MAKALAH kelp 8

advertisement
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DI BIDANG
PERTANIAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS 2
Mata Kuliah Teknologi Informasi, Komputasi, dan Otomasi
TEP A
Oleh kelompok 8:
Fitria Dwi Anggraeni
121710201007
Lathifan Murtisari
121710201029
Aminatu Zhuhroh
121710201031
Pradita Dewi Hidayah
121710201033
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
Sistem informasi dan teknologi komputer telah menjadi komponen yang
sangat penting yang dijadikaan sebagai sarana untuk memudahkan menusia dalam
meraih keberhasilan dari setiap kegiatan usahanya di segala bidang. Seiring
berjalan dan berkembangnya zaman, system informasi dan teknologi juga telah
mengalami perubahan-perubahan dan kemajuan yang telah disesuaikan pada
setiap kebutuhan manusia. Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah
lagi teknologi yang terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam
berbagai bidang pun terus dilakukan. Teknologi informasi saat ini tidak hanya
berkembang pesat pada sector ekonomi dan perdagangan saja tetapi sektor
pertanian juga telah banyak pemanfaatnnya, mengingat sektor pertanian ini
merupakan mata pencarian yang dominan dilakukan oleh penduduk Indonesia.
Sektor pertanian di Indonesia memiliki peran dan aktivitas yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari diantaranya yaitu penyerapan tenaga kerja,
penghasil bahan pangan, pendorong munculnya agroindustri, dan menghasilkan
devisa yang relatif besar. Namun dalam perkembangan zaman modern ini,
beberapa kendala pada dunia pertanian juga dialami yaitu penyempitan lahan
pertanian karena banyaknya alih fungsi lahan menjadi pemukiman dan industri,
terbatasnya modal, kurangnya pemanfaatan teknologi serta sulitnya pemasaran.
Untuk memperbaiki sektor pertanian agar sesuai harapan, pemerintah dan
masyarakat berupaya memanfaatkan teknologi informasi secara optimal sebagai
sarana untuk membangun dan mengembangkan pertanian menjadi lebih maju dan
produktif.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
Semua aktivitas pertanian mulai dari penanaman hingga pemanenan serta
kegiatan di hulu (proses produksi) sampai pada hilir (pemasaran hasil) telah
memanfaatkan ICT di kegiatan network, publikasi, database dan pembuatan web.
Audio dan video ke teknologi computer berkembang menjadi teknologi web atau
internet. Internet merupakan salah satu bentuk teknologi informasi dan
multimedia. Melalui internet kita mendapatkan begitu banyak informasi mengenai
inovasi/teknologi yang saat ini belum diterapkan oleh petani. Dengan semakin
berkembangnya teknologi informasi diharapkan petani mampu menggunakan
layanan internet yang ada untuk memberikan daya saing atau meningkatkan daya
jual hasil pertanian yang ada.
2.1 Implementasi TI pada Irigasi
Irigasi atau pengairan merupakan suatu upaya yang dilakukan manusia
untuk mengairi lahan pertanian. Irigasi ini sendiri berfungsi untuk memasok
kebutuhan air ke tanaman, menjamin ketersediaan, menurunkan suhu tanah,
mengurangi karusakan akibat frost, dan untuk melunakkan lapis keras pada saat
pengolahan tanah. Pengembangan model irigasi mulai dari cara yang
konvensional sampai modern samapi saat ini telah banyak yang dilakukan. Pada
zaman dahulu, irigasi ini dapat dilakukan secara teratur jika persediaan air sungai
atau mata airnya melimpah yang tempatnya dekat dengan lahan pertanian. Namun
saat ini, semakin majunya perkembangan zaman modern, cara irigasi
konvensional sudah dominan ditinggalkan mungkin untuk sebagian petani saja
yang masih terpaku pada cara tersebut. Cara irigasi modern yang mulai banyak
dikembangkan dengan memanfaatkan peran teknologi informasi yaitu Water Bee.
Water Bee merupakan system irigasi cerdas dan manajemen air yang
pertama
dikembangkan
di
Irlandia
dengan
memanfaatkan
kecanggihan
smartphone. System irigasi ini tidak hanya mengalirkan air yang dibutuhkan ke
lahan, namun juga dapat memberikan informasi mengenai kondisi ladang/lahan
pertanian. Water Bee terdiri atas serangkaian sensor pintar modular yang
3
didistribusikan ke seluruh area yang memantau kelembaban tanah dan factor
lingkungan lainnya yang mempengaruhi perkembangan tanaman dan kesehatan
tanaman. Output dari sensor ini akan dimasukkan melalui jaringan sensor nirkabel
Zig Bee, kemudian diarahkan ke GPRS gateway yang berlanjut ke layanan web
pusat. Layanan ini menggunakan paket peranti lunak cerdas untuk menganalisis
data, membuat model dan memberikan saran pada petani dan pengguna lain
berdasarkan kebutuhan khusus mereka. Hasil akhirnya akan ditindaklanjuti
menjadi sebuah aplikasi yang mudah digunakan pengguna smartphone atau tablet
pengguna.
Menurut World Wildlife Foundation, penggunaan air bersih di seluruh
dunia menghabiskan 2.500 triliun liter air setiap tahunnya untuk menyiram
tanaman dan diperkirakan sebanyak 60% diantaranya terbuang karena sistem
irigasi yang kurang efisien. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut,
WaterBee menjadi pilihan yang tepat. WaterBee menawarkan solusi dengan
melakukan studi yang detail dari ladang dan mencari tahu berapa banyak air yang
diperlukan. WaterBee sudah digunakan di 14 lokasi referensi di Estonia, Malta,
Italia, Spanyol, Swedia dan Inggris.
2.2 Implementasi TI pada Greenhouse
Menurut Rifqi (2009) greenhouse merupakan suatu bangunan yang
berfungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh keadaan lingkungan yang
kurang baik seperti tiupan angin kencang, radiasi matahari yang terlalu panas bagi
tanaman, terpaan hujan, dan melindungi tanaman dari serangga serta penyakit.
Tujuan utama dimanfaatkannya greenhouse ini yaitu agar lingkungan tanaman,
seperti suhu, kelembaban (RH) dapat dikondisikan dan dikontrol secara maksimal
dan sesuai dengan tanaman yang sedang dibudidaya agar dapat tumbuh dengan
baik. Untuk pengembangan greenhouse ini tedapat peran teknologi informasi
yaitu
untuk
kebutuhan
monitoring
parameternya
yang
telah
dominan
menggunakan sensor yang dapat mengendalikan kondisi di dalam greenhouse
mengingat mausia tidak mungkin memantau secara terus menerus selama 24 jam.
4
Dalam suatu smart greenhouse, terdapat beberapa komponen utama dari
teknologi informasi sendiri yang berperan antara lain:
1.
prototype greenhouse,
2. server data sebagai penyimpan data sekaligus untuk koneksi ke internet,
3. perangkat keras system monitoring (sesnsor, camera digital, mikrokotroller)
4. perangkat lunak pengolahan data dan pengendalian system,
5. perangkat lunak akses data paa mobile dan desktop,
6. manajemen pengelolaan greenhouse, dan
7. laboratorium greenhouse berbasis teknologi informasi.
Teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan dalam pemantauan parameter
lingkungan dalam greenhouse yaitu field server (FS). Field sever merupakan alat untuk
memnitor parameter lingkungan secara otomatis yang terdiri dari beberapa komponen
yaitu web-server, ADC (Analog to Digital Converter), DAC ( Digital to Analog
Converer), wireless LAN module dan multi-sensor yang terdiri dari sensor suhu
udara, RH, intensitas cahaya matahari, dan CCD camera. Dengan penggunaan
field server ini, parameter lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse dapat
termonitor secara online dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui
jaringan internet sehingga kondisi tanaman akan selalu terpantau.
2.3 Implementasi TI pada Alat dan Mesin Pertanian
Dalam sector pertanian, traktor bukanlah mesin yang asing lagi. Traktor
ini hampir setiap petani telah menggunakannya untuk mengolah pertaniannya
bahkan sampai di pedesaan-pedesaan. Dengan adanya teknologi informasi yang
telah banyak berkembang di dunia pertanian, unuk alat dan mesin pertanian pun
juga ada. Di jerman, terdapat petani gandum dan lobak yang bernama Klaus
Muenchhoff telah memiliki traktor yang sangat modern di mana traktor ini tidak
perlu adanya pengemudi melainkan cukup dikendalikan melalui satelit dan
memiliki ketepatan dalam skala beberapa sentimeter. Traktor ini dilengkapi
dengan GPS dan sensor optikal untuk mrngukur status nutrisi dan alur ladang dan
memindai komposisi tanah pada setiap alur guna mengurangi pemakaian pupuk.
Adanya traktor seperti ini memberikan keuntungan yaitu dapat menhemat biaya
5
untuk bahan bakar traktor, upah pengemudi, pekerjaan menjadi lebih cepat selesai,
dan dapat mengendalikan sendiri aktivitas pengolahan tanah pertaniannya ketika
menggunakan traktor (Anonimus, 2013).
2.4 Implementasi TI pada Pengolahan Lahan dan Panen
Maurut
Arif
(2009)
saat
ini
Negara-negara
berkembang
telah
mulai
memaanfaatkan teknologi GPS dalam bidang produksi pertanian, atau biasa
disebut dengan “pertanian presisi”. Dengan metode ini, penggunaan GPS untuk
memperoleh informasi pemosisian lahan pertanian termasuk memantau hasil
panen, mengunpulkan sampel tanah, dan sebagainya. System computer
menganalisis, memroses data dan membuat keputusan melalui pendekatan
manajemen untuk lahan pertanian. Informasi status hasil panen dan tanah
diintegrasikan ke dalam alat GPS yang dipasang pada alat penyiram, yang akan
digunakan untuk melakukan pemupukan presisi dan penyemprotan pestiseda.
Melalui penerapan pertanian presisi, biaya produksi pertanian dapat berkurang,
limbah material dapat dihindarkan, dan polusi lingkungan karena pupuk dan
insektisida menjadi minim.
2.5 Implementasi TI pada Sistem Pemetaan Lahan Pertanian
Dalam bidang pertanian, system pemetaan tahan sangat penting untuk
mengetahui keadaan lahan yang nantinya akan digunakan. Salah satu contoh
implementasi TI dalam pemetaan lahan adalah SIG (Sistem Informasi Geografi).
SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG
adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data
yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.
Walaupun saat ini penggunaan SIG dalam bidang pertanian belum umum
dipakai, karena seringnya SIG dipakai untuk melihat kerusakan lahan akibat
bencana alam. Sistem SIG ini bukan hanya software atau aplikasi komputer,
namun mencakup keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan
pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database,
6
perencanaan sistem dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan
perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi. SIG
dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut.
1. Data input, bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial serta
atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini bertanggungjawab dalam
mengkonversi atau mentransformasikan format data asli ke dapat format yang
dapat digunakan oleh SIG.
2. Data output, bertugas menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel,
peta, dan lain-lain.
3. Data managemen, bertugas mengorganisasikan baik data spasial maupun
atribut ke dalam sebuah basis data sehingga mudah dipanggil, diupdate, dan
diedit.
4. Data manipulation & analysis, subsistem ini menentukan informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG serta melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
Gambar 1. Uraian subsistem-subsistem GIS
Komponen-komponen SIG.
1. Hardware, membutuhkan komputer untuk penyimpanan dan pemrosesan data.
Ukuran sistem komputer bergantung pada besar kecilnya tipe GIS.
7
2. Software, harus menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan
penyimpanan data, analisis, dan menampilkan informasi geografis. Elemen
yang harus ada pada komponen GIS, yaitu tool (input dan trnsformasi data
geografis); tool yang mendukung query geografis, analisis, dan visualisasi;
serta Graphical User Interface (memudahkan akses pada tool geografi).
3. Data, dalam GIS dibagi dua bentuk yaitu geographical (data spasial) dan
atribut (data non spasial.
4. Metode, GIS didesain dan dikembangkan untuk managemen data aid yang
mendukung pengambilan keputusan organisasi. Pada beberapa organisasi
penggunaan GIS dapat dalam bentuk standar tersendiri metode analisisnya, jadi
metodologi yang digunakan adalah faktor penentu keberhasilan proyek GIS.
5. Manusia, pengguna GIS memiliki tingkatan tertentu dari tingkatan spesialis
teknis mendesain dan memelihara sistem hingga pengguna yang menggunakan
GIS untuk menolong pekerjaan mereka sehari-hari.
Gambar 2. Contoh peta & unsur-unsurnya
Gambar3. Layers, tabel, dan basis data SIG
Penggunaan SIG dalam berbagai kegiatan, yaitu sebagai berikut.
1. Pemantauan produksi di bidang pertanian
2. Penilaian resiko usaha pertanian
3. Pengendalian hama dan penyakit
4. Pemantauan budidaya pertanian
5. Presisi pertanian
6. Pengelolaan sumber daya air
7. Kajian biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian berlanjut.
8
2.6 Implementasi TI pada Penjualan Hasil Pertanian
Menurut Sptriani (2011) perkembangan ICT (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) sangat berpengaruh penting terhadap pemasaran hasil pertanian
terutama untuk kehidupan para petani. ICT berfungsi untuk menciptakan pasar
yang jauh lebih adil. Pasar tidak pernah sempurna karena selalu terjadi bias
informasi di dalam pasar. Contoh dari masalah tersebut yaitu petani jagung di
Garut biasanya selalu membawa seluruh hasil panennya ke pasar. Petani harus
mencari di pasar terdekat mana yang sedang membutuhkan hasil panennya. Bila
petani tidak menemukan pembeli, maka ia akan menjual hasil panennya dengan
potongan harga hingga 50%. Hal ini sangat merugikan petani. Belum lagi
informasi yang tidak tepat membuat para petani menjual hasil pertaniannya
kepada para tengkulak yang menilai rendah harga hasil pertaniannya.
Perkembangan Zaman sangat memungkinkan petani untuk memanfaatkan
infrastruktur ICT. Seorang petani tentu dapat mengakses informasi mengenai
harga produk pertanian di pasar internasional dan harga di pasar domestic. Petani
juga tidak perlu menjual produk pertaniannya ke pasar terdekat karena dengan
ICT petani dapat mengkontrak pasar-pasar mana yang sedang kekurangan produk
pertanian. Lebih dari itu, petani tidak perlu lagi menjual hasil pertanian mereka
kepada tengkulak karena dengan adanya ICT mereka memiliki informasi yang
selama ini tidak mereka miliki. Hal ini memberikan dampak positif bagi petanipetani Indonesia. Efisiensi dalam waktu serta informasi yang tepat membuat
produktivitas mereka dapat bertambah.
Contoh yang kedua, kelompok petani nilam biasanya menjual hasil panen
nilam pada pengepul. Untuk mendapatkan omset yang lebih besar maka kelompok
petani tersebut ingin memasarkan hasil panen dan hasil olahan tanaman nilam ke
pasar yang lebih luas, tidak hanya dalam lingkungan lokal saja tetapi juga ke
tingkat regional maupun nasional. Untuk itu, kelompok petani memanfaatkan
perkembangan teknologi agar hasil panen nilam mampu menembus pasar nasional
dan internasional. Aplikasi e-commerce merupakan salah satu penerapan
teknologi informasi yang bertujuan untuk memasarkan suatu produk yang dibatasi
9
wilayah pemasaran. Dengan adanya aplikasi e-commerce pemasaran hasil panen
nilam lebih lancar dan pengetahuan kelompok petani tentang TI semakin
meningkatkan daya jual hasil panen dan memiliki daya saing.
Bagi kelompok tani yang belum memahami tentang penggunaan aplikasi
e-commerce maka perlu diadakan latihan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan pengguna aplikasi (kelompok petani nilam) mengenai pemasaran
produk di dunia maya, para peserta pelatihan diberikan materi pengetahuan dan
keterampilan dasar tentang penggunaan media internet serta pemahaman lebih
jelas tentang e-commerce (Septriani, 2011).
2.7 Implementasi TI pada bidang Pengolahan Pangan
Menurut
Arymah
(2012)
dalam
bidang pengolahan
pangan
TI
dimanfaatkan untuk mendeteksi kemanan makanan yang sedang diproduksi oleh
suatu perusahaan. Contoh aplikasi computer di industry pangan meliputi
penggunaan software dalam manajemen produksi, QC/QA, R&D. Misalnya saja
pada contoh kasus pertama mengenai peraturan system komputerisasi makanan,
obat, dan kosmetik. Kewenangan FDA untuk mengatur penggunaan computer
dalam tanaman pangan berasal dari obat makanan dan kosmetik (FD & C) Act
bagian 402 (a) (3) “makanan A akan dianggap tercemar jika terdiri seluruhnya
atau sebagian dari kotor, busuk, atau terurai substansi, atau jika dinyatakan tidak
layak untuk makanan. Bagian 412, persyaratan susu formula dan izin darurat
bagian control 404 untuk diproses termal asam rendah kaleng dan diasamkan
rendah
asam
makanan.
Dokumen
yang
mengatur
penggunaan
system
komputerisasi dibawah PMO (Pasteurisasi Susu Ordonansi) Program Koperasi
berisi persyaratan tambahan /pedoman.
Contoh kasus kedua yakni mengenai komputerisasi dalam pengolahan
suatu produk makanan. Computer digunakan dalam suatu industry makanan untuk
tujuan kualitas saja dan tidak akan mempengaruhi keamanan produk makanan.
Sebagai contoh, computer akan mengontrol suhu minyak penggoreng di pabrik
keripik kentang, kekritisan fungsi control suhu yang bermasalah menghasilkan
batch chip berwarna lebih gelap. Di sisi lain, jika system computer mengontrol
10
suhu sterilisasi proses LACF, penting bahwa fungsi terkomputerisasi memberikan
kinerja yang konsisten dan dapat diandalkan. HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) konsep inspeksi dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pengolahan makanan kritis dan langkah-langkah dokumentasi dikendalikan oleh
system komputerisasi (Arymah, 2012).
11
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju di era modern ini juga
telah banyak dimanfaatkan di bidang pertanian dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas dan untuk keefisienan kerja serta waktu.
2. Implementasi Teknologi Informasi (TI) pada system irigasi yang saat ini
dikembangkan
yaitu
Water
Bee
yang
memanfaatkan
kecanggihan
Smartphone.
3. Implementasi TI pada pengembangan smart greenhouse yaitu menggunakan
field server yang berfungsi sebagai monitoring otomatis untuk mengendalikan
parameter lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya.
4. Implementasi TI pada alat dan mesin pertanian, pengolahan dan pemetaan
lahan, kegiatan panen dan pasca panen juga telah diterapkan dengan tujuan
produktivitas hasil pertanian tinggi dengan kualitas yang tinggi pula sehingga
keadaan sector pertanian menjadi lebih baik.
3.2 Saran
Peran teknologi informasi dalam segala aspek kehidupan sangat penting
termasuk sector pertanian guna membantu pekerjaan menjadi lebih ringan dan
sekaligus untuk mengikuti perkembangan zaman di mana kebutuhan akan hasil
pertaian semakin meningkat. Namun, penggunaan TI ini harus secara tepat agar
masyarakat tetap menjadi mandiri tidak ketergantungan dengan canggihnya
teknologi informasi yang saat ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2013. Jerman Perkenalkan Traktor Tanpa Pengemudi.
http://www.antaranews.com/berita/386587/jerman-perkenalkan-traktortanpa-pengemudi. (24 September 2013)
Arif.
2009.
Peran
Informasi
dan
Teknologi
dalam
Pertanian.
http://caswarina.blogspot.com/2009/12/peran-informasikomuniaksi-danteknologi.html. (28 September 2013).
Arymah. 2012. Penerapan Teknologi Informasi Komputer dalam Teknologi
Pertanian.
http://arymah.blogspot.com/2012/03/penerapan-teknologi-
informasi-komputer.html. (28 September 2013).
Rifqi, Ahmad. 2009. Monitoring Parameter Lingkungan Menggunakan Field
Server.
http://www.litbang.deptan.go.id/ks/one/646/file/317-318RANCANGAN-SMART-GR.pdf (25 September 2013)
Septriani, S. Kelemahan dan Kelebihan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(ICT). http://sellyseptriani.tumblr.com/. (28 September 2013).
13
Download