pengembangan alat peraga membaca dan

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Theresia Tri Wulandari
NIM: 121134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan St. Theresia
Doa yang mengalir dari orang tuaku,
Agustinus Rachmat Purwanto dan Christiana Murniwati
Kakakku, Iwan, Jaya, Annie dan adik kecil Mathea
Sahabatku Deta dan Rina
Para sahabatku yang memberi semangat dan penghiburan
Almamater kebanggaanku, Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Your speed doesn’t matter, forward is forward”
“Yang terkecil diantara kamu ialah yang terbesar (Lukas 9:48)”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
BERBASIS METODE MONTESSORI
Theresia Tri Wulandari
Universitas Sanata Dharma
2016
Latar belakang penelitian ini adalah permasalahan dalam membaca dan
menulis permulaan pada siswa kelas I dan adanya keterbatasan alat peraga di
sekolah. Penggunaan akan alat peraga sangat dibutuhkan untuk mengatasi
permasalahan dalam membaca dan menulis. Akan tetapi ketersediaan dan
penggunaan alat peraga masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mengembangkan
alat peraga membaca dan menulis berbasis metode Montessori dan
mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik. Penelitian dilaksanakan pada
sampel yaitu siswa kelas I SD N Karangwuni I tahun ajaran 2015/2016.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan.
Peneliti mengadaptasi dan memodifikasi model penelitan Borg dan Gall (dalam
Tegeh, Jampel, dan Pudjawan, 2014) dan Sugiyono (2012). Model tersebut
dimodifikasi ke dalam lima tahap penelitian, yaitu potensi dan masalah,
penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji
coba lapangan terbatas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga membaca dan menulis
permulaan yang dikembangkan dari alat peraga Montessori yaitu Large Movable
Alphabet (LMA) memiliki beberapa komponen. Komponen alat peraga berupa
kotak huruf, kartu suku kata, kartu diftong, kartu kata, kartu gambar, kotak garis,
papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis. Validasi alat peraga oleh ahli
menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata skor sebesar 3,82 dari skor
maksimal 4. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai
membaca dan menulis dalam posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Selisih
rerata nilai membaca dalam pretest dan posttest sebesar 26,2. Sedangkan selisih
nilai menulis dalam pretest dan posttest sebesar 10. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan dikembangkan
dari alat peraga Montessori yang sudah ada, memiliki kualitas sangat baik dan
dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF MATERIAL
FOR EARLY READING AND WRITING
BASED ON MONTESSORI METHOD
Theresia Tri Wulandari
Universitas Sanata Dharma
2016
The background of this research was early reading and writing problems in
grade I and limitedness of material in school. The using of the material was
necessary to overcome with reading and writing problems. But, the availability
and the using of the material still limited. The purposes of this research were to
developed a material for early reading and writing based on Montessori method
and developed material with good quality. The research was conducted on a
sample of the grade I students at SD N Karangwuni 1 2015/2016 school year.
The research method in this study was Research and Development (R &
D). The researcher adapted and modified a research model by Borg and Gall (in
Tegeh, Jampel, and Pudjawan, 2014) and Sugiyono (2012). The model was
modified into a five-step development, the potential and problems, the planning,
the development of an early form of products, product validation and limited trial.
The results showed that early reading and writing material have developed
from Montessori material that was Large Movable Alphabet (LMA) has several
components. The components such as alphabet box, syllable cards, diftong cards,
word cards, picture cards, line box, letter writing instruction board, and white
board. Material validation by experts showed a very good quality with the score
average 3,82 from score maximum 4. Limited trial showed that the acquisition
value reading and writing in the posttest was higher than the value of the pretest.
The difference values in pretest and posttest for reading had appear amounts 26,2
while the difference values in pretest and posttest for writing amounts 10. Thus, it
can be concluded that early reading and writing‟s material developed by
Montessori material that already in, which have a very good quality and it can
help students in reading and writing.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
keajaiban-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul
“Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berbasis Metode
Montessori”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan.
Peneliti dibantu oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi,
sehingga dapat selesai dengan lancar. Maka dalam kesempatan ini, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang memberikan rahmat
kesehatan, keselamatan, dan kelancaran dalam proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakaprodi PGSD.
5. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi.,
M.A. dosen pembimbing skripsi yang membimbing dan memotivasi
peneliti selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Susana Sri Anggawati,
S.Pd. yang membantu dalam proses validasi instrumen.
7. Ibu Tri Muryanti, S.Pd. Kepala SD N Karangwuni 1 yang telah
memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.
8. Bapak Widodo, S.Pd. Kepala SD N Caturtunggal 1 yang telah
memberikan ijin untuk uji coba kepada siswa.
9. Ibu Anik wali kelas I dan segenap guru SD N Karangwuni 1 yang telah
membantu dan memberi ijin dalam melakukan uji coba terbatas kepada
siswanya.
10. Siswa-siswi SD N Karangwuni 1 atas kerjasamanya dalam uji coba
terbatas.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Ibu E. Krismiatiningsih, S.Pd. SD dan siswa-siswi SD N Caturtunggal
1 atas kerjasamanya dalam uji empiris dan uji keterbacaan instrumen.
12. Kedua orang tuaku, Bapak Purwanto dan Ibu Murni atas segala doa
dan semangat.
13. Kakakku Iwan, Jaya, dan Annie, serta adik kecilku Mathea yang
menjadi penyemangat.
14. Sahabatku Deta dan Rina yang senantiasa membantu, menemani, dan
menyemangati setia sampai akhir.
15. Sahabat-sahabatku Dewi, Hani, Rani, Ria, Pipin, Marsel, Septy, Tata,
Ayuk, Anna, dan Fajar untuk semangat dan penghiburannya.
16. Teman-teman OMK ST. Fransisca, Karang Taruna Melati, dan
kelompok
koor
„sana-sini‟
yang memberi
kesempatan
untuk
menyelesaikan skripsi disela kesibukan.
17. Teman-teman kelas A dan B, dan PGSD 2012.
18. Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan alat
peraga.
19. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak
dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mengalami banyak kendala.
Namun, peneliti tidak pantang menyerah dan semangat untuk terus maju
menyelesaikan tanggungjawab ini.
Akhir kata, peneliti meminta maaf atas segala kesalahan yang terdapat
dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk banyak pihak baik dalam
hal isi maupun inspirasi untuk kemajuan pendidikan.
Peneliti
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx
DAFTAR RUMUS ........................................................................................ xxi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
1.5. Spesifikasi Produk..................................................................................... 6
1.6. Definisi Operasional.................................................................................. 10
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka............................................................................................ 12
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia .............................................................. 12
2.1.1.1 Pembelajaran ........................................................................................ 12
2.1.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar............................... 13
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.2 Membaca Menulis Permulaan ................................................................. 14
2.1.2.1 Membaca Permulaan ............................................................................ 14
2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan ..................................... 14
2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan .................................... 15
2.1.2.2 Menulis Permulaan............................................................................... 16
2.1.2.2.1 Materi Menulis Permulaan ............................................................... 16
2.1.2.2.2 Metode Pembelajaran Menulis Permulaan ....................................... 17
2.1.2.3 Membaca Menulis Permulaan ............................................................. 17
2.1.3 Metode Montessori ................................................................................. 18
2.1.3.1 Sejarah Montessori .............................................................................. 18
2.1.3.2 Prinsip Pendidikan Montessori ........................................................... 19
2.1.4 Perkembangan Anak .............................................................................. 20
2.1.4.1 Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun) ........................................................ 20
2.1.4.2 Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) ..................................................... 21
2.1.4.3 Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) ........................................... 21
2.1.4.5 Tahap Operasi Formal (lebih dari 11 tahun) ....................................... 21
2.1.5 Alat Peraga Montessori ........................................................................... 22
2.1.5.1 Hakikat Alat Peraga ............................................................................. 22
2.1.5.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ........................................... 23
2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 24
2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ................. 25
2.2.2 Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan ........................... 26
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 28
2.4 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 29
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 30
3.2 Setting Penelitian........................................................................................ 31
3.2.1 Subjek Penelitian..................................................................................... 31
3.2.2 Objek Penelitian ...................................................................................... 31
3.2.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 31
3.2.4 Waktu Penelitian ..................................................................................... 32
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................. 32
3.4 Prosedur Penelitian..................................................................................... 35
3.4.1 Potensi Masalah ...................................................................................... 36
3.4.2 Penyusunan Rencana ............................................................................... 36
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk...................................................... 37
3.4.4 Validasi Produk ....................................................................................... 37
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ................................................................... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38
3.5.1 Observasi ................................................................................................. 38
3.5.2 Wawancara ............................................................................................. 38
3.5.3 Kuesioner ................................................................................................ 39
3.5.4 Tes ........................................................................................................... 40
3.6. Instrumen Penelitian.................................................................................. 40
3.6.1. Pedoman Observasi ................................................................................ 40
3.6.1 Pedoman Wawancara .............................................................................. 41
3.6.1.1 Wawancara Kepala Sekolah ................................................................. 41
3.6.1.2 Wawancara Guru Kelas I ..................................................................... 42
3.6.1.3 Wawancara Siswa Kelas I ................................................................... 42
3.6.3 Kuesioner ................................................................................................ 43
3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................................. 43
3.6.3.2. Kuesioner Validasi Produk ................................................................. 44
3.6.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga ..................................... 45
3.6.4. Soal tes ................................................................................................... 47
3.7 Triangulasi.................................................................................................. 51
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 52
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ......................................................................... 52
3.8.2 Analisis Data Kualitatif ........................................................................... 57
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 58
4.1.1 Potensi Masalah ...................................................................................... 58
4.1.1.1 Identifikasi Masalah ............................................................................. 58
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.1.1.1 Observasi ........................................................................................... 58
4.1.1.1.2 Wawancara ........................................................................................ 60
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan .............................................................................. 67
4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa ............................................................. 67
4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori ................................. 68
4.1.1.2.3 Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan .................................... 68
4.1.1.2.4 Data Analisis Kebutuhan .................................................................. 72
4.1.2 Penyusunan Rencana ............................................................................... 79
4.1.2.1 Disain Alat Peraga................................................................................ 79
4.1.2.1.1 Konsep Pembuatan Alat Peraga ........................................................ 79
4.1.2.1.2 Disain alat peraga .............................................................................. 80
4.1.2.2 Disain Album Alat Peraga ................................................................... 82
4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk ..................................................... 82
4.1.2.3.1 Tes ..................................................................................................... 82
4.1.2.3.2 Kuesioner Validasi Produk ............................................................... 88
4.1.2.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga .................................. 89
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk...................................................... 90
4.1.3.1 Pengumpulan Bahan............................................................................. 90
4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga ........................................................................ 90
4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga ............................................................ 95
4.1.4 Validasi Produk ....................................................................................... 95
4.1.4.1 Validasi Produk Alat Peraga ................................................................ 95
4.1.4.2 Validasi Produk Album Alat Peraga .................................................... 96
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ................................................................... 97
4.1.5.1 Data dan Analisis Tes........................................................................... 99
4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Alat Peraga. 101
4.2. Pembahasan ............................................................................................... 102
4.2.1 Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan yang Dilakukan di
SD N Karangwuni 1 ........................................................................................ 102
4.2.2 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan dari Alat
Peraga Large Movable Alphabets ................................................................... 102
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.3 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
Berdasarkan Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori ............................................... 103
4.2.4 Hasil Penilaian terhadap Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat
Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ...................................................... 104
4.2.5 Hasil Pretest dan Posttest Siswa dalam Membaca dan Menulis pada
Uji Coba Terbatas ........................................................................................... 105
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 107
5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 108
5.3 Saran ........................................................................................................... 108
DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 109
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan Pembelajaran
Membaca dan Menulis di Kelas I ......................................................... 40
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ....................................... 41
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I .......................................... 42
Tabel 3.4 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa .................... 42
Tabel 3.5 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ..................... 42
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................. 43
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk ................................................... 44
Tabel 3.8 Aspek Penilaian Album Alat Peraga .................................................... 45
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Guru mengenai Alat Peraga ..... 45
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Siswa mengenai Alat Peraga ..46
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Tes ............................................................................... 48
Tabel 3.12 Penilaian Validitas Isi dan Konstruk Tes ........................................... 49
Tabel 3.13 Kisi-Kisi Tes Isian .............................................................................. 50
Tabel 3.14 Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono ........................................... 50
Tabel 3.15 Skala dan Kriteria Instrumen Non Tes ............................................... 53
Tabel 3.16 Skala dan Kriteria Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrumen Tes ...... 53
Tabel 3.17 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Instrumen Tes ............................ 53
Tabel 3.18 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Kuesioner dan Wawancara ........ 54
Tabel 3.19 Skala dan Kriteria Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ................... 54
Tabel 3.20 Skala dan Kriteria Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli ................. 54
Tabel 3.21 Skala dan Kriteria Kuesioner Tanggapan Penggunaan Alat Peraga ... 55
Tabel 3.22 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif .............................................. 55
Tabel 3.23 Skala dan Kriteria Penilaian Tes ........................................................ 56
Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli........................................ 58
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran Membaca dan Menulis dan Ketersediaan
Alat Peraga .......................................................................................... 59
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ......................... 60
Tabel 4.4 Revisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah berdasarkan Komentar oleh
Ahli Bahasa Indonesia .......................................................................... 60
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ........................................... 61
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru .......................................... 62
Tabel 4.7 Revisi Pedoman Wawancara Guru berdasarkan komentar oleh Ahli ... 62
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru ............................................................ 63
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ......................................... 64
Tabel 4.10 Revisi Pedoman Wawancara Siswa berdasarkan Komentar oleh Ahli
Bahasa Indonesia ................................................................................. 65
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ........................................................ 65
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ................ 69
Tabel 4.13 Revisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru berdasarkan
Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia.................................................. 69
Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .... 70
Tabel 4.15 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa ............ 70
Tabel 4.16 Revisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa
Berdasarkan Komentar Ahli Bahasa Indonesia ................................... 71
Tabel 4.17 Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa. 71
Tabel 4.18 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ........................ 72
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .......... 73
Tabel 4.20 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis
Kebutuhan ............................................................................................ 74
Tabel 4.21 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Wawancara Analisis
Kebutuhan ........................................................................................... 76
Tabel 4.22 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ...................................................... 82
Tabel 4.23 Komentar mengenai Instrumen Tes oleh Ahli .................................... 83
Tabel 4.24 Hasil Perbaikan Instrumen Tes Setelah Validasi oleh Ahli ................ 83
Tabel 4.25 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS .............. 85
Tabel 4.26 Hasil Validasi Instrumen Tes Isian dengan SPSS ............................... 85
Tabel 4.27 Hasil Validasi Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat
dengan SPSS ........................................................................................ 86
Tabel 4.28 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS .. 86
Tabel 4.29 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS .................. 87
Tabel 4.30 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan
Kalimat dengan SPSS ........................................................................... 87
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.31 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ................................................. 88
Tabel 4.32 Hasil Validasi Kuesoner Validasi Produk oleh Ahli .......................... 88
Tabel 4.33 Komentar mengenai Kuesoner Validasi Produk oleh Ahli Bahasa
Indonesia ............................................................................................. 89
Tabel 4.34 Hasil Uji Keterbaacaan Kuesioner Tanggapan Siswa mengenai
Produk .................................................................................................. 90
Tabel 4.35 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ..................................... 95
Tabel 4.36 Komentar mengenai Produk Alat Peraga ........................................... 96
Tabel 4.37 Hasil Validasi Produk Album Alat Peraga oleh Ahli ......................... 96
Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ................................... 98
Tabel 4.40 Revisi Alat Peraga setelah Uji Coba Lapangan Terbatas ................... 101
Tabel 4.41 Hasil Tanggapan mengenai Produk ..................................................... 101
Tabel 4.42 Hasil Penilaian Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat Peraga
Membaca dan Menulis Permulaan ...................................................... 105
Tabel 4.43 Selisih Nilai Pretest dan Posttest ....................................................... 106
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan) .......................................... 7
Gambar 1.2 Disain Kotak Huruf (tampak atas) .............................................. 7
Gambar 1.3 Disain Kartu Gambar tampak depan (kiri) dan tampak belakang
(kanan) ........................................................................................ 8
Gambar 1.4 Disain Kartu Suku Kata ............................................................... 9
Gambar 1.5. Disain Kartu Kata ....................................................................... 9
Gambar 1.6 Disain Kotak Garis (tampak depan) ............................................ 9
Gambar 1.7 Disain Kotak Garis (tampak atas) ............................................... 9
Gambar 1.6 Disain Papan Tulis ...................................................................... 10
Bagan 2.1 Literature Map ............................................................................... 27
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut
Sugiyono ........................................................................................ 33
Bagan 3.2 Prosedur Penelitian ......................................................................... 35
Bagan 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan .......... 51
Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara ............................................ 52
Gambar 4.1 Alat Peraga Large Movable Alphabet ......................................... 79
Gambar 4.2 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan .......................... 92
Gambar 4.3 Huruf pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ....... 93
Gambar 4.4 Kartu Gambar .............................................................................. 94
Gambar 4.5 Kartu Kata ................................................................................... 94
Gambar 4.6 Kartu Suku Kata .......................................................................... 94
Gambar 4.7 Papan Tulis ................................................................................... 94
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ........................................... 66
Bagan 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpula Data ........................................... 78
Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Membaca ............................ 98
Grafik 4.2 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Menulis ............................... 99
Grafik 4.3 Perbedaan Rerata Nilai Membaca ................................................. 99
Grafik 4.4 Perbedaan Rerata Nilai Menulis .................................................... 100
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 3.1 Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert ............. 55
Rumus 3.2 Rumus Perhitungan Persentase Jawaban pada Kuesioner ............ 56
Rumus 3.3 Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest ......................................... 57
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah
Lampiran 1.1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi .............................. 113
Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi ........................................................... 115
Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Guru, dan Siswa oleh Ahli........................................................ 116
Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ......................... 122
Lampiran 1.5 Transkrip Wawancara dengan Guru .......................................... 125
Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Siswa ........................................ 128
Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan
Lampiran 2.1 Lembar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh
Ahli ........................................................................................... 130
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan
untuk Guru ................................................................................ 134
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk
Siswa ........................................................................................ 139
Lampiran 2.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan
untuk Siswa ............................................................................. 143
Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh
Guru ......................................................................................... 146
Lampiran 2.6 Transkrip Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ....... 149
Lampiran 3 Instrumen Tes
Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes oleh Ahli ....................... 152
Lampiran 3.2 Lembar Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa pada Uji Empiris ..... 155
Lampiran 3.3 Output SPSS Validasi Instrumen Tes ....................................... 159
Lampiran 3.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes .......................... 161
Lampiran 3.5 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest .............................................. 163
Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ............................................. 167
Lampiran 4 Validasi Produk
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 171
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk
Guru ......................................................................................... 174
Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk
Siswa ........................................................................................ 177
Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli ............... 180
Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Alat Peraga
oleh Ahli ................................................................................... 183
Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Produk oleh Guru ............ 185
Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Produk oleh Siswa........... 187
Lampiran 5 Surat Penelitian
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 189
Lampiran 5.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 190
Lampiran 6 Album Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan ....... 191
Lampiran 7 Gambar Produk Alat Peraga Membaca dan Menulis
Permulaan ................................................................................. 205
Lampiran 8 Curriculum Vitae ...................................................................... 207
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 1
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan dan definisi
operasional.
1.1
Latar Belakang Penelitian
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
Sekolah Dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan pada upaya
meningkatkan kemampuan siswa agar mampu berkomunikasi baik lisan maupun
tulis. Hal tersebut ditegaskan oleh Werdiningsih (dalam Solchan, 2008: 11.6)
dengan memaparkan bahwa Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah
berkomunikasi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat
aspek antara lain mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (BNSP, 2006:
318). Keempat aspek tersebut dilaksanakan secara terpadu. Akan tetapi,
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 menekankan pada aspek
peningkatan membaca dan menulis permulaan.
Membaca dan menulis merupakan sajian pembelajaran yang utama di
awal-awal pembelajaran kelas 1 SD. Kedua jenis keterampilan ini dikemas dalam
satu paket pembelajaran yang disebut pembelajaran Membaca Menulis Permulaan
(MMP). Peralihan dari masa bermain di TK atau dari lingkungan rumah ke dunia
sekolah merupakan hal baru bagi anak. Kedua kemampuan ini akan menjadi
landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah (Mulyati,
dalam Slochan, 2008: 6.5). Membaca dan menulis permulaan masing-masing
memiliki tujuan. Tujuan dari membaca permulaan adalah untuk membinakan
dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan
bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerakan mata membaca dari kiri
ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana (Solchan, 2008: 8.5).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Sedangkan menulis permulaan memiliki tujuan lain yaitu (a) bersikap dengan
benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran,
garis pembentuk huruf, (b) menjiplak dan menebalkan (gambar, lingkaran, bentuk
lurus), (c) menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat, atau beberapa
kalimat), (d) menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas, (e)
menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung,
(f) menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan
menuliskannya dengan benar, dan (g) menulis rapi kalimat dengan huruf sambung
(Solchan, 2008: 9.6).
Dari penjabaran di atas, membaca dan menulis memiliki tujuan masingmasing. Kenyataan di lapangan, terdapat permasalahan-permasalahan yang
menghambat tercapainya tujuan tersebut. Slamet (2014: 107-108) menyebutkan
permasalahan umum yang dihadapi anak dalam membaca antara lain, (1) kesulitan
anak dalam mengenali huruf; (2) membaca suara, kesulitannya pada (a) membaca
kata demi kata, (b) pemarafrasean yang salah, (c) kesalahan pengucapan, (d)
penghilangan, (e) pengulangan, (f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian,
dan (i) menggunakan gerak bibir, menggunakan jari telunjuk, dan menggerakkan
kepala; dan (3) pemecahan kode yang meliputi (a) kesulitan konsonan, (b)
kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, disgraph, (d) kesulitan menganalisis
struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata dalam kalimat.
Selain permasalahan yang diungkapkan oleh Slamet (2014: 107-108)
permasalahan dalam membaca dan menulis ternyata terjadi di salah satu sekolah.
Salah satu kasus permasalahan dalam membaca dan menulis dialami oleh siswa
kelas I SD N Karangwuni. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah
dan guru kelas I untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dalam membaca
dan menulis yang dialami. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 50% siswa
(jumlah keseluruhan 11 siswa) mengalami kesulitan membaca dan menulis. Hal
ini disebabkan karena 50% siswa tidak mengalami masa Taman Kanak-Kanak
(TK). Maka siswa belum mengenal huruf apalagi membaca dan menulis. Selain
itu, kurangnya minat siswa dalam membaca yang menyebabkan rendahnya
konsentrasi siswa ketika pelajaran membaca. Permasalahan tersebut diperkuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan observasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan pada bulan
September 2015. Permasalahan yang muncul dari hasil observasi antara lain 1)
Siswa kesulitan merangkai huruf, 2) Penulisan huruf b dan d masih terbalik.
Masalah ini terjadi pula pada saat siswa membaca, 3) Penulisan huruf yang
kurang atau melebihi huruf yang seharusnya (contoh: “mangga” menjadi
“manga”, 4) Salah seorang siswa bahkan belum hafal huruf alphabet, 5) Cara
penulisan huruf yang tidak sesuai urutan yang benar. Ketika menyalin huruf atau
kata, siswa cenderung menyalin dengan melihat bentuk hurufnya tanpa
memperhatikan cara penulisan yang benar, 6) Kurangnya konsentrasi siswa pada
saat pelajaran membaca dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang
melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran membaca
dan menulis, 7) Gerak bibir belum memperlihatkan pelafalan huruf/kata yang
diucapkan, dan 8) Gerakan kepala dan jari telunjuk yang masih mengikuti ketika
membaca. Oleh karena itu, jelas bahwa masih ada permasalahan-permasalahan
dalam membaca dan menulis yang perlu ditangani. Maka, dibutuhkan suatu
metode yang mudah, menarik minat siswa, membuat siswa aktif sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis.
Metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dalam
membaca dan menulis adalah metode pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Asyhar (dalam Prastowo, 2015:
298) yang mengungkapkan bahwa alat peraga adalah media yang memiliki ciri
dan/atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan
materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang khas dengan penggunaan alat peraga adalah
metode pembelajaran Montessori. Pembelajaran ini diciptakan oleh dokter Maria
Montessori (1870-1952). Alat peraga dalam pembelajaran Montessori memiliki
ciri-ciri yaitu, 1) menarik, 2) bergradasi, 3) auto-correction 4) auto-education.
Alat peraga dapat menarik perhatian siswa. Alat peraga bergradasi dalam warna,
kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang rasional. Terdapat control of
error dalam alat peraga sehingga siswa dapat memperbaiki kesalahannya sendiri.
Dalam penggunaan alat peraga tersebut, dapat memungkinkan terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pembelajaran sendiri (Montessori, 2002: 169-174). Alat peraga Montessori sangat
cocok diberikan untuk siswa kelas I karena sangat kontekstual dan sesuai dengan
kebutuhan siswa. Selain itu alat peraga Montessori merupakan sesuatu yang
konkret bagi siswa sehingga sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, anak usia 7-12 tahun (usia anak
Sekolah Dasar) masuk dalam tahapan operasional konkret (Salkind, 2004 : 326).
Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh
siswa. Siswa dapat melakukan operasi problem yang agak kompleks selama
problem itu konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2008: 320).
Selain sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa, alat peraga dapat
digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar. Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Murti (2015) dan Ratri (2014) mengenai alat
peraga berbasis metode Montessori. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murti
(2015) menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat mengatasi
kesulitan belajar siswa dalam operasi hitung pembagian. Penelitian tersebut
menunjukkan perbedaan rerata prestest dan postets. Rerata hasil pretest adalah
4,62 sedangkan hasil posttest adalah 8,9. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratri
(2014) menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi operasi
bilangan bulat melalui alat peraga papan bilangan bulat. Peningkatan tersebut
sebesar 71% dilihat dari hasil pretest dan posttest. Maka alat peraga berbasis
metode Montessori dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan membaca dan
menulis, kebutuhan alat peraga pada pembelajaran, dan keefektifan alat peraga
Montessori, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan
alat peraga membaca dan menulis permulaan. Alat peraga ini merupakan
pengembangan dari Large Movable Alphabets (LMA) yang merupakan alat
peraga Montessori untuk pembelajaran bahasa. Pengembangan memperhatikan
lima ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan
auto-education. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau
bentuk dasar dari produk alat peraga membaca dan menulis permulaan. Produk ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diujikan secara ilmiah oleh ahli dan melalui tahap uji coba lapangan terbatas di
SD N Karangwuni.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah.
Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.2.1
Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan
berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan
konsep alat peraga Montessori yang sudah ada?
1.2.2
Bagaimana kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis
metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas I Sekolah
Dasar?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut
adalah sebagai berikut.
1.3.1
Mengembangkan alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis
metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar dengan konsep alat
peraga Montessori yang sudah ada.
1.3.2
Mendeskripsikan kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan
berbasis metode Montessori untuk siswa kelas I Sekolah Dasar.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai
pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.
1.4.1
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah keterampilan dalam melakukan
penelitian terlebih mengenai pembuatan alat peraga. Selain dalam pembuatannya,
diharapkan peneliti mampu memaksimalkan dalam penggunaan alat peraga,
khususnya untuk membaca dan menulis permulaan di Sekolah Dasar.
1.4.2
Bagi Guru
Guru mendapatkan pengalaman dan referensi baru mengenai pengadaan,
pengembangan, dan penggunaan alat peraga untuk pembelajaran. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
akhirnya guru menyadari pentingnya alat peraga dalam pembelajaran untuk
mempermudah siswa bahkan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa.
1.4.3
Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan
mengenai penggunaan alat peraga membaca dan menulis. Kesulitan siswa dalam
membaca dan menulis terbantu dengan adanya alat peraga tersebut.
1.4.4
Bagi Sekolah
Sekolah dapat mempertimbangkan mengenai pengadaan alat peraga untuk
pembelajaran. Sehingga sekolah memperoleh wawasan baru mengenai berbagai
macam alat peraga terlebih alat peraga berbasis Montessori beserta manfaatnya
dalam pembelajaran.
1.4.5
Bagi Prodi PGSD
Menambah referensi alat peraga yang ada dapat dikembangan di PGSD
dan menambah pengalaman penelitian research and development mengenai alat
peraga. Disamping itu, memperluas kerjasama dengan pihak SD mitra (kepala
sekolah, guru, dan siswa).
1.5
Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang dikembangkan adalah alat peraga membaca dan menulis
permulaan berbasis metode Montessori beserta album penggunaannya. Alat ini
dikembangkan dari alat peraga Montessori yang berupa Large Movable Alphabets
(LMA). Aktivitas pokok dari perkenalan menulis adalah penggunaan LMA
Presentasi dari LMA menekankan bahwa menulis digunakan untuk mencatat
pikiran, dan pikiran dapat dituliskan selain diucapkan (Gettman, 1987: 133). Alat
peraga membaca dan menulis permulaan berfungsi untuk membantu kesulitan
membaca dan menulis permulaan untuk siswa kelas 1. Indikator membaca yang
dimasukkan dalam alat peraga ini adalah 3.1.1 Membaca suku kata yang
bentuknya hampir mirip; 3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya
hampir sama; 3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama; 3.1.4
Membaca kata dengan dua suku kata yang berbeda; dan 3.2.1 Membaca kalimat
pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Sedangkan indikator untuk menulis antara lain;
4.3.1 Menulis sesuai garis kata dengan suku kata sama; 4.3.2 Menulis sesuai garis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kata dengan suku kata berbeda; 4.3.3 Menulis sesuai garis kata dengan tiga suku
kata; 4.3.4 Menulis sesuai garis kata yang terdapat huruf mati; 4.3.5 Menulis
sesuai garis kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Alat peraga ini terdiri dari
kotak huruf, kartu huruf diftong, kartu suku kata, kartu kata, kartu gambar, kotak
garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis.
Gambar 1.1 Disain Kotak Huruf (tampak depan)
A
B
Gambar 1.2 Disain Kotak Huruf (tampak atas)
Kotak huruf terdiri dari 26 kotak kecil yang berisi huruf alfabet, dua kotak
tanda titik untuk huruf i dan j, satu kotak kartu gambar, dan satu kotak kartu kata.
Bahan pembuatan kotak ini adalah kayu pinus. Setiap kotak huruf a-z memiliki
huruf berjumlah lima untuk setiap hurufnya. Huruf vokal berwarna biru
sedangkan huruf konsonan berwarna merah. Warna tersebut berlaku untuk warna
tanda titik. Tanda titik huruf i berwarna biru dan huruf j berwarna merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pembedaan warna tersebut berdasarkan prinsip Montessori pada alat peraga LMA.
Huruf-huruf ini dibuat dengan bahan acrylic. Tata letak huruf disusun berdasarkan
ukuran tingginya dan dibedakan menjadi daerah A dan daerah B. Daerah A terdiri
dari huruf b, d, f, g, h, j, k, l, p, q, t, dan y. Masing-masing kotak pada daerah A
memiliki ukuran 10 cm x 7,5 cm. Ukuran tinggi huruf pada daerah A adalah 9 cm
kecuali untuk huruf t. Selanjutnya huruf a, c, e, i, m, n, o, r, s, u, v, w, x, dan z
merupakan huruf daerah B yang memiliki tinggi 4 cm. Masing-masing kotak
huruf daerah B berukuran 5cm x 7,5 cm. Di bawah daerah B terdapat dua kotak
masing-masing berukuran 5 cm x 4 cm untuk kotak tanda titik huruf i dan j.
Huruf-huruf tersebut berfungsi sebagai alat untuk menyusun suku kata, kata,
maupun kalimat yang kemudian akan dibaca dan ditulis oleh siswa. Kotak huruf
beserta huruf-hurufnya memiliki berat 1,5 kg.
Selain kotak huruf, komponen lain dari alat peraga ini adalah kartu
gambar, kartu suku kata, dan kartu kata. Kartu-kartu yang dibuat dengan bahan
Ivory 260 ini dimasukkan dalam dua kotak yang berukuran 7,5 cm x 7,5 cm untuk
setiap kotaknya. Letak kotak ini berada di samping kotak tanda titik. Melalui
kartu-kartu ini, siswa dapat menyusun suku kata, kata, maupun kalimat. Pada sisi
belakang kartu gambar terdapat pengendali kesalahan berupa nama benda tersebut
yang digunakan pada saat siswa menyusun huruf. Kartu suku kata terdiri dari ba,
bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya sampai huruf z untuk setiap huruf
konsonan. Sedangkan untuk kartu kata terdiri dari kata yang merupakan nama
benda pada kartu gambar, kata dengan tiga suku kata, kata berimbuhan huruf
mati, dan nama orang sebagai pelengkap dalam menyusun kalimat. Berikut adalah
disain kartu-kartu tersebut.
Gambar 1.3 Disain kartu gambar tampak depan (kiri)
dan tampak belakang (kanan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1.4 Disain kartu suku kata
Gambar 1.5 Disain kartu kata
Komponen lain selain kotak huruf dan kartu-kartu di atas adalah kotak
garis dan papan tulis. Peneliti memanfaatkan tutup kotak huruf sebagai papan
untuk menyusun huruf. Tutup tersebut berukuran 50 cm x 38 cm. Tinggi luar 4 cm
sedangkan tinggi dalam 3,5 cm. Bagian dalam tutup dibuat kotak bergaris empat
dengan dua garis utama dan dua garis bayangan (garis putus-putus). Kotak garis
ini ada dua dan masing-masing berukuran 48 cm x 12 cm. Fungsi dari kotak garis
tersebut adalah untuk meletakkan kartu-kartu dan menyusun huruf. Berikut adalah
disain kotak garis.
Gambar 1.6 Disain kotak garis (tampak depan)
Gambar 1.7 Disain kotak garis (tampak atas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Setelah kotak garis, komponen terakhir ialah papan tulis. Papan tulis
bentuknya sama dengan kotak garis. Berikut adalah gambar 1.6 disain papan tulis.
Gambar 1.6 Disain papan tulis
Papan ini berukuran 47 cm x 29 cm berfungsi sebagai tempat latihan
menulis sesuai dengan garis yang tersedia. Alat untuk menulis di papan tulis ini
adalah boardmarker yang mudah dihapus dengan penghapus papan white board.
1.6
Definisi Operasional
1.6.1 Pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan peserta didik dan
sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan secara
terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran.
1.6.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran dengan
pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan komunikasi lisan dan tulis
yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra.
1.6.3 Membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I
dan II dengan menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan
dengan kemampuan membaca yang akan dicapai.
1.6.4 Menulis permulaan adalah pembelajaran menulis tahap awal di kelas I dan
II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang berkembang menjadi
kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap.
1.6.5 Membaca dan menulis permulaan adalah kemampuan membaca dan
menulis yang diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis
tingkat dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.6 Metode Montessori adalah metode yang menekankan pada kebebasan,
kemandirian, yang melatih dan mengembangkan indra-indra dan
pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori.
1.6.7 Perkembangan anak adalah serangkaian perubahan yang berlangsung
secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui
pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.
1.6.8 Alat peraga adalah media yang menggambarkan, mengilustrasikan, atau
mencirikan tentang konsep materi ajar yang diajarkan, sehingga siswa
lebih mudah memahami materi tersebut.
1.6.9 Alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki
ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan
kontekstual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 2
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan
dan kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
Subbab ini menguraikan beberapa teori pendukung penelitian. Teori-teori
tersebut di antaranya adalah Pembelajaran Bahasa Indonesia, Membaca Menulis
Permulaan, Metode Montessori, Perkembangan Anak, dan Alat Peraga
Montessori.
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Uraian dalam subbab ini terdiri dari pembelajaran dan pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.
2.1.1.1 Pembelajaran
Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (AlTabany, 2014: 19). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 mengartikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan
pengalaman siswa di dalam kelas dan dalam situasi pembelajaran lain di sekolah,
siswa dengan saling berbagi, diharapkan mampu memperoleh hikmah
pembelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna (Suyono & Hariyanto, 2011:
15).
Selain perngertian-pengertian pembelajaran, terdapat ciri-ciri dan prinsip
dalam pembelajaran. Siregar & Nara (2010: 13) menyebutkan empat ciri
pembelajaran, yakni (1) pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja, (2)
pembelajaran harus membuat siswa belajar, (3) tujuan harus ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan (4) pelaksanaannya terkendali, baik
isinya, waktu, proses, maupun hasilnya. Selain terdapat ciri dalam pembelajaran,
Gagne (dalam Siregar & Nara, 2010: 16) mengemukakan Sembilan prinsip yang
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sembilan prinsip
tersebut antara lain (1) menarik perhatian, (2) menyampaikan tujuan
pembelajaran, (3) mengingatkan konsep yang telah dipelajari, (4) menyampaikan
materi
pelajaran,(5)
memberikan
bimbingan
belajar,
(6)
memperoleh
kinerja/penampilan siswa, (7) memberikan balikan, (8) menilai hasil belajar, dan
(9) memperkuat transfer belajar.
Dengan demikian, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan
peserta didik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan
secara terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran.
2.1.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran
bahasa
tidak
lepas
dari
pendekatan
pembelajaran.
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Terdapat empat
pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni pendekatan tujuan,
pendekatan struktural, pendekatan komunikatif, dan pendekatan terpadu.
Pendekatan tujuan dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang
hendak dicapai. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai seperengkat kaidah bahasa atau tata bahasa. Pendekatan komunikatif
merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan
menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam situasi formal maupun non formal, tiap-tiap aspek tidak berdiri sendiri
melainkan bersama-sama dalam penggunaannya. Dengan kata lain, penggunaan
bahasa dalam praktik komunikasi akan tampil secara terpadu (Slamet, 2014: 1922).
Dalam praktik pembelajaran di SD, untuk kelas 1 dan 2 (kelas rendah),
pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada aspek peningkatan kemampuan
membaca dan menulis permulaan, sedangkan untuk kelas 3-6 (kelas tinggi)
menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
ditentukan dalam kurikulum. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara
terpadu antara empat aspek keterampilan berbahasa (kompetensi dasar),
kebahasaan (kompetensi kebahasaan), dan sastra. Dari keempat aspek
keterampilan tersebut, dapat difokuskan pada salah satu aspek saja, sedangkan
aspek yang lain sebagai variasi kegiatan belajar siswa. Tujuannya agar keempat
aspek tersebut dikuasai secara seimbang dan pembelajaran tidak monoton
(Solchan, 2008: 11.6-11.7). Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD adalah pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan
komunikasi lisan dan tulis yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa,
kebahasaan, dan sastra.
2.1.2 Membaca Menulis Permulaan
2.1.2.1 Membaca Permulaan
Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang
didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai
anak. Rubin (dalam Slamet, 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pengajaran membaca yakni sebagai berikut, (1) peningkatan
ucapan, (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa), (3) hubungan antara huruf-huruf
merupakan prasyarat untuk dapat membaca, (4) membedakan bunyi-bunyi
merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca, (5)
kemampuan mengingat, (6) membedakan huruf, (7) orientasi ke kiri dan ke kanan,
(8) keterampilan pemahaman, dan (9) penguasaan kosakata.
2.1.2.1.1
Materi Pembelajaran Membaca Permulaan
Materi membaca permulaan di SD terdapat di kurikulum dan silabus
kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja. Materi
membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh
Slamet (2014: 24-27) sebagai berikut:
1. Kelas I Semester Pertama
a. Persiapan (pramembaca)
Anak dikenalkan tentang sikap duduk yang baik, cara meletakkan atau
menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik halaman buku,
dan memperhatikan gambar atau tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Sesudah Pramembaca
Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata (menirukan guru), intonasi
kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang sudah
dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama, anak dikenalkan
secara bertahap dengan keempat belas huruf yaitu: 1) a, i,m, dan n, 2) u, b, dan l,
3) e, t, dan p, 4) o dan d, 5) k dan s.
2. Kelas I Semester Kedua
Materi pembelajaran membaca permulaan berikutnya adalah bacaan kurang
lebih 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar), kalimat-kalimat
sederhana (untuk dipahami isinya), dan huruf kapital pada awal kata nama orang,
Tuhan, agama, kitab suci.
2.1.2.1.2
Metode Pembelajaran Membaca Permulaan
Selain materi pembelajaran, Solchan (2008: 6.16-6.22) menguraikan
enam metode dalam pembelajaran membaca permulaan. Keenam metode tersebut
adalah metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata, metode global,
dan metode SAS. Peneliti menggunakan metode eja, metode suku kata, dan
metode kata. Berikut uraian dari ketiga metode tersebut.
1. Metode Eja
Metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf
secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai
dengan bunyinya menurut abjad. Setelah tahapan ini, siswa diajak untuk
berkenalan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang sudah
dikenal. Misalnya:
b, a, d, u menjadi b-a
ba (dibaca atau dieja /be-a
⦋ba⦌)
2. Metode Suku Kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/.
Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata bermakna.
Misalnya: cu-ci
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan perangkaian kata menjadi kelompok
kata sederhana. Contoh: ka-ki ku-da
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Metode Kata
Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya,
diawali dengan pengenalan kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku kata,
suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, perangkaian huruf menjadi suku kata
dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan dikembalikan ke
bentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Contoh:
kaki ---- ka-ki ---- k-a-k-i ---- ka-ki ---- kaki
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal di kelas I dan II dengan
menggunakan metode-metode membaca yang disesuaikan dengan kemampuan
membaca yang akan dicapai.
2.1.2.2 Menulis Permulaan
Solchan (2008: 9.4) menjelaskan bahwa siswa SD yang baru masuk
sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-huruf. Pada hakikatnya, huruf-huruf
itu dibentuk oleh garis-garis maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat
garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan
dasar untuk menulis sebuah huruf. Di samping itu, siswa dibiasakan untuk
menulis dengan sikap yang benar. Oleh karena itu, keterampilan menulis bukan
merupakan kemampuan otomatis yang dibawa sejak lahir. Keterampilan menulis
yang handal hanya diperoleh dengan banyak latihan menulis.
2.1.2.2.1
Materi Menulis Permulaan
Materi menulis permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua
diuraikan oleh Slamet (2014: 45-47) sebagai berikut:
1. Kelas I Semester Pertama
Tahap ini disebut sebagai persiapan pramenulis permulaan. Hal-hal yang perlu
dibiasakan anak meliputi duduk wajar dan baik, meletakkan buku tangan dengan
jarak ke mata yang cukup dengan sudut tegak lurus, memegang buku dengan baik,
membuka buku dari kanan ke kiri, melihat tulisan dari kiri ke kanan, melemaskan
lengan tangan dengan gerakan menulis di udara, memegang pensil dengan benar,
melemaskan jari (dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, meniru, melatih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dasar menulis), dan melemaskan jari dengan cara menuliskan huruf dengan
menggunakan jari.
2. Kelas I Semester Kedua
Siswa mulai melakukan penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah
dikenal atau yang baru dengan huruf balok. Materi lainnya yang harus dikuasai
siswa berikutnya adalah menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang
ditunjukkan guru, menulis jelas dan rapi, menulis kata yang didiktekan guru,
menulis kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda
titik, penggunaan huruf kapital untuk nama orang, nama Tuhan, dan nama
agama/kitab suci.
2.1.2.2.2
Metode Pembelajaran Menulis Permulaan
Dalam pengenalan menulis permulaan, metode yang digunakan tidak
berbeda jauh dengan metode pengenalan membaca permulaan. Metode mana yang
paling sesuai dengan perkembangan anak itulah yang dipilih. Membaca dan
menulis saling terkait, sehingga metode dalam menulis permulaan mengikuti
metode membaca yang digunakan (Slamet, 2014: 49).
Dengan demikian, menulis permulaan adalah pembelajaran menulis
tahap awal di kelas I dan II dengan penguasaan kegiatan pramenulis yang
berkembang menjadi kegiatan menulis yang lebih kompleks dan bertahap.
Penguasaan keterampilan menulis didukung dengan keragaman materi yang
diberikan secara bertahap untuk melatih kemampuan siswa.
2.1.2.3 Membaca Menulis Permulaan
Membaca Menulis Permulaan (MMP) merupakan pembelajaran tahap
awal di kelas rendah. Disebut permulaan karena hal pertama yang diajarkan
kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca
dan menulis yang lebih diorientasikan pada kemampuan membaca dan menulis
tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf dan kemampuan menulis mekanik.
Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidangbidang ilmu lainnya di sekolah (Solchan, 2008: 6.12).
Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju
pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni kemampuan melek wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yang merupakan kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan
mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai
pemahaman akan lambang-lambang tersebut (Solchan, 2008: 6.12).
Pada dasarnya, tujuan dari membaca dan menulis permulaan ialah
memberi bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan
tentang teknik-teknik membaca dan menulis permulaan dan mengenalkan teknik
menangkap isi bacaan dan dapat menuliskannya (Slamet, 2014: 49).
Berdasarkan paparan di atas, membaca dan menulis permulaan merupakan
kemampuan membaca dan menulis yang diorientasikan pada kemampuan
membaca dan menulis tingkat dasar. Membaca dan menulis merupakan dua hal
yang
penting
dan
sangat
diperlukan
untuk
memperluas
pengetahuan,
mempertinggi daya pikir, dan mempertajam penalaran. Oleh karena itu, peneliti
mengembangkan alat peraga berbasis metode Montessori untuk meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis permulaan.
2.1.3 Metode Montessori
Sub bab ini menguraikan sejarah Montessori dan prinsip pendidikan
Montessori.
2.1.3.1 Sejarah Montessori
Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, provinsi
Ancona di Italia. Montessori adalah anak tunggal dari Allessandro Montessori,
seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau milik negara; dan
Renilde Stopani, perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga terpandang
(Gutex, 2013: 1). Montessori memiliki kemauan keras untuk menjadi seorang
dokter dan pada tahun 1896 beliau berhasil menjadi dokter wanita pertama di
Universitas Roma. Beliaupun kemudian mengajar ilmu kesehatan dan antropologi
di institut keguruan wanita di Roma. Tahun 1900 Montessori bekerja di klinik
psikiatri
di
Roma
dengan
menjadi
direktur
sekolah
ortoprenik
yang
mempersiapkan para guru untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan. Montessori mengambil spesialisasi kedua dalam ilmu pendidikan,
psikologi eksprerimen, dan antropologi di Universitas Roma pada tahun 1901.
Casa dei Bambini yang pertama di Via dei Marsi dibuka pada tanggal 6 Januari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1907 lalu diiikuti tahun 1908 membuka Casa dei Bambini di Via Solari, Milan
(Magini, 2013: 103-111).
Pada akhirnya Montessori mengundurkan diri sebagai dosen di Universitas
Roma dan meninggalkan praktik sebagai dokter untuk fokus pada pendidikan. Di
tahun yang sama yaitu tahun 1911, pendekatan Montessori sudah mulai dipakai di
sekolah-sekolah di Inggris dan Argentina, juga mulai diterapkan di sekolahsekolah
dasar
di
Italia
dan
Swiss.
Mulai
tahun
1913,
Montessori
menyelenggarakan kursus pelatihan dan kongres Montessori di berbagai negara di
Eropa dan sekitarnya. Montessori mengabdi pada pendidikan hingga wafatnya
pada tanggal 6 Mei 1952 di Noordwijk aan Zee, Belanda (Magini, 2013: 103111).
2.1.3.2 Prinsip Pendidikan Motessori
Montessori mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses dinamis
dimana anak-anak berkembang menurut “ketentuan-ketentuan dalam” dari
kehidupan mereka, dengan “kerja sukarela” mereka ketika ditempatkan dalam
sebuah lingkungan yang disiapkan untuk memberi mereka kebebasan dalam
ekspresi diri. Anak-anak, menurut Montessori, secara alamiah dan secara enerjik
berusaha untuk mencapai kemandirian fungsional yang merangsang anak menuju
aktivitas diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan lebih lanjut dan kemandirian yang lebih besar. Kemandirian
berarti mampu melakukannya sepenuhnya oleh dirinya sendiri (Gutex, 2013 : 75).
Sekolah dalam pendidikan Montessori merupakan sebuah lingkungan yang
dipersiapkan dimana anak mampu untuk berkembang secara bebas dalam
kecepatan mereka sendiri, memungkinkan anak-anak, melalui kegiatan dengan
bahan pembelajaran yang bersifat mengoreksi diri, melatih dan mengembangkan
indra-indra dan pemikiran mereka dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam
Montessori tentang “kebebasan dari para murid dalam manifestasi spontan mereka
dan kebebasan dalam beraktivitas. Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris,
dimana direktris tersebut memiliki peran sebagai pemandu proses pembelajaran
anak tanpa melakukan campur tangan (Gutex, 2013 : 75).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Terdapat delapan prinsip dalam pendidikan Montessori yang diungkapkan
oleh Lillard (2005: 29-33), kedelapan prinsip tersebut adalah 1) Pergerakan dan
pemikiran yang berkaitan erat, dan pergerakan dapat meningkatkan pemikiran dan
pembelajaran, 2) Kebebasan dalam memilih dan memberikan kontrol diri, 3)
Ketertarikan belajar. Anak dapat belajar dengan lebih baik apabila mereka tertarik
pada apa yang mereka pelajari, 4) Menghindari penghargaan ekstrinsik, 5)
Pembelajaran kolaboratif antar teman sebaya, 6) Pembelajaran dalam konteks
akan lebih mendalam dan lebih memperkaya daripada pembelajaran abstrak, 7)
Pentingnya bentuk-bentuk interaksi guru terhadap anak, dan 8) Keteraturan
lingkungan dan pikiran yan bermanfaat bagi anak. Berdasarkan paparan di atas,
dapat disimpulkan bahwa metode Montessori merupakan metode yang
menekankan pada kebebasan, kemandirian, yang melatih dan mengembangkan
indra-indra dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam
Montessori.
2.1.4 Perkembangan Anak
Perkembangan adalah serangkaian perubahan yang berlangsung secara
terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan,
dan belajar (Desmita, 2009: 9). Perkembangan menurut Piaget merupakan proses
spontan dimana organisme memainkan peran aktif. Proses perkembangan terdiri
atas empat faktor: maturasi, pengalaman transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi
yang bersifat menyatukan semuanya (Salkind, 2009: 313). Piaget membagi
perkembangan kognitif menjadi empat tingkatan, yakni sensori-motor (0-2 tahun),
pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasi formal
(lebih dari 11 tahun) (Dahar, 2011: 136).
2.1.4.1 Tahap Sensori-Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman
tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor tindakan
fisik (Desmita, 2009: 101).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.1.4.2 Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambargambar. Kata dan gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran
simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita,
2009: 101).
2.1.4.3 Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak akan dapat berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda
(Desmita, 2009: 101). Apabila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara
verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk
menyelesaikan masalah ini dengan baik (Haditono, 2006: 223).
2.1.4.4 Tahap Operasi Formal (lebih dari 11 tahun)
Dalam tahap ini, anak berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan
lebih idealistik (Desmita, 2009: 101). Anak bisa menggunakan pertimbangan
masa lalu dan masa yang akan datang ketika dihadapkan pada situasi-situasi yang
baru. anak bisa menangani masalah-masalah yang ada dalam semua bingkai
waktu (Salkind, 2009: 346-347).
Selain Piaget, Montessori mengidentifikasi periode perkembangan anak
menjadi tiga yaitu: absorbent mind (0-6 tahun), periode usia 6-12 tahun (periode
kedua), dan periode usia 12-18 tahun (periode ketiga). Selama tahap absorbent
mind, anak-anak menyerap informasi dan membangun konsep melalui eksplorasi
lingkungan, menggunakan bahasa, dan mulai masuk ke dunia yang lebih besar
dari kebudayaan kelompok mereka. Selama periode kedua, keterampilan dan
kemampuan
mulai
muncul
dan
terus
berkembang,
dilatih,
diperkuat,
disempurnakan, dan dikembangkan. Periode ketiga, bersamaan dengan usia
remaja, terjadi perubahan fisik yang besar dan menuju kematangan yang
sempurna. Sang remaja berusaha untuk memahami peran-peran sosial dan
ekonomi dan berusaha menemukan posisinya di tengah masyarakat (Gutek, 2004:
49-50).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
anak adalah serangkaian perubahan pada anak yang berlangsung secara terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan,
dan belajar. Perkembangan siswa kelas I (usia 6-7 tahun) masuk dalam tahap
operasional konkret dan periode kedua dalam periode perkembangan oleh
Montessori. Pada tahap ini, siswa dapat melakukan operasi logis yang dihadapkan
pada permasalahan yang konkret. Kemampuan tersebut perlu dilatih, diperkuat,
dan dikembangkan untuk mempertajam keterampilan-keterampilan mereka. Oleh
karena itu, alat peraga sangat dibutuhkan oleh siswa SD untuk melatih
kemampuan memecahkan permasalahan logis melalui benda-benda konkret.
2.1.5 Alat Peraga Montessori
Sub bab alat peraga Montessori menguraikan pengertian alat peraga,
fungsi alat peraga, kriteria alat peraga dan alat peraga berbasis metode
Montessori.
2.1.5.1 Hakikat Alat Peraga
Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam
benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Segala sesuatu
yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat
agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang,
dan dirasakan (Arsyad, 2014: 9). Menurut Estiningsih (dalam Prastowo, 2015:
298), alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sementara Sanaky (dalam
Prastowo, 2015: 298) mengartikan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang
digunakan oleh siswa untuk memperagakan materi pembelajaran. Menurut Asyhar
(dalam Prastowo, 2015: 298) alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan/atau
bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan materi
tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk menjelaskan konsep
atau materi yang abstrak.
Alat peraga berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata
pelajaran dalam proses belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Prastowo (2015:
295) menjelaskan kegunaan dari alat peraga yang antara lain untuk: pertama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, kedua,
mengilustrasikan
dan
memantabkan
pesan
dan
informasi,
dan
ketiga,
menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas siswa.
Berdasarkan teori di atas, alat peraga merupakan media yang
menggambarkan, mengilustrasikan, atau mencirikan tentang konsep materi ajar
yang diajarkan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Alat
peraga memiliki fungsi dan kriteria tertentu. Salah satu metode pembelajaran yang
memiliki ciri khas dengan penggunaan alat peraganya adalah metode Montessori.
2.1.5.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori
Alat peraga berbasis metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu menarik,
bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Ciri yang pertama
adalah menarik. Alat peraga Montessori dibuat agar dapat menarik perhatian dari
anak. Jika anak mulai tertarik dengan alat peraga tersebut, maka mereka dapat
belajar dengan lebih mendalam. Alat peraga tersebut dapat digunakan dalam
berbagai bentuk permainan yang membuat suasana belajar menjadi lebih berkesan
dan menyenangkan (Gutek, 2013: 235-239).
Ciri yang kedua adalah bergradasi. Dilihat dari segi fisik alat peraga
Montessori, gradasi yang dimaksud ialah gradasi warna, kekerasan, berat, dan
rangsangan-rangsangan yang akan dimunculkan oleh anak. Alat peraga bergradasi
ini melibatkan panca indera anak sehingga memungkinkan berbagai macam
rangsangan yang muncul dari anak. Oleh karena itu, alat peraga dibuat agar dapat
melatih indera, dapat digunakan untuk berbagai macam usia dan berbagai macam
konsep (Gutek, 2013: 234-240).
Ciri yang ketika adalah auto-correction. Alat peraga Montessori memiliki
ciri khas dimana dalam penggunaannya siswa dapat mengontrol setiap kesalahan.
Anak berproses untuk memperbaiki kesalahannya dan melakukan perbaikan ini
dengan berbagai cara. Dalam mengalami proses tersebut, anak dibantu dengan
adanya control of error (pengendali kesalahan) yang ada pada setiap alat peraga
(Montessori, 2002: 171).
Ciri yang keempat adalah auto-education. Tujuan dari penggunaan alat
peraga
Montessori
adalah
untuk
memunculkan
pembelajaran
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang memungkinkan anak
belajar mandiri. Direktris (sebutan untuk guru di sekolah Montessori) tidak perlu
ikut campur, cukup mengamati dan memberikan kebebasan untuk anak bekerja
(Montessori, 2002: 172-173).
Ciri yang kelima adalah kontekstual. Sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Lillard (2005: 29-33), pembelajaran dalam Montessori disesuaikan dengan
konteks. Hal itu dikemukakan karena pembelajaran dalam konteks akan lebih
mendalam dan memperkaya pemahaman siswa daripada belajar dengan
pembelajaran yang abstrak. Oleh karena itu, kontekstual yang dimaksud adalah
sesuai dengan lingkungan, dekat dengan anak, dan terdapat di lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian di atas, alat peraga berbasis metode Montessori adalah
alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, autoeducation, dan kontekstual. Peneliti mengembangkan alat peraga yang sesuai
dengan kelima ciri alat peraga Montessori. Peneliti mengembangkan dari alat
peraga Montessori yang sudah ada dengan membuat beberapa modifikasi. Alat
peraga
yang
dikembangkan
menarik,
berwarna,
cara
penggunaannya
menyenangkan, dan dapat dikembangkan dengan berbagai macam permainan.
Alat peraga bergradasi karena dapat digunakan oleh berbagai usia dan berbagai
konsep dalam pengajaran bahasa. Terdapat pengendali kesalahan dimana siswa
dapat menemukan dan memperbaiki kesalahan sendiri (auto-correction).
Sehingga akan memungkinkan timbulnya pembelajaran sendiri tanpa didampingi
oleh guru (auto-education). Bahan pembuatan alat peraga dapat ditemukan di
sekitar anak. Alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti adalah alat peraga
membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori.
2.2 Penelitian yang Relevan
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa penelitian yang relevan.
Peneliti membahas penelitian yang relevan dengan metode Montessori dan
penelitian yang relevan dengan membaca menulis permulaan. Berikut penjabaran
dari penelitian tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori
Penelitian tentang alat peraga berbasis metode Montessori dilakukan oleh
Murti (2015), Ratri (2014), dan Fikasari (2012). Murti (2015) mengembangkan
alat peraga matematika SD materi pembagian berbasis metode Montessori. Jenis
penelitian yang digunakan ialah research and development (R&D). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan 1) memiliki lima
ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education dan kontekstual,
serta 2) memiliki kualitas “sangat baik”. Rerata hasil pretest dan posttest
menunjukkan perbedaan. Hasil pretest adalah 4,62 sedangkan hasil posttest adalah
8,9.
Ratri (2014) mengembangkan alat peraga matematika untuk operasi
bilangan bulat berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan ialah
research and development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Papan
Bilangan Bulat yang dikembangkan memiliki empat ciri alat peraga Montessori
dan satu ciri tambahan (kontekstual). Alat peraga Papan Bilangan Bulat memiliki
rerata skor validasi produk 3,5 yang menunjukkan kualitas “sangat baik”. Dalam
proses belajar dengan alat peraga, siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, lebih
berkonsentrasi, dan belajar secara mandiri. Hasil belajar siswa meningkat
sebanyak 71% berdasarkan hasil pretest dan posttest.
Fikasari (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru
huruf kelompok PAUD Ar Rahman Jombang. Penelitian tersebut merupakan
penelitian kuantitatif korelasi dengan menggunakan 70 anak kelompok A PAUD
Ar Rahman sebagai populasi. Penelitian melakukan analisis data menggunakan
SPSS 17.0 for windows dengan interpretasi nilai rhitung > rtabel. Hasil perhitungan
yang diperoleh sebesar 0,656>0,323, maka korelasinya signifikan. Dengan
demikian, penggunaan media pembelajaran sandpaper letters berpengaruh
terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman. Dengan
demikian, alat peraga sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba
yang lebih luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.2.2 Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan
Penelitian tentang Membaca dan Menulis Permulaan dilakukan oleh Dewi,
Suwatra, dan Arini (2014), Sukartiningsih (2004), dan Mutingah (2009). Dewi,
dkk. (2014) menggunakan metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) untuk
meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan pada siswa kelas I SD
Negeri 7 Bungkulan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
penggunaan
metode
SAS
dapat
meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan. Hal ini ditunjukan
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kemampuan membaca
permulaan dengan menggunakan metode Stuktur Analitik Sintetik (SAS) pada
siklus I memperoleh rata – rata sebesar 69,9 dan terjadi peningkatan pada siklus II
sebesar 78,6. Jadi pembelajaran membaca permulaan tergolong berhasil.
Ketuntasan pada siklus I sebesar 64 terjadi peningkatan pada siklus II sebesar
72,4. Jadi pembelajaran membaca permulaan tergolong tuntas. Hasil penelitian
kemampuan menulis permulaan pada siklus I memperoleh rata – rata sebesar 66,1
yang meningkat pada siklus II sebesar 83,3. Jadi pembelajaran menulis permulaan
tergolong berhasil. Perolehan ketuntasan pada siklus I sebesar 66,1 dan terjadi
peningkatan pada siklus II sebesar 83,3. Jadi pembelajaran menulis permulaan
tergolong tuntas.
Sukartiningsih (2004) mengembangkan media kata bergambar (MKB)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca dan menulis permulaan di
kelas 1 SD. Peneliti menggunakan jenis penelitian Research and Development
(R&D) yang dilakukan di SDN Jepara III. Penelitian ini menghasilkan produk
MKB yang memiliki karakteristik dan spesifikasi yang tampak dari (1) Wujud, (2)
Ukuran, (3) Bentuk tulisan, (4) Gambar, (5) Jenis kata yang dipakai, dan (6)
Warna MKB.
Mutingah (2009) melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan
membaca menulis permulaan dengan metode kata lembaga di kelas II SDN Nayu
Banjarsari Surakarta. Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kata lembaga dapat meningkatkan
kemampuan membaca menulis permulaan. Metode kata lembaga dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sebagai metode yang tepat untuk pembelajaran keterampilan membaca menulis
permulaan dan dapat digunakan sebagai variasi guru dalam pemilihan metode
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari
penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Dari studi
relevansi tersebut, terbukti bahwa alat peraga berbasis metode Montessori mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang membaca dan menulis
permulaan menunjukkan hasil bahwa pembelajaran membaca dan menulis dapat
ditingkatkan berbagai metode dan pengembangan. Karena belum ada yang
melakukan penelitian pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori
untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan, maka peneliti
mencoba menawarkan penelitian yang mengembangkan alat peraga untuk
membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori. Kerangka
relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map pada bagan 2.1.
Ratri (2014)
Adanya peningkatan kemampuan pemecahan operasi bilangan
bulat setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis
Montessori yang berkualitas sangat baik.
Penelitian
tentang
Alat Peraga
Berbasis
Metode
Montessori
Murti (2015)
Adanya peningkatan kemampuan operasi hitung pembagian
setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode
Montessori yang memiliki kualitas sangat baik.
Fikasari (2012)
Adanya pengaruh media pembelajaran sandpaper letters terhadap
kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman.
Penelitian
tentang
Membaca
dan Menulis
Permulaan
Sukartiningsih (2004)
Adanya peningkatan dalam membaca dan menulis melalui media
kata bergambar
Dewi, dkk (2014)
Adanya peningkatan dalam membaca dan menulis permulaan
menggunakan metode SAS
Mutingah (2009)
Adanya peningkatan kemampuan membaca menulis permulaan
melalui metode kata lembaga.
Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan
Yang
diteliti:
Alat peraga
berbasis
metode
Montessori
untuk
membaca
dan
menulis
permulaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.3 Kerangka Berpikir
Membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai
seseorang sejak dini. Kedua keterampilan tersebut
dimasukkan dalam
pembelajaran di Sekolah Dasar. Di kelas rendah, membaca dan menulis diwadahi
dalam satu pembelajaran yang disebut membaca menulis permulaan (MMP).
Pembelajaran tersebut harus diberikan kepada siswa untuk melatih dan mendalami
keterampilan membaca dan menulis. Sebab, membaca dan menulis merupakan
keterampilan dasar yang wajib dikuasai oleh siswa agar mampu menguasai
keterampilan lainnya.
Pada kenyataannya, tidak sedikit permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran membaca menulis permulaan. Oleh karena itu, sebagai sarana untuk
mengatasi permasalahan tersebut, salah satu metode yakni metode Montessori
mewadahi kebutuhan siswa dalam mengatasi permasalahan dalam membaca dan
menulis serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Kekhasan dari
metode ini adalah alat peraganya yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi,
auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Pembelajaran dengan alat
peraga dalam metode ini memungkinkan siswa agar belajar mandiri dan
menyenangkan. Terlebih usia perkembangan yang sudah berada pada tahap
operasional konkret. Pada tahap ini siswa dapat melakukan operasi dan berpikir
logis apabila dihadapkan pada situasi konkret. Maka sudah seharusnya siswa
difasilitasi dengan metode yang mengkondisikan siswa pada situasi yang konkret.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan guna menjawab
kebutuhan akan alat peraga di sekolah. Penelitian ini dibatasi pada pembelajaran
membaca dan menulis permulaan untuk mengenal dan merangkai suku kata, kata,
dan kalimat sederhana yang terdiri dari 3-5 kata. Penelitian ini menghasilkan alat
peraga berbasis metode Montessori yang merupakan pengembangan dari alat
peraga Montessori yang berupa Large Movable Alphabets (LMA). Penelitian
dilakukan terhadap siswa kelas I di SDN Karangwuni 1. Jika alat peraga berbasis
metode Montessori diterapkan dalam pembelajaran membaca dan menulis
permulaan, siswa akan terbantu dalam menguasai dan mengembangkan
keterampilan membaca dan menulis permulaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.4 Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan lima pertanyaan penelitian.
Pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
2.4.1 Bagaimana hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang
dilakukan di SD N Karangwuni 1?
2.4.2 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan
dari alat peraga Large Movable Alphabets?
2.4.3 Bagaimana pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan
berdasarkan ciri-ciri alat peraga Montessori?
2.4.4 Bagaimana hasil penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat
peraga membaca dan menulis permulaan?
2.4.5 Bagaimana hasil pretest dan posttest siswa dalam membaca dan menulis
pada uji coba terbatas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 3
METODE PENELITIAN
Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, rancangan
penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan
pengembangan atau lebih dikenal dengan istilah Research and Development
(R&D). Penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010:
194) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk pendidikan. Sedangkan Seels & Richey (dalam Setyosari, 2010: 195)
mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai kajian secara sistematik untuk
merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan
hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan
secara internal. Selain dari dua pengertian di atas, Sukmadinata (2008: 164) juga
mendefinisikan pengertian penelitian dan pengembangan sebagai suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Hampir sejalan
dengan pengertian Sukmadinata, Sugiyono (2012: 297) berpendapat bahwa
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu.
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan
pengembangan
adalah
penelitian
yang
bertujuan
untuk
merancang,
mengembangkan, memvalidasi, mengevaluasi, dan menyempurnakan suatu
produk yang diuji berdasarkan standar dan kriteria tertentu.
Berdasarkan
pengertian
tersebut,
penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode Montessori untuk
membantu siswa dalam membaca dan menulis. Penelitian ini dibatasi sampai pada
uji coba lapangan terbatas yang dilakukan pada siswa kelas I untuk mengetahui
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
perkembangan yang dialami siswa dengan menggunakan alat peraga tersebut.
Hasil penelitian ini berupa sebuah prototipe alat peraga bahasa Indonesia berbasis
metode Montessori.
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian menjelaskan objek penelitian, subjek penelitian, lokasi
penelitian dan waktu penelitian.
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah lima siswa kelas I semester ganjil tahun ajaran
2015/2016 di SD N Karangwuni 1, Depok, Sleman. Lima siswa tersebut terdiri
dari dua putra dan tiga putri. Pemilihan siswa ini dilakukan berdasarkan
rekomendasi guru kelas I dan pengamatan yang dilakukan pada saat pelajaran
bahasa Indonesia pada tanggal 14 September 2015.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah alat peraga bahasa Indonesia berbasis
metode Montessori berupa Large Movable Alphabets (LMA). Alat peraga ini
dirancang untuk membantu siswa melatih kemampuan membaca dan menulis.
Kemampuan dalam membaca dan menulis yang dikembangkan melalui alat
peraga ini adalah kemampuan membaca dan menulis suku kata yang bentuknya
hampir mirip, membaca dan menulis suku kata yang artikulasi bunyinya hampir
sama, membaca dan menulis kata dengan dua suku kata yang sama, membaca dan
menulis kata dengan dua suku kata yang berbeda, membaca dan menulis kalimat
pendek yang terdiri dari 2-3 kata. Selain itu, alat peraga ini juga bertujuan untuk
melatih pembiasaan menulis sesuai garis. LMA terbuat dari kayu pinus yang
dibagi menjadi 30 kotak kecil. Kotak-kotak kecil tersebut berisi huruf-huruf abjad
a-z yang terbuat dari bahan acrylic. Huruf-huruf tersebut digunakan untuk berlatih
membaca dan menulis dengan bantuan kartu kata yang ada di dalam LMA.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Karangwuni 1 yang terletak di Jl.
Kaliurang Km 5, Gang Mijil, Karangwuni, Caturtunggal, Depok, Sleman. Peneliti
memilih sekolah ini karena memiliki kelas kecil yang berjumlah 10 siswa
sehingga jumlahnya sesuai untuk penelitian. Jumlah tersebut juga sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
karakteristik pembelajaran Montessori yang sebenarnya merupakan pembelajaran
individual. Selain itu, minimnya ketersediaan alat peraga di sekolah ini juga
menjadi alasan peneliti untuk menggunakan alat peraga di sekolah tersebut.
3.2.4 Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian sejak bulan September 2015 hingga bulan
Juni 2016. Kurang lebih penelitian dan pengembangan ini berlangsung selama
sepuluh bulan.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini mengadaptasi model penelitian dan
pengembangan dari Borg dan Gall. Borg and Gall (dalam Tegeh, Jampel, &
Pudjawan, 2014: 7) mengemukakan sepuluh langkah dalam R&D. Langkah
tersebut yaitu 1) Penelitian dan pengumpulan informasi, 2) Perencanaan, 3)
Mengembangkan bentuk pendahuluan produk, 4) Uji lapangan persiapan, 5)
Revisi produk utama, 6) Uji lapangan utama, 7) Pelaksanaan revisi produk, 8) Uji
lapangan operasional, 9) Revisi produk akhir, dan 10) Penyebaran dan
pengimplementasian.
Sugiyono (2015: 35-36) menguraikan secara singkat setiap langkah
penelitian dari Borg dan Gall sebagai berikut. Pertama, melakukan penelitian dan
pengumpulan informasi, meliputi analisis kebutuhan, review literatur, penelitian
dalam skala kecil, dan persiapan membuat laporan yang terkini. Kedua,
melakukan perencanaan, yang meliputi, pendefinisian keterampilan yang harus
dipelajari, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji coba
kelayakan (dalam skala kecil). Ketiga, mengembangkan produk awal yang
meliputi, penyiapan materi pembelajaran, prosedur/penyusunan buku pegangan,
dan instrumen evaluasi. Keempat, pengujian lapangan awal yang dilakukan pada
1-3 sekolah, menggunakan 6-12 subjek. Pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, kuesioner. Selanjutnya menganalisis hasil instrumen. Kelima,
melakukan revisi utama terhadap produk didasarkan pada saran-saran pada uji
coba. Keenam, melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan pada 5-15 sekolah
dengan 30-100 subjek. Ketujuh, melakukan revisi terhadap produk yang siap
diperasionalkan, berdasarkan saran-saran dari uji coba. Kedelapan, melakukan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
lapangan operasional, dilakukan 10-30 sekolah dengan 40-400 subjek. Data
wawancara, observasi, dan kuesioner dikumpulkan dan dianalisis. Kesembilan,
revisi produk akhir, berdasarkan saran
dari uji lapangan.
Kesepuluh,
mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk.
Selain model penelitian pengembangan dari Borg dan Gall, Sugiyono juga
memiliki model lain dari penelitian pengembangan. Peneliti kemudian
membandingkan model Borg dan Gall dengan model Sugiyono. Sugiyono (2012:
298) menyebutkan sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan yakni: 1)
potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) disain produk, 4) validasi disain, 5)
revisi disain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi
produk, dan 10) produksi massal. Di bawah ini adalah bagan 3.1 yang merupakan
bagan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2012:
298).
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut
Sugiyono (2012: 298)
Berdasarkan bagan di atas, langkah pertama dimulai dari potensi dan
masalah. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan
uptodate, maka selanjutnya perlu mengumpulkan informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk perancanaan produk. Apabila informasi sudah mencukupi,
tahap selanjutnya ialah membuat disain produk. Disain produk yang dihasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kemudian divalidasi oleh ahli untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya.
Kelemahan yang diketahui diperbaiki pada langkah revisi disain. Langkah
selanjutnya adalah membuat produk berdasarkan hasil revisi disain yang
kemudian akan diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Setelah uji coba
terbatas, dilakukan revisi kembali untuk memperbaiki kelemahan produk selama
diujicobakan. Selanjutnya, produk tersebut diujicobakan pada kondisi nyata untuk
lingkup yang luas. Apabila dalam pemakaian terjadi kekurangan dan kelemahan,
produk sebaiknya direvisi kembali. Setelah melalui proses penyempurnaan,
langkah terakhir adalah pembuatan produk masal (Sugiyono, 2012: 298-311).
Peneliti
mengadaptasi
dan
memodifikasi
model
penelitian
dan
pengembangan dari Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014: 7)
dan Model Sugiyono (2012: 298-311). Apabila peneliti menggunakan kesepuluh
langkah, penelitian ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena
itu, penelitian ini dibatasi pada ujicoba lapangan terbatas dan menghasilkan
prototipe alat peraga yang telah divalidasi. Langkah-langkah penelitian dan
pengembangan yang dimodifikasi oleh peneliti berupa potensi masalah,
penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji
coba lapangan terbatas. Penelitian dan pengembangan dimulai dengan
mengidentifikasi masalah dan analisis kebutuhan siswa dan guru. Selanjutnya
peneliti membuat instrumen penelitian pada tahap perencanaan. Kemudian peneliti
membuat disain produk dan membuat produk yang sesuai dengan lima ciri alat
peraga Montessori. Setelah produk selesai, produk tersebut divalidasi oleh ahli
bidang Montessori dan ahli bidang bahasa. Produk kemudian diujicobakan pada
sekelompok siswa secara terbatas. Kelima tahap penelitian tersebut disajikan
dalam prosedur penelitian pada bagan 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.4 Prosedur Penelitian
Berikut adalah kelima tahap penelitian disajikan secara rinci pada bagan
3.2.
TAHAP PERTAMA
Potensi Masalah
Identifikasi
Permasalahan
Observasi
Validasi oleh
ahli Bahasa
Indonesia
dan guru
Pedoman
Observasi
Pedoman
Wawancara
Wawancara
Analisis karakteristik
alat peraga Montessori
Data ketersediaan
dan penggunaan
alat peraga serta
kesulitan
belajar siswa
Analisis karakteristik siswa
Pembuatan
kuesioner dan wawancara
analisis kebutuhan
Penyebaran
Kuesioner
Data analisis
kebutuhan
Revisi
Wawancara
dengan siswa
Uji keterbacaan
guru
Validasi
ahli Bahasa
Indonesia
Revisi
TAHAP KEDUA
Penyusunan Rencana
Data analisis kebutuhan
Konsep pembuatan alat peraga
Uji keterbacaan soal
oleh Siswa
Disain alat peraga
Revisi
Disain album alat peraga
Instrumen
Tes
Kuesioner
Validasi ahli Bahasa Indonesia dan guru
Revisi
Kuesioner validasi
Validasi ahli bahasa dan guru
produk
Kuesioner tanggapan
Uji keterbacaan oleh guru
Uji
Empiris
Instrumen siap
digunakan
Revisi
TAHAP KETIGA
Pengembangan Bentuk Awal Produk
Disain Alat
Peraga
Disain album
Pengumpulan bahan
Alat peraga dan album
siap divalidasi
Pembuatan alat Peraga dan album
TAHAP KEEMPAT
Validasi Produk
Album dan alat
peraga siap
Alat peraga
Validasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan Bahasa Indonesia
Album alat peraga
Validasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan ahli Bahasa
untuk
diujicoba
TAHAP KELIMA
Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji Coba
Pretest
Lapangan
Terbatas
Posttest
Tanggapan
guru dan
siswa
Revisi
Produk
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Pengembangan
Prototipe Alat peraga
membaca dan menulis
permulaan berbasis metode
Montessori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.4.1 Potensi Masalah
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi masalah. Peneliti
mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran membaca dan menulis di
kelas I. Dalam melakukan identifikasi masalah, peneliti melakukan observasi dan
wawancara. Pedoman observasi dan pedoman wawancara divalidasi terlebih
dahulu oleh ahli Bahasa Indonesia (merangkup sebagai ahli bahasa) dan guru.
Setelah divalidasi, peneliti melakukan observasi dan wawancara. Observasi
dilakukan di kelas I selama pembelajaran membaca dan menulis. Sedangkan
wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I, dan siswa kelas I.
Tujuan dari dilakukannya observasi dan wawancara ini adalah untuk memperoleh
data terkait ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar siswa
dalam membaca dan menulis. Hasil analisis data yang terkait dengan karakteristik
alat peraga Montessori dan karakteristik siswa digunakan sebagai bahan
penyusunan kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan. Wawancara ditujukan
untuk mengambil data dengan siswa. Sedangkan kuesioner ditujukan untuk guru.
Langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen analisis kebutuhan.
Instrumen
tersebut selanjutnya divalidasi oleh guru dari SD setara dan ahli
Bahasa Indonesia yang merangkup sebagai ahli bahasa untuk mengetahui
kelayakan instrumen. Instrumen yang sudah divalidasi kemudian direvisi oleh
peneliti. Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan kepada siswa untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa dan guru mengenai pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner. Hasil dari uji keterbacaan tersebut direvisi kembali
sebelum akhirnya instrumen siap untuk digunakan.
3.4.2 Penyusunan Rencana
Tahap kedua adalah penyusunan rencana. Data analisis kebutuhan yang
diperoleh digunakan sebagai bahan pembuatan konsep alat peraga. Konsep yang
dibuat peneliti berupa disain alat peraga, disain album alat peraga, dan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian berupa instrumen tes dan kuesioner validasi
produk untuk guru dan siswa. Instrumen tes akan digunakan sebagai pretest dan
posttest yang dibuat dalam bentuk tes membaca dan tes menulis. Tes menulis
terdiri dari menulis abjad dan menulis suku kata/kata/kalimat. Sedangkan tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
membaca terdiri dari membaca suku kata, kata, dan kalimat. Instrumen tersebut
divalidasi oleh ahli pembelajaran Bahasa Indonesia dan guru sebelum akhirnya
direvisi dan melalui uji empiris. Uji empiris dilakukan di kelas I SD setara. Hasil
uji empiris diolah dengan menggunakan Statistic Package for Social Studies 20
(SPSS 20) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes. Peneliti
kemudian melakukan uji keterbacaan dengan siswa. Kemudian peneliti
memperbaiki kelemahan yang ada sebelum instrumen siap digunakan.
Selain instrumen tes, peneliti juga menyusun kuesioner untuk validasi alat
peraga oleh ahli dan kuesioner tanggapan mengenai produk alat peraga oleh guru
dan siswa. Setelah penyusunan, kuesioner tersebut divalidasi oleh ahli bahasa dan
guru untuk menguji kelayakan instrumen sebelum digunakan. Hasil validasi
direvisi oleh peneliti sebelum kuesioner tersebut siap digunakan.
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk
Tahap ketiga adalah pengembangan bentuk awal produk. Berdasarkan
disain alat peraga dan disain album, peneliti mengumpulkan bahan-bahan
pembuatan alat peraga. Melalui bahan-bahan tersebut, peneliti membuat alat
peraga. Selain alat peraga, peneliti membuat album alat peraga guna sebagai
pedoman pemakaian alat peraga. Hasil akhir dari tahap ini adalah alat peraga dan
album yang siap divalidasi.
3.4.4 Validasi Produk
Tahap keempat adalah validasi produk. Alat peraga divalidasi oleh ahli
pembelajaran Montessori dan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan
supaya peneliti dapat mengetahui kesesuaian alat peraga dengan kedua
pembelajaran tersebut. Sedangkan album alat peraga divalidasi oleh ahli
pembelajaran Montessori dan ahli bahasa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian langkah-langkah penggunaan alat peraga dengan pembelajaran
Montessori. Tahap ini menghasilkan album dan alat peraga yang siap untuk uji
coba lapangan terbatas.
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas
Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Produk yang dibuat
dujikan kepada lima siswa SD penelitian. Sebelum diujicobakan, kelima siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tersebut diberikan pretest. Setelah melalui pretest, uji coba dilakukan kepada lima
siswa tersebut. Ketika uji coba selesai, siswa diberikan posttest. Peneliti kemudian
meminta tanggapan kepada guru dan siswa mengenai penggunaan alat peraga
tersebut. Peneliti kemudian melakukan revisi apabila diperlukan. Hasil akhir dari
tahap ini adalah prototipe alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis
metode Montessori.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas pengumpulan data
yang berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Dilihat dari segi teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya
(Sugiyono, 2012: 137). Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat
dipercaya (Sudaryono, Margono, Rahayu, 2013: 29). Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi,
kuesioner, gabungan (triangulasi) dan tes.
3.5.1 Observasi
Observasi
atau
pengamatan
merupakan
suatu
teknik
atau
cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung baik secara partisipatif maupun non partisipatif
(Sukmadinata, 2008:220). Peneliti menggunakan observasi non partisipatif dimana
peneliti
hanya
mengamati
pembelajaran
yang
berlangsung.
Observasi
dilaksanakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I yang diampu oleh guru
kelas I. Aspek yang diamati ialah ketersediaan dan penggunaan alat peraga
membaca dan menulis serta kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca
dan menulis.
3.5.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Pedoman yang digunakan dalam
wawancara berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar
pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik (Sudaryono, dkk.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2013: 35). Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu Kepala SD N
Karangwuni 1, guru kelas I, dan siswa kelas I.
Data yang diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah berupa
informasi terkait dengan permasalahan dalam pembelajaran membaca dan
menulis, ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah, dan penelitian yang
pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. Data dari hasil
wawancara dengan guru kelas I berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan
alat peraga di kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam
membaca dan menulis, kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan
menulis, dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan baik guru maupun
siswa. Sedangkan data yang diperoleh dari wawancara dengan siswa kelas I adalah
informasi tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca dan menulis,
penggunaan alat peraga, dan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca dan
menulis. Selain untuk memperoleh informasi tersebut, wawancara dengan siswa
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga.
Informasi terkait dengan analisis kebutuhan untuk siswa berupa ketersediaan alat
peraga di kelas, pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan pemanfaatan
benda sekitar, karakteristik alat peraga yang menarik, bergradasi, auto-correction,
auto-education, dan kontekstual, serta peran alat peraga tersebut dalam
pembelajaran.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner (angket) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden).
Instrumen pengumpulan datanya berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
harus dijawab oleh responden (Sukmadinata, 2008: 219). Penelitian ini
menggunakan kuesinoer untuk analisis kebutuhan yang diberikan kepada guru
terkait dengan alat peraga. Kuesioner berikutnya adalah kuesioner validasi produk
dan kuesioner tanggapan mengenai alat peraga. Kuesioner validasi produk
diberikan kepada ahli pembelajaran Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa
Indonesia. Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga diberikan kepada guru kelas
I dan siswa kelas I untuk mengetahui kelayakan dari hasil akhir alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.5.4 Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Sudaryono, dkk., 2013: 40). Dalam
penelitian ini, tes digunakan dalam pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk
mengukur kemampuan awal siswa sebelum uji coba terbatas. Posttest digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa setelah uji coba.
3.6 Instrumen Penelitian
Hasil penelitian sangat tergantung pada jenis instrumen pengumpul
datanya. Oleh sebab itu instrumen penelitian harus memiliki tingkat kepercayaan
dan sekaligus data itu memiliki tingkat kesahihan (Setyosari, 2013: 207).
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian di antaranya kuesioner, pedoman
observasi, pedoman wawancara, dan matriks triangulasi untuk teknik nontes dan
soal pretest-posttest untuk teknik tes.
3.6.1 Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan di kelas I untuk memperoleh data mengenai
pembelajaran membaca dan menulis dan ketersediaan alat peraga. Aspek yang
diamati dalam observasi antara lain ketersediaan alat peraga membaca dan
menulis di kelas, penggunaan alat peraga membaca dan menulis di kelas, cara
penggunaan alat peraga membaca dan menulis di kelas, dan kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam membaca dan menulis. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Ketersediaan Alat Peraga
dan Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas I
No.
Item
1.
2.
3.
4, 5,
6
Kisi-Kisi Observasi
Ketersediaan
alat
peraga
membaca dan menulis di kelas
Penggunaan alat peraga untuk
membaca dan menulis di kelas
Cara penggunaan alat peraga
membaca dan menulis di kelas
Objek yang Diamati
Adanya alat peraga yang didisplay
untuk membaca dan menulis di kelas.
Guru menggunakan alat peraga
membaca dan menulis di kelas.
Guru menjelaskan cara penggunaan
alat peraga membaca dan menulis
kepada siswa.
Kesulitan belajar yang dialami Siswa melakukan kesalahan dalam
siswa dalam membaca dan membaca di kelas.
menulis
Siswa melakukan kesalahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menulis.
Siswa melakukan aktivitas lain selain
yang diminta guru.
Pedoman observasi telah divalidasi oleh ahli pembelajaran Bahasa
Indonesia dan guru SD setara. Oleh karena itu uji validitas yang digunakan ialah
validitas konstruk. Dalam hal ini, intrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan
dengan ahli (Sugiyono, 2012: 125). Dari hasil validitas konstruk, diperoleh hasil
rerata skor validasi pedoman observasi yang dapat dilihat pada tabel 4.1 halaman
57.
3.6.2 Pedoman Wawancara
Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu Kepala SD N
Karangwuni 1, guru kelas I, dan siswa kelas I. Wawancara dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga, pembelajaran membaca dan
menulis, dan analisis kebutuhan siswa akan ketersediaan alat peraga.
3.6.1.1 Wawancara Kepala Sekolah
Wawancara dengan kepala sekolah berupa informasi terkait dengan
permasalahan dalam pembelajaran membaca dan menulis, ketersediaan dan
penggunaan alat peraga di sekolah, dan penelitian yang pernah dilakukan di
sekolah berkaitan dengan alat peraga. Peneliti menggunakan teknik wawancara tak
berstruktur. Wawancara jenis ini tampak luas dan biasanya direncanakan agar
sesuai dengan subyek dan suasana pada waktu wawancara dilakukan. Subyek
diberi kebebasan dalam mengungkapkan pandangannya (Sudaryono, 2013: 37).
Rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah
No
1.
2.
3.
4.
Topik Pertanyaan
Informasi berkaitan dengan permasalahan membaca dan menulis.
Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain:
a. Alat peraga membaca menulis yang sudah ada di sekolah
b. Pengadaan alat peraga membaca menulis di sekolah
c. Perawatan alat peraga membaca dan menulis di sekolah
Penggunaan alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran
Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.6.1.2 Wawancara Guru Kelas I
Wawancara dengan guru kelas I berkaitan dengan ketersediaan dan
penggunaan alat peraga di kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing
siswa dalam membaca dan menulis, kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
membaca dan menulis, dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan baik
guru maupun siswa. Wawancara ini menggunakan teknik wawancara tak
berstruktur. Rencana wawancara dengan guru kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I
No
1.
2.
3.
4.
5.
Topik Pertanyaan
Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain:
a. Alat peraga membaca dan menulis yang dimiliki oleh kelas
b. Pengadaan alat peraga membaca dan menulis oleh guru
Penggunaan alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran
Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa membaca dan menulis
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
3.6.1.3 Wawancara Siswa Kelas I
Wawancara dengan siswa kelas I dilakukan untuk menggali informasi
tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca dan menulis, penggunaan
alat peraga, dan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca dan menulis. Selain
untuk memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga.
Wawancara menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Adapun rencana
wawancara dengan siswa kelas I dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5
Tabel 3.4 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa
No
1.
2.
3.
Topik Pertanyaan
Tanggapan terhadap kegiatan membaca dan menulis yang selama ini terjadi.
Penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca dan menulis
Tabel 3.5 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa
No
1.
2.
3.
4.
5.
Indikator
Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca dan menulis.
Pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan memanfaatkan benda-benda di
sekitar.
Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang kontekstual
Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang menarik
Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang auto-correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
No
6.
7.
Indikator
Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang bergradasi.
Peran alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran.
Pedoman wawancara tersebut telah melalui tahap uji validasi konstruk oleh
guru dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia yang merangkup sebagai ahli
bahasa. Hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada tabel
4.3 halaman 59. Hasil validasi pedoman wawancara dengan guru dapat dilihat
pada tabel 4.6 halaman 61. Hasil validasi pedoman wawancara identifikasi
masalah dengan siswa dapat dilihat pada tabel 4.9 halaman 63. Hasil validasi
pedoman wawancara analisis kebutuhan dengan siswa dapat dilihat pada tabel
4.15 halaman 69.
3.6.3 Kuesioner
Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk analisis kebutuhan untuk
guru, validasi produk, dan tanggapan mengenai alat peraga setelah uji coba
lapangan terbatas.
3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan
Kuesioner analisis kebutuhan menggunakan bentuk kuesioner terbuka.
Oleh karena itu pertanyaan dalam kuesioner dijawab secara bebas oleh responden.
Kuesioner ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kebutuhan
akan alat peraga beserta karakteristik alat peraga yang diinginkan responden.
Responden yang dituju ialah guru kelas I. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan
disajikan dalam tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan
No.
1
2
3
4
No.
Item
1 dan 2
3
Indikator
Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca dan menulis.
Pengadaan alat peraga membaca dan menulis dengan memanfaatkan
benda-benda di sekitar.
4, 5, 6, Karakteristik alat peraga membaca dan menulis yang kontekstual,
7,
8, menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education.
dan 9
10
Peran alat peraga membaca dan menulis dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Keempat indikator dalam tabel 3.6 dikembangkan menjadi 10 pertanyaan
yang disusun dalam kuesioner analisis kebutuhan.
3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk
Kuesioner validasi produk disusun untuk mengetahui kelayakan produk
yang dikembangkan. Kuesioner validasi produk diisi oleh ahli pembelajaran
Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuesioner diisi oleh para ahli
setelah peneliti mempresentasikan penggunaan alat peraga. Kisi-kisi kuesioner
validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk
Indikator
Autoeducation
Kontekstual
Menarik
Bergradasi
Autocorrection
Aspek yang dinilai
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa dalam
membaca dan menulis permulaan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara
mandiri.
Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat ditemukan
di lingkungan sekitar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara mandiri
oleh sekolah/guru.
Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk
mempelajari kompetensi dasar lain.
Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa
menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa
menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan.
No.
Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Selain validasi produk yang berupa alat peraga, produk yang berupa album
alat peraga juga divalidasi. Album alat peraga divalidasi oleh ahli pembelajaran
Montessori dan ahli Bahasa. Berikut aspek-aspek yang dinilai dalam validasi
album disajikan dalam tabel 3.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.8 Aspek Penilaian Album Alat Peraga
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aspek yang Dinilai
Kesesuaian bahasa dengan kaidah bahasa Indonesia baku
Kejelasan kalimat
Pemilihan ukuran huruf
Pemilihan jenis huruf
Kelengkapan isi album
Keruntutan langkah kegiatan
Pemilihan ukuran gambar
Kejelasan gambar
Kesesuaian langkah kegiatan dengan gambar yang dicantumkan
Kesesuaian perilaku dalam langkah kegiatan dengan perkembangan siswa
Setelah seluruh kuesioner divalidasi oleh para ahli, peneliti mendapatkan
hasil validasi kemudian mengolah data tersebut. Melalui hasil validasi konstruk
yang dilakukan oleh para ahli tersebut diperoleh hasil rerata skor. Hasil rerata skor
validasi kuesioner analisis kebutuhan dapat dilihat pada tabel 4.12 halaman 68.
Rerata hasil validasi kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 4.32
halaman 87.
Selain melalui uji validitas kontruk, kuesioner analisis kebutuhan perlu
diuji keterbacaannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman
guru terhadap kalimat pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner. Melalui uji
keterbacaan tersebut diperoleh hasil rerata skor yang dapat dilihat pada tabel 4.14
halaman 69.
3.6.3.3 Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga
Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga disusun untuk mengetahui
tanggapan guru dan siswa terhadap alat peraga setelah uji coba terbatas. Kuesioner
diisi oleh guru dan salah satu siswa kelas I. Kisi-kisi kuesioner tanggapan
mengenai alat peraga untuk guru dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Guru mengenai Alat Peraga
Indikator
Autoeducation
Kontekstual
Aspek yang dinilai
Membantu siswa dalam membaca dan menulis permulaan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara
mandiri.
Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat ditemukan
di lingkungan sekitar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara mandiri
oleh sekolah/guru.
No.
Item
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Indikator
Menarik
Bergradasi
Autocorrection
No.
Item
5
Aspek yang dinilai
Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk
mempelajari kompetensi dasar lain.
Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa
menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa
menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan.
6
7
8
9
10
11
Selain untuk guru, kuesioner tanggapan mengenai alat peraga juga
ditujukan kepada siswa. Kisi-kisi kuesioner tanggapan mengenai alat peraga untuk
siswa dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Kuesioner Tanggapan untuk Siswa mengenai Alat Peraga
Indikator
Autoeducation
Kontekstual
Menarik
Bergradasi
Autocorrection
Aspek yang dinilai
Membantu siswa dalam membaca dan menulis permulaan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan siswa secara
mandiri.
Bahan pembuatan alat peraga membaca dan menulis dapat
ditemukan di lingkungan sekitar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat diproduksi secara
mandiri oleh sekolah/guru.
Warna alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Bentuk alat peraga membaca dan menulis dapat membuat siswa
tertarik belajar.
Cara kerja alat peraga membaca dan menulis dapat membuat
siswa tertarik belajar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat digunakan untuk
mempelajari kompetensi dasar lain.
Alat peraga membaca dan menulis memiliki berat yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa
menemukan kesalahan sendiri ketika mengerjakan soal latihan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat membantu siswa
menemukan jawaban yang benar ketika mengerjakan soal latihan.
No.
Item
2 dan 6
1
12
13
3
4
9
5 dan 7
8
10
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Sebelum kuesioner tersebut diberikan kepada responden, kuesioner
melewati tahap uji keterbacaan terlebih dahulu. Uji keterbacaan dilakukan oleh
guru SD setara. Hal ini dilakukan agar guru maupun siswa dapat memahami
kalimat penyataan dalam kuesioner dengan mudah. Hasil rerata skor yang
diperoleh dari uji keterbacaan kuesioner tanggapan untuk guru dan siswa disajikan
dalam tabel 4.34 halaman 89.
3.6.4 Soal Tes
Dalam penelitian ini, instrumen tes digunakan sebagai pretest dan posttest.
kedua tes tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah uji coba terbatas dengan alat peraga. Peneliti menyusun tes tersebut
berdasarkan Kompetensi Dasar membaca dan menulis untuk kelas I semester
ganjil. Kompetensi Dasar membaca yang diambil ialah 3.1 Membaca nyaring suku
kata dan kata dengan lafal yang tepat dan 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana
dengan lafal dan intonasi yang tepat. Sedangkan Kompetensi Dasar untuk menulis
antara lain 4.2 Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
dan 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis
dengan benar.
Soal tes terdiri dari dua jenis tes yang dijadikan satu dalam satu kali tes.
Kedua jenis tes tersebut adalah tes membaca dan tes menulis. Dalam tes membaca,
kemampuan siswa dalam membaca suku kata, kata, dan kalimat diukur dengan
kriteria yang telah disusun. Sedangkan tes menulis merupakan jenis tes
kompetensi berbahasa Indonesia produktif (Nurgiyantoro, 2010: 351-422). Dalam
tes kompetensi menulis, tugas yang diberikan berdasarkan rangsangan suara,
bentuk-bentuk huruf, dan kalimat. Melalui bentuk-bentuk huruf, siswa
menebalkan bentuk huruf alfabet sesuai dengan arah penulisannya. Sedangkan
melalui kalimat, siswa menulis kembali kalimat pendek dengan posisi penulisan
yang sesuai garis. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada tabel 3.11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Soal Tes
Tes Membaca
Kompetensi Dasar
Indikator
3.1 Membaca nyaring suku 3.1.1 Membaca suku kata yang
kata dan kata dengan lafal yang bentuknya hampir mirip.
tepat.
3.1.2 Membaca suku kata yang
artikulasi bunyinya sama.
3.1.3 Membaca kata dengan dua suku
kata yang sama.
3.1.4 Membaca kata dengan dua suku
kata yang berbeda.
3.2 Membaca nyaring kalimat 3.2.1 Membaca kalimat pendek yang
sederhana dengan lafal dan terdiri dari 2-3 kata.
intonasi yang tepat.
Tes Menulis
4.2 Menebalkan
berbagai
bentuk gambar, lingkaran, dan
bentuk huruf
4.3 Mencontoh huruf, kata,
atau kalimat sederhana dari
buku atau papan tulis dengan
benar
4.2.1 Menebalkan bentuk huruf a- z
sesuai dengan arah menulis yang
benar.
4.3.1 Menulis kata dengan suku kata
sama melalui dikte.
4.3.2 Menulis kata dengan suku kata
berbeda melalui dikte.
4.3.3 Menulis kata dengan tiga suku
kata melalui dikte.
4.3.4 Menulis kata yang terdapat
huruf mati melalui dikte.
4.3.5 Menulis kembali sesuai garis
kalimat pendek yang terdiri dari 2-3
kata.
No.
Item
1
Bentuk
Tes
2
3
4
Membaca
suku kata,
kata, dan
kalimat
7
dan
8
126
Menulis
abjad
3
4
5
6
Menulis
kata dan
kalimat
7
dan
8
Sebelum instrumen tes diberikan kepada siswa, instrumen tes divalidasi
terlebih dahulu. Tes yang valid adalah tes yang mampu mengukur apa yang
hendak diukur (Djaali dalam Sudaryono, dkk., 2013: 104). Validitas yang
dilakukan adalah validitas isi dan validitas kontruk. Validitas isi mencakup hal-hal
yang berkaitan dengan apakah butir-butir tes itu menggambarkan pengukuran
dalam cakupan yang ingin diukur (Kusaeri & Suprananto, 2012:79-81).
Sedangkan dalam validitas konstruk, instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek
yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, yang dikonsultasikan dengan
ahli (Sugiyono, 2012: 125). Uji validitas isi dan konstruk dilakukan dengan para
ahli Bahasa Indonesia dan guru dengan menilai kesesuaian indikator dengan item
tes serta tata bahasa yang digunakan. Tabel penilaian validitas isi dan konstruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dapat dilihat pada tabel 3.12. Hasil dari uji validitas isi dan konstruk dapat dilihat
pada tabel 4.22 halaman 81.
Tabel 3.12 Penilaian Validitas Isi dan Validitas Konstruk Instrumen Tes
Indikator
Membaca
3.1.1 Membaca suku kata yang bentuknya hampir
mirip.
3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya
sama.
3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama.
3.1.4 Membaca kata dengan dua suku kata yang
berbeda.
3.2.1 Membaca kalimat pendek yang terdiri dari 2-3
kata.
Menulis
4.2.1 Menebalkan bentuk huruf a- z sesuai dengan
arah menulis yang benar.
Item Soal
1. ba bi da di
2. pa pi pa di
3. pa pa ba ba
4. ba ju ba yu
7. ini mama mina
8. bona bawa mangga
abcdefghIjklmnopqrstuvw
xyz
4.3.1 Menulis kata dengan suku kata sama melalui 3. pa pa ba ba
dikte.
4.3.2 Menulis kata dengan suku kata berbeda melalui 4. ba ju ba yu
dikte.
4.3.3 Menulis kata dengan tiga suku kata melalui 5. se pa tu ba ru
dikte.
4.3.4 Menulis kata yang terdapat huruf mati melalui 6. man di pa gi
dikte.
4.3.5 Menulis kembali sesuai garis kalimat pendek 7. ini mama mina
yang terdiri dari 2-3 kata.
8. bona bawa mangga
Setelah melalui tahap validasi isi dan konstruk dengan ahli, peneliti
mendapatkan masukan dari guru untuk menambahkan tes isian yang berupa
melengkapi huruf. Saran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23 halaman 82. Oleh
karena itu, peneliti memberi tambahan satu jenis tes yaitu tes isian. Tes isian
melengkapi merupakan suatu bentuk tes objektif yang terdiri dari pernyataanpernyataan yang sengaja dihilangkan sebagian unsurnya (Nurgiyantoro, 2010:
135). Peneliti menyusun enam item tes isian yang berupa melengkapi huruf
berdasarkan gambar. Kisi-kisi tes isian dapat dilihat pada tabel 3.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3.13 Kisi-Kisi Tes Isian
Item Pernyataan
Jeruk
Anggur
Buku
Pensil
Pisang
Sepatu
No. Item
1
2
3
4
5
6
Instrumen tes yang sudah divalidasi kemudian melalui tahap uji empiris.
Uji empiris dilakukan kepada siswa kelas I di SD setara. Data dari uji empiris
diolah dengan program SPSS 20 for Windows untuk menganalisis item soal agar
memperoleh item yang valid. Butir-butir soal divalidasi dengan SPSS 20 for
Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan dalam SPSS
adalah jika angka signifikansi hasil riset < 0,05 maka hubungan kedua variabel
signifikan. Sedangkan jika hasil riset > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan (Sarwono, 2010: 118). Rekapitulasi hasil pengolahan item tes dengan
SPSS 20 for Windows disajikan dalam tabel 4.25, 4.26, 4.27, halaman 84-85.
Selain uji validitas, instrumen tes melalui uji reliabilitas dengan SPSS 20
for Windows. Uji reliabilitas bertujuan untuk memperkuat hasil pengukuran suatu
instrumen. Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya.
Uji reliabilitas soal menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas
menurut Sugiyono (2011:131) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.14. Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono (2011: 131)
Interfal Koefisien Reliabilitas
0,91-1,00
0,71-0,90
0,41-0,70
0,21-0,40
Negatif-0,20
Kualitatif
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Setelah melalui tahap pengujian validitas dan reliabilitas, instrumen tes
diuji keterbacaannya. Uji keterbacaan dilakukan oleh guru dan siswa kelas I SD
setara. Hasil uji keterbacaan disajikan dalam tabel 4.31 halaman 87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3.7 Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Sugiyono, 2012: 241). Sugiyono (2012: 241) membedakan triangulasi
menjadi dua macam yaitu triangulasi teknik dan trangulasi sumber. Triangulasi
teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber, berarti untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik tersebut.
Triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Berikut bagan 3.3
Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan.
Observasi
Wawancara
Kuesioner
Data Analisis Kebutuhan
Bagan 3.3 Bagan Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan
Berdasarkan bagan 3.3, peneliti memperoleh data analisis kebutuhan
melalui teknik observasi, wawancara, dan kuesioner. Data tersebut digunakan
sebagai bahan pertimbangan mengembangkan alat peraga. Hasil triangulasi teknik
disajikan dalam bagan 4.2 halaman 79.
Selain triangulasi teknik, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Sumber yang digunakan yakni kepala sekolah, guru, dan siswa. Triangulasi
sumber dilakukan dengan wawancara untuk mengidentifikasi permasalahan
mengenai pembelajaran membaca dan menulis permulaan dan ketersediaan alat
peraga. Hasil wawancara disajikan dalam bagan 4.1 halaman 68. Berikut bagan
3.4 triangulasi sumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Wawancara
Kepala Sekolah
Guru
Siswa
Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinfornasikan kepada
oranglain (Bogdan dalam Sugiyono, 2012: 244). Data yang diperoleh berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini, data kuantitatif diperoleh dari
validasi pedoman observasi, validasi pedoman wawancara, validasi kuesioner
analisis kebutuhan, validasi kuesioner validasi produk, uji keterbacaan kuesioner,
uji keterbacaan kuesioner tanggapan penggunaan alat peraga, uji keterbacaan soal
tes, uji empiris soal tes, dan uji coba terbatas pretest dan posttest. Sedangkan data
kualitatif diperoleh dari hasil validasi kuesioner, validasi observasi, dan validasi
wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan, hasil observasi, dan hasil
wawancara. Berikut adalah uraian teknik analisis dari data kuantitatif dan data
kualitatif.
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif menggunakan skala Likert 1-4. Penyekalaan
Likert merupakan metode penyekalaan sikap yang menggunakan distribusi
jawaban sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Kusaeri & Suprananto, 2012:
221). Dalam penelitian ini, skala Likert digunakan dalam berbagai validasi
instrumen dengan penggunaan kriteria yang berbeda-beda tergantung kebutuhan
penilaiannya. Berikut instrumen penelitian beserta skala dan kriterianya.
Skala dan kriteria untuk validasi instumen non tes yang berupa pedoman
observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan, dan kuesioner
validasi produk disajikan dalam tabel 3.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.15 Skala dan Kriteria Validasi Instrumen Non Tes
Nilai
Kriteria
4
Item sudah layak digunakan tanpa diperbaiki
3
Item sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki
2
Item kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki
1
Item tidak layak digunakan
Skala dan kriteria untuk uji validitas isi dan konstruk instrumen tes berupa
soal disajikan dalam tabel 3.16.
Tabel 3.16 Skala dan Kriteria Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrumen Tes
Nilai
Bobot
4
Item soal sesuai dengan indikator dan tidak perlu diperbaiki
3
Item soal sesuai dengan indikator namun perlu diperbaiki
2
Item soal belum sesuai dengan indikator dan perlu diperbaiki
1
Item soal tidak layak digunakan
Skala dan kriteria untuk uji keterbacaan instrumen tes untuk siswa
disajikan dalam tabel 3.17.
Tabel 3.17 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Instrumen Tes
Nilai
Bobot
4
Suku kata/kata yang digunakan sangat jelas dan mudah dipahami
3
Suku kata/kata yang digunakan jelas tetapi sulit dipahami
2
Suku kata/kata yang digunakan kurang jelas dan sulit dipahami
1
Suku kata/kata yang digunakan tidak jelas dan sulit dipahami
Skala dan kriteria untuk uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan,
kuesioner tanggapan penggunaan alat peraga, dan wawancara analisis kebutuhan
disajikan dalam tabel 3.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3.18 Skala dan Kriteria Uji Keterbacaan Kuesioner dan Wawancara
Nilai
Kriteria
4
Kalimat yang digunakan sangat jelas dan mudah dipahami
3
Kalimat yang digunakan jelas tetapi sulit dipahami
2
Kalimat yang digunakan kurang jelas dan sulit dipahami
1
Kalimat yang digunakan tidak jelas dan sulit dipahami
Skala dan kriteria untuk kuesioner validasi produk alat peraga oleh ahli
disajikan dalam tabel 3.19.
Tabel 3.19 Skala dan Kriteria Kuesioner Produk Oleh Ahli
Nilai
Kriteria
4
Alat peraga sesuai dengan aspek yang dinilai dan tidak perlu diperbaiki
3
Alat peraga sesuai dengan aspek yang dinilai namun terdapat kekurangan
yang perlu diperbaiki
Alat peraga kurang sesuai dengan aspek yang dinilai sehingga perlu
diperbaiki
Alat peraga tidak sesuai dengan aspek yang dinilai sehingga perlu diganti
2
1
Skala dan kriteria untuk kuesioner validasi produk berupa album alat
peraga oleh ahli disajikan dalam tabel 3.20.
Tabel 3.20 Skala dan Kriteria Validasi Album Alat Peraga oleh Ahli
Nilai
Kriteria
4
Sangat baik dan tidak perlu diperbaiki
3
Baik, namun perlu diperbaiki
2
Cukup baik dan perlu diperbaiki
1
Kurang baik dan tidak layak digunakan
Skala dan kriteria untuk kuesioner tanggapan mengenai penggunaan alat
peraga oleh guru disajikan dalam tabel 3.21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 3.21 Skala dan Kriteria Kuesioner Tanggapan Penggunaan Alat Peraga
Guru
Siswa
Nilai
Kriteria
Nilai
Keterangan
Jawaban
1
Ya
4
Alat peraga sangat sesuai dengan pernyataan
3
Alat peraga sesuai dengan pernyataan namun 0
terdapat kekurangan
Alat peraga kurang sesuai dengan pernyataan
sehingga perlu diperbaiki
Alat peraga tidak sesuai dengan pernyataan sehingga
kurang layak digunakan
2
1
Tidak
Instrumen yang telah diberi penilaian kemudian diolah untuk memperoleh
rerata skor. Hasil perolehan rerata penilaian dihitung dengan rumus 3.1.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
∑ 𝑖𝑡𝑒𝑚
Rumus 3.1. Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert
Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif
berdasarkan acuan dari Widoyoko (2014: 144). Konversi tersebut disajikan pada
tabel 3.22. Konversi berlaku untuk seluruh hasil validasi instrumen tes dan non
tes.
Tabel 3.22 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor
3,26 - X - 4,00
2,51 - X - 3,25
1,76 - X - 2,50
1,00 - X - 1,75
Kategori
Sangat Baik
Baik
Kurang
Sangat Kurang
Dalam pengolahan data hasil kuesioner analisis kebutuhan, dilakukan
perhitungan persentase jawaban responden pada kuesioner. Untuk memperoleh
persentase
jawaban
kuesioner,
jawaban
kuesioner
kemudian
dihitung
persentasenya dengan menggunakan rumus dari Supraktiknya (2012:128). Rumus
perhitungan persentase jawaban kuesioner adalah rumus 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 =
∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏
𝑥 100%
∑ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Rumus 3.2. Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner
Analisis berikutnya adalah analisis untuk soal pretest dan posttest.
Penilaian menggunakan teknik penskoran dengan interval skor 1-3 untuk tes
menulis kecuali menulis abjad. Tes menulis abjad menggunakan penskoran 1-0,
dan interval skor 1-4 untuk tes membaca. Berikut adalah skala dan kriteria untuk
penilaian tes disajikan dalam tabel 3.23.
Tabel 3.23 Skala dan Kriteria Penilaian Tes
Jenis Tes Bentuk Tes Skor/
Kriteria
Skala
Menulis
0
Siswa belum mampu menebalkan huruf dengan rapi
Abjad
1
Siswa menebalkan huruf dengan jelas, rapi dan
sesuai garis
1
Siswa mengisi bagian rumpang dengan huruf dan
penulisan yang belum benar.
2
Siswa mengisi bagian rumpang dengan huruf yang
Tes isian
tepat tetapi penulisan belum benar.
Tes
3
Siswa mengisi bagian rumpang dengan huruf yang
Menulis
tepat dan dengan penulisan yang benar.
1
Siswa belum menuliskan kembali secara lengkap
dan tanpa penulisan yang benar.
Menulis
suku kata,
2
Siswa menuliskan kembali secara lengkap dan
kata, dan
dengan penulisan benar.
kalimat
3
Siswa menuliskan kembali secara lengkap dan
dengan penulisan benar.
1
Siswa membaca dengan menguasai dua aspek
2
Siswa membaca dengan menguasai tiga aspek
Membaca
3
Siswa membaca dengan menguasai empat aspek
Tes
suku kata,
4
Siswa membaca dengan menguasai lima aspek
Membaca kata, dan
(benar/sesuai dengan yang ditulis, lancar, intonasi
kalimat
jelas, nyaring, tanpa menujuk suku kata/kata/kalimat
yang ditulis).
Penghitungan skor akhir dari tes menulis dan tes membaca dilakukan
secara terpisah. Untuk tes menulis, skor yang diperoleh dari menulis abjad, tes
isian, dan menulis suku kata/kata/kalimat ditotal dan diperoleh skor akhir dari tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
menulis. Sedangkan untuk tes membaca, skor yang diperoleh dari membaca suku
kata/kata/kalimat ditotal dan diperoleh skor akhir dari tes membaca. Nilai akhir
membaca dan menulis pada pretest dan posttest setiap siswa dihitung dengan
rumus 3.3.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 100
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Rumus 3.3 Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest
3.8.2 Analisis Data Kualitatif
Analisis data secara kualitatif dilakukan pada instrumen analisis kebutuhan
untuk guru, kuesioner validasi produk, observasi, dan wawancara kepala sekolah,
guru, dan siswa. Untuk analisis kuesioner, peneliti melakukan analisis dengan cara
pertama, membuat kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, menghitung
berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks. Ketiga,
membandingkan dengan data kuantitatif yang ada (Creswell, 2012: 328-329).
Sedangkan untuk memperoleh hasil observasi dan wawancara, data diolah
dengan cara pertama, membaca transkrip wawancara/observasi yang sudah
disusun secara berulang-ulang dan dengan pemahaman yang baik. Kedua,
menemukan kata kunci. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi atau
kesimpulan sementara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema dari daftar
yang telah dibuat (Poerwandari dalam Supratiknya, 2012: 117). Selanjutnya data
diolah dengan teknik triangulasi, baik triangulasi teknik maupun triangulasi
sumber. Dengan demikian, data yang diperoleh semakin lengkap dan akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab 4 ini menguraikan penjelasan dari bab sebelumnya. Uraian tersebut
terdiri dari hasil dan pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
Subbab ini menguraikan proses penelitian yang meliputi potensi masalah,
penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji
coba lapangan terbatas.
4.1.1 Potensi Masalah
Pada potensi masalah, peneliti menguraikan identifikasi masalah dan
analisis kebutuhan.
4.1.1.1 Identifikasi Masalah
Peneliti melakukan identifikasi masalah dengan teknik observasi dan
wawancara. Permasalahan yang diidentifikasi yaitu masalah yang berkaitan
dengan ketersediaan alat peraga di kelas dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembelajaran membaca dan menulis. Hasil dari observasi dan wawancara
kemudikan dikaji dengan menggunakan triangulasi data.
4.1.1.1.1
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk mengamati ketersediaan alat peraga dan
pembelajaran membaca dan menulis di kelas I SD N Karangwuni 1. Kisi-kisi
observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 39. Sebelum pedoman observasi
digunakan, pedoman tersebut divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Hasil validasi
pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli
Ahli
Bahasa Indonesia
Guru
Rerata
1
4
3
No. Item
2 3 4
4 4 4
4 3 4
58
Total
Rerata
16
14
15
4
3,5
3,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dilihat dari tabel 4.1, rerata skor yang diperoleh sebesar 3,75. Berdasarkan
tabel 3.22 halaman 60 pedoman observasi memiliki rerata skor di atas 3,26 yang
artinya pedoman tersebut masuk ke dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu,
pedoman observasi dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi
pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 112. Setelah pedoman
observasi divalidasi, peneliti melakukan observasi pembelajaran membaca dan
menulis dan ketersediaan alat peraga di kelas I SD N Karangwuni 1. Observasi
dilaksanakan pada tanggal 14 September 2015. Lembar hasil observasi disajikan
dalam tabel 4.2 dan dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 114.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga dan
Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas I
Objek yang diamati
Adanya alat peraga yang
didisplay untuk membaca
dan menulis di kelas.
Guru menggunakan alat
peraga membaca dan
menulis di kelas.
Guru menjelaskan cara
penggunaan alat peraga
membaca dan menulis
kepada siswa.
Jawaban
Ada
Siswa
melakukan
kesalahan
dalam
membaca di kelas.
Siswa
melakukan
kesalahan dalam menulis.
Siswa
melakukan
aktivitas lain selain yang
diminta guru.
Ya
Catatan
Berupa balok huruf dan alat permainan susun
kalimat.
Tidak
Alat peraga sedang tidak digunakan
Tidak
Guru mendikte kata kemudian siswa menulis
kata yang didikte tersebut. Guru memberi contoh
menulis tegak bersambung pada buku masingmasing siswa kemudian siswa menulis kembali
huruf yang ditulis guru.
Satu siswa membaca kata toti menjadi topi, biru
menjadi baru.
Ya
Satu siswa menulis kata topi menjadi tofi.
Ya
Satu siswa memainkan peraut dan mobilmobilan.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa
ketersediaan alat peraga membaca dan menulis permulaan masih terbatas dan
tidak
digunakan
secara
optimal.
Sehingga
kurang
mendukung
dalam
meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran membaca dan menulis yang menarik
dan mudah bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dimana siswa
melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan membaca dan menulis.
Permasalahan yang dialami beberapa siswa belum dapat diatasi secara optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
apabila guru hanya menggunakan teknik dikte dalam belajar membaca dan
menulis.
4.1.1.1.2
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I, dan dua siswa
kelas I. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh ahli Bahasa Indonesia dan guru
SD setara. Wawancara pertama dilakukan dengan kepala sekolah. Rencana
wawancara dapat dilihat pada tabel 3.2 halaman 40. Sedangkan hasil validasi
pedoman wawancara disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Ahli
Bahasa
Indonesia
Guru
No. Item
7 8 9 10
4 4 4 4
1
4
2
3
3
4
4
4
5
3
6
4
3
4
4
4
3
4 4 4
Rerata
3
4
11
3
12
4
13 14
3 3
4
4
4
3
Total
Rerata
51
3,64
52
45,5
3,71
3,68
Berdasarkan tabel 4.3, validasi pedoman wawancara kepala sekolah
memperoleh rerata skor 3,68 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh
karena itu, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi
pedoman wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 115.
Selain memberikan skor penilaian, ahli Bahasa Indonesia memberikan komentar
terhadap instrumen yang disajikan pada tabel 4.4. Komentar tersebut menjadi
bahan pertimbangan dalam melakukan revisi terhadap instrumen.
Tabel 4.4 Revisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia
No.
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Item
2
Berapa persen siswa yang Perlu ditambah „Jika ya,‟
memiliki
permasalahan pada awal pertanyaan
tersebut?
untuk menyambungkan
dengan
pertanyaan
sebelumnya
5
Apakah siswa memiliki Tambahkan alasan
ketertarikan dalam hal
membaca dan menulis?
Sesudah Perbaikan
Jika ya, berapa persen
siswa yang memiliki
permasalahan tersebut?
Apakah siswa memiliki
ketertarikan dalam hal
membaca dan menulis?
Jika
ya,
apakah
alasannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
No.
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Item
11
Apakah dalam kegiatan Tambahkan kata „siswa‟
membaca dan menulis
menggunakan alat peraga?
13
14
Apakah
pernah
dilakukannya
penelitian
yang berkaitan dengan alat
peraga?
Apa saja metode yang
digunakan dalam penelitian
tersebut?
Sesudah Perbaikan
Apakah dalam kegiatan
membaca dan menulis
siswa menggunakan alat
peraga?
„pernah
dilakukannya‟ Apakah penelitian yang
lebih baik diganti dengan berkaitan dengan alat
„pernah dilakukan di peraga pernah dilakukan
SD…‟
di SD N Karangwuni?
Tambahkan „Jika ya‟
Jika ya, apa saja metode
yang digunakan dalam
penelitian tersebut?
Setelah instrumen direvisi, peneliti melakukan wawancara dengan kepala
SD N Karangwuni 1 yang dilaksanakan tanggal 29 September 2015. Berikut hasil
wawancara dengan kepala sekolah dituangkan dalam tabel 4.5. Transkrip
wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 121.
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Topik
pertanyaan
Informasi
berkaitan
dengan
permasalahan
membaca dan
menulis.
No.
Item
1, 2, 3,
4, dan 5
Ketersediaan
alat peraga di
sekolah
6, 7, 8,
9, dan
10
Penggunaan alat
peraga membaca
dan
menulis
dalam
pembelajaran
Penelitian yang
pernah
dilakukan
di
sekolah
berkaitan
dengan
alat
peraga.
11 dan
12
13 dan
14
Hasil Wawancara
Dalam setiap tahunnya, terdapat permasalahan membaca dan
menulis di SD N Karangwuni 1. Sebanyak 50 % siswa
mengalami permasalahan tersebut. Permasalahan yang muncul
antara lain siswa belum hafal huruf yang menyebabkan kesulitan
merangkai huruf menjadi kata atau kalimat. Permasalahan
disebabkan karena beberapa siswa ada yang tidak mengalami
masa TK dan memiliki kemampuan menghafal yang rendah
sehingga siswa kurang minat dalam membaca dan menulis
Alat peraga untuk membaca dan menulis yang ada di sekolah
berupa potongan kartu, potongan huruf, dan balok huruf. Tidak
setiap tahun sekolah melakukan pengadaan alat peraga, biasanya
ada bantuan dari dinas atau guru membuat sendiri. Alat peraga
tersebut disimpan dengan baik walaupun beberapa sudah rusak.
Alat peraga membaca dan menulis digunakan dalam
pembelajaran. Alat peraga digunakan secara klasikal di kelas
walaupun belum optimal.
Belum ada penelitian terkait alat peraga di SD N Karangwuni 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Wawancara kedua dilakukan dengan guru kelas I. Rencana wawancara
dengan guru kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3 halaman 41. Pedoman wawancara
telah divalidasi oleh ahli dengan hasil yang dituangkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru
Ahli
Bahasa
Indonesia
Guru
No. Item
8 9 10
4 4 4
1
3
2
4
3
2
4
3
5
4
6 7
3 2
4
4
4
4
4
3 4 4 3
Rerata
4
11
3
12
4
13 14 15
4 3 3
4
4
4
4
4
Total
Rerata
50
3,34
58
54
3,87
3,6
Hasil validasi pedoman wawancara dalam tabel 4.6 menunjukkan rerata
skor sebesar 3,6. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Maka,
pedoman wawancara dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi
pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 115. Dalam validasi
pedoman wawancara, ahli Bahasa Indonesia juga memberikan komentar yang
dituangkan dalam tabel 4.7. Komentar dari ahli Bahasa Indonesia menjadi
pertimbangan peneliti untuk melakukan revisi.
Tabel 4.7 Revisi Pedoman Wawancara Guru
berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia
No.
Item
1
3
4
6
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Sesudah Perbaikan
Apakah di kelas terdapat
alat
peraga
untuk
membaca dan menulis
dalam proses belajar
mengajar?
Alat
peraga
yang
diadakan apakah beli dari
luar
atau
membuat
sendiri?
Bagian „dalam proses
belajar mengajar‟ diganti
dengan „untuk digunakan
dalam pembelajaran
Apakah dalam kegiatan
membaca dan menulis
menggunakan
alat
peraga?
Apakah guru mengalami
kesulitan
dan
membimbing
siswa
membaca dan menulis?
Tambahkan kata „siswa‟
setelah
kata
„menggunakan‟
Apakah di kelas terdapat
alat
peraga
untuk
membaca dan menulis
untuk digunakan dalam
pembelajaran?
Alat peraga yang diadakan
apakah beli dari luar atau
membuat sendiri? Jika ya,
darimana
guru
mendapatkan alat peraga
tersebut?
Apakah dalam kegiatan
membaca dan menulis
siswa menggunakan alat
peraga?
Apakah guru mengalami
kesulitan
dalam
membimbing siswa untuk
membaca dan menulis?
Tambahkan
„Jika
ya,
darimana
guru
mendapatkan alat peraga
tersebut?‟
di
akhir
pertanyaan
Kata „dan‟ diganti dengan
„dalam‟ lalu tambahkan
„untuk‟ setelah kata siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
No.
Item
7
11
14
15
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Apa saja bentuk kesulitan Ganti pertanyaan dengan
yang dialami?
„Kesulitan apa saja yang
dialami
guru
dalam
membimbing siswa untuk
membaca dan menulis?‟
Apa saja bentuk kesulitan Ganti pertanyaan dengan
yang dialami siswa?
„Kesulitan apa saja yang
dialami
siswa
dalam
membaca dan menulis?‟
Apakah guru mencoba Tambahkan
„yang
menggunakan
metode beragam‟ setelah kata
untuk membantu siswa metode
membaca dan menulis?
Metode apa saja yang Perlu direvisi menjadi
digunakan?
„Metode apa saja yang
digunakan oleh guru untuk
membantu siswa membaca
dan menulis‟
Sesudah Perbaikan
Kesulitan apa saja yang
dialami oleh guru dalam
membimbing siswa untuk
membaca dan menulis?
Kesulitan apa saja yang
dialami
siswa
dalam
membaca dan menulis?
Apakah guru mencoba
menggunakan
metode
yang
beragam
untuk
membantu siswa membaca
dan menulis?
Metode apa saja yang
digunakan oleh guru untuk
membantu siswa membaca
dan menulis?
Setelah melakukan revisi, peneliti melakukan wawancara dengan guru SD
N Karangwuni 1 yang dilaksanakan tanggal 14 September 2015. Hasil wawancara
dengan guru dituangkan dalam tabel 4.8. Sedangkan transkrip wawancara dapat
dilihat pada lampiran 1.5 halaman 124.
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru
Topik
pertanyaan
Ketersediaan
alat peraga di
sekolah
No.
Item
1, 2, dan
3
Penggunaan alat
peraga membaca
dan
menulis
dalam
pembelajaran
Kesulitan yang
dialami
guru
dalam
membimbing
siswa membaca
dan menulis
4 dan 5
6, 7, dan
8
Hasil Wawancara
Di kelas I SD N Karangwuni terdapat alat peraga seperti kotak
huruf dan alat permainan susun kalimat. Alat peraga diperoleh
dari dinas, apabila buat sendiri hanya dari bahan sederhana
seperti kertas.
Alat peraga tidak selalu digunakan. Ketika digunakan, siswa
mempergunakan alat peraga secara klasikal dan bergantian
karena keterbatasan alat peraga di kelas. Alat peraga yang sering
digunakan yaitu kotak huruf
Guru kesulitan menarik minat siswa untuk menyukai membaca
dan menulis karena melihat dari kemampuan siswa sendiri yang
masih rendah dan siswa yang terlihat bosan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Topik
No.
pertanyaan
Item
Kesulitan
9, 10, 11
belajar
yang dan 12
dialami
siswa
dalam membaca
dan menulis
Usaha
yang 13, 14,
dilakukan untuk dan 15
mengatasi
kesulitankesulitan
tersebut.
Hasil Wawancara
Siswa kesulitan dalam merangkai huruf, membaca kata masih
terbalik-balik, bahkan ada satu siswa dimana ketika diminta
membaca tidak terdengar suaranya. Satu siswa lagi mengalami
kesulitan membaca dan menulis karena memiliki keterbatasan
fisik dan kemampuan kognitif yang rendah.
Biasanya guru menggunakan metode Iqro untuk belajar
membaca dan menulis. Terkadang guru juga menggunakan alat
peraga yang ada di kelas.
Wawancara ketiga dilakukan dengan siswa kelas I. Rencana wawancara
dapat dilihat pada tabel 3.4 halaman 41. Sama halnya dengan pedoman wawancara
kepala sekolah dan guru, pedoman wawancara siswa juga divalidasi oleh ahli.
Hasil validasi disajikan dalam tabel 4.9 dan lembar hasil validasi pedoman
wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 115.
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa
Ahli
Bahasa
Indonesia
Guru
8
4
No. Item
9 10 11
- -
1
4
2
4
3
3
4
3
5
4
6
4
7
4
4
4
3
3
3
3
3 3 3
Rerata
3
3
12
4
13 14 15 16
4 3 4 3
3
3
3
3
3
Total
Rerata
48
3,69
50
49
3,12
3,40
Skor rerata yang diperoleh dengan melihat tabel 4.9 adalah 3,40. Skor
rerata tersebut artinya termasuk dalam sangat baik. Dengan demikian pedoman
wawancara dinyatakan valid dan layak digunakan. Dalam validasi tersebut, ahli
Bahasa Indonesia memberikan tambahan komentar. Komentar dijadikan sebagai
bahan pertimbangan peneliti untuk melakukan revisi terhadap instrumen. Berikut
adalah komentar validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli Bahasa Indonesia
disajikan dalam tabel 4.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.10 Revisi Pedoman Wawancara Siswa
berdasarkan Komentar oleh Ahli Bahasa Indonesia
No.
Item
3
4
12
13
14
15
16
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Bosan
tidak
dengan Ganti dengan „Apakah
pelajaran membaca?
kamu sering merasa
bosan dengan …‟
Pernahkan kamu merasa Ganti dengan „Apakah
lelah ketika menulis?
kamu sering merasa lelah
ketika …‟
Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata
menuliskan kata “budi”?
„menuliskan‟
Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata
menuliskan kata “budi „menuliskan‟
menyanyi”?
Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata
membacakan kedua kata „membacakan‟
itu?
Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata
menuliskan “budi ikut „menuliskan‟
lomba menyanyi”?
Apakah kamu dapat Hapus „kan‟ pada kata
membacakan “budi ikut „membacakan‟
lomba menyanyi”?
Sesudah Perbaikan
Apakah kamu sering
merasa bosan dengan
pelajaran membaca?
Apakah kamu sering
merasa
lelah
ketika
menulis?
Apakah kamu dapat
menulis kata “budi”?
Apakah kamu dapat
menulis
kata
“budi
menyanyi”?
Apakah kamu dapat
membaca kedua kata itu?
Apakah kamu dapat
menulis “budi ikut lomba
menyanyi”?
Apakah kamu dapat
membaca “budi ikut
lomba menyanyi”?
Setelah melakukan revisi, peneliti melakukan wawancara dengan dua
siswa kelas I SD N Karangwuni 1. Wawancara dilakukan pada tanggal 14
September 2015. Hasil wawancara disajikan dalam tabel 4.11 sedangkan transkrip
wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 127.
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa
Topik pertanyaan
No. Item
Tanggapan
terhadap 1, 2, 3, dan 4
kegiatan
membaca
dan
menulis yang selama ini
terjadi.
Penggunaan alat peraga 5, 6, 7, dan 8
untuk membaca dan menulis
Kesulitan
belajar
yang 9, 10, 11, 12,
dialami
siswa
dalam 13, 14, 15, dan
membaca dan menulis
16
Hasil Wawancara
Membaca dan menulis tidak terlalu sulit
tetapi bosan dan capai
Guru pernah menggunakan alat peraga.
Membaca dan menulis cukup sulit
terlebih membaca dan menulis kalimat
yang agak panjang
Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru, siswa, dapat
disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam membaca dan menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
serta ketersediaan alat peraga untuk membaca dan menulis masih terbatas. Bagan
4.1 memperlihatkan triangulasi data dari ketiga narasumber tersebut.
Kepala Sekolah
Guru
Sekolah memiliki alat peraga
Terdapat alat peraga
Bagi
untuk membaca dan menulis
membaca
dan
menulis walaupun tidak terlalu
tetapi penggunaannya dalam
menulis di kelas I.
sulit akan tetapi siswa masih
pembelajaran
belum
Jumlah alat peraga
sering merasa bosan dan lelah.
optimal. Jumlah alat peraga
tersebut terbatas dan
Beberapa
juga terbatas. Permasalahan
dengan kondisi yang
kesulitan. Alat peraga pernah
membaca dan menulis masih
beberapa
sudah
digunakan oleh guru dalam
dialami
Ketika
rusak.
Sebagian
pembelajaran. Akan tetapi guru
peraga,
siswa masih kesulitan
jarang menggunakan padahal
siswa menjadi lebih mudah
dalam membaca dan
siswa
dalam menangkap materi.
menulis.
dengan alat peraga.
masih
siswa.
menggunakan
alat
Siswa
siswa,
lebih
membaca
siswa
senang
dan
masih
belajar
Alat peraga untuk membaca dan menulis
sudah tersedia tetapi dalam penggunaan
dan pengadaannya masih terbatas
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara
Berdasarkan bagan 4.1, diketahui bahwa masih terdapat permasalahan
dalam membaca dan menulis yang dialami oleh siswa. Beberapa siswa masih
merasa kesulitan dalam membaca dan menulis. Selain itu, siswa merasa bosan dan
lelah terlebih ketika menulis. Hal tersebut menjadi permasalahan karena
ketersediaan alat peraga yang terbatas. Alat peraga memang sudah tersedia tetapi
guru jarang menggunakan alat tersebut. Salah satu alasannya adalah karena
kondisi alat peraga yang sudah rusak dan jumlah yang terbatas. Padahal siswa
merasa lebih senang dan mudah memahami materi apabila menggunakan alat
peraga dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara
yang telah dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
membaca dan menulis. Pada saat observasi, peneliti menemukan permasalahan
seperti membaca terbata-bata, kesulitan merangkai huruf (terbalik, menambah atau
mengurangi huruf), kurangnya konsentrasi dan ketertarikan siswa dalam
pembelajaran membaca dan menulis. Ketika peneliti melakukan wawancara
dengan siswa, siswa mengungkapkan bahwa mereka mudah merasa bosan dan
lelah ketika membaca dan menulis.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah penggunaan alat peraga dalam
membaca dan menulis yang belum optimal. Dari hasil observasi, alat peraga untuk
membaca dan menulis sudah ada namun tidak digunakan dengan optimal. Alasan
yang diungkapkan oleh guru ketika wawancara adalah ketersediaan yang terbatas
dan kondisi fisik alat peraga yang sudah rusak. Metode yang selama ini digunakan
oleh guru adalah metode Iqro dimana siswa sudah memiliki buku pegangan yang
menggunakan metode tersebut. Selain menggunakan buku tersebut, guru
menggunakan teknik dikte ketika belajar membaca dan menulis. Guru menuturkan
bahwa tidak setiap pembelajaran membaca dan menulis selalu menggunakan alat
peraga.
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan
4.1.1.2.1
Analisis Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi pembelajaran bahasa
Indonesia kelas I SD N Karangwuni 1 pada tanggal 14 September 2015. Hasil
yang diperoleh adalah siswa mudah bosan, memiliki konsentrasi dan minat yang
rendah. Hal ini terlihat ketika pembelajaran menulis dikte, ada siswa yang
melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan menulis. Aktivitas yang
dilakukan salah satu contohnya adalah memainkan peraut dan mainan mobilmobilan. Selain itu ketika siswa selesai menuliskan satu soal, hal lain yang
dilakukan kemudian adalah berbicara dengan temannya. Sehingga guru harus
mengembalikan perhatian siswa terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke soal
berikutnya. Hal yang terjadi adalah guru harus mengulangi soal yang didikte
sebanyak 2-3 kali karena ada siswa tertentu yang kurang memperhatikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Siswa kelas I cenderung memiliki mobilitas yang tinggi. Hanya siswa
tertentu yang mampu duduk lama dan memperhatikan selama pembelajaran
berlangsung. Siswa lainnya cenderung langsung bergerak melakukan aktivitas lain
yang diinginkan. Ketika guru memeriksa pekerjaan masing-masing siswa secara
bergiliran, siswa lain yang tidak mendapat giliran melakukan aktivitas lain di
dalam kelas seperti berlari, berbicara yang dilakukan dengan teman lainnya.
Dengan demikian, siswa cenderung menyukai aktivitas yang membutuhkan
pergerakan, menyenangkan, dan menarik minat siswa. Karakteristik tersebut
menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner dan wawancara
analisis kebutuhan.
4.1.1.2.2
Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori
Alat peraga Montessori memiliki ciri-ciri antara lain menarik, autoeducation, auto-correction, bergradasi, dan satu ciri tambahan yaitu kontesktual.
Ciri kontekstual karena peneliti menggunakan bahan pembuatan alat peraga dari
benda-benda di sekitar. Ciri menarik, dilihat dari bentuk dan warna yang menarik
bagi siswa. Ciri auto-education, melalui alat peraga tersebut dapat membentuk
pembelajaran mandiri bagi siswa. Ciri auto-correction, dengan alat peraga
tersebut siswa dapat menemukan kesalahannya sendiri dan mampu memperbaiki
sendiri. Ciri bergradasi, dilihat dari gradasi berat dan materi (pemilihan kata) yang
dapat digunakan melalui alat peraga tersebut. Kelima ciri alat peraga Montessori
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kuesioner dan wawancara analisis
kebutuhan.
4.1.1.2.3
Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan
Instrumen yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah kuesioner dan
wawancara. Kuesioner digunakan untuk guru sedangkan wawancara dilakukan
dengan siswa. Kuesioner dan wawancara disusun berdasarkan karakteristik siswa
dan karakteristik alat peraga Montessori. Peneliti mengembangkan 10 pertanyaan
untuk kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan 11 pertanyaan untuk
wawancara analisis kebutuhan siswa. Kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada tabel
3.6 halaman 42. Sedangkan rencana wawancara analisis kebutuhan dapat dilihat
pada tabel 3.5 halaman 41.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Instrumen analisis kebutuhan dapat dipergunakan setelah melalui tahap
validasi untuk menguji kelayakan instrumen. Instrumen analisis kebutuhan
divalidasi oleh ahli Bahasa Indonesia. Berikut adalah hasil validasi kuesioner
analisis kebutuhan untuk guru disajikan pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
Ahli
Bahasa
Indonesia
1
3
2
4
3
4
4
4
No. Item
5 6 7
3 3 3
8
4
9
3
10
4
Total
Rerata
35
3,5
Berdasarkan tabel hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru oleh
ahli, didapatkan rerata skor sebesar 3,5. Rerata skor tersebut termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak
digunakan. Lembar validasi dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 129. Ahli
Bahasa Indonesia memberikan komentar terhadap kuesioner tersebut. Komentar
dari ahli dijadikan sebagai bahan untuk melakukan revisi terhadap instrumen.
Berikut adalah komentar dari ahli Bahasa Indonesia yang disajikan pada tabel
4.13.
Tabel 4.13 Revisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru berdasarkan
Komentar dari Ahli Bahasa Indonesia
No.
Item
1
5
6
7
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Sesudah Perbaikan
Sebut alat peraga yang Benahi kalimat menjadi „Sebut Sebut alat peraga yang
digunakan
dan
berikan alat peraga yang Bapak/Ibu Bapak/Ibu
pernah
penjelasan!
pernah gunakan…‟
gunakan dan berikan
penjelasan!
Menurut Bapak/Ibu apakah Hapus kata „pada alat peraga‟
Menurut
Bapak/Ibu
pemberian warna pada alat
apakah pemberian warna
peraga membuat alat peraga
membuat alat peraga
tersebut lebih menarik?
tersebut lebih menarik?
Di antara 2 pilihan warna di Hapus kata „seperti‟
Di antara 2 pilihan
bawah ini, warna seperti apa
warna di bawah ini,
yang Bapak/Ibu suka untuk
warna
apa
yang
alat peraga?
Bapak/Ibu suka untuk
alat peraga?
Bagaimana salah satu kriteria Pada bagian „Bagaimana salah Manakah kriteria alat
alat peraga membaca dan satu‟ diganti dengan „Manakah‟ peraga membaca dan
menulis yang berkualitas
menulis yang berkualitas
menurut Bapak/Ibu?
menurut Bapak/Ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No.
Item
9
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Sesudah Perbaikan
Menurut Bapak/Ibu , jika
dilihat
dari
beratnya,
manakah
alat
peraga
membaca dan menulis yang
ideal untuk siswa kelas I
gunakan?
Perhatikan penempatan tanda
baca. Selipkan „digunakan oleh‟
pada bagian untuk siswa kelas
I. Hapus kata „gunakan‟
Menurut Bapak/Ibu, jika
dilihat dari beratnya,
manakah alat peraga
membaca dan menulis
yang
ideal
untuk
digunakan oleh siswa
kelas I?
Selain diuji kelayakannya melalui validasi oleh ahli, kuesioner diuji
keterbacaannya. Uji keterbacaan dilakukan oleh guru SD setara. Hasil uji
keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan disajikan pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
Ahli
1
4
Guru
2
4
3
4
No. Item
4 5 6 7
4 4 4 4
8
4
9
4
10
4
Total
Rerata
40
4
Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan
untuk guru mendapatkan skor rerata sebesar 4. Skor rerata 4 termasuk dalam
kategori sangat baik. Maka, kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dinyatakan
layak digunakan. Lembar hasil uji keterbacaan dapat dilihat pada lampiran 2.2
halaman 133.
Selain kuesioner analisis kebutuhan untuk guru, pedoman wawancara
untuk siswa juga melalui tahap validasi oleh ahli dan diuji keterbacaannya. Hasil
validasi wawancara analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa
Ahli
Bahasa
Indonesia
1
4
2
4
3
4
4
4
No. Item
5 6 7 8
3 4 3 4
9
4
10 11
4
3
Total
Rerata
41
3,73
Berdasarkan tabel 4.15, hasil validasi wawancara mendapatkan rerata skor
3,73. Rerata skor 3,73 termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu,
instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi
wawancara analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 2.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
halaman 138. Ahli Bahasa Indonesia juga memberikan komentar untuk perbaikan
instrumen. Komentar disajikan dalam tabel 4.16.
Tabel 4.16 Revisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa
berdasarkan Komentar Ahli Bahasa Indonesia
No.
Item
5
7
11
Sebelum Perbaikan
Komentar Ahli
Jika memanfaatkan bendabenda di sekitar, alat peraga
yang kamu inginkan terbuat
dari apa?
Apakah menarik jika alat
peraganya berwarna?
Apakah kamu menginginkan
alat peraga yang dapat
digunakan untuk mempelajari
banyak keterampilan dalam
membaca dan menulis?
Sesudah Perbaikan
Kalimat pertanyaan Apakah kamu ingin mempunyai
perlu disesuaikan alat peraga yang terbuat dari
indikator
benda disekitar?
Kalimat diperbaiki
Kalimat diperbaiki
Apakah kamu suka alat peraga
yang berwarna?
Apakah kamu menginginkan alat
peraga yang dapat digunakan
untuk mempelajari keterampilan
selain membaca dan menulis?
Selain validasi instrumen oleh ahli, pedoman wawancara analisis
kebutuhan untuk siswa perlu diuji keterbacaannya. Uji keterbacaan untuk
wawancara analisis kebutuhan untuk siswa dilakukan oleh guru kelas I SD setara.
Hasil uji keterbacaan dituangkan pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan untuk Siswa
Ahli
Guru
1
4
2
4
3
4
No. Item
4 5 6 7
4 4 4 4
8
4
9
4
10
4
Total
Rerata
40
4
Berdasarkan hasil uji keterbacaan pedoman wawancara analisis kebutuhan
untuk siswa yang disajikan dalam tabel 4.17, diperoleh rerata skor 4. Rerata skor 4
termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan layak
digunakan. Lembar hasil uji keterbacaan wawancara analisis kebutuhan untuk
siswa dapat dilihat pada lampiran 2.4 halaman 142.
Setelah peneliti melakukan revisi terhadap instrumen dengan berpedoman
pada hasil validasi, peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Wawancara
dilakukan pada tanggal 14 September 2015 kepada dua orang siswa perempuan.
Hasil wawancara dituangkan dalam tabel 4.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 4.18 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa
Indikator
Adanya penggunaan alat peraga
dalam membaca dan menulis.
No.
Item
1, 2,
dan 3
Pengadaan alat peraga membaca
dan menulis dengan memanfaatkan
benda-benda di sekitar.
Karakteristik alat peraga membaca
dan menulis yang kontekstual
Karakteristik alat peraga membaca
dan menulis yang menarik
4 dan
5
Karakteristik alat peraga membaca
dan menulis yang auto-correction
9
Karakteristik alat peraga membaca
dan menulis yang bergradasi.
Peran alat peraga membaca dan
menulis dalam pembelajaran.
10
4.1.1.2.4
6
7 dan
8
11
Hasil Wawancara
Guru pernah menggunakan alat peraga. Alat peraga
yang digunakan berupa balok-balok huruf dan
susun kalimat. Dengan alat peraga siswa merasa
lebih mudah dalam belajar.
Siswa menginginkan alat peraga untuk membaca
dan menulis.
Siswa menginginkan alat peraga yang dibuat dari
benda di sekitar misalnya kertas.
Alat peraga yang memiliki warna lebih menarik
bagi siswa. Siswa memilih warna merah muda dan
biru muda.
Siswa menginginkan alat peraga yang dapat
memberikan petunjuk apabila siswa melakukan
kesalahan.
Siswa memilih alat peraga yang ringan
Siswa menginginkan alat peraga yang dapat
mempelajari materi lain.
Data Analisis Kebutuhan
Data analisis kebutuhan diperoleh melalui kuesioner dan wawancara
analisis kebutuhan. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru pada
tanggal 29 September 2015. Kuesioner analisis kebutuhan untuk guru
dikembangkan menjadi 10 pertanyaan. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan
untuk guru dapat dilihat pada tabel 3.6 halaman 48. Lembar hasil pengisian
kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada lampiran 2.5 halaman
145. Hasil dari pengisian kuesioner ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan
peneliti dalam mengembangkan alat peraga membaca dan menulis. Jawaban
responden dihitung dalam persentase dengan menggunakan rumus 3.2 halaman
55. Tabel 4.19 menyajikan rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan untuk
guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
No.
Item
1
Indikator
Adanya
penggunaan
alat
peraga
dalam
membaca dan
2
3
menulis.
Pengadaan
alat
peraga
membaca dan
menulis
dengan
memanfaatkan
Pertanyaan
Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan alat peraga
dalam membaca dan menulis?
(...) Pernah
Sebut alat peraga yang Bapak/Ibu pernah gunakan dan
berikan penjelasan!.............................................................
(...) Tidak Pernah
Alasan:...............................................................................
Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa
dalam membaca dan menulis?
(...) Ya
(...) Tidak
Responden
2
Persentase
100%
2
100%
-
Apakah Bapak/Ibu berniat untuk membuat alat peraga
membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhan siswa
dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan
sekitar?
(...) Ya
Alasan
:…………………………………………………….
(...) Tidak
Alasan : ............................................................................
2
100%
Manakah bahan pembuatan alat peraga yang Bapak/Ibu
suka?
(…) Kayu
(…) Besi
1
(…) Kertas
2
(…) Plastik
-
(…)Lainnya,sebutkan................
Menurut Bapak/Ibu apakah pemberian warna pada alat
peraga membuat alat peraga tersebut lebih menarik?
(…) Ya
(…) Tidak
Di antara 2 pilihan warna di bawah ini, warna apa yang
Bapak/Ibu suka untuk alat peraga?
(…) Merah tua dan biru tua
2
100%
-
-
(…) Merah muda dan biru muda
Manakah kriteria alat peraga membaca dan menulis yang
berkualitas menurut Bapak/Ibu?
(...) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya
sendiri.
Alasan:
…………………………………………………….
(...) Tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya
sendiri.
Alasan:
………………………………………………….…
2
2
100%
100%
-
benda-benda
di sekitar.
4
Karakteristik
alat
5
peraga
membaca dan
menulis yang
kontekstual,
6
menarik,
bergradasi,
auto-
7
correction,
dan
auto-
education.
50%
-
-
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
8
9
10
Peran
alat
peraga
membaca dan
menulis dalam
pembelajaran.
Apakah penggunaan alat peraga membaca dan menulis
dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang
benar?
(…) Ya
(…) Tidak
Menurut Bapak/Ibu , jika dilihat dari beratnya, manakah
alat peraga membaca dan menulis yang ideal untuk
digunakan oleh siswa kelas I?
(...) Ringan (<1,5 kg)
(…) Sedang (1,5-3kg)
2
100%
2
100%
(...) Berat (>3kg)
Mengapa?.......................................................................
Menurut Bapak/Ibu, bagaimana salah satu kriteria dari
sebuah alat peraga yang baik berdasarkan fungsinya?
(...) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi
Alasan:…………………………………………………….
.
(...) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi
Alasan:…………………………………………………….
.
-
-
-
2
100%
Dalam hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan untuk guru, guru
memberikan deskripsi jawaban untuk no item 1, 3, 7, 9, dan 10. Rekapitulasi
deskripsi jawaban guru dalam kuesioner analisis kebutuhan dituangkan dalam
tabel 4.20.
Tabel 4.20 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam
Kuesioner Analisis Kebutuhan
No.
Item
1
Jawaban
Kode
(...) Pernah
Sebut alat peraga yang Bapak/Ibu pernah
gunakan!
Berikan penjelasan!........................
3
(...) Ya
Alasan…………………...................
7
(...) Dapat membantu siswa
kesalahannya sendiri.
Alasan:……………………………..
(...) Ringan (<1,5 kg)
Alasan:..........................................
9
10
menyadari
(...)1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi
Alasan:……………………………..
Kotak huruf
Buku membaca cara Iqro
Kotak kartu huruf
Responden
1
1
1
Melatih membaca dan
menulis
Menarik minat
Mempermudah
siswa
memahami materi
Mempermudah
siswa
memahami materi
2
Praktis
Ringan
Mudah
Multi fungsi
1
2
1
2
1
1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa sebanyak dua guru atau 100%
guru pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran membaca dan menulis.
Dari tabel 4.20 alat peraga yang pernah digunakan ialah kotak huruf, buku
membaca cara Iqro, dan kotak kartu huruf. Sebanyak dua guru atau 100% guru
setuju bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam membaca dan
menulis. Pernyataan tersebut diiringi dengan sebanyak 100% guru berkeinginan
untuk membuat alat peraga yang menggunakan bahan-bahan yang terdapat di
sekitar. Sebanyak 50% guru beralasan karena menarik minat belajar siswa dan
sebanyak 50% guru memiliki alasan karena alat peraga mempermudah siswa
dalam mempelajari materi. Sebanyak 100% guru memilih bahan dari kertas
sedangkan 50% guru memilih bahan kayu untuk pembuatan alat peraga (lihat tabel
4.20).
Selain itu bahan, peneliti memberikan tawaran warna yang akan digunakan
dalam pengembangan alat peraga. Pilihan warna tersebut merah muda biru muda
dan merah tua biru tua. Sebanyak 100% guru memilih warna merah muda biru
muda sebagai warna yang lebih menarik bagi siswa. Selain bahan dan warna,
peneliti juga mempertimbangkan berat alat peraga yang sesuai dengan siswa kelas
I. Dari pendapat yang dituangkan guru dalam kuesioner, sebanyak 100% memilih
berat alat peraga kurang dari 1,5 kg. Sebanyak 100% memiliki alasan karena
ringan, sebanyak 50% guru memiliki alasan praktis, dan sebanyak 50% guru
memiliki alasan mudah (lihat tabel 4.20). Pendapat dari guru ini dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti untuk menentukan berat yang sesuai bagi siswa kelas I.
Dalam pengembangan ciri auto-correction pada alat peraga, sebanyak
100% guru menyetujui bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat membantu
siswa untuk menyadari kesalahan dan membantu siswa dalam menemukan
menemukan jawaban yang benar (lihat tabel 4.19). Ciri lain yang dikembangkan
yakni bergradasi. Gradasi yang dimaksud dalam kuesioner ini adalah gradasi
materi yang dapat dikembangkan melalui alat peraga. Sebanyak 100% guru
memilih alat peraga yang dapat mempelajari lebih dari satu materi. Guru memberi
alasan karena alat peraga tersebut akan lebih multi fungsi (lihat tabel 4.20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Seluruh pendapat guru dalam kuesioner analisis kebutuhan dijadikan sebagi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan.
Data analisis kebutuhan yang kedua diperoleh dari siswa. Untuk
memperoleh data tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada dua siswa kelas
I. Wawancara dilakukan pada tanggal 29 September 2015. Peneliti memberikan 11
pertanyaan kepada siswa dengan berpedoman pada tabel 3.5 halaman 41.
Rekapitulasi deskripsi jawaban siswa dalam wawancara analisis kebutuhan
disajikan dalam tabel 4.21. Transkrip wawancara analisis kebutuhan dengan siswa
dapat dilihat pada lampiran 2.6 halaman 148. Data hasil wawancara digunakan
peneliti sebagai bahan pertimbangan pembuatan alat peraga yang sesuai
kebutuhan.
Tabel 4.21 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam
Wawancara Analisis Kebutuhan
No.
Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pertanyaan
Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah menggunakan alat peraga
untuk membaca dan menulis?
Jika pernah, alat peraga apa saja yang pernah digunakan?
Apakah dengan menggunakan alat peraga kamu merasa lebih
mudah dalam belajar membaca dan menulis?
Apakah kamu menginginkan ada alat peraga untuk belajar
membaca dan menulis?
Apakah kamu ingin mempunyai alat peraga yang terbuat dari
benda disekitar?
Jika ya, dari bahan pembuatan alat peraga seperti kayu, besi,
kertas, dan plastik, manakah bahan pembuatan alat peraga
yang kamu suka?
Apakah kamu suka alat peraga yang berwarna?
Ada dua pilihan warna, yang pertama merah tua dan biru tua
dan yang kedua merah muda dan biru muda. Di antara dua
pilihan warna tersebut, warna apa yang kamu suka untuk alat
peraga?
Apakah kamu menginginkan alat peraga untuk membaca dan
menulis yang bisa memberikan pentunjuk untukmu jika kamu
melakukan kesalahan?
Ada tiga pilihan berat, pertama kurang dari 1,5 kg, kedua
kurang dari 3 kg, dan yang ketiga lebih dari 3 kg. Jika dilihat
dari beratnya, manakah alat peraga untuk membaca dan
menulis yang cocok untuk kamu gunakan?
Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat digunakan
untuk mempelajari keterampilan selain membaca dan menulis?
Jawaban
Ya
Responden
2
Balok huruf
Susun kalimat
Ya
2
2
2
Ya
2
Ya
2
Kertas
2
Ya
Merah muda
biru muda
2
2
Ya
2
Ringan
(kurang
1,5 kg)
Ya
2
dari
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Berdasarkan tabel 4.21, sebanyak dua siswa mengungkapkan bahwa guru
pernah menggunakan alat peraga pada saat pembelajaran membaca dan menulis.
Alat peraga yang pernah digunakan ialah kotak huruf dan susun kalimat. Kedua
siswa mengungkapkan bahwa mereka lebih mudah belajar membaca dan menulis
apabila menggunakan alat peraga. Kedua siswa menginginkan ada alat peraga
untuk digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis. Dua siswa setuju
apabila alat peraga dibuat dari bahan disekitar. Bahan yang paling banyak dipilih
oleh kedua siswa tersebut adalah kertas. Selain bahan, dua siswa lebih menyukai
apabila alat peraga memiliki warna. Setelah peneliti menawarkan warna, warna
yang dipilih oleh kedua siswa adalah merah muda dan biru muda. Kedua siswa
juga memilih alat peraga yang ringan (kurang dari 1,5 kg). Sebanyak dua siswa
menginginkan alat peraga yang dapat memberikan petunjuk ketika melakukan
kesalahan dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan lain selain
membaca dan menulis.
Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari teknik observasi,
kuesioner, dan wawancara, peneliti melakukan triangulasi teknik. Triangulasi ini
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan alat peraga dengan
melihat permasalahan dan kebutuhan alat peraga yang ada di lapangan.
Triangulasi teknik disajikan dalam bagan 4.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Wawancara
Observasi
hasil
Kuesioner
Dari hasil wawancara diperoleh data
Dari
observasi
Guru
dan
siswa
bahwa sekolah memiliki alat peraga
diperoleh data bahwa
membutuhkan alat peraga
tetapi
penggunaannya
belum
penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran. Alat
optimal.
Permasalahan
dalam
di kelas belum optimal.
peraga
membaca
dan
masih
Permasalahan
Montessori
menulis
dalam
menggunakan
menulis belum teratasi
kebutuhan
samping itu, siswa membutuhkan
apabila
hanya
memiliki penilaian yang
alat peraga karena melalui alat
menggunakan
teknik
baik mengenai kelima ciri
peraga siswa mampu belajar dengan
dikte.
Iqro.
Di
guru
dan
yang
dialami siswa walaupun guru sudah
metode
membaca
siswa
berbasis
ditawarkan sesuai dengan
dan
guru
alat peraga.
lebih mudah.
Peneliti mengembangkan alat peraga membaca dan
menulis berdasarkan kebutuhan, keterbatasan, serta
permasalahan yang dialami guru dan siswa.
Bagan 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan bagan 4.2, dengan teknik wawancara diperoleh data bahwa
sekolah telah memiliki alat peraga untuk membaca dan menulis akan tetapi
penggunaannya belum optimal. Permasalahan dalam membaca dan menulis masih
dialami siswa walaupun guru sudah menggunakan metode Iqro. Siswa
membutuhkan alat peraga karena dengan menggunakan alat peraga, siswa merasa
lebih mudah dalam belajar membaca dan menulis.
Melalui teknik observasi diperoleh data bahwa penggunaan alat peraga di
kelas belum optimal. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan jumlah dan
kondisi fisik alat peraga yang sudah rusak. Dalam pembelajaran pada saat
observasi, guru hanya menggunakan teknik dikte sehingga minat dan konsentrasi
siswa dalam membaca dan menulis terlihat kurang.
Teknik terakhir adalah teknik kuesioner. Data yang diperoleh dengan
teknik kuesioner adalah guru dan siswa membutuhkan alat peraga dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pembelajaran. Alat peraga berbasis Montessori yang ditawarkan sesuai dengan
kebutuhan yang ada di lapangan dan guru memiliki penilaian yang baik mengenai
kelima ciri alat peraga.
Berdasarkan data yang disatukan dalam triangulasi teknik, peneliti
mengembangkan alat peraga membaca dan menulis dengan melihat kebutuhan,
keterbatasan, serta permasalahan yang dialami guru dan siswa. Data yang
diperoleh peneliti digunakan untuk pertimbangan dalam pembuatan disain alat
peraga dan album alat peraga. Dengan demikian, penelitian dapat dilanjutkan pada
tahap kedua.
4.1.2 Penyusunan Rencana
Tahap kedua dalam penelitian adalah penyusunan rencana. Peneliti
merancang disain alat peraga, menyusun instrumen tes, dan validasi produk.
4.1.2.1 Disain Alat Peraga
4.1.2.1.1
Konsep Pembuatan Alat Peraga
Alat peraga membaca dan menulis permulaan merupakan pengembangan
dari alat peraga Montessori yang terdapat di laboratorium Montessori PGSD yaitu
Large Movable Alphabet (LMA). LMA merupakan material untuk tahap
pengenalan menulis. Alat ini terdiri dari huruf-huruf abjad a sampai z. Huruf vokal
berwarna biru sedangkan huruf konsonan berwarna merah. Gambar 4.1
merupakan gambar alat peraga Large Movable Alphabet.
Gambar 4.1 Alat Peraga Large Movable Alphabet (LMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Peneliti mengembangkan alat peraga LMA yang semula hanya untuk
melatih menulis permulaan menjadi alat peraga yang dapat digunakan juga untuk
membaca permulaan. Nama alat peraga yang dikembangkan adalah alat peraga
membaca dan menulis permulaan (MMP). Hal yang dikembangkan dari alat
peraga asli adalah tempat dari kotak huruf beserta hurufnya.
Tutup tempat huruf yang semula hanya diletakkan dibawah kotak huruf
ketika digunakan, dikembangkan menjadi kotak garis. Kotak garis tersebut
berfungsi sebagai tempat meletakkan huruf-huruf yang disusun. Peneliti
memperkecil ukuran dari tempat kotak huruf. Hal ini dilakukan karena ukuran asli
dari LMA cukup besar dan berat. Mengingat dari kebutuhan alat peraga yang
ringan, maka peneliti memperkecil ukuran tempat kotak huruf. Dalam kotak huruf
tersebut, peneliti menambahkan dua kotak untuk tempat kartu kata dan kartu
gambar. Peneliti juga menambahkan kartu suku kata yang diletakkan di setiap
kotak huruf.
Pengembangan huruf terdapat pada jenis font yang digunakan. Jenis huruf
pada LMA semula huruf tegak bersambung. Peneliti kemudian mengubah huruf
tegak bersambung menjadi huruf lepas. Hal ini dilakukan karena tahap menulis
awal menggunakan huruf lepas. Warna huruf yang semula berwarna biru untuk
huruf konsonan menjadi berwarna merah. Warna huruf vokal yang semula
berwarna merah dikembangkan menjadi berwarna biru. Hal ini dilakukan karena
peneliti mengikuti standar warna yang digunakan oleh Montessori untuk alat
peraga LMA. Agar siswa dapat berlatih menulis dengan maksimal, peneliti
menambahkan papan tulis dengan kotak garis yang sama pada tutup kotak huruf.
4.1.2.1.2
Disain Alat Peraga
Alat peraga membaca dan menulis yang dikembangkan terdiri dari empat
komponen. Keempat komponen tersebut adalah kotak huruf, kartu, kotak garis,
dan papan tulis.
Komponen pertama adalah kotak huruf. Kotak huruf berbentuk balok
dengan tutup yang memiliki ukuran 36,8 cm x 48,5 cm x 3,9 cm. Ukuran
mengalami perubahan dari disain yang dibuat karena ada tambahan ukuran lebar
sekat yang dibuat pada bagian kotak huruf. Bagian dalam kotak huruf terdapat 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kotak huruf, dua kotak kata, dan dua kotak untuk tanda titik. Setiap kotak
memiliki lima huruf terdapat label huruf untuk memberi tanda penempatan setiap
huruf. Huruf ditempatkan berdasarkan ukuran tingginya. Untuk tutup kotak, agar
lebih efektif bagian tutup kotak huruf dimodifikasi menjadi tempat untuk
meletakkan huruf ketika disusun. Alat peraga memiliki warna coklat muda yang
merupakan warna alami dari kayu yang digunakan. Sedangkan untuk huruf, huruf
vokal berwarna biru dan huruf konsonan berwarna merah.
Komponen kedua dari alat peraga adalah kartu. Kartu terdiri dari kartu
suku kata, kartu kata, dan kartu gambar. Kartu suku kata berukuran 3,5 cm x 3,5
cm. dan kartu kata berukuran 7 cm x 3,5 cm. Sedangkan kartu gambar berukuran 6
cm x 6 cm. Sesuai dengan data analisis kebutuhan, 100% guru dan 100% siswa
memilih bahan kertas untuk alat peraga. Maka kartu-kartu ini dibuat dengan bahan
kertas. Warna penulisan huruf dalam setiap kartu disesuaikan dengan warna huruf
pada kotak huruf. Kartu suku kata terdiri dari ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co,
dan seterusnya sampai huruf z untuk setiap huruf konsonan. Untuk kartu kata
terdiri dari kata yang merupakan nama benda pada kartu gambar, kata dengan tiga
suku kata, kata berimbuhan huruf mati, dan nama orang sebagai pelengkap dalam
menyusun kalimat. Sedangkan untuk kartu gambar sendiri, sisi depan terdapat
gambar dan sisi belakang terdapat nama dari gambar tersebut. Nama dari gambar
tersebut merupakan pengendali kesalahan pada saat penyusunan huruf.
Komponen ketiga adalah kotak garis. Kotak garis merupakan bagian tutup
dari kotak huruf. Peneliti memodifikasi tutup kotak agar lebih efisien dalam
penggunaannya. Tutup berukuran 50 cm x 38 cm. Tinggi luar 4,4 cm sedangkan
tinggi dalam 3,5 cm. Bagian dalam tutup dibuat kotak bergaris empat dengan dua
garis utama dan dua garis bayangan (garis putus-putus). Kotak garis ini ada dua
dan masing-masing berukuran 46,3 cm x 11 cm. Fungsi dari kotak garis tersebut
adalah untuk meletakkan kartu-kartu dan menyusun huruf.
Komponen keempat adalah papan tulis. Dalam papan tulis yang berukuran
47 cm x 29 cm ini terdapat dua kotak garis yang ukurannya sama dengan kotak
garis pada tutup alat peraga. Hal ini dilakukan agar siswa dapat melihat kembali
huruf yang dituliskan sama dengan huruf yang disusun dan berada pada posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
yang tepat. Dalam praktik ini, huruf dalam alat peraga menjadi pengendali
kesalahan ketika siswa mulai menulis pada papan tulis. Siswa menggunakan
boardmaker untuk menulis pada papan tulis ini.
4.1.2.2 Disain Album alat Peraga
Album peraga merupakan buku panduan penggunaan alat peraga membaca
dan menulis. Album dibuat untuk guru/pembimbing/direktris (istilah dalam
pembelajaran Montessori). Dalam album dipaparkan secara jelas dan dilengkapi
dengan gambar langkah-langkah penggunaan alat peraga. Gambar setiap langkah
akan memudahkan guru/pembimbing/direktris untuk memahami langkah-langkah
penggunaan alat peraga.
4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk
Instrumen yang diperlukan sebagai persiapan dalam pengujian alat peraga
adalah instrumen tes dan kuesioner validasi produk. Instrumen tes digunakan pada
saat uji coba lapangan terbatas sedangkan kuesioner validasi produk digunakan
untuk menguji kelayakan alat peraga. Instrumen tes dan validasi produk dijelaskan
sebagai berikut.
4.1.2.3.1
Tes
Keberhasilan alat peraga membaca dan menulis permulaan dalam uji coba
lapangan terbatas diukur dengan instrumen tes. Instrumen tes dikembangkan
berdasarkan kisi-kisi soal tes yang dapat dilihat pada tabel 3.11 halaman 47.
Instrumen tes melalui tahap uji validitas oleh ahli, uji empiris, dan uji keterbacaan
sehingga instrument dapat digunakan pada saat uji coba lapangan terbatas.
Instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli Bahasa Indonesia dan guru SD
setara. Pedoman penilaian validasi instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.12
halaman 48. Hasil uji validitas instrumen tes dituangkan dalam tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Ahli
1
Bahasa Indonesia 4
Guru
3
2
3
4
No. Item
3 4 5 6 7
3 4 4 4 4
3 4 4 4 3
Rerata
8
4
3
Menebalkan
Huruf
3
4
Total
Rerata
33
32
32,5
3,67
3,56
3,61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Skor rerata yang diperoleh berdasarkan tabel 4.22 adalah 3,61. Skor rerata
tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen
dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi instrumen tes oleh
ahli dapat dilihat pada lampiran 3.1 halaman 151. Selain memberikan skor
penilaian, para ahli juga memberikan komentar untuk perbaikan instrumen.
Komentar mengenai instrumen tes disajikan dalam tabel 4.23.
Tabel 4.23 Komentar mengenai Instrumen Tes oleh Ahli
Komentar Ahli
Bahasa Indonesia
No. Item
1
Komentar Guru
-
Suku kata yang digunakan sebaiknya
sama konsonan atau sama vokal.
2
Dikembangkan dengan menggunakan
suku kata akhir yang sama.
3
Dicari kata yang berasal dari dua Kata yang digunakan sebaiknya kata
suku kata yang sama.
bermakna.
4
Kata sudah bermakna/punya arti
karena sudah berwujud kata.
5
Kata yang digunakan yang penting
bermakna dan belum huruf mati.
6
Dua
kata
yang
digunakan
menggunakan huruf mati yang sama.
7
Kalimat yang digunakan tidak
menggunakan huruf mati dahulu.
8
Kalimat yang digunakan tidak
menggunakan huruf mati dahulu.
Menebalkan Arah menulis belum ada
Bisa
ditambahkan
dengan
huruf
melengkapi huruf tertentu dalam
kata.
Peneliti melakukan perbaikan berdasarkan saran dari para ahli. Peneliti
memperbaiki item soal agar semakin sesuai dengan indikator. Hasil perbaikan
instrumen tes setelah validasi oleh ahli disajikan dalam tabel 4.24.
Tabel 4.24 Hasil Perbaikan Instrumen Tes setelah Validasi oleh Ahli
Indikator
Membaca
3.1.1 Membaca suku kata yang bentuknya hampir mirip.
3.1.2 Membaca suku kata yang artikulasi bunyinya sama.
3.1.3 Membaca kata dengan dua suku kata yang sama.
3.1.4 Membaca kata dengan dua suku kata yang berbeda.
Item Soal
1. ba da ma na
2. pa pa pa pa
3. kuku mama
4. ba ju ba yu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Indikator
3.2.1 Membaca kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata.
Item Soal
7. ini mama mina
8. bona beli sepatu
Menulis
4.2.1 Menebalkan bentuk huruf a- z sesuai dengan arah
menulis yang benar.
abcdefghIjklmn
opqrstuvwxyz
4.3.1 Menulis kata dengan suku kata sama melalui dikte.
4.3.2 Menulis kata dengan suku kata berbeda melalui dikte.
3. kuku mama
4. ba ju ba yu
4.3.3 Menulis kata dengan tiga suku kata melalui dikte.
4.3.4 Menulis kata yang terdapat huruf mati melalui dikte.
4.3.5 Menulis kembali sesuai garis kalimat pendek yang terdiri
dari 2-3 kata.
5. se pa tu se ko lah
6. dan di man di
7. ini mama mina
8. bona beli sepatu
Setelah instrumen dinyatakan valid berdasarkan hasil validasi, selanjutnya
instrumen melalui tahap uji empiris. Uji empiris dilakukan dengan 24 siswa kelas
I SD N Caturtunggal I. SD N Caturtunggal 1 sebagai SD setara dengan SD N
Karangwuni 1. Alasan pemilihan SD ini adalah letaknya yang berdekatan dengan
SD N Karangwuni 1 sehingga diasumsikan bahwa siswa di SD N Caturtunggal 1
memiliki karakteristik yang sama dengan siswa di SD N Karangwuni 1. Uji
empiris dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015. Berdasarkan kisi-kisi soal
tes pada tabel 3.11, peneliti menggolongkan instrumen menjadi tes membaca dan
menulis. Tes membaca berupa membaca suku kata, kata, dan kalimat. Tes menulis
berupa menulis abjad, menulis suku kata, kata, dan kalimat. Kedua tes disatukan
dalam satu paket soal yang dikerjakan dalam satu kali kesempatan. Data yang
diambil melalui uji empiris hanya data nilai hasil tes menulis saja. Hal ini
dilakukan dengan alasan keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah siswa (24
siswa). Sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menilai kemampuan
membaca masing-masing siswa. Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa
dalam uji empiris dapat dilihat pada lampiran 3.2 halaman 154.
Uji empiris dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrumen tes sebelum digunakan sebagai pretest dan posttest. Perhitungan
validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistis
Package for Social Studies) 20.0 for Windows. Output SPSS untuk validasi tes
menulis abjad dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 158. Dalam perhitungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dengan SPSS, item dinyatakan valid jika angka signifikansi hasil riset < 0,05
(Sarwono, 2010: 118). Hasil validasi dengan SPSS untuk tes membaca disajikan
dalam tabel 4.25.
Tabel 4.25 Hasil Validitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS
No.
Item
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sig.
(2 tailed)
0,006
0,033
0,000
0,002
0,000
0,000
0,000
0,000
0,075
0,000
0,000
0,010
0,000
No.
Item
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sig.
(2 tailed)
0,001
0,005
0,001
0,001
0,001
0,000
0,001
0,000
0,112
0,013
0,000
0,000
0,008
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan hasil uji validasi instrumen tes menulis abjad dengan SPSS,
diperoleh 24 soal valid dan 2 soal tidak valid. Instrumen berikutnya yang
divalidasi dengan SPSS adalah instrumen tes isian. Tes isian terdiri dari 6 soal
melengkapi huruf. Hasil validasi instrumen tes isian dengan SPSS disajikan dalam
tabel 4.26. Output SPSS validasi tes isian dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman
158.
Tabel 4.26 Hasil Validitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS
No.
Item
1
2
3
4
5
6
Sig.
(2 tailed)
0,000
0,001
0,030
0,000
0,000
0,001
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Hasil uji validasi instrumen tes isian dengan SPSS pada tabel 4.26, seluruh
item tes isian (6 item soal) dinyatakan valid. Dengan demikian instrumen tes isian
layak digunakan. Instrumen tes berikutnya yang divalidasi dengan SPSS adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
instrumen tes menyimak dan menulis. Peneliti mengembangkan instrumen
menjadi 6 item soal. Dalam tes ini, siswa menulis kembali suku kata dan kata yang
didikte oleh peneliti. Hasil validasi instrumen tes menyimak dan menulis dengan
SPSS disajikan dalam tabel 4.27. Output SPSS validasi tes menyimak dan menulis
dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 158.
Tabel 4.27 Hasil Validasi Instrumen Tes
Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS
No.
Item
1
2
3
4
5
6
7
8
Sig.
(2 tailed)
0,065
0,020
0,000
0,162
0,040
0,000
0,318
0,027
Keputusan
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Dalam tabel 4.27, diperoleh hasil validasi lima item soal valid dan tiga
item soal tidak valid. Item yang valid adalah item 2, 3, 5, 6, dan 8. Sedangkan item
yang tidak valid adalah item nomor 1, 4, dan 7. Output SPSS validasi instrumen
tes menulis suku kata, kata, dan kalimat dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman
158. Selain diuji validitasnya, instrumen tes juga diuji reliabilitasnya dengan
menggunakan program SPSS 20.0. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan
koefisien Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas menurut Sugiyono (2011:131)
dapat dilihat pada tabel 3.14 halaman 49.
Uji reliabilitas yang pertama dilakukan untuk soal tes menulis abjad. Hasil
uji reliabilitas instrumen tes menulis abjad disajikan dalam tabel 4.28.
Tabel 4.28 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Menulis Abjad dengan SPSS
Cronbach's
Alpha
,941
N of Items
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Dari data pada tabel 4.28, diperoleh hasil perhitungan koefisien sebesar
0,941. Berdasarkan tabel 3.14 halaman 49, instrumen tes menulis abjad dinyatakan
memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Maka, instrumen tes menulis abjad
dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.
Uji reliabilitas selanjutnya dilakukan untuk instrumen tes isian. Koefisien
Alpha yang diperoleh dari uji reliabilitas instrumen tes isian dengan SPSS sebesar
0,699. Maka, instrumen tes isian memiliki reliabilitas cukup. Hasil uji reliabilitas
instrumen tes isian dengan SPSS disajikan dalam tabel 4.29.
Tabel 4.29 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Isian dengan SPSS
Cronbach's
Alpha
,699
N of Items
6
Selanjutnya, peneliti melakukan uji reliabilitas untuk instrumen tes
menulis suku kata, kata, dan kalimat. Hasil yang diperoleh dari uji reliabilitas
adalah instrumen tes menulis suku kata, kata, dan kalimat memiliki nilai koefisien
sebesar 0,719. Dengan demikian, instrumen tes menulis suku kata, kata, dan
kalimat memiliki reliabilitas tinggi. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam tabel
4.30.
Tabel 4.30 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat dengan SPSS
Cronbach's
Alpha
N of Items
,719
5
Setelah melalui tahap validasi dengan ahli dan program SPSS, instrumen
kemudian melalui tahap uji keterbacaan. Uji keterbacaan dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pernyataan pada soal. Uji
keterbacaan dilakukan oleh guru dan dua siswa kelas I SD setara. Hasil uji
keterbacaan dituangkan dalam tabel 4.31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel 4.31 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes
Sumber
Guru
Siswa 1
Siswa 2
Tes Menyimak dan
Menulis
Tes Isian
1
4
4
3
2
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
3
6
1
4
4
4
4
3
3
Rerata
2
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
3
6
4
4
3
Tes
Menulis
Kalimat
7
8
4
4
4
4
3
3
Total
Rerata
56
56
43
51,67
4
4
3,07
3,69
Berdasarkan tabel 4.31, diperoleh rerata skor sebesar 3,69 untuk uji
keterbacaan instrumen tes. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.
Dengan demikian, instrumen tes dinyatakan layak digunakan. Lembar hasil uji
keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.4 halaman 161.
4.1.2.3.2
Kuesioner Validasi Produk
Selain menyusun instrumen tes, peneliti menyusun kuesioner untuk
validasi produk yang dikembangkan. Validasi dilakukan oleh ahli untuk
mengetahui kelayakan produk sebelum digunakan dalam uji coba lapangan
terbatas. Kuesioner validasi produk dikembangkan dari kisi-kisi kuesioner validasi
produk pada tabel 3.7 halaman 43. Instrumen kuesioner validasi produk
dikembangkan menjadi 11 pernyataan yang diberikan kepada ahli Bahasa
Indonesia dan guru SD setara. Kuesioner validasi produk diuji reliabilitasnya
terlebih dahulu agar instrumen layak digunakan. Hasil validasi kuesioner validasi
produk oleh ahli disajikan dalam tabel 4.32. Lembar hasil validasi dapat dilihat
pada lampiran 4.1 halaman 171.
Tabel 4.32 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
Ahli
Bahasa
Guru
1
4
4
2
4
4
3
4
4
No. Item
4 5 6 7 8
4 4 4 4 3
4 4 4 4 4
Rerata
9
4
4
10
4
4
11
4
3
Total
Rerata
43
43
43
3,9
3,9
3,9
Berdasarkan tabel hasil validasi kuesioner validasi produk, diperoleh rerata
skor sebesar 3,9. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Maka,
instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Dalam validasi kuesioner
tersebut, ahli Bahasa memberikan komentar yang dapat dilihat pada tabel 4.33.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Komentar dari ahli Bahasa dijadikan sebagai bahan pertimbangan peneliti untuk
melakukan perbaikan.
Tabel 4.33 Komentar mengenai Kuesioner Produk oleh Ahli Bahasa
No.
Item
5
6
7
8
Sebelum Perbaikan
Warna alat peraga membaca
dan menulis membuat siswa
tertarik belajar.
Bentuk alat peraga membaca
dan menulis membuat siswa
tertarik belajar.
Cara kerja alat peraga
membaca dan menulis
membuat siswa tertarik
belajar.
Alat peraga membaca dan
menulis dapat digunakan
dalam mempelajari
kompetensi dasar lain.
4.1.2.3.3
Komentar ahli
Selipkan
„dapat‟
kata
Selipkan
„dapat‟
kata
Selipkan
„dapat‟
kata
Kata
diganti
„untuk‟
„dalam‟
dengan
Sesudah Perbaikan
Warna alat peraga membaca
dan menulis dapat membuat
siswa tertarik belajar.
Bentuk alat peraga membaca
dan menulis dapat membuat
siswa tertarik belajar.
Cara kerja alat peraga
membaca dan menulis dapat
membuat siswa tertarik
belajar.
Alat peraga membaca dan
menulis dapat digunakan
untuk mempelajari
kompetensi dasar lain.
Kuesioner Tanggapan mengenai Alat Peraga
Tidak hanya kuesioner untuk validasi produk, peneliti menyusun kuesioner
untuk tanggapan guru dan siswa mengenai alat peraga. Kuesioner ini diberikan
setelah uji coba lapangan terbatas untuk mengetahui pendapat dari guru dan siswa
mengenai penggunaan alat peraga yang dikembangkan. Peneliti mengembangkan
kisi-kisi kuesioner tanggapan untuk guru pada tabel 3.9 halaman 44 menjadi 13
pernyataan. Sedangkan kuesioner tanggapan untuk siwa dikembangkan dari kisikisi kuesioner tanggapan untuk siswa pada tabel 3.10 halaman 45. Kuesioner
dikembangkan menjadi 11 pernyataan untuk guru.
Kedua kuesioner tanggapan hanya melewati tahap uji keterbacaan yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil uji keterbacaan kuesioner dituangkan dalam
tabel 4.34. Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan guru dapat dilihat
pada lampiran 4.2 halaman 174 sedangkan lembar hasil uji keterbacaan kuesioner
tanggapan untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 177.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel 4.34 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk
Ahli
Guru
Ahli
Guru
Siswa 1
Siswa 2
Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Guru
No. Item
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4
43
Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Siswa
No. Item
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4
4
4
52
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3
3
3
39
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4
4 4
52
Rerata
47,67
Rerata
3,91
Rerata
4
3
4
3,67
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan pada tabel 4.34,
kuesioner untuk guru memperoleh skor rerata sebesar 3,91. Sedangkan kuesioner
untuk siswa memperoleh skor rerata sebesar 3,67. Kedua rerata skor ini termasuk
dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen kuesioner tanggapan
mengenai alat peraga untuk guru dan siswa layak digunakan.
Dengan demikian, peneliti telah menyelesaikan disain alat peraga dan
instrumen yang dibutuhkan. Disain alat peraga akan digunakan sebagai pedoman
dalam pengembangan bentuk awal produk. Produk yang dikembangkan divalidasi
dengan menggunakan kuesioner validasi album dan alat peraga yang telah diuji
validitasnya. Instrumen tes yang akan digunakan pada saat uji coba lapangan
terbatas juga telah siap digunakan. Maka dari itu, peneliti dapat melanjutkan pada
tahap yang ketiga.
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk
Pada tahap ini, peneliti membuat alat peraga berdasarkan disain yang telah
dirancang pada tahap sebelumnya. Peneliti memulai pengembangan bentuk awal
produk dengan mengumpulkan bahan dan membuat alat peraga.
4.1.3.1 Pengumpulan Bahan
Berdasarkan data hasil analisis kebutuhan, guru dan siswa menginginkan
alat peraga yang terbuat dari bahan kayu atau kertas. Maka, peneliti
memanfaatkan kedua bahan tersebut dalam pengembangan bentuk awal produk.
Bahan kayu dimanfaatkan untuk membuat kotak huruf beserta tutupnya. Jenis
kayu yang digunakan adalah kayu pinus. Pemilihan bahan kayu ini atas dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
saran dari tukang kayu yang bekerjasama dengan peneliti dalam pembuatan alat
peraga. Kayu pinus bersifat ringan, anti rayap, dan memiliki warna yang cerah.
Sehingga kayu pinus sesuai digunakan sebagai bahan pembuatan alat peraga.
Selain kayu, bahan lain yang digunakan adalah kertas. Peneliti
menggunakan kertas berjenis Ivory 260. Jenis kertas Ivory 260 digunakan sebagai
bahan pembuatan kartu. Jenis kertas tersebut dipilih karena memiliki tingkat
ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak. Untuk papan tulis yang digunakan
oleh peneliti merupakan whiteboard portable yang berbahan tipis, berukuran
kecil, mudah disimpan, dan mudah dibawa. Whiteboard tersebut memiliki dua sisi.
Sisi depan untuk papan tulis sedangkan sisi belakang untuk time table.
Peneliti menambahkan bahan acrylic sebagai bahan pembuatan huruf.
Bahan ini dipilih karena adanya keterbatasan dari tukang kayu yang tidak
memiliki alat untuk mencetak huruf. Sebenarnya pihak tukang kayu dapat
membuat huruf-huruf tersebut, tetapi akan memakan waktu sangat lama dan
hasilnya tidak terlihat presisi. Hal tersebut terjadi karena pengerjaannya masih
manual dengan tangan. Maka dari itu, peneliti memilih bahan acrylic berwarna
merah dan biru dengan ketebalan 3mm.
4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga
Peneliti bekerjasama dengan tukang kayu untuk pembuatan alat peraga.
Tukang kayu yang diajak kerjasama berlokasi di Gedongkiwo, Yogyakarta.
Peneliti bekerjasama dengan tukang kayu karena lengkapnya peralatan yang
dimiliki ditambah dengan banyaknya pengalaman dalam membuat alat peraga.
Peneliti memberikan disain alat peraga kepada tukang kayu. Kemudian alat peraga
dibuat berdasarkan disain tersebut selama satu bulan. Gambar 4.2 adalah gambar
alat peraga untuk membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan oleh
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 4.2 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
Pembuatan alat peraga diawali dengan membuat kotak huruf beserta
tutupnya. Kayu yang dipilih menjadi bahan pembuatan diproses oleh tukang kayu
sesuai disain yang telah dibuat. Setelah kotak huruf dan tutup selesai dibuat,
bagian tutup digambar kotak garis oleh tukang kayu sesuai dengan ukuran pada
disain. Ukuran kotak garis ini mengalami satu kali perubahan setelah peneliti
melakukan validasi alat peraga kepada ahli. Ukuran pada kotak garis diperkecil
agar sesuai dengan ukuran huruf yang akan disusun. Langkah selanjutnya dalam
pengerjaan kotak adalah finishing yang dilakukan oleh tukang kayu. Langkah
terakhir, peneliti memberikan label huruf untuk setiap kotak agar huruf-huruf
dapat ditempatkan dengan mudah dan jelas.
Proses selanjutnya adalah membuat huruf. Karena keterbatasan dari tukang
kayu dalam pembuatan huruf, peneliti membuat huruf di percetakan yang
berlokasi di Jl. Gejayan. Peneliti memilih tempat tersebut karena di tempat
tersebut dapat mencetak berbagai bentuk benda dengan berbahan acrylic dan
kayu. Tahap pertama, peneliti melakukan survey harga di dua percetakan. Hal ini
dilakukan untuk menekan harga agar tidak menghabiskan biaya terlalu banyak.
Tahap kedua, peneliti membuat disain huruf yang akan digunakan. Peneliti
menggunakan jenis huruf Print Bold dan Ebrima untuk huruf a dan t. Huruf b, d,
f, g, h, j, k, l, p, q, berukuran 9 cm x 4,5 cm. Untuk huruf a, c, e, i, n, o, r, s, u, v, x,
dan z berukuran 4,5 cm x 4 cm. Huruf t, m, dan w memiliki ukuran khusus. Huruf
t berukuran 4,5 cm x 4 cm, sedangkan huruf m dan w memiliki ukuran 4 cm x 5
cm. Tahap ketiga, peneliti mencetak huruf berdasarkan disain. Warna yang dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
adalah merah dan biru. Pada data analisis kebutuhan, guru dan siswa
menginginkan alat peraga dengan warna merah muda dan biru muda. Akan tetapi,
warna yang ada pada percetakan berupa merah tua dan biru tua. Huruf-huruf
dicetak dan dipotong dengan menggunakan mesin laser supaya lebih presisi.
Gambar 4.3 adalah gambar beberapa huruf abjad yang digunakan pada alat peraga.
Gambar 4.3 Huruf pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
Proses selanjutnya adalah membuat kartu. Tahap pertama peneliti memilih
kata-kata yang akan digunakan dengan berpedoman buku pelajaran Bahasa
Indonesia kelas I dan KD 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal
yang tepat, KD 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi
yang tepat, dan KD 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku
atau papan tulis dengan benar. Hal ini dilakukan agar kata yang dipilih peneliti
merupakan kata yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia
untuk kelas I. Tahap kedua, peneliti mencari gambar-gambar yang sesuai dengan
kata yang akan digunakan. Tahap ketiga, peneliti membuat disain kartu kata dan
kartu gambar. Pada kartu gambar, sisi belakang dari gambar memuat nama
gambar tersebut. Nama gambar digunakan sebagai pengendali kesalahan. Tahap
keempat adalah tahap pencetakan dan pemotongan. Gambar 4.4 adalah gambar
untuk kartu gambar, gambar 4.5 adalah gambar untuk kartu kata, dan gambar 4.6
adalah kartu suku kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Gambar 4.4 Kartu Gambar
Gambar 4.5 Kartu Kata
Gambar 4.6 Kartu Suku Kata
Setelah proses membuat kartu selesai, peneliti membuat papan tulis
Gambar 4.9 adalah gambar papan tulis.
Gambar 4.7 Papan Tulis
Tahap pertama, peneliti mencari whiteboard portable yang memiliki dua
sisi. Sisi depan untuk papan tulis sedangkan sisi sebaliknya untuk timetable.
Tahap kedua, peneliti menggambar dua kotak garis pada sisi papan tulis. Ukuran
yang digunakan sama dengan ukuran kotak garis pada tutup alat peraga. alat yang
digunakan untuk menggambar ialah penggaris dan permanent marker supaya garis
tidak mudah hilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga
Tahap pertama dalam pembuatan album alat peraga ialah menyusun
langkah-langkah penggunaan alat peraga. Langkah-langkah dirumuskan dengan
menggunakan pedoman langkah-langkah penggunaan alat peraga Large Movable
Alphabet. Berdasarkan langkah-langkah yang telah disusun, peneliti mengambil
gambar dari setiap langkah yang tertera. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pengguna dalam memahami langkah-langkah penggunaan alat peraga. Tahap
berikutnya, peneliti menyatukan dan menyusun langkah-langkah beserta gambar
dengan menggunaan program Microsoft Office Word 2007. Melalui bantuan
program yang sama, peneliti membuat sampul album dan menambahkan
informasi-informasi terkait alat peraga membaca dan menulis. Tahap terakhir,
peneliti mencetak album alat peraga.
Setelah pembuatan alat peraga dan album alat peraga selesai, kedua produk
tersebut perlu divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan pada uji coba
lapangan terbatas. Dengan demikian, penelitian dapat dilanjutkan ke tahap
keempat.
4.1.4 Validasi Produk
Tahap keempat adalah validasi alat peraga dan album alat peraga membaca
dan menulis permulaan. Kuesioner yang digunakan dalam validasi merupakan
kuesioner validasi produk yang telah disusun pada tahap dua.
4.1.4.1 Validasi Produk Alat Peraga
Validasi alat peraga membaca dan menulis permulaan dilakukan oleh dua
ahli Montessori dan ahli Bahasa Indonesia. Hasil validasi produk alat peraga oleh
ahli disajikan dalam tabel 4.35.
Tabel 4.35 Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli
Ahli
Montessori 1
Montessori 2
Bahasa Indonesia
1
4
3
4
2
4
4
3
3 4
4 4
3 4
3 4
Rerata
No. Item
5 6 7
4 4 4
4 4 4
4 4 4
8
4
4
4
9
4
4
4
10
4
4
3
11
4
4
3
Total
Rerata
44
42
40
42
4
3,82
3,64
3,82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berdasarkan hasil validasi produk alat peraga pada tabel 4.35, diperoleh
skor rerata sebesar 3,82. Skor rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.
Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan dinyatakan valid
dan layak digunakan. Lembar validasi alat peraga dapat dilihat pada lampiran 4.4
halaman 180. Selain memberikan skor penilaian, ahli Montessori 2 memberikan
komentar terhadap alat peraga yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan peneliti
untuk melakukan perbaikan.
Tabel 4.36 Komentar mengenai Produk Alat Peraga
Komentar Ahli
Montessori 1
Sudah baik
Komentar Ahli
Komentar Ahli
Montessori 2
Bahasa Indonesia
Perlu ditambahkan kartu suku kata untuk diftong (au, ai, oi) dan „ng‟ untuk mengakomodasi kata-kata
seperti cabai, pulau, sepoi, mangga
Berdasarkan komentar dari ahli pada tabel 4.36, peneliti memutuskan
untuk memberikan tambahan kartu diftong dan untuk imbuhan „ng‟. Keputusan
tersebut diambil karena dalam kartu kata yang disusun peneliti memuat kata yang
mengandung suku kata diftong dan kata berimbuhan „ng‟. Kata tersebut belum
diakomodasi oleh peneliti. Oleh karena itu, kata diftong dan imbuhan „ng‟
ditambahkan dengan ukuran sama dengan kartu suku kata.
4.1.4.2 Validasi Produk Album Alat Peraga
Selain melakukan uji validitas terhadap alat perga, album penggunaan alat
peraga juga perlu divalidasi agar layak digunakan. Validasi dilakukan oleh ahli
Montessori dan ahli Bahasa. Hasil validasi dituangkan dalam tabel 4.37. Lembar
hasil validasi album penggunaan alat peraga dapat dilihat pada lampiran 4.5
halaman 183.
Tabel 4.37 Hasil Validasi Produk Album Alat Peraga oleh Ahli
Ahli
1
Montessori 4
Bahasa
2
2
4
3
No. Item
3 4 5 6 7
3 4 4 4 4
4 4 4 3 4
Rerata
8
4
4
9
3
4
10
4
4
Total
Rerata
38
36
37
3,8
3,6
3,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Berdasarkan tabel 4.37, diperoleh skor rerata validasi album sebesar 3,7
Skor rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, album
petunjuk penggunaan alat peraga membaca dan menulis permulaan dinyatakan
valid dan layak digunakan. Dalam validasi album tersebut, ahli bahasa
menambahkan beberapa komentar berupa saran untuk perbaikan. Berikut adalah
tabel 4.38 yang menyajikan komentar dari ahli bahasa.
Tabel 4.38 Komentar mengenai Produk Album Alat Peraga
No.
Item Aspek
1
2
Komentar Ahli Bahasa
Perhatikan tanda baca
Beberapa kalimat kurang jelas
Berdasarkan komentar dari ahli bahasa, peneliti melakukan perbaikan
album alat peraga membaca dan menulis permulaan. Pada tahap empat ini, alat
peraga dan album alat peraga membaca dan menulis permulaan telah divalidasi
dan memperoleh hasil dengan kualitas sangat baik. Dengan demikian, alat peraga
siap untuk uji coba lapangan terbatas.
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba lapangan terbatas dilaksanakan pada tanggal 17-18 Desember
2015 pada pukul 08.00-11.00. Uji coba dilakukan dengan lima siswa kelas I SD N
Karangwuni 1. Kelima siswa tersebut dipilih berdasarkan saran dari guru dan
observasi yang dilakukan peneliti. Sebelum memulai bimbingan belajar dengan
alat peraga, peneliti memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Kemudian bimbingan belajar dimulai dengan menggunakan alat peraga.
Penggunaan alat peraga digunakan satu per satu secara bergantian oleh siswa.
Peneliti memberikan lembar kerja yang digunakan untuk menuliskan kata atau
kalimat yang dipelajari. Pada akhir pertemuan, peneliti memberikan posttest untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga membaca dan
menulis permulaan.
4.1.5.1 Data dan Analisis Tes
Peneliti menganalisis data nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest dan
posttest. Data nilai yang diperoleh merupakan nilai membaca suku kata, kata, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kalimat, menulis abjad, serta menulis suku kata, kata, dan kalimat. Masing-masing
data direkap dalam rekapitulasi hasil tes membaca dan menulis. Hasil pengerjaan
pretest dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 163, sedangkan hasil pengerjaan
posttest dapat dilihat pada lampiran 3.6 halaman 167. Rekapitulasi hasil pretest
dan posttest siswa dituangkan dalam tabel 4.39.
Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa
No.
1
2
3
4
5
Nama
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
Rerata
Nilai
Pretest
Posttest
Membaca
Menulis
Membaca Menulis
75
66,7
93,8
88,1
68,8
69,1
100
76,2
71,9
57,1
100
61,9
71,9
66,7
100
80,9
68,8
66,7
93,8
69,1
71,3
65,2
97,5
75,2
Berdasarkan tabel 4.39, tampak bahwa nilai membaca dan menulis
berbeda-beda. Nilai membaca pada saat pretest siswa 1 mendapatkan nilai 75,
sedangkan nilai yang diperoleh saat posttest adalah 93,8. Siswa 2 mendapatkan
nilai 68,8 untuk pretest, sedangkan untuk posttest siswa 2 mengalami peningkatan
menjadi 100. Siswa 3 memperoleh nilai 71,9 untuk pretest, sedangkan untuk
posttest siswa 3 mendapatkan nilai 100. Siswa 4 mendapatkan nilai 71,9 untuk
pretest, dan mengalami peningkatan menjadi 100 pada saat posttest. Siswa 5
mendapatkan nilai 68,8 untuk pretest, sedangkan nilai 93,8 untuk posttest.
Perbedaan nilai pretest dan posttest untuk membaca disajikan dalam grafik 4.1
120
100
80
93,8
75
100
68,8
100
71,9
100
71,9
93,8
68,8
60
Pretest
40
Posttest
20
0
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Sedangkan untuk nilai menulis, pada saat pretest siswa 1 mendapatkan
nilai 66,7, sedangkan nilai yang didapat saat posttest adalah 88,1. Siswa 2
mendapatkan nilai 69,1 untuk pretest, sedangkan untuk posttest siswa 2
mendapatkan nilai 76,2. Siswa 3 memperoleh nilai 57,1 untuk pretest, sedangkan
untuk posttest siswa 3 mendapatkan nilai 61,9. Siswa 4 mendapatkan nilai 66,7
untuk pretest, sedangkan nilai 80,9 didapatkan pada saat posttest. Siswa 5
mendapatkan nilai 66,7 untuk pretest, sedangkan nilai 69,1 untuk posttest.
Perbedaan nilai pretest dan posttest masing-masing siswa untuk menulis disajikan
dalam grafik 4.2.
100
80
88,1
66,7
80,9
76,2
69,1
57,1
60
61,9 66,7
66,7 69,1
Pretest
40
Posttest
20
0
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
Grafik 4.2 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Menulis
Selain terdapat perbedaan nilai pada masing-masing siswa, perbedaan juga
terdapat pada rerata nilai pretest dan posttest. Perbedaan rerata nilai pretest dan
posttest untuk membaca disajikan dalam grafik 4.3 sedangkan perbedaan nilai
menulis tampak dalam grafik 4.4.
120
97,5
100
80
71,3
60
Pretest
40
Posttest
20
0
Rerata Nilai
Grafik 4.3 Perbedaan Rerata Nilai Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Rerata nilai membaca yang diperoleh mengalami perbedaan. Rerata nilai
pretest sebesar 71,3 sedangkan reratan nilai posttest sebesar 97,5. Dari rerata nilai
yang diperoleh, siswa mengalami peningkatan kemampuan membaca suku kata,
kata, dan kalimat melalui alat peraga membacadan menulis permulaan. Perbedaan
nilai juga tampak dalam rerata nilai menulis. Berikut adalah grafik 4.2 yang
menyajikan perbedaan rerata nilai menulis.
76
74
72
70
68
66
64
62
60
75,2
Pretest
65,2
Posttest
Rerata Nilai
Grafik 4.4 Perbedaan Rerata Nilai Menulis
Berdasarkan grafik 4.4, rerata nilai menulis pada saat pretest sebesar 65,2,
sedangkan rerata nilai posttest sebesar 75,2. Perbedaan rerata nilai menulis
menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa menjadi lebih baik setelah
menggunakan alat peraga membaca dan menulis permulaan.
Setelah melakukan uji coba lapangan terbatas, peneliti mendapatkan
masukan dari ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Ahli pembelajaran Bahasa
Indonesia menyarankan untuk membuat petunjuk penulisan huruf dengan ukuran
yang lebih besar agar dapat dilihat oleh siswa dengan jelas. Karena dalam alat
peraga, petunjuk penulisan huruf hanya terdapat dalam label huruf pada kotak
huruf. Sedangkan label tersebut hanya berukuran kecil dan kurang efektif ketika
siswa akan melihat petunjuk penulisannya. Peneliti kemudian menambahkan
petunjuk penulisan huruf di sisi belakang papan tulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Tabel 4.40 Revisi Alat Peraga setelah Uji Coba Lapangan Terbatas
Sebelum Perbaikan
Petunjuk
penulisan
huruf
ditampilkan dengan jelas
Setelah Perbaikan
belum Peneliti menambahkan papan petunjuk
penulisan huruf di sisi belakang papan
tulis. Hal ini dilakukan agar siswa dapat
melihat petunjuk penulisan huruf dengan
benar dan jelas.
Papan petunjuk penulisan huruf dibuat dengan memodifikasi papan tulis.
Sisi depan digunakan untuk papan tulis sedangkan sisi belakang digunakan
sebagai papan petunjuk penulisan huruf. Papan petunjuk penulisan huruf
dikembangkan dari label huruf yang terdapat pada kotak huruf. Papan berukuran
47 cm x 29 cm ini dibuat dengan tujuan agar siswa dapat melihat petunjuk
penulisan huruf yang benar dengan ukuran yang lebih besar dan jelas.
4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Alat
Peraga
Tanggapan mengenai produk alat peraga dilakukan oleh guru dan lima
siswa kelas I. Kuesioner tanggapan diberikan setelah uji coba lapangan terbatas.
Pengisian kuesioner tanggapan untuk guru dengan skala 1-3, sedangkan untuk
siswa hanya menjawab „Ya‟ atau „Tidak‟. Skor 1 untuk jawaban „Ya‟ dan 0
untuk jawaban „Tidak‟. Tabel 4.41 merupakan hasil tanggapan produk alat peraga
oleh guru dan siswa.
Tabel 4.41 Hasil Tanggapan mengenai Produk
Responden
Guru
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
1 2 3 4 5 6
3 3 3 3 3 3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
No. Item
7 8 9 10 11 12 13
3 3 3 3 3 3
3
Rerata
1 1 1 0 1 1
0
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
Rerata
Total Rerata
39
39
11
13
13
13
13
12,6
3
3
1
1
1
1
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Berdasarkan tabel 4.41, diperoleh skor rerata sebesar 3 untuk dari guru dan
1 dari siswa. Rerata skor 3 termasuk dalam kategori baik. Sedangkan perolehan
skor 1 pada tanggapan oleh siswa menunjukkan bahwa hampir seluruh pernyataan
dijawab „Ya‟ oleh siswa. Itu artinya alat peraga berkualitas baik dan dapat
membantu siswa dalam belajar membaca dan menulis. Lembar hasil tanggapan
mengenai produk oleh guru dapat dilihat pada lampiran 4.6 halaman 185.
Sedangkan lembar hasi tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat dilihat pada
lampiran 4.7 halaman 187.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Kebutuhan yang Dilakukan di
SD N Karangwuni 1
Hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang dilakukan di SD N
Karangwuni 1 diperoleh melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dilakukan, terdapat permasalahan
dalam membaca dan menulis. Selain itu, diketahui bahwa ketersediaan dan
penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis masih terbatas. Sedangkan
berdasarkan hasil analisi kebutuhan, sebanyak 100% guru dan 2 siswa menyetujui
bahwa alat peraga dapat membantu siswa dalam membaca dan menulis. Oleh
karena itu, alat peraga dapat membantu mengatasi permasalahan siswa dalam
membaca dan menulis. Peneliti mempertimbangkan paparan tersebut dalam
pengembangan alat peraga.
4.2.2 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan dari
Alat Peraga Large Movable Alphabets
Pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan dari alat
peraga Large Movable Alphabets (LMA) diuraikan dalam 3 tahap pengembangan.
Tahap pertama adalah pengembangan bentuk LMA. Peneliti memperkecil ukuran
LMA yang semula berukuran besar. Huruf yang digunakan dalam LMA adalah
huruf tegak bersambung. Peneliti mengganti huruf pada LMA dengan huruf lepas.
Peneliti menambahkan dua kotak sebagai tempat untuk meletakkan kartu. Peneliti
juga mengembangkan tutup LMA menjadi kotak garis agar lebih multi guna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Tahap kedua adalah penambahan kartu. Alat peraga LMA yang semula
hanya terdiri dari huruf-huruf, kini terdapat kartu-kartu yang mendukung latihan
membaca dan menulis. Peneliti menambahkan kartu gambar, kartu kata, kartu
suku kata, kartu diftong, dan kartu imbuhan „ng‟. Pengendali kesalahan terdapat
pada kartu gambar dan huruf. Pemilihan kata pada kartu kata dikembangkan dari
KD 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, KD 3.2
Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan KD
4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis
dengan benar. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan kartu suku kata dan kartu
kata dengan gradasi kata yang dipilih (2-3 suku kata).
Tahap ketiga adalah penambahan papan tulis dan papan petunjuk penulisan
huruf. Peneliti menambahkan papan tulis dan papan petunjuk penulisan huruf
dengan tujuan agar siswa dapat berlatih menulis dengan arah penulisan yang
benar. Kedua papan ini dikembangkan dari papan whiteboard yang memiliki dua
sisi. Sisi depan untuk papan tulis, sedangkan sisi belakang untuk papan petunjuk
penulisan huruf.
Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan yang
dikembangkan memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak garis, kartu, papan
tulis, dan papan petunjuk penulisan huruf.
4.2.3 Pengembangan Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
berdasarkan Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori
Pengembangan alat peraga membaca dan menulis permulaan berdasarkan
ciri alat peraga Montessori dapat dilihat dari komponen dan cara penggunaan alat
peraga membaca dan menulis permulaan. Ciri menarik dapat dilihat dari bentuk
alat peraga yang memiliki warna pada huruf-huruf, gambar-gambar yang beragam
pada kartu kata, serta cara penggunaan alat peraga yang menarik. Terdapat banyak
pilihan kata maupun gambar pada kartu yang memberi kebebasan kepada siswa
dalam memilih materi yang akan dipelajari.
Ciri bergradasi dilihat dari materi yang dipelajari melalui alat peraga.
Materi diberikan secara bertahap mulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat.
Kata yang digunakan bergradasi mulai dari dua suku kata sama, dua suku kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
berbeda, hingga kata yang mengandung tiga suku kata. Selain gradasi suku kata,
kata yang terdapat dalam alat peraga dapat digunakan untuk keterampilan lain.
Keterampilan tersebut adalah latihan mengelompokkan nama benda, nama buah,
nama hewan, dan pekerjaan. Gradasi juga dapat dilihat dari berat alat peraga yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas I.
Ciri auto-correction ditunjukkan dengan adanya kartu gambar pada alat
peraga membaca dan menulis permulaan. Bagian depan kartu berupa gambar,
sedangkan bagian belakang terdapat nama dari gambar tersebut. Selain kartu
gambar, huruf-huruf pada kotak huruf merupakan control of error ketika
digunakan pada saat menulis di papan tulis. Huruf-huruf tersebut digunakan untuk
memastikan apakah ukuran dan posisi huruf yang ditulis siswa sudah sesuai.
Ciri auto-education dapat dilihat dari kartu dan langkah penggunaan alat
peraga. Dengan adanya banyak pilihan kata dan gambar pada kartu, siswa bebas
memilih sendiri kata atau gambar yang akan dipelajari. Langkah ketika siswa
menyusun huruf memunculkan kerjasama antar siswa. Pada saat uji coba terbatas,
peneliti memperhatikan ketika salah satu siswa kesulitan menyusun huruf, siswa
lain membantu dengan menunjukkan letak huruf yang akan digunakan.
Ciri kontekstual ditunjukkan dengan bahan pembuatan alat peraga yang
dapat ditemui di lingkungan sekitar. Bahan tersebut adalah kayu dan kertas. Selain
bahan, keberagaman kata yang dipilih merupakan nama-nama benda, tempat, atau
pekerjaan yang dekat dengan dunia siswa.
Dengan demikian, alat peraga membaca dan menulis permulaan yang
dikembangkan memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak garis, kartu, papan
tulis, dan papan petunjuk penulisan huruf serta terdapat ciri-ciri yang sesuai
dengan ciri alat peraga Montessori.
4.2.4 Hasil Penilaian terhadap Ciri Alat Peraga Montessori pada Alat
Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
Penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat peraga membaca
dan menulis permulaan dilakukan melalui validasi produk. Hasil penilaian ciri alat
peraga Montessori pada alat peraga membaca dan menulis permulaan dituangkan
dalam tabel 4.42.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tabel 4.42 Hasil Penilaian Ciri Alat Peraga Montessori pada
Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan oleh Ahli
Indikator
Autoeducation
Kontekstual
Menarik
Bergradasi
Autocorrection
Aspek yang dinilai
Alat peraga membaca dan menulis dapat
membantu siswa dalam membaca dan
menulis permulaan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat
digunakan siswa secara mandiri.
Bahan pembuatan alat peraga membaca dan
menulis dapat ditemukan di lingkungan
sekitar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat
diproduksi secara mandiri oleh sekolah/guru.
Warna alat peraga membaca dan menulis
dapat membuat siswa tertarik belajar.
Bentuk alat peraga membaca dan menulis
dapat membuat siswa tertarik belajar.
Cara kerja alat peraga membaca dan menulis
dapat membuat siswa tertarik belajar.
Alat peraga membaca dan menulis dapat
digunakan untuk mempelajari kompetensi
dasar lain.
Alat peraga membaca dan menulis memiliki
berat yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Alat peraga membaca dan menulis dapat
membantu siswa menemukan kesalahan
sendiri ketika mengerjakan soal latihan.
Alat peraga membaca dan menulis dapat
membantu siswa menemukan jawaban yang
benar ketika mengerjakan soal latihan.
1
4
Ahli
2
3
3
4
4
4
4
Rerata
Ket.
3,67
Sangat
Baik
3
3,67
3
4
3,67
Sangat
Baik
Sangat
Baik
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3,67
4
4
3
3,67
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Berdasarkan tabel 4.42, para ahli memberikan penilaian dengan kategori
sangat baik untuk kelimat ciri alat peraga Montessori. Validasi produk yang
dilakukan oleh ahli mendapatkan skor rerata sebesar 3,82 yang berarti memiliki
kualitas sangat baik. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.35 halaman 95. Oleh
karena itu, alat peraga membaca dan menulis memiliki ciri alat peraga Montessori
dengan kualitas sangat baik.
4.2.5 Hasil Pretest dan Posttest Siswa dalam Membaca dan Menulis pada Uji
Coba Terbatas
Hasil pretest dan posttest siswa dalam membaca dan menulis pada uji coba
terbatas menunjukkan adanya perbedaan selisih nilai. Selisih nilai pretest dan
posttest disajikan dalam tabel 4.43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Tabel 4.43 Selisih Nilai Pretest dan Posttest
Nilai
No.
1
2
3
4
5
Nama
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
Rerata
Selisih
Membaca
Pretest
Posttest
75
93,8
68,8
100
71,9
100
71,9
100
68,8
93,8
71,3
97,5
26,2
Menulis
Pretest
Posttest
66,7
88,1
69,1
76,2
57,1
61,9
66,7
80,9
66,7
69,1
65,2
75,2
10
Berdasarkan tabel 4.43, selisih rerata nilai membaca adalah 26,2.
Sedangkan rerata nilai menulis memiliki selisih nilai sebesar 10. Berdasarkan
perolehan nilai pretest dan posttest siswa, diketahui bahwa penggunaan alat
peraga membaca dan menulis permulaan dapat membantu siswa dalam menguasai
keterampilan membaca dan menulis permulaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 5
PENUTUP
Bab 5 menguraikan beberapa hal yang berupa kesimpulan, keterbatasan
penelitian dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
5.1.1 Alat peraga membaca dan menulis permulaan dikembangkan dari alat
peraga Montessori yaitu Large Movable Alphabet (LMA). Kotak LMA
dikembangkan menjadi kotak huruf dengan ukuran yang lebih kecil dan
berat
yang lebih ringan. Huruf tegak bersambung pada LMA
dikembangkan menjadi huruf lepas. Tutup dikembangkan menjadi kotak
garis. Fungsi LMA dikembangkan untuk membaca dan menulis dengan
tambahan komponen berupa kartu, papan tulis, dan papan petunjuk
penulisan huruf. Ciri alat peraga Montessori dikembangkan dalam alat
peraga Membaca dan Menulis Permulaan. Ciri menarik terdapat pada
warna huruf alat peraga dan langkah penggunaannya. Ciri bergradasi
dilihat dari berat alat peraga dan perkembangan kata yang digunakan. Ciri
auto-corecttion terdapat pada kartu gambar dan huruf. Ciri auto-education
terdapat
pada langkah penggunaan
yang memungkinkan
adanya
pembelajaran sendiri. Dan ciri kontekstual terdapat pada bahan pembuatan
alat peraga MMP yang terdapat di lingkungan sekitar. Dengan demikian,
alat peraga membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan
memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak garis, kartu, papan tulis,
dan papan petunjuk penulisan huruf serta terdapat ciri-ciri yang sesuai
dengan ciri alat peraga Montessori.
5.1.2 Kualitas alat peraga membaca dan menulis permulaan adalah sangat baik.
Alat peraga membaca dan menulis permulaan memiliki ciri alat peraga
Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction,
dan kontekstual. Kualitas ciri alat peraga diketahui dari hasil validasi
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
produk. Validasi produk yang dilakukan oleh ahli mendapatkan skor rerata
sebesar 3,82 yang berarti memiliki kualitas sangat baik. Uji coba lapangan
terbatas menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai posttest lebih tinggi
daripada nilai pretest. Selisih rerata membaca sebesar 26,2 sedangkan
selisih nilai menulis sebesar 10. Dengan demikian, alat peraga membaca
dan menulis permulaan dapat membantu siswa dalam menguasai
keterampilan membaca dan menulis permulaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
5.2.1
Peneliti kurang memperhitungkan berat keseluruhan alat peraga.
Berdasarkan data analisis kebutuhan, berat awal peraga seharusnya kurang
dari 1,5 kg. Akan tetapi, berat kotak huruf setelah ditambah dengan kartu
dan huruf menjadi 1,9 kg.
5.2.2
Keterbatasan peneliti dalam pengalaman dan keterampilan dalam membuat
disain alat peraga. Akibatnya, penampilan label nama dan huruf pada
papan petunjuk penulisan huruf kurang sempurna.
5.2.3
Warna yang digunakan untuk huruf kurang sesuai dengan data analisis
kebutuhan. Akibatnya, warna yang digunakan untuk huruf bukan warna
merah muda dan biru muda melainkan merah tua dan biru tua.
5.3 Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut.
5.3.1
Ukuran berat yang akan digunakan perlu dipertimbangkan matang-matang
agar berat yang diperoleh masih sesuai apabila digunakan untuk siswa
kelas I.
5.3.2
Pembuatan disain dapat dilakukan dengan bantuan orang yang lebih
berpengalaman dalam disain grafis apabila peneliti mengalami masalah
dalam pembuatan disain.
5.3.3
Pemilihan warna sebaiknya dikomunikasikan dengan pihak percetakan.
Apabila pihak percetakan yang dituju tidak menyediakan warna yang
dibutuhkan, pewarnaan dapat dilakukan di tempat lain atau melakukan
pewarnaan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR REFERENSI
Al-Tabany, T. I. B. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif,
dan kontekstual: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Prenadamedia Group.
Arsyad, A. (2014). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar . Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Cresswell, W. (2012). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Dewi, Kd. J. K., Suwatra, Ign. I Wyn., & Arini, Ni Wyn. (2014). Penggunaan
metode struktur analitik sintetik (SAS) untuk meningkatkan kemampuan
membaca menulis permulaan pada siswa kelas I SD Negeri 7 Bungkulan.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, No. 1.
Desmita. (2007). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Fikasari, C. (2012). Pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letters
terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman
Jombang. Jurnal UNESA, Vol. 01, No. 01. 1-7.
Gettman, D. (1987). Basic Montessori: Learning activities for under-fives. New
York: St. Martin‟s Press.
Gutek, G. L. (2004). The Montessori method: the origin of an educational
innovation, including an abridged and annotated edition of Maria
Montessori’s the Montessori Method. Lanham: Rowman & Littlefield
Publisher, Inc.
Gutex, G. L. (2013). Metode Montessori: Panduan wajib untuk guru dan orangtua
didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Haditono, S. R. Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2008). Theories of learning, edisi ketujuh.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kusaeri & Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Lillard, A. S. (2005). Montessori the science behind the genius. New York:
Oxford University Press.
Magini, A. P., (2013). Sejarah pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius.
Montessori , M. (2002). The montessori method. New York: Frederick A. Stokes
Company.
Murti, B. I. C. (2015). Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD
materi pembagian berbasis metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma.
Mutingah, S. (2009). Peningkatan kemampuan membaca menulis permulaan
dengan metode kata lembaga di kelas II SDN Nayu Banjarsari Surakarta.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret.
Ngalimun & Alfulaila, N. (2014). Pembelajaran keterampilan berbahasa
Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Prastowo, A. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tematik terpadu implementasi kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Ratri, A. R. (2014). Pengembangan alat peraga matematika untuk operasi bilanga
bulat berbasis metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Rosdiana, Supratmi, Izzati, dkk. (2009). Bahasa dan sastra Indonesia di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media.
Sarwono, J. (2010). PASW statistics 18 – Belajar statistic menjadi mudah dan
cepat. Yogyakarta: Andi.
Setyosari, P. (2013). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Slamet, St. Y. (2014). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah
dan tinggi Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.
Solchan, Mulyati, Syarif, dkk. (2008). Pendidikan bahasa Indonesia di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudaryono; Margono, & Rahayu, (2013). Pengembangan instrument penelitian
pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudono, A. (2010). Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
________. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
________. (2015). Metode penelitian dan pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Sukartiningsih, W. (2004). Peningkatan kualitas pembelajaran membaca dan
menulis permulaan di kelas 1 Sekolah Dasar melalui media kata
bergambar. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5, No. 1. 51-60.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suparti. (2007). Strategi pembelajaran menulis di Sekolah Dasar kelas IV.
Didaktika, Vol. 2. No. 1. 259-271.
Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran: teori dan konsep dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tegeh, Jampel, & Pudjawan. (2014). Model penelitian pengembangan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widoyoko, S.E. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Yusuf, S & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan peserta didik: Mata Kuliah
Dasar Profesi (MKDP) bagi mahasiswa calon guru di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK). Jakarta: Rajawali Pers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah
Lampiran 1.1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran Membaca dan Menulis
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah, Guru,
dan Siswa oleh Ahli
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah
TRANSKRIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH
DENGAN KEPALA SEKOLAH
Peneliti
: Buk, apakah setiap tahun terdapat permasalahan yang dialami
siswa berkaitan dengan membaca dan menulis?
Kepala sekolah : Ya, terutama di kelas rendah di kelas I, II, III itu jadi
permasalahan.
Peneliti
: Jika ya, kira-kira berapa persen siswa yang memiliki
permasalahan tersebut?
Kepala sekolah : Kalo disini 50% anak mengalami kesulitan untuk membaca.
Karena ada beberapa siswa yang masuknya tidak melalui TK.
Jadi langsung masuk di kelas I.
Peneliti
: Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa?
Kepala sekolah : Merangkai huruf, huruf saja belum hafal sehingga untuk
merangkai kata, merangkai huruf masih kesulitan. Itu yang
terutama yang di kelas I karena sebagian besar belum TK.
Peneliti
: Kira-kira
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
timbulnya
permasalahan tersebut apa saja?
Kepala sekolah : Yang dapat mempengaruhi permasalahan satu, yang pertama
anak-anak belum sekolah TK. Yang kedua, minat bacanya
kurang. Dan kemampuan untuk menghafal lama. Daya
ingatnya kurang setia.
Peneliti
: Apakah siswa memiliki ketertarikan dalam hal membaca dan
menulis?Jika iya, apakah alasannya yang membuat membaca
dan menulis itu menarik bagi anak. Jika iya.
Kepala sekolah : Sebagian besar anak-anaknya sulit untuk membaca dan apa ya,
kurang senang untuk membaca, meskipun di sekolah ada wajib
membaca. Wajib membaca sebelum pelajaran juga sesudah
istirahat. Itu memang diberikan buku cerita wajib membaca
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang nanti merangkum isi dan pe, isi cerita dan pengarangnya
siapa minimal itu.
Peneliti
: Lalu apakah di sekolah terdapat alat peraga untuk membaca
dan menulis dalam proses belajar mengajar?
Kepala sekolah : Yang di kelas rendah ada, yaitu dengan potongan-potongan
kartu, potongan-potongan huruf, yang nanti disusun. Ada itu di
kelas kecil, ada.
Peneliti
: Bagaimana cara kerjanya?
Kepala sekolah : Cara kerjanya yang huruf itu untuk di apa ya dijajarkan.
Umpamanya a dan s, s-a jadi sa itu ya.t-u, satu wa itu itu apa ya
dijajarkan. Umpamanya a dan s, s-a, jadi sa itu ya.t-u satu wa
itu itu yang kelas satu. Sedangkan yang kelas dua itu ada alat
peraga subyek, predikat, obyek. Jadi tinggal apa memilih kata
sebagai subyek, predikat, dan obyek. Itu ada di kelas dua kelas
tiga itu ada untuk menyusun kalimat.
Peneliti
: Apakah siswa melakukan pengadaan alat peraga membaca dan
menulis?
Kepala sekolah : Tidak untuk tahun ini tidak karena itu tinggalan tahun yang
lalu, yak.
Peneliti
: Untuk alat peraga yang ada apakah beli dari luar atau membuat
sendiri?
Kepala sekolah : Sebagian ada yang membuat sendiri secara sederhana tapi juga
ada yang apa kita tidak membeli tetapi bagian mendapat bagian
dari dinas, dropping alat peraga.
Peneliti
: Nah apakah alat peraga tersebut apakah disimpan dengan baik?
Kepala sekolah : Iya, iya. Kita gunakan khusus itu sudah rusak itu. Khususnya
yang kelas satu sudah rusak, ya. Yang kartu huruf kotak-kotak
huruf itu.
Peneliti
: Nah, apakah siswa diajak untuk terlibat dalam merawat alat
peraga tersebut?
Kepala sekolah : Ya, meskipun untuk bermain ya harus dirawat. Tapi yang
namanya anak ya nggak papa yang penting anak tahu.
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti
: Lalu dalam kegiatan membaca dan menulis apakah siswa
menggunakan alat peraga?
Kepala sekolah : Membaca dan menulis tidak, tidak menggunakan.
Peneliti
: Lalu yang kartu huruf dan yang potongan huruf tadi itu
digunakan untuk pelajaran apa?
Kepala sekolah : Untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Iya untuk pelajaran Bahasa
Indonesia khusunya yang kelas satu ya kelas satu itu sama
kelas dua. Untuk khusunya Bahasa Indonesia ya.
Peneliti
: Nah berarti itu termasuk ke dalam alat peraga yang untuk
membaca dan menulis atau bukan bu?
Kepala sekolah : Iya, ya, masuk. Disini anak-anak juga masih kesulitan ya,
untuk, meskipun sudah ada alat seperti itu masih kesulitan juga
itu.
Peneliti
: Nah berarti tadi menggunakan alat peraga to buk untuk
membaca dan menulis?
Kepala sekolah : Iya.
Peneliti
: Nah yang alat peraga tersebut, dalam setiap kelas itu kira-kira
digunakan secara individu, kelompok, atau klasikal satu kelas
Kepala sekolah : Klasikal. Bisa klasikal bisa individu.
Peneliti
: Nah, dengan adanya alat peraga tersebut apakah dapat
meningkatkan
kemampuan
siswa
dalam
membaca
dan
menulis?
Kepala sekolah : Iya, bisa. Karena dengan apa disusun secara realita per huruf
itu anak akan lebih lebih tepat, itu aja.
Peneliti
: Lalu bagaimana respon sekolah terhadap penggunaan alat
peraga tersebut?
Kepala sekolah : Responnya ya lumayan sih tapi menurut saya masih kurang
intensif dalam penggunaannya, itu aja. Harusnya ditambah lagi
dengan alat peraga yang lain khususnya untuk yang Bahasa
Indonesia.
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.5 Transkrip Wawancara dengan Guru
TRANSKRIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH
DENGAN GURU
Peneliti : Apakah di kelas terdapat alat peraga untuk membaca dan menulis
dalam proses belajar mengajar?
Guru
: Ya, ada mbak. Ada kotak-kotak huruf sama yang buat susun kalimat
itu yang bisa diputer. Kadang saya buat kartu-kartu dari kertas.
Peneliti : Apakah guru melakukan pengadaan alat peraga?
Guru
: Iya. Seperti contoh tadi saya buat sendiri kartu-kartu huruf dari kertas.
Tergantung materi apa yang mau diberikan ke anak. Biasanya sekolah
juga mendapatkan bantuan dari dinas tetapi tidak setiap tahun.
Peneliti : Alat peraga yang diadakan apakah beli dari luar atau membuat sendiri?
Guru
: Ya itu tadi mbak, kadang buat sendiri. Di sekolah alat peraganya juga
terbatas dan ada yang sudah rusak mbak. Tapi juga ada yang dari
dinas. Kalau beli tidak, mungkin hanya beli untuk bahannya saja jika
buat sendiri.
Peneliti : Apakah dalam kegiatan membaca dan menulis menggunakan alat
peraga?
Guru
: Iya. Tetapi tidak setiap pertemuan menggunakan alat peraga. Itu juga
karena di sekolah alat peraganya terbatas.
Peneliti : Apakah alat peraga tersebut digunakan siswa secara individu,
kelompok, atau klasikal seluruh kelas?
Guru
: Ya tergantung mbak adanya alat peraganya sendiri. Bisa secara
individu tetapi bergantian. Atau bisa kelompok, biasanya kelompok
biar siswa bisa kerjasama. Biasanya di kelas kami sering pakai kotakkotak huruf walapun huruf-hurufnya sudah tidak begitu jelas.
Peneliti : Apakah guru mengalami kesulitan dalam membimbing siswa belajar
membaca dan menulis?
Guru
: Iya,tapi tidak banyak.
Peneliti : Apa saja bentuk kesulitan yang dialami?
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru
: Untuk menarik minat membaca masih susah. Menulis juga kadang
siswa mengeluh. Mungkin karena apa ya mungkin bisa bosan.
Peneliti : Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi timbulnya permasalahan
tersebut?
Guru
: Ya mungkin karena bosan itu tadi mbak. Kalau memakai alat peraga
itu sering malah lebih kelihatan antusias walaupun lebih banyak ke
mainnya nanti daripada belajar.
Peneliti : Apakah setiap tahun terdapat permasalahan yang dialami siswa
berkaitan dengan membaca dan menulis?
Guru
: Ada
Peneliti : Berapa persen siswa yang memiliki permasalahan tersebut?
Guru
: Berapa ya kurang lebih 50%. Ya setengahnya mbak kira-kira.
Peneliti : Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa?
Guru
: Ada siswa yang memang berkebutuhan khusus jadi susah mbak. Itu
Teguh itu mbak. Saya juga kadang bingung, mau mengajari Teguh
dulu atau melanjutkan karena anak yang lain sudah bisa. Teguh itu
nyusun huruf masih susah, kadang malah nggak hafal. Ada juga Nadif
mbak, Nadif itu bisa di Matematika tetapi untuk menulisnya dia masih
kurang. Kalau menulis itu suka asal nulis hurufnya jadi bentuknya
nggak sesuai. Yang lain juga ada yang seperti itu, membaca kata masih
terbalik-balik, ba jadi da, da jadi ba. Mungkin karena mereka sebagian
tidak masuk TK jadi belum tahu baca tulis. Untuk baca mayoritas
sudah lumayan lancar membaca, tapi ada satu siswa , Nesha, kalau
disuruh baca suaranya tidak terdengar. Lainnya ketika diberi
kesempatan membaca buku itu suka gimana ya mba kadang nggak
langsung baca kayak nggak minat baca gitu mbak. Jadi ya masih susah
untuk mengajak siswa suka membaca.
Peneliti : Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi timbulnya permasalahan
tersebut?
Guru
: Salah satunya karena tidak masuk TK itu tadi, ada yang memang
memiliki kemampuan kognitif yang rendah, ada yang memang
keterbatasan fisik seperti Teguh tadi.
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti : Apakah guru melakukan analisis kesulitan siswa dalam membaca dan
menulis?
Guru
: Biasanya kalau saya itu mengidentifikasi setiap siswa apa saja
kesulitan yang dialami, kemampuannya seberapa. Atau misal siswa A
kok melakukan kesalahan yang sama dan terus menerus biasanya saya
tanyain kenapa.
Peneliti : Apakah guru mencoba menggunakan metode untuk membantu siswa
membaca dan menulis?
Guru
: Kalau untuk metode, yang saya gunakan bersama anak-anak itu
namanya metode Iqro. Anak-anak juga sudah punya buku pegangan
tentang buku metode Iqro. Disitu juga sudah ada latihannya sendiri.
Kalau tidak ya dengan alat peraga itu tadi tapi saya jarang
menggunakan.
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Siswa
TRANSKRIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH
DENGAN SISWA
Siswa I
Peneliti : Apakah membaca itu sulit?
Siswa
: Kalau membaca yang panjang itu susah
Peneliti : Lalu apakah menulis itu sulit?
Siswa
: Tidak tapi suka capek
Peneliti : Apakah kamu kalau menulis di buku tulis itu pernah tidak sesuai garis?
Misalnya naik apa turun apa di tengah.
Siswa
: Pernah
Peneliti : Ini ada kata “budi”. Apakah kamu bisa menuliskan kata ini?
Siswa
: Bisa
Peneliti : Lalu kata ini apakah kamu bisa menuliskan?
Siswa
: Bisa
Peneliti : Lalu apakah kamu bisa membaca kedua kata itu? Coba kamu baca
yang ini sama ini.
Siswa
: Budi menyanyi
Peneliti : Baik, lalu apakah kamu bisa menulis kalimat yang ini?
Siswa
: Bisa
Peneliti : Coba kamu bacakan.
Siswa
: Budi ikut lomba menyanyi tunggal
Siswa II
Peneliti : Apakah membaca itu sulit?
Siswa
: Tidak tapi membosankan
Peneliti : Apakah menulis itu sulit?
Siswa
: Tidak
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti : Ketika kamu menulis di buku tulis, apakah kamu pernah menulis tidak
sesuai garis? Misal di tengah atau di atas atau malah dibawah garis.
Pernah tidak?
Siswa
: Tidak
Peneliti : Nah ini ada ada kata ini. Kira-kira kamu bisa menuliskan kata ini
nggak?
Siswa
: Bisa
Peneliti : Lalu kalau yang ini kata ini, kamu bisa menuliskan kata ini ndak?
Siswa
: Bisa
Peneliti : Lalu kalau baca kamu bisa nggak? Ini coba dibaca.
Siswa
: Budi menyanyi
Peneliti : Lalu ini ada kalimat berikutnya, ini ini ini dan ini. Kira-kira kalau
kamu menuliskan bisa nggak?
Siswa
: Oo, bisa.
Peneliti : Lalu kalau dibaca kamu bisa ndak? Coba.
Siswa
: Budi ikut lomba menyanyi tunggal
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan
Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh
Ahli
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.4 Lembar Uji Keterbacaan Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.6 Transkrip Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa
TRANSKRIP WAWANCARA ANALISIS KEBUTUHAN
OLEH SISWA
Siswa I
Peneliti : Apakah gurumu pernah menggunakan alat peraga untuk membaca dan
menulis?
Siswa
: Pernah
Peneliti : Alat peraga apa saja yang pernah digunakan?
Siswa
: Kotak huruf, balok-balok itu
Peneliti : Apakah kamu merasa lebih mudah jika belajar dengan alat peraga
Siswa
: Iya
Peneliti : Apakah
kamu
ketika
belajar
membaca
dan
menulis
ingin
menggunakan alat peraga?
Siswa
: Iya
Peneliti : Jika ya, apakah alat peraga tersebut kira-kira dibuat dari bahan-bahan
yang ada di sekitar? Misalnya kayu atau kertas.
Siswa
: Iya
Peneliti : Kalau kamu mau memilih, alat peraganya itu terbuat dari kayu, besi,
kertas, atau plastik?
Siswa
: Kertas
Peneliti : Apakah menarik jika alat peraga itu memiliki warna? Bagus ada
warnanya atau nggak?
Siswa
: Ada
Peneliti : Kalau disuruh memilih, pilihan warna merah tua biru tua atau merah
muda biru muda? Milih yang tua atau yang muda?
Siswa
: Muda
Peneliti : Apakah kamu menginginkan alat peraga jika ketika digunakan bisa
membantumu untuk menemukan kesalahan pada pekerjaanmu?
Siswa
: Ya
Peneliti : Kalau ada pilihan berat, ringan, sedang, berat, pilih mana?
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siswa
: Ringan
Peneliti : Apakah kamu pengen ada alat peraga yang bisa mempelajari materi
selain membaca dan menulis?
Siswa
: Pengen
Siswa II
Peneliti : Apakah gurumu pernah menggunakan alat peraga untuk membaca dan
menulis?
Siswa
: Pernah
Peneliti : Alat peraga apa saja yang pernah digunakan?
Siswa
: balok-balok yang ada hurufnya sama kartu-kartu. Itu juga disana ada
yang bisa diputer-puter itu.
Peneliti : Apakah kamu merasa lebih mudah jika belajar dengan alat peraga
Siswa
: Ya.
Peneliti : Apakah kamu menginginkan ada alat peraga untuk membaca dan
menulis?
Siswa
: Iya
Peneliti : Jika memanfaatkan benda-benda di sekitar, kira-kira alat peraga yang
kamu pengen itu terbuat dari apa? Misal kayu, besi, kertas, atau palstik
yang mudah.
Siswa
: Kertas
Peneliti : Kira-kira alat peraganya lebih menarik ada warnanya atau polos?
Siswa
: Ada warnanya.
Peneliti : Kalau disuruh milih, milih pilah pertama warna merah tua biru tua.
Yang kedua merah muda biru muda. Pilih yang tua apa yang muda?
Siswa
: Muda
Peneliti : Lalu kalau disuruh milih berat, milih yang ringan, sedang, atau yang
berat? Untuk seumuran kamu.
Siswa
: Ringan
Peneliti : Kalau gurumu membuat alat peraga, kira-kira kamu menginginkan alat
peraga yang bisa mempelajari banyak materi tidak? Misal bisa untuk
permainan tebak nama hewan.
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siswa
: Ya pengen.
Peneliti : Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat membantumu
untuk menemukan jawaban yang benar?
Siswa
: Ya
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 Instrumen Tes
Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes oleh Ahli
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.2 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa pada Uji Empiris
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.3 Output SPSS Validasi Instrumen Tes
Output Validasi Instrumen Tes Menulis Abjad
Correlation
skortotal Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem8
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem9
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem10 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem11 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem12 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem13 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem14 Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
skortotal
1
N
24
**
Pearson Correlation
,558
Sig. (2-tailed)
,005
N
24
**
Aitem16 Pearson Correlation
,634
Sig. (2-tailed)
,001
N
24
**
Aitem17 Pearson Correlation
,632
Sig. (2-tailed)
,001
N
24
**
Aitem18 Pearson Correlation
,629
Sig. (2-tailed)
,001
N
24
**
Aitem19 Pearson Correlation
,730
Sig. (2-tailed)
,000
N
24
**
Aitem20 Pearson Correlation
,642
Sig. (2-tailed)
,001
N
24
**
Aitem21 Pearson Correlation
,771
Sig. (2-tailed)
,000
N
24
Aitem22 Pearson Correlation
,333
Sig. (2-tailed)
,112
N
24
*
Aitem23 Pearson Correlation
,498
Sig. (2-tailed)
,013
N
24
**
Aitem24 Pearson Correlation
,754
Sig. (2-tailed)
,000
N
24
**
Aitem25 Pearson Correlation
,746
Sig. (2-tailed)
,000
N
24
**
Aitem26 Pearson Correlation
,527
Sig. (2-tailed)
,008
N
24
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Aitem15
24
**
,546
,006
24
*
,435
,033
24
**
,687
,000
24
**
,589
,002
24
**
,746
,000
24
**
,798
,000
24
**
,760
,000
24
**
,666
,000
24
,370
,075
24
**
,662
,000
24
**
,746
,000
24
*
,515
,010
24
**
,687
,000
24
**
,643
,001
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Output SPSS Validasi Instrumen Tes Isian
Correlation
skortotal Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aitem3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
skortotal
1
Aitem4
24
**
,546
,006
24
*
,435
,033
24
**
,687
,000
24
Aitem5
Aitem6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
**.Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*.Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
Output SPSS Validasi Instrumen Tes Menulis Suku Kata, Kata, dan Kalimat
Correlation
skortotal
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem1
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem3
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem4
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem6
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem7
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
aitem8
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
skortotal
1
24
,383
,065
24
*
,471
,020
24
**
,814
,000
24
,295
,162
24
*
,422
,040
24
**
,838
,000
24
,213
,318
24
*
,452
,027
24
**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
160
**
,589
,002
24
**
,746
,000
24
**
,798
,000
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.5 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4 Validasi Produk
Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan
mengenai Alat Peraga
174
Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan
mengenai Alat Peraga
177
Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Alat Peraga oleh
Ahli
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Alat Peraga oleh Guru
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Alat Peraga oleh Siswa
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5 Surat Penelitian
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.1 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6 Album Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
Pemulaan (MMP)
Disusun Oleh:
Theresia Tri Wulandari
PGSD-121134083
2016
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan album petunjuk penggunaan alat
peraga membaca dan menulis ini. Album alat peraga ini dibuat untuk melengkapi
tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Membaca dan
Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori”. Selain itu, album alat peraga
ini berguna sebagai buku petunjuk penggunaan dari alat peraga membaca dan
menulis.
Penulis
dibantu
oleh
berbagai
pihak
sehingga
penulis
berhasil
menyelesaikan album alat peraga dengan lancar. Maka dalam kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu
penyelesaian album ini, yaitu:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat kesehatan dan
keselamatan selama kegiatan pembuatan alat beserta album.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A.
yang mendampingi dan memberikan arahan dalam penyempurnaan album.
4. Para validator yang telah membantu dalam penilaian album penggunaan alat
peraga.
5. Keluarga besar SD N Karangwuni 1 yang telah bersedia bekerjasama
sebagai tempat uji terbatas dan SD N Caturtunggal 1 sebagai SD setara.
6. Pak Muhibat yang telah bersedia untuk bekerjasama selama pembuatan
alat peraga.
7. Bernadeta Tri Hardiyanti, sahabat sepayung yang selalu setia dan sabar.
Akhirnya, semoga album ini dapat berguna bagi para pembaca dan bisa
menjadi salah satu sumber inspirasi untuk lebih baik lagi. Penulis memohon maaf
apabila ada beberapa kesalahan dalam penyajian album alat peraga ini. Oleh
karena itu, penulis meminta kritik dan saran agar mampu lebih baik lagi untuk
kedepannya
Yogyakarta, Januari 2016
Penulis
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGENALAN ALAT PERAGA
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
Alat peraga membaca dan menulis permulaan terdiri dari empat bagian,
yaitu kotak huruf, kotak garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis.
Bagian pertama adalah kotak huruf. Di dalam kotak huruf terdapat beberapa
komponen berupa huruf-huruf abjad, kartu kata, kartu suku kata, kartu diftong,
dan kartu gambar. Huruf konsonan berwarna merah sedangkan huruf vokal
berwarna biru.
Gambar 1. Kotak Huruf
Pengendali kesalahan terdapat pada kartu gambar. Sisi depan berupa
gambar sedangkan sisi belakang dari kartu gambar terdapat nama dari objek
tersebut.
Gambar 2. Kartu gambar (pengendali kesalahan)
Bagian kedua adalah kotak garis. Pada kotak garis ini terdapat dua set
kotak garis yang masing-masing terdiri dari tiga baris garis kalimat. Kotak garis
ini digunakan untuk meletakkan kartu gambar dan untuk menyusun huruf-huruf.
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bagian ketiga adalah papan petunjuk penulisan huruf. Papan ini memuat
seluruh abjad (a sampai z) yang disertai dengan arah penulaisan yang benar.
Melalui papan petunjuk penulisan ini, siswa diharapkan mampu melihat dan
mempraktikkan cara menulis huruf dengan benar.
Gambar 4. Papan Petunjuk Penulisan Huruf (Kiri)
Dan Papan Tulis (Kanan)
Bagian keempat adalah papan tulis. Papan ini disertai dengan spidol
untuk menulis. Huruf-huruf yang telah disusun pada kotak huruf akan ditulis di
papan ini. Ukuran kotak garis pada papan tulis sama dengan ukuran pada kotak
garis.
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PETUNJUK PENGGUNAAN
ALAT PERAGA MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
Materi Pembelajaran
Membaca dan Menulis
Submateri
Membaca dan menulis suku kata, kata, dan
kalimat sederhana.
Tujuan
Melatih keterampilan membaca dan menulis
Syarat
Siswa mengenal abjad dan mampu menulis
huruf.
Usia
Alat peraga
Pengendali kesalahan
6 tahun (kelas I SD)
1. Kotak huruf
2. Kotak garis
3. Papan petunjuk penulisan huruf
4. Papan tulis
Kata yang terdapat di balik kartu gambar
Huruf
Persiapan Pertama
1. Direktris mengajak siswa untuk belajar dengan berkata “Hari ini kita akan
belajar membaca dan menulis. Mari bekerja dengan menggunakan alat
peraga membaca dan menulis permulaan bersama ibu!”.
2. Direktris mengarahkan siswa untuk mengambil alat peraga membaca dan
menulis permulaan dari tempat penyimpanan dengan berkata “Mari bantu
ibu membawa alat peraga keragaman budaya Indonesia!”.
3. Direktris mengarahkan siswa dalam membawa alat peraga membaca dan
menulis permulaan.
4. Siswa mengambil alat peraga membaca dan menulis permulaan dari tempat
penyimpanan.
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Siswa meletakan alat peraga membaca dan menulis permulaan di atas
meja/karpet.
6. Direktris mengarahkan siswa untuk duduk di samping kirinya.
7. Direktris membuka alat peraga membaca dan menulis.
Latihan pertama
8. Direktris menyusun alat peraga dengan urutan: kotak huruf, kotak garis,
kemudian papan tulis.
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Direktris mengenalkan alat peraga membaca dan menulis permulaan kepada
siswa dan berkata “Ini adalah kotak huruf, di sini terdapat huruf a sampai z,
kartu kata, dan kartu gambar.
10. Direktris menunjukkan letak setiap huruf pada kotak huruf dan berkata “Di
sini adalah tempat huruf a!” sambil menunjuk kotak huruf a. Begitu
seterusnya sampai huruf z.
11. Direktris menunjukkan letak kartu kata pada kotak huruf dan berkata “Di sini
adalah tempat kartu kata!” sambil menunjuk kotak kartu kata.
12. Direktris menunjukkan letak kartu gambar pada kotak huruf dan berkata “Di
sini adalah tempat kartu gambar!” sambil menunjuk kotak gambar.
13. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak huruf a?”. Siswa menunjuk
letak yang diminta direktris.
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak kartu kata?” Siswa menunjuk
letak yang diminta direktris.
15. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak kartu gambar?” Siswa
menunjuk letak yang diminta direktris.
Latihan kedua
16. Direktris mengenalkan kotak garis dan berkata “Ini adalah kotak garis. Kotak
ini berfungsi untuk menyusun huruf. Huruf-huruf dan kartu akan kamu susun
di sini”.
17. Direktris memberi contoh cara menyusun huruf pada papan dan berkata
“Huruf disusun pada baris kedua. Sekarang coba kamu susun satu huruf!”.
Siswa menyusun satu huruf pada papan.
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan ketiga
18. Direktris mengenalkan papan petunjuk penulisan huruf dan berkata “Ini
adalah papan petunjuk penulisan huruf. Kamu akan belajar cara menuliskan
huruf dengan benar melalui papan ini”.
19. Direktris membalik papan petunjuk penulisan huruf.
20. Direktris mengenalkan papan tulis dan berkata “Ini adalah papan untuk
menulis. Huruf yang sudah kamu susun di kotak huruf akan kamu tulis disini
dengan menggunakan spidol”.
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persiapan Kedua
21. Direktris mengajak siswa dengan berkata “Sekarang kita akan belajar
membaca dengan alat ini”.
Latihan pertama
22. Direktris mengeluarkan kartu gambar dari kotak huruf dan meletakannya di
kotak garis (Gambar yang digunakan sesuai dengan tahap pengembangan
kata. Gambar yang belum digunakan disendirikan terlebih dahulu).
23. Direktris menyebutkan nama benda/pekerjaan pada gambar tersebut.
24. Direktris
mengambil
huruf
yang
menyusunnya pada kotak huruf.
200
sesuai
dengan
nama,
Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25. Ketika menyusun setiap huruf, direktris meraba huruf sesuai arah
penulisannya sambil mengeja huruf tersebut.
26. Direktris mengambil kartu suku kata yang sesuai dengan nama pada
gambar.
27. Direktris meletakkan kartu suku kata di bawah susunan huruf.
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28. Direktris mengambil kartu kata yang namanya sama dengan gambar pada
kartu gambar.
29. Direktris meletakkan kartu kata di bawah kartu suku kata lalu membaca
nama pada kartu kata.
30. Direktris membalik kartu gambar kemudian mencocokkan nama pada kartu
gambar dengan kartu kata.
31. Direktris menawarkan kepada siswa untuk menyusun huruf sambil berkata
“Apakah kamu mau mencoba?”.
32. Siswa melanjutkan menyusun kartu kata.
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan Kedua
33. Direktris membuka papan petunjuk penulisan huruf. Direktris menunjuk
huruf-huruf yang sesuai dengan huruf pada kotak garis yang disusun.
Direktris meraba arah penulisannya sambil mengeja.
34. Direkris membalik papan petunjuk penulisan huruf tersebut. Direktris
mengambil spidol lalu menulis kata yang disusun pada kotak garis sesuai
dengan arah penulisan yang benar.
35. Direktris meletakan susunan huruf pada kotak garis di sebelah kanan kata
yang ditulis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ukuran huruf yang
ditulis sudah sesuai dengan huruf yang disusun.
36. Direktris menawarkan kepada siswa untuk menulis kata sambil berkata
“Apakah kamu mau mencoba?”.
37. Siswa mencoba menulis kata.
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penutup
38. Direktris memberikan kesimpulan “Hari ini, kita telah belajar membaca dan
menulis dengan menggunakan alat peraga membaca dan menulis
permulaan”.
39. Direktis meminta siswa untuk mengembalikan alat peraga membaca dan
menulis permulaan dengan berkata, “Mari bantu ibu mengembalikan alat
peraga membaca dan menulis permulaan!”.
40. Siswa mengembalikan alat peraga membaca dan menulis permulaan ke
tempat penyimpanan.
41. Siswa membereskan tempat kerja.
Catatan:
Kata yang diberikan bertahap mulai dari kata dengan dua suku kata sama
(misalnya: susu), kemudian menjadi dua suku kata yang berbeda, kemudian tiga
suku kata, lalu kata yang mengandung huruf diftong, sisipan huruf mati dan
sisipan “ng”. Terakhir adalah tahap penyusunan kalimat sederhana dengan dua
kata, tiga kata, dan empat kata.
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7 Gambar Produk Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
GAMBAR PRODUK ALAT PERAGA
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
Gambar 7.1 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan
Gambar 7.2 Huruf pada Kotak Huruf
Gambar 7.2 Kartu Suku Kata
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 7.3 Kartu Diftong dan Imbuhan „ng‟
Gambar 7.4 Kartu Kata
Gambar 7.5 Kartu Gambar
Gambar 7.6 Papan Tulis
Gambar 7.7 Papan Petunjuk Penulisan Huruf
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8 Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
Theresia Tri Wulandari merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara yang lahir di Sleman, 19 Oktober 1994.
Pendidikan dasar ditamatkan pada tahun 2006 di SD
Kanisius Jetis Depok. Pendidikan menengah pertama
diperoleh di SMP Pangudi Luhur Moyudan, lulus pada
tahun 2009. Pendidikan menengah atas ditamatkan tahun
2012 di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Pada tahun 2012,
peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti
mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan
yang pernah diikuti peneliti.
1. Koordinator P3K dalam Inisisasi Prodi PGSD tahun 2014.
2. Koordinator
fasilitator
pada
kegiatan
Pelatihan
Pengembangan
Kepribadian Mahasiswa II tahun 2014.
3. Fasilitator dalam Pandu Konservasi Lingkungan tahun 2014.
4. Pengisi acara dalam Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa
PGSD tahun 2014.
5. Peer partner dalam kegiatan Pendampingan Mahasiswa HAN University
Belanda tahun 2014.
6. Peserta dalam Live Show Karawitan di TVRI tahun 2014.
7. Anggota “PGSD Choir” tahun ajaran 2013/2014, 2014/2015, dan
2015/2016.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Membaca
dan Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori”.
207
Download