VERTIMINAPONIK, MINI AKUAPONIK UNTUK LAHAN SEMPIT DI

advertisement
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
VERTIMINAPONIK, MINI AKUAPONIK UNTUK LAHAN SEMPIT DI PERKOTAAN
Nofi A. Rokhmah, Chery Soraya Ammatillah, dan Yudi Sastro
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Jl. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta 12540
Telp. (021)78839949, Faxs. (021) 7815020
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Kebutuhan pangan di wilayah perkotaan
meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduknya. Sedangkan produksi
hasil pertanian semakin rendah karena lahan
pertanian yang semakin sempit, makin
sedikitnya tenaga kerja di bidang pertanian,
dan tingginya biaya produksi dengan output
rendah. Pemanfaatan lahan terbatas terutama
pekarangan rumah terus diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
Inovasi teknologi budidaya tanaman terus
berkembang.
Salah
satunya
yang
dikembangkan oleh BPTP Jakarta adalah
teknik vertiminaponik. Model akuaponik
mini ini mengintegrasikan budidaya ikan dan
sayuran sekaligus pada lahan yang terbatas.
Mulai bulan Januari – Desember 2013
kegiatan pengkajian ini dilakukan di Balai
Pengkajian teknologi Pertanian Jakarta dan
empat petani kooperator. Model yang diuji
adalah sistem drainase pada vertiminaponik
dan penggunaan variasi media tanam.
Komoditas yang ditanam pada budidaya ini
adalah kangkung, sawi, selada, serta bayam.
Sedangkan ikan yang dipelihara pada teknik
akuakulturnya adalah ikan lele. Hasil
pengkajian menunjukkan sistem drainase
yang dilengkapi dengan pipa kontrol dan
penyaring solid menghasilkan produksi
sayuran dan ikan lele yang lebih tinggi.
Tanaman sayuran menunjukkan respon
pertumbuhan positif dan hasil panen tinggi
pada media tanam zeolit. Dan berdasarkan
data hasil survey, persepsi petani kooperator
menyatakan teknologi vertiminaponik lebih
menguntungkan dibandingkan dengan teknik
budidaya konvensional. Hal ini didukung
dengan hasil analisis kelayakan usaha yaitu
nilai BEP budidaya vertiminaponik adalah
3,74 dengan nilai R/C > 1 artinya budidaya
vertiminaponik ini layak untuk diusahakan.
Kata kunci: Vertiminaponik, akuaponik,
budidaya tanaman, budidaya ikan.
ABSTRACT
Food needs in urban areas increases with the
number of inhabitants. Meanwhile, the lower
the production of agricultural products
because of the narrow agricultural land, the
least labor in agriculture, and the high cost of
production with low output. Land use is
limited mainly yard continued effort to meet
the food needs of the family. Technological
innovation continues to grow crops. One was
developed
by
BPTP
Jakarta
is
vertiminaponik technique. Aquaponics mini
models integrate fish and vegetables at the
same time on a limited land. Starting January
- December 2013. This assessment activities
carried out in the Institute for Agricultural
Technology Jakarta and four farmer
cooperators. The model is tested on the
drainage system and use a variety of media
vertiminaponik planting. Commodities grown
in cultivation are kale, mustard greens,
lettuce, and spinach. While the fish are reared
in akuakulturnya technique is catfish. The
study showed that the drainage system is
equipped with a pipe and filter controls a
solid result in the production of vegetables
and catfish are higher. Vegetable crops
showed positive growth response and high
yields to the growing media zeolite. And
based on the survey data, the perception of
farmer cooperators states vertiminaponik
technology is more profitable than
conventional farming techniques. This is
supported by the results of the analysis of the
feasibility of cultivation vertiminaponik BEP
value is 3.74, with a value of R / C> 1 means
that the cultivation of this vertiminaponik
worth
the
effort.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 14
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
Keywords: Vertiminaponik,
cultivation, fish farming.
Aquaponics,
PENDAHULUAN
S
alah satu permasalahan utama
wilayah perkotaan adalah ketahanan
pangan
(Indraprahasta,
2013).
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat
namun hasil produksi dari lahan pertanian
yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan
tersebut. Lahan pertanian yang semakin
sempit, makin sedikitnya tenaga kerja di
bidang pertanian, dan tingginya biaya
produksi dengan output yang rendah menjadi
sebab tidak terpenuhi kebutuhan pangan
masyarakat di wilayah perkotaan tersebut.
Sehingga menyebabkan kebutuhan pangan
perkotaan dicukupi oleh daerah penyangga di
sekitarnya.
Seiring
dengan
perkembangan
pembangunan di daerah penyangga, lahan
mengintegrasikan budidaya ikan dan sayuran
sekaligus pada lahan yang terbatas. Rakocy
et al (2006) menjelaskan bahwa sistem
budidaya vertiminaponik tidak memerlukan
media tanam seperti tanah dan bahan
pembenah lainnya. Kebutuhan air bagi
tanaman tercukupi dari kolam ikan yang
diresirkulasi secara terus menerus. Teknologi
akuaponik merupakan gabungan teknologi
akuakultur dengan teknologi hydroponic
dalam satu sistem untuk mengoptimalkan
fungsi air dan ruang sebagai media
pemeliharaan (Nugroho et al, 2012).
Tanaman akan mendapat pupuk organik
secara otomatis yang berasal dari sisa pakan
dan kotoran ikan. Selain itu, budidaya
vertiminaponik jika penempatannya berada di
pekarangan akan memiliki nilai estetika yang
tinggi. Efektivitas produksi ikan dan sayuran
dapat lebih tinggi dibandingkan dengan
budidaya konvensional pada satuan luas yang
sama.
pertanian pun semakin berkurang sehingga
berimbas pada hasil produksi pertanian (La
Rosa et al, 2014). Oleh sebab itu, wilayah
perkotaan harus memutus mata rantai
ketergantungan suplai pangan dari daerah
penyangga. Sehingga diharapkan kebutuhan
pangan individu dapat dipenuhi di tingkat
keluarga. Ketahanan pangan keluarga yang
berkaitan dengan masalah ketersediaan,
distribusi dan konsumsi (Yunastiti, 2008)
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Kegiatan pengkajian ini dilakukan di
Balai Pengkajian Teknologi Jakarta dan di
empat Petani Kooperator (Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur). Pengkajian mulai
dilaksanakan
pada
bulan
Mei
hingga
November 2013.
dapat diatasi salah satunya melalui
pemanfaatkan lahan terbatas untuk usaha
pertanian seperti holtikultura menjadi pilihan.
Oleh sebab itu berbagai bentuk teknik
budidaya tanaman terutama holtikultura
sayuran dan toga berkembang pesat saat ini.
BPTP Jakarta mengembangkan teknik
budidaya tanaman secara vertiminaponik
untuk mengatasi keterbatasan lahan di
perkotaan. Model akuaponik mini ini
Bahan dan Alat
Bahan pengkajian yang digunakan
meliputi bibit sayuran (kangkung, bayam,
selada dan sawi); bibit ikan lele dan nila;
zeolit, kompos dan sekam; dan pakan ikan.
Alat yang digunakan adalah tangki air fiber
glass volume 650 L, rak besi, talang air, pipa
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 15
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
Gambar 1. Model Vertiminaponik yang dikaji-terapkan
dan shock drat, pompa akuarium, autoclaf,
budidaya tanaman dapat menggunakan talang
timbangan digital, oven, tray pembibitan, pot
plastik, ember plastik dan peralatan
plastik yang akan disusun di atas tandon
kolam pemeliharaan ikan. Talang plastik ini
pendukung lainnya.
disusun di atas rak besi sebagai penyangga.
Air dari kolam pemeliharaan ikan
Pengujian Model
Model vertiminaponik yang diuji pada
kegiatan ini, adalah: 1) sistem sirkulasi
akan disalurkan sebagai input tanaman
drainase tanpa pipa kontrol dan dengan pipa
kontrol, 2) media tanam yang diuji yaitu
paralon ¾ inci. Pipa dari pompa dihubungkan
ke setiap pangkal
sistem
tanaman.
sekam bakar dan zeolit. Komoditas sayuran
yang ditanam adalah kangkung, sawi, selada
Pengaturan besar kecilnya input air
menggunakan kran. Sedangkan sistem output
dan bayam. Karakter yang diamati adalah
yang berkaitan dengan hasil panen tanaman.
air disalurkan kembali ke kolam ikan
menggunakan pipa yang dihubungkan pada
Penerapan model ditingkat lapang melibatkan
4 petani kooperator yang berasal dari Jakarta
ujung dasar rak penanaman yang sudah
dilubangi.
Selatan (1 orang) dan Jakarta Timur (3
orang). Data persepsi pengguna diukur
Hasil pengkajian menyebutkan,
dibutuhkan
sistem
drainase
dengan
menggunakan metode pengisian kuisioner.
menempatkan pipa kontrol di bawah media
untuk mengatur pola input dan output air dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan pompa air yang diletakkan di
dasar kolam serta dihubungkan dengan pipa
kolam ke talang plastik serta sebaliknya.
Rakocy (2006) menjelaskan, sistem sirkulasi
ukuran
tertutup dengan pertukaran air yang sedikit
setiap hari (kurang dari 2%) maka nutrisi
panjang 140 cm, lebar 100 cm dan tinggi 90
cm. Vertiminaponik memiliki dua bagian
terlarut terakumulasi dalam konsentrasi yang
sama. Sistem drainase juga perlu dilengkapi
utama, yaitu kolam untuk budidaya ikan
(akuakultur) dan vertikultur untuk budidaya
dengan sistem penyaring solid. Sistem
penyaring solid ini sangat penting fungsinya,
tanaman (Gambar 1). Kolam pemeliharaan
ikan menggunakan tangki air yang berbahan
terutama apabila
dipelihara sangat
fiberglass atau bak. Apabila menggunakan
tandon air, maka dibuang bagian atasnya agar
menyebabkan over solid yang dapat
menyumbat pori-pori dalam media tanam.
tebuka dan memiliki tinggi 80 cm. Tempat
Drainase dengan penyaring solid ini akan
Desain vertiminaponik
Vertiminaponik
memiliki
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 16
populasi ikan yang
tinggi sehigga dapat
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
membuat kondisi talang plastik media tanam
tidak jenuh air. Karena kondisi air yang
dapat terhidrasi dengan alkali dan alkali
tanah (Gambar 2).
berlebihan dapat menyebabkan ketersediaan
oksigen bagi tanaman sangat rendah.
Arang sekam atau zeolit yang
berukuran diameter 1 – 2 cm, digunakan
Sehingga tanaman akan mengalami stress,
tumbuh tidak normal bahkan akar tanaman
sebagai lapisan bawah talang air. Zeolit
berukuran 20 mesh dicampur dengan bahan
dapat membusuk. Sistem drainase ini nyata
meningkatkan hasil panen komoditas sawi,
organik dan tanah mineral dengan
perbandingan 3:1. Campuran zeolit tersebut
selada dan bayam. Selain itu dengan adanya
drainase ikan yang bertahan hidup jumlahnya
diletakkan di dalam kain kasa atau net di atas
batu zeolit besar. Fungsi bahan organik dan
meningkat dan berat panen ikan menjadi
bertambah (Tabel 1).
tanah mineral adalah sebagai buffer hara.
Selain itu mendukung tumbuhnya mikroba
Media Tanam
Sistem budidaya vertiminaponik dapat
menggunakan media tanam yang berasal dari
fungsional yang berperan dalam proses
penguraian bahan organik yang berasal dari
kolam pemeliharaan ikan. Aktivitas mikroba
tersebut akan merubah sumber nutrien tidak
zeolit, batu split dan sekam bakar. Sekam
bakar berasal dari sekam padi yang dibakar
tersedia yang berasal dari kolam menjadi
tersedia bagi tanaman.
untuk
menghilangkan penyakit
yang
mungkin ada di dalamnya. Sifat sekam bakar
Apabila dibandingkan dengan sekam.
penggunaan media zeolit lebih baik
porous dan steril sehingga dapat digunakan
sebagai media. Zeolit alam diduga
dibandingkan dengan media sekam (Tabel 2).
Rafiee dan Roos Saad (2006) menyebutkan
merupakan produk aktivitas vulkanik yang
telah mengalami proses pelapukan. Zeolit
bahwa
penggunaan
zeolit
dapat
meningkatkan pertumbuhan selada karena
mengandung senyawa aluminium silikat yang
kandungan
N-ammoniak,
phospor,
dan
Tabel 1. Pengaruh Sistem Drainase terhadap Hasil Panen Sayuran dan Ikan
Rerata Berat Panen Sayuran
Rerata Hasil Panen Lele
No
Sistem Drainase
Kangkung Sawi Selada Bayam Jumlah Berat (kg)
1 Tanpa Pipa Kontrol
575a
237a
224a
146a
178a
13,706a
2 Pipa Kontrol
579a
280b
354b
206b
212b
18,856b
3 Pipa Kontrol + Penyaring
585a
275b
351b
217b
218,5b
19,89b
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama sekolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji t
pada tingkat kepercayaan 95% (Sastro et al, 2013).
Gambar 2. Proses penyiapan media vertiminaponik
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 17
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
Tabel 2. Pengaruh Media Tanam terhadap Hasil Panen Sayuran dan Ikan
No
1
2
Media
Tanam
Sekam
Zeolit
Rerata Berat Panen Sayuran (g)
Kangkung Sawi Selada Bayam
392a
183a
128a
32a
568b
250b
200b
144b
Rerata Hasil Panen
Lele
Jumlah
Berat (kg)
100a
6,63a
136b
9,272b
Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama sekolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji t
pada tingkat kepercayaan 95% (Sastro et al, 2013).
potasium dalam air rendah, sehingga air
yang dimanfaatkan oleh tanaman lebih
dibiarkan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Metode ini akan memberi peluang terjadinya
berkualitas. Hal tersebut karena struktur
zeolit berongga yang dapat diisi oleh air dan
panen berulang, 3-4 kali panen disebabkan
oleh perbedaan laju pertumbuhan setiap
kation sehingga dapat bermanfaat sebagai
penyerap unsur hara yang berasal dari
individu tanaman.
Keuntungan yang
diperoleh dari sistem ini yaitu waktu panen
kotoran dan juga pakan ikan. Sedangkan
arang sekam memiliki kemampuan yang
lebih singkat, biomass yang dihasilkan tinggi,
dan menghemat tenaga kerja dalam
tinggi untuk menyerap air, sehingga media
pemeliharaan tanaman.
selalu dalam keadaan basah. Padahal
tanaman sayuran tidak dapat berkembang
Panen setiap komoditas dilakukan
pada waktu yang berbeda-beda sesuai dengan
dengan baik dalam kondisi yang terlalu
banyak air.
umurnya. Kangkung dan bayam dapat
dipanen pada umur 3 minggu dengan cara
Penanaman
Semua jenis sayuran dapat ditanam di
vertiminaponik. Namun jenis sayuran yang
digunting sampai 4 – 5 cm diatas media
tanam. Batang yang dipotong akan tumbuh
menjadi tanaman kangkung dan bayam baru
yang siap dipanen pada 5-6 berikutnya. Pada
biasa ditanam diantaranya adalah tanaman
yang memiliki umur panen pendek, seperti
panen ke-5 tanaman kangkung dicabut
sampai akarnya. Setelah media dibersihkan
kangkung, bayam, sawi, selada, dan pokcay
(Gambar 3). Sistem budidaya vertiminaponik
dari akar-akar, benih kangkung dan bayam
dapat disemai kembali. Sawi dan selada
menerapkan teknik tanam benih langsung
tanpa persemaian dan pindah tanam. Benih
dapat dipanen setelah berumur 5-6 minggu
dengan metode cabut. Selama 3 bulan masa
ditebar di atas media tanam dengan kerapatan
yang tinggi. Setelah tumbuh, tidak perlu
pemeliharaan ikan, bayam, serta sawi bisa
dipanen 3 kali (Tabel 3).
dilakukan penjarangan karena bibit akan
Gambar 3. Keragaan pertumbuhan tanaman pada talang plastik
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 18
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
Kelebihan yang dimiliki oleh teknik
budidaya vertiminaponik ini adalah hasil
sayuran semakin tumbuh dengan subur.
Tanaman tidak memerlukan tambahan pupuk
produksi sayuran lebih tinggi dibandingkan
dengan teknik konvensional. Berdasarkan
kimia, sehingga keseluruhan sistem budidaya
ini bersifat organik. Di pasaran, sayuran
hasil penelitan Petrea et al (2014), sistem
akuaponik menghasilkan produk tanaman
organik dihargai lebih tinggi dibandingkan
dengan sayuran hasil
panen
yang
yang berkualitas. Pada penelitian akuaponik
yang dilakukan oleh Putra et al (2013) juga
menggunakan bahan kimia dalam proses
pemeliharaannya.
memperlihatkan produksi tanaman sawi
meningkat hasilnya. Sedangkan Dediu et al
(2012) mempelajari pengaruh limbah ikan
akan meningkatkan hasil produksi selada
Budidaya ikan
Sistem budidaya vertiminaponik ini
akan membuat lingkungan di dalam kolam
meningkatkan hasil produksi selada pada
pada pengaruh limbah ikan akan teknik
ikan miskin dengan oksigen. Sehingga ikan
yang dapat dipelihara yaitu ikan yang tidak
budidaya
produksi
akuaponik. Tingginya hasil
tanaman disebabkan karena
membutuhkan kesediaan oksigen dalam air
tinggi untuk kelangsungan hidupnya.
efektivitas penyerapan unsur hara yang
dilakukan oleh akar tanaman akan
Biasanya ikan yang dipelihara adalah ikan
lele, nila, bawal, dan patin (Gambar 4).
menyebabkan produktivitas tanaman menjadi
lebih baik. Didukung dengan sumber hara
Kolam ikan berukuran tinggi 80 cm dengan
diameter 90 cm setara dengan air 500 liter.
konsentrasi tinggi yang berasal dari kotoran
dan sisa pakan ikan akan membuat tanaman
Ikan ditebar dengan kepadatan tinggi, 300
ekor untuk lele serta 150 – 200 ekor untuk
Tabel 3. Data Hasil Panen Budidaya Vertiminaponik dalam Waktu 3 Bulan
Berat
No
Komoditas
Hasil Panen Jumlah
Panen
Harga
Panen
(kg)
dipasar/kg
1 Kangkung/talang
582 g
8 kali
4,656
Rp30.000,00
2 Sawi/talang
277,5 g
3 kali
0,8325
Rp24.000,00
3 Selada/talang
352,5 g
3 kali
1,0575
Rp50.000,00
4 Bayam/talang
211,5 g
3 kali
0,6345
Rp45.000,00
5 Lele
19,373 kg 1 kali
19,373
Rp25.000,00
Jumlah
(Sastro et al, 2013)
Gambar 4. Keragaan pertumbuhan ikan pada budidaya vertiminaponik.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 19
Total
Penerimaan
Rp139.680,00
Rp19.980,00
Rp52.875,00
Rp28.552,50
Rp484.325,00
Rp725.412,50
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
bawal, nila dan patin. Agar ikan tumbuh
dengan baik, pakan ikan yang digunakan
0,326 kg/talang plastik, sawi 0,554 kg/talang
plastik, dan selada 0,794 kg/talang plastik
adalah pakan ikan umum yang berupa pelet
dengan kandungan nutrisi tinggi. Selain itu
pada sekali panen.
Data persepsi
sirkulasi air yang baik akan meningkatkan
kualitas air dalam kolam pemeliharaan
tentang teknologi vertiminaponik diambil
sebagai referensi pengembangan selanjutnya
(Rafiee dan Roos Saad, 2005). Setelah 3
bulan pemeliharaan, ikan lele dapat dipanen.
(Tabel 4). Diantaranya petani kooperator
menganggap teknologi vertiminaponik lebih
Ikan nila dan bawal dapat dipanen pada umur
4-5 bulan. Sedangkan ikan patin dapat
menguntungkan dibandingkan dengan teknik
budidaya konvensional. Lahan yang terbatas
dipanen pada umur 6-8 bulan. Hasil
pengkajian yang telah dilakukan, ikan yang
menyebabkan petani beranggapan teknik ini
sesuai diterapkan di lingkungannya. Selain
dapat beradaptasi dengan baik pada sistem
vertiminaponik adalah ikan lele. Hal ini
itu petani kooperator juga berpikir meskipun
pembuatan vertiminaponik relatif rumit
dibuktikan dengan jumlah dan berat panen
ikan lele yang setara dengan kolam
namun praktis diterapkan karena disesuaikan
dengan kondisi lingkungan yang ada.
konvensional meskipun dipelihara dalam
kolam ikan yang berukuran kecil dengan
Sehingga mereka menyebutkan teknik
vertiminaponik ini mudah dicoba dan dapat
padat tebar tinggi.
dilihat dengan jelas keberhasilannya.
Diseminasi Vertiminaponik
Pengkajian teknologi vertiminaponik
Analisis Kelayakan Usaha Vertiminaponik
Analisis
ekonomi
usaha
vertiminaponik juga dilakukan untuk melihat
di tingkat petani sudah dilakukan di empat
kelompok tani binaan BPTP Jakarta.
Budidaya ikan lele diintegrasikan dengan
budidaya sayuran selada, sawi, kangkung dan
bayam. Hasil pengamatan menunjukkan
pertumbuhan sayuran terpengaruh dengan
lingkungan dan faktor cuaca. Rata-rata
produksi kangkung dari masing-masing
petani
kooperator
kelayakan teknologi ini dikembangkan di
masyarakat. Dengan menghitung jumlah
modal awal yang diperlukan untuk rancangbangun vertiminaponik, menentukan jumlah
variabel tetap yang digunakan dan
menghitung penerimaan hasil produksinya
(Tabel 5).
lokasi adalah 0,829 kg/talang plastik, bayam
Tabel 4. Persepsi Kooperator terhadap Teknologi Vertiminaponik
No
1
2
3
4
5
Variabel
Keuntungan Relatif
Kesesuaian (Kompabilitas)
Kerumitan (Complexity)
Kemudahan untuk dicoba (Triabilitas)
Kemudahan untuk dilihat hasilnya (Observabilitas)
Rataan Skor
2,46
2,69
2,14
3,00
1,98
(Sastro et al, 2013)
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 20
Keterangan
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
Gambar 5. Variasi model vertiminaponik yang sudah dikembangkan oleh BPTP Jakarta.
Tabel 5. Analisis
Biaya
Vertiminaponik
No
Uraian
1 Penerimaan
2 Biaya Tetap
3 Biaya Variabel
4 Biaya Penyusutan
5 Total Biaya
Break Event Point (BEP)
Budidaya
Nilai (Rp)
966.500
2.416.500
320.500
120.825
441.325
= Biaya tetap/ (Penerimaan-Biaya Variabel)
= 2.416.500/(966.500 – 320.500)
= 3,74
Return Cost Ratio (R/C)
Asumsi alat vertiminaponik dapat digunakan
Hasil analisis kelayakan usaha diperoleh nilai
BEP budidaya vertiminaponik adalah 3,74.
Artinya pada siklus ke 3,74 maka usaha
budidaya ini mengalami titik impas, tidak
untung dan tidak rugi. Setelah dihitung nilai
R/C yang merupakan alat analisa untuk
mengukur biaya produksi, diperoleh nilai
R/C yaitu 2,18. Dengan nilai R/C > 1 artinya
budidaya vertiminaponik ini layak untuk
diusahakan. Dikarenakan budidaya dengan
sistem vertiminaponik ini layak diusahakan,
BPTP
Jakarta
terus
berusaha
mengembangkan vertiminaponik menjadi
beberapa varian (Gambar 5).
lebih dari 5 tahun. Biaya penyusutan alat/
siklus 3 bulan
KESIMPULAN
Maka total biaya penyusutan
= (Rp. 2.416.500,-) : ((12 x 3)/3)
1. Sistem drainase yang dilengkapi dengan
pipa kontrol dan penyaring solid
menghasilkan produksi tanaman sayuran
= Rp 120.825,Jumlah keseluruhan biaya
= Rp. 120.825,- + Rp. 320.500,-
dan ikan lele yang lebih tinggi.
2. Tanaman sayuran menunjukkan respon
pertumbuhan positif dan hasil panen
tinggi pada media tanam zeolit.
= Rp. 441.325,R/C = Penerimaan : Total Biaya
= Rp. 966.500,- : Rp 441.325,-
3. Persepsi petani kooperator menyatakan
teknologi
vertiminaponik
lebih
= 2,18
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 21
Nofi A. Rokhmah et. al.: Vertiminaponik, Mini Akuaponik untuk Lahan Sempit di Perkotaan
menguntungkan dibandingkan dengan
teknik budidaya konvensional.
4. Hasil analisis kelayakan usaha yaitu
nilai BEP budidaya vertiminaponik
adalah 3,74 dengan nilai R/C > 1 artinya
budidaya vertiminaponik ini layak untuk
diusahakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dediu, L., V. Cristea dan Z. Xiaoshuan.
2012.
Waste
production
and
valorization in an integrated
aquaponic system with bester and lettuce.
African Journal of Biotechnology Vol.
11(9) : 2349-2358,
Indraprahasta, G.S. 2013. The Potential of
Urban Agriculture Development in
Jakarta.
Procedia
Environmental
Sciences 17 : 11 – 19.
La Rosa, D., L. Barbarossa, R. Privitera, dan
Francesco. 2014. Agriculture and the
city: A method for sustainable
planning of newforms of agriculture in
urban contexts. Land Use Policy 41 :
290–303
Nugroho, R.A., L.T.
Pambudi, D.
Chilmawati dan A.H.C. Haditomo.
2012. Aplikasi Teknologi Aquaponik
pada Budidaya Ikan Air Tawar untuk
Optimalisasi Kapasitas Produksi.
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8. No. 1
: 46 – 51
Petrea, S.M., V. Cristea, L. Dediu, M.
Contoman, dan M.D. Stroe, A.
Antache, M.T. Coada, S. Placinta
Vegetable Production in an Integrated
Aquaponic System with Stellate
Sturgeon and Spinach Matador
variety. Papers: Animal Science and
Biotechnologies. Vol 47 (1) : 228-238
Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan :
Situasi, Permasalah, Kebijakan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol 9 no 1
Putra, I., Mulyadi, N.A. Pamukas dan
Rusliadi. 2013. Peningkatan Kapasitas
Produksi
Akuakultur
pada
Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok sp)
Sistem Aquaponik. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. Vol 18 No 1 : 1-10
Rafiee, G., dan Che Roos Saad. 2005.
Nutrient cycle and sludge production
during different stages of red tilapia
(Oreochromis sp.) growth in a
recirculating aquaculture system.
Aquaculture 244 : 109– 118
Rafiee, G., dan Che Roos Saad. 2006. The
Effect
of
Natural
Zeolite
(Clinoptiolite)
on
Aquaponic
Production
of
Red
Tilapia
(Oreochromis sp.) and Lettuce
(Lactuca sativa var. longifolia), and
Improvement of Water Quality. J.
Agric. Sci. Technol. Vol. 8: 313-322.
Rakocy, J.E., M.P. Masser
dan T.M.
Losordo.
2006.
Recirculating
Aquaculture Tank Production Systems:
Aquaponics—Integrating Fish and
Plant Culture. SRAC Publication No.
454.
Sastro, Y., I.P. Lestari. C.S. Amatillah, L.
Hakim, E.P. Astuti, M. Nur. 2013.
Pengkajian Sistem Akuaponik Sayuran
Skala Pekarangan di Perkotaan. BPTP
Jakarta. 31 halaman.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 4 Nomor 2, 2014 | 22
Download