BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Peningkatan Kemampuan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier
2.1.1. Definisi Perencanaan Karier
Perencanaan Karier (career planning) menurut Super (dalam Sukardi,
1997) adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan
kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Perencanaan yaitu
suatu proses untuk merencanakan tujuan-tujuan yang akan dicapai serta
bagaimana cara untuk mencapainya. Dengan perencanaan yang matang, maka
seseorang akan bisa menetukan langkah-langkah maupun cara untuk mencapai
tujuan tersebut. Menurut Simamora (2001), perencanaan karier merupakan proses
untuk menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang, kesempatan-kesempatan,
kendala-kendala, pilihan-pilihan dan konsekuensi-konsekuensi, mengidentifikansi
tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karier dan penyusunan program kerja,
pendidikan dan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat
pengembangan guna menyediakan arah, waktu dan urutan langkah-langkah yang
diambil untuk meraih tujuan karier. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa perencanakan karier adalah serangkaian pekerjaan, jabatan,
dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja dan menyusun program kerja
dimasa mendatang guna menyiapkan tujuan karier dan informasi tentang dunia
kerja.
Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan
apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya,
kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya, apabila seseorang bekerja tidak sesuai
dengan apa yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang
bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang tekun. Kemampuan
perencanaan karier adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam proses
memahami potensi diri (bakat, minat, keyakinan, nilai) terhadap peluang-peluang,
kesempatan dan pilihan-pilihan, serta mengidentifikasi tujuan yang berkaitan
dengan karier.
7
2.1.2. Teori Perencanaan Karier
Teori Donald E Super (dalam Sukardi, 1997) perkembangan karier
(Developmental career) menitik beratkan pada proses perkembangan karier, yang
berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karier individu
sepanjang rentang hidupnya. Perkembangan minat, kecakapan, daya tahan, dan
nilai-nilai
akan
berlangsung
pada
masa
remaja.
Sehubungan
dengan
perkembangan yang mengarah kepada kematangan karier, maka individu pada
masa remaja ini perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pengambian
keputusan dan informasi jabatan.
Super (Sharf, 1992) mengasumsikan perkembangan karier merupakan peran
individu dalam dunia yang mereka tempati. Ia juga menjelaskan bahwa peran
individu mencakup pengaruh dari hasil belajar, layanan kelompok, peluang, kerja,
dan
keluarga
bagi
perkembangan
karier
sepanjang
hidup.Teori
Super
mengemukakan teorinya tentang pemilihan karier sebagai implementasi dari
konsep diri. Menurut teori Super yang berkaitan dengan pemilihan karier adalah
sebagi berikut:
a. individu itu mempunyai kualifikasi atau wewenang untuk banyak bidang
pekerjaan.
b. Setiap bidang pekerjaan menuntut pola karakteristik kecakapan dan ciri-ciri
pribadi.
c. Meskipun konsep diri individu dan situasi sosial berubah, proses pemilihan
tetap berlangsung sejalan dengan pertumbuhan, mulai dari tahap eksplorasi,
pemantapan, pemilihan dan penurunan.
d. Pola-pola karier (tingkat, urutan, dan durasi pekerjaan) berkaitan dengan
tingkat sosial-ekonomi orang tua, kecakapn, kepribadian, dan kesempatan).
e. Perkembangan vokasional (karier) sebagai implementasi konsep diri
merupakan hasil interaksi antara pembawaan, faktor fisik, kesempatan peranperan tertentu, dan dukungan dari teman sebaya dan orang yang memiliki
kelebihan.
f. Keterpaduan antara variable individu dan lingkungan, antara konsep diri, dan
tantangan realitas dibuat melalui kesempatan bermain peran dan fantasi.
8
g. Kepuasan tergantung pada kesempatan memperoleh kepuasan kebutuhan
pribadi, dan situasi kerja yang memberikan kesempatan bermain peran.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut lahirlah konsep Super yang berkaitan
dengan
peran-peran
hidup
(life
roles)
dan
tahap-tahap
perkembangan
(developmental tasks).
a. Peran-peran hidup (life roles)
Konsep yang dikembangkan dalam teori Super salah satunya adalah
konsep tentang peran hidup (life roles). Super mendefinisikan pda enam peran
hidup yang utama, yaitu anak-anak (child), pelajar (student), aktifitas diwaktu
luang (lisure), warga masyarakat (citizen), pekerja (worker), dan peran dalam
keluarga (homemaker). Peran dalam aktivitas dalam waktu luang, pelajar dan
anak-anak merupakan informasi penting bagi anak-anak, sedangkan peran
pekerja, warga masyarakat, dan rumah tangga (dalam konsep tanggung jawab
masing-masing peran) sangatlah minim. Baru pada tahap remaja peran warga
masyarakat dan pekerja dapat menjadi peran penting, tetapi tetap dalam batas
tertentu. Pada tahap ini bekerja sering dihubungkan secra tidak langsung untuk
pengetahuan tentang karier. Pada masa dewasa fungsi dan kemampuan dalam
memilih peran hidup menjadi unsur penting dalam perkembangan karier,
khususnya sejak menginjak masa remaja akhir.
Keenam peran utama individu yang disebut oleh Super terkenal dengan istilah
“pelangi karier kehidupan” (the life career rainbow). Dimensi longitudinal dari
gambar tersebut menunjukkan rentangan kehidupan “mexicycle”, yang mencakup
tahap-tahap perkembagan karier dari tahap pertumbuhan (growth) sampai dengan
kemunduran (decline).
b. Tahap perkembangan
Penggunaan istilah “perkembangan” dalam karier mempunyai makna khusus
karena mengimplikasikan bahwa individu terlibat dalam suatu proses jangka
panjang untuk membuat keputusan-keputusan karier dari banyak pilihan, yang
9
masing-masing pilihan itu dipengaruhi oleh banyak orang dan faktor, berbagai
kondisi, serta kebutuhan-kebutuhan dan sifat-sifat pribadi individu itu sendiri.
Super (Manrihu, 1992) meringkas konsep life stages ke dalam 12 proposisi
perkembangan karier sebagi berikut:
1. Individu
berbeda
dalam
kemampuan-kemampuan,
minat-minat,
dan
kepribadian-kepribadiannya.
2. Dengan sifat-sifat yang berbeda, individu mempunyai kewenangan untuk
melakukan sejumlah pekerjaan.
3. Masing-masing pekerjaan menuntut pola khas kemampuan, mina, dan sifatsifat kepribadian.
4. Preferensi dan kompensi vokasional dapat berubah sesuai dengan situasi
kehidupan.
5. Proses perubahan dapat dirangkum dalam satu rangkaian tahap kehidupan.
6. Sifat dan pola karier ditentukan oleh taraf sosioekonomik, kemampuan
mental, dan kesempatan yang terbuka, dan karakteristik kepribadian individu.
7. Perkembangna karier adalah fungsi dari kematangan biologis dan realitas
dalam perkembangan konsep diri.
8. Faktor
yang banyak menentukan dalam perkembangan karier adalah
perkembangan dan implementasi konsep diri.
9. Proses pemilihan karier merupakan hasil perpaduan antara faktor individual
dan faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan.
10. Keputusan karier tergantung pada dinamika individu menemukan jalan keluar
yang memadai bagi kemampuan , minat, sifat, kepribadian dan nilai.
11. Taraf keputusan yang individual diperoleh dari pekerjaan sebanding dengan
tingkat dinamika mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep dirinya.
12. Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk organisasi kepribadian
baik pria maupun wanita.
Dalam teori rentang hidup dari Super terdapat suatu konsep yang disebut
dengan kematangan karier (career maturity) kematangan karier (career maturity)
merupakan tema sentral dalam teori perkembangan karier masa hidup (life span
10
career developmental) yang dicetuskan oleh Super. Super memperkenalkan dan
mempopulerkan konsep tentang kematangan karier setelah penelitiannya tentang
pola karier ditahun 1950-an. Kematangan karier ( career maturity) didefinisikan
sebagai kesesuaian antara perilaku karier dengan individu dengan perilaku karier
yang diharapkan pada usia tertentu disetiap tahap.
Berdasarkan pada uraian tersebut dapat dimaknai bahwa kematangan
karier remaja dapat diukur dari dimilikinya indikator-indikator kematangan karier
sebagai berikut:
Pertama, aspek perencanaan karier (career planning). Aspek ini meliputi
indikator-indikator berikut: 1) mempelajari informasi karier; 2) membicarakan
karier dengan orang dewasa; 3) mengikuti pendidikan tambahan (kursus) untuk
menambah pengetahuan tentang keputusan karier; 4) berpartisipasi dalam
kegiatan ekstrakurikuler; 5) mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan
pekerjaan yang diinginkan; 6) mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan; 7)
mengetahuai persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diiginkan; 8) dapat
merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah; 9) mengetahui
cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan; dan 10) mampu
mengatur waktu luang secara efektif.
Kedua, aspek eksplorasi karier (career exploration). Eksplorasi karier
didefinisikan sebagi keinginan individu untuk mengeksplorasi atau melakukan
pencarian informasi terhadap sumber-sumber informasi karier. Eksplorasi karier
merupakan waktu ketika individu mengupayakan agar dirinya memiliki
pemahaman yang lebih terutama tentang informasi pekerjaan, alternatif-alternatif
karier, pilihan karier dan mulai bekerja. Aspek ini mencakup indikator-indikator
sebagia berikut: 1) berusaha menggali dan mencari informasi karier dan berbagai
sumber (guru BK, orang tua, orang yang sukses, dan sebagainya); 2) memiliki
pengetahuan tentang potensi diri, diantarannya bakat, minat, intelegensi,
kepribadian, nilai-nilai, dan prestasi; 3) memiliki cukup banyak informasi karier.
11
Ketiga, pengetahuan tentang membuat keputusan karier (world of work
information). Menurut Super (Sharf 1993) konsep ini memiliki dua komponen
dasar, yaitu: pertama hubungan dengan tugas perkembangan ketika individu harus
mengetahui minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara orang lain
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan mengetahui
alasan orang lain berganti pekerjaan. Kedua, konsep yang berkaitan dengan
pengetahua tentang tugas-tugas pekerjaan dalam satu vokasional dan perilakuperilaku dalam bekerja.
Keempat, aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih
disukai (knowledge of prepared accupational group). Aspek ini terdiri dari
indikator-indikator berikut: 1) memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan;
2) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang diinginkan; 3)
mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan yang diinginkan; 4)
mengetahui minat-minat dan alasan-alasan yang tepat dalam memilih pekerjaan.
Kelima, aspek realism keputusan karier (realism). Realism keputusan
karier adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan pekerjaan
secara realistis (Super dalam Sharf 1992). Aspek ini terdiri dari indikatorindikator sebagai berikut; 1) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan
dan kelemahan diri berhubungan dengan pilihan karier yang diinginkan; 2)
mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung atau menghambat karier
yang diinginkan; 3) mampu melihat kesempatan yang ada berkaitan dengan
pilihan karier yang diinginkan; 4) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan
dari berbagai pekerjaan yang beragam; 5) dapat mengembangkan kebiasaan
belajar dan bekerja secara efektif.
Keenam,
orientasi
karier
(career
orientation).
Orientasi
karier
didefinisikan sebagi skor total dari; 1) sikap terhadap karier; 2) keterampilan
membuat keputusan karier; dan 3) informasi dunia kerja.
Sikap terhadap karier terdiri dari perencanaan dan eksplorasi karier. Keterampilan
membuat kepusan karier terdiri dari kemampuan menggunakan pengetahuan dan
12
pemikiran dalam membuat keputusan karier. Informasi tetang dunia kerja terdiri
atas memiliki informasi tentang pekerjaan tertentu dan memiliki informasi tentang
orang lain dalam dunia kerjannya.
2.1.3. Tujuan Perencanaan Karier
Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti 2004: 683) tujuan perencanaan
karier adalah sebagai berikut:
a. Aspek psikologi
Ditinjau dari aspek psikologi, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan
diri setiap siswa sesuai dengan kemampuan intelektual, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki, bakat, minat, kebutuhan, perasaan, nilai,
kepribadian, dan tujuan dirinya.
b. Aspek fisiologi
Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri siswa selaras dengan
kondisi fisik yang diperlukan untuk memperoleh keberhasilan dalam
perjalanan hidup menuju kearah karier yang dicita-citakan.
c. Aspek sosiologis
Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa selaras dengan
kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang menunjang efektifitas
interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekpresi diri, memahami
pengaruh orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain, keterampilan
memecahkan masalah-masalah kehidupan seperti mendapatkan pekerjaan,
mengatur waktu, persiapan berkeluarga dan memahami nilai-nilai kehidupan.
d. Aspek ekonomi
Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap individu selaras dan
seimbang dengan kondisi ekonomi yang dimiliki, pola-pola hidup dan
pekerjaan yang diharapkan.
e. Aspek spiritual
Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa sesuai dengan
kaidah-kaidah agama dalam berbagai aspek kehidupan.
13
Bimbingan karier merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan
konseling. Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karier
adalah untuk membantu para siswa agar:
1. Dapat memahami dan menilai diri sendiri, terutama yang berkaitan dengan
potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap,
dan cita-cita.
2. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada
dalam masyarakat.
3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang
ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang
diperlukan bagi suatu bidang tertentu, serta memahami hubungan usaha
dirinya yang sekarang dengan masa depan.
4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh
dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
5. Siswa dapat merencanakan masa depannya, serta menemukan karier dan
kehidupannya yang serasi dan sesuai.
Bimbingan karier merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami diri,
memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui
dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan apa yang dituntut untuk
pekerjaan itu. Peserta didik dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu
pekerjaan atau karier dengan kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya.
Apabila terdapat hambatan-hambatan maka hambatan-hambatan apa yang
sekiranya ada dan bagaimana cara mengatasi hambatan yang mungkin ada.
2.1.4. Aspek-aspek Perencanaan Karier
Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti 204-644) aspek-aspek
perencanaan karier adalah:
a. Membuat struktur gambaran diri
14
Membuat struktur gambaran diri artinya sebagai kegiatan untuk mengetahui
kondisi dirinya, baik secara intelektual, eksternal, akademik, kemampuan
dalam bidang lain dan pengembangan bakat dan minat siswa yang nantinya
digunakan sebagai informasi dan referensi dalam perencanaan karier.
b. Mengembangkan struktur gambaran diri
Struktur gambaran diri yang telah diperoleh kemudian dikembangkan dan
dikelola sehingga diperoleh gambaran sementara karier yang dicita-citakan.
c. Mempertimbangkan alternatif
Berdasarkan pengembangan dan pengelolaan struktur gambaran diri seperti
yang dijabarkan diatas, diharapkan siswa dapat mempertimbangkan alternatif
yang dicita-citakan. Pertimbangan ini sangat penting untuk merencanakan
karier masa depan.
d. Mengambil keputusan
Berdasarkan pertimbangan alternatif, siswa diharapkan mampu mengambil
keputusan secara matang guna untuk mewujudkan perencanaan kariernya
dimasa depan.
2.2.Bimbingan Kelompok
2.2.1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah salah satu teknik bimbingan yang berusaha
membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya, dan
dilaksanakan dalam situasi keompok. Bimbingan kelompok bersifat pencegahan
dan pengembangan dan berorientasi pada pencapaian tujuan. Layanan bimbingan
kelompok merupakan suatu bantuan untuk mengatasi permasalahan peserta didik
yang memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan menggali dan
mengembangkan potensi diri individu. Bimbingan kelompok adalah layanan
bimbingan yang diberikan dalam kelompok (Prayitno, 1996). Bimbingan
kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam
situasi kelompok (Romlah,2002). Bimbingan kelompok ditunjukkan untuk
mencegah timbulnya masalah pada peserta didik dan mengembangkan potensi
15
pada peserta didik. Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah
layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik bersama-sama memperoleh
bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing atau konselor)
yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai
pelajar, anggota kelompok, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
2.2.2. Tahap-Tahap dalam Bimbingan Kelompok
Berikut ini adalah tahap-tahap dalam bimbingan kelompok menurut Prayitno
(1996) yaitu sebagi berikut:
1. Tahap pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap
memasukkan diri kedalamam kelompok. Para anggota saling memperkenalkan
diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai.
Memberi penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing
anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan
kelompok dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan
dalam bimbingan kelompok. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya,
mereka akan mengerti bagaimana cara penyelesaikannya.
2. Tahap peralihan
Tahap kedua merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
Para anggota dapat segera memasuki tahap ketiga dengan penuh kemauan dan
kesukarelaan. Para anggota enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang
sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin
kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para nggota
kelompok pada tahap kegiatan. Adapun yang dilaksanaakan pada tahap ini
yaitu:
a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
16
b. Menawarkan atau mengamati apakan para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selajutnya.
c. Membahas suasan yang terjadi.
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota kelompok
e. Bila perlu kembali kepada beberapa aspek berikutnya.
3. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek
yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek
tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.
Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok dalam tahap
ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan
tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguasaan serta
penuh empati. Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan
yaitu sebagia berikut:
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah dan topik
bahasan.
b. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
c. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
d. Kegiatan selingan
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya.
Masalah atau topik yang disarankan, dipikirkan dan dialami oleh anggota
kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukankan secara
mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan
dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku,
pemikiran atupun perasaan.
4. Tahap pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama
bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang
telah dicapai seyogyannya mendorong kelompok itu harus melakukan
kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada
17
kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti
melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan
kegiatan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu:
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri.
b. Pemimpin dan anggota kelompok megemukakan kesan dan hasil-hasil
kegiatan.
c. Membahas kegiatan lanjutan.
d. Mengemukakan pesan dan harapan
Setelah kegiata kelompok memasuki pada tahap pengakhiran,
kegiatan kelompok hendaknya diputuskan pada pembahasan dan
penjelasan tentang apakah para anggota mampu menerapkan hal-hal
yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok) pada kegiatan mereka
sehari-hari.
2.2.3. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004) adalah sebagi berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum layann bimbingan kelompok adalah berkembangnya
sosialisasi peserta didik, khusunya kemampuan komunikasi anggota
kelompok. Kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering
terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak
obyektif, sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui bimbingan
kelompok diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan
dapat diungkupkan, diringankan memalui berbagai cara, pikiran yang buntu
atau beku dicairkan dan didinamiskan melalui masukan dan tanggapan baru,
persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan diperluas memalui
pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif kalau perlu diganti dengan yang
baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berfikir,
berpersepsi, dan berwawasan terarah, luwes dan luas serta dinamis
18
kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan.
Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.
b. Tujuan khusus
Bimbingan kelompok dimaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui
dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang diwujudkannya tingkahlaku yang lebih efektif. Dalam hal ini
kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal ditingkatkan.
Sedangkan tujuan bimbingan kelompok menurut Bennet ( Romlah, 2001)
yaitu sebagai berikut:
a. Member kesempatan pada peserta didik belajar hal-hal yang penting yang
berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
b. Memberi layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.
c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekomonis dan
efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual.
d. Untuk melaksanakan konseling individu secara lebih efektif.
2.2.4. Manfaat Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004) manfaat layanan bimbingan
kelompok adalah sebgai berikut:
a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa, denagn
memberi layanan bimbingan kelompok dapat bertemu dengan banyak siswa
dan dapat mengerti perkembangan siswa.
b. Memberi informasi yang dibutuhkan oleh siswa, dengan berkontak dengan
banyak siswa, dapat mengetahui yang dibutuhkan oleh siswa sehingga kita
dapat memberikan informasi.
19
c. Siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi, setelah pemberian
informasi.
d. Siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya
sering mengadapi persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama
dan lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam
kelompok, dan hal ini yang dimaksud lebih terbuka dalam berkomunikasi.
e. Diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama.
f. Lebih menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh
seorang teman dari pada yang dikemukankan oleh seorang konselor.
Sedangkan menurut Sukardi (2008) manfaat layanan bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
a. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan
berbagai hal yang terjadi disekitarnya.
b. Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai
hal yang mereka bicarakan.
c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka
yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.
d. Menyusun program-pragram kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap
hal yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan
hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.
2.2.5. Teknik-Teknik Layanan Bimbingan Kelompok
Romlah (2001) menyebutkan beberapa teknik yang dapat diterapkan atau
dilakukan dalam bimbingan kelompok yaitu sebagai berikut:
a. Pemberian informasi atau ekspositori
Pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok
pendengar. Bias juga diberikan secara tertulis misal pada papan bimbingan,
majalah sekolah, rekaman, selembaran, video dan film.
b. Diskusi kelompok
20
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga
orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk
memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin.
c. Pemecahan masalah
Teknik
pemecahan
masalah
mengajarkan
bagaimana
pada
individu
memecahkan masalah secara sistematis.
d. Permainan peran
Istilah permainan peran mempunyai empat macam arti, yaitu: (1) sesuatu yang
bersifat sandiwara, diman pemain memainkan peran sesuai dengan lakon yang
sudah ditulis, dan memainkannya dengan tujuan hiburan; (2) sesuatu yang
bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma
sosial; (3) suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang
berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku berlawanan
dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau diinginkan; dan (4)
sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, dimana individu memerankan
situasi yang imaginatif dengan tujuan untuk membantu tercapainnya
pemahaman
diri
sendiri,
meningkatkan
keterampilan-keterampilan,
menganalisis perilaku, atau menunjukkan orang lain bagaimana perilaku
seseorang atau bagaimana seseorang harus bertingkah laku.
e. Permainan simulasi
Bermain simulasi adalah suatu aktivitas yang menyenangkan , ringan, bersifat
kompetitif, atau kedua-duannya. Permainan simulasi adalah permainan yang
dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam
kehidupan yang sebenarnya.
f. Teknik menciptakan suasana kekeluargaan
Dimana siswa dan guru menciptakan suasana yang nyaman seperti ketika
mereka berada dirumah sehingga siswa tidak akan malu dalam berbicara
dihadapan teman dan guru.
g. Karyawisata
21
Kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi obyek-obyek
yang ada kaitanya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilakukan
dengan tujuan belajar secara khusus.
Dari beberapa teknik diatas tidak semua teknik akan digunakan dalam
layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan perencanan karier, teknik
yang digunakan adalah yang sesuai atau membantu dalam meningkatkan
perencananan karier.
2.2.6. Kerangka Berfikir
Perencanaan Karier (career planning) menurut Super (dalam Sukardi,
1997) adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan
kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Perencanaan yaitu
suatu proses untuk merencanakan tujuan-tujuan yang akan dicapai serta
bagaimana cara untuk mencapainya. Dengan perencanaan yang matang, maka
seseorang akan bisa menetukan langkah-langkah maupun cara untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan begitu perserta didik memerlukan bimbingan dalam hal
karier dalam merencanakan karier peserta didik agar menjadi lebih matang.
Bimbingan karier dapat diberikan melalui bimbingan kelompok.
Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah layanan
yang memungkinkan sejumlah peserta didik bersama-sama memperoleh bahan
dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing atau konselor) yang
berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai pelajar,
anggota
kelompok,
anggota
keluarga,
dan
masyarakat
serta
untuk
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Melalui layanan bimbingan kelompok yang diberikan diharapkan peserta
didik memperoleh informasi mengenai karier, agar peserta didik lebih mampu
merencanakan kariernya sehingga perencanaan karier lebih matang. Kerangka
pemikiran tersebut dapat digambarkan pada gambar 2.3. sebagai berikut:
22
Gambar 2.3. Kerangka Berfikir
Peserta didik kurang merencanakan
kariernya dengan matang
Bimbingan kelompok
Peserta didik mampu meningkatkan perencanaan
kariernya dengan matang
Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwa peserta didik yang kurang mampu
dalam merencanakan kariernya akan diberikan layanan bimbingan kelompok,
agar peserta didik mampu merencanakan kariernya dengan matang, sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya.
2.2.7. Penelitian yang Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh Listiana (2006) meneliti tentang “
Keefektifan Bimbingan Kelompok dalam Perencanaan Karier SMA Negeri 1
Kudus mengemukakan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan
karier peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z=4,264 > nilai table
Z=1,94.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Deni Novia Aggraeni
(2012) dengan judul Peningkatan Perencanaan Karier Melaui Layanan Bimbingan
Kelompok Pada Siswa Kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Tahun
Pelajaran 2011/2012 menunjukkan peserta didik sebelum mendapat layanan
bimbingan kelompok memiliki skor rata-rata 129.75, setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok memiliki skor rata-rata 130.25. sehingga dapat
23
disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok berpengaruh cukup singnifikan
terhadap peserta didik dalam meningkatkan perencanaan karier.
2.2.8. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ada peningkatan yang signifikan perencanaan karier peserta didik kelas XI
PM 2 SMK Negeri 1 Salatiga melalui bimbingan kelompok.
24
Download