BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Supervisi Manajerial di Sekolah Dasar Dalam panduan sekolah/Madrasah pelaksanaan (Direktorat tugas Tenaga pengawas Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi, kualitas, dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, pengembangan kompetensi, dan hasil penilaian, sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai (1) penghubung dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) pengawas dalam mengklasifikasi kelemahan dan menganalisa potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan kualitas sekolah, dan (4) mengkaji terhadap pemaknaan hasil pengawas. 13 1 Di atas telah disebutkan bahwa inti kegiatan supervisi manajerial adalah pengawasan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah. Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi:(a) manajemen pembelajaran prasarana sekolah,(b) sekolah,(d) kurikulum sekolah kesiswaan,(c) tenaga sarana pendidik,(e) dan dan keuangan sekolah,(f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan(g) pelayanan khusus. Dalam melaksanakan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas diharuskan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi delapan komponen, yaitu:(a) standar isi sekolah,(b) standar kompetensi lulusan sekolah,(c) standar proses pembelajaran,(d) standar pendidik dan tenaga kependidikan,(e) standar sarana dan prasarana sekolah,(f) standar pengelolaan sekolah,(g) standar pembiayaan, dan(h) standar penilaian. Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi dengan maksimal dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Hal penting lainnya dalam supervisi manajerial oleh pengawas terhadap sekolah, adalah berkaitan pengelolaan atau pengaturan sekolah. Sebagaimana diketahui dalam satu dekade terakhir telah dikembangkan rancangan manajemen berbasis sekolah (MBS), sebagai bentuk pandangan baru pengelolaan dari pusat ke instansi dibawahnya yang memberikan otonomi kepada pihak sekolah dan meningkatkan peran serta masyarakat (Sudarwan Danim, 2006: 4) Pengawas dituntut dapat menjelaskan sekaligus mengintroduksi model inovasi manajemen ini sesuai dengan konteks sosial budaya serta kondisi internal masing-masing sekolah. 2.1.1. Pengertian Supervisi Manajerial Supervisi adalah suatu kegiatan dalam bentuk bimbingan atau pembinaan yang dilakukan oleh pengawas dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna untuk meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran disuatu sekolah. Supervisi yang dimaksudkan dipusatkan pada dua aspek yakni manajerial dan akademik. Supervisi manajerial mengfokuskan pada observasi secara langsung pada segi pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran di suatu instansi pendidikan . Sedangkan supervisi akademik mengfokuskan pada observasi supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam pedoman pelaksanaan tugas pengawas sekolah/madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang dilaksanakan secara obyektif, langsung dan terus menerus ( berkesinambungan) tanpa membedakan mana yang bersifat kelompok atau perorangan bertujuan untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, penilaian, pengembangan koordinasi, kompetensi pelaksanaan, sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai : (1) mentor sekaligus pembina yang diharapkan dapat merealisasikan progam yang telah disusun dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) pengawas dalam menentukan kelemahan dan menganalisa potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) penilai yang tangguh terhadap hasil binaan dari pengawas. 2.1.2. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial Beberapa prinsip yang harusdiperhatikan dalam supervisi manajerial, sebagai berikut : 1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat menguasai, dimana ia bertindak sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan. 2. pengawas harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang nyaman dengan kepala sekolah, . Hubungan kemanusiaan yang diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan dan informal. 3. Pengawas dalam melakukan penilaian pada sekolah harus dilaksanakan dengan cara berkesinambungan. Penilaian bukan tugas yang sifatnya sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu,tapi harus benar- benar disempatkan. 4. Pengawas dalam melakukan penilaian harus adil, pengawas tidak boleh menguasai pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang adil adalah aktif dan berkesinambungan. 5. Program penilaian harus sesuai.Didalam setiapinstansi organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu untuk kemajuan pendidikan. 6. Penilaian harus komprehensif, program penilaian harus mencakup seluruh aspek karena pada dasarnya suatu aspek akan selalu berkaitan antara aspek yang satu dengan yang lainnya. 7. Penilaian harus membangun. Penilaian bukan untuk mencari kesalahan-kesalahan guru,tetapi harus selalu mendukung atau memberi semangat pada guru. 8. Penilaian harus obyektif. Dalam menyusun melaksanakan dan mengkaji, keberhasilan program penilaian harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.(Depdiknas 2009 : 16) Peningkatan mutu pendidikan khususnya jenjang pendidikan disekolah dasar memerlukan adanya guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang profesional. Kepala sekolah diharapkan menjadi penggerak dan kekuatanyang selalu memberi semangat dan dukungan untuk membimbing memberi panutan serta menggerakkan para pendidik dan tenaga pendidikan yang lainya yang ada disekolahnya. Salah satu tugas kepala sekolah adalah mengelola dan menjembatani kegiatan sekolah agar mutu layananya meningkat.Salah satu tugas kepala sekolah adalah menjadwal dan melaksanakan pengawasan secara berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan sekolah yang maksimal maka kepala sekolah seharusnyamengutamakan kepentingan pendidikan yang ilmiah mutlak perlu mengetahui secara benar serta mampu melaksanakan koreksi diri terhadap sekolah. Denganpersiapan dan dalam persiapan pendampingan akreditasi maka partisipatif kepala sekolah akanmampu meningkatkan kompetensi manajerialnya secara menyeluruh, bermakna, dan maksimal. Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah perlu dilakukan persiapan yang mencakup 8 standar nasional pendidikan disekolah. untuk ditindaklanjuti dalam kegiatan 2.1.3. Metode Supervisi Manajerial 2.1.3.1. Monitoring dan evaluasi Metode utama yang harusdilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan tindak lanjut. 1. Monitoring Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaran sekolah.Apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program (Rochiat, 2008:115). 2. Tindak Lanjut Kegiatan tindak lanjut ditujukanuntuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan tindak lanjut utamanya adalah untuk a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, b) mengetahui keberhasilan program, c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya dan d) memberikan penilaian terhadap sekolah. 2.1.3.2. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) Sesuai dengan pandangan baru manajemen sekolah yang dimaksudkan yaitu pemberdayaan dan peran serta, maka penilaian keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi tanggungjawab pengawas.Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepada sekolah, komite sekolah, dan guru.Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan koreksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan.Forum untuk ini dapat berbentuk Focus Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah.Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa kali putaran sesuai dengan kebutuhan sekolah. Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai kelebihan dan kelemahan sekolah, serta menentukan langkah strategis maupun operasional yang akandiambil untuk memajukan sekolah,maka dari itu kepala sekolah akan berusaha untuk melengkapi kekurangannya. 2.1.3.3. Metode Delphi Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya.Sesuai dengan konsep MBS.Dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realitis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. 2.2. Pendampingan Partisipatif 2.2.1. Pengertian Pendampingan Kegiatan yang dilakukan oleh pengawas secara terus menerus (berkelanjutan) dan sistematis dalam menfasilitasi individu/kelompok/komunitas anak-anak untuk mengembangkan diri mereka, memberikan ketrampilan dalam mengatasi permasalahan dan membantu menyiapkan kemampuan-kemampuan dan ketrampilanketrampilan yang dibutuhkan untuk masa depan mereka dan juga individu/kelompok/komunitas orang dewasa untuk membantu mereka menciptakan lingkungan yang mendukung dan menguatkan bagi anak. Yayasan Pulih (2011). Upaya terus menerus dan sistematis dalam mendampingi (memfasilitasi) individu, kelompok maupun komunitas dalam mengatasi permasalahan dan menyesuaikan diri dengan kesulitan hidup yang dialami sehingga mereka dapat mengatasi permasalahan tersebut dan mencapai perubahan hidup ke arah yang lebih baik.Yayasan Pulih (2011). Pendampingan merupakan proses interaksi timbal balik (tidak komunitas satu yang arah) antara mendampingi individu/kelompok/ dan individu/ kelompok/komunitas yang didampingi yang bertujuan memotivasi dan mengorganisir individu/kelompok/ komunitas dalam mengembangkan sumber daya dan potensi orang yang didampingi dan tidak menimbulkan ketergantungan terhadap orang yang mendampingi (mendorong kemandirian). Yayasan Pulih (2011) Pendampingan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk maupun situasi dengan pendekatan yang beragam baik formal maupun non formal, individu, kelompok maupun komunitas. 2.2.2. Langkah-Langkah Pendampingan a. Penentuan tujuan Sekolah menentukan tujuan melalui rapat sekolah yang dihadiri oleh seluruh warga sekolah terdiri atas 1) Kepala sekolah, 2) Dewan guru, 3) Komite sekolah, 4) Tokoh masyarakat dan pengawas sekolah. Untuk menentukan tujuan dari kegiatan persiapan akreditasi sekolah. b. Perencanaan dan persiapan akreditasi. Dalam perencanaan persiapan akreditasi dilakukan langkah-langkah1) membentuk Tim Pengembang Sekolah (TPS), 2) merancang jadwal persiapan kegiatan dengan dilengkapi tupoksi masing-masing bagian, 3) mengkelompokkan dan menentukan prioritas kegiatan. c. Pelaksanaan akreditasi Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah 1) penjelasan tentang akreditasi sekolah, 2) mengkaji instrumen akreditasi sekolah, 3) mengisi instrumen akreditasi sekolah sesuai panduan akreditasi sekolah. d. Umpan balik pendampingan persiapan akreditasi. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh pengawas dan melibatkan komite sekolah dilakukan sesuai jadwal kegiatan yang sudah diprogram dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) penentuan tujuan akreditasi, 2) perencanaan kegiatan akreditasi, 3) Program dilaksanakan dengan tahapan a. Pra pendampingan akreditasi, sosialisasi akreditasi, observasi, fasilitasi dan pertemuan akreditasi. b. pendampingan partisipatif meliputi mengisi instrumen akreditasi, menghitung pengskoran nilai akreditasi, melengkapi data dan dokumen yang diperlukan dalam akreditasi, pembagian tugas untuk 8 standar yang di akreditasikan. 4) umpan balik kegiatannya berupa evaluasi dan refleksi berdasarkan hasil bukti pengisian fisik yang instrumen ada. 5) akreditasi Rencana TindakLanjut (RTL) kegiatan ini untuk menindaklanjuti hasil kegiatan yang telah dilakukan untuk persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah. Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang efektif dapat dipandang sebagai suatu proses yang dapat digunakan oleh pengawas dan kepala sekolah untuk membayangkan, menvisualisasikan masa depan sekolahnya, kemudian mengembangkan struktur, staf, prosedur, operasional, serta pengendaliannya sehingga secara gemilang sekolah mampu mewujudkan visi dan misinya. (Permendiknas RI No. 11 Tahun 2009 Pendampingan persiapan akreditasi sekolah ini dilakukan oleh pengawas sekolah sesuai dengan program yang sudah disampaikan kepada warga sekolah.Untuk pelaksanaan pendampingan terlebih dahulu disepakati jadwal dan kegiatannya. Materi pendampingan disampaikan melalui pertemuan, diskusi, sharing dan tindaklanjut. Kegiatannya berupa pengisian instrumen akreditasi, cara menghitung atau pengskoran perolehan klasifikasi nilai dan buku instrumen pengumpulan data dan informasi pendukung akreditasi sekolah. 2.3. Akreditasi Sekolah Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap ke arah yang diharapkan sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan strategi dan sekaligus membangun sistem pengendalian mutu pendidikan melalui empat program yang terintegrasi, yaitu standarisasi, evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.Standarisasi pendidikan haruslah dimaknai sebagai upaya penyamaan arah pendidikan secara nasional yang memiliki keleluasaan dan sekaligus keluwesan dalam implementasinya.Standar pendidikan harus dijadikan acuan oleh pengelola pendidikan, yang menjadi pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas dalam mencapai standar yang ditetapkan. Akreditasi sekolah mempunyai pengertian sebagai proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja lembaga atau suatu program pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas publik, alat regulasi diri (self regulation) sehingga suatu sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta terus menerus meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya. Pengertian ini memberikan makna bahwa akreditasi merupakan suatu pengakuan terhadap standar kelayakan suatu sekolah berdasarkan aturan yang baku. Dari pendapat-pendapatdiatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi merupakan alat regulasi diri (selfregulation) agar sekolah mengenal kelebihan dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kelebihan dan memperbaiki kelemahannya. Dengan demikiandapat dikatakan bahwa proses akreditasi adalah penilaian terhadap kualitas suatu sekolah secara kelanjutan. Akreditasi dalam makna adalahhasil menyatakan bahwa suatu sekolah telah memenuhi standar kelayakan pendidikan yang telah ditentukan. Hal tersebut dipertegas oleh Uandang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB XVI Pasal 60 tentang akreditasi yang berbunyi: 1. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. 3. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka. 4. Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Akreditasi sekolah juga didasarkan padaKeputusan Menteri Pendidikan Nomor 087/U/2002tanggal 4 Juni 2002 tentang Akreditasi Sekolah danKeputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor039/0/2003 tentang Badan Akreditasi Sekolah Nasional(BASN). BASN merupakan satu-satunya badanakreditasi yang ditunjuk dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk mengakreditasi sekolah. Untuk sekolah sebagai institusi, hasil akreditasi memiliki makna yang penting sebagai: (1) acuan dalam upaya peningkatan kualitas sekolah dan rencana pengembangan sekolah, (2) masukan untuk pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah, (3) pendorong motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan kualitas sekolahnya secara bertahap, terencana, dan kompetitif ditingkat Kabupaten/ Kota, Propinsi, Nasional, bahkan Regional dan Internasional, (4) Bahan informasi bagi sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tatanan dan pendanaan. Mengingat yang diakreditasi adalah sekolah yangmerupakan sistem dari berbagai komponen dan saling terkait dalam pencapaian komponen sekolah, maka sesuai Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/V/2002 tanggal 14 Juni 2004 tentang Akreditasi Sekolah, komponen sekolah yang menjadi bahan penilaian adalah yang dikembangkan dari kualitas sekolah yaitu kurikulum dan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, organisasi / kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat dan lingkungan/kultur sekolah. Setiap komponen terdiri atas berbagai aspek dan indikator. Kurikulum dan proses belajar mengajarterdiri 40 Indikator Utama (IU) dan 15 indikator tambahan (IT).Administrasi/manajemen sekolah terdiri dari 15 IU dan 15 IT, organisasi/kelembagaan sekolah 5 IU dan 5 IT, sarana dan prasarana 10 IU dan 5 IT, peserta didik 10 IU dan 5 IT, peran serta masyarakat 10 TU dan 5 IT, pembiayaan 5 IU dan 5 IT, lingkungan/kultur sekolah 10 IU dan 5 IT. Jika dijumlahkan, maka terdiri atas 115 IU dan 70 IT. Semua indikator tersebut merupakan butir dan instrumen evaluasi diri yang harus dijawab sekolah untuk menunjukkan bahwa sekolah mengajukan permohonan pada BAS propinsi untuk SMA, dan BAS Kabupaten/Kota untuk Sekolah Dasar. Untuk sekolah yang belum siap, berdasarkan self evaluation mereka memperbaiki kelemahan dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki. 2.4. Tujuan Akreditasi Sekolah/Madrasah Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk : a. Memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. b. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan c. Memberikan masukkan tentang penjaminan kualitas pendidikan kepada program dan jenjang pendidikan yang diakreditasi dari pihak terkait. Manfaat hasil akreditasi sekolah/madrasah sebagai berikut : a. Membantu sekolah/madrasah dalam menentukan dan mempermudah kepindahan peserta didik dari suatu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan kerjasama yang saling menguntungkan. b. Membantu mengidentifikasi sekolah/madasah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya. c. Pedoman dalam sekolah/madrasah sekolah/madrasah. upaya dan peningkatan rencana kualitas pengembangan d. Umpan balik salam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan program sekolah/madrasah. e. Motivator agar sekolah/madrasah terus meningkat kualitas pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik ditingkat kabupaten/Kota, provinsi, nasional bahkan ragional dan internasional. f. Bahan informasi bagi sekolah/madrasah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana. 2.5. Strategi yang dilaksanakan dalam Akreditasi Beberapa upaya atau strategi yang perlu dilakukan madrasah dalam persiapan akreditasi adalah sebagai berikut : (a) pematangan rencana pengembangan sekolah dan komponen akreditasi, (b) pembentukan tim penjamin kualitas sekolah, (c) penyampaian sistem informasi manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk mengetahui kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan pemantapan komponen sekolah, (f) evaluasi diri dan penyiapan aplikasi akreditasi. Strategi sekolah dalam pelaksanaan akreditasi antara lain dapat ditempuh dengan : (a) penyiapan warga sekolah, (b) penyiapan dokumen dan komponen akreditasi, (c) pendampingan dan penjelasan selama kunjungan, dan (d) penyampaian hasil temuan. Hasil akreditasi sekolah dinyatakandalam peringkat akreditasi sekolah/madrasah. Peringkat tersebut terdiri atas tiga klasifikasi berdasarkan skor keseluruhan komponen yang diperoleh, yaitu : A (Amat Baik); B (Baik); C (Cukup). Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C (cukup), dinyatakan tidak terakreditasi. 2.6. Pelaksanaan Evaluasi Akreditasi Berdasarkan Standar NasionalPendidikan Dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan sebagai pedoman, setiap sekolah/madrasah diharapkan dapat mengembangkan pendidikannya secara maksimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Standar Nasional Pendidikan harus dijadikan pedoman guna mengelompokkan secara utuh profil mutu sekolah. Oleh karena itu, komponen instrumen akreditasi yang disusun didasarkan pada delapan Standar Nasional Pendidikan. Delapan sekolah/madrasah. komponen akreditasi 2.6.1. Standar Isi Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus terpenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam kerangka dasar dijelaskan prinsip- prinsippengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dengan penjelasan tersebut, maka kurikulum yang dikembangkan dijamin berkualitas dan pelaksanaanya dijamin berkualitas. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dan struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar. DalamOxfor Advance Learner’sDictionari dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effec” (penerapan sesuatu yangmemberikan efek atau dampak). Berdasarkan definisi Implementasi tersebut, secara umum Implementasi kurikulum khususnya muatan standar isi dapat kita tarik sebuah pengertian yakni suatu proses penerapan suatu ide, konsep, dan kebijakan dalam suatu aktivitas pembelajaran ataupun aktivitas-aktivitas yang dianggap baru sehingga dapat membantu sekelompok orang atau anak didik untuk berinteraksi antara fasilitator sebagai pengembang kurikulum ataupun muatan standar isi dalam menguasi kompetensi ataupun perubahan perubahan baru bagi setiap orang yang harapkan berubah, sebagai bagian dari sebuah interaksi dengan lingkungannya (Hadianas, 2010). 2.6.2. Standar Proses Standar proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah / Madrasah). Proses pembelajaran diselenggarakan pada secara satuan pendidikan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Menurut Arsana (2012) mengemukakan dalampenelitiannya bahwa Standar Proses Pendidikan (SPP) merupakan jantungnya dalam sistem pendidikan.Bagaimanapun bagus dan idealnya standar kompetensilulusan serta lengkapnya standar isi, namun tanpadiimplementasikan ke dalam proses pendidikan,semuanya akan kurang berarti. 2.6.3. Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan berdasarkan standar adalahpendidikan yang menetapkan standar nasional sebagaikualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiapkurikulum.Standar kualitas nasional dinyatakansebagai standar Kompetensi Lulusan.StandarKompetensi kualitas minimallulusan Lulusan suatu tersebut jenjang adalah atau satuan pendidikan.StandarKompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan,dan keterampilan (PP Nomor 19 Tahun 2005). 2.6.4. Standar Pendidik dan Kependidikan Standar (PTK)nasional Pendidik dan ditentukan Tenaga untuk Kependidikan menjaga kualitas pendidikanatau output hasil pendidikan. Kualitas Sumber DayaManusia (SDM) yang tinggi dan unggul serta denganketrampilan yang up to date hanya dapat dihasilkan danpara pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang baikakan sangat ditentukan bagaimana tenaga pendidikanyang baik juga. Menurut Hazairin yang dikutip oleh Rindha Fitria Pawitra Sari (2014), Upaya untukmeningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikanakan terlaksana dengan baik apabilamengimplementasikan beberapa langkah strategis, yaitu : (1) evaluas diri (self assessment), perumusan visi, misi, dan tujuan, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan, (4) evaluasi, dan (5) pelaporan. Menurut Mulyana (2010:104) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia diri meliputi: 1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi kepribadian; 3. Kompetensi profesional 4. Kompetensi sosial Keempat kriteria tersebut biasanya didapat dandikembangkan ketika menjadi calon guru dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya jurusan kependidikan.Perlu keseriusan dari guru adanya untuk kesadaran dan mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Karena kian hari tantangan dan perubahan zaman membuat proses pendidikan juga harus berubah. 2.6.5. Standar Sarana dan Prasarana Sarana satupenunjang mengacupada Prasarana pendidikan keberhasilan Standar sarana sebagai pendidikan, dan prasarana salah yang yang dikembangkanoleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri, seringkali menjadi kendala dalam proses penyelenggaraan pendidikan disekolah, (Djamarah, 2000). Kendala-kendala yang dihadapi antara lainadalah adanya penyediaan sarana yang belum memadaiatau lengkap. Permasalahan sarana dan prasarana sangatpenting untuk ditangani lebih serius, karena sangatberpengaruh dalam kelancaran proses belajar mengajar,karena disamping menjadi lebih nyaman, juga sekaligusmenjadi media pembelajaran dengan peralatan yangharus disesuaikan termasuk penyediaan fasilitas yangmutlak harus dipenuhi, yang tentunya kesemuanya itu harus sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Seringkali dalam pemenuhan sarana dan prasana ditentukan oleh pihak sekolah bersama komite sekolah berdasar pada keinginan dankebutuhan sekolah masing-masing semata, (Margono:2005). Bagi beberapa sekolah yang telah memenuhisarana dan prasarananya akan meningkatkannya agar lebih baik lagi, halini adalah wajar sebagai upaya untukmeningkatkan kualitas proses belajar mengajar yangpada tujuannnya untuk meningkatkan kualitaspendidikan itu sendiri. Adapun permasalahan yangsering timbul adalah tidak terkendalinya rencana yangdiprogramkan oleh pihak sekolah dengan harapanuntuk memenuhi keinginan secara maksimal yang seringkali kurang efektif karena tidak langsung dapatdigunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa disekolah yang bersangkutan, hal ini bisa terjadi karenatidak adanya standarisasi yang diharuskan untukdipenuhinya (Azhari, Akyas, 2004). Bagaimanapun juga peningkatan kualitas sekolahmemang bukan hal yang mudah, terutama jika alokasianggaran pendidikan disuatu daerah belummemungkinkan untuk mencapai angka ideal.Oleh karena itulah, berbagai alternatif kebijakan yang bersifat afektif efisien namun peningkatansarana/prasarana jugamengikutsertakan (contohProgram pemerintahandaerah secara kearifan Bedah pengawasanterpadu mengena stake partisipatif lokal Sekolah); holder berkaitan seperti daerah peningkatan pendidikan dengan yang dan kebijakan- kebijakanpendidikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan olehSadiman, Arief S., (2007) menunjukkkan bahwa adapengaruh positif yang signifikan antara kelengkapansarana prasarana terhadap kinerja guru dan kepuasansiswa, sedangkan besarnya kontribusi kelengkapansarana prasarana sebesar 6,76%, sehingga terdapatpengaruh positif yang signifikan secara simultan antarakelengkapan sarana prasarana, kinerja guru, danmetode pembelajaran terhadap kepuasan siswa. 2.6.6. Standar Pengelolaan Standar pengelolaan NasionalPendidikan adalah Standar berkaitan dengan pengawasan kegiatan yang dan perencanaan,pelaksanaan, pendidikanpada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi danefektivitas penyelenggaraan pendidikan. (Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah / Madrasah) Dari seminar yang dilakukan oleh Syarwani (2010) tentang Akreditasi Sekolah Muara Mutu Pendidikanmenyatakan bahwa jika pengelolaan sekolah dilakukandengan baik melalui penggunaan dan pemanfaatansarana dan prasarana belajar yang didukung olehkemampuan guru,maka pimpinan, harapan kemampuan terhadap hasil oleh para belajar yang maksimalkan terwurjud. 2.6.7. Standar Pembiayaan Standar pembiayaan adalah standar yangmengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuanpendidikan yang berlaku selama satu tahun.Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,biaya operasi, dan biaya personal. Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan olehKurniady, 2011 disebutkan bahwa Pembiayaanpendidikan berfungsi untuk memfasilitasi ataumendukung penyediaan sarana dan prasarana sekolahyang lebih baik, sehingga hasilnya mempunyai standaryang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. 2.6.8. Standar Penilaian Pendidikan Standar Penilaian Pendidikan adalah standarnasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar pesertadidik.Standar ini mengacu pada Permendiknas No. 20tahun 2007. Penilaian pendidikan pada jejangpendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidikan, (2) penilaian dan (3) hasil penilaian belajar hasil oleh belajar satuan oleh pemerintah. Diperkuat oleh penelitian-penelitian Poerwanti (2008:1) standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Pada Peraturan Pemerintah tersebutamanatkan tigajenis penilaian yaitu; (1) penilaian olehpendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasilpembelajaran, (2) penilaian oleh satuan pendidikanbertujuan menilai pencapaian standar kompetensilulusan untuk semua mata pelajaran sesuai programnyasebagai bentuk transparansi, profesional, dan akuntabel lembaga, (3) penilaian oleh pemerintah bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasionalpada mata pelajaran tertentu. Penilaian olehpemerintah, dalam pelaksanaannya diserahkan kepadaBSNP.Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program,dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,penentuan kelulusan peserta didik, pembinaan, danpemberian bantuan kepada pihak sekolah dalam upayapeningkatan mutu pendidikan. Untuk menjalankan strategi pendampingan partisipatif dalam persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah di SD Negeri Tlogorejo 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut 1) melakukan persiapan dengan mengumpulkan semua dokumen data dan sumber rujukan untuk kegiatan persiapan akreditasi sekolah. 2) melakukan sosialisasi tentang persiapan dan pelaksanaan akreditasi sekolah kepada semua warga sekolah. 3) mempersiapkan pengisian instrumen akreditasi yang meliputi 8 standar sebagaimana yang di sampaikan membentuk pada kepanitiaan kegiatan sekolah sosialisasi. untuk 4) persiapan pelaksanaan akreditasi. 5) melakukan pendampingan secara terencana dan terprogram. 6) melakukan analisis hasil pengisian instrumen pada langkah awal kegiatan dan tindaklanjut. Program-program sekolah yang telah direncanakan tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik, maka setiap bulan diadakan evaluasi kegiatan. Yang menjadi hambatan pada kegiatan ini antara lain adalah keterlibatan komite masih kurang, terjadi ketidak harmonisan antar warga sekolah karena perbedaan persepsi dan tujuan masingmasing personal. 2.7. Penelitian Yang Relevan Penelitian purnama yang berjudul pengembangan tata kelola sarana dan prasarana dalam pencapaian target akreditasi sekolah Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang yang menemukan bahwa: Kekuatan utama yang dimiliki sekolah-sekolah pada Gugus Mina Kencana terletak pada aspek perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana.Hampir secara keseluruhan sekolah telah melibatkan para guru dalam penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) sehingga hal ini mendorong sekolah untuk dapat meningkatkan potensi tata kelola sekolah sarana dan prasarana secara maksimal dalam akreditasi sekolah. Penelitian Amir Daud menemukan bahwa peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pendidikan masih kurang. Hal ini didukung oleh sejumlah data, yaitu : 1) hanya sekitar 45% komite sekolah yang selalu berperan secara aktif, 2) hanya sekitar 36% tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa selalu terlibat secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran. Namun demikian, masih terdapat 11% tokoh masyarakat yang tidak pernah terlibat atau diikutsertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta pertanggungjawaban program dan kualitas pendidikan di sekolah; (3) hanya sekitar 35% orang tua siswa yang selalu terlibat. Secara langsung dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan program, penggalangan sumber dana, memberi bantuan baik berupa tenaga, dana maupun bahan, serta terlibat aktif dalam bentuk pemikiran. Penelitian Sunarno yang berjudul pelaksanaan akreditasi sekolah studi kasus SD Negeri Tlogorejo 1 Guntur-Demak yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan akreditasi sekolah ditinjau dari komponen ketenagaan dan peserta didik sudah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan tercapai hampir 90%, keterlibatan anggota sekolah dalam pelaksanaan akreditasi semua berperan dalam membantu sekolah dalam mempersiapkan pelaksanaan akreditasi sekolah. Dengan meningkatnya kompetensi tenaga pendidik dalam kegiatan belajar mengajar maka dapat meningkatkan kualitas peserta didik. Selain itu juga dengan tenaga kependidikan yang sesuai dengan bidangnya maka tugas yang dilakukannyaakan semakin terfokus. Dengan adanya peserta didik yang berkualitas maka dapat meningkat animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya disekolah tersebut. Suryana (2007:9) meneliti akreditasi, sertifikasi dan upaya penjaminan mutu pendidikan kesimpulannya akreditasi dan sertifikasi diharapkan dapat memberikan percepatan kepada pencapaian mutu pendidikan, variasi mutu yang ada dapat diarahkan kepada pencapaian yang sama melalui benchmark sebagai pagu bagi pelaksanaan dengan standarisasi yang sama sehingga memperoleh hasil yang kompetetif. Dampak negatif yang mungkin muncul dapat dieliminasi melalui penataan system penyelenggaraan yang terbuka (tranparant), bersih (clean), dan komitmen yang tinggi dari para pelaksana pendidikan. Pencapaian mutu sekolah melalui kegiatan akreditasi sekolah diarahkan pada hal-hal berikut ini : (1) proses akreditasi mengarah pada peningkatan kualitas sekolah, (2) melihat dan memperoleh gambar kinerja sekolah yang sebenarnya, (3) sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan disekolah, (4) kelayakan sekolah dalam penyelenggaraan dan pelayanannya, (5) Gambaran menyeluruh bagi masyarakat tentang tingkat sekolah dimana anaknya berada dengan sekolah-sekolah lainnya. Kristina Maric 2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Effects And Implications Of The Accreditation Process At Postsecondary Vocational Schools In Serbia” menyimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari transparansi dalam proses dan beberapa perbaikan lebih lanjut dari standar akreditasi maka perlu pertimbangan perbedaan institusional dalam hal modus pembiayaan dan mata pelajaran pada suatu institusi sekolah. Pencapain mutu sekolah melalui kegiatan akreditasi sekolah diarahkan pada hal-hal berikut ini (1) proses akreditasi mengarah pada peningkatan kualitas sekolah, (2) melihat dan memperoleh gambaran kinerja sekolah yang sebenarnya, (3) sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan disekolah, (4) kelayakan sekolah dalam penyelenggaraan dan pelayanannya, (5) Gambaran menyeluruh bagi masyarakat tentang tingkat sekolah dimana anaknya berada dengan sekolah-sekolah lainnya. Dengan akreditasi terhadap satuan pendidikan dan sertifikasi untuk jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan akan memberikan dorongan yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan pada level kelembagaan dan mendukung peningkatan mutu pendidikan nasional. Kajian kepustakaan diatas memaparkan akreditasi sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.Purnama dan Amir Daud meneliti pengembangan tata kelola sarana dan prasarana dalam pencapaian target akreditasi sekolah. Amir Daudmenemukan bahwa peran serta masyarakat dalam pengendalian itu berpengaruh cukup signifikan pencapaian mutu sekolah melalui kegiatan akreditasi sekolah diharapkan pada persiapan dan proses akreditasi yang mengarah pada peningkatan kualitas sekolah. Kajian kepusatakaan diatas belum cukup untuk meneliti secara khusus tentang pendampingan partisipatif dalam persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah. Dengan demikian peneliti masih mempunyai kesempatan untuk melakukan peneliti tentang gambaran program peningkatan akreditasi yang mendukung 8 Standar Nasional Pendidikan khususnya standar isi dan proses. Peneliti berpendapat bahwa program peningkatan akreditasi yang mendukung 8 standar nasional pendidikan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan peringkat akreditasi artinya segala potensi yang ada pada sekolah yang diprioritaskan pada peningkatan program komponen akreditasi yang masih kurang maksimal akan berpengaruh terhadap peningkatan penilaian peringkat akreditasi. 2.8. Kerangka Berpikir Untuk memberikan jaminan kualitas proses pengelolaan sekolah diperlukan adanya penilaian atau audit oleh pihak luar sekolah harus diakreditasi. Kenyataan menunjukkan banyak sekolah yang tidak melakukan perencanaan dan persiapan akreditasi sekolah sehingga hasil peringkat akreditasinya masih kualifikasi cukup dan baik.Oleh karena itu sekolah harus menyiapkan bahanbahan yang diperlukan dalam mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk meningkatkan status akreditasi dan meningkatkan kualitas kelembagaan sekolah secara holistik dengan melakukan persiapan dan pendampingan pelaksanaan akreditasi. Berikut akan disajikan kerangka berfikir untuk pendampingan partisipatif dalam persiapan pelaksanaan akreditasi sekolah. Sekolah hasil akreditasinya kurang maksimal Persiapan dan Perencanaan akreditasi sekolah Pendampingan partisipatif pelaksanaan akreditasi sekolah Peringkat atau hasil akreditasi baik/sangat baik Kualitas pelayanan pendidikan meningkat Alur dari gambar tersebut menunjukkan persiapan dan perencanaan akreditasi sekolah dengan model pendampingan partisipatif pelaksanaan akreditasi sekolah dapat meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.Dengan cara sekolah mempersiapkan secara terprogram untuk melaksanakan akreditasi sekolah dengan model pendampingan partisipatif yang dilakukan oleh pengawas sekolah. 2.9. Hipotesis Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 2.9.1. Pendampingan partisipatif dalam persiapan akreditasi sekolah dapat meningkatkan peringkat akreditasi yang maksimal. 2.9.2. Persiapan sekolah dengan pembimbingan partisipatif dapat meningkatkan hasil akreditasi.