perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MACROMEDIA DIRECTOR MX DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP CANDI DITINJAU DARI KESADARAN SEJARAH (Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Oleh: ULFATUN NAFI’AH S861008027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : ULFATUN NAFI’AH NIM : S861008027 Program Studi : Pendidikan Sejarah menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Macromedia Director MX dalam Pembelajaran Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi Ditinjau dari Kesadaran Sejarah (Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang) betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini. Surakarta, Yang membuat pernyataan, Ulfatun Nafi’ah S861008027 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Sejarah hanya menulis orang-orang yang menakhlukkan bukan orang yang berdiri dan menunggu. Guru harus memutuskan apa yang harus diketahui, dilakukan, akan menjadi apa dan mengapa melakukan. (Kochhar, S.K) commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Tesis ini saya persembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibuku tercinta. 2. Umi dan Bapak tersayang. 3. Kakakku dan Adikku terkasih. 4. Nandel Sumali sekeluarga. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur atas karunia Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidyah-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Macromedia Director MX dalam Pembelajaran Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi Ditinjau dari Kesadaran Sejarah (Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang) dapat terselesaikan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini, terutama: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penelitian dan menggunakan fasilitas kampus. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan belajar dan ijin penelitian untuk menyelesaikan tesis ini. 3. Dr. Hermanu Joebagio, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah mendukung penuh penyelesaian tesis ini. 4. Dr. Suyatno Kartodirdjo, selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian sampai tesis ini selesai. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Dra. Sutiyah, M.Pd., M. Hum., selaku dan selaku Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian sampai tesis ini selesai. 6. Kepala Sekolah SMP Negeri 10, SMP Negeri 9, SMP Negeri 12 Malang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di instansinya. 7. Rekan-rekan kerja di Penyelenggara Sertifikasi Guru (PSG Rayon 115) Universitas Negeri Malang yang telah memberikan dukungan dan do’a selama menyelesaikan tesis ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana angkatan 2010 yang telah memberikan semangat selama penyelesaian tesis ini. Semoga segala bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan senantiasa sebagai suatu ibadah yang akan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT., baik di dunia maupun di akhirat nanti. Penulis yakin bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan tesis ini agar menjadi lebih sempurna. Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan sejarah. Surakarta, Penulis commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Ulfatun Nafi’ah, S. 861008027. 2012. Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Macromedia Director MX dalam Pembelajaran Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi Ditinjau dari Kesadaran Sejarah (Eksperimen pada Siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Malang). Pembimbing I: Dr. Suyatno Kartodirjo. Pembimbing II: Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum. Tesis: Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX dan Power Point dalam pemebelajaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang, (2) Pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi dan (3) Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam pemebelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMP Negeri Kota Malang, sebagai kelompok eksperimen adalah SMP Negeri 10 dan sebagai kelompok kontrol SMP Negeri. Pemilihan sampel penelitian dilakkukan dengan multistage sampling sehingga diperoleh jumlah sampel untuk kelompok eksperimen 34 siswa kelas VII dan kelompok kontrol 40 siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep candi siswa untuk mengetahui tingkat kesadaran sejarah siswa. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes dan angket dilakukan uji coba instrumen di SMP Negeri 12 Malang. Berdasarkan hasil uji coba dari 30 soal terdapat 29 soal valid dan 1 soal tidak valid. Sedangkan reliabilitas tes diperoleh perhitungan r11 = 0, 742. Hasil uji validitas 40 butir angket terdapat 25 butir angket valid dan 15 butir angket tidak valid sedangkan reliabilitas instrumen angket diperoleh perhitungan sebesar r11 0, 717. Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah Analisis Varians (ANAVA) dua jalur dengan desain faktorial 2x2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media PowerPoint dalam pemebelajaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi dengan Fhitung = 68,681 > F tabel (α = 0,05) = 3,11 taraf signifikansi 0,05, hal ini berarti Ho ditolak, jadi penggunaan media pemebelajaran berbasis Macromedia Director lebih baik dibandingkan dengan media pemebelajaran sejarah berbasis Power Point pada materi candi Hindu-Budha untuk meningkatkan pemahaman konsep candi siswa; (2) Terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi dengan Fhitung = 80,772 > F tabel (α = 0,05) = 3,11 taraf signifikansi 0,05, hal ini berarti Ho ditolak, jadi pemahaman konsep candi siswa akan lebih baik jika siswa memiliki kesadaran sejarah tinggi; (3) Tidak terdapat interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi dengan Fhitung = 0,710 < F tabel (α = 0,05) = 3,11 taraf signifikansi 0,05, hal ini berarti Ho diterima, artinya tidak ada interaksi penggunaan media pemebelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa. Kata Kunci : Pemahaman Konsep Candi, Media Berbasis Macromedia Director MX, commit to user Kesadaran Sejarah. ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Ulfatun Nafi'ah, S. 861 008 027. 2012. The Influence of Using Interactive Multimedia-Based on Macromedia Director MX toward Understanding of Temple Concept viewed from Historical Awareness in History Teaching (Experiments on VII Class Student of Junior High School in Malang). Thesis Supervisor I: Dr. Suyatno Kartodirjo. Thesis Supervisor II: Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum. Postgraduate Thesis. History Education Studies. Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. The aims of this study to determine: (1) The influence of the using media-based on Macromedia Director MX and Power Point media in teaching history lesson in understanding the temple concept, (2) The effect of the students who have a high awareness of history lesson and the students who have a low awareness of the history lesson in understanding the temple concept, and (3) The effects of interaction using interactive multimedia in history lesson and awareness of the history in understanding the concept. Experimental study carried out in Junior High School of Malang, as the experimental group was Junior High School 10 of Malang City. and as a control group was Junior High School. The Selection of sample study is done by multistage sampling to obtain the sample size to 34 of VII students as experimental group and 40 of VII students as a control group in 2011/2012. Data collection techniques uses tests and questionnaires. The test used to determine the students' understanding of the tample concept to find out the level of awareness of the history lesson. To find out the validity and reliability tests and questionnaires are conducted testing instruments in Junior High School of 12 Malang. Based on the results of the study, there were 30 trials which there were 29 questions about a matter of valid and 1 was invalid. While the reliability of tests is obtained by the calculation of r11 = 0, 742. The Test of the validity questionnaire results of 40 items contained 25 items were valid and 15 items were invalid questionnaires while the reliability of the instrument questionnaire is obtained by calculation of R11 0, 717. Research analysis technique used was Analysis of Variance (ANAVA) two lines with a 2x2 factorial design. Based on the results of the study can be concluded: (1) There are The differences of the influence of the use of media-based Macromedia Director MX and Power Point media in the teaching of history lesson in understanding of the temple concept with F computing = 68.681> Ftable (α = 0.05) = 3.11 significance level 0, 05, this means that Ho is rejected, so the use of Macromedia Director based on instructional media better than the history lesson of teaching media of Power Point in the Hindu-Buddhist temple materials to enhance students' understanding of the temple concept, (2) There are differences of the influence of the students who have a high historical consciousness and students who have a low awareness of the history of understanding the concept of the temple with F computing = 80.772> Ftable (α = 0.05) = 3.11 significance level of 0.05, this means that Ho is rejected, so the students' understanding of the temple concept would be better if students have a high awareness of history, (3) There was no interaction of the using of interactive multimedia in teaching history lesson and awareness of history to the understanding of the temple concept with F computing = 0.710 < Ftable (α = 0.05) = 3.11 significance level 0.05, it means that Ho accepted, which no use interaction of history teaching and awareness of the history to students' understanding of the temple concept. Key Words: Understanding of the temple concept, Media based on Macromedia Director MX, awareness of the history. commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………….…….……….…........ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii PERNYATAAN ................................................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................ v PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................... ix ABSTRACT ......................................................................................................... x DAFTAR ISI ………..…………………………………………….................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xviii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………….... 1 B. Rumusan Masalah ………………........................................ 10 C. Tujuan Penelitian ….………………………….....……….... 10 D. Manfaat Penelitian ………………………….……....…...... 11 1. Manfaat Teoritis.................................................................. 11 2. Manfaat Praktis ................................................................. 11 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id BAB II. digilib.uns.ac.id DAN 13 A. Kajian Teori ... …………………………....…………......... 13 1. Pemahaman Konsep Candi ............................................ 13 2. Media Pembelajaran ………………............................. 22 a. Pengertian Media Pembelajaran................................ 23 b. Jenis Media................................................................. 25 c. Pemilihan Media Pembelajaran ................................ 28 d. Multimedia ................................................................ 31 KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS e. Manfaat Multimedia dalam Pembelajaran IPS Sejarah................................................................. f. Macromedia Director MX.......................................... 38 3. Media Pembelajaran Micrososft Power Point 2007....... 54 a. Pengembangan Media Pembelajaran sejarah Berbasis Power Point.......................................... b. 60 Tahap Pemanfaatan Media Pembelajaran sejarah Berbasis Power Point ............................................ BAB III. 36 61 4. Kesadaran Sejarah .................................................. 62 B. Penelitian yang Relevan ....................................................... 75 C. Kerangka Berpikir …………………………….……....….... 77 D. Perumusan Hipotesis …………………………………......... 80 METODE PENELITIAN ...................................................... 81 A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………....……….. commit to user 81 xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Tempat Penelitian …………………....………….............. 81 2. Waktu Penelitian …………………....…………................ 81 B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................ 82 C. Variabel Penelitian.................................................................. 86 D. Definisi Opersional .............................................................. 87 E. Populasi dan Sampel................... ………………....………… 89 1. Populasi Penelitian …………………....…………............. 89 2. Sampel............................... …………............................... 89 F. Teknik Pengumpulan Data ……………………....…..…….. 92 1. Instrumen Penelitian ....................................................... 92 a. Metode Angket ....................................................... 93 b. Metode Tes....... ....................................................... 94 2. Uji Coba Instrumen ......................................................... 95 a. Tes ........................................................................... 95 1) Validitas ............................................................ 95 2) Reliabilitas ......................................................... 97 3) Tingkat Kesukaran ............................................ 97 4) Daya Beda ......................................................... 99 b. Angket ..................................................................... 100 1) Validitas ............................................................ 100 2) Reliabilitas ......................................................... 101 G. Teknik Analisis Data ........................................................... 104 1. Uji Prasyarat Analisis ..................................................... commit to user 104 xiii perpustakaan.uns.ac.id BAB IV digilib.uns.ac.id a. Uji Normalitas ......................................................... 104 b. Uji Homogenitas ...................................................... 105 2. Uji Hipotesis ................................................................... 106 3. Uji Lanjut ........................................................................ 111 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............... 113 A. Hasil Penelitian ............................................................. 113 1. Deskripsi Data ........................................................ 113 a. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Secara Keseluruhan (A1) .............................................................. 113 b. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point Secara Keseluruhan (A2)……………… 115 c. Data Pemahaman Konsep Candi pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) ................................. 116 d. Data Pemahaman Konsep Candi pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah Secara Keseluruhan (B2) ................................. e. Data Pemahaman Konsep Candi dengan commit to user xiv 119 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) ... 121 f. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) .. 123 g. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) .................................... 125 h. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)................................. 128 2. Pengujian Persyaratan Analis........................................ 130 a. Uji Keseimbangan............................................. 130 b. Pengujian Normalitas Data............................. 131 1) Normalitas Siswa dengan Media Berbasis Macromedia Director (A1) ......................... 2) Normalitas Kelompok dengan Media commit to user xv 132 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berbasis Power Point (A2) .................... 3) 132 Normalitas Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director dengan Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) ................................ 4) 133 Normalitas Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director dengan Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) ............................. 5) 133 Normalitas Pada Media Pembelajaran Berbasis Power Point dengan Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) ............................... 6) 134 Normalitas Media Pembelajaran Berbasis Power Point dengan Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) ............................................ 134 c. Uji Homogenitas ..................................................... 135 Pengujian Hipotesis ..................................................... 136 B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................... 142 C. Keterbatasan Penelitian ................................................ 158 KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN .......................... 160 A. Kesimpulan ................................................................... 160 3. BAB V commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Implikasi Penelitian ...................................................... 160 C. Saran ............................................................................. 164 DAFTAR PUSTAKA ..................................... .................................................... 167 LAMPIRAN 172 ........................................... ........................................... commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pesan dalam Komunikasi............................................................... 27 Tabel 2. Rincian waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ..................................... 84 Tabel 3. Pesebaran Sekolah Eksperimen, Kontrol, dan Uji Coba Penelitian..... 91 Tabel 4. Penentuan Ukuran Sampel Penelitian................................................... 92 Tabel 5. Indeks Kesukaran Instrumen Tes.......................................................... 98 Tabel 6. Klasifikasi Daya Pembeda.............................................................. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media 99 Pambelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director secara keseluruhan (A1) .................................................................................. 114 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pambelajaran Sejarah Berbasis Power Point secara keseluruhan (A2) Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) ......................... Tabel 10. 118 Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Rendah Secara Kesesluruhan (B2) ....................... Tabel 11. 116 120 Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pambelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pada Siswa Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) ......................... Tabel 12. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pambelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pada Siswa commit to user xviii 122 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) ............................ 124 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pambelajaran Sejarah Berbasis Power Point Pada Siswa Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) ................................... Tabel 14. 126 Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pambelajaran Sejarah Berbasis Power Point Pada Siswa Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)............... 128 Tabel 15. Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ........................................................ 131 Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pemahaman Konsep Candi pada Kelompok Eksperimen............................................................. 135 Tabel 17. Rangkuman Pemahaman Konsep Candi ........................................... 136 Tabel 18. Hasil Perhitungan Anava ..................................................................... 137 Tabel 19. Tidak ada Interaksi Media Pembelajaran Sejarah dan Kesadaran Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi................................... commit to user xix 141 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) menurut Dale........ 27 Gambar 2. Unsur-Unsur Multimedia ................................................................. 35 Gambar 3. Tampilan Macromedia Director MX.............................................. 39 Gambar 4. Kerangka Berpikir ............................................................................ 78 Gambar 5. Desain Eksperimen............................................................................ 86 Gambar 6. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX secara keseluruhan (A1) ....................................................... Gambar 7. 114 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Secara Keseluruhan (A2) ...................................... ..................................... Gambar 8. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) .................................................................. Gambar 9. 117 118 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Rendah Secara Keseluruhan (B2) ................................................ Gambar 10. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran commit to user xx 120 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sejarah Tinggi (A1B1) ........................................................... 123 Gambar 11. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) .... 125 Gambar 12. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) .............. 127 Gambar 13. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) ............. 129 Gambar 14. Tidak Terdapat Interaksi Antara Media Pembelajaran dan Kesadaran Sejarah Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Candi.............................................................................................. commit to user xxi 141 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lamp 1.1 RPP Macromedia Director MX................................................... 172 Lamp 1.2 RPP Power Point............................................................................... 177 Lamp 1.3 Naskah Media Pembelajaran Barbasis Macromedia Director Mx ... 182 Lamp 1.4 Naskah Media Pembelajaran Barbasis Power Point .................... 220 Lamp 2.1 Kisi-kisi Try Out Tes Pemahaman Konsep Candi............................ 233 Lamp 2.2 Instrumen Try Out Tes Pemahaman Konsep Candi......................... 235 Lamp 2.3 Kunci Jawaban Tes Pemahaman Konsep Candi ............................ 239 Lamp 2.4 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Candi ..................................... 240 Lamp 2.5 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Candi........................................ 242 Lamp 2.6 Lembar Jawab Instrumen Tes Pemahaman Konsep Candi .............. 247 Lamp 2.7 Kisi-Kisi Angket Try Out Kesadaran Sejarah................................... 248 Lamp 2.8 Try Out Angket Kesadaran Sejarah & Pedoman Skoring Angket Kesadaran Sejarah ............................................................................ 249 Lamp 2.9 Kisi-Kisi Angket Kesadaran Sejarah ............................................ 252 Lamp 2.10 Instrumen Angket Kesadaran Sejarah............................................... 253 Lamp 3.1 Tabulasi Data Try Out Angket Kesadaran Sejarah …………......... 255 Lamp 3.2 Hasil Uji Validitas Try Out Angket Kesadaran Sejarah ................ 256 Lamp 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Try Out Angket Kesadaran Sejarah.............. 261 Lamp 3.4 Tabulasi Data, Validitas dan Reliabilitas Try Out Tes Pemahaman Lamp 3.5 Konsep Candi .......................................................................... 264 Data Uji Tingkat Daya beda………………….............................. commit to user 269 xxii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lamp 3.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Sejarah...... 270 Lamp 3.7 Hasil Uji Daya Beda Try Out Tes Pemahaman Konsep Sejarah...... 271 Lamp 4.1 Data Nilai UTS Uji Kesetaraan Kelompok Kontrol........................ 272 Lamp 4.2 Data Nilai UTS Uji Kesetaraan Kelompok Eksperimen ................. 273 Lamp 4.3 Hasil Uji Kesetaraan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................................................. 274 Lamp 5.1 Tabulasi Data Angket Kesadaran Sejarah Kelompok Kontrol ......... 275 Lamp 5.2 Tabulasi Data Angket Kesadaran Sejarah Kelompok Eksperimen .. 276 Lamp 5.3 Hasil Perhitungan dan Pengelompokkan Data Angket Kesadaran Sejarah Kelompok Kontrol ......................................................... Lamp 5.4 Hasil Perhitungan dan Perngelompokkan Data Angket Kesadaran Sejarah Kelompok Eksperimen ........................................................ Lamp 5.5 Lamp 7.1 283 Data Hasil Pre-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok Eksperimen ....................................................................................... Lamp 6.4 282 Data Hasil Post-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok Kontrol ............................................................................................. Lamp 6.3 279 Data Hasil Pre-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok Kontrol ............................................................................................. Lamp 6.2 278 Hasil Perhitungan Tabulasi Perngelompokkan Siswa dengan Kesadaran Sejarah Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. Lamp 6.1 277 284 Data Hasil Post-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok Eksperimen ....................................................................................... 285 Hasil Uji Deskripsi Data .................................................................. commit to user 286 xxiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lamp 7.2 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 294 Lamp 7.3 Hasil Uji Anava ................................................................................ 295 Lamp 8.1 Rincian waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .................................. 297 Lamp 8.2 Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 398 Lamp 8.3 Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian ............................................. 300 commit to user xxiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulaia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (Hamalik, 2005:3-5). Terkait dengan tujuan pendidikan nasional, maka sejarah sebagai salah satu mata pelajaran inti di sekolah dasar dan menengah, yang dalam pembelajarannya mempunyai tujuan akhir yang harus merujuk dan mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran sejarah di sekolah menengah diharapkan dapat menghasilkan siswa yang memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki watak dan kepribadian yang kua, memajukan kebudayaan nasional, menjadikan siswa memiliki identitas dan jati diri yang kuat, serta sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang demokratis (Depsiknas, 2004:30). Berdasarkan dari tujuan pembelajaran sejarah tersebut, maka matapelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran sejarah membutuhkan pengaturan secara stimultan segala perangkat mulai dari faktor commit to user manusia hingga alat pembelajaran. Salah satu perangkat kegiatan pembelajaran 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id adalah media pembelajaran. Penataan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan lebih mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang kurang tertata dengan baik, tidak akan mampu mendukung secara penuh kegiatan pembelajaran. Suatu media akan bermakna apabila dalam pembuatannya disesuaikan dengan kebutuhan siswa sebagai pengguna media dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Aplikasi pemanfataan media dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar yang efektif. Secara umum penggunaan media memberikan pengalaman yang sama untuk keseluruhan siswa di kelas. Di samping itu, pemanfaatan media juga memungkinkan siswa belajar lebih rinci daripada cara yang lain. Dalam perkembangannya, media dalam kegiatan pembelajaran mulai dikembangkan dalam bentuk multimedia. Selanjutnya, perkembangan teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam merubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, menyesuaikan informasi dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2006:248) bahwa salah satu prinsip pelaksanaan dari KTSP adalah kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Multimedia juga menyediakan peluang bagi pendidik untuk mengembangkan teknik pembelajaran sehingga memberikan hasil yang maksimal. Demikian juga bagi pelajar, dengan multimedia diharapkan akan lebih mudah menyerap informasi secara cepatcommit dan efisien to usermengenai materi yang dipelajari perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id sehingga meningkatkan interaksi siswa dan guru sebagai fasilitator. Selain itu dengan belajar secara mandiri, pengalaman mereka dalam belajar akan berbeda, untuk materi dan konsep yang belum dipahami, siswa bisa mengulang materi tersebut. Dengan begitu siswa dapat terlibat secara aktif agar bisa mengejar materi untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan sumber informasi tidak lagi terfokus pada teks tetapi dapat lebih luas. Kenyataannya, sampai saat ini pencaaian tujuan pembelajaran sejarah yang sesuai dengan permendiknas masih jauh dari harapan. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah anatara lain, masih banyak guru di SMP Negeri Malang yang merasa sulit mengembangkan pembelajaran sejarah sesuai dengan tuntutan KTSP. Pembelajaran sejarah cenderung pasif dan tidak kreatif dengan indikator masih berorientasi pada textbook, target selesainya materi ajar, tingginya dominasi guru dalam pembelajaran dan kurang berorientasi pada kebutuhan siswa. Guru juga kurang menggali pemahaman konsep siswa, kecerdasan atau bakat siswa yang berbeda. Pembelajaran sejarah juga masih berorientasi pada domain kognitif melalui hafalan fakta. Sementara domain afektif dan psikomotor sering terabaikan. Padahal domain tersebut merupakan tujuan utama dari penilaian keberhasilan dan kompetensi belajar sejarah. Kondisi semacam ini berdampak pada pembelajaran sejarah, dimana kebermaknaan menjadi tidak tercapai. Hal ini dikarenakan guru belum maksimal dalam memenuhi salah satu komponen dalam pembelajaran yaitu penggunaan media yang bervariasi, bahkan peta yang telah dimiliki juga jarang digunakan. Ada beberapa commit to userguru hanya meminta siswa untuk perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id membaca sendiri topik yang dibahas dalam KBM pada lember kerja sisws (LKS) dan buku paket. Kurangnya variasi dalam penggunaan media menyebabkan minat siswa terhadap pelajaran IPS Sejarah kurang (Widya, 1989:1). Sebagian besar SMP Negeri di Malang telah memiliki fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran dengan multimedia. Fasilitas yang dimiliki sekolah berupa laboratorium komputer, LCD, dan proyektor. Selain itu, guru IPS Sejarah di SMP Negeri Malang ada yang memiliki kemampuan pengoperasian komputer dengan baik, tetapi mereka belum memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Ada pemanfaatan itu tetapi hanya guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Lengkapnya fasilitas di sekolah-sekolah seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru maupun siswa, terutama untuk menggunakan media berbasis multimedia dalam proses pembelajaran. Dengan multimedia, materi pembelajaran lampau berupa hasil kebudayaan yang tidak mampu dihadirkan secara nyata pada saat kegiatan pembelajaran, dapat dihadirkan ke hadapan siswa dalam bentuk tampilan, apalagi ditunjang dengan mudahnya siswa mengakses dan mencari sendiri informasi. Hal ini bisa berdampak postif jika dimanfaatkan untuk mencari informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran. Sebaliknya apabila teknologi informasi digunakan untuk kegiatan di luar pembelajaran akan berpengaruh buruk pada siswa, misalnya materi bermuatan seks, kekerasan, yang dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Oleh karena itu guru harus terus berupanya mengarahkan siswa dan memperkaya commit to user wawasannya baik dari buku, 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id internet maupun sumber lain yang dapat memberikan informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Selain itu, guru juga harus mampu mengolah informasi yang ingin disampaikan dalam pembelajaran IPS Sejarah agar menjadi suatu informasi yang menarik dan menyenangkan dengan tidak mengurangi nilai fakta sejarah yang disampaikan. Pembelajaran yang terjadi menempatkan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Meskipun metode ceramah bagus, akan tetapi juga berdampak pada proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa pasif-reseptif saja. Keterbatasan yang ada dari penggunaan metode ceramah disikapi oleh guru dengan memberikan penjelasan yang berulang-ulang, sehingga penggunaan waktu untuk penjelasan tersebut relatif lebih lama dan akibatnya waktu belajar efektif bagi siswa menjadi berkurang, terutama bagi siswa yang pandai dan mudah menerima penjelasan guru. Adanya kesadaran sejarah yang tinggi, pemanfaatan serta penggunaan media pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa mudah dalam menerima dan mengolah materi yang disampaikan. Hal tersebut sejalan dengan pernyatan Soewarso (2000:102), yang menyatakan bahwa penggunaan media pengajaran mutlak diperlukan dalam pengajaran IPS Sejarah. Penggunaan media tertentu dalam pembelajaran diperlukan karena suatu media dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan oleh pendidik dan siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 6 digilib.uns.ac.id Guru masih terjebak pada perannya sebagai penyampai informasi atau transfer of knowledge (Supriatna, 2007: 174) dan melupakan tugasnya sebagai pendidik yang bertugas mengubah sikap dan tingkah laku (transform). Guru bukanlah sumber utama pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator yang berperan menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif kepada siswa, namun yang disayangkan, fakta yang terjadi kemudian adalah guru dianggap sebagai sumber belajar yang paling benar. Konsisi semacam ini juga terjadi di sebagian besar SMP Negeri Kota Malang, sehingga mendorong perlu adanya penyusunan rancangan pembelajaran (Intructional Design) untuk pembelajaran IPS Sejarah yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif dan juga dirancang sesuai dengan karakteristik pembelajaran. Selain untuk membantu siswa dalam pemahaman lebih konkrit, pemanfaatan media yang dipilih guru dalam proses pembelajaran memegang peranan penting. Sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian media, eksistensinya akan membantu siswa dalam memahami sesuatu yang sedang dipelajari dan dikajinya denganberbagaikemudahan-kemudahan. Suatu konsep sejarah mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu langkah awal yang perlu dicapai untuk membentuk konsep pembelajaran tersebut. Jika guru mampu mengelola proses pembelajaran dan mampu menciptakan sistem pembelajaran yang efektif maka kualitas proses belajar akan tercapai, tetapi jika guru masih terpaku pada paradigma lama di mana hanya memandang keberhasilan pembelajaran ditentukan nilai akhir saja maka kualitas pembelajaran tidak akan commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mencapai kemajuan. Salah satu materi IPS yang membutuhkan penggunaan media pembelajaran tertentu adalah materi Hindu dan Budha. Sejalan dengan konsep pembelajaran yang kontekstual, maka materi candi Hindu dan Budha memerlukan adanya media yang tepat untuk mempresentasikan konsisi candi Hindu dan Budha yang sesungguhnya, hal ini bisa diperoleh dari pemanfaatan media pembelajaran berbasis Macromedia Director yang di dalamnya mengandung konsep-konsep candi yaitu fungsi candi, ornamen candi, langgam candi, dan konsep candi lainnya. Pengalaman nyata hanya bisa dilakukan apabila siswa datang langsung ke tempat candi-candi berada. Guru dan siswa bisa mengunjungi Candi Kidal yang letaknya tidak jauh dari sekolah agar proses pembelajaran dapat dioptimalkan, tetapi hambatan yang muncul ketika siswa harus melakukan karyawisata untuk langsung mengunjungi tempat-tempat candi tersebut adalah sulitnya mengkoordinasikan siswa untuk belajar dan membutuhkan alokasi waktu belajar yang cukup banyak. Hambatan tersebut mungkin dapat dimaklumi, namun perlu diingat bahwa pembahasan materi akan lebih bermakna bagi siswa apabila dikaitkan langsung dengan konteks lingkungan kehidupan mereka. Hal ini sejalan dengan pemahaman pembelajaran kontekstual bahwa materi belajar akan bermakna jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan memiliki konteks kehidupan siswa, sehingga pelajaran akan menjadi lebih berarti dan bermakna sekaligus menyenangkan. Sebagai gantinya, candi-candi tersebut dapat dihadirkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director. Hal tersebut di commit to user perpustakaan.uns.ac.id 8 digilib.uns.ac.id atas mendasari penelitian ini untuk memilih tiga candi yang dijadikan model dalam media pembelajaran sejarah yaitu Candi Kidal dan Candi Prambanan untuk candi Hindu serta candi Borobudur untuk Candi Budha. Pemilihan candi-candi tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan. Candi Kidal dipilih karena bagian-bagian candi masih lengkap, arsitektur, dan ornamentasi candi mampu menjelaskan ciri-ciri candi Hindu. Selain itu Candi Kidal yang terletak di desa Rejokidal sekitar 20 km sebelah timur kota Malang jaraknya sangat dekat dengan sekolah-sekolah SMP Negeri Malang sehingga memudahkan siswa untuk mengenal candi dan bisa mengunjungi secara langsung. Candi Borobudur dipilih karena bagian-bagian candi masih lengkap, arsitektur, dan ornamentasi candi mampu menjelaskan ciri-ciri candi Budha. Candi Borobudur juga bisa memenuhi candi Hindu-Budha langgam Jawa Tengah. Sedangkan pemilihan Candi Prambanan untuk melengkapi ciri khas langgam Jawa Tengah. Kesadaran sejarah siswa juga merupakan salah satu faktor keberhasilan pencapaian pemahaman konsep candi siswa, kesadaran sejarah yang tinggi cenderung menghasilkan pemahaman konsep candi lebih baik sedangkan kesadaran sejarah yang kurang akan menghasilkan pemahaman konsep candi kurang baik. Pemanfaatan media yang sesuai dan penyampaian konsep candi yang baik pada hakikatnya memberikan peluang cukup besar pada guru dan sekolah untuk mengembangkan pembelajarannya secara kritis dan kreatif namun tetap berorientasi pada pemanfaatan informasi, komunikasi dan teknologi, semaksimal mungkin dan mempertimbangkan kebutuhan sekolah masing. Dengan melibatkan mental emosional siswa, maka rendahnya commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kesadaran sejarah siswa dapat teratasi. Kesadaran sejarah siswa dapat ditumbuh dan kembangkan pada diri siswa dengan cara memberikan informasi pada anak mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan kegunaannya di masa depan bagi siswa. Berbagai masalah yang telah diungkapkan di atas menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah alokasi yang diberikan untuk penggunaan media interaktif berbasis multimedia memadai di masing masing sekolah SMP Negeri Malang? Apakah penggunaan media interaktif berbasis Multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Apakah penggunaan media interaktif berbasis multimedia dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep IPS Sejarah? Apakah penggunaan media interaktif berbasis multimedia dapat meningkatkan kesadaran IPS Sejarah pada siswa? Berbagai pertanyaan yang sudah dikemukakan di atas dapat diberikan alternatif jawaban yang bervariasi, akan tetapi tidak semua jawaban itu dapat dijadikan variabel dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya berhubungan dengan media interaktif berbasis Macromedia Director MX dan pemahaman konsep candi siswa ditinjau dari kesadaran sejarah siswa karena variabel-variabel tersebut sangat penting tetapi belum banyak dikaji dalam penelitian pendidikan IPS Sejarah. commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. 1. Apakah terdapat Rumusan Masalah perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media Power Point dalam pembelajaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang? 3. Apakah ada pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media Power Point dalam pembelajaran sejarah dalam pembelajaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. 2. Perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat konseptual utamanya untuk pembelajaran IPS Sejarah. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri Malang melalui pembelajaran IPS Sejarah dengan menggunakan media pembelaran berbasis multimedia pada materi Hindu Budha. 2. Sebagai pijakan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis multimedia pada pembelajaran IPS Sejarah, dengan materi yang lainnya. Sedangkan secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dan menyalurkan hasil belajar selama perkuliahan dalam mengembangkan pembelajaran IPS Sejarah berbasis multimedia sesuai dengan perkembangan zaman, selain itu penelitian ini sebagai bahan perbandingan antara commit teori yang diajarkan di bangku perkuliahan to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru kelas VII SMP Negeri Malang tentang suatu alternatif salah satu media pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan belajar mengajar penunjang KTSP. 3. Bagi siswa kelas VII SMP Negeri Malang, terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar IPS Sejarah secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya. 4. SMP Negeri Malang, lembaga pendidikan dapat memperoleh masukan yang bermanfaat dalam pengembangan media pembelajaran IPS Sejarah sehingga dapat meningkatkan kualitas lembaga pendidikan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Candi Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) untuk berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 79). Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatankegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 80). Oleh karena itu setiap orang mengalami stimulusstimulus yang berbeda-beda, sehingga setiap orang akan memberikan respons yang berbeda terhadap setiap stimulus yang diterimanya dan membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Morgan et al. (1989: 22-23) mendefinisikan Consept is a symbolic construction that represents some common and general features of many objects or events. (Konsep adalah konstruksi simbolik yang menunjukkan suatu keadaan dan ciri-ciri umum atau ciri-ciri obyek atau peristiwa/kejadian). Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman. Tafsiran orang terhadap konsep berbeda-beda karena tidak ada dua orang atau lebih yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka orang tersebut akan membentuk konsep yang berbeda pula sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. commit to user 13 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Konsep dapat mengalami perubahan sesuai dengan fakta dan pengetahuan baru yang diperoleh seseorang. Konsep berguna untuk menjelaskan dan meramalkan (Sagala, 2005 : 71). Secara singkat dapat dikatakan bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulusstimulus. Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 : 86-87) membagi konsep dalam dua kategori, yaitu konsep konkret dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit dapat diperoleh melalui observasi atau pengamatan, sedangkan konsep terdefinisi adalah gagasan yang diturunkan dari objek-objek atau peristiwa-peristiwa abstrak. Informasi tentang konsep-konsep yang harus diajarkan pada siswa dengan umur tertentu atau kelas tertentu, dapat diturunkan dari sejumlah sumber, termasuk penulis-penulis buku-buku pelajaran (buku teks), pengembangan- pengembangan kurikulum, pengetahuan dan pengalaman guru itu sendiri, dan anak-anak atau siswa itu sendiri. Menurut Woodruff (1978:40), pengertin konsep meliputi: (1) Suatu ide/gagasan yang relatif sempurna dan bermakna; (2) Suatu pengertian tentang suatu obyek; dan (3) Produk subyek yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda-benda melalui pengalamannya. Konsep paling konkrit merupakan suatu gambaran mental dari beberapa obyek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat paling abstrak dan kompleks, konsep merupakan suatu sintesis sejumlah kesimpulan yang ditarik dari pengalaman dan objek atau benda tertentu. Menurut Ratna Willis Dahar (1989: 86) pemahaman diartikan sebagai kemampuan menyerap arti dari materi suatau bahan yang dipelajari. Konsep commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id adalah sekelompok kata atau data yang banyak memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukkan dalam satu nama label (Waney, 1989: 118). Berdasarkn ciri khas ini, muncullah beberapa ciri lain yang melekat pada pengertian atau konsep, yaitu dapat diterapkan terhadap banyak objek, karena tidak terikat pada objek tertentu. Apabila seseorang menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori maka ia telah belajar konsep (Nasution, 1984:33). Dengan demikian seseorang yang telah memahami tentang suatu konsep dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) konsep yang konkrit, yaitu konsep yang dapat menunjukkan bendanya dan diperoleh melalui pengamatan; dan (2) konsep yang abstrak, yaitu konsep yang lebih tinggi dari pada konsep konkrit. Konsep abstrak ini diperoleh dari definisi (Nasution, 1984: 34). Geoch dan Irion, yang di kutip oleh Klausmeier (1961:26) menyimpulkan bahwa dalam mempelajari materi yang penuh makna, seseorang lebih efektif dari pada materi belajar yang tidak bermakna. Di dalam pendidikan diperlukan kemahiran mengartikan atau melakukan sesuatu yang hasilnya dapat lebih tinggi sekedar belajar menghafal kata-kata. Hal ini tercermin dalam konsep candi. Ajaran agama merupakan konsep atau tata nilai yang tidak hanya menjadi pedoman perilaku praktik keagamaan bagi penganutnya, tetapi juga menjadi pedoman pembuatan artefak yang menjadi alat atau sarana dalam menjalankan upacara keagamaan. Hubungan antara artefak keagamaan dengan ajaran agama sangat erat, sehingga artefak keagamaan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id gambaran atau pemahaman tentang aspek-aspek kehidupan agama pada suatu tempat dan kurun waktu tertentu. (Kusen,1993: 91). Bangunan merupakan salah satu bentuk peninggalan yang berasal dari masa prasejarah, klasik, Islam, dan kolonial di Indonesia. Kondisi fitur pada saat ditemukan ada yang masih utuh, namun ada juga yang tidak utuh. Salah satu fitur berupa bangunan yang berasal dari masa klasik di Indonesia adalah candi, bangunan keagamaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan India yang berintikan alam pikiran agama Hindu dan Buddha. (Soekmono, 1986: 228-246). Candi berasal dari sebutan untuk Durga sebagai dewi maut, yaitu candika. Memang pada kenyatanya candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya para raja dan orang terkemuka lainya. Candi sebagai tempat pemakaman hanya terdapat dalam agama Hindu, sedangkan candi-candi dalam agama Budha hanya digunakan sebagai tempat pemujaan dewa belaka (Soekmono, 1975a:81-83). Menurut Brahmantyo (1998:54) terdapat istilah lain untuk menyebut candi, yakni cinandi. Arti kata ini ialah dikuburkan atau dicandikan pada waktu upacara cradha, yaitu upacara terakhir untuk penyempurnaan roh agar dapat menyatu kembali dengan dewa yang dulu menitis pada raja. Dalam upacara cradha abu jenazah raja yang ditempatkan dalam peripih (peti batu) dikubur dalam sumur candi, sedangkan puspacarira (lambing jenazahnya) dihanyutkan ke laut. Di atas sumur candi tersebut diletakkan arca raja atau orang besar yang wafat tadi dalam wujud dewa yang dipuja semasa hidupnya atau lambang Dewa Siwa (lingga). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id Sifat keagamaan dan kesakralan candi bagi masyarakat masa lampau dapat ditelusuri melalui berbagai aspek yang melingkupinya, antara lain aspek arsitektur dan aspek maknawinya. Berdasarkan penelusuran terhadap kedua aspek tersebut, terdapat hal-hal yang membedakan candi dengan bangunan non-keagamaan atau bangunan profan dengan candi yang disakralkan dan dianggap suci. Secara arsitektural, sifat keagamaan candi ditunjukkan melalui penerapan aturan tertentu dalam pembangunannya, meskipun bukti tertulis tentang hal itu belum ditemukan di Indonesia. Namun demikian, aturan pembangunan candi dapat dirunut melalui kitab-kitab Vastusastra (kitab tentang arsitektur) atau Silpasastra yang berasal dari India, dan berisi patokan pembangunan bangunan sakral. Kitab-kitab yang digolongkan Vastusastra dan Silpasastra cukup banyak jumlahnya, misalnya Mannasara, Mayamata, Silpaprakasa, dan Vishnudhamottaram. (Hariani Santiko, 1996: 140). Berdasarkan penelitian-penelitian terhadap arsitektur candi di Indonesia, para ahli sepakat bahwa terdapat bukti penerapan aturan-aturan pembangunan bangunan sakral seperti yang dimuat dalam kitab-kitab tersebut. Sifat keagamaan candi ditunjukkan pula secara maknawi, seperti yang dikemukakan oleh Robert Heine-Geldern. (1982: 32). Heine-Geldern menjelaskan bahwa kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos merupakan suatu konsep yang diyakini oleh masyarakat Asia Tenggara. Konsep tersebut melatarbelakangi keberadaan candi yang menjadikannya sangat penting bagi masyarakat pendukungnya. Disebutkan dalam ajaran-ajaran Brahma dan Buddha bahwa bentuk jagad raya adalah lingkaran atau cincin, dan terdiri atas wilayahwilayah yang disusun sedemikian rupa mengelilingi Gunung Meru sebagai commit to user perpustakaan.uns.ac.id 18 digilib.uns.ac.id pusatnya. Seperti halnya jagad raya (makrokosmos) yang berpusat pada Gunung Meru, kerajaan sebagai jagad kecil (mikrokosmos) juga harus memiliki Gunung Meru sebagai pusatnya. Gunung Meru sebagai pusat mikrokosmos tidak harus berupa gunung dalam arti sesungguhnya, tetapi dapat direpresentasikan dalam bentuk candi yang melambangkan Gunung Meru dan tempat tinggal para dewa (sthana). Selain sebagai replika Gunung Meru, bagian-bagian dari sebuah candi merupakan simbol dari Tiga Lingkungan Semesta atau Triloka. (Jan Fontein, 1971: 14-15). Kaki candi, tubuh candi, dan atap candi secara berurutan merepresentasikan Bhurloka (lingkungan bagi para makhluk yang tidak terelakkan dari kematian), Bhuvarloka (lingkungan bagi para makhluk yang telah disucikan), dan Svarloka (lingkungan para dewa). Makna simbolis yang direpresentasikan melalui bagian-bagian candi tidak hanya berkaitan dengan konsep Triloka. Candi Borobudur misalnya, merepresentasikan konsep Tridhatu, yaitu Kamadhatu (lingkungan bagi makhluk yang masih terikat oleh hal-hal duniawi), Rupadhatu (lingkungan bagi makhluk yang telah mampu menghilangkan keinginannya tetapi masih terikat oleh paham atau pengertian dari dunia yang masih memiliki wujud), dan Arupadhatu (lingkungan bagi makhluk yang telah mencapai kesempurnaan dan kebebasan dari segala bentuk ikatan keduniawian). Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, kaki candi yang biasanya berbentuk bujur sangkar, agak tinggi (serup batur), terdapat tangga yang dapat digunakan untuk menuju bilik candi. Kedua, tubuh candi terdiri atas bilik candi yang berisi arca perwujudanya, arca ini berada di tengah bilik dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 19 digilib.uns.ac.id menghadap ke arah pintu masuk candi. Arca-arca yang biasa ditempatkan pada relung atau bilik candi ialah Ciwa Mahaguru (selatan), Durga (utara), Ganesa (belakang candi), Ciwa Mahadewa (tengah). Pada bagian tubuh candi ini pula biasanya terdapat hiasan relief-relief. Ketiga, atap candi yang selalu terdiri atas tiga tingkatan (semakin ke atas semakin kecil) dan pada puncaknya berbentuk ratna atau geben (Brahmantyo, 1998:56). Candi dan berbagai konsep melingkupi aspek arsitektur, aspek lingkungan di sekitar candi, dan bahkan kedua aspek itu sekaligus yaitu aspek lingkungan dan aspek arsitektural. Penelitian terhadap aspek arsitektur candi antara lain dilakukan oleh Parmono Atmadi (1979) dan IGN. Anom. Parmono Atmadi, berdasarkan studi terhadap relief di Candi Borobudur, berhasil mengungkapkan patokan dalam perancangan bangunan candi. Penelitian IGN. Anom, dengan menempatkan Candi Utama Sewu sebagai studi kasus, berhasil mengungkapkan keterkaitan antara aspek teknis dengan aspek konseptual dalam pendirian candi pada periode Jawa Tengah. Seni hias candi berupa relief. Marijke J. Klokke (2001:78) misalnya, menggunakan naskah-naskah kesusastraan untuk mengidentifikasi isi cerita relief binatang, atau yang disebut dengan relief cerita Tantri, pada candi-candi di Jawa. Berdasarkan penelitiannya, Klokke (2001:79) mengemukakan bahwa makna dan fungsi relief cerita binatang merupakan representasi dari konsep kesuburan yang sekaligus berfungsi sebagai media penyampaian ajaran. Selain itu, disimpulkan juga bahwa relief cerita binatang yang terdapat pada beberapa candi di Jawa bersumber pada kitab-kitab keagamaan dan kesusastraan yang memuat ajaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id moral, yaitu Jataka dan Pancatantra, termasuk berbagai versi turunannya, kurang dari 57 jenis fauna yang digambarkan dalam relief di beberapa candi di Jawa. Sejumlah fauna tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam jenis binatang yang terdapat di Pulau Jawa dan jenis binatang yang berasal dari luar Pulau Jawa, atau jenis binatang yang pernah hidup di Pulau Jawa tetapi sekarang telah punah. (Sampurno Kadarsan, 1977 : 305-318) Fungsi mengandung pengertian sebagai sesuatu yang menunjukkan kaitan antara satu hal dengan hal lain, atau sesuatu yang menyatakan hubungan antara suatu hal dengan pemenuhan kebutuhan tertentu. (R.J. Shahrer dan Windy Ashmore, 14 dan 613, dan Edi Sedyawati, 1994 : 25). Asumsi tersebut dianggap berlaku pula untuk bangunan candi yang merupakan hasil aktifitas manusia masa lampau, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan. Raffles pada tahun 1917 dan Stutterheim pada tahun 1931 yang diambil dari (Soekmono, 1977 : 1-2, 17, 41, dan 213) , telah melakukan penelitian terhadap candi dan berkesimpulan bahwa fungsinya adalah bangunan pemakaman bagi raja atau orang terkemuka. Peneliti lainnya, yaitu Muusses (), berpendapat bahwa tidak semua candi adalah bangunan pemakaman. Soekmono (1977: 155) yang penelitiannya bersumber pada kesusastraan kuna, relief, peripih, prasasti, dan perbandingan dengan objek serupa dari luar Indonesia, berkesimpulan bahwa candi adalah bangunan kuil. Soediman (1985 : 661-683), mengemukakan bahwa candi adalah bangunan suci yang memiliki makna dan fungsi majemuk. Candi adalah simbol mikrokosmos, pusat dunia, axis mundi, poros dunia, sokoguru dunia (cosmic commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pillars), serta penghubung antara bumi dengan langit. Berdasarkan simbolisme tersebut, dapat dijabarkan bahwa masyarakat pada masa lampau membangun candi didasari dengan keinginan untuk dapat hidup sedekat mungkin dengan pusat dunia dan dapat berkomunikasi dengan dunia para dewa. Istilah candi secara umum digunakan untuk menyebut semua bangunan peninggalan kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia yang berupa pemandian kuna, gapura atau gerbang kota, dan bangunan suci keagamaan. (Ayatrohaedi, 1978 : 35) Istilah tersebut memberikan pengertian yang sifatnya masih umum, belum menggambarkan ciri spesifik mengenai aspek bentuk maupun fungsi dari setiap bangunan yang dimaksud. Pengertian candi yang dapat dihubungkan dengan bentuk bangunan keagamaan tertentu tidak banyak dijumpai dalam prasasti, di antaranya hanya dalam prasasti Ngabean (tanpa angka tahun) dan prasasti Paguyangan (diperkirakan berasal dari tahun 1049 M.-1077 M.) (Soekmono, 1977 : 160-161). Istilah-istilah dalam prasasti dan kitab-kitab kesusastraan untuk menyebut bangunan keagamaan ternyata bermacam-macam, yaitu caitya, prasada, vihara, dharmma, kabikuan, parhyangan, kuti, patapan, çala, sthana, mandira, bhawana, dan grha. Sukarto K. Atmodjo, 1979 :52, Riboet Darmosoetopo, 1997 : 268-331). Gambaran yang spesifik tentang bentuk dari setiap bangunan keagamaan tersebut belum dapat diketahui. Hal itu menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi fungsi bangunan yang sekarang dikenal sebagai candi secara akurat bagi masyarakat pendukungnya. Candi merupakan fenomena purbakala yang sangat menarik untuk dipelajari siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id Tata letak (layout) candi terbagi atas tiga bagian halaman. Apabila letak candi tersebut di lereng gunung, maka halamanya dibuat tiga tingkatan. Adapun halaman yang paling sakral terletak di bagian paling atas (halaman ketiga). Apabila letak candi tersebut berada di tanah datar, maka halaman yang paling sakral terletak dibagian paling belakang (halaman ketiga). Hal ini dapat diamati, misalnya pada candi Jawi dan Kompleks Candi Penataran. Menurut Bernet Kempers (1959: 55), letak pintu masuk ke percandian Jawi menghadap ke timur. Di depan candi induk terdapat platfora yang dahulunnya mendasari tiga buah balai yang terbuat dari kayu. Pola serupa juga dapat dicermati pada Kompleks Candi Penataran. Pada kompleks candi ini terdapat tiga halaman yang berurutan dari barat ke timut. Halaman pertama terletak paling barat, sedangkan candi induknya berada di halaman terakhir, yaitu halaman ketiga. Dengan demikian pemahaman konsep adalah kemampuan menerangkan atau menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep dan keterkaitan antar konsep-konsep (Wartono, 1992: 21). Jadi, pemahaman konsep candi berarti kemampuan siswa untuk menerangkan, menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep mengenai pengertian candi, bangunan candi, fungsi candi, arsitektur candi, pantheon candi, dan langgam candi. 2. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Sebelum membahas lebih lanjut mengenai media pembelajaran, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian media pembelajaran secara umum. commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Ditinjau dari arti kata, media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medius”, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ terjadinya komunikasi (Sadiman 2002:6). Association of Education and Communication Technology (AECT) (Ashar Arsyad, 2002:3) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Hamijojo dan Latuheru yang diambil dari (Ashar Arsyad, 2002:4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyempaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima. Gagne (1983: 8) Secara implisit mengemukakan bahwa media adalah mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Ini bisa perangkat lunak dan perangkat keras, seperti: komputer, televisi, OHP, video tape, slide, buku film, model, transparansi, dan lain-lainnya. I Nyoman Dangeng (1989: 160) mengungkapkan bahwa media pengajaran adalah komponen strategis penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada si pelajar, apakah itu orang, alat atau bahan. Hal ini sejalan dengan Oemar Hamalik (1991: 12) mengemukakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan Yusufhadi Miarso dkk (1984: 48) memberikan batasan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 24 digilib.uns.ac.id digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, maka ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan yang diberikan adalah sebagai berikut: (1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal dengan hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang daat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca-indera; (2) Media memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai perangkat software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat pada perangkas keras yakni isi yang ingin disampaikan kepada siswa; (3) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu yang digunakan untuk menyampaiakan pesan komudikasi dalam proses pembelajaran. Ibrahim (2001: 13) mengemukakan bahwa peran media dalam proses pembelajaran telah dikaji, akan tetapi seberapa jauh guru atau fasilitator memandang penting peranan media untuk meningkatkan efisiensi dan keaktifan pembelajaran akan sangat tergantung pada wawasan atau keyakinan guru tentang manfaat atau pentingnya media dalam pembelajaran akan menjadi landasan penggunaan media dalam pelaksanaan tugas pembelajaran siswa. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah alat yang diperlukan guru untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Penggunaan media pembelajaran commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang tepat akan membantu mengefektifkan kegiatan pembelajaran dan memperlancar komunikasi antara guru dan siswa. Sebaliknya, jika media yang digunakan kurang tepat dengan materi yang dipelajari, maka pencapaian tujuan belajar akan terhambat. b. Jenis Media Pemilihan suatu media akan bermakna apabila pembuatannya diselaraskan dengan perubahan tingkah laku siswa sebagai pengguna media dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Aplikasi pemanfaatan media dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga terjadi proses belajar yang efektif. Gerlach dan Ely (1971:247-248) menegaskan bahwa berdasarkan ukuran serta kompleks-tidaknya alat dan perlengkapannya, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu: Pertama, media tanpa proyeksi dua dimensi, yaitu media yang penggunaannya tanpa menggunakan proyektor dan hanya memiliki 2 ukuran saja, yakni panjang dan lebar. Termasuk kategori ini antara lain: gambar, bagan grafik, poster, peta datar, dan sebagainya. Penggunaan atau penampilannya dan menggunakan papan tulis, papan tempel, dan sebagainya. Kedua, media tanpa proyeksi tiga dimensi, yaitu penggunaannya tanpa menggunakan proyektor dan memiliki ukuran panjang, lebar, dan tebal atau tinggi. Termasuk kategori ini antara lain: benda sebenarnya, model, boneka. Ketiga, media audio, yaitu media yang hanya dapat memberikan rangsangan suara saja seperti radio dan tape recorder. Keempat, media dengan proyeksi yaitu media yang penggunaannya menggunakan proyektor seperti: slide, film strip, OHP dan sebagainya. Kelima, Televisi dan VCD yang pada dasarnya sama, sedangkan perbedaannya adalah jika TV mengirimkan atau memecahkan suara atau gambar, sedangkan VCD yaitu alat untuk merekam, menyimpan dan menampilkan kembali secara serempak suara gambar daritosuatu commit user objek. 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dale (1963:43) menggolongkan media pembelajaran menurut pengalaman belajar siswa, yaitu sifat konkrit sampai bersifat abstrak, yaitu dikenal dengan kerucut pengalaman (the cone of experience). Selanjutnya Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari “pengalaman langsung yang dituju” dan kemudian meningkat melalui tingkat-tingkat yang abstrak sampai pada “lambang visual”. Pada tingkat kongkrit seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung yang bertujuan untuk pengalaman yang bersifat aktif, tidak pasif dengan suatu tujuan tertentu. Lebih abstrak lagi dari pengalaman langsung tersebut yaitu” pengalaman tiruan yang diatur” pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda atau kejadian tiruan yang sebenarnya, termasuk di dalamnya model. Pengalaman tiruan ini dapat berguna jika pengalaman langsung tidak dapat diberikan kerena keterbatasan-keterbatasan, untuk mengganti media tersebut adalah benda model. Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1963: 43) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa agar siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (ecoding) dan siswa sebagai penerima simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan guru dan murid dapat digambarkan pada tabel 1 commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 1 Pesan dalam Komunikasi Pesan Diproduksi dengan Pesan Dicerna dan diinterpretasi dengan Berbicara, menyanyi, memainkan alat Musik, dsb. Memvisualisasikan melalui film, foto, lukisan, gambar, model, patung, garafik, kartun, gerakan nonverbal Menulis atau mengarang Mendengarkan Mengamati Membaca Keuntungan dari pengalaman tiruan ini adalah memberikan kesan yang mendalam, memberi arti yang sebenarnya, serta menambah pengertian dan menghentikan verbalisme. Tingkat pengalaman belajar dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. merupakan Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) menurut Dale (1963:43) abstrak konkrit Gambar 1. Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) menurut Dale (Sumber: Dale, 1969:12 dengan modifikasi) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id Uraian tersebut memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak memanfaatkan semua alat indranya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indra. Semakin banyak alat indra yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Berdasarkan kerucut pengamalaman Dale diharapkan penggunaan media pembelajaran dapat menjembatani pengalaman belajar abstrak menuju tingkat pengalaman belajar yang lebih konkret. c. Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki fungsi luas dan penting dalam dunia pendidikan di sekolah. Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran. Menurut Arif S. Sadiman dkk (2002:82) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar yang diinginkan, keadaan latar belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi setempat dan luas jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam norma kriteria keputusan pemilihan (Arif S. Sadiman, dkk, 2002: 83-84). Dick dan Carey (diambil dari Wibawa, 1992:67) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada commit to user perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu : Pertama, ketersedian sumber setempat yaitu apabila media yang bersangkutan tidak terdapat sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga, adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama artinya bias digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah di bawa atau dipindahkan. Faktor Keempat, adalah efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang, sebab ada jenis media yang biaya produksinya mahal (contohnya program film bingkai) tetapi dapat dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang. Hakikat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan (Arief S. Sadiman dkk, 2002 : 84). Adapun kriteria dalam pemilihan media pembelajaran meliputi: (1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media yang dipilih berdasarkan tujuan insrtuksional yang diterpakan secara umum mengacu kepada kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga arah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan fisik, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi; (2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi media yang berbeda, contoh film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa; (3) Praktis, luwes dan bertahan, jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber cara lainnya memproduksi, maka tidak perlu dipaksakan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada yang ada, mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana; (4) Guru terampil menggunakannya, ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun jenis media yang digunakan, guru harus mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya; (5) Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Oleh karena itu ada berbagai macam media yang digunakan untuk jenis kelompok besar, kecil, dan perorangan; (6) Mutu tekhnis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan tekhnis tertentu. Contohnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lainnya yang berupa latar belakang ( Azhar Arsyad, 1997 : 72-74). Dalam penggunaannya, tidak ada media yang paling unggul untuk semua tujuan dan tidak ada petunjuk yang cukup rinci tentang pemilihan suatu media. Menurut Anderson (diambil dari Suhardi, 2005:12) pemilihan media menjadi rumit karena adanya kecenderungan sementara pengembang yang beranggapan bahwa pemilihan media adalah terpisah dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejalan dengan pendapat Dengeng (diambil dari Suhardi: 2005:13) bahwa media merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar dan apapun media yang digunakan sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar. Oleh karena itu dalam pemilihan media pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, karakteristik pelajar, ketersediaan biaya, dan kualitas teknis. d. Multimedia 1) Sejarah Multimedia Istilah multimedia berawal dari dunia teater. Istilah tersebut digunakan untuk membatasi pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium, yang seringkali disebut dengan pertunjukan multimedia. Perkembangannya, istilah tersebut mulai umum digunakan dalam dunia komputer. Menurut Suyanto (2004:19) pertunjukan multimedia mencakup monitor video, synthesized band, dan karya seni manusia sebagai bagian dari pertunjukan. Sistem multimedia dimulai pada akhir tahun 1980-an dengan diperkenalkannya Hypercard oleh Apple pada tahun 1987, dan pengumuman oleh IMB (International Business Machines) pada tahun 1989 mengenai perangkat lunak Audio Visual Connection (AVC) dan video adhapter card bagi PS/2. Sejak permulaan tersebut, hampir setiap pemasok perangkat keras dan perangkat lunak beralih ke multimedia. Pada 1994, diperkirakan ada lebih dari 700 produk dan sistem multimedia. commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Pengertian Multimedia Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik, dan gambar (Suyanto, 2004:19). Heinich (1996: 20) mendefinisikan multimedia sebagai gabungan teknologi komputer dengan berbagai sumber materi baik dalam teks, gambar, grafik dan suara yang ditampilkan melalui layar komputer. Definisi-definisi tersebut terdapat empat komponen penting dalam multimedia; Pertama harus ada komputer yang mengkoordinasikan apa yang dilihat dan didengar. Kedua, harus ada link yang menghubungkan dengan informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang memandu untuk menjelajahi jalinan informasi yang saling terhubung. Keempat, multimedia menyediakan tempat untuk mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan informasi dan ide. 3) Unsur-unsur Multimedia Interaktif Menurut Suyanto (2004:225) Unsur-unsur yang terdapat dalam multimedia adalah: teks, grafik, audio, video, dan animasi. a) Teks Menurut Suyanto (2004:255) teks adalah kata atau kalimat yang dipakai untuk menjelaskan gambar dan simbol. Bentuk data yang paling mudah disimpan dan disampaikan adalah teks. Teks dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam multimedia yang menyajikan bahasa. Secara umum ada empat macam teks yaitu teks cetak, teks hasil scan, teks elektronik, dan hypertext. Teks cetak adalah teks yang diketik menggunakan word processor atau teks editor. Teks hasil scan commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id adalah teks yang dimunculkan lewat komputer menggunakan alat scanner. Teks elektronik adalah teks yang ditulis dengan format yang bisa dibaca mesin dan bisa dibaca komputer lalu dikirim secara elektronis melalui jaringan. Hypertext merupakan dasar untuk produksi multimedia virtual yang mengacu ke proses linking dan membuat multimedia menjadi interaksi. b) Grafik Suyanto (2004:261) mendefinisikan grafik sebagai gambar, foto, baik dalam warna hitam putih maupun berwarna. Format file yang digunakan antara lain Acrobat Touch Up Image ( *.PDF, *.AI, *.PDP ), BMP ( *.BMP, *.RLE ), Photoshop ( *.PSD, *.PDD ), Photoshop DPS/DCS ( *.EPS ), CompuServ Gif ( *.GIF ), JPEG ( *.JPG, *.JPE ), PICT file ( *.PIC, *.PCT ). Alasan dalam menggunakan gambar dalam multimedia adalah karena lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibandingkan teks. Grafik juga dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan lebih berguna. PICT merupakan format file default Macintosh yang tersedia untuk aplikasi grafik yang dijalankan pada sebuah flatform Macintosh. BMP merupakan format file default untuk Windows. JPEG (Joint Photographic Experts Group) merupakan jenis format file image bitmap yang banyak digunakan untuk image foto realistik. GIF ( Grafic Interchange File ) merupakan format file terkompresi yang dikembangkan oleh CompuServe untuk digunakan di internet. PSD merupakan format yang digunakan Photoshop untuk menyimpan file yang telah dibuat dan dimanipulasi. c) Audio commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menurut Suyanto (2004:272) audio adalah suara manusia, musik dan spesial efek. Format file disimpan dalam bentuk antara lain Waveform audio, AIFF, MIDI, dan MP3. Waveform Audio merupakan format file audio yang berbentuk digital, dapat dimanipulasi dengan perangkat lunak PC multimedia. AIFF ( Audio Interchange File Format ) merupakan standar format file audio untuk Mac. MIDI (Musical Instrument Digital Interface) sistem untuk membuat musik berbasis instruksi. MP3 (MPEG Audio Layer Format file untuk menyimpan data suara yang menggunakan skema kompresi yang dikembangkan oleh Motion Picture Expert Group. d) Video Menurut Suyanto (2004:272) video adalah penggabungan antara bunyi atau suara dengan gambar bergerak ( movie ). Format file video yang digunakan antara lain AVI, MOV, MPEG, DAT, RM/RAM dan SW. MOV merupakan sebuah sistem multimedia tambahan pada komputer Macintosh dan Windows misalnya digunakan dalam bentuk CD-ROM. MPEG (Motion Picture Experts Group) adalah skema kompresi dan spesifikasi format file video digital ditandai dengan ekstensi .mpg atau .mpeg. AVI (Audio Video Interleave) merupakan format video dan animasi yang digunakan video untuk windows yang berekstensi AVI. Real Video adalah format yang memungkinkan adanya aliran video (on-line video, Internet ) pada bandwith yang rendah disimpan dengan ekstensi .rm atau .ram. SW (Shockwafe) dikembangkan oleh macromedia disimpan dengan ekstensi .swf. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id e) Animasi Suyanto (2004:287) menyebutkan bahwa animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar. Ada beberapa macam animasi yaitu animasi sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi karakter. Animasi sel adalah potongan animasi yang dibuat dalam sebuah sel atau asetat yang biasanya merupakan lembaran -lembaran yang membentuk sebuah animasi tunggal. Animasi frame adalah animasi yang antara frame satu dengan frame yang lain berbeda yang seakan bergerak dengan kecepatan 24 frame per detik. Animasi sprite adalah animasi yang bergerak mandiri yaitu objek diletakan dan dianimasikan pada bagian puncak grafik dengan latar belakang diam. Animasi lintasan adalah animasi dari objek yang bergerak sepanjang garis kurva yang ditentukan sebagai lintasan. Animasi karakter adalah animasi yang dapat bergerak seperti terbang, berenang, berjalan. Secara garis besar pembuatan multimedia interaktif dapat digambarkan sebagai berikut : Teks Software Graphic Processing Animation Multimedia Product Video Visual Effect Music Gambar 2. Tahapan Medikomp, 1994: 23) Pembuatan commit to user Sound Effect Multimedia Interactivity Interaktif (Tim perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id e. Manfaat Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran IPS Sejarah Perkembangan teknologi informasi merupakan suatu komponen yang penting dalam proses komunikasi sehari-hari bagi setiap orang di semua bidang termasuk pendidikan. Multimedia dalam pendidikan dipandang sebagai mitra yang dapat membantu meningkatkan tahap pencapaian tujuan pembelajaran. Teknologi baru seperti multimedia dapat menjadikan proses pembelajaran menyenangkan. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran mengandung manfaat tertentu diantaranya: (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis; (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti misalnya, (a) objek yang terlalu besar dapat diganti dengan realita gambar, film atau model, (b) objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar, (c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa, dan (d) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat diganti dengan penggunaan model dan diagram; (3) Pembelajaran dapat diulang-ulang dengan mutu yang konsisten; (4) Komputer tidak mungkin lelah, kesal, ataupun sentimen; dan (5) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa (Kuswandi, 2002:19). Menurut Arir Sadiman (2002:16) beberapa kegunaan atau manfaat media pembelajaran adalah: (1) Memperjelas penyampaian pesan agar tidak terlalu commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id verbalitas, yaitu dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka; (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra; (3) Mengatasi sikap pasif anak didik sehingga dapat menimbulkan minat belajar siswa dan memungkinkan siswa belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya; dan (4) Membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga setiap siswa memperoleh rangsangan, pengalaman, sehingga menimblkan persepsi yang sama. Berbeda dengan Sadiman, Hamdani (2005:50) menyebutkan manfaat media dalam sudut pandang siswa. Media pembelajaran berguna untuk: (1) Menimbulkan kegairahan belajar; (2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan; (3) Memungkinkan interaksi secara langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan yang ada, memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Multimedia juga dapat membantu siswa dan guru dalam proses intruksional untuk memenuhi kurikulum yang senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika masyarakat. Selain memiliki kelebihan, multimedia juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Hamalik (2003:190) kekurangan multimedia apabila dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah: (1) Dari segi manusia (guru), dibutuhkan adanya kemampuan yang profesional dalam menggunakan multimedia; (2) Dari segi waktu, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia; (3) Dari segi fasilitas, dibutuhkan adanya fasilitas komputer multimedia yang mendukung commit to user perpustakaan.uns.ac.id 38 digilib.uns.ac.id dalam hal pemanfaatannya; dan (4) Dari segi pendanaan, dibutuhkan adanya dana yang tidak sedikit dalam hal pengadaan dan pengoprasian media pembelajaran berbasis multimedia. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan dari manfaat media yang telah diuraikan di atas, maka media pembelajaran memiliki peranan penting dalam mendukung proses pembelajaran. Pertimbangan dalam pemilihan media interaktif dengan Macromedia Director Mx pada materi candi Hindu-Budha dalam pembelajaran sejarah secara tidak langsung dapat memberikan peluang kepada guru dan siswa dalam menggunakan dan membekali diri dengan berbagai teknologi terkini dan bersedia untuk menghadapi berbagai teknologi baru di masa yang akan datang. Materi sejarah yang f. Macromedia Director MX Pengembangan media pembelajaran membutuhkan sebuah program untuk menghasilkan produk media yang interaktif, efektif dan efisien. Pada pengengembangan media pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan candi Hindu Budha menggunakan sofware programing Macromedia Director MX. Macromedia Director MX adalah software yang berfungsi menyatukan berbagai media: Image (citra gambar), Animasi,Video, Audio dan Text untuk membuat sebuah produk presentasi yang lazim disebut multimedia (Hendratman, 2005: 3). Macromedia Director MX adalah software programming dengan sentuhan grafis yang mampu mengimport dan mengendalikan banyak format seperti: (a) Movie, (b) Bitmap seperti (PSD), (c) Vector, (d) 3 Dimensi, (e) Audio: WAV, MP3, MIDI, dan (f) PPT (Powerpoint Project) commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Makromedia Director dapat menggabungkan format bitmap dan vektor, sehingga ketajaman gambar dapat dikendalikan. Director memiliki performance yang baik meskipun dijalankan di komputer pentium I, karena Macromedia Director MX memiliki pengaturan memori dan data yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang banyak dan besar, sehingga pengembangan multimedia dengan program Macromedia Director MX mampu menghasilkan media pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Berbagai keunggulan tersebut diharapkan dapat membawa siswa pada pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep candi. Berikut ini adalah tampilan dalam bisang pembuatan media pembelajaran sejarah dengan menggunakan program Macromedia Director. 1) Tampilan Macromedia Director MX commit to user Gambar 3. Tampilan Macromedia Director MX (Hendratma, 2005:10) 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keterangan: a) Stage adalah area tampilan hasil akhir dimana pengguna melihat apa yang telah anda buat. Ukuran stage dapat diubah sesuai kebutuhan pada property inspector. Ukuran standarnya adalah 600 x 800 pixel. b) Cast window digunakan untuk menyimpan objek yang akan ditampilkan pada sebuah movie. Sebagai contoh jika ingin memasukkan sebuah file yang dihasilkan oleh program pengolah gambar seperti Photoshop berupa file berektensi .jpg dengan fasilitas impor file, maka image tersebut akan ditempatkan pada Cast. c) Score adalah tempat mengatur semua jalannya animasi pada movie. Dapat dikatakan Score adalah otak dan jantung dari movie yang dibuat. d) Property Inspector digunakan untuk mengatur semua objek yang ada pada sebuah movie. 2) Script Script berisi perintah-perintah dalam bahasa lingo. Script menurut kegunaannya terdiri dari : (a) Movie script, yaitu berisi handler yang dapat diakses oleh script yang lainnya, (b) Behaviour inspector, merupakan tempat untuk membuat dan memodifikasi script, (c) Parent script, hanya digunakan untuk teknik pemrograman OOP (Object Oriented Programming), dan (d) Cast script, hanya berpengaruh pada cast member yang bersangkutan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 41 digilib.uns.ac.id 3) Linier dan Interaktif Director mempunyai dua jenis movie yaitu yang bersifat linier dan nonlinier (interaktif). (1) Recording adalah proses perekaman posisi sprite. Terbagi atas 5 bagian yaitu step recording, Real-time Recording, Space-to-Time Recording,Cast-to-Time Recording, dan Tweening, (2) Film Loops adalah fasilitas untuk membuat gerakan berulang-ulang dalam satu frame. Kita dapat membuat animasi berulang-ulang tanpa berpindah ke frame selanjutnya, dan (3) Reverse Sequence digunakan untuk menata urutan posisi frame. Penjelasan mengenai komponen Macromedia Director MX dapat dimanfaatkan untuk memudahkan dalam memilih komponen mana yang akan dimanfaatkan untuk proses produksi dan disesuaikan dengan karakteristik media pembelajaran yang akan dikembangkan dan diprosuksi. Komponen-komponen tersebut merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan program Macromedia Director MX. e. Pembelajaran IPS Sejarah dengan Menggunakan Macromedia Director MX Menurut Hariyono (1995:86) Sejarah adalah serentetan studi tentang individu, kejadian, situasi, ide dan institusi yang terjadi dalam dimensi dan alur waktu yang tidak dapat diubah serta mempunyai pengaruh terhadap orang lain, kejadian, dan institusi, sehingga bermanfaat untuk diingat. Kehidupan manusia berdasarkan dimensi Sejarah selalu berkaitan dengan waktu masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Keadaan masa sekarang adalah kenyataan hasil masa lampau untuk menentukan masa yang akan datang, sehingga dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id 42 digilib.uns.ac.id pembelajaran sejarah harusnya mampu membuat siswa siap untuk menghadapi masa depannya. Kondisi yang ada pada pembelajaran sejarah belum menunjukkan kebermaknaan. Indikatornya bahwa media yang ada belum meningkatkan kesadaran sejarah siswa sehingga pemahaman konsep candi siswa juga kurang. Kurangnya variasi dalam penggunaan media menyebabkan minat siswa terhadap pelajaran Sejarah juga kurang (Widya, 1989:1). Kemampuan manusia untuk memainkan perannya pada masa kini dalam rangka mewujudkan masa depan yang dicita-citakan sangat ditentukan pemahaman jiwa dan semangat masa lampau dengan baik. Oleh karena itu, mempelajari Sejarah bagi siswa menjadi penting agar dapat menentukan tindakan yang tepat guna melanjutkan masa depan yang sesuai dengan harapan masa lampau. Pembelajaran Sejarah adalah pembelajaran peristiwa Sejarah dan perkembangan masyarakat yang telah terjadi berdasarkan sumber-sumber (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003:4) dan buktibukti yang telah mengalami pengujian dengan secermat-cermatnya. Berdasarkan pernyataan di atas, dipahami bahwa pembelajaran di sekolah sebagai bagian dari pendidikan secara umum didasarkan pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pembelajaran IPS Sejarah di sekolah memiliki karakteristik pembelajaran yang memberikan pengalaman masa lampau untuk diterapkan pada masa sekarang. Pengetahuan masa lampau dapat berguna untuk memecahkan masa kini dan untuk merencanakan masa depan. Pengalaman masa lampau dapat dijadikan pijakan untuk menyikapi kehidupan nyata saat sekarang dan selanjutnya menciptakan kehidupan masa yang akan datang. Artinya pembelajaran Sejarah di commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sekolah diharapkan mampu memberikan bekal melalui peristiwa-peristiwa masa lampau. Setiap tujuan pembelajaran Sejarah hendaknya berorientasi pada pembentukan sikap siswa. Sebagai contoh, salah satu kompetensi dasar dalam Standar Isi Kurikulum SMP/MTs mata pelajaran IPS (sejarah) Kelas VII adalah: ”Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”. Melihat rumusan kompetensi dasar tersebut memerlukan kejelian dan kepekaan guru dalam merumuskan indikator yang mengarah pada pembentukan sikap dan perilaku Sejarah terhadap peristiwa perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya. Semenjak pembelajaran IPS Sejarah pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diterapkan mulai tahun pelajaran 2007/2008, pembelajaran IPS pada jenjang SMP/MTs dikembangkan dengan pendekatan terpadu yang terdiri dari disiplin ilmu geografi, Sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Konsep demikian menghendaki pembelajaran IPS terdiri dari berbagai unsur disiplin ilmu sosial yang diramu menjadi satu perpaduan dengan konsep IPS. Pembelajaran IPS Sejarah menjadi bagian dari IPS Terpadu yang memiliki kesamaan dengan disiplin ilmu sosial lainnya seperti: geografi, ekonomi, dan sosiologi. Pembahasan materi IPS Sejarah dalam pembelajaran IPS Terpadu dilaksanakan dalam bentuk terpadu dengan materi disiplin ilmu sosial lainnya yang dikemas dalam tema. commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tema yang dipilih untuk dibicarakan dalam pembelajaran dibahas dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sesuai kompetensi dasar yang relevan dengan tema. Sebagai contoh: ”Potensi Candi di Malang Sebagai Daerah Tujuan Wisata” dalam pembelajaran dikembangkan dalam kebudayaan Malang dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis, dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan peran materi IPS Sejarah. Dalam pembahasan ini, materi pembelajaran adalah penjelasan secara historis peninggalan-peninggalan masa Hindu-Budha berupa Candi di Malang dengan tujuan menumbuhkan sikap menghargai dan melestarikan karya budaya bangsa, tanggung jawab pengembangan budaya Malang serta memupuk kebanggaan siswa yang tinggal di Malang. Sikap kesadaran sejarah dapat dikembangkan dengan media pembelajaran berbasis Macromedia Director pada materi pembelajaran di atas dengan pembahasan potensi candi di Malang sebagai tujuan wisata dari makna Sejarah untuk membentuk kesadaran siswa merasa memiliki, menjaga, memelihara dan melestarikan nilai-nilai luhur bangsa. 1) Pengembanagan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pengembangan media pembelajaran diharapkan dapat dilakukan dengan berbagai persiapan dan dengan perencanaan yang teliti. Menurut Sadiman (2002:97) Sebelum mengembangkan media pembelajan ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam membuat perencanaan pengembangan media, yaitu: (1) apa alasan dibuat suatu media? (2) apakah media tersebut terkait dengan proses belajar mengajar commit to(3)user untuk mencapai tujuan tertentu? untuk siapakah media tersebut perpustakaan.uns.ac.id 45 digilib.uns.ac.id dibuat? (4) perubahan tingkah laku apa yang diharapkan terjadi setelah siswa belajar dengan menggunakan media? (5) materi apa sajakah yang perlu disajikan dalam media supaya terjadi perubahan tingkah laku sesuai yang diharapkan? dan (6) bagaimana mengukur perubahan tingkah laku yang terjadi? Apabila pernyataan-pernyataan di atas disusun secara lebih sistematis maka urutan dalam mengembangkan media tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a) Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa. b) Perumusan tujuan pembelajaran. c) Perumusan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan. d) Penyusunan alat pengukur keberhasilan atau alat evaluasi. e) Produksi media. f) Pelaksanaan tes dan revisi. Adapun tahapan pengembangan media pembelajaran sejarah dalam penelitian ini adalah: a) Analisis Kebutuhan Tujuan dari pembuatan media pembelajaran adalah untuk siswa belajar. Oleh karena itu, sebelum membuat media pembelajaran perlu diketahui adanya kebutuhan siswa akan pentingnya media tersebut. Menurut Sadiman (2002:99) Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang. Kemampuan, ketrampilan dan sikap yang diinginkan siswa itu dapat diketahui dengan berbagai cara, misalnya suatu ketrampilan yang diinginkan untuk dimiliki commit to user perpustakaan.uns.ac.id 46 digilib.uns.ac.id siswa karena tuntutan lapangan pekerjaan, keinginan agar siswa dapat mencapai tuntutan kurikulum dengan baik, atapun keinginan agar siswa lebih berprestasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar hasil belajarnya meningkat. b) Analisis Karakteristik Siswa Karakteristik siswa sangat erat kaitannya dengan kebutuhan. Seorang guru harus dapat mengenali siswanya dengan baik agar dalam proses belajar-mengajar berlangsung guru dapat menentukan media pembelajaran yang dianggap sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal. Menurut Latuheru (1988:31-32) Siswa dapat diidentifikasi melalui dua tipe karakteristik, yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus. Karakteristik umum meliputi umur, jenis kelamin, jenjang tingkatan kelas, tingkat kecerdasan, kebudayaan ataupun faktor sosial ekonomi. Sedangkan karakteristik khusus meliputi pengetahuan, kemampuan serta sikap mengenai topik atau materi yang diajarkan. Media yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa maka akan menghasilkan media pembelajaran yang baik. c) Perumusan Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting. Menurut Sadiman (2002:103) tujuan dapat memberitahukan arah tempat tujuan kepada siswa, cara untuk mencapai tujuan dan cara mengetahui telah sampai ke tempat tujuan. Siswa tidak akan mengetahui perubahan sikap yang diharapkan tanpa tujuan yang dinyatakan secara eksplisit. Apabila tujuan dinyatakan secara jelas dan khusus, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 47 digilib.uns.ac.id maka proses belajar mengajar akan berorientasi pada tujuan. Guru dapat menentukan materi pelajaran yang sesuai untuk dipelajari siswa agar mampu mencapai kompetensi dengan tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus berorientasi pada siswa yaitu perilaku yang dapat dilakukan oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. d) Perumusan Materi Pembelajaran Pengambangan bahan pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran memerlukan analisis lebih lanjut. Setelah menganalisis tujuan pembelajaran maka akan didapatkan sub-sub kemampuan dan ketampilan yang harus dimiliki siswa. Apabila semua sub-sub ketrampilan dan kemampuan sudah teridentifikasi, maka akan diperoleh bahan atau materi pembelajaran yang terperinci untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Apabila pokok bahan pembelajaran sudah diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari yang sederhana ke yang rumit atau dari yang konkret menuju yang abstrak. Pada saat membuat urutan penyajian ini perlu diingat bahwa ada kemampuan atau ketrampilan yang saling bergantung, artinya suatu kemampuan atau ketrampilan yang mungkin baru dapat dipelajari setelah kemampuan lain tertentu sudah dikuasai, dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat mempelajari kemampuan yang lain (Sadiman, 2002:109-110) e) Penyusunan Alat Pengukur Keberhasilan Pengukuran pencapaian dalam proses pembelajaran perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu menyusun alat yang digunakan commit to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Alat pengukur keberhasilan ini dapat berupa tes, penugasan ataupun daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan pokokpokok materi pembelajaran yang telah diberika kepada siswa. Hal yang harus diukur atau dievaluasi adalah kemampuan, ketrampilan, atau sikap siswa yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Sadiman, 2002:110). f) Produksi Media Setelah tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran sudah dirumuskan, maka langkah selanjunya adalah tahap produksi media. Pada pengembangan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX hal yang perlu dilakukan sebelum produksi multimedia dilakukan adalah merancang desain dari multimedia. (1) Perumusan Spesifikasi Multimedia Langkah awal daam memproduksi multimedia adalah merumuskan spesifikasi produk yang akan dihasilkan. Karakteristik yang dimiliki dalam pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX yaitu bersifat interaktif, bertahap, segera memberikan balikan dan mampu membantu siswa mengontruksi pengetahuannya. Adapun karakteristik multimedia yang lain yang dikembangkan terdiri dari (1) bahan penarik perhatian, (2) tujuan pembelajaran, (3) petunjuk penggunaan, (4) penyampaian materi, (5) balikan dan (6) evaluasi. Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a) Bahan Penarik Perhatian Kegiatan awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan yang mendadak (Dangeng, 1993:150). Sebagai upaya untuk menarik perhatian siswa pada awal proses pembelajaran berlangsung banyak hal yang dapat dilakukan. Menurut Gagne dan Briggs dalam (Pramono, 1996:66) pertanyaan lisan dapat menarik perhatian, gambar gerak pada layar monitor dapat menunjukkan peristiwa yang aneh sehingga dapat menarik perhatian. Upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk belajar, dengan demikian hasil belajar mereka akan jadi lebih baik. b) Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran perlu diinformasikan kepada siswa agar siswa mengetahui kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran tersebut sehingga pembelajaran yang dilakukan berorientasi pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. c) Petunjuk Penggunaan Petunjuk penggunaan media pembelajaran perlu diinformasikan sebelum pembelajaran berlangsung kepada siswa agar siswa mengerti cara mengoperasikan media pembelajaran tersebut. Jika siswa telah memahami dan mengerti cara pengoperasian madia, maka siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh tanpa perlu kebingungan untuk mengoperasikan media. commit to user 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d) Penyampaian Materi Penyampaian materi perlu diorganisasikan sesuai dengan urutan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu materi yang diasampaikan dengan pengorganisasian isi yang baik dapat mentransfer informasi dengan lebih baik. Peyampaian materi dalam media pembelajaran yang dikembangkan diberikan dengan prinsip dikenal ke tidak dikenal, konkret ke abstrak dan pertanyaan ke jawaban. e) Balikan Proses pembelajaran dapat ditingkatkan dengan baik melalui pemberian latihan yang secara langsung relevan dengan tujuan pembelajaran. Siswa perlu diberi kesempatan untuk banyak berlatih mengenai apa yang harus dikuasainya. Balikan merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran, pembelajaran ini didesain sebagai sebuah pembelajaran mandiri (self-lerning). Dalam belajar mandiri diperlukan adanya balikan sehingga siswa dapat mengetahui apakah unjuk kerjanya sudah benar atau salah. f) Evaluasi (Postest) Menurut Dick dan Carey (dalam Pramono, 196: 80) postest identik dengan pretest. Postest mengukur tujuan yang yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam evaluasi pemberian postest perlu dilakukan untuk mempraktikkan pengetahuan atau ketrampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah selesai belajar. Bagi peneliti yang mengembangkan media pembelajaran, postest dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh commit to user media pembelajaran yang 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan membandingkannya dengan hasil pretest. Apabila media pembelajaran tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu diidentifikasi penyebabnya dan kemudian melakukan perbaikan-perbaikan sebelum digunakan sebagai media pembelajaran. (2) Pengembangan Flowchart dan Movie Interaktif Dalam merancang sebuah movie disarankan membuat sebuah bagan alur yang lazimnya disebut dengan flow chart,terutama sangat disarankan pada movie yang bersifat interaktif yang memiliki banyak menu dan submenu. Sementara itu, Flow Chart berguna untuk membantu dalam membuat sebuah movie yang kompleks yaitu terdapat menu dan submenu serta didalamnya terdapat animasi dan media lainnya berupa digital video ataupun spesial efek yang akan berjalan. Kemudian, untuk memberikan tanda pada frame tertentu yang terdapat pada score window digunakan Marker. Marker berfungsi untuk mempermudah mengingat awal dan akhir dari sebuah sprite maka diperlukan adanya marker. Misalnya, Marker Go yang merupakan perintah Go yang berarti ‘pergi’. Go terdiri atas: (1) Go Next; untuk memerintahkan playback head melompat ke marker terdekat depannya; (2) Go Previous; untuk melompat ke marker terdekat sebelumnya. (3) Go to the Frame; untuk menghentikan sementara jalannya playback head; (4) Go Loop; untuk memerintahkan playbackhead melompat kembali ke marker sebelumnya dengan kondisi loop. (5) Go to Frame; untuk memerintahkan play back head melompat ke posisi frame atau marker tertentu. (3) Pengembangan Storybard commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Setelah flwochart selesai dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah menyusun naskah materi pada setiap frame. Teknik penyusunan naskah ini disebut dengan storybord. Storybord menampilkan sesuatu yang akan dilihat pemakai pada layar monitor. Penyiapan Storybord dengan cara menuliskan atau menggambarkan informasi yang akan muncul pada layar monitor untuk setiap frame mulai dari awal hingga akhir program. (4) Produksi Media Pembelajaran Sejarah Produksi media pembelajaran ini dilakukan dengan memasukkan komponen dan materi yang telah disusun dalam storyboard ke dalam komputer. Multimedia pembelajaran ini diproduksi dengan menggunakan Macromedia Director MX. Setelah selesai diproduksi, maka multimedia disimpan ke dalam Compact Disk (CD) g) Validasi dan Revisi Media Pembelajaran Tahap akhir dalam proses pengembangan media ini adalah evaluasi kesangkilan media. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang kesangkilan dan kemangkusan bahan-bahan pembelajaran (termasuk di dalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media agar lebih sangkil dan mangkus (Sadiman, 2002:174). Sedangkan evaluasi sumatif diulakukan dengan validasi tampilan multimedia oleh beberapa ahli, yaitu ahli media, ahli materi serta siswa sebagai commit to user responden. Setelah dilakukan validasi produk media maka dilakukan revisi media 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sesuai dengan hasil validasi. Dalam bentuk akhir, setelah media pembelajaran selesai diperbaiki dan disempurnakan, maka dapat digunakan sebagai media pembelajaran. 2) Tahap Pemanfaatan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director a) Langkah-langkah pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Kegiatan Pendahuluan (10 Menit ) (a) Guru memberi salam, memeriksa kehadiran siswa, dan meminta siswa mempersiapkan buku dan alat tulis (b) Guru mempersiapkan peralatan seperti keping CD Interaktif, LCD dan perangkat komputer atau laptop/notebook. Jika digunakan untuk pemebelajaran sejarah secara mandiri, maka guru menyiapakn ruangan Lab komputer dan mengkopi file dari Cd interaktif berbasis Macromedia Director. (c) Siswa mengerjakan soal pre test (d) Guru memberi apersepsi (2) Kegiatan Inti (25 menit) (a) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan tata cara penggunaan media pembelajaran. (b) Siswa dan guru memutar CD Interaktif tentang candi Hindu Budha commit to user perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id (c) Siswa belajar secara mandiri tentang materi candi Hindu Budha yang belum mereka pahami dan mengerjakan kuis di masingmasing sub pokok bahasan (d) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami (e) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa (3) Kegiatan Penutup (5 menit) (a) Guru memberikan tugas (b) Siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulkan materi (c) Menutup pembelajaran dengan salam 3. Media Pembelajaran Microsoft Powerpoint 2007 dengan LCD Menurut Lee (2000:67) Microsoft Powerpoint 2007 adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office. Keuntungan terbesar dari program Microsoft Powerpoint 2007 adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office, Jadi pada waktu penginstalan program Microsoft Office sudah terinstal. Hal tersebut akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan komputer. Sejalan dengan pengertian di atas, Avatar Budip (2011 http://www.psbpsma.org/content/blog/3450-pembuatan-media-pembelajaran-dengan-multimediapowerpoint: 2 diunduh tanggal 16 Mei 2011 ) mengemukakan Microsoft Power point merupakan salah satu bagian aplikasi MS Office yang dapat digunakan untuk membantu merancang dan menyajikan presentasi. Presentasi yang dibuat dapat commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berisi tampilan teks maupun grafis yang terbagi dalam slide-slide. Setiap slide dapat berisi penjabaran topik yang divisualisasikan dalam bentuk tulisan, gambar maupun tabel. Dengan adanya animasi dan multimedia yang menyertainya maka penyajian presentasi akan lebih hidup, menarik dan efektif. Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008:102) menjelaskan bahwa program Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage) Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Microsoft Office Power Point merupakan perangkat lunak (software) yang mampu menampilkan program multimedia dengan menarik mudah dalam pembuatannya dan penggunaannya serta relatif murah. Microsoft Office Power Point memiliki kemampuan untuk mengggabungkan berbagai unsur media, seperti pengolahan teks, warna, gambar, dan grafik, serta animasi. Terdapat tiga tipe penggunaan Power Point yaitu Personal presentation, stand alone, dan web based (Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2008: 102), pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi dalam clasical learning. Microsoft Office Power Point digunakan sebagai alat bantu guru untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru. Pola penyajian Microsoft Office PowerPoint yang dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif seperti yang dikemukakan oleh Rudi Susilana dan Cepi Riyana, (2008:102). Pada pola penyajian ini, Power Point commit to user perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id dapat dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif, mekipun kadar interaktifnyya tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan multimedia interaktif, namun Microsoft Office Power Point mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram. Keuntungan program ini seperti yang dikemukakan Nunuk Suryani (2007: 4) Media pembelajaran yang popular digunakan dalam proses pembelajaran adalah media audio visual (VCD), Video Compact Disc digunakan para guru sebagai media pembelajaran karena sifatnya dapat mengakses berbagai macam data dan fasilitas untuk memotivasi siswa dalam belajar. Dalam mengenalkan dan menanamkan konsep unsur-unsur perlapisan kulit bumi, pola pergerakan lempeng bumi, angin dan sebagainya melalui program Power Point yang telah dikemas dalam bentuk instruksi pengajaran sendiri berisi serangkaian contoh dan instruksi yang harus dikerjakan oleh siswa secara manual. Dalam program tersebut juga telah dilengkapi evaluasi untuk mengukur seberapa kadar pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Tampilan ikon-ikon dalam Power Point yang sederhana. Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari bahasa pemrograman. Dengan ikon yang dikenal dan pengoprasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer dapat dikurangi yaitu hanbatan pengetahuan tehnis dan teori. Pengajar atau ahli bahasa dapat membuat sebuah program pembelajaran bahasa tanpa harus belajar bahasa komputer terlebih dahulu. Meskipun program aplikasi ini sebenarnya commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id merupakan program untuk membuat presentasi namun fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran sejarah dengan menghadirkan gambar candi, peta, dan memberi link pada suara serta video. Maka program yang dihasilkanpun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet. Untuk pembelajaran sejarah, program Power Point dapat membantu dalam menampilkan tampilan video ataupun gambar untuk mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran sejarah yang kontekstual. Sarana pendukung dalam menampilkan Power Point adalah Proyektor LCD. Proyektor LCD merupakan salah satu alat optik dan eletronik, sistem optiknya efisien yang menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan (menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar, atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke gambar. (Hujair AH Sanaky. 2009: 188). Untuk mengoperasikan atau menggunakan Proyektor LCD, membutuhkan dan menggunakan bantuan komputer. Pogram informasi di desain melalui program komputer dengan pogram power point (slide). Pembelajaran dengan mengunakan proyektor LCD akan memberi kesempatan pada pembelajar untuk mendapatkan materi pembelajaran yang autentik dan berinteraksi secara luas. Dengan menggunakan proyektor LCD, seorang pengajar dapat mendesain berbagai program pengajaran sesuai dengan materi, metode, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, pogram yang didesain dengan menggunakan Microsoft Power Point diantaranya: (1) Memasukkan teks, gambar dan suara, dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 58 digilib.uns.ac.id (2) Membuat tampilan menarik. Tampilan yang menarik akan meningkatkan minat dan motivasi pembelajar pada pogram komputer Microsoft power point dengan memberi background untuk memperindah tampilan. Menurut Hujair AH Sanaky (2009: 132- 133) Ada beberapa jenis background yang ditawarkan yaitu: (1) Dengan memberi warna, (2) Dengan memberi tekstur, dan (3) Memasang gambar dari file sendiri. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat maka, Proyektor LCD ini telah menggantikan kedudukan Overhead Proyektor (OHP ). Dulu Guru atau Dosen ketika mengajar dalam kelas sering memakai OHP, sekarang tidak lagi menggunakannya, karena OHP kurang praktis dibanding dengan proyektor LCD. Adapun alasan kenapa OHP-OHP ini digantikan dengan Pryektor LCD antara lain adalah: (1) Mengikuti perkembngan zaman atau peekembangan tekhnologi karena itu OHP dianggap sebagai “barang kuno”; (2) Dilihat dari teknologinya, Pryektor LCD lebih menjanjikan efisiensinya dalam pemanfaatannya dibanding OHP, karena pada saat penyajian atau pembuatan bahan presentasi pada digital Pryektor dibantu oleh perangkat lunak (sofware ), seperti power poin, sedangkan OHP bahan presentasinya harus dibuat secara manual,ditulis tangan atau meskipun memakai jasa komputer tetap haru melalui beberapa kerjaan lainnya, seperti memindahkan (mengcopy) bahan dari kertas ke transparansi, dan (3) Penyajian bahan ajar, proyektor LCD dapat menampilkan bahan visual diam dan gerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual dian saja. Pryektor LCD mampu menampilkan gambar tiga dimensi sedangkan OHP tidak bisa (Yudhi Munadi, 2008: 182) commit to user 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Proyektor LCD memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya sebagai berikut: (1) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas; (2) Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons dari penerima pesan; (3) Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat; (4) Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tida membosankan; (5) Memungkinkan penyajian dengan berbagai kombinasi waena, animasi, dan suara; (6) Dapat dipergunakan berulang-ulang; (7) Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar, karena kontrol sepenuhnya pada komunikator; (8) Lebih sehat dibandingkan dengan papan tulis dan OHP. Sedangkan kelemahan dari Pryektor LCD adalah: (1) Pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah tidak dapat memiliki; (2) Memerlukan perangkat keras (hadware) yaitu komputer dan LCD untuk memproyeksikan pesan. 23 Memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknikteknik penyajian (animasi) yang kompleks; (3) Diperlukan keterampilan khusus dan kerja yang sistematis untuk menggunakannya; (4) Menuntut keterampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ideide yang baik pada desain program komputer microsoft powerpoin, sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan; (5) Bagi pemberi pesan yang tidak memiliki keterampilan menggunakan dapat memerlukan operator atau pembantu khusus. (Hujair AH Sanaky, 2009: 140). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id a. Pengemabangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point 1) Menentukan Tema Materi Mengambil tema bahan ajar yang dapat sangat membantu meningkatkan pemahaman ke siswa dan menarik apabila disajika menggunakan multimedia Power Point (Romi Satrio Wihono (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 1 diunduh tanggal 6 Januari 2012). Tujuan utama multimedia Power Point adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa. Tema yang diambil untuk membuat media pemebelajaran sejarah berbasis Power Point adalah ”Potensi Candi di Malang Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. 2) Menyusun Alur Cerita (Storyboard) Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa materi ajar akan disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan software pengolah kata maupun spreadsheet yang di kuasai, tidak perlu mulukmuluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard professional. (Romi Satrio Wihono (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 2 diunduh tanggal 6 Januari 2012). 3) Terapkan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) Melihat contoh-contoh pembuatan media pembelajaran dengan Power Point yang sudah ada untuk membangkitkan ide. Gunakan logo, icon dan image yang tersedia secara default. (Romi Satrio Wihono (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 3 commit to user perpustakaan.uns.ac.id 61 digilib.uns.ac.id diunduh tanggal 6 Januari 2012). Hal yang dilakukan adalah membuat media pemebelajaran sejarah dengan menggunakan Microsoft Power Point dari alur cerita yang sudah ditentukan dengan menambahkan animasi dan video. b) Tahap Pemanfaatan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point 1) Langkah-langkah pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Kegiatan Pendahuluan (10 Menit ) (1) Guru memberi salam, memeriksa kehadiran siswa, dan meminta siswa mempersiapkan buku dan alat tulis (2) Guru mempersiapkan peralatan Sound System, LCD dan perangkat komputer atau laptop/notebook. Siswa mengerjakan soal pre test (3) Guru memberi apersepsi (b) Kegiatan Inti (25 menit) (1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran Siswa melalaui media pembelajaran sejarah berbasis Power Point dengan materi candi Hindu Budha (2) Guru memberikan penjelasan memalui slide Power Point dan siswa mendengarkan, serta mencermati dari foto copy slide Power Point yang dibagikan guru sebelum pembelajaran dimulai. (3) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami (4) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa (c) Kegiatan Penutup (5 menit) (1) Guru memberikan tugas commit to user perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id (2) Siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulkan materi (3) Menutup pembelajaran dengan salam 4. Kesadaran Sejarah Suatu bangsa sebagai kolektivitas seperti halnya individu memiliki kepribadian yang terdiri atas serumpun ciri-ciri menjadi suatu watak. Kepribadian nasional lazimnya bersumber pada pengalaman bersama bangsa itu atau sejarahnya. Identitas seseorang peribadi dikembalikan kepada riwayatnya, maka identitas suatu bangsa berakar pada sejarah bangsa itu. Dalam hal ini, sejarah nasional fungsinya sangat fundamental untuk menciptakan kesadaran nasional yang pada gilirannya memperkokoh solidaritas nasional. Sehubungan dengan itu pelajaran sejarah nasional amat strategis fungsinya bagi pendidikan nasional (Sartono Kartodirdjo, 1993: 48). Sejarah merupakan cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas atau nasion di masa lampau. Pada pribadi pengalaman membentuk kepribadian seseorang dan sekaligus menentukan identitasnya. Proses serupa terjadi pada kolektivitas, yakni pengalaman kolektifnya atau sejarahnyalah yang membentuk kepribadian nasional dan sekaligus identitas nasionalnya. Bangsa yang tidak mengenal sejarahnya dapat diibaratkan seorang individu yang telah kehilangan memorinya, ialah orang yang pikun atau sakit jiwa, maka dia kehilangan kepribadian atau identitasnya (Sartono Kartodirdjo, 1993: 50). Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil beberapa butir kesimpulan antara lain: (1) Untuk mengenal identitas bangsa diperlukan pengetahuan sejarah commit to user perpustakaan.uns.ac.id 63 digilib.uns.ac.id pada umumnya, dan sejarah nasional khususnya. Sejarah nasional mencakup secara komprehensif segala aspek kehidupan bangsa, yang terwujud sebagai tindakan, perilaku, prestasi hasil usaha atau kerjanya mempertahankan kebebasan atau kedaulatannya, meningkatkan taraf hidupnya, menyelenggarakan kegiatan ekonomi, sosial, politik, religius, lagi pula menghayati kebudayaan politik beserta ideologi nasionalnya, kelangsungan masyarakat dan kulturnya; (2) Sejarah nasional mencakup segala lapisan sosial beserta bidang kepentingan dan subkulturnya. Sejarah nasional mengungkapkan perkembangan multietnisnya, sistem hukum adatnya, bahasa, sistem kekerabatan, kepercayaan. Pelajaran sejarah bertujuan menciptakan wawasan historis atau perspektif sejarah. Wawasan historis lebih menonjolkan kontinuitas dari peristiwa yang terjadi. Sementara itu yang bersifat sosio-budaya di lingkungan kita adalah produk sejarah, antara lain wilayah RI, negara nasional, kebudayaan nasional. Sejarah nasional multidimensional berfungsi antara lain: mencegah timbulnya determinisme, memperluas cakrawala intelektual, mencegah terjadinya sinkronisme, yang mengabaikan determinisme (Sartono Kartodirdjo, 1993; 51). Di samping itu, pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosio-kultural, membangkitkan kesadaran historis. Berdasarkan kesadaran historis dibentuk kesadaran nasional. Hal ini membangkitkan inspirasi dan aspirasi kepada generasi muda bagi pengabdian kepada negara dengan penuh dedikasi dan kesediaan berkorban. Sejarah nasional perlu menimbulkan kebanggaan nasional (national pride), harga diri, dan rasa swadaya. Dengan demikian sangat jelas bahwa commit to user 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pelajaran sejarah tidak semata-mata memberi pengetahuan, fakta, dan kronologi. Dalam pelajaran sejarah perlu dimasukan biografi pahlawan mencakup soal kepribadian, perwatakan semangat berkorban, perlu ditanam historicalmindedness, perbedaan antara sejarah dan mitos, legenda, dan novel histories. Apabila suatu kepribadian turut membentuk identitas seorang individu atau suatu komunitas, kiranya tidak sulit dipahami bahwa kepribadian berakar pada sejarah pertumbuhannya. Di sini, kesadaran sejarah amat esensial bagi pembentukan kepribadian. Analog dengan sosiogenesis individu, kepribadian bangsa juga secara inhern memuat kesadaran sejarah itu. Implikasi hal tersebut di atas bagi national building ialah tidak lain bahwa sejarah dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dalam proses pembentukan kesadaran sejarah. Dalam rangka nation building pembentukan solidaritas, inspirasi dan aspirasi mengambil peranan yang penting, di satu pihak untuk system-maintenance negara nasion, dan dipihak lain memperkuat orientasi atau tujuan negara tersebut. Tanpa kesdaran sejarah, kedua fungsi tersebut sulit kiranya untuk dipacu, dengan perkataan lain semangat nasionalisme tidak dapat ditumbuhkan tanpa kesadaran sejarah (Sartono Kartodirdjo, 1993: 53). Menurut Jan Barker yang dikutip Moedjanto (1989:14) kesadaran Sejarah adalah keinsyafan bahwa seseorang menerima nenek moyangnya hasil kerja mereka sebagai warisan yang harus diipelihara dan disempurnakan, agar pada gilirannya hasil karya itu diteruskan kepada angkatan berikutnya. Berdasarkan pengertiann ini, jelas bahwa kesadaran sejarah ada dalam diri commit to user 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id seseorang apabila dia menginsyafi, bahwa apa yang telah dimilikinya sekarang merupakan warisan nenek moyangnya dari masa lampau sebagai bentuk budaya, sehingga mereka berusaha memelihara harta warisan budaya itu dan menyempurnakannya. Lebih lanjut, Moedjanto (1989:14) mengungkapkan bahwa indikatorindikator kesadaran Sejarah adalah (1) Keberanian berpijak pada fakta dan realias; (2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan change (perubahan); (3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5) Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik kepada angkatan berikutnya. Secara teoritis, kesadaran sejarah dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu: kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan kesadaran Sejarah sebagai gejala Sejarah (Djoko Suryo, 1989: 5). Sebagai gejala psikologis, kesadaran Sejarah dapat diartikan sebagai “konstruksi” pemahaman terhadap pengalaman masa lalu. Hal ini ditandai dengan pemilihan respektif waktu yang secara tajam mampu membedakan dimensi masa lalu dengan masa kini dan masa yang akan datang serta penyusunan akumulasi pengalaman masa lalu secara urut runtut dalam ingatan (memori) atau kesadaran (consciousness). Sebagai gejala sejarah, kesadaran sejarah dapat dikenali dengan simbol-simbol monumental dari proses sejarah, yang diaplikasikan dalam bentuk spiritual (jiwa jaman, semangat jaman, pandangan dunia, visi sejarah nilai-nilai kultural). Jadi, kesadaran dalam diri commit to user 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id seseorang terkandung sesuatu yang meliputi hal-hal berkaitan dengan keinginan, pemikiran, ingatan serta ide-ide (Second Bickman, 1964). Kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan kesadaran sejarah sebagai gejala sejarah saling berkaitan karena pada dasarnya kesadaran sejarah dalam pengertian yang terakhir merupkan produksi dari kesadaran sejarah. Dalam pengertian pertama, dapat dikatakan bahwa simbol-simbol monumental dari proses sejarah merupakan aktualisasi dari hasil kesadaran kolektif ataupun indifidual pendukung sejarah dalam rentangan waktu tertentu. Proses perkembangan memberikan arti sejarah dari sejarah sebagai cerita sampai sejarah sebagai masa lampau dan sebagai ilmu merupakan contoh yang berkaitan dari kedua gejala tersebut. Demikian pula dengan munculnya visi sejarah Eropa sentrisme di satu pihak dan Indonesia sentrisme di lain pihak dengan karya sejarah masing-masing dan juga munculnya karya filsafat sejarah yang kritis merupakan gejala sejarah yang muncul dari perkembangan kesadaran sejarah dari pendukungnya. Prasasti atau tugu peringatan, candi dan monumen sejarah yang dibangun merupakan beberapa contoh dari adanya kesadaran sejarah. Pada dasarnya konseptualisasi kesadaran sejarah berlangsung melalui proses sosialisasi, edukasi, kulturalisasi dan enkulturalisasi dari masa anak-anak sampai masa dewasa. Dua jens pengalaman itu yaitu pengalaman empiris dan simbolis berperan penting dalam pembentukan kesadaran Sejarah, terutama di lingkungan siswa baik di sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sesuai dengan perkembangan biologisnya dan psikologis maka lingkup dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 67 digilib.uns.ac.id kecakupan Sejarah akan dipengaruhi pula oleh tingkatan-tingkatan masa kehidupan yaitu masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa. Kesadaran sejarah merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh segenap bangsa Indonesia. Dengan kesadaran sejarah yang tinggi, menjadikan bangsa menyadari peninggalan-peninggalan masa lampau. Menghargai tokohtokoh sejarah, menghargai sejarah bangsanya. Bagi generasi berikutnya harus tetap sadar bahwa peninggalan masa lampau harus tetap dijaga dan dilestarikan. Apabila dikaitkan dengan sejarah bangsa, kesadaran sejarah merupakan faktor penting untuk memperkuat dorongan mencapai cita-cita bersama setelah belajar dari pengalaman masa lampau. Kesadaran sejarah juga menjadi motivasi bangsa dalam usaha memperbaiki taraf kehidupan. Demikian pula sadar akan sejarah bangsanya akan menjadikan bangsa itu sadar bagaimana sejarah bangsanya itu terjadi. Tiap-tiap sejarah bangsa mempunyai sejarah bangsa yang berbeda dan memiliki tingkat kesadaran sejarah yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Sartono Kartodirdjo (2003:9) dalam struktur sejarah dunia (World History), bangsa-bangsa di dunia memiliki sejarahnya sendiri-sendiri, secara khas yang memberikan karakteristik suatu bangsa. Dengan sendirinya, sejarah bangsa yang satu dengan Sejarah bangsa yang lain berbeda. Dalam konteks ini konsep sejarah bangsa mengandung unsur subyektivitas yang berhubungan dengan karakteristik sistem-sistem sosial budaya bangsa. Menurut Suyatno Kartodirdjo (2002: 9) dari segi universal sejarah bangsa mempunyai nilai kemanusiaan dan martabat manusia. Adapun yang membedakan adalah karakteristik sistem-sistem sosial budaya dari masing masing commit to user 68 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bangsa. Demikian pula apabila dalam memahami objek atau substansi sejarah tidak urut sepotong-potong, maka jenis kesadaran sejarah yang non historis lah yang dimiliki individu yang bersangkutan. Kesadaran sejarah yang berwawasan nasional dalam hal ini mengacu pada cakupan wawasan obyek atau sasaran subtansi yang ada dalam unit atau yang ada dalam supra lokal. Begitu pula sebaliknya apabila wawasan objek atau sasaran subtansi sejarah yang dikenal terbatas pada lokal atau regional, maka kesadaran sejarah yang dimiliki bersifat lokal atau memiliki bentuk kesadaran sejarah lokal. Terdapat beberapa macam fungsi kesadaran sejarah yang dapat diperoleh dari proses pembelajaran sejarah atau dari pengamatan objek sejarah di sekeliling siswa yang akan memberikan peningkatan terhadap pemahaman konsep candi. Menurut Djoko Suryo (1989: 8) macam-macam fungsi itu antara lain: kognitif, afektif, arstistic, romantik, mistik dan kritis. Objek yang dapat dikenali atau terkandung dalam kesadaraan Sejarah pada dasarnya dapat dirumuskan dalam segi-segi yang berhubngan dengan peristiwa (event), figur tokoh sejarah, waktu (periode, abad, tahun) lembaga dan sebagainya. Soedjatmoko yang dikutip Moedjayanto (1989: 15) menyatakan bahwa kesadaran sejarah berarti sadar akan kemampuan, bebas dalam kekinian, dan bertanggungjawab untuk menentukan keakanan. Sadar akan kesinambungan sejarah masa lampu dan masa yang akan datang. Kesadaran sejarah diperlukan untuk menjadi peka terhadap dimensi waktu di dalam mewujudkan proses perwujudan suatu masyarakat dan kebudayaan baru. Kesadaran bukan hanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id 69 digilib.uns.ac.id sebagai kesadaran akan kontinuitas, melainkan juga berarti kesadaran akan kemungkinan diskontinuitas di dalam usaha pembangunan. Purwanto (1989:16) menyatakan bahwa kesadaran sejarah adalah kesadaran menghayati peristiwa sebagai yang diarahkan peristiwa yang memiliki makna. Sejarah merupakan peristiwa yang berdimensi: (1) terkait dengan ruang dan waktu, (2) bersifat sosial atau outer history, (3) mempunyai arti penting sosial atau inner history. Carl Gustavson yang dikutip Purwanto (1989:17) menyatakan bahwa kesadaran Sejarah sebagai suatu historical mindedness ke dalam tujuh butir yang berintikan a way of thinking. Kesadaran sejarah secara teoritis dibedakan dalam dua makna yaitu sebagai gejala psikologis dan gejala historis. Sebagai gejala psikologis kesadaran sejarah adalah konstruksi pengalaman terhadap masa lampau. Sebagai gejala historis kesadaran sejarah adalah kemampuan membaca tanda-tanda zaman melalui simbol spiritual (jiwa zaman, semangat zaman, pandangan dunia, visi Sejarah, nilai-nilai kultural), melalui simbol material (bangunan yang bermakna Sejarah). Keduanya saling berkaitan, kesadaran sejarah arti historis merupakan produk kesadaran sejarah arti psikologis. Menurut Purwanto (1989:17) kesadaran sejarah dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: lingkungan etnis, sosio kultural, politik, edukassi. Proses konseptualisasi kesadaran Sejarah berlangsung melalui: proses sosialisasi, kulturaslisasi, dan proses enkulturalisasi. Baik pembentukan maupun proses kesadaran sejarah memerlukan dua pengalaman yaitu: simbolis dan empiris. Sartono Kartodirdjo (1983:1) membedakan dua jenis kesadaran sejarah yaitu: (1) Sadar akan yang dialami (dilihat, didengar, dan sebagainya) atau sadar commit to user perpustakaan.uns.ac.id 70 digilib.uns.ac.id aakan objek, dalam hal ini mana orang terpusat perhatiannya terhadap objek pengamatan dan (2) Sadar akan proses pengamatan itu sendiri yang bersifat athetis dan abstrak, lebih umum yaitu sadar akan dirinya. Proyek Pembinaan dan Penjernihan Sejarah (1985: 2) menunjuk tiga gejala kesadaran Sejarah yaitu: (1) Kesadaran akan evolusi sejarah yaitu kesanggupan untuk memahami adanya dimensi waktu yang berkesinambungan antara masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. (2) Kesadaran yang berkaitan dengan analisis sejarah yaitu kemampuan untuk menghubunngkan peristiwa masa kini dengan masa lampau dan (3) Kesadaran partisipatif yaitu hasrat untuk berperan serta dalam mencari dan menyebarluaskan pengalaman Sejarah. Kesadaran sejarah tidak dapat dipaksakan, akan tetapi muncul karena adanya suatu dorongan yang berwujud pemikiran-pemikiran, hasrat atau kehendak serta sikap pada diri seseorang. Oleh karena itu, kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dapat didefinisikan sebagai: konstruksi pemahaman masa lalu yang ditandai dengan pemilihan perspektif waktu, bisa membedakan masa lampau dan masa sekarang serta masa yang akan datang yang disusun secara runtut dalam ingatan atau kesadaran. Hal ini didorong adanya keinginan untuk lebih memahami dan mengerti maknanya. Menurut Sartono Kartodirdjo yang dikutip Sutrisno Kutoyo (1985:41) kesadaran sejarah semakin meningkat dengan memiliki pengetahuan Sejarah yaitu lebih efektif diajarkan melalui pendidikan formal dengan menggunakan sarana buku teks, buku-buku pelengkap, situs sejarah dan lain-lain. Sesuai dengan commit to user 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perkembangan biologis dan psikologis terdapat tiga tingkatan kesadaran sejarah yaitu: (1) Kesadaran sejarah anak-anak (SD, SMP); (2) Kesadaran sejarah remaja (SMA); dan (3) Kesadaran sejarah dewasa (mahasiswa). Lebih lanjut Sartono Kartodirdjo menngatakan bahwa pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk memberi pengetahuan sejarah, tetapi juga menyadarkan atau membangkitkan kesadaran sejarah. Di samping membangkitkan kesadaran sejarah, nilai dikdatis pengajaran sejarah adalah membangkitkan proses nasionalisme serta melepaskan pikiran mitologis. Kesadaran sejarah sesungguhnya dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang berziarah untuk mengunjungi makam nenek moyang dan paraa pahlawan, serta membuat dan melacak silsilah keluarga. Menurut G Moedjanto (1985:15) pembinaan kesadaran sejarah atau rasa sejarah diantaranya ditopang dengan pengajaran masalah oleh penjernihan sejarah. Dari berbagai pemaparan sebelumnya, dapat diketahui bahwa kesadaran sejarah merupakan suatu gejala psikologis yang memperlihatkan taraf kematangan tertentu, sehingga dalam kesadaran sejarah terkandung: (1) Pengetahuan tentang fakta sejarah yang terkait dengan hubungan kausal; (2) Logika ke sejarahan; (3) Hikmah kebijaksanaan dengan menggunakan masa lampau untuk cermin membangun kehidupan masa sekarang; (4) Sikap menghadapkan diri dengan kenyataan; dan (5) Adanya dimensi masa lampau, kini dan yang akan datang. Hal ini memperlihatkan bahwa Sejarah adalah sebuah proses. Kesadaran sejarah erat hubungannya dengan kesadaran waktu. Orang Indonesia pada zaman dahulu sudah memiliki kesadaran waktu. Hal ini dengan commit to user 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mudah dapat dibuktikan dengan berbagai hal, misalnya selalu mengingat momenmomen, mencari waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu contohnya: menanam padi, acara pernikahan. Kesadaran sejarah erat kaitanya dengan kesadaran waktu baik itu waktu masa lamapu, sekarang maupun masa yang akan datang. Jadi, kesadaran sejarah mengandung keinsyafan pentingnya sejarah berdasarkan fakta, bukan kepalsuan yang satu dengan yang lainnya terkait dengan hubungan sebab akibat, masa lampau menghasilkan masa kini, dan masa kini menghasilkan masa depan. Guru dapat melakukan komparasi menggunakan jembatan penghubung masa lalu dengan masa kini dengan penguasaan teori dan konsep sejarah maupun ilmu sosial lainnya dengan pendekatan interdisipliner (Supriatna, 2007:117). kesadaran sejarah merupakan suatu yang kontinyu (continue) tentang kompleksitas perubahan-perubahan (kontonuitas dan kemungkinan dikontinuitas) yang ditimbulkan oleh interaksi dialektis masyarakat yang ingin melepaskan diri dari ganggaman realitas yang ada (Suparlan, 2007:893) Berdasarkan paparan di atas, maka tinggi dan rendahnya kesadaran sejarah siswa kemudian dapat dukur dengan indikator-indikator sebagai petunjuk adanya kesadaran sejarah. Dalam penelitian ini digunakan alat evaluasi yang dipandang tepat yaitu disajikan dalam bentuk kisi-kisi yang mencakup: (1) Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hal yang lebih baik kepada generasi berikutnya; (2) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (3) Keinsyafan akan kelangsungan dan kesinambungan serta perubahan; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada massa lalu; (5) Keberanian commit to user 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berpijak pada fakta dan realita, tokoh-tokoh sejarah, monumen dan peninggalan Sejarah. Dengan demikian, kesadaran sejarah tidak lain daripada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa yang akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan. Untuk mengembangkan manusia seperti itu, dengan sendirinya diperlukan motivasi yang kuat sebagai faktor penggerak dari dalam diri manusia sendiri. Ini tidak lain daripada nilainilai, yang kalau dihubungkan dengan sejarah, merupakan nilai-nilai masa lampau yang telah teruji oleh jaman. Di sinilah bertemu antara pendidikan dan sejarah. Sejarah dalam salah satu fungsi utamanya adalah mengabdikan pengalamanpengalaman masyarakat di waktu yang lampau, yang sewaktu-waktu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan problemaproblema yang dihadapinya. Melalui sejarahlah nilai-nilai masa lampau dapat dipetik dan digunakan untuk menghadapi masa kini. Oleh karena itu, tanpa sejarah orang tidak akan mampu membangun ide-ide tentang konsekuensi dari apa yang dia lakukan dalam realitas kehidupannya pada masa kini dan masa yang akan dating, dalam sebuah kesadaran histories. Collingwood (1973: 10) sejarawan Inggris menyatakan “…knowing your self means knowing that you can do; and since nobody knows what he can do until he tries, the only clue to what man can do is what man has done. The value of history, then, is that it theach us what man has done and then what man is…” commit to user perpustakaan.uns.ac.id 74 digilib.uns.ac.id Dalam pandangan Collingwood ini, mengenal diri sendiri itu berarti mengenal apa yang dapat seseorang lakukan, dan karena tidak seorang pun mengetahui apa yang bisa dia lakukan sampai dia mencobanya, maka satu-satunya jalan untuk mengetahui apa yang dia bisa perbuat seseorang adalah apa yang telah diperbuat. Dengan demikian nilai dari sejarah adalah bahwa sejarah telah mengjarkan tentang apa yang telah manusia kerjakan, dan selanjutnya apa sebenarnya manusia itu. Menurut Suyatno Kartodirdjo (1989: 1-7), kesadaran sejarah pada manusia sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa. Kesadaran sejarah dalam konteks ini bukan hanya sekedar memperluas pengatahuan, melainkan harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan nilai-nilai budaya yang relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu sendiri. Kesadaran sejarah dalam konteks pembinaan budaya bangsa dalam pembangkitan kesadaran bahwa bangsa itu merupakan suatu kesatuan sosial yang terwujud melalui suatu proses sejarah, yang akhirnya mempersatukan sejumlah nasion kecil dalam suatu nasion besar yaitu bangsa. Dengan demikian indikator-indikator kesadaran sejarah tersebut dapat dirumuskan mencakup: menghayati makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan dating; mengenal diri sendiri dan bangsanya; membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa; dan menjaga peninggalan sejarah bangsa. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran sejarah berisi tentang pengetahuan tentang sejarah, logika ke sejarahan, hikmah ke sejarahan dengan menggunakan masa lampau untuk cermin membangun kehidupan masa commit to user 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sekarang. Secara umum, dengan adanya dimensi waktu lampau, kini dan akan datang tersebut dapat dimaknai bahwa gerak sejarah merupakan sebuah proses. Nilai-nilai Sejarah pada masa lampau dapat digunakan sebagai acuan dalam menyikapi hal-hal waktu kini, dengan harapan pada masa depan dapat digunakan sebagai sebuah referensi untuk kehidupan yang lebih baik. B. Penelitian yang Relevan Catur Windu Pamungkas pada tahun 2008, membandingkan pengaruh antara pembelajaran IPS Sejarah dengan menggunakan media Autocad 2006 dan media 3DS Ma7 pada Studi Kasus Candi Induk Penataran Blitar. Penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengunakan media berbasis 3DS Ma7 dengan nilai 94,04 yang lebih baik daripada kelas yang tidak menggunakan media 3DS Ma7, yaitu 85.62. Penyampaian materi dengan mengunakan media berbasis 3DS Ma7 akan lebih cepat tercapai secara keseluruhan dan lebih mudah diserap oleh siswa sedangkan media yang berbasis 2 D membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan kesuluruhan materi dan siswa kurang bisa memahami materi, waktu yang dibutuhkan adalah 45x 1 jam pelajaran. Ditemukan kesimpulan bahwa siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan kedua media tersebut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS Sejarah yang lebih baik. Penelitian tersebut memiliki relevansi penting dalam konteks membandingkan media media Autocad 2006 dan media 3DS Ma7 dengan materi Candi dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, sedangkan dalam penelitian ini materi candi dihadirkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan mediia commit to user 76 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemebelajaran sejarah berbasis Macromedia Director Mx dan media pemebelajaran sejarah berbasis Power Point terhadap pemahaman konsep candi yang ditinjau dari kesadaran sejarah siswa. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan Ari Hendriayana pada tahun 2006 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media VCD dan CD Game Terhadap Prestasi Belajar Materi Sistem Periodik Unsur Dan Struktur Atom Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Kersana Brebes”. Setelah melalui proses pembelajaran, kedua kelas mengalami peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil uji T memperoleh T hitung sebesar 2,694 lebih besar daripada nilai T tabel. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kedua kelas berbeda secara signifikan. Hasil uji ketuntasan kelas eksperimen diperoleh T hitung 3,54 lebih besar daripada T tabel berarti telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh T hitung -0,111 lebih kecil daripada T Kesimpulan yang tabel berarti belum mencapai ketuntasan belajar. diperoleh adalah bahwa dengan pembelajaran menggunakan media VCD pembelajaran dan CD Game dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional. Penelitian tersebut memiliki relevansi penting yaitu samasama menggunakan media interaktif, perbedaannya pengembangan media yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program Macromedia Director dan Power Point. commit to user 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Kerangka Berfikir 1. Perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media PowerPoint terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang Pemahaman konsep candi siswa dapat dicapai dengan maksimal apabila terdapat variasi media dalam proses pembelajaran. Agar konsep sejarah mudah dipahami siswa, materi tidak cukup dijelaskan hanya melalui buku teks saja tetapi diperlukan pengalaman bentuk yang nyata. Pengalaman nyata hanya bisa dilakukan apabila siswa datang langsung ke tempat candi-candi berada. Upaya untuk mendapatkan pengalaman yang nyata selama ini sulit dilakukan dikarenakan berbagai kendala. Sebagai gantinya, candi-candi tersebut dapat dihadirkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX. Media berbasis Power Point juga dapat dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif, mekipun kadar interaktifnyya tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan multimedia interaktif, namun Microsoft Office Power Point mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram. Penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan Power Point memiliki pengaruh terhadap pemahaman konsep candi siswa. Hal ini dicerminkan dengan adanya alat tes mata pelajaran IPS Sejarah yang telah dikemas dalam satu paket CD interaktif yaitu penjelasan dengan narasi suara, animasi gambar dan balikan atas jawaban siswa . commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. Pemahaman konsep candi siswa dapat ditingkatkan apabila dalam diri siswa memiliki kesadaran sejarah. Kesadaran sejarah tidak dapat dipaksakan, akan tetapi muncul karena adanya suatu dorongan yang berwujud pemikiran-pemikiran, hasrat atau kehendak serta sikap pada diri seseorang. Oleh karena itu kesadaran sejarah harus dirangsang dari proses pembelajaran sejarah. Kesadaran sejarah yang tinggi akan memberikan pengaruh pada pemahaman konsep candi siswa. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang materi pembelajaran Candi Hindu-Budha dipengaruhi oleh tingkat kesadaran sejarah yang dimiliki oleh siswa. Emosi akan terpancing dan tergugah untuk mendalami serta memahami makna sejarah melalui media interaktif dengan melihat nilai-nilai yang terkandung pada relif candi, dan filosofi yang ada akan menumbuhkan kesadaran sejarah siswa. Tinggi rendahnya kesadaran yang dimiliki siswa akan memberikan pengaruh pada pemahaman konsep candi siswa. Melalui kesadaran sejarah yang dimiliki, maka kemampuan siswa untuk menerangkan, menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep mengenai pengertian candi, bangunan candi, fungsi candi, arsitektur candi, pantheon candi, serta langgam candi akan tercapai. Kesadaran sejarah tinggi akan berpengaruh pada pencapaian pemahaman konsep candi yang tinggi, dan sebaliknya rendahnya kesadaran sejarah yang dimiliki oleh siswa juga akan mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep candi siswa. commit to user 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. Pemanfaatan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dibandingkan dengan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point serta tingkat kesadaran sejarah siswa sama-sama memiliki pengaruh terhadap pencapaian pemahaman konsep candi. Proses interaksi media pemebalajaran dan kesadaran sejarah siswa terhadap pemahaman konsep candi dapat dilihat pada gamabar kerangka berfikir di bawah ini: Media Pembelajaran Berbasis Macromdia Director MX Pemahaman konsep candi Kesadaran Sejarah Gambar 4. Kerangka Berfikir Berdasarkan kerangka berfikir di atas, dapat dilihat kemungkinan adanya pengaruh interaksi yang berbeda penggunaan media interaktif berbasis Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII di SMP Negeri Kota Malang. Dalam penggunaan media interaktif berbasis Macromedia Director MX secara tidak langsung akan mempengaruhi kesadaran sejarah siswa mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah berupa candi, semakin mendalami commit to user 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id materi yang disajikan melalui CD Interaktif, maka siswa akan mengetahui lebih jauh tentang bagian-bagian candi yang dianggap suci dan profan, arsitektur candi, langgam candi, dan fungsi dari candi. Kesadaran sejarah tinggi yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep candi yang tinggi, sehingga adanya interaksi ini dimungkinkan pemahaman dan penghayatan siswa akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman konsep candi siswa. D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media Power Point dalam pembelajaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. 2. Terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. 3. Terdapat Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kota Malang, tepatnya di SMP Negeri 10 dan SMP Negeri 9 pada semester I tahun pelajaran 2011/2012. Dipilihnya kedua sekolah tersebut karena memiliki karakteristik sekolah yang sama dan potensi pembelajaran yang sama, serta memiliki jarak tempuh yang dekat dengan peninggalan kebudayaan berupa candicandi yang disajikan dalam bentuk media pembelajaran sejarah.. 2. Waktu Penelitian Penelitian direncanakan selama 6 bulan, yang terbagi dalam kegiatankegiatan sebagai berikut: a. Tahap persiapan, meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, pembuatan instrumen dan perijinan penelitian yang dilaksanakan pada bulan 1 dan ke 2. b. Tahap pelaksanaan eksperimen dan analisis data. Eksperimen dilakukan selama 6 kali pertemuan yang terdiri dari 5 kali proses pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran IPS Sejarah berbasis multimedia serta 1 kali tes pemahaman konsep candi siswa. c. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada bulan ke 5-6. Untuk memperjelas pembagian waktu dalam melakukan penelitian, maka dapat commit to user 8.1 dijelaskan rincian jadwal penelitian pada lampiran 81 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen. Penelitian erksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. (Sugiyono, 2010: 72). Sejalan dengan pengertian tersebut menurut Hadari dan Mimi (1996: 130), “ metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapakan hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan terhadap variabel yang diteliti”. Tujuannya adalah untuk menyelidiki atau memperoleh bukti-bukti yang meyakinkan mengenai pengaruh satu variabel terhadap variabel yang lain. Menurut Yatim Riyanto dalam Nurul Zuriah (2006: 57-58), penelitian eksperimen merupakan penelitin yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam melakukan eksperimen peneliti memanipulasikan suatu stimulan, memberikan perlakuan, kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut. Dalam penelitian eksperimen, kontrol yang cermat terhadap kemungkinan masuknya pengaruh faktor lain sangat diperlukan, agar mendapatkan faktor-faktor yang benar-benar murni dari faktor yang dimanipulasi tadi. Metode eksprimen juga meneliti ada tidaknya pengaruh serta besarnya pengaruh dengan cara memberikan perlakuaan terhadap kelompok eksperimen, di commit to user kelompok kontrol yang diberi mana hasilnya dibandingkan dengan hasil 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perlakuan berbeda. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mencari hubungan sebab-akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi faktor yang mengganggu. Dalam penelitian eksperimen ini, sekelompok subyek yang diambil dari populasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setiap kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan tertentu dengan jangka waktu tertentu, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran IPS Sejarah berbasis Macromedia Director MX, sedangkan kelompok kontrol dberik perlakuan dengan menggunakan media PowerPoint. Kedua kelompok tersebut diukur pemahaman konsep candinya yaitu dengan tes pemahaman konsep setelah pembelajaran dengan media Macromedia Director dan Power Point, sehingga dapat diketahui pengaruh dari masing-masing perlakuan yang diberikan. 2. Desain Penelitian Desain penelitian ini bersifat eksperimental yang menegaskan bagaimana pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti. Desain yang digunakan adalah desain factorial 2x2, di mana masing-masing variabel bebas memiliki dua nilai. Variabel bebas pertama (X1) penerapan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX yang dimanipulasi disebut variabel eksperimental dan variabel bebas yang kedua adalah (X2) kesadaran Sejarah siswa menjadi dua tingkatan yang disebut dengan variabel atributif. commit to user 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengaruh perlakuan terhadap variabel terikat (Y) pemahaman konsep candi siswa dinilai dari setiap tingkatan variabel. Desain faktorial merupakan suatu tindakan terhadap satu variabel atau lebih yang dimanipulasi secara stimultan agar dapat mempelajari pengaruh yang diakibatkan adanya interaksi antara beberapa variabel (Sukardi, 2007: 187). Desain factorial 2 x 2 dilakukan dengan teknik Analisis Variansi (ANAVA). Yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 faktor atau variabel yang terbagi atas 2 kategori, antara lain: a. Faktor media pembelajaran (A) yang terdiri atas dua kategori: 1) Media interaktif berbasis Macromedia Director MX 2) Media Power point b. Faktor Kesadaran Sejarah (B) yang terdiri atas 2 kategori: 1) Kesadaran Sejarah tinggi 2) Kesadaran Sejarah rendah Untuk lebih jelasnya, desain faktorial 2 x 2 sebagai berikut. Tabel 3. Rancangan Desain Penelitian Media (A) Multimedia interaktif berbasis Macromedia Director MX (1) Kesadaran Sejarah (B) Tinggi (1) Rendah (2) Media Power point (2) A 1 B1 A 2 B1 A 1 B2 A 2 B2 commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keterangan: A : Media Pembelajaran B : Kesadaran Sejarah A1 : Media interaktif berbasis Macromedia Director MX A2 : Media Power point B1 : Kesadaran sejarah tinggi B2 : Kesadaran sejarah rendah A1B1 : Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran sejarah tinggi dengan diberikan perlakuan menggunakan Media interaktif berbasis Macromedia Director MX A1B2 : Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran sejarah rendah dengan diberikan perlakuan menggunakan Media interaktif berbasis Macromedia Director MX A2B1 : Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran sejarah tinggi dengan diberikan perlakuan menggunakan Media Power point. A2B2 : Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran ISejarah rendah dengan diberikan perlakuan menggunakan Media Power Point Menurut Sugiyono (2008: 110-111) hasil pretest yang baik apabila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Untuk melakukan uji kesetaraan bahwa dari masing masing sekolah memiliki kemampuan yang sama dari masing masing kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diukur dengan menggunakan nilai UTS siswa untuk mata pelajaran IPS commit to user 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Sejarah) pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Secara lebih rinci desain eksperimental dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini: Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kesadaran Sejarah Kesadaran Sejarah Multimedia Berbasis Macromedia Director MX Multimedia Berbasis Power Point Pemahaman Konsep Candi Gambar 5. Desain Eksperimen C. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam suatu penelitian perlu diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Menurut Kartini Kartono (1990: 333), “Variabel ialah suatu kuantitas (jumlah) atau sifat karakteristik yang mempunyai nilai numerik atau kategori”. Variabel dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director MX, Kesadaran Sejarah Siswa dan pemahaman konsep candi Siswa. Sebagai variabel bebas Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director MX. Pertama atau X1. dan Kesadaran Sejarah Siswa sebagai variabel kedua X2 dan variabel ketiga yaitu pemahaman konsep candi siswa sebagai variabel terikat atau Y. D. Definisi Operasional Variabel 1. Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX Media pembelajaran yang dimaksudkan disini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan Macromedia Director MX adalah software yang berfungsi menyatukan berbagai media-media seperti image (citra gambar), animasi, video, audio dan text yang telah dibuat untuk sebuah produk berbentuk CD pembelajaran interaktif. Media pembelajaran berbasis Macromedia Director dalam penelitian ini digunakan dalam proses pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Candi. Berdasarkan pengembangan dari kompetensi dasar dalam Standar Isi Kurikulum SMP/MTs KTSP 2006 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi IPS Sejarah Kelas VII adalah: ”Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 88 digilib.uns.ac.id 2. Media Berbasis Power Point Media yang diproduksi dengan menggunakan Power Point dalam bentuk presentasi, di dalamnya terdapat animasi, video, teks dan suara. Media dikembangkan berdasarkan pengembangan dari kompetensi dasar dalam Standar Isi Kurikulum SMP/MTs KTSP 2006 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi IPS Sejarah Kelas VII adalah: ”Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”. 3. Kesadaran Sejarah Kesadaran sejarah mengandung pengertian sebagai hasil pemikiran dan kenyataan seseorang terhadap suatu peristiwa masa lalu yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia, yang digunakan untuk kepentingan masa sekarang. Untuk tingkat kesadaran sejarah siswa dilihat dari angket yang dikembangkan berdasarkan indikator sebagai berikut: (1) Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hal yang lebih baik kepada generasi berikutnya; (2) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (3) Keinsyafan akan kelangsungan dan kesinambungan serta perubahan; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; (5) Keberanian berpijak pada fakta dan realita, tokoh-tokoh Sejarah, monumen dan peninggalan Sejarah. Adapun kesadaran sejarah dibedakan atas dua kategori yaitu: kesadaran sejarah tinggi dan kesadaran sejarah rendah. Pada variabel ini tidak dimanipulasi dalam eksperimen, akan tetapi dimasukkan sebagai variabel atributif sehingga nantinya dapat dilihat commit to user interaksinya dengan variabel aktif dalam mempengaruhi variabel terikat.. 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kesadaran sejarah siswa ditentukan melalui jawaban atas pernyataan dan pertanyaan dianalisis dengan menggunakan skala Likert. 4. Pemahaman Konsep Candi Pemahaman konsep candi berarti kemampuan siswa untuk: (1) Menjelaskan bagian dan fungsi candi Hindu-Budha; (2) Membedakan ciri-ciri candi Hindu dan Candi Budha; (3) Menunjukkan pada peta letak Candi Kidal dan letak Candi Borobudur; (4) Membedakan dan mendeskripsikan langgam Candi Hindu Budha Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dicerminkan dengan adanya nilai tes pemahaman konsep candi mata pelajaran IPS Sejarah setelah siswa belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis Macromedia Director MX. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010:89), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik”. Jadi, populasi penelitian merupakan suatu kelompok individu yang diselidiki tentang aspek-aspek yang terdapat dalam kelompok. Aspek–aspek yang diungkapkan disini adalah pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX terhadap pemahaman konsep candi siswa ditinjau dari kesadaran Sejarah siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama sejumlah 10 sekolah di sebelah Timur Kota commit to user Malang. 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 109), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Suatu penelitian tidak perlu meneliti semua anggota dari populasi karena besarnya jumlah populasi dan terbatasnya waktu, biaya, tenaga, dan pemikiran peneliti. Untuk mengatasinya maka perlu diterapkan sampel representatif yang dapat mewakili populasi. Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena mengambil wakil dari populasi kemudian digeneralisasikan atau mengambil kesimpulan penelitian sabagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan multistage sampling. Teknik dilakukan karena penelitian ini terbagi dalam beberapa kelas, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang penentuannya dilakukan secara bertahap. a. Tahap pertama memilih sekolah Tahap pertama untuk memilih sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Dari 10 sekolah SMP di Kota Malang bagian Timur diambil SMP Negeri 9, SMP Negeri 10, dan SMP Negeri 12 Malang dengan menggunakan random sampling. sebagai pertimbagannya karena karakteristik dari ketiga sekolah hampir sama, dan memiliki fasilitas yang lengkap untuk melakukan penelitian dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director dan Power Point. Selain itu dari ketiga sekolah tersebut guru mata pelajaran IPS yang mengajar Sejarah sudah lulus sertifikasi Guru serta melihat nilai rata-rata UTS siswa. commit to user 91 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Tahap yang kedua adalah dengan memilih tingkatan kelas dalam sekolah yang terpilih tersebut untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok control dengan menggunakan random sampling. Kelas yang dipilih adalah kelas VII karena pada kelas ini terdapat Kompetensi Dasar yaitu “Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu Budha serta peninggalan-peninggalannya” yang dijadikan bahan uji dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point. Dua kelas yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah VIIF SMP Negeri 10 Malang dan VIIC SMP Negeri 9 Malang. Kelas VIIF SMP Negeri 10 dijadikan sebagai kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director. Kelas VIIC SMP Negeri 9 Malang sebagai kelompok kontrol yang mendapatkan perlakuan dengan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point. Pemilihan kedua kelas tersebut sebagai sampel didasarkan perolehan rata-rata nilai sejarah di kelas VII yang tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol berangkat dan bertitik tolak dari kondisi yang sama. Jadi jika ada perbedaan setelah diberi treatment, itu terjadi semata-mata hanya karena treatment yang diberikan memang berbeda. Tabel 3. Pesebaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sekolah Kelas VII SMP Negeri 9 A B SMP Negeri 10 A B C D E F G C D E commit to user F - 92 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Tahap ketiga pemilihan jumlah siswa Memilih jumlah responden dengan jumlah keseluruhan sampel dari masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kentrol. Rincian masingmasing jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Penentuan Ukuran Sampel Penelitaian Media (A) Kesadaran Sejarah (B) Media interaktif berbasis Macromedia Director MX (1) Media pembelajaran berbasis Power Point (2) Tinggi (1) 17 21 Rendah (2) 17 19 Dalam penelitian ini jumlah sampel seluruhnya 74 orang siswa, terdiri dari 34 siswa Kelas VII-F SMP Negeri 10 untuk kelompok eksperimen yang diberi penerapan media pembelajaran bebasis Macromedia Director MX, dan 40 siswa SMP Negeri 9 kelas VIIC untuk kelompok kontrol yang dieberi treatment dengan menggunakan PowerPoint. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Data yang terkumpul digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian hipotesis yang dirumuskan. Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan dengan sistematis sesuai dengan identifikasi masalah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket untuk commit to user 93 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menjaring data mengenai kesadaran Sejarah siswa dan teknik pengumpulan data berupa tes untuk mengetahui pemahaman konsep candi siswa dalam pembelajaran IPS Sejarah. a. Kuesioner (angket) Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk melihat kesadaran Sejarah siswa adalah instrumen angket. Menurut Legawa (1990:58) kelebihan dari angket sebagai alat pengumpul data diantaranya: (1) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah besar responden yang menjadi sampel. (2) dalam menjawab pertanyaan melalui angket responden dapat lebih leluasa, karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan pengembang dan responden, (3) setiap jawaban dapat difikirkan secara masak-masak, (4) Data yang terkumpul dapat lebih mudah dianalisis. Sedangkan menurut Arikunto (2006:51) menyatakan angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Instrumen angket ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang: (1) tanggapan dan penilaian ahli materi, (2) penilaian dan tanggapan ahli media, (3) penilaian dan tanggapan pada uji coba perseorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Jawaban dari angket menggunakan metode yang dikembangkan oleh Likert yang telah dimodifikasi dengan melihat hasil pengisian angket validasi media. Skala Likert yang digunakan terdiri dari lima kategori pilihan dengan alternatif sebagai berikut: commit to user 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Skor 5 apabila: Sangat Setuju (SS) b. Skor 4 apabila: Setuju (S) c. Skor 3 apabila: Ragu-Ragu (RR) d. Skor 2 apabila: Tidak Setuju (TS) e. Skor 1 apabila: Sangat Tidak Setuju (STS) Teknik pengumpulan data berupa angket digunakan untuk mengumpulakan variabel kesadaran Sejarah siswa. Daftar angket bukan dimaksudkan untuk menguji kemampuan responden melainkan untuk menggali keterangan dari responden. Angket dikembanngkan berdasarkan indikatorindikator sesuai dengan landasan teori yang dituangkan dalam bentuk kisi-kisi kesadaran Sejarah siswa. b. Tes Teknik pengumpulan data berupa tes untuk mengumpulkan variabel pemahaman konsep candi siswa . Menurut Suharsimi Arikunto (2001:127) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu dengan aturan tertentu. Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dengan menetapkan jumlah item yang diperlukan untuk mengungkapkan data tentang pemahaman konsep candi siswa. Teknik pengumpulan data berupa tes dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes obyektif pilihan ganda (multiple choice) yang disusun berdasarkan kisi-kisi tes pemahaman konsep candi, tiap item soal diberikan skor berupa angka, sehingga tidak dipengaruhi sikap subyektifitas dari siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 95 digilib.uns.ac.id Butir tes uji coba dalam penelitian ini terdiri dari 30 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban untuk masing-masing butir. Jika benar mendapat skor 1 dan jika jawaban salah mendapatkan skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden adalah 30 dan skor minimal adalah 0. Sebelum tes diberikan kepada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas, indeks kesukaran, daya beda, dan reliabilitas hasil belajar IPS Sejarah. Selanjutnya, dari hasil peghitungn uji validitas, indeks kesukaran, daya beda dan reliabilitas tes hasil belajar IPS Sejarah disusun kembali kisi-kisi dan butir tes hasil belajar yang baru. 2. Uji Coba Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep candi siswa dan kesadaran IPS Sejarah siswa. Sebelum digunakan untuk menguji pada proses penelitian maka terlebih dulu diuji coba. a. Tes 1) Validitas Isi Uji validitas digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang akan digunakan tersebut valid atau tidak. Validitas adalah ukuran yang menentukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesesuaian suatu instrument. Sebuah tes dikatakan valid apabila tersebut menggunakan apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2006: 65). Validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Sebelum digunakan instrumen harus di uji terlebih dahulu kevalidan dan realibilitasnya. Langkah-langkahnya sebagai berikut: commit to user 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Untuk menguji validitas butir instrumen tes pemahaman konsep candi dilakukan analisis dengan mengkorelasikan skor butir yang dimaksud dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Analisis korelasi antara butir dengan skor total menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut : (Suharsimi Arikunto, 2005: 327) Keterangan: rXY = koefisien korelasi produk moment N = Cacah subyek uji coba ∑X = jumlah skor butir soal ∑X2 = sigma X kuadrat ∑Y = jumlah skor faktor ∑Y2 = sigma Y kuadrat Kemudian angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan tabel korelasi r product mement. Harga kritik dari r product moment untuk N=34 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0, 361. Jika taraf signifikan rhitung > rtabel 5% maka butir soal dikatakan valid. Berdasarkan analisis uji coba soal dengan N=34 pada taraf signifikansi 5%, maka di peroleh rtabel 0, 312. Sedangkan hasil perhitungan diperoleh rxy = 0, 225 sampai 0, 798 kriteria butir soal yang commit to valid user bila r hitung dikatakan lebih besar 97 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dari rtabel, karena nilai rxy > rtabel maka dari 30 butir soal yang telah diujikan diperoleh 29 soal yang valid yaitu soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 sedangkan soal yang tidak valid ada 1 item yaitu soal nomor 2 oleh karena itu, sebagai kelanjutan untuk mengukur pemahaman konsep candi siswa maka soal yang tidak valid tidak digunakan lagi pada kelas sampel (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.4.1) 2) Reliabilitas Tingkat reliabilitas butir soal dinyatakan dengan koefisien reliabilitas dan dihitung dengan rumus Alpha rii = 2 r 1/2 1/2 1 r1 / 21 / 2 (Suharsimi Arikunto, 2003:93). Keterangan: rii = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r1 / 21 / 2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Kriteria jika r hitung r tabel, maka tes tersebut reliabel. Untuk taraf signifikansi 5%, dengan jumlah soal 30, diperoleh rtabel = 0,161 sedangkan penghitungan realibilitas instrumen r11 = 0,742 dengan demikian, berdasarkan kriteria instrumen tes dapat dikatakan reliabel (lihat lampiran 3.4.2 halaman 269) 3) Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudahcommit tidak merangsang siswa untuk mempertinggi to user 98 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk menentukan derajat kesukaran soal dipakai rumus: P= B JS (Suharsimi Arikunto, 2003:208) Keterangan: P = indeks kesukaran soal B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi indeks kesukaran. Tabel 5. Indeks Kesukaran Instrumen Tes Indeks kesukaran (P) Keterangan 1,00-0,30 Soal sukar 0,30-0,70 Soal sedang 0,70-1,00 Soal mudah Instrumen tes pemahaman konsep candi yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang mempunyai indeks kesukaran soal 0,30 < P ≤ 0,70. Berdasarkan hasil uji coba tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa soal yang telah diuji cobakan termasuk dalam kategori sukar, sedang, dan mudah. Adapun soal yang termasuk dalam kategori sukar yaitu soal nomor 2 dan soal dengan kategori sedang dengan nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, commit to user 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, serta soal dengan kategori mudah yaitu soal nomor 8, 9, 10, 28 (hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3.6). 4) Daya Pembeda Daya pembeda butir adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk menentukan daya pembeda butir instrumen soal cerita digunakan rumus sebagai berikut: D= BA BB J A JB (Suharsimi Arikunto, 2003:213) D=PA -PB Keterangan: D = indeks diskriminasi J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 6. Klasifikasi Daya Pembeda Klasifikasi daya pembeda 0,00 – 0,20 Keterangan Jelek commit to user 100 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 baik sekali Negatif semuanya tidak baik (Arikunto, 2003:218) Instrumen tes pemahaman konsep candi yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes yang memiliki daya beda D≥0,21 atau klasifikasi cukup sampai dengan baik sekali. Berdasarkan perhitungan dari daya pembeda soal, maka diperoleh kategori soal yang sangat jelek sampai dengan soal yang sangat baik. Kategori soal yang sangat jelek terdapat pada nomor 2. Kategori soal cukup terdapat pada nomor 7, 18, 19, 22, 25, 26, 28, 29, dan 30. Untuk kategori soal yang baik terdapat pada nomor 1, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 13, 16, 17, 20, 21, 23, 24, dan 27. Sedangkan kategori soal yang baik sekali terdapat pada nomor 5, 14, dan 15 (hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3.5). b. Uji Coba Angket 1) Validitas Pengujian validitas butir angket kesadaran sejarah dihitung dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut: rxy N XY X Y N X N Y Y 2 2 2 (Suharsimi Arikunto, 2006:72) Keterangan: rxy commityang to user = indeks korelasi antara 2 variabel dikorelasikan 101 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id N = banyaknya responden X = jumlah skor X Y = jumlah skor Y Dalam analisis ini, perhitungan product moment tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel (rtabel) pada taraf signifikansi 5%. Bila r dikatakan valid jika koefisien product moment harganya ≥ dari r tabel hitung maka butir pernyataan dinyatakan valid. Berdasarkan analisis uji coba angket dengan N=40 pada taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel = 0, 312. Sedangkan hasil perhitungan diperoleh rxy = -0, 218 sampai 0, 812. Ttingkat kevalidan dari angket apabila rxy > rtabel, maka dari 40 butir angket yang diujicobakan diperoleh 25 angket yang valid yaitu angket dengan nomor 2, 3, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 31, 32, 33, 36, 37, 38, dan 39. Sedangkan 15 butir angket yang tidak valid yaitu angket dengan nomor 1, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 20, 28, 29, 30, 34, 35, dan 40. Sebagai tindak lanjut dari hasil uji coba tingkat kevalidan angket maka angket dengan kategori tidak valid tidak digunakan lagi untuk mengukur tingkat kesadaran sejarah siswa, hal ini dikarenakan angket yang valid sudah memenuhi seluruh indikator yang dibutuhkan. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada keajegan instrumen dalam mengukur apa yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto (2001:83) instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang terpercaya.Untuk menghitung reliabilitas angket commit to user 102 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kesadaran Sejarah menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji ini dipilih karena skor angket bersekala 1-4, adapun rumusnya sebagai berikut: (Suharsimi Arikunto, 2002: 171) Keterangan: rii = reliabilitas instrumen k = jumlah butir pernyataan 1 = bilangan konstan i2 = varian skor butir t2 = varian skor total Hasil perhitungan reliabilitas tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%. Bila rhitung lebih besar dari rtabel maka instrumen tersebut dikatakan reliabel. Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS, maka diperoleh keputusan uji: Jika rxx > 0, 717 maka butir angket memiliki reliabilitas tinggi Jika rxx < 0, 717 maka butir angket memiliki reliabilitas rendah Untuk taraf signifikansi 5%, dengan N=40 maka diperoleh rtabel = 0, 321 sedangkan perhitungan koefisien reliabilitas instrumen r11 = 0, 717 dengan demikian berdasarkan kriteria instrumen angket dapat dikatakan reliabel (hasil commit to user perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.3 ) 103 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Konsistensi Internal Konsistensi internal ini digunakan untuk mengetahui apakah semua butir pada angket sudah mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula (Budiyono, 2003:65). Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Untuk menghitung konsistensi internal butir-i, digunakan rumus korelasi productmoment dari Karl-Pearson sebagai berikut: rxy n XY X Y n X 2 X n Y 2 Y 2 2 Dengan : r xy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrument) X = skor untuk butir ke-I (adri subyek uji coba) Y = total skor (dari Subjek uji coba) Kreteria: jika indek konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3, maka butir soal tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2009:65). Berdasarkan perhitungan statistik maka jumlah instrumen yang digunakan adalah 40 angket, setelah di uji cobakan jumlah angket yang valid adalah 25 dan 15 angket tidak valid. Selanjutnya angket yang tidak valid dibuang dan tidak digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran sejarah siswa karena dari 25 angket yang valid sudah mewakili indikator yang ditetapkan dalam penelitian. commit to user 104 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id E. Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dianalisis untuk menguji hipotesis dan memperoleh kesimpulan. Berdasarkan banyaknya faktor dari variabel bebas yang dilibatkan dalam penelitian ini maka rancangan analisis data menggunakan rancangan faktorial 2 x 2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi (Anava) dua jalan dengan maksud dapat mengetahui berapa besar pengaruh perlakuan terhadap respon dari eksperimen. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Pengujian normalitas sampel menggunakan uji Lilliefors Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05 %. Untuk pengujian ini digunakan teknik uji Lilliefors dengan langkah sebagai berikut: 1). Hipotesis H 0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H 1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2). α = 0,05 3). Statistik uji yang digunakan : L = Maks F z i S z i Dengan F z i = P(Z≤z): Z ~ N (0,1) S(z i ) = proporsi cacah z≤z i , terhadap seluruh z i commit to user 105 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id X1 X s zi = 4). Daerah Kritik DK = L L La:n dengan n adalah ukuran sampel. 5). Keputusan uji H 0 diterima jika harga statistik uji terletak diluar daerah kritik. (Budiyono;2009:170-171) Uji normalitas ditujukan terhadap H0 yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. Penerimaan atau penolakan H0 didasarkan pada kriteria jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal, sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal. b. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas variansi populasi menggunakan uji Levenee’s test of homogenity of variance pada taraf signifikansi α = 0,05 % dengan rumus sebagai berikut. S 2 f (x i i x) 2 n 1 F S1 S2 (Sudjana, 1982: 91, 146, 242) Keterangan: N : banyaknya subjek X : rerata S : simpangan baku commit to user F(1 p )( 1 . 2 ) 1 Fp ( 1 2 ) 106 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Penerimaan atau penolakan homogenitas didasarkan pada kriteria jika nilai signifikansi > 0,05 dan < 0.95 maka dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan varians (homogenitas) dua kelompok yang dibandingkan, sedangkan jika nilai sig. atau signifikansi < 0,05 atau > 0.95 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat kesamaan varians (homogenitas) dua kelompok yang dibandingkan. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam analisi data penelitian menggunakan teknik analisis varians dua jalan (desain factorial 2 x 2) pada taraf signifikansi 0,05 dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda Scheffe. a. Menurut Budiyono (2009:207) Model untuk data pada populasi ini adalah: X ijk μ+α i j ij ijk Dengan: X ijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j. = rata-rata dari seluruh data i = i = efek baris ke-i pada variabel terikat. j = j = efek kolom ke-j pada variabel terikat. ij = ij i j = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat. ijk = deviasi data X ijk terhadap rataan populasi ij yang berdistribusi normal dengan rataan 0. i = 1, 2 dengan 1 = Media interaktif berbasis Macromedia Director MX commit to user 107 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2 = Media Power Point j = 1, 2 dengan 1 = Kesadaran IPS Sejarah tinggi 2 = Kesadaran IPS Sejarah rendah b. Prosedur 1) Hipotesis: (a) H oA : 1 = 0 untuk setiap i = 1,2 Tidak ada pengaruh media pembelajaran terhadap pemahaman konsep candi H 1A : paling sedikit ada satu 1 byang tidak nol Terdapat pengaruh media pembelajaran pemahaman konsep candi (b) H oB : j = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3 Tidak ada pengaruh kesadaran Sejarah terhadap pemahaman konsep candi H 1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol Terdapat pengaruh kesadaran Sejarah terhadap pemahaman konsep candi (c) H oAB : ( ) ij = 0, untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2 Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran Sejarah terhadap pemahaman konsep candi H 1AB : Paling sedikit ada satu ( ) ij yang tidak nol commit to user 108 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Terdapat interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran Sejarah terhadap pemahaman konsep candi 2) Taraf Signifikasi = 0,05 3) Komputasi Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tidak sama, dilakukan perhitungan sebagai berikut: N= n i, j = banyaknya seluruh data amatan; dengan n ij = banyaknya dat ij amatan pada sel ke-ij. nh pq = rerata harmonik frekuensi seluruh sel; 1 i , j nij p = banyaknya baris q = banyaknya kolom (1) = (2) = G2 ; dengan G = pq SS i, j (3) = (4) = B 2j q AB ; dengan B j = 2 ij = jumlah rataan semua sel X ; dengan SS ij = ij ij i, j Ai2 i p ; dengan A i = j (5) = AB k AB 2 ijk ij X ijk nijk 2 = jumlah rataan pada baris ke-i j AB ij = jumlah rataan pada kolom ke-j i ; dengan AB ij = rataan pada sel ij i, j commit to user 109 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kemudian dihitung lima jumlah kuadrat pada analisis variansi dua jalan pada sel tidak sama, yaitu jumlah kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah total (JKT) dengan rumus sebagai berikut: JKA = n h 3 1 JKB = n h 4 1 JKAB = n h 1 5 3 4 JKG = (2) JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG Derajat kebebasan masing-masing jumlah kuadrat di atas adalah: dkA = p-1 dkB = q-1 dkAB = (p-1)(q-1) dkG = N-pq dkT = N-1 Selanjutnya menghitung rataan kuadrat sebagai berikut: RKA = JKA dkA RKAB = JKAB dkAB RKB = JKB dKB RKG = JKG dkG 4) Statistik Uji Fa = RKA RKG Fb = RKB RKG F ab = RKAB RKG commit to user 110 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5) Daerah Kritik: Untuk F a ; DK = {F/F>F ; p 1; N pq } Untuk F b ; DK = {F/F> F :q 1; N pq } Untuk F ab ; DK = {F/F> F ; p 1 q 1; N pq } 6) Keputusan Uji: H o ditolak jika F obs DK (Budiyono, 2009:228-230) Berdasarkan uji analisis di atas dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya apakah perlu uji lanjut pasca ANAVA atau tidak. Jika H oA ditolak, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ANAVA antar baris, sebab kalaupun dilakukan komparasi ganda antar rataan siswa yang mendapat media pembelajaran IPS Sejarah berbasis Macromedia Direktor MX dan rataan siswa yang diajar dengan media PowerPoint, dapat dipastikan bahwa hipotesisnya juga akan ditolak (Budiyono, 2004:219). Untuk mengetahui mana yang lebih baik dapat dilihat pada rataan marginalnya. Jika H oB ditolak, maka perlu dilakukan komparasi ganda pasca ANAVA antar kolom. Sedang jika H oAB ditolak, juga perlu dilakukan komparasi pada pasca ANAVA antar sel. Statistik uji yang digunakan jika komparasi ganda pasca ANAVA harus dilakukan adalah metode Scheffe’ yaitu: a. Komparasi Rataan Antar Kolom commit to user 111 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Fi j X i X 2 j 1 1 RKG n n j i Dengan Fi j = nilai F obs pada pembanding kolom ke-i dan kolom ke-j X .i = rataan pada kolom ke-i X . j = rataan pada kolom ke-j RKG = rataan kuadrat galat n.i = ukuran sampel kolom ke-i n. j = ukuran sampel kolom ke-j Daerah kritik: DK= {F/F>(q-1)F ; q 1, N pq } (Budiyono,2009:214) a. Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama Fij ik X ij X ik 2 1 1 RKG n ij nik Dengan: Fij ik = nilai F obs pada pembanding rataan pada sil ij dan rataan pada sel ik X ij = rataan pada sel ij X ik = rataan pada sel ik RKG = rataan kuadrat galat n ij = ukuran sel ij commit to user 112 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id nik = ukuran sel ik Daerah Kritik; DK = {F/F>(pq-1)F ; pq 1, N pq } (Bodiyono,2009:215) b. Komparasi Rataan antar Sel pada Kolom yang Sama Fij kj X ij X kj 1 1 RKG n ij n kj Dengan: Fij kj = nilai F obs pada pembanding rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj X ij = rataan pada sel ij X = rataan sel kj kj RKG = rataan kuadrat galat n ij = ukuran sel ij n kj = ukuran sel kj Daerah kritik: DK = {F/F>(pq-1)F ; pq 1, N pq } commit to user (Budiyono,2009:215) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, data pemahaman konsep candi dapat disusun dengan distribusi frekuensi, prosentase dan histogram sebagai berikut: a. Data Pemahaman Konsep Candi Kelompok Eksperimen dengan Menggunakan Media Berbasis Macromedia Director (A1) Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director menunjukkan bahwa skor tertinggi 29 dan skor terendah 17 memiliki rentangan 12 dari jumlah siswa (N) = 34. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS diperoleh harga Mean sebesar 23,03 Median (Me) sebesar 23,5 Modus sebesar 17,00 dan Standar Deviasi (σ) sebesar 3,69. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 25-27 dengan jumlah siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.1 Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director secara keseluruhan dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 7 dan grafik sebagai berikut: commit to user 113 114 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX (A1) NO Kelas Interval F F (%) Kumulatif F f (%) 1 16-18 6 18 6 18 2 19-21 5 15 11 33 3 22-24 9 26 20 59 4 25-27 10 29 30 88 5 28-30 4 12 34 100 34 100 Jumlah Berdasarkan tabel 7 Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut: Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director Keseluruhan 10 FREKUENSI 8 6 4 2 0 16-18 Gambar 6. 19-21 22-24 25-27 28-30 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX secara Keseluruhan (A1) commit to user 115 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 9 (26%) berada pada kelompok rata-rata, 14 (41%) siswa berada pada kelompok di atas Mean dan 11 (33%) siswa berada pada kelompok di Mean, sehingga dapat diketahui bahwa pemahaman konsep candi secara keseluruhan sudah baik. Hal ini terlihat dari skor siswa yang sama dengan Mean dan di atas Mean 23 (67%), sedangkan yang berada di bawah Mean 11 (33%) dari jumlah keseluruhan responden (N) = 34. b. Data Pemahaman Konsep Candi Kelompok Kontrol dengan Menggunakan Media Berbasis Power Point (A2) Data mengenai pemahaman konsep candi siswa kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis powerpoint (A2), diperoleh skor tertinggi 26 dan skor terendah 10, memiliki rentangan 16 dengan jumlah siswa (N) = 40. Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS diperoleh Mean sebesar 17,95 Median sebesar 18,00 Modus sebesar 16,00 dan Standar Deviasi sebesar 4,05. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 19-21 sebanyak 11 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.2 Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point Secara keseluruhan dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 8 dengan grafik 8 sebagai berikut: commit to user 116 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Power Point (A2) NO Kelas Interval F F (%) 1 10-12 4 2 13-15 3 Kumulatif F f (%) 10 4 10 8 20 12 30 16-18 9 22,5 21 52,5 4 19-21 11 27,5 32 80 5 22-24 6 15 38 95 6 25-27 2 5 40 100 40 100 Jumlah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 9 (22,5%) berada pada kelompok rata-rata, 19 (47,5 %) siswa berada pada kelompok di atas Mean dan 13 (30%) siswa berada pada kelompok di bawah Mean, sehingga dari tabel di atas diketahui bahwa pemahaman konsep candi secara keseluruhan sudah baik. Hal ini terlihat dari skor siswa yang sama dengan Mean dan di atas Mean 19 (47,5%), sedangkan yang berada di bawah Mean 13 (30%) dari jumlah keseluruhan responden (N) = 40. Berdasarkan tabel 8 Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Power Point dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut: commit to user 117 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pemahaman Konsep Candi dengan Media Power Point secara Keseluruhan (A2) 12 FREKUENSI 10 8 6 4 2 0 10-12 13-15 16-18 19-21 22-24 Gambar 7. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Secara Keseluruhan (A2) c. Data Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) Data mengenai pemahaman konsep candi pemahaman konsep candi siswa dengan kesadaran sejarah tinggi menunjukkan bahwa skor tertinggi 29 dan skor terendah 13 memiliki rentangan 16 dari jumlah siswa (N) = 38. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS diperoleh harga Mean sebesar 22,94 Median (Me) sebesar 17,5 Modus sebesar 17,00 dan Standar Deviasi (σ) sebesar 3,98. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.3. commit to user 118 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 9. Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) NO Kelas Interval F F (%) 1 12-14 2 2 15-17 3 Kumulatif F f (%) 5,3 2 5,3 2 5,3 4 10,6 18-20 6 15,8 10 26,4 4 21-23 7 18,4 17 44,8 5 24-26 14 36,8 31 81,6 6 27-29 7 18,4 38 100 38 100 Jumlah Berdasarkan tabel 9 pemahaman konsep candi siswa dengan kesadaran sejarah tinggi secara keseluruhan maka dibuat grafik histogram sebagai berikut: Pemahaman Konsep Candi dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Keseluruhan (B1) 14 FREKUENSI 12 10 8 6 4 2 0 12-14 15-17 18-20 21-23 24-26 27-29 Gambar 8. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) commit to user 119 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dari tabel dan grafik histogram di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 7 (18,4%) berada pada kelompok rata-rata, 23 (55,2 %) siswa berada pada kelompok di atas Mean dan 10 (26,4%) siswa berada pada kelompok di bawah Mean, sehingga dari tabel di atas diketahui bahwa pemahaman konsep candi pada siswa yang memiliki kesadaran tinggi secara keseluruhan sangat baik. Hal ini terlihat dari skor siswa yang sama dengan Mean dan di atas Mean 30 (73,6%), sedangkan yang berada di bawah Mean 10 (26,4%) dari jumlah keseluruhan responden (N) = 38 siswa. d. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Kesadaran Sejarah Rendah Keseluruhan (B2) Data mengenai pemahaman konsep candi pada siswa dengan kesadaran sejarah rendah secara keseluruhan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi 23 dan skor terendah 10, memiliki rentangan 13 dari jumlah siswa 36. Nilai terbanyak terdapat pada kelas interval 15-17 dengan jumlah Mean sebesar 17,47 Median sebesar 23,5 Modus sebesar 17,50 dan Standar Deviasi sebesar 3,48. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.4 Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan kesadaran sejarah rendah dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 10 dan grafik 12 sebagai berikut: commit to user 120 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (B2) NO Kelas Interval F F (%) 1 9-11 2 2 12-14 3 Kumulatif F f (%) 5,5 2 5,5 5 13,9 7 19,4 15-17 11 30,6 18 50 4 18-20 10 27,8 28 77,8 5 21-23 8 22,2 36 100 36 100 Jumlah Berdasarkan tabel 10 distribusi frekuensi data pemahaman konsep candi pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah tersebut dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut Pemahaman Konsep Candi pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Sejarah Rendah (B2) 12 FREKUENSI 10 8 6 4 2 0 9-11 12-14 15-17 18-20 21-23 Gambar 9. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah commit to user Rendah Secara Keseluruhan (B2) 121 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dari data di atas dapat dilihat sebanyak 11 (30,6%) siswa berada pada kelompok rata-rata, 19 (50%) siswa berada pada kelompok di atas rata-rata, dan 7 (19,4%) berada di bawah Mean. Berdasarkan data tersebut dapat disimulkan bahwa secara keseluruhan pemahaman konsep candi dengan kesadaran sejarah rendah baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen sudah bagus karena hanya 7 (19,4%) siswa yang memiliki pemahaman konsep candi di bawah Mean sedangkan siswa yang memiliki pemahaman konsep candi sama dan di atas Mean sebanyak 26 (80,8%) siswa. e. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi menunjukkan bahwa skor tertinggi 29 dan skor terendah 24 sehingga memiliki rentangan 4 dari jumlah siswa (N) = 17. Nilai Mean sebesar 26,11 Median sebesar 26,00 Modus sebesar 25 dan Standar Deviasi sebesar 1,57. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 22-27 ada sejumlah 10 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.5 Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director yang memiliki kesadaran commit to user 122 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejarah tinggi dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 10 dan grafik 5 sebagai berikut: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) NO Kelas Interval F F (%) 1 22-24 3 2 25-27 3 28-30 Jumlah Kumulatif F f (%) 17,7 3 17,7 10 58,8 13 76,5 4 23,5 17 100 17 100 Dari data di atas dapat dilihat sebanyak 10 (58,8%) siswa berada pada kelompok rata-rata, 4 (23,5%) siswa berada pada kelompok di atas Mean, dan 3 (17,7%) berada di bawah Mean. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pemahaman konsep candi siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi sangat bagus, hal ini terlihat pada nilai pemahaman candi siswa yang berada pada kelompok di bawah Mean hanya 3 (17,7%) sedangkan sisawnya siswa yang memiliki pemahaman konsep candi sama dan di atas Mean sebanyak 14 (82,3%) siswa. commit to user 123 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan tabel 11 dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut: Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Macromedia Director pada siswa yang Memiliki Kecerdasan Tinggi (A1B1) 10 FREKUENSI 8 6 4 2 0 22-24 25-27 28-30 Gambar 10. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) f. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah menunjukkan bahwa skor tertinggi 23 dan skor terendah 17, memiliki rentangan 6 dengan jumlah siswa (N) =17. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh Mean sebesar 19,94 Median sebesar 20 Modus sebesar 17,00 commit to user 124 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan Standar Deviasi sebesar 2,33. Nilai yang paling banyak terdapat pada rentangan 21-23 ada sejumlah 8 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.6. Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director yang memiliki kesadaran sejarah rendah dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 11 dan grafik 6 sebagai berikut: Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) NO Kelas Interval F F (%) 1 15-17 4 2 18-20 3 21-23 Jumlah Kumulatif F f (%) 23,5 4 23,5 5 29,4 9 52,9 8 47,1 17 100 17 100 Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat nilai pemahaman konsep candi siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan Macromedia Director dengan kesadaran sejarah rendah yang berada pada kelompok Mean terdiri dari 5 (29,4%), siswa yang berada pada kelompok di atas Mean adalah 8 (47,1%) siswa, dan siswa yang berada pada kelompok di bawah Mean terdiri dari 4 (23,5%) siswa. Sehingga dapat diambil kesimpulan penggunaan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah sudah bagus. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang commit to user 125 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berada pada kelompok Mean dan di atas Mean sebanyak 13 (76,5%) siswa, sedangkan siswa yang berada pada kelompok di bawah Mean adalah 4 (23,5%). Berdasarkam tabel 12 pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah tersebut dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Macromedia Director pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Sejarah Rendah (A1B2) FREKUENSI 8 6 4 2 0 15-17 18-20 21-23 g. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Gambar 11. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) g. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media commit to user pembelajaran sejarah berbasis Power Point pada siswa yang memiliki kesadaran 126 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejarah tinggi menunjukkan bahwa skor tertinggi 26 dan skor terendah 13, sehingga rentangannya adalah 13 dari jumlah siswa (N) = 21. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS diperoleh Mean sebesar 20,38 Median sebesar 21,00 Modus sebesar 19,00 dan Standar Deviasi sebesar 3,45. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 19-21 yaitu sejumlah 9 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.7. Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 13 dan grafik 18 sebagai berikut: Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) NO Kelas Interval F F (%) 1 13-15 2 2 16-18 3 Kumulatif F f (%) 9,6 2 9,6 2 9,6 4 19,2 19-21 9 42,6 13 61,8 4 22-24 6 28,6 19 90,4 5 25-27 2 9,6 21 100 21 100 Jumlah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemahaman konsep candi siswa dengan media pembelajaran berbasis power point dengan kesadaran sejarah tinggi menunjukkan bahwa siswa yang memiliki skor Mean berjumlah 9 (42,6%), siswa yang memiliki nilai di atas Mean 8 (38,2%), dan siswa yang memiliki nilai di bawah Mean yaitu 4 (19,2%). Berdasarkan perhitungan statistik tersebut maka commit to user 127 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemahaman konsep candi yang diajar dengan menggunakan media Power Point dengan kesadaran sejarah tinggi sudah bagus, hal ini terlihat dari skor siswa yang berada di atas Mean dan sama dengan Mean lebih besar 17 (80,8%) dibandingkan dengan jumlah siswa yang memiliki skor di bawah Mean 4 (19,2%) dengan jumlah total siswa (N) = 21. Untuk lebih jelasnya tabel tersebut dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut: Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Sejarah Tinggi (A2B1) 9 8 FREKUENSI 7 6 5 4 3 2 1 0 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27 Gambar 12. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) commit to user 128 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id h. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah menunjukkan bahwa skor tertinggi 20 dan skor terendah 10, rentangannya adalah 10 dengan jumlah siswa (N) = 19. Berdasarkan perhitungan statsistik dengan menggunakan SPSS diperoleh rata-rata (Mean) sebesar 15,26 Median sebesar 15,00 Modus sebesar 15,00 dan Standar Deviasi sebesar 2,80. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 15-17 dengan jumlah 7 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.8. Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point yang memiliki kesadaran sejarah rendah dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 14 dan grafik 20 sebagai berikut: Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) NO Kelas Interval F F (%) 1 2 3 4 9-11 12-14 15-17 18-20 2 5 7 5 10,6 26,3 36,8 26,3 19 100 Jumlah Total commit to user Kumulatif F f (%) 2 10,6 7 36,9 14 73,7 19 100 129 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui siswa yang memiliki nilai Mean berjumlah 7 (36,8%), sedangkan siswa yang memiliki nilai di atas Mean terdiri dari 5 (26,3%), dan siswa yang memiliki nilai di bawah Mean adalah 7 (36,9%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep candi yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point dengan kesadaran sejarah rendah sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari skor perolehan pemahaman konsep candi siswa yang memiliki nilai Mean diatas Mean berjumlah 12 (63,1%) sedangkan hanya 7 (36,9%) yang memiliki pemahaman konsep candi dibawah skor Mean. Bedasarkan tabel tersebut di atas maka dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut: Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Sejarah Rendah (A2B2) 7 FREKUENSI 6 5 4 3 2 1 0 9-11 12-14 15-17 18-20 Gambar 13. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada commit to user Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) 130 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pengujian Persyaratan Analisis Setelah data yang berhubungan dengan variabel telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Anava dua jalan. Untuk itu terlebih dahulu diperlukan uji prasyarat yang harus dipenuhi dalam Anava yaitu uji normalitas data, uji homogenitas dengan terlebih dahulu melakukan uji keseimbangan. a. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan ini dilakukan dengan melihat apakah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol telah sepadan atau sama keadannya sebelum diberi perlakuan yang berbeda. Untuk uji keseimbangan tersebut diambil dari nilai UTS siswa kelas VII semester gasal tahun ajaran 2011/2012 yaitu untuk kelas eksperimen memiliki Mean 83,1765, Standar Deviasi 9, 81178 dengan jumlah siswa 34, sedangkan untuk kelas kontrol dengan jumlah siswa 40 diperoleh Mean 82, 4000, Standar Deviasi 10,12942. Hasil uji keseimbangan tersebut menggunakan uji Independent Sample Test dengan menggunakan bantuan SPSS dari kelompok eksperimen memiliki taraf signifikansi 0, 740, sedangkan untuk kelas kontrol memiliki nilai signifikansi 0, 739. Beradasarkan hasil uji statistik dengan SPSS dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang. Selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.3 commit to user 131 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Pengujian Normalitas Data Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian adalah uji Lilliefors Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05 %. Uji ini dilakukan untuk memenuhi salah satu asumsi yang dibutuhkan dalam analisis variansi dua jalan dengan sel sama, yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh dari sampel berasal dari populasi yang berditribusi normal. Kriteria yang digunakan untuk melihat kenormalan adalah dengan apabila distribusi nilai kenormalan dari uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari nilai probabilitasnya (0,05). Hasil uji normalitas dari tiap sel disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 15. Kesimpulan Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas Uji KolmogorovSmirnov Media Pembelajaran Sejarah Berbasis 0,669 Macromedia Director (A1) Media Pembelajaran Berbasis Power 0,535 Point (A2) Media Pembelajaran Sejarah Berbasis 0.712 Macromedia Director dengan Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) Media Pembelajaran Sejarah Berbasis 0,678 Macromedia Director dengan Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) Media Pembelajaran Berbasis Power 0,707 Point dengan Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) Media Pembelajaran Berbasis Power 0,438 Point dengan Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) commit to user Taraf Signifikansi Keterangan 0,763 Normal 0,937 Normal 0,692 Normal 0,748 Normal 0,700 Normal 0,991 Normal 132 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Normalitas Siswa dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director (A1) Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director diperoleh hasil perhitungan N=34, dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov 0,669 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0, 762 sehingga nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2. 2) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Power Point (A2) Normalitas data diolah mengguanakan perhitungan statistik dengan bantuan SPSS maka data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point diperoleh hasil perhitungan N=40, dengan nilai probabilitas α = 0.05 diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov 0,535 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0, 937 hal ini berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok siswa dengan menggunakan media Power Point dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2. commit to user 133 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director yang Memiliki Tingkat Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) Normalitas data kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dengan kecerdasan tinggi diolah dengan menggunakan bantuan SPSS. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi diperoleh hasil perhitungan N=17 dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov 0,712 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0, 692, artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2. 4) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director yang Memiliki Tingkat Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka dapat diketahui data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dengan tingkat kesadaran sejarah siswa rendah diperoleh hasil perhitungan N=17, dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov 0,678 dengan tingkat commit to user 134 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id signifikansi kenormalan sebesar 0, 748 hal ini emnunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini telah terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2. 5) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Power Point yang Memiliki Tingkat Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) Uji normalitas data diolah menggunakan data statistik dengan bantuan SPSS. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point dengan tingkat kesadaran tinggi diperoleh hasil perhitungan N=21, dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik KolmogorovSmirnov 0,707 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0,700, sehingga nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2. 6) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Power Point yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point dengan tingkat kesadaran sejarah siswa rendah diperoleh hasil perhitungan N=19, dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga commit to user 135 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id statistik Kolmogorov-Smirnov 0,438 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0, 991, hal ini menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05., sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2. c. Uji Homogenitas Uji homogenitas varians dilakukan untuk menunjukkan bahwa populasipopulasi dari sampel penelitian ini bersifat homogen atau memiliki variansi yang sama. Pengujian homogenitas variansi populasi menggunakan uji Levenee’s test of homogenity of variance dihitung dengan menggunakan SPSS untuk menguji bahwa setiap kategori variabel independent memiliki variansi yang sama. Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pemahaman Konsep Candi Kelompok Eksperimen Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Pemahaman Konsep Candi F df1 df2 Sig. 2,541 3 70 ,063 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh Fhitung = 2,541 selanjutnya dikonsultasikan dengan harga nilai signifikansi pada 0,063 (p>0,05) dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh Ftabel = 2,92 , maka dapat diketahui Fhitung < Ftabel = commit to user 136 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2,541 < 2,92. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian keempat kelompok sampel tersebut memiliki kesamaan varians atau keempat kelompok tersebut homogen. 3. Pengujian Hipotesis Setelah asumsi yang diperlukan dalam analisis variansi terpenuhi, maka akan dilakukan uji analisis variansi dua jalan. Hasil perhitungan analisis dua jalan disajikan dalam tabel berikut Tabel 17. Rangkuman Pemahaman Konsep Candi Media Pembelajaran (A) Kesadaran Sejarah (B) Kesadaran N Sejarah Mean Tinggi Median (B1) Std N.Minimum N.Maximum Jumlah Kesadaran N Sejarah Mean Rendah Median (B2) Std N.Minimum N.Maximum Jumlah Total N Mean Median Std N.Minimum N.Maximum Jumlah Media Pembelajaran Macroedia Director (A1) Media Pembelajaran Power Point (A2) Total 17 26,11 26,00 1,57 24,00 29,00 97,57 17 19,94 20,00 2,33 17,00 23,00 135,27 34 40,05 46,00 3,9 41.00 52,00 216,95 commit to user 21 20,38 21,00 3,45 13,00 26,00 104,83 19 15,26 15,00 2,80 10,00 20,00 82,06 40 35,64 36,00 6,25 46,00 36,00 199,89 38 46,49 47,00 5,02 37,00 55,00 228,51 36 35,2 35,00 5,13 27,00 43,00 217,33 74 75,69 82,00 10,15 87,00 58,00 386,84 137 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan terbukti. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik Anava Dua Jalan (Two Way Anava). Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teknik Anava Dua Jalan (Two Way Anava), hipotesis yang telah dirumuskan dapat terjawab dalam tabel sebagai berikut : Tabel 18. Hasil Perhitungan Anava Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Pemahaman Konsep Candi Type III Sum Source of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 1059,698a 3 353,233 48,737 ,000 Intercept 30635,339 1 30635,339 4226,876 ,000 Media_Pembelajaran_Sejarah 497,785 1 497,785 68,681 ,000 Kesadaran_Sejarah 585,414 1 585,414 80,772 ,000 Media_Pembelajaran_Sejarah 5,144 1 5,144 ,710 ,402 Error 507,342 70 7,248 Total 32013,000 74 Corrected Total 1567,041 73 * Kesadaran_Sejarah R Squared = ,676 (Adjusted R Squared = ,662), Data diolah dengan menggukan program SPSS 19. Berdasarkan tabel 18 dapat diambil kesimpulan interpretasi sebagai berikut commit to user perpustakaan.uns.ac.id 138 digilib.uns.ac.id a. Perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media Power Point terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang. Pada pengujian hipotesis pertama berdasarkan analisis variansi dua jalan diperoleh Fhitung = 68,681 > Ftabel = 3,11 dengan α 5%, dapat diambil kesimpulan bahwa H oA ditolak. Hal ini berarti penggunaan media pembelajaran yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pemahaman konsep candi siswa pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya”. Ditolaknya H oA dikarenakan penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia memberikan pengaruh kepada siswa, artinya kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX memiliki tingkat pemahaman konsep candi lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis powerpoint pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”. b. Perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang Berdasarkan analisis variansi dua jalan diperoleh Fhitung = 80,772 > Ftabel to user =3,11 dengan α 5%, dapat diambilcommit kesimpulan bahwa H oB ditolak. Hal ini berarti 139 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kesadaran sejarah tinggi dan siswa dengan kesadaran rendah memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman konsep candi pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”. Ditolaknya H oB berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dengan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi. Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran sejarah siswa ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian pemahaman konsep candi. Siswa dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki pemahaman konsep candi yang tinggi, dan siswa dengan kesadaran sejarah rendah juga memiliki pemahaman konsep candi yang rendah pula. c. Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif berbasis Macromedia Director MX dan kesadaran Sejarah terhadap pemahaman konsep candi. Berdasarkan analisis variansi dua jalan diperoleh Fhitung = 0,710 < Ftabel =3,11 dengan α 5%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa H oAB diterima. Hal ini berarti tidak ada pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif berbasis Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi pada kompetensi dasar Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya. commit to user 140 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Penerapan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dibandingkan dengan media pembelajaran Power Point serta kesadaran sejarah sama-sama memiliki pengaruh terhadap pencapaian pemahaman konsep candi siswa. Pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki Mean 26,118, sedangkan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan media pemebelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki nilai Mean 20,381. Nilai pemahaman konsep candi siswa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah rendah memiliki nilai Mean 19,941. Sedangkan pemahaman konsep candi siswa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran sejarah rendah memiliki nilai Mean 15,263. Berdasarkan nilai pemahaman konsep candi tersebut, maka disimpulkan bahwa: a. Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan media berbasis Power Point pada siswa yang memilki kesadaran sejarah tinggi. b. Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan media berbasis Power Point pada siswa yang memilki kesadaran sejarah rendah. commit to user 141 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik tentang tidak adanya interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi sebagai berikut: Tabel 19. Tidak ada Interaksi Media Pembelajaran Sejarah dan Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi Media Pembelajaran Sejarah Kesadaran Sejarah Macromedia Director Kesadaran Sejarah Tinggi Kesadaran Sejarah Rendah Power Point Kesadaran Sejarah Tinggi Kesadaran Sejarah Rendah Kesadaran Mean 26,118 19,941 20,381 15,263 Tidak adanya interaksi anatara media pemeblajaran dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi dapat dilihat pada grafik 22. Gambar 14. Grafik Profile Plots Tidak Terdapat Interaksi Antara Media Pembelajaran dan Kesadaran Sejarah Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Candi. commit to user 142 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, berikut ini dikemukakan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan interpretasi data hasil tes pemahaman konsep candi siswa. 1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media Power Point terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang Pada pengujian pertama, diperoleh Fhitung 68,681 hasil ini dibandingkan dengan Ftabel = 3,11 (α=5%) sehingga Fhitung 68,681> Ftabel = 3,11 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran sejarah dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director Mx dan media pemebelajaran sejarah berbasis Powerpoint terhadap pemahaman konsep candi siswa. Hal ini melihat dari hasil Mean pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX sebesar 23,029 dan rerata pemahaman konsep candi dengan menggunakan media berbasis Power Point sebesar 17,822 sehingga pemahaman konsep candi dengan pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi dengan menggunakan media Power Point. Pembelajaran berbasis multimedia adalah desain media pembelajaran yang dirancang khusus untuk memenuhi segala aspek untuk menunjang pemahaman konsep candi siswa. Media pembelajaran yang digunakan juga diberi petunjuk untuk mengoperasikan media, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar proses commit to user perpustakaan.uns.ac.id 143 digilib.uns.ac.id pembelajaran. Petunjuk penggunaan media pembelajaran yang diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung ditujukan kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami cara kerja dari media yang ditampilkan. Dengan cara ini siswa tidak merasa kebingungan dalam mengoperasikan media dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Menurut Dale (1963:43) pembelajaran adalah proses komunikasi. Dale menggolongkan media pembelajaran menurut pengalaman belajar siswa, yaitu sifat konkrit sampai bersifat abstrak, yang dikenal dengan kerucut pengalaman (the cone of experience). Selanjutnya Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari “pengalaman langsung yang dituju” dan kemudian meningkat melalui tingkat-tingkat yang abstrak sampai pada “lambang visual”. Melalui pembelajaran dengan menggunakan media ini, pengalaman siswa dihadirkan lebih konkret lagi dari pengalaman langsung tersebut yaitu” pengalaman tiruan yang diatur” pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda atau kejadian tiruan yang sebenarnya, termasuk di dalamnya model. Pengalaman tiruan ini dapat berguna jika pengalaman langsung tidak dapat diberikan kerena keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengganti media tersebut adalah benda model. Materi peninggalan kebudayaan pada masa Hindu Budha tidak mungkin didapat siswa secara langsung, karena peristiwa tersebut sudah lampau. Oleh karena itu dihadirkan media pembelajaran berbasis multimedia untuk memberikan kesan yang mendalam, memberi arti yang sebenarnya, serta menambah pengertian dan menghentikan verbalisme. Penggunaan Media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director merupakan sesuatu yang belum pernah diterima siswa, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 144 digilib.uns.ac.id tentu saja memberikan sebuah pengalaman belajar baru yang lebih menyenangkan dan mampu menumbuhkan kesadaran sejarah siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran IPS yang berlangsung selama empat kali pertemuan tersebut. Dari hasil pengamatan, siswa menjadi lebih mudah dalam memahami konsep-konsep IPS yang diajarkan. Konsep-konsep abstrak IPS yang selama ini hanya ditampilkan melalui buku-buku teks selama kegiatan pembelajaran, bisa disajikan secara langsung dan kontekstual melalui media pembelajaran yang ditayangkan selama kegiatan pembelajaran. Komponen inti dari media pembelajaran ini adalah materi pembelajaran yang ditujukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi yang tercantum dalam Peraturan Mentri Diknas No.22 tahun 2006. Oleh karena itu diperlukan pencapaian yang baik agar materi dan konsep yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Pada media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX pada pokok bahasan candi Hindu-Budha ini diorganisasikan urutan penyajian yang kronologis dengan menerapkan historis kronologis, dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan peran materi sejarah. Dalam pembahasan ini adalah menjelaskan secara historis peninggalan-peninggalan masa Hindu-Budha berupa candi dengan tujuan menumbuhkan sikap menghargai dan melestarikan karya budaya bangsa, tanggung jawab pengembangan budaya serta memupuk kebanggaan peserta didik yang tinggal di Jawa. Selain penyampaian materi, pemberian balikan juga diperlukan dalam pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX, sehingga dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 145 digilib.uns.ac.id diketahui benar atau tidaknya unjuk kerja siswa. Balikan pada media pembelajan ini diberikan pada setiap akhir dari masing-masing pokok bahasan. Balikan yang diberikan berupa animasi emosi kartun, apabila jawaban siswa benar semua ekpresi wajah tersenyum dan apabila jawaban siswa salah maka animasi ekspresi wajah menangis. Balikan ini dimaksudkan untuk memberikan penguatan kepada siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari. Berdasarkan hasil penelitian media pembelajaran sejarah ini mampu menjadi alternatif sebagai pengenalan awal siswa kelas VII SMP untuk lebih memahami pokok bahasan candi Hindu-Budha sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga siswa akan lebih menghargai peninggalan-peningglan kebudayaan khususnya pada masa Hindu-Budha. Konsep belajar mandiri yang diterapkan pada saat pembelajran berlangsung diharapkan dapat meningkatkan interaksi siswa dan guru sebagai fasilitator. Selain itu dengan belajar secara mandiri, pengalaman mereka dalam belajar akan berbeda, untuk materi dan konsep yang belum dipahami, siswa bisa mengulang materi tersebut. Dengan begitu siswa dapat terlibat secara aktif agar bisa mengejar materi untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Keunggulan lain yang dimiliki media berbasis Macromedia Director MX adalah kemudahan dalam pengoperasian media. Media pembelajaran sejarah ini diproduksi dengan menggunakan Macromedia Director MX, hasilnya adalah kumpulan file director yang digabungkan dengan menggunakan format projektor sehingga siswa mudah untuk menjalankan media dengan menggunakan tomboltonmbol navigasi yang diberi link dan tol bar. Siswa bisa mengamati langsung commit to user perpustakaan.uns.ac.id 146 digilib.uns.ac.id berbagai proses yang terjadi mulai dari pembuatan candi, relief yang ada pada candi yang bisa mereka temukan dalam media berbasis Macromedia Director membuat siswa menjadi tidak lekas bosan dan bisa mengulang kembali ketika mereka memerlukan pendalaman materi pada pokok bahasan tertentu secara lebih mudah. Beberapa siswa yang ditanya guru mengaku lebih memahami dan mengerti konsep- konsep candi. Multimedia ini memiliki menu-menu yang konsisten pada setiap halaman yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk mudah berganti dari satu halaman ke halaman berikutnya sesuai dengan keinginan siswa. Siswa dapat belajar dengan cepat dengan mempelajari materi sampai akhir untuk mengulang lagi pada bagian yeng belum mereka pahami. Media pembelajaran sudah dikemas dalam bentuk CD (Compact Disk) secara praktis dapat dibuka dan dipelajari kapanpun sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga tidak harus silakukan pada saat jam tatap muka yang telah dijadwalkan. Pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX ini diharapkan sesuai dengan prisip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menempatkan guru sebagai fasilitator bukan sember utama dalam proses pembelajaran. Praktek yang terjadi di lapangan, kesiapan guru tentang fasilitas yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran telah dipersiapkan dengan baik, sehingga alokasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat terpenuhi, jika guru di sekolah tidak memiliki kemampuan dalam mengoperasikan media pemeblajaran, maka hal yang akan terjadi proses pembelajaran akan terhambat untuk menyelesaikan materi yang dipelajari dan commit to user 147 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id alokasi waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Pada kelas eksperimen Guru sudah mampu mengoperasikan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX dengan baik, mengarahkan dan memberi penjelasan lebih rinci pada siswa untuk materi-materi yang belum disajikan dalam media dan belum dipahami siswa. Penggunaan multimedia dengan program Macromedia Director MX mudah dibuat dan dioperasikan, hal ini telah mampu memberikan inspirasi bagi guru sejarah untuk menghasilkan sendiri media pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Hal ini sesuai dengan prinsip Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan dan dapat memberikan nilai lebih bagi prestasi guru. Berbagai keunggulan tersebut diharapkan dapat membawa pada siswa pada pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep candi siswa kelas VII di SMP Negeri Malang. Selain berbagai keunggulan tersebut di atas media pembelajaran ini juga masih banyak memiliki kekurangan diantaranya kurangnya animasi pada Macromedia Director, maka diperlukan dukungan dari Macromedia Flash, dan Adop Audition untuk pengaturan musik dan narasi. Selain itu, media pembelajaran yang telah direvisi banyak ditambahkan video, hal ini menyebabkan media pembelaran menjadi lambat apabila dijalankan pada komputer pentium 3. Untuk menghindari hambatan pada saat media dijalankan, guru terlebih dahulu menyimpan data di komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran ini hanya bisa digunakan dalam proses pembelajaran apabila commit to user perpustakaan.uns.ac.id 148 digilib.uns.ac.id sekolah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung. Minimal sekolah memiliki komputer dan LCD apabila media digunakan oleh guru. Media pembelajaran berbasis multimedia juga diberi petunjuk untuk mengoperasikan media, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar proses pembelajaran. Petunjuk penggunaan media pembelajaran yang diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung ditujukan kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami cara kerja dari media yang ditampilkan. Sehingga siswa tidak merasa kebingungan dalam mengoperasikan media dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Media pembelajaran yang dikembangkan dan diproduksi dengan menggunakan program Macromedia Director MX dikemas dalam bentuk CD (Compact Disk) ditujukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Media pembelajaran yang digunakan memiliki spesifikasi yang tidak dimiliki oleh media pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran pada pokok bahasan candi Hindu Budha. Media pembelajaran ini terdiri dari (1) Bahan penarik perhatian, (2) Tujuan pembelajaran, (3) Petunjuk penggunaan media, (4) Materi pembelajaran, (5) Balikan, (6) Evaluasi. Bahan penarik perhatian yang menjadi komponen dalam media pembelajaran ini berupa gambar-gambar candi yang berwarna, pemilihan musik jawa menarik perhatian siswa agar meningkatkan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Penggunaan gending jawa diharapkan dapat membawa siswa berada pada lokasi candi yang sebenarnya. Selain itu, bahan penarik commit to user 149 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perhatian juga terdiri dari narasi, dan animasi serta pemilihan teks yang berwarna pada istilah-istilah yang dianggap penting. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs pertanyaan lisan dapat menarik perhatian, gambar gerak pada layar monitor dapat menunjukkan peristiwa yang aneh sehingga dapat menarik perhatian siswa. Macromedia Director MX memiliki performance yang baik meskipun dijalankan di komputer pentium I, karena Macromedia Director MX memiliki pengaturan memori dan data yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang banyak dan besar (Hendratman, 2005: 3). Media pembelajaran yang dikemas dalam CD ini kaya akan gambar-gambar yang mampu memberikan gambaran kepada siswa tentang candi dan ornamentasi yang terdapat di dalamnya. Penggunaan dari media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada prakteknya mengalami berbagai kendala. Dari faktor guru terdapat beberapa kendala yang menyebabkan tidak maksimalnya pemanfaatan media berbasis Macromedia Director dalam proses pembelajaran IPS di kelas yakni keterampilan dalam merancang dan menggunakannya selama proses pembelajaran. Selain itu, dari hasil pengamatan di lapangan terlihat bahwa materimateri yang disajikan secara umum sudah memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan. Meskipun demikian, siswa menginginkan alur cerita pada media yang lebih interaktif dan memuat contoh-contoh kegiatan riil yang ada saat ini yang lebih banyak terkait dengan materi yang dibahas. Hal ini berkaitan dengan harapan siswa agar mereka bisa memiliki wawasan dan pengetahuan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id 150 digilib.uns.ac.id lebih banyak sehingga pemahaman mereka atas konsep-konsep terkait bisa menjadi lebih komprehensif. Sedangkan media yang lainnya didesain dengan menggunakan Microsoft Power Point memiliki karakteristik diantaranya: (1) Memasukkan teks, gambar dan suara, dan (2) Membuat tampilan menarik. Tampilan yang menarik akan meningkatkan minat dan motivasi pembelajar pada pogram komputer Microsoft Power Point dengan memberi background untuk memperindah tampilan. Menurut Hujair AH Sanaky (2009: 132- 133) Ada beberapa jenis background yang ditawarkan yaitu: (1) Dengan memberi warna, (2) Dengan memberi tekstur, dan (3) Memasang gambar dari file sendiri. Dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point siswa hanya siswa hanya bisa meperhatikan dari tempat duduknya tanpa bisa berinteraksi maupun belajar secara mandiri mengenai materi candi hindu Budha sehingga interaksi dengan media juga kurang. Media berbasis Power Point sudah sering di manfaatkan oleh guru di SMP N 9 Malang. Masing-masing kelas di sekolah tersebut telah memiliki fasilitas LCD dan Sound System yang lengkap, sehingga guru dan siswa sudah terbiasa memanfaatkan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point. Hal ini kemungkinan menjadi salah penyebab pemahaman konsep candi siswa lebih rendah dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang diberi perlakuan dengan media berbasis Macromedia Director Mx. Penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia Director Mx lebih efektif dalam pembelajaran sejarah dibandingkan dengan media berbasis Power commit to user perpustakaan.uns.ac.id 151 digilib.uns.ac.id Point karena dalam pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director Mx siswa dapat mengoptimalkan seluruh panca indra yang dimiliki. Dalam media pembelajaran berbasis Macromedia Director Mx terdapat narasi cerita, gambar, video, musik jawa, animasi, pemilihan warna yang tepat dan adanya balikan yang membuat media pembelajaran menjadi interaktif. Hal tersebut yang membuat media pembelajaran berbasis Macromedia Director berbeda jika dibandingkan dengan media Power Point yang hanya berisi teks dan gambar. 2. Terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang Pada pengujian hipotesis ke dua diperoleh Fhitung sebesar 80,772 dibandingkan dengan Ftabel 3,11 (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan anatara siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi. Melihat nilai rata-rata siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi sebesar 23,249 dan nilai rata siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah adalah 17,602 maka dapat disimpulkan siswa dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki kemampuan pemahaman konsep candi lebih baik dibandingkan pemahaman konsep candi siswa yang memiliki kesadaran sejarah randah. Menurut Jan Barker yang dikutip Moedjanto (1989:14) kesadaran sejarah adalah keinsyafan bahwa seseorang menerima nenek moyangnya hasil commit to user perpustakaan.uns.ac.id 152 digilib.uns.ac.id kerja mereka sebagai warisan yang harus diipelihara dan disempurnakan, agar pada gilirannya hasil karya itu diteruskan kepada angkatan berikutnya. Berdasarkan pengertiann ini, jelas bahwa kesadaran sejarah ada dalam diri seseorang apabila dia menginsyafi, bahwa apa yang telah dimilikinya sekarang merupakan warisan nenek moyangnya dari masa lampau sebagai bentuk budaya, sehingga mereka berusaha memelihara harta warisan budaya itu dan menyempurnakannya. Dengan kesadaran sejarah tinggi yang dimiliki oleh siswa terbukti mampu mempengaruhi tingkat pemahaman konsep candi siswa menjadi tinggi, begitu pula sebaliknya dengan kesadaran sejarah yang rendah maka pemahamn konsep candi siswa juga lebih rendah. Lebih lanjut, Moedjanto (1989:14) mengungkapkan bahwa indikatorindikator kesadaran sejarah adalah (1) Keberanian berpijak pada fakta dan realias; (2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan change (perubahan); (3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5) Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik kepada angkatan berikutnya. Dengan berbagai indikator tersebut, terbukti mampu menggali kesadaran sejarah siswa dalam memahami konsep candi. Seorang guru harus bisa membangkitkan kesadaran siswa pada saat menyampaikan materi. Siswa akan memiliki kesadaran sejarah tinggi untuk menyadari bahwa hasil kebudayaan berupa candi memberikan gambaran tentang nilai-nilai filosofi yang tinggi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa tergugah untuk menghasilkan karya yang lebih baik dimasa yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id 153 digilib.uns.ac.id akan datang dengan tetap berpijak pada amsa lampau. Kesadaran sejarah yang dimiliki siswa harus dimulai dari pemahaman tentang fakta-fakta, selanjutnya mengetahui fakta-fakta sejarah juga belum tentu menjamin kesadaran sejarah siswa, sehingga guru harus menumbuhkan kesadaran sejarah yang mencakup cipta, rasa, dan karsa dalam hati nurani. Untuk mencapai pemahaman konsep candi yang tinggi dan maksimal diperlukan adanya kesadaran sejarah yang tinggi. Oleh karena itu, bagi siswa yang pemahaman konsep candinya rendah perlu dibangkitkan kesadaran sejarah yang tinggi dalam dirinya dalam mempelajari mata pelajaran sejarah. Siswa yang masuk dalam kategegori memiliki kesadaran sejarah tinggi adalah siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 22,94 sedangkan siswa yang meliki kesadaran sejarah rendah adalah siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 17,47. Melalui pemahaman konsep candi merupakan upaya untuk memberi pengetahuan dan mengambil nilai-nilai tentang peristiwaperistiwa masa lalu dan peninggalan kebudayaan yang dihasilkan. Kesadaran sejarah menyadarkan diri siswa sehingga siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi akan memiliki pemahaman konsep yang tinggi pula. Pengetahuan tentang candi sebagai warisan budaya bangsa dapat dijadikan sebagai bahan untuk mencapai nilai positif siswa dan menyadarkan siswa untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa. Kesadaran sejarah yang dimiliki oleh siswa dapat di mulai dengan pengetahuan mengenai fakta-fakta sejarah, selanjutnya dihayati dan adanya keinsyafan dalam cipta, rasa, dan karsa dalam diri. Pemahaman konsep candi commit to user 154 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id anatara siswa kesadaran sejarah tinggi dan rendah yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang diungkapakan oleh Sartono (1985:4) bahwa kesadaran sejarah siswa akan semakin meningkat dengan memiliki pengetahuan sejarah. Pengetahuan ini mengenai pemahaman konsep candi. Kesadaran sejarah siswa dapat tumbuh dan berkembang jika guru memahami dan menguasai teori dan konsep belajar tetapi juga teori dan konsep materi candi hindu Budha dengan baik. Guru harus mampu merekontruksi suasana pembelajaran yang kondusif, sementara siswa harus diberi peluang untuk mengembangkan logika, penafsian, agar mampu memunculkan pertanyaanpertanyaan yang benar dan kreatif, dengan berorientasi pada siswa sehingga pemahaman konsep candi siswa dapat ditingkatkan. 3. Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif berbasis Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi. Pada pengujian hipotesis ke tiga diperoleh Fhitung sebesar 0,710 dibandingkan dengan Ftabel 3,11 (α = 5%) maka Fhitung 0, 710 < Ftabel 3,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif berbasis Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi. Pembelajaran konsep adalah pembelajaran yang sangat vital dalam IPS Sejarah. Seperti yang dikemukakan oleh Hariyono (1995: 201) bahwa dengan belajar konsep siswa diajak untuk berpikir logis dan bermakna. Dari penjelasan di commit to user 155 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id atas maka pemahaman konsep adalah kemampuan menerangkan atau menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep dan keterkaitan antar konsep-konsep (Wartono, 1992: 21). Sedangkan pemahaman konsep candi berarti kemampuan siswa untuk menerangkan, menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep mengenai pengertian candi, bangunan candi, fungsi candi, arsitektur candi, pantheon candi, serta langgam candi. Pemahaman konsep candi ini dicapai dengan penerapan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dibandingkan dengan media pembelajaran Power Point serta kesadaran sejarah sama-sama memiliki pengaruh terhadap pencapaian pemahaman konsep candi siswa. Pemahaman konsep candi siswa yang belajar sengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki Mean 26,118, sedangkan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan media pemebelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki nilai Mean 20,381. Nilai pemahaman konsep candi siswa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah rendah memiliki nilai Mean 19,941. Sedangkan pemahaman konsep candi siswa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran sejarah rendah memiliki nilai Mean 15,263. Berdasarkan nilai pemahaman konsep candi tersebut, maka disimpulkan Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 156 digilib.uns.ac.id menggunakan media berbasis Power Point pada siswa yang memilki kesadaran sejarah tinggi maupun pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah. Siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi akan memperoleh pemahaman konsep candi yang tinggi dan siswa yang memiliki tingkat kesadaran sejarah rendah akan memiliki pemahaman konsep candi yang rendah pula, hal ini dikarenakan tingkat pemahaman konsep candi dipengaruhi oleh tingkat kesadaran sejarah siswa yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia Director. Melalui media ini siswa dapat mengoptimalkan keseluruhan panca indra karena dalam media pembelajaran Macromedia Director memiliki narasi suara, animasi, balikan yang interaktif, dan variasi warna yang membuat media pembelajaran berbasis Macromedia Director lebih efektif dari pada media pembelajaran berbasis Power Point. Penggunaan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dapat menggugah kesadaran sejarah siswa. Guru dapat melakukan komparasi menggunakan jembatan penghubung masa lalu dengan masa kini dengan penguasaan teori dan konsep sejarah maupun ilmu sosial lainnya dengan pendekatan interdisipliner (Supriatna, 2007:117). Artinya guru menciptakan pembelajaran sejarah yang kreatif dan sejalan dengan era globalisasi yang ditandai dengan mudahnya mengakses informasi. Tidak adanya pengaruh interaksi antara media pembelajaran dan keadaran sejarah terhadap konsep candi siswa, disebabkan ada berbagai hal yang menyebabkan kesadaran sejarah siswa dapat tumbuh, kesadaran sejarah merupakan suatu yang kontinyu (continue) tentang kompleksitas perubahanperubahan (kontonuitas dan kemungkinan dikontinuitas) yang ditimbulkan oleh commit to user 157 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id interaksi dialektis masyarakat yang ingin melepaskan diri dari genggaman realitas yang ada (Suparlan, 2007:893). Artinya kesadaran sejarah merupakan suatu proses yang berkesinambungan tidak bisa langsung dilihat saat pembelajaran berlangsung, melainkan harus melihat kesadaran sejarah siswa dalam kehidupan sehari-hari setelah proses pembelajaran dengan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director berlangsung. Media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director hanya bisa mencapai kesadaran sejarah kognitif. Kesadaran sejarah yang dimiliki oleh siswa diawali dengan adanya pemahaman terhadap peninggalan-peninggalan sejarah tertulis serta sesuatu yang dialami dan dipelajari dari peristiwa sejarah. Kemampuan siswa menurutkan fakta sejarah sebagai rangkaian kisah dari masa lampau yang memiliki hubungan dengan masa kini sudah mampu dicapai oleh siswa melalui media pemebelajaran berbasis Macromedia Director akan tetapi domain Psikomotor belum mampu dicapai pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan pelaksanaan tes yang dilakukan dengan tes pilihan ganda (multiple choice) menyebabkan pelajaran pada materi candi menajadi hafalan fakta dan belum bisa mencapai domain psikomotor dan pembelajaran yang berorientasi pada nilai. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa. commit to user 158 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Keterbatasan Penelitian Peneliti berusaha mendapatkan hasil yang optimal dengan meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penelitian. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ada beberapa keterbatasan-keterbatasan yang sulit untuk dihindarkan dalam proses penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan Macromedia Director memerlukan tingkat kreatifitas dari guru untuk menggunakannya, sehingga harus memantau guru dan terlebih dahulu diadakan treaning. Dengan mengadakan treaning untuk guru maka waktu yang diperlukan untuk penelitian relatif lebih lama. 2. Variabel mengenai pemahaman konsep candi sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kesadaran sejarah siswa melainkan ada hal lain yang juga berpengaruh terhadap pemahaman konsep candi yang belum masuk dalam penelitian eksperimen ini. Variabel yang dapat mepengaruhi, misalnya: kesiapan siswa dalam belajar, lingkungan belajar, peguasaan materi guru, motivasi, emosi, kecemasan, perasaan, minat, maupun tingkat konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran. Faktor-faktor inilah yang terkadang menyebabkan terjadinya kekaburan pengaruh atau perbedaan pemahaman konsep candi diluar perlakuan-perlakuan yang dieksperimenkan. Peneliti berusaha seoptimal mungkin dalam melakukan eksperimen, terutama dalam memantau dan meneliti perlakuan atau kondisi-kondisi ekperimnental untuk mendapatkan pengaruh yang benar-benar bersih dari faktor yang dipantau commit to user 159 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yaitu pemahaman konsep candi yang didasarkan pada media pembelajaran dan tingkat kesadaran sejarah siswa. 3. Pembelajaran dengan menggunkan media pembelajaran yang bervariasi membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak dalam pelaksanaannya. Tidak semua sekolahan mempunyai media pembelajaran yang lengkap serta biaya untuk pengadaan media pembelajaran baik itu media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director Mx maupun media pembelajaran berbasis Power Point. 4. Perolehan data yang dilakukan untuk mengukur kesadaran sejarah siswa memalui kuestioner memiliki keterbatasan-keterbatasan, salah satunya tidak bisa mendeteksi secara mendalam diri responden. Oleh karena itu, angket yang dihasilkan belum bisa mengukur sebenar-benarnya kesadaran sejarah yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Upaya yang dilakukan dengan memberi penjelasan kepada siswa untuk menjawab angket dengan sejujurjujurnya sesuai dengan hati nurani masing-masing dan tidak akan mempengaruhi nilai tes pemahaman konsep candi, namun dalam kenyataannya hasil pengisian angket tidak dapat dideteksi apakah dijawab dengan sejujur-jujurnya atau tidak oleh siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dan media pembelajaran berbasis Power Point terhadap pemahaman konsep candi pada materi pokok candi Hindu-Buddha siswa kelas VII SMP Negeri. 2. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki tingkat kesadaran sejarah tinggi dan tingkat kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi pada materi pokok candi Hindu-Buddha siswa kelas VII SMP Negeri Malang . 3. Tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan media interaktif dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi pada materi candi Hindu-Buddha siswa kelas VII SMP Negeri Malang. B. Implikasi Penelitian Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep candi siswa berbeda apabila diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis multimedia dan media pembelajaran berbasis Power Point dengan commit to user menggunakan LCD. Pemahaman konsep candi siswa lebih tinggi dengan 160 perpustakaan.uns.ac.id 161 digilib.uns.ac.id menggunakan media berbasis Macromedia Director MX dibandingkan dengan meggunakan media Power Point. Penelitian ini telah membuktikan bahwa dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat, menarik, dan bervariasi, serta kesadaran sejarah siswa yang tinggi akan membawa dampak yang positif dalam pencapaian pemahaman konsep candi siswa. Oleh karena itu, pemilihan media pembelajaran yang tepat sangat penting untuk diterapkan dengan menyesuaikan materi yang akan dipelajari. Melalui pemiliham media pembelajaran yang tepat akan meningkatkan kesadaran sejarah siswa sehingga siswa mudah menerima materi yang disampaikan guru dan pemahaman konsep candi siswa juga dapat ditingkatkan. Penggunaan media pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Penggunaan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director memungkinkan siswa lebih tertarik dalam belajar. Dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan media pemebelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pengalaman siswa dihadirkan lebih nyata lagi melalui gambar, narasi, dan animasi. Bahan penarik perhatian yang menjadi komponen dalam media pembelajaran berupa gambar-gambar candi yang berwarna, pemilihan musik jawa menarik perhatian siswa telah meningkatkan antusias dan motivasi siswa selama proses pembelajaran. Penggunaan gending jawa dapat membawa siswa berada pada lokasi candi yang sebenarnya. Selain itu, juga lebih terbantu dengan adanya bahan penarik perhatian juga terdiri dari narasi, dan animasi serta pemilihan teks yang berwarna pada istilah-istilah yang dianggap penting. Adanya interaksi antara commit to user 162 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id media pembelajaran Macromedia Director dan siswa menjadikan siswa lebih aktif dan kritis dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pemahaman konsep lebih mudah dipahami dari pada siswa belajar dengan media berbasis Power Point. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director terbukti dapat memberikan keuntungan yaitu meingkatkan pemahaman konsep candi siswa. Dengan penggunaan media pembelajaran yang teat guru dapat (1) memberi pengarahan kepada siswa untuk lebih memaknai materi candi Hindu-Budha yang dipelajari, (2) Menarik keinginan siswa agar memiliki kesadaran sejarah dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai materi yang dengan cara menghubungkan peristiwa sehari-hari dan (3) Memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif sehingga mampu berpikir secara ilmiah dan dapat menemukan konsep-konsep candi, sehingga siswa bukan hanya belajar konsep candi melainkan mampu mengambil pelajaran dari masa lalu dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada. Guru harus lebih siap melakukan pembelajaran dengan menguasai media yang akan diterapkan dalam pembelajaran ssingga media yang diharapkan akan membantu dalam proses memahami konsep tidak menjadi penghambat dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu dengan belajar secara mandiri, pengalaman mereka dalam belajar akan berbeda, untuk materi dan konsep yang belum dipahami, siswa bisa mengulang materi tersebut. Dengan begitu siswa dapat terlibat secara aktif agar bisa mengejar materi untuk pencapaian tujuan pembelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 163 digilib.uns.ac.id Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep candi yang memiliki kesadaran sejarah tinggi lebih baik dari pada pemahamn konsep candi siswa yang memiliki tingkat kesadaran sejarah rendah. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep candi yang dilihat dari: (1) Keberanian berpijak pada fakta dan realias; (2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan change (perubahan); (3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5) Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik kepada angkatan berikutnya. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kesadaran rendah kurang memiliki indikator-indikator tersebut, sehingga dalam proses pembelajaran guru perlu mengetahui tingkat kesadaran sejarah siswa. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi penggunaan media pembelajaran dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa, guru dapat menerapkan media pemebelajaran yang dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa, yaitu media pembelajaran yang dapat menumbuhkan tingkat kesadaran sejarah siswa. Mengingat kesadaran sejarah merupakan suatu proses yang berkesinambungan tidak bisa langsung dilihat saat pembelajaran berlangsung, melainkan harus melihat kesadaran sejarah siswa dalam kehidupan sehari-hari setelah proses pembelajaran dengan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director berlangsung, maka guru harus mampu menumbuhkan kesadaran sejarah yang ada pada siswa diantaranya: (1) Guru dapat mengubah cara berfikir siswa agar lebih kritis dalam memaknai fakta-fakta commit to user 164 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejarah; (2) Memberikan tes pemahaman konsep dengan bentuk pilihan ganda (Multiple Choise) dan bentuk tes uraian untuk lebih meningkatkan kesadaran sejarah siswa; (3) Memberikan sumber belajar yang variatif bukan hanya dari buku teks; (4) Menggali kesadaran sejarah siswa yang berfariasi dengan lebih memperhatikan siswa yang memiliki tingkat kesadaran sejarah rendah. C. Saran Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Sekolah Pihak sekolah disarankan memberikan agenda tersetruktur dan rancangan kepada guru untuk membuat media pembelajaran yang bervariatif. Sekolah juga harus fasilitas kepada guru dan siswa untuk menunjang penerapan media pembelajaran berbasis Multimedia yang dapat meningkatkan pemahaman konsep candi siswa. Selain itu melalui MGMP sekolah dapat mangadakan lokakarya dan treaning dengan mengundang para pakar pendidikan sejarah dan ahli media pembelajaran untuk menambah wawasan guru tentang penerapan media pembelajaran sejarah berbasis multimedia. 2. Guru Guru Sejarah perlu menerapkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dalam menyampaikan materi pelajaran Sejarah. Terbukti media ini efektif commit to user untuk 165 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id meningkatkan kompetensi siswa, guru mata pelajaran sejarah perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan dan treaning dalam menggunakan maupun membuat media pembelajaran sendiri pada materi yang lainnya, penambahan informasi materi dan animasi agar media lebih interaktif dan menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Guru Sejarah di SMP perlu diberikan pelatihan- pelatihan dalam merancang pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar dengan analisis materi pelajaran yang tepat, menyiapkan materi dalaam bentuk Macromedia Director dan memadukan media pemebelajaran dengan metode pembelajaran inovatif agar pemahaman konsep siswa dapat ditingkatkan. Guru sejarah hendakanya juga dapat membuat media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX, sehingga dalam pembelajaran di kelas siswa tidak merasa jenuh saat menerima materi pembelajaran sejarah. Hal ini memungkinkan adanya interaksi siswa dengan guru dan materi pembelajaran pada akhirnya menumbuhkan kesadaran sejarah siswa. Tumbuhnya kesadaran sejarah siswa yang tinggi akan meningkatkan pemahaman konsep candi siswa. Guru diharapkan untuk senantiasa kesadaran sejarah. Yang dapat dilakukan memotivasi siswa dalam menemukan mempertimbangkan tingkat dengan cara: merangsang dan mendapatkan informasi dan baru melalui media pemebelajaran dan mendatangi langsung candi-candi yang letaknya tidak jauh dari sekolah misalnya candi Kidal, Candi Singosari, dan candi Badut. Cara lainnya dengan memberikan tugas akademis yang lebih menarik sesuai commit to user 166 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan materi pelajaran dengan menggunakan media dan metode yang menarik bagi siswa. 3. Siswa Siswa disarankan agar dapat memanfaatkan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dan memanfaatkan teknologi informasi internet untuk mencari materi yang belum didapatkan dari media pembelajaran, sehingga lebih meningkatkan pemahaman konsep candi. Dengan dasar yang dimiliki siswa setelah belajar dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada saat siswa berkaryawisata ke candi mampu membedakan tempat yang disakralkan dan tempat yang profan, sehingga siswa dapat ikut lebih melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah berupa candi dan menjaga serta melestarikannya. 4. Peneliti Lain Bagi para peneliti lainnya disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pemahaman konsep candi dan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dengan memadukan media dan metode pembelajaran yang inovatif dengan jangka waktu yang lebih lama sehingga diharapkan akan dapat mencapai hasil yang lebih maksimal untuk meningkatkan kualiatas dan kuantitas pembelajaran sejarah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA AJ Purwanto. 1992. “Refleksi Atas Pembangunan Berdasarkan Kesadaran Sejarah”. Historika No.2. Surakarta: PPs KPK UNS. Anom, IGN. 1992. Candi Sewu Sejarah dan Pemugarannya. Jawa Tengah : SPSP Jawa Tengah. Anom, IGN. 1993. Candi Sewu ; Pemugaran Candi Perwara Deret I no. 20, Candi Apit no. 1, Candi Apit no. 8, Arca Dwarapala. Jawa Tengah : SPSP Jawa Tengah. Anom, IGN. 1997. Keterpaduan Aspek Teknis dan Aspek Keagamaan Dalam Pendirian Candi Periode Jawa Tengah Studi Kasus Candi Utama Sewu", Disertasi, Yogyakarta : UGM. Arief Sadiman. 1996. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arief S Sadiman, Rahardjo Dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ashar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada. Avatar Budip. 2011. Pembuatan Media Pembelajaran dengan Multimedia (Powerpoint) (http://www.psb-psma.org/content/blog/3450-pembuatanmedia-pembelajaran-dengan-multimedia-powerpoint) diakses tanggal 16 Mei 2011. Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Dale, E. 1996. Audio Visual Method in Teaching. New York: and Wiston. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Kurikulum SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Matapelajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Djoko Suryo. 1989. “ Kesadaran Sejarah Sebuah Tinjauan”. Historika No.2. Surakarta: PPs KPK UNS. Fontein, Jan, et.al. ., 1971. Kesenian Indonesia Purba. New York : Franklin Book Programs, Inc. Gagne, R.M. 1983. The Conditionof Learning (3rd Ed). Hall Rinerhart and Wiston commit to user Inc. 167 perpustakaan.uns.ac.id 168 digilib.uns.ac.id Gerlach, Vernon S. and Donald P Ely. 1971. Teaching of Media: A Sytematic Apapproach. Prentice-Hall, Englewood Cliffs. N.J. Handari Nawawi dan Mimi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Hariani Santiko. 1996. Seni Bangunan Sakral Masa Hindu-Buddha di Indonesia (Abad VIII - XV Masehi) : Analisis Arsitektur dan Makna Simbolis JAI, Jakarta : ____ . Heinich. R. Dkk. 1996. Instructional Media and Technology for learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc. H. Hendratman. 2005. The Magic of Multimedia Director. Bandung: Informatika Bandung. Hujair Sanaky. 2009 Media Pembelajaran, Yogjakarta: Safaria Insania Press. I Gede Widya. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode-metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. I Nyoman Dangeng. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti: P2LPTK. I Wayan Legawa. 1991. Penelitian Pendidikan Sejarah FPIPS. Malang: Depdikbud Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas. John D Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK DEPDIKBUD. Kempers, Bernet A.J. 1954. Tjandi Kalasan dan Sari. Jakarta : Dinas Purbakala Republik Indonesia, Penerbitan dan Balai Buku Indonesia. Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo. Kusen et.al., 1993, “Seni Majapahit”The Art of Majapahit , article in 700 Tahun Majapahit. Suatu Bunga Rampai 700 Years of Majapahit. An Anthology. Surabaya: Dinas Pariwisata, pp. 235 ‐ 268 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. commit to user 169 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Lee Kwuang-wu. 2000. “English Teachers’ Barriers to the Use of Computerassisted Language Learning”. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12, December 2000. http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/ diakses tanggal 16 Mei 2011. Parmono Atmadi. 1979. Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi : Suatu Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan Pada Relief Candi Borobudur, Pelita Borobudur. Seri C. No. 2. Premack, D. G. & Woodruff, G. 1978. Does the chimpanzee have a theory of mind? Behavioral and Brain Sciences. Moedjanto. 1989. “Kesadaran Sejarah Sebuah Tinjauan”. Historika No. 2. Surakarta: PPs KPK UNS. Morgan Kaufmann, 1989. Incremental, instance-based learning of independent and graded concept descriptions. In Proc. ICML-89, pp. 387-391 Nasution, S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina Aksara. Nunuk Suryani. 2011. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan PPS UNS. Nurul Zuhriah. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Riboet Darmosoetopo. 1997. Hubungan Tanah Sima Dengan Bangunan Keagamaan di Jawa Pada Abad IV - X T.U. Disertasi. Yogyakarta : Fakultas Sastra UGM. Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran Hakikat, Pengambangan, Pemanfaatandan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 170 digilib.uns.ac.id Romi Satrio Wihono. 2012. 7 Langkah Mudah Membuat Multimedia Pembelajaran. (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 1 diunduh tanggal 6 Januari 2012 Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial. Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia. Sihkabuden, dkk. 1992. Evaluasi Media Instrucsional. Malang: IKIP MALANG. Suhardi, A. 2005. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Sistem Multimedia untuk Materi Kimia Lingkungan Bagi Siswa SMA”. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Pascasarjana UM. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Suyanto, M. 2004. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Mutu Bersaing. Yogyakarta: ANDI. Suyatno Kartodirdjo. 1991. Relevansi Hari Pahlawan dalam Menghadapi Masalah-masalah Masa Kini”. Historika No. 5. Surakarta: PPs UNS. ________________. 2003. “ Perubahan Kurikulum dan Revitalisasi Pembinaan wawasan Kebangsaan”. Historika No.1, Surakarta: PPs UNS Soekmono. 1974. Candi, Fungsi, dan Pengertiannya, Disertasi, Jakarta : Universitas Indonesia. Soekmono. 1979. "The Archaeology of Central Java Before 800 A.D.", dalam R.B. Smith dan W. Watson (ed.), Essays in Archaeology, History and Historical Geography. New York-Kuala Lumpur : Oxford University Press. Soekmono. 1986. "Local Genius dan Perkembangan Bangunan Sakral di Indonesia", dalam Ayatrohaedi (ed.), Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta : Pustaka Jaya. Sowarso.2000. Cara-Cara Penyampaian Pendidikan Sejarah untuk Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. commit to user Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu 171 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Oemar Hamalik. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. ___________. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara. Wartono, 1992, Kemanfaatan Peta Konsep Dalam Pengajaran. FORKOMDIK Y.G. Harto Pramono. 1996. “Pengembangan Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Pokok Bahasan “Present Perfect Tenses” Matakuliah “ Structure I” pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FIKP Universitas KATOLIK Widya Mandala Surabaya”. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: IKIP Malang. Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru.Jakarta: Gaung Persada Pres. Yusufhadi Miarso, dkk. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pustekkpm Dikbbud dan CV Rajawali. commit to user