INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BULAN DESEMBER 2014 I. INFORMASI METEOROLOGI 1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Global ENSO (La Nina dan el Nino) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudera Pasifik selama bulan Desember 2014, anomali suhu muka laut yang terjadi di sepanjang Samudera Pasifik Ekuatorial Tengah umumnya bernilai +0.6 s/d +1.0°C, hal ini mengindikasikan kondisi ENSO Normal hingga El Nino Lemah dan kondisi ini akan berlangsung hingga bulan Pebruari 2014. Secara umum probabilitas ENSO mulai awal Desember 2014 adalah Normal (26 %), La Nina (0%), El Nino (75%). Pada bulan Januari 2015 diprediksi Normal (23 %), La Nina (0 %), El Nino (72 %). Anomali suhu muka laut bulan Desember 2014 di Nino 3.4 (5°LU - 5°LS; 120°BB - 170°BB) bernilai +0.6 s/d +0.9°C dan untuk bulan Januari 2015 diprediksi akan tetap bernilai normal positif dengan kondisi suhu perairan indonesia relatif normal. 2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Regional a. Angin Monsun Di wilayah NTB pada bulan Desember 2014 angin Monsun Baratan mulai dominan bertiup dari Barat Daya hingga Barat Laut , dengan kecepatan antara (5-30) Km/jam. Pada bulan Januari 2015 diprakirakan memasuki puncak musim hujan dimana arah angin bertiup bervariasi antara Barat Daya hingga Barat Laut, artinya Monsun Baratan sudah memasuki wilayah NTB dengan kecepatan antara (5–30) Km/jam. b. Suhu Muka Laut Suhu Muka Laut rata-rata di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2014 cukup hangat, berkisar antara (27.0 – 30.0) °C dan diprakirakan pada bulan Januari 2015 Suhu Muka Laut di perairan Indonesia umumnya normal cenderung hangat sehingga akan ada penambahan massa uap air yang cukup signifikan. c. Tekanan Udara Pada bulan Desember 2014 pola tekanan rendah masih dominan di Belahan Bumi Utara (BBU). Tekanan udara rata-rata di Indonesia pada bulan Desember 2014 berkisar antara (1004 – 1011) hPa. Diparakirakan pada bulan Januari 2015 pola tekanan rendah akan mulai dominan di Belahan Bumi Selatan (BBS). Tekanan udara rata-rata di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2015 diprakirakan berkisar antara (1004 -1011) hPa. Pola tekanan udara seperti ini akan mengakibatkan massa udara yang relatif basah dari benua Asia bertiup menuju pusat tekanan rendah di Australia. Ini menandakan pergerakan massa udara dari Belahan Bumi Utara (BBU) ke Belahan Bumi Selatan (BBS), sehingga potensi pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah NTB cenderung meningkat dibanding bulan sebelumnya. d. Gangguan Tropis Pada bulan Desember 2014 tidak terjadi 2 (dua) gangguan tropis di sekitar wilayah Belahan Bumi Utara dan 2 (dua) gangguan tropis di Belahan Bumi Selatan. Diprakirakan potensi pertumbuhan gangguan tropis pada bulan Januari 2015 terjadi di Belahan Bumi Selatan. Gangguan Tropis yang terjadi selama Bulan Desember 2014 : No. Gangguan Tropis 1. Typhoon Hagupit 2. 3. 4. Tropical Bakung Tropical Kate Tropical Jangmi Tanggal Kejadian 1 – 12 Desember 2014 Lokasi Perairan Philipina, barat Laut Samudera Pasifik Cyclone 12 – 13 Desember 2014 Samudera Hindia sebelah Barat Daya Sumatera Cyclone 25 Desember 2014 Barat Daya Samudera Hindia Cyclone 29 Desember 2014 – 2 Samudera Hindia sebelah Januari 2015 Barat Daya Sumatera 3. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Lokal a. Angin Permukaan Angin permukaan pada bulan Desember 2014 di wilayah Pulau Lombok dominan bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan antara (5–25) Km/jam, sementara di Pulau Sumbawa angin bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan antara (5–30) Km/jam. Angin permukaan di wilayah NTB pada bulan Januari 2015 diprakirakan bertiup dominan dari arah baratan dengan variasi dari arah Barat Daya hingga Barat Laut dengan kecepatan antara (5–30) Km/jam. b. Aktivitas Cuaca Cuaca pada bulan Desember 2014 di wilayah NTB umumnya Hujan dengan intensitas Ringan hingga Sedang dan terkadang Lebat yang disertai petir dan angin kencang dengan durasi yang singkat. Sedangkan pada bulan Januari 2015 wilayah NTB diprakirakan berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang. 4. Kesimpulan Monitoring Global, Regional dan Lokal Berdasarkan hasil monitor faktor global, regional dan lokal dapat disimpulkan bahwa kondisi ENSO dan SOI umumnya bernilai netral hingga El Nino Lemah, suhu muka laut yang relatif cukup hangat, pusat tekanan rendah mulai aktif di belahan Bumi Selatan. Angin Baratan sudah mendominasi di bulan Desember 2014. Diprakirakan kondisi cuaca di wilayah NTB pada blan januari 2015 dan Pebruari 2015 memasuki puncak musim hujan yang memicu terbentuknya awan-awan konvektif yang berpeluang mengakibatkan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. II. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI DAN FEBRUARI 2015 Prakiraan curah hujan pada bulan Desember di wilayah NTB berkisar antara (150–400) mm/bulan dengan prakiraan sifat hujan Bawah Normal hingga Normal. Sementara di bulan Februari 2015 prakiraan curah hujan berkisar antara (150-300) mm/bulan dengan prakiraan sifat hujannnya dominan bersifat Bawah Normal hingga Normal. III. POTENSI CUACA EKSTRIM BULAN JUNI 2014 Berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer dan prakirakan curah hujan bulanan maka potensi cuaca ekstrim di Wilayah NTB pada bulan Januari 2015 antara lain tinggi gelombang laut ekstrim (>2meter) di perairan NTB dan hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang pada siang hingga malam hari. IV. INFORMASI GEMPABUMI Kondisi Tektonik Provinsi Nusa Tenggara Barat Wilayah Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya merupakan wilayah dengan aktifitas gempabumi yang cukup aktif. Hal ini sebagai akibat dari posisi NTB yang berada pada daerah pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Samudera Indonesia – Australia di bagian selatan (Zona penujaman/Subduksi), disamping itu bagian utara terdapat zona patahan busur belakang (back arc trust). Zona penujaman terjadi sebagai akibat aktifitas lempeng Samudera Indonesia – Australia yang bergerak mendekati lempeng benua Eurasia dengan kecepatan kurang lebih 7 cm/tahun. V. DAFTAR ISTILAH CUACA, IKLIM DAN GEMPA 1. Cuaca adalah keadaan/fenomena fisik dari atmosfer (yang berhubungan dengan suhu, tekanan udara, angin, awan, kelembaban udara, radiasi, jarak pandang/visibility dsb.) disuatu tempat dan pada waktu tertentu. 2. Iklim adalah aspek dari cuaca di suatu tempat dan pada waktu tertentu dalam jangka panjang. Contoh : Rata-rata Hujan Bulanan, Perode/Normal Musim Hujan dan Kemarau, dll. 3. ENSO singkatan dari El Nino Southern Oscillation. Secara umumpara ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El Nino) dan ENSO dingin (La Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi Normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah Nino di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibanding normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena Lanina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga berpotensi akan menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding normalnya. 4. SOI adalah singkatan dari Southern Oscillation Index. SOI adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan DarwinAustralia. 5. Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia yang digunakan untuk menggambarkan penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunaka untuk identifikasi aktivitas codl surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara titik 115∘ BT/30° LU (didekati dengan data dari Stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥ 10 mb sebagai indikator adalanya cold surge. 6. MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan fluktusai antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran gelombang OLR (radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi) pada arah timuran di wilayah tropis, sehingga terjadi penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan gejala MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur menuju Samudera Pasifik barat dan tengah dengan melewati Indonesia, panjang siklus MJO umunya berkisar 30-60 harian. 7. Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan 1 (satu) meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi 1 (satu) milimeter atau tertampung air hujan sebanyak 1 (satu) liter. Berdasarkan intensitasnya curah hujan dibagi menjadi 5 (lima) kriteria yaitu : Hujan sangat ringan intensitasnya <5 mm daam 24 jam Hujan ringan intensitasnya 5 – 20 mm dalam 24 jam Hujan sedang intensitasnya 20 – 50 mm dalam 24 jam Hujan lebat intensitasnya 50 – 100 mm dalam 24 jam Hujan sangat lebat intensitasnya >100 mm dalam 24 jam 8. Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang seismik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik. 9. Gempa Tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi. 10. Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. 11. Intensitas Gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut. 12. Skala MMI (Modified Merccally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitasnya. 13. Skala Richter suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, ditemukan oleh Richter (1930). (Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Selaparang BIL Praya – Lombok Tengah NTB, Lia)