BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Persediaan Bahan Baku
2.1.1.1. Pengertian Persediaan
Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan
untuk proses produksi didalam suatu perusahaan dan disediakan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.
Persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan
segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi
pemenuhan permintaan. Permintaan pada sumber daya internal ataupun
eksternal ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang
jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan
komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
(T. Hani Handoko, 2000 : 333). Persediaan sebagai kekayaan perusahaan,
memiliki peran penting dalam operasi bisnis dalam pabrik (manufacturing),
persediaan dapat terdiri dari : persediaan bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses (WIP), barang jadi, dan persediaan suku cadang. (Zulian
Yamit, 2005 : 228). Sedangkan secara umum istilah persediaan barang yang
dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual
kembali atau untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Pada
7
8
perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual
kembali diberi judul persediaan barang. (Zaki Baridwan, 2010 : 149).
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi dan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan yang
secara terus-menerus diperoleh diubah kemudian dijual kembali, bahan baku
yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian
lokal dan pengelolaan sendiri dalam memperoleh bahan baku. Perusahaan
tidak hanya mengeluarkan biaya-biaya pembelian, pergudangan dan biayabiaya yang lainnya.
2.1.1.2. Jenis-Jenis Persediaan Bahan Baku
Persediaan
ada
berbagai
jenis,
setiap
jenisnya
mempunyai
karakteristik khusus dan cara pengelolaannya juga berbeda. Menurut jenisnya
persediaan phisik dapat dibedakan atas (T.Hani Handoko, 2000 : 334) :
1. Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barangbarang yang berwujud mentah. Persediaan ini akan dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri
oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts / components),
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana akan secara langsung dapat
dirakit menjadi produk.
9
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), adalah persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
suatu proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk akan
tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
atau dikirim kepada langganan.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2010 : 150) Jenis persediaan yang ada
dalam perusahaan manufaktur sebagai berikut :
1. Bahan Baku dan Penolong
Bahan baku adalah barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi
yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Bahan penolong adalah
barang yang menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya relatif
kecil atau sulit diikuti biayanya. Misalnya perusahaan mebel, bahan
bakunya yaitu kayu, rotan, besi siku. Dan bahan penolong adalah paku
dan dempul.
2. Supplies Pabrik
Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses
produksi misalnya pada oli mesin, bahan pembersih mesin.
10
3. Barang Dalam Proses
Adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada
tanggal neraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan. Dan untuk
dapat dijual masih diperlukan pengerjaan lebih lanjut.
4. Produk Selesai
Yaitu barang-barang yang sudah dikerjakan dalam proses produksi dan
menunggu saat penjualannya.
2.1.1.3. Pentingnya Persediaan Bahan Baku Bagi Perusahaan
Ada arti penting mengapa perusahaan mengadakan persediaan bahan baku
yaitu :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh perusahaan.
2. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
3. Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik-baiknya.
6. Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.
Dari penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa persediaan penting
artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan, sehingga perusahaan perlu
11
menetapkan besar kecilnya persediaan yang ada didalam perusahaaan, agar
dapat terjaga dengan stabil tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan bahan baku
dalam perusahaan yaitu : (Bambang Riyanto, 2001 : 74)
a. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan tersebut
terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat
atau mengganggu jalannya proses produksi.
b. Volume produksi yang direncanakan, dimana pada volume produksi yang
direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang
direncanakan.
c. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk
mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
d. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di
waktu-waktu yang akan datang.
e. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.
f. Harga pembelian bahan mentah.
g. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan digudang.
h. Tingkat kecepatan material menjadikannya rusak atau turun kualitasnya.
2. Beberapa kelemahan apabila perusahaan mengadakan persediaan yang terlalu
besar adalah :
12
a. Tingginya biaya penyimpanan serta investasi dalam persediaan tersebut
akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk membiayai investasi pada
barang-barang lain.
b. Adanya resiko kerusakan karena terlalu lama disimpan.
c. Apabila terjadi dengan penurunan biaya harga bahan baku akan
merugikan perusahaan.
3. Dan sebaliknya apabila perusahan mengadakan persediaan yang terlalu kecil
maka akan terjadi resiko ialah sebagai berikut :
a. Apabila perusahan sering kehabisan bahan, maka pelaksanaan proses
produksi dalam perusahaan tidak akan berjalan lancar.
b. Persediaan yang terlalu kecil terkadang tidak mampu memenuhi
kebutuhan produksi perusahaan.
c. Apabila rata-rata persediaan bahan baku relatif kecil, maka frekuensi
pembelian semakin besar, yang berarti biaya pemesanan akan semakin
tinggi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku sebagai berikut :
a. Perkiraan pemakaian
Perkiraan tersebut merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya
bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses
produksi selama suatu periode.
13
b. Harga bahan baku
Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu
pula dalam kebijakan persediaan bahan baku. Harga bahan baku ini
merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan
yang akan disediakan untuk investasi persediaan bahan baku.
c. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula dalam penentuan besarnya persediaan
bahan baku. Dan didalam perhitungan biaya persediaan dikenal dengan
adanya dua tipe biaya, yaitu biaya-biaya yang semakin besar dengan
semakin besarnya rata-rata persediaan, serta biaya yang justru akan
semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata persediaan.
d. Kebijaksanaan pembelanjaan
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari
perusahaan itu akan tergantung kepada kebijaksanaan dari dalam
perusahaan tersebut. Selain itu dilihat juga apakah dana yang disediakan
tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan
perusahaan atau hanya sebagian saja.
e. Pemakaiaan bahan
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode ke periode yang lalu
(actual demand) merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan,
seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan
14
serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah
disusun dan harus dianalisa. Maka dengan demikian dapat disusun
perkiraan kebutuhan pemakaian bahan bakuyang mendekati pada
kenyataan.
f. Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) merupakan tanggung jawab yang diperlukan
antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu,
waktu tunggu ini juga harus diperhatikan karena sangat erat hubungannya
dengan penentuan saat kembali (reorder). Dengan diketahui waktu
tunggu maka perusahaan akan membeli pada saat yang tepat, sehingga
resiko penumpukan atau kekurangan bahan baku dapat ditekan dengan
seminimal mungkin.
2.1.2. Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ (Economic Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang yang
dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai
jumlah pembelian yang optimal.(Bambang Riyanto, 2001 : 78).
Pada bagian terdahulu telah didefinisikan bahwa ada lima kategori biaya yang
dikaitkan pada keputusan persediaan. Dari kelima kategori biaya tersebut
hanya ada dua yaitu biaya pesan dan biaya simpan yang relevan untuk
dipertimbangkan dalam model EOQ.(Zulian Yamit, 2005 : 232). Kebanyakan
literature persediaan mengatakan bahwa, model EOQ sangat mudah untuk
15
diterapkan apabila asumsi dasar dalam EOQ dipenuhi sebagai berikut :
(Zulian Yamit, 2005 : 233)
1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti atau konstan.
Yaitu dimana tingkat permintaan untuk setiap item bersifat konstan dan
diketahui dengan pasti untuk penggunaan satu tahun atau satu periode.
2. Item yang dipesan independen dengan item lain.
Yaitu persediaan permintaan item yang dipesan bebas dengan item lain
atau item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan
produk lain.
3. Pesanan diterima dengan segera dan pasti.
Yaitu persediaan dari pesanan tiba dalam satu batch atau paket pada satu
titik waktu dan pesanan datang pada waktu yang bersamaan dan tetap.
4. Tidak terjadi stockout.
Yaitu tidak terjadi adanya kekurangan atau kehabisan stock pasokan
barang dengan permintaan barang karena model EOQ tidak diijinkan hal
tersebut.
5. Harga item konstan.
Yaitu dimana harga bahan baku konstan atau tidak terjadi perubahan
selama satu periode tertentu, dengan kata lain harga per unit tetap dan
tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah volume
yang besar.
16
Perhitungan EOQ dapat digunakan rumus sebagai berikut :
(Bambang Riyanto, 2001 : 79)
EOQ =
2xRxS
Pxl
Dimana :
R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu
misalkan 1 tahun.
S = Biaya pesanan tiap kali pesan.
P = Harga pembelian perunit yang dibayar.
l = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang dinyatakan dalam
presentase dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini antara lain
ditunjukkan pada tabel 2.1. sebagai berikut :
17
Tabel 2.1.
Hasil Penelitian Terdahulu
No
Judul (Peneliti)
Variabel
Alat Uji
Hasil
1.
Analisis
persediaan bahan
baku karet pada
PT. Kilang lima
gunung
Padang.
(Indra Fitria)
Biaya penyimpanan,
biaya pemesanan,
biaya penyiapan,
biaya kehabisan dan
kekeurangan bahan
baku.
Diuji
model
EOQ
(economic
order
quantity).
Dengan menerapkan metode
EOQ terjadi penghematan
biaya persediaan sebesar
6.897.214.664, dgn biaya
pemesanan 2.694.265,.352
dan biaya penyimpanan
2.694.175.845.
2.
Analisis
pengendalian
bahan baku
menggunakan
metode EOQ.
(studi kasus pada
PT.Misaja Mitra
CO.LD). (Wahyu
Tri Pamungkas
dan Aftoni
Sutanto)
Pemakaian bahan
baku sesungguhnya,
peramalan
persdiaan bahan
baku, persediaan
bahan baku, biaya
penyimpanan,biaya
pemesanan, titik
pemesanan kembali,
persediaan
pengaman.
Diuji
model
EOQ
(Economic
Order
Quantity).
Dengan menggunakan
metode EOQ dapat
disimpulkan bahwa
perusahaan mengalami
penghematan yg terkecil
pada total biaya pembelian
bahan baku ialah pada tahun
2008 sebesar
Rp 303.763.020, dengan
total biaya dari perusahaan
sebesar Rp 1.017.900.435.
dan menurut perhitungan
EOQ ialah sebesar
Rp 714.137.415.
3.
Pengendalian
persediaan bahan
baku pada Usaha
Greda
Bakery
Lianli
Manado.
(Eyverson Ruauw)
Biaya
penyimpanan,biaya
pemesanan, biaya
penyiapan, biasa
kehabisan dan
kekurangan bahan
baku.
Diuji
model
EOQ
(Economic
Order
Quantity).
Jadi terjadi penghematan
total biaya persediaan,
karena total biaya yang
dhitung menurut Grenda
Lianli tahun 2009 dan 2010
yaitu Rp 1.335.726,30 dan
Rp 1.489.153,04. lebih
besar dari total biaya yang
dihitung menurut EOQ pada
tahun 2009 dan 2010 adalah
Rp 653.057,8 dan
Rp 738.276,2.
Sumber : Dari berbagai sumber yang diolah, 2013.
18
2.3. Kerangka Pemikiran
Didalam penelitian ini secara spesifik akan dibahas tentang perhitungan
persediaan bahan baku dengan metode EOQ (Economic Order Quantity)
seperti yang akan terlihat pada bagan dibawah ini :
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
Perusahaan Tenun Ikat Srikandi
Ratu Jepara
Data Penelitian
(Data kebutuhan, data pembelian, biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan)
Perhitungan
EOQ
Kesimpulan Efektif dan efisiensi
perhitungan persediaan dengan metode
EOQ
Untuk mulai perhitungan persediaan bahan baku dengan metode EOQ,
sebelumnya data diperoleh dari Perusahaan Tenun Ikat Srikandi Ratu Jepara berupa
data kebutuhan, pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, kemudian data
penelitian dihitung dengan menggunakan metode EOQ, dimana untuk mengetahui
jumlah kuantitas pemesanan yang optimal, sehingga dari hasil akhir dapat diberi
kesimpulan apakah efektif dan efisiensi perhitungan dengan metode EOQ tersebut.
19
Download