perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS
MACROMEDIA DIRECTOR MX DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP CANDI
DITINJAU DARI KESADARAN SEJARAH
(Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri
di Kota Malang)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Oleh:
ULFATUN NAFI’AH
S861008027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama
: ULFATUN NAFI’AH
NIM
: S861008027
Program Studi
: Pendidikan Sejarah
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh
Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Macromedia Director MX dalam
Pembelajaran Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi Ditinjau dari
Kesadaran Sejarah (Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Kota Malang) betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.
Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di
kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik yang berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan,
Ulfatun Nafi’ah
S861008027
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sejarah hanya menulis orang-orang yang menakhlukkan bukan orang yang
berdiri dan menunggu. Guru harus memutuskan apa yang harus diketahui,
dilakukan, akan menjadi apa dan mengapa melakukan.
(Kochhar, S.K)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini saya persembahkan kepada:
1. Ayah dan Ibuku tercinta.
2. Umi dan Bapak tersayang.
3. Kakakku dan Adikku terkasih.
4. Nandel Sumali sekeluarga.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidyah-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Macromedia Director MX
dalam Pembelajaran Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi Ditinjau dari
Kesadaran Sejarah (Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Kota Malang) dapat terselesaikan untuk memenuhi persyaratan
mencapai derajat magister pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian tesis ini, terutama:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberi ijin penelitian dan menggunakan fasilitas kampus.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan belajar dan ijin
penelitian untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Dr. Hermanu Joebagio, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah yang telah mendukung penuh penyelesaian tesis ini.
4. Dr. Suyatno Kartodirdjo, selaku Pembimbing I yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian sampai tesis ini selesai.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Dra. Sutiyah, M.Pd., M. Hum., selaku dan selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian sampai tesis ini selesai.
6. Kepala Sekolah SMP Negeri 10, SMP Negeri 9, SMP Negeri 12 Malang yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di instansinya.
7. Rekan-rekan kerja di Penyelenggara Sertifikasi Guru (PSG Rayon 115)
Universitas Negeri Malang yang telah memberikan dukungan dan do’a selama
menyelesaikan tesis ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah Program
Pascasarjana angkatan 2010 yang telah memberikan semangat selama
penyelesaian tesis ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan
senantiasa sebagai suatu ibadah yang akan mendapatkan imbalan setimpal dari
Allah SWT., baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Penulis yakin bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan tesis ini agar
menjadi lebih sempurna. Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi bagi pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan
sejarah.
Surakarta,
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ulfatun Nafi’ah, S. 861008027. 2012. Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif
Berbasis Macromedia Director MX dalam Pembelajaran Sejarah Terhadap Pemahaman
Konsep Candi Ditinjau dari Kesadaran Sejarah (Eksperimen pada Siswa kelas VII Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Kota Malang). Pembimbing I: Dr. Suyatno Kartodirjo.
Pembimbing II: Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum. Tesis: Program Studi Pendidikan Sejarah
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director MX dan Power Point dalam pemebelajaran
sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang,
(2) Pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki
kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi dan (3) Pengaruh interaksi
penggunaan multimedia interaktif dalam pemebelajaran sejarah dan kesadaran sejarah
terhadap pemahaman konsep candi.
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMP Negeri Kota Malang, sebagai
kelompok eksperimen adalah SMP Negeri 10 dan sebagai kelompok kontrol SMP Negeri.
Pemilihan sampel penelitian dilakkukan dengan multistage sampling sehingga diperoleh
jumlah sampel untuk kelompok eksperimen 34 siswa kelas VII dan kelompok kontrol 40
siswa kelas VII tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan
angket. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep candi siswa untuk
mengetahui tingkat kesadaran sejarah siswa. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes
dan angket dilakukan uji coba instrumen di SMP Negeri 12 Malang. Berdasarkan hasil uji
coba dari 30 soal terdapat 29 soal valid dan 1 soal tidak valid. Sedangkan reliabilitas tes
diperoleh perhitungan r11 = 0, 742. Hasil uji validitas 40 butir angket terdapat 25 butir
angket valid dan 15 butir angket tidak valid sedangkan reliabilitas instrumen angket
diperoleh perhitungan sebesar r11 0, 717. Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah
Analisis Varians (ANAVA) dua jalur dengan desain faktorial 2x2.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat perbedaan pengaruh
penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan media PowerPoint dalam
pemebelajaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi dengan Fhitung = 68,681 > F tabel
(α = 0,05) = 3,11 taraf signifikansi 0,05, hal ini berarti Ho ditolak, jadi penggunaan media
pemebelajaran berbasis Macromedia Director lebih baik dibandingkan dengan media
pemebelajaran sejarah berbasis Power Point pada materi candi Hindu-Budha untuk
meningkatkan pemahaman konsep candi siswa; (2) Terdapat perbedaan pengaruh siswa
yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah
terhadap pemahaman konsep candi dengan Fhitung = 80,772 > F tabel (α = 0,05) = 3,11 taraf
signifikansi 0,05, hal ini berarti Ho ditolak, jadi pemahaman konsep candi siswa akan lebih
baik jika siswa memiliki kesadaran sejarah tinggi; (3) Tidak terdapat interaksi penggunaan
multimedia interaktif dalam pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap
pemahaman konsep candi dengan Fhitung = 0,710 < F tabel (α = 0,05) = 3,11 taraf signifikansi
0,05, hal ini berarti Ho diterima, artinya tidak ada interaksi penggunaan media
pemebelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa.
Kata Kunci :
Pemahaman Konsep Candi, Media Berbasis Macromedia Director MX,
commit to user
Kesadaran Sejarah.
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Ulfatun Nafi'ah, S. 861 008 027. 2012. The Influence of Using Interactive Multimedia-Based
on Macromedia Director MX toward Understanding of Temple Concept viewed from
Historical Awareness in History Teaching (Experiments on VII Class Student of Junior High
School in Malang). Thesis Supervisor I: Dr. Suyatno Kartodirjo. Thesis Supervisor II: Dra.
Sutiyah, M.Pd., M.Hum. Postgraduate Thesis. History Education Studies. Postgraduate
Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
The aims of this study to determine: (1) The influence of the using media-based on
Macromedia Director MX and Power Point media in teaching history lesson in
understanding the temple concept, (2) The effect of the students who have a high awareness
of history lesson and the students who have a low awareness of the history lesson in
understanding the temple concept, and (3) The effects of interaction using interactive
multimedia in history lesson and awareness of the history in understanding the concept.
Experimental study carried out in Junior High School of Malang, as the
experimental group was Junior High School 10 of Malang City. and as a control group was
Junior High School. The Selection of sample study is done by multistage sampling to obtain
the sample size to 34 of VII students as experimental group and 40 of VII students as a
control group in 2011/2012. Data collection techniques uses tests and questionnaires. The
test used to determine the students' understanding of the tample concept to find out the level
of awareness of the history lesson. To find out the validity and reliability tests and
questionnaires are conducted testing instruments in Junior High School of 12 Malang. Based
on the results of the study, there were 30 trials which there were 29 questions about a matter
of valid and 1 was invalid. While the reliability of tests is obtained by the calculation of r11
= 0, 742. The Test of the validity questionnaire results of 40 items contained 25 items were
valid and 15 items were invalid questionnaires while the reliability of the instrument
questionnaire is obtained by calculation of R11 0, 717. Research analysis technique used was
Analysis of Variance (ANAVA) two lines with a 2x2 factorial design.
Based on the results of the study can be concluded: (1) There are The differences of
the influence of the use of media-based Macromedia Director MX and Power Point media in
the teaching of history lesson in understanding of the temple concept with F computing =
68.681> Ftable (α = 0.05) = 3.11 significance level 0, 05, this means that Ho is rejected, so the
use of Macromedia Director based on instructional media better than the history lesson of
teaching media of Power Point in the Hindu-Buddhist temple materials to enhance students'
understanding of the temple concept, (2) There are differences of the influence of the
students who have a high historical consciousness and students who have a low awareness of
the history of understanding the concept of the temple with F computing = 80.772> Ftable (α =
0.05) = 3.11 significance level of 0.05, this means that Ho is rejected, so the students'
understanding of the temple concept would be better if students have a high awareness of
history, (3) There was no interaction of the using of interactive multimedia in teaching
history lesson and awareness of history to the understanding of the temple concept with F
computing = 0.710 < Ftable (α = 0.05) = 3.11 significance level 0.05, it means that Ho accepted,
which no use interaction of history teaching and awareness of the history to students'
understanding of the temple concept.
Key Words: Understanding of the temple concept, Media based on Macromedia
Director MX, awareness of the history.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………….…….……….…........
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
iii
PERNYATAAN ...................................................................................................
iv
MOTTO ................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vii
ABSTRAK ...........................................................................................................
ix
ABSTRACT .........................................................................................................
x
DAFTAR ISI ………..……………………………………………....................
xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................
xviii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xxi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xxii
BAB I.
PENDAHULUAN .................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………....
1
B. Rumusan Masalah ………………........................................
10
C. Tujuan Penelitian ….………………………….....………....
10
D. Manfaat Penelitian ………………………….……....…......
11
1. Manfaat Teoritis..................................................................
11
2. Manfaat Praktis .................................................................
11
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II.
digilib.uns.ac.id
DAN
13
A. Kajian Teori ... …………………………....………….........
13
1. Pemahaman Konsep Candi ............................................
13
2. Media Pembelajaran ……………….............................
22
a. Pengertian Media Pembelajaran................................
23
b. Jenis Media.................................................................
25
c. Pemilihan Media Pembelajaran ................................
28
d. Multimedia ................................................................
31
KAJIAN
TEORI,
KERANGKA
BERPIKIR,
HIPOTESIS
e. Manfaat Multimedia dalam Pembelajaran IPS
Sejarah.................................................................
f. Macromedia Director MX..........................................
38
3. Media Pembelajaran Micrososft Power Point 2007.......
54
a.
Pengembangan
Media
Pembelajaran
sejarah
Berbasis Power Point..........................................
b.
60
Tahap Pemanfaatan Media Pembelajaran sejarah
Berbasis Power Point ............................................
BAB III.
36
61
4. Kesadaran Sejarah ..................................................
62
B. Penelitian yang Relevan .......................................................
75
C. Kerangka Berpikir …………………………….……....…....
77
D. Perumusan Hipotesis ………………………………….........
80
METODE PENELITIAN ......................................................
81
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………....………..
commit to user
81
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tempat Penelitian …………………....…………..............
81
2. Waktu Penelitian …………………....…………................
81
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................
82
C. Variabel Penelitian..................................................................
86
D. Definisi Opersional ..............................................................
87
E. Populasi dan Sampel................... ………………....…………
89
1. Populasi Penelitian …………………....………….............
89
2. Sampel............................... …………...............................
89
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………....…..……..
92
1. Instrumen Penelitian .......................................................
92
a. Metode Angket .......................................................
93
b. Metode Tes....... .......................................................
94
2. Uji Coba Instrumen .........................................................
95
a. Tes ...........................................................................
95
1) Validitas ............................................................
95
2) Reliabilitas .........................................................
97
3) Tingkat Kesukaran ............................................
97
4) Daya Beda .........................................................
99
b. Angket .....................................................................
100
1) Validitas ............................................................
100
2) Reliabilitas .........................................................
101
G. Teknik Analisis Data ...........................................................
104
1. Uji Prasyarat Analisis .....................................................
commit to user
104
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
a. Uji Normalitas .........................................................
104
b. Uji Homogenitas ......................................................
105
2. Uji Hipotesis ...................................................................
106
3. Uji Lanjut ........................................................................
111
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............
113
A. Hasil Penelitian .............................................................
113
1. Deskripsi Data ........................................................
113
a. Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis
Macromedia Director Secara Keseluruhan
(A1) ..............................................................
113
b. Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power
Point Secara Keseluruhan (A2)………………
115
c. Data Pemahaman Konsep Candi pada Siswa
yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi
Secara Keseluruhan (B1) .................................
116
d. Data Pemahaman Konsep Candi pada Siswa
yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah
Secara Keseluruhan (B2) .................................
e. Data Pemahaman Konsep Candi dengan
commit to user
xiv
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis
Macromedia Director Pada Siswa yang
Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) ...
121
f. Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis
Macromedia Director Pada Siswa yang
Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) ..
123
g. Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power
Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran
Sejarah Tinggi (A2B1) ....................................
125
h. Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power
Point Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran
Sejarah Rendah (A2B2).................................
128
2. Pengujian Persyaratan Analis........................................
130
a. Uji Keseimbangan.............................................
130
b. Pengujian Normalitas Data.............................
131
1)
Normalitas Siswa dengan Media Berbasis
Macromedia Director (A1) .........................
2)
Normalitas Kelompok dengan Media
commit to user
xv
132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbasis Power Point (A2) ....................
3)
132
Normalitas Media Pembelajaran Berbasis
Macromedia Director dengan Kesadaran
Sejarah Tinggi (A1B1) ................................
4)
133
Normalitas Media Pembelajaran Berbasis
Macromedia Director dengan Kesadaran
Sejarah Rendah (A1B2) .............................
5)
133
Normalitas Pada Media Pembelajaran
Berbasis Power Point dengan Kesadaran
Sejarah Tinggi (A2B1) ...............................
6)
134
Normalitas Media Pembelajaran Berbasis
Power Point dengan Kesadaran Sejarah
Rendah (A2B2) ............................................
134
c. Uji Homogenitas .....................................................
135
Pengujian Hipotesis .....................................................
136
B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................
142
C. Keterbatasan Penelitian ................................................
158
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ..........................
160
A. Kesimpulan ...................................................................
160
3.
BAB V
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi Penelitian ......................................................
160
C. Saran .............................................................................
164
DAFTAR PUSTAKA ..................................... ....................................................
167
LAMPIRAN
172
........................................... ...........................................
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Pesan dalam Komunikasi...............................................................
27
Tabel 2.
Rincian waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian .....................................
84
Tabel 3.
Pesebaran Sekolah Eksperimen, Kontrol, dan Uji Coba Penelitian.....
91
Tabel 4.
Penentuan Ukuran Sampel Penelitian................................................... 92
Tabel 5.
Indeks Kesukaran Instrumen Tes.......................................................... 98
Tabel 6.
Klasifikasi Daya Pembeda..............................................................
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media
99
Pambelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director secara
keseluruhan (A1) .................................................................................. 114
Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media
Pambelajaran Sejarah Berbasis Power Point secara keseluruhan (A2)
Tabel 9.
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan
Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1) .........................
Tabel 10.
118
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan
Kesadaran Sejarah Rendah Secara Kesesluruhan (B2) .......................
Tabel 11.
116
120
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media
Pambelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pada Siswa
Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1) .........................
Tabel 12.
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media
Pambelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director Pada Siswa
commit to user
xviii
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) ............................ 124
Tabel 13.
Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan Media
Pambelajaran Sejarah Berbasis Power Point Pada Siswa Yang
Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) ...................................
Tabel 14.
126
Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi
dengan Media Pambelajaran Sejarah Berbasis Power Point Pada
Siswa Yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)...............
128
Tabel 15.
Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ........................................................ 131
Tabel 16.
Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pemahaman Konsep Candi
pada Kelompok Eksperimen.............................................................
135
Tabel 17.
Rangkuman Pemahaman Konsep Candi ...........................................
136
Tabel 18.
Hasil Perhitungan Anava .....................................................................
137
Tabel 19.
Tidak ada Interaksi Media Pembelajaran Sejarah dan Kesadaran
Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi...................................
commit to user
xix
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) menurut Dale........
27
Gambar 2.
Unsur-Unsur Multimedia .................................................................
35
Gambar 3.
Tampilan Macromedia Director MX..............................................
39
Gambar 4.
Kerangka Berpikir ............................................................................
78
Gambar 5.
Desain Eksperimen............................................................................ 86
Gambar 6.
Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director
MX secara keseluruhan (A1) .......................................................
Gambar 7.
114
Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Secara
Keseluruhan (A2) ...................................... .....................................
Gambar 8.
Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi
Siswa
dengan
Kesadaran
Sejarah
Tinggi
Secara
Keseluruhan (B1) ..................................................................
Gambar 9.
117
118
Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Skor
Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah
Rendah Secara Keseluruhan (B2) ................................................
Gambar 10.
Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Skor
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis
Macromedia Director MX Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran
commit to user
xx
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sejarah Tinggi (A1B1) ...........................................................
123
Gambar 11. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX
Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2) .... 125
Gambar 12. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada
Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1) ..............
127
Gambar 13. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada
Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2) .............
129
Gambar 14. Tidak Terdapat Interaksi Antara Media Pembelajaran dan
Kesadaran
Sejarah
Siswa
Terhadap
Pemahaman
Konsep
Candi..............................................................................................
commit to user
xxi
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lamp 1.1
RPP Macromedia Director MX...................................................
172
Lamp 1.2
RPP Power Point...............................................................................
177
Lamp 1.3
Naskah Media Pembelajaran Barbasis Macromedia Director Mx ...
182
Lamp 1.4
Naskah Media Pembelajaran Barbasis Power Point ....................
220
Lamp 2.1
Kisi-kisi Try Out Tes Pemahaman Konsep Candi............................
233
Lamp 2.2
Instrumen Try Out Tes Pemahaman Konsep Candi.........................
235
Lamp 2.3
Kunci Jawaban Tes Pemahaman Konsep Candi ............................
239
Lamp 2.4
Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Candi .....................................
240
Lamp 2.5
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Candi........................................
242
Lamp 2.6
Lembar Jawab Instrumen Tes Pemahaman Konsep Candi ..............
247
Lamp 2.7
Kisi-Kisi Angket Try Out Kesadaran Sejarah...................................
248
Lamp 2.8
Try Out Angket Kesadaran Sejarah & Pedoman Skoring Angket
Kesadaran Sejarah ............................................................................
249
Lamp 2.9
Kisi-Kisi Angket Kesadaran Sejarah ............................................
252
Lamp 2.10
Instrumen Angket Kesadaran Sejarah...............................................
253
Lamp 3.1
Tabulasi Data Try Out Angket Kesadaran Sejarah ………….........
255
Lamp 3.2
Hasil Uji Validitas Try Out Angket Kesadaran Sejarah ................
256
Lamp 3.3
Hasil Uji Reliabilitas Try Out Angket Kesadaran Sejarah..............
261
Lamp 3.4
Tabulasi Data, Validitas dan Reliabilitas Try Out Tes Pemahaman
Lamp 3.5
Konsep Candi ..........................................................................
264
Data Uji Tingkat Daya beda…………………..............................
commit to user
269
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lamp 3.6
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Sejarah......
270
Lamp 3.7
Hasil Uji Daya Beda Try Out Tes Pemahaman Konsep Sejarah......
271
Lamp 4.1
Data Nilai UTS Uji Kesetaraan Kelompok Kontrol........................
272
Lamp 4.2
Data Nilai UTS Uji Kesetaraan Kelompok Eksperimen .................
273
Lamp 4.3
Hasil Uji Kesetaraan Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .............................................................................................
274
Lamp 5.1
Tabulasi Data Angket Kesadaran Sejarah Kelompok Kontrol .........
275
Lamp 5.2
Tabulasi Data Angket Kesadaran Sejarah Kelompok Eksperimen ..
276
Lamp 5.3
Hasil Perhitungan dan Pengelompokkan Data Angket Kesadaran
Sejarah Kelompok Kontrol .........................................................
Lamp 5.4
Hasil Perhitungan dan Perngelompokkan Data Angket Kesadaran
Sejarah Kelompok Eksperimen ........................................................
Lamp 5.5
Lamp 7.1
283
Data Hasil Pre-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok
Eksperimen .......................................................................................
Lamp 6.4
282
Data Hasil Post-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok
Kontrol .............................................................................................
Lamp 6.3
279
Data Hasil Pre-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok
Kontrol .............................................................................................
Lamp 6.2
278
Hasil Perhitungan Tabulasi Perngelompokkan Siswa dengan
Kesadaran Sejarah Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..................
Lamp 6.1
277
284
Data Hasil Post-Test Pemahaman Konsep Candi Kelompok
Eksperimen .......................................................................................
285
Hasil Uji Deskripsi Data ..................................................................
commit to user
286
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lamp 7.2
Hasil Uji Normalitas .........................................................................
294
Lamp 7.3
Hasil Uji Anava ................................................................................
295
Lamp 8.1
Rincian waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ..................................
297
Lamp 8.2
Surat Ijin Penelitian ..........................................................................
398
Lamp 8.3
Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian .............................................
300
commit to user
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan
Yang Maha Esa, beraklak mulaia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (Hamalik,
2005:3-5). Terkait dengan tujuan pendidikan nasional, maka sejarah sebagai salah
satu mata pelajaran inti di sekolah dasar dan menengah, yang dalam
pembelajarannya mempunyai tujuan akhir yang harus merujuk dan mendukung
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pembelajaran sejarah di sekolah menengah diharapkan dapat
menghasilkan siswa yang memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air,
memiliki watak dan kepribadian yang kua, memajukan kebudayaan nasional,
menjadikan siswa memiliki identitas dan jati diri yang kuat, serta sebagai anggota
masyarakat dan bangsa yang demokratis (Depsiknas, 2004:30).
Berdasarkan
dari
tujuan
pembelajaran
sejarah
tersebut,
maka
matapelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat, memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran sejarah
membutuhkan pengaturan secara stimultan segala perangkat mulai dari faktor
commit to user
manusia hingga alat pembelajaran. Salah satu perangkat kegiatan pembelajaran
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah media pembelajaran. Penataan dan penggunaan media pembelajaran yang
tepat akan lebih mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran yang kurang tertata dengan baik, tidak akan mampu mendukung
secara penuh kegiatan pembelajaran.
Suatu media akan bermakna apabila dalam pembuatannya disesuaikan
dengan kebutuhan siswa sebagai pengguna media dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Aplikasi pemanfataan media dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar yang efektif. Secara
umum penggunaan media memberikan pengalaman yang sama untuk keseluruhan
siswa di kelas. Di samping itu, pemanfaatan media juga memungkinkan siswa
belajar lebih rinci daripada cara yang lain.
Dalam perkembangannya, media dalam kegiatan pembelajaran mulai
dikembangkan dalam bentuk multimedia. Selanjutnya, perkembangan teknologi
multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam merubah cara seseorang untuk
belajar, untuk memperoleh informasi, menyesuaikan informasi dan sebagainya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2006:248) bahwa salah satu prinsip
pelaksanaan dari KTSP adalah kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Multimedia
juga
menyediakan
peluang
bagi
pendidik
untuk
mengembangkan teknik pembelajaran sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Demikian juga bagi pelajar, dengan multimedia diharapkan akan lebih mudah
menyerap informasi secara cepatcommit
dan efisien
to usermengenai materi yang dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
sehingga meningkatkan interaksi siswa dan guru sebagai fasilitator. Selain itu
dengan belajar secara mandiri, pengalaman mereka dalam belajar akan berbeda,
untuk materi dan konsep yang belum dipahami, siswa bisa mengulang materi
tersebut. Dengan begitu siswa dapat terlibat secara aktif agar bisa mengejar materi
untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan sumber informasi tidak lagi terfokus
pada teks tetapi dapat lebih luas.
Kenyataannya, sampai saat ini pencaaian tujuan pembelajaran sejarah yang
sesuai dengan permendiknas masih jauh dari harapan. Kendala yang dihadapi
guru dalam pembelajaran sejarah anatara lain, masih banyak guru di SMP Negeri
Malang yang merasa sulit mengembangkan pembelajaran sejarah sesuai dengan
tuntutan KTSP. Pembelajaran sejarah cenderung pasif dan tidak kreatif dengan
indikator masih berorientasi pada textbook, target selesainya materi ajar, tingginya
dominasi guru dalam pembelajaran dan kurang berorientasi pada kebutuhan siswa.
Guru juga kurang menggali pemahaman konsep siswa, kecerdasan atau bakat
siswa yang berbeda.
Pembelajaran sejarah juga masih berorientasi pada domain kognitif
melalui hafalan fakta. Sementara domain afektif dan psikomotor sering
terabaikan. Padahal domain tersebut merupakan tujuan utama dari penilaian
keberhasilan dan kompetensi belajar sejarah. Kondisi semacam ini berdampak
pada pembelajaran sejarah, dimana kebermaknaan menjadi tidak tercapai. Hal ini
dikarenakan guru belum maksimal dalam memenuhi salah satu komponen dalam
pembelajaran yaitu penggunaan media yang bervariasi, bahkan peta yang telah
dimiliki juga jarang digunakan. Ada
beberapa
commit
to userguru hanya meminta siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
membaca sendiri topik yang dibahas dalam KBM pada lember kerja sisws (LKS)
dan buku paket. Kurangnya variasi dalam penggunaan media menyebabkan minat
siswa terhadap pelajaran IPS Sejarah kurang (Widya, 1989:1).
Sebagian besar SMP Negeri di Malang telah memiliki fasilitas yang
memadai untuk pelaksanaan pembelajaran dengan multimedia. Fasilitas yang
dimiliki sekolah berupa laboratorium komputer, LCD, dan proyektor. Selain itu,
guru IPS Sejarah di SMP Negeri Malang ada yang memiliki kemampuan
pengoperasian komputer dengan baik, tetapi mereka belum memanfaatkan
fasilitas-fasilitas yang ada, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Ada pemanfaatan itu tetapi hanya guru Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).
Lengkapnya fasilitas di sekolah-sekolah seharusnya dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh guru maupun siswa, terutama untuk menggunakan media
berbasis multimedia dalam proses pembelajaran. Dengan multimedia, materi
pembelajaran lampau berupa hasil kebudayaan yang tidak mampu dihadirkan
secara nyata pada saat kegiatan pembelajaran, dapat dihadirkan ke hadapan siswa
dalam bentuk tampilan, apalagi ditunjang dengan mudahnya siswa mengakses dan
mencari sendiri informasi. Hal ini bisa berdampak postif jika dimanfaatkan untuk
mencari informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran. Sebaliknya apabila
teknologi informasi digunakan untuk kegiatan di luar pembelajaran akan
berpengaruh buruk pada siswa, misalnya materi bermuatan seks, kekerasan, yang
dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Oleh karena itu guru harus terus
berupanya mengarahkan siswa dan
memperkaya
commit
to user wawasannya baik dari buku,
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
internet maupun sumber lain yang dapat memberikan informasi mengenai materi
yang sedang dipelajari. Selain itu, guru juga harus mampu mengolah informasi
yang ingin disampaikan dalam pembelajaran IPS Sejarah agar menjadi suatu
informasi yang menarik dan menyenangkan dengan tidak mengurangi nilai fakta
sejarah yang disampaikan.
Pembelajaran yang terjadi menempatkan siswa sebagai pendengar ceramah
guru. Meskipun metode ceramah bagus, akan tetapi juga berdampak pada proses
belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa pasif-reseptif
saja. Keterbatasan yang ada dari penggunaan metode ceramah disikapi oleh guru
dengan memberikan penjelasan yang berulang-ulang, sehingga penggunaan waktu
untuk penjelasan tersebut relatif lebih lama dan akibatnya waktu belajar efektif
bagi siswa menjadi berkurang, terutama bagi siswa yang pandai dan mudah
menerima penjelasan guru. Adanya kesadaran sejarah yang tinggi, pemanfaatan
serta penggunaan media pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa mudah
dalam menerima dan mengolah materi yang disampaikan.
Hal tersebut sejalan dengan pernyatan Soewarso (2000:102), yang
menyatakan bahwa penggunaan media pengajaran mutlak diperlukan dalam
pengajaran IPS Sejarah. Penggunaan media tertentu dalam pembelajaran
diperlukan karena suatu media dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan
cara yang teratur dan terpikir secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas
belajar yang dilakukan oleh pendidik dan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
Guru masih terjebak pada perannya sebagai penyampai informasi atau
transfer of knowledge (Supriatna, 2007: 174) dan melupakan tugasnya sebagai
pendidik yang bertugas mengubah sikap dan tingkah laku (transform). Guru
bukanlah sumber utama pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator yang
berperan menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif kepada siswa, namun
yang disayangkan, fakta yang terjadi kemudian adalah guru dianggap sebagai
sumber belajar yang paling benar. Konsisi semacam ini juga terjadi di sebagian
besar SMP Negeri Kota Malang, sehingga mendorong perlu adanya penyusunan
rancangan pembelajaran (Intructional Design) untuk pembelajaran IPS Sejarah
yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif dan juga dirancang sesuai dengan
karakteristik pembelajaran. Selain untuk membantu siswa dalam pemahaman
lebih konkrit, pemanfaatan media yang dipilih guru dalam proses pembelajaran
memegang peranan penting. Sesuai dengan makna yang terkandung dalam
pengertian media, eksistensinya akan membantu siswa dalam memahami sesuatu
yang sedang dipelajari dan dikajinya denganberbagaikemudahan-kemudahan.
Suatu konsep sejarah mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep
tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan
menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu langkah awal yang
perlu dicapai untuk membentuk konsep pembelajaran tersebut. Jika guru mampu
mengelola proses pembelajaran dan mampu menciptakan sistem pembelajaran
yang efektif maka kualitas proses belajar akan tercapai, tetapi jika guru masih
terpaku pada paradigma lama di mana hanya memandang keberhasilan
pembelajaran ditentukan nilai akhir saja maka kualitas pembelajaran tidak akan
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai kemajuan. Salah satu materi IPS yang membutuhkan penggunaan
media pembelajaran tertentu adalah materi Hindu dan Budha. Sejalan dengan
konsep pembelajaran yang kontekstual, maka materi candi Hindu dan Budha
memerlukan adanya media yang tepat untuk mempresentasikan konsisi candi
Hindu dan Budha yang sesungguhnya, hal ini bisa diperoleh dari pemanfaatan
media pembelajaran berbasis Macromedia Director yang di dalamnya
mengandung konsep-konsep candi yaitu fungsi candi, ornamen candi, langgam
candi, dan konsep candi lainnya.
Pengalaman nyata hanya bisa dilakukan apabila siswa datang langsung ke
tempat candi-candi berada. Guru dan siswa bisa mengunjungi Candi Kidal yang
letaknya tidak jauh dari sekolah agar proses pembelajaran dapat dioptimalkan,
tetapi hambatan yang muncul ketika siswa harus melakukan karyawisata untuk
langsung
mengunjungi
tempat-tempat
candi
tersebut
adalah
sulitnya
mengkoordinasikan siswa untuk belajar dan membutuhkan alokasi waktu belajar
yang cukup banyak. Hambatan tersebut mungkin dapat dimaklumi, namun perlu
diingat bahwa pembahasan materi akan lebih bermakna bagi siswa apabila
dikaitkan langsung dengan konteks lingkungan kehidupan mereka. Hal ini sejalan
dengan pemahaman pembelajaran kontekstual bahwa materi belajar akan
bermakna jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan memiliki
konteks kehidupan siswa, sehingga pelajaran akan menjadi lebih berarti dan
bermakna sekaligus menyenangkan.
Sebagai
gantinya,
candi-candi
tersebut
dapat
dihadirkan
dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director. Hal tersebut di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8
digilib.uns.ac.id
atas mendasari penelitian ini untuk memilih tiga candi yang dijadikan model
dalam media pembelajaran sejarah yaitu Candi Kidal dan Candi Prambanan untuk
candi Hindu serta candi Borobudur untuk Candi Budha. Pemilihan candi-candi
tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan. Candi Kidal dipilih karena
bagian-bagian candi masih lengkap, arsitektur, dan ornamentasi candi mampu
menjelaskan ciri-ciri candi Hindu. Selain itu Candi Kidal yang terletak di desa
Rejokidal sekitar 20 km sebelah timur kota Malang jaraknya sangat dekat dengan
sekolah-sekolah SMP Negeri Malang sehingga memudahkan siswa untuk
mengenal candi dan bisa mengunjungi secara langsung. Candi Borobudur dipilih
karena bagian-bagian candi masih lengkap, arsitektur, dan ornamentasi candi
mampu menjelaskan ciri-ciri candi Budha. Candi Borobudur juga bisa memenuhi
candi Hindu-Budha langgam Jawa Tengah. Sedangkan pemilihan Candi
Prambanan untuk melengkapi ciri khas langgam Jawa Tengah.
Kesadaran sejarah siswa juga merupakan salah satu faktor keberhasilan
pencapaian pemahaman konsep candi siswa, kesadaran sejarah yang tinggi
cenderung menghasilkan pemahaman konsep candi lebih baik sedangkan
kesadaran sejarah yang kurang akan menghasilkan pemahaman konsep candi
kurang baik. Pemanfaatan media yang sesuai dan penyampaian konsep candi
yang baik pada hakikatnya memberikan peluang cukup besar pada guru dan
sekolah untuk mengembangkan pembelajarannya secara kritis dan kreatif
namun tetap berorientasi pada pemanfaatan informasi, komunikasi dan
teknologi, semaksimal mungkin dan mempertimbangkan kebutuhan sekolah
masing. Dengan melibatkan mental emosional siswa, maka rendahnya
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesadaran sejarah siswa dapat teratasi. Kesadaran sejarah siswa dapat ditumbuh
dan kembangkan pada diri siswa dengan cara memberikan informasi pada anak
mengenai
hubungan
antara
suatu
bahan pengajaran yang akan diberikan
dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan kegunaannya di masa
depan bagi siswa.
Berbagai masalah yang telah diungkapkan di atas menimbulkan berbagai
pertanyaan. Apakah alokasi yang diberikan untuk penggunaan media interaktif
berbasis multimedia memadai di masing masing sekolah SMP Negeri Malang?
Apakah penggunaan media interaktif berbasis Multimedia dapat meningkatkan
hasil belajar siswa? Apakah penggunaan media interaktif berbasis multimedia
dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep IPS Sejarah? Apakah
penggunaan media interaktif berbasis multimedia dapat meningkatkan kesadaran
IPS Sejarah pada siswa?
Berbagai pertanyaan yang sudah dikemukakan di atas dapat diberikan
alternatif jawaban yang bervariasi, akan tetapi tidak semua jawaban itu dapat
dijadikan variabel dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya berhubungan dengan
media interaktif berbasis Macromedia Director MX dan pemahaman konsep candi
siswa ditinjau dari kesadaran sejarah siswa karena variabel-variabel tersebut
sangat penting tetapi belum banyak dikaji dalam penelitian pendidikan IPS
Sejarah.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
1. Apakah
terdapat
Rumusan Masalah
perbedaan
pengaruh
penggunaan
media
berbasis
Macromedia Director MX dan media Power Point dalam pembelajaran
sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di
Kota Malang?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah
tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap
pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang?
3. Apakah ada pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam
pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep
candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director MX
dan media Power Point dalam pembelajaran sejarah dalam pembelajaran
sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di
Kota Malang.
2. Perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan siswa
yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi
kelas VII SMP Negeri di Kota Malang.
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran
sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas
VII SMP Negeri di Kota Malang.
D.
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan
manfaat konseptual utamanya untuk pembelajaran IPS Sejarah.
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep
candi kelas VII SMP Negeri Malang melalui pembelajaran IPS Sejarah
dengan menggunakan media pembelaran berbasis multimedia pada
materi Hindu Budha.
2. Sebagai pijakan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis
multimedia pada pembelajaran IPS Sejarah, dengan materi yang
lainnya.
Sedangkan secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
berikut :
1. Bagi
peneliti,
dapat
memperoleh
pengalaman
langsung
dan
menyalurkan hasil belajar selama perkuliahan dalam mengembangkan
pembelajaran IPS Sejarah berbasis multimedia sesuai dengan
perkembangan zaman, selain itu penelitian ini sebagai bahan
perbandingan antara commit
teori yang
diajarkan di bangku perkuliahan
to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi
guru kelas VII SMP Negeri Malang tentang suatu alternatif salah satu
media pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan belajar mengajar
penunjang KTSP.
3. Bagi siswa kelas VII SMP Negeri Malang, terutama sebagai subyek
penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung
mengenai adanya kebebasan dalam belajar IPS Sejarah secara aktif,
kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai
perkembangan berfikirnya.
4. SMP Negeri Malang, lembaga pendidikan dapat memperoleh masukan
yang bermanfaat dalam pengembangan media pembelajaran IPS
Sejarah sehingga dapat meningkatkan kualitas lembaga pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Candi
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan
batu-batu pembangun (building blocks) untuk berpikir. Konsep merupakan dasar
bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip
dan generalisasi-generalisasi (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 79). Konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatankegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama
(Ratna Wilis Dahar, 1989 : 80). Oleh karena itu setiap orang mengalami stimulusstimulus yang berbeda-beda, sehingga setiap orang akan memberikan respons
yang berbeda terhadap setiap stimulus yang diterimanya dan membentuk konsep
sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu.
Morgan et al. (1989: 22-23) mendefinisikan Consept is a symbolic
construction that represents some common and general features of many objects
or events. (Konsep adalah konstruksi simbolik yang menunjukkan suatu keadaan
dan ciri-ciri umum atau ciri-ciri obyek atau peristiwa/kejadian). Konsep adalah
abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman. Tafsiran orang terhadap konsep
berbeda-beda karena tidak ada dua orang atau lebih yang mempunyai pengalaman
yang persis sama, maka orang tersebut akan membentuk konsep yang berbeda
pula sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
commit to user
13
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konsep dapat mengalami perubahan sesuai
dengan fakta dan
pengetahuan baru yang diperoleh seseorang. Konsep berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan (Sagala, 2005 : 71). Secara singkat dapat dikatakan bahwa suatu
konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulusstimulus. Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 : 86-87) membagi konsep dalam
dua kategori, yaitu konsep konkret dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit dapat
diperoleh melalui observasi atau pengamatan, sedangkan konsep terdefinisi adalah
gagasan yang diturunkan dari objek-objek atau peristiwa-peristiwa abstrak.
Informasi tentang konsep-konsep yang harus diajarkan pada siswa
dengan umur tertentu atau kelas tertentu, dapat diturunkan dari sejumlah
sumber,
termasuk
penulis-penulis
buku-buku
pelajaran
(buku
teks),
pengembangan- pengembangan kurikulum, pengetahuan dan pengalaman guru itu
sendiri, dan anak-anak atau siswa itu sendiri.
Menurut Woodruff (1978:40), pengertin konsep meliputi: (1) Suatu
ide/gagasan yang relatif sempurna dan bermakna; (2) Suatu pengertian tentang
suatu obyek; dan (3) Produk subyek yang berasal dari cara seseorang membuat
pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda-benda melalui pengalamannya.
Konsep paling konkrit merupakan suatu gambaran mental dari beberapa obyek
atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat paling abstrak dan kompleks,
konsep merupakan suatu sintesis sejumlah kesimpulan yang ditarik dari
pengalaman dan objek atau benda tertentu.
Menurut Ratna Willis Dahar (1989: 86) pemahaman diartikan sebagai
kemampuan menyerap arti dari materi suatau bahan yang dipelajari. Konsep
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah sekelompok kata atau data yang banyak memiliki ciri-ciri yang sama dan
dapat dimasukkan dalam satu nama label (Waney, 1989: 118). Berdasarkn ciri
khas ini, muncullah beberapa ciri lain yang melekat pada pengertian atau konsep,
yaitu dapat diterapkan terhadap banyak objek, karena tidak terikat pada objek
tertentu.
Apabila seseorang menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu
kelompok, golongan, kelas, atau kategori maka ia telah belajar konsep (Nasution,
1984:33). Dengan demikian seseorang yang telah memahami tentang suatu
konsep dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) konsep yang konkrit, yaitu
konsep yang dapat menunjukkan bendanya dan diperoleh melalui pengamatan;
dan (2) konsep yang abstrak, yaitu konsep yang lebih tinggi dari pada konsep
konkrit. Konsep abstrak ini diperoleh dari definisi (Nasution, 1984: 34).
Geoch dan Irion, yang di kutip oleh Klausmeier (1961:26) menyimpulkan
bahwa dalam mempelajari materi yang penuh makna, seseorang lebih efektif dari
pada materi belajar yang tidak bermakna. Di dalam pendidikan diperlukan
kemahiran mengartikan atau melakukan sesuatu yang hasilnya dapat lebih tinggi
sekedar belajar menghafal kata-kata. Hal ini tercermin dalam konsep candi.
Ajaran agama merupakan konsep atau tata nilai yang tidak hanya menjadi
pedoman perilaku praktik keagamaan bagi penganutnya, tetapi juga menjadi
pedoman pembuatan artefak yang menjadi alat atau sarana dalam menjalankan
upacara keagamaan. Hubungan antara artefak keagamaan dengan ajaran agama
sangat erat, sehingga artefak keagamaan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gambaran atau pemahaman tentang aspek-aspek kehidupan agama pada suatu
tempat dan kurun waktu tertentu. (Kusen,1993: 91).
Bangunan merupakan salah satu bentuk peninggalan yang berasal dari
masa prasejarah, klasik, Islam, dan kolonial di Indonesia. Kondisi fitur pada saat
ditemukan ada yang masih utuh, namun ada juga yang tidak utuh. Salah satu fitur
berupa bangunan yang berasal dari masa klasik di Indonesia adalah candi,
bangunan keagamaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan India yang berintikan
alam pikiran agama Hindu dan Buddha. (Soekmono, 1986: 228-246). Candi
berasal dari sebutan untuk Durga sebagai dewi maut, yaitu candika. Memang pada
kenyatanya candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang sudah
meninggal, khususnya para raja dan orang terkemuka lainya. Candi sebagai
tempat pemakaman hanya terdapat dalam agama Hindu, sedangkan candi-candi
dalam agama Budha hanya digunakan sebagai tempat pemujaan dewa belaka
(Soekmono, 1975a:81-83).
Menurut Brahmantyo (1998:54) terdapat istilah lain untuk menyebut
candi, yakni cinandi. Arti kata ini ialah dikuburkan atau dicandikan pada waktu
upacara cradha, yaitu upacara terakhir untuk penyempurnaan roh agar dapat
menyatu kembali dengan dewa yang dulu menitis pada raja. Dalam upacara
cradha abu jenazah raja yang ditempatkan dalam peripih (peti batu) dikubur
dalam sumur candi, sedangkan puspacarira (lambing jenazahnya) dihanyutkan ke
laut. Di atas sumur candi tersebut diletakkan arca raja atau orang besar yang wafat
tadi dalam wujud dewa yang dipuja semasa hidupnya atau lambang Dewa Siwa
(lingga).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17
digilib.uns.ac.id
Sifat keagamaan dan kesakralan candi bagi masyarakat masa lampau dapat
ditelusuri melalui berbagai aspek yang melingkupinya, antara lain aspek arsitektur
dan aspek maknawinya. Berdasarkan penelusuran terhadap kedua aspek tersebut,
terdapat hal-hal yang membedakan candi dengan bangunan non-keagamaan atau
bangunan profan dengan candi yang disakralkan dan dianggap suci. Secara
arsitektural, sifat keagamaan candi ditunjukkan melalui penerapan aturan tertentu
dalam pembangunannya, meskipun bukti tertulis tentang hal itu belum ditemukan
di Indonesia. Namun demikian, aturan pembangunan candi dapat dirunut melalui
kitab-kitab Vastusastra (kitab tentang arsitektur) atau Silpasastra yang berasal
dari India, dan berisi patokan pembangunan bangunan sakral. Kitab-kitab yang
digolongkan Vastusastra dan Silpasastra cukup banyak jumlahnya, misalnya
Mannasara, Mayamata, Silpaprakasa, dan Vishnudhamottaram. (Hariani Santiko,
1996: 140). Berdasarkan penelitian-penelitian terhadap arsitektur candi di
Indonesia, para ahli sepakat bahwa terdapat bukti penerapan aturan-aturan
pembangunan bangunan sakral seperti yang dimuat dalam kitab-kitab tersebut.
Sifat keagamaan candi ditunjukkan pula secara maknawi, seperti yang
dikemukakan oleh Robert Heine-Geldern. (1982: 32). Heine-Geldern menjelaskan
bahwa kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos merupakan suatu
konsep yang diyakini oleh masyarakat Asia Tenggara. Konsep tersebut
melatarbelakangi keberadaan candi yang menjadikannya sangat penting bagi
masyarakat pendukungnya. Disebutkan dalam ajaran-ajaran Brahma dan Buddha
bahwa bentuk jagad raya adalah lingkaran atau cincin, dan terdiri atas wilayahwilayah yang disusun sedemikian rupa mengelilingi Gunung Meru sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18
digilib.uns.ac.id
pusatnya. Seperti halnya jagad raya (makrokosmos) yang berpusat pada Gunung
Meru, kerajaan sebagai jagad kecil (mikrokosmos) juga harus memiliki Gunung
Meru sebagai pusatnya. Gunung Meru sebagai pusat mikrokosmos tidak harus
berupa gunung dalam arti sesungguhnya, tetapi dapat direpresentasikan dalam
bentuk candi yang melambangkan Gunung Meru dan tempat tinggal para dewa
(sthana).
Selain sebagai replika Gunung Meru, bagian-bagian dari sebuah candi
merupakan simbol dari Tiga Lingkungan Semesta atau Triloka. (Jan Fontein,
1971: 14-15). Kaki candi, tubuh candi, dan atap candi secara berurutan
merepresentasikan Bhurloka (lingkungan bagi para makhluk yang tidak terelakkan
dari kematian), Bhuvarloka (lingkungan bagi para makhluk yang telah disucikan),
dan Svarloka (lingkungan para dewa). Makna simbolis yang direpresentasikan
melalui bagian-bagian candi tidak hanya berkaitan dengan konsep Triloka. Candi
Borobudur misalnya, merepresentasikan konsep Tridhatu, yaitu Kamadhatu
(lingkungan bagi makhluk yang masih terikat oleh hal-hal duniawi), Rupadhatu
(lingkungan bagi makhluk yang telah mampu menghilangkan keinginannya tetapi
masih terikat oleh paham atau pengertian dari dunia yang masih memiliki wujud),
dan Arupadhatu (lingkungan bagi makhluk yang telah mencapai kesempurnaan
dan kebebasan dari segala bentuk ikatan keduniawian).
Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, kaki candi
yang biasanya berbentuk bujur sangkar, agak tinggi (serup batur), terdapat tangga
yang dapat digunakan untuk menuju bilik candi. Kedua, tubuh candi terdiri atas
bilik candi yang berisi arca perwujudanya, arca ini berada di tengah bilik dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19
digilib.uns.ac.id
menghadap ke arah pintu masuk candi. Arca-arca yang biasa ditempatkan pada
relung atau bilik candi ialah Ciwa Mahaguru (selatan), Durga (utara), Ganesa
(belakang candi), Ciwa Mahadewa (tengah). Pada bagian tubuh candi ini pula
biasanya terdapat hiasan relief-relief. Ketiga, atap candi yang selalu terdiri atas
tiga tingkatan (semakin ke atas semakin kecil) dan pada puncaknya berbentuk
ratna atau geben (Brahmantyo, 1998:56).
Candi dan berbagai konsep melingkupi aspek arsitektur, aspek lingkungan
di sekitar candi, dan bahkan kedua aspek itu sekaligus yaitu aspek lingkungan dan
aspek arsitektural. Penelitian terhadap aspek arsitektur candi antara lain dilakukan
oleh Parmono Atmadi (1979) dan IGN. Anom. Parmono Atmadi, berdasarkan
studi terhadap relief di Candi Borobudur, berhasil mengungkapkan patokan dalam
perancangan bangunan candi. Penelitian IGN. Anom, dengan menempatkan Candi
Utama Sewu sebagai studi kasus, berhasil mengungkapkan keterkaitan antara
aspek teknis dengan aspek konseptual dalam pendirian candi pada periode Jawa
Tengah.
Seni hias candi berupa relief. Marijke J. Klokke (2001:78) misalnya,
menggunakan naskah-naskah kesusastraan untuk mengidentifikasi isi cerita relief
binatang, atau yang disebut dengan relief cerita Tantri, pada candi-candi di Jawa.
Berdasarkan penelitiannya, Klokke (2001:79) mengemukakan bahwa makna dan
fungsi relief cerita binatang merupakan representasi dari konsep kesuburan yang
sekaligus berfungsi sebagai media penyampaian ajaran. Selain itu, disimpulkan
juga bahwa relief cerita binatang yang terdapat pada beberapa candi di Jawa
bersumber pada kitab-kitab keagamaan dan kesusastraan yang memuat ajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
moral, yaitu Jataka dan Pancatantra, termasuk berbagai versi turunannya, kurang
dari 57 jenis fauna yang digambarkan dalam relief di beberapa candi di Jawa.
Sejumlah fauna tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam jenis binatang yang
terdapat di Pulau Jawa dan jenis binatang yang berasal dari luar Pulau Jawa, atau
jenis binatang yang pernah hidup di Pulau Jawa tetapi sekarang telah punah.
(Sampurno Kadarsan, 1977 : 305-318)
Fungsi mengandung pengertian sebagai sesuatu yang menunjukkan kaitan
antara satu hal dengan hal lain, atau sesuatu yang menyatakan hubungan antara
suatu hal dengan pemenuhan kebutuhan tertentu. (R.J. Shahrer dan Windy
Ashmore, 14 dan 613, dan Edi Sedyawati, 1994 : 25). Asumsi tersebut dianggap
berlaku pula untuk bangunan candi yang merupakan hasil aktifitas manusia masa
lampau, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan.
Raffles pada tahun 1917 dan Stutterheim pada tahun 1931 yang diambil
dari
(Soekmono, 1977 : 1-2, 17, 41, dan 213) , telah melakukan penelitian
terhadap candi dan berkesimpulan bahwa fungsinya adalah bangunan pemakaman
bagi raja atau orang terkemuka. Peneliti lainnya, yaitu Muusses (), berpendapat
bahwa tidak semua candi adalah bangunan pemakaman. Soekmono (1977: 155)
yang penelitiannya bersumber pada kesusastraan kuna, relief, peripih, prasasti,
dan perbandingan dengan objek serupa dari luar Indonesia, berkesimpulan bahwa
candi adalah bangunan kuil.
Soediman (1985 : 661-683), mengemukakan bahwa candi adalah
bangunan suci yang memiliki makna dan fungsi majemuk. Candi adalah simbol
mikrokosmos, pusat dunia, axis mundi, poros dunia, sokoguru dunia (cosmic
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pillars), serta penghubung antara bumi dengan langit. Berdasarkan simbolisme
tersebut, dapat dijabarkan bahwa masyarakat pada masa lampau membangun
candi didasari dengan keinginan untuk dapat hidup sedekat mungkin dengan pusat
dunia dan dapat berkomunikasi dengan dunia para dewa.
Istilah candi secara umum digunakan untuk menyebut semua bangunan
peninggalan kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia yang berupa pemandian
kuna, gapura atau gerbang kota, dan bangunan suci keagamaan. (Ayatrohaedi,
1978 : 35) Istilah tersebut memberikan pengertian yang sifatnya masih umum,
belum menggambarkan ciri spesifik mengenai aspek bentuk maupun fungsi dari
setiap bangunan yang dimaksud. Pengertian candi yang dapat dihubungkan
dengan bentuk bangunan keagamaan tertentu tidak banyak dijumpai dalam
prasasti, di antaranya hanya dalam prasasti Ngabean (tanpa angka tahun) dan
prasasti Paguyangan (diperkirakan berasal dari tahun 1049 M.-1077 M.)
(Soekmono, 1977 : 160-161). Istilah-istilah dalam prasasti dan kitab-kitab
kesusastraan untuk menyebut bangunan keagamaan ternyata bermacam-macam,
yaitu caitya, prasada, vihara, dharmma, kabikuan, parhyangan, kuti, patapan,
çala, sthana, mandira, bhawana, dan grha. Sukarto K. Atmodjo, 1979 :52, Riboet
Darmosoetopo, 1997 : 268-331). Gambaran yang spesifik tentang bentuk dari
setiap bangunan keagamaan tersebut belum dapat diketahui. Hal itu menyebabkan
kesulitan dalam mengidentifikasi fungsi bangunan yang sekarang dikenal sebagai
candi secara akurat bagi masyarakat pendukungnya. Candi merupakan fenomena
purbakala yang sangat menarik untuk dipelajari siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
Tata letak (layout) candi terbagi atas tiga bagian halaman. Apabila letak
candi tersebut di lereng gunung, maka halamanya dibuat tiga tingkatan. Adapun
halaman yang paling sakral terletak di bagian paling atas (halaman ketiga).
Apabila letak candi tersebut berada di tanah datar, maka halaman yang paling
sakral terletak dibagian paling belakang (halaman ketiga). Hal ini dapat diamati,
misalnya pada candi Jawi dan Kompleks Candi Penataran. Menurut Bernet
Kempers (1959: 55), letak pintu masuk ke percandian Jawi menghadap ke timur.
Di depan candi induk terdapat platfora yang dahulunnya mendasari tiga buah
balai yang terbuat dari kayu. Pola serupa juga dapat dicermati pada Kompleks
Candi Penataran. Pada kompleks candi ini terdapat tiga halaman yang berurutan
dari barat ke timut. Halaman pertama terletak paling barat, sedangkan candi
induknya berada di halaman terakhir, yaitu halaman ketiga.
Dengan demikian pemahaman konsep adalah kemampuan menerangkan
atau menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep dan
keterkaitan antar konsep-konsep (Wartono, 1992: 21). Jadi, pemahaman konsep
candi berarti kemampuan siswa untuk menerangkan, menjelaskan, mengenali, dan
menginterpretasikan konsep-konsep mengenai pengertian candi, bangunan candi,
fungsi candi, arsitektur candi, pantheon candi, dan langgam candi.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai media pembelajaran, terlebih
dahulu akan dibahas mengenai pengertian media pembelajaran secara umum.
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ditinjau dari arti kata, media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk
jamak dari kata “medius”, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau
‘pengantar’ terjadinya komunikasi (Sadiman 2002:6).
Association of Education and Communication Technology (AECT) (Ashar
Arsyad, 2002:3) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Hamijojo dan
Latuheru yang diambil dari (Ashar Arsyad, 2002:4) memberi batasan media
sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyempaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima. Gagne (1983: 8) Secara implisit mengemukakan
bahwa media adalah mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan
komunikasi dengan siswa. Ini bisa perangkat lunak dan perangkat keras, seperti:
komputer, televisi, OHP, video tape, slide, buku film, model, transparansi, dan
lain-lainnya.
I Nyoman Dangeng (1989: 160) mengungkapkan bahwa media pengajaran
adalah komponen strategis penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan
disampaikan kepada si pelajar, apakah itu orang, alat atau bahan. Hal ini sejalan
dengan Oemar Hamalik (1991: 12) mengemukakan bahwa media pendidikan
adalah alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan Yusufhadi Miarso dkk (1984:
48) memberikan batasan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24
digilib.uns.ac.id
digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa,
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, maka ciri-ciri
umum yang terkandung pada setiap batasan yang diberikan adalah sebagai
berikut: (1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal dengan
hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang daat dilihat, didengar, atau
diraba dengan panca-indera; (2) Media memiliki pengertian non-fisik yang
dikenal sebagai perangkat software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan
yang terdapat pada perangkas keras yakni isi yang ingin disampaikan kepada
siswa; (3) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu yang digunakan untuk
menyampaiakan pesan komudikasi dalam proses pembelajaran.
Ibrahim (2001: 13) mengemukakan bahwa peran media dalam proses
pembelajaran telah dikaji, akan tetapi seberapa jauh guru atau fasilitator
memandang penting peranan media untuk meningkatkan efisiensi dan keaktifan
pembelajaran akan sangat tergantung pada wawasan atau keyakinan guru tentang
manfaat atau pentingnya media dalam pembelajaran akan menjadi landasan
penggunaan media dalam pelaksanaan tugas pembelajaran siswa.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa media pembelajaran adalah alat yang diperlukan guru untuk melakukan
komunikasi dengan siswa. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Penggunaan media pembelajaran
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tepat akan membantu mengefektifkan kegiatan pembelajaran dan
memperlancar komunikasi antara guru dan siswa. Sebaliknya, jika media yang
digunakan kurang tepat dengan materi yang dipelajari, maka pencapaian tujuan
belajar akan terhambat.
b.
Jenis Media
Pemilihan
suatu
media
akan
bermakna
apabila
pembuatannya
diselaraskan dengan perubahan tingkah laku siswa sebagai pengguna media dan
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Aplikasi pemanfaatan
media dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga terjadi
proses belajar yang efektif.
Gerlach dan Ely (1971:247-248) menegaskan bahwa berdasarkan ukuran
serta kompleks-tidaknya alat dan perlengkapannya, media pembelajaran dapat
dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
Pertama, media tanpa proyeksi dua dimensi, yaitu media yang
penggunaannya tanpa menggunakan proyektor dan hanya memiliki 2
ukuran saja, yakni panjang dan lebar. Termasuk kategori ini antara
lain: gambar, bagan grafik, poster, peta datar, dan sebagainya.
Penggunaan atau penampilannya dan menggunakan papan tulis, papan
tempel, dan sebagainya. Kedua, media tanpa proyeksi tiga dimensi,
yaitu penggunaannya tanpa menggunakan proyektor dan memiliki
ukuran panjang, lebar, dan tebal atau tinggi. Termasuk kategori ini
antara lain: benda sebenarnya, model, boneka. Ketiga, media audio,
yaitu media yang hanya dapat memberikan rangsangan suara saja
seperti radio dan tape recorder. Keempat, media dengan proyeksi
yaitu media yang penggunaannya menggunakan proyektor seperti:
slide, film strip, OHP dan sebagainya. Kelima, Televisi dan VCD
yang pada dasarnya sama, sedangkan perbedaannya adalah jika TV
mengirimkan atau memecahkan suara atau gambar, sedangkan VCD
yaitu alat untuk merekam, menyimpan dan menampilkan kembali
secara serempak suara gambar
daritosuatu
commit
user objek.
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dale (1963:43) menggolongkan media pembelajaran menurut
pengalaman belajar siswa, yaitu sifat konkrit sampai bersifat abstrak, yaitu
dikenal dengan kerucut pengalaman (the cone of experience). Selanjutnya
Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar mulai dari “pengalaman
langsung yang dituju” dan kemudian meningkat melalui tingkat-tingkat yang
abstrak sampai pada “lambang visual”.
Pada tingkat kongkrit seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman
langsung yang bertujuan untuk pengalaman yang bersifat aktif, tidak pasif dengan
suatu tujuan tertentu. Lebih abstrak lagi dari pengalaman langsung tersebut yaitu”
pengalaman tiruan yang diatur” pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda
atau kejadian tiruan yang sebenarnya, termasuk di dalamnya model. Pengalaman
tiruan ini dapat berguna jika pengalaman langsung tidak dapat diberikan kerena
keterbatasan-keterbatasan, untuk mengganti media tersebut adalah benda model.
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh
Dale (1963: 43) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan
dan diinginkan siswa agar siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru
sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu
(ecoding) dan siswa sebagai penerima simbol-simbol tersebut sehingga dipahami
sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan guru dan murid dapat digambarkan
pada tabel 1
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1 Pesan dalam Komunikasi
Pesan Diproduksi dengan
Pesan Dicerna dan diinterpretasi dengan
Berbicara, menyanyi, memainkan alat
Musik, dsb.
Memvisualisasikan melalui film, foto,
lukisan, gambar, model, patung,
garafik, kartun, gerakan nonverbal
Menulis atau mengarang
Mendengarkan
Mengamati
Membaca
Keuntungan dari pengalaman tiruan ini adalah memberikan kesan
yang mendalam, memberi arti yang sebenarnya, serta menambah pengertian
dan
menghentikan
verbalisme.
Tingkat
pengalaman
belajar
dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. merupakan Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) menurut
Dale (1963:43)
abstrak
konkrit
Gambar 1. Kerucut Pengalaman (The Cone of Experience) menurut Dale (Sumber:
Dale, 1969:12 dengan modifikasi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
Uraian tersebut memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak memanfaatkan
semua alat indranya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus)
yang dapat diproses dengan berbagai indra. Semakin banyak alat indra yang
digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka semakin besar
kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam
ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menerima dan menyerap
dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Berdasarkan
kerucut pengamalaman Dale diharapkan penggunaan media pembelajaran dapat
menjembatani pengalaman belajar abstrak menuju tingkat pengalaman belajar
yang lebih konkret.
c. Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki fungsi luas dan penting dalam dunia
pendidikan di sekolah. Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pembelajaran. Menurut Arif S. Sadiman dkk (2002:82)
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah tujuan
instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar
yang diinginkan, keadaan latar belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi
setempat dan luas jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada
akhirnya harus diterjemahkan dalam norma kriteria keputusan pemilihan (Arif S.
Sadiman, dkk, 2002: 83-84).
Dick dan Carey (diambil dari Wibawa, 1992:67) menyebutkan bahwa
disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu :
Pertama, ketersedian sumber setempat yaitu apabila media yang bersangkutan
tidak terdapat sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana,
tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga, adalah faktor yang menyangkut keluwesan,
kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama
artinya bias digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan
kapanpun serta mudah di bawa atau dipindahkan. Faktor Keempat, adalah
efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang, sebab ada jenis media
yang biaya produksinya mahal (contohnya program film bingkai) tetapi dapat
dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang.
Hakikat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk
memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan (Arief S.
Sadiman dkk, 2002 : 84). Adapun kriteria dalam pemilihan media pembelajaran
meliputi: (1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media yang dipilih
berdasarkan tujuan insrtuksional yang diterpakan secara umum mengacu kepada
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga arah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan fisik, dan
mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi;
(2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi media yang berbeda, contoh film dan grafik memerlukan simbol dan
kode yang berbeda. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan
kemampuan mental siswa; (3) Praktis, luwes dan bertahan, jika tidak tersedia
waktu, dana, atau sumber cara lainnya memproduksi, maka tidak perlu
dipaksakan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang
ada yang ada, mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru. Media yang dipilih
sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang
tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana; (4)
Guru terampil menggunakannya, ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun
jenis media yang digunakan, guru harus mampu menggunakannya dalam proses
belajar mengajar. Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang
menggunakannya; (5) Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk
kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil
atau perorangan. Oleh karena itu ada berbagai macam media yang digunakan
untuk jenis kelompok besar, kecil, dan perorangan; (6) Mutu tekhnis,
pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi persyaratan
tekhnis tertentu. Contohnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan
yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen
lainnya yang berupa latar belakang ( Azhar Arsyad, 1997 : 72-74).
Dalam penggunaannya, tidak ada media yang paling unggul untuk semua
tujuan dan tidak ada petunjuk yang cukup rinci tentang pemilihan suatu media.
Menurut Anderson (diambil dari Suhardi, 2005:12) pemilihan media menjadi
rumit karena adanya kecenderungan sementara pengembang yang beranggapan
bahwa pemilihan media adalah terpisah dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejalan dengan pendapat Dengeng (diambil dari Suhardi: 2005:13) bahwa media
merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar dan apapun media yang
digunakan sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar. Oleh karena itu
dalam pemilihan media pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa faktor
yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, karakteristik pelajar, ketersediaan biaya,
dan kualitas teknis.
d. Multimedia
1) Sejarah Multimedia
Istilah multimedia berawal dari dunia teater. Istilah tersebut digunakan
untuk membatasi pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu medium, yang
seringkali disebut dengan pertunjukan multimedia. Perkembangannya, istilah
tersebut mulai umum digunakan dalam dunia komputer. Menurut Suyanto
(2004:19) pertunjukan multimedia mencakup monitor video, synthesized band,
dan karya seni manusia sebagai bagian dari pertunjukan.
Sistem
multimedia
dimulai
pada
akhir
tahun
1980-an
dengan
diperkenalkannya Hypercard oleh Apple pada tahun 1987, dan pengumuman oleh
IMB (International Business Machines) pada tahun 1989 mengenai perangkat
lunak Audio Visual Connection (AVC) dan video adhapter card bagi PS/2. Sejak
permulaan tersebut, hampir setiap pemasok perangkat keras dan perangkat lunak
beralih ke multimedia. Pada 1994, diperkirakan ada lebih dari 700 produk dan
sistem multimedia.
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pengertian Multimedia
Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau
output dari data. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video,
teks, grafik, dan gambar (Suyanto, 2004:19). Heinich (1996: 20) mendefinisikan
multimedia sebagai gabungan teknologi komputer dengan berbagai sumber materi
baik dalam teks, gambar, grafik dan suara yang ditampilkan melalui layar
komputer. Definisi-definisi tersebut terdapat empat komponen penting dalam
multimedia; Pertama harus ada komputer yang mengkoordinasikan apa yang
dilihat dan didengar. Kedua,
harus ada link yang menghubungkan dengan
informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang memandu untuk menjelajahi
jalinan informasi yang saling terhubung. Keempat, multimedia menyediakan
tempat untuk mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan informasi
dan ide.
3) Unsur-unsur Multimedia Interaktif
Menurut
Suyanto
(2004:225)
Unsur-unsur
yang
terdapat
dalam
multimedia adalah: teks, grafik, audio, video, dan animasi.
a) Teks
Menurut Suyanto (2004:255) teks adalah kata atau kalimat yang dipakai
untuk menjelaskan gambar dan simbol. Bentuk data yang paling mudah disimpan
dan disampaikan adalah teks. Teks dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam
multimedia yang menyajikan bahasa. Secara umum ada empat macam teks yaitu
teks cetak, teks hasil scan, teks elektronik, dan hypertext. Teks cetak adalah teks
yang diketik menggunakan word processor atau teks editor. Teks hasil scan
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah teks yang dimunculkan lewat komputer menggunakan alat scanner. Teks
elektronik adalah teks yang ditulis dengan format yang bisa dibaca mesin dan bisa
dibaca komputer lalu dikirim secara elektronis melalui jaringan. Hypertext
merupakan dasar untuk produksi multimedia virtual yang mengacu ke proses
linking dan membuat multimedia menjadi interaksi.
b) Grafik
Suyanto (2004:261) mendefinisikan grafik sebagai gambar, foto, baik
dalam warna hitam putih maupun berwarna. Format file yang digunakan antara
lain Acrobat Touch Up Image ( *.PDF, *.AI, *.PDP ), BMP ( *.BMP, *.RLE ),
Photoshop ( *.PSD, *.PDD ), Photoshop DPS/DCS ( *.EPS ), CompuServ Gif (
*.GIF ), JPEG ( *.JPG, *.JPE ), PICT file ( *.PIC, *.PCT ).
Alasan dalam menggunakan gambar dalam multimedia adalah karena
lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibandingkan teks.
Grafik juga dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang
baru dan lebih berguna. PICT merupakan format file default Macintosh yang
tersedia untuk aplikasi grafik yang dijalankan pada sebuah flatform Macintosh.
BMP merupakan format file default untuk Windows. JPEG (Joint Photographic
Experts Group) merupakan jenis format file image bitmap yang banyak digunakan
untuk image foto realistik. GIF ( Grafic Interchange File ) merupakan format file
terkompresi yang dikembangkan oleh CompuServe untuk digunakan di internet.
PSD merupakan format yang digunakan Photoshop untuk menyimpan file yang
telah dibuat dan dimanipulasi.
c) Audio
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Suyanto (2004:272) audio adalah suara manusia, musik dan
spesial efek. Format file disimpan dalam bentuk antara lain Waveform audio,
AIFF, MIDI, dan MP3. Waveform Audio merupakan format file audio yang
berbentuk digital, dapat dimanipulasi dengan perangkat lunak PC multimedia.
AIFF ( Audio Interchange File Format ) merupakan standar format file audio
untuk Mac. MIDI (Musical Instrument Digital Interface) sistem untuk membuat
musik berbasis instruksi. MP3 (MPEG Audio Layer Format file untuk menyimpan
data suara yang menggunakan skema kompresi yang dikembangkan oleh Motion
Picture Expert Group.
d) Video
Menurut Suyanto (2004:272) video adalah penggabungan antara bunyi
atau suara dengan gambar bergerak ( movie ). Format file video yang digunakan
antara lain AVI, MOV, MPEG, DAT, RM/RAM dan SW. MOV merupakan
sebuah sistem multimedia tambahan pada komputer Macintosh dan Windows
misalnya digunakan dalam bentuk CD-ROM. MPEG (Motion Picture Experts
Group) adalah skema kompresi dan spesifikasi format file video digital ditandai
dengan ekstensi .mpg atau .mpeg. AVI (Audio Video Interleave) merupakan
format video dan animasi yang digunakan video untuk windows yang berekstensi
AVI. Real Video adalah format yang memungkinkan adanya aliran video (on-line
video, Internet ) pada bandwith yang rendah disimpan dengan ekstensi .rm atau
.ram. SW (Shockwafe) dikembangkan oleh macromedia disimpan dengan ekstensi
.swf.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Animasi
Suyanto (2004:287) menyebutkan bahwa animasi merupakan penggunaan
komputer untuk menciptakan gerak pada layar. Ada beberapa macam animasi
yaitu animasi sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi
karakter. Animasi sel adalah potongan animasi yang dibuat dalam sebuah sel atau
asetat yang biasanya merupakan lembaran -lembaran yang membentuk sebuah
animasi tunggal. Animasi frame adalah animasi yang antara frame satu dengan
frame yang lain berbeda yang seakan bergerak dengan kecepatan 24 frame per
detik. Animasi sprite adalah animasi yang bergerak mandiri yaitu objek diletakan
dan dianimasikan pada bagian puncak grafik dengan latar belakang diam. Animasi
lintasan adalah animasi dari objek yang bergerak sepanjang garis kurva yang
ditentukan sebagai lintasan. Animasi karakter adalah animasi yang dapat bergerak
seperti terbang, berenang, berjalan.
Secara garis besar pembuatan multimedia interaktif dapat digambarkan
sebagai berikut :
Teks
Software
Graphic
Processing
Animation
Multimedia
Product
Video
Visual
Effect
Music
Gambar 2.
Tahapan
Medikomp, 1994: 23)
Pembuatan
commit to user
Sound
Effect
Multimedia
Interactivity
Interaktif
(Tim
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
e. Manfaat Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran IPS Sejarah
Perkembangan teknologi informasi merupakan suatu komponen yang
penting dalam proses komunikasi sehari-hari bagi setiap orang di semua bidang
termasuk pendidikan. Multimedia dalam pendidikan dipandang sebagai mitra
yang dapat membantu meningkatkan tahap pencapaian tujuan pembelajaran.
Teknologi baru seperti multimedia dapat menjadikan proses pembelajaran
menyenangkan.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran mengandung manfaat
tertentu diantaranya: (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
verbalistis; (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti
misalnya, (a) objek yang terlalu besar dapat diganti dengan realita gambar, film
atau model, (b) objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai,
film, atau gambar, (c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, dan (d) objek yang terlalu kompleks
(misalnya mesin-mesin) dapat diganti dengan penggunaan model dan diagram; (3)
Pembelajaran dapat diulang-ulang dengan mutu yang konsisten; (4) Komputer
tidak mungkin lelah, kesal, ataupun sentimen; dan (5) Dengan menggunakan
media pendidikan secara tepat bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa
(Kuswandi, 2002:19).
Menurut Arir Sadiman (2002:16) beberapa kegunaan atau manfaat media
pembelajaran adalah: (1) Memperjelas penyampaian pesan agar tidak terlalu
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
verbalitas, yaitu dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka; (2) Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra; (3) Mengatasi sikap pasif anak didik
sehingga dapat menimbulkan minat belajar siswa dan memungkinkan siswa
belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya; dan (4) Membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran sehingga setiap siswa memperoleh rangsangan,
pengalaman, sehingga menimblkan persepsi yang sama.
Berbeda dengan Sadiman, Hamdani (2005:50) menyebutkan manfaat
media dalam sudut pandang siswa. Media pembelajaran berguna untuk: (1)
Menimbulkan kegairahan belajar; (2) Memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan; (3) Memungkinkan
interaksi secara langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan yang
ada, memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya. Multimedia juga dapat membantu siswa dan guru dalam proses
intruksional untuk memenuhi kurikulum yang senantiasa berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
masyarakat.
Selain
memiliki
kelebihan,
multimedia
juga
memiliki
beberapa
kekurangan. Menurut Hamalik (2003:190) kekurangan multimedia apabila
dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah: (1) Dari segi manusia (guru),
dibutuhkan
adanya
kemampuan
yang
profesional
dalam
menggunakan
multimedia; (2) Dari segi waktu, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam
proses penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia; (3) Dari segi
fasilitas, dibutuhkan adanya fasilitas komputer multimedia yang mendukung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
dalam hal pemanfaatannya; dan (4) Dari segi pendanaan, dibutuhkan adanya dana
yang tidak sedikit dalam hal pengadaan dan pengoprasian media pembelajaran
berbasis multimedia. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan dari manfaat media
yang telah diuraikan di atas, maka media pembelajaran memiliki peranan penting
dalam mendukung proses pembelajaran.
Pertimbangan dalam pemilihan media interaktif dengan Macromedia
Director Mx pada materi candi Hindu-Budha dalam pembelajaran sejarah secara
tidak langsung dapat memberikan peluang kepada guru dan siswa dalam
menggunakan dan membekali diri dengan berbagai teknologi terkini dan bersedia
untuk menghadapi berbagai teknologi baru di masa yang akan datang. Materi
sejarah yang
f. Macromedia Director MX
Pengembangan media pembelajaran membutuhkan sebuah program untuk
menghasilkan produk media yang interaktif, efektif dan efisien. Pada
pengengembangan media pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan candi
Hindu Budha menggunakan sofware programing Macromedia Director MX.
Macromedia Director MX adalah software yang berfungsi menyatukan
berbagai media: Image (citra gambar), Animasi,Video, Audio dan Text untuk
membuat sebuah produk presentasi yang lazim disebut multimedia (Hendratman,
2005: 3). Macromedia Director MX adalah software programming dengan
sentuhan grafis yang mampu mengimport dan mengendalikan banyak format
seperti: (a) Movie, (b) Bitmap seperti (PSD), (c) Vector, (d) 3 Dimensi, (e)
Audio: WAV, MP3, MIDI, dan (f) PPT (Powerpoint Project)
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Makromedia Director dapat menggabungkan format bitmap dan vektor,
sehingga ketajaman gambar dapat dikendalikan. Director memiliki performance
yang baik meskipun dijalankan di komputer pentium I, karena Macromedia
Director MX memiliki pengaturan memori dan data yang baik untuk
menyelesaikan pekerjaan yang banyak dan besar, sehingga pengembangan
multimedia dengan program Macromedia Director MX mampu menghasilkan
media pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Berbagai keunggulan
tersebut diharapkan dapat membawa siswa pada pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep
candi.
Berikut ini adalah tampilan dalam bisang pembuatan media pembelajaran
sejarah dengan menggunakan program Macromedia Director.
1) Tampilan Macromedia Director MX
commit to user
Gambar 3. Tampilan Macromedia Director MX (Hendratma, 2005:10)
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan:
a) Stage adalah area tampilan hasil akhir dimana pengguna melihat apa yang
telah anda buat. Ukuran stage dapat diubah sesuai kebutuhan pada
property inspector. Ukuran standarnya adalah 600 x 800 pixel.
b) Cast window digunakan untuk menyimpan objek yang akan ditampilkan
pada sebuah movie. Sebagai contoh jika ingin memasukkan sebuah file
yang dihasilkan oleh program pengolah gambar seperti Photoshop berupa
file berektensi .jpg dengan fasilitas impor file, maka image tersebut akan
ditempatkan pada Cast.
c) Score adalah tempat mengatur semua jalannya animasi pada movie. Dapat
dikatakan Score adalah otak dan jantung dari movie yang dibuat.
d) Property Inspector digunakan untuk mengatur semua objek yang ada pada
sebuah movie.
2) Script
Script berisi perintah-perintah dalam bahasa lingo. Script menurut
kegunaannya terdiri dari : (a) Movie script, yaitu berisi handler yang dapat
diakses oleh script yang lainnya, (b) Behaviour inspector, merupakan tempat
untuk membuat dan memodifikasi script, (c) Parent script, hanya digunakan
untuk teknik pemrograman OOP (Object Oriented Programming), dan (d) Cast
script, hanya berpengaruh pada cast member yang bersangkutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41
digilib.uns.ac.id
3) Linier dan Interaktif
Director mempunyai dua jenis movie yaitu yang bersifat linier dan
nonlinier (interaktif). (1) Recording adalah proses perekaman posisi sprite.
Terbagi atas 5 bagian yaitu step recording, Real-time Recording, Space-to-Time
Recording,Cast-to-Time Recording, dan Tweening, (2) Film Loops adalah fasilitas
untuk membuat gerakan berulang-ulang dalam satu frame. Kita dapat membuat
animasi berulang-ulang tanpa berpindah ke frame selanjutnya, dan (3) Reverse
Sequence digunakan untuk menata urutan posisi frame.
Penjelasan mengenai komponen Macromedia Director MX dapat
dimanfaatkan untuk memudahkan dalam memilih komponen mana yang akan
dimanfaatkan untuk proses produksi dan disesuaikan dengan karakteristik media
pembelajaran yang akan dikembangkan dan diprosuksi. Komponen-komponen
tersebut merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mengembangkan
media pembelajaran dengan menggunakan program Macromedia Director MX.
e. Pembelajaran IPS Sejarah dengan Menggunakan Macromedia Director
MX
Menurut Hariyono (1995:86) Sejarah adalah serentetan studi tentang
individu, kejadian, situasi, ide dan institusi yang terjadi dalam dimensi dan alur
waktu yang tidak dapat diubah serta mempunyai pengaruh terhadap orang lain,
kejadian, dan institusi, sehingga bermanfaat untuk diingat. Kehidupan manusia
berdasarkan dimensi Sejarah selalu berkaitan dengan waktu masa lampau, masa
sekarang dan masa yang akan datang. Keadaan masa sekarang adalah kenyataan
hasil masa lampau untuk menentukan masa yang akan datang, sehingga dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42
digilib.uns.ac.id
pembelajaran sejarah harusnya mampu membuat siswa siap untuk menghadapi
masa depannya.
Kondisi yang ada pada pembelajaran sejarah belum menunjukkan
kebermaknaan. Indikatornya bahwa media yang ada belum meningkatkan
kesadaran sejarah siswa sehingga pemahaman konsep candi siswa juga kurang.
Kurangnya variasi dalam penggunaan media menyebabkan minat siswa terhadap
pelajaran Sejarah juga kurang (Widya, 1989:1). Kemampuan manusia untuk
memainkan perannya pada masa kini dalam rangka mewujudkan masa depan yang
dicita-citakan sangat ditentukan pemahaman jiwa dan semangat masa lampau
dengan baik. Oleh karena itu, mempelajari Sejarah bagi siswa menjadi penting
agar dapat menentukan tindakan yang tepat guna melanjutkan masa depan yang
sesuai dengan harapan masa lampau. Pembelajaran Sejarah adalah pembelajaran
peristiwa Sejarah dan perkembangan masyarakat yang telah terjadi berdasarkan
sumber-sumber (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003:4) dan buktibukti yang telah mengalami pengujian dengan secermat-cermatnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, dipahami bahwa pembelajaran di sekolah
sebagai bagian dari pendidikan secara umum didasarkan pada nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia. Pembelajaran IPS Sejarah di sekolah memiliki karakteristik
pembelajaran yang memberikan pengalaman masa lampau untuk diterapkan pada
masa sekarang. Pengetahuan masa lampau dapat berguna untuk memecahkan
masa kini dan untuk merencanakan masa depan. Pengalaman masa lampau dapat
dijadikan pijakan untuk menyikapi kehidupan nyata saat sekarang dan selanjutnya
menciptakan kehidupan masa yang akan datang. Artinya pembelajaran Sejarah di
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekolah diharapkan mampu memberikan bekal melalui peristiwa-peristiwa masa
lampau.
Setiap tujuan pembelajaran Sejarah hendaknya berorientasi pada
pembentukan sikap siswa. Sebagai contoh, salah satu kompetensi dasar dalam
Standar Isi Kurikulum SMP/MTs mata pelajaran IPS (sejarah) Kelas VII adalah:
”Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”.
Melihat rumusan kompetensi dasar tersebut memerlukan kejelian dan
kepekaan guru dalam merumuskan indikator yang mengarah pada pembentukan
sikap dan perilaku Sejarah terhadap peristiwa perkembangan masyarakat,
kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya.
Semenjak pembelajaran IPS Sejarah pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) diterapkan mulai tahun pelajaran 2007/2008, pembelajaran
IPS pada jenjang SMP/MTs dikembangkan dengan pendekatan terpadu yang
terdiri dari disiplin ilmu geografi, Sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Konsep
demikian menghendaki pembelajaran IPS terdiri dari berbagai unsur disiplin ilmu
sosial yang diramu menjadi satu perpaduan dengan konsep IPS. Pembelajaran IPS
Sejarah menjadi bagian dari IPS Terpadu yang memiliki kesamaan dengan
disiplin ilmu sosial lainnya seperti: geografi, ekonomi, dan sosiologi. Pembahasan
materi IPS Sejarah dalam pembelajaran IPS Terpadu dilaksanakan dalam bentuk
terpadu dengan materi disiplin ilmu sosial lainnya yang dikemas dalam tema.
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tema yang dipilih untuk dibicarakan dalam pembelajaran dibahas dengan
menggunakan berbagai disiplin ilmu sesuai kompetensi dasar yang relevan
dengan tema. Sebagai contoh: ”Potensi Candi di Malang Sebagai Daerah Tujuan
Wisata” dalam pembelajaran dikembangkan dalam kebudayaan Malang dikaji dan
ditinjau dari faktor alam, historis kronologis, dan kausalitas, serta perilaku
masyarakat terhadap aturan peran materi IPS Sejarah. Dalam pembahasan ini,
materi pembelajaran adalah penjelasan secara historis peninggalan-peninggalan
masa Hindu-Budha berupa Candi di Malang dengan tujuan menumbuhkan sikap
menghargai
dan
melestarikan
karya
budaya
bangsa,
tanggung
jawab
pengembangan budaya Malang serta memupuk kebanggaan siswa yang tinggal di
Malang.
Sikap
kesadaran
sejarah
dapat
dikembangkan
dengan
media
pembelajaran berbasis Macromedia Director pada materi pembelajaran di atas
dengan pembahasan potensi candi di Malang sebagai tujuan wisata dari makna
Sejarah untuk membentuk kesadaran siswa merasa memiliki, menjaga,
memelihara dan melestarikan nilai-nilai luhur bangsa.
1) Pengembanagan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia
Director
Pengembangan media pembelajaran diharapkan dapat dilakukan dengan
berbagai persiapan dan dengan perencanaan yang teliti. Menurut Sadiman
(2002:97)
Sebelum mengembangkan media pembelajan ada beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab dalam membuat perencanaan
pengembangan media, yaitu: (1) apa alasan dibuat suatu media?
(2) apakah media tersebut terkait dengan proses belajar mengajar
commit to(3)user
untuk mencapai tujuan tertentu?
untuk siapakah media tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
dibuat? (4) perubahan tingkah laku apa yang diharapkan terjadi
setelah siswa belajar dengan menggunakan media? (5) materi apa
sajakah yang perlu disajikan dalam media supaya terjadi
perubahan tingkah laku sesuai yang diharapkan? dan (6)
bagaimana mengukur perubahan tingkah laku yang terjadi?
Apabila pernyataan-pernyataan di atas disusun secara lebih sistematis
maka urutan dalam mengembangkan media tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a) Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
b) Perumusan tujuan pembelajaran.
c) Perumusan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung
tercapainya tujuan.
d) Penyusunan alat pengukur keberhasilan atau alat evaluasi.
e) Produksi media.
f) Pelaksanaan tes dan revisi.
Adapun tahapan pengembangan media pembelajaran sejarah dalam
penelitian ini adalah:
a) Analisis Kebutuhan
Tujuan dari pembuatan media pembelajaran adalah untuk siswa belajar.
Oleh karena itu, sebelum membuat media pembelajaran perlu diketahui adanya
kebutuhan siswa akan pentingnya media tersebut. Menurut Sadiman (2002:99)
Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
kesenjangan antara kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang.
Kemampuan, ketrampilan dan sikap yang diinginkan siswa itu dapat diketahui
dengan berbagai cara, misalnya suatu ketrampilan yang diinginkan untuk dimiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
siswa karena tuntutan lapangan pekerjaan, keinginan agar siswa dapat mencapai
tuntutan kurikulum dengan baik, atapun keinginan agar siswa lebih berprestasi
dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar hasil belajarnya meningkat.
b) Analisis Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa sangat erat kaitannya dengan kebutuhan. Seorang guru
harus dapat mengenali siswanya dengan baik agar dalam proses belajar-mengajar
berlangsung guru dapat menentukan media pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan karakteristik siswa sehingga siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran
dengan maksimal. Menurut Latuheru (1988:31-32) Siswa dapat diidentifikasi
melalui dua tipe karakteristik, yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus.
Karakteristik umum meliputi umur, jenis kelamin, jenjang tingkatan kelas, tingkat
kecerdasan, kebudayaan ataupun faktor sosial ekonomi. Sedangkan karakteristik
khusus meliputi pengetahuan, kemampuan serta sikap mengenai topik atau materi
yang diajarkan. Media yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa
maka akan menghasilkan media pembelajaran yang baik.
c) Perumusan Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan perilaku yang harus dapat dilakukan
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dalam
proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting. Menurut Sadiman
(2002:103) tujuan dapat memberitahukan arah tempat tujuan kepada siswa, cara
untuk mencapai tujuan dan cara mengetahui telah sampai ke tempat tujuan. Siswa
tidak akan mengetahui perubahan sikap yang diharapkan tanpa tujuan yang
dinyatakan secara eksplisit. Apabila tujuan dinyatakan secara jelas dan khusus,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
maka proses belajar mengajar akan berorientasi pada tujuan. Guru dapat
menentukan materi pelajaran yang sesuai untuk dipelajari siswa agar mampu
mencapai kompetensi dengan tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus
berorientasi pada siswa yaitu perilaku yang dapat dilakukan oleh siswa setelah
proses pembelajaran selesai.
d) Perumusan Materi Pembelajaran
Pengambangan bahan pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran memerlukan analisis lebih lanjut. Setelah menganalisis tujuan
pembelajaran maka akan didapatkan sub-sub kemampuan dan ketampilan yang
harus dimiliki siswa. Apabila semua sub-sub ketrampilan dan kemampuan sudah
teridentifikasi, maka akan diperoleh bahan atau materi pembelajaran yang
terperinci untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Apabila pokok
bahan pembelajaran sudah diperoleh maka langkah selanjutnya adalah
mengorganisasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari yang sederhana ke
yang rumit atau dari yang konkret menuju yang abstrak. Pada saat membuat
urutan penyajian ini perlu diingat bahwa ada kemampuan atau ketrampilan yang
saling bergantung, artinya suatu kemampuan atau ketrampilan yang mungkin baru
dapat dipelajari setelah kemampuan lain tertentu sudah dikuasai, dalam hal ini
kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat mempelajari kemampuan
yang lain (Sadiman, 2002:109-110)
e) Penyusunan Alat Pengukur Keberhasilan
Pengukuran pencapaian dalam proses pembelajaran perlu dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu menyusun alat yang digunakan
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Alat pengukur keberhasilan ini dapat
berupa tes, penugasan ataupun daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan
harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan pokokpokok materi pembelajaran yang telah diberika kepada siswa. Hal yang harus
diukur atau dievaluasi adalah kemampuan, ketrampilan, atau sikap siswa yang
dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Sadiman, 2002:110).
f) Produksi Media
Setelah tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran sudah dirumuskan,
maka langkah selanjunya adalah tahap produksi media. Pada pengembangan
media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX hal yang perlu
dilakukan sebelum produksi multimedia dilakukan adalah merancang desain dari
multimedia.
(1) Perumusan Spesifikasi Multimedia
Langkah awal daam memproduksi multimedia adalah merumuskan
spesifikasi produk yang akan dihasilkan. Karakteristik yang dimiliki dalam
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX yaitu bersifat interaktif,
bertahap, segera memberikan balikan dan mampu membantu siswa mengontruksi
pengetahuannya. Adapun karakteristik multimedia yang lain yang dikembangkan
terdiri dari (1) bahan penarik perhatian, (2) tujuan pembelajaran, (3) petunjuk
penggunaan, (4) penyampaian materi, (5) balikan dan (6) evaluasi. Selanjutnya
dapat dijelaskan sebagai berikut
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Bahan Penarik Perhatian
Kegiatan awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar
kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Perhatian siswa
dapat ditingkatkan dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan yang
mendadak (Dangeng, 1993:150). Sebagai upaya untuk menarik perhatian siswa
pada awal proses pembelajaran berlangsung banyak hal yang dapat dilakukan.
Menurut Gagne dan Briggs dalam (Pramono, 1996:66) pertanyaan lisan dapat
menarik perhatian, gambar gerak pada layar monitor dapat menunjukkan peristiwa
yang aneh sehingga dapat menarik perhatian. Upaya-upaya untuk menarik
perhatian siswa dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk belajar, dengan
demikian hasil belajar mereka akan jadi lebih baik.
b) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran perlu diinformasikan kepada siswa agar siswa
mengetahui kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran tersebut sehingga
pembelajaran yang dilakukan berorientasi pada tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
c) Petunjuk Penggunaan
Petunjuk penggunaan media pembelajaran perlu diinformasikan sebelum
pembelajaran berlangsung kepada siswa agar siswa mengerti cara mengoperasikan
media pembelajaran tersebut. Jika siswa telah memahami dan mengerti cara
pengoperasian madia, maka siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh tanpa
perlu kebingungan untuk mengoperasikan media.
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Penyampaian Materi
Penyampaian materi perlu diorganisasikan sesuai dengan urutan tujuan
pembelajaran.
Oleh
karena
itu
materi
yang
diasampaikan
dengan
pengorganisasian isi yang baik dapat mentransfer informasi dengan lebih baik.
Peyampaian materi dalam media pembelajaran yang dikembangkan diberikan
dengan prinsip dikenal ke tidak dikenal, konkret ke abstrak dan pertanyaan ke
jawaban.
e) Balikan
Proses pembelajaran dapat ditingkatkan dengan baik melalui pemberian
latihan yang secara langsung relevan dengan tujuan pembelajaran. Siswa perlu
diberi kesempatan untuk banyak berlatih mengenai apa yang harus dikuasainya.
Balikan merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran, pembelajaran
ini didesain sebagai sebuah pembelajaran mandiri (self-lerning). Dalam belajar
mandiri diperlukan adanya balikan sehingga siswa dapat mengetahui apakah
unjuk kerjanya sudah benar atau salah.
f) Evaluasi (Postest)
Menurut
Dick dan Carey (dalam Pramono, 196: 80) postest identik
dengan pretest. Postest mengukur tujuan yang yang diajarkan dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam evaluasi pemberian postest perlu dilakukan
untuk mempraktikkan pengetahuan atau ketrampilan yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah selesai belajar.
Bagi peneliti yang mengembangkan media pembelajaran, postest dapat
digunakan
untuk
mengetahui
seberapa jauh
commit to user
media pembelajaran
yang
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikembangkan
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
siswa
dengan
membandingkannya dengan hasil pretest. Apabila media pembelajaran tidak dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu diidentifikasi penyebabnya dan
kemudian melakukan perbaikan-perbaikan sebelum digunakan sebagai media
pembelajaran.
(2) Pengembangan Flowchart dan Movie Interaktif
Dalam merancang sebuah movie disarankan membuat sebuah bagan alur
yang lazimnya disebut dengan flow chart,terutama sangat disarankan pada movie
yang bersifat interaktif yang memiliki banyak menu dan submenu. Sementara itu,
Flow Chart
berguna untuk membantu dalam membuat sebuah movie yang
kompleks yaitu terdapat menu dan submenu serta didalamnya terdapat animasi
dan media lainnya berupa digital video ataupun spesial efek yang akan berjalan.
Kemudian, untuk memberikan tanda pada frame tertentu yang terdapat
pada score window digunakan Marker. Marker berfungsi untuk mempermudah
mengingat awal dan akhir dari sebuah sprite maka diperlukan adanya marker.
Misalnya, Marker Go yang merupakan perintah Go yang berarti ‘pergi’. Go terdiri
atas: (1) Go Next; untuk memerintahkan playback head melompat ke marker
terdekat depannya; (2) Go Previous; untuk melompat ke marker terdekat
sebelumnya. (3) Go to the Frame; untuk menghentikan sementara jalannya
playback head; (4) Go Loop; untuk memerintahkan playbackhead melompat
kembali ke marker sebelumnya dengan kondisi loop. (5) Go to Frame; untuk
memerintahkan play back head melompat ke posisi frame atau marker tertentu.
(3) Pengembangan Storybard
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah flwochart selesai dikembangkan, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun naskah materi pada setiap frame. Teknik penyusunan naskah ini
disebut dengan storybord. Storybord menampilkan sesuatu yang akan dilihat
pemakai pada layar monitor. Penyiapan Storybord dengan cara menuliskan atau
menggambarkan informasi yang akan muncul pada layar monitor untuk setiap
frame mulai dari awal hingga akhir program.
(4) Produksi Media Pembelajaran Sejarah
Produksi media pembelajaran ini dilakukan dengan memasukkan
komponen dan materi yang telah disusun dalam storyboard ke dalam komputer.
Multimedia pembelajaran ini diproduksi dengan menggunakan Macromedia
Director MX. Setelah selesai diproduksi, maka multimedia disimpan ke dalam
Compact Disk (CD)
g) Validasi dan Revisi Media Pembelajaran
Tahap akhir dalam proses pengembangan media ini adalah evaluasi
kesangkilan media. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan data tentang kesangkilan dan kemangkusan bahan-bahan
pembelajaran (termasuk di dalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Data-data
tersebut
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan media agar lebih sangkil dan mangkus (Sadiman, 2002:174).
Sedangkan evaluasi sumatif diulakukan dengan validasi tampilan
multimedia oleh beberapa ahli, yaitu ahli media, ahli materi serta siswa sebagai
commit to user
responden. Setelah dilakukan validasi produk media maka dilakukan revisi media
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sesuai dengan hasil validasi. Dalam bentuk akhir, setelah media pembelajaran
selesai diperbaiki dan disempurnakan, maka dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
2) Tahap Pemanfaatan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia
Director
a) Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Kegiatan Pendahuluan (10 Menit )
(a) Guru memberi salam, memeriksa kehadiran siswa, dan meminta
siswa mempersiapkan buku dan alat tulis
(b) Guru mempersiapkan peralatan seperti keping CD Interaktif, LCD
dan perangkat komputer atau laptop/notebook. Jika digunakan
untuk
pemebelajaran
sejarah
secara
mandiri,
maka
guru
menyiapakn ruangan Lab komputer dan mengkopi file dari Cd
interaktif berbasis Macromedia Director.
(c) Siswa mengerjakan soal pre test
(d) Guru memberi apersepsi
(2) Kegiatan Inti (25 menit)
(a) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan tata
cara penggunaan media pembelajaran.
(b) Siswa dan guru memutar CD Interaktif tentang candi Hindu Budha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
(c) Siswa belajar secara mandiri tentang materi candi Hindu Budha
yang belum mereka pahami dan mengerjakan kuis di masingmasing sub pokok bahasan
(d) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami
(e) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
(3) Kegiatan Penutup (5 menit)
(a) Guru memberikan tugas
(b) Siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulkan materi
(c) Menutup pembelajaran dengan salam
3. Media Pembelajaran Microsoft Powerpoint 2007 dengan LCD
Menurut Lee (2000:67) Microsoft Powerpoint 2007 adalah program
aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah
Microsoft Office. Keuntungan terbesar dari program Microsoft Powerpoint 2007
adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam
Microsoft Office, Jadi pada waktu penginstalan program Microsoft Office sudah
terinstal. Hal tersebut akan mengurangi beban hambatan pengembangan
pembelajaran dengan komputer.
Sejalan dengan pengertian di atas, Avatar Budip (2011 http://www.psbpsma.org/content/blog/3450-pembuatan-media-pembelajaran-dengan-multimediapowerpoint: 2 diunduh tanggal 16 Mei 2011 ) mengemukakan Microsoft Power
point merupakan salah satu bagian aplikasi MS Office yang dapat digunakan untuk
membantu merancang dan menyajikan presentasi. Presentasi yang dibuat dapat
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berisi tampilan teks maupun grafis yang terbagi dalam slide-slide. Setiap slide
dapat berisi penjabaran topik yang divisualisasikan dalam bentuk tulisan, gambar
maupun tabel. Dengan adanya animasi dan multimedia yang menyertainya maka
penyajian presentasi akan lebih hidup, menarik dan efektif.
Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008:102) menjelaskan bahwa program
Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu
menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan,
mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan
baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Microsoft Office
Power Point merupakan perangkat lunak (software) yang mampu menampilkan
program multimedia dengan menarik mudah dalam pembuatannya dan
penggunaannya serta relatif murah. Microsoft Office Power Point memiliki
kemampuan untuk mengggabungkan berbagai unsur media, seperti pengolahan
teks, warna, gambar, dan grafik, serta animasi.
Terdapat tiga tipe penggunaan Power Point yaitu Personal presentation,
stand alone, dan web based (Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2008: 102), pada
umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi dalam
clasical learning. Microsoft Office Power Point digunakan sebagai alat bantu guru
untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru. Pola
penyajian
Microsoft
Office
PowerPoint
yang
dirancang
khusus
untuk
pembelajaran individual yang bersifat interaktif seperti yang dikemukakan oleh
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, (2008:102). Pada pola penyajian ini, Power Point
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
dapat dirancang khusus untuk pembelajaran individual yang bersifat interaktif,
mekipun kadar interaktifnyya tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan
menggunakan multimedia interaktif, namun Microsoft Office Power Point mampu
menampilkan feedback yang sudah diprogram.
Keuntungan program ini seperti yang dikemukakan Nunuk Suryani (2007:
4) Media pembelajaran yang popular digunakan dalam proses pembelajaran
adalah media audio visual (VCD), Video Compact Disc digunakan para guru
sebagai media pembelajaran karena sifatnya dapat mengakses berbagai macam
data dan fasilitas untuk memotivasi siswa dalam belajar. Dalam mengenalkan
dan menanamkan konsep unsur-unsur perlapisan kulit bumi, pola pergerakan
lempeng bumi, angin dan sebagainya melalui program Power Point yang telah
dikemas dalam bentuk instruksi pengajaran sendiri berisi serangkaian contoh
dan instruksi yang harus dikerjakan oleh siswa secara manual. Dalam program
tersebut juga telah dilengkapi evaluasi untuk mengukur seberapa kadar
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.
Tampilan ikon-ikon dalam Power Point yang sederhana. Ikon-ikon
pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang
sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus
mempelajari bahasa pemrograman. Dengan ikon yang dikenal dan pengoprasian
tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer
dapat dikurangi yaitu hanbatan pengetahuan tehnis dan teori. Pengajar atau ahli
bahasa dapat membuat sebuah program pembelajaran bahasa tanpa harus belajar
bahasa komputer terlebih dahulu. Meskipun program aplikasi ini sebenarnya
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan program untuk membuat presentasi namun fasilitas yang ada dapat
dipergunakan
untuk
membuat
program
pembelajaran
sejarah
dengan
menghadirkan gambar candi, peta, dan memberi link pada suara serta video.
Maka program yang dihasilkanpun akan cukup menarik. Keuntungan lainnya
adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet. Untuk
pembelajaran sejarah, program Power Point dapat membantu dalam menampilkan
tampilan video ataupun gambar untuk mendukung terlaksananya kegiatan
pembelajaran sejarah yang kontekstual.
Sarana pendukung dalam menampilkan Power Point adalah Proyektor
LCD. Proyektor LCD merupakan salah satu alat optik dan eletronik, sistem
optiknya efisien yang menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan
(menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar,
atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke gambar. (Hujair
AH Sanaky. 2009: 188).
Untuk mengoperasikan atau menggunakan Proyektor LCD, membutuhkan
dan menggunakan bantuan komputer. Pogram informasi di desain melalui
program komputer dengan pogram power point (slide). Pembelajaran dengan
mengunakan proyektor LCD akan memberi kesempatan pada pembelajar untuk
mendapatkan materi pembelajaran yang autentik dan berinteraksi secara luas.
Dengan menggunakan proyektor LCD, seorang pengajar dapat mendesain
berbagai program pengajaran sesuai dengan materi, metode, dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, pogram yang didesain dengan menggunakan
Microsoft Power Point diantaranya: (1) Memasukkan teks, gambar dan suara, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58
digilib.uns.ac.id
(2) Membuat tampilan menarik. Tampilan yang menarik akan meningkatkan
minat dan motivasi pembelajar pada pogram komputer Microsoft power point
dengan memberi background untuk memperindah tampilan. Menurut Hujair AH
Sanaky (2009: 132- 133) Ada beberapa jenis background yang ditawarkan yaitu:
(1) Dengan memberi warna, (2) Dengan memberi tekstur, dan (3) Memasang
gambar dari file sendiri.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat maka,
Proyektor LCD ini telah menggantikan kedudukan Overhead Proyektor (OHP ).
Dulu Guru atau Dosen ketika mengajar dalam kelas sering memakai OHP,
sekarang tidak lagi menggunakannya, karena OHP kurang praktis dibanding
dengan proyektor LCD. Adapun alasan kenapa OHP-OHP ini digantikan dengan
Pryektor LCD antara lain adalah: (1) Mengikuti perkembngan zaman atau
peekembangan tekhnologi karena itu OHP dianggap sebagai “barang kuno”; (2)
Dilihat dari teknologinya, Pryektor LCD lebih menjanjikan efisiensinya dalam
pemanfaatannya dibanding OHP, karena pada saat penyajian atau pembuatan
bahan presentasi pada digital Pryektor dibantu oleh perangkat lunak (sofware ),
seperti power poin, sedangkan OHP bahan presentasinya harus dibuat secara
manual,ditulis tangan atau meskipun memakai jasa komputer tetap haru melalui
beberapa kerjaan lainnya, seperti memindahkan (mengcopy) bahan dari kertas ke
transparansi, dan (3) Penyajian bahan ajar, proyektor LCD dapat menampilkan
bahan visual diam dan gerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual
dian saja. Pryektor LCD mampu menampilkan gambar tiga dimensi sedangkan
OHP tidak bisa (Yudhi Munadi, 2008: 182)
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proyektor LCD memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya
sebagai berikut: (1) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas; (2)
Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons dari penerima
pesan; (3) Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat; (4)
Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tida membosankan; (5)
Memungkinkan penyajian dengan berbagai kombinasi waena, animasi, dan suara;
(6) Dapat dipergunakan berulang-ulang; (7) Dapat dihentikan pada setiap sekuens
belajar, karena kontrol sepenuhnya pada komunikator; (8) Lebih sehat
dibandingkan dengan papan tulis dan OHP.
Sedangkan kelemahan dari Pryektor LCD adalah: (1) Pengadaannya mahal
dan tidak semua sekolah tidak dapat memiliki; (2) Memerlukan perangkat keras
(hadware) yaitu komputer dan LCD untuk memproyeksikan pesan. 23
Memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknikteknik penyajian
(animasi) yang kompleks; (3) Diperlukan keterampilan khusus dan kerja yang
sistematis untuk menggunakannya; (4) Menuntut keterampilan khusus untuk
menuangkan pesan atau ideide yang baik pada desain program komputer
microsoft powerpoin, sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan; (5) Bagi
pemberi
pesan
yang
tidak
memiliki
keterampilan
menggunakan
dapat
memerlukan operator atau pembantu khusus. (Hujair AH Sanaky, 2009: 140).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60
digilib.uns.ac.id
a. Pengemabangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power
Point
1) Menentukan Tema Materi
Mengambil tema bahan ajar yang dapat sangat membantu meningkatkan
pemahaman ke siswa dan menarik apabila disajika menggunakan multimedia
Power Point (Romi Satrio Wihono (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 1
diunduh tanggal 6 Januari 2012). Tujuan utama multimedia Power Point adalah
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Tema yang diambil untuk membuat
media pemebelajaran sejarah berbasis Power Point adalah ”Potensi Candi di
Malang Sebagai Daerah Tujuan Wisata”.
2) Menyusun Alur Cerita (Storyboard)
Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa
materi ajar akan disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang
susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana
materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan
software pengolah kata maupun spreadsheet yang di kuasai, tidak perlu mulukmuluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard professional. (Romi Satrio
Wihono (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 2 diunduh tanggal 6 Januari 2012).
3) Terapkan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi)
Melihat contoh-contoh pembuatan media pembelajaran dengan Power Point yang
sudah ada untuk membangkitkan ide. Gunakan logo, icon dan image yang tersedia
secara default. (Romi Satrio Wihono (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61
digilib.uns.ac.id
diunduh tanggal 6 Januari 2012). Hal yang dilakukan adalah membuat media
pemebelajaran sejarah dengan menggunakan Microsoft Power Point dari alur
cerita yang sudah ditentukan dengan menambahkan animasi dan video.
b) Tahap Pemanfaatan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point
1) Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Kegiatan Pendahuluan (10 Menit )
(1) Guru memberi salam, memeriksa kehadiran siswa, dan meminta
siswa mempersiapkan buku dan alat tulis
(2) Guru mempersiapkan peralatan Sound System, LCD dan perangkat
komputer atau laptop/notebook. Siswa mengerjakan soal pre test
(3) Guru memberi apersepsi
(b) Kegiatan Inti (25 menit)
(1) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran Siswa
melalaui media pembelajaran sejarah berbasis Power Point dengan
materi candi Hindu Budha
(2) Guru memberikan penjelasan memalui slide Power Point dan
siswa mendengarkan, serta mencermati dari foto copy slide Power
Point yang dibagikan guru sebelum pembelajaran dimulai.
(3) Siswa bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami
(4) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa
(c) Kegiatan Penutup (5 menit)
(1) Guru memberikan tugas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
(2) Siswa dan guru melakukan refleksi dan menyimpulkan materi
(3) Menutup pembelajaran dengan salam
4. Kesadaran Sejarah
Suatu bangsa sebagai kolektivitas seperti halnya individu memiliki
kepribadian yang terdiri atas serumpun ciri-ciri menjadi suatu watak. Kepribadian
nasional lazimnya bersumber pada pengalaman bersama bangsa itu atau
sejarahnya. Identitas seseorang peribadi dikembalikan kepada riwayatnya, maka
identitas suatu bangsa berakar pada sejarah bangsa itu. Dalam hal ini, sejarah
nasional fungsinya sangat fundamental untuk menciptakan kesadaran nasional
yang pada gilirannya memperkokoh solidaritas nasional. Sehubungan dengan itu
pelajaran sejarah nasional amat strategis fungsinya bagi pendidikan nasional
(Sartono Kartodirdjo, 1993: 48).
Sejarah merupakan cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas
atau nasion di masa lampau. Pada pribadi pengalaman membentuk kepribadian
seseorang dan sekaligus menentukan identitasnya. Proses serupa terjadi pada
kolektivitas, yakni pengalaman kolektifnya atau sejarahnyalah yang membentuk
kepribadian nasional dan sekaligus identitas nasionalnya. Bangsa yang tidak
mengenal sejarahnya dapat diibaratkan seorang individu yang telah kehilangan
memorinya, ialah orang yang pikun atau sakit jiwa, maka dia kehilangan
kepribadian atau identitasnya (Sartono Kartodirdjo, 1993: 50).
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil beberapa butir kesimpulan
antara lain: (1) Untuk mengenal identitas bangsa diperlukan pengetahuan sejarah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
pada umumnya, dan sejarah nasional khususnya. Sejarah nasional mencakup
secara komprehensif segala aspek kehidupan bangsa, yang terwujud sebagai
tindakan, perilaku, prestasi hasil usaha atau kerjanya mempertahankan kebebasan
atau kedaulatannya, meningkatkan taraf hidupnya, menyelenggarakan kegiatan
ekonomi, sosial, politik, religius, lagi pula menghayati kebudayaan politik beserta
ideologi nasionalnya, kelangsungan masyarakat dan kulturnya; (2) Sejarah
nasional mencakup segala lapisan sosial beserta bidang kepentingan dan
subkulturnya.
Sejarah nasional mengungkapkan perkembangan multietnisnya, sistem
hukum adatnya, bahasa, sistem kekerabatan, kepercayaan. Pelajaran sejarah
bertujuan menciptakan wawasan historis atau perspektif sejarah. Wawasan
historis lebih menonjolkan kontinuitas dari peristiwa yang terjadi. Sementara itu
yang bersifat sosio-budaya di lingkungan kita adalah produk sejarah, antara lain
wilayah RI, negara nasional, kebudayaan nasional.
Sejarah nasional multidimensional berfungsi antara lain: mencegah
timbulnya determinisme, memperluas cakrawala intelektual, mencegah terjadinya
sinkronisme, yang mengabaikan determinisme (Sartono Kartodirdjo, 1993; 51).
Di samping itu, pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosio-kultural,
membangkitkan kesadaran historis. Berdasarkan kesadaran historis dibentuk
kesadaran nasional. Hal ini membangkitkan inspirasi dan aspirasi kepada generasi
muda bagi pengabdian kepada negara dengan penuh dedikasi dan kesediaan
berkorban. Sejarah nasional perlu menimbulkan kebanggaan nasional (national
pride), harga diri, dan rasa swadaya. Dengan demikian sangat jelas bahwa
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran sejarah tidak semata-mata memberi pengetahuan, fakta, dan kronologi.
Dalam pelajaran sejarah perlu dimasukan biografi pahlawan mencakup soal
kepribadian,
perwatakan
semangat
berkorban,
perlu
ditanam
historicalmindedness, perbedaan antara sejarah dan mitos, legenda, dan novel
histories.
Apabila suatu kepribadian turut membentuk identitas seorang individu
atau suatu komunitas, kiranya tidak sulit dipahami bahwa kepribadian berakar
pada sejarah pertumbuhannya. Di sini, kesadaran sejarah amat esensial bagi
pembentukan kepribadian. Analog dengan sosiogenesis individu, kepribadian
bangsa juga secara inhern memuat kesadaran sejarah itu. Implikasi hal tersebut di
atas bagi national building ialah tidak lain bahwa sejarah dan pendidikan
memiliki hubungan yang erat dalam proses pembentukan kesadaran sejarah.
Dalam rangka nation building pembentukan solidaritas, inspirasi dan aspirasi
mengambil peranan yang penting, di satu pihak untuk system-maintenance negara
nasion, dan dipihak lain memperkuat orientasi atau tujuan negara tersebut. Tanpa
kesdaran sejarah, kedua fungsi tersebut sulit kiranya untuk dipacu, dengan
perkataan lain semangat nasionalisme tidak dapat ditumbuhkan tanpa kesadaran
sejarah (Sartono Kartodirdjo, 1993: 53).
Menurut Jan Barker yang dikutip Moedjanto (1989:14) kesadaran
Sejarah adalah keinsyafan bahwa seseorang menerima nenek moyangnya hasil
kerja mereka sebagai warisan yang harus diipelihara dan disempurnakan, agar
pada gilirannya hasil karya itu diteruskan kepada angkatan berikutnya.
Berdasarkan pengertiann ini, jelas bahwa kesadaran sejarah ada dalam diri
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seseorang apabila dia menginsyafi, bahwa apa yang telah dimilikinya sekarang
merupakan warisan nenek moyangnya dari masa lampau sebagai bentuk budaya,
sehingga mereka berusaha memelihara harta warisan budaya itu dan
menyempurnakannya.
Lebih lanjut, Moedjanto (1989:14) mengungkapkan bahwa indikatorindikator kesadaran Sejarah adalah (1) Keberanian berpijak pada fakta dan realias;
(2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan change
(perubahan); (3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (4)
Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5) Berkarya lebih
baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik kepada angkatan
berikutnya.
Secara teoritis, kesadaran sejarah dapat dibedakan dalam dua pengertian
yaitu: kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan kesadaran Sejarah sebagai
gejala Sejarah (Djoko Suryo, 1989: 5). Sebagai gejala psikologis, kesadaran
Sejarah dapat diartikan sebagai “konstruksi” pemahaman terhadap pengalaman
masa lalu. Hal ini ditandai dengan pemilihan respektif waktu yang secara tajam
mampu membedakan dimensi masa lalu dengan masa kini dan masa yang akan
datang serta penyusunan akumulasi pengalaman masa lalu secara urut runtut
dalam ingatan (memori) atau kesadaran (consciousness). Sebagai gejala sejarah,
kesadaran sejarah dapat dikenali dengan simbol-simbol monumental dari proses
sejarah, yang diaplikasikan dalam bentuk spiritual (jiwa jaman, semangat jaman,
pandangan dunia, visi sejarah nilai-nilai kultural). Jadi, kesadaran dalam diri
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seseorang terkandung sesuatu yang meliputi hal-hal berkaitan dengan keinginan,
pemikiran, ingatan serta ide-ide (Second Bickman, 1964).
Kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan kesadaran sejarah
sebagai gejala sejarah saling berkaitan karena pada dasarnya kesadaran sejarah
dalam pengertian yang terakhir merupkan produksi dari kesadaran sejarah. Dalam
pengertian pertama, dapat dikatakan bahwa simbol-simbol monumental dari
proses sejarah merupakan aktualisasi dari hasil kesadaran kolektif ataupun
indifidual
pendukung
sejarah
dalam
rentangan
waktu
tertentu.
Proses
perkembangan memberikan arti sejarah dari sejarah sebagai cerita sampai sejarah
sebagai masa lampau dan sebagai ilmu merupakan contoh yang berkaitan dari
kedua gejala tersebut. Demikian pula dengan munculnya visi sejarah Eropa
sentrisme di satu pihak dan Indonesia sentrisme di lain pihak dengan karya
sejarah masing-masing dan juga munculnya karya filsafat sejarah yang kritis
merupakan gejala sejarah yang muncul dari perkembangan kesadaran sejarah dari
pendukungnya. Prasasti atau tugu peringatan, candi dan monumen sejarah yang
dibangun merupakan beberapa contoh dari adanya kesadaran sejarah.
Pada dasarnya konseptualisasi kesadaran sejarah berlangsung melalui
proses sosialisasi, edukasi, kulturalisasi dan enkulturalisasi dari masa anak-anak
sampai masa dewasa. Dua jens pengalaman itu yaitu pengalaman empiris dan
simbolis berperan penting dalam pembentukan kesadaran Sejarah, terutama di
lingkungan siswa baik di sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan biologisnya dan psikologis maka lingkup dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
kecakupan Sejarah akan dipengaruhi pula oleh tingkatan-tingkatan masa
kehidupan yaitu masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa.
Kesadaran sejarah merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh
segenap bangsa Indonesia. Dengan kesadaran sejarah yang tinggi, menjadikan
bangsa menyadari peninggalan-peninggalan masa lampau. Menghargai tokohtokoh sejarah, menghargai sejarah bangsanya. Bagi generasi berikutnya harus
tetap sadar bahwa peninggalan masa lampau harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Apabila dikaitkan dengan sejarah bangsa, kesadaran sejarah merupakan
faktor penting untuk memperkuat dorongan mencapai cita-cita bersama setelah
belajar dari pengalaman masa lampau. Kesadaran sejarah juga menjadi motivasi
bangsa dalam usaha memperbaiki taraf kehidupan. Demikian pula sadar akan
sejarah bangsanya akan menjadikan bangsa itu sadar bagaimana sejarah
bangsanya itu terjadi. Tiap-tiap sejarah bangsa mempunyai sejarah bangsa yang
berbeda dan memiliki tingkat kesadaran sejarah yang berbeda. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sartono Kartodirdjo (2003:9) dalam struktur sejarah dunia
(World History), bangsa-bangsa di dunia memiliki sejarahnya sendiri-sendiri,
secara khas yang memberikan karakteristik suatu bangsa. Dengan sendirinya,
sejarah bangsa yang satu dengan Sejarah bangsa yang lain berbeda. Dalam
konteks ini konsep sejarah bangsa mengandung unsur subyektivitas yang
berhubungan dengan karakteristik sistem-sistem sosial budaya bangsa.
Menurut Suyatno Kartodirdjo (2002: 9) dari segi universal sejarah
bangsa mempunyai nilai kemanusiaan dan martabat manusia. Adapun yang
membedakan adalah karakteristik sistem-sistem sosial budaya dari masing masing
commit to user
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bangsa. Demikian pula apabila dalam memahami objek atau substansi sejarah
tidak urut sepotong-potong, maka jenis kesadaran sejarah yang non historis lah
yang dimiliki individu yang bersangkutan. Kesadaran sejarah yang berwawasan
nasional dalam hal ini mengacu pada cakupan wawasan obyek atau sasaran
subtansi yang ada dalam unit atau yang ada dalam supra lokal. Begitu pula
sebaliknya apabila wawasan objek atau sasaran subtansi sejarah yang dikenal
terbatas pada lokal atau regional, maka kesadaran sejarah yang dimiliki bersifat
lokal atau memiliki bentuk kesadaran sejarah lokal.
Terdapat beberapa macam fungsi kesadaran sejarah yang dapat diperoleh
dari proses pembelajaran sejarah atau dari pengamatan objek sejarah di sekeliling
siswa yang akan memberikan peningkatan terhadap pemahaman konsep candi.
Menurut Djoko Suryo (1989: 8) macam-macam fungsi itu antara lain: kognitif,
afektif, arstistic, romantik, mistik dan kritis. Objek yang dapat dikenali atau
terkandung dalam kesadaraan Sejarah pada dasarnya dapat dirumuskan dalam
segi-segi yang berhubngan dengan peristiwa (event), figur tokoh sejarah, waktu
(periode, abad, tahun) lembaga dan sebagainya.
Soedjatmoko yang dikutip Moedjayanto (1989: 15) menyatakan bahwa
kesadaran sejarah berarti sadar akan kemampuan, bebas dalam kekinian, dan
bertanggungjawab untuk menentukan keakanan. Sadar akan kesinambungan
sejarah masa lampu dan masa yang akan datang. Kesadaran sejarah diperlukan
untuk menjadi peka terhadap dimensi waktu di dalam mewujudkan proses
perwujudan suatu masyarakat dan kebudayaan baru. Kesadaran bukan hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69
digilib.uns.ac.id
sebagai kesadaran akan kontinuitas, melainkan juga berarti kesadaran akan
kemungkinan diskontinuitas di dalam usaha pembangunan.
Purwanto (1989:16) menyatakan bahwa kesadaran sejarah adalah
kesadaran menghayati peristiwa sebagai yang diarahkan peristiwa yang memiliki
makna. Sejarah merupakan peristiwa yang berdimensi: (1) terkait dengan ruang
dan waktu, (2) bersifat sosial atau outer history, (3) mempunyai arti penting sosial
atau inner history. Carl Gustavson yang dikutip Purwanto (1989:17) menyatakan
bahwa kesadaran Sejarah sebagai suatu historical mindedness ke dalam tujuh butir
yang berintikan a way of thinking. Kesadaran sejarah secara teoritis dibedakan
dalam dua makna yaitu sebagai gejala psikologis dan gejala historis. Sebagai
gejala psikologis kesadaran sejarah adalah konstruksi pengalaman terhadap masa
lampau. Sebagai gejala historis kesadaran sejarah adalah kemampuan membaca
tanda-tanda zaman melalui simbol spiritual (jiwa zaman, semangat zaman,
pandangan dunia, visi Sejarah, nilai-nilai kultural), melalui simbol material
(bangunan yang bermakna Sejarah). Keduanya saling berkaitan, kesadaran sejarah
arti historis merupakan produk kesadaran sejarah arti psikologis.
Menurut Purwanto (1989:17) kesadaran sejarah dipengaruhi oleh
sejumlah faktor antara lain: lingkungan etnis, sosio kultural, politik, edukassi.
Proses konseptualisasi kesadaran Sejarah berlangsung melalui: proses sosialisasi,
kulturaslisasi, dan proses enkulturalisasi. Baik pembentukan maupun proses
kesadaran sejarah memerlukan dua pengalaman yaitu: simbolis dan empiris.
Sartono Kartodirdjo (1983:1) membedakan dua jenis kesadaran sejarah
yaitu: (1) Sadar akan yang dialami (dilihat, didengar, dan sebagainya) atau sadar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70
digilib.uns.ac.id
aakan objek, dalam hal ini mana orang terpusat perhatiannya terhadap objek
pengamatan dan (2) Sadar akan proses pengamatan itu sendiri yang bersifat
athetis dan abstrak, lebih umum yaitu sadar akan dirinya.
Proyek Pembinaan dan Penjernihan Sejarah (1985: 2) menunjuk tiga
gejala kesadaran Sejarah yaitu: (1) Kesadaran akan evolusi sejarah yaitu
kesanggupan untuk memahami adanya dimensi waktu yang berkesinambungan
antara masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. (2) Kesadaran yang
berkaitan dengan analisis sejarah yaitu kemampuan untuk menghubunngkan
peristiwa masa kini dengan masa lampau dan (3) Kesadaran partisipatif yaitu
hasrat untuk berperan serta dalam mencari dan menyebarluaskan pengalaman
Sejarah.
Kesadaran sejarah tidak dapat dipaksakan, akan tetapi muncul karena
adanya suatu dorongan yang berwujud pemikiran-pemikiran, hasrat atau kehendak
serta sikap pada diri seseorang. Oleh karena itu, kesadaran sejarah sebagai gejala
psikologis dapat didefinisikan sebagai: konstruksi pemahaman masa lalu yang
ditandai dengan pemilihan perspektif waktu, bisa membedakan masa lampau dan
masa sekarang serta masa yang akan datang yang disusun secara runtut dalam
ingatan atau kesadaran. Hal ini didorong adanya keinginan untuk lebih memahami
dan mengerti maknanya.
Menurut Sartono Kartodirdjo yang dikutip Sutrisno Kutoyo (1985:41)
kesadaran sejarah semakin meningkat dengan memiliki pengetahuan Sejarah yaitu
lebih efektif diajarkan melalui pendidikan formal dengan menggunakan sarana
buku teks, buku-buku pelengkap, situs sejarah dan lain-lain. Sesuai dengan
commit to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan biologis dan psikologis terdapat tiga tingkatan kesadaran sejarah
yaitu: (1) Kesadaran sejarah anak-anak (SD, SMP); (2) Kesadaran sejarah remaja
(SMA); dan (3) Kesadaran sejarah dewasa (mahasiswa). Lebih lanjut Sartono
Kartodirdjo menngatakan bahwa pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi
untuk
memberi
pengetahuan
sejarah,
tetapi
juga
menyadarkan
atau
membangkitkan kesadaran sejarah. Di samping membangkitkan kesadaran
sejarah, nilai dikdatis pengajaran sejarah adalah membangkitkan proses
nasionalisme
serta
melepaskan
pikiran
mitologis.
Kesadaran
sejarah
sesungguhnya dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang
berziarah untuk mengunjungi makam nenek moyang dan paraa pahlawan, serta
membuat dan melacak silsilah keluarga. Menurut G Moedjanto (1985:15)
pembinaan kesadaran sejarah atau rasa sejarah diantaranya ditopang dengan
pengajaran masalah oleh penjernihan sejarah.
Dari berbagai pemaparan sebelumnya, dapat diketahui bahwa kesadaran
sejarah merupakan suatu gejala psikologis yang memperlihatkan taraf kematangan
tertentu, sehingga dalam kesadaran sejarah terkandung: (1) Pengetahuan tentang
fakta sejarah yang terkait dengan hubungan kausal; (2) Logika ke sejarahan; (3)
Hikmah kebijaksanaan dengan menggunakan masa lampau untuk cermin
membangun kehidupan masa sekarang; (4) Sikap menghadapkan diri dengan
kenyataan; dan (5) Adanya dimensi masa lampau, kini dan yang akan datang. Hal
ini memperlihatkan bahwa Sejarah adalah sebuah proses.
Kesadaran sejarah erat hubungannya dengan kesadaran waktu. Orang
Indonesia pada zaman dahulu sudah memiliki kesadaran waktu. Hal ini dengan
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mudah dapat dibuktikan dengan berbagai hal, misalnya selalu mengingat momenmomen, mencari waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu contohnya: menanam
padi, acara pernikahan. Kesadaran sejarah erat kaitanya dengan kesadaran waktu
baik itu waktu masa lamapu, sekarang maupun masa yang akan datang. Jadi,
kesadaran sejarah mengandung keinsyafan pentingnya sejarah berdasarkan fakta,
bukan kepalsuan yang satu dengan yang lainnya terkait dengan hubungan sebab
akibat, masa lampau menghasilkan masa kini, dan masa kini menghasilkan masa
depan.
Guru dapat melakukan komparasi menggunakan jembatan penghubung
masa lalu dengan masa kini dengan penguasaan teori dan konsep sejarah maupun
ilmu sosial lainnya dengan pendekatan interdisipliner (Supriatna, 2007:117).
kesadaran
sejarah
merupakan
suatu
yang
kontinyu
(continue)
tentang
kompleksitas perubahan-perubahan (kontonuitas dan kemungkinan dikontinuitas)
yang ditimbulkan oleh interaksi dialektis masyarakat yang ingin melepaskan diri
dari ganggaman realitas yang ada (Suparlan, 2007:893)
Berdasarkan paparan di atas, maka tinggi dan rendahnya kesadaran
sejarah siswa kemudian dapat dukur dengan indikator-indikator sebagai petunjuk
adanya kesadaran sejarah. Dalam penelitian ini digunakan alat evaluasi yang
dipandang tepat yaitu disajikan dalam bentuk kisi-kisi yang mencakup: (1)
Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hal yang lebih baik
kepada generasi berikutnya; (2) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus
menerus; (3) Keinsyafan akan kelangsungan dan kesinambungan serta perubahan;
(4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada massa lalu; (5) Keberanian
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpijak pada fakta dan realita, tokoh-tokoh sejarah, monumen dan peninggalan
Sejarah.
Dengan demikian, kesadaran sejarah tidak lain daripada kondisi
kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah
bagi masa kini dan bagi masa yang akan datang, menyadari dasar pokok bagi
berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan. Untuk mengembangkan
manusia seperti itu, dengan sendirinya diperlukan motivasi yang kuat sebagai
faktor penggerak dari dalam diri manusia sendiri. Ini tidak lain daripada nilainilai, yang kalau dihubungkan dengan sejarah, merupakan nilai-nilai masa lampau
yang telah teruji oleh jaman. Di sinilah bertemu antara pendidikan dan sejarah.
Sejarah dalam salah satu fungsi utamanya adalah mengabdikan pengalamanpengalaman masyarakat di waktu yang lampau, yang sewaktu-waktu dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan problemaproblema yang dihadapinya. Melalui sejarahlah nilai-nilai masa lampau dapat
dipetik dan digunakan untuk menghadapi masa kini. Oleh karena itu, tanpa
sejarah orang tidak akan mampu membangun ide-ide tentang konsekuensi dari apa
yang dia lakukan dalam realitas kehidupannya pada masa kini dan masa yang
akan dating, dalam sebuah kesadaran histories.
Collingwood (1973: 10) sejarawan Inggris menyatakan “…knowing your
self means knowing that you can do; and since nobody knows what he can do until
he tries, the only clue to what man can do is what man has done. The value of
history, then, is that it theach us what man has done and then what man is…”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74
digilib.uns.ac.id
Dalam pandangan Collingwood ini, mengenal diri sendiri itu berarti
mengenal apa yang dapat seseorang lakukan, dan karena tidak seorang pun
mengetahui apa yang bisa dia lakukan sampai dia mencobanya, maka satu-satunya
jalan untuk mengetahui apa yang dia bisa perbuat seseorang adalah apa yang telah
diperbuat. Dengan demikian nilai dari sejarah adalah bahwa sejarah telah
mengjarkan tentang apa yang telah manusia kerjakan, dan selanjutnya apa
sebenarnya manusia itu.
Menurut Suyatno Kartodirdjo (1989: 1-7), kesadaran sejarah pada
manusia sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa. Kesadaran sejarah
dalam konteks ini bukan hanya sekedar memperluas pengatahuan, melainkan
harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan nilai-nilai budaya yang
relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu sendiri. Kesadaran sejarah
dalam konteks pembinaan budaya bangsa dalam pembangkitan kesadaran bahwa
bangsa itu merupakan suatu kesatuan sosial yang terwujud melalui suatu proses
sejarah, yang akhirnya mempersatukan sejumlah nasion kecil dalam suatu nasion
besar yaitu bangsa. Dengan demikian indikator-indikator kesadaran sejarah
tersebut dapat dirumuskan mencakup: menghayati makna dan hakekat sejarah
bagi masa kini dan masa yang akan dating; mengenal diri sendiri dan bangsanya;
membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa; dan menjaga peninggalan
sejarah bangsa.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran sejarah berisi
tentang pengetahuan tentang sejarah, logika ke sejarahan, hikmah ke sejarahan
dengan menggunakan masa lampau untuk cermin membangun kehidupan masa
commit to user
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekarang. Secara umum, dengan adanya dimensi waktu lampau, kini dan akan
datang tersebut dapat dimaknai bahwa gerak sejarah merupakan sebuah proses.
Nilai-nilai Sejarah pada masa lampau dapat digunakan sebagai acuan dalam
menyikapi hal-hal waktu kini, dengan harapan pada masa depan dapat digunakan
sebagai sebuah referensi untuk kehidupan yang lebih baik.
B. Penelitian yang Relevan
Catur Windu Pamungkas pada tahun 2008, membandingkan pengaruh
antara pembelajaran IPS Sejarah dengan menggunakan media Autocad 2006 dan
media 3DS Ma7 pada Studi Kasus Candi Induk Penataran Blitar. Penelitiannya
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengunakan media berbasis 3DS
Ma7 dengan nilai 94,04 yang lebih baik daripada kelas yang tidak menggunakan
media 3DS Ma7, yaitu 85.62. Penyampaian materi dengan mengunakan media
berbasis 3DS Ma7 akan lebih cepat tercapai secara keseluruhan dan lebih mudah
diserap oleh siswa sedangkan media yang berbasis 2 D membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyelesaikan kesuluruhan materi dan siswa kurang bisa
memahami materi, waktu yang dibutuhkan adalah 45x 1 jam pelajaran.
Ditemukan kesimpulan bahwa siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan
kedua media tersebut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS Sejarah
yang lebih baik. Penelitian tersebut memiliki relevansi penting dalam konteks
membandingkan media media Autocad 2006 dan media 3DS Ma7 dengan materi
Candi dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, sedangkan dalam penelitian ini
materi candi dihadirkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan mediia
commit to user
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemebelajaran
sejarah
berbasis
Macromedia
Director
Mx
dan
media
pemebelajaran sejarah berbasis Power Point terhadap pemahaman konsep candi
yang ditinjau dari kesadaran sejarah siswa.
Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan Ari Hendriayana pada
tahun 2006 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media VCD dan CD Game
Terhadap Prestasi Belajar Materi Sistem Periodik Unsur Dan Struktur Atom
Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Kersana Brebes”. Setelah melalui proses
pembelajaran, kedua kelas mengalami peningkatan hasil belajar. Peningkatan
hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hasil uji T
memperoleh T
hitung
sebesar 2,694 lebih besar daripada nilai T
tabel.
Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar kedua kelas berbeda secara signifikan. Hasil uji
ketuntasan kelas eksperimen diperoleh T
hitung
3,54 lebih besar daripada T
tabel
berarti telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh
T
hitung
-0,111 lebih kecil daripada T
Kesimpulan
yang
tabel
berarti belum mencapai ketuntasan belajar.
diperoleh
adalah
bahwa
dengan
pembelajaran
menggunakan media VCD pembelajaran dan CD Game dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan
metode konvensional. Penelitian tersebut memiliki relevansi penting yaitu samasama menggunakan media interaktif, perbedaannya pengembangan media yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program Macromedia Director dan
Power Point.
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir
1.
Perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director
MX dan media PowerPoint terhadap pemahaman konsep candi siswa
kelas VII SMP Negeri di Kota Malang
Pemahaman konsep candi siswa dapat dicapai dengan maksimal apabila
terdapat variasi media dalam proses pembelajaran. Agar konsep sejarah mudah
dipahami siswa, materi tidak cukup dijelaskan hanya melalui buku teks saja tetapi
diperlukan pengalaman bentuk yang nyata. Pengalaman nyata hanya bisa
dilakukan apabila siswa datang langsung ke tempat candi-candi berada. Upaya
untuk mendapatkan pengalaman yang nyata selama ini sulit dilakukan
dikarenakan berbagai kendala. Sebagai gantinya, candi-candi tersebut dapat
dihadirkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia
Director MX. Media berbasis Power Point juga dapat dirancang khusus untuk
pembelajaran individual yang bersifat interaktif, mekipun kadar interaktifnyya
tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan multimedia interaktif,
namun Microsoft Office Power Point mampu menampilkan feedback yang sudah
diprogram. Penggunaan media berbasis Macromedia Director MX dan Power
Point memiliki pengaruh terhadap pemahaman konsep candi siswa. Hal ini
dicerminkan dengan adanya alat tes mata pelajaran IPS Sejarah yang telah
dikemas dalam satu paket CD interaktif yaitu penjelasan dengan narasi suara,
animasi gambar dan balikan atas jawaban siswa .
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan
siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman
konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang.
Pemahaman konsep candi siswa dapat ditingkatkan apabila dalam diri
siswa memiliki kesadaran sejarah. Kesadaran sejarah tidak dapat dipaksakan, akan
tetapi muncul karena adanya suatu dorongan yang berwujud pemikiran-pemikiran,
hasrat atau kehendak serta sikap pada diri seseorang. Oleh karena itu kesadaran
sejarah harus dirangsang dari proses pembelajaran sejarah. Kesadaran sejarah
yang tinggi akan memberikan pengaruh pada pemahaman konsep candi siswa.
Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang materi pembelajaran Candi
Hindu-Budha dipengaruhi oleh tingkat kesadaran sejarah yang dimiliki oleh
siswa. Emosi akan terpancing dan tergugah untuk mendalami serta memahami
makna sejarah melalui media interaktif dengan melihat nilai-nilai yang
terkandung pada relif candi, dan filosofi yang ada akan menumbuhkan kesadaran
sejarah siswa. Tinggi rendahnya kesadaran yang dimiliki siswa akan memberikan
pengaruh pada pemahaman konsep candi siswa. Melalui kesadaran sejarah yang
dimiliki, maka kemampuan siswa untuk menerangkan, menjelaskan, mengenali,
dan menginterpretasikan konsep-konsep mengenai pengertian candi, bangunan
candi, fungsi candi, arsitektur candi, pantheon candi, serta langgam candi akan
tercapai. Kesadaran sejarah tinggi akan berpengaruh pada pencapaian pemahaman
konsep candi yang tinggi, dan sebaliknya rendahnya kesadaran sejarah yang
dimiliki oleh siswa juga akan mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep candi
siswa.
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dan kesadaran
sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri
di Kota Malang.
Pemanfaatan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director
dibandingkan dengan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point serta
tingkat kesadaran sejarah siswa sama-sama memiliki pengaruh terhadap
pencapaian pemahaman konsep candi. Proses interaksi media pemebalajaran dan
kesadaran sejarah siswa terhadap pemahaman konsep candi dapat dilihat pada
gamabar kerangka berfikir di bawah ini:
Media Pembelajaran
Berbasis Macromdia
Director MX
Pemahaman konsep
candi
Kesadaran Sejarah
Gambar 4. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, dapat dilihat kemungkinan adanya
pengaruh interaksi yang berbeda penggunaan media interaktif berbasis
Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep
candi siswa kelas VII di SMP Negeri Kota Malang. Dalam penggunaan media
interaktif berbasis Macromedia Director MX secara tidak langsung akan
mempengaruhi kesadaran sejarah siswa mengenai pentingnya menjaga dan
melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah berupa candi, semakin mendalami
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
materi yang disajikan melalui CD Interaktif, maka siswa akan mengetahui lebih
jauh tentang bagian-bagian candi yang dianggap suci dan profan, arsitektur candi,
langgam candi, dan fungsi dari candi. Kesadaran sejarah tinggi yang dimiliki
siswa akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep candi yang tinggi, sehingga
adanya interaksi ini dimungkinkan pemahaman dan penghayatan siswa akan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman konsep candi siswa.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia
Director MX dan media Power Point dalam pembelajaran sejarah terhadap
pemahaman konsep candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang.
2. Terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi
dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman
konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang.
3. Terdapat Pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif dalam
pembelajaran sejarah dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep
candi siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
Kota Malang, tepatnya di SMP Negeri 10 dan SMP Negeri 9 pada semester I
tahun pelajaran 2011/2012. Dipilihnya kedua sekolah tersebut karena memiliki
karakteristik sekolah yang sama dan potensi pembelajaran yang sama, serta
memiliki jarak tempuh yang dekat dengan peninggalan kebudayaan berupa candicandi yang disajikan dalam bentuk media pembelajaran sejarah..
2. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 6 bulan, yang terbagi dalam kegiatankegiatan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, pembuatan
instrumen dan perijinan penelitian yang dilaksanakan pada bulan 1 dan ke 2.
b. Tahap pelaksanaan eksperimen dan analisis data. Eksperimen dilakukan
selama 6 kali pertemuan yang terdiri dari 5 kali proses pembelajaran dengan
penggunaan media pembelajaran IPS Sejarah berbasis multimedia serta 1 kali
tes pemahaman konsep candi siswa.
c. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada bulan ke 5-6.
Untuk memperjelas pembagian waktu dalam melakukan penelitian, maka dapat
commit
to user 8.1
dijelaskan rincian jadwal penelitian
pada lampiran
81
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode dan Jenis Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
eksperimen.
Penelitian
erksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. (Sugiyono, 2010: 72). Sejalan dengan pengertian tersebut menurut
Hadari dan Mimi (1996: 130), “ metode eksperimen adalah prosedur penelitian
yang dilakukan untuk mengungkapakan hubungan sebab akibat antara variabel
yang sengaja diadakan terhadap variabel yang diteliti”. Tujuannya adalah untuk
menyelidiki atau memperoleh bukti-bukti yang meyakinkan mengenai pengaruh
satu variabel terhadap variabel yang lain. Menurut Yatim Riyanto dalam Nurul
Zuriah (2006: 57-58), penelitian eksperimen merupakan penelitin yang sistematis,
logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam melakukan
eksperimen peneliti memanipulasikan suatu stimulan, memberikan perlakuan,
kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau
manipulasi tersebut. Dalam penelitian eksperimen, kontrol yang cermat terhadap
kemungkinan
masuknya
pengaruh
faktor
lain
sangat
diperlukan,
agar
mendapatkan faktor-faktor yang benar-benar murni dari faktor yang dimanipulasi
tadi.
Metode eksprimen juga meneliti ada tidaknya pengaruh serta besarnya
pengaruh dengan cara memberikan perlakuaan terhadap kelompok eksperimen, di
commit to
user kelompok kontrol yang diberi
mana hasilnya dibandingkan dengan
hasil
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perlakuan berbeda. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan percobaan
terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mencari hubungan
sebab-akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi faktor yang mengganggu.
Dalam penelitian eksperimen ini, sekelompok subyek yang diambil dari
populasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setiap kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok
eksperimen diberikan perlakuan tertentu dengan jangka waktu tertentu, yaitu
dengan menggunakan media pembelajaran IPS Sejarah berbasis Macromedia
Director
MX,
sedangkan
kelompok
kontrol
dberik
perlakuan
dengan
menggunakan media PowerPoint. Kedua kelompok tersebut diukur pemahaman
konsep candinya yaitu dengan tes pemahaman konsep setelah pembelajaran
dengan media Macromedia Director dan Power Point, sehingga dapat diketahui
pengaruh dari masing-masing perlakuan yang diberikan.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat eksperimental yang menegaskan bagaimana
pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti. Desain yang digunakan adalah
desain factorial 2x2, di mana masing-masing variabel bebas memiliki dua nilai.
Variabel bebas pertama (X1) penerapan media pembelajaran berbasis Macromedia
Director MX yang dimanipulasi disebut variabel eksperimental dan variabel bebas
yang kedua adalah (X2) kesadaran Sejarah siswa menjadi dua tingkatan yang
disebut dengan variabel atributif.
commit to user
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengaruh perlakuan terhadap variabel terikat (Y) pemahaman konsep
candi siswa dinilai dari setiap tingkatan variabel. Desain faktorial merupakan
suatu tindakan terhadap satu variabel atau lebih yang dimanipulasi secara
stimultan agar dapat mempelajari pengaruh yang diakibatkan adanya interaksi
antara beberapa variabel (Sukardi, 2007: 187). Desain factorial 2 x 2 dilakukan
dengan teknik Analisis Variansi (ANAVA). Yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 2 faktor atau variabel yang terbagi atas 2 kategori, antara lain:
a. Faktor media pembelajaran (A) yang terdiri atas dua kategori:
1) Media interaktif berbasis Macromedia Director MX
2) Media Power point
b. Faktor Kesadaran Sejarah (B) yang terdiri atas 2 kategori:
1) Kesadaran Sejarah tinggi
2) Kesadaran Sejarah rendah
Untuk lebih jelasnya, desain faktorial 2 x 2 sebagai berikut.
Tabel 3. Rancangan Desain Penelitian
Media (A)
Multimedia interaktif berbasis
Macromedia Director MX
(1)
Kesadaran
Sejarah
(B)
Tinggi
(1)
Rendah
(2)
Media Power point
(2)
A 1 B1
A 2 B1
A 1 B2
A 2 B2
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan:
A
: Media Pembelajaran
B
: Kesadaran Sejarah
A1
: Media interaktif berbasis Macromedia Director MX
A2
: Media Power point
B1
: Kesadaran sejarah tinggi
B2
: Kesadaran sejarah rendah
A1B1
: Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran sejarah tinggi
dengan
diberikan perlakuan menggunakan Media interaktif berbasis
Macromedia Director MX
A1B2
: Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran sejarah rendah
dengan diberikan perlakuan menggunakan Media interaktif
berbasis Macromedia Director MX
A2B1
: Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran sejarah tinggi dengan
diberikan perlakuan menggunakan Media Power point.
A2B2
: Kelompok siswa yang mempunyai kesadaran ISejarah rendah
dengan diberikan perlakuan menggunakan Media Power Point
Menurut Sugiyono (2008: 110-111) hasil pretest yang baik apabila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol.
Untuk melakukan uji kesetaraan bahwa dari masing masing sekolah memiliki
kemampuan yang sama dari masing masing kelas eksperimen dan kelas kontrol,
maka diukur dengan menggunakan nilai UTS siswa untuk mata pelajaran IPS
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Sejarah) pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Secara lebih rinci desain
eksperimental dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kesadaran Sejarah
Kesadaran Sejarah
Multimedia Berbasis
Macromedia
Director MX
Multimedia Berbasis
Power Point
Pemahaman Konsep
Candi
Gambar 5. Desain Eksperimen
C. Variabel Penelitian
Variabel-variabel
yang
digunakan
dalam
suatu
penelitian
perlu
diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Menurut Kartini Kartono (1990: 333),
“Variabel ialah suatu kuantitas (jumlah) atau sifat karakteristik yang mempunyai
nilai numerik atau kategori”. Variabel dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel adalah Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director
MX, Kesadaran Sejarah Siswa dan pemahaman konsep candi Siswa. Sebagai
variabel bebas Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director MX. Pertama
atau X1. dan Kesadaran Sejarah Siswa sebagai variabel kedua X2 dan variabel
ketiga yaitu pemahaman konsep candi siswa sebagai variabel terikat atau Y.
D. Definisi Operasional Variabel
1.
Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX
Media pembelajaran yang dimaksudkan disini adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Sedangkan Macromedia Director MX adalah software yang berfungsi menyatukan
berbagai media-media seperti image (citra gambar), animasi, video, audio dan text
yang telah dibuat untuk sebuah produk berbentuk CD pembelajaran interaktif.
Media pembelajaran berbasis Macromedia Director dalam penelitian ini
digunakan dalam proses pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Candi.
Berdasarkan pengembangan dari kompetensi dasar dalam Standar Isi Kurikulum
SMP/MTs KTSP 2006 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi IPS
Sejarah Kelas VII adalah: ”Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat,
kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88
digilib.uns.ac.id
2. Media Berbasis Power Point
Media yang diproduksi dengan menggunakan Power Point dalam bentuk
presentasi, di dalamnya terdapat animasi, video, teks dan suara. Media
dikembangkan berdasarkan pengembangan dari kompetensi dasar dalam Standar
Isi Kurikulum SMP/MTs KTSP 2006 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
pada materi IPS Sejarah Kelas VII adalah: ”Mendeskripsikan perkembangan
Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta
peninggalan-peninggalannya”.
3. Kesadaran Sejarah
Kesadaran sejarah mengandung pengertian sebagai hasil pemikiran dan
kenyataan seseorang terhadap suatu peristiwa masa lalu yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia, yang digunakan untuk kepentingan masa sekarang. Untuk
tingkat kesadaran sejarah siswa dilihat dari angket yang dikembangkan
berdasarkan indikator sebagai berikut: (1) Berkarya lebih baik dari hari kemarin
agar dapat mewariskan hal yang lebih baik kepada generasi berikutnya; (2)
Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (3) Keinsyafan akan
kelangsungan dan kesinambungan serta perubahan; (4) Berpikir ke masa depan
dengan berpijak pada masa lalu; (5) Keberanian berpijak pada fakta dan realita,
tokoh-tokoh Sejarah, monumen dan peninggalan Sejarah. Adapun kesadaran
sejarah dibedakan atas dua kategori yaitu: kesadaran sejarah tinggi dan kesadaran
sejarah rendah. Pada variabel ini tidak dimanipulasi dalam eksperimen, akan
tetapi dimasukkan sebagai variabel atributif sehingga nantinya dapat dilihat
commit to user
interaksinya dengan variabel aktif dalam mempengaruhi variabel terikat..
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kesadaran sejarah siswa ditentukan melalui jawaban atas pernyataan dan
pertanyaan dianalisis dengan menggunakan skala Likert.
4. Pemahaman Konsep Candi
Pemahaman konsep candi berarti kemampuan siswa untuk: (1)
Menjelaskan bagian dan fungsi candi Hindu-Budha; (2) Membedakan ciri-ciri
candi Hindu dan Candi Budha; (3) Menunjukkan pada peta letak Candi Kidal
dan letak Candi Borobudur; (4) Membedakan dan mendeskripsikan langgam
Candi Hindu Budha Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dicerminkan dengan
adanya nilai tes pemahaman konsep candi mata pelajaran IPS Sejarah setelah
siswa belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis Macromedia Director
MX.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:89), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik”. Jadi,
populasi penelitian merupakan suatu kelompok individu yang diselidiki tentang
aspek-aspek yang terdapat dalam kelompok. Aspek–aspek yang diungkapkan
disini adalah pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia
Director MX terhadap pemahaman konsep candi siswa ditinjau dari kesadaran
Sejarah siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas
VII Sekolah Menengah Pertama sejumlah 10 sekolah di sebelah Timur Kota
commit to user
Malang.
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 109), sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Suatu penelitian tidak perlu meneliti semua anggota
dari populasi karena besarnya jumlah populasi dan terbatasnya waktu, biaya,
tenaga, dan pemikiran peneliti. Untuk mengatasinya maka perlu diterapkan
sampel representatif yang dapat mewakili populasi. Penelitian ini merupakan
penelitian
sampel
karena
mengambil
wakil
dari
populasi
kemudian
digeneralisasikan atau mengambil kesimpulan penelitian sabagai sesuatu yang
berlaku bagi populasi. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan multistage
sampling. Teknik dilakukan karena penelitian ini terbagi dalam beberapa kelas,
yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang penentuannya dilakukan
secara bertahap.
a. Tahap pertama memilih sekolah
Tahap pertama untuk memilih sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
Dari 10 sekolah SMP di Kota Malang bagian Timur diambil SMP Negeri 9, SMP
Negeri 10, dan SMP Negeri 12 Malang dengan menggunakan random sampling.
sebagai pertimbagannya karena karakteristik dari ketiga sekolah hampir sama, dan
memiliki fasilitas yang lengkap untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
media berbasis Macromedia Director dan Power Point. Selain itu dari ketiga
sekolah tersebut guru mata pelajaran IPS yang mengajar Sejarah sudah lulus
sertifikasi Guru serta melihat nilai rata-rata UTS siswa.
commit to user
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Tahap yang kedua adalah dengan memilih tingkatan kelas dalam sekolah
yang terpilih tersebut untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok control
dengan menggunakan random sampling. Kelas yang dipilih adalah kelas VII
karena pada kelas ini terdapat Kompetensi Dasar yaitu “Mendeskripsikan
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu
Budha serta peninggalan-peninggalannya” yang dijadikan bahan uji dengan
menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dan
media pembelajaran sejarah berbasis Power Point. Dua kelas yang terpilih sebagai
sampel penelitian adalah VIIF SMP Negeri 10 Malang dan VIIC SMP Negeri 9
Malang. Kelas VIIF SMP Negeri 10 dijadikan sebagai kelompok eksperimen yang
dalam pembelajarannya menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis
Macromedia Director. Kelas VIIC SMP Negeri 9 Malang sebagai kelompok
kontrol yang mendapatkan perlakuan dengan media pembelajaran sejarah berbasis
Power Point. Pemilihan kedua kelas tersebut sebagai sampel didasarkan perolehan
rata-rata nilai sejarah di kelas VII yang tidak berbeda secara signifikan. Dengan
demikian siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol berangkat dan bertitik
tolak dari kondisi yang sama. Jadi jika ada perbedaan setelah diberi treatment, itu
terjadi semata-mata hanya karena treatment yang diberikan memang berbeda.
Tabel 3. Pesebaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sekolah
Kelas VII
SMP Negeri 9
A
B
SMP Negeri 10
A
B
C
D
E
F
G
C
D
E
commit to user
F
-
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Tahap ketiga pemilihan jumlah siswa
Memilih jumlah responden dengan jumlah keseluruhan sampel dari
masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kentrol. Rincian masingmasing jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4. Penentuan Ukuran Sampel Penelitaian
Media (A)
Kesadaran
Sejarah (B)
Media interaktif
berbasis Macromedia
Director MX (1)
Media pembelajaran
berbasis Power Point (2)
Tinggi (1)
17
21
Rendah (2)
17
19
Dalam penelitian ini jumlah sampel seluruhnya 74 orang siswa, terdiri
dari 34 siswa Kelas VII-F SMP Negeri 10 untuk kelompok eksperimen yang
diberi penerapan media pembelajaran bebasis Macromedia Director MX, dan 40
siswa SMP Negeri 9 kelas VIIC untuk kelompok kontrol yang dieberi treatment
dengan menggunakan PowerPoint.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Data yang terkumpul digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian
hipotesis yang dirumuskan. Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan dengan
sistematis sesuai dengan identifikasi masalah. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket untuk
commit to user
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjaring data mengenai kesadaran Sejarah siswa dan teknik pengumpulan data
berupa tes untuk mengetahui pemahaman konsep candi siswa dalam pembelajaran
IPS Sejarah.
a. Kuesioner (angket)
Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk melihat kesadaran
Sejarah siswa adalah instrumen angket. Menurut Legawa (1990:58) kelebihan dari
angket sebagai alat pengumpul data diantaranya: (1) dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dari jumlah besar responden yang menjadi sampel. (2) dalam
menjawab pertanyaan melalui angket responden dapat lebih leluasa, karena tidak
dipengaruhi oleh sikap mental hubungan pengembang dan responden, (3) setiap
jawaban dapat difikirkan secara masak-masak, (4) Data yang terkumpul dapat
lebih mudah dianalisis.
Sedangkan menurut Arikunto (2006:51) menyatakan angket atau kuisioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
Instrumen angket ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang: (1) tanggapan
dan penilaian ahli materi, (2) penilaian dan tanggapan ahli media, (3) penilaian
dan tanggapan pada uji coba perseorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba
lapangan.
Jawaban dari angket menggunakan metode yang dikembangkan oleh
Likert yang telah dimodifikasi dengan melihat hasil pengisian angket validasi
media. Skala Likert yang digunakan terdiri dari lima kategori pilihan dengan
alternatif sebagai berikut:
commit to user
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Skor 5 apabila: Sangat Setuju (SS)
b. Skor 4 apabila: Setuju (S)
c. Skor 3 apabila: Ragu-Ragu (RR)
d. Skor 2 apabila: Tidak Setuju (TS)
e. Skor 1 apabila: Sangat Tidak Setuju (STS)
Teknik
pengumpulan
data
berupa
angket
digunakan
untuk
mengumpulakan variabel kesadaran Sejarah siswa. Daftar angket bukan
dimaksudkan untuk menguji kemampuan responden melainkan untuk menggali
keterangan dari responden. Angket dikembanngkan berdasarkan indikatorindikator sesuai dengan landasan teori yang dituangkan dalam bentuk kisi-kisi
kesadaran Sejarah siswa.
b. Tes
Teknik pengumpulan data berupa tes untuk mengumpulkan variabel
pemahaman konsep candi siswa . Menurut Suharsimi Arikunto (2001:127) tes
adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu dengan aturan
tertentu. Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dengan
menetapkan jumlah item yang diperlukan untuk mengungkapkan data tentang
pemahaman konsep candi siswa. Teknik pengumpulan data berupa tes dalam
penelitian ini menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes obyektif pilihan ganda
(multiple choice) yang disusun berdasarkan kisi-kisi tes pemahaman konsep candi,
tiap item soal diberikan skor berupa angka, sehingga tidak dipengaruhi sikap
subyektifitas dari siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95
digilib.uns.ac.id
Butir tes uji coba dalam penelitian ini terdiri dari 30 pertanyaan dengan 4
pilihan jawaban untuk masing-masing butir. Jika benar mendapat skor 1 dan jika
jawaban salah mendapatkan skor 0, sehingga skor maksimal seorang responden
adalah 30 dan skor minimal adalah 0. Sebelum tes diberikan kepada kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas,
indeks kesukaran, daya beda, dan reliabilitas hasil belajar IPS Sejarah.
Selanjutnya, dari hasil peghitungn uji validitas, indeks kesukaran, daya beda dan
reliabilitas tes hasil belajar IPS Sejarah disusun kembali kisi-kisi dan butir tes
hasil belajar yang baru.
2. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman
konsep candi siswa dan kesadaran IPS Sejarah siswa. Sebelum digunakan untuk
menguji pada proses penelitian maka terlebih dulu diuji coba.
a. Tes
1) Validitas Isi
Uji validitas digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang akan
digunakan tersebut valid atau tidak. Validitas adalah ukuran yang menentukan
tingkat-tingkat kevalidan dan kesesuaian suatu instrument. Sebuah tes dikatakan
valid apabila tersebut menggunakan apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto,
2006: 65). Validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk.
Sebelum digunakan instrumen harus di uji terlebih dahulu kevalidan dan
realibilitasnya. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menguji validitas butir instrumen tes pemahaman konsep candi
dilakukan analisis dengan mengkorelasikan skor butir yang dimaksud dengan skor
total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai
Y. Analisis korelasi antara butir dengan skor total menggunakan teknik korelasi
product moment dengan rumus sebagai berikut :
(Suharsimi Arikunto, 2005: 327)
Keterangan:
rXY
= koefisien korelasi produk moment
N
= Cacah subyek uji coba
∑X
= jumlah skor butir soal
∑X2
= sigma X kuadrat
∑Y
= jumlah skor faktor
∑Y2
= sigma Y kuadrat
Kemudian angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan tabel korelasi r
product mement. Harga kritik dari r product moment untuk N=34 dengan taraf
signifikansi 5% sebesar 0, 361. Jika taraf signifikan rhitung > rtabel 5% maka butir
soal dikatakan valid.
Berdasarkan analisis uji coba soal dengan N=34 pada taraf signifikansi
5%, maka di peroleh rtabel 0, 312. Sedangkan hasil perhitungan diperoleh rxy = 0,
225 sampai 0, 798 kriteria butir soal
yang
commit
to valid
user bila r
hitung
dikatakan lebih besar
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari rtabel, karena nilai rxy > rtabel maka dari 30 butir soal yang telah diujikan
diperoleh 29 soal yang valid yaitu soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 sedangkan soal
yang tidak valid ada 1 item yaitu soal nomor 2 oleh karena itu, sebagai kelanjutan
untuk mengukur pemahaman konsep candi siswa maka soal yang tidak valid tidak
digunakan lagi pada kelas sampel (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 3.4.1)
2) Reliabilitas
Tingkat reliabilitas butir soal dinyatakan dengan koefisien reliabilitas dan dihitung
dengan rumus Alpha
rii =
2 r 1/2 1/2
1  r1 / 21 / 2
(Suharsimi Arikunto, 2003:93).
Keterangan:
rii
= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1 / 21 / 2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria jika r hitung  r tabel, maka tes tersebut reliabel. Untuk taraf signifikansi
5%, dengan jumlah soal 30, diperoleh rtabel = 0,161 sedangkan penghitungan
realibilitas instrumen r11 = 0,742 dengan demikian, berdasarkan kriteria instrumen
tes dapat dikatakan reliabel (lihat lampiran 3.4.2 halaman 269)
3) Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudahcommit
tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi
to user
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya. Untuk menentukan derajat kesukaran soal dipakai
rumus:
P=
B
JS
(Suharsimi Arikunto, 2003:208)
Keterangan:
P = indeks kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran.
Tabel 5. Indeks Kesukaran Instrumen Tes
Indeks kesukaran (P)
Keterangan
1,00-0,30
Soal sukar
0,30-0,70
Soal sedang
0,70-1,00
Soal mudah
Instrumen tes pemahaman konsep candi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah instrumen tes yang mempunyai indeks kesukaran soal 0,30 < P ≤ 0,70.
Berdasarkan hasil uji coba tingkat kesukaran soal menunjukkan bahwa soal yang
telah diuji cobakan termasuk dalam kategori sukar, sedang, dan mudah. Adapun
soal yang termasuk dalam kategori sukar yaitu soal nomor 2 dan soal dengan
kategori sedang dengan nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, serta soal dengan kategori mudah yaitu soal
nomor 8, 9, 10, 28 (hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3.6).
4) Daya Pembeda
Daya pembeda butir adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk menentukan daya pembeda butir
instrumen soal cerita digunakan rumus sebagai berikut:
D=
BA BB
J A JB
(Suharsimi Arikunto, 2003:213)
D=PA -PB
Keterangan:
D = indeks diskriminasi
J A = banyaknya peserta kelompok atas
J B = banyaknya peserta kelompok bawah
B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 6. Klasifikasi Daya Pembeda
Klasifikasi daya pembeda
0,00 – 0,20
Keterangan
Jelek
commit to user
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0,20 – 0,40
Cukup
0,40 – 0,70
Baik
0,70 – 1,00
baik sekali
Negatif
semuanya tidak baik
(Arikunto, 2003:218)
Instrumen tes pemahaman konsep candi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah instrumen tes yang memiliki daya beda D≥0,21 atau klasifikasi cukup
sampai dengan baik sekali.
Berdasarkan perhitungan dari daya pembeda soal, maka diperoleh
kategori soal yang sangat jelek sampai dengan soal yang sangat baik. Kategori
soal yang sangat jelek terdapat pada nomor 2. Kategori soal cukup terdapat pada
nomor 7, 18, 19, 22, 25, 26, 28, 29, dan 30. Untuk kategori soal yang baik
terdapat pada nomor 1, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 13, 16, 17, 20, 21, 23, 24, dan 27.
Sedangkan kategori soal yang baik sekali terdapat pada nomor 5, 14, dan 15 (hasil
perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3.5).
b. Uji Coba Angket
1) Validitas
Pengujian validitas butir angket kesadaran sejarah dihitung dengan rumus
korelasi product moment sebagai berikut:
rxy 
N  XY   X  Y 
N  X N  Y   Y 
2
2
2
(Suharsimi Arikunto, 2006:72)
Keterangan:
rxy
commityang
to user
= indeks korelasi antara 2 variabel
dikorelasikan
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
N
= banyaknya responden
 X = jumlah skor X
Y
= jumlah skor Y
Dalam analisis ini, perhitungan product moment tersebut selanjutnya
dikonsultasikan dengan tabel (rtabel)
pada taraf signifikansi 5%. Bila r
dikatakan valid jika koefisien product moment harganya ≥ dari r
tabel
hitung
maka butir
pernyataan dinyatakan valid. Berdasarkan analisis uji coba angket dengan N=40
pada taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel = 0, 312. Sedangkan hasil
perhitungan diperoleh rxy = -0, 218 sampai 0, 812. Ttingkat kevalidan dari angket
apabila rxy > rtabel, maka dari 40 butir angket yang diujicobakan diperoleh 25
angket yang valid yaitu angket dengan nomor 2, 3, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 31, 32, 33, 36, 37, 38, dan 39. Sedangkan 15 butir
angket yang tidak valid yaitu angket dengan nomor 1, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 20, 28,
29, 30, 34, 35, dan 40.
Sebagai tindak lanjut dari hasil uji coba tingkat kevalidan angket maka
angket dengan kategori tidak valid tidak digunakan lagi untuk mengukur tingkat
kesadaran sejarah siswa, hal ini dikarenakan angket yang valid sudah memenuhi
seluruh indikator yang dibutuhkan.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada keajegan instrumen dalam mengukur apa yang
hendak diukur. Suharsimi Arikunto (2001:83) instrumen yang reliabel akan
menghasilkan data yang terpercaya.Untuk menghitung reliabilitas angket
commit to user
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesadaran Sejarah menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji ini dipilih karena
skor angket bersekala 1-4, adapun rumusnya sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2002: 171)
Keterangan:
rii
= reliabilitas instrumen
k
= jumlah butir pernyataan
1
= bilangan konstan
 i2
= varian skor butir
 t2
= varian skor total
Hasil perhitungan reliabilitas tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan
rtabel pada taraf signifikansi 5%. Bila rhitung lebih besar dari rtabel maka instrumen
tersebut dikatakan reliabel. Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS, maka
diperoleh keputusan uji:
Jika rxx > 0, 717 maka butir angket memiliki reliabilitas tinggi
Jika rxx < 0, 717 maka butir angket memiliki reliabilitas rendah
Untuk taraf signifikansi 5%, dengan N=40 maka diperoleh rtabel = 0, 321
sedangkan perhitungan koefisien reliabilitas instrumen r11 = 0, 717 dengan
demikian berdasarkan kriteria instrumen angket dapat dikatakan reliabel (hasil
commit
to user
perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada
lampiran 3.3 )
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Konsistensi Internal
Konsistensi internal ini digunakan untuk mengetahui apakah semua butir
pada angket sudah mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan
yang sama pula (Budiyono, 2003:65). Konsistensi internal masing-masing butir
dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Untuk
menghitung konsistensi internal butir-i, digunakan rumus korelasi productmoment dari Karl-Pearson sebagai berikut:
rxy 
n XY   X  Y 
n X
2

  X  n Y 2   Y 
2
2

Dengan :
r xy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
= banyaknya subjek yang dikenai tes (instrument)
X = skor untuk butir ke-I (adri subyek uji coba)
Y = total skor (dari Subjek uji coba)
Kreteria: jika indek konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3,
maka butir soal tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2009:65).
Berdasarkan perhitungan statistik maka jumlah instrumen yang digunakan
adalah 40 angket, setelah di uji cobakan jumlah angket yang valid adalah 25 dan
15 angket tidak valid. Selanjutnya angket yang tidak valid dibuang dan tidak
digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran sejarah siswa karena dari 25 angket
yang valid sudah mewakili indikator yang ditetapkan dalam penelitian.
commit to user
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis untuk menguji hipotesis dan
memperoleh kesimpulan. Berdasarkan banyaknya faktor dari variabel bebas yang
dilibatkan dalam penelitian ini maka rancangan analisis data menggunakan
rancangan faktorial 2 x 2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi
(Anava) dua jalan dengan maksud dapat mengetahui berapa besar pengaruh
perlakuan terhadap respon dari eksperimen.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas sampel menggunakan uji Lilliefors Significance
Correction dari Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05 %. Untuk
pengujian ini digunakan teknik uji Lilliefors dengan langkah sebagai berikut:
1). Hipotesis
H 0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H 1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2). α = 0,05
3). Statistik uji yang digunakan :
L = Maks F z i   S z i 
Dengan F z i  = P(Z≤z): Z ~ N (0,1)
S(z i ) = proporsi cacah z≤z i , terhadap seluruh z i
commit to user
105
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X1  X
s
zi =
4). Daerah Kritik
DK = L L  La:n  dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan uji
H 0 diterima jika harga statistik uji terletak diluar daerah kritik.
(Budiyono;2009:170-171)
Uji normalitas ditujukan terhadap H0 yang menyatakan bahwa sampel
berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. Penerimaan atau penolakan
H0 didasarkan pada kriteria jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data
normal, sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas variansi populasi menggunakan uji Levenee’s test
of homogenity of variance pada taraf signifikansi α = 0,05 % dengan rumus
sebagai berikut.
S
2
 f (x

i
i
 x) 2
n 1
F
S1
S2
(Sudjana, 1982: 91, 146, 242)
Keterangan:
N
: banyaknya subjek
X
: rerata
S
: simpangan baku
commit to user
F(1 p )( 1 . 2 ) 
1
Fp ( 1 2 )
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerimaan atau penolakan homogenitas didasarkan pada kriteria jika nilai
signifikansi > 0,05 dan < 0.95 maka dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan
varians (homogenitas) dua kelompok yang dibandingkan, sedangkan jika nilai sig.
atau signifikansi < 0,05 atau > 0.95 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
kesamaan varians (homogenitas) dua kelompok yang dibandingkan.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam analisi data penelitian menggunakan teknik analisis
varians dua jalan (desain factorial 2 x 2) pada taraf signifikansi
0,05 dan
dilanjutkan dengan uji komparasi ganda Scheffe.
a.
Menurut
Budiyono (2009:207) Model untuk data pada populasi ini
adalah:
X ijk  μ+α i   j   ij   ijk
Dengan:
X ijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.
 = rata-rata dari seluruh data
 i =  i   = efek baris ke-i pada variabel terikat.
 j =  j   = efek kolom ke-j pada variabel terikat.
 ij =  ij     i   j 
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.
 ijk = deviasi data X ijk terhadap rataan populasi  ij yang berdistribusi
normal dengan rataan 0.
i = 1, 2 dengan
1 = Media
interaktif
berbasis Macromedia Director MX
commit
to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2 = Media Power Point
j = 1, 2 dengan
1 = Kesadaran IPS Sejarah tinggi
2 = Kesadaran IPS Sejarah rendah
b. Prosedur
1) Hipotesis:
(a) H oA : 1 = 0 untuk setiap i = 1,2
Tidak ada pengaruh media pembelajaran terhadap pemahaman
konsep candi
H 1A : paling sedikit ada satu 1 byang tidak nol
Terdapat pengaruh media pembelajaran pemahaman konsep
candi
(b) H oB :  j = 0, untuk setiap j = 1, 2, 3
Tidak ada pengaruh kesadaran Sejarah terhadap pemahaman
konsep candi
H 1B : paling sedikit ada satu  j yang tidak nol
Terdapat pengaruh kesadaran Sejarah terhadap pemahaman
konsep candi
(c) H oAB : (  ) ij = 0, untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2
Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran
Sejarah terhadap pemahaman konsep candi
H 1AB : Paling sedikit ada satu (  ) ij yang tidak nol
commit to user
108
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terdapat interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran
Sejarah terhadap pemahaman konsep candi
2) Taraf Signifikasi  = 0,05
3) Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tidak sama, dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
N=
n
i, j
= banyaknya seluruh data amatan; dengan n ij = banyaknya dat
ij
amatan pada sel ke-ij.
nh 
pq
= rerata harmonik frekuensi seluruh sel;
1

i , j nij
p = banyaknya baris
q = banyaknya kolom
(1) =
(2) =
G2
; dengan G =
pq
 SS
i, j
(3) =
(4) =

B 2j
q
 AB
; dengan B j =
2
ij
= jumlah rataan semua sel
X
; dengan SS ij =
ij
ij
i, j
Ai2
i p ; dengan A i =
j
(5) =
 AB
k
 AB
2
ijk
ij


 X ijk 


nijk
2
= jumlah rataan pada baris ke-i
j
 AB
ij
= jumlah rataan pada kolom ke-j
i
; dengan AB ij = rataan pada sel ij
i, j
commit to user
109
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudian dihitung lima jumlah kuadrat pada analisis variansi dua jalan
pada sel tidak sama, yaitu jumlah kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom
(JKB), jumlah kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah
total (JKT) dengan rumus sebagai berikut:
JKA = n h 3  1
JKB = n h 4   1
JKAB = n h 1  5   3  4 
JKG = (2)
JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG
Derajat kebebasan masing-masing jumlah kuadrat di atas adalah:
dkA = p-1
dkB = q-1
dkAB = (p-1)(q-1)
dkG = N-pq
dkT = N-1
Selanjutnya menghitung rataan kuadrat sebagai berikut:
RKA =
JKA
dkA
RKAB =
JKAB
dkAB
RKB =
JKB
dKB
RKG =
JKG
dkG
4) Statistik Uji
Fa =
RKA
RKG
Fb =
RKB
RKG
F ab =
RKAB
RKG
commit to user
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Daerah Kritik:
Untuk F a ; DK = {F/F>F  ; p 1; N  pq }
Untuk F b ; DK = {F/F> F  :q 1; N  pq }
Untuk F ab ; DK = {F/F> F  ; p 1 q 1; N  pq }
6) Keputusan Uji:
H o ditolak jika F obs  DK
(Budiyono, 2009:228-230)
Berdasarkan uji analisis di atas dapat digunakan untuk menentukan
langkah selanjutnya apakah perlu uji lanjut pasca ANAVA atau tidak. Jika H oA
ditolak, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ANAVA antar baris, sebab
kalaupun dilakukan komparasi ganda antar rataan siswa yang mendapat media
pembelajaran IPS Sejarah berbasis Macromedia Direktor MX dan rataan siswa
yang diajar dengan media PowerPoint, dapat dipastikan bahwa hipotesisnya juga
akan ditolak (Budiyono, 2004:219). Untuk mengetahui mana yang lebih baik
dapat dilihat pada rataan marginalnya. Jika H oB ditolak, maka perlu dilakukan
komparasi ganda pasca ANAVA antar kolom. Sedang jika H oAB ditolak, juga
perlu dilakukan komparasi pada pasca ANAVA antar sel.
Statistik uji yang digunakan jika komparasi ganda pasca ANAVA harus
dilakukan adalah metode Scheffe’ yaitu:
a. Komparasi Rataan Antar Kolom
commit to user
111
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fi  j 
X
i
X

2
j
1
1 
RKG   
n n 
j 
 i
Dengan
Fi  j = nilai F obs pada pembanding kolom ke-i dan kolom ke-j
X .i = rataan pada kolom ke-i
X . j = rataan pada kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat
n.i
= ukuran sampel kolom ke-i
n. j
= ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik:
DK= {F/F>(q-1)F 
; q 1, N  pq
}
(Budiyono,2009:214)
a. Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama
Fij ik 
X
ij
 X ik

2
 1
1 
RKG 

n

 ij nik 
Dengan:
Fij ik = nilai F obs pada pembanding rataan pada sil ij dan rataan pada sel ik
X ij = rataan pada sel ij
X ik = rataan pada sel ik
RKG = rataan kuadrat galat
n ij
= ukuran sel ij
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nik
= ukuran sel ik
Daerah Kritik; DK = {F/F>(pq-1)F  ; pq 1, N  pq }
(Bodiyono,2009:215)
b. Komparasi Rataan antar Sel pada Kolom yang Sama
Fij  kj 
X
ij
 X kj

 1
1 
RKG 

n

 ij n kj 
Dengan:
Fij  kj = nilai F obs pada pembanding rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
X ij
= rataan pada sel ij
X
= rataan sel kj
kj
RKG = rataan kuadrat galat
n ij
= ukuran sel ij
n kj
= ukuran sel kj
Daerah kritik: DK = {F/F>(pq-1)F  ; pq 1, N  pq }
commit to user
(Budiyono,2009:215)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Berdasarkan
pengolahan
data
dengan
menggunakan
SPSS,
data
pemahaman konsep candi dapat disusun dengan distribusi frekuensi, prosentase
dan histogram sebagai berikut:
a. Data Pemahaman Konsep Candi Kelompok Eksperimen dengan
Menggunakan Media Berbasis Macromedia Director (A1)
Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director menunjukkan bahwa skor tertinggi
29 dan skor terendah 17 memiliki rentangan 12 dari jumlah siswa (N) = 34.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS diperoleh
harga Mean sebesar 23,03 Median (Me) sebesar 23,5 Modus sebesar 17,00 dan
Standar Deviasi (σ) sebesar 3,69. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 25-27
dengan jumlah siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
7.1.1
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media berbasis Macromedia Director secara keseluruhan dan penyebarannya
dapat dilihat pada tabel 7 dan grafik sebagai berikut:
commit to user
113
114
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep candi dengan
Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX (A1)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
Kumulatif
F
f (%)
1
16-18
6
18
6
18
2
19-21
5
15
11
33
3
22-24
9
26
20
59
4
25-27
10
29
30
88
5
28-30
4
12
34
100
34
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 7 Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep candi
dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX dapat dibuat
grafik histogram sebagai berikut:
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran
Berbasis Macromedia Director Keseluruhan
10
FREKUENSI
8
6
4
2
0
16-18
Gambar 6.
19-21
22-24
25-27
28-30
Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director
MX secara Keseluruhan (A1)
commit to user
115
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa
sebanyak 9 (26%) berada pada kelompok rata-rata, 14 (41%) siswa berada pada
kelompok di atas Mean dan 11 (33%) siswa berada pada kelompok di Mean,
sehingga dapat diketahui bahwa pemahaman konsep candi secara keseluruhan
sudah baik. Hal ini terlihat dari skor siswa yang sama dengan Mean dan di atas
Mean 23 (67%), sedangkan yang berada di bawah Mean 11 (33%) dari jumlah
keseluruhan responden (N) = 34.
b. Data
Pemahaman
Konsep
Candi
Kelompok
Kontrol
dengan
Menggunakan Media Berbasis Power Point (A2)
Data mengenai pemahaman konsep candi siswa kelas kontrol yang diberi
perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis powerpoint (A2),
diperoleh skor tertinggi 26 dan skor terendah 10, memiliki rentangan 16 dengan
jumlah siswa (N) = 40. Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan
program SPSS diperoleh Mean sebesar 17,95 Median sebesar 18,00 Modus
sebesar 16,00 dan Standar Deviasi sebesar 4,05. Nilai terbanyak terdapat pada
rentangan 19-21 sebanyak 11 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 7.1.2
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis Power Point Secara keseluruhan dan penyebarannya
dapat dilihat pada tabel 8 dengan grafik 8 sebagai berikut:
commit to user
116
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Menggunakan Media Power Point (A2)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
10-12
4
2
13-15
3
Kumulatif
F
f (%)
10
4
10
8
20
12
30
16-18
9
22,5
21
52,5
4
19-21
11
27,5
32
80
5
22-24
6
15
38
95
6
25-27
2
5
40
100
40
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 9 (22,5%) berada
pada kelompok rata-rata, 19 (47,5 %) siswa berada pada kelompok di atas Mean dan
13 (30%) siswa berada pada kelompok di bawah Mean, sehingga dari tabel di atas
diketahui bahwa pemahaman konsep candi secara keseluruhan sudah baik. Hal ini
terlihat dari skor siswa yang sama dengan Mean dan di atas Mean 19 (47,5%),
sedangkan yang berada di bawah Mean 13 (30%) dari jumlah keseluruhan responden
(N) = 40.
Berdasarkan tabel 8 Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi
dengan Menggunakan Media Power Point dapat dibuat grafik histogram sebagai
berikut:
commit to user
117
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Power Point secara
Keseluruhan (A2)
12
FREKUENSI
10
8
6
4
2
0
10-12
13-15
16-18
19-21
22-24
Gambar 7. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Secara
Keseluruhan (A2)
c. Data Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi
Secara Keseluruhan (B1)
Data mengenai pemahaman konsep candi pemahaman konsep candi
siswa dengan kesadaran sejarah tinggi menunjukkan bahwa skor tertinggi 29 dan
skor terendah 13 memiliki rentangan 16 dari jumlah siswa (N) = 38. Berdasarkan
hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS diperoleh harga Mean
sebesar 22,94 Median (Me) sebesar 17,5 Modus sebesar 17,00 dan Standar
Deviasi (σ) sebesar 3,98. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 7.1.3.
commit to user
118
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah
Tinggi Secara Keseluruhan (B1)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
12-14
2
2
15-17
3
Kumulatif
F
f (%)
5,3
2
5,3
2
5,3
4
10,6
18-20
6
15,8
10
26,4
4
21-23
7
18,4
17
44,8
5
24-26
14
36,8
31
81,6
6
27-29
7
18,4
38
100
38
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 9 pemahaman konsep candi siswa dengan kesadaran
sejarah tinggi secara keseluruhan maka dibuat grafik histogram sebagai berikut:
Pemahaman Konsep Candi dengan Kesadaran Sejarah Tinggi
Keseluruhan (B1)
14
FREKUENSI
12
10
8
6
4
2
0
12-14
15-17
18-20
21-23
24-26
27-29
Gambar 8. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi
Siswa dengan Kesadaran Sejarah Tinggi Secara Keseluruhan (B1)
commit to user
119
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel dan grafik histogram di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 7
(18,4%) berada pada kelompok rata-rata, 23 (55,2 %) siswa berada pada kelompok di
atas Mean dan 10 (26,4%) siswa berada pada kelompok di bawah Mean, sehingga dari
tabel di atas diketahui bahwa pemahaman konsep candi pada siswa yang memiliki
kesadaran tinggi secara keseluruhan sangat baik. Hal ini terlihat dari skor siswa yang
sama dengan Mean dan di atas Mean 30 (73,6%), sedangkan yang berada di bawah
Mean 10 (26,4%) dari jumlah keseluruhan responden (N) = 38 siswa.
d. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Kesadaran Sejarah Rendah
Keseluruhan (B2)
Data mengenai pemahaman konsep candi pada siswa dengan kesadaran
sejarah rendah secara keseluruhan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
menunjukkan bahwa skor tertinggi 23 dan skor terendah 10, memiliki rentangan
13 dari jumlah siswa 36. Nilai terbanyak terdapat pada kelas interval 15-17
dengan jumlah Mean sebesar 17,47 Median sebesar 23,5 Modus sebesar 17,50 dan
Standar Deviasi sebesar 3,48. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 7.1.4
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan kesadaran
sejarah rendah dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 10 dan grafik 12
sebagai berikut:
commit to user
120
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi pada Siswa yang
Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (B2)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
9-11
2
2
12-14
3
Kumulatif
F
f (%)
5,5
2
5,5
5
13,9
7
19,4
15-17
11
30,6
18
50
4
18-20
10
27,8
28
77,8
5
21-23
8
22,2
36
100
36
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 10 distribusi frekuensi data pemahaman konsep candi
pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah tersebut dapat dibuat grafik
histogram sebagai berikut
Pemahaman Konsep Candi pada Siswa yang Memiliki
Kecerdasan Sejarah Rendah (B2)
12
FREKUENSI
10
8
6
4
2
0
9-11
12-14
15-17
18-20
21-23
Gambar 9. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Frekuensi Skor
Pemahaman Konsep Candi Siswa dengan Kesadaran Sejarah
commit to user
Rendah Secara Keseluruhan
(B2)
121
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data di atas dapat dilihat sebanyak 11 (30,6%) siswa berada pada
kelompok rata-rata, 19 (50%) siswa berada pada kelompok di atas rata-rata, dan 7
(19,4%) berada di bawah Mean. Berdasarkan data tersebut dapat disimulkan
bahwa secara keseluruhan pemahaman konsep candi dengan kesadaran sejarah
rendah baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen sudah bagus karena hanya 7
(19,4%) siswa yang memiliki pemahaman konsep candi di bawah Mean
sedangkan siswa yang memiliki pemahaman konsep candi sama dan di atas Mean
sebanyak 26 (80,8%) siswa.
e. Data
Pemahaman
Konsep
Candi
dengan
Menggunakan
Media
Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director pada Siswa yang
Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1)
Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki
kesadaran sejarah tinggi menunjukkan bahwa skor tertinggi 29 dan skor terendah
24 sehingga memiliki rentangan 4 dari jumlah siswa (N) = 17. Nilai Mean
sebesar 26,11 Median sebesar 26,00 Modus sebesar 25 dan Standar Deviasi
sebesar 1,57. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 22-27 ada sejumlah 10
siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.5
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis Macromedia Director yang memiliki kesadaran
commit to user
122
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejarah tinggi dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 10 dan grafik 5 sebagai
berikut:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Menggunakan Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director
pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
22-24
3
2
25-27
3
28-30
Jumlah
Kumulatif
F
f (%)
17,7
3
17,7
10
58,8
13
76,5
4
23,5
17
100
17
100
Dari data di atas dapat dilihat sebanyak 10 (58,8%) siswa berada pada
kelompok rata-rata, 4 (23,5%) siswa berada pada kelompok di atas Mean, dan 3
(17,7%) berada di bawah Mean. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan pemahaman konsep candi siswa yang diberi perlakuan
dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director
dengan kesadaran sejarah tinggi
sangat bagus, hal ini terlihat pada nilai
pemahaman candi siswa yang berada pada kelompok di bawah Mean hanya 3
(17,7%) sedangkan sisawnya siswa yang memiliki pemahaman konsep candi
sama dan di atas Mean sebanyak 14 (82,3%) siswa.
commit to user
123
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 11 dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut:
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Macromedia
Director pada siswa yang Memiliki Kecerdasan Tinggi (A1B1)
10
FREKUENSI
8
6
4
2
0
22-24
25-27
28-30
Gambar 10. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Skor
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis
Macromedia Director MX Pada Siswa yang Memiliki Kesadaran
Sejarah Tinggi (A1B1)
f. Data
Pemahaman
Konsep
Candi
dengan
Menggunakan
Media
Pembelajaran Sejarah Berbasis Macromedia Director pada Siswa yang
Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2)
Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki
kesadaran sejarah rendah menunjukkan bahwa skor tertinggi 23 dan skor terendah
17, memiliki rentangan 6 dengan jumlah siswa (N) =17. Berdasarkan perhitungan
statistik diperoleh Mean sebesar 19,94 Median sebesar 20 Modus sebesar 17,00
commit to user
124
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan Standar Deviasi sebesar 2,33. Nilai yang paling banyak terdapat pada
rentangan 21-23 ada sejumlah 8 siswa. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 7.1.6.
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis Macromedia Director yang memiliki kesadaran
sejarah rendah dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 11 dan grafik 6 sebagai
berikut:
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Candi dengan
Menggunakan Media Pembelajaran berbasis Macromedia Director
pada Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
15-17
4
2
18-20
3
21-23
Jumlah
Kumulatif
F
f (%)
23,5
4
23,5
5
29,4
9
52,9
8
47,1
17
100
17
100
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat nilai pemahaman
konsep candi siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan Macromedia
Director dengan kesadaran sejarah rendah yang berada pada kelompok Mean
terdiri dari 5 (29,4%), siswa yang berada pada kelompok di atas Mean adalah 8
(47,1%) siswa, dan siswa yang berada pada kelompok di bawah Mean terdiri dari
4 (23,5%) siswa. Sehingga dapat diambil kesimpulan penggunaan media
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki
kesadaran sejarah rendah sudah bagus. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang
commit to user
125
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berada pada kelompok Mean dan di atas Mean sebanyak 13 (76,5%) siswa,
sedangkan siswa yang berada pada kelompok di bawah Mean adalah 4 (23,5%).
Berdasarkam tabel 12 pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis Macromedia Director pada siswa yang memiliki
kesadaran sejarah rendah tersebut dapat dibuat grafik histogram sebagai berikut
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis
Macromedia Director pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan
Sejarah Rendah (A1B2)
FREKUENSI
8
6
4
2
0
15-17
18-20
21-23
g. Data Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan
Media
Gambar 11. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi Media Pembelajaran Berbasis Macromedia Director MX Pada
Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2)
g. Data
Pemahaman
Konsep
Candi
dengan
Menggunakan
Media
Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki
Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1)
Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
commit
to user
pembelajaran sejarah berbasis Power
Point
pada siswa yang memiliki kesadaran
126
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejarah tinggi menunjukkan bahwa skor tertinggi 26 dan skor terendah 13,
sehingga rentangannya adalah 13 dari jumlah siswa (N) = 21. Berdasarkan
perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS diperoleh Mean sebesar
20,38 Median sebesar 21,00 Modus sebesar 19,00 dan Standar Deviasi sebesar
3,45. Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 19-21 yaitu sejumlah 9 siswa. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.7.
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis Power Point yang memiliki kesadaran sejarah tinggi
dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 13 dan grafik 18 sebagai berikut:
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep Candi dengan
Menggunakan Media Pembelajaran berbasis Power Point pada
Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
13-15
2
2
16-18
3
Kumulatif
F
f (%)
9,6
2
9,6
2
9,6
4
19,2
19-21
9
42,6
13
61,8
4
22-24
6
28,6
19
90,4
5
25-27
2
9,6
21
100
21
100
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemahaman konsep candi siswa
dengan media pembelajaran berbasis power point dengan kesadaran sejarah tinggi
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki skor Mean berjumlah 9 (42,6%), siswa
yang memiliki nilai di atas Mean 8 (38,2%), dan siswa yang memiliki nilai di
bawah Mean yaitu 4 (19,2%). Berdasarkan perhitungan statistik tersebut maka
commit to user
127
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman konsep candi yang diajar dengan menggunakan media Power Point
dengan kesadaran sejarah tinggi sudah bagus, hal ini terlihat dari skor siswa yang
berada di atas Mean dan sama dengan Mean lebih besar 17 (80,8%) dibandingkan
dengan jumlah siswa yang memiliki skor di bawah Mean 4 (19,2%) dengan
jumlah total siswa (N) = 21. Untuk lebih jelasnya tabel tersebut dapat dibuat
grafik histogram sebagai berikut:
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Power
Point pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Sejarah Tinggi
(A2B1)
9
8
FREKUENSI
7
6
5
4
3
2
1
0
13-15
16-18
19-21
22-24
25-27
Gambar 12. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada
Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Tinggi (A2B1)
commit to user
128
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h. Data
Pemahaman
Konsep
Candi
dengan
Menggunakan
Media
Pembelajaran Sejarah Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki
Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)
Data mengenai pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
pembelajaran sejarah berbasis Power Point pada siswa yang memiliki kesadaran
sejarah rendah menunjukkan bahwa skor tertinggi 20 dan skor terendah 10,
rentangannya adalah 10 dengan jumlah siswa (N) = 19. Berdasarkan perhitungan
statsistik dengan menggunakan SPSS diperoleh rata-rata (Mean) sebesar 15,26
Median sebesar 15,00 Modus sebesar 15,00 dan Standar Deviasi sebesar 2,80.
Nilai terbanyak terdapat pada rentangan 15-17 dengan jumlah 7 siswa. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.8.
Distribusi frekuensi skor pemahaman konsep candi dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis Power Point yang memiliki kesadaran sejarah
rendah dan penyebarannya dapat dilihat pada tabel 14 dan grafik 20 sebagai
berikut:
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Candi dengan Menggunakan
Media Pembelajaran Berbasis Power Point pada Siswa yang Memiliki
Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)
NO
Kelas Interval
F
F (%)
1
2
3
4
9-11
12-14
15-17
18-20
2
5
7
5
10,6
26,3
36,8
26,3
19
100
Jumlah Total
commit to user
Kumulatif
F
f (%)
2
10,6
7
36,9
14
73,7
19
100
129
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui siswa yang memiliki
nilai Mean berjumlah 7 (36,8%), sedangkan siswa yang memiliki nilai di atas
Mean terdiri dari 5 (26,3%), dan siswa yang memiliki nilai di bawah Mean adalah
7 (36,9%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep candi
yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Power
Point dengan kesadaran sejarah rendah sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
skor perolehan pemahaman konsep candi siswa yang memiliki nilai Mean diatas
Mean berjumlah 12 (63,1%) sedangkan hanya 7 (36,9%) yang memiliki
pemahaman konsep candi dibawah skor Mean.
Bedasarkan tabel tersebut di atas maka dapat dibuat grafik histogram
sebagai berikut:
Pemahaman Konsep Candi dengan Media Berbasis Power Point
pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Sejarah Rendah (A2B2)
7
FREKUENSI
6
5
4
3
2
1
0
9-11
12-14
15-17
18-20
Gambar 13. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Konsep
Candi dengan Media Pembelajaran Berbasis Power Point Pada
commit to user
Siswa yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)
130
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Setelah data yang berhubungan dengan variabel telah dikumpulkan,
selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Anava dua jalan. Untuk
itu terlebih dahulu diperlukan uji prasyarat yang harus dipenuhi dalam Anava
yaitu uji normalitas data, uji homogenitas dengan terlebih dahulu melakukan uji
keseimbangan.
a. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan ini dilakukan dengan melihat apakah antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol telah sepadan atau sama keadannya sebelum diberi
perlakuan yang berbeda. Untuk uji keseimbangan tersebut diambil dari nilai UTS
siswa kelas VII semester gasal tahun ajaran 2011/2012 yaitu untuk kelas
eksperimen memiliki Mean 83,1765, Standar Deviasi 9, 81178 dengan jumlah
siswa 34, sedangkan untuk kelas kontrol dengan jumlah siswa 40 diperoleh Mean
82, 4000, Standar Deviasi 10,12942. Hasil uji keseimbangan tersebut
menggunakan uji Independent Sample Test dengan menggunakan bantuan SPSS
dari kelompok eksperimen memiliki taraf signifikansi 0, 740, sedangkan untuk
kelas kontrol memiliki nilai signifikansi 0, 739. Beradasarkan hasil uji statistik
dengan SPSS dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dalam keadaan seimbang. Selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 4.3
commit to user
131
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian adalah uji Lilliefors
Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05
%. Uji ini dilakukan untuk memenuhi salah satu asumsi yang dibutuhkan dalam
analisis variansi dua jalan dengan sel sama, yaitu untuk melihat apakah data yang
diperoleh dari sampel berasal dari populasi yang berditribusi normal. Kriteria
yang digunakan untuk melihat kenormalan adalah dengan apabila distribusi nilai
kenormalan dari uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari nilai probabilitasnya
(0,05). Hasil uji normalitas dari tiap sel disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 15. Kesimpulan Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas
Uji
KolmogorovSmirnov
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis 0,669
Macromedia Director (A1)
Media Pembelajaran Berbasis Power 0,535
Point (A2)
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis 0.712
Macromedia Director dengan Kesadaran
Sejarah Tinggi (A1B1)
Media Pembelajaran Sejarah Berbasis 0,678
Macromedia Director dengan Kesadaran
Sejarah Rendah (A1B2)
Media Pembelajaran Berbasis Power 0,707
Point dengan Kesadaran Sejarah Tinggi
(A2B1)
Media Pembelajaran Berbasis Power 0,438
Point dengan Kesadaran Sejarah Rendah
(A2B2)
commit to user
Taraf
Signifikansi
Keterangan
0,763
Normal
0,937
Normal
0,692
Normal
0,748
Normal
0,700
Normal
0,991
Normal
132
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Normalitas Siswa dengan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis
Macromedia Director (A1)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data
pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah
berbasis Macromedia Director diperoleh hasil perhitungan N=34, dengan nilai
probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov 0,669
dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0, 762 sehingga nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada
kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya
dapat di lihat pada lampiran 7.2.
2) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Berbasis Power Point (A2)
Normalitas data diolah mengguanakan perhitungan statistik dengan
bantuan SPSS maka data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
pembelajaran sejarah berbasis Power Point diperoleh hasil perhitungan N=40,
dengan nilai probabilitas α = 0.05 diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov
0,535 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0, 937 hal ini berarti nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk
data pada kelompok siswa dengan menggunakan media Power Point dapat
terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada
lampiran 7.2.
commit to user
133
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Sejarah
Berbasis
Macromedia
Director
yang
Memiliki
Tingkat
Kesadaran Sejarah Tinggi (A1B1)
Normalitas data kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan
menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director
dengan kecerdasan tinggi diolah dengan menggunakan bantuan SPSS.
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data
pemahaman konsep candi dengan menggunakan media pembelajaran sejarah
berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi diperoleh hasil
perhitungan N=17 dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik
Kolmogorov-Smirnov 0,712 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0,
692, artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan tabel tingkat
kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2.
4) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Sejarah
Berbasis
Macromedia
Director
yang
Memiliki
Tingkat
Kesadaran Sejarah Rendah (A1B2)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka
dapat diketahui data pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director dengan tingkat kesadaran
sejarah siswa rendah diperoleh hasil perhitungan N=17, dengan nilai probabilitas
α = 0.05. diperoleh harga statistik Kolmogorov-Smirnov 0,678 dengan tingkat
commit to user
134
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikansi kenormalan sebesar 0, 748 hal ini emnunjukkan bahwa nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk
data pada kelompok ini telah terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan
selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2.
5) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Berbasis Power Point yang Memiliki Tingkat Kesadaran Sejarah Tinggi
(A2B1)
Uji normalitas data diolah menggunakan data statistik dengan bantuan
SPSS. Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data
pemahaman konsep candi dengan
menggunakan media pembelajaran sejarah
berbasis Power Point dengan tingkat kesadaran tinggi diperoleh hasil perhitungan
N=21, dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga statistik KolmogorovSmirnov 0,707 dengan tingkat signifikansi kenormalan sebesar 0,700, sehingga
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Berdasarkan data tersebut maka dapat
disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat terpenuhi. Data dan
tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada lampiran 7.2.
6) Normalitas Kelompok Siswa dengan Menggunakan Media Pembelajaran
Berbasis Power Point yang Memiliki Kesadaran Sejarah Rendah (A2B2)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS maka data
pemahaman konsep candi dengan
menggunakan media pembelajaran sejarah
berbasis Power Point dengan tingkat kesadaran sejarah siswa rendah diperoleh
hasil perhitungan N=19, dengan nilai probabilitas α = 0.05. diperoleh harga
commit to user
135
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
statistik Kolmogorov-Smirnov 0,438 dengan tingkat signifikansi kenormalan
sebesar 0, 991, hal ini menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.,
sehingga dapat disimpulkan kenormalan untuk data pada kelompok ini dapat
terpenuhi. Data dan tabel tingkat kenormalan selanjutnya dapat di lihat pada
lampiran 7.2.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk menunjukkan bahwa populasipopulasi dari sampel penelitian ini bersifat homogen atau memiliki variansi yang
sama. Pengujian homogenitas variansi populasi menggunakan uji Levenee’s test of
homogenity of variance dihitung dengan menggunakan SPSS untuk menguji
bahwa setiap kategori variabel independent memiliki variansi yang sama.
Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pemahaman Konsep Candi
Kelompok Eksperimen
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: Pemahaman Konsep Candi
F
df1
df2
Sig.
2,541
3
70
,063
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent
variable is equal across groups.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh Fhitung = 2,541 selanjutnya
dikonsultasikan dengan harga nilai signifikansi pada 0,063 (p>0,05) dengan taraf
signifikansi 0,05 diperoleh
Ftabel
= 2,92 , maka dapat diketahui Fhitung < Ftabel =
commit to user
136
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2,541 < 2,92. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian keempat
kelompok sampel tersebut memiliki kesamaan varians atau keempat kelompok
tersebut homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Setelah asumsi yang diperlukan dalam analisis variansi terpenuhi, maka
akan dilakukan uji analisis variansi dua jalan. Hasil perhitungan analisis dua jalan
disajikan dalam tabel berikut
Tabel 17. Rangkuman Pemahaman Konsep Candi
Media Pembelajaran (A)
Kesadaran Sejarah (B)
Kesadaran N
Sejarah
Mean
Tinggi
Median
(B1)
Std
N.Minimum
N.Maximum
Jumlah
Kesadaran N
Sejarah
Mean
Rendah
Median
(B2)
Std
N.Minimum
N.Maximum
Jumlah
Total
N
Mean
Median
Std
N.Minimum
N.Maximum
Jumlah
Media
Pembelajaran
Macroedia
Director (A1)
Media
Pembelajaran
Power Point (A2)
Total
17
26,11
26,00
1,57
24,00
29,00
97,57
17
19,94
20,00
2,33
17,00
23,00
135,27
34
40,05
46,00
3,9
41.00
52,00
216,95
commit to user
21
20,38
21,00
3,45
13,00
26,00
104,83
19
15,26
15,00
2,80
10,00
20,00
82,06
40
35,64
36,00
6,25
46,00
36,00
199,89
38
46,49
47,00
5,02
37,00
55,00
228,51
36
35,2
35,00
5,13
27,00
43,00
217,33
74
75,69
82,00
10,15
87,00
58,00
386,84
137
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
dirumuskan terbukti. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
teknik Anava Dua Jalan (Two Way Anava). Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan teknik Anava Dua Jalan (Two Way Anava), hipotesis yang telah
dirumuskan dapat terjawab dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 18. Hasil Perhitungan Anava
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pemahaman Konsep Candi
Type III Sum
Source
of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
1059,698a
3
353,233
48,737
,000
Intercept
30635,339
1
30635,339
4226,876
,000
Media_Pembelajaran_Sejarah
497,785
1
497,785
68,681
,000
Kesadaran_Sejarah
585,414
1
585,414
80,772
,000
Media_Pembelajaran_Sejarah
5,144
1
5,144
,710
,402
Error
507,342
70
7,248
Total
32013,000
74
Corrected Total
1567,041
73
* Kesadaran_Sejarah
R Squared = ,676 (Adjusted R Squared = ,662), Data diolah dengan menggukan
program SPSS 19.
Berdasarkan tabel 18 dapat diambil kesimpulan interpretasi sebagai berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
138
digilib.uns.ac.id
a. Perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia Director
MX dan media Power Point terhadap pemahaman konsep candi siswa
kelas VII SMP Negeri di Kota Malang.
Pada pengujian hipotesis pertama berdasarkan analisis variansi dua jalan
diperoleh Fhitung = 68,681 > Ftabel = 3,11 dengan α 5%, dapat diambil kesimpulan
bahwa H oA ditolak. Hal ini berarti penggunaan media pembelajaran yang berbeda
akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pemahaman konsep candi
siswa pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat,
kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya”.
Ditolaknya H oA dikarenakan penggunaan media pembelajaran berbasis
Macromedia memberikan pengaruh kepada siswa, artinya kelompok siswa yang
diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis
Macromedia Director MX memiliki tingkat pemahaman konsep candi lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
media pembelajaran sejarah berbasis powerpoint pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”.
b. Perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dan
siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman
konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang
Berdasarkan analisis variansi dua jalan diperoleh Fhitung = 80,772 > Ftabel
to user
=3,11 dengan α 5%, dapat diambilcommit
kesimpulan
bahwa H oB ditolak. Hal ini berarti
139
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesadaran sejarah tinggi dan siswa dengan kesadaran rendah memiliki pengaruh
yang berbeda terhadap pemahaman konsep candi pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya”.
Ditolaknya H oB
berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara
siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi dengan siswa yang memiliki
kesadaran sejarah rendah terhadap pemahaman konsep candi. Hal itu
menunjukkan bahwa kesadaran sejarah siswa ternyata memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pencapaian pemahaman konsep candi. Siswa dengan
kesadaran sejarah tinggi memiliki pemahaman konsep candi yang tinggi, dan
siswa dengan kesadaran sejarah rendah juga memiliki pemahaman konsep candi
yang rendah pula.
c. Pengaruh
interaksi
penggunaan
multimedia
interaktif
berbasis
Macromedia Director MX dan kesadaran Sejarah terhadap pemahaman
konsep candi.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan diperoleh Fhitung = 0,710 < Ftabel
=3,11 dengan α 5%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa H oAB diterima. Hal
ini berarti tidak ada pengaruh interaksi penggunaan multimedia interaktif berbasis
Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep
candi pada kompetensi dasar Mendeskripsikan perkembangan Masyarakat,
kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalanpeninggalannya.
commit to user
140
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan
media
pembelajaran
berbasis
Macromedia
Director
dibandingkan dengan media pembelajaran Power Point serta kesadaran sejarah
sama-sama memiliki pengaruh terhadap pencapaian pemahaman konsep candi
siswa. Pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi
memiliki Mean 26,118, sedangkan pemahaman konsep candi siswa yang belajar
dengan menggunakan media pemebelajaran berbasis Power Point dengan
kesadaran sejarah tinggi memiliki nilai Mean 20,381.
Nilai pemahaman konsep candi siswa dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah rendah
memiliki nilai Mean 19,941. Sedangkan pemahaman konsep candi siswa dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran
sejarah rendah memiliki nilai Mean 15,263.
Berdasarkan nilai pemahaman konsep candi tersebut, maka disimpulkan
bahwa:
a. Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director
lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang belajar
dengan menggunakan media berbasis Power Point pada siswa yang memilki
kesadaran sejarah tinggi.
b. Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director
lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang belajar
dengan menggunakan media berbasis Power Point pada siswa yang memilki
kesadaran sejarah rendah.
commit to user
141
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik tentang tidak
adanya interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran sejarah terhadap
pemahaman konsep candi sebagai berikut:
Tabel 19. Tidak ada Interaksi Media Pembelajaran Sejarah dan
Sejarah Terhadap Pemahaman Konsep Candi
Media Pembelajaran
Sejarah
Kesadaran Sejarah
Macromedia Director Kesadaran Sejarah Tinggi
Kesadaran Sejarah Rendah
Power Point
Kesadaran Sejarah Tinggi
Kesadaran Sejarah Rendah
Kesadaran
Mean
26,118
19,941
20,381
15,263
Tidak adanya interaksi anatara media pemeblajaran dan kesadaran
sejarah terhadap pemahaman konsep candi dapat dilihat pada grafik 22.
Gambar 14.
Grafik Profile Plots Tidak Terdapat Interaksi Antara Media
Pembelajaran dan Kesadaran Sejarah Siswa Terhadap
Pemahaman Konsep
Candi.
commit
to user
142
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, berikut ini dikemukakan
pembahasan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan interpretasi data hasil tes
pemahaman konsep candi siswa.
1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media berbasis Macromedia
Director MX dan media Power Point terhadap pemahaman konsep candi
siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Malang
Pada pengujian pertama, diperoleh Fhitung 68,681 hasil ini dibandingkan
dengan Ftabel = 3,11 (α=5%) sehingga Fhitung 68,681> Ftabel = 3,11 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
pembelajaran sejarah dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director
Mx dan media pemebelajaran sejarah berbasis Powerpoint terhadap pemahaman
konsep candi siswa. Hal ini melihat dari hasil Mean pemahaman konsep candi
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX
sebesar 23,029 dan rerata pemahaman konsep candi dengan menggunakan media
berbasis Power Point sebesar 17,822 sehingga pemahaman konsep candi dengan
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX lebih baik dibandingkan
dengan pemahaman konsep candi dengan menggunakan media Power Point.
Pembelajaran berbasis multimedia adalah desain media pembelajaran yang
dirancang khusus untuk memenuhi segala aspek untuk menunjang pemahaman
konsep candi siswa. Media pembelajaran yang digunakan juga diberi petunjuk
untuk mengoperasikan media, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
143
digilib.uns.ac.id
pembelajaran. Petunjuk penggunaan media pembelajaran yang diberikan kepada
siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung ditujukan kepada siswa agar
siswa mengerti dan memahami cara kerja dari media yang ditampilkan. Dengan
cara ini siswa tidak merasa kebingungan dalam mengoperasikan media dan proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Menurut Dale (1963:43) pembelajaran adalah proses komunikasi. Dale
menggolongkan media pembelajaran menurut pengalaman belajar siswa, yaitu
sifat konkrit sampai bersifat abstrak, yang dikenal dengan kerucut pengalaman
(the cone of experience). Selanjutnya Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar
mulai dari “pengalaman langsung yang dituju” dan kemudian meningkat melalui
tingkat-tingkat yang abstrak sampai pada “lambang visual”.
Melalui pembelajaran dengan menggunakan media ini, pengalaman siswa
dihadirkan lebih konkret lagi dari pengalaman langsung tersebut yaitu”
pengalaman tiruan yang diatur” pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda
atau kejadian tiruan yang sebenarnya, termasuk di dalamnya model. Pengalaman
tiruan ini dapat berguna jika pengalaman langsung tidak dapat diberikan kerena
keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengganti media tersebut adalah benda model.
Materi peninggalan kebudayaan pada masa Hindu Budha tidak mungkin didapat
siswa secara langsung, karena peristiwa tersebut sudah lampau. Oleh karena itu
dihadirkan media pembelajaran berbasis multimedia untuk memberikan kesan
yang mendalam, memberi arti yang sebenarnya, serta menambah pengertian dan
menghentikan verbalisme. Penggunaan Media pembelajaran sejarah berbasis
Macromedia Director merupakan sesuatu yang belum pernah diterima siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
144
digilib.uns.ac.id
tentu saja memberikan sebuah pengalaman belajar baru yang lebih menyenangkan
dan mampu menumbuhkan kesadaran sejarah siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran IPS yang berlangsung selama empat kali pertemuan
tersebut. Dari hasil pengamatan, siswa menjadi lebih mudah dalam memahami
konsep-konsep IPS yang diajarkan. Konsep-konsep abstrak IPS yang selama ini
hanya ditampilkan melalui buku-buku teks selama kegiatan pembelajaran, bisa
disajikan secara langsung dan kontekstual melalui media pembelajaran yang
ditayangkan selama kegiatan pembelajaran.
Komponen inti dari media pembelajaran ini adalah materi pembelajaran
yang ditujukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi
Dasar dan Standar Kompetensi yang tercantum dalam Peraturan Mentri Diknas
No.22 tahun 2006. Oleh karena itu diperlukan pencapaian yang baik agar materi
dan konsep yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Pada
media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX pada pokok
bahasan candi Hindu-Budha ini diorganisasikan urutan penyajian yang kronologis
dengan menerapkan historis kronologis, dan kausalitas, serta perilaku masyarakat
terhadap aturan peran materi sejarah. Dalam pembahasan ini adalah menjelaskan
secara historis peninggalan-peninggalan masa Hindu-Budha berupa candi dengan
tujuan menumbuhkan sikap menghargai dan melestarikan karya budaya bangsa,
tanggung jawab pengembangan budaya serta memupuk kebanggaan peserta didik
yang tinggal di Jawa.
Selain penyampaian materi, pemberian balikan juga diperlukan dalam
pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX, sehingga dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
145
digilib.uns.ac.id
diketahui benar atau tidaknya unjuk kerja siswa. Balikan pada media pembelajan
ini diberikan pada setiap akhir dari masing-masing pokok bahasan. Balikan yang
diberikan berupa animasi emosi kartun, apabila jawaban siswa benar semua
ekpresi wajah tersenyum dan apabila jawaban siswa salah maka animasi ekspresi
wajah menangis. Balikan ini dimaksudkan untuk memberikan penguatan kepada
siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Berdasarkan hasil penelitian media pembelajaran sejarah ini mampu
menjadi alternatif sebagai pengenalan awal siswa kelas VII SMP untuk lebih
memahami pokok bahasan candi Hindu-Budha sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna, sehingga siswa akan lebih menghargai peninggalan-peningglan
kebudayaan khususnya pada masa Hindu-Budha. Konsep belajar mandiri yang
diterapkan pada saat pembelajran berlangsung diharapkan dapat meningkatkan
interaksi siswa dan guru sebagai fasilitator. Selain itu dengan belajar secara
mandiri, pengalaman mereka dalam belajar akan berbeda, untuk materi dan
konsep yang belum dipahami, siswa bisa mengulang materi tersebut. Dengan
begitu siswa dapat terlibat secara aktif agar bisa mengejar materi untuk
pencapaian tujuan pembelajaran.
Keunggulan lain yang dimiliki media berbasis Macromedia Director MX
adalah kemudahan dalam pengoperasian media. Media pembelajaran sejarah ini
diproduksi dengan menggunakan Macromedia Director MX, hasilnya adalah
kumpulan file director yang digabungkan dengan menggunakan format projektor
sehingga siswa mudah untuk menjalankan media dengan menggunakan tomboltonmbol navigasi yang diberi link dan tol bar. Siswa bisa mengamati langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
146
digilib.uns.ac.id
berbagai proses yang terjadi mulai dari pembuatan candi, relief yang ada pada
candi yang bisa mereka temukan dalam media berbasis Macromedia Director
membuat siswa menjadi tidak lekas bosan dan bisa mengulang kembali ketika
mereka memerlukan pendalaman materi pada pokok bahasan tertentu secara lebih
mudah. Beberapa siswa yang ditanya guru mengaku lebih memahami dan
mengerti konsep- konsep candi.
Multimedia ini memiliki menu-menu yang konsisten pada setiap halaman
yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk mudah
berganti dari satu halaman ke halaman berikutnya sesuai dengan keinginan siswa.
Siswa dapat belajar dengan cepat dengan mempelajari materi sampai akhir untuk
mengulang lagi pada bagian yeng belum mereka pahami.
Media pembelajaran sudah dikemas dalam bentuk CD (Compact Disk)
secara praktis dapat dibuka dan dipelajari kapanpun sesuai dengan kebutuhan
siswa. Sehingga tidak harus silakukan pada saat jam tatap muka yang telah
dijadwalkan. Pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director MX ini
diharapkan sesuai dengan prisip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
menempatkan guru sebagai fasilitator bukan sember utama dalam proses
pembelajaran. Praktek yang terjadi di lapangan, kesiapan guru tentang fasilitas
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran telah dipersiapkan dengan
baik, sehingga alokasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
dapat terpenuhi, jika guru di sekolah tidak memiliki kemampuan dalam
mengoperasikan media pemeblajaran, maka hal yang akan terjadi proses
pembelajaran akan terhambat untuk menyelesaikan materi yang dipelajari dan
commit to user
147
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alokasi waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Pada kelas eksperimen Guru
sudah mampu mengoperasikan media pembelajaran berbasis Macromedia
Director MX dengan baik, mengarahkan dan memberi penjelasan lebih rinci pada
siswa untuk materi-materi yang belum disajikan dalam media dan belum dipahami
siswa.
Penggunaan multimedia dengan program Macromedia Director MX
mudah dibuat dan dioperasikan, hal ini telah mampu memberikan inspirasi bagi
guru sejarah untuk menghasilkan sendiri media pembelajaran yang lebih interaktif
dan menarik. Hal ini sesuai dengan prinsip Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
dan dapat memberikan nilai lebih bagi prestasi guru. Berbagai keunggulan
tersebut diharapkan dapat membawa pada siswa pada pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep candi
siswa kelas VII di SMP Negeri Malang.
Selain berbagai keunggulan tersebut di atas media pembelajaran ini juga
masih banyak memiliki kekurangan diantaranya kurangnya animasi pada
Macromedia Director, maka diperlukan dukungan dari Macromedia Flash, dan
Adop Audition untuk pengaturan musik dan narasi. Selain itu, media pembelajaran
yang telah direvisi banyak ditambahkan video, hal ini menyebabkan media
pembelaran menjadi lambat apabila dijalankan pada komputer pentium 3. Untuk
menghindari hambatan pada saat media dijalankan, guru terlebih dahulu
menyimpan data di komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media
pembelajaran ini hanya bisa digunakan dalam proses pembelajaran apabila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
148
digilib.uns.ac.id
sekolah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung. Minimal sekolah
memiliki komputer dan LCD apabila media digunakan oleh guru.
Media pembelajaran berbasis multimedia juga diberi petunjuk untuk
mengoperasikan media, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar proses
pembelajaran. Petunjuk penggunaan media pembelajaran yang diberikan kepada
siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung ditujukan kepada siswa agar
siswa mengerti dan memahami cara kerja dari media yang ditampilkan. Sehingga
siswa tidak merasa kebingungan dalam mengoperasikan media dan proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Media pembelajaran yang dikembangkan dan diproduksi dengan
menggunakan program Macromedia Director MX dikemas dalam bentuk CD
(Compact Disk) ditujukan untuk pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Media pembelajaran yang
digunakan memiliki spesifikasi yang tidak dimiliki oleh media pembelajaran yang
biasa digunakan dalam pembelajaran pada pokok bahasan candi Hindu Budha.
Media pembelajaran ini terdiri dari (1) Bahan penarik perhatian, (2) Tujuan
pembelajaran, (3) Petunjuk penggunaan media, (4) Materi pembelajaran, (5)
Balikan, (6) Evaluasi.
Bahan penarik perhatian yang menjadi komponen dalam media
pembelajaran ini berupa gambar-gambar candi yang berwarna, pemilihan musik
jawa menarik perhatian siswa agar meningkatkan motivasi belajar siswa selama
proses pembelajaran. Penggunaan gending jawa diharapkan dapat membawa
siswa berada pada lokasi candi yang sebenarnya. Selain itu, bahan penarik
commit to user
149
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perhatian juga terdiri dari narasi, dan animasi serta pemilihan teks yang berwarna
pada istilah-istilah yang dianggap penting. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Gagne dan Briggs pertanyaan lisan dapat menarik perhatian,
gambar gerak pada layar monitor dapat menunjukkan peristiwa yang aneh
sehingga dapat menarik perhatian siswa.
Macromedia Director MX memiliki performance yang baik meskipun
dijalankan di komputer pentium I, karena Macromedia Director MX memiliki
pengaturan memori dan data yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang
banyak dan besar (Hendratman, 2005: 3). Media pembelajaran yang dikemas
dalam CD ini kaya akan gambar-gambar yang mampu memberikan gambaran
kepada siswa tentang candi dan ornamentasi yang terdapat di dalamnya.
Penggunaan dari media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia
Director pada prakteknya mengalami berbagai kendala. Dari faktor guru terdapat
beberapa kendala yang menyebabkan tidak maksimalnya pemanfaatan media
berbasis Macromedia Director dalam proses pembelajaran IPS di kelas yakni
keterampilan
dalam
merancang
dan
menggunakannya
selama
proses
pembelajaran. Selain itu, dari hasil pengamatan di lapangan terlihat bahwa materimateri yang disajikan secara umum sudah memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Meskipun demikian, siswa menginginkan alur cerita pada
media yang lebih interaktif dan memuat contoh-contoh kegiatan riil yang ada
saat ini yang lebih banyak terkait dengan materi yang dibahas. Hal ini berkaitan
dengan harapan siswa agar mereka bisa memiliki wawasan dan pengetahuan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
150
digilib.uns.ac.id
lebih banyak sehingga pemahaman mereka atas konsep-konsep terkait bisa
menjadi lebih komprehensif.
Sedangkan media yang lainnya didesain dengan menggunakan Microsoft
Power Point memiliki karakteristik diantaranya: (1) Memasukkan teks, gambar
dan suara, dan (2) Membuat tampilan menarik. Tampilan yang menarik akan
meningkatkan minat dan motivasi pembelajar pada pogram komputer Microsoft
Power Point dengan memberi background untuk memperindah tampilan. Menurut
Hujair AH Sanaky (2009: 132- 133) Ada beberapa jenis background yang
ditawarkan yaitu: (1) Dengan memberi warna, (2) Dengan memberi tekstur, dan
(3) Memasang gambar dari file sendiri. Dengan menggunakan media
pembelajaran sejarah berbasis Power Point siswa hanya siswa hanya bisa
meperhatikan dari tempat duduknya tanpa bisa berinteraksi maupun belajar secara
mandiri mengenai materi candi hindu Budha sehingga interaksi dengan media
juga kurang.
Media berbasis Power Point sudah sering di manfaatkan oleh guru di SMP
N 9 Malang. Masing-masing kelas di sekolah tersebut telah memiliki fasilitas
LCD dan Sound System yang lengkap, sehingga guru dan siswa sudah terbiasa
memanfaatkan media pembelajaran sejarah berbasis Power Point. Hal ini
kemungkinan menjadi salah penyebab pemahaman konsep candi siswa lebih
rendah dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang diberi
perlakuan dengan media berbasis Macromedia Director Mx.
Penggunaan media pembelajaran berbasis Macromedia Director Mx lebih
efektif dalam pembelajaran sejarah dibandingkan dengan media berbasis Power
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
151
digilib.uns.ac.id
Point karena dalam pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director Mx
siswa dapat mengoptimalkan seluruh panca indra yang dimiliki. Dalam media
pembelajaran berbasis Macromedia Director Mx terdapat narasi cerita, gambar,
video, musik jawa, animasi, pemilihan warna yang tepat dan adanya balikan yang
membuat media pembelajaran menjadi interaktif. Hal tersebut yang membuat
media pembelajaran berbasis Macromedia Director berbeda jika dibandingkan
dengan media Power Point yang hanya berisi teks dan gambar.
2. Terdapat perbedaan pengaruh siswa yang memiliki kesadaran sejarah
tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah terhadap
pemahaman konsep candi kelas VII SMP Negeri di Kota Malang
Pada pengujian hipotesis ke dua diperoleh Fhitung sebesar 80,772
dibandingkan dengan Ftabel 3,11 (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan anatara siswa yang memiliki
kesadaran sejarah tinggi dan siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah
terhadap pemahaman konsep candi. Melihat nilai rata-rata siswa yang memiliki
kesadaran sejarah tinggi sebesar 23,249 dan nilai rata siswa yang memiliki
kesadaran sejarah rendah adalah 17,602 maka dapat disimpulkan siswa dengan
kesadaran sejarah tinggi memiliki kemampuan pemahaman konsep candi lebih
baik dibandingkan pemahaman konsep candi siswa yang memiliki kesadaran
sejarah randah.
Menurut Jan Barker yang dikutip Moedjanto (1989:14) kesadaran
sejarah adalah keinsyafan bahwa seseorang menerima nenek moyangnya hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
152
digilib.uns.ac.id
kerja mereka sebagai warisan yang harus diipelihara dan disempurnakan, agar
pada gilirannya hasil karya itu diteruskan kepada angkatan berikutnya.
Berdasarkan pengertiann ini, jelas bahwa kesadaran sejarah ada dalam diri
seseorang apabila dia menginsyafi, bahwa apa yang telah dimilikinya sekarang
merupakan warisan nenek moyangnya dari masa lampau sebagai bentuk budaya,
sehingga mereka berusaha memelihara harta warisan budaya itu dan
menyempurnakannya. Dengan kesadaran sejarah tinggi yang dimiliki oleh siswa
terbukti mampu mempengaruhi tingkat pemahaman konsep candi siswa menjadi
tinggi, begitu pula sebaliknya dengan kesadaran sejarah yang rendah maka
pemahamn konsep candi siswa juga lebih rendah.
Lebih lanjut, Moedjanto (1989:14) mengungkapkan bahwa indikatorindikator kesadaran sejarah adalah (1) Keberanian berpijak pada fakta dan realias;
(2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan change
(perubahan); (3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus; (4)
Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5) Berkarya lebih
baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik kepada angkatan
berikutnya. Dengan berbagai indikator tersebut, terbukti mampu menggali
kesadaran sejarah siswa dalam memahami konsep candi.
Seorang guru harus bisa membangkitkan kesadaran siswa pada saat
menyampaikan materi. Siswa akan memiliki kesadaran sejarah tinggi untuk
menyadari bahwa hasil kebudayaan berupa candi memberikan gambaran tentang
nilai-nilai filosofi yang tinggi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa tergugah untuk menghasilkan karya yang lebih baik dimasa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
153
digilib.uns.ac.id
akan datang dengan tetap berpijak pada amsa lampau. Kesadaran sejarah yang
dimiliki siswa harus dimulai dari pemahaman tentang fakta-fakta, selanjutnya
mengetahui fakta-fakta sejarah juga belum tentu menjamin kesadaran sejarah
siswa, sehingga guru harus menumbuhkan kesadaran sejarah yang mencakup
cipta, rasa, dan karsa dalam hati nurani. Untuk mencapai pemahaman konsep
candi yang tinggi dan maksimal diperlukan adanya kesadaran sejarah yang tinggi.
Oleh karena itu, bagi siswa yang pemahaman konsep candinya rendah perlu
dibangkitkan kesadaran sejarah yang tinggi dalam dirinya dalam mempelajari
mata pelajaran sejarah.
Siswa yang masuk dalam kategegori memiliki kesadaran sejarah tinggi
adalah siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 22,94 sedangkan
siswa yang meliki kesadaran sejarah rendah adalah siswa yang memiliki nilai
lebih dari atau sama dengan 17,47. Melalui pemahaman konsep candi merupakan
upaya untuk memberi pengetahuan dan mengambil nilai-nilai tentang peristiwaperistiwa masa lalu dan peninggalan kebudayaan yang dihasilkan. Kesadaran
sejarah menyadarkan diri siswa sehingga siswa yang memiliki kesadaran sejarah
tinggi akan memiliki pemahaman konsep yang tinggi pula. Pengetahuan tentang
candi sebagai warisan budaya bangsa dapat dijadikan sebagai bahan untuk
mencapai nilai positif siswa dan menyadarkan siswa untuk menjaga dan
melestarikan budaya bangsa.
Kesadaran sejarah yang dimiliki oleh siswa dapat di mulai dengan
pengetahuan mengenai fakta-fakta sejarah, selanjutnya dihayati dan adanya
keinsyafan dalam cipta, rasa, dan karsa dalam diri. Pemahaman konsep candi
commit to user
154
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anatara siswa kesadaran sejarah tinggi dan rendah yang dimiliki oleh siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang diungkapakan oleh Sartono (1985:4)
bahwa kesadaran sejarah siswa akan semakin meningkat dengan memiliki
pengetahuan sejarah. Pengetahuan ini mengenai pemahaman konsep candi.
Kesadaran sejarah siswa dapat tumbuh dan berkembang jika guru
memahami dan menguasai teori dan konsep belajar tetapi juga teori dan konsep
materi candi hindu Budha dengan baik. Guru harus mampu merekontruksi
suasana pembelajaran yang kondusif, sementara siswa harus diberi peluang untuk
mengembangkan logika, penafsian, agar mampu memunculkan pertanyaanpertanyaan yang benar dan kreatif, dengan berorientasi pada siswa sehingga
pemahaman konsep candi siswa dapat ditingkatkan.
3. Pengaruh
interaksi
penggunaan
multimedia
interaktif
berbasis
Macromedia Director MX dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman
konsep candi.
Pada pengujian hipotesis ke tiga diperoleh Fhitung sebesar 0,710
dibandingkan dengan Ftabel 3,11 (α = 5%) maka Fhitung 0, 710 < Ftabel 3,1 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi penggunaan multimedia
interaktif berbasis Macromedia Director MX
dan kesadaran sejarah terhadap
pemahaman konsep candi.
Pembelajaran konsep adalah pembelajaran yang sangat vital dalam IPS
Sejarah. Seperti yang dikemukakan oleh Hariyono (1995: 201) bahwa dengan
belajar konsep siswa diajak untuk berpikir logis dan bermakna. Dari penjelasan di
commit to user
155
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atas
maka
pemahaman
konsep
adalah
kemampuan
menerangkan
atau
menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan konsep-konsep dan keterkaitan
antar konsep-konsep (Wartono, 1992: 21). Sedangkan pemahaman konsep candi
berarti kemampuan siswa untuk menerangkan, menjelaskan, mengenali, dan
menginterpretasikan konsep-konsep mengenai pengertian candi, bangunan candi,
fungsi candi, arsitektur candi, pantheon candi, serta langgam candi.
Pemahaman konsep candi ini dicapai dengan penerapan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director dibandingkan dengan media
pembelajaran Power Point serta kesadaran sejarah sama-sama memiliki pengaruh
terhadap pencapaian pemahaman konsep candi siswa. Pemahaman konsep candi
siswa yang belajar sengan menggunakan media pembelajaran berbasis
Macromedia Director dengan kesadaran sejarah tinggi memiliki Mean 26,118,
sedangkan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan menggunakan
media pemebelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran sejarah tinggi
memiliki nilai Mean 20,381.
Nilai pemahaman konsep candi siswa dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director dengan kesadaran sejarah rendah
memiliki nilai Mean 19,941. Sedangkan pemahaman konsep candi siswa dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis Power Point dengan kesadaran
sejarah rendah memiliki nilai Mean 15,263.
Berdasarkan nilai pemahaman konsep candi tersebut, maka disimpulkan
Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis Macromedia Director lebih
baik dibandingkan dengan pemahaman konsep candi siswa yang belajar dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
156
digilib.uns.ac.id
menggunakan media berbasis Power Point pada siswa yang memilki kesadaran
sejarah tinggi maupun pada siswa yang memiliki kesadaran sejarah rendah.
Siswa yang memiliki kesadaran sejarah tinggi akan memperoleh
pemahaman konsep candi yang tinggi dan siswa yang memiliki tingkat kesadaran
sejarah rendah akan memiliki pemahaman konsep candi yang rendah pula, hal ini
dikarenakan tingkat pemahaman konsep candi dipengaruhi oleh tingkat kesadaran
sejarah siswa yang dihasilkan dari penggunaan media pembelajaran berbasis
Macromedia Director. Melalui media ini siswa dapat mengoptimalkan
keseluruhan panca indra karena dalam media pembelajaran Macromedia Director
memiliki narasi suara, animasi, balikan yang interaktif, dan variasi warna yang
membuat media pembelajaran berbasis Macromedia Director lebih efektif dari
pada media pembelajaran berbasis Power Point. Penggunaan media pembelajaran
sejarah berbasis Macromedia Director dapat menggugah kesadaran sejarah siswa.
Guru dapat melakukan komparasi menggunakan jembatan penghubung
masa lalu dengan masa kini dengan penguasaan teori dan konsep sejarah maupun
ilmu sosial lainnya dengan pendekatan interdisipliner (Supriatna, 2007:117).
Artinya guru menciptakan pembelajaran sejarah yang kreatif dan sejalan dengan
era globalisasi yang ditandai dengan mudahnya mengakses informasi.
Tidak adanya pengaruh interaksi antara media pembelajaran dan
keadaran sejarah terhadap konsep candi siswa, disebabkan ada berbagai hal yang
menyebabkan kesadaran sejarah siswa dapat tumbuh, kesadaran sejarah
merupakan suatu yang kontinyu (continue) tentang kompleksitas perubahanperubahan (kontonuitas dan kemungkinan dikontinuitas) yang ditimbulkan oleh
commit to user
157
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
interaksi dialektis masyarakat yang ingin melepaskan diri dari genggaman realitas
yang ada (Suparlan, 2007:893). Artinya kesadaran sejarah merupakan suatu
proses yang berkesinambungan tidak bisa langsung dilihat saat pembelajaran
berlangsung, melainkan harus melihat kesadaran sejarah siswa dalam kehidupan
sehari-hari setelah proses pembelajaran dengan media pembelajaran sejarah
berbasis Macromedia Director berlangsung.
Media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director hanya bisa
mencapai kesadaran sejarah kognitif. Kesadaran sejarah yang dimiliki oleh siswa
diawali dengan adanya pemahaman terhadap peninggalan-peninggalan sejarah
tertulis serta sesuatu yang dialami dan dipelajari dari peristiwa sejarah.
Kemampuan siswa menurutkan fakta sejarah sebagai rangkaian kisah dari masa
lampau yang memiliki hubungan dengan masa kini sudah mampu dicapai oleh
siswa melalui media pemebelajaran berbasis Macromedia Director akan tetapi
domain Psikomotor belum mampu dicapai pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dikarenakan pelaksanaan tes yang dilakukan dengan tes
pilihan ganda (multiple choice) menyebabkan pelajaran pada materi candi
menajadi hafalan fakta dan belum bisa mencapai domain psikomotor dan
pembelajaran yang berorientasi pada nilai. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan kesadaran sejarah terhadap
pemahaman konsep candi siswa.
commit to user
158
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti berusaha mendapatkan hasil yang optimal dengan meminimalisir
kesalahan-kesalahan dalam penelitian. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ada
beberapa keterbatasan-keterbatasan yang sulit untuk dihindarkan dalam proses
penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan Macromedia Director memerlukan
tingkat kreatifitas dari guru untuk menggunakannya, sehingga harus
memantau guru dan terlebih dahulu diadakan treaning. Dengan mengadakan
treaning untuk guru maka waktu yang diperlukan untuk penelitian relatif
lebih lama.
2. Variabel mengenai pemahaman konsep candi sebenarnya tidak hanya
dipengaruhi oleh tingkat kesadaran sejarah siswa melainkan ada hal lain yang
juga berpengaruh terhadap pemahaman konsep candi yang belum masuk
dalam penelitian eksperimen ini. Variabel yang dapat mepengaruhi, misalnya:
kesiapan siswa dalam belajar, lingkungan belajar, peguasaan materi guru,
motivasi, emosi, kecemasan, perasaan, minat, maupun tingkat konsentrasi
siswa dalam menerima pelajaran. Faktor-faktor inilah yang terkadang
menyebabkan terjadinya kekaburan pengaruh atau perbedaan pemahaman
konsep candi diluar perlakuan-perlakuan yang dieksperimenkan. Peneliti
berusaha seoptimal mungkin dalam melakukan eksperimen, terutama dalam
memantau dan meneliti perlakuan atau kondisi-kondisi ekperimnental untuk
mendapatkan pengaruh yang benar-benar bersih dari faktor yang dipantau
commit to user
159
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu pemahaman konsep candi yang didasarkan pada media pembelajaran
dan tingkat kesadaran sejarah siswa.
3. Pembelajaran dengan menggunkan media pembelajaran yang bervariasi
membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak dalam pelaksanaannya.
Tidak semua sekolahan mempunyai media pembelajaran yang lengkap serta
biaya untuk pengadaan media pembelajaran baik itu media pembelajaran
sejarah berbasis Macromedia Director Mx maupun media pembelajaran
berbasis Power Point.
4. Perolehan data yang dilakukan untuk mengukur kesadaran sejarah siswa
memalui kuestioner memiliki keterbatasan-keterbatasan, salah satunya tidak
bisa mendeteksi secara mendalam diri responden. Oleh karena itu, angket
yang dihasilkan belum bisa mengukur sebenar-benarnya kesadaran sejarah
yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Upaya yang dilakukan dengan
memberi penjelasan kepada siswa untuk menjawab angket dengan sejujurjujurnya sesuai dengan hati nurani masing-masing dan tidak akan
mempengaruhi
nilai
tes
pemahaman
konsep
candi,
namun
dalam
kenyataannya hasil pengisian angket tidak dapat dideteksi apakah dijawab
dengan sejujur-jujurnya atau tidak oleh siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
pembelajaran berbasis Macromedia Director dan media pembelajaran berbasis
Power Point terhadap pemahaman konsep candi pada materi pokok candi
Hindu-Buddha siswa kelas VII SMP Negeri.
2. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki
tingkat kesadaran sejarah tinggi dan tingkat kesadaran sejarah rendah terhadap
pemahaman konsep candi pada materi pokok candi Hindu-Buddha siswa kelas
VII SMP Negeri Malang .
3. Tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan media
interaktif dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi pada
materi candi Hindu-Buddha siswa kelas VII SMP Negeri Malang.
B. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep candi siswa berbeda
apabila diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran sejarah
berbasis multimedia dan media pembelajaran berbasis Power Point dengan
commit to user
menggunakan LCD. Pemahaman konsep candi siswa lebih tinggi dengan
160
perpustakaan.uns.ac.id
161
digilib.uns.ac.id
menggunakan media berbasis Macromedia Director MX dibandingkan dengan
meggunakan media Power Point.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa dengan penggunaan media
pembelajaran yang tepat, menarik, dan bervariasi, serta kesadaran sejarah siswa
yang tinggi akan membawa dampak yang positif dalam pencapaian pemahaman
konsep candi siswa. Oleh karena itu, pemilihan media pembelajaran yang tepat
sangat penting untuk diterapkan dengan menyesuaikan materi yang akan
dipelajari. Melalui pemiliham media pembelajaran yang tepat akan meningkatkan
kesadaran sejarah siswa sehingga siswa mudah menerima materi yang
disampaikan guru dan pemahaman konsep candi siswa juga dapat ditingkatkan.
Penggunaan media pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh
guru dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Penggunaan media pembelajaran sejarah berbasis Macromedia Director
memungkinkan siswa lebih tertarik dalam belajar. Dalam pembelajaran sejarah
dengan menggunakan media pemebelajaran sejarah berbasis Macromedia
Director pengalaman siswa dihadirkan lebih nyata lagi melalui gambar, narasi,
dan animasi. Bahan penarik perhatian yang menjadi komponen dalam media
pembelajaran berupa gambar-gambar candi yang berwarna, pemilihan musik jawa
menarik perhatian siswa telah meningkatkan antusias dan motivasi siswa selama
proses pembelajaran. Penggunaan gending jawa dapat membawa siswa berada
pada lokasi candi yang sebenarnya. Selain itu, juga lebih terbantu dengan adanya
bahan penarik perhatian juga terdiri dari narasi, dan animasi serta pemilihan teks
yang berwarna pada istilah-istilah yang dianggap penting. Adanya interaksi antara
commit to user
162
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media pembelajaran Macromedia Director dan siswa menjadikan siswa lebih aktif
dan kritis dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pemahaman konsep lebih
mudah dipahami dari pada siswa belajar dengan media berbasis Power Point.
Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
Macromedia Director terbukti dapat memberikan keuntungan yaitu meingkatkan
pemahaman konsep candi siswa. Dengan penggunaan media pembelajaran yang
teat guru dapat (1) memberi pengarahan kepada siswa untuk lebih memaknai
materi candi Hindu-Budha yang dipelajari, (2) Menarik keinginan siswa agar
memiliki kesadaran sejarah dengan menggunakan media pembelajaran
yang
sesuai materi yang dengan cara menghubungkan peristiwa sehari-hari dan (3)
Memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif sehingga
mampu berpikir secara ilmiah dan dapat menemukan konsep-konsep candi,
sehingga siswa bukan hanya belajar konsep candi melainkan mampu
mengambil pelajaran dari masa lalu dan melestarikan peninggalan-peninggalan
sejarah yang masih ada.
Guru harus lebih siap melakukan pembelajaran dengan menguasai media
yang akan diterapkan dalam pembelajaran ssingga media yang diharapkan akan
membantu dalam proses memahami konsep tidak menjadi penghambat dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu dengan belajar secara mandiri,
pengalaman mereka dalam belajar akan berbeda, untuk materi dan konsep yang
belum dipahami, siswa bisa mengulang materi tersebut. Dengan begitu siswa
dapat terlibat secara aktif agar bisa mengejar materi untuk pencapaian tujuan
pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
163
digilib.uns.ac.id
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep candi yang
memiliki kesadaran sejarah tinggi lebih baik dari pada pemahamn konsep candi
siswa yang memiliki tingkat kesadaran sejarah rendah. Hal ini dikarenakan siswa
yang memiliki kesadaran sejarah tinggi memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengenai konsep candi yang dilihat dari: (1) Keberanian berpijak pada fakta dan
realias; (2) Keinsyafan adanya continuity (kelangsungan atau kesinambungan) dan
change (perubahan);
(3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus
menerus; (4) Berpikir ke masa depan dengan berpijak pada masa lalu; dan (5)
Berkarya lebih baik dari hari kemarin agar dapat mewariskan hasil lebih baik
kepada angkatan berikutnya. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kesadaran
rendah kurang memiliki indikator-indikator tersebut, sehingga dalam proses
pembelajaran guru perlu mengetahui tingkat kesadaran sejarah siswa.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi penggunaan media
pembelajaran dan kesadaran sejarah terhadap pemahaman konsep candi siswa,
guru dapat menerapkan media pemebelajaran yang dapat meningkatkan kesadaran
sejarah siswa, yaitu media pembelajaran yang dapat menumbuhkan tingkat
kesadaran sejarah siswa. Mengingat kesadaran sejarah merupakan suatu proses
yang berkesinambungan tidak bisa langsung dilihat saat pembelajaran
berlangsung, melainkan harus melihat kesadaran sejarah siswa dalam kehidupan
sehari-hari setelah proses pembelajaran dengan media pembelajaran sejarah
berbasis Macromedia
Director berlangsung, maka guru harus
mampu
menumbuhkan kesadaran sejarah yang ada pada siswa diantaranya: (1) Guru dapat
mengubah cara berfikir siswa agar lebih kritis dalam memaknai fakta-fakta
commit to user
164
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejarah; (2) Memberikan tes pemahaman konsep dengan bentuk pilihan ganda
(Multiple Choise) dan bentuk tes uraian untuk lebih meningkatkan kesadaran
sejarah siswa; (3) Memberikan sumber belajar yang variatif bukan hanya dari
buku teks; (4) Menggali kesadaran sejarah siswa yang berfariasi dengan lebih
memperhatikan siswa yang memiliki tingkat kesadaran sejarah rendah.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Sekolah
Pihak sekolah disarankan memberikan agenda tersetruktur dan rancangan
kepada guru untuk membuat media pembelajaran yang bervariatif. Sekolah juga
harus fasilitas kepada guru dan siswa untuk menunjang penerapan media
pembelajaran berbasis Multimedia yang dapat meningkatkan pemahaman konsep
candi siswa. Selain itu melalui MGMP sekolah dapat mangadakan lokakarya dan
treaning dengan mengundang para pakar pendidikan sejarah dan ahli media
pembelajaran untuk menambah wawasan guru tentang penerapan media
pembelajaran sejarah berbasis multimedia.
2. Guru
Guru
Sejarah
perlu
menerapkan
pembelajaran
sejarah
dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis Macromedia Director dalam
menyampaikan materi
pelajaran Sejarah. Terbukti media ini efektif
commit to user
untuk
165
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan kompetensi siswa, guru mata pelajaran sejarah perlu mendapatkan
pelatihan-pelatihan dan treaning dalam menggunakan maupun membuat media
pembelajaran sendiri pada materi yang lainnya, penambahan informasi materi dan
animasi agar media lebih interaktif dan menarik untuk digunakan dalam proses
pembelajaran.
Guru Sejarah di SMP perlu diberikan pelatihan- pelatihan dalam
merancang pembelajaran, mempersiapkan bahan ajar dengan analisis materi
pelajaran yang tepat, menyiapkan materi dalaam bentuk Macromedia Director
dan memadukan media pemebelajaran dengan metode pembelajaran inovatif agar
pemahaman konsep siswa dapat ditingkatkan. Guru sejarah hendakanya juga
dapat membuat media pembelajaran berbasis Macromedia Director MX, sehingga
dalam pembelajaran di kelas siswa tidak merasa jenuh saat menerima materi
pembelajaran sejarah. Hal ini memungkinkan adanya interaksi siswa dengan guru
dan materi pembelajaran pada akhirnya menumbuhkan kesadaran sejarah siswa.
Tumbuhnya kesadaran sejarah siswa yang tinggi akan meningkatkan pemahaman
konsep candi siswa.
Guru diharapkan
untuk
senantiasa
kesadaran sejarah. Yang dapat dilakukan
memotivasi
siswa dalam menemukan
mempertimbangkan
tingkat
dengan cara: merangsang
dan mendapatkan
informasi
dan
baru
melalui media pemebelajaran dan mendatangi langsung candi-candi yang letaknya
tidak jauh dari sekolah misalnya candi Kidal, Candi Singosari, dan candi Badut.
Cara lainnya dengan memberikan tugas akademis yang lebih menarik sesuai
commit to user
166
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan materi pelajaran dengan menggunakan media dan metode yang menarik
bagi siswa.
3. Siswa
Siswa disarankan agar dapat memanfaatkan media pembelajaran sejarah
berbasis Macromedia Director dan memanfaatkan teknologi informasi internet
untuk mencari materi yang belum didapatkan dari media pembelajaran, sehingga
lebih meningkatkan pemahaman konsep candi. Dengan dasar yang dimiliki siswa
setelah belajar dengan menggunakan media pembelajaran sejarah berbasis
Macromedia Director pada saat siswa berkaryawisata ke candi mampu
membedakan tempat yang disakralkan dan tempat yang profan, sehingga siswa
dapat ikut lebih melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah berupa candi dan
menjaga serta melestarikannya.
4. Peneliti Lain
Bagi para peneliti lainnya disarankan untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai pemahaman konsep candi dan media pembelajaran sejarah
berbasis Macromedia Director dengan memadukan media dan metode
pembelajaran yang inovatif dengan jangka waktu yang lebih lama sehingga
diharapkan akan dapat mencapai hasil yang lebih maksimal untuk meningkatkan
kualiatas dan kuantitas pembelajaran sejarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
AJ Purwanto. 1992. “Refleksi Atas Pembangunan Berdasarkan Kesadaran
Sejarah”. Historika No.2. Surakarta: PPs KPK UNS.
Anom, IGN. 1992. Candi Sewu Sejarah dan Pemugarannya. Jawa Tengah : SPSP
Jawa Tengah.
Anom, IGN. 1993. Candi Sewu ; Pemugaran Candi Perwara Deret I no. 20,
Candi Apit no. 1, Candi Apit no. 8, Arca Dwarapala. Jawa Tengah : SPSP
Jawa Tengah.
Anom, IGN. 1997. Keterpaduan Aspek Teknis dan Aspek Keagamaan Dalam
Pendirian Candi Periode Jawa Tengah Studi Kasus Candi Utama Sewu",
Disertasi, Yogyakarta : UGM.
Arief Sadiman. 1996. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arief S Sadiman, Rahardjo Dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Ashar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Avatar Budip. 2011. Pembuatan Media Pembelajaran dengan Multimedia
(Powerpoint)
(http://www.psb-psma.org/content/blog/3450-pembuatanmedia-pembelajaran-dengan-multimedia-powerpoint) diakses tanggal 16
Mei 2011.
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Dale, E. 1996. Audio Visual Method in Teaching. New York: and Wiston.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Kurikulum SMA Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Matapelajaran Sejarah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Djoko Suryo. 1989. “ Kesadaran Sejarah Sebuah Tinjauan”. Historika No.2.
Surakarta: PPs KPK UNS.
Fontein, Jan, et.al. ., 1971. Kesenian Indonesia Purba. New York : Franklin
Book Programs, Inc.
Gagne, R.M. 1983. The Conditionof Learning (3rd Ed). Hall Rinerhart and Wiston
commit to user
Inc.
167
perpustakaan.uns.ac.id
168
digilib.uns.ac.id
Gerlach, Vernon S. and Donald P Ely. 1971. Teaching of Media: A Sytematic
Apapproach. Prentice-Hall, Englewood Cliffs. N.J.
Handari Nawawi dan Mimi Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya.
Hariani Santiko. 1996. Seni Bangunan Sakral Masa Hindu-Buddha di Indonesia
(Abad VIII - XV Masehi) : Analisis Arsitektur dan Makna Simbolis JAI,
Jakarta : ____ .
Heinich. R. Dkk. 1996. Instructional Media and Technology for learning. New
Jersey: Prentice Hall, Inc.
H. Hendratman. 2005. The Magic of Multimedia Director. Bandung: Informatika
Bandung.
Hujair Sanaky. 2009 Media Pembelajaran, Yogjakarta: Safaria Insania Press.
I Gede Widya. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode-metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
I Nyoman Dangeng. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variable. Jakarta:
Depdikbud. Dirjen Dikti: P2LPTK.
I Wayan Legawa. 1991. Penelitian Pendidikan Sejarah FPIPS. Malang:
Depdikbud Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi
dan Perawatan Fasilitas.
John D Latuheru. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK DEPDIKBUD.
Kempers, Bernet A.J. 1954. Tjandi Kalasan dan Sari. Jakarta : Dinas Purbakala
Republik Indonesia, Penerbitan dan Balai Buku Indonesia.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo.
Kusen et.al., 1993, “Seni Majapahit”The Art of Majapahit , article in 700
Tahun Majapahit. Suatu Bunga Rampai 700 Years of Majapahit. An
Anthology. Surabaya: Dinas Pariwisata, pp. 235 ‐ 268
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
commit to user
169
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lee Kwuang-wu. 2000. “English Teachers’ Barriers to the Use of Computerassisted Language Learning”. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12,
December 2000. http:/www.aitech.ac.jp/~iteslj/ diakses tanggal 16 Mei
2011.
Parmono Atmadi. 1979. Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi : Suatu
Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan Pada Relief Candi Borobudur,
Pelita Borobudur. Seri C. No. 2.
Premack, D. G. & Woodruff, G. 1978. Does the chimpanzee have a theory of
mind? Behavioral and Brain Sciences.
Moedjanto. 1989. “Kesadaran Sejarah Sebuah Tinjauan”. Historika No. 2.
Surakarta: PPs KPK UNS.
Morgan Kaufmann, 1989. Incremental, instance-based learning of independent
and graded concept descriptions. In Proc. ICML-89, pp. 387-391
Nasution, S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Bina Aksara.
Nunuk Suryani. 2011. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia
VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah
(Studi
Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri
Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Surakarta: Program Studi
Teknologi Pendidikan PPS UNS.
Nurul Zuhriah. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Riboet Darmosoetopo. 1997. Hubungan Tanah Sima Dengan Bangunan
Keagamaan di Jawa Pada Abad IV - X T.U. Disertasi. Yogyakarta :
Fakultas Sastra UGM.
Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran Hakikat,
Pengambangan, Pemanfaatandan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
170
digilib.uns.ac.id
Romi Satrio Wihono. 2012. 7 Langkah Mudah Membuat Multimedia
Pembelajaran. (http://basistik.blogspot.com/2012/01: 1 diunduh tanggal 6
Januari 2012
Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial. Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: PT Gramedia.
Sihkabuden, dkk. 1992. Evaluasi Media Instrucsional. Malang: IKIP MALANG.
Suhardi, A. 2005. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Sistem
Multimedia untuk Materi Kimia Lingkungan Bagi Siswa SMA”. Tesis Tidak
Diterbitkan. Malang: Pascasarjana UM.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Jakarta : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suyanto, M. 2004. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Mutu
Bersaing. Yogyakarta: ANDI.
Suyatno Kartodirdjo. 1991. Relevansi Hari Pahlawan dalam Menghadapi
Masalah-masalah Masa Kini”. Historika No. 5. Surakarta: PPs UNS.
________________. 2003. “ Perubahan Kurikulum dan Revitalisasi Pembinaan
wawasan Kebangsaan”. Historika No.1, Surakarta: PPs UNS
Soekmono. 1974. Candi, Fungsi, dan Pengertiannya, Disertasi, Jakarta :
Universitas Indonesia.
Soekmono. 1979. "The Archaeology of Central Java Before 800 A.D.", dalam
R.B. Smith dan W. Watson (ed.), Essays in Archaeology, History and
Historical Geography. New York-Kuala Lumpur : Oxford University Press.
Soekmono. 1986. "Local Genius dan Perkembangan Bangunan Sakral di
Indonesia", dalam Ayatrohaedi (ed.), Kepribadian Budaya Bangsa (Local
Genius). Jakarta : Pustaka Jaya.
Sowarso.2000. Cara-Cara Penyampaian Pendidikan Sejarah untuk
Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya.
Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No.
3979. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
commit to user
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
171
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Oemar Hamalik. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA. Bandung: Sinar Baru.
___________. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.
Wartono, 1992, Kemanfaatan Peta Konsep Dalam Pengajaran. FORKOMDIK
Y.G. Harto Pramono. 1996. “Pengembangan Pembelajaran Berbantuan Komputer
dalam Pokok Bahasan “Present Perfect Tenses” Matakuliah “ Structure I”
pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FIKP Universitas
KATOLIK Widya Mandala Surabaya”. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang:
IKIP Malang.
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru.Jakarta:
Gaung Persada Pres.
Yusufhadi Miarso, dkk. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Pustekkpm Dikbbud dan CV Rajawali.
commit to user
Download