PENDAHULUAN Latar Belakang Greenhouse (rumah kaca) adalah bangunan yang diupayakan untuk pengendalian lingkungan bagi kepentingan tanaman (Tchamitchian et al., 2005; Perret et al., 2005; Tawegoum et al., 2006). Perbedaan iklim dan cuaca harian di daerah tropis dan sub tropis, menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi greenhouse. Greenhouse di daerah tropis adalah sebagai pelindung tanaman dari terpaan angin, hujan, hama maupun penyakit. Greenhouse di daerah beriklim sub tropis, berfungsi sebagai penjebak panas karena rendahnya radiasi matahari yang sampai ke tanaman. Bentuk greenhouse di Indonesia cenderung meniru bentuk greenhouse di negara subtropis yang kondisi iklimnya berbeda. Masalah yang timbul adalah tingginya suhu udara dalam greenhouse. Radiasi matahari yang masuk ke dalam greenhouse mempengaruhi suhu udara dalam greenhouse. Radiasi matahari yang sampai ke dalam greenhouse sangat berpengaruh terhadap keseimbangan termal dalam greenhouse yang pada akhirnya menciptakan kondisi termal yang berbeda dengan kondisi di sekitar greenhouse. Besarnya radiasi matahari dipengaruhi oleh lokasi suatu tempat karena perbedaan garis lintang, ketinggian dan musim (Giacomelli dan Roberts, 1993). Bentuk dan bahan atap greenhouse mempengaruhi transmisivitas radiasi matahari yang masuk ke dalam greenhouse (Kurata et al., 1991). Penggunaan bahan atap yang tidak tepat dapat menaikkan suhu, sehingga dapat menyebabkan cekaman pada tanaman (Shen dan Yu, 2002; Shih, 2002). Transmisi radiasi ke dalam greenhouse dapat dikendalikan dengan desain geometri atap yang baik (Soriano et al., 2004), sedangkan tingginya suhu udara di dalam greenhouse dapat dikurangi dengan desain ventilasi yang baik (Soegijanto, 1998; Teitel et al., 2005). Greenhouse yang diperlukan di daerah tropis seperti Indonesia adalah bangunan pelindung tanaman dari intensitas radiasi matahari yang tinggi, terpaan hujan dan serangan hama. Radiasi matahari merupakan faktor penting pada lingkungan greenhouse. Transmisi radiasi matahari ke dalam greenhouse berpengaruh terhadap kondisi iklim pertumbuhan tanaman (Wang dan Boulard, 2000; Toor et al., 2006). Bentuk greenhouse yang ideal untuk memaksimumkan transmisivitas radiasi matahari adalah rounded, tetapi bentuk ini memiliki kekurangan dalam ukuran dan penanaman. Alternatif bentuk konvensional dapat dipilih dengan kemiringan atap 25o sampai 35o, kemiringan tersebut lebih efesien dalam menstransmisikan radiasi matahari (Walls, 1993). Bentuk greenhouse di negara tropis dengan bukaan atap lebih cocok, karena di daerah tropis penerimaan sinar matahari relatif lebih banyak, sehingga bentuk ruang harus memungkinkan sirkulasi udara lebih lancar (Widyastuti, 1993). Menurut penelitian terdahulu, suhu udara di dalam greenhouse pada saat radiasi matahari tinggi dapat mencapai nilai 43oC (Widyarti et al., 2004). Alternatif metode untuk mencegah terlalu tingginya suhu udara di dalam greenhouse berdasarkan analisis laju ventilasi alami sudah dilakukan, tetapi berdasarkan pengaruh sudut kemiringan atap belum dikaji. Pendugaan suhu udara di dalam greenhouse diperlukan dalam perancangan greenhouse. Pendugaan dengan menggunakan simulasi berdasarkan persamaan pindah panas dengan mempertimbangkan sudut datang radiasi matahari pada penutup greenhouse dan kemiringan sudut atap greenhouse diharapkan dapat memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian hubungan antara kemiringan atap dan tinggi dinding dengan suhu udara di dalam greenhouse. Penelitian pendugaan suhu udara di dalam greenhouse dengan menggunakan prinsip pindah panas telah dilakukan oleh Takakura et al. (1971), Avissar et al.(1982), Romdhonah (2002), dan Nuryawati (2006), tetapi belum diperoleh hubungan sudut kemiringan atap dan tinggi dinding yang optimum untuk suhu udara di dalam greenhouse. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode algoritma genetik (AG). AG adalah metode optimasi menggunakan prinsip ilmu genetik dari teori Darwin untuk mendapatkan tujuan tertentu (Holland, 1975). Ide dasarnya adalah organisme yang berevolusi dari generasi ke generasi untuk beradaptasi dengan lingkungannya. 2 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh sudut atap dan tinggi dinding greenhouse terhadap suhu udara di dalam greenhouse tipe standar peak dengan prinsip pindah panas. 2. Mengetahui modifikasi yang paling baik dari hubungan sudut atap dan tinggi dinding greenhouse tipe standar peak dengan optimasi menggunakan Algoritma Genetik (AG). 3. Mengetahui biaya greenhouse yang diperlukan dari hasil optimasi Algoritma Genetik (AG). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu desain greenhouse di daerah tropika dalam rangka pengendalian suhu udara di dalam greenhouse akibat intensitas radiasi matahari yang tinggi melalui variabel parancangan bangunan sudut atap dan tinggi dinding greenhouse. 3