fungsi komunikasi horizontal dan vertikal dalam internal divisi untuk

advertisement
FUNGSI KOMUNIKASI HORIZONTAL DAN
VERTIKAL DALAM INTERNAL DIVISI
UNTUK MENCEGAH KONFLIK
Giovanni Thio
Jl. Tanjung Duren Raya kav. 5-9, Grogol – Petamburan,
Jakarta Barat
+62812 8420 1105
[email protected]
Dr. Muhammad Aras, S.Pd., M.Si.
Abstract
Conflict always occur in the performance of a company and can’t be avoided, organizational
communication can be used to prevent a conflict. This scientific research aims to know the
function of organizational communication in preventing conflict in the division of a
company. This research uses the qualitative approach with case study method and use
descriptive type of research to analyze data collected from the company through the results
of semi-structured interview and company internal observation. The collected data analyzed
descriptively with data reduction technique and process data validation using source
triangulation. The concept of this research uses the function of organizational
communications and conflict management concepts. The results of this research shows that
the organizational communication both vertically and horizontally in the internal Marketing
Communications division of PT Cipta Skynindo have a crucial role in the performance of the
division. Organizational communication is also used by every member of Marketing
Communication division of PT Cipta Skynindo to prevent conflict. Concluded, that the
function of organizational communication can be used to prevent conflict in the internal
division. Suggested, that the company can maintain and develop the communication system
that have been implemented. (GT)
Keywords: organizational
communication, conflict
communication,
vertical
communication,
horizontal
Abstrak
Konflik selalu terjadi dalam kinerja suatu perusahaan dan tidak dapat dihindari, komunikasi
organisasi dapat digunakan untuk mencegah sebuah konflik. Penelitian ilmiah ini bertujuan
untuk mengetahui fungsi komunikasi organisasi dalam mencegah konflik di dalam divisi
suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
1
2
kasus dan menggunakan jenis penelitian deskriptif untuk menganalisis data yang
dikumpulkan dari perusahaan melalui wawancara semi terstruktur dan observasi internal
perusahaan. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan teknik reduksi data dan
proses validasi data menggunakan triangulasi sumber. Konsep dari penelitian ini
menggunakan konsep fungsi komunikasi organisasi dan manajemen konflik. Hasil dari
penelitian ini menujukkan bahwa komunikasi organisasi baik secara vertikal maupun
horizontal dalam internal divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo memiliki
peranan yang cukup penting dalam kinerja divisi tersebut. Komunikasi organisasi juga
digunakan oleh setiap anggota divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo untuk
mencegah terjadinya konflik. Disimpulkan bahwa fungsi komunikasi organisasi dapat
digunakan untuk mencegah konflik dalam internal divisi. Disarankan agar perusahaan dapat
mempertahankan dan mengembangkan sistem komunikasi yang telah diterapkan. (GT)
Kata Kunci: komunikasi organisasi, komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, konflik
Pendahuluan
Perkembangan zaman saat ini membuat banyak organisasi semakin sadar akan pentingnya
komunikasi dan mulai memanfaatkan komunikasi sebagai alat untuk menjalin hubungan baik dengan
pihak internal maupun pihak eksternal organisasi. Dalam internal organisasi, komunikasi diharapkan
dapat menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif. Setiap individu maupun organsasi
selalu berusaha untuk mencegah atau menyelesaikan suatu konflik sehingga tidak mengganggu
kehidupan ataupun pekerjaannya. Terdapat berbagai macam teknik dalam memecahkan konflik,
seperti pemecahan masalah, tujuan atasan, perluasan sumber daya, penghindaran, perataan, kompromi,
komando otoratif, mengubah variabel manusia, serta mengubah variabel struktur (Robbins dalam
Fahmi, 2015). Teknik-teknik pemecahan konflik tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencegah
terjadinya konflik.
PT Cipta Skynindo yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang televisi
berbayar yang sedang berkembang di Indonesia pada saat ini, memiliki berbagai divisi yang saling
bekerja sama untuk saling mendukung kinerja masing-masing divisi untuk mencapai visi perusahaan.
Salah satunya adalah divisi Marketing Communications. Dengan adanya berbagai kegiatan dan
aktivitas, anggota divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo secara tidak langsung
dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik sehingga segala pekerjaan yang ditugaskan kepada
masing-masing anggota divisi dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang maksimal. Beberapa
pekerjaan tidak hanya dilakukan oleh seorang anggota saja, tetapi dibutuhkan bantuan atau kerja sama
dengan anggota yang lain. Oleh karena itu, komunikasi menjadi salah satu hal penting dalam aktivitas
divisi tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, maka diputuskan skripsi ini untuk diberi judul: “Fungsi
Komunikasi Organisasi Dalam Mencegah Konflik (Studi Kasus: Divisi Marketing Communications
PT Cipta Skynindo).”
Tabel 2.1. Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang Yogyakarta
(Studi Kasus Penanganan Konflik antara Karyawan ex Bank Lippo dan Karyawan ex Bank
Niaga Pasca Merger Periode November 2008 – November 2010)
No.
1
Judul Jurnal
Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang Yogyakarta
(Studi Kasus Penanganan Konflik antara Karyawan ex Bank Lippo dan
Karyawan ex Bank Niaga Pasca Merger Periode November 2008 –
November 2010)
Nama Penulis
Felicia Lucky Yunita Indraswari/MC Ninik Sri Rejeki
Tahun Terbit
2010
Metodologi
Penelitian
Kualitatif
3
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa pelaksanaan
merger dua perusahaan akan menimbulkan sebuah konflik. Namun hal
tersebut tidak menimbulkan konflik yang besar sehingga penyelesaian
manajemen konflik yang terjadi sering diselesaikan oleh karyawan atau
kepala divisi.
Perbedaan
Penulis jurnal tersebut meneliti tentang penangan konflik yang terjadi saat
terjadi merger antar dua perusahaan menjadi satu perusahaan dengan objek
penelitiannya adalah berbagai divisi perusahaan tersebut, sedangkan penulis
karya ilmiah meneliti tentang fungsi dari komunikasi organisasi dalam
mencegah konflik di dalam sebuah divisi dari suatu perusahaan
Persamaan dari jurnal tersebut dengan karya ilmiah ini adalah menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dan meneliti mengenai manajemen konflik. Perbedaan yang terdapat pada karya
ilmiah ini adalah penulis jurnal tersebut meneliti mengenai penangan konflik yang terjadi saat adanya
merger antar dua perusahaan menjadi satu perusahaan dengan objek penelitiannya adalah berbagai
divisi perusahaan terkait. Sedangkan penulis karya ilmiah meneliti mengenai fungsi dari komunikasi
organisasi dalam mencegah potensi terjadinya konflik dalam satu divisi dari satu perusahaan, yaitu
divisi Marketing Communications yang berada dalam perusahaan PT. Cipta Skynindo.
Tabel 2.2. Leadership Style: Relationship with Conflict Management Styles
No.
2
Judul Jurnal
Leadership Style: Relationship with Conflict Management Styles
Nama Penulis
Tahir Saeed, Shazia Almas, M. Anis-ul-Haq, GSK Niazi
Tahun Terbit
2014
Metodologi
Penelitian
Kuantitatif
Hasil Penelitian
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajer yang dianggap
menunjukkan lebih pada gaya kepemimpinan transformasional mengadopsi
gaya mengintegrasikan dan mewajibkan dalam manajemen konflik. Mereka
yang dianggap menunjukkan lebih pada gaya transaksional memilih untuk
mengorbankan gaya manajemen konflik. Sedangkan, manajer yang
dianggap menunjukkan gaya kepemimpinan laissez-faire mengadopsi gaya
menghindari untuk mengelola konflik dengan bawahan.
Perbedaan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis jurnal tersebut adalah
untuk meneliti hubungan antara gaya kepemimpinan dan gaya manajemen
konflik di antara manajer, sambil menangani konflik interpersonal (manajer
dan bawahan). Sedangkan tujuan penulis karya ilmiah adalah untuk meneliti
fungsi komunikasi organisasi dalam mencegah konflik dalam internal divisi.
Jurnal yang keempat merupakan jurnal internasional yang memiliki persamaan dengan karya
ilmiah dalam topik pembahasannya, yaitu konflik. Tetapi, penulis jurnal tersebut menggunakan
pendekatan kuantitatif sebagai metodologi penelitian yang dilaksanakan, sedangkan penulis karya
ilmiah menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metodologi dalam penelitian.
Perbedaan dari jurnal tersebut dengan karya ilmiah adalah tujuan dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis jurnal tersebut untuk meneliti hubungan antara gaya kepemimpinan dan gaya manajemen
konflik di antara manajer, sambil menangani konflik interpersonal (manajer dan bawahan). Sedangkan
tujuan penulis karya ilmiah adalah untuk meneliti fungsi komunikasi organisasi dalam mencegah
potensi terjadinya konflik dalam internal divisi suatu organisasi.
4
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah studi kasus dengan menggunakan
teknik pengumpulan data melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi. Jenis penelitian
menggunakan jenis deskripsi untuk mendeskripsikan komunikasi organisasi, khususnya komunikasi
horizontal, komunikasi vertikal ke bawah dan komunikasi vertikal ke atas yang terjadi di dalam
internal divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo, serta bagaimana fungsi komunikasi
organisasi dalam mencegah terjadinya suatu konflik dalam divisi.
Objek dari penelitian ini adalah komunikasi organisasi, yaitu: komunikasi vertikal baik
komunikasi vertikal ke atas maupun komunikasi vertikal ke bawah, dan komunikasi horizontal, serta
fungsi komunikasi organisasi dalam mencegah konflik pada divisi Marketing Communications PT
Cipta Skynindo. Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah narasumber yang merupakan anggota
divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo.
Narasumber dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu key informant dan informant.
Narasumber yang dipilih untuk dijadikan sebagai key informant pada penelitian ini adalah ibu Felice
Arlene yang memegang status jabatan sebagai Head of Marketing Communications Division atau
dengan kata lain ibu Felice Arlene merupakan manajer dari divisi Marketing Communications pada
PT Cipta Skynindo. Sedangkan narasumber yang dijadikan sebagai informant pada penelitian ini
dipilih dua orang yang merupakan anggota atau staf dalam divisi Marketing Communications PT
Cipta Skynindo. Informan yang pertama yaitu saudari Florencia Dwi Aristya Wulandari yang
menjabat sebagai Assistant Manager of Marketing Communications Division atau asisten dari ibu
Felice.
Selanjutnya yang dipilih untuk dijadikan sebagai informan yang kedua yaitu saudari Michelle
Angela yang menjabat sebagai Staff of Marketing Communications Division atau karyawan divisi
Marketing Communications PT. Cipta Skynindo yang menangani bagian desain grafis. Teknik analisis
data menggunakan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Penelitian ini menggukanan teknik
triangulasi sumber sebagai teknik keabsahan data yang dikumpulkan.
Hasil dan Bahasan
PT Cipta Skynindo merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang televisi berbayar
dan merupakan pengguna pertama satelit Telstar-18. PT Cipta Skynindo diluncurkan dan beroperasi
pada satelit Palapa D di Indonesia dan telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun sejak 17
Agustus 2010.
Divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo berfungsi layaknya divisi Marketing
Communications pada umumnya yaitu untuk menciptakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan brand perusahaan. Tugas utama dari divisi Marketing Communications adalah mendukung tim
penjualan dan promosi (sales team) dalam mengkomunikasikan pesan perusahaan kepada masyarakat
melalui berbagai macam media komunikasi yang ada, juga menjadi penghubung komunikasi antara
pelanggan dengan perusahaan, media dengan perusahaan, dan juga antar perusahaan (business to
business).
Selain itu, divisi ini juga menjalankan aktivitas Yayasan Damai yang merupakan bentuk
Corporate Social Responsibilty perusahaan dengan melakukan berbagai aktivitas sosial dan juga
berbagai aktivitas peduli lingkungan. Divisi Marketing Communications PT, Cipta Skynindo juga
memproduksi program acara in house sendiri untuk ditayangkan di Damai TV, serta mengadakan
barter promo dan barter program dengan beberapa perusahaan atau media lain.
Staf-staf yang bekerja di dalam divisi Marketing Communications pada PT Cipta Skynindo tidak
semuanya berlatar belakang komunikasi. Hal ini dikarenakan staf-staf dalam divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian marcomm dan bagian
desain grafis. Meskipun dibagi menjadi dua bagian, staf-staf divisi Marketing Communications PT
Cipta Skynindo tetap bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
Setelah diadakan penelitian penelitian pada objek dan subjek penelitian, maka didapatkan hasil
yang menjawab pertanyaan penelitian. Hasil tersebut dibagi ke dalam 2 (dua) subbab. Berikut ini akan
dibahas dalam bentuk deskripsi untuk menjawab pertanyaan penelitian ini.
Fungsi Komunikasi Horizontal Dalam Mencegah Konflik
Seperti yang telah dikemukakan oleh Pace dan Faules (2013), ada enam alasan munculnya
komunikasi horizontal dalam suatu divisi, yaitu
5
1.
Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Ketika staf divisi mendapatkan tugas dari
atasannya, para staf tersebut akan melakukan komunikasi antara staf yang satu dengan staf
lainnya yang berada dalam divisi yang sama untuk mengkoordinasikan tugas yang mereka
terima agar tugas tersebut dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan yang
diperintahkan oleh atasan.
2.
Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. Komunikasi horizontal yang terjadi dalam
divisi juga terjadi untuk saling bertukar informasi. Informasi tersebut dapat berupa informasi
umum seperti berita-berita terbaru, rencana ataupun kegiatan-kegiatan yang akan diadakan
oleh divisi maupun perusahaan.
3.
Untuk memecahkan masalah. Ketika divisi diperhadapkan dengan suatu hambatan atau
masalah, maka anggota dalam divisi tersebut dapat berunding untuk melakukan
brainstorming untuk mencari solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
4.
Untuk memperoleh pemahaman bersama. Komunikasi horizontal dalam divisi dapat
membantu staf-staf divisi tersebut untuk memahami suatu informasi yang mereka dapatkan,
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menanggapi informasi tersebut. Hal ini juga dilakukan
saat terjadi konflik seperti miskomunikasi, staf-staf divisi dapat melakukan komunikasi untuk
saling memahami sehingga konflik dapat dihindari atau mudah diselesaikan.
5.
Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. Komunikasi horizontal dapat
menjadi jembatan penghubung ketika ada staf dalam divisi yang memiliki perbedaan
pendapat, selain itu komunikasi horizontal juga biasanya dilakukan oleh staf untuk berunding
membahas suatu masalah dan juga dapat menjadi alat untuk mendamaikan staf-staf yang
sedang berkonflik.
6.
Untuk menumbuhkan dukungan antarpersona. Ketika seorang staf membutuhkan motivasi,
staf yang lain dapat melakukan komunikasi horizontal untuk memotivasi, menyemangati,
ataupun mendukung rekan kerjanya. Begitu juga dengan tugas kerja, seorang staf dapat
membantu menyelesaikan tugas staf yang lainnya untuk saling mendukung, sehingga tujuan
divisi dapat tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian, keenam alasan tersebut digunakan dalam komunikasi horizontal
pada divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo. Anggota divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo menyadari pentingnya komunikasi horizontal dalam bekerja.
Menurut ibu Felice Arlene selaku manajer divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo,
komunikasi horizontal sangat diperlukan dalam divisi karena dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
Selain manajer divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo, staf-staf divisi tersebut
juga menyadari pentingnya komunikasi horizontal yang baik dalam bekerja. Berdasarkan hasil
wawancara dengan staf divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo, kedua staf yang
menjadi informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa komunikasi horizontal memberikan
dampak terhadap kinerja mereka dalam divisi.
Menurut Sunyoto dan Burhanudin (2015), terdapat tiga pandangan seseorang mengenai konflik,
yaitu bahwa konflik dianggap sebagai akibat dari komunikasi yang buruk sehingga seseorang
menganggap bahwa semua konflik adalah buruk, membahayakan, sehingga harus dihindari,
pandangan ini disebut sebagai pandangan tradisional.
6
Ada juga yang menganggap bahwa konflik merupakan suatu kejadian yang alamiah yang terjadi
dalam suatu organisasi, sehingga konflik tidak dapat terhindarkan dalam organisasi. Pandangan ini
menganggap konflik tidak perlu dihapuskan sehingga mendorong anggota organisasi untuk menerima
keberadaan konflik, dan pada saat tertentu konflik dapat menguntungkan kinerja kelompok.
Pandangan ini adalah pandangan hubungan manusia.
Pandangan yang terakhir adalah pandangan interaksionis, dimana pandangan ini menganggap
bahwa konflik tidak hanya sesuatu yang positif yang terjadi dalam organisasi, tetapi konflik juga
dibutuhkan oleh organisasi untuk bekerja lebih efektif. Pandangan ini mendorong munculnya konflik
dengan dasar pemikiran bahwa kelompok yang harmonis, tenang, damai, dan kooperatif, justru hanya
statis, apatis, tidak tanggap terhadap perubahan dan inovasi.
Seperti yang terjadi dalam divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo. Pandangan
informan terhadap konflik juga beragam. Menurut manajer divisi Marketing Communications PT
Cipta Skynindo, ibu Felice memandang konflik melalui pandangan hubungan manusia. Berbeda
dengan pandangan ibu Felice mengenai konflik, Sdri. Florencia yang menjabat sebagai asisten dari ibu
Felice, memandang suatu konflik melalui pandangan tradisional dimana konflik terjadi dikarenakan
adanya komunikasi yang buruk. Pandangan Sdri. Michelle mengenai konflik sama dengan Sdri.
Florencia yaitu pandangan tradisional. Dari hasil wawancara dengan ketiga informan, Sdri. Florencia
memberikan pendapat bahwa komunikasi horizontal dapat digunakan untuk mencegah dan
menyelesaikan suatu konflik, sedangkan kedua informan lainnya lebih cenderung menggunakan
komunikasi vertikal untuk menyelesaikan konflik.
Pernyataan Sdri. Florencia menyatakan bahwa komunikasi horizontal dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya konflik, diperkuat dan dijelaskan lebih lanjut pada pernyataan selanjutnya yang
menjawab pertanyaan mengenai bagaimana peranan atau manfaat dari komunikasi dalam mengatasi
konflik. Sdri. Michelle memiliki pendapat yang hampir sama dengan pernyataan Sdri. Florencia
tersebut. Menurut Sdri. Michelle, komunikasi horizontal memiliki fungsi untuk mendapatkan
pendapat dari rekan kerja jika terdapat suatu masalah yang berpotensi terjadi konflik, tetapi
komunikasi vertikal lebih memiliki fungsi dan peranan dalam mencegah dan mengatasi terjadinya
suatu konflik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, komunikasi horizontal antar sesama rekan kerja
dalam divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo selalu berusaha untuk mendapatkan
kesepahaman antar pihak yang berkomunikasi. Dalam hal ini, fungsi informatif dalam komunikasi
organisasi berlaku. Pihak yang berkomunikasi saling memberikan informasi yang detail melalui
pemikiran mereka masing-masing sehingga mendapatkan suatu kesepahaman.
Dari hasil observasi, setiap anggota divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo selalu
melakukan komunikasi horizontal, baik pada saat mengkoordinasikan tugas, menanyakan pendapat,
memberikan motivasi, untuk menengahi perbedaan atau ketidaksepahaman, hingga untuk
menyelesaikan suatu masalah. Sehingga potensi terjadinya konflik dalam divisi ini sangat kecil
dikarenakan divisi ini telah memiliki budaya komunikasi horizontal yang baik antar sesama rekan
kerja.
Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang pertama yaitu bagaimana fungsi komunikasi
horizontal dalam mencegah konflik bisa terjawab melalui penjelasan-penjelasan yang telah dibahas
tersebut, bahwa komunikasi horizontal memiliki fungsi yang dapat mencegah terjadinya konflik dalam
suatu divisi.
Dengan adanya komunikasi horizontal yang baik dalam suatu divisi, maka potensi terjadinya
konflik dalam divisi dapat dikurangi, hal ini dikarenakan komunikasi horizontal yang baik dapat
digunakan untuk mengkoordinasikan penugasan kerja sehingga penugasan kerja dalam divisi dapat
tertata dengan baik. Komunikasi horizontal juga dapat digunakan untuk menumbuhkan dukungan
antarpersona, dengan demikian setiap staf divisi dapat saling mendukung satu dengan yang lainnya
sehingga potensi terjadinya konflik berkurang dikarenakan staf-staf dalam divisi tersebut saling
mendukung satu dengan yang lain.
Selain untuk mencegah potensi terjadinya konflik, komunikasi horizontal juga dapat digunakan
untuk memperoleh pemahaman bersama, sehingga saat terdapat perbedaan antara dua orang staf atau
lebih, maka komunikasi horizontal dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan dan mencapai
suatu pemahaman yang sama. Sehingga komunikasi horizontal dapat digunakan juga untuk
mendamaikan, berunding dan menengahi perbedaan yang ada dalam divisi.
Fungsi Komunikasi Vertikal Dalam Mencegah Konflik
Komunikasi vertikal dapat mendukung dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman serta
sangat berperan dalam produktivitas kerja divisi. Dengan adanya komunikasi vertikal ke atas yang
baik, seorang atasan dapat mengetahui masalah serta hambatan yang dihadapi oleh bawahan dan
7
divisinya. Komunikasi vertikal ke bawah yang baik dapat membuat bawahan mampu untuk
memahami dan menjalankan tugasnya secara maksimal dan memberikan hasil yang optimal.
Menurut Sharma (Pace dan Faules, 2013), komunikasi vertikal ke atas sulit untuk direalisasikan
atau rumit untuk dilaksanakan. Sharma menjelaskan ada empat alasan mengapa komunikasi vertikal
ke atas sulit untuk direalisasikan atau rumit untuk dilaksanakan. Keempat alasan tersebut yaitu
dikarenakan pegawai cenderung menyembunyikan pemikiran mereka, memiliki perasaan bahwa
penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai, kurangnya penghargaan bagi komunikasi
ke atas yang dilakukan pegawai, serta perasaan bahwa manajer tidak dapat dihubungi dan tidak
tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
Akan tetapi, kesulitan tersebut tidak selamanya terjadi pada suatu organisasi atau divisi. Hal ini
terbukti dengan adanya penelitian pada divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo. Dalam
divisi ini, komunikasi vertikal ke atas tidak terlalu sulit dilaksanakan, hal ini dikarenakan manajer dan
anggota divisi sadar akan pentingnya komunikasi organisasi yang baik. Dengan sistem PIC yang
dibuat sendiri oleh manajer divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo, maka ibu Felice
juga merasa bahwa stafnya membutuhkan kehadirannya dalam membuat suatu keputusan sehingga
pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan targetnya.
Dengan adanya sistem PIC, maka pembagian tugas kerja dapat tertata dengan rapi dan
memudahkan staf untuk memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh manajernya. Sdri.
Florencia menyatakan bahwa komunikasi vertikal yang baik memiliki dampak terhadap kinerja para
staf. Pernyataan dari Sdri. Michelle juga mendukung pernyataan dari Sdri. Florencia tersebut, bahwa
komunikasi vertikal memiliki dampak dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Komunikasi veritkal ke bawah juga berdampak pada komunikasi vertikal ke atas. Dengan
melakukan komunikasi vertikal ke bawah yang baik, maka staf tidak akan ragu ataupun takut untuk
melakukan komunikasi vertikal ke atas. Karena hal ini akan membuat seorang staf merasa nyaman
dan merasa bahwa komunikasi yang dilakukannya ditanggapi dan dihargai oleh atasannya, serta dapat
merasa bahwa manajer peduli dengan masalah yang dihadapi oleh karyawannya, sehingga para
karyawan tidak menyembunyikan pemikiran mereka.
Dengan demikian, komunikasi vertikal ke atas tidak sulit untuk dilaksanakan, asalkan dalam
divisi tersebut memiliki komunikasi vertikal yang baik dan membuat anggota divisi tersebut nyaman
dan merasa saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, meskipun
komunikasi vertikal dalam suatu divisi terlihat baik, namun selalu terdapat perbedaan pendapat oleh
anggota-anggotanya. Seperti pernyataan oleh dua informan dalam penelitian ini, mereka memberikan
pendapat yang berbeda ketika ditanyakan mengenai komunikasi vertikal dalam divisi. Menurut Sdri.
Florencia, komunikasi vertikal dalam divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo tidak
terlalu memiliki hambatan, karena semuanya telah tertata dengan rapi.
Menurut Sdri Michelle, terdapat suatu kendala atau hambatan dalam komunikasi vertikal pada
divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo. Hambatan ini dirasakan oleh staf divisi ketika
manajer tidak hadir di dalam ruangan. Meskipun memiliki hambatan, namun staf divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo memiliki solusi untuk hambatan tersebut. Mereka menggunakan
teknologi untuk menyampaikan pesan mereka kepada manajer, baik dengan menggunakan telepon
atau menggunakan aplikasi-aplikasi komunikasi yang ada saat ini. Sehingga dengan demikian
komunikasi dengan atasan tidak berdampak besar dan tidak terlalu mempengaruhi kinerja
karyawannya.
Sama halnya dengan komunikasi horizontal, komunikasi vertikal, baik komunikasi vertikal ke
atas maupun komunikasi vertikal ke bawah, memiliki fungsi dalam mencegah terjadinya suatu konflik
dalam suatu divisi. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh ibu Felice yang telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa menurut ibu Felice konflik tidak dapat dihindarkan karena konflik selalu terjadi
dimana saja termasuk di dalam suatu divisi.
Di dalam internal divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo sendiri jarang terjadi
konflik. Hasil dari observasi juga menunjukkan bahwa di dalam divisi tersebut jarang terjadi konflik,
selain dikarenakan oleh sistem komunikasi horizontal yang abik juga disebabkan oleh sistem
komunikasi vertikal yang baik. Sebagai seorang manajer divisi, ibu Felice telah melakukan persiapanpersiapan sedemikian rupa untuk mencegah dan menangani konflik yang ada dalam divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo. Termasuk komunikasi horizontal juga komunikasi vertikal
divisi. Ibu Felice sadar bahwa komunikasi yang baik dapat mengurangi potensi terjadinya konflik
dalam divisi.
Seperti pernyataan ibu Felice yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam divisi
Marketing Communications PT Cipta Skynindo diberlakukan sistem Person In Charge (PIC). Sistem
ini selain memudahkan penugasan kerja, sistem ini juga memudahkan komunikasi vertikal dalam
divisi. Dari pernyataan tersebut, dapat kita lihat bahwa dengan adanya sistem PIC maka konflik dapat
8
dengan mudah dicegah, ditangani dan diselesaikan. Sistem PIC memudahkan seorang manajer untuk
melakukan analisa ketika terdapat suatu masalah dalam divisinya.
Setelah melakukan analisa terhadap masalah yang dihadapi, yang dilakukan oleh ibu Felice
adalah memanfaatkan komunikasi. Dalam menghadapi konflik, seperti yang dijelaskan dalam
pernyataan ibu Felice, setelah dianalisa maka akan dibicarakan atau dirapatkan bersama-sama dengan
pihak yang berkonflik maupun dengan seluruh anggota divisi Marketing Communications PT Cipta
Skynindo. Hal ini dilakukan untuk mencari solusi terbaik. Setelah mendapatkan solusi terbaik, maka
solusi tersebut harus disepakati oleh semua pihak yang terlibat sehingga masalah tersebut tidak
terulang kembali.
Hal ini sangat menjelaskan bahwa komunikasi vertikal memiliki peranan dalam mengatasi suatu
masalah atau konflik yang terjadi dalam suatu divisi. Selain itu, sistem PIC yang digunakan tersebut
juga berdampak dalam mencegah terjadinya konflik. Dengan adanya sistem PIC, aliran informasi
dalam divisi terjadi secara bertahap, misalnya dimulai dari atasan kepada PIC kemudian dilanjutkan
kepada staf yang membantu tugas PIC. Sehingga hal ini dapat mecegah terjadinya konflik dikarenakan
pemberian informasi terkoordinasi dengan baik, hal ini akan mengurangi terjadinya perbedaan dalam
divisi. Dengan adanya komunikasi vertikal yang baik, karyawan akan terbuka untuk menyampaikan
masalah yang sedang dihadapinya, termasuk konflik. Sehingga manajer pun turut serta untuk
membantu dalam menangani dan mengatasi konflik tersebut.
Sdri, Michelle selaku karyawan yang bekerja dalam divisi Marketing Communications PT Cipta
Skynindo, memberikan pernyataan yang mendukung pernyataan dari ibu Felice. Menurut Sdri.
Michelle, komunikasi vertikal memiliki peranan dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam divisi.
Ketika menghadapi konflik, Sdri. Michelle lebih memilih untuk melakukan komunikasi vertikal ke
atas atau komunikasi langsung ke atasan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi vertikal
ke atas membantu karyawan suatu divisi dalam mengatasi suatu masalah yang berdampak dalam
mencegah terjadinya suatu konflik.
Komunikasi vertikal yang dilakukan oleh ibu Felice selaku manajer divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo juga menggunakan fungsi komunikasi. Fungsi komunikasi yang
dilakukan oleh ibu Felice digunakan berdasarkan pada fungsi komunikasi organisasi seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya menurut Sendjaja (Bungin, 2006), bahwa dalam komunikasi organisasi
terdapat empat fungsi komunikasi organisasi.
Yang pertama adalah fungsi informatif, dalam suatu organisasi atau divisi, seluruh anggota
dalam divisi tersebut berharap untuk memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapatkan memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang
mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.
Yang kedua adalah fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dengan suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif. Pertama,
atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.
Yang ketiga adalah fungsi persuasif, banyak pimpinan yang lebih suka untuk memersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh
karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
Dan fungsi yang keempat adalah fungsi integratif, dimana setiap organisasi berusaha untuk
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran komunikasi informal, seperti
perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih
besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Dari keempat fungsi yang dikemukakan oleh Sendjaja tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi diharapkan dapat membuat karyawan merasa nyaman dan terlibat dalam suatu
divisi atau organisasi, sehingga karyawan tersebut menjadi termovitasi untuk bekerja dan
menghasilkan efektifitas kerja yang baik, sehingga dengan demikian kemungkinan akan terjadinya
konflik dalam divisi dapat berkurang.
Dalam melakukan komunikasi vertikal ke bawah, ibu Felice menggunakan keempat fungsi
komunikasi organisasi tersebut. Karena menurut ibu Felice, dengan adanya keempat fungsi tersebut
maka komunikasi dalam divisi dapat menjadi baik dan dapat meningkatkan kinerja divisi. Menurut ibu
9
Felice, keempat fungsi komunikasi organisasi tersebut dapat menciptakan komunikasi vertikal yang
baik kepada bawahan. Sehingga dengan adanya komnuikasi vertikal yang baik, maka akan berdampak
juga pada komunikasi horizontal, sehingga komunikasi horizontal dalam divisi juga akan menjadi
baik. Selain berdampak pada komunikasi horizontal, komunikasi vertikal yang menggunakan fungsi
komunikasi organisasi juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Dengan adanya
lingkungan kerja yang nyaman, maka setiap anggota divisi akan merasa nyaman dalam bekerja dan
juga dalam berkomunikasi.
Dengan demikian maka potensi terjadinya konflik dapat dikurangi dan juga ketika konflik terjadi
dalam divisi maka konflik tersebut akan dengan mudah diatasi. Seperti yang dinyatakan oleh ibu
Felice ketika ditanyakan mengenai peranan komunikasi dalam mengatasi konflik. Menurut ibu Felice,
keempat fungsi komunikasi organisasi tersebut juga berperan dalam mengatasi konflik yang terjadi
dalam divisi. Dengan adanya keempat fungsi tersebut, menurut ibu Felice, akan mempengaruhi pola
pikir, motivasi, serta kinerja karyawannya, karena jika komunikasi vertikal tidak baik maka akan
berdampak pada kinerja karyawannya.
Setiap karyawan suatu divisi juga memiliki pendapat masing-masing mengenai efektifitas
komunikasi dalam mencegah dan mengatasi konflik, ada yang mengatakan bahwa komunikasi vertikal
lebih efektif dalam mencegah dan mengatasi konflik, dan ada pula sebaliknya yang mengatakan
bahwa komunikasi horizontal lebih efektif. Hal ini juga terjadi dalam divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo. Berdasarkan hasil data yang didapatkan melalui wawancara,
Sdri. Michelle beranggapan bahwa komunikasi vertikal lebih efektif dalam menyelesaikan konflik
yang terjadi dalam divisi.
Menurut Sdri. Michelle, meskipun komunikasi antar sesama karyawan atau komunikasi
horizontal dapat membantu dalam memberikan pendapat untuk mengatasi suatu masalah, tetapi Sdri.
Michelle beranggapan bahwa komunikasi vertikal lebih efektif. Hal ini dikarenakan Sdri. Michelle
merasa bahwa komunikasi dengan atasan akan memberikan penjelasan dan penyelesaian yang lebih
tepat, ini berdasarkan pernyataan Sdri. Michelle yang telah dikemukakan sebelumnya saat ditanyakan
mengenai peranan komunikasi vertikal dalam mengatasi konflik.
Berbeda dari pendapat Sdri. Michelle, Sdri. Florencia selaku Assistant Manager of Marketing
Communications Division pada PT Cipta Skynindo, beranggapan bahwa komunikasi yang lebih
efektif dalam mengatasi konflik tergantung pada masalah atau konflik yang sedang terjadi. Menurut
Sdri. Florencia, komunikasi horizontal dan komunikasi vertikal memiliki keefektifan yang sama
dalam mencegah dan mengatasi konflik. Menurut Sdri. Florencia, jika terjadi konflik antar sesama
rekan kerja, lebih baik menggunakan komunikasi horizontal, sedangkan jika terjadi konflik dengan
atasan maka lebih baik menggunakan komunikasi vertikal.
Dari pernyataan Sdri. Florencia tersebut, serta dari pembahasan mengenai komunikasi horizontal
dan komunikasi vertikal, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi baik komunikasi horizontal
dan komunikasi vertikal memiliki fungsi dalam mencegah konflik.
Menurut Sdri. Florencia, komunikasi memiliki fungsi yang sangat besar dalam mencegah dan
mengatasi konflik, termasuk komunikasi organisasi. Dengan adanya komunikasi, Sdri. Florencia
berharap agar individu-individu yang sedang terlibat dalam konflik dapat mencapai kesepahaman
bersama.
Dari hasil data yang didapatkan melalui wawancara dengan para informan, dapat diambil suatu
kesimpulan, yaitu bahwa dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo, setiap anggota divisi tersebut akan menyelesaikan konflik yang
terjadi melalui komunikasi.
Hal ini sesuai dengan teknik pemecahan konflik yang dikemukakan oleh Robbins (Fahmi, 2013).
Dalam teknik pemecahan konflik menurut Robbins, terdapat satu teknik yang menggunakan
komunikasi untuk menyelesaikan suatu konflik, yaitu teknik pemecahan masalah.
Teknik pemecahan masalah dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan tatap muka dari
pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud mengidentifikasi masalah dan memecahkannya lewat
pembahasan yang terbuka. Dengan kata lain, untuk teknik ini dilakukan dengan mempertemukan
pihak yang berkonflik dan mengadakan komunikasi antar pihak yang berkonflik tersebut untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya suatu konflik, ketika ada suatu masalah atau perbedaan dalam divisi maka
anggota divisi dapat saling memberikan pendapatnya masing-masing untuk mencapai suatu
kesepamahan bersama.
Hal ini dilakukan oleh setiap anggota divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo.
Ketika terjadi suatu masalah atau konflik dalam divisi, maka anggota divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo akan melakukan komunikasi untuk mengidentifikasi penyebab
dari masalah atau konflik tersebut. Setelah melakukan identifikasi maka akan diadakan sebuah
10
perundingan atau rapat untuk mencari penyelesaian bersama. Setelah mendapatkan cara penyelesaian
yang terbaik, maka solusi tersebut akan disepakati bersama.
Dari pembahasan-pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebuah jawaban yang
menjawab pertanyaan penilitian nomor dua yang, yaitu bagaimana fungsi komunikasi vertikal dalam
mencegah konflik. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah komunikasi vertikal memiliki fungsi
dalam mencegah konflik. Hal ini dikarenakan dengan adanya komunikasi vertikal ke bawah, dari
atasan ke bawahan, yang baik maka informasi dari atasan tentu saja akan tersampaikan dengan baik
dan bawahan akan dengan mudah memahami dan menerima informasi tersebut, sehingga tidak terjadi
miskomunikasi atau masalah lain dalam komunikasi vertikal ke bawah.
Komunikasi vertikal ke bawah yang baik juga akan memudahkan seorang atasan untuk
menganalisa dan memahami konflik atau masalah yang sedang terjadi dalam divisinya. Setelah
menganalisa dan memahami permasalahan yang ada, maka atasan dapat menggunakan komunikasi
dengan pihak yang berkonflik untuk mencari jalan keluar bersama. Ketika suatu penyelesaian telah
tercapai maka pihak yang berkonflik harus menyetujui solusi tersebut sehingga konflik yang serupa
tidak akan terulang kembali.
Demikian pula dengan komunikasi vertikal ke atas atau komunikasi dari bawahan ke atasan.
Dengan adanya komunikasi vertikal ke bawah yang baik akan menciptakan rasa nyaman kepada
bawahan, sehingga bawahan merasa bahwa atasannya memiliki kepedulian terhadap bawahannya.
Sama halnya dalam menghadapi konflik, ketika terdapat suatu masalah atau konflik maka dengan
adanya komunikasi ke bawah yang baik akan membuat bawahan terbuka kepada atasannya. Dengan
rasa nyaman untuk terbuka kepada atasannya, maka bawahan yang sedang memiliki masalah atau
konflik dapat merasa nyaman juga untuk melakukan komunikasi kepada atasannya.
Fungsi komunikasi organisasi pun berdampak dalam komunikasi vertikal. Dengan pemberian
informasi yang detail dan jelas maka akan memudahkan anggota divisi untuk mencapai suatu
kesepahaman. Fungsi regulasi pun bertugas untuk mengatur para karyawan, dengan adanya regulasi
yang jelas dalam organisasi maka para karyawan akan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan
suatu masalah yang dikarenakan berlawan dengan regulasi yang ada. Manajer pun menggunakan
fungsi persuasif untuk mendukung dan memotivasi para karyawan, sehingga karyawan merasa
nyaman dan merasa bahwa manajer peduli terhadap masalah yang dihadapi oleh karyawannya. Fungsi
integratif digunakan untuk memadukan ketiga fungsi tersebut.
Dengan demikian komunikasi vertikal, baik komunikasi vertikal ke atas maupun komunikasi
vertikal ke bawah yang baik, jika dipadukan dengan fungsi komunikasi organisasi, dapat mencegah
atau mengurangi potensi terjadinya suatu konflik di dalam divisi. Selain itu, komunikasi vertikal juga
mampu untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam divisi.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang telah dilaksanakan pada divisi Marketing
Communications PT Cipta Skynindo, dapat disimpulkan bahwa fungsi informatif dalam komunikasi
organisasi yang digunakan dalam komunikasi horizontal dalam suatu organisasi atau divisi dapat
membantu dalam mencegah terjadinya suatu konflik. Dengan fungsi informatif, penyampaian
informasi dalam suatu organisasi atau divisi dapat tertata dengan baik dan dapat tersampaikan dengan
jelas, sehingga potensi terjadinya konflik dapat berkurang dikarenakan setiap anggota organisasi atau
divisi saling berkomunikasi untuk mendapatkan suatu kesepahaman.
Fungsi komunikasi organisasi yang digunakan dalam komunikasi vertikal pun memiliki dampak
dalam mencegah konflik. Sama halnya dalam komunikasi horizontal, fungsi informatif berdampak
dalam informasi yang mengalir dalam divisi. Fungsi regulatif digunakan untuk mengatur para
karyawan agar tidak melanggar aturan yang ada. Fungsi persuasif digunakan untuk menumbuhkan
dukungan atau motivasi kepada para karyawan. Serta fungsi integratif yang memadukan ketiga fungsi
tersebut, sehingga dengan demikian keempat fungsi ini berdampak dalam mengurangi atau mencegah
potensi terjadinya konflik di dalam organisasi atau divisi.
Saran Akademis
a.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tambahan dalam komunikasi organisasi
terutama dalam mengatasi konflik.
b.
Pembaca diharapkan dapat memetik dan menerapkan hal-hal baik yang dibahas dalam
penelitian ini di dalam dunia kerja.
c.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk penelitian yang terkait selanjutnya.
11
Saran Praktis
a.
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam komunikasi,
terutama mengenai komunikasi yang baik dalam mengatasi konflik.
b.
Diharapkan divisi Marketing Communications PT. Cipta Skynindo dapat mempertahankan
dan mengembangkan sistem komunikasi yang telah dilaksanakan sehingga menjadi lebih
baik lagi.
c.
Dihimbau agar karyawan divisi Marketing Communications PT. Cipta Skynindo dapat
mempertahankan komunikasi horizontal yang telah dilaksanakan.
d.
Disarankan agar manajer divisi Marketing Communications PT. Cipta Skynindo dapat lebih
sering bertemu dengan karyawannya sehingga karyawan dapat lebih mudah berkomunikasi
dengan manajer terutama ketika karyawan sedang mengalami suatu konflik.
Saran Masyarakat Umum
a.
Diharapkan masyarakat dapat menggunakan cara berkomunikasi yang baik dalam mengatasi
konflik.
b.
Diharapkan masyarakat dapat lebih cerdas dan cermat dalam menganalisa, memahami, dan
mengatasi konflik.
Referensi
Fahmi, I. (2013). Perilaku Organisasi: Teori, Aplikasi, dan Kasus. Bandung: Alfabeta.
Indraswari, F. L. Y., & Rejeki, MC. N. S. (2010). Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang
Yogyakarta (Studi Kasus Penanganan Konflik antara Karyawan ex Bank Lippo dan Karyawan
ex Bank Niaga Pasca Merger Periode (November 2008 – November 2010). (Diakses pada
tanggal 7 Maret 2015) dari http://e-journal.uajy.ac.id/4700/1/Jurnal%20Skripsi%20finish.pdf
Saeed, T., Almas, S., Anis-ul-Haq, M., Niazi, GSK. (2014). Leadership Style: Relationship with
Conflict Management Styles. (Diakses pada tanggal 31 Mei 2015) dari
http://www.emeraldinsight.com/doi/abs/10.1108/IJCMA-12-2012-0091
Sunyoto, D. & Burhanudin. (2015). Teori Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: CAPS.
Pace, R. W., & Faules, D. F. (2013). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Bungin, H. B. (2013). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
12
Riwayat Penulis
Giovanni Thio, lahir pada 11 Februari 1994 di Tomohon, Sulawesi Utara,
sebagai anak ke-3 (tiga) dari tiga bersaudara. Menempuh pendidikan formal
di SD Katolik Santa Clara Tomohon, SMP Katolik Stella Maris Tomohon,
SMA Katolik Rex Mundi Manado, dan menamatkan studi S1 di Universitas
Bina Nusantara jurusan Komunikasi Pemasaran (Marketing Communications)
dengan peminatan Public Relations pada tahun 2015.
Melalui bimbingan dari Dr. Muhammad Aras, S.Pd., M.Si. penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah dengan judul “Fungsi Komunikasi Organisasi Dalam Mencegah Konflik
(Studi Kasus: Divisi Marketing Communications PT Cipta Skynindo)”. Penulis berharap
karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang komunikasi dan dapat
menambah wawasan para pembaca.
Data Pribadi Penulis:
Nama
: Giovanni Thio
Alamat
: Jl. Tanjung Duren Raya kav. 5-9, Grogol – Petamburan, Jakarta Barat
HP
: +62812 8420 1105
Email
: [email protected]
Download