4. Outlook Perekonomian

advertisement
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007
4. Outlook Perekonomian
Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada
2007. Pertumbuhan
2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007
ekonomi 2008 diprakirakan mencapai 6,2 √ 6,8%, dengan dorongan utama kuatnya
permintaan domestik di tengah-tengah terjadinya gejolak eksternal. Dari sisi
pembiayaan, kecenderungan penurunan suku bunga akan memberi stimulus
terhadap meningkatnya konsumsi swasta dan investasi. Sementara itu,
keseimbangan eksternal menunjukkan bahwa meskipun perekonomian dunia
mengalami perlambatan, ekspor diprakirakan tetap dapat mencatat kinerja yang
positif.
Ekspansi perekonomian pada 2008 akan semakin mantap dengan ditopang oleh
kondisi stabilitas makroekonomi yang terus membaik. Sasaran inflasi tahun 2008
sebesar 5±1% merupakan komitmen yang harus diraih sebagai pondasi stabilitas
yang kokoh mengiringi capaian pertumbuhan ekonomi. Berbagai indikator dan
pengamatan terkini serta didukung dengan sinergi kebijakan antara Bank Indonesia
dan Pemerintah, mengkonfirmasi bahwa secara keseluruhan laju inflasi berada dalam
tren jangka panjang yang menurun, sehingga sasaran tersebut diprakirakan dapat
tercapai
tercapai. Namun demikian, berbagai tekanan inflasi yang berpotensi muncul
memerlukan upaya yang serius dari berbagai pihak untuk bersama-sama
mengantisipasi peningkatan risiko kenaikan harga selama 2008.
ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN
Kondisi Perekonomian Internasional
Pada 2008 perekonomian dunia diprakirakan mengalami sedikit perlambatan
dibanding 2007, yaitu tumbuh sebesar 4,8% (Tabel 4.1). Perlambatan ekonomi
terutama bersumber dari negara maju sebagai dampak krisis perumahan yang masih
berlangsung. Namun demikian, perkembangan tersebut diprakirakan dapat
diimbangi oleh meningkatnya peranan negara berkembang terutama Cina dan
India. Dari sisi perdagangan, perekonomian dunia masih diwarnai oleh cukup
tingginya volume perdagangan dunia dan harga komoditas nonmigas. Tingginya
harga komoditas berdampak pada meningkatnya tekanan inflasi dunia, sehingga
kebijakan moneter global akan cenderung ketat.
Dari sisi arus dana, aliran modal ke negara berkembang masih cukup tinggi terutama
pada awal tahun 2008. Hal ini didorong oleh kebijakan moneter global yang ketat,
serta the Fed yang masih akan menurunkan suku bunga pada awal tahun. Sejalan
dengan perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) ini, nilai dollar AS
diprakirakan cenderung melemah.
Dengan berbagai prakiraan tersebut, faktor eksternal secara keseluruhan masih
cukup kondusif bagi perekonomian nasional meski tidak sekuat tahun 2007. Dengan
demikian, kondisi eksternal ini menuntut kesiapan di sisi domestik untuk terus
24
Outlook Perekonomian
meningkatkan daya saing sehingga kinerja ekspor Indonesia tetap dapat tumbuh
tinggi dan aliran modal masuk lebih berkesinambungan (sustainable).
Tabel 4.1
Skenario Kebijakan Fiskal
Proyeksi PDB Dunia
World Output
- United State
- Euro Area
- Japan
- China
- India
World Trade Volume
Oil Price
- Growth
- Level
Non Fuel Price
Consumer Prices
- Advanced economies
- Emerging Market
Libor on US Dollar Deposits
Sumber: WEO, Oktober 2007
2005
2006
Okt-07
Melanjutkan kebijakan di tahun 2007, kebijakan fiskal
Perkiraan 2007
Perkiraan 2008
2008 secara umum masih diarahkan untuk menjaga
Okt-07
Sep-06
Okt-07
Apr-07
Okt-07
keseimbangan antara stimulus fiskal dan
4,8
3,1
1,5
1,9
10,4
9,0
7,5
5,4
2,9
2,8
2,2
11,1
9,7
9,2
4,9
2,9
2,0
2,1
10,0
7,3
7,6
5,2
1,9
2,5
2,0
11,5
8,9
6,6
4,9
2,8
2,3
1,9
9,5
7,8
7,4
4,8
1,9
2,1
1,7
10,0
8,4
6,7
kesinambungan fiskal. Defisit ditargetkan sebesar
41,3
10,3
20,5
$64,27
28,4
9,1
$75,50
-4,8
6,6
$68,52
12,2
6,6
$64,75
-8,8
9,5
$75,00
-6,7
2,3
5,2
3,8
2,3
5,1
5,3
2,3
5,0
5,5
2,1
5,9
5,2
2,1
4,9
5,1
2,0
5,3
4,4
1,7% dari PDB. Defisit sebesar ini diprakirakan tidak
mengganggu kesinambungan fiskal terkait dengan
dua tekanan utama pada 2008, yaitu tingginya harga
minyak mentah dan rendahnya lifting minyak dalam
negeri. Upaya konsolidasi fiskal diprakirakan akan
berhasil meningkatkan ketahanan fiskal dalam
menghadapi kedua tekanan tersebut sehingga tidak
mengganggu stabilitas ekonomi makro. Di samping
itu, stimulus fiskal diprakirakan masih akan tinggi.
Peningkatan stimulus fiskal di tingkat daerah seiring
dengan tingginya harga minyak mentah diprakirakan
dapat mengimbangi penghematan yang dilakukan pada belanja berbagai
Kementrian/Lembaga Negara untuk membiayai peningkatan subsidi.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Kegiatan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 akan terus meningkat, dan berpotensi
mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dari 2007. Perekonomian diprakirakan
tumbuh sebesar 6,2 √ 6,8% pada 2008. Dari keseluruhan kegiatan perekonomian,
konsumsi swasta tetap sebagai mesin utama penggerak. Pertumbuhan konsumsi
swasta terutama didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat yang berasal dari
kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Upah Minimum Provinsi (UMP).
Sementara itu, investasi mulai mengambil peranan yang lebih besar. Meningkatnya
permintaan domestik dan iklim investasi yang mulai membaik memberikan potensi
pada peningkatan investasi di 2008. Dari sisi eksternal, ekspor akan tetap
menunjukkan pertumbuhan yang tinggi seiring dengan ter-diversifikasi-nya negara
tujuan ekspor Indonesia dan pangsa produk ekspor non migas.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 5,2
√ 6,6% seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat (Tabel 4.2). Pertumbuhan
konsumsi rumah tangga yang pada 2006 mulai menunjukkan peningkatan
diprakirakan terus berlanjut sepanjang tahun 2008. Berlanjutnya konsumsi rumah
tangga terutama didorong oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat.
Peningkatan tersebut sejalan dengan prakiraan inflasi 2008 yang lebih rendah
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007
dibandingkan 2007. Tren penurunan suku bunga di 2007 juga memberikan modal
ke depan pada meningkatnya konsumsi swasta dari sisi pembiayaan.
Dari sisi pendapatan, konsumsi yang lebih tinggi juga didorong oleh kenaikan gaji
PNS sekitar 20% dan peningkatan UMP. Pada 2008, dengan memperhitungkan
tingkat inflasi, kenaikan gaji PNS dan UMP ini secara riil diprakirakan positif. Dengan
demikian, hal tersebut secara langsung akan mendukung daya beli masyarakat.
Gambaran pertumbuhan konsumsi yang positif dikonfirmasi oleh leading indicator
konsumsi, yang menunjukkan
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
fase ekspansi sejak 2006 sampai
Tabel 4.2
beberapa triwulan ke depan.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Indikator
2006
I
II
III
IV
konsumsi rumah tangga berada pada
2006
2007
I
II
III
IV*
2007* 2008*
Sementara itu, konsumsi pemerintah
pada 2008 diprakirakan tumbuh
3,8
5,6
2,8
3,5
3,9
4,6
4,6
5,4
6,9
5,4
5,2 - 6,6
sebesar 9,2 √ 12%, lebih tinggi dari
Konsumsi Swasta
2,9
3,0
3,0
3,8
3,2
4,7
4,7
5,3
5,4
5,0
4,7 - 5,9
Konsumsi Pemerintah
11,5
28,8
1,7
2,2
9,6
3,7
3,8
6,5
16,1
8,2
9,2 - 12
pertumbuhan 2007 sebesar 8,2%.
Total Investasi
1,1
1,1
1,3
8,2
2,9
7,8
7,0
8,8
9,7
8,4
9,8 - 11,6
Secara
Permintaan Domestik
3,1
4,4
2,4
4,6
3,7
5,4
5,2
6,3
7,6
6,1
6,4 - 7,9
konsumsi
Ekspor Barang dan Jasa
11,6
11,3
8,2
6,1
9,2
8,9
9,8
7,8
9,1
8,9
8,7 - 8,9
Total Konsumsi
nominal,
komponen
pemerintah
pusat
Impor Barang dan Jasa
2,8
7,5
10,1
9,7
7,6
8,4
7,3
8,1
9,6
8,4
11,3 - 12,1
meningkat dari Rp179 triliun pada
PDB
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,3
6,5
6,5
6,3
6,2 - 6,8
2007 menjadi Rp217,8 triliun pada
2008.
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Dari
total
konsumsi
pemerintah tersebut, belanja
pegawai meningkat dari Rp93,6 triliun pada 2007 menjadi Rp128,2 triliun pada
2008. Di sisi lain, belanja barang diprakirakan menurun di 2008. Dari sisi daerah,
komponen konsumsi pemerintah daerah di 2008 meningkat seluruhnya sekitar
Rp20 triliun. Pengaruh penerimaan pemerintah yang disalurkan dalam bentuk Dana
Bagi Hasil (DBH) juga memberikan kontribusi pada peningkatan konsumsi
pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan skenario kebijakan fiskal pemerintah
dalam upaya peningkatan stimulus di tingkat daerah.
Kondisi perekonomian yang kondusif serta stabilitas makroekonomi yang terkendali
pada 2008 diprakirakan dapat menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Investasi
secara keseluruhan akan tumbuh sebesar 9,8 √ 11,6% pada 2008, lebih tinggi dari
tahun 2007 sebesar 8,4%. Dari sisi pelaku, upaya pemerintah dalam memberikan
stimulus fiskal dengan meningkatkan belanja modal turut mendorong peningkatan
investasi. Perkembangan positif juga ditunjukkan oleh jumlah persetujuan investasi
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Secara keseluruhan, jumlah investasi
yang disetujui pada 2007 meningkat dibanding 2006. Investasi yang diminati
terutama pada sektor-sektor sekunder seperti industri makanan, kertas dan
percetakan, serta kimia dan farmasi. Investasi yang telah disetujui ini diharapkan
dapat terealisasi pada 2008.
Berdasarkan jenis investasi, peningkatan investasi pada 2008 didorong oleh investasi
bangunan dan non bangunan. Prospek investasi bangunan sejalan dengan mulai
berjalannya proyek-proyek infrastruktur, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah
26
Outlook Perekonomian
maupun pihak swasta. Dari proyek-proyek infrastruktur tersebut, yang nilainya
tercatat paling besar adalah proyek jalan tol. Adanya usaha-usaha pemerintah untuk
menyelesaikan permasalahan di lapangan, terutama proses pembebasan tanah,
akan mendorong investasi bangunan untuk tumbuh positif. Sementara itu,
pertumbuhan investasi non bangunan sejalan dengan tren meningkatnya
pertumbuhan konsumsi khususnya non makanan. Potensi investasi non bangunan
yang membaik ini terlihat dari meningkatnya impor barang modal seperti mesin
dan transportasi.
Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada 2008,
yaitu sebesar 8,7 √ 8,9%. Walaupun perekonomian negara maju √ yang selama ini
menjadi pasar utama ekspor Indonesia √ pada 2008 diprakirakan melambat,
pertumbuhan ekspor diprakirakan tetap menjanjikan. Hal ini terutama didorong
oleh terdiversifikasinya pasar komoditas ekspor Indonesia ke negara berkembang,
terutama Cina dan India. Meningkatnya perekonomian negara Cina dan India secara
otomatis meningkatkan permintaan terhadap produk-produk ekspor negara lain
seperti Indonesia. Indikasi akan hal ini terlihat dari pangsa ekspor produk Indonesia
ke Cina serta India yang dari waktu ke waktu semakin besar. Di lain pihak, pangsa
ekspor ke AS semakin menurun. Di samping negara tujuan ekspor, tercatat juga
adanya pergesaran pangsa ekspor non migas dari tahun ke tahun. Pangsa ekspor
non migas yang dahulu didominasi oleh tekstil dan alat elektronik, perlahan-lahan
diimbangi oleh ekspor barang yang berbasis sumber daya alam seperti tembaga,
nikel dan minyak kelapa sawit. Barang-barang ini lebih banyak diekspor ke negaranegara berkembang. Selain itu, ekspor mesin dan alat mekanis juga diharapkan
tetap tumbuh dengan tetap tingginya pertumbuhan ekonomi Singapura sebagai
salah satu negara pengimpor terbesar. Secara keseluruhan, berbagai karakteristik
ekspor yang positif ini akan dapat mendukung kinerja ekspor pada 2008.
Pertumbuhan impor pada 2008 diprakirakan sebesar 11,3 √ 12,1%, meningkat
dibanding pertumbuhan 2007 sebesar 8,4%. Kinerja impor yang meningkat
merupakan respon untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang membaik seiring
dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2008. Permintaan
domestik pada 2008 yang diprakirakan tumbuh dalam kisaran 6,4 √ 7,9%
membutuhkan barang input yang sebagian dipenuhi dari impor. Dengan demikian,
impor barang dan jasa √ baik dalam bentuk bahan baku, barang modal, maupun
barang konsumsi √ akan terdorong tumbuh lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri tersebut.
Prospek Penawaran Agregat
Pertumbuhan ekonomi sisi sektoral tahun 2008 diprakirakan sebesar 6,2 √ 6,8%
(Tabel 4.3). Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2007 sebesar 6,3%,
kinerja perekonomian tahun 2008 diprakirakan menjadi lebih baik. Secara umum,
kenaikan pertumbuhan ekonomi 2008 dari sisi sektoral didorong oleh perbaikan
daya beli masyarakat, kenaikan harga komoditi pertambangan, serta pertumbuhan
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
tetap kondusif √ walaupun menjadi
Tabel 4.3
sedikit
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sektor
2006
I
II
III
IV
Pertanian
6,4
1,5
2,2
1,8
Pertambangan & Penggalian
2,7
4,0
1,6
0,7
Industri Pengolahan
2,9
3,7
5,9
volume perdagangan dunia yang
2006
lebih
rendah
akibat
perlambatan pertumbuhan negara
2007
2007* 2008*
maju. Berdasarkan kontribusinya
I
II
III
IV*
3,0
-1,1
4,8
8,9
5,9
4,6
3,7 - 4,3
terhadap pertumbuhan ekonomi,
2,2
6,3
3,1
1,8
2,2
3,3
3,2 - 3,8
sektor industri pengolahan, sektor
5,9
4,6
5,3
5,1
4,5
4,7
4,9
4,9 - 5,5
perdagangan, hotel dan restoran,
Listrik, Gas & Air Bersih
5,1
4,4
5,7
8,1
5,9
8,5
10,6
11,7
12,0
10,7 11,7 - 12,3
Bangunan
7,4
8,7
9,3
10,4
9,0
9,5
7,9
7,5
8,5
8,4
8,7 - 9,3
serta sektor pengangkutan dan
Perdagangan, Hotel & Restoran
4,4
5,5
7,5
7,0
6,1
8,0
7,3
6,9
7,3
7,4
7,4 - 8,0
Pengangkutan & Komunikasi
11,5
13,3
13,6
15,9
13,6
12,1
11,8
12,5
13,2
12,4 12,6 - 13,2
komunikasi masih merupakan yang
Keuangan, Persewaan & Jasa
5,7
5,3
4,7
6,8
5,6
7,9
7,9
8,0
8,4
8,0
8,0 - 8,6
Jasa-jasa
5,8
6,1
6,9
6,0
6,2
6,8
7,0
5,7
6,2
6,4
5,7 - 6,3
PDB
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,3
6,5
6,5
6,3
6,2 - 6,8
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
terbesar.
Industri pengolahan yang merupakan
kontributor utama pertumbuhan
sektoral diprakirakan tumbuh
sebesar 4,9 √ 5,5% pada 2008,
meningkat dibanding pertumbuhan 2007 sebesar 4,9%. Peningkatan tersebut
disumbang baik oleh subsektor industri pengolahan migas maupun subsektor
industri pengolahan nonmigas. Di subsektor industri pengolahan migas, tingginya
harga minyak diprakirakan mendorong output subsektor ini. Sementara itu, kenaikan
produksi di subsektor industri pengolahan nonmigas didorong oleh peningkatan
daya beli masyarakat, sebagaimana dicerminkan oleh kenaikan konsumsi swasta.
Beberapa subsektor utama industri pengolahan diprakirakan tumbuh lebih tinggi
akibat perbaikan daya beli dan peningkatan kegiatan investasi. Daya beli masyarakat
yang semakin menguat yang berdampak pada peningkatan konsumsi swasta
diprakirakan berdampak positif terhadap subsektor industri alat angkutan, mesin,
dan peralatannya. Sementara itu, konsumsi swasta yang semakin kuat diperkirakan
berdampak positif bagi kinerja subsektor industri makanan, minuman, dan
tembakau. Kebijakan pemerintah tentang penghapusan PPN untuk komoditi primer
yang bersifat strategis akan memberi insentif lebih lanjut di sektor ini. Selanjutnya,
pembangunan proyek-proyek infrastruktur diperkirakan akan diikuti oleh kenaikan
nilai tambah di subsektor industri logam dasar besi dan baja serta subsektor industri
semen dan barang galian bukan logam. Kebijakan pemerintah yang menghapuskan
bea masuk baja canai panas diperkirakan mendorong perkembangan industri seng
dan elektronika. Subsektor industri ini diperkirakan juga memperoleh insentif dari
penurunan Pajak Penjualan Barang Mewah Elektronika, diantaranya televisi, kulkas,
mesin cuci, mesin penyejuk udara, kulkas, dan kamera digital.
Pada tahun 2008, pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan
terus meningkat dalam kisaran 7,4 √ 8,0%. Faktor utama yang menggerakkan sektor
ini adalah kenaikan konsumsi swasta yang merupakan cerminan dari membaiknya
daya beli masyarakat. Sebagai akibatnya, aktivitas di subsektor perdagangan besar
dan eceran diprakirakan meningkat cukup tinggi dan masih mendominasi
pertumbuhan di sektor ini. Sementara itu, meningkatnya kegiatan ekonomi akan
28
Outlook Perekonomian
meningkatkan aktivitas bisnis dan perjalanan sehingga akan memberikan nilai tambah
yang lebih besar bagi subsektor hotel dan restoran. Terlebih lagi, adanya program
pemerintah Visit Indonesia Year 2008 √ dimana pemerintah menyelenggarakan sekitar
seratus kegiatan akbar berskala internasional yang digelar di 33 provinsi di Indonesia
√ akan turut memberi stimulus terhadap subsektor hotel dan restoran.
Sektor pertanian diprakirakan tumbuh tinggi sekitar 3,7 √ 4,3% (yoy) pada tahun
2008. Kinerja di sektor ini terutama ditunjang oleh subsektor tanaman bahan
makanan dan subsektor perkebunan. Di subsektor tanaman bahan makanan, output
yang tinggi didorong oleh peningkatan produktivitas yang dari tahun ke tahun
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Sementara itu, pemerintah, dalam
APBN 2008, telah mengalokasikan anggaran subsidi kepada petani berupa pupuk,
bunga kredit program, dan benih, disamping juga anggaran untuk penyediaan
dan perbaikan infrastruktur pertanian, serta pengendalian hama dan penyakit. Di
subsektor perkebunan, produksi subsektor tanaman perkebunan diperkirakan tetap
tinggi yang terutama didukung oleh produksi perkebunan kelapa sawit. Hal ini
tidak terlepas dari produktivitas kebun yang tinggi serta insentif harga CPO di pasar
internasional yang menarik.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mengalami pertumbuhan yang
lebih tinggi seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, sebesar 12,6 √ 13,2%
pada 2008. Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan mendorong kenaikan
aktivitas angkutan di segala moda. Sementara itu, kinerja subsektor komunikasi
masih tetap mengesankan didukung oleh daya beli masyarakat yang meningkat.
Permintaan akan komunikasi yang meningkat diikuti oleh kondisi suplai yang
semakin membaik seiring dengan investasi yang dilakukan oleh para operator
telepon dalam beberapa tahun terakhir. Perbaikan layanan selular yang semakin
luas tersebut juga dibarengi oleh biaya percakapan yang semakin terjangkau. Badan
Regulasi Telekomunikasi Indonesia memperkirakan akan terjadi penurunan tarif
pungut ke pelanggan yang cukup signifikan sekitar 50%.
Sektor bangunan diprakirakan tumbuh meningkat pada 2008 mencapai 8,7%9,3%. Belanja modal pemerintah yang cukup tinggi dan pembangunan infrastruktur
yang melibatkan peran swasta diprakirakan mendorong pertumbuhan sektor
bangunan menjadi lebih tinggi lagi. Program Percepatan Pembangunan Pembangkit
Tenaga Listrik, misalnya, akan membangun PLTU Batubara berkapasitas 10 ribu
megawatt yang ditargetkan selesai pada tahun 2010. Nilai keseluruhan proyek
tersebut sekitar USD8,5 miliar dan 70% dari proyek tersebut berlokasi di Pulau
Jawa. Berdasarkan siklusnya, tahun 2008-2009 merupakan masa puncak konstruksi
program tersebut. Sementara itu, pembangunan properti komersial tahun 2008,
khususnya di Jakarta, diprakirakan masih meningkat. Pembangunan gedung
perkantoran dan pertokoan diprakirakan masih tetap marak seiring dengan
meningkatnya kegiatan ekonomi.
Kinerja sektor keuangan di 2008 diprakirakan masih tetap kuat, untuk tumbuh
sebesar 8,0 √ 8,6%. Kegiatan ekonomi yang lebih tinggi diprakirakan akan
29
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007
meningkatkan permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan. Prospek sektor
keuangan yang membaik juga terindikasi dari rencana beberapa lembaga keuangan
nonbank untuk menerbitkan obligasi pada 2008 dalam rangka ekspansi usaha.
Dimulainya kegiatan kampanye Pemilu juga diperkirakan akan meningkatkan
pembiayaan produk otomotif, khususnya sepeda motor. Sementara itu, kegiatan
pembiayaan kredit terutama untuk peralatan berat diprakirakan akan meningkat
karena berlangsungnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
PRAKIRAAN INFLASI
Dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi, pemerintah melalui Keputusan
Menteri Keuangan No. 1/2008 tentang Target Inflasi menetapkan sasaran inflasi
sebesar 5±1% untuk tahun 2008, 4,5±1% untuk tahun 2009 dan 4±1% pada
2010. Kisaran inflasi pada 3 tahun ke depan merupakan sasaran yang harus dicapai
melalui koordinasi yang baik antara pemerintah sebagai otoritas fiskal dan Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter. Konsistensi kebijakan makroekonomi dan
koordinasi fiskal moneter merupakan prasyarat yang harus tetap ada dalam upaya
menjaga stabilitas makroekonomi pada jalur yang tepat dan kuat untuk menopang
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data dan perkembangan terkini, perkembangan inflasi pada 2008
berada dalam sasarannya sebesar 5±1%. Secara fundamental tekanan inflasi
terutama berasal dari imported inflation, sementara tekanan dari ekspektasi dan
interaksi permintaan-penawaran cukup minimal. Dari sisi nonfundamental, tekanan
inflasi administered prices dan volatile foods diprakirakan akan memberi tekanan
minimal terhadap inflasi pada 2008.
Ekspektasi inflasi masyarakat pada 2008 diprakirakan sedikit meningkat, walaupun
masih terkendali. Membaiknya ekspektasi inflasi antara lain didorong oleh kebijakan
pemerintah untuk tidak menaikkan harga komoditas administered yang strategis.
Selain itu, kecenderungan inflasi yang berada dalam tren menurun turut membentuk
ekspektasi bahwa inflasi di masa yang akan datang akan lebih rendah dari saat
sekarang. Dari kondisi di pasar modal, membaiknya ekspektasi inflasi antara lain
tercermin pada posisi terakhir yield curve Surat Utang Negara (SUN) yang relatif
lebih rendah dibanding sebelumnya.
Tekanan inflasi dari sisi interaksi permintaan dan penawaran diprakirakan masih
minimal. Kemampuan sisi penawaran dalam merespon peningkatan permintaan
menyebabkan tekanan inflasi dari sisi permintaan belum signifikan. Kemampuan
sisi penawaran dalam merespon peningkatan permintaan terlihat dari tingkat utilisasi
kapasitas yang masih rendah dan cenderung menurun ditengah peningkatan
produksi. Hal ini terkait dengan meningkatnya proporsi investasi dalam struktur
PDB.
Tekanan dari sisi eksternal pada 2008 diprakirakan akan tetap terjaga walaupun
cenderung meningkat. Hal ini dipicu oleh kondisi harga minyak yang secara umum
30
Outlook Perekonomian
meningkat dibanding perkembangan pada 2007. Kestabilan rupiah, di tengah
meningkatnya inflasi mitra dagang, diperkirakan dapat meredam tekanan inflasi
dari sisi eksternal. Meningkatnya tekanan inflasi negara mitra dagang antara lain
disebabkan oleh meningkatnya harga minyak.
Tekanan inflasi administered diprakirakan menurun sepanjang tahun 2008.
Menurunnya tekanan inflasi administered tidak terlepas dari adanya komitmen
pemerintah untuk tidak menaikkan harga barang kelompok administered, terutama
yang bersifat strategis seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik
(TDL). Tekanan inflasi administered diprakirakan hanya akan terjadi untuk komoditaskomoditas yang non strategis seperti tarif PAM dan tarif bus Antar Kota Antar
Provinsi (AKAP). Sementara itu faktor pemicu lainnya, yaitu kelangkaan minyak
tanah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, diprakirakan tidak akan terjadi.
Hal ini sehubungan dengan masih dapat dipenuhinya kebutuhan minyak tanah
oleh produksi dalam negeri.
Faktor nonfundamental lainnya, yaitu inflasi volatile foods, diprakirakan cenderung
menurun terutama didukung oleh pasokan beras yang terjaga. Terjaganya pasokan
beras terkait dengan peningkatan produksi dan fleksibilitas impor beras. Peningkatan
produksi padi diharapkan tercapai sebagai hasil upaya pemerintah untuk perbaikan
infrastruktur pertanian, seperti irigasi, dan penggunaan bibit hibrida yang dapat
meningkatkan produktivitas petani. Ke depan, pengadaan beras melalui impor
diprakirakan juga akan lebih efektif terkait dengan diberikannya otoritas yang lebih
besar kepada BULOG untuk melakukan pengadaan beras melalui impor. Biaya impor
diprakirakan lebih murah, tercermin dari harga beras Thailand √ yang menjadi
referensi harga beras impor pada tahun 2007 √ cenderung dalam tren yang
menurun.
Faktor lainnya yang mendukung optimisme berkurangnya tekanan inflasi dari sisi
volatile foods adalah kecukupan stok gula nasional. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia
(AGRI) memastikan bahwa stok gula nasional sampai Maret 2008 mengalami
kelebihan stok sekitar 300.000 ton. Sementara itu, untuk mengatasi gangguan
distribusi yang antara lain disebabkan oleh gangguan cuaca, pemerintah telah
melakukan berbagai upaya, antara lain dengan melakukan distribusi lebih awal
untuk bahan kebutuhan pangan yang tahan lama seperti beras, gula, dan minyak
goreng. Sementara itu, Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan penurunan Bea
Masuk impor beras sebagai upaya untuk mengendalikan harga beras. Pemerintah
pada tahun 2008 akan menurunkan Bea Masuk (BM) impor beras dari Rp 550 per
kilogram (kg) menjadi Rp 450 per kg untuk mendukung program stabilisasi harga
beras di pasaran dalam negeri.
FAKTOR RISIKO
Berdasarkan uraian di atas, perekonomian Indonesia tahun 2008 akan tetap tumbuh
tinggi disertai terjaganya stabilitas makroekonomi. Pertumbuhan ekonomi 2008
diprakirakan mencapai 6,2 %-6,8%, dan inflasi tercapai sesuai sasaran 5±1%.
31
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007
Namun di balik berbagai kemajuan dan optimisme tersebut, terdapat berbagai
risiko yang dapat menimbulkan tidak tercapainya skenario masa depan pada 2008.
Hal tersebut antara lain disebabkan oleh:
Eksternal
(i) Perlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam,
(ii) Kenaikan harga minyak dunia,
(iii) Instabilitas pasar keuangan global yang berlangsung lebih lama dapat berpotensi
menurunkan aliran masuk modal portofolio ke negara emerging markets
termasuk Indonesia,
Internal
(iv) Lifting minyak dalam negeri yang lebih rendah dari asumsi
(v) Implementasi proyek infrastruktur dan perbaikan paket kebijakan investasi di
daerah
(vi) Potensi terganggunya kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok
32
Download