BAB 3 - BINUS Journal

advertisement
PENGEMBANGAN KONSEP KURSI BELAJAR
UNTUK USIA PRA SEKOLAH (TK)
Waskito Utomo1; Dyah Budiastuti2
ABSTRACT
Learning chair for preschool in the market such as tends to pay less attention to
physical condition or the size of children body, the function is not used optimally and the
shape of the design is monoton, as well as uninteresting. The development of a learning
chair hopefully can create conformity for user so that it can create the effective learning
process, means the learning chairs not prevent the chlidren are to their activities.
Therefor, a reserach on how to develop a learning chair product concept for preschool
by paying attention to the aesthetic and ergonomic aspect is urgently conducted.
Keywords: learning chair, school, aesthetic, ergonomic
ABSTRAK
Kursi belajar untuk usia pra sekolah (TK) yang selama ini beredar di
pasaran cenderung kurang memperhatikan kondisi fisik atau ukuran tubuh anak, ragam
fungsinya belum dimanfaatkan secara optimal, serta desain bentuknya seragam dan
monoton, sehingga kurang menarik. Kursi belajar yang dikembangkan ini diharapkan
dapat menciptakan kenyamanan bagi penggunanya sehingga akan lebih tercipta proses
belajar mengajar yang efektif, serta tidak menghalangi anak-anak untuk beraktivitas dan
bermain. Untuk itulah, dilakukan penelitian bagaimana mengembangkan konsep produk
kursi belajar bagi usia pra sekolah (TK) dengan memperhatikan aspek estetika dan
ergonomisnya.
Kata kunci: kursi belajar, sekolah, estetika, ergonomis
1
2
Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBiNus, Jakarta
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBiNus, Jakarta
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
135
PENDAHULUAN
Usia pra sekolah (4-5 tahun) merupakan tahap perkembangan anak yang sangat
penting untuk menumbuhkan kecerdasan serta kreativitasnya dalam berbagai hal,
terutama dalam aktivitasnya di sekolah. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
menunjang tercapainya maksud tersebut adalah dengan penggunaan kursi belajar yang
sesuai dan menarik minat anak sehingga mampu membantu kelancaran proses
pembelajaran. Kursi belajar untuk usia pra sekolah (TK) yang selama ini beredar di
pasaran cenderung kurang memperhatikan ukuran tubuh anak, ragam fungsinya juga
sangat terbatas (hanya menjadi tempat untuk duduk saja), serta desainnya kurang menarik
dan bentuknya pun kebanyakan seragam dan monoton. Kursi belajar yang dikembangkan
ini diharapkan dapat menciptakan kenyamanan bagi penggunanya sehingga akan lebih
mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, serta tidak menghalangi
anak-anak untuk beraktivitas dan bermain.
Pengambilan data primer yang dilakukan hanya sebatas empat buah TK, yaitu TK
Putra Pertiwi, TK Islam Assalamah, TK Regency, dan TK Kartini. Pengambilan data
primer dalam pengembangan konsep kursi belajar ini akan lebih menitikberatkan pada
mengetahui fungsi kursi belajar TK serta mengetahui bentuk dan desain kursi belajar
yang cocok untuk murid TK dengan memperhatikan aspek antropometri pada anak.
Metode perancangan yang digunakan untuk mengembangkan konsep kursi ini dapat
dilihat pada Gambar 1 berikut.
136
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
Perencanaan
Produk
Identifikasi Kebutuhan
Pelanggan
1.
2.
3.
4.
Analisa data
Interpretasi kebutuhan
Menentukan hierki kebutuhan
Menentukan kepentingan relatif
Menentukan Spesifikasi
Produk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menentukan daftar kebutuhan pelanggan
Menentukan daftar metrik kebutuhan
Matriks-metrik kebutuhan
Analisis pesaing berdasarkan metrik
Analisis pesaing berdasarkan kebutuhan
Spesifikasi target
Spesifikasi ideal
Konsep Produk
1. Penyusunan konsep
2. Seleksi konsep
a. Penyaringan konsep
b. Penilaian konsep
Desain Produk
Gambar 1 Diagram Alir Perancangan Sistem
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
137
PEMBAHASAN
Perencanaan Produk
Perencanaan produk adalah proses secara periodik yang mempertimbangkan
portofolio proyek pengembangan produk untuk dijalankan dan keluarannya berupa
pernyataan misi proyek yang dikembangkan. Pernyataan misi penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Pernyataan Misi
Pernyataan Misi: Kursi Belajar TK yang Ergonomis
Deskripsi Produk
: Kursi belajar yang sesuai dengan struktur dan anatomi tubuh
anak usia 4–5 tahun mempunyai beberapa fungsi untuk
menunjang proses belajar mengajar serta bermain anak (tidak
sekedar untuk duduk saja) serta mempunyai desain dan bentuk
yang disenangi oleh anak TK.
Sasaran Bisnis Kunci : Produk itu diharapkan dapat diproduksi.
Pasar Utama
: Sekolah TK, kelompok bermain.
Pasar Sekunder
: Pelanggan biasa yang membutuhkan kursi belajar untuk usia 4–5
tahun.
Asumsi-asumsi
: Konstruksi dapat dilepas-lepas (knock-down)
Konstruksi mati
Pihak yang Terkait : Pembeli dan pengguna
Bagian Produksi
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan adalah sebuah proses yang diawali dari
mengumpulkan data mentah dari pelanggan yang akan digunakan untuk menetapkan
spesifikasi produk, membuat konsep produk, dan menyeleksi konsep produk untuk
pengembangan selanjutnya. Data mentah dari pelanggan diperoleh dengan menganalisis
kursi belajar yang saat ini digunakan dan dengan pengisian kuesioner ke para guru TK
untuk mengetahui tanggapan guru terhadap produk kursi belajar yang sekarang digunakan
dan pakai, serta pengukuran data antropometri murid TK Putra Pertiwi, TK Islam
Assalamah, TK Regency, dan TK Kartini. Bentuk kursi belajar yang saat ini digunakan di
keempat TK tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 7. TK Putra
Pertiwi menggunakan dua jenis kursi, seperti diperlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
berikut.
138
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
Gambar 2 Bentuk 1 Kursi TK Putra Pertiwi
Kursi itu memiliki kelebihan tidak memakai paku pada sambungannya sehingga
cukup aman bagi anak, memiliki kombinasi warna yang cukup menarik, serta tidak
memakai kayu sambungan yang dapat membuat anak terjepit. Kekurangan kursi TK itu
terletak pada berat yang di atas berat rata-rata kursi TK lainnya yang diobservasi.
Gambar 3 Bentuk 2 Kursi TK Putra Pertiwi
Kursi itu memiliki kelebihan, yaitu dilengkapi dengan gambar yang menarik.
Kekurangan kursi itu masih menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya, seperti
terlihat pada gambar dengan jelas pakunya terlihat, menandakan kurang rapi dalam
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
139
pengerjaannya, dan masih memakai kayu sambungan terutama pada alas tempat
duduknya yang dapat membuat anak terjepit.
Kursi yang digunakan oleh TK Islam Assalamah juga ada dua jenis. Kursi
pertama, mempunyai ukuran yang kurang sesuai dengan dimensi tubuh anak, terutama
dari tinggi senderannya yang terlalu pendek untuk ukuran anak yang berbeda dengan
kursi kedua. Kedua kursi tidak diberi warna atau dicat maupun gambar, dan masih
menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya, masih memakai kayu sambungan
terutama pada alas tempat duduknya yang dapat membuat anak terjepit, dan terbuat dari
kayu jati sehingga cukup kuat dan awet untuk digunakan, walaupun agak berat untuk
anak. Bentuk kedua kursi dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut. TK Islam
Assalamah juga menggunakan dua jenis kursi, seperti diperlihatkan pada Gambar 4 dan
Gambar 5 berikut.
Gambar 4 Bentuk 1 Kursi TK Islam Assalamah
Gambar 5 Bentuk 2 Kursi TK Islam Assalamah
140
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
Kursi yang digunakan di TK Regency sudah diberi cat, walaupun masih
menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya tetapi paku tidak tampak dari luar
serta pada alas tempat duduknya tidak terlihat celah yang dapat membuat anak terjepit.
Untuk ukuran kursinya sendiri, sudah cukup sesuai dengan dimensi tubuh anak.
Gambar 6 Bentuk Kursi TK Regency
Kursi yang digunakan oleh TK Kartini agak berbeda dibandingkan kursi TK pada
umumnya, yaitu sudah diberi cat dengan kombinasi warna yang menarik, masih
menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya, dan paku masih tampak dari luar
serta pada alas tempat duduknya juga masih terlihat celah yang dapat membuat anak
terjepit. Untuk ukuran kursinya sendiri sudah cukup sesuai dengan dimensi tubuh anak.
Gambar 7 Bentuk Kursi TK Kartini
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
141
Menentukan Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk bertujuan untuk menjelaskan hal yang harus dilakukan oleh
sebuah produk. Spesifikasi produk didasarkan pada daftar kebutuhan pelanggan yang
merupakan hasil simpulan proses identifikasi kebutuhan pelanggan. Hasil akhir proses
spesifikasi produk adalah spesifikasi akhir. Dari hasil interprestasi kebutuhan pelanggan,
didapat spesifikasi akhir kursi belajar sebagai berikut.
Tabel 2 Spesifikasi Akhir
No.
Metrik
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan
1
2
3
4, 21, 22
5
6
7, 8
8
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
8
9, 20
10
11
12
13, 14
16
15, 17
17
18
19
21
Metrik
Kepentingan
Satuan
Berat total
Bahan penunjang untuk menahan bergesernya kursi
Pemilihan desain yang aman
Pemilihan bahan baku
Dimensi kursi
Alat untuk merawat
Ada fungsi tambahan lain
5
3
5
4
4
5
4
kg
List
Subj.
List.
cm
List
List
Ukuran rak
4
cm2
Ukuran laci
Disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh anak
Ukuran gambar
Pemilihan gambar
Pemilihan warna yang serasi
Pemilihan bahan cat
Waktu untuk melipat kursi
Waktu untuk membongkar/merakit kursi
Pemilihan sambungan yang aman
Dimensi kursi ketika dilipat
Kekuatan untuk menahan beban berat
Ukuran jok
4
5
4
5
3
3
5
4
4
5
3
4
cm3
cm
cm
Subj.
Subj.
Subj.
detik
detik
Subj.
cm
kg
cm
Konsep Produk
Konsep produk adalah perkiraan gambaran teknologi, prinsip kerja, dan bentuk
produk. Pada tahap ini dihasilkan 2 (dua) konsep sebagai berikut.
142
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
Konsep A : Kontruksi Dapat Dilipat
Gambar 8 Konsep A: Kontruksi Dapat Dilipat
Konsep B: Kontruksi Tidak Dapat Dilipat
Jok untuk senderan kursi
Jok untuk
alas kursi
Laci
tempat
peralatan
sekolah
Rak
tempat
tas
Gambar 9 Konsep B: Kontruksi Tidak Dapat Dilipat
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
143
Pemilihan konsep dilakukan dengan metode Matriks. Metode Matriks terdiri atas
dua tahapan, yaitu tahapan penyaringan konsep dan tahapan penilaian konsep. Dari kedua
tahapan tersebut diperoleh hasil Konsep B yang terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut,
yaitu kursi dengan konstruksi tidak dapat dilipat.
Desain Produk
Pada tahap desain produk, kursi TK akan didesain berdasarkan segi estetis dan
ergonomisnya. Hal itu diselaraskan dengan pernyataan misi (mission statement) untuk
kursi TK yang terdapat pada tahap perencanaan produk.
1. Segi Estetis
Dari segi estetis, kursi belajar TK harus mempunyai desain dan bentuk yang
disenangi oleh anak selain mempunyai beberapa fungsi untuk menunjang proses belajar
mengajar serta bermain anak (tidak sekedar untuk duduk saja). Oleh karena itu, ada
perubahan dalam desain dan bentuk kursi belajar yang dihasilkan dari seleksi konsep.
Perubahan tersebut meliputi perubahan pada hal berikut.
a. Sandaran Kursi
Sandaran kursi didesain berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan sekolah
anak, seperti alat tulis menulis anak. Akibatnya, laci pada bagian bawah alas kursi
yang ada pada konsep semula tidak diperlukan lagi. Sandaran juga dilengkapi dengan
jok agar anak merasa nyaman (Lihat Gambar 10).
Gambar 10 Sandaran Kursi
b. Rak Tempat Tas Sekolah
Rak tempat tas sekolah tidak akan digunakan karena tidak praktis dan hanya
menambah berat kursi. Sebagai gantinya, akan dipakai gantungan yang ditempatkan
pada rangka kursi samping baik di sisi kiri maupun kanan, lihat Gambar 11.
144
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
c. Rangka Kursi Samping
Rangka kursi samping akan berbentuk seperti terlihat pada Gambar 11. Rangka kursi
itu terbuat dari papan kayu agar praktis dan dapat diberi gambar menarik seperti yang
disenangi oleh anak. Selain itu, juga akan cukup aman bagi anak dan membuat berat
kursi keseluruhan menjadi ringan.
Gambar 11 Rangka Kursi Samping
d. Alas Duduk Kursi
Karena laci tempat penyimpanan peralatan sekolah anak yang tadinya diletakkan di
bawah kursi sudah dihilangkan, alas mempunyai bentuk yang lebih ramping dan
sederhana sehingga akan mempermudah dalam proses pembuatannya. Pada alas
duduk kursi itu, juga dilengkapi dengan jok.
Gambar 12 Alas Duduk Kursi
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
145
Secara keseluruhan, gambar kursi belajar TK dari segi estetis sebagai berikut.
Gambar 13 Kursi Belajar TK dari Segi Estetis
2. Segi Ergonomis
Dari segi ergonomisnya, kursi belajar TK harus sesuai dengan struktur dan
anatomi tubuh anak usia 4–5 tahun agar dapat memberikan kenyamanan bagi anak.
Anggota tubuh yang diukur dan digunakan untuk perancangan kursi TK ini adalah seperti
gambar di bawah ini, walaupun dalam praktik pengukurannya tidak hanya enam bagian
anggota tubuh ini saja yang diukur tetapi ada 14 bagian anggota tubuh yang diukur.
.
Gambar 13 Anggota Tubuh yang Diukur
146
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
Dari hasil pengukuran antropometri anak tersebut, diperoleh desain ergonomis
sebagai berikut.
Sandaran Kursi
Lebar sandaran kursi yang dipakai adalah 31 cm agar anak dengan ukuran bahu yang
lebar dapat dengan nyaman bersandar di sandaran kursi tersebut. Tinggi sandaran
kursi adalah 20 cm.
b. Rangka Kursi Samping
Tinggi rangka kursi samping adalah 70 cm sedangkan lebarnya adalah 37 cm.
c. Alas duduk kursi
Lebar alas duduk kursi 26 cm dan panjang alas duduk kursi 30 cm.
a.
Akhirnya, dengan memperhatikan segi estetis dan ergonomis, diperoleh desain
kursi secara lengkap sebagai berikut.
Gambar 14 Kursi Secara Lengkap
Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti)
147
PENUTUP
Kursi belajar TK yang sekarang digunakan, fungsinya hanya sebagai tempat duduk
saja. Hal itu tidak sesuai dengan hasil identifikasi kebutuhan pelanggan yang
menginginkan kursi yang juga mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan
keperluan sekolah anak.
2. Tinggi kursi belajar TK yang sekarang digunakan belum sesuai dengan antropometri
anak, terutama dari tinggi kursi belajar TK yang di bawah 65 cm sedangkan kursi
yang ergonomis tingginya 70 cm.
3. Kursi belajar TK yang sekarang digunakan kurang memperhatikan segi estetisnya.
Hal itu dapat dijadikan peluang pasar bagi produk kursi belajar yang dikembangkan.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Gyi, Diane. 2003. “Seating.” Diakses pada tanggal 1 Agustus 2003.
www.ergonomic4school.com/seating.htm.
Sritomo Wignjosoebroto. 1982. Ergonomi, Studi Gerak, dan Waktu Jilid 1. Jakarta: PT
Guna Widya.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Ulrich, Karl T. and Steven D. Eppinger. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk.
Jakarta: Salemba Teknik.
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Worthy, Tina. 2003. “Anthropometry.” Diakses pada tanggal 1 Agustus 2003.
www.ergonomic4school.com/anthropometry.htm.
148
INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148
Download