1 PENYIARAN ISLAM MELALUI TELEVISI - IAI Al

advertisement
PENYIARAN ISLAM MELALUI TELEVISI;
SEBUAH KAJIAN KRITIS
Oleh: Tgk. Ahyar, S.Sos.I., MA
NUPN: 9921000300
DOSEN INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AZIZIYAH SAMALANGA
ABTRAK
Dakwah Islam merupakan suatu aktifitas yang bersifat universal, yakni suatu aktifitas yang
tidak mengenal batas ruang dan waktu. Segala sesuatu dapat dijadikan media untuk
berdakwah sesuai dengan kebutuhan dan keadaan para mad’u. Terlebih di zaman teknologi
informasi sekarang ini, media telah menjadi suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan
umat manusia. Tidak melihat apakah ia dari kalangan terpelajar atau bukan, masyarakat
perkotaan maupun pendesaan, kalangan anak-anak ataupun dewasa, kesemua mereka
sangat tergantung pada media. Dari kesemua jenis media, televisi merupakan salah satu
media yang paling dekat dengan kehidupan manusia dibandingkan dengan jenis media
lainnya. Maka sangatlah tepat jika televisi menjadi salah satu media dakwah Islam.
Berangkat dari pemikiran di atas, dalam tulisan ini penulis akan mengkaji perkembangan
penyiaran Islam melalui televisi. Yaitu dengan melakukan observasi lansung terhadap
siaran televisi dan juga menelaah dokumentasi berupa jadwal siaran televisi setiap harinya
secara keseluruhan. Adapun hasil pengkajiannya menunjukkan bahwa dalam setiap
harinya selama 24 jam, hanya terdapat 27 program siaran yang dapat digolongkan ke
dalam paket dakwah Islam dari keseluruhan stasiun televisi nasional. Di samping itu, dari
ke-27 paket siaran tersebut, sebahagian besarnya ditayangkan pada jam tengah malam dan
dini hari, sehingga efektivitas penerimaan pesan dakwah oleh pemirsa sangat sedikit.
Fenomena ini tidak terlepas dari realitas di lapangan bahwa dunia pertelevisian nasional
dikuasai oleh kaum zionis, sehingga sangat sedikit ruang diberikan untuk paket siaran
dakwah Islam
A. Pendahuluan
Media merupakan suatu tema yang menarik untuk selalu dikaji dan didiskusikan,
baik dalam kapasitas diskusi yang berat (melalui saluran akademik dan analisis teoretik)
maupun gaya diskusi ringan, yang biasanya dilakukan sambil lalu melalui sindiran sinis
atau pun dengan gurauan. Demikianlah tulis Sumrahadi dalam kata pengantar buku Media,
Budaya dan Moralitas, sebuah buku terjemahan karangan Keith Tester. permasalahan
media tidak akan pernah berhenti untuk selalu dikupas dari berbagai disiplin ilmu. Dalam
mendikusikan media, orang akan selalu berpusat pada pertanyaan who says what, to whom,
with what channel and with what effect, demikian tambah Sumrahadi mengana-logikan
1
rumusan sederhana dari Harold D. Lasswel.1
Media itu sendiri diartikan sebagai suatu alat atau sarana komunikasi, seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk. Sedangkan media massa mengandung
pengertian sebagai suatu sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk
menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Adapun media elektronik
merupakan suatu alat atau sarana penghubung dalam bentuk media massa, yang
menggunakan alat-alat elektronik modern untuk penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan, seperti radio, televisi dan film.2
Peran media terkesan amat sangat penting dalam abad teknologi informasi seperti
sekarang ini. Setiap orang mungkin tidak akan menolak dan akan menganggukkan
kepalanya tanda setuju, bahwa media telah menjalankan fungsi-fungsinya sebagai sarana
informasi, hiburan dan juga pendidikan. Bahkan, keberadaan media dalam suatu keluarga
menjadi parameter tersendiri bagi keluarga tersebut, maju atau tidak dan modern atau
tidaknya suatu keluarga. Media yang dalam teori ekonomi tradisional menjadi kebutuhan
tersier, akhirnya berubah menjadi kebutuhan primer sejajar dengan makan, sandang, dan
papan.
Tujuan yang pertama dikembangkannya media adalah untuk memberikan
kemudahan bagi manusia, namun akhirnya menjadi sesuatu yang menggeser alur
kehidupan manusia. Jalaluddin Rakhmat menyebutkan bahwa televisi sebagai institusi
media telah menjadi “Tuhan Pertama” (The First God).3 Manusia yang semula
menempatkan media untuk mengisi “waktu senggang” mereka, akan tetapi sekarang telah
menempatkan media dalam jadwal utama keseharian mereka. Media telah menimbulkan
efek penjadwalan kegiatan pada masyarakat, mereorganisasikan kegiatan sehari-hari yang
bisa saja menjadi tidak produktif karena telah mengubah siklus kegiatan rutinnya.
Saat ini televisi merupakan salah satu alat komunikasi persuasif yang sangat
efektif. Strategi persuasif melalui media massa ini telah dibuktikan oleh praktisi media
Barat dalam menyebarkan budaya-budaya mereka; globalisasi, free sex, minuman keras,
HAM yang salah penafsiran, valentine day, merupakan produk budaya Barat yang sukses
1
Keith Tester, Media, Budaya, dan Moralitas, Terj. Muhammad Syukri (Yogyakarta: Juxtapose,
2003), h. v.
2
Tim Balai Pustaka Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed.
III, Cet. III, h. 726.
3
Jalaluddin Rakhmat, Televisi sudah Menjadi The First God, dalam Ibrahim, Idi Subandy & Malik,
Hegemoni Budaya (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1997), h. 235-242.
2
disebarkan melalui media massa dengan tujuan untuk menghancurkan ideologi umat Islam.
Contoh lainnya, film Fitna adalah salah satu film yang benar-benar menyimpangkan Islam
dan Al-Quran.
Mengingat media massa (khususnya televisi) sebagai sumber informasi sudah
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, dan
juga merupakan salah satu alat komunikasi persuasif yang sangat efektif, untuk itu
diperlukan perhatian-perhatian yang lebih serius terhadap media-media tersebut. Maka
sangatlah tepat dan merupakan suatu langkah yang maju kalau media juga dimanfaatkan
sebagai sarana untuk menyiarkan ajaran Islam. Media massa seperti televisi, radio, koran,
dan internet merupakan alternatif terbaik media dakwah Islam yang sangat potensial.
Dakwah Islam melalui televisi dapat menyatukan persepsi komunitas umat Islam
dengan menerima pesan-pesan yang disampaikan secara bersama-sama dan seragam.
Disamping juga dapat meminimalisir pengaruh westernisasi yang semakin marak
digencarkan oleh media Barat. Televisi juga merupakan aspek penting bagi proses
identifikasi nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat (khususnya umat Islam) yang terus
berubah. Syekh Ali Mahfuz mengutarakan bahwa maju mundurnya Islam sangat
tergantung pada kegiatan dakwah atau penyiaran Islam yang dilakukan oleh umat Islam itu
sendiri.4 Maka dari itu, pemanfaataan media televisi sebagai media dakwah Islam untuk
menyiarkan ajaran Islam, menarik untuk dibahas lebih lanjut. Dalam tulisan ini, sedikit
banyaknya akan dibahas tentang penyiaran Islam melalui televisi dan hal-hal yang
berkaitan dengannya.
B. Kondisi Objektif di Lapangan Mengenai Penyiaran Islam Melalui Televisi,
Menurut Hasil Penelitian atau Pendapat Ahli
1. Pengertian Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari
kata tele (jauh) dan vision (tampak), jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari
jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini
mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia, “televisi” secara tidak formal disebut
dengan TV, tivi, teve atau tipi.5
4
Syukur Kholil, Komunikasi Islam (Bandung: Citapustaka, 2007), h. 49.
5
http://www.mediajogjaku.co.cc/2010/04/sejarah-perkembangan-Televisi.html. Didownload pada
tanggal 7 Mei 2011.
3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Televisi didefinisikan sebagai suatu sistem
penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa
dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik, dan mengubahnya kembali menjadi berkas yang dapat dilihat dan
bunyinya dapat didengar. Dengan kata lain, televisi didefinisikan sebagai pesawat
penerima gambar televisi.6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan
suatu media massa elektronik yang lebih canggih dari pada radio, dimana televisi dapat
menyiarkan gambar sekaligus suaranya sehingga menambah daya tarik untuk ditonton.
Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa, di mana dapat dijadikan
sebagai alternatif terbaik media dakwah dalam menyiarkan Islam, memiliki beberapa
fungsi. Adapun fungsinya adalah untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi.7 Dalam hal ini, Mc Quail juga menggambarkan beberapa fungsi dari
media (televisi), yaitu:
a. Sebagai sumber kekuatan alat kontrol manajemen dan inovasi dalam
masyarakat.
b. Sebagai upaya penyambung dan pengembangan budaya, tata cara dan norma
kehidupan serta sosial kemasyarakatan.
c. Sebagai salah satu sumber penyuguhan nilai-nilai normatif, yang dihiasi dengan
berita-berita ringan dan juga hiburan.8
d. Sebagai alat untuk menguatkan pendapat dan tingkah laku masyarakat.9
2. Perkembangan Televisi dalam Konteks Historis
Setiap peralatan teknologi informasi yang dikembangkan, tentunya memiliki nilai
historis yang melibatkan beberapa pelaku penemu di dalamnya. Begitu juga halnya dengan
televisi yang mempunyai historis tersendiri dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam
hal ini, keseluruhan isi sejarah singkat televisi yang akan dipaparkan merupakan hasil
penelusuran dari berbagai situs internet; mediajogjaku.co., misteridigital.wordpress.com.,
6
Tim Balai Pustaka Depdiknas, Kamus Besar..., h. 1126.
7
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi (Bandung: Alumni, 1986), h. 116.
8
Denis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Air Langga, 2001), h. 3.
9
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 39.
4
duniatv.blospot.com., dan blogbintang.com.10
Gagasan awal televisi adalah transmisi elektrik dari elemen gambar dan suara
secara simultan. Dane pada tahun 1802 menemukan teknologi radio yang berprinsip bahwa
pesan dapat dikirim melalui kawat beraliran listrik dalam jarak pendek. Kemudian James
Maxwell menemukan prinsip baru untuk mewujudkan gelombang elektromagnetis yaitu
gelombang yang digunakan televisi tahun 1965. Gerakan magnetis dapat mengarungi
ruang angkasa dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya. Penemuan Maxwell
ini kemudian dikembangkan oleh Guglemo Marconi. Pada tahun 1875 George Carey di
Boston mengembangkan gambar televisi. Namun penayangan elemen-elemen gambar
dengan cepat garis demi garis, frame demi frame ditampilkan oleh WE Sawyer dari
Amerika dan Maurice Leblanc dari Perancis pada tahun 1880.
Gelar Bapak per-televisi-an dunia akhirnya jatuh pada Paul Nipkow yang
mempatenkan ciptaannya pada tahun 1884. Nipkow disk atau Jantra Nipkow melahirkan
televisi mekanis, yaitu prinsip gambar kecil yang dibentuk oleh elemen-elemen secara
teratur (scanning device). Elemen-elemen itu akan membentuk gambar ketika diputar
secara mekanis dengan lingkaran spiral. Pada tahun 1920 Charles F. Jenskin (Amerika
Serikat), John Lugie Baird (Skotlandia) dan Ernst FW Alexander (Amerika Serikat)
membuat penelitian yang mengantar Charles F. Jenskin pada tahun 1925 berhasil membuat
gambar bayangan atau silhoutte. Sedangkan John Lugie Baird menemukan dasar-dasar
bagi televisi berwarna yang kemudian berhasil pula menciptakan prinsip-prinsip bagi
pengembangan teknik gambar hidup atau bioskop. Menyusul kemudian Ernst FW
Alexander dari General Electric New York pada tanggal 11 September 1928 berhasil
menayangkan drama televisi untuk pertama kalinya di Amerika Serikat.
Seorang ahli berkebangsaan Rusia yang hijrah ke Amerika Serikat, Vladimir
K.Zworykin pada tahun 1923 merancang tabung kamera ikonoskop yang mendasari
perkembangan sistim televisi elektris. Kemudian penemuan ini dilanjutkan dengan
mempatenkan
televisi
elektronik
berwarna
pada
tahun
1925,
ciptaannya
ini
didemonstrasikan di New York World’s Fair pada tahun 1939.
Sedangkan di Indonesia, siaran televisi pertama sekali ditayangkan pada tanggal 17
Agustus 1962. Dimana bertepatan dengan memperingati proklamasi Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke-17 di Istana Negara. Televisi Republik Indonesia (TVRI) baru
melaksanakan siaran secara continu pada tanggal 24 Agustus 1962. Liputan perdananya
10
Didownload pada tanggal 7 Mei 2011.
5
adalah upacara pembukaan Asian Games ke IV di Gelora Senayan Bung Karno (GSBK)
Jakarta. Sekarang ini, siaran televisi di Indonesia (televisi nasional dan swasta) telah dapat
menjangkau seluruh daerah dan propinsi di Indonesia dengan memanfaatkan satelit Palapa
(yang mampu pula menjangkau wilayah Asean).11
Dalam perkembangannya, televisi telah menjadi salah satu media komunikasi
massa yang paling banyak penggunanya dan paling besar pengaruhnya. Hasil penelitian
Condry (1989), sebagaimana dikutip oleh Syukur Kholil, menunjukkan bahwa masyarakat
(semua tingkat usia, kelas sosial, agama dan latar belakang budaya), rata-rata
menghabiskan waktu selama 24 jam dalam seminggu untuk menonton televisi. Bahkan
anak-anak menjelang usia remaja, menghabiskan waktu lebih dari 30 jam dalam seminggu
untuk menonton televisi. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah waktu
yang mereka habiskan bersama orang tua, bermain dengan teman sebaya, membaca dan
belajar di sekolah, dan merupakan kedua terbesar setelah waktu yang dipergunakan untuk
tidur. Lebih lanjut Condry menuturkan bahwa jumlah tersebut akan terus meningkat dari
tahun ke tahun, terutama bagi mereka yang kecewa akibat terkucilkan dari teman-teman
dan keluarga mereka. Sehingga mereka menjadikan televisi sebagai tempat pelampiasan
atau sekedar mengisi waktu kekosongannya.12
3. Teori Komunikasi Massa yang Berkenaan dengan Televisi
Dalam ilmu komunikasi massa, banyak bentuk teori yang diperdapatkan dan
digunakan guna untuk mendukung perkembangan ilmu komunikasi massa. Diantara sekian
banyak teori tersebut, yang erat kaitannya dengan media massa elektronik televisi adalah
sebagai berikut:
a. Teori Peluru Ajaib (Bullet Magic Theory)
Teori ini dikemukakan bahwa komunikasi massa mempunyai pengaruh yang
kuat dan luar biasa, bahkan lansung memepngaruhi tingkah laku khalayak.
Pesan media massa dipandang bagaikan “peluru ajaib” yang mempunyai
kekuatan dalam mempengaruhi persepsi dan tingkah laku orang banyak sesuai
dengan kehendak komunikator.13
11
http://blog.unsri.ac.id/kaskuserr/nais-inpo-gan/sejarah-berdirinya-stasiun-televisi-di-indonesiatvri-rcti-sctv-trans-tv/mrdetail/5941. Didownload pada tanggal 7 Mei 2011.
12
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 50-51.
13
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 33.
6
b. Teori Penentuan Agenda (Agenda Setting Theory)
Teori ini berpendapat bahwa pesan media dapat membantu untuk
mendefinisikan hal-hal yang dipikirkan dan yang dicemaskan individu atau
orang banyak, sehingga dapat membentuk persepsi dan prilaku individu atau
orang banyak dengan cara memberikan perhatian lebih mendalam pada masalah
tertentu dan mengurangi pada masalah lainnya. Agenda Setting bisa terjadi pada
beberapa level, yaitu; penciptaan kesadaran, menentukan prioritas, dan
mempertahankan isu. Robert Park mengatakan bahwa media lebih banyak
menciptakan kesadaran suatu isu, bukan menciptakan pengetahuan atau sikap.14
c. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa individu atau masyarakat menggunakan media
untuk memenuhi atau memuaskan (gratify) kebutuhan mereka, dimana individu
atau masyarakat mempunyai kebebasan penuh dalam menggunakan media
massa dan mengapa mereka menggunakannya. Sehingga mereka tidak jarang
dalam memilah dan memilih media sesuai dengan keinginan mereka sendiri.15
d. Teori Penyuburan (Cultivation Theory)
Teori ini berpandangan bahwa media massa modern (terutama televisi) tidak
mempunyai pengaruh besar dalam membentuk persepsi dan merubah tingkah
laku masyarakat, akan tetapi media massa mempunyai peranan penting untuk
menyuburkan atau menguatkan persepsi dan tingkah laku audiennya. Dimana
komunikasi akan efektif apabila pesan-pesan yang diharapkan untuk difahami
dan diamalkan oleh individu atau masyarakat, disampaikan secara berulangberulang dan terus menerus.16
e. Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory)
Teori ini beranggapan bahwa setiap individu atau masyarakat mempunyai opini
pribadi tersendiri terhadap suatu berita atau isu, akan tetapi media massa
berperan penting dalam membentuk opini publik. Dalam hal ini, setiap individu
atau kelompok masyarakat cendrung mencari dukungan bagi opini mereka
14
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Ed. Ke-8 (Jakarta: Kencana, 2008), h. 495-496. Lihat juga
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 36.
15
Ibid, h. 475. Lihat juga Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 37-38.
16
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 39.
7
sendiri, baik itu dari lingkungan sekitarnya atau bahkan juga dari media
massa.17
Dengan demikian, berdasarkan beberapa pandangan teori komunikasi media massa
di atas, dimana televisi merupakan bagian dari media massa, maka televisi dapat dijadikan
alternatif terbaik dalam dakwah Islam di era sekarang ini. Pesan-pesan Islam yang
disampaikan melalui televisi akan memeberikan efek yang besar terhadap peningkatan
pemahamaman umat manusia tentang Islam. Dengan berbagai bentuk informasi menarik
dan sosialisasi yang bersifat mendidik, maka ajaran Islam akan terkesan lebih dekat
dengan umatnya. Sehingga nilai-nilai Islam itu sendiri dapat difahami dan diamalkan
dalam kehidupan umat manusia.
Abelman (1987), dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan dan bernilai positif antara menonton siaran agama di televisi dengan
pengamalan seseorang akan ajaran agama. Artinya, semakin banyak seseorang
menyaksikan siaran keagamaan di televisi, maka pengamalan agamanya cendrung
bertambah meningkat dan semakin baik. Hal ini tidak terlepas dari faktor televisi yang
dapat memberikan pengaruh bagi penontonnya.18
4. Azas Televisi dalam Islam
Dari sekian banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang teknis
berkomunikasi secara umum, sebagian diantaranya merupakan berkenaan lansung dengan
materi komunikasi media massa (terutama televisi). Ayat-ayat dimaksud dapat dijadikan
sebagai azas komunikasi televisi dalam upaya untuk menyiarkan pesan-pesan Islam,
disamping teori-teori yang berkembang belakangan ini. Ayat-ayat tersebut antara lain:
QS. An-Nahl: 125;
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah19 dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. Ali-‘Imran : 104.
17
Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi (Jakarta:
Salemba Hurmanika, 2010), h. 121-122.
18
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 51.
19
Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar, yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.
8
Artinya: Dan hendaklah ada sebahagian di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar;20 dan merekalah orang-orang yang beruntung.
QS. An-Nisa’: 83.
Artinya: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan ulil Amri21 di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
ulil Amri)22. Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
Demikianlah sebagian kecil di antara sekian banyak ayat-ayat Alquran yang
berbicara tentang tata cara berkomunikasi atau melakukan dakwah Islam. Ayat-ayat
tersebut di atas dapat dijadikan sebagai landasan atau bahan pijakan dalam menyiarkan
dakwah Islam, terutama dakwah Islam melalui televisi. Disamping beberapa ayat-ayat
lainnya yang juga dapat dijadikan pedoman dalam penyairan Islam melalui televisi, seperti
QS. Al-Baqarah: 25, QS. Ali ‘Imran: 159, QS. An-Nisa’: 58-59, dan lain sebagainya.
5. Kondisi Objektif di Lapangan
Pada saat ini, jelas terlihat bahwa setiap harinya terdapat paket siaran agama yang
disiarkan oleh keseluruhan stasiun televisi di Indonesia. Siaran-siaran tersebut, ada dalam
bentuk ceramah agama (tausyiyah atau kultum), dialog (interaktif dan non-interaktif),
sinetron atau drama keagamaan, pembacaan Al-Qur’an, musik dan azan setiap waktu
shalat. Berdasarkan daftar acara berbagai stasiun televisi yang diposting pada website
http://jadwaltvku.blogspot.com/2011_05_31_archive.html pada hari selasa 31 Mei 2011,
setidaknya ada 27 (lihat tabel) acara yang dapat digolongkan dalam paket dakwah Islam
dari berbagai stasiun televisi nasional. Disamping terkadang juga didapatkan nilai-nilai dan
pesan Islami dalam berbagai acara lainnya, seperti dalam peket berita rutin, infotaiment,
hiburan dan pariwara iklan.
20
Ma'ruf adalah segala sesuatu perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar
ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
21
Maksudnya: tokoh-tokoh sahabat dan Para cendekiawan di antara mereka.
22
Menurut mufassirin yang lain, Maksudnya Ialah: Kalau suatu berita tentang keamanan dan
ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan ulil Amri, tentulah Rasul dan ulil Amri yang ahli dapat
menetapkan kesimpulan (istimbat) dari berita itu.
9
No
JAM
Nama Acara
Stasiun Televisi
1
04:00 – 04:30
Assalamu’alaikum Ustadz
RCTI
2
17:30 – 18:30
Sinetron “Istiqamah”
SCTV
3
18:30 – 21:00
Sinetron “Islam KTP”
SCTV
4
21:00 – 23:00
Sinetron “Pesantren & Rock n Roll”
SCTV
5
04:00 – 04:30
Cahaya Hati
ANTV
6
03:30 – 04:00
Muhibah Pesantren
INDOSIAR
7
04:30 – 05:00
Penyejuk Imani
INDOSIAR
8
04:30 – 06:00
Siraman Qalbu
MNCTV
9
07:30 – 08:30
Upin & Ipin Met Pagi
MNCTV
10
08:30 – 09:30
Cerita Pagi
MNCTV
11
09:30 – 11:00
Layar Pagi
MNCTV
12
12:00 – 13:30
Layar Kemilau
MNCTV
13
13:30 – 15:00
Cerita Siang
MNCTV
14
15:00 – 15:30
Upin & Ipin Dkk
MNCTV
15
19:00 – 20:00
Upin & Ipin Dkk
MNCTV
16
00:30 – 02:00
Layar Tengah Malam
MNCTV
17
02:00 – 03:30
Cerita Dini Hari 1
MNCTV
18
03:30 – 04:30
Cerita Dini Hari 2
MNCTV
19
04:00 – 04:30
Iqra
TRANSTV
20
05:30 – 06:30
Islam Itu Indah
TRANSTV
21
03:30 – 04:00
Titian Kalbu
TVONE
22
04:00 – 04:30
Jejak Islam
TVONE
23
17:00 – 17:30
Renungan Hari Ini
TVONE
24
01:55 – 02:30
Renungan Malam
TVRI
25
04:30 – 05:30
Hikmah Pagi
TVRI
26
07:30 – 08:00
Budi dan Kerti
TVRI
27
10:30 – 11:00
Lintas Agama & Mimbar Agama Islam
TVRI
Bila kita sedikit melihat mundur ke belakang, maka akan diperdapatkan suatu
kenyataan yang berbanding terbalik. Dimana Syukur Kholil mengungkapkan bahwa ada 45
acara televisi yang dapat digolongkan kepada paket keagamaan. Hasil ini berdasarkan
10
penelusurannya pada daftar acara berbagai stasiun televisi yang dimuat dalam Tabloid
Bintang Edisi 815, minggu pertama Desember 2006.23
Wawan Kuswandi (1996), sebagaimana dikutip oleh Syukur Kholil, menuturkan
bahwa paket siaran-siaran agama merupakan salah satu paket acara di televisi yang paling
menyedihkan dari segi daya tarik dan jumlah peminatnya. Penuturan ini berdasarkan pada
hasil penelitian kebutuhan khalayak akan program siaran televisi, yang menunjukkan
bahwa siaran agama menempati urutan kedelapan yang diminati penonton.24
Paket acara keagamaan dalam bentuk hiburan, sinetron, dan iklan, juga terkadang
dibumbui dengan hal-hal yang keluar dari etika nilai ke-Islaman. Sebut saja dalam
tayangan tersebut ditampilkan hal-hal yang nyata-nyatanya dilarang dalam Islam, tapi
diolah sedemikian rupa dan terkesan Islam membolehkan melakukan hal-hal dimaksud.
Bahkan ada alur cerita dan adegan-adegan yang ditayangkan dalam bentuk melebihlebihkan, seperti banyak berbau mistis, terlalu memaksakan diri mereka-reka rahasia alam
ghaib, sehingga dianggap oleh segelintir orang dapat membawaki kesesatan.
Disamping itu, fenomena lainnya adalah pemberitaan miring tentang dunia Islam
dan
penindasan
terhadap
Negara-negara
muslim
oleh
rezim
Zionisme
dan
Neokolonialisme mendapat porsi yang lebih besar dari berbagai stasiun televisi. Mereka
secara sepihak menampilkan berita yang terus menerus menyudutkan umat Islam, dan
menjadikan umat Islam sebagai pihak yang harus disalahkan. Fenomena ini terjadi karena
dunia pertelevisian dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang Zionis. Untuk itu, umat Islam
harus mendapat informasi yang benar dan valid tentang apa yang terjadi di Negara-negara
muslim yang saat ini tengah diuji dengan perang dan penindasan.
Sebagai catatan tambahan, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pernah
mencoba membangun stasiun televisi dengan nama Global TV sebagai upaya untuk lebih
mendekatkan ajaran Islam kepada pemeluknya, dan juga masyarakat banyak pada
umumnya. Namun dalam perjalanannya, stasiun televisi ini kemudian dibeli oleh MNC
Group, dan berubah menjadi stasiun televisi yang sama sekali bertolak belakang dengan
cita-cita ICMI. Kemudian muncul Alif TV yang dibangun oleh Mahaka Group. Walaupun
menggunakan kata “Alif” pada penamaan televisi tersebut dan juga mengklaim diri
sebagai stasiun televisi yang membawa misi keislaman, akan tetapi beberapa pihak
23
24
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 54.
Syukur Kholil, Komunikasi Islam…, h. 56.
11
meragukannya karena petinggi stasiun televisi tersebut ternyata non-muslim.25
Dan baru-baru ini, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun lalu (1431 H/ 2010 M),
telah dibangun satu stasiun televisi swasta baru yang berbasis Islam di Indonesia. Stasiun
televisi tersebut diberi nama yaitu “TV Tazkiyah”. Berdasarkan penelusuran lansung
penulis, stasiun televisi tersebut baru berisikan satu paket acara, yakni Tilawah Al-Qur’an
lengkap dengan teks dan artinya, yang dibacakan oleh Qari yang berbeda-beda selama 24
jam setiap harinya. Suatu pilihan paket acara yang sangat bagus, akan lebih mendekatkan
Al-Qur’an dan isi kandungannya dengan umat Islam, dapat menyejukkan/menentramkan
hati dan pikiran dari segala permasalahan hidup manusia. Namun, alangkah lebih menarik
daya pikat pemirsa bila ditambah dengan paket acara lainnya yang bernuansa Islami dan
mengandung pesan-pesan yang dapat menuntun kehidupan manusia bahagia dunia dan
akhirat.
C. Berbagai Masalah yang Ditemukan dan Solusi yang Ditawarkan
1. Faktor-faktor Penyebab Timpangnya Penyiaran Islam di Televisi
Berdasarkan fakta dan realita yang telah dikemukakan sebelumnya, dengan jelas
terlihat bahwa telah terjadi ketimpangan dalam tayangan dan pemberitaan tentang Islam di
televisi, serta menurunnya daya tarik pemirsa akan paket acara yang bernuansa Islami.
Semua itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kemasan paket acara yang disajikan masih kurang menarik daya pikat pemirsa.
b. Waktu penyiaran yang kurang efektif, misalnya teralu pagi atau larut malam.
c. Paket siaran pada stasiun televisi lain lebih menarik daya minat pemirsa.26
d. Ruang paket acara yang bernuansa Islami masih sangat sedikit disediakan oleh
sebahagian besar stasiun televisi.27
e. Pesan Islam melalui televisi menghilang setelah ditrasmisikan karena
ditampilkan dalam bentuk elektronik.
f. Dunia pertelevisian dikuasai dan dikendalikan oleh kaum Zionis, sehingga
pemberitaan tentang Islam terkesan sepihak dan dimanipulasi.
2. Solusi yang Ditawarkan
25
26
27
http://penerang.com/2011/05/19/tv-islam-mungkinkah/. Didownload pada tanggal 7 Mei 2011.
Syukur Kholil, Komunikasi Islam..., h. 58.
Syukur Kholil, Komunikasi Islam…, h. 56.
12
Adapun solusi yang dapat ditawarkan untuk meminimalisir berbagai permasalahan
di atas, adalah sebagai berikut:
a. Mengupayakan kemasan yang lebih menarik dan tidak terkesan menoton serta
melihat model kemasan yang dibutuhkan oleh pemirsa televisi. Model kemasan
yang dibutuhkan para pemirsa dapat diperoleh dengan cara melakukan survey
atau observasi pada pemirsa televisi.
b. Mengusahakan waktu tayang sesuai dengan waktu lapang pemirsa, atau pada
waktu yang memungkinkan kebanyakan pemirsa mempunyai kesempatan untuk
menontonnya. Karena manusia masih belum bangun bila terlalu pagi, dan
sudah tertidur bila larut malam.
c. Memperhatikan paket siaran pada stasiun televisi lain. Bila acara pada stasiun
televisi lain lebih menarik dan waktunya bersamaan dengan rencana
penayangan siaran keagamaan, maka tidak ada salahnya waktu siarannya
diubah (dimajukan atau dimundurkan) agar terhidar dari kesamaan waktu
siaran. Sehingga siaran acara keagamaan tetap ditonton oleh seganap pemirsa.
d. Apabila ketiga hal di atas dilakukan dengan baik, tentunya daya minat pemirsa
terhadap acara keagamaan akan bertambah dan terus meningkat. Maka dengan
sendirinya, ruang tayang pun akan disediakan lebih banyak oleh stasiun televisi
karena daya tarik pemirsa meningkat. Lihat saja paket acara infotaimen seputar
kehidupan selebritis dan hiburan musik, hampir semua stasiun televisi (kecuali
Metro Tv dan Tv One) memberikan jam tayang lebih pada acara tersebut,
bahkan ada yang ditayangkan 3 sampai 4 kali sehari dengan durasi yang
panjang dan nama acara yang berbeda (temanya sama).
e. Faktor teknis televisi, yakni siaran (pesan) akan menghilang setelah
ditransmisikan,
dapat
disiasati
dengan
menerapkan
teori
penyuburan
(cultivation theory). Dimana pesan yang sama terus menerus disampaikan
secara berulang-uang dalam waktu yang berbeda dan dengan model kemasan
yang berbeda pula. Sehingga pesan dakwah Islam yang disampaikan melekat
dalam pikiran pemirsa dan dapat mempengaruhi tingkah laku mereka.
f. Sudah saatnya para aktivis dakwah Islam berkomitmen untuk membangun
stasiun televisi sendiri yang berbasis Islami. Apalagi banyak aktivis dakwah
Islam saat ini bertebaran di perusahaan media massa, baik televisi maupun
media massa lainnya. Artinya, Islam memiliki sumber daya manusia yang
13
mumpuni untuk dilibatkan dalam proyek besar ini. Tinggal bagaimana
manajemen dibangun secara professional dalam media massa tersebut, dan
meyakinkan para investor agar bersedia menggelontorkan dananya dalam
membangun proyek ini. Memiliki stasiun televisi sendiri dimaksudkan sematamata untuk lebih memaksimalkan dakwah Islam melalui televisi, dan juga
untuk meminimalisir ketimpangan pemberitaan tentang Islam pada dunia.
D. Harapan ke Depan Terhadap Penyiaran Islam Melalui Televisi
Mengapa dakwah Islam melalui televisi menjadi penting? Semua itu tidak terlepas
dari besarnya pengaruh media audio visual dalam membentuk opini publik dan
mempengaruhi persepsi serta tingkah laku mereka di tengah-tengah masyarakat. Terlebih
di tengah derasnya arus teknologi informasi dan globalisasi saat ini, dimana Islam dan
umat Islam disudutkan dengan berbagai ujian dan cobaan (efek dari ketimpangan
pemberitaan). Perang informasi di layar kaca sudah tidak bisa dihindarkan lagi, bahkan
umat Islam saat ini adalah kelompok yang terdesak, jika tidak ingin dikatakan sebagai
pihak yang hampir takluk dalam kekalahan perang informasi.
Maka dari itu, di tengah besarnya gempuran opini yang menyudutkan Islam dan
gerakan dakwah Islam, sudah saatnya umat Islam memiliki stasiun televisi sendiri yang
berfungsi untuk memberikan pembelaan terhadap informasi yang salah tentang ajaran
agama dan para pengikutnya. Kalau pun tidak bisa merealisasikan stasiun televisi yang
berbasis Islam, setidaknya dakwah Islam yang sekarang ini masih dikembangkan melalui
televisi, lebih ditingkatkan dengan membenahi segala bentuk kekurangan agar menarik
minat pemirsa untuk menontonnya, sehingga lebih terkesan variatif dan inovatif. Dengan
kata lain, dakwah Islam yang sekarang ini masih diberikan ruang tayang oleh televisi, tidak
hanya sekedar pelangkap daftar acara atau sebatas formalitas semata.
Untuk menciptakan paket siaran agama yang lebih variatif dan inovatif, sehingga
dapat mengundang minat tonton pemirsa, kiranya perlu diperhatikan azas penyiaran
televisi dalam Islam dan beberapa teori komunikasi massa yang berkenaan dengan
penyiaran televisi. Islam melalui kitab sucinya Al-Qur’an menganjurkan agar ada sebagian
pemeluknya (seperti insan pertelevisian) yang menyeru kepada kebaikan dan amar ma’ruf
nahi mungkar, dengan cara yang lemah lembut (persuasif), tegas dan benar, serta dengan
memberikan pelajaran atau nasehat (baik dengan ucapan atau tingkah laku).
Film Ayat-Ayat Cinta (AAC) dan Ketika Cinta Berasbih (KCB) merupakan contoh
14
kecil dari sekian banyak film/sinetron yang bernuansa Islami. Alur cerita dari kedua film
tersebut sedikit banyaknya telah mempengaruhi paradigma berpikir (persepsi) dan tingkah
laku pemirsa. Sebut saja salah satu contohnya adalah kegemaran kaum wanita (setelah
mereka menonton kedua film tersebut) berbusana seperti apa yang ditampilkan dalam
kedua film tersebut. Bahkan sosok Fahri (AAC) dan Abdullah Khairul Azzam (KCB) telah
menjadi inspirator bagi kalangan mahasiswa (khususnya yang keterbatasan biaya) dalam
menggapai cita-citanya. Kenyataan seperti ini selaras dengan pandangan teori-teori
komunikasi massa, dimana media (televisi) mempunyai kekuatan yang kuat dan lansung
mempengaruhi persepsi dan tingkah laku pemirsa, dan juga menciptakan kepuasan
tersendiri dalam diri pemirsa. Semoga ke depan, akan lebih banyak film/sinetron yang
kental bernuansa Islami, sehingga dakwah Islam di televisi menjadi lebih efektif dengan
bertambah inovatif dan variatif-nya siaran-siaran yang mengandung pesan-pesan Islam.
Sungguh suatu kerugian yang amat sangat besar, bila televisi yang hari ini sudah
menjadi suatu kebutuhan dan tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia, tidak
dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah Islam.
E. Penutup
Islam adalah agama dakwah. Al-Qur’an menganjurkan umatnya untuk selalu
melakukan misi dakwah dalam keadaan bagaimanapun dan dengan cara apapun, sesuai
dengan kebutuhan zaman dan situasi kondisi masyarakat. Televisi merupakan media
elektornik yang sekarang ini sangat banyak penggunanya, bahkan telah menjadi satu
kebutuhan hidup masyarakat banyak. Televisi sangat diminati masyarakat dan telah dapat
memberikan pengaruh besar kepada mereka, baik dari segi persepsi atau tingkah laku
mereka dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kenyataan seperti itu dapat dijadikan satu
alternatif terbaik untuk melakukan dakwah Islam melalui televisi. Dimana pesan dakwah
yang disampaikan lansung mengenai ke sasarannya.
Dari dulu sampai dengan sekarang ini, dalam berbagai siaran stasiun televisi
nasional dan swasta, ada diperdapatkan beberapa siaran yang bernuansa Islami. Paket
acara keagamaan tersebut terus dibenahi dan diwarnai dalam berbagai macam bentuk acara
dan tema, mengikuti kebutuhan pemirsa dan perkembangan zaman. Namun dalam
perkembangannya, diperdapatkan beberapa aspek dan sudut pandang yang harus
diperbaiki, terutama yang berhubungan dengan model kemasan dan masa tayangnya, guna
15
untuk menarik daya minat pemirsa.
16
Daftar Pustaka
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Alquran. 1997.
Husni, Faidhullah Al-. Fathu ar-Rahman li Thalibayati Alquran. Indonesia: Maktabah
Dahlan. n.d.
Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni, 1986.
Kholil, Syukur. Komunikasi Islam. Bandung: Citapustaka, 2007.
Mc Quail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Air Langga, 2001.
Rakhmat, Jalaluddin. Televisi sudah Menjadi The First God. Dalam Ibrahim, Idi Subandy
& Malik, Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1997.
Tester, Keith. Media, Budaya, dan Moralitas, Terj. Muhammad Syukri. Yogyakarta:
Juxtapose, 2003.
Tim Balai Pustaka Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III. Cet. III. Jakarta:
Balai Pustaka, 2007.
Vivian, john. Teori Komunikasi Massa. Ed. Ke-8. Jakarta: Kencana, 2008.
West, Richard & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Hurmanika, 2010.
http://blog.unsri.ac.id/kaskuserr/nais-inpo-gan/sejarah-berdirinya-stasiun-televisi-diindonesia-tvri-rcti-sctv-trans-tv/mrdetail/5941
http://jadwaltvku.blogspot.com/2011_05_31_archive.html
http://mediajogjaku.co.cc/2010/04/sejarah-perkembangan-Televisi.html
http://penerang.com/2011/05/19/tv-islam-mungkinkah/
17
Download