KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: IDA KURNIAWATI 11109 073 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 i ii KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: IDA KURNIAWATI 11109 073 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 iii KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 Eksemplar Hal : PengajuanSkripsi Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb Setelah kami menelitidanmengadakaperbaikanseperlunya, makabersamaini kami kirimkannaskahskripsimahasiswi: Nama : Ida Kurniawati NIM : 11109073 Jrusan/Progdi : Tarbiyah/ PAI Judul :KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb. Salatiga, 12 Agustus 2013 Pembimbing Mufiq, S.Ag.M.Phil NIP. 19690617 199603 1 004 iv KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM DISUSUN OLEH IDA KURNIAWATI NIM : 111 09 073 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 19 September 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunanpanitiapenguji Ketuapenguji : Suwardi, M.Pd. SekretarisPenguji : MiftachurRif‟ah, M.Ag. Penguji I : Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag. Penguji II : Dra. SitiAsdiqoh, M.Si. Penguji III : Mufiq, S.Ag., M.Phil. Salatiga , 19 September 2013 Ketua STAIN Salatiga Dr. ImanSutomo, M.Ag NIP.19580827198303 1 002 v KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang betandatangandibawahini: Nama : Ida Kurniawati NIM :11109 073 Jurusan :Tarbiyah Progamstudi :Pendidikan Agama Islam Menyatakanbahwaskripsi yang sayatulisinibenarbenarmerupakanhasilkaryasayasendiri, bukanjiplakanataukaryatulis orang lain. Pendapatatautemuan orang lain yang terdapatdalamskripsiinidikutipataudirujukberdasarkankodeetikilmiah. Salatiga, 12 Agustus 2013 Penulis Ida Kurniawati NIM. 11109073 vi KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] Motto Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an danmengajarkannya”.(H.R.Bukhari). vii KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PERSEMBAHAN Atasrahmatdanridho Allah SWT, karyaskripsiinipenulispersembahkanuntuk: 1. Ayahku Muh.Busroni &Ibuku Titik Rahmawatitersayang selalumendo‟akandanmemberikandukungan materil serta yang moral hinggaakusepertisekarang. 2. Kedua adikku Muhammad Adi Kurnia Rahman dan Muhammad Said Mustofa yang selalu mendukung dan memberikan senyum manis yang membuat hidup kembali semangat. 3. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga yang telahmemberikan berbagaiilmukepadaku. 4. Bapak Mufiq, S.Ag.M.Phil selakudosenpembimbing yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Semuateman-temankukampungPAI telahmelukisbegitubanyakkenangan. viii Cangkatan 2009 yang KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] KATA PENGANTAR Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT, atasrahmatdanhidayahNyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiini dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur‟an“.Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia. Dengan diutusnya sebagai Rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. SkripsiinimerupakansalahsatusyaratuntukmendapatgelarSarjanaPendidikan Islam (S.PdI) di FakultasTarbiyahSekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalampenyusunanskripsiini, penulismemperolehbimbingandanpengarahandariberbagaipihak.Olehkarenaitu, padakesempataninidengansegalakerendahanhatipenulismegucapkanterimakasihke pada: 1. BapakDr.ImamSutomo,M.Ag, selakuketua STAIN Salatiga 2. BapakMufiq, S.Ag.M.Phil.Selakudosenpembimbingskripsi pembimbing akademik ix sekaligus yang dengansabartelahmemberikanpengarahandanbimbingankepadapenulisdala mpenulisanskripsiini. 3. Ibu Dra. SitiAsdiqoh, M.SiselakuKetuaProgdi PAI STAIN Salatiga. 4. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga 5. Bapakdanibudosen STAIN Salatiga yang telahmemberikanilmunyakepadapenulis. 6. Bapakdanibu karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang memberikan layanan serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi. 7. Ayah danIbutercinta yang telahmengasuh, mendidik, membimbingsertamemotivasikepadapenulis, baik moral maupun spiritual. 8. Sahabat-sahabatseperjuangan yang telahmemberikansemangatdanmotivasikepadapenulisdalammenyelesaikan penulisanskripsiini. 9. Semuapihak yang terkaitdengan ikhlastelahmemberikanbantuanbaikmateriilmaupun spiritual dalampenulisanskripsiini. Demikianucapanterimakasihpenulissampaikan.Penulishanyabisaberdo‟ase mogabantuandanbimbingandarisemuapihakdapatditerimaoleh Allah SWT sebagaiamalibadah yang bisa menolong di hari kiamat kelak. Akhirnyapenulisberharapsemogaskripsiinidapatbermanfaatbagipenuliskhu susnyadanbagipembacapadaumumnya.Denganketerbatasanpengetahuandankema mpuan, skripsiinimasihjauhdarisempurna.Olehkarenaitukritikdan membangunsangatpenulisharapkanuntuk kesempurnaanskripsiini. x saran yang Salatiga, 12 Agustus 2013 Penulis Ida Kurniawati NIM 11109073 ABSTRAK Kurniawati, Ida. 2013. 11109073.PendidikanKarakter dalamPendidikan Islam.Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag.M.Phil Kata Kunci: PendidikanKarakter, Pendidikan Islam. Pendidikankaraktermerupakansebuahnilai yang harusdipelajari, dirasakandanditerapkandalamkesehariansetiapanak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: konsep pendidikan karakter di Indonesia, konsep pendidikan Islam, relevansi pendidikan karakter di Indonesia dengan pendidikan Islam.Skripsi ini menggunakan metode Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya dicari lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dokumen) dan lain sebagainya. Penulis fokuskan penelitian inipada pendidikan karakter di Indonesia danpendidikan Islam. Teknikpengumpulan data yang penulislakukandalampenelitianiniadalahdenganmencaridanmengumpulkanbuku yang menjadi data mengenaihal-hal yang berupacatatan, buku, suratkabar, majalahdansebagainya. Karenaobjekdalampenelitianadalahbuku-buku, makapenulismenelaahdanmengkajibuku-buku yang dipilihsebagaibahanpenelitian.Setelah data terkumpulmakadilakukanpenelaahansistematisdalamhubungannyadenganmasalah yang diteliti, sehinggadiperoleh data atauinformasiuntukbahanpenelitian. Data yang terkumpuldianalisisdenganmenggunakanmetodededuktif, induktifdananalitiko-sintesayang menunjukkanbahwa: Konseppendidikankarakter di Indonesia adalahpendidikannilai, yaknipendidikannilai-nilailuhur yang bersumberdaribudayabangsa Indonesia dalamrangkapembinaankepribadiangenerasimuda yang mencakup 3 aspekyaitupengetahuan moral (moral knonwing),sikap moral (moral feelling),danperilaku moral (moral acting). Konseppendidikan Islam adalahbimbingan yang diberikanolehseseorangkepadaseseorang agar iaberkembangsecaramaksimalsesuaidenganajaran Islam yang menyangkutpembinaanaspekjasmani, akal, danhatianakdidik. Pendidikankarakterdalamkontekspendidikan di Indonesia adalahpendidikannilai, yaknipendidikannilai-nilailuhur yang bersumberdaribudayabangsa Indonesia xi dalamrangkapembinaankepribadiangenerasimuda.Nilai-nilaipendidikankarakter yang bersumberdari agama, Pancasila, budayadantujuanpendidikannasional Indonesia yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerjakeras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingintahu, semangatkebangsaan, cintatanah air, menghargaiprestasi, bersahabat/komunikatif, cintadamai, gemarmembaca, pedulilingkungan, pedulisosial, tanggungjawab yang seluruhnyaharusmengacupadatigakomponenyaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral). Ketigaaspektersebutsesuaidengantujuanpendidikan Islam yaitu:aspekjasmani, rohanidanakal. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................................. iv PENGESAHAN ........................................................................................................ v DEKLARASI ............................................................................................................ vi MOTTO .................................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix ABSTRAK .............................................................................. .................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ...................................................................... 1 B. FokusPenelitian ................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... ................ 6 D. KegunaanPenelitian........................................................................... 6 E. MetodologiPenelitian. ...................................................................... 8 F. Definisi Operasional.......................................................................... 10 G. SistematikaPenulisan ........................................................................ 14 xii BAB II BAB III BAB IV LANDASAN TEORI A. TEORI PENDIDIKAN KARAKTER............................................... 11 1. PengertianPendidikanKarakter .................................................... 11 2. Pendidikan Karakterdi Indonesia ................................................ 15 3. Dimensi dan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ............................ 16 4. Tujuan Pendidikan Karakter di Indonesia ................................... 27 B. TEORI PENDIDIKAN ISLAM ........................................................ 30 1. Definisi Pendidikan Islam................................................ ........... 30 2. Tujuan Pendidikan Islam............................................................. 32 DESKRIPSI KONSEP A. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA ............... 39 1. Hakikat Pendidikan Karakter di Indonesia ................................. 39 2. Kurikulum Pendidikan Karakter di Indonesia............................. 41 3. Implementasi Pendidikan Karakter.................................... ......... 43 B. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM .............. 44 1. Karakter Manusia dalam Islam ............................. ..................... 44 2. Pendidikan Karakter dalam Islam ............................................... 49 3. Proses Penanaman Nilai dalam Pendidikan Islam ..................... 52 PEMBAHASAN A. ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER (TEORI LICKONA) DALAM PENDIDIKAN ISLAM................... B. RELEVANSI PENDIDIKAN INDONESIA DENGAN KARAKTER DI PENDIDIKAN ISLAM........................................ ...................................................... xiii 62 68 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 71 B. Saran –saran ..................................................................................... 72 C. Penutup.............................................................................................. 72 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk yang tidak bisa berlepas diri dari pendidikan, yaitu sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009:1). Inilah yang menjadi titik beda antara pemberian akal dari Allah kepada manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang lainnya. Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologisnya yang terbuka pada lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan (Doni Koesoema, 2011:109). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bazzar, Rasulullah SAW bersabda: Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah kamu orang yang berilmu, atau pencari ilmu, atau orang yang mendengarkan, atau orang yang mencintai ilmu, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima nanti kamu bisa celaka.” (H.R. Al-Bazzar) (Abu Bakar, 2009:3626). 1 Dari hadis di atas menjelaskan bahwa manusia itu harus jadi orang yang berpendidikan, orang yang belajar, orang yang mendengarkan pembelajaran, ataupun orang yang cinta akan pendidikan dan tidak boleh jadi orang yang selain itu karena akan menimbulkan mudharat bagi diri sendiri dan yang lainnya. Nurani Soyomukti mengatakan dalam buku teori-teori pendidikan bahwa aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku (Soyomukti, 2010:27). Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257). Tindakan preventif pemerintah Indonesia demi terlaksananya pendidikan karakter, yaitu dengan membubuhkan dalam tiap mata pelajaran berupa pendidikan karakter. Tindakan tersebut membutuhkan proses yang panjang, tetapi hal itu tidaklah bisa terlaksana tanpa adanya komitmen bersama dari masyarakat dan pemerintah. Pemerintah menggalakkan program penanaman pendidikan karakter sejak usia dini. Hal yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran tiap-tiap individu untuk menerapkan dan mengaplikasikan pendidikan karakter minimal dalam diri dan keluarga. 2 Dalam pendidikan Islam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah Swt. yaitu Al-Qur‟an dan As-Sunnah (hadis Nabi). Al-Qur‟an merupakan sumber utama referensi agama Islam dalam menentukan berbagai hukum. Dalam surat Al-Baqoroh ayat (1-2): “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Departemen Agama, 1990:8) Islam menyebutkan orang yang baik dan berperilaku positif itu mereka orang-orang yang bertakwa yang tidak meragukan Al-Qur‟an. Allah juga menyebutkan bahwa Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya (insan kamil). Dalam Islam penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak jaman dahulu adalah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan bagi umat manusia seluruh alam. Di dunia ini tidak ada satu makhluk pun yang lebih berkarakter daripada Nabi Muhammad. Sebagai umat beliau kita wajib mencontoh keteladanan beliau dalam menanamkan karakter kepada umatnya. Tulisan-tulisan yang membahas tentang adanya pendidikan karakter sudah banyak, yang meliputi beberapa aspek dari pendidikan karakter yang sudah disebutkan di atas. Ketertarikan penulis dalam mengkaji dan memahami ajaran Islam secara mendalam menginspirasi penulis untuk menuangkan ide dan memberikan sedikit sumbangsih ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan yang sedang mengalami kemrosotan, karena tidak adanya tindakan nyata dari 3 Pemerintah. Pendidikan karakterlah yang sangat diperlukan ketika seseorang sudah tidak ada lagi kepedulian akan tindakan nyata. Melihat latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi “KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM.” B. Fokus Masalah 1. Bagaimana konsep pendidikan karakter di Indonesia? 2. Bagaimana konsep pendidikan Islam? 3. Bagaimana relevansi pendidikan karakter di Indonesia dengan pendidikan Islam? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter di Indonesia. 2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam. 3. Untuk mengetahui relevansi pendidikan karakter di Indonesia dengan pendidikan Islam. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat teoritis Menambah pengetahuan tentang konsep pendidikan karakter di Indonesia dan pendidikan Islam. 4 2. Manfaat Praktis Mendorong kepada pembaca, terutama tenaga pendidik dan pemerintah untuk lebih mandalami konsep pendidikan karakter dalam pendidikan Islam. E. Metode penelitian 1. Pendekatan Penelitian Skripsi ini menggunakan metode Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya dicari lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dokumen) dan lain sebagainya. Penulis fokuskan penelitian ini dalam konsep pendidikan karakter di Indonesia dan relevansinya dengan pendidikan Islam. 2. Sumber Data Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yakni pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah, Koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Dengan sumber data primer Al-Qur‟an, hadis dan hasil ijtihad. Sedangkan data sekundernya berupa buku-buku yang relevan dengan bahan penelitian yaitu Educational Theory a Qur‟anic Outlook, Teori Pendidikan Menurut Al-Qur‟an karya Abdul Rahman Shaleh „Abdullah, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional danKepribadian dalam Psikologi Islam. 5 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya (Suharismi, 1998:236). Karena objek dalam penelitian adalah Islam, maka penulis mengumpulkan data dari sumber hukum Islam yaitu Al-Qur‟an, hadis dan kesepakatan ulama. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian. 4. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan beberapa metode, antara lain: a. Metode Deduktif Digunakan untuk menganalisis pada bab II tentang landasan teori, yaitu analisis suatu permasalahan yang berasal dari generalisasi yang bersifat umum kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus atau yang kongkrit terjadi (Anton, 1984:56). Pada bab II penulis membahas tentang pendidikan karakter yang secara umum di Indonesia kemudian penulis khususkan lagi penerapannya pada Pendidikan Islam. 6 b. Metode Induktif Digunakan untuk menganalisis pada bab III tentang permasalahan yang akan diteliti yaitu analisis masalah yang bersifat khusus, kemudian diarahkan pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum (Arifin, 1986:41). Pada bab III penulis membahas tentang pendidikan karakter khususnya Islam di Indonesia, kemudian penulis menyimpulkannya dengan relevansi pendidikan karakter di Indonesia tersebut dalam Pendidikan Islam pada umumnya. c. Metode Komparatif Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan beberapa pendapat para ahli, mengulas, kemudian menarik kesimpulan dari pendapat-pendapat yang dikutip tersebut. Dalam hal ini pendapat para pakar pendidikan karakter yaitu Lickona dan pakar teori pendidikan Islam „Abdurrahman Shaleh Abdullah. F. Definisi Operasional 1. Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah (Nasution, 2008:161). Dipertegas oleh Sudarminta bahwa konsep secara umum dapat dirumuskan pengertiannya sebagai suatu representasi abstrak dan umum tentu saja konsep merupakan suatu hal yang bersifat mental (Sudarminta, 2002:87). 7 Daripengertian konsep yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasi objek-objek yang biasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam contoh dan bukan contoh, sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas. Dengan menguasai konsep seseorang dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu. Konsep yang dimaksud di sini adalah konsep pendidikan karakter dalam Pendidikan Islam. 2. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil (Sri Narwanti, 2011:14). Jadi banyak aspek yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan karakter menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Definisi yang digunakan ini hanyalah menyangkut pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang diselenggarakan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah, menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik (Tafsir, 2005:32). 8 G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mengetahuisecara keseluruhan isi atau materi–materi skripsi ini secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi ini, yang meliputi tiga (3) bagian: 1. BagianMuka Padabagianmukainimemuattentanghalamanjudul, skripsi, halaman nota persetujuanpembimbing, halamanpengesahan, halaman motto, halamanpersembahan, halaman kata pengantar, halamandaftarisi. 2. Bagian Isi BAB I: PendahuluanberisiLatarBelakangMasalah, FokusMasalah, TujuanPenelitian, Manfaat Penelitian, MetodePenelitian, Definisi Operasional, dan SistematikaPenulisanSkripsi. BAB II: Landasan teoriberisitentangteori pendidikan karakter di Indonesia dan pendidikan Islam. BAB III:Deskripsi Pemikiran berisi tentang konsep pendidikan karakter di Indonesia dan konsep karakter dalam Islam. BAB IV:Pembahasan berisi tentang analisis pendidikan karakter dalam pendidikan Islam dan relevansi pendidikan di Indonesia dengan pendidikan Islam. BAB V:Penutup yang berisitentangkesimpulandan saran-saran. 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebagai makhluk yang diberikan akal dengan sempurna manusia senantiasa menjadi objek sekaligus subjek pendidikan. Pelaku dalam segala proses pendidikan untuk memberdayakan sumber daya manusia serta potensi yang dimiliki dengan maksimal. Banyak hal yang dibahas ketika mendefinisikan pengertian pendidikan. Dalam UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU 20/2003:1). Filsafat pendidikan mengkaji tentang pendidikan dengan membedakan dua istilah yang berbeda tetapi hampir sama bentuknya, Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie berarti “pendidikan”dan Paedagogiek artinya “ilmu pendidikan”. Perkataan Paedagogos yang pada mulanya berarti pelayan kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia. Karena pengertian paedagoog (dari paedagogos) berarti seorang yang tugasnya, membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Djumberansyah, 1994:16). Dalam bukunya teori-teori pendidikan Nurani Soyomukti mengatakan bahwa aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku 10 (Soyomukti, 2010:27). Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257). Dalam Psikologi Kepribadian Islam al-khuluq (karakter) adalah bentuk jamak dari akhlak. Kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi luar yang mencakup al-thab‟u (tabiat) dan al-sajiyah (bakat). Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan, insting, refleks-refleks, kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-kecenderungan, perasaan, emosi, sentimen, minat, kebajikan dan dosa serta kemauan (Mujib, 2006:45). Sedangkan yang dimaksud bakatadalah citra batin individu yang menetap. Citra ini terdapat pada konstitusi individu yang diciptakan Allah sejak lahir.Tabiat merupakan kebiasaan individu yang berasal dari hasil integrasi antara karakter individu dengan aktifitas-aktifitas yang diusahakan. (Mujib, 2006:47). Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi „kharassein‟ yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat kejiwaan/tabiat/watak (Sri Narwanti, 2011:1). 11 Menurut pendapat G.W. Allport yang dikutip oleh Sri Narwanti, karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas dan mengarahkan pada tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena sesungguhnya karakter adalah kepribadian yang ternilai (Narwanti, 2011:2). Kepribadian dianggap sebagai “ciri, karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir (Doni Koesoema, 2010:80). Menurut Simon Philips dalam buku Refleksi Karakter bangsa yang dikutip oleh Masnur Muslich, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Sementara itu, Koesoema menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik, gaya, sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang dari lingkungan sekitar dan juga bawaan sejak lahir. Prof. Suyanto dalam bukunya Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Imam Ghozali mengatakan bahwa karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi (Masnur Muslich, 2011:70). 12 Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral yang positif, dan bukan konotasi negatif. Dan orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan demikian pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif saja (Masnur Muslich, 2011:70). Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada individual atau pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter merupakan landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan merupakan pula perekat budaya. Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat modal strategis yaitu sumber daya manusia, modal cultural, modal kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal tersebut penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai suatu bangsa (Narwanti, 2011:27). Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan. Pelaksanaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia pendidikan Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut pendidikan akhlak, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan manusia yang utuh atau insan kamil. 13 Untuk dapat memahami pendidikan karakter harus dipahami terlebih dahulu struktur antropologis yang ada dalam diri manusia yang terdiri dari jasad, ruh, dan akal. Lickona yang pendapatnya dikutip oleh Masnur Muslich juga menekankan tiga aspek komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Istilah lainnya adalah kognitif, afektif dan psikomotorik (Masnur Muslich, 2010:76). Menurut pendapat Ramli yang dikutip oleh Narwanti, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik adalah patuhnya seseorang terhadap nilainilai sosial tertentu, yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. 2. Pendidikan Karakter di Indonesia Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Upaya melakukan pendidikan karakter dalam pembangunan masyarakat masa depan yang memiliki daya saing mandiri, perlu 14 mensinergikan banyak hal. Sinergisitas tersebut pertama adalah nilai agama, kebudayaan, dan potensi individual serta faktor lain. Kedua pembelajaran yang mendidik pengetahuan. Ketiga perlu dilakukan upaya mengembangkan, mengubah, memperbaiki, tetapi dengan menggunakan nilai etos kerja keras, pengembangan mutu, jujur, efisien dan demokratis (Narwanti, 2011:27). Ada beberapa nilai pembentuk (integritas) karakter yang utuh yaitu menghargai, berkreasi, memiliki keimanan, memiliki dasar keilmuan, melakukan sintesa dan melakukan sesuai etika. Pendidikan karakter pertama melekat kepada pola asuh dalam keluarga, kedua tidak pada prosesnya harus mengalami pembelajaran di sekolah, ketiga setelah melalui proses pertama dan kedua baru bisa terbentuk pendidikan karakter pada masyarakat bahkan pemerintahan (Narwanti, 2011:27). Sebagai akademisi perlu memahami bahwa proses pendidikan dapat dilakukan secara formal, informal, dan non formal. Melalui interaksi lingkungan pendidikan inilah yang membentuk nilai-nilai inti karakter. Nilai inti karakter tersebut adalah kerja keras, kesadaran cultural sebagai warga negara, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, berperilaku baik, jujur, etis dan belajar bertanggung jawab (Narwanti, 2011:28). 3. Dimensi dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam pendidikan karakter dimensi yang perlu dipahami adalah individu, sosial, dan moral. Individu dalam pendidikan karakter menyiratkan dihargainya nilai-nilai kebebasan dan tanggung jawab. Nilai-nilai kebebasan inilah yang menjadi prasyarat utama sebuah perilaku moral. Yang menjadi subjek bertindak dan subjek moral adalah individu itu sendiri. 15 Dari keputusannya bebas bertindak, seseorang menegaskan kebaradaan dirinya sebagai mahluk bermoral. Dari keputusannya tercermin nilai-nilai yang menjadi bagian dari keyakinan hidupnya (Koesoema, 2011:146).Dimensi sosial mengacu pada corak relasional antara individu dengan individu lain, atau dengan lembaga lain yang menjadi cerminan kebebasan individu dalam mengorganisir dirinya sendiri. Kehidupan sosial dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik dan stabil karena ada relasi kekuasaan yang menjamin kebebasan individu yang menjadi anggotanya serta mengekspresikan jalinan relasional antar-individu (Koesoema, 2011:146). Dimensi moral menjadi jiwa yang menghidupi gerak dan dinamika masyarakat sehingga masyarakat tersebut menjadi semakin berbudaya dan bermartabat. Tanpa adanya norma moral, individu akan saling menindas dan liar. Yang kuat akan makin berkuasa, yang lemah akan semakin tersingkirkan (Koesoema, 2011:147). Lebih lanjut lagi Lickona (1992) dalam bukunya Masnur Muslich menyebutkan penekanan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan (Muslich, 2011:133). Moral knowing merupakan hal penting untuk diajarkan yang terdiri dari enam hal, yaitu: 1). Moral Awareness (kesadaran moral), 2). Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), 3). Perspective taking (pengambilan pandangan), 4). Moral reasoning (alasan moral), 5). Decision 16 making (pembuatan keputusan), 6). Self knowledge (kesadaran diri sendiri) (Muslich, 2011:133). Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu mengontrol diri), humility (kerendahan hati) (Muslich, 2011:133). Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu competence (kompetensi), keinginan (will), dan habit (kebiasaan) (Muslich, 2011:134). Ketiga aspek moral tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dan ketiganya saling bersinergi. Seorang anak harus diberikan pengetahuan tentang moral karena tanpa adanya arahan dari orang tua anak tidak akan memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang moral yang dengannya anak mengetahui hal-hal baik dan buruk. Penanaman perasaan moral dan pelaksanaan atau tindakan moral harus ditanamkan sejak dini, karena seorang anak yang sudah terlanjur dan terbiasa melakukan hal-hal buruk atau negatif akan sulit sekali untuk penanaman moral kembali, maka sebelum hal ituterjadi 17 alangkah baiknya dilakukan pencegahan sebelum kejadian hal yang tidak diinginkan. Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu (Narwanti, 2011:28): a. Religius Yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksana ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran: 1) 2) 3) 4) Beraqidah lurus Beribadah yang benar Berdoa sebelum mulai dan sesudah selesai pembelajaran Mengaitkan materi pembelajaran dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa 5) Melaksanakan shalat dhuha 6) Melaksanakan shalat dhuhur berjamaah 7) Melaksanakan shalat asar berjamaah 8) Hafal al-Qur‟an minimal 1 juz 9) Program tahfid: setoran hapalan 1 juz ayat al-Qur‟an 10) Program penunjang: tilawah dan hapalan sesudah sholat dhuhur berjamaan selama 5 menit 11) Musabaqah hifdhil Qur‟an 12) Reward gratis SPP bagi yang hafal di atas 3 juz (Narwanti, 2011:64). b. Jujur Yaitu perilaku yang dilaksanakan dalam upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian: 1) 2) 3) 4) 5) Membuat laporan hasil percobaan sesuai dengan data yang diperoleh Tidak pernah menyontek dalam ulangan Tidak pernah berbohong dalam berbicara Mengakui kesalahan Terbuka dalam memberi penilaian kepada peserta didik (Narwanti, 2011:65). 18 c. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, sikap, tindakan orang lain yang berbeda (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pembelajaran: 1) Pelayanan yang sama terhadap peserta didik tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi. 2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus 3) Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin, agama, suku dan tingkat kemampuan. 4) Tidak memaksakan kehendak atau pendapat orang lain. 5) Hormat menghormati 6) Basa basi 7) Sopan santun 8) Hati-hati tidak boleh tinggi bicara atau tinggi hati (Narwanti, 2011:65). d. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan aturan (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Hadir tepat waktu Mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran Mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran Menyelesaikan tugas tepat waktu (Narwanti, 2011:66). e. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Berupaya dengan gigih untuk menciptakan semangat kompetisi yang sehat. 2) Substansi pembelajaran menantang peserta didik untuk berpikir keras. 3) Menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru. 4) Berupaya mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi (Narwanti, 2011:66). 19 f. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Menciptakan situasi belajar yang mendorong munculnya kreativitas peserta didik. 2) Memberi tugas yang menantang munculnya kreativitas peserta didik (tugas projek, karya ilmiah, dll) 3) Menghasilkan suatu karya baru, baik otentik maupun karya baru (Narwanti, 2011:66). g. Mandiri Yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dan menyelesaikan tugas-tugas (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Dalam ulangan tidak mengharapkan bantuan kepada orang lain. Penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan secara mandiri. Mempresentasikan hasil pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan. Memotivasi peserta didik untuk mmenumbuhkan rasa percaya diri (Narwanti, 2011:67). h. Demokratis Yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang dialogis dan interaktif 2) Keterlibatan semua peserta didik secara aktif selama pembelajaran 3) Menghargai pendapat setiap peserta didik (Narwanti, 2011:67). i. Rasa ingin tahu Yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan 20 didengar (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Penerapan eksplorasi dan elaborasi dalam pembelajaran. 2) Memanfaatkan media pembelajaran (cetak dan elektronik) yang menumbuhkan keingintahuan. 3) Menumbuhkan keinginan untuk melakukan penelitian. 4) Berwawasan yang luas (Narwanti, 2011:67). j. Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Bekerjasama dengan teman yang berbeda suku/etnis. 2) Mengaitkan materi pembelajaran dengan peristiwa yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme (Narwanti, 2011:67). k. Cinta tanah air Yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Menyanyikan lagu-lagu perjuangan 2) Diskusi tentang kekayaan alam, budaya bangsa, peristiwa alam, dan perilaku menyimpang. 3) Menumbuhkan rasa mencintai produk dalam negeri dalam pembelajaran. 4) Menggunakan media dan alat-alat pembelajaran produk negeri (Narwanti, 2011:67). l. Menghargai prestasi Yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta 21 menghormati keberhasilan orang lain (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan ide, bakat dan kreasi. 2) Pujian kepada peserta didik yang telah menyelesaikan tugas dengan baik, mengajukan ide cemerlang, atau menghasilkan suatu karya. 3) Terampil (Narwanti, 2011:68). m. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bargaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Pengaturan kelas memudahkan peserta didik berinteraksi. Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah. Melakukan bimbingan kepada peserta didik yang memerlukan. Mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan santun. Manyajikan hasil tugas secara lisan atau tertulis (Narwanti, 2011:68). n. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Tidak saling mengejek dan menjelek-jelekkan orang lain. 2) Saling menjalin kerjasama dan tolong menolong. 3) Menciptakan suasana damai di lingkungan sekolah (Narwanti, 2011:68). o. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajukan bagi dirinya (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Penugasan membaca buku pelajaran dan mencari referrensi. 2) Peserta didik lebih mengutamakan membeli buku dibanding dengan yang lainnya (Narwanti, 2011:69). 22 p. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) Peduli lingkungan. Kebersihan ruang kelas terjaga. Menyediakan tong sampah organik dan unorganik. Hemat dalam penggunaan bahan praktik. Penanganan limbah bahan kimia dari dari kegiatan praktik (Narwanti, 2011:69). q. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Tanggap terhadap teman yang mengalami kesulitan. 2) Tanggap terhadap keadaan lingkungan. 3) Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (Narwanti, 2011:69). r. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Narwanti, 2011:29). Dengan indikator pencapaian pembelajaran sebagai berikut: 1) Selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan/kesepakatan. 2) Bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan (Narwanti, 2011:69). 23 Dalam buku yang lain disebutkan ada 8 nilai-nilai pendidikan karakter yang masih bisa diperinci dan ditambahkan nilai-nilai yang lainnya yaitu (Koesoema, 2011:208): a) Nilai keutamaan Manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain (Koesoema, 2011:208). b) Nilai keindahan Nilai keindahan dalam tataran yang lebih tinggi menyentuh dimensi interioritas manusia itu sendiri yang menjadi penentu kualitas dirinya sebagai manusia (Koesoema, 2011:209). c) Nilai kerja Jika ingin berbuat adil, manusia harus bekerja. Penghargaan atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seorang individu (Koesoema, 2011:209). d) Nilai cinta tanah air (patriotisme) Meskipun masyarakat kita menjadi senakin global, rasa cinta tanah air ini tetap diperlukan, sebab tanah air adalah tempat berpijak bagi individu secara kultural dan historis. Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai secara mendalam, tetaplah relevan, mengingat ikatan batin seseorang senantiasa terpaku pada tanah tumpah kelahirannya, dan ibu pertiwi yang membesarkannya (Koesoema, 2011:209). 24 e) Nilai demokrasi Nilai demokrasi termasuk di dalamnya, kesediaan untuk berdialog, berunding, bersepakat, dan mengatasi permasalahan dan konflik dengan cara-cara damai, bukan dengan kekerasan melainkan melalui sebuah dialog bagi pembentukan tata masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, nilai-nilai demokrasi semestinya menjadi agenda dasar pendidikan nilai dalam kerangka pendidikan karakter (Koesoema, 2011:210). f) Nilai kesatuan Dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai kesatuan ini menjadi dasar pendirian negara ini. Apa yang tertulis dalam sila ke-3 pancasila yaitu Persatuan Indonesia, tidak akan dapat dipertahankan jika setiap individu yang menjadi warga negara Indonesia tidak dapat menghormati perbedaan dan pluralitas yang ada dalam masyarakat kita (Koesoema, 2011:211). g) Menghidupi nilai moral Nilai-nilai moral yang berguna dalam masyarakat kita tentunya akan semakin efektif jika nilai ideologi bangsa, yaitu nilai moral dalam pancasila menjadi jiwa bagi setiap pendidikan karakter (Koesoema, 2011:211). h) Nilai-nilai kemanusiaan Menghayati nilai-nilai kemanusiaan mengandaikan keterbukaan terhadap kebudayaan lain, termasuk kultur agama dan 25 sikap keyakinan yang berbeda. Yang menjadi nilai bukanlah kepentingan kelompokku sendiri, melainkan kepentingan yang menjadi kepentingan setiap orang, seperti keadilan, persamaan di depan hukum, kebebasan, dan lain sebagainya. Nilai-nilai kemanusiaan ini menjadi sangat relevan diterapkan dalam pendidikan karakter karena masyarakat kita telah menjadi masyarakat global (Koesoema, 2011:211). Banyak para pakar dan ahli dalam bidang pendidikan yang membagi nilai-nilai pendidikan karakter dengan beberapa bagian. Dan menurut hemat penulis tidak ada permasalahan dalam hal pembagian tersebut, karena indikatornya sudah mencakup dalam aspek yang lengkap. 4. Tujuan Pendidikan Karakter di Indonesia Tidak bisa dipungkiri bahwa kemerosotan karakter bangsa Indonesia ini terjadi terus menerus terbukti dengan meningkatnya tindakan kriminal yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat yang tidak ada henti-hentinya stasion televisi menyiarkan berita tentang tawuran oleh mahasiswa, korupsi oleh para koruptor uang negara, penjualan bayi, pembunuhan dan mutilasi dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan keprihatinan bangsa Indonesia akan merosotnya pendidikan dan minimnya kesadaran berkarakter oleh masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, sosialisasi dan gebrakan adanya pendidikan karakter harus segera direalisasikan. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang kompetitif, tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang 26 Maha Esa berdasarkan pancasila (Narwanti, 2011:16). Tujuan pendidikan karakter adalah : 1. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). 2. Mengoreksi perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan. 3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama (Narwanti, 2011:17). Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia anak secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Melalui pendidikan karakter diharapkan anak mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Narwanti, 2011:17). Adanya pendidikan karakter ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata, di sini ada unsur proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan yang bertujuan untuk menjadikan manusia menjadi lebih utuh. Lebih utuh yang dimaksud adalah semakin makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya sehingga ia menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab (Koesoema, 2011:134). Nilai itu adalah nilai yang membantu orang lebih baik hidup bersama dengan orang lain dan dunianya (learning to live together) untuk menuju kesempurnaan. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti 27 hubungan sesama, diri sendiri, hidup bernegara, alam dunia dan Tuhan yang melibatkan unsur kognitif, afektif dan psikomotorik (Muslich, 2010: 67). Pendidikan karakter lebih mengutamakan moral individu yang ada, untuk itu dua paradigma pendidikan karakter merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Penanaman nilai dalam diri anak dan pembaharuan dalam tata nilai kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu merupakan dua wajah pendidikan karakter yang harus dilaksanakan secara bersamaan dan saling keterkaitan. Pada dasarnya, pendidikan sebagai proses alih nilai mempunya tiga sasaran yaitu: a. Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain. Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan bahwa pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan serta memupuk jati dirinya (Muslich, 2011:137). b. Menjadikan manusia tunduk dan memancarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlak mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya yaitu proses pembinaan imtak (Muslich, 2011:137). c. Dapat mentransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, 28 etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya yaitu proses pembinaan iptek (Muslich, 2011:137). Pendidikan budi pekerti tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai tersebut. B. Teori Pendidikan Islam 1. Definisi Pendidikan Islam Kata “Islam” dalam pendidikan Islam manunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam (Tafsir, 2005:24). Ahmad Tafsir (2005) menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha yang dilakukan salah satunya dengan cara mengajarnya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, memberi teladan (contoh), memberi pujian dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan dan lain sebagainya. Kesimpulannya, pengajaran adalah sebagian dari usaha pendidikan. Pendidikan adalah usaha mengembangkan seseorang agar terbentuk perkembangan yang maksimal dan positif (Tafsir, 2005:28). Konferensi yang diselenggarakan di Jeddah pada tahun 1977 menghasilkan definisi pendidikan menurut Islam dengan memberikan kesimpulan seluruh pengertian yang terkandung dalam istilah ta‟lim, tarbiyah, dan ta‟dib (Tafsir, 2005:28). Menurut pendapat Naquib Al-Attas yang dikutip oleh Ahmad Tafsir istilah ta‟dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Istilah ta‟dib merupakan masdar kata kerja addaba 29 yang berarti pendidikan, kemudian diturunkan kata addabun yang berartimendidik dan menjadikan orang mempunyai adab. Dari kata adab alAttas mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut. Pendidikan menurut Islam adalah usaha agar orang mengenali dan mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini (Tafsir, 2005:29). Abdurrahman al-Nahlawi merumuskan definisi pendidikan justru dari kata al-tarbiyah. Dari segi bahasa berasal dari tiga kata, yaitu : rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, rabba-yarbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara kemudian raba-yarbu, yang berarti bartambah, bertumbuh seperti dalam al-Qur‟an surat Al-Rum ayat 39 yaitu: dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). Manurut Imam al-Baidlawi di dalam tafsirnya arti asal al-rabb adalah al-tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna (Tafsir, 2005:29). Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al- 30 Bani menyimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur, yaitu: a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (baligh); b. Mengembangkan seluruh potensi; c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan; d. Dilaksanakan secara bertahap. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menuurut ajaran Islam (Tafsir, 2005:29). Akhir kesimpulannya Tafsir memberikan definisi pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Definisi yang digunakan ini hanyalah menyangkut pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain, yang diselenggarakan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah, menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik (Tafsir, 2005:32). 2. Tujuan Pendidikan Islam Komponen-komponen sifat dasar manusia yang diakui adalah tubuh, ruh, dan akal. Tujuan umum pendidikan Islam dapat dibagi tiga kelompok utama tersebut. Ketiga komponen di atas merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa terpisahkan, karena salah satu aspek darinya hancur atau rusak maka ketiganya ikut rusak. Ini berarti dalam pendidikan Islam mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu: tujuan jasmaniah, tujuan ruhani, dan tujuan mental (Abdullah, 2005:138). 31 a. Tujuan Pendidikan Jasmani Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan ke arah keterampilanketerampilan fisik yang dianggap perlu bagi teguhnya tubuh yang sehat. Kebiasaaan-kebiasaan yang bisa menumbuh-kembangkan kesehatan pribadi dianjurkan. Kebersihan jasmani dan penampilan yang baik merupakan teladan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan. Kebersihan jasmani sangat dianjurkan dalam Islam, sebagai contoh Islam menyuruh seseorang untuk bersuci sebelum melakukan ibadah, memakai pakaian bagus ketika hendak beribadah dan lain sebagainya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan biologis adalah perlu bagi eksistensi manusia sebagai suatu pribadi, seperti kebutuhan makan, minum ataupun seksual (Abdullah, 2005:139). Demikian pula perhatian al-Qur‟an terhadap penghargaan atas karunia jisim atau jasad manusia. Sebuah potongan ayat dalam surat albaqoroh ayat 247 disebutkan sebagai berikut: Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui. Sebagian ahli tafsir menafsirkan kalimat basthat fi al-jism dengan kekuatan fisik atau ukuran yang besar, atau dengan pengertian keduanya (Abdullah, 2005:138). 32 Kesimpulannya adalah, pendidikan Islam yang memberikan perhatian terhadap tubuh manusia, bertujuan menyajikan fakta-fakta relevan kepada siswa mengenai tubuhnya. Bertujuan membantu siswa mencapai kemampuan yang menjadikannya lebih kuat dan membantunya menanamkan sikap positif terhadap tubuhnya (Abdullah, 1991:157). b. Tujuan Pendidikan Rohani Seseorang yang mau mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka wajib menerima seluruh gagasan dan wawasan yang ada dalam al-Qur‟an. Menerapkan moralitas Qur‟ani sebagaimana tercermin dalam teladan Rasulullah. Sasaran dalam katagori ini adalah biasanya disebut sasaran yang bersifat spiritual (ruhiyyah). Pentingnya wawasan dan gagasan tersebut terbukti dalam ayat 4 surat al-Qalam yang memuji nabi (Abdullah, 1991:158): dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Para ahli pendidikan menyamakan tujuan religius (ahdaf diniyyah) dengan tujuan pendidikan rohani ini (Abdullah, 1991:158). Dalam surat Ali Imran ayat 19 disebutkan bahwa: ....... Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam....... Ayat tersebut menegaskan bahwa term Islam adalah sinonim dengan term ad-din. Islam menyantuni seluruh aspek kehidupan manusia (Abdullah, 1991:158). Dimensi spiritual yang dimaksudkan adalah sisi jiwa yang memiliki sifat-sifat ilᾱ hiyah (ketuhanan) dan memiliki daya 33 untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat tuhan dalam dirinya. Pemilikan sifat-sifat Tuhan bermakna memiliki potensi-potensi luhur batin. Potensi-potensi itu melekat pada dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan aktualisasi. Dimensi manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini adalah dimensi al-ruh (Baharuddin, 2007:136). Adopsi terhadap wawasan Qur‟ani adalah sebuah keharusan. Dalam ayat 10 surat Al-Baqoroh dinyatakan, orang-orang munafik yang tidak percaya tarhadap wawasan dan gagasan Qur‟ani adalah orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Ini artinya, penyusunan wawasan dan gagasan tersebut sebagai tujuan pendidikan mengharuskan adanya pembersihan terhadap sikap-sikap antagonis terhadap wawasan dan gagasan tersebut. Pemurnian individu dari sikap-sikap negatif semacam ini merupakan prioritas (Abdullah, 1991:160). c. Tujuan Pendidikan Akal Secara bahasa kata „aqlmempunyai aneka makna. Diantaranya bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja (fi‟il) „aqala bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena itulah orang yang menggunakan akalnya disebut aqil yaitu orang yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya (Baharuddin, 2007:115). Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehingga hawa nafsunya tidak dapat menguasai dirinya. Ia 34 mampu mengendalikan dirinya terhadap dorongan nafsu dan juga memahami kebenaran agama (Baharuddin, 2007:115). Dalam hal tujuan pendidikan akal, para pendidik diikat dengan tanggung jawab pengembangan inteligensia yang bakal mengantarkan siswa kepada pencapaian kebenaran “ultimate”. Pengkajian terhadap ayatayat Allah dan penemuan tentang susunan ayat-ayat tersebut bakal mengantarkan siswa (manusia) kepada pengenalan terhadap Dzat Maha Pencipta. Pendidikan dapat membantu dengan menyajikan fakta-fakta yang relevan dan memadai tentang apa yang dipelajari, pencapaian tujuan aqliyyah (Abdullah, 1991:161). Di samping membantu siswa mengetahui fakta-fakta dan meningkatkan kemampuan mental (aqliyyah), pendidikan Islam juga bertujuan mendorong dan mengantarkan mereka kepada cara berfikir logis. Pemahaman mendalam dan tidak sekedar hafalan, harus ditekankan untuk dicapai. Hafal terhadap bagian-bagian al-Qur‟an merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai, karena setiap muslim harus melafalkan ayat-ayat al-Qur‟an dalam praktek shalat juga ditekankan untuk memahami apa yang dibacanya. Al-Qur‟an tidak hanya untuk dihafalkan sebagai pengetahuan hafalan, namun ia diturunkan agar dipahami benar leh manusia (Abdullah, 1991:164). ...... Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran?.....(Q.S. 4 annisa:82) 35 Para ahli tafsir mengatakan, tadabbur merupakan pengetahuan mengenai bukti al-Qur‟an dan harmoni yang terjadi pada ayat-ayatnya. Dengan ini jelas kita tidak dapat menerima klaim yang menganggap memorisasi mendominasi atau harus mendominasi kurikulum pendidikan Islam. Pemahaman ini bukan sekedar pengetahuan hafalan, harus dijadikan fokus perhatian pendidikan (Abdullah, 1991:164). Dari ketiga tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti mendapatkan perhatian penuh. Oleh karena itu dalam teori pendidikan benar bahwasannya tidak boleh mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang memang menghasilkan pendidikan ketiga dimensi di atas. d. Tujuan Pendidikan Sosial Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Seorang tidak akan mampu hidup dalam suasana isolasi. Kenyataan ini nampak dari ayat yang ditujukan untuk manusia selalu menggunakan bentuk jamak. Panggilan dengan “Ya Ayyuhannas” yang berada pada 20 tempat, “Ya Bani Adam” berada pada 5 tempatdan kalimat “ya ayyuhal insan” hanya berada pada 2 tempat saja. Dalam ayat 65 surat al-Anfal disebutkan bahwa daya tahan dan kesabaran individual dalam peperangan disebut sebagai bagian dari usaha kolektif (Abdullah, 1991:165). 36 jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Dari ayat di atas terlihat bahwa Allah menyebutkan 20 orang dapat mengalahkan 200 orang, di sini bukan berarti satu orang dapat mengalahkan 10 orang. Maksudnya Allah memberikan tujuan bahwa semua akan terasa ringan ketika dilakukan dengan berjamaah atau bersama-sama. Dalam kelompok individu dipaksa ikut memikirkan anggota atau orang lain dalam kelompok tersebut. Dari sini jelaslah bahwa pendidikan harus memperhatikan atau memberi perhatian lebih pada aspek sosial. Jika tujuan pendidikan tidak dapat menciptakan berlangsungnya kebutuhan sosial, maka akan terjadi ketidakseimbangan (Abdullah, 1991:166). Kelompok penting yang paling berpengaruh bagi individu, adalah keluarga. Pendidikan harus bertujuan mengembangkan sikap yang pantas dilakukan anngota keluarga, seperti cinta anak, hormat kepada orang tua, mengakui peran istri ataupun suami dan sebagainya. Kurikulum pendidikan Islam juga bertujuan membiasakan kemampuan sosial tertentu yang berhubungan dengan masalah keluarga (Abdullah, 1991:166). Memasyarakatnya kemampuan sosial yang baik seperti komunikasi dengan sesama, merupakan bagian dari tujuan pendidikan Islam. 37 Hal yang paling penting adalah menerapkan kehidupan sosial yang berbasis Qur‟ani. Jika ada individu yang melenceng jauh dari ajaran Qur‟ani kita wajib untuk menjauhinya dan haram uuntuk memeliharanya. Harmoni antara individu dan sosial tidak memberikan celah bagi kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individu dalam pendidikan. Pendidikan bertujuan mengembangkan wawasan dan gagasan agar sesuai dengan standar masyarakat yang berlaku sekarang. 38 BAB III DESKRIPSI KONSEP A. Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia 1. Hakikat Pendidikan Karakter di Indonesia Hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda (Narwanti, 2011:16).Pendidikan karakter seharusnya dimulai dari sini, karena pemudalah penerus bangsa yang akan melanjutkan perjuangan memajukan negara Indonesia. Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal. Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral acting). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, pendikan karakter adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber 39 moral dan disajikan dengan memerhatikan pertimbangan psikologis untuk pertimbangan pendidikan (Zuchdi, 2009:39). Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab (Zuchdi, 2009:39). Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral. Pendidikan karakter selama ini baru dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah/madrasah (taman kanakkanak atau raudhatul athfāl). Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya kurikulum di Indonesia masih belum optimal dalam menyentuh aspek karakter ini, meskipun sudah ada materi pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan. Strategi pembelajaran yang berkenaan dengan moral knowing akan lebih banyak belajar melalui sumber belajar dan nara sumber. Pembelajaran moral loving akan terjadi pola saling membelajarkan secara seimbang di antara siswa. Sedangkan pembelajaran moral acting akan lebih banyak menggunakan pendekatan individual melalui pendampingan pemanfaatan potensi dan peluang yang sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga strategi pembelajaran tersebut sebaiknya dirancang secara sistematis agar para siswa dan guru dapat memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan potensi dan peluang yang tersedia di lingkungannya. Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya kebiasaan berpikir dalam arti peserta didik memiliki pengetahuan, kemauan dan keterampilan dalam berbuat kebaikan. Melalui pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat menyiapkan pola-pola manajemen 40 pembelajaran yang dapat menghasilkan anak didik yang memiliki karakter yang kuat dalam arti memiliki ketangguhan dalam keilmuan, keimanan, dan perilaku shaleh, baik secara pribadi maupun sosial. 2. Kurikulum Pendidikan Karakter di Indonesia Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, implementasi dari dokumen yang dirancang dalam kehidupan serta nyata. Komponen-komponen kurikulum saling berkaitan dan saling mempengaruhi, terdiri dari tujuan yang menjadi arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi (Sanjaya, 2010:16).Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan. Di era kurikulum 2004-2008 yang menggunakan kurikulum KBK dan KTSP, pembelajaran lebih mendapatkan penegasan pada kewenangan guru untuk menentukan indikator, pengalaman belajar, dan rangkaian belajar yang bisa mengantarkan tercapainya Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat. Bahkan untuk pendidikan agama (PAI) dan pendidikan kewarganegaraan sudah mendapatkan pembobotan yang jelas, yakni PAI dengan akhlak mulia atau budi pekerti dan PPKN terkonsentrasi pada kepribadian. Kalau saja mata pelajaran ini bisa diturunkan 41 dalam pembelajaran nyata di sekolah/madrasah, dengan fokus dan pendekatan yang jelas pada akhlak mulia, budi pekerti, dan kepribadian, seharusnya sudah bisa memberi harapan yang jauh lebih baik untuk memperbaiki akhlak siswa dibanding dengan harapan pada kurikulum sebelumnya. Namun untuk melakukan penguatan bagi perubahan perilaku peserta didik yang semakin berakhlak yang mengarah pada perolehan nilai-nilai hidup, bukan sematamata nilai angka yang hanya menggambarkan prestasi akademik, bukan belajar untuk berprestasi dalam kehidupan. Desain kurikulum pendidikan karakter bukan sebagai teks bahan ajar yang diajarkan secara akademik, tetapi lebih merupakan proses pembiasaan perilaku bermoral. Nilai moral dapat diajarkan secara tersendiri maupun diintegrasikan dengan seluruh mata pelajaran dengan mengangkat moral pendidikan atau moral kehidupan, sehingga seluruh proses pendidikan merupakan proses moralisasi perilaku peserta didik. Bukan proses pemberian pengetahuan moral, tetapi suatu proses pengintegrasian moral pengetahuan. Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya menanamkan kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya (Zubaidi, 2011:17).Penamaan pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu. Pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah/madrasah, keluarga, lingkungan masyarakat, mapun lingkungan media massa. 42 3. ImplementasiPendidikan Karakter Proses pembelajaran pendidikan karakter secara terpadu bisa dibenarkan karena sejauh ini muncul keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Istilah terpadu dalam pembelajaran berarti pembelajaran menekankan pengalaman belajar dalam konteks yang bermakna. Ciri-ciri pendidikan terpadu adalah: (1) berpusat pada peserta didik; (2) memberikan pengalam langsung kepada peserta didik; (3) pemisahan bidang studi tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran; (5) bersifat luwes, dan (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik (Zubaidi, 2011:268). Integrasi pembelajaran dapat dilakukan dalam substansi materi, pendekatan, metode, dan model evaluasi yang dikembangkan. Tidak semua substansi materi pelajaran cocok untuk semua karakter yang akan dikembangkan, perlu dilakukan seleksi materi dan sinkronisasi dengan karakter yang akan dikembangkan. Pada prinsipnya semua mata pelajaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan semua karakter peserta didik, namun agar tidak terjadi tumpang-tindih dan terabaikannya salah satu karakter yang akan dikembangkan, perlu dilakukan pemetaan berdasarkan kedekatan materi dengan karakter yang akan dikembangkan. Dari segi pendekatan dan metode meliputi inkulkasi (inculcation), keteladanan (modeling,qudwah), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan keterampilan (skill building) (Zuchdi, 2010:46-50).Dalam pendidikan 43 karakter, pemodelan atau pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan. Untuk dapat menggunakan strategi ini ada dua syarat harus dipenuhi. Pertama, guru harus berperan sebagai model yang baik bagi peserta didik dan anaknya. Kedua, peserta didik harus meneladani orang terkenal yang berakhlak mulia, misalnya Nabi Muhammad saw. Cara guru menyelsaikan masalah dengan adil, menghargai pendapat anak dan mengeritik orang lain dengan santun, merupakan perilaku yang secara alami dijadikan model bagi anak (Zuchdi, 2010:46-50). Pembelajaran moral bagi peserta didik akan lebih efektif apabila disajikan dalam bentuk gambar, seperti film, sehingga peserta didik bukan saja menangkap maknanya dari pesan verbal mono-pesan, melainkan bisa menangkap pesan yang multi-pesan dari gambar, keterkaitan antargambar dan peristiwa dalam alur cerita yang disajikan. Contoh: penyampaian pesan bahwa narkoba itu harus dihindari, maka tayangan tentang derita orang-orang yang dipenjara karena korban narkoba jauh lebih bermakna daripada disampaikan secara lisan, melalui metode ceramah. Namun demikian, bila ingin lebih mendalam tingkat penerimaan mereka, bisa dilanjutkan dengan metode renungan (al-muhasabah) setelah terkondisikan dengan baik melalui cerita dalam film yang baru saja ditayangkan. 44 B. Konsep Pendidikan Karakter dalam Islam 1. Karakter Manusia dalam Islam Manusia diberi oleh Allah karakter atau kecenderungan untuk berbuat baik dan juga berbuat buruk, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat As-Syams yang berbunyi: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Dari ayat di atas Allah menjelaskan pemberian ilham yaitu berupa pengetahuan dalam diri manusia yang tidak diketahui dari mana sumbernya. Lebih jelas lagi Al-Maraghi dalam tafsirnya mengatakan: Kemudian Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada setiap jiwa manusia tentang kefasikan dan ketakwaan serta memperkenalkan keduanya, sehingga ia mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana petunjuk dan mana kesesatan. Semua itu bisa dipahami oleh orang-orang yang mempunyai mata hati. (Al-Maraghi, 1993:298) Tegasnya, Allah memberi akal kepada manusia yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara kebajikan dan kejahatan serta diberi kesanggupan untuk melakukan keduanya (Ash-Siddieqy, 2003:4606). Dalam hal ini manusia tetapi mempunyai kecenderungan untuk berbuat kebajikan. Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsepkonsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan terletak pada bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yang disebut ma'ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan 45 kepada kedua orang-tua adalah buruk. Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-beda antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi yang lain. Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik (Shihab, 1996:254). Secara umum karakter dalam perspektif Islam dibagi menjadi dua, yaitu karaktermulia (al-akhlaq al-mahmudah) dan karakter tercela (al-akhlaq al-madzmumah) a. Karakter positif manusia (Sukanto, 1985:208) 1) Menunaikan hak dan kewajiban .......... dan sempurnakanlah takaran dan timbangan (hak dan kewajiban) dengan adil. (Q.S.Al-An‟am 6:152) 2) Etos kerja keras Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui,(Q.S.Az-Zumar 39:39) 3) Sikap adil .... Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.(Q.S.AlMaidah 5:42) 4) Lapang dada ... 46 Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.(Q.S.Al-Hijr 15:85) 5) Musyawarah ...... dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. (Q.S.Ali Imran 3:159) 6) Sikap etis Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar,(Q.S.Al-Ahzab 33:70) 7) Beribadah kepada Allah dan berbakti kepada orang tua ... sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapak (Q.S.An-Nisa 4:36) 8) Memenuhi janji ... dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.(Q.S.Al-Isra 17:34) 9) Menunaikan amanat ... Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, (Q.S.An-Nisa 4:58) 47 10) Keteguhan mental (sabar) ...... dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. (Q.S.Luqman 31:17) 11) Rajin dan Tertib ... Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (Q.S.Al-Baqarah 2:282) b. Karakter negatif manusia (Sukanto, 1985:210) 1) Mengurangi hak orang lain dan merusak tata tertib ... ... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. (Q.S.Al-A‟raf 7:85) 2) Makan harta anak yatim ... dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa (Q.S.Al-Isra 17:34) 3) Dusta ... dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta.(Q.S.An-Nahl 16:116) 48 4) Iri/dengki ... dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Q.S.An-Nisa 4:32) 5) Bakhil dan boros dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.(Q.S.Al-Isra 17:29) 6) Serakah ... Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, (Q.S.An-Nisa 4:29) 7) Jahat/keji ... dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, (Q.S.Al-An‟am 6:151) 8) Sombong ... dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, (Q.S.Al-Isra 17:37). 49 2. Pendidikan Karakter dalam Islam Pendidikan karakter dalam ajaranIslam sudah dikenal 15 abad yang lalu.Bahkan pendidikan karakter merupakan misi utama nabi Muhammad S.A.W. dalam berdakwah dan beliaulah yang mempunyai karakter yang agung hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi: dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Puncak karakter seorang muslimadalah taqwa, dan indikator ketaqwaannyaadalah terletak pada akhlaknya.Tujuan pendidikan karakter yaitu manusia yang memiliki akhlak budi pekerti yang luhur. Sehingga manusia berkarakter taqwa adalah gambaran manusia ideal yaitu manusia yang memiliki kecerdasan emosional spiritual (emotional spiritual quotient). Kecerdasan emosional yang dibarengi kecerdasan spiritual inilah yang seharusnya paling ditekankan dalam pendidikan. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai etis religius melalui keteladanan dari keluarga, sekolah dan masyarakat, penguatan pengamalan peribadatan, pembacaan dan penghayatan kitab suci Al-Qur‟an, penciptaan lingkungan baik fisik maupun sosial yang kondusif. Apabila emosional spiritual anak sudah tertata, maka akan lebih mudah untuk menata aspek-aspek kepribadian lainnya. Maksudnya, kalau kecerdasan emosional spiritual anak berhasil ditingkatkan, secara otomatis akan meningkatkan kecerdasan-kecerdasan lainnya seperti kecerdasan memecahkan masalah (adversity quotient) dan kecerdasan intelektual (intellectual quotient) dari sini akan terciptalah kesuksesan anak 50 dunia dan akhirat lantaran kecerdasan anak dalam berbagai hal (Agustian, 2001:xx). Untuk menciptakan keceradasan emosional spiritual anak perlu ditanamkan suatu pemahaman, visi, sikap terbuka, integritas, karakter, konsisten dan sifat kreatif yang didasari atas kesadaran diri serta sesuai dengan suara hati (Agustian, 2001:xxi). Allah berfirman dalam surat AlJumuah ayat 2 yang berbunyi: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, Istilah tazkiyyah dalam ayat di atas yang berarti mensucikan mereka yaitu mensucikan akhlak mereka dari perbuatan-perbuatan dhalim. Metode tazkiyah digunakan untuk membersihkan jiwa (SQ). Tazkiyah lebih berfungsi untuk mensucikanjiwa dan mengembangkan spiritualitas.Dalam pendidikan Jiwa sasarannyaadalah terbentuknya jiwayang suci, jernih (bening) dan damai(bahagia). Sedang output-nya adalahterbentuknya jiwa yang tenang (nafs al-mutmainnah), ulûl arhâm dan tazkiyah. Ulûl arhâm adalah orangyang memiliki kemampuan jiwa untukmengasihi dan menyayangi sesamasebagai manifestasi perasaan yangmendalam akan kasih sayang Tuhan terhadap semua hamba-Nya (Mishad, 2012:37). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam Islam sama dengan pendidikan akhlak dan juga merupakan pensucian jiwa dan karakter 51 manusia menjadi manusia yang bertakwa. Pendidikan karakter menuntut manusia untuk berbudi luhur seperti Nabi Muhammad yang merupakan teladan bagi umat manusia. Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi: Artinya : Dari Abu Hurairah rasulullah Saw. Bersabda paling sempurnanyaiman seorang mukmin adalah mereka yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kamu adalah yang baik kepada istrimu” (H.R.Tirmidzi) (Muhammad, 1975:1162). 3. Proses Penanaman Nilai Karakter dalam Pendidikan Islam Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan Pendidikan Nasional (Narwanti, 2011:28). 1. Proses penanaman nilai-nilai karakter religius, yang berada dalam dalam sumber utama hukum Islam yaitu al-Qur‟an. a. Dengan beribadah kepada Allah dengan sunguh-sungguh seperti terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Al-Baqarah ayat 63 52 dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa". Al-A‟raf ayat 171 dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakanakan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa". b. Dengan melaksanakan hukum sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah surat Al-Baqarah ayat 179: dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. c. Dengan menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadhan seperti yang terdapat dalam surat Al-baqarah ayat 183. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, 53 d. Dengan senantiasa berada pada jalan Allah S.W.T. dan tidak boleh mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam. Seperti firman Allah S.W.T. dalam surat Al-An‟am ayat 153: dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. 2. Proses penanaman nilai-nilai karakter jujur, yang berada dalam dalam alQur‟an sebagaimana termaktub dalam surat At-Taubah ayat 119 yang menyebutkan bahwa orang beriman harus jujur. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur. 3. Proses penanaman nilai-nilai karakter toleransi, dan Al-Qur‟an memberikan toleransi kepada seseorang dalam beragama terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 256: ... tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Surat Al-Kafirun ayat 6 untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." 54 Surat Yunus ayat 41 Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". Surat Al-Kahfi ayat 29 .... dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". 4. Proses penanaman nilai-nilai karakter disiplin. Al-Qur‟an memerintahkan untuk senantiasa mendirikan shalat tepat waktu atau disiplin dalam menjalankan ibadah yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 238: Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. 5. Proses penanaman nilai-nilai karakter kerja keras yaitu dengan mengerahkan seluruh tenaga untuk mencari penghidupan di muka bumi yang terdapat dalam surat Al-Mulk ayat 15: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. 55 6. Proses penanaman nilai-nilai karakter kreatif. Dengan menciptakan perubahan menuju yang terbaik karena Allah tidak akan merubah kecuali manusia itu sendiri merubahnya. Sebagaiman terdapat dalam surat ArRa‟du ayat 11: ...... Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 7. Proses penanaman nilai-nilai karakter mandiri. Al-Qur‟an menjelaskan bahwa individutidak akan mendapatkansuatu beban apapun diatas kemampuannya sendiri, tetapi setiap orang akanmenghadapi dan melakukan sesuai dengan kemampuannya, maka dengan itusetiap individu harus mandiri dalam menyelesaikan persoalan atau sesuatu dan tidak bergantung pada orang lain dalam surat Al-Mukminun ayat 62: Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya. 8. Proses penanaman nilai-nilai karakter demokratis. a. Dalam menjadikan seseorang mulia Allah demokratis terhadap hambaNya yaitu sesuai dengan kemauan manusia itu sendiri. Juga menilai sama hak hamba-hamba-Nya seperti terdapat dalam surat Al-Hujarat ayat 13: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya 56 orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. b. Dalam pembagian harta waris terdapat nilai karakter demokratis yaitu memberikan hak yang adil bagi laki-laki dan perempuan. Seperti terdapat dalam surat An-Nisa‟ ayat 7: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. 9. Proses penanaman nilai-nilai karakter rasa ingin tahu. Pada penciptaan langit dan bumi juga pergantian siang dan malam terdapat banyak pelajaran bagi orang yang mempunyai rasa ingin tahu. Terdapat dalam surat Ali Imran ayat 190 dan Adz-Zariyat 20-21: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, Adz-Zariyat 20-21 dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orangorang yang yakin.dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? 57 10. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter semangat kebangsaan danCinta tanah air. Ayat yang secara ekplisit menerangkan tentang mencintai tanah air dan semangat untuk kebangsaan tidak ada, tetapi Islam mengajarkan kepada manusia agar saling mengenal dan saling bersahabat sebagaimana tertera dalam surat Al-Hujarat ayat 13: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 11. Proses penanaman nilai-nilai karakter menghargai prestasi. Dalam Islam menghargai prestasi bisa dengan memberikan ganjaran terhadap prestasi yang tertmaktub dalam surat Ali Imran ayat 148: karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. 12. Proses penanaman nilai-nilai karakter bersahabat, dengan indikator bermusyawah dalam memecahkan suatu masalah.Dengan bermusyawarah al-Qur‟an menanamkan nilai karakter bersahabat. Sebagaimana terdapat dalam surat As-Syura ayat 38 dan Ali „Imran ayat 159: 58 Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. 13. Proses penanaman nilai-nilai karakter cinta damai. a. Dengan asma Allah As-Salam yaitu penebar kedamaian yang terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 23: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. b. Dengan tolong menolong dalam berbuat kebaikan yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2: ...... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. 14. Proses penanaman nilai-nilai karakter gemar membaca, sebagaimana terkandung dalam surat al-„Alaq ayat 1-4. Yaitu sebagaimana Jibril mengajarkannya kepada Nabi Muhammad SAW dan juga Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. 59 bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 15. Proses penanaman nilai-nilai karakter peduli lingkungan. Allah menyebutkan bahwa manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 11 dan Al-A‟raf ayat 56: dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. 16. Proses penanaman nilai-nilai karakter peduli sosial. a. Dengan menyuruh manusia untuk berbuat ma‟ruf terdapat dalam surat Ali Imran ayat 110: ... 60 kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. b. Dengan berbuat baik kepada siapa saja, terutama kedua orang tua yang terdapat dalam surat An-Nisa ayat 36: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, 17. Proses penanaman nilai-nilai karakter bertanggung jawab. Dengan berhati-hati dalam melakukan sesuatu sebagaimana terdapat dalam surat Al-Isra ayat 36: dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. BAB IV 61 PEMBAHASAN A. Analisis Pendidikan Karakter (Teori Lickona) dalam Pendidikan Islam Dalam pendidikan Islam istilah al-khuluq (karakter) adalah bentuk jamak dari akhlak. Kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi luar yang mencakup al-thab‟u (tabiat) dan al-sajiyah (bakat). Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan, insting, refleks-refleks, kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-kecenderungan, perasaan, emosi, sentimen, minat, kebajikan dan dosa serta kemauan (Mujib, 2006:45). Lickona (1992) dalam bukunya Masnur Muslich mengungkapkan penekanan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan (Muslich, 2011:133). Moral knowing merupakan hal penting untuk diajarkan yang terdiri dari enam hal, yaitu: 1). Moral Awareness (kesadaran moral), 2). Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), 3). Perspective taking (penentuan sudut pandang), 4). Moral reasoning (logika moral), 5). Decision making (keberanian mengambil sikap), 6). Self knowledge (pengenalan diri sendiri) (Muslich, 2011:133). 62 Dalam Al-Qur‟an moral knowing disebutkan dengan bahasa dimensi akal atau ranah kognitif. Dimensi akal memiliki daya mengetahui (al-„ilm). Daya mengetahui itu muncul sebagai akibat adanya daya pikir. Sebagai contoh: tafakkur (memikirkan), al-nazar (memperhatikan), al-i‟tibar (menginterpretasikan), dan lain-lain.Dimensi akal juga memiliki daya memahami seperti tadabbur (memahami dengan seksama), ta‟ammul (merenungkan), istibsyar (melihat dengan mata batin), tazakkur (mengingat), dan lain sebagainya. Daya berpikir ini menggunakan alat indra sebagai sumber memperoleh informasi dari luar yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan perasa (Baharuddin, 2007:233). Hal ini dipahami berdasarkan konteks ayat yang menggunakan kata tafakkur yang berjumlah 18 ayat. Semuanya berbicara tentang hal-hal yang konkrit dan memerlukan indra sebagai alat bantu. Yaitu digunakan untuk menerima, meyimpan, menyusun, memilih, menganalisis, memikirkan sampai menangkap maknanya. Sementara itu, daya memahami (tadabbur) menggunakan persepsi dalam. Hal ini dipahami berdasarkan seluruh ayat yang menggunakan istilah tadabbur selalu berhubungan dengan hal-hal yang abstrak, yaitu berupa ayat yang ada dibalik teks (Baharuddin, 2007:234). Berangkat dari teori ini penulis memberikan analisis bahwa moral knowing atau pengetahuan tentang moral yang diungkapkan oleh pakar pendidikan karakter Lickona dalam al-Qur‟an menyebutnya dengan tafakkur (memikirkan) dan tadabbur (memahami) yang melibatkan aspek kognitif yang dibantu oleh wilayah panca indera manusia. Hasil dari tafakkur (memikirkan) dan tadabbur (memahami) adalah pengetahuan tentang moral 63 yang bersifat rasional. Misalnya seseorang tidak melakukan tindakan mencuri karena rasionalnya orang yang mencuri akan dikenai hukuman dan bukan karena menjunjung tinggi nilai kejujuran. Sebagaimana termaktub dalam surat At-Taubah ayat 119: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur. Yaitu ketika seseorang ingin berlaku jujur hendaknya bersama dengan orang-orang yang jujur. Nilai kejujuran itulah yang diharapkan dipahami oleh anak (moral feeling) yang akan dibahas pada materi selanjutnya. Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni concience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu mengontrol diri), humility (kerendahan hati) (Muslich, 2011:133). Dimensi yang melaksanakan moral feeling ini adalah emosi seseorang yang dikendalikan oleh al-qolb yang memiliki dua daya, yaitu memahami dan merasakan. Berbeda dengan akal yang hanya mampu memahami saja, di sini al-qalb mampu merasakan. Memahami pada akal yang mengerahkan segenap kemampuan berupa kemampuan persepsi-dalam dan persepsi-luar, maka daya memahami pada qalb di samping menggunakan persepsi tersebut, juga memiliki persepsi-ruhaniyah yang sifatnya adalah menerima. Yaitu 64 memahami haqq (kebenaran) dan ilhᾱ m (ilmu dari Tuhan) yang muncul dari qalb yang benar-benar suci. Penyucian qalb disebut dengan tazkiyah qalb dilakukan dengan mengisinya penuh dengan seluruh perintah Allah dan mengosongkannya dari seluruh larangan Allah (Baharuddin, 2007:235). Inilah konsep takwa dalam al-Qur‟an yang sesuai dengan nilai karakter religius. Pengetahuan qalb bersifat supra rasional. Dari sini penulis memberikan analisis jika ketakwaan (kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan alam) sudah tertanam dalam diri, maka seseorang sudah bisa merasakan adanya moral feeling. Dalam hal ini seseorang mampu memahami adanya nilai-nilai kebaikan yang tertanam ketika seseorang melakukan sebuah kebaikan. Misalnya sebagaimana dalam surat al-baqarah ayat 183: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjalankan ibadah puasa, dan perintah ini sifatnya wajib. Jika pemahaman seseorang hanya sampai pada aspek moral knowing, ia berpuasa hanya karena malu dilihat orang lain ataupun karena takut dosa kepada dan mendapatkan hukuman. Dalam aspek moral feeling seseorang memahami nilai yang terkandung dalam perintah berpuasa yaitu ada rasa empathy merasakan penderitaan orang-orang miskin yang tidak mampu makan dalam kesehariannya dan terbiasa dengan kelaparan. Selain itu ada nilai pengontrolan diri yaitu dengan 65 menahan hawa nafsu (makan, minum, dan biologis) dan juga menahan untuk berbuat maksiat kepada manusia ataupun Allah. Jika orang sudah sadar akan nilai-nilai tersebut maka dalam ayat tersebut disebutkan oleh Allah akan menjadi orang yang bertakwa sebagaimana keterangan di atas. Jika moral knowing dan moral feeling diwujudkan dalam sebuah tindakan perilaku seseorang maka terlaksanalah aspek yang ketiga yaitu moral action yang merupakan aplikasi dari keduanya. Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik, maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu competence (kompetensi), keinginan (will), dan habit (kebiasaan) (Muslich, 2011:134). Analisis penulis pelaku dalam moral action ini adalah aspek jismiyah manusia yaitu keseluruhan organ fisik-biologis manusia, yang mencakup sistem syaraf, kelenjar, sel, dan seluruh organ dalam dan organ luar fisik manusia. Keseluruhan organ fisik-biologis manusia ini memiliki tiga daya utama, yaitu: daya al-gᾱ dziyah (makan, nutrisi), al-munmiyah (tumbuh), almuwallidah (reproduksi) dan daya khusus, yaitu daya untuk mengaktualkan secara kongkrit, terutama dalam bentuk tingkah laku, seluruh kondisi psikis manusia. Dalam hubungannya dengan aspek-aspek dan dimensi-dimensi diri manusia lainnya, aspek ini bersifat pasif dan menerima (Baharuddin, 2007:230). 66 Persentuhan ilmu yang diperoleh dengan aql dan qalb serta dilakukan oleh jisim itulah yang disebut dengan pikir, zikir plus „amal yang pemiliknya disebutulū al-albᾱ b atau ulū al-nuhᾱ . Yang terdapat dalam 9 tempat dalam al-Qur‟an yaitu Ali-„Imran ayat 7, Al-Baqarah ayat 197, Ar-Ra‟du ayat 19, Al-Maidah ayat 100, Ibrahim ayat 52, Thaha ayat 54, Al-Baqarah ayat 179, Ali-„Imran ayat 190, dan Thaha ayat 128. Yang kesemuanya mengindikasikan bahwa ulū al-albᾱ b atau ulū al-nuhᾱ adalah mereka yang bisa mengetahui, memahami, merasakan dan mengamalkan perintah Allah SWT sebagaimana konsep takwa yang disebutkan sebelumnya. Kesesuaian teori Lickona dengan ayat-ayat yang terdapat dalam alQur‟an dikupas oleh para pakar dengan gaya bahasa yang berbeda. Penulis mencoba menganalisisnya dan menemukan teori tersebut dari al-Qur‟an tentang perkembangan pendidikan karakter yang meliputi ketiga aspek aql, qalb, dan jismiyah. Ketiga aspek moral tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat dan ketiganya saling bersinergi. Seorang anak harus diberikan pengetahuan tentang moral karena tanpa adanya arahan dari orang tua anak tidak akan memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang moral yang dengannya anak mengetahui hal-hal baik dan buruk. Penanaman perasaan moral dan pelaksanaan atau tindakan moral harus ditanamkan sejak dini, karena seorang anak yang sudah terlanjur dan terbiasa melakukan hal-hal buruk atau negatif akan sulit sekali untuk penanaman moral kembali, maka sebelum hal itu terjadi alangkah baiknya dilakukan pencegahan sebelum kejadian hal yang tidak diinginkan. 67 B. Relevansi Pendidikan Karakter di Indonesia dengan Pendidikan Islam Pendidikan karakter dalam perspektif Islam sejatinya adalah internalisasi nilai-nilai akhlak ke dalam pribadi pelajar. Internalisasi ini merupakan proses pembangunan jiwa yang berasaskan konsep keimanan. Gagalnya sebuah pendidikan karakter yang terjadi selama ini, dapat disebabkan karena tidak adanya karakter yang mengajarkan nilai keimanan dan konsep akhlak. Sehingga, proses pembangunan karakter tersendat bahkan hilang sama sekali.Untuk membentuk penuntut ilmu berkarakter dan berakhlak, maka pendidikan Islam harus mengarahkan target pendidikan kepada pembangunan individu yang memahami tentang kedudukannya, baik kedudukan di hadapan Tuhan, di hadapan masyarakat dan di dalam dirinya sendiri. Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda (Narwanti, 2011:16).Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu (Narwanti, 2011:28): religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral acting (tindakan moral). Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu: 68 a. Tujuan Pendidikan Jasmani Pendidikan Islam memberikan perhatian terhadap tubuh manusia, bertujuan menyajikan fakta-fakta relevan kepada siswa mengenai tubuhnya. Bertujuan membantu siswa mencapai kemampuan yang menjadikannya lebih kuat dan membantunya menanamkan sikap positif terhadap tubuhnya (Abdullah, 1991:157). b. Tujuan Pendidikan Rohani Para ahli pendidikan menyamakan tujuan religius (ahdaf diniyyah) dengan tujuan pendidikan rohani ini (Abdullah, 1991:158). Dimensi spiritual yang dimaksudkan adalah sisi jiwa yang memiliki sifat-sifat ilᾱ hiyah (ketuhanan) dan memiliki daya untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat tuhan dalam dirinya. Pemilikan sifat-sifat Tuhan bermakna memiliki potensi-potensi luhur batin. Potensi-potensi itu melekat pada dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan aktualisasi. Dimensi manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini adalah dimensi al-ruh (Baharuddin, 2007:136). c. Tujuan Pendidikan Akal Secara bahasa kata „aqlmempunyai aneka makna. Diantaranya bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja (fi‟il) „aqala bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena itulah orang yang menggunakan akalnya disebut aqil yaitu orang yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya (Baharuddin, 2007:115). 69 Dari ketiga tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti mendapatkan perhatian penuh. Oleh karena itu dalam teori pendidikan benar bahwasannya tidak boleh mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang memang menghasilkan pendidikan ketiga dimensi di atas. Dari pernyataan di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa pendidikan karakter di Indonesia yang mencakup 18 nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang mengacu pada moral knowing, moral feeling, dan moral acting sesuai dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal. 70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada bab ini penulis akan membahas intisari dari pembahasan yang mengacu pada fokus masalah dan tujuan penelitian. Dari pembahsannya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep pendidikan karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda yang mencakup 3 aspek yaitu pengetahuan moral (moral knonwing), sikap moral (moral feelling), dan perilaku moral (moral acting). 2. Konsep pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam yang menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. 3. Pendidikan karakter di Indonesia yang mencakup moral knowing, moral feeling, dan moral acting sesuai dengan pendidikan Islam yaitu tujuan pendidikan yang mencakup tiga aspek jasmani, rohani dan akal. B. Saran-saran 1. Bagi Pemerintah Diharapkan pemerintah Indonesia mampu mengeluarkan kebijakankebijakan yang mengarah pada pembentukan karakter positif serta penerapan nilai-nilai pendidikan karakter. Yang berakhir pemusnahannya tindak kriminal yang merajalela di negeri tercinta ini. 71 pada 2. Bagi Masyarakat Masyarakat sebagai pemeran pendidikan karakter hendaknya mengetahui nilai-nilai karakter yang wajib ditanamkan pada diri anak dan membunuh potensi negatif yang berada pada anak. Dukungan masyarakat dalam menanamkan nila-nilai pendidikan karakter sangatlah dibutuhkan kesadaran yang nyata pada tiap-tiap individu masyarakat. C. Penutup Segalapujibagi Allah SWT, yang telahmelimpahkansegalarahmat, taufiq, hidayah, sertainayah- Nya.Sehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenulisanskripsiinidengan rasa syukur dan limpahan rahmat dari Allah SWT. Penulismenyadarisepenuhnyabahwapenulisanskripsibelummencapa itahapkesempurnaan.Hal inidikarenakanketerbatasankemampuanpenulis dan karena kesempurnaan yang hakiki adalah milik Allah SWT semata.Olehkarenaitu, demi kesempurnaanskripsiinipenulissangatmengharapkankritikdan saran dariparapembaca, yang semogadengankritikdan saran pembacaberikandapatmembangunskripsiiniuntukmendekatitahapkesempurnaa n. Penulis juga ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan, motivasinya dan sumbangsihnya dalam proses penyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga mencapai tahap selesai. Penulisberharapskripsiinidapatbermanfaatkhususnyabagipenulis, pengkaji yang ingin mengkajinyadanparapembacapadaumumnya. 72 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdurrahman Shaleh, 2005, Teori-teori pendidikan berdasarkan alQur‟an, Diterjemahkan oleh H.Arifin dan Zainuddin, Jakarta:Rineka Cipta. , 1991, Landasan Dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur‟an Serta Implementasinya, Diterjemahkan oleh Mutammam, Bandung: CV. Diponegoro. Al-Jazairi, Abu Bakar,2008,Aisarut Tafasir Likalamil Aliyyil Al-Kabir, Riyad: Maktabah Ar-Rusyd. Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir Al-Maraghi, Diterjemahkan oleh: Bahrun Abu Bakar dan Hery Noer Aly, Semarang: CV.Toha Putra. Ahmad, Abu Bakar, 2009, Musnad Al-Bazzar, Madinah:Maktabah „Ulum Al-Bukhori, Muhammad Bin Ismail, 2002, Sohih Bukhori, Madinah:DarTauqin Najat. Al-Asqalani, Ibnu Hajar, 2008, Fathul Barri, Terj. Amiruddin, Jilid XXIII, Jakarta: Pustaka Azzam. Arikunto, Suharismi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:PT. Rineka Cipta. Ash-Shiddieqy, Hasbi, 2003, Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-Nur 5,Semarang:PT Pustaka Rizki Putra. Anton, Bakker, 1984, Metode-Metode Filsafat, Jakarta:Ghaila Indonesia. Arifin, M., 1986, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta:Golden Terayon Press. 73 Azizah, Nur, 2011, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Hadits, Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusn Tarbiyah UIN Malang. Baharuddin, 2007, Paradigma Psikologi Islami Studi Tentang Psikologi Dari Al-Qur‟an, Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Ginanjar Agustian, Ary, 2001, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Jakarta:Arga. Hasan Al-Mahami, Muhammad Kamil, 2005, Al-Mausu‟ah Al-Qur‟aniyyah, diterjemahkan oleh:Ahmad Fawaid Syadzili, Jakarta:PT.Kharisma Ilmu. Indar, Djumberansyah, 1994, Filsafat Pendidikan, Surabaya:Karya Abditama. Koesoema, A. Doni, 2010, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, Jakarta:grasindo. Mishad, 2012, Pendidikan Karakter: Prespektif Islam, Malang:MPA. Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Dhohhak At-Tirmidzi, 1975, Sunan At-Tirmidzi, Mesir:Maktbah Mushthofa Al-Babi Al-Halbi. Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada. Muslich, Masnur, 2011, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta:Bumi Aksara. M.M, Sukanto, 1985, Nafsiologi Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi, Jakarta:Integrita Press. 74 Narwanti, Sri, 2011, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, Yogyakarta:Familia. Poerbakawatja, Soegarda, 1982, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:Gunung Agung. Qattan, Manna Khalil, 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an, Diterjemahkan oleh Mudzakir, Jakarta:Mitra Kejaya Indonesia. Suwarno, Wiji, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,. Semiawan, Conny, 2008, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta:PT Grasindo. Shihab, M. Quraish, 1996, Wawasan Al-Qur‟anTafsir Maudhu‟i atas Berabagai Persoalan Umat, Bandung:Mizan. Soyomukti, Nurani, 2010, Teori-Teori Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Sukardjo dan Komarudin, Ukim, 2009, Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tafsir, Ahmad, 2005, Ilmu Pendidikan Perspektif Islam, Bandung:Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta:PT Armas Duta Jaya. Zuchdi,Darmiyati, 2009, Humanisasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 75 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama : Ida Kurniawati Tempat, TanggalLahir: Kab. Kendal, 30 November 1991 JenisKelamin : Perempuan Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Alamat Semarang HP : Rowokasam RT 01 RW 03, Rowoboni, Banyubiru, : 085725852264 LatarBelakangPendidikanFormal 1996-1998 : RA Rowoboni 1998- 2003 : SD Negeri Rowoboni 01 2003 - 2006 : MTs YAJRI Payaman, Secang, Magelang 2006- 2009 : MA YAJRI Payaman, Secang, Magelang 2009- Sekarang : SekolahTinggi Agama Islam Negeri (STAIN Salatiga) Rowoboni, 12 Agustus 2013 Ida Kurniawati NIM.11109073 76