PENGEMBANGAN KONSEP KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH (TK) Waskito Utomo1; Dyah Budiastuti2 ABSTRACT Learning chair for preschool in the market such as tends to pay less attention to physical condition or the size of children body, the function is not used optimally and the shape of the design is monoton, as well as uninteresting. The development of a learning chair hopefully can create conformity for user so that it can create the effective learning process, means the learning chairs not prevent the chlidren are to their activities. Therefor, a reserach on how to develop a learning chair product concept for preschool by paying attention to the aesthetic and ergonomic aspect is urgently conducted. Keywords: learning chair, school, aesthetic, ergonomic ABSTRAK Kursi belajar untuk usia pra sekolah (TK) yang selama ini beredar di pasaran cenderung kurang memperhatikan kondisi fisik atau ukuran tubuh anak, ragam fungsinya belum dimanfaatkan secara optimal, serta desain bentuknya seragam dan monoton, sehingga kurang menarik. Kursi belajar yang dikembangkan ini diharapkan dapat menciptakan kenyamanan bagi penggunanya sehingga akan lebih tercipta proses belajar mengajar yang efektif, serta tidak menghalangi anak-anak untuk beraktivitas dan bermain. Untuk itulah, dilakukan penelitian bagaimana mengembangkan konsep produk kursi belajar bagi usia pra sekolah (TK) dengan memperhatikan aspek estetika dan ergonomisnya. Kata kunci: kursi belajar, sekolah, estetika, ergonomis 1 2 Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBiNus, Jakarta Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBiNus, Jakarta Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 135 PENDAHULUAN Usia pra sekolah (4-5 tahun) merupakan tahap perkembangan anak yang sangat penting untuk menumbuhkan kecerdasan serta kreativitasnya dalam berbagai hal, terutama dalam aktivitasnya di sekolah. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menunjang tercapainya maksud tersebut adalah dengan penggunaan kursi belajar yang sesuai dan menarik minat anak sehingga mampu membantu kelancaran proses pembelajaran. Kursi belajar untuk usia pra sekolah (TK) yang selama ini beredar di pasaran cenderung kurang memperhatikan ukuran tubuh anak, ragam fungsinya juga sangat terbatas (hanya menjadi tempat untuk duduk saja), serta desainnya kurang menarik dan bentuknya pun kebanyakan seragam dan monoton. Kursi belajar yang dikembangkan ini diharapkan dapat menciptakan kenyamanan bagi penggunanya sehingga akan lebih mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, serta tidak menghalangi anak-anak untuk beraktivitas dan bermain. Pengambilan data primer yang dilakukan hanya sebatas empat buah TK, yaitu TK Putra Pertiwi, TK Islam Assalamah, TK Regency, dan TK Kartini. Pengambilan data primer dalam pengembangan konsep kursi belajar ini akan lebih menitikberatkan pada mengetahui fungsi kursi belajar TK serta mengetahui bentuk dan desain kursi belajar yang cocok untuk murid TK dengan memperhatikan aspek antropometri pada anak. Metode perancangan yang digunakan untuk mengembangkan konsep kursi ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. 136 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148 Perencanaan Produk Identifikasi Kebutuhan Pelanggan 1. 2. 3. 4. Analisa data Interpretasi kebutuhan Menentukan hierki kebutuhan Menentukan kepentingan relatif Menentukan Spesifikasi Produk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menentukan daftar kebutuhan pelanggan Menentukan daftar metrik kebutuhan Matriks-metrik kebutuhan Analisis pesaing berdasarkan metrik Analisis pesaing berdasarkan kebutuhan Spesifikasi target Spesifikasi ideal Konsep Produk 1. Penyusunan konsep 2. Seleksi konsep a. Penyaringan konsep b. Penilaian konsep Desain Produk Gambar 1 Diagram Alir Perancangan Sistem Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 137 PEMBAHASAN Perencanaan Produk Perencanaan produk adalah proses secara periodik yang mempertimbangkan portofolio proyek pengembangan produk untuk dijalankan dan keluarannya berupa pernyataan misi proyek yang dikembangkan. Pernyataan misi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Pernyataan Misi Pernyataan Misi: Kursi Belajar TK yang Ergonomis Deskripsi Produk : Kursi belajar yang sesuai dengan struktur dan anatomi tubuh anak usia 4–5 tahun mempunyai beberapa fungsi untuk menunjang proses belajar mengajar serta bermain anak (tidak sekedar untuk duduk saja) serta mempunyai desain dan bentuk yang disenangi oleh anak TK. Sasaran Bisnis Kunci : Produk itu diharapkan dapat diproduksi. Pasar Utama : Sekolah TK, kelompok bermain. Pasar Sekunder : Pelanggan biasa yang membutuhkan kursi belajar untuk usia 4–5 tahun. Asumsi-asumsi : Konstruksi dapat dilepas-lepas (knock-down) Konstruksi mati Pihak yang Terkait : Pembeli dan pengguna Bagian Produksi Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan adalah sebuah proses yang diawali dari mengumpulkan data mentah dari pelanggan yang akan digunakan untuk menetapkan spesifikasi produk, membuat konsep produk, dan menyeleksi konsep produk untuk pengembangan selanjutnya. Data mentah dari pelanggan diperoleh dengan menganalisis kursi belajar yang saat ini digunakan dan dengan pengisian kuesioner ke para guru TK untuk mengetahui tanggapan guru terhadap produk kursi belajar yang sekarang digunakan dan pakai, serta pengukuran data antropometri murid TK Putra Pertiwi, TK Islam Assalamah, TK Regency, dan TK Kartini. Bentuk kursi belajar yang saat ini digunakan di keempat TK tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 7. TK Putra Pertiwi menggunakan dua jenis kursi, seperti diperlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 berikut. 138 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148 Gambar 2 Bentuk 1 Kursi TK Putra Pertiwi Kursi itu memiliki kelebihan tidak memakai paku pada sambungannya sehingga cukup aman bagi anak, memiliki kombinasi warna yang cukup menarik, serta tidak memakai kayu sambungan yang dapat membuat anak terjepit. Kekurangan kursi TK itu terletak pada berat yang di atas berat rata-rata kursi TK lainnya yang diobservasi. Gambar 3 Bentuk 2 Kursi TK Putra Pertiwi Kursi itu memiliki kelebihan, yaitu dilengkapi dengan gambar yang menarik. Kekurangan kursi itu masih menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya, seperti terlihat pada gambar dengan jelas pakunya terlihat, menandakan kurang rapi dalam Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 139 pengerjaannya, dan masih memakai kayu sambungan terutama pada alas tempat duduknya yang dapat membuat anak terjepit. Kursi yang digunakan oleh TK Islam Assalamah juga ada dua jenis. Kursi pertama, mempunyai ukuran yang kurang sesuai dengan dimensi tubuh anak, terutama dari tinggi senderannya yang terlalu pendek untuk ukuran anak yang berbeda dengan kursi kedua. Kedua kursi tidak diberi warna atau dicat maupun gambar, dan masih menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya, masih memakai kayu sambungan terutama pada alas tempat duduknya yang dapat membuat anak terjepit, dan terbuat dari kayu jati sehingga cukup kuat dan awet untuk digunakan, walaupun agak berat untuk anak. Bentuk kedua kursi dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut. TK Islam Assalamah juga menggunakan dua jenis kursi, seperti diperlihatkan pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut. Gambar 4 Bentuk 1 Kursi TK Islam Assalamah Gambar 5 Bentuk 2 Kursi TK Islam Assalamah 140 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148 Kursi yang digunakan di TK Regency sudah diberi cat, walaupun masih menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya tetapi paku tidak tampak dari luar serta pada alas tempat duduknya tidak terlihat celah yang dapat membuat anak terjepit. Untuk ukuran kursinya sendiri, sudah cukup sesuai dengan dimensi tubuh anak. Gambar 6 Bentuk Kursi TK Regency Kursi yang digunakan oleh TK Kartini agak berbeda dibandingkan kursi TK pada umumnya, yaitu sudah diberi cat dengan kombinasi warna yang menarik, masih menggunakan paku untuk merekatkan sambungannya, dan paku masih tampak dari luar serta pada alas tempat duduknya juga masih terlihat celah yang dapat membuat anak terjepit. Untuk ukuran kursinya sendiri sudah cukup sesuai dengan dimensi tubuh anak. Gambar 7 Bentuk Kursi TK Kartini Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 141 Menentukan Spesifikasi Produk Spesifikasi produk bertujuan untuk menjelaskan hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk. Spesifikasi produk didasarkan pada daftar kebutuhan pelanggan yang merupakan hasil simpulan proses identifikasi kebutuhan pelanggan. Hasil akhir proses spesifikasi produk adalah spesifikasi akhir. Dari hasil interprestasi kebutuhan pelanggan, didapat spesifikasi akhir kursi belajar sebagai berikut. Tabel 2 Spesifikasi Akhir No. Metrik 1 2 3 4 5 6 7 Kebutuhan 1 2 3 4, 21, 22 5 6 7, 8 8 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 8 9, 20 10 11 12 13, 14 16 15, 17 17 18 19 21 Metrik Kepentingan Satuan Berat total Bahan penunjang untuk menahan bergesernya kursi Pemilihan desain yang aman Pemilihan bahan baku Dimensi kursi Alat untuk merawat Ada fungsi tambahan lain 5 3 5 4 4 5 4 kg List Subj. List. cm List List Ukuran rak 4 cm2 Ukuran laci Disesuaikan dengan ukuran dimensi tubuh anak Ukuran gambar Pemilihan gambar Pemilihan warna yang serasi Pemilihan bahan cat Waktu untuk melipat kursi Waktu untuk membongkar/merakit kursi Pemilihan sambungan yang aman Dimensi kursi ketika dilipat Kekuatan untuk menahan beban berat Ukuran jok 4 5 4 5 3 3 5 4 4 5 3 4 cm3 cm cm Subj. Subj. Subj. detik detik Subj. cm kg cm Konsep Produk Konsep produk adalah perkiraan gambaran teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Pada tahap ini dihasilkan 2 (dua) konsep sebagai berikut. 142 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148 Konsep A : Kontruksi Dapat Dilipat Gambar 8 Konsep A: Kontruksi Dapat Dilipat Konsep B: Kontruksi Tidak Dapat Dilipat Jok untuk senderan kursi Jok untuk alas kursi Laci tempat peralatan sekolah Rak tempat tas Gambar 9 Konsep B: Kontruksi Tidak Dapat Dilipat Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 143 Pemilihan konsep dilakukan dengan metode Matriks. Metode Matriks terdiri atas dua tahapan, yaitu tahapan penyaringan konsep dan tahapan penilaian konsep. Dari kedua tahapan tersebut diperoleh hasil Konsep B yang terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut, yaitu kursi dengan konstruksi tidak dapat dilipat. Desain Produk Pada tahap desain produk, kursi TK akan didesain berdasarkan segi estetis dan ergonomisnya. Hal itu diselaraskan dengan pernyataan misi (mission statement) untuk kursi TK yang terdapat pada tahap perencanaan produk. 1. Segi Estetis Dari segi estetis, kursi belajar TK harus mempunyai desain dan bentuk yang disenangi oleh anak selain mempunyai beberapa fungsi untuk menunjang proses belajar mengajar serta bermain anak (tidak sekedar untuk duduk saja). Oleh karena itu, ada perubahan dalam desain dan bentuk kursi belajar yang dihasilkan dari seleksi konsep. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada hal berikut. a. Sandaran Kursi Sandaran kursi didesain berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan sekolah anak, seperti alat tulis menulis anak. Akibatnya, laci pada bagian bawah alas kursi yang ada pada konsep semula tidak diperlukan lagi. Sandaran juga dilengkapi dengan jok agar anak merasa nyaman (Lihat Gambar 10). Gambar 10 Sandaran Kursi b. Rak Tempat Tas Sekolah Rak tempat tas sekolah tidak akan digunakan karena tidak praktis dan hanya menambah berat kursi. Sebagai gantinya, akan dipakai gantungan yang ditempatkan pada rangka kursi samping baik di sisi kiri maupun kanan, lihat Gambar 11. 144 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148 c. Rangka Kursi Samping Rangka kursi samping akan berbentuk seperti terlihat pada Gambar 11. Rangka kursi itu terbuat dari papan kayu agar praktis dan dapat diberi gambar menarik seperti yang disenangi oleh anak. Selain itu, juga akan cukup aman bagi anak dan membuat berat kursi keseluruhan menjadi ringan. Gambar 11 Rangka Kursi Samping d. Alas Duduk Kursi Karena laci tempat penyimpanan peralatan sekolah anak yang tadinya diletakkan di bawah kursi sudah dihilangkan, alas mempunyai bentuk yang lebih ramping dan sederhana sehingga akan mempermudah dalam proses pembuatannya. Pada alas duduk kursi itu, juga dilengkapi dengan jok. Gambar 12 Alas Duduk Kursi Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 145 Secara keseluruhan, gambar kursi belajar TK dari segi estetis sebagai berikut. Gambar 13 Kursi Belajar TK dari Segi Estetis 2. Segi Ergonomis Dari segi ergonomisnya, kursi belajar TK harus sesuai dengan struktur dan anatomi tubuh anak usia 4–5 tahun agar dapat memberikan kenyamanan bagi anak. Anggota tubuh yang diukur dan digunakan untuk perancangan kursi TK ini adalah seperti gambar di bawah ini, walaupun dalam praktik pengukurannya tidak hanya enam bagian anggota tubuh ini saja yang diukur tetapi ada 14 bagian anggota tubuh yang diukur. . Gambar 13 Anggota Tubuh yang Diukur 146 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148 Dari hasil pengukuran antropometri anak tersebut, diperoleh desain ergonomis sebagai berikut. Sandaran Kursi Lebar sandaran kursi yang dipakai adalah 31 cm agar anak dengan ukuran bahu yang lebar dapat dengan nyaman bersandar di sandaran kursi tersebut. Tinggi sandaran kursi adalah 20 cm. b. Rangka Kursi Samping Tinggi rangka kursi samping adalah 70 cm sedangkan lebarnya adalah 37 cm. c. Alas duduk kursi Lebar alas duduk kursi 26 cm dan panjang alas duduk kursi 30 cm. a. Akhirnya, dengan memperhatikan segi estetis dan ergonomis, diperoleh desain kursi secara lengkap sebagai berikut. Gambar 14 Kursi Secara Lengkap Pengembangan Konsep Kursi Belajar... (Waskito Utomo; Dyah Budiastuti) 147 PENUTUP Kursi belajar TK yang sekarang digunakan, fungsinya hanya sebagai tempat duduk saja. Hal itu tidak sesuai dengan hasil identifikasi kebutuhan pelanggan yang menginginkan kursi yang juga mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan keperluan sekolah anak. 2. Tinggi kursi belajar TK yang sekarang digunakan belum sesuai dengan antropometri anak, terutama dari tinggi kursi belajar TK yang di bawah 65 cm sedangkan kursi yang ergonomis tingginya 70 cm. 3. Kursi belajar TK yang sekarang digunakan kurang memperhatikan segi estetisnya. Hal itu dapat dijadikan peluang pasar bagi produk kursi belajar yang dikembangkan. 1. DAFTAR PUSTAKA Gyi, Diane. 2003. “Seating.” Diakses pada tanggal 1 Agustus 2003. www.ergonomic4school.com/seating.htm. Sritomo Wignjosoebroto. 1982. Ergonomi, Studi Gerak, dan Waktu Jilid 1. Jakarta: PT Guna Widya. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Ulrich, Karl T. and Steven D. Eppinger. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknik. Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Worthy, Tina. 2003. “Anthropometry.” Diakses pada tanggal 1 Agustus 2003. www.ergonomic4school.com/anthropometry.htm. 148 INASEA, Vol. 5 No. 2, Oktober 2004: 135-148