PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN BERBASIS METODE MONTESSORI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Theresia Tri Wulandari NIM: 121134083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan St. Theresia Doa yang mengalir dari orang tuaku, Agustinus Rachmat Purwanto dan Christiana Murniwati Kakakku, Iwan, Jaya, Annie dan adik kecil Mathea Sahabatku Deta dan Rina Para sahabatku yang memberi semangat dan penghiburan Almamater kebanggaanku, Universitas Sanata Dharma iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO “Your speed doesn’t matter, forward is forward” “Yang terkecil diantara kamu ialah yang terbesar (Lukas 9:48)” v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN BERBASIS METODE MONTESSORI Theresia Tri Wulandari Universitas Sanata Dharma 2016 Latar belakang penelitian ini adalah permasalahan dalam membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas I dan adanya keterbatasan alat peraga di sekolah. Penggunaan akan alat peraga sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis. Akan tetapi ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mengembangkan alat peraga membaca dan menulis berbasis metode Montessori dan mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu siswa kelas I SD N Karangwuni I tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Peneliti mengadaptasi dan memodifikasi model penelitan Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, dan Pudjawan, 2014) dan Sugiyono (2012). Model tersebut dimodifikasi ke dalam lima tahap penelitian, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan dari alat peraga Montessori yaitu Large Movable Alphabet (LMA) memiliki beberapa komponen. Komponen alat peraga berupa kotak huruf, kartu suku kata, kartu diftong, kartu kata, kartu gambar, kotak garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis. Validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata skor sebesar 3,82 dari skor maksimal 4. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai membaca dan menulis dalam posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Selisih rerata nilai membaca dalam pretest dan posttest sebesar 26,2. Sedangkan selisih nilai menulis dalam pretest dan posttest sebesar 10. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan dikembangkan dari alat peraga Montessori yang sudah ada, memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT DEVELOPMENT OF MATERIAL FOR EARLY READING AND WRITING BASED ON MONTESSORI METHOD Theresia Tri Wulandari Universitas Sanata Dharma 2016 The background of this research was early reading and writing problems in grade I and limitedness of material in school. The using of the material was necessary to overcome with reading and writing problems. But, the availability and the using of the material still limited. The purposes of this research were to developed a material for early reading and writing based on Montessori method and developed material with good quality. The research was conducted on a sample of the grade I students at SD N Karangwuni 1 2015/2016 school year. The research method in this study was Research and Development (R & D). The researcher adapted and modified a research model by Borg and Gall (in Tegeh, Jampel, and Pudjawan, 2014) and Sugiyono (2012). The model was modified into a five-step development, the potential and problems, the planning, the development of an early form of products, product validation and limited trial. The results showed that early reading and writing material have developed from Montessori material that was Large Movable Alphabet (LMA) has several components. The components such as alphabet box, syllable cards, diftong cards, word cards, picture cards, line box, letter writing instruction board, and white board. Material validation by experts showed a very good quality with the score average 3,82 from score maximum 4. Limited trial showed that the acquisition value reading and writing in the posttest was higher than the value of the pretest. The difference values in pretest and posttest for reading had appear amounts 26,2 while the difference values in pretest and posttest for writing amounts 10. Thus, it can be concluded that early reading and writing‟s material developed by Montessori material that already in, which have a very good quality and it can help students in reading and writing. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat keajaiban-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti dibantu oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi, sehingga dapat selesai dengan lancar. Maka dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang memberikan rahmat kesehatan, keselamatan, dan kelancaran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Kaprodi PGSD. 4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakaprodi PGSD. 5. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dosen pembimbing skripsi yang membimbing dan memotivasi peneliti selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 6. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Susana Sri Anggawati, S.Pd. yang membantu dalam proses validasi instrumen. 7. Ibu Tri Muryanti, S.Pd. Kepala SD N Karangwuni 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian. 8. Bapak Widodo, S.Pd. Kepala SD N Caturtunggal 1 yang telah memberikan ijin untuk uji coba kepada siswa. 9. Ibu Anik wali kelas I dan segenap guru SD N Karangwuni 1 yang telah membantu dan memberi ijin dalam melakukan uji coba terbatas kepada siswanya. 10. Siswa-siswi SD N Karangwuni 1 atas kerjasamanya dalam uji coba terbatas. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. Ibu E. Krismiatiningsih, S.Pd. SD dan siswa-siswi SD N Caturtunggal 1 atas kerjasamanya dalam uji empiris dan uji keterbacaan instrumen. 12. Kedua orang tuaku, Bapak Purwanto dan Ibu Murni atas segala doa dan semangat. 13. Kakakku Iwan, Jaya, dan Annie, serta adik kecilku Mathea yang menjadi penyemangat. 14. Sahabatku Deta dan Rina yang senantiasa membantu, menemani, dan menyemangati setia sampai akhir. 15. Sahabat-sahabatku Dewi, Hani, Rani, Ria, Pipin, Marsel, Septy, Tata, Ayuk, Anna, dan Fajar untuk semangat dan penghiburannya. 16. Teman-teman OMK ST. Fransisca, Karang Taruna Melati, dan kelompok koor „sana-sini‟ yang memberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi disela kesibukan. 17. Teman-teman kelas A dan B, dan PGSD 2012. 18. Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan alat peraga. 19. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengalami banyak kendala. Namun, peneliti tidak pantang menyerah dan semangat untuk terus maju menyelesaikan tanggungjawab ini. Akhir kata, peneliti meminta maaf atas segala kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk banyak pihak baik dalam hal isi maupun inspirasi untuk kemajuan pendidikan. Peneliti xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx DAFTAR RUMUS ........................................................................................ xxi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 1.5. Spesifikasi Produk..................................................................................... 6 1.6. Definisi Operasional.................................................................................. 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 12 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia .............................................................. 12 2.1.1.1 Pembelajaran ........................................................................................ 12 2.1.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar............................... 13 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2.1.2 Membaca Menulis Permulaan ................................................................. 14 2.1.2.1 Membaca Permulaan ............................................................................ 14 2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan ..................................... 14 2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan .................................... 15 2.1.2.2 Menulis Permulaan............................................................................... 16 2.1.2.2.1 Materi Menulis Permulaan ............................................................... 16 2.1.2.2.2 Metode Pembelajaran Menulis Permulaan ....................................... 17 2.1.2.3 Membaca Menulis Permulaan ............................................................. 17 2.1.3 Metode Montessori ................................................................................. 18 2.1.3.1 Sejarah Montessori .............................................................................. 18 2.1.3.2 Prinsip Pendidikan Montessori ........................................................... 19 2.1.4 Perkembangan Anak .............................................................................. 20 2.1.4.1 Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun) ........................................................ 20 2.1.4.2 Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) ..................................................... 21 2.1.4.3 Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) ........................................... 21 2.1.4.5 Tahap Operasi Formal (lebih dari 11 tahun) ....................................... 21 2.1.5 Alat Peraga Montessori ........................................................................... 22 2.1.5.1 Hakikat Alat Peraga ............................................................................. 22 2.1.5.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ........................................... 23 2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 24 2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ................. 25 2.2.2 Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan ........................... 26 2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 28 2.4 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 29 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 30 3.2 Setting Penelitian........................................................................................ 31 3.2.1 Subjek Penelitian..................................................................................... 31 3.2.2 Objek Penelitian ...................................................................................... 31 3.2.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 31 3.2.4 Waktu Penelitian ..................................................................................... 32 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................. 32 3.4 Prosedur Penelitian..................................................................................... 35 3.4.1 Potensi Masalah ...................................................................................... 36 3.4.2 Penyusunan Rencana ............................................................................... 36 3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk...................................................... 37 3.4.4 Validasi Produk ....................................................................................... 37 3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ................................................................... 37 3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38 3.5.1 Observasi ................................................................................................. 38 3.5.2 Wawancara ............................................................................................. 38 3.5.3 Kuesioner ................................................................................................ 39 3.5.4 Tes ........................................................................................................... 40 3.6. Instrumen Penelitian.................................................................................. 40 3.6.1. Pedoman Observasi ................................................................................ 40 3.6.1 Pedoman Wawancara .............................................................................. 41 3.6.1.1 Wawancara Kepala Sekolah ................................................................. 41 3.6.1.2 Wawancara Guru Kelas I ..................................................................... 42 3.6.1.3 Wawancara Siswa Kelas I ................................................................... 42 3.6.3 Kuesioner ................................................................................................ 43 3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................................. 43 3.6.3.2. Kuesioner Validasi Produk ................................................................. 44 3.6.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga ..................................... 45 3.6.4. Soal tes ................................................................................................... 47 3.7 Triangulasi.................................................................................................. 51 3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 52 3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ......................................................................... 52 3.8.2 Analisis Data Kualitatif ........................................................................... 57 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 58 4.1.1 Potensi Masalah ...................................................................................... 58 4.1.1.1 Identifikasi Masalah ............................................................................. 58 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4.1.1.1.1 Observasi ........................................................................................... 58 4.1.1.1.2 Wawancara ........................................................................................ 60 4.1.1.2 Analisis Kebutuhan .............................................................................. 67 4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa ............................................................. 67 4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori ................................. 68 4.1.1.2.3 Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan .................................... 68 4.1.1.2.4 Data Analisis Kebutuhan .................................................................. 72 4.1.2 Penyusunan Rencana ............................................................................... 79 4.1.2.1 Disain Alat Peraga................................................................................ 79 4.1.2.1.1 Konsep Pembuatan Alat Peraga ........................................................ 79 4.1.2.1.2 Disain alat peraga .............................................................................. 80 4.1.2.2 Disain Album Alat Peraga ................................................................... 82 4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk ..................................................... 82 4.1.2.3.1 Tes ..................................................................................................... 82 4.1.2.3.2 Kuesioner Validasi Produk ............................................................... 88 4.1.2.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga .................................. 89 4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk...................................................... 90 4.1.3.1 Pengumpulan Bahan............................................................................. 90 4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga ........................................................................ 90 4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga ............................................................ 95 4.1.4 Validasi Produk ....................................................................................... 95 4.1.4.1 Validasi Produk Alat Peraga ................................................................ 95 4.1.4.2 Validasi Produk Album Alat Peraga .................................................... 96 4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ................................................................... 97 4.1.5.1 Data dan Analisis Tes........................................................................... 99 4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga. 101 4.2. Pembahasan ............................................................................................... 102 4.2.1 Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan yang Dilakukan di SD N Karangwuni 1 ........................................................................................ 102 4.2.2 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan dari Alat Peraga Large Movable Alphabets ................................................................... 102 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4.2.3 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berdasarkan Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori ............................................... 103 4.2.4 Hasil Penilaian terhadap Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ...................................................... 104 4.2.5 Hasil Pretest dan Posttest Siswa dalam Membaca dan Menulis pada Uji Coba Terbatas ........................................................................................... 105 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 107 5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 108 5.3 Saran ........................................................................................................... 108 DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 109 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas I ......................................................... 40 Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ....................................... 41 Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I .......................................... 42 Tabel 3.4 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa .................... 42 Tabel 3.5 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ..................... 42 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................. 43 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk ................................................... 44 Tabel 3.8 Aspek Penilaian Album Alat Peraga .................................................... 45 Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Guru mengenai Alat Peraga ..... 45 Tabel 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Siswa mengenai Alat Peraga ..46 Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Tes ............................................................................... 48 Tabel 3.12 Penilaian Validitas Isi dan Konstruk Tes ........................................... 49 Tabel 3.13 Kisi-Kisi Tes Isian .............................................................................. 50 Tabel 3.14 Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono ........................................... 50 Tabel 3.15 Skala dan Kriteria Instrumen Non Tes ............................................... 53 Tabel 3.16 Skala dan Kriteria Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrumen Tes ...... 53 Tabel 3.17 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Instrumen Tes ............................ 53 Tabel 3.18 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Kuesioner dan Wawancara ........ 54 Tabel 3.19 Skala dan Kriteria Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ................... 54 Tabel 3.20 Skala dan Kriteria Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli ................. 54 Tabel 3.21 Skala dan Kriteria Kuesioner Tanggapan Penggunaan Alat Peraga ... 55 Tabel 3.22 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif .............................................. 55 Tabel 3.23 Skala dan Kriteria Penilaian Tes ........................................................ 56 Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli........................................ 58 Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran Membaca dan Menulis dan Ketersediaan Alat Peraga .......................................................................................... 59 Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ......................... 60 Tabel 4.4 Revisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia .......................................................................... 60 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ........................................... 61 Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru .......................................... 62 Tabel 4.7 Revisi Pedoman Wawancara Guru berdasarkan komentar oleh Ahli ... 62 Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru ............................................................ 63 Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ......................................... 64 Tabel 4.10 Revisi Pedoman Wawancara Siswa berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia ................................................................................. 65 Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ........................................................ 65 Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ................ 69 Tabel 4.13 Revisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru berdasarkan Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia.................................................. 69 Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .... 70 Tabel 4.15 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa ............ 70 Tabel 4.16 Revisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa Berdasarkan Komentar Ahli Bahasa Indonesia ................................... 71 Tabel 4.17 Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa. 71 Tabel 4.18 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ........................ 72 Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .......... 73 Tabel 4.20 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................................................................ 74 Tabel 4.21 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Wawancara Analisis Kebutuhan ........................................................................................... 76 Tabel 4.22 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ...................................................... 82 Tabel 4.23 Komentar mengenai Instrumen Tes oleh Ahli .................................... 83 Tabel 4.24 Hasil Perbaikan Instrumen Tes Setelah Validasi oleh Ahli ................ 83 Tabel 4.25 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS .............. 85 Tabel 4.26 Hasil Validasi Instrumen Tes Isian dengan SPSS ............................... 85 Tabel 4.27 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS ........................................................................................ 86 Tabel 4.28 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS .. 86 Tabel 4.29 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS .................. 87 Tabel 4.30 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS ........................................................................... 87 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.31 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ................................................. 88 Tabel 4.32 Hasil Validasi Kuesoner Validasi Produk oleh Ahli .......................... 88 Tabel 4.33 Komentar mengenai Kuesoner Validasi Produk oleh Ahli Bahasa Indonesia ............................................................................................. 89 Tabel 4.34 Hasil Uji Keterbaacaan Kuesioner Tanggapan Siswa mengenai Produk .................................................................................................. 90 Tabel 4.35 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ..................................... 95 Tabel 4.36 Komentar mengenai Produk Alat Peraga ........................................... 96 Tabel 4.37 Hasil Validasi Produk Album Alat Peraga oleh Ahli ......................... 96 Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ................................... 98 Tabel 4.40 Revisi Alat Peraga setelah Uji Coba Lapangan Terbatas ................... 101 Tabel 4.41 Hasil Tanggapan mengenai Produk ..................................................... 101 Tabel 4.42 Hasil Penilaian Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ...................................................... 105 Tabel 4.43 Selisih Nilai Pretest dan Posttest ....................................................... 106 xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan) .......................................... 7 Gambar 1.2 Disain Kotak Huruf (tampak atas) .............................................. 7 Gambar 1.3 Disain Kartu Gambar tampak depan (kiri) dan tampak belakang (kanan) ........................................................................................ 8 Gambar 1.4 Disain Kartu Suku Kata ............................................................... 9 Gambar 1.5. Disain Kartu Kata ....................................................................... 9 Gambar 1.6 Disain Kotak Garis (tampak depan) ............................................ 9 Gambar 1.7 Disain Kotak Garis (tampak atas) ............................................... 9 Gambar 1.6 Disain Papan Tulis ...................................................................... 10 Bagan 2.1 Literature Map ............................................................................... 27 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono ........................................................................................ 33 Bagan 3.2 Prosedur Penelitian ......................................................................... 35 Bagan 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan .......... 51 Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara ............................................ 52 Gambar 4.1 Alat Peraga Large Movable Alphabet ......................................... 79 Gambar 4.2 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan .......................... 92 Gambar 4.3 Huruf pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ....... 93 Gambar 4.4 Kartu Gambar .............................................................................. 94 Gambar 4.5 Kartu Kata ................................................................................... 94 Gambar 4.6 Kartu Suku Kata .......................................................................... 94 Gambar 4.7 Papan Tulis ................................................................................... 94 Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ........................................... 66 Bagan 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpula Data ........................................... 78 Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Membaca ............................ 98 Grafik 4.2 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Menulis ............................... 99 Grafik 4.3 Perbedaan Rerata Nilai Membaca ................................................. 99 Grafik 4.4 Perbedaan Rerata Nilai Menulis .................................................... 100 xx PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR RUMUS Halaman Rumus 3.1 Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert ............. 55 Rumus 3.2 Rumus Perhitungan Persentase Jawaban pada Kuesioner ............ 56 Rumus 3.3 Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest ......................................... 57 xxi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah Lampiran 1.1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi .............................. 113 Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi ........................................................... 115 Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Guru, dan Siswa oleh Ahli........................................................ 116 Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ......................... 122 Lampiran 1.5 Transkrip Wawancara dengan Guru .......................................... 125 Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Siswa ........................................ 128 Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Lembar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli ........................................................................................... 130 Lampiran 2.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ................................................................................ 134 Lampiran 2.3 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa ........................................................................................ 139 Lampiran 2.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa ............................................................................. 143 Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru ......................................................................................... 146 Lampiran 2.6 Transkrip Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ....... 149 Lampiran 3 Instrumen Tes Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes oleh Ahli ....................... 152 Lampiran 3.2 Lembar Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa pada Uji Empiris ..... 155 Lampiran 3.3 Output SPSS Validasi Instrumen Tes ....................................... 159 Lampiran 3.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes .......................... 161 Lampiran 3.5 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest .............................................. 163 Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ............................................. 167 Lampiran 4 Validasi Produk xxii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 171 Lampiran 4.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Guru ......................................................................................... 174 Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Siswa ........................................................................................ 177 Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ............... 180 Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli ................................................................................... 183 Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Produk oleh Guru ............ 185 Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Produk oleh Siswa........... 187 Lampiran 5 Surat Penelitian Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 189 Lampiran 5.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 190 Lampiran 6 Album Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ....... 191 Lampiran 7 Gambar Produk Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ................................................................................. 205 Lampiran 8 Curriculum Vitae ...................................................................... 207 xxiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB 1 PENDAHULUAN Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan pada upaya meningkatkan kemampuan siswa agar mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulis. Hal tersebut ditegaskan oleh Werdiningsih (dalam Solchan, 2008: 11.6) dengan memaparkan bahwa Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah berkomunikasi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek antara lain mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (BNSP, 2006: 318). Keempat aspek tersebut dilaksanakan secara terpadu. Akan tetapi, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 menekankan pada aspek peningkatan membaca dan menulis permulaan. Membaca dan menulis merupakan sajian pembelajaran yang utama di awal-awal pembelajaran kelas 1 SD. Kedua jenis keterampilan ini dikemas dalam satu paket pembelajaran yang disebut pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP). Peralihan dari masa bermain di TK atau dari lingkungan rumah ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah (Mulyati, dalam Slochan, 2008: 6.5). Membaca dan menulis permulaan masing-masing memiliki tujuan. Tujuan dari membaca permulaan adalah untuk membinakan dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerakan mata membaca dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana (Solchan, 2008: 8.5). 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Sedangkan menulis permulaan memiliki tujuan lain yaitu (a) bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, garis pembentuk huruf, (b) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, bentuk lurus), (c) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat, atau beberapa kalimat), (d) menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas, (e) menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung, (f) menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan menuliskannya dengan benar, dan (g) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung (Solchan, 2008: 9.6). Dari penjabaran di atas, membaca dan menulis memiliki tujuan masingmasing. Kenyataan di lapangan, terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut. Slamet (2014: 107-108) menyebutkan permasalahan umum yang dihadapi anak dalam membaca antara lain, (1) kesulitan anak dalam mengenali huruf; (2) membaca suara, kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang salah, (c) kesalahan pengucapan, (d) penghilangan, (e) pengulangan, (f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian, dan (i) menggunakan gerak bibir, menggunakan jari telunjuk, dan menggerakkan kepala; dan (3) pemecahan kode yang meliputi (a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, disgraph, (d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata dalam kalimat. Selain permasalahan yang diungkapkan oleh Slamet (2014: 107-108) permasalahan dalam membaca dan menulis ternyata terjadi di salah satu sekolah. Salah satu kasus permasalahan dalam membaca dan menulis dialami oleh siswa kelas I SD N Karangwuni. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas I untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dalam membaca dan menulis yang dialami. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 50% siswa (jumlah keseluruhan 11 siswa) mengalami kesulitan membaca dan menulis. Hal ini disebabkan karena 50% siswa tidak mengalami masa Taman Kanak-Kanak (TK). Maka siswa belum mengenal huruf apalagi membaca dan menulis. Selain itu, kurangnya minat siswa dalam membaca yang menyebabkan rendahnya konsentrasi siswa ketika pelajaran membaca. Permasalahan tersebut diperkuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 dengan observasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan pada bulan September 2015. Permasalahan yang muncul dari hasil observasi antara lain 1) Siswa kesulitan merangkai huruf, 2) Penulisan huruf b dan d masih terbalik. Masalah ini terjadi pula pada saat siswa membaca, 3) Penulisan huruf yang kurang atau melebihi huruf yang seharusnya (contoh: “mangga” menjadi “manga”, 4) Salah seorang siswa bahkan belum hafal huruf alphabet, 5) Cara penulisan huruf yang tidak sesuai urutan yang benar. Ketika menyalin huruf atau kata, siswa cenderung menyalin dengan melihat bentuk hurufnya tanpa memperhatikan cara penulisan yang benar, 6) Kurangnya konsentrasi siswa pada saat pelajaran membaca dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran membaca dan menulis, 7) Gerak bibir belum memperlihatkan pelafalan huruf/kata yang diucapkan, dan 8) Gerakan kepala dan jari telunjuk yang masih mengikuti ketika membaca. Oleh karena itu, jelas bahwa masih ada permasalahan-permasalahan dalam membaca dan menulis yang perlu ditangani. Maka, dibutuhkan suatu metode yang mudah, menarik minat siswa, membuat siswa aktif sekaligus dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis. Metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis adalah metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Asyhar (dalam Prastowo, 2015: 298) yang mengungkapkan bahwa alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan/atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Salah satu metode pembelajaran yang khas dengan penggunaan alat peraga adalah metode pembelajaran Montessori. Pembelajaran ini diciptakan oleh dokter Maria Montessori (1870-1952). Alat peraga dalam pembelajaran Montessori memiliki ciri-ciri yaitu, 1) menarik, 2) bergradasi, 3) auto-correction 4) auto-education. Alat peraga dapat menarik perhatian siswa. Alat peraga bergradasi dalam warna, kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang rasional. Terdapat control of error dalam alat peraga sehingga siswa dapat memperbaiki kesalahannya sendiri. Dalam penggunaan alat peraga tersebut, dapat memungkinkan terjadinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 pembelajaran sendiri (Montessori, 2002: 169-174). Alat peraga Montessori sangat cocok diberikan untuk siswa kelas I karena sangat kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu alat peraga Montessori merupakan sesuatu yang konkret bagi siswa sehingga sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, anak usia 7-12 tahun (usia anak Sekolah Dasar) masuk dalam tahapan operasional konkret (Salkind, 2004 : 326). Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa. Siswa dapat melakukan operasi problem yang agak kompleks selama problem itu konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2008: 320). Selain sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa, alat peraga dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti (2015) dan Ratri (2014) mengenai alat peraga berbasis metode Montessori. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti (2015) menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam operasi hitung pembagian. Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan rerata prestest dan postets. Rerata hasil pretest adalah 4,62 sedangkan hasil posttest adalah 8,9. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratri (2014) menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi operasi bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan bulat. Peningkatan tersebut sebesar 71% dilihat dari hasil pretest dan posttest. Maka alat peraga berbasis metode Montessori dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan membaca dan menulis, kebutuhan alat peraga pada pembelajaran, dan keefektifan alat peraga Montessori, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan. Alat peraga ini merupakan pengembangan dari Large Movable Alphabets (LMA) yang merupakan alat peraga Montessori untuk pembelajaran bahasa. Pengembangan memperhatikan lima ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar dari produk alat peraga membaca dan menulis permulaan. Produk ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 diujikan secara ilmiah oleh ahli dan melalui tahap uji coba lapangan terbatas di SD N Karangwuni. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada? 1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas I Sekolah Dasar? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut. 1.3.1 Mengembangkan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah ada. 1.3.2 Mendeskripsikan kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut. 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah keterampilan dalam melakukan penelitian terlebih mengenai pembuatan alat peraga. Selain dalam pembuatannya, diharapkan peneliti mampu memaksimalkan dalam penggunaan alat peraga, khususnya untuk membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar. 1.4.2 Bagi Guru Guru mendapatkan pengalaman dan referensi baru mengenai pengadaan, pengembangan, dan penggunaan alat peraga untuk pembelajaran. Sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 akhirnya guru menyadari pentingnya alat peraga dalam pembelajaran untuk mempermudah siswa bahkan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa. 1.4.3 Bagi Siswa Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan mengenai penggunaan alat peraga membaca dan menulis. Kesulitan siswa dalam membaca dan menulis terbantu dengan adanya alat peraga tersebut. 1.4.4 Bagi Sekolah Sekolah dapat mempertimbangkan mengenai pengadaan alat peraga untuk pembelajaran. Sehingga sekolah memperoleh wawasan baru mengenai berbagai macam alat peraga terlebih alat peraga berbasis Montessori beserta manfaatnya dalam pembelajaran. 1.4.5 Bagi Prodi PGSD Menambah referensi alat peraga yang ada dapat dikembangan di PGSD dan menambah pengalaman penelitian research and development mengenai alat peraga. Disamping itu, memperluas kerjasama dengan pihak SD mitra (kepala sekolah, guru, dan siswa). 1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk yang dikembangkan adalah alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori beserta album penggunaannya. Alat ini dikembangkan dari alat peraga Montessori yang berupa Large Movable Alphabets (LMA). Aktivitas pokok dari perkenalan menulis adalah penggunaan LMA Presentasi dari LMA menekankan bahwa menulis digunakan untuk mencatat pikiran, dan pikiran dapat dituliskan selain diucapkan (Gettman, 1987: 133). Alat peraga membaca dan menulis permulaan berfungsi untuk membantu kesulitan membaca dan menulis permulaan untuk siswa kelas 1. Indikator membaca yang dimasukkan dalam alat peraga ini adalah 3.1.1 Membaca suku kata yang bentuknya hampir mirip; 3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya hampir sama; 3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama; 3.1.4 Membaca kata dengan dua suku kata yang berbeda; dan 3.2.1 Membaca kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Sedangkan indikator untuk menulis antara lain; 4.3.1 Menulis sesuai garis kata dengan suku kata sama; 4.3.2 Menulis sesuai garis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 kata dengan suku kata berbeda; 4.3.3 Menulis sesuai garis kata dengan tiga suku kata; 4.3.4 Menulis sesuai garis kata yang terdapat huruf mati; 4.3.5 Menulis sesuai garis kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Alat peraga ini terdiri dari kotak huruf, kartu huruf diftong, kartu suku kata, kartu kata, kartu gambar, kotak garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis. Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan) A B Gambar 1.2 Disain Kotak Huruf (tampak atas) Kotak huruf terdiri dari 26 kotak kecil yang berisi huruf alfabet, dua kotak tanda titik untuk huruf i dan j, satu kotak kartu gambar, dan satu kotak kartu kata. Bahan pembuatan kotak ini adalah kayu pinus. Setiap kotak huruf a-z memiliki huruf berjumlah lima untuk setiap hurufnya. Huruf vokal berwarna biru sedangkan huruf konsonan berwarna merah. Warna tersebut berlaku untuk warna tanda titik. Tanda titik huruf i berwarna biru dan huruf j berwarna merah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Pembedaan warna tersebut berdasarkan prinsip Montessori pada alat peraga LMA. Huruf-huruf ini dibuat dengan bahan acrylic. Tata letak huruf disusun berdasarkan ukuran tingginya dan dibedakan menjadi daerah A dan daerah B. Daerah A terdiri dari huruf b, d, f, g, h, j, k, l, p, q, t, dan y. Masing-masing kotak pada daerah A memiliki ukuran 10 cm x 7,5 cm. Ukuran tinggi huruf pada daerah A adalah 9 cm kecuali untuk huruf t. Selanjutnya huruf a, c, e, i, m, n, o, r, s, u, v, w, x, dan z merupakan huruf daerah B yang memiliki tinggi 4 cm. Masing-masing kotak huruf daerah B berukuran 5cm x 7,5 cm. Di bawah daerah B terdapat dua kotak masing-masing berukuran 5 cm x 4 cm untuk kotak tanda titik huruf i dan j. Huruf-huruf tersebut berfungsi sebagai alat untuk menyusun suku kata, kata, maupun kalimat yang kemudian akan dibaca dan ditulis oleh siswa. Kotak huruf beserta huruf-hurufnya memiliki berat 1,5 kg. Selain kotak huruf, komponen lain dari alat peraga ini adalah kartu gambar, kartu suku kata, dan kartu kata. Kartu-kartu yang dibuat dengan bahan Ivory 260 ini dimasukkan dalam dua kotak yang berukuran 7,5 cm x 7,5 cm untuk setiap kotaknya. Letak kotak ini berada di samping kotak tanda titik. Melalui kartu-kartu ini, siswa dapat menyusun suku kata, kata, maupun kalimat. Pada sisi belakang kartu gambar terdapat pengendali kesalahan berupa nama benda tersebut yang digunakan pada saat siswa menyusun huruf. Kartu suku kata terdiri dari ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya sampai huruf z untuk setiap huruf konsonan. Sedangkan untuk kartu kata terdiri dari kata yang merupakan nama benda pada kartu gambar, kata dengan tiga suku kata, kata berimbuhan huruf mati, dan nama orang sebagai pelengkap dalam menyusun kalimat. Berikut adalah disain kartu-kartu tersebut. Gambar 1.3 Disain kartu gambar tampak depan (kiri) dan tampak belakang (kanan) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Gambar 1.4 Disain kartu suku kata Gambar 1.5 Disain kartu kata Komponen lain selain kotak huruf dan kartu-kartu di atas adalah kotak garis dan papan tulis. Peneliti memanfaatkan tutup kotak huruf sebagai papan untuk menyusun huruf. Tutup tersebut berukuran 50 cm x 38 cm. Tinggi luar 4 cm sedangkan tinggi dalam 3,5 cm. Bagian dalam tutup dibuat kotak bergaris empat dengan dua garis utama dan dua garis bayangan (garis putus-putus). Kotak garis ini ada dua dan masing-masing berukuran 48 cm x 12 cm. Fungsi dari kotak garis tersebut adalah untuk meletakkan kartu-kartu dan menyusun huruf. Berikut adalah disain kotak garis. Gambar 1.6 Disain kotak garis (tampak depan) Gambar 1.7 Disain kotak garis (tampak atas) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Setelah kotak garis, komponen terakhir ialah papan tulis. Papan tulis bentuknya sama dengan kotak garis. Berikut adalah gambar 1.6 disain papan tulis. Gambar 1.6 Disain papan tulis Papan ini berukuran 47 cm x 29 cm berfungsi sebagai tempat latihan menulis sesuai dengan garis yang tersedia. Alat untuk menulis di papan tulis ini adalah boardmarker yang mudah dihapus dengan penghapus papan white board. 1.6 Definisi Operasional 1.6.1 Pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan secara terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 1.6.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan komunikasi lisan dan tulis yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra. 1.6.3 Membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I dan II dengan menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan dengan kemampuan membaca yang akan dicapai. 1.6.4 Menulis permulaan adalah pembelajaran menulis tahap awal di kelas I dan II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang berkembang menjadi kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap. 1.6.5 Membaca dan menulis permulaan adalah kemampuan membaca dan menulis yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 1.6.6 Metode Montessori adalah metode yang menekankan pada kebebasan, kemandirian, yang melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori. 1.6.7 Perkembangan anak adalah serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. 1.6.8 Alat peraga adalah media yang menggambarkan, mengilustrasikan, atau mencirikan tentang konsep materi ajar yang diajarkan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut. 1.6.9 Alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB 2 LANDASAN TEORI Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir. 2.1 Kajian Pustaka Subbab ini menguraikan beberapa teori pendukung penelitian. Teori-teori tersebut di antaranya adalah Pembelajaran Bahasa Indonesia, Membaca Menulis Permulaan, Metode Montessori, Perkembangan Anak, dan Alat Peraga Montessori. 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Uraian dalam subbab ini terdiri dari pembelajaran dan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut. 2.1.1.1 Pembelajaran Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (AlTabany, 2014: 19). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengartikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan pengalaman siswa di dalam kelas dan dalam situasi pembelajaran lain di sekolah, siswa dengan saling berbagi, diharapkan mampu memperoleh hikmah pembelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna (Suyono & Hariyanto, 2011: 15). Selain perngertian-pengertian pembelajaran, terdapat ciri-ciri dan prinsip dalam pembelajaran. Siregar & Nara (2010: 13) menyebutkan empat ciri pembelajaran, yakni (1) pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja, (2) pembelajaran harus membuat siswa belajar, (3) tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya. Selain terdapat ciri dalam pembelajaran, Gagne (dalam Siregar & Nara, 2010: 16) mengemukakan Sembilan prinsip yang 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sembilan prinsip tersebut antara lain (1) menarik perhatian, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) mengingatkan konsep yang telah dipelajari, (4) menyampaikan materi pelajaran,(5) memberikan bimbingan belajar, (6) memperoleh kinerja/penampilan siswa, (7) memberikan balikan, (8) menilai hasil belajar, dan (9) memperkuat transfer belajar. Dengan demikian, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan secara terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 2.1.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran bahasa tidak lepas dari pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Terdapat empat pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni pendekatan tujuan, pendekatan struktural, pendekatan komunikatif, dan pendekatan terpadu. Pendekatan tujuan dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperengkat kaidah bahasa atau tata bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non formal, tiap-tiap aspek tidak berdiri sendiri melainkan bersama-sama dalam penggunaannya. Dengan kata lain, penggunaan bahasa dalam praktik komunikasi akan tampil secara terpadu (Slamet, 2014: 1922). Dalam praktik pembelajaran di SD, untuk kelas 1 dan 2 (kelas rendah), pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan untuk kelas 3-6 (kelas tinggi) menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 ditentukan dalam kurikulum. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara terpadu antara empat aspek keterampilan berbahasa (kompetensi dasar), kebahasaan (kompetensi kebahasaan), dan sastra. Dari keempat aspek keterampilan tersebut, dapat difokuskan pada salah satu aspek saja, sedangkan aspek yang lain sebagai variasi kegiatan belajar siswa. Tujuannya agar keempat aspek tersebut dikuasai secara seimbang dan pembelajaran tidak monoton (Solchan, 2008: 11.6-11.7). Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan komunikasi lisan dan tulis yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra. 2.1.2 Membaca Menulis Permulaan 2.1.2.1 Membaca Permulaan Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yakni sebagai berikut, (1) peningkatan ucapan, (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa), (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca, (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca, (5) kemampuan mengingat, (6) membedakan huruf, (7) orientasi ke kiri dan ke kanan, (8) keterampilan pemahaman, dan (9) penguasaan kosakata. 2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan Materi membaca permulaan di SD terdapat di kurikulum dan silabus kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja. Materi membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet (2014: 24-27) sebagai berikut: 1. Kelas I Semester Pertama a. Persiapan (pramembaca) Anak dikenalkan tentang sikap duduk yang baik, cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik halaman buku, dan memperhatikan gambar atau tulisan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 b. Sesudah Pramembaca Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata (menirukan guru), intonasi kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang sudah dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama, anak dikenalkan secara bertahap dengan keempat belas huruf yaitu: 1) a, i,m, dan n, 2) u, b, dan l, 3) e, t, dan p, 4) o dan d, 5) k dan s. 2. Kelas I Semester Kedua Materi pembelajaran membaca permulaan berikutnya adalah bacaan kurang lebih 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar), kalimat-kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), dan huruf kapital pada awal kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci. 2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan Selain materi pembelajaran, Solchan (2008: 6.16-6.22) menguraikan enam metode dalam pembelajaran membaca permulaan. Keenam metode tersebut adalah metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS. Peneliti menggunakan metode eja, metode suku kata, dan metode kata. Berikut uraian dari ketiga metode tersebut. 1. Metode Eja Metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah tahapan ini, siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenal. Misalnya: b, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a ⦋ba⦌) 2. Metode Suku Kata Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata bermakna. Misalnya: cu-ci Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan perangkaian kata menjadi kelompok kata sederhana. Contoh: ka-ki ku-da PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 3. Metode Kata Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya, diawali dengan pengenalan kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan dikembalikan ke bentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Contoh: kaki ---- ka-ki ---- k-a-k-i ---- ka-ki ---- kaki Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I dan II dengan menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan dengan kemampuan membaca yang akan dicapai. 2.1.2.2 Menulis Permulaan Solchan (2008: 9.4) menjelaskan bahwa siswa SD yang baru masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-huruf. Pada hakikatnya, huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf. Di samping itu, siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar. Oleh karena itu, keterampilan menulis bukan merupakan kemampuan otomatis yang dibawa sejak lahir. Keterampilan menulis yang handal hanya diperoleh dengan banyak latihan menulis. 2.1.2.2.1 Materi Menulis Permulaan Materi menulis permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet (2014: 45-47) sebagai berikut: 1. Kelas I Semester Pertama Tahap ini disebut sebagai persiapan pramenulis permulaan. Hal-hal yang perlu dibiasakan anak meliputi duduk wajar dan baik, meletakkan buku tangan dengan jarak ke mata yang cukup dengan sudut tegak lurus, memegang buku dengan baik, membuka buku dari kanan ke kiri, melihat tulisan dari kiri ke kanan, melemaskan lengan tangan dengan gerakan menulis di udara, memegang pensil dengan benar, melemaskan jari (dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, meniru, melatih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 dasar menulis), dan melemaskan jari dengan cara menuliskan huruf dengan menggunakan jari. 2. Kelas I Semester Kedua Siswa mulai melakukan penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok. Materi lainnya yang harus dikuasai siswa berikutnya adalah menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru, menulis jelas dan rapi, menulis kata yang didiktekan guru, menulis kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik, penggunaan huruf kapital untuk nama orang, nama Tuhan, dan nama agama/kitab suci. 2.1.2.2.2 Metode Pembelajaran Menulis Permulaan Dalam pengenalan menulis permulaan, metode yang digunakan tidak berbeda jauh dengan metode pengenalan membaca permulaan. Metode mana yang paling sesuai dengan perkembangan anak itulah yang dipilih. Membaca dan menulis saling terkait, sehingga metode dalam menulis permulaan mengikuti metode membaca yang digunakan (Slamet, 2014: 49). Dengan demikian, menulis permulaan adalah pembelajaran menulis tahap awal di kelas I dan II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang berkembang menjadi kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap. Penguasaan keterampilan menulis didukung dengan keragaman materi yang diberikan secara bertahap untuk melatih kemampuan siswa. 2.1.2.3 Membaca Menulis Permulaan Membaca Menulis Permulaan (MMP) merupakan pembelajaran tahap awal di kelas rendah. Disebut permulaan karena hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis yang lebih diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan kemampuan menulis mekanik. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidangbidang ilmu lainnya di sekolah (Solchan, 2008: 6.12). Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni kemampuan melek wacana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 yang merupakan kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut (Solchan, 2008: 6.12). Pada dasarnya, tujuan dari membaca dan menulis permulaan ialah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca dan menulis permulaan dan mengenalkan teknik menangkap isi bacaan dan dapat menuliskannya (Slamet, 2014: 49). Berdasarkan paparan di atas, membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan membaca dan menulis yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis tingkat dasar. Membaca dan menulis merupakan dua hal yang penting dan sangat diperlukan untuk memperluas pengetahuan, mempertinggi daya pikir, dan mempertajam penalaran. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan. 2.1.3 Metode Montessori Sub bab ini menguraikan sejarah Montessori dan prinsip pendidikan Montessori. 2.1.3.1 Sejarah Montessori Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, provinsi Ancona di Italia. Montessori adalah anak tunggal dari Allessandro Montessori, seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau milik negara; dan Renilde Stopani, perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga terpandang (Gutex, 2013: 1). Montessori memiliki kemauan keras untuk menjadi seorang dokter dan pada tahun 1896 beliau berhasil menjadi dokter wanita pertama di Universitas Roma. Beliaupun kemudian mengajar ilmu kesehatan dan antropologi di institut keguruan wanita di Roma. Tahun 1900 Montessori bekerja di klinik psikiatri di Roma dengan menjadi direktur sekolah ortoprenik yang mempersiapkan para guru untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Montessori mengambil spesialisasi kedua dalam ilmu pendidikan, psikologi eksprerimen, dan antropologi di Universitas Roma pada tahun 1901. Casa dei Bambini yang pertama di Via dei Marsi dibuka pada tanggal 6 Januari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 1907 lalu diiikuti tahun 1908 membuka Casa dei Bambini di Via Solari, Milan (Magini, 2013: 103-111). Pada akhirnya Montessori mengundurkan diri sebagai dosen di Universitas Roma dan meninggalkan praktik sebagai dokter untuk fokus pada pendidikan. Di tahun yang sama yaitu tahun 1911, pendekatan Montessori sudah mulai dipakai di sekolah-sekolah di Inggris dan Argentina, juga mulai diterapkan di sekolahsekolah dasar di Italia dan Swiss. Mulai tahun 1913, Montessori menyelenggarakan kursus pelatihan dan kongres Montessori di berbagai negara di Eropa dan sekitarnya. Montessori mengabdi pada pendidikan hingga wafatnya pada tanggal 6 Mei 1952 di Noordwijk aan Zee, Belanda (Magini, 2013: 103111). 2.1.3.2 Prinsip Pendidikan Motessori Montessori mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses dinamis dimana anak-anak berkembang menurut “ketentuan-ketentuan dalam” dari kehidupan mereka, dengan “kerja sukarela” mereka ketika ditempatkan dalam sebuah lingkungan yang disiapkan untuk memberi mereka kebebasan dalam ekspresi diri. Anak-anak, menurut Montessori, secara alamiah dan secara enerjik berusaha untuk mencapai kemandirian fungsional yang merangsang anak menuju aktivitas diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dan kemandirian yang lebih besar. Kemandirian berarti mampu melakukannya sepenuhnya oleh dirinya sendiri (Gutex, 2013 : 75). Sekolah dalam pendidikan Montessori merupakan sebuah lingkungan yang dipersiapkan dimana anak mampu untuk berkembang secara bebas dalam kecepatan mereka sendiri, memungkinkan anak-anak, melalui kegiatan dengan bahan pembelajaran yang bersifat mengoreksi diri, melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran mereka dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori tentang “kebebasan dari para murid dalam manifestasi spontan mereka dan kebebasan dalam beraktivitas. Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris, dimana direktris tersebut memiliki peran sebagai pemandu proses pembelajaran anak tanpa melakukan campur tangan (Gutex, 2013 : 75). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Terdapat delapan prinsip dalam pendidikan Montessori yang diungkapkan oleh Lillard (2005: 29-33), kedelapan prinsip tersebut adalah 1) Pergerakan dan pemikiran yang berkaitan erat, dan pergerakan dapat meningkatkan pemikiran dan pembelajaran, 2) Kebebasan dalam memilih dan memberikan kontrol diri, 3) Ketertarikan belajar. Anak dapat belajar dengan lebih baik apabila mereka tertarik pada apa yang mereka pelajari, 4) Menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) Pembelajaran kolaboratif antar teman sebaya, 6) Pembelajaran dalam konteks akan lebih mendalam dan lebih memperkaya daripada pembelajaran abstrak, 7) Pentingnya bentuk-bentuk interaksi guru terhadap anak, dan 8) Keteraturan lingkungan dan pikiran yan bermanfaat bagi anak. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Montessori merupakan metode yang menekankan pada kebebasan, kemandirian, yang melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori. 2.1.4 Perkembangan Anak Perkembangan adalah serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar (Desmita, 2009: 9). Perkembangan menurut Piaget merupakan proses spontan dimana organisme memainkan peran aktif. Proses perkembangan terdiri atas empat faktor: maturasi, pengalaman transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi yang bersifat menyatukan semuanya (Salkind, 2009: 313). Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tingkatan, yakni sensori-motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasi formal (lebih dari 11 tahun) (Dahar, 2011: 136). 2.1.4.1 Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun) Pada tahap ini, bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor tindakan fisik (Desmita, 2009: 101). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 2.1.4.2 Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambargambar. Kata dan gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009: 101). 2.1.4.3 Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) Pada tahap ini anak akan dapat berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda (Desmita, 2009: 101). Apabila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik (Haditono, 2006: 223). 2.1.4.4 Tahap Operasi Formal (lebih dari 11 tahun) Dalam tahap ini, anak berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik (Desmita, 2009: 101). Anak bisa menggunakan pertimbangan masa lalu dan masa yang akan datang ketika dihadapkan pada situasi-situasi yang baru. anak bisa menangani masalah-masalah yang ada dalam semua bingkai waktu (Salkind, 2009: 346-347). Selain Piaget, Montessori mengidentifikasi periode perkembangan anak menjadi tiga yaitu: absorbent mind (0-6 tahun), periode usia 6-12 tahun (periode kedua), dan periode usia 12-18 tahun (periode ketiga). Selama tahap absorbent mind, anak-anak menyerap informasi dan membangun konsep melalui eksplorasi lingkungan, menggunakan bahasa, dan mulai masuk ke dunia yang lebih besar dari kebudayaan kelompok mereka. Selama periode kedua, keterampilan dan kemampuan mulai muncul dan terus berkembang, dilatih, diperkuat, disempurnakan, dan dikembangkan. Periode ketiga, bersamaan dengan usia remaja, terjadi perubahan fisik yang besar dan menuju kematangan yang sempurna. Sang remaja berusaha untuk memahami peran-peran sosial dan ekonomi dan berusaha menemukan posisinya di tengah masyarakat (Gutek, 2004: 49-50). Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah serangkaian perubahan pada anak yang berlangsung secara terus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. Perkembangan siswa kelas I (usia 6-7 tahun) masuk dalam tahap operasional konkret dan periode kedua dalam periode perkembangan oleh Montessori. Pada tahap ini, siswa dapat melakukan operasi logis yang dihadapkan pada permasalahan yang konkret. Kemampuan tersebut perlu dilatih, diperkuat, dan dikembangkan untuk mempertajam keterampilan-keterampilan mereka. Oleh karena itu, alat peraga sangat dibutuhkan oleh siswa SD untuk melatih kemampuan memecahkan permasalahan logis melalui benda-benda konkret. 2.1.5 Alat Peraga Montessori Sub bab alat peraga Montessori menguraikan pengertian alat peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga dan alat peraga berbasis metode Montessori. 2.1.5.1 Hakikat Alat Peraga Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan (Arsyad, 2014: 9). Menurut Estiningsih (dalam Prastowo, 2015: 298), alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sementara Sanaky (dalam Prastowo, 2015: 298) mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang digunakan oleh siswa untuk memperagakan materi pembelajaran. Menurut Asyhar (dalam Prastowo, 2015: 298) alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan/atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk menjelaskan konsep atau materi yang abstrak. Alat peraga berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata pelajaran dalam proses belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Prastowo (2015: 295) menjelaskan kegunaan dari alat peraga yang antara lain untuk: pertama, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, kedua, mengilustrasikan dan memantabkan pesan dan informasi, dan ketiga, menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas siswa. Berdasarkan teori di atas, alat peraga merupakan media yang menggambarkan, mengilustrasikan, atau mencirikan tentang konsep materi ajar yang diajarkan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Alat peraga memiliki fungsi dan kriteria tertentu. Salah satu metode pembelajaran yang memiliki ciri khas dengan penggunaan alat peraganya adalah metode Montessori. 2.1.5.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Alat peraga berbasis metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Ciri yang pertama adalah menarik. Alat peraga Montessori dibuat agar dapat menarik perhatian dari anak. Jika anak mulai tertarik dengan alat peraga tersebut, maka mereka dapat belajar dengan lebih mendalam. Alat peraga tersebut dapat digunakan dalam berbagai bentuk permainan yang membuat suasana belajar menjadi lebih berkesan dan menyenangkan (Gutek, 2013: 235-239). Ciri yang kedua adalah bergradasi. Dilihat dari segi fisik alat peraga Montessori, gradasi yang dimaksud ialah gradasi warna, kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang akan dimunculkan oleh anak. Alat peraga bergradasi ini melibatkan panca indera anak sehingga memungkinkan berbagai macam rangsangan yang muncul dari anak. Oleh karena itu, alat peraga dibuat agar dapat melatih indera, dapat digunakan untuk berbagai macam usia dan berbagai macam konsep (Gutek, 2013: 234-240). Ciri yang ketika adalah auto-correction. Alat peraga Montessori memiliki ciri khas dimana dalam penggunaannya siswa dapat mengontrol setiap kesalahan. Anak berproses untuk memperbaiki kesalahannya dan melakukan perbaikan ini dengan berbagai cara. Dalam mengalami proses tersebut, anak dibantu dengan adanya control of error (pengendali kesalahan) yang ada pada setiap alat peraga (Montessori, 2002: 171). Ciri yang keempat adalah auto-education. Tujuan dari penggunaan alat peraga Montessori adalah untuk memunculkan pembelajaran sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang memungkinkan anak belajar mandiri. Direktris (sebutan untuk guru di sekolah Montessori) tidak perlu ikut campur, cukup mengamati dan memberikan kebebasan untuk anak bekerja (Montessori, 2002: 172-173). Ciri yang kelima adalah kontekstual. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lillard (2005: 29-33), pembelajaran dalam Montessori disesuaikan dengan konteks. Hal itu dikemukakan karena pembelajaran dalam konteks akan lebih mendalam dan memperkaya pemahaman siswa daripada belajar dengan pembelajaran yang abstrak. Oleh karena itu, kontekstual yang dimaksud adalah sesuai dengan lingkungan, dekat dengan anak, dan terdapat di lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas, alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, autoeducation, dan kontekstual. Peneliti mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kelima ciri alat peraga Montessori. Peneliti mengembangkan dari alat peraga Montessori yang sudah ada dengan membuat beberapa modifikasi. Alat peraga yang dikembangkan menarik, berwarna, cara penggunaannya menyenangkan, dan dapat dikembangkan dengan berbagai macam permainan. Alat peraga bergradasi karena dapat digunakan oleh berbagai usia dan berbagai konsep dalam pengajaran bahasa. Terdapat pengendali kesalahan dimana siswa dapat menemukan dan memperbaiki kesalahan sendiri (auto-correction). Sehingga akan memungkinkan timbulnya pembelajaran sendiri tanpa didampingi oleh guru (auto-education). Bahan pembuatan alat peraga dapat ditemukan di sekitar anak. Alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti adalah alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori. 2.2 Penelitian yang Relevan Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa penelitian yang relevan. Peneliti membahas penelitian yang relevan dengan metode Montessori dan penelitian yang relevan dengan membaca menulis permulaan. Berikut penjabaran dari penelitian tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Penelitian tentang alat peraga berbasis metode Montessori dilakukan oleh Murti (2015), Ratri (2014), dan Fikasari (2012). Murti (2015) mengembangkan alat peraga matematika SD materi pembagian berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan ialah research and development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan 1) memiliki lima ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual, serta 2) memiliki kualitas “sangat baik”. Rerata hasil pretest dan posttest menunjukkan perbedaan. Hasil pretest adalah 4,62 sedangkan hasil posttest adalah 8,9. Ratri (2014) mengembangkan alat peraga matematika untuk operasi bilangan bulat berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan ialah research and development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Papan Bilangan Bulat yang dikembangkan memiliki empat ciri alat peraga Montessori dan satu ciri tambahan (kontekstual). Alat peraga Papan Bilangan Bulat memiliki rerata skor validasi produk 3,5 yang menunjukkan kualitas “sangat baik”. Dalam proses belajar dengan alat peraga, siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, lebih berkonsentrasi, dan belajar secara mandiri. Hasil belajar siswa meningkat sebanyak 71% berdasarkan hasil pretest dan posttest. Fikasari (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok PAUD Ar Rahman Jombang. Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan menggunakan 70 anak kelompok A PAUD Ar Rahman sebagai populasi. Penelitian melakukan analisis data menggunakan SPSS 17.0 for windows dengan interpretasi nilai rhitung > rtabel. Hasil perhitungan yang diperoleh sebesar 0,656>0,323, maka korelasinya signifikan. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran sandpaper letters berpengaruh terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman. Dengan demikian, alat peraga sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 2.2.2 Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan dilakukan oleh Dewi, Suwatra, dan Arini (2014), Sukartiningsih (2004), dan Mutingah (2009). Dewi, dkk. (2014) menggunakan metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 7 Bungkulan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan. Hal ini ditunjukan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan metode Stuktur Analitik Sintetik (SAS) pada siklus I memperoleh rata – rata sebesar 69,9 dan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 78,6. Jadi pembelajaran membaca permulaan tergolong berhasil. Ketuntasan pada siklus I sebesar 64 terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 72,4. Jadi pembelajaran membaca permulaan tergolong tuntas. Hasil penelitian kemampuan menulis permulaan pada siklus I memperoleh rata – rata sebesar 66,1 yang meningkat pada siklus II sebesar 83,3. Jadi pembelajaran menulis permulaan tergolong berhasil. Perolehan ketuntasan pada siklus I sebesar 66,1 dan terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 83,3. Jadi pembelajaran menulis permulaan tergolong tuntas. Sukartiningsih (2004) mengembangkan media kata bergambar (MKB) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD. Peneliti menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D) yang dilakukan di SDN Jepara III. Penelitian ini menghasilkan produk MKB yang memiliki karakteristik dan spesifikasi yang tampak dari (1) Wujud, (2) Ukuran, (3) Bentuk tulisan, (4) Gambar, (5) Jenis kata yang dipakai, dan (6) Warna MKB. Mutingah (2009) melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan dengan metode kata lembaga di kelas II SDN Nayu Banjarsari Surakarta. Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kata lembaga dapat meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan. Metode kata lembaga dapat digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 sebagai metode yang tepat untuk pembelajaran keterampilan membaca menulis permulaan dan dapat digunakan sebagai variasi guru dalam pemilihan metode pembelajaran. Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Dari studi relevansi tersebut, terbukti bahwa alat peraga berbasis metode Montessori mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang membaca dan menulis permulaan menunjukkan hasil bahwa pembelajaran membaca dan menulis dapat ditingkatkan berbagai metode dan pengembangan. Karena belum ada yang melakukan penelitian pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan, maka peneliti mencoba menawarkan penelitian yang mengembangkan alat peraga untuk membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map pada bagan 2.1. Ratri (2014) Adanya peningkatan kemampuan pemecahan operasi bilangan bulat setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis Montessori yang berkualitas sangat baik. Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Murti (2015) Adanya peningkatan kemampuan operasi hitung pembagian setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang memiliki kualitas sangat baik. Fikasari (2012) Adanya pengaruh media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman. Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan Sukartiningsih (2004) Adanya peningkatan dalam membaca dan menulis melalui media kata bergambar Dewi, dkk (2014) Adanya peningkatan dalam membaca dan menulis permulaan menggunakan metode SAS Mutingah (2009) Adanya peningkatan kemampuan membaca menulis permulaan melalui metode kata lembaga. Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan Yang diteliti: Alat peraga berbasis metode Montessori untuk membaca dan menulis permulaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 2.3 Kerangka Berpikir Membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai seseorang sejak dini. Kedua keterampilan tersebut dimasukkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Di kelas rendah, membaca dan menulis diwadahi dalam satu pembelajaran yang disebut membaca menulis permulaan (MMP). Pembelajaran tersebut harus diberikan kepada siswa untuk melatih dan mendalami keterampilan membaca dan menulis. Sebab, membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang wajib dikuasai oleh siswa agar mampu menguasai keterampilan lainnya. Pada kenyataannya, tidak sedikit permasalahan yang muncul dalam pembelajaran membaca menulis permulaan. Oleh karena itu, sebagai sarana untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu metode yakni metode Montessori mewadahi kebutuhan siswa dalam mengatasi permasalahan dalam membaca dan menulis serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Kekhasan dari metode ini adalah alat peraganya yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Pembelajaran dengan alat peraga dalam metode ini memungkinkan siswa agar belajar mandiri dan menyenangkan. Terlebih usia perkembangan yang sudah berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa dapat melakukan operasi dan berpikir logis apabila dihadapkan pada situasi konkret. Maka sudah seharusnya siswa difasilitasi dengan metode yang mengkondisikan siswa pada situasi yang konkret. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan guna menjawab kebutuhan akan alat peraga di sekolah. Penelitian ini dibatasi pada pembelajaran membaca dan menulis permulaan untuk mengenal dan merangkai suku kata, kata, dan kalimat sederhana yang terdiri dari 3-5 kata. Penelitian ini menghasilkan alat peraga berbasis metode Montessori yang merupakan pengembangan dari alat peraga Montessori yang berupa Large Movable Alphabets (LMA). Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas I di SDN Karangwuni 1. Jika alat peraga berbasis metode Montessori diterapkan dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan, siswa akan terbantu dalam menguasai dan mengembangkan keterampilan membaca dan menulis permulaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 2.4 Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan lima pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 2.4.1 Bagaimana hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang dilakukan di SD N Karangwuni 1? 2.4.2 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan dari alat peraga Large Movable Alphabets? 2.4.3 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berdasarkan ciri-ciri alat peraga Montessori? 2.4.4 Bagaimana hasil penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat peraga membaca dan menulis permulaan? 2.4.5 Bagaimana hasil pretest dan posttest siswa dalam membaca dan menulis pada uji coba terbatas? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB 3 METODE PENELITIAN Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau lebih dikenal dengan istilah Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 194) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Sedangkan Seels & Richey (dalam Setyosari, 2010: 195) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal. Selain dari dua pengertian di atas, Sukmadinata (2008: 164) juga mendefinisikan pengertian penelitian dan pengembangan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Hampir sejalan dengan pengertian Sukmadinata, Sugiyono (2012: 297) berpendapat bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu. Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk merancang, mengembangkan, memvalidasi, mengevaluasi, dan menyempurnakan suatu produk yang diuji berdasarkan standar dan kriteria tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode Montessori untuk membantu siswa dalam membaca dan menulis. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan pada siswa kelas I untuk mengetahui 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 perkembangan yang dialami siswa dengan menggunakan alat peraga tersebut. Hasil penelitian ini berupa sebuah prototipe alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode Montessori. 3.2 Setting Penelitian Setting penelitian menjelaskan objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. 3.2.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah lima siswa kelas I semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 di SD N Karangwuni 1, Depok, Sleman. Lima siswa tersebut terdiri dari dua putra dan tiga putri. Pemilihan siswa ini dilakukan berdasarkan rekomendasi guru kelas I dan pengamatan yang dilakukan pada saat pelajaran bahasa Indonesia pada tanggal 14 September 2015. 3.2.2 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode Montessori berupa Large Movable Alphabets (LMA). Alat peraga ini dirancang untuk membantu siswa melatih kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan dalam membaca dan menulis yang dikembangkan melalui alat peraga ini adalah kemampuan membaca dan menulis suku kata yang bentuknya hampir mirip, membaca dan menulis suku kata yang artikulasi bunyinya hampir sama, membaca dan menulis kata dengan dua suku kata yang sama, membaca dan menulis kata dengan dua suku kata yang berbeda, membaca dan menulis kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Selain itu, alat peraga ini juga bertujuan untuk melatih pembiasaan menulis sesuai garis. LMA terbuat dari kayu pinus yang dibagi menjadi 30 kotak kecil. Kotak-kotak kecil tersebut berisi huruf-huruf abjad a-z yang terbuat dari bahan acrylic. Huruf-huruf tersebut digunakan untuk berlatih membaca dan menulis dengan bantuan kartu kata yang ada di dalam LMA. 3.2.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Karangwuni 1 yang terletak di Jl. Kaliurang Km 5, Gang Mijil, Karangwuni, Caturtunggal, Depok, Sleman. Peneliti memilih sekolah ini karena memiliki kelas kecil yang berjumlah 10 siswa sehingga jumlahnya sesuai untuk penelitian. Jumlah tersebut juga sesuai dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 karakteristik pembelajaran Montessori yang sebenarnya merupakan pembelajaran individual. Selain itu, minimnya ketersediaan alat peraga di sekolah ini juga menjadi alasan peneliti untuk menggunakan alat peraga di sekolah tersebut. 3.2.4 Waktu Penelitian Peneliti melakukan penelitian sejak bulan September 2015 hingga bulan Juni 2016. Kurang lebih penelitian dan pengembangan ini berlangsung selama sepuluh bulan. 3.3 Rancangan Penelitian Penelitian dan pengembangan ini mengadaptasi model penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Borg and Gall (dalam Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014: 7) mengemukakan sepuluh langkah dalam R&D. Langkah tersebut yaitu 1) Penelitian dan pengumpulan informasi, 2) Perencanaan, 3) Mengembangkan bentuk pendahuluan produk, 4) Uji lapangan persiapan, 5) Revisi produk utama, 6) Uji lapangan utama, 7) Pelaksanaan revisi produk, 8) Uji lapangan operasional, 9) Revisi produk akhir, dan 10) Penyebaran dan pengimplementasian. Sugiyono (2015: 35-36) menguraikan secara singkat setiap langkah penelitian dari Borg dan Gall sebagai berikut. Pertama, melakukan penelitian dan pengumpulan informasi, meliputi analisis kebutuhan, review literatur, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan membuat laporan yang terkini. Kedua, melakukan perencanaan, yang meliputi, pendefinisian keterampilan yang harus dipelajari, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji coba kelayakan (dalam skala kecil). Ketiga, mengembangkan produk awal yang meliputi, penyiapan materi pembelajaran, prosedur/penyusunan buku pegangan, dan instrumen evaluasi. Keempat, pengujian lapangan awal yang dilakukan pada 1-3 sekolah, menggunakan 6-12 subjek. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, kuesioner. Selanjutnya menganalisis hasil instrumen. Kelima, melakukan revisi utama terhadap produk didasarkan pada saran-saran pada uji coba. Keenam, melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan pada 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek. Ketujuh, melakukan revisi terhadap produk yang siap diperasionalkan, berdasarkan saran-saran dari uji coba. Kedelapan, melakukan uji PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 lapangan operasional, dilakukan 10-30 sekolah dengan 40-400 subjek. Data wawancara, observasi, dan kuesioner dikumpulkan dan dianalisis. Kesembilan, revisi produk akhir, berdasarkan saran dari uji lapangan. Kesepuluh, mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk. Selain model penelitian pengembangan dari Borg dan Gall, Sugiyono juga memiliki model lain dari penelitian pengembangan. Peneliti kemudian membandingkan model Borg dan Gall dengan model Sugiyono. Sugiyono (2012: 298) menyebutkan sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan yakni: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) disain produk, 4) validasi disain, 5) revisi disain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, dan 10) produksi massal. Di bawah ini adalah bagan 3.1 yang merupakan bagan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2012: 298). Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono (2012: 298) Berdasarkan bagan di atas, langkah pertama dimulai dari potensi dan masalah. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka selanjutnya perlu mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perancanaan produk. Apabila informasi sudah mencukupi, tahap selanjutnya ialah membuat disain produk. Disain produk yang dihasilkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 kemudian divalidasi oleh ahli untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya. Kelemahan yang diketahui diperbaiki pada langkah revisi disain. Langkah selanjutnya adalah membuat produk berdasarkan hasil revisi disain yang kemudian akan diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Setelah uji coba terbatas, dilakukan revisi kembali untuk memperbaiki kelemahan produk selama diujicobakan. Selanjutnya, produk tersebut diujicobakan pada kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Apabila dalam pemakaian terjadi kekurangan dan kelemahan, produk sebaiknya direvisi kembali. Setelah melalui proses penyempurnaan, langkah terakhir adalah pembuatan produk masal (Sugiyono, 2012: 298-311). Peneliti mengadaptasi dan memodifikasi model penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014: 7) dan Model Sugiyono (2012: 298-311). Apabila peneliti menggunakan kesepuluh langkah, penelitian ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada ujicoba lapangan terbatas dan menghasilkan prototipe alat peraga yang telah divalidasi. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh peneliti berupa potensi masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Penelitian dan pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi masalah dan analisis kebutuhan siswa dan guru. Selanjutnya peneliti membuat instrumen penelitian pada tahap perencanaan. Kemudian peneliti membuat disain produk dan membuat produk yang sesuai dengan lima ciri alat peraga Montessori. Setelah produk selesai, produk tersebut divalidasi oleh ahli bidang Montessori dan ahli bidang bahasa. Produk kemudian diujicobakan pada sekelompok siswa secara terbatas. Kelima tahap penelitian tersebut disajikan dalam prosedur penelitian pada bagan 3.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 3.4 Prosedur Penelitian Berikut adalah kelima tahap penelitian disajikan secara rinci pada bagan 3.2. TAHAP PERTAMA Potensi Masalah Identifikasi Permasalahan Observasi Validasi oleh ahli Bahasa Indonesia dan guru Pedoman Observasi Pedoman Wawancara Wawancara Analisis karakteristik alat peraga Montessori Data ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar siswa Analisis karakteristik siswa Pembuatan kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan Penyebaran Kuesioner Data analisis kebutuhan Revisi Wawancara dengan siswa Uji keterbacaan guru Validasi ahli Bahasa Indonesia Revisi TAHAP KEDUA Penyusunan Rencana Data analisis kebutuhan Konsep pembuatan alat peraga Uji keterbacaan soal oleh Siswa Disain alat peraga Revisi Disain album alat peraga Instrumen Tes Kuesioner Validasi ahli Bahasa Indonesia dan guru Revisi Kuesioner validasi Validasi ahli bahasa dan guru produk Kuesioner tanggapan Uji keterbacaan oleh guru Uji Empiris Instrumen siap digunakan Revisi TAHAP KETIGA Pengembangan Bentuk Awal Produk Disain Alat Peraga Disain album Pengumpulan bahan Alat peraga dan album siap divalidasi Pembuatan alat Peraga dan album TAHAP KEEMPAT Validasi Produk Album dan alat peraga siap Alat peraga Validasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan Bahasa Indonesia Album alat peraga Validasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan ahli Bahasa untuk diujicoba TAHAP KELIMA Uji Coba Lapangan Terbatas Uji Coba Pretest Lapangan Terbatas Posttest Tanggapan guru dan siswa Revisi Produk Gambar 3.2 Bagan Prosedur Pengembangan Prototipe Alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 3.4.1 Potensi Masalah Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi masalah. Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran membaca dan menulis di kelas I. Dalam melakukan identifikasi masalah, peneliti melakukan observasi dan wawancara. Pedoman observasi dan pedoman wawancara divalidasi terlebih dahulu oleh ahli Bahasa Indonesia (merangkup sebagai ahli bahasa) dan guru. Setelah divalidasi, peneliti melakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan di kelas I selama pembelajaran membaca dan menulis. Sedangkan wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I, dan siswa kelas I. Tujuan dari dilakukannya observasi dan wawancara ini adalah untuk memperoleh data terkait ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar siswa dalam membaca dan menulis. Hasil analisis data yang terkait dengan karakteristik alat peraga Montessori dan karakteristik siswa digunakan sebagai bahan penyusunan kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan. Wawancara ditujukan untuk mengambil data dengan siswa. Sedangkan kuesioner ditujukan untuk guru. Langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen analisis kebutuhan. Instrumen tersebut selanjutnya divalidasi oleh guru dari SD setara dan ahli Bahasa Indonesia yang merangkup sebagai ahli bahasa untuk mengetahui kelayakan instrumen. Instrumen yang sudah divalidasi kemudian direvisi oleh peneliti. Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan guru mengenai pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Hasil dari uji keterbacaan tersebut direvisi kembali sebelum akhirnya instrumen siap untuk digunakan. 3.4.2 Penyusunan Rencana Tahap kedua adalah penyusunan rencana. Data analisis kebutuhan yang diperoleh digunakan sebagai bahan pembuatan konsep alat peraga. Konsep yang dibuat peneliti berupa disain alat peraga, disain album alat peraga, dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian berupa instrumen tes dan kuesioner validasi produk untuk guru dan siswa. Instrumen tes akan digunakan sebagai pretest dan posttest yang dibuat dalam bentuk tes membaca dan tes menulis. Tes menulis terdiri dari menulis abjad dan menulis suku kata/kata/kalimat. Sedangkan tes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 membaca terdiri dari membaca suku kata, kata, dan kalimat. Instrumen tersebut divalidasi oleh ahli pembelajaran Bahasa Indonesia dan guru sebelum akhirnya direvisi dan melalui uji empiris. Uji empiris dilakukan di kelas I SD setara. Hasil uji empiris diolah dengan menggunakan Statistic Package for Social Studies 20 (SPSS 20) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes. Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan dengan siswa. Kemudian peneliti memperbaiki kelemahan yang ada sebelum instrumen siap digunakan. Selain instrumen tes, peneliti juga menyusun kuesioner untuk validasi alat peraga oleh ahli dan kuesioner tanggapan mengenai produk alat peraga oleh guru dan siswa. Setelah penyusunan, kuesioner tersebut divalidasi oleh ahli bahasa dan guru untuk menguji kelayakan instrumen sebelum digunakan. Hasil validasi direvisi oleh peneliti sebelum kuesioner tersebut siap digunakan. 3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk Tahap ketiga adalah pengembangan bentuk awal produk. Berdasarkan disain alat peraga dan disain album, peneliti mengumpulkan bahan-bahan pembuatan alat peraga. Melalui bahan-bahan tersebut, peneliti membuat alat peraga. Selain alat peraga, peneliti membuat album alat peraga guna sebagai pedoman pemakaian alat peraga. Hasil akhir dari tahap ini adalah alat peraga dan album yang siap divalidasi. 3.4.4 Validasi Produk Tahap keempat adalah validasi produk. Alat peraga divalidasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui kesesuaian alat peraga dengan kedua pembelajaran tersebut. Sedangkan album alat peraga divalidasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan ahli bahasa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian langkah-langkah penggunaan alat peraga dengan pembelajaran Montessori. Tahap ini menghasilkan album dan alat peraga yang siap untuk uji coba lapangan terbatas. 3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Produk yang dibuat dujikan kepada lima siswa SD penelitian. Sebelum diujicobakan, kelima siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 tersebut diberikan pretest. Setelah melalui pretest, uji coba dilakukan kepada lima siswa tersebut. Ketika uji coba selesai, siswa diberikan posttest. Peneliti kemudian meminta tanggapan kepada guru dan siswa mengenai penggunaan alat peraga tersebut. Peneliti kemudian melakukan revisi apabila diperlukan. Hasil akhir dari tahap ini adalah prototipe alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas pengumpulan data yang berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dilihat dari segi teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2012: 137). Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya (Sudaryono, Margono, Rahayu, 2013: 29). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, kuesioner, gabungan (triangulasi) dan tes. 3.5.1 Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung baik secara partisipatif maupun non partisipatif (Sukmadinata, 2008:220). Peneliti menggunakan observasi non partisipatif dimana peneliti hanya mengamati pembelajaran yang berlangsung. Observasi dilaksanakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I yang diampu oleh guru kelas I. Aspek yang diamati ialah ketersediaan dan penggunaan alat peraga membaca dan menulis serta kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis. 3.5.2 Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Pedoman yang digunakan dalam wawancara berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik (Sudaryono, dkk., PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 2013: 35). Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu Kepala SD N Karangwuni 1, guru kelas I, dan siswa kelas I. Data yang diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah berupa informasi terkait dengan permasalahan dalam pembelajaran membaca dan menulis, ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah, dan penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. Data dari hasil wawancara dengan guru kelas I berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam membaca dan menulis, kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis, dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan baik guru maupun siswa. Sedangkan data yang diperoleh dari wawancara dengan siswa kelas I adalah informasi tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca dan menulis, penggunaan alat peraga, dan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca dan menulis. Selain untuk memperoleh informasi tersebut, wawancara dengan siswa dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga. Informasi terkait dengan analisis kebutuhan untuk siswa berupa ketersediaan alat peraga di kelas, pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan pemanfaatan benda sekitar, karakteristik alat peraga yang menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual, serta peran alat peraga tersebut dalam pembelajaran. 3.5.3 Kuesioner Kuesioner (angket) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrumen pengumpulan datanya berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden (Sukmadinata, 2008: 219). Penelitian ini menggunakan kuesinoer untuk analisis kebutuhan yang diberikan kepada guru terkait dengan alat peraga. Kuesioner berikutnya adalah kuesioner validasi produk dan kuesioner tanggapan mengenai alat peraga. Kuesioner validasi produk diberikan kepada ahli pembelajaran Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga diberikan kepada guru kelas I dan siswa kelas I untuk mengetahui kelayakan dari hasil akhir alat peraga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 3.5.4 Tes Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Sudaryono, dkk., 2013: 40). Dalam penelitian ini, tes digunakan dalam pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum uji coba terbatas. Posttest digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah uji coba. 3.6 Instrumen Penelitian Hasil penelitian sangat tergantung pada jenis instrumen pengumpul datanya. Oleh sebab itu instrumen penelitian harus memiliki tingkat kepercayaan dan sekaligus data itu memiliki tingkat kesahihan (Setyosari, 2013: 207). Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian di antaranya kuesioner, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan matriks triangulasi untuk teknik nontes dan soal pretest-posttest untuk teknik tes. 3.6.1 Pedoman Observasi Observasi dilaksanakan di kelas I untuk memperoleh data mengenai pembelajaran membaca dan menulis dan ketersediaan alat peraga. Aspek yang diamati dalam observasi antara lain ketersediaan alat peraga membaca dan menulis di kelas, penggunaan alat peraga membaca dan menulis di kelas, cara penggunaan alat peraga membaca dan menulis di kelas, dan kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas I No. Item 1. 2. 3. 4, 5, 6 Kisi-Kisi Observasi Ketersediaan alat peraga membaca dan menulis di kelas Penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis di kelas Cara penggunaan alat peraga membaca dan menulis di kelas Objek yang Diamati Adanya alat peraga yang didisplay untuk membaca dan menulis di kelas. Guru menggunakan alat peraga membaca dan menulis di kelas. Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga membaca dan menulis kepada siswa. Kesulitan belajar yang dialami Siswa melakukan kesalahan dalam siswa dalam membaca dan membaca di kelas. menulis Siswa melakukan kesalahan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 menulis. Siswa melakukan aktivitas lain selain yang diminta guru. Pedoman observasi telah divalidasi oleh ahli pembelajaran Bahasa Indonesia dan guru SD setara. Oleh karena itu uji validitas yang digunakan ialah validitas konstruk. Dalam hal ini, intrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2012: 125). Dari hasil validitas konstruk, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman observasi yang dapat dilihat pada tabel 4.1 halaman 57. 3.6.2 Pedoman Wawancara Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu Kepala SD N Karangwuni 1, guru kelas I, dan siswa kelas I. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga, pembelajaran membaca dan menulis, dan analisis kebutuhan siswa akan ketersediaan alat peraga. 3.6.1.1 Wawancara Kepala Sekolah Wawancara dengan kepala sekolah berupa informasi terkait dengan permasalahan dalam pembelajaran membaca dan menulis, ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah, dan penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. Peneliti menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Wawancara jenis ini tampak luas dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subyek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan. Subyek diberi kebebasan dalam mengungkapkan pandangannya (Sudaryono, 2013: 37). Rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah No 1. 2. 3. 4. Topik Pertanyaan Informasi berkaitan dengan permasalahan membaca dan menulis. Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain: a. Alat peraga membaca menulis yang sudah ada di sekolah b. Pengadaan alat peraga membaca menulis di sekolah c. Perawatan alat peraga membaca dan menulis di sekolah Penggunaan alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 3.6.1.2 Wawancara Guru Kelas I Wawancara dengan guru kelas I berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam membaca dan menulis, kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis, dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan baik guru maupun siswa. Wawancara ini menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Rencana wawancara dengan guru kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I No 1. 2. 3. 4. 5. Topik Pertanyaan Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain: a. Alat peraga membaca dan menulis yang dimiliki oleh kelas b. Pengadaan alat peraga membaca dan menulis oleh guru Penggunaan alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa membaca dan menulis Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. 3.6.1.3 Wawancara Siswa Kelas I Wawancara dengan siswa kelas I dilakukan untuk menggali informasi tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca dan menulis, penggunaan alat peraga, dan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca dan menulis. Selain untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga. Wawancara menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Adapun rencana wawancara dengan siswa kelas I dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5 Tabel 3.4 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa No 1. 2. 3. Topik Pertanyaan Tanggapan terhadap kegiatan membaca dan menulis yang selama ini terjadi. Penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis Tabel 3.5 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa No 1. 2. 3. 4. 5. Indikator Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca dan menulis. Pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar. Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang kontekstual Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang menarik Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang auto-correction PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 No 6. 7. Indikator Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang bergradasi. Peran alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran. Pedoman wawancara tersebut telah melalui tahap uji validasi konstruk oleh guru dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia yang merangkup sebagai ahli bahasa. Hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 halaman 59. Hasil validasi pedoman wawancara dengan guru dapat dilihat pada tabel 4.6 halaman 61. Hasil validasi pedoman wawancara identifikasi masalah dengan siswa dapat dilihat pada tabel 4.9 halaman 63. Hasil validasi pedoman wawancara analisis kebutuhan dengan siswa dapat dilihat pada tabel 4.15 halaman 69. 3.6.3 Kuesioner Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk analisis kebutuhan untuk guru, validasi produk, dan tanggapan mengenai alat peraga setelah uji coba lapangan terbatas. 3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan Kuesioner analisis kebutuhan menggunakan bentuk kuesioner terbuka. Oleh karena itu pertanyaan dalam kuesioner dijawab secara bebas oleh responden. Kuesioner ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kebutuhan akan alat peraga beserta karakteristik alat peraga yang diinginkan responden. Responden yang dituju ialah guru kelas I. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 3.6. Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan No. 1 2 3 4 No. Item 1 dan 2 3 Indikator Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca dan menulis. Pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar. 4, 5, 6, Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang kontekstual, 7, 8, menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education. dan 9 10 Peran alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Keempat indikator dalam tabel 3.6 dikembangkan menjadi 10 pertanyaan yang disusun dalam kuesioner analisis kebutuhan. 3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk Kuesioner validasi produk disusun untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan. Kuesioner validasi produk diisi oleh ahli pembelajaran Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuesioner diisi oleh para ahli setelah peneliti mempresentasikan penggunaan alat peraga. Kisi-kisi kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk Indikator Autoeducation Kontekstual Menarik Bergradasi Autocorrection Aspek yang dinilai Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis permulaan. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara mandiri. Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara mandiri oleh sekolah/guru. Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk mempelajari kompetensi dasar lain. Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan. No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Selain validasi produk yang berupa alat peraga, produk yang berupa album alat peraga juga divalidasi. Album alat peraga divalidasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan ahli Bahasa. Berikut aspek-aspek yang dinilai dalam validasi album disajikan dalam tabel 3.8. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Tabel 3.8 Aspek Penilaian Album Alat Peraga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aspek yang Dinilai Kesesuaian bahasa dengan kaidah bahasa Indonesia baku Kejelasan kalimat Pemilihan ukuran huruf Pemilihan jenis huruf Kelengkapan isi album Keruntutan langkah kegiatan Pemilihan ukuran gambar Kejelasan gambar Kesesuaian langkah kegiatan dengan gambar yang dicantumkan Kesesuaian perilaku dalam langkah kegiatan dengan perkembangan siswa Setelah seluruh kuesioner divalidasi oleh para ahli, peneliti mendapatkan hasil validasi kemudian mengolah data tersebut. Melalui hasil validasi konstruk yang dilakukan oleh para ahli tersebut diperoleh hasil rerata skor. Hasil rerata skor validasi kuesioner analisis kebutuhan dapat dilihat pada tabel 4.12 halaman 68. Rerata hasil validasi kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 4.32 halaman 87. Selain melalui uji validitas kontruk, kuesioner analisis kebutuhan perlu diuji keterbacaannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap kalimat pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner. Melalui uji keterbacaan tersebut diperoleh hasil rerata skor yang dapat dilihat pada tabel 4.14 halaman 69. 3.6.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga disusun untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap alat peraga setelah uji coba terbatas. Kuesioner diisi oleh guru dan salah satu siswa kelas I. Kisi-kisi kuesioner tanggapan mengenai alat peraga untuk guru dapat dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Guru mengenai Alat Peraga Indikator Autoeducation Kontekstual Aspek yang dinilai Membantu siswa dalam membaca dan menulis permulaan. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara mandiri. Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara mandiri oleh sekolah/guru. No. Item 1 2 3 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Indikator Menarik Bergradasi Autocorrection No. Item 5 Aspek yang dinilai Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk mempelajari kompetensi dasar lain. Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan. 6 7 8 9 10 11 Selain untuk guru, kuesioner tanggapan mengenai alat peraga juga ditujukan kepada siswa. Kisi-kisi kuesioner tanggapan mengenai alat peraga untuk siswa dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Siswa mengenai Alat Peraga Indikator Autoeducation Kontekstual Menarik Bergradasi Autocorrection Aspek yang dinilai Membantu siswa dalam membaca dan menulis permulaan. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara mandiri. Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara mandiri oleh sekolah/guru. Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk mempelajari kompetensi dasar lain. Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan. No. Item 2 dan 6 1 12 13 3 4 9 5 dan 7 8 10 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Sebelum kuesioner tersebut diberikan kepada responden, kuesioner melewati tahap uji keterbacaan terlebih dahulu. Uji keterbacaan dilakukan oleh guru SD setara. Hal ini dilakukan agar guru maupun siswa dapat memahami kalimat penyataan dalam kuesioner dengan mudah. Hasil rerata skor yang diperoleh dari uji keterbacaan kuesioner tanggapan untuk guru dan siswa disajikan dalam tabel 4.34 halaman 89. 3.6.4 Soal Tes Dalam penelitian ini, instrumen tes digunakan sebagai pretest dan posttest. kedua tes tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah uji coba terbatas dengan alat peraga. Peneliti menyusun tes tersebut berdasarkan Kompetensi Dasar membaca dan menulis untuk kelas I semester ganjil. Kompetensi Dasar membaca yang diambil ialah 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat dan 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. Sedangkan Kompetensi Dasar untuk menulis antara lain 4.2 Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf dan 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar. Soal tes terdiri dari dua jenis tes yang dijadikan satu dalam satu kali tes. Kedua jenis tes tersebut adalah tes membaca dan tes menulis. Dalam tes membaca, kemampuan siswa dalam membaca suku kata, kata, dan kalimat diukur dengan kriteria yang telah disusun. Sedangkan tes menulis merupakan jenis tes kompetensi berbahasa Indonesia produktif (Nurgiyantoro, 2010: 351-422). Dalam tes kompetensi menulis, tugas yang diberikan berdasarkan rangsangan suara, bentuk-bentuk huruf, dan kalimat. Melalui bentuk-bentuk huruf, siswa menebalkan bentuk huruf alfabet sesuai dengan arah penulisannya. Sedangkan melalui kalimat, siswa menulis kembali kalimat pendek dengan posisi penulisan yang sesuai garis. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada tabel 3.11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Tes Tes Membaca Kompetensi Dasar Indikator 3.1 Membaca nyaring suku 3.1.1 Membaca suku kata yang kata dan kata dengan lafal yang bentuknya hampir mirip. tepat. 3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya sama. 3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama. 3.1.4 Membaca kata dengan dua suku kata yang berbeda. 3.2 Membaca nyaring kalimat 3.2.1 Membaca kalimat pendek yang sederhana dengan lafal dan terdiri dari 2-3 kata. intonasi yang tepat. Tes Menulis 4.2 Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar 4.2.1 Menebalkan bentuk huruf a- z sesuai dengan arah menulis yang benar. 4.3.1 Menulis kata dengan suku kata sama melalui dikte. 4.3.2 Menulis kata dengan suku kata berbeda melalui dikte. 4.3.3 Menulis kata dengan tiga suku kata melalui dikte. 4.3.4 Menulis kata yang terdapat huruf mati melalui dikte. 4.3.5 Menulis kembali sesuai garis kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. No. Item 1 Bentuk Tes 2 3 4 Membaca suku kata, kata, dan kalimat 7 dan 8 126 Menulis abjad 3 4 5 6 Menulis kata dan kalimat 7 dan 8 Sebelum instrumen tes diberikan kepada siswa, instrumen tes divalidasi terlebih dahulu. Tes yang valid adalah tes yang mampu mengukur apa yang hendak diukur (Djaali dalam Sudaryono, dkk., 2013: 104). Validitas yang dilakukan adalah validitas isi dan validitas kontruk. Validitas isi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan apakah butir-butir tes itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur (Kusaeri & Suprananto, 2012:79-81). Sedangkan dalam validitas konstruk, instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, yang dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2012: 125). Uji validitas isi dan konstruk dilakukan dengan para ahli Bahasa Indonesia dan guru dengan menilai kesesuaian indikator dengan item tes serta tata bahasa yang digunakan. Tabel penilaian validitas isi dan konstruk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 dapat dilihat pada tabel 3.12. Hasil dari uji validitas isi dan konstruk dapat dilihat pada tabel 4.22 halaman 81. Tabel 3.12 Penilaian Validitas Isi dan Validitas Konstruk Instrumen Tes Indikator Membaca 3.1.1 Membaca suku kata yang bentuknya hampir mirip. 3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya sama. 3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama. 3.1.4 Membaca kata dengan dua suku kata yang berbeda. 3.2.1 Membaca kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Menulis 4.2.1 Menebalkan bentuk huruf a- z sesuai dengan arah menulis yang benar. Item Soal 1. ba bi da di 2. pa pi pa di 3. pa pa ba ba 4. ba ju ba yu 7. ini mama mina 8. bona bawa mangga abcdefghIjklmnopqrstuvw xyz 4.3.1 Menulis kata dengan suku kata sama melalui 3. pa pa ba ba dikte. 4.3.2 Menulis kata dengan suku kata berbeda melalui 4. ba ju ba yu dikte. 4.3.3 Menulis kata dengan tiga suku kata melalui 5. se pa tu ba ru dikte. 4.3.4 Menulis kata yang terdapat huruf mati melalui 6. man di pa gi dikte. 4.3.5 Menulis kembali sesuai garis kalimat pendek 7. ini mama mina yang terdiri dari 2-3 kata. 8. bona bawa mangga Setelah melalui tahap validasi isi dan konstruk dengan ahli, peneliti mendapatkan masukan dari guru untuk menambahkan tes isian yang berupa melengkapi huruf. Saran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23 halaman 82. Oleh karena itu, peneliti memberi tambahan satu jenis tes yaitu tes isian. Tes isian melengkapi merupakan suatu bentuk tes objektif yang terdiri dari pernyataanpernyataan yang sengaja dihilangkan sebagian unsurnya (Nurgiyantoro, 2010: 135). Peneliti menyusun enam item tes isian yang berupa melengkapi huruf berdasarkan gambar. Kisi-kisi tes isian dapat dilihat pada tabel 3.13. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Tabel 3.13 Kisi-Kisi Tes Isian Item Pernyataan Jeruk Anggur Buku Pensil Pisang Sepatu No. Item 1 2 3 4 5 6 Instrumen tes yang sudah divalidasi kemudian melalui tahap uji empiris. Uji empiris dilakukan kepada siswa kelas I di SD setara. Data dari uji empiris diolah dengan program SPSS 20 for Windows untuk menganalisis item soal agar memperoleh item yang valid. Butir-butir soal divalidasi dengan SPSS 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan dalam SPSS adalah jika angka signifikansi hasil riset < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Sedangkan jika hasil riset > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan (Sarwono, 2010: 118). Rekapitulasi hasil pengolahan item tes dengan SPSS 20 for Windows disajikan dalam tabel 4.25, 4.26, 4.27, halaman 84-85. Selain uji validitas, instrumen tes melalui uji reliabilitas dengan SPSS 20 for Windows. Uji reliabilitas bertujuan untuk memperkuat hasil pengukuran suatu instrumen. Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas soal menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas menurut Sugiyono (2011:131) adalah sebagai berikut. Tabel 3.14. Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono (2011: 131) Interfal Koefisien Reliabilitas 0,91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20 Kualitatif Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Setelah melalui tahap pengujian validitas dan reliabilitas, instrumen tes diuji keterbacaannya. Uji keterbacaan dilakukan oleh guru dan siswa kelas I SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan dalam tabel 4.31 halaman 87. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 3.7 Triangulasi Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2012: 241). Sugiyono (2012: 241) membedakan triangulasi menjadi dua macam yaitu triangulasi teknik dan trangulasi sumber. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik tersebut. Triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Berikut bagan 3.3 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan. Observasi Wawancara Kuesioner Data Analisis Kebutuhan Bagan 3.3 Bagan Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan Berdasarkan bagan 3.3, peneliti memperoleh data analisis kebutuhan melalui teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Data tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan mengembangkan alat peraga. Hasil triangulasi teknik disajikan dalam bagan 4.2 halaman 79. Selain triangulasi teknik, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Sumber yang digunakan yakni kepala sekolah, guru, dan siswa. Triangulasi sumber dilakukan dengan wawancara untuk mengidentifikasi permasalahan mengenai pembelajaran membaca dan menulis permulaan dan ketersediaan alat peraga. Hasil wawancara disajikan dalam bagan 4.1 halaman 68. Berikut bagan 3.4 triangulasi sumber. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Wawancara Kepala Sekolah Guru Siswa Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara 3.8 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinfornasikan kepada oranglain (Bogdan dalam Sugiyono, 2012: 244). Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini, data kuantitatif diperoleh dari validasi pedoman observasi, validasi pedoman wawancara, validasi kuesioner analisis kebutuhan, validasi kuesioner validasi produk, uji keterbacaan kuesioner, uji keterbacaan kuesioner tanggapan penggunaan alat peraga, uji keterbacaan soal tes, uji empiris soal tes, dan uji coba terbatas pretest dan posttest. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil validasi kuesioner, validasi observasi, dan validasi wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan, hasil observasi, dan hasil wawancara. Berikut adalah uraian teknik analisis dari data kuantitatif dan data kualitatif. 3.8.1 Analisis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif menggunakan skala Likert 1-4. Penyekalaan Likert merupakan metode penyekalaan sikap yang menggunakan distribusi jawaban sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Kusaeri & Suprananto, 2012: 221). Dalam penelitian ini, skala Likert digunakan dalam berbagai validasi instrumen dengan penggunaan kriteria yang berbeda-beda tergantung kebutuhan penilaiannya. Berikut instrumen penelitian beserta skala dan kriterianya. Skala dan kriteria untuk validasi instumen non tes yang berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan, dan kuesioner validasi produk disajikan dalam tabel 3.15. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Tabel 3.15 Skala dan Kriteria Validasi Instrumen Non Tes Nilai Kriteria 4 Item sudah layak digunakan tanpa diperbaiki 3 Item sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki 2 Item kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki 1 Item tidak layak digunakan Skala dan kriteria untuk uji validitas isi dan konstruk instrumen tes berupa soal disajikan dalam tabel 3.16. Tabel 3.16 Skala dan Kriteria Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrumen Tes Nilai Bobot 4 Item soal sesuai dengan indikator dan tidak perlu diperbaiki 3 Item soal sesuai dengan indikator namun perlu diperbaiki 2 Item soal belum sesuai dengan indikator dan perlu diperbaiki 1 Item soal tidak layak digunakan Skala dan kriteria untuk uji keterbacaan instrumen tes untuk siswa disajikan dalam tabel 3.17. Tabel 3.17 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Instrumen Tes Nilai Bobot 4 Suku kata/kata yang digunakan sangat jelas dan mudah dipahami 3 Suku kata/kata yang digunakan jelas tetapi sulit dipahami 2 Suku kata/kata yang digunakan kurang jelas dan sulit dipahami 1 Suku kata/kata yang digunakan tidak jelas dan sulit dipahami Skala dan kriteria untuk uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner tanggapan penggunaan alat peraga, dan wawancara analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 3.18. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Tabel 3.18 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Kuesioner dan Wawancara Nilai Kriteria 4 Kalimat yang digunakan sangat jelas dan mudah dipahami 3 Kalimat yang digunakan jelas tetapi sulit dipahami 2 Kalimat yang digunakan kurang jelas dan sulit dipahami 1 Kalimat yang digunakan tidak jelas dan sulit dipahami Skala dan kriteria untuk kuesioner validasi produk alat peraga oleh ahli disajikan dalam tabel 3.19. Tabel 3.19 Skala dan Kriteria Kuesioner Produk Oleh Ahli Nilai Kriteria 4 Alat peraga sesuai dengan aspek yang dinilai dan tidak perlu diperbaiki 3 Alat peraga sesuai dengan aspek yang dinilai namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki Alat peraga kurang sesuai dengan aspek yang dinilai sehingga perlu diperbaiki Alat peraga tidak sesuai dengan aspek yang dinilai sehingga perlu diganti 2 1 Skala dan kriteria untuk kuesioner validasi produk berupa album alat peraga oleh ahli disajikan dalam tabel 3.20. Tabel 3.20 Skala dan Kriteria Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli Nilai Kriteria 4 Sangat baik dan tidak perlu diperbaiki 3 Baik, namun perlu diperbaiki 2 Cukup baik dan perlu diperbaiki 1 Kurang baik dan tidak layak digunakan Skala dan kriteria untuk kuesioner tanggapan mengenai penggunaan alat peraga oleh guru disajikan dalam tabel 3.21. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 Tabel 3.21 Skala dan Kriteria Kuesioner Tanggapan Penggunaan Alat Peraga Guru Siswa Nilai Kriteria Nilai Keterangan Jawaban 1 Ya 4 Alat peraga sangat sesuai dengan pernyataan 3 Alat peraga sesuai dengan pernyataan namun 0 terdapat kekurangan Alat peraga kurang sesuai dengan pernyataan sehingga perlu diperbaiki Alat peraga tidak sesuai dengan pernyataan sehingga kurang layak digunakan 2 1 Tidak Instrumen yang telah diberi penilaian kemudian diolah untuk memperoleh rerata skor. Hasil perolehan rerata penilaian dihitung dengan rumus 3.1. 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ ∑ 𝑖𝑡𝑒𝑚 Rumus 3.1. Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif berdasarkan acuan dari Widoyoko (2014: 144). Konversi tersebut disajikan pada tabel 3.22. Konversi berlaku untuk seluruh hasil validasi instrumen tes dan non tes. Tabel 3.22 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor 3,26 - X - 4,00 2,51 - X - 3,25 1,76 - X - 2,50 1,00 - X - 1,75 Kategori Sangat Baik Baik Kurang Sangat Kurang Dalam pengolahan data hasil kuesioner analisis kebutuhan, dilakukan perhitungan persentase jawaban responden pada kuesioner. Untuk memperoleh persentase jawaban kuesioner, jawaban kuesioner kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus dari Supraktiknya (2012:128). Rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner adalah rumus 3.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 = ∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑥 100% ∑ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 Rumus 3.2. Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner Analisis berikutnya adalah analisis untuk soal pretest dan posttest. Penilaian menggunakan teknik penskoran dengan interval skor 1-3 untuk tes menulis kecuali menulis abjad. Tes menulis abjad menggunakan penskoran 1-0, dan interval skor 1-4 untuk tes membaca. Berikut adalah skala dan kriteria untuk penilaian tes disajikan dalam tabel 3.23. Tabel 3.23 Skala dan Kriteria Penilaian Tes Jenis Tes Bentuk Tes Skor/ Kriteria Skala Menulis 0 Siswa belum mampu menebalkan huruf dengan rapi Abjad 1 Siswa menebalkan huruf dengan jelas, rapi dan sesuai garis 1 Siswa mengisi bagian rumpang dengan huruf dan penulisan yang belum benar. 2 Siswa mengisi bagian rumpang dengan huruf yang Tes isian tepat tetapi penulisan belum benar. Tes 3 Siswa mengisi bagian rumpang dengan huruf yang Menulis tepat dan dengan penulisan yang benar. 1 Siswa belum menuliskan kembali secara lengkap dan tanpa penulisan yang benar. Menulis suku kata, 2 Siswa menuliskan kembali secara lengkap dan kata, dan dengan penulisan benar. kalimat 3 Siswa menuliskan kembali secara lengkap dan dengan penulisan benar. 1 Siswa membaca dengan menguasai dua aspek 2 Siswa membaca dengan menguasai tiga aspek Membaca 3 Siswa membaca dengan menguasai empat aspek Tes suku kata, 4 Siswa membaca dengan menguasai lima aspek Membaca kata, dan (benar/sesuai dengan yang ditulis, lancar, intonasi kalimat jelas, nyaring, tanpa menujuk suku kata/kata/kalimat yang ditulis). Penghitungan skor akhir dari tes menulis dan tes membaca dilakukan secara terpisah. Untuk tes menulis, skor yang diperoleh dari menulis abjad, tes isian, dan menulis suku kata/kata/kalimat ditotal dan diperoleh skor akhir dari tes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 menulis. Sedangkan untuk tes membaca, skor yang diperoleh dari membaca suku kata/kata/kalimat ditotal dan diperoleh skor akhir dari tes membaca. Nilai akhir membaca dan menulis pada pretest dan posttest setiap siswa dihitung dengan rumus 3.3. 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100 ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 Rumus 3.3 Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest 3.8.2 Analisis Data Kualitatif Analisis data secara kualitatif dilakukan pada instrumen analisis kebutuhan untuk guru, kuesioner validasi produk, observasi, dan wawancara kepala sekolah, guru, dan siswa. Untuk analisis kuesioner, peneliti melakukan analisis dengan cara pertama, membuat kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks. Ketiga, membandingkan dengan data kuantitatif yang ada (Creswell, 2012: 328-329). Sedangkan untuk memperoleh hasil observasi dan wawancara, data diolah dengan cara pertama, membaca transkrip wawancara/observasi yang sudah disusun secara berulang-ulang dan dengan pemahaman yang baik. Kedua, menemukan kata kunci. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan sementara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema dari daftar yang telah dibuat (Poerwandari dalam Supratiknya, 2012: 117). Selanjutnya data diolah dengan teknik triangulasi, baik triangulasi teknik maupun triangulasi sumber. Dengan demikian, data yang diperoleh semakin lengkap dan akurat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab 4 ini menguraikan penjelasan dari bab sebelumnya. Uraian tersebut terdiri dari hasil dan pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Subbab ini menguraikan proses penelitian yang meliputi potensi masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. 4.1.1 Potensi Masalah Pada potensi masalah, peneliti menguraikan identifikasi masalah dan analisis kebutuhan. 4.1.1.1 Identifikasi Masalah Peneliti melakukan identifikasi masalah dengan teknik observasi dan wawancara. Permasalahan yang diidentifikasi yaitu masalah yang berkaitan dengan ketersediaan alat peraga di kelas dan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran membaca dan menulis. Hasil dari observasi dan wawancara kemudikan dikaji dengan menggunakan triangulasi data. 4.1.1.1.1 Observasi Observasi dilaksanakan untuk mengamati ketersediaan alat peraga dan pembelajaran membaca dan menulis di kelas I SD N Karangwuni 1. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 39. Sebelum pedoman observasi digunakan, pedoman tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Hasil validasi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli Ahli Bahasa Indonesia Guru Rerata 1 4 3 No. Item 2 3 4 4 4 4 4 3 4 58 Total Rerata 16 14 15 4 3,5 3,75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Dilihat dari tabel 4.1, rerata skor yang diperoleh sebesar 3,75. Berdasarkan tabel 3.22 halaman 60 pedoman observasi memiliki rerata skor di atas 3,26 yang artinya pedoman tersebut masuk ke dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, pedoman observasi dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 112. Setelah pedoman observasi divalidasi, peneliti melakukan observasi pembelajaran membaca dan menulis dan ketersediaan alat peraga di kelas I SD N Karangwuni 1. Observasi dilaksanakan pada tanggal 14 September 2015. Lembar hasil observasi disajikan dalam tabel 4.2 dan dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 114. Tabel 4.2 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas I Objek yang diamati Adanya alat peraga yang didisplay untuk membaca dan menulis di kelas. Guru menggunakan alat peraga membaca dan menulis di kelas. Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga membaca dan menulis kepada siswa. Jawaban Ada Siswa melakukan kesalahan dalam membaca di kelas. Siswa melakukan kesalahan dalam menulis. Siswa melakukan aktivitas lain selain yang diminta guru. Ya Catatan Berupa balok huruf dan alat permainan susun kalimat. Tidak Alat peraga sedang tidak digunakan Tidak Guru mendikte kata kemudian siswa menulis kata yang didikte tersebut. Guru memberi contoh menulis tegak bersambung pada buku masingmasing siswa kemudian siswa menulis kembali huruf yang ditulis guru. Satu siswa membaca kata toti menjadi topi, biru menjadi baru. Ya Satu siswa menulis kata topi menjadi tofi. Ya Satu siswa memainkan peraut dan mobilmobilan. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga membaca dan menulis permulaan masih terbatas dan tidak digunakan secara optimal. Sehingga kurang mendukung dalam meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran membaca dan menulis yang menarik dan mudah bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dimana siswa melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan membaca dan menulis. Permasalahan yang dialami beberapa siswa belum dapat diatasi secara optimal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 apabila guru hanya menggunakan teknik dikte dalam belajar membaca dan menulis. 4.1.1.1.2 Wawancara Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I, dan dua siswa kelas I. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh ahli Bahasa Indonesia dan guru SD setara. Wawancara pertama dilakukan dengan kepala sekolah. Rencana wawancara dapat dilihat pada tabel 3.2 halaman 40. Sedangkan hasil validasi pedoman wawancara disajikan dalam tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Ahli Bahasa Indonesia Guru No. Item 7 8 9 10 4 4 4 4 1 4 2 3 3 4 4 4 5 3 6 4 3 4 4 4 3 4 4 4 Rerata 3 4 11 3 12 4 13 14 3 3 4 4 4 3 Total Rerata 51 3,64 52 45,5 3,71 3,68 Berdasarkan tabel 4.3, validasi pedoman wawancara kepala sekolah memperoleh rerata skor 3,68 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 115. Selain memberikan skor penilaian, ahli Bahasa Indonesia memberikan komentar terhadap instrumen yang disajikan pada tabel 4.4. Komentar tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan revisi terhadap instrumen. Tabel 4.4 Revisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia No. Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Item 2 Berapa persen siswa yang Perlu ditambah „Jika ya,‟ memiliki permasalahan pada awal pertanyaan tersebut? untuk menyambungkan dengan pertanyaan sebelumnya 5 Apakah siswa memiliki Tambahkan alasan ketertarikan dalam hal membaca dan menulis? Sesudah Perbaikan Jika ya, berapa persen siswa yang memiliki permasalahan tersebut? Apakah siswa memiliki ketertarikan dalam hal membaca dan menulis? Jika ya, apakah alasannya? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 No. Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Item 11 Apakah dalam kegiatan Tambahkan kata „siswa‟ membaca dan menulis menggunakan alat peraga? 13 14 Apakah pernah dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan alat peraga? Apa saja metode yang digunakan dalam penelitian tersebut? Sesudah Perbaikan Apakah dalam kegiatan membaca dan menulis siswa menggunakan alat peraga? „pernah dilakukannya‟ Apakah penelitian yang lebih baik diganti dengan berkaitan dengan alat „pernah dilakukan di peraga pernah dilakukan SD…‟ di SD N Karangwuni? Tambahkan „Jika ya‟ Jika ya, apa saja metode yang digunakan dalam penelitian tersebut? Setelah instrumen direvisi, peneliti melakukan wawancara dengan kepala SD N Karangwuni 1 yang dilaksanakan tanggal 29 September 2015. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dituangkan dalam tabel 4.5. Transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 121. Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Topik pertanyaan Informasi berkaitan dengan permasalahan membaca dan menulis. No. Item 1, 2, 3, 4, dan 5 Ketersediaan alat peraga di sekolah 6, 7, 8, 9, dan 10 Penggunaan alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. 11 dan 12 13 dan 14 Hasil Wawancara Dalam setiap tahunnya, terdapat permasalahan membaca dan menulis di SD N Karangwuni 1. Sebanyak 50 % siswa mengalami permasalahan tersebut. Permasalahan yang muncul antara lain siswa belum hafal huruf yang menyebabkan kesulitan merangkai huruf menjadi kata atau kalimat. Permasalahan disebabkan karena beberapa siswa ada yang tidak mengalami masa TK dan memiliki kemampuan menghafal yang rendah sehingga siswa kurang minat dalam membaca dan menulis Alat peraga untuk membaca dan menulis yang ada di sekolah berupa potongan kartu, potongan huruf, dan balok huruf. Tidak setiap tahun sekolah melakukan pengadaan alat peraga, biasanya ada bantuan dari dinas atau guru membuat sendiri. Alat peraga tersebut disimpan dengan baik walaupun beberapa sudah rusak. Alat peraga membaca dan menulis digunakan dalam pembelajaran. Alat peraga digunakan secara klasikal di kelas walaupun belum optimal. Belum ada penelitian terkait alat peraga di SD N Karangwuni 1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Wawancara kedua dilakukan dengan guru kelas I. Rencana wawancara dengan guru kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3 halaman 41. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh ahli dengan hasil yang dituangkan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Ahli Bahasa Indonesia Guru No. Item 8 9 10 4 4 4 1 3 2 4 3 2 4 3 5 4 6 7 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 Rerata 4 11 3 12 4 13 14 15 4 3 3 4 4 4 4 4 Total Rerata 50 3,34 58 54 3,87 3,6 Hasil validasi pedoman wawancara dalam tabel 4.6 menunjukkan rerata skor sebesar 3,6. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Maka, pedoman wawancara dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 115. Dalam validasi pedoman wawancara, ahli Bahasa Indonesia juga memberikan komentar yang dituangkan dalam tabel 4.7. Komentar dari ahli Bahasa Indonesia menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan revisi. Tabel 4.7 Revisi Pedoman Wawancara Guru berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia No. Item 1 3 4 6 Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Sesudah Perbaikan Apakah di kelas terdapat alat peraga untuk membaca dan menulis dalam proses belajar mengajar? Alat peraga yang diadakan apakah beli dari luar atau membuat sendiri? Bagian „dalam proses belajar mengajar‟ diganti dengan „untuk digunakan dalam pembelajaran Apakah dalam kegiatan membaca dan menulis menggunakan alat peraga? Apakah guru mengalami kesulitan dan membimbing siswa membaca dan menulis? Tambahkan kata „siswa‟ setelah kata „menggunakan‟ Apakah di kelas terdapat alat peraga untuk membaca dan menulis untuk digunakan dalam pembelajaran? Alat peraga yang diadakan apakah beli dari luar atau membuat sendiri? Jika ya, darimana guru mendapatkan alat peraga tersebut? Apakah dalam kegiatan membaca dan menulis siswa menggunakan alat peraga? Apakah guru mengalami kesulitan dalam membimbing siswa untuk membaca dan menulis? Tambahkan „Jika ya, darimana guru mendapatkan alat peraga tersebut?‟ di akhir pertanyaan Kata „dan‟ diganti dengan „dalam‟ lalu tambahkan „untuk‟ setelah kata siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 No. Item 7 11 14 15 Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Apa saja bentuk kesulitan Ganti pertanyaan dengan yang dialami? „Kesulitan apa saja yang dialami guru dalam membimbing siswa untuk membaca dan menulis?‟ Apa saja bentuk kesulitan Ganti pertanyaan dengan yang dialami siswa? „Kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam membaca dan menulis?‟ Apakah guru mencoba Tambahkan „yang menggunakan metode beragam‟ setelah kata untuk membantu siswa metode membaca dan menulis? Metode apa saja yang Perlu direvisi menjadi digunakan? „Metode apa saja yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa membaca dan menulis‟ Sesudah Perbaikan Kesulitan apa saja yang dialami oleh guru dalam membimbing siswa untuk membaca dan menulis? Kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam membaca dan menulis? Apakah guru mencoba menggunakan metode yang beragam untuk membantu siswa membaca dan menulis? Metode apa saja yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa membaca dan menulis? Setelah melakukan revisi, peneliti melakukan wawancara dengan guru SD N Karangwuni 1 yang dilaksanakan tanggal 14 September 2015. Hasil wawancara dengan guru dituangkan dalam tabel 4.8. Sedangkan transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 124. Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru Topik pertanyaan Ketersediaan alat peraga di sekolah No. Item 1, 2, dan 3 Penggunaan alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa membaca dan menulis 4 dan 5 6, 7, dan 8 Hasil Wawancara Di kelas I SD N Karangwuni terdapat alat peraga seperti kotak huruf dan alat permainan susun kalimat. Alat peraga diperoleh dari dinas, apabila buat sendiri hanya dari bahan sederhana seperti kertas. Alat peraga tidak selalu digunakan. Ketika digunakan, siswa mempergunakan alat peraga secara klasikal dan bergantian karena keterbatasan alat peraga di kelas. Alat peraga yang sering digunakan yaitu kotak huruf Guru kesulitan menarik minat siswa untuk menyukai membaca dan menulis karena melihat dari kemampuan siswa sendiri yang masih rendah dan siswa yang terlihat bosan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Topik No. pertanyaan Item Kesulitan 9, 10, 11 belajar yang dan 12 dialami siswa dalam membaca dan menulis Usaha yang 13, 14, dilakukan untuk dan 15 mengatasi kesulitankesulitan tersebut. Hasil Wawancara Siswa kesulitan dalam merangkai huruf, membaca kata masih terbalik-balik, bahkan ada satu siswa dimana ketika diminta membaca tidak terdengar suaranya. Satu siswa lagi mengalami kesulitan membaca dan menulis karena memiliki keterbatasan fisik dan kemampuan kognitif yang rendah. Biasanya guru menggunakan metode Iqro untuk belajar membaca dan menulis. Terkadang guru juga menggunakan alat peraga yang ada di kelas. Wawancara ketiga dilakukan dengan siswa kelas I. Rencana wawancara dapat dilihat pada tabel 3.4 halaman 41. Sama halnya dengan pedoman wawancara kepala sekolah dan guru, pedoman wawancara siswa juga divalidasi oleh ahli. Hasil validasi disajikan dalam tabel 4.9 dan lembar hasil validasi pedoman wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 115. Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa Ahli Bahasa Indonesia Guru 8 4 No. Item 9 10 11 - - 1 4 2 4 3 3 4 3 5 4 6 4 7 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 Rerata 3 3 12 4 13 14 15 16 4 3 4 3 3 3 3 3 3 Total Rerata 48 3,69 50 49 3,12 3,40 Skor rerata yang diperoleh dengan melihat tabel 4.9 adalah 3,40. Skor rerata tersebut artinya termasuk dalam sangat baik. Dengan demikian pedoman wawancara dinyatakan valid dan layak digunakan. Dalam validasi tersebut, ahli Bahasa Indonesia memberikan tambahan komentar. Komentar dijadikan sebagai bahan pertimbangan peneliti untuk melakukan revisi terhadap instrumen. Berikut adalah komentar validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli Bahasa Indonesia disajikan dalam tabel 4.10. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Tabel 4.10 Revisi Pedoman Wawancara Siswa berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia No. Item 3 4 12 13 14 15 16 Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Bosan tidak dengan Ganti dengan „Apakah pelajaran membaca? kamu sering merasa bosan dengan …‟ Pernahkan kamu merasa Ganti dengan „Apakah lelah ketika menulis? kamu sering merasa lelah ketika …‟ Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata menuliskan kata “budi”? „menuliskan‟ Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata menuliskan kata “budi „menuliskan‟ menyanyi”? Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata membacakan kedua kata „membacakan‟ itu? Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata menuliskan “budi ikut „menuliskan‟ lomba menyanyi”? Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata membacakan “budi ikut „membacakan‟ lomba menyanyi”? Sesudah Perbaikan Apakah kamu sering merasa bosan dengan pelajaran membaca? Apakah kamu sering merasa lelah ketika menulis? Apakah kamu dapat menulis kata “budi”? Apakah kamu dapat menulis kata “budi menyanyi”? Apakah kamu dapat membaca kedua kata itu? Apakah kamu dapat menulis “budi ikut lomba menyanyi”? Apakah kamu dapat membaca “budi ikut lomba menyanyi”? Setelah melakukan revisi, peneliti melakukan wawancara dengan dua siswa kelas I SD N Karangwuni 1. Wawancara dilakukan pada tanggal 14 September 2015. Hasil wawancara disajikan dalam tabel 4.11 sedangkan transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 127. Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa Topik pertanyaan No. Item Tanggapan terhadap 1, 2, 3, dan 4 kegiatan membaca dan menulis yang selama ini terjadi. Penggunaan alat peraga 5, 6, 7, dan 8 untuk membaca dan menulis Kesulitan belajar yang 9, 10, 11, 12, dialami siswa dalam 13, 14, 15, dan membaca dan menulis 16 Hasil Wawancara Membaca dan menulis tidak terlalu sulit tetapi bosan dan capai Guru pernah menggunakan alat peraga. Membaca dan menulis cukup sulit terlebih membaca dan menulis kalimat yang agak panjang Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru, siswa, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam membaca dan menulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 serta ketersediaan alat peraga untuk membaca dan menulis masih terbatas. Bagan 4.1 memperlihatkan triangulasi data dari ketiga narasumber tersebut. Kepala Sekolah Guru Sekolah memiliki alat peraga Terdapat alat peraga Bagi untuk membaca dan menulis membaca dan menulis walaupun tidak terlalu tetapi penggunaannya dalam menulis di kelas I. sulit akan tetapi siswa masih pembelajaran belum Jumlah alat peraga sering merasa bosan dan lelah. optimal. Jumlah alat peraga tersebut terbatas dan Beberapa juga terbatas. Permasalahan dengan kondisi yang kesulitan. Alat peraga pernah membaca dan menulis masih beberapa sudah digunakan oleh guru dalam dialami Ketika rusak. Sebagian pembelajaran. Akan tetapi guru peraga, siswa masih kesulitan jarang menggunakan padahal siswa menjadi lebih mudah dalam membaca dan siswa dalam menangkap materi. menulis. dengan alat peraga. masih siswa. menggunakan alat Siswa siswa, lebih membaca siswa senang dan masih belajar Alat peraga untuk membaca dan menulis sudah tersedia tetapi dalam penggunaan dan pengadaannya masih terbatas Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan bagan 4.1, diketahui bahwa masih terdapat permasalahan dalam membaca dan menulis yang dialami oleh siswa. Beberapa siswa masih merasa kesulitan dalam membaca dan menulis. Selain itu, siswa merasa bosan dan lelah terlebih ketika menulis. Hal tersebut menjadi permasalahan karena ketersediaan alat peraga yang terbatas. Alat peraga memang sudah tersedia tetapi guru jarang menggunakan alat tersebut. Salah satu alasannya adalah karena kondisi alat peraga yang sudah rusak dan jumlah yang terbatas. Padahal siswa merasa lebih senang dan mudah memahami materi apabila menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Pada saat observasi, peneliti menemukan permasalahan seperti membaca terbata-bata, kesulitan merangkai huruf (terbalik, menambah atau mengurangi huruf), kurangnya konsentrasi dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran membaca dan menulis. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa mengungkapkan bahwa mereka mudah merasa bosan dan lelah ketika membaca dan menulis. Permasalahan lain yang ditemukan adalah penggunaan alat peraga dalam membaca dan menulis yang belum optimal. Dari hasil observasi, alat peraga untuk membaca dan menulis sudah ada namun tidak digunakan dengan optimal. Alasan yang diungkapkan oleh guru ketika wawancara adalah ketersediaan yang terbatas dan kondisi fisik alat peraga yang sudah rusak. Metode yang selama ini digunakan oleh guru adalah metode Iqro dimana siswa sudah memiliki buku pegangan yang menggunakan metode tersebut. Selain menggunakan buku tersebut, guru menggunakan teknik dikte ketika belajar membaca dan menulis. Guru menuturkan bahwa tidak setiap pembelajaran membaca dan menulis selalu menggunakan alat peraga. 4.1.1.2 Analisis Kebutuhan 4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia kelas I SD N Karangwuni 1 pada tanggal 14 September 2015. Hasil yang diperoleh adalah siswa mudah bosan, memiliki konsentrasi dan minat yang rendah. Hal ini terlihat ketika pembelajaran menulis dikte, ada siswa yang melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan menulis. Aktivitas yang dilakukan salah satu contohnya adalah memainkan peraut dan mainan mobilmobilan. Selain itu ketika siswa selesai menuliskan satu soal, hal lain yang dilakukan kemudian adalah berbicara dengan temannya. Sehingga guru harus mengembalikan perhatian siswa terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke soal berikutnya. Hal yang terjadi adalah guru harus mengulangi soal yang didikte sebanyak 2-3 kali karena ada siswa tertentu yang kurang memperhatikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Siswa kelas I cenderung memiliki mobilitas yang tinggi. Hanya siswa tertentu yang mampu duduk lama dan memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. Siswa lainnya cenderung langsung bergerak melakukan aktivitas lain yang diinginkan. Ketika guru memeriksa pekerjaan masing-masing siswa secara bergiliran, siswa lain yang tidak mendapat giliran melakukan aktivitas lain di dalam kelas seperti berlari, berbicara yang dilakukan dengan teman lainnya. Dengan demikian, siswa cenderung menyukai aktivitas yang membutuhkan pergerakan, menyenangkan, dan menarik minat siswa. Karakteristik tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan. 4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori Alat peraga Montessori memiliki ciri-ciri antara lain menarik, autoeducation, auto-correction, bergradasi, dan satu ciri tambahan yaitu kontesktual. Ciri kontekstual karena peneliti menggunakan bahan pembuatan alat peraga dari benda-benda di sekitar. Ciri menarik, dilihat dari bentuk dan warna yang menarik bagi siswa. Ciri auto-education, melalui alat peraga tersebut dapat membentuk pembelajaran mandiri bagi siswa. Ciri auto-correction, dengan alat peraga tersebut siswa dapat menemukan kesalahannya sendiri dan mampu memperbaiki sendiri. Ciri bergradasi, dilihat dari gradasi berat dan materi (pemilihan kata) yang dapat digunakan melalui alat peraga tersebut. Kelima ciri alat peraga Montessori digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan. 4.1.1.2.3 Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan Instrumen yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah kuesioner dan wawancara. Kuesioner digunakan untuk guru sedangkan wawancara dilakukan dengan siswa. Kuesioner dan wawancara disusun berdasarkan karakteristik siswa dan karakteristik alat peraga Montessori. Peneliti mengembangkan 10 pertanyaan untuk kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan 11 pertanyaan untuk wawancara analisis kebutuhan siswa. Kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.6 halaman 42. Sedangkan rencana wawancara analisis kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3.5 halaman 41. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Instrumen analisis kebutuhan dapat dipergunakan setelah melalui tahap validasi untuk menguji kelayakan instrumen. Instrumen analisis kebutuhan divalidasi oleh ahli Bahasa Indonesia. Berikut adalah hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Ahli Bahasa Indonesia 1 3 2 4 3 4 4 4 No. Item 5 6 7 3 3 3 8 4 9 3 10 4 Total Rerata 35 3,5 Berdasarkan tabel hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru oleh ahli, didapatkan rerata skor sebesar 3,5. Rerata skor tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 129. Ahli Bahasa Indonesia memberikan komentar terhadap kuesioner tersebut. Komentar dari ahli dijadikan sebagai bahan untuk melakukan revisi terhadap instrumen. Berikut adalah komentar dari ahli Bahasa Indonesia yang disajikan pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Revisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru berdasarkan Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia No. Item 1 5 6 7 Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Sesudah Perbaikan Sebut alat peraga yang Benahi kalimat menjadi „Sebut Sebut alat peraga yang digunakan dan berikan alat peraga yang Bapak/Ibu Bapak/Ibu pernah penjelasan! pernah gunakan…‟ gunakan dan berikan penjelasan! Menurut Bapak/Ibu apakah Hapus kata „pada alat peraga‟ Menurut Bapak/Ibu pemberian warna pada alat apakah pemberian warna peraga membuat alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? tersebut lebih menarik? Di antara 2 pilihan warna di Hapus kata „seperti‟ Di antara 2 pilihan bawah ini, warna seperti apa warna di bawah ini, yang Bapak/Ibu suka untuk warna apa yang alat peraga? Bapak/Ibu suka untuk alat peraga? Bagaimana salah satu kriteria Pada bagian „Bagaimana salah Manakah kriteria alat alat peraga membaca dan satu‟ diganti dengan „Manakah‟ peraga membaca dan menulis yang berkualitas menulis yang berkualitas menurut Bapak/Ibu? menurut Bapak/Ibu? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 No. Item 9 Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Sesudah Perbaikan Menurut Bapak/Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga membaca dan menulis yang ideal untuk siswa kelas I gunakan? Perhatikan penempatan tanda baca. Selipkan „digunakan oleh‟ pada bagian untuk siswa kelas I. Hapus kata „gunakan‟ Menurut Bapak/Ibu, jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga membaca dan menulis yang ideal untuk digunakan oleh siswa kelas I? Selain diuji kelayakannya melalui validasi oleh ahli, kuesioner diuji keterbacaannya. Uji keterbacaan dilakukan oleh guru SD setara. Hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan disajikan pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Ahli 1 4 Guru 2 4 3 4 No. Item 4 5 6 7 4 4 4 4 8 4 9 4 10 4 Total Rerata 40 4 Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan untuk guru mendapatkan skor rerata sebesar 4. Skor rerata 4 termasuk dalam kategori sangat baik. Maka, kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dinyatakan layak digunakan. Lembar hasil uji keterbacaan dapat dilihat pada lampiran 2.2 halaman 133. Selain kuesioner analisis kebutuhan untuk guru, pedoman wawancara untuk siswa juga melalui tahap validasi oleh ahli dan diuji keterbacaannya. Hasil validasi wawancara analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 4.15. Tabel 4.15 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa Ahli Bahasa Indonesia 1 4 2 4 3 4 4 4 No. Item 5 6 7 8 3 4 3 4 9 4 10 11 4 3 Total Rerata 41 3,73 Berdasarkan tabel 4.15, hasil validasi wawancara mendapatkan rerata skor 3,73. Rerata skor 3,73 termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi wawancara analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 2.3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 halaman 138. Ahli Bahasa Indonesia juga memberikan komentar untuk perbaikan instrumen. Komentar disajikan dalam tabel 4.16. Tabel 4.16 Revisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa berdasarkan Komentar Ahli Bahasa Indonesia No. Item 5 7 11 Sebelum Perbaikan Komentar Ahli Jika memanfaatkan bendabenda di sekitar, alat peraga yang kamu inginkan terbuat dari apa? Apakah menarik jika alat peraganya berwarna? Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat digunakan untuk mempelajari banyak keterampilan dalam membaca dan menulis? Sesudah Perbaikan Kalimat pertanyaan Apakah kamu ingin mempunyai perlu disesuaikan alat peraga yang terbuat dari indikator benda disekitar? Kalimat diperbaiki Kalimat diperbaiki Apakah kamu suka alat peraga yang berwarna? Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan selain membaca dan menulis? Selain validasi instrumen oleh ahli, pedoman wawancara analisis kebutuhan untuk siswa perlu diuji keterbacaannya. Uji keterbacaan untuk wawancara analisis kebutuhan untuk siswa dilakukan oleh guru kelas I SD setara. Hasil uji keterbacaan dituangkan pada tabel 4.17. Tabel 4.17 Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa Ahli Guru 1 4 2 4 3 4 No. Item 4 5 6 7 4 4 4 4 8 4 9 4 10 4 Total Rerata 40 4 Berdasarkan hasil uji keterbacaan pedoman wawancara analisis kebutuhan untuk siswa yang disajikan dalam tabel 4.17, diperoleh rerata skor 4. Rerata skor 4 termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan layak digunakan. Lembar hasil uji keterbacaan wawancara analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 2.4 halaman 142. Setelah peneliti melakukan revisi terhadap instrumen dengan berpedoman pada hasil validasi, peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Wawancara dilakukan pada tanggal 14 September 2015 kepada dua orang siswa perempuan. Hasil wawancara dituangkan dalam tabel 4.18. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Tabel 4.18 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa Indikator Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca dan menulis. No. Item 1, 2, dan 3 Pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar. Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang kontekstual Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang menarik 4 dan 5 Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang auto-correction 9 Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang bergradasi. Peran alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran. 10 4.1.1.2.4 6 7 dan 8 11 Hasil Wawancara Guru pernah menggunakan alat peraga. Alat peraga yang digunakan berupa balok-balok huruf dan susun kalimat. Dengan alat peraga siswa merasa lebih mudah dalam belajar. Siswa menginginkan alat peraga untuk membaca dan menulis. Siswa menginginkan alat peraga yang dibuat dari benda di sekitar misalnya kertas. Alat peraga yang memiliki warna lebih menarik bagi siswa. Siswa memilih warna merah muda dan biru muda. Siswa menginginkan alat peraga yang dapat memberikan petunjuk apabila siswa melakukan kesalahan. Siswa memilih alat peraga yang ringan Siswa menginginkan alat peraga yang dapat mempelajari materi lain. Data Analisis Kebutuhan Data analisis kebutuhan diperoleh melalui kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru pada tanggal 29 September 2015. Kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dikembangkan menjadi 10 pertanyaan. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada tabel 3.6 halaman 48. Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada lampiran 2.5 halaman 145. Hasil dari pengisian kuesioner ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan peneliti dalam mengembangkan alat peraga membaca dan menulis. Jawaban responden dihitung dalam persentase dengan menggunakan rumus 3.2 halaman 55. Tabel 4.19 menyajikan rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan untuk guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru No. Item 1 Indikator Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca dan 2 3 menulis. Pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan memanfaatkan Pertanyaan Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan alat peraga dalam membaca dan menulis? (...) Pernah Sebut alat peraga yang Bapak/Ibu pernah gunakan dan berikan penjelasan!............................................................. (...) Tidak Pernah Alasan:............................................................................... Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis? (...) Ya (...) Tidak Responden 2 Persentase 100% 2 100% - Apakah Bapak/Ibu berniat untuk membuat alat peraga membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar? (...) Ya Alasan :……………………………………………………. (...) Tidak Alasan : ............................................................................ 2 100% Manakah bahan pembuatan alat peraga yang Bapak/Ibu suka? (…) Kayu (…) Besi 1 (…) Kertas 2 (…) Plastik - (…)Lainnya,sebutkan................ Menurut Bapak/Ibu apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak Di antara 2 pilihan warna di bawah ini, warna apa yang Bapak/Ibu suka untuk alat peraga? (…) Merah tua dan biru tua 2 100% - - (…) Merah muda dan biru muda Manakah kriteria alat peraga membaca dan menulis yang berkualitas menurut Bapak/Ibu? (...) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………………………………………………. (...) Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ………………………………………………….… 2 2 100% 100% - benda-benda di sekitar. 4 Karakteristik alat 5 peraga membaca dan menulis yang kontekstual, 6 menarik, bergradasi, auto- 7 correction, dan auto- education. 50% - - 100% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 8 9 10 Peran alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran. Apakah penggunaan alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya (…) Tidak Menurut Bapak/Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga membaca dan menulis yang ideal untuk digunakan oleh siswa kelas I? (...) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,5-3kg) 2 100% 2 100% (...) Berat (>3kg) Mengapa?....................................................................... Menurut Bapak/Ibu, bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya? (...) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi Alasan:……………………………………………………. . (...) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi Alasan:……………………………………………………. . - - - 2 100% Dalam hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan untuk guru, guru memberikan deskripsi jawaban untuk no item 1, 3, 7, 9, dan 10. Rekapitulasi deskripsi jawaban guru dalam kuesioner analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 4.20. Tabel 4.20 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan No. Item 1 Jawaban Kode (...) Pernah Sebut alat peraga yang Bapak/Ibu pernah gunakan! Berikan penjelasan!........................ 3 (...) Ya Alasan…………………................... 7 (...) Dapat membantu siswa kesalahannya sendiri. Alasan:…………………………….. (...) Ringan (<1,5 kg) Alasan:.......................................... 9 10 menyadari (...)1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi Alasan:…………………………….. Kotak huruf Buku membaca cara Iqro Kotak kartu huruf Responden 1 1 1 Melatih membaca dan menulis Menarik minat Mempermudah siswa memahami materi Mempermudah siswa memahami materi 2 Praktis Ringan Mudah Multi fungsi 1 2 1 2 1 1 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa sebanyak dua guru atau 100% guru pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran membaca dan menulis. Dari tabel 4.20 alat peraga yang pernah digunakan ialah kotak huruf, buku membaca cara Iqro, dan kotak kartu huruf. Sebanyak dua guru atau 100% guru setuju bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis. Pernyataan tersebut diiringi dengan sebanyak 100% guru berkeinginan untuk membuat alat peraga yang menggunakan bahan-bahan yang terdapat di sekitar. Sebanyak 50% guru beralasan karena menarik minat belajar siswa dan sebanyak 50% guru memiliki alasan karena alat peraga mempermudah siswa dalam mempelajari materi. Sebanyak 100% guru memilih bahan dari kertas sedangkan 50% guru memilih bahan kayu untuk pembuatan alat peraga (lihat tabel 4.20). Selain itu bahan, peneliti memberikan tawaran warna yang akan digunakan dalam pengembangan alat peraga. Pilihan warna tersebut merah muda biru muda dan merah tua biru tua. Sebanyak 100% guru memilih warna merah muda biru muda sebagai warna yang lebih menarik bagi siswa. Selain bahan dan warna, peneliti juga mempertimbangkan berat alat peraga yang sesuai dengan siswa kelas I. Dari pendapat yang dituangkan guru dalam kuesioner, sebanyak 100% memilih berat alat peraga kurang dari 1,5 kg. Sebanyak 100% memiliki alasan karena ringan, sebanyak 50% guru memiliki alasan praktis, dan sebanyak 50% guru memiliki alasan mudah (lihat tabel 4.20). Pendapat dari guru ini dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti untuk menentukan berat yang sesuai bagi siswa kelas I. Dalam pengembangan ciri auto-correction pada alat peraga, sebanyak 100% guru menyetujui bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk menyadari kesalahan dan membantu siswa dalam menemukan menemukan jawaban yang benar (lihat tabel 4.19). Ciri lain yang dikembangkan yakni bergradasi. Gradasi yang dimaksud dalam kuesioner ini adalah gradasi materi yang dapat dikembangkan melalui alat peraga. Sebanyak 100% guru memilih alat peraga yang dapat mempelajari lebih dari satu materi. Guru memberi alasan karena alat peraga tersebut akan lebih multi fungsi (lihat tabel 4.20). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Seluruh pendapat guru dalam kuesioner analisis kebutuhan dijadikan sebagi bahan pertimbangan untuk mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Data analisis kebutuhan yang kedua diperoleh dari siswa. Untuk memperoleh data tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada dua siswa kelas I. Wawancara dilakukan pada tanggal 29 September 2015. Peneliti memberikan 11 pertanyaan kepada siswa dengan berpedoman pada tabel 3.5 halaman 41. Rekapitulasi deskripsi jawaban siswa dalam wawancara analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 4.21. Transkrip wawancara analisis kebutuhan dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 2.6 halaman 148. Data hasil wawancara digunakan peneliti sebagai bahan pertimbangan pembuatan alat peraga yang sesuai kebutuhan. Tabel 4.21 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Wawancara Analisis Kebutuhan No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pertanyaan Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah menggunakan alat peraga untuk membaca dan menulis? Jika pernah, alat peraga apa saja yang pernah digunakan? Apakah dengan menggunakan alat peraga kamu merasa lebih mudah dalam belajar membaca dan menulis? Apakah kamu menginginkan ada alat peraga untuk belajar membaca dan menulis? Apakah kamu ingin mempunyai alat peraga yang terbuat dari benda disekitar? Jika ya, dari bahan pembuatan alat peraga seperti kayu, besi, kertas, dan plastik, manakah bahan pembuatan alat peraga yang kamu suka? Apakah kamu suka alat peraga yang berwarna? Ada dua pilihan warna, yang pertama merah tua dan biru tua dan yang kedua merah muda dan biru muda. Di antara dua pilihan warna tersebut, warna apa yang kamu suka untuk alat peraga? Apakah kamu menginginkan alat peraga untuk membaca dan menulis yang bisa memberikan pentunjuk untukmu jika kamu melakukan kesalahan? Ada tiga pilihan berat, pertama kurang dari 1,5 kg, kedua kurang dari 3 kg, dan yang ketiga lebih dari 3 kg. Jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga untuk membaca dan menulis yang cocok untuk kamu gunakan? Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan selain membaca dan menulis? Jawaban Ya Responden 2 Balok huruf Susun kalimat Ya 2 2 2 Ya 2 Ya 2 Kertas 2 Ya Merah muda biru muda 2 2 Ya 2 Ringan (kurang 1,5 kg) Ya 2 dari 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Berdasarkan tabel 4.21, sebanyak dua siswa mengungkapkan bahwa guru pernah menggunakan alat peraga pada saat pembelajaran membaca dan menulis. Alat peraga yang pernah digunakan ialah kotak huruf dan susun kalimat. Kedua siswa mengungkapkan bahwa mereka lebih mudah belajar membaca dan menulis apabila menggunakan alat peraga. Kedua siswa menginginkan ada alat peraga untuk digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis. Dua siswa setuju apabila alat peraga dibuat dari bahan disekitar. Bahan yang paling banyak dipilih oleh kedua siswa tersebut adalah kertas. Selain bahan, dua siswa lebih menyukai apabila alat peraga memiliki warna. Setelah peneliti menawarkan warna, warna yang dipilih oleh kedua siswa adalah merah muda dan biru muda. Kedua siswa juga memilih alat peraga yang ringan (kurang dari 1,5 kg). Sebanyak dua siswa menginginkan alat peraga yang dapat memberikan petunjuk ketika melakukan kesalahan dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan lain selain membaca dan menulis. Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari teknik observasi, kuesioner, dan wawancara, peneliti melakukan triangulasi teknik. Triangulasi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan alat peraga dengan melihat permasalahan dan kebutuhan alat peraga yang ada di lapangan. Triangulasi teknik disajikan dalam bagan 4.2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 Wawancara Observasi hasil Kuesioner Dari hasil wawancara diperoleh data Dari observasi Guru dan siswa bahwa sekolah memiliki alat peraga diperoleh data bahwa membutuhkan alat peraga tetapi penggunaannya belum penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Alat optimal. Permasalahan dalam di kelas belum optimal. peraga membaca dan masih Permasalahan Montessori menulis dalam menggunakan menulis belum teratasi kebutuhan samping itu, siswa membutuhkan apabila hanya memiliki penilaian yang alat peraga karena melalui alat menggunakan teknik baik mengenai kelima ciri peraga siswa mampu belajar dengan dikte. Iqro. Di guru dan yang dialami siswa walaupun guru sudah metode membaca siswa berbasis ditawarkan sesuai dengan dan guru alat peraga. lebih mudah. Peneliti mengembangkan alat peraga membaca dan menulis berdasarkan kebutuhan, keterbatasan, serta permasalahan yang dialami guru dan siswa. Bagan 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan bagan 4.2, dengan teknik wawancara diperoleh data bahwa sekolah telah memiliki alat peraga untuk membaca dan menulis akan tetapi penggunaannya belum optimal. Permasalahan dalam membaca dan menulis masih dialami siswa walaupun guru sudah menggunakan metode Iqro. Siswa membutuhkan alat peraga karena dengan menggunakan alat peraga, siswa merasa lebih mudah dalam belajar membaca dan menulis. Melalui teknik observasi diperoleh data bahwa penggunaan alat peraga di kelas belum optimal. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan jumlah dan kondisi fisik alat peraga yang sudah rusak. Dalam pembelajaran pada saat observasi, guru hanya menggunakan teknik dikte sehingga minat dan konsentrasi siswa dalam membaca dan menulis terlihat kurang. Teknik terakhir adalah teknik kuesioner. Data yang diperoleh dengan teknik kuesioner adalah guru dan siswa membutuhkan alat peraga dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 pembelajaran. Alat peraga berbasis Montessori yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan dan guru memiliki penilaian yang baik mengenai kelima ciri alat peraga. Berdasarkan data yang disatukan dalam triangulasi teknik, peneliti mengembangkan alat peraga membaca dan menulis dengan melihat kebutuhan, keterbatasan, serta permasalahan yang dialami guru dan siswa. Data yang diperoleh peneliti digunakan untuk pertimbangan dalam pembuatan disain alat peraga dan album alat peraga. Dengan demikian, penelitian dapat dilanjutkan pada tahap kedua. 4.1.2 Penyusunan Rencana Tahap kedua dalam penelitian adalah penyusunan rencana. Peneliti merancang disain alat peraga, menyusun instrumen tes, dan validasi produk. 4.1.2.1 Disain Alat Peraga 4.1.2.1.1 Konsep Pembuatan Alat Peraga Alat peraga membaca dan menulis permulaan merupakan pengembangan dari alat peraga Montessori yang terdapat di laboratorium Montessori PGSD yaitu Large Movable Alphabet (LMA). LMA merupakan material untuk tahap pengenalan menulis. Alat ini terdiri dari huruf-huruf abjad a sampai z. Huruf vokal berwarna biru sedangkan huruf konsonan berwarna merah. Gambar 4.1 merupakan gambar alat peraga Large Movable Alphabet. Gambar 4.1 Alat Peraga Large Movable Alphabet (LMA) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 Peneliti mengembangkan alat peraga LMA yang semula hanya untuk melatih menulis permulaan menjadi alat peraga yang dapat digunakan juga untuk membaca permulaan. Nama alat peraga yang dikembangkan adalah alat peraga membaca dan menulis permulaan (MMP). Hal yang dikembangkan dari alat peraga asli adalah tempat dari kotak huruf beserta hurufnya. Tutup tempat huruf yang semula hanya diletakkan dibawah kotak huruf ketika digunakan, dikembangkan menjadi kotak garis. Kotak garis tersebut berfungsi sebagai tempat meletakkan huruf-huruf yang disusun. Peneliti memperkecil ukuran dari tempat kotak huruf. Hal ini dilakukan karena ukuran asli dari LMA cukup besar dan berat. Mengingat dari kebutuhan alat peraga yang ringan, maka peneliti memperkecil ukuran tempat kotak huruf. Dalam kotak huruf tersebut, peneliti menambahkan dua kotak untuk tempat kartu kata dan kartu gambar. Peneliti juga menambahkan kartu suku kata yang diletakkan di setiap kotak huruf. Pengembangan huruf terdapat pada jenis font yang digunakan. Jenis huruf pada LMA semula huruf tegak bersambung. Peneliti kemudian mengubah huruf tegak bersambung menjadi huruf lepas. Hal ini dilakukan karena tahap menulis awal menggunakan huruf lepas. Warna huruf yang semula berwarna biru untuk huruf konsonan menjadi berwarna merah. Warna huruf vokal yang semula berwarna merah dikembangkan menjadi berwarna biru. Hal ini dilakukan karena peneliti mengikuti standar warna yang digunakan oleh Montessori untuk alat peraga LMA. Agar siswa dapat berlatih menulis dengan maksimal, peneliti menambahkan papan tulis dengan kotak garis yang sama pada tutup kotak huruf. 4.1.2.1.2 Disain Alat Peraga Alat peraga membaca dan menulis yang dikembangkan terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah kotak huruf, kartu, kotak garis, dan papan tulis. Komponen pertama adalah kotak huruf. Kotak huruf berbentuk balok dengan tutup yang memiliki ukuran 36,8 cm x 48,5 cm x 3,9 cm. Ukuran mengalami perubahan dari disain yang dibuat karena ada tambahan ukuran lebar sekat yang dibuat pada bagian kotak huruf. Bagian dalam kotak huruf terdapat 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 kotak huruf, dua kotak kata, dan dua kotak untuk tanda titik. Setiap kotak memiliki lima huruf terdapat label huruf untuk memberi tanda penempatan setiap huruf. Huruf ditempatkan berdasarkan ukuran tingginya. Untuk tutup kotak, agar lebih efektif bagian tutup kotak huruf dimodifikasi menjadi tempat untuk meletakkan huruf ketika disusun. Alat peraga memiliki warna coklat muda yang merupakan warna alami dari kayu yang digunakan. Sedangkan untuk huruf, huruf vokal berwarna biru dan huruf konsonan berwarna merah. Komponen kedua dari alat peraga adalah kartu. Kartu terdiri dari kartu suku kata, kartu kata, dan kartu gambar. Kartu suku kata berukuran 3,5 cm x 3,5 cm. dan kartu kata berukuran 7 cm x 3,5 cm. Sedangkan kartu gambar berukuran 6 cm x 6 cm. Sesuai dengan data analisis kebutuhan, 100% guru dan 100% siswa memilih bahan kertas untuk alat peraga. Maka kartu-kartu ini dibuat dengan bahan kertas. Warna penulisan huruf dalam setiap kartu disesuaikan dengan warna huruf pada kotak huruf. Kartu suku kata terdiri dari ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya sampai huruf z untuk setiap huruf konsonan. Untuk kartu kata terdiri dari kata yang merupakan nama benda pada kartu gambar, kata dengan tiga suku kata, kata berimbuhan huruf mati, dan nama orang sebagai pelengkap dalam menyusun kalimat. Sedangkan untuk kartu gambar sendiri, sisi depan terdapat gambar dan sisi belakang terdapat nama dari gambar tersebut. Nama dari gambar tersebut merupakan pengendali kesalahan pada saat penyusunan huruf. Komponen ketiga adalah kotak garis. Kotak garis merupakan bagian tutup dari kotak huruf. Peneliti memodifikasi tutup kotak agar lebih efisien dalam penggunaannya. Tutup berukuran 50 cm x 38 cm. Tinggi luar 4,4 cm sedangkan tinggi dalam 3,5 cm. Bagian dalam tutup dibuat kotak bergaris empat dengan dua garis utama dan dua garis bayangan (garis putus-putus). Kotak garis ini ada dua dan masing-masing berukuran 46,3 cm x 11 cm. Fungsi dari kotak garis tersebut adalah untuk meletakkan kartu-kartu dan menyusun huruf. Komponen keempat adalah papan tulis. Dalam papan tulis yang berukuran 47 cm x 29 cm ini terdapat dua kotak garis yang ukurannya sama dengan kotak garis pada tutup alat peraga. Hal ini dilakukan agar siswa dapat melihat kembali huruf yang dituliskan sama dengan huruf yang disusun dan berada pada posisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 yang tepat. Dalam praktik ini, huruf dalam alat peraga menjadi pengendali kesalahan ketika siswa mulai menulis pada papan tulis. Siswa menggunakan boardmaker untuk menulis pada papan tulis ini. 4.1.2.2 Disain Album alat Peraga Album peraga merupakan buku panduan penggunaan alat peraga membaca dan menulis. Album dibuat untuk guru/pembimbing/direktris (istilah dalam pembelajaran Montessori). Dalam album dipaparkan secara jelas dan dilengkapi dengan gambar langkah-langkah penggunaan alat peraga. Gambar setiap langkah akan memudahkan guru/pembimbing/direktris untuk memahami langkah-langkah penggunaan alat peraga. 4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk Instrumen yang diperlukan sebagai persiapan dalam pengujian alat peraga adalah instrumen tes dan kuesioner validasi produk. Instrumen tes digunakan pada saat uji coba lapangan terbatas sedangkan kuesioner validasi produk digunakan untuk menguji kelayakan alat peraga. Instrumen tes dan validasi produk dijelaskan sebagai berikut. 4.1.2.3.1 Tes Keberhasilan alat peraga membaca dan menulis permulaan dalam uji coba lapangan terbatas diukur dengan instrumen tes. Instrumen tes dikembangkan berdasarkan kisi-kisi soal tes yang dapat dilihat pada tabel 3.11 halaman 47. Instrumen tes melalui tahap uji validitas oleh ahli, uji empiris, dan uji keterbacaan sehingga instrument dapat digunakan pada saat uji coba lapangan terbatas. Instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli Bahasa Indonesia dan guru SD setara. Pedoman penilaian validasi instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.12 halaman 48. Hasil uji validitas instrumen tes dituangkan dalam tabel 4.22. Tabel 4.22 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Ahli 1 Bahasa Indonesia 4 Guru 3 2 3 4 No. Item 3 4 5 6 7 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 Rerata 8 4 3 Menebalkan Huruf 3 4 Total Rerata 33 32 32,5 3,67 3,56 3,61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Skor rerata yang diperoleh berdasarkan tabel 4.22 adalah 3,61. Skor rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi instrumen tes oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 3.1 halaman 151. Selain memberikan skor penilaian, para ahli juga memberikan komentar untuk perbaikan instrumen. Komentar mengenai instrumen tes disajikan dalam tabel 4.23. Tabel 4.23 Komentar mengenai Instrumen Tes oleh Ahli Komentar Ahli Bahasa Indonesia No. Item 1 Komentar Guru - Suku kata yang digunakan sebaiknya sama konsonan atau sama vokal. 2 Dikembangkan dengan menggunakan suku kata akhir yang sama. 3 Dicari kata yang berasal dari dua Kata yang digunakan sebaiknya kata suku kata yang sama. bermakna. 4 Kata sudah bermakna/punya arti karena sudah berwujud kata. 5 Kata yang digunakan yang penting bermakna dan belum huruf mati. 6 Dua kata yang digunakan menggunakan huruf mati yang sama. 7 Kalimat yang digunakan tidak menggunakan huruf mati dahulu. 8 Kalimat yang digunakan tidak menggunakan huruf mati dahulu. Menebalkan Arah menulis belum ada Bisa ditambahkan dengan huruf melengkapi huruf tertentu dalam kata. Peneliti melakukan perbaikan berdasarkan saran dari para ahli. Peneliti memperbaiki item soal agar semakin sesuai dengan indikator. Hasil perbaikan instrumen tes setelah validasi oleh ahli disajikan dalam tabel 4.24. Tabel 4.24 Hasil Perbaikan Instrumen Tes setelah Validasi oleh Ahli Indikator Membaca 3.1.1 Membaca suku kata yang bentuknya hampir mirip. 3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya sama. 3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama. 3.1.4 Membaca kata dengan dua suku kata yang berbeda. Item Soal 1. ba da ma na 2. pa pa pa pa 3. kuku mama 4. ba ju ba yu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Indikator 3.2.1 Membaca kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Item Soal 7. ini mama mina 8. bona beli sepatu Menulis 4.2.1 Menebalkan bentuk huruf a- z sesuai dengan arah menulis yang benar. abcdefghIjklmn opqrstuvwxyz 4.3.1 Menulis kata dengan suku kata sama melalui dikte. 4.3.2 Menulis kata dengan suku kata berbeda melalui dikte. 3. kuku mama 4. ba ju ba yu 4.3.3 Menulis kata dengan tiga suku kata melalui dikte. 4.3.4 Menulis kata yang terdapat huruf mati melalui dikte. 4.3.5 Menulis kembali sesuai garis kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. 5. se pa tu se ko lah 6. dan di man di 7. ini mama mina 8. bona beli sepatu Setelah instrumen dinyatakan valid berdasarkan hasil validasi, selanjutnya instrumen melalui tahap uji empiris. Uji empiris dilakukan dengan 24 siswa kelas I SD N Caturtunggal I. SD N Caturtunggal 1 sebagai SD setara dengan SD N Karangwuni 1. Alasan pemilihan SD ini adalah letaknya yang berdekatan dengan SD N Karangwuni 1 sehingga diasumsikan bahwa siswa di SD N Caturtunggal 1 memiliki karakteristik yang sama dengan siswa di SD N Karangwuni 1. Uji empiris dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015. Berdasarkan kisi-kisi soal tes pada tabel 3.11, peneliti menggolongkan instrumen menjadi tes membaca dan menulis. Tes membaca berupa membaca suku kata, kata, dan kalimat. Tes menulis berupa menulis abjad, menulis suku kata, kata, dan kalimat. Kedua tes disatukan dalam satu paket soal yang dikerjakan dalam satu kali kesempatan. Data yang diambil melalui uji empiris hanya data nilai hasil tes menulis saja. Hal ini dilakukan dengan alasan keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah siswa (24 siswa). Sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menilai kemampuan membaca masing-masing siswa. Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa dalam uji empiris dapat dilihat pada lampiran 3.2 halaman 154. Uji empiris dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes sebelum digunakan sebagai pretest dan posttest. Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistis Package for Social Studies) 20.0 for Windows. Output SPSS untuk validasi tes menulis abjad dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 158. Dalam perhitungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 dengan SPSS, item dinyatakan valid jika angka signifikansi hasil riset < 0,05 (Sarwono, 2010: 118). Hasil validasi dengan SPSS untuk tes membaca disajikan dalam tabel 4.25. Tabel 4.25 Hasil Validitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sig. (2 tailed) 0,006 0,033 0,000 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,075 0,000 0,000 0,010 0,000 No. Item 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Sig. (2 tailed) 0,001 0,005 0,001 0,001 0,001 0,000 0,001 0,000 0,112 0,013 0,000 0,000 0,008 Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Berdasarkan hasil uji validasi instrumen tes menulis abjad dengan SPSS, diperoleh 24 soal valid dan 2 soal tidak valid. Instrumen berikutnya yang divalidasi dengan SPSS adalah instrumen tes isian. Tes isian terdiri dari 6 soal melengkapi huruf. Hasil validasi instrumen tes isian dengan SPSS disajikan dalam tabel 4.26. Output SPSS validasi tes isian dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 158. Tabel 4.26 Hasil Validitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS No. Item 1 2 3 4 5 6 Sig. (2 tailed) 0,000 0,001 0,030 0,000 0,000 0,001 Keputusan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Hasil uji validasi instrumen tes isian dengan SPSS pada tabel 4.26, seluruh item tes isian (6 item soal) dinyatakan valid. Dengan demikian instrumen tes isian layak digunakan. Instrumen tes berikutnya yang divalidasi dengan SPSS adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 instrumen tes menyimak dan menulis. Peneliti mengembangkan instrumen menjadi 6 item soal. Dalam tes ini, siswa menulis kembali suku kata dan kata yang didikte oleh peneliti. Hasil validasi instrumen tes menyimak dan menulis dengan SPSS disajikan dalam tabel 4.27. Output SPSS validasi tes menyimak dan menulis dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 158. Tabel 4.27 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 Sig. (2 tailed) 0,065 0,020 0,000 0,162 0,040 0,000 0,318 0,027 Keputusan Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Dalam tabel 4.27, diperoleh hasil validasi lima item soal valid dan tiga item soal tidak valid. Item yang valid adalah item 2, 3, 5, 6, dan 8. Sedangkan item yang tidak valid adalah item nomor 1, 4, dan 7. Output SPSS validasi instrumen tes menulis suku kata, kata, dan kalimat dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 158. Selain diuji validitasnya, instrumen tes juga diuji reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS 20.0. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas menurut Sugiyono (2011:131) dapat dilihat pada tabel 3.14 halaman 49. Uji reliabilitas yang pertama dilakukan untuk soal tes menulis abjad. Hasil uji reliabilitas instrumen tes menulis abjad disajikan dalam tabel 4.28. Tabel 4.28 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS Cronbach's Alpha ,941 N of Items 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Dari data pada tabel 4.28, diperoleh hasil perhitungan koefisien sebesar 0,941. Berdasarkan tabel 3.14 halaman 49, instrumen tes menulis abjad dinyatakan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Maka, instrumen tes menulis abjad dinyatakan reliabel dan dapat digunakan. Uji reliabilitas selanjutnya dilakukan untuk instrumen tes isian. Koefisien Alpha yang diperoleh dari uji reliabilitas instrumen tes isian dengan SPSS sebesar 0,699. Maka, instrumen tes isian memiliki reliabilitas cukup. Hasil uji reliabilitas instrumen tes isian dengan SPSS disajikan dalam tabel 4.29. Tabel 4.29 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS Cronbach's Alpha ,699 N of Items 6 Selanjutnya, peneliti melakukan uji reliabilitas untuk instrumen tes menulis suku kata, kata, dan kalimat. Hasil yang diperoleh dari uji reliabilitas adalah instrumen tes menulis suku kata, kata, dan kalimat memiliki nilai koefisien sebesar 0,719. Dengan demikian, instrumen tes menulis suku kata, kata, dan kalimat memiliki reliabilitas tinggi. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam tabel 4.30. Tabel 4.30 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS Cronbach's Alpha N of Items ,719 5 Setelah melalui tahap validasi dengan ahli dan program SPSS, instrumen kemudian melalui tahap uji keterbacaan. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pernyataan pada soal. Uji keterbacaan dilakukan oleh guru dan dua siswa kelas I SD setara. Hasil uji keterbacaan dituangkan dalam tabel 4.31. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Tabel 4.31 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes Sumber Guru Siswa 1 Siswa 2 Tes Menyimak dan Menulis Tes Isian 1 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 6 1 4 4 4 4 3 3 Rerata 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 6 4 4 3 Tes Menulis Kalimat 7 8 4 4 4 4 3 3 Total Rerata 56 56 43 51,67 4 4 3,07 3,69 Berdasarkan tabel 4.31, diperoleh rerata skor sebesar 3,69 untuk uji keterbacaan instrumen tes. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen tes dinyatakan layak digunakan. Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.4 halaman 161. 4.1.2.3.2 Kuesioner Validasi Produk Selain menyusun instrumen tes, peneliti menyusun kuesioner untuk validasi produk yang dikembangkan. Validasi dilakukan oleh ahli untuk mengetahui kelayakan produk sebelum digunakan dalam uji coba lapangan terbatas. Kuesioner validasi produk dikembangkan dari kisi-kisi kuesioner validasi produk pada tabel 3.7 halaman 43. Instrumen kuesioner validasi produk dikembangkan menjadi 11 pernyataan yang diberikan kepada ahli Bahasa Indonesia dan guru SD setara. Kuesioner validasi produk diuji reliabilitasnya terlebih dahulu agar instrumen layak digunakan. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli disajikan dalam tabel 4.32. Lembar hasil validasi dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 171. Tabel 4.32 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Ahli Bahasa Guru 1 4 4 2 4 4 3 4 4 No. Item 4 5 6 7 8 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 Rerata 9 4 4 10 4 4 11 4 3 Total Rerata 43 43 43 3,9 3,9 3,9 Berdasarkan tabel hasil validasi kuesioner validasi produk, diperoleh rerata skor sebesar 3,9. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Maka, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Dalam validasi kuesioner tersebut, ahli Bahasa memberikan komentar yang dapat dilihat pada tabel 4.33. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Komentar dari ahli Bahasa dijadikan sebagai bahan pertimbangan peneliti untuk melakukan perbaikan. Tabel 4.33 Komentar mengenai Kuesioner Produk oleh Ahli Bahasa No. Item 5 6 7 8 Sebelum Perbaikan Warna alat peraga membaca dan menulis membuat siswa tertarik belajar. Bentuk alat peraga membaca dan menulis membuat siswa tertarik belajar. Cara kerja alat peraga membaca dan menulis membuat siswa tertarik belajar. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan dalam mempelajari kompetensi dasar lain. 4.1.2.3.3 Komentar ahli Selipkan „dapat‟ kata Selipkan „dapat‟ kata Selipkan „dapat‟ kata Kata diganti „untuk‟ „dalam‟ dengan Sesudah Perbaikan Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk mempelajari kompetensi dasar lain. Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga Tidak hanya kuesioner untuk validasi produk, peneliti menyusun kuesioner untuk tanggapan guru dan siswa mengenai alat peraga. Kuesioner ini diberikan setelah uji coba lapangan terbatas untuk mengetahui pendapat dari guru dan siswa mengenai penggunaan alat peraga yang dikembangkan. Peneliti mengembangkan kisi-kisi kuesioner tanggapan untuk guru pada tabel 3.9 halaman 44 menjadi 13 pernyataan. Sedangkan kuesioner tanggapan untuk siwa dikembangkan dari kisikisi kuesioner tanggapan untuk siswa pada tabel 3.10 halaman 45. Kuesioner dikembangkan menjadi 11 pernyataan untuk guru. Kedua kuesioner tanggapan hanya melewati tahap uji keterbacaan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil uji keterbacaan kuesioner dituangkan dalam tabel 4.34. Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan guru dapat dilihat pada lampiran 4.2 halaman 174 sedangkan lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 177. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Tabel 4.34 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Ahli Guru Ahli Guru Siswa 1 Siswa 2 Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Guru No. Item Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Siswa No. Item Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 Rerata 47,67 Rerata 3,91 Rerata 4 3 4 3,67 Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan pada tabel 4.34, kuesioner untuk guru memperoleh skor rerata sebesar 3,91. Sedangkan kuesioner untuk siswa memperoleh skor rerata sebesar 3,67. Kedua rerata skor ini termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen kuesioner tanggapan mengenai alat peraga untuk guru dan siswa layak digunakan. Dengan demikian, peneliti telah menyelesaikan disain alat peraga dan instrumen yang dibutuhkan. Disain alat peraga akan digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan bentuk awal produk. Produk yang dikembangkan divalidasi dengan menggunakan kuesioner validasi album dan alat peraga yang telah diuji validitasnya. Instrumen tes yang akan digunakan pada saat uji coba lapangan terbatas juga telah siap digunakan. Maka dari itu, peneliti dapat melanjutkan pada tahap yang ketiga. 4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk Pada tahap ini, peneliti membuat alat peraga berdasarkan disain yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Peneliti memulai pengembangan bentuk awal produk dengan mengumpulkan bahan dan membuat alat peraga. 4.1.3.1 Pengumpulan Bahan Berdasarkan data hasil analisis kebutuhan, guru dan siswa menginginkan alat peraga yang terbuat dari bahan kayu atau kertas. Maka, peneliti memanfaatkan kedua bahan tersebut dalam pengembangan bentuk awal produk. Bahan kayu dimanfaatkan untuk membuat kotak huruf beserta tutupnya. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu pinus. Pemilihan bahan kayu ini atas dasar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 saran dari tukang kayu yang bekerjasama dengan peneliti dalam pembuatan alat peraga. Kayu pinus bersifat ringan, anti rayap, dan memiliki warna yang cerah. Sehingga kayu pinus sesuai digunakan sebagai bahan pembuatan alat peraga. Selain kayu, bahan lain yang digunakan adalah kertas. Peneliti menggunakan kertas berjenis Ivory 260. Jenis kertas Ivory 260 digunakan sebagai bahan pembuatan kartu. Jenis kertas tersebut dipilih karena memiliki tingkat ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak. Untuk papan tulis yang digunakan oleh peneliti merupakan whiteboard portable yang berbahan tipis, berukuran kecil, mudah disimpan, dan mudah dibawa. Whiteboard tersebut memiliki dua sisi. Sisi depan untuk papan tulis sedangkan sisi belakang untuk time table. Peneliti menambahkan bahan acrylic sebagai bahan pembuatan huruf. Bahan ini dipilih karena adanya keterbatasan dari tukang kayu yang tidak memiliki alat untuk mencetak huruf. Sebenarnya pihak tukang kayu dapat membuat huruf-huruf tersebut, tetapi akan memakan waktu sangat lama dan hasilnya tidak terlihat presisi. Hal tersebut terjadi karena pengerjaannya masih manual dengan tangan. Maka dari itu, peneliti memilih bahan acrylic berwarna merah dan biru dengan ketebalan 3mm. 4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga Peneliti bekerjasama dengan tukang kayu untuk pembuatan alat peraga. Tukang kayu yang diajak kerjasama berlokasi di Gedongkiwo, Yogyakarta. Peneliti bekerjasama dengan tukang kayu karena lengkapnya peralatan yang dimiliki ditambah dengan banyaknya pengalaman dalam membuat alat peraga. Peneliti memberikan disain alat peraga kepada tukang kayu. Kemudian alat peraga dibuat berdasarkan disain tersebut selama satu bulan. Gambar 4.2 adalah gambar alat peraga untuk membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan oleh peneliti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Gambar 4.2 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Pembuatan alat peraga diawali dengan membuat kotak huruf beserta tutupnya. Kayu yang dipilih menjadi bahan pembuatan diproses oleh tukang kayu sesuai disain yang telah dibuat. Setelah kotak huruf dan tutup selesai dibuat, bagian tutup digambar kotak garis oleh tukang kayu sesuai dengan ukuran pada disain. Ukuran kotak garis ini mengalami satu kali perubahan setelah peneliti melakukan validasi alat peraga kepada ahli. Ukuran pada kotak garis diperkecil agar sesuai dengan ukuran huruf yang akan disusun. Langkah selanjutnya dalam pengerjaan kotak adalah finishing yang dilakukan oleh tukang kayu. Langkah terakhir, peneliti memberikan label huruf untuk setiap kotak agar huruf-huruf dapat ditempatkan dengan mudah dan jelas. Proses selanjutnya adalah membuat huruf. Karena keterbatasan dari tukang kayu dalam pembuatan huruf, peneliti membuat huruf di percetakan yang berlokasi di Jl. Gejayan. Peneliti memilih tempat tersebut karena di tempat tersebut dapat mencetak berbagai bentuk benda dengan berbahan acrylic dan kayu. Tahap pertama, peneliti melakukan survey harga di dua percetakan. Hal ini dilakukan untuk menekan harga agar tidak menghabiskan biaya terlalu banyak. Tahap kedua, peneliti membuat disain huruf yang akan digunakan. Peneliti menggunakan jenis huruf Print Bold dan Ebrima untuk huruf a dan t. Huruf b, d, f, g, h, j, k, l, p, q, berukuran 9 cm x 4,5 cm. Untuk huruf a, c, e, i, n, o, r, s, u, v, x, dan z berukuran 4,5 cm x 4 cm. Huruf t, m, dan w memiliki ukuran khusus. Huruf t berukuran 4,5 cm x 4 cm, sedangkan huruf m dan w memiliki ukuran 4 cm x 5 cm. Tahap ketiga, peneliti mencetak huruf berdasarkan disain. Warna yang dipilih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 adalah merah dan biru. Pada data analisis kebutuhan, guru dan siswa menginginkan alat peraga dengan warna merah muda dan biru muda. Akan tetapi, warna yang ada pada percetakan berupa merah tua dan biru tua. Huruf-huruf dicetak dan dipotong dengan menggunakan mesin laser supaya lebih presisi. Gambar 4.3 adalah gambar beberapa huruf abjad yang digunakan pada alat peraga. Gambar 4.3 Huruf pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Proses selanjutnya adalah membuat kartu. Tahap pertama peneliti memilih kata-kata yang akan digunakan dengan berpedoman buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas I dan KD 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, KD 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan KD 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar. Hal ini dilakukan agar kata yang dipilih peneliti merupakan kata yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas I. Tahap kedua, peneliti mencari gambar-gambar yang sesuai dengan kata yang akan digunakan. Tahap ketiga, peneliti membuat disain kartu kata dan kartu gambar. Pada kartu gambar, sisi belakang dari gambar memuat nama gambar tersebut. Nama gambar digunakan sebagai pengendali kesalahan. Tahap keempat adalah tahap pencetakan dan pemotongan. Gambar 4.4 adalah gambar untuk kartu gambar, gambar 4.5 adalah gambar untuk kartu kata, dan gambar 4.6 adalah kartu suku kata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 Gambar 4.4 Kartu Gambar Gambar 4.5 Kartu Kata Gambar 4.6 Kartu Suku Kata Setelah proses membuat kartu selesai, peneliti membuat papan tulis Gambar 4.9 adalah gambar papan tulis. Gambar 4.7 Papan Tulis Tahap pertama, peneliti mencari whiteboard portable yang memiliki dua sisi. Sisi depan untuk papan tulis sedangkan sisi sebaliknya untuk timetable. Tahap kedua, peneliti menggambar dua kotak garis pada sisi papan tulis. Ukuran yang digunakan sama dengan ukuran kotak garis pada tutup alat peraga. alat yang digunakan untuk menggambar ialah penggaris dan permanent marker supaya garis tidak mudah hilang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga Tahap pertama dalam pembuatan album alat peraga ialah menyusun langkah-langkah penggunaan alat peraga. Langkah-langkah dirumuskan dengan menggunakan pedoman langkah-langkah penggunaan alat peraga Large Movable Alphabet. Berdasarkan langkah-langkah yang telah disusun, peneliti mengambil gambar dari setiap langkah yang tertera. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengguna dalam memahami langkah-langkah penggunaan alat peraga. Tahap berikutnya, peneliti menyatukan dan menyusun langkah-langkah beserta gambar dengan menggunaan program Microsoft Office Word 2007. Melalui bantuan program yang sama, peneliti membuat sampul album dan menambahkan informasi-informasi terkait alat peraga membaca dan menulis. Tahap terakhir, peneliti mencetak album alat peraga. Setelah pembuatan alat peraga dan album alat peraga selesai, kedua produk tersebut perlu divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan pada uji coba lapangan terbatas. Dengan demikian, penelitian dapat dilanjutkan ke tahap keempat. 4.1.4 Validasi Produk Tahap keempat adalah validasi alat peraga dan album alat peraga membaca dan menulis permulaan. Kuesioner yang digunakan dalam validasi merupakan kuesioner validasi produk yang telah disusun pada tahap dua. 4.1.4.1 Validasi Produk Alat Peraga Validasi alat peraga membaca dan menulis permulaan dilakukan oleh dua ahli Montessori dan ahli Bahasa Indonesia. Hasil validasi produk alat peraga oleh ahli disajikan dalam tabel 4.35. Tabel 4.35 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Ahli Montessori 1 Montessori 2 Bahasa Indonesia 1 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 Rerata No. Item 5 6 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 4 4 4 9 4 4 4 10 4 4 3 11 4 4 3 Total Rerata 44 42 40 42 4 3,82 3,64 3,82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 Berdasarkan hasil validasi produk alat peraga pada tabel 4.35, diperoleh skor rerata sebesar 3,82. Skor rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi alat peraga dapat dilihat pada lampiran 4.4 halaman 180. Selain memberikan skor penilaian, ahli Montessori 2 memberikan komentar terhadap alat peraga yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan peneliti untuk melakukan perbaikan. Tabel 4.36 Komentar mengenai Produk Alat Peraga Komentar Ahli Montessori 1 Sudah baik Komentar Ahli Komentar Ahli Montessori 2 Bahasa Indonesia Perlu ditambahkan kartu suku kata untuk diftong (au, ai, oi) dan „ng‟ untuk mengakomodasi kata-kata seperti cabai, pulau, sepoi, mangga Berdasarkan komentar dari ahli pada tabel 4.36, peneliti memutuskan untuk memberikan tambahan kartu diftong dan untuk imbuhan „ng‟. Keputusan tersebut diambil karena dalam kartu kata yang disusun peneliti memuat kata yang mengandung suku kata diftong dan kata berimbuhan „ng‟. Kata tersebut belum diakomodasi oleh peneliti. Oleh karena itu, kata diftong dan imbuhan „ng‟ ditambahkan dengan ukuran sama dengan kartu suku kata. 4.1.4.2 Validasi Produk Album Alat Peraga Selain melakukan uji validitas terhadap alat perga, album penggunaan alat peraga juga perlu divalidasi agar layak digunakan. Validasi dilakukan oleh ahli Montessori dan ahli Bahasa. Hasil validasi dituangkan dalam tabel 4.37. Lembar hasil validasi album penggunaan alat peraga dapat dilihat pada lampiran 4.5 halaman 183. Tabel 4.37 Hasil Validasi Produk Album Alat Peraga oleh Ahli Ahli 1 Montessori 4 Bahasa 2 2 4 3 No. Item 3 4 5 6 7 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 Rerata 8 4 4 9 3 4 10 4 4 Total Rerata 38 36 37 3,8 3,6 3,7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Berdasarkan tabel 4.37, diperoleh skor rerata validasi album sebesar 3,7 Skor rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, album petunjuk penggunaan alat peraga membaca dan menulis permulaan dinyatakan valid dan layak digunakan. Dalam validasi album tersebut, ahli bahasa menambahkan beberapa komentar berupa saran untuk perbaikan. Berikut adalah tabel 4.38 yang menyajikan komentar dari ahli bahasa. Tabel 4.38 Komentar mengenai Produk Album Alat Peraga No. Item Aspek 1 2 Komentar Ahli Bahasa Perhatikan tanda baca Beberapa kalimat kurang jelas Berdasarkan komentar dari ahli bahasa, peneliti melakukan perbaikan album alat peraga membaca dan menulis permulaan. Pada tahap empat ini, alat peraga dan album alat peraga membaca dan menulis permulaan telah divalidasi dan memperoleh hasil dengan kualitas sangat baik. Dengan demikian, alat peraga siap untuk uji coba lapangan terbatas. 4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas Uji coba lapangan terbatas dilaksanakan pada tanggal 17-18 Desember 2015 pada pukul 08.00-11.00. Uji coba dilakukan dengan lima siswa kelas I SD N Karangwuni 1. Kelima siswa tersebut dipilih berdasarkan saran dari guru dan observasi yang dilakukan peneliti. Sebelum memulai bimbingan belajar dengan alat peraga, peneliti memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian bimbingan belajar dimulai dengan menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga digunakan satu per satu secara bergantian oleh siswa. Peneliti memberikan lembar kerja yang digunakan untuk menuliskan kata atau kalimat yang dipelajari. Pada akhir pertemuan, peneliti memberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga membaca dan menulis permulaan. 4.1.5.1 Data dan Analisis Tes Peneliti menganalisis data nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest dan posttest. Data nilai yang diperoleh merupakan nilai membaca suku kata, kata, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 kalimat, menulis abjad, serta menulis suku kata, kata, dan kalimat. Masing-masing data direkap dalam rekapitulasi hasil tes membaca dan menulis. Hasil pengerjaan pretest dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 163, sedangkan hasil pengerjaan posttest dapat dilihat pada lampiran 3.6 halaman 167. Rekapitulasi hasil pretest dan posttest siswa dituangkan dalam tabel 4.39. Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa No. 1 2 3 4 5 Nama Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Rerata Nilai Pretest Posttest Membaca Menulis Membaca Menulis 75 66,7 93,8 88,1 68,8 69,1 100 76,2 71,9 57,1 100 61,9 71,9 66,7 100 80,9 68,8 66,7 93,8 69,1 71,3 65,2 97,5 75,2 Berdasarkan tabel 4.39, tampak bahwa nilai membaca dan menulis berbeda-beda. Nilai membaca pada saat pretest siswa 1 mendapatkan nilai 75, sedangkan nilai yang diperoleh saat posttest adalah 93,8. Siswa 2 mendapatkan nilai 68,8 untuk pretest, sedangkan untuk posttest siswa 2 mengalami peningkatan menjadi 100. Siswa 3 memperoleh nilai 71,9 untuk pretest, sedangkan untuk posttest siswa 3 mendapatkan nilai 100. Siswa 4 mendapatkan nilai 71,9 untuk pretest, dan mengalami peningkatan menjadi 100 pada saat posttest. Siswa 5 mendapatkan nilai 68,8 untuk pretest, sedangkan nilai 93,8 untuk posttest. Perbedaan nilai pretest dan posttest untuk membaca disajikan dalam grafik 4.1 120 100 80 93,8 75 100 68,8 100 71,9 100 71,9 93,8 68,8 60 Pretest 40 Posttest 20 0 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Membaca PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Sedangkan untuk nilai menulis, pada saat pretest siswa 1 mendapatkan nilai 66,7, sedangkan nilai yang didapat saat posttest adalah 88,1. Siswa 2 mendapatkan nilai 69,1 untuk pretest, sedangkan untuk posttest siswa 2 mendapatkan nilai 76,2. Siswa 3 memperoleh nilai 57,1 untuk pretest, sedangkan untuk posttest siswa 3 mendapatkan nilai 61,9. Siswa 4 mendapatkan nilai 66,7 untuk pretest, sedangkan nilai 80,9 didapatkan pada saat posttest. Siswa 5 mendapatkan nilai 66,7 untuk pretest, sedangkan nilai 69,1 untuk posttest. Perbedaan nilai pretest dan posttest masing-masing siswa untuk menulis disajikan dalam grafik 4.2. 100 80 88,1 66,7 80,9 76,2 69,1 57,1 60 61,9 66,7 66,7 69,1 Pretest 40 Posttest 20 0 Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Grafik 4.2 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Menulis Selain terdapat perbedaan nilai pada masing-masing siswa, perbedaan juga terdapat pada rerata nilai pretest dan posttest. Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest untuk membaca disajikan dalam grafik 4.3 sedangkan perbedaan nilai menulis tampak dalam grafik 4.4. 120 97,5 100 80 71,3 60 Pretest 40 Posttest 20 0 Rerata Nilai Grafik 4.3 Perbedaan Rerata Nilai Membaca PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 Rerata nilai membaca yang diperoleh mengalami perbedaan. Rerata nilai pretest sebesar 71,3 sedangkan reratan nilai posttest sebesar 97,5. Dari rerata nilai yang diperoleh, siswa mengalami peningkatan kemampuan membaca suku kata, kata, dan kalimat melalui alat peraga membacadan menulis permulaan. Perbedaan nilai juga tampak dalam rerata nilai menulis. Berikut adalah grafik 4.2 yang menyajikan perbedaan rerata nilai menulis. 76 74 72 70 68 66 64 62 60 75,2 Pretest 65,2 Posttest Rerata Nilai Grafik 4.4 Perbedaan Rerata Nilai Menulis Berdasarkan grafik 4.4, rerata nilai menulis pada saat pretest sebesar 65,2, sedangkan rerata nilai posttest sebesar 75,2. Perbedaan rerata nilai menulis menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa menjadi lebih baik setelah menggunakan alat peraga membaca dan menulis permulaan. Setelah melakukan uji coba lapangan terbatas, peneliti mendapatkan masukan dari ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Ahli pembelajaran Bahasa Indonesia menyarankan untuk membuat petunjuk penulisan huruf dengan ukuran yang lebih besar agar dapat dilihat oleh siswa dengan jelas. Karena dalam alat peraga, petunjuk penulisan huruf hanya terdapat dalam label huruf pada kotak huruf. Sedangkan label tersebut hanya berukuran kecil dan kurang efektif ketika siswa akan melihat petunjuk penulisannya. Peneliti kemudian menambahkan petunjuk penulisan huruf di sisi belakang papan tulis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Tabel 4.40 Revisi Alat Peraga setelah Uji Coba Lapangan Terbatas Sebelum Perbaikan Petunjuk penulisan huruf ditampilkan dengan jelas Setelah Perbaikan belum Peneliti menambahkan papan petunjuk penulisan huruf di sisi belakang papan tulis. Hal ini dilakukan agar siswa dapat melihat petunjuk penulisan huruf dengan benar dan jelas. Papan petunjuk penulisan huruf dibuat dengan memodifikasi papan tulis. Sisi depan digunakan untuk papan tulis sedangkan sisi belakang digunakan sebagai papan petunjuk penulisan huruf. Papan petunjuk penulisan huruf dikembangkan dari label huruf yang terdapat pada kotak huruf. Papan berukuran 47 cm x 29 cm ini dibuat dengan tujuan agar siswa dapat melihat petunjuk penulisan huruf yang benar dengan ukuran yang lebih besar dan jelas. 4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga Tanggapan mengenai produk alat peraga dilakukan oleh guru dan lima siswa kelas I. Kuesioner tanggapan diberikan setelah uji coba lapangan terbatas. Pengisian kuesioner tanggapan untuk guru dengan skala 1-3, sedangkan untuk siswa hanya menjawab „Ya‟ atau „Tidak‟. Skor 1 untuk jawaban „Ya‟ dan 0 untuk jawaban „Tidak‟. Tabel 4.41 merupakan hasil tanggapan produk alat peraga oleh guru dan siswa. Tabel 4.41 Hasil Tanggapan mengenai Produk Responden Guru Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 1 2 3 4 5 6 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 No. Item 7 8 9 10 11 12 13 3 3 3 3 3 3 3 Rerata 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Rerata Total Rerata 39 39 11 13 13 13 13 12,6 3 3 1 1 1 1 1 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 Berdasarkan tabel 4.41, diperoleh skor rerata sebesar 3 untuk dari guru dan 1 dari siswa. Rerata skor 3 termasuk dalam kategori baik. Sedangkan perolehan skor 1 pada tanggapan oleh siswa menunjukkan bahwa hampir seluruh pernyataan dijawab „Ya‟ oleh siswa. Itu artinya alat peraga berkualitas baik dan dapat membantu siswa dalam belajar membaca dan menulis. Lembar hasil tanggapan mengenai produk oleh guru dapat dilihat pada lampiran 4.6 halaman 185. Sedangkan lembar hasi tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.7 halaman 187. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan yang Dilakukan di SD N Karangwuni 1 Hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang dilakukan di SD N Karangwuni 1 diperoleh melalui wawancara, observasi, dan kuesioner. Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dilakukan, terdapat permasalahan dalam membaca dan menulis. Selain itu, diketahui bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis masih terbatas. Sedangkan berdasarkan hasil analisi kebutuhan, sebanyak 100% guru dan 2 siswa menyetujui bahwa alat peraga dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis. Oleh karena itu, alat peraga dapat membantu mengatasi permasalahan siswa dalam membaca dan menulis. Peneliti mempertimbangkan paparan tersebut dalam pengembangan alat peraga. 4.2.2 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan dari Alat Peraga Large Movable Alphabets Pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan dari alat peraga Large Movable Alphabets (LMA) diuraikan dalam 3 tahap pengembangan. Tahap pertama adalah pengembangan bentuk LMA. Peneliti memperkecil ukuran LMA yang semula berukuran besar. Huruf yang digunakan dalam LMA adalah huruf tegak bersambung. Peneliti mengganti huruf pada LMA dengan huruf lepas. Peneliti menambahkan dua kotak sebagai tempat untuk meletakkan kartu. Peneliti juga mengembangkan tutup LMA menjadi kotak garis agar lebih multi guna. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 Tahap kedua adalah penambahan kartu. Alat peraga LMA yang semula hanya terdiri dari huruf-huruf, kini terdapat kartu-kartu yang mendukung latihan membaca dan menulis. Peneliti menambahkan kartu gambar, kartu kata, kartu suku kata, kartu diftong, dan kartu imbuhan „ng‟. Pengendali kesalahan terdapat pada kartu gambar dan huruf. Pemilihan kata pada kartu kata dikembangkan dari KD 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, KD 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan KD 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan kartu suku kata dan kartu kata dengan gradasi kata yang dipilih (2-3 suku kata). Tahap ketiga adalah penambahan papan tulis dan papan petunjuk penulisan huruf. Peneliti menambahkan papan tulis dan papan petunjuk penulisan huruf dengan tujuan agar siswa dapat berlatih menulis dengan arah penulisan yang benar. Kedua papan ini dikembangkan dari papan whiteboard yang memiliki dua sisi. Sisi depan untuk papan tulis, sedangkan sisi belakang untuk papan petunjuk penulisan huruf. Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak garis, kartu, papan tulis, dan papan petunjuk penulisan huruf. 4.2.3 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan berdasarkan Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori Pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berdasarkan ciri alat peraga Montessori dapat dilihat dari komponen dan cara penggunaan alat peraga membaca dan menulis permulaan. Ciri menarik dapat dilihat dari bentuk alat peraga yang memiliki warna pada huruf-huruf, gambar-gambar yang beragam pada kartu kata, serta cara penggunaan alat peraga yang menarik. Terdapat banyak pilihan kata maupun gambar pada kartu yang memberi kebebasan kepada siswa dalam memilih materi yang akan dipelajari. Ciri bergradasi dilihat dari materi yang dipelajari melalui alat peraga. Materi diberikan secara bertahap mulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat. Kata yang digunakan bergradasi mulai dari dua suku kata sama, dua suku kata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 berbeda, hingga kata yang mengandung tiga suku kata. Selain gradasi suku kata, kata yang terdapat dalam alat peraga dapat digunakan untuk keterampilan lain. Keterampilan tersebut adalah latihan mengelompokkan nama benda, nama buah, nama hewan, dan pekerjaan. Gradasi juga dapat dilihat dari berat alat peraga yang disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas I. Ciri auto-correction ditunjukkan dengan adanya kartu gambar pada alat peraga membaca dan menulis permulaan. Bagian depan kartu berupa gambar, sedangkan bagian belakang terdapat nama dari gambar tersebut. Selain kartu gambar, huruf-huruf pada kotak huruf merupakan control of error ketika digunakan pada saat menulis di papan tulis. Huruf-huruf tersebut digunakan untuk memastikan apakah ukuran dan posisi huruf yang ditulis siswa sudah sesuai. Ciri auto-education dapat dilihat dari kartu dan langkah penggunaan alat peraga. Dengan adanya banyak pilihan kata dan gambar pada kartu, siswa bebas memilih sendiri kata atau gambar yang akan dipelajari. Langkah ketika siswa menyusun huruf memunculkan kerjasama antar siswa. Pada saat uji coba terbatas, peneliti memperhatikan ketika salah satu siswa kesulitan menyusun huruf, siswa lain membantu dengan menunjukkan letak huruf yang akan digunakan. Ciri kontekstual ditunjukkan dengan bahan pembuatan alat peraga yang dapat ditemui di lingkungan sekitar. Bahan tersebut adalah kayu dan kertas. Selain bahan, keberagaman kata yang dipilih merupakan nama-nama benda, tempat, atau pekerjaan yang dekat dengan dunia siswa. Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak garis, kartu, papan tulis, dan papan petunjuk penulisan huruf serta terdapat ciri-ciri yang sesuai dengan ciri alat peraga Montessori. 4.2.4 Hasil Penilaian terhadap Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat peraga membaca dan menulis permulaan dilakukan melalui validasi produk. Hasil penilaian ciri alat peraga Montessori pada alat peraga membaca dan menulis permulaan dituangkan dalam tabel 4.42. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 Tabel 4.42 Hasil Penilaian Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan oleh Ahli Indikator Autoeducation Kontekstual Menarik Bergradasi Autocorrection Aspek yang dinilai Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis permulaan. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara mandiri. Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara mandiri oleh sekolah/guru. Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa tertarik belajar. Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk mempelajari kompetensi dasar lain. Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan. Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan. 1 4 Ahli 2 3 3 4 4 4 4 Rerata Ket. 3,67 Sangat Baik 3 3,67 3 4 3,67 Sangat Baik Sangat Baik 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3,67 4 4 3 3,67 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Berdasarkan tabel 4.42, para ahli memberikan penilaian dengan kategori sangat baik untuk kelimat ciri alat peraga Montessori. Validasi produk yang dilakukan oleh ahli mendapatkan skor rerata sebesar 3,82 yang berarti memiliki kualitas sangat baik. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.35 halaman 95. Oleh karena itu, alat peraga membaca dan menulis memiliki ciri alat peraga Montessori dengan kualitas sangat baik. 4.2.5 Hasil Pretest dan Posttest Siswa dalam Membaca dan Menulis pada Uji Coba Terbatas Hasil pretest dan posttest siswa dalam membaca dan menulis pada uji coba terbatas menunjukkan adanya perbedaan selisih nilai. Selisih nilai pretest dan posttest disajikan dalam tabel 4.43. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 Tabel 4.43 Selisih Nilai Pretest dan Posttest Nilai No. 1 2 3 4 5 Nama Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Rerata Selisih Membaca Pretest Posttest 75 93,8 68,8 100 71,9 100 71,9 100 68,8 93,8 71,3 97,5 26,2 Menulis Pretest Posttest 66,7 88,1 69,1 76,2 57,1 61,9 66,7 80,9 66,7 69,1 65,2 75,2 10 Berdasarkan tabel 4.43, selisih rerata nilai membaca adalah 26,2. Sedangkan rerata nilai menulis memiliki selisih nilai sebesar 10. Berdasarkan perolehan nilai pretest dan posttest siswa, diketahui bahwa penggunaan alat peraga membaca dan menulis permulaan dapat membantu siswa dalam menguasai keterampilan membaca dan menulis permulaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB 5 PENUTUP Bab 5 menguraikan beberapa hal yang berupa kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 5.1.1 Alat peraga membaca dan menulis permulaan dikembangkan dari alat peraga Montessori yaitu Large Movable Alphabet (LMA). Kotak LMA dikembangkan menjadi kotak huruf dengan ukuran yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Huruf tegak bersambung pada LMA dikembangkan menjadi huruf lepas. Tutup dikembangkan menjadi kotak garis. Fungsi LMA dikembangkan untuk membaca dan menulis dengan tambahan komponen berupa kartu, papan tulis, dan papan petunjuk penulisan huruf. Ciri alat peraga Montessori dikembangkan dalam alat peraga Membaca dan Menulis Permulaan. Ciri menarik terdapat pada warna huruf alat peraga dan langkah penggunaannya. Ciri bergradasi dilihat dari berat alat peraga dan perkembangan kata yang digunakan. Ciri auto-corecttion terdapat pada kartu gambar dan huruf. Ciri auto-education terdapat pada langkah penggunaan yang memungkinkan adanya pembelajaran sendiri. Dan ciri kontekstual terdapat pada bahan pembuatan alat peraga MMP yang terdapat di lingkungan sekitar. Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak garis, kartu, papan tulis, dan papan petunjuk penulisan huruf serta terdapat ciri-ciri yang sesuai dengan ciri alat peraga Montessori. 5.1.2 Kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan adalah sangat baik. Alat peraga membaca dan menulis permulaan memiliki ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Kualitas ciri alat peraga diketahui dari hasil validasi 107 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 produk. Validasi produk yang dilakukan oleh ahli mendapatkan skor rerata sebesar 3,82 yang berarti memiliki kualitas sangat baik. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Selisih rerata membaca sebesar 26,2 sedangkan selisih nilai menulis sebesar 10. Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan dapat membantu siswa dalam menguasai keterampilan membaca dan menulis permulaan. 5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 5.2.1 Peneliti kurang memperhitungkan berat keseluruhan alat peraga. Berdasarkan data analisis kebutuhan, berat awal peraga seharusnya kurang dari 1,5 kg. Akan tetapi, berat kotak huruf setelah ditambah dengan kartu dan huruf menjadi 1,9 kg. 5.2.2 Keterbatasan peneliti dalam pengalaman dan keterampilan dalam membuat disain alat peraga. Akibatnya, penampilan label nama dan huruf pada papan petunjuk penulisan huruf kurang sempurna. 5.2.3 Warna yang digunakan untuk huruf kurang sesuai dengan data analisis kebutuhan. Akibatnya, warna yang digunakan untuk huruf bukan warna merah muda dan biru muda melainkan merah tua dan biru tua. 5.3 Saran Saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut. 5.3.1 Ukuran berat yang akan digunakan perlu dipertimbangkan matang-matang agar berat yang diperoleh masih sesuai apabila digunakan untuk siswa kelas I. 5.3.2 Pembuatan disain dapat dilakukan dengan bantuan orang yang lebih berpengalaman dalam disain grafis apabila peneliti mengalami masalah dalam pembuatan disain. 5.3.3 Pemilihan warna sebaiknya dikomunikasikan dengan pihak percetakan. Apabila pihak percetakan yang dituju tidak menyediakan warna yang dibutuhkan, pewarnaan dapat dilakukan di tempat lain atau melakukan pewarnaan sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR REFERENSI Al-Tabany, T. I. B. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Prenadamedia Group. Arsyad, A. (2014). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar . Jakarta: BP. Cipta Jaya. Cresswell, W. (2012). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Bandung: Erlangga. Dewi, Kd. J. K., Suwatra, Ign. I Wyn., & Arini, Ni Wyn. (2014). Penggunaan metode struktur analitik sintetik (SAS) untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 7 Bungkulan. e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, No. 1. Desmita. (2007). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fikasari, C. (2012). Pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman Jombang. Jurnal UNESA, Vol. 01, No. 01. 1-7. Gettman, D. (1987). Basic Montessori: Learning activities for under-fives. New York: St. Martin‟s Press. Gutek, G. L. (2004). The Montessori method: the origin of an educational innovation, including an abridged and annotated edition of Maria Montessori’s the Montessori Method. Lanham: Rowman & Littlefield Publisher, Inc. Gutex, G. L. (2013). Metode Montessori: Panduan wajib untuk guru dan orangtua didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Haditono, S. R. Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 109 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2008). Theories of learning, edisi ketujuh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kusaeri & Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Lillard, A. S. (2005). Montessori the science behind the genius. New York: Oxford University Press. Magini, A. P., (2013). Sejarah pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius. Montessori , M. (2002). The montessori method. New York: Frederick A. Stokes Company. Murti, B. I. C. (2015). Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD materi pembagian berbasis metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Mutingah, S. (2009). Peningkatan kemampuan membaca menulis permulaan dengan metode kata lembaga di kelas II SDN Nayu Banjarsari Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Ngalimun & Alfulaila, N. (2014). Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Prastowo, A. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu implementasi kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta: Prenadamedia Group. Ratri, A. R. (2014). Pengembangan alat peraga matematika untuk operasi bilanga bulat berbasis metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Rosdiana, Supratmi, Izzati, dkk. (2009). Bahasa dan sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media. Sarwono, J. (2010). PASW statistics 18 – Belajar statistic menjadi mudah dan cepat. Yogyakarta: Andi. Setyosari, P. (2013). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Slamet, St. Y. (2014). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah dan tinggi Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press. Solchan, Mulyati, Syarif, dkk. (2008). Pendidikan bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudaryono; Margono, & Rahayu, (2013). Pengembangan instrument penelitian pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudono, A. (2010). Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT. Grasindo. Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. ________. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. ________. (2015). Metode penelitian dan pengembangan. Bandung: Alfabeta. Sukartiningsih, W. (2004). Peningkatan kualitas pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas 1 Sekolah Dasar melalui media kata bergambar. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5, No. 1. 51-60. Sukmadinata, N. S. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suparti. (2007). Strategi pembelajaran menulis di Sekolah Dasar kelas IV. Didaktika, Vol. 2. No. 1. 259-271. Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran: teori dan konsep dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tegeh, Jampel, & Pudjawan. (2014). Model penelitian pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widoyoko, S.E. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yusuf, S & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan peserta didik: Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) bagi mahasiswa calon guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Jakarta: Rajawali Pers. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah Lampiran 1.1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi 113 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran Membaca dan Menulis 115 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa oleh Ahli 116 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah TRANSKRIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN KEPALA SEKOLAH Peneliti : Buk, apakah setiap tahun terdapat permasalahan yang dialami siswa berkaitan dengan membaca dan menulis? Kepala sekolah : Ya, terutama di kelas rendah di kelas I, II, III itu jadi permasalahan. Peneliti : Jika ya, kira-kira berapa persen siswa yang memiliki permasalahan tersebut? Kepala sekolah : Kalo disini 50% anak mengalami kesulitan untuk membaca. Karena ada beberapa siswa yang masuknya tidak melalui TK. Jadi langsung masuk di kelas I. Peneliti : Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa? Kepala sekolah : Merangkai huruf, huruf saja belum hafal sehingga untuk merangkai kata, merangkai huruf masih kesulitan. Itu yang terutama yang di kelas I karena sebagian besar belum TK. Peneliti : Kira-kira faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya permasalahan tersebut apa saja? Kepala sekolah : Yang dapat mempengaruhi permasalahan satu, yang pertama anak-anak belum sekolah TK. Yang kedua, minat bacanya kurang. Dan kemampuan untuk menghafal lama. Daya ingatnya kurang setia. Peneliti : Apakah siswa memiliki ketertarikan dalam hal membaca dan menulis?Jika iya, apakah alasannya yang membuat membaca dan menulis itu menarik bagi anak. Jika iya. Kepala sekolah : Sebagian besar anak-anaknya sulit untuk membaca dan apa ya, kurang senang untuk membaca, meskipun di sekolah ada wajib membaca. Wajib membaca sebelum pelajaran juga sesudah istirahat. Itu memang diberikan buku cerita wajib membaca 122 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang nanti merangkum isi dan pe, isi cerita dan pengarangnya siapa minimal itu. Peneliti : Lalu apakah di sekolah terdapat alat peraga untuk membaca dan menulis dalam proses belajar mengajar? Kepala sekolah : Yang di kelas rendah ada, yaitu dengan potongan-potongan kartu, potongan-potongan huruf, yang nanti disusun. Ada itu di kelas kecil, ada. Peneliti : Bagaimana cara kerjanya? Kepala sekolah : Cara kerjanya yang huruf itu untuk di apa ya dijajarkan. Umpamanya a dan s, s-a jadi sa itu ya.t-u, satu wa itu itu apa ya dijajarkan. Umpamanya a dan s, s-a, jadi sa itu ya.t-u satu wa itu itu yang kelas satu. Sedangkan yang kelas dua itu ada alat peraga subyek, predikat, obyek. Jadi tinggal apa memilih kata sebagai subyek, predikat, dan obyek. Itu ada di kelas dua kelas tiga itu ada untuk menyusun kalimat. Peneliti : Apakah siswa melakukan pengadaan alat peraga membaca dan menulis? Kepala sekolah : Tidak untuk tahun ini tidak karena itu tinggalan tahun yang lalu, yak. Peneliti : Untuk alat peraga yang ada apakah beli dari luar atau membuat sendiri? Kepala sekolah : Sebagian ada yang membuat sendiri secara sederhana tapi juga ada yang apa kita tidak membeli tetapi bagian mendapat bagian dari dinas, dropping alat peraga. Peneliti : Nah apakah alat peraga tersebut apakah disimpan dengan baik? Kepala sekolah : Iya, iya. Kita gunakan khusus itu sudah rusak itu. Khususnya yang kelas satu sudah rusak, ya. Yang kartu huruf kotak-kotak huruf itu. Peneliti : Nah, apakah siswa diajak untuk terlibat dalam merawat alat peraga tersebut? Kepala sekolah : Ya, meskipun untuk bermain ya harus dirawat. Tapi yang namanya anak ya nggak papa yang penting anak tahu. 123 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peneliti : Lalu dalam kegiatan membaca dan menulis apakah siswa menggunakan alat peraga? Kepala sekolah : Membaca dan menulis tidak, tidak menggunakan. Peneliti : Lalu yang kartu huruf dan yang potongan huruf tadi itu digunakan untuk pelajaran apa? Kepala sekolah : Untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Iya untuk pelajaran Bahasa Indonesia khusunya yang kelas satu ya kelas satu itu sama kelas dua. Untuk khusunya Bahasa Indonesia ya. Peneliti : Nah berarti itu termasuk ke dalam alat peraga yang untuk membaca dan menulis atau bukan bu? Kepala sekolah : Iya, ya, masuk. Disini anak-anak juga masih kesulitan ya, untuk, meskipun sudah ada alat seperti itu masih kesulitan juga itu. Peneliti : Nah berarti tadi menggunakan alat peraga to buk untuk membaca dan menulis? Kepala sekolah : Iya. Peneliti : Nah yang alat peraga tersebut, dalam setiap kelas itu kira-kira digunakan secara individu, kelompok, atau klasikal satu kelas Kepala sekolah : Klasikal. Bisa klasikal bisa individu. Peneliti : Nah, dengan adanya alat peraga tersebut apakah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis? Kepala sekolah : Iya, bisa. Karena dengan apa disusun secara realita per huruf itu anak akan lebih lebih tepat, itu aja. Peneliti : Lalu bagaimana respon sekolah terhadap penggunaan alat peraga tersebut? Kepala sekolah : Responnya ya lumayan sih tapi menurut saya masih kurang intensif dalam penggunaannya, itu aja. Harusnya ditambah lagi dengan alat peraga yang lain khususnya untuk yang Bahasa Indonesia. 124 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1.5 Transkrip Wawancara dengan Guru TRANSKRIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN GURU Peneliti : Apakah di kelas terdapat alat peraga untuk membaca dan menulis dalam proses belajar mengajar? Guru : Ya, ada mbak. Ada kotak-kotak huruf sama yang buat susun kalimat itu yang bisa diputer. Kadang saya buat kartu-kartu dari kertas. Peneliti : Apakah guru melakukan pengadaan alat peraga? Guru : Iya. Seperti contoh tadi saya buat sendiri kartu-kartu huruf dari kertas. Tergantung materi apa yang mau diberikan ke anak. Biasanya sekolah juga mendapatkan bantuan dari dinas tetapi tidak setiap tahun. Peneliti : Alat peraga yang diadakan apakah beli dari luar atau membuat sendiri? Guru : Ya itu tadi mbak, kadang buat sendiri. Di sekolah alat peraganya juga terbatas dan ada yang sudah rusak mbak. Tapi juga ada yang dari dinas. Kalau beli tidak, mungkin hanya beli untuk bahannya saja jika buat sendiri. Peneliti : Apakah dalam kegiatan membaca dan menulis menggunakan alat peraga? Guru : Iya. Tetapi tidak setiap pertemuan menggunakan alat peraga. Itu juga karena di sekolah alat peraganya terbatas. Peneliti : Apakah alat peraga tersebut digunakan siswa secara individu, kelompok, atau klasikal seluruh kelas? Guru : Ya tergantung mbak adanya alat peraganya sendiri. Bisa secara individu tetapi bergantian. Atau bisa kelompok, biasanya kelompok biar siswa bisa kerjasama. Biasanya di kelas kami sering pakai kotakkotak huruf walapun huruf-hurufnya sudah tidak begitu jelas. Peneliti : Apakah guru mengalami kesulitan dalam membimbing siswa belajar membaca dan menulis? Guru : Iya,tapi tidak banyak. Peneliti : Apa saja bentuk kesulitan yang dialami? 125 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Guru : Untuk menarik minat membaca masih susah. Menulis juga kadang siswa mengeluh. Mungkin karena apa ya mungkin bisa bosan. Peneliti : Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi timbulnya permasalahan tersebut? Guru : Ya mungkin karena bosan itu tadi mbak. Kalau memakai alat peraga itu sering malah lebih kelihatan antusias walaupun lebih banyak ke mainnya nanti daripada belajar. Peneliti : Apakah setiap tahun terdapat permasalahan yang dialami siswa berkaitan dengan membaca dan menulis? Guru : Ada Peneliti : Berapa persen siswa yang memiliki permasalahan tersebut? Guru : Berapa ya kurang lebih 50%. Ya setengahnya mbak kira-kira. Peneliti : Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa? Guru : Ada siswa yang memang berkebutuhan khusus jadi susah mbak. Itu Teguh itu mbak. Saya juga kadang bingung, mau mengajari Teguh dulu atau melanjutkan karena anak yang lain sudah bisa. Teguh itu nyusun huruf masih susah, kadang malah nggak hafal. Ada juga Nadif mbak, Nadif itu bisa di Matematika tetapi untuk menulisnya dia masih kurang. Kalau menulis itu suka asal nulis hurufnya jadi bentuknya nggak sesuai. Yang lain juga ada yang seperti itu, membaca kata masih terbalik-balik, ba jadi da, da jadi ba. Mungkin karena mereka sebagian tidak masuk TK jadi belum tahu baca tulis. Untuk baca mayoritas sudah lumayan lancar membaca, tapi ada satu siswa , Nesha, kalau disuruh baca suaranya tidak terdengar. Lainnya ketika diberi kesempatan membaca buku itu suka gimana ya mba kadang nggak langsung baca kayak nggak minat baca gitu mbak. Jadi ya masih susah untuk mengajak siswa suka membaca. Peneliti : Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi timbulnya permasalahan tersebut? Guru : Salah satunya karena tidak masuk TK itu tadi, ada yang memang memiliki kemampuan kognitif yang rendah, ada yang memang keterbatasan fisik seperti Teguh tadi. 126 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peneliti : Apakah guru melakukan analisis kesulitan siswa dalam membaca dan menulis? Guru : Biasanya kalau saya itu mengidentifikasi setiap siswa apa saja kesulitan yang dialami, kemampuannya seberapa. Atau misal siswa A kok melakukan kesalahan yang sama dan terus menerus biasanya saya tanyain kenapa. Peneliti : Apakah guru mencoba menggunakan metode untuk membantu siswa membaca dan menulis? Guru : Kalau untuk metode, yang saya gunakan bersama anak-anak itu namanya metode Iqro. Anak-anak juga sudah punya buku pegangan tentang buku metode Iqro. Disitu juga sudah ada latihannya sendiri. Kalau tidak ya dengan alat peraga itu tadi tapi saya jarang menggunakan. 127 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Siswa TRANSKRIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN SISWA Siswa I Peneliti : Apakah membaca itu sulit? Siswa : Kalau membaca yang panjang itu susah Peneliti : Lalu apakah menulis itu sulit? Siswa : Tidak tapi suka capek Peneliti : Apakah kamu kalau menulis di buku tulis itu pernah tidak sesuai garis? Misalnya naik apa turun apa di tengah. Siswa : Pernah Peneliti : Ini ada kata “budi”. Apakah kamu bisa menuliskan kata ini? Siswa : Bisa Peneliti : Lalu kata ini apakah kamu bisa menuliskan? Siswa : Bisa Peneliti : Lalu apakah kamu bisa membaca kedua kata itu? Coba kamu baca yang ini sama ini. Siswa : Budi menyanyi Peneliti : Baik, lalu apakah kamu bisa menulis kalimat yang ini? Siswa : Bisa Peneliti : Coba kamu bacakan. Siswa : Budi ikut lomba menyanyi tunggal Siswa II Peneliti : Apakah membaca itu sulit? Siswa : Tidak tapi membosankan Peneliti : Apakah menulis itu sulit? Siswa : Tidak 128 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peneliti : Ketika kamu menulis di buku tulis, apakah kamu pernah menulis tidak sesuai garis? Misal di tengah atau di atas atau malah dibawah garis. Pernah tidak? Siswa : Tidak Peneliti : Nah ini ada ada kata ini. Kira-kira kamu bisa menuliskan kata ini nggak? Siswa : Bisa Peneliti : Lalu kalau yang ini kata ini, kamu bisa menuliskan kata ini ndak? Siswa : Bisa Peneliti : Lalu kalau baca kamu bisa nggak? Ini coba dibaca. Siswa : Budi menyanyi Peneliti : Lalu ini ada kalimat berikutnya, ini ini ini dan ini. Kira-kira kalau kamu menuliskan bisa nggak? Siswa : Oo, bisa. Peneliti : Lalu kalau dibaca kamu bisa ndak? Coba. Siswa : Budi ikut lomba menyanyi tunggal 129 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli 130 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru 134 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2.3 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa 139 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2.4 Lembar Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa 143 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru 146 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2.6 Transkrip Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa TRANSKRIP WAWANCARA ANALISIS KEBUTUHAN OLEH SISWA Siswa I Peneliti : Apakah gurumu pernah menggunakan alat peraga untuk membaca dan menulis? Siswa : Pernah Peneliti : Alat peraga apa saja yang pernah digunakan? Siswa : Kotak huruf, balok-balok itu Peneliti : Apakah kamu merasa lebih mudah jika belajar dengan alat peraga Siswa : Iya Peneliti : Apakah kamu ketika belajar membaca dan menulis ingin menggunakan alat peraga? Siswa : Iya Peneliti : Jika ya, apakah alat peraga tersebut kira-kira dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar? Misalnya kayu atau kertas. Siswa : Iya Peneliti : Kalau kamu mau memilih, alat peraganya itu terbuat dari kayu, besi, kertas, atau plastik? Siswa : Kertas Peneliti : Apakah menarik jika alat peraga itu memiliki warna? Bagus ada warnanya atau nggak? Siswa : Ada Peneliti : Kalau disuruh memilih, pilihan warna merah tua biru tua atau merah muda biru muda? Milih yang tua atau yang muda? Siswa : Muda Peneliti : Apakah kamu menginginkan alat peraga jika ketika digunakan bisa membantumu untuk menemukan kesalahan pada pekerjaanmu? Siswa : Ya Peneliti : Kalau ada pilihan berat, ringan, sedang, berat, pilih mana? 149 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Siswa : Ringan Peneliti : Apakah kamu pengen ada alat peraga yang bisa mempelajari materi selain membaca dan menulis? Siswa : Pengen Siswa II Peneliti : Apakah gurumu pernah menggunakan alat peraga untuk membaca dan menulis? Siswa : Pernah Peneliti : Alat peraga apa saja yang pernah digunakan? Siswa : balok-balok yang ada hurufnya sama kartu-kartu. Itu juga disana ada yang bisa diputer-puter itu. Peneliti : Apakah kamu merasa lebih mudah jika belajar dengan alat peraga Siswa : Ya. Peneliti : Apakah kamu menginginkan ada alat peraga untuk membaca dan menulis? Siswa : Iya Peneliti : Jika memanfaatkan benda-benda di sekitar, kira-kira alat peraga yang kamu pengen itu terbuat dari apa? Misal kayu, besi, kertas, atau palstik yang mudah. Siswa : Kertas Peneliti : Kira-kira alat peraganya lebih menarik ada warnanya atau polos? Siswa : Ada warnanya. Peneliti : Kalau disuruh milih, milih pilah pertama warna merah tua biru tua. Yang kedua merah muda biru muda. Pilih yang tua apa yang muda? Siswa : Muda Peneliti : Lalu kalau disuruh milih berat, milih yang ringan, sedang, atau yang berat? Untuk seumuran kamu. Siswa : Ringan Peneliti : Kalau gurumu membuat alat peraga, kira-kira kamu menginginkan alat peraga yang bisa mempelajari banyak materi tidak? Misal bisa untuk permainan tebak nama hewan. 150 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Siswa : Ya pengen. Peneliti : Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat membantumu untuk menemukan jawaban yang benar? Siswa : Ya 151 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3 Instrumen Tes Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes oleh Ahli 152 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3.2 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa pada Uji Empiris 155 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3.3 Output SPSS Validasi Instrumen Tes Output Validasi Instrumen Tes Menulis Abjad Correlation skortotal Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) skortotal 1 N 24 ** Pearson Correlation ,558 Sig. (2-tailed) ,005 N 24 ** Aitem16 Pearson Correlation ,634 Sig. (2-tailed) ,001 N 24 ** Aitem17 Pearson Correlation ,632 Sig. (2-tailed) ,001 N 24 ** Aitem18 Pearson Correlation ,629 Sig. (2-tailed) ,001 N 24 ** Aitem19 Pearson Correlation ,730 Sig. (2-tailed) ,000 N 24 ** Aitem20 Pearson Correlation ,642 Sig. (2-tailed) ,001 N 24 ** Aitem21 Pearson Correlation ,771 Sig. (2-tailed) ,000 N 24 Aitem22 Pearson Correlation ,333 Sig. (2-tailed) ,112 N 24 * Aitem23 Pearson Correlation ,498 Sig. (2-tailed) ,013 N 24 ** Aitem24 Pearson Correlation ,754 Sig. (2-tailed) ,000 N 24 ** Aitem25 Pearson Correlation ,746 Sig. (2-tailed) ,000 N 24 ** Aitem26 Pearson Correlation ,527 Sig. (2-tailed) ,008 N 24 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Aitem15 24 ** ,546 ,006 24 * ,435 ,033 24 ** ,687 ,000 24 ** ,589 ,002 24 ** ,746 ,000 24 ** ,798 ,000 24 ** ,760 ,000 24 ** ,666 ,000 24 ,370 ,075 24 ** ,662 ,000 24 ** ,746 ,000 24 * ,515 ,010 24 ** ,687 ,000 24 ** ,643 ,001 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 159 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Output SPSS Validasi Instrumen Tes Isian Correlation skortotal Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Aitem3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N skortotal 1 Aitem4 24 ** ,546 ,006 24 * ,435 ,033 24 ** ,687 ,000 24 Aitem5 Aitem6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Output SPSS Validasi Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat Correlation skortotal Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N aitem8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N skortotal 1 24 ,383 ,065 24 * ,471 ,020 24 ** ,814 ,000 24 ,295 ,162 24 * ,422 ,040 24 ** ,838 ,000 24 ,213 ,318 24 * ,452 ,027 24 **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 160 ** ,589 ,002 24 ** ,746 ,000 24 ** ,798 ,000 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes 161 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3.5 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest 163 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest 167 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4 Validasi Produk Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli 171 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga 174 Guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga 177 Siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli 180 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli 183 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Alat Peraga oleh Guru 185 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Alat Peraga oleh Siswa 187 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 5 Surat Penelitian Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian 189 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 5.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 190 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 6 Album Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Pemulaan (MMP) Disusun Oleh: Theresia Tri Wulandari PGSD-121134083 2016 191 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan album petunjuk penggunaan alat peraga membaca dan menulis ini. Album alat peraga ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori”. Selain itu, album alat peraga ini berguna sebagai buku petunjuk penggunaan dari alat peraga membaca dan menulis. Penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga penulis berhasil menyelesaikan album alat peraga dengan lancar. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu penyelesaian album ini, yaitu: 1. Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat kesehatan dan keselamatan selama kegiatan pembuatan alat beserta album. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD. 3. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. yang mendampingi dan memberikan arahan dalam penyempurnaan album. 4. Para validator yang telah membantu dalam penilaian album penggunaan alat peraga. 5. Keluarga besar SD N Karangwuni 1 yang telah bersedia bekerjasama sebagai tempat uji terbatas dan SD N Caturtunggal 1 sebagai SD setara. 6. Pak Muhibat yang telah bersedia untuk bekerjasama selama pembuatan alat peraga. 7. Bernadeta Tri Hardiyanti, sahabat sepayung yang selalu setia dan sabar. Akhirnya, semoga album ini dapat berguna bagi para pembaca dan bisa menjadi salah satu sumber inspirasi untuk lebih baik lagi. Penulis memohon maaf apabila ada beberapa kesalahan dalam penyajian album alat peraga ini. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran agar mampu lebih baik lagi untuk kedepannya Yogyakarta, Januari 2016 Penulis 192 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGENALAN ALAT PERAGA MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN Alat peraga membaca dan menulis permulaan terdiri dari empat bagian, yaitu kotak huruf, kotak garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis. Bagian pertama adalah kotak huruf. Di dalam kotak huruf terdapat beberapa komponen berupa huruf-huruf abjad, kartu kata, kartu suku kata, kartu diftong, dan kartu gambar. Huruf konsonan berwarna merah sedangkan huruf vokal berwarna biru. Gambar 1. Kotak Huruf Pengendali kesalahan terdapat pada kartu gambar. Sisi depan berupa gambar sedangkan sisi belakang dari kartu gambar terdapat nama dari objek tersebut. Gambar 2. Kartu gambar (pengendali kesalahan) Bagian kedua adalah kotak garis. Pada kotak garis ini terdapat dua set kotak garis yang masing-masing terdiri dari tiga baris garis kalimat. Kotak garis ini digunakan untuk meletakkan kartu gambar dan untuk menyusun huruf-huruf. 193 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bagian ketiga adalah papan petunjuk penulisan huruf. Papan ini memuat seluruh abjad (a sampai z) yang disertai dengan arah penulaisan yang benar. Melalui papan petunjuk penulisan ini, siswa diharapkan mampu melihat dan mempraktikkan cara menulis huruf dengan benar. Gambar 4. Papan Petunjuk Penulisan Huruf (Kiri) Dan Papan Tulis (Kanan) Bagian keempat adalah papan tulis. Papan ini disertai dengan spidol untuk menulis. Huruf-huruf yang telah disusun pada kotak huruf akan ditulis di papan ini. Ukuran kotak garis pada papan tulis sama dengan ukuran pada kotak garis. 194 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PERAGA MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN Materi Pembelajaran Membaca dan Menulis Submateri Membaca dan menulis suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tujuan Melatih keterampilan membaca dan menulis Syarat Siswa mengenal abjad dan mampu menulis huruf. Usia Alat peraga Pengendali kesalahan 6 tahun (kelas I SD) 1. Kotak huruf 2. Kotak garis 3. Papan petunjuk penulisan huruf 4. Papan tulis Kata yang terdapat di balik kartu gambar Huruf Persiapan Pertama 1. Direktris mengajak siswa untuk belajar dengan berkata “Hari ini kita akan belajar membaca dan menulis. Mari bekerja dengan menggunakan alat peraga membaca dan menulis permulaan bersama ibu!”. 2. Direktris mengarahkan siswa untuk mengambil alat peraga membaca dan menulis permulaan dari tempat penyimpanan dengan berkata “Mari bantu ibu membawa alat peraga keragaman budaya Indonesia!”. 3. Direktris mengarahkan siswa dalam membawa alat peraga membaca dan menulis permulaan. 4. Siswa mengambil alat peraga membaca dan menulis permulaan dari tempat penyimpanan. 195 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Siswa meletakan alat peraga membaca dan menulis permulaan di atas meja/karpet. 6. Direktris mengarahkan siswa untuk duduk di samping kirinya. 7. Direktris membuka alat peraga membaca dan menulis. Latihan pertama 8. Direktris menyusun alat peraga dengan urutan: kotak huruf, kotak garis, kemudian papan tulis. 196 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Direktris mengenalkan alat peraga membaca dan menulis permulaan kepada siswa dan berkata “Ini adalah kotak huruf, di sini terdapat huruf a sampai z, kartu kata, dan kartu gambar. 10. Direktris menunjukkan letak setiap huruf pada kotak huruf dan berkata “Di sini adalah tempat huruf a!” sambil menunjuk kotak huruf a. Begitu seterusnya sampai huruf z. 11. Direktris menunjukkan letak kartu kata pada kotak huruf dan berkata “Di sini adalah tempat kartu kata!” sambil menunjuk kotak kartu kata. 12. Direktris menunjukkan letak kartu gambar pada kotak huruf dan berkata “Di sini adalah tempat kartu gambar!” sambil menunjuk kotak gambar. 13. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak huruf a?”. Siswa menunjuk letak yang diminta direktris. 197 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak kartu kata?” Siswa menunjuk letak yang diminta direktris. 15. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak kartu gambar?” Siswa menunjuk letak yang diminta direktris. Latihan kedua 16. Direktris mengenalkan kotak garis dan berkata “Ini adalah kotak garis. Kotak ini berfungsi untuk menyusun huruf. Huruf-huruf dan kartu akan kamu susun di sini”. 17. Direktris memberi contoh cara menyusun huruf pada papan dan berkata “Huruf disusun pada baris kedua. Sekarang coba kamu susun satu huruf!”. Siswa menyusun satu huruf pada papan. 198 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Latihan ketiga 18. Direktris mengenalkan papan petunjuk penulisan huruf dan berkata “Ini adalah papan petunjuk penulisan huruf. Kamu akan belajar cara menuliskan huruf dengan benar melalui papan ini”. 19. Direktris membalik papan petunjuk penulisan huruf. 20. Direktris mengenalkan papan tulis dan berkata “Ini adalah papan untuk menulis. Huruf yang sudah kamu susun di kotak huruf akan kamu tulis disini dengan menggunakan spidol”. 199 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Persiapan Kedua 21. Direktris mengajak siswa dengan berkata “Sekarang kita akan belajar membaca dengan alat ini”. Latihan pertama 22. Direktris mengeluarkan kartu gambar dari kotak huruf dan meletakannya di kotak garis (Gambar yang digunakan sesuai dengan tahap pengembangan kata. Gambar yang belum digunakan disendirikan terlebih dahulu). 23. Direktris menyebutkan nama benda/pekerjaan pada gambar tersebut. 24. Direktris mengambil huruf yang menyusunnya pada kotak huruf. 200 sesuai dengan nama, Kemudian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. Ketika menyusun setiap huruf, direktris meraba huruf sesuai arah penulisannya sambil mengeja huruf tersebut. 26. Direktris mengambil kartu suku kata yang sesuai dengan nama pada gambar. 27. Direktris meletakkan kartu suku kata di bawah susunan huruf. 201 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Direktris mengambil kartu kata yang namanya sama dengan gambar pada kartu gambar. 29. Direktris meletakkan kartu kata di bawah kartu suku kata lalu membaca nama pada kartu kata. 30. Direktris membalik kartu gambar kemudian mencocokkan nama pada kartu gambar dengan kartu kata. 31. Direktris menawarkan kepada siswa untuk menyusun huruf sambil berkata “Apakah kamu mau mencoba?”. 32. Siswa melanjutkan menyusun kartu kata. 202 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Latihan Kedua 33. Direktris membuka papan petunjuk penulisan huruf. Direktris menunjuk huruf-huruf yang sesuai dengan huruf pada kotak garis yang disusun. Direktris meraba arah penulisannya sambil mengeja. 34. Direkris membalik papan petunjuk penulisan huruf tersebut. Direktris mengambil spidol lalu menulis kata yang disusun pada kotak garis sesuai dengan arah penulisan yang benar. 35. Direktris meletakan susunan huruf pada kotak garis di sebelah kanan kata yang ditulis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ukuran huruf yang ditulis sudah sesuai dengan huruf yang disusun. 36. Direktris menawarkan kepada siswa untuk menulis kata sambil berkata “Apakah kamu mau mencoba?”. 37. Siswa mencoba menulis kata. 203 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penutup 38. Direktris memberikan kesimpulan “Hari ini, kita telah belajar membaca dan menulis dengan menggunakan alat peraga membaca dan menulis permulaan”. 39. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga membaca dan menulis permulaan dengan berkata, “Mari bantu ibu mengembalikan alat peraga membaca dan menulis permulaan!”. 40. Siswa mengembalikan alat peraga membaca dan menulis permulaan ke tempat penyimpanan. 41. Siswa membereskan tempat kerja. Catatan: Kata yang diberikan bertahap mulai dari kata dengan dua suku kata sama (misalnya: susu), kemudian menjadi dua suku kata yang berbeda, kemudian tiga suku kata, lalu kata yang mengandung huruf diftong, sisipan huruf mati dan sisipan “ng”. Terakhir adalah tahap penyusunan kalimat sederhana dengan dua kata, tiga kata, dan empat kata. 204 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 7 Gambar Produk Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan GAMBAR PRODUK ALAT PERAGA MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN Gambar 7.1 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Gambar 7.2 Huruf pada Kotak Huruf Gambar 7.2 Kartu Suku Kata 205 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 7.3 Kartu Diftong dan Imbuhan „ng‟ Gambar 7.4 Kartu Kata Gambar 7.5 Kartu Gambar Gambar 7.6 Papan Tulis Gambar 7.7 Papan Petunjuk Penulisan Huruf 206 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 8 Curriculum Vitae CURRICULUM VITAE Theresia Tri Wulandari merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir di Sleman, 19 Oktober 1994. Pendidikan dasar ditamatkan pada tahun 2006 di SD Kanisius Jetis Depok. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Pangudi Luhur Moyudan, lulus pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas ditamatkan tahun 2012 di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Pada tahun 2012, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti peneliti. 1. Koordinator P3K dalam Inisisasi Prodi PGSD tahun 2014. 2. Koordinator fasilitator pada kegiatan Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa II tahun 2014. 3. Fasilitator dalam Pandu Konservasi Lingkungan tahun 2014. 4. Pengisi acara dalam Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa PGSD tahun 2014. 5. Peer partner dalam kegiatan Pendampingan Mahasiswa HAN University Belanda tahun 2014. 6. Peserta dalam Live Show Karawitan di TVRI tahun 2014. 7. Anggota “PGSD Choir” tahun ajaran 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori”. 207