapasitas ekonomi ke depan. 50 40 Total Loans Kredit Modal Kerja Investment Kredit Konsumsi 30 29.8 Jasa Dunia Usaha 26.1 Pengangkutan 8 23 Konstruksi 0 As of Nov 2012 13 0.35 27 28 4.24 20 Pertambangan Sep-12 Jan-12 May-12 Sep-11 Jan-11 May-11 Sep-10 Jan-10 May-10 Industri Pengolahan Sep-09 Jan-09 May-09 Sep-08 Jan-08 May-08 -10 44 0.77 Pertanian 33 19 1.60 -3 Grafik 1.23 .23 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan 27 17 0.96 Listrik, Air dan Gas Per November 2012 34 19 6.13 12.1 10 29 22 1.25 kontribusi Nov-12 30 2.37 Perdagangan Nov-12 (yoy) Nov 11 (yoy) 22 0.21 20 % 26 4.43 Jasa Sosial Consumption Kredit Investasi 13.05 Lain-lain Working Capital Total Kredit % yoy 18 38 58 78 Grafik 1.24 .24 Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi Dari sisi penghimpunan dana masyarakat, jumlah dana pihak ketiga (DPK) pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 18,4% (yoy) atau mencapai Rp3.131 triliun (Grafik 1.2 .25). Pertumbuhan DPK yang masih kuat tersebut terutama dikontribusi oleh pertumbuhan tabungan dan deposito yang tetap stabil. 35 DPK (RHS) Tab (Pangsa: 32.3%) %, yoy 30 25 Giro (Pangsa 23.5%) Depo (Pangsa 44.2%) 20 25 20 15 15 10 10 5 5 Per Nov 2012 Nov-12 Jul-12 Sep-12 May-12 Jan-12 Mar-12 Nov-11 Jul-11 Sep-11 May-11 Jan-11 Mar-11 Sep-10 Nov-10 Jul-10 May-10 Jan-10 - Mar-10 - Grafik 1.2 5 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Tinjauan Kebijakan Moneter | 11 Sementara itu, dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal bank (CAR/Capital Adequacy Ratio) tercatat jauh di atas batas minimum 8%. Dilihat dari struktur permodalannya, modal bank terutama bersumber dari ekuitas (tier 1). 1). Dengan struktur permodalan bank yang lebih didominasi oleh modal inti, diharapkan ketahanan bank dalam menyerap risiko yang muncul dari kegiatan usaha bank atau perubahan lingkungan bisnis bank menjadi lebih baik. Di tengah kinerja perbankan yang mengalami peningkatan selama tahun 2012, kemampuan bank dalam mengelola risiko masih tetap terjaga. terjaga . Secara umum risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, serta risiko likuditas bank masih relatif rendah. Di tengah penyaluran kredit yang tumbuh meningkat, risiko kredit masih terjaga, yang terlihat dari NPLs perbankan sebesar 2,02% yang merupakan rasio NPLs terendah yang pernah dialami oleh perbankan nasional. Rendahnya NPLs tersebut selain n disebabkan oleh proses penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif, juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang lebih ditujukan kepada sektor-sektor sektor sektor produktif. Di sisi lain, risiko pasar dan operasional juga tetap terjaga di tengah nilai tukar yang cenderung cenderung mengalami depresiasi, didukung oleh antara lain eksposur perbankan nasional terhadap nilai tukar yang relatif rendah dan kehandalan sistem pembayaran nasional. Kepemilikan perbankan terhadap aset dalam bentuk instrumen keuangan mengalami peningkatan. Namun,, mengingat jumlah aset perbankan dalam bentuk instrumen keuangan relatif tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan total asetnya, sehingga risiko operasional dan pasar dari pergerakan indeks saham, suku bunga, imbal hasil ataupun harga komoditas juga relatif terbatas. Sementara itu, dari sisi likuiditas, dengan kondisi perbankan yang sebelumnya mengalami ekses likuiditas, risiko likuiditas masih tetap tetap terjaga meskipun pertumbuhan kredit mengalami peningkatan. Distribusi kepemilikan aset, alat likuid, dan DPK membaik, terlihat dari menurunnya konsentrasi aset, alat likuid, dan DPK yang dimiliki oleh 14 bank utama (systemically important banks). Tabel 1.2 Kondisi Umum Perbankan 2012 Indikator Utama Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agt Sep Okt Nov Total Aset (T Rp) 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4 4.028,8 4.103,5 DPK (T Rp) Kredit * (T Rp) 2.742,3 2.160,2 2.763,9 2.203,0 2.826,0 2.266,2 2.841,4 2.317,2 2.909,0 2.386,1 2.955,8 2.452,9 2.961,4 2.470,1 2.984,1 2.510,6 3.050,0 2.555,9 3.070,6 2.585,4 3.130,5 2.631,0 LDR* (%) 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8 84,2 84,0 NPLs Gross* (%) 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,2 2,0 NPLs Net * (%) 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,6 0,7 0,6 CAR (%) 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,2 17,3 17,2 17,4 NIM ROA * tanpa channeling (%) (%) 0,5 3,7 0,4 3,4 0,5 3,1 0,5 3,0 0,5 3,0 0,5 3,2 0,5 3,1 0,5 3,0 0,5 3,1 0,5 3,1 0,5 3,1 Pasar Keuangan Pasar Saham Selama tahun 2012, kinerja pasar saham domestik mampu tumbuh positif meski pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diwarnai oleh beberapa gejolak sebagai imbas dari peningkatan risiko eksternal. eksternal . Dukungan stabilitas makro ekonomi yang cukup kondusif, kinerja emiten yang stabil serta kebijakan perekonomian yang akomodatif menjadi faktor penopang penguatan IHSG hingga kembali mencapai level tertinggi sebesar 4.375,17 pada 26 November 2012. Dalam perkembangannya, ya, kinerja pasar saham sempat terimbas oleh gejolak pasar keuangan global menyusul berlarutnya penyelesaian krisis Eropa. Hal tersebut mengakibatkan kinerja kinerja pasar saham domestik selama beberapa periode mengalami penurunan. Selama periode April-Mei, April Mei, IHSG terkoreksi sebesar 8,32%. Sampai dengan 28 Desember 2012, IHSG ditutup pada level 4.316.69 (Grafik 1.26) 6) atau tumbuh sebesar 12,9% jika dibandingkan dengan tahun 2011. 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter | 12 Sementara itu, secara sektoral, struktur pertumbuhan sektoral dalam IHSG menunjukan kualitas yang semakin baik. baik . Selama tahun 2012, sebagian sektoral mengalami pertumbuhan dengan peningkatan tertinggi dialami oleh sektor properti yang mengalami penguatan sebesar 42,4% (Grafik 1.27). 7). Penguatan juga dialami oleh sektor infrastruktur, perdagangan, industri dasar dan konsumsi. Di sisi lain, sektor pertambangan dan pertanian mengalami penurunan masing-masing masing masing 26,4% dan 3,9%. Sementara dari sisi mikro emiten, kinerja keuangan emiten domestik diperkirakan akan terus membaik. Kinerja sektoral ini lebih baik ik jika dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun tersebut seluruh sektor mengalami penurunan dengan penurunan tertinggi dialami sektor pertambangan sebesar 73,2%, diikuti oleh sektor pertanian dan perdagangan. Fundamental emiten yang cukup kokoh pada akhirnya ak hirnya mendorong bekerjanya self market stabilization pada saat kondisi pasar mengalami tekanan. tekanan. Pada periode pasar mengalami tekanan, investor nonresiden residen membukukan jual neto sebesar Rp7,69 triliun riliun dan Rp1,97 triliun. Setelah membukukan jual neto tersebut, t, investor asing kembali masuk sehingga secara keseluruhan selama tahun 2012 beli asing neto mencapai sebesar Rp15,88 triliun. 5000 4500 11 Property 10 Agriculture 4000 9 3500 Trade 27,3% Consumption 3000 8 2500 Misc. Industry 2000 7 Basic Industry 1500 6 Finance 1000 500 42,4% -3,9% JCI BI RATE Grafik 1.2 6 IHSG dan BI Rate 1,9% 29,0% 11,9% Annually Changes Mining -26,4% Infrastructure 4 Jan-07 Mar-07 May-07 Jul-07 Sep-07 Nov-07 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 0 5 19,0% 29,7% IHSG -35% -25% -15% -5% 12,9% 5% 15% 25% 35% 45% Grafik 1.2 7 IHSG dan Perkembangan Sektoral Pasar Surat Berharga Negara Kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetap tumbuh positif meski pemulihan perekonomian global masih diliputi ketidakpastian. ketidakpastian. Pada awal tahun 2012, para pelaku di pasar SBN merespons positif penurunan BI Rate sebesar 25 bps. Dalam perkembangan selanjutnya, memburuknya memburukn risiko eksternal dan domestik menyebabkan tekanan di pasar SBN meningkat pada pertengahan tahun 2012. Sebagai akibatnya, imbal hasil di pasar SBN mengalami kenaikan menjadi 6,52% pada Mei 2012. Namun, seiring dengan langkah-langkah langkah lanjutan yang dilakukan an oleh Pemerintah dan pencapaian peringkat layak investasi (investment grade), pergerakan imbal hasil SBN kembali menurun dan sampai dengan akhir tahun ditutup pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011. Imbal hasil SBN seluruh tenor mengalami men galami penurunan. Pergerakan imbal hasil SBN tahun 2012 cenderung turun untuk keseluruhan tenor yang mencapai 72 bps ke level 5,16% dibandingkan dengan tahun 2011 (Grafik 1.28). 8). Imbal hasil SBN untuk tenor pendek, menengah dan panjang masing-masing masing turun sebesar 56 bps, 77 bps dan 84 bps. Imbal hasil SBN 10 Tahun mengalami penurunan sebesar 84 bps ke level 5,19% dibandingkan Desember 2011 sebesar 6,03%. Dibandingkan dengan negara di kawasan, imbal hasil SBN masih cukup menarik. Tinjauan Kebijakan Moneter | 13 Grafik 1.28 .28 Imbal Hasil SBN dan BI Rate Investor nonresiden menambah eksposur pada pasar keuangan domestik termasuk di pasar SBN. SBN . Selama tahun 2012, investor nonresiden mencatat beli neto sebesar Rp47,67 triliun dibandingkan dengan tahun 2011 yang mengalami beli neto sebesar Rp27,11 triliun. Aksi beli asing terjadi pada seluruh tenor seiring dengan fundamental ekonomi domestik yang membaik dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil serta imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan dengan negaranegara negara di kawasan (Grafik 1.29). Grafik 1.29 .2 9 Imbal Hasil di Negara Kawasan EVALUASI KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2012 Berbagai pencapaian positif pada kinerja perekonomian nasional tersebut tidak terlepas dari berbagai langkahlangkah-langkah kebijakan dan koordinasi diantara otoritas kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil. Dari sisi Bank Indonesia, perumusan kebijakan tetap ditempuh dengan melakukan bauran kebijakan yang terdiri kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, kebijakan makroprudensial, penguatan komunikasi dan koordinasi. Kebijakan suku bunga diarahkan agar pergerakan inflasi ke depan tetap berada dalam sasaran yang telah ditetapkan ditetapkan dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Bank Indonesia pada Februari 2012 menurunkan BI rate 25 bps sebagai langkah antisipatif lanjutan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja ekonomi ekono global. Pada saat yang sama, Bank Indonesia juga menurunkan koridor bawah suku bunga operasi moneter Bank Indonesia sebesar 50 bps menjadi 3,75%. Penurunan koridor bawah suku bunga operasi moneter tersebut dimaksudkan untuk mendorong pembiayaan antar bank bank dan mengurangi risiko likuiditas bank sekaligus memperluas sumber pendanaan Bank. Pada Maret 2012, ekonomi Indonesia dihadapkan pada melambungnya ekspektasi inflasi yang dipicu oleh pilihan-pilihan pilihan pilihan kebijakan yang akan Tinjauan Kebijakan Moneter | 14 ditempuh Pemerintah terkait kebijakan kebijakan subsidi BBM. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia sejak Maret 2012 mempertahankan BI rate pada tingkat 5,75% dan mengambil langkah kebijakan untuk mengantisipasi dampak peningkatan inflasi jangka pendek melalui penguatan operasi moneter untuk mengendalikan n ekses likuiditas jangka pendek. Kebijakan nilai tukar diarahkan agar stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga dan tingkatnya sesuai dengan kondisi fundamental melalui intervensi dan pendalaman pasar valas. Kalibrasi dilakukan agar pergerakan nilai tukar rupiah upiah mendukung pengendalian inflasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi. Dalam implementasinya, Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah upiah di pasar dan melakukan intervensi intervensi di pasar valas sesuai kebutuhan. Dalam rangka penguatan pasokan valuta asing yang lebih berkesinambungan Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan terkait penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mulai efektif pada Januari 2012. Sesuai dengan kebijakan DHE, eksportir wajib menerima seluruh DHE melalui bank devisa di dalam negeri.. Selain itu, untuk memperkuat struktur pasokan devisa, sejak Juni 2012 Bank Indonesia secara reguler melakukan lelang Term Deposit (TD) Valas. Instrumen ini diharapkan dapat memperkaya instrumen valas domestik dan menjadi outlet penempatan devisa untuk memfasilitasi masuknya devisa, termasuk yang berasal dari hasil ekspor. Bank Indonesia juga melakukan relaksasi terhadap ketentuan Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank untuk mendukung 4 penguatan pasokan valuta asing melalui pendalaman pasar valuta asing domestik . Perubahan Peraturan Bank Indonesia dilakukan sebagai salah satu upaya dengan memberikan fleksibilitas bagi pelaku pasar dalam melakukan lindung nilai (hedging) atas kegiatan ekonomi di Indonesia. Hal ini juga merupakan upaya memperkuat keterkaitan antara transaksi valuta asing di pasar domestik dengan kegiatan ekonomi sehingga dapat meminimalkan kan transaksi valuta asing yang bersifat spekulatif dan mendukung upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah Langkah langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pasokan valas secara efektif di pasar valas domestik. Kebijakan makroprudensial ditujukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung keseimbangan eksternal. Untuk mencegah terjadinya risiko pada stabilitas sistem keuangan yang bersumber dari meningkatnya secara tajam kredit perbankan, khususnya di sektor perumahan dan otomotif, tomotif, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan makroprudensial melalui pengaturan besaran rasio loan-to-value ratio (LTV) dan minimum down payment (DP). Kebijakan tersebut mengatur tentang besaran rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) dan minimum down payment (DP) untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) yang berlaku pada Juni 2012. Di samping itu, kebijakan makroprudensial LTV dan minimum DP juga mendukung upaya menekan impor untuk mengurangi tekanan terhadap defisit transaksi berjalan. Kebijakan makroprudensial juga didukung oleh kebijakan sistem pembayaran yang selama tahun 2012 diarahkan untuk meningkatkan efisiensi sistem pembayaran dan mendukung upaya menjaga stabilitas sistem keuangan, melalui beberapa langkah penting, antara lain: (i) penyusunan standar dan penggunaan chip untuk kartu ATM/Debit, (ii) mendorong kerjasama jaringan ATM antarbank, serta (iii) pengembangan Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) bagi nasabah BPR melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Selain Selain itu, dalam rangka memitigasi risiko penyelenggaraan kartu kredit, Bank Indonesia pada awal tahun 2012 menerbitkan peraturan mengenai pembatasan kepemilikan kartu kredit berdasarkan jumlah penerbit kartu kredit, per nasabah, sesuai dengan kemampuan keuangan uangan nasabahnya. Penguatan koordinasi dengan Pemerintah dan komunikasi kebijakan juga terus dilakukan selama tahun 2012 untuk mendukung efektiv efekti vitas kebijakan moneter. moneter Penguatan koordinasi dilakukan agar kebijakan moneter Bank Indonesia dapat saling mendukung dengan kebijakan fiskal maupun kebijakan ekonomi lainnya yang ditempuh Pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan kestabilan perekonomian makro. Penguatan koordinasi dalam pengendalian inflasi baik di 4 Peraturan Bank Indonesia No. 14/ 10/PBI/2012 tanggal 8 Agustus 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/14/PBI/2008 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank Tinjauan Kebijakan Moneter | 15 tingkat pusat maupun daerah aerah dilakukan melalui penguatan TPI dan TPID. TPI secara aktif melakukan pemantauan serta merumuskan dan merekomendasikan respons kebijakan yang perlu diambil untuk mengendalikan tekanan inflasi. Dalam kerangka yang lebih luas, TPI juga memberikan masukan mas terkait kerangka kebijakan untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan pangan pokok dan mendorong pengembangan pusat infomasi harga. Dengan tujuan yang sama, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang diwadahi Pokjanas TPID dengan intensif memantau perkembangan perkembangan inflasi di daerah dan memberikan masukan ke tingkat pusat terkait kebijakan-kebijakan kebijakan kebijakan di tingkat nasional yang memberikan dampak inflasi di tingkat daerah. Sementara itu, dalam kerangka pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia telah memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam memperkuat protokol manajemen krisis tingkat nasional melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Tinjauan Kebijakan Moneter | 16 II. II. Prospek, Tantangan, dan Arah Kebijakan Perekonomian erekonomian Indonesia ke depan diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 dan 2014 diprakirakan dapat mencapai kisaran 6,3%-6,8% dan 6,7%-7,2%, terutama didukung oleh kuatnya konsumsi dan investasi serta perkiraan kinerja perekonomian dunia yang lebih baik. Peningkatan konsumsi tersebut antara lain terkait dengan persiapan dan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). ( Secara sektoral, pertumbuhan perekonomian masih akan didorong oleh kinerja sektor industrii pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi. Dengan dukungan bauran kebijakan melalui lima pilar kebijakan, Bank Indonesia memperkirakan bahwa inflasi ke depan akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasarannya.. Optimisme terhadap perkiraan inflasi tersebut juga berasal dari membaiknya respons sisi penawaran dan ekspektasi inflasi yang terjaga. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL Pada tahun 2013 perekonomian global dipe dipe rkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. sebelumnya . Beberapa perkembangan positif Proyeksi di akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013 seperti 2012 2013 2014 tercapainya kesepakatan di AS mengenai penurunan PDB Dunia 3.1 3.4 3.9 defisit anggaran (fiscal cliff), meningkatkan Jepang 2.2 0.8 1.1 optimisme prospek pertumbuhan global yang lebih Amerika Serikat 2.0 2.0 2.6 baik di tahun 2013. Walaupun demikian, masih Kawasan Eropa -0.5 0.1 1.0 terdapat berbagai faktor risiko ke depan yang perlu Perancis 0.3 0.6 1.1 diwaspadai seperti proses negosiasi penetapan pagu Jerman 0.8 0.9 1.4 utang (debt ceiling) dan pemotongan belanja secara Italia -2.4 -0.7 0.5 otomatis (automatic spending cut) di AS, Spanyol -1.9 -1.2 0.8 kemungkinan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang Negara Kawasan Eropa Lainnya -0.8 -0.1 0.7 tertahan di China, Jepang dan India, serta China 7.7 8.0 8.2 penyelesaian krisis Eropa. India 5.5 6.0 6.4 P erkiraan erkiraan pertumbuhan perekonomian Sumber: Bank Indonesia global yang lebih tinggi diikuti dengan pe pe rkiraan kegiatan volume perdagangan dan harga komoditas yang meningkat. Bank Indonesia memprakirakan volume perdagangan dunia tumbuh sebesar 4,1%. Sejalan dengan lebih tingginya pertumbuhan volume perdagangan dunia, harga komoditas nonmigas diprakirakan juga akan mengalami peningkatan sebesar 1,7%. Tabel 2.1 Proyeksi PDB Dunia (%y-o-y) PROSPEK PEREKONOMI PEREKONOMIAN EKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 dan 2014 diprakirakan dapat mencapai kisaran 6,3% - 6,8 6, 8% dan 6,7%6,7%- 7,2% sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan meningkat secara gradual. Permintaan domestik diperkirakan tetap menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi ke depan, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih tinggi adalah aktivitas persiapan dan penyelenggaraan Pemilu 2014. Dari sisi eksternal, pertumbuhan pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi dan peningkatan harga komoditas diperkirakan meningkatkan permintaan produk ekspor, ekspor sehingga Tinjauan Kebijakan Moneter | 17 kontribusi ekspor ke depan diperkirakan akan lebih baik. baik Dengan kondisi tersebut, investasi diperkirakan tumbuh cukup tinggi. Dari sisi lapangan usaha, sektor-sektor sektor sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap mondominasi perkembangan rkembangan perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor sektor akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global. Prospek Permintaan Agregat Konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 diperkirakan tetap tumbuh kuat mencapai kisaran 5,8% - 6 ,3 %. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya pendapatan masyarakat terkait kenaikan UMP serta rencana peningkatan gaji PNS. Pendapatan masyarakat juga akan meningkat melalui pertumbuhan ekspor seiring dengan perkiraan p membaiknya perekonomian global. global Kebijakan pemerintah menaikkan pendapatan tidak kena pajak (PTKP) menjadi Rp24 juta per tahun juga akan meningkatkan daya beli masyarakat. masyarakat Selain itu, inflasi nflasi yang relatif terkendali juga mendukung peningkatan optimisme dan daya beli masyarakat (Grafik 2.1). Adanya danya aktivitas persiapan Pemilu 2014 diperkirakan meningkatkan sisi konsumsi masyarakat. Secara struktural, peningkatan eningkatan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh populasi dan struktur demografi penduduk Indonesia yang didominasi usia produktif dan semakin meningkatnya jumlah kelompok kelas menengah (Grafik 2.2) .2). Grafik 2.1 Indeks Ekspektasi Konsumen – SK BI Grafik 2.2 Struktur Demografi Indonesia Pertumbuhan konsumsi riil Pemerintah di tahun 2013 diprakirakan mencapai 10,1%10,1%10,6%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nominal, belanja pemerintah diprakirakan meningkat terutama untuk belanja barang yang tumbuh sekitar 24%. Investasi di tahun 2013 diprakirakan tumbuh 10 10 , 2% - 1 0, 7%. Perkiraan pertumbuhan investasi yang tetap tinggi tersebut didasarkan pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang kuat serta prospek kinerja ekspor ke depan yang membaik. Selain itu, perkiraan terjaganya pertumbuhan investasi di tahun 2013 juga didukung oleh adanya alokasi belanja modal pemerintah yang lebih tinggi, relatif rendahnya suku bunga, serta membaiknya iklim usaha domestik. Berdasarkan World d Investment Report Tabel 2.2 Peringkat Negara Tujuan Investasi UNCTAD tahun 2012, Indonesia untuk pertama Negara Tujuan Peringkat kalinya berhasil masuk dalam 4 besar negara yang Investasi 2012 2011 RRC 1 1 paling prospektif untuk alokasi investasi pada periode Amerika Serikat 2 2 2012 – 2014 (Tabel 3.2),, posisi tersebut meningkat India 3 3 Indonesia 4 6 bila dibandingkan dengan peringkat pada periode Brazil 5 4 sebelumnya. Australia 6 7 Rusia 7 5 Sumber : UNCTAD Tinjauan Kebijakan Moneter | 18 P ertumbuhan ekspor barang dan jasa di tahun 2013 diprakirakan akan meningkat dan mencapai kisaran 3 ,2 % - 3, 7%. Pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2012 sejalan dengan pertumbuhan perekonomian global yang lebih baik dan diikuti dengan peningkatan harga komoditas. Kinerja ekspor Indonesia diperkirakan meningkat sebagai respons respon dari positifnya pertumbuhan perekonomian negara-negara negara mitra dagang utama seperti China dan India. India Sejalan dengan permintaan domestik yang kuat dan ekspor yang tumbuh positif, impor barang dan jasa di tahun 2013 diprakirakan meningkat menjadi 4,9%4,9%- 5,4%. 5,4% . Laju permintaan domestik dan pertumbuhan ekspor yang diperkirakan meningkat akan menambah intensitas aktivitas produksi yang pada gilirannya akan meningkatkan kebutuhan bahan baku, barang modal dan barang konsumsi yang sebagian berasal dari impor. Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 diprakirakan stabil pada level 6,2% (yoy) (Tabel 3. 3). Stabilnya pertumbuhan tersebut didorong oleh prospek pemulihan kinerja eksternal dan permintaan domestik yang tetap kuat. Motor penggerak pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Kinerja ekspor pada triwulan triwulan I 2012 diprakirakan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya meski masih terbatas sejalan dengan ekspektasi pemulihan perekonomian dunia dan kembali naiknya harga komoditas. Konsumsi rumah tangga tumbuh relatif stabil didukung oleh kuatnya keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat. Pertumbuhan investasi yang tinggi diprakirakan masih berlanjut di triwulan I 2013, walaupun dengan akselerasi yang lebih moderat. Tingginya pertumbuhan investasi sejalan dengan kondusifnya iklim usaha dan mulai membaiknya kinerja ekspor. Sebagai respons terhadap kinerja ekspor dan masih kuatnya permintaan domestik, impor berpotensi kembali meningkat. %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Tabel 2.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Komponen 2011 2012 I II III IV* 2012* 2013 I* 2013* 2014* Konsumsi Rumah Tangga 4.7 4.9 5.2 5.7 5.6 5.4 5.6 5.8 - 6.3 7.0 - 7.5 Konsumsi Pemerintah 3.2 5.9 7.4 (-3.2) 12.9 6.4 7.2 10.1 - 10.6 6.9 - 7.4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8.8 10.0 12.3 10.0 10.5 10.7 10.2 10.2 - 10.7 12.4 - 12.9 Ekspor Barang dan Jasa 13.6 7.9 2.2 -2.8 -1.8 1.1 -0.6 3.2 - 3.7 6.9 - 7.4 Impor Barang dan Jasa 13.3 8.0 10.9 -0.5 1.9 4.9 3.7 4.9 - 5.4 8.4 - 8.9 PDB 6.5 6.3 6.4 6.2 6.2 6.3 6.2 6.3 - 6.8 6.7 - 7.2 Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia Prospek Penawaran Agregat Dari sisi lapangan usaha, usaha , kontribusi sektor industri pengolahan, pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, restoran , serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih dominan di tahun 2013. Relatif tingginya tingkat investasi nvestasi dalam beberapa waktu terakhir serta masih tingginya konsumsi masyarakat menjadi faktor positif yang menjaga men kinerja sektor industri (Grafik 2.3 .3 dan 2.4). Selain itu, daya beli masyarakat yang masih kuat dan pasar domestik yang relatif besar mendorong sektor perdagangan, hotel dan restoran tetap tumbuh tinggi. Tetap tingginya aktivitas ekonomi domestik juga jug berdampak pada tingginya mobilitas masyarakat dan kebutuhan akan jasa komunikasi. Hal tersebut menjadi faktor yang mendorong kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2013 diperkirakan masih cukup tinggi. tinggi . Perkiraan tersebut terutama didukung oleh tren peningkatan kegiatan investasi sejak awal tahun 2010, 2010 terutama dalam bentuk investasi asing (foreign direct investment-FDI). Dengan prospek kondisi ekonomi global yang lebih baik dari tahun 2012, ekspor diperkirakan diperkirakan semakin membaik. Kondisi ini akan mendorong optimisme dunia usaha dan meningkatkan kinerja sektor industri pengolahan. Pertumbuhan Tinjauan Kebijakan Moneter | 19 sektor industri pengolahan pada tahun 2013 diprakirakan dip sebesar 6,4% - 6,9%. Kontributor utama kinerja sektor industrii pengolahan diperkirakan berasal dari subsektor otomotif, makanan makan dan minuman, minum besi dan baja serta semen. Perkembangan subsektor otomotif sangat didukung oleh keberadaan kelas menengah yang meningkat dengan daya beli yang relatif kuat. Untuk beberapa tahun tahun ke depan tren produksi kendaraan bermotor diperkirakan masih terus meningkat. Dari sisi industri makanan dan minuman, jumlah penduduk yang besar dan permintaan domestik yang tetap solid menjadi faktor utama pendorong kinerja subsektor ini. Sementara itu, kegiatan pada industri besi dan baja serta semen diperkirakan akan semakin tinggi seiring dengan kegiatan pembangunan berbagai infrastruktur yang diperkirakan akan terus meningkat. Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi Grafik 2.4 Perkembangan Investasi Grafik 2.5 Pertumbu Pertumb uhan, Makanan , Minuman dan Tembakau Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada tahun 2013 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,7% - 8, 2%. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan konsumsi masyarakat dan aktivitas impor yang diperkirakan tetap kuat. Akselerasi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang didorong oleh meningkatnya jumlah kelompok kelas menengah menyebabkan kebutuhan barang dan jasa, jasa termasuk rekreasi, yang semakin meningkat. Selain peningkatan wisatawan domestik, kunjungan wisatawan asing juga diperkirakan akan menunjukkan tren yang sama. Dengan kondisi tersebut pengeluaran sehubungan dengan kegiatan wisata yang mencakup antara lain akomodasi serta makan dan minum juga diperkirakan akan ikut meningkat (Grafik 2.5). Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2013 diperkirakan akan tumbuh mencapai 10,2 10,2% - 10,7 10,7%. Prospek ekonomi domestik yang tetap solid akan meningkatkan kegiatan arus barang, aktivitas perjalanan serta arus informasi. Tren pertumbuhan ertumbuhan sektor ini terlihat dari meningkatnya aktivitas bongkar pasang di pelabuhan dan angkutan kargo serta meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut oleh berbagai jenis moda transportasi terutama pesawat udara. Penggunaan enggunaan internet dan komunikasi data diperkirakan akan terus meningkat untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Tinjauan Kebijakan Moneter | 20 %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Tabel 2.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sektor 2011 2012 I II III IV* 2012* 2013 I* 2013* 2014* Pertanian 3.0 4.3 3.6 4.8 3.1 4.0 3.8 3.7 - 4.2 3.6 - 4.1 Pertambangan & Penggalian 1.4 2.8 2.9 (-0.1) (-0.6) 1.2 (-0.8) 0.7 - 1.2 1.3 - 1.8 Industri Pengolahan 6.2 5.7 5.5 6.4 6.4 6.0 6.6 6.4 - 6.9 6.3 - 6.8 Listrik, Gas & Air Bersih 4.8 5.2 5.9 5.6 5.2 5.5 5.0 5.2 - 5.7 5.5 - 6.0 Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 6.7 9.2 7.2 8.3 7.1 8.9 8.0 6.9 8.2 6.9 7.6 7.7 8.0 7.2 7.7 7.7 - 8.2 - 8.2 7.8 - 8.3 8.6 - 9.1 Pengangkutan & Komunikasi 10.7 10.3 10.1 10.5 10.7 10.4 10.5 Keuangan, Persewaan & Jasa 6.8 6.3 7.0 7.4 7.5 7.1 7.2 7.1 - 7.6 Jasa-jasa 6.7 5.5 5.7 4.4 5.6 5.3 5.6 5.9 - 6.4 6.6 - 7.1 PDB 6.5 6.3 6.4 6.2 6.2 6.3 6.2 6.3 - 6.8 6.7 - 7.2 10.2 - 10.7 10.4 - 10.9 7.3 - 7.8 Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia Kinerja sektoral pada triwulan I 2013 diprakirakan tumbuh relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 3.4 ). Sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh meningkat didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik disertai dengan potensi pemulihan kinerja ekspor ke depan. Sektor PHR diprakirakan tumbuh meningkat didorong oleh masih solidnya konsumsi rumah tangga dan masih baiknya aktivitas domestik. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi masih tumbuh tinggi didukung oleh kinerja subsektor angkutan udara dan komunikasi data. PROSPEK INFLASI Di tahun 2013 dan 2014, 2014 , inflasi diperkirakan dapat diarahkan pada kisaran sasarannya sebesar 4,5%±1%. Perkiraan inflasi yang tetap terkendali tersebut juga didukung oleh kondisi makroekonomi yang kondusif dan perkiraan perbaikan produksi dan distribusi bahan makanan. makanan Meneruskan keberhasilan pencapaian target inflasi di tahun sebelumnya, di tahun 2013 dan 2014 Bank Indonesia dan Pemerintah akan mempererat koordinasi baik di tingkat pusat dan daerah serta melanjutkan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dengan tujuan utama untuk menjaga inflasi dalam kisaran 4,5% + 1%. S umber tekanan inflasi diperkirakan antara lain berasal dari peningkatan permintaan domestik. domestik. Tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan domestik. Walaupun demikian, kapasitas produksi yang ada diperkirakan masih dapat mengimbangi peningkatan permintaan sehingga dampaknya terhadap kenaikan harga diperkirakan relatif terbatas. Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan juga semakin terkendali dengan ekspektasi masyarakat yang semakin akin terjangkar ke rentang sasaran inflasi. Sementara itu, inflasi volatile food, diperkirakan akan tetap terkendali, sejalan dengan perkiraan perbaikan produksi dan distribusi yang didukung oleh perbaikan infrastruktur pertanian dan keterhubungan antarwilayah. antarwilayah. Kenaikan UMP yang cukup tinggi di tahun 2013 diperkirakan memberikan dampak terhadap inflasi yang relatif moderat sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan akan merespons kenaikan UMP tersebut dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas. Inflasi administered prices diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2012 seiring dengan adanya penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 15% di tahun 2013. Dengan memperhitungkan dampak kenaikan UMP dan TTL, inflasi diperkirakan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi di tahun 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter | 21 ARAH KEBIJAKAN Pencapaian ekonomi tahun 2012 yang cukup baik diprakirakan masih akan berlanjut dan meningkat pada tahun 20132013- 2014, 2014, namun sejumlah tantangan harus dihadapi baik yang berasal dari global maupun domestik. Di sisi global, faktor risiko terutama bersumber dari masih tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia. Permintaan domestik yang terus berlanjut di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global dapat meningkatkan tekanan terhadap ketidakseimbangan eksternal.. Di sisi struktural, struktur perekonomian dengan ketergantungan impor yang tinggi khususnya untuk barang modal dan bahan baku menimbulkan kerentanan terhadap keseimbangan eksternal ketika kegiatan investasi terus mengalami peningkatan. Ke depan, kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan untuk mengelola permintaan domestik agar sejalan dengan upaya untuk menjaga keseimbangan eksternal. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan melalui lima pilar kebijakan. Pertama, kebijakan suku bunga akan ditempuh secara konsisten dengan prakiraan inflasi ke depan agar tetap terjaga dalam kisaran target yang ditetapkan. Kedua, kebijakan ebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk menjaga pergerakan Rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan dan mendukung terjaganya keseimbangan internal maupun eksternal. Keempat, penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mengelola ekspektasi inflasi. Kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mendukung pengelolaan ekonomi makro, khususnya dalam memperkuat struktur perekonomian, memperluas sumber pembiayaan pembiayaan ekonomi, penguatan respons sisi penawaran, serta pemantapan Protokol Manajemen Krisis (PMK). Tinjauan Kebijakan Moneter | 22 INDIKATOR TERKINI SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln Suku bunga deposito 3 bln JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) 2012 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agt Sep Okt Nov Des 4.88 6.26 6.68 4.43 3,942 3.82 5.97 6.52 3.93 3,985 3.83 5.66 6.31 3.81 4,122 3.93 5.42 6.00 3.81 4,181 4.24 5.35 5.89 3.83 3,833 4.32 5.39 5.76 4.10 3,956 4.46 5.39 5.67 4.17 4,142 4.54 5.42 5.61 4.29 4,060 4.67 5.40 5.69 4.24 4,263 4.75 5.49 5.66 4.27 4,350 4.77 5.42 5.81 4.29 4,276 4,317 BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S) M2 - Rupiah 594,078 696,323 286,242 410,082 2,854,978 2,145,246 1,842,815 993,655 849,160 141,171 161,260 13,409 2,854,978 578,964 683,253 280,103 403,150 2,849,796 2,150,808 1,848,124 998,643 849,481 145,623 157,061 15,735 2,849,796 586,034 714,258 287,046 427,212 2,911,920 2,182,891 1,875,257 1,022,038 853,219 148,649 158,984 14,771 2,911,920 596,592 720,924 290,861 430,064 2,927,259 2,190,885 1,887,124 1,020,792 866,332 148,486 155,275 15,450 2,927,259 604,979 749,450 294,768 454,682 2,992,057 2,227,527 1,900,824 1,027,151 873,673 159,186 167,516 15,081 2,992,057 627,359 779,416 314,670 464,746 3,050,355 2,254,329 1,915,625 1,016,060 899,565 164,762 173,942 16,610 3,050,355 634,993 771,792 315,375 456,417 3,054,534 2,269,809 1,926,046 1,017,021 909,025 170,722 173,041 12,932 3,054,534 657,955 783,478 327,059 456,418 3,100,060 2,304,474 1,960,339 1,030,262 930,077 171,517 172,617 12,108 3,100,060 638,869 770,935 325,566 445,370 3,100,951 2,318,559 1,968,062 1,030,830 937,232 180,380 170,117 11,457 3,100,951 648,106 796,071 326,119 469,952 3,182,813 2,376,102 2,009,812 1,060,357 949,456 187,859 178,430 10,640 3,182,813 647,979 775,933 327,069 448,864 3,178,941 2,392,602 2,022,257 1,058,478 963,779 190,178 180,166 10,406 3,178,941 474,334 - Tagihan kepada Sektor Lainnya Tagihan pada Sektor Swasta 2,374,862 2,106,449 2,403,464 2,138,727 2,464,483 2,189,236 2,519,946 2,230,960 2,586,786 2,289,504 2,653,871 2,361,812 2,668,447 2,378,914 2,696,876 2,406,188 2,758,170 2,471,071 2,791,363 2,504,939 2,832,903 2,503,677 - 0.76 3.65 0.05 3.56 0.07 3.97 0.21 4.50 0.07 4.45 0.62 4.53 0.70 4.56 0.95 4.58 0.01 4.31 0.16 4.61 - - 9,000 12,414 11,715 9,085 12,594 11,894 9,180 13,565 12,296 9,190 12,698 12,381 9,565 13,315 13,363 9,480 12,420 12,918 9,485 13,257 13,249 9,560 10,594 10,337 9,588 13,623 11,824 9,615 - 9,605 - 9,670 - 2) 2) HARGA Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) INDIKATOR KUARTALAN 2012 Tw.I Tw.II Pertumbuhan PDB (%, yoy) ** 6.3 6.4 Konsumsi 5.0 5.5 Investasi (PMTB) 10.0 12.3 Perubahan Stok 164.1 108.7 Ekspor 7.9 2.2 Impor 8.0 10.9 * angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS Tw.III Tw.IV*** 6.2 4.6 10.0 -9.5 -2.8 -0.5 6.2 6.8 10.5 n.a -1.8 1.9 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Kebijaka Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober, dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Untuk ntuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter - Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telp: +62 21 381 8180/8163/8119 Fax: +62 21 345 2489 Email: [email protected] Website: http//www.bi.go.id Dewan Gubernur Darmin Nasution – Gubernur Hartadi A. Sarwono - Deputi Gubernur Halim Alamsyah - Deputi Gubernur Ronald Waas - Deputi Gubernur Tinjauan Kebijakan Moneter | 23