iii. bahan dan metode

advertisement
10
III.
BAHAN DAN METODE
3.1 Rancangan Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan masing-masing diulang tiga kali. Perlakuan tersebut adalah padat
penebaran ikan maanvis 1, 2, 3, dan 4 kali dari padat penebaran terbaik dari hasil
penelitian Setiawan (2009).
Model umum rancangannya adalah (Steel and Torrie, 1981):
=
+
+
Keterangan :
= nilai pengamatan satuan percobaan dari individu ke-j yang mendapat
perlakuan ke-i
μ
= rataan umum
= perlakuan ke-i
= pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3.2 Pemeliharaan Ikan
3.2.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yang digunakan merupakan sebuah rangkaian sistem
resirkulasi dengan akuarium pemeliharaan berjumlah 12 buah akuarium ukuran
30x30x40 cm. Pengaturan ketinggian air untuk setiap akuarium dilakukan dengan
sistem overflow sederhana, sistem ini akan otomatis mengeluarkan kelebihan air di
dalam akuarium ketika mengalami kelebihan air. Air dari akuarium pemeliharaan
akan diolah dengan menggunakan rangkaian filter yang telah ditempatkan sebagai
unit pengelolaan air. Filter yang digunakan dalam wadah pemeliharaan terdiri dari
tiga jenis filter yang berbeda. Bahan filter yang digunakan adalah karang jahe, zeolit
dan karbon aktif. Selain itu juga terdapat bioball yang berfungsi sebagai tempat hidup
bakteri di dalam sistem. Skema proses yang berlangsung di dalam wadah
pemeliharaan sistem resirkulasi yang digunakan serta aliran air dalam proses
pengelolaan ditunjukkan pada Gambar 3.
11
Tandon volume 100 L
dengan pompa berkapasitas
1400 liter/jam
Aerasi
tandon air
berisi bioball
Saluran inlet untuk
mengalirkan air tandon ke
akuarium pemeliharaan
12 akuarium (30x30x40cm)
volum 20 liter dan dilengkapi
sistem overflow untuk
mengalirkan air ke outlet
Saluran outlet mengalirkan air
dari akuarium pemeliharaan
ke filter
Filtrasi kimia
karbon aktif
sekitar 20 kg
Filtrasi kimia
zeolit sekitar 30
kg dalam wadah
100 liter
Filtrasi mekanis
karang jahe sekitar
40 kg dalam wadah
100 liter
Gambar 3. Skema proses aliran air di dalam wadah sistem resirkulasi pemeliharaan
ikan maanvis Pterophyllum scalare.
Persiapan wadah pemeliharaan ikan dalam budidaya sistem resirkulasi di
diawali dengan mencuci wadah akuarium dengan air tawar dan selanjutnya
disterilisasi dengan garam krosok serta biru metilena untuk menghilangkan sisa
patogen. Setelah pencucian wadah akuarium selesai bahan filter berupa karang jahe,
zeolit, karbon aktif, dan bioball beserta wadahnya dicuci dengan air tawar dan
dilakukan penjemuran selama 1 hari. Selanjutnya wadah akuarium, dan filter disusun
agar dapat menjalankan proses resirkulasi dengan baik. Proses pengujian sistem
resirkulasi yang telah disusun dilakukan dengan menjalankan sistem resirkulasi
tampa memasukan ikan uji selama sekitar 24 jam, dan mematikan aliran air dari
12
pompa setiap satu jam sekali selama 12 jam. Proses pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui kinerja sistem resirkulasi.
3.2.2 Penebaran Benih
Ikan maanvis yang digunakan memiliki ukuran panjang standar 15,025±1,10
mm. Ikan maanvis diadaptasikan terlebih dahulu selama 2 hari pada wadah berupa
bak fiber dengan ukuran 2x1x0,3 m dengan menyesuaikan kondisi kualitas air wadah
adaptasi dengan kondisi kualitas air wadah pemeliharaan. Padat penebaran yang
digunakan adalah 1, 2, 3, dan 4 ekor/liter. Setiap perlakuan dilakukan ulangan
sebanyak tiga kali. Sebelum ikan uji ditebar di dalam sistem resirkulasi dilakukan
pengambilan contoh bobot dan panjang sebanyak 10 ekor dari populasi untuk
mengetahui ukuran awal penebaran. Perhitungan bobot digunakan timbangan digital
(ketelitian 0,01 gram) sedangkan panjang menggunakan jangka sorong (ketelitian
0,05 mm). Panjang ikan dihitung berdasarkan panjang standar, mulai dari ujung
mulut hingga pangkal ekor.
3.2.3 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa cacing sutera (Tubifex sp.) yang berasal dari
pengumpul di Dramaga-Bogor dengan harga Rp. 5.000,00/takar. Cacing tersebut
dibilas dengan air tawar selama satu malam dengan cara mengalirkan dari tandon
khusus yang disiapkan untuk cacing. Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari secara
sekenyangnya (at satiation) namun diukur jumlah pakan yang dihabiskan tiap
wadahnya. Pemberian pakan dilakukan setelah dilakukan penyifonan untuk
membuang kotoran dan sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan, pakan diberikan
pada pukul 08.00, 12.00, dan 17.00 WIB.
3.2.4 Pengelolaan Air
Pergantian air secara total tidak pernah dilakukan selama masa pemeliharaan
ikan uji, hanya penambahan air yang berkurang akibat penyifonan. Jumlah air yang
ditambah tiap 10 harinya sebagai pengganti air yang hilang adalah 5% dari volume
total sistem resirkulasi. Penyifonan terhadap kotoran dan sisa pakan dilakukan setiap
kali sebelum pemberian pakan dilakukan. Air yang digunakan untuk menambah air
13
yang hilang dari penyifonan berasal dari tandon yang sudah diadaptasikan sekitar 2
hari dan bertujuan agar kondisi fisika-kimia air tidak terlalu berbeda pada saat
dilakukan pergantian air. Kondisi kualitas air pada tandon air sebelum digunakan
untuk pemeliharaan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter kualitas air pada tandon air pemeliharaan ikan maanvis
Pterophyllum scalare
Parameter
Suhu
Derajat Keasaman (pH)
Kelarutan Oksigen
Amoniak
Alkalinitas
Satuan
0
C
unit
mg O2/liter
mg NH3/liter
mg CaCO3/liter
Nilai
28-29
8,1
7,5
0,001
61,45
3.3 Pengambilan Contoh dan Pengamatan
Selama pemeliharaan ikan maanvis diamati pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya setiap 10 hari. Sebelum melakukan pengambilan contoh dilakukan
pemuasaan selama satu hari, agar pada saat dilakukan penghitungan tidak terlalu stres
dan mudah ditangkap. Pengamatan terhadap biota dilakukan selama 40 hari. Ikan
yang mati selama masa pemeliharaan tidak diganti untuk mempertahankan kepadatan
kemudian dicatat bobot dan panjangnya. Jumlah ikan yang dijadikan contoh tiap
wadah adalah sebanyak 10 ekor yang dipilih dengan acak. Pengambilan ikan di dalam
wadah pemeliharaan dilakukan pada pagi hari pada pukul 06.00-09.00 WIB,
pengambilan ikan pada pagi hari dilakukan agar ikan tidak mudah stres, dan tidak
mengakibatkan penurunan kondisi fisiologis ikan pada saat pengambilan contoh. Alat
yang digunakan untuk mengambil ikan adalah serokan dengan bahan yang halus,
setelah ikan diambil selanjutnya ikan yang telah ditangkap ditaruh di dalam ember
yang diberi aerasi untuk selanjutnya dilakukan pengamatan.
3.3.1. Parameter Produksi
Kegiatan produksi dalam akuakultur merupakan sebuah proses untuk
menghasilkan produk (ikan) yang siap untuk dijual atau dikomsumsi, tujuan dari
kegiatan produksi adalah untuk menghasilkan keuntungan ekonomi dari biaya yang
telah dikeluarkan dalam atau selama proses produksi itu berlangsung. Produksi dalam
14
akuakultur dipengaruhi oleh jumlah ikan yang ditebar, padat penebaran yang
digunakan, sistem budidaya yang digunakan, dan derajat kelangsungan hidup ikan
tersebut. Selain itu, pertumbuhan ikan yang dipelihara akan menjadi faktor yang
menentukan lama kegiatan produksi berlangsung. Proses produksi ikan dengan
pertumbuhan yang lambat akan menghasilkan masa produksi yang lebih lama dan
akan mengurangi keuntungan yang diperoleh pertahunnya. Parameter produksi yang
diamati
meliputi
kelangsungan
hidup,
pertumbuhan
panjang
mutlak,
laju
pertumbuhan spesifik, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan
3.3.1.1 Kelangsungan Hidup
Tingkat
kelangsungan
hidup
ikan
(survival
rate)
dihitung
dengan
menggunakan rumus Zonneveld et al. (1991):
=
Keterangan :
0
0
× 100%
= Kelangsungan hidup (%)
= Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
= Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
3.3.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang yang diukur menggunakan perubahan pada panjang
standar ikan maanvis. Panjang standar tersebut diukur mulai dari ujung mulut hingga
pangkal sirip ekor. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan
rumus dari Effendie (1979):
Keterangan : Pm
Ĺt
Ĺ0
Pm = Ĺt – Ĺ0
= Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
= Panjang rata-rata akhir (cm)
= Panjang rata-rata awal (cm)
3.3.1.3 Laju Pertumbuhan Spesifik (α)
Laju pertumbuhan spesifik (spesific growth rate) dihitung dengan rumus
Zonneveld et al. (1991):
(%) =
0
− 1 × 100%
15
Keterangan :
t
0
= Laju pertumbuhan spesifik (%)
= Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
= Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram)
= Waktu (hari)
3.3.1.4 Koefisien Keragaman Panjang
Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi ukuran panjang ikan, yang
dinyatakan dalam koefisien keragaman. Keragaman nilai ini merupakan persentase
dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengahnya. Koefisien
keragaman dihitung berdasarkan dengan rumus Steel dan Torrie (1992):
Keterangan : KK
Ý
=
× 100%
Ý
= Koefisien keragaman
= Simpangan baku
= Rata-rata contoh
3.3.1.5 Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan merupakan persentase jumlah pakan yang dapat dimanfaat
oleh ikan untuk menjadi biomassa tubuh. Pada penelitian ini perhitungan efisiensi
pakan menggunakan rumus menurut Zonneveld et al. (1991):
Keterangan : EP
Wt
Wo
Wd
F
=
(
+
)−
0
× 100%
= Efisiensi pakan (%)
= Biomassa ikan akhir (g)
= Biomassa ikan awal (g)
= Biomassa ikan mati (g)
= Jumlah pakan yang diberikan (g)
3.3.2 Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air diukur setiap 10 hari sekali. Parameter yang diukur
adalah suhu (0C), derajat keasaman (pH), kadar oksigen terlarut (mg O2/liter)
alkalinitas (mg CaCO3/liter) dan amoniak (mg NH3/liter). Parameter kualitas air
tersebut diukur untuk setiap perlakuan dengan ulangan sebanyak tiga kali tiap
perlakuan padat penebarannya.
16
3.3.3 Parameter Kualitas Ikan Maanvis
Kualitas ikan maanvis diukur berdasarkan bentuk tubuh dan kondisi sirip
ikan. Pengamatan kualitas ikan diamati pada akhir penelitian dengan cara mengambil
contoh ikan sebanyak 10 ekor ikan per wadah pemeliharaan untuk diamati dan
selanjutnya dilakukan rataan untuk tiap perlakuan.
3.3.3.1 Bentuk Tubuh Ikan
Kualitas bentuk tubuh ikan manvis ditentukan dengan perbandingan tinggi
tubuh (TB) ikan maanvis yang diukur dari awal sirip punggung hingga awal sirip
perut dengan panjang standar (PS) tubuh ikan yang diukur dari ujung mulut hingga
pangkal ekor ikan. Semakin mendekati bentuk tubuh seperti cakram mengindikasi
semakin baiknya kualitas ikan maanvis yang diproduksi. Bentuk tubuh ikan yang
menyerupai cakram dicapai jika rasio perbandingan TB dengan PS mendekati nilai
satu. Penentuan kualitas ini berdasarkan oleh keindahan tubuh ikan maanvis yang
tercapai ketika bentuk tubuhnya seperti cakram. Bentuk tubuh cakram dicapai ketika
ukuran tinggi tubuh mendekati ukuran panjang standar tubuh ikan maanvis. Cara
penghitungan kualitas bentuk tubuh ikan ini dihitung dengan rumus:
Keterangan : Rasio Tubuh
TB
PS
=
= Nilai rasio tinggi badan dengan panjang standar
= Tinggi badan tubuh ikan maanvis (mm)
= Panjang standar tubuh ikan maavis (mm)
3.3.3.2 Sirip
Sirip ikan maanvis yang menjadi dasar untuk menentukan kualitasnya adalah
sirip perut, sirip punggung dan sirip ekor. Penentuan kualitas ikan maanvis dengan
berdasarkan kondisi sirip dilakukan dengan cara mengamati tiga sirip utama sebagai
pengamatan, yaitu pada sirip perut, punggung dan ekor. Pengamatan terhadap sirip ini
dilakukan dengan mengamati apakah sirip ikan maanvis berada dalam keadaan bagus
dan tidak rusak ataupun cacat. Bagaimana kondisi sirip yang berkualitas dan sirip
yang cacat dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Penentuan kondisi sirip ikan maanvis Pterophyllum scalare
Sirip Pengamatan
Kondisi Bagus
Kondisi Buruk
Sirip Punggung
tegak lurus
bengkok
terpotong
robek
pendek
robek
bengkok
robek
bengkok
Sirip Perut
lurus dan panjang
Sirip Ekor
berbentuk kipas
dan lurus
(Angelplus, 2012)
Penentuan kualitas ikan maanvis berdasarkan kondisi sirip dihitung dengan
cara melakukan persentase kerusakan sirip pada ikan maanvis. Persentase kerusakan
ini dihitung dengan penilaian terhadap sirip ikan maanvis, dimana jika sirip
pengamatan berada dalam kondisi bagus dinilai berada dalam keadaan 100 %
sedangkan jika sirip pengamatan mengalami kerusakan maka akan dinilai 0%. Nilai
kualitas sirip dihitung berdasarkan persentase rata-rata kualitas 3 sirip pengamatan.
Nilai persentase kualitas sirip yang semakin tinggi menunjukkan kualitas yang
semakin bagus. Cara penghitungan kondisi sirip pada ikan contoh dihitung dengan
rumus:
Keterangan : Kualitas sirip (%)
SPr
SPg
SE
(%) =
(
+
3
+
)
= Persentase kondisi sirip ikan contoh
= Sirip perut ikan maanvis (%)
= Sirip punggung ikan maanvis (%)
= Sirip ekor ikan maanvis (%)
3.4 Parameter Efisiensi Produksi
Pengukuran efisiensi produksi dalam penerapan sistem resirkulasi untuk
produksi ikan maanvis dihitung dengan cara membandingkan rasio R/C antar
perlakuan padat penebaran. Rasio R/C dihitung dari analisis usaha tiap perlakuan.
Analisis kelayakan usaha yang disusun berdasarkan nilai parameter teknis (produksi)
18
yang diperoleh dalam penelitian dan asumsi yang telah ditetapkan. Asumsi yang
digunakan dalam analisis usaha tersebut adalah sebagai berikut.
1. Analisa kelayakan usaha disusun untuk rentang waktu satu tahun.
2. Harga faktor produksi dianggap tetap selama produksi dan berdasarkan harga
pada saat penelitian berlangsung November 2011.
3. Produksi dilakukan pada satu unit resirkulasi (Lampiran 1) 20 akuarium
dengan volume tiap akuarium 75 liter. Total volume air untuk pemeliharaan
adalah 1.5 m3 dengan padat penebaran sebagai berikut:
a. Padat penebaran 1 ekor/liter jumlah benih 1.500 ekor
b. Padat penebaran 2 ekor/liter jumlah benih 3.000 ekor
c. Padat penebaran 3 ekor/liter jumlah benih 4.500 ekor
d. Padat penebaran 4 ekor/liter jumlah benih 6.000 ekor
4. Siklus produksi berlangsung selama 35 hari dengan 30 hari produksi dan 5
hari persiapan produksi, sehingga dalam satu tahun dapat dilakukan 10 kali
masa produksi.
5. Biaya investasi dan persentase penyusutan perlengkapan produksi sesuai
Lampiran 9.
6. Biaya tetap dihitung sesuai dengan Lampiran 10 dan dianggap sama untuk
semua perlakuan padat penebaran
7. Biaya variabel dijelaskan pada Lampiran 11.
8. Total biaya produksi dijelaskan pada Lampiran 12.
9. Harga ikan yang diproduksi dihitung berdasarkan ukuran yang dijual oleh
pelaku usaha ikan maanvis (Lampiran 13).
10. Pendapatan untuk tiap perlakuan dijelaskan pada Lampiran 14
11. Jumlah ikan yang diproduksi adalah jumlah benih awal dikalikan derajat
kelangsungan hidup minimum pada penelitian (Lampiran 3).
12. Ukuran ikan yang diproduksi berdasarkan ukuran panen tiap perlakuan pada
akhir pemeliharaan (Lampiran 5).
13. Biaya pengemasan dihitung sebagai biaya variabel dengan ketentuan sesuai
dengan Lampiran 11.
19
Rasio R/C merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue, R) dengan
total biaya produksi (cost, C) yang dikeluarkan dalam proses produksi. Rasio R/C
dapat menggambarkan efesiensi ekonomi karena nilainya menjelaskan jumlah
pendapatan yang diterima dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses
produksi. Rasio R/C tersebut dapat dihitung dengan rumus menurut Rahardi et al.
(1998):
=
Pendapatan dihitung berdasarkan jumlah ikan yang diproduksi dan dinilai
harga jualnya berdasarkan ukuran panen yang dihasilkan. Sedangkan total biaya
produksi merupakan jumlah seluruh biaya yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan produksi (biaya tetap dan biaya variabel).
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan
program Ms. Office Excel 2007 dan SAS 9.0 yaitu meliputi analisis ragam dengan uji
F pada selang kepercayaan 95%. Analisis deskripsi, digunakan untuk menjelaskan
parameter produksi dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan
maanvis selama penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
Download