BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena yang menarik perhatian publik pada seperti maraknya tindak
kekerasan berbasis agama, ataupun yang mengatasnamakan gerakan agama.
Tindakan penentangan terhadap negara menjadi perhatian serius. Selanjutnya
muncul gerakan-gerakan separatis yang juga turut dipicu oleh perilaku
penganut umat beragama. Fenomena tersebut menjadikan citra Indonesia
sebagai negara dengan sebutan multikultural semakin tereduksi.
Implikasi
pemahanan atas normatif agama yang sepihak akan memunculkan semangat
sektarian dan memiliki kecenderungan untuk membenarkan satu pemahaman
tertentu atas tafsir agama dan menutup kebenaran tafsir agama yang dilakukan
oleh kelompok lain.
DRAFT
Keadaan di atas menjadi semakin kompleks yang ditambah munculnya
pertikaian antaretnik maupun ras juga memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap tereduksinya nasionalisme Indonesia yang didirikan atas bingkai
Bhinneka Tunggal Ika. Degradasi nilai-nilai multikultural dari perspektif
agama maupun ras, etnik dan suku, menjadi sebuah masalah bersama bangsa
Indonesia
dan
masalah
kemanusiaan
pada
umumnya.
Upaya
untuk
meminimalisasi degradasi tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan
nilai-nilai multikultural, seperti tidak membedakan antarras, suku maupun
etnik serta penafsiran agama yang ramah terhadap nilai kemanusiaan.
1
Nasionalisme yang telah dibangun oleh bangsa Indonesia menjadi
semangat kehidupan multikultur. Pengakuan atas nilai-nilai kedaerahan dalam
bingkai “Bhinneka Tunggal Ika” berbeda-beda tetap satu juga, menjadi
semangat membangun kebersamaan dan kesatuaan bangsa atas realita
multikultural yang dihadapi Indonesia, sehingga memunculkan nasionalisme
yang tinggi, bukan semangat kedaerahan. Penguatan nilai-nilai multikultural
akan menjadi perekat kebangsaan atas dasar keanekaragaman budaya.
Keragaman budaya sebagai elemen dasar yang membangun kehidupan
multikultural sebaiknya dieksplorasi melalui nilai-nilai luhur budaya lokal yang
dapat diterapkan
menjadikan nilai universal, nilai-nilai kemanusiaan, dan
pengakuan multikultur.
Keluhuran nilai-nilai kearifan lokal juga menjadi faktor perekat
kebangsaan, sebaliknya semangat menonjolkan nilai perbedaan dapat
DRAFT
menumbuhkan separatisme. Nilai gotong-royong sebagai salah satu kearifan
lokal menjadi pilar kebersamaan dalam bernegara. Hal di atas sesuai dengan
kultur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki
keakaragaman bahasa, budaya, dan suku bangsa.
Satu hal yang mutlak perlu dibangun Indonesia sebagai sebuah negara
kepulauan dengan latar belakang masyarakat multikultural adalah penguatan
nilai-nilai multikultural, sehingga ancaman disintegrasi bangsa semakin dapat
diminimalisasi. Penguatan tehadap nilai-nilai kedaerahan dapat menjadikan
faktor dominan dalam memperkokoh semangat nasionalisme dengan tetap
2
menjunjung
perbedaan
dalam
multikultural.
Nilai
kemanusian
dan
keberagaman kultur juga sangat didukung oleh nilai-nilai agama.
Penafsiran
agama
yang
benar
dalam
perspektif
agama
tetap
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan perbedaan termasuk dalam
multikultur. Norma agama tidak akan membunuh perbedaan yang ada, bahkan
dalam Islam perbedaan menjadi rahmat. Islam datang sebagai agama rahmatan
lil ‘alamin. Pemaknaan dari pernyataan tersebut tidak hanya dalam konteks
teologis tetapi dalam realitas kehidupan sosial budaya. Islam hadir untuk
memakmurkan bumi dengan segala realitas perbedaan yang sangat kompleks.
Kewajiban seorang muslim menjadi penebar perdamaian sebagimana yang
telah diserukan dalam QS al-Nisa: 114:
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikanbisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa
yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar.
DRAFT
Seruan damai dan harmonisasi dalam realitas kehidupan multikultural juga
diperkuat dalam normatif Islam. Seorang muslim penting untuk melakukan
relasi sosial tanpa tersekat oleh ragam budaya maupun keyakinan sebagaimana
disebutkan dalam Q.S. al-Hujurat: 13 menyebutkan:
Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
3
Ayat tersebut memberikan implikasi bahwa perbedaan dalam Islam termasuk
perbedaan dalam kultur menjadi satu keniscayaan dan tidak bisa dihindarkan.
Islam datang sebagai agama yang dapat mengayomi semua golongan yang
berbeda telah ada sejak Islam lahir. Islam mengajarkan kemaslahatan dan
mengajarkan kesejahteraan untuk semua umat manusia, sehingga Islam
menjadi sebuah agama yang bersifat demokratis atas semua perbedaan yang
ada.
Islam datang dalam lingkungan yang multikultural. Nabi Muhammad
banyak bersentuhan dengan kultur Mekkah yang saat itu kental dengan agama
dinamisme yang dipeluk oleh kaum Yahudi, sehingga Islam mengajak umat
atas dasar kesadaran bukan atas paksaan dalam menganut Islam. Pengakuan
yang tinggi atas perbedaan dalam Islam menjadikan penyebaran Islam
didasarkan atas kebebasan bukan pada paksaan. Islam menjadi agama yang
DRAFT
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di saat kultur mekkah yang penuh
dominasi kekuasaan pada masa jahiliyah. Islam menjadi besar dengan ditopang
kebebasan untuk memeluk Islam.
Justifikasi Q.S. al-Kafirun: 6 menyebutkan ;
yang bermakna ”bagimu agamamu dan bagiku agamaku ” dalam arti yang lebih
luas Islam lahir sangat menjunjung kebebasan dalam beragama, menanamkan
nilai-nilai kemanusiaan dan universalitas serta perbedaan, sehingga Islam
sebagai sebuah agama sangat menjunjung nilai-nilai perbedaan dalam
kehidupan multikultur. Satu fakta sejarah ketika Islam ditegakkan dalam pilar
negara yang sangat mengakomodasi kepentingan semua elemen masyarakat
4
yaitu ketika Nabi Muhammad saw berhasil memberlakukan Piagam Madinah.
Piagam Madinah adalah sebuah aturan bernegara terdiri dari 47 klausul untuk
melindungi dan menghormati kepentingan berbagai suku dan golongan antara
orang Islam dan orang Yahudi serta merupakan perjanjian damai di antara
kedua kaum. (diolah dari Akram Dhiyanudin Umati dalam H.A.R.Tilaar,
1999:241). Hak-hak di antara mereka selalu dilindungi sehingga tidak ada
sedikit pun pemaksaan terhadap kepengikutan Islam. Hal ini menjadikan Islam
sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi nilai perbedaan. Nilai-nilai
universalitas, kemanusiaan, dan pengakuan perbedaan dalam kerangka
multikultur menjadi ruh dalam kehidupan Islam. Hal ini juga dipertegas dengan
sebuah hadis yang menyatakan:
‫ﺎن َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ھُ َﺸ ْﯿ ٌﻢ أَ ْﺧﺒَ َﺮﻧَﺎ ُﻋﺒَ ْﯿ ُﺪ‬
َ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑ ُْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﺮ ِﱠﺣ ِﯿﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ َﺳ ِﻌﯿ ُﺪ ﺑ ُْﻦ ُﺳﻠَ ْﯿ َﻤ‬
-‫ﷲ‬
ِ ‫ ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮ ُل ﱠ‬- ‫ رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ‬- ‫ﺲ‬
ِ‫ﱠ‬
ٍ َ‫ﺲ َﻋ ْﻦ أَﻧ‬
ٍ َ‫ﷲ ﺑ ُْﻦ أَ ِﺑﻰ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑ ِْﻦ أَﻧ‬
DRAFT
ْ ‫ك ظَﺎ ِﻟ ًﻤﺎ أَ ْو َﻣ‬
‫ ﻓَﻘَﺎ َل َر ُﺟ ٌﻞ ﯾَﺎ‬. « ‫ﻈﻠُﻮ ًﻣﺎ‬
َ ‫ » ا ْﻧﺼُﺮْ أَﺧَﺎ‬- ‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬
ْ ‫ﺎن َﻣ‬
‫ﺼ ُﺮهُ ﻗَﺎ َل‬
ُ ‫ْﻒ أَ ْﻧ‬
ُ ‫ﷲ أَ ْﻧ‬
َ ‫ﺎن ظَﺎﻟِ ًﻤﺎ َﻛﯿ‬
َ ‫ أَﻓَ َﺮأَﯾْﺖَ ِإ َذا َﻛ‬، ‫ﻈﻠُﻮ ًﻣﺎ‬
َ ‫ﺼ ُﺮهُ ِإ َذا َﻛ‬
َ ‫َرﺳ‬
ِ ‫ُﻮل ﱠ‬
‫» ﺗَﺤْ ُﺠ ُﺰهُ أَ ْو ﺗَ ْﻤﻨَ ُﻌﮫُ ِﻣ َﻦ ﱡ‬
. « ُ‫ﻚ ﻧَﺼْ ُﺮه‬
َ ِ‫ ﻓَﺈِ ﱠن َذﻟ‬، ‫اﻟﻈ ْﻠ ِﻢ‬
Artinya:
Tolonglah saudaramu, baik ia berlaku aniaya maupun teraniaya. Seorang
sahabat bertanya, wahai Rasulullah kami pasti akan menolongnya jika ia
teraniaya, akan tetapi bagaimana kami menolongnya jika ia berlaku
aniaya?, Nabi menjawab: halangi dan cegahlah dia agar tidak berbuat
aniaya. Yang demikian itulah pertolongan baginya. (HR. Bukhari melalui
sahabat Anas r.a.). (Shahih al- Bukhari, juz 23, hlm. 66 al-maktabah alsyamilah)
Perlakuan yang sama terhadap berbagai perbedaan serta menjalin
hubungan kemanusiaan yang baik merupakan bagian pesan hadis di atas,
sehingga menghilangkan sekat dalam menjalin hubungan sosial merupakan
5
bagian yang harus ditegakkan. Konskuensinya perbedaan menjadi sebuah
keniscayaan terjadi atas kehendak sang Khalik (pencipta), sehingga upaya
dalam pembentukan sikap untuk menghormati perbedaan
dan tindakan
keadilan tersebut dapat dilakukan dengan menjadikan nilai agama dan nilai
luhur budaya menjadi komponen pembentukan akhlak penghargaan atas
perbedaan dalam multikultur. Implementasi dan nilai penghargaan terhadap
multikultur dapat ditransfer dan diaktualisasikan dalam realitas sosial dan
budaya yang beragam.
Kemajemukan ras, etnik, kultur, agama, bahasa maupun keragaman
pemahaman intern umat Islam menjadi potensi konflik dan sekaligus dapat
menjadi daya dukung terhadap potensi yang dimiiliki suatu bangsa. Problem
kemajemukan mahzab intern
umat Islam juga menjadi sumber potensial
konflik dan rawan terjadi perpecahan umat Islam. Sehingga pendidikan
DRAFT
multikultural penting ditanamkan pada siswa. Keragaman mahzab dalam fiqih
dan persoalan-persoalan khilafiyah sering menjadi perdebatan intern umat
Islam dan sering berujung pada perpecahan. Pendidikan menjadi sebuah
lembaga yang dapat dijadikan mediasi dalam melerai konflik intern umat Islam
terhadap perbedaan madzhab. Pendidikan dapat melakukan transfer nilai-nilai
multikultural dalam mengarahkan siswa untuk menghargai keragaman.
Pendidikan menjadi sebuah lembaga yang dapat melakukan perekat
nasionalisme melalui transfer akhlak yang menghargai perbedaan kultural,
melalui pendidikan aktivitas transfer ilmu dan transfer akhlak menjadi sangat
mungkin.
Penghargaan
terhadap
nilai
6
universalitas,
keberagaman,
kemanusiaan, dan perbedaan merupakan bagian penting dalam pembentukan
akhlak, sehingga pendidikan tidak berorientasi pada ilmu (scientific oriented)
saja, tetapi juga harus berorientasi pada nilai (values oriented).
Munculnya tindak penekanan oleh golongan tertentu terhadap golongan
lain dari latar belakang agama menjadikan disharmoni dalam keberagamaan
keberbangsaan, sehingga Pendidikan Agama Islam memiliki tangung jawab
besar terhadap penyampaian nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama Islam
menjadi salah satu bagian penting dalam subsistem pendidikan nasional yang
dapat mentransfer nilai-nilai akhlak dalam penghargaan terhadap multi
pespektif beberapa madzhab. Nilai-nilai Islam yang bersifat humanis dapat
diimplementasikan dalam aktivitas pendidikan. Upaya mengeksplorasi nilainilai Islam yang bersifat humanis perlu dilakukan dalam aktivitas Pendidikan
Agama Islam untuk menemukan kejelasan dasar filosofis pendidikan
DRAFT
multikultur. Kajian secara mendalam terhadap dasar filosofis tersebut
selanjutnya
diperlukan
Pendidikan
Agama
Islam
yang
berperspektif
multikultural.
Pendidikan Agama Islam dari sisi materi maupun tujuan yang akan dicapai
dapat berorientasi pada pendidikan multikultural. Tujuan Pendidikan Agama
Islam mengarahkan siswa pada penguasaan materi maupun pembentukan
kepribadian melalui pencapaian aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Aspek kognitif dapat dilakukan dengan menyampaikan nilai-nilai multikultural
yang terdapat dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam dengan didukung
perangkat kurikulum yang berperspektif multikultural. Aspek afektif dapat
7
diupayakan melalui pembentukan kultur madrasah berperspektif pendidikan
multikultural. Kesadaran terhadap arti penting aspek afektif akan menjadikan
terbentuknya akhlak yang baik. Aspek psikomotorik dapat dilakukan dengan
aksi yang memiliki kompetensi kultural yaitu penghargaan atas kemajemukan
yang dapat diterapkan melalui sikap personel madrasah yang dapat
mengakomodasi terhadap pendidikan multikultural. Dengan demikian,
Pendidikan Agama Islam dapat berfungsi menjadi dasar pembentukan alakhlaqul karimah yaitu akhlak yang mulia di antaranya
toleransi, adil,
demokrasi dan menghormati perbedaan. Ajaran akhlak mulia yang digali nilainilai agama Islam selaras dengan nialai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan multikultural.
Pendidikan Agama Islam dapat mengeksplorasi nilai-nilai agama yang
memberi kontribusi positif demi terbentuknya akhlak karimah. Pendidikan
DRAFT
Agama Islam memiliki makna jika dapat membangun siswa pada pemahaman
ajaran agama secara utuh dan menghasilkan output pendidikan yang memiliki
akhlak mulia. Pengintegrasian pembentukan akhlak mulia membutuhkan
desain kurikulum. Pembentukan akhlak mulia yang menghargai perbedaan
dalam kalangan remaja menjadi urgen, karena pertumbuhan remaja sangat labil
dari sisi kematangan fisik maupun psikisnya, terlebih remaja seusia siswa
Madrasah Aliyah. Masa remaja belum menemukan jati diri sehingga remaja
lebih memilih sikap meniru dan mencoba yang terkadang tanpa didasari
pertimbangan yang matang. Masa remaja merupakan transisi perkembangan
kejiwaan dari remaja menjadi dewasa. Perkembangan masa remaja sangat
8
menentukan bagi pola pikir ketika masa dewasa. Dengan demikian,
pendididkan berbasis multikultural yang dilakukan pada Madrasah Aliyah
sangat membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir yang lebih dewasa.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam banyak memiliki muatan aspekaspek humanisasi yang menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi
keanekaragaman budaya maupun etnis serta menganjurkan kebebasan atas
keyakinan dalam beragama. Namun, dalam dataran empiris masih banyak sikap
ekslusifisme beragama karena kemungkinkan disebabkan faktor pelaksana baik
pihak guru maupun pihak pengelola sekolah yang kurang memahami
pendidikan multikultural. Produk Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh
perangkat kurikulum yang turut membentuk hasil pendidikan. Tampilan akhlak
dan kematangan sangat dipengaruhi adanya isi kurikulum. Isi kurikulum akan
memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap pembentukan akhlak bangsa,
DRAFT
terlebih remaja seusia siswa Madrasah Aliyah yang merupakan usia peralihan
dari remaja menuju dewasa. Usia tersebut dapat dibentuk melalui penanaman
nilai religius maupun nilai-nilai kebangsaan sehingga akan menghasilkan sosok
yang toleran terhadap perbedaan dan memiliki penguatan dalam bidang
keagamaan. Akhirnya tujuan Pendidikan Agama Islam dapat menghasilkan
siswa yang sadar terhadap kearifan, humanis, dan toleran terhadap
keberagaman. Hal tersebut juga dapat ditunjang dengan materi Pendidikan
Agama Islam.
Materi Pendidikan Agama Islam banyak diwarnai oleh penguatan aspek
kognitif melalui penguasaan normatif, seperti penguasaan Fiqih, Al quran
9
hadis, sejarah kebudayan Islam. Pendidikan Fiqih dan Al quran hadis
merupakan unsur pokok dalam Pendidikan Agama Islam. Pendidikan sejarah
merupakan unsur penunjang dalam pembentukan kearifan siswa setelah
memahami fakta sejarah, aspek aqidah akhlak mendapat penguatan dalam
pembentukan akhlak. Aspek pengukuran akhlak perlu banyak dilakukan dalam
Pendidikan Agama Islam. Penilaian akhlak mulia pada Pendidikan Agama
Islam berorientasi pada penilaian domain kognitif dan perlu dilakukan
penilaian akhlak mulia, sehingga orientasi pendidikan pada aspek akhlak dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam peran pembentukan akhlak
siswa.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pendidikan yang turut
membentuk akhlak siswa yaitu dengan tujuan menjadi siswa yang beriman
dan bertaqwa. Artinya Pendidikan Agama Islam menjadikan orang shalih.
DRAFT
Shalih lebih banyak dimaknai merupakan usaha mengarahkan siswa untuk
dapat lebih inten terhadap hubungan dengan sang Khalik (hablun min Allah)
maupun harmonisasi hubungan sesama manusia. Dengan demikian, Pendidikan
Agama Islam lebih dioptimalkan pada penguasaan materi pelajaran Fiqih
maupun Al quran hadis sebagai upaya memenuhi tujuan tersebut diatas.
Akhirnya tercapai kesalihan hubungan sebagai seorang hamba
pada sang
khalik dan kesalihan sosial (hablun min an nas) yaitu harmonisasi hubungan
sesama manusia.
Kesalihan sosial merupakan bagian utuh dalam pembentukan akhlak siswa
yang dapat diupayakan melalui eksplorasi terhadap semua komponen
10
Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada nilai-nilai kesalihan sosial
sceperti: pendidikan Fiqih sosial, maupun mengajarkan materi pelajaran
Al quran hadis yang banyak menjunjung nilai-nilai sosial. Dengan demikian,
Pendidikan Agama Islam juga berorientasi pada penguasaan bahan ajar serta
berorientasi pada pembentukan pemahaman dan kesadaran pada penghargaan
atas keragaman perbedaan madzhab intern umat Islam, ras, etik, budaya.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah-satu aspek penting sebagai
pembentukan akhlak, memiliki konsep pendidikan yang lebih mengarah pada
pembentukan akhlak siswa pada penghargaan keanekaragaman. Pendidikan
Agama Islam selain berorientasi pada normatif agama juga banyak menyentuh
aspek pengembangan siswa untuk menghargai kemanusiaan. Dari sisi
kurikulum, rumpun Pendidikan Agama Islam banyak memuat dimensi-dimensi
multikultural dalam bahan ajar yang berorintasi pada pembentukan kesalihan
DRAFT
pribadi maupun menyentuh kesalihan sosial.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan eksplorasi tentang
Pendidikan Agama Islam pada umumnya dan khususnya di madrasah aliyah
Islamiyah Nahdlatutthullab (selanjutnya disebut MA MINAT Cilacap) dari
tinjauan multikultural. Pendidikan agama Islam berperspektif multikultural
dilakukan untuk membentuk akhlak dan kesalihan sosial yang responsif
terhadap kemajemukan, perbedaan bahasa dan kultur. Dengan demikian, output
Pendidikan Agama Islam akan memiliki dua bentuk kesalihan tersebut yang
pada akhirnya bentuk-bentuk deskriminasi antar pemahaman agama intern
11
umat Islam dan kekerasan yang mengatasnamakan agama tidak akan terjadi.
Perbedaan dan kondisis multikultural dihadapi oleh MA MINAT Cilacap.
Semula siswa MA MINAT Cilacap lebih didominasi oleh ikatan
emosional dan ideologis kepesantrenan. Perspektif masyarakat mengalami
perubahan tentang MA MINAT Cilacap bahwa kualitas madrasah menjadi
pertimbangan
di
samping
menyekolahkan siswanya.
ikatan
emosional
dan
ideologis
Kondisi tersebut juga dipengaruhi
dalam
adanya
peningkatan orientasi dalam sistem manajemen kurikulum MA MINAT
Cilacap. Pembaruan kurikulum MA MINAT Cilacap
dilakukan dengan
memadukan muatan lokal dan kompetensi kultural. Jika ditinjau dari rintisan
awalnya yakni tahun 1952, MA MINAT Cilacap merupakan upaya
pengembangan sistem di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin Cilacap.
Model pembelajaran bandongan di ponpes tersebut kemudian dikembangkan
DRAFT
menjadi beberapa model, termasuk diantaranya sistem klasikal. Namun dalam
perkembangannya, madrasah ini kemudian mengadopsi kurikulum Kementrian
Agama, dengan tetap mengembangkan kurikulum lokal yang bersifat eksklusif.
Kondisi MA MINAT Cilacap memiliki keragaman siswa dari sisi
pemahaman dan aliran madzhab yang ada dalam diri siswa, kultur, bahasa dan
etnis. Hal ini membawa konsekuensi bahwa latar belakang siswa sangat
heterogen. Dengan demikian MA MINAT Cilacap menghadapi problem
multikultural yang perlu diselesaikan melalui proses Pendidikan Agama Islam.
Secara ringkas MA MINAT Cilacap memiliki karakteristik antara lain:
12
1.MA MINAT Cilacap merupakan madrasah yang menggunakan perpaduan
kurikulum, yakni antara kurikulum Kemenag dan kurikulum muatan lokal.
MA MINAT Cilacap sebagai madrasah yang berbasis pesantren dengan
kondisi siswa yang sangat heterogen dalam amalan amaliyah siswa, kultur
maupun bahasa. Hal tersebut menjadi problematika akademik yang dihadapi
MA MINAT Cilacap, sehingga kurikulum muatan lokal yang dirancang dapat
diotientasikan pada penghargaan dimensi multikultur pada pengembangan
keislaman dengan penggunaan kitab-kitab klasik sebagai kajian dan literatur
utama. Nilai-nilai multikultural di MA MINAT Cilacap ditopang dari
kebijakan yayasan YaBakii yang menganjurkan penghargaan atas keragaman.
2.Siswa MA MINAT Cilacap terdiri dari 80 % berada di pondok-pondok
pesantren yang berada di wilayah Kecamatan Kesugihan Cilacap. Asal daerah
siswa MA MINAT beragam, yakni dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah,
DRAFT
sebagian lagi dari propinsi lain yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung,
Medan, Kalimantan, Papua sehingga siswa MA MINAT Cilacap berasal dari
berbagai kultur yang tinggal di asrama ponpes Al Ihya Ulumuddin Kesugihan
Cilacap. Siswa yang berasal dari luar Jawa sekitar 30 %. Komposisi latar
belakang siswa yang beragam membawa pola pergaulan siswa turut terbentuk
dari keragaman yang dimiliki. Pola pemahaman aliran-aliran dalam Islam,
amaliyah ibadah, serta bentuk-bentuk khilafiyah dalam ibadah mennjadi
beragam, hal ini sangat dibutuhkan pendidikan yang dapat menghargai
keragaman.
13
3.Problem multikultural yang dihadapi MA MINAT Cilacap membawa pada
pembentukan kultur MA MINAT Cilacap yang saling berkontribusi antara
berbagai aspek pendukung. Pesantren Al Ihya ulumudin sebagai jalur
pendidikan formal yang dimiliki oleh yayasan YaBakii turut memberikan
kontribusi dalam pengembangan nilai-nilai multiultural. Kebijakan-kebijakan
yang diterapkan pengasuh pesantren turut membentuk kultur MA MINAT
Cilacap dalam multikultural.
4.Konsekuensinya di MA MINAT Cilacap kondisi multikultural akan
membentuk perubahan sikap dan cara berpikir inklusif bersifat terbuka
terhadap beberapa aliran yang memberikan penghargaan atas hormonisasi
relasi sosial, demokrasi dan toleransi.
Berdasarkan studi pendahuluan diatas dan pola pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang dilakukan di MA MINAT menggunakan sistem klasikal
DRAFT
sekaligus diintegrasikan dengan kurikulum muatan lokal yang menyatu dengan
pembelajaran pesantren. Internalisasi nilai-nilai multikultural menjadi sangat
nampak, karena MA MINAT menyatu dengan komunitas pesantren Al Ihya
Ulumudin yang melakukan kajian kitab-kitab salaf dan memadukan dengan
model pesantren modern.
Dari berbagai hal di atas MA MINAT Cilacap
menjadi salah satu madrasah yang menjadi pionir tentang pendidikan
berperspktif multikultural. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi madrasah
yang multikutur yaitu dengan adanya siswa yang berasal dari luar daerah.
Fenomena tersebut akan membawa konsekuensi pada Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap dalam melakukan pendidikan berperspektif
14
multikulutral antara lain pada aspek: kurikulum, pembentukan kultur madrasah,
sikap guru dan sikap siswa dalam implementasi pendidikan berperspektif
multikultural. Aspek-aspek pendidikan multikultural tersebut di atas dalam
perpsektif MA MINAT Cilacap menjadi permasalahan penting untuk diteliti.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan pada Pendidikan Agama Islam pada jenjang madrasah aliyah
yang urgen untuk dicari akar permasalahan dan solusinya. Permasalahan
tersebut adalah:
1. Pendidikan Agama Islam pada umumnya dan di SLTA pada khususnya
masih banyak berorientasi pada penguasaan materi belum kepada
pembentukan akhlak. Ruang lingkup penyampaian materi Pendidikan
Agama Islam masih banyak penekanan pada penyampaian normatif ajaran
DRAFT
Islam. Walaupun hal tersebut merupakan tujuan utama pada Pendidikan
Agama Islam, aktivitas Pendidikan Agama Islam banyak berorientasi pada
penguasaan materi sehingga pembentukan akhlak belum dioptimalisasikan.
2. Pendidikan Agama Islam kurang berimbang antara penguasaan materi dan
sisi pembentukan akhlak siswa, sehingga memunculkan Pendidikan
Agama Islam yang banyak berorentasi pada penguasaan keilmuan an sich
belum mencapai sasaran membentuk akhlak siswa. Sentuhan pembentukan
kesalikhan individu (salih secara personal hanya berorientasi hubungan
Tuhan dan mahluk dengan mengesampingkan hubungan sesama manusia),
15
lebih dominan daripada pembentukan kesalikhan sosial (salih yang
berimbang antara hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan dengan
sesama manusia).
3. Pendidikan Agama Islam belum sepenuhnya mengembangkan nilai-nilai
pengembangan Akhlaq sehingga cenderung menghasilkan output yang
lebih berorientasi pada penguasaan materi Pendidikan Agama Islam,
bukan pada pembentukan kesalihan sosial yang dapat membentuk kearifan
siswa atas keragaman budaya dan keragaman ideologi pemahaman teks
agama.
4. Secara umum output Pendidikan Agama Islam belum menunjukkan hasil
kearifan
akhlak
sehingga
timbul
anarkis.
Munculnya
berbagai
ketimpangan sosial tidak dapat lepas dari pengaruh pendidikan sebagai
salah satu faktor penyebab. Pendidikan Agama Islam banyak berorientasi
DRAFT
pada nilai-nilai yang bersumber pada Al qur’an dan Hadis sebagai faktor
dominan yang dapat memberikan kontribusi pada pembentukan akhlak
siswa. Dengan demikian orientasi Pendidikan Agama Islam
lebih
mengarah pada membentuk kesalihan sosial dengan didasari pada materimateri yang berdasarkan sumber Al qur’an Hadis yang telah dimuat dalam
bahan ajar sehingga perlu kajian multikultural dalam bahan ajar
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap.
5. Pendidikan Agama Islam pada umumnya belum banyak mengeksplorasi
nilai-nilai kemanusiaan secara universal. Orientasi Pendidikan Agama
Islam lebih mengarah pada penguasaan materi Fiqih dan al quran Hadis
16
maupun sejarah kebudayaan Islam. Materi pembelajaran akhlak sebagai
sebuah materi akan banyak membekali siswa pada pembentukan akhlak
belum diberi penekanan secara optimal. Penyampaian materi Fiqih,
al qur’an hadis maupun sejarah Pendidikan Agama Islam belum banyak
dieksplorasi tentang nilai yang menghargai keragaman budaya maupun
nilai-nilai kemanusiaan. Perlu menemukan Pendidikan Agama Islam yang
berbasis pada pendidikan multikultural.
6. Praktik Pendidikan Agama Islam pada umumnya belum banyak mengarah
pada pemahaman norma agama bahwa Islam bersifat rahmatan lil alamin.
Artinya pembelajaran Pendidikan Agama Islam banyak membentuk
penguasaan pemahaman keilmuan ke-Islaman dan belum mengarah pada
pembentukan akhlak siswa untuk menghargai universalitas terhadap
realitas keberagamaan agama dan penguatan nilai sosial. Sehingga perlu
DRAFT
menemukan pendidikan Islam yang dapat mengakomodir permasalahan
tersebut.
7. Pendidikan Agama Islam pada umunya belum banyak mengangkat aspekaspek humanis. Pendidikan Agama Islam banyak mengurai nilai-nilai
kebermaknaan personal belum mengarah pada nilai kebersamaan komunal,
sehingga memunculkan sosok akhlak yang cenderung melakukan
pembenaran doktrin aliran beragama tertentu secara absolut, sehingga
sangat diperlukan bentuk Pendidikan Agama Islam yang lebih menghargai
aspek-aspek humanis.
17
8. Pendidikan Agama Islam pada umumnya masih banyak berorientasi pada
aspek kognitif dan psikomotorik, mengesampingkan afektif, sehingga
nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan dalam bermasyarakat menjadi
kurang diperhatikan. Pembentukan akhlak siswa menjadi memiliki
wawasan sempit dalam pemahaman keberagaman budaya dengan
demikian
diperlukan
format
Pendidikan
Agama
Islam
yang
mengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kebenaran.
9. Desain Pendidikan Agama Islam secara umum belum optimal mengarah
pada pembentukan akhlak. Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam
mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditentukan dalam kurikulum yang lebih berorientasi pada komposisi yang
kurang
berimbang.
Penguasaan
materi
masih
bersifat
dominan
dibandingkan dengan pembentukan akhlak, sehingga perlu menemukan
DRAFT
Pendidikan Agama Islam yang mengarahkan siswa pada pemahaman dan
penghargaan terhadap keragaman budaya.
10. Kajian Pendidikan Agama Islam mengarah pada basis multikultural serta
menjunjung tinggi nilai-nilai universalitas dan kemanusiaan. Pemahaman
terhadap keanekaragaman
budaya
belum
tercermin
pada
praktik
Pendidikan Agama Islam. Basis Pendidikan Agama Islam hanya seputar
pada materi yang bersifat domain kognitif, sehingga Pendidikan Agama
Islam dengan berbasis multikultural perlu dikaji.
18
11. Format pendidikan di jenjang madrasah aliyah melakukan pendidikan
berbasis multikultural menjadi model bagi pengembangan Pendidikan
Agama Islam sebagai alternatif bagi pemahaman atas keragaman.
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
Rumpun Pendidikan Agama Islam
di Madrasah Aliyah lebih banyak
bertujuan pada pembentukan akhlaq peserta didik untuk dapat mengamalkan
norma agama Islam dan menjadikan siswa yang memiliki akhlakul karimah.
Rumpun Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu bagian dalam
membentuk manusia yang memiliki ketaatan kepada Tuhan yang maha esa
sebagai
salah
satu
tujuan
pendidikan
nasional.
Tujuan
tersebut
diaktualisasiakan dalam kurikulum.
Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu perangkat
pendidikan menenkankan pada isi materi tentang pembentukan akhlak. Isi
DRAFT
kurikulum
Pendidikan
Agama
Islam
juga
berorientasi
pada
materi
pembentukan akhlaq siswa. Kurikulum Pendidikan Agama Islam tidak hanya
memiliki orientasi pada penguasaan materi ataupun knowledge oriented, tetapi
juga berorientasi pada pembentukan akhlak.
Dengan demikian, penelitian ini lebih di fokuskan pada tinjauan
multikultural dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang
menjunjung tinggi nilai-nilai universalitas serta pemahaman terhadap
keanekaragaman budaya. Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah:
tentang proses pendidikan agama Islam di MA MINAT Cilacap, nilai-nilai
multikultural yang dikembangkan, dan kultur MA MINAT Cilacap.
19
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang dimaksud adalah
rumpun Pendidikan Agama Islam di jenjang madrasah aliyah yaitu meliputi
bidang studi pendidikan: Al qur’an hadis, Aqidah Aklak, Fiqih dan Sejarah
Kebudayaan Islam.
D. Rumusan Masalah
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam perspektif
multikultural tidak lepas dari berbagai aspek yaitu perangkat kurikulum, nilainilai multikultural dan kultur madrasah yang turut mendukung implementasi
pendidikan multikultural,
maka terkait dari pembatasan masalah di atas
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap ditinjau
dari perspektif multikultural?
2. Bagaimanakah
nilai-nilai
multikultural
yang
dikembangkan
DRAFT
dalam
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap?
3. Bagaimanakah sikap guru Pendidikan Agama Islam dan siswa MA MINAT
Cilacap dalam implementasi pendidikan multikultural?
4. Bagaimanakah
kultur
MA MINAT Cilacap dalam
mendukung
pendidikan multikultural?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan diatas, maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam perspektif
multikultural.
20
2. Nilai-nilai multikultural yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap.
3. Sikap guru dan siswa MA MINAT Cilacap terhadap pendidikan
multikultural.
4. Kultur MA MINAT Cilacap dalam Pendidikan Agama Islam berperspektif
multikultural.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian diupayakan untuk dapat memberi kontribusi yang bermakna
terhadap perbaikan mutu Pendidikan Agama Islam yang memiliki tingkat
toleransi tinggi terhadap keragaman ras, budaya, agama maupun keragaman
berpikir termasuk keragaman berpikir dalam bidang interpretasi norma agama
Islam. Secara garis besar manfaat penelitian ini dibedakan menjadi empat
manfaat utama yaitu:
DRAFT
1. Manfaat praktis
Kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap memberi kontribusi yang dominan bagi peningkatan efektivitas
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap pada khususnya dan
Pendidikan Agama Islam pada umumnya.
2. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis akan memberikan dasar kajian teoritik tentang pendidikan
mutilkutural. Kajian teoritik yang dibentuk akan memberikan wacana yang
lebih luas bagi para praktisi dan pemerhati Pendidikan Agama Islam
tentang pendidikan multikultural.
21
3. Panduan bagi Praktisi pendidikan
Pendidikan Agama Islam perspektif
multikultural dapat dijadikan
pedoman pengajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
kualitas Pendidikan Agama Islam.
4. Dasar pengambilan kebijakan
Penelitian ini memberikan alternatif dasar pijakan bagi kemenag untuk
melalukan kebijakan peningkatan Pendidikan Agama Islam terkait dengan
pendidikan multikultural. Penelitian ini juga diorientasikan sebagai dasar
pijakan
bagi
Kemenag
bagi
upaya
pengembangan
pendidikan
multikultural pada jenjang madrasah, sekaligus sebagai dasar pijakan bagi
para peneliti berikutnya terkait dengan pendidikan multikultural.
DRAFT
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Pendidikan
mengedepankan
multikultural
kesetaraan,
merupakan
sebuah
keadilan, demokrasi
wacana
maupun
yang
nilai-nilai
humanisasi. Dimensi-dimensi pendidikan multikultural menjadi aspek yang
urgen untuk dicari kejelasan dasar teoritiknya yang masih multiperspektif.
Pendidikan multikultural jika ditinjau dari sisi agama menjadi terkait paling
utama adalah tentang dasar normatif. Pendidikan Agama Islam dalam
lingkup yang lebih sempit, yakni pada aspek isi materi, sangat relevan
dengan pendidikan multikultural. Islam sebagai dasar normatif Pendidikan
Agama Islam banyak memuat tentang persamaan hak dan kesetaraan serta
ajaran-ajaran tentang kemanusian. Fokus kajian teori di bawah ini akan
DRAFT
memperbincangkan pendidikan multikultural dan Pendidikan Agama Islam.
1. Pendidikan Multikultural
Konsep awal pendidikan multikultural merupakan aksi menentang
hegemoni kultur dominan (kulit putih) terhadap kultur minor (kulit hitam)
yang ada di Amerika Serikat. Selama beberapa dekade kultur minoritas
(kulit hitam) telah diperlakukan dengan deskriminatif. (Truna, 90: 2010).
Wacana kesetaraan hak atas kemanusiaan menjadi sebuah gerakan
pendidikan multikultural yang mendasarkan pada prinsip keadilan dan
kesetaraan. Jones dalam Zamroni (2010:17) menyatakan:
The basic principles of multicultural education offer a way to weave in
the : zeals of citizenship. Specifically, there are three reasons why
23
multicultural education should be used to teach citizenship: (1) it offers
a way to equalize education for all students; (2) it helps students to
understand their responsibility to society; and (3) it teaches students to
respect the human rights of others.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan multikultural terkait dengan hak
kewarganegaraan. Secara khusus, ada tiga alasan mengapa pendidikan
multikultural harus digunakan untuk mengajar kewarganegaraan: (1)
Pendidikan multikultural menawarkan cara untuk menyamakan pendidikan
bagi semua siswa, (2) membantu siswa untuk memahami tanggung jawab
mereka kepada masyarakat, dan (3)
mengajarkan para siswa untuk
menghormati hak asasi orang lain. Pendidikan multikultural dibangun atas
pilar
persamaan
hak,
tanggung
jawab
kepada
masyarakat
serta
penghormatan yang tinggi terhadap hak azazi manusia, tetapi pemaknaan
pendidikan multikultural juga bergantung pada kultur tertentu.
DRAFT
Pendidikan multikultural dalam konteks Indonesia menjadi berbeda
dengan sejarah awal gerakan multikultural di Amerika Serikat. Bentuk
pendidikan multikultural di Indonesia dirancang dengan tetap mengindahkan
aspek historis-sosiologis dan kultur di Indonesia. Kajian-kajian teoretik di
bawah ini dalam rangka mencari benang merah tentang pendidikan
multikultural di Indonesia.
a. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan mutlikultural merupakan sebuah reformasi dalam bidang
pendidikan menuju pembelajaran dan mengarah pada output siswa untuk
mencapai prestasi.
Pendidikan multikultural merupakan pengembangan
potensi siswa secara optimal bisa diujudkan apabila terdapat pelayanan
24
pendidikan yang setara. Pendidikan multikultural bukan sesuatu yang
bersifat jangka pendek memperoleh hasil, melainkan suatu proses
transformasi yang memakan waktu panjang. Konsistensi dalam aksi sangat
diperlukan. Pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaruan dan
proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh
siswa (Zamroni, 2010: 19).
Artinya pendidikan multikultural merupakan perwujudan pendidikan
berorientasi pada kesetaraan, keragaman, penghormatan atas kemajemukan
bahasa, agama, ras, suku, kultur maupun bentuk keragaman lain memerlukan
tindakan nyata dan upaya-upaya madrasah sebagai lembaga berorientasi
pada pemberdayaan anak didik. Implementasi pendidikan mutlikultural
membutuhkan semua unsur guru, siswa, kepala sekolah maupun tenaga
kependidikan yang lain, tanpa dukungan dari semua elemen madrasah maka
DRAFT
tidak tercapai. Lebih lanjut pendidikan multikultural juga meliputi beberapa
dimensi.
This dimension of multicultural education involves conceptualizing the
school as a unit of change and making structural changes with the
school environment so that students from all social-class, racial, ethnic,
and gendered groups will have an equal opportunity for success.
For instance, establishing assessment techniques that are fair to all
groups, and creating the norm among the school staff that all students
can learn regardless of their cultural background
(Dayboll, 2010:11). )
Definisi pendidikan multikultural sangat beragam, namun dalam
penelitian ini pengertian pendidikan multikultural adalah sejalan dengan
pendapat James Banks. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang
mengimplementasikan lima dimensi yaitu: dimensi integrasi, konstruksi
25
pengetahuan, pengurangan prasangka, pendidikan setara, dan pemberdayaan
sekolah serta struktur sekolah. Kelima dimensi tersebut teraktualisasikan
dalam praksis pendidikan.
Pendidikan multikultural secara singkat diartikan sebagai sebuah
paradigma pemikiran tentang kesetaraan, universalitas dan persamaan
kemerdekaan atas hak manusia yang terakumulasi dalam unsur-unsur kultur.
Kultur sebagai bentuk perwujudan atas keragaman dalam segala perspektif
yang dimiliki manusia secara kodrati seharusnya dihargai dalam interaksi
sosial. Paradigma pendidikan multikultural
tidak membenarkan adanya
pembedaan stereotype antara kekulturan masyarakat terbelakang maupun
peradaban masyarakat yang lebih maju (Alfaro, 2008: 6). Semua strata
sosisal manusia memiliki kesetaraan hak dalam menuju eksistensi masingmasing.
DRAFT
Pendidikan multikultural sebagai sebuah paradigma pemikiran yang
membawa wacana baru tentang kesetaraan dapat terimplementasikan dalam
berbagai
sendi kehidupan yaitu ketika interaksi sosial, aspek ekonomi,
aspek politik, maupun berbagai kegiatan yang membutuhkan tingkat relasi
sosial yang lebih tinggi sekalipun. Paradigma multikultural membawa
konsekuensi dalam praktik pendidikan multikultural.
Jones dalam Zamroni (2010:17) memaknai pendidikan multikultural
sebagai berikut:
Multicultural education is "an approach to teaching and learning that
is based upon democratic values and beliefs and that affirms cultural
pluralism within culturally diverse societies in an interdependent
world" .In short, multicultural education seeks to embrace, recognize,
26
and incorporate a multitude of diverse cultural experiences and
contributions into the curriculum. Multicultural education thereby
provides a vehicle for teaching citizenship to students.
Pendidikan
multikultural
merupakan sebuah
pendekatan
dalam
pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi,
keyakinan dan
menegaskan pluralisme kultur dalam masyarakat yang
beragam kultur di dunia yang saling tergantung. Pendidikan multikultural
berusaha untuk merangkul, mengenali, dan menggabungkan banyak
pengalaman kultur yang beragam serta kontribusi ke dalam kurikulum.
Pendidikan multikultural sebagai mediasi untuk mengajarkan hak-hak
kewarganegaraan kepada siswa.
Pendidikan multikultural berorientasi utama untuk mengedepankan hak
persamaan atas realita keragaman yang ada dalam struktur masyarakat.
Persamaan termasuk aspek politik, demokrasi, keadilan, penegakan hukum
DRAFT
(law enforcement), kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak kultur
komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral serta mutu
produktivitas (Smith, 2009: 7).
Rao menganggap pendidikan multikultural Pendidikan multikultural
sebagai proses sistemik yang melibatkan politik, masyarakat dan pendidikan
yang lebih dari sekedar reformasi kurikulum untuk menyertakan konten
tentang kelompok etnis, perempuan dan kelompok-kelompok kultur yang
lain. (Zamroni, 73: 2010).
Pendidikan multikultural dalam dataran empiris merupakan suatu
langkah antisipatif serta sebagai upaya melakukan integrasi sosial terhadap
27
penghargaan atas keanekaragaman kultur dalam berbagai bentuknya
termasuk dalam ragam pemikiran berbagai aliran keagamaan. Ide-ide dan
paradigma yang dimiliki dalam praksis pendidikan multikultural merupakan
upaya untuk menanggulangi isu separatisme dan disintegrasi sosial.
Semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang terlalu kuat
akan membawa pada primodialisme yang berpotensi kuat mengarah pada
tindakan separatisme.
Namun, pengakuan tehadap adanya pluralitas
(kebhinnekaan) kultur bangsa yang lebih mengarah pada persatuan bangsa
menuju pembaruan sosial yang demokratis. Sehingga praksis pendidikan
multikultural akan lebih baik jika mengedepankan penghargaan nilai-nilai
pluralitas.
Kultur Indonesia merupakan masyarakat yang berdimensi multikultural
sehingga pendidikan multikultural menjadi alternatif perekat kebangsaan.
DRAFT
Fenomena yang berkembang adanya konflik di berbagai daerah yang cukup
frekuentif menjadi indikator masih rendahnya kesadaran atas mutltikultural
yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia. Rendahnya kesadaran dan
penghargaan nilai-nilai multikultur menjadi pemicu gerakan separatisme.
Dengan demikian upaya melakukan internalisasi nilai-nilai multikultural
menjadi penting.
Pendidikan multikultural menurut Baidhawy (2005: 10) adalah
pendidikan yang mempersipkan siswa untuk aktif sebagai warga negara
dalam masyarakat yang secara etnik, kultural dan agama beragam. Dengan
demikian, pendidikan multikultural dapat dipahami
28
sebagai aktifitas
pendidikan yang membekali siswa pada kompetensi kultural. Pendidikan
multikultural mengajarkan realitas keragaman (diversity), rasionalitas etis,
mengajarkan tentang pluralisme pada akhirnya diperoleh sikap siswa
menghormati keragaman, secara tidak langsung pendidikan multikultural
mendidik moralitas.
Dari paparan di atas dapat ditarik benang merah bahwa pendidikan
multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara seluruh siswa, pendekatan
dalam pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada nilai-nilai
demokrasi dan
menegaskan pluralisme kultur dalam masyarakat yang
beragam kultur di dunia yang saling tergantung. Adapun implementasi
pendidikan multukultural mencakup lima dimensi seperti yang disarankan
Banks yaitu: 1.content integration (integrasi konten), 2. the knowledge
DRAFT
construction process (proses kontruksi ilmu pengetahuan), 3. prejudice
reduction (pengurangan prasangka), 4. an equity pedagogy (pendidikan
setara) , dan 5. an empowering school culture and social structure
(pemberdayaan kultur sekolah dan stuktur sekolah) (Banks, 2005:20).
b. Sejarah Pendidikan Multikultural
Sejarah awal pendidikan multikultural berasal dari beberapa kasus yang
dialami Amerika ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan multietnik.
Menurut Banks, studi tentang
multietnik berkembang tidak hanya
membahas persoalan multietnik terkait warna kulit tetapi juga etnik
minoritas di Amerika serikat.(Truna,2010:80) Pendidikan multi-kultural juga
29
dipicu adanya praktik-praktik deskriminasi dalam berbagai sendi kehidupan
sekitar tahun 1950 karena Amerika serikat hanya mengakui kekulturan
mayoritas yaitu kekulturn kulit putih. Keberadaan kelompok minoritas
dikesampingkan walaupun realitas penduduk Amerika serikat multikultur.
Dominasi kulit putih selanjutnya menuai protes dari golongan minoritas
Afrika-Amerika yang merasa telah dibatasi hak-haknya serta tindak
ketidakadilan. Menurut Banks dan Cherry, deskriminasi merambah dalam
dunia pendidikan di Amerika yaitu adanya perlakuan tidak setara antara
anak-anak kulit putih dengan kulit hitam dan anak-anak cacat. Selanjutnya
gerakan-gerakan
anti
deskriminasi
berkembang menjadi
pendidikan
multikulural (Aly, 2011:90).
Pendidikan multikultural berevolusi menjadi beberapa tahap. Fase awal,
pendidikan multikultural muncul dimulai dari para praktisi pendidikan yang
DRAFT
memiliki perhatian terhadap studi etnis dengan tindakan meramu konsepkonsep informasi dan teori-teori studi etik menjadi kurikulum studi etik.
Fase kedua, munculnya kesadaran tentang memasukan studi multietik dalam
kurikulum tidak cukup untuk melakukan reformasi sekolah. Studi multietik
membantu siswa mengembangkan sikap rasial dan etik secara demokratis
dengan dibarengi reformasi terhadap perubahan struktural dan sistemik
dalam sekolah melalui desain dengan menerapkan prinsip kesetaran dalam
pendidikan. Fase ketiga, muncul ketika kelompok-kelompok terkooptasi
menjadi korban masyarakat dan perlakuan sekolah tidak adil seperti
perempuan dan orang-orang cacat menuntut dimasukkannya sejarah,
30
kekulturan dan keberadaannya dimasukkan dalam kurikulum dan struktur
sekolah sampai perguruan tinggi. Fase keempat adalah pengembangan teoriteori, riset dan kegiatan-kegiatan praksis yang melibatkan variabel-variabel
terkait dengan ras, kelas, dan gender (Truna, 2010:90).
Selanjutnya pendidikan multikultural berkembang menjadi lebih
sistematis dan masuk dalam kurikulum sekolah. Sekitar tahun 1980
merupakan awal munculnya sekolah-sekolah yang mengimplementasikan
pendidikan multikultural.
Tokoh-tokoh dalam pendidikan multikultural
antara lain: James A.Banks, Carl Grant, Christine Sleeter, Geneva Gay, dan
Sonia Nieto. Gerakan mengimplementasikan pendidikan multikultural
mendapat respons positif dari golongan orang-orang termarjinal dan
minoritas di Amerika. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan
multikultural merambah di beberapa belahan dunia termasuk di Indonesia.
DRAFT
Pendidikan multikultural di Indonesia merupakan bentuk pelembagaan
institusi sekolah, karena sebenarnya nilai-nilai multikultural telah lama
berkembang dalam sendi kehidupan masyarakat. Nilai-nilai multikultural
telah lama menyatu dalam pola relasi sosial bangsa Indonesia, terlebih lagi
ketika awal mula masa kebangkitan bangsa Indonesia dalam menentang
hegemoni penjajah. Gerakan-gerakan kebangsaan sampai dalam tahap
kulminasi yaitu munculnya sumpah pemuda merupakan manifestasi dari
nilai-nilai multikultural yang telah mengakar dalam diri bangsa Indonesia.
Sikap toleransi dan permisif terhadap kultur yang masuk dalam bangsa
31
Indonesia menjadikan akar-akar pembentukan sikap yang responsif terhadap
multikulural terbentuk sejak awal sejarah bangsa Indonesia.
Perspektif sejarah telah membuktikan bahwa terdapat akulturasi yang
sangat besar ketika kultur asing seperti agama Hindu dan Buddha dapat
melakukan penetrasi dengan animisme dan dinamisme yang telah ada dalam
pemahaman awal keagamaan bangsa Indonesia. Selajutnya akulturasi Islam
dengan kultur asli Indonesia juga telah berjalan dengan lancar. Hasil dari
akulturasi tersebut menjadikan penyebaran Islam di Indonesia telah berhasil.
Fenomena di atas memberikan deskripsi tentang nilai-nilai multikultural
yang ada dalam bangsa Indonesia telah ada sejak awal. Persamaan hak
antara individu menjadi penentu eksistensi seseorang. Artinya Indonesia
mengenal hak-hak warga negara yang tidak didasarkan atas keningratan
ataupun keturunan. Perubahan moralitas yang menekankan pada prinsip
DRAFT
egalitarian menjadi perubahan stuktur sosial dalam pemikiran yang menuju
pada gerakan kebangsaan menuju cita-cita kemerdekaan.
Fenomena ini adalah perubahan revolusioner mengacu pada dasar-dasar
masyarakat madani. Implikasi yang lebih jauh memberikan dorongan
semangat kebangsaan dengan memunculkan gerakan-gerakan nasionalisme
secara sporadis. Gerakan nasionalisme menghapus deskriminasi dan
hegemoni kekuasaan kolonial Belanda dan strata sosial masyarakat.Respek
terhadap keragaman atas dasar penghargaan terhadap nilai kesetaraan
menjadi langkah awal membangun model nasionalisme inklusif dan
berkeadaban sekaligus membongkar sekat-sekat ketimpangan sosial di
32
antara kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Perjuangan mewujudkan
karakter kebangsaan yang bercirikan inklusif-egalitarian ini menapak lebih
jauh seiring dengan kemerdekaan Republik Indonesia (Hara, 2006: 7).
Lepasnya bangsa Indonesia dari rantai penjajahan diikuti dengan
semangat kolektif bangsa untuk menghapuskan segala diskriminasi sosial
yang diciptakan oleh formasi kolonialisme. Ketika itu terjadi pola kesadaran
baru sebagai sebuah tanda gerakan revolusioner yang mengedepankan
semangat persatuan dan kebangsaan dalam bingkai utama sebagai gerakan
kemerdekaan. Pemaknaan yang lebih dalam mengisyaratkan bahwa gerakangerakan yang mengedepankan kemerdekaan dimulai dengan menghilangkan
sekat dan perilaku deskriminatif atas hak-hak warga negara. Persatuan hanya
dapat dibangun dengan kehidupan yang bersifat multikultural.
Titik kulminasi dari perjuangan kaum intelegensia nasional Indonesia
DRAFT
untuk membangun fundamen bagi karakter bangsa kemudian tercapai
dengan terumuskannya nilai-nilai esensial kenegaraan Pancasila. Sejak awal
perumusannya kalangan intelegensia dan pemimpin Indonesia telah
merumuskan Pancasila sebagai bentuk kesepakatan di antara kekuatankekuatan politik yang ada untuk membangun konsensus bersama di antara
setiap identitas-identitas kebangsaan.
Sejarah perumusan Pancasila yang dimulai dengan Piagam Jakarta
dengan penghapusan tujuh kata ( dengan menjalankan syariah Islam bagi
pemeluk-pemeluknya) merupakan sikap yang sangat menghargai terhadap
masyarakat Indonesia yang majemuk. Sikap positif tersebut merupakan
33
langkah awal dalam membentuk bangsa Indonesia yang bhinneka tunggal
ika. Dengan demikian nilai-nilai pluralisme yang telah dimiliki bangsa
Indonesia merupakan modal sosial dalam pengembangan pendidikan
berbasis multikultural. Disamping itu, nilai-nilai tersebut juga didukung oleh
agama sebagai dasar normatif dalam mengatur ibadah kepada Tuhan serta
mengatur relasi sesama manusia.
Pemaknaan yang bermula dari pemahaman analitis terhadap karakter
dan sikap nasionalisme Indonesia yang sejak awal memiliki kesadaran yang
terbuka dan egaliter (civic nationalism) dapat menjadi penghubung ketika
nilai-nilai moralitas internasional seperti pluralisme, demokrasi, dan hak
asasi manusia, sebab pada hakikatnya komitmen awal kehidupan berbangsa
berjalan seiring dengan dinamika nilai-nilai universal kemanusiaan. Telaah
dan refleksi terhadap nilai-nilai kebangsaan dalam perspektif sejarah bangsa
DRAFT
Indonesia menghilangkan hambatan psikologis dalam perwujudan nilai-nilai
keadaban (civic virtue) dari bangunan modern nation-state (Latif, 2005: 23).
Pola kehidupan berbangsa yang berpijak dari nilai-nilai luhur yaitu
persamaan hak antara warga adalah sangat fundamental bagi tercapainya
demokratisasi. Sebuah bangunan politik demokrasi di dalamnya terdapat
tindakan politik yang ditujukan untuk menghadirkan keadilan sosial untuk
semua. Di dalam bangunan politik yang memperjuangkan keadilan, tiap
warga negara berperan sebagai agensi politik dalam penentuan berbagai
permasalahan komunitas.
34
c. Tujuan Pendidikan Multikultural
Realitas kehidupan multiagama, bahasa, kultur, dan etnis mem-butuhan
reformasi dalam
bidang pendidikan. Pola-pola pendidikan konvensional
berorientasi kepada penguatan ilmu pengetahuan mulai terbangun kesadaran
bahwa mengajarkan kepada anak didik tentang keragaman adalah penting.
Pendidikan multikultural dalam implementasinya membutuhkan keterlibatan
semua unsur. Pendidikan multikultural sebagai sebuah proses dalam
membentuk anak didik memiliki kesetaraan dan menghormati orang lain,
dalam implementasinya membutuhkan waktu yang panjang secara
berkelanjutan.
Adapun tujuan pendidikan multikultural adalah: 1) Mengembangkan
pemahaman yang mendasar tentang proses menciptakan sistem
dan
menyediakan pelayan pendidikan yang setara, 2) menghubungkan kurikulum
DRAFT
dengan karakter guru, pedagogik, iklim kelas, kultur sekolah dan konteks
lingkungan sekolah guna membangun suatu visi “lingkungan sekolah yang
setara” (Zamroni, 2010:77). Artinya pendidikan multikultural didasarkan
atas tujuan utama adalah mendukung proses menuju pendidikan yang setara
serta reformasi pendidikan dalam pembelajaran dan penciptaan kultur
sekolah yang mendukung implementasi pendidikan multikultural.
Implementasi pendidikan multikultural didasarkan atas pemikiran sbb:
1) Semua siswa berhak mendapatkan pelayanan terbaik yang mampu
disajikan, tanpa memandang latarbelakang siswa apapun juga.
2) Pendidikan yang menjamin kesetaraan jauh melampui sekedar isi
kurikulum.
3) Pendidikan secara politik tidak netral. Permasalahan kesetaraan
pendidikan ada pada kesadaran, tidak sekedar pada praktik pendidikan
35
4) Ketimpangan kualitas hasil tidaklah separah ketimpangan dalam
memperoleh kesempatan
5) Seorang guru tidak akan mampu berbuat dalam kondisi ketidakadilan
yang sistemik.
6) Ketidak kesetaraan secara keseluruhnya terjadi di sekolah
(Zamroni, 2010:77)
Pemikiran di atas merupakan asumsi dasar implementasi pendidikan
multikultural yang memuat prinsip tentang kesetaraan dan memberikan
kesempatan sama kepada siswa untuk berprestasi. Hal ini didasarkan dari
fenomena umum bahwa terjadi ketidaksetaraan dalam pendidikan sehingga
menimbulkan efek terhadap kultur madrasah tidak dinamis. Dengan
demikian,
pendidikan
multikultural
merupakan
gerakan
reformasi
pendidikan menuju pendidikan kesetaraan dalam kultur,bahasa, dan ras yang
sangat beragam.
Pendidikan multikultural mengakomodasi beberapa prinsip mendasar
DRAFT
yang dalam implementasinya meliputi:
1) Pendididkan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan
menjamin
keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa
memandang latar belakang yang ada.
2) Pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: pembelajaran
(kelas) dan kelembagaan (sekolah) dan keduaanya harus ditangani
lewat reformasi yang komprehensif.
3) Pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang
komprehensif dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas sistem
kekuasaan dan privilege.
4) Berdasarkan analisis kritis ini maka tujuan pendidikan multikultural
adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan
guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
5) Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh
siswa.
(Zamroni, 2010:3).
36
Adapun
pendidikan multikultural memberikan hasil terhadap anak
didik beberapa kompetensi yaitu:
1) Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis atas apa yang telah
dipelajari.
2) Siswa memiliki kesadaran atas sifat sakwasangka atas fihak lain yang
dimiliki, mengkaji mengapa dan dari mana sifat itu muncul, serta terus
mengkaji bagaimana cara menghilangkannya.
3) Siswa memahami bahwa setiap ilmu pengetahuan bagaikan sebuah
pisau bermata dua: dapat dipergunakan untuk menindas atau
meningkatkan keadilan sosial.
4) Para siswa memahami bagaimana mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang dimiliki dalam kehidupan.
5) Siswa merasa terdorong untuk terus belajar guna mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dikuasainya.
6) Siswa memiliki cita-cita posisi apa yang akan dicapai sejalan dengan
apa yang dipelajari.
7) Siswa dapat memahami keterkaitan apa yang dilakukan dengan
berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat-berbangsa.
(Zamroni, 2010:5).
Tujuan pendidikan multikultural menurut Manning dan Baruth adalah:
1) To change the total environment so that it promotes a respect for a wide
range of cultural group and enables all cultural groups to experience
equal educational opportunities.
2) Developing cross cultural competency including the skill, attitude, and
knowledge necessary to live within the individual’s own ethnic culture
and the universal Amirican culture, as well as within an across ethnic
cultures.
(Truna, 2010:114)
DRAFT
Pendidikan multikultural bertujuan untuk mengubah lingkungan secara
menyeluruh sehingga dapat direalisisakan penghormatan terhadap berbagai
kelompok kultur dan memungkinkan semua kelompok kultur untuk
memperoleh kesempatan pendidikan yang sama. Pendidikan multikultural
juga bertujuan
mengembangkan kompetensi lintas kultur termasuk
keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup dalam
37
kultur etnis individu itu sendiri dan kultur Amirika universal serta dalam
lintas kultur etnis.
Prinsip-prinsip pendidikan multikultural sekaligus mengindikasikan
tujuan yang akan dicapai, sehingga tujuan pendidikan multikultural secara
garis besar memiliki tujuan antara lain: berorientasi pada keadilan, reformasi
komperhensif dalam proses belajar mengajar, dan kelembagaan serta
jaminan pada siswa untuk mencapai prestasi maksimal.
d.Dimensi Pendidikan Multikultural
Banks mengidentifikasi dimensi pendidikan multikultural sbb.
I have identified five dimensions of multicultural education. They are:
(1) content integration, (2) the knowledge construction process, (3)
prejudice reduction, (4) an equity pedagogy, and (5) an empowering
school culture and social structure. I will briefly describe each of the
dimensions.
Content integration describes the ways in which teachers use examples
and content from a variety of cultures and groups to illustrate key
concepts, principles, generalizations, and theories in their subject area
or discipline.
The knowledge construction process consists of the methods, activities,
and questions used by teachers to help students to understand,
investigate, and determine how implicit cultural assumptions, frames of
reference, perspectives, and biases within a discipline influence the ways in
which knowledge is constructed. When the knowledge construction process
is implemented, teachers help students to understand how knowledge is
created and how it is influenced by the racial, ethnic, and social-class positions of individuals and groups (Banks, 2005:27).
DRAFT
Lima dimensi pendidikan multikultural adalah: (1) integrasi konten, (2)
proses konstruksi pengetahuan, (3) pengurangan prasangka, (4) suatu
pedagogi ekuitas, dan (5) kultur memberdayakan sekolah dan struktur sosial.
Secara
singkat
masing-masing
dimensi
adalah
integrasi
konten
menggambarkan di mana guru menggunakan contoh-contoh dan konten dari
38
berbagai kultur dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep-konsep kunci,
prinsip, generalisasi, dan teori-teori. Proses konstruksi pengetahuan terdiri
dari metode, kegiatan, dan pertanyaan yang digunakan oleh guru untuk
membantu siswa
memahami, menyelidiki, dan menentukan bagaimana
asumsi implisit kultur, kerangka acuan, perspektif dan bias dalam disiplin
pengaruh serta cara-cara pengetahuan dibangun. Ketika proses konstruksi
pengetahuan diimplementasikan, guru membantu siswa untuk memahami
bagaimana pengetahuan diciptakan dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh
ras, etnis, dan kelas sosial, individu, dan kelompok.
Pendidikan
multikultural
1.content
2.the knwolegde
instruction process
integration
DRAFT
5.an
empowering
3.prejudice reduction
school culture an
social structure
4.An equity
paedogogy
Gambar.1
Dimensi Pendidikan Multikultural
(Banks, 2005:23)
39
1) Dimensi Integrasi (Content integration)
Dimensi integrasi yaitu mengintegrasikan berbagai kultur dan kelompok
untuk mengilustrasikan konsep mendasar tentang teori dalam mata pelajaran.
Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan multikultural memberikan
ilustrasi kongkrit beragam kultur yang berkembang dalam masayarakat.
Dengan demikian, siswa telah diajarkan
pemahaman terhadap realitas
multikultur, ras, bahasa dan berbagai keragaman sehingga siswa akan
memiliki wacana luas tentang keragaman yang berkembang yang akhirnya
siswa memiliki kompetensi kultural. Pendidikan multikultural akan
menghasilkan
output
pendidikan yang memiliki
sikap
menghargai
keragaman serta perbedaan.
Deals with the extent to which teachers use examples, data, and
information from a variety of cultures and groups to illustrate key concepts,
DRAFT
principals, generalizations, and theories in their subject area or discipline.
(Banks, 2005: 20).
Berkaitan dengan sejauhmana guru menggunakan contoh-contoh, data
dan informasi dari berbagai kultur dalam proses pembelajaran mata
pelajaran yang diampu. Di beberapa sekolah dengan pelaksanaan integrasi
materi ini dianggap telah melaksasnakan pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural dalam tahap integrasi isi diaktualisasikan
dalam bahan ajar tentang materi terkait nilai-nilai, konsep-konsep dari
berbagai multikultur sehingga siswa memiliki pemahaman
tentang
perbedaan dan persamaan serta melihat keunikan yang terdapat dari masing40
masing kultur, agama, dan bahasa. Cakrawala pemahaman siswa akan
terlatih dengan baik sehingga tidak menimbulkan fanatisme dan arogansi
berlebihan. Analisis terhadap perbedaan dalam multikultural berfungsi untuk
menguatkan jati diri terhadap agama yang dianutnya dan merupakan awal
untuk mengadakan relasi sosial dengan mengarah pada bentuk perdamaian.
Kultur masyarakat yang dinamis dan demokratis adalah ketika dalam
kehidupan kemajemukan namun moralitas masyarakat tetap menghargai
beberapa perbedaan dalam kondisi sosial masyarakat. Terdapat jaminan atas
hak-hak kewarganegaraan serta persamaan hak dan keadilan. Pembentukan
masyarakat yang dapat hidup dalam suasana pluralitas dibutuhkan praksis
pendidikan berbasis multikultural. Jones menyatakan beberapa urgensi
pendidikan multikulural:
First, multicultural education should be used to teach citizenship
because equity pedagogy, a dimension of multicultural education, offers a
way to move schools toward equalizing education for all students regardless
of their ethnic or cultural background, religious beliefs, gender, or social
class. An equitable pedagogy results when teaching styles are modified to
reflect and meet the various ways in which students learn.
(zamroni,2010:17).
DRAFT
Pertama, pendidikan multikultural harus digunakan untuk mengajar
kewarganegaraan karena ekuitas pedagogi, dimensi pendidikan multikultural
menawarkan cara sekolah menuju penyetaraan pendidikan bagi semua siswa
terlepas dari latar belakang etnis atau kultur, keyakinan agama, gender, atau
kelas sosial. Pembelajaran yang adil ketika gaya mengajar dimodifikasi
untuk mencerminkan dan memenuhi berbagai cara dimana siswa belajar.
41
The second reason multicultural education should be used to teach
citizenship is that it seeks to help students understand their "responsibility to
the world community" (zamroni, 2010:17). Alasan kedua pendidikan
multikultural harus digunakan untuk mengajar kewarganegaraan adalah
bahwa hal itu berusaha untuk membantu siswa memahami tanggung jawab
mereka untuk dunia.
Third, multicultural education should be used to teach citizenship in
schools because of its underlying core value that emphasizes the need to
"respect human dignity and universal human rights (zamroni, 2010:17).
Ketiga,
pendidikan
multikultural harus digunakan
untuk
mengajar
kewarganegaraan di sekolah karena nilai inti yang mendasarinya
menekankan kebutuhan untuk menghormati martabat manusia dan hak asasi
manusia universal.
DRAFT
Praksis pendidikan multikultural dalam dataran empiris sangat
memberikan keluasaan serta kelonggaran tiap-tiap ragam perbedaan kultur
sosial untuk menuju eksistensi kultur masing-masing. Kultur dan entitas
sosial yang ada dalam masyarakat dapat berkembang dengan baik, sehingga
aktifitas pendidikan dalam rangka menciptakan mindset anak didik yang
responsif terhadap kemajemukan. Selanjutnya negara menjamin secara legal
melalui undang-undang dan secara moral-cultural diakui oleh masyarakat
penghargaan atas keanekaragaman. Tanpa adanya toleransi dan keterjaminan
berekspresi, niscaya tidak akan melahirkan aktifitas multikultural dalam
praktik kemasyarakatan secara kongkret (Tony, 2009: 89).
42
Dalam konteks pendidikan, pendidikan multikultural merupakan usaha
membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada
perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok kultur
yang berbeda. Dengan demikian, sekolah dikondisikan untuk mencerminkan
praktik dan internalisasi nilai-nilai demokrasi (Chen, 2009: 90). Desain
kurikulum berbasis multikultural memuat isi yang membentuk sikap dan
perilaku siswa pada sikap respek terhadap aneka kelompok kultur yang
berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek, sehingga dalam aktivitas
pendidikan untuk menghilangkan atau mengeliminasi perbedaan strata sosial
yang ada di antara siswa. Kondisi demikian dimungkinkan satu lembaga
pendidikan lebih fokus pada peningkatan prestasi siswa dengan membuat
kultur siswa yang sangat permisif terhadap kemajemukan.
Pendidikan berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis
DRAFT
tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan, dan perlindungan terhadap hakhak manusia. Hakikat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh
siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi
dan lembaga sekolah (Wong, 2008: 85). Pendidikan multikultural bukanlah
kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran
inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme melalui kurikulum yang
berperan bagi kompetisi kultur individual. Selain beberapa asumsi di atas,
Islam juga mengatur kehidupan dalam multikultural.
Dimensi integrasi dalam pendidikan multikultural dapat dilakukan
dengan mengadakan kajian multiperspektif dalam beberapa materi pelajaran.
43
Penyampaian materi pembelajaran yang komprehensif dengan mengadopsi
semua kultur akan mengarah pada bentuk dimensi integrasi. Integrasi dapat
dilakukan dengan melakukan pembentukan kultur yang responsif terhadap
perubahan dan rasa integrasi.
Kultur sekolah yang responsif terhadap perbedaan kultur dapat dimulai
dengan mengembangkan mind set sekolah
pada persamaan hak dan
menghargai perbedaan. Sedangkan dalam penanaman kultur sekolah, guru
dapat mengakumulasikan semua materi dalam pembelajaran pada orientasi
pendidikan multikultural.
2) Dimensi Konstruksi Pengetahuan (knowlegde construction)
Ilmu pengetahuan terwujud tidak lepas dari konteks sosial yang
berkembang dalam masyarakat. Konstruksi pengetahuan multikultural dapat
terlihat dari bahan ajar yang dikembangkan berperspektif pendidikan
DRAFT
multikultural. Bahan ajar yang dikembangkan memuat nilai-nilai multikultural seperti persamaan hak, toleransi, pengakuan atas keragaman,
kesetaraan, demokrasi, dll. Bahan ajar yang memuat nilai-nilai multikultural
diperlukan dalam implementasi pendidikan multikultural.
Pergeseran pola pemahaman guru, semula mengajarkan agama yang
dogmatis, monolog yang indoktrinatif beralih pada paradigma dialog, dan
dengan pendekatan relasional. Dengan demikian, meminimalisasi kekerasan
berbasis agama serta menghilangkan hegemoni agama-agama tertentu
maupun kultur mayoritas versus minoritas menjadi penting. Konstruksi ilmu
pengetahuan berbasis multikultural mengarah pada harmoni kultur dan
44
perdamaian yang diawali dari praksis pendidikan multikultural. Secara
ringkas konstruksi pengetahuan adalah:
The process describes the procedures by which social, behavioural, and
natural scientists create knowledge and how the implicit cultural
assumptions, frames of references, perspectives, and biases within a
discipline influence the ways that knowledge is constructed within it.
Teachers help students to understand how knowledge is created and
how it is influenced by the racial, ethnic, gender and social-class
positions of individuals and groups.
(Dayboll, 2010: 9).
Proses menjelaskan bahwa prosedur bagaimana ilmuwan sosial,
behavioural, dan sciences, mengembangkan pengetahuan dan bagaimana
mereka
memanfaatkan asumsi-asumsi kultural, kerangka referensi,
perspektif dan berbagai bias dalam disiplin berpengaruh bagaimana suatu
pengetahauan dikembangkan.
Para guru membantu siswa memahami bagaimana pengetahuan
DRAFT
dikembangkan dan bagaimana pengembanagn ilmu tersebut dipengaruhi
oleh ras, etknik, jender, dan posisi klas sosial dari individu dan kelompok.
Proses konstruksi ilmu pengetahuan membawa siswa untuk memahami
implikasi kultur ke dalam mata pelajaran.
Konstruk pengetahuan dapat dimulai dari desain kurikulum. Kurikulum
multikultural
multikultural.
dapat
dimulai
dari
pengembangan
materi
berbasis
Desain kurikulum yang responsif terhadap kemajemukan
diorientasikan dengan pengembangan materi mengarah pada pluralisme.
Materi dalam kurikulum dapat berupa isu, tema, topik, serta konsep yang
ditransmisi kepada anak didik. Burnet menyebut kurikulum model ini
dengan sebutan kurikulum yang berorientasi pada materi (content-oriented
45
program). Kurikulum pendidikan multikultural, menurut Burnet (2007:19),
adalah dapat dilakukan dengan cara mengakomodasi dalam isi kurikulum
tentang pola-pola dasar tentang paradigma pendidikan multikultural yang
diintegrasikan pada kurikulum yang telah dijalankan di tingkat madrasah.
Adapun nilai-nilai multikultural yang dapat dikembangkan dengan
pengenalan awal terhadap siswa tentang sejarah-sejarah peradaban termasuk
pahlawan dari berbagai etnik. Dalam konteks pendidikan multikultural di
Indonesia dapat dikembangkan pula tentang pengenalan kultur dan bahasa
dari tiap-tiap daerah. Pengenalan terhadap ajaran agama tentang nilai-nilai
kemanusiaan, demokratisasi serta universalisme menjadi fundamental untuk
ditanamkan kepada anak didik sesuai dengan agama yang dianutnya. Tujuan
utama
dari
kurikulum
pendidikan
multikultural
akan
menjadikan
pembentukan sikap anak didik yang responsif terhadap perbedaan dan
DRAFT
memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kemajemukan yang dimiliki
oleh kultur masyarakat.
Reformasi pendidikan menurut Banks terkait dengan pendidikan
multikultural sbb:
A systemic view of educational reform is especially important when
reform is related to issues as complex and emotionally laden as race,
class, and gender. Educational practitioners, because of the intractable
problems they face, scarce resources, and perceived limited time in
which to solve problems because of the high expectations of an
impatient public, often want quick fixes to complex educational
problems. The search for quick solutions to problems related to race
and ethnicity partially explains some of the practices that are often
called multicultural education that violate theory and research, such as
marginalizing content about ethnic groups by limiting them to specific
days and holidays (e.g., Black History Month and Cinco de Mayo). A
46
systemic view of educational reform is essential for the implementation
of thoughtful, creative, and meaningful educational reform.
(Banks, 2007: 85).
Sebuah pandangan sistemik reformasi pendidikan sangat penting ketika
reformasi terkait dengan isu yang kompleks dan sarat emosional tentang ras,
kelas gender dan praktisi pendidikan, karena masalah yang mereka hadapi,
sumber daya yang langka dan waktu yang terbatas dalam memecahkan
masalah, sebagai harapan yang tinggi dari masyarakat menginginkan
perbaikan cepat pada masalah pendidikan yang kompleks. Solusi cepat untuk
masalah yang terkait dengan ras dan etnis sebagian menjelaskan beberapa
praktik yang sering disebut pendidikan multikultural kadang melanggar
kaidah, seperti meminggirkan konten tentang kelompok etnis dengan
membatasi mereka untuk hari-hari tertentu dan hari libur. Sebuah pandangan
sistemik reformasi pendidikan sangat penting bagi pelaksanaan reformasi
DRAFT
pendidikan, bijaksana, kreatif, dan bermakna. Artinya beberapa agenda
reformasi mendidikan sangat mendasarkan pada persamaan hak dan hal ini
juga semestinya diimbangi dengan struktur kurikulum yang memadai yang
lebih akomodatif dengan isu-isu multikultural.
Menurut Banks (2007: 89) kurikulum pendidikan multikultural yang
menurut Banks berorientasi pada materi dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan materi multikultural (content integration) ke dalam
kurikulum.
Banks
memberikan
dua
tahap
dalam
kurikulum
multikultural,yaitu: tahap penambahan (additive level) dan tahap perubahan
(transformative level). Tahap penambahan dimaksudkan bahwa pengem47
bangan kurikulum pendidikan multikultural dilakukan dengan cara
memperkenalkan konsep dan tema-tema baru yang terkait dengan
multikulturalisme ke dalam kurikulum yang sudah ada. Tema-tema baru
selalu mengikuti perkembangan dan sejalan dengan majunya peradaban.
Tahap perubahan merupakan pengembangan kurikulum multikultural
dilakukan dengan cara memastikan konsep dan tema-tema yang berkaitan
dengan multikulturalisme serta memasukkan beragam cara pandang dan
perspektif ke dalam kurikulum. Metode tersebut lebih sulit dibandingkan
dengan tahap sebelumnya karena sangat dimungkinkan terjadi perubahan
sturktur kurikulum yang sangat membutuhkan beberapa unsur dalam
kurikulum dilakukan penataan ulang.
Adapun bagi Burnet dan Banks, materi tentang pendidikan multikultural
yang dijadikan dalam isi kurikulum tidak ada acuan yang baku. Namun,
DRAFT
materi kurikulum pendidikan multikultural hanya meliputi beberapa pilar
utama sebagai acuan yang dapat digunakan. Pilar-pilar yang dapat
dikembangkan
yaitu
berisi: isu,
tema,
topik,
dan
konsep-konsep
multikulturalisme. Dengan demikian, materi dalam kurikulum pendidikan
multikultural disesuaikan dengan konteks masing-masing kultur. Adapun
pakar pendidikan multikultural yang menjelaskan secara detail tentang
materi yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum multikultural adalah
Gollnick dan Chinn (1983:79). Menurut mereka konsep-konsep yang dapat
dimasukkan ke dalam kurkulum pendidikan multikultural adalah: rasisme,
48
seksisme, prasangka, diskriminasi, penindasan, ketidakberdayaan, ketidakadilan kekuasaan, keadilan, dan stereotip.
Tema, topik dan konsep-konsep yang berhubungan dengan multikulturalisme
di atas dapat dilakukan dalam proses belajar-mengajar,
sehingga peserta didik diharapkan akan memperoleh sejumlah pengetahuan
yang komprehensif tentang pendidikan multikultural. Peserta didik juga
dapat mengembangkan pemahaman yang lebih realistis tentang sejumlah
warisan dan pengalaman kelompok etnik dan kultural, baik secara
perseorangan maupun kolektif. Pengalaman kelompok etnik dan kultural
tersebut penting diketahui oleh peserta didik karena dua alasan. Pertama,
bahwa pengalaman yang berupa cerita-cerita kesuksesan dan kultural dapat
membantu
peserta
didik
dari
kelompok
etnik
tertentu
dalam
mengembangkan kebanggaan kelompok mereka (respect for self). Kedua,
DRAFT
pengalaman kesuksesan etnik dan kultural juga dapat mengembangkan
penghargaan suatu kelompok etnik dan kultural kepada kelompok lain
(respect for others). Lebih jauh, dengan mengkaji topik, tema, dan konsepkonsep yang berkaitan dengan multikulturalisme di atas, peserta didik akan
memiliki ketrampilan-keterampilan dasar dalam membaca, berpikir, dan
membuat keputusan, terutama dalam pembelajaran tentang isu-isu sosial
yang muncul karena rasisme, dehumanisasi, konflik ras, serta pilihan gaya
hidup etnik, sebagai akibat dari hubungan antarkelompok , seperti antara
kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas.
49
Pendidikan multikultural yang dikembangkan meliputi tema, topik, isu,
dan konsep-konsep berkaitan dengan multikulturalisme yang menurut
Gollnick perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan multikultural,
cukup beralasan bila dilihat dari empat hal. Pertama, tema, topik, isu,konsepkonsep yang berkaitan dengan multiktilturalisme di atas dapat diakses oleh
semua kelompok kultural peserta didik di sekolah. Dikatakan dapat diakses
oleh semua peserta didik, karena materi yang terdapat dalam tema, topik,
isu, dan konsep-konsep di atas sangat relevan, inklusif, serta merefleksikan
pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan oleh semua kelompok
kultural peserta didik di sekolah. Kedua, tema, topik, isu, dan konsep-konsep
di atas relevan dengan latar belakang kultural dan sosial semua peserta didik.
Relevan karena materi yang terdapat dalam tema, topik, isu, dan konsepkonsep di atas merefleksikan kesadaran peserta didik akan keragaman etnik
DRAFT
dan kultural.
Ketiga, bahwa tema, topik, isu, dan konsep-konsep yang berkaitan
dengan multikultural di atas mengandung analisis kritis yang dapat
diaplikasikan. Analisis kritis terkait dengan materi yang terdapat dalam
tema, topik, isu, dan konsep-konsep di atas dapat digunakan untuk
menganalisis struktur sosial rasial yang terjadi di masyarakat. Adapun yang
keempat adalah bahwa tema, topik, isu, dan konsep-konsep di atas
memungkinkan peserta didik untuk berpartisipasi secara harmonis dalam
aktivitas di sekolah dan masyarakat secara luas. Selain itu, dengan tema,
topik, isu, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan multikulturalisme
50
dapat dijadikan peserta didik sebagai modal untuk interaksi sosial secara
kooperatif dan harmonis, baik di sekolah maupun di tengah-tengah
masyarakat.
Pemilihan materi berperspektif multikultural yaitu sekolah atau
pendidik perlu menelaah secara kritis tentang materi dan buku-buku teks
yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran, agar tidak terjadi
berbagai macam bias. Hal ini penting untuk dilakukan karena ada
kemungkinan bahwa materi dan buku-buku teks yang beredar di pasaran dan
dipakai oleh para pendidik mengandung berbagai macam bias. Dalam kaitan
ini, Sadker mencatat 6 (enam) macam bias dalam buku teks yang digunakan
dalam pembelajaran. Keenam macam bias tersebut adalah: (1) bias yang
tidak kelihatan, (2) pemberian label, (1) selektivitas dan ketidakseimbangan,
(4) tidak mengacu realitas, (5) pembagian dan isolasi, dan (6) bahasa. Buku-
DRAFT
buku teks yang dipakai pendidik dalam proses pembelajaran, umumnya,
menekankan pembahasannya pada kultur-kultur mayoritas, sementara
kultur-kultur minoritas sering diabaikan. Inilah yang disebut dengan bias
tidak kelihatan (Gollnick dan Chinn ,1983:79). Bias lain yang terdapat
dalam buku-buku teks selama ini adalah adanya pemberian label pada
kelompok lain, baik positif atau negatif. Selain itu, buku-buku teks yang
dijadikan pegangan pendidik biasanya menggunakan perspektif kultur
mayoritas dan mengabaikan terhadap perspektif minoritas atau disebut bias
selectivity and imbalance. Kemungkinan terjadi bias lain yang terdapat
dalam buku teks adalah unreality. Buku teks yang dijadikan pegangan
51
pendidik tidak mengacu kepada data yang riil namun masih terdapat basis
data akurat.
3) Dimensi Pengurangan Prasangka (Prejudice Reduction)
Pengurangan prasangka mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan
menentukan metode pengajarannya kemudian melatih siswa berinteraksi
dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan kultur dalam rangka
menciptakan iklim akademik yang toleran. Prejudice merupakan tindakan
prasangka buruk terhadap kelompok tertentu perwujudanya dapat berupa
deskriminasi. Pendidikan multikultural dalam rangka menfasilitasi untuk
mengurangi prasangka.
Prejudice merupakan anti rasial negatif maupun postif dengan
anggapan-anggapan buruk pada kelompok tertentu. Sikap tersebut terbentuk
sejak kecil karena kondisi sosial maupun kultur masyarakat tertentu. Banks
DRAFT
menawarkan langkah-langkah untuk memodifikasi prasangka melalui: 1)
studi intervensi kurikulum, 2) studi penguatan, 3) studi diferensiasi
perspektif
dan 4) studi pembelajaran kooperatif (Banks, 2007:89).
Pengurangan satwasangka juga perlu dilakukan dengan menanamkan sikap
kepada siswa dalam menghargai perbedaan.
Students can be helped to develop more positive racial attitudes if
realistic images of ethnic and racial groups are included in teaching
materials in a consistent, natural, and integrated fashion. Involving
students in vicarious experiences and in cooperative learning activities
with students of other racial groups will also help them to develop more
positive racial attitudes and behaviours. (diadopsi Emily Dayboll dalam
presentasi (Dayboll, 2010:10).
52
Siswa bisa dibantu mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap
ras dan etnik, apabila gambaran realitas kehidupan berbagai ras dan etnik
ditampilkan dalam materi pembelajaran secara konsisten, alami, dan
integrated. Pelibatkan siswa dalam berbagai acara kegiatan bersama dan
aktivitas pembelajaran kooperatif dengan berbagai ras dan ethnik yang
bebeda juga akan membantu mengembangakn sikap positif antar ras dan
etnik.
Menurut Donna M. Gollnick dan Chinn (1983:51) kompetensi dari
pendidikan multikultural adalah peserta didik memiliki perspektif
multikultural melalui program dan kegiatan pendidikan. Perspektif
multikultural tersebut
penting dimiliki para peserta didik untuk
meningkatkan enam hal, yaitu: (1) konsep diri dan pemahaman diri yang
baik; (2) sensitivitas kepada dan memahami pihak lain; (3) kemampuan
DRAFT
untuk merasakan dan memahami keragaman, seperti konflik, interpretasi
nasional, kultural, dan perspektif tentang peristiwa, nilai, dan perilaku; (4)
kemampuan untuk membuat keputusan dan melakukan aksi yang efektif
berdasarkan analisis dan sintesis multi-kultural; (5) pikiran terbuka terhadap
isu-isu yang berkembang; dan (6) pemahaman terhadap proses stereotip,
tingkatan berpikir stereotip rendah, serta bangga terhadap diri sendiri dan
menghargai semua orang.
Kompetensi pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Gollnick
dan Chinn di atas memang masih sangat umum, sehingga lazim disebut
kompetensi dasar. Namun demikian, penjelasan tentang 6 (enam) hal di atas
53
dapat membantu pengembang kurikulum untuk merumuskan kompetensi
pendidikan multikultural yang lebih rinci, baik dari segi orientasi
pembelajaran maupun ranah yang akan dikembangkan dari peserta didik.
Kompetensi pendidikan multikultural yang menentukan ranah yang
akan dikembangkan dari peserta didik telah dijelaskan oleh Ekstrand (1997:
345). Menurutnya, kompetensi pendidikan multikultural dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu: kompetensi yang berkaitan dengan sikap
(attitude), pengetahuan (cognitive), dan pembelajaran (instructional).
Kompetensi pendidikan multikultural yang lebih jelas dari aspek orientasi
dan ranah yang akan dikembangkan dari peserta didik telah dikemukakan
oleh Lynch (1986:51). Menurutnya, pendidikan multikultural harus
berorientasi pada 2 (dua) kompetensi, yaitu: (1) penghargaan kepada orang
lain (respect for others), dan (2) penghargaan kepada diri sendiri (respect for
DRAFT
self). Kedua, orientasi kompetensi pendidikan multikultural. Hal ini penting
untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan multikultural, mengingat
pengetahuan tentang kelompok etnik dan kultural yang terbatas sering
menimbulkan perbedaan yang negatif. Karena etnisitas, ras, dan kelas
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan masyarakat plural, maka
penghargaan terhadap etnik dan minoritas sangat penting ditumbuhkan di
kalangan
peserta
multikultural
didik.
Dalam
diharapkan
dapat
kaitan
ini,
membantu
kurikulum
peserta
pendidikan
didik
untuk
mengembangkan penghargaan terhadap keberadaan kelompok etnik dan
54
kultural di masyarakat, agar tumbuh perspektif multikultural di kalangan
para peserta didik.
Sementara itu, pentingnya penghargaan terhadap diri sendiri terletak
pada pemberian kesempatan terus-menerus kepada peserta didik dalam
rangka mengembangkan pemahaman diri yang lebih baik. Pengembangan
diri ini mencakup, setidaknya tiga hal. Pertama, kurikulum harus membantu
peserta didik untuk mengembangkan identitas diri yang akurat. Kedua,
kurikulum harus membantu peserta didik untuk mengembangkan konsep
diri. Dengan memperhatikan pertanyaan apa dan siapa mereka, peserta didik
harus belajar untuk merasakan secara positif tentang identitas mereka,
khususnya identitas etnik. Identitas dapat dikembangkan melalui perhatian
yang tinggi terhadap bahasa dan kultur yang orisinal. Ketiga, kurikulum
multikultural harus membantu peserta didik untuk mengembangkan
DRAFT
pemahaman diri yang lebih baik. Para peserta didik harus mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang mengapa dan bagaimana mereka,
mengapa dan bagaimana kelompok etnik dan kultural serta etnik dan kultural
yang mereka jalani sehari-hari. Pemahaman diri tersebut akan membantu
untuk menangani situasi etnik dan kultural secara lebih efektif (Aly, 2011:
51).
Menurut Lynch, kedua bentuk penghargaan yang menjadi orientasi
kompetensi kurikulum pendidikan multikultural ini, mencakup tiga ranah
pembelajaran (domain of learning). Ketiga ranah pembelajaran terebut
adalah: pengetahuan (cognitive), keterampilan (psikomotorik), dan sikap
55
(affective) (Lynch,2011: 57). Lynch tidak hanya menjelaskan kompetensi
pendidikan multikultural secara global dan normatif, melainkan juga
sekaligus menawarkan
rumusannya
secara
rinci.
Adapun
rumusan
kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat kognitif adalah: peserta
didik mampu menunjukkan fakta-fakta dasar tentang ras dan perbedaan
rasial; adat kebiasaan; nilai, kepercayaan dan prestasi kultur yang
direpresentasikan dimasyarakat. Rumusan kompetensi ini ditawarkan oleh
Lynch dalam rangka menghargai orang lain yang memiliki latar belakang
ras, etnik, bahasa, dan kultur yang berbeda. Rumusan kompetensi
pendidikan multikultural yang bersifat kognitif lainnya adalah: peserta didik
mampu menjelaskan sejarah, nilai dan prestasi kulturnya sendiri lengkap
dengan karakteristiknya. Dengan rumusan kompetensi ini, diharapkan
peserta didik mau menghargai dirinya sendiri dan orang lain.
DRAFT
Sebagaimana rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang
bersifat kognitif, Lynch juga menawarkan rumusan kompetensi pendidikan
multikultural yang bersifat keterampilan dengan orientasi pada penghargaan
kepada orang lain dan diri sendiri. Adapun rumusan kompetensi pendidikan
multikultural
yang
jenis
pertama
adalah:
peserta
didik
mampu
mengidentifikasi rasisme, prejudice, diskriminasi, dan stereotip dari apa
yang dilihat, didengar, dan dibaca. Rumusan kompetensi pendidikan
multikultural
yang
jenis
kedua
adalah:
peserta
didik
mampu
mengomunikasikan bahasanya sendiri dan nilai kekulturannya sendiri
kepada pihak lain yang berbeda ras, etnik, dan kulturalnya. Kedua rumusan
56
kompetensi pendidikan multikultural di atas meskipun oleh Lynch
dinyatakan sebagai kompetensi pada ranah keterampilan tetapi olehnya juga
diakui termasuk pada ranah kognitif. Oleh karena itu, dapat dikatakan
kompetensi tersebut bersifat kognitif-skill.
Selain rumusan kompetensi yang bersifat kognitif dan keterampilan,
Lynch juga menawarkan rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang
bersifat afektif, baik yang berorientasi pada penghargaan kepada orang lain
maupun penghargaan kepada diri sendiri. Rumusan kompetensi pendidikan
multikultural yang kelompok pertama adalah: peserta didik mau menerima
keunikan mdividu, nilai-nilai kemanusiaan, prinsip kesetaraan hak dan
keadilan, serta nilai-nilai lain yang tidak cenderung prejudice dan
diskriminatif. Sedangkan rumusan kompetensi pendidikan multikultural
untuk kelompok kedua adalah: peserta didik memiliki citra diri yang positif,
DRAFT
percaya diri dengan identitas etnik dan kulturalnya, serta nyaman di tengahtengah pihak lain yang berbeda etnik, dan kulturalnya.
Dengan memperhatikan tawaran rumusan kompetensi pendidikan
multikultural di atas, dapatlah dikatakan bahwa alternatif kompetensi yang
ditawarkan Lynch telah memiliki kriteria rumusan kompetensi yang
berprinsip pada demokratisasi. Dikatakan demikian, karena rumusan
kompentesi pendidikan multikultural yang ditawarkan Lynch memberikan
peluang kepada peserta didik untuk menampilkan identitas kulturalnya
dengan tetap menghargai isi kultural lain yang berbeda.
57
Rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang ditawarkan Lynch
juga sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
terutama yang terkait dengan kompetensi minimal untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan. Rumusanrumusan kompetensi pendidikan multikultural di atas jika dilihat dari
tahapan pengembangan kurikulum dapat dikategorikan ke dalam tahap
perencanaan kurikulum. Menurut. Smith (2002:65) perencanaan kurikulum
memuat kompetensi yang akan dicapai, yaitu terjadinya perubahan perilaku
peserta didik. Perubahan perilaku peserta didik ini dapat berupa kemampuan,
sikap, kebiasaan, penghargaan, dan pengetahuan. Rumusan kompetensi
kurikulum tersebut umumnya didokumentasikan dalam bentuk dokumen
kurikulum, sehingga kurikulum model ini juga lazim disebut kurikulum
DRAFT
sebagai dokumen.
4) Dimensi Pendidikan yang Setara (An Equity Paedagogy)
Pedagogi kesetaran yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan
cara belajar siswa dalam rangka menfasilitasi prestasi akademik siswa yang
beragam baik dari sisi ras, kultur, ataupun sosial. Guru menggunakan
berbagai metode pembelajaran dalam rangka memberikan kesamaan hak,
menghilangkan
bentuk-bentuk
perbedaan
dan
deskiminasi
untuk
mengarahkan siswa dalam mencapai prestasi akademik. Kesetaraan akan
membentuk pembelajaran lebih kondusif.
It exists when teachers use techniques and teaching methods that
facilitate the academic achievement of students from diverse racial,
58
ethnic, and social-class groups. By using teaching techniques that cater
to the learning and cultural styles of diverse groups, and using
cooperative learning techniques are some of the teaching techniques
that teachers have found effective with students from diverse racial,
ethnic, and language groups (Dayboll, 2010: 12).
Kesetaraan akan muncul apabila guru mempergunakan tehnik
dan
metode pembelajaran yang bisa memfasilitasi pencapaian akademik bagi
seluruh siswa dengan berbagai latar belakang yang dimiliki. Penggunaan
teknik pembelajaran yang cocok dengan gaya belajar dan tipe kultural
yang bervariasi dan mempergunakan metode cooperative learning adalah
merupakan beberapa metode pembelajaran yang telah dibuktikan efektif
bagi siswa yang memiliki latar belakang multikulutral dan sosial.
Mendeskripsikan proses restrukturisasi organisasi dan kultur sekolah akan
menjadikan siswa dengan berbagai latar belakang sosio-kultural dapat
memperoleh pengalaman, pencerahan, dan pemberdayaan pendidikan yang
DRAFT
setara.
Dimensi ini termasuk bagaimana konseptualisasi sekolah sebagai suatu
unit perubahan dan melakukan perubahan struktural di sekolah sehingga
memberikan jaminan seluruh siswa dengan berbagai latar belakang yang
ada memiliki kesempatan yang setara untuk sukses. Sebagai contoh
bagaimana sekolah mengembangkan sistem asesmen dan pernilaian yang
adil
bagi
seluruh
siswa
tanpa
memandang
latar
belakang
dan
mengembangkan norma di kalangan para guru bahwa semua siswa dapat
belajar dengan baik tanpa memandang latar belakang yang ada.
59
Pendidikan yang setara mengakui kesamaan hak sehingga siswa akan
memperoleh kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Setiap
siswa memiliki potensi sama dalam beraktualisasi diri sehingga pendidikan
multikultural menghilangkan bentuk stratifikasi sosial. Perlakuan sama bagi
siswa dari latar belakang kaya maupun miskin.
1. apa yang
dibawa siswa keruang
2. Apa yang
dibaw guru
ke ruang
4,
paedagogy
DRAFT
3.isi kurikulum
Gambar.2
Dimensi kesetaraan
(Banks, 2005:23)
Prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan merupakan prinsip yang
mendasari pendidikan multikultural pada level ide, proses, maupun gerakan.
Ketiga prinsip tersebut menggarisbawahi bahwa semua anak memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan. Karakteristik pendidikan
multikultural yang berprinsip kepada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan
sejalan dengan program UNESCO tentang education for all (EFA), yaitu
60
program pendidikan yang memberikan peluang yang sama kepada semua
anak untuk memperoleh pendidikan. Bagi UNESCO, EFA merupakan
jantung kegiatan utama dari kegiatan kependidikan yang dilakukan selama
ini. Program pendidikan untuk semua ini, menurul Haas sebenarnya tidak
hanya terbatas pada pemberian kesempatan yang sama. Kepada semua anak
untuk memperoleh pendidikan, melainkan juga berarti bahwa semua peserta
didik harus memperoleh perlakuan yang sama untuk memperoleh pelajaran
di dalam kelas. Dengan perlakuan yang sama ini, mereka akan memperoleh
peluang untuk mencapai kompetensi keilmuan dan keterampilan yang sesuai
dengan minat mereka (Rosyada, 2002:31). Dalam kaitan ini, pendidikan
multikultural akan menjamin semua peserta didik memperoleh perhatian
yang sama, tanpa membedakan latar belakang warna kulit, etnik, agama,
bahasa, dan kultur peserta didik. Pendidikan multikultural juga tidak akan
DRAFT
membedakan antara peserta didik yang pandai dan bodoh serta antara peserta
didik yang rajin dan malas.
Sheets dan Hernandez memandang pendidikan multikultural sebagai
bentuk pemberdayaan bagi siswa.
An education that is multicultural empowers and prepares students for
a democratic society, the founder and leading proponent of multicultural
education, theorizes that multicultural education includes five dimensions:
content integration, knowledge construction, equity pedagogy, prejudice
reduction, and empowering school culture. These dimensions,
conceptualized in teacher behavior, focus on the selection of multicultural
curricular content, the implementation of culturally mediated instruction,
and the creation of an empowering classroom context. When Banks' model is
translated into practice, the presumption is made that teachers help students
develop the skills, knowledge, and values needed to make decisions,
actualize goals, and effect social and political change (Zamroni, 2010:77).
61
Pendidikan multikultural memberdayakan dan mempersiapkan siswa
untuk masyarakat demokratis, pendiri dan pendukung utama pendidikan
multikultural, berteori bahwa pendidikan multikultural meliputi lima
dimensi: integrasi konten, pengetahuan konstruksi, paedagogi ekuitas,
pengurangan prasangka, dan kultur sekolah memberdayakan. Dimensidimensi ini, dikonseptualisasikan dalam perilaku guru, fokus pada pemilihan
isi kurikulum multikultural, pelaksanaan instruksi kultur dimediasi, dan
penciptaan
konteks
memberdayakan
kelas.
Ketika
model
Bank
diterjemahkan ke dalam praktik, anggapan yang dibuat bahwa guru
membantu siswa mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, mengaktualisasikan tujuan, dan
efek perubahan sosial dan politik.
5)
Dimensi Pemberdayaan Kultur Sekolah dan
(empowering school culture and social structure)
Struktur
Sosial
DRAFT
Pemberdayaan kultur sekolah dan kultur sosial yaitu sebuah proses
menuju pemberdayaan kultur sekolah dan stuktur sosial. Pendidikan
diarahkan pada pemberdayaan anak didik dalam mengembangkan potensi
yang dimiliki. Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan adalah
elemen utama dalam pengembangkan kultur sekolah dalam melembagakan
nilai-nilai multikultural.
Sekolah merupakan lembaga efektif dalam menginternalisasikan nilainilai multikultural pada anak didik. Pembentukan kultur sekolah dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai
multikultural
seperti
kesetaraan,
demokrasi, menghargai perbedaan, dapat dilakukan dengan kultur sekolah
62
secara rutinitas. Hal ini diawali dengan membangun paradigma personel
sekolah menghargai pluralitas sehingga akan tercipta kultur sekolah dalam
mendukung pendidikan multikultural.
Perhatian
serius
terhadap
kultur
dan
struktur
sosial
sekolah
menimbulkan pertanyaan penting tentang karakteristik kelembagaan seperti
hubungan antara siswa dan guru dan antara aktifitas mengajar serta aktivitas
sebagai administrator sekolah. Kultur dan struktur sosial sekolah adalah
menjadi faktor penentu yang kuat tentang bagaimana belajar untuk
memahami dirinya sendiri. Faktor-faktor ini mempengaruhi interaksi sosial
dalam aktifitas pembelajaran antara guru dan siswa, baik di dalam maupun
di luar kelas.
Kekuatan hubungan dalam sekolah adalah menjadi komponen penting
dalam penentuan struktur sekolah. Struktur sekolah termasuk jadwal belajar
DRAFT
keseragaman fisik ruang kelas, nilai ujian, dan berbagai faktor yang lain
sebagai alat kontrol yang dapat digunakan oleh para guru. Jika siswa terlibat
dalam aktivitas proses pengetahuan, maka kultur sekolah menjadi kondusif.
Guru mungkin tidak mempunyai banyak elemen untuk kontrol atas daya
kreativitas belajar siswa.
Kultur sekolah turut menentukan keberhasilan
struktur sekolah.
The school culture and social structure are powerfull determinants of
how students learn to perceive themselves. These factor influence the social
interactions that take place between student and teachers and among
students, both within as well as outside the classroom (Banks, 2007:95).
63
Kultur sekolah dan struktur sosial merupakan penentu kuat tentang
bagaimana siswa belajar untuk melihat diri mereka sendiri. Faktor ini yang
mempengaruhi interaksi sosial yang terjadi antara siswa dan guru serta
kalangan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Unsur-unsur
struktur sekolah adalah merupakan komponen penting. Hubungan antara
kultur sekolah, struktur sosial, dan struktur dalam sekolah dapat
meningkatkan kesadaran guru tentang kekuatan kurikulum.
Empat kerangka tentang isu utama yang memiliki relevansi khusus pada
struktur sekolah meliputi; (1) gagasan tentang kultur (2) politik perbedaan
kultur di sekolah dan masyarakat, (3) keragaman kultur dan subkultur di
dalam kelompok-kelompok sosial manusia, dan (4) keragaman kultur dalam
perspektif masing-masing individu (Aly, 2011: 12).
Banyak kultur tidak hanya diadakan di luar kesadaran tetapi juga
DRAFT
dipelajari dan diajarkan di luar kesadaran, maka baik kultur penduduk asli
maupun pendatang baru menyadari bahwa terdapat aspek-aspek tertentu
dalam kekulturan mereka. Dalam pendidikan multikultural, diskusi
keragaman kultur ditingkat sekolah dapat berupa seperti bahasa, pakaian,
kebiasaan makanan dan agama.
Sekolah menjadi situs koleksi untuk pergulatan kultur. Antropolog
dengan orientasi linguistik dan kognitif telah mengidentifikasi aspek-aspek
kultur tak terlihat. Mereka membuat perbedaan dalam rangka membantu
antara komunitas bahasa dan masyarakat. Asumsi-asumsi kultur tentang cara
berbicara sangat berbeda, artinya perbedaan komunitas bahasa yang terlihat.
64
2.Pendidikan Agama Islam
Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, wacana pendidikan
multikultural telah lama dikenalkan bahkan prinsip-prinsip pengembangan
dan dakwah Islam juga sangat menitikberatkan penghargaan atas perbedaan
kultur. Pendidikan multikultural menjadi satu hal yang sangat mungkin
terjadi jika dilihat dari aspek historis. Untuk memberikan deskripsi yang
lebih kongkret, perlu diuraikan tentang Pendidikan Agama Islam dalam
perspektif pendidikan multikultural.
a.Demokrasi, Kesetaraan dan Keadilan dalam Pendidikan Agama Islam
Penanaman nilai-nilai multikultural melalui pendidikan multikultural
dalam sebuah institusi pendidikan memerlukan dukungan semua komponen
yang terkait dalam
pendidikan. Dukungan institusi sekolah dalam
membentuk kultur sekolah yang mendukung terhadap praksis pendidikan
DRAFT
kultural menjadi faktor penentu. Paradigma pendidikan multikultural sebagai
entitas yang esensial dalam membentuk hubungan harmonisasi relasi sosial
semestinya dapat dimulai dari madrasah sebagai wahana untuk mentransfer
nilai-nilai multikultural. Penciptaan kultur sekolah yang responsif terhadap
nilai-nilai multikultural dapat dimulai dengan membuat desain kurikulum
pendidikan yang akomodatif terhadap perbedaan dan internalisasi nilai-nilai
multikultural. Dengan demikian proses pembelajaran dalam rumpun
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di madrasah maupun
sekolah-sekolah
memuat
unsur-unsur
penghargaan
atas
kemanusiaan, pengakuan terhadap perbedaan dan universalisme.
65
hak-hak
Hal
tersebut
dapat
terimplementasi
dalam
sebaran
kurikulum
Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Al qur’an hadis, akidah akhlak,
fiqih maupun sejarah kebudayaan Islam. Praksis Pendidikan Agama Islam
dibentuk dalam integreated curriculum yang memadukan aspek keilmuan
dan nilai-nilai multikultural, sehingga dapat diharapkan menghasilkan output
siswa yang memiliki kepribadian utuh. Keahlian dalam basis keilmuan
Pendidikan Agama Islam dan sekaligus pembentukan kepribadian yang
memiliki tingkat menjadi target utama dalam kurikulum berbasis
multikultural. Kurikulum dapat didesain meliputi beberapa subjek pelajaran,
seperi toleransi, akidah inklusif, fiqih muqarran dan perbandingan agama
serta
tema-tema
tentang
perbedaan
ethno-kultural
dan
agama
(Arifin, 2008: 2).
Desain kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam terintegrasi dalam
DRAFT
konten materi Pendidikan Agama Islam dengan basis multikultural akan
dapat menghasilkan output yang memiliki tingkat penghargaan terhadap
perbedaan yang tinggi, menyejukkan, dan mengayomi semua masyarakat.
Kurikulum menjadi media untuk melakukan transfer nilai-nilai positif
tentang kemanusiaan yang banyak terdapat dalam ajaran normatif Islam
dalam Al qur’an maupun hadis. Praksis Pendidikan Agama Islam merupakan
aktivitas menyampaikan kearifan dan kesalehan sosial kepada siswa.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam akan lebih bersifat humanis-religius.
Artinya, kurikulum tetap mengedepankan nilai humanis yang memiliki
tingkat responsibilitas tinggi terhadap keragaman, namun tetap dalam
66
koridor dan batas-batas akidah yang dibenarkan dalam Islam. Dengan
demikian, dimungkinkan dapat terbentuk generasi yang memiliki kerekatan
terhadap realita kemajemukan yang ada dalam kultur bangsa Indonesia.
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menjadi termanifestasi dalam
pembentukan generasi yang memiliki rasa penghargaan terhadap perbedaan
dan solidaritas tinggi, sebagaimana ketika Rasullullah saw menghargai atas
perbedaan hak-hak bernegara yang termaktub dalam Piagam Madinah.
Dalam perspektif Islam, pendidikan multikultural yang berprinsip pada
demokrasi, kesetaraan, dan keadilan ternyata kompatibel dengan doktrindoktrin Islam dan pengalaman historis umat Islam. Adapun doktrin Islam
yang mengandung prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan, antara lain
ditemukan keberadaannya dalam Al qur'an surat al-Syura : 38, al-Hadid : 25,
dan al-A'raf : 181.
DRAFT
 







  
Artinya:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka.(Q.S.al-Syura: 38).

 







  



67
  









  
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka
Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang
hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya
dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha kuat lagi Maha Perkasa.(Q.S.al-Hadid : 25)





  
Artinya:
Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi
petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan
keadilan. (Q.S.al-A'raf : 181)
DRAFT
Ayat Al qur'an di atas memberikan landasan moral dan etik bahwa
setiap orang memiliki hak untuk memperoleh perlakuan yang adil, baik
dalam soal ucapan, sikap, maupun perbuatan. Perlakuan yang lembut,
berkaitan dengan interaksi sosial antara orang muslim satu dengan orang
muslim lainnya dan antara orang muslim dengan orang non muslim.
Perlakuan adil juga berkaitan dengan interaksi sosial antara orang etnik Arab
dengan orang non-Arab, dan antara orang berkulit hitam dengan orang
berkulit putih. Dengan kata lain, Islam tidak mengajarkan doktrin rasisme,
yang menempatkan suatu kelompok secara superior atas kelompok yang lain
karena faktor ras dan etnik. Doktrin Islam tentang prinsip demokrasi (almusyawarah), kesetaraan (al-musawah), dan keadilan (al-'adl) di atas telah
68
dipraktikkan oleh Rasulullah saw untuk mengelola keragaman kelompok
dalam masyarakat di Madinah. Pada saat pertama kali memasuki kota
Madinah, misalnya Nabi Muhammad saw membuat perjanjian tertulis yang
populer dengan sebutan Piagam Madinah. Piagam ini menetapkan seluruh
penduduk Madinah memperoleh status yang sama atau persamaan dalam
kehidupan. Prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan terkandung dalam
Piagam Madinah pada pasal 16 dan 46 berikut (Mas’ud, 2004:74).
Dan bahwa orang Yahudi yang mengikuti kami akan memperoleh hak
perlindungan dan hak persamaan tanpa ada penganiayaan dan tidak ada
orang yang membantu musuh mereka (pasal 16).
Dan bahwa Yahudi al-Aus, sekutu mereka dan diri (jiwa) mereka
memperoleh hak seperti apa yang terdapat bagi pemilik sahifat ini serta
memperoleh perlakuan yang baik dari pemilik sahifat ini.
Dua pasal Piagam Madinah di atas menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad saw memiliki kepedulian tinggi terhadap persoalan demokrasi,
DRAFT
kesetaraan, dan keadilan antaretnis, antarras, dan antaragama. Selain itu, dua
pasal Piagam Madinah juga mengandung pesan moral bahwa Nabi
Muhammad saw menolak adanya diskriminasi, hegemoni, dan dominasi
dalam kehidupan di masyarakat yang majemuk. Dengan demikian, dari
sudut perspektif modern dua pasal di atas dapat menjadi inspirasi untuk
membangun masyarakat multikultural. Sementara itu, dari sudut perspektif
pendidikan
dua
pasal
tersebut
dapat
dijadikan
sebagai
dasar
mengembangkan pendidikan multikultural.
Menurut Nurcholish Madjid Pancasila dapat diimbangkan dengan
Sahifatul Madinah (hal ini merupakan langkah awal dalam
menggagas
modern nation-state) merupakan piagam sebagai realisasi kontrak sosial
69
bersama yang dibuat oleh Rasulullah saw di Madinah yang melindungi hakhak sosial masyarakat yang mengatur hubungan antara kaum muslim dan
non-muslim untuk menjalin relasi sosial masyarakat sebagai ummatan
wahidah (ummat yang satu) dengan saling menghormati hak-hak satu sama
lain,
dan
menghargai
“the
other” (yang lain).
Piagam
madinah
menghilangkan sekat-sekat primodial dan kelompok sehingga mengarahkan
pada kehidupan dengan basis kesetaraan, penghargaan dan universalisme
dalam kehidupan yang majemuk (Shihab, 1999: 71).
b. Pluralisme dalam Pendidikan Agama Islam
Pendidikan multikultural dalam Pendidikan Agama Islam merupakan
usaha untuk mengembangkan hubungan sosial anak didik yang harmonis
tanpa ada sekat perbedaan penafsiran atas teks agama. Sedangkan dalam
relasi sosial yang lebih luas pendidikan multikultural dalam Islam adalah
DRAFT
membangun hubungan sesama manusia yang lebih harmonis. Dengan
demikian, pendidikan multikultural dalam Islam adalah lebih diperuntukan
dalam menangani problem yang sangat krusial intern umat Islam yaitu
munculnya berbagai konflik antara satu aliran penafsiran ataupun penganut
madhzab tertentu terhadap madhzab lainya, sehingga perlu diurai dasar
pendidikan multikultural dalam Islam.
Nilai-nilai normatif Islam yang sangat menghargai atas perbedaan dan
kemajemukan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw,
menjadikan ruh Pendidikan Agama Islam yang ramah dan arif dalam
menghargai kemajemukan. Pola pembelajaran mengacu pada analisa kritis
70
dan pembentukan afektif anak atas realitas kemajemukan. Pendidikan
Agama Islam sebagai pembentukan karakter anak didik yang mampu
menghargai kemajemukan hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa prinsip
pluralism dan toleransi merupakan anjuran agama (Hamim, 2000:125).
Kehidupan di era global menghilangkan sekat-sekat etnis, kultur tradisi,
dan agama, sehingga konteks kehidupan multikultural menjadi suatu
keniscayaan. Pendidikan Agama Islam yang mengakar pada ajaran normatif
Islam telah memiliki konsep tentang pluralisme. Konsep pluralisme dalam
Islam secara eksplisit dijumpai pada teks primer Islam (Al qur’an dan hadis).
Pluralism dalam perspektif Islam merupakan dasar dari khilqah (penciptaan)
alam dan karenanya pluralisme tidak berpotensi untuk melahirkan konflik,
melainkan potensi untuk membuat keseimbangan (equilibrium). Islam
mengakui bahwa syarat membuat keharmonisan adalah pengakuan terhadap
DRAFT
komponen-komponen yang secara alamiah berbeda (diversity). (Hamim,
2000:140).
Kondisi masyarakat yang sangat plural bukan menjadi penghalang atas
persatuan. Proses Pendidikan Agama Islam dengan sejumlah materi
pendidikan menaruh perhatian besar terhadap penghargaan dalam konteks
masyarakat pluralistik. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai
proses dalam mengembangkan sikap yang permisif terhadap pluralisme. Hal
ini sejalan dengan tuntutan Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw dalam kehidupan yang majemuk. Piagam Madinah yang
digagas oleh beliau merupakan penghargaan yang tinggi atas hak-hak
71
berbangsa dan bernegara, sehingga melakukan internalisasi nilai-nilai
pluralisme sejalan dengan ajaran Islam. Masyarakat pluralistik akan menjadi
masyarakat yang madani dan fungsi Pendidikan Agama Islam menjadi
sangat urgen dalam upaya pengembangan tersebut.
Menurut Savage dan Amstrong (1996: 830), pendidikan berbasis
multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa
hormat kepada orang yang berbeda kultur, memberi kesempatan untuk
bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau
rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa
untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan kultur yang beragam,
membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan
kultur mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi
penyebab konflik antarkelompok masyarakat. Pendidikan multikultural lebih
DRAFT
lanjut diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa
dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif kultur yang berbeda
dengan kultur yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan
kultur, ras, dan etnis.
Materi Pendidikan Agama Islam dalam konteks gagasan multikultural
bukanlah sesuatu yang sulit ataupun baru. Setidaknya ada tiga alasan untuk
itu. Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui
keberadaan orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya
terbatas pada satu sekte atau golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam
72
bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas takwa
dan kedekatannya dengan Tuhan (Truna, 2010: 15).
Dasar normatif ajaran agama Islam yang terimplementasi dalam praksis
Pendidikan Agama Islam memberi kontribusi yang signifikan bagi
Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural. Normatif ajaran Islam
sangat mengedepankan dan mengatur hubungan sosial dalam bingkai
hablum min an nas. Seruan Islam atas penghargaan dan penghormatan
terhadap kemajemukan bahkan paham lain agama sekalipun menjadi ruh
bagi praksis Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural. Agama Islam
mengatur lebih dari sekedar rutinitas ritual. Agama Islam mewajibkan
seluruh umatnya untuk senantiasa menjaga hubungan harmonis dengan
seluruh alam, terlebih hubungan horizontal dengan sesama manusia
(Ma’arif, 2006: 3), sehingga pemaknaan Islam yang sebenarnya menjadi
DRAFT
tampil menyejukan dan lepas dari image negatif bahwa Islam identik dengan
jihad dan kekerasan.
Jika pengajaran multikultural dapat dilakukan dalam sekolah baik
umum maupun agama hasilnya akan melahirkan peradaban yang juga
melahirkan toleransi, demokrasi, kebajikan, tolong menolong, tenggang rasa,
keadilan, keindahan, keharmonisan, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya.
Intinya gagasan dan rancangan sekolah berbasis multikultural adalah sebuah
keniscayaan dengan catatan bahwa kehadirannya tidak mengaburkan atau
menciptakan ketidakpastian jati diri para kelompok yang ada.
73
Multikultural yang bermakna penghargaan dan pengakuan terhadap
kultur lain, secara normatif dapat dibenarkan keberadaannya. Multikultural
dalam Islam dapat dirujukkan minimal dari tiga kategori, yakni pertama
perspektif teologis, kedua perspektif historis dan ketiga perspektif sosiologis
(Shihab, 2002: 23).
Multikultural dalam prespektif teologis Islam dapat ditemukan dalam
banyak ayat Al quran. Sebagaimana kita ketahui bahwa pluralisme yang ada
di dunia ini adalah sebuah kenyataan yang sudah menjadi sunnatullah
(ketentuan Allah). Di dalam Al qur’an surat al-Hujarat ayat 13 Allah
menyebutnya bahwa kemajemukan adalah kehendakNya, sebagai arti ayat
ini “Wahai manusia, sungguh telah Allah ciptakan kalian dari seorang
lelaki dan perempuan, dan menjadikan kalian dari berbagai bangsa dan
suku agar kalian saling mengenal….” Ayat tersebut
tidaklah ditujukan
DRAFT
untuk persaudaraan muslim saja, tetapi kepada seluruh umat manusia, karena
hakikat keduanya sama.
Dari ayat 13 surat al-Hujurat di atas, sangat tegas bahwa Islam pada
dasarnya menganggap sama pada setiap manusia, yakni tercipta dan
dilahirkan dari sepasang orang tua mereka (laki-laki dan perempuan),
kemudian keterlahiran ini sendiri mempunyai tujuan untuk saling mengenal
dan memahami karakter masing-masing kelompok setelah manusia ini
menjadi kelompok yang berbeda.
Dalam surat lain, Q.S. al-Rum ayat 22, Allah berfirman yang artinya
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
74
bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada
yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui”. Ayat ini menerangkan bahwa perbedaan warna kulit, bahasa,
dan kultur harus diterima sebagai sesuatu yang positif
dan merupakan
tanda-tanda dari kebesaran Allah Swt. Sikap yang diperlukan bagi seorang
muslim dalam merespon kemajemukan dan perbedaan adalah dengan
memandangnya secara positif dan optimis, bahwa pluralisme yang ada justru
akan memperkokoh dan memperindah sisi kemanusiaan. Dengannya seorang
muslim akan mampu bertindak dengan bijak dan selalu termotivasi untuk
berbuat baik.
Secara semiotik, ayat-ayat Al qur’an yang menerangkan tentang
toleransi juga merupakan fondasi umat Islam dalam menatap keberagaman,
baik kultur, ras, etnik maupun agama. Q.S. al-Kafirun ayat 5 yang artinya
DRAFT
“bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. berisi tentang prinsip untuk
saling menghargai antar pemeluk agama. Al qur’an justru memfasilitasi,
tingginya arti toleransi ini, bukannya mengebiri terhadap keberadaan orang
yang beragama lain. Toleransi sendiri adalah nilai yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat, terlebih di Indonesia yang memiliki komposisi
masyarakat yang sangat heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras
yang berbeda.
Multikultural perspektif historis dalam Islam dapat dirujuk langsung
oleh sistem kenegaraan yang diterapkan Nabi Muhammad saw dengan
Piagam Madinahnya. Piagam Madinah ini adalah konsesi atas Hijrah Nabi
75
Muhammad saw pada tahun 622 Masehi yang menemukan kondisi
sosiologis Madinah berbeda dengan di Makkah. Sebelum hijrah, Nabi
memulainya dengan membuat Perjanjian Aqabah (bai’at al-‘aqabah). Baiat
adalah transaksi, seperti jual beli. Artinya, dalam perjanjian ada transaksi
seperti jual dagang, berkompromi sampai pada yang disepakati (Truna,
2010: 17). Model baiat sekarang dipaksakan oleh guru dan dilakukan secara
membabi buta. Dahulu baiat didasarkan pada konsensus dan bargaining
untuk saling mendapatkan. Dalam Perjanjian Aqabah pada tahun 621 M
disebutkan bahwa orang-orang Madinah akan bersedia menerima Nabi dan
sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah dengan jaminan Nabi bisa dipercaya
menjadi rekonsiliator untuk menegakkan konflik kesukuan (tribal) yang
tidak ada habisnya.
Semua menjadi bagian dari konflik, maka tidak ada yang memiliki
DRAFT
otoritas untuk menyelesaikan. Seperti halnya yang terjadi di Papua, antar
suku sudah menjadi bagian konflik, tidak ada yang bisa menyelesaikannya.
Dalam perspektif antropologis perlu adanya outsider essential yang akan
menyelesaikan konflik-konflik. Kabilah-kabilah di Madinah menerima Nabi
tetapi dengan jaminan Nabi harus memerankan diri sebagai hakim yang adil
dan bisa menengahi konflik antarsuku karena mereka juga lelah.
Orang-orang yang terikat dalam perjanjian tersebut disebut sebagai
”umat”. Umat adalah siapa pun yang ikut dalam semua kesepakatan atau
perjanjian Piagam Madinah, termasuk di dalamnya adalah Nabi (Shihab,
2002: 12). Siapa pun yang diserang akan dibela dan siapa pun yang
76
berkhianat akan diserang. Zaman Nabi tidak ada yang menyerang kecuali dia
berkhianat. Piagam Madinah disusun dalam posisi yang sama, hidup,
kehormatan dan kehendak mencapai kebahagiaan menjadi jaminan dalam
piagam tersebut .
Perspektif ketiga adalah perspektif sosiologis intern umat Islam. Hal ini
dapat dilihat dalam praktik keberagamaan umat Islam di seantero dunia
Islam. Secara internal umat Islam memiliki keanekaragaman madzhab fiqih,
tasawuf, dan kalam. Dalam bidang fiqih umat Islam Indonesia mengenal
adanya madzhab lima, dari Imam Syafi’i dengan qaul jadid dan qadimnya,
Imam Hanafi, Hambali, Abu Hanifah, dan Imam Ja’far. Dalam ilmu kalam,
Imam al-Asy’ari dan Maturidi disebut sebagai penggagas Ahlussunnah
(Sunni), Wasil bin Atho’ dengan Mu’tazilahnya, Khawarij, Murjiah juga ada
Syi’ah dan para pendukung Imam Ali dibelakangnya (Yana, 2004: 42).
DRAFT
Kemajemukan intern umat Islam juga ditemukan dalam praktik
pengelompokan sosial, politik kepartaian serta model pendidikan. Dinasti
dan kekhalifahan yang pernah ada dalam sejarah Islam seperti Dinasti
Mughal, Fathimiyah, Abasiah, dan terakhir dinasti Turki Usmani adalah
contoh konkret tentang keragaman yang ada dalam Islam. Dari sudut
multikultural internal, pluralisme identitas kultural keagamaan bagi
masyarakat muslim, bukanlah menjadi sekedar fakta, multikultural telah
menjadi semangat, sikap hidup dan pendekatan dalam menjalani kehidupan
dengan orang lain.
c. Nilai-nilai Multikultural dalam Materi Pendidikan Agama Islam
77
Konsep pendidikan yang berwawasan multikultural di sekolah
khususnya di lingkungan agama pada dasarnya pendidikan Islam yang tidak
ada permasalahan karena konsep tersebut bukan sesuatu yang bertentangan
dengan konsep dasar Islam yang mengatur sistem kehidupan yang multietnik, kultur, ras, adat istiadat,
dan gaya hidup (Binawah, 2004: 81).
Sebagaimana dipahami bahwa multikultural adalah makna yang menunjuk
pada kenyataan bahwa kita tidak hidup dalam sebuah kultur saja. Kultur
dalam arti semua usaha manusia untuk mengungkapkan dan mewujudkan
semua hal bernilai baik dari kehidupannya.
Bagi Pendidikan Agama Islam gagasan multikultural bukanlah sesuatu
yang ekstrim dan bukanlah paham yang kontradiktif dengan Islam,
setidaknya ada tiga alasan argumen yang mendasari. Pertama, bahwa Islam
mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain. Kedua,
DRAFT
konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau
golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seorang
hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan kedekatannya dengan
Tuhan (Nafi, 2007: 35).
Strategi hubungan multikultural dan etnik dalam sekolah dapat
digolongkan kepada dua yakni pengalaman pribadi dan pengajaran yang
dilakukan oleh guru. Dalam pengalaman pribadi dengan menciptakan
pertama, siswa etnik minoritas dan mayoritas mempunyai status yang sama;
kedua, mempunyai tugas yang sama; ketiga, bergaul, berhubungan,
78
berkelanjutan dan berkembang bersama dan keempat, berhubungan dengan
fasilitas, gaya belajar guru, dan norma kelas tersebut.
Adapun dalam bentuk pengajaran adalah sebagai berikut: pertama guru
memiliki kesadaran akan keragaman etnik siswa; kedua, bahan kurikulum
dan pengajaran seharusnya refleksi keragaman etnik; dan ketiga, adalah
bahan kurikulum dituliskan dalam bahasa daerah/etnik yang berbeda.
Pengajaran multikultural dapat dilakukan dalam sekolah baik umum maupun
agama hasilnya akan melahirkan peradaban yang juga melahirkan toleransi,
demokrasi, kebajikan, tolong menolong, tenggang rasa, keadilan, keindahan,
keharmonisan dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Intinya gagasan dan
rancangan sekolah yang berbasis multikultural adalah sebuah keniscayaan
dengan implementasi
tidak akan menjadi bias dalam syariah, akidah
maupun muamalah (Truna, 2010: 17).
DRAFT
Fenomena yang terjadi dalam era globalisasi telah merambah pada
seluruh dimensi kehidupan baik terhadap masyarakat pedesaan maupun
masyarakat perkotaan. Derasnya arus globalisasi telah membentuk kultur
baru, sehingga dampak globalisasi dan modernisasi telah membuka sekat
kultural, etnik, ideologi bahkan agama yang akhirnya normatif agama juga
menjadi
multiinterpretasi.
Implikasi
yang
ditimbulkan
menjadikan
kehidupan tidak dapat konstan pada monokultur tetapi menjadi kehidupan
yang multikultural. Seiring dengan majunya peradaban maka pemaknaan
multikultural menjadi luas meliputi: pola kehidupan, ras, etnik, gender, dan
berbagai penafsiran agama dalam aktivitas pendidikan. Sebagai ideologi
79
yang relatif baru, pendidikan multikultural mengedepankan beberapa prinsip
universalisme, pluralisme, keragamaan, kesetaraan dan penghargaan
terhadap etnis tertentu serta menghilangkan dominasi kultur tertentu
(Baidhawy, 2005: 23). Pendidikan berbasis multikultural menanamkan rasa
toleransi terhadap keragaman kultur maupun keragaman pemikiran.
Pendidikan multikultural dapat disimpulkan merupakan pendidikan yang
mengajarkan aspek-aspek universalisme, pluralisme, keragaman, kesetaraan
toleransi, dan keadilan.
Gagasan dan rancangan memasukkan wawasan multikultural di sekolah
agama dan madrasah bisa direspons secara positif, sebatas tidak terjadi bias
dari dasar ideologi pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam memiliki
keunikan dan kekhasanya sendiri sesuai dengan visi dan misinya. Adapun
visi dari madrasah sebagai sebuah lembaga Pendidikan Agama Islam adalah
DRAFT
terwujudnya manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian,
berilmu, terampil dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan
bermasyarakat (Ahmadi, 2005: 75). Misi madrasah adalah menciptakan
lembaga yang Islami dan berkualitas, menjabarkan kurikulum yang mampu
memahami kebutuhan anak didik dan masyarakat, menyediakan tenaga
kependidikan yang profesional dan memiliki kompotensi dalam bidangnya
dan menyelenggarakan proses pendidikan yang menghasilkan lulusan yang
berprestasi. Adapun sejalan dengan kemajuan peradaban, Pendidikan Agama
Islam dalam era multikultural perlu melakukan kesiapan dalam materi
Pendidikan Agama Islam yang meliputi aspek akidah, syariah, dan akhlak.
80
Pertama aspek akidah akhlak, munculnya beragam informasi dan
pesatnya gelombang modernisasi memunculkan pola baru dalam berbagai
aspek kehidupan. Kemajuan teknologi informasi mengarahkan pemikiran
semakin bersifat global. Fenomena tersebut semakin menambah kompleks
dinamisasi dalam berbagai lapisan pemikiran maupun merebaknya
komunitas-komunitas yang mencoba eksistensi diri.
Lajunya modernisasi juga membawa implikasi pada interpretasi atas
teks agama menjadi sangat beragam. Interpretasi atas dasar normatif agama
menjadi madhzab-madhzab dalam ritualisasi agama Islam. Hal ini juga
berimplikasi dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam.
Praksis pendidikan agama menghadapi tantangan dalam bidang akidah
akhlak.
Era multikultural semestinya diwarnai penghargaan dalam kebebasan
DRAFT
berpikir. Namun kebebasan tersebut tetap dalam batas-batas tidak melanggar
akidah akhlak yang benar artinya kebebasan berpikir tidak dibenarkan
mengikis akidah akhlak Islam sebagai keyakinan tauhid. Sisi pembelajaran
akidah perlu mengembangkan toleransi siswa atas berbagai akidah yang
berkembang dalam era multikultural. Pembelajaran akidah semestinya
menampilkan beragam aliran teologi yang ada, sehingga pendidikan agama
merupakan upaya pembentukan kesadaran atas realitas yang beragam
terhadap interpretasi atas dasar normatif agama (Mas’ud, 2004:15).
Pembelajaran akhlak berorientasi membentuk kepribadian akhlak yang
mulia (al akhlak karimah). Munculnya degradasi akhlak remaja menjadi
81
indikator semakin rendahnya kualitas akhlak anak didik. Fenomena tersebut
juga dapat didukung oleh multi kasus yaitu aspek pembelajaran akhlak
disekolah maupun
dampak perkembangan globalisasi. Namun degradasi
moralitas siswa menjadi tantangan yang perlu dibantu dengan model
pembelajaran akhlak dalam Pendidikan Agama Islam yang lebih responsif
terhadap kenyataan empiris tentang penurunan al akhlak
karimah pada
output pendidikan Islam.
Kedua aspek muamalah, keragaman dasar teologis yang dipakai oleh
beberapa madhzab teologi menjadikan praktik muamalah menjadi sangat
beragam. Bidang studi fiqih termasuknya salah satu kajian muamalah
menjadi berbagai macam model yang dikembangkan dalam dunia
pendidikan. Kemajemukan dalam praktik fiqih beragam sesuai dengan
pemahaman masing-masing madhzab dalam aliran fiqih. Kemajemukan atas
DRAFT
interpretasi fiqih tersebut adalah bagian dalam membentuk masyarakat
madani yaitu masyarakat demokratis berkeadaban (Azra: 2002:xx).
Berdasarkan kenyataan tersebut sebaiknya dibangun kajian fiqih dalam
berbagai perspektif sehingga beberapa pendapat tentang kajian fiqih dengan
demikian, siswa melalui keragaman konsep dan wacana mengarah pada
proses pendewasaan dan memiliki sudut pandang yang jelas dan memiliki
banyak cara memahami realitas kemajemukan (Baidhawy: 2005:83) . Hal ini
dipandang perlu mengingat beragamanya fiqih muamalah yang berkembang
dalam masyarakat Indonesia. Pembelajaran fiqih yang terkait dengan
muamalah semestinya didesain dalam rangka membuka kesadaran anak
82
didik terhadap keragaman pemahaman tentang fiqih. Hal ini bertujuan pada
pembentukan karakter anak didik yang lebih toleran terhadap keragaman
fiqih yang berkembang di masyarakat. Manfaat yang lebih besar didapatkan
dari pemahaman perbandingan berbagai aliran fiqih (fiqih muqaran),
menjadikan anak didik menghargai nilai-nilai perbedaan. Pembentukan
karakter yang lebih permisif terhadap keragaman perlu dikembangkan
dengan
dasar kebersamaan dan kebermaknaan serta etika yang lebih
menjunjung
hak-hak
universalitas.
Pembelajaran
fiqih
yang
lebih
mengadopsi nilai-nilai multikultural membentuk kepribadian anak didik
yang terpola melalui kultur sekolah yang lebih mengedepankan rasa tasamuh
(toleran) yang telah diajarkan Rasulullah saw.
Ketiga aspek syariah, pendidikan multikultural dalam Islam secara
syariah telah ada dalam beberapa ayat Al qur’an maupun hadis. Praksis
DRAFT
Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada konteks multikultural
menjadi sangat memungkinkan terjadi. Pemahaman yang sepihak atas
wacana pendidikan multikutural dalam Islam menjadi kontra produktif.
Wacana pendidikan multikulutral semestinya diberi pemaknaan dan
pemahaman atas keragaman dan pemberian hak-hak kemanusiaan tanpa
menembus batas-batas akidah/teologis.
Pemaknaan multikultural yang menyetuh dasar teologis menjadi tidak
benar, karena semua agama mempunyai dasar teologis masing-masing.
Penyatuan kebenaran agama-agama tidak mungkin terjadi. Pendidikan
multikultural dari aspek syariah adalah memerlukan dasar filosofis maupun
83
dasar pijak syariah atas implementasi pendidikan multikutural. Tantangan
bagi Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dasar hukum/syariah atas
implementasi pendidikan multikultural (Ahmadi, 2005: 26).
Dengan demikian, aspek syariah yang dikembangkan dalam diri siswa
adalah melakukan internalisasi aspek-aspek syariah yang diyakini oleh siswa
sehingga memperkokoh pemahaman syariah siswa. Era pendidikan
multikultural adalah lebih dipahami dalam diri siswa bahwa ada aspek-aspek
keyakinan beragam lain tanpa menggoyahkan aspek syariah.
d.Humanisasi dalam Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam dalam perspektif historis merupakan pendidikan yang
berangkat dari masyarakat. Basis Pendidikan Agama Islam adalah mengakar
pada kultur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sejarah panjang
Pendidikan Agama Islam awal berupa pesantren yang merupakan lembaga
DRAFT
Pendidikan Agama Islam non formal yang berasal dari masyarakat. Terlepas
dari kekurangan maupun kelebihan pesantren sebagai lembaga Pendidikan
Agama Islam nonformal, pesantren telah menunjukkan eksistensi dan
kontribusi yang bermakna bagi perjalanan panjang perjuangan bangsa
Indonesia.
Perkembangan selanjutnya, pesantren tetap pada pola pembelajaran
yang mengadopsi pola pembelajaran tradisional (salaf) dengan memadukan
sistem persekolahan yang selanjutnya pesantren mulai mendirikan
pendidikan formal yang disebut madrasah. Madrasah sebagai lembaga
formal
penyelenggara Pendidikan Agama Islam menerapkan
84
sistem
klasikal. Keberadaan pesantren dan madrasah menjadi saling mendukung
dalam ikhtiar menghidupkan nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama Islam
memiliki sebuah potensi yang sangat besar bagi pemberdayaan rakyat secara
menyeluruh. Kultur yang dibangun berangkat dari masyarakat menjadikan
Pendidikan Agama Islam sangat potensial dalam pembentukan civil society
ataupun masyarakat madani. Pendidikan Agama Islam menjadi lembaga
pendidikan dalam menanamkan nilai dan penumbuhan demokrasi dan
humanisasi (Azra, 2002: 148).
Pendidikan
kritis
menjadi
alternatif
pelembagaan
nilai-nilai
demokratisasi dan humanisasi serta berbasis pada kesetaraan. Menurut Illich
pendidikan modern gagal karena hanya aktifitas pendidikan hanyalah
merupakan proses dehumanisasi. Sistem pendidikan hanya memperkuat
struktur kelompok elite yang telah mapan, sehingga sistem persekolahan
DRAFT
menurutnya harus dihapuskan. Senada dengan Illich, Freire menganggap
pendidikan seharusnya sebagai proses membebaskan manusia dari
keterbelakangan dan kebodohan, namun hanya menjadi alat penindasan bagi
kekuasaan. (Azra, 2002:149).
Pendidikan Agama Islam dengan mendasarkan pada sumber materi
normatif Islam terdapat banyak isi materi tentang internalisasi nilai-nilai
kemanusiaan dan humanisasi serta demokratisasi. Pembelaan pada kaumkaum tertindas yag disebabkan oleh sistem menjadi sebuah bidang garap
dalam dataran praksis Pendidikan Agama Islam. Aktualisasi Pendidikan
85
Agama Islam pada arah pemecahan problem sosial yang berkembang dalam
masyarakat menjadi penting.
Fenomena yang berkembang secara sporadis munculnya gerakangerakan yang mengatasnamakan golongan tertentu berbasis Islam menjadi
sebuah problem tersendiri. Suatu keniscayaan era yang multitafsir terhadap
interpretasi teks agama Islam, hal ini karena rentang waktu yang cukup jauh
masa datangnya Islam ketika zaman Nabi Muhammad saw dengan era
modern. Namun, satu catatan sejarah yang tidak dapat dilepaskan bahwa
Islam berkembang tidak ditopang dengan kekerasan tetapi Islam
berkembang dengan akulturasi dan harmonisasi kultur dengan masyarakat
setempat. Islam bukanlah agama yang ditegakkan dengan kekerasan namun
dengan penghormatan atas hak-hak bermasyarakat dan humanisasi serta
demokrasi (Ahmadi, 2005:17).
DRAFT
Fungsi Pendidikan Agama Islam ditengah krisis multikultural yang
berkembang
pada
kelompok-kelompok
tertentu
setidaknya
dapat
mengeliminasi gerakan-gerakan sporadis yang antikemajemukan. Dengan
demikian perlu dilakukan penguatan fungsi Pendidikan Agama Islam dalam
mereduksi krisis multikultural, dengan memposisikan pendidikan agama
Islam berfungsi sebagai humanisasi dan sekaligus basis moral.
Ajaran-ajaran tentang akhlakul karimah (akhlak mulia) menjadi dasar
pembentukan moralitas siswa. Pengembangan materi tentang akhlak serta
pemaknaanya menjadi berkembang pada pembentukan kearifan lokal (local
wisdom). Implementasi akhlak yang dikembangkan akan membentuk
86
kesadaran moral kolektif siswa yang akan membentuk kultur sekolah yang
adaptif terhadap kemajemukan (Ilyas: 2000: 12). Dalam arti lebih luas,
kemajemukan meliputi penghargaan atas perbedaan interpretasi ataupun pola
pikir serta pendapat golongan tertentu, sehingga sikap arif menjadi muncul
terhadap realitas perbedaan.
Muatan materi Pendidikan Agama Islam yang telah sarat dengan ajaran
demokratsisasi dan humanisasi perlu dilakukan penguatan pada nilai-nilai
tersebut. Ajaran agama banyak menganjurkan perdamaian dan cinta kasih
sebagai pegangan hidup (Baidhawy : 2005: 59). Fenomena krisis kesadaran
multikultural yang berkembang dibutuhkan pendalam materi yang
disampaikan pada anak didik pada aspek kemanusian. Pendidikan Agama
Islam yang semula lebih berorientasi pada aspek akidah dan fiqih,
perkembangkan berikutnya juga menambahkan orientasi yang lebih pada
DRAFT
aspek-aspek tentang muamalah yang banyak mengatur relasi sosial.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Kajian pendidikan multikultural di Indonesia masih berada dalam
dataran wacana dan pencarian dasar filosofis serta teknis implementasi,
walaupun wacana pendidikan
kebijakan
multikultural di barat sudah menjadi
dalam pendidikan. Namun, beberapa paradigma pendidikan
multikultural di Indonesia semestinya
disesuaikan dengan kultur dan
paradigma pendidikan yang berlaku di Indonesia.
Implementasi pendidikan multikultural konteks Indonesia mengacu
pada beberapa ideologi dan kultur siswa dan sekolah. Konstruk pendidikan
87
multikultural di Indonesia dikembangkan pada orientasi utama membangun
kondisi pembelajaran yang kondusif serta penghargaan atas hak-hak siswa
yang bertujuan akhir pada peningkatan prestasi siswa. Upaya membangun
dan menelaah pendidikan multikultural di Indonesia dapat dimulai dengan
mengadakan review terhadap hasil-hasil penelitian multikultural yang
relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
Selama ini kajian atau studi terhadap isu-isu multikultural yang
dikaitkan dengan masalah konflik dan integrasi dalam kehidupan masyarakat
yang plural di Indonesia belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari
jumlah yang sedikit tersebut, ada dua kajian yang memfokuskan pada
dimensi etnik, kultur, dan agama. Adapun kajian yang memfokuskan pada
dimensi etnik dan kultur dilakukan oleh Pranowo, dkk (1988: 50). Hasil
studi yang diterbitkan dalam bentuk buku ini diberi judul Stereotip Etnik,
DRAFT
Asimilasi,Integrasi Sosial. Hasil-hasil kajiannya meliputi hubungan antar
kolektivitas dalam kehidupan sosial yang berbasis pada hubungan antara
masyarakat asli (tradisional) dengan masyarakat modern, masyarakat asli
dan orang asing, masyarakat desa (ekonomi lemah) dengan masyarakat kota
(ekonomi kuat), asimilasi etnik Arab dan kolektivitas etnik Cina. Di pihak
lain, studi yang memfokuskan pada dimensi agama, khususnya kehidupan
antar agama, dilakukan oleh Sudjangi (1993:83), Agama dan Masyarakat
studi ini mengkaji kehidupan antar agama, dengan potensi konflik dan
integrasinya, di beberapa wilayah provinsi di Indonesia. Fokusnya pada
hubungan antara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen. Kedua
88
studi di atas telah memfokuskan pada isu-isu multikulturalisme, namun
belum mengaitkannya dengan aspek pendidikan Islam.
Pada tahun 2001 ada studi yang fokusnya berdekatan dengan isu-isu
multikulturalisme dan telah dikaitkan dengan aspek pendidikan Islam. Studi
yang dimaksud dilakukan oleh Syamsul Arifin dan Ahmad Barizi (2001:42)
dengan judul Paradigma Pendidikan Berbasis Pluralisme dan Demokrasi:
Rekonstruksi dan Aktualisasi Tradisi Ikhtilaf dalam Islam. Studi ini
menemukan tiga (3) poin penting, yaitu bahwa: (1) tradisi ikhtilaf
(perbedaan) merupakan akar pluralisme dan demokrasi dalam Islam; (2)
tradisi ikhtilaf merupakan konsep demokrasi dalam pendidikan Islam; dan
(3) bahwa tradisi ikhtilaf merupakan tradisi penting yang perlu
diaktualisasikan kembali untuk mengembangkan pendidikan demokrasi
dalam pendidikan Islam. Studi ini telah mempertimbangkan dimensi
DRAFT
pluralisme, ikhtilaf
dan demokrasi sebagai bagian dari usaha untuk
menawarkan paradigma Pendidikan Agama Islam multikultural. Namun
demikian, studi ini masih bersifat teoretis-historis dan belum mengaitkan
secara khusus dengan Pendidikan Agama Islam di pesantren. Dalam studi
ini, juga tidak dipertimbangkan perlunya pengaitan antara dimensi
pluralisme, ikhtilaf, dan demokrasi dengan model pengembangan kurikulum
pesantren multikultural.
Dalam konteks pesantren, ada tiga studi yang telah memfokuskan
kajiannya pada isu-isu multikulturalisme terutama pada isu gender,
perdamaian, dan konflik. Pertama, penelitian terhadap pesantren yang
89
memfokuskan pada isu gender dilakukan, Kesetaraan Gender: studi
komparatif atas pengaruh pendidikan pesantren terhadap persepsi
santriwati pesantren Al-Muayyad dan pesantren Assalaani, pada tahun
2003. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa persepsi santriwati
tentang gender dari pesantren modern, dalam hal ini diwakili pesantren
Assalaam Surakarta, ternyata tidak lebih baik daripada persepsi santriwati
dari pesantren tradisional, dalam hal ini diwakili pesantren Al-Muayyad
Surakarta.
Menurutnya, perbedaan persepsi santriwati tentang kesetaraan gender di
kedua pesantren tersebut dipengaruhi oleh sistem pendidikan, kultur
keluarga dan lingkungan, serta buku-buku bacaan dan majalah tentang
gender yang mereka dapatkan di luar pendidikan formal.
Kedua, penelitian terhadap pesantren yang memfokuskan pada
DRAFT
pendidikan perdamaian dilakukan oleh Ronald A. Lukens-Bull, A Peaceful
Jihad: javanese islamic education and religious identity construction, pada
tahun 2004. Penelitian yang dilakukan terhadap pesantren Tebuireng
(Jombang), An-Nur (Malang), dan Al-Hikam (Malang) ini memuat
informasi penting bahwa pesantren tidak menolak globalisasi dan
modernisasi yang terjadi dewasa ini. Pesantren memandang dirinya perlu
melakukan perubahan untuk menghadapi globalisasi dan modernisasi,
terutama perubahan terhadap strategi pendidikan yang selama ini diterapkan.
Kursus komputer dan beragam keterampilan yang diberikan oleh beberapa
pesantren adalah salah satu bukti bahwa pesantren telah mengembangkan
90
kurikulum pendidikannya. Dengan demikian, terhadap globalisasi dan
modernisasi, pesantren tidak menolak melalui konflik kekerasan seperti yang
dilakukan oleh para fundamentalis Muslim, tetapi pesantren menghadapinya
dengan jihad damai melalui pendidikan, teladan, dan dakwah.
Ketiga, kajian yang dilakukan oleh Hamdan Farchan dan Syarifuddin,
Titik Tengkar Pesantren: resolusi konflik masyarakat pesantren, pada 2005,
Dalam kajian ini ditemukan tiga kategori kiai, yaitu: kiai pesantren, kiai
tarekat, dan kiai politik. Hubungan antara ketiga kategori kiai tersebut serta
peran mereka dalam percaturan politik dan sosial cenderung melahirkan
ketegangan hubungan di antara mereka dalam masyarakat pesantren. Terkait
dengan konflik yang terjadi di pesantren, ada dua faktor yang menyebabkan
terjadinya konflik dalam masyarakat pesantren. Faktor yang pertama adalah
posisi tinggi sosial kiai dalam tradisi sosial di masyarakat.
DRAFT
Tingginya posisi sosial kiai ini sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu
sebagai alat untuk meraih struktur kekuasaan tertentu. Hal ini teramati dari
gejala dijadikannya pesantren sebagai media atau tempat konsolidasi politik
untuk menguatkan atau sekadar melegitimasi dukungan politik tertentu.
Faktor yang kedua adalah kecenderungan pesantren pada pasca reformasi
yang semakin bergantung kepada pemerintah, terutama dalam pengadaan
fasilitas gedung dan fasilitas fisik lainnya. Hal ini telah memberi kesan
bahwa pesantren tanpa negara tidak bisa hidup dan berkembang.
Pada tahun 2006 terdapat studi yang memfokuskan pada isu-isu
multikulturalisme dan telah mengaitkannya dengan kegiatan Pendidikan
91
Agama Islam secara umum, tetapi tidak dikaitkan dengan pesantren.
Penelitian yang dimaksud dilakukan oleh M. Thoyibi, dkk pada tahun 2006,
Dimensi Multiulturalisme dalam Ceramah Keagamnan di Surakarta.
Penelitian ini, antara lain dimaksudkan untuk mengidentifikasi cakupan
muatan ceramah-ceramah keagamaan dalam Islam baik berupa khotbah
maupun pengajian rutin yang diselenggarakan oleh masjid-masjid dan
majlis-majlis taklim di Surakarta.
Kesimpulan dari studi ini, antara lain adalah bahwa keanekaragaman
masyarakat, baik etnik, kultur, maupun agama, kurang memperoleh
perhatian dari para penceramah di berbagai jamaah pengajian di Surakarta.
Ceramah keagamaan lebih banyak menekankan pada akhlak, ibadah, dan
akidah yang merupakan tanggapan atas berbagai fenomena yang dianggap
sebagai kemerosotan moral masyarakat, semacam maraknya korupsi,
DRAFT
perampokan, dan berbagai tindak amoral lainnya, sehingga berbagai jamaah
pengajian ini menempatkan tujuan membangun pribadi bermoral (saleh)
dengan mengamalkan ajaran Islam secara konsekuen sebagai prioritas
keagamaan. Konsekuensi dari penekanan pada kesalehan pribadi ini adalah
bahwa persoalan-persoalan yang terkait dengan keanekaragaman etnik,
kultur, dan agama serta nilai-nilai multikulturalisme menjadi kurang
mendapat perhatian.
Bukti
bahwa
pesantren
telah
mengembangkan
kurikulum
pendidikannya. Dengan demikian, terhadap globalisasi dan modernisasi,
pesantren tidak menolak melalui konflik kekerasan seperti yang dilakukan
92
oleh para fundamentalis muslim, tetapi pesantren menghadapinya dengan
jihad damai melalui pendidikan, teladan, dan dakwah.
Terkait
dengan
sedikitnya
nilai-nilai
multikultural,
studi
ini
menyimpulkan bahwa dalam ceramah keagamaan di berbagai jamaah
pengajian terdapat materi ceramah yang dapat dikategorikan sebagai antimultikulturalisme, semacam klaim kebenaran (truth claim), prasangka, dan
stereotip tentang kelompok masyarakat lain, terutama dalam konteks
hubungan dengan non-Muslim dan negara-negara Barat, terutama Amerika.
Non-muslim sering disejajarkan dengan konsep-konsep kafir, musyrik,
Yahudi, dan Nasrani. Selain itu, negara-negara Barat, khususnya Amerika,
hampir selalu diidentikkan dengan konsep-konsep tersebut. Sedikitnya nilainilai multikulturalisme dan munculnya nilai-nilai antimultikulturalisme
tidak bisa dilepaskan dari berbagai konflik yang terjadi di tanah air, terutama
DRAFT
konflik di Maluku dan Sulawesi Tengah.
Tahun 2010 penelitian Marzuki dkk tentang Tipologi Perubahan dan
Model Pendidikan Pesantren Salaf, penelitian tersebut bertujuan mengetahui
bentuk perubahan di pesatren salaf dan model pendidikan multikultural
didalamnya. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan lokasi penelitian di Jawa yaitu pesantren Al Qodir Cangkringan, Dar
Al-Tauhid Cirebon, Roudlotul Thalibin Rembang dan Tebu Ireng Jombang.
Kesimpulan penelitian adalah pertama, terjadi peubahan bentuk pendidikan
di pesantren salaf yang tidak bisa lagi dikatakan bercorak salaf ( tradisional)
tetapi merupakan campuran antara tradisional dan modern, begitu juga
93
dalam hal pemikiran kiai dan santrinya. Kedua, Islam yang dimiliki
pesantren salaf adalah Islam inklusif , ramah, tidak kaku, moderat yakni
Islam yang bernuasa perbedaan dan sarat dengan nilai-nilai multikultural.
Dari beberapa studi di atas, baik yang terkait dengan Pendidikan Agama
Islam secara umum maupun yang secara khusus terkait dengan pesantren,
tampak jelas bahwa studi yang memfokuskan kajiannya pada isu-isu
multikulturalisme dalam batas tertentu telah dilakukan oleh para peneliti.
Namun
demikian,
studi
terhadap
pesantren
yang
secara
spesifik
memfokuskan pada model pengembangan kurikulum multikultural yang
meliputi aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum belum
memperoleh perhatian dari para peneliti.
Adapun hasil review terhadap penelitian pendidikan multikultural dapat
di kategorisasikan sbb:
DRAFT
1. Nilai-nilai Multikultural dalam Implementasi Pendidikan Agama Islam
Penelitian disertasi Abdullah Aly (2011: 331)
tentang pendidikan
multikultural di pesantren (telaah terhadap kurikulum ponpes Assalam
Surakarta) menghasilkan salah satu temuan bahwa proses kegiatan evaluasi
kurikulum memuat nilai-nilai multikultural terutama nilai demokrasi
sedangkan dari sisi lain, uraian diatas menunjukan bahwa evaluasi
kurikulum ditemukan nilai-nilai anti multikultural yang berupa nilai konflik,
hegemoni, dan dominasi diantara para santri.
Penelitian Dody S. Truna (2011:280) tentang Pendidikan Agama Islam
berwawasan multikulturalisme menyimpulkan bahwa para penulis buku ajar
94
Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi memiliki kecenderungan dan
preferensi masing-masing dalam memilih tema-tema yang dibahas dalam
buku ajar yang ditulisnya untuk pegangan mahasiswa. Secara keseluruhan
tema-tema yang dikaji dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam Pendidikan
Agama Islam diperguruan tinggi umum, tema-tema agama Islam ada
hubungannya dengan isu-isu pluralisme agama dan multikulturalisme dapat
dikelompokan menjadi sebelas tema pokok yaitu: kedudukan agama Islam,
hukum Islam dan penerapanya, pluralisme agama, toleransi, dan batas-batas
toleransi, interaksi antar pemeluk agama, konsep jihad, konsep kesetaraan
gender, konsep demokrasi, HAM dan batas-batasanya, kepemimpinan dalam
Islam.
2. Kultur Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Multikultural
Kultur sekolah merupakan bagian integral yang dibangun oleh semua
DRAFT
kompenen dalam institusi pendidikan. Penguatan kultur sekolah dapat di
sistematisasikan dengan melalui pelembagaan nilai-nilai yang ada dalam
sekolah. Sedangkan
nilai-nilai yang ada dapat dieksplorasi dari nilai
kearifan lokal yang dimiliki oleh sekolah.
Hal di atas sejalan kultur sekolah yang memiliki relevansi yang kuat
terhadap praksis pendidikan multikultural. Kultur sekolah merupakan bagian
dari unsur-unsur pendidikan multikultural. Pilar utama menghilangkan
prasangka dalam pendidikan
multikultural
perlu didukung penciptaan
kultur sekolah. Sesuai dengan relevansi kultur dengan praksis pendidikan
multikultural terdapat beberapa hasil penelitian terkait dengan hal tersebut.
95
Dasar bagi pendidikan multikultural seperti yang didefinisikan oleh
Bernet adalah kebutuhan untuk memberikan keunggulan pendidikan yang
dapat dicapai dengan memastikan bahwa semua siswa memenuhi potensi
tertinggi mereka melalui pendidikan publik yang menumbuhkan intelektual,
sosial, dan pengembangan pribadi. Kedua hal tersebut dapat dikembangkan
melalui kultur sekolah, meemahami sesuatu yang dirasakan siswa terhadap
hal yang menghambat proses belajar dapat diidentifikasi melalui kendala
bahasa, nilai kultur atau norma, atau mungkin gaya pengajaran guru.
Penelitian tersebut memberikan rekomendasi terhadap pendekatan yang
lebih global diperlukan pendidikan multikultural.
Penelitian yang dilakukan oleh Mendosa dkk (2009:851) dengan
menggabungkan metode yang lebih kompehensif yaitu dengan mixed theory.
Kajian difokuskan pada dataran teori maupun praktis. Memiliki kelebihan
DRAFT
dalam merumuskan konsep pendidikan multikultural yang tidak hanya
berdasarkan kajian teroitis belaka tetapi juga mengacu kajian empirik
terhadap realitas dilapangan. Namun, nampakanya Mendossa belum banyak
mengkaji nilai-nilai hidden yang turut mempengaruhi kultur sekolah dalam
implementasi pendidikan multikultural.
Nilai-nilai tradisional bagian dalam menciptakan kultur sekolah berbasis
multikultural. Nwachukwu (2009: 95) dalam risetnya menguraikan bahwa
tujuh langkah-langkah yang akan ditemukan dalam setiap rencana standar
pelajaran, termasuk sasaran dan tujuan, materi dan sumber daya, serta
langkah-langkah antisipatif. Sehingga penelitian tersebut menyarakan
96
pengembangan
kultur
sekolah
dalam
rangka
praksis
pendidikan
multikultural perlu mengeksplorasi nilai-nilai tradisional yang di miliki
sekolah.
Penelitian tersebut dengan menggunakan metode kualitatif dengan
melakukan in-depth interview terhadap responden penelitian. Namun,
peneliti belum mengadakan indenitifikasi nilai-nilai apasaja yang perlu
diekplorasi dalam implementasi pendidikan multikultural dalam rangka
mendukung kultur sekolah yang kondusif.
Pengembangan kultur sekolah dapat dibentuk dengan melembagakan
kultur ataupun nilai-nilai yang telah dimiliki oleh masyarakat. Chen ( 2009:
120) dalam penelitianya berjudul Seeking acurate cultural representation
yang telah melakukan riset dalam mencari representasi kultur akurat. Sifat
sastra yang menampilkan pemuda etnis Cina, dengan penekanan pada cerita-
DRAFT
cerita
dari
masa
lalu
dan
nilai-nilai
kultur
yang
baik
dapat
diimplementasikan dalam pendidikan multikultural. Pembelajaran sekolah
lebih banyak berfokus pada sejarah perang dunia II di Eropa dan
mengabaikan untuk menyelidiki bagaimana jika
populasi Asia telah
dipengaruhi oleh perang. Mereka lebih menginginkan kultur populer dan
sastra yang menceritakan kisah-kisah tentang keberanian, konspirasi,
kehilangan, dan trauma dari orang-orang kulit putih dalam perang, dan
kadang-kadang tentang rasa sakit yang selamat dari bom atom. Konsep
cerita-cerita tentang kisah-kisah mahyong ditetapkan dalam sejarah modern
membantu mereka memahami kehidupan, pilihan, perspektif, dan bias dari
97
kakek-nenek dan orang tua mereka, serta cerita-cerita tentang diri mereka
sendiri, belum banyak dieksplorasi. Penelitian tersebut mengindikasikan
pentingnya menanamkan nilai-nilai kearifan lokal terhadap praksis
pendidikan multikultural.
Dengan metode penelitian tentang studi teks dengan hermeunetik, Chen
telah mengungkap nilai-nilai kultural yang lekat dalam karya sastra.
Kearifan lokal sebagai dasar pengembangan kultur sekolah. Namun yang
dirasa masih kurang tentang batasan nilai-nilai kearifan lokal yang lebih
tepat sebagai kontribusi positif terhadap pendidikan multikultural.
Di samping nilai-nilai kearifan lokal, nilai-nilai transendensi juga
menjadi perekat multikulturalisme. Ajaran humanisme dalam norma agama
menjadi justifikasi tentang pembenaran nalar atas pendidikan multikultural.
Chen menfokuskan risetnya pada transaksi, transformasi, dan transendensi
DRAFT
melalui
pendidikan Multikultural Wong (2009: 126) dalam risetnya
Transactions, Transformation, and Transcendence: Multicultural Servicelearning Experience of Preservice Teachers sehubungan dengan keragaman
atau pendidikan multikultural, fokusnya adalah tentang humanisasi dan tidak
tendensius terhadap ras mereka sendiri
terealisasi
jika
sebagian
besar
guru
atau identitas etnis. Hal ini
(lebih
dari
80%)
guru
mempertimbangkan dan memahami identitas rasial mereka sendiri,
khususnya dalam konteks multikultural, akan diperlukan sebelum mencoba
untuk memahami individu yang berbeda dari sendiri. Basis pendidikan
multikultural mengarah pada penghargaan pada dimensi perbedaan yang
98
dimiliki oleh orang lain. Sebagai aspek utama pelaksana praksis pendidikan
multikultural, guru juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap
perbedaan yang ada. Undang-undang multikulturalisme Kanada menyatakan
dalam mukadimahnya bahwa Kanada berkomitmen untuk menerapkan
kebijakan multikulturalisme yang dirancang untuk melestarikan dan
meningkatkan warisan multikultural dalam mencapai kesetaraan dalam
masyarakat. Undang-undang Kanada menegaskan bahwa multikulturalisme
memberikan nilai sumber daya dalam membentuk masa depan Kanada,
tetapi gagal untuk menunjukkan harmonisasi keragaman nasional.
Tony dkk ( 2009: 302) dalam penelitian yang berjudul Imperatives and
Possibilites for Multicultural Education, melakukan riset tentang keharusan
dan kemungkinan implementasi pendidikan multikultural. Penelitian Tony
menitikberatkan arti pentingnya nilai multikulturalisme dalam pendidikan
DRAFT
untuk membangun kultur sekolah yang perlu diimbangi dengan kebijakan
sekolah yang mengarah pada multikulturalisme.
Kultur
sekolah
memberikan
kontribusi
terhadap
implementasi
pendidikan multikultural. Nilai-nilai yang dikembangkan sekolah sebagai
unsur kultur sekolah merupakan modal sosial dalam pengembangan
implementasi pendidikan multikulutal. Konteks implementasi pendidikan
multikultural menjadi efektif jika didasarkan pada pengembangan kultur
sekolah.
Implementasi
pendidikan
multikultural
harus
didasari
dengan
pengembangan sumber daya yang dimiliki guru. Guru sebagai aktor dalam
99
implementasi pendidikan multikultural perlu dipersiapkan mind set yang
lebih responsif terhadap wacana pendidikan multikultural. Almarza ( 2005:
197) dalam risetnya Connecting Multicultural Education Theories with
Practice: A Case Study of an Intervention Course Using the Realistic
Approach in Teacher Education. Laporan hasil penelitian tersebut yang
dilakukan di bawah desain riset kualitatif. Studi ini meneliti efektivitas
sebuah kursus rendaman yang mengikuti pendekatan yang realistis pada
preservice guru dekonstruksi dan praduga negatif diadakan tentang beragam
kultur dan bahasa siswa. Secara khusus, penelitian ini melibatkan guru yang
mewakili beragam kultur dan bahasa siswa selama satu semester dan
merenungkan pengalaman. Studi pendekatan yang dilakukan pada kedua
persepsi multikultural dan kemampuan mereka untuk menghubungkan teori
dengan praktik, riset tersebut menekankan bahwa implementasi pendidikan
DRAFT
multikultural dapat dilakukan dengan menyiapkan guru yang sensitif
terhadap nilai-nilai multikultural.
Praksis pendidikan multikultural melewati batas antara ras, maupun sisi
gender. Pendidikan multikultural melaju membentuk ideologi yang berbasis
pada equity dan demokratisasi. Awokoya (2008:205) dalam penelitianya,
Demystifying Cultural Theories and Practices: Locating Black Immigrant
Experiences in Teacher Education Research, melakukan riset tentang
pengalaman imigran kulit hitam pada pendidikan guru. Harapan yang
berkaitan dengan gender dan bias maskulinis di banyak negara Afrika dan
Karibia hilang dalam diskusi tentang teori-teori keragaman dan kesamaan
100
hak. Penelitian
tersebut melakukan aktifitas dengan memeriksa posisi
ekonomi dan sosial imigran kulit hitam di negara asal mereka, dengan fokus
pada perbedaan-perbedaan yang muncul atas dasar asal-usul kebangsaan,
serta asal-usul kebangsaan vis-à-vis identitas etnis dan norma-norma gender
dan kemudian menghubungkan penelitian ini untuk yang mencari penjelasan
dari imigran pengalaman kulit hitam di Amerika Serikat.
Perbedaan ras dan etnis serta kultur merupakan bagian utama yang
mesti dihilangkan dalam pendidikan multikultural. Implementasi pendidikan
multikulutural merupakan upaya menghilangkan batas-batas identitas
kemanusiaan, namun bukan dalam batas prinsip-prinsip yang fundamental
yang menjadi hak asazi seperti keberbebasan beragama. Sejauh untuk
menuju kebersamanan dan universalitas dalam hak berbangsa menjadi
mungkin
dilakukan
dalam
implemenetasi
pendidikan
multikultural.
DRAFT
implementasi
Penelitian tersebut mencoba untuk menghilangkan batas-batas antar ras dan
etnis dengan
mengembangkan
kultur sekolah
dalam
pendidikan multikultural.
3. Sikap Guru terhadap Pendidikan Multikultural
Pembentukan
sikap
guru
yang
sensitif
terhadap
nilai-nilai
multikulturalisme merupakan modal sosial dalam pembentukan sikap guru
dalam pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural tidak akan berhasil
jika tidak diimbangi oleh sikap guru yang permisif terhadap keragaman dan
kesamaan, sehingga pembentukan sikap guru akan memiliki relevansi yang
kuat terhadap pendidikan multikultural.
101
Pendidikan multikultural mengacu pada aras yang lebih menglobal yang
tetap bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan. Pembentukan praksis
pendidikan
yang
berbasis
multikultural
memerlukan
aspek-aspek
pendukung. Penelitian Alfaro (2008: 117) tentang Global Student Teaching
Experiences: Stories Bridging Cultural and Inter-Cultural Difference, lebih
menfokuskan penelitian pada pengalaman-pengalaman mengajar tentang
kultur siswa yang bersifat global. Peningkatkan pengetahuan guru
memerlukan daya dukung ketersediaan sumber daya pengembangan
profesional. Peluang bagi guru untuk memiliki pengalaman internasional
untuk berkolaborasi dengan rekan di luar negeri. Pengembangan programprogram sekolah di tingkat kabupaten dan negara memerlukan review yang
komprehensif pada prapelayanan dan pendidikan umum.
Peran
kunci
lembaga-lembaga
pendidikan
tinggi
harus
dapat
DRAFT
menghasilkan output calon guru yang berpikir secara global, memiliki
pengalaman internasional, menunjukkan kompetensi bahasa asing, dan
mampu memadukan dimensi global dalam mengajar. Alasan-alasan untuk
mendukung pendidikan internasional meliputi: 1) memperoleh pemahaman
yang lebih baik dari satu sistem pendidikan sendiri; 2) intelektual dan
teorites memuaskan rasa ingin tahu tentang kultur lain dan sistem pendidikan
mereka dan lebih memahami hubungan antara pendidikan dan masyarakat
yang lebih luas; 3) mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam sistem
pendidikan
merupakan
proses
dan
hasil
sebagai
cara
untuk
mendokumentasikan dan memahami masalah-masalah dalam pendidikan
102
memberikan kontribusi bagi perbaikan kebijakan pendidikan dan praktik;
dan 4) mempromosikan pemahaman internasional yang ditingkatkan melalui
kerja sama melalui peningkatan kepekaan terhadap dunia yang berbeda
pandangan dan kultur.
Penelitian di atas menggambarkan akan arti penting pembentukan sikap
guru yang akan memberikan relasi yang kuat terhadap pendidikan
multikultural. Pembentukan sikap dapat dimulai denagn melakukan
penguatan pemahaman pada konsep dasar pendidikan multikultural.
4.Sikap Siswa terhadap Pendidikan Multikultural
Konstruksi pendidikan multikultural membutuhkan konsep yang
sinergis antara guru dan siswa dalam membangun kultur sekolah. Guru
menjadi model utama bagi praksis pendidikan multikultural. Internalisasi
sikap yang permisif terhadap perbedaan kultur akan menjadikan pola
DRAFT
pembelajaran yang mengacu pada basis multikultural.
Relevansi sikap siswa perlu dibentuk dalam membangun keselarasan
hubungan dalam mendukung pendidikan multikultural. Penelitian Gibson
(2009: 451) tentang Multicultural/Diversity Outcomes: Assessing Students
Knowledge Bases Across Programs in One College of Educationa1,
menggabungkan pengetahuan Smith Pritchy dalam pendidikan multikultural
berbasis web digunakan di survei keragaman program dibidang pendidikan.
Peran langsung menghubungkan teori dan praktik menggunakan penilaian
dan menggunakan desain penelitian terkait dengan perbaikan program.
103
Mereka menggambarkan penggunaan area yang luas dari penilaian dalam
rencana evaluasi.
Universalitas dan kebersamaan serta penghargaan atas perbedaan dan
pandangan yang dimiliki siswa merupakan bagian dari aktifitas pendidikan
multikultural. Sheets (2009:75) dalam penelitianya Multicultural Education:
Teacher Conceptualization and Approach to Implementation, menyimpulkan
bahwa sementara guru dapat mengakui pentingnya keanekaragaman,
kompetensi di ruang kelas sering ditentukan oleh kemampuan mereka untuk
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sementara
keragaman
teori
dalam
pendidikan ideologi
menanamkan
harapan
meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswa. Fong dan Sheets menjelajahi
pendekatan kolaboratif yang digunakan oleh dua guru taman kanak-kanak
untuk menyelidiki isu-isu multikultural memberikan kontribusi bagi
DRAFT
kesenjangan teori-praktik.
Di samping pengembangan batas antara teori dan praktik tentang
pendidikan multikultural mutlak memerlukan pengalaman serta itegritas
sikap siswa terhadap pemahaman pendidikan multikultural. Finley dan
Tonda (2009: 35) dalam risetnya Upsetting the Apple Cart:Issues of
Diversity in Preservice Teacher Education, meneliti program studi untuk
mempersiapkan
guru dengan basis pengetahuan dan pemahaman yang
diperlukan untuk mengajar di perkotaan yang sangat beragam ketika
menghadapi kelas dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh calon
guru. Guru harus memiliki bekal
pengetahuan dan pemahaman tentang
104
keragaman atau individu yang sangat berbeda dari diri mereka sendiri karena
akan dapat membentuk sikap siswa terhadap pendidikan multikultural.
Calon guru dituntut untuk melihat bahwa identitas pribadi mereka memiliki
orientasi kultur yang membentuk cara mereka berpikir tentang nilai-nilai,
keyakinan, gaya komunikasi, perspektif sejarah, seni, musik, keluarga, ritual,
ritus-ritus peralihan, dan kegiatan kelompok sosial lainnya.
Di samping beberapa hal di atas perlu dipahami dasar filosofis tentang
pendidikan multikultural. Penelitian Smith (2009: 512) yang berjudul
Approaches to Multicultural Education in Preservice Teacher Education:
Philosophical Frameworks and Models for Teaching, meneliti kerangka
filosofis dan model untuk mengajar. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa di
perkotaan dalam lingkungan globalisasi dan industrialisasi, misalnya
perjuangan antara generasi dalam keluarga imigran. Hal ini akan
DRAFT
berimplikasi pada faktor yang sangat mempengaruhi motivasi siswa dan
kemampuan untuk berhasil di sekolah. Norma-norma kultur siswa yang
dibawa dari kultur yang berbeda menambah nuansa baru untuk isu-isu
tentang kelas sosial ekonomi dan gender.
Interaksi yang intesnsif antara guru dengan beragam kultur siswa
menjadi faktor dominan dalam pembentukan sikap siswa terhadap
implementasi pendidikan multikultural. Penelitian Laduke (2009:343)
tentang Resistance and Renegotiation: Preservice Teacher Interactions with
and Reactions to Multicultural Education Course Content,
105
melakukan
penelitian tentang interaksi dengan guru
dan siswa dalam pendidikan
multikultural.
Melalui pendidikan multikultural, guru dan siswa memiliki kesempatan
untuk mendapatkan wawasan tentang realitas kerjasama yang dapat
menyebabkan mereka untuk menegosiasikan kembali identitas baru dan
realitas yang mencakup warna dan kultur baik di dalam kelas dan di luar
kelas. Program pendidikan guru dalam melakukan reformasi untuk
menyusun kerangka konsep multikulturalisme menjadi dasar dan metode
pembelajaran pendidikan multikultural.
Beberapa pendidik tidak mampu atau tidak mau mengerti bahwa nilainilai mereka, kepercayaan, dan persepsi akan disaring melalui kultur mereka
sendiri. Mereka merupakan bagian dari mainstream dan anggota kultur
dominan memiliki kecenderungan untuk menganggap bahwa keputusan dan
DRAFT
tindakan mereka adalah norma dan kultur yang tidak ditentukan.
Semua individu dipengaruhi oleh kultur, dan tergantung pada
bagaimana
mendefinisikan kultur, orang dapat beragumentasi bahwa
masing-masing memiliki banyak kultur. Langkah pertama untuk memahami
kultur lain adalah untuk mengenali anda sendiri dan untuk mengetahui
keyakinan persepsi dikondisikan dan dibatasi untuk memahami bagaimana
kompleksitas dari lingkungan multikultural di sekolah-sekolah untuk
menciptakan tantangan dan memerlukan perubahan. Pluralisme kultur yang
diajarkan dikelas memberikan manfaat yang positif. Belajar untuk hidup
dalam lingkungan multikultural merupakan kemampuan penting bagi setiap
106
siswa yang ingin menjadi peserta aktif dalam masyarakat global, sehingga
peluang yang diciptakan dengan kultur yang beragam. Kesempatan untuk
mengetahui
tentang
kebiasaan
negara
lain,
belajar
bahasa
dan
mengembangkan kepekaan kultur dan wawasan adalah potensi manfaat yang
signifikan. Multikulturalisme harus lebih dari itu, dan harus melibatkan
sehari-hari perayaan keragaman manusia dan pencerahan penghargaan
terhadap kekuatan yang terletak di dalam kultur yang kompleks. Pendidikan
multikultural bukan hanya terkait soal makanan, mode dan festival.
Pendidikan multikultural adalah tentang hak setiap anak untuk partisipasi
penuh dalam kehidupan sekolah dan masyarakat, dan tanggung jawab
bersama untuk meningkatkan potensi siswa.
Dari beberapa deskripsi penelitian yang telah dilakukan dalam
pendidikan mutikultural di atas tercakup beberapa teori dan praktik
DRAFT
pendidikan mutikultural. Mendoza telah melakukan penelitian pendidikan
multikultural antara teori dan praktik. Sedangkan Almarza juga melakukan
penelitian multikultural tentang praktik yang mempersiapkan guru dalam
mengajar multikultural dengan pendekatan studi kasus. Gibson meneliti
pendidikan multikultural yang dilakukan berbasis web dalam program
pembelajaran. DomNwachukwu melakukan penelitian multikultural berbasis
pada standar perencanaan yang akomodatif terhadap keragaman. Rosa
melakukan penelitian tentang konseptualiasi guru dan implementasi yang
diakukan dalam pendidikan multikultural.
107
Secara garis besar penelitian pendidikan multikultural yang telah
dilakukan pada tahap konseptualisasi dan implementasi, sehingga disertasi
yang penulis gunakan adalah dalam rangka melengkapi penelitian
pendidikan multikultural yaitu fokus penelitian pada praksis Pendidikan
Agama Islam berbasis multikultural dengan judul kajian multikultural pada
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang akan menghasilkan
rekonseptualisasi dan membangun teori
pendidikan multikultural dalam
konteks Pendidikan Agama Islam dari perspektif multikultural di Indonesia
sebagai panduan pembelajaran bagi guru. Hal ini didasarkan pada dasar
filosofis yang berbeda antara pendidikan multikultural di Barat dan dalam
konteks Indonesia, sehingga perlu penyelarasan paradigma pendidikan
multikultural di Indonesia yang sesuai dengan kultur masyarakat.
C.Kerangka Pikir
DRAFT
Berdasarkan dari teori pendidikan multikultural yang telah dikemukakan
di atas maka dapat disusun kerangka pikir terkait tinjauan pendidikan
multikultural.
Pendidikan multikultural dapat dilihat dari tiga kerangka utama yaitu
tentang dasar pelaksanaan pendidikan multikultural, implementasi dan kultur
madrasah. Pilar utama pelaksanaan pendidikan multikultural yaitu kurikulum
berdimensi multikultural. Konstruk kurikulum memuat dimensi multikultural
sebagai kompetensi yang dimiliki siswa. Kurikulum menjadi bagian yang
sangat urgen sebagai bingkai terhadap pendidikan multikultural yang akan
dikembangkan pada anak didik. Kurikulum juga memuat nilai-nilai
108
multikultural yang dapat dikembangkan dalam pendidikan multikultural
sebagai dasar dalam proses pendidikan multikultural.
Kerangka
utama
selanjutnya
adalah
implementasi
pendidikan
multikultural. Adapun aspek-aspek dalam pendidikan multikultural adalah
didukung adanya bahan ajar yang memuat nilai-nilai multikultural yang akan
di internalisasikan dalam diri siswa. Internalisasi nilai-nilai multikultural akan
berjalan dengan efektif jika terdapat pemaknaan serta sikap yang positif
dalam mendukung pendidikan multikultural. Pemaknaan yang benar terhadap
pendidikan multikultural menunjang dalam implementasi pendidikan
multikultural. Setelah terjadi pemaknaan multikultural yang benar maka tahap
selanjutnya terjadi sikap positif yang dimiliki oleh guru dalam menunjang
implementasi pendidikan multikultural.
Dasar pelaksanaan dan implementasi pendidikan multikultural merupakan
DRAFT
dua aspek yang mendasari terbentuknya kultur madrasah dalam mendukung
pendidikan multikultural. Kultur akan terbentuk jika konstruk keilmuan
berdimensi multikultural dan diimplementasikan. Adapun kultur yang
mendukung dalam pendidikan multikultural dapat di ketahui dari pembiasaan
yang dilakukan, artifak madrasah dan tata aturan yang bersifat adil dalam
mengakomodir semua hak dan kewajiban personel sekolah. Pembiasaan yang
dilakukan sebagai bentuk intenalisasi nilai-nilai multikultural yang sudah
membudaya. Sedangkan artifak menggambarkan nilai-nilai multikultural
yang telah dijiwai oleh madrasah. Adapun kerangka pikir dalam tinjauan
multikultural dapat digambarkan di bawah ini:
109
TINJAUAN
MULTIKULTURAL
Nilai-nilai
multikultural
dalam
bahan Ajar
Kurikulum:
Memiliki dimensi
multikultural
PILAR
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
KULTUR
IMPLEMENTASI
DRAFT
Pembiasaan:
yang dilakukan
madrasah
Artifak:
Yang terdapat pada
madrasah
Tata Aturan:
Yang adil terhadap
personel madrasah
Makna Multikultural:
Menurut guru dan siswa
Sikap:
Guru dan siswa
terhadap pendidikan
multikultural
Gambar.3
Kerangka Pikir
110
D.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan diawal untuk lebih
menfokuskan kajian dipetakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai bahan
acuan dalam membuat kajian multikultural Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap. Adapun pertanyaan penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimanakah dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap?
2. Bagaimanakah nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap?
3. Bagaimanakah makna multikultural menurut guru MA MINAT
Cilacap?
4. Bagaimanakah makna multikultural menurut siswa MA MINAT
Cilacap?
DRAFT
5. Bagaimanakah sikap guru terhadap implementasi Pendidikan Agama
Islam berperspektif multikultural?
6. Bagaimanakah sikap siswa terhadap implementasi Pendidikan Agama
Islam berperspektif multikultural?
7. Bagaimanakah
kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung
pendidikan multikultural ?
111
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif-naturalistik. Penelitian ini
dimaksudkan untuk meneliti fenomena-fenomena sosial yang terjadi di MA
MINAT Cilacap terkait dengan Pendidikan Agama Islam
perspektif
multikultural. Fenomena
ditinjau dari
tesebut dideskripsikan berdasarkan
penjelasan subjek penelitian. Sehingga data yang diambil lebih bersifat natural
yang menggambarkan tentang pendidikan multikultural yang dilakukakan oleh
guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap. Pendekatan tersebut juga
dimaksudkan untuk membuat deskripsi secara empirik tentang pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang dikaji dari perspektif
DRAFT
pendidikan multikultural, dengan cara mengumpulkan, menverifikasi, serta
mensintesiskan data-data yang diperoleh dari: guru, siswa dan semua personel
MA MINAT Cilacap dengan tujuan mendapatkan suatu kesimpulan yang
akurat. Kualitatif-naturalistik dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman
penafsiran tentang fakta Pendidikan Agama Islam di MA MINAT yang dikaji
melalui perspektif pendidikan multikultural sehingga sangat memungkinkan
peneliti untuk mendapatkan data yang valid tentang Pendidikan Agama Islam
di MA MINAT Cilacap yang selanjutnya dikaji melalui pendidikan
multikultural.
Penelitian kualitatif-naturalistik digunakan dalam rangka menemukan data
yang bersifat natural tentang konsep dan mindset yang dimiliki oleh personel
112
MA MINAT Cilacap dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam
berperspektif multikultural.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MA MINAT Cilacap. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa MA tersebut memiliki karakteristik tersendiri yaitu
merupakan MA yang berada dalam lingkungan pesantren. Siswa MA MINAT
Cilacap sekitar 30 % berasal dari luar Jawa sehingga sangat memungkinkan
terhadap implementasi pendidikan multikultural. Di samping hal diatas
pesantren Al Ihya Ulumudin juga turut mempengaruhi kultur madrasah dalam
implementasi pendidikan multikultural. Adapun waktu penelitian intensif
dilapangan dilakukan Januari 2012-September 2013. Sedangkan penelitian
pendahuluan sudah dimulai sejak September 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
DRAFT
Subjek penelitian adalah semua yang terlibat dalam proses Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Subjek penelitian lebih terfokus pada
kepala dan wakil kepala MA MINAT, guru Pendidikan Agama Islam, siswa
terutama yang berasal dari luar daerah Jawa. MA MINAT Cilacap tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan pesantren Al Ihya Ulumuddin. Kepala MA, guru
dan siswa adalah sebagian besar komunitas masyarakat pesantren sehingga
pola kehidupan dan pola pikir pesantren menjadi integral yang turut
membentuk budaya madrasah sehingga komunitas pesantren yaitu santri yang
sekaligus menjadi siswa MA MINAT Cilacap merupakan subjek penelitian.
113
Penentuan subjek penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
semua komponen-komponen mempunyai pola kebergantungan yang sangat
erat. Subjek penelitian merupakan sumber utama untuk mendapatkan informasi
maupun tindakan dan aktifitas subjek penelitian. Penentuan subjek penelitian di
atas didasarkan pada relevansi tujuan penelitian sehingga pemilihan orang
sebagai subjek penelitian ditetapkan secara fleksibel sesuai dengan fenomena
yang muncul di lapangan.
Subjek penelitian dipilih dari para praktisi pendidikan di MA MINAT
Cilacap yaitu:
1.Mu’arofudin,SH sebagai kepala MA MINAT Cilacap yang telah memiliki
masa jabatan kepala MA MINAT Cilacap sekaligus sebagai ketua yayasan
YaBakii, beliau merupakan keluarga gus (putra kiai) yang tinggal di
kompleks ponpes Al Ihya Ulumudin dan sekaligus
sebagai dewan kiai,
DRAFT
mempunyai otoritas sebagai pemegang kebijakan dalam pesantren yang
sekaligus terhadap perkembangan MA MINAT Cilacap dan yayasan.
2.Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum
3.Wakil kepala Madrasah bidang Kesiswaan
4.Wakil kepala Madrasah bidang Sarpras
5.Guru Pendidikan Agama Islam yang terdiri guru mata pelajaran Al qur’an
Hadis, Akidah akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam.
6.Siswa yang MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar jawa yang tinggal di
pesantren.
114
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah tentang Pendidikan Agama
Islam dikaji dari perspektif
multikultural di MA MINAT Cilacap yaitu
tentang:
1. Dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap ditinjau dari perspektif multikultural.
2. Nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap.
3. Makna multikultural menurut guru dan siswa MA MINAT Cilacap
4. Sikap guru dan siswa MA MINAT Cilacap terhadap implementasi
pendidikan multikultural
5. Kultur MA MINAT Cilacap dalam implementasi Pendidikan Agama Islam
berperspektif multikultural.
Untuk dapat memperoleh data di atas dilakukan dengan cara menggali data
DRAFT
dari aktivitas yang dijalankan oleh MA MINAT Cilacap.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana disebutkan diawal bahwa untuk melakukan kajian
multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dikaji
melalui multikultural maka diperlukan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data-data tersebut di
atas adalah; observasi, wawancara atau interview, dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data tersebut di atas dapat diuraikan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
115
a. Data tentang dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap
Dokumentasi tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam dilakukan
untuk memperoleh data tentang konstruk pengetahuan terkait dengan
dimensi-dimensi multikultural dalam Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT
Cilacap,
sehingga
dapat
diperoleh formulasi
tentang
pendidikan multikultural melalui analisis isi kurikulum pendidikan
multikultural.
Adapun dokumentasi kurikulum tersebut meliputi seluruh rumpun
Pendidikan Agama Islam yaitu materi: Al qur,an Hadis, Akidah Akhlak,
Fiqih maupun sejarah kebudayaan Islam.
Dokumen-dokumen kurikulum membantu peneliti dalam melakukan
identifikasi tentang dimensi multikultural yang dikembangkan. Dengan
DRAFT
demikian, dokumentasi akan memperkaya sumber data yang akan
diambil dan dianalisis. Adapun beberapa langkah yang dilakukan
adalah:
1) Dokumentasi kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap meliputi Al qur’an Hadis, fiqih, akidah akhlak,
sejarah kebudayaan Islam/Tarikh diidentifikasi menurut keempat
mata pelajaran diatas. Identifikasi dilakukan pada tiap standar
kompetensi maupun kompetensi dasar sehingga diperoleh kurikulum
Al qur’an Hadis, fiqih, akidah akhlak, sejarah kebudayaan
Islam/Tarikh yang berdimensi multikultural.
116
2) Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran rumpun
Pendidikan Agama Islam terkait dengan muatan multikultural yang
ada. Selain hal di atas, untuk melakukan identifikasi terhadap
dimensi multikultural dalam kurikulum rumpun Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap dilakukan dasar pijak teoritik dengan
teori pendidikan multikultural.
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi mata
pelajaran Al qur’an Hadis, akidah Akhlak, fiqih maupun sejarah
kebudayaan Islam diatas dilakukan identifikasi untuk menentukan
dimensi multikultural. Setelah melakukan analisis dokumentasi
kurikulum pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
selanjutnya di cross check dengan bahan ajar dilakukan oleh guru
rumpun Pendidikan Agama Islam dengan peneliti maka dapat
DRAFT
dihasilkan interpretasi dimensi pendidikan multikultural dalam tiaptiap mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam.
b. Data tentang nilai-nilai multikutural dalam bahan ajar Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap
Data diperoleh dengan cara utama melakukan dokumentasi kurikulum
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Adapun sumber data
utama adalah guru Pendidikan Agama Islam, waka kurikulum dan
Kepala Madrasah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sbb:
1) Dokumentasi kurikulum Pendidikan Agama Islam dilakukan dalam
rangka untuk menemukan nilai-nilai multikultural. Kurikulum dalam
117
rumpun Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi
kurikulum Al qur’an Hadis, Fiqih, Akidah akhlak, Sejarah
kebudayaan Islam/Tarikh dikaji kompetensi dasar maupun indikator
maupun pencapaian untuk menemukan dimensi multikultural.
2) Kategorisasi tema-tema multikultural
Setelah dilakukan dokumentasi kurikulum Pendidikan Agama Islam
MA MINAT Cilacap selanjutnya kurikulum tersebut dikategorisasikan menurut tema-tema tertentu yang bersesuaian dengan
pendidikan multikultural, langkah selanjutnya untuk menjaga
validitas dari kategori tema-tema tersebut dilakukan keabsahan
teoretik. Tema-tema tersebut selajutnya dianalisis melalui content
analsyis dengan dasar pijak utama menggunakan dimensi pendidikan
multikultural menurut James A.Banks.
DRAFT
c. Data makna multikultural menurut guru dan siswa MA MINAT
Cilacap
Pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi yang intensif
tentang proses Pendidikan Agama Islam yang dilakukan terutama oleh
guru rumpun Pendidikan Agama Islam yaitu guru Al qu’an Hadis,
Akidah Akhlak, Fiqih dan sejarah kebudayaan Islam.
Selanjutnya,
langkah
observasi
yang
lebih
terfokus
(focused
observation). Observasi dilakukan dalam menggali data tentang
aktivitas Pendidikan Agama Islam perspektif multikuktural melalui
pengamatan tentang implementasi Pendidikan Agama Islam perspektif
118
multikultural. Sumber datanya diperoleh dari perangkat-perangkat yang
mendukung tentang praktik pendidikan multikultural.
d. Sikap guru dan siswa dalam implementasi pendidikan multikultural
Sumber data diperoleh dari guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
yang berasal dari luar Jawa. Data yang diperoleh guru dan siswa tentang
makna multikultural dan sikap terhadap pendidikan multikultural.
Adapun makna tentang multikultural menurut guru dan siswa merujuk
pada tema-tema multikultural yang telah ditentukan pada data
sebelumnya.Wawancara
mendalam
dengan
in-depth
interview.
Wawancara dilakukan kepada informan dengan menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended) dan
tidak terstruktur (unstructured).
Selain wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan siswa juga
dilakukan kepada personel MA MINAT Cilacap yaitu:
DRAFT
1) Kepala MA MINAT Cilacap; data utama yang diambil berupa mind set
yang dibangun oleh kepala sekolah tentang pendidikan multikultural,
serta kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam rangka mendukung
Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural.
2) Wakamad Kurikulum: dalam rangka menggali data tentang sebaran
kurikulum termasuk kurikulum muatan lokal yang menunjang bagi
pendidikan multikultural.
3) Wakamad Kesiswaan: untuk memperoleh data tentang pola interaksi
siswa dan pembentukan budaya madrasah terutama di tingkat siswa
119
tentang realitas pemahaman dan implementasi tentang keragaman,
pluralisme dan kemerdekaan dalam pemikiran.
4) Wakamad sarpras; dalam rangka upaya-upaya yang mendukung bagi
Pendidikan Agama Islam perspektif
multikultural di MA MINAT
Cilacap .
e. Data tentang kultur MA MINAT Cilacap dalam implementasi
Pendidikan Agama Islam persepktif multikutural
Data diperoleh dengan cara wawancara maupun observasi. Wawancara
kepada guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka untuk mengetahui
kultur yang dikembangkan oleh guru dalam implementasi pendidikan
multikultural. Wawancara dengan siswa untuk memperoleh data tentang
kultur madrasah yang turut dikembangkan oleh siswa, sedangkan yang
menjadi responden penelitian adalah para siswa yang berasal dari luar
DRAFT
Jawa. Selain hal di atas, data tentang kultur madrasah juga diperoleh
dengan melalui observasi tentang aktivitas madrasah terkait dengan
pendidikan multikultural serta artifak madrasah yang berdimensi
multikultural.
Adapun langkah pertama dalam observasi adalah dengan melakukan
Descriptive
observation
secara
luas,
yang
berfungsi
untuk
menggambarkan keseluruhan setting dalam observasi. Selanjutnya,
langkah observasi yang lebih terfokus (focused observation) Observasi
dilakukan dalam menggali data tentang aktivitas Pendidikan Agama
Islam multikultural melalui pengamatan tentang kultur sekolah yang
terbentuk dan perangkat-perangkat yang mendukung tentang praktek
120
pendidikan multikultural. Adapun beberapa aktivitas yang mendukung
tentang pendidikan multikultural adalah berupa kajian-kajian ilmiah
diskusi rutin siswa dan santri, kajian fiqih kontemporer terkait dengan
problematika fiqih yang dilakukan MA MINAT Cilacap bersama ponpes
Al Ihya Ulumudin.
Pengumpulan data dilakukan oleh penulis melalui beberapa langkah sebagai
berikut:
1. Penentuan
informan yaitu guru rumpun pendidikan agama lslam
(meliputi guru mata pelajaran Qur,an Hadits, akidah akhlak, fiqih dan
sejarah kebudayaan Islam), siswa (berasal dari luar Jawa), kepala
madrasah beserta wakilnya, staf tata usaha dan petugas perpustakaan
yang dipilih secara purposive oleh peneliti atas dasar ketepatan data
yang akan dieksplorasi sehingga peneliti dapat memetakan skala
DRAFT
prioritas terhadap data dan tema penelitian.
2. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara terstruktur dan wawancara mendalam
atau indepth interview.
E. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data melalui tiga tahap yaitu: kredibilitas,
dependabilitas dan konfirmabilitas (Miles dan Huberman,1992:75).Pengecekan
kredibilitas atau derajat kebenaran di peroleh dengan klarifikasi data oleh
subjek penelitian dan hal ini key informan. Informan ataupun subjek membaca
terhadap file note wawancara dan observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Jika
121
terjadi kesalahan maka file notes wawancara dan observasi dibetulkan oleh
peneliti, selanjutnya diberikan kepada subjek penelitian untuk di review
kembali dan diberikan pengesahan jika sudah sesuai.
Pengecekan dependabilitas atau keajegan dilakukan dengan melalui
trianggulasi sumber. Beberapa topik penelitian dicross check dengan
pertanyaan yang sama kepada informan lain sampai mendapatkan keajegan
data. Pengecekan konfirmabilitas atau kecocokan dengan cara melakukan
trianggulasi metode, dengan beberapa langkah yaitu melalui wawancara
dengan informan dan pengamatan.
Sebelum data-data yang terkumpul ditafsirkan dan dianalisis diperlukan
keabsahan data, sehingga diperoleh data yang valid dan reliable. Dalam
penelitian kualitatif, keabsahan data dapat diperoleh dengan kritik eksternal dan
kritik internal (Kerlinger, 1996: 192).
DRAFT
1. Kritik eksternal, yaitu secara kritis meneliti, memeriksa keaslian sumber
data, dan untuk mengetahui validitas data tersebut.
2. Kritik internal, yaitu meneliti makna, isi sumber dokumen beserta
maknanya.
Adapun teknik lainnya adalah dengan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, trianggulasi, analisis kasus negatif, kecukupan referensial,
pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing (Moleong, 2000:25). Teknik
trianggulasi data dimaksudkan untuk menjadikan data lebih valid dan reliable.
untuk mencari data tentang Pendidikan Agama Islam perspektif Multikultural
122
di MA MINAT Cilacap, diadakan cross check dengan guru, staf administrasi,
dan siswa.
Teknik trianggulasi dalam penelitian ini meliputi trianggulasi sumber
dan trianggulasi metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural di MA MINAT Cilacap.
Adapun salah satu cara trianggulasi metode melalui cross check dengan guru,
staf administrasi, dan informan lain yang berkompeten.
F.Teknik Analisis Data
Proses analisis data tentang kajian multikultural pada Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap
dilakukan beberapa langkah utama yaitu:
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi
(Miles dan Huberman, 1984: 16). Analisis data
dilakukan dalam bentuk
interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Untuk memudahkan analisis
DRAFT
data, digunakan teknik interaktif model Miles dan Huberman (1984: 21-23),
adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai
observasi,
wawancara
dan
dokumentasi
cara yaitu
terkait
melalui:
dengan
kajian
multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap.
Semua data yang terkumpul dari catatan lapangan berbentuk deskriptif.
Catatan deskriptif
merupakan catatan alami,
apa yang sebenarnya
didapat dari lapangan tanpa diberi komentar atau analisis apapun dari
peneliti.
Langkah
selanjutnya,
123
melakukan
catatan
refleksi
yang
merupakan catatan peneliti yang berisi komentar, penafsiran, dan
analisis.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
terhadap penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang diambil dari lapangan dari data tentang kajian multikultural
Pendidikan Agama Islam. Data tentang dimensi multikultural dalam
kurikulum Pendidikan Agama Islam dan kurikulum Pendidikan Agama
Islam perspektif multikultural dilakukan dengan content analysiz melalui
cara membuat kategorisasi muatan kurikulum multikultural. Data tentang
dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dan
nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap dilakukan dengan melakukan kategorisasi tema-tema
DRAFT
multikultural. Selanjutnya data tersebut dikelompokan menjadi tema-tema
tertentu tentang pendidikan multikultural. Data-data tentang nilai-nilai
multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap dilakukan reduksi. Reduksi data yang tidak diperlukan sesuai
fokus permasalahan yaitu tentang Pendidikan Agama Islam perspektif
multikultural di MA MINAT Cilacap yang selanjutnya, membuat
ringkasan, dan penelusuran tema-tema.
Untuk memaparkan data tentang makna multikultural serta sikap
siswa dan guru tehadap pendidikan multikultural serta kultur MA MINAT
Cilacap, dilakukan reduksi data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
124
Reduksi data dengan cara melakukan kategorisasi data hasil observasi,
wawancara maupun dokumentasi sehingga diperoleh data yang sudah
dikelompokan menurut tema-tema tertentu untuk dilakukan display data.
3. Penyajian Data
Penyajian data Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam
perspektif multikultural disajikan dalam bentuk naratif dari setelah data
sudah direduksi. Penyajian data merupakan tahap untuk memahami yang
sedang
terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan untuk dilakukan
analisis dan hal-hal yang perlu .
4. Penyimpulan
Penarikan kesimpulan tentang kajian multikultural pada Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap didasarkan pada temuan-temuan
data dengan mengacu pada permasalahan penelitian yaitu meliputi: proses
DRAFT
Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural, nilai-nilai multikultural
yang dikembangkan dan kultur madrasah dalam implementasi pendidikan
multikultural. Penarikan kesimpulan merupakan sebagian kegiatan dari
konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan sebenarnya telah
dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir penelitian yang merupakan
proses berkesinambungan. Penarikan kesimpulan bertujuan untuk
mencari makna dari komponen-komponen yang disajikan dari pola-pola
keteraturan penjelasan, konfigurasi hubungan sebab-akibat dan proposisi
penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan peninjauan kembali
125
terhadap penyajian data dan catatan lapangan melalui diskusi dengan
beberapa person yang dianggap kompeten.
Selanjutnya untuk melakukan analisa data tentang dokumentasi
kurikulum dan pengembangan bahan ajar digunakan content analysis,
yaitu melakukan analisis kurikulum dan bahan ajar MA MINAT Cilacap
yang bermuatan multikultural.
DRAFT
126
I. Pembahasan
Berdasarkan temuan data yang telah dibahas dalam penyajian data di atas
maka dapat dianalisa data-data terkait dengan Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap dari tinjuan pendidikan multikultural.
1. Dimensi Multikultural dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap
Kurikulum pendidikan multikultural memperhatikan keragaman sosial,
budaya, ekonomi,
politik dan tidak hanya mendasarkan diri pada teori
psikologi belajar yang menempatkan siswa sebagai mahluk sosial, budaya,
politik yang hidup sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang diseragamkan
melalui pendidikan (Mahfud, 2006:215). Kurikulum pendidikan agama Islam
berdimensi multikultural memuat pengakuan atas keragaman kultur, ras, dan
sosial yang dikembangkan dan diinternalisasikan dalam pembelajaran.
DRAFT
Temuan data tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap dalam bahan ajar Al qur’an hadis memuat tentang toleransi. Toleransi,
demokrasi, dan etika pergaulan sebagai bagian dalam pendidikan multikultural
merupakan topik yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap. Kaidah tentang pola relasi sosial merupakan bagian yang
dikembangkan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam. Pola pembalajaran
dilakukan dengan contextual teaching learning sebagai upaya merealisasikan
muatan-muatan kurikulum yang dapat terinternalisasikan dalam diri siswa.
Toleransi dikembangkan dengan model pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan MA MINAT Cilacap
berorientasi pada pengembangan kurikulum berdimensi multikultural. Isu-isu
300
tentang gerakan anarkis yang berkembang di masyarakat dalam kurikulum
Al qur’an Hadis diakomodasi tentang kemasyarakatan terutama pada kelas
dua. Pola kehidupan yang arif dan tata cara hidup bermasyarakat merupakan
bagian dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Hal ini
memberikan deskripsi yang jelas bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam
mengembangkan anti rasial.
Menurut Burnet dan Banks bahwa kurikulum pendidikan berperspektif
multikultural dapat diintegrasikan dalam kurikulum multikultural meliputi: isu,
tema, topik, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan multikultural ( Aly
2011: 134). Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap mengembangkan terkait dengan isu, tema dan konsepkonsep tentang multikultural selaras dengan kemajuan jaman dan globalisasi
yang berkembang dalam masyarakat. Adapun kurikulum Pendidikan Agama
DRAFT
Islam MA MINAT Cilacap memuat etika dalam pergaulan dalam masyarakat
sebagai upaya membentuk siswa yang responsif dalam kehidupan multikultur.
Implementasi kurikulum pendidikan agama Islam dengan menggunakan
teknis pembelajaran yang difokuskan pada penyampaian kognisi siswa melalui
dasar normatif Islam yaitu menyampaikan Al qur’an dan Hadis terlebih yang
memuat tentang penghargaan terhadap multikultural. Pembelajaran yang
dilakukan guru Pendidikan Agama Islam terkait dengan bahan ajar tentang
kepekaan sosial dilakukan dengan cara mengarahkan siswa untuk melakukan
aksi sosial. Pembelajaran dan internalisasi dari kurikulum Pendidikan Agama
Islam juga dilakukan melalui tahap penguasaan kognisi anak. Guru Pendidikan
301
Agama Islam melakukan evaluasi dengan memberikan tugas kepada siswa
supaya membuat narasi dan analisa terhadap problem sosial kemasyarakatan
yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam MA MINAT
Cilacap. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki pemahaman
yang lebih
terbuka tentang berbagai konsep multikultural. Pemahaman tentang toleransi
dimaknai sebagai bagian dalam memperkokoh akidah. Artinya, kompetensi
kultural dengan mengedapankan sikap toleransi memahami kemajemukan
dampak positif yang diperoleh adalah dapat memperkokoh akidah yang telah
dimiliki.
Proses internalisasi nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam
kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi upaya
yang dilakukan oleh guru dan pembentukan kurikulum Pendidikan Agama
Islam yang mendukung terhadap pendidikan multikultural. Struktur kurikulum
DRAFT
Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap merupakan pola dan kumpulan
susunan mata pelajaran yang akan ditempuh oleh siswa. Kurikulum rumpun
Pendidikan Agama Islam meliputi mata pelajaran: Al qur’an Hadis, akidah
akhlak, fiqih dan sejarah kebudayaan Islam. Adapun kompetensi yang
dituangkan
terdiri
dari
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar.
Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam sebagai komponen agama
dan akhlak mulia memiliki cakupan: kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
302
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama.
Kurikulum
Pendidikan Agama Islam Al qur’an Hadis diorientasikan
supaya siswa memiliki kompetensi dalam membaca, mempelajari, meyakini
kebenaranya dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya.
Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam terkait dengan materi-bahan ajar
pendidikan multikutural merupakan bagian yang ditekankan pada aspek
pengamalan.
Standar kompetensi dan komptensi dasar
pada kurikulum
rumpun Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Al qur’an hadis memuat
kompetensi kultural yaitu dengan standar kompetensi tentang: mampu
menerapkan ajaran Al qur’an dan Hadis tentang pola hidup sederhana, pokokpokok kebajikan dan amar ma’ruf nahi munkar dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. kompetensi dasar : 1) menerapkan ajaran Al qur’an dan
DRAFT
Hadis tentang pola hidup sederhana, 2) menerapkan pokok-pokok kebajikan
sebagaimana disyariatkan dalam Al qur’an dan Hadis, 3) menceriterakan
balasan bagi orang beriman dan beramal shaleh.
Temuan data di atas pada kurikulum Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap memuat dimensi multikultural, terutama pada kompetensi
dasar pola hidup sederhana, pokok kebajikan dan beramal salih. Kompetensi
dasar tersebut memuat tentang pola hubungan antara manusia dan nilai-nilai
yang dikembangkan dalam menjalin relasi sosial kemasyarakatan. Standar
kompetensi yang lain dalam kurikulum pendidikan agama
Islam di MA
MINAT Cilacap adalah: 1) mampu menerapkan ajaran Al qur’an mengenai
303
dakwah, tanggung jawab manusia, kewajiban berlaku adil dan jujur. 2) mampu
menerapkan ajaran Al qur’an dan Hadis tentang etika pergaulan, kerja keras,
pembangunan pribadi dan masyarakat dan
ilmu pengetahuan. Kompetensi
dasar meliputi: 1) Menganalisis hukum dan metode dakwah, 2) Menerapkan
sikap bertanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masyarakat. 3)
Menerapkan diri berlaku adil dan jujur. 4) Menerapkan etika pergaulan sesama
manusia. 5) Melaksanakan ajaran Al qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan
pembangunan pribadi dan masyarakat.
Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap pada
mata pelajaran Al qur’an Hadis memuat hukum dan metode dakwah yang
mengatur bahwa dakwah dilakukan tidak didasarkan atas pemaksaan dan tidak
melanggar hak-hak kemanusiaan
yang memiliki tingkat kebebasan. Sisi
pembentukan sikap memuat tanggung jawab terhadap diri,
keluarga dan
DRAFT
masyarakat. Hal ini memiliki kompetensi pengembangan sikap terkait manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dan kebergantungan dengan
mahluk yang lain sehingga diperlukan pola hubungan yang dinamis dan
mengakui adanya keragaman serta persamaan derajat. Muatan kurikulum yang
lain adalah mengatur adanya etika pergaulan yang mendasari tentang adab
pergaulan sesama manusia yang memiliki kemajemukan dan beberapa
perbedaan. Kompetensi yang lain terkait pembangunan pribadi dan masyarakat
merupakan penguatan tentang memperkokoh persatuan dan mengembangkan
keadian dalam membentuk masyarakat yang kondusif.
304
Struktur kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam mata pelajaran
akidah akhlak termasuk memiliki dimensi pendidikan multikultural. Hal ini
dapat terlihat pada standar kompetensi
memahami dan meyakini hakikat
Akidah Islam dan Akhlak Islam serta mampu menganalisis secara ilmiah
hubungan dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, standar tersebut
dikembangkan lagi menjadi kompetensi dasar : 1) Mewujudkan hakekat makna
Akhlak dalam kehidupan sehari-hari, 2) Menunjukkan hubungan fungsional
antara Akidah dan Akhlak, 3) Terbiasa beradab terpuji (iffah, musawah, dan
ukhuwwah). Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam mata pelajaran akidah
akhlak tersebut memuat dimensi multikultural yaitu tentang akhlak, hubungan
akidah dan akhlak dan adab terpuji. Akhlak merupakan bagian yang perlu
dikembangkan dalam membentuk sikap responsif terhadap multikultural. Adab
merupakan
upaya
pembentukan
kepribadian
siswa
dalam
menjalin
DRAFT
persaudaraan antara sesama dengan demikian kurikulum Pendidikan Agama
Islam pada mata pelajaran akidah akhlak MA MINAT Cilacap berdimensi
multikultural.
Standar kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam pada mata
pelajaran akidah akhlak juga memuat tentang memahami dan meyakini hakikat
iman kepada malaikat serta mampu menganalisisnya secara ilmiah dan terbiasa
berakhlak terpuji (kreatif, dinamis, dan tawakkal) dan menghindari akhlak
tercela (pasif, pesimis, putus asa, dan bergantung pada orang lain) dalam
kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar yang dikembangkan antara lain: 1)
Terbiasa melakukan Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. 2)
305
Menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari (diolah dari dokumen
kurikulum MA MINAT Cilacap).
Kompetensi dasar diatas memberikan
penguatan pada pembentukan kepribadian muslim yang lebih terbuka dalam
kehidupan multikultur, terbuka atas keragaman budaya dan memberikan
penghargaan atas keragaman tersebut.
Kompetensi dasar yang lain adalah: 1) Terbiasa melakukan Akhlak terpuji
dalam kehidupan sehari hari (sikap bijaksana, amanah, dan orientasi masa
depan (futuristik). 2) Menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari
(seperti memfitnah, mencuri, picik, hedonisme, ananiah dan materialistik
(hubbud dunya).
Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT
Cilacap pada kompetensi dasar berorientasi pada pembentukan akhlak yang
mengedepankan
yaitu kepribadian dengan sikap bijaksana, amanah dan
berorientasi kedepan. Artinya, sikap tersebut merupakan sikap yang lebih
DRAFT
responsif terhadap dinamika yang terjadi dalam masyarakat multikultur.
Kompetensi dasar yang lain yang turut membetuk kepribadian adalah
menghindari sikap tercela sebagai penyebab terjadinya perpecahan dan pemicu
perpecahan.
Standar kompetensi berikutnya yang dikembangkan dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap pada mata pelajaran akidah
akhlak adalah: memahami dan meyakini hakikat iman kepada Rasul dan
beriman kepada hari akhir serta mampu menganalisis secara ilmiah dan
bersikap serta berperilaku terpuji memperkokoh kehidupan masyarakat
(solidaritas, zuhud, tasamuh, ta’awun, saling menghargai, dan tidak ingkar
306
janji) dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar meliputi: 1) Terbiasa
berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari (solidaritas, tasamuh, ta’awun,
zuhud, saling menghargai, dan tidak ingkar janji); 2) Terbiasa menghindari
akhlak tercela. Kompetensi dasar tersebut sarat dengan internalisasi nilai-nilai
yang menghargai relasi sosial dan sangat menjunjung tinggi persaudaraan,
kesamaan hak, budaya dan bertindak adil pada akhirnya akan membentuk
harmonisasi hubungan sesama manusia dan bangsa yang bersatu dalam
kemajemukan.
Berdasarkan dari semua uraian diatas tentang muatan kurikulum rumpun
Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap yang mendasarkan dari hasil
wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan dokumen kurikulum
serta implementasinya bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam tersebut
memiliki dimensi pendidikan multikutural. Kurikulum rumpun Pendidikan
DRAFT
Agama Islam pada mata pelajaran Al qur’an Hadis dan Akidah Akhlak
memiliki
banyak
dimensi
pendidikan
multikultural.
Orientasi
pada
pembentukan karakter, dan internalisasi pendidikan multikultural antara lain
tentang persamaan hak, keadilan, demokrasi, toleransi serta kompetensi
kultural yang lain banyak dikembangkan.
2. Nilai-nilai Multikultural dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap
Salah satu langkah implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dapat
dilakukan dengan membuat konstruk keilmuan berdimensi multikultural.
Konstruk keilmuan dalam proses pendidikan dapat diaktualisasikan melalui
struktur kurikulum yang memuat nilai-nilai pendidikan multikultural. Menurut
307
Banks, dimensi pendidikan mutlikultural memiliki lima dimensi yaitu:
integrasi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pendidikan yang
adil dan pemberdayaan sekolah dan struktur sekolah. Dalam konteks dimensi
di atas, Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di MA MINAT Cilacap
sebagai sebuah konstruksi kurikulum telah memuat nilai-nilai multikultural.
Salah satu dimensi multikultural di MA MINAT Cilacap dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam terimplementasi dalam susunan bahan ajar yang
memuat dimensi-dimensi multikultural.
Struktur keilmuan Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap
mengembangkan nilai-nilai multikultural antara lain nilai-nilai: persamaan
hak, toleransi, keadilan, persaudaraan, etika pergaulan. Nilai-nilai tersebut
dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar di MA MINAT Cilacap
selanjutnya didukung kultur madrasah yang adaptif dan responsif terhadap
DRAFT
pendidikan multikultural. Kultur madrasah turut membentuk sikap guru dan
siswa serta personel sekolah terhadap penerapan pendidikan multikultural.
Adapun nilai-nilai pendidikan multikultural yang terimplementasi pada bahan
ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap sebagai berikut:
a. Persamaan Hak
Temuan-temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap mengembangkan sikap menghormati adanya perbedaan. Hal
ini menjadi penting karena latar belakang siswa MA MINAT Cilacap berasal
dari beberapa daerah diluar jawa. Pola pergaulan yang sangat majemuk
308
membawa potensi terjadinya konflik namun pengembangan sikap menghormati
perbedaan dapat meminimalisir potensi konflik.
Satu sisi data dokumentasi bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap juga memuat ajaran normatif Q.S. al Hujurat 13, bahwa
manusia diciptakan dalam kodrat yang sangat beragam. Manusia diciptakan
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Konsekuensinya
terdapat kesadaran bahwa realita kehidupan sangat beragam dan menghormati
perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Pergeseran pola kehidupan agraris
menjadi industri dan dampak globalisasi menjadikan manusia tidak bisa
tersekat dalam ruang sempit. Percampuran budaya-budaya sangat mungkin
terjadi, sehingga manusia tidak dapat hidup dalam monokultur tetapi manusia
mutlak hidup dalam multikultural.
Pengembangan sikap menghormati perbedaan dalam Pendidikan Agama
DRAFT
Islam di MA MINAT Cilacap menjadi urgen dalam kehidupan yang memiliki
tingkat mobilitas tinggi. Implikasi ayat tersebut di atas dalam bahan ajar
Pendidikan Agama Islam juga dibangun kesadaran bahwa secara lahiriah dari
sisi kemanusiaan tidak ada perbedaan antara suku, ras, dan etnik keturunan
semua memiliki kesamaan derajat. Ayat tersebut diatas juga turut membentuk
afeksi siswa untuk memahami realita perbedaan tidak menjadi sesuatu yang
rentan memicu adanya perpecahan.
Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap juga menyampaikan pesan-pesan moral tentang penghormatan kepada
penganut mahzab dan agama yang berbeda. Keyakinan terhadap sesuatu
309
mazhab tertentu menjadi hak asasi seseorang karena Islam memberikan
kebebasan dalam ijtihad. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam tersebut selaras
dengan fenomena yang berkembang di Indonesia saat sekarang. Krisis
kerukunan kehidupan intern umat beragama menjadi pemicu utama disintegrasi
bangsa. Kebebasan beragama, berpikir, berbudaya menjadi terminimalisasi.
Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama atau yang membuat labelisasi
agama dengan mengesahkan semua bentuk penekanan apapun menjadi tidak
benar dalam perspektif Islam bahkan agama manapun, sehingga pemaknaan
teks
Al qur’an semestinya tidak menimbulkan kebenciaan dan kekerasaan
irrasional. Pemahaman teks Al qur’an bernuasa motiv-motiv menjadikan sikap
tidak toleran terhadap keanekaragaman (Muhammad, 2005:3).
Pengembangan sikap menghormati perbedaan akan dapat menghasilkan
output pendidikan yang memiliki kearifan sosial yang lebih tinggi terhadap
DRAFT
kompetensi kultural. Konflik di berbagai daerah di Indonesia sangat
dimungkinkan adanya krisis terhadap sikap menghormat bentuk-bentuk
perbedaan. Pendidikan menjadi bagian penting dalam membentuk sikap
nasionalis. Dengan demikian, kontribusi pendidikan terutama Pendidikan
Agama Islam yang sarat mengajarkan moralitas perlu mengembangkan sikap
menghormati perbedaan.
Temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap adalah
menghormati perbedaan dengan mendasarkan utama pada
normatif agama sebagaimana ayat yang telah disampaikan sebelumnya.
Penyampaian ayat tersebut dilakukan dalam rangka memberikan kognisi
310
selanjutnya membentuk afeksi anak yang dapat
menghormati perbedaan
sebagaimana hal tersebut merupakan bagian dari pendidikan multikultural.
Sikap menghormati perbedaan akan memungkinkan pembentukan sikap respek
terhadap berbagai perbedaan yang terjadi dalam masyarakat.
b.Toleransi
Internalisasi sikap menghormati dan mengakui persamaan hak akan
mengarah pada pembentukan sikap toleransi. Berdasarkan temuan data, muatan
bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengembangkan
sikap toleransi kepada siswa.
Toleransi menjadi penting dalam kehidupan
multikultural.
Toleransi (tasamuh) merupakan sikap tenggang rasa terhadap realitas
perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Realitas perbedaan dan dampak
kehidupan global semakin membutuhkan sikap toleransi atas perbedaan yang
DRAFT
ada. Kilas balik sejarah peradaban Islam yang telah dibentuk oleh Nabi
Muhammad saw telah berhasil membentuk masyarakat madani. Sebuah pranata
masyarakat yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari masyarakat
yang plural. Toleransi antara umat beragama menjadikan kondisi masyarakat
yang sangat dinamis sehingga tasamuh (toleransi) berfungsi sebagai penertib,
sebagai pengaman perdamaian dan pemersatu dalam komunikasi dan interaksi
sosial.
Beberapa temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap memuat bahan ajar tentang toleransi dengan mengedepankan
tenggang rasa. Manusia tidak dapat lepas dari relasi sosial kemasyarakatan.
311
Rasa tengang rasa perlu dikembangkan pada Pendidikan Agama Islam, karena
manusia sebagai mahluk sosial saling membutuhkan orang lain dan saling
ketergantungan. Pembudayaan toleransi dengan mengedepankan sikap-sikap
peka sosial dilakukan dalam pendidikan MA MINAT Cilacap salah satunya
dengan dilakukan kajian-kajian ilmiah tentang kedaerahan melalui Iksa (Ikatan
santri dan siswa MA MINAT Cilacap yang disesuaikan dengan asal daerah
masing-masing).
Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memuat
dasar normatif tentang ajaran untuk bersikap baik kepada sesama manusia.
Pembelajaran akhlak yang diberikan kepada siswa disampaikan dasar normatif
Q.S al Hujurat 12, sebagai mahluk yang saling kebergantungan tidak
dibenarkan melakukan tindakan yang menyingung perasaan orang lain. Adapun
pentingnya sikap toleransi dengan tetap menjaga dan menghormati orang lain
DRAFT
yang merupakan salah satu bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap adalah sebagai upaya untuk memperkuat persatuan dan
kesatuan. Pertama sebagai pembentukan afeksi anak melalui internalisasi sikap
tasamuh merupakan upaya untuk menjaga kesatuan negara dari ancaman
disintegrasi bangsa. Kedua, dengan toleransi akan terjalin relasi sosial yang
lebih luas dan dapat menopang eksistensi seseorang yang dapat menghasilkan
bahan ajar maupun keuntungan yang bersifat
imateri. Ketiga, terciptanya
persatuan dan kesatuan akan membentuk perdamaian dan kesejahteraan sosial
sehingga terjadi dinamika masyarakat dan dengan bahan ajar yang memuat
312
toleransi akan turut membentuk siswa memiliki kompetensi sosial yang lebih
kuat.
c. Keadilan
Sikap toleransi (tasamuh) dapat membentuk perilaku adil. Adil
merupakan perilaku yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap. Prinsip keadilan sebagai pilar pendidikan multikultural.
Keadilan dalam proses pendidikan termasuk didalamnya siswa mendapatkan
kesempatan yang sama untuk memperoleh transformasi ilmu maupun keadilan
dalam memberikan kesempatan yang sama walaupun latar belakang siswa
berbeda. Perbedaan budaya, perilaku siswa MA MINAT Cilacap karena berasal
dari daerah yang berlainan tidak menjadikan perbedaan perlakuan. Konten
bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memberikan
dasar-dasar keharusan seorang muslim memiliki perilaku adil.
DRAFT
Dasar Al qur’an Surat al Maidah 8-9 yang diajarkan kepada siswa MA
MINAT Cilacap sangat menganjurkan perilaku adil bahkan adil juga dilakukan
kepada orang non Islam sekalipun. Adil menurut ayat tersebut memiliki dua
dimensi utama yaitu takwa dan keimanan. Dimensi pertama, perilaku adil
dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dinyatakan
bahwa merupakan salah satu parameter ketaqwaan sesorang. Dimensi kedua,
bahwa perilaku adil merupakan bagian ketaqwaan seseorang. Satu sisi ayat 9
Q.S. al Maidah sebagai bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap juga menyatakan bahwa perilaku adil sebagai amal shalih.
Hakekatnya, sikap adil akan membawa tata kehidupan masyarakat yang lebih
313
dinamis. Ketika masyarakat memiliki perilaku adil maka tidak akan terjadi
penindasan satu kelompok masyarakat dominan terhadap minoritas. Keadilan
membawa kultur masyarakat yang lebih memberikan hak-hak masyarakat
sesuai dengan porsinya.
Keadilan dalam perspektif Pendidikan Agama Islam yang dilakukan pada
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap lebih memberikan
kesempatan yang sama kepada semua siswa walaupun dari kultur dan
kemampuan siswa yang sangat beragam sehingga keadilan sebagai unsur urgen
dalam pendidikan multikultural telah dilakukan oleh MA MINAT Cilacap.
Pembentukan sikap adil dalam diri siswa dilakukan dengan penguatan kognisi
siswa melalui pemberian bahan ajar tentang perilaku adil, selanjutnya dengan
membentuk budaya madrasah. Praktik pembelajaran yang dilakukuan oleh guru
Pendidikan Agama Islam telah membentuk perilaku keadilan melalui kesamaan
DRAFT
hak yang diberikan kepada siswa walaupun dari beragam budaya. Keadilan
merupakan prinsip-prinsip kemanusiaan yang perlu diajarkan kepada siswa.
Menurut Ahmad Amin menyebutkan beberapa prinsip tasawuf antara
lain bahwa semua agama adalah jalan menuju Allah Swt. Semua agama
membimbing manusia menuju keridlaan Tuhan, meskipun ritual-ritual agama
berbeda-beda tetapi semuanya ditujukan kepada Tuhan sebagai sang khalik.
Ibnu Arabi berpendapat bahwa orang sufi melihat Allah dalam ka’bah, masjid,
gereja dan dalam kuil (Muhammad 2005: 45). Dengan demikian, perlakuan
adil didasari pada pengakuan atas kesamaan hak dan toleransi. Tindak
dikriminasi tidak dibenarkan dalam agama Islam dan agama-agama yang lain.
314
Islam memandang bahwa persamaan hak kemanusian juga membawa
konsekuensi keadilan yang perlu ditanamkan dalam diri siswa.
Temuan data pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap menyebutkan terminologi adil merupakan perlakuan yang seimbang
menempatkan sesuatu dengan proposional. Makna secara istilah, adil dapat
dipahami sebagai perlakuan seseorang terhadap orang lain tidak melakukan
perbedaan atas hak-hak orang lain. Berpangkal dari perilaku adil akan
melahirkan sikap ihsan. Ihsan yaitu melakukan sesuatu perbuatan yang akan
mendatangkan manfaat besar bagi orang lain sehingga kesadaran siswa dapat
membentuk perilaku yang bermanfaat bagi orang lain. Perilaku lain yang
ditimbulkan dari perilaku adil adalah memiliki kepekaan sosial yang tinggi
terhadap permasalahan kemasyarakatan.
Berdasarkan uraian di atas yang didasarkan pada temuan-temuan data
DRAFT
pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat
disimpulkan bahwa pengembangan perilaku adil sebagai bagian praksis
pendidikan multikultural dilakukan dengan memberikan kompetensi kepada
siswa dengan cara: pertama memberikan domain kognitif kepada siswa melalui
penguasaan dasar normatif Islam terkait dengan perilaku adil. Kedua,
pembentukan afeksi keadilan juga dilakukan dengan telaah kristis pada muatan
bahan ajar Pendidikan Agama Islam tentang keadilan.
d. Persaudaran
Prinsip tasawuf yang lain sebagaimana disebutkan oleh Ahmad Amin
(2005:45)
menyebutkan:
persaudaraan
315
menghimpun
seluruh
prinsip
kemanusiaan. Manusia menyatu dengan yang lain dalam hubungan keluarga
kemudian hubungan umat dan akhirnya hubungan kemanusiaan. Manusia
sempurna adalah manusia yang melampaui batas-batas geografis. Manusia
yang menyatu dalam kemanusiaanya pada zaman lampau kini dan akan datang.
Makna persaudaraan dalam prinsip tasawuf mengacu pada persaudaraan yang
dapat menghilangkan batas-batas perbedaan kultural. Persaudaraan merupakan
unsur kodrati manusia yang tidak dapat lepas dari relasi sosial masyarakat.
Dimensi persaudaraan memiliki makna yang lebih mengakui adanya pluralitas
dan keragaman budaya. Persaudaraan mengarahkan pada persatuan dan
kesatuan bangsa.
Temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT
Cilacap menyebutkan bahwa
kemanusiaan
persaudaraan merupakan tanggung jawab
sebagai salah satu prinsip pendidikan multikultural. Format
DRAFT
pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
model. Menurut Gorski pendidikan multikultural mencakup tiga jenis
transformasi yaitu: pertama, transformasi diri. Kedua, transformasi sekolah dan
proses belajar-mengajar. Ketiga, transformasi masyarakat. Ketiga transformasi
tersebut tidak dapat terpisah menjadi bagian-bagian melainkan menyatu
menjadi kesatuan dalam pendidikan multikultural (el-Ma’hady 2009: 6).
Temuan data-data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap meliputi ketiga transformasi diatas. Transformasi diri
diupayakan dengan mengajarkan bahan ajar yang berkenaan dengan proses
pemberdayaan siswa dengan kompetensi kultural antara lain dengan
316
pengembangan persaudaraan, tolerasi dan kesamaan derajat. Transformasi
sekolah dilakukan melalui pembelajaran yang lebih responsif multikultural
yaitu dengan cara melakukan internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural
dalam Pendidikan Agama Islam. Transformasi masyarakat dilakukan dengan
cara membentuk kultur madrasah yang responsif multikultural yaitu melalui
kesamaan hak dan perlakuan pada siswa walaupun mereka dari kultur yang
berbeda karena asal daerah siswa yang sangat beragam dari berbagai daerah di
luar Jawa.
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap melakukan internalisasi
nilai-nilai persaudaraan. Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat lepas dari
hubungan sosial. Manusia tidak dapat berdiri sendiri
dan membutuhkan
bantuan orang lain. Eksistensi keberlangsungan manusia bahkan membutuhkan
adanya perkawinan dan akan menjadikan tali persaudaraan antar masyarakat.
DRAFT
Syari’at Islam mengatur adanya bentuk-bentuk pergaulan sekalipun dengan
yang berbeda agama.
Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap mendasarkan pada Q.S. al Hujurat 10-13. Ayat tersebut diuraikan
dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap bahwa
semua mukmin adalah bersaudara. Konsekuensinya adalah ketika diikat dalam
satu persaudaraan maka akan tercipta perdamaian dan perlakuan tersebut
merupakan cerminan takwa. Selanjutnya, pengembangan sikap menghargai
satu dengan yang lain akan mencegah terjadinya perpecahan dan memperkokoh
317
persaudaraan. Ayat tersebut juga menyerukan anjuran penghargaan atas
kemajemukan, bahwa perbedaan adalah realita.
Persaudaran dalam Islam merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan
dalam norma Islam. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap memuat aturan-aturan tentang membangun perilaku.
Kokohnya persaudaraan perlu diikuti adanya etika pergaulan yang diperlukan
siswa dalam internalisasi diri siswa tentang: larangan untuk mengolok-olok
kaum
lain,
memanggil
dengan
gelar-gelar
buruk,
prasangka
buruk,
menggunjing. Pembelajaran tentang etika, moral, pergaulan bermasyarakat dan
berbangsa
dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap
merupakan penguatan bahan ajar tentang nilai-nilai persaudaraan dalam
pendidikan multikultural.
Menurut Nimrod Aloni terdapat tiga prinsip manusia bermartabat yaitu;
DRAFT
pertama, otonomi, rasional, dan penghargaan untuk semua orang. Kedua,
kesetaraan dan kebersamaan. Ketiga, komitmen untuk membantu semua orang
dalam pengembangan potensinya (Aly, 2011: 114). Prinsip-prinsip di atas
sesuai dengan pendidikan multikultural yang lebih menekankan relasi manusia.
Prinsip ketiga sesuai dengan internalisasi nilai-nilai persaudaraan yang termuat
dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap.
Kultur madrasah yang dibentuk MA MINAT Cilacap dalam menanamkan
nilai-nilai persaudaraan dengan mengadakan suasana akademik dalam
pembelajaran dengan metode kontekstual yaitu menerapkan bahan ajar dengan
merealisasikan dalam praktik kehidupan misalnya dialog dalam forum ikatan
318
siswa dalam berbagai daerah. Nilai-nilai persaudaraan merupakan bahan ajar
akhlak yang diajarkan kepada siswa sehingga peran guru dalam pengembangan
nilai persaudaraan sebagai bentuk pendidikan multikultural menjadi penting.
Guru dalam pendidikan muktikultural perlu memiliki wawasan yang cukup
untuk menghadapi beberapa fenomena sosial yang ada di lingkungan dan
terhadap siswa terutama terkait dengan ketidakadilan sosial, politik dan
ekonomi seperti masalah kemiskinan, pengangguran, korupsi dll (Yakin, 2005:
179).
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap telah menghilangkan
bentuk-bentuk
ketidakadilan
sosial
dengan
menanamkan
nilai-nilai
persaudaraan yang dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama dan
melakukan kunjungan-kunjungan keberbagai daerah di luar Jawa. Kunjungan
daerah seperti kunjungan ke lampung difasilitasi oleh ikatan siswa dan santri
DRAFT
lampung (Iksa Lampung) biasanya dilakukan untuk memberikan pengarahan
alumni maupun siswa yang masih aktif. Kunjungan ke berbagai daerah
biasanya dilakukan dalam forum silaturahmi. Ikatan siswa dan santri
merupakan bagian forum persaudaraan ikatan santri dan siswa MA MINAT
Cilacap yang berasal dari luar daerah. Penamaan iksa disesuaikan asal daerah
siswa dan santri. Iksa memberikan fasilitas terhadap siswa dan santri dari luar
Jawa dalam melakukan adaptasi di MA MINAT Cilacap maupun dalam
pondok pesantren Al Ihya Ulumudin Cilacap.
Forum silaturahmi yang dilakukan oleh MA MINAT Cilacap merupakan
bentuk internalisasi nilai-nilai persaudaran yang memberikan beberapa
319
kemanfaatan. Pertama, forum tersebut merupakan bagian untuk menghilangkan
batas-batas deskriminasi antar kultur berbagai daerah. Kedua, sebagai wahana
sosialisasi keberadaan MA MINAT Cilacap sehingga eksistensi Madrasah akan
tetap
solid.
Ketiga,
sebagai
bentuk
nyata
implementasi
pendidikan
multikultural. Ketiga, input siswa MA MINAT menjadi sangat beragam dan
menjadikan karakteristik yang dimiliki oleh MA MINAT Cilacap. Internalisasi
nilai-nilai persaudaraan juga diimbangi dengan bahan ajar Pendidikan Agama
Islam yang terkait dengan akhlak sebagai dasar melakukan persaudaraan dan
melakukan relasi sosial.
Adapun bentuk larangan-larangan yang diajarkan kepada siswa antara lain
namimah atau melakukan fitnah. Hal ini merupakan sikap yang akan
menghancurkan
bentuk-bentuk
persaudaraan.
Internalisasi
nilai-nilai
persaudaraan sebagai salah satu pilar pendidikan multikultural tidak dapat
DRAFT
dilakukan dengan baik jika tidak diikuti dengan pembentukan perilaku siswa,
sedangkan fitnah merupakan pangkal dari perpecahan. Bahan ajar Pendidikan
Agama Islam MA MINAT Cilacap
sebagai langkah untuk memperkokoh
internalisasi nilai-nilai persaudaraan.
Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap berpedoman
pada dasar normatif QS Al Baqarah 191 yang menerangkan bahaya fitnah.
Proses Pendidikan Agama Islam dalam memberikan kemampuan kongnisi
kepada siswa dengan mengacu Al qur’an dan Hadis, karena afeksi siswa akan
dapat berhasil jika penguasaan kongisi juga lebih baik. Ayat tersebut
memberikan implikasi yang lebih mendalam bagi implementasi pendidikan
320
multikultural di MA MINAT Cilacap. Fitnah sebagai sikap yang harus dijauhi
diterangkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam sebagai perbuatan
yang lebih kejam dari pembunuhan. Karir dan karakter seseorang akan dapat
tercemar karena fitnah, sehingga akan membawa kehancuran eksistensi
seseorang sebaliknya menghidari fitnah akan membawa perdamaian, persatuan
dan persaudaraan.
Sikap lain yang perlu dikembangkan dalam internalisasi nilai-nilai
persaudaraan pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap
adalah menghindari sikap ananiyah atau egois. Ananiyah merupakan akhlak
tercela yang akan memberikan dampak buruk bagi orang lain maupun diri
sendiri. Sikap tersebut akan menjadikan orang egois dan tidak memiliki
kepekaan sosial. Hal ini sangat bertentangan dengan pendidikan multikultural
yang lebih peka terhadap realita sosial. Madrasah ataupun sekolah dalam
DRAFT
mengimplementasikan pendidikan multikultural perlu menerapkan kurikulum
yang tidak hanya bermuatan kognitif (ilmu pengetahuan), tetapi juga
meningkatkan kemampuan afektif (sikap) dan psikomotorik ( ketrampilan) dan
kurikulum berorientasi keadilan sosial (Yakin, 2005:181).
Muatan kurikulum
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap
menanamkan kepekaan sosial melalui dasar normatif yaitu dengan menghindari
sikap ananiyah, sehingga bahan ajar Pendidikan Agama Islam mengajarkan
tentang kepekaan sosial yang pada akhirnya akan menuju pada keadilan sosial.
Ananiyah akan membawa orang lebih bersifat tertutup terhadap pendapat,
paham, serta ide-ide orang lain. Hal ini menafikan kodrat manusia sebagai
321
mahluk sosial yang tidak lepas dari keberadaan orang lain. Pengembangan
nilai-nilai persaudaraan dengan menghindari ananiyah menjadikan siswa
sebagai penganut agama Islam yang inklusif terbuka atas realitas perbedaan
yang terjadi dalam masyarakat. Akhirnya akan terbentuk kepribadian Islam
yang arif dan memiliki toleransi tinggi terhadap kemajemukan. Dengan
demikian, MA MINAT Cilacap mengembangkan dimensi
pendidikan
multikultural. Satu sisi Islam dalam Q.S. at-Takatsur: 1-3 sebagaimana
disebutkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap
melarang bentuk-bentuk egois dan melalaikan realitas di sekitarnya dengan
bermegah-megahan tanpa memiliki kepedulian sosial.
Kaum materialistis selalu menumpuk harta benda dengan tanpa
memperhitungkan aspek-aspek kemanusiaan yang harus diperhatikan namun
orientasi lebih kepada kehidupan keduniaan
tanpa memikirkan kepedulian
DRAFT
sosial. Namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) dalam bahan ajar Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan bagian dalam muatan
kurikulum yang membentuk afeksi siswa dalam internalisasi nilai-nilai
persaudaraan. Persaudaraan menjadi kokoh perlu didukung akhlak siswa yang
menghindari fitnah maupun egois karena akan merapuhkan sendi-sendi
persaudaraan.
e.Etika Pergaulan
Kemajuan peradaban dan globalisasi serta modernisasi membawa
perubahan struktur masyarakat. Arus globalisasi memungkinkan terjadinya
akses informasi termasuk budaya, aliran, ide, gagasan semakin mudah sehingga
322
akulturasi budaya dapat terjadi dan sebaliknya dapat memunculkan konflik
sosial. Temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap memuat bahan ajar yang mendukung etika dalam pergaulan.
Modernisasi
dan
globalisasi
menjadikan
pergaulan
dalam
kehidupan
multikultural membutuhkan pemahaman siswa pada etika pergaulan.
Bahan ajar Pendidikan Agama Islam memuat etika pergaulan antara lain:
qana'ah, zuhud, tabah/sabar, istiqamah, dan tasamuh. Orientasi kehidupan
yang universal adalah pada kemanusiaan, kebersamaan dan kedamaian.
Orientasi hidup yang universal merupakan titik orientasi bagi pendidikan
multikultural (Aly, 2011: 114) sehingga etika pergaulan perlu dikembangkan
dalam membentuk kepribadian siswa. Qana’ah merupakan salah satu sikap
yang membentuk etika pergaulan. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap lebih lanjut menguraikan bahwa qana’ah merupakan sikap
DRAFT
rela dan menerima apa yang telah dimiliki dan berusaha menjauhkan diri dari
sifat merasa tidak puas dan selalu kekurangan atas semua yang diperoleh.
Qana’ah berimplikasi positif pada pembentukan kepribadian muslim. Qana’ah
semakin mendekatkan derajat ketaqwaan seseorang dan manfaat bagi
kemanusiaan dalam meminimalisasi konflik sosial dengan mengurangi gaya
persaingan yang tidak sehat dari beberapa aspek kehidupan. Dominasi
kelompok tertentu dengan melakukan penindasan pada minoritas merupakan
sikap yang jauh dari qana’ah. Muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam
tersebut merupakan bagian dalam pembentukan kepribadian muslim yang
memiliki akhlak al akrimah dan hal ini sejalan dengan dimensi pendidikan
323
multikultural yang berorientasi pada aspek kemanusiaan dan keadilan sosial
serta persamaan hak.
Qana’ah dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA
MINAT
Cilacap
diuraikan
merupakan
stabilisator
dan
dinamisator
pembentukan kepribadian muslim. Sebagai stabilisator karena mengarahkan
sikap sesorang pada perdamaian dan menjauhkan dari bentuk pertikaian.
Sebagai dinamisator karena merupakan kekuatan bathiniyah dan sebagai daya
dorong untuk meraih kemajuan hidup berlandaskan kemampuan diri pribadi
serta tergantung kepada karunia Allah. Qana’ah merupakan sikap penting
yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa yang mendasari etika pergaulan,
sehingga output MA MINAT Cilacap sebagai pribadi yang mudah melakukan
interaksi sosial dalam era multikultural. Etika pergaulan selain qana’ah adalah
sikap zuhud.
DRAFT
Zuhud dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap tidak sebatas pada peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah
kepada Allah Swt, namun zuhud sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia. Zuhud berkembang sejalan kualitas keimanan seseorang
sehingga memerlukan proses untuk mencapai sifat zuhud. Kepribadian muslim
dibentuk melalui internalisasi nilai-nilai dengan dasar normatif Islam yaitu
Al qur’an dan hadis. Etika dalam pergaulan mendasarkan pada sikap qana’ah
dan zuhud merupakan bagian yang penting dalam implementasi pendidikan
multikultural.
324
Berdasarkan data dokumentasi tentang pengembangan bahan ajar
Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap internalisasi nilai-nilai
multikultural yang dilakukan meliputi aspek-aspek sosial antara lain: etika,
moral, akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap
sesama manusia. Etika dapat disimpulkan bahwa menyelidiki segala perbuatan
manusia kemudian menetapakan hukum baik atau buruk berdasarkan akal
pikiran manusia (dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap). Moral juga
merupakan aspek yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam sebagai
implementasi pendidikan multikultural.
Dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MA MINAT Cilacap,
diuraikan bahwa moral berkaitan baik dan buruk perbuatan manusia. Makna
secara istilah, moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum dan dapat
diterima melalui tindakan manusia yaitu terkait mana yang baik dan wajar.
DRAFT
Menurut Lynch
kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat afektif
berorientasi pada penghargaan orang lain maupun pada diri sendiri (Aly,
2011:131). Pertama, rumusan kompetensi pendidikan multikultural adalah
mendidik siswa mau menerima keunikan individu, nilai-nilai kemanusiaan,
prinsip kesetaraan hak dan keadilan serta nilai-nilai lain yang tidak cenderung
prejudice dan deskriminatif. Kedua, siswa memiliki citra diri yang positif
percaya diri dengan identitas etnik dan kultural serta perasaan nyaman di dalam
perbedaan ras, etnik, maupun kultural.
Sejalan dengan pendapat Lynch (2011:131), Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap mengembangkan moral untuk mendukung kompetensi
325
multikultural terhadap penghargaan nilai-nilai kemanusiaan. Pembiasaan dan
pengembangan kultur madrasah dengan mengedepankan keadilan dan
persamaan hak antar siswa semakin meningkatkan kompetensi kultural siswa.
Selanjutnya pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam meningkatkan
penguasaan akhlak sebagai dasar untuk membentuk persatuan serta kesamaan
hak dan keadilan.
Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam diterangkan sebagai pola hidup
dan tindakan manusia. Islam membagi akhlak menjadi tiga yaitu terhadap
Allah Swt. manusia, alam. Akhlak terhadap Allah Swt. merupakan pola
hubungan manusia dengan Allah Swt. yaitu merupakan sikap dan perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai hubungan mahkuk dan
khalik. Pola hubungan tersebut merupakan bentuk ibadah seorang mahluk
kepada Dzat Pencipta. Sedangkan akhlak terhadap orang lain adalah
DRAFT
merupakan kewajiban melakukan hubungan dengan sesama manusia untuk
tolong-menolong, mengakui adanya persamaan hak dan melakukan kegiatan
kemanusiaan dengan tetap mengedepankan etika pergaulan sehingga tidak
terjadi perpecahan. Akhlak terhadap alam dalam pengembangan bahan ajar
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap diuraikan merupakan bagian
kearifan seseorang terhadap alam. Alam merupakan kekayaan yang harus
dimiliki bersama dan menjadi komoditi untuk kesejahteraan bersama umat
manusia. Akhlak terhadap terhadap alam dapat diimplementasikan dengan
melakukan pemanfaatan alam dan tetap menjaga kelestariannya. Q.S. ar-Rum
ayat 41 memberikan dasar yang kuat bahwa kerusakan alam adalah karena
326
perbuatan manusia. Eksploitasi tanpa batas menjadikan kerusakan terhadap
alam dan hal ini merupakan peringatan yang sudah jelas digambarkan dalam
ayat tersebut.
Pendidikan
multikultural
menurut
Mahfud
(2006:
189)
adalah
menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks
yang secara luas dan sistematis mempengaruhi segala sesuatu yang terjadi di
dalam dan diluar ruangan. Pendidikan multikultural termanifestasikan melalui
konteks, proses dan muatan. Sejalan dengan hal tsb, pendidikan multikultural
yang dilakukan di MA MINAT Cilacap melakukan internalisasi etika
pergaulan sebagai bagian pendidikan multikultural. Etika pergaulan berkenaan
dengan realitas budaya yang berkembang dalam masyarakat. Kemajuan dan
globalisasi dalam kehidupan membutuhkan pola interaksi yang dinamis untuk
menuju persatuan dan perdamaian yaitu dibutuhkan adanya perdamaian.
DRAFT
Internalisasi nilai-nilai yang dikembangkan MA MINAT Cilacap sebagai
etika pergaulan adalah meliputi zuhud, tasamuh, qana’ah
dan penanaman
akhlak pada diri siswa. Sikap yang perlu dihindari sebagai anti kultural adalah
namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) karena akan merusak persatuan dan
kesatuan.
Berdasarkan
data-data
nilai-nilai
multikultural dalam
bahan ajar
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel
dibawah ini:
327
Tabel.8
Nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar
Pendidikan Agama Islam (PAI)
No
Nilai-nilai multikultural
Muatan materi Pendidikan Agama Islam
Dalam bahan ajar PAI
berperspektif multikultural
1 Persamaan hak
Adab pergaulan antara sesama penganut
agama dan berbeda agama
Humanisasi, demokratisasi, kesetaraan
Kesetaraan hak dan persamaan derajat
2 Toleransi
Tasamuh tenggang rasa sesama masyarakat
Toleransi membangun relasi kemanusiaan
Harmonisasi dan hubungan kemanusiaan
Mencintai sesama manusia
Larangan berburuk sangka
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
3 Adil
Anjuran berperilaku adil
Adil tanpa memandang perbedaan suku,
bahasa, menghilangkan dikotomi
Adil berdimensi ketaqwaan dan kemanusiaan
Solidaritas sosial
Memperlakukan sesuatu sesuai dengan hakhaknya
Menempatkan sesuatu pada tempatnya
4 Persaudaraan
Larangan melakukan deskriminasi
Larangan namimah (fitnah)
Menghindari sikap ananiyah/ egois karena
menimbulkan perpecahan dalam masyarakat
Hikmah menghindari ananiyah adalah
persaudaraan
Persaudaraan dan hikmahnya
Persaudaraan antar masyarakat
Persaudaran walaupun beda suku bangs
Menghindari deskriminasi
5 Etika pergaulan
Ajaran qona’ah menerima yang sudah
dimiliki dan menjauhkan diri dari tidak puas
berfungsi stabilitas dan dinamisator dalam
pergaulan.
Zuhud berfungsi pengendalian diri dari sikap
rakus
dan bijaksana dalam kehidupan
multikultural.
Menghidari sifat naminah (fitnah), ananiyah
(egois)
Tabel nilai-nilai multikultural dalam Pendidikan Agama Islam diformulasikan
dari data-data yang telah dijelaskan sebelumnya.
DRAFT
328
3.Makna Multikultural menurut Guru dan Siswa MA MINAT Cilacap
Makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
MA MINAT Cilacap tidak lepas dari pengaruh yang dikembangkan Institusi.
MA MINAT Cilacap mengembangkan konsep tawazun dan mengedepankan
tasamuh membawa konsep yang baik terhadap pendidikan multikultural.
Makna multikultural dapat dibedakan menurut guru Pendidikan Agama Islam
dan siswa.
a. Makna Multikultural menurut Guru Pendidikan Agama Islam
Adapun makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap dapat dipilah menjadi menjadi beberapa bagian yaitu: 1)
Makna persamaan hak, 2) makna adil, 3) makna persaudaraan, 4) makna
toleransi, dan 5). Etika pergaulan
1) Makna Persamaan Hak
DRAFT
Kultur siswa MA MINAT Cilacap sangat beragam berasal dari berbagai
daerah dari luar Jawa. Kondisi tersebut selain sebagai potensi sekaligus juga
dapat menjadi faktor yang rentan terhadap konflik. Berbagai daerah asal siswa
membawa kompetensi kultural melalui sosialisasi siswa dari berbagai daerah
yang membawa budaya yang beragam dengan demikian siswa terbiasa hidup
dalam kemajemukan. Namun kondisi tersebut juga dapat memicu pertikaian
diantara siswa karena perbedaan budaya. Sikap yang ditanamkan guru dalam
Pendidikan Agama Islam dengan berbasis pendidikan multikultural adalah
menanamkan sikap kepada siswa tentang persamaan hak dan menghilangkan
sekat-sekat kedaerahan. Diskriminasi terhadap satu budaya dan budaya yang
lain dalam pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap adalah satu sikap
329
yang harus dihindari. Persaman hak yang dikembangkan guru Pendidikan
Agama Islam MA MINAT Cilacap merupakan pilar dalam pendidikan
multikultural.
2) Makna Adil
Adil merupakan ajaran yang dibenarkan dalam Islam. Adil menurut guru
agama Islam MA MINAT Cilacap bersifat multipersepktif. Adil terhadap diri
sendiri, terhadap keluarga dan terhadap orang lain. Penghargaan terhadap
pemeluk agama lain dan menghormati hak-hak mereka merupakan sikap adil
terhadap orang lain. Adil dalam praksis pendidikan multikultural dimaknai oleh
guru MA MINAT Cilacap adalah memberikan perlakuan yang sama terhadap
siswa. Pendidikan multikultural yang dilakukan oleh MA MINAT Cilacap
dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi kultural, sehingga akan
membentuk sikap masyarakat yang menghormati atas semua perbedaan yang
DRAFT
ada dalam masyarakat.
3) Makna persaudaraan
Persatuan bagi guru MA MINAT Cilacap merupakan sendi dalam
membangun relasi sosial yang dikembangkan secara kelembagaan. MA
MINAT Cilacap yang bernaung dalam yayasan YaBakii Cilacap tidak lepas
dari ide-ide dasar yang dikembangkan yayasan. Suhbah dan qurbah
(persaudaraan dan kekeluargaan) merupakan motto yang dikembangkan
yayasan dalam rangka memberikan inspirasi bagi warga madarasah. Secara
kelembagaan MA MINAT Cilacap membuka diri untuk membangun
persaudaraan dan persahabatan meskipun dengan orang-orang diluar Islam. Hal
330
ini sesuai dengan pilar pendidikan multikultural yaitu menghilangkan prejudice
yaitu menghilangkan sekat kecurigaan terhadap kominatas lain.
4) Makna Toleransi
Toleransi bagi guru MA MINAT Cilacap dalam era multikultural
dimaknai sebagai sikap menghormati atas semua perbedaan dalam beragama
dan kemajemukan dalam kepercayaan. Menurut guru Pendidikan Agama Islam
MA MINAT Cilacap tidak membenarkan adanya sikap fanatik yang berlebihlebihan. Hal tersebut sesuai dengan ajaran Islam yang sangat memberikan
kebebasan dalam memeluk agama. Ajaran pendidikan multikultral juga
memberikan peluang toleransi dan memberikan penghargaan tinggi terhadap
nilai-nilai perbedaan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian
membangun relasi sosial terhadap seluruh lapisan masyarakat adalah sangat
dijunjung tinggi oleh personel MA MINAT Cilacap.
DRAFT
Toleransi beragama oleh guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT
Cilacap dengan memadang dakwah dan jihad tidak dimaknai sempit bahwa
harus selalu berkonotasi dengan perang dan menegakakan negara Islam dengan
ditempuh melalui kekerasan. Hal itu melanggar dengan hak-hak kemanusiaan
dan hak kebebasan beragama. Jihad dimaknai oleh guru Pendidikan Agama
Islam MA MINAT Cilacap mencari keridloan Allah. Konsekuensinya jihad
merupakan bagian dan jalan untuk mencari kegiatan-kegiatan positif yang
menjadi usaha untuk melestarikan perdamain bagi umat banyak. Jihad oleh
guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap bukan berarti kebebasan
untuk melakukan penekanan terhadap agama lain, sehingga dalam pendidikan
331
dimaknai sebagai ikhtiar dalam membantu anak didik melalui proses
pendidikan.
5) Etika Pergaulan
Pendidikan multikultural sangat menjunjung etika pergaulan dan sikap
demokratis sebagai bentuk penghargaan terhadap perbedaan cara pandang, ide
maupun kemajemukan budaya. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan
anti rasial memandang kesetaraan hak antara semua lapisan masyarakat. Guru
Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap mengembangkan sikap humanis
dan demokratis diimplemntasikan dalam pola pembelajaran.
Praktek Pendidikan Agama Islam yang humanis dan demokratis dilakukan
dalam pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap.
Sikap demokratis membuka jalan damai dan kultur akademis yang kondusif,
sehingga dengan demikian akan terbentuk pemberdayaan siswa. Penanaman
DRAFT
etika pergaulan menjadi bagian dalam pilar pendidikan multikultural. Etika
pergaulan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan lebih terbuka dalam
perbedaan termasuk keragaman agama. Makna humanis dan demokratis
termasuk dalam melakukan dakwah. Eika pergaulan dalam Islam berimplikasi
pada dakwah sebagai bentuk ikhtiar menyampaikan kebenaran Islam, sehingga
anggapan tentang mendirikan negara Islam menjadi bertentangan nilai-nilai
humanis dan demokratis.
Berdasarkan data-data tentang makna multikultural menurut guru
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel
makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam dibawah ini:
332
Tabel.9
Makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam
No Makna multikultural
Implementasi makna multikultural
1
Persamaan hak
Ada kesamaan dalam muamalah dan bidang
politik diantara agama-agama
Persamaan dalam mengemukakan pendapat, hak
hidup, saling menghormati
Antideskriminasi, menghilangkan sekat
pergaulan, menjunjung tinggi hak
Menghargai perbedaan, persamaan
2
Adil
Adil terhadap diri sendiri, keluarga, sesama
masyarakat
Menempatkan sesuatu pada tempatnya
Menghormati agama lain
Mengembangkan perlakuan yang seimbang
terhadap perbedaan
3
Persaudaraan
Menjalin kerjasama dengan pihak manapun
Persaudaraan tanpa memandang beda agama
Menanamkan sikap satu rasa, sepenanggungan,
berbeda agama tetapi tetap satu
Mengembangkan persaudaraan sesama manusia
(suhbah), dan persaudaraan karena ada tali
kekeluargaan (qurbah)
4
Toleransi
5
Etika pergaulan
DRAFT
Terbuka terhadap perbedaan
Tidak mengembangkan fanatisme
Menghormati dan menghargai sesama umat
manusia
Memberikan kesempatan pada anak dalam
berpendapat
Menghormati hak dan kewajiban orang lain
Etika sosialisasi dengan agama lain didasarkan
atas kemanusiaan dan kebangsaan
Beberapa agama memiliki kesamaan yaitu
monoteisme
Menerapkan qona’ah (menerima yang sudah
dimiliki), zuhud (tidak hanya berorientasi dunia
tetapi juga akhirat)
Menghindari ananiyah (egois), namimah
(fitnah)
Tabel diformulasikan dari data-data tentang makna multikultural menurut guru
333
b. Makna multikultural menurut Siswa
Siswa MA MINAT Cilacap memberi makna multikultural antara lain
tentang persamaan hak yang harus diberikan lembaga pendidikan sebagai
institusi sebagai tempat untuk melakukan pemberdayaan siswa. Persamaan hak
menjadi pondasi dasar dalam meminimalisir konflik yang berkembang dalam
masyarakat. Pemberdayaan siswa MA MINAT Cilacap pada sikap persamaan
hak memberikan nilai positif pada pembentukan perilaku yang lebih responsif
multikultural. Makna persamaan hak menurut siswa adalah jika tidak ada
perbedaan hak antara siswa yang berasal dari berbagai daerah maka perolehan
hak antara siswa menjadi setara. Hal ini sesuai dengan dimensi pendidikan
multikultural menurut James A.Banks bahwa pendidikan multikultural adalah
pendidikan setara.
Makna persamaan hak menurut siswa juga disertakan tentang makna
DRAFT
keadilan menurut siswa. Adil dimaknai sebagai upaya menghilangkan batas
deskriminasi termasuk deskriminasi dalam bidang bahasa. Adil menurut siswa
tidak ada perlakuan yang berbeda diantara siswa yang berasal dari berbagai
kultur daerah, bahasa maupun adat yang berbeda pula. Pengembangan sikap
adil pada diri siswa MA MINAT Cilacap sangat bersesuaian dengan dimensi
pendidikan multikultural. Adapun makna multikultural menurut siswa dapat
dipetakan sbb:
1) Persamaan hak, implementasi makna
tersebut adalah: menghargai
perbedaan budaya, perbedaan berdampak positif sehingga perlu menjunjung
persamaan hak, ada hikmah dibalik perbedaan menuju persamaan hak,
perbedaan memberikan banyak pengalaman, tidak boleh terjadi perbedaan
334
hak antara orang
persamaan
hak
Jawa dan nonJawa, menghargai keragaman bahasa,
dalam
dalam
kesempatan
belajar,
menghilangkan
deskriminasi perbedaan bahasa, perbedaan harus dibarengi persamaan hak,
persamaan hak hidup.
2) Adil, implementasi dari makna tersebut adalah: adil ketika interaksi sosial
antara masyarakat Jawa dan luar Jawa. Antidiskriminasi di antara latar
belakang siswa yang berbeda, menghilangkan perbedaan antara beberapa
beberapa suku bangsa dan bahasa, memberikan perhatian yang seimbang
antara satu dan lainya, tidak membedakan perlakuan tehadap siswa kaya
dan miskin, kesamaan dalam hukum maupun perlindungan hukum,
memperlakukan sesuatu dengan seimbang, tidak membedakan perlakuan
tehadap siswa kaya
dan miskin, kesamaan dalam hukum maupun
perlindungan hukum. memperlakukan sesuatu dengan seimbang. Persamaan
DRAFT
walaupun beda suku dan bahasa, tidak memihak satu orang.
3) Persaudaraan, implementasi makna tersebut adalah: Saling bantu-membantu,
tidak merendahkan agama lain, persaudaraan tidak hanya sebatas sesama
agama termasuk menghargai berbeda agama, tidak menghina kepercayaan
dan agama lain, mengembangkan persaudaraan dengan agama lain melalui
silaturahim.
4) Toleransi, implementasi makna tersebut adalah: menghormati dan
menghargai sesama umat manusia, tolong-menolong dan saling membantu,
menghormati dalam perbedaan, menghormati sesama siswa yang berbeda
335
budaya, menghormati orang yang lebih dewasa, saling menghormati
walaupun beda bahasa, menghilangkan konflik ketidak adilan.
5) Etika pergaulan, implementasi makna tersebut adalah: menjalankan ramburambu agama masing-masing, menghormati peribadatan agama lain, tidak
menghina antar agama, pergaulan didasarkan norma, tidak melecehkan
agama lain, tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama. menghindari
kesalahpahaman.
Berdasarkan data-data tentang makna multikultural menurut siswa MA
MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel makna multikultural dibawah ini:
Tabel.10
Makna multikultural menurut siswa
No Makna multikultural
Implementasi makna multikultural
1
Persamaan hak
Menghargai perbedaan budaya
Perbedaan berdampak positif sehingga perlu
menjunjung persamaan hak
Ada hikmah dibalik perbedaan menuju
persamaan hak
Perbedaan memberikan banyak pengalaman
Tidak boleh terjadi perbedaan hak antara orang
Jawa dan non Jawa
Menghargai keragaman bahasa
Persamaan hak dalam kesempatan belajar
Menghilangkan deskriminasi perbedaan bahasa
Perbedaan harus dibarengi persamaan hak
Persamaan hak hidup
Adil ketika interaksi sosial antara masyarakat
Jawa dan luar Jawa
Antideskriminasi diantara latar belakang siswa
yang berbeda
Menghilangkan perbedaan antara
beberapa
suku bangsa dan bahasa
Memberikan perhatian yang seimbang antara
satu dan lainya
Tidak membedakan perlakuan tehadap siswa
kaya dan miskin
DRAFT
2
Adil
336
Kesamaan dalam hukum maupun perlindungan
hukum
Memperlakukan sesuatu dengan seimbang
Persamaan walaupun beda suku dan bahasa
Tidak memihak satu orang
3
Persaudaraan
Saling bantu-membantu
Tidak merendahkan agama lain
Persaudaraan tidak hanya sebatas sesama agama
termasuk menghargai berbeda agama
Tidak menghina kepercayaan dan agama lain
Mengembangkan persaudaraan dengan agama
lain melalui silaturahmi
Mengupayakan masyarakat damai dan harmonis
4
Toleransi
Menghormati dan menghargai sesama umat
manusia
Tolong-menolong dan saling membantu
Menghormati dalam perbedaan
Menghormati sesama siswa yang berbeda
budaya
Menghormati orang yang lebih dewasa
Saling menghormati walaupun beda bahasa
Menghilangkan konflik ketidak adilan
5
Etika pergaulan
Menjalankan rambu-rambu agama masingmasing
Menghormati peribadatan agama lain
Tidak menghina antar agama
Pergaulan didasarkan norma
Tidak melecehkan agama lain
Tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama
Menghindari kesalahpahaman
Tabel makna multikultural menurut siswa diformulasikan berdasarkan data-data
tentang makna multikultural menurut siswa
DRAFT
4. Sikap Guru dan Siswa terhadap Pendidikan Multikultural
Praksis pendidikan multikultural memerlukan perangkat kurikulum yang
berdimensi multikultural serta perangkat bahan ajar yang memiliki muatan
multikultural. Kultur madrasah MA MINAT Cilacap yang responsif terhadap
pendidikan multikultural turut mempengaruhi pendidikan multikultural. Selain
337
beberapa hal diatas juga diperlukan sikap guru dan siswa yang responsif
terhadap pendidikan multikultural sbb:
a. Sikap Guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap terhadap
Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang mengacu pada aras
menglobal namun tetap mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan
sebagai basis moralitas menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan karakter
dan pendidikan multikultural merupakan bagian dari pendidikan akhlak.
Pendidikan multikultural lebih mengedepankan aspek-aspek pemberdayaan
siswa. Menurut Alfaro (2008:117), pengalaman guru mengajar pada siswa
yang beragam budaya akan memilki kompetensi kultural.
Sejalan penelitian Alfaro guru MA MINAT Cilacap dan guru Pendidikan
Agama Islam khususnya memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama
DRAFT
sekitar lebih sepuluh tahun dalam mengajar pada siswa yang memiliki
keragaman budaya. Hal ini karena sejak berdirinya MA MINAT Cilacap
memiliki siswa dari berbagai daerah diluar jawa. Kondisi tersebut di atas turut
membentuk kompetensi kultural yang dimiliki oleh guru MA MINAT Cilacap.
Pembentukan sikap guru yang responsif multikultural memiliki peran
penting terhadap implementasi pendidikan multikultural. Fenomena maraknya
gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama ataupun gerakan keagamaan
yang sangat beragam varianya semakin memungkinkan konflik beragama. Hal
tersebut perlu dinetralisir oleh guru sebagai pemegang peran penting
pendidikan dan membekali siswa pada kompetensi kultural. Guru sebagai top
fiqur bagi siswa ketika melakukan internalisasi kompetensi multikutural maka
338
perlu memiliki wacana dan pemahaman yang teraktualisasi dari sikap positif
terhadap pendidikan multikultural.
Sikap guru MA MINAT Cilacap ketika menanggapi persoalan di atas
adalah dengan mengembangkan sikap toleransi
yang juga dikembangkan
dalam diri siswa. Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam terhadap gerakan
radikal yang mengatasnamakan agama, adalah lebih bersikap bahwa kebebasan
beragama adalah hak setiap warga negara. Islam secara jelas mengatur bahwa
keragaman beragama menjadi keniscayaan, tidak ada paksaan dalam memeluk
Islam. Sikap guru agama Islam MA MINAT Cilacap mengedepankan
musyawarah dalam berbagai hal dalam internalisasi sikap tasamuh.
Pengembangan sikap toleransi
guru Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap memiliki implikasi terhadap pemahaman dan internalisasi
pendidikan multikultural. Sikap menghargai terhadap keragaman agama,
DRAFT
budaya maupun bahasa akan meningkatkan pemberdayaan terhadap siswa.
Kondisi siswa MA MINAT Cilacap beragam bahasa dan budaya yang berasal
dari luar jawa membutuhkan sikap yang
lebih arif terhadap keragaman
tersebut. Perbedaan latar belakang siswa juga membawa perbedaan sikap siswa
dan sikap guru yang responsif multikultural sangat dibutuhkan dalam kondisi
tersebut.
Selanjutnya sikap guru dan pemahaman tentang jihad adalah memberi
makna yang lebih luas. Jihad bukanlah identik dengan perang, kekerasan
maupun bentuk-bentuk diskriminasi terhadap ras, suku, etnis maupun budaya.
Jihad dalam konteks persekolahan dimaknai oleh guru Pendidikan Agama
339
Islam adalah merupakan memerangi kebodohan melalui proses pendidikan.
Jihad juga dimaknai bukanlah upaya untuk mendirikan agama Islam, namun
jihad sebenarnya adalah jalan damai. Islam bukanlah identik dengan
peperangan secara fisik sehingga melakukan dominasi terhadap golongan
tertentu diluar Islam merupakan tindakan yang tidak dibenarkan.
Sikap guru Pendidikan Agama Islam diatas merupakan sikap positif
terhadap implementasi pendidikan multikultural dan akhirnya akan terjadi
pemberdayaan pada diri siswa maupun pengembangan kultur madrasah yang
lebih kondusif.
Pemahaman konsep dan wacana tentang pendidikan
multikultural yang dipahami guru Pendidikan Agama Islam mengarah pada
kompetensi kultural, selain hal tersebut sikap guru juga semestinya diimbangi
terhadap pemahaman realita siswa yang beragam.
Guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap ketika menghadapi
DRAFT
sikap siswa yang berasal dari luar daerah yang memiliki kecenderungan
berkarakter keras dibandingkan dengan Jawa, memberikan perlakuan yang
sama. Guru tidak malakukan deskriminasi bahasa maupun budaya. Siswa MA
MINAT Cilacap terdiri 30 persen dari luar Jawa dan selebihnya berasal dari
jawa. Perlakuan yang sama terhadap semua siswa membawa iklim
pembelajaran yang kondusif dan rata-rata siswa mudah beradaptasi sekitar satu
bulan. Sosialisasi siswa tidak mengalami kendala yang berarti. Perlakuan guru
Pendidikan Agama Islam menunjukan kearifan dalam menghadapi keragaman.
Selanjutnya sikap guru dalam menghadapi maraknya kekerasan berbasis
agama ataupun yang mengatasnamakan agama, lebih bersikap pada dasar
340
normatif Islam. Islam secara tegas menyatakan bahwa tidak ada pemaksaan
dalam memeluk Islam. Kekerasan dalam bentuk apapun dalam Islam
merupakan tindakan yang dilarang. Guru pendidikan agama MA MINAT
Cilacap Islam sekaligus berperan sebagai kiai memiliki pemahaman bahwa
Islam merupakan agama moderat yaitu sangat menghargai tolong-menolong.
Bentuk kerjasama dengan penganut non Islam dibenarkan dalam hablum
minannas (hubungan sesama manusia).
Sikap guru Pendidikan Agama Islam di atas memiliki wacana dan
pemahaman beragama yang lebih terbuka terhadap kemajemukan. Pemahaman
keagamaan tersebut lebih menunjukan kearifan sosial dan memiliki kompetensi
kultural
dalam
mendukung
implementasi
pendidikan
multikultural.
Selanjutnya, perbedaaan beragama oleh guru agama MA MINAT Cilacap
disikapi bahwa kenyataan tersebut adalah menjadi sunatullah
(ketentuan
DRAFT
Allah) dan tidak perlu dipertentangkan. Pemaksaan keyakinan terhadap orang
lain menjadi tidak benar, karena keyakinan merupakan hidayah Allah Swt.
Hubungan antar sesama manusia merupakan bagian hablum minannas sehingga
gerakan keagamaan kekerasan anti pluralisme yang mengatasnamakan Islam
merupakan merusak citra Islam.
Sikap terbuka terhadap perbedaan diatas yang dilakukan guru Pendidikan
Agama Islam MA MINAT Cilacap merupakan sikap positif dan memiliki
wacana serta pemahaman kultural yang baik. Implikasi berikutnya ketika guru
memiliki pemahaman yang baik tentang pendidikan multikultural akan
membawa proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai multikultural pada
341
siswa. Perubahan dan pengaruh globalisasi oleh guru Pendidikan Agama Islam
yang berlatar belakang pesantren serta sebagai kiai Pesantren Al Ihya
Ulumudin Cilacap adalah terbuka terhadap perubahan dan modernisasi. Sikap
guru Pendidikan
Agama Islam akomodatif terhadap perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Isu-isu kontemporer menjadi
topik-topik diskusi maupun seminar yang dilaksanakan di Darul Hikmah
perpustakaan MA MINAT Cilacap. Wacana yang berkembang dalam
pemahaman guru Pendidikan Agama Islam adalah penting untuk melakukan
penguasaan ilmu-ilmu pendidikan maupun metode pendidikan kontemporer
dan menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan umum.
Sikap
keberagamaan yang sangat terbuka dimiliki oleh guru agama MA MINAT
Cilacap
merupakan
sikap
penting
dalam
implementasi
pendidikan
multikultural.
DRAFT
Berdasarkan analisis diatas dan berdasarkan temuan data maka dapat
disimpulkan bahwa sikap guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap
responsif dan memiliki kompetensi kultural antara lain sbb:
1) Berperilaku adil terhadap siswa termasuk dari luar daerah jawa dan hal ini
memungkinkan terjadinya pemberdayaan siswa.
2) Pemahaman terhadap keberagamaan sangat terbuka sehingga anti
deskriminasi terhadap penganut agama lain.
3) Memiliki sikap toleransi terhadap keragaman bahasa, budaya, sikap siswa
4) Menanamkan kebebasan beragama ketika menyikapi masyarakat yang
multiagama.
342
5) Menjalin hubungan sesama manusia walaupun berbeda keyakinan.
Sikap-sikap tersebut merupakan sikap guru Pendidikan Agama Islam
terhadap implementasi pendidikan multikutural, sehingga sikap tersebut akan
membawa dampak positif dalam pembelajaran.
Berdasarkan data-data tentang sikap guru Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel sikap guru Pendidikan Agama
Islam dibawah ini:
Tabel.11
Sikap guru Pendidikan Agama Islam terhadap pendidikan multikultural
Komponen
Sikap
Nilai-nilai multikultural
Guru
Menerapkan pembelajaran
Kesetaraan, toleransi dan
Dialogis
demokrasi
Mengedepankan musyawarah
Toleransi (tasamuh)
Mengakui pluralitas
Keanekaragaman (diversity)
Memaknai jihad sebagai
Toleransi, menghargai
Pendidikan
Perbedaan
Memberikan perlakuan yang Persamaan hak, demokrasi
sama terhadap siswa luar Jawa
Menghargai agama lain
Toleransi
Mengakui keragaman
Toleransi, demokrasi dan
latarbelakang siswa
persamaan hak
Bersikap terbuka terhadap
Toleransi, demokrasi,
Perbedaan
kesetaraan, prejudice
Akomodatif terhadap
Persamaan hak dan
perkembangan keilmuan
Demokrasi
termasuk ilmu non kesilaman
Tabel diformulasikan dari data-data tentang sikap multikkultural guru
Pendidikan Agama Islam
DRAFT
b. Sikap Siswa MA MINAT Cilacap terhadap Implementasi Pendidikan
Agama Islam Berbasis Multikultural
Sikap guru dan siswa memiliki relevansi membangun keselarasan
hubungan dalam implementasi pendidikan multikultural (Gibson: 2009:451) .
Pemahaman dan penguasaan isu-isu pendidikan multikultural oleh guru
343
Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap akan memberikan kontribusi
penting bagi sikap siswa dalam implementasi pendidikan
multikultural.
Pemahaman dan kompetensi kultural siswa dapat selaras dengan pola
pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Kurikulum
Pendidikan
Agama
Islam
memiliki
muatan
bahan
ajar
pendidikan
multikultural. Afeksi siswa dalam pendidikan multikultural di MA MINAT
Cilacap dimulai dengan penyampaian bahan ajar yang terkait dengan
pendidikan multikultural seperti: toleransi, adil, menghormati orang lain,
persaudaraan, tolong-menolong dll. Berawal dari penguasan kognisi tersebut
terbentuk sikap siswa yang baik terhadap pendidikan multikultural.
Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar Jawa memandang
bentuk-bentuk pertikaian didaerahnya adalah disebabkan oleh pelanggaran hak
sehingga memicu pertikaian. Sikap terhadap kultur madrasah tidak menjadi
DRAFT
kendala hanya sebatas perbedaan bahasa dan karakter. Bahan ajar pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap teramasuk tidak menjadi
permasalahan. Sosialisasi dengan dengan teman-teman dari daerah jawa tidak
menjadi permasalahan hanya sebatas perbedaan bahasa dan karakter yang perlu
adaptasi.
Sikap siswa tersebut menunjukan sikap mudah dalam adaptasi dan
memiliki kompetensi kultural yang baik. Sikap siswa memiliki pemahaman
multikutural
yang
dapat
memungkinkan
implementasi
pendidikan
multikultural, disamping hal tersebut terdapat ikatan santri yang memberikan
mediator dalam adaptasi.
344
Sikap siswa responsif terhadap pendidikan multikultural juga dipengaruhi
oleh visi yang dikembangkan MA MINAT yaitu tawazun.
Tawazun
merupakan sikap saling menghargai semua perbedaan yang ada dalam
masyarakat. Secara kelembagaan MA MINAT Cilacap telah mengupayakan
kultur Madrasah yang merespon adanya pendidikan multikultural. Visi tersebut
selain dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam sebagai pelaku pendidikan
dan secara tidak langsung membentuk karakter siswa responsif terhadap
pendidikan multikultural.
Sikap siswa dari Lampung, memahami beberapa bentuk pertiakain
didaerahnya lebih didasarkan perebutan hak atas kepemilikan tanah, sikap
tersebut berarti siswa dapat melakukan analisa terhadap semua konflik sosial.
Faktor penyebab pertikaian didasarkan atas perbuatan-perbuatan yang tidak
mencerminkan adanya kearifan sosial yang dapat dibentuk melalui pendidikan
DRAFT
multikultural. Proses Pendidikan Agama Islam dirasakan sangat cocok sesuai
dengan harapan. Dengan demikian, sikap siswa terhadap pendidikan
multikultural memiliki respons positif.
Sikap siswa berasal dari Medan dengan daerahnya, yang mayoritas nonIslam, memandang bahwa beberapa pertiakaian di daerahnya sebagian besar
disebabkan oleh
kurangnya sikap menghargai. Kendala utama adalah
penguasaan bahasa jawa yang sedikit menghambat sosialisasi dengan temanteman di madrasah. Motivasi belajar di MA MINAT Cilacap lebih didasari
untuk memperbaiki akhlak. Dengan demikian, sikap tersebut telah memiliki
345
kompetensi kultural dalam implementasi pendidikan multikultural di MA
MINAT Cilacap.
Selanjutnya, sikap siswa yang berasal dari Kalimantan Tengah kendala
yang dirasakan ketika sosialisasi adalah bahasa. Proses pembelajaran dapat
diikuti dengan baik. Pembelajaran bahan ajar akhlak dipahami sebagai
pembentukan akhlak. Secara keseluruhan siswa MA MINAT Cilacap yang
berasal dari daerah luar Jawa mengalami kendala sosialisasi dalam bahasa dan
karakter yang berbeda, namun kendala tersebut dapat cepat terselesaikan. Sikap
siswa MA MINAT Cilacap telah memiliki kompetensi kultural hal ini dapat
tergambar dari kemampuan memahami terjadinya konflik sosial.
Beberapa pemicu pertikaian dipahami oleh siswa sebagai bentuk tidak
adanya rasa saling menghargai dan pelanggaran hak-hak orang lain, hal
tersebut mengindikasikan bahwa sikap siswa responsif terhadap pendidikan
DRAFT
multikultural. Pola hubungan sesama teman di madrasah kondusif dan tidak
pernah terjadi pertikaian meskipun berasal dari kultur yang sangat berbeda.
Pengembangan sikap siswa MA MINAT Cilacap terhadap pendidikan
multikultural sangat dipengaruhi sikap guru dan selanjutnya ditopang dengan
tata kelola madrasah dan visi misi madrasah yang sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai multikultural yaitu tawazun dan tasamuh.
346
Berdasarkan data-data diatas dapat diformulasikan tabel sikap siswa
terhadap pendidikan multikultural di bawah ini.
Komponen
Siswa
Tabel.12
Sikap Siswa terhadap Pendidikan Multikultural
Sikap
Nilai-nilai multikultural
Mengakui perbedaan
belakang siswa
latar Keanekaragaman,
Kesetaraan
Mengakui perbedaan karakter
individu
Mengakui pluralitas
Menyadari penyebab
pertikaian adalah pelanggaran
hak
Menganggap guru memberikan
perlakuan yang sama terhadap
siswa luar Jawa
Menghargai sesama teman dari
latar belakang yang berbeda
Bersosialisasi dalam ikatan
siswa
Anti
kekerasan
seperti
terhadap
pertikaian
yang
terjadi didaerahnya
Terbuka dalam pergaulan
Keragaman, kemajemukan,
pluralitas
Keanekaragaman (diversity)
Persamaan hak, demokrasi
Anti deskriminasi dan
Persamaan hak
Toleransi, kesetaraan dan
prejudise
Toleransi, demokrasi dan
persamaan hak
Perdamaian, persatuan
DRAFT
Persamaan hak, persatuan
demokrasi
Menghargai perbedaan bahasa Kesetaraan,
persamaan
derajat
Tabel diformulasikan berdasarkan data-data tentang sikap siswa terhadap
pendidikan multikultural.
5.Kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung Pendidikan Multikultural
Kultur sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam institusi tertentu.
MA MINAT Cilacap memiliki lebih majemuk karena keberadaanya berdekatan
dengan Pesantren Al Ihya Ulumudin. Kultur pesantren mewarnai kultur yang
ada di MA MINAT Cilacap. Hal ini juga didukung guru Pendidikan Agama
Islam sebagian besar alumni dari madrasah dan pesantren tersebut, sedangkan
347
kultur pesantren identik dengan kepribadian kiai. Penanaman sikap toleransi
banyak dikembangkan di MA MINAT Cilacap karena perbedaan latar belakang
siswa dari daerah beragam. Toleransi salah satu pembentukan budaya sekolah
mengacu pada kompetensi budaya.
Pembentukan kompetensi budaya juga diikuti aturan madrasah terutama
tentang hak-hak siswa yang setara, tidak melakukan bentuk diskriminasi bahasa
maupun budaya. Kompetensi bahasa dapat dimulai dari guru yang memiliki
sensitivitas terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya deskriminasi
bahasa yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Peran madrasah
membuat dan menerapkan tata aturan madrasah yang melarang bentuk
deskriminasi bahasa (Yakin, 2005:105). Berdasarkan dari temuan data bahwa
MA MINAT Cilacap membentuk kompetensi bahasa terhadap siswa. Latar
belakang siswa yang beragam dari berbagai daerah membawa bahasa yang
DRAFT
sangat beragam. Permasalahan utama yang dihadapi siswa ketika beradaptasi
dengan MA MINAT Cilacap adalah tentang bahasa. Perbedaan bahasa asal
dengan bahasa komunikasi keseharian antarteman menjadikan kendala utama,
namun rata-rata siswa MA MINAT Cilacap dapat menyesuaikan diri sekitar
satu sampai tiga bulan.
Kondisi tersebut memberikan deskripsi terhadap kompetensi bahasa
dimiliki oleh MA MINAT Cilacap dengan kultur yang kondusif sehingga siswa
dapat dengan cepat melakukan sosialisasi dengan kultur baru. Keragaman
bahasa juga membawa implikasi terhadap keragaman budaya. Kultur madrasah
yang dibentuk di MA MINAT Cilacap responsif terhadap perbedaaan budaya
348
yang terdapat pada siswa.
Selain permasalahan kendala dalam sosialisasi
karena adanya perbedaan budaya. Fenomena tersebut didukung adanya
pembentukan kultur madrasah. Sejalan dengan pendapat Bernet bahwa untuk
memahami sesuatu yang dirasakan siswa terhadap hal yang menghambat
proses belajar dapat diidentifikasi melalui kendala bahasa, nilai budaya atau
norma, atau mungkin gaya pengajaran guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
MA MINAT Cilacap memberikan perlakuan yang sama dan setara membawa
budaya
pembelajaran
yang
kondusif.
Hal
tersebut
memungkinkan
pemberdayaan dalam diri siswa. Sistem kelas dibedakan dari latar belakang
pesantren dan nonpesantren dalam rangka memberikan perlakuan dalam
pembelajaran yang lebih bijaksana sehingga guru akan lebih tepat menerapkan
upaya pemberdayaan siswa dalam pembelajaran. Hal ini terkait karena muatan
DRAFT
ilmu keIslaman yang banyak diajarkan di MA MINAT Cilacap sebagai
kurikulum muatan lokal. Siswa yang berlatar belakang dari luar pesantren
mendapat perlakuan yang lebih intensif untuk dapat mengikuti dan penguasaan
bahan ajar dengan baik.
Selanjutnya, guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dalam
upaya mengembangakan kultur pembelajaran dengan cara melakukan
kontekstualisasi bahan ajar Pendidikan Agama Islam. Kontekstualisasi
dimaksudkan terjadi internalisasi nilai-nilai dalam Pendidikan Agama Islam.
Bahan ajar terkait relasi sosial dan pembentukan akhlak disampaikan melalui
dasar normatif Al qur’an hadis, selanjutnya siswa membuat analisa tentang
349
masalah sosial kemasyarakatan. Aksi sosial merupakan tahap setelah
pengusaan kognisi. Aksi sosial sebagai upaya pembentukan perilaku siswa
pada kompetensi kultural.
Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam diarahkan siswa menguasai
pemahaman komperhensif tentang kebudayaan Islam. Nilai-nilai sejarah Islam
terdapat hikmah besar dalam tata kehidupan modern. Salah satu bahan ajar
sejarah dalam Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di MA MINAT Cilacap
adalah sejarah peradaban Madinah ketika peristiwa hijrah Rasul dari Mekkah
ke Madinah. Sejarah kebudayaan Islam menguraikan bahwa terjadi
harmonisasi struktur masyarakat yang sangat majemuk. Masyarakat madani
dengan ditandai adanya piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad
saw adalah sebuah tatanan masyarakat yang dapat mengakomodasi semua
kepentingan dari semua golongan dan dari kehidupan yang multikultural.
DRAFT
Salah satu bahan ajar di atas merupakan muatan sejarah kebudayaan Islam
yang dapat diaktualisasi dalam tata kehidupan global. Penguasaan kognisi dan
pembentukan afeksi siswa MA MINAT Cilacap dengan cara mengeksplorasi
nilai-nilai sejarah merupakan upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama
Islam dalam rangka membentuk budaya madrasah yang responsif terhadap
pendidikan multikultural. Selain pengembangan budaya madrasah yang
dikembangkan dalam pendidikan multikultural dilakukan oleh guru melalui
budaya pembelajaran yang responsif multikultural juga dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru diupayakan dapat diterima oleh
semua latar belakang siswa. Pola hubungan antarsiswa dengan latar belakang
350
yang sangat beragam, menunjukkan adanya harmonisasi dan kondusif.
Perbedaan sikap maupun bahasa dan budaya yang dimiliki oleh siswa tidak
memicu konflik. Siswa dapat menganalisa beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya konflik, dengan demikian siswa memiliki kompetensi kultural yang
lebih luas. Sisi positif yang diperoleh siswa dengan kultur yang berbeda dengan
budaya asal daerah mereka adalah mereka memiliki kompetensi kultural yang
turut membentuk kepribadian lebih terbuka terhadap realitas multikultur karena
hakekatnya kehidupan tidak terjadi dalam konteks monokultural.
Respon siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar daerah terdapat
perbedaan sikap dengan lingkungan belajar di Madrasah. Kultur MA MINAT
Cilacap dipandang lebih kodusif, siswa dari latar belakang daerah yang berbeda
mudah mengadakan adaptasi dan sosialisasi dengan kultur madrasah. Hal ini
dipengaruhi faktor pesantren yang berada dilingkungan madrasah. Kultur
DRAFT
pesantren pada umumnya dan pesantren al Ihya ulumudin pada khususnya
berasal dari masyarakat umum (grass root) turut membentuk kultur akomodatif
terhadap perbedaan yang ada. Pola hidup dan pergaulan di MA MINAT
Cilacap banyak terpengaruh dengan kultur pesantren yaitu mengutamakan
adanya kebersamaan dan persaudaraan. Kondisi tersebut dapat memungkinkan
persatuan dan keadilan yang lebih kuat walaupun dari perbedaan kultural.
ikatan emosional siswa di kuatkan adanya persamaan persepsi tentang
kebutuhan yang sama dalam memperdalam ilmu keIslaman.
Kompetensi kultural dimiliki siswa MA MINAT Cilacap yang memiliki
relevansi dengan pembentukan budaya madrasah yang dilakukan oleh semua
351
personel sekolah. Latar belakang guru, staf, admnistrasi, kepala madrasah serta
Yayasan YaBakii adalah berlatar belakang santri yang sudah terbiasa dalam
hidup kebersaman, persamaan derajat, keadilan, dan persaudaraan. Sikap
tersebut turut memberikan corak yang dominan dalam pengelolaan MA
MINAT Cilacap, sehingga kultur
yang dikembangkan sangat responsif
terhadap implementasi pendidikan multikultural.
Kultur MA MINAT Cilacap tidak dapat terlepas dari para pelaku
pendidikan. Pola pendidikan, interaksi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran bahkan sampai perumusan kurikulum sangat mendukung dalam
implementasi pendidikan multikultural. Pengembangan
kurikulum dan tata
aturan persekolahan semua lebih berpihak pada hak-hak siswa. Berdasarkan
uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kultur MA MINAT
Cilacap dalam implementasi pendidikan multikutural dilakukan dari berbagai
aspek:
DRAFT
a. Bahtsul Masail
b. Silaturahmi
c. Pembiasaan multilingual
d. Berpeci dan berjilbab
e. Gedung madrasah menggunakan arsitektur Jawa dan Islam
f. Makna logo MA MINAT memiliki nilai multikultural
g. Tata aturan madrasah memuat perlindungan pada hak-hak guru dan
siswa.
352
Aspek-aspek diatas adalah merupakan aspek yang mendukung kultur madrasah
dalam implementasi pendidikan multikultural serta didukung dengan kultur
Pesantren Al Ihya Ulumudin. Dengan demikian, kultur yang mendukung
tersebut juga mempercepat sosialisasi dan adaptasi siswa yang berasal dari luar
daerah Jawa. Akhirnya, kultur MA Minat sangat mendukung dalam
implementasi pendidikan multikultural.
Berdasarkan data-data diatas tentang kultur MA MINAT Cilacap yang
mendukung terhadap pendidikan multikultural, maka dapat diformulasikan tabel
berikut:
DRAFT
353
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel.13
Kultur MA MINAT Cilacap dalam Implementasi
Pendidikan Agama Islam Perspektif Multikultural
Kultur
Deskripsi
Nilai-nilai multikultural
Bahtsul
Pembahasan masalah-masalah fiq Menghargai perbedaan
Masail
pendapat
Silaturahmi Menjalin persaudaraan dengan
Kebersamaan, persamaan
menghilangkan sekat perbedaan
hak, relasi yang
harmonis, persaudaraan,
persatuan, perdamaian,
kesetaraan
Pembiasan Guru selalu mengawali setiap
Antiprimodialisme
Multilingua pergantian jam pelajaran dengan
bahasa, prejudise,
l
bahasa Arab, Inggris, Indonesia
antideskriminasi
Berpeci
Berpeci wajib bagi siswa putra
Menghormati budaya
dan
dan berjilbab bagi siswa putri
(peci dari kearifan lokal),
berjilbab
kesetaraan, humanisasi
Gedung
Gedung madrasah sebagian
Menghormati perbedaan,
madrasah
menggunakan arsitektur jawa
harmoni budaya,
menggunak (joglo) pada aula qodim dan
keragaman, kemajemukan
an
gedung perpustakaan dengan
arsitektur
menggunakan arsitektur Islam
Jawa dan
Islam
Logo
Globe bermakna berorientasi
Pengakuan keragaman
MA
pada pendidikan global
budaya, bahasa, budaya,
MINAT
persatauan
Obor Api bermakna
Kesetaraan dan
menghilangkan kebenaran ilmu
kemajemukan
tertentu namun mengakui
kebenaran & perkembangan ilmu
non Islam
Bintang sembilan bermakna
Perdamaian, akulturasi
mengikuti pola pikir majemuk
budaya, nirkekerasan
dan pluralisme yang diajarkan
dakwah walisongo
Qur’an Hadits sumber kebenaran Toleransi, menghormati
mutlak sebagai pedoman
perbedaan, kesetaraan
operasionalisasi madrasah
Madrasah Nahdlotuttulab berarti
Pengakuan perbedaan,
kebangkitan pelajar, progresif dan antimonokultural
dinamis
Tata
Terdapat job description yang
Keadilan, kesetaraan,
atauran
jelas diantara keawajiban masing- persatuan
madrasah
masing personel madrasah
DRAFT
354
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MA MINAT Cilacap
Gambaran
umum
MA
MINAT
Cilacap
dalam
rangka
untuk
mendeskripsikan setting penelitian secara umum yang terkait dengan tinjuan
multikultural. Adapun deskipsi tersebut didalamnya adalan meliputi kurikulum
maupun aturan-aturan akademik yang menggambarkan kesamaan hak diantara
personel madrasah.
1. Sejarah berdirinya MA MINAT Cilacap
Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatutthullab (MA
MINAT) Cilacap, tidak bisa terlepas dari perkembangan Pondok Pesantren
Al Ihya Ulumudin sebagai lembaga yang telah melahirkannya. MA MINAT
Cilacap merupakan lembaga pendidikan formal dan pondok pesantren Al Ihya
DRAFT
Ulumudin merupakan lembaga pendidikan non formal, keduanya berada dalam
yayasan YaBakiii. Keberadaan MA MINAT Cilacap sebagai lembaga
pendidikan untuk mengakomodir kebutuhan terhadap pendidikan formal
(persekolahan) bagi para santri pondok pesantren Al Ihya Ulumudin khususnya
dan Pondok Pesantren di wilayah Kesugihan Cilacap pada umumnya.
Pesantren Al Ihya Ulumudin dirintis dan dikelola oleh KH. Badawi
Hanafi, beliau dilahirkan di Purworejo, putra dari Al Maghfurlah Romo KH.
Fadil pada tahun 1885. Pendidikan beliau dari Sekolah Dasar yang dahulu lebih
dikenal dengan sebutan Angka Loro. Kemudian beliau meneruskan pendidikan
di pondok pesantren yang dimulai dari pondok pesantren Jawa Tengah sampai
126
Pondok pesantren Jawa Timur, di antaranya : Pesantren Wono Tulus
(Purworejo Jawa Tengah), Pesantren Lirap (Kebumen Jawa Tengah), Pesantren
Lunig (Purworejo Jawa Tengah), Pesantren Jampes (Kediri Jawa Timur), dan
Pesantren Bendo (Pare Kediri Jawa Timur). Semuanya itu di dasari dengan
cita-cita yang tinggi dengan tujuan dan prinsip yang kuat untuk menegakkan
agama Islam (Wawancara dengan kepala madrasah, 15 Juni 2011).
KH. Badawi Hanafi menyadari bahwa ilmu Allah Swt itu sangat luas dan
tidak terbatas, selanjutnya beliau mencoba meneruskan pendidikan dan
pengajaran agama Islam melalui Mushalla yang dibangun dan dijadikan tempat
mengaji oleh ayahnya. Mushalla tersebut dikenal dengan nama Langgar
Dhuwur dari sinilah KH. Badawi Hanafi memulai pengabdian sebagai Guru
mengaji. Santri semakin bertambah banyak, KH. Badawi Hanafi beserta
santrinya bersemangat mendirikan tempat yang cukup besar sebagai sarana
DRAFT
belajar para santri. Akhirnya dengan semangat kebersamaan yang tinggi pada
tanggal 24 November 1925 M atau tahun 1344 H didirikanlah Pondok
Pesantren di Desa Kesugihan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap.
Seiring dengan perkembangan santri yang ada di pesantren, KH. Badawi
Hanafi memiliki gagasan untuk mengembangkan bentuk pengajaran ditambah
dengan metode salafy (klasikal). Sehingga pada tahun 1952, berdirilah
Madrasah Diniyah untuk santri putra yang terdiri dari kelas 1 sampai dengan
kelas 9. Dari sembilan kelas ini dibagi atas tiga fase yaitu tiga tahun pertama
sebagai Madrasah Diniyah (Ibtidaiyah) tiga tahun berikutnya sebagai kelas
menengah (Wustha) dan tiga tahun terakhir sebagai tingkat atas (A’la). Ketiga
127
madrasah diniyah tersebut secara keseluruhan tetap mengedepankan model
pembelajaran pesantren yang dipadukan dengan pembelajaran madrasah.
Dengan demikian, pembelajaran pada madrasah diniyah tersebut tidak
meninggalkan ciri khas pesantren (Wawancara dengan K.Mf, 16 Juni 2012).
Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang cukup kuat untuk
merespon terhadap perkembangan Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin dan
dengan pertimbangan akan output pondok pesantren, maka timbul keinginan
dari sesepuh pesantren tersebut untuk mengembangkan madrasah diniyah yang
sudah ada sebagaimana dokumentasi berikut.
Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) pada awal
berdirinya belum memakai ijazah Negara sebagai standar kelulusan, semula
hanyalah Madrasah Diniyah Partikelir (Swasta) yang hanya di peruntukkan
untuk santri Al Ihya Ulumudin dan mata pelajaran yang diajarkan hanya mata
DRAFT
pelajaran keagamaan saja seperti: Ilmu Tauhid, Nahwu-Sharaf, Mantiq,
Balaghah, Fiqih, Tarikh, Akhlak , Tafsir, Faraid, dan Ulumul Qur’an, hingga
akhirnya diusahakan lebih gigih oleh KH. Suhud Muchson beserta segenap
jajaran Asatidz (guru) menjadi lembaga pendidikan yang diakui oleh
pemerintah sekaligus berijazah Negara. Berangkat dari situlah MA MINAT
Cilacap sudah mempunyai dua kurikulum yaitu lokal (agama) sebanyak 60%
dan umum 40%. (Wawancara dengan waka Kurikulum, 10 Juli 2011).
Pemberian nama Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA
MINAT) merupakan kata yang berasal dari bahasa arab yang berarti: Sekolah
Islam sebagai wujud kebangkitan para pelajar. Pemberian ini dimaksudkan agar
128
kelak dengan berdirinya MA MINAT Cilacap tersebut merupakan tongkat
kebangkitan moral umat Islam (santri) untuk menjadi umat yang terdepan.
Setelah melakukan persiapan secukupnya, yakni dengan adanya madrasah
kelas Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, maka pada tahun 1969 didirikan madrasah
aliyah. Dengan demikian, lengkaplah madrasah di Pondok Pesantren Al Ihya
Ulumudin, yaitu dengan berdirinya MI, MTs, dan MA, sedangkan MI berada di
luar pesantren, namun masih dalam lingkungan pondok pesantren.
Pendirian madrasah aliyah tersebut, sebenarnya belum mencapai
kesempurnaan yang diinginkan oleh Masyarakat. Tahap kelas-kelas tersebut
hanya untuk santri/siswa putra (Kelas Banin), karena tuntutan masyarakat pada
tahun 1972 dibukalah kelas untuk putri, atau yang dikenal dengan istilah Kelas
Banat (putri). Tahun 1977 siswa MA MINAT sudah mulai mengikuti ujian
negara atau ujian untuk tingkat akhir yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam
DRAFT
upaya persamaan antara madrasah swasta dengan madrasah negeri.
(Sumber: diolah dari sejarah pendirian MA MINAT dan wawacara dengan
kepala MA MINAT tanggal 3 Juli 2011)
Berangkat dari berbagai perkembangan dan kebutuhan serta tuntutan
masyarakat, pada tahun 1980 KH. Suhud Muchson berijtihad untuk menjadikan
MA MINAT Cilacap secara resmi mengikuti kurikulum program Departemen
Agama (sekarang Kemenag). Namun demikian pihak madrasah hanya
mengambil 40% kurikulum umum dan 60% agama (lokal), karena semua
pihak, baik pengelola maupun masyarakat pengguna menginginkan keutuhan
dari cikal bakal madrasah tersebut, yakni mengedepankan kajian ilmu agama
dan tidak meninggalkan keilmuan umum. Maka diberlakukan berbagai kajian
129
mengenai
kurikulum
yang
ada,
sehingga
muncullah
bentuk-bentuk
pengembangan dan inovasi kurikulum. Pada tahun 1991 tepatnya tanggal 16
nopember 1991, berdasarkan piagam dari kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi Jawa Tengah No. Wk/5.d/228/Pgm/MA/1991, Madrasah Aliyah
Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) mendapatkan status terdaftar.
(sumber: Dokumentasi dan wawancara 25 Juli 2011 dengan ketua yayasan
YaBakiii KH. SM)
Tuntutan kebutuhan masyarakat dengan segala komitmen seluruh
pengelola madrasah serta masyarakat pengguna dalam rangka pengembangan
kualitas lulusan dan upaya pengendalian mutu, maka pada tahun 2000 MA
MINAT
Cilacap telah mendapat status diakui yang berlaku dalam jangka
waktu lima tahun, sejak awal tahun pelajaran 1999/2000. Seiring dengan
perkembangannya yang pesat, pada 27 Juni 2005 MA MINAT mendapat
DRAFT
piagam dari Depag Wilayah Propinsi Jawa Tengah berstatus terakreditasi
dengan peringkat B yang berlaku sampai jangka waktu empat tahun terhitung
sejak dikeluarkannya. Setelah sekian tahun MA MINAT mendapatkan status
terakreditasi B dari Depag akhirnya sekarang pun masih bertahan dengan
status tersebut sampai 2014/2015, yang berdasarkan piagam dari Badan
Akreditasi Nasional/Madrasah (BAN/S/M) yang ditetapkan di Semarang pada
tanggal 11 November 2009 dengan mempunyai dua program studi (jurusan
yaitu IPA dan IPS), dan MA MINAT di pimpin oleh KH. Mua’rofudin, S.H.
sejak tahun 1994 hingga sekarang.
130
2. Struktur Organisasi MA MINAT Cilacap
MA MINAT Cilacap sebagai sebuah sistem persekolahan formal
menerapkan struktur organisasi yang telah dibuat secara sistematis dalam
rangka mewujudkan tata kerja yang dinamis. Struktur Organisasi Madrasah
Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) Cilacap dan Kantor MA
MINAT Cilacap dengan tugas dari komponen-komponennya meliputi:
a. Kepala MA. MINAT (KH. Mu’rofudin, S.H.) bertugas sebagai pembuat
perencanaan program, mengorganisasikan, melaksanakan pengawasan
b. Waka Administrasi/Waka Sarana Prasarana (KH. Ishak Hilal) bertugas
sebagai pengatur pelaksanaan kegiatan kepegawaian, keuangan, pengadaan
dan inventarisasi sarana dan prasarana.
c. Waka Kurikulum (Puri, BA.) mempunyai tugas pengatur pelaksanaan
kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, inventarisasi training guru, evaluasi
DRAFT
kegiatan sekolah
d. Waka Urusan Hubungan Madrasah dengan Masyarakat “HUMAS”
(Khasbullah Maulana) bertugas mengatur informasi madrasah dengan
masyarakat, kerja sama madrasah dengan masyarakat, hubungan dengan
instansi pemerintah dan swasta.
e. Tata Usaha Madrasah (K. MA. Munir, S.Hi), melaksanakan pengaturan
administrasi kantor, pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan,
administrasi keuangan, sarana prasarana dan inventarisasi peralatan
Madrasah.
131
f. Guru-guru bertugas melakukan kegiatan belajar mengajar, evaluasi belajar
siswa, koordinator kurikuler, administrasi kegiatan belajar mengajar.
g. Wali Kelas bertugas sebagai pengelolaan kelas, pembina siswa, melaporkan
keadaan siswa, pengisian raport.
h. Petugas Bimbingan Penyuluhan, Bimbingan Karier dan Bimbingan
Konseling (K. Masduki BA) bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan,
pembentukan pribadi siswa, membantu siswa memecahkan masalah,
administrasi BP / BK
(diolah dari wawancara dengan wakamad Kurikulum, 21 Juli 2011).
3. Kebijakan Organisasi MA MINAT Cilacap
Kebijakan Madrasah dalam bidang Organisasi MA MINAT merupakan
kebijakan yang sesuai dengan tugas masing-masing yang diberikan oleh kepala
Madrasah kepada seluruh karyawan MA MINAT dalam hal ini adalah:
DRAFT
a. Kepala Madrasah mempunyai beberapa tugas meliputi: tugas secara umum,
penyelengaara administrasi dan pelaksana supervise.
1) Tugas secara umum meliputi penyusunan perencanaan, mengorganisir
kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, mengevaluasi kegiatan, membuat
kebijaksanaan, mengadakan rapat madrasah, mengambil keputusan dan
pengaturan administrasi.
2) Tugas
sebagai
penyelenggara
administrasi
seperti
mengadakan
perencanaan kegiatan madrasah, mengkontrol dan mendata administrasi
waka-waka, memberikan petunjuk kearah penyempurnaan administrasi di
132
tingkat wakil kepala, mengkontrol data-data keuangan, meminta data /
laporan kegiatan.
3) Tugas sebagai pelaksana supervisi,dalam hal ini kepala madrasah
mengadakan, kegiatan BP, kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler,
kegiatan ketatausahaan, kepustakaan dan laboratorium.
b. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum sebagai pembantu kepala
madrasah dalam hal-hal sebagai penyusun program pengajaran, menyusun
pembagian tugas guru, menyusun jadwal pelajaran, jadwal evaluasi belajar,
pelaksanaan ujian madrasah dan ujian nasional, jadwal penerimaan siswa
baru, mengkoordinasikan penyusunan program belajar, menyusun laporan
pelaksanaan kegiatan pengajaran.
c. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan mempunyai tugas menyusun
program pembinaan siswa, megadakan bimbingan dan pelaksanaan
DRAFT
pengendalian kegiatan siswa, membina dan melaksanakan koordinasi
keamanan,
kebersihan,
ketertiban,
keindahan,
dan
kekeluargaan,
memberikan pengarahan dan menyelenggarakan pemilihan pengurus OSIS,
pemilihan calon siswa teladan dan calon penerima beasiswa, mengadakan
seleksi siswa untuk mengikuti kegiatan luar Madrasah, membuat laporan
kegiatan siswa.
d. Wakil Kepala madrasah Urusan Sarana dan Prasarana bertugas sebagai
pengatur dan penyelenggaraan hubungan antara madrasah dengan wali
siswa, pembina pengembangan hubungan antara madrasah dengan lembaga
133
lain, mengadakan kegiatan bersama antara madrasah dengan masyarakat,
lembaga luar madrasah, menyusun laporan kegiatan hubungan masyarakat.
e. Guru, dalam hal ini guru bertugas sebagai pembuat rencana kegiatan belajar
mengajar, melakukan persiapan mengajar, melakukan kegiatan belajar
mengajar, melakukan penilaian, memberikan dorongan dan bimbingan
siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya, membuat dan menyusun
lembar kerja, memantau kemampuan dan kemauan siswa didiknya dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar, membuat catatan kemajuan hasil
siswa dalam memahami materi pelajaran yang sudah diberikan.
f. Wali Kelas membantu kepala Madrasah dalam bidang pengelolaan kelas,
penyelenggaraan administrasi kelas, hiasan dinding, pengisian daftar nilai
siswa, pengisian buku raport, pembagian buku raport.
g. Pegawai Kepustakaan, bertugas sebagai perencana pengadaan buku/bahan
DRAFT
kepustakaan,
pelayanan
kepustakaan,
perpustakaan,
pemelihara
dan
perencana
perbaikan
kekayaan
pengembangan
kepustakaan,
inventarisasi kekayaan kepustakaan, lebelling buku-buku kepustakaan,
mengadakan kartu kepustakaan, membuat katalog, menyusun laporan
pelaksanaan kegiatan kepustakaan.
h. Kepala Urusan / Bagian Tata Usaha bertugas sebagai penyusun program tata
usaha
madrasah,
membuat
RAPBS,
pembenah
dan
penyempurna
administrasi madrasah, pembantu, penyempurna pembenahan administrasi
pegawai, pembuat agenda surat masuk dan keluar.
134
i. Bimbingan
dan
Penyuluhan
bertugas
sebagai
penyusun
program
pelaksanaan BP, mengadakan koordinasi dengan wali kelas dalam
penanganan masalah yang dihadapi siswa, memberikan layanan penyuluhan
terhadap siswa dalam meningkatkan prestasi hasil belajar, mengadakan
kerjasama dengan wali siswa dalam penanganan siswa, mengadakan
penilaian dan pembantu statistik pelaksanaan dan hasil penyuluhan,
menyusun laporan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
(Dokumentasi Kebijakan Organisasi MA MINAT Cilacap, 2 Agustus 2011)
4.Kurikulum MA MINAT Cilacap
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman
muatan kurikulum tiap mata pelajaran dituangkan dalam bentuk Kompetensi
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang dikembangkan
DRAFT
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Struktur kurikulum MA
MINAT Cilacap mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan
bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejujuran, dan khusus pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas komponen mata
pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri.
Kurikulum muatan lokal MA MINAT Cilacap disesuaikan dengan basis
pendidikan pesatren Al Ihya Ulumudin. Implementasi kurikulum muatan
lokal diperkaya muatan materi melalui MINAT sore yaitu madrasah diniyah
135
yang wajib diikuti oleh siswa MA MINAT yang tinggal di pesantren Al
Ihya Ulumudin. Adapun struktur keilmuan MA MINAT Cilacap sbb:
Tabel. 1
Struktur Kurikulum MA MINAT Cilacap
Kelas X
Alokasi Waktu
Komponen
Semester
1
A.
Semester
2
Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Qur’an dan Hadis
2
2
b. Akidah dan Akhlak
1
1
c. Fiqih
2
2
d. Sejarah Kebudayaan Islam
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Arab
3
3
5. Bahasa Inggris
4
4
6. Matematika
4
4
7. Fisika
2
2
8. Biologi
2
2
9. Kimia
2
2
10. Sejarah
1
1
11. Geografi
1
1
12. Ekonomi
2
2
13. Sosiologi
2
2
14. Seni Budaya
2
2
15 Pendidikan Jasmani Olahraga
2
2
dan Kesehatan
16 Teknologi Informasi dan
2
2
Komonikasi
B. Muatan Lokal
a. Bahasa Jawa
2
2
b. Ilmu Kalam
2
2
c. Nahwu
2
2
C. Pengembangan Diri / Pramuka
2
2
Jumlah
48
48
(Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 27 Juli 2012)
DRAFT
136
Tabel.2
Struktur Kurikulum MA MINAT Cilacap
Program IPA
Alokasi Waktu
Komponen
Kelas XI
Kelas XII
Smt Smt Smt
1
2
1
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Qur’an dan Hadis
2
2
2
b. Akidah dan Akhlak
1
1
1
c. Fiqih
2
2
2
d. Sejarah Kebudayaan Islam
2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4. Bahasa Arab
3
3
3
5. Bahasa Inggris
4
4
4
6. Matematika
4
4
4
7. Fisika
4
4
4
8. Kimia
4
4
4
9. Biologi
4
4
4
10. Sejarah
1
1
1
11. Seni Budaya
2
2
2
12. Pendidikan Jasmani Olahraga,
2
2
2
dan Kesehatan
13. Teknologi Informasi dan
2
2
2
komunikasi
B. Muatan Lokal
a. Bahasa Jawa
1
1
1
b. Nahwu
2
2
c. Ilmu Falak
2
2
d. Mantiq
2
e. Balaghah
2
C. Pengembangan diri/pramuka
2*) 2*) 2*)
Jumlah
46
46
48
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
(Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 27 Juli 2012)
DRAFT
137
Smt
2
2
1
2
2
2
4
3
4
4
4
4
4
1
2
2
2
1
2
2
2*)
48
Tabel.3
Struktur Kurikulum MA MINAT Cilacap
Program IPS
Alokasi Waktu
Kelas 1
Kelas 2
Komponen
Smt
1
Smt
2
Smt
1
Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Qur’an dan Hadis
2
2
2
b. Akidah dan Akhlak
1
1
c. Fiqih
2
2
2
d. SKI
1
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4. Bahasa Arab
3
3
3
5. Bahasa Inggris
4
4
4
6. Matematika
4
4
4
7. Sejarah
3
3
3
8. Geografi
3
3
3
9. Ekonomi
4
4
4
10. Sosiologi
3
3
3
11. Seni Budaya
2
2
2
12. Pendidikan Jasmani Olahraga,
2
2
2
dan Kesehatan
13. Teknologi Informasi dan
2
2
2
komunikasi
B. Muatan Lokal
a. Bahasa Jawa
1
1
1
b. Nahwu
2
2
c. Ilmu Falak
2
2
d. Mantiq
2
e. Balaghah
2
C. Pengembangan diri/pramuka
2*) 2*) 2*)
Jumlah
48
48
48
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
(Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 27 Juli 2012)
Smt
2
A.
DRAFT
138
2
2
1
2
4
3
4
4
3
3
4
3
2
2
2
1
2
2
2*)
48
5.Peraturan Akademik MA MINAT Cilacap
Tata kelola peraturan akademik MA MINAT Cilacap telah dibuat dengan
menggunakan dan mempertimbangkan aspek-aspek keadilan sehingga semua
kepentingan akademik siswa telah terakomodir dengan baik. Adapun aturan
akademik MA MINAT Cilacap sbb:
a. Kriteria Kenaikan Kelas
1) Siswa Madrasah Aliyah MINAT Cilacap dinyatakan naik kelas apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
2) Menyelesaikan seluruh program dua pembelajaran pada dua semester di
kelas yang di ikuti
3) Nilai mata pelajaran di bawah kriteria ketuntasan minimal tidak lebih
dari 3 mata pelajaran
4) Memperoleh nilai minimal 75 pada penilaian kelompok pelajaran
DRAFT
Pendidikan Agama Islam dan Baca Tulis Al qur’an
5) Memperoleh nilai minimal 80 pada penilaian (1) Praktek keagamaan ;
(2) Akhlak al karimah
b. Kriteria Kelulusan
Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan hasil rapat komite Madrasah Aliyah MINAT
Kesugihan Cilacap, maka siswa di nyatakan lulus Madrasah Aliyah
MINAT Cilacap apa bila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran di kelas X, XI, dan
XII
139
2) memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan:
3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi
4) lulus ujian nasional
c. Penjurusan
1) Penjurusan di madrasah Aliyah MINAT dilakukan mulai di kelas XI
dengan dua program studi IPA dan IPS. Siswa Madrasah Aliyah
MINAT Cilacap di tempatkan pada program studi sesuai dengan minat
siswa dan kompetensinya dengan mendapat persetujuan wali siswa
melalui program penjurusan wali siswa melalui program penjurusan
DRAFT
dengan melihat kriteria-kriteria sebagai berikut:
2) Minat dan bakat siswa digali menggunakan tes minat dan bakat.
d. Kompetensi siswa :
1) Siswa yang mendapatkan nilai rata-rata mata pelajaran IPA lebih tinggi
dari mata pelajaran IPS disarankan mengambil program studi IPA.
2) Siswa yang mendapatkan nilai rata-rata mata pelajaran IPS lebih tinggi
dari mata pelajaran IPA disarankan mengambil program studi IPS.
e. Program Tahunan (Prota)
Program tahunan (prota) dibuat oleh guru bidang studi pada awal tahun
ajaran yang berisi antara lain : mata pelajaran, kelas/semester, sekolah
140
dan tahun pelajaran, mencakup rencana kegiatan yang akan dilakukan
dalam mata pelajaran tersebut dalam satu tahun.
f. Program Semester (Promes)
Program semester (Promes) dibuat oleh guru bidang studi di setiap awal
semester yang berisi mata pelajaran, kelas/ semester, tahun pelajaran,
kegiatan yang dilakukan dalam mata pelajaran tersebut, materi yang
disampaikan, alokasi waktu, diberikan pada bulan apa dan minggu
keberapa.
g. Pembagian Tugas Guru
Pembagian tugas guru dilakukan oleh kepala Sekolah seperti yang
tercantum dalam uraian tugas pengelolaan sekolah.
h. Penyusunan Jadwal Pelajaran
Penyusunan jadwal pelajaran dilakukan oleh waka kurikulum yaitu
DRAFT
Bapak Puri, BA atas persetujuan Kepala Sekolah. Jadwal pelajaram
tahun 2011/2012.
i. Rencana Mengajar
Rencana mengajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat
oleh guru bidang studi setiap sebelum menyampaikan pelajaran di depan
kelas dengan melihat silabus.
j. Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian dilakukan guru bidang studi yang telah mengacu
promes dan prota yang telah diketahui kepala sekolah, dengan
141
menggunakan format penilaian yang telah disepakati. Contoh daftar nilai
terlampir.
k. Peraturan Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan dengan melihat nilai siswa diseluruh mata
pelajaran serta melihat perilaku siswa selama dalam lingkungan belajar.
(Dokumentasi tanggal 12 Agustus 2011)
6.Peraturan Kepegawaian MA MINAT Cilacap
a. Mencatat Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Pegawai
Pegawai YaBakiii terdiri dari:
1) Pegawai fungsional (guru) yang terdiri dari
a) Guru tetap yayasan
Guru tetap yayasan adalah mereka yang diangkat oleh yayasan
b) Syarat pegawai tetap:
DRAFT
(1) Pendidikan sesuai dengan bidangnya
(2) Menandatangani kesanggupan melaksanakan tugas kepada
pimpinan lembaga
(3) Maximal usia 60 tahun
c) Kewajiban pegawai tetap:
(1) Wajib menjadi anggota NAJAHTUKI (dana kesejahteraan)
(2)Sanggup melaksanakan tugas selama lima hari kerja
(3)Mempunyai dedikasi dan loyalitas yang tinggi kepada yayasan
(4)Siap menerima dan melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh
lembaga
142
(5)Melaksanakan kontrak kerja minimal lima tahun
d) Hak Pegawai:
(1)Berhak memperoleh gaji sesuai anggaran masing-masing
lembaga
(2)Mendapat
NAJAHTUKI
(Dana
Kesejateraan
Tunjangan
Keluarga YaBakiii)
(3) Berhak memilih dan dipilih menjadi calon pimpinan lembaga
(4)Mendapat santunan dari lembaga
(5)Mendapat tunjangan prestasi yang akan diatur oleh lembaga
masing-masing bersama BADAN PELAKSANA HARIAN
(6)Hak berbicara dalam meningkatkan kualitas lembaga
2) Guru Tetap DPK
Guru tetap DPK adalah pegawai negeri yang dipekerjakan pada
DRAFT
lembaga
a) Syarat pegawai DPK:
1. Mendapat persetujuan dari yayasan
2. Menandatangani kesanggupan melaksanakan tugas kepada
pimpinan lembaga
b) Kewajiban pegawai DPK:
1. Wajib menjadi anggota NAJAHTUKI (dana kesejahteraan)
2. Sanggup melaksanakan tugas setiap hari kerja
3. Guru bersedia mengajar 23 jam
143
4. Siap menerima dan melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh
lembaga
5. Kegiatan diluar lembaga dalam hari kerja harus seizin
pimpinan lembaga
c) Hak pegawai DPK:
1. Berhak mendapat honorarium Kelebihan jam
2. Mendapat
NAJAHTUKI
(Dana
Kesejateraan
Tunjangan
Keluarga YaBakiii)
3. Berhak memilih dan dipilih menjadi calon pimpinan lembaga
4. Mendapat santunan dari lembaga masing-masing
5. Berhak berbicara dalam meningkatkan kualitas lembaga
d) Guru tidak tetap
Syarat-syarat, kewajiban dan hak diatur oleh Pimpinan Lembaga.
DRAFT
1. Pegawai Struktural terdiri dari :
a. Pegawai administrasi tetap lembaga
b. Pegawai administasi tidak tetap
2. Pegawai DPK
(Dokumentasi tanggal 18 September 2011)
7. Mekanisme Pengadaan, Pengangkatan, Kenaikan dan Mutasi Pegawai
MA MINAT Cilacap
Formasi dan pengangkatan pegawai mengikuti tata aturan yang telah
ditetapkan dari pihak yayasan dan lembaga MA MINAT Cilacap sbb:
a. Jumlah pegawai yang dibutuhkan ditetapkan berdasarkan formasi.
144
b. Formasi ditetapkan oleh pimpinan lembaga mempertimbangkan hasil
musyawarah lembaga serta harus mendapat persetujuan Badan
Pelaksana Harian.
c. Pengangkatan pegawai dimaksudkan untuk mengisi formasi yang
dibutuhkan.
d. Setiap orang yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan,
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pegawai YaBakiii.
e. Persyaratan pelamar diatur oleh pimpinan lembaga.
f. Pelamar yang diterima harus menjalani masa percobaan dan berstatus
sebagai calon pegawai.
g. Selama masa percobaan dilakukan penilaian oleh pejabat berwenang
terhadap calon pegawai yang bersangkutan.
h. Calon pegawai diangkat menjadi pegawai tetap setelah memenuhi
DRAFT
peraturan yang akan diatur kemudian.
i. Setiap pegawai di angkat dalam pangkat dan atau jabatan tertentu baik
jabatan struktural maupun jabatan fungsional.
j. Setiap pegawai yang memenuhi persyaratan berhak atas kenaikan
pangkat.
k. Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan dilaksanakan dengan
memperhatikan prestasi kerja.
l. Ketentuan kepangkatan dan pengangkatan pegawai dalam jabatan
diatur dengan peraturan tersendiri.
145
m. Jabatan fungsional hanya diberikan kepada pegawai edukatif (guru)
atau fungsional-fungsional lain yang dibutuhkan.
n. Perpindahan pegawai dilakukan untuk pelaksanaan tugas dan
pembinaan pegawai.
o. Pegawai dapat diberhentikan dengan hormat karena permintaan
sendiri, telah mencapai usia pensiun, perampingan organisasi, tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai pegawai, dan meninggal
dunia.
p. Pegawai dapat diberhentikan dengan tidak hormat karena melanggar
peraturan
disiplin
pegawai,
dihukum
penjara
atau
kurungan
berdasarkan keputusan pengadilan, dan mencemarkan nama baik
lembaga.
(Dokumentasi tanggal 18 September 2011)
DRAFT
8.Sarana dan Prasarana Pendidikan MA MINAT Cilacap
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja – kursi, serta alat – alat dan
media pengajaran.
Adapun yang disebut prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti
halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan
secara langsung untuk peoses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk
146
mengajar biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga,
komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Sarana prasarana yang baik yaitu dapat menciptakan sekolah yang bersih,
rapi, indah, sehingga dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru
maupun siswa untuk berada di sekolah. Di samping itu tersedianya alat dan
fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses
pendidikan dan pengajaran.
Adapun sarana dan prasarana MA MINAT
yang dikemukakan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepala bidang sarana dan prasarana
a. Identitas MA MINAT
Alamat : Lokasi MA MINAT Cilacap terletak Jl. Raya Kesugihan,
Komplek pesantren al ikhya Ulumudin Cilacap, Jawa Tengah.
Tlp/faks ( 0282 ) 695753
Web site : www.maminat.clp-sch.com
Nama Yayasan
: Yayasan Badan Amal Kesejahteraan Ittihadul
Islamiyah ( YaBakiii )
Data Keadaan Tanah
1) Luas tanah seluruhnya
:
2.012 m2
2) Luas tanah untuk bangunan
:
1.472 m2
3) Luas halaman dan taman
:
540 m2
4) Status tanah
:
Wakaf (telah disertifikatkan)
5) Nomor Sertifikat tanah
:
11.30.11.04.3. 00026
DRAFT
Sarana prasarana yang dimiliki MA MINAT Cilacap memenuhi bagi
terlaksananya proses pembelajaran yang kondusif. Lokasi MA MINAT Cilacap
menyatu dengan Pesantren Al Ihya Ulumudin Cilacap memungkinkan kultur
akademik yang cukup potensial. Posisi ruang kelas memanjang di depan pintu
gerbang utama berada di depan komplek pesantren Al Ihya Ulumudin terdiri
dua lantai. Lingkungan madrasah hanya memiliki pintu gerbang utama dan
147
pintu keluar yang terletak di belakang menghubungkan dengan asrama
pesantren sehingga aktifitas siswa mudah terkontrol. Halaman depan kelas
dipenuhi taman-taman dan tumbuhan dengan warna gedung menggunakan
warna dominan hijau, terlihat kondisi sejuk dan nyaman dalam proses
pembelajaran. (observasi, 7 agustus 2012).
Gerbang utama didesain dengan menggunakan atap joglo, hal ini juga
menunjukkan akulturasi budaya lokal dengan tetap menghargai kultur yang
beragam didalam masyarakat plural. Artinya, MA MINAT Cilacap walaupun
madrasah di bawah kultur pesantren, namun pola pikir yang dikembangkan
tetap menerapkan pendidikan multikultural. MA MINAT Cilacap tidak
menutup relasi yang dikembangkan sebatas dengan orang Islam, namun juga
melakukan kerjasama dengan orang nonIslam misalnya dengan komunitas
orang-orang Cina pernah dilakukan pentas seni barong sai. Kondisi lingkungan
DRAFT
madrasah dan pola pikir yang menghargai pluralisme sangat mendukung
implementasi pendidikan multikultural.
148
Gambar.4
Gerbang Utama MA MINAT Cilacap
(Dokumentasi 18 Juni 2012)
Pola pembelajaran yang dilakukan di MA MINAT Cilacap terpisah antara
kelas putra dan putri sehingga lokasi ruang kelas putra di depan pesantren Al
Ihya Ulumudin sedangkan ruang kelas putri berada di belakang pesantren.
DRAFT
Komplek ruang kelas putra terdiri enam kelas berada di lantai dua dan di lantai
bawah dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang lainya yaitu ruang
laboratorium komputer, perpustakaan, runag bimbingan dan konseling serta
ruang kantor guru, tata usaha dan ruang kepala Madrasah (observasi 3 Agustus
2012). Halaman depan kelas digunakan tempat upacara dan kegiatan kesiswaan
di sekelilingnya terdapat tumbuhan penghijauan. Sebelah selatan halaman
sekolah sekitar 10 meter terdapat asrama santri putra Pesantren Al Ihya
Ulumudin yang menyatu dengan aula jadid (baru) yang memiliki daya tampung
sekitar 750 santri berfungsi sebagai tempat kajian Islam. Sekitar 35 % siswa
MA MINAT Cilacap adalah sekaligus sebagai santri pada pesantren tersebut.
149
Sarana pendukung pendidikan MA MINAT Cilacap juga dilengkapi
dengan perpustakaan terpadu yang dilengkapi lebih dari 6.000 koleksi buku,
kitab-kitab kuning, jurnal maupun hasil-hasil penelitian dari pihak perguruan
tinggi yang telah menjadi mitra binaan dalam program pemberdayaan MA
MINAT Cilacap. Program pemberdayaan MA MINAT Cilacap bekerja sama
dengan lembaga penelitian dan pengabdian pada masyarakat (LP2M) Institut
agama Islam Imam Ghozali (IAIIG Cilacap) pada fokus penataan manajemen
madrasah. Kerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Purwokerto pada bidang peningkatan profesionalitas guru yaitu dengan
pelatihan intensif strategi pembelajaran Aktif . Pada tahun 2011 MA MINAT
Cilacap
juga
mendapat
program
pendampingan
melalui
program
pengembangan madrasah (MEDP) yang difasilitasi Kemenag (Wawancara
dengan Kepala MA, 5 september 2012). Dengan demikian, selain struktur,
DRAFT
infrastruktur turut menunjang bagi pelaksaan pendidikan multikultural.
Gedung sarana penunjang telah dibuat variasi mewakili dari beberapa
kultur dan dari sisi guru telah mendapatkan pencerahan melalui paradigma
pendidikan konstruktif dan ditunjang adanya
perpustakaan Darul hikmah
merupakan perpustakaan terpadu yang dapat digunakan oleh semua personel
MA MINAT Cilacap, MTs MINAT Cilacap maupun santri. Pusat koleksi dan
referensi serta sirkulasi buku berada pada lantai 1, sedangkan di lantai dua
merupakan ruang auditorium biasa digunakan untuk mengadakan kajian-kajian
ilmiah dan pelatihan. Pelatihan dengan menggunakan sarana tersebut yang
dilakukan oleh guru MA MINAT antara lain workshop strategi pembelajaran
150
aktif,
manajerial
madrasah,
manajemen
berbasis
sekolah
(MBS),
pengembangan kurikulum MA MINAT Cilacap (wawancara dengan Kepala
Madrasah tgl 7 Juli 2012).
Gambar.5
Perpustakaan terpadu Darul Hikmah
berada di komplek MA MINAT Cilacap.
(Dokumentasi 18 Juni 2012)
DRAFT
151
GEDUNG SMP YaBakiii
A
KJ
Keterangan
1. Lantai Atas
A. Ruang Komputer
B. Ruang Kls XII A
C. Gudang
D. Ruang KlsXII.B
E. Ruang Kls XI B
F. Ruang Kls XI A
G. Ruang Kls X B
H. Ruang Kls X.A
I. Ruang Kls Mts Minat
2. Lantai Bawah
J. Ruang Perpustakaan
K. Ruang Kantor/BP
L. Kantor YaBakiii
BD
E
C
F
G
H
L
I
DRAFT
Gambar.6
Denah Gedung MA MINAT Cilacap Kelas Putra
(Dokumentasi 18 Juni 2012)
152
K
K
L
Keterangan :
A. Kelas X.D
B. Kelas X.C
C. Kelas XI.D
A
D.
E. Kelas XII.C
B
F. Kelas XII.D
G. Perpus Putri
H. Gudang
C
I. MTs
J. Ruang Kla XI.D
D
K. Ruang Mipa
L. MCK
G
L
H
i
J
E
F
Gambar.7
Denah Gedung MA MINAT Cilacap Kelas Putri
(Dokumentasi 18 Juni 2012)
DRAFT
153
b. Fasilitas Madrasah bangunan terdiri atas :
Gedung yang meliputi:
1) 2 (dua) gedung dengan 2 (dua) lantai untuk perkantoran dan ruang
kelas siswa putra;
2) 1 (satu) ruang untuk laboratorium IPA;
3) 1 (satu) gedung perpustakaan;
4) 2 (dua) gedung dengan 2 (dua) lantai untuk perkantoran dan ruang
kelas siswi putri;
5) 3 (tiga) unit MCK dengan jumlah 12 kamar mandi dan WC;
6) 1 (satu) kantin siswa
7) 1 (satu) buah masjid
8) 2 (dua) buah aula
Jumlah Ruang :
DRAFT
1) 13 (tiga belas) ruang kelas
2) 2 (dua) ruang untuk pimpinan dan tata usaha yang terbagi menjadi 9
(sembilan) sub ruang, yaitu :
a) Ruang Kepala Madrasah
b) Ruang Wakamad
c) Ruang Tata Usaha
d) Ruang Guru
e) 1 (satu) ruang laboratorium IPA
f) 2 (dua) ruang perpustakaan.
154
a. Sarana Prasarana
Sarana yang dimiliki oleh MA MINAT sebagai penunjang proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel.4
Sarana Prasarana MA MINAT Cilacap
No Nama
Volume Keterangan
1
Ruang perkantoran
1
Gabungan
2
Ruang Kelas
6
Baik
5
Baik
2
Baik
3
Perpustakaan
1
Baik
4
Laboratorium Komputer
1
Baik
5
Laboratorium MIPA
1
Baik
6
Ruang BP
1
Baik
7
Laboratorium Bahasa
1
Baik
8
Masjid
1
Baik
9
Aula
1
Baik
10 MCK
2
Baik
11 Koperasi
0
Baik
12 Kantin
1
Baik
13 Pos Keamanaan
2
Baik
(Dokumentasi 18 Juni 2012)
DRAFT
B. Dimensi Multikultural dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap pada tahap
awal pendirian madrasah adalah memberikan aspek yang lebih dominan pada
penguasaan ilmu-ilmu agama. Perkembangan selanjutnya MA MINAT Cilacap
membuat komposisi kurikulum 70 % agama dan 30 % umum. Hal ini mengacu
pada kebijakan yayasan YaBakii maupun aturan Departemen Agama (sekarang
Kemenag) sebelum muncul surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri bahwa
madrasah aliyah adalah sekolah berbasis agama, namun aturan kemudian
komposisi menjadi 70% umum dan 30% agama.
155
Kurikulum Pendidikan Agama Islam selanjutnya ditambahkan dengan
kurikulum berbasis pesantren melalui madrasah diniyah MINAT Sore
yang wajib diikuti oleh siswa MA MINAT Cilacap yang tinggal di
pesantren dan kurikulum muatan lokal seperti mantiq (logika), balagah
(ilmu gaya bahasa) berfungsi untuk memahami kitab kuning, ilmu falak
(ilmu perbintangan) berfungsi untuk menentukan kalender hijriyah
(Wawancara dengan Msl tgl 9 Juni 2012).
Muatan lokal tersebut dilakukan di MA MINAT Cilacap berdasarkan
kebijakan yayasan untuk memberikan corak yang berbeda dengan madrasah
lain.
Kurikulum muatan lokal pelaksanaanya terjadwal dalam pembelajaran
klasikal di MA MINAT Cilacap, sedangkan kurikulum diniyah MINAT Sore
wajib diikuti siswa MA MINAT Cilacap yang tinggal di pesantren dan
pelaksanaanya bekerja sama dengan pihak pesantren. Hal ini yang
membedakan kedalam kurikulum Pendidikan Agama Islam
MA MINAT
Cilacap dibandingkan dengan madrasah lainya dan hal inilah yang menjadi
salah satu faktor penarik animo mahasiswa.
DRAFT
Animo orang tua
siswa untuk memasukkan anaknya sekolah di MA
MINAT Cilacap menurut MF (nama samaran) sebagai seorang guru fiqih
adalah ketertarikan utama pada muatan materi agama Islam yang lebih kuat
dibandingkan dengan madrasah lain di sekitar Cilacap. Komposisi kurikulum
yang dimiliki MA MINAT Cilacap dilakukan penambahan kurikulum muatan
lokal keagaman. Di samping faktor tersebut, dikatakan oleh MF bahwa:
MA MINAT Cilacap merupakan lembaga pendidikan yang menyatu
dengan Pesantren Al Ihya Ulumudin sehingga banyak orang tua siswa
berharap anaknya memiliki akhlak yang baik. Selain hal itu, MF juga
menyakini bahwa siswa MA MINAT Cilacap memiliki kompetensi yang
dapat diunggulkan yaitu penguasaan agama yang lebih kuat juga dapat
berhasil (survive) di masyarakat. (Wawancara dengan MF guru fiqih 26
Januari 2012)
156
Realita mutu lulusan MA MINAT Cilacap yang banyak diterima oleh
masyarakat menggambarkan bahwa ada kurikulum bersifat spesifik yang
digunakan oleh MA MINAT Cilacap. Kurikulum pendidikan pesantren yang
turut mewarnai Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap membawa
corak tersendiri bagi pembentukan kepribadian siswa. Kurikulum pesantren
juga mengajarkan tentang toleransi, keadilan dan penghargaan atas
kemajemukan hal ini terlihat dengan adanya sikap siswa yang sekaligus
sebagai santri memiliki wawasan lebih luas dalam pergaulan. Muatan
kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT juga memuat dimensi
multikultural.
Materi-materi fiqih banyak mengajarkan nilai toleransi dan persamaan hak.
Ada beberapa materi-materi fiqih yang menghargai perbedaan. Satu contoh
yaitu tentang pembahasan mahzab dalam fiqih. Kita mengajak anak
misalnya tentang fiqih dari perspektif empat mahzab. Hal ini mengajarkan
kepada anak tentang berbagai ragam aliran dalam fiqih, sehingga anak
memiliki sikap menghargai dalam perbedaan dan pemahaman mereka
tidak sempit terhadap beberapa perbedaan dengan pendapat-pendapat yang
lain. (wawancara dengan MF guru fiqih 26 Januari 2012).
DRAFT
Selain materi fiqih dalam materi Al qur’an Hadis memuat tentang materi
toleransi. Kaidah-kaidah sosial kemasyarakatan merupakan bagian yang
diajarkan dalam pembelajaran di MA MINAT Cilacap. Pendidikan Agama
Islam menggunakan
strategi
contextual teaching learning dalam upaya
melakukan internalisasi nilai-nilai toleransi. Proses Pendidikan Agama Islam
diajarkan melalui pendekatan kontekstual oleh guru Pendidikan Agama Islam.
Ketika mengajarkan tentang tolong-menolong, NF (guru Al qur’an Hadis)
sebelumnya pernah dijumpai kasus terdapat salah satu siswa yang sakit.
157
Sebelum jadwal pembelajaran NF menginformasikan bahwa ada siswa yang
sakit.
Ketika masuk pada pembelajaran materi tentang tolong-menolong guru
melakukan brainstroming terhadap siswa tentang apa yang telah dilakukan
untuk menolong temanya. Serempak siswa menjawab menjenguk dan ada
yang menambahkan memberikan makanan kesukaan temanya. Guru
melanjutkan dengan pertanyaan tentang bagaimana ketika yang sakit
kalian, apa yang harus dilakukan (Observasi tgl 15 Juni 2012).
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh NF memberikan deskripsi
bahwa dengan strategi kontekstual siswa akan dapat merasakan dan mengalami
dengan cara observasi langsung. Penyampaian materi oleh guru akan sampai
pada dataran afektif hal ini akan menunjang terbentuknya perilaku siswa
memilik jiwa tolong-menolong dan kepekaan sosial yang tinggi yang
merupakan bagian dari pedidikan multikultural.
NF (nama samaran) sebagai seorang guru Al qur’an Hadis memandang
DRAFT
fenomena yang terjadi sekarang banyaknya gerakan-gerakan kekerasan
sebetulnya dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam memuat tentang hal itu.
Materi Al qur’an Hadis untuk kelas satu belum ada materi tentang sosialisasi
karena materinya masih dasar, yaitu pengetahuan tentang sanad, matan perawi
dan yang terkait dengan ilmu hadis.
Tetapi kalau di kelas dua ada materi-materi kemasyarakatan. Contohnya
larangan hidup berfoya-foya dan tata cara hidup bermasyarakat misalnya
tentang menghargai perbedaan pendapat. Materi-materi tersebut dapat
dilakukan dengan pembelajaran kontekstual (Wawancara dengan NF guru
Al qur’an Hadis tanggal 19 Januari 2012).
Nilai-nilai multikultural dalam kurikulum Al qur’an Hadis mengatur
tentang etika dalam pergaulan di dalam masyarakat. Etika bermasyarakat
termasuk di dalamnya mengembangkan toleransi dalam kehidupan yang plural
158
menjadi faktor penting menuju persatuan bangsa dan kerukunan hidup dalam
keragaman. Teknis pembelajaran yang lebih mengarah pada pengalaman ajaran
agama menjadi internalisasi nilai-nilai mutltikultural dalam diri siswa.
Teknik pembelajaran di kelas dua dilakukan dengan cara anak disuruh
untuk membuat narasi cerita tentang menolong, menyantuni du’afa.
Ajakan untuk tidak bersifat kikir, di kelas tiga mengadakan anjuran untuk
mengunjungi orang sakit. Di kelas tiga B anak-anak sudah lebih sadar
tentang toleransi. NF juga menyebutkan, sebenarnya di Al qur’an juga
sudah jelas ajaran penghargaan tentang multikultural antara lain tentang
toleransi yaitu QS al Kafirun ayat 1-6, al Kahfi ayat 29,dan QS Yunus
ayat 40-41. Toleransi dalam konteks beragama, toleransi dimaknai dalam
menegakkan akidah. (Wawancara dengan NF guru Al qur’an Hadis, 19
Januari 2012).
Penanaman nilai multikultural dalam diri siswa perlu didukung adanya
struktur kurikulum yang memadai. Struktur kurikulum MA MINAT Cilacap
merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang ditempuh oleh siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum tiap mata pelajaran
DRAFT
dituangkan dalam bentuk kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar) yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama
dan keagamaan dalam ketententuan umum disebutkan bahwa pendidikan
agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk
sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik
agamanya,
yang
dilaksanakan
dalam menjalankan
sekurang-kurangnya
melalui
mata
pelajaran/kuliah pada semua jalur pendidikan. Pendidikan keagamaan adalah
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama
159
dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.
Selajutnya tentang kurikulum telah diatur dalam peraturan sebelumnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas komponen mata pelajaran, komponen muatan lokal dan
komponen pengembangan diri, sedangkan agama dan akhlak mulia memiliki
cakupan sbb:
Tabel.5
Cakupan Kelompok Agama dan Akhlak Mulia
No
Kelompok Mata
Pelajaran
Agama dan
Akhlak Mulia
Cakupan
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia dimaksudkan untuk membentuk siswa
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Akhlak
mulia mencakup etika, budi
pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama.
DRAFT
(Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 17 Juni 2012)
Cakupan agama dan akhlak mulia dalam dokumentasi kurikulum tersebut
munurut MF adalah memuat muatan pendidikan multikultural yang
dikembangkan dalam pemdidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Etika,
budi perkerti dan moral
dimensi multikultural sebagai acuan dalam
pengembangan nilai-nilai multikultural yang diajarkan kepada siswa.
Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap
berdasarkan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP, Kebijakan Kanwil
160
Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah dan hasil rapat internal Komite
Madrasah,
mata pelajaran yang dikembangkan oleh MA MINAT Cilacap
dideskripsikan sebagai berikut :
a.Komponen Mata Pelajaran
1) Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap
meliputi sub mata pelajaran :
Al qur’an Hadis; Mata Pelajaran Al qur’an-Hadis di Madrasah Aliyah
bertujuan agar siswa gemar untuk membaca Al qur’an dan Hadis dengan
benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan
mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian mata pelajaran Al qur’an
DRAFT
dan Hadis meliputi:
a). Ulum Al qur’an dan Ulum Hadis secara garis besar yang disajikan
secara ringkas dan jelas meliputi:
(1) Pengetahuan Al qur’an dan wahyu
(2) Al qur’an sebagai mu'jizat Rasul
(3) Kedudukan, fungsi dan tujuan Al qur’an
(4) Cara-cara wahyu diturunkan
(5) Hikmah Al qur’an diturunkan secara berangsur-angsur
(6) Tema pokok Al qur’an
(7) Cara mencari surat-surat dan ayat-ayat Al qur’an
161
(8) Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar
(9) Kedudukan dan fungsi Hadis
(10) Unsur-unsur Hadis
(11) Pengenalan beberapa kitab kumpulan Hadis:
i. Kitab Bulughul Maram
ii. Kitab Subulussalam
iii. Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim
b).Ayat-ayat Al qur’an pilihan yang disajikan secara sistematis dan hadisHadis pilihan yang mendukung ayat dengan topik-topik meliputi:
(1) Kemurnian dan kesempurnaan Al qur’an
(2) Al qur’an dan Hadis sebagai sumber nilai dan pemikiran tentang
kebesaran dan kekuasaan Allah
(3) Al qur’an sebagai sumber nilai dasar kewajiban beribadah kepada
DRAFT
Allah
(4) Nikmat Allah berdasarkan ayat Al qur’an dan Hadis serta syukur
nikmat
(5) Ajaran
Al
qur’an
tentang
pemanfaatan
sumber
alam
dan
memanfaatkannya
(6) Ajaran Al qur’an dan Hadis tentang pola hidup sederhana dan
mengamalkannya
(7) Pokok-pokok kebajikan
(8) Prinsip-prinsip amar ma’ruf nahi munkar.
(9) Hukum dan metode dakwah.
162
(10) Tanggung jawab manusia.
(11) Kewajiban berlaku adil dan dan jujur.
(12) Larangan berbuat khianat.
(13) Pergaulan sesama manusia dan tidak berlebih-lebihan.
(14) Makanan yang baik dan halal.
(15) Ajaran Al qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan pembangunan
pribadi dan masyarakat.
(16) Ayat-ayat Al qur’an mengenai ilmu pengetahuan.
(diolah dari Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 23 Juni 2011)
Standar kompetensi dan kompetensi dasar bermuatan pendidikan
multikultural terdapat dalam sebaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang diajarkan di MA MINAT Cilacap. Implementasi nilai-nilai pendidikan
multikultural dilakukan dalam pemberdayaan di madrasah dan kehidupan siswa
DRAFT
di Pesantren Al Ihya Ulumudin.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap memuat nilai-nilai multikultural
di bawah ini:
163
Tabel.6
Standar kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran Al qur’an
Hadis berdimensi Multikultural di MA MINAT Cilacap
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Memahami ayat-ayat
Mengartikan QS.Ali Imran 159 dan QS. Asy Syura:
Al qur’an tentang
38.
Demokrasi.
Menjelaskan kandungan QS.Ali Imran 159 dan QS.
Asy Syura : 38.
Menerapkan perilaku hidup demokrasi seperti
terkandung dalam QS.Ali Imran 159 dan QS.
Asy Syura: 38. dalam kehidupan sehari-hari
Memahami ayat-ayat
Al qur’an dan al Hadis
tentang kewajiban
berda’wah.
1.1 Mengartikan QS. An-Nahl: 125; QS. AsySyu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96, dan hadis
tentang kewajiban berda’wah.
1.2 Menjelaskan kandungan QS. An-Nahl: 125; QS.
Asy-Syu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96, dan Hadis
tentang kewajiban berdakwah.
1.3 Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan
QS. An-Nahl 125 ; QS. Asy-Syu’ara: 214-216,
Al-Hijr: 94-96, dan Hadis tentang kewajiban
berdakwah.
1.4 Menerapkan strategi berdakwah seperti yang
terkandung dalam QS. An-Nahl: 125; QS. AsySyu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96; dan hadis
tentang berda’wah dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa dapat menganalisis hukum dan metode dakwah.
DRAFT
Siswa mampu
menerapkan ajaran
Al qur’an mengenai
dakwah, tanggung
Siswa dapat menerapkan diri berlaku adil dan jujur.
jawab manusia,
kewajiban berlaku adil
dan jujur.
Siswa mampu
Siswa dapat menerapkan etika pergaulan sesama
menerapkan ajaran
manusia.
Al qur’an dan Hadis
tentang etika pergaulan, Siswa dapat melaksanakan ajaran Al qur’an dan Hadis
kerja keras,
yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan
pembangunan pribadi
masyarakat.
dan masyarakat dan
ilmu pengetahuan.
(diolah dari dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 23 Juni 2011)
164
Pada materi Al qur’an Hadis ada beberapa materi yang terkait dengan
pendidikan multikultural seperti pada
kompetensi dasar tentang
menganalisis hukum dan metode dakwah yang kita ajarkan kepada siswa
bahwa dakwah harus memiliki toleransi, dakwah tidak boleh memaksa
hak asazi beragama. Kemudian pada kompetensi dasar tentang
menerapkan diri berlaku adil dan jujur hal itu terkait sekali dengan anjuran
tentang keeadilan dan kejujuran. Selain itu juga terdapat kompetensi yang
kita ajarkan kepada siswa tentang etika pergaulan sesama muslim maupun
dengan beda agama. Pada kompetensi melaksanakan ajaran Al qur’an dan
Hadis yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan masyarakat yang
kita tekankan adalah menjaga hubungan baik dengan sesama anggota
masyarakat. (wawancara tgl 12 Maret 2014 dengan Mjd guru)
2).Akidah Akhlak, mata pelajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam Akhlak yang terpuji,
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman siswa tentang Akidah dan Akhlak, sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan
ketaqwaannya kepada Allah Swt. serta berakhlak
mulia dalam kehidupan
DRAFT
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Adapun ruang lingkup materi bahan kajian mata pelajaran Akidah Akhlak
adalah sebagai berikut:
Aspek Akidah ini meliputi sub-sub aspek: kebenaran Akidah Islam,
hubungan Akidah Akhlak , keesaan Allah Swt, kekuasaan Allah Swt, Allah
Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih Penyayang, Maha Pengampun dan
Penyantun, Maha Benar, Maha Adil, dengan argumen dalil aqli dan naqli.
Meyakini bahwa Muhammad saw adalah Rasul terakhir, meyakini kebenaran
Al qur’an dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qadla dan qadar, hubungan
165
usaha dan doa, hubungan perilaku manusia dengan terjadinya bencana alam
disertai argumen dalil naqli dan aqli.
Aspek Akhlak yang meliputi: beradab secara Islam dalam bermusyawarah
untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua, guru, ulil
amri, dan waliyullah, untuk memperkokoh integritas dan kredibilitas pribadi,
memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, bersedia
melanjutkan misi utama Rasul dalam membawa perdamaian, terbiasa
menghindari akhlak
tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara seperti membunuh, merampok, mencuri,
menyebar fitnah, membuat kerusuhan, mengkonsumsi/mengedarkan narkoba,
dan malas bekerja (pengangguran).
Aspek kisah keteladanan yang meliputi: mengapresiasi dan meneladani
sifat dan perilaku sahabat utama Rasulullah saw dengan landasan argumen
DRAFT
yang kuat, sedangakan mata pelajaran Akidah Akhlak
menekankan pada
penanaman akidah Islam. Materi Akhlak mengajarkan sosialisasi dan hubungan
kemasyarakatan.
166
Tabel.7
Standar kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran Aqidah Akhlak
berdimensi Multikultural di MA MINAT Cilacap
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Memahami aliran-aliran ilmu kalam dan Menjelaskan aliran-aliran ilmu
tokoh-tokohnya
kalam,
tokoh-tokoh
dan
pandangan-pandangannya
(Khawarij, Murji`ah, Syi`ah,
Jabariyah,Qadariyah, sy’ariyah,
Al-Maturidiyah, Mu`tazilah, dan
seperti
teologi
lain-lain
transformatif
dan
teologi
pembebasan)
Menghargai terhadap aliranaliran yang berbeda dalam
kehidupan bermasyarakat
Siswa memahami dan meyakini hakikat
Akidah Islam dan Akhlak Islam serta
mampu menganalisis secara ilmiah
hubungan dan implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari
Siswa
dapat
mewujudkan
hakekat makna Akhlak dalam
kehidupan sehari-hari
DRAFT
Siswa
dapat
menunjukkan
hubungan fungsional antara
Akidah dan Akhlak
Siswa terbiasa beradab terpuji
(iffah, musawah dan ukhuwah)
Siswa memahami dan meyakini hakikat
iman kepada malaikat serta mampu
menganalisisnya secara ilmiah dan
terbiasa berakhlak terpuji (kreatif,
dinamis, dan tawakkal) dan menghindari
akhlak tercela (pasif, pesimis, putus asa,
dan bergantung pada orang lain) dalam
kehidupan sehari-hari.
Siswa memahami dan meyakini
kebenaran kitab-kitab Allah serta mampu
menganalisis secara ilmiah dan terbiasa
berakhlak mulia (bersikap amanah dan
167
Siswa terbiasa melakukan
Akhlak terpuji dalam kehidupan
sehari-hari.
Siswa dapat menghindari Akhlak
tercela dalam kehidupan seharihari.
Siswa terbiasa melakukan
Akhlak terpuji dalam kehidupan
sehari hari
Siswa menghindari Akhlak
berpikir dan berorientasi masa depan) dan
menghindari akhlak tercela (memfitnah,
mencuri, picik, hedonisme, ananiah, dan
materialistik) dalam kehidupan sehari-hari
tercela dalam kehidupan seharihari (seperti memfitnah, mencuri,
picik, hedonisme, ananiah dan
materialistik
Siswa memahami dan meyakini hakikat
Siswa terbiasa berakhlak terpuji
iman kepada Rasul dan beriman kepada
dalam kehidupan sehari-hari
hari akhir serta mampu menganalisis
Siswa terbiasa menghindari
secara ilmiah dan bersikap dan berperilaku akhlak tercela
terpuji memperkokoh kehidupan
masyarakat (solidaritas, zuhud, tasamuh,
ta’awun, saling menghargai, dan tidak
ingkar janji) dalam kehidupan sehari-hari.
(diolah dari Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 23 Juni 2011)
Materi aqidah akhlak ada yang membahas tentang aliran teologi. Aliranaliran teologi kita ajarkan kepada siswa dapat memahami keragaman yang
ada sehingga siswa tidak mudah menyalahkan pada aliran teologi yang
lain. Sedangkan terkait dengan akhlak termasuk akhlak sehari-hari menjadi
pedoman etika dalam pergaulan seperti akhlak terpuji iffah, musawah,
ukhuwah. Akhlak yang harus dihindari seperti menfitnah, mencuri, picik,
hedonisme, ananiyah dan materialistik. (wawancara dengan Msf tgl 12
Maret 2014)
Pada mata pelajaran fiqih bertujuan untuk membekali siswa agar dapat: (1)
DRAFT
mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman
tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial,
(2) melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan
hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
Ruang lingkup fiqih di MA MINAT Cilacap meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara: hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan
168
alam (selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran
Fiqih di MA MINAT Cilacap terfokus pada aspek: fiqih Ibadah, Muamalah,
Munakahat, Mawaris, Jinayah, Siyasah, Ushul Fiqih. semakin banyaknya aliran
dalam amalan terkait fiqih di MA MINAT diadakan bahtsul masail
(pembahasan tentang masalah fiqih).
Karena sekarang banyak amalan-amalan yang bermacam-macam terutama
siswa kelas 2 dan 3 diadakan bahtsul masail. Biasanya materinya yang
menjadi tema terkait dengan masalah sholat tarawih, tentang qunut dan
seputar masalh fiqih yang lain. Mereka sering bertanya tentang hal itu,
maka kita ajak siswa untuk memahami dasar pelaksanaan masing-masing
(wawancara dengan Msl , 15 Maret 2014).
DRAFT
169
C.Nilai-Nilai Multikultural Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap
Rumpun Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi : mata
pelajaran Al qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh (sejarah kebudayaan
Islam). Sumber materi keempat mata pelajaran tersebut adalah mengacu pada
sumber pokok ajaran Islam yaitu
Al qur’an Hadis maupun sunnah rasul,
sehingga isi materi Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap adalah
identik dengan norma-norma ajaran Islam yang tetap menghormati hak-hak
kemanusian.
Ajaran humanisasi, demokratisasi, kebersamaan dan semua bentuk-bentuk
penghargaan terhadap kehidupan dalam konteks sosial multikultural menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap. Proses Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap
DRAFT
mengakomodasi nilai multikultural dalam bahan ajar yang disampaikan antara
lain: persamaan hak,
toleransi,
adil, persaudaraan dan etika pergaulan.
Adapun bahan ajar yang digunakan di MA MINAT Cilacap adalah berupa
buku teks untuk madrasah aliyah yang diterbitkan oleh Kemenag dan berupa
modul-modul pembelajaran yang disusun oleh guru MINAT Cilacap.
1.Nilai-Nilai Persamaan Hak dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap
Islam mengatur banyak hal dari sisi akidah sampai dengan aspek sosial
kemasyarakatan. Norma Islam tidak hanya mengatur pada aspek-aspek ibadah
yang bersifat Ilahiyah, namun mengatur juga pergaulan antara sesama manusia.
Adab pergaulan sesama penganut agama bahkan juga mengatur pergaulan
170
antara orang berbeda agama. Hal ini merupakan bagian dari konstruk keilmuan
yang menjadi bahan ajar di MA MINAT Cilacap. Senada dengan yang digagas
Banks bahwa pendidikan multikultural memuat dimensi pengetahuan yang
responsif multikultural. Aktifitas pendidikan multikultural dalam konstruk
keilmuan memuat nilai-nilai multikultural. Hal ini tercermin dalam teks bahan
ajar MA MINAT Cilacap yang mengatur adab bergaul dengan orang berbeda
agama dengan tetap mengedepankan persamaan hak, sebagaimana bahan ajar
sbb:
Dewasa ini pergaulan antar anggota masyarakat semakin terbuka dan
meluas. Seseorang tidak dapat lagi membatasi pergaulannya atau dengan
kelompok-kelompok tertentu. Perubahan masyarakat kita dari masyarakat
agraris ke masyarakat industri. Pada masyarakat agraris, kebutuhan hidup
sangat tergantung dari hasil pertanian. Dengan kata lain, masyarakat
agraris tidak perlu pergi keluar daerah untuk mencari nafkah, karena
kebutuhan hidupnya telah terpenuhi dari hasil pertanian yang ada di
tempatnya sendiri. Dengan demikian pergaulannya relatif terbatas dengan
orang-orang yang ada di sekitar tempatnya. Pergaulannya terbatas dengan
masyarakat yang homogen: sama dalam ras, suku, bahasa. agama dan
bahkan mungkin hanya sebatas satu daerah saja. Tidak demikian pada
masyarakat industri. Mobilitas masyarakat ini cukup tinggi. Mereka
bergerak dari suatu daerah ke daerah yang lain untuk mengadu nasib guna
memperbaiki harkat hidupnya. Kehadiran mereka ini menyebabkan
bermunculannya perkampungan-perkampungan baru di sekitar tempat
industri dengan penghuni yang sangat heterogen: daerah asal, suku, bahasa
dan juga agama yang berbeda.
(Dokumentasi, tanggal 25 Agustus 20011)
DRAFT
Kehidupan yang serba multikultural dalam masyarakat yang sangat
heterogen menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat terelakan. Dampak
positif yang ditimbulkan adalah semakin majemuk pengetahuan manusia
karena relasi sosial yang ada semakin komplek. Dampak negatif yang
ditimbulkan, masuknya berbagai faham, ideologi, budaya dan tata kehidupan
yang tidak sesuai jika diterapkan dalam sendi-sendi masyarakat tertentu. Islam
171
juga mengatur hikmah yang ada dalam kehidupan multikultural. Terkait dengan
hal tersebut, materi Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap memuat
tata aturan sbb:
Pergaulan antar anggota masyarakat yang berbeda-beda latar belakangnya
itu memberikan pengalaman baru bagi mereka. Paling tidak antara mereka
saling mengenal adat-istiadat dan tradisi masing-masing. Inilah salah satu
hikmah diciptakannya manusia berbeda-beda suku dan bangsanya
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13:




















  
Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
" (al-Hujurat: 13).
(Dokumentasi tanggal 14 september 2011)
DRAFT
Penghargaan Islam sangat tinggi dalam memandang realitas persamaan
hak dalam kehidupan yang multikultural. Larangan intoleransi menjadi bagian
yang diserukan dalam ajaran Islam. Humanisasi telah dikembangkan sejak
jaman kelahiran Islam. Nabi Muhammad saw ketika mendakwahkan Islam juga
dalam kondisi masyarakat yang sangat heterogen.
172
Kilas balik sejarah awal Islam pada periode klasik Al Ghazali, Ibnu Rusyd
Suhrawadi, Toha Mahmud ketika melakukan penafsiran atas teks Al qur’an
melalui pemaknaan substantif, dalam ruh esoterik, metaforis, humanistik dan
kontekstual (Husein Mahmud, Opini 30 Mei 2005). Penafsiran atas al Qur’an
tidak dimaknai serba kaku sampai menghilangkan hak-hak kemanusiaan tetap
lebih bernuansa toleransi yang sangat tinggi dan didasarkan atas kemaslahatan
umat, sehingga Islam mengedepankan kesamaan hak dan derajat.
Ajaran agama Islam yang menempatkan kesamaan derajat di antara
manusia. Islam tidak membeda-bedakan suku, ras, bangsa, keturunan.
kekayaan dan lain-lain. Tidak ada suatu suku, ras, bangsa dan keturunan
yang lebih tinggi derajatnya dari yang lainnya. Dan tidak ada jaminan
bahwa keturunan bangsawan lebih mulia daripada rakyat biasa. Yang
membedakan mereka di sisi Allah hanyalah ketaqwaannya. Artinya orang
yang bertaqwalah yang mendapatkan kedudukan terhormat di sisi-Nya.
Konsep ini sangat penting. Dengan tidak adanya pembedaan martabat,
kelangsungan, pergaulan lebih terjamin. Tidak ada alasan golongan
tertentu menindas golongan lain karena derajatnya lebih tinggi. Dan tidak
ada alasan golongan tertentu dilarang bergaul dengan golongan lain karena
derajatnya lebih rendah.
(Dokumentasi tanggal 2 Oktober 2011).
DRAFT
Derasnya arus globalisasi semakin membuka sekat pergaulan antar
berbagai suku, ras, maupun agama. Teknologi informasi berkembang pesat
sehingga memudahkan semua aspek informasi masuk dalam berbagai sendi
kehidupan manusia. Hal yang perlu diperhatikan adalah membuat filtrasi
(pencegahan) dari budaya negatif yang akan merendahkan kepribadian
manusia. Pergaulan antara penganut agama pun menjadi mutlak terjadi.
Kesadaran terhadap persamaan hak turut mempengaruhi adab bergaul
dengan berbagai budaya yang bereda didasarkan pada kedewasaan sikap,
dengan tata pergaulan yang lebih arif,
173
sopan dan tetap menjunjung adab
pergaulan. Akhlak menjadi dasar pembentukan kepribadian dalam menghadapi
era pergaulan global, dimana pergaulan tidak tersekat hanya pada satu agama
tetapi pergaulan seluruh umat beragama.
Kita juga diperkenankan bekerja sama dengan mereka dalam urusan
duniawi. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pergaulan dengan
mereka adalah bila mereka menunjukkan kebencian dan permusuhan pada
agama kita, maka jangan tunjukkan kelemahan kita dan jangan terseret
mengikuti langkah-langkah mereka menuju jalan kesesatan, sebagaimana
dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Maidah ayat 48.
(Dokumentasi 2 Oktober 2011).
Persamaan hak menjadi salah satu prinsip yang perlu dikembangkan dalam
pendidikan
multikultural.
Selaras
dengan
lima
dimensi
pendidikan
multikultural yang dikembangkan oleh Banks bahwa salah satunya adalah
pendidikan yang setara dengan perlakuan yang sama diantara siswa. Nilai-nilai
multikultural yang terdapat dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap
menjadi penting untuk diimplementasikan. Kultur MA
DRAFT
MINAT Cilacap yang sangat beragam dengan latar belakang
siswa dari
berbagai daerah dengan keragaman bahasa dan budaya yang dibawa oleh siswa
menuntut
proses
pembelajaran
yang
menginternalisasikan
nilai-nilai
multikultural.
2.Nilai-Nilai Toleransi dalam Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap
Pendidikaan Agama Islam di MA MINAT Cilacap
memiliki muatan
multikultural yaitu menanamkan sikap toleransi terhadap semua perbedaan.
Toleransi menjadi penting dalam kehidupan era globalisasi. Toleransi atau
tasamuh
adalah sikap tenggang rasa dengan sesama dalam masyarakat di
174
mana perbedaan tetap menjadi realitas yang perlu disikapi dengan baik.
Tasamuh atau toleransi dalam ajaran Islam adalah toleransi sosial
kemasyarakatan, bukan toleransi di bidang akidah keimanan.
Toleransi dibenarkan dalam Islam pada hubungan sesama manusia namun
dalam bidang akidah keimanan, seorang muslim meyakini bahwa Islam satusatunya agama yang benar dan diridhoi Allah Swt. Dengan demikian,
pendidikan multikultural tidak dibenarkan toleransi dalam berakidah. Batas
toleransi hanya sebatas relasi kemanusiaan tanpa menyentuh dataran akidah
karena kebenaran akidah merupakan aspek teologis yang lebih bersifat
dogmatis, sehingga dalam perbedaan pemikiran tentang masalah ibadah tetap
didasarkan pada ajaran Islam seperti firman Allah Swt berikut:








   






  


  
  
 
DRAFT
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al qur'an) dan Rasul (sunahNya). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih baik akibatnya".
(Al-Nisaa: 59)
175
Ayat tersebut di atas menjelaskan batas akidah, bukanlah merupakan
makna toleransi dalam pendidikan multikultural. Toleransi dalam Islam yang
dianjurkan dan selaras dengan pendidikan mutltikultural antara lain
harmonisasi hubungan kemanusiaan sebagaimana yang telah dilakukan pada
saat rasul membentuk peradaban Madinah. Kepentingan masing-masing suku
dilindungi melalui perundangan yang telah disepakati oleh semua lapisan
masyarakat sebagaimana Rasul membuat aturan kebersamaan dengan Piagam
Madinah.
Dalam sejarah kehidupan Rasulullah Saw, toleransi dalam bermasyarakat
tersebut telah ditampakkan pada masyarakat Madinah pertama. Pada saat
itu Nabi dan kaum Muslimin hidup berdampingan dengan masyarakat
Madinah yang beragama lain. Orang-orang yang bukan Islam mendapat
perlakuan yang sangat baik dari kaum muslimin waktu itu, mereka dapat
hidup berdampingan dalam suasana damai, membentuk masyarakat
Madinah yang baik. Tasamuh atau sikap toleransi dapat memelihara
kerukunan hidup dan memelihara kerja sama yang baik dalam hidup
bermasyarakat. Tasamuh berfungsi sebagai penertib, pengaman
pendamaian dan pemersatu dalam komunikasi dan interaksi sosial.
(Dokumentasi tanggal 5 Januari 2011)
DRAFT
Toleransi terhadap kehidupan beragama juga dijelaskan
pada
ayat 6
Q.S. al Kafirun menyebutkan ;
    
Ayat
tersebut
memberikan acuan
bahwa
toleransi
tidak
melakukan
pemaksanaan akidah dan menganut agama Islam. Toleransi beragama
dikembangkan dalam bahan ajar MA MINAT Cilacap. Pengembangan bahan
ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap sebagaimana uraian
materi diatas mendasarkan pada sikap toleransi yang kuat
dalam aspek
hubungan kemanusiaan. Aspek tauhid dan akidah dalam pengembangan materi
176
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan satu hal yang
asasi. Pilar pendidikan multikultural mengakui adanya persamaan derajat di
antara golongan-golongan lain yang berbeda. Praksis pendidikan multikultural
menghilangkan perbedaan diantara golongan satu dengan yang lainya, sehingga
akan terjadi harmonisasi kehidupan. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap menanamkan sikap pengakuan terhadap toleransi.
Sikap toleransi atau tasamuh juga disertai rasa saling cinta-mencintai
dengan sesama manusia. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw:
"Tidaklah beriman seorang kamu sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". (HR. Bukhari Muslim)
Hadis tersebut memberi peringatan bahwa kita belum dianggap memiliki
iman sempurna, kecuali kita memiliki rasa saling cinta-mencintai ini terasalah
kebahagiaan hidup kita di tengah-tengah masyarakat sekitarnya. Pendidikan
DRAFT
Agama Islam di MA MINAT Cilacap mendidik siswa untuk tenggang rasa.
Manusia tidak dapat lepas dari interaksi dengan lingkungan sebagai mahluk
sosial. Interaksi antara anggota masyarakat tidak dapat dilepaskan dari konteks
sosial dan perlu dikembangkan sikap tenggang rasa. Sebagai makhluk sosial
perlu dikembangkan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat.
Perbuatan dan tingkah laku yang dilakukan dihindari menyinggung perasaan
orang lain. Larangan saling berburuk sangka, saling caci-mencaci dan
semacamnya.
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tidak dibenarkan
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, hanya untuk mengejar sesuatu yang
177
lebih tinggi nilainya. Nilai-nilai kemanusiaan harus selalu dijunjung tinggi,
sejalan dengan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mewujudkan
sikap tersebut melalui kegiatan-kegiatan kemanusiaan, seperti ikut serta
mengatasi kesulitan yang dihadapi orang lain, rela membantu baik diminta
maupun tidak diminta perlu dikembangkan. Internalisasi sikap tasamuh
(toleran) dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dilakukan
dengan penanaman dan penguatan materi melalui metode pembelajaran
kontekstual, adapun materi tersebut antara lain:
Sikap tasamuh bisa dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau
bersilaturrahmi, terutama apabila kita diundang.
Sikap tasamuh mengandung manfaat yang amat besar bagi setiap orang
yang melakukannya. Manfaat tersebut antara lain:
1) Dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan yang menjadi syarat
mutlak untuk mencapai cita-cita yang tinggi dan mulia, di dalam
masyarakat yang sedang membangun ini persatuan dan kesatuan sangat
dipentingkan.
2) Dapat mendatangkan rizki dan jalan kehidupan yang menjadi syarat
mutlak bagi upaya mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
Seorang pedagang misalnya, hanya akan laris dagangannya dan
mendatangkan keuntungan kalau ada pembeli. Demikian pula pembeli
hanya akan mendapatkan kebutuhan hidupnya, seperti makanan atau
pakaian kalau ada orang yang menjualnya.
3) Dapat menimbulkan ketenteraman dan kedamaian dalam hidup
bermasyarakat, karena antara satu anggota masyarakat dengan anggota
masyarakat lainnya, sama-sama saling menjaga saling bahu-membahu,
saling mengingatkan dan lain sebagainya.
(Dokumentasi tanggal 3 Januari 2011)
DRAFT
3.Nilai-Nilai Keadilan dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap
Nilai-nilai multikultural dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap juga mengembangkan perilaku adil, sebagai penghargaan atas hak-hak
kemanusiaan. Islam sebagai sebuah agama yang menyerukan tentang keadilan
178
dan kemanusiaan memuat banyak seruan untuk berbuat adil tanpa memandang
ras maupun dikotomi dalam bentuk apa pun. Nilai-nilai luhur tentang keadilan
merupakan bagian pembentukan kepribadian siswa
dalam menghadapi
kehidupan yang multikultur. Ragam budaya, ide, aliran maupun teologis tidak
dapat lepas dalam kehidupan global. Adapun bahan ajar Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap tentang perilaku adil adalah sbb:















  
   
   




 









 
DRAFT
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.(QS al Maidah 8-9)
179
Keadilan merupakan bagian
utama sebagai pilar kehidupan sosial
terwujudnya perdamaian dan kesejahteraan. Masyarakat menjadi sejahtera dan
dalam tata kehidupan serta nilai-nilai kemanusiaan dijunjung tinggi bila
keadilan
ditempatkan
dalam
sendi-sendi
kehidupan.
Keadilan
akan
mendekatkan pada perilaku taqwa dan mendekatkan keimanan seseorang.
Keadilan memiliki dua dimensi yaitu dimensi ketaqwaan dan dimensi
kemanusiaan. Dokumentasi bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap menguatkan aspek normatif tentang perilaku adil sbb:
Ayat 9 dari surah al-Maidah, Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh akan diberikan ampunan dan pahala
yang banyak. Maksudnya iman dan amal shaleh dapat menutup dan
menghapus dari dalam hati bekas-bekas perbuatan yang sudah dilakukan,
seperti berlaku tidak adil, zalim, atau perbuatan-perbuatan mungkar yang
lain. Janji Allah pasti ditepati-Nya, sebagaimana tersebut dalam firmanNya dalam surah Ali Imran ayat 9:
Yang dimaksud dengan amal shaleh ialah setiap pekerjaan yang baik,
bermanfaat, dan patut dikerjakan, baik pekerjaan ubudiyah, seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan lain-lainnya. Maupun pekerjaan sosial seperti
menolong fakir miskin, peduli pada nasib anak yatim, dan amal-amal
sosial lainnya. Kepedulian tersebut merupakan perwujudan dari rasa
keadilan sosial dan keadilan ekonomi.
(Dokumentasi tanggal 17 september 2011).
DRAFT
Pemaknaan keadilan menjadi luas yaitu kepekaan dan solidaritas sosial
menjadi salah satu indikator. Hubungan manusia dengan sang khalik
diwujudkan dengan amal salih sedangkan hubungan dengan sesama manusia
diwujudkan dalam solidaritas karena keduanya merupakan pangkal dari
keadilan.
QS. al Maidah mengadung peringatan terhadap orang-orang
yang
mengingkari ketetapan Tuhan dengan balasan pada neraka jahim, berarti
mengingkari atau tidak mempercayai Allah dan Rasul-Nya, menolak ajaran
180
yang dibawa oleh Rasul, baik sebagian ataupun keseluruhan. Pengertian ayatayat Allah di sini meliputi ayat-ayat qauliyah yang terdapat dalam Al qur'an
maupun ayat-ayat kauniyah yang merupakan tanda kebesaran dan kekuatan
Allah yang terdapat pada alam ini. Keserasian alam dan konsistensinya dalam
prosesnya masing-masing, tentu ada yang mengatur dan menciptakannya, yaitu
Tuhan Yang Maha Kuasa. Seseorang tidak hanya dapat membuktikan hukumhukum kauniyah (hukum-hukum alam) tetapi juga mempercayai pencipta-Nya
(dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap).












  



DRAFT
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an Nahl: 90)
Kandungan ayat di atas menyatakan tentang keadilan, yaitu menempatkan
sesuatu pada tempatnya. Keadilan berarti memperlakukan seseorang ataupun
benda sesuai dengan hak-haknya dan tidak ada perlakuan yang berdeda antara
satu dengan lainya. Akhirnya, keadilan akan membawakan hikmah pada
perdamaian dan kerukunan antara berbagai golongan. Hilangnya penindasan
181
atas hak-hak orang lain menimbulkan kekerabatan dan persaudaraan antara
berbagai elemen masyarakat, sehingga perilaku yang dikembangkan sbb:
Berlaku adil. Adil artinya sama, atau seimbang atau menempatkan sesuatu
pada tempatnya (proporsional). Kata adil diartikan sama maksudnya
seseorang memperlakukan seseorang atau sesuatu sama sesuai dengan
haknya atau tidak membedakan seseorang atau sesuatu dengan yang lain
sesuai dengan haknya.
(Dokumentasi 18 September 2011).
Allah Swt. melarang 3 hal berikut ini. 1) berbuat keji (fahsya'), yaitu
perbuatan-perbuatan yang didasarkan pada pemuasan hawa nafsu, seperti zina,
mabuk-mabukan, judi, mencuri, korupsi, kolusi dalam kemaksiatan, dan lainlain. Perbuatan ini jelas akan merugikan hak orang banyak. 2) Berbuat
mungkar, yaitu perbuatan-perbuatan jahat yang berlawanan dengan ajaran
agama dan akal sehat serta adat kebiasaan yang terpuji, seperti membunuh,
syirik, dan kufur. 3) Bermusuhan, yaitu sikap yang mau menang sendiri, tidak
DRAFT
mau menghargai orang lain. Perbuatannya hanya berdasarkan kepada
kesewenang-wenangan, kekuasaan, dan kekuatan. Hal tersebut merupakan
pangkal kerusakan moral, sehingga perbuatan tersebut merupakan bagian dari
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam pembentukan akhlak.
Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menyebutkan
dasar normatif tentang sikap adil. Hal ini dengan jelas bahwa al-Qur'an adalah
sumber utama yang dijadikan manusia untuk menetapkan suatu hukum dalam
menetapkan hukum seseorang harus berprilaku adil, dilarang berpihak kepada
siapa pun.
Dari Abdullah ibnu Amr Ibnu 'Ash ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah akan berada
di pundak cahaya di sebelah kanannya, yaitu orang yang adil adalah
182
mereka yang berlaku adil dalam mengambil keputusan hukum dan berlaku
adil terhadap sesuatu yang diamanatkan kepadanya" (HR. Muslim dan
Nasa 'i)
Makna sikap adil adalah merupakan sikap dan tindakan yang
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, seimbang mempersamakan hak
dan tidak ada deskriminasi. Lawan dari adil adalah dhalim, yaitu berbuat dan
bersikap berat sebelah, menyimpang dari yang sebenarnya.
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang berlaku adil semasa
hidupnya akan mendapatkan tempat yang amat terhormat di sisi Allah. Mereka
akan berada di samping kanan Allah Swt. yaitu orang-orang yang berlaku adil
dalam menetapkan keputusan hukum, dan berlaku adil terhadap segala sesuatu
yang diamanatkan pada mereka. Demikianlah janji Allah kepada orang-orang
berlaku adil itu, apabila keadilan ditegakkan, maka kesejahteraan dan
ketenteraman dapat dijamin dan di akhirat nanti mereka ditempatkan pada
DRAFT
tempat yang sangat terhormat yaitu surga (Dokumentasi bahan ajar MA
MINAT).
4.Nilai-Nilai Persaudaraan dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap
Larangan-larangan untuk melakukan diskriminasi di antara berbagai
struktur yang ada dalam masyarakat merupakan internalisasi nilai-nilai
multikultural yang diajarkan di MA MINAT Cilacap. Sikap-sikap yang harus
dihindari yang dapat memecah belah persaudaraan antara lain namimah.
Namimah atau memfitnah adalah perbuatan yang menceritakan tingkah laku
seseorang kepada orang lain (dengan cerita yang tidak benar) bertujuan agar
183
terjadi perpecahan. Namimah mejadikan perpecahan diantara masyarakat
dengan perlakuan adudomba.
Meskipun demikian dua kata itu tidak ada kontradiksi arti, yaitu perilaku
adu domba mengakibatkan kekacauan, merupakan siksaan bagi yang diadu
domba, menjadi bala dan menjadi cobaan baginya. Pengertian fitnah, yang
berkembang di masyarakat adalah adu domba, yaitu seseorang
menceritakan kelakuan orang lain dengan cerita yang palsu atau yang
dibuat-buat dengan tujuan menghancurkan atau menjatuhkan atau
merendahkan nama baik seseorang atau golongan. Perbuatan memfitnah
ini menghancurkan atau merendahkan nama baik seseorang atau golongan
yang sulit dikembalikan seperti semula, karena seluruh masyarakat telah
terpengaruh dengan cerita yang bohong itu.
Allah Swt. melukiskan bahayanya fitnah melebihi bahayanya
pembunuhan, karena ora.ng atau golongan yang difitnah itu akan terbunuh
karier atau nama baiknya. Rasulullah saw memberi peringatan dengan
sabdanya :
Artinya : Maukah Ku kabarkan kepadamu sekalian, akan orang-orang
yang paling jahat di antara kamu? Mereka menjawab:"Mau ... !"
Bersabda Rasulullah Nabi saw : itulah orang-orang yang membawa-bawa
fitnah, merusak hubungan orang yang sedang berkasih-kasihan dan
mencari-cari aib orang yang tidak bersalah (HR. Muslim).
Fitnah dapat menimbulkan kekacauan bagi masyarakat, sebaliknya
DRAFT
menghindari perilaku fitnah membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua
orang. Tidak saling memfitnah tercipta persaudaraan di masyarakat, sebagian
mereka menyayangi kepada sebagian yang lain, menjaga persaudaraan
dianjurkan oleh Rasulullah saw. Persaudaraan semua warga negara
dan
persaudaraan antar manusia. Anjuran Rasulullah harus saling menguatkan,
bersatu, tidak saling menggunjing, memfitnah, dan adu domba. Oleh karena itu,
tidak adanya orang yang berperilaku fitnah maka tegaklah persatuan dan
kesatuan. Selain fitnah yang harus dihindari adalah sikap Ananiyah atau egois.
Ananiyah atau egois (artinya keakuan atau egois yaitu orang yang
memikirkan dirinya sendiri. Maksud ananiyah (egois) adalah suatu sifat yang
184
dengan sifat itu orang akan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
menguntungkan diri sendiri. Sifat ananiyah cenderung merugikan orang lain,
sebab orang yang bersifat ananiyah tidak akan memikirkan akibat
perbuatannya terhadap orang lain. Islam tidak membenarkan ananiyah karena
termasuk akhlak tercela. Firman Allah dan hadis Rasulullah yang mengajarkan
kepada kita untuk melawan sifat ananiyah ini,
Ananiyah merupakan sikap bahwa semua harta miliknya, meskipun
berlimpah ruah, adalah kesenangan diri sendiri, memberikan harta kepada
orang lain tidak menguntungkan dirinya sehingga ia enggan melakukannya.
Ancaman Allah Swt.
Hikmah menghindari sifat ananiyah tercipta persaudaraan di tengahtengah masyarakat, jika suatu negara terhindar dari ananiyah akan terciptanya
perdamaian di seluruh dunia. Semakin terhidar dari ananiyah menjadi terhindar
dari
DRAFT
sikap
materialistik.
Sikap
materialistik
artinya
senang
kepada
keduniaannya/ harta benda. Manusia hidup di dunia ini membutuhkan harta
benda untuk kelangsungan hidupnya. Bagi kaum materialis, harta benda yang
dibutuhkan ialah harta yang melebihi batas kebutuhan, karena kepuasan hidup
mereka adalah pada harta benda yang berlimpah. Segala cara yang ditempuh
oleh kaum materialis untuk mengumpulkan harta tidak diperhitungkan halal
atau haram, asalkan dapat mengumpulkan harta yang dibutuhkan.
Lebih lanjut bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap
menerangkan bahwa, keduniaan itu bersifat sementara hanya permainan yang
menyenangkan tetapi cepat berakhir atau tidak abadi. Manusia hidup di dunia
185
ini dibekali Allah hawa nafsu yang cenderung senang kepada keduniaan. Bagi
orang yang beriman rahmat Allah ini dikendalikan sedemikian rupa sehingga
keduniaan yang mereka peroleh dimanfaatkan sebagai sarana beribadah
kepada-Nya.
Syariat Islam membicarakan tentang manfaat dan hikmah yang besar
dalam hubungan antara sesama umat manusia. Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap mengajarkan tentang kaidah dalam mengadakan relasi sosial.
Jual beli merupakan bagian bahan ajar Pendidikan Agama Islam yang
memberikan ketentuan-ketentuan yang mengatur jual-beli dipatuhi baik oleh
pembeli maupun penjual akan dapat menimbulkan dampak positif bagi kedua
belah pihak.
Berpangkal dari ajaran-ajaran tentang perbaikan akhlak mulia melalui
internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan akan terbentuk pola kepribadian
DRAFT
Islam yang karimah.
Kemajuan peradaban terbentuk atas koloni-koloni
masyarakat yang saling berinteraksi sosial. Pengakuan atas keanekaragaman
menunjang terjadinya struktur masyarakat yang dinamis. Rasa kebersamaan
dalam realitas perbedaan menghasilkan perdamaian pada akhirnya membentuk
peradaban yang luhur.
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap melakukan internalisasi
nilai-nilai persaudaraan. Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat lepas dari
hubungan sosial. Manusia tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan
bantuan orang lain. Eksistensi keberlangsungan manusia bahkan membutuhkan
adanya perkawinan dan akan menjadikan tali persaudaraan antar masyarakat.
186
Syari’at Islam mengatur adanya bentuk-bentuk pergaulan sekalipun dengan
yang berbeda agama.
Islam menjungjung tinggi nilai-nilai keadilan. Allah SWT menegaskan
bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara walaupun mereka berbeda-beda
suku, bangsa, keturunan, adat kebiasaan, warna kulit, kedudukan, tingkat sosial
ekonomi, tetapi mereka adalah bersaudara yaitu satu ikatan sebagai
persaudaraan
Islam.
Larangan-larangan
juga
disebutkan
antara
lain:
memperolok-olok, mencela diri sendiri, memanggil memakai gelar yang buruk,
berprasangka, mencari kesalahan orang lain, menggunjing. (diolah dari bahan
ajar MA MINAT Cilacap)
Akhlak menjadi perekat persaudaraan antara sesama manusia maupun
sesama muslim. Islam sebagai agama yang mengatur kehidupan manusia dari
berbagai perspektif, mengatur pola interaksi antar manusia melalui akhlak al
DRAFT
karimah. Pola hubugan tersebut adalah hubungan dengan khalik dan hubungan
dengan sesama manusia. Landasan dari pola hubungan tersebut dilandasi
dengan akhlak.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa istilah akhlak
sebagai pondasi dasar terhadap sikap adil bersifat netral, belum menunjuk
kepada baik dan buruk. Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut
tersendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah
akhlak yang mulia. Misalnya, apabila seorang berlaku tidak sopan kita
mengatakan kepadanya.
187
Nilai-nilai persahabatan membawa konsekuensi pada kehidupan yang
harmonis dan dinamis. Hal ini selaras dengan pendapat Banks tentang salah
satu dari lima dimensi pendidikan multikultural yaitu pendidikan multikultural
menghilangkan
prejudice/prasangka.
Nilai-nilai
persaudaran
yang
dikembangkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT
Cilacap meminimalisasi bentuk-bentuk deskriminasi. Sikap persaudaraan
memungkinkan internalisasi penghargaan pada bentuk-bentuk perbedaan dan
keragaman yang terjadi dalam masyarakat.
5.Etika Pergaulan dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap
Kehidupan dalam era globalisasi dan modernisasi hampir tidak ada sekat
sehingga terjadi pembauran budaya dan peradaban umat manusia. Konflik
sosial dalam kehidupan multikultur akan sangat mungkin terjadi. Pendidikan
DRAFT
Agama Islam di MA MINAT Cilacap memberikan dasar-dasar etika pergaulan
dalam membentuk kepribadian siswa yang lebih bijaksana dalam bertindak dan
santun dalam menghadapi berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat.
Islam mengajarkan etika dalam pergaulan sbb: qana'ah, zuhud, tabah/sabar,
istiqamah. Qana’ah merupakan sikap yang terpuji dan menjadi dasar dalam
etika pergaulan.
Qana'ah artinya rela menerima apa yang telah dimiliki dan menjauhkan
diri dari sifat tidak puas dan selalu merasa kekurangan atas hasil usaha
yang dilakukan. Konsep demikian bukan berarti tidak ada usaha untuk
meningkatkan apa yang telah dicapai, melainkan sikap rela hati menerima
hasil usahanya itu dengan syukur dan lapang dada.
Nabi bersabda:
Artinya:
188
"Dari Abdullah bin Amru ra. berkata: bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
Sungguh beruntung setiap orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup
dan merasa cukup dengan pemberian Allah kepadanya. " (HR. Muslim)
(Dokumentasi buku ajar 12 Juli 2012)
Qana'ah merupakan sifat dasar seorang mukmin sebagai pengendali agar
tidak surut kebelakang dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam
keserakahan, menahan diri dari sikap agresif yang negatif. Qana'ah merupakan
sifat yang berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator, dikatakan stabilisator
karena orang yang mempunyai sifat qana'ah selalu berlapang dada, berhati
tenteram.
Sikap qana’ah menjadikan hati manusia senantiasa merasa kecukupan,
maka orang yang mempunyai sifat qana'ah, terhindar dari sifat loba dan tamak,
yang cirinya antara lain: suka meminta-minta kepada semua manusia seolaholah merasa kurang puas dengan yang telah diberikan Allah kepadanya.
DRAFT
Qana'ah
merupakan dinamisator yaitu sebagai kekuatan batiniah yang
mendorong seorang untuk meraih kemajuan hidup berlandaskan kemampuan
diri pribadi serta tergantung kepada karunia Allah semata. Qana'ah itu
bersangkutan dengan sikap hati atau sikap mental dalam menghadapi kejadian
pada dirinya, menerima apa yang ada dengan rela, tabah menerima cobaan
yang menimpanya, tetapi tetap bekerja karena mendapat jaminan Allah, dan
sebaliknya apabila usahanya tidak membawa hasil, bahkan yang ada ikut
lenyap, maka diterima juga ketentuan itu dengan tabah dan sabar. Tuhan
berkuasa menurut kehendak-Nya. Penumbuhan sifat qana'ah diperlukan latihan
dan kesabaran, pada tingkat permulaan merupakan suatu yang memberatkan
189
hati, tetapi jika sifat qana'ah sudah membudaya dalam diri, maka akan dapat
merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak, selain qana’ah juga perlu
dilengkapi sikap zuhud.
Zuhud ialah tidak berhasrat terhadap sesuatu walaupun kesempatan untuk
memperoleh atau mengerjakannya ada, seperti orang yang kaya harta dan bisa
menggunakan hartanya untuk berfoya-foya tetapi tidak melakukannya, dan
sebaliknya, ia berjuang di jalan Allah Swt. hati senantiasa merasa kecukupan,
maka orang yang mempunyai sifat qana'ah, terhindar dari sifat loba dan tamak,
yang cirinya antara lain: suka meminta-minta kepada semua manusia seolaholah merasa kurang puas dengan yang telah diberikan Allah kepadanya. Terkait
sikap
zuhud dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap disebut berikut:
Sikap zuhud diperlukan bukan hanya demi kebahagiaan akhirat, tetapi juga
diperlukan untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan di dunia & akhirat.
Fungsi zuhud antara lain untuk mengendalikan diri dari sikap rakus, tamak
dan sikap konsumtif yang berlebihan akan berakibat hilangnya nilai
manfaat dari suatu yang dikonsumsi.
(Dokumentasi 3 Nopember 2011).
DRAFT
Sikap zuhud (sikap berorientasi tidak hanya dunia tetapi juga pada akhirat)
diperlukan bukan hanya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah
kepada Allah SWT saja, tetapi juga untuk dapat mencapai kebahagiaan dan
kebaikan dunia-wiyah. Tumbuhnya sikap zuhud pada seseorang tidak terjadi
dengan begitu saja, tetapi melalui suatu proses setelah orang memiliki iman
yang tebal, keinginan yang besar terhadap kehidupan akhirat yang lebih kekal,
dan kesadaran serta keterbatasan kenikmatan dunia.
190
Pemaknaan sikap zuhud dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap bukan berarti orang harus meninggalkan dunia dan mementingkan
akhirat saja, tetapi tetap mengejar keduanya, karena kebahagiaan akhirat
memang tidak mungkin dicapai tanpa kebaikan dunia. Pembentukan sikap
zuhud diikuti sikap sabar ataupun tabah. Sabar/ tabah adalah tahan menderita
mengalami hal-hal yang tidak enak atau tidak disenangi. Sabar adalah
kemampuan menahan diri untuk tidak marah secara membabi buta ketika ada
godaan dan cobaan tetap juga tidak pasrah (Jawa: nrimo).
Sikap sabar merupakan sikap yang sangat penting dalam kehidupan
karena dalam hidup banyak sekali ditemui godaan dan cobaan, seperti ketika
berhadapan dengan kemungkaran, kemaksiatan, kejahatan, tertimpa musibah,
sakit, tidak lulus ujian, gagal dalam usaha, dan sebagainya. Sikap zuhud
membentuk kepribadian siswa yang lebih arif dalam menghadapi kehidupan
DRAFT
multikultural. Pengembangan sikap siswa MA MINAT Cilacap dilatih
meningkatkan kemampuan bersikap sabar, untuk bisa bersikap sabar
diperlukan latihan ketahanan fisik dan mental. Salah satu sarana melatih
kesabaran adalah dengan berpuasa, baik puasa sunat maupun puasa wajib.
Puasa membentuk orang akan terlatih untuk menahan rasa sakit yang dirasakan
oleh badannya karena kelaparan. Puasa melatih mengendalikan diri dari
dorongan-dorongan emosi yang sering bergejolak. Pelaksanaan sabar adalah
dalam tiga keadaan yaitu dalam menunaikan ibadah (ibadah mahdah dan
ibadah 'ammah), meninggalkan maksiat dan mendapat musibah ( diolah dari
bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap).
191
Ibadah
berfungsi meningkatkan kualitas nilai kemanusiaan manusia.
Artinya, dengan ibadah diharapkan manusia akan dapat mengembangkan
fungsinya sebagai hamba dan khalifah Allah. Manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah, maka manusia akan mencapai kebahagiaan hakiki dan
ketinggian harkat dan martabat sebagai manusia. Perwujudan fungsi manusia
sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini jelas tidak mudah.
Halangan, tantangan dan cobaan yang senantiasa menghadang, seperti perasaan
malas, merasa tidak mendapatkan manfaat apa-apa setelah menjalankan ibadah,
dan lain sebagainya. Padahal pengamalan ibadah seperti shalat, puasa, berdzikir
dan lain sebagainya, apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh, disiplin
dan kesinambungan akan dapat meningkatkan kesucian jiwa, ketenangan batin,
dan bahkan menjaga kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu pengamalan
ibadah mahdhah ini sangat memerlukan kesabaran.
DRAFT
Demikian pula ibadah-ibadah yang bersifat umum ('ammah) melakukan
perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat bagi orang banyak termasuk bagi
dirinya sendiri. Semakin besar manfaat yang dapat diberikan kepada orang lain
dari perbuatan yang kita lakukan, maka semakin tinggi pula derajat orang
tersebut, untuk dapat memberi manfaat kepada orang lain, kita harus memiliki
ilmu dan keterampilan yang cukup, untuk dapat memiliki dan keterampilan
yang cukup, kita harus selalu belajar dengan tekun dan disiplin memerlukan
kesabaran yang tinggi. Tanpa kesabaran yang tinggi kita tidak akan sampai
kepada penguasaan ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan. Sebab penguasaan
192
ilmu dan keterampilan tidak dapat dicapai dalam sekejap mata tetapi
memerlukan waktu yang cukup panjang (Dokumentasi 8 Nopember 2011).
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengurai tentang sikap
sabar dalam menjauhi maksiat merupakan sikap yang sangat dianjurkan.
Maksiat artinya pembangkangan, yang termasuk perbuatan membangkang
adalah segala perbuatan jahat, menurut hawa nafsu angkara murka dan segala
perbuatan yang mungkin dapat menjerumuskan diri ke jurang kehinaan dan
merugikan orang lain.
Proses internalisasi nilai-nilai dalam Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap juga menguraikan tentang sikap sabar. Dorongan hawa nafsu
apabila tidak dituruti, seringkali memang membuat jiwa kita tertekan. Namun
bagi orang yang arif bijaksana, dia tidak akan dengan mudah menuruti hawa
nafsunya karena mengetahui bahwa menuruti hawa nafsu akan berakibat buruk
DRAFT
pada diri sendiri maupun orang lain, oleh karena itu agar tidak tertipu oleh
dorongan hawa nafsu, kita harus bersabar, menahan diri untuk tidak menuruti
hawa nafsu. Rasulullah Saw. mengingatkan kita bahwa jalan ke surga
(kenikmatan dan kebahagiaan hakiki) penuh dengan hal-hal yang tidak
disenangi hawa nafsu, sedang jalan ke neraka justru dipenuhi oleh kesenangankesenangan hawa nafsu.(Diolah dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap).
Sabar dan Istiqamah merupakan akhlak karimah sebagai pembentukan
kepribadian muslim. Istiqamah adalah teguh pendirian atau keteguhan
berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenarannya dan tidak merubah
193
keyakinannya dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam keadaan susah atau
senang, dalam keadaan sendiri atau beramai-ramai dengan orang lain. Sikap
istiqamah akan memberikan ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan
menyebabkan orang lain menyeganinya dan menaruh hormat.
Sikap tegas yakni kita tidak mau menerima semua budaya yang tidak
sesuai dengan kepribadian muslim karena dapat merusak akidah. Kemurnian
dan kepribadian kita akan betul-betul nampak jelas dan membedakannya
dengan manusia lain, jika ini dapat dilakukan akan mampu membawa diri kita
kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat begitu pentingnya istiqamah,
maka Rasulullah saw ketika ditanya tentang Islam yang tegas dan jelas, maka
Rasulullah saw menjawab yaitu beriman kepada Allah lalu istiqamah.
Penanaman nilai-nilai multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap mengedepankan aspek-aspek sosial antara lain: etika, moral,
DRAFT
akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama
manusia. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada
yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat. Etika dapat disimpulkan bahwa etika menyelidiki segala perbuatan
manusia kemudian menetapakan hukum baik atau buruk berdasarkan akal
pikiran manusia (Dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap). Selain etika,
moral merupakan bagian yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT sebagai pembentukan sikap responsif terhadap multikultural.
194
Moral berhubungan dengan baik atau buruknya perbuatan manusia. Secara
bahasa "Moral" berasal dari bahasa Latin " mores "yang artinya adat kebiasaan.
Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Secara istilah
pengertian moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Moral dikatakan sebagai nilai
dasar dalam masyarakat untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan yang
pada akhirnya menjadi adat istiadat masyarakat. Sesuai dengan ukuran-ukuran
tindakan yang diterima oleh umum meliputi lingkungan tertentu. Dengan
demikian, jelaslah persaman antara etika dan moral. Adapula perbedaannya,
yaitu etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat
praktis (Wawancara dengan Msl, 23 Oktober 2011).
Berbagai ahli berpendapat bahwa etika memandang tingkah laku
perbuatan manusia secara universal, sedangkan moral secara lokal. Moral
DRAFT
menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran tersebut. Secara
bahasa budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, dan akhlak. Adapun budi
pekerti mengandung arti perilaku yang baik, bijaksana dan hal ini tercermin
dalam sifat dan watak seseorang. Hubungan antara budi pekerti dengan
perangai adalah
budi pekerti mengandung makna yang lebih disebabkan
mengenai akhlak yang dimiliki manusia.
Sifat dan watak yang sudah melekat pada diri seseorang telah menjadi
kepribadiannya. Perangai merupakan karakteristik bawaan seseorang untuk
pembentukannya kadang baik atau buruk, ditentukan oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Budi pekerti maknanya sama dengan akhlak, yakni
195
akhlak mahmudah (baik) dan akhlak madzmumah (tercela). Akhlak mahmudah
seperti amanah, sabar, pemaaf, pemurah, dan rendah hati, sedangkan yang
termasuk akhlak yang madzmumah adalah seperti sikap sombong, dendam, dan
khianat. Hal yang menentukan suatu aktivitas atau tingkah laku baik buruk
adalah nilai atau norma agama dan adat istiadat atau kebiasaan.
Akhlak memiliki arti yang universal. Artinya, ruang lingkup akhlak sama
luasnya dengan ruang lingkup pola hidup dan tindakan manusia. Ruang lingkup
akhlak sering dibedakan menjadi tiga, yaitu akhlak terhadap terhadap manusia,
dan akhlak terhadap alam (Dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap).
Akhlak memiliki berbagai macam bentuk antara lain akhlak terhadap Allah
Swt. maupun akhlak terhadap diri sendiri dan terhadap alam.
Selain Akhlak terhadap Allah Swt, Pendidikan Agama Islam di MA
MINAT Cilacap menguraikan tentang Akhlak terhadap manusia dapat
DRAFT
digolongkan menjadi tiga, yaitu akhlak terhadap diri pribadi sendiri, akhlak
terhadap keluarga dan akhlak terhadap orang lain atau masyarakat. Akhlak
terhadap diri pribadi adalah pemenuhan kewajiban manusia terhadap: dirinya
sendiri, baik yang menyangkut jasmani maupun rohani. Di antara macammacam akhlak terhadap diri pribadi adalah jujur dan dapat dipercaya. Jujur
adalah mengatakan yang sebenarnya.
Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap diuraikan
terbagi meliputi Akhlak terhadap diri sendiri termasuk akhlak dalam merawat
diri sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan, menjaga kebersihan, dan
kesehatan badan adalah termasuk salah satu bagian dari akhlak terhadap diri
196
sendiri. Akhlak terhadap diri sendiri perlu dilengkapi akhlak terhadap keluarga.
Keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai hubungan darah
perkawinan. Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyrakat. Keluarga
merupakan bagian dari masyarakat dan keluarga
yang akan mewarni
masyarakat. Jika seluruh keluarga sebagai bagian dari masyarakat berakhlak
baik maka masyarakat akan menjadi baik pula. Sebaliknya jika keluargakeluarga tidak baik maka masyarakat juga akan menjadi baik. Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengajarkan akhlak terhadap keluarga.
Akhlak mulia tidak sebatas pada sesama manusia tetapi juga diorientasikan
pada sikap yang ramah terhadap Alam. Kedzaliman terhadap alam
mencerminkan menipisnya nilai-nilai kebersamaan. Alam merupakan hak milik
bersama pemanfaatan alam menjadi milik dan tanggung jawab bersama.
Ekploitasi alam secara besar-besaran tanpa mengindahkan dampak negatif yang
DRAFT
ditimbulkan menjadi larangan dalam Islam. Bahan ajar Pendidikan Agama
Islam MA MINAT Cilacap mengajarkan akhlak terhadap alam.
Lingkungan dan kekayaan alam sebagai karunia Allah SWT yang
dianugerahkan kepada manusia selayaknya perlu dijaga. Akhlak terhadap alam
yang ada dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam
rangka membentuk kerarifan sosial. Bentuk penyadaran terhadap kehidupan
yang multikutur, alam merupakan milik bersama yang perlu dilestarikan dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup umat manusia.
Alam adalah alam semesta yang mengitari kehidupan manusia mencakup
tumbuh-tumbuhan, hewan, udara. sungai, laut, dan sebagainya. Kehidupan
197
manusia memerlukan lingkungan yang bersih. tertib, sehat, dan seimbang.
Akhlak terhadap lingkungan terutama adalah memanfaatkan potensi alam
untuk kepentingan hidup manusia. Pelestarian dan pengembangan potensi alam
diupayakan sepanjang mungkin. Pemanfaatan potensi alam liar dapat merusak
alam, menjaga lingkungan merupakan suau kewajiban. Sebagaimana yang
dijelaskan di dalam surah ar Rum ayat 41: Akhlak merupakan bagian etika
dalam pergaulan, akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap sesama
manusia dan akhlak terhadap alam. Adapun akhlak terhadap alam dijelaskan
dalam bahan ajar MA MINAT Cilacap antara lain sebagai berikut:



 
  


  



DRAFT
Artinya:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dan akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali
(kepada jalan yang benar. (ar-Rum ayat: 41).
Menjaga kebersihan lingkungan dan keindahannya sangat
dianjurkan di dalam Islam, sebab hal itu akan membawa pengaruh
dalam kehidupan yang amat besar. Kesesatan akan terjamin
sehingga hidup akan lebih bergairah.
Demikian pentingnya kita berakhlak terhadap alam berwawasan
lingkungan. Maksudnya adalah kesadaran bahwa menjaga
kebersihan lingkungan merupakan bagian dari ciri utama orang
beriman. Seperti, menanamkan kesadaran membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan sebagai perintah Tuhan dan menjaga
kelestarian lingkungan berupa memelihara alam merupakan
perbuatan yang diserukan dalam Al qur'an.
(Dokumentasi tanggal 21 Oktober 2011).
198
Refleksi teologi seperti di atas menimbulkan kearifan terhadap alam,
akhirnya melahirkan sikap ekologi positif dan sikap bertanggungjawab manusia
terhadap kejadian-kejadian yang membuat kerusakan alam. Eksploitasi tanpa
batas terhadap alam menjadi bencana alam, maka manusia merupakan makhluk
yang paling bertanggungjawab mencegahnya.
Berakhlak mulia juga dapat dilihat dari tanggung jawab terhadap alam dan
lingkungannya merupakan sumber kehidupan bagi segenap manusia, baik
generasi yang sedang berjalan maupun yang akan datang. Alam, memang
menyediakan semua kebutuhan hidup manusia, baik pangan, papan
maupun sandang, agar bermanfaat alam juga perlu diolah. dikelola serta
digali segala potensinya. Akan tetapi tidak boleh seorangpun merusaknya,
karena pengrusakan alam berarti memusnahkan kelangsungan hidup umat
manusia.
Teknik-teknik eksploitasi sumber alam ini juga menghasilkan dampak
sampingan yang negatif, seperti pencemaran, yang kini telah mencapai
tingkat yang melewati kemampuan asimilatif sumber alam yang terbatas.
(Dokumentasi tanggal 21 Oktober 2011).
Penanaman akhlak untuk berbuat baik terhadap lingkungan menjadi aspek
DRAFT
penting dalam pembentukan pola kepribadian muslim yang lebih arif.
Pernyataan Al qur’an diatas memberikan sebuah penegasan bahwa kerusakan
alam disebabkan oleh tingkah manusia. Kerusakan didarat maupun dilautan
menjadi tanggung jawab manusia.
Ketersediaan sumber daya alam yang
tercipta diperuntukan sebagai
pemenuhan kebutuhan manusia, namun kedzaliman terhadap alam akan
menimbulkan berbagai kerusakan yang pada akhirnya akan menjadi bencana
bagi umat manusia. Penyadaran akan moralitas terhadap alam telah mulai
ditanamkan dalam diri siswa. Konten bahan ajar Pendidikan Agama Islam di
MA MINAT Cilacap memberikan pembentukan akhlak terhadap alam.
199
DRAFT
200
D.Makna Multikultural Menurut Guru Pendidikan Agama Islam MA
MINAT Cilacap
Semakin
berkembangnya
multi
pehamanan
diantara
aliran-aliran
pemahaman dalam memaknai Islam, dibutuhkan pembentukan sikap yang
memiliki wacana multikultural lebih luas. Dimensi-dimensi multikultural
membawa pemahaman demokratis terhadap kemajemukan dalam penafsiran
teks agama. Kehidupan multikultural menjadi sangat mungkin terjadi sejalan
dengan lajunya peradaban maupun
pertumbuhan ideologi agama-agama.
Implikasi lanjut juga memungkinkan konflik antar umat beragama maupun
antar mazhab, dalam hal ini pemahaman atas multikultural menjadi urgen untuk
dimiliki oleh berbagai elemen yang ada dalam masyarakat. Pendidikan menjadi
bagian yang sangat urgen dalam membentuk pemahaman multikultural.
Berdasarkan dari kajian data, maka pemaknaan multikultural di MA MINAT
DRAFT
Cilacap menurut guru dapat dipetakan menjadi beberapa varian yaitu: 1) makna
persamaan hak 2) makna adil, 3) makna persaudaraan, 4) makna toleransi, 5)
etika pergaulan
1. Persamaan Hak
Persamaan hak merupakan salah satu pilar dalam pendidikan multikultural.
Implementasi pendidikan multikultural menghilangkan deskriminasi diantara
berbagai kultur siswa sehingga akan terjadi persamaan hak di antara siswa dari
berbagai kultur yang berbeda. Persamaan hak akan meminimalisasi konflik
diantara kultur siswa yang berbeda. Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal
dari berbagai daerah perlu penanaman sikap persamaan hak.
200
Persamaan hak juga dikembangkan dalam mensikapi keragaman madzhab
yang beragam di dalam Islam. Perbedaan dalam berbagai pemahaman terhadap
teks Al qur’an maupun hadis berimplikasi pada keragaman dalam amalan
ibadah ghoiru maghdoh ataupun furu’iyah (cabang bukan pokok). Namun
demikian hal tersebut juga berpotensi menjadikan konflik antar umat Islam,
sehingga diperlukan pemaknaan yang benar dalam persaudaraan.
Adapun
makna persaudaraan sebagaimana menurut guru MA MINAT Cilacap terkait
dengan persamaan hak sebagai berikut:
“ sesungguhnya darahmu dan hartamu dan kehormatanmu haram atas
kamu”. Dari potongan hadis tersebut saya memahami bahwa hak
merupakan kewajiban bagi individu yang tidak boleh diabaikan, maka
seseorang bukan saja menahan diri dari menyentuh/merampas hak-hak
asazi ini melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin
hak-hak ini. Maka persamaan hak dalam hal ini berdasarkan dalil diatas
adalah memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengerjakan
amalanya serta menjauhkan sikap yang memberi kesan merendahkan
mereka atas amalanya tersebut, sehingga mereka tetap merasa terjaga
kehormatnya. (wawancara dengan Mnr guru Fiqih, 12-3-2014)
DRAFT
Makna persamaan hak menurut guru fiqih seperti diungkapkan diatas
adalah penghormatan terhadap hak-hak azasi namun lebih mengarah pada
penjaminan hak dan kebebasan dalam perbedaan. Penghargaan hak terhadap
amalan-amalan yang berbeda-beda tiap aliran madzhab. Kesadaran dalam
memahami
perbedaan terhadap keragaman dalam pemahaman dan aliran
madhzab yang berbeda di dasari pada penafsiran yang lebih luas terhadap ayatayat Al qur’an. Kesadaran terhadap perbedaan adalah seuatu keniscayaan yang
sudah menjadi sunatullah terjadi, sedangkan dalam konteks pembelajaran
banyak materi pendidikan agama Islam terkait dengan pembentukan kesadaran
201
tersebut. Hal ini memberikan dampak yang lebih luas terhadap guru ketika
memaknai perbedaan yang terjadi didalam relasi kemanusiaan.
Sudah menjadi nash Rasulullah bahwa diakhir zaman umat Islam akan
terpecah menjadi beberapa bagian, dari perpecahan itu tentunya
memunculkan perbedaan-perbedaan dalam pemikiran sebagai dasar atau
pijakan dalam menentukan amalan-amalan, menyikapi hal tersebut setiap
golongan memiliki kedudukan yang sama dengan yang lainya. Tidak boleh
satu golongan menghalangi golongan yang lain guna mendapatkan haknya,
hak untuk melaksanakan amalan yang menjadi keyakinan sesuai dengan
dasar pijakan mereka. Selama amalan itu tidak menyimpang dari pondasi
dasar yaitu Al qur’an dan hadis. Adapun materi terkait dengan itu adalah
pada kls XII semester XII semester 2 tentang toleransi dan etika pergaulan.
(wawancara dengan Mjd, 17-3-2014)
Pemahaman dalam
memaknai persamaan hak membawa konsekuensi
yaitu ketika memahami perbedaan diantara golongan masyarakat termasuk
perbedaan dalam ijtihad masing-masing aliran madzhab yang berbeda.
Pemaknaan tersebut akan membawa harmonisasi dalam kehidupan mutlitafsir
DRAFT
dengan berbagai macam ibadah ghoiru mahdoh (ibadah selain amalan ibadah
pokok).
Sebagai umat Islam kami berpandangan bahwa seluruh umat Islam itu
saudara. Umat Islam itu bagai satu tubuh dimana anggota lainya saling
melengkapi. Kalau salah satu sakit yang lainyapun ikut merasakan
begitupun sebaliknya. Jadi semua umat Islam punya hak yang sama, hak
untuk saling tegur sapa, saling mengingatkan, saling menghormati dan
yang pokok adalah menghargai pendapat orang lain. Apalagi kalam itu
hasil ijtihad yang digali maka harus dihargai. Prinsipnya kita harus bisa
memahami makna satu tubuh. Maka kalau ada yang sakit harus dirawat
betul agar sembuh bukan malah dihindari dan benci. Contohnya di MA
MINAT ada salah seorang guru yang agak berbeda faham keagamaanya,
namun ternyata tetap akrab seperti tak ada jarak. Kalau beliau belum mau
berterus terang untuk berbicara mengenai ajaranya, itu hak dia. Mungkin
suatu saat mau terbuka. (wawancara dengan Msy, 10-3-2014).
202
Persamaan hak dimaknai lebih luas dalam kebebasan mengikuti aliranaliran madzhab yang berkembang di masyarakat. Semua orang memiliki
persamaan hak termasuk dalam pelaksanaan amalan agama. Kesadaran tentang
adanya persamaan hak termasuk dalam menghargai perbedaan.
Setiap individu mempunyai pilihan dan pilihan tersebut kadang tidak sama
dalam artian berbeda-beda. Perbedaan menjadi rahmat bagi manusia.
Meskipun kita berbeda tetapi hak tetap sama. Dalam kegiatan kita sebagai
pendidik ketika dalam mengajar dan melihat adanya perkembangan dari
siswa karena berangkat dari latar belakang keluarga yang mereka
yakini/amalkan maka kita harus memperlakukan sama dengan siswa yang
lain, karena itu adalah hak. Persamaan hak dalam perlakuan belajar itu
adalah keharusan. Kecuali ada siswa yang kurang mampu dalam segi
belajar dan kepercayaan diri maka perlu ada pendekatan khusus.
(wawancara dengan Mph, 17-3-2014)
Persamaan hak yang diberikan oleh guru termasuk dalam mengahadapi
perbedaan yang terjadi dalam diri siswa. Kultur siswa yang berbeda-beda
membawa konsekuensi dalam ragam pembelajaran yang dapat mengakomodasi
DRAFT
kepentingan siswa dalam berbagai daerah.
Semua tetap mempunyai hak yang sama yang berkaitan dengan keadilan
dalam memberikan hak pada orang lain yaitu sama-sama harus dihormati,
ditolong dan dibantu serta diperlakukan sama. Kompetensi dasar dalam
pembelajaran aqidah akhlak terkait dengan itu adalah membiasakan
perilaku adil, ridla, amal shalih persatuan dan kerukunan dalam kehidupan
sehari-hari. (wawancara dengan Nsh, 11-3-2014).
Pemaknaan persamaan hak dalam Islam juga termasuk hak kebebasan
dalam mengungkapkan pendapat termasuk hak dalam muamalah maupun
siyasah (politik), termasuk penghargaan terhadap berbagai ras yang ada di
Indonesia.
Persamaan hak di dalam Islam seperti hak dalam berbicara dan
kemasyarakatan.
Sebetulnya ada kesamaan antara agama-agama,
203
muamalah dan siyasah (politik) memiliki kesamaan dengan agama lain,
cuma..ubudiahnya (tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan) yang tidak sama. Siyasah (politik) Islam sangat memegang
keadilan dan tidak memandang perbedaan ras (wawancara dengan K.Msl,
9 Oktober 2012).
Hal di atas memberi implikasi pemaknaan persamaan hak yang dimiliki
oleh guru dan pemaknaan tersebut diperlukan dalam kehidupan multikultur.
MA MINAT Cilacap banyak didominasi anak-anak pesantren yang tentunya
membawa perbedaan dalam melakukan ibadah ghoiru maghdoh.
Proses
adaptasi dan sosialisasi mereka cukup tinggi. Satu contoh ketika temu alumni
Lampung, penghargaan terhadap alumni MA MINAT Cilacap sangat tinggi.
Mereka lebih santun lebih diterima dimasyarakat, hal ini dipengaruhi dari
aspek-aspek pembelajaran yang ada di MA MINAT Cilacap dan juga karena
sebagian besar siswa MA MINAT Cilacap tinggal di pesanten Al Ihya
ulumuddin sehingga terbiasa dengan perbedaan kultur. Kultur siswa MA
DRAFT
MINAT Cilacap banyak dari luar Jawa menjadikan mereka mudah memahami
perbedaan kultur.
Kebiasaan siswa MA MINAT Cilacap dan pola interaksinya sangat ilmiah
karena di MA MINAT Cilacap maupun di Pondok Pesantren Al Ihya
Ulumuddin tidak melakukan pemilahan membedakan amalan ghairu
Mahdoh pada siswa antar daerah sehingga mereka berbaur dari berbagai
segi termasuk latar belakang pendidikan siswa juga sangat berbeda.
Orientasi MA MINAT Cilacap dalam pembelajaran lebih terbuka untuk
umum (mengajarkan materi nonkeIslaman juga banyak). Kajian tentang
masalah – masalah fiqih juga sering diadakan di aula darul hikmah.
(wawancara dengan Lmr, 9 Juli 2012).
Pengembangan sikap persamaan hak yang dilakukan MA MINAT Cilacap
terimplementasi dalam pola tata pergaulan yang tidak melakukan deskriminasi
antara latar belakang siswa maupun siswa yang berbeda amalan ibadahnya.
204
Pola pergaulan yang dilakukan menghilangkan sekat perbedaan amalan ibadah
sehingga tidak terjadi konflik diantara berbagai siswa yang berasal dari daerah
yang berbeda. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat
urgen dalam penanaman persamaan hak. Selanjutnya dalam kondisi masyarakat
yang multitafsir
terkait
dengan persamaan hak yang dilakukan guru
Pendidikan Agama Islam adalah dengan cara saling menghormati dan
menghargai
orang lain dan menunjung tinggi hak masing-masing dalam
beribadah dengan tidak melakukan deskriminasi.
Makna persamaan hak menurut guru Pendidikan Agama Islam seperti yang
diungkapkan diatas adalah memberikan penghargan atas perbedaan atas
keragaman dalam beribadah yang terjadi
didalam madrasah. Keadaan
masyarakat yang beragam penafsiran dalam Islam membutuhkan pola pikir
yang lebih luas dan cara bergaulan yang dapat menghargai perbedaan yang
ada.
DRAFT
Keadaan masyarakat kita memang heterogen sama seperti keadaan
Madinah pada jaman Rasulullah saw mereka mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dalam negara, Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam, dan
lainya sama-sama berjuang bersama ketika Madinah diserang oleh bangsa
lain, dalam menjalankan ibadahnya mereka mendapatkan kebebasan, tidak
boleh diganggu oleh yang lainya. Budayanya pun tidak diganggu
sepanjang tidak mempengaruhi yang lainya. Di sinilah kita harus bijak
dan bertoleransi jadi prinsipnya harus saling menjaga (wawancara dengan
Msy 21 Juli 2013).
Semangat persamaan dalam lintas sejarah peradaban Islam telah
ditunjukan oleh Nabi Muhammad saw. Hak masing-masing warga negara
diakui sama keberadaanya tanpa dibedakan karena perbedaan madzhab, status
205
sosial maupun etnis serta agama yang berbeda. Persamaan hak menjadi bersifat
asasi setiap orang berhak mendapat perlakuan yang sama.
Perbedaan dapat memberikan manfaat positif dengan menjunjung
persamaan hak dalam kondisi yang berbeda. Hal terpenting adalah saling
mengenal dan saling menghormati satu sama lain sekalipun beragam
budaya, agama, etnis dan suku. Perbedaan manusia pada dasarnya sama.
Perbedaan agama dan budaya adalah perbedaan tentang nilai-nilai sosial
yang dianut. Hak setiap manusia adalah sama. Persamaan hak adalah
menjadi hak warga negara tidak memandang dari perbedaan agama dan
budaya (wawancara dengan Ihl 17 September 2013).
Pemaknaan terhadap persamaan hak yang dimiliki oleh guru Pendidikan
Agama Islam berimplikasi perlakuan terhadap siswa cenderung lebih humanis.
Kultur siswa yang berbeda merupakan bagian dinamisasi dalam proses
pendidikan.
Guru Pendidikan Agama Islam memberikan perlakuan yang sama pada
siswa yang beragam latar belakang dan memberikan sikap yang sama
diantara mereka walaupun ragam amalan ibadah ghoiru maghdoh berbedabeda. (wawancara dengan Snf dan Msf 17 September 2013).
DRAFT
Kesadaran tersebut ditunjang dengan pemahaman serta wacana guru dalam
mengahadapi relaitas kultur yang beragam. Perbedaan antara madhzab dan
amaliyah yang beragam dalam diri siswa dihargai sebagai bentuk persamaan
hak.
Perlakuan persamaaan hak antara lain dengan melakukan semua siswa
sama tidak dibedakan antara perbedaan madzhab, ras, suku dan bangsa.
Semua siswa adalah anak yang harus dididik, dibina, dan diarahkan agar
menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan kodratnya, menjadi manusia
yang agamis, toleransi, dan berperadaban yang baik. Hal ini sesuai dengan
ajaran Islam yang tidak boleh membedakan antara suku, ras, dan bangsa.
Selain hal tersebut perlakuan yang dilakukan oleh guru juga tidak
membeda-bedakan dalam hal keilmuan dan bersosial. Perlakuan yang
diberikan terhadap siswa juga disesuaikan dengan latar belakang siswa dari
mana dia berasal (wawancara dengan Ihl, 17 September 2013).
206
2. Makna Adil
Adil dimaknai oleh guru MA MINAT Cilacap adalah memberikan hak
yang sama untuk semua orang dan hal ini akan meminimalisasi kesenjangan
sosial dan pelanggaran hak. Makna adil akan membawa dampak positif pada
harmonisasi dalam perbedaan.
Menurut saya makna adil dalam hal ini adalah menyampaikan hak kepada
mereka secara efektif, yang saya maksud adil adalah memberikan
perhatian terhadap hak mereka melalui jalan yang terbaik sehingga
mereka merasa mendapat haknya dengan penuh dan ditempatkan pada
tempatnya. (wawancara dengan Mnr, 12-3-2014)
Adil juga dimaknai sebagai bentuk kesetaraaan terhadap perbedaanperbedaan pemahaman amalan dan aliran mazhab dalam Islam yang berbedabeda. Adil juga dimaknai memberikan penghargaan yang sama atas perbedaan
muamalah dalam Islam.
DRAFT
Adil dalam konteks pemahaman saya adalah merupakan lawan dan dzalim,
adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan demikian setiap
golongan memiliki tempat yang sama dengan yang lainya. Dengan
demikian kita memandang orang mukmin lain dengan pandangan yang
sama walaupun amalanya berbeda dengan amalan kita, mereka memiliki
hak yang sama dengan orang mukmin yang seamalan dengan kita. Kita
tidak boleh membeda-bedakan bahkan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, materi terkait dengan itu ada pada kelas XII semester 2.
(wawancara dengan Mjd, 17-3-2014).
Adil terhadap keragaman pemahaman dan pengalaman
dalam Islam
sejalan dengan semangat tentang ijtihad dalam Islam. Derajat berijtihad dengan
benar mendapat penghargaan lebih dan jika salah maka masih mendapat pahala.
207
Artinya adil juga memberikan penghargaan terhadap kebenaran-kebenaran
tentang amaliyah dalam madzhab yang berbeda-beda.
Adil dalam konteks pengalaman agama Islam yang berbeda-beda itu
menurut saya adalah memberikan kebebasan terhadap mereka sesuai
dengan haknya. Setiap umat Islam berhak melakukan ibadah sesuai dengan
ijtihad yang diikuti yang penting tidak menyimpang dari aqidah Islam.
Misalnya di MA MINAT dalam menjalankan ibadah tertentu mengikuti
toriqot (jalan/tata cara ibadah menurut aliran tertentu dalam Islam)
tertentu sementara yang lain ada yang mengikuti tariqat yang lainya.
Mereka`sama sekali tidak saling mempermasalahkan. Itu hak mereka dan
kewajiban mereka menurut yang diyakini sesuai ijtihadnya. Contoh diatas
tergambarkan pada peristiwa sahabat, saat itu ada seorang sahabat Nabi
Muhammad SAW mendengar sahabat yang lain sedang membaca Al
qur’an , kemudian oleh sahabat yang mendengar disalahkan maka
terjadilah perdebatan , akhirnya mereka menghadap Nabi. Nabi pun
bertanya kepada yang disalahkan. Kata Nabi “gurumu siapa?” jawab yaitu
si A, si B sampai Nabi Muhammad maka Nabi pun membenarkanya.
(wawancara dengan Msy, 10-3-2014).
Adil termasuk dalam mensikapi perbedaan/khilafiyah yang terjadi didalam
DRAFT
masyarakat. Masalah-masalah khilafiyah yang terjadi didalam masyarakat
merupakan bagian dalam proses pembelajaran yang disampaikan pada anak
didik dan mereka diarahkan untuk memahami perbedaan yang terjadi didalam
masyarakat.
Adil yaitu memperlakukan orang sesuai proporsinya ketika didalam kelas
ada yang siswa yang punya pemahaman dan amalan berbeda maka kita
harus bersifat bijak. Ketika dalam menyampaikan sebuah materi yang
didalamnya mempunyai pemahaman berbeda-beda maka kita
menyampaikan bahwa itu khilafiyah (perbedaan pendapat) dan kita
menyampaikan pendapat-pendapat imam madzhab supaya siswa menjadi
tahu dan perlakuan adil dengan bertambahnya pemahaman. (wawancara
dengan Mph, 17-3-2014).
208
Adil juga dimaknai saling menghargai perbedaan pemahaman yang terjadi
didalam masyarakat. Perbedaan madzhab dalam pemahaman amalan Islam
disikapi dengan arif dan bijakasana. Keadilan dapat membentuk harmonisasi
diantara anggota masyarakat dan dapat membentuk perdamaian kehidupan
beragama dalam masyarakat.
Adil terhadap orang lain termasuk adil dalam bertutur kata tidak boleh
saling mengejek atau menjelekan terhadap pemahaman dan amalan yang
berbeda. Kita juga harus bertindak arif , bijaksana tidak boleh memihak
golongan yang hanya sepaham dengan kita. Keadilan membentuk
kedamaian dan menghilangkan permusuhan. Terkait dengan hal itu
kompetensi dasar aqidah akhlak tentang persaudaraan dan keturunan.
(wawancara dengan Nsh, 11-3-2014)
Pemaknaan adil yang dilakukan oleh guru juga ditanamkan dalam diri anak
didik dengan adanya materi pendidikan agama Islam yang mengatur hubungan
kemanusiaan. Materi-materi tersebut berhubungan
dengan kerukunan dan
DRAFT
persaatuan sedangkan materi tentang adil termasuk dalam memaknai adil
terhadap keluarga.
Banyak materi akhlak yang mengatur hubungan sesama manusia.
Sedangkan materi aqidah lebih mengatur hubungan hablum minalloh
(hubungan kepada sang khaliq). Beberapa materi yang terkait dengan
hubungan dengan sesama manusia antara lain: tentang keadilan, ridla, amal
salih, kerukunan, dan persatuan. Sebenarnya keadilan juga masih dibagi
beberapa macam yaitu adil terhadap diri sendiri, keluarga dan sesama
manusia. Contohnya adil terhadap diri sendiri seperti belajar sungguhsungguh maka akan berhasil. Adil sesunguhnya memiliki makna
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil terhadap keluarga seperti adil
terhadap anak istri dan memberikan hak sesuai dengan kebutuhanya tidak
harus sama. Sedangkan adil sesama manusia artinya tidak memihak.
Adapun adil terhadap amalan yang berbeda yaitu menghormati perbedaan
aliran kepercayaan yang ada karena saling menghormati juga merupakan
amal salih yang dianjurkan (wawancara dengan Nsh, 17 Oktober 2012).
209
Adapun pembelajaran dan penanaman tentang adil dilakukan oleh guru
dengan cara mengeksplorasi pemahaman anak tentang makna dan perilaku
adil serta implementasi sikap adil dalam kehidupan. Pembentukan sikap adil
banyak ditunjang dengan adanya pembelajaran akhlak.
Pembelajaran akhlak terkait dengan materi tentang adil, amal salih dan
tentang kerukunan. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh Ns (guru
aqidah akhlak) di dalam kelas yaitu guru membagi kelompok diskusi
sesuai dengan tema-tema tersebut sehingga terdapat kelompok diskusi
dengan nama kelompok adil, amal salih, kerukunan. Setiap kelompok
diberikan tugas mendiskusikan menurut tema-tema. Kelompok adil
membahas tentang makna adil, contoh perilaku adil, dan dampak yang
ditimbulkan dari adil. Selanjutnya kelompok amal salih membahas
tentang bentuk-bentuk amal salih dan manfaat melakukan amal salih.
Kelompok kerukunan membahas tentang pengertian tentang rukun dan
bentuk-bentuk tentang rukun serta hikmah rukun.
Setelah diskusi selesai memasuki sesi berikutnya adalah presentasi hasil
diskusi, dimulai dari kelompok adil menyampaikan hasil diskusi, sementara ada
perserta yang bertanya tentang keuntungan adil. Presenter menjawab supaya
DRAFT
dapat pahala dan masuk surga. Suasana menjadi kondusif dengan beragam
pendapat yang disampaikan oleh siswa (nampaknya hal ini dibiarkan oleh guru
dengan tujuan siswa terbiasa mengeluarkan pendapat). Selanjutnya ada yang
bertanya tentang arti adil yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya (ini
adalah definisi adil seperti yang dipelajari di pesantren). Tentang kerukunan
berarti bersatu jawab kelompok diskusi tentang kerukunan (Observasi
pembelajaran dengan Nsh, 17 Oktober 2012).
Setelah presentasi hasil diskusi selesai dilakukan refleksi oleh guru dengan
cara menguraikan materi tentang adil dan amal salih, kemudian guru
210
melakukan evaluasi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada
beberapa siswa.
Perlakuan adil artinya diberi perhatian yang seimbang antara yang satu
dengan yang lain. Satu contoh adik berusia satu tahun diberikan celana
harga 5000 dan tidak mungkin kakaknya berusia 18 tahun juga diberikan
celana dengan harga yang sama. Jadi adil mempunyai makna tidak harus
sama tetapi tergantung kebutuhan (wawacara Uch 12 Oktober 2013).
Makna adil menurut guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap
menjadi berbagai macam makna. Adil terhadap diri sendiri dan adil terhadap
keluarga. Adil yang terkait dengan relasi sosial adalah makna adil dalam
memahami kemajemukan dalam beragama. Adil terhadap pemeluk agama
maupun kepercayaan orang lain menurut pemahaman guru agama Islam MA
MINAT Cilacap adalah merupakan penanaman sikap yang memberi kebebasan
dan menghormati agama yang dianut oleh orang lain.
Adil juga dimaknai dengan melakukan sesuatu yang seimbang dengan
tidak melakukan bentuk-bentuk diskriminasi. Adil dapat dimaknai tidak
berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada
kebenaran, sepatutnya dan tidak sewenang-wenang. Meletakkan sesuatu
pada tempatnya. Selanjutnya adil dimaknai dengan cara memposisikan
suatu hal pada porsinya. Adil bukan berarti sama, tetapi harus sesuai
dengan hak dan kewajiban yang ada (wawancara dengan Ihl 15 Oktober
2013).
DRAFT
Adil juga dimaknai memberikan perlakuan yang sama di antara seluruh
siswa. Penanaman sikap adil pada siswa akan mengarahkan siswa pada
perlakuan adil terhadap semua bentuk perbedaan termasuk realitas perbedaan
dalam berbagai aliran dalam Islam.
Anak didik sebagai anak-anak yang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama terhadap guru dan madrasah, tidak membeda-bedakan apakah anak
pejabat, kyai maupun lainnya. Siapapun yang melakukan pelanggaran
maka akan dikenai sangsi sesuai dengan tingkat pelanggaranya.
(wawancara dengan Msy 15 Oktober 2013).
211
Pembelajaran yang diberikan pada anak didik disesuaikan dengan
kemampuan anak tersebut, jika kemampuanya kurang perlu pendekatan
tambahan pembelajaran sedangkan yang sudah bisa diberi pengayaan
(wawancara dengan Ihl 12 Oktober 2013).
3. Makna Persaudaraan
Persaudaraan oleh guru MA
pemahaman
MINAT Cilacap disandarkan pada
bahwa persaudaraan adalah sebuah keniscayaan yang sudah
digariskan dalam Al qur’an sehingga
menjalin persaudaraan adalah suatu
keharusan. Persaudaraan tidak sebatas hanya pada satu aliran madzhab saja,
namun menghargai berbagai perbedaan yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam Al Qur’an surat al Hujurat ayat 10 menyatakan ” orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara” tali persaudaraan kita adalah iman
bukan amalan, Oleh sebab itu sekalipun amalan kita berbeda-beda namun
masih dalam satu wadah iman maka kita harus selalu membangun
kebersamaan dan keharmonisan serta terus menumbuhkan kesadaran
bahwa kita semua adalah bersaudara seiman walaupun bukan seamalan
(wawancara dengan Mnr, 12-3-2014)
DRAFT
Persaudaraan juga merupakan sunatullah yang telah ditegaskan bahwa
semua orang mukmin adalah bersaudara, sehingga dasar keimanan dan tauhid
yang sama menjadi dasar dalam menjalin persaudaraan di antara umat Islam.
Persaudaraan tidak tersekat hanya karena beda ragam ibadah dalam Islam.
Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Hujurat ayat 10 bahwa orangorang mukmin adalah bersaudara, dalam ayat tersebut kata saudara
menggunkan kata ikhwah bukan ikhwan, terdapat perbedaan arti meskipun
bentuk jama’ dari mufrod akhun. Kata ikhwah menunjukan arti saudara
sekandung, sedangkan kata ikhwan berarti teman sejawat. Al Qur’an
menganggap persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam
satu nasab. Oleh karena itu sesama mukmin harus mempunyai jiwa
persaudaraan yang kukuh. Persaudaraan ini dilatar belakangi karena
212
persamaan keimanan kepada Allah dan Rosulullah. (wawancara dengan
Mjd, 18-3-2014)
Sejalan dengan pendapat Msy bahwa persaudaraan yang kuat di dalam
Islam adalah didasarkan pada persamaan iman dan akidah, walaupun ragam
cara beribadahnya beraneka warna.
Persamaan keimanan mengikat
persaudaraan yang kokoh. Dengan demikian persamaan aqidah membingkai
persaudaraan sesama muslim.
Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan atas dasar seiman,
sama-sama iman kepada Allah dan Iman kepada rosulnya yang terakhir
(Nabi muhammad SAW), terlepas dari cara praktik ibadah yang berbedabeda. Jika mereka keliru sudah sewajarnya kita mengingatkan saudara
kita. (wawancara dengan Msy, 11-3-2014).
Persaudaraan sesama muslim merupakan sebuah keharusan dan perbedaan
merupakan rahmat walaupun didalam Islam banyak perbedaan cara beribadah
yang beragam sesuai dengan pemahaman tafsir masing-masing dan kajian fiqih
DRAFT
tertentu. Keragaman dalam amalan fiqih merupakan rahmat yang diberikan
Allah Swt.
Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara maka perbaiklah. Itu ajaran
yang dianut orang Islam yang baik. Kita diajarkan oleh Islam bahwa
perbedaan adalah rahmat. Meskipun dalam kehidupan kita melihat banyak
furu’iyyah (cabang tafsiran dalam fiqih) kita tetap menjaga persaudaraan.
Kita sebagai pendidik selalu menanamkan kepada siswa kita bahwa siswa
muslim itu bersaudara. Jangan sampai karena perbedaan membuat kita
bermusuhan. Islam tidak mengajukan itu (wawancara dengan Mph, 12-32014).
Persatuan dalam persaudaraan melahirkan kekuatan dan menciptakan
kebersamaan di antara muslim yang dapat melahirkan saling menghargai,
toleransi, kerjasama, menciptakan kedamaian dan mencegah timbulnya konflik
213
atau permusahan. Materi terkait dengan hal itu dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam dalam fiqih adalah persatuan dan kerukunan. Sedangkan, makna
persaudaraan juga merujuk pada Islam adalah rahmat bagi alam.
Makna persaudaraan diartikan bahwa Islam itu adalah rahmatan lil
’alamin, bahwa rahmat Allah untuk semua umat manusia hanya rahim
Allah yang menjadi hak sepenuhnya atas kehendak Allah swt. Bahkan
sekarang ditingkat yayasan sedang digalakkan suhbah dan qurbah
(persaudaraan dan kekeluargaan) yaitu persaudaraan di luar keluarga dan
persaudaraan antar keluarga (kekeluargaan). MA MINAT Cilacap di
bawah yayasan YaBAKII tetap terbuka dalam menjalin kerjasama dengan
pihak manapun tidak hanya sebatas dengan orang Islam (wawancara
dengan Mrf 11 Oktober 2012).
Persaudaraan bagi MA MINAT Cilacap sebagai kebijakan yang telah
diterapkan oleh lembaga yaitu dengan mengedepakan adanya
ukhuwwah
Islamiyah dan ukhuwwah basyariah. Persaudaraan juga dimaknai persaudaraan
antar umat Islam dan persaudaraan karena adanya hubungan kemanusiaan.
Dengan demikian makna persaudaraan menurut guru MA MINAT juga
DRAFT
menghindari sifat fanatik.
Pendiri Ponpes Al Ihya Ulumudin juga pernah berfatwa bahwa tidak boleh
terlalu cepat mengkafirkan orang karena kita tidak tahu yang mereka
lakukan sekalipun mereka beragama lain selain Islam. Sehingga kita sangat
menjunjung tinggi kesamaan hak antara manusia. Jihad merupakan jalan
untuk mencapai keridloan Allah Swt termasuk menyampaikan ilmu dll.
Ridla memiliki makna rela, yaitu termasuk menerima atas semua
pemberian-Nya. Ridla dalam pergaulan adalah saling ikhlas tidak merasa
dendam, benci dan damai. Sedangkan amal salih adalah melakukan
kebaikan-kebaikan untuk semua. Kerukunan ada kaitanya dengan
ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah basyariah yaitu rukun terhadap siapa
saja dan menghindari rasa fanatik. Tapi kalau tentang akidah (keyakinan
beragama) fanatik itu harus, tapi bukan berarti memerangi yang lain.
Bukan berarti orang nonIslam itu salah (wawancara dengan Nsi, 17
Oktober 2012).
214
Islam juga mengatur hak bertetangga sebagaimana dikembangkan dalam
pendidikan agama Islam di MA MINAT. Hak bertentangga menjadi kewajiban
yang harus dipenuhi meskipun terjadi perbedaan pemahaman amaliyah dalam
menjadalan ibadah, namun tetap dalam persaudaraan satu aqidah Islam dan
didasarkan pada tauhid yang sama.
Islam juga mengatur tentang hak Jar (tetangga). Hak bertetangga
sebenarnya diatur dalam Islam jadi tiga: hak tetangga, saudara dan
seagama Islam, hak tetangga yang seagama, hak tetangga yang tidak
seagama. Hak-hak itu harus diberikan ketika tetangga kita membutuhkan
dan hak tetangga yang beda agama jadi metode dakwah yang bijaksana.
Kalau ukhuwwah basyariah itu yang mengatur hubungan dengan sesama
manusia, karena memiliki hak yang sama sebagai bani Adam. Ada yang
lain lagi tentang ukhuwwah wathaniyah itu untuk persaudaraan se-wilayah
tanah air entah apapun agamanya karena manusia di hadapan Tuhan sangat
dimuliakan (wawancara dengan K. Msl, 9 Oktober 2012).
Selain itu yang mendasari pola pengembangan MA MINAT Cilacap juga
adanya pola persahabatan dan kekerabatan juga ada prinsip jangan sampai ada
DRAFT
siswa yang karena tidak mampu membayar biaya sekolah kemudian tidak
sekolah. Contoh implementasi persaudaraan selalu dilakukan rapat
dengan
guru-guru dan menerapkan nilai silaturahmi.
Sedangkan persahabatan kita selalu mengedepankan hubungan yang
sederajat dengan semua guru-guru di madrasah karena ini mencontoh Nabi
berhubangan dengan umatnya tidak pernah menyebut santri tapi selalu
menyebutnya dengan sahabat (artinya Nabi sangat memandang hubungan
yang setara). Kemudian bentuk sosialisasi MA MINAT Cilacap dengan
masyarakat contohnya ketika peringatan muharram siswa bersama warga.
Satu contoh dalam kegiatan haul (ulang tahun hari wafat pendiri Ponpes Al
Ihya Ulumudin) yang dilakukan oleh Ponpes Al Ihya Ulumudin termasuk
MA MINAT Cilacap pernah dimeriahkan dengan barongsai bahkan
diundang juga group Band seluruh Cilacap termasuk dari Yos Sudarso
(agama Nasrani). Termasuk ketika akhirus sanah (ujian santri biasanya
jelang ramadhan) diadakan pentas seni santri dengan berbagai macam
pertunjukan. Dulu ada teman-teman dari Lampung yang memerankan
tarian dari India (tidak hanya seni Islami) dan sampai sekarang masih
215
berajalan, ini didasari karena santri akan kembali ke masyarakat, sehingga
kegiatan yang ada di MA MINAT Cilacap dan pesantren selalu terkait
dengan masyarakat
dengan tujuan juga untuk melatih kerukunan
masyarakat pesantren (wawancara dengan K.Smn, 12 Juli 2012).
Menurut Msy persaudaraan di dalam satu agama Islam juga didasarkan
atas tauhid yang sama
tanpa membedakan khilafiyah yang terjadi dalam
berberbagai aliran madzhab di dalam Islam. Semua orang muslim adalah
bersaudara walaupun mempunyai amaliyah yang berbeda.
Persaudaraan sesama muslim dibangun atas dasar ketauhidan yang sama
yaitu Tuhan yang maha esa (Allah) dan kita sebagai hambaNya yang harus
tunduk dan patuh padaNya. Semua orang muslim sama dari manapun
asalnya mereka. Persaudaraan muslim itu bagaikan tubuh satu. Adapun
persaudaraan dengan penganut lain adalah persaudaraan atas dasar
kemanusiaan dan kebangsaan (wawancara dengan Msy 18 Oktober 2012).
Menurut Ihl persaudaraan antara sesama penganut agama Islam adalah
merupakan keharusan karena dalam satu aqidah dan tauhid yang sama dalam
DRAFT
Islam. Khilafiyah tidak menjadi penghalang dalam melakukan persaudaraan
dalam Islam.
Persaudaraan kemanusiaan, persaudaraan sesama penganut agama adalah
merupakan kewajiban sesama agama dan persaudaraan antar penganut
agama lain adalah merupakan rasa saling menghormati hak dan
kewajiban sebagai manusia yang bermasyarakat (wawancara dengan Ihl,
18 Oktober 2012).
Persaudaraan bagi MA MINAT Cilacap merupakan bagian yang ditegakan
menjadi budaya madrasah sehingga penanaman persaudaraan menjadi bagian
internalisasi dalam diri anak didik. Persaudaraan membentuk kepekaan sosial
dalam diri anak didik dan mengarahkan pada relasi yang baik.
Penanaman sikap satu rasa, satu sepenanggungan, satu iman, budaya dsb.
Memberikan contoh sikap dan perbuatan saling tenggang rasa dan
kepedulian terhadap sesama, menganjurkan saling bantu-membantu
216
dengan memberikan pengertian bahwa manusia adalah sama yang
membedakan adalah taqwa kita kepada yang kuasa sehingga walaupun
berbeda amaliyahnya tetap harus saling hormat. Contoh: dalam hal
menolong jangan sampai memandang dari hal ras, agama, bangsa
kedepankan kemanusiaan (wawancara dengan Ihl 15 Oktober 2013).
Hal di atas merupakan bagian dari memahami makna persaudaraan yang
dikembangkan di MA MINAT Cilacap. Internalisasi makna persaudaraan
menjadi melembaga dan tertanam dalam diri anak sehingga pemaknaan
persaudaraan di MA MINAT Cilacap tidak hanya dibatasi satu keyakinan
agama tetapi juga karena aspek-aspek kemanusiaan yang lain. Bahkan
pemaknaan persaudaraan di MA MINAT Cilacap juga didukung di tingkat
yayasan
dengan
digalakkan
kekeluargaan) yaitu
suhbah
dan
qurbah
(persaudaraan
dan
persaudaraan di luar keluarga dan persaudaraan antar
keluarga (kekeluargaan). Artinya, MA MINAT Cilacap memaknai persaudaran
lebih luas tidak hanya sebatas pada kekeluargaan. Suhbah merupakan
DRAFT
persaudaraan antara sesama manusia sedangkan qurbah merupakan bentuk
persaudaraan yang diikat oleh tali kekeluargaan.
4. Makna Toleransi
Toleransi menjadi sendi dalam kehidupan multikultural. Pemaknaan
toleransi menurut guru pendidikan agama Islam MA MINAT Cilacap yang
sebagian sebagai pengasuh pesantren lebih memiliki makna yang terbuka
terhadap beberapa perbedaan yang terjadi di dalam masyarakat. Aspek-aspek
penghargaan
terhadap
keragaman
kehidupan
multikultural
dari
sisi
kemajemukan amaliyah dan madzhab dalam Islam disikapi dengan sikap
toleransi. Artinya toleransi dengan pemahaman yang tidak terlalu fanatik dan
tidak menyalahkan perbedaan di antara ajaran aliran madzhab dalam Islam.
217
Implikasinya dakwah dalam Islam dimaknai tidak melakukan pemaksaan
kebenaran madzhab tertentu terhadap madzhab lainya.
Dengan demikian,
terdapat anjuran untuk berkerjasama dalam kemajemukan pemahaman dalam
Islam, Islam tidak menutup kemungkinan untuk menjalin kerjasama dalam
hubungan sosial. Implementasi toleransi telah dilakukan oleh MA MINAT
Cilacap dan ponpes Al Ihya Ulumudin.
Satu pemahaman toleransi adalah apabila sekarang banyak gerakangerakan kekerasan yang mengatasnamakan agama dengan nama salafi,
yang dulu makna salafi memiliki konotasi baik dan biasanya digunakan
oleh orang-orang NU (nahdaltul ulama). Dakwah tidak boleh memaksakan
pemahaman aliran tertentu atas aliran yang lain di dalam Islam dan kita
tidak boleh mengkafirkan orang-orang di luar Islam tetap kita santun dan
kita tetap bisa mengajak bekerjasama. Bahkan dulu di MA MINAT
Cilacap dan Pesantren sini (Al Ihya Ulumudin) pernah ada pertunjukan
barong sai yang ini artinya kita juga telah bekerjasama dengan non Islam
(Cina) (wawancara dengan kepala madrasah 11 oktober 2012).
Toleransi dimaknai oleh guru MA MINAT Cilacap adalah memberikan
penghargaan terhadap semua perbedaan yang ada di dalam intern umat Islam
DRAFT
serta memberikan kesempatan untuk menjalankan amalan sesuai dengan
pemahaman madzhab tertentu.
Toleransi dalam hal ini adalah sikap terbuka dan mau menjalani adanya
berbagai macam perbedaan amalan-amalan selain amalan kita serta
memberikan kebebasan untuk menjalankan amalan masing-masing. Hal
ini lebih dikenal dengan istilah tasamuh dalam Islam. Tasamuh bukan
barang baru dalam Islam karena Rosulullah melaksanakan hal itu
terhadap para sahabatnya yang berbeda dalam menjalankan ajaranya,
contohnya adalah pelaksanaan sholat witir yang dilaksanakan oleh Abu
Bakar dan Umar. Abu Bakar melakasanakan sholat witir sebelum tidur
sedang Umar tengah malam setelah tidur, hal ini diadukan pada rosulullah
dan rosulullah menjawab semua baik. (wawancara dengan Mnr, 12Maret 2014)
218
Makna toleransi menurut guru MA MINAT Cilacap juga disandarkan pada
pemahaman ayat
menjadi
saudara.
bahwa orang Islam dalam bentuk apapun aliranya adalah
Dengan
demikian
toleransi
termasuk
memberikan
penghormatan atas kemajemukan pemikiran yang terjadi di dalam masyarakat.
Sesuai dengan apa yang tertera dalam surah al Hujurat, ayat 10-13,
dikatakan bahwasanya orang-orang yang beriman itu adalah saudara.
dst…pada surat al Hujurat ayat yang ke 11 merupakan bentu konsekuensi
logis dari yang terkandung dalam ayat ke 10. Konsekuensinya adalah
antara orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok, orang yang
mengolok-olok belum tentu lebih baik dari yang diperolok-olok. Ketika
terjadi perbedaan pendapat atau amalan dalam Islam, ketika mengamalkan
dari surat dan ayat ini, maka antara yang satu dengan yang lainya tidak
boleh saling mengolok-olok, mengejek. Supaya bisa tercipta ukhuwah
dalam Islam. Terkait dengan materi ini adalah standar kompetensi tentang
memahami ayat-ayat al Qur’an dan hadis tentang toleransi dan etika
pergaulan. (wawancara dengan Mjd, 17-3-2014)
Toleransi memberikan kebebasan dalam memahami hasil ijtihad yang
DRAFT
beragam di dalam Islam. Ragam amalan ibadah dalam Islam sangat bergantung
pada imam madzhab yang selanjutnya menghasilkan istimbath hukum yang
majemuk. Sebatas tidak melanggar hukum madhoh maka masih dibenarkan dan
toleransi menurut guru MA MINAT Cilacap dalam rangka memberikan
kebebasan terhadap ritual ibadah yang berbeda.
Kita menghormati dan membebaskanya mereka untuk mengamalkan
syari’at sesuai dengan hasil ijtihad mereka yang penting tidak menyimpang
dari aqidah Islam. Contoh ada guru di MA MINAT yang tidak
membenarkan acara ritual khaul (memperingati hari wafat kiai) kita
hargai itu sebagai suatu pendapat. Bahkan ketika guru ditarik iuran
sebagian ada yang tidak mau, itupun kita hargai. Kita sadar bahwa dalam
ibadah ghoiru mahdhoh kita sesama umat Islam bisa saling berbeda cara.
Begitupun siswa banyak yang ikut ritual manaqib ( ritual pembacaan
sejarah kehidupan para ulama seperti syekh Abdul Qodir Al Jaelani) itu
219
dihargai dan dibebaskan yang penting tidak mengganggu kegiatan belajarmengajar. (wawancara dengan Msy, 10-3-2014).
Selain hal diatas toleransi juga dimaknai memberikan penghargaan serta
kebebasan
menjalankan amalan sesuai dengan pemahaman masing-masing.
Toleransi juga terakumulasi dalam materi pembelajaran pendidikan agama
Islam.
Sebagai umat Islam menghargai sesama umat adalah kewajiban dan
toleransi adalah prinsip dari syari’at Islam.Toleransi intern umat beragama
penting sekali karena di Al qur’an juga dijelaskan bahwa bagi kami amalan
kami dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada Allah tulus
mengabdi seperti yang di sebutkan dalam Qs Al Baqarah 139 dan
kompentensi dasar terkait termasuk persatuan dan kerukunan. (wawancara
dengan Nsh, 11-3-2014).
Terdapat kemajemukan amalan siswa MA MINAT Cilacap, namun tetap
mendapat kebebasan walaupun hal itu tidak sesuai dengan amalan yang biasa
dilakukan di MA MINAT Cilacap. Selain hal itu juga terdapat perbedaan amalan
DRAFT
yang ada dalam komunitas guru.
Ada beragam amalan siswa kita, walaupun memang sebagian besar
penganut mazhab yang sama. Beberapa siswa kita ada yang mengikuti
amalan sholawat wahidiyah yang hal itu berbeda dengan kebiasaan yang
ada di MA MINAT. Walaupun mereka berbeda dengan kita tetap dihargai.
Contoh lain ada guru kita yang pindahan dari MAN Kroya Cilacap cara
berpakaianya dengan celana cungklang (celana diatas mata kaki) dan
menganut madzhab yang berbeda, namun di bisa bersosialisasi dengan
baik di MA MINAT. (wawancara dengan Mrf, 10-3-2014)
Toleransi menurut guru MA MINAT Cilacap dimaknai sebagai dasar
dalam pelaksanaan dakwah Islam. Dakwah dilakukan dengan cara bijaksana
tanpa melakukan pemaksaan terhadap pemahaman yang berbeda. Toleransi
dalam berdakwah tidak menimbulkan konflik.
220
Toleransi mendasari dakwah Islam yaitu dengan cara bijaksana bukan cara
kekerasan bahkan Islam memperbolehkan kerja sama dengan orang di luar
Islam. Sebetulnya kalau gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama
biasanya pengikutnya adalah orang-orang yang memiliki pemahaman
yang dangkal sehingga mudah didoktrin dengan pemahaman-pemahaman
keliru, dan hal itu merupakan bagian pemaksaan terhadap orang
(Wawancara dengan IH, 15 Oktober 2012).
Sedangkan menurut MS, beliau sebagai kiai dan guru MA MINAT Cilacap
memiliki latar belakang pendidikan pesantren. Kalau orang pesantren (menunjuk
ponpes Al Ihya Ulumudin) memandang tasamuh (toleransi) sangat menjunjung
tinggi. Toleransi menjadi anjuran dalam membangun hubungan sesama manusia
serta dalam kehidupan multikultur.
Tasamuh terhadap pemeluk agama lain dengan cara membiarkan mereka
yang penting tidak mengganggu dan tetap kita pada keyakinan sendiri.
Ya...diam bukan berarti menyetujui terhadap agama mereka dan bukan
berarti ijma’ sukuti (diam bukan berarti menyetujui). Orang di luar Islam
tidak boleh dimusuhi asal mereka tidak memusuhi kita, kecuali kafir harbi
(kafir yang memusuhi Islam). Tasamuh (toleransi) membuat suasana
kondusif dalam masyarakat. Prinsipnya kita jangan memusuhi mereka
karena akan terjadi sebaliknya. Justru dengan tasamuh (toleransi) akan
mengangkat agama Islam. Sebagai contoh dapat mengambil dari dakwah
Nabi di Madinah yang waktu itu menghadapi berbagai macam golongan
masyarakat. Setelah
Nabi berhasil di Madinah barulah beliau
mengirimkan utusan untuk dakwah di Mekkah (wawancara dengan K.Msl,
9 Oktober 2012).
DRAFT
Hal ini didukung juga konsep tawazun yang dilakukan oleh yayasan
YaBakii. Tawazun yang diharapkan oleh pendiri YaBakii (MA MINAT Cilacap
salah satu lembaga pendidikan di bawah YaBakii). Tawazun mengarahkan sikap
keseimbangan antara hubungan sesama manusia dan dengan sang khalik.
bahwa semua yang dilakukan di yayasan tersebut adalah seimbang antara
aspek dunia dan akhirat sehingga perlu mendukung perlakuan adil karena
itu justru akan dihormati oleh agama lain juga dan bagian dari dakwah.
Islam termasuk orang-orang yang menggunakan dakwah dengan tiga cara
yaitu mauidah, mujadalah, hikmah. Dakwah dengan mauidah dengan cara
221
ngomongi (menasehati) atau membujuk, tapi kalau mujadalah dengan
dialog dengan cara hikmah, metode ini sama seperti para wali menaklukan
raja kafir(wawancara dengan K.Msl 9 Oktober 2012).
Dakwah wajib dilakukan tetapi jika orang lain supaya ikut dengan itu
yang tidak wajib. Sedangkan pengertian jihad (sekarang) menurut orang
pesantren yaitu apa saja yang diperjalankan dalam kebenaran
termasuk peningkatan ekonomi itu juga jihad.
itu jihad,
Jihad waktu jaman nabi
memang harus perang karena Islam hadir dalam masyarakat yang memusuhi
Islam.
Islam sangat mengedepankan tentang memuliakan manusia, bahwa
manusia harus dihormati entah apapun agamanya karena hak-hak
kemanusiaan hak-hak tersebut ada dua yaitu: hak untuk menghormati
agama yang berbeda (perbedaan) dan menghormati kemasyarakatan. Islam
sangat menganjurkan tentang keadilan yang prinsipnya keseimbangan,
kalau persaudaraan ada tiga hal orang diluar Islam tidak boleh dimusuhi
kecuali orang diluar Islam yang memusuhi kita. (wawancara dengan K.Nsr
tgl 3 Nopember 2012).
DRAFT
Perilaku toleransi di MA MINAT Cilacap juga didasarkan pada pemikiran
Al Ghazali. Selain itu Islam sebagai rahmatan lil ’alamin sehingga Islam
menjadi selamat karena mengikuti sunah dan menjadi rahmat bagi alam. Islam
tidak membenarkan tindakan mengkafirkan orang lain, namun toleransi lebih
diutamakan.
Jadi Islam semestinya tidak menyakitkan orang lain, meskipun orang Islam
tidak mengerjakan syariat Islam adalah salah, tetapi tidak boleh memusuhi
termasuk mengkafirkan orang diluar Islam meskipun orang abangan tetapi
tetap kita santuni sebagai hubungan sesama tidak dapat dipisahkan.
Hubungan kemanusiaan tetap harus dijaga walaupun beda amaliyahnya.
Contoh hubungan dengan lain agama yang pernah dilakukan MA MINAT
Cilacap dan ponpes Al Ihya Ulumudin melakukan hubungan baik dengan
Cina, mereka selalu dengan suka rela membantu kegiatan ponpes termasuk
MA MINAT Cilacap dan merasa handarbeni (memiliki). Bahkan pernah
ada pertunjukan barong sai di MA MINAT Cilacap dan ponpes bahkan
tanah yang digunakan oleh MA MINAT Cilacap sebagian ada yang
222
dulunya sebagai hak guna pakai orang Cina Kesugihan Cilacap
(wawancara dengan K.Lmr, 9 Juli 2012).
Toleransi juga termasuk memberikan kesempatan terhadap yang lain,
tenggang rasa, dan tolong-menolong dengan yang lain. Toleransi menerima
perbedaan dengan orang lain dan tidak memaksa pembenaran madzhab tertentu.
Implementasi toleransi juga perlu ditanamkan dalam proses pembelajaran.
Toleransi dengan memperlakukan pendapat siswa untuk mengeluarkan
pendapat, menghormati dan menghargai semua siswa. Contoh: ketika
diskusi dengan siswa, walupun pendapat siswa tidak sesuai dengan yang
kita harapkan tetap kita hargai. Siswa berhak bertanya, menyampaikan
pendapat dan mengekspresikan dirinya, maka siswa diberi ruang
melakukan hal itu, sepanjang tidak bertentangan dengan agama dan aturan
madrasah. Sikap toleransi pada siswa bukan berarti memberikan
kelonggaran-kelonggaran yang tidak ada manfaat bagi anak didik. Guru
menghargai masukan-masukan dan pendapat dari siswa (wawancara
dengan Mlm 12 Oktober 2013).
Toleransi juga dimaknai tidak memberikan pemaksanaan terhadap
pendapat orang lain. Sebatas pendapat-pendapat tidak menyimpang pada
DRAFT
normatif agama maka toleransi menjadi kelonggaran yang diberikan kepada
siswa.
Tidak memaksa anak didik untuk merubah pendapatnya selama tidak
bertentangan dengan adalah prinsipal. Satu contoh toleransi kepada anak
didik memberikan perpanjangan waktu dan remedial bagi anak yang
belum mampu mengerjakan tugas (wawancara dengan Ihl 12 Oktober
2013).
5. Etika Pergaulan
Etika pergaulan didasarkan pada pengembangan nilai-nilai Islam yang
mendasari dalam melakukan interaksi sosial. Etika pergaulan menurut guru
MA MINAT didasarkan pada sikap tawadhu’ dengan tetap menjaga hubungan
kemanusiaan dan menghilangkan kesombongan.
223
Etika interaksi sosial terhadap mereka dalam hal ini adalah menghadapi
mereka dengan wajah ridla tanpa menghinakan diri dan takut kepada
mereka, menghormati tanpa kesombangan dan tawadhu’ tanpa kehinaan
dan membuat segan mereka dengan keramahan dengan kata lain sesama
muslim dalam pergaulan berpedoman pada: aku aman bagi mereka, aku
bermanfaat bagi mereka dan aku menyenangkan bagi mereka.
(wawancara dengan Mnr, 14-3-2014).
Selain hal diatas etika pergaulan menurut guru MA MINAT Cilacap
menghindari buruk sangka. Islam merupakan agama yang bisa menjadi rahmat
bagi alam tanpa membeda-bedakan dan semua bentuk perbedaan dalam amalan
beragama. Sebagai konsekuensi persaudaraan antara seorang mukmin dan lainya
adalah saling menghormati tidak boleh saling mengolok-olok walaupun terjadi
perbedaan antara yang satu dengan yang lainya.
Tidak boleh saling berburuk sangka, sebab prasangka buruk itu merupakan
mang sya’ul adawah (awal mula dari permusuhan). Bahkan Rasulullah
dalam hadisnya yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah, merinci tentang
kewajiban dan hak seorang muslim terhadap muslim yang lainya ada lima
menjawab salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menjenguk orang
sakit dan mendoakan orang yang bersin ketika menjawab hamdalah.
Ketika hal tersebut diatas bisa dilakukan akan terlihat betapa indahnya
etika dalam Islam, sehingga akan terwujud Islam yang rahmatan lil’alamin.
Materi tersebut terdapat pada kelas XII semster 2. (wawancara dengan
Mjd, 10-3-2014).
DRAFT
Adapun dasar pergaulan sesama Islam menurut guru agama Islam MA
MINAT berdasarkan bahwa sesama penganut Islam adalah saudara, sehingga
terhindar dari sikap saling mengelek dan mengakafirkan amalan yang lainya.
Etika pergaulan dalam muslim didasarkan bahwa semua muslim bersaudara.
Pergaulan sesama muslim didasarkan pada dasar persaudaraan, kita harus
saling membantu sebagaimana kita menyayangi keluarga kita. Saudara kita
memang kadang bermacam-macam corak tingkah lakunya, namun
224
semuanya harus kita perlakukan sama sebagai keluarga. Silahkan
bermacam-macam amalan ibadahnya asal jangan melakukan pelanggaran
etika beragama.
Jangan suka saling melempar tuduh apalagi sampai
mengkafirkan sesama muslim. (wawancara dengan Msy, 11 Maret 2014).
Pergaulan dalam Islam juga dalam rangka menghindari semua bentuk
pertikaian dengan menghindari sikap mengadu domba. Pergaulan juga tetap
mengedepankan penghargaan terhadap kemajemukan pemikiran dan perbedaan
dalam Islam.
contoh guru MA MINAT ada yang memakai celana cungklang (celana
yang panjangnya diatas mata kaki) itu tidak masalah, karena itu cara
mereka berpakaian. Silahkan cara berpakaian apa saja yang penting tidak
lepas dari ketentuan Islam yaitu menutup aurat dan tidak menyerupai
perempuan. Yang penting kita harus tetap saling tegur sapa sesama
muslim, siapapun dia. Jangan sampai kita terjebak bertikai sesama muslim.
Kelemahan kita adalah mudah diadu domba dengan sesama muslim
sehingga runtuh Islam. (wawancara dengan Msy, 10 Maert 2014)
Etika pergaulan didasarkan pada pengembangan sikap menghormati,
DRAFT
menghargai, kerjasama dan tolong-menolong dan menghilangkan deskriminasi
antara amalan yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi penting karena dalam
kehidupan sehari-hari terdapat perbedaan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita biasa melihat orang melakukan sesuatu
yang berbeda dengan kita dalam hal ibadah meskipun sesama orang Islam.
Sebagai muslim yang baik, kita menghormati apa yang mereka lakukan
selama masih sesuai dengan syari’at Islam. Kita tidak boleh memilih-milih
dalam berteman kecuali kita tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu
salah. Dalam kegiatan belajar mengajar ketika salah satu siswa kita ada
yang berbeda dalam hal ibadah tetapi itu masih sesuai dengan ajaran
Islam, kita harus tetap berbaik hati dan bergaul dengan mereka dan
mengajarkan ke peserta didik bahwa kita tidak boleh mendeskripsikan
teman hanya karena mereka berbeda dalam hal ibadah. Contohnya ketika
kita sholat subuh qunut , teman kita tidak qunut. (wawancara dengan Mph,
12-3-2014)
225
Pendidikan multikultural dalam perspektif guru Pendidikan Agama Islam
yang sekaligus sebagai kiai di MA MINAT Cilacap
dimaknai menjadi
beberapa varian. Pemaknaan tersebut juga tidak dilepas karena didasari dengan
adanya paradigma keilmuan yang dimiliki oleh guru sekaligus sebagai kiai
yang ada didalam MA MINAT Cilacap. Paradigma filosofis dari kajian literatur
Islam seperti pemikiran Al Ghazali membentuk mind set pemikiran guru
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Dasar filosofis yang lebih
humanis membentuk pemaknaan agama yang lebih memahami keberagaman.
Gerakan-gerakan anarkis yang mengatasnamakan agama menjadi bertentangan
dengan nilai-nilai kebebasan, keragaman kultur maupun keragaman pemikiran.
Munculnya
gerakan-gerakan
kekerasan
mengatasnamakan
agama
dimungkinkan karena pemahaman yang parsial, sebagaimana dinyatakan oleh
MF (kepala madrasah).
DRAFT
Munculnya gerakan yang mengatasnamakan agama menurut MF (kepala
madrasah) merupakan pemaknaan yang sepotong terhadap teks Qur’an dan
Hadis sehingga mereka memaknai jihad adalah identik dengan perang.
Sebenarnya Islam itu sendiri tidak mengajarkan kekerasan dalam dakwah.
Dakwah wajib dilakukan tetapi hidayah menjadi hak prerogatif Allah
SWT. Kita hanya dapat mendakwahkan Islam tanpa harus melakukan
penekanan dan memusuhi orang yang belum masuk Islam. Sehingga
memaknai Jihad seperti itu adalah salah (wawancara kepala madrasah 11
Oktober 2012).
Konsep pluralisme sebagai dasar bagi etika dalam pergaulan. Pluralisme
pada umumnya belum menjadi pemahaman yang integral sebagaimana jihad
tidak dimaknai sempit dalam melakukan pemaksaan ideologi agama terhadap
masyarakat. Jihad lebih memiliki makna untuk melakukan kegiatan yang
menjadi ridla Allah adalah bagian dari jihad, sehingga tidak berkonotasi
226
dengan perang. Keyakinan terhadap agama adalah sepenuhnya menjadi hak
Allah Swt. atas umat. Dengan demikian, melakukan pemaksaan keyakinan
agama menjadi tidak benar, namun yang wajib adalah dalam rangka
menyampaikan keyakinan agama.
Maraknya gerakan agama yang bersifat radikal adalah salah satu efek atas
pemaknaan agama yang tidak menyeluruh. Mereka memahami agama hanya
sepotong-potong yang akan berakibat merusak Islam dan menghambat
kebesaran Islam adalah orang Islam sendiri. Dengan demikian, dapat diambil
benang merah bahwa Islam sangat menjunjung kebebasan dalam hal aqidah dan
tidak melakukan bentuk pemaksaan ideologi agama, hal ini berimplikasi pada
pembentukan etika dalam berdakwah hingga pada pemaknaan jihad. Dakwah
menurut guru MA MINAT Cilacap adalah:
DRAFT
dakwah yang harus dilakukan tidak ada paksaan dalam hal beragama dan
toleransi tetap harus dijunjung tinggi. Tidak boleh memusuhi agama diluar
Islam, kecuali jika dimusuhi baru diperbolehkan dengan jalan kekerasan.
Bahkan di dalam Al qur’an jelas disebutkan bahwa sesama manusia harus
menghormati orang-orang kafir, bekerja sama dengan mereka tentang halhal keduniaan diperbolehkan sehingga jihad dimaknai tidak harus dengan
perang tetapi merupakan jalan menuju keridlaan Allah Swt. (wawancara
IH 15 Oktober 2012).
Kutipan data tersebut dapat diperoleh deskripsi bahwa hakikatnya etika
dakwah tidak dibenarkan dalam melakukan pemaksaan atas ideologi agama
tertentu terhadap penganut agama lain. Pengakuan akan kebenaran Islam
semestinya diperoleh dengan kesadaran yang timbul
dalam diri seseorang
sehingga menjadi pemaknaan yang sangat keliru jika dakwah berimplikasi pada
gerakan jihad. Islam menjunjung tinggi etika persaudaraan, bahkan larangan
227
untuk melakukan tindak kekerasan terhadap
orang lain. Konsep humanis
dengan penghargaan hak-hak kemanusiaan melintasi sekat-sekat agama,
hanyalah teologi yang sangat mendasar yang tidak dapat digoyahkan dengan
kebenaran-kebenaran lain.
Ajaran hidup dalam keadaan damai sangat dianjurkan oleh Islam. Namun
tindak kekerasan diperbolehkan ketika hal tersebut sudah dipandang
memaksa yaitu merupakan sikap membela diri. Dengan demikian, anjuran
terhadap pola kehidupan yang harmonis menjadi penting selanjutnya jihad
memiliki makna sebagai upaya mencapai jalan menuju pada keridloaan
Allah. Senada dengan responden sebelumnya bahwa makna pluralisme
beragama berpangkal dari pemaknaan jihad bukan sebagai bentuk
kekerasan dan penindasan. Jadi perbedaan tidak sampai menghalangi etika
pergaulan. Pemaknaan jihad bukan berarti terlalu keras menyalahkan
orang lain, apalagi pandangan bahwa yang tidak sepaham adalah salah
(wawancara Nh, 17 Oktober 2012).
Makna pluralisme beragama menurut guru MA MINAT Cilacap adalah
tidak melakukan pemaksaan dalam dakwah agama sehingga menganut agama
tertentu menjadi hak setiap individu tanpa dipaksa menganut Islam. Bentukbentuk
DRAFT
dakwah
memaksa
untuk
memasuki
agama
tertentu
menjadi
bertentangan hak azasi. Perlakuan jihad untuk memerangi agama lain dan
dakwah memaksakan keyakinan agama, menurut guru MA MINAT Cilacap
bertentangan dengan pemahaman pluralisme beragama dan sikap humanis dan
demokratis.
Praktik Pendidikan Agama Islam yang humanis dan demokratis dilakukan
dalam pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap.
Etika pergaulan membuka jalan damai dan kultur akademis yang kondusif,
sehingga dengan demikian akan terbentuk pemberdayaan siswa. Penanaman
sikap humanis dan demokratis
menjadi bagian dalam pilar pendidikan
228
multikultural. Sikap humanis dan demokratis dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan lebih terbuka dalam perbedaan termasuk keragaman agama.
Sikap untuk dialog intern maupun ekstern umat beragama bahkan apapun
agamanya diperbolehkan dan disini (ponpes dan MA MINAT Cilacap)
misalnya ada bantuan berupa fisik diperbolehkan sekalipun untuk
pembuatan masjid (tidak fanatik). Dulu pernah alamarhum mbah Badawi
(pendiri ponpes dan MA MINAT Cilacap) memerintahkan romo
Chasbullah (putranya) untuk menghadiri kampanye partai komunis
Indonesia /PKI (memiliki toleransi tinggi, tidak tertutup pada satu paham
sehingga lebih bersifat fleksibel). Bahkan pencuri sekalipun dibina tidak
langsung dicaci maki, beliau (alm KH.Badawi) memberikan contoh-contoh
yang lebih humanis. Mbah Badawi pengagum Al Ghazali (tokoh ulama
besar dan filsuf pada abad pertengahan) dan kini para kiai di sini mengajari
kita pada hal yang lebih humanis. Dalam karya Al Ghazali ada etika
dakwah contohnya jika dakwah menimbulkan konflik maka tidak usah
dakwah, prinsip dakwah tidak merusak tatanan yang sudah ada. Pada
dasarnya Islam yang berkembang saat itu adalah Islam yang dipahami oleh
Imam Al Ghazali. Jadi mbah (Romo Chasbullah) mengatur pesantren
termasuk lembaga pendidikan formal dibawahnya seperti MA MINAT
Cilacap tidak hanya top figur berasal dari kebersaman dan kesamaan hak.
Contohnya dulu diadakan MINAT Sore (materi pendukung muatan studi
keIslaman bagi MA MINAT Cilacap dan Ponpes Al Ihya Ulumudin)
sekarang diganti dengan MINAT malam supaya semua bisa menyesuaikan
waktu dan pembelajaran di ponpes Al Ihya Ulumudin juga didasarkan
dengan memperhatikan umur, jadi mbah sangat memberikan peluang yang
sama antara sekolah dan pesantren (wawancara dengan K.Smn, 12 Juli
2012).
DRAFT
Internalisasi etika pergaulan yang dilakukan di MA MINAT Cilacap
dengan melakukan aktifitas antara lain: melakukan dialog antar intern umat
beragama. Sikap yang lebih terbuka terhadap beberapa perbedaan amaliyah.
Dengan demikian, tidak ada unsur pemaksaan dalam melakukan dakwah.
Dakwah tidak melakukan perubahan tatanan kemasyarakatan yang sudah
mapan. Dakwah dalam Islam disikapi dengan lebih demokratis dengan tetap
mempertimbangkan unsur-unsur kemanusiaan yaitu tidak memaksakan hak-hak
azasi manusia dalam kebebasan beragama. Perlakuan yang dikembangkan juga
229
tetap menghilangkan unsur-unsur kedaerahan dan menghilangkan sekat-sekat
perbedaan. Etika pergaulan yang dikembangkan MA MINAT Cilacap
dieksplorasi dari nilai-nilai keIslam yang telah menjadi misi institusi seperti
adil, zuhud, qana’ah, dan menghindari sifat ananiyah serta namimah.
Pengembangan etika pergaulan terhadap sesama penganut agama dan lain
agama adalah dimaknai saling menghargai, menghormati, tidak
memaksakan agama kita kepada orang lain, menghormati perbedaan tidak
ada paksaan, tidak pernah memaksa agama kita ke orang lain yang berbeda
agama. (wawancara dengan Snr 12 Oktober 2013)
Etika pergaulan menurut guru MA MINAT Cilacap dengan sesama agama
adalah pergaulan atas dasar ketauhidan yang sama oleh karena itu pergaulan
didasarkan
atas ketundukan dan kepatuhan terhadap Tuhan yang sama.
Pergaulan dengan penganut agama lain didasarkan atas dasar kemanusiaan dan
kebangsaan, maka pergaulan adalah didasarkan pada saling tolong-menolong
sesama manusia dan saling menghargai agama masing-masing
DRAFT
Etika pergaulan intern atau antara agama dan lainya memang beda-beda.
Namun dalam hal sikap dan perwujudanya yang riil menjadi berarti dalam
pergaulan harus saling menjaga dan menghormati, tidak mempersalahkan
perbedaan. Etika pergaulan sesama agama adalah kita sesuaikan dengan
madhzab masing-masing yang dianut, untuk lain agama memiliki aturan
tertentu yang harus dipatuhi. (wawancara dengan Ihl 12 Oktober 2013).
Etika pergaulan guru MA MINAT Cilacap kepada anak didik dilakukan
dengan menyapa dan memberikan salam ketika bertemu, saling menghormati
dan menghargai terhadap siapa pun. Siswa satu dengan yang lain tidak
melakukan cemooh tapi harus saling menghargai.
Harus disadari bahwa tidak ada orang yang sempurna, masing-masing
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Mencemooh berarti sombong
karena tidak menyadari bahwa pada dirinyapun ada kekurangan. Etika
yang baik terhadap sesama, saling menjaga perasaan satu sama lain,
230
mejaga sikap saling menghormati, mengajarkan tata krama (wawancara
dengan Mas 12 Oktober 2013).
Etika pergaulan memberikan pengertian tentang etika pergaulan baik
sesama penganut agama maupun dengan penganut agama lain, sesuai dengan
etika agama yang kami anut. Contoh: boleh bergaul dengan siapapun tetapi
harus kuat peganggan terhadap aturan agama.
E. Makna Multikultural menurut Siswa MA MINAT Cilacap
Makna multikultural menurut siswa MA Minat Cilacap dapat dibedakan
menjadi makna: persamaan hak, adil, persaudaraan, toleransi, dan etika
pergaulan.
1. Persamaan Hak
Visi dan misi institusi turut mempengaruhi sikap personel madrasah. Visi
institusi yang responsif terhadap pendidikan multikultural membentuk pola
DRAFT
pikir dan kepribadian siswa lebih menghargai hak-hak orang lain. Penanaman
nilai-nilai
multikultural
dilakukan
pertama
oleh
guru
selanjutnya
ditransformasikan kepada anak didik. Proses transformasi dapat dilakukan
melalui proses interaksi antara guru dan siswa dalam aktivitas pendidikan.
Persamaan hak bagi masyarakat dapat mengurangi konflik yang terjadi dalam
masyarakat.
Nilai persamaan hak menurut perspektif salah satu siswa bahwa persamaan
hak menurut NF siswa yang berasal dari Palembang, desa Mekar Sari, Kab.
Banyu Asin Sumatra Selatan adalah hikmah.
dalam rangka menghargai perbedaan budaya yang ada dan dari perbedaan
yang ada akan menjadikan kita lebih baik. Perbedaan yang ada dalam
231
pergaulan dengan teman-teman di MA MINAT Cilacap dengan daerahnya
adalah tentang cara berpakaian, contohnya kalau di sini (MA MINAT
Cilacap) berjilbab sudah menjadi kewajiban (wawancara dengan NF, 17
Oktober 2012).
Sedangkan nilai-nilai persamaan hak adalah diartikan bahwa perbedaan
akan memberikan dampak positif. Persamaan hak menurut SS Siswa yang
berasal dari Bengkulu, desa Wonosobo, Kab. Muko-muko adalah ada
hikmah di balik adanya perbedaan, bahwa semakin tahu banyak perbedaan
akan menjadikan banyak pengalaman. Jadi walaupun ada perbedaan tetapi
bukan menjadikan perpecahan. Perbedaan kultur siswa tetap harus ada
perlakuan yang sama antara ras termasuk di MA MINAT Cilacap yang
banyak siswanya dari luar Jawa. (wawancara dengan SS, 11 Oktober
2012).
Realitas perbedaan membawa konsekuensi terhadap sikap yang lebih
terbuka pada kehidupan yang majemuk. Latar belakang tiap siswa dari daerah
membawa ragam sosial kemasyarakatan yang berbeda pula yaitu antara lain
gaya hidup, bahasa, dan pranata sosial. Kondisi tersebut membutuhkan sikap
positif
DRAFT
sehingga diperlukan
pemberdayaan
siswa
melalui
pendidikan
multikultural. Perbedaan kultur daerah turut membawa kompetensi kultural
siswa. Menurut TF siswa dari Bengkulu, desa Sari Makmur, Kec. Air Dikit
Kab. Muko-Muko, Banyaknya perbedaan antara daerah asal dengan keadaan
sosial masyarakat serta pergaulan remaja yang ada di MA MINAT Cilacap
harus dikembangkan persamaan hak.
Menurut LM siswa dari Riau, desa Banten Tengah, Kec.Banten,
Kab.Bengkalis, ada banyak perbedaan dalam cara pergaulan di MA
MINAT Cilacap. Dalam pergaulan di sini (MA MINAT Cilacap) karena
dari banyak latar belakang siswa yang berbeda daerah sehingga sifatnya
berbeda-beda. Sebetulnya semuanya memiliki kebaikan masing-masing,
dan baik itu bergantung pada pandangan masing-masing. Hikmah
perbedaan yang ada adalah mencari yang baik dan tidak. Banyak dampak
232
baik yang didapatkan. Persamaan hak menurutnya adalah termasuk hak
untuk hidup dan berpendapat sudah ada.
(wawancara dengan LM, 12 Oktober 2012).
Terdapat dampak positif yang yang ditimbulkan dari perbedaan yaitu dapat
memperkaya wacana yang diperoleh siswa. Sehingga tidak dibenarkan
dominasi satu kelompok terhadap kelompok tertentu.
Sedangkan menurut Er, siswa berasal dari Bengkulu, Desa Sido Mulyo,
Kec. Penarik Raya, Kab. Muko-Muko, ketika beradaptasi, dia merasakan
di MA MINAT Cilacap cara berbicara berbeda-beda dengan bahasa yang
berbeda-beda. Bahasa sebagai alat untuk komunikasi, semua bahasa baik
karena tergantung daerahnya masing-masing. Sedangkan tentang
persamaan hak adalah tidak boleh ada perbedaan hak antara orang Jawa
dan luar Jawa. (Wawancara dengan Er, 12 Oktober 2012).
Penghargaan atas keragaman bahasa menjadi salah satu kompetensi
kultural sebagai bagian dari implementasi pendidikan multikultural. Persamaan
hak menurut Er mengarah pada pemberian hak yang sama terhadap realita
yang ada, seperti perbedaan bahasa harus dihormati, tanpa sikap menghormati
DRAFT
terhadap perbedaan, maka persamaan hak tidak akan terjadi.
Menurut MS siswa yang berasal dari Padang desa Tanjung Makamur, kec
Lemang Silaut, Kab Pesisir Selatan. Sumatra Barat, ada perbedaan antara
orang sana (daerahnya) dengan orang sini (teman-teman di MA MINAT
Cilacap) terutama dari bahasanya, dan yang lainya dalam makanan, cara
hidupnya juga beda. Tetapi perbedaan itu malah (bahkan) jadi baik.
Sedang sikapnya tentang latar belakang siswa yang berbeda adalah harus
ada kesamaan hak dalam belajar (wawancara dengan Msl, 15 Oktober
2012).
Makna multikultural menurut Msl di atas adalah dalam kehidupan yang
serba majemuk didasarkan pada persamaan hak dan keadilan termasuk adanya
latar belakang siswa yang berbeda, dengan demikian pendidikan membantu
pemberdayaan siswa.
233
Sedangkan menurut An yang berasal dari Papua Barat,desa Hargo Sigi
Merdi, Kec. Teluk Bintun, Kab.Manokwari menganggap perbedaan yang
ada antara orang sana dan sini adalah dari segi fisik, dan sikap. Namun,
orang Papua Barat dalam pergaulan lebih akrab dibandingkan orang Jawa.
Sedangkan makna persamaan hak menurutnya tidak boleh melakukan
ketidakadilan walaupun terhadap siswa yang berbeda bahasa (Wawancara,
2 Oktober 2012).
An memaknai multikutural dengan menghilangkan diskriminasi karena
perbedaan bahasa. Kultur siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari
berbagai daerah menjadikan siswa memiliki beragam bahasa daerah. Hal
tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan membekali siswa
dengan kompetensi kultural, sehingga siswa dapat melakukan adaptasi dalam
berbagai kondisi masyarakat.
Sedangkan persamaan hak menurut Kf yang berasal dari Palembang, desa
Mekar Sari, Kabupaten Banyu Asin, Sumatra Selatan, menurutnya ketika
beradaptasi di MA MINAT Cilacap dia merasakan ada perbedaan tentang
ekonomi maupun pergaulan. Di daerahnya pergaulan lebih bebas, tetapi
kalau di sini pergaulan lebih terikat (ada aturan-aturan yang mengikat).
Sedangkan sikapnya tentang persamaan hak adalah tidak boleh
membedakan antara orang Sumatra Selatan dan Jawa (wawancara,8
Oktober 2012).
DRAFT
Bentuk persamaan hak dapat dikembangkan dalam melerai konflik yang
terjadi dalam masyarakat dan MA MINAT Cilacap sebagai lembaga pendidikan
turut berperan aktif dalam membentuk kompetensi multikultural.
Persamaan hak di antara masyarakat yang berbeda budaya walaupun
perbedaan budaya tetapi mempunyai persamaan hak, di antaranya hak
mengemukakan pendapat, hak hidup, hak saling menghormati, dan
menghargai. Hak semua masyarakat sama saja walaupun budaya mereka
banyak yang berbeda tetapi hak mereka tetap sama (wawancara dengan
Iwn 12 Oktober 2013).
Hak mengembangkan potensi diri semestinya diberikan oleh semua siswa
meskipun berbeda budaya. Walaupun berbeda budaya tetapi kita tetap sesama
234
umat dan sesama mahluk Tuhan yang maha esa. Hak semua masyarakat adalah
sama saja walaupun budaya mereka berbeda-beda. (wawancara dengan Agh 12
Oktober 2013),
Semua orang mempunyai hak yang sama sebagai masyarakat walaupun
berbeda budaya dan saling melengkapi antara si A dan si B, tidak saling
ejek-mengejek karena akan menimbulkan rasa dendam, dengan dendam
semua perbuatan bisa dilakukan (wawancara dengan Shd 12 Oktober
2013).
Hak di antara masyarakat yang berbeda budaya ialah tidak menjadi
masalah justru hal tersebut bisa mengetahui budaya mereka dan hak di antara
mereka. Sebenarnya orang yang berbeda budaya memiliki hak yang sama dalam
kehidupan
bermasyarakat
tetapi orang tersebut tidak mengetahui atau
menyadari hak tersebut (wawancara dengan Mst 12 Oktober 2013).
Menurut siswa MA MINAT setiap hak masyarakat adalah sama karena
DRAFT
setiap manusia mempunyai hak asasi yang sama, namun terkadang budaya yang
berbeda membuat permasalahan diantara masyarakat tersebut.
Setiap masyarakat pasti memiliki budaya yang ciri khasnya tentu berbedabeda untuk menjaga hak mereka. Maka antara masyarakat yang satu
dengan lainya haruslah saling menghargai dan menghormati sehingga akan
terwujud persatuan dan kedamaian, tidak terjadi perpecahan. Persatuan
dan kedamaian, tidak terjadi perpecahan, serta terjaganya budaya tersebut
karena apabila terabaikan maka akan ada perpecahan (Wawancara dengan
Mds16 Oktober 2013).
Seharusnya diantara tidak saling membeda-bedakan antara budaya karena
Indonesia dalam bingkai negara Bhineka Tunggal Ika meskipun berbeda
budaya tapi tetap satu. Persamaan hak
didalamnya terdapat hak diantara
masyarakat yang berbeda pemahaman tentang Islam. Persamaan hak adalah
235
adanya hak yang disamakan meskipun berbeda budaya antara masyarakat yang
satu dengan masyarakat yang lain setiap manusia terlahir dalam keadaan yang
berbeda-beda dan mempunyai hak asazi.
Setiap manusia mempunyai hak yang sama, jika kita berada di daerah
yang lain kita harus menghargai hak-hak orang lain. Persamaan hak di
antara masyarakat yang berbeda budaya adalah suatu hal yang
diharuskan karena pada dasarnya semua manusia sama yang membedakan
hanyalah amal perbuatan dan takwanya kepada Allah Swt.(Wawancara
dengan Asl 16 Oktober 2013).
Masyarakat yang berbeda budaya bisa terjadi konflik, tetapi bisa diatasi
walaupun budaya berbeda-beda dengan cara toleransi dengan sesama.
Walaupun berbeda budaya seharusnya tidak membeda-bedakan budaya setiap
manusia mempunyai hak sama. Semua masyarakat mempunyai hak untuk
hidup dan belajar, apalagi kita disini memang untuk mencari ilmu supaya ilmu
yang didapat disini (MA MINAT Cilacap) dan ditempat lain jadi satukan.
DRAFT
Dengan Bhinneka tunggal ika, Alhamdulillah mendapatkan hak yang sama
dengan orang di Jawa. Budaya Jambi lebih memiliki sifat yang keras
tetapi jika di Jawa sifat lebih halus. Sebenarnya orang yang di luar Jawa
(Sumatera) kebanyakan penduduk asli Jawa, karena di daerah Jawa
semakin banyak penduduk maka banyak yang transmigrasi di luar untuk
mencari kehidupan yang lebih nyaman dan berpenghasilan mudah tetapi
setelah saya rasakan hidup di Jambi dibanding Jawa lebih enak di Jawa
karena sifat yang lembut membuat diri seseorang lebih enak dan cepat bisa
beradaptasi dengan teman-teman yang lain. Dengan perbedaan yang terjadi
di masyarakat maka diperlukan persamaan hak sehingga tidak jadi
perpecahan (wawancara dengan Lls 16 September 2013).
Sebagai orang Jambi penganut budaya Melayu
dan orang Melayu
memiliki kata-kata dan sifat keras setelah berada di Jawa, mayoritas budaya
Jawa lembut maka membuat saya mengikuti budaya tersebut. Kultur di MA
MINAT Cilacap walaupun banyak perbedaan bahasa dan budaya tetapi semua
236
saling menghargai persamaan hak termasuk dalam segala hal (wawancara
dengan Mnn 16 September 2013).
Semua daerah pasti mempunyai budaya yang sangat berbeda-beda antara
daerah yang satu dengan yang lainya dan seharusnya tidak boleh membedakan
antara budaya daerah yang satu dengan yang lainya seperti halnya Bhinneka
tunggal ika berbeda-beda tetapi tetap satu. Sesama manusia cuma berbeda
budaya, persamaan hak hidup
untuk bekerja sama, saling menyayangi
menghargai. (wawancara dengan Kkp 16 September 2013).
2. Makna Adil
Adil menurut siswa apabila ada persamaan hak diantara siswa dari
berbagai daerah sebagaimana pernyataan MA (nama samaran siswa) berasal
dari Papua Barat, desa Hargo Sigi Merdi, Kec. Teluk Bintun. Kab. Manokwari.
DRAFT
Menurutnya tentang keadilan adalah semua memiliki hak yang sama dalam
bidang keadilan, karena orang luar Jawa banyak menuntut ilmu di Jawa maka
pemerintah harus memperhatikanya. (Wawancara tgl 5 Oktober 2012).
Hal diatas senada dengan pernyataan LZ, dia berasal dari Palembang,
Sumatra Selatan, persamaan hak adalah persamaan dalam bersaing.
Perlakuan adil adalah setara antara siswa dari Jawa maupun luar Jawa
(Wawancara tgl 5 Oktober 2012).
Adil juga dimaknai tidak ada diskriminasi di antara etnis yang ada di
antara latar belakang siswa. Makna adil menurut Py, berasal dari Kalimantan
Barat, desa Air Durian Jaya, Ketapang,
ada beberapa perbedaan yang
dirasakan ketika beradaptasi di MA MINAT Cilacap yaitu cara pergaulan
237
berbeda dan pola hidup berbeda pula, artinya tidak boleh membedakan etnis
(wawancara tgl 5 Oktober 2012).
Hal tersebut juga senada dengan pernyataan BD (nama samaran siswa) dia
berasal dari Lampung, desa Sumber Agung, Kec. Ambarawa. Kab. Pring
Sewu, pergaulan sama cuma kalau di sini (MA MINAT Cilacap)
komunitas Jawa, bahasa jauh lebih keras. Kalau adil ya mestinya tidak
boleh ada perbedaan antara beberapa ras maupun etnis. (wawancara tgl 5
Oktober 2012).
Perilaku adil yaitu tidak memihak dan berat sebelah kepada seseorang jika
ada dua orang yang diadili. Perlakuan harus sama rata kepada orang yang
diadili dan tidak main hakim sendiri.
Adil adalah suatu hal yang sangat berarti bagi siswa, karena dengan adil
bisa hidup damai. Larangan menilai seseorang atau suatu hal dengan cara
ketidakadilan. Satu contoh memberikan perilaku yang sangat berimbang satu
contoh jika ada kawan yang berkelahi kita harus menghentikanya dan kita harus
DRAFT
berbuat adil mana yang salah dan mana yang benar. Perlakuan adil yaitu tidak
membeda-bedakan antara masyarakat yang kurang mampu dengan yang kaya.
(wawancara dengan Shd, 16 Oktober 2013).
Perlakuan adil bergantung pada yang benar dan salah serta perlakuan adil
yaitu memberikan pembelaan pada yang benar. Berperilaku adil adalah
tidak memberikan perbedaan antara yang satu dengan yang lain.
Perlakuan adil yaitu hukum atau adat-istiadat dalam pelaksanaanya harus
sama dan tidak membedakan antara pejabat dengan bukan pejabat jika
bersalah harus sama dalam hukumanya (wawancara dengan Nrt, 12 Juni
2012).
Perlakuan adil yaitu tidak membeda-bedakan antara si A dengan si B,
dalam arti merata, tidak memihak ke satu pihak tetapi memperlakukan dengan
cara yang merata sesuai dengan keadaan pihak yang bersangkutan dan
238
kebutuhan yang sesuai yang dibutuhkan oleh yang bersangkutan. Adil adalah
memperlakukan semuanya secara seimbang tidak saling memilih karena
manusia sama hanya ketakwaan yang membedakan dan itupun hanya Allah
yang tahu (wawancara dengan Mth 15 Oktober 2012).
Adil adalah seimbang dalam berbagi sesuatu namun perlu disesuaikan
kondisi. Adil itu tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lain
sehingga tidak ada diskriminasi. Perlakuan adil adalah tidak saling
membeda-bedakan terhadap satu sama lainya. Sifat adil harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, maka makna adil tersebut adalah tidak membedakan
antara yang kaya dan miskin (wawancara dengan Syd 15 Oktober 2012).
Adil menurut siswa MA MINAT Cilacap juga diartikan sebagai
pembagian yang sama rata tanpa memandang segi perbedaan agama, suku
maupun bahasa. Perlakuan adil harus ditegakkan dan dijunjung tinggi, tidak
membeda-bedakan dan semua sama dalam arti kita bisa adil sesama manusia
walaupun ada keterkaitannya dengan perbedaan daerah maupun budaya serta
DRAFT
bahasa yang berbeda secara makna adil.
Perlakuan adil ialah tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lain.
Tidak membeda-bedakan termasuk anti terhadap daerah lain.,Adil harus
bisa menghargai semua perbedaan dan tidak boleh pilih kasih. Tidak
memihak pada salah satu orang tetapi memperlakukan sama kepada semua
orang. Adil juga tidak memihak kepada satu orang dan memperlakukan
sesuatu dengan seimbang (wawancara dengan Mnn 15 Oktober 2012).
Semua orang ingin adil. Adil yaitu tidak memihak antara satu orang
dengan lainya, sehingga perlu memperlakukan yang satu dengan yang lainya
tidak boleh memihak dengan atau harus seimbang. Tidak membedakan Jawa
dan Sumatera, tidak pilih kasih. Apabila kita mengungkapkan pendapat harus
dihargai walaupun
salih. Minimal punya nilai (wawancara dengan Etr 15
Oktober 2012).
239
3. Makna Toleransi
Makna toleransi menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah sikap saling
menghormati dan menghargai diantara sesama umat manusia, termasuk ketika
berkomunikasi dengan siswa yang berbeda bahasa dan daerah menggunakan
bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) merupakan bagian sikap menghormati.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dikenali oleh semua budaya, bila
dipandang perlu diajarkan beberapa bahasa daerah juga untuk memahami
keanekaragaman.
Toleransi merupakan sikap tolong-menolong atau saling membantu.
Toleransi antara siswa yang berbeda bahasa dan daerah seharusnya dalam
pergaulan tidak menggunakan bahasa daerah masing-masing yang tidak
dimengerti oleh orang lain. Gunakan bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti oleh semua orang. (wawancara dengan Iwn 15 Oktober 2012).
Walaupun ada perbedaan harus saling menghormati dan menyantuni orang
yang berbeda bahasa. Tidak boleh berlaku tidak adil terhadap sesama.
DRAFT
Perbedaan bahasa bukan berarti membatasi pergaulan antara teman, justru
dengan perbedaan bahasa dapat mengarahkan sikap untuk mengerti dengan
berbagai perbedaan bahasa. Makna toleransi adalah saling menghormati dalam
suatu perbedaan. Saling menghormati dan bisa menyesuaikan dengan bahasa
dan daerah yang lain, yang terpenting tetap menjunjung bahasa Indonesia.
Ketika berbeda bahasa, saling menghormati dan menyantuni mereka yang
berbeda bahasa dan daerah walaupun tidak mengetahui bahasa dan daerah
mereka. Saling menghormati sesama siswa yang berbeda budaya dan
daerah jika hidup di daerah orang seharusnya harus menghargai bahasa dan
budaya yang ada di daerah yang kita tempati. Toleransi bermakna
menghargai atau menghormati yang lebih dewasa dan menyayangi yang
lebih kecil. Toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan daerah kita
harus saling menghormati dan untuk mengatasinya dengan menggunkan
bahasa kesatuan (wawancara dengan Nrt, 15 Oktober 2012).
240
Toleransi menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah suatu hal yang
diwujudkan karena adanya suatu kebutuhan
untuk menuju keserasian.
Seharusnya saling memahami karena di negara Indonesia sukunya bermacammacam. Saling menghargai di antara satu dengan yang lainya harus saling
menghargai dan mengerti kepada teman yang berbeda bahasa, tidak saling
menghina antarbahasa justru harus dilestarikan (wawancara dengan Mth 15
Oktober 2012).
Toleransi juga merupakan sikap saling menghargai dan menghormati
walaupun berbeda bahasa tetapi harus saling mengerti akan keadaan yang
sedang ditempati dan berusaha untuk mencari tahu akan bahasa tersebut.
Toeransi juga merupakan sikap menghargai dan menghormati walaupun
dengan bahasa yang berbeda (wawancara dengan Hmy, 15 Oktober 2012)..
Toleransi adalah menghargai antara sesama manusia. Toleransi di antara
siswa yang berbeda bahasa dan budaya seharusnya saling menghargai dan
saling mengerti agar tidak terjadi perbedaan.
DRAFT
Toleransi adalah menghargai dan menghormati yang lebih dewasa.
Langkah yang dilakukan adalah harus beradaptasi dengan tempat yang lain
daerah dan berbeda bahasa dan kita juga harus menjaga sopan santun
dalam berbahasa. Dalam pergaulan di antara sesama dan lain agama harus
ada toleransi. Tidak ada sifat membeda-bedakan antara penganut agama
harus seimbang. Toleransi memiliki makna menghormati satu sama lain
dan harus menghormati bahasa lain dan saling menghargai bahasa tersebut
(wawancara dengan Syd, 15 Oktober 2012).
Toleransi
juga
dimaknai
sebagai
sikap
saling-menghormati
dan
menghargai pendapat satu sama lainya meskipun berbeda daerahnya dan
agamanya. Makna toleransi adalah saling menghormati dalam perbedaan.
Toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan daerah itu seharusnya saling
menghormati dan belajar untuk saling mengerti. Toleransi seperti saling
menghormati sesama akan mengarahkan sikap untuk mengerti dan menghargai
241
sesama manusia dengan tidak adanya konflik maupun ketidakadilan secara
tidak merata (wawancara dengan Ank 15 Oktober 2012).
Toleransi ialah saling menghargai dan menghormati antara sesama
manusia termasuk toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan
budaya. Toleransi juga saling menghargai dan menghormati antara sesama
manusia, tidak boleh membeda-bedakan yang satu dengan yang lain.
Toleransi memberikan pengertian (wawancara dengan Nnh 15 Oktober
2012).
Pengembangan sikap toleransi perlu ditanamkan sikap menghargai
seseorang. Perbedaan termasuk dalam bahasa bukan salah satu alasan
menghalangi toleransi kepada orang lain. Walaupun berbeda bahasa mungkin
juga dapat menimbulkan konflik. Toleransi juga saling menghargai walaupun
berbeda budaya atau daerah, menjalin kekeluargaan, tidak saling menghina, dan
saling menghargai karena di Indonesia memiliki semboyan Bhinneka tunggal
Ika.
DRAFT
Toleransi adalah saling menghormati antara yang satu dengan yang lainya.
Sebaiknya siswa yang berbeda bahasa dan daerah harus saling bertoleransi
antara bahasa dan daerah harus saling bertoleransi antara bahasa dan
daerah yang satu dan yang lainya. Sebagai makhluk yang mempunyai
adab harus saling menghargai, menghormati, antara Jawa dengan luar
Jawa. Intinya kita harus bisa beradaptasi demi menjaga solidaritas terhadap
perbedaan bahasa daerah (wawancara dengan Etr, 15 Oktober 2012).
4.Makna Persaudaran
Makna persaudaraan menurut siswa MA MINAT Cilacap menjadi
berbagai perspektif bergantung dari kultur daerah masing-masing. Makna
persaudaran bagi sesama penganut agama adalah susah dan senang dirasakan
bersama tanpa memandang perbedaan yang ada.
242
Makna persaudaraan antara sesama agama dengan saling menghormati,
saling toleransi dan saling membantu jika ada sesuatu masalah. Pergaulan
dengan agama lain dengan cara saling menghormati, saling toleransi, tidak
merendahkan agama mereka dan tidak menganggap orang yang beda
agama adalah orang yang kurang baik. (wawancara dengan Iwn 15
Oktober 2012)
Persaudaraan menjadi tidak ada masalah, justru kita juga harus bersaudara
dengan orang lain agama juga. Pergaulan tidak hanya sebatas dengan sesama
agama saja, namun harus menghargai seseorang yang berbeda agama, harus
menghormati dan menyayangi dan saling berteman dengan agama lain. Antara
sesama penganut agama saling melengkapi tidak saling bertengkar antar
sesama. Saling menghormati dengan agama lain dan tidak
mengajak
kepercayaan yang lain supaya tetap menjaga persaudaraan sebagai manusia.
Seperti halnya ketika menganut agama sendiri saling berkunjung walaupun itu
beda agama (wawancara dengan Asy, 15 Oktober 2012).
DRAFT
Pergaulan dengan sesama teman dan persaudaraan dengan agama lain
diperbolehkan, namun tidak dibenarkan untuk mengikuti ajaran agama
lain. Persaudaraan antara sesama penganut agama lain tidak dibolehkan
mengejek kerpercayaan lain, namun kita harus menjaga persaudaraan
dengan cara menghormati dan menghargai agama lain. Sesama penganut
agama merupakan saudara, karena memiliki Tuhan yang sama dan
menjalani aturan-aturan Tuhan yang sama sehingga terciptalah
persaudaraan karena aturan agama dari seiman, karena dalam agama tidak
diajarkan untuk berceria-berai. Pergaulan dengan penganut agama lain
didasarkan pada masyarakat yang heterogen (Wawancara dengan Mds 15
Oktober 2012).
Bentuk persaudaraan termasuk saling mengasihi antara satu dan yang lain
jika ada yang terkena musibah ikut membantunya. Persaudaraan dengan
penganut agama lain adalah dengan saling menyayangi berbeda agama, karena
semua mempunyai hak asasi manusia yang sama. Persaudaraan sesama
243
penganut agama adalah saling menghormati untuk mengikat tali persaudaraan.
Persaudaraan dengan penganut agama lain perlu dikembangkan saling
bersilaturahmi agar terjadi persaudaraan. Saling kasih-mengasihi, saling
menghormati, menghargai dan tidak menghina agama yang lain.
Persaudaraan terhadap penganut agama yang lain tidak ada bedanya hanya
saja harus menjaga etika ataupun perilaku sopan santun terhadap agama
lain. Saling menghargai terhadap penganut agama dengan penganut agama
lain. Dalam pergaulan di antara sesama dan lain agama harus ada toleransi.
Tidak ada sifat membeda-bedakan antara penganut agama harus seimbang
(wawancara dengan Edw 15 Oktober 2012).
Sebagai orang muslim harus menghormati orang nonmuslim dan
sebaliknya agar persaudaraan sesama bangsa tidak akan runtuh. Persaudaraan
dengan sesama penganut agama harus dijaga agar tidak terpecah belah, agar
tidak terputus tali silaturahmi dan untuk non muslim saya rasa sama saja hanya
saja berbeda cara beribadahnya saja. Persaudaraan antara sesama penganut
DRAFT
agama dan penganut agama lain harus selalu dijaga untuk menciptakan suatu
kondisi lingkungan masyarakat yang damai karena damai adalah indah dan
harmonis (Wawancara dengan Asl, 15 Oktober 2012 ).
Walaupun penganut agama berbeda-beda seperti Kristen, Islam, Katolik,
dan lainya saling bertoleransi perlu mengikat tali persaudaraan. Saling
mengasihi, saling menghormati, saling tolong-menolong, menghargai
agama lain dan agama lain juga sebaiknya. Contohnya jika di bulan
Ramadhan semua penganut agama Islam melakukan puasa sedangkan cara
untuk menghargainya adalah dengan tidak makan di depan orang yang
sedang berpuasa (wawancara dengan Nnh, 10 Juli 2013).
Toleransi menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah dimaknai tidak
membeda-bedakan antara yang berbeda agama dengan sesama agama. Tidak
menghina agama lain. Harus saling sayang-menyangi tidak seharusnya
membeda-bedakan. Sesama penganut agama terjalin tali persaudaraan, tidak
244
boleh saling bermusuhan dengan agama lain walaupun penganut agama
berbeda tetapi kita seharusnya saling-menghormati, menghargai agama lain
yang berbeda (wawancara dengan Kkp, 10 Juli 2013)
Sikap saling menghargai terhadap agama lain didasarkan pada ajaran dari
rasul Allah itu sama antara agama Islam dengan agama lain hanya berbeda
dalam tata peribadatan.
5. Etika Pergaulan
Etika pergaulan antara sesama penganut agama adalah mengikuti ramburambu ajaran agama masing-masing dalam tata pergaulan, sedangkan etika
pergaulan dengan penganut agama lain adalah tidak mempengaruhi agama
lain. Etika pergaulan di antara sesama agama atau beda agama harus selalu
dijaga terutama sopan santun, saling menghormati satu sama lain antara umat
seagama maupun berbeda agama (wawancara dengan Iwn 10 Juli 2013).
DRAFT
Pergaulan dengan sesama agama merupakan hal baik karena sesama
makhluk Tuhan. Semua manusia bersaudara yang perlu dijaga adalah
jangan sampai salah pergaulan termasuk dengan orang-orang yang tidak
berpendidikan harus menghargai dan menghormati agama lain dan tidak
menjelek-jelekan agamanya (wawancara dengan Agh, 10 Juli 2013).
Saling menghormati atau menjaga etika dan pergaulan dengan agama yang
lain. Jika menganut agama sendiri dan lainya agama semestinya pergaulan tidak
terbatas dan tidak melakukan sikap membeda-bedakan agama sendiri dan
agama lain sepertinya dalam bermasyarakat saling silaturahmi walaupun beda
agama dapat berteman dengan orang lain yang berbeda aliran berbeda agama
tapi kita tidak boleh mengikuti ajaran agama lain. (wawancara dengan Mst, 10
Juli 2013).
245
Etika pergaulan diantara sesama agama dan agama lain menurut siswa MA
MINAT Cilacap adalah harus menghormati jika di antara agama ada yang
sedang menjalankan ibadah. Sikap menghormati dan menghargai, karena
dengan etika yang baik maka pergaulanya akan baik juga. Etika pergaulan yaitu
tidak menghina antara agama satu dengan agama yang lain tentang ajaran yang
dianut oleh agama masing-masing (Wawancara dengan Mds 10 Juli 2013).
Saling menghormati tidak saling melecehkan dengan yang berbeda agama,
mengerti dengan apa yang diyakini masing-masing dan tidak saling
mempengaruhi. Etika pergaulan tidak membeda-bedakan antara sesama
pemeluk beragama maupun dengan penganut agama lain, yang penting
dapat menjaga diri dan jangan sampai ikut masuk atau terjerumus dalam
pergaulan yang tidak benar, setidaknya bisa tahu kaidah yang baik dalam
bergaul (wawancara dengan Hmy 10 Juli 2013).
Etika pergaulan di antara sesama dan lain agama harus ada toleransi. Tidak
ada sifat membeda-bedakan antara penganut agama harus seimbang. Sesama
penganut agama harus saling menghormati dan menghargai serta saling
DRAFT
menjaga nama baik agama yang dianut dan memajukan hal-hal positif. Harus
menghormati satu sama lain antara muslim dengan nonmuslim (wawancara
dengan Syd 10 Juli 2013).
Etika dalam bergaul dengan penganut agama lain harus saling menghargai
dan saling menjaga agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat
membuat pertengkaran antaragama, tidak diperbolehkan membedabedakan antara muslim dan non muslim ketika bergaul. Namun pergaulan
didasarkan pada sifat yang baik. Harus saling menghargai antar penganut
agama, intinya semboyan bhinneka tunggal ika diterpakan (Wawancara
dengan Asl, 10 Juli 2013).
Pergaulan di antara sesama agama lebih penting karena bisa saling
mengerti dengan agama lain
bertukar
dalam
melakukan tali persaudaran dengan
pikiran secara adil. Saling menghormati memperlakukan secara
246
seimbang, tidak ada sikap yang membeda-bedakan antara sesama penganut
agama dan penganut agama lain.
Pergaulan sesama agama, perlakuan harus baik-baik dan menyayangi
apalagi dalam satu agama, sedangkan yang lain agama pun harus harus
begitu jadi tidak boleh membeda-bedakan kasih sayang terhadap sesama
dan yang tidak sama agamanya. Saling menghormati satu sama lain yang
mungkin berbeda agama menjadikan merasa tidak mau berteman dan
bergaul dengan penganut agama lain, berteman seperti dengan sesama
agama saling menyayangi (wawancara dengan Lls 10 Juli 2013).
Etika pergaulan harus sesuai dengan norma dan saling menghormati, yang
tinggi menyayangi yang rendah, yang rendah menghormati yang tinggi. Saling
menasihati dan menghormati antara agama lain yang berbeda dengan kita.
Seperti halnya kita sebagai penganut agama Islam tidak boleh membedabedakan antara agama Islam dan agama yang lain. Memang agama Islam
dengan agama yang lainya cara beribadahnya tidak sama, namun memiliki
tujuan yang sama yaitu ingin dekat dengan penciptanya (wawancara dengan
DRAFT
Kkp, 10 Juli 2013).
Sesama masyarakat harus menjalin hubungan baik dengan sesama agama.
Mungkin cara bergaulnya berbeda, menurut agama Islam perlakuan
seperti ini benar tapi menurut agama lain salah, yang terpenting mengikuti
yang baik dan menurut kita pantas untuk kita jalankan selagi tidak
melanggar perintah Allah Swt. (wawancara dengan Etr, 10 Juli 2013).
247
F.Sikap Guru Pendidikan Agama Islam
Pendidikan multikultural
MA MINAT Cilacap terhadap
Kesenjangan sosial akan memicu bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi
dalam masyarakat. Penyebab terjadinya kesenjangan sosial salah satu faktornya
adalah adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Perbedaan kelas sosial,
ekonomi, dan dominasi kelompok tertentu memunculkan labelisasi tertentu
pada kelompok sosial masyarakat. Titik kulminasi dari perbedaan yang tajam
dalam masyarakat menjadikan disharmonis yang akhirnya akan menimbulkan
bentuk pertikaian. Upaya mengatasi diskriminasi dalam masyarakat dapat
dilakukan melalui pendidikan.
Pendidikan sebagai pembentukan akhlak bangsa menjadi faktor dominan
bagi penanaman anti rasial maupun bentuk perbedaan yang lain. Aktivitas
pendidikan yang paling dominan adalah unsur guru
sebagai aktor yang
DRAFT
langsung terkait dengan kepribadian siswa. Interaksi guru dan siswa merupakan
interaksi dialogis yang memungkinkan terjadinya transformasi ilmu maupun
transformasi kepribadian siswa. Guru membawa sejumlah nilai-nilai yang akan
mempengaruhi afeksi siswa. Pendidikan multikultural membutuhkan sikap
seorang guru.
Memberikan pemahaman kepada mereka tentang cara mensikapi
perbedaan yang baik dengan memberikan dalil-dalil qur’an /hadis.
Menghargai dan memberikan kebebasan kepada mereka dalam
mengerjakan amalanya. Memberikan hak yang sama kepada mereka
sebagai anak didik untuk bisa mendapatkan ilmu di madrasah (wawancara
dengan Mnr, 14-3-2014)
Menyikapi hal tersebut dengan arif dan bijak, menanamkan pada anak didik
bahwa perbedaan itu adalah rahmat dan merupakan sesuatu yang wajar. Jangan
248
memperbesar perbedaan yang akhirnya bisa merusak ukhuwah antar anak
didik. Disamping itu juga memberikan pengajaran kepada anak didik tentang
hakikat ukhuwah yang terdapat dalam beberapa ayat dalam Al qur’an dan
hadis. (wawancara dengan Mjd, 10-3-2014)
Sebagaimana telah saya utarakan di atas bahwa ibadah ghoiru mahdhoh
praktiknya berbeda-beda sesuai dengan ijtihadnya masing-masing. Potensi
untuk berbeda itu sangat kuat, karena memang di beri kebebasan untuk
berfikir. Ada ayat-ayat Al qur’an yang bisa di ijtihadi adapula yang tidak
bisa. Dengan demikian kalau ada guru atau anak didik melakukan amalanamalan yang berbeda maka kita hormati, kita memberi kebebasan yang
penting aqidahnya dan syari’atnya benar. Jika ada siswa yang aqidahnya
tidak benar maka akan kita arahkan dengan cara diajak bicara mengenai
aqidah dan syari’at Islam. (wawancara dengan Msy, 11-3-2014)
Menurut guru MA MINAT Cilacap perbedaan adalah rahmat. Ketika
diantara anak didik kita yang berbeda dalam amalan agama Islam. Sebagai
guru kita harus berbuat adil dan memberikan haknya dan tidak membeda-
DRAFT
bedakan, kita tetap tidak membeda-bedakan kita tetap memperlakukan dan
memperhatikan seperti anak didik yang lain.
Sikap guru dalam mewujudkan pendidikan multikultural menjadi penting.
Pengembangan sikap guru yang responsif terhadap pendidikan multikultural
perlu didasari dengan pengetahuan yang cukup tentang isu-isu dan wacana
pendidikan multikultural. Guru Pendidikan Agama Islam sudah terbiasa untuk
melakukan hal-hal yang terkait dengan pendidikan multikultural karena muatan
bahan ajar Pendidikan Agama Islam
demokratis maupun persamaan hak.
249
banyak mengajarkan toleransi,
Sikap guru terhadap multikultural terlihat ketika guru melakukan
pembinaan terhadap siswa dari berbagai daerah maupun dari beberapa
penganut mazhab yang berbeda.
Ims sebagai guru fiqh ketika menerangkan perbedaan mazhab dan aliran
teologi dimulai dengan mengantarkan beberapa perspektif teologi yang
berkembang dalam dunia pemikiran Islam. Selanjutnya di paparkan
berbagai dasar pemikiran dalam aliran teologi tersebut. Keterangan yang
diberikan guru tidak memihak pada satu mazhab tertentu, namun
memberikan kebebasan berpikir kepada siswa yaitu dengan cara menyuruh
siswa memberikan tanggapan atas berbagai mazhab yang ada. (Observasi
2/7/2014)
Sikap guru terhadap kondisi multikultural yang berkembang di MA
MINAT Cilacap menunjukan sikap yang positif dan memiliki penghargaan
yang tinggi atas keragaman.
Siswa MA MINAT Cilacap memiliki rutinitas kajian secara bersama-sama
yang dilakukan di aula jahid. Kajian yang dilakukan seputar masalahmasalah perbedaan fiqh. Kajian tersebut menjadi menarik dengan adanya
perbedaan pemahaman siswa tentang fiqh dan kultur yang berbeda. Topik
kajian dimulai dan diantarkan guru fiqh selanjutnya pembahasan singkat
disampaikan oleh guru dan siswa selanjutnya diberi kesempatan untuk
berargumentasi. Hasil argumentasi sangat beragam, namun di akhir
penutup guru memberikan kesimpulan yang memberikan kebebasan
berpikir dan siswa terlihat terbiasa dengan semua bentuk berpedaan
berpikir. (observasi 12/ 7/2014)
DRAFT
Sikap guru MA MINAT Cilacap terkait dengan pendidikan multikultural
yaitu memahami dengan adanya gerakan-gerakan agama yang bersifat radikal.
Hal itu disikapi oleh guru yang beranggapan bahwa sebenarnya di dalam Islam
sudah jelas bahwa ada kebebasan beragama. Sikap yang diajarkan kepada
siswa yaitu siswa diajari untuk mengedepankan musyawarah bersikap tasamuh
(toleransi) (Wawancara dengan Mf guru fiqh MA MINAT Putri 26 Januari
2012).
250
Kehidupan multikultural adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa
dielakkan. Arus globalisasi semakin memudahkan dalam mengakses semua
informasi terkait budaya, gaya hidup, sosial, ekonomi, politik dan ajaranajaran agama sekalipun. Pengaruh antarbudaya tidak dapat dilepaskan dari sisi
kehidupan manusia, sehingga budaya akan terpengaruh dari budaya yang lain.
Kehidupan yang serba global menjadikan manusia tidak dapat lepas dari relasi
budaya tersebut.
Islam mengakui realitas tersebut sebagai kehendak Tuhan. Kehidupan
yang serba plural yaitu keanekaragaman ideologi, pemikiran, keyakinan, ras,
etnis, dan budaya adalah sunatullah. Perbedaan tersebut sebagai rahmat yang
saling melengkapi kelemahan masing-masing sehingga tercapai perdamaian
dan warna baru dalam kehidupan yang harmonis menuju masyakat Indonesia
yang madani.
DRAFT
Pendidikan sebagai wahana untuk melakukan pendidikan multikultural
juga tercermin terhadap sikap guru dalam pendidikan multikultural. Salah
satu contoh terkait dengan hal tersebut adalah tentang sikap guru
memahami jihad dalam ragam kehidupan multikultural. Sikap guru
terhadap implementasi pendidikan multikultural terkait jihad yang
ditanamkan kepada siswa adalah jihad dimaknai secara luas. Jihad
bukalah harus perang, namun belajar untuk mencari ilmu juga merupakan
bagian dari jihad. Bukan juga jihad dipahami sebagai usaha untuk
menegakkan negara Islam (Wawancara dengan Mf guru Sejarah
Kebudayaan Islam tanggal 15 Januari 2012).
MA MINAT Cilacap sebagai sebuah madrasah yang bernaung dalam
yayasan yang juga memiliki pesantren menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa
dari
luar Jawa.
Keberadaan Pondok Pesantren
Al
Ihya
Ulumudin
mempengaruhi kultur madrasah. Letak MA MINAT Cilacap yang berada
dalam komplek pesantren membentuk kultur madrasah menyatu dengan kultur
251
pesantren. Guru MA MINAT Cilacap mayoritas alamuni Pesantren Al Ihya
Ulumudin sehingga pembelajaran di MA MINAT Cilacap juga memadukan
antara metode pembelajaran bentuk persekolahan dengan model penanaman
nilai-nilai
akhlak di pesantren. Hal tersebut merupakan karakteristik yang
dimiliki MA MINAT Cilacap yang menjadikan berbeda dengan madrasah pada
umumnya.
Sikap guru MA MINAT Cilacap terhadap implementasi pendidikan
multikultural ketika menghadapi siswa dari beragam daerah lebih
mengedepankan persamaan hak. MA MINAT Cilacap sebagai sebuah
Madrasah yang berbasis pesantren yang telah eksis cukup lama banyak
siswa yang berasal dari luar daerah, sekitar 30 persen dari jumlah
keseluruhan siswa. Siswa luar daerah rata-rata beradaptasi sekitar satu
bulan. Kepribadian mereka cenderung keras dibandingkan dengan orang
Jawa. Ketika beradapatasi sebenarnya tidak ada kendala yang berarti
dalam bersosialisasi. Kendala yang dirasakan biasanya soal bahasa. Sikap
guru memperlakukan siswa adalah diperlakukan sama dengan siswa yang
lain (Wawancara dengan Mf 26 Januari 2012).
Sikap guru terhadap perbedaan latar belakang siswa memberikan
DRAFT
perlakuan yang setara, sehingga memungkinkan
pemberdayaan dalam diri
siswa. Hal ini akan memunculkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Madrasah berfungsi sebagai sebuah lembaga untuk mengembangkan nilai-nilai
kemanusiaan dan sebagai sebuah tempat untuk melakukan transformasi sosial,
karena hal tersebut semakin penting untuk menghadapi globalisasi dalam
semua aspek kehidupan.
Fenomena konflik antar penganut umat beragama dapat dinetralisasi
melalui pendidikan multikulural di Madrasah. Madrasah sebagai lembaga
pendidikan untuk melakukan usaha preventif terjadinya pertikaian antar umat
beragama. Produk pendidikan merupakan gambaran
252
tingkat kepribadian
bangsa untuk masa mendatang sehingga masa depan bangsa sangat ditentukan
hasil-hasil pendidikan. Penanaman sikap toleransi, demokrasi, persamaan hak,
penghargaan atas keragaman merupakan aspek yang perlu ditanamkan dalam
pembentukan kepribadian siswa. Pembentukan
kepribadian siswa dalam
menghadapi realitas perbedaan yang terjadi di masyarakat perlu diimbangi
dengan pembentukan sikap guru yang responsif terhadap multikultural. Adapun
sikap guru dalam menghadapi realitas perbedaan dalam masyarakat sbb:
Sikap guru MA MINAT Cilacap menanamkan perdamaian di antara
keragaman yang terjadi dalam masyarakat. Munculnya tindak kekerasan para
penganut agama yang mengatasnamakan Islam, disikapi oleh guru yang
berlatar belakang pesantren yang menganut ahlussunah wal jamaah, tidak
pernah ada yang menganjurkan tindak kekerasan.
Islam yang sebenarnya bukan agama kekerasan tetapi merupakan agama
yang moderat, yaitu agama yang menghargai tolong menolong diantara
manusia. Pemahaman orang pesantren memandang orang di luar Islam
bahwa orang-orang di luar Islam perlu diajak kerja sama dalam rangka
hablum minannas (hubungan sesama manusia). Jadi kalau ada orang yang
mengatasnamakan agama lalu mengatasnamakan li i’lai kalimatilah
(menegakkan agama) menjadi keliru (Wawancara dengan IH 26 Januari
2012).
DRAFT
Keberagamaan yang inklusif memberikan sikap yang lebih terbuka atas
perbedaan. Kebenaran-kebenaran agama adalah wajib diyakini oleh setiap
pemeluknya, sehingga kebenaran tersebut bersifat dogmatis bagi penganut
agama
tertentu.
Keberagamaan
inklusif
memungkinkan
pemberian
penghargaan atas realitas agama-agama yang berbeda tanpa diskriminasi,
terlebih melakukan pemaksaan atas agama tertentu terhadap agama lain. Hal
ini tercermin dari sikap guru MA MINAT Cilacap ketika menghadapi realitas
253
perbedaan agama yang terjadi dalam masyarakat. Perbedaan agama dan
keyakinan merupakan realitas yang sudah semestinya terjadi, sehingga
kearifan dalam menghadapi perbedaan merupakan hal yang harus dimiliki
seorang guru.
Sikap terhadap orang-orang pemeluk agama lain, tentang perbedaan adalah
sudah menjadi sunatullah (ketentuan Allah). Tidak bisa memaksakan
keyakinan kepada orang lain karena itu merupakan hidayah yang sematamata datang dari Allah Swt. Jadi hubungan antarberbagai keyakinan
agama adalah merupakan bagian hubungan antar manusia (hablum
minannas). Sementara ada berbagai pihak yang menggunakan nama
pesantren dan bertindak anti pluralisme agama. Hal Itu yang akan
merusak citra Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi
alam). Sebenarnya diagama sudah jelas aturan lakum dinukum waliyadin,
agama tidak memaksakan kehendak individu. Jadi pemahamanya adalah
bahwa orang di luar agama (nonIslam) adalah belum dapat hidayah dalam
konteks beragama (Wawancara dengan MS 19 Januari 2012).
Kearifan dalam mengahadapi perbedaan termasuk keyakinan beragama
merupakan keharusan dan perlu dipahami bagi anggota masyarakat. Hal ini
DRAFT
akan menuju masyarakat madani, yakni masyarakat yang dapat mengakui
semua realitas perbedaan tanpa menghilangkan hak-hak pribadi dalam
menentukan semua pilihan sesuai dengan kebebasan dalam memilih keyakinan.
Masyarakat madani akan membentuk struktur masyarakat demokratis, dinamis,
dan beradab. Semua perbedaan diakomodasi dalam bingkai kemasyarakatan.
Dengan demikian, Ancaman disintegrasi bangsa akan dapat dicegah menuju
pada pembentukan masyarakat yang demokratis. Hal ini juga diperlukan sikap
guru MA MINAT Cilacap dalam mengahadapi realitas perubahan dinamika
masyarakat.
Guru MA MINAT Cilacap yang juga sebagian besar sebagai masyarakat
pesantren telah memiliki sikap dan pola pemikiran yang lebih dinamis terhadap
254
perubahan kultur masyarakat. Semakin berkembangnya jaman dan semakin
majunya peradaban, sikap guru MA MINAT Cilacap sebagian besar sebagai
masyarakat pesantren yang dianggap lembaga tradisional terjadi perubahan
dalam memandang hal itu, ada perubahan pemikiran yang cukup signifikan
tentang pemikiran pesantren terhadap perubahan-perubahan.
Sikap guru MA MINAT Cilacap juga mengakomodir ilmu-ilmu di luar
keIslaman. Bahkan di MA MINAT Cilacap dan Ponpes Al Ihya Ulumudin
setengah diharuskan bahwa ada ilmu-ilmu di luar pesantren harus
dikuasai, sehingga untuk mengakomodir isu-isu perubahan maka ilmu
keislaman harus disesuaikan dengan perubahan yang ada dan perubahan
itu dapat dirasakan (Wawancara denagn MS, 19 Januari 2012).
Sikap positif yang telah ditunjukkan oleh guru MA MINAT Cilacap dalam
menghadapi dinamika yang terjadi dalam masyarakat merupakan bagian yang
fundamental dalam pembentukan kepribadian siswa. Pembentukan kepribadian
siswa dalam merespon kehidupan yang multikultur juga sangat ditentukan oleh
DRAFT
sikap guru dalam melakukan internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural
dalam diri siswa. Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pendidikan
multikultural meliputi: persamaan hak, toleransi, demokrasi, kebebasan, anti
deskriminasi, solidaritas maupun kebersamaan dapat diimplementasikan
melalui proses pembelajaran. Pendidikan Agama Islam
memuat nilai-nilai
kemanusiaan yang dapat diajarkan kepada siswa. Pendidikan multikultural
tidak sebatas dalam dataran kognisi, namun sampai dengan pembentukan
afeksi.
Sikap guru dalam merespon nilai-nilai multikultural juga ditunjang dengan
adanya kompetensi yang mendukung dalam pembelajaran sejarah kebudayaan
255
Islam. Nilai-nilai tarikh atau sejarah kebudayaan Islam dapat menjadikan
siswa memiliki pola berpikir inklusif.
Dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu dilakukan
kontekstualisasi sehingga nilai-nilai sejarah kebudayaan Islam dapat
diinternalisasikan dalam diri siswa (Wawancara dengan Mf, 19 Januari
2012).
Sikap guru MA MINAT Cilacap antusias terhadap pendidikan
multikultural, menganjurkan hormat-menghormati
termasuk
menghormati
terhadap semua perbedaan. Dengan demikian, sikap guru MA MINAT Cilacap
telah mengakui realitas perbedaan yang ada dalam masyarakat dengan
memposisikan perbedaan sebagai bagian dari kehidupan yang multikultural.
Sikap demikian menjadikan mudah berinteraksi dengan berbagai perbedaan
siswa dari perbedaan daerah, budaya dan agama.
Guru bersikap mengaplikasikan pendidikan multikultural dalam mensikapi
DRAFT
siswa yang heterogen dan sangat menerima dengan baik. Sikap guru sangat
merespons dan sudah memberikan materi pendidikan multikultural kepada
anak didik, responsif terhadap pendidikan multikultural. Guru juga menerapkan
pendidikan multikultural dalam menghadapi perkembangan siswa yang
heterogen. Guru mengimplementasikan pendidikan multikultural terutama
dalam menyikapi perbedaan antara siswa. Guru lebih menghargai siswa karena
mereka dari latar belakang yang berbeda sebagai perwujudan sikap sangat
setuju diterapkan pendidikan multikultural. (wawancara dengan Snf, 10 Juli
2013).
256
G.Sikap Siswa MA MINAT Cilacap terhadap Implementasi Pendidikan
Agama Islam Berbasis Multikultural
Sikap siswa MA MINAT Cilacap terhadap pendididikan multikultural
pada umumnya adalah menanggapi dengan positif dan menyambut dengan
respon baik.
Latar belakang siswa MA MINAT Cilacap sebagian besar
berasal dari luar Jawa membutukan implementasi pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural juga dibutuhkan siswa untuk melakukan adaptasi
dengan masyarakat Jawa. Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar
Jawa sekitar 30 % dari jumlah keseluruhan, sebagian besar mereka tinggal di
Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin yang berlokasi menyatu dengan MA
MINAT Cilacap hanya terpisah dengan halaman pesantren.
Sikap yang dikembangkan pada siswa terhadap multikultural juga
terlihatdari alumni MA MINAT Cilacap sebagaimana diungkap oleh pengguna
DRAFT
lulusan di sebuah perguruan tinggi agama Islam negeri di Purwokerto yang
bekerja dalam unit pusat pangkalan data. Adapun sikap alumni MA MINAT
Cilacap tersebut menurut pimpinan dalam unit kerja tersebut adalah :
Kalau menurut saya Ar memiliki semangat kerja yang bagus dan tidak
bertendensi hanya pada materi tapi memang bekerja dengan orientasi pada
pemenuhan tugas dan tanggung jawab. Cara bekerjanya baik. memiliki
solidaritas tinggi dan merasa memiliki unit kerja yang baik. Bekerja
dengan penuh tanggung jawab. Pelayanan baik terhadap dosen dan
mahasiswa. Pemahaman terhadap keragaman juga sangat mengakui
adanya pluralitas karena memang hal itu juga ditopang dengan adanya
keilmuan yang mendukung di MA MINAT Cilacap dalam menghargai
keragaman hal tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat loyalitas dalam
kerja. (wawancara dengan Nfd tgl 19/6/2014).
Smn merupakan alumni MA MINAT Cilacap yang bekerja dalam sebuah
perguruan tinggi agama Islam swasta. Sebagai salah seroang pimpinan dalam
257
sebuah peguruan tinggi di tuntut memiliki sikap yang lebih terbuka dalam
berbagai relasi sosial. Adapun sikap Smn terhadap keragaman menurut teman
sejawatnya berikut:
Smn memiliki wacana pluralisme yang cukup baik dan sangat menerima
terhadap semua aspek perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini
sangat didukung kultur yang berkembang di MA MINAT Cilacap yang
mengedepankan nilai-nilai multikultural. Sikap terhadap realitas
perbedaan dalam multi pemahaman tentang khilafiah dia dapat menerika
dengan baik. (wawancara dengan Ags tgl 20/6/2014)
Swn merupakan salah satu alaumni MA MINAT Cilacap dan berkerja
dalam lembaga pendidikan. Adapun sikap terhadap keragaman terhadap
beberapa madzhab dalam Islam lebih terbuka dan menghormati atas keragaman
yang terjadi dalam masyarakat.
Swn sebagai salah satu pimpinan dalam jurusan di perguruan tingga
swasta lebih bersifat akomodatif terhadap perbedaan ide ketika dalam
merumuskan kebijakan-kebijakan lembaga. Beliau lebih dapat
memutuskan kebijakan yang dapat mengakomodir semua kepentingan
demi kemajuan lembaga. Hal itu terlihat ketika sedang memimpin rapatrapat jurusan. Sebagai seorang pemuka agama didesanya dia juga
menghadapi berbagai keragaman mazhab yang dianut masyarakat, namun
lebih bisa bersikap kooperatif. (wawancara dengan Ags 25/6/2014)
DRAFT
Sejarah latar belakang orang tua mereka sebagian besar pernah menuntut
ilmu di Pesantren Al Ihya Ulumudin. Motivasi orang tua untuk menyekolahkan
anak di MA MINAT Cilacap sekaligus dapat menuntut ilmu di pesantren.
Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar Jawa, sebagian mereka lahir
dan besar di luar Jawa, sehingga jarang yang mengenali budaya Jawa.
Kondisi
di
atas menjadikan sikap siswa
dapat menerima
dan
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan multikultural karena pendidikan
multikultural mengakui adanya kesetaraan dan kebersamaan dari kondisi yang
beragam budaya maupun bahasa. Pendidikan multikultural dapat menfasilitasi
258
perbedaan kultur siswa. Perbedaan sikap antara masyarakat tentunya
dipengaruhi berbagai aspek, seperti yang dikatakan dan dialami oleh AF siswa
MA MINAT Cilacap yang berasal dari Sungai Bahar Jambi. Banyaknya teman
di MA MINAT Cilacap yang berasal dari berbagai daerah dari luar Jawa harus
dapat menghargai perbedaan budaya ketika berinteraksi dengan teman-teman
berbagai daerah, karena mereka memiliki keunikan dalam budaya masingmasing sehingga perlu kita sikapi dengan baik.
Dengan demikian, proses
adaptasi di MA MINAT Cilacap berjalan dengan lancar.
Ragam budaya masing-masing siswa sangat berda-beda tetapi perbedanya
menjadi rahmat, menurutnya perbedaan hanya pada karakter, orang sana
(Jambi) dengan orang Jawa adalah orang sana sifatnya lebih keras. Jadi
perbedaan menjadi hak tiap daerah masing-masing, namun kita harus
menghormati perbedaan yang ada. Selanjutnya dalam rangka menghormati
perbedaan yang dimiliki tiap-tiap siswa dibutukan cara untuk bisa
menyesuaikan dengan lingkungan madrasah dengan budaya yang berbeda
dari daerah asal. Adaptasi di MA MINAT Cilacap cukup terbantu dengan
adanya perkumpulan khusus bagi teman dari Jambi (ikatan santri) untuk
teman-teman dari MA MINAT Cilacap yang tinggal di pondok, mereka
ikut Iksa (ikatan santri) Jambi dan sekaligus sebagai teman untuk
sosialisasi dengan teman dari berbagai daerah. Ikatan siswa dan santri
sering mengadakan kegiatan bersama sehingga terjadi persahabatan antara
siswa dari berbagai daerah dan dapat menghargai berbagai perbedaan
siswa dengan karakter yang berbeda pula (Wawancara 1 Pebruari 2012).
DRAFT
Kultur siswa seperti di atas mendukung terhadap implementasi pendidikan
multikultural. Sikap siswa memiliki pemahaman terhadap pendidikan
multikultural dan cenderung mempraktikanya karena karakter siswa pun
heterogen. Sikap siswa mempraktekan nilai-nilai yang termuat dalam
pendidikan multikultural.
MA MINAT Cilacap memiliki misi yang kuat dalam perwujudan dan
pengembangan pendidikan multikuktural. Misi yang akan dituju adalah dalam
259
rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam
keimanan dan ketakwaan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mampu mengaktualisasikannya di masyarakat dan menjadi madrasah sebagai
lembaga pemantapan akidah, pengembangan ilmu, amal dan akhlak yang
dibangun atas dasar komitmen yang kokoh dan berlandaskan ajaran Islam
ahlussunnah wal jama’ah dalam arti menjunjung tinggi sikap toleransi
(tasamuh) dan keseimbangan (tawazun) dalam segala aspek kehidupan.
Pengembangan sikap siswa pada sikap tasamuh artinya MA MINAT
Cilacap secara kelembagaan adalah sebagai sebuah institusi pendidikan yang
memiliki sikap toleransi yang sangat tinggi terhadap semua perbedaan yang ada
dalam masyarakat. Hal ini teraktualisasi dalam proses pendidikan dan
khususnya Pendidikan Agama Islam. Forum-forum diskusi ilmiah dalam
bidang pendidikan juga sering dilakukan oleh MA MINAT Cilacap.
DRAFT
Sikap tawazun yang dikembangakan dalam visi MA MINAT Cilacap
merupakan pengembangan sikap siswa untuk saling menghargai segala
perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Tasamuh dan tawazun merupakan
nilai-nilai fundametal yang ada dalam pendidikan multikultural. Perwujudan
misi turut membentuk sikap siswa saling-menghargai, siswa mempraktekan
pendidikan multikultural. Siswa memahami tentang beragamnya masyarakat
sehingga mereka lebih bersikap saling menghargai. Sikap siswa mempraktekan
pendidikan multikultural termasuk di dalamnya mengakui pluralitas.
Am berasal dari Pring Sewu Lampung, menurutnya aktualisasi sikap
menerima pendidikan multikultural difasilitasi melalui salah satu
perkumpulan bagi orang-orang Lampung ada Iksa (ikatan santri)
Lampung, teman-teman MA MINAT yang berasal dari Lampung rata-rata
260
masuk Iksa Lampung. Kegiatan Iksa Lampung antara lain silaturahmi.
Silaturahmi dilakukan untuk mempererat persahabatan di antara anggota
Iksa yang lainya dan membentuk sikap menghargai pluralitas budaya,
kesetaraan akan menghilangkan perpecahan. Cara bersosialisai dengan
teman-teman dari berbagai daerah
menjadi dinamis jika saling
menghormati perbedaan diantara teman-teman dari Jawa maupun luar
Jawa. Hal ini juga ditunjang dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap banyak mengajarkan nilai-nilai pendidikan
multikultural (Wawancara dengan Am,1 Pebruari 2012).
Perbedaan asal daerah siswa membawa sisi positif dalam diri siswa.
Pemahaman tentang multikultural dalam pergaulan antar siswa membentuk
sikap toleransi, sehingga pembentukan sikap yang ramah dan terbuka terhadap
semua perbedaan menjadi terbentuk dengan lingkungan dan kultur madrasah
yang ada. Setiap daerah memiliki sikap yang sangat beragam. Sebagaimana
yang dialami responden bahwa daerah asal memiliki karakter yang lebih keras
dalam bersikap, namun disisi lain terdapat aspek positif jika seseorang dapat
beradaptasi dengan daerah tertentu serta bersikap terbuka atas semua bentuk
DRAFT
perbedaan.
Ketika seorang memiliki sikap yang lebih terbuka dan memiliki toleransi
yang tinggi terhadap perbedaan budaya akan mudah melakukan penyesuaian
dengan kultur yang baru. Artinya sikap yang
terbuka terhadap realitas
kehidupan yang multikultural menjadi penting untuk melakukan pemberdayaan
dan eksistensi diri. Terkait dengan sikap siswa terhadap pendidikan pendidikan
multikultural adalah sikap siswa responsif dan sangat mendukung adanya
pendidikan multikultural. Hal tersebut juga didukung karena kultur siswa
dalam kondisi multietnis maupun multibahasa sehingga memiliki sifat
261
antikekerasan dan menghargai teman dari berbagai latar belakang yang
berbeda.
Latar belakang siswa salah satunya Ah dulu sebelum sekolah di MA
MINAT Cilacap, SD dan MTs di Medan. Orang tua asli Medan. Alamat
lengkap rumah di Rantau Prapat Medan. Mayoritas daerahnya orang dari
Batak, orang batak keras kalau dia dikerasi bisa bacok-bacokan
(pertikaian). Hal ini sebetulnya karena mereka kurang menghargai hak-hak
masing-masing. (wawancara 1 Pebruari 2012)
Maka menghargai budaya teman-teman menjadi sangat perlu apalagi
pergaulan di sini banyak ragam budaya teman-teman walaupun yang
mayoritas Jawa, dari pergaulan tersebut bisa diambil ilmunya. Pergaulan
dengan teman-teman di kelas mudah untuk bergaul dari teman-teman
yang berasal dari daerah lain. Dengan teman-teman dari Jawa bisa
komunikasi (wawancara 5 Pebruari 2012).
Sikap menerima siswa terhadap pendidikan multikultural juga dipengaruhi
setting dan latar belakang masyarakat multiras, bahasa, dan agama.
Proses adaptasi bagi Ah tidak mengalami kendala cuma penyesuaian
dengan bahasa Jawa seperti kalau pelajaran agama menggunakan kitab
(kitab kuning yang biasa dirujuk pesantren) biasanya diartikan dengan
bahasa Jawa, tapi kemudian diterangkan juga dengan bahasa Indonesia.
Pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap untuk memperbaiki
akhlak, karena dulu waktu sekolah di SD dan SMP pergaulanya rusak dan
ibadahnya tidak pernah dijalankan setelah di MA MINAT sadar
(wawancara 1 Pebruari 2012).
DRAFT
Berbeda dengan respons yang berasal dari daerah yang berbeda. Kota
tempat tinggalnya memiliki akhlak yang lebih mudah mengadakan sosialisasi
dengan masyarakat jawa. Sejumlah pertikaian yang terjadi di daerahnya antara
lain adalah perebutan lahan. Fenomena tersebut disadari oleh responden bahwa
diskriminasi dan pertikaian antara warga adalah sikap yang tidak memiliki
pemahaman yang luas tentang tata cara kehidupan bermasyarakat dan toleransi.
Bentuk kesadaran tersebut yang dimiliki oleh responden menjadi motivasi
untuk membentuk sikap yang lebih mulia dengan memadukan pemahaman dan
262
penguasaan ilmu-ilmu agama, MA MINAT Cilacap menjadi alternatif untuk
melakukan perbaikan sikap dalam menghargai sesama. Teman dari latar
belakang yang berbeda.
Sikap yang lebih toleran dan arif terhadap semua keanekaragaman
sebagaimana hasil wawancara berikut: AS berasal dari Kalimantan
Tengah, kota Waringin Barat, desa Bumi Harjo. Orang tua asli Jawa.
Sekolah SD, SMP di Kalimantan tengah. Didaerahnya
rata-rata
penduduknya orang dayak sekitar 60% sehingga terbiasa dengan
kehidupan yang multikultural. Pergaulan dari berbagai daerah yang
terpenting saling menghargai sesama teman sehingga tidak ada yang
merasa tersakiti, karena tiap daerah memilki karakter masing-masing,
sehingga ketika di MA MINAT Cilacap tidak menemukan kendala
bersosialisasi, walaupun teman-teman disini rata-rata memakai bahasa
Jawa. (wawancara dengan As, 1 Pebruari 2012).
Pendidikan di MA MINAT Cilacap mengarahkan pada sikap lebih
menghargai perbedaan masyarakat, karena pembelajaran di MA MINAT
Cilacap tidak jauh beda dengan
di pondok yaitu mengajarkan persamaan
derajat. Terutama bahan ajar aqidah akhlak menjadikan supaya akhlak menjadi
DRAFT
baik (Wawancara, 1 Pebruari 2012).
Satu sisi responden lain berlatar belakang dari daerah yang memiliki
tingkat ketegangan konfik yang cukup tinggi memiliki sikap yang berbeda. Hal
tersebut juga turut membentuk akhlak masyarakat setempat. Perbedaan kultur
Jawa dengan daerah asal membawa beberapa konsekuensi dalam melakukan
adaptasi. Kendala utama dalam melakukan sosialisasi yang dirasakan
responden adalah tentang bahasa. Penggunaan bahasa yang berbeda dengan
bahasa tempat tinggal yang belum pernah dikenal sebelumnya menjadi masalah
yang perlu diselesaikan. Tata cara keseharian dan pola pergaulan masyarakat
263
Jawa dipandang berbeda dengan daerah asal, namun permasalahan tersebut
dapat diatasi.
Lz dari Sumatra Selatan, Palembang-Bandar Jaya-Lahat, orang tua asli
Jawa tetapi lahir dan besar di Palembang. Kendala dulu waktu pertama
bersosialisasi dengan teman-teman di MA MINAT Cilacap, dia merasa
kesulitan bahasa karena teman-teman pakai bahasa Jawa. Dia sebelumnya
merasakan cara bergaulnya beda, keseharianya juga beda. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengajarkan berpikir
luas. Contonya tentang bahan ajar tentang hubungan dengan sesama dan
jadi mengerti baik dan buruk. Dia memilih sekolah di MA MINAT
Cilacap karena banyak pelajaran agamanya dan dekat pondok yang
pelajaranya kitab kuning sekaligus mendidik untuk lebih terbuka dalam
pergaulan (Wawancara, 11 Pebruari 2012).
Dengan demikian, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang
menjembatani problem perbedaan budaya dan sikap siswa sangat menerima
pendidikan multikultural. Sebagian orang tua siswa MA MINAT Cilacap dari
luar Jawa pernah menuntut ilmu di Pesantren Al Ihya Ulumudin. Kultur yang
berbeda dengan daerah asal sehingga menimbulkan akhlak yang berbeda.
DRAFT
Perbedaan sifat orang Jawa cenderung lebih halus dibandingkan dengan latar
belakang daerah asal. Sisi positif
dari daerah asal responden adalah jika
mereka diajak bergaul dengan cara baik maka akan membalas kebaikan juga
kepada kita. Penilaian respons tersebut memberikan makna bahwa telah
memiliki sikap terhadap kehidupan multikultural. Dengan demikian,
Implementasi pendidikan multikultural yang ada di MA MINAT semakin
membentuk sikap yang responsif terhadap keanekaragaman dan bersifat lebih
terbuka dalam menghadapi semua bentuk perbedaan termasuk perbedaan
bahasa.
Jh berasal dari Lampung Selatan kabupaten Tanggamus, Banjarsari. Orang
tua asli asli Lampung dan ibunya pernah mondok (Ponpes Al Ihya
264
Ulumudin). sebagai tempat sebagian besar siswa MA MINAT tinggal)
disini. Dulu Jh sekolah di SD di Lampung, melanjutkan MTs Minat
sekarang tinggal di ponpes Al Ihya Ulumudin. Waktu pertama kali datang
ke MA MINAT kesulitan yang dihadapi terutama dalam bahasa Jawa yang
dapat menjadi kendala dalam pergaulan. Sikap yang terpenting dalam
pergaulan saling menghargai perbedaan bahasa karena masing-masing
memiliki perbedaan dan ciri masing-masing. Pernah terjadi perkelahian
antara orang Lampung asli, misalnya anggota disakiti yang lain tidak
terima. Hal itu terjadi menurutnya
rasa persaudaraan kurang.
Penyebabnya apa pertikaian itu biasanya masalah tentang harga
diri.Pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap menurutnya
menjadikan lebih tahu tentang keagamaan dan menjadikan pribadi lebih
baik. Dia merasakan lebih baik dari yang dulu. Dia tertarik untuk sekolah
di MA MINAT Cilacap karena MA MINAT Cilacap beda dengan yang
lain, disini ada pelajaran mantiq, nahwu, falak (wawancara, 1 Pebruari
2012).
Responden dibawah ini juga memiliki kesamaan persepsi dengan
responden sebelumnya. Orang Jawa dipandang sebagai orang yang memiliki
perangai halus dibanding dengan daerah asal, tetapi walaupun terdapat
perbedaan dengan daerahnya dalam pergaulan dengan teman-teman di MA
DRAFT
MINAT Cilacap tidak mengalami kendala yang berarti. Realita multikultural
dalam kehidupan perlu dihadapi dengan pembentukan sikap yang memiliki
toleransi lebih luas terhadap semua bentuk perbedaan yang ada dalam
masyarakat. Menurut responden pembentukan sikap kepribadian perlu
didukung materi Pendidikan Agama Islam yang mengajarkan tentang syariat
dan muamalat. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan
salah satu upaya dalam pembentukan sikap dan sebagai pembentukan
kepribadian yang lebih baik serta berakhlakul karimah.
Sikap tidak hanya dibentuk dari kultur masyarakat sekitar, namun
pemahaman dan internalisasi norma-norma agama juga dominan dalam
pembentukan sikap. Pendapat responden menyikapi pendidikan multikultural di
265
MA MINAT Cilacap adalah sebagai pembentukan sikap menuju akhlak mulia
dan terbuka dalam pergaulan.
Ni berasal dari dari Sumatra Selatan, Palembang, Sungai Lilin, Kabupaten
Musi, Banyu Asin, namun dia besar di palembang. Bapak dan Ibunya asli
Lampung. Dulu dia sekolahnya SD dan SMP di Palembang. Kendala
dalam bersosialisasi dalam berbahasa Jawa merasa kesulitan. Namun tetap
bersikap terbuka dalam pergaulan dengan teman-teman sehingga
persahabatan dengan teman-teman tidak ada kendala. Hal ini juga
didukung dengan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT,
menjadikan dia lebih tahu tentang hukum Islam, kepribadian menjadi lebih
baik (Wawancara 5 Pebruari 2012).
Pernyataan responden di bawah ini hampir sama, kendala yang dihadapi
ketika bersosialisasi adalah tentang bahasa. Kultur daerah asal lebih unik
karena memakai beberapa bahasa daerah sehingga ketika bersosialisasi di luar
daerah bukan kendala yang berarti. Ragam pemakaian multi bahasa daerah
mejadikan pembentukan sikap yang lebih terbuka dan permisif ketika
memahami realitas budaya. Terkait dengan hal diatas Pendidikan Agama Islam
DRAFT
yang dilakukan di MA MINAT Cilacap merupakan bagian dalam pembentukan
kepribadian termasuk menghargai perbedaan bahasa.
Nk berasal dari Riau, Sungai Pagar TSM Mekar Jaya, Kampar. Asli daerah
orang tua dari Jatim. Kendala yang dihadapi ketika pertama sosialisasi di
MA MINAT Cilacap adalah tentang bahasa, karena disini hanya pakai
bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan didaerahnya campur-campur ada
bahasa Minang, Jawa, Batak, ngapak, bandek, Padang. Bahasa yang
digunakan komunikasi secara resmi menggunakan bahasa Indonesia.
Keanekaragaman bahasa membutuhkan sikap saling menghargai ragam
bahasa daerah sehingga tercapai persatuan dan keutuhan bangsa.
Pembentukan sikap tersebut juga didukung materi Pendidikan Agama
Islam di MA MINAT Cilacap. (Wawancara, 5 Pebruari 2012).
Perbedaan asal daerah responden membawa konsekuensi yang berbeda,
kompetensi ini perlu dimiliki dalam melakukan adaptasi dengan daerah
setempat. Responden dibawah ini hampir sama masalah yang dihadapi dengan
266
responden lain, namun sedikit perbedaan bahwa bahasa daerah yang dihadapi
adalah bahasa Melayu. Pola pergaulan di MA MINAT Cilacap dirasakan ada
beberapa perbedaan dengan daerah asal responden. Hubungan dengan sesama
teman dirasakan lebih baik dengan daerah asal walaupun demikian juga
terdapat aspek positif yang dimiliki oleh daerah asal.
Responden telah
memiliki kompetensi kultural dalam menghadapi semua keanekaragaman dan
menghargai sesama teman dari latar belakang yang berbeda.
Mm berasal dari Kalimantan Barat, kabupaten Ketapang, desa Singkup.
Orang tua asli Jawa dan dulu tinggal di Pesantren Al Ihya Ulumudin.
Pertama kali sosialisasi disini kendala yang dihadapi adalah sulit dengan
berbahasa Jawa. Bahasa daerah yang digunakan bahasa melayu Indonesia.
Kendala sosialisasi dengan teman-teman cara bergaulnya saja yang beda.
Sikap sosialisasi dengan teman-teman perlu menghargai latar belakang
daerah masing-masing karena setiap bahasa dan budaya daerah tertentu
berbeda sehingga tidak terjadi pertikaian. Penyebab utama pertikaian
dipicu karena mereka tidak saling toleransi, tidak saling pengertian dan
kurang menghargai orang lain (Wawancara 8 Pebruari 2012).
DRAFT
Kesamaan persepsi antar beberapa responden dalam memandang karakter
orang Jawa yang cenderung lebih memiliki perangai lebih halus. Kendala
utama yang dihadapi dalam melakukan sosialisasi adalah pada kendala
penguasaan bahasa Jawa, namun dalam melakukan sosialisasi dengan kultur
MA MINAT Cilacap tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pendidikan
Agama Islam
di MA MINAT Cilacap diakui oleh responden dapat
memberikan pembentukan karakter karena
dengan penguasaan dan
pemahaman terhadap normatif keislaman akan turut membentuk kepribadian
siswa. Perpaduan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem
persekolahan
menjadikan MA MINAT Cilacap memiliki karakteristik
pendidikan tersendiri. Pengalaman responden terhadap berbagai kultur dan
267
dilegkapi dengan Pendidikan Agama Islam
di MA MINAT Cilacap turut
membentuk sikap siswa yang lebih responsif terhadap dinamika multikultural
dalam mengakui perbedaan karakter individu yang berkembang dimasyarakat.
Ma berasal dari Kabupaten Manokwari, propinsi Papua Barat desa sumber
Boga kecamatan Masai. Orang tua besar di Manokwari. Asal sekolah dari
SD di Manokwari, MTs di Semarang. Kedala dalam bersosialisasi dengan
teman-teman di MA MINAT pada bahasa, karena disini pakai bahasa
ngapak. Penyesuaian dengan teman-teman di MA MINAT Cilacap yang
dia rasakan bahwa teman-teman disini sopan-sopan sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk penyesuaian tidak lama dan dibutuhkan sikap mengakui
perbedaan karakter masing-masing indovidu dan bahan ajar Pendidikan
Agama Islam di MA MINAT Cilacap turut membentuk karakter tersebut
(Wawancara 10 Pebruari 2012 ).
DRAFT
268
H.Kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung Pendidikan Multikultural
Implementasi nilai-nilai multikultural membutuhkan faktor pendukung
sehingga dominasi kelompok tertentu terhadap kelompok minoritas dapat
diminimalisir. Pembentukan kultur madrasah yang responsif terhadap
keragaman akan turut membentuk pola kepribadian anak toleran terhadap
semua aspek perbedaan: ideologi, agama, ras, bahasa, dan suku.
Latar belakang siswa MA MINAT Cilacap dari berbagai daerah, sehingga
pendidikan agama Islam yang diberikan mempertimbangkan kultur yang sangat
berbeda dalam diri siswa. Agama yang dianut oleh siswa homogen yaitu Islam,
namun dari sisi kultur sangat heterogen sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan menanamkan persamaan hak. Sikap guru dalam mengembangkan
nilai-nilai multikultural adalah menghargai terhadap perbedaan menjadi faktor
penting.
DRAFT
Pengembangan nilai-nilai multikultural dilakukan MA MINAT Cilacap
dalam proses pembelajaran. Perlakuan persamaan hak diantara siswa
menjadikan pola berpikir lebih terbuka terhadap perbedaan yang terjadi dalam
iklim pembelajaran. Kultur madrasah yang dikembangkan MA MINAT
Cilacap antara lain:
1. Bahtsul Masail
Bahtsul masail adalah pembahasan masalah-masalah biasanya seputar
masalah fiqih. Semakin berkembangnya pemikiran dan aliran madzhab di
dalam Islam menimbulkan berbagai pemahaman yang beragam dalam kajian
Fiqih. Kemajukan perkembangan teknologi turut mempengaruhi masalah-
267
masalah fiqih yang dibutuhkan solusinya. Kajian fiqih yang beragam sering
menjadi masalah khilafiyah pemicu perpecahan dalam Islam. Terkait dalam
hal tersebut kultur yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap adalah dengan
cara diskusi masalah-masalah fiqih.
Diskusi masalah-masalah terutama tentang fiqih karena banyak
permasalahan didalam fiqih. Biasanya diskusi yang kita lakukan misalnya
tentang ubudiah (ibadah) dan khilafiyah (perbedaan pendapat). Misalnya
pada fiqih Ibadah terkait tentang doa qunut dalam sholat subuh. Kita
sampaikan dasar-dasar yang memakai qunut dan yang tidak memakai
qunut jadi anak dapat memahami semuanya. (wawancara dengan Mrf, 103-2014).
Selain masalah khilafiyah diatas biasanya juga di bahasa tentang adzan di
dalam sholat Jumat. Namun pembahasan tersebut bukan untuk mencari titik
perbedaan tetapi bertujuan untuk mencari dasar pelaksanaanya sehingga anak
akan dapat memahami perbedaan-perbedaan tsb.
Tentang sholat jumat ada yang memakai adzan satu dan dua. Siswa kita
arahkan tentang perbedaan pendapat itu termasuk dasar yang
menggunakan adzan satu maupun dasar yang digunakan bagi yang
memakai adzan dua. Sehingga orang yang memakai adzan dua menjadi
tidak salah.
(wawancara dengan IHl, 14-3-2014).
DRAFT
Selain diskusi masalah fiqih yang sering menjadi topik diskusi menurut
guru fiqih MA MINAT Cilacap juga masalah yang sering memicu perbedaan
pendapat di masyarakat adalah tentang sholat tarawih. Bilangan raka’at yang
berbeda sering menjadi perdebatan, hal ini dijadikan topik diskusi fiqih dengan
tujuan mengajarkan kepada anak didik tentang perbedaan pendapat.
Selain itu juga dibahas tentang sholat tarawih biasanya yang banyak di
perbincangkan siswa mengapa ada yang 20 dan 8 rakaat. Dasar-dasar dalil
yang digunakan ketika berikan kepada siswa sehingga mereka tidak mudah
menyalahkan orang lain. (wawancara dengan IHl, 14-3-2014).
268
2.Silaturahmi
Silaturahmi merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh MA MINAT
Cilacap, hal ini sangat mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan agama
Islam. Silaturahmi menjadi pendukung salah satu implementasi materi Aqidah
Akhlak dengan standar kompetensi persatuan dan kerukunan.
silaturahmi yang dilakukan siswa MA MINAT Cilacap kepada para kiai
maupun para guru. Silaturahmi biasa dilakukan oleh siswa MA MINAT
Cilacap kerumah guru-gurunya maupun kerumah para kiai. Hal ini biasa
dilakukan oleh mereka ketika jelang ujian maupun saat hari raya. Biasanya
mereka datang untuk meminta doa dari para guru maupun dengan kiai.
Sikap semacam itu sengaja ditanamkan dalam diri siswa untuk memiliki
sikap menghormati kepada para guru dan kiai dan juga menjadikan
hubungan guru dan siswa lebih akrab (wawancara dengan Ims 20
Nopember 2013).
Silaturahmi menjadi kultur yang melembaga di MA MINAT Cilacap.
Silaturahmi sebagai bentuk silaturahmi membentuk relasi guru dan siswa lebih
efektif dan produktif menghilangkan sekat antara guru dan siswa. Aktifitas
DRAFT
silaturahmi
di dalam sebagai bentuk menghargai siswa kepada guru dan
sebaliknya guru memberikan bentuk penghargaan kepada siswa melalui doa
yang diberikan. Dengan demikian, silaturahmi menanamkan sikap saling
menghargai (mutual respect). Sikap tersebut mendudukan semua siswa
memiliki kesataran walaupun realitanya banyak perbedaan-perbedaan, sehingga
perdamaian dan kehidupan harmonis dapat teralisasikan.
Kultur dinamis madrasah saling menghargai dan tidak melakukan
deskriminasi terhadap latar belakang siswa sebagai daya tarik tersendiri bagi
input siswa. Kondisi siswa MA MINAT Cilacap meliputi dari berbagai daerah
269
perlu melakukan strategi pembelajaran yang bisa diterima bagi seluruh siswa.
Berikut respon siswa terhadap perbedaan kultur.
Silaturahmi memberikan implikasi dalam mengembangkan persaudaraan
dan membangun kedekatan relasi guru-siswa. Dengan demikian, silaturahmi
membawa
siswa
dalam
pembentukan
sikap
saling
menghargai
dan
menghormati antara guru dan siswa.
Silaturahmi merupakan salah satu kultur MA MINAT Cilacap dalam
membentuk sikap menghormati. Silaturahmi sebagai bentuk
penghormatan kepada kiai atau orang yang telah berjasa. Silaturahmi
dilakukan oleh siswa-siswa dengan dipimpin oleh guru. Silaturahmi juga
merupakan upaya mencari barokah (keutamaan) kepada orang berjasa.
Pelaksanaanya biasanya ketika jelang ujian dan termasuk ketika peringatan
haul (memperingati hari wafat kiai) karena diperuntukkan kesiapan mental
siswa (wawancara dengan Msl tgl 15 september 2012).
Silaturahmi berimplikasi pada pengembangan sikap siswa menghargai.
Sikap menghargai merupakan bagian ajaran agama-agama serta anjuran
DRAFT
kemanusiaan pada akhirnya mengajarkan siswa pada kesetaraan hak,
perdamaian maupun solidaritas. Tindak kekerasan golongan tertentu menjadi
kedamaian antar umat manusia, karena hakikatnya manusia terlahir membawa
potensi sama dan hak-hak sama.
Aktualisasi dari sikap saling menghargai terdeskripsikan pada
persahabatan diantara siswa MAMINAT Cilacap yang berasal dari luar
daerah. Persahabatan dengan teman-teman menurut NI (nama samaran
Siswa) ketika di MA MINAT Cilacap merasa persahabatan tidak dapat
mendapatkan kendala. Persepsinya terhadap orang jawa adalah memiliki
perangai lebih halus. Terkait dengan materi PAI di MA MINAT Cilacap
berpendapat menjadikannya lebih tahu tentang hukum agama Islam,
kepribadian menjadi lebih baik. Alasan memilih sekolah di MA MINAT
Cilacap karena disini dekat dengan pesantren, materi agamanya banyak
(Wawancara tgl 12 Pebruari 2012).
270
Silaturahmi sebagai kultur madrasah dengan dibarengi pola pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa dapat melakukan secara aktif aktualisasi diri.
Persamaan hak dan perlakuan setara menjadi budaya madrasah dinamis untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai multikultural.
Madrasah
tidak hanya dimaknai sebagai lembaga pendidikan untuk
mekakukan transfer ilmu, namun madrasah juga sebagai tempat untuk
melakukan pembentukan kepribadian serta penanaman akhlak mulia. Secara
kodrati manusia dilahirkan dengan kemampuan yang sangat beragam
(diffable). Satu sisi orang memiliki kelebihan dalam hal tertentu namun kurang
dalam bagian-bagian lain.
3.Pembiasaan Multilingual
Pembiasaan multingual/ multi bahasa diterapkan di MA MINAT Cilacap.
Guru setiap pergantian jam pelajaran mengawali pembelajaran dengan bahasa
DRAFT
Arab, Inggris, dan bahasa Indonesia. Pembiasaan tersebut mengarah pada
implementasi toleransi sesuai dengan materi Al qur’an Hadits tentang toleransi.
Pembiasaan multilingual mendidik siswa untuk menghargai keragaman bahasa.
Pembiasaan penggunaan multilingual
menjadi aturan yang harus
dilakukan oleh setiap guru, dengan demikian diharapkan penggunakan tiga
bahasa dapat membudaya di MA MINAT Cilacap (wawancara dengan
waka kurikulum Pr, 18 Oktober 2012).
Keragaman bahasa juga memberikan potensi menguatnya primodialisme
kelompok tertentu. Dominasi bahasa tertentu dengan bahasa lain dapat
memicu konfik dan akhirnya mengarah pada sikap prejudise dan deskriminasi
antar golongan
masyarakat, walaupun bahasa juga merupakan cermin
keragaman elemen yang terjadi dalam masyarakat. Hal tersebut sangat
271
mungkin terjadi melihat latar belakang siswa MA MINAT Cilacap lebih dari
30 % berasal dari luar Jawa.
Pembiasaan penggunaan multilingual yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris
dan bahasa Indonesia dalam rangka menepis primodialisme kebahasaan
sekaligus menghilangkan deskriminasi dan prejudise. Hal ini merupakan
bagian dari pendidikan multikultural yaitu pengakuan atas keragaman bahasa,
sehingga menimbulkan kesadaran bagi siswa bahwa bahasa merupakan bagian
keragaman yang perlu dilestarikan dan bukan merupakan sumber konflik serta
dominasi kelompok dengan bahasa tertentu.
Pembiasaan multilingual selain dilakukan dalam pergantian tiap pelajaran
di kelas juga dilakukan dengan selalu mencantumkan papan nama ruang kelas,
kantor, perpustakaan maupun ruang-ruang lain yang ada. Papan nama ruang
digunakan multilingual yaitu bahasa Arab, bahsa Inggris dan bahasa Indonesia.
DRAFT
Nilai positif yang dihasilkan adalah membangun kesadaran akan multilingual
merupakan bagian yang terjadi dalam masyarakat. Penggunaan ketiga bahasa
tersebut salah satu membangun kesadaran anak didik dalam menghilangkan
diskriminasi bahasa sehingga menimbulkan kesadaran kesetaraan dalam
keragaman.
272
Gambar.8
Ruang kelas dengan papan nama multilingual
(Dokumentasi, 25 Juni 2012)
Implementasi
pembiasaan
multilingual
menepis
primodialisme,
satwasangka dan deskriminasi. Hal tersebut juga teraktualisasi pada sikap
dalam menghadapi siswa yang berbeda budaya oleh guru MF diperlakukan
tidak ada perbedaan diantara siswa, semua siswa mendapat perlakuan yang
berbeda.
DRAFT
Cuma perbedaan kelas untuk membedakan mereka yang dari pesantren
maupun yang nonpesantren, yaitu dibedakan kelas 1 C, 1 D, II C dan II D.
Biasanya yang masuk kelas C adalah mereka yang berasal dari pesantren,
sedangkan yang di kelas D adalah mereka yang berlatar belakang umum.
Perlakuan tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa yang tidak
berlatar belakang pesantren agar cepat beradaptasi. Hasil yang diperoleh
lebih baik, siswa yang berasal nonpesantren lebih cepat menyesuaikan diri
(Wawancara dengan Mf 26 Januari 2012).
Guru dalam memberikan persamaan hak terhadap siswa dengan
melakukan penyampaian materi-materi pendidikan agama Islam yang lebih
bersifat kontekstual. Kajian materi pendidikan agama Islam banyak memuat
nilai-nilai multikultural. Mata pelajaran tarikh atau sejarah kebudayaan Islam
terdapat nila-nilai tauladan yang dapat dikontekstualisasikan. Sejarah
273
kebudayaan Islam tidak hanya dimaknai sebagai simbol kejayaan masa lampau,
namun nilai sejarah dapat diteladani dan diaktualisasikan dalam diri siswa.
Sifat yang telah dicontohkan rosul dalam kehidupan multikultural yaitu dengan
melahirkan Piagam Madinah merupakan teladan yang baik dalam kehidupan
yang sangat pluralis. Piagam Madinah merupakan perjanjian kesepakatan yang
telah dibuat oleh Rasul yang dapat mengakomodir semua golongan termasuk di
luar Islam sekalipun. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di MA MINAT
Cilacap melakukan kontektualisasi makna sejarah.
Nilai-nilai Tarikh atau sejarah kebudayaan Islam dikatakan oleh MS guru
sejarah kebudayaan Islam dapat menjadikan siswa memiliki pola berpikir
terbuka dalam menghadapi perbedaan.
Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu dilakukan kontekstualisasi
sehingga nilai-nilai sejarah kebudayaan Islam seperti aspek toleransi
sebagaimana telah dilakukan oleh Rasul dapat diinternalisasikan dalam
diri siswa (Wawancara dengan MS 19 Januari 2012).
DRAFT
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam aktifitas pendidikan. Kendala
bahasa bagi siswa MA MINAT Cilacap dari luar jawa difasilitasi dengan forum
ikatan santri (Iksa) dari masing-masing daerah, misalnya iksa Lampung, Medan
dan Kalimantan. Iksa menjadi lembaga pembinaan bagi santri luar daerah
terutama mempercepat
adaptasi. Santri luar Jawa pada umumnya
membutuhkan waktu panjang untuk dapat berbicara Jawa, namun dari sisi arti
bahasa Jawa mereka dapat mengerti. Kultur madrasah turut menunjang dalam
beradaptasi.
Penggunaan multilingual yang diterapkan dalam pembelajaran di MA
MINAT Cilacap menepis problem keragaman bahasa siswa.
274
4. Berpeci dan Berjilbab
Kompetensi dasar dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA MINAT
Cilacap memuat tentang akhlak berpakaian dan berhias. Pembiasaan siswa dan
guru MA MINAT Cilacap dalam berpakaian adalah diwajibkan berpeci dan
berjilbab.
Ketika memasuki pintu gerbang MA MINAT Cilacap komplek siswa putra
terpampang didepan papan pengumuman ” Kawasan wajib berpeci”
demikian juga di komplek siswa putri tertulis ”Kawasan wajib berjibab”.
Semua siswa wajib mengenakan peci dan jilbab, ketika tidak mematuhi
maka tidak dapat mengikuti proses pembelajaran (Observasi, 16 september
2012).
MA MINAT Cilacap mengadopsi kearifan lokal yaitu dengan mewajibkan
bagi siswa putra mengenakan peci, bahkan bapak guru juga konsisten
mengenakan peci. Hal tersebut langkah mengintegrasikan aspek-aspek positif
kedalam kultur Madrasah. Secara tidak langsung peci dipandang sebagai
DRAFT
lambang kesalekhan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Dengan demikian,
menjadi salah satu upaya pembentukan moral. Internalisasi nilai-nilai dalam
kepribadian seperti rasa menghormati, kesetaraan dan humanisasi terbentuk
dalam diri anak. Jilbab merupakan bagian dari implementasi ajaran Islam, hal
ini juga turut membantu terbentuknya kepribadian siswa arif dan memiliki
kepekaan sosial tinggi dan moralitas menjadi terjaga.
275
Gambar.9
Siswa MA MINAT Cilacap wajib berpeci
(Dokumentasi, 25 Juni 2012)
DRAFT
Gambar.10
Siswi MA MINAT Cilacap wajib berjilbab
(Dokumentasi, 25 Juni 2012)
276
Kesan yang diperoleh Lz tentang keharusan memakai Jilbab di MA
MINAT Cilacap adalah dapat mengajarkan berakhlak. Hal ini juga terkait
dengan materi tentang hubungan dengan sesama dan jadi mengerti baik
dan buruk. Kewajiban berjilbab di MA MINAT Cilacap juga sesuai
karena Banyak pelajaran agamanya dan dekat pondok yang pelajaranya
kitab kuning (Wawancara,12 Pebruari 2012).
Motivasi utama siswa MA MINAT Cilacap adalah penguasaan nilai-nilai
agama untuk membentuk kepribadian muslim yang salih salah satu kultur
mendukung kewajiban berpeci dan berjilbab. Kepribadian yang baik akan
terbentuk jika didasari normatif agama. Akhlak mulia merupakan perwujudan
dari kepribadian baik. Kesadaran dan kebutuhan terhadap menunutut ilmu
terutama ilmu-ilmu keIslaman secara langsung membentuk kepribadian yang
memiliki kompetensi kultural. Agama dapat membuat kesadaran bagi para
pemeluknya untuk berbuat sesuai perintah agama.
Sedangkan Jh berpendapat kewajiban memakai peci mendukung materi
pendidikan agama Islam di MA MINAT Cilacap menjadikan lebih tahu
tentang keagamaan dan menjadikan pribadi lebih baik. Dia merasakan
lebih baik dari yang dulu. Kultur di MA MINAT Cilacap sangat
mendukung keharusan berpeci dan berjilbab karena MA MINAT Cilacap
beda dengan yang lain, di sini ada pelajaran mantiq, nahwu, falak
(Wawancara 18 Pebruari 2012).
DRAFT
Kultur jawa lebih dipandang sebagai sebuah kultur yang lebih halus
dibandingakan dengan luar jawa. Kecenderungan orang luar Jawa mudah
melakukan adaptasi dengan orang jawa. Perbedaan kultur antar daerah
mendorong terbentuknya karakter sesorang, sedangkan agama membawa
aturan-aturan yang dapat bersifat universal dalam pembentukan karakter
seseorang. Ajaran nilai-nilai agama dapat mengarahkan kepribadian seseorang.
Nilai-nilai tersebut merupakan bagian penting dalam konteks pendidikan
multikultural
semua
harus
dihapuskan
277
segala
bentuk
deskriminasi.
Diskriminasi menjadi beragam varian yaitu diskriminasi dalam perlakuan
maupun diskriminasi terhadap ras maupun etnik. Hal-hal di atas yang perlu
dihapuskan dalam praktek pendidikan multikultural. Siswa MA MINAT
Cilacap dalam proses pendidikan lebih merasakan adanya perlakuan yang sama
dan tidak ada perlakuan yang berbeda.
Siswa MA MINAT Cilacap dari berbagai daerah cukup banyak, sehingga
terjadi keragaman bahasa. Guru pendidikan agama Islam berperan dalam
pembentukan akhlak mulia dan kepribadian siswa. Guru semestinya memiliki
pemahaman
yang memadai dalam melakukan penghormatan terhadap
perbedaan bahasa yang digunakan siswa. Perilaku
respek diimplementasi
dalam pola pembelajaran di kelas. Metode keteladan yang ditampilkan oleh
guru akan mudah dicontoh oleh siswanya, sehingga pendidikan multikultural
tidak sebatas teoritis namun juga dalam dataran praktis. Sosialisasi awal siswa
DRAFT
MA MINAT Cilacap dari luar daerah terkendala dalam bidang bahasa tetapi
mereka cepat melakukan adaptasi.
Kendala sosialisasi dengan sesama siswa tidak ada kendala yang berarti,
cuma cara bergaulnya saja yang beda. Pergaulan antara teman di sini baikbaik, saya suka di sini. Proses pembelajaran di MA MINAT Cilacap dapat
diikuti dengan baik. Terkait dengan materi pendidikan agama Islam yang
diajarkan di MA Cilacap, agak susah menerima karena banyak bahasa
Arabnya. Terkait dengan pembentukan kepribadian. Materi Pendidikan
Agama Islam dari MA MINAT Cilacap dapat menghilangkan sifat-sifat
jelek. Dia memilih sekolah di MA MINAT Cilacap adalah pelajaran
agamanya banyak dan dapat mengurangi pergaulan bebas (Wawancara,
Maret 2012).
Pendidikan multikultural dapat ditempuh melalui proses pembelajaran dan
kelembagaaan dengan membangun kultur Madrasah dalam mendukung
pembentukan
karakter
melalui
wajib
278
berpeci
dan
berjilbab.
Proses
pembelajaran memasukan nilai-nilai multikultural dalam materi ajar,
pembentukan sikap guru dan siswa yang responsif terhadap pendidikan
multikutural serta penciptaan iklim kelas kondusif. Guru diharapkan memiliki
sikap sensitif terhadap pendidikan multikultural. Kultur MA MINAT Cilacap
yang mewajibkan berpeci dan berjilbab membawa pengaruh terhadap
kepribadian siswa dan pembentukan karakter.
5. Gedung Madrasah Perpaduan Arsitektur Jawa dan Islam
Pendidikan multikultural memungkinkan saling menghormati antara
berbagai perbedaan yang terjadi di dalam masyarakat, pengalaman dari
berbagai pengalaman antarkultural terjadinya akulturasi berbagai budaya.
Manifestasi hilangnya satwasangka terjadi satu budaya dapat mengakomodasi
nilai-nilai pstif dari budaya yang lain sehingga terjadi harmoni budaya.
Sarana gedung MA MINAT Cilacap terlihat memakai perpaduan berbagai
unsur
DRAFT
arsitektur
mencerminkan
akulturasi
budaya,
sehingga
tidak
memunculkan dominasi budaya tertentu. Pintu gerbang utama MA MINAT
Cilacap mengakomodasi kearifan lokal berupa bangunan arsitektur Jawa
(joglo). Hal ini mencerminkan pola berpikir multikultural terjadi pada MA
MINAT Cilacap. Pemahaman lebih terbuka atas realitas budaya di dalam
masyarakat.
Hal ini memiliki makna bahwa warga madrasah telah memiliki kesadaran
dan kompetensi kultural sehingga dapat mengakomodir budaya Jawa tanpa
menimbulkan pertentangan teologis. Gedung aula jadid merupakan tempat
yang biasa digunakan dalam kegiatan madrasah tampak jelas menggunakan
279
aristektur Jawa. Kontruksi atap aula hingga desain ruang aula menggunakan
arsitektur Jawa.
Pengalaman multikultural membuka cakrawala pemikiran universal tidak
tersekat pada kehidupan monokultur sekaligus membangun wacana pemikiran
terhadap keragaman (diversity), kemajemukan (plurality). Hal tersebut
membawa konsekuensi pada pandangan kesetaraan (equality) pada akhirnya
membentuk tatanan kehidupan sosial harmoni.
DRAFT
Gambar.11
Aula Jadid mengunakan arsitektur Jawa (Joglo)
(Dokumentasi, 25 Juni 2012)
Selain mengakomodasi arsitektur Jawa (joglo), MA MINAT Cilacap juga
memadukan arsitektur Islami dari timur tengah, terlihat pada arsitektur
bangunan perpustakaan. Desain bangunan perpustakaan dari lantai satu hingga
lantai 2 menggunakan aristektur Islam terutama terlihat pada bentuk-bentuk
kanopi dan jendela serta atap. Tampak depan terlihat relief bangunan dengan
nuansa Islami.
280
Gambar.12
Perpustakaan dengan mengunakan arsitektur Islam
(Dokumentasi, 25 Juni 2012)
6. Makna Logo MA MINAT Cilacap
DRAFT
Pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap terlembaga dan
teraktualisasi tergambar pada makna logo madrasah.
Lambang globe (bumi) memiliki makna bahwa MA MINAT Cilacap
beriorientasi pada pendidikan global tidak hanya berkutat pada
pemahaman keilmuan tertentu, namun mengakomodasi berbagai nilai-nilai
positif berbagai budaya maupun ilmu-ilmu lain. Pendidikan global dalam
logo MA MINAT Cilacap sebagai bentuk manifestasi pengakuan
keragaman budaya, bahasa, ras maupun agama, sehingga MA MINAT
Cilacap mengedepankan semangat kebersaman, kesetaraan dan keragaman
(wawancara dengan kepala madrasah, 7 Nopember 2013).
Lambang obor api memberikan makna bahwa MA MINAT Cilacap
mengembangkan semangat kemajuan keilmuan dengan pengakuan kebenarankebenaran ilmu tanpa batas agama maupun pemahaman tertentu. Artinya
menghilangkan aspek absolut kebenaran ilmu tertentu dan menutup kebenaran
281
ilmu di luar Islam. Dengan demikian MA MINAT Cilacap menanamkan
semangat kesetaraan dalam kemajemukan.
Lambang bintang sembilan memberi arti bahwa MA MINAT Cilacap
mengikuti pola pikir majemuk dan pluralisme yang diajarkan walisongo
(penyebar dakwah Islam di Jawa). Konsep dakwah walisongo mengutamakan
perdamaian tanpa melakukan pemaksaan dan nirkekerasan. Dakwah dilakukan
melalui akulturasi budaya sehingga tidak menimbulkan konflik sosial. Ajaranajaran humanisasi dengan mengakomodasi kearifan lokal mengispirasi langkah
pengembangan kultur di MA MINAT Cilacap.
Lambang Al qur’an Hadis adalah sumber kebenaran mutlak yang selalu
menjadi pendoman operasional MA MINAT Cilacap. Ajaran-ajaran
toleransi, menghormati perbedaan, kesetaraan merupakan ajaran Qur’an
Hadits serta antikekerasan. Al qur’an Hadis menjadi dasar pijak utama
dalam membangun relasi sosial antar multikural termasuk multiagama
(wawancara dengan kepala madrasah, 7 Nopember 2013).
DRAFT
Lambang Madrasah Islamiyah Nahdlotutthulab, bermakna kebangkitan
pelajar yaitu aspek progresif dan dinamis dalam mengahadapi kehidupan global
merupakan semangat yang menjiwai MA MINAT Cilacap. Dinamika
kehidupan multirasial, multikultural merupakan bagian tantangan dalam
memajukan keilmuan, sehingga kebangkitan pelajar memiliki makna luas pada
peningkatan keilmuan, karakter terutama dalam kehidupan multikultural.
282
Gambar.13
Logo MA MINAT Cilacap
(Dokumetasi, 25 Juni 2012)
Makna logo MA MINAT Cilacap diimplementasikan pada visi yang
disusun yaitu: terwujudnya generasi penerus yang bekompeten dalam bidang
DRAFT
agama dan akhlak, berdaya juang tinggi aktif, kreatif dan inovatif, memiliki
keimanan dan ketakwaan yang kuat. Visi MA MINAT Cilacap diturunkan dari
makna lambang-lambang terdapat dalam logo MA MINAT Cilacap. Visi
tersebut menggambarkan idealisasi ke depan dengan mengedepankan
penguasaan agama serta akhlak.
Artinya aspek moralitas merupakan bagian dari visi untuk mencetak output
yang memiliki karakter baik. Hal ini sejalan dengan dimensi pendidikan
multikultural yaitu tetap mengedepankan human relation dinamis, anti
kekerasan serta anti diskriminasi budaya.
283
Gambar.14
Visi MA MINAT Cilacap
(Dokumetasi, 25 Juni 2012)
Visi tersebut diatas diperkuat dengan menentukan misi yaitu: madrasah
model dalam pengembangan agama Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi.
DRAFT
Sebagai lembaga pendidikan mental dan perjuangan. Pusat kajian ilmu agama
Islam ala ahlussunah wal jamaah. Visi dioperasionalisasikan melalui misi
bermuatan pada pendidikan multikultural. Misi MA MINAT Cilacap tetap
melalukan dan mengadopsi perkembangan keilmuan maupun teknologi, hal ini
juga berimplikasi bersikap permisif terhadap isu-isu pendidikan multikultural.
Konsep tersebut didukung pada misi menjadi pusat kajian keilmuan dengan
model ahlussunah wal jamaah. Artinya MA MINAT Cilacap mengakomodasi
kebenaran-kebenaran yang bersifat universal hal ini senada dengan semangat
pendidikan multikultural.
284
Gambar.15
Misi MA MINAT Cilacap
(Dokumetasi, 25 Juni 2012)
7. Tata Aturan Madrasah
MA MINAT Cilacap sebagai lembaga pendidikan mengembangkan tata
aturan yang menjamin pendidikan multikultural dengan baik. MA MINAT
DRAFT
Cilacap melakukan pemberdayaan dalam diri siswa melalui pola pembelajaran
dalam mengurangi dampak sosialisasi antara lain sebagai berikut:
Satu sisi pendidikan multikulutral dapat dikembangakan melalui
kelembagaan Madrasah. Pendidikan multikultural mengembangkan kesadaran
bersama dengan melalui kompetensi budaya, memahami realitas sosial dan
menghilangkan bentuk-bentuk ketimpangan sosial. Dengan demikian, praksis
pendidikan multikultural perlu melakukan tata aturan madrasah yang menjamin
terjadinya pemberdayaan guru dan siswa. Pemberdayaan guru melalui model
pembelajaran yang bersifat kontekstual terhadap nilai perdamian, demokrasi,
humanisasi dan sosial. Pemberdayaan siswa dengan memberikan kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
285
Realisasi dari konteks pendidikan multikultural dibutuhkan tata aturan
organisasi madrasah yang lebih kondusif bagi pemberdayaan sekolah menuju
pendidikan multikultural. Adapun terkait dengan hal tersebut dapat dilihat dari
struktur Organisasi Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT
CILACAP) Cilacap dengan tugas dari komponen-komponennya meliputi:
a. Kepala MA. MINAT (KH. Mu’rofudin, S.H.) bertugas sebagai pembuat
perencanaan
dan
program,
mengorganisasikan,
melaksanakan
pengawasan
b. Waka Administrasi/Waka Sarana Prasarana (KH. Ishak Hilal) bertugas
sebagai
pengatur
pelaksanaan
kegiatan
kepegawaian,
keuangan,
pengadaan dan inventarisasi sarana dan prasarana.
c. Waka Kurikulum (Puri, BA.) mempunyai tugas pengatur pelaksanaan
kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, inventarisasi training guru,
DRAFT
evaluasi kegiatan sekolah.
d. Waka Urusan Hubungan Madrasah dengan Masyarakat “HUMAS”
(Khasbullah Maulana) bertugas mengatur informasi madrasah dengan
masyarakat, kerjasama madrasah dengan masyarakat, hubungan dengan
instansi pemerintah dan swasta.
e. Tata Usaha Madrasah (K. MA. Munir, S.Hi), melaksanakan pengaturan
administrasi kantor, pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan,
administrasi keuangan, sarana prasarana dan inventarisasi peralatan
madrasah.
286
f. Guru-guru bertugas melakukan kegiatan belajar mengajar, evaluasi
belajar siswa, koordinator kurikuler, administrasi kegiatan belajar
mengajar.
g. Wali Kelas bertugas sebagai pengelolaan kelas, pembina siswa,
melaporkan keadaan siswa, pengisian raport.
h. Petugas Bimbingan Penyuluhan, Bimbingan Karier,dan Bimbingan
Konseling
(K.
Masduki
BA)
bertugas
melaksanakan
kegiatan
penyuluhan, pembentukan pribadi siswa, membantu siswa memecahkan
masalah, administrasi BP / BK.
i. Kebijakan Madrasah dalam bidang Organisasi Madrasah MA MINAT
CILACAP merupakan kebijakan yang sesuai dengan tugas masingmasing yang diberikan oleh kepala Madrasah kepada seluruh karyawan
MA MINAT CILACAP dalam hal ini adalah:
DRAFT
a. Kepala Madrasah mempunyai beberapa tugas yaitu:
1) Umum meliputi penyusunan perencanaan, mengorganisir kegiatan,
mengkoordinasikan
kegiatan,
mengevaluasi
kegiatan,
membuat
kebijaksanaan, mengadakan rapat Madrasah, mengambil keputusan dan
pengaturan administrasi.
2) Menyelenggarakan Administrasi seperti mengadakan perencanaan
kegiatan Madrasah, mengkontrol dan mendata administrasi waka-waka,
memberikan petunjuk kearah penyempurnaan administrasi di tingkat
wakil kepala, mengontrol data-data keuangan, meminta data/laporan
kegiatan.
287
3) Supervisi, dalam hal ini Kepala Madrasah mengadakan KBM, kegiatan
BP, kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, kegiatan ketatausahaan,
kepustakaan dan laboratorium.
b. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum sebagai pembantu kepala
Madrasah dalam hal-hal sebagai penyusun program pengajaran,
menyusun pembagian tugas guru, menyusun jadwal pelajaran, jadwal
evaluasi belajar, pelaksanaan UM dan UN, jadwal penerimaan siswa
baru, mengkoordinasikan penyusunan program belajar, menyusun
laporan pelaksanaan kegiatan pengajaran.
c. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan mempunyai tugas menyusun
program pembinaan siswa, megadakan bimbingan dan pelaksanaan
pengendalian kegiatan siswa, membina dan melaksanakan koordinasi
keamanan,
kebersihan,
ketertiban,
keindahan,
dan
kekeluargaan,
DRAFT
memberikan pengarahan dan menyelenggarakan pemilihan pengurus
OSIS, pemilihan calon siswa teladan dan calon penerima beasiswa,
mengadakan seleksi siswa untuk mengikuti kegiatan luar Madrasah,
membuat laporan kegiatan siswa.
d. Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana bertugas sebagai
pengatur dan penyelenggara hubungan antara Madrasah dengan Wali
Siswa, pembina pengembangan hubungan antara Madrasah dengan
lembaga lain, mengadakan kegiatan bersama antara Madrasah dengan
masyarakat, lembaga luar Madrasah, menyusun laporan kegiatan
hubungan masyarakat.
288
e. Guru, dalam hal ini guru bertugas sebagai pembuat rencana kegiatan
belajar mengajar, melakukan persiapan mengajar, melakukan KBM,
melakukan penilaian, memberikan dorongan dan bimbingan siswa untuk
mengembangkan minat dan bakatnya, membuat dan menyusun lembar
kerja, memantau kemampuan dan kemauan siswa didiknya dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar, membuat catatan kemajuan hasil
siswa dalam memahami materi pelajaran yang sudah diberikan.
f. Wali Kelas membantu kepala Madrasah dalam bidang pengelolaan kelas,
penyelenggaraan administrasi kelas, hiasan dinding, pengisian daftar nilai
siswa, pengisian buku raport, pembagian buku raport.
g. Pegawai
Kepustakaan,
buku/bahan
bertugas
kepustakaan,
sebagai
pelayanan
perencana
pengadaan
kepustakaan,
perencana
pengembangan perpustakaan, pemelihara dan perbaikan kekayaan
DRAFT
kepustakaan, inventarisasi kekayaan kepustakaan, labelling buku-buku
kepustakaan,
mengadakan
kartu
kepustakaan,
membuat
katalog,
menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepustakaan.
h. Kepala Urusan/Bagian Tata Usaha bertugas sebagai penyusun program
tata usaha Madrasah, membuat RAPBS, pembenah dan penyempurna
administrasi
Madrasah,
pembantu,
penyempurna
pembenahan
administrasi pegawai, pembuat agenda surat masuk dan keluar.
i. Bimbingan dan Penyuluhan bertugas sebagai penyusun program
pelaksanaan BP, mengadakan koordinasi dengan wali kelas dalam
289
penanganan masalah yang dihadapi siswa, memberikan layanan
penyuluhan terhadap siswa dalam meningkatkan prestasi.
j. Hasil belajar, mengadakan kerjasama dengan wali siswa dalam
penanganan siswa, mengadakan penilaian dan pembantu statistik
pelaksanaan dan hasil penyuluhan, menyusun laporan pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
(Diolah dari dokumentasi tanggal 3 Pebruari 2012)
Tata aturan pelaksnaan pendidikan MA MINAT Cilacap memiliki
keteraturan dan persamaan hak antara guru, siswa, kepala madrasah dan
pegawai. Pimpinan madrasah menetapkan tata aturan pelaksanaan
pendidikan sebagai tindak lanjut (aturan palaksana) dari peraturan
yayasan dibidang pendidikan. Tata aturan tersebut diwujudkan dalam
bentuk tata tertib.
DRAFT
a. Tugas dan kewajiban selaku kepala madrasah /wakil kepala madrasah.
1) Wajib menunjukkan kesetiaan, kepatuhan pada peraturan yang berlaku
(peraturan negara, yayasan, dan madrasah).
2) Kepala madrasah dan wakil kepala madrasah selaku pimpinan wajib
menjadi contoh yang berakhlakul karimah.
3) Kepala madrasah/ wakil kepala madrasah wajib bersikap sopan, tegas,
jujur, bijaksana, dan berjiwa demokratis.
4) Kepala/wakil
madrasah
harus
mampu
memberikan
dorongan
rangsangan yang positif dalam hal pengabdian dan kemauan kerja
(mampu menumbuhkan etos kerja pada anggotanya).
290
5) Kepala madrasah/wakil kepala madrasah harus mampu menumbuhkan
suasana damai dan kerjasama yang baik antara komponen yang ada
dalam Madrasah tersebut.
6) Mampu menumbuhkan hubungan yang baik dengan lembaga
pemerintah atau lembaga swasta yang lain dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan.
7) Kepala madrasah dan wakil kepala madrasah harus bisa melaksanakan
tugas kepentingan secara terbuka.
8) Kepala
madrasah
harus
selalu
berusaha
menanamkan,
mempertahankan, mewujudkan visi dan misi Yayasan.
9) Kepala madrasah dan wakil kepala madrasah sebagai manager
berkewajiban melaksanakan manajemen sebaik-baiknya di dalam
kurikulum, personalia, keuagan dan administrasi.
DRAFT
b. Tugas dan kewajiban guru selaku pengajar dan pendidik.
1) Mengadakan persiapan mengajar.
2) Datang ke sekolah 10 menit sebelum kegitan mengajar dimulai pada
setiap hari kerja
3) Guru yang tidak bisa melaksankan tugas harus memberi tahu/
meminta ijin kepada kepala madrasah
4) Guru hanya boleh meninggalkan sekolah dengan
madrasah
291
ijin kepala
5) Guru yang tidak melaksanakan tugas/mengajar diberi
tugas oleh
kepala madrasah (membuat naskah soal, rangkuman pelajaran untuk
siswa)
6) Guru yang tidak bisa melaksanakan tugas harus bisa mencari
kesempatan/waktu pengganti hari yang ditinggalkannya
7) Mengadakan evaluasi yang telah disampaikan secara teratur yang
meliputi:
a) Evaluasi terhadap sistem yang digunakan
b) Evaluasi terhadap hasil belajar
c) Evaluasi terhadap kegiatan siswa diluar kelas
8) Ikut memelihara ketertiban kelas dan sekolah
9) Setiap guru yang masuk kelas harus memperhatikan kebersihan dan
kerapihan kelas.
DRAFT
10) Guru yang mengajar tidak dibenarkan meninggalkan kelas
11) Guru yang sedang mengajar tidak diperkenankan merokok di kelas
12) Ikut membina hubungan yang harmonis antara:
a) Guru dan siswa dengan selalu membina komunikasi yang sehat
b) Madrasah dan masyarakat atau aparat pemerintah
c) Semua komponen yang ada dalam madrasah
13) Seorang guru harus selalu berusaha menyelaraskan dan meningkatkan
pengetahuannya
14) Cara berpakaian seorang guru harus mengindahkan nilai kesopanan
dan estetika
292
15) Hubungan antara guru dan atasan hendaknya selalu diarahkan pada
peningkatan mutu pelayanan pendidikan
16) Setiap guru harus bersikap toleran dalam setiap penyelesaian masalah
17) Selaku pendidik seorang guru harus dapat selalu menyadari dan
mencintai pekerjaannya
18) Selaku pendidik seorang guru harus bisa mencintai siswanya
sebagaimana ia menciantai anaknya
19) Seorang guru harus bisa menjadi dinamisator dan motivator
pendidikan masyarakat
20) Guru harus menjadi stabilitator perkembangan masyarakat
c . Larangan-larangan
1) Guru dilarang mengajar pada lembaga pendidikan lain kecuali atas
ijin kepala madrasah
DRAFT
2) Guru dilarang menjadi kepala madrasah/lembaga pendidikan lain
3) Guru dilarang mengadakan kegiatan ekstra kulikuler di lingkungan
Madrasah
4) Guru dilarang melakukan tindakan yang bertentangan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
d. Sanksi-sanksi
Seorang guru yang tidak bisa melaksanakan hal-hal sebagaimana dalam
ketentuan diatas dapat dikenakan sangsi sebagai berikut:
1) Teguran/peringatan lisan langsung dari kepala madrasah
2) Peringatan tertulis maksimum tiga kali
293
3) Hukuman administatif
4) Dipindahtugaskan ke tempat lain
5) Pemberitahuan sementara oleh yang berwenang
6) Pemberhentian dengan hormat
7) Pemberhentian dengan tidak hormat
8) Tindakan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
e. Kebijakan Kepala sekolah dalam bidang kepegawaian
1) Pendidikan dan latihan
2) Pendidikan dan pelatihan bertujuan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam rangka pengabdian
3) Setiap pegawai yang memenuhi syarat memperoleh kesempatan
mengikuti pendidikan dan pelatihan
4) Peraturan mengenai pendidikan dan latihan diatur dengan keputusan
DRAFT
pimpinan lembaga atas persetujuan Badan Pelaksana Harian
5) Kesejahteraan Pegawai
6) Kenaikan honor dengan memperhatikan anggaran.
(Dokumentasi tanggal 19 Agustus 2011)
Pembinaan siswa dan tata tertib siswa dilakukan pada saat pelaksanaan
upacara bendera dan melalui Bimbingan dan Konseling
Tata Tertib Siswa MA MINAT CILACAP :
a. Tugas dan Kewajiban
1) Kegiatan intra sekolah
Waktu pelajaran berlangsung:
294
Para siswa wajib datang ke madrasah sebelum pelajaran dimulai
Para siswa memasuki ruangan atau kelas dengan tertib dan teratur
Sebelum jam pertama dimulai para siswa memberi hormat kepada
bapak/Ibu guru
Pada saat akan dimulainya jam pelajaran pertama atau akan
berakhirnya jam terakhir para siswa berdoa lebih dahulu
Siswa yang datang terlambat wajib lapor kepada guru piket / wali
kelas/ BP/petugas kantor yang lainnya
Waktu tidak ada pelajaran
Waktu istirahat siswa harus berada diluar kelas
Pada jam bebas semua siswa tidak boleh meninggalkan lingkungan
madrasah
Pada saat guru bidang studi tidak hadir, ketua kelas harus lapor
DRAFT
kepada wali kelas/guru piket
Meninggalkan madrsah
Para siswa meninggalkan madrasah setelah selesainya jam pelajaran
berakhir
Para siswa diperkenankan meninggalkan madrasah sebelum jam
terarakhir selesai kalau mendapat ijin dari kepala madrasah
Para siswa diperkenankan meninggalkan madrasah kalau kepala
madrasah membubarkan kegiatan belajar mengajar lebih awal karena
ada kegiatan penting madrasah lainnya
2) Kegiatan Ekstrakurikuler
295
Setiap siswa MA MINAT CILACAP wajib menjadi anggota OSIS di
madrasahnya
Setiap siswa berhak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan
oleh madrasah
3) Kebersihan dan keindahan
Gedung madrasah, halaman dan peralatan
Setiap siswa wajib menjaga keindahan dan kebersihan madrasah
Setiap siswa wajib berusaha memperindah gedung madrasah dan
lingkungannya
Pakaian dan cara berdandan
Setiap siswa wajib berdandan sesuai dengan ketentuan
Setiap siswa memakai pakaian seragam yang ditentukan oleh
madrasah
DRAFT
Setiap siswa laki-laki tidak boleh berambut panjang
Setiap siswa wajib menjaga kerapihan pakaian dan rambutnya
Setiap siswa laki-laki tidak boleh memakai kalung, anting dan
sejenisnya
Upacara bendera
Setiap siswa wajib mengikuti upacara yang diadakan oleh madrasah
Setiap wajib mengikuti upacara yang diadakan bersama dengan
lembaga lain
Setiap siswa wajib menjaga ketertiban, kehikmatan dan kelancaran
upacara
296
Lain-lain
Setiap siswa wajib menjaga nama baik madrasah, baik di madrasah
maupun diluar madrasah
Setiap siswa dilarang membawa barang atau alat terlarang ke
madrasah (senjata tajam, narkotik, ganja, buku majalah dan gambar
porno, dan lainya)
Setiap siswa tidak dibenarkan membawa atau menghisap rokok di
madrasah
Setiap siswa tidak dibenarkan membuat kegaduhan atau melakukan
hal-hal yang bisa menggangu ketertiban dan ketenangan madrasah
4) Sanksi
Peraturan atau tata tertib baru bisa berjalan apabila sudah dilengkapi
dengan sangsi bagi setiap yang melanggar peraturan tersebut. Maka
DRAFT
dari itu tata tertib madrasah ini dilengkapi dengan sangsi-sangsi
adapun sangsi-sangsi itu adalah sebagai berikut:
a. Peringatan lisan oleh guru, wali kelas, BP, kesiswaan, Kepala
Madrasah secara langsung.
b.Peringatan tertulis kepada siswa dengan tebusan kepada wali siswa.
c. Peringatan tegas dengan keharusan membuat surat pernyataan
kesanggupan melaksanakn ketentuan yang ditetapkan oleh madrasah.
d.Pemanggilan orang tua wali untuk menentuak langkah-langkah
penanganan bersama.
e. Dipindahkan ke madrasah lain.
297
f. Dikembalikan kepada orang tua wali.
5) Pengaturan Mutasi Siswa
Mutasi siswa dilakukan dengan memberikan surat pindah disertai nilai
raport
6) Pengaturan lulusan/alumni
Standar nilai kelulusan mengacu pada Kemendiknas MA MINAT
CILACAP tahun 2009/2010 mencapai 90%, bagi yang tidak lulus
mengikuti kejar paket C. Alumni MA MINAT Cilacap sekitar 75 %
melanjutkan ke perguruan tinggi dan 25% ada yang masih tetap di
Pondok Pesantren ada yang keluar, untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi selanjutnya maka dilakukan pengarahan-pengarahan dari pihak
sekolah. Perguruan tinggi yang ditawarkan antara lain IAIIG, STAIN
Purwokerto, UIN Jogja dan lain-lain, atau dari Perguruan Tinggi
DRAFT
langsung yang menawarkan kepada siswa MA MINAT Cilacap. Pada
tahun 2009/2010 untuk prestasi umum ada dua anak yang
mendapatkan beasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Syarif
Hidayatulloh. Pada tahun 2008/2009 untuk prestasi agama ada emapt
anak yang mendapatkan beasiswa di Al Azhar Kairo Mesir.
7) Kegiatan Ekstrakurikuler
Pembinaan minat bakat terdiri dari hadrah, marawis, volly, karya tulis
remaja, olah raga, karate, pramuka dan guru mengarahkan masingmasing siswa sesuai dengan bakatnya. Kelas XII tidak ada
ekstrakurikuler tetapi diadakan pengayaan, kelas X dan XI diadakan
298
ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat para siswa. Jadwal
ekstrakurikuler diambil pada jam akhir pelajaran pada hari senin dan
selasa.
8) Kebijakan sekolah di bidang Kesiswaan
Aturan yang dibuat tidak lepas dari kebijakan sekolah. Sebagai contoh,
Setiap ada kegiatan keagamaan
diserahkan kepada siswa dari
pembuatan proposal sampai pembentukan panitia dengan tujuan agar
tumbuh kemandirian pada diri siswa, dalam hal ini guru sebagai
pembimbing saja.
(Dokumentasi tanggal 22 September 2011)
DRAFT
299
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
terhadap kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT
Cilacap maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di MA MINAT Cilacap mengacu
pada kurikulum berdimensi multikultural yaitu pada kurikulum Aqidah
akhlak, Al qu’an Hadis maupun pada fiqih. Konstruk keilmuan didukung
melalui stuktur kurikulum yang memuat nilai-nilai pendidikan multikultural.
Pada kurikulum Aqidah akhlak dimensi multikultural memuat materi
tentang aliran-aliran dalam ilmu kalam. Hal ini mengarahakan anak pada
pemahaman akan keragaman pemikiran dalam kalam. Sedangkan dalam
DRAFT
kurikulum Al qur’an Hadis terutama pada materi tentang ayat-ayat toleransi
dan etika pergaulan. Siswa diarahkan mengetahui dasar normatif tentang
toleransi dan etika dalam pergaulan. Kurikulum fiqih pada materi tentang
aliran mahzab dalam fiqih lebih banyak
mengarahkan anak dalam
memahami perbedaan pemikiran dalam fiqih. Kurikulum
pendidikan
agama Islam di MA MINAT Cilacap berdimensi multikultural memuat
pengakuan atas keragaman kultur, ras, dan sosial yang dikembangkan dan di
internalisasikan dalam pembelajaran.
2. Nilai-nilai multikultural yang dikembangkan dalam bahan ajar di MA
MINAT Cilacap adalah persamaan hak, adil, toleransi, persaudaraan, dan
355
etika pergaulan. Nilai-nilai tersebut adalah termuat dalam bahan ajar
Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang selanjutnya
dikembangkan
dalam
proses
pembelajaran.
Nilai-nilai
tersebut
dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar di MA MINAT Cilacap
selanjutnya didukung kultur madrasah yang adaptif dan responsif terhadap
pendidikan multikultural. Kultur madrasah turut membentuk sikap guru dan
siswa serta personel madrasah terhadap penerapan pendidikan multikultural.
Adapun nilai-nilai pendidikan multikultural yang terimplementasi pada
bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap.
3.Makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
MA MINAT Cilacap tidak lepas dari pengaruh yang dikembangkan
Institusi. MA MINAT Cilacap mengembangkan konsep tawazun
dan
mengedepankan tasamuh membawa konsep yang baik terhadap pendidikan
DRAFT
multikultural. Sedangkan siswa MA MINAT Cilacap memberi makna
multikultural antara lain tentang persamaan hak yang harus diberikan
lembaga pendidikan sebagai institusi sebagai tempat untuk melakukan
pemberdayaan siswa. Persamaan hak menjadi pondasi dasar dalam
meminimalisasi konflik yang berkembang dalam masyarakat. Pemberdayaan
siswa MA MINAT Cilacap pada sikap persamaan hak memberikan nilai
positif pada pembentukan perilaku yang lebih responsif multikultural.
Makna persamaan hak menurut siswa adalah jika tidak ada perbedaan hak
antara siswa yang berasal dari berbagai daerah maka perolehan hak antara
siswa menjadi setara.
356
4. Sikap guru MA MINAT Cilacap terbuka terhadap keberagaman bahasa
dan budaya, serta menghargai karakter siswa dari beragam daerah. Sikap
tersebut didukung pemaknaan multikultural menurut guru dan siswa
tentang makna multikultural. Sikap siswa telah memiliki pemahaman
dan kompetensi kultural. Sikap siswa memberi makna adil yaitu
merupakan perlakuan yang sama antara ras. Sedangkan persaman hak
adalah penghargaan atas keragaman bahasa yang dimiliki oleh siswa.
5. Kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung implementasi pendidikan
multikultural adalah dapat dideskripsikan melalui pembiasaan: bahtsul
masail, silaturahmi, pembiasaan multilingual, berpeci dan berjilbab,
gedung madrasah menggunakan arsitektur Jawa dan Islam, makna logo
MA MINAT Cilacap memiliki nilai multikultural, tata aturan madrasah
memuat perlindungan pada hak-hak guru dan siswa. Makna logo MA
DRAFT
MINAT Cilacap dan tata aturan madrasah yang mengakomodasi
kesetaraan hak semua personel madrasah. Aspek-aspek di atas adalah
merupakan aspek yang mendukung kultur madrasah dalam implementasi
pendidikan multikultural dan hal ini didukung kultur Pesantren Al Ihya
Ulumudin. Dengan demikian, kultur yang mendukung tersebut juga
mempercepat sosialisasi dan adaptasi siswa yang berasal dari luar daerah
Jawa. Akhirnya, kultur MA MINAT Cilacap sangat mendukung dalam
implementasi pendidikan multikultural.
357
B.Implikasi
Implikasi yang diperoleh dari sisi kelembagaan menjadikan MA MINAT
Cilacap sebagai salah satu lembaga pendidikan di antara lembaga pendidikan
yang lain melakukan upaya pendidikan multikultural. Artinya MA MINAT
Cilacap memberikan kontribusi terhadap pengembangan sikap menghormati
kemajemukan dan meminimalisasi konflik sosial berdimensi agama.
Implikasi dalam wacana keilmuan terutama pendidikan multikultural, MA
MINAT Cilacap telah memetakan nilai-nilai pendidikan multikultural yang
dilakukan dengan pengembangan bahan
ajar sampai dengan menciptakan
kultur madrasah. Dengan demikian, pendidikan multikultural dalam perspektif
Islam merupakan anjuran bukan larangan. Hal ini terbukti banyak dasar
normatif Islam yang menyerukan humanisasi, demokratisasi dan keadilan.
Sedangkan dari sisi kebijakan, pendidikan multikultural yang dilakukan oleh
DRAFT
MA MINAT Cilacap menjadi salah satu wacana yang memperkaya keilmuan
dalam bidang pendidikan multikultural.
C.Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih berorientasi pada lima
dimensi pendidikan multikultural, sehingga lebih difokuskan pada identifikasi
nilai-nilai pendidikan multikultural yang dapat dikembang dalam pendidikan
Islam. Selanjutnya, peneliti melakukan deskripsi dan analisis tentang dimensi
multkultural dalam kurikulum, nilai multikultural dalam bahan ajar, makna
multikultural menurut guru dan siswa, sikap guru serta siswa, kultur madrasah
terhadap implementasi pendidikan multikultural.
358
Kajian dasar filosofis dalam perspektif Islam tentang pendidikan
multikultural belum banyak dilakukan. Hal tersebut jika dilakukan penelitian
akan memberikan justifikasi yang lebih kuat terhadap implementasi pendidikan
multikultural dengan dasar filosofis yang lebih Islami.
D.Saran
Berdasarkan simpulan penelitian dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Nilai-nilai multikultural yang telah dikembangkan di MA MINAT Cilacap
dapat dikembangkan menjadi satu kebijakan yang di tetapkan oleh yayasan
Ya Bakki terhadap implementasi pendidikan multikultural.
2. Diperlukan perangkat pendukung dan regulasi yang mengatur bagi
implementasi pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap.
3. Bagi MA MINAT Cilacap, implementasi pendidikan multikultural yang
DRAFT
telah dilakukan memberikan dampak positif bagi pemberdayaan siswa
maupun semua personel sekolah. Hal ini sekaligus menepis citra bahwa
madrasah khususnya , Islam pada umumnya lebih identik dengan jihad yang
berkonotasi kekerasan ataupun peperangan, sehingga MA MINAT Cilacap
perlu
meningkatkan
dan
melestarikan
implementasi
pendidikan
multikultural.
4. Kemenag sebagai sebuah lembaga yang menaugi madrasah perlu melakukan
intensitas pembinaan terutama pada karakteristik yang dimiliki oleh
madrasah swasta, antara lain tentang implementasi pendidikan multikultural.
359
5. Praktisi pendidikan terutama yang lebih menaruh perhatian terhadap
pendidikan multikultural dapat mengembangkan wacana, pemahaman dan
terori tentang pendidikan multikultural.
DRAFT
360
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. (2005). Idiologi pendidikan Islam paradigma humanisme teosentris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Alfaro, C. (2008). Global student teaching experiences: stories bridging cultural
and inter-cultural difference. Journal of Multicultural Education, 15, 4, 117127.
Almarza, D.J. (2005). Connecting multicultural education theories with practice: a
case study of an intervention course using the realistic approach in teacher
Education . Bilingual Research Journal, 29, 3,197-110.
Aly,A.(2011). Pendidikan islam multikultural di pesantren telaah terhadap
kurikulum pondok pesantren modern islam assalam surakarta. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arifin, N.Z. (2008). Gagasan dan rancangan pendidikan agama berwawasan
multikultural
di
sekolah
agama
dan
madrasah,
dalam
www.dirjen.kemenag.ri.or.id.
Arifin, S. & Barizi, A. (2001). Paradigma pendidikan berbasis pluralism dan
demokrasi: Rekonstruksi dan akulturasi tradisi ikhtilaf dalam islam.
Malang: UMM.
DRAFT
Awokoya, J.T., Clark, C. (2008). Demystifying cultural theories and practices:
Locating black immigrant experiences in teacher education research.
Journal Multicultural Education. 16, 2,205-211.
Azra, A. (2002). Paradigma baru pendidikan nasional: Rekonstruksi dan
demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Azwar, S. (2003). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan agama berwawasan multikultural. Jakarta:
Erlangga.
Banks, J.A. (2005). Multicultural education: Issues and perspective.(5 th ed.). New
York: JhonWiley & Sons, Inc.
__________.(1991). Curriculum planning and development.New York: Mc.GrawHill Book Company.
___________.(2007). Educating citizens in a multicultural society.(2 nd ed.) , New
York: Teacher college press.
361
Beairsto, Bruce, Carrigan, Tony. (2004). Imperatives and possibilites for
multicultural education. Journal of multicultural, 44, 2,302-318.
Binawah, A. (2004). Penyempitan kebebasan beragama. Yogyakarta: Majalah
Basis, Januari-Februari.
Bukhari. Shahih Bukhari. juz 23, al-maktabah al-syamilah.(...)
Bulls, R.A.L.(2004). Jihad ala pesantren di mata antropologi amerika.
Yogyakarta: Gama Media.
Burnet, G. (2007). Varieties of multicultural education: An introduction. New
York: Eric Publication.
Chen,M. (2009). Seeking accurate cultural
Multicultural Education, 16, 3,120-131.
representation.
Journal
of
Chinaka, S.D., Nwachukwu. (2005). Standards-based planning and teaching in a
multicultural classroom [Versi Elektronik]. Journal of Multicultural
Education. San Francisco: 13, 1, 95-107.
Dhofier, Z. (2000). Revitalisasi peran pendidikan agama islam dalam
pengembangan masyarakat madani (dalam Ismail SM eds). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
DRAFT
Ekstrand,L.(1994). Multicultural education. J.Saha (ed). International
encyclopedia of the society of education. New York: Pergamon.
Gollnik, D.M.,Chin, P.C.(1983). Multicultural education in a pluralistic society.
London: The CV Mosby Company.
Hamdan, F. & Syarifudin. (2005). Titik tengkar pesantren: Resolusi konflik
masyarakat pesantren. Yogyakarta: Pilar Religia.
Hamim, T. (2000). Islam dan civil society (masyrakat madani): tinjauan tentang
prinsip human rights, pluralism, dan religious tolerance, dalam Pendidikan
islam, demokratisasi dan masyarakat madani (Ismail SM:ed). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hara, E. (2006). Pengalaman multikultural di berbagai negara. Majalah AlWasathiyyah,1, 12.
Huber,T.,Warring,Mitchell,L.Alagic & M.,Gibson, (2010). Multicultural/diversity
outcomes: assessing students' knowledge bases across programs in one
college of education1 [Versi Elektronik]. Journal of Thought. 5, 451-468.
362
Ilyas,Y. (2000). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UMY.
Keith, J., Mancera, B.M., Mendoza, M.V. (2006). Comprehensive multicultural
education: theory and practice. Journal Multicultural Education, 14,1,851860.
Kerlinger, F. N. (1996). Asas-asas penelitian behavioral: (Edisi ke-3).
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Laduke, A.E. (2009). Resistance and renegotiation: preservice teacher interactions
with and reactions to multicultural education course content[Versi
Elektronik]. Journal Of Multicultural Education, 16, 3,343-357.
Latif, Y. (2005). Intelegensia muslim dan kuasa: genealogi inteligensia muslim
indonesia abad ke-20. Bandung: Mizan.
Liggett, T., Finley,S. (2009). Upsetting the apple cart: issues of diversity in
preservice teacher education. Journal Multicultural Education, 16, 4,251270.
Lynch,J.(1986). Multicultural: Principle and practice. London: Routledge &
Kegan Paul.
Ma’arif, S . (2006, November). Islam dan pendidikan pluralisme, (menampilkan
wajah islam toleran melalui kurikulum pai berbasis kemajemukan), makalah
disampaikan dalam annual conference kajian islam di Lembang Bandung.
DRAFT
Mahfud, C.(2006). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Marzuki dkk.(2010). Tipologi perubahan dan model pendidikan multikultural
pesantren salaf. http//staff.uny.ac.id, 12 Januari 2014 14:20 WIB.
Mas’ud, A. (2004). Format baru pola pendidikan keagamaan pada masyarakat
multikultural dalam perspektif sisdiknas. Dalam Muamar Ramadhan &
Hardinal (ed.), Antologi studi agama dan pendidikan. Semarang: CV Aneka
ilmu.
Miles, M.B., Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Alih Bahasa
Rohidi,T.R.Jakarta: UI Press.
Moleong, L.J. (2000). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muhammad, H. (2005). Makalah refleksi bersama empat agama dan gerakan
sosial dan pluralisme. Diselenggarakan oleh The wahid institute pp al
urwatul wusqa.
363
Nafi, D. (2007). Praksis pendidikan pesantren. Yogyakarta: LKiS.
Parsudi, S. (2002). Menuju masyarakat indonesia yang multikultural, simposium
internasional bali. Jurnal Antropologi Indonesia, 16-21.
Rosyada, D. (2002). Paradigma pendidikan demokratis: sebuah pelibatan
masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan : Jakarta: Media.
Pranowo, B. (1988). Stereotip etnik, asimilasi, integrasi sosial. Jakarta: Pustaka
Grafika Kita.
Savage, T.V. Armstrong, D.G. (1996). Effective teaching in elementary sosial
studies, Columbus: Prentice Hall.
Sheets, R.H., Fong, A. (2010). Multicultural education: teacher conceptualization
and approach to implementation [Versi Elektronik]. Journal Multicultural
Education.
Shihab, M,Q. (2002). Tafsir al-misbah, pesan, kesan dan keserasian al-qur’an,
Vol 15. Jakarta: Lentera Hati.
___________.(1999). Islami inklusif, menuju sikap terbuka dalam beragama,
Bandung: Mizan.
Smith, E.B. (2009). Approaches to multicultural education in preservice teacher
education: philosophical frameworks and models for teaching [Versi
Elektronik]. Journal Multicultural Education, 16, 3,512-530.
DRAFT
Smith, M.K.(2002). Curriculum theory and practice. London: Routledge.
Spradley, J.P.(2006). Metode Etnografi. ( Terjemahan Misbah Zulfa Elizabeth).
Sacramento:Wadsworth Publishing Company. (Buku asli diterbitkan tahun
1972).
Sudjangi.(1993). Pengembangan dan inovasi kurikulum. Jakarta: BP2A Depag RI.
Thoyibi dkk.(2006). Dimensi multikulturalisme dalam ceramah keagamaan di
surakarta. Surakarta: PSB-PS.UMS.
Tilaar,H.A.R.(2002). Pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia:
Strategi reformasi pendidikan pendidikan nasioanal. Bandung. Rosda Karya
Truna, D.S.(2010). Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme:
Telaah kritis atas muatan pendidikan multikulturalisme dalam buku ajar
364
pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum di Indonesia: Jakarta:
Kemenag RI.
Tonda (2009). Upsetting the apple cart:issues of diversity in preservice teacher
education. Journal of multicultural, 44, 2,302-318.
Wong, P. (2008). Transactions, transformation and transcendence: multicultural
service-learning experience of preservice teachers. Journal of Multicultural
Education, 16, 126-139.
Yakin, A. (2005). Pendidikan multikultural cross cultural understanding untuk
demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
Yana, S. (2004). Multikultural dan agenda kemanusiaan, Waspada Online, 22
Mei 2004 15:54 WIB.
Zamroni. (2010). A conception frame-work of multicultural education.
Yoyakarta:PPs
____________.The implementation of multicultural education.Yogyakarta:PPs
_____________.
Multikultural
practice.Yogyakarta: PPs
education:
Phylosophy,
DRAFT
365
policy
and
Download