PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN CAREER DEVELOPMENT DI DALAM ORGANISASI Oleh: Adi Waluyo 1511414106 Muhammad Ikhsanul Fikri H 1511414108 Fadhilla Shelya Yuniar 1511414145 Hablana Anturidha DZ 1511414155 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai atau karyawan merupakan sumber daya yang dimiliki organisasi, mereka harus dipekerjakan secara efektif, efisien, dan manusiawi. Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi permasaalahan tenaga kerja yang semakin kompleks. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kerja sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) harus dilakukan secara profesional dalam suatu organisasi, yaitu Human Resource Development (HRD). Organisasi yang ingin tetap eksis dan memiliki citra positif di mata masyarakat tidak akan mengabaikan aspek pengembangan kualitas SDM-nya. Oleh karena itu peranan pengembangan SDM dalam organisasi sangatlah besar. Pengembangan atau development merupakan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan kinerja organisasi. Usaha pengembangan Sumber Daya Manusia tentunya bertujuan agar organisasi tersebut mampu merealisasikan visi misi mereka dan mencapai tujuan-tujuan jangka menengah ataupun jangka pendek. Pengembangan melibatkan pembelajaran yang melampaui pekerjaan saat ini dan memiliki fokus lebih jangka panjang mempersiapkan para kayawan untuk tetap sejalan dengan perubahan dan pertumbuhan organisasi. Kegiatan pengembangan ini memiliki potensi untuk menyelaraskan para karyawan dengan strategi perusahaan mereka. Beberapa manfaat strategi yang mungkin diperoleh dari pengembangan mencakup kepuasan karyawan, meningkatnya semangat, tingkat retensi yang lebih tinggi, turnover (kecenderungan niat karyawan untuk keluar dari pekerjaan) yang lebih rendah, perbaikan dalam penarikan karyawan, hasil akhir yang lebih baik, dan kenyatan bahwa para karyawan yang puas akan menghasilkan pelanggan yang puas. Selain pengembangan SDM, pengembangan karir juga penting di dalam suatu organisasi karena dapat menambah informasi tentang minat, pilihan, dan semacamnya dari individu terhadap data, di dalam pengembangan karir ini pegawai bisa dilakukan melalui dua jalur, yakni melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan melalui non diklat. Contoh pengembangan karir melaui diklat misalnya menyekolahkan pegawai, memberi pelatihan. Sementara contoh pengembangan karir melalui non diklat seperti memberi penghargaan kepada pegawai berprestasi, mempromosikan ke jabatan yang lebih tinggi. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)? 2. Bagaimana strategi yang digunakan dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)? 3. Apa yang dimaksud dengan pengembangan karir? 4. Apa saja pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan karir? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). 3. Untuk mengetahui definisi Pengembangan karir. 4. Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan karir. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam dunia industri dan organisasi, tidak bisa dipungkiri bahwa sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat penting. Sebuah organisasi agar mampu berkembang dengan baik harus memiliki power atau daya yang dapat diperoleh dari beberapa sumber daya atau resources yang dapat didayagunakan. Bagi sebuah perusahaan ada 3 sumber daya atau modal stategik yang mutlak harus mereka miliki untuk dapat menjadi sebuah perusahaan unggul, yaitu : a. Financial resource, yaitu sumber daya berbentuk dana atau modal financial yang “dimiliki”. b. Human resource, yaitu sumber daya yang berbentuk dan berasal dari manusia yang secara tepat dapat disebut sebagai “modal insani” c. Informational resource, yaitu sumber daya yang berasal dari berbagai informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan strategis maupun taktis. Istilah sumber daya manusia merupakan alih bahasa istilah human resource. Sumber daya manusia didefinisikan sebagai keseluruhan orang-orang dalam organisasi yang memberikan kontribusi terhadap jalannya organisasi. Armstrong (2000 : 479) menyatakan bahwa Pengembangan sumber daya manusia berkaitan dengan tersedianya kesempatan dan pengembangan belajar, membuat programprogram training yang meliputi perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi atas program-program tersebut. Menurut Stredwick (2005 : 370) pengembangan sumberdaya manusia menjadi penting karena dengan pengembangan, performansi mereka akan meningkat, dengan demikian juga meningkatkan performansi organisasi. Selain itu, mendorong pengembangan sumberdaya manusia kepada semua karyawan termasuk supervisor dan manajer merupakan hal penting untuk mengantisipasi tantangan-tantangan masa depan organisasi (Mathis dan Jackson,). Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumberdaya manusia merupakan segala upaya yang dilakukan oleh organisasi untuk memfalitasi pegawainya agar memiliki pengetahuan, keahlian dan sikap yang dibutuhkan guna meningkatkan performansi organisasi dan mengantisipasi tantangan di masa depan. Pengembangan melibatkan pembelajaran yang melampaui pekerjaan saat ini dan memiliki fokus lebih jangka panjang. Pengembangan mempersiapkan para kayawan untuk tetap sejalan dengan perubahan dan pertumbuhan organisasi. Kegiatan pengembangan ini memiliki potensi untuk menyelaraskan para karyawan dengan strategi perusahaan mereka. Beberapa manfaat stratejik yang mungkin diperoleh dari pengembangan mencakup kepuasan karyawan, meningkatnya semangat, tingkat retensi yang lebih tinggi, turnover yang lebih rendah, perbaikan dalam penarikan karyawan, hasil akhir yang lebih baik,dan kenyatan bahwa para karyawan yang puas akan menghasilkan pelanggan yang puas. B. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Organisasi dapat didefinisikan sebagai sistem pembelajaran yang berkesinambungan (Harrison, 1992). Organisasi juga dijabarkan sebagai proses dari : Perubahan sistem koordinasi, dengan mekanisme yang dibangun untuk individuindividu dan kelompok untuk mengakses, membangun dan menggunakan memori organisasi, struktur dan budaya untuk membangun kapasitas organisasi dalam jangka waktu yang panjang. Pembelajaran dalam organisasi bertujuan untuk mengembangkan sebuah sumber daya perusahaan yang berdasarkan kemampuan. Harrison (1997) mendefinisikan prinsip dari pembelajaran organisasi. Kebutuhan akan kekuasaan dan visi yang melekat pada oranisasi untuk dikomunikasikan dan mengurus tenaga kerja untuk memberikan kesadaran dalam memenuhi kebutuhan sebagai strategi berfikir dalam berbagai tingkatan. Kebutuhan untuk mengembangkan strategi yang berkaitan dengan visi tidak hanya berfokus pada masalah kekuatan, tetapi juga strategi yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan juga tidak memiliki pemaknaan ganda dalam pemahamannya. Setelah mengembangkan kerangka dasar visi dari sebuah strategi yang akan digunakan, juga memperhatikan tujuan yang hendak dicapai, hal-hal penting dari sebuah pembelajaran organisasi yaitu berupa dialog yang dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali, namun dilakukan sesering mungkin. Tidak hanya terfokus pada dialog, pembelajaran utamanya dapat berupa komunikasi 2 arah dan juga percakapanpercakapan baik yang formal maupun yang tidak formal. Hal tersebut perlu dilakukan secara berkelanjutan agar menarik individu untuk melakukan pemeriksaan kembali dari apa yang telah mereka dapat dari suatu hasil. Bagaimana individu belajar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk orang yang berwewenang untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia pada suatu organisasi. Individu belajar melalui orang lain, baik itu dari atasan, dari rekan kerja mereka sendiri, juga dari orang-orang di luar organisasi. Untuk memahami bagaimana individu dalam organisasi belajar, sangat diperlukan pertimbangan sebagai berikut: 1. Proses belajar. Dimana proses akan lebih berharga daripada hasil. Dalam proses belajar, terdapat 3 area yang harus dipahami, yaitu: a. Knowledge: hal yang ingin diketahui individu. b. Skill: kemampuan individu dalam melalukan suatu tugas c. Attitude: hal yang dirasakan oleh individu mengenai bagaimana pandangannya tentang tugas dan pekerjaan yang dihadapinya. 2. Konsep dari pembelajaran. Konsep harus jelas agar tujuan juga dapat spesifik. 3. Faktor-faktor kunci dari pembelajaran yang menggunakan aspek psikilogis. Menurut Reay (1994) faktor-faktor kuncinya yaitu: a. Motivation or a sense of purpose: orang-orang dapat belajar dengan optimal ketika mereka melihat manfaat dari proses yang dilakukan. b. Relatance to personal interest and choice: pembelajaran akan lebih termotivasi secara maksimal jika orang yang belajar mampu melihat keterkaitan dari pembelajaran tersebut. c. Learning by doing: pembelajaran akan lebih optimal dan bermanfaat tidak hanya dengan pemahaman, tetapi dengan melakukan sesuatu hal dari pemahaman tersebut. d. Freedom to make mistakes in safety: dengan memberikan kebebasan untuk melakukan kesalahan, tetapi masih dalam konteks yang tidak melewati batas kesalahan. Pembelajar diharapkan lebih memahami resiko yang timbul dari setiap konsekuensi. Prinsip ini sama dengan prinsip ‘Trial and Error’ e. Feedback: dalam belajar, individu perlu diberikan timbal balik tentang apa yang telah mereka lakukan, dapat berupa evaluasi dari setiap kegiatan. f. Freedom for learners to learn in their own time and at their own pace: pembelajaran akan lebih efektif jika mereka mampu mengatur dirinya sendiri berdasarkan ketertarikan mereka karena itu semua berhubungan dengan kemajuan kembelajaran. 4. Teori-teori belajar yang dasar dan utama (Teori Penguatan oleh Skinner, Teori Stimulus -Respon oleh Pavlov, dan juga Teori Kognitif beserta Self Efficacy.) 5. Siklus belajar dan gaya belajar dari Kolb. 6. Tipe-tipe belajar dari Honey dan Mumford. 7. Bagaimana teori belajar dapat digunakan dan dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan mempertimbangkan pembelajaran yang efektif. Strategi Pengembangan Sumber daya manusia merupakan suatu kegiatan yang dimulai dengan perencanaan suatu kegiatan usaha yang mendefinisikan dimana kegiatan tersebut terjadi, sumber daya yang dibutuhkan pada suatu usaha kegiatan, dan seberapa tinggi hasil yang diinginkan untuk mencapai tujuan organisasi. strategi ini seharusnya ditujukan untuk aspek-aspek penting dalan suatu kesuksesan kegiatan atau usaha. Berikut adalah salah strategi pengembangan individu menurut ZENECA, salah satu perusahaan farmasi: 1. Badan usaha dalam bidang farmasi percaya bahwa karyawan adalah satusatunya asset penting dalam perusahaan. 2. Strategi pengembangan manusia sangat penting untuk kesejahteraan perusahaan tetapi akan lebih penting jika mereka mendukung strategi yang dilakukan. 3. Manajer punya tanggung jawab penuh untuk mengembangkan bawahan. 4. Karyawan harus memiliki rencana pengembangan diri personal yang disetujui manajernya dan rencana ini harus berkesinambungan dan secara umum dapat diperbaharui. 5. Semua karyawan harus didukung secara bertahap untuk mengembangkan keterampilan mereka dan pengalaman keduanya untuk kepentingan pribadi dan juga perusahaan. 6. Perencanaan karir akan menjadi aktifitas bersama antara individu dan manajer, dimana karyawan memiliki tanggung jawab pentinguntuk karir manajemen mereka. 7. Pengembangan individu harus mencatat jika ZENECA merupakan perusahaan farmasi yang kompleks, secara global mengurusi usaha. 8. Aktivitas pengembangan manusia akan secara regular diaudit untuk menjamin ketepatan. C. Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia Selain pertimbangan-pertimbangan dalam proses belajar yang dapat digunakan untuk mendukung strategi pengembangan Sumber Daya Manusia, ada hal-hal lain yang terlibat dalam proses pengembangan Sumber Daya Manusia, yaitu: 1. Learning: yang didefinisikan oleh Bass dan Vaughan (1966) sebagai perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. 2. Education: pengembangan dari pengetahuan, nilai dan pemahaman dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan dibandingkan pengetahuan dan keterampilan. 3. Development: pertumbuhan atau perwujudan dari kemampuan individu dan potensi-potensi sesusai dengan harapan dari pembelajaran dan pengalaman yang mendidik. 4. Training: perubahan terencana dan sistematis dari perilaku yang berisi program berkesinambungan dan petunjuk dimana individu mampu meraih tingkat pengetahuan, keterampilan dan kompetensi untuk mengatasi pekerjaannya sendiri. D. Definisi Career Development Menurut Byars dan Rue (2000), pengembangan karier merupakan aktivitas formal dan berkelanjutan yang merupakan suatu upaya organisasi untuk mengembangkan dan memperkaya sumberdaya manusianya dengan menyelaraskan kebutuhan mereka dengan kebutuhan organisasi. Titik awal pengembangan karier dimulai dari diri karyawan karena setiap orang bertanggung jawab atas pengembangan atau kemajuan kariernya. Setelah komitmen pribadi dibuat, beberapa kegiatan pengembangan karier dapat dilakukan seperti prestasi kerja, exposure (menjadi dikenal), permintaan berhenti, kesetiaan organisasional, mentors dan sponsors, kesempatan-kesempatan untuk tumbuh. Individu, manajer, dan organisasi semuanya memiliki peran dalam pengembangan karir individu. Akhirnya individunya lah yang harus memikul tanggung jawab untuk karirnya sendiri, menghargai minat ketrampilan dan nilai, mencari informasi dan sumber karir, dan secara umum mengambil langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memastikan sebuah karir yang membahagiakan dan memenuhi harapan. Dalam organisasi manajer si individu memainkan peran juga. Manajer hendaknya memberikan umpan balik kinerja yang objektif dan tepat waktu, menawarkan penugasan pengembangan dan mendukung serta berpartisipasi dalam pembahasan karir, misalnya manajer bertindak sebagai pelatih, penilai, penasihat, dan agen rujukan misalnya mendengarkan dan menjelaskan rencana karier individual, memberikan umpan balik, menghasilkan pilihan karir, dan menautkan karyawan pada sumber daya organisasi dan pilihan karier. E. Tahap-tahap pengembangan karir 1. Tahap pertumbuhan (0-14 tahun) Periode ini orang mengembangkan konsep diri dengan mengidentifikasi diri dan berinteraksi dengan orang lain seperti keluarga, teman, dan guru 2. Tahap penjelajahan ( 15-24 tahun) Dimana seseorang serius menjelajahi berbagi alternatif kedudukan,berusaha untuk mencocokkan alternatif-alternatif ini dengan minat dan kemampuannya. 3. Tahap penetapan (24-44 tahun) Periode yang merupakan jantung dari kehidupan kerja kebanyakan orang. 4. Subtahap percobaan (25-30 tahun) Periode ini orang menentukan apakah bidang pilihan itu cocok atau tidak, jika tidak cocok maka akan merubahnya 5. Subtahap pemantapan (30-40 tahun) Tujuan kedudukan perusahaan ditetapkan dan perencanaan karir yang lebih eksplisit dijalankan untuk menetapkan urutan bagi pemenuhan tujuan-tujuan ini. 6. Subtahap krisis pertengahan karir (30-40 tahun) Orang sering membuat penilaian baru yang besar atas kemajuan mereka sehubungan dengan ambisi dan tujuan awal karir mereka 7. Tahap pemeliharaan (45-65 tahun) Orang mengamankan tempatnya di dalam dunia kerja 8. Tahap kemerosotan ( 65- >) Periode ini banyak orang yang memiliki prospek harus menerima berkurangnya level kekuasaan dan tanggung jawab. F. Peranan Departemen Personalia Dalam Pengembangan Karier Pengembangan karier seharusnya tidak hanya tergantung pada usaha-usaha individual saja, karena hal itu tidak selalu sesuai dengan kepentingan organisasi. Sebagai contoh karyawan mungkin minta berhenti dan pindah ke perusahaan lain, atau karyawannya bisa tidak acuh terhadap kesempatan-kesempatan karier mereka dan kebutuhan-kebutuhan staffing organisasi. Untuk mengarahkan pengembangan karier agar menguntungkan organisasi dan karyawan, departemen personalia mengusahakan dengan berbagai cara seperti: 1. Dukungan Manajemen Berbagai usaha departemen personalia untuk pengembangan karier akan mempunyai dampak kecil tanpa dukungan dari para manajer, Komitmen oleh manajer puncak adalah krusial untuk mendapatkan dukungan para manajer lainnya. 2. Umpan balik Tanpa umpan balik tentang upaya pengembangan karier mereka adalah sulit bagi karyawan untuk meneruskan persiapan bertahun-tahun yang kadang dibutuhkan untuk mencapai sasaran karier. Departemen personalia memberikan umpan balik dalam beberapa cara yaitu dengan memberitahukan kepada para karyawan secara periodik mengenai prestasi kerja mereka dan dilakukan dengan prosedur evaluasi. Tipe umpan balik lainnya berkaitan dengan program penempatan, Seseorang yang lama tidak dipromosikan akan merasa bahwa pengembangan karirnya tidak berguna. Calon yang tidak berhasil untuk mengisi lowongan pekerjaan internal harus diberitahu mengapa mereka tidak memperoleh kesempatan karier. Bagi karyawan yang ingin mencapai suatu karier dalam organisasi,mereka harus merasa bahwa organisasi adalah lingkungan yang memuaskan, Bila mereka merasa sebagian bagian kelompok kerja kohesif, usaha-usaha pengembangan karier mereka akan lebih terarah menuju peningkatan kesempatan-kesempatan karier dalam organisasi. G. Pendekatan Career Development Pengembangan karir adalah proses implementasi perencanaan karir. Pengembangan karir karyawan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu, cara diklat (pendidikan latihan) dan cara non-diklat. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pengembangan karir: 1. Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara diklat adalah : a. Menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri) b. Memberi pelatihan (di dalam atau di luar organisasi) c. Memberi pelatihan sambil bekerja (on-the-job training) 2. Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara nondiklat adalah : a. Memberi penghargaan kepada pegawai b. Menghukum pegawai c. Mempromosikan pegawai ke jabatan yang lebih tinggi d. Merotasi pegawai ke jabatan lain yang setara dengan jabatan semula. Kesuksesan proses dalam pengembangan karir tidak hanya penting bagi organisasi secara keseluruhan. Dalam hal ini, beberapa faktor yang sering kali sangat berpengaruh terhadap manajemen karir adalah: 1. Hubungan Pegawai dan Organisasi Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi dapat mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Namun, kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai sudah bekerja cukup baik, tetapi organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tersebut dengan penghargaan yang sebanding dengan apa yang telah dilakukan oleh pegawai tersebut. Maka, ketidakharmonisan hubungan antara pegawai dan organisasi ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses manajemen karir pegawai. Misalnya, proses perencanaan karir pegawai akan terganggu atau terhalangi karena pegawai mungkin tidak diajak berpartisipasi dalam perencanaan karir tersebut. Proses pengembangan karir pun akan terhambat karena organisasi mungkin kurang peduli dengan kelanjutan karir pegawai. 2. Personalia Pegawai Manajemen karir pegawai terganggu karena adanya pegawai yang mempunyai personalitas yang menyimpang (terlalu emosional, apatis, terlalu ambisius, curang, terlalu bebal, dan lain-lain). Pegawai yang apatis, akan sulit dalam mengembangkan karirnya karena dirinya sendiri ternyata tidak terlalu peduli dengan karirnya sendiri. Begitu pula dengan pegawai yang cenderung terlalu ambisius dan curang. Pegawai ini mungkin akan memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan karir yang terdapat dalam manajemen karir. Keadaan ini menjadi lebih rumit dan tidak dapat dikontrol bila pegawai bersangkutan merasa sudah cukup kuat karena alasan tertentu (punya koneksi dengan bos, mempunyai backing dari orang-orang tertentu, dan sebagainya). 3. Faktor Eksternal Aturan dalam manajemen karir di suatu organisasi menjadi kacau lantaran ada intervensi dari pihak luar. Seorang pegawai yang mempromosikan ke jabatan lebih tinggi, mungkin akan terpaksa dibatalkan karena ada orang lain yang didrop dari luar organisasi. Terlepas dari masalah apakah kejadian demikian ini boleh atau tidak, kejadian semacam ini jelas mengacaukan menajemen karir yang telah dirancang oleh organisasi. 4. Politicking Dalam Organisasi Manajemen karir pegawai akan terganggu atau bahkan terhenti bila faktor lain seperti intrik, hubungan antar teman, nepotisme, feodalisme, dan sebagainya, lebih dominan mempengaruhi karir seseorang dari pada prestasi kerjanya sendiri. Dengan kata lain, bila kadar “politicking” dalam organisasi sudah demikian parah, maka manajemen karir hampir dipastikan akan mati dengan sendirinya. Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa-basi dan pada akhirnya organisasi akan dipimpin oleh orang-orang yang pintar dalam politicking tetapi mutu profesionalitasnya terbilang rendah. 5. Sistem Penghargaan Sistem manajemen (reward system) sangat mempengaruhi banyak hal, termasuk manajemen karir pegawai. Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji dan insentif) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yang berprestasi baik dianggap sama dengan pegawai malas. Saat ini, mulai banyak organisasi yang membuat sistem penghargaan yang baik (misalnya dengan menggunakan sistem “kredit poin”) dengan harapan setiap prestasi yang ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin” dalam jumlah tertentu. 6. Jumlah Pegawai Semakin banyak pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil kesempatan (kemungkinan) bagi seorang pegawai untuk meraih tujuan karir tertentu. Jumlah pegawai yang dimiliki sebuah organisasi sangat mempengaruhi manajemen karir yang ada. Jika jumlah pegawai sedikit, maka manajemen karir akan sederhana dan mudah dikelola. Jika jumlah pegawai banyak, maka manajemen karir menjadi rumit dan tidak mudah dikelola. 7. Ukuran Organisasi Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan yang ada dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan dan jumlah personel pegawai yang diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan tersebut. Biasanya, semakin besar organisasi, semakin kompleks urusan manajemen karir pegawai. Namun, kesempatan untuk promosi dan rotasi pegawai juga lebih banyak. 8. Budaya Organisasi Seperti sebuah sistem masyarakat, organisasi pun mempunyai budaya dan kebiasaan-kebiasaan. Ada organisasi yang cenderung berkultur professional, obyektif, rasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung feodalistik, rasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung menghargai prestasi kerja. Ada pula organisasi yang lebih menghargai senioritas dari pada hal-hal lain. Karena itu, meskipun organisasi sudah memiliki sistem manajemen karir yang baik dan mapan secara tertulis, tetapi pelaksanaannya masih sangat tergantung pada budaya organisasi yang ada. 9. Tipe Manajement Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi dalam impelementasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat berlainan dari manajemen di organisasi lain. Ada manajemen yang cemderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada juga manajemen yang cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis. Jika manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai dalam hal pengembangan karirnya sendiri juga cenderung minimal. Sebaliknya, jika manajemen cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai dalam pengembangan karir mereka juga cenderung besar. Dengan kata lain, karir seorang pegawai tidak hanya tergantung pada faktor-faktor internal di dalam dirinya (seperti motivasi untuk bekerja keras dan kemauan untuk ingin maju), tetapi juga sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti manajemen. Banyak pegawai yang sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa tidak berhasil meniti karir dengan baik, hanya karena pegawai ini terjebak dan terjerumus dalam sistem manajemen yang buruk. H. Manfaat Pengembangan Karir Pada dasarnya pengembangan karir dapat bermanfaat bagi organisasi perusahaan maupun karyawan. Pengembangan karir merupakan pendekatan resmi yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan agar karyawan-karyawan yang mempunyai kualifikasi dan pengalaman tertentu akan siap apabila mereka dibutuhkan sewaktu-waktu. Adanya career planning dan career development akan menguntungkan kedua belah pihak, baik perusahaan maupun karyawan. 1. Bagi organisasi perusahaan, pengembangan karir dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Menjamin ketersediaan bakat yang diperlukan. b. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan karyawan yang berkualitas. c. Agar kelompok – kelompok minoritas dan wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir. d. Mengurangi rasa frustasi dan pesimistis pada karyawan. 2. Bagi karyawan, pengembangan karir identik dengan keberhasilan karena pengembangan karir bermanfaat untuk: a. Menggunakan potensi seseorang dengan sepenuhnya. b. Menambah tantangan dalam bekerja. c. Meningkatkan otonomi. d. Meningkatkan tanggung jawab. BAB III HASIL WAWANCARA A. PT. Vina Arya Furniture B. Bank BNI Cabang UNNES C. STAR Hotel BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengembangan karir merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan atau organisasi untuk mendukung terciptanya kualitas perusahaan atau organisasi yang lebih baik. Kualitas SDM yang baik akan meningkatan kualitas produktivitas. Dengan adanya proses pengembangan, metode-metode pengembangan dan sistem-sistem pengembangan pada setiap divisi perusahan atau divisi organisasi akan memperbaiki setiap divisi tersebut sehingga akan mempengaruhi lini utama pada perusahan atau organisasi tersebut. Pada dasarnya pengembangan karir juga dapat bermanfaat bagi organisasi perusahaan maupun karyawan. Pengembangan karir merupakan pendekatan resmi yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan agar karyawan-karyawan yang mempunyai kualifikasi dan pengalaman tertentu akan siap apabila mereka dibutuhkan sewaktu-waktu. Adanya human resources development dan career development akan menguntungkan kedua belah pihak, baik perusahaan maupun karyawan. B. Saran Melihat dari seberapa penting manfaat pengembangan SDM dan pengembangan karir, maka karyawan dalam sebuah perusahaan ada baiknya menyadari dan mengupayakan dirinya untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas diri sehingga dalam pekerjaannya karyawan tersebut dalam mencapai masa kejayaannya dengan baik dan dapat menjadi karyawan yang sigap serta berkualitas. Selain dari karyawan itu sendiri, organisasi atau perusahaan juga sebaiknya memberi fasilitas serta sarana pendukung untuk karyawannya dalam hal pengembangan SDM dan pengembangan karir. Organisasi atau perusahaan dapat memberikan pelatihanpelatihan atau pendekatan-pendekatan yang dapat membantu karyawan untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam bekerja. Karena kembali lagi, pengembangan SDM dan pengembangan karir adalah dua hal penting yang sama-sama bermanfaat untuk karyawan itu sendiri maupun untuk organisasi atau perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Stredwick,John.2005.An Introduction to Human Resource Management.Oxford:Elsevier Butterworth Heinemann Gomes, Faustino Cardos.2003. Managemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: Andi Yogyakarta