BAB I SEMINAR : SALAH SATU RAGAM BERBICARA ILMIAH 1.1

advertisement
BAB I
SEMINAR : SALAH SATU RAGAM
BERBICARA ILMIAH
1.1. Teori dan Model Komunikasi
Suatu proses komunikasi terjadi apabila antara dua orang atau lebih saling
menjalin hubungan satu sama lain. Dalam hubungan itu seorang berinteraksi dengan
orang lain, saling memadukan atau saling menukar informasi, ide, dan pendapat,
saling menyatakan perasaan, serta secara bersama-sama dapat membuat rencana
untuk memecahkan problema yang mereka hadapi. Secara disadari ataupun tidak,
komunikasi dilakukan dengan saling mengirim dan menerima pesan, baik berupa
pesan "ujaran" maupun "nirujar". Dalam komunikasi penerima pesan tidak pasif,
tetapi juga aktif menyambut pesan. Penerima pesan bahkan dapat menyampaikan
pesan balikan, dan bertukar kedudukan menjadi pengirim pesan.
Dalam prakteknya, komunikasi dapat berlangsung antara seseorang dan
massa. Pada dasarnya, yang terjadi dalam komunikasi adalah pemindahan maksud,
makna atau informasi dari pengirim pesan kepada penerimanya dengan disengaja
ataupun tidak. Proses komunikasi akan mengenai sasarannya apabila penerima pesan
dapat menangkap makna atau informasi seperti yang dimaksudkan oleh si pengirim
pesan. Namun sebaliknya, bila makna atau informasi yang dikirim oleh pengirim
pesan menjadi berubah atau tidak dapat ditangkap sama sekali oleh penerima pesan,
komunikasi dapat dikatakan tidak berhasil.
Apabila diperhatikan kejadian sebenarnya, komunikasi adalah suatu proses
yang bergerak sekaligus secara "linier", "menebar”, "menyusut", dan "berputar".
Secara "linier" dalam arti proses komunikasi berlangsung terus-menerus dari orang
ke orang seakan tanpa putus-putusnya. Secara "menebar" dalam arti dari satu orang
ke beberapa atau banyak orang dan seterusnya, secara "menyusut" dalam arti dari
banyak orang ke satu orang. Sedangkan secara "berputar" pengirim dan penerima
pesan terus menerus saling bertukar kedudukan. Peristiwa komunikasi ternyata
merupakan jaringan yang sulit untuk dibayangkan karena sangat rumit dan kompleks.
Namun demikian, dalam kerumitannya itu sebenarnya dapat diidentifikasi adanya
struktur dasar komunikasi yang terjalin dari unsur-unsurnya yang sangat pokok dan
umum.
Adapun struktur dasar tersebut selanjutnya akan digambarkan sebagai modelmodel komunikasi. Sedangkan unsur-unsur yang ada didalamnya mencakup : (a)
orang atau manusia yang berperan sebagai pengirim (sumber) maupun penerima
pesan, (b) pesan, (c) saluran, (d) bising, (e) konteks, (f) balikan, dan (g) pengaruh.
a. Orang atau Manusia
Dalam setiap kontak komunikasi melibatkan orang atau manusia di dalamnya.
Baik antar pribadi, dalam sekelompok kecil dan dalam komunikasi umum, terdapat
di antaranya semua tipe pengirim pesan (sender) serta penerima pesan (receivers).
Pengirim pesan tidak selalu dalam kedudukannya yang tetap, tetapi ia dapat bertukar
kedudukan menjadi penerima pesan. Demikian pula sebaliknya ia dapat bertukar
kedudukan menjadi pengirim pesan. Setiap kontak komunikasi merupakan
pengiriman dan penerimaan pesan secara timbal balik, dan bergulir terus menerus.
Apabila kita hanya sebagai pengirim pesan, maka kita hanya mengeluarkan
sinyal-sinyal (tanda) tanpa pernah berhenti untuk mempertimbangkan siapa orang
yang sedang kita pengaruh. Sedangkan jika kita hanya sebagai penerima pesan, kita
tidak lebih dari sekadar penampung sinyal-sinyal yang dikirim oleh orang lain tanpa
memberi kesempatan kepada mereka untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya
pada kita. Namun ternyata suatu komunikasi yang efektif tidak bekerja dengan cara
sedemikian itu. Pesan "ujaran" maupun "nirujar" yang kita kirimkan sebagian
ditentukan atau dipengaruh oleh pesan yang kita terima dari orang-orang lain.
b. Pesan
Dalam setiap kamunikasi, baik komunikasi antar perseorangan, komunikasi
dalam kelompok kecil, dan komunikasi umum, setiap orang akan mengirimkan dan
menerima pesan "ujaran" maupun "nirujar". Apa yang kita bicarakan, kata-kata yang
kita gunakan untuk menyatakan pikiran dan perasaan kita., suara yang kita
timbulkan, bagaimana cara kita duduk, ekspresi muka dan mungkin bahkan sentuhan
ataupun penciuman, kesemuanya memberikan informasi. Dapat pula kita nyatakan
bahwa apa yang dilakukan dan dikatakan oleh pengirim dan penerima pesan adalah
merupakan pesan potensial sejauh di antara mereka menafsirkan perilaku tersebut.
Apabila seseorang tersenyum, meringis, berteriak, atau berpaling muka, maka itu
berarti bahwa seseorang itu mengkomunikasikan sesuatu dan kamunikasi yang
dilakukannya benar-benar telah berlangsung.
Dalam komunikasi, kita dapat pula menyatakan pikiran dan perasaan kita
dalam wujud tanda-tanda atau sistem tanda. Yaitu, tanda-tanda atau sistem tanda bisa
mewakili pikiran dan perasaan kita, serta dapat ditangkap oleh orang lain kepada
siapa tanda itu dikirim. Tanda-tanda atau sitem tanda yang mewakili isi pikiran dan
perasaan kita itulah yang biasanya disebut pesan. Pesan sebagai sistem tanda dapat
berupa sistem tanda bahasa, sistem tanda rupa (seni rupa), sistem tanda bunyi
(musik), dan sebagainva.
c. Saluran
Disamping mengirim dan menerima pesan "ujaran" ataupun "nirujar", kita
juga mengirim dan menerima pesan melalui hampir semua indera kita. Oleh karena
itu,
kita
dapat
dikatakan
sebagai
komunikator
yang
bersaluran
banyak
(multichnanneled communicator). Kita menerima pesan bunyi seperti waktu kita
mendengar kebisingan suara di pasar, menerima pesan penglihatan seperti ketika
melihat bagaimana seorang memandang, menerima pesan rasa ketika menikmati
lezatnya makanan, menerima pesan bau ketika mencium wewangian yang dipakai
seseorang, dan menerima pesan rabaan ketika memegang-megang kain di toko bahan
pakaian. Contoh ini menunjukkan bahwa ternyata begitu banyak saluran komunikasi.
Kita dapat memilih salah satu saluran dengan mengabaikan saluran yang lain, atau
menggunakan semua saluran secara sekaligus sesuai dengan efektifitas komunikasi.
d. Bising
Dalam perspektif komunikasi, kebisingan adalah segala sesuatu yang dapat
mengalihkan perhatian atau mengurangi kemampuan kita untuk mengirim dan
menerima pesan. Dengan demikian, walaupun kita telah terbiasa dengan kebisingan
suara tertentu atau sekelompok suara, seorang komunikator yang cukup awas akan
mengetahui bahwa kebisingan juga dapat ditimbulkan oleh ketidak nyamanan fisik,
suasana hati, atau oleh keadaan lingkungan. Jadi kebisingan mencakup segala
"distraksi". yaitu, seperti suara sirine yang keras, bau yang menusuk, ataupun
ruangan yang panas. Di samping itu, juga faktor-faktor perseorangan seperti
prasangka, lamunan, dan semacam perasaan tak puas.
e. Konteks
Komunikasi selalu berada dalam suatu konteks atau tatanan, yaitu mencakup
tatanan lingkungan, dan budaya. Sekali waktu konteks bersifat sangat alami sehingga
sulit untuk dikenal. Namun di saat yang lain konteks membuat kesan yang
sedemikian rupa dalam diri kita, yaitu seakan memegang kendala cukup besar atas
perilaku yang kita perbuat. Jelasnya, lingkungan akan mempengaruhi cara kita
bertindak terhadap orang lain atau cara kita berkomunikasi dengan mereka.
Lingkungan tertentu sedikit atau banyak akan menyebabkan perubahan sikap
ketubuhan kita seperti cara kita berbicara. Suatu fakta yang tak dapat diabaikan
adalah tanpa kita sadari, keadaan tempat dan waktu seringkali mempengaruhi proses
komunikasi.
f. Balikan
Pada waktu kita berkomunikasi dengan satu orang atau lebih kita juga
menerima informasi balikan. Isyarat-isyarat ujaran maupun nirujar yang kita
bayangkan sebagai reaksi atau komunikasi yang kita jalankan, adalah berfungsi
sebagai balikan. Balikan menyadarkan kepada kita tentang bagaimana kita
berkomunikasi.
Balikan terdari dari balikan positif dan balikan negatif. Balikan positif adalah
balikan yang mendorong diri kita untuk tetap bersikap atau menjalankan tindakan
yang sedang dilakukan dalam komunikasi. Sedangkan sebaliknya, balikan negatif
adalah yang mengkoreksi diri kita agar meniadakan atau mengubah sikap dan
tindakan yang sedang kita jalankan itu. Baik balikan positif maupun negatif dapat
timbul dari sumber-sumber internal dan exsternal. Balikan yang berasal dari sumber
internal yaitu balikan yang kita berikan kepada diri kita sendiri berdasarkan hasil
pemantauan kita atas perilaku atau kinerja kita selama berkomunikasi. Sedangkan
balikan yang berasal dari sumber external yaitu balikan yang berasal dari orang lain
yang terlibat dalam komunikasi. Jadi sebenarnya balikan menyatakan kepada kita
tentang bagaimana kita harus berkomunikasi secara efektif agar sasarannya dapat
tercapai.
g. Pengaruh
Suatu pengalaman komunikasi selalu mempunyai pengaruh pada diri kita dan
pada diri orang lain atau dengan siapa kita berinteraksi. Pengaruh dapat bersifat
emosional, fisik, kognitif, atau kombinasi ketiganya. Setiap komunikasi, baik antar
perseorangan, dalam kelompok kecil, ataupun dalam komunikasi massa, dapat
menimbulkan perasaan gembira, sedih ataupun marah. Komunikasi dapat
menyebabkan seseorang berkelahi, beradu pendapat, atau menjadi apatis.
Komunikasi
dapat
pula
melahirkan
pemahaman-pemahaman
baru,
meningkatkan pengetahuan, melahirkan kesunyian, dan kebimbangan. Akibat atau
hasil dari peristiwa komunikasi dapat pula berupa kombinasi dari ketiga pengaruh
tersebut. Karena pengaruh-pengaruh tersebut tidak selalu, mudah diamati, maka
nampaknya justru menunjukkan bahwa reaksi komunikasi lebih dari apa yang bisa
dilihat dan di dengar.
Unsur-unsur komunikasi seperti yang telah dipaparkan di atas, dalam proses
komunikasi terjalin satu sama lain secara sistemik berstruktur. Adapun sistem jalinan
itu dapat diambarkan dalam model-model komunikasi sebagai berikut :
Referent
Source =
encoder
Comunication
Skill
Attitudes
Experiences
Verbal
Stimuli
Physical
Stimuli
Vocal
stimuli
Receiver =
Decoder
Comunication
Attitudes
Experiences
Feeback
Context
Gambar diatas adalah model yang dirujuk dari karya seorang peneliti
komunikasi Gerald R. Miller. Model tersebut menggambarkan bagaimana seseorang
(source-encoder) mengirimkan pesan (message) kepada orang lain (receiver-decoder)
mengenai suatu objek keadaan, pengalaman atau gagasan (referent). Pesan yang
dikirim paling tidak berupa tiga unsur, yaitu rangsang ujaran (kata), rangsang fisik
(sikap tubuh, ekspresi muka, gerak), dan rangsang suara (aksen, tinggi rendahnya
suara, tekanan suara). Seorang yang telah menerima pesan, yang secara disadari
ataupun tidak telah dikirim oleh seorang pengirim pesan, akan menanggapi pesan
tersebut dalam berbagai sikap (dengan balikan positif atau negatif). Baik pesan yang
dikirim (source's message) maupun tanggapan penerimanya (receiver's response)
dipengaruhi oleh kanteks komunikasi (contest), keahlian komunikasi setiap
pelakunya (communication skills), sikap attitudes, dan pengalamannya di masa
lampau (past experiences), kebisingan (noise) tidak tertera dalam model ini, tetapi
pada dasarnya dapat dikatakan, bahwa besarnya penyimpangan antara pesan yang
dikirim dan diterima adalah bergantung kepada kehadiran kebisingan.
Dari gambar diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pesan sumber dapat
diterima oleh penerima pesan karena pesan berada di dalam medan pengalaman baik
sumber maupun penerima pesan.
Gambar di atas menunjukkan secara lebih eksplisit bahwa proses komunikasi
lebih merupakan perputaran kejadian yang berlangsung satu arah (one-way event).
Setiap pelaku komunikasi nampak diperlakukan sebagai enconder sekaligus decoder.
Selain itu setiap pelaku komunikasi masing-masing bertindak sebagai Interpreter
yang mencoba memahami pesan yang mereka terima dengan cara yang berbeda. Hal
ini disebabkan karena setiap orang dipengaruhi oleh suatu medan pengalaman atau
kerangka acuan psikologis (sebagai bentuk kebisingan) yang selalu mengikutinya di
mana pun ia berada.
Model komunikasi pada gambar di atas mengkombinasikan kelebihan modelmodel yang ada sebelumnya. Pada model ini komunikasi merupakan suatu proses
melingkar, tanggungjawab pengiriman dan penerimaan pesan dibagi bersama di
antara para komunikator. Menurut model ini, pesan atau sejumlah pesan dapat
dikirimkan melalui satu saluran atau lebih, dan interaksi yang terjadi berada dalam
pengaruh atau konteks tertentu (definite cotext). Dalam gambar terlihat bahwa
kebisingan dapat memasuki proses interaksi di setiap titik, kebisingan dapat
mempengaruhi kemampuan mengirim maupun menerima yang dimiliki oleh pihakpihak yang berinteraksi. (Widjodirjo, 1994 : 349 - 357).
1.2. Berbicara Dalam Situasi Formal
Berbicara dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang.
Walaupun secara alamiah setiap orang mampu berbicara, namun berbicara secara
formal atau dalam situasi resmi sering menimbulkan kegugupan sehingga gagasan
yang dikemukakan menjadi tidak teratur. Dengan demikian diperlukan persiapan dan
keterampilan melalui bimbingan serta latihan yang intensif untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus
mempersiapkan diri sebaik mungkin. Persiapan ini menyangkut persiapan pokok
pembicaraan yang dipilih dan hal-hal yang berhubungan dengan kelengkapan bahan
pembicaraan tersebut antara lain :
1.2.1. Persiapan Pembicaraan Formal
Topik pembicaraan merupakan salah satu penunjang keefektifan berbicara.
Memilih topik pembicaraan merupakan kegiatan yang pertama sekali dilakukan.
Topik diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, pengamatan, pendapat,
penalaran, dan khayalan. Topik-topik ilmiah bersumber dari pengalaman,
pengamatan dan penalaran.
Dalam memilih topik terutama dalam pembicaraan ilmiah, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangan :
a. Topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dibicarakan.
b. Topik jangan terlalu luas dan jangan terlalu sempit, karena akan memudahkan
kita mencari informasi sehingga masalah dapat betul-betul dikuasai.
c. Topik yang dibahas hendaknya ada manfaatnya bagi pendengar, untuk
menambah ilmu pengetahuan atau yang berkaitan dengan profesi.
d. Topik yang dipilih hendaknya sudah diketahui sehingga dapat merangsang
pendengar.
1.2.2. Menentukan Tujuan, Bahan dan Kerangka
Tujuan ini dapat dinyatakan dalam dua cara jika pembicara ingin
mengembangkan gagasan yang merupakan tema dari seluruh pembicaraan.
Perumusan tujuan dapat memberikan arah pengembangan pembicaraan.
Mengumpulkan bahan yang berupa contoh-contoh, perbandingan, sejarah,
kasus, fakta, hubungan sebab akibat, pengujian atau pembuktian, angka-angka,
kutipan-kutipan dan sebagainya yang dapat membantu mengembangkan gagasan.
Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub topik. Kerangka
ini menjadi pedoman bagi kita dalam berbicara, sehingga pembicaraan memerlukan
persiapan secara tertulis, dalam bentuk makalah.
1.3. Rambu-Rambu Berbicara
Suksesnya sebuah pembicaraan sangat tergantung kepada pembicara dan
pendengar.
Untuk itu dituntut beberapa persyaratan kepada seorang pembicara dan pendengar.
Di bawah ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
a. Menguasai masalah yang dibicarakan.
b. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengijinkan.
c. Pengaranan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar.
d. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat.
e. Pandangan mata dan gerak-gerik harus sesuai dengan mimik,
f. Sopan santun dan memelihara rasa persaudaraan.
g. Suara hendaknya dapat didengar oleh pendengar dalam ruangan dimaksud.
Begitu juga rambu-rambu dalam berdebat bagi pembicara :
a. Pembicara seyogyanya mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pokok
pembicaraan.
b. Mempunyai kemampuan menganalisis
c. Mengerti prinsip-prinsip argumentasi
d. Mempunyai keterampilan dalam membuktikan kesaiahan.
e. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan dan mempengaruhi orang lain.
Begitu juga bagi yang bertanya memiliki rambu-rambu sebagai berikut :
a. Penanya harus mengerti proposisi/usul sebelum ditanyakan kepada pembicara.
b. Harus bersungguh-sungguh mencari informasi melalui pertanyaan itu.
c. Jangan menguji pembicara dengan berpura-pura bertanya.
d. Penanya hendaknya memikirkan dan merumuskan pertanyaan sebelum diucapkan
agar pertanyaan yang disampaikan menjadi jelas, singkat dan padat,
e. Hindarkan pertanyaan yang ditunggangi prasangka emosional.
f. Ajukan bertanyaan secara wajar, sehingga tidak membingungkan pembicara.
g. Pertanyaan harus mempunyai tujuan untuk mendapatkan informasi, meluruskan
masalah atau meninjau fakta yang telah disampaikan pembicara sebelumnya.
1.4. Pokok-pokok Berdiskusi
Diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran; suatu bentuk pembicaraan
secara teratur dan terarah. Diskusi sendiri memberikan manfaat sebagai pelaksanaan
demokrasi, pengujian sikap toleransi, latihan berfikir, dan pengejawatahan sikap
intelijensia dan kreatif. Dengan demikian diskusi merupakan tempat mempertajam
pengertian dan pendapat, ia menjadi tempat menyiasati, menganalisa dan
menyelesaikan masalah.
Bentuk-bentuk diskusi bisa berupa seminar, panel, simposium, wawancara,
braistroming dan yang lainnya yang disesuaikan dengan bentuk diskusi yang dipilih.
1.5. Pengertian Seminar
Kata seminar berasal dari bahasa Latin ‘semin' yang berarti biji atau benih.
Dengan demikian seminar dapat diartikan tempat benih-benih kebijaksanaan
disemikan. Secara umum seminar diartikan sebuah pertemuan yang mendiskusikan
tentang kebijaksanaan yang akan dipakai sebagai landasan untuk memecahkan
masalah yang bersifat teknis.
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas suatu
masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui suatu diskusi untuk
mendapat keputusan bersama (Parera, 1982 : 71).
Masalah-masalah tersebut dibahas dalam suatu seminar dengan tujuan untuk
mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu, peserta seminar terdiri atas orangorang yang berkecimpung dalam masalah tersebut, sehingga dapat memberikan
pandangan dan pendapat yang tepat dalam pemecahan masalah. Semua itu dilakukan
dalam koridor ilmiah walaupun topik pembicaraannya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan utamanya adalah mencari jalan
pemecahan, oleh sebab itu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan,
baik usul, saran, resolusi maupun rekomentasi.
Di Perguruan Tinggi, khususnya Perguruan Tinggi Negeri dikenal suatu
bentuk seminar yang disebut seminar akademik mahasiswa. Seminar akademik
mahasiswa adalah pertemuan para mahasiswa untuk mengkomunikasikan dan
mendiskusikan hasil penelitian institusional atau studi mereka dan mediskusikan
masalah-masalah yang hendak diteliti pada penelitian, pengalaman, dan saling
membantu dalam memecahkan masalah.
Dalam forum ini juga mahasiswa dapat saling membantu mengidentifikasi
masalah baru dan mengembangkan rencana penelitian berikutnya. Dengan demikian,
seminar merupakan suatu forum yang mendorong diadakannya penelitian, kegiatan
studi tertentu dan mengungkapkan/pengalaman mahasiswa.
Diatas telah dikemukakan bahwa seminar merupakan suatu forum pertemuan,
ilmiah. Dalam pertemuan tersebut diadakan pembahasan tanggapan dari para peserta
melalui diskusi. Baik dalam penyampaian prasaran maupun dalam diskusi diperlukan
data dan fakta untuk dapat membuktikan bahwa pendapatnya benar. Menyusun
argumentasi bukanlah suatu hal yang mudah, karena diharuskan menyiapkan bahan
secukupnya. Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri
merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiri dalam memperoleh
informasi-informasi yang tepat untuk suatu obyek persoalan. Informasi diperoleh
mungkin melalui observasi, riset, bibliografi dan lain-lain. Data, fakta dan informasi
itu tentu masih harus diseleksi, dipilih mana yang diperlukan sesuai dengan objek
atau persoalan bagaimana menyampaikan dalam pembicaraan atau penyajiannya
dalam suatu bentuk rangkaian yang logis dan menyakinkan.
Evaluasi :
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami seminar merupakan
salah satu ragam berbicara secara formal yang memiliki beberapa persyaratan yang
harus terpenuhi.
Soal :
1. Sebutkan
persiapan-persiapan
dan
hal-hal
yang
berhubungan
kelengkapan bahan pembicaraan !
2. Sebutkan rambu-rambu berbicara dalam rangka situasi formal !
3. Sebutkan bentuk-bentuk diskusi !
4. Sebutkan keterkaitan seminar dengan penelitian !
dengan
BAB II
LlNGKUP FORUM AKADEMIK
Lingkup forum akademik mencakup pengertian tentang forum akademik,
kegiatan forum akademik dan tahapan forum akademik.
2.1. Pengertian Tentang Forum Akademik
Adapun yang dimaksud dengan forum akademik adalah pertemuan
sekelompok warga sivitas akademika yang terjadwal untuk membahas secara ilmiah
tentang sesuatu topik dengan tujuan menumbuhkan dan memupuk kemampuan, sikap
ilmiah dan sikap profesional melalui pemahaman yang lebih obyektif tentang topik
yang dibahas.
2.2. Kegiatan Forum Akademik
Kegiatan forum akademik meliputi penyampaian dau pembahasan hasil
penelitian, inovasi, bahasan, literatur, isu dalam masyarakat, hasil pengamatan
terhadap suatu studi kasus, hasil karya ilmiah dan partisipasi serta penyelenggaraan
lomba karya ilmiah, dengan pendekatan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
2.3. Fungsi Forum Akademik
Adapun beberapa fungsi dari forum akademik bagi mahasiswa tersebut antara
lain :
a. Sebagai sarana pendidikan bagi mahasiswa untuk memperluas wawasannya,
kesempatan berkonsultasi dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapinya
secara ilmiah.
b. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan dirinya dan
berkomunikasi secara efektif dan efisien.
c. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk lebih dini menghayati nilai, norma, etika
dan tradisi ilmiah serta sikap profesional.
d. Sebagai sarana melatih mahasiswa untuk mengorganisasikan kegiatan akademik
secara cermat dan bertanggung jawab.
e. Sebagai sarana perguruan tinggi untuk menciptakan "academic milieu" yang amat
diperlukan bagi sivitas akademika dalam rangka meningkatkan mutu dan
relevansinya.
Forum akademik bagi mahasiswa seyogyanya memperhatikan juga hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan kegiatan tersebut hendaknya atas inisiatif para mahasiswa.
b. Pemilihan tema atau topik untuk forum akademik tersebut hendaknya juga
berdasarkan usulan para mahasiswa.
c. Pengorganisasian forum akademik tersebut seyogyanya dilakukan oleh para
mahasisiva dengan arahan para dosen sesuai dengan tujuan pengembangan
kemahasiswaan di masa yang akan datang.
d. Sebagai sarana pendidikan bagi mahasiswa maka, forum akademik ini lebih
mementingkan proses dari pada outputnya, maka sejak perencanaan kegiatan
sampai dengan perumusan hasil kegiatan tersebut hendaknya dilakukan oleh para
mahasiswa sendiri dengan bimbingan dosen sesuai dengan keperluan.
Buku Pedoman Penyelenggaraan Forum Akademik bagi mahasiswa disusun
dengan harapan :
a. Agar pengembangan penalaran keilmuan bagi mahasiswa yang menjadi prioritas
program pengembangan kemahasiswaan di selenggarakan di perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta dapat terus di tingkatkan baik frekuensi maupun
mutunya.
b. Penyimpangan atau kerancuan dalam pemilihan atau penggunaan wahana
akademik di dalam penyelenggaraan forum akdemik dapat dihindari.
c. Penyelenggaraan forum akademik yang semakin di minati oleh para mahasiswa
agar dapat lebih efisien dan efektif, sehingga menunjang proses peningkatan
mutu, relevansi pendidikan tinggi di Indonesia.
2.4. Tahapan Penyelenggaraan Forum Akademik
2.4. l . Tahapan Persiapan
Yang meliputi : menentukan tujuan, topik bahasan, waktu kegiatan peserta
kegiatan, serta sumber daya yaitu pembicara, dana dan sarana. Pembuatan usulan
kegiatan sendiri dari panitia pengarah & panitia penyelenggara.
a. Penentuan tujuan :
Perencanaan atas forum akademik berbeda dengan perencanaan pertemuan
umum, konferensi atau konvensi dalam satu hal pokok yang menonjol yaitu
mengenai tema dan tujuannya.
b. Penentuan Penentuan waktu dan tempat
Waktu Forum Akademik sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah
atau nasional, umpamanya : Bulan Bahasa, Hari Ibu, Hari Pendidikan Nasional.
Jika Forum Akademik itu lebih kecil penentuan waktu perlu diperhatikan
sehingga dapat dihadiri oleh peserta. Begitu juga mengenai penentuan tempat
harus dipertimbangkan masalah transportasi, kapasitas dan biaya.
c. Penentuan Bentuk dan Pola Forum Akademik :
Bentuk dan pola Forum Akademik adalah tentang "apa" dan "bagaimana"nya
Forum Akademik dipolakan apa yang akan disampaikan dalam Forum
Akademik. Adanya pengharapan dari penyelenggara mampu peserta yang harus
dipelajari, diperbaiki dan di alami serta bagaimana mereka akan dapat
memperolehnya. Bentuk dan pola dirumuskan akan menjadi bagian sangat
penting berkait dengan pengharapan-pengharapan tersebut. Seperti halnya
sekelompok peserta yang baru mengikuti Forum Akademik untuk pertama
kalinya mungkin belum berpengalaman di dalam partisipasi kelompok.
d. Penentuan fasilitas
Segala kebutuhan atau fasilitas bagi keiancaran forum akademik hendaknya
dipersiapkan sebaik-baiknya seperti : tempat duduk, cahaya yang cukup terang
dan sirkulasi udara menyegarkan dalam ruangan, alat-alat peraga (visual, audio
visual) yang diperlukan dan publikasi.
Tempat mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelancaran forum
akademik. Tempat yang ideal untuk melaksanakan forum akademik adalah : bersih,
rapi, dan luas.
2.4.2. Tahap Pelaksanaan Forum Akademik
Kesuksesan atau kegagalan suatu forum akademik sangat tergantung kepada
bagaimana pelaksanaan forum akademik tersebut. Dalam hal ini pihak-pihak yang
menentukan adalah para fungsionaris dan para peserta forum akademik. Para
fungsionaris terdiri atas pimpinan, sekretaris dan peserta Forum Akademik. Tahap
pelaksanaan forum akademik berupa penyelenggaraan kegiatan sesuai rencana.
2.4.3. Tahapan pelaporan Forum Akademik
Setelah forum akademik selesai maka panitia pelaksana harus membuat
laporan lengkap terdiri dari :
1) Laporan penyelenggaraan forum akademik akademik yang meliputi :
a. Keseluruhan penyelenggaraan forum akademik
b. Jalannya persidangan forum akademik
c. Penggunaan dana penyelenggaraan forum akademik
2) Laporan substantif atau proceeding forum akademik meliputi :
a. Kumpulan materi atau makalah yang dibahas oleh para pembicara dan
masing-masing disertai dengan ringkasan / abstraknya.
b. Pertanyaan peserta dan jawabannya.
c. Rangkuman dari setiap persidangan.
d. Kesimpulan umum dari keseluruhan forum akademik.
e. Perumusan dan rekomendasi yang dihasilkan.
Laporan lengkap diselesaikan paling lama 10 (sepuluh) hari setelah selesainya
forum akademik dalam suatu format teknis sesuai dengan standar laporan yang
berlaku di masing-masing perguruan tinggi, dan disampaikan kepada pimpinan
perguruan tinggi serta instansi lain yang terkait. Untuk para pembicara utama hanya
di beri laporan substantif (proceeding) forum akademik saja.
Evalusi
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami pengertian forum
akademik; fungsi forum akademik dan tahapan penyelenggaraan forum akademik.
Soal :
1. Apakah yang dimaksud dengan forum akademik ?
2. Apakah fungsi forum akademik ?
3. Sebutkan tahapan-tahapan forum akademik !
BAB III
BENTUK DAN METODA FORUM AKADEMIK
Masyarakat ilmiah mengenal tradisi yang dibakukan tentang berbagai metoda
dan bentuk forum akademik. Bentuk dan metoda yang akan dipergunakan tergantung
kepada beberapa faktor, di antaranya : tujuan forum, sasaran yang akan dicapai dan
sarana yang tersedia. Untuk mempermudah pemahaman akan dibagi menjadi dua
kelompok.
Kelompok Bentuk dan Metoda Utama, yaitu kegiatan yang dapat berdiri
sendiri dan sering dipergunakan, antara lain : studium generate (ceramah umum
ilmiah), panel, simposium, forum akademik, diskusi kelompok dan lokakarya.
Kelompok Bentuk dan Metoda Tambahan, yaitu kegiatan yang membantu
atau mendukung forum bentuk dan metoda utama, kelompok ini terdiri dari :
pemeranan, studi kasus, curah pendapat, kolokium, sidang/seksi kelompok studi
kecil, studi lapangan dan simulasi.
3.1. Kelompok Utama
3.1.l. Studium Generale (Ceramah Umum Ilmiah)
a. Pengertian
Studium generate merupakan suatu bentuk dan metoda penyampaian
infarmasi ilmiah secara lisan tentang suatu topik tertentu oleh seorang yang
berkualifikasi, dengan maksud memberi wawasan umum dan memperluas
wawasan ilmiah serta mengembangkan sikap interdisiplin tentang satu bidang
ilmu kepada para ilmuwan / calon ilmuwan dengan latar belakang ilmu yang
beragam dan berbeda dengan penceramah.
b. Penggunaan dan jalannya Kegiatan
Studium generale biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi
dalam rangka memberikan pengertian tentang suatu konsep kepada kelompok
orang yang jumlahnya mencapai ratusan orang sesuai dengan fasilitas yang
tersedia.
Bilamana pembicara menguasai teknik berbicara di muka umum dengan
baik, dan mampu menggunakan alat bantu peraga, maka studium generale
bermanfaat sebagai suatu metoda penambah ilmu. Disamping itu keuntungan
lainnya dapat digunakan pada kelompok yang berjumlah besar.
Sebaliknya kerugian metoda ini ialah sangat tergantung kepada
kemampuan penceramah. Pembicara yang menoton (datar) dapat membuat para
pendengar menjadi bosan dan informasi yang disampaikan tidak akan
diperhatikan. Waktu penyampaian ceramah umum ilmiah yang ideal ialah sekitar
30 sampai 60 menit. Sering kali setelah selesai ceramah dilakukan tanya jawab
dengan peserta.
3.1.2. Panel/Diskusi Panel
a. Pengertian
Panel atau disebut juga diskusi panel ialah suatu pembicaraan atau
pertukaran pikiran yang dilakukan oleh panelis, yaitu orang yang menguasai
masalah yang didiskusikan di hadapan sekelompok hadirin.
Diskusi panel pada prinsipnya melibatkan beberapa panelis yang
mempunyai keahlian bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan
pendapat serta pandangannya mengenai suatu masalah untuk kepentingan
pendengar (Arsjad, 1991 : 37). Dengan demikian masalah yang didiskusikan
dapat memberikan berbagai penerangan atau perluasan wawasan kepada
pendengar tentang masalah-masalah yang sedang hangat di masyarakat.
b. Penggunaan dan Talannya Kegiatan
Bentuk dan metode panel digunakan untuk membahas suatu topik secara
mendalam dan diharapkan pembahasan itu dapat diikuti oleh hadirin untuk
diambil manfaatnya.
Pada diskusi panel, yang berdiskusi ialah panelis yang jumlahnya antara 3
(tiga) sampai 6 (enam) orang. Proses diskusi diatur oleh moderator yang berperan
sangat menentukan kelancaran jalannya diskusi. Disini tidak diperlukan ceramah
atau pembacaan makalah oleh para panelis. Biasanya moderator akan
melontarkan suatu topik dan para panelis diminta untuk mengutarakan
pemikirannya secara singkat dalam alokasi waktu yang sama, misalnya masingmasing 10 menit kemudian dilanjutkan dengan bertukar pikiran secara aktif dan
spontan tentang topik tersebut. Dalam kegiatan ini para hadirin hanya dapat
mengamati jalannya diskusi atau dilibatkan dalam tanya jawab, setelah diskusi
antar panelis. Waktu yang baik untuk diskusi panel ialah sekitar 45 menit.
Metoda ini mempunyai keuntungan yaitu topik dapat dibahas secara
mendalam dari berbagai sudut pandang oleh para panelis yang tentunya
menguasai bidang tersebut.
Kekurangannya ialah kesulitan dalam mencari moderator yang baik. Selain
itu apabila kemampuan panelis tidak berimbang, maka salah satu panelis dapat
mendominasi diskusi tersebut. Pada akhir diskusi tidak perlu ada kesimpulan.
Moderator dapat membuat rangkuman umum tentang hal yang dibicarakan.
Bilamana waktu cukup tersedia maka panel dapat dilanjutkan dengan
forum, sehingga seluruh kegiatan ini disebut juga sebagai panel dan forum
(panel-forum)
Pada panel forum, setelah para panelis berdiskusi; para peserta
dipersilahkan untuk berdiskusi dengan para panelis melalui moderator. Dengan
metoda ini akan diperoleh banyak pendapat berharga yang disampaikan oleh para
hadirin.
3.1.3. Simposium
a. Pengertian
Simposium merupakan suatu pertemuan terbuka dengan beberapa
pembicara yang menyampaikan ceramah pendek mengenai aspek berbeda tetapi
saling berkaitan tentang suatu topik.
Simposium hampir sama dengan panel, hanya lebih bersifat formal.
Pemrasaran harus menyampaikan masalah yang disoroti dari sudut pandang
keahlian masing-masing. Masalah yang dibahas mempunyai ruang lingkup yang
luas, sehingga perlu ditinjau dari berbagai sudut atau aspek ilmu untuk
mendapatkan perbandingan (Arsjad. 1991 : 38).
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Metoda simposium digunakan bilamana diinginkan untuk memberikan
informasi suatu topik atau masalah tertentu dengan cara yang lebih terorganisir
dengan membahasnya dari berbagai aspek.
Para pembicara yang menyampaikan pandangannya berjumlah 2 (dua)
sampai 4 (empat) orang. Masing-masing berbicara dalam jangka waktu 5 (lima)
sampai 20 (dua puluh) menit. Berbeda dengan diskusi panel, yang para
pembicaranya berbicara dari tempat duduk masing-masing, maka pada
simposium seringkali pembicara dari mimbar khusus dihadapan para hadirin
dengan jumlahnya cukup besar.
Setelah para pembicara selesai menyampaikan pandangannya, tidak ada
diskusi. Keuntungan dari metode ini ialah para pendengar dapat mengikuti dari
banyak aspek mengenai suatu topik tertentu, namun karena tidak ada diskusi,
maka tidak ada partisipasi para pendengar.
Pada akhir simposium tidak perlu ada kesimpulan, tetapi moderator
membuat rangkuman tentang hal yang dibicarakan. Bilamana partisipasi hadirin
diperlukan maka selesai simposium, kegiatan dapat dilanjutkan dengan forum.
Kegiatan ini disebut sebagai simposium dan forum (simposium-forum). Dengan
penggabungan ini maka pendapat hadirin yang berharga dapat disampaikan dan
perhatian hadirin pun dapat ditingkatkan.
3.1.4. Seminar
a. Pengertian
Seminar merupakan pertemuan suatu kelompok terdiri dari 5 (lima) sampai
30 (tiga puluh) orang yang dengan sistematis mempelajari suatu topik khusus
dibawah pimpinan seorang ahli dan berwenang dalam bidang tersebut dalam
rangka pemecahan suatu permasalahan.
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Metoda seminar digunakan untuk mempelajari dan mendalami suatu topik.
Seminar dipimpin oleh seorang ahli dalam bidang yang akan dibahas. Para
peserta forum akademik sebaiknya mempunyai latar belakang dan pengetahuan
yang sama. Karena adanya bimbingan seorang ahli, maka seminar sangat baik
digunakan untuk menambah pengetahuan bagi para peserta.
Proses jalannya forum seminar didahului oleh pimpinan sidang membuka
forum seminar dan menyampaikan kata pengantar untuk menjelaskan tujuan dan
masalah yang akan dibahas dalam forum seminar. Setelah itu peserta yang telah
mempersiapkan diri (pemrasaran) menyampaikan hasil penelitian atau berbagai
aspek dari topik forum seminar. Selanjutnya diminta peserta lain yang telah
mempelajari makalah untuk menyampaikan pandangannya, kemudian dilanjutkan
dengan
diskusi
untuk
mensitesiskan
laporan
yang
dikemukakan
atau
penyampaikan berbagai pendapat. Pimpinan forum seminar menyimpulkan hasil
forum seminar dan memperbaiki berbagai kekeliruan yang mungkin terdapat baik
dalam laporan maupun diskusi. Lama waktu untuk suatu forum seminar berkisar
2 jam.
3.1.5. Diskusi Kelompok (Diskusi Ilmiah)
a. Pengertian
Diskusi kelompok (diskusi ilmiah) ialah pertemuan sekelompok orang
yang bertujuan membahas suatu topik dan mengarah kepada suatu pemecahan
masalah (secara ilmiah). Pembahasan ini dipimpin oleh seorang pemimpin
diskusi. Diskusi kelompok di perguruan tinggi lazimnya disebut diskusi ilmiah
artinya dalam mendekati dan memecahkan masalah dilakukan malalui metoda
ilmiah tertentu.
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Diskusi kelompok digunakan dengan tujuan agar semua peserta dapat
berpartisipasi aktif menyampaikan pendapat. Diskusi kelompok sangat tepat
untuk mengeksplorasi atau mengidentifikasi suatu masalah dan mencari
pemecahannya, dengan demikian jumlah peserta dibatasi antara 8 (delapan)
sampai 12 (dua belas) orang agar lebih efektif.
Jauh dari sebelum diskusi dilaksanakan pimpinan diskusi telah
mempersiapkan diri dan bahan diskusi telah disampaikan kepada peserta
sehingga mereka pun dapat menyiapkan diri. Untuk menjamin kelancaran diskusi
maka selain pimpinan sidang perlu disediakan pencatat, nara sumber dan
pengamat diskusi. Lama diskusi berkisar antara 60 - 90 menit.
3.1.6. Lokakarya (Workshop)
a. Pengertian
Lokakarya merupakan pertemuan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta dengan menggunakan berbagai jenis
metoda forum akademik. Pada lokakarya, orang yang memiliki minat dan
masalah yang sama bertemu dengan para ahli untuk memperoleh pengetahuan
dan latihan secara langsung.
Masalah yang dibahas mempunyai ruang lingkup tertentu dan dibahas
secara mendalam. Pesertanya adalah orang-orang dalam bidang sejenis dengan
tujuan ingin mengevaluasi suatu proyek yang sudah dilaksanakan, ingin
mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
serta bertukar pengalaman dalam meningkatkan kemampuan kerja (Arsjad, 1991
: 37-39).
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Topik tokakarya lebih ditentukan oleh para pesertanya berdasarkan minat
dan kebutuhan mereka sendiri, namun dapat pula berdasarkan penugasan dari
organisasi.
Lokakarya dimulai dengan sidang pleno, pengarahan diberikan dengan
tehnik ceramah, pemutaran film, demonstrasi dan sebagainya untuk seluruh
perserta. Kemudan kelompok besar itu akan dipecah menjadi kelompok kecil
untuk menjalani latihan praktek. Disamping itu dapat juga menjadi kelompok
kerja (work group) yang ditugaskan untuk membuat tugas tertentu seperti
membuat program, menyusun rancangan peraturan dan sebagainya.
Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok kecil ini menggunakan pula
berbagai macam metoda forum akademik lokakarya sangat bervariasi, dapat
berlangsung 1 (satu) hari atau lebih. Lokakarya menghasilkan suatu keputusan
dan rekomendasi untuk diberikan kepada pemberi tugas.
3.2. Kelompok Metoda Tambahan
3.2.1. Pemeranan (Role Play)
a. Pengertian
Pemeranan (role play) merupakan suatu metoda dengan beberapa orang
memerankan sebuah situasi atau kondisi tertentu dalam hidup manusia, yang
akan dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok.
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Pemeranan digunakan untuk mengubah sikap dan membantu kelompok
memahami suatu masalah. Pemain terdiri dari anggota kelompok itu sendiri yang
sedang mempelajari suatu topik, Mereka mencoba memvisualisasikan sebagai
bentuk hubungan antar manusia. Sebagai contoh dapat dimainkan atau di
pertunjukkan dengan percakapan antara dosen dengan mahasiswa dan ketua
jurusan tentang disiplin belajar. Masing-masing pemeran dapat menyampaikan
pandangannya yang sesuai dengan kedudukannya dan mengusulkan berbagai cara
pemecahan masalah.
Suatu keuntungan dengan metoda ini ialah dampak emosional yang
muncul pada setiap penonton ataupun pemain. Metoda ini akan membawa peserta
lebih dekat dan lebih terlibat kepada situasi atau suasana nyata yang berkaitan
dengan masalah tersebut, sehingga peserta akan lebih mengerti perasaan dari
berbagai individu yang diperankan.
3.2.2. Studi Kasus
a. Pengertian
Studi kasus ialah suatu pertemuan kelompok membahas suatu kasus
tertentu yang diajukan oleh seorang pembicara. Yang dimaksud dengan kasus
ialah suatu gambaran tentang suatu kejadian atau masalah yang melibatkan dua
orang atau lebih.
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Pembahasan suatu kasus sangat bermanfaat melatih anggota kelompok
untuk
mengingat,
dari
mereka
dituntut
untuk
menggunakan
semua
pengetahuannya dalam melakukan analisis dan memecahkan suatu masalah.
Jalannya kegiatan dimulai dari seorang pembicara akan menyampaikan
sebuah kasus yang terjadi diantara beberapa orang. Selanjutnya para anggota
kelompok akan mendiskusikan, menganalisis secara rinci berbagai faktor dan
alternatif pemecahan masalah yang di gambarkan pada cerita tersebut. Upaya
pemecahan masalah dalam studi kasus terbatas pada data yang terdapat dalam
kasus itu saja. Kasus itu selain disampaikan secara verbal dapat pula berbentuk
film, video, rekaman suara atau tertulis.
3.2.3. Curah Pendapat (Brain Storming, Idea Inventory)
a. Pengertian
Curah pendapat merupakan suatu cara pemecahan masalah yang menuntut
anggota kelompok untuk menyumbangkan semua gagasan dengan cepat dan
spontan yang terpikirkan pada saat itu.
Yang dimaksud dengan brain storming adalah aktifitas dari kelompok
orang yang memproduksi/menciptakan gagasan yang baru sebanyak-banyaknya
(Arsjad; 1991 : 39).
Dengan bentuk brain storming ini diharapkan tercetus gagasan-gagasan
atau kritik sebanyak-banyaknya. Makin banyak gagasan atau kritik semakin baik
dalam hal ini, peserta berlatih untuk meningkatkan gagasan.
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Curah pendapat dilakukan sebagai bagian dari suatu diskusi dan diperlukan
inventarisasi beberapa gagasan alternatif sebelum membuat suatu keputusan.
Metoda ini digunakan pula untuk meningkatkan partisipasi anggota kelompok
secara maksimal.
Waktu yang disediakan untuk melaksanakan curah pendapat berkisar
antara 5-15 menit. Setiap orang secara bebas menyampaikan pendapatnya dan
pendapat itu tidak boleh dikritik oleh orang lain. Pendapat dicatat oleh pencatat.
Setelah gagasan dicatat, maka periode curah pendapat dianggap selesai dan
kelompok kembali mendiskusikan hal yang sudah diinventarisasikan tadi.
3.2.4. Kolokium
a. Pengertian
Kolokium adalah modifikasi dari metoda diskusi panel yang melibatkan
para nara sumber atau ahli dalam diskusi dengan wakil hadirin.
b. Penggunaan dan Jalannya Kegiatan
Metoda ini digunakan dengan melibatkan paling sedikit 1 (satu) orang nara
sumber atau ahli dan 4 (empat) orang dari peserta. Wakil peserta terebut bertugas
mengajukan pertanyaan; opini, tanggapan dan melemparkan "issue" untuk
dibahas oleh para ahli. Moderator bertugas mengarahkan jalannya pertemuan
sedangkan hadirin yang lainnya hanya ikut mendengarkan.
3.2.5. Sidang / Seksi Kelompok Studi Kecil (Buzz Session)
a. Pengertian
Dalam metoda ini suatu kelompok pendengar yang besar dibagi
menjadi beberapa kelompok studi kecil (buzz group) yang terdiri dari kurang
lebih 12 (dua belas) orang. Kelompok kecil ini melakukan diskusi membahas hal
yang baru di dengar dalam ceramah sebelumnya atau membahas tugas yang
diberikan kepadanya.
b. Penggunaan dan lalannya Kegiatan
Metoda ini digunakan dengan cara melibatkan seluruh pendengar dalam
diskusi sehingga masing-masing pendengar dapat lebih mendalami bahan yang di
ceramahkan sebelumnya. Tiap kelompok akan membahas hal yang sama secara
simultan dalam jangka waktu pendek yang disediakan oleh penyelenggara,
biasanya selama 10- 20 menit.
Setelah selesai diskusi, tiap kelompok akan menunjuk juru bicaranya.
Kemudian seluruh kelompok kembali ke kelompok yang besar dan masingmasing juru bicara kelompok studi kecil ini secara bergiliran mengajukan
pertanyaan atau komentar.
3.2.6. Studi Lapangan (Field Trip)
a. Pengertian
Studi lapangan suatu kegiatan kunjungan ilmiah yang direncanakan dengan
baik ke suatu obyek atau lokasi yang diminati untuk maksud pengamatan
langsung dan studi,
b. Penggunaan dan jalannya Kegiatan
Metoda studi lapangan digunakan bilamana diinginkan untuk memperoleh
pengamatan langsung dan studi dari suatu hal yang sulit dilangsungkan tanpa
melihat obyeknya. Selain itu studi lapangan dimaksudkan untuk membangkitkan
minat studi, mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh atau melihat suatu
pelaksanaan suatu teori di lapangan.
Studi lapangan dipimpin/dikoordinasikan oleh orang yang berpengetahuan
luas mengenai obyek yang akan dilihat. Koordinator ini akan menjawab
pertanyaan dan bahkan menunjukkan hal yang luput dari penglihatan para peserta
studi lapangan. Acapkali koordinator dibantu oleh seorang pemandu yang
mengenal betul mengenai lokasi / obyek yang dikunjungi. Pemandu akan
membantu menunjukkan tempat yang diminati, mengurus prosedur, memberikan
kemudahan dan lain-lain.
Kegiatan studi lapangan akan dilanjutkan dengan analisis, interprestasi
atau diskusi tentang obyek yang dikunjungi ataupun tentang informasi yang telah
diperoleh.
Agar hasil dari studi lapangan dapat optimal, jumlah peserta sebaiknya
tidak terlalu besar. Jumlah yang disarankan adalah lebih kecil dari 30 (tiga puluh)
orang.
Keterkaitan Antar Metode Pertemuan Ilmiah
Matriks Berbagai Metode Forum Akademik
Peserta
Jumlah
Homogen
Pembicara/Nara
Sumber
Waktu
Heterogen
(jumlah Orang)
(Menit)
Metode
No
Partisipasi Hadirin
Makalah
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak
Hasil
Kesimpulan
ada
30-200
30
Ho/He
Ho/He
1
3-6
30-120
45
-
√
√
√
-
√
√
Rangkuman
30
Ho/He
2-4
60
-
√
√
-
Rangkuman
30
30-200
Ho/He
Ho/He
3-6
2-4
90
90-sehari
√
√
-
√
√
-
Rangkuman
Rangkuman
Seminar
5-30
Ho
1-6
120
√
-
√
-
Kesimpulan
7.
8.
9.
Dikusi Kelampok
Pemeranan
Studi Kasus
80-12
30
30
Ho
Ho/He
Ho/He
Semua
√
√
√
-
√
-
√
√
√
Kesimpulan
1
60-90
20-30
90-120
10.
11.
Curah Pendapat
Kolokium
30
30
Ho/He
Ho
Semua
1-8
5-10
45-60
√
-
√
-
√
√
12.
Sidangi Sesi/Kelompok Kecil (Buzz
+/-12
Ho/He
Semua
10-20
√
-
-
√
13.
Session)
Lokakarya/Workshop
+/-30
Ho
Tergantung
1-beberapa
√-
-
√
-
metode
hari
1.
2.
Ceremah Ilmiah/Studium General
Panel
3.
Simposium
4.
5.
Panel Forum
Simposium Forum
6.
Kesimpulan
Rangkuman
Kesimpulan/
Rekomendasi
tergantung
kebutuhan
14.
Studi Lapangan
30
-
-
-
√
-
*) Mengingat jumlah mahasiswa di tiap perguruan tinggi dan peserta forum akademik dewasa ini cenderung bertambah, maka tentang jumlah peserta
dapat ketubuhan asalkan masih dalam kewajaran (tidak menjadi rapat umum atau pertemuan massal).
Evaluasi
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan bentuk dan
metode forum akademik sesuai dengan tujuan, sasaran, dan sarana yang tersedia.
Soal :
1. Apakah perbedaan kelompok bentuk utama dan kelompok bentuk tambahan ?
2. Sebutkan pengertian, penggunaan dan jalannya kegiatan :
a. Studium generate (ceramah umum ilmiah).
b. Panel
c. Simposium
d. Forum akademik
e. Diskusi kelompok
f. Lokakarya
g. Kolokium
h. Simulasi.
BAB IV
KETENTUAN PENYELENGGARAAN
FORUM AKADEMIK
Kegiatan forum-forum akademik ini diselenggarakan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang ada.
4.1. Usulan Kegiatan
Forum akademik seperti, diskusi, panel dan lain-lain yang akan di
selenggarakan, di dasarkan kepada suatu usulan yang jelas dengan pengarahan
pembimbing. Usulan kegiatan forum-forum akademik akademik tersebut berisi halhal sebagai berikut :
a. Latar belakang penyelenggaraan forum yang di usulkan.
b. Dasar hukum perundang-undangan yang dijadikan acuan.
c. Tujuan dan sasaran.
d. Lingkup permasalahan pokok dan penjabarannya materi.
e. Kriteria peserta, pembicara dan nara sumber.
f. Kepanitiaan
g. Perincian dan sumber pembiayaan.
Usulan kegiatan tersebut diajukan dalam format teknis sesuai dengan yang
diberlakukan di perguruan tinggi bersangkutan.
4.2. Ketentuan Penyelenggaraan
Dalam upaya mencapai efisiensi dan efektifitas suatu forum akademik, maka
hal-hal pokok yang secara umum berlaku antara lain sebagai berikut :
a. Penyelenggara
Penyelenggara menghormati ketentuan yang diatur oleh masing-masing
perguruan tinggi.
b. Pembimbing
Dalam keseluruhan proses penyiapan dan penyelenggaraan di bimbing oleh
seorang atau beberapa orang dosen yang dinilai berkemampuan di dalam lingkup
bidang pokok/kajian forum akademik.
c. Penitia Pengarah
Panitia pengarah terdiri dari dosen dan mahasiswa sesuai dengan disiplin topik
yang dibahas.
d. Pembicara Utama
Seorang tokoh yang memberikan pengarahan pokok (keynote address) tentang
lingkup bidang yang mempunyai kaitan dengan lingkup forum forum akademik
akademik.
e. Pembicara dalam forum akademik
Pembicara dalam forum senimar adalah orang-orang yang ahli yang menguasai
bidang yang dibahas. Bilamana pembicara lebih dari satu orang, maka paling
sedikit satu pembicara di usahakan dari kalangan mahasiswa (dari fakultas/
jurusan/program studi yang relevan dengan topik yang di bahas). Hal ini
dimaksudkan untuk melatih mahasiswa mengemukakan pendapatnya secara baik.
f. Nara Sumber
Nara sumber terdiri dari tenaga profesional yang hanya dapat memberikan
informasi dan meluruskan pendapat yang mungkin menyimpang dari kebenaran
ilmiah.
g. Peserta
Peserta forum akademik adalah para mahasiswa dan para peminat lain yang
diundang.
h. Peninjau
Peninjau adalah pengunjung forum akademik yang mengamati dan mengikuti
forum akademik secara pasif. Dalam hal pengarah, pembicara utama, nara
sumber, peserta dan peninjau yang berasal dari luar perguruan tinggi yang
bersangkutan,
maka
pengundangnya
adalah
rektor
atau
pejabat
yang
mewakilinya.
i. Kepanitiaan
Keanggotaan panitia di tetapkan oleh Pimpinan Fakultas/Perguran Tinggi
(atas usul Lembaga Kemahasiswaan yang terkait atau penyelenggara). Struktur
atau susunan kepanitiaan di sesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan
forum
akademik
tertentu.
Tugas
panitia
adalah
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan membuat laporan tentang
penyelenggaraan forum akademik dengan dibimbing oleh pembimbing.
Bilamana diperlukan, karena lingkup permasalahan cukup luas, dapat
dibentuk suatu panitia pengarah yang tersendiri dari pembimbing yang dinilai
memiliki kemampuan.
Struktur dan susunan keanggotaan panitia forum akademik dikemukakau
dalam usulan kegiatan, sesuai dengan ketentuan berlaku di perguruan tinggi
bersangkutan.
4.3. Personalia Forum Forum akademik Akademik
Dalam rangka pelaksanaan forum akademik perlu disusun suatu personalia
forum akademik yang sesuai dengan bentuk dan metoda yang dipakai. Personalia ini
merupakan unsur mengelola, keseluruhan proses forum akademik berdasarkan
bentuk dan metoda forum akademik tertentu.
a. Moderator
Seseorang yang diminta atau ditunjuk untuk memimpin sidang, mengatur,
mengarahkan serta merangsang kegairahan pembicaraan dalam diskusi.
Moderator dapat diminta atau di tunjuk dari kalangan ahli, staf pengajar atau
mahasiswa yang dinilai berkemampuan.
b. Sekretaris Sidang
Seseorang (dosen/mahasiswa senior) yang di tugasi untuk membantu
moderator di dalam merangkum, menyeleksi pertanyaan dan membuat risalah
suatu sidang. Sekretaris dapat berperan pula sebagai pelapor.
c. Notulis
Seorang mahasiswa yang ditugasi untuk mencatat semua pembicaraan dan
pertanyaan di dalam forum akademik.
4.4. Peran dan Fungsi Para Fungsionaris
Kesuksesan atau kegagalan suatu forum akademik sangat tergantung kepada
bagaimana pelaksanaan forum akademik tersebut. Dalam hal ini pihak-pihak yang
menentukan adalah para fungsionaris forum akademik. Para fungsionaris forum
akademik itu terdiri dari atas pimpinan, sekretaris, dan peserta forum akademik. Di
bawah ini akan diuraikan peranan para fungsionaris itu.
1. Peranan Pemimpin forum akademik (diskusi)
Pemimpin forum akademik memainkan peranan penting dalam proses suatu
forum akademik. Ia mewarnai seluruh situasi forum akademik. Di sini akan
tampak dengan jelas gaya kepemimpinan seorang dalam memimpin suatu forum
akademik. Gaya kepemimpinan yang mungkin akan timbul :
a. Otoriter
Pemimpin forum akademik mendominasi seluruh proses diskusi.
b. Liberal
Pemimpin forum akademik membiarkan para peserta mengeluarkan
pendapatnya sebebas-bebasnya.
c. Demokratis
Pemimpin memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada para peserta
untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam batas-batas tertentu.
d. Manipulasi diplomatis
Pemimpin diskusi memaksakan secara halus pendapat-pendapatnya untuk
disetujui oleh para peserta.
Dalam memimpin, pemimpin forum akademik mempunyai tugas sebagai
berikut :
a. Menjelaskan tujuan dan maksud forum akademik
b. Menjamin kelangsungan forum akademik secara teratur dan tertib
c. Memberikan anjuran, dan ajakan agar setiap peserta betul-betul berperan serta
dalam diskusi tersebut.
d. Menyimpulkan, merumuskan setiap pembicaraan dan kemudian membuat
kesimpulan alas persetujuan dan kesepakatan bersama.
e. Menyiapkan laporan.
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut di alas, diperlukan seorang
pemimpin forum akademik yang baik. Pemimpin forum akademik yang baik
adalah memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Mampu berpikir jelas dan cepat.
Berpikir jelas berarti mampu mengungkapkan gagasannya dengan jelas
dan mudah dipahami orang lain. Berpikir cepat berarti mampu mengikuti cara
berpikir para peserta yang beraneka-ragam itu.
b. Bersikap tidak kaku (luwes).
Ini berarti bahwa ia harus mampu mengutarakan pikiran dengan jelas. Ia
harus mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan para peserta.
c. Mempunyai kesanggupan menganalisis.
Pemimpin
harus
dapat
memperjelas
masalah-masalah
dengan
menunjukkan berbagai segi yang perlu diperhatikan dalam diskusi. Ia harus
mampu menganalisis pendapat para peserta sehingga akhirnya sampai kepada
kesimpulan yang dapat mengatasi masalah.
d. Berpandangan objektif.
Pemimpin harus berlaku dan bersikap tidak memihak dan berpandangan
objektif. Ia harus yakin bahwa setiap orang memperoleh perhatian dari
anggota yang lain.
e. Tidak boleh berprasangka.
Pemimpin yang memihak akan mengalami kesulitan dalam mencari
titik temu bagi pihak-pihak yang bertentangan.
f. Bersikap sabar.
Pemimpin harus dapat menahan kejengkelan jika terjadi kemacetan
dalam proses pembicaraan.
g. Cerdik dalam menangani masalah yang timbul pada peserta.
Pemimpin yang cerdik mempunyai kesanggupan untuk mengatasi masalah
yang timbul pada peserta tanpa harus menyinggung salah seorang peserta.
h. Mempunyai keseimbangan dan pengendalian diri
Pemimpin harus menanamkan kepercayaan ke dalam kelompoknya
terhadap kemampuannya dalam memimpin diskusi. Dia harus menahan diri
dan tidak menonjolkan diri, mendominasi pembicaraan, mengemukakan
pendapat pribadi secara berlebihan, dan berkuliah.
i. Mempunyai rasa humor.
Rasa humor dapat mengurangi ketegangan dan akan menimbulkan
kebebasan dalam mengemukakan pendapat.
2. Peranan Sekretaris.
Disamping pemimpin forum akademik, sekretaris pup memegang peranan
penting, artinya turut menentukan berhasil atau tidaknya suatu forum akademik.
Sekretaris forum akademik mempunyai tugas.
a. Mencatat hasil-hasil forum akademik yang dicapai.
b. Mencatat proses atau prosedur forum akademik yang berlangsung.
c. Membantu pimpinan forum akademik menyimpulkan dan merumuskan hasil
forum akademik.
3. Peranan Peserta.
Dinamika dan aktivitas forum akademik terletak pada tangan para peserta.
Karena itu peranan dan tugas serta sikap para peserta sangat menentukan. Untuk
dapat menjadi peserta yang baik hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
a. Menguasai masalah yang disajikan.
Hal ini dapat dicapai dengan cara mempersiapkan diri, misalnya giat
melengkapi data dengan cara mempelajari berbagai sumber. Menguasai
masalah yang diseminarkan dengan demikian berarti mempunyai bahan
pembicaraan.
b. Mendengarkan pembicaraan dengan penuh perhatian.
c. Menunjukkan rasa solidaritas dan partisipasi.
Sikap emosional dan berprasangka tidak baik terhadap pembicara hendaknya
dihindari.
d. Dapat menangkap gagasan utama dan memahami gagasan penunjang
pembicaraan seseorang.
e. Dapat membuat usul dan sugesti.
f. Dapat meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin.
g. Dapat mengajukan pertanyaan dan dapat meminta dasar pendirian seseorang.
h. Jika mengajukan keberatan dapat mengajukan contoh dan argumen, hal ini
tidak berarti menentang pendapat orang lain.
i. Ikut menyimpulkan hasil forum akademik.
Demi kesuksesnya suatu forum akademik atau diskusi, perlu diperhatikan
perilaku para peserta yang tidak diinginkan dalam suatu forum akademik atau
diskusi :
a. Peserta yang suka berbicara sendiri atau bersama-sama dan tidak mau
mendengarkan orang lain berbicara, meskipun apa yang dikatakan orang lain
itu sebenarnya baik dan menarik.
b. Peserta yang berbicara berkepanjangan dan tidak ada relevansinya dengan
pokok masalah dibahas.
c. Peserta yang memberikan usulan sampingan dan menyimpang dari pokok
masalah yang dibahas.
d. Peserta yang pesimistis, yaitu bersikap masa bodoh terhadap apa yang di
bahas. Biasanya hal semacam itu bersumber dari pen galaman-pengalaman
yang tidak menyenangkan mengenai diskusi-diskusi atau seminar-seminar
yang pernah mereka ikuti waktu-waktu yang lalu.
4.5. Tanda Penghargaan
Sebagai ucapan terima kasih atas partisipasi dari pembicara, peserta, panitia,
donatur dan sebagainya, penyelenggara memberikan tanda penghargaan berbentuk
plakat, vandel, piagam atau bentuk lainnya. kepada pembicara dan peserta yang
mengikuti dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, dan di tanda tangani oleh
pimpinan perguruan tinggi. Apabila di pandang perlu dapat ditanda tangani pula oleh
panitia pengarah dan ketua lembaga kemahasiswaan penyelenggara forum akademik.
Evaluasi :
Mahasiswa diharapkan dapat membuat proposal untuk menyelenggarakan
forum akademik.
Soal :
1. Apakah yang mendasari usulan untuk penyelenggaraaan kegiatan forum
akademik. ?
2. Sebutkan pokok-pokok ketentuan untuk menyelengarakan forum akademik. !
3. Sebutkan personalia forum akademik !
4. Sebutkan peran masing-masing personalia forum akademik. !
5. Sebutkan dan jelaskan gaya kepemimpinan forum akademik . !
BAB V
ALAT BANTU PANDANG DENGAR
Jumlah peserta dan gaya pengaturan tata ruang akan mempengaruhi peralatan
pandang dengar yang dibutuhkan. Gaya pengaturan tata ruang akan menentukan
kebutuhan peralatan yang signifikan pula. Alat pandang dengar itu antara lain :
Microphone (mimbar, genggam, weriles), OHP (Over Head Projector), Slide
Projector, Proyek Film dan Peralatan Video.
5.1. Peralatan Dengar
Mikrofon Mimbar yaitu mikrofon yang dipasang di mimbar dan tidak dapat
dipindah-pindahkan. Si pembicara harus mendekati mikrofon itu. Jenis ini sangat
buruk untuk kebutuhan forum akademik; karena pembicara terpaku pada satu tempat.
a. Mikrofon Genggam : memungkinkan pemakaiannya bergerak dari satu tempat ke
tempat lain. Mikrofon itu dapat ditempatkan pada standar, yang dapat di sekrup
pada mimbar atau dapat pula bebas berdiri (jenis tangkai pendek didudukkan di
atas meja jenis yang bertangkai panjang berdiri beberapa kaki tingginya dan
dapat disesuaikan dengan ketinggian pemakainya). Penggunaan mikrofon itu
untuk keperluan forum akademik sedikit mengganggu ruang gerak pembicara
karena pembicara sukar menulis pada papan tulis atau jika memperagakan
sesuatu.
b. Mikrofon Bandul Kalung yaitu mikrofon yang dikaitkan (biasanya dengan seutas
tali) melingkar di leher pembicara/pelatih dan kabel mikrofon. Cara ini
menyebabkan letak mikrofon berada kira-kira setinggi tulang leher di dada.
c. Mikrofon Jepit : memiliki penjepit serupa dengan penjepii dasi, yang serasi
dengan kecilnya mikrofon itu. Kemudian mikrofon itu dijepitkan pada baju
pembicara pada tengahtengah dada. Jika mikrofor itu bekerja sesuai dengan
kebutuhan dan mikrofon itu tidak goyang atau jatuh, maka jenis ini sangat
menyenangkan dipakai pada forum-forum akademik .
d. Mikrofon Wireless yaitu mikrofon yang kadang-kadang cenderung peka terhadap
gangguan dari stasiun radio atau citizen band radio di wilayah itu. Jika ruangan
forum akademik dibuat dengan kontruksi baja, kontruksi itu dapat menangkal
masuknya gangguan ke dalam amplifier.
Itulah jenis-jenis mikrofon yang dapat dipergunakan dalam forum-forum
akademik sesuai dengan anggaran pembiayaan. Semua boleh dipakai, namun ada
satu aturan utama yang harus dimiliki menyediakan mikrofon yang baik dan slap
dipakal.
5.2. Peralatan Pandang
Sebuah forum akademik yang berhasil biasanya menggunakan beberapa alat
bantu pandang. Jenis-jenis alat bantu pandang ini adalah :
a. Film Strip yaitu proyektor film strip bersuara memiliki layar bawaan yang ditaruh
didepan dan dibelakang proyeksi. Prove ktor-proyektor film strip dapat juga
digunakan untuk kelompok yang lebih besar dengan bayangan diproyeksikan
pada layar pandang biasa yang ditempatkan di depan ruangan. Kelemahan dari
film strip di atas adalah bahwa anda tidak dapat mengubah urutan yang sudah
anda atur, sebagaimana halnya dalam penggunaan slide.
b. Over Head Projector (OHP) adalah media yang sangat populer sebagai alat bantu
pandang (visual) untuk suatu forum akademik . Alat ini mudah dipindahkan dan
dapat digunakan untuk menghadapi segala jenis ukuran kelompok. Dengan alai
ini gambar atau tulisan diproyeksikan ke atas layar sesuai ukuran dengan
kelompok. Seorang yang ahli dapat menggunakan OHP untuk hal sederhana
sampai yang rumit. Bahan sajian yang ditulis pada transparansi dengan pen
maker sudah dapat diterima. Perlengkapan yang anda butuhkan adalah : mika
atau plastik jernih, pen maker, spidol, kuas dan bola lampu cadangan.
c. Slide Projector yaitu unit yang memiliki layar dan bisa dipasang di depan atau
dibelakang proyeksi dan dapat menghasilkan suara pengiring sepanjang gambar
slide. Penggunaan alai ini dalam forum akademik akan sangat menarik perhatian.
Keuntungannya urutan gambar bisa dirubah, dihilangkan serta ditambah menurut
keinginan. Beberapa slide dapat dibuat dari foto, atau dirancang menyerupai film
strip dengan menuliskannya pada transparansi yang dipotong dan dipersiapkan
untuk slide. Perlengkapan yang harus dimilikinya adalah bola lampu persediaan,
slide tambahan, duplikat pita kaset dengar. Kerugian dari penggunaan alai ini
adalah bahwa ruangan harus dibuat menjadi gelap.
d. Proyektor film sangat dianjurkan digunakan dalam forum akademik, karena dapat
digunakan untuk ruangan yang cukup besar. Keburukannya menggunakan film
ini adalah ruangan harus dibuat menjadi gelap dan tidak dapat menghentikan film
dengan mudah.
e. Peralatan video sangat efektif dan menjadi makin populer. Jumlah orang dalam
kelompok yang menggunakan peralatan ini tergantung kepada gaya penyajian,
bahan dan keahlian pembicara. Diperlukan banyak latihan untuk dapat
menggunakan peralatan ini dengan sempurna.
Evaluasi :
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan alat bantu pandang dengar
dalam berbagai forum akademik disesuaikan dengan jumlah peserta dan gaya
pengaturan ruangan.
Soal :
1. Sebutkan peralatan dengar !
2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan berbagai peralatan dengar tersebut. !
3. Sebutkan peralatan pandang. !
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan berbagai peralatan pandang tersebut. !
BAB VI
GAYA PENATAAN RUANGAN DAN PEMILIHAN TEMPAT SEMINAR
Sebelum dapat melakukan pemilihan fasilitas forum akademik maka
diperlukan keputusan umum gaya penataan ruang. Adapun tujuh gaya yang paling
umum dipakai yaitu : Amphitheater, Ruang Kelas, Banquet, Theater, Bentuk "U",
Hanya Kursi Saja dan Duduk di Lantai/Tanah
6.1. Gaya Penataan Ruang Forum akademik
6.1.1. Gaya Amphitheater
Gaya ini dapat kita temukan baik dalam fasilitas teater atau fasilitas
pendidikan. Dalam kedua jenis fasilitas ini para peserta akan dapat memandang
wilayah depan jelas dimana Pb/PI akan berada di gedung itu.
Beberapa hal yang negatif pada gaya tata ruang ini adalah :
a. Terpancang pada tempat duduk yang sudah tidak dapat diubah (tidak fleksibel).
b. Jika anda tidak mengisi semua tempat duduk akan ada perasaan hampa.
c. Peserta yang duduk di deretan depan harus mengangkat kepalanya untuk melihat
ke atas panggung.
d. Pb/PI yang memimpin forum akademik haruslah orang yang berpengalaman
dengan jenis tata ruang ini jika tidak, ia akan mendapat kesulitan dalam hal
penyajiannya, mungkin ia akan tidak dapat memelihara kontak mata dengan para
peserta
Gaya Amphitheater
6.1.2. Gaya Ruang Kelas
Gaya ruangan kelas menunjuk kepada tempat duduk yang memiliki meja dan
kursi diatur berderetan menghadap ke depan dimana Pb/PI akan bekerja.
Kebaikan-kebaikan tata ruang gaya ruangan kelas adalah : penataan model ini
secara relatif dapat dilakukan dengan cepat. Diagram ruangan dengan gaya ini sudah
dipahami oleh kebanyakan petugas tata ruang. Para peserta memiliki tempat untuk
menulis yang menyenangkan, juga secangkir kopi atau segelas air dapat ditempatkan
dengan mudah.
Kekurangan penataan ruangan menurut gaya ruang kelas adalah :
a. Tidak mudah untuk menggilir tempat duduk dan berinteraksi dengan orang-orang
lain dalam penataan ruangan seperti ini. Dengan menggantungkan pada luasnya
ruangan dan jumlah peserta, gaya ini akan menyulitkan jika kita akan
menyongsong atau mengisi suatu tempat dengan cepat.
b. Jika pesatnya sedikit; dengan menggunakan gaya ini dapat tercipta perasaan
hampa di dalam ruangan.
Gaya Ruang Kelas
6.1.3. Gaya Meja Bundar Jamuan Resmi
Gaya ini adalah gaya yang sering kita temukan pada sebuah pesta atau
jamuan resmi (banquet).
Kebaikan-kebaikan gaya tata ruang adalah :
a. Gaya ini merangsang berlangsungnya interaksi dan pertukaran tempat diantara
peserta.
b. Gaya ini mendatangkan respon yang kurang terstruktur.
c. Jika orang-orang enggan terlibat dalam latihan-latihan atau bercakap-cakap, amat
sulitlah untuk dapat berpartisipasi
d. Penataan meja bundar tidak memiliki kepala, awal atau akhir setiap orang
berkedudukan sama.
Kekurangan-kekurangan pada tata ruang gaya penjamuan resmi adalah :
a. Penataan kursi gaya meja bundar didalam sebuah ruangan tidak menampung
peserta banyak yang dapat ditampung dengan gaya teater atau ruang kelas.
b. Tidak semua penyedia fasilitas memiliki meja bundar dan taplaknya. Menyewa
barang-barang perlengkapan lainnya tidak selalu mudah.
Meja Bundar Jamuan Resmi
Daerah Pb/P1
Daerah Pb/P1
6.1.4. Gaya Meja – Meja Dalam Bentuk “U”
Istilah gaya teater berarti bahwa tempat duduknya hanya terdiri dari kursi
saja, yang ditempatkan didalam deretan-deretan seperti pada sebuah teater. Tujuan
utama dengan tata ruang ini adalah agar dapat ditempatkan jumlah maksimal kursi
pada satu ruangan. Sayangnya, dengan gaya ini terdapat banyak kursi, dan
kekurangannya lebih banyak dari pada kebaikannya karena :
a. Pada peserta tidak memiliki tempat untuk menulis selain apa yang dapat di bawa
dan ditaruh di pangkuan.
b. Sedikit kesempatan untuk berinteraksi.
c. Untuk forum akademik yang sesungguhnya, pada peserta akan merasa tertolak
jika mereka harus duduk terus sepanjang waktu.
d. Sulit untuk memperoleh pandangan yang bebas ke depan. Anda harus
menggunakan trap jika peserta forum akademik lebih dari 40 (empat puluh)
orang.
Gaya Teater
6.1.5. Gaya Meja - Meja Dalam Bentuk "U"
Meja-meja persegi panjang, didalamnya kursi-kursi mengelilingi dan kosong
pada satu ujung meja membentuk tata ruang yang sangat manis. Tempatkan
kelompok meja dan kursi itu dalam bentuk U, seperti terlihat di dalam diagram.
Penataan dengan gaya itu memberi perasaan hubungan yang akrab dan intim. Bentuk
ini baik sekali untuk berinteraksi. Satu-satunya kekurangannya adalah .jika peserta
berjumlah besar akan tidak efektif memakai gaya ini.
Gaya Meja Bentuk "U"
6.1.6. Gaya Hanya Kursi Saja
Jika forum akademik di rancang santai, dengan lebih banyak interaksi di
antara para peserta, maka menggunakan kursi saja akan memberikan gaya yang
menarik. Salah satu kekurangan gaya ini adalah tidak adanya tempat untuk menulis
kecuali kursi langsung berisi tempat menulis. Keuntungannya adalah penataan kursi
saja adalah bentuk terbaik untuk kelompok-kelompok kecil.
Gaya Hanya Karsi Saja
6.1.7. Gaya Duduk di Lantai
Gaya duduk di lantai bukanlah gaya yang digunakan untuk acara yang
berlangsung lama. Gaya ini merupakan selingan dari norma dan dapat diterima
sebagai suatu bagian dari suatu forum akademik. Dengan menggunakan gaya utama
model yang manapun; maka sebagai selingan dapat dibentuk kelompok-kelompok
dengan gaya duduk di lantai atau tanah. Duduk di lantai juga merupakan
penyeimbangan yang baik. Kepribadian yang mendominan cenderung berkurang dan
semua orang cenderung lebih santai terbuka jika duduk dilantai.
Jika anda merencanakan duduk diatas lantai atau tanah, siapkanlah semacam
tikar atau lembaran alas duduk untuk kenikmatan dan kebersihan. Namun
sebelumnya harus ada pemberitahuan tentang hal ini supaya peserta berpakaian yang
sesuai.
Untuk dapat duduk dengan lebih nyaman maka digunakan tikar yang berisi
bahan empuk atau bantal. Dalam keadaan sangat terdesak tikar dari anyaman sejenis
buluh boleh dipergunakan namun hal itu akan tetap jauh dari harapan.
Berikanlah kepada para peserta sesuatu yang keras untuk menulis (majalah),
map forum akademik, atau map untuk menyimpan kertas tulis).
6.2. Pemilihan Tempat Forum akademik
Pemilihan tempat fasilitas forum akademik merupakan tugas yang penting
dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal. Disamping itu, sebuah fasilitas yang
memenuhi kebutuhan dan pengharapan akan memicu keberhasilan forum forum
akademik dengan baik. Berikut ini tipe-tipe umum tentang wilayah yang anda hadapi
yakni :
6.2.1. Pusat-Pusat Konvensi
Biasanya pusat-pusat konvensi memiliki gedung-gedung yang dapat
menampung kelompok-kelompok peserta dengan jumlah besar. Jika mengadakan
forum akademik yang akan dibagi dalam sidang-sidang, maka anda mungkin akan
memilih menggunakan sebuah pusat konvensi. "Tetapi jika forum akademik anda
merupakan satu-satunya peristiwa utama; maka pusat konvensi memiliki banyak
keburukan karena si pengelola tempat juga suka dan siap menjual blok-blok ruangan
besar.
6.2.2. Pusat Konferensi
Ada begitu banyak jenis pusat konferensi sehingga sulit untuk memberikan
gambaran yang paling tepat. Setiap jenis penyedia fasilitas yang memiliki variasi dan
pengalaman, perlengkapan dan kemampuan yang berbeda. Pada umumnya, sebuah
pusat konferensi menyediakan fasilitas yang perhatian umumnya terpusat pada
penyelenggaraan konferensi, rapat dan forum akademik untuk jumlah kelompok kecil
sampai menengah.
6.2.3. Hotel dan Motel
Ada lebih banyak hotel dan motel yang dapat digunakan untuk forum
akademik dari pada fasilitas jenis apapun, dan fasilitas semacam inilah yang paling
umum di pakai. Ada keuntungan dan kerugian yang menonjol dalam menggunakan
jenis fasilitas ini. Kerugiannya adalah sebagai berikut :
a. Fasilitas ini juga menjuai makanan, minuman dan kamar tidur bukan hanya
ruangan-ruangan untuk pertemuan (rapat saja).
b. Staf hotel/motel jarang yang mengerti tentang tata ruang (walaupun kita berikan
sebuah diagram).
c. Pelayanan dan sikapnya sangat bervariatif, sehingga perlu mengorbankan waktu
lagi untuk memberikan petunjuk-petunjuk.
6.2.4. Daerah Peristirahatan
Hal yang pertama dipertimbangkan jika hendak menyelenggarakan forum
akademik di daerah peristirahatan adalah tujuan dan tema forum akademik anda.
Kelebihan dan kekurangan daerah peristirahatan sangat berbeda-beda dan hal-hal
berikut
ini
mungkin
akan
membantu
mengambil
keputusan
jika
ingin
menyelenggarakan forum akademik di tempat semacam ini.
a. Waktu penanggalan perlu diperhatikan, agar cuaca dan letak geografis tidak
menjadi penghalang bagi peserta yang hadir.
b. Tidak semua daerah peristirahatan dapat memberi akomodasi logistik.
c. Daerah peristirahatan pada umumnya tidak berada di lokasi yang cocok untuk
forum akademik -forum akademik satu hari.
6.2.5. Universitas, Perguruan Tinggi dan Sekolah
Fasilitas sekolah mungkin juga memudahkan pengambilan keputusan anda.
Fasilitas itu mendatangkan tanggapan yang berprogram dari para peserta.
Universitas, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah hampir tidak pernah memiliki
fasilitas untuk makan dan minum kopi sewaktu istirahat. Fasilitas pendidikan adalah
paling cocok untuk forum akademik satu hari.
6.2.6. Kapal Pesiar
Kapal pesiar adalah salah satu tempat yang memungkinkan pergantian
suasana bersantai. Segala sesuatunya disediakan bagi anda : makanan, hiburan dan
akomodasi. Suasana didalam kapal pesiar itu tidak sangat kondusif untuk pokok
forum akademik yang serius. Tetapi tergantung pada siapa pesertanya dan tujuannya.
Fasilitas ini dapat menjadi alternatif yang menyenangkan.
Evaluasi :
Mahasiswa diharapkan mampu menata ruang forum akademik dengan
berbagai gaya penataan.
Soal :
1. Sebutkan berbagai gaya penataan ruang forum akademik
2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan penataan :
a. Gaya amplitheater
b. Gava ruang kelas
c. Gaya meja bundar jamuan resmi
d. Gaya teater
e. Gaya meja bentuk "U"
f. Gaya hanya kursi saja
g. Gaya duduk di lantai
DAFTAR PUSTAkA
Hasan, Fuad, Prof, Dr. 1989. Catatan Kemandirian dan Kebebasan Akademik,
Pengarahan pada Rakernas Pembantu Rektor Bidang Kamanusiaan, Jakarta.
____________, 1992. Sambutan Pada Forum akademik Nasional Hasil-Hasil
Penelitian Perguruan Tinggi, Cisarua.
Ichsan, M. Achad, Drs. 1985. Mahasiswa dan Kebebasan Akademik, YP2LPM
Hanindita, Malang.
Team Ditmawa. 1988. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah, Jakarta.
Murray, Sheila. 1992. How to Organize and Manage Seminar, Howard Morhain,
London.
Djajadisastra, Yusuf Drs. 1981. Metode-metode Pengajar, Angkasa, Bandung.
Arsjad. Maidar G & Mukti US. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia, Erlangga, Jakarta.
Parera, Drs. 1982. Belajar Mengemukakan Pendapat, Erlangga, Jakarta.
Wirjodirdjo, Budihardjo. 1994. Aspek Komunikasi Dalam Dunia "Pakerisan "Jawa
dalam Seni Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni No. IV/04-Oktober BP,
ISI Yogyakata.
Download