BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang menarik perhatian publik pada seperti maraknya tindak kekerasan berbasis agama, ataupun yang mengatasnamakan gerakan agama. Tindakan penentangan terhadap negara menjadi perhatian serius. Selanjutnya muncul gerakan-gerakan separatis yang juga turut dipicu oleh perilaku penganut umat beragama. Fenomena tersebut menjadikan citra Indonesia sebagai negara dengan sebutan multikultural semakin tereduksi. Implikasi pemahanan atas normatif agama yang sepihak akan memunculkan semangat sektarian dan memiliki kecenderungan untuk membenarkan satu pemahaman tertentu atas tafsir agama dan menutup kebenaran tafsir agama yang dilakukan oleh kelompok lain. DRAFT Keadaan di atas menjadi semakin kompleks yang ditambah munculnya pertikaian antaretnik maupun ras juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap tereduksinya nasionalisme Indonesia yang didirikan atas bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Degradasi nilai-nilai multikultural dari perspektif agama maupun ras, etnik dan suku, menjadi sebuah masalah bersama bangsa Indonesia dan masalah kemanusiaan pada umumnya. Upaya untuk meminimalisasi degradasi tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai multikultural, seperti tidak membedakan antarras, suku maupun etnik serta penafsiran agama yang ramah terhadap nilai kemanusiaan. 1 Nasionalisme yang telah dibangun oleh bangsa Indonesia menjadi semangat kehidupan multikultur. Pengakuan atas nilai-nilai kedaerahan dalam bingkai “Bhinneka Tunggal Ika” berbeda-beda tetap satu juga, menjadi semangat membangun kebersamaan dan kesatuaan bangsa atas realita multikultural yang dihadapi Indonesia, sehingga memunculkan nasionalisme yang tinggi, bukan semangat kedaerahan. Penguatan nilai-nilai multikultural akan menjadi perekat kebangsaan atas dasar keanekaragaman budaya. Keragaman budaya sebagai elemen dasar yang membangun kehidupan multikultural sebaiknya dieksplorasi melalui nilai-nilai luhur budaya lokal yang dapat diterapkan menjadikan nilai universal, nilai-nilai kemanusiaan, dan pengakuan multikultur. Keluhuran nilai-nilai kearifan lokal juga menjadi faktor perekat kebangsaan, sebaliknya semangat menonjolkan nilai perbedaan dapat DRAFT menumbuhkan separatisme. Nilai gotong-royong sebagai salah satu kearifan lokal menjadi pilar kebersamaan dalam bernegara. Hal di atas sesuai dengan kultur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki keakaragaman bahasa, budaya, dan suku bangsa. Satu hal yang mutlak perlu dibangun Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan latar belakang masyarakat multikultural adalah penguatan nilai-nilai multikultural, sehingga ancaman disintegrasi bangsa semakin dapat diminimalisasi. Penguatan tehadap nilai-nilai kedaerahan dapat menjadikan faktor dominan dalam memperkokoh semangat nasionalisme dengan tetap 2 menjunjung perbedaan dalam multikultural. Nilai kemanusian dan keberagaman kultur juga sangat didukung oleh nilai-nilai agama. Penafsiran agama yang benar dalam perspektif agama tetap mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan perbedaan termasuk dalam multikultur. Norma agama tidak akan membunuh perbedaan yang ada, bahkan dalam Islam perbedaan menjadi rahmat. Islam datang sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Pemaknaan dari pernyataan tersebut tidak hanya dalam konteks teologis tetapi dalam realitas kehidupan sosial budaya. Islam hadir untuk memakmurkan bumi dengan segala realitas perbedaan yang sangat kompleks. Kewajiban seorang muslim menjadi penebar perdamaian sebagimana yang telah diserukan dalam QS al-Nisa: 114: Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikanbisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. DRAFT Seruan damai dan harmonisasi dalam realitas kehidupan multikultural juga diperkuat dalam normatif Islam. Seorang muslim penting untuk melakukan relasi sosial tanpa tersekat oleh ragam budaya maupun keyakinan sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Hujurat: 13 menyebutkan: Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 3 Ayat tersebut memberikan implikasi bahwa perbedaan dalam Islam termasuk perbedaan dalam kultur menjadi satu keniscayaan dan tidak bisa dihindarkan. Islam datang sebagai agama yang dapat mengayomi semua golongan yang berbeda telah ada sejak Islam lahir. Islam mengajarkan kemaslahatan dan mengajarkan kesejahteraan untuk semua umat manusia, sehingga Islam menjadi sebuah agama yang bersifat demokratis atas semua perbedaan yang ada. Islam datang dalam lingkungan yang multikultural. Nabi Muhammad banyak bersentuhan dengan kultur Mekkah yang saat itu kental dengan agama dinamisme yang dipeluk oleh kaum Yahudi, sehingga Islam mengajak umat atas dasar kesadaran bukan atas paksaan dalam menganut Islam. Pengakuan yang tinggi atas perbedaan dalam Islam menjadikan penyebaran Islam didasarkan atas kebebasan bukan pada paksaan. Islam menjadi agama yang DRAFT menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di saat kultur mekkah yang penuh dominasi kekuasaan pada masa jahiliyah. Islam menjadi besar dengan ditopang kebebasan untuk memeluk Islam. Justifikasi Q.S. al-Kafirun: 6 menyebutkan ; yang bermakna ”bagimu agamamu dan bagiku agamaku ” dalam arti yang lebih luas Islam lahir sangat menjunjung kebebasan dalam beragama, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan universalitas serta perbedaan, sehingga Islam sebagai sebuah agama sangat menjunjung nilai-nilai perbedaan dalam kehidupan multikultur. Satu fakta sejarah ketika Islam ditegakkan dalam pilar negara yang sangat mengakomodasi kepentingan semua elemen masyarakat 4 yaitu ketika Nabi Muhammad saw berhasil memberlakukan Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah sebuah aturan bernegara terdiri dari 47 klausul untuk melindungi dan menghormati kepentingan berbagai suku dan golongan antara orang Islam dan orang Yahudi serta merupakan perjanjian damai di antara kedua kaum. (diolah dari Akram Dhiyanudin Umati dalam H.A.R.Tilaar, 1999:241). Hak-hak di antara mereka selalu dilindungi sehingga tidak ada sedikit pun pemaksaan terhadap kepengikutan Islam. Hal ini menjadikan Islam sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi nilai perbedaan. Nilai-nilai universalitas, kemanusiaan, dan pengakuan perbedaan dalam kerangka multikultur menjadi ruh dalam kehidupan Islam. Hal ini juga dipertegas dengan sebuah hadis yang menyatakan: ﺎن َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ھُ َﺸ ْﯿ ٌﻢ أَ ْﺧﺒَ َﺮﻧَﺎ ُﻋﺒَ ْﯿ ُﺪ َ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑ ُْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﺮ ِﱠﺣ ِﯿﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ َﺳ ِﻌﯿ ُﺪ ﺑ ُْﻦ ُﺳﻠَ ْﯿ َﻤ -ﷲ ِ ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮ ُل ﱠ- رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ- ﺲ ِﱠ ٍ َﺲ َﻋ ْﻦ أَﻧ ٍ َﷲ ﺑ ُْﻦ أَ ِﺑﻰ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑ ِْﻦ أَﻧ DRAFT ْ ك ظَﺎ ِﻟ ًﻤﺎ أَ ْو َﻣ ﻓَﻘَﺎ َل َر ُﺟ ٌﻞ ﯾَﺎ. « ﻈﻠُﻮ ًﻣﺎ َ » ا ْﻧﺼُﺮْ أَﺧَﺎ- ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ْ ﺎن َﻣ ﺼ ُﺮهُ ﻗَﺎ َل ُ ْﻒ أَ ْﻧ ُ ﷲ أَ ْﻧ َ ﺎن ظَﺎﻟِ ًﻤﺎ َﻛﯿ َ أَﻓَ َﺮأَﯾْﺖَ ِإ َذا َﻛ، ﻈﻠُﻮ ًﻣﺎ َ ﺼ ُﺮهُ ِإ َذا َﻛ َ َرﺳ ِ ُﻮل ﱠ » ﺗَﺤْ ُﺠ ُﺰهُ أَ ْو ﺗَ ْﻤﻨَ ُﻌﮫُ ِﻣ َﻦ ﱡ . « ُﻚ ﻧَﺼْ ُﺮه َ ِ ﻓَﺈِ ﱠن َذﻟ، اﻟﻈ ْﻠ ِﻢ Artinya: Tolonglah saudaramu, baik ia berlaku aniaya maupun teraniaya. Seorang sahabat bertanya, wahai Rasulullah kami pasti akan menolongnya jika ia teraniaya, akan tetapi bagaimana kami menolongnya jika ia berlaku aniaya?, Nabi menjawab: halangi dan cegahlah dia agar tidak berbuat aniaya. Yang demikian itulah pertolongan baginya. (HR. Bukhari melalui sahabat Anas r.a.). (Shahih al- Bukhari, juz 23, hlm. 66 al-maktabah alsyamilah) Perlakuan yang sama terhadap berbagai perbedaan serta menjalin hubungan kemanusiaan yang baik merupakan bagian pesan hadis di atas, sehingga menghilangkan sekat dalam menjalin hubungan sosial merupakan 5 bagian yang harus ditegakkan. Konskuensinya perbedaan menjadi sebuah keniscayaan terjadi atas kehendak sang Khalik (pencipta), sehingga upaya dalam pembentukan sikap untuk menghormati perbedaan dan tindakan keadilan tersebut dapat dilakukan dengan menjadikan nilai agama dan nilai luhur budaya menjadi komponen pembentukan akhlak penghargaan atas perbedaan dalam multikultur. Implementasi dan nilai penghargaan terhadap multikultur dapat ditransfer dan diaktualisasikan dalam realitas sosial dan budaya yang beragam. Kemajemukan ras, etnik, kultur, agama, bahasa maupun keragaman pemahaman intern umat Islam menjadi potensi konflik dan sekaligus dapat menjadi daya dukung terhadap potensi yang dimiiliki suatu bangsa. Problem kemajemukan mahzab intern umat Islam juga menjadi sumber potensial konflik dan rawan terjadi perpecahan umat Islam. Sehingga pendidikan DRAFT multikultural penting ditanamkan pada siswa. Keragaman mahzab dalam fiqih dan persoalan-persoalan khilafiyah sering menjadi perdebatan intern umat Islam dan sering berujung pada perpecahan. Pendidikan menjadi sebuah lembaga yang dapat dijadikan mediasi dalam melerai konflik intern umat Islam terhadap perbedaan madzhab. Pendidikan dapat melakukan transfer nilai-nilai multikultural dalam mengarahkan siswa untuk menghargai keragaman. Pendidikan menjadi sebuah lembaga yang dapat melakukan perekat nasionalisme melalui transfer akhlak yang menghargai perbedaan kultural, melalui pendidikan aktivitas transfer ilmu dan transfer akhlak menjadi sangat mungkin. Penghargaan terhadap nilai 6 universalitas, keberagaman, kemanusiaan, dan perbedaan merupakan bagian penting dalam pembentukan akhlak, sehingga pendidikan tidak berorientasi pada ilmu (scientific oriented) saja, tetapi juga harus berorientasi pada nilai (values oriented). Munculnya tindak penekanan oleh golongan tertentu terhadap golongan lain dari latar belakang agama menjadikan disharmoni dalam keberagamaan keberbangsaan, sehingga Pendidikan Agama Islam memiliki tangung jawab besar terhadap penyampaian nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu bagian penting dalam subsistem pendidikan nasional yang dapat mentransfer nilai-nilai akhlak dalam penghargaan terhadap multi pespektif beberapa madzhab. Nilai-nilai Islam yang bersifat humanis dapat diimplementasikan dalam aktivitas pendidikan. Upaya mengeksplorasi nilainilai Islam yang bersifat humanis perlu dilakukan dalam aktivitas Pendidikan Agama Islam untuk menemukan kejelasan dasar filosofis pendidikan DRAFT multikultur. Kajian secara mendalam terhadap dasar filosofis tersebut selanjutnya diperlukan Pendidikan Agama Islam yang berperspektif multikultural. Pendidikan Agama Islam dari sisi materi maupun tujuan yang akan dicapai dapat berorientasi pada pendidikan multikultural. Tujuan Pendidikan Agama Islam mengarahkan siswa pada penguasaan materi maupun pembentukan kepribadian melalui pencapaian aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Aspek kognitif dapat dilakukan dengan menyampaikan nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam dengan didukung perangkat kurikulum yang berperspektif multikultural. Aspek afektif dapat 7 diupayakan melalui pembentukan kultur madrasah berperspektif pendidikan multikultural. Kesadaran terhadap arti penting aspek afektif akan menjadikan terbentuknya akhlak yang baik. Aspek psikomotorik dapat dilakukan dengan aksi yang memiliki kompetensi kultural yaitu penghargaan atas kemajemukan yang dapat diterapkan melalui sikap personel madrasah yang dapat mengakomodasi terhadap pendidikan multikultural. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dapat berfungsi menjadi dasar pembentukan alakhlaqul karimah yaitu akhlak yang mulia di antaranya toleransi, adil, demokrasi dan menghormati perbedaan. Ajaran akhlak mulia yang digali nilainilai agama Islam selaras dengan nialai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan multikultural. Pendidikan Agama Islam dapat mengeksplorasi nilai-nilai agama yang memberi kontribusi positif demi terbentuknya akhlak karimah. Pendidikan DRAFT Agama Islam memiliki makna jika dapat membangun siswa pada pemahaman ajaran agama secara utuh dan menghasilkan output pendidikan yang memiliki akhlak mulia. Pengintegrasian pembentukan akhlak mulia membutuhkan desain kurikulum. Pembentukan akhlak mulia yang menghargai perbedaan dalam kalangan remaja menjadi urgen, karena pertumbuhan remaja sangat labil dari sisi kematangan fisik maupun psikisnya, terlebih remaja seusia siswa Madrasah Aliyah. Masa remaja belum menemukan jati diri sehingga remaja lebih memilih sikap meniru dan mencoba yang terkadang tanpa didasari pertimbangan yang matang. Masa remaja merupakan transisi perkembangan kejiwaan dari remaja menjadi dewasa. Perkembangan masa remaja sangat 8 menentukan bagi pola pikir ketika masa dewasa. Dengan demikian, pendididkan berbasis multikultural yang dilakukan pada Madrasah Aliyah sangat membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir yang lebih dewasa. Kurikulum Pendidikan Agama Islam banyak memiliki muatan aspekaspek humanisasi yang menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi keanekaragaman budaya maupun etnis serta menganjurkan kebebasan atas keyakinan dalam beragama. Namun, dalam dataran empiris masih banyak sikap ekslusifisme beragama karena kemungkinkan disebabkan faktor pelaksana baik pihak guru maupun pihak pengelola sekolah yang kurang memahami pendidikan multikultural. Produk Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh perangkat kurikulum yang turut membentuk hasil pendidikan. Tampilan akhlak dan kematangan sangat dipengaruhi adanya isi kurikulum. Isi kurikulum akan memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap pembentukan akhlak bangsa, DRAFT terlebih remaja seusia siswa Madrasah Aliyah yang merupakan usia peralihan dari remaja menuju dewasa. Usia tersebut dapat dibentuk melalui penanaman nilai religius maupun nilai-nilai kebangsaan sehingga akan menghasilkan sosok yang toleran terhadap perbedaan dan memiliki penguatan dalam bidang keagamaan. Akhirnya tujuan Pendidikan Agama Islam dapat menghasilkan siswa yang sadar terhadap kearifan, humanis, dan toleran terhadap keberagaman. Hal tersebut juga dapat ditunjang dengan materi Pendidikan Agama Islam. Materi Pendidikan Agama Islam banyak diwarnai oleh penguatan aspek kognitif melalui penguasaan normatif, seperti penguasaan Fiqih, Al quran 9 hadis, sejarah kebudayan Islam. Pendidikan Fiqih dan Al quran hadis merupakan unsur pokok dalam Pendidikan Agama Islam. Pendidikan sejarah merupakan unsur penunjang dalam pembentukan kearifan siswa setelah memahami fakta sejarah, aspek aqidah akhlak mendapat penguatan dalam pembentukan akhlak. Aspek pengukuran akhlak perlu banyak dilakukan dalam Pendidikan Agama Islam. Penilaian akhlak mulia pada Pendidikan Agama Islam berorientasi pada penilaian domain kognitif dan perlu dilakukan penilaian akhlak mulia, sehingga orientasi pendidikan pada aspek akhlak dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam peran pembentukan akhlak siswa. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pendidikan yang turut membentuk akhlak siswa yaitu dengan tujuan menjadi siswa yang beriman dan bertaqwa. Artinya Pendidikan Agama Islam menjadikan orang shalih. DRAFT Shalih lebih banyak dimaknai merupakan usaha mengarahkan siswa untuk dapat lebih inten terhadap hubungan dengan sang Khalik (hablun min Allah) maupun harmonisasi hubungan sesama manusia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam lebih dioptimalkan pada penguasaan materi pelajaran Fiqih maupun Al quran hadis sebagai upaya memenuhi tujuan tersebut diatas. Akhirnya tercapai kesalihan hubungan sebagai seorang hamba pada sang khalik dan kesalihan sosial (hablun min an nas) yaitu harmonisasi hubungan sesama manusia. Kesalihan sosial merupakan bagian utuh dalam pembentukan akhlak siswa yang dapat diupayakan melalui eksplorasi terhadap semua komponen 10 Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada nilai-nilai kesalihan sosial sceperti: pendidikan Fiqih sosial, maupun mengajarkan materi pelajaran Al quran hadis yang banyak menjunjung nilai-nilai sosial. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam juga berorientasi pada penguasaan bahan ajar serta berorientasi pada pembentukan pemahaman dan kesadaran pada penghargaan atas keragaman perbedaan madzhab intern umat Islam, ras, etik, budaya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah-satu aspek penting sebagai pembentukan akhlak, memiliki konsep pendidikan yang lebih mengarah pada pembentukan akhlak siswa pada penghargaan keanekaragaman. Pendidikan Agama Islam selain berorientasi pada normatif agama juga banyak menyentuh aspek pengembangan siswa untuk menghargai kemanusiaan. Dari sisi kurikulum, rumpun Pendidikan Agama Islam banyak memuat dimensi-dimensi multikultural dalam bahan ajar yang berorintasi pada pembentukan kesalihan DRAFT pribadi maupun menyentuh kesalihan sosial. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan eksplorasi tentang Pendidikan Agama Islam pada umumnya dan khususnya di madrasah aliyah Islamiyah Nahdlatutthullab (selanjutnya disebut MA MINAT Cilacap) dari tinjauan multikultural. Pendidikan agama Islam berperspektif multikultural dilakukan untuk membentuk akhlak dan kesalihan sosial yang responsif terhadap kemajemukan, perbedaan bahasa dan kultur. Dengan demikian, output Pendidikan Agama Islam akan memiliki dua bentuk kesalihan tersebut yang pada akhirnya bentuk-bentuk deskriminasi antar pemahaman agama intern 11 umat Islam dan kekerasan yang mengatasnamakan agama tidak akan terjadi. Perbedaan dan kondisis multikultural dihadapi oleh MA MINAT Cilacap. Semula siswa MA MINAT Cilacap lebih didominasi oleh ikatan emosional dan ideologis kepesantrenan. Perspektif masyarakat mengalami perubahan tentang MA MINAT Cilacap bahwa kualitas madrasah menjadi pertimbangan di samping menyekolahkan siswanya. ikatan emosional dan ideologis Kondisi tersebut juga dipengaruhi dalam adanya peningkatan orientasi dalam sistem manajemen kurikulum MA MINAT Cilacap. Pembaruan kurikulum MA MINAT Cilacap dilakukan dengan memadukan muatan lokal dan kompetensi kultural. Jika ditinjau dari rintisan awalnya yakni tahun 1952, MA MINAT Cilacap merupakan upaya pengembangan sistem di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin Cilacap. Model pembelajaran bandongan di ponpes tersebut kemudian dikembangkan DRAFT menjadi beberapa model, termasuk diantaranya sistem klasikal. Namun dalam perkembangannya, madrasah ini kemudian mengadopsi kurikulum Kementrian Agama, dengan tetap mengembangkan kurikulum lokal yang bersifat eksklusif. Kondisi MA MINAT Cilacap memiliki keragaman siswa dari sisi pemahaman dan aliran madzhab yang ada dalam diri siswa, kultur, bahasa dan etnis. Hal ini membawa konsekuensi bahwa latar belakang siswa sangat heterogen. Dengan demikian MA MINAT Cilacap menghadapi problem multikultural yang perlu diselesaikan melalui proses Pendidikan Agama Islam. Secara ringkas MA MINAT Cilacap memiliki karakteristik antara lain: 12 1.MA MINAT Cilacap merupakan madrasah yang menggunakan perpaduan kurikulum, yakni antara kurikulum Kemenag dan kurikulum muatan lokal. MA MINAT Cilacap sebagai madrasah yang berbasis pesantren dengan kondisi siswa yang sangat heterogen dalam amalan amaliyah siswa, kultur maupun bahasa. Hal tersebut menjadi problematika akademik yang dihadapi MA MINAT Cilacap, sehingga kurikulum muatan lokal yang dirancang dapat diotientasikan pada penghargaan dimensi multikultur pada pengembangan keislaman dengan penggunaan kitab-kitab klasik sebagai kajian dan literatur utama. Nilai-nilai multikultural di MA MINAT Cilacap ditopang dari kebijakan yayasan YaBakii yang menganjurkan penghargaan atas keragaman. 2.Siswa MA MINAT Cilacap terdiri dari 80 % berada di pondok-pondok pesantren yang berada di wilayah Kecamatan Kesugihan Cilacap. Asal daerah siswa MA MINAT beragam, yakni dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah, DRAFT sebagian lagi dari propinsi lain yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Medan, Kalimantan, Papua sehingga siswa MA MINAT Cilacap berasal dari berbagai kultur yang tinggal di asrama ponpes Al Ihya Ulumuddin Kesugihan Cilacap. Siswa yang berasal dari luar Jawa sekitar 30 %. Komposisi latar belakang siswa yang beragam membawa pola pergaulan siswa turut terbentuk dari keragaman yang dimiliki. Pola pemahaman aliran-aliran dalam Islam, amaliyah ibadah, serta bentuk-bentuk khilafiyah dalam ibadah mennjadi beragam, hal ini sangat dibutuhkan pendidikan yang dapat menghargai keragaman. 13 3.Problem multikultural yang dihadapi MA MINAT Cilacap membawa pada pembentukan kultur MA MINAT Cilacap yang saling berkontribusi antara berbagai aspek pendukung. Pesantren Al Ihya ulumudin sebagai jalur pendidikan formal yang dimiliki oleh yayasan YaBakii turut memberikan kontribusi dalam pengembangan nilai-nilai multiultural. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pengasuh pesantren turut membentuk kultur MA MINAT Cilacap dalam multikultural. 4.Konsekuensinya di MA MINAT Cilacap kondisi multikultural akan membentuk perubahan sikap dan cara berpikir inklusif bersifat terbuka terhadap beberapa aliran yang memberikan penghargaan atas hormonisasi relasi sosial, demokrasi dan toleransi. Berdasarkan studi pendahuluan diatas dan pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di MA MINAT menggunakan sistem klasikal DRAFT sekaligus diintegrasikan dengan kurikulum muatan lokal yang menyatu dengan pembelajaran pesantren. Internalisasi nilai-nilai multikultural menjadi sangat nampak, karena MA MINAT menyatu dengan komunitas pesantren Al Ihya Ulumudin yang melakukan kajian kitab-kitab salaf dan memadukan dengan model pesantren modern. Dari berbagai hal di atas MA MINAT Cilacap menjadi salah satu madrasah yang menjadi pionir tentang pendidikan berperspktif multikultural. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi madrasah yang multikutur yaitu dengan adanya siswa yang berasal dari luar daerah. Fenomena tersebut akan membawa konsekuensi pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam melakukan pendidikan berperspektif 14 multikulutral antara lain pada aspek: kurikulum, pembentukan kultur madrasah, sikap guru dan sikap siswa dalam implementasi pendidikan berperspektif multikultural. Aspek-aspek pendidikan multikultural tersebut di atas dalam perpsektif MA MINAT Cilacap menjadi permasalahan penting untuk diteliti. B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan pada Pendidikan Agama Islam pada jenjang madrasah aliyah yang urgen untuk dicari akar permasalahan dan solusinya. Permasalahan tersebut adalah: 1. Pendidikan Agama Islam pada umumnya dan di SLTA pada khususnya masih banyak berorientasi pada penguasaan materi belum kepada pembentukan akhlak. Ruang lingkup penyampaian materi Pendidikan Agama Islam masih banyak penekanan pada penyampaian normatif ajaran DRAFT Islam. Walaupun hal tersebut merupakan tujuan utama pada Pendidikan Agama Islam, aktivitas Pendidikan Agama Islam banyak berorientasi pada penguasaan materi sehingga pembentukan akhlak belum dioptimalisasikan. 2. Pendidikan Agama Islam kurang berimbang antara penguasaan materi dan sisi pembentukan akhlak siswa, sehingga memunculkan Pendidikan Agama Islam yang banyak berorentasi pada penguasaan keilmuan an sich belum mencapai sasaran membentuk akhlak siswa. Sentuhan pembentukan kesalikhan individu (salih secara personal hanya berorientasi hubungan Tuhan dan mahluk dengan mengesampingkan hubungan sesama manusia), 15 lebih dominan daripada pembentukan kesalikhan sosial (salih yang berimbang antara hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia). 3. Pendidikan Agama Islam belum sepenuhnya mengembangkan nilai-nilai pengembangan Akhlaq sehingga cenderung menghasilkan output yang lebih berorientasi pada penguasaan materi Pendidikan Agama Islam, bukan pada pembentukan kesalihan sosial yang dapat membentuk kearifan siswa atas keragaman budaya dan keragaman ideologi pemahaman teks agama. 4. Secara umum output Pendidikan Agama Islam belum menunjukkan hasil kearifan akhlak sehingga timbul anarkis. Munculnya berbagai ketimpangan sosial tidak dapat lepas dari pengaruh pendidikan sebagai salah satu faktor penyebab. Pendidikan Agama Islam banyak berorientasi DRAFT pada nilai-nilai yang bersumber pada Al qur’an dan Hadis sebagai faktor dominan yang dapat memberikan kontribusi pada pembentukan akhlak siswa. Dengan demikian orientasi Pendidikan Agama Islam lebih mengarah pada membentuk kesalihan sosial dengan didasari pada materimateri yang berdasarkan sumber Al qur’an Hadis yang telah dimuat dalam bahan ajar sehingga perlu kajian multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. 5. Pendidikan Agama Islam pada umumnya belum banyak mengeksplorasi nilai-nilai kemanusiaan secara universal. Orientasi Pendidikan Agama Islam lebih mengarah pada penguasaan materi Fiqih dan al quran Hadis 16 maupun sejarah kebudayaan Islam. Materi pembelajaran akhlak sebagai sebuah materi akan banyak membekali siswa pada pembentukan akhlak belum diberi penekanan secara optimal. Penyampaian materi Fiqih, al qur’an hadis maupun sejarah Pendidikan Agama Islam belum banyak dieksplorasi tentang nilai yang menghargai keragaman budaya maupun nilai-nilai kemanusiaan. Perlu menemukan Pendidikan Agama Islam yang berbasis pada pendidikan multikultural. 6. Praktik Pendidikan Agama Islam pada umumnya belum banyak mengarah pada pemahaman norma agama bahwa Islam bersifat rahmatan lil alamin. Artinya pembelajaran Pendidikan Agama Islam banyak membentuk penguasaan pemahaman keilmuan ke-Islaman dan belum mengarah pada pembentukan akhlak siswa untuk menghargai universalitas terhadap realitas keberagamaan agama dan penguatan nilai sosial. Sehingga perlu DRAFT menemukan pendidikan Islam yang dapat mengakomodir permasalahan tersebut. 7. Pendidikan Agama Islam pada umunya belum banyak mengangkat aspekaspek humanis. Pendidikan Agama Islam banyak mengurai nilai-nilai kebermaknaan personal belum mengarah pada nilai kebersamaan komunal, sehingga memunculkan sosok akhlak yang cenderung melakukan pembenaran doktrin aliran beragama tertentu secara absolut, sehingga sangat diperlukan bentuk Pendidikan Agama Islam yang lebih menghargai aspek-aspek humanis. 17 8. Pendidikan Agama Islam pada umumnya masih banyak berorientasi pada aspek kognitif dan psikomotorik, mengesampingkan afektif, sehingga nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan dalam bermasyarakat menjadi kurang diperhatikan. Pembentukan akhlak siswa menjadi memiliki wawasan sempit dalam pemahaman keberagaman budaya dengan demikian diperlukan format Pendidikan Agama Islam yang mengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kebenaran. 9. Desain Pendidikan Agama Islam secara umum belum optimal mengarah pada pembentukan akhlak. Desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam kurikulum yang lebih berorientasi pada komposisi yang kurang berimbang. Penguasaan materi masih bersifat dominan dibandingkan dengan pembentukan akhlak, sehingga perlu menemukan DRAFT Pendidikan Agama Islam yang mengarahkan siswa pada pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman budaya. 10. Kajian Pendidikan Agama Islam mengarah pada basis multikultural serta menjunjung tinggi nilai-nilai universalitas dan kemanusiaan. Pemahaman terhadap keanekaragaman budaya belum tercermin pada praktik Pendidikan Agama Islam. Basis Pendidikan Agama Islam hanya seputar pada materi yang bersifat domain kognitif, sehingga Pendidikan Agama Islam dengan berbasis multikultural perlu dikaji. 18 11. Format pendidikan di jenjang madrasah aliyah melakukan pendidikan berbasis multikultural menjadi model bagi pengembangan Pendidikan Agama Islam sebagai alternatif bagi pemahaman atas keragaman. C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian Rumpun Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah lebih banyak bertujuan pada pembentukan akhlaq peserta didik untuk dapat mengamalkan norma agama Islam dan menjadikan siswa yang memiliki akhlakul karimah. Rumpun Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu bagian dalam membentuk manusia yang memiliki ketaatan kepada Tuhan yang maha esa sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Tujuan tersebut diaktualisasiakan dalam kurikulum. Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu perangkat pendidikan menenkankan pada isi materi tentang pembentukan akhlak. Isi DRAFT kurikulum Pendidikan Agama Islam juga berorientasi pada materi pembentukan akhlaq siswa. Kurikulum Pendidikan Agama Islam tidak hanya memiliki orientasi pada penguasaan materi ataupun knowledge oriented, tetapi juga berorientasi pada pembentukan akhlak. Dengan demikian, penelitian ini lebih di fokuskan pada tinjauan multikultural dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang menjunjung tinggi nilai-nilai universalitas serta pemahaman terhadap keanekaragaman budaya. Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah: tentang proses pendidikan agama Islam di MA MINAT Cilacap, nilai-nilai multikultural yang dikembangkan, dan kultur MA MINAT Cilacap. 19 Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang dimaksud adalah rumpun Pendidikan Agama Islam di jenjang madrasah aliyah yaitu meliputi bidang studi pendidikan: Al qur’an hadis, Aqidah Aklak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. D. Rumusan Masalah Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam perspektif multikultural tidak lepas dari berbagai aspek yaitu perangkat kurikulum, nilainilai multikultural dan kultur madrasah yang turut mendukung implementasi pendidikan multikultural, maka terkait dari pembatasan masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap ditinjau dari perspektif multikultural? 2. Bagaimanakah nilai-nilai multikultural yang dikembangkan DRAFT dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap? 3. Bagaimanakah sikap guru Pendidikan Agama Islam dan siswa MA MINAT Cilacap dalam implementasi pendidikan multikultural? 4. Bagaimanakah kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung pendidikan multikultural? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan sebagai berikut: 1. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam perspektif multikultural. 20 2. Nilai-nilai multikultural yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. 3. Sikap guru dan siswa MA MINAT Cilacap terhadap pendidikan multikultural. 4. Kultur MA MINAT Cilacap dalam Pendidikan Agama Islam berperspektif multikultural. F. Manfaat Penelitian Penelitian diupayakan untuk dapat memberi kontribusi yang bermakna terhadap perbaikan mutu Pendidikan Agama Islam yang memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap keragaman ras, budaya, agama maupun keragaman berpikir termasuk keragaman berpikir dalam bidang interpretasi norma agama Islam. Secara garis besar manfaat penelitian ini dibedakan menjadi empat manfaat utama yaitu: DRAFT 1. Manfaat praktis Kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memberi kontribusi yang dominan bagi peningkatan efektivitas Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap pada khususnya dan Pendidikan Agama Islam pada umumnya. 2. Manfaat teoritis Manfaat teoritis akan memberikan dasar kajian teoritik tentang pendidikan mutilkutural. Kajian teoritik yang dibentuk akan memberikan wacana yang lebih luas bagi para praktisi dan pemerhati Pendidikan Agama Islam tentang pendidikan multikultural. 21 3. Panduan bagi Praktisi pendidikan Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural dapat dijadikan pedoman pengajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam. 4. Dasar pengambilan kebijakan Penelitian ini memberikan alternatif dasar pijakan bagi kemenag untuk melalukan kebijakan peningkatan Pendidikan Agama Islam terkait dengan pendidikan multikultural. Penelitian ini juga diorientasikan sebagai dasar pijakan bagi Kemenag bagi upaya pengembangan pendidikan multikultural pada jenjang madrasah, sekaligus sebagai dasar pijakan bagi para peneliti berikutnya terkait dengan pendidikan multikultural. DRAFT 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Pendidikan mengedepankan multikultural kesetaraan, merupakan sebuah keadilan, demokrasi wacana maupun yang nilai-nilai humanisasi. Dimensi-dimensi pendidikan multikultural menjadi aspek yang urgen untuk dicari kejelasan dasar teoritiknya yang masih multiperspektif. Pendidikan multikultural jika ditinjau dari sisi agama menjadi terkait paling utama adalah tentang dasar normatif. Pendidikan Agama Islam dalam lingkup yang lebih sempit, yakni pada aspek isi materi, sangat relevan dengan pendidikan multikultural. Islam sebagai dasar normatif Pendidikan Agama Islam banyak memuat tentang persamaan hak dan kesetaraan serta ajaran-ajaran tentang kemanusian. Fokus kajian teori di bawah ini akan DRAFT memperbincangkan pendidikan multikultural dan Pendidikan Agama Islam. 1. Pendidikan Multikultural Konsep awal pendidikan multikultural merupakan aksi menentang hegemoni kultur dominan (kulit putih) terhadap kultur minor (kulit hitam) yang ada di Amerika Serikat. Selama beberapa dekade kultur minoritas (kulit hitam) telah diperlakukan dengan deskriminatif. (Truna, 90: 2010). Wacana kesetaraan hak atas kemanusiaan menjadi sebuah gerakan pendidikan multikultural yang mendasarkan pada prinsip keadilan dan kesetaraan. Jones dalam Zamroni (2010:17) menyatakan: The basic principles of multicultural education offer a way to weave in the : zeals of citizenship. Specifically, there are three reasons why 23 multicultural education should be used to teach citizenship: (1) it offers a way to equalize education for all students; (2) it helps students to understand their responsibility to society; and (3) it teaches students to respect the human rights of others. Prinsip-prinsip dasar pendidikan multikultural terkait dengan hak kewarganegaraan. Secara khusus, ada tiga alasan mengapa pendidikan multikultural harus digunakan untuk mengajar kewarganegaraan: (1) Pendidikan multikultural menawarkan cara untuk menyamakan pendidikan bagi semua siswa, (2) membantu siswa untuk memahami tanggung jawab mereka kepada masyarakat, dan (3) mengajarkan para siswa untuk menghormati hak asasi orang lain. Pendidikan multikultural dibangun atas pilar persamaan hak, tanggung jawab kepada masyarakat serta penghormatan yang tinggi terhadap hak azazi manusia, tetapi pemaknaan pendidikan multikultural juga bergantung pada kultur tertentu. DRAFT Pendidikan multikultural dalam konteks Indonesia menjadi berbeda dengan sejarah awal gerakan multikultural di Amerika Serikat. Bentuk pendidikan multikultural di Indonesia dirancang dengan tetap mengindahkan aspek historis-sosiologis dan kultur di Indonesia. Kajian-kajian teoretik di bawah ini dalam rangka mencari benang merah tentang pendidikan multikultural di Indonesia. a. Pengertian Pendidikan Multikultural Pendidikan mutlikultural merupakan sebuah reformasi dalam bidang pendidikan menuju pembelajaran dan mengarah pada output siswa untuk mencapai prestasi. Pendidikan multikultural merupakan pengembangan potensi siswa secara optimal bisa diujudkan apabila terdapat pelayanan 24 pendidikan yang setara. Pendidikan multikultural bukan sesuatu yang bersifat jangka pendek memperoleh hasil, melainkan suatu proses transformasi yang memakan waktu panjang. Konsistensi dalam aksi sangat diperlukan. Pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaruan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa (Zamroni, 2010: 19). Artinya pendidikan multikultural merupakan perwujudan pendidikan berorientasi pada kesetaraan, keragaman, penghormatan atas kemajemukan bahasa, agama, ras, suku, kultur maupun bentuk keragaman lain memerlukan tindakan nyata dan upaya-upaya madrasah sebagai lembaga berorientasi pada pemberdayaan anak didik. Implementasi pendidikan mutlikultural membutuhkan semua unsur guru, siswa, kepala sekolah maupun tenaga kependidikan yang lain, tanpa dukungan dari semua elemen madrasah maka DRAFT tidak tercapai. Lebih lanjut pendidikan multikultural juga meliputi beberapa dimensi. This dimension of multicultural education involves conceptualizing the school as a unit of change and making structural changes with the school environment so that students from all social-class, racial, ethnic, and gendered groups will have an equal opportunity for success. For instance, establishing assessment techniques that are fair to all groups, and creating the norm among the school staff that all students can learn regardless of their cultural background (Dayboll, 2010:11). ) Definisi pendidikan multikultural sangat beragam, namun dalam penelitian ini pengertian pendidikan multikultural adalah sejalan dengan pendapat James Banks. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengimplementasikan lima dimensi yaitu: dimensi integrasi, konstruksi 25 pengetahuan, pengurangan prasangka, pendidikan setara, dan pemberdayaan sekolah serta struktur sekolah. Kelima dimensi tersebut teraktualisasikan dalam praksis pendidikan. Pendidikan multikultural secara singkat diartikan sebagai sebuah paradigma pemikiran tentang kesetaraan, universalitas dan persamaan kemerdekaan atas hak manusia yang terakumulasi dalam unsur-unsur kultur. Kultur sebagai bentuk perwujudan atas keragaman dalam segala perspektif yang dimiliki manusia secara kodrati seharusnya dihargai dalam interaksi sosial. Paradigma pendidikan multikultural tidak membenarkan adanya pembedaan stereotype antara kekulturan masyarakat terbelakang maupun peradaban masyarakat yang lebih maju (Alfaro, 2008: 6). Semua strata sosisal manusia memiliki kesetaraan hak dalam menuju eksistensi masingmasing. DRAFT Pendidikan multikultural sebagai sebuah paradigma pemikiran yang membawa wacana baru tentang kesetaraan dapat terimplementasikan dalam berbagai sendi kehidupan yaitu ketika interaksi sosial, aspek ekonomi, aspek politik, maupun berbagai kegiatan yang membutuhkan tingkat relasi sosial yang lebih tinggi sekalipun. Paradigma multikultural membawa konsekuensi dalam praktik pendidikan multikultural. Jones dalam Zamroni (2010:17) memaknai pendidikan multikultural sebagai berikut: Multicultural education is "an approach to teaching and learning that is based upon democratic values and beliefs and that affirms cultural pluralism within culturally diverse societies in an interdependent world" .In short, multicultural education seeks to embrace, recognize, 26 and incorporate a multitude of diverse cultural experiences and contributions into the curriculum. Multicultural education thereby provides a vehicle for teaching citizenship to students. Pendidikan multikultural merupakan sebuah pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi, keyakinan dan menegaskan pluralisme kultur dalam masyarakat yang beragam kultur di dunia yang saling tergantung. Pendidikan multikultural berusaha untuk merangkul, mengenali, dan menggabungkan banyak pengalaman kultur yang beragam serta kontribusi ke dalam kurikulum. Pendidikan multikultural sebagai mediasi untuk mengajarkan hak-hak kewarganegaraan kepada siswa. Pendidikan multikultural berorientasi utama untuk mengedepankan hak persamaan atas realita keragaman yang ada dalam struktur masyarakat. Persamaan termasuk aspek politik, demokrasi, keadilan, penegakan hukum DRAFT (law enforcement), kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak kultur komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral serta mutu produktivitas (Smith, 2009: 7). Rao menganggap pendidikan multikultural Pendidikan multikultural sebagai proses sistemik yang melibatkan politik, masyarakat dan pendidikan yang lebih dari sekedar reformasi kurikulum untuk menyertakan konten tentang kelompok etnis, perempuan dan kelompok-kelompok kultur yang lain. (Zamroni, 73: 2010). Pendidikan multikultural dalam dataran empiris merupakan suatu langkah antisipatif serta sebagai upaya melakukan integrasi sosial terhadap 27 penghargaan atas keanekaragaman kultur dalam berbagai bentuknya termasuk dalam ragam pemikiran berbagai aliran keagamaan. Ide-ide dan paradigma yang dimiliki dalam praksis pendidikan multikultural merupakan upaya untuk menanggulangi isu separatisme dan disintegrasi sosial. Semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang terlalu kuat akan membawa pada primodialisme yang berpotensi kuat mengarah pada tindakan separatisme. Namun, pengakuan tehadap adanya pluralitas (kebhinnekaan) kultur bangsa yang lebih mengarah pada persatuan bangsa menuju pembaruan sosial yang demokratis. Sehingga praksis pendidikan multikultural akan lebih baik jika mengedepankan penghargaan nilai-nilai pluralitas. Kultur Indonesia merupakan masyarakat yang berdimensi multikultural sehingga pendidikan multikultural menjadi alternatif perekat kebangsaan. DRAFT Fenomena yang berkembang adanya konflik di berbagai daerah yang cukup frekuentif menjadi indikator masih rendahnya kesadaran atas mutltikultural yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia. Rendahnya kesadaran dan penghargaan nilai-nilai multikultur menjadi pemicu gerakan separatisme. Dengan demikian upaya melakukan internalisasi nilai-nilai multikultural menjadi penting. Pendidikan multikultural menurut Baidhawy (2005: 10) adalah pendidikan yang mempersipkan siswa untuk aktif sebagai warga negara dalam masyarakat yang secara etnik, kultural dan agama beragam. Dengan demikian, pendidikan multikultural dapat dipahami 28 sebagai aktifitas pendidikan yang membekali siswa pada kompetensi kultural. Pendidikan multikultural mengajarkan realitas keragaman (diversity), rasionalitas etis, mengajarkan tentang pluralisme pada akhirnya diperoleh sikap siswa menghormati keragaman, secara tidak langsung pendidikan multikultural mendidik moralitas. Dari paparan di atas dapat ditarik benang merah bahwa pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara seluruh siswa, pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi dan menegaskan pluralisme kultur dalam masyarakat yang beragam kultur di dunia yang saling tergantung. Adapun implementasi pendidikan multukultural mencakup lima dimensi seperti yang disarankan Banks yaitu: 1.content integration (integrasi konten), 2. the knowledge DRAFT construction process (proses kontruksi ilmu pengetahuan), 3. prejudice reduction (pengurangan prasangka), 4. an equity pedagogy (pendidikan setara) , dan 5. an empowering school culture and social structure (pemberdayaan kultur sekolah dan stuktur sekolah) (Banks, 2005:20). b. Sejarah Pendidikan Multikultural Sejarah awal pendidikan multikultural berasal dari beberapa kasus yang dialami Amerika ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan multietnik. Menurut Banks, studi tentang multietnik berkembang tidak hanya membahas persoalan multietnik terkait warna kulit tetapi juga etnik minoritas di Amerika serikat.(Truna,2010:80) Pendidikan multi-kultural juga 29 dipicu adanya praktik-praktik deskriminasi dalam berbagai sendi kehidupan sekitar tahun 1950 karena Amerika serikat hanya mengakui kekulturan mayoritas yaitu kekulturn kulit putih. Keberadaan kelompok minoritas dikesampingkan walaupun realitas penduduk Amerika serikat multikultur. Dominasi kulit putih selanjutnya menuai protes dari golongan minoritas Afrika-Amerika yang merasa telah dibatasi hak-haknya serta tindak ketidakadilan. Menurut Banks dan Cherry, deskriminasi merambah dalam dunia pendidikan di Amerika yaitu adanya perlakuan tidak setara antara anak-anak kulit putih dengan kulit hitam dan anak-anak cacat. Selanjutnya gerakan-gerakan anti deskriminasi berkembang menjadi pendidikan multikulural (Aly, 2011:90). Pendidikan multikultural berevolusi menjadi beberapa tahap. Fase awal, pendidikan multikultural muncul dimulai dari para praktisi pendidikan yang DRAFT memiliki perhatian terhadap studi etnis dengan tindakan meramu konsepkonsep informasi dan teori-teori studi etik menjadi kurikulum studi etik. Fase kedua, munculnya kesadaran tentang memasukan studi multietik dalam kurikulum tidak cukup untuk melakukan reformasi sekolah. Studi multietik membantu siswa mengembangkan sikap rasial dan etik secara demokratis dengan dibarengi reformasi terhadap perubahan struktural dan sistemik dalam sekolah melalui desain dengan menerapkan prinsip kesetaran dalam pendidikan. Fase ketiga, muncul ketika kelompok-kelompok terkooptasi menjadi korban masyarakat dan perlakuan sekolah tidak adil seperti perempuan dan orang-orang cacat menuntut dimasukkannya sejarah, 30 kekulturan dan keberadaannya dimasukkan dalam kurikulum dan struktur sekolah sampai perguruan tinggi. Fase keempat adalah pengembangan teoriteori, riset dan kegiatan-kegiatan praksis yang melibatkan variabel-variabel terkait dengan ras, kelas, dan gender (Truna, 2010:90). Selanjutnya pendidikan multikultural berkembang menjadi lebih sistematis dan masuk dalam kurikulum sekolah. Sekitar tahun 1980 merupakan awal munculnya sekolah-sekolah yang mengimplementasikan pendidikan multikultural. Tokoh-tokoh dalam pendidikan multikultural antara lain: James A.Banks, Carl Grant, Christine Sleeter, Geneva Gay, dan Sonia Nieto. Gerakan mengimplementasikan pendidikan multikultural mendapat respons positif dari golongan orang-orang termarjinal dan minoritas di Amerika. Pada perkembangan selanjutnya pendidikan multikultural merambah di beberapa belahan dunia termasuk di Indonesia. DRAFT Pendidikan multikultural di Indonesia merupakan bentuk pelembagaan institusi sekolah, karena sebenarnya nilai-nilai multikultural telah lama berkembang dalam sendi kehidupan masyarakat. Nilai-nilai multikultural telah lama menyatu dalam pola relasi sosial bangsa Indonesia, terlebih lagi ketika awal mula masa kebangkitan bangsa Indonesia dalam menentang hegemoni penjajah. Gerakan-gerakan kebangsaan sampai dalam tahap kulminasi yaitu munculnya sumpah pemuda merupakan manifestasi dari nilai-nilai multikultural yang telah mengakar dalam diri bangsa Indonesia. Sikap toleransi dan permisif terhadap kultur yang masuk dalam bangsa 31 Indonesia menjadikan akar-akar pembentukan sikap yang responsif terhadap multikulural terbentuk sejak awal sejarah bangsa Indonesia. Perspektif sejarah telah membuktikan bahwa terdapat akulturasi yang sangat besar ketika kultur asing seperti agama Hindu dan Buddha dapat melakukan penetrasi dengan animisme dan dinamisme yang telah ada dalam pemahaman awal keagamaan bangsa Indonesia. Selajutnya akulturasi Islam dengan kultur asli Indonesia juga telah berjalan dengan lancar. Hasil dari akulturasi tersebut menjadikan penyebaran Islam di Indonesia telah berhasil. Fenomena di atas memberikan deskripsi tentang nilai-nilai multikultural yang ada dalam bangsa Indonesia telah ada sejak awal. Persamaan hak antara individu menjadi penentu eksistensi seseorang. Artinya Indonesia mengenal hak-hak warga negara yang tidak didasarkan atas keningratan ataupun keturunan. Perubahan moralitas yang menekankan pada prinsip DRAFT egalitarian menjadi perubahan stuktur sosial dalam pemikiran yang menuju pada gerakan kebangsaan menuju cita-cita kemerdekaan. Fenomena ini adalah perubahan revolusioner mengacu pada dasar-dasar masyarakat madani. Implikasi yang lebih jauh memberikan dorongan semangat kebangsaan dengan memunculkan gerakan-gerakan nasionalisme secara sporadis. Gerakan nasionalisme menghapus deskriminasi dan hegemoni kekuasaan kolonial Belanda dan strata sosial masyarakat.Respek terhadap keragaman atas dasar penghargaan terhadap nilai kesetaraan menjadi langkah awal membangun model nasionalisme inklusif dan berkeadaban sekaligus membongkar sekat-sekat ketimpangan sosial di 32 antara kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Perjuangan mewujudkan karakter kebangsaan yang bercirikan inklusif-egalitarian ini menapak lebih jauh seiring dengan kemerdekaan Republik Indonesia (Hara, 2006: 7). Lepasnya bangsa Indonesia dari rantai penjajahan diikuti dengan semangat kolektif bangsa untuk menghapuskan segala diskriminasi sosial yang diciptakan oleh formasi kolonialisme. Ketika itu terjadi pola kesadaran baru sebagai sebuah tanda gerakan revolusioner yang mengedepankan semangat persatuan dan kebangsaan dalam bingkai utama sebagai gerakan kemerdekaan. Pemaknaan yang lebih dalam mengisyaratkan bahwa gerakangerakan yang mengedepankan kemerdekaan dimulai dengan menghilangkan sekat dan perilaku deskriminatif atas hak-hak warga negara. Persatuan hanya dapat dibangun dengan kehidupan yang bersifat multikultural. Titik kulminasi dari perjuangan kaum intelegensia nasional Indonesia DRAFT untuk membangun fundamen bagi karakter bangsa kemudian tercapai dengan terumuskannya nilai-nilai esensial kenegaraan Pancasila. Sejak awal perumusannya kalangan intelegensia dan pemimpin Indonesia telah merumuskan Pancasila sebagai bentuk kesepakatan di antara kekuatankekuatan politik yang ada untuk membangun konsensus bersama di antara setiap identitas-identitas kebangsaan. Sejarah perumusan Pancasila yang dimulai dengan Piagam Jakarta dengan penghapusan tujuh kata ( dengan menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya) merupakan sikap yang sangat menghargai terhadap masyarakat Indonesia yang majemuk. Sikap positif tersebut merupakan 33 langkah awal dalam membentuk bangsa Indonesia yang bhinneka tunggal ika. Dengan demikian nilai-nilai pluralisme yang telah dimiliki bangsa Indonesia merupakan modal sosial dalam pengembangan pendidikan berbasis multikultural. Disamping itu, nilai-nilai tersebut juga didukung oleh agama sebagai dasar normatif dalam mengatur ibadah kepada Tuhan serta mengatur relasi sesama manusia. Pemaknaan yang bermula dari pemahaman analitis terhadap karakter dan sikap nasionalisme Indonesia yang sejak awal memiliki kesadaran yang terbuka dan egaliter (civic nationalism) dapat menjadi penghubung ketika nilai-nilai moralitas internasional seperti pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia, sebab pada hakikatnya komitmen awal kehidupan berbangsa berjalan seiring dengan dinamika nilai-nilai universal kemanusiaan. Telaah dan refleksi terhadap nilai-nilai kebangsaan dalam perspektif sejarah bangsa DRAFT Indonesia menghilangkan hambatan psikologis dalam perwujudan nilai-nilai keadaban (civic virtue) dari bangunan modern nation-state (Latif, 2005: 23). Pola kehidupan berbangsa yang berpijak dari nilai-nilai luhur yaitu persamaan hak antara warga adalah sangat fundamental bagi tercapainya demokratisasi. Sebuah bangunan politik demokrasi di dalamnya terdapat tindakan politik yang ditujukan untuk menghadirkan keadilan sosial untuk semua. Di dalam bangunan politik yang memperjuangkan keadilan, tiap warga negara berperan sebagai agensi politik dalam penentuan berbagai permasalahan komunitas. 34 c. Tujuan Pendidikan Multikultural Realitas kehidupan multiagama, bahasa, kultur, dan etnis mem-butuhan reformasi dalam bidang pendidikan. Pola-pola pendidikan konvensional berorientasi kepada penguatan ilmu pengetahuan mulai terbangun kesadaran bahwa mengajarkan kepada anak didik tentang keragaman adalah penting. Pendidikan multikultural dalam implementasinya membutuhkan keterlibatan semua unsur. Pendidikan multikultural sebagai sebuah proses dalam membentuk anak didik memiliki kesetaraan dan menghormati orang lain, dalam implementasinya membutuhkan waktu yang panjang secara berkelanjutan. Adapun tujuan pendidikan multikultural adalah: 1) Mengembangkan pemahaman yang mendasar tentang proses menciptakan sistem dan menyediakan pelayan pendidikan yang setara, 2) menghubungkan kurikulum DRAFT dengan karakter guru, pedagogik, iklim kelas, kultur sekolah dan konteks lingkungan sekolah guna membangun suatu visi “lingkungan sekolah yang setara” (Zamroni, 2010:77). Artinya pendidikan multikultural didasarkan atas tujuan utama adalah mendukung proses menuju pendidikan yang setara serta reformasi pendidikan dalam pembelajaran dan penciptaan kultur sekolah yang mendukung implementasi pendidikan multikultural. Implementasi pendidikan multikultural didasarkan atas pemikiran sbb: 1) Semua siswa berhak mendapatkan pelayanan terbaik yang mampu disajikan, tanpa memandang latarbelakang siswa apapun juga. 2) Pendidikan yang menjamin kesetaraan jauh melampui sekedar isi kurikulum. 3) Pendidikan secara politik tidak netral. Permasalahan kesetaraan pendidikan ada pada kesadaran, tidak sekedar pada praktik pendidikan 35 4) Ketimpangan kualitas hasil tidaklah separah ketimpangan dalam memperoleh kesempatan 5) Seorang guru tidak akan mampu berbuat dalam kondisi ketidakadilan yang sistemik. 6) Ketidak kesetaraan secara keseluruhnya terjadi di sekolah (Zamroni, 2010:77) Pemikiran di atas merupakan asumsi dasar implementasi pendidikan multikultural yang memuat prinsip tentang kesetaraan dan memberikan kesempatan sama kepada siswa untuk berprestasi. Hal ini didasarkan dari fenomena umum bahwa terjadi ketidaksetaraan dalam pendidikan sehingga menimbulkan efek terhadap kultur madrasah tidak dinamis. Dengan demikian, pendidikan multikultural merupakan gerakan reformasi pendidikan menuju pendidikan kesetaraan dalam kultur,bahasa, dan ras yang sangat beragam. Pendidikan multikultural mengakomodasi beberapa prinsip mendasar DRAFT yang dalam implementasinya meliputi: 1) Pendididkan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan menjamin keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar belakang yang ada. 2) Pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: pembelajaran (kelas) dan kelembagaan (sekolah) dan keduaanya harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif. 3) Pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang komprehensif dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas sistem kekuasaan dan privilege. 4) Berdasarkan analisis kritis ini maka tujuan pendidikan multikultural adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 5) Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa. (Zamroni, 2010:3). 36 Adapun pendidikan multikultural memberikan hasil terhadap anak didik beberapa kompetensi yaitu: 1) Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis atas apa yang telah dipelajari. 2) Siswa memiliki kesadaran atas sifat sakwasangka atas fihak lain yang dimiliki, mengkaji mengapa dan dari mana sifat itu muncul, serta terus mengkaji bagaimana cara menghilangkannya. 3) Siswa memahami bahwa setiap ilmu pengetahuan bagaikan sebuah pisau bermata dua: dapat dipergunakan untuk menindas atau meningkatkan keadilan sosial. 4) Para siswa memahami bagaimana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan. 5) Siswa merasa terdorong untuk terus belajar guna mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya. 6) Siswa memiliki cita-cita posisi apa yang akan dicapai sejalan dengan apa yang dipelajari. 7) Siswa dapat memahami keterkaitan apa yang dilakukan dengan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat-berbangsa. (Zamroni, 2010:5). Tujuan pendidikan multikultural menurut Manning dan Baruth adalah: 1) To change the total environment so that it promotes a respect for a wide range of cultural group and enables all cultural groups to experience equal educational opportunities. 2) Developing cross cultural competency including the skill, attitude, and knowledge necessary to live within the individual’s own ethnic culture and the universal Amirican culture, as well as within an across ethnic cultures. (Truna, 2010:114) DRAFT Pendidikan multikultural bertujuan untuk mengubah lingkungan secara menyeluruh sehingga dapat direalisisakan penghormatan terhadap berbagai kelompok kultur dan memungkinkan semua kelompok kultur untuk memperoleh kesempatan pendidikan yang sama. Pendidikan multikultural juga bertujuan mengembangkan kompetensi lintas kultur termasuk keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup dalam 37 kultur etnis individu itu sendiri dan kultur Amirika universal serta dalam lintas kultur etnis. Prinsip-prinsip pendidikan multikultural sekaligus mengindikasikan tujuan yang akan dicapai, sehingga tujuan pendidikan multikultural secara garis besar memiliki tujuan antara lain: berorientasi pada keadilan, reformasi komperhensif dalam proses belajar mengajar, dan kelembagaan serta jaminan pada siswa untuk mencapai prestasi maksimal. d.Dimensi Pendidikan Multikultural Banks mengidentifikasi dimensi pendidikan multikultural sbb. I have identified five dimensions of multicultural education. They are: (1) content integration, (2) the knowledge construction process, (3) prejudice reduction, (4) an equity pedagogy, and (5) an empowering school culture and social structure. I will briefly describe each of the dimensions. Content integration describes the ways in which teachers use examples and content from a variety of cultures and groups to illustrate key concepts, principles, generalizations, and theories in their subject area or discipline. The knowledge construction process consists of the methods, activities, and questions used by teachers to help students to understand, investigate, and determine how implicit cultural assumptions, frames of reference, perspectives, and biases within a discipline influence the ways in which knowledge is constructed. When the knowledge construction process is implemented, teachers help students to understand how knowledge is created and how it is influenced by the racial, ethnic, and social-class positions of individuals and groups (Banks, 2005:27). DRAFT Lima dimensi pendidikan multikultural adalah: (1) integrasi konten, (2) proses konstruksi pengetahuan, (3) pengurangan prasangka, (4) suatu pedagogi ekuitas, dan (5) kultur memberdayakan sekolah dan struktur sosial. Secara singkat masing-masing dimensi adalah integrasi konten menggambarkan di mana guru menggunakan contoh-contoh dan konten dari 38 berbagai kultur dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep-konsep kunci, prinsip, generalisasi, dan teori-teori. Proses konstruksi pengetahuan terdiri dari metode, kegiatan, dan pertanyaan yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa memahami, menyelidiki, dan menentukan bagaimana asumsi implisit kultur, kerangka acuan, perspektif dan bias dalam disiplin pengaruh serta cara-cara pengetahuan dibangun. Ketika proses konstruksi pengetahuan diimplementasikan, guru membantu siswa untuk memahami bagaimana pengetahuan diciptakan dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh ras, etnis, dan kelas sosial, individu, dan kelompok. Pendidikan multikultural 1.content 2.the knwolegde instruction process integration DRAFT 5.an empowering 3.prejudice reduction school culture an social structure 4.An equity paedogogy Gambar.1 Dimensi Pendidikan Multikultural (Banks, 2005:23) 39 1) Dimensi Integrasi (Content integration) Dimensi integrasi yaitu mengintegrasikan berbagai kultur dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar tentang teori dalam mata pelajaran. Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan multikultural memberikan ilustrasi kongkrit beragam kultur yang berkembang dalam masayarakat. Dengan demikian, siswa telah diajarkan pemahaman terhadap realitas multikultur, ras, bahasa dan berbagai keragaman sehingga siswa akan memiliki wacana luas tentang keragaman yang berkembang yang akhirnya siswa memiliki kompetensi kultural. Pendidikan multikultural akan menghasilkan output pendidikan yang memiliki sikap menghargai keragaman serta perbedaan. Deals with the extent to which teachers use examples, data, and information from a variety of cultures and groups to illustrate key concepts, DRAFT principals, generalizations, and theories in their subject area or discipline. (Banks, 2005: 20). Berkaitan dengan sejauhmana guru menggunakan contoh-contoh, data dan informasi dari berbagai kultur dalam proses pembelajaran mata pelajaran yang diampu. Di beberapa sekolah dengan pelaksanaan integrasi materi ini dianggap telah melaksasnakan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural dalam tahap integrasi isi diaktualisasikan dalam bahan ajar tentang materi terkait nilai-nilai, konsep-konsep dari berbagai multikultur sehingga siswa memiliki pemahaman tentang perbedaan dan persamaan serta melihat keunikan yang terdapat dari masing40 masing kultur, agama, dan bahasa. Cakrawala pemahaman siswa akan terlatih dengan baik sehingga tidak menimbulkan fanatisme dan arogansi berlebihan. Analisis terhadap perbedaan dalam multikultural berfungsi untuk menguatkan jati diri terhadap agama yang dianutnya dan merupakan awal untuk mengadakan relasi sosial dengan mengarah pada bentuk perdamaian. Kultur masyarakat yang dinamis dan demokratis adalah ketika dalam kehidupan kemajemukan namun moralitas masyarakat tetap menghargai beberapa perbedaan dalam kondisi sosial masyarakat. Terdapat jaminan atas hak-hak kewarganegaraan serta persamaan hak dan keadilan. Pembentukan masyarakat yang dapat hidup dalam suasana pluralitas dibutuhkan praksis pendidikan berbasis multikultural. Jones menyatakan beberapa urgensi pendidikan multikulural: First, multicultural education should be used to teach citizenship because equity pedagogy, a dimension of multicultural education, offers a way to move schools toward equalizing education for all students regardless of their ethnic or cultural background, religious beliefs, gender, or social class. An equitable pedagogy results when teaching styles are modified to reflect and meet the various ways in which students learn. (zamroni,2010:17). DRAFT Pertama, pendidikan multikultural harus digunakan untuk mengajar kewarganegaraan karena ekuitas pedagogi, dimensi pendidikan multikultural menawarkan cara sekolah menuju penyetaraan pendidikan bagi semua siswa terlepas dari latar belakang etnis atau kultur, keyakinan agama, gender, atau kelas sosial. Pembelajaran yang adil ketika gaya mengajar dimodifikasi untuk mencerminkan dan memenuhi berbagai cara dimana siswa belajar. 41 The second reason multicultural education should be used to teach citizenship is that it seeks to help students understand their "responsibility to the world community" (zamroni, 2010:17). Alasan kedua pendidikan multikultural harus digunakan untuk mengajar kewarganegaraan adalah bahwa hal itu berusaha untuk membantu siswa memahami tanggung jawab mereka untuk dunia. Third, multicultural education should be used to teach citizenship in schools because of its underlying core value that emphasizes the need to "respect human dignity and universal human rights (zamroni, 2010:17). Ketiga, pendidikan multikultural harus digunakan untuk mengajar kewarganegaraan di sekolah karena nilai inti yang mendasarinya menekankan kebutuhan untuk menghormati martabat manusia dan hak asasi manusia universal. DRAFT Praksis pendidikan multikultural dalam dataran empiris sangat memberikan keluasaan serta kelonggaran tiap-tiap ragam perbedaan kultur sosial untuk menuju eksistensi kultur masing-masing. Kultur dan entitas sosial yang ada dalam masyarakat dapat berkembang dengan baik, sehingga aktifitas pendidikan dalam rangka menciptakan mindset anak didik yang responsif terhadap kemajemukan. Selanjutnya negara menjamin secara legal melalui undang-undang dan secara moral-cultural diakui oleh masyarakat penghargaan atas keanekaragaman. Tanpa adanya toleransi dan keterjaminan berekspresi, niscaya tidak akan melahirkan aktifitas multikultural dalam praktik kemasyarakatan secara kongkret (Tony, 2009: 89). 42 Dalam konteks pendidikan, pendidikan multikultural merupakan usaha membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok kultur yang berbeda. Dengan demikian, sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dan internalisasi nilai-nilai demokrasi (Chen, 2009: 90). Desain kurikulum berbasis multikultural memuat isi yang membentuk sikap dan perilaku siswa pada sikap respek terhadap aneka kelompok kultur yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek, sehingga dalam aktivitas pendidikan untuk menghilangkan atau mengeliminasi perbedaan strata sosial yang ada di antara siswa. Kondisi demikian dimungkinkan satu lembaga pendidikan lebih fokus pada peningkatan prestasi siswa dengan membuat kultur siswa yang sangat permisif terhadap kemajemukan. Pendidikan berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis DRAFT tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan, dan perlindungan terhadap hakhak manusia. Hakikat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah (Wong, 2008: 85). Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme melalui kurikulum yang berperan bagi kompetisi kultur individual. Selain beberapa asumsi di atas, Islam juga mengatur kehidupan dalam multikultural. Dimensi integrasi dalam pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan mengadakan kajian multiperspektif dalam beberapa materi pelajaran. 43 Penyampaian materi pembelajaran yang komprehensif dengan mengadopsi semua kultur akan mengarah pada bentuk dimensi integrasi. Integrasi dapat dilakukan dengan melakukan pembentukan kultur yang responsif terhadap perubahan dan rasa integrasi. Kultur sekolah yang responsif terhadap perbedaan kultur dapat dimulai dengan mengembangkan mind set sekolah pada persamaan hak dan menghargai perbedaan. Sedangkan dalam penanaman kultur sekolah, guru dapat mengakumulasikan semua materi dalam pembelajaran pada orientasi pendidikan multikultural. 2) Dimensi Konstruksi Pengetahuan (knowlegde construction) Ilmu pengetahuan terwujud tidak lepas dari konteks sosial yang berkembang dalam masyarakat. Konstruksi pengetahuan multikultural dapat terlihat dari bahan ajar yang dikembangkan berperspektif pendidikan DRAFT multikultural. Bahan ajar yang dikembangkan memuat nilai-nilai multikultural seperti persamaan hak, toleransi, pengakuan atas keragaman, kesetaraan, demokrasi, dll. Bahan ajar yang memuat nilai-nilai multikultural diperlukan dalam implementasi pendidikan multikultural. Pergeseran pola pemahaman guru, semula mengajarkan agama yang dogmatis, monolog yang indoktrinatif beralih pada paradigma dialog, dan dengan pendekatan relasional. Dengan demikian, meminimalisasi kekerasan berbasis agama serta menghilangkan hegemoni agama-agama tertentu maupun kultur mayoritas versus minoritas menjadi penting. Konstruksi ilmu pengetahuan berbasis multikultural mengarah pada harmoni kultur dan 44 perdamaian yang diawali dari praksis pendidikan multikultural. Secara ringkas konstruksi pengetahuan adalah: The process describes the procedures by which social, behavioural, and natural scientists create knowledge and how the implicit cultural assumptions, frames of references, perspectives, and biases within a discipline influence the ways that knowledge is constructed within it. Teachers help students to understand how knowledge is created and how it is influenced by the racial, ethnic, gender and social-class positions of individuals and groups. (Dayboll, 2010: 9). Proses menjelaskan bahwa prosedur bagaimana ilmuwan sosial, behavioural, dan sciences, mengembangkan pengetahuan dan bagaimana mereka memanfaatkan asumsi-asumsi kultural, kerangka referensi, perspektif dan berbagai bias dalam disiplin berpengaruh bagaimana suatu pengetahauan dikembangkan. Para guru membantu siswa memahami bagaimana pengetahuan DRAFT dikembangkan dan bagaimana pengembanagn ilmu tersebut dipengaruhi oleh ras, etknik, jender, dan posisi klas sosial dari individu dan kelompok. Proses konstruksi ilmu pengetahuan membawa siswa untuk memahami implikasi kultur ke dalam mata pelajaran. Konstruk pengetahuan dapat dimulai dari desain kurikulum. Kurikulum multikultural multikultural. dapat dimulai dari pengembangan materi berbasis Desain kurikulum yang responsif terhadap kemajemukan diorientasikan dengan pengembangan materi mengarah pada pluralisme. Materi dalam kurikulum dapat berupa isu, tema, topik, serta konsep yang ditransmisi kepada anak didik. Burnet menyebut kurikulum model ini dengan sebutan kurikulum yang berorientasi pada materi (content-oriented 45 program). Kurikulum pendidikan multikultural, menurut Burnet (2007:19), adalah dapat dilakukan dengan cara mengakomodasi dalam isi kurikulum tentang pola-pola dasar tentang paradigma pendidikan multikultural yang diintegrasikan pada kurikulum yang telah dijalankan di tingkat madrasah. Adapun nilai-nilai multikultural yang dapat dikembangkan dengan pengenalan awal terhadap siswa tentang sejarah-sejarah peradaban termasuk pahlawan dari berbagai etnik. Dalam konteks pendidikan multikultural di Indonesia dapat dikembangkan pula tentang pengenalan kultur dan bahasa dari tiap-tiap daerah. Pengenalan terhadap ajaran agama tentang nilai-nilai kemanusiaan, demokratisasi serta universalisme menjadi fundamental untuk ditanamkan kepada anak didik sesuai dengan agama yang dianutnya. Tujuan utama dari kurikulum pendidikan multikultural akan menjadikan pembentukan sikap anak didik yang responsif terhadap perbedaan dan DRAFT memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kemajemukan yang dimiliki oleh kultur masyarakat. Reformasi pendidikan menurut Banks terkait dengan pendidikan multikultural sbb: A systemic view of educational reform is especially important when reform is related to issues as complex and emotionally laden as race, class, and gender. Educational practitioners, because of the intractable problems they face, scarce resources, and perceived limited time in which to solve problems because of the high expectations of an impatient public, often want quick fixes to complex educational problems. The search for quick solutions to problems related to race and ethnicity partially explains some of the practices that are often called multicultural education that violate theory and research, such as marginalizing content about ethnic groups by limiting them to specific days and holidays (e.g., Black History Month and Cinco de Mayo). A 46 systemic view of educational reform is essential for the implementation of thoughtful, creative, and meaningful educational reform. (Banks, 2007: 85). Sebuah pandangan sistemik reformasi pendidikan sangat penting ketika reformasi terkait dengan isu yang kompleks dan sarat emosional tentang ras, kelas gender dan praktisi pendidikan, karena masalah yang mereka hadapi, sumber daya yang langka dan waktu yang terbatas dalam memecahkan masalah, sebagai harapan yang tinggi dari masyarakat menginginkan perbaikan cepat pada masalah pendidikan yang kompleks. Solusi cepat untuk masalah yang terkait dengan ras dan etnis sebagian menjelaskan beberapa praktik yang sering disebut pendidikan multikultural kadang melanggar kaidah, seperti meminggirkan konten tentang kelompok etnis dengan membatasi mereka untuk hari-hari tertentu dan hari libur. Sebuah pandangan sistemik reformasi pendidikan sangat penting bagi pelaksanaan reformasi DRAFT pendidikan, bijaksana, kreatif, dan bermakna. Artinya beberapa agenda reformasi mendidikan sangat mendasarkan pada persamaan hak dan hal ini juga semestinya diimbangi dengan struktur kurikulum yang memadai yang lebih akomodatif dengan isu-isu multikultural. Menurut Banks (2007: 89) kurikulum pendidikan multikultural yang menurut Banks berorientasi pada materi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan materi multikultural (content integration) ke dalam kurikulum. Banks memberikan dua tahap dalam kurikulum multikultural,yaitu: tahap penambahan (additive level) dan tahap perubahan (transformative level). Tahap penambahan dimaksudkan bahwa pengem47 bangan kurikulum pendidikan multikultural dilakukan dengan cara memperkenalkan konsep dan tema-tema baru yang terkait dengan multikulturalisme ke dalam kurikulum yang sudah ada. Tema-tema baru selalu mengikuti perkembangan dan sejalan dengan majunya peradaban. Tahap perubahan merupakan pengembangan kurikulum multikultural dilakukan dengan cara memastikan konsep dan tema-tema yang berkaitan dengan multikulturalisme serta memasukkan beragam cara pandang dan perspektif ke dalam kurikulum. Metode tersebut lebih sulit dibandingkan dengan tahap sebelumnya karena sangat dimungkinkan terjadi perubahan sturktur kurikulum yang sangat membutuhkan beberapa unsur dalam kurikulum dilakukan penataan ulang. Adapun bagi Burnet dan Banks, materi tentang pendidikan multikultural yang dijadikan dalam isi kurikulum tidak ada acuan yang baku. Namun, DRAFT materi kurikulum pendidikan multikultural hanya meliputi beberapa pilar utama sebagai acuan yang dapat digunakan. Pilar-pilar yang dapat dikembangkan yaitu berisi: isu, tema, topik, dan konsep-konsep multikulturalisme. Dengan demikian, materi dalam kurikulum pendidikan multikultural disesuaikan dengan konteks masing-masing kultur. Adapun pakar pendidikan multikultural yang menjelaskan secara detail tentang materi yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum multikultural adalah Gollnick dan Chinn (1983:79). Menurut mereka konsep-konsep yang dapat dimasukkan ke dalam kurkulum pendidikan multikultural adalah: rasisme, 48 seksisme, prasangka, diskriminasi, penindasan, ketidakberdayaan, ketidakadilan kekuasaan, keadilan, dan stereotip. Tema, topik dan konsep-konsep yang berhubungan dengan multikulturalisme di atas dapat dilakukan dalam proses belajar-mengajar, sehingga peserta didik diharapkan akan memperoleh sejumlah pengetahuan yang komprehensif tentang pendidikan multikultural. Peserta didik juga dapat mengembangkan pemahaman yang lebih realistis tentang sejumlah warisan dan pengalaman kelompok etnik dan kultural, baik secara perseorangan maupun kolektif. Pengalaman kelompok etnik dan kultural tersebut penting diketahui oleh peserta didik karena dua alasan. Pertama, bahwa pengalaman yang berupa cerita-cerita kesuksesan dan kultural dapat membantu peserta didik dari kelompok etnik tertentu dalam mengembangkan kebanggaan kelompok mereka (respect for self). Kedua, DRAFT pengalaman kesuksesan etnik dan kultural juga dapat mengembangkan penghargaan suatu kelompok etnik dan kultural kepada kelompok lain (respect for others). Lebih jauh, dengan mengkaji topik, tema, dan konsepkonsep yang berkaitan dengan multikulturalisme di atas, peserta didik akan memiliki ketrampilan-keterampilan dasar dalam membaca, berpikir, dan membuat keputusan, terutama dalam pembelajaran tentang isu-isu sosial yang muncul karena rasisme, dehumanisasi, konflik ras, serta pilihan gaya hidup etnik, sebagai akibat dari hubungan antarkelompok , seperti antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas. 49 Pendidikan multikultural yang dikembangkan meliputi tema, topik, isu, dan konsep-konsep berkaitan dengan multikulturalisme yang menurut Gollnick perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan multikultural, cukup beralasan bila dilihat dari empat hal. Pertama, tema, topik, isu,konsepkonsep yang berkaitan dengan multiktilturalisme di atas dapat diakses oleh semua kelompok kultural peserta didik di sekolah. Dikatakan dapat diakses oleh semua peserta didik, karena materi yang terdapat dalam tema, topik, isu, dan konsep-konsep di atas sangat relevan, inklusif, serta merefleksikan pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan oleh semua kelompok kultural peserta didik di sekolah. Kedua, tema, topik, isu, dan konsep-konsep di atas relevan dengan latar belakang kultural dan sosial semua peserta didik. Relevan karena materi yang terdapat dalam tema, topik, isu, dan konsepkonsep di atas merefleksikan kesadaran peserta didik akan keragaman etnik DRAFT dan kultural. Ketiga, bahwa tema, topik, isu, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan multikultural di atas mengandung analisis kritis yang dapat diaplikasikan. Analisis kritis terkait dengan materi yang terdapat dalam tema, topik, isu, dan konsep-konsep di atas dapat digunakan untuk menganalisis struktur sosial rasial yang terjadi di masyarakat. Adapun yang keempat adalah bahwa tema, topik, isu, dan konsep-konsep di atas memungkinkan peserta didik untuk berpartisipasi secara harmonis dalam aktivitas di sekolah dan masyarakat secara luas. Selain itu, dengan tema, topik, isu, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan multikulturalisme 50 dapat dijadikan peserta didik sebagai modal untuk interaksi sosial secara kooperatif dan harmonis, baik di sekolah maupun di tengah-tengah masyarakat. Pemilihan materi berperspektif multikultural yaitu sekolah atau pendidik perlu menelaah secara kritis tentang materi dan buku-buku teks yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran, agar tidak terjadi berbagai macam bias. Hal ini penting untuk dilakukan karena ada kemungkinan bahwa materi dan buku-buku teks yang beredar di pasaran dan dipakai oleh para pendidik mengandung berbagai macam bias. Dalam kaitan ini, Sadker mencatat 6 (enam) macam bias dalam buku teks yang digunakan dalam pembelajaran. Keenam macam bias tersebut adalah: (1) bias yang tidak kelihatan, (2) pemberian label, (1) selektivitas dan ketidakseimbangan, (4) tidak mengacu realitas, (5) pembagian dan isolasi, dan (6) bahasa. Buku- DRAFT buku teks yang dipakai pendidik dalam proses pembelajaran, umumnya, menekankan pembahasannya pada kultur-kultur mayoritas, sementara kultur-kultur minoritas sering diabaikan. Inilah yang disebut dengan bias tidak kelihatan (Gollnick dan Chinn ,1983:79). Bias lain yang terdapat dalam buku-buku teks selama ini adalah adanya pemberian label pada kelompok lain, baik positif atau negatif. Selain itu, buku-buku teks yang dijadikan pegangan pendidik biasanya menggunakan perspektif kultur mayoritas dan mengabaikan terhadap perspektif minoritas atau disebut bias selectivity and imbalance. Kemungkinan terjadi bias lain yang terdapat dalam buku teks adalah unreality. Buku teks yang dijadikan pegangan 51 pendidik tidak mengacu kepada data yang riil namun masih terdapat basis data akurat. 3) Dimensi Pengurangan Prasangka (Prejudice Reduction) Pengurangan prasangka mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajarannya kemudian melatih siswa berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan kultur dalam rangka menciptakan iklim akademik yang toleran. Prejudice merupakan tindakan prasangka buruk terhadap kelompok tertentu perwujudanya dapat berupa deskriminasi. Pendidikan multikultural dalam rangka menfasilitasi untuk mengurangi prasangka. Prejudice merupakan anti rasial negatif maupun postif dengan anggapan-anggapan buruk pada kelompok tertentu. Sikap tersebut terbentuk sejak kecil karena kondisi sosial maupun kultur masyarakat tertentu. Banks DRAFT menawarkan langkah-langkah untuk memodifikasi prasangka melalui: 1) studi intervensi kurikulum, 2) studi penguatan, 3) studi diferensiasi perspektif dan 4) studi pembelajaran kooperatif (Banks, 2007:89). Pengurangan satwasangka juga perlu dilakukan dengan menanamkan sikap kepada siswa dalam menghargai perbedaan. Students can be helped to develop more positive racial attitudes if realistic images of ethnic and racial groups are included in teaching materials in a consistent, natural, and integrated fashion. Involving students in vicarious experiences and in cooperative learning activities with students of other racial groups will also help them to develop more positive racial attitudes and behaviours. (diadopsi Emily Dayboll dalam presentasi (Dayboll, 2010:10). 52 Siswa bisa dibantu mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap ras dan etnik, apabila gambaran realitas kehidupan berbagai ras dan etnik ditampilkan dalam materi pembelajaran secara konsisten, alami, dan integrated. Pelibatkan siswa dalam berbagai acara kegiatan bersama dan aktivitas pembelajaran kooperatif dengan berbagai ras dan ethnik yang bebeda juga akan membantu mengembangakn sikap positif antar ras dan etnik. Menurut Donna M. Gollnick dan Chinn (1983:51) kompetensi dari pendidikan multikultural adalah peserta didik memiliki perspektif multikultural melalui program dan kegiatan pendidikan. Perspektif multikultural tersebut penting dimiliki para peserta didik untuk meningkatkan enam hal, yaitu: (1) konsep diri dan pemahaman diri yang baik; (2) sensitivitas kepada dan memahami pihak lain; (3) kemampuan DRAFT untuk merasakan dan memahami keragaman, seperti konflik, interpretasi nasional, kultural, dan perspektif tentang peristiwa, nilai, dan perilaku; (4) kemampuan untuk membuat keputusan dan melakukan aksi yang efektif berdasarkan analisis dan sintesis multi-kultural; (5) pikiran terbuka terhadap isu-isu yang berkembang; dan (6) pemahaman terhadap proses stereotip, tingkatan berpikir stereotip rendah, serta bangga terhadap diri sendiri dan menghargai semua orang. Kompetensi pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Gollnick dan Chinn di atas memang masih sangat umum, sehingga lazim disebut kompetensi dasar. Namun demikian, penjelasan tentang 6 (enam) hal di atas 53 dapat membantu pengembang kurikulum untuk merumuskan kompetensi pendidikan multikultural yang lebih rinci, baik dari segi orientasi pembelajaran maupun ranah yang akan dikembangkan dari peserta didik. Kompetensi pendidikan multikultural yang menentukan ranah yang akan dikembangkan dari peserta didik telah dijelaskan oleh Ekstrand (1997: 345). Menurutnya, kompetensi pendidikan multikultural dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: kompetensi yang berkaitan dengan sikap (attitude), pengetahuan (cognitive), dan pembelajaran (instructional). Kompetensi pendidikan multikultural yang lebih jelas dari aspek orientasi dan ranah yang akan dikembangkan dari peserta didik telah dikemukakan oleh Lynch (1986:51). Menurutnya, pendidikan multikultural harus berorientasi pada 2 (dua) kompetensi, yaitu: (1) penghargaan kepada orang lain (respect for others), dan (2) penghargaan kepada diri sendiri (respect for DRAFT self). Kedua, orientasi kompetensi pendidikan multikultural. Hal ini penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan multikultural, mengingat pengetahuan tentang kelompok etnik dan kultural yang terbatas sering menimbulkan perbedaan yang negatif. Karena etnisitas, ras, dan kelas merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan masyarakat plural, maka penghargaan terhadap etnik dan minoritas sangat penting ditumbuhkan di kalangan peserta multikultural didik. Dalam diharapkan dapat kaitan ini, membantu kurikulum peserta pendidikan didik untuk mengembangkan penghargaan terhadap keberadaan kelompok etnik dan 54 kultural di masyarakat, agar tumbuh perspektif multikultural di kalangan para peserta didik. Sementara itu, pentingnya penghargaan terhadap diri sendiri terletak pada pemberian kesempatan terus-menerus kepada peserta didik dalam rangka mengembangkan pemahaman diri yang lebih baik. Pengembangan diri ini mencakup, setidaknya tiga hal. Pertama, kurikulum harus membantu peserta didik untuk mengembangkan identitas diri yang akurat. Kedua, kurikulum harus membantu peserta didik untuk mengembangkan konsep diri. Dengan memperhatikan pertanyaan apa dan siapa mereka, peserta didik harus belajar untuk merasakan secara positif tentang identitas mereka, khususnya identitas etnik. Identitas dapat dikembangkan melalui perhatian yang tinggi terhadap bahasa dan kultur yang orisinal. Ketiga, kurikulum multikultural harus membantu peserta didik untuk mengembangkan DRAFT pemahaman diri yang lebih baik. Para peserta didik harus mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa dan bagaimana mereka, mengapa dan bagaimana kelompok etnik dan kultural serta etnik dan kultural yang mereka jalani sehari-hari. Pemahaman diri tersebut akan membantu untuk menangani situasi etnik dan kultural secara lebih efektif (Aly, 2011: 51). Menurut Lynch, kedua bentuk penghargaan yang menjadi orientasi kompetensi kurikulum pendidikan multikultural ini, mencakup tiga ranah pembelajaran (domain of learning). Ketiga ranah pembelajaran terebut adalah: pengetahuan (cognitive), keterampilan (psikomotorik), dan sikap 55 (affective) (Lynch,2011: 57). Lynch tidak hanya menjelaskan kompetensi pendidikan multikultural secara global dan normatif, melainkan juga sekaligus menawarkan rumusannya secara rinci. Adapun rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat kognitif adalah: peserta didik mampu menunjukkan fakta-fakta dasar tentang ras dan perbedaan rasial; adat kebiasaan; nilai, kepercayaan dan prestasi kultur yang direpresentasikan dimasyarakat. Rumusan kompetensi ini ditawarkan oleh Lynch dalam rangka menghargai orang lain yang memiliki latar belakang ras, etnik, bahasa, dan kultur yang berbeda. Rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat kognitif lainnya adalah: peserta didik mampu menjelaskan sejarah, nilai dan prestasi kulturnya sendiri lengkap dengan karakteristiknya. Dengan rumusan kompetensi ini, diharapkan peserta didik mau menghargai dirinya sendiri dan orang lain. DRAFT Sebagaimana rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat kognitif, Lynch juga menawarkan rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat keterampilan dengan orientasi pada penghargaan kepada orang lain dan diri sendiri. Adapun rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang jenis pertama adalah: peserta didik mampu mengidentifikasi rasisme, prejudice, diskriminasi, dan stereotip dari apa yang dilihat, didengar, dan dibaca. Rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang jenis kedua adalah: peserta didik mampu mengomunikasikan bahasanya sendiri dan nilai kekulturannya sendiri kepada pihak lain yang berbeda ras, etnik, dan kulturalnya. Kedua rumusan 56 kompetensi pendidikan multikultural di atas meskipun oleh Lynch dinyatakan sebagai kompetensi pada ranah keterampilan tetapi olehnya juga diakui termasuk pada ranah kognitif. Oleh karena itu, dapat dikatakan kompetensi tersebut bersifat kognitif-skill. Selain rumusan kompetensi yang bersifat kognitif dan keterampilan, Lynch juga menawarkan rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat afektif, baik yang berorientasi pada penghargaan kepada orang lain maupun penghargaan kepada diri sendiri. Rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang kelompok pertama adalah: peserta didik mau menerima keunikan mdividu, nilai-nilai kemanusiaan, prinsip kesetaraan hak dan keadilan, serta nilai-nilai lain yang tidak cenderung prejudice dan diskriminatif. Sedangkan rumusan kompetensi pendidikan multikultural untuk kelompok kedua adalah: peserta didik memiliki citra diri yang positif, DRAFT percaya diri dengan identitas etnik dan kulturalnya, serta nyaman di tengahtengah pihak lain yang berbeda etnik, dan kulturalnya. Dengan memperhatikan tawaran rumusan kompetensi pendidikan multikultural di atas, dapatlah dikatakan bahwa alternatif kompetensi yang ditawarkan Lynch telah memiliki kriteria rumusan kompetensi yang berprinsip pada demokratisasi. Dikatakan demikian, karena rumusan kompentesi pendidikan multikultural yang ditawarkan Lynch memberikan peluang kepada peserta didik untuk menampilkan identitas kulturalnya dengan tetap menghargai isi kultural lain yang berbeda. 57 Rumusan kompetensi pendidikan multikultural yang ditawarkan Lynch juga sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama yang terkait dengan kompetensi minimal untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan. Rumusanrumusan kompetensi pendidikan multikultural di atas jika dilihat dari tahapan pengembangan kurikulum dapat dikategorikan ke dalam tahap perencanaan kurikulum. Menurut. Smith (2002:65) perencanaan kurikulum memuat kompetensi yang akan dicapai, yaitu terjadinya perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku peserta didik ini dapat berupa kemampuan, sikap, kebiasaan, penghargaan, dan pengetahuan. Rumusan kompetensi kurikulum tersebut umumnya didokumentasikan dalam bentuk dokumen kurikulum, sehingga kurikulum model ini juga lazim disebut kurikulum DRAFT sebagai dokumen. 4) Dimensi Pendidikan yang Setara (An Equity Paedagogy) Pedagogi kesetaran yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka menfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari sisi ras, kultur, ataupun sosial. Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam rangka memberikan kesamaan hak, menghilangkan bentuk-bentuk perbedaan dan deskiminasi untuk mengarahkan siswa dalam mencapai prestasi akademik. Kesetaraan akan membentuk pembelajaran lebih kondusif. It exists when teachers use techniques and teaching methods that facilitate the academic achievement of students from diverse racial, 58 ethnic, and social-class groups. By using teaching techniques that cater to the learning and cultural styles of diverse groups, and using cooperative learning techniques are some of the teaching techniques that teachers have found effective with students from diverse racial, ethnic, and language groups (Dayboll, 2010: 12). Kesetaraan akan muncul apabila guru mempergunakan tehnik dan metode pembelajaran yang bisa memfasilitasi pencapaian akademik bagi seluruh siswa dengan berbagai latar belakang yang dimiliki. Penggunaan teknik pembelajaran yang cocok dengan gaya belajar dan tipe kultural yang bervariasi dan mempergunakan metode cooperative learning adalah merupakan beberapa metode pembelajaran yang telah dibuktikan efektif bagi siswa yang memiliki latar belakang multikulutral dan sosial. Mendeskripsikan proses restrukturisasi organisasi dan kultur sekolah akan menjadikan siswa dengan berbagai latar belakang sosio-kultural dapat memperoleh pengalaman, pencerahan, dan pemberdayaan pendidikan yang DRAFT setara. Dimensi ini termasuk bagaimana konseptualisasi sekolah sebagai suatu unit perubahan dan melakukan perubahan struktural di sekolah sehingga memberikan jaminan seluruh siswa dengan berbagai latar belakang yang ada memiliki kesempatan yang setara untuk sukses. Sebagai contoh bagaimana sekolah mengembangkan sistem asesmen dan pernilaian yang adil bagi seluruh siswa tanpa memandang latar belakang dan mengembangkan norma di kalangan para guru bahwa semua siswa dapat belajar dengan baik tanpa memandang latar belakang yang ada. 59 Pendidikan yang setara mengakui kesamaan hak sehingga siswa akan memperoleh kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Setiap siswa memiliki potensi sama dalam beraktualisasi diri sehingga pendidikan multikultural menghilangkan bentuk stratifikasi sosial. Perlakuan sama bagi siswa dari latar belakang kaya maupun miskin. 1. apa yang dibawa siswa keruang 2. Apa yang dibaw guru ke ruang 4, paedagogy DRAFT 3.isi kurikulum Gambar.2 Dimensi kesetaraan (Banks, 2005:23) Prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan merupakan prinsip yang mendasari pendidikan multikultural pada level ide, proses, maupun gerakan. Ketiga prinsip tersebut menggarisbawahi bahwa semua anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Karakteristik pendidikan multikultural yang berprinsip kepada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan sejalan dengan program UNESCO tentang education for all (EFA), yaitu 60 program pendidikan yang memberikan peluang yang sama kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan. Bagi UNESCO, EFA merupakan jantung kegiatan utama dari kegiatan kependidikan yang dilakukan selama ini. Program pendidikan untuk semua ini, menurul Haas sebenarnya tidak hanya terbatas pada pemberian kesempatan yang sama. Kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan, melainkan juga berarti bahwa semua peserta didik harus memperoleh perlakuan yang sama untuk memperoleh pelajaran di dalam kelas. Dengan perlakuan yang sama ini, mereka akan memperoleh peluang untuk mencapai kompetensi keilmuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat mereka (Rosyada, 2002:31). Dalam kaitan ini, pendidikan multikultural akan menjamin semua peserta didik memperoleh perhatian yang sama, tanpa membedakan latar belakang warna kulit, etnik, agama, bahasa, dan kultur peserta didik. Pendidikan multikultural juga tidak akan DRAFT membedakan antara peserta didik yang pandai dan bodoh serta antara peserta didik yang rajin dan malas. Sheets dan Hernandez memandang pendidikan multikultural sebagai bentuk pemberdayaan bagi siswa. An education that is multicultural empowers and prepares students for a democratic society, the founder and leading proponent of multicultural education, theorizes that multicultural education includes five dimensions: content integration, knowledge construction, equity pedagogy, prejudice reduction, and empowering school culture. These dimensions, conceptualized in teacher behavior, focus on the selection of multicultural curricular content, the implementation of culturally mediated instruction, and the creation of an empowering classroom context. When Banks' model is translated into practice, the presumption is made that teachers help students develop the skills, knowledge, and values needed to make decisions, actualize goals, and effect social and political change (Zamroni, 2010:77). 61 Pendidikan multikultural memberdayakan dan mempersiapkan siswa untuk masyarakat demokratis, pendiri dan pendukung utama pendidikan multikultural, berteori bahwa pendidikan multikultural meliputi lima dimensi: integrasi konten, pengetahuan konstruksi, paedagogi ekuitas, pengurangan prasangka, dan kultur sekolah memberdayakan. Dimensidimensi ini, dikonseptualisasikan dalam perilaku guru, fokus pada pemilihan isi kurikulum multikultural, pelaksanaan instruksi kultur dimediasi, dan penciptaan konteks memberdayakan kelas. Ketika model Bank diterjemahkan ke dalam praktik, anggapan yang dibuat bahwa guru membantu siswa mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, mengaktualisasikan tujuan, dan efek perubahan sosial dan politik. 5) Dimensi Pemberdayaan Kultur Sekolah dan (empowering school culture and social structure) Struktur Sosial DRAFT Pemberdayaan kultur sekolah dan kultur sosial yaitu sebuah proses menuju pemberdayaan kultur sekolah dan stuktur sosial. Pendidikan diarahkan pada pemberdayaan anak didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan adalah elemen utama dalam pengembangkan kultur sekolah dalam melembagakan nilai-nilai multikultural. Sekolah merupakan lembaga efektif dalam menginternalisasikan nilainilai multikultural pada anak didik. Pembentukan kultur sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai multikultural seperti kesetaraan, demokrasi, menghargai perbedaan, dapat dilakukan dengan kultur sekolah 62 secara rutinitas. Hal ini diawali dengan membangun paradigma personel sekolah menghargai pluralitas sehingga akan tercipta kultur sekolah dalam mendukung pendidikan multikultural. Perhatian serius terhadap kultur dan struktur sosial sekolah menimbulkan pertanyaan penting tentang karakteristik kelembagaan seperti hubungan antara siswa dan guru dan antara aktifitas mengajar serta aktivitas sebagai administrator sekolah. Kultur dan struktur sosial sekolah adalah menjadi faktor penentu yang kuat tentang bagaimana belajar untuk memahami dirinya sendiri. Faktor-faktor ini mempengaruhi interaksi sosial dalam aktifitas pembelajaran antara guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Kekuatan hubungan dalam sekolah adalah menjadi komponen penting dalam penentuan struktur sekolah. Struktur sekolah termasuk jadwal belajar DRAFT keseragaman fisik ruang kelas, nilai ujian, dan berbagai faktor yang lain sebagai alat kontrol yang dapat digunakan oleh para guru. Jika siswa terlibat dalam aktivitas proses pengetahuan, maka kultur sekolah menjadi kondusif. Guru mungkin tidak mempunyai banyak elemen untuk kontrol atas daya kreativitas belajar siswa. Kultur sekolah turut menentukan keberhasilan struktur sekolah. The school culture and social structure are powerfull determinants of how students learn to perceive themselves. These factor influence the social interactions that take place between student and teachers and among students, both within as well as outside the classroom (Banks, 2007:95). 63 Kultur sekolah dan struktur sosial merupakan penentu kuat tentang bagaimana siswa belajar untuk melihat diri mereka sendiri. Faktor ini yang mempengaruhi interaksi sosial yang terjadi antara siswa dan guru serta kalangan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Unsur-unsur struktur sekolah adalah merupakan komponen penting. Hubungan antara kultur sekolah, struktur sosial, dan struktur dalam sekolah dapat meningkatkan kesadaran guru tentang kekuatan kurikulum. Empat kerangka tentang isu utama yang memiliki relevansi khusus pada struktur sekolah meliputi; (1) gagasan tentang kultur (2) politik perbedaan kultur di sekolah dan masyarakat, (3) keragaman kultur dan subkultur di dalam kelompok-kelompok sosial manusia, dan (4) keragaman kultur dalam perspektif masing-masing individu (Aly, 2011: 12). Banyak kultur tidak hanya diadakan di luar kesadaran tetapi juga DRAFT dipelajari dan diajarkan di luar kesadaran, maka baik kultur penduduk asli maupun pendatang baru menyadari bahwa terdapat aspek-aspek tertentu dalam kekulturan mereka. Dalam pendidikan multikultural, diskusi keragaman kultur ditingkat sekolah dapat berupa seperti bahasa, pakaian, kebiasaan makanan dan agama. Sekolah menjadi situs koleksi untuk pergulatan kultur. Antropolog dengan orientasi linguistik dan kognitif telah mengidentifikasi aspek-aspek kultur tak terlihat. Mereka membuat perbedaan dalam rangka membantu antara komunitas bahasa dan masyarakat. Asumsi-asumsi kultur tentang cara berbicara sangat berbeda, artinya perbedaan komunitas bahasa yang terlihat. 64 2.Pendidikan Agama Islam Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, wacana pendidikan multikultural telah lama dikenalkan bahkan prinsip-prinsip pengembangan dan dakwah Islam juga sangat menitikberatkan penghargaan atas perbedaan kultur. Pendidikan multikultural menjadi satu hal yang sangat mungkin terjadi jika dilihat dari aspek historis. Untuk memberikan deskripsi yang lebih kongkret, perlu diuraikan tentang Pendidikan Agama Islam dalam perspektif pendidikan multikultural. a.Demokrasi, Kesetaraan dan Keadilan dalam Pendidikan Agama Islam Penanaman nilai-nilai multikultural melalui pendidikan multikultural dalam sebuah institusi pendidikan memerlukan dukungan semua komponen yang terkait dalam pendidikan. Dukungan institusi sekolah dalam membentuk kultur sekolah yang mendukung terhadap praksis pendidikan DRAFT kultural menjadi faktor penentu. Paradigma pendidikan multikultural sebagai entitas yang esensial dalam membentuk hubungan harmonisasi relasi sosial semestinya dapat dimulai dari madrasah sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai multikultural. Penciptaan kultur sekolah yang responsif terhadap nilai-nilai multikultural dapat dimulai dengan membuat desain kurikulum pendidikan yang akomodatif terhadap perbedaan dan internalisasi nilai-nilai multikultural. Dengan demikian proses pembelajaran dalam rumpun kurikulum Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di madrasah maupun sekolah-sekolah memuat unsur-unsur penghargaan atas kemanusiaan, pengakuan terhadap perbedaan dan universalisme. 65 hak-hak Hal tersebut dapat terimplementasi dalam sebaran kurikulum Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Al qur’an hadis, akidah akhlak, fiqih maupun sejarah kebudayaan Islam. Praksis Pendidikan Agama Islam dibentuk dalam integreated curriculum yang memadukan aspek keilmuan dan nilai-nilai multikultural, sehingga dapat diharapkan menghasilkan output siswa yang memiliki kepribadian utuh. Keahlian dalam basis keilmuan Pendidikan Agama Islam dan sekaligus pembentukan kepribadian yang memiliki tingkat menjadi target utama dalam kurikulum berbasis multikultural. Kurikulum dapat didesain meliputi beberapa subjek pelajaran, seperi toleransi, akidah inklusif, fiqih muqarran dan perbandingan agama serta tema-tema tentang perbedaan ethno-kultural dan agama (Arifin, 2008: 2). Desain kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam terintegrasi dalam DRAFT konten materi Pendidikan Agama Islam dengan basis multikultural akan dapat menghasilkan output yang memiliki tingkat penghargaan terhadap perbedaan yang tinggi, menyejukkan, dan mengayomi semua masyarakat. Kurikulum menjadi media untuk melakukan transfer nilai-nilai positif tentang kemanusiaan yang banyak terdapat dalam ajaran normatif Islam dalam Al qur’an maupun hadis. Praksis Pendidikan Agama Islam merupakan aktivitas menyampaikan kearifan dan kesalehan sosial kepada siswa. Kurikulum Pendidikan Agama Islam akan lebih bersifat humanis-religius. Artinya, kurikulum tetap mengedepankan nilai humanis yang memiliki tingkat responsibilitas tinggi terhadap keragaman, namun tetap dalam 66 koridor dan batas-batas akidah yang dibenarkan dalam Islam. Dengan demikian, dimungkinkan dapat terbentuk generasi yang memiliki kerekatan terhadap realita kemajemukan yang ada dalam kultur bangsa Indonesia. Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menjadi termanifestasi dalam pembentukan generasi yang memiliki rasa penghargaan terhadap perbedaan dan solidaritas tinggi, sebagaimana ketika Rasullullah saw menghargai atas perbedaan hak-hak bernegara yang termaktub dalam Piagam Madinah. Dalam perspektif Islam, pendidikan multikultural yang berprinsip pada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan ternyata kompatibel dengan doktrindoktrin Islam dan pengalaman historis umat Islam. Adapun doktrin Islam yang mengandung prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan, antara lain ditemukan keberadaannya dalam Al qur'an surat al-Syura : 38, al-Hadid : 25, dan al-A'raf : 181. DRAFT Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(Q.S.al-Syura: 38). 67 Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.(Q.S.al-Hadid : 25) Artinya: Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (Q.S.al-A'raf : 181) DRAFT Ayat Al qur'an di atas memberikan landasan moral dan etik bahwa setiap orang memiliki hak untuk memperoleh perlakuan yang adil, baik dalam soal ucapan, sikap, maupun perbuatan. Perlakuan yang lembut, berkaitan dengan interaksi sosial antara orang muslim satu dengan orang muslim lainnya dan antara orang muslim dengan orang non muslim. Perlakuan adil juga berkaitan dengan interaksi sosial antara orang etnik Arab dengan orang non-Arab, dan antara orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih. Dengan kata lain, Islam tidak mengajarkan doktrin rasisme, yang menempatkan suatu kelompok secara superior atas kelompok yang lain karena faktor ras dan etnik. Doktrin Islam tentang prinsip demokrasi (almusyawarah), kesetaraan (al-musawah), dan keadilan (al-'adl) di atas telah 68 dipraktikkan oleh Rasulullah saw untuk mengelola keragaman kelompok dalam masyarakat di Madinah. Pada saat pertama kali memasuki kota Madinah, misalnya Nabi Muhammad saw membuat perjanjian tertulis yang populer dengan sebutan Piagam Madinah. Piagam ini menetapkan seluruh penduduk Madinah memperoleh status yang sama atau persamaan dalam kehidupan. Prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan terkandung dalam Piagam Madinah pada pasal 16 dan 46 berikut (Mas’ud, 2004:74). Dan bahwa orang Yahudi yang mengikuti kami akan memperoleh hak perlindungan dan hak persamaan tanpa ada penganiayaan dan tidak ada orang yang membantu musuh mereka (pasal 16). Dan bahwa Yahudi al-Aus, sekutu mereka dan diri (jiwa) mereka memperoleh hak seperti apa yang terdapat bagi pemilik sahifat ini serta memperoleh perlakuan yang baik dari pemilik sahifat ini. Dua pasal Piagam Madinah di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kepedulian tinggi terhadap persoalan demokrasi, DRAFT kesetaraan, dan keadilan antaretnis, antarras, dan antaragama. Selain itu, dua pasal Piagam Madinah juga mengandung pesan moral bahwa Nabi Muhammad saw menolak adanya diskriminasi, hegemoni, dan dominasi dalam kehidupan di masyarakat yang majemuk. Dengan demikian, dari sudut perspektif modern dua pasal di atas dapat menjadi inspirasi untuk membangun masyarakat multikultural. Sementara itu, dari sudut perspektif pendidikan dua pasal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar mengembangkan pendidikan multikultural. Menurut Nurcholish Madjid Pancasila dapat diimbangkan dengan Sahifatul Madinah (hal ini merupakan langkah awal dalam menggagas modern nation-state) merupakan piagam sebagai realisasi kontrak sosial 69 bersama yang dibuat oleh Rasulullah saw di Madinah yang melindungi hakhak sosial masyarakat yang mengatur hubungan antara kaum muslim dan non-muslim untuk menjalin relasi sosial masyarakat sebagai ummatan wahidah (ummat yang satu) dengan saling menghormati hak-hak satu sama lain, dan menghargai “the other” (yang lain). Piagam madinah menghilangkan sekat-sekat primodial dan kelompok sehingga mengarahkan pada kehidupan dengan basis kesetaraan, penghargaan dan universalisme dalam kehidupan yang majemuk (Shihab, 1999: 71). b. Pluralisme dalam Pendidikan Agama Islam Pendidikan multikultural dalam Pendidikan Agama Islam merupakan usaha untuk mengembangkan hubungan sosial anak didik yang harmonis tanpa ada sekat perbedaan penafsiran atas teks agama. Sedangkan dalam relasi sosial yang lebih luas pendidikan multikultural dalam Islam adalah DRAFT membangun hubungan sesama manusia yang lebih harmonis. Dengan demikian, pendidikan multikultural dalam Islam adalah lebih diperuntukan dalam menangani problem yang sangat krusial intern umat Islam yaitu munculnya berbagai konflik antara satu aliran penafsiran ataupun penganut madhzab tertentu terhadap madhzab lainya, sehingga perlu diurai dasar pendidikan multikultural dalam Islam. Nilai-nilai normatif Islam yang sangat menghargai atas perbedaan dan kemajemukan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, menjadikan ruh Pendidikan Agama Islam yang ramah dan arif dalam menghargai kemajemukan. Pola pembelajaran mengacu pada analisa kritis 70 dan pembentukan afektif anak atas realitas kemajemukan. Pendidikan Agama Islam sebagai pembentukan karakter anak didik yang mampu menghargai kemajemukan hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa prinsip pluralism dan toleransi merupakan anjuran agama (Hamim, 2000:125). Kehidupan di era global menghilangkan sekat-sekat etnis, kultur tradisi, dan agama, sehingga konteks kehidupan multikultural menjadi suatu keniscayaan. Pendidikan Agama Islam yang mengakar pada ajaran normatif Islam telah memiliki konsep tentang pluralisme. Konsep pluralisme dalam Islam secara eksplisit dijumpai pada teks primer Islam (Al qur’an dan hadis). Pluralism dalam perspektif Islam merupakan dasar dari khilqah (penciptaan) alam dan karenanya pluralisme tidak berpotensi untuk melahirkan konflik, melainkan potensi untuk membuat keseimbangan (equilibrium). Islam mengakui bahwa syarat membuat keharmonisan adalah pengakuan terhadap DRAFT komponen-komponen yang secara alamiah berbeda (diversity). (Hamim, 2000:140). Kondisi masyarakat yang sangat plural bukan menjadi penghalang atas persatuan. Proses Pendidikan Agama Islam dengan sejumlah materi pendidikan menaruh perhatian besar terhadap penghargaan dalam konteks masyarakat pluralistik. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai proses dalam mengembangkan sikap yang permisif terhadap pluralisme. Hal ini sejalan dengan tuntutan Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dalam kehidupan yang majemuk. Piagam Madinah yang digagas oleh beliau merupakan penghargaan yang tinggi atas hak-hak 71 berbangsa dan bernegara, sehingga melakukan internalisasi nilai-nilai pluralisme sejalan dengan ajaran Islam. Masyarakat pluralistik akan menjadi masyarakat yang madani dan fungsi Pendidikan Agama Islam menjadi sangat urgen dalam upaya pengembangan tersebut. Menurut Savage dan Amstrong (1996: 830), pendidikan berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda kultur, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan kultur yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan kultur mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antarkelompok masyarakat. Pendidikan multikultural lebih DRAFT lanjut diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif kultur yang berbeda dengan kultur yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan kultur, ras, dan etnis. Materi Pendidikan Agama Islam dalam konteks gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang sulit ataupun baru. Setidaknya ada tiga alasan untuk itu. Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam 72 bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas takwa dan kedekatannya dengan Tuhan (Truna, 2010: 15). Dasar normatif ajaran agama Islam yang terimplementasi dalam praksis Pendidikan Agama Islam memberi kontribusi yang signifikan bagi Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural. Normatif ajaran Islam sangat mengedepankan dan mengatur hubungan sosial dalam bingkai hablum min an nas. Seruan Islam atas penghargaan dan penghormatan terhadap kemajemukan bahkan paham lain agama sekalipun menjadi ruh bagi praksis Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural. Agama Islam mengatur lebih dari sekedar rutinitas ritual. Agama Islam mewajibkan seluruh umatnya untuk senantiasa menjaga hubungan harmonis dengan seluruh alam, terlebih hubungan horizontal dengan sesama manusia (Ma’arif, 2006: 3), sehingga pemaknaan Islam yang sebenarnya menjadi DRAFT tampil menyejukan dan lepas dari image negatif bahwa Islam identik dengan jihad dan kekerasan. Jika pengajaran multikultural dapat dilakukan dalam sekolah baik umum maupun agama hasilnya akan melahirkan peradaban yang juga melahirkan toleransi, demokrasi, kebajikan, tolong menolong, tenggang rasa, keadilan, keindahan, keharmonisan, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Intinya gagasan dan rancangan sekolah berbasis multikultural adalah sebuah keniscayaan dengan catatan bahwa kehadirannya tidak mengaburkan atau menciptakan ketidakpastian jati diri para kelompok yang ada. 73 Multikultural yang bermakna penghargaan dan pengakuan terhadap kultur lain, secara normatif dapat dibenarkan keberadaannya. Multikultural dalam Islam dapat dirujukkan minimal dari tiga kategori, yakni pertama perspektif teologis, kedua perspektif historis dan ketiga perspektif sosiologis (Shihab, 2002: 23). Multikultural dalam prespektif teologis Islam dapat ditemukan dalam banyak ayat Al quran. Sebagaimana kita ketahui bahwa pluralisme yang ada di dunia ini adalah sebuah kenyataan yang sudah menjadi sunnatullah (ketentuan Allah). Di dalam Al qur’an surat al-Hujarat ayat 13 Allah menyebutnya bahwa kemajemukan adalah kehendakNya, sebagai arti ayat ini “Wahai manusia, sungguh telah Allah ciptakan kalian dari seorang lelaki dan perempuan, dan menjadikan kalian dari berbagai bangsa dan suku agar kalian saling mengenal….” Ayat tersebut tidaklah ditujukan DRAFT untuk persaudaraan muslim saja, tetapi kepada seluruh umat manusia, karena hakikat keduanya sama. Dari ayat 13 surat al-Hujurat di atas, sangat tegas bahwa Islam pada dasarnya menganggap sama pada setiap manusia, yakni tercipta dan dilahirkan dari sepasang orang tua mereka (laki-laki dan perempuan), kemudian keterlahiran ini sendiri mempunyai tujuan untuk saling mengenal dan memahami karakter masing-masing kelompok setelah manusia ini menjadi kelompok yang berbeda. Dalam surat lain, Q.S. al-Rum ayat 22, Allah berfirman yang artinya “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan 74 bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. Ayat ini menerangkan bahwa perbedaan warna kulit, bahasa, dan kultur harus diterima sebagai sesuatu yang positif dan merupakan tanda-tanda dari kebesaran Allah Swt. Sikap yang diperlukan bagi seorang muslim dalam merespon kemajemukan dan perbedaan adalah dengan memandangnya secara positif dan optimis, bahwa pluralisme yang ada justru akan memperkokoh dan memperindah sisi kemanusiaan. Dengannya seorang muslim akan mampu bertindak dengan bijak dan selalu termotivasi untuk berbuat baik. Secara semiotik, ayat-ayat Al qur’an yang menerangkan tentang toleransi juga merupakan fondasi umat Islam dalam menatap keberagaman, baik kultur, ras, etnik maupun agama. Q.S. al-Kafirun ayat 5 yang artinya DRAFT “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. berisi tentang prinsip untuk saling menghargai antar pemeluk agama. Al qur’an justru memfasilitasi, tingginya arti toleransi ini, bukannya mengebiri terhadap keberadaan orang yang beragama lain. Toleransi sendiri adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, terlebih di Indonesia yang memiliki komposisi masyarakat yang sangat heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras yang berbeda. Multikultural perspektif historis dalam Islam dapat dirujuk langsung oleh sistem kenegaraan yang diterapkan Nabi Muhammad saw dengan Piagam Madinahnya. Piagam Madinah ini adalah konsesi atas Hijrah Nabi 75 Muhammad saw pada tahun 622 Masehi yang menemukan kondisi sosiologis Madinah berbeda dengan di Makkah. Sebelum hijrah, Nabi memulainya dengan membuat Perjanjian Aqabah (bai’at al-‘aqabah). Baiat adalah transaksi, seperti jual beli. Artinya, dalam perjanjian ada transaksi seperti jual dagang, berkompromi sampai pada yang disepakati (Truna, 2010: 17). Model baiat sekarang dipaksakan oleh guru dan dilakukan secara membabi buta. Dahulu baiat didasarkan pada konsensus dan bargaining untuk saling mendapatkan. Dalam Perjanjian Aqabah pada tahun 621 M disebutkan bahwa orang-orang Madinah akan bersedia menerima Nabi dan sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah dengan jaminan Nabi bisa dipercaya menjadi rekonsiliator untuk menegakkan konflik kesukuan (tribal) yang tidak ada habisnya. Semua menjadi bagian dari konflik, maka tidak ada yang memiliki DRAFT otoritas untuk menyelesaikan. Seperti halnya yang terjadi di Papua, antar suku sudah menjadi bagian konflik, tidak ada yang bisa menyelesaikannya. Dalam perspektif antropologis perlu adanya outsider essential yang akan menyelesaikan konflik-konflik. Kabilah-kabilah di Madinah menerima Nabi tetapi dengan jaminan Nabi harus memerankan diri sebagai hakim yang adil dan bisa menengahi konflik antarsuku karena mereka juga lelah. Orang-orang yang terikat dalam perjanjian tersebut disebut sebagai ”umat”. Umat adalah siapa pun yang ikut dalam semua kesepakatan atau perjanjian Piagam Madinah, termasuk di dalamnya adalah Nabi (Shihab, 2002: 12). Siapa pun yang diserang akan dibela dan siapa pun yang 76 berkhianat akan diserang. Zaman Nabi tidak ada yang menyerang kecuali dia berkhianat. Piagam Madinah disusun dalam posisi yang sama, hidup, kehormatan dan kehendak mencapai kebahagiaan menjadi jaminan dalam piagam tersebut . Perspektif ketiga adalah perspektif sosiologis intern umat Islam. Hal ini dapat dilihat dalam praktik keberagamaan umat Islam di seantero dunia Islam. Secara internal umat Islam memiliki keanekaragaman madzhab fiqih, tasawuf, dan kalam. Dalam bidang fiqih umat Islam Indonesia mengenal adanya madzhab lima, dari Imam Syafi’i dengan qaul jadid dan qadimnya, Imam Hanafi, Hambali, Abu Hanifah, dan Imam Ja’far. Dalam ilmu kalam, Imam al-Asy’ari dan Maturidi disebut sebagai penggagas Ahlussunnah (Sunni), Wasil bin Atho’ dengan Mu’tazilahnya, Khawarij, Murjiah juga ada Syi’ah dan para pendukung Imam Ali dibelakangnya (Yana, 2004: 42). DRAFT Kemajemukan intern umat Islam juga ditemukan dalam praktik pengelompokan sosial, politik kepartaian serta model pendidikan. Dinasti dan kekhalifahan yang pernah ada dalam sejarah Islam seperti Dinasti Mughal, Fathimiyah, Abasiah, dan terakhir dinasti Turki Usmani adalah contoh konkret tentang keragaman yang ada dalam Islam. Dari sudut multikultural internal, pluralisme identitas kultural keagamaan bagi masyarakat muslim, bukanlah menjadi sekedar fakta, multikultural telah menjadi semangat, sikap hidup dan pendekatan dalam menjalani kehidupan dengan orang lain. c. Nilai-nilai Multikultural dalam Materi Pendidikan Agama Islam 77 Konsep pendidikan yang berwawasan multikultural di sekolah khususnya di lingkungan agama pada dasarnya pendidikan Islam yang tidak ada permasalahan karena konsep tersebut bukan sesuatu yang bertentangan dengan konsep dasar Islam yang mengatur sistem kehidupan yang multietnik, kultur, ras, adat istiadat, dan gaya hidup (Binawah, 2004: 81). Sebagaimana dipahami bahwa multikultural adalah makna yang menunjuk pada kenyataan bahwa kita tidak hidup dalam sebuah kultur saja. Kultur dalam arti semua usaha manusia untuk mengungkapkan dan mewujudkan semua hal bernilai baik dari kehidupannya. Bagi Pendidikan Agama Islam gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang ekstrim dan bukanlah paham yang kontradiktif dengan Islam, setidaknya ada tiga alasan argumen yang mendasari. Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain. Kedua, DRAFT konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan kedekatannya dengan Tuhan (Nafi, 2007: 35). Strategi hubungan multikultural dan etnik dalam sekolah dapat digolongkan kepada dua yakni pengalaman pribadi dan pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam pengalaman pribadi dengan menciptakan pertama, siswa etnik minoritas dan mayoritas mempunyai status yang sama; kedua, mempunyai tugas yang sama; ketiga, bergaul, berhubungan, 78 berkelanjutan dan berkembang bersama dan keempat, berhubungan dengan fasilitas, gaya belajar guru, dan norma kelas tersebut. Adapun dalam bentuk pengajaran adalah sebagai berikut: pertama guru memiliki kesadaran akan keragaman etnik siswa; kedua, bahan kurikulum dan pengajaran seharusnya refleksi keragaman etnik; dan ketiga, adalah bahan kurikulum dituliskan dalam bahasa daerah/etnik yang berbeda. Pengajaran multikultural dapat dilakukan dalam sekolah baik umum maupun agama hasilnya akan melahirkan peradaban yang juga melahirkan toleransi, demokrasi, kebajikan, tolong menolong, tenggang rasa, keadilan, keindahan, keharmonisan dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Intinya gagasan dan rancangan sekolah yang berbasis multikultural adalah sebuah keniscayaan dengan implementasi tidak akan menjadi bias dalam syariah, akidah maupun muamalah (Truna, 2010: 17). DRAFT Fenomena yang terjadi dalam era globalisasi telah merambah pada seluruh dimensi kehidupan baik terhadap masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Derasnya arus globalisasi telah membentuk kultur baru, sehingga dampak globalisasi dan modernisasi telah membuka sekat kultural, etnik, ideologi bahkan agama yang akhirnya normatif agama juga menjadi multiinterpretasi. Implikasi yang ditimbulkan menjadikan kehidupan tidak dapat konstan pada monokultur tetapi menjadi kehidupan yang multikultural. Seiring dengan majunya peradaban maka pemaknaan multikultural menjadi luas meliputi: pola kehidupan, ras, etnik, gender, dan berbagai penafsiran agama dalam aktivitas pendidikan. Sebagai ideologi 79 yang relatif baru, pendidikan multikultural mengedepankan beberapa prinsip universalisme, pluralisme, keragamaan, kesetaraan dan penghargaan terhadap etnis tertentu serta menghilangkan dominasi kultur tertentu (Baidhawy, 2005: 23). Pendidikan berbasis multikultural menanamkan rasa toleransi terhadap keragaman kultur maupun keragaman pemikiran. Pendidikan multikultural dapat disimpulkan merupakan pendidikan yang mengajarkan aspek-aspek universalisme, pluralisme, keragaman, kesetaraan toleransi, dan keadilan. Gagasan dan rancangan memasukkan wawasan multikultural di sekolah agama dan madrasah bisa direspons secara positif, sebatas tidak terjadi bias dari dasar ideologi pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam memiliki keunikan dan kekhasanya sendiri sesuai dengan visi dan misinya. Adapun visi dari madrasah sebagai sebuah lembaga Pendidikan Agama Islam adalah DRAFT terwujudnya manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, berilmu, terampil dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat (Ahmadi, 2005: 75). Misi madrasah adalah menciptakan lembaga yang Islami dan berkualitas, menjabarkan kurikulum yang mampu memahami kebutuhan anak didik dan masyarakat, menyediakan tenaga kependidikan yang profesional dan memiliki kompotensi dalam bidangnya dan menyelenggarakan proses pendidikan yang menghasilkan lulusan yang berprestasi. Adapun sejalan dengan kemajuan peradaban, Pendidikan Agama Islam dalam era multikultural perlu melakukan kesiapan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang meliputi aspek akidah, syariah, dan akhlak. 80 Pertama aspek akidah akhlak, munculnya beragam informasi dan pesatnya gelombang modernisasi memunculkan pola baru dalam berbagai aspek kehidupan. Kemajuan teknologi informasi mengarahkan pemikiran semakin bersifat global. Fenomena tersebut semakin menambah kompleks dinamisasi dalam berbagai lapisan pemikiran maupun merebaknya komunitas-komunitas yang mencoba eksistensi diri. Lajunya modernisasi juga membawa implikasi pada interpretasi atas teks agama menjadi sangat beragam. Interpretasi atas dasar normatif agama menjadi madhzab-madhzab dalam ritualisasi agama Islam. Hal ini juga berimplikasi dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam. Praksis pendidikan agama menghadapi tantangan dalam bidang akidah akhlak. Era multikultural semestinya diwarnai penghargaan dalam kebebasan DRAFT berpikir. Namun kebebasan tersebut tetap dalam batas-batas tidak melanggar akidah akhlak yang benar artinya kebebasan berpikir tidak dibenarkan mengikis akidah akhlak Islam sebagai keyakinan tauhid. Sisi pembelajaran akidah perlu mengembangkan toleransi siswa atas berbagai akidah yang berkembang dalam era multikultural. Pembelajaran akidah semestinya menampilkan beragam aliran teologi yang ada, sehingga pendidikan agama merupakan upaya pembentukan kesadaran atas realitas yang beragam terhadap interpretasi atas dasar normatif agama (Mas’ud, 2004:15). Pembelajaran akhlak berorientasi membentuk kepribadian akhlak yang mulia (al akhlak karimah). Munculnya degradasi akhlak remaja menjadi 81 indikator semakin rendahnya kualitas akhlak anak didik. Fenomena tersebut juga dapat didukung oleh multi kasus yaitu aspek pembelajaran akhlak disekolah maupun dampak perkembangan globalisasi. Namun degradasi moralitas siswa menjadi tantangan yang perlu dibantu dengan model pembelajaran akhlak dalam Pendidikan Agama Islam yang lebih responsif terhadap kenyataan empiris tentang penurunan al akhlak karimah pada output pendidikan Islam. Kedua aspek muamalah, keragaman dasar teologis yang dipakai oleh beberapa madhzab teologi menjadikan praktik muamalah menjadi sangat beragam. Bidang studi fiqih termasuknya salah satu kajian muamalah menjadi berbagai macam model yang dikembangkan dalam dunia pendidikan. Kemajemukan dalam praktik fiqih beragam sesuai dengan pemahaman masing-masing madhzab dalam aliran fiqih. Kemajemukan atas DRAFT interpretasi fiqih tersebut adalah bagian dalam membentuk masyarakat madani yaitu masyarakat demokratis berkeadaban (Azra: 2002:xx). Berdasarkan kenyataan tersebut sebaiknya dibangun kajian fiqih dalam berbagai perspektif sehingga beberapa pendapat tentang kajian fiqih dengan demikian, siswa melalui keragaman konsep dan wacana mengarah pada proses pendewasaan dan memiliki sudut pandang yang jelas dan memiliki banyak cara memahami realitas kemajemukan (Baidhawy: 2005:83) . Hal ini dipandang perlu mengingat beragamanya fiqih muamalah yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Pembelajaran fiqih yang terkait dengan muamalah semestinya didesain dalam rangka membuka kesadaran anak 82 didik terhadap keragaman pemahaman tentang fiqih. Hal ini bertujuan pada pembentukan karakter anak didik yang lebih toleran terhadap keragaman fiqih yang berkembang di masyarakat. Manfaat yang lebih besar didapatkan dari pemahaman perbandingan berbagai aliran fiqih (fiqih muqaran), menjadikan anak didik menghargai nilai-nilai perbedaan. Pembentukan karakter yang lebih permisif terhadap keragaman perlu dikembangkan dengan dasar kebersamaan dan kebermaknaan serta etika yang lebih menjunjung hak-hak universalitas. Pembelajaran fiqih yang lebih mengadopsi nilai-nilai multikultural membentuk kepribadian anak didik yang terpola melalui kultur sekolah yang lebih mengedepankan rasa tasamuh (toleran) yang telah diajarkan Rasulullah saw. Ketiga aspek syariah, pendidikan multikultural dalam Islam secara syariah telah ada dalam beberapa ayat Al qur’an maupun hadis. Praksis DRAFT Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada konteks multikultural menjadi sangat memungkinkan terjadi. Pemahaman yang sepihak atas wacana pendidikan multikutural dalam Islam menjadi kontra produktif. Wacana pendidikan multikulutral semestinya diberi pemaknaan dan pemahaman atas keragaman dan pemberian hak-hak kemanusiaan tanpa menembus batas-batas akidah/teologis. Pemaknaan multikultural yang menyetuh dasar teologis menjadi tidak benar, karena semua agama mempunyai dasar teologis masing-masing. Penyatuan kebenaran agama-agama tidak mungkin terjadi. Pendidikan multikultural dari aspek syariah adalah memerlukan dasar filosofis maupun 83 dasar pijak syariah atas implementasi pendidikan multikutural. Tantangan bagi Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dasar hukum/syariah atas implementasi pendidikan multikultural (Ahmadi, 2005: 26). Dengan demikian, aspek syariah yang dikembangkan dalam diri siswa adalah melakukan internalisasi aspek-aspek syariah yang diyakini oleh siswa sehingga memperkokoh pemahaman syariah siswa. Era pendidikan multikultural adalah lebih dipahami dalam diri siswa bahwa ada aspek-aspek keyakinan beragam lain tanpa menggoyahkan aspek syariah. d.Humanisasi dalam Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam dalam perspektif historis merupakan pendidikan yang berangkat dari masyarakat. Basis Pendidikan Agama Islam adalah mengakar pada kultur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sejarah panjang Pendidikan Agama Islam awal berupa pesantren yang merupakan lembaga DRAFT Pendidikan Agama Islam non formal yang berasal dari masyarakat. Terlepas dari kekurangan maupun kelebihan pesantren sebagai lembaga Pendidikan Agama Islam nonformal, pesantren telah menunjukkan eksistensi dan kontribusi yang bermakna bagi perjalanan panjang perjuangan bangsa Indonesia. Perkembangan selanjutnya, pesantren tetap pada pola pembelajaran yang mengadopsi pola pembelajaran tradisional (salaf) dengan memadukan sistem persekolahan yang selanjutnya pesantren mulai mendirikan pendidikan formal yang disebut madrasah. Madrasah sebagai lembaga formal penyelenggara Pendidikan Agama Islam menerapkan 84 sistem klasikal. Keberadaan pesantren dan madrasah menjadi saling mendukung dalam ikhtiar menghidupkan nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama Islam memiliki sebuah potensi yang sangat besar bagi pemberdayaan rakyat secara menyeluruh. Kultur yang dibangun berangkat dari masyarakat menjadikan Pendidikan Agama Islam sangat potensial dalam pembentukan civil society ataupun masyarakat madani. Pendidikan Agama Islam menjadi lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai dan penumbuhan demokrasi dan humanisasi (Azra, 2002: 148). Pendidikan kritis menjadi alternatif pelembagaan nilai-nilai demokratisasi dan humanisasi serta berbasis pada kesetaraan. Menurut Illich pendidikan modern gagal karena hanya aktifitas pendidikan hanyalah merupakan proses dehumanisasi. Sistem pendidikan hanya memperkuat struktur kelompok elite yang telah mapan, sehingga sistem persekolahan DRAFT menurutnya harus dihapuskan. Senada dengan Illich, Freire menganggap pendidikan seharusnya sebagai proses membebaskan manusia dari keterbelakangan dan kebodohan, namun hanya menjadi alat penindasan bagi kekuasaan. (Azra, 2002:149). Pendidikan Agama Islam dengan mendasarkan pada sumber materi normatif Islam terdapat banyak isi materi tentang internalisasi nilai-nilai kemanusiaan dan humanisasi serta demokratisasi. Pembelaan pada kaumkaum tertindas yag disebabkan oleh sistem menjadi sebuah bidang garap dalam dataran praksis Pendidikan Agama Islam. Aktualisasi Pendidikan 85 Agama Islam pada arah pemecahan problem sosial yang berkembang dalam masyarakat menjadi penting. Fenomena yang berkembang secara sporadis munculnya gerakangerakan yang mengatasnamakan golongan tertentu berbasis Islam menjadi sebuah problem tersendiri. Suatu keniscayaan era yang multitafsir terhadap interpretasi teks agama Islam, hal ini karena rentang waktu yang cukup jauh masa datangnya Islam ketika zaman Nabi Muhammad saw dengan era modern. Namun, satu catatan sejarah yang tidak dapat dilepaskan bahwa Islam berkembang tidak ditopang dengan kekerasan tetapi Islam berkembang dengan akulturasi dan harmonisasi kultur dengan masyarakat setempat. Islam bukanlah agama yang ditegakkan dengan kekerasan namun dengan penghormatan atas hak-hak bermasyarakat dan humanisasi serta demokrasi (Ahmadi, 2005:17). DRAFT Fungsi Pendidikan Agama Islam ditengah krisis multikultural yang berkembang pada kelompok-kelompok tertentu setidaknya dapat mengeliminasi gerakan-gerakan sporadis yang antikemajemukan. Dengan demikian perlu dilakukan penguatan fungsi Pendidikan Agama Islam dalam mereduksi krisis multikultural, dengan memposisikan pendidikan agama Islam berfungsi sebagai humanisasi dan sekaligus basis moral. Ajaran-ajaran tentang akhlakul karimah (akhlak mulia) menjadi dasar pembentukan moralitas siswa. Pengembangan materi tentang akhlak serta pemaknaanya menjadi berkembang pada pembentukan kearifan lokal (local wisdom). Implementasi akhlak yang dikembangkan akan membentuk 86 kesadaran moral kolektif siswa yang akan membentuk kultur sekolah yang adaptif terhadap kemajemukan (Ilyas: 2000: 12). Dalam arti lebih luas, kemajemukan meliputi penghargaan atas perbedaan interpretasi ataupun pola pikir serta pendapat golongan tertentu, sehingga sikap arif menjadi muncul terhadap realitas perbedaan. Muatan materi Pendidikan Agama Islam yang telah sarat dengan ajaran demokratsisasi dan humanisasi perlu dilakukan penguatan pada nilai-nilai tersebut. Ajaran agama banyak menganjurkan perdamaian dan cinta kasih sebagai pegangan hidup (Baidhawy : 2005: 59). Fenomena krisis kesadaran multikultural yang berkembang dibutuhkan pendalam materi yang disampaikan pada anak didik pada aspek kemanusian. Pendidikan Agama Islam yang semula lebih berorientasi pada aspek akidah dan fiqih, perkembangkan berikutnya juga menambahkan orientasi yang lebih pada DRAFT aspek-aspek tentang muamalah yang banyak mengatur relasi sosial. B. Kajian Penelitian yang Relevan Kajian pendidikan multikultural di Indonesia masih berada dalam dataran wacana dan pencarian dasar filosofis serta teknis implementasi, walaupun wacana pendidikan kebijakan multikultural di barat sudah menjadi dalam pendidikan. Namun, beberapa paradigma pendidikan multikultural di Indonesia semestinya disesuaikan dengan kultur dan paradigma pendidikan yang berlaku di Indonesia. Implementasi pendidikan multikultural konteks Indonesia mengacu pada beberapa ideologi dan kultur siswa dan sekolah. Konstruk pendidikan 87 multikultural di Indonesia dikembangkan pada orientasi utama membangun kondisi pembelajaran yang kondusif serta penghargaan atas hak-hak siswa yang bertujuan akhir pada peningkatan prestasi siswa. Upaya membangun dan menelaah pendidikan multikultural di Indonesia dapat dimulai dengan mengadakan review terhadap hasil-hasil penelitian multikultural yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Selama ini kajian atau studi terhadap isu-isu multikultural yang dikaitkan dengan masalah konflik dan integrasi dalam kehidupan masyarakat yang plural di Indonesia belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari jumlah yang sedikit tersebut, ada dua kajian yang memfokuskan pada dimensi etnik, kultur, dan agama. Adapun kajian yang memfokuskan pada dimensi etnik dan kultur dilakukan oleh Pranowo, dkk (1988: 50). Hasil studi yang diterbitkan dalam bentuk buku ini diberi judul Stereotip Etnik, DRAFT Asimilasi,Integrasi Sosial. Hasil-hasil kajiannya meliputi hubungan antar kolektivitas dalam kehidupan sosial yang berbasis pada hubungan antara masyarakat asli (tradisional) dengan masyarakat modern, masyarakat asli dan orang asing, masyarakat desa (ekonomi lemah) dengan masyarakat kota (ekonomi kuat), asimilasi etnik Arab dan kolektivitas etnik Cina. Di pihak lain, studi yang memfokuskan pada dimensi agama, khususnya kehidupan antar agama, dilakukan oleh Sudjangi (1993:83), Agama dan Masyarakat studi ini mengkaji kehidupan antar agama, dengan potensi konflik dan integrasinya, di beberapa wilayah provinsi di Indonesia. Fokusnya pada hubungan antara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen. Kedua 88 studi di atas telah memfokuskan pada isu-isu multikulturalisme, namun belum mengaitkannya dengan aspek pendidikan Islam. Pada tahun 2001 ada studi yang fokusnya berdekatan dengan isu-isu multikulturalisme dan telah dikaitkan dengan aspek pendidikan Islam. Studi yang dimaksud dilakukan oleh Syamsul Arifin dan Ahmad Barizi (2001:42) dengan judul Paradigma Pendidikan Berbasis Pluralisme dan Demokrasi: Rekonstruksi dan Aktualisasi Tradisi Ikhtilaf dalam Islam. Studi ini menemukan tiga (3) poin penting, yaitu bahwa: (1) tradisi ikhtilaf (perbedaan) merupakan akar pluralisme dan demokrasi dalam Islam; (2) tradisi ikhtilaf merupakan konsep demokrasi dalam pendidikan Islam; dan (3) bahwa tradisi ikhtilaf merupakan tradisi penting yang perlu diaktualisasikan kembali untuk mengembangkan pendidikan demokrasi dalam pendidikan Islam. Studi ini telah mempertimbangkan dimensi DRAFT pluralisme, ikhtilaf dan demokrasi sebagai bagian dari usaha untuk menawarkan paradigma Pendidikan Agama Islam multikultural. Namun demikian, studi ini masih bersifat teoretis-historis dan belum mengaitkan secara khusus dengan Pendidikan Agama Islam di pesantren. Dalam studi ini, juga tidak dipertimbangkan perlunya pengaitan antara dimensi pluralisme, ikhtilaf, dan demokrasi dengan model pengembangan kurikulum pesantren multikultural. Dalam konteks pesantren, ada tiga studi yang telah memfokuskan kajiannya pada isu-isu multikulturalisme terutama pada isu gender, perdamaian, dan konflik. Pertama, penelitian terhadap pesantren yang 89 memfokuskan pada isu gender dilakukan, Kesetaraan Gender: studi komparatif atas pengaruh pendidikan pesantren terhadap persepsi santriwati pesantren Al-Muayyad dan pesantren Assalaani, pada tahun 2003. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa persepsi santriwati tentang gender dari pesantren modern, dalam hal ini diwakili pesantren Assalaam Surakarta, ternyata tidak lebih baik daripada persepsi santriwati dari pesantren tradisional, dalam hal ini diwakili pesantren Al-Muayyad Surakarta. Menurutnya, perbedaan persepsi santriwati tentang kesetaraan gender di kedua pesantren tersebut dipengaruhi oleh sistem pendidikan, kultur keluarga dan lingkungan, serta buku-buku bacaan dan majalah tentang gender yang mereka dapatkan di luar pendidikan formal. Kedua, penelitian terhadap pesantren yang memfokuskan pada DRAFT pendidikan perdamaian dilakukan oleh Ronald A. Lukens-Bull, A Peaceful Jihad: javanese islamic education and religious identity construction, pada tahun 2004. Penelitian yang dilakukan terhadap pesantren Tebuireng (Jombang), An-Nur (Malang), dan Al-Hikam (Malang) ini memuat informasi penting bahwa pesantren tidak menolak globalisasi dan modernisasi yang terjadi dewasa ini. Pesantren memandang dirinya perlu melakukan perubahan untuk menghadapi globalisasi dan modernisasi, terutama perubahan terhadap strategi pendidikan yang selama ini diterapkan. Kursus komputer dan beragam keterampilan yang diberikan oleh beberapa pesantren adalah salah satu bukti bahwa pesantren telah mengembangkan 90 kurikulum pendidikannya. Dengan demikian, terhadap globalisasi dan modernisasi, pesantren tidak menolak melalui konflik kekerasan seperti yang dilakukan oleh para fundamentalis Muslim, tetapi pesantren menghadapinya dengan jihad damai melalui pendidikan, teladan, dan dakwah. Ketiga, kajian yang dilakukan oleh Hamdan Farchan dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: resolusi konflik masyarakat pesantren, pada 2005, Dalam kajian ini ditemukan tiga kategori kiai, yaitu: kiai pesantren, kiai tarekat, dan kiai politik. Hubungan antara ketiga kategori kiai tersebut serta peran mereka dalam percaturan politik dan sosial cenderung melahirkan ketegangan hubungan di antara mereka dalam masyarakat pesantren. Terkait dengan konflik yang terjadi di pesantren, ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat pesantren. Faktor yang pertama adalah posisi tinggi sosial kiai dalam tradisi sosial di masyarakat. DRAFT Tingginya posisi sosial kiai ini sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu sebagai alat untuk meraih struktur kekuasaan tertentu. Hal ini teramati dari gejala dijadikannya pesantren sebagai media atau tempat konsolidasi politik untuk menguatkan atau sekadar melegitimasi dukungan politik tertentu. Faktor yang kedua adalah kecenderungan pesantren pada pasca reformasi yang semakin bergantung kepada pemerintah, terutama dalam pengadaan fasilitas gedung dan fasilitas fisik lainnya. Hal ini telah memberi kesan bahwa pesantren tanpa negara tidak bisa hidup dan berkembang. Pada tahun 2006 terdapat studi yang memfokuskan pada isu-isu multikulturalisme dan telah mengaitkannya dengan kegiatan Pendidikan 91 Agama Islam secara umum, tetapi tidak dikaitkan dengan pesantren. Penelitian yang dimaksud dilakukan oleh M. Thoyibi, dkk pada tahun 2006, Dimensi Multiulturalisme dalam Ceramah Keagamnan di Surakarta. Penelitian ini, antara lain dimaksudkan untuk mengidentifikasi cakupan muatan ceramah-ceramah keagamaan dalam Islam baik berupa khotbah maupun pengajian rutin yang diselenggarakan oleh masjid-masjid dan majlis-majlis taklim di Surakarta. Kesimpulan dari studi ini, antara lain adalah bahwa keanekaragaman masyarakat, baik etnik, kultur, maupun agama, kurang memperoleh perhatian dari para penceramah di berbagai jamaah pengajian di Surakarta. Ceramah keagamaan lebih banyak menekankan pada akhlak, ibadah, dan akidah yang merupakan tanggapan atas berbagai fenomena yang dianggap sebagai kemerosotan moral masyarakat, semacam maraknya korupsi, DRAFT perampokan, dan berbagai tindak amoral lainnya, sehingga berbagai jamaah pengajian ini menempatkan tujuan membangun pribadi bermoral (saleh) dengan mengamalkan ajaran Islam secara konsekuen sebagai prioritas keagamaan. Konsekuensi dari penekanan pada kesalehan pribadi ini adalah bahwa persoalan-persoalan yang terkait dengan keanekaragaman etnik, kultur, dan agama serta nilai-nilai multikulturalisme menjadi kurang mendapat perhatian. Bukti bahwa pesantren telah mengembangkan kurikulum pendidikannya. Dengan demikian, terhadap globalisasi dan modernisasi, pesantren tidak menolak melalui konflik kekerasan seperti yang dilakukan 92 oleh para fundamentalis muslim, tetapi pesantren menghadapinya dengan jihad damai melalui pendidikan, teladan, dan dakwah. Terkait dengan sedikitnya nilai-nilai multikultural, studi ini menyimpulkan bahwa dalam ceramah keagamaan di berbagai jamaah pengajian terdapat materi ceramah yang dapat dikategorikan sebagai antimultikulturalisme, semacam klaim kebenaran (truth claim), prasangka, dan stereotip tentang kelompok masyarakat lain, terutama dalam konteks hubungan dengan non-Muslim dan negara-negara Barat, terutama Amerika. Non-muslim sering disejajarkan dengan konsep-konsep kafir, musyrik, Yahudi, dan Nasrani. Selain itu, negara-negara Barat, khususnya Amerika, hampir selalu diidentikkan dengan konsep-konsep tersebut. Sedikitnya nilainilai multikulturalisme dan munculnya nilai-nilai antimultikulturalisme tidak bisa dilepaskan dari berbagai konflik yang terjadi di tanah air, terutama DRAFT konflik di Maluku dan Sulawesi Tengah. Tahun 2010 penelitian Marzuki dkk tentang Tipologi Perubahan dan Model Pendidikan Pesantren Salaf, penelitian tersebut bertujuan mengetahui bentuk perubahan di pesatren salaf dan model pendidikan multikultural didalamnya. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan lokasi penelitian di Jawa yaitu pesantren Al Qodir Cangkringan, Dar Al-Tauhid Cirebon, Roudlotul Thalibin Rembang dan Tebu Ireng Jombang. Kesimpulan penelitian adalah pertama, terjadi peubahan bentuk pendidikan di pesantren salaf yang tidak bisa lagi dikatakan bercorak salaf ( tradisional) tetapi merupakan campuran antara tradisional dan modern, begitu juga 93 dalam hal pemikiran kiai dan santrinya. Kedua, Islam yang dimiliki pesantren salaf adalah Islam inklusif , ramah, tidak kaku, moderat yakni Islam yang bernuasa perbedaan dan sarat dengan nilai-nilai multikultural. Dari beberapa studi di atas, baik yang terkait dengan Pendidikan Agama Islam secara umum maupun yang secara khusus terkait dengan pesantren, tampak jelas bahwa studi yang memfokuskan kajiannya pada isu-isu multikulturalisme dalam batas tertentu telah dilakukan oleh para peneliti. Namun demikian, studi terhadap pesantren yang secara spesifik memfokuskan pada model pengembangan kurikulum multikultural yang meliputi aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum belum memperoleh perhatian dari para peneliti. Adapun hasil review terhadap penelitian pendidikan multikultural dapat di kategorisasikan sbb: DRAFT 1. Nilai-nilai Multikultural dalam Implementasi Pendidikan Agama Islam Penelitian disertasi Abdullah Aly (2011: 331) tentang pendidikan multikultural di pesantren (telaah terhadap kurikulum ponpes Assalam Surakarta) menghasilkan salah satu temuan bahwa proses kegiatan evaluasi kurikulum memuat nilai-nilai multikultural terutama nilai demokrasi sedangkan dari sisi lain, uraian diatas menunjukan bahwa evaluasi kurikulum ditemukan nilai-nilai anti multikultural yang berupa nilai konflik, hegemoni, dan dominasi diantara para santri. Penelitian Dody S. Truna (2011:280) tentang Pendidikan Agama Islam berwawasan multikulturalisme menyimpulkan bahwa para penulis buku ajar 94 Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi memiliki kecenderungan dan preferensi masing-masing dalam memilih tema-tema yang dibahas dalam buku ajar yang ditulisnya untuk pegangan mahasiswa. Secara keseluruhan tema-tema yang dikaji dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam diperguruan tinggi umum, tema-tema agama Islam ada hubungannya dengan isu-isu pluralisme agama dan multikulturalisme dapat dikelompokan menjadi sebelas tema pokok yaitu: kedudukan agama Islam, hukum Islam dan penerapanya, pluralisme agama, toleransi, dan batas-batas toleransi, interaksi antar pemeluk agama, konsep jihad, konsep kesetaraan gender, konsep demokrasi, HAM dan batas-batasanya, kepemimpinan dalam Islam. 2. Kultur Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Multikultural Kultur sekolah merupakan bagian integral yang dibangun oleh semua DRAFT kompenen dalam institusi pendidikan. Penguatan kultur sekolah dapat di sistematisasikan dengan melalui pelembagaan nilai-nilai yang ada dalam sekolah. Sedangkan nilai-nilai yang ada dapat dieksplorasi dari nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh sekolah. Hal di atas sejalan kultur sekolah yang memiliki relevansi yang kuat terhadap praksis pendidikan multikultural. Kultur sekolah merupakan bagian dari unsur-unsur pendidikan multikultural. Pilar utama menghilangkan prasangka dalam pendidikan multikultural perlu didukung penciptaan kultur sekolah. Sesuai dengan relevansi kultur dengan praksis pendidikan multikultural terdapat beberapa hasil penelitian terkait dengan hal tersebut. 95 Dasar bagi pendidikan multikultural seperti yang didefinisikan oleh Bernet adalah kebutuhan untuk memberikan keunggulan pendidikan yang dapat dicapai dengan memastikan bahwa semua siswa memenuhi potensi tertinggi mereka melalui pendidikan publik yang menumbuhkan intelektual, sosial, dan pengembangan pribadi. Kedua hal tersebut dapat dikembangkan melalui kultur sekolah, meemahami sesuatu yang dirasakan siswa terhadap hal yang menghambat proses belajar dapat diidentifikasi melalui kendala bahasa, nilai kultur atau norma, atau mungkin gaya pengajaran guru. Penelitian tersebut memberikan rekomendasi terhadap pendekatan yang lebih global diperlukan pendidikan multikultural. Penelitian yang dilakukan oleh Mendosa dkk (2009:851) dengan menggabungkan metode yang lebih kompehensif yaitu dengan mixed theory. Kajian difokuskan pada dataran teori maupun praktis. Memiliki kelebihan DRAFT dalam merumuskan konsep pendidikan multikultural yang tidak hanya berdasarkan kajian teroitis belaka tetapi juga mengacu kajian empirik terhadap realitas dilapangan. Namun, nampakanya Mendossa belum banyak mengkaji nilai-nilai hidden yang turut mempengaruhi kultur sekolah dalam implementasi pendidikan multikultural. Nilai-nilai tradisional bagian dalam menciptakan kultur sekolah berbasis multikultural. Nwachukwu (2009: 95) dalam risetnya menguraikan bahwa tujuh langkah-langkah yang akan ditemukan dalam setiap rencana standar pelajaran, termasuk sasaran dan tujuan, materi dan sumber daya, serta langkah-langkah antisipatif. Sehingga penelitian tersebut menyarakan 96 pengembangan kultur sekolah dalam rangka praksis pendidikan multikultural perlu mengeksplorasi nilai-nilai tradisional yang di miliki sekolah. Penelitian tersebut dengan menggunakan metode kualitatif dengan melakukan in-depth interview terhadap responden penelitian. Namun, peneliti belum mengadakan indenitifikasi nilai-nilai apasaja yang perlu diekplorasi dalam implementasi pendidikan multikultural dalam rangka mendukung kultur sekolah yang kondusif. Pengembangan kultur sekolah dapat dibentuk dengan melembagakan kultur ataupun nilai-nilai yang telah dimiliki oleh masyarakat. Chen ( 2009: 120) dalam penelitianya berjudul Seeking acurate cultural representation yang telah melakukan riset dalam mencari representasi kultur akurat. Sifat sastra yang menampilkan pemuda etnis Cina, dengan penekanan pada cerita- DRAFT cerita dari masa lalu dan nilai-nilai kultur yang baik dapat diimplementasikan dalam pendidikan multikultural. Pembelajaran sekolah lebih banyak berfokus pada sejarah perang dunia II di Eropa dan mengabaikan untuk menyelidiki bagaimana jika populasi Asia telah dipengaruhi oleh perang. Mereka lebih menginginkan kultur populer dan sastra yang menceritakan kisah-kisah tentang keberanian, konspirasi, kehilangan, dan trauma dari orang-orang kulit putih dalam perang, dan kadang-kadang tentang rasa sakit yang selamat dari bom atom. Konsep cerita-cerita tentang kisah-kisah mahyong ditetapkan dalam sejarah modern membantu mereka memahami kehidupan, pilihan, perspektif, dan bias dari 97 kakek-nenek dan orang tua mereka, serta cerita-cerita tentang diri mereka sendiri, belum banyak dieksplorasi. Penelitian tersebut mengindikasikan pentingnya menanamkan nilai-nilai kearifan lokal terhadap praksis pendidikan multikultural. Dengan metode penelitian tentang studi teks dengan hermeunetik, Chen telah mengungkap nilai-nilai kultural yang lekat dalam karya sastra. Kearifan lokal sebagai dasar pengembangan kultur sekolah. Namun yang dirasa masih kurang tentang batasan nilai-nilai kearifan lokal yang lebih tepat sebagai kontribusi positif terhadap pendidikan multikultural. Di samping nilai-nilai kearifan lokal, nilai-nilai transendensi juga menjadi perekat multikulturalisme. Ajaran humanisme dalam norma agama menjadi justifikasi tentang pembenaran nalar atas pendidikan multikultural. Chen menfokuskan risetnya pada transaksi, transformasi, dan transendensi DRAFT melalui pendidikan Multikultural Wong (2009: 126) dalam risetnya Transactions, Transformation, and Transcendence: Multicultural Servicelearning Experience of Preservice Teachers sehubungan dengan keragaman atau pendidikan multikultural, fokusnya adalah tentang humanisasi dan tidak tendensius terhadap ras mereka sendiri terealisasi jika sebagian besar guru atau identitas etnis. Hal ini (lebih dari 80%) guru mempertimbangkan dan memahami identitas rasial mereka sendiri, khususnya dalam konteks multikultural, akan diperlukan sebelum mencoba untuk memahami individu yang berbeda dari sendiri. Basis pendidikan multikultural mengarah pada penghargaan pada dimensi perbedaan yang 98 dimiliki oleh orang lain. Sebagai aspek utama pelaksana praksis pendidikan multikultural, guru juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap perbedaan yang ada. Undang-undang multikulturalisme Kanada menyatakan dalam mukadimahnya bahwa Kanada berkomitmen untuk menerapkan kebijakan multikulturalisme yang dirancang untuk melestarikan dan meningkatkan warisan multikultural dalam mencapai kesetaraan dalam masyarakat. Undang-undang Kanada menegaskan bahwa multikulturalisme memberikan nilai sumber daya dalam membentuk masa depan Kanada, tetapi gagal untuk menunjukkan harmonisasi keragaman nasional. Tony dkk ( 2009: 302) dalam penelitian yang berjudul Imperatives and Possibilites for Multicultural Education, melakukan riset tentang keharusan dan kemungkinan implementasi pendidikan multikultural. Penelitian Tony menitikberatkan arti pentingnya nilai multikulturalisme dalam pendidikan DRAFT untuk membangun kultur sekolah yang perlu diimbangi dengan kebijakan sekolah yang mengarah pada multikulturalisme. Kultur sekolah memberikan kontribusi terhadap implementasi pendidikan multikultural. Nilai-nilai yang dikembangkan sekolah sebagai unsur kultur sekolah merupakan modal sosial dalam pengembangan implementasi pendidikan multikulutal. Konteks implementasi pendidikan multikultural menjadi efektif jika didasarkan pada pengembangan kultur sekolah. Implementasi pendidikan multikultural harus didasari dengan pengembangan sumber daya yang dimiliki guru. Guru sebagai aktor dalam 99 implementasi pendidikan multikultural perlu dipersiapkan mind set yang lebih responsif terhadap wacana pendidikan multikultural. Almarza ( 2005: 197) dalam risetnya Connecting Multicultural Education Theories with Practice: A Case Study of an Intervention Course Using the Realistic Approach in Teacher Education. Laporan hasil penelitian tersebut yang dilakukan di bawah desain riset kualitatif. Studi ini meneliti efektivitas sebuah kursus rendaman yang mengikuti pendekatan yang realistis pada preservice guru dekonstruksi dan praduga negatif diadakan tentang beragam kultur dan bahasa siswa. Secara khusus, penelitian ini melibatkan guru yang mewakili beragam kultur dan bahasa siswa selama satu semester dan merenungkan pengalaman. Studi pendekatan yang dilakukan pada kedua persepsi multikultural dan kemampuan mereka untuk menghubungkan teori dengan praktik, riset tersebut menekankan bahwa implementasi pendidikan DRAFT multikultural dapat dilakukan dengan menyiapkan guru yang sensitif terhadap nilai-nilai multikultural. Praksis pendidikan multikultural melewati batas antara ras, maupun sisi gender. Pendidikan multikultural melaju membentuk ideologi yang berbasis pada equity dan demokratisasi. Awokoya (2008:205) dalam penelitianya, Demystifying Cultural Theories and Practices: Locating Black Immigrant Experiences in Teacher Education Research, melakukan riset tentang pengalaman imigran kulit hitam pada pendidikan guru. Harapan yang berkaitan dengan gender dan bias maskulinis di banyak negara Afrika dan Karibia hilang dalam diskusi tentang teori-teori keragaman dan kesamaan 100 hak. Penelitian tersebut melakukan aktifitas dengan memeriksa posisi ekonomi dan sosial imigran kulit hitam di negara asal mereka, dengan fokus pada perbedaan-perbedaan yang muncul atas dasar asal-usul kebangsaan, serta asal-usul kebangsaan vis-à-vis identitas etnis dan norma-norma gender dan kemudian menghubungkan penelitian ini untuk yang mencari penjelasan dari imigran pengalaman kulit hitam di Amerika Serikat. Perbedaan ras dan etnis serta kultur merupakan bagian utama yang mesti dihilangkan dalam pendidikan multikultural. Implementasi pendidikan multikulutural merupakan upaya menghilangkan batas-batas identitas kemanusiaan, namun bukan dalam batas prinsip-prinsip yang fundamental yang menjadi hak asazi seperti keberbebasan beragama. Sejauh untuk menuju kebersamanan dan universalitas dalam hak berbangsa menjadi mungkin dilakukan dalam implemenetasi pendidikan multikultural. DRAFT implementasi Penelitian tersebut mencoba untuk menghilangkan batas-batas antar ras dan etnis dengan mengembangkan kultur sekolah dalam pendidikan multikultural. 3. Sikap Guru terhadap Pendidikan Multikultural Pembentukan sikap guru yang sensitif terhadap nilai-nilai multikulturalisme merupakan modal sosial dalam pembentukan sikap guru dalam pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural tidak akan berhasil jika tidak diimbangi oleh sikap guru yang permisif terhadap keragaman dan kesamaan, sehingga pembentukan sikap guru akan memiliki relevansi yang kuat terhadap pendidikan multikultural. 101 Pendidikan multikultural mengacu pada aras yang lebih menglobal yang tetap bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan. Pembentukan praksis pendidikan yang berbasis multikultural memerlukan aspek-aspek pendukung. Penelitian Alfaro (2008: 117) tentang Global Student Teaching Experiences: Stories Bridging Cultural and Inter-Cultural Difference, lebih menfokuskan penelitian pada pengalaman-pengalaman mengajar tentang kultur siswa yang bersifat global. Peningkatkan pengetahuan guru memerlukan daya dukung ketersediaan sumber daya pengembangan profesional. Peluang bagi guru untuk memiliki pengalaman internasional untuk berkolaborasi dengan rekan di luar negeri. Pengembangan programprogram sekolah di tingkat kabupaten dan negara memerlukan review yang komprehensif pada prapelayanan dan pendidikan umum. Peran kunci lembaga-lembaga pendidikan tinggi harus dapat DRAFT menghasilkan output calon guru yang berpikir secara global, memiliki pengalaman internasional, menunjukkan kompetensi bahasa asing, dan mampu memadukan dimensi global dalam mengajar. Alasan-alasan untuk mendukung pendidikan internasional meliputi: 1) memperoleh pemahaman yang lebih baik dari satu sistem pendidikan sendiri; 2) intelektual dan teorites memuaskan rasa ingin tahu tentang kultur lain dan sistem pendidikan mereka dan lebih memahami hubungan antara pendidikan dan masyarakat yang lebih luas; 3) mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam sistem pendidikan merupakan proses dan hasil sebagai cara untuk mendokumentasikan dan memahami masalah-masalah dalam pendidikan 102 memberikan kontribusi bagi perbaikan kebijakan pendidikan dan praktik; dan 4) mempromosikan pemahaman internasional yang ditingkatkan melalui kerja sama melalui peningkatan kepekaan terhadap dunia yang berbeda pandangan dan kultur. Penelitian di atas menggambarkan akan arti penting pembentukan sikap guru yang akan memberikan relasi yang kuat terhadap pendidikan multikultural. Pembentukan sikap dapat dimulai denagn melakukan penguatan pemahaman pada konsep dasar pendidikan multikultural. 4.Sikap Siswa terhadap Pendidikan Multikultural Konstruksi pendidikan multikultural membutuhkan konsep yang sinergis antara guru dan siswa dalam membangun kultur sekolah. Guru menjadi model utama bagi praksis pendidikan multikultural. Internalisasi sikap yang permisif terhadap perbedaan kultur akan menjadikan pola DRAFT pembelajaran yang mengacu pada basis multikultural. Relevansi sikap siswa perlu dibentuk dalam membangun keselarasan hubungan dalam mendukung pendidikan multikultural. Penelitian Gibson (2009: 451) tentang Multicultural/Diversity Outcomes: Assessing Students Knowledge Bases Across Programs in One College of Educationa1, menggabungkan pengetahuan Smith Pritchy dalam pendidikan multikultural berbasis web digunakan di survei keragaman program dibidang pendidikan. Peran langsung menghubungkan teori dan praktik menggunakan penilaian dan menggunakan desain penelitian terkait dengan perbaikan program. 103 Mereka menggambarkan penggunaan area yang luas dari penilaian dalam rencana evaluasi. Universalitas dan kebersamaan serta penghargaan atas perbedaan dan pandangan yang dimiliki siswa merupakan bagian dari aktifitas pendidikan multikultural. Sheets (2009:75) dalam penelitianya Multicultural Education: Teacher Conceptualization and Approach to Implementation, menyimpulkan bahwa sementara guru dapat mengakui pentingnya keanekaragaman, kompetensi di ruang kelas sering ditentukan oleh kemampuan mereka untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sementara keragaman teori dalam pendidikan ideologi menanamkan harapan meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswa. Fong dan Sheets menjelajahi pendekatan kolaboratif yang digunakan oleh dua guru taman kanak-kanak untuk menyelidiki isu-isu multikultural memberikan kontribusi bagi DRAFT kesenjangan teori-praktik. Di samping pengembangan batas antara teori dan praktik tentang pendidikan multikultural mutlak memerlukan pengalaman serta itegritas sikap siswa terhadap pemahaman pendidikan multikultural. Finley dan Tonda (2009: 35) dalam risetnya Upsetting the Apple Cart:Issues of Diversity in Preservice Teacher Education, meneliti program studi untuk mempersiapkan guru dengan basis pengetahuan dan pemahaman yang diperlukan untuk mengajar di perkotaan yang sangat beragam ketika menghadapi kelas dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh calon guru. Guru harus memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman tentang 104 keragaman atau individu yang sangat berbeda dari diri mereka sendiri karena akan dapat membentuk sikap siswa terhadap pendidikan multikultural. Calon guru dituntut untuk melihat bahwa identitas pribadi mereka memiliki orientasi kultur yang membentuk cara mereka berpikir tentang nilai-nilai, keyakinan, gaya komunikasi, perspektif sejarah, seni, musik, keluarga, ritual, ritus-ritus peralihan, dan kegiatan kelompok sosial lainnya. Di samping beberapa hal di atas perlu dipahami dasar filosofis tentang pendidikan multikultural. Penelitian Smith (2009: 512) yang berjudul Approaches to Multicultural Education in Preservice Teacher Education: Philosophical Frameworks and Models for Teaching, meneliti kerangka filosofis dan model untuk mengajar. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa di perkotaan dalam lingkungan globalisasi dan industrialisasi, misalnya perjuangan antara generasi dalam keluarga imigran. Hal ini akan DRAFT berimplikasi pada faktor yang sangat mempengaruhi motivasi siswa dan kemampuan untuk berhasil di sekolah. Norma-norma kultur siswa yang dibawa dari kultur yang berbeda menambah nuansa baru untuk isu-isu tentang kelas sosial ekonomi dan gender. Interaksi yang intesnsif antara guru dengan beragam kultur siswa menjadi faktor dominan dalam pembentukan sikap siswa terhadap implementasi pendidikan multikultural. Penelitian Laduke (2009:343) tentang Resistance and Renegotiation: Preservice Teacher Interactions with and Reactions to Multicultural Education Course Content, 105 melakukan penelitian tentang interaksi dengan guru dan siswa dalam pendidikan multikultural. Melalui pendidikan multikultural, guru dan siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan wawasan tentang realitas kerjasama yang dapat menyebabkan mereka untuk menegosiasikan kembali identitas baru dan realitas yang mencakup warna dan kultur baik di dalam kelas dan di luar kelas. Program pendidikan guru dalam melakukan reformasi untuk menyusun kerangka konsep multikulturalisme menjadi dasar dan metode pembelajaran pendidikan multikultural. Beberapa pendidik tidak mampu atau tidak mau mengerti bahwa nilainilai mereka, kepercayaan, dan persepsi akan disaring melalui kultur mereka sendiri. Mereka merupakan bagian dari mainstream dan anggota kultur dominan memiliki kecenderungan untuk menganggap bahwa keputusan dan DRAFT tindakan mereka adalah norma dan kultur yang tidak ditentukan. Semua individu dipengaruhi oleh kultur, dan tergantung pada bagaimana mendefinisikan kultur, orang dapat beragumentasi bahwa masing-masing memiliki banyak kultur. Langkah pertama untuk memahami kultur lain adalah untuk mengenali anda sendiri dan untuk mengetahui keyakinan persepsi dikondisikan dan dibatasi untuk memahami bagaimana kompleksitas dari lingkungan multikultural di sekolah-sekolah untuk menciptakan tantangan dan memerlukan perubahan. Pluralisme kultur yang diajarkan dikelas memberikan manfaat yang positif. Belajar untuk hidup dalam lingkungan multikultural merupakan kemampuan penting bagi setiap 106 siswa yang ingin menjadi peserta aktif dalam masyarakat global, sehingga peluang yang diciptakan dengan kultur yang beragam. Kesempatan untuk mengetahui tentang kebiasaan negara lain, belajar bahasa dan mengembangkan kepekaan kultur dan wawasan adalah potensi manfaat yang signifikan. Multikulturalisme harus lebih dari itu, dan harus melibatkan sehari-hari perayaan keragaman manusia dan pencerahan penghargaan terhadap kekuatan yang terletak di dalam kultur yang kompleks. Pendidikan multikultural bukan hanya terkait soal makanan, mode dan festival. Pendidikan multikultural adalah tentang hak setiap anak untuk partisipasi penuh dalam kehidupan sekolah dan masyarakat, dan tanggung jawab bersama untuk meningkatkan potensi siswa. Dari beberapa deskripsi penelitian yang telah dilakukan dalam pendidikan mutikultural di atas tercakup beberapa teori dan praktik DRAFT pendidikan mutikultural. Mendoza telah melakukan penelitian pendidikan multikultural antara teori dan praktik. Sedangkan Almarza juga melakukan penelitian multikultural tentang praktik yang mempersiapkan guru dalam mengajar multikultural dengan pendekatan studi kasus. Gibson meneliti pendidikan multikultural yang dilakukan berbasis web dalam program pembelajaran. DomNwachukwu melakukan penelitian multikultural berbasis pada standar perencanaan yang akomodatif terhadap keragaman. Rosa melakukan penelitian tentang konseptualiasi guru dan implementasi yang diakukan dalam pendidikan multikultural. 107 Secara garis besar penelitian pendidikan multikultural yang telah dilakukan pada tahap konseptualisasi dan implementasi, sehingga disertasi yang penulis gunakan adalah dalam rangka melengkapi penelitian pendidikan multikultural yaitu fokus penelitian pada praksis Pendidikan Agama Islam berbasis multikultural dengan judul kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang akan menghasilkan rekonseptualisasi dan membangun teori pendidikan multikultural dalam konteks Pendidikan Agama Islam dari perspektif multikultural di Indonesia sebagai panduan pembelajaran bagi guru. Hal ini didasarkan pada dasar filosofis yang berbeda antara pendidikan multikultural di Barat dan dalam konteks Indonesia, sehingga perlu penyelarasan paradigma pendidikan multikultural di Indonesia yang sesuai dengan kultur masyarakat. C.Kerangka Pikir DRAFT Berdasarkan dari teori pendidikan multikultural yang telah dikemukakan di atas maka dapat disusun kerangka pikir terkait tinjauan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural dapat dilihat dari tiga kerangka utama yaitu tentang dasar pelaksanaan pendidikan multikultural, implementasi dan kultur madrasah. Pilar utama pelaksanaan pendidikan multikultural yaitu kurikulum berdimensi multikultural. Konstruk kurikulum memuat dimensi multikultural sebagai kompetensi yang dimiliki siswa. Kurikulum menjadi bagian yang sangat urgen sebagai bingkai terhadap pendidikan multikultural yang akan dikembangkan pada anak didik. Kurikulum juga memuat nilai-nilai 108 multikultural yang dapat dikembangkan dalam pendidikan multikultural sebagai dasar dalam proses pendidikan multikultural. Kerangka utama selanjutnya adalah implementasi pendidikan multikultural. Adapun aspek-aspek dalam pendidikan multikultural adalah didukung adanya bahan ajar yang memuat nilai-nilai multikultural yang akan di internalisasikan dalam diri siswa. Internalisasi nilai-nilai multikultural akan berjalan dengan efektif jika terdapat pemaknaan serta sikap yang positif dalam mendukung pendidikan multikultural. Pemaknaan yang benar terhadap pendidikan multikultural menunjang dalam implementasi pendidikan multikultural. Setelah terjadi pemaknaan multikultural yang benar maka tahap selanjutnya terjadi sikap positif yang dimiliki oleh guru dalam menunjang implementasi pendidikan multikultural. Dasar pelaksanaan dan implementasi pendidikan multikultural merupakan DRAFT dua aspek yang mendasari terbentuknya kultur madrasah dalam mendukung pendidikan multikultural. Kultur akan terbentuk jika konstruk keilmuan berdimensi multikultural dan diimplementasikan. Adapun kultur yang mendukung dalam pendidikan multikultural dapat di ketahui dari pembiasaan yang dilakukan, artifak madrasah dan tata aturan yang bersifat adil dalam mengakomodir semua hak dan kewajiban personel sekolah. Pembiasaan yang dilakukan sebagai bentuk intenalisasi nilai-nilai multikultural yang sudah membudaya. Sedangkan artifak menggambarkan nilai-nilai multikultural yang telah dijiwai oleh madrasah. Adapun kerangka pikir dalam tinjauan multikultural dapat digambarkan di bawah ini: 109 TINJAUAN MULTIKULTURAL Nilai-nilai multikultural dalam bahan Ajar Kurikulum: Memiliki dimensi multikultural PILAR PENDIDIKAN MULTIKULTURAL KULTUR IMPLEMENTASI DRAFT Pembiasaan: yang dilakukan madrasah Artifak: Yang terdapat pada madrasah Tata Aturan: Yang adil terhadap personel madrasah Makna Multikultural: Menurut guru dan siswa Sikap: Guru dan siswa terhadap pendidikan multikultural Gambar.3 Kerangka Pikir 110 D.Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan diawal untuk lebih menfokuskan kajian dipetakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai bahan acuan dalam membuat kajian multikultural Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Adapun pertanyaan penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Bagaimanakah dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap? 2. Bagaimanakah nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap? 3. Bagaimanakah makna multikultural menurut guru MA MINAT Cilacap? 4. Bagaimanakah makna multikultural menurut siswa MA MINAT Cilacap? DRAFT 5. Bagaimanakah sikap guru terhadap implementasi Pendidikan Agama Islam berperspektif multikultural? 6. Bagaimanakah sikap siswa terhadap implementasi Pendidikan Agama Islam berperspektif multikultural? 7. Bagaimanakah kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung pendidikan multikultural ? 111 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif-naturalistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti fenomena-fenomena sosial yang terjadi di MA MINAT Cilacap terkait dengan Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural. Fenomena ditinjau dari tesebut dideskripsikan berdasarkan penjelasan subjek penelitian. Sehingga data yang diambil lebih bersifat natural yang menggambarkan tentang pendidikan multikultural yang dilakukakan oleh guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap. Pendekatan tersebut juga dimaksudkan untuk membuat deskripsi secara empirik tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang dikaji dari perspektif DRAFT pendidikan multikultural, dengan cara mengumpulkan, menverifikasi, serta mensintesiskan data-data yang diperoleh dari: guru, siswa dan semua personel MA MINAT Cilacap dengan tujuan mendapatkan suatu kesimpulan yang akurat. Kualitatif-naturalistik dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman penafsiran tentang fakta Pendidikan Agama Islam di MA MINAT yang dikaji melalui perspektif pendidikan multikultural sehingga sangat memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang valid tentang Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang selanjutnya dikaji melalui pendidikan multikultural. Penelitian kualitatif-naturalistik digunakan dalam rangka menemukan data yang bersifat natural tentang konsep dan mindset yang dimiliki oleh personel 112 MA MINAT Cilacap dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam berperspektif multikultural. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di MA MINAT Cilacap. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa MA tersebut memiliki karakteristik tersendiri yaitu merupakan MA yang berada dalam lingkungan pesantren. Siswa MA MINAT Cilacap sekitar 30 % berasal dari luar Jawa sehingga sangat memungkinkan terhadap implementasi pendidikan multikultural. Di samping hal diatas pesantren Al Ihya Ulumudin juga turut mempengaruhi kultur madrasah dalam implementasi pendidikan multikultural. Adapun waktu penelitian intensif dilapangan dilakukan Januari 2012-September 2013. Sedangkan penelitian pendahuluan sudah dimulai sejak September 2010. C. Subjek dan Objek Penelitian DRAFT Subjek penelitian adalah semua yang terlibat dalam proses Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Subjek penelitian lebih terfokus pada kepala dan wakil kepala MA MINAT, guru Pendidikan Agama Islam, siswa terutama yang berasal dari luar daerah Jawa. MA MINAT Cilacap tidak dapat dilepaskan dari kehidupan pesantren Al Ihya Ulumuddin. Kepala MA, guru dan siswa adalah sebagian besar komunitas masyarakat pesantren sehingga pola kehidupan dan pola pikir pesantren menjadi integral yang turut membentuk budaya madrasah sehingga komunitas pesantren yaitu santri yang sekaligus menjadi siswa MA MINAT Cilacap merupakan subjek penelitian. 113 Penentuan subjek penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa semua komponen-komponen mempunyai pola kebergantungan yang sangat erat. Subjek penelitian merupakan sumber utama untuk mendapatkan informasi maupun tindakan dan aktifitas subjek penelitian. Penentuan subjek penelitian di atas didasarkan pada relevansi tujuan penelitian sehingga pemilihan orang sebagai subjek penelitian ditetapkan secara fleksibel sesuai dengan fenomena yang muncul di lapangan. Subjek penelitian dipilih dari para praktisi pendidikan di MA MINAT Cilacap yaitu: 1.Mu’arofudin,SH sebagai kepala MA MINAT Cilacap yang telah memiliki masa jabatan kepala MA MINAT Cilacap sekaligus sebagai ketua yayasan YaBakii, beliau merupakan keluarga gus (putra kiai) yang tinggal di kompleks ponpes Al Ihya Ulumudin dan sekaligus sebagai dewan kiai, DRAFT mempunyai otoritas sebagai pemegang kebijakan dalam pesantren yang sekaligus terhadap perkembangan MA MINAT Cilacap dan yayasan. 2.Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum 3.Wakil kepala Madrasah bidang Kesiswaan 4.Wakil kepala Madrasah bidang Sarpras 5.Guru Pendidikan Agama Islam yang terdiri guru mata pelajaran Al qur’an Hadis, Akidah akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. 6.Siswa yang MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar jawa yang tinggal di pesantren. 114 Adapun yang menjadi objek penelitian adalah tentang Pendidikan Agama Islam dikaji dari perspektif multikultural di MA MINAT Cilacap yaitu tentang: 1. Dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap ditinjau dari perspektif multikultural. 2. Nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. 3. Makna multikultural menurut guru dan siswa MA MINAT Cilacap 4. Sikap guru dan siswa MA MINAT Cilacap terhadap implementasi pendidikan multikultural 5. Kultur MA MINAT Cilacap dalam implementasi Pendidikan Agama Islam berperspektif multikultural. Untuk dapat memperoleh data di atas dilakukan dengan cara menggali data DRAFT dari aktivitas yang dijalankan oleh MA MINAT Cilacap. D. Teknik Pengumpulan Data Sebagaimana disebutkan diawal bahwa untuk melakukan kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dikaji melalui multikultural maka diperlukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data-data tersebut di atas adalah; observasi, wawancara atau interview, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut di atas dapat diuraikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 115 a. Data tentang dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Dokumentasi tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam dilakukan untuk memperoleh data tentang konstruk pengetahuan terkait dengan dimensi-dimensi multikultural dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap, sehingga dapat diperoleh formulasi tentang pendidikan multikultural melalui analisis isi kurikulum pendidikan multikultural. Adapun dokumentasi kurikulum tersebut meliputi seluruh rumpun Pendidikan Agama Islam yaitu materi: Al qur,an Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih maupun sejarah kebudayaan Islam. Dokumen-dokumen kurikulum membantu peneliti dalam melakukan identifikasi tentang dimensi multikultural yang dikembangkan. Dengan DRAFT demikian, dokumentasi akan memperkaya sumber data yang akan diambil dan dianalisis. Adapun beberapa langkah yang dilakukan adalah: 1) Dokumentasi kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap meliputi Al qur’an Hadis, fiqih, akidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam/Tarikh diidentifikasi menurut keempat mata pelajaran diatas. Identifikasi dilakukan pada tiap standar kompetensi maupun kompetensi dasar sehingga diperoleh kurikulum Al qur’an Hadis, fiqih, akidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam/Tarikh yang berdimensi multikultural. 116 2) Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam terkait dengan muatan multikultural yang ada. Selain hal di atas, untuk melakukan identifikasi terhadap dimensi multikultural dalam kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dilakukan dasar pijak teoritik dengan teori pendidikan multikultural. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi mata pelajaran Al qur’an Hadis, akidah Akhlak, fiqih maupun sejarah kebudayaan Islam diatas dilakukan identifikasi untuk menentukan dimensi multikultural. Setelah melakukan analisis dokumentasi kurikulum pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam selanjutnya di cross check dengan bahan ajar dilakukan oleh guru rumpun Pendidikan Agama Islam dengan peneliti maka dapat DRAFT dihasilkan interpretasi dimensi pendidikan multikultural dalam tiaptiap mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam. b. Data tentang nilai-nilai multikutural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Data diperoleh dengan cara utama melakukan dokumentasi kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Adapun sumber data utama adalah guru Pendidikan Agama Islam, waka kurikulum dan Kepala Madrasah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sbb: 1) Dokumentasi kurikulum Pendidikan Agama Islam dilakukan dalam rangka untuk menemukan nilai-nilai multikultural. Kurikulum dalam 117 rumpun Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi kurikulum Al qur’an Hadis, Fiqih, Akidah akhlak, Sejarah kebudayaan Islam/Tarikh dikaji kompetensi dasar maupun indikator maupun pencapaian untuk menemukan dimensi multikultural. 2) Kategorisasi tema-tema multikultural Setelah dilakukan dokumentasi kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap selanjutnya kurikulum tersebut dikategorisasikan menurut tema-tema tertentu yang bersesuaian dengan pendidikan multikultural, langkah selanjutnya untuk menjaga validitas dari kategori tema-tema tersebut dilakukan keabsahan teoretik. Tema-tema tersebut selajutnya dianalisis melalui content analsyis dengan dasar pijak utama menggunakan dimensi pendidikan multikultural menurut James A.Banks. DRAFT c. Data makna multikultural menurut guru dan siswa MA MINAT Cilacap Pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi yang intensif tentang proses Pendidikan Agama Islam yang dilakukan terutama oleh guru rumpun Pendidikan Agama Islam yaitu guru Al qu’an Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih dan sejarah kebudayaan Islam. Selanjutnya, langkah observasi yang lebih terfokus (focused observation). Observasi dilakukan dalam menggali data tentang aktivitas Pendidikan Agama Islam perspektif multikuktural melalui pengamatan tentang implementasi Pendidikan Agama Islam perspektif 118 multikultural. Sumber datanya diperoleh dari perangkat-perangkat yang mendukung tentang praktik pendidikan multikultural. d. Sikap guru dan siswa dalam implementasi pendidikan multikultural Sumber data diperoleh dari guru Pendidikan Agama Islam dan siswa yang berasal dari luar Jawa. Data yang diperoleh guru dan siswa tentang makna multikultural dan sikap terhadap pendidikan multikultural. Adapun makna tentang multikultural menurut guru dan siswa merujuk pada tema-tema multikultural yang telah ditentukan pada data sebelumnya.Wawancara mendalam dengan in-depth interview. Wawancara dilakukan kepada informan dengan menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended) dan tidak terstruktur (unstructured). Selain wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan siswa juga dilakukan kepada personel MA MINAT Cilacap yaitu: DRAFT 1) Kepala MA MINAT Cilacap; data utama yang diambil berupa mind set yang dibangun oleh kepala sekolah tentang pendidikan multikultural, serta kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam rangka mendukung Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural. 2) Wakamad Kurikulum: dalam rangka menggali data tentang sebaran kurikulum termasuk kurikulum muatan lokal yang menunjang bagi pendidikan multikultural. 3) Wakamad Kesiswaan: untuk memperoleh data tentang pola interaksi siswa dan pembentukan budaya madrasah terutama di tingkat siswa 119 tentang realitas pemahaman dan implementasi tentang keragaman, pluralisme dan kemerdekaan dalam pemikiran. 4) Wakamad sarpras; dalam rangka upaya-upaya yang mendukung bagi Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural di MA MINAT Cilacap . e. Data tentang kultur MA MINAT Cilacap dalam implementasi Pendidikan Agama Islam persepktif multikutural Data diperoleh dengan cara wawancara maupun observasi. Wawancara kepada guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka untuk mengetahui kultur yang dikembangkan oleh guru dalam implementasi pendidikan multikultural. Wawancara dengan siswa untuk memperoleh data tentang kultur madrasah yang turut dikembangkan oleh siswa, sedangkan yang menjadi responden penelitian adalah para siswa yang berasal dari luar DRAFT Jawa. Selain hal di atas, data tentang kultur madrasah juga diperoleh dengan melalui observasi tentang aktivitas madrasah terkait dengan pendidikan multikultural serta artifak madrasah yang berdimensi multikultural. Adapun langkah pertama dalam observasi adalah dengan melakukan Descriptive observation secara luas, yang berfungsi untuk menggambarkan keseluruhan setting dalam observasi. Selanjutnya, langkah observasi yang lebih terfokus (focused observation) Observasi dilakukan dalam menggali data tentang aktivitas Pendidikan Agama Islam multikultural melalui pengamatan tentang kultur sekolah yang terbentuk dan perangkat-perangkat yang mendukung tentang praktek 120 pendidikan multikultural. Adapun beberapa aktivitas yang mendukung tentang pendidikan multikultural adalah berupa kajian-kajian ilmiah diskusi rutin siswa dan santri, kajian fiqih kontemporer terkait dengan problematika fiqih yang dilakukan MA MINAT Cilacap bersama ponpes Al Ihya Ulumudin. Pengumpulan data dilakukan oleh penulis melalui beberapa langkah sebagai berikut: 1. Penentuan informan yaitu guru rumpun pendidikan agama lslam (meliputi guru mata pelajaran Qur,an Hadits, akidah akhlak, fiqih dan sejarah kebudayaan Islam), siswa (berasal dari luar Jawa), kepala madrasah beserta wakilnya, staf tata usaha dan petugas perpustakaan yang dipilih secara purposive oleh peneliti atas dasar ketepatan data yang akan dieksplorasi sehingga peneliti dapat memetakan skala DRAFT prioritas terhadap data dan tema penelitian. 2. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara terstruktur dan wawancara mendalam atau indepth interview. E. Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data melalui tiga tahap yaitu: kredibilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas (Miles dan Huberman,1992:75).Pengecekan kredibilitas atau derajat kebenaran di peroleh dengan klarifikasi data oleh subjek penelitian dan hal ini key informan. Informan ataupun subjek membaca terhadap file note wawancara dan observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Jika 121 terjadi kesalahan maka file notes wawancara dan observasi dibetulkan oleh peneliti, selanjutnya diberikan kepada subjek penelitian untuk di review kembali dan diberikan pengesahan jika sudah sesuai. Pengecekan dependabilitas atau keajegan dilakukan dengan melalui trianggulasi sumber. Beberapa topik penelitian dicross check dengan pertanyaan yang sama kepada informan lain sampai mendapatkan keajegan data. Pengecekan konfirmabilitas atau kecocokan dengan cara melakukan trianggulasi metode, dengan beberapa langkah yaitu melalui wawancara dengan informan dan pengamatan. Sebelum data-data yang terkumpul ditafsirkan dan dianalisis diperlukan keabsahan data, sehingga diperoleh data yang valid dan reliable. Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data dapat diperoleh dengan kritik eksternal dan kritik internal (Kerlinger, 1996: 192). DRAFT 1. Kritik eksternal, yaitu secara kritis meneliti, memeriksa keaslian sumber data, dan untuk mengetahui validitas data tersebut. 2. Kritik internal, yaitu meneliti makna, isi sumber dokumen beserta maknanya. Adapun teknik lainnya adalah dengan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi, analisis kasus negatif, kecukupan referensial, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing (Moleong, 2000:25). Teknik trianggulasi data dimaksudkan untuk menjadikan data lebih valid dan reliable. untuk mencari data tentang Pendidikan Agama Islam perspektif Multikultural 122 di MA MINAT Cilacap, diadakan cross check dengan guru, staf administrasi, dan siswa. Teknik trianggulasi dalam penelitian ini meliputi trianggulasi sumber dan trianggulasi metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural di MA MINAT Cilacap. Adapun salah satu cara trianggulasi metode melalui cross check dengan guru, staf administrasi, dan informan lain yang berkompeten. F.Teknik Analisis Data Proses analisis data tentang kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dilakukan beberapa langkah utama yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman, 1984: 16). Analisis data dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Untuk memudahkan analisis DRAFT data, digunakan teknik interaktif model Miles dan Huberman (1984: 21-23), adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai observasi, wawancara dan dokumentasi cara yaitu terkait melalui: dengan kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Semua data yang terkumpul dari catatan lapangan berbentuk deskriptif. Catatan deskriptif merupakan catatan alami, apa yang sebenarnya didapat dari lapangan tanpa diberi komentar atau analisis apapun dari peneliti. Langkah selanjutnya, 123 melakukan catatan refleksi yang merupakan catatan peneliti yang berisi komentar, penafsiran, dan analisis. 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian terhadap penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang diambil dari lapangan dari data tentang kajian multikultural Pendidikan Agama Islam. Data tentang dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dan kurikulum Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural dilakukan dengan content analysiz melalui cara membuat kategorisasi muatan kurikulum multikultural. Data tentang dimensi multikultural dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dan nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dilakukan dengan melakukan kategorisasi tema-tema DRAFT multikultural. Selanjutnya data tersebut dikelompokan menjadi tema-tema tertentu tentang pendidikan multikultural. Data-data tentang nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dilakukan reduksi. Reduksi data yang tidak diperlukan sesuai fokus permasalahan yaitu tentang Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural di MA MINAT Cilacap yang selanjutnya, membuat ringkasan, dan penelusuran tema-tema. Untuk memaparkan data tentang makna multikultural serta sikap siswa dan guru tehadap pendidikan multikultural serta kultur MA MINAT Cilacap, dilakukan reduksi data observasi, wawancara, dan dokumentasi. 124 Reduksi data dengan cara melakukan kategorisasi data hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi sehingga diperoleh data yang sudah dikelompokan menurut tema-tema tertentu untuk dilakukan display data. 3. Penyajian Data Penyajian data Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam perspektif multikultural disajikan dalam bentuk naratif dari setelah data sudah direduksi. Penyajian data merupakan tahap untuk memahami yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan untuk dilakukan analisis dan hal-hal yang perlu . 4. Penyimpulan Penarikan kesimpulan tentang kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap didasarkan pada temuan-temuan data dengan mengacu pada permasalahan penelitian yaitu meliputi: proses DRAFT Pendidikan Agama Islam perspektif multikultural, nilai-nilai multikultural yang dikembangkan dan kultur madrasah dalam implementasi pendidikan multikultural. Penarikan kesimpulan merupakan sebagian kegiatan dari konfigurasi yang utuh, karena penarikan kesimpulan sebenarnya telah dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir penelitian yang merupakan proses berkesinambungan. Penarikan kesimpulan bertujuan untuk mencari makna dari komponen-komponen yang disajikan dari pola-pola keteraturan penjelasan, konfigurasi hubungan sebab-akibat dan proposisi penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan peninjauan kembali 125 terhadap penyajian data dan catatan lapangan melalui diskusi dengan beberapa person yang dianggap kompeten. Selanjutnya untuk melakukan analisa data tentang dokumentasi kurikulum dan pengembangan bahan ajar digunakan content analysis, yaitu melakukan analisis kurikulum dan bahan ajar MA MINAT Cilacap yang bermuatan multikultural. DRAFT 126 I. Pembahasan Berdasarkan temuan data yang telah dibahas dalam penyajian data di atas maka dapat dianalisa data-data terkait dengan Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dari tinjuan pendidikan multikultural. 1. Dimensi Multikultural dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Kurikulum pendidikan multikultural memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, politik dan tidak hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan siswa sebagai mahluk sosial, budaya, politik yang hidup sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang diseragamkan melalui pendidikan (Mahfud, 2006:215). Kurikulum pendidikan agama Islam berdimensi multikultural memuat pengakuan atas keragaman kultur, ras, dan sosial yang dikembangkan dan diinternalisasikan dalam pembelajaran. DRAFT Temuan data tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam bahan ajar Al qur’an hadis memuat tentang toleransi. Toleransi, demokrasi, dan etika pergaulan sebagai bagian dalam pendidikan multikultural merupakan topik yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Kaidah tentang pola relasi sosial merupakan bagian yang dikembangkan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam. Pola pembalajaran dilakukan dengan contextual teaching learning sebagai upaya merealisasikan muatan-muatan kurikulum yang dapat terinternalisasikan dalam diri siswa. Toleransi dikembangkan dengan model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan MA MINAT Cilacap berorientasi pada pengembangan kurikulum berdimensi multikultural. Isu-isu 300 tentang gerakan anarkis yang berkembang di masyarakat dalam kurikulum Al qur’an Hadis diakomodasi tentang kemasyarakatan terutama pada kelas dua. Pola kehidupan yang arif dan tata cara hidup bermasyarakat merupakan bagian dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Hal ini memberikan deskripsi yang jelas bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam mengembangkan anti rasial. Menurut Burnet dan Banks bahwa kurikulum pendidikan berperspektif multikultural dapat diintegrasikan dalam kurikulum multikultural meliputi: isu, tema, topik, dan konsep-konsep yang berkaitan dengan multikultural ( Aly 2011: 134). Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengembangkan terkait dengan isu, tema dan konsepkonsep tentang multikultural selaras dengan kemajuan jaman dan globalisasi yang berkembang dalam masyarakat. Adapun kurikulum Pendidikan Agama DRAFT Islam MA MINAT Cilacap memuat etika dalam pergaulan dalam masyarakat sebagai upaya membentuk siswa yang responsif dalam kehidupan multikultur. Implementasi kurikulum pendidikan agama Islam dengan menggunakan teknis pembelajaran yang difokuskan pada penyampaian kognisi siswa melalui dasar normatif Islam yaitu menyampaikan Al qur’an dan Hadis terlebih yang memuat tentang penghargaan terhadap multikultural. Pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam terkait dengan bahan ajar tentang kepekaan sosial dilakukan dengan cara mengarahkan siswa untuk melakukan aksi sosial. Pembelajaran dan internalisasi dari kurikulum Pendidikan Agama Islam juga dilakukan melalui tahap penguasaan kognisi anak. Guru Pendidikan 301 Agama Islam melakukan evaluasi dengan memberikan tugas kepada siswa supaya membuat narasi dan analisa terhadap problem sosial kemasyarakatan yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan agama Islam MA MINAT Cilacap. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki pemahaman yang lebih terbuka tentang berbagai konsep multikultural. Pemahaman tentang toleransi dimaknai sebagai bagian dalam memperkokoh akidah. Artinya, kompetensi kultural dengan mengedapankan sikap toleransi memahami kemajemukan dampak positif yang diperoleh adalah dapat memperkokoh akidah yang telah dimiliki. Proses internalisasi nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi upaya yang dilakukan oleh guru dan pembentukan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang mendukung terhadap pendidikan multikultural. Struktur kurikulum DRAFT Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap merupakan pola dan kumpulan susunan mata pelajaran yang akan ditempuh oleh siswa. Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam meliputi mata pelajaran: Al qur’an Hadis, akidah akhlak, fiqih dan sejarah kebudayaan Islam. Adapun kompetensi yang dituangkan terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam sebagai komponen agama dan akhlak mulia memiliki cakupan: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. 302 Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Al qur’an Hadis diorientasikan supaya siswa memiliki kompetensi dalam membaca, mempelajari, meyakini kebenaranya dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya. Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam terkait dengan materi-bahan ajar pendidikan multikutural merupakan bagian yang ditekankan pada aspek pengamalan. Standar kompetensi dan komptensi dasar pada kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Al qur’an hadis memuat kompetensi kultural yaitu dengan standar kompetensi tentang: mampu menerapkan ajaran Al qur’an dan Hadis tentang pola hidup sederhana, pokokpokok kebajikan dan amar ma’ruf nahi munkar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. kompetensi dasar : 1) menerapkan ajaran Al qur’an dan DRAFT Hadis tentang pola hidup sederhana, 2) menerapkan pokok-pokok kebajikan sebagaimana disyariatkan dalam Al qur’an dan Hadis, 3) menceriterakan balasan bagi orang beriman dan beramal shaleh. Temuan data di atas pada kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap memuat dimensi multikultural, terutama pada kompetensi dasar pola hidup sederhana, pokok kebajikan dan beramal salih. Kompetensi dasar tersebut memuat tentang pola hubungan antara manusia dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam menjalin relasi sosial kemasyarakatan. Standar kompetensi yang lain dalam kurikulum pendidikan agama Islam di MA MINAT Cilacap adalah: 1) mampu menerapkan ajaran Al qur’an mengenai 303 dakwah, tanggung jawab manusia, kewajiban berlaku adil dan jujur. 2) mampu menerapkan ajaran Al qur’an dan Hadis tentang etika pergaulan, kerja keras, pembangunan pribadi dan masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kompetensi dasar meliputi: 1) Menganalisis hukum dan metode dakwah, 2) Menerapkan sikap bertanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masyarakat. 3) Menerapkan diri berlaku adil dan jujur. 4) Menerapkan etika pergaulan sesama manusia. 5) Melaksanakan ajaran Al qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan masyarakat. Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap pada mata pelajaran Al qur’an Hadis memuat hukum dan metode dakwah yang mengatur bahwa dakwah dilakukan tidak didasarkan atas pemaksaan dan tidak melanggar hak-hak kemanusiaan yang memiliki tingkat kebebasan. Sisi pembentukan sikap memuat tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan DRAFT masyarakat. Hal ini memiliki kompetensi pengembangan sikap terkait manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dan kebergantungan dengan mahluk yang lain sehingga diperlukan pola hubungan yang dinamis dan mengakui adanya keragaman serta persamaan derajat. Muatan kurikulum yang lain adalah mengatur adanya etika pergaulan yang mendasari tentang adab pergaulan sesama manusia yang memiliki kemajemukan dan beberapa perbedaan. Kompetensi yang lain terkait pembangunan pribadi dan masyarakat merupakan penguatan tentang memperkokoh persatuan dan mengembangkan keadian dalam membentuk masyarakat yang kondusif. 304 Struktur kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam mata pelajaran akidah akhlak termasuk memiliki dimensi pendidikan multikultural. Hal ini dapat terlihat pada standar kompetensi memahami dan meyakini hakikat Akidah Islam dan Akhlak Islam serta mampu menganalisis secara ilmiah hubungan dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, standar tersebut dikembangkan lagi menjadi kompetensi dasar : 1) Mewujudkan hakekat makna Akhlak dalam kehidupan sehari-hari, 2) Menunjukkan hubungan fungsional antara Akidah dan Akhlak, 3) Terbiasa beradab terpuji (iffah, musawah, dan ukhuwwah). Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam mata pelajaran akidah akhlak tersebut memuat dimensi multikultural yaitu tentang akhlak, hubungan akidah dan akhlak dan adab terpuji. Akhlak merupakan bagian yang perlu dikembangkan dalam membentuk sikap responsif terhadap multikultural. Adab merupakan upaya pembentukan kepribadian siswa dalam menjalin DRAFT persaudaraan antara sesama dengan demikian kurikulum Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran akidah akhlak MA MINAT Cilacap berdimensi multikultural. Standar kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran akidah akhlak juga memuat tentang memahami dan meyakini hakikat iman kepada malaikat serta mampu menganalisisnya secara ilmiah dan terbiasa berakhlak terpuji (kreatif, dinamis, dan tawakkal) dan menghindari akhlak tercela (pasif, pesimis, putus asa, dan bergantung pada orang lain) dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar yang dikembangkan antara lain: 1) Terbiasa melakukan Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. 2) 305 Menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari (diolah dari dokumen kurikulum MA MINAT Cilacap). Kompetensi dasar diatas memberikan penguatan pada pembentukan kepribadian muslim yang lebih terbuka dalam kehidupan multikultur, terbuka atas keragaman budaya dan memberikan penghargaan atas keragaman tersebut. Kompetensi dasar yang lain adalah: 1) Terbiasa melakukan Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari (sikap bijaksana, amanah, dan orientasi masa depan (futuristik). 2) Menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari (seperti memfitnah, mencuri, picik, hedonisme, ananiah dan materialistik (hubbud dunya). Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap pada kompetensi dasar berorientasi pada pembentukan akhlak yang mengedepankan yaitu kepribadian dengan sikap bijaksana, amanah dan berorientasi kedepan. Artinya, sikap tersebut merupakan sikap yang lebih DRAFT responsif terhadap dinamika yang terjadi dalam masyarakat multikultur. Kompetensi dasar yang lain yang turut membetuk kepribadian adalah menghindari sikap tercela sebagai penyebab terjadinya perpecahan dan pemicu perpecahan. Standar kompetensi berikutnya yang dikembangkan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap pada mata pelajaran akidah akhlak adalah: memahami dan meyakini hakikat iman kepada Rasul dan beriman kepada hari akhir serta mampu menganalisis secara ilmiah dan bersikap serta berperilaku terpuji memperkokoh kehidupan masyarakat (solidaritas, zuhud, tasamuh, ta’awun, saling menghargai, dan tidak ingkar 306 janji) dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar meliputi: 1) Terbiasa berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari (solidaritas, tasamuh, ta’awun, zuhud, saling menghargai, dan tidak ingkar janji); 2) Terbiasa menghindari akhlak tercela. Kompetensi dasar tersebut sarat dengan internalisasi nilai-nilai yang menghargai relasi sosial dan sangat menjunjung tinggi persaudaraan, kesamaan hak, budaya dan bertindak adil pada akhirnya akan membentuk harmonisasi hubungan sesama manusia dan bangsa yang bersatu dalam kemajemukan. Berdasarkan dari semua uraian diatas tentang muatan kurikulum rumpun Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap yang mendasarkan dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam dan dokumen kurikulum serta implementasinya bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam tersebut memiliki dimensi pendidikan multikutural. Kurikulum rumpun Pendidikan DRAFT Agama Islam pada mata pelajaran Al qur’an Hadis dan Akidah Akhlak memiliki banyak dimensi pendidikan multikultural. Orientasi pada pembentukan karakter, dan internalisasi pendidikan multikultural antara lain tentang persamaan hak, keadilan, demokrasi, toleransi serta kompetensi kultural yang lain banyak dikembangkan. 2. Nilai-nilai Multikultural dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Salah satu langkah implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan membuat konstruk keilmuan berdimensi multikultural. Konstruk keilmuan dalam proses pendidikan dapat diaktualisasikan melalui struktur kurikulum yang memuat nilai-nilai pendidikan multikultural. Menurut 307 Banks, dimensi pendidikan mutlikultural memiliki lima dimensi yaitu: integrasi, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pendidikan yang adil dan pemberdayaan sekolah dan struktur sekolah. Dalam konteks dimensi di atas, Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di MA MINAT Cilacap sebagai sebuah konstruksi kurikulum telah memuat nilai-nilai multikultural. Salah satu dimensi multikultural di MA MINAT Cilacap dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam terimplementasi dalam susunan bahan ajar yang memuat dimensi-dimensi multikultural. Struktur keilmuan Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengembangkan nilai-nilai multikultural antara lain nilai-nilai: persamaan hak, toleransi, keadilan, persaudaraan, etika pergaulan. Nilai-nilai tersebut dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar di MA MINAT Cilacap selanjutnya didukung kultur madrasah yang adaptif dan responsif terhadap DRAFT pendidikan multikultural. Kultur madrasah turut membentuk sikap guru dan siswa serta personel sekolah terhadap penerapan pendidikan multikultural. Adapun nilai-nilai pendidikan multikultural yang terimplementasi pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap sebagai berikut: a. Persamaan Hak Temuan-temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengembangkan sikap menghormati adanya perbedaan. Hal ini menjadi penting karena latar belakang siswa MA MINAT Cilacap berasal dari beberapa daerah diluar jawa. Pola pergaulan yang sangat majemuk 308 membawa potensi terjadinya konflik namun pengembangan sikap menghormati perbedaan dapat meminimalisir potensi konflik. Satu sisi data dokumentasi bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap juga memuat ajaran normatif Q.S. al Hujurat 13, bahwa manusia diciptakan dalam kodrat yang sangat beragam. Manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Konsekuensinya terdapat kesadaran bahwa realita kehidupan sangat beragam dan menghormati perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Pergeseran pola kehidupan agraris menjadi industri dan dampak globalisasi menjadikan manusia tidak bisa tersekat dalam ruang sempit. Percampuran budaya-budaya sangat mungkin terjadi, sehingga manusia tidak dapat hidup dalam monokultur tetapi manusia mutlak hidup dalam multikultural. Pengembangan sikap menghormati perbedaan dalam Pendidikan Agama DRAFT Islam di MA MINAT Cilacap menjadi urgen dalam kehidupan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Implikasi ayat tersebut di atas dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam juga dibangun kesadaran bahwa secara lahiriah dari sisi kemanusiaan tidak ada perbedaan antara suku, ras, dan etnik keturunan semua memiliki kesamaan derajat. Ayat tersebut diatas juga turut membentuk afeksi siswa untuk memahami realita perbedaan tidak menjadi sesuatu yang rentan memicu adanya perpecahan. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap juga menyampaikan pesan-pesan moral tentang penghormatan kepada penganut mahzab dan agama yang berbeda. Keyakinan terhadap sesuatu 309 mazhab tertentu menjadi hak asasi seseorang karena Islam memberikan kebebasan dalam ijtihad. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam tersebut selaras dengan fenomena yang berkembang di Indonesia saat sekarang. Krisis kerukunan kehidupan intern umat beragama menjadi pemicu utama disintegrasi bangsa. Kebebasan beragama, berpikir, berbudaya menjadi terminimalisasi. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama atau yang membuat labelisasi agama dengan mengesahkan semua bentuk penekanan apapun menjadi tidak benar dalam perspektif Islam bahkan agama manapun, sehingga pemaknaan teks Al qur’an semestinya tidak menimbulkan kebenciaan dan kekerasaan irrasional. Pemahaman teks Al qur’an bernuasa motiv-motiv menjadikan sikap tidak toleran terhadap keanekaragaman (Muhammad, 2005:3). Pengembangan sikap menghormati perbedaan akan dapat menghasilkan output pendidikan yang memiliki kearifan sosial yang lebih tinggi terhadap DRAFT kompetensi kultural. Konflik di berbagai daerah di Indonesia sangat dimungkinkan adanya krisis terhadap sikap menghormat bentuk-bentuk perbedaan. Pendidikan menjadi bagian penting dalam membentuk sikap nasionalis. Dengan demikian, kontribusi pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam yang sarat mengajarkan moralitas perlu mengembangkan sikap menghormati perbedaan. Temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap adalah menghormati perbedaan dengan mendasarkan utama pada normatif agama sebagaimana ayat yang telah disampaikan sebelumnya. Penyampaian ayat tersebut dilakukan dalam rangka memberikan kognisi 310 selanjutnya membentuk afeksi anak yang dapat menghormati perbedaan sebagaimana hal tersebut merupakan bagian dari pendidikan multikultural. Sikap menghormati perbedaan akan memungkinkan pembentukan sikap respek terhadap berbagai perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. b.Toleransi Internalisasi sikap menghormati dan mengakui persamaan hak akan mengarah pada pembentukan sikap toleransi. Berdasarkan temuan data, muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengembangkan sikap toleransi kepada siswa. Toleransi menjadi penting dalam kehidupan multikultural. Toleransi (tasamuh) merupakan sikap tenggang rasa terhadap realitas perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Realitas perbedaan dan dampak kehidupan global semakin membutuhkan sikap toleransi atas perbedaan yang DRAFT ada. Kilas balik sejarah peradaban Islam yang telah dibentuk oleh Nabi Muhammad saw telah berhasil membentuk masyarakat madani. Sebuah pranata masyarakat yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari masyarakat yang plural. Toleransi antara umat beragama menjadikan kondisi masyarakat yang sangat dinamis sehingga tasamuh (toleransi) berfungsi sebagai penertib, sebagai pengaman perdamaian dan pemersatu dalam komunikasi dan interaksi sosial. Beberapa temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memuat bahan ajar tentang toleransi dengan mengedepankan tenggang rasa. Manusia tidak dapat lepas dari relasi sosial kemasyarakatan. 311 Rasa tengang rasa perlu dikembangkan pada Pendidikan Agama Islam, karena manusia sebagai mahluk sosial saling membutuhkan orang lain dan saling ketergantungan. Pembudayaan toleransi dengan mengedepankan sikap-sikap peka sosial dilakukan dalam pendidikan MA MINAT Cilacap salah satunya dengan dilakukan kajian-kajian ilmiah tentang kedaerahan melalui Iksa (Ikatan santri dan siswa MA MINAT Cilacap yang disesuaikan dengan asal daerah masing-masing). Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memuat dasar normatif tentang ajaran untuk bersikap baik kepada sesama manusia. Pembelajaran akhlak yang diberikan kepada siswa disampaikan dasar normatif Q.S al Hujurat 12, sebagai mahluk yang saling kebergantungan tidak dibenarkan melakukan tindakan yang menyingung perasaan orang lain. Adapun pentingnya sikap toleransi dengan tetap menjaga dan menghormati orang lain DRAFT yang merupakan salah satu bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap adalah sebagai upaya untuk memperkuat persatuan dan kesatuan. Pertama sebagai pembentukan afeksi anak melalui internalisasi sikap tasamuh merupakan upaya untuk menjaga kesatuan negara dari ancaman disintegrasi bangsa. Kedua, dengan toleransi akan terjalin relasi sosial yang lebih luas dan dapat menopang eksistensi seseorang yang dapat menghasilkan bahan ajar maupun keuntungan yang bersifat imateri. Ketiga, terciptanya persatuan dan kesatuan akan membentuk perdamaian dan kesejahteraan sosial sehingga terjadi dinamika masyarakat dan dengan bahan ajar yang memuat 312 toleransi akan turut membentuk siswa memiliki kompetensi sosial yang lebih kuat. c. Keadilan Sikap toleransi (tasamuh) dapat membentuk perilaku adil. Adil merupakan perilaku yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Prinsip keadilan sebagai pilar pendidikan multikultural. Keadilan dalam proses pendidikan termasuk didalamnya siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh transformasi ilmu maupun keadilan dalam memberikan kesempatan yang sama walaupun latar belakang siswa berbeda. Perbedaan budaya, perilaku siswa MA MINAT Cilacap karena berasal dari daerah yang berlainan tidak menjadikan perbedaan perlakuan. Konten bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memberikan dasar-dasar keharusan seorang muslim memiliki perilaku adil. DRAFT Dasar Al qur’an Surat al Maidah 8-9 yang diajarkan kepada siswa MA MINAT Cilacap sangat menganjurkan perilaku adil bahkan adil juga dilakukan kepada orang non Islam sekalipun. Adil menurut ayat tersebut memiliki dua dimensi utama yaitu takwa dan keimanan. Dimensi pertama, perilaku adil dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dinyatakan bahwa merupakan salah satu parameter ketaqwaan sesorang. Dimensi kedua, bahwa perilaku adil merupakan bagian ketaqwaan seseorang. Satu sisi ayat 9 Q.S. al Maidah sebagai bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap juga menyatakan bahwa perilaku adil sebagai amal shalih. Hakekatnya, sikap adil akan membawa tata kehidupan masyarakat yang lebih 313 dinamis. Ketika masyarakat memiliki perilaku adil maka tidak akan terjadi penindasan satu kelompok masyarakat dominan terhadap minoritas. Keadilan membawa kultur masyarakat yang lebih memberikan hak-hak masyarakat sesuai dengan porsinya. Keadilan dalam perspektif Pendidikan Agama Islam yang dilakukan pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap lebih memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa walaupun dari kultur dan kemampuan siswa yang sangat beragam sehingga keadilan sebagai unsur urgen dalam pendidikan multikultural telah dilakukan oleh MA MINAT Cilacap. Pembentukan sikap adil dalam diri siswa dilakukan dengan penguatan kognisi siswa melalui pemberian bahan ajar tentang perilaku adil, selanjutnya dengan membentuk budaya madrasah. Praktik pembelajaran yang dilakukuan oleh guru Pendidikan Agama Islam telah membentuk perilaku keadilan melalui kesamaan DRAFT hak yang diberikan kepada siswa walaupun dari beragam budaya. Keadilan merupakan prinsip-prinsip kemanusiaan yang perlu diajarkan kepada siswa. Menurut Ahmad Amin menyebutkan beberapa prinsip tasawuf antara lain bahwa semua agama adalah jalan menuju Allah Swt. Semua agama membimbing manusia menuju keridlaan Tuhan, meskipun ritual-ritual agama berbeda-beda tetapi semuanya ditujukan kepada Tuhan sebagai sang khalik. Ibnu Arabi berpendapat bahwa orang sufi melihat Allah dalam ka’bah, masjid, gereja dan dalam kuil (Muhammad 2005: 45). Dengan demikian, perlakuan adil didasari pada pengakuan atas kesamaan hak dan toleransi. Tindak dikriminasi tidak dibenarkan dalam agama Islam dan agama-agama yang lain. 314 Islam memandang bahwa persamaan hak kemanusian juga membawa konsekuensi keadilan yang perlu ditanamkan dalam diri siswa. Temuan data pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menyebutkan terminologi adil merupakan perlakuan yang seimbang menempatkan sesuatu dengan proposional. Makna secara istilah, adil dapat dipahami sebagai perlakuan seseorang terhadap orang lain tidak melakukan perbedaan atas hak-hak orang lain. Berpangkal dari perilaku adil akan melahirkan sikap ihsan. Ihsan yaitu melakukan sesuatu perbuatan yang akan mendatangkan manfaat besar bagi orang lain sehingga kesadaran siswa dapat membentuk perilaku yang bermanfaat bagi orang lain. Perilaku lain yang ditimbulkan dari perilaku adil adalah memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap permasalahan kemasyarakatan. Berdasarkan uraian di atas yang didasarkan pada temuan-temuan data DRAFT pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat disimpulkan bahwa pengembangan perilaku adil sebagai bagian praksis pendidikan multikultural dilakukan dengan memberikan kompetensi kepada siswa dengan cara: pertama memberikan domain kognitif kepada siswa melalui penguasaan dasar normatif Islam terkait dengan perilaku adil. Kedua, pembentukan afeksi keadilan juga dilakukan dengan telaah kristis pada muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam tentang keadilan. d. Persaudaran Prinsip tasawuf yang lain sebagaimana disebutkan oleh Ahmad Amin (2005:45) menyebutkan: persaudaraan 315 menghimpun seluruh prinsip kemanusiaan. Manusia menyatu dengan yang lain dalam hubungan keluarga kemudian hubungan umat dan akhirnya hubungan kemanusiaan. Manusia sempurna adalah manusia yang melampaui batas-batas geografis. Manusia yang menyatu dalam kemanusiaanya pada zaman lampau kini dan akan datang. Makna persaudaraan dalam prinsip tasawuf mengacu pada persaudaraan yang dapat menghilangkan batas-batas perbedaan kultural. Persaudaraan merupakan unsur kodrati manusia yang tidak dapat lepas dari relasi sosial masyarakat. Dimensi persaudaraan memiliki makna yang lebih mengakui adanya pluralitas dan keragaman budaya. Persaudaraan mengarahkan pada persatuan dan kesatuan bangsa. Temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap menyebutkan bahwa kemanusiaan persaudaraan merupakan tanggung jawab sebagai salah satu prinsip pendidikan multikultural. Format DRAFT pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa model. Menurut Gorski pendidikan multikultural mencakup tiga jenis transformasi yaitu: pertama, transformasi diri. Kedua, transformasi sekolah dan proses belajar-mengajar. Ketiga, transformasi masyarakat. Ketiga transformasi tersebut tidak dapat terpisah menjadi bagian-bagian melainkan menyatu menjadi kesatuan dalam pendidikan multikultural (el-Ma’hady 2009: 6). Temuan data-data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi ketiga transformasi diatas. Transformasi diri diupayakan dengan mengajarkan bahan ajar yang berkenaan dengan proses pemberdayaan siswa dengan kompetensi kultural antara lain dengan 316 pengembangan persaudaraan, tolerasi dan kesamaan derajat. Transformasi sekolah dilakukan melalui pembelajaran yang lebih responsif multikultural yaitu dengan cara melakukan internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Pendidikan Agama Islam. Transformasi masyarakat dilakukan dengan cara membentuk kultur madrasah yang responsif multikultural yaitu melalui kesamaan hak dan perlakuan pada siswa walaupun mereka dari kultur yang berbeda karena asal daerah siswa yang sangat beragam dari berbagai daerah di luar Jawa. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap melakukan internalisasi nilai-nilai persaudaraan. Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat lepas dari hubungan sosial. Manusia tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Eksistensi keberlangsungan manusia bahkan membutuhkan adanya perkawinan dan akan menjadikan tali persaudaraan antar masyarakat. DRAFT Syari’at Islam mengatur adanya bentuk-bentuk pergaulan sekalipun dengan yang berbeda agama. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mendasarkan pada Q.S. al Hujurat 10-13. Ayat tersebut diuraikan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap bahwa semua mukmin adalah bersaudara. Konsekuensinya adalah ketika diikat dalam satu persaudaraan maka akan tercipta perdamaian dan perlakuan tersebut merupakan cerminan takwa. Selanjutnya, pengembangan sikap menghargai satu dengan yang lain akan mencegah terjadinya perpecahan dan memperkokoh 317 persaudaraan. Ayat tersebut juga menyerukan anjuran penghargaan atas kemajemukan, bahwa perbedaan adalah realita. Persaudaran dalam Islam merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam norma Islam. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memuat aturan-aturan tentang membangun perilaku. Kokohnya persaudaraan perlu diikuti adanya etika pergaulan yang diperlukan siswa dalam internalisasi diri siswa tentang: larangan untuk mengolok-olok kaum lain, memanggil dengan gelar-gelar buruk, prasangka buruk, menggunjing. Pembelajaran tentang etika, moral, pergaulan bermasyarakat dan berbangsa dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan penguatan bahan ajar tentang nilai-nilai persaudaraan dalam pendidikan multikultural. Menurut Nimrod Aloni terdapat tiga prinsip manusia bermartabat yaitu; DRAFT pertama, otonomi, rasional, dan penghargaan untuk semua orang. Kedua, kesetaraan dan kebersamaan. Ketiga, komitmen untuk membantu semua orang dalam pengembangan potensinya (Aly, 2011: 114). Prinsip-prinsip di atas sesuai dengan pendidikan multikultural yang lebih menekankan relasi manusia. Prinsip ketiga sesuai dengan internalisasi nilai-nilai persaudaraan yang termuat dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Kultur madrasah yang dibentuk MA MINAT Cilacap dalam menanamkan nilai-nilai persaudaraan dengan mengadakan suasana akademik dalam pembelajaran dengan metode kontekstual yaitu menerapkan bahan ajar dengan merealisasikan dalam praktik kehidupan misalnya dialog dalam forum ikatan 318 siswa dalam berbagai daerah. Nilai-nilai persaudaraan merupakan bahan ajar akhlak yang diajarkan kepada siswa sehingga peran guru dalam pengembangan nilai persaudaraan sebagai bentuk pendidikan multikultural menjadi penting. Guru dalam pendidikan muktikultural perlu memiliki wawasan yang cukup untuk menghadapi beberapa fenomena sosial yang ada di lingkungan dan terhadap siswa terutama terkait dengan ketidakadilan sosial, politik dan ekonomi seperti masalah kemiskinan, pengangguran, korupsi dll (Yakin, 2005: 179). Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap telah menghilangkan bentuk-bentuk ketidakadilan sosial dengan menanamkan nilai-nilai persaudaraan yang dilakukan dengan memberikan perlakuan yang sama dan melakukan kunjungan-kunjungan keberbagai daerah di luar Jawa. Kunjungan daerah seperti kunjungan ke lampung difasilitasi oleh ikatan siswa dan santri DRAFT lampung (Iksa Lampung) biasanya dilakukan untuk memberikan pengarahan alumni maupun siswa yang masih aktif. Kunjungan ke berbagai daerah biasanya dilakukan dalam forum silaturahmi. Ikatan siswa dan santri merupakan bagian forum persaudaraan ikatan santri dan siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar daerah. Penamaan iksa disesuaikan asal daerah siswa dan santri. Iksa memberikan fasilitas terhadap siswa dan santri dari luar Jawa dalam melakukan adaptasi di MA MINAT Cilacap maupun dalam pondok pesantren Al Ihya Ulumudin Cilacap. Forum silaturahmi yang dilakukan oleh MA MINAT Cilacap merupakan bentuk internalisasi nilai-nilai persaudaran yang memberikan beberapa 319 kemanfaatan. Pertama, forum tersebut merupakan bagian untuk menghilangkan batas-batas deskriminasi antar kultur berbagai daerah. Kedua, sebagai wahana sosialisasi keberadaan MA MINAT Cilacap sehingga eksistensi Madrasah akan tetap solid. Ketiga, sebagai bentuk nyata implementasi pendidikan multikultural. Ketiga, input siswa MA MINAT menjadi sangat beragam dan menjadikan karakteristik yang dimiliki oleh MA MINAT Cilacap. Internalisasi nilai-nilai persaudaraan juga diimbangi dengan bahan ajar Pendidikan Agama Islam yang terkait dengan akhlak sebagai dasar melakukan persaudaraan dan melakukan relasi sosial. Adapun bentuk larangan-larangan yang diajarkan kepada siswa antara lain namimah atau melakukan fitnah. Hal ini merupakan sikap yang akan menghancurkan bentuk-bentuk persaudaraan. Internalisasi nilai-nilai persaudaraan sebagai salah satu pilar pendidikan multikultural tidak dapat DRAFT dilakukan dengan baik jika tidak diikuti dengan pembentukan perilaku siswa, sedangkan fitnah merupakan pangkal dari perpecahan. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap sebagai langkah untuk memperkokoh internalisasi nilai-nilai persaudaraan. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap berpedoman pada dasar normatif QS Al Baqarah 191 yang menerangkan bahaya fitnah. Proses Pendidikan Agama Islam dalam memberikan kemampuan kongnisi kepada siswa dengan mengacu Al qur’an dan Hadis, karena afeksi siswa akan dapat berhasil jika penguasaan kongisi juga lebih baik. Ayat tersebut memberikan implikasi yang lebih mendalam bagi implementasi pendidikan 320 multikultural di MA MINAT Cilacap. Fitnah sebagai sikap yang harus dijauhi diterangkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam sebagai perbuatan yang lebih kejam dari pembunuhan. Karir dan karakter seseorang akan dapat tercemar karena fitnah, sehingga akan membawa kehancuran eksistensi seseorang sebaliknya menghidari fitnah akan membawa perdamaian, persatuan dan persaudaraan. Sikap lain yang perlu dikembangkan dalam internalisasi nilai-nilai persaudaraan pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap adalah menghindari sikap ananiyah atau egois. Ananiyah merupakan akhlak tercela yang akan memberikan dampak buruk bagi orang lain maupun diri sendiri. Sikap tersebut akan menjadikan orang egois dan tidak memiliki kepekaan sosial. Hal ini sangat bertentangan dengan pendidikan multikultural yang lebih peka terhadap realita sosial. Madrasah ataupun sekolah dalam DRAFT mengimplementasikan pendidikan multikultural perlu menerapkan kurikulum yang tidak hanya bermuatan kognitif (ilmu pengetahuan), tetapi juga meningkatkan kemampuan afektif (sikap) dan psikomotorik ( ketrampilan) dan kurikulum berorientasi keadilan sosial (Yakin, 2005:181). Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menanamkan kepekaan sosial melalui dasar normatif yaitu dengan menghindari sikap ananiyah, sehingga bahan ajar Pendidikan Agama Islam mengajarkan tentang kepekaan sosial yang pada akhirnya akan menuju pada keadilan sosial. Ananiyah akan membawa orang lebih bersifat tertutup terhadap pendapat, paham, serta ide-ide orang lain. Hal ini menafikan kodrat manusia sebagai 321 mahluk sosial yang tidak lepas dari keberadaan orang lain. Pengembangan nilai-nilai persaudaraan dengan menghindari ananiyah menjadikan siswa sebagai penganut agama Islam yang inklusif terbuka atas realitas perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Akhirnya akan terbentuk kepribadian Islam yang arif dan memiliki toleransi tinggi terhadap kemajemukan. Dengan demikian, MA MINAT Cilacap mengembangkan dimensi pendidikan multikultural. Satu sisi Islam dalam Q.S. at-Takatsur: 1-3 sebagaimana disebutkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap melarang bentuk-bentuk egois dan melalaikan realitas di sekitarnya dengan bermegah-megahan tanpa memiliki kepedulian sosial. Kaum materialistis selalu menumpuk harta benda dengan tanpa memperhitungkan aspek-aspek kemanusiaan yang harus diperhatikan namun orientasi lebih kepada kehidupan keduniaan tanpa memikirkan kepedulian DRAFT sosial. Namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan bagian dalam muatan kurikulum yang membentuk afeksi siswa dalam internalisasi nilai-nilai persaudaraan. Persaudaraan menjadi kokoh perlu didukung akhlak siswa yang menghindari fitnah maupun egois karena akan merapuhkan sendi-sendi persaudaraan. e.Etika Pergaulan Kemajuan peradaban dan globalisasi serta modernisasi membawa perubahan struktur masyarakat. Arus globalisasi memungkinkan terjadinya akses informasi termasuk budaya, aliran, ide, gagasan semakin mudah sehingga 322 akulturasi budaya dapat terjadi dan sebaliknya dapat memunculkan konflik sosial. Temuan data dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memuat bahan ajar yang mendukung etika dalam pergaulan. Modernisasi dan globalisasi menjadikan pergaulan dalam kehidupan multikultural membutuhkan pemahaman siswa pada etika pergaulan. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam memuat etika pergaulan antara lain: qana'ah, zuhud, tabah/sabar, istiqamah, dan tasamuh. Orientasi kehidupan yang universal adalah pada kemanusiaan, kebersamaan dan kedamaian. Orientasi hidup yang universal merupakan titik orientasi bagi pendidikan multikultural (Aly, 2011: 114) sehingga etika pergaulan perlu dikembangkan dalam membentuk kepribadian siswa. Qana’ah merupakan salah satu sikap yang membentuk etika pergaulan. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap lebih lanjut menguraikan bahwa qana’ah merupakan sikap DRAFT rela dan menerima apa yang telah dimiliki dan berusaha menjauhkan diri dari sifat merasa tidak puas dan selalu kekurangan atas semua yang diperoleh. Qana’ah berimplikasi positif pada pembentukan kepribadian muslim. Qana’ah semakin mendekatkan derajat ketaqwaan seseorang dan manfaat bagi kemanusiaan dalam meminimalisasi konflik sosial dengan mengurangi gaya persaingan yang tidak sehat dari beberapa aspek kehidupan. Dominasi kelompok tertentu dengan melakukan penindasan pada minoritas merupakan sikap yang jauh dari qana’ah. Muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam tersebut merupakan bagian dalam pembentukan kepribadian muslim yang memiliki akhlak al akrimah dan hal ini sejalan dengan dimensi pendidikan 323 multikultural yang berorientasi pada aspek kemanusiaan dan keadilan sosial serta persamaan hak. Qana’ah dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap diuraikan merupakan stabilisator dan dinamisator pembentukan kepribadian muslim. Sebagai stabilisator karena mengarahkan sikap sesorang pada perdamaian dan menjauhkan dari bentuk pertikaian. Sebagai dinamisator karena merupakan kekuatan bathiniyah dan sebagai daya dorong untuk meraih kemajuan hidup berlandaskan kemampuan diri pribadi serta tergantung kepada karunia Allah. Qana’ah merupakan sikap penting yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa yang mendasari etika pergaulan, sehingga output MA MINAT Cilacap sebagai pribadi yang mudah melakukan interaksi sosial dalam era multikultural. Etika pergaulan selain qana’ah adalah sikap zuhud. DRAFT Zuhud dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap tidak sebatas pada peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah Swt, namun zuhud sebagai wahana untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Zuhud berkembang sejalan kualitas keimanan seseorang sehingga memerlukan proses untuk mencapai sifat zuhud. Kepribadian muslim dibentuk melalui internalisasi nilai-nilai dengan dasar normatif Islam yaitu Al qur’an dan hadis. Etika dalam pergaulan mendasarkan pada sikap qana’ah dan zuhud merupakan bagian yang penting dalam implementasi pendidikan multikultural. 324 Berdasarkan data dokumentasi tentang pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap internalisasi nilai-nilai multikultural yang dilakukan meliputi aspek-aspek sosial antara lain: etika, moral, akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama manusia. Etika dapat disimpulkan bahwa menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapakan hukum baik atau buruk berdasarkan akal pikiran manusia (dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap). Moral juga merupakan aspek yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Islam sebagai implementasi pendidikan multikultural. Dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MA MINAT Cilacap, diuraikan bahwa moral berkaitan baik dan buruk perbuatan manusia. Makna secara istilah, moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum dan dapat diterima melalui tindakan manusia yaitu terkait mana yang baik dan wajar. DRAFT Menurut Lynch kompetensi pendidikan multikultural yang bersifat afektif berorientasi pada penghargaan orang lain maupun pada diri sendiri (Aly, 2011:131). Pertama, rumusan kompetensi pendidikan multikultural adalah mendidik siswa mau menerima keunikan individu, nilai-nilai kemanusiaan, prinsip kesetaraan hak dan keadilan serta nilai-nilai lain yang tidak cenderung prejudice dan deskriminatif. Kedua, siswa memiliki citra diri yang positif percaya diri dengan identitas etnik dan kultural serta perasaan nyaman di dalam perbedaan ras, etnik, maupun kultural. Sejalan dengan pendapat Lynch (2011:131), Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengembangkan moral untuk mendukung kompetensi 325 multikultural terhadap penghargaan nilai-nilai kemanusiaan. Pembiasaan dan pengembangan kultur madrasah dengan mengedepankan keadilan dan persamaan hak antar siswa semakin meningkatkan kompetensi kultural siswa. Selanjutnya pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam meningkatkan penguasaan akhlak sebagai dasar untuk membentuk persatuan serta kesamaan hak dan keadilan. Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam diterangkan sebagai pola hidup dan tindakan manusia. Islam membagi akhlak menjadi tiga yaitu terhadap Allah Swt. manusia, alam. Akhlak terhadap Allah Swt. merupakan pola hubungan manusia dengan Allah Swt. yaitu merupakan sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai hubungan mahkuk dan khalik. Pola hubungan tersebut merupakan bentuk ibadah seorang mahluk kepada Dzat Pencipta. Sedangkan akhlak terhadap orang lain adalah DRAFT merupakan kewajiban melakukan hubungan dengan sesama manusia untuk tolong-menolong, mengakui adanya persamaan hak dan melakukan kegiatan kemanusiaan dengan tetap mengedepankan etika pergaulan sehingga tidak terjadi perpecahan. Akhlak terhadap alam dalam pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap diuraikan merupakan bagian kearifan seseorang terhadap alam. Alam merupakan kekayaan yang harus dimiliki bersama dan menjadi komoditi untuk kesejahteraan bersama umat manusia. Akhlak terhadap terhadap alam dapat diimplementasikan dengan melakukan pemanfaatan alam dan tetap menjaga kelestariannya. Q.S. ar-Rum ayat 41 memberikan dasar yang kuat bahwa kerusakan alam adalah karena 326 perbuatan manusia. Eksploitasi tanpa batas menjadikan kerusakan terhadap alam dan hal ini merupakan peringatan yang sudah jelas digambarkan dalam ayat tersebut. Pendidikan multikultural menurut Mahfud (2006: 189) adalah menggambarkan realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks yang secara luas dan sistematis mempengaruhi segala sesuatu yang terjadi di dalam dan diluar ruangan. Pendidikan multikultural termanifestasikan melalui konteks, proses dan muatan. Sejalan dengan hal tsb, pendidikan multikultural yang dilakukan di MA MINAT Cilacap melakukan internalisasi etika pergaulan sebagai bagian pendidikan multikultural. Etika pergaulan berkenaan dengan realitas budaya yang berkembang dalam masyarakat. Kemajuan dan globalisasi dalam kehidupan membutuhkan pola interaksi yang dinamis untuk menuju persatuan dan perdamaian yaitu dibutuhkan adanya perdamaian. DRAFT Internalisasi nilai-nilai yang dikembangkan MA MINAT Cilacap sebagai etika pergaulan adalah meliputi zuhud, tasamuh, qana’ah dan penanaman akhlak pada diri siswa. Sikap yang perlu dihindari sebagai anti kultural adalah namimah (fitnah) dan ananiyah (egois) karena akan merusak persatuan dan kesatuan. Berdasarkan data-data nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel dibawah ini: 327 Tabel.8 Nilai-nilai multikultural dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) No Nilai-nilai multikultural Muatan materi Pendidikan Agama Islam Dalam bahan ajar PAI berperspektif multikultural 1 Persamaan hak Adab pergaulan antara sesama penganut agama dan berbeda agama Humanisasi, demokratisasi, kesetaraan Kesetaraan hak dan persamaan derajat 2 Toleransi Tasamuh tenggang rasa sesama masyarakat Toleransi membangun relasi kemanusiaan Harmonisasi dan hubungan kemanusiaan Mencintai sesama manusia Larangan berburuk sangka Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan 3 Adil Anjuran berperilaku adil Adil tanpa memandang perbedaan suku, bahasa, menghilangkan dikotomi Adil berdimensi ketaqwaan dan kemanusiaan Solidaritas sosial Memperlakukan sesuatu sesuai dengan hakhaknya Menempatkan sesuatu pada tempatnya 4 Persaudaraan Larangan melakukan deskriminasi Larangan namimah (fitnah) Menghindari sikap ananiyah/ egois karena menimbulkan perpecahan dalam masyarakat Hikmah menghindari ananiyah adalah persaudaraan Persaudaraan dan hikmahnya Persaudaraan antar masyarakat Persaudaran walaupun beda suku bangs Menghindari deskriminasi 5 Etika pergaulan Ajaran qona’ah menerima yang sudah dimiliki dan menjauhkan diri dari tidak puas berfungsi stabilitas dan dinamisator dalam pergaulan. Zuhud berfungsi pengendalian diri dari sikap rakus dan bijaksana dalam kehidupan multikultural. Menghidari sifat naminah (fitnah), ananiyah (egois) Tabel nilai-nilai multikultural dalam Pendidikan Agama Islam diformulasikan dari data-data yang telah dijelaskan sebelumnya. DRAFT 328 3.Makna Multikultural menurut Guru dan Siswa MA MINAT Cilacap Makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam dan siswa MA MINAT Cilacap tidak lepas dari pengaruh yang dikembangkan Institusi. MA MINAT Cilacap mengembangkan konsep tawazun dan mengedepankan tasamuh membawa konsep yang baik terhadap pendidikan multikultural. Makna multikultural dapat dibedakan menurut guru Pendidikan Agama Islam dan siswa. a. Makna Multikultural menurut Guru Pendidikan Agama Islam Adapun makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dapat dipilah menjadi menjadi beberapa bagian yaitu: 1) Makna persamaan hak, 2) makna adil, 3) makna persaudaraan, 4) makna toleransi, dan 5). Etika pergaulan 1) Makna Persamaan Hak DRAFT Kultur siswa MA MINAT Cilacap sangat beragam berasal dari berbagai daerah dari luar Jawa. Kondisi tersebut selain sebagai potensi sekaligus juga dapat menjadi faktor yang rentan terhadap konflik. Berbagai daerah asal siswa membawa kompetensi kultural melalui sosialisasi siswa dari berbagai daerah yang membawa budaya yang beragam dengan demikian siswa terbiasa hidup dalam kemajemukan. Namun kondisi tersebut juga dapat memicu pertikaian diantara siswa karena perbedaan budaya. Sikap yang ditanamkan guru dalam Pendidikan Agama Islam dengan berbasis pendidikan multikultural adalah menanamkan sikap kepada siswa tentang persamaan hak dan menghilangkan sekat-sekat kedaerahan. Diskriminasi terhadap satu budaya dan budaya yang lain dalam pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap adalah satu sikap 329 yang harus dihindari. Persaman hak yang dikembangkan guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap merupakan pilar dalam pendidikan multikultural. 2) Makna Adil Adil merupakan ajaran yang dibenarkan dalam Islam. Adil menurut guru agama Islam MA MINAT Cilacap bersifat multipersepktif. Adil terhadap diri sendiri, terhadap keluarga dan terhadap orang lain. Penghargaan terhadap pemeluk agama lain dan menghormati hak-hak mereka merupakan sikap adil terhadap orang lain. Adil dalam praksis pendidikan multikultural dimaknai oleh guru MA MINAT Cilacap adalah memberikan perlakuan yang sama terhadap siswa. Pendidikan multikultural yang dilakukan oleh MA MINAT Cilacap dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi kultural, sehingga akan membentuk sikap masyarakat yang menghormati atas semua perbedaan yang DRAFT ada dalam masyarakat. 3) Makna persaudaraan Persatuan bagi guru MA MINAT Cilacap merupakan sendi dalam membangun relasi sosial yang dikembangkan secara kelembagaan. MA MINAT Cilacap yang bernaung dalam yayasan YaBakii Cilacap tidak lepas dari ide-ide dasar yang dikembangkan yayasan. Suhbah dan qurbah (persaudaraan dan kekeluargaan) merupakan motto yang dikembangkan yayasan dalam rangka memberikan inspirasi bagi warga madarasah. Secara kelembagaan MA MINAT Cilacap membuka diri untuk membangun persaudaraan dan persahabatan meskipun dengan orang-orang diluar Islam. Hal 330 ini sesuai dengan pilar pendidikan multikultural yaitu menghilangkan prejudice yaitu menghilangkan sekat kecurigaan terhadap kominatas lain. 4) Makna Toleransi Toleransi bagi guru MA MINAT Cilacap dalam era multikultural dimaknai sebagai sikap menghormati atas semua perbedaan dalam beragama dan kemajemukan dalam kepercayaan. Menurut guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap tidak membenarkan adanya sikap fanatik yang berlebihlebihan. Hal tersebut sesuai dengan ajaran Islam yang sangat memberikan kebebasan dalam memeluk agama. Ajaran pendidikan multikultral juga memberikan peluang toleransi dan memberikan penghargaan tinggi terhadap nilai-nilai perbedaan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian membangun relasi sosial terhadap seluruh lapisan masyarakat adalah sangat dijunjung tinggi oleh personel MA MINAT Cilacap. DRAFT Toleransi beragama oleh guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dengan memadang dakwah dan jihad tidak dimaknai sempit bahwa harus selalu berkonotasi dengan perang dan menegakakan negara Islam dengan ditempuh melalui kekerasan. Hal itu melanggar dengan hak-hak kemanusiaan dan hak kebebasan beragama. Jihad dimaknai oleh guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap mencari keridloan Allah. Konsekuensinya jihad merupakan bagian dan jalan untuk mencari kegiatan-kegiatan positif yang menjadi usaha untuk melestarikan perdamain bagi umat banyak. Jihad oleh guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap bukan berarti kebebasan untuk melakukan penekanan terhadap agama lain, sehingga dalam pendidikan 331 dimaknai sebagai ikhtiar dalam membantu anak didik melalui proses pendidikan. 5) Etika Pergaulan Pendidikan multikultural sangat menjunjung etika pergaulan dan sikap demokratis sebagai bentuk penghargaan terhadap perbedaan cara pandang, ide maupun kemajemukan budaya. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan anti rasial memandang kesetaraan hak antara semua lapisan masyarakat. Guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap mengembangkan sikap humanis dan demokratis diimplemntasikan dalam pola pembelajaran. Praktek Pendidikan Agama Islam yang humanis dan demokratis dilakukan dalam pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Sikap demokratis membuka jalan damai dan kultur akademis yang kondusif, sehingga dengan demikian akan terbentuk pemberdayaan siswa. Penanaman DRAFT etika pergaulan menjadi bagian dalam pilar pendidikan multikultural. Etika pergaulan dalam proses pembelajaran dapat dilakukan lebih terbuka dalam perbedaan termasuk keragaman agama. Makna humanis dan demokratis termasuk dalam melakukan dakwah. Eika pergaulan dalam Islam berimplikasi pada dakwah sebagai bentuk ikhtiar menyampaikan kebenaran Islam, sehingga anggapan tentang mendirikan negara Islam menjadi bertentangan nilai-nilai humanis dan demokratis. Berdasarkan data-data tentang makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam dibawah ini: 332 Tabel.9 Makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam No Makna multikultural Implementasi makna multikultural 1 Persamaan hak Ada kesamaan dalam muamalah dan bidang politik diantara agama-agama Persamaan dalam mengemukakan pendapat, hak hidup, saling menghormati Antideskriminasi, menghilangkan sekat pergaulan, menjunjung tinggi hak Menghargai perbedaan, persamaan 2 Adil Adil terhadap diri sendiri, keluarga, sesama masyarakat Menempatkan sesuatu pada tempatnya Menghormati agama lain Mengembangkan perlakuan yang seimbang terhadap perbedaan 3 Persaudaraan Menjalin kerjasama dengan pihak manapun Persaudaraan tanpa memandang beda agama Menanamkan sikap satu rasa, sepenanggungan, berbeda agama tetapi tetap satu Mengembangkan persaudaraan sesama manusia (suhbah), dan persaudaraan karena ada tali kekeluargaan (qurbah) 4 Toleransi 5 Etika pergaulan DRAFT Terbuka terhadap perbedaan Tidak mengembangkan fanatisme Menghormati dan menghargai sesama umat manusia Memberikan kesempatan pada anak dalam berpendapat Menghormati hak dan kewajiban orang lain Etika sosialisasi dengan agama lain didasarkan atas kemanusiaan dan kebangsaan Beberapa agama memiliki kesamaan yaitu monoteisme Menerapkan qona’ah (menerima yang sudah dimiliki), zuhud (tidak hanya berorientasi dunia tetapi juga akhirat) Menghindari ananiyah (egois), namimah (fitnah) Tabel diformulasikan dari data-data tentang makna multikultural menurut guru 333 b. Makna multikultural menurut Siswa Siswa MA MINAT Cilacap memberi makna multikultural antara lain tentang persamaan hak yang harus diberikan lembaga pendidikan sebagai institusi sebagai tempat untuk melakukan pemberdayaan siswa. Persamaan hak menjadi pondasi dasar dalam meminimalisir konflik yang berkembang dalam masyarakat. Pemberdayaan siswa MA MINAT Cilacap pada sikap persamaan hak memberikan nilai positif pada pembentukan perilaku yang lebih responsif multikultural. Makna persamaan hak menurut siswa adalah jika tidak ada perbedaan hak antara siswa yang berasal dari berbagai daerah maka perolehan hak antara siswa menjadi setara. Hal ini sesuai dengan dimensi pendidikan multikultural menurut James A.Banks bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan setara. Makna persamaan hak menurut siswa juga disertakan tentang makna DRAFT keadilan menurut siswa. Adil dimaknai sebagai upaya menghilangkan batas deskriminasi termasuk deskriminasi dalam bidang bahasa. Adil menurut siswa tidak ada perlakuan yang berbeda diantara siswa yang berasal dari berbagai kultur daerah, bahasa maupun adat yang berbeda pula. Pengembangan sikap adil pada diri siswa MA MINAT Cilacap sangat bersesuaian dengan dimensi pendidikan multikultural. Adapun makna multikultural menurut siswa dapat dipetakan sbb: 1) Persamaan hak, implementasi makna tersebut adalah: menghargai perbedaan budaya, perbedaan berdampak positif sehingga perlu menjunjung persamaan hak, ada hikmah dibalik perbedaan menuju persamaan hak, perbedaan memberikan banyak pengalaman, tidak boleh terjadi perbedaan 334 hak antara orang persamaan hak Jawa dan nonJawa, menghargai keragaman bahasa, dalam dalam kesempatan belajar, menghilangkan deskriminasi perbedaan bahasa, perbedaan harus dibarengi persamaan hak, persamaan hak hidup. 2) Adil, implementasi dari makna tersebut adalah: adil ketika interaksi sosial antara masyarakat Jawa dan luar Jawa. Antidiskriminasi di antara latar belakang siswa yang berbeda, menghilangkan perbedaan antara beberapa beberapa suku bangsa dan bahasa, memberikan perhatian yang seimbang antara satu dan lainya, tidak membedakan perlakuan tehadap siswa kaya dan miskin, kesamaan dalam hukum maupun perlindungan hukum, memperlakukan sesuatu dengan seimbang, tidak membedakan perlakuan tehadap siswa kaya dan miskin, kesamaan dalam hukum maupun perlindungan hukum. memperlakukan sesuatu dengan seimbang. Persamaan DRAFT walaupun beda suku dan bahasa, tidak memihak satu orang. 3) Persaudaraan, implementasi makna tersebut adalah: Saling bantu-membantu, tidak merendahkan agama lain, persaudaraan tidak hanya sebatas sesama agama termasuk menghargai berbeda agama, tidak menghina kepercayaan dan agama lain, mengembangkan persaudaraan dengan agama lain melalui silaturahim. 4) Toleransi, implementasi makna tersebut adalah: menghormati dan menghargai sesama umat manusia, tolong-menolong dan saling membantu, menghormati dalam perbedaan, menghormati sesama siswa yang berbeda 335 budaya, menghormati orang yang lebih dewasa, saling menghormati walaupun beda bahasa, menghilangkan konflik ketidak adilan. 5) Etika pergaulan, implementasi makna tersebut adalah: menjalankan ramburambu agama masing-masing, menghormati peribadatan agama lain, tidak menghina antar agama, pergaulan didasarkan norma, tidak melecehkan agama lain, tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama. menghindari kesalahpahaman. Berdasarkan data-data tentang makna multikultural menurut siswa MA MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel makna multikultural dibawah ini: Tabel.10 Makna multikultural menurut siswa No Makna multikultural Implementasi makna multikultural 1 Persamaan hak Menghargai perbedaan budaya Perbedaan berdampak positif sehingga perlu menjunjung persamaan hak Ada hikmah dibalik perbedaan menuju persamaan hak Perbedaan memberikan banyak pengalaman Tidak boleh terjadi perbedaan hak antara orang Jawa dan non Jawa Menghargai keragaman bahasa Persamaan hak dalam kesempatan belajar Menghilangkan deskriminasi perbedaan bahasa Perbedaan harus dibarengi persamaan hak Persamaan hak hidup Adil ketika interaksi sosial antara masyarakat Jawa dan luar Jawa Antideskriminasi diantara latar belakang siswa yang berbeda Menghilangkan perbedaan antara beberapa suku bangsa dan bahasa Memberikan perhatian yang seimbang antara satu dan lainya Tidak membedakan perlakuan tehadap siswa kaya dan miskin DRAFT 2 Adil 336 Kesamaan dalam hukum maupun perlindungan hukum Memperlakukan sesuatu dengan seimbang Persamaan walaupun beda suku dan bahasa Tidak memihak satu orang 3 Persaudaraan Saling bantu-membantu Tidak merendahkan agama lain Persaudaraan tidak hanya sebatas sesama agama termasuk menghargai berbeda agama Tidak menghina kepercayaan dan agama lain Mengembangkan persaudaraan dengan agama lain melalui silaturahmi Mengupayakan masyarakat damai dan harmonis 4 Toleransi Menghormati dan menghargai sesama umat manusia Tolong-menolong dan saling membantu Menghormati dalam perbedaan Menghormati sesama siswa yang berbeda budaya Menghormati orang yang lebih dewasa Saling menghormati walaupun beda bahasa Menghilangkan konflik ketidak adilan 5 Etika pergaulan Menjalankan rambu-rambu agama masingmasing Menghormati peribadatan agama lain Tidak menghina antar agama Pergaulan didasarkan norma Tidak melecehkan agama lain Tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama Menghindari kesalahpahaman Tabel makna multikultural menurut siswa diformulasikan berdasarkan data-data tentang makna multikultural menurut siswa DRAFT 4. Sikap Guru dan Siswa terhadap Pendidikan Multikultural Praksis pendidikan multikultural memerlukan perangkat kurikulum yang berdimensi multikultural serta perangkat bahan ajar yang memiliki muatan multikultural. Kultur madrasah MA MINAT Cilacap yang responsif terhadap pendidikan multikultural turut mempengaruhi pendidikan multikultural. Selain 337 beberapa hal diatas juga diperlukan sikap guru dan siswa yang responsif terhadap pendidikan multikultural sbb: a. Sikap Guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap terhadap Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang mengacu pada aras menglobal namun tetap mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan sebagai basis moralitas menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan karakter dan pendidikan multikultural merupakan bagian dari pendidikan akhlak. Pendidikan multikultural lebih mengedepankan aspek-aspek pemberdayaan siswa. Menurut Alfaro (2008:117), pengalaman guru mengajar pada siswa yang beragam budaya akan memilki kompetensi kultural. Sejalan penelitian Alfaro guru MA MINAT Cilacap dan guru Pendidikan Agama Islam khususnya memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama DRAFT sekitar lebih sepuluh tahun dalam mengajar pada siswa yang memiliki keragaman budaya. Hal ini karena sejak berdirinya MA MINAT Cilacap memiliki siswa dari berbagai daerah diluar jawa. Kondisi tersebut di atas turut membentuk kompetensi kultural yang dimiliki oleh guru MA MINAT Cilacap. Pembentukan sikap guru yang responsif multikultural memiliki peran penting terhadap implementasi pendidikan multikultural. Fenomena maraknya gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama ataupun gerakan keagamaan yang sangat beragam varianya semakin memungkinkan konflik beragama. Hal tersebut perlu dinetralisir oleh guru sebagai pemegang peran penting pendidikan dan membekali siswa pada kompetensi kultural. Guru sebagai top fiqur bagi siswa ketika melakukan internalisasi kompetensi multikutural maka 338 perlu memiliki wacana dan pemahaman yang teraktualisasi dari sikap positif terhadap pendidikan multikultural. Sikap guru MA MINAT Cilacap ketika menanggapi persoalan di atas adalah dengan mengembangkan sikap toleransi yang juga dikembangkan dalam diri siswa. Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam terhadap gerakan radikal yang mengatasnamakan agama, adalah lebih bersikap bahwa kebebasan beragama adalah hak setiap warga negara. Islam secara jelas mengatur bahwa keragaman beragama menjadi keniscayaan, tidak ada paksaan dalam memeluk Islam. Sikap guru agama Islam MA MINAT Cilacap mengedepankan musyawarah dalam berbagai hal dalam internalisasi sikap tasamuh. Pengembangan sikap toleransi guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap memiliki implikasi terhadap pemahaman dan internalisasi pendidikan multikultural. Sikap menghargai terhadap keragaman agama, DRAFT budaya maupun bahasa akan meningkatkan pemberdayaan terhadap siswa. Kondisi siswa MA MINAT Cilacap beragam bahasa dan budaya yang berasal dari luar jawa membutuhkan sikap yang lebih arif terhadap keragaman tersebut. Perbedaan latar belakang siswa juga membawa perbedaan sikap siswa dan sikap guru yang responsif multikultural sangat dibutuhkan dalam kondisi tersebut. Selanjutnya sikap guru dan pemahaman tentang jihad adalah memberi makna yang lebih luas. Jihad bukanlah identik dengan perang, kekerasan maupun bentuk-bentuk diskriminasi terhadap ras, suku, etnis maupun budaya. Jihad dalam konteks persekolahan dimaknai oleh guru Pendidikan Agama 339 Islam adalah merupakan memerangi kebodohan melalui proses pendidikan. Jihad juga dimaknai bukanlah upaya untuk mendirikan agama Islam, namun jihad sebenarnya adalah jalan damai. Islam bukanlah identik dengan peperangan secara fisik sehingga melakukan dominasi terhadap golongan tertentu diluar Islam merupakan tindakan yang tidak dibenarkan. Sikap guru Pendidikan Agama Islam diatas merupakan sikap positif terhadap implementasi pendidikan multikultural dan akhirnya akan terjadi pemberdayaan pada diri siswa maupun pengembangan kultur madrasah yang lebih kondusif. Pemahaman konsep dan wacana tentang pendidikan multikultural yang dipahami guru Pendidikan Agama Islam mengarah pada kompetensi kultural, selain hal tersebut sikap guru juga semestinya diimbangi terhadap pemahaman realita siswa yang beragam. Guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap ketika menghadapi DRAFT sikap siswa yang berasal dari luar daerah yang memiliki kecenderungan berkarakter keras dibandingkan dengan Jawa, memberikan perlakuan yang sama. Guru tidak malakukan deskriminasi bahasa maupun budaya. Siswa MA MINAT Cilacap terdiri 30 persen dari luar Jawa dan selebihnya berasal dari jawa. Perlakuan yang sama terhadap semua siswa membawa iklim pembelajaran yang kondusif dan rata-rata siswa mudah beradaptasi sekitar satu bulan. Sosialisasi siswa tidak mengalami kendala yang berarti. Perlakuan guru Pendidikan Agama Islam menunjukan kearifan dalam menghadapi keragaman. Selanjutnya sikap guru dalam menghadapi maraknya kekerasan berbasis agama ataupun yang mengatasnamakan agama, lebih bersikap pada dasar 340 normatif Islam. Islam secara tegas menyatakan bahwa tidak ada pemaksaan dalam memeluk Islam. Kekerasan dalam bentuk apapun dalam Islam merupakan tindakan yang dilarang. Guru pendidikan agama MA MINAT Cilacap Islam sekaligus berperan sebagai kiai memiliki pemahaman bahwa Islam merupakan agama moderat yaitu sangat menghargai tolong-menolong. Bentuk kerjasama dengan penganut non Islam dibenarkan dalam hablum minannas (hubungan sesama manusia). Sikap guru Pendidikan Agama Islam di atas memiliki wacana dan pemahaman beragama yang lebih terbuka terhadap kemajemukan. Pemahaman keagamaan tersebut lebih menunjukan kearifan sosial dan memiliki kompetensi kultural dalam mendukung implementasi pendidikan multikultural. Selanjutnya, perbedaaan beragama oleh guru agama MA MINAT Cilacap disikapi bahwa kenyataan tersebut adalah menjadi sunatullah (ketentuan DRAFT Allah) dan tidak perlu dipertentangkan. Pemaksaan keyakinan terhadap orang lain menjadi tidak benar, karena keyakinan merupakan hidayah Allah Swt. Hubungan antar sesama manusia merupakan bagian hablum minannas sehingga gerakan keagamaan kekerasan anti pluralisme yang mengatasnamakan Islam merupakan merusak citra Islam. Sikap terbuka terhadap perbedaan diatas yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap merupakan sikap positif dan memiliki wacana serta pemahaman kultural yang baik. Implikasi berikutnya ketika guru memiliki pemahaman yang baik tentang pendidikan multikultural akan membawa proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai multikultural pada 341 siswa. Perubahan dan pengaruh globalisasi oleh guru Pendidikan Agama Islam yang berlatar belakang pesantren serta sebagai kiai Pesantren Al Ihya Ulumudin Cilacap adalah terbuka terhadap perubahan dan modernisasi. Sikap guru Pendidikan Agama Islam akomodatif terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Isu-isu kontemporer menjadi topik-topik diskusi maupun seminar yang dilaksanakan di Darul Hikmah perpustakaan MA MINAT Cilacap. Wacana yang berkembang dalam pemahaman guru Pendidikan Agama Islam adalah penting untuk melakukan penguasaan ilmu-ilmu pendidikan maupun metode pendidikan kontemporer dan menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan umum. Sikap keberagamaan yang sangat terbuka dimiliki oleh guru agama MA MINAT Cilacap merupakan sikap penting dalam implementasi pendidikan multikultural. DRAFT Berdasarkan analisis diatas dan berdasarkan temuan data maka dapat disimpulkan bahwa sikap guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap responsif dan memiliki kompetensi kultural antara lain sbb: 1) Berperilaku adil terhadap siswa termasuk dari luar daerah jawa dan hal ini memungkinkan terjadinya pemberdayaan siswa. 2) Pemahaman terhadap keberagamaan sangat terbuka sehingga anti deskriminasi terhadap penganut agama lain. 3) Memiliki sikap toleransi terhadap keragaman bahasa, budaya, sikap siswa 4) Menanamkan kebebasan beragama ketika menyikapi masyarakat yang multiagama. 342 5) Menjalin hubungan sesama manusia walaupun berbeda keyakinan. Sikap-sikap tersebut merupakan sikap guru Pendidikan Agama Islam terhadap implementasi pendidikan multikutural, sehingga sikap tersebut akan membawa dampak positif dalam pembelajaran. Berdasarkan data-data tentang sikap guru Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dapat diformulasikan tabel sikap guru Pendidikan Agama Islam dibawah ini: Tabel.11 Sikap guru Pendidikan Agama Islam terhadap pendidikan multikultural Komponen Sikap Nilai-nilai multikultural Guru Menerapkan pembelajaran Kesetaraan, toleransi dan Dialogis demokrasi Mengedepankan musyawarah Toleransi (tasamuh) Mengakui pluralitas Keanekaragaman (diversity) Memaknai jihad sebagai Toleransi, menghargai Pendidikan Perbedaan Memberikan perlakuan yang Persamaan hak, demokrasi sama terhadap siswa luar Jawa Menghargai agama lain Toleransi Mengakui keragaman Toleransi, demokrasi dan latarbelakang siswa persamaan hak Bersikap terbuka terhadap Toleransi, demokrasi, Perbedaan kesetaraan, prejudice Akomodatif terhadap Persamaan hak dan perkembangan keilmuan Demokrasi termasuk ilmu non kesilaman Tabel diformulasikan dari data-data tentang sikap multikkultural guru Pendidikan Agama Islam DRAFT b. Sikap Siswa MA MINAT Cilacap terhadap Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural Sikap guru dan siswa memiliki relevansi membangun keselarasan hubungan dalam implementasi pendidikan multikultural (Gibson: 2009:451) . Pemahaman dan penguasaan isu-isu pendidikan multikultural oleh guru 343 Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap akan memberikan kontribusi penting bagi sikap siswa dalam implementasi pendidikan multikultural. Pemahaman dan kompetensi kultural siswa dapat selaras dengan pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Kurikulum Pendidikan Agama Islam memiliki muatan bahan ajar pendidikan multikultural. Afeksi siswa dalam pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap dimulai dengan penyampaian bahan ajar yang terkait dengan pendidikan multikultural seperti: toleransi, adil, menghormati orang lain, persaudaraan, tolong-menolong dll. Berawal dari penguasan kognisi tersebut terbentuk sikap siswa yang baik terhadap pendidikan multikultural. Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar Jawa memandang bentuk-bentuk pertikaian didaerahnya adalah disebabkan oleh pelanggaran hak sehingga memicu pertikaian. Sikap terhadap kultur madrasah tidak menjadi DRAFT kendala hanya sebatas perbedaan bahasa dan karakter. Bahan ajar pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap teramasuk tidak menjadi permasalahan. Sosialisasi dengan dengan teman-teman dari daerah jawa tidak menjadi permasalahan hanya sebatas perbedaan bahasa dan karakter yang perlu adaptasi. Sikap siswa tersebut menunjukan sikap mudah dalam adaptasi dan memiliki kompetensi kultural yang baik. Sikap siswa memiliki pemahaman multikutural yang dapat memungkinkan implementasi pendidikan multikultural, disamping hal tersebut terdapat ikatan santri yang memberikan mediator dalam adaptasi. 344 Sikap siswa responsif terhadap pendidikan multikultural juga dipengaruhi oleh visi yang dikembangkan MA MINAT yaitu tawazun. Tawazun merupakan sikap saling menghargai semua perbedaan yang ada dalam masyarakat. Secara kelembagaan MA MINAT Cilacap telah mengupayakan kultur Madrasah yang merespon adanya pendidikan multikultural. Visi tersebut selain dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam sebagai pelaku pendidikan dan secara tidak langsung membentuk karakter siswa responsif terhadap pendidikan multikultural. Sikap siswa dari Lampung, memahami beberapa bentuk pertiakain didaerahnya lebih didasarkan perebutan hak atas kepemilikan tanah, sikap tersebut berarti siswa dapat melakukan analisa terhadap semua konflik sosial. Faktor penyebab pertikaian didasarkan atas perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan adanya kearifan sosial yang dapat dibentuk melalui pendidikan DRAFT multikultural. Proses Pendidikan Agama Islam dirasakan sangat cocok sesuai dengan harapan. Dengan demikian, sikap siswa terhadap pendidikan multikultural memiliki respons positif. Sikap siswa berasal dari Medan dengan daerahnya, yang mayoritas nonIslam, memandang bahwa beberapa pertiakaian di daerahnya sebagian besar disebabkan oleh kurangnya sikap menghargai. Kendala utama adalah penguasaan bahasa jawa yang sedikit menghambat sosialisasi dengan temanteman di madrasah. Motivasi belajar di MA MINAT Cilacap lebih didasari untuk memperbaiki akhlak. Dengan demikian, sikap tersebut telah memiliki 345 kompetensi kultural dalam implementasi pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap. Selanjutnya, sikap siswa yang berasal dari Kalimantan Tengah kendala yang dirasakan ketika sosialisasi adalah bahasa. Proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik. Pembelajaran bahan ajar akhlak dipahami sebagai pembentukan akhlak. Secara keseluruhan siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari daerah luar Jawa mengalami kendala sosialisasi dalam bahasa dan karakter yang berbeda, namun kendala tersebut dapat cepat terselesaikan. Sikap siswa MA MINAT Cilacap telah memiliki kompetensi kultural hal ini dapat tergambar dari kemampuan memahami terjadinya konflik sosial. Beberapa pemicu pertikaian dipahami oleh siswa sebagai bentuk tidak adanya rasa saling menghargai dan pelanggaran hak-hak orang lain, hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap siswa responsif terhadap pendidikan DRAFT multikultural. Pola hubungan sesama teman di madrasah kondusif dan tidak pernah terjadi pertikaian meskipun berasal dari kultur yang sangat berbeda. Pengembangan sikap siswa MA MINAT Cilacap terhadap pendidikan multikultural sangat dipengaruhi sikap guru dan selanjutnya ditopang dengan tata kelola madrasah dan visi misi madrasah yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai multikultural yaitu tawazun dan tasamuh. 346 Berdasarkan data-data diatas dapat diformulasikan tabel sikap siswa terhadap pendidikan multikultural di bawah ini. Komponen Siswa Tabel.12 Sikap Siswa terhadap Pendidikan Multikultural Sikap Nilai-nilai multikultural Mengakui perbedaan belakang siswa latar Keanekaragaman, Kesetaraan Mengakui perbedaan karakter individu Mengakui pluralitas Menyadari penyebab pertikaian adalah pelanggaran hak Menganggap guru memberikan perlakuan yang sama terhadap siswa luar Jawa Menghargai sesama teman dari latar belakang yang berbeda Bersosialisasi dalam ikatan siswa Anti kekerasan seperti terhadap pertikaian yang terjadi didaerahnya Terbuka dalam pergaulan Keragaman, kemajemukan, pluralitas Keanekaragaman (diversity) Persamaan hak, demokrasi Anti deskriminasi dan Persamaan hak Toleransi, kesetaraan dan prejudise Toleransi, demokrasi dan persamaan hak Perdamaian, persatuan DRAFT Persamaan hak, persatuan demokrasi Menghargai perbedaan bahasa Kesetaraan, persamaan derajat Tabel diformulasikan berdasarkan data-data tentang sikap siswa terhadap pendidikan multikultural. 5.Kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung Pendidikan Multikultural Kultur sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam institusi tertentu. MA MINAT Cilacap memiliki lebih majemuk karena keberadaanya berdekatan dengan Pesantren Al Ihya Ulumudin. Kultur pesantren mewarnai kultur yang ada di MA MINAT Cilacap. Hal ini juga didukung guru Pendidikan Agama Islam sebagian besar alumni dari madrasah dan pesantren tersebut, sedangkan 347 kultur pesantren identik dengan kepribadian kiai. Penanaman sikap toleransi banyak dikembangkan di MA MINAT Cilacap karena perbedaan latar belakang siswa dari daerah beragam. Toleransi salah satu pembentukan budaya sekolah mengacu pada kompetensi budaya. Pembentukan kompetensi budaya juga diikuti aturan madrasah terutama tentang hak-hak siswa yang setara, tidak melakukan bentuk diskriminasi bahasa maupun budaya. Kompetensi bahasa dapat dimulai dari guru yang memiliki sensitivitas terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya deskriminasi bahasa yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Peran madrasah membuat dan menerapkan tata aturan madrasah yang melarang bentuk deskriminasi bahasa (Yakin, 2005:105). Berdasarkan dari temuan data bahwa MA MINAT Cilacap membentuk kompetensi bahasa terhadap siswa. Latar belakang siswa yang beragam dari berbagai daerah membawa bahasa yang DRAFT sangat beragam. Permasalahan utama yang dihadapi siswa ketika beradaptasi dengan MA MINAT Cilacap adalah tentang bahasa. Perbedaan bahasa asal dengan bahasa komunikasi keseharian antarteman menjadikan kendala utama, namun rata-rata siswa MA MINAT Cilacap dapat menyesuaikan diri sekitar satu sampai tiga bulan. Kondisi tersebut memberikan deskripsi terhadap kompetensi bahasa dimiliki oleh MA MINAT Cilacap dengan kultur yang kondusif sehingga siswa dapat dengan cepat melakukan sosialisasi dengan kultur baru. Keragaman bahasa juga membawa implikasi terhadap keragaman budaya. Kultur madrasah yang dibentuk di MA MINAT Cilacap responsif terhadap perbedaaan budaya 348 yang terdapat pada siswa. Selain permasalahan kendala dalam sosialisasi karena adanya perbedaan budaya. Fenomena tersebut didukung adanya pembentukan kultur madrasah. Sejalan dengan pendapat Bernet bahwa untuk memahami sesuatu yang dirasakan siswa terhadap hal yang menghambat proses belajar dapat diidentifikasi melalui kendala bahasa, nilai budaya atau norma, atau mungkin gaya pengajaran guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap memberikan perlakuan yang sama dan setara membawa budaya pembelajaran yang kondusif. Hal tersebut memungkinkan pemberdayaan dalam diri siswa. Sistem kelas dibedakan dari latar belakang pesantren dan nonpesantren dalam rangka memberikan perlakuan dalam pembelajaran yang lebih bijaksana sehingga guru akan lebih tepat menerapkan upaya pemberdayaan siswa dalam pembelajaran. Hal ini terkait karena muatan DRAFT ilmu keIslaman yang banyak diajarkan di MA MINAT Cilacap sebagai kurikulum muatan lokal. Siswa yang berlatar belakang dari luar pesantren mendapat perlakuan yang lebih intensif untuk dapat mengikuti dan penguasaan bahan ajar dengan baik. Selanjutnya, guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dalam upaya mengembangakan kultur pembelajaran dengan cara melakukan kontekstualisasi bahan ajar Pendidikan Agama Islam. Kontekstualisasi dimaksudkan terjadi internalisasi nilai-nilai dalam Pendidikan Agama Islam. Bahan ajar terkait relasi sosial dan pembentukan akhlak disampaikan melalui dasar normatif Al qur’an hadis, selanjutnya siswa membuat analisa tentang 349 masalah sosial kemasyarakatan. Aksi sosial merupakan tahap setelah pengusaan kognisi. Aksi sosial sebagai upaya pembentukan perilaku siswa pada kompetensi kultural. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam diarahkan siswa menguasai pemahaman komperhensif tentang kebudayaan Islam. Nilai-nilai sejarah Islam terdapat hikmah besar dalam tata kehidupan modern. Salah satu bahan ajar sejarah dalam Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di MA MINAT Cilacap adalah sejarah peradaban Madinah ketika peristiwa hijrah Rasul dari Mekkah ke Madinah. Sejarah kebudayaan Islam menguraikan bahwa terjadi harmonisasi struktur masyarakat yang sangat majemuk. Masyarakat madani dengan ditandai adanya piagam Madinah yang disusun oleh Nabi Muhammad saw adalah sebuah tatanan masyarakat yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari semua golongan dan dari kehidupan yang multikultural. DRAFT Salah satu bahan ajar di atas merupakan muatan sejarah kebudayaan Islam yang dapat diaktualisasi dalam tata kehidupan global. Penguasaan kognisi dan pembentukan afeksi siswa MA MINAT Cilacap dengan cara mengeksplorasi nilai-nilai sejarah merupakan upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka membentuk budaya madrasah yang responsif terhadap pendidikan multikultural. Selain pengembangan budaya madrasah yang dikembangkan dalam pendidikan multikultural dilakukan oleh guru melalui budaya pembelajaran yang responsif multikultural juga dilakukan oleh siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru diupayakan dapat diterima oleh semua latar belakang siswa. Pola hubungan antarsiswa dengan latar belakang 350 yang sangat beragam, menunjukkan adanya harmonisasi dan kondusif. Perbedaan sikap maupun bahasa dan budaya yang dimiliki oleh siswa tidak memicu konflik. Siswa dapat menganalisa beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya konflik, dengan demikian siswa memiliki kompetensi kultural yang lebih luas. Sisi positif yang diperoleh siswa dengan kultur yang berbeda dengan budaya asal daerah mereka adalah mereka memiliki kompetensi kultural yang turut membentuk kepribadian lebih terbuka terhadap realitas multikultur karena hakekatnya kehidupan tidak terjadi dalam konteks monokultural. Respon siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar daerah terdapat perbedaan sikap dengan lingkungan belajar di Madrasah. Kultur MA MINAT Cilacap dipandang lebih kodusif, siswa dari latar belakang daerah yang berbeda mudah mengadakan adaptasi dan sosialisasi dengan kultur madrasah. Hal ini dipengaruhi faktor pesantren yang berada dilingkungan madrasah. Kultur DRAFT pesantren pada umumnya dan pesantren al Ihya ulumudin pada khususnya berasal dari masyarakat umum (grass root) turut membentuk kultur akomodatif terhadap perbedaan yang ada. Pola hidup dan pergaulan di MA MINAT Cilacap banyak terpengaruh dengan kultur pesantren yaitu mengutamakan adanya kebersamaan dan persaudaraan. Kondisi tersebut dapat memungkinkan persatuan dan keadilan yang lebih kuat walaupun dari perbedaan kultural. ikatan emosional siswa di kuatkan adanya persamaan persepsi tentang kebutuhan yang sama dalam memperdalam ilmu keIslaman. Kompetensi kultural dimiliki siswa MA MINAT Cilacap yang memiliki relevansi dengan pembentukan budaya madrasah yang dilakukan oleh semua 351 personel sekolah. Latar belakang guru, staf, admnistrasi, kepala madrasah serta Yayasan YaBakii adalah berlatar belakang santri yang sudah terbiasa dalam hidup kebersaman, persamaan derajat, keadilan, dan persaudaraan. Sikap tersebut turut memberikan corak yang dominan dalam pengelolaan MA MINAT Cilacap, sehingga kultur yang dikembangkan sangat responsif terhadap implementasi pendidikan multikultural. Kultur MA MINAT Cilacap tidak dapat terlepas dari para pelaku pendidikan. Pola pendidikan, interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran bahkan sampai perumusan kurikulum sangat mendukung dalam implementasi pendidikan multikultural. Pengembangan kurikulum dan tata aturan persekolahan semua lebih berpihak pada hak-hak siswa. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kultur MA MINAT Cilacap dalam implementasi pendidikan multikutural dilakukan dari berbagai aspek: DRAFT a. Bahtsul Masail b. Silaturahmi c. Pembiasaan multilingual d. Berpeci dan berjilbab e. Gedung madrasah menggunakan arsitektur Jawa dan Islam f. Makna logo MA MINAT memiliki nilai multikultural g. Tata aturan madrasah memuat perlindungan pada hak-hak guru dan siswa. 352 Aspek-aspek diatas adalah merupakan aspek yang mendukung kultur madrasah dalam implementasi pendidikan multikultural serta didukung dengan kultur Pesantren Al Ihya Ulumudin. Dengan demikian, kultur yang mendukung tersebut juga mempercepat sosialisasi dan adaptasi siswa yang berasal dari luar daerah Jawa. Akhirnya, kultur MA Minat sangat mendukung dalam implementasi pendidikan multikultural. Berdasarkan data-data diatas tentang kultur MA MINAT Cilacap yang mendukung terhadap pendidikan multikultural, maka dapat diformulasikan tabel berikut: DRAFT 353 No 1 2 3 4 5 6 7 Tabel.13 Kultur MA MINAT Cilacap dalam Implementasi Pendidikan Agama Islam Perspektif Multikultural Kultur Deskripsi Nilai-nilai multikultural Bahtsul Pembahasan masalah-masalah fiq Menghargai perbedaan Masail pendapat Silaturahmi Menjalin persaudaraan dengan Kebersamaan, persamaan menghilangkan sekat perbedaan hak, relasi yang harmonis, persaudaraan, persatuan, perdamaian, kesetaraan Pembiasan Guru selalu mengawali setiap Antiprimodialisme Multilingua pergantian jam pelajaran dengan bahasa, prejudise, l bahasa Arab, Inggris, Indonesia antideskriminasi Berpeci Berpeci wajib bagi siswa putra Menghormati budaya dan dan berjilbab bagi siswa putri (peci dari kearifan lokal), berjilbab kesetaraan, humanisasi Gedung Gedung madrasah sebagian Menghormati perbedaan, madrasah menggunakan arsitektur jawa harmoni budaya, menggunak (joglo) pada aula qodim dan keragaman, kemajemukan an gedung perpustakaan dengan arsitektur menggunakan arsitektur Islam Jawa dan Islam Logo Globe bermakna berorientasi Pengakuan keragaman MA pada pendidikan global budaya, bahasa, budaya, MINAT persatauan Obor Api bermakna Kesetaraan dan menghilangkan kebenaran ilmu kemajemukan tertentu namun mengakui kebenaran & perkembangan ilmu non Islam Bintang sembilan bermakna Perdamaian, akulturasi mengikuti pola pikir majemuk budaya, nirkekerasan dan pluralisme yang diajarkan dakwah walisongo Qur’an Hadits sumber kebenaran Toleransi, menghormati mutlak sebagai pedoman perbedaan, kesetaraan operasionalisasi madrasah Madrasah Nahdlotuttulab berarti Pengakuan perbedaan, kebangkitan pelajar, progresif dan antimonokultural dinamis Tata Terdapat job description yang Keadilan, kesetaraan, atauran jelas diantara keawajiban masing- persatuan madrasah masing personel madrasah DRAFT 354 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MA MINAT Cilacap Gambaran umum MA MINAT Cilacap dalam rangka untuk mendeskripsikan setting penelitian secara umum yang terkait dengan tinjuan multikultural. Adapun deskipsi tersebut didalamnya adalan meliputi kurikulum maupun aturan-aturan akademik yang menggambarkan kesamaan hak diantara personel madrasah. 1. Sejarah berdirinya MA MINAT Cilacap Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatutthullab (MA MINAT) Cilacap, tidak bisa terlepas dari perkembangan Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin sebagai lembaga yang telah melahirkannya. MA MINAT Cilacap merupakan lembaga pendidikan formal dan pondok pesantren Al Ihya DRAFT Ulumudin merupakan lembaga pendidikan non formal, keduanya berada dalam yayasan YaBakiii. Keberadaan MA MINAT Cilacap sebagai lembaga pendidikan untuk mengakomodir kebutuhan terhadap pendidikan formal (persekolahan) bagi para santri pondok pesantren Al Ihya Ulumudin khususnya dan Pondok Pesantren di wilayah Kesugihan Cilacap pada umumnya. Pesantren Al Ihya Ulumudin dirintis dan dikelola oleh KH. Badawi Hanafi, beliau dilahirkan di Purworejo, putra dari Al Maghfurlah Romo KH. Fadil pada tahun 1885. Pendidikan beliau dari Sekolah Dasar yang dahulu lebih dikenal dengan sebutan Angka Loro. Kemudian beliau meneruskan pendidikan di pondok pesantren yang dimulai dari pondok pesantren Jawa Tengah sampai 126 Pondok pesantren Jawa Timur, di antaranya : Pesantren Wono Tulus (Purworejo Jawa Tengah), Pesantren Lirap (Kebumen Jawa Tengah), Pesantren Lunig (Purworejo Jawa Tengah), Pesantren Jampes (Kediri Jawa Timur), dan Pesantren Bendo (Pare Kediri Jawa Timur). Semuanya itu di dasari dengan cita-cita yang tinggi dengan tujuan dan prinsip yang kuat untuk menegakkan agama Islam (Wawancara dengan kepala madrasah, 15 Juni 2011). KH. Badawi Hanafi menyadari bahwa ilmu Allah Swt itu sangat luas dan tidak terbatas, selanjutnya beliau mencoba meneruskan pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui Mushalla yang dibangun dan dijadikan tempat mengaji oleh ayahnya. Mushalla tersebut dikenal dengan nama Langgar Dhuwur dari sinilah KH. Badawi Hanafi memulai pengabdian sebagai Guru mengaji. Santri semakin bertambah banyak, KH. Badawi Hanafi beserta santrinya bersemangat mendirikan tempat yang cukup besar sebagai sarana DRAFT belajar para santri. Akhirnya dengan semangat kebersamaan yang tinggi pada tanggal 24 November 1925 M atau tahun 1344 H didirikanlah Pondok Pesantren di Desa Kesugihan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Seiring dengan perkembangan santri yang ada di pesantren, KH. Badawi Hanafi memiliki gagasan untuk mengembangkan bentuk pengajaran ditambah dengan metode salafy (klasikal). Sehingga pada tahun 1952, berdirilah Madrasah Diniyah untuk santri putra yang terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 9. Dari sembilan kelas ini dibagi atas tiga fase yaitu tiga tahun pertama sebagai Madrasah Diniyah (Ibtidaiyah) tiga tahun berikutnya sebagai kelas menengah (Wustha) dan tiga tahun terakhir sebagai tingkat atas (A’la). Ketiga 127 madrasah diniyah tersebut secara keseluruhan tetap mengedepankan model pembelajaran pesantren yang dipadukan dengan pembelajaran madrasah. Dengan demikian, pembelajaran pada madrasah diniyah tersebut tidak meninggalkan ciri khas pesantren (Wawancara dengan K.Mf, 16 Juni 2012). Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang cukup kuat untuk merespon terhadap perkembangan Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin dan dengan pertimbangan akan output pondok pesantren, maka timbul keinginan dari sesepuh pesantren tersebut untuk mengembangkan madrasah diniyah yang sudah ada sebagaimana dokumentasi berikut. Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) pada awal berdirinya belum memakai ijazah Negara sebagai standar kelulusan, semula hanyalah Madrasah Diniyah Partikelir (Swasta) yang hanya di peruntukkan untuk santri Al Ihya Ulumudin dan mata pelajaran yang diajarkan hanya mata DRAFT pelajaran keagamaan saja seperti: Ilmu Tauhid, Nahwu-Sharaf, Mantiq, Balaghah, Fiqih, Tarikh, Akhlak , Tafsir, Faraid, dan Ulumul Qur’an, hingga akhirnya diusahakan lebih gigih oleh KH. Suhud Muchson beserta segenap jajaran Asatidz (guru) menjadi lembaga pendidikan yang diakui oleh pemerintah sekaligus berijazah Negara. Berangkat dari situlah MA MINAT Cilacap sudah mempunyai dua kurikulum yaitu lokal (agama) sebanyak 60% dan umum 40%. (Wawancara dengan waka Kurikulum, 10 Juli 2011). Pemberian nama Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) merupakan kata yang berasal dari bahasa arab yang berarti: Sekolah Islam sebagai wujud kebangkitan para pelajar. Pemberian ini dimaksudkan agar 128 kelak dengan berdirinya MA MINAT Cilacap tersebut merupakan tongkat kebangkitan moral umat Islam (santri) untuk menjadi umat yang terdepan. Setelah melakukan persiapan secukupnya, yakni dengan adanya madrasah kelas Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, maka pada tahun 1969 didirikan madrasah aliyah. Dengan demikian, lengkaplah madrasah di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin, yaitu dengan berdirinya MI, MTs, dan MA, sedangkan MI berada di luar pesantren, namun masih dalam lingkungan pondok pesantren. Pendirian madrasah aliyah tersebut, sebenarnya belum mencapai kesempurnaan yang diinginkan oleh Masyarakat. Tahap kelas-kelas tersebut hanya untuk santri/siswa putra (Kelas Banin), karena tuntutan masyarakat pada tahun 1972 dibukalah kelas untuk putri, atau yang dikenal dengan istilah Kelas Banat (putri). Tahun 1977 siswa MA MINAT sudah mulai mengikuti ujian negara atau ujian untuk tingkat akhir yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam DRAFT upaya persamaan antara madrasah swasta dengan madrasah negeri. (Sumber: diolah dari sejarah pendirian MA MINAT dan wawacara dengan kepala MA MINAT tanggal 3 Juli 2011) Berangkat dari berbagai perkembangan dan kebutuhan serta tuntutan masyarakat, pada tahun 1980 KH. Suhud Muchson berijtihad untuk menjadikan MA MINAT Cilacap secara resmi mengikuti kurikulum program Departemen Agama (sekarang Kemenag). Namun demikian pihak madrasah hanya mengambil 40% kurikulum umum dan 60% agama (lokal), karena semua pihak, baik pengelola maupun masyarakat pengguna menginginkan keutuhan dari cikal bakal madrasah tersebut, yakni mengedepankan kajian ilmu agama dan tidak meninggalkan keilmuan umum. Maka diberlakukan berbagai kajian 129 mengenai kurikulum yang ada, sehingga muncullah bentuk-bentuk pengembangan dan inovasi kurikulum. Pada tahun 1991 tepatnya tanggal 16 nopember 1991, berdasarkan piagam dari kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah No. Wk/5.d/228/Pgm/MA/1991, Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) mendapatkan status terdaftar. (sumber: Dokumentasi dan wawancara 25 Juli 2011 dengan ketua yayasan YaBakiii KH. SM) Tuntutan kebutuhan masyarakat dengan segala komitmen seluruh pengelola madrasah serta masyarakat pengguna dalam rangka pengembangan kualitas lulusan dan upaya pengendalian mutu, maka pada tahun 2000 MA MINAT Cilacap telah mendapat status diakui yang berlaku dalam jangka waktu lima tahun, sejak awal tahun pelajaran 1999/2000. Seiring dengan perkembangannya yang pesat, pada 27 Juni 2005 MA MINAT mendapat DRAFT piagam dari Depag Wilayah Propinsi Jawa Tengah berstatus terakreditasi dengan peringkat B yang berlaku sampai jangka waktu empat tahun terhitung sejak dikeluarkannya. Setelah sekian tahun MA MINAT mendapatkan status terakreditasi B dari Depag akhirnya sekarang pun masih bertahan dengan status tersebut sampai 2014/2015, yang berdasarkan piagam dari Badan Akreditasi Nasional/Madrasah (BAN/S/M) yang ditetapkan di Semarang pada tanggal 11 November 2009 dengan mempunyai dua program studi (jurusan yaitu IPA dan IPS), dan MA MINAT di pimpin oleh KH. Mua’rofudin, S.H. sejak tahun 1994 hingga sekarang. 130 2. Struktur Organisasi MA MINAT Cilacap MA MINAT Cilacap sebagai sebuah sistem persekolahan formal menerapkan struktur organisasi yang telah dibuat secara sistematis dalam rangka mewujudkan tata kerja yang dinamis. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT) Cilacap dan Kantor MA MINAT Cilacap dengan tugas dari komponen-komponennya meliputi: a. Kepala MA. MINAT (KH. Mu’rofudin, S.H.) bertugas sebagai pembuat perencanaan program, mengorganisasikan, melaksanakan pengawasan b. Waka Administrasi/Waka Sarana Prasarana (KH. Ishak Hilal) bertugas sebagai pengatur pelaksanaan kegiatan kepegawaian, keuangan, pengadaan dan inventarisasi sarana dan prasarana. c. Waka Kurikulum (Puri, BA.) mempunyai tugas pengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, inventarisasi training guru, evaluasi DRAFT kegiatan sekolah d. Waka Urusan Hubungan Madrasah dengan Masyarakat “HUMAS” (Khasbullah Maulana) bertugas mengatur informasi madrasah dengan masyarakat, kerja sama madrasah dengan masyarakat, hubungan dengan instansi pemerintah dan swasta. e. Tata Usaha Madrasah (K. MA. Munir, S.Hi), melaksanakan pengaturan administrasi kantor, pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan, administrasi keuangan, sarana prasarana dan inventarisasi peralatan Madrasah. 131 f. Guru-guru bertugas melakukan kegiatan belajar mengajar, evaluasi belajar siswa, koordinator kurikuler, administrasi kegiatan belajar mengajar. g. Wali Kelas bertugas sebagai pengelolaan kelas, pembina siswa, melaporkan keadaan siswa, pengisian raport. h. Petugas Bimbingan Penyuluhan, Bimbingan Karier dan Bimbingan Konseling (K. Masduki BA) bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan, pembentukan pribadi siswa, membantu siswa memecahkan masalah, administrasi BP / BK (diolah dari wawancara dengan wakamad Kurikulum, 21 Juli 2011). 3. Kebijakan Organisasi MA MINAT Cilacap Kebijakan Madrasah dalam bidang Organisasi MA MINAT merupakan kebijakan yang sesuai dengan tugas masing-masing yang diberikan oleh kepala Madrasah kepada seluruh karyawan MA MINAT dalam hal ini adalah: DRAFT a. Kepala Madrasah mempunyai beberapa tugas meliputi: tugas secara umum, penyelengaara administrasi dan pelaksana supervise. 1) Tugas secara umum meliputi penyusunan perencanaan, mengorganisir kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, mengevaluasi kegiatan, membuat kebijaksanaan, mengadakan rapat madrasah, mengambil keputusan dan pengaturan administrasi. 2) Tugas sebagai penyelenggara administrasi seperti mengadakan perencanaan kegiatan madrasah, mengkontrol dan mendata administrasi waka-waka, memberikan petunjuk kearah penyempurnaan administrasi di 132 tingkat wakil kepala, mengkontrol data-data keuangan, meminta data / laporan kegiatan. 3) Tugas sebagai pelaksana supervisi,dalam hal ini kepala madrasah mengadakan, kegiatan BP, kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, kegiatan ketatausahaan, kepustakaan dan laboratorium. b. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum sebagai pembantu kepala madrasah dalam hal-hal sebagai penyusun program pengajaran, menyusun pembagian tugas guru, menyusun jadwal pelajaran, jadwal evaluasi belajar, pelaksanaan ujian madrasah dan ujian nasional, jadwal penerimaan siswa baru, mengkoordinasikan penyusunan program belajar, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengajaran. c. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan mempunyai tugas menyusun program pembinaan siswa, megadakan bimbingan dan pelaksanaan DRAFT pengendalian kegiatan siswa, membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan, memberikan pengarahan dan menyelenggarakan pemilihan pengurus OSIS, pemilihan calon siswa teladan dan calon penerima beasiswa, mengadakan seleksi siswa untuk mengikuti kegiatan luar Madrasah, membuat laporan kegiatan siswa. d. Wakil Kepala madrasah Urusan Sarana dan Prasarana bertugas sebagai pengatur dan penyelenggaraan hubungan antara madrasah dengan wali siswa, pembina pengembangan hubungan antara madrasah dengan lembaga 133 lain, mengadakan kegiatan bersama antara madrasah dengan masyarakat, lembaga luar madrasah, menyusun laporan kegiatan hubungan masyarakat. e. Guru, dalam hal ini guru bertugas sebagai pembuat rencana kegiatan belajar mengajar, melakukan persiapan mengajar, melakukan kegiatan belajar mengajar, melakukan penilaian, memberikan dorongan dan bimbingan siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya, membuat dan menyusun lembar kerja, memantau kemampuan dan kemauan siswa didiknya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, membuat catatan kemajuan hasil siswa dalam memahami materi pelajaran yang sudah diberikan. f. Wali Kelas membantu kepala Madrasah dalam bidang pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas, hiasan dinding, pengisian daftar nilai siswa, pengisian buku raport, pembagian buku raport. g. Pegawai Kepustakaan, bertugas sebagai perencana pengadaan buku/bahan DRAFT kepustakaan, pelayanan kepustakaan, perpustakaan, pemelihara dan perencana perbaikan kekayaan pengembangan kepustakaan, inventarisasi kekayaan kepustakaan, lebelling buku-buku kepustakaan, mengadakan kartu kepustakaan, membuat katalog, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepustakaan. h. Kepala Urusan / Bagian Tata Usaha bertugas sebagai penyusun program tata usaha madrasah, membuat RAPBS, pembenah dan penyempurna administrasi madrasah, pembantu, penyempurna pembenahan administrasi pegawai, pembuat agenda surat masuk dan keluar. 134 i. Bimbingan dan Penyuluhan bertugas sebagai penyusun program pelaksanaan BP, mengadakan koordinasi dengan wali kelas dalam penanganan masalah yang dihadapi siswa, memberikan layanan penyuluhan terhadap siswa dalam meningkatkan prestasi hasil belajar, mengadakan kerjasama dengan wali siswa dalam penanganan siswa, mengadakan penilaian dan pembantu statistik pelaksanaan dan hasil penyuluhan, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan. (Dokumentasi Kebijakan Organisasi MA MINAT Cilacap, 2 Agustus 2011) 4.Kurikulum MA MINAT Cilacap Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum tiap mata pelajaran dituangkan dalam bentuk Kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang dikembangkan DRAFT berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Struktur kurikulum MA MINAT Cilacap mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejujuran, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas komponen mata pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri. Kurikulum muatan lokal MA MINAT Cilacap disesuaikan dengan basis pendidikan pesatren Al Ihya Ulumudin. Implementasi kurikulum muatan lokal diperkaya muatan materi melalui MINAT sore yaitu madrasah diniyah 135 yang wajib diikuti oleh siswa MA MINAT yang tinggal di pesantren Al Ihya Ulumudin. Adapun struktur keilmuan MA MINAT Cilacap sbb: Tabel. 1 Struktur Kurikulum MA MINAT Cilacap Kelas X Alokasi Waktu Komponen Semester 1 A. Semester 2 Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam a. Qur’an dan Hadis 2 2 b. Akidah dan Akhlak 1 1 c. Fiqih 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4. Bahasa Arab 3 3 5. Bahasa Inggris 4 4 6. Matematika 4 4 7. Fisika 2 2 8. Biologi 2 2 9. Kimia 2 2 10. Sejarah 1 1 11. Geografi 1 1 12. Ekonomi 2 2 13. Sosiologi 2 2 14. Seni Budaya 2 2 15 Pendidikan Jasmani Olahraga 2 2 dan Kesehatan 16 Teknologi Informasi dan 2 2 Komonikasi B. Muatan Lokal a. Bahasa Jawa 2 2 b. Ilmu Kalam 2 2 c. Nahwu 2 2 C. Pengembangan Diri / Pramuka 2 2 Jumlah 48 48 (Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 27 Juli 2012) DRAFT 136 Tabel.2 Struktur Kurikulum MA MINAT Cilacap Program IPA Alokasi Waktu Komponen Kelas XI Kelas XII Smt Smt Smt 1 2 1 A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam a. Qur’an dan Hadis 2 2 2 b. Akidah dan Akhlak 1 1 1 c. Fiqih 2 2 2 d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Arab 3 3 3 5. Bahasa Inggris 4 4 4 6. Matematika 4 4 4 7. Fisika 4 4 4 8. Kimia 4 4 4 9. Biologi 4 4 4 10. Sejarah 1 1 1 11. Seni Budaya 2 2 2 12. Pendidikan Jasmani Olahraga, 2 2 2 dan Kesehatan 13. Teknologi Informasi dan 2 2 2 komunikasi B. Muatan Lokal a. Bahasa Jawa 1 1 1 b. Nahwu 2 2 c. Ilmu Falak 2 2 d. Mantiq 2 e. Balaghah 2 C. Pengembangan diri/pramuka 2*) 2*) 2*) Jumlah 46 46 48 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 27 Juli 2012) DRAFT 137 Smt 2 2 1 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2*) 48 Tabel.3 Struktur Kurikulum MA MINAT Cilacap Program IPS Alokasi Waktu Kelas 1 Kelas 2 Komponen Smt 1 Smt 2 Smt 1 Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam a. Qur’an dan Hadis 2 2 2 b. Akidah dan Akhlak 1 1 c. Fiqih 2 2 2 d. SKI 1 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4. Bahasa Arab 3 3 3 5. Bahasa Inggris 4 4 4 6. Matematika 4 4 4 7. Sejarah 3 3 3 8. Geografi 3 3 3 9. Ekonomi 4 4 4 10. Sosiologi 3 3 3 11. Seni Budaya 2 2 2 12. Pendidikan Jasmani Olahraga, 2 2 2 dan Kesehatan 13. Teknologi Informasi dan 2 2 2 komunikasi B. Muatan Lokal a. Bahasa Jawa 1 1 1 b. Nahwu 2 2 c. Ilmu Falak 2 2 d. Mantiq 2 e. Balaghah 2 C. Pengembangan diri/pramuka 2*) 2*) 2*) Jumlah 48 48 48 2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 27 Juli 2012) Smt 2 A. DRAFT 138 2 2 1 2 4 3 4 4 3 3 4 3 2 2 2 1 2 2 2*) 48 5.Peraturan Akademik MA MINAT Cilacap Tata kelola peraturan akademik MA MINAT Cilacap telah dibuat dengan menggunakan dan mempertimbangkan aspek-aspek keadilan sehingga semua kepentingan akademik siswa telah terakomodir dengan baik. Adapun aturan akademik MA MINAT Cilacap sbb: a. Kriteria Kenaikan Kelas 1) Siswa Madrasah Aliyah MINAT Cilacap dinyatakan naik kelas apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 2) Menyelesaikan seluruh program dua pembelajaran pada dua semester di kelas yang di ikuti 3) Nilai mata pelajaran di bawah kriteria ketuntasan minimal tidak lebih dari 3 mata pelajaran 4) Memperoleh nilai minimal 75 pada penilaian kelompok pelajaran DRAFT Pendidikan Agama Islam dan Baca Tulis Al qur’an 5) Memperoleh nilai minimal 80 pada penilaian (1) Praktek keagamaan ; (2) Akhlak al karimah b. Kriteria Kelulusan Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan hasil rapat komite Madrasah Aliyah MINAT Kesugihan Cilacap, maka siswa di nyatakan lulus Madrasah Aliyah MINAT Cilacap apa bila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran di kelas X, XI, dan XII 139 2) memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan: 3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4) lulus ujian nasional c. Penjurusan 1) Penjurusan di madrasah Aliyah MINAT dilakukan mulai di kelas XI dengan dua program studi IPA dan IPS. Siswa Madrasah Aliyah MINAT Cilacap di tempatkan pada program studi sesuai dengan minat siswa dan kompetensinya dengan mendapat persetujuan wali siswa melalui program penjurusan wali siswa melalui program penjurusan DRAFT dengan melihat kriteria-kriteria sebagai berikut: 2) Minat dan bakat siswa digali menggunakan tes minat dan bakat. d. Kompetensi siswa : 1) Siswa yang mendapatkan nilai rata-rata mata pelajaran IPA lebih tinggi dari mata pelajaran IPS disarankan mengambil program studi IPA. 2) Siswa yang mendapatkan nilai rata-rata mata pelajaran IPS lebih tinggi dari mata pelajaran IPA disarankan mengambil program studi IPS. e. Program Tahunan (Prota) Program tahunan (prota) dibuat oleh guru bidang studi pada awal tahun ajaran yang berisi antara lain : mata pelajaran, kelas/semester, sekolah 140 dan tahun pelajaran, mencakup rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam mata pelajaran tersebut dalam satu tahun. f. Program Semester (Promes) Program semester (Promes) dibuat oleh guru bidang studi di setiap awal semester yang berisi mata pelajaran, kelas/ semester, tahun pelajaran, kegiatan yang dilakukan dalam mata pelajaran tersebut, materi yang disampaikan, alokasi waktu, diberikan pada bulan apa dan minggu keberapa. g. Pembagian Tugas Guru Pembagian tugas guru dilakukan oleh kepala Sekolah seperti yang tercantum dalam uraian tugas pengelolaan sekolah. h. Penyusunan Jadwal Pelajaran Penyusunan jadwal pelajaran dilakukan oleh waka kurikulum yaitu DRAFT Bapak Puri, BA atas persetujuan Kepala Sekolah. Jadwal pelajaram tahun 2011/2012. i. Rencana Mengajar Rencana mengajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh guru bidang studi setiap sebelum menyampaikan pelajaran di depan kelas dengan melihat silabus. j. Pelaksanaan Penilaian Pelaksanaan penilaian dilakukan guru bidang studi yang telah mengacu promes dan prota yang telah diketahui kepala sekolah, dengan 141 menggunakan format penilaian yang telah disepakati. Contoh daftar nilai terlampir. k. Peraturan Kenaikan Kelas Kenaikan kelas dilaksanakan dengan melihat nilai siswa diseluruh mata pelajaran serta melihat perilaku siswa selama dalam lingkungan belajar. (Dokumentasi tanggal 12 Agustus 2011) 6.Peraturan Kepegawaian MA MINAT Cilacap a. Mencatat Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Pegawai Pegawai YaBakiii terdiri dari: 1) Pegawai fungsional (guru) yang terdiri dari a) Guru tetap yayasan Guru tetap yayasan adalah mereka yang diangkat oleh yayasan b) Syarat pegawai tetap: DRAFT (1) Pendidikan sesuai dengan bidangnya (2) Menandatangani kesanggupan melaksanakan tugas kepada pimpinan lembaga (3) Maximal usia 60 tahun c) Kewajiban pegawai tetap: (1) Wajib menjadi anggota NAJAHTUKI (dana kesejahteraan) (2)Sanggup melaksanakan tugas selama lima hari kerja (3)Mempunyai dedikasi dan loyalitas yang tinggi kepada yayasan (4)Siap menerima dan melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh lembaga 142 (5)Melaksanakan kontrak kerja minimal lima tahun d) Hak Pegawai: (1)Berhak memperoleh gaji sesuai anggaran masing-masing lembaga (2)Mendapat NAJAHTUKI (Dana Kesejateraan Tunjangan Keluarga YaBakiii) (3) Berhak memilih dan dipilih menjadi calon pimpinan lembaga (4)Mendapat santunan dari lembaga (5)Mendapat tunjangan prestasi yang akan diatur oleh lembaga masing-masing bersama BADAN PELAKSANA HARIAN (6)Hak berbicara dalam meningkatkan kualitas lembaga 2) Guru Tetap DPK Guru tetap DPK adalah pegawai negeri yang dipekerjakan pada DRAFT lembaga a) Syarat pegawai DPK: 1. Mendapat persetujuan dari yayasan 2. Menandatangani kesanggupan melaksanakan tugas kepada pimpinan lembaga b) Kewajiban pegawai DPK: 1. Wajib menjadi anggota NAJAHTUKI (dana kesejahteraan) 2. Sanggup melaksanakan tugas setiap hari kerja 3. Guru bersedia mengajar 23 jam 143 4. Siap menerima dan melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh lembaga 5. Kegiatan diluar lembaga dalam hari kerja harus seizin pimpinan lembaga c) Hak pegawai DPK: 1. Berhak mendapat honorarium Kelebihan jam 2. Mendapat NAJAHTUKI (Dana Kesejateraan Tunjangan Keluarga YaBakiii) 3. Berhak memilih dan dipilih menjadi calon pimpinan lembaga 4. Mendapat santunan dari lembaga masing-masing 5. Berhak berbicara dalam meningkatkan kualitas lembaga d) Guru tidak tetap Syarat-syarat, kewajiban dan hak diatur oleh Pimpinan Lembaga. DRAFT 1. Pegawai Struktural terdiri dari : a. Pegawai administrasi tetap lembaga b. Pegawai administasi tidak tetap 2. Pegawai DPK (Dokumentasi tanggal 18 September 2011) 7. Mekanisme Pengadaan, Pengangkatan, Kenaikan dan Mutasi Pegawai MA MINAT Cilacap Formasi dan pengangkatan pegawai mengikuti tata aturan yang telah ditetapkan dari pihak yayasan dan lembaga MA MINAT Cilacap sbb: a. Jumlah pegawai yang dibutuhkan ditetapkan berdasarkan formasi. 144 b. Formasi ditetapkan oleh pimpinan lembaga mempertimbangkan hasil musyawarah lembaga serta harus mendapat persetujuan Badan Pelaksana Harian. c. Pengangkatan pegawai dimaksudkan untuk mengisi formasi yang dibutuhkan. d. Setiap orang yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pegawai YaBakiii. e. Persyaratan pelamar diatur oleh pimpinan lembaga. f. Pelamar yang diterima harus menjalani masa percobaan dan berstatus sebagai calon pegawai. g. Selama masa percobaan dilakukan penilaian oleh pejabat berwenang terhadap calon pegawai yang bersangkutan. h. Calon pegawai diangkat menjadi pegawai tetap setelah memenuhi DRAFT peraturan yang akan diatur kemudian. i. Setiap pegawai di angkat dalam pangkat dan atau jabatan tertentu baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional. j. Setiap pegawai yang memenuhi persyaratan berhak atas kenaikan pangkat. k. Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan prestasi kerja. l. Ketentuan kepangkatan dan pengangkatan pegawai dalam jabatan diatur dengan peraturan tersendiri. 145 m. Jabatan fungsional hanya diberikan kepada pegawai edukatif (guru) atau fungsional-fungsional lain yang dibutuhkan. n. Perpindahan pegawai dilakukan untuk pelaksanaan tugas dan pembinaan pegawai. o. Pegawai dapat diberhentikan dengan hormat karena permintaan sendiri, telah mencapai usia pensiun, perampingan organisasi, tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai pegawai, dan meninggal dunia. p. Pegawai dapat diberhentikan dengan tidak hormat karena melanggar peraturan disiplin pegawai, dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan, dan mencemarkan nama baik lembaga. (Dokumentasi tanggal 18 September 2011) DRAFT 8.Sarana dan Prasarana Pendidikan MA MINAT Cilacap Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja – kursi, serta alat – alat dan media pengajaran. Adapun yang disebut prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk peoses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk 146 mengajar biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Sarana prasarana yang baik yaitu dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Di samping itu tersedianya alat dan fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran. Adapun sarana dan prasarana MA MINAT yang dikemukakan berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepala bidang sarana dan prasarana a. Identitas MA MINAT Alamat : Lokasi MA MINAT Cilacap terletak Jl. Raya Kesugihan, Komplek pesantren al ikhya Ulumudin Cilacap, Jawa Tengah. Tlp/faks ( 0282 ) 695753 Web site : www.maminat.clp-sch.com Nama Yayasan : Yayasan Badan Amal Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah ( YaBakiii ) Data Keadaan Tanah 1) Luas tanah seluruhnya : 2.012 m2 2) Luas tanah untuk bangunan : 1.472 m2 3) Luas halaman dan taman : 540 m2 4) Status tanah : Wakaf (telah disertifikatkan) 5) Nomor Sertifikat tanah : 11.30.11.04.3. 00026 DRAFT Sarana prasarana yang dimiliki MA MINAT Cilacap memenuhi bagi terlaksananya proses pembelajaran yang kondusif. Lokasi MA MINAT Cilacap menyatu dengan Pesantren Al Ihya Ulumudin Cilacap memungkinkan kultur akademik yang cukup potensial. Posisi ruang kelas memanjang di depan pintu gerbang utama berada di depan komplek pesantren Al Ihya Ulumudin terdiri dua lantai. Lingkungan madrasah hanya memiliki pintu gerbang utama dan 147 pintu keluar yang terletak di belakang menghubungkan dengan asrama pesantren sehingga aktifitas siswa mudah terkontrol. Halaman depan kelas dipenuhi taman-taman dan tumbuhan dengan warna gedung menggunakan warna dominan hijau, terlihat kondisi sejuk dan nyaman dalam proses pembelajaran. (observasi, 7 agustus 2012). Gerbang utama didesain dengan menggunakan atap joglo, hal ini juga menunjukkan akulturasi budaya lokal dengan tetap menghargai kultur yang beragam didalam masyarakat plural. Artinya, MA MINAT Cilacap walaupun madrasah di bawah kultur pesantren, namun pola pikir yang dikembangkan tetap menerapkan pendidikan multikultural. MA MINAT Cilacap tidak menutup relasi yang dikembangkan sebatas dengan orang Islam, namun juga melakukan kerjasama dengan orang nonIslam misalnya dengan komunitas orang-orang Cina pernah dilakukan pentas seni barong sai. Kondisi lingkungan DRAFT madrasah dan pola pikir yang menghargai pluralisme sangat mendukung implementasi pendidikan multikultural. 148 Gambar.4 Gerbang Utama MA MINAT Cilacap (Dokumentasi 18 Juni 2012) Pola pembelajaran yang dilakukan di MA MINAT Cilacap terpisah antara kelas putra dan putri sehingga lokasi ruang kelas putra di depan pesantren Al Ihya Ulumudin sedangkan ruang kelas putri berada di belakang pesantren. DRAFT Komplek ruang kelas putra terdiri enam kelas berada di lantai dua dan di lantai bawah dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang lainya yaitu ruang laboratorium komputer, perpustakaan, runag bimbingan dan konseling serta ruang kantor guru, tata usaha dan ruang kepala Madrasah (observasi 3 Agustus 2012). Halaman depan kelas digunakan tempat upacara dan kegiatan kesiswaan di sekelilingnya terdapat tumbuhan penghijauan. Sebelah selatan halaman sekolah sekitar 10 meter terdapat asrama santri putra Pesantren Al Ihya Ulumudin yang menyatu dengan aula jadid (baru) yang memiliki daya tampung sekitar 750 santri berfungsi sebagai tempat kajian Islam. Sekitar 35 % siswa MA MINAT Cilacap adalah sekaligus sebagai santri pada pesantren tersebut. 149 Sarana pendukung pendidikan MA MINAT Cilacap juga dilengkapi dengan perpustakaan terpadu yang dilengkapi lebih dari 6.000 koleksi buku, kitab-kitab kuning, jurnal maupun hasil-hasil penelitian dari pihak perguruan tinggi yang telah menjadi mitra binaan dalam program pemberdayaan MA MINAT Cilacap. Program pemberdayaan MA MINAT Cilacap bekerja sama dengan lembaga penelitian dan pengabdian pada masyarakat (LP2M) Institut agama Islam Imam Ghozali (IAIIG Cilacap) pada fokus penataan manajemen madrasah. Kerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto pada bidang peningkatan profesionalitas guru yaitu dengan pelatihan intensif strategi pembelajaran Aktif . Pada tahun 2011 MA MINAT Cilacap juga mendapat program pendampingan melalui program pengembangan madrasah (MEDP) yang difasilitasi Kemenag (Wawancara dengan Kepala MA, 5 september 2012). Dengan demikian, selain struktur, DRAFT infrastruktur turut menunjang bagi pelaksaan pendidikan multikultural. Gedung sarana penunjang telah dibuat variasi mewakili dari beberapa kultur dan dari sisi guru telah mendapatkan pencerahan melalui paradigma pendidikan konstruktif dan ditunjang adanya perpustakaan Darul hikmah merupakan perpustakaan terpadu yang dapat digunakan oleh semua personel MA MINAT Cilacap, MTs MINAT Cilacap maupun santri. Pusat koleksi dan referensi serta sirkulasi buku berada pada lantai 1, sedangkan di lantai dua merupakan ruang auditorium biasa digunakan untuk mengadakan kajian-kajian ilmiah dan pelatihan. Pelatihan dengan menggunakan sarana tersebut yang dilakukan oleh guru MA MINAT antara lain workshop strategi pembelajaran 150 aktif, manajerial madrasah, manajemen berbasis sekolah (MBS), pengembangan kurikulum MA MINAT Cilacap (wawancara dengan Kepala Madrasah tgl 7 Juli 2012). Gambar.5 Perpustakaan terpadu Darul Hikmah berada di komplek MA MINAT Cilacap. (Dokumentasi 18 Juni 2012) DRAFT 151 GEDUNG SMP YaBakiii A KJ Keterangan 1. Lantai Atas A. Ruang Komputer B. Ruang Kls XII A C. Gudang D. Ruang KlsXII.B E. Ruang Kls XI B F. Ruang Kls XI A G. Ruang Kls X B H. Ruang Kls X.A I. Ruang Kls Mts Minat 2. Lantai Bawah J. Ruang Perpustakaan K. Ruang Kantor/BP L. Kantor YaBakiii BD E C F G H L I DRAFT Gambar.6 Denah Gedung MA MINAT Cilacap Kelas Putra (Dokumentasi 18 Juni 2012) 152 K K L Keterangan : A. Kelas X.D B. Kelas X.C C. Kelas XI.D A D. E. Kelas XII.C B F. Kelas XII.D G. Perpus Putri H. Gudang C I. MTs J. Ruang Kla XI.D D K. Ruang Mipa L. MCK G L H i J E F Gambar.7 Denah Gedung MA MINAT Cilacap Kelas Putri (Dokumentasi 18 Juni 2012) DRAFT 153 b. Fasilitas Madrasah bangunan terdiri atas : Gedung yang meliputi: 1) 2 (dua) gedung dengan 2 (dua) lantai untuk perkantoran dan ruang kelas siswa putra; 2) 1 (satu) ruang untuk laboratorium IPA; 3) 1 (satu) gedung perpustakaan; 4) 2 (dua) gedung dengan 2 (dua) lantai untuk perkantoran dan ruang kelas siswi putri; 5) 3 (tiga) unit MCK dengan jumlah 12 kamar mandi dan WC; 6) 1 (satu) kantin siswa 7) 1 (satu) buah masjid 8) 2 (dua) buah aula Jumlah Ruang : DRAFT 1) 13 (tiga belas) ruang kelas 2) 2 (dua) ruang untuk pimpinan dan tata usaha yang terbagi menjadi 9 (sembilan) sub ruang, yaitu : a) Ruang Kepala Madrasah b) Ruang Wakamad c) Ruang Tata Usaha d) Ruang Guru e) 1 (satu) ruang laboratorium IPA f) 2 (dua) ruang perpustakaan. 154 a. Sarana Prasarana Sarana yang dimiliki oleh MA MINAT sebagai penunjang proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Tabel.4 Sarana Prasarana MA MINAT Cilacap No Nama Volume Keterangan 1 Ruang perkantoran 1 Gabungan 2 Ruang Kelas 6 Baik 5 Baik 2 Baik 3 Perpustakaan 1 Baik 4 Laboratorium Komputer 1 Baik 5 Laboratorium MIPA 1 Baik 6 Ruang BP 1 Baik 7 Laboratorium Bahasa 1 Baik 8 Masjid 1 Baik 9 Aula 1 Baik 10 MCK 2 Baik 11 Koperasi 0 Baik 12 Kantin 1 Baik 13 Pos Keamanaan 2 Baik (Dokumentasi 18 Juni 2012) DRAFT B. Dimensi Multikultural dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap pada tahap awal pendirian madrasah adalah memberikan aspek yang lebih dominan pada penguasaan ilmu-ilmu agama. Perkembangan selanjutnya MA MINAT Cilacap membuat komposisi kurikulum 70 % agama dan 30 % umum. Hal ini mengacu pada kebijakan yayasan YaBakii maupun aturan Departemen Agama (sekarang Kemenag) sebelum muncul surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri bahwa madrasah aliyah adalah sekolah berbasis agama, namun aturan kemudian komposisi menjadi 70% umum dan 30% agama. 155 Kurikulum Pendidikan Agama Islam selanjutnya ditambahkan dengan kurikulum berbasis pesantren melalui madrasah diniyah MINAT Sore yang wajib diikuti oleh siswa MA MINAT Cilacap yang tinggal di pesantren dan kurikulum muatan lokal seperti mantiq (logika), balagah (ilmu gaya bahasa) berfungsi untuk memahami kitab kuning, ilmu falak (ilmu perbintangan) berfungsi untuk menentukan kalender hijriyah (Wawancara dengan Msl tgl 9 Juni 2012). Muatan lokal tersebut dilakukan di MA MINAT Cilacap berdasarkan kebijakan yayasan untuk memberikan corak yang berbeda dengan madrasah lain. Kurikulum muatan lokal pelaksanaanya terjadwal dalam pembelajaran klasikal di MA MINAT Cilacap, sedangkan kurikulum diniyah MINAT Sore wajib diikuti siswa MA MINAT Cilacap yang tinggal di pesantren dan pelaksanaanya bekerja sama dengan pihak pesantren. Hal ini yang membedakan kedalam kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap dibandingkan dengan madrasah lainya dan hal inilah yang menjadi salah satu faktor penarik animo mahasiswa. DRAFT Animo orang tua siswa untuk memasukkan anaknya sekolah di MA MINAT Cilacap menurut MF (nama samaran) sebagai seorang guru fiqih adalah ketertarikan utama pada muatan materi agama Islam yang lebih kuat dibandingkan dengan madrasah lain di sekitar Cilacap. Komposisi kurikulum yang dimiliki MA MINAT Cilacap dilakukan penambahan kurikulum muatan lokal keagaman. Di samping faktor tersebut, dikatakan oleh MF bahwa: MA MINAT Cilacap merupakan lembaga pendidikan yang menyatu dengan Pesantren Al Ihya Ulumudin sehingga banyak orang tua siswa berharap anaknya memiliki akhlak yang baik. Selain hal itu, MF juga menyakini bahwa siswa MA MINAT Cilacap memiliki kompetensi yang dapat diunggulkan yaitu penguasaan agama yang lebih kuat juga dapat berhasil (survive) di masyarakat. (Wawancara dengan MF guru fiqih 26 Januari 2012) 156 Realita mutu lulusan MA MINAT Cilacap yang banyak diterima oleh masyarakat menggambarkan bahwa ada kurikulum bersifat spesifik yang digunakan oleh MA MINAT Cilacap. Kurikulum pendidikan pesantren yang turut mewarnai Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap membawa corak tersendiri bagi pembentukan kepribadian siswa. Kurikulum pesantren juga mengajarkan tentang toleransi, keadilan dan penghargaan atas kemajemukan hal ini terlihat dengan adanya sikap siswa yang sekaligus sebagai santri memiliki wawasan lebih luas dalam pergaulan. Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT juga memuat dimensi multikultural. Materi-materi fiqih banyak mengajarkan nilai toleransi dan persamaan hak. Ada beberapa materi-materi fiqih yang menghargai perbedaan. Satu contoh yaitu tentang pembahasan mahzab dalam fiqih. Kita mengajak anak misalnya tentang fiqih dari perspektif empat mahzab. Hal ini mengajarkan kepada anak tentang berbagai ragam aliran dalam fiqih, sehingga anak memiliki sikap menghargai dalam perbedaan dan pemahaman mereka tidak sempit terhadap beberapa perbedaan dengan pendapat-pendapat yang lain. (wawancara dengan MF guru fiqih 26 Januari 2012). DRAFT Selain materi fiqih dalam materi Al qur’an Hadis memuat tentang materi toleransi. Kaidah-kaidah sosial kemasyarakatan merupakan bagian yang diajarkan dalam pembelajaran di MA MINAT Cilacap. Pendidikan Agama Islam menggunakan strategi contextual teaching learning dalam upaya melakukan internalisasi nilai-nilai toleransi. Proses Pendidikan Agama Islam diajarkan melalui pendekatan kontekstual oleh guru Pendidikan Agama Islam. Ketika mengajarkan tentang tolong-menolong, NF (guru Al qur’an Hadis) sebelumnya pernah dijumpai kasus terdapat salah satu siswa yang sakit. 157 Sebelum jadwal pembelajaran NF menginformasikan bahwa ada siswa yang sakit. Ketika masuk pada pembelajaran materi tentang tolong-menolong guru melakukan brainstroming terhadap siswa tentang apa yang telah dilakukan untuk menolong temanya. Serempak siswa menjawab menjenguk dan ada yang menambahkan memberikan makanan kesukaan temanya. Guru melanjutkan dengan pertanyaan tentang bagaimana ketika yang sakit kalian, apa yang harus dilakukan (Observasi tgl 15 Juni 2012). Proses pembelajaran yang dilakukan oleh NF memberikan deskripsi bahwa dengan strategi kontekstual siswa akan dapat merasakan dan mengalami dengan cara observasi langsung. Penyampaian materi oleh guru akan sampai pada dataran afektif hal ini akan menunjang terbentuknya perilaku siswa memilik jiwa tolong-menolong dan kepekaan sosial yang tinggi yang merupakan bagian dari pedidikan multikultural. NF (nama samaran) sebagai seorang guru Al qur’an Hadis memandang DRAFT fenomena yang terjadi sekarang banyaknya gerakan-gerakan kekerasan sebetulnya dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam memuat tentang hal itu. Materi Al qur’an Hadis untuk kelas satu belum ada materi tentang sosialisasi karena materinya masih dasar, yaitu pengetahuan tentang sanad, matan perawi dan yang terkait dengan ilmu hadis. Tetapi kalau di kelas dua ada materi-materi kemasyarakatan. Contohnya larangan hidup berfoya-foya dan tata cara hidup bermasyarakat misalnya tentang menghargai perbedaan pendapat. Materi-materi tersebut dapat dilakukan dengan pembelajaran kontekstual (Wawancara dengan NF guru Al qur’an Hadis tanggal 19 Januari 2012). Nilai-nilai multikultural dalam kurikulum Al qur’an Hadis mengatur tentang etika dalam pergaulan di dalam masyarakat. Etika bermasyarakat termasuk di dalamnya mengembangkan toleransi dalam kehidupan yang plural 158 menjadi faktor penting menuju persatuan bangsa dan kerukunan hidup dalam keragaman. Teknis pembelajaran yang lebih mengarah pada pengalaman ajaran agama menjadi internalisasi nilai-nilai mutltikultural dalam diri siswa. Teknik pembelajaran di kelas dua dilakukan dengan cara anak disuruh untuk membuat narasi cerita tentang menolong, menyantuni du’afa. Ajakan untuk tidak bersifat kikir, di kelas tiga mengadakan anjuran untuk mengunjungi orang sakit. Di kelas tiga B anak-anak sudah lebih sadar tentang toleransi. NF juga menyebutkan, sebenarnya di Al qur’an juga sudah jelas ajaran penghargaan tentang multikultural antara lain tentang toleransi yaitu QS al Kafirun ayat 1-6, al Kahfi ayat 29,dan QS Yunus ayat 40-41. Toleransi dalam konteks beragama, toleransi dimaknai dalam menegakkan akidah. (Wawancara dengan NF guru Al qur’an Hadis, 19 Januari 2012). Penanaman nilai multikultural dalam diri siswa perlu didukung adanya struktur kurikulum yang memadai. Struktur kurikulum MA MINAT Cilacap merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum tiap mata pelajaran DRAFT dituangkan dalam bentuk kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan dalam ketententuan umum disebutkan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik agamanya, yang dilaksanakan dalam menjalankan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur pendidikan. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama 159 dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. Selajutnya tentang kurikulum telah diatur dalam peraturan sebelumnya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas komponen mata pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri, sedangkan agama dan akhlak mulia memiliki cakupan sbb: Tabel.5 Cakupan Kelompok Agama dan Akhlak Mulia No Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia Cakupan Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. DRAFT (Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 17 Juni 2012) Cakupan agama dan akhlak mulia dalam dokumentasi kurikulum tersebut munurut MF adalah memuat muatan pendidikan multikultural yang dikembangkan dalam pemdidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Etika, budi perkerti dan moral dimensi multikultural sebagai acuan dalam pengembangan nilai-nilai multikultural yang diajarkan kepada siswa. Muatan kurikulum Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap berdasarkan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP, Kebijakan Kanwil 160 Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah dan hasil rapat internal Komite Madrasah, mata pelajaran yang dikembangkan oleh MA MINAT Cilacap dideskripsikan sebagai berikut : a.Komponen Mata Pelajaran 1) Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap meliputi sub mata pelajaran : Al qur’an Hadis; Mata Pelajaran Al qur’an-Hadis di Madrasah Aliyah bertujuan agar siswa gemar untuk membaca Al qur’an dan Hadis dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian mata pelajaran Al qur’an DRAFT dan Hadis meliputi: a). Ulum Al qur’an dan Ulum Hadis secara garis besar yang disajikan secara ringkas dan jelas meliputi: (1) Pengetahuan Al qur’an dan wahyu (2) Al qur’an sebagai mu'jizat Rasul (3) Kedudukan, fungsi dan tujuan Al qur’an (4) Cara-cara wahyu diturunkan (5) Hikmah Al qur’an diturunkan secara berangsur-angsur (6) Tema pokok Al qur’an (7) Cara mencari surat-surat dan ayat-ayat Al qur’an 161 (8) Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar (9) Kedudukan dan fungsi Hadis (10) Unsur-unsur Hadis (11) Pengenalan beberapa kitab kumpulan Hadis: i. Kitab Bulughul Maram ii. Kitab Subulussalam iii. Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim b).Ayat-ayat Al qur’an pilihan yang disajikan secara sistematis dan hadisHadis pilihan yang mendukung ayat dengan topik-topik meliputi: (1) Kemurnian dan kesempurnaan Al qur’an (2) Al qur’an dan Hadis sebagai sumber nilai dan pemikiran tentang kebesaran dan kekuasaan Allah (3) Al qur’an sebagai sumber nilai dasar kewajiban beribadah kepada DRAFT Allah (4) Nikmat Allah berdasarkan ayat Al qur’an dan Hadis serta syukur nikmat (5) Ajaran Al qur’an tentang pemanfaatan sumber alam dan memanfaatkannya (6) Ajaran Al qur’an dan Hadis tentang pola hidup sederhana dan mengamalkannya (7) Pokok-pokok kebajikan (8) Prinsip-prinsip amar ma’ruf nahi munkar. (9) Hukum dan metode dakwah. 162 (10) Tanggung jawab manusia. (11) Kewajiban berlaku adil dan dan jujur. (12) Larangan berbuat khianat. (13) Pergaulan sesama manusia dan tidak berlebih-lebihan. (14) Makanan yang baik dan halal. (15) Ajaran Al qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan masyarakat. (16) Ayat-ayat Al qur’an mengenai ilmu pengetahuan. (diolah dari Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 23 Juni 2011) Standar kompetensi dan kompetensi dasar bermuatan pendidikan multikultural terdapat dalam sebaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di MA MINAT Cilacap. Implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dilakukan dalam pemberdayaan di madrasah dan kehidupan siswa DRAFT di Pesantren Al Ihya Ulumudin. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap memuat nilai-nilai multikultural di bawah ini: 163 Tabel.6 Standar kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran Al qur’an Hadis berdimensi Multikultural di MA MINAT Cilacap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami ayat-ayat Mengartikan QS.Ali Imran 159 dan QS. Asy Syura: Al qur’an tentang 38. Demokrasi. Menjelaskan kandungan QS.Ali Imran 159 dan QS. Asy Syura : 38. Menerapkan perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS.Ali Imran 159 dan QS. Asy Syura: 38. dalam kehidupan sehari-hari Memahami ayat-ayat Al qur’an dan al Hadis tentang kewajiban berda’wah. 1.1 Mengartikan QS. An-Nahl: 125; QS. AsySyu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96, dan hadis tentang kewajiban berda’wah. 1.2 Menjelaskan kandungan QS. An-Nahl: 125; QS. Asy-Syu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96, dan Hadis tentang kewajiban berdakwah. 1.3 Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan QS. An-Nahl 125 ; QS. Asy-Syu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96, dan Hadis tentang kewajiban berdakwah. 1.4 Menerapkan strategi berdakwah seperti yang terkandung dalam QS. An-Nahl: 125; QS. AsySyu’ara: 214-216, Al-Hijr: 94-96; dan hadis tentang berda’wah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menganalisis hukum dan metode dakwah. DRAFT Siswa mampu menerapkan ajaran Al qur’an mengenai dakwah, tanggung Siswa dapat menerapkan diri berlaku adil dan jujur. jawab manusia, kewajiban berlaku adil dan jujur. Siswa mampu Siswa dapat menerapkan etika pergaulan sesama menerapkan ajaran manusia. Al qur’an dan Hadis tentang etika pergaulan, Siswa dapat melaksanakan ajaran Al qur’an dan Hadis kerja keras, yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan pembangunan pribadi masyarakat. dan masyarakat dan ilmu pengetahuan. (diolah dari dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 23 Juni 2011) 164 Pada materi Al qur’an Hadis ada beberapa materi yang terkait dengan pendidikan multikultural seperti pada kompetensi dasar tentang menganalisis hukum dan metode dakwah yang kita ajarkan kepada siswa bahwa dakwah harus memiliki toleransi, dakwah tidak boleh memaksa hak asazi beragama. Kemudian pada kompetensi dasar tentang menerapkan diri berlaku adil dan jujur hal itu terkait sekali dengan anjuran tentang keeadilan dan kejujuran. Selain itu juga terdapat kompetensi yang kita ajarkan kepada siswa tentang etika pergaulan sesama muslim maupun dengan beda agama. Pada kompetensi melaksanakan ajaran Al qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan pembangunan pribadi dan masyarakat yang kita tekankan adalah menjaga hubungan baik dengan sesama anggota masyarakat. (wawancara tgl 12 Maret 2014 dengan Mjd guru) 2).Akidah Akhlak, mata pelajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam Akhlak yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang Akidah dan Akhlak, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan DRAFT pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun ruang lingkup materi bahan kajian mata pelajaran Akidah Akhlak adalah sebagai berikut: Aspek Akidah ini meliputi sub-sub aspek: kebenaran Akidah Islam, hubungan Akidah Akhlak , keesaan Allah Swt, kekuasaan Allah Swt, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih Penyayang, Maha Pengampun dan Penyantun, Maha Benar, Maha Adil, dengan argumen dalil aqli dan naqli. Meyakini bahwa Muhammad saw adalah Rasul terakhir, meyakini kebenaran Al qur’an dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qadla dan qadar, hubungan 165 usaha dan doa, hubungan perilaku manusia dengan terjadinya bencana alam disertai argumen dalil naqli dan aqli. Aspek Akhlak yang meliputi: beradab secara Islam dalam bermusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua, guru, ulil amri, dan waliyullah, untuk memperkokoh integritas dan kredibilitas pribadi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama Rasul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara seperti membunuh, merampok, mencuri, menyebar fitnah, membuat kerusuhan, mengkonsumsi/mengedarkan narkoba, dan malas bekerja (pengangguran). Aspek kisah keteladanan yang meliputi: mengapresiasi dan meneladani sifat dan perilaku sahabat utama Rasulullah saw dengan landasan argumen DRAFT yang kuat, sedangakan mata pelajaran Akidah Akhlak menekankan pada penanaman akidah Islam. Materi Akhlak mengajarkan sosialisasi dan hubungan kemasyarakatan. 166 Tabel.7 Standar kompetensi dan Kompetensi dasar mata pelajaran Aqidah Akhlak berdimensi Multikultural di MA MINAT Cilacap STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR Memahami aliran-aliran ilmu kalam dan Menjelaskan aliran-aliran ilmu tokoh-tokohnya kalam, tokoh-tokoh dan pandangan-pandangannya (Khawarij, Murji`ah, Syi`ah, Jabariyah,Qadariyah, sy’ariyah, Al-Maturidiyah, Mu`tazilah, dan seperti teologi lain-lain transformatif dan teologi pembebasan) Menghargai terhadap aliranaliran yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat Siswa memahami dan meyakini hakikat Akidah Islam dan Akhlak Islam serta mampu menganalisis secara ilmiah hubungan dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari Siswa dapat mewujudkan hakekat makna Akhlak dalam kehidupan sehari-hari DRAFT Siswa dapat menunjukkan hubungan fungsional antara Akidah dan Akhlak Siswa terbiasa beradab terpuji (iffah, musawah dan ukhuwah) Siswa memahami dan meyakini hakikat iman kepada malaikat serta mampu menganalisisnya secara ilmiah dan terbiasa berakhlak terpuji (kreatif, dinamis, dan tawakkal) dan menghindari akhlak tercela (pasif, pesimis, putus asa, dan bergantung pada orang lain) dalam kehidupan sehari-hari. Siswa memahami dan meyakini kebenaran kitab-kitab Allah serta mampu menganalisis secara ilmiah dan terbiasa berakhlak mulia (bersikap amanah dan 167 Siswa terbiasa melakukan Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan seharihari. Siswa terbiasa melakukan Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari Siswa menghindari Akhlak berpikir dan berorientasi masa depan) dan menghindari akhlak tercela (memfitnah, mencuri, picik, hedonisme, ananiah, dan materialistik) dalam kehidupan sehari-hari tercela dalam kehidupan seharihari (seperti memfitnah, mencuri, picik, hedonisme, ananiah dan materialistik Siswa memahami dan meyakini hakikat Siswa terbiasa berakhlak terpuji iman kepada Rasul dan beriman kepada dalam kehidupan sehari-hari hari akhir serta mampu menganalisis Siswa terbiasa menghindari secara ilmiah dan bersikap dan berperilaku akhlak tercela terpuji memperkokoh kehidupan masyarakat (solidaritas, zuhud, tasamuh, ta’awun, saling menghargai, dan tidak ingkar janji) dalam kehidupan sehari-hari. (diolah dari Dokumentasi kurikulum MA MINAT Cilacap, 23 Juni 2011) Materi aqidah akhlak ada yang membahas tentang aliran teologi. Aliranaliran teologi kita ajarkan kepada siswa dapat memahami keragaman yang ada sehingga siswa tidak mudah menyalahkan pada aliran teologi yang lain. Sedangkan terkait dengan akhlak termasuk akhlak sehari-hari menjadi pedoman etika dalam pergaulan seperti akhlak terpuji iffah, musawah, ukhuwah. Akhlak yang harus dihindari seperti menfitnah, mencuri, picik, hedonisme, ananiyah dan materialistik. (wawancara dengan Msf tgl 12 Maret 2014) Pada mata pelajaran fiqih bertujuan untuk membekali siswa agar dapat: (1) DRAFT mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial, (2) melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Ruang lingkup fiqih di MA MINAT Cilacap meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara: hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan 168 alam (selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Fiqih di MA MINAT Cilacap terfokus pada aspek: fiqih Ibadah, Muamalah, Munakahat, Mawaris, Jinayah, Siyasah, Ushul Fiqih. semakin banyaknya aliran dalam amalan terkait fiqih di MA MINAT diadakan bahtsul masail (pembahasan tentang masalah fiqih). Karena sekarang banyak amalan-amalan yang bermacam-macam terutama siswa kelas 2 dan 3 diadakan bahtsul masail. Biasanya materinya yang menjadi tema terkait dengan masalah sholat tarawih, tentang qunut dan seputar masalh fiqih yang lain. Mereka sering bertanya tentang hal itu, maka kita ajak siswa untuk memahami dasar pelaksanaan masing-masing (wawancara dengan Msl , 15 Maret 2014). DRAFT 169 C.Nilai-Nilai Multikultural Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Rumpun Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap meliputi : mata pelajaran Al qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh (sejarah kebudayaan Islam). Sumber materi keempat mata pelajaran tersebut adalah mengacu pada sumber pokok ajaran Islam yaitu Al qur’an Hadis maupun sunnah rasul, sehingga isi materi Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap adalah identik dengan norma-norma ajaran Islam yang tetap menghormati hak-hak kemanusian. Ajaran humanisasi, demokratisasi, kebersamaan dan semua bentuk-bentuk penghargaan terhadap kehidupan dalam konteks sosial multikultural menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Proses Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap DRAFT mengakomodasi nilai multikultural dalam bahan ajar yang disampaikan antara lain: persamaan hak, toleransi, adil, persaudaraan dan etika pergaulan. Adapun bahan ajar yang digunakan di MA MINAT Cilacap adalah berupa buku teks untuk madrasah aliyah yang diterbitkan oleh Kemenag dan berupa modul-modul pembelajaran yang disusun oleh guru MINAT Cilacap. 1.Nilai-Nilai Persamaan Hak dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Islam mengatur banyak hal dari sisi akidah sampai dengan aspek sosial kemasyarakatan. Norma Islam tidak hanya mengatur pada aspek-aspek ibadah yang bersifat Ilahiyah, namun mengatur juga pergaulan antara sesama manusia. Adab pergaulan sesama penganut agama bahkan juga mengatur pergaulan 170 antara orang berbeda agama. Hal ini merupakan bagian dari konstruk keilmuan yang menjadi bahan ajar di MA MINAT Cilacap. Senada dengan yang digagas Banks bahwa pendidikan multikultural memuat dimensi pengetahuan yang responsif multikultural. Aktifitas pendidikan multikultural dalam konstruk keilmuan memuat nilai-nilai multikultural. Hal ini tercermin dalam teks bahan ajar MA MINAT Cilacap yang mengatur adab bergaul dengan orang berbeda agama dengan tetap mengedepankan persamaan hak, sebagaimana bahan ajar sbb: Dewasa ini pergaulan antar anggota masyarakat semakin terbuka dan meluas. Seseorang tidak dapat lagi membatasi pergaulannya atau dengan kelompok-kelompok tertentu. Perubahan masyarakat kita dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Pada masyarakat agraris, kebutuhan hidup sangat tergantung dari hasil pertanian. Dengan kata lain, masyarakat agraris tidak perlu pergi keluar daerah untuk mencari nafkah, karena kebutuhan hidupnya telah terpenuhi dari hasil pertanian yang ada di tempatnya sendiri. Dengan demikian pergaulannya relatif terbatas dengan orang-orang yang ada di sekitar tempatnya. Pergaulannya terbatas dengan masyarakat yang homogen: sama dalam ras, suku, bahasa. agama dan bahkan mungkin hanya sebatas satu daerah saja. Tidak demikian pada masyarakat industri. Mobilitas masyarakat ini cukup tinggi. Mereka bergerak dari suatu daerah ke daerah yang lain untuk mengadu nasib guna memperbaiki harkat hidupnya. Kehadiran mereka ini menyebabkan bermunculannya perkampungan-perkampungan baru di sekitar tempat industri dengan penghuni yang sangat heterogen: daerah asal, suku, bahasa dan juga agama yang berbeda. (Dokumentasi, tanggal 25 Agustus 20011) DRAFT Kehidupan yang serba multikultural dalam masyarakat yang sangat heterogen menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat terelakan. Dampak positif yang ditimbulkan adalah semakin majemuk pengetahuan manusia karena relasi sosial yang ada semakin komplek. Dampak negatif yang ditimbulkan, masuknya berbagai faham, ideologi, budaya dan tata kehidupan yang tidak sesuai jika diterapkan dalam sendi-sendi masyarakat tertentu. Islam 171 juga mengatur hikmah yang ada dalam kehidupan multikultural. Terkait dengan hal tersebut, materi Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap memuat tata aturan sbb: Pergaulan antar anggota masyarakat yang berbeda-beda latar belakangnya itu memberikan pengalaman baru bagi mereka. Paling tidak antara mereka saling mengenal adat-istiadat dan tradisi masing-masing. Inilah salah satu hikmah diciptakannya manusia berbeda-beda suku dan bangsanya sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13: Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. " (al-Hujurat: 13). (Dokumentasi tanggal 14 september 2011) DRAFT Penghargaan Islam sangat tinggi dalam memandang realitas persamaan hak dalam kehidupan yang multikultural. Larangan intoleransi menjadi bagian yang diserukan dalam ajaran Islam. Humanisasi telah dikembangkan sejak jaman kelahiran Islam. Nabi Muhammad saw ketika mendakwahkan Islam juga dalam kondisi masyarakat yang sangat heterogen. 172 Kilas balik sejarah awal Islam pada periode klasik Al Ghazali, Ibnu Rusyd Suhrawadi, Toha Mahmud ketika melakukan penafsiran atas teks Al qur’an melalui pemaknaan substantif, dalam ruh esoterik, metaforis, humanistik dan kontekstual (Husein Mahmud, Opini 30 Mei 2005). Penafsiran atas al Qur’an tidak dimaknai serba kaku sampai menghilangkan hak-hak kemanusiaan tetap lebih bernuansa toleransi yang sangat tinggi dan didasarkan atas kemaslahatan umat, sehingga Islam mengedepankan kesamaan hak dan derajat. Ajaran agama Islam yang menempatkan kesamaan derajat di antara manusia. Islam tidak membeda-bedakan suku, ras, bangsa, keturunan. kekayaan dan lain-lain. Tidak ada suatu suku, ras, bangsa dan keturunan yang lebih tinggi derajatnya dari yang lainnya. Dan tidak ada jaminan bahwa keturunan bangsawan lebih mulia daripada rakyat biasa. Yang membedakan mereka di sisi Allah hanyalah ketaqwaannya. Artinya orang yang bertaqwalah yang mendapatkan kedudukan terhormat di sisi-Nya. Konsep ini sangat penting. Dengan tidak adanya pembedaan martabat, kelangsungan, pergaulan lebih terjamin. Tidak ada alasan golongan tertentu menindas golongan lain karena derajatnya lebih tinggi. Dan tidak ada alasan golongan tertentu dilarang bergaul dengan golongan lain karena derajatnya lebih rendah. (Dokumentasi tanggal 2 Oktober 2011). DRAFT Derasnya arus globalisasi semakin membuka sekat pergaulan antar berbagai suku, ras, maupun agama. Teknologi informasi berkembang pesat sehingga memudahkan semua aspek informasi masuk dalam berbagai sendi kehidupan manusia. Hal yang perlu diperhatikan adalah membuat filtrasi (pencegahan) dari budaya negatif yang akan merendahkan kepribadian manusia. Pergaulan antara penganut agama pun menjadi mutlak terjadi. Kesadaran terhadap persamaan hak turut mempengaruhi adab bergaul dengan berbagai budaya yang bereda didasarkan pada kedewasaan sikap, dengan tata pergaulan yang lebih arif, 173 sopan dan tetap menjunjung adab pergaulan. Akhlak menjadi dasar pembentukan kepribadian dalam menghadapi era pergaulan global, dimana pergaulan tidak tersekat hanya pada satu agama tetapi pergaulan seluruh umat beragama. Kita juga diperkenankan bekerja sama dengan mereka dalam urusan duniawi. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pergaulan dengan mereka adalah bila mereka menunjukkan kebencian dan permusuhan pada agama kita, maka jangan tunjukkan kelemahan kita dan jangan terseret mengikuti langkah-langkah mereka menuju jalan kesesatan, sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat al-Maidah ayat 48. (Dokumentasi 2 Oktober 2011). Persamaan hak menjadi salah satu prinsip yang perlu dikembangkan dalam pendidikan multikultural. Selaras dengan lima dimensi pendidikan multikultural yang dikembangkan oleh Banks bahwa salah satunya adalah pendidikan yang setara dengan perlakuan yang sama diantara siswa. Nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menjadi penting untuk diimplementasikan. Kultur MA DRAFT MINAT Cilacap yang sangat beragam dengan latar belakang siswa dari berbagai daerah dengan keragaman bahasa dan budaya yang dibawa oleh siswa menuntut proses pembelajaran yang menginternalisasikan nilai-nilai multikultural. 2.Nilai-Nilai Toleransi dalam Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Pendidikaan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memiliki muatan multikultural yaitu menanamkan sikap toleransi terhadap semua perbedaan. Toleransi menjadi penting dalam kehidupan era globalisasi. Toleransi atau tasamuh adalah sikap tenggang rasa dengan sesama dalam masyarakat di 174 mana perbedaan tetap menjadi realitas yang perlu disikapi dengan baik. Tasamuh atau toleransi dalam ajaran Islam adalah toleransi sosial kemasyarakatan, bukan toleransi di bidang akidah keimanan. Toleransi dibenarkan dalam Islam pada hubungan sesama manusia namun dalam bidang akidah keimanan, seorang muslim meyakini bahwa Islam satusatunya agama yang benar dan diridhoi Allah Swt. Dengan demikian, pendidikan multikultural tidak dibenarkan toleransi dalam berakidah. Batas toleransi hanya sebatas relasi kemanusiaan tanpa menyentuh dataran akidah karena kebenaran akidah merupakan aspek teologis yang lebih bersifat dogmatis, sehingga dalam perbedaan pemikiran tentang masalah ibadah tetap didasarkan pada ajaran Islam seperti firman Allah Swt berikut: DRAFT Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al qur'an) dan Rasul (sunahNya). Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik akibatnya". (Al-Nisaa: 59) 175 Ayat tersebut di atas menjelaskan batas akidah, bukanlah merupakan makna toleransi dalam pendidikan multikultural. Toleransi dalam Islam yang dianjurkan dan selaras dengan pendidikan mutltikultural antara lain harmonisasi hubungan kemanusiaan sebagaimana yang telah dilakukan pada saat rasul membentuk peradaban Madinah. Kepentingan masing-masing suku dilindungi melalui perundangan yang telah disepakati oleh semua lapisan masyarakat sebagaimana Rasul membuat aturan kebersamaan dengan Piagam Madinah. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah Saw, toleransi dalam bermasyarakat tersebut telah ditampakkan pada masyarakat Madinah pertama. Pada saat itu Nabi dan kaum Muslimin hidup berdampingan dengan masyarakat Madinah yang beragama lain. Orang-orang yang bukan Islam mendapat perlakuan yang sangat baik dari kaum muslimin waktu itu, mereka dapat hidup berdampingan dalam suasana damai, membentuk masyarakat Madinah yang baik. Tasamuh atau sikap toleransi dapat memelihara kerukunan hidup dan memelihara kerja sama yang baik dalam hidup bermasyarakat. Tasamuh berfungsi sebagai penertib, pengaman pendamaian dan pemersatu dalam komunikasi dan interaksi sosial. (Dokumentasi tanggal 5 Januari 2011) DRAFT Toleransi terhadap kehidupan beragama juga dijelaskan pada ayat 6 Q.S. al Kafirun menyebutkan ; Ayat tersebut memberikan acuan bahwa toleransi tidak melakukan pemaksanaan akidah dan menganut agama Islam. Toleransi beragama dikembangkan dalam bahan ajar MA MINAT Cilacap. Pengembangan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap sebagaimana uraian materi diatas mendasarkan pada sikap toleransi yang kuat dalam aspek hubungan kemanusiaan. Aspek tauhid dan akidah dalam pengembangan materi 176 Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan satu hal yang asasi. Pilar pendidikan multikultural mengakui adanya persamaan derajat di antara golongan-golongan lain yang berbeda. Praksis pendidikan multikultural menghilangkan perbedaan diantara golongan satu dengan yang lainya, sehingga akan terjadi harmonisasi kehidupan. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menanamkan sikap pengakuan terhadap toleransi. Sikap toleransi atau tasamuh juga disertai rasa saling cinta-mencintai dengan sesama manusia. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw: "Tidaklah beriman seorang kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". (HR. Bukhari Muslim) Hadis tersebut memberi peringatan bahwa kita belum dianggap memiliki iman sempurna, kecuali kita memiliki rasa saling cinta-mencintai ini terasalah kebahagiaan hidup kita di tengah-tengah masyarakat sekitarnya. Pendidikan DRAFT Agama Islam di MA MINAT Cilacap mendidik siswa untuk tenggang rasa. Manusia tidak dapat lepas dari interaksi dengan lingkungan sebagai mahluk sosial. Interaksi antara anggota masyarakat tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial dan perlu dikembangkan sikap tenggang rasa. Sebagai makhluk sosial perlu dikembangkan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat. Perbuatan dan tingkah laku yang dilakukan dihindari menyinggung perasaan orang lain. Larangan saling berburuk sangka, saling caci-mencaci dan semacamnya. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tidak dibenarkan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, hanya untuk mengejar sesuatu yang 177 lebih tinggi nilainya. Nilai-nilai kemanusiaan harus selalu dijunjung tinggi, sejalan dengan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mewujudkan sikap tersebut melalui kegiatan-kegiatan kemanusiaan, seperti ikut serta mengatasi kesulitan yang dihadapi orang lain, rela membantu baik diminta maupun tidak diminta perlu dikembangkan. Internalisasi sikap tasamuh (toleran) dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dilakukan dengan penanaman dan penguatan materi melalui metode pembelajaran kontekstual, adapun materi tersebut antara lain: Sikap tasamuh bisa dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bersilaturrahmi, terutama apabila kita diundang. Sikap tasamuh mengandung manfaat yang amat besar bagi setiap orang yang melakukannya. Manfaat tersebut antara lain: 1) Dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan yang menjadi syarat mutlak untuk mencapai cita-cita yang tinggi dan mulia, di dalam masyarakat yang sedang membangun ini persatuan dan kesatuan sangat dipentingkan. 2) Dapat mendatangkan rizki dan jalan kehidupan yang menjadi syarat mutlak bagi upaya mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Seorang pedagang misalnya, hanya akan laris dagangannya dan mendatangkan keuntungan kalau ada pembeli. Demikian pula pembeli hanya akan mendapatkan kebutuhan hidupnya, seperti makanan atau pakaian kalau ada orang yang menjualnya. 3) Dapat menimbulkan ketenteraman dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat, karena antara satu anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya, sama-sama saling menjaga saling bahu-membahu, saling mengingatkan dan lain sebagainya. (Dokumentasi tanggal 3 Januari 2011) DRAFT 3.Nilai-Nilai Keadilan dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Nilai-nilai multikultural dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap juga mengembangkan perilaku adil, sebagai penghargaan atas hak-hak kemanusiaan. Islam sebagai sebuah agama yang menyerukan tentang keadilan 178 dan kemanusiaan memuat banyak seruan untuk berbuat adil tanpa memandang ras maupun dikotomi dalam bentuk apa pun. Nilai-nilai luhur tentang keadilan merupakan bagian pembentukan kepribadian siswa dalam menghadapi kehidupan yang multikultur. Ragam budaya, ide, aliran maupun teologis tidak dapat lepas dalam kehidupan global. Adapun bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap tentang perilaku adil adalah sbb: DRAFT Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(QS al Maidah 8-9) 179 Keadilan merupakan bagian utama sebagai pilar kehidupan sosial terwujudnya perdamaian dan kesejahteraan. Masyarakat menjadi sejahtera dan dalam tata kehidupan serta nilai-nilai kemanusiaan dijunjung tinggi bila keadilan ditempatkan dalam sendi-sendi kehidupan. Keadilan akan mendekatkan pada perilaku taqwa dan mendekatkan keimanan seseorang. Keadilan memiliki dua dimensi yaitu dimensi ketaqwaan dan dimensi kemanusiaan. Dokumentasi bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menguatkan aspek normatif tentang perilaku adil sbb: Ayat 9 dari surah al-Maidah, Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh akan diberikan ampunan dan pahala yang banyak. Maksudnya iman dan amal shaleh dapat menutup dan menghapus dari dalam hati bekas-bekas perbuatan yang sudah dilakukan, seperti berlaku tidak adil, zalim, atau perbuatan-perbuatan mungkar yang lain. Janji Allah pasti ditepati-Nya, sebagaimana tersebut dalam firmanNya dalam surah Ali Imran ayat 9: Yang dimaksud dengan amal shaleh ialah setiap pekerjaan yang baik, bermanfaat, dan patut dikerjakan, baik pekerjaan ubudiyah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lainnya. Maupun pekerjaan sosial seperti menolong fakir miskin, peduli pada nasib anak yatim, dan amal-amal sosial lainnya. Kepedulian tersebut merupakan perwujudan dari rasa keadilan sosial dan keadilan ekonomi. (Dokumentasi tanggal 17 september 2011). DRAFT Pemaknaan keadilan menjadi luas yaitu kepekaan dan solidaritas sosial menjadi salah satu indikator. Hubungan manusia dengan sang khalik diwujudkan dengan amal salih sedangkan hubungan dengan sesama manusia diwujudkan dalam solidaritas karena keduanya merupakan pangkal dari keadilan. QS. al Maidah mengadung peringatan terhadap orang-orang yang mengingkari ketetapan Tuhan dengan balasan pada neraka jahim, berarti mengingkari atau tidak mempercayai Allah dan Rasul-Nya, menolak ajaran 180 yang dibawa oleh Rasul, baik sebagian ataupun keseluruhan. Pengertian ayatayat Allah di sini meliputi ayat-ayat qauliyah yang terdapat dalam Al qur'an maupun ayat-ayat kauniyah yang merupakan tanda kebesaran dan kekuatan Allah yang terdapat pada alam ini. Keserasian alam dan konsistensinya dalam prosesnya masing-masing, tentu ada yang mengatur dan menciptakannya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Seseorang tidak hanya dapat membuktikan hukumhukum kauniyah (hukum-hukum alam) tetapi juga mempercayai pencipta-Nya (dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap). DRAFT Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an Nahl: 90) Kandungan ayat di atas menyatakan tentang keadilan, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan berarti memperlakukan seseorang ataupun benda sesuai dengan hak-haknya dan tidak ada perlakuan yang berdeda antara satu dengan lainya. Akhirnya, keadilan akan membawakan hikmah pada perdamaian dan kerukunan antara berbagai golongan. Hilangnya penindasan 181 atas hak-hak orang lain menimbulkan kekerabatan dan persaudaraan antara berbagai elemen masyarakat, sehingga perilaku yang dikembangkan sbb: Berlaku adil. Adil artinya sama, atau seimbang atau menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional). Kata adil diartikan sama maksudnya seseorang memperlakukan seseorang atau sesuatu sama sesuai dengan haknya atau tidak membedakan seseorang atau sesuatu dengan yang lain sesuai dengan haknya. (Dokumentasi 18 September 2011). Allah Swt. melarang 3 hal berikut ini. 1) berbuat keji (fahsya'), yaitu perbuatan-perbuatan yang didasarkan pada pemuasan hawa nafsu, seperti zina, mabuk-mabukan, judi, mencuri, korupsi, kolusi dalam kemaksiatan, dan lainlain. Perbuatan ini jelas akan merugikan hak orang banyak. 2) Berbuat mungkar, yaitu perbuatan-perbuatan jahat yang berlawanan dengan ajaran agama dan akal sehat serta adat kebiasaan yang terpuji, seperti membunuh, syirik, dan kufur. 3) Bermusuhan, yaitu sikap yang mau menang sendiri, tidak DRAFT mau menghargai orang lain. Perbuatannya hanya berdasarkan kepada kesewenang-wenangan, kekuasaan, dan kekuatan. Hal tersebut merupakan pangkal kerusakan moral, sehingga perbuatan tersebut merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam pembentukan akhlak. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menyebutkan dasar normatif tentang sikap adil. Hal ini dengan jelas bahwa al-Qur'an adalah sumber utama yang dijadikan manusia untuk menetapkan suatu hukum dalam menetapkan hukum seseorang harus berprilaku adil, dilarang berpihak kepada siapa pun. Dari Abdullah ibnu Amr Ibnu 'Ash ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah akan berada di pundak cahaya di sebelah kanannya, yaitu orang yang adil adalah 182 mereka yang berlaku adil dalam mengambil keputusan hukum dan berlaku adil terhadap sesuatu yang diamanatkan kepadanya" (HR. Muslim dan Nasa 'i) Makna sikap adil adalah merupakan sikap dan tindakan yang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, seimbang mempersamakan hak dan tidak ada deskriminasi. Lawan dari adil adalah dhalim, yaitu berbuat dan bersikap berat sebelah, menyimpang dari yang sebenarnya. Hadis di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang berlaku adil semasa hidupnya akan mendapatkan tempat yang amat terhormat di sisi Allah. Mereka akan berada di samping kanan Allah Swt. yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam menetapkan keputusan hukum, dan berlaku adil terhadap segala sesuatu yang diamanatkan pada mereka. Demikianlah janji Allah kepada orang-orang berlaku adil itu, apabila keadilan ditegakkan, maka kesejahteraan dan ketenteraman dapat dijamin dan di akhirat nanti mereka ditempatkan pada DRAFT tempat yang sangat terhormat yaitu surga (Dokumentasi bahan ajar MA MINAT). 4.Nilai-Nilai Persaudaraan dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Larangan-larangan untuk melakukan diskriminasi di antara berbagai struktur yang ada dalam masyarakat merupakan internalisasi nilai-nilai multikultural yang diajarkan di MA MINAT Cilacap. Sikap-sikap yang harus dihindari yang dapat memecah belah persaudaraan antara lain namimah. Namimah atau memfitnah adalah perbuatan yang menceritakan tingkah laku seseorang kepada orang lain (dengan cerita yang tidak benar) bertujuan agar 183 terjadi perpecahan. Namimah mejadikan perpecahan diantara masyarakat dengan perlakuan adudomba. Meskipun demikian dua kata itu tidak ada kontradiksi arti, yaitu perilaku adu domba mengakibatkan kekacauan, merupakan siksaan bagi yang diadu domba, menjadi bala dan menjadi cobaan baginya. Pengertian fitnah, yang berkembang di masyarakat adalah adu domba, yaitu seseorang menceritakan kelakuan orang lain dengan cerita yang palsu atau yang dibuat-buat dengan tujuan menghancurkan atau menjatuhkan atau merendahkan nama baik seseorang atau golongan. Perbuatan memfitnah ini menghancurkan atau merendahkan nama baik seseorang atau golongan yang sulit dikembalikan seperti semula, karena seluruh masyarakat telah terpengaruh dengan cerita yang bohong itu. Allah Swt. melukiskan bahayanya fitnah melebihi bahayanya pembunuhan, karena ora.ng atau golongan yang difitnah itu akan terbunuh karier atau nama baiknya. Rasulullah saw memberi peringatan dengan sabdanya : Artinya : Maukah Ku kabarkan kepadamu sekalian, akan orang-orang yang paling jahat di antara kamu? Mereka menjawab:"Mau ... !" Bersabda Rasulullah Nabi saw : itulah orang-orang yang membawa-bawa fitnah, merusak hubungan orang yang sedang berkasih-kasihan dan mencari-cari aib orang yang tidak bersalah (HR. Muslim). Fitnah dapat menimbulkan kekacauan bagi masyarakat, sebaliknya DRAFT menghindari perilaku fitnah membawa kedamaian dan ketentraman bagi semua orang. Tidak saling memfitnah tercipta persaudaraan di masyarakat, sebagian mereka menyayangi kepada sebagian yang lain, menjaga persaudaraan dianjurkan oleh Rasulullah saw. Persaudaraan semua warga negara dan persaudaraan antar manusia. Anjuran Rasulullah harus saling menguatkan, bersatu, tidak saling menggunjing, memfitnah, dan adu domba. Oleh karena itu, tidak adanya orang yang berperilaku fitnah maka tegaklah persatuan dan kesatuan. Selain fitnah yang harus dihindari adalah sikap Ananiyah atau egois. Ananiyah atau egois (artinya keakuan atau egois yaitu orang yang memikirkan dirinya sendiri. Maksud ananiyah (egois) adalah suatu sifat yang 184 dengan sifat itu orang akan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menguntungkan diri sendiri. Sifat ananiyah cenderung merugikan orang lain, sebab orang yang bersifat ananiyah tidak akan memikirkan akibat perbuatannya terhadap orang lain. Islam tidak membenarkan ananiyah karena termasuk akhlak tercela. Firman Allah dan hadis Rasulullah yang mengajarkan kepada kita untuk melawan sifat ananiyah ini, Ananiyah merupakan sikap bahwa semua harta miliknya, meskipun berlimpah ruah, adalah kesenangan diri sendiri, memberikan harta kepada orang lain tidak menguntungkan dirinya sehingga ia enggan melakukannya. Ancaman Allah Swt. Hikmah menghindari sifat ananiyah tercipta persaudaraan di tengahtengah masyarakat, jika suatu negara terhindar dari ananiyah akan terciptanya perdamaian di seluruh dunia. Semakin terhidar dari ananiyah menjadi terhindar dari DRAFT sikap materialistik. Sikap materialistik artinya senang kepada keduniaannya/ harta benda. Manusia hidup di dunia ini membutuhkan harta benda untuk kelangsungan hidupnya. Bagi kaum materialis, harta benda yang dibutuhkan ialah harta yang melebihi batas kebutuhan, karena kepuasan hidup mereka adalah pada harta benda yang berlimpah. Segala cara yang ditempuh oleh kaum materialis untuk mengumpulkan harta tidak diperhitungkan halal atau haram, asalkan dapat mengumpulkan harta yang dibutuhkan. Lebih lanjut bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap menerangkan bahwa, keduniaan itu bersifat sementara hanya permainan yang menyenangkan tetapi cepat berakhir atau tidak abadi. Manusia hidup di dunia 185 ini dibekali Allah hawa nafsu yang cenderung senang kepada keduniaan. Bagi orang yang beriman rahmat Allah ini dikendalikan sedemikian rupa sehingga keduniaan yang mereka peroleh dimanfaatkan sebagai sarana beribadah kepada-Nya. Syariat Islam membicarakan tentang manfaat dan hikmah yang besar dalam hubungan antara sesama umat manusia. Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap mengajarkan tentang kaidah dalam mengadakan relasi sosial. Jual beli merupakan bagian bahan ajar Pendidikan Agama Islam yang memberikan ketentuan-ketentuan yang mengatur jual-beli dipatuhi baik oleh pembeli maupun penjual akan dapat menimbulkan dampak positif bagi kedua belah pihak. Berpangkal dari ajaran-ajaran tentang perbaikan akhlak mulia melalui internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan akan terbentuk pola kepribadian DRAFT Islam yang karimah. Kemajuan peradaban terbentuk atas koloni-koloni masyarakat yang saling berinteraksi sosial. Pengakuan atas keanekaragaman menunjang terjadinya struktur masyarakat yang dinamis. Rasa kebersamaan dalam realitas perbedaan menghasilkan perdamaian pada akhirnya membentuk peradaban yang luhur. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap melakukan internalisasi nilai-nilai persaudaraan. Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat lepas dari hubungan sosial. Manusia tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Eksistensi keberlangsungan manusia bahkan membutuhkan adanya perkawinan dan akan menjadikan tali persaudaraan antar masyarakat. 186 Syari’at Islam mengatur adanya bentuk-bentuk pergaulan sekalipun dengan yang berbeda agama. Islam menjungjung tinggi nilai-nilai keadilan. Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara walaupun mereka berbeda-beda suku, bangsa, keturunan, adat kebiasaan, warna kulit, kedudukan, tingkat sosial ekonomi, tetapi mereka adalah bersaudara yaitu satu ikatan sebagai persaudaraan Islam. Larangan-larangan juga disebutkan antara lain: memperolok-olok, mencela diri sendiri, memanggil memakai gelar yang buruk, berprasangka, mencari kesalahan orang lain, menggunjing. (diolah dari bahan ajar MA MINAT Cilacap) Akhlak menjadi perekat persaudaraan antara sesama manusia maupun sesama muslim. Islam sebagai agama yang mengatur kehidupan manusia dari berbagai perspektif, mengatur pola interaksi antar manusia melalui akhlak al DRAFT karimah. Pola hubugan tersebut adalah hubungan dengan khalik dan hubungan dengan sesama manusia. Landasan dari pola hubungan tersebut dilandasi dengan akhlak. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa istilah akhlak sebagai pondasi dasar terhadap sikap adil bersifat netral, belum menunjuk kepada baik dan buruk. Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut tersendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya, apabila seorang berlaku tidak sopan kita mengatakan kepadanya. 187 Nilai-nilai persahabatan membawa konsekuensi pada kehidupan yang harmonis dan dinamis. Hal ini selaras dengan pendapat Banks tentang salah satu dari lima dimensi pendidikan multikultural yaitu pendidikan multikultural menghilangkan prejudice/prasangka. Nilai-nilai persaudaran yang dikembangkan dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap meminimalisasi bentuk-bentuk deskriminasi. Sikap persaudaraan memungkinkan internalisasi penghargaan pada bentuk-bentuk perbedaan dan keragaman yang terjadi dalam masyarakat. 5.Etika Pergaulan dalam Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap Kehidupan dalam era globalisasi dan modernisasi hampir tidak ada sekat sehingga terjadi pembauran budaya dan peradaban umat manusia. Konflik sosial dalam kehidupan multikultur akan sangat mungkin terjadi. Pendidikan DRAFT Agama Islam di MA MINAT Cilacap memberikan dasar-dasar etika pergaulan dalam membentuk kepribadian siswa yang lebih bijaksana dalam bertindak dan santun dalam menghadapi berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat. Islam mengajarkan etika dalam pergaulan sbb: qana'ah, zuhud, tabah/sabar, istiqamah. Qana’ah merupakan sikap yang terpuji dan menjadi dasar dalam etika pergaulan. Qana'ah artinya rela menerima apa yang telah dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan selalu merasa kekurangan atas hasil usaha yang dilakukan. Konsep demikian bukan berarti tidak ada usaha untuk meningkatkan apa yang telah dicapai, melainkan sikap rela hati menerima hasil usahanya itu dengan syukur dan lapang dada. Nabi bersabda: Artinya: 188 "Dari Abdullah bin Amru ra. berkata: bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Sungguh beruntung setiap orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup dan merasa cukup dengan pemberian Allah kepadanya. " (HR. Muslim) (Dokumentasi buku ajar 12 Juli 2012) Qana'ah merupakan sifat dasar seorang mukmin sebagai pengendali agar tidak surut kebelakang dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan, menahan diri dari sikap agresif yang negatif. Qana'ah merupakan sifat yang berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator, dikatakan stabilisator karena orang yang mempunyai sifat qana'ah selalu berlapang dada, berhati tenteram. Sikap qana’ah menjadikan hati manusia senantiasa merasa kecukupan, maka orang yang mempunyai sifat qana'ah, terhindar dari sifat loba dan tamak, yang cirinya antara lain: suka meminta-minta kepada semua manusia seolaholah merasa kurang puas dengan yang telah diberikan Allah kepadanya. DRAFT Qana'ah merupakan dinamisator yaitu sebagai kekuatan batiniah yang mendorong seorang untuk meraih kemajuan hidup berlandaskan kemampuan diri pribadi serta tergantung kepada karunia Allah semata. Qana'ah itu bersangkutan dengan sikap hati atau sikap mental dalam menghadapi kejadian pada dirinya, menerima apa yang ada dengan rela, tabah menerima cobaan yang menimpanya, tetapi tetap bekerja karena mendapat jaminan Allah, dan sebaliknya apabila usahanya tidak membawa hasil, bahkan yang ada ikut lenyap, maka diterima juga ketentuan itu dengan tabah dan sabar. Tuhan berkuasa menurut kehendak-Nya. Penumbuhan sifat qana'ah diperlukan latihan dan kesabaran, pada tingkat permulaan merupakan suatu yang memberatkan 189 hati, tetapi jika sifat qana'ah sudah membudaya dalam diri, maka akan dapat merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak, selain qana’ah juga perlu dilengkapi sikap zuhud. Zuhud ialah tidak berhasrat terhadap sesuatu walaupun kesempatan untuk memperoleh atau mengerjakannya ada, seperti orang yang kaya harta dan bisa menggunakan hartanya untuk berfoya-foya tetapi tidak melakukannya, dan sebaliknya, ia berjuang di jalan Allah Swt. hati senantiasa merasa kecukupan, maka orang yang mempunyai sifat qana'ah, terhindar dari sifat loba dan tamak, yang cirinya antara lain: suka meminta-minta kepada semua manusia seolaholah merasa kurang puas dengan yang telah diberikan Allah kepadanya. Terkait sikap zuhud dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap disebut berikut: Sikap zuhud diperlukan bukan hanya demi kebahagiaan akhirat, tetapi juga diperlukan untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan di dunia & akhirat. Fungsi zuhud antara lain untuk mengendalikan diri dari sikap rakus, tamak dan sikap konsumtif yang berlebihan akan berakibat hilangnya nilai manfaat dari suatu yang dikonsumsi. (Dokumentasi 3 Nopember 2011). DRAFT Sikap zuhud (sikap berorientasi tidak hanya dunia tetapi juga pada akhirat) diperlukan bukan hanya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah SWT saja, tetapi juga untuk dapat mencapai kebahagiaan dan kebaikan dunia-wiyah. Tumbuhnya sikap zuhud pada seseorang tidak terjadi dengan begitu saja, tetapi melalui suatu proses setelah orang memiliki iman yang tebal, keinginan yang besar terhadap kehidupan akhirat yang lebih kekal, dan kesadaran serta keterbatasan kenikmatan dunia. 190 Pemaknaan sikap zuhud dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap bukan berarti orang harus meninggalkan dunia dan mementingkan akhirat saja, tetapi tetap mengejar keduanya, karena kebahagiaan akhirat memang tidak mungkin dicapai tanpa kebaikan dunia. Pembentukan sikap zuhud diikuti sikap sabar ataupun tabah. Sabar/ tabah adalah tahan menderita mengalami hal-hal yang tidak enak atau tidak disenangi. Sabar adalah kemampuan menahan diri untuk tidak marah secara membabi buta ketika ada godaan dan cobaan tetap juga tidak pasrah (Jawa: nrimo). Sikap sabar merupakan sikap yang sangat penting dalam kehidupan karena dalam hidup banyak sekali ditemui godaan dan cobaan, seperti ketika berhadapan dengan kemungkaran, kemaksiatan, kejahatan, tertimpa musibah, sakit, tidak lulus ujian, gagal dalam usaha, dan sebagainya. Sikap zuhud membentuk kepribadian siswa yang lebih arif dalam menghadapi kehidupan DRAFT multikultural. Pengembangan sikap siswa MA MINAT Cilacap dilatih meningkatkan kemampuan bersikap sabar, untuk bisa bersikap sabar diperlukan latihan ketahanan fisik dan mental. Salah satu sarana melatih kesabaran adalah dengan berpuasa, baik puasa sunat maupun puasa wajib. Puasa membentuk orang akan terlatih untuk menahan rasa sakit yang dirasakan oleh badannya karena kelaparan. Puasa melatih mengendalikan diri dari dorongan-dorongan emosi yang sering bergejolak. Pelaksanaan sabar adalah dalam tiga keadaan yaitu dalam menunaikan ibadah (ibadah mahdah dan ibadah 'ammah), meninggalkan maksiat dan mendapat musibah ( diolah dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap). 191 Ibadah berfungsi meningkatkan kualitas nilai kemanusiaan manusia. Artinya, dengan ibadah diharapkan manusia akan dapat mengembangkan fungsinya sebagai hamba dan khalifah Allah. Manusia sebagai hamba dan khalifah Allah, maka manusia akan mencapai kebahagiaan hakiki dan ketinggian harkat dan martabat sebagai manusia. Perwujudan fungsi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini jelas tidak mudah. Halangan, tantangan dan cobaan yang senantiasa menghadang, seperti perasaan malas, merasa tidak mendapatkan manfaat apa-apa setelah menjalankan ibadah, dan lain sebagainya. Padahal pengamalan ibadah seperti shalat, puasa, berdzikir dan lain sebagainya, apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh, disiplin dan kesinambungan akan dapat meningkatkan kesucian jiwa, ketenangan batin, dan bahkan menjaga kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu pengamalan ibadah mahdhah ini sangat memerlukan kesabaran. DRAFT Demikian pula ibadah-ibadah yang bersifat umum ('ammah) melakukan perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat bagi orang banyak termasuk bagi dirinya sendiri. Semakin besar manfaat yang dapat diberikan kepada orang lain dari perbuatan yang kita lakukan, maka semakin tinggi pula derajat orang tersebut, untuk dapat memberi manfaat kepada orang lain, kita harus memiliki ilmu dan keterampilan yang cukup, untuk dapat memiliki dan keterampilan yang cukup, kita harus selalu belajar dengan tekun dan disiplin memerlukan kesabaran yang tinggi. Tanpa kesabaran yang tinggi kita tidak akan sampai kepada penguasaan ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan. Sebab penguasaan 192 ilmu dan keterampilan tidak dapat dicapai dalam sekejap mata tetapi memerlukan waktu yang cukup panjang (Dokumentasi 8 Nopember 2011). Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengurai tentang sikap sabar dalam menjauhi maksiat merupakan sikap yang sangat dianjurkan. Maksiat artinya pembangkangan, yang termasuk perbuatan membangkang adalah segala perbuatan jahat, menurut hawa nafsu angkara murka dan segala perbuatan yang mungkin dapat menjerumuskan diri ke jurang kehinaan dan merugikan orang lain. Proses internalisasi nilai-nilai dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap juga menguraikan tentang sikap sabar. Dorongan hawa nafsu apabila tidak dituruti, seringkali memang membuat jiwa kita tertekan. Namun bagi orang yang arif bijaksana, dia tidak akan dengan mudah menuruti hawa nafsunya karena mengetahui bahwa menuruti hawa nafsu akan berakibat buruk DRAFT pada diri sendiri maupun orang lain, oleh karena itu agar tidak tertipu oleh dorongan hawa nafsu, kita harus bersabar, menahan diri untuk tidak menuruti hawa nafsu. Rasulullah Saw. mengingatkan kita bahwa jalan ke surga (kenikmatan dan kebahagiaan hakiki) penuh dengan hal-hal yang tidak disenangi hawa nafsu, sedang jalan ke neraka justru dipenuhi oleh kesenangankesenangan hawa nafsu.(Diolah dari bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap). Sabar dan Istiqamah merupakan akhlak karimah sebagai pembentukan kepribadian muslim. Istiqamah adalah teguh pendirian atau keteguhan berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenarannya dan tidak merubah 193 keyakinannya dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam keadaan susah atau senang, dalam keadaan sendiri atau beramai-ramai dengan orang lain. Sikap istiqamah akan memberikan ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan menyebabkan orang lain menyeganinya dan menaruh hormat. Sikap tegas yakni kita tidak mau menerima semua budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian muslim karena dapat merusak akidah. Kemurnian dan kepribadian kita akan betul-betul nampak jelas dan membedakannya dengan manusia lain, jika ini dapat dilakukan akan mampu membawa diri kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat begitu pentingnya istiqamah, maka Rasulullah saw ketika ditanya tentang Islam yang tegas dan jelas, maka Rasulullah saw menjawab yaitu beriman kepada Allah lalu istiqamah. Penanaman nilai-nilai multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengedepankan aspek-aspek sosial antara lain: etika, moral, DRAFT akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama manusia. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Etika dapat disimpulkan bahwa etika menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapakan hukum baik atau buruk berdasarkan akal pikiran manusia (Dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap). Selain etika, moral merupakan bagian yang diajarkan dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT sebagai pembentukan sikap responsif terhadap multikultural. 194 Moral berhubungan dengan baik atau buruknya perbuatan manusia. Secara bahasa "Moral" berasal dari bahasa Latin " mores "yang artinya adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Secara istilah pengertian moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam masyarakat untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan yang pada akhirnya menjadi adat istiadat masyarakat. Sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum meliputi lingkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah persaman antara etika dan moral. Adapula perbedaannya, yaitu etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis (Wawancara dengan Msl, 23 Oktober 2011). Berbagai ahli berpendapat bahwa etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal, sedangkan moral secara lokal. Moral DRAFT menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran tersebut. Secara bahasa budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, dan akhlak. Adapun budi pekerti mengandung arti perilaku yang baik, bijaksana dan hal ini tercermin dalam sifat dan watak seseorang. Hubungan antara budi pekerti dengan perangai adalah budi pekerti mengandung makna yang lebih disebabkan mengenai akhlak yang dimiliki manusia. Sifat dan watak yang sudah melekat pada diri seseorang telah menjadi kepribadiannya. Perangai merupakan karakteristik bawaan seseorang untuk pembentukannya kadang baik atau buruk, ditentukan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Budi pekerti maknanya sama dengan akhlak, yakni 195 akhlak mahmudah (baik) dan akhlak madzmumah (tercela). Akhlak mahmudah seperti amanah, sabar, pemaaf, pemurah, dan rendah hati, sedangkan yang termasuk akhlak yang madzmumah adalah seperti sikap sombong, dendam, dan khianat. Hal yang menentukan suatu aktivitas atau tingkah laku baik buruk adalah nilai atau norma agama dan adat istiadat atau kebiasaan. Akhlak memiliki arti yang universal. Artinya, ruang lingkup akhlak sama luasnya dengan ruang lingkup pola hidup dan tindakan manusia. Ruang lingkup akhlak sering dibedakan menjadi tiga, yaitu akhlak terhadap terhadap manusia, dan akhlak terhadap alam (Dokumentasi bahan ajar MA MINAT Cilacap). Akhlak memiliki berbagai macam bentuk antara lain akhlak terhadap Allah Swt. maupun akhlak terhadap diri sendiri dan terhadap alam. Selain Akhlak terhadap Allah Swt, Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap menguraikan tentang Akhlak terhadap manusia dapat DRAFT digolongkan menjadi tiga, yaitu akhlak terhadap diri pribadi sendiri, akhlak terhadap keluarga dan akhlak terhadap orang lain atau masyarakat. Akhlak terhadap diri pribadi adalah pemenuhan kewajiban manusia terhadap: dirinya sendiri, baik yang menyangkut jasmani maupun rohani. Di antara macammacam akhlak terhadap diri pribadi adalah jujur dan dapat dipercaya. Jujur adalah mengatakan yang sebenarnya. Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap diuraikan terbagi meliputi Akhlak terhadap diri sendiri termasuk akhlak dalam merawat diri sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan, menjaga kebersihan, dan kesehatan badan adalah termasuk salah satu bagian dari akhlak terhadap diri 196 sendiri. Akhlak terhadap diri sendiri perlu dilengkapi akhlak terhadap keluarga. Keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai hubungan darah perkawinan. Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyrakat. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan keluarga yang akan mewarni masyarakat. Jika seluruh keluarga sebagai bagian dari masyarakat berakhlak baik maka masyarakat akan menjadi baik pula. Sebaliknya jika keluargakeluarga tidak baik maka masyarakat juga akan menjadi baik. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengajarkan akhlak terhadap keluarga. Akhlak mulia tidak sebatas pada sesama manusia tetapi juga diorientasikan pada sikap yang ramah terhadap Alam. Kedzaliman terhadap alam mencerminkan menipisnya nilai-nilai kebersamaan. Alam merupakan hak milik bersama pemanfaatan alam menjadi milik dan tanggung jawab bersama. Ekploitasi alam secara besar-besaran tanpa mengindahkan dampak negatif yang DRAFT ditimbulkan menjadi larangan dalam Islam. Bahan ajar Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap mengajarkan akhlak terhadap alam. Lingkungan dan kekayaan alam sebagai karunia Allah SWT yang dianugerahkan kepada manusia selayaknya perlu dijaga. Akhlak terhadap alam yang ada dalam Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap dalam rangka membentuk kerarifan sosial. Bentuk penyadaran terhadap kehidupan yang multikutur, alam merupakan milik bersama yang perlu dilestarikan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Alam adalah alam semesta yang mengitari kehidupan manusia mencakup tumbuh-tumbuhan, hewan, udara. sungai, laut, dan sebagainya. Kehidupan 197 manusia memerlukan lingkungan yang bersih. tertib, sehat, dan seimbang. Akhlak terhadap lingkungan terutama adalah memanfaatkan potensi alam untuk kepentingan hidup manusia. Pelestarian dan pengembangan potensi alam diupayakan sepanjang mungkin. Pemanfaatan potensi alam liar dapat merusak alam, menjaga lingkungan merupakan suau kewajiban. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam surah ar Rum ayat 41: Akhlak merupakan bagian etika dalam pergaulan, akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap alam. Adapun akhlak terhadap alam dijelaskan dalam bahan ajar MA MINAT Cilacap antara lain sebagai berikut: DRAFT Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dan akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (kepada jalan yang benar. (ar-Rum ayat: 41). Menjaga kebersihan lingkungan dan keindahannya sangat dianjurkan di dalam Islam, sebab hal itu akan membawa pengaruh dalam kehidupan yang amat besar. Kesesatan akan terjamin sehingga hidup akan lebih bergairah. Demikian pentingnya kita berakhlak terhadap alam berwawasan lingkungan. Maksudnya adalah kesadaran bahwa menjaga kebersihan lingkungan merupakan bagian dari ciri utama orang beriman. Seperti, menanamkan kesadaran membuang sampah pada tempat yang telah disediakan sebagai perintah Tuhan dan menjaga kelestarian lingkungan berupa memelihara alam merupakan perbuatan yang diserukan dalam Al qur'an. (Dokumentasi tanggal 21 Oktober 2011). 198 Refleksi teologi seperti di atas menimbulkan kearifan terhadap alam, akhirnya melahirkan sikap ekologi positif dan sikap bertanggungjawab manusia terhadap kejadian-kejadian yang membuat kerusakan alam. Eksploitasi tanpa batas terhadap alam menjadi bencana alam, maka manusia merupakan makhluk yang paling bertanggungjawab mencegahnya. Berakhlak mulia juga dapat dilihat dari tanggung jawab terhadap alam dan lingkungannya merupakan sumber kehidupan bagi segenap manusia, baik generasi yang sedang berjalan maupun yang akan datang. Alam, memang menyediakan semua kebutuhan hidup manusia, baik pangan, papan maupun sandang, agar bermanfaat alam juga perlu diolah. dikelola serta digali segala potensinya. Akan tetapi tidak boleh seorangpun merusaknya, karena pengrusakan alam berarti memusnahkan kelangsungan hidup umat manusia. Teknik-teknik eksploitasi sumber alam ini juga menghasilkan dampak sampingan yang negatif, seperti pencemaran, yang kini telah mencapai tingkat yang melewati kemampuan asimilatif sumber alam yang terbatas. (Dokumentasi tanggal 21 Oktober 2011). Penanaman akhlak untuk berbuat baik terhadap lingkungan menjadi aspek DRAFT penting dalam pembentukan pola kepribadian muslim yang lebih arif. Pernyataan Al qur’an diatas memberikan sebuah penegasan bahwa kerusakan alam disebabkan oleh tingkah manusia. Kerusakan didarat maupun dilautan menjadi tanggung jawab manusia. Ketersediaan sumber daya alam yang tercipta diperuntukan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia, namun kedzaliman terhadap alam akan menimbulkan berbagai kerusakan yang pada akhirnya akan menjadi bencana bagi umat manusia. Penyadaran akan moralitas terhadap alam telah mulai ditanamkan dalam diri siswa. Konten bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap memberikan pembentukan akhlak terhadap alam. 199 DRAFT 200 D.Makna Multikultural Menurut Guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap Semakin berkembangnya multi pehamanan diantara aliran-aliran pemahaman dalam memaknai Islam, dibutuhkan pembentukan sikap yang memiliki wacana multikultural lebih luas. Dimensi-dimensi multikultural membawa pemahaman demokratis terhadap kemajemukan dalam penafsiran teks agama. Kehidupan multikultural menjadi sangat mungkin terjadi sejalan dengan lajunya peradaban maupun pertumbuhan ideologi agama-agama. Implikasi lanjut juga memungkinkan konflik antar umat beragama maupun antar mazhab, dalam hal ini pemahaman atas multikultural menjadi urgen untuk dimiliki oleh berbagai elemen yang ada dalam masyarakat. Pendidikan menjadi bagian yang sangat urgen dalam membentuk pemahaman multikultural. Berdasarkan dari kajian data, maka pemaknaan multikultural di MA MINAT DRAFT Cilacap menurut guru dapat dipetakan menjadi beberapa varian yaitu: 1) makna persamaan hak 2) makna adil, 3) makna persaudaraan, 4) makna toleransi, 5) etika pergaulan 1. Persamaan Hak Persamaan hak merupakan salah satu pilar dalam pendidikan multikultural. Implementasi pendidikan multikultural menghilangkan deskriminasi diantara berbagai kultur siswa sehingga akan terjadi persamaan hak di antara siswa dari berbagai kultur yang berbeda. Persamaan hak akan meminimalisasi konflik diantara kultur siswa yang berbeda. Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari berbagai daerah perlu penanaman sikap persamaan hak. 200 Persamaan hak juga dikembangkan dalam mensikapi keragaman madzhab yang beragam di dalam Islam. Perbedaan dalam berbagai pemahaman terhadap teks Al qur’an maupun hadis berimplikasi pada keragaman dalam amalan ibadah ghoiru maghdoh ataupun furu’iyah (cabang bukan pokok). Namun demikian hal tersebut juga berpotensi menjadikan konflik antar umat Islam, sehingga diperlukan pemaknaan yang benar dalam persaudaraan. Adapun makna persaudaraan sebagaimana menurut guru MA MINAT Cilacap terkait dengan persamaan hak sebagai berikut: “ sesungguhnya darahmu dan hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu”. Dari potongan hadis tersebut saya memahami bahwa hak merupakan kewajiban bagi individu yang tidak boleh diabaikan, maka seseorang bukan saja menahan diri dari menyentuh/merampas hak-hak asazi ini melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Maka persamaan hak dalam hal ini berdasarkan dalil diatas adalah memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengerjakan amalanya serta menjauhkan sikap yang memberi kesan merendahkan mereka atas amalanya tersebut, sehingga mereka tetap merasa terjaga kehormatnya. (wawancara dengan Mnr guru Fiqih, 12-3-2014) DRAFT Makna persamaan hak menurut guru fiqih seperti diungkapkan diatas adalah penghormatan terhadap hak-hak azasi namun lebih mengarah pada penjaminan hak dan kebebasan dalam perbedaan. Penghargaan hak terhadap amalan-amalan yang berbeda-beda tiap aliran madzhab. Kesadaran dalam memahami perbedaan terhadap keragaman dalam pemahaman dan aliran madhzab yang berbeda di dasari pada penafsiran yang lebih luas terhadap ayatayat Al qur’an. Kesadaran terhadap perbedaan adalah seuatu keniscayaan yang sudah menjadi sunatullah terjadi, sedangkan dalam konteks pembelajaran banyak materi pendidikan agama Islam terkait dengan pembentukan kesadaran 201 tersebut. Hal ini memberikan dampak yang lebih luas terhadap guru ketika memaknai perbedaan yang terjadi didalam relasi kemanusiaan. Sudah menjadi nash Rasulullah bahwa diakhir zaman umat Islam akan terpecah menjadi beberapa bagian, dari perpecahan itu tentunya memunculkan perbedaan-perbedaan dalam pemikiran sebagai dasar atau pijakan dalam menentukan amalan-amalan, menyikapi hal tersebut setiap golongan memiliki kedudukan yang sama dengan yang lainya. Tidak boleh satu golongan menghalangi golongan yang lain guna mendapatkan haknya, hak untuk melaksanakan amalan yang menjadi keyakinan sesuai dengan dasar pijakan mereka. Selama amalan itu tidak menyimpang dari pondasi dasar yaitu Al qur’an dan hadis. Adapun materi terkait dengan itu adalah pada kls XII semester XII semester 2 tentang toleransi dan etika pergaulan. (wawancara dengan Mjd, 17-3-2014) Pemahaman dalam memaknai persamaan hak membawa konsekuensi yaitu ketika memahami perbedaan diantara golongan masyarakat termasuk perbedaan dalam ijtihad masing-masing aliran madzhab yang berbeda. Pemaknaan tersebut akan membawa harmonisasi dalam kehidupan mutlitafsir DRAFT dengan berbagai macam ibadah ghoiru mahdoh (ibadah selain amalan ibadah pokok). Sebagai umat Islam kami berpandangan bahwa seluruh umat Islam itu saudara. Umat Islam itu bagai satu tubuh dimana anggota lainya saling melengkapi. Kalau salah satu sakit yang lainyapun ikut merasakan begitupun sebaliknya. Jadi semua umat Islam punya hak yang sama, hak untuk saling tegur sapa, saling mengingatkan, saling menghormati dan yang pokok adalah menghargai pendapat orang lain. Apalagi kalam itu hasil ijtihad yang digali maka harus dihargai. Prinsipnya kita harus bisa memahami makna satu tubuh. Maka kalau ada yang sakit harus dirawat betul agar sembuh bukan malah dihindari dan benci. Contohnya di MA MINAT ada salah seorang guru yang agak berbeda faham keagamaanya, namun ternyata tetap akrab seperti tak ada jarak. Kalau beliau belum mau berterus terang untuk berbicara mengenai ajaranya, itu hak dia. Mungkin suatu saat mau terbuka. (wawancara dengan Msy, 10-3-2014). 202 Persamaan hak dimaknai lebih luas dalam kebebasan mengikuti aliranaliran madzhab yang berkembang di masyarakat. Semua orang memiliki persamaan hak termasuk dalam pelaksanaan amalan agama. Kesadaran tentang adanya persamaan hak termasuk dalam menghargai perbedaan. Setiap individu mempunyai pilihan dan pilihan tersebut kadang tidak sama dalam artian berbeda-beda. Perbedaan menjadi rahmat bagi manusia. Meskipun kita berbeda tetapi hak tetap sama. Dalam kegiatan kita sebagai pendidik ketika dalam mengajar dan melihat adanya perkembangan dari siswa karena berangkat dari latar belakang keluarga yang mereka yakini/amalkan maka kita harus memperlakukan sama dengan siswa yang lain, karena itu adalah hak. Persamaan hak dalam perlakuan belajar itu adalah keharusan. Kecuali ada siswa yang kurang mampu dalam segi belajar dan kepercayaan diri maka perlu ada pendekatan khusus. (wawancara dengan Mph, 17-3-2014) Persamaan hak yang diberikan oleh guru termasuk dalam mengahadapi perbedaan yang terjadi dalam diri siswa. Kultur siswa yang berbeda-beda membawa konsekuensi dalam ragam pembelajaran yang dapat mengakomodasi DRAFT kepentingan siswa dalam berbagai daerah. Semua tetap mempunyai hak yang sama yang berkaitan dengan keadilan dalam memberikan hak pada orang lain yaitu sama-sama harus dihormati, ditolong dan dibantu serta diperlakukan sama. Kompetensi dasar dalam pembelajaran aqidah akhlak terkait dengan itu adalah membiasakan perilaku adil, ridla, amal shalih persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari. (wawancara dengan Nsh, 11-3-2014). Pemaknaan persamaan hak dalam Islam juga termasuk hak kebebasan dalam mengungkapkan pendapat termasuk hak dalam muamalah maupun siyasah (politik), termasuk penghargaan terhadap berbagai ras yang ada di Indonesia. Persamaan hak di dalam Islam seperti hak dalam berbicara dan kemasyarakatan. Sebetulnya ada kesamaan antara agama-agama, 203 muamalah dan siyasah (politik) memiliki kesamaan dengan agama lain, cuma..ubudiahnya (tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan) yang tidak sama. Siyasah (politik) Islam sangat memegang keadilan dan tidak memandang perbedaan ras (wawancara dengan K.Msl, 9 Oktober 2012). Hal di atas memberi implikasi pemaknaan persamaan hak yang dimiliki oleh guru dan pemaknaan tersebut diperlukan dalam kehidupan multikultur. MA MINAT Cilacap banyak didominasi anak-anak pesantren yang tentunya membawa perbedaan dalam melakukan ibadah ghoiru maghdoh. Proses adaptasi dan sosialisasi mereka cukup tinggi. Satu contoh ketika temu alumni Lampung, penghargaan terhadap alumni MA MINAT Cilacap sangat tinggi. Mereka lebih santun lebih diterima dimasyarakat, hal ini dipengaruhi dari aspek-aspek pembelajaran yang ada di MA MINAT Cilacap dan juga karena sebagian besar siswa MA MINAT Cilacap tinggal di pesanten Al Ihya ulumuddin sehingga terbiasa dengan perbedaan kultur. Kultur siswa MA DRAFT MINAT Cilacap banyak dari luar Jawa menjadikan mereka mudah memahami perbedaan kultur. Kebiasaan siswa MA MINAT Cilacap dan pola interaksinya sangat ilmiah karena di MA MINAT Cilacap maupun di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin tidak melakukan pemilahan membedakan amalan ghairu Mahdoh pada siswa antar daerah sehingga mereka berbaur dari berbagai segi termasuk latar belakang pendidikan siswa juga sangat berbeda. Orientasi MA MINAT Cilacap dalam pembelajaran lebih terbuka untuk umum (mengajarkan materi nonkeIslaman juga banyak). Kajian tentang masalah – masalah fiqih juga sering diadakan di aula darul hikmah. (wawancara dengan Lmr, 9 Juli 2012). Pengembangan sikap persamaan hak yang dilakukan MA MINAT Cilacap terimplementasi dalam pola tata pergaulan yang tidak melakukan deskriminasi antara latar belakang siswa maupun siswa yang berbeda amalan ibadahnya. 204 Pola pergaulan yang dilakukan menghilangkan sekat perbedaan amalan ibadah sehingga tidak terjadi konflik diantara berbagai siswa yang berasal dari daerah yang berbeda. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat urgen dalam penanaman persamaan hak. Selanjutnya dalam kondisi masyarakat yang multitafsir terkait dengan persamaan hak yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam adalah dengan cara saling menghormati dan menghargai orang lain dan menunjung tinggi hak masing-masing dalam beribadah dengan tidak melakukan deskriminasi. Makna persamaan hak menurut guru Pendidikan Agama Islam seperti yang diungkapkan diatas adalah memberikan penghargan atas perbedaan atas keragaman dalam beribadah yang terjadi didalam madrasah. Keadaan masyarakat yang beragam penafsiran dalam Islam membutuhkan pola pikir yang lebih luas dan cara bergaulan yang dapat menghargai perbedaan yang ada. DRAFT Keadaan masyarakat kita memang heterogen sama seperti keadaan Madinah pada jaman Rasulullah saw mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam negara, Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam, dan lainya sama-sama berjuang bersama ketika Madinah diserang oleh bangsa lain, dalam menjalankan ibadahnya mereka mendapatkan kebebasan, tidak boleh diganggu oleh yang lainya. Budayanya pun tidak diganggu sepanjang tidak mempengaruhi yang lainya. Di sinilah kita harus bijak dan bertoleransi jadi prinsipnya harus saling menjaga (wawancara dengan Msy 21 Juli 2013). Semangat persamaan dalam lintas sejarah peradaban Islam telah ditunjukan oleh Nabi Muhammad saw. Hak masing-masing warga negara diakui sama keberadaanya tanpa dibedakan karena perbedaan madzhab, status 205 sosial maupun etnis serta agama yang berbeda. Persamaan hak menjadi bersifat asasi setiap orang berhak mendapat perlakuan yang sama. Perbedaan dapat memberikan manfaat positif dengan menjunjung persamaan hak dalam kondisi yang berbeda. Hal terpenting adalah saling mengenal dan saling menghormati satu sama lain sekalipun beragam budaya, agama, etnis dan suku. Perbedaan manusia pada dasarnya sama. Perbedaan agama dan budaya adalah perbedaan tentang nilai-nilai sosial yang dianut. Hak setiap manusia adalah sama. Persamaan hak adalah menjadi hak warga negara tidak memandang dari perbedaan agama dan budaya (wawancara dengan Ihl 17 September 2013). Pemaknaan terhadap persamaan hak yang dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam berimplikasi perlakuan terhadap siswa cenderung lebih humanis. Kultur siswa yang berbeda merupakan bagian dinamisasi dalam proses pendidikan. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan perlakuan yang sama pada siswa yang beragam latar belakang dan memberikan sikap yang sama diantara mereka walaupun ragam amalan ibadah ghoiru maghdoh berbedabeda. (wawancara dengan Snf dan Msf 17 September 2013). DRAFT Kesadaran tersebut ditunjang dengan pemahaman serta wacana guru dalam mengahadapi relaitas kultur yang beragam. Perbedaan antara madhzab dan amaliyah yang beragam dalam diri siswa dihargai sebagai bentuk persamaan hak. Perlakuan persamaaan hak antara lain dengan melakukan semua siswa sama tidak dibedakan antara perbedaan madzhab, ras, suku dan bangsa. Semua siswa adalah anak yang harus dididik, dibina, dan diarahkan agar menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan kodratnya, menjadi manusia yang agamis, toleransi, dan berperadaban yang baik. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang tidak boleh membedakan antara suku, ras, dan bangsa. Selain hal tersebut perlakuan yang dilakukan oleh guru juga tidak membeda-bedakan dalam hal keilmuan dan bersosial. Perlakuan yang diberikan terhadap siswa juga disesuaikan dengan latar belakang siswa dari mana dia berasal (wawancara dengan Ihl, 17 September 2013). 206 2. Makna Adil Adil dimaknai oleh guru MA MINAT Cilacap adalah memberikan hak yang sama untuk semua orang dan hal ini akan meminimalisasi kesenjangan sosial dan pelanggaran hak. Makna adil akan membawa dampak positif pada harmonisasi dalam perbedaan. Menurut saya makna adil dalam hal ini adalah menyampaikan hak kepada mereka secara efektif, yang saya maksud adil adalah memberikan perhatian terhadap hak mereka melalui jalan yang terbaik sehingga mereka merasa mendapat haknya dengan penuh dan ditempatkan pada tempatnya. (wawancara dengan Mnr, 12-3-2014) Adil juga dimaknai sebagai bentuk kesetaraaan terhadap perbedaanperbedaan pemahaman amalan dan aliran mazhab dalam Islam yang berbedabeda. Adil juga dimaknai memberikan penghargaan yang sama atas perbedaan muamalah dalam Islam. DRAFT Adil dalam konteks pemahaman saya adalah merupakan lawan dan dzalim, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan demikian setiap golongan memiliki tempat yang sama dengan yang lainya. Dengan demikian kita memandang orang mukmin lain dengan pandangan yang sama walaupun amalanya berbeda dengan amalan kita, mereka memiliki hak yang sama dengan orang mukmin yang seamalan dengan kita. Kita tidak boleh membeda-bedakan bahkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, materi terkait dengan itu ada pada kelas XII semester 2. (wawancara dengan Mjd, 17-3-2014). Adil terhadap keragaman pemahaman dan pengalaman dalam Islam sejalan dengan semangat tentang ijtihad dalam Islam. Derajat berijtihad dengan benar mendapat penghargaan lebih dan jika salah maka masih mendapat pahala. 207 Artinya adil juga memberikan penghargaan terhadap kebenaran-kebenaran tentang amaliyah dalam madzhab yang berbeda-beda. Adil dalam konteks pengalaman agama Islam yang berbeda-beda itu menurut saya adalah memberikan kebebasan terhadap mereka sesuai dengan haknya. Setiap umat Islam berhak melakukan ibadah sesuai dengan ijtihad yang diikuti yang penting tidak menyimpang dari aqidah Islam. Misalnya di MA MINAT dalam menjalankan ibadah tertentu mengikuti toriqot (jalan/tata cara ibadah menurut aliran tertentu dalam Islam) tertentu sementara yang lain ada yang mengikuti tariqat yang lainya. Mereka`sama sekali tidak saling mempermasalahkan. Itu hak mereka dan kewajiban mereka menurut yang diyakini sesuai ijtihadnya. Contoh diatas tergambarkan pada peristiwa sahabat, saat itu ada seorang sahabat Nabi Muhammad SAW mendengar sahabat yang lain sedang membaca Al qur’an , kemudian oleh sahabat yang mendengar disalahkan maka terjadilah perdebatan , akhirnya mereka menghadap Nabi. Nabi pun bertanya kepada yang disalahkan. Kata Nabi “gurumu siapa?” jawab yaitu si A, si B sampai Nabi Muhammad maka Nabi pun membenarkanya. (wawancara dengan Msy, 10-3-2014). Adil termasuk dalam mensikapi perbedaan/khilafiyah yang terjadi didalam DRAFT masyarakat. Masalah-masalah khilafiyah yang terjadi didalam masyarakat merupakan bagian dalam proses pembelajaran yang disampaikan pada anak didik dan mereka diarahkan untuk memahami perbedaan yang terjadi didalam masyarakat. Adil yaitu memperlakukan orang sesuai proporsinya ketika didalam kelas ada yang siswa yang punya pemahaman dan amalan berbeda maka kita harus bersifat bijak. Ketika dalam menyampaikan sebuah materi yang didalamnya mempunyai pemahaman berbeda-beda maka kita menyampaikan bahwa itu khilafiyah (perbedaan pendapat) dan kita menyampaikan pendapat-pendapat imam madzhab supaya siswa menjadi tahu dan perlakuan adil dengan bertambahnya pemahaman. (wawancara dengan Mph, 17-3-2014). 208 Adil juga dimaknai saling menghargai perbedaan pemahaman yang terjadi didalam masyarakat. Perbedaan madzhab dalam pemahaman amalan Islam disikapi dengan arif dan bijakasana. Keadilan dapat membentuk harmonisasi diantara anggota masyarakat dan dapat membentuk perdamaian kehidupan beragama dalam masyarakat. Adil terhadap orang lain termasuk adil dalam bertutur kata tidak boleh saling mengejek atau menjelekan terhadap pemahaman dan amalan yang berbeda. Kita juga harus bertindak arif , bijaksana tidak boleh memihak golongan yang hanya sepaham dengan kita. Keadilan membentuk kedamaian dan menghilangkan permusuhan. Terkait dengan hal itu kompetensi dasar aqidah akhlak tentang persaudaraan dan keturunan. (wawancara dengan Nsh, 11-3-2014) Pemaknaan adil yang dilakukan oleh guru juga ditanamkan dalam diri anak didik dengan adanya materi pendidikan agama Islam yang mengatur hubungan kemanusiaan. Materi-materi tersebut berhubungan dengan kerukunan dan DRAFT persaatuan sedangkan materi tentang adil termasuk dalam memaknai adil terhadap keluarga. Banyak materi akhlak yang mengatur hubungan sesama manusia. Sedangkan materi aqidah lebih mengatur hubungan hablum minalloh (hubungan kepada sang khaliq). Beberapa materi yang terkait dengan hubungan dengan sesama manusia antara lain: tentang keadilan, ridla, amal salih, kerukunan, dan persatuan. Sebenarnya keadilan juga masih dibagi beberapa macam yaitu adil terhadap diri sendiri, keluarga dan sesama manusia. Contohnya adil terhadap diri sendiri seperti belajar sungguhsungguh maka akan berhasil. Adil sesunguhnya memiliki makna menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil terhadap keluarga seperti adil terhadap anak istri dan memberikan hak sesuai dengan kebutuhanya tidak harus sama. Sedangkan adil sesama manusia artinya tidak memihak. Adapun adil terhadap amalan yang berbeda yaitu menghormati perbedaan aliran kepercayaan yang ada karena saling menghormati juga merupakan amal salih yang dianjurkan (wawancara dengan Nsh, 17 Oktober 2012). 209 Adapun pembelajaran dan penanaman tentang adil dilakukan oleh guru dengan cara mengeksplorasi pemahaman anak tentang makna dan perilaku adil serta implementasi sikap adil dalam kehidupan. Pembentukan sikap adil banyak ditunjang dengan adanya pembelajaran akhlak. Pembelajaran akhlak terkait dengan materi tentang adil, amal salih dan tentang kerukunan. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh Ns (guru aqidah akhlak) di dalam kelas yaitu guru membagi kelompok diskusi sesuai dengan tema-tema tersebut sehingga terdapat kelompok diskusi dengan nama kelompok adil, amal salih, kerukunan. Setiap kelompok diberikan tugas mendiskusikan menurut tema-tema. Kelompok adil membahas tentang makna adil, contoh perilaku adil, dan dampak yang ditimbulkan dari adil. Selanjutnya kelompok amal salih membahas tentang bentuk-bentuk amal salih dan manfaat melakukan amal salih. Kelompok kerukunan membahas tentang pengertian tentang rukun dan bentuk-bentuk tentang rukun serta hikmah rukun. Setelah diskusi selesai memasuki sesi berikutnya adalah presentasi hasil diskusi, dimulai dari kelompok adil menyampaikan hasil diskusi, sementara ada perserta yang bertanya tentang keuntungan adil. Presenter menjawab supaya DRAFT dapat pahala dan masuk surga. Suasana menjadi kondusif dengan beragam pendapat yang disampaikan oleh siswa (nampaknya hal ini dibiarkan oleh guru dengan tujuan siswa terbiasa mengeluarkan pendapat). Selanjutnya ada yang bertanya tentang arti adil yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya (ini adalah definisi adil seperti yang dipelajari di pesantren). Tentang kerukunan berarti bersatu jawab kelompok diskusi tentang kerukunan (Observasi pembelajaran dengan Nsh, 17 Oktober 2012). Setelah presentasi hasil diskusi selesai dilakukan refleksi oleh guru dengan cara menguraikan materi tentang adil dan amal salih, kemudian guru 210 melakukan evaluasi dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa. Perlakuan adil artinya diberi perhatian yang seimbang antara yang satu dengan yang lain. Satu contoh adik berusia satu tahun diberikan celana harga 5000 dan tidak mungkin kakaknya berusia 18 tahun juga diberikan celana dengan harga yang sama. Jadi adil mempunyai makna tidak harus sama tetapi tergantung kebutuhan (wawacara Uch 12 Oktober 2013). Makna adil menurut guru Pendidikan Agama Islam MA MINAT Cilacap menjadi berbagai macam makna. Adil terhadap diri sendiri dan adil terhadap keluarga. Adil yang terkait dengan relasi sosial adalah makna adil dalam memahami kemajemukan dalam beragama. Adil terhadap pemeluk agama maupun kepercayaan orang lain menurut pemahaman guru agama Islam MA MINAT Cilacap adalah merupakan penanaman sikap yang memberi kebebasan dan menghormati agama yang dianut oleh orang lain. Adil juga dimaknai dengan melakukan sesuatu yang seimbang dengan tidak melakukan bentuk-bentuk diskriminasi. Adil dapat dimaknai tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, sepatutnya dan tidak sewenang-wenang. Meletakkan sesuatu pada tempatnya. Selanjutnya adil dimaknai dengan cara memposisikan suatu hal pada porsinya. Adil bukan berarti sama, tetapi harus sesuai dengan hak dan kewajiban yang ada (wawancara dengan Ihl 15 Oktober 2013). DRAFT Adil juga dimaknai memberikan perlakuan yang sama di antara seluruh siswa. Penanaman sikap adil pada siswa akan mengarahkan siswa pada perlakuan adil terhadap semua bentuk perbedaan termasuk realitas perbedaan dalam berbagai aliran dalam Islam. Anak didik sebagai anak-anak yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap guru dan madrasah, tidak membeda-bedakan apakah anak pejabat, kyai maupun lainnya. Siapapun yang melakukan pelanggaran maka akan dikenai sangsi sesuai dengan tingkat pelanggaranya. (wawancara dengan Msy 15 Oktober 2013). 211 Pembelajaran yang diberikan pada anak didik disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut, jika kemampuanya kurang perlu pendekatan tambahan pembelajaran sedangkan yang sudah bisa diberi pengayaan (wawancara dengan Ihl 12 Oktober 2013). 3. Makna Persaudaraan Persaudaraan oleh guru MA pemahaman MINAT Cilacap disandarkan pada bahwa persaudaraan adalah sebuah keniscayaan yang sudah digariskan dalam Al qur’an sehingga menjalin persaudaraan adalah suatu keharusan. Persaudaraan tidak sebatas hanya pada satu aliran madzhab saja, namun menghargai berbagai perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Dalam Al Qur’an surat al Hujurat ayat 10 menyatakan ” orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara” tali persaudaraan kita adalah iman bukan amalan, Oleh sebab itu sekalipun amalan kita berbeda-beda namun masih dalam satu wadah iman maka kita harus selalu membangun kebersamaan dan keharmonisan serta terus menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua adalah bersaudara seiman walaupun bukan seamalan (wawancara dengan Mnr, 12-3-2014) DRAFT Persaudaraan juga merupakan sunatullah yang telah ditegaskan bahwa semua orang mukmin adalah bersaudara, sehingga dasar keimanan dan tauhid yang sama menjadi dasar dalam menjalin persaudaraan di antara umat Islam. Persaudaraan tidak tersekat hanya karena beda ragam ibadah dalam Islam. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Hujurat ayat 10 bahwa orangorang mukmin adalah bersaudara, dalam ayat tersebut kata saudara menggunkan kata ikhwah bukan ikhwan, terdapat perbedaan arti meskipun bentuk jama’ dari mufrod akhun. Kata ikhwah menunjukan arti saudara sekandung, sedangkan kata ikhwan berarti teman sejawat. Al Qur’an menganggap persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam satu nasab. Oleh karena itu sesama mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kukuh. Persaudaraan ini dilatar belakangi karena 212 persamaan keimanan kepada Allah dan Rosulullah. (wawancara dengan Mjd, 18-3-2014) Sejalan dengan pendapat Msy bahwa persaudaraan yang kuat di dalam Islam adalah didasarkan pada persamaan iman dan akidah, walaupun ragam cara beribadahnya beraneka warna. Persamaan keimanan mengikat persaudaraan yang kokoh. Dengan demikian persamaan aqidah membingkai persaudaraan sesama muslim. Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan atas dasar seiman, sama-sama iman kepada Allah dan Iman kepada rosulnya yang terakhir (Nabi muhammad SAW), terlepas dari cara praktik ibadah yang berbedabeda. Jika mereka keliru sudah sewajarnya kita mengingatkan saudara kita. (wawancara dengan Msy, 11-3-2014). Persaudaraan sesama muslim merupakan sebuah keharusan dan perbedaan merupakan rahmat walaupun didalam Islam banyak perbedaan cara beribadah yang beragam sesuai dengan pemahaman tafsir masing-masing dan kajian fiqih DRAFT tertentu. Keragaman dalam amalan fiqih merupakan rahmat yang diberikan Allah Swt. Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara maka perbaiklah. Itu ajaran yang dianut orang Islam yang baik. Kita diajarkan oleh Islam bahwa perbedaan adalah rahmat. Meskipun dalam kehidupan kita melihat banyak furu’iyyah (cabang tafsiran dalam fiqih) kita tetap menjaga persaudaraan. Kita sebagai pendidik selalu menanamkan kepada siswa kita bahwa siswa muslim itu bersaudara. Jangan sampai karena perbedaan membuat kita bermusuhan. Islam tidak mengajukan itu (wawancara dengan Mph, 12-32014). Persatuan dalam persaudaraan melahirkan kekuatan dan menciptakan kebersamaan di antara muslim yang dapat melahirkan saling menghargai, toleransi, kerjasama, menciptakan kedamaian dan mencegah timbulnya konflik 213 atau permusahan. Materi terkait dengan hal itu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam fiqih adalah persatuan dan kerukunan. Sedangkan, makna persaudaraan juga merujuk pada Islam adalah rahmat bagi alam. Makna persaudaraan diartikan bahwa Islam itu adalah rahmatan lil ’alamin, bahwa rahmat Allah untuk semua umat manusia hanya rahim Allah yang menjadi hak sepenuhnya atas kehendak Allah swt. Bahkan sekarang ditingkat yayasan sedang digalakkan suhbah dan qurbah (persaudaraan dan kekeluargaan) yaitu persaudaraan di luar keluarga dan persaudaraan antar keluarga (kekeluargaan). MA MINAT Cilacap di bawah yayasan YaBAKII tetap terbuka dalam menjalin kerjasama dengan pihak manapun tidak hanya sebatas dengan orang Islam (wawancara dengan Mrf 11 Oktober 2012). Persaudaraan bagi MA MINAT Cilacap sebagai kebijakan yang telah diterapkan oleh lembaga yaitu dengan mengedepakan adanya ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah basyariah. Persaudaraan juga dimaknai persaudaraan antar umat Islam dan persaudaraan karena adanya hubungan kemanusiaan. Dengan demikian makna persaudaraan menurut guru MA MINAT juga DRAFT menghindari sifat fanatik. Pendiri Ponpes Al Ihya Ulumudin juga pernah berfatwa bahwa tidak boleh terlalu cepat mengkafirkan orang karena kita tidak tahu yang mereka lakukan sekalipun mereka beragama lain selain Islam. Sehingga kita sangat menjunjung tinggi kesamaan hak antara manusia. Jihad merupakan jalan untuk mencapai keridloan Allah Swt termasuk menyampaikan ilmu dll. Ridla memiliki makna rela, yaitu termasuk menerima atas semua pemberian-Nya. Ridla dalam pergaulan adalah saling ikhlas tidak merasa dendam, benci dan damai. Sedangkan amal salih adalah melakukan kebaikan-kebaikan untuk semua. Kerukunan ada kaitanya dengan ukhuwwah Islamiyah dan ukhuwwah basyariah yaitu rukun terhadap siapa saja dan menghindari rasa fanatik. Tapi kalau tentang akidah (keyakinan beragama) fanatik itu harus, tapi bukan berarti memerangi yang lain. Bukan berarti orang nonIslam itu salah (wawancara dengan Nsi, 17 Oktober 2012). 214 Islam juga mengatur hak bertetangga sebagaimana dikembangkan dalam pendidikan agama Islam di MA MINAT. Hak bertentangga menjadi kewajiban yang harus dipenuhi meskipun terjadi perbedaan pemahaman amaliyah dalam menjadalan ibadah, namun tetap dalam persaudaraan satu aqidah Islam dan didasarkan pada tauhid yang sama. Islam juga mengatur tentang hak Jar (tetangga). Hak bertetangga sebenarnya diatur dalam Islam jadi tiga: hak tetangga, saudara dan seagama Islam, hak tetangga yang seagama, hak tetangga yang tidak seagama. Hak-hak itu harus diberikan ketika tetangga kita membutuhkan dan hak tetangga yang beda agama jadi metode dakwah yang bijaksana. Kalau ukhuwwah basyariah itu yang mengatur hubungan dengan sesama manusia, karena memiliki hak yang sama sebagai bani Adam. Ada yang lain lagi tentang ukhuwwah wathaniyah itu untuk persaudaraan se-wilayah tanah air entah apapun agamanya karena manusia di hadapan Tuhan sangat dimuliakan (wawancara dengan K. Msl, 9 Oktober 2012). Selain itu yang mendasari pola pengembangan MA MINAT Cilacap juga adanya pola persahabatan dan kekerabatan juga ada prinsip jangan sampai ada DRAFT siswa yang karena tidak mampu membayar biaya sekolah kemudian tidak sekolah. Contoh implementasi persaudaraan selalu dilakukan rapat dengan guru-guru dan menerapkan nilai silaturahmi. Sedangkan persahabatan kita selalu mengedepankan hubungan yang sederajat dengan semua guru-guru di madrasah karena ini mencontoh Nabi berhubangan dengan umatnya tidak pernah menyebut santri tapi selalu menyebutnya dengan sahabat (artinya Nabi sangat memandang hubungan yang setara). Kemudian bentuk sosialisasi MA MINAT Cilacap dengan masyarakat contohnya ketika peringatan muharram siswa bersama warga. Satu contoh dalam kegiatan haul (ulang tahun hari wafat pendiri Ponpes Al Ihya Ulumudin) yang dilakukan oleh Ponpes Al Ihya Ulumudin termasuk MA MINAT Cilacap pernah dimeriahkan dengan barongsai bahkan diundang juga group Band seluruh Cilacap termasuk dari Yos Sudarso (agama Nasrani). Termasuk ketika akhirus sanah (ujian santri biasanya jelang ramadhan) diadakan pentas seni santri dengan berbagai macam pertunjukan. Dulu ada teman-teman dari Lampung yang memerankan tarian dari India (tidak hanya seni Islami) dan sampai sekarang masih 215 berajalan, ini didasari karena santri akan kembali ke masyarakat, sehingga kegiatan yang ada di MA MINAT Cilacap dan pesantren selalu terkait dengan masyarakat dengan tujuan juga untuk melatih kerukunan masyarakat pesantren (wawancara dengan K.Smn, 12 Juli 2012). Menurut Msy persaudaraan di dalam satu agama Islam juga didasarkan atas tauhid yang sama tanpa membedakan khilafiyah yang terjadi dalam berberbagai aliran madzhab di dalam Islam. Semua orang muslim adalah bersaudara walaupun mempunyai amaliyah yang berbeda. Persaudaraan sesama muslim dibangun atas dasar ketauhidan yang sama yaitu Tuhan yang maha esa (Allah) dan kita sebagai hambaNya yang harus tunduk dan patuh padaNya. Semua orang muslim sama dari manapun asalnya mereka. Persaudaraan muslim itu bagaikan tubuh satu. Adapun persaudaraan dengan penganut lain adalah persaudaraan atas dasar kemanusiaan dan kebangsaan (wawancara dengan Msy 18 Oktober 2012). Menurut Ihl persaudaraan antara sesama penganut agama Islam adalah merupakan keharusan karena dalam satu aqidah dan tauhid yang sama dalam DRAFT Islam. Khilafiyah tidak menjadi penghalang dalam melakukan persaudaraan dalam Islam. Persaudaraan kemanusiaan, persaudaraan sesama penganut agama adalah merupakan kewajiban sesama agama dan persaudaraan antar penganut agama lain adalah merupakan rasa saling menghormati hak dan kewajiban sebagai manusia yang bermasyarakat (wawancara dengan Ihl, 18 Oktober 2012). Persaudaraan bagi MA MINAT Cilacap merupakan bagian yang ditegakan menjadi budaya madrasah sehingga penanaman persaudaraan menjadi bagian internalisasi dalam diri anak didik. Persaudaraan membentuk kepekaan sosial dalam diri anak didik dan mengarahkan pada relasi yang baik. Penanaman sikap satu rasa, satu sepenanggungan, satu iman, budaya dsb. Memberikan contoh sikap dan perbuatan saling tenggang rasa dan kepedulian terhadap sesama, menganjurkan saling bantu-membantu 216 dengan memberikan pengertian bahwa manusia adalah sama yang membedakan adalah taqwa kita kepada yang kuasa sehingga walaupun berbeda amaliyahnya tetap harus saling hormat. Contoh: dalam hal menolong jangan sampai memandang dari hal ras, agama, bangsa kedepankan kemanusiaan (wawancara dengan Ihl 15 Oktober 2013). Hal di atas merupakan bagian dari memahami makna persaudaraan yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap. Internalisasi makna persaudaraan menjadi melembaga dan tertanam dalam diri anak sehingga pemaknaan persaudaraan di MA MINAT Cilacap tidak hanya dibatasi satu keyakinan agama tetapi juga karena aspek-aspek kemanusiaan yang lain. Bahkan pemaknaan persaudaraan di MA MINAT Cilacap juga didukung di tingkat yayasan dengan digalakkan kekeluargaan) yaitu suhbah dan qurbah (persaudaraan dan persaudaraan di luar keluarga dan persaudaraan antar keluarga (kekeluargaan). Artinya, MA MINAT Cilacap memaknai persaudaran lebih luas tidak hanya sebatas pada kekeluargaan. Suhbah merupakan DRAFT persaudaraan antara sesama manusia sedangkan qurbah merupakan bentuk persaudaraan yang diikat oleh tali kekeluargaan. 4. Makna Toleransi Toleransi menjadi sendi dalam kehidupan multikultural. Pemaknaan toleransi menurut guru pendidikan agama Islam MA MINAT Cilacap yang sebagian sebagai pengasuh pesantren lebih memiliki makna yang terbuka terhadap beberapa perbedaan yang terjadi di dalam masyarakat. Aspek-aspek penghargaan terhadap keragaman kehidupan multikultural dari sisi kemajemukan amaliyah dan madzhab dalam Islam disikapi dengan sikap toleransi. Artinya toleransi dengan pemahaman yang tidak terlalu fanatik dan tidak menyalahkan perbedaan di antara ajaran aliran madzhab dalam Islam. 217 Implikasinya dakwah dalam Islam dimaknai tidak melakukan pemaksaan kebenaran madzhab tertentu terhadap madzhab lainya. Dengan demikian, terdapat anjuran untuk berkerjasama dalam kemajemukan pemahaman dalam Islam, Islam tidak menutup kemungkinan untuk menjalin kerjasama dalam hubungan sosial. Implementasi toleransi telah dilakukan oleh MA MINAT Cilacap dan ponpes Al Ihya Ulumudin. Satu pemahaman toleransi adalah apabila sekarang banyak gerakangerakan kekerasan yang mengatasnamakan agama dengan nama salafi, yang dulu makna salafi memiliki konotasi baik dan biasanya digunakan oleh orang-orang NU (nahdaltul ulama). Dakwah tidak boleh memaksakan pemahaman aliran tertentu atas aliran yang lain di dalam Islam dan kita tidak boleh mengkafirkan orang-orang di luar Islam tetap kita santun dan kita tetap bisa mengajak bekerjasama. Bahkan dulu di MA MINAT Cilacap dan Pesantren sini (Al Ihya Ulumudin) pernah ada pertunjukan barong sai yang ini artinya kita juga telah bekerjasama dengan non Islam (Cina) (wawancara dengan kepala madrasah 11 oktober 2012). Toleransi dimaknai oleh guru MA MINAT Cilacap adalah memberikan penghargaan terhadap semua perbedaan yang ada di dalam intern umat Islam DRAFT serta memberikan kesempatan untuk menjalankan amalan sesuai dengan pemahaman madzhab tertentu. Toleransi dalam hal ini adalah sikap terbuka dan mau menjalani adanya berbagai macam perbedaan amalan-amalan selain amalan kita serta memberikan kebebasan untuk menjalankan amalan masing-masing. Hal ini lebih dikenal dengan istilah tasamuh dalam Islam. Tasamuh bukan barang baru dalam Islam karena Rosulullah melaksanakan hal itu terhadap para sahabatnya yang berbeda dalam menjalankan ajaranya, contohnya adalah pelaksanaan sholat witir yang dilaksanakan oleh Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar melakasanakan sholat witir sebelum tidur sedang Umar tengah malam setelah tidur, hal ini diadukan pada rosulullah dan rosulullah menjawab semua baik. (wawancara dengan Mnr, 12Maret 2014) 218 Makna toleransi menurut guru MA MINAT Cilacap juga disandarkan pada pemahaman ayat menjadi saudara. bahwa orang Islam dalam bentuk apapun aliranya adalah Dengan demikian toleransi termasuk memberikan penghormatan atas kemajemukan pemikiran yang terjadi di dalam masyarakat. Sesuai dengan apa yang tertera dalam surah al Hujurat, ayat 10-13, dikatakan bahwasanya orang-orang yang beriman itu adalah saudara. dst…pada surat al Hujurat ayat yang ke 11 merupakan bentu konsekuensi logis dari yang terkandung dalam ayat ke 10. Konsekuensinya adalah antara orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok, orang yang mengolok-olok belum tentu lebih baik dari yang diperolok-olok. Ketika terjadi perbedaan pendapat atau amalan dalam Islam, ketika mengamalkan dari surat dan ayat ini, maka antara yang satu dengan yang lainya tidak boleh saling mengolok-olok, mengejek. Supaya bisa tercipta ukhuwah dalam Islam. Terkait dengan materi ini adalah standar kompetensi tentang memahami ayat-ayat al Qur’an dan hadis tentang toleransi dan etika pergaulan. (wawancara dengan Mjd, 17-3-2014) Toleransi memberikan kebebasan dalam memahami hasil ijtihad yang DRAFT beragam di dalam Islam. Ragam amalan ibadah dalam Islam sangat bergantung pada imam madzhab yang selanjutnya menghasilkan istimbath hukum yang majemuk. Sebatas tidak melanggar hukum madhoh maka masih dibenarkan dan toleransi menurut guru MA MINAT Cilacap dalam rangka memberikan kebebasan terhadap ritual ibadah yang berbeda. Kita menghormati dan membebaskanya mereka untuk mengamalkan syari’at sesuai dengan hasil ijtihad mereka yang penting tidak menyimpang dari aqidah Islam. Contoh ada guru di MA MINAT yang tidak membenarkan acara ritual khaul (memperingati hari wafat kiai) kita hargai itu sebagai suatu pendapat. Bahkan ketika guru ditarik iuran sebagian ada yang tidak mau, itupun kita hargai. Kita sadar bahwa dalam ibadah ghoiru mahdhoh kita sesama umat Islam bisa saling berbeda cara. Begitupun siswa banyak yang ikut ritual manaqib ( ritual pembacaan sejarah kehidupan para ulama seperti syekh Abdul Qodir Al Jaelani) itu 219 dihargai dan dibebaskan yang penting tidak mengganggu kegiatan belajarmengajar. (wawancara dengan Msy, 10-3-2014). Selain hal diatas toleransi juga dimaknai memberikan penghargaan serta kebebasan menjalankan amalan sesuai dengan pemahaman masing-masing. Toleransi juga terakumulasi dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebagai umat Islam menghargai sesama umat adalah kewajiban dan toleransi adalah prinsip dari syari’at Islam.Toleransi intern umat beragama penting sekali karena di Al qur’an juga dijelaskan bahwa bagi kami amalan kami dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada Allah tulus mengabdi seperti yang di sebutkan dalam Qs Al Baqarah 139 dan kompentensi dasar terkait termasuk persatuan dan kerukunan. (wawancara dengan Nsh, 11-3-2014). Terdapat kemajemukan amalan siswa MA MINAT Cilacap, namun tetap mendapat kebebasan walaupun hal itu tidak sesuai dengan amalan yang biasa dilakukan di MA MINAT Cilacap. Selain hal itu juga terdapat perbedaan amalan DRAFT yang ada dalam komunitas guru. Ada beragam amalan siswa kita, walaupun memang sebagian besar penganut mazhab yang sama. Beberapa siswa kita ada yang mengikuti amalan sholawat wahidiyah yang hal itu berbeda dengan kebiasaan yang ada di MA MINAT. Walaupun mereka berbeda dengan kita tetap dihargai. Contoh lain ada guru kita yang pindahan dari MAN Kroya Cilacap cara berpakaianya dengan celana cungklang (celana diatas mata kaki) dan menganut madzhab yang berbeda, namun di bisa bersosialisasi dengan baik di MA MINAT. (wawancara dengan Mrf, 10-3-2014) Toleransi menurut guru MA MINAT Cilacap dimaknai sebagai dasar dalam pelaksanaan dakwah Islam. Dakwah dilakukan dengan cara bijaksana tanpa melakukan pemaksaan terhadap pemahaman yang berbeda. Toleransi dalam berdakwah tidak menimbulkan konflik. 220 Toleransi mendasari dakwah Islam yaitu dengan cara bijaksana bukan cara kekerasan bahkan Islam memperbolehkan kerja sama dengan orang di luar Islam. Sebetulnya kalau gerakan-gerakan yang mengatasnamakan agama biasanya pengikutnya adalah orang-orang yang memiliki pemahaman yang dangkal sehingga mudah didoktrin dengan pemahaman-pemahaman keliru, dan hal itu merupakan bagian pemaksaan terhadap orang (Wawancara dengan IH, 15 Oktober 2012). Sedangkan menurut MS, beliau sebagai kiai dan guru MA MINAT Cilacap memiliki latar belakang pendidikan pesantren. Kalau orang pesantren (menunjuk ponpes Al Ihya Ulumudin) memandang tasamuh (toleransi) sangat menjunjung tinggi. Toleransi menjadi anjuran dalam membangun hubungan sesama manusia serta dalam kehidupan multikultur. Tasamuh terhadap pemeluk agama lain dengan cara membiarkan mereka yang penting tidak mengganggu dan tetap kita pada keyakinan sendiri. Ya...diam bukan berarti menyetujui terhadap agama mereka dan bukan berarti ijma’ sukuti (diam bukan berarti menyetujui). Orang di luar Islam tidak boleh dimusuhi asal mereka tidak memusuhi kita, kecuali kafir harbi (kafir yang memusuhi Islam). Tasamuh (toleransi) membuat suasana kondusif dalam masyarakat. Prinsipnya kita jangan memusuhi mereka karena akan terjadi sebaliknya. Justru dengan tasamuh (toleransi) akan mengangkat agama Islam. Sebagai contoh dapat mengambil dari dakwah Nabi di Madinah yang waktu itu menghadapi berbagai macam golongan masyarakat. Setelah Nabi berhasil di Madinah barulah beliau mengirimkan utusan untuk dakwah di Mekkah (wawancara dengan K.Msl, 9 Oktober 2012). DRAFT Hal ini didukung juga konsep tawazun yang dilakukan oleh yayasan YaBakii. Tawazun yang diharapkan oleh pendiri YaBakii (MA MINAT Cilacap salah satu lembaga pendidikan di bawah YaBakii). Tawazun mengarahkan sikap keseimbangan antara hubungan sesama manusia dan dengan sang khalik. bahwa semua yang dilakukan di yayasan tersebut adalah seimbang antara aspek dunia dan akhirat sehingga perlu mendukung perlakuan adil karena itu justru akan dihormati oleh agama lain juga dan bagian dari dakwah. Islam termasuk orang-orang yang menggunakan dakwah dengan tiga cara yaitu mauidah, mujadalah, hikmah. Dakwah dengan mauidah dengan cara 221 ngomongi (menasehati) atau membujuk, tapi kalau mujadalah dengan dialog dengan cara hikmah, metode ini sama seperti para wali menaklukan raja kafir(wawancara dengan K.Msl 9 Oktober 2012). Dakwah wajib dilakukan tetapi jika orang lain supaya ikut dengan itu yang tidak wajib. Sedangkan pengertian jihad (sekarang) menurut orang pesantren yaitu apa saja yang diperjalankan dalam kebenaran termasuk peningkatan ekonomi itu juga jihad. itu jihad, Jihad waktu jaman nabi memang harus perang karena Islam hadir dalam masyarakat yang memusuhi Islam. Islam sangat mengedepankan tentang memuliakan manusia, bahwa manusia harus dihormati entah apapun agamanya karena hak-hak kemanusiaan hak-hak tersebut ada dua yaitu: hak untuk menghormati agama yang berbeda (perbedaan) dan menghormati kemasyarakatan. Islam sangat menganjurkan tentang keadilan yang prinsipnya keseimbangan, kalau persaudaraan ada tiga hal orang diluar Islam tidak boleh dimusuhi kecuali orang diluar Islam yang memusuhi kita. (wawancara dengan K.Nsr tgl 3 Nopember 2012). DRAFT Perilaku toleransi di MA MINAT Cilacap juga didasarkan pada pemikiran Al Ghazali. Selain itu Islam sebagai rahmatan lil ’alamin sehingga Islam menjadi selamat karena mengikuti sunah dan menjadi rahmat bagi alam. Islam tidak membenarkan tindakan mengkafirkan orang lain, namun toleransi lebih diutamakan. Jadi Islam semestinya tidak menyakitkan orang lain, meskipun orang Islam tidak mengerjakan syariat Islam adalah salah, tetapi tidak boleh memusuhi termasuk mengkafirkan orang diluar Islam meskipun orang abangan tetapi tetap kita santuni sebagai hubungan sesama tidak dapat dipisahkan. Hubungan kemanusiaan tetap harus dijaga walaupun beda amaliyahnya. Contoh hubungan dengan lain agama yang pernah dilakukan MA MINAT Cilacap dan ponpes Al Ihya Ulumudin melakukan hubungan baik dengan Cina, mereka selalu dengan suka rela membantu kegiatan ponpes termasuk MA MINAT Cilacap dan merasa handarbeni (memiliki). Bahkan pernah ada pertunjukan barong sai di MA MINAT Cilacap dan ponpes bahkan tanah yang digunakan oleh MA MINAT Cilacap sebagian ada yang 222 dulunya sebagai hak guna pakai orang Cina Kesugihan Cilacap (wawancara dengan K.Lmr, 9 Juli 2012). Toleransi juga termasuk memberikan kesempatan terhadap yang lain, tenggang rasa, dan tolong-menolong dengan yang lain. Toleransi menerima perbedaan dengan orang lain dan tidak memaksa pembenaran madzhab tertentu. Implementasi toleransi juga perlu ditanamkan dalam proses pembelajaran. Toleransi dengan memperlakukan pendapat siswa untuk mengeluarkan pendapat, menghormati dan menghargai semua siswa. Contoh: ketika diskusi dengan siswa, walupun pendapat siswa tidak sesuai dengan yang kita harapkan tetap kita hargai. Siswa berhak bertanya, menyampaikan pendapat dan mengekspresikan dirinya, maka siswa diberi ruang melakukan hal itu, sepanjang tidak bertentangan dengan agama dan aturan madrasah. Sikap toleransi pada siswa bukan berarti memberikan kelonggaran-kelonggaran yang tidak ada manfaat bagi anak didik. Guru menghargai masukan-masukan dan pendapat dari siswa (wawancara dengan Mlm 12 Oktober 2013). Toleransi juga dimaknai tidak memberikan pemaksanaan terhadap pendapat orang lain. Sebatas pendapat-pendapat tidak menyimpang pada DRAFT normatif agama maka toleransi menjadi kelonggaran yang diberikan kepada siswa. Tidak memaksa anak didik untuk merubah pendapatnya selama tidak bertentangan dengan adalah prinsipal. Satu contoh toleransi kepada anak didik memberikan perpanjangan waktu dan remedial bagi anak yang belum mampu mengerjakan tugas (wawancara dengan Ihl 12 Oktober 2013). 5. Etika Pergaulan Etika pergaulan didasarkan pada pengembangan nilai-nilai Islam yang mendasari dalam melakukan interaksi sosial. Etika pergaulan menurut guru MA MINAT didasarkan pada sikap tawadhu’ dengan tetap menjaga hubungan kemanusiaan dan menghilangkan kesombongan. 223 Etika interaksi sosial terhadap mereka dalam hal ini adalah menghadapi mereka dengan wajah ridla tanpa menghinakan diri dan takut kepada mereka, menghormati tanpa kesombangan dan tawadhu’ tanpa kehinaan dan membuat segan mereka dengan keramahan dengan kata lain sesama muslim dalam pergaulan berpedoman pada: aku aman bagi mereka, aku bermanfaat bagi mereka dan aku menyenangkan bagi mereka. (wawancara dengan Mnr, 14-3-2014). Selain hal diatas etika pergaulan menurut guru MA MINAT Cilacap menghindari buruk sangka. Islam merupakan agama yang bisa menjadi rahmat bagi alam tanpa membeda-bedakan dan semua bentuk perbedaan dalam amalan beragama. Sebagai konsekuensi persaudaraan antara seorang mukmin dan lainya adalah saling menghormati tidak boleh saling mengolok-olok walaupun terjadi perbedaan antara yang satu dengan yang lainya. Tidak boleh saling berburuk sangka, sebab prasangka buruk itu merupakan mang sya’ul adawah (awal mula dari permusuhan). Bahkan Rasulullah dalam hadisnya yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah, merinci tentang kewajiban dan hak seorang muslim terhadap muslim yang lainya ada lima menjawab salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menjenguk orang sakit dan mendoakan orang yang bersin ketika menjawab hamdalah. Ketika hal tersebut diatas bisa dilakukan akan terlihat betapa indahnya etika dalam Islam, sehingga akan terwujud Islam yang rahmatan lil’alamin. Materi tersebut terdapat pada kelas XII semster 2. (wawancara dengan Mjd, 10-3-2014). DRAFT Adapun dasar pergaulan sesama Islam menurut guru agama Islam MA MINAT berdasarkan bahwa sesama penganut Islam adalah saudara, sehingga terhindar dari sikap saling mengelek dan mengakafirkan amalan yang lainya. Etika pergaulan dalam muslim didasarkan bahwa semua muslim bersaudara. Pergaulan sesama muslim didasarkan pada dasar persaudaraan, kita harus saling membantu sebagaimana kita menyayangi keluarga kita. Saudara kita memang kadang bermacam-macam corak tingkah lakunya, namun 224 semuanya harus kita perlakukan sama sebagai keluarga. Silahkan bermacam-macam amalan ibadahnya asal jangan melakukan pelanggaran etika beragama. Jangan suka saling melempar tuduh apalagi sampai mengkafirkan sesama muslim. (wawancara dengan Msy, 11 Maret 2014). Pergaulan dalam Islam juga dalam rangka menghindari semua bentuk pertikaian dengan menghindari sikap mengadu domba. Pergaulan juga tetap mengedepankan penghargaan terhadap kemajemukan pemikiran dan perbedaan dalam Islam. contoh guru MA MINAT ada yang memakai celana cungklang (celana yang panjangnya diatas mata kaki) itu tidak masalah, karena itu cara mereka berpakaian. Silahkan cara berpakaian apa saja yang penting tidak lepas dari ketentuan Islam yaitu menutup aurat dan tidak menyerupai perempuan. Yang penting kita harus tetap saling tegur sapa sesama muslim, siapapun dia. Jangan sampai kita terjebak bertikai sesama muslim. Kelemahan kita adalah mudah diadu domba dengan sesama muslim sehingga runtuh Islam. (wawancara dengan Msy, 10 Maert 2014) Etika pergaulan didasarkan pada pengembangan sikap menghormati, DRAFT menghargai, kerjasama dan tolong-menolong dan menghilangkan deskriminasi antara amalan yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi penting karena dalam kehidupan sehari-hari terdapat perbedaan. Dalam kehidupan sehari-hari kita biasa melihat orang melakukan sesuatu yang berbeda dengan kita dalam hal ibadah meskipun sesama orang Islam. Sebagai muslim yang baik, kita menghormati apa yang mereka lakukan selama masih sesuai dengan syari’at Islam. Kita tidak boleh memilih-milih dalam berteman kecuali kita tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. Dalam kegiatan belajar mengajar ketika salah satu siswa kita ada yang berbeda dalam hal ibadah tetapi itu masih sesuai dengan ajaran Islam, kita harus tetap berbaik hati dan bergaul dengan mereka dan mengajarkan ke peserta didik bahwa kita tidak boleh mendeskripsikan teman hanya karena mereka berbeda dalam hal ibadah. Contohnya ketika kita sholat subuh qunut , teman kita tidak qunut. (wawancara dengan Mph, 12-3-2014) 225 Pendidikan multikultural dalam perspektif guru Pendidikan Agama Islam yang sekaligus sebagai kiai di MA MINAT Cilacap dimaknai menjadi beberapa varian. Pemaknaan tersebut juga tidak dilepas karena didasari dengan adanya paradigma keilmuan yang dimiliki oleh guru sekaligus sebagai kiai yang ada didalam MA MINAT Cilacap. Paradigma filosofis dari kajian literatur Islam seperti pemikiran Al Ghazali membentuk mind set pemikiran guru Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Dasar filosofis yang lebih humanis membentuk pemaknaan agama yang lebih memahami keberagaman. Gerakan-gerakan anarkis yang mengatasnamakan agama menjadi bertentangan dengan nilai-nilai kebebasan, keragaman kultur maupun keragaman pemikiran. Munculnya gerakan-gerakan kekerasan mengatasnamakan agama dimungkinkan karena pemahaman yang parsial, sebagaimana dinyatakan oleh MF (kepala madrasah). DRAFT Munculnya gerakan yang mengatasnamakan agama menurut MF (kepala madrasah) merupakan pemaknaan yang sepotong terhadap teks Qur’an dan Hadis sehingga mereka memaknai jihad adalah identik dengan perang. Sebenarnya Islam itu sendiri tidak mengajarkan kekerasan dalam dakwah. Dakwah wajib dilakukan tetapi hidayah menjadi hak prerogatif Allah SWT. Kita hanya dapat mendakwahkan Islam tanpa harus melakukan penekanan dan memusuhi orang yang belum masuk Islam. Sehingga memaknai Jihad seperti itu adalah salah (wawancara kepala madrasah 11 Oktober 2012). Konsep pluralisme sebagai dasar bagi etika dalam pergaulan. Pluralisme pada umumnya belum menjadi pemahaman yang integral sebagaimana jihad tidak dimaknai sempit dalam melakukan pemaksaan ideologi agama terhadap masyarakat. Jihad lebih memiliki makna untuk melakukan kegiatan yang menjadi ridla Allah adalah bagian dari jihad, sehingga tidak berkonotasi 226 dengan perang. Keyakinan terhadap agama adalah sepenuhnya menjadi hak Allah Swt. atas umat. Dengan demikian, melakukan pemaksaan keyakinan agama menjadi tidak benar, namun yang wajib adalah dalam rangka menyampaikan keyakinan agama. Maraknya gerakan agama yang bersifat radikal adalah salah satu efek atas pemaknaan agama yang tidak menyeluruh. Mereka memahami agama hanya sepotong-potong yang akan berakibat merusak Islam dan menghambat kebesaran Islam adalah orang Islam sendiri. Dengan demikian, dapat diambil benang merah bahwa Islam sangat menjunjung kebebasan dalam hal aqidah dan tidak melakukan bentuk pemaksaan ideologi agama, hal ini berimplikasi pada pembentukan etika dalam berdakwah hingga pada pemaknaan jihad. Dakwah menurut guru MA MINAT Cilacap adalah: DRAFT dakwah yang harus dilakukan tidak ada paksaan dalam hal beragama dan toleransi tetap harus dijunjung tinggi. Tidak boleh memusuhi agama diluar Islam, kecuali jika dimusuhi baru diperbolehkan dengan jalan kekerasan. Bahkan di dalam Al qur’an jelas disebutkan bahwa sesama manusia harus menghormati orang-orang kafir, bekerja sama dengan mereka tentang halhal keduniaan diperbolehkan sehingga jihad dimaknai tidak harus dengan perang tetapi merupakan jalan menuju keridlaan Allah Swt. (wawancara IH 15 Oktober 2012). Kutipan data tersebut dapat diperoleh deskripsi bahwa hakikatnya etika dakwah tidak dibenarkan dalam melakukan pemaksaan atas ideologi agama tertentu terhadap penganut agama lain. Pengakuan akan kebenaran Islam semestinya diperoleh dengan kesadaran yang timbul dalam diri seseorang sehingga menjadi pemaknaan yang sangat keliru jika dakwah berimplikasi pada gerakan jihad. Islam menjunjung tinggi etika persaudaraan, bahkan larangan 227 untuk melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain. Konsep humanis dengan penghargaan hak-hak kemanusiaan melintasi sekat-sekat agama, hanyalah teologi yang sangat mendasar yang tidak dapat digoyahkan dengan kebenaran-kebenaran lain. Ajaran hidup dalam keadaan damai sangat dianjurkan oleh Islam. Namun tindak kekerasan diperbolehkan ketika hal tersebut sudah dipandang memaksa yaitu merupakan sikap membela diri. Dengan demikian, anjuran terhadap pola kehidupan yang harmonis menjadi penting selanjutnya jihad memiliki makna sebagai upaya mencapai jalan menuju pada keridloaan Allah. Senada dengan responden sebelumnya bahwa makna pluralisme beragama berpangkal dari pemaknaan jihad bukan sebagai bentuk kekerasan dan penindasan. Jadi perbedaan tidak sampai menghalangi etika pergaulan. Pemaknaan jihad bukan berarti terlalu keras menyalahkan orang lain, apalagi pandangan bahwa yang tidak sepaham adalah salah (wawancara Nh, 17 Oktober 2012). Makna pluralisme beragama menurut guru MA MINAT Cilacap adalah tidak melakukan pemaksaan dalam dakwah agama sehingga menganut agama tertentu menjadi hak setiap individu tanpa dipaksa menganut Islam. Bentukbentuk DRAFT dakwah memaksa untuk memasuki agama tertentu menjadi bertentangan hak azasi. Perlakuan jihad untuk memerangi agama lain dan dakwah memaksakan keyakinan agama, menurut guru MA MINAT Cilacap bertentangan dengan pemahaman pluralisme beragama dan sikap humanis dan demokratis. Praktik Pendidikan Agama Islam yang humanis dan demokratis dilakukan dalam pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. Etika pergaulan membuka jalan damai dan kultur akademis yang kondusif, sehingga dengan demikian akan terbentuk pemberdayaan siswa. Penanaman sikap humanis dan demokratis menjadi bagian dalam pilar pendidikan 228 multikultural. Sikap humanis dan demokratis dalam proses pembelajaran dapat dilakukan lebih terbuka dalam perbedaan termasuk keragaman agama. Sikap untuk dialog intern maupun ekstern umat beragama bahkan apapun agamanya diperbolehkan dan disini (ponpes dan MA MINAT Cilacap) misalnya ada bantuan berupa fisik diperbolehkan sekalipun untuk pembuatan masjid (tidak fanatik). Dulu pernah alamarhum mbah Badawi (pendiri ponpes dan MA MINAT Cilacap) memerintahkan romo Chasbullah (putranya) untuk menghadiri kampanye partai komunis Indonesia /PKI (memiliki toleransi tinggi, tidak tertutup pada satu paham sehingga lebih bersifat fleksibel). Bahkan pencuri sekalipun dibina tidak langsung dicaci maki, beliau (alm KH.Badawi) memberikan contoh-contoh yang lebih humanis. Mbah Badawi pengagum Al Ghazali (tokoh ulama besar dan filsuf pada abad pertengahan) dan kini para kiai di sini mengajari kita pada hal yang lebih humanis. Dalam karya Al Ghazali ada etika dakwah contohnya jika dakwah menimbulkan konflik maka tidak usah dakwah, prinsip dakwah tidak merusak tatanan yang sudah ada. Pada dasarnya Islam yang berkembang saat itu adalah Islam yang dipahami oleh Imam Al Ghazali. Jadi mbah (Romo Chasbullah) mengatur pesantren termasuk lembaga pendidikan formal dibawahnya seperti MA MINAT Cilacap tidak hanya top figur berasal dari kebersaman dan kesamaan hak. Contohnya dulu diadakan MINAT Sore (materi pendukung muatan studi keIslaman bagi MA MINAT Cilacap dan Ponpes Al Ihya Ulumudin) sekarang diganti dengan MINAT malam supaya semua bisa menyesuaikan waktu dan pembelajaran di ponpes Al Ihya Ulumudin juga didasarkan dengan memperhatikan umur, jadi mbah sangat memberikan peluang yang sama antara sekolah dan pesantren (wawancara dengan K.Smn, 12 Juli 2012). DRAFT Internalisasi etika pergaulan yang dilakukan di MA MINAT Cilacap dengan melakukan aktifitas antara lain: melakukan dialog antar intern umat beragama. Sikap yang lebih terbuka terhadap beberapa perbedaan amaliyah. Dengan demikian, tidak ada unsur pemaksaan dalam melakukan dakwah. Dakwah tidak melakukan perubahan tatanan kemasyarakatan yang sudah mapan. Dakwah dalam Islam disikapi dengan lebih demokratis dengan tetap mempertimbangkan unsur-unsur kemanusiaan yaitu tidak memaksakan hak-hak azasi manusia dalam kebebasan beragama. Perlakuan yang dikembangkan juga 229 tetap menghilangkan unsur-unsur kedaerahan dan menghilangkan sekat-sekat perbedaan. Etika pergaulan yang dikembangkan MA MINAT Cilacap dieksplorasi dari nilai-nilai keIslam yang telah menjadi misi institusi seperti adil, zuhud, qana’ah, dan menghindari sifat ananiyah serta namimah. Pengembangan etika pergaulan terhadap sesama penganut agama dan lain agama adalah dimaknai saling menghargai, menghormati, tidak memaksakan agama kita kepada orang lain, menghormati perbedaan tidak ada paksaan, tidak pernah memaksa agama kita ke orang lain yang berbeda agama. (wawancara dengan Snr 12 Oktober 2013) Etika pergaulan menurut guru MA MINAT Cilacap dengan sesama agama adalah pergaulan atas dasar ketauhidan yang sama oleh karena itu pergaulan didasarkan atas ketundukan dan kepatuhan terhadap Tuhan yang sama. Pergaulan dengan penganut agama lain didasarkan atas dasar kemanusiaan dan kebangsaan, maka pergaulan adalah didasarkan pada saling tolong-menolong sesama manusia dan saling menghargai agama masing-masing DRAFT Etika pergaulan intern atau antara agama dan lainya memang beda-beda. Namun dalam hal sikap dan perwujudanya yang riil menjadi berarti dalam pergaulan harus saling menjaga dan menghormati, tidak mempersalahkan perbedaan. Etika pergaulan sesama agama adalah kita sesuaikan dengan madhzab masing-masing yang dianut, untuk lain agama memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi. (wawancara dengan Ihl 12 Oktober 2013). Etika pergaulan guru MA MINAT Cilacap kepada anak didik dilakukan dengan menyapa dan memberikan salam ketika bertemu, saling menghormati dan menghargai terhadap siapa pun. Siswa satu dengan yang lain tidak melakukan cemooh tapi harus saling menghargai. Harus disadari bahwa tidak ada orang yang sempurna, masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Mencemooh berarti sombong karena tidak menyadari bahwa pada dirinyapun ada kekurangan. Etika yang baik terhadap sesama, saling menjaga perasaan satu sama lain, 230 mejaga sikap saling menghormati, mengajarkan tata krama (wawancara dengan Mas 12 Oktober 2013). Etika pergaulan memberikan pengertian tentang etika pergaulan baik sesama penganut agama maupun dengan penganut agama lain, sesuai dengan etika agama yang kami anut. Contoh: boleh bergaul dengan siapapun tetapi harus kuat peganggan terhadap aturan agama. E. Makna Multikultural menurut Siswa MA MINAT Cilacap Makna multikultural menurut siswa MA Minat Cilacap dapat dibedakan menjadi makna: persamaan hak, adil, persaudaraan, toleransi, dan etika pergaulan. 1. Persamaan Hak Visi dan misi institusi turut mempengaruhi sikap personel madrasah. Visi institusi yang responsif terhadap pendidikan multikultural membentuk pola DRAFT pikir dan kepribadian siswa lebih menghargai hak-hak orang lain. Penanaman nilai-nilai multikultural dilakukan pertama oleh guru selanjutnya ditransformasikan kepada anak didik. Proses transformasi dapat dilakukan melalui proses interaksi antara guru dan siswa dalam aktivitas pendidikan. Persamaan hak bagi masyarakat dapat mengurangi konflik yang terjadi dalam masyarakat. Nilai persamaan hak menurut perspektif salah satu siswa bahwa persamaan hak menurut NF siswa yang berasal dari Palembang, desa Mekar Sari, Kab. Banyu Asin Sumatra Selatan adalah hikmah. dalam rangka menghargai perbedaan budaya yang ada dan dari perbedaan yang ada akan menjadikan kita lebih baik. Perbedaan yang ada dalam 231 pergaulan dengan teman-teman di MA MINAT Cilacap dengan daerahnya adalah tentang cara berpakaian, contohnya kalau di sini (MA MINAT Cilacap) berjilbab sudah menjadi kewajiban (wawancara dengan NF, 17 Oktober 2012). Sedangkan nilai-nilai persamaan hak adalah diartikan bahwa perbedaan akan memberikan dampak positif. Persamaan hak menurut SS Siswa yang berasal dari Bengkulu, desa Wonosobo, Kab. Muko-muko adalah ada hikmah di balik adanya perbedaan, bahwa semakin tahu banyak perbedaan akan menjadikan banyak pengalaman. Jadi walaupun ada perbedaan tetapi bukan menjadikan perpecahan. Perbedaan kultur siswa tetap harus ada perlakuan yang sama antara ras termasuk di MA MINAT Cilacap yang banyak siswanya dari luar Jawa. (wawancara dengan SS, 11 Oktober 2012). Realitas perbedaan membawa konsekuensi terhadap sikap yang lebih terbuka pada kehidupan yang majemuk. Latar belakang tiap siswa dari daerah membawa ragam sosial kemasyarakatan yang berbeda pula yaitu antara lain gaya hidup, bahasa, dan pranata sosial. Kondisi tersebut membutuhkan sikap positif DRAFT sehingga diperlukan pemberdayaan siswa melalui pendidikan multikultural. Perbedaan kultur daerah turut membawa kompetensi kultural siswa. Menurut TF siswa dari Bengkulu, desa Sari Makmur, Kec. Air Dikit Kab. Muko-Muko, Banyaknya perbedaan antara daerah asal dengan keadaan sosial masyarakat serta pergaulan remaja yang ada di MA MINAT Cilacap harus dikembangkan persamaan hak. Menurut LM siswa dari Riau, desa Banten Tengah, Kec.Banten, Kab.Bengkalis, ada banyak perbedaan dalam cara pergaulan di MA MINAT Cilacap. Dalam pergaulan di sini (MA MINAT Cilacap) karena dari banyak latar belakang siswa yang berbeda daerah sehingga sifatnya berbeda-beda. Sebetulnya semuanya memiliki kebaikan masing-masing, dan baik itu bergantung pada pandangan masing-masing. Hikmah perbedaan yang ada adalah mencari yang baik dan tidak. Banyak dampak 232 baik yang didapatkan. Persamaan hak menurutnya adalah termasuk hak untuk hidup dan berpendapat sudah ada. (wawancara dengan LM, 12 Oktober 2012). Terdapat dampak positif yang yang ditimbulkan dari perbedaan yaitu dapat memperkaya wacana yang diperoleh siswa. Sehingga tidak dibenarkan dominasi satu kelompok terhadap kelompok tertentu. Sedangkan menurut Er, siswa berasal dari Bengkulu, Desa Sido Mulyo, Kec. Penarik Raya, Kab. Muko-Muko, ketika beradaptasi, dia merasakan di MA MINAT Cilacap cara berbicara berbeda-beda dengan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa sebagai alat untuk komunikasi, semua bahasa baik karena tergantung daerahnya masing-masing. Sedangkan tentang persamaan hak adalah tidak boleh ada perbedaan hak antara orang Jawa dan luar Jawa. (Wawancara dengan Er, 12 Oktober 2012). Penghargaan atas keragaman bahasa menjadi salah satu kompetensi kultural sebagai bagian dari implementasi pendidikan multikultural. Persamaan hak menurut Er mengarah pada pemberian hak yang sama terhadap realita yang ada, seperti perbedaan bahasa harus dihormati, tanpa sikap menghormati DRAFT terhadap perbedaan, maka persamaan hak tidak akan terjadi. Menurut MS siswa yang berasal dari Padang desa Tanjung Makamur, kec Lemang Silaut, Kab Pesisir Selatan. Sumatra Barat, ada perbedaan antara orang sana (daerahnya) dengan orang sini (teman-teman di MA MINAT Cilacap) terutama dari bahasanya, dan yang lainya dalam makanan, cara hidupnya juga beda. Tetapi perbedaan itu malah (bahkan) jadi baik. Sedang sikapnya tentang latar belakang siswa yang berbeda adalah harus ada kesamaan hak dalam belajar (wawancara dengan Msl, 15 Oktober 2012). Makna multikultural menurut Msl di atas adalah dalam kehidupan yang serba majemuk didasarkan pada persamaan hak dan keadilan termasuk adanya latar belakang siswa yang berbeda, dengan demikian pendidikan membantu pemberdayaan siswa. 233 Sedangkan menurut An yang berasal dari Papua Barat,desa Hargo Sigi Merdi, Kec. Teluk Bintun, Kab.Manokwari menganggap perbedaan yang ada antara orang sana dan sini adalah dari segi fisik, dan sikap. Namun, orang Papua Barat dalam pergaulan lebih akrab dibandingkan orang Jawa. Sedangkan makna persamaan hak menurutnya tidak boleh melakukan ketidakadilan walaupun terhadap siswa yang berbeda bahasa (Wawancara, 2 Oktober 2012). An memaknai multikutural dengan menghilangkan diskriminasi karena perbedaan bahasa. Kultur siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari berbagai daerah menjadikan siswa memiliki beragam bahasa daerah. Hal tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan membekali siswa dengan kompetensi kultural, sehingga siswa dapat melakukan adaptasi dalam berbagai kondisi masyarakat. Sedangkan persamaan hak menurut Kf yang berasal dari Palembang, desa Mekar Sari, Kabupaten Banyu Asin, Sumatra Selatan, menurutnya ketika beradaptasi di MA MINAT Cilacap dia merasakan ada perbedaan tentang ekonomi maupun pergaulan. Di daerahnya pergaulan lebih bebas, tetapi kalau di sini pergaulan lebih terikat (ada aturan-aturan yang mengikat). Sedangkan sikapnya tentang persamaan hak adalah tidak boleh membedakan antara orang Sumatra Selatan dan Jawa (wawancara,8 Oktober 2012). DRAFT Bentuk persamaan hak dapat dikembangkan dalam melerai konflik yang terjadi dalam masyarakat dan MA MINAT Cilacap sebagai lembaga pendidikan turut berperan aktif dalam membentuk kompetensi multikultural. Persamaan hak di antara masyarakat yang berbeda budaya walaupun perbedaan budaya tetapi mempunyai persamaan hak, di antaranya hak mengemukakan pendapat, hak hidup, hak saling menghormati, dan menghargai. Hak semua masyarakat sama saja walaupun budaya mereka banyak yang berbeda tetapi hak mereka tetap sama (wawancara dengan Iwn 12 Oktober 2013). Hak mengembangkan potensi diri semestinya diberikan oleh semua siswa meskipun berbeda budaya. Walaupun berbeda budaya tetapi kita tetap sesama 234 umat dan sesama mahluk Tuhan yang maha esa. Hak semua masyarakat adalah sama saja walaupun budaya mereka berbeda-beda. (wawancara dengan Agh 12 Oktober 2013), Semua orang mempunyai hak yang sama sebagai masyarakat walaupun berbeda budaya dan saling melengkapi antara si A dan si B, tidak saling ejek-mengejek karena akan menimbulkan rasa dendam, dengan dendam semua perbuatan bisa dilakukan (wawancara dengan Shd 12 Oktober 2013). Hak di antara masyarakat yang berbeda budaya ialah tidak menjadi masalah justru hal tersebut bisa mengetahui budaya mereka dan hak di antara mereka. Sebenarnya orang yang berbeda budaya memiliki hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat tetapi orang tersebut tidak mengetahui atau menyadari hak tersebut (wawancara dengan Mst 12 Oktober 2013). Menurut siswa MA MINAT setiap hak masyarakat adalah sama karena DRAFT setiap manusia mempunyai hak asasi yang sama, namun terkadang budaya yang berbeda membuat permasalahan diantara masyarakat tersebut. Setiap masyarakat pasti memiliki budaya yang ciri khasnya tentu berbedabeda untuk menjaga hak mereka. Maka antara masyarakat yang satu dengan lainya haruslah saling menghargai dan menghormati sehingga akan terwujud persatuan dan kedamaian, tidak terjadi perpecahan. Persatuan dan kedamaian, tidak terjadi perpecahan, serta terjaganya budaya tersebut karena apabila terabaikan maka akan ada perpecahan (Wawancara dengan Mds16 Oktober 2013). Seharusnya diantara tidak saling membeda-bedakan antara budaya karena Indonesia dalam bingkai negara Bhineka Tunggal Ika meskipun berbeda budaya tapi tetap satu. Persamaan hak didalamnya terdapat hak diantara masyarakat yang berbeda pemahaman tentang Islam. Persamaan hak adalah 235 adanya hak yang disamakan meskipun berbeda budaya antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain setiap manusia terlahir dalam keadaan yang berbeda-beda dan mempunyai hak asazi. Setiap manusia mempunyai hak yang sama, jika kita berada di daerah yang lain kita harus menghargai hak-hak orang lain. Persamaan hak di antara masyarakat yang berbeda budaya adalah suatu hal yang diharuskan karena pada dasarnya semua manusia sama yang membedakan hanyalah amal perbuatan dan takwanya kepada Allah Swt.(Wawancara dengan Asl 16 Oktober 2013). Masyarakat yang berbeda budaya bisa terjadi konflik, tetapi bisa diatasi walaupun budaya berbeda-beda dengan cara toleransi dengan sesama. Walaupun berbeda budaya seharusnya tidak membeda-bedakan budaya setiap manusia mempunyai hak sama. Semua masyarakat mempunyai hak untuk hidup dan belajar, apalagi kita disini memang untuk mencari ilmu supaya ilmu yang didapat disini (MA MINAT Cilacap) dan ditempat lain jadi satukan. DRAFT Dengan Bhinneka tunggal ika, Alhamdulillah mendapatkan hak yang sama dengan orang di Jawa. Budaya Jambi lebih memiliki sifat yang keras tetapi jika di Jawa sifat lebih halus. Sebenarnya orang yang di luar Jawa (Sumatera) kebanyakan penduduk asli Jawa, karena di daerah Jawa semakin banyak penduduk maka banyak yang transmigrasi di luar untuk mencari kehidupan yang lebih nyaman dan berpenghasilan mudah tetapi setelah saya rasakan hidup di Jambi dibanding Jawa lebih enak di Jawa karena sifat yang lembut membuat diri seseorang lebih enak dan cepat bisa beradaptasi dengan teman-teman yang lain. Dengan perbedaan yang terjadi di masyarakat maka diperlukan persamaan hak sehingga tidak jadi perpecahan (wawancara dengan Lls 16 September 2013). Sebagai orang Jambi penganut budaya Melayu dan orang Melayu memiliki kata-kata dan sifat keras setelah berada di Jawa, mayoritas budaya Jawa lembut maka membuat saya mengikuti budaya tersebut. Kultur di MA MINAT Cilacap walaupun banyak perbedaan bahasa dan budaya tetapi semua 236 saling menghargai persamaan hak termasuk dalam segala hal (wawancara dengan Mnn 16 September 2013). Semua daerah pasti mempunyai budaya yang sangat berbeda-beda antara daerah yang satu dengan yang lainya dan seharusnya tidak boleh membedakan antara budaya daerah yang satu dengan yang lainya seperti halnya Bhinneka tunggal ika berbeda-beda tetapi tetap satu. Sesama manusia cuma berbeda budaya, persamaan hak hidup untuk bekerja sama, saling menyayangi menghargai. (wawancara dengan Kkp 16 September 2013). 2. Makna Adil Adil menurut siswa apabila ada persamaan hak diantara siswa dari berbagai daerah sebagaimana pernyataan MA (nama samaran siswa) berasal dari Papua Barat, desa Hargo Sigi Merdi, Kec. Teluk Bintun. Kab. Manokwari. DRAFT Menurutnya tentang keadilan adalah semua memiliki hak yang sama dalam bidang keadilan, karena orang luar Jawa banyak menuntut ilmu di Jawa maka pemerintah harus memperhatikanya. (Wawancara tgl 5 Oktober 2012). Hal diatas senada dengan pernyataan LZ, dia berasal dari Palembang, Sumatra Selatan, persamaan hak adalah persamaan dalam bersaing. Perlakuan adil adalah setara antara siswa dari Jawa maupun luar Jawa (Wawancara tgl 5 Oktober 2012). Adil juga dimaknai tidak ada diskriminasi di antara etnis yang ada di antara latar belakang siswa. Makna adil menurut Py, berasal dari Kalimantan Barat, desa Air Durian Jaya, Ketapang, ada beberapa perbedaan yang dirasakan ketika beradaptasi di MA MINAT Cilacap yaitu cara pergaulan 237 berbeda dan pola hidup berbeda pula, artinya tidak boleh membedakan etnis (wawancara tgl 5 Oktober 2012). Hal tersebut juga senada dengan pernyataan BD (nama samaran siswa) dia berasal dari Lampung, desa Sumber Agung, Kec. Ambarawa. Kab. Pring Sewu, pergaulan sama cuma kalau di sini (MA MINAT Cilacap) komunitas Jawa, bahasa jauh lebih keras. Kalau adil ya mestinya tidak boleh ada perbedaan antara beberapa ras maupun etnis. (wawancara tgl 5 Oktober 2012). Perilaku adil yaitu tidak memihak dan berat sebelah kepada seseorang jika ada dua orang yang diadili. Perlakuan harus sama rata kepada orang yang diadili dan tidak main hakim sendiri. Adil adalah suatu hal yang sangat berarti bagi siswa, karena dengan adil bisa hidup damai. Larangan menilai seseorang atau suatu hal dengan cara ketidakadilan. Satu contoh memberikan perilaku yang sangat berimbang satu contoh jika ada kawan yang berkelahi kita harus menghentikanya dan kita harus DRAFT berbuat adil mana yang salah dan mana yang benar. Perlakuan adil yaitu tidak membeda-bedakan antara masyarakat yang kurang mampu dengan yang kaya. (wawancara dengan Shd, 16 Oktober 2013). Perlakuan adil bergantung pada yang benar dan salah serta perlakuan adil yaitu memberikan pembelaan pada yang benar. Berperilaku adil adalah tidak memberikan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perlakuan adil yaitu hukum atau adat-istiadat dalam pelaksanaanya harus sama dan tidak membedakan antara pejabat dengan bukan pejabat jika bersalah harus sama dalam hukumanya (wawancara dengan Nrt, 12 Juni 2012). Perlakuan adil yaitu tidak membeda-bedakan antara si A dengan si B, dalam arti merata, tidak memihak ke satu pihak tetapi memperlakukan dengan cara yang merata sesuai dengan keadaan pihak yang bersangkutan dan 238 kebutuhan yang sesuai yang dibutuhkan oleh yang bersangkutan. Adil adalah memperlakukan semuanya secara seimbang tidak saling memilih karena manusia sama hanya ketakwaan yang membedakan dan itupun hanya Allah yang tahu (wawancara dengan Mth 15 Oktober 2012). Adil adalah seimbang dalam berbagi sesuatu namun perlu disesuaikan kondisi. Adil itu tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lain sehingga tidak ada diskriminasi. Perlakuan adil adalah tidak saling membeda-bedakan terhadap satu sama lainya. Sifat adil harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka makna adil tersebut adalah tidak membedakan antara yang kaya dan miskin (wawancara dengan Syd 15 Oktober 2012). Adil menurut siswa MA MINAT Cilacap juga diartikan sebagai pembagian yang sama rata tanpa memandang segi perbedaan agama, suku maupun bahasa. Perlakuan adil harus ditegakkan dan dijunjung tinggi, tidak membeda-bedakan dan semua sama dalam arti kita bisa adil sesama manusia walaupun ada keterkaitannya dengan perbedaan daerah maupun budaya serta DRAFT bahasa yang berbeda secara makna adil. Perlakuan adil ialah tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lain. Tidak membeda-bedakan termasuk anti terhadap daerah lain.,Adil harus bisa menghargai semua perbedaan dan tidak boleh pilih kasih. Tidak memihak pada salah satu orang tetapi memperlakukan sama kepada semua orang. Adil juga tidak memihak kepada satu orang dan memperlakukan sesuatu dengan seimbang (wawancara dengan Mnn 15 Oktober 2012). Semua orang ingin adil. Adil yaitu tidak memihak antara satu orang dengan lainya, sehingga perlu memperlakukan yang satu dengan yang lainya tidak boleh memihak dengan atau harus seimbang. Tidak membedakan Jawa dan Sumatera, tidak pilih kasih. Apabila kita mengungkapkan pendapat harus dihargai walaupun salih. Minimal punya nilai (wawancara dengan Etr 15 Oktober 2012). 239 3. Makna Toleransi Makna toleransi menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah sikap saling menghormati dan menghargai diantara sesama umat manusia, termasuk ketika berkomunikasi dengan siswa yang berbeda bahasa dan daerah menggunakan bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) merupakan bagian sikap menghormati. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dikenali oleh semua budaya, bila dipandang perlu diajarkan beberapa bahasa daerah juga untuk memahami keanekaragaman. Toleransi merupakan sikap tolong-menolong atau saling membantu. Toleransi antara siswa yang berbeda bahasa dan daerah seharusnya dalam pergaulan tidak menggunakan bahasa daerah masing-masing yang tidak dimengerti oleh orang lain. Gunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh semua orang. (wawancara dengan Iwn 15 Oktober 2012). Walaupun ada perbedaan harus saling menghormati dan menyantuni orang yang berbeda bahasa. Tidak boleh berlaku tidak adil terhadap sesama. DRAFT Perbedaan bahasa bukan berarti membatasi pergaulan antara teman, justru dengan perbedaan bahasa dapat mengarahkan sikap untuk mengerti dengan berbagai perbedaan bahasa. Makna toleransi adalah saling menghormati dalam suatu perbedaan. Saling menghormati dan bisa menyesuaikan dengan bahasa dan daerah yang lain, yang terpenting tetap menjunjung bahasa Indonesia. Ketika berbeda bahasa, saling menghormati dan menyantuni mereka yang berbeda bahasa dan daerah walaupun tidak mengetahui bahasa dan daerah mereka. Saling menghormati sesama siswa yang berbeda budaya dan daerah jika hidup di daerah orang seharusnya harus menghargai bahasa dan budaya yang ada di daerah yang kita tempati. Toleransi bermakna menghargai atau menghormati yang lebih dewasa dan menyayangi yang lebih kecil. Toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan daerah kita harus saling menghormati dan untuk mengatasinya dengan menggunkan bahasa kesatuan (wawancara dengan Nrt, 15 Oktober 2012). 240 Toleransi menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah suatu hal yang diwujudkan karena adanya suatu kebutuhan untuk menuju keserasian. Seharusnya saling memahami karena di negara Indonesia sukunya bermacammacam. Saling menghargai di antara satu dengan yang lainya harus saling menghargai dan mengerti kepada teman yang berbeda bahasa, tidak saling menghina antarbahasa justru harus dilestarikan (wawancara dengan Mth 15 Oktober 2012). Toleransi juga merupakan sikap saling menghargai dan menghormati walaupun berbeda bahasa tetapi harus saling mengerti akan keadaan yang sedang ditempati dan berusaha untuk mencari tahu akan bahasa tersebut. Toeransi juga merupakan sikap menghargai dan menghormati walaupun dengan bahasa yang berbeda (wawancara dengan Hmy, 15 Oktober 2012).. Toleransi adalah menghargai antara sesama manusia. Toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan budaya seharusnya saling menghargai dan saling mengerti agar tidak terjadi perbedaan. DRAFT Toleransi adalah menghargai dan menghormati yang lebih dewasa. Langkah yang dilakukan adalah harus beradaptasi dengan tempat yang lain daerah dan berbeda bahasa dan kita juga harus menjaga sopan santun dalam berbahasa. Dalam pergaulan di antara sesama dan lain agama harus ada toleransi. Tidak ada sifat membeda-bedakan antara penganut agama harus seimbang. Toleransi memiliki makna menghormati satu sama lain dan harus menghormati bahasa lain dan saling menghargai bahasa tersebut (wawancara dengan Syd, 15 Oktober 2012). Toleransi juga dimaknai sebagai sikap saling-menghormati dan menghargai pendapat satu sama lainya meskipun berbeda daerahnya dan agamanya. Makna toleransi adalah saling menghormati dalam perbedaan. Toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan daerah itu seharusnya saling menghormati dan belajar untuk saling mengerti. Toleransi seperti saling menghormati sesama akan mengarahkan sikap untuk mengerti dan menghargai 241 sesama manusia dengan tidak adanya konflik maupun ketidakadilan secara tidak merata (wawancara dengan Ank 15 Oktober 2012). Toleransi ialah saling menghargai dan menghormati antara sesama manusia termasuk toleransi di antara siswa yang berbeda bahasa dan budaya. Toleransi juga saling menghargai dan menghormati antara sesama manusia, tidak boleh membeda-bedakan yang satu dengan yang lain. Toleransi memberikan pengertian (wawancara dengan Nnh 15 Oktober 2012). Pengembangan sikap toleransi perlu ditanamkan sikap menghargai seseorang. Perbedaan termasuk dalam bahasa bukan salah satu alasan menghalangi toleransi kepada orang lain. Walaupun berbeda bahasa mungkin juga dapat menimbulkan konflik. Toleransi juga saling menghargai walaupun berbeda budaya atau daerah, menjalin kekeluargaan, tidak saling menghina, dan saling menghargai karena di Indonesia memiliki semboyan Bhinneka tunggal Ika. DRAFT Toleransi adalah saling menghormati antara yang satu dengan yang lainya. Sebaiknya siswa yang berbeda bahasa dan daerah harus saling bertoleransi antara bahasa dan daerah harus saling bertoleransi antara bahasa dan daerah yang satu dan yang lainya. Sebagai makhluk yang mempunyai adab harus saling menghargai, menghormati, antara Jawa dengan luar Jawa. Intinya kita harus bisa beradaptasi demi menjaga solidaritas terhadap perbedaan bahasa daerah (wawancara dengan Etr, 15 Oktober 2012). 4.Makna Persaudaran Makna persaudaraan menurut siswa MA MINAT Cilacap menjadi berbagai perspektif bergantung dari kultur daerah masing-masing. Makna persaudaran bagi sesama penganut agama adalah susah dan senang dirasakan bersama tanpa memandang perbedaan yang ada. 242 Makna persaudaraan antara sesama agama dengan saling menghormati, saling toleransi dan saling membantu jika ada sesuatu masalah. Pergaulan dengan agama lain dengan cara saling menghormati, saling toleransi, tidak merendahkan agama mereka dan tidak menganggap orang yang beda agama adalah orang yang kurang baik. (wawancara dengan Iwn 15 Oktober 2012) Persaudaraan menjadi tidak ada masalah, justru kita juga harus bersaudara dengan orang lain agama juga. Pergaulan tidak hanya sebatas dengan sesama agama saja, namun harus menghargai seseorang yang berbeda agama, harus menghormati dan menyayangi dan saling berteman dengan agama lain. Antara sesama penganut agama saling melengkapi tidak saling bertengkar antar sesama. Saling menghormati dengan agama lain dan tidak mengajak kepercayaan yang lain supaya tetap menjaga persaudaraan sebagai manusia. Seperti halnya ketika menganut agama sendiri saling berkunjung walaupun itu beda agama (wawancara dengan Asy, 15 Oktober 2012). DRAFT Pergaulan dengan sesama teman dan persaudaraan dengan agama lain diperbolehkan, namun tidak dibenarkan untuk mengikuti ajaran agama lain. Persaudaraan antara sesama penganut agama lain tidak dibolehkan mengejek kerpercayaan lain, namun kita harus menjaga persaudaraan dengan cara menghormati dan menghargai agama lain. Sesama penganut agama merupakan saudara, karena memiliki Tuhan yang sama dan menjalani aturan-aturan Tuhan yang sama sehingga terciptalah persaudaraan karena aturan agama dari seiman, karena dalam agama tidak diajarkan untuk berceria-berai. Pergaulan dengan penganut agama lain didasarkan pada masyarakat yang heterogen (Wawancara dengan Mds 15 Oktober 2012). Bentuk persaudaraan termasuk saling mengasihi antara satu dan yang lain jika ada yang terkena musibah ikut membantunya. Persaudaraan dengan penganut agama lain adalah dengan saling menyayangi berbeda agama, karena semua mempunyai hak asasi manusia yang sama. Persaudaraan sesama 243 penganut agama adalah saling menghormati untuk mengikat tali persaudaraan. Persaudaraan dengan penganut agama lain perlu dikembangkan saling bersilaturahmi agar terjadi persaudaraan. Saling kasih-mengasihi, saling menghormati, menghargai dan tidak menghina agama yang lain. Persaudaraan terhadap penganut agama yang lain tidak ada bedanya hanya saja harus menjaga etika ataupun perilaku sopan santun terhadap agama lain. Saling menghargai terhadap penganut agama dengan penganut agama lain. Dalam pergaulan di antara sesama dan lain agama harus ada toleransi. Tidak ada sifat membeda-bedakan antara penganut agama harus seimbang (wawancara dengan Edw 15 Oktober 2012). Sebagai orang muslim harus menghormati orang nonmuslim dan sebaliknya agar persaudaraan sesama bangsa tidak akan runtuh. Persaudaraan dengan sesama penganut agama harus dijaga agar tidak terpecah belah, agar tidak terputus tali silaturahmi dan untuk non muslim saya rasa sama saja hanya saja berbeda cara beribadahnya saja. Persaudaraan antara sesama penganut DRAFT agama dan penganut agama lain harus selalu dijaga untuk menciptakan suatu kondisi lingkungan masyarakat yang damai karena damai adalah indah dan harmonis (Wawancara dengan Asl, 15 Oktober 2012 ). Walaupun penganut agama berbeda-beda seperti Kristen, Islam, Katolik, dan lainya saling bertoleransi perlu mengikat tali persaudaraan. Saling mengasihi, saling menghormati, saling tolong-menolong, menghargai agama lain dan agama lain juga sebaiknya. Contohnya jika di bulan Ramadhan semua penganut agama Islam melakukan puasa sedangkan cara untuk menghargainya adalah dengan tidak makan di depan orang yang sedang berpuasa (wawancara dengan Nnh, 10 Juli 2013). Toleransi menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah dimaknai tidak membeda-bedakan antara yang berbeda agama dengan sesama agama. Tidak menghina agama lain. Harus saling sayang-menyangi tidak seharusnya membeda-bedakan. Sesama penganut agama terjalin tali persaudaraan, tidak 244 boleh saling bermusuhan dengan agama lain walaupun penganut agama berbeda tetapi kita seharusnya saling-menghormati, menghargai agama lain yang berbeda (wawancara dengan Kkp, 10 Juli 2013) Sikap saling menghargai terhadap agama lain didasarkan pada ajaran dari rasul Allah itu sama antara agama Islam dengan agama lain hanya berbeda dalam tata peribadatan. 5. Etika Pergaulan Etika pergaulan antara sesama penganut agama adalah mengikuti ramburambu ajaran agama masing-masing dalam tata pergaulan, sedangkan etika pergaulan dengan penganut agama lain adalah tidak mempengaruhi agama lain. Etika pergaulan di antara sesama agama atau beda agama harus selalu dijaga terutama sopan santun, saling menghormati satu sama lain antara umat seagama maupun berbeda agama (wawancara dengan Iwn 10 Juli 2013). DRAFT Pergaulan dengan sesama agama merupakan hal baik karena sesama makhluk Tuhan. Semua manusia bersaudara yang perlu dijaga adalah jangan sampai salah pergaulan termasuk dengan orang-orang yang tidak berpendidikan harus menghargai dan menghormati agama lain dan tidak menjelek-jelekan agamanya (wawancara dengan Agh, 10 Juli 2013). Saling menghormati atau menjaga etika dan pergaulan dengan agama yang lain. Jika menganut agama sendiri dan lainya agama semestinya pergaulan tidak terbatas dan tidak melakukan sikap membeda-bedakan agama sendiri dan agama lain sepertinya dalam bermasyarakat saling silaturahmi walaupun beda agama dapat berteman dengan orang lain yang berbeda aliran berbeda agama tapi kita tidak boleh mengikuti ajaran agama lain. (wawancara dengan Mst, 10 Juli 2013). 245 Etika pergaulan diantara sesama agama dan agama lain menurut siswa MA MINAT Cilacap adalah harus menghormati jika di antara agama ada yang sedang menjalankan ibadah. Sikap menghormati dan menghargai, karena dengan etika yang baik maka pergaulanya akan baik juga. Etika pergaulan yaitu tidak menghina antara agama satu dengan agama yang lain tentang ajaran yang dianut oleh agama masing-masing (Wawancara dengan Mds 10 Juli 2013). Saling menghormati tidak saling melecehkan dengan yang berbeda agama, mengerti dengan apa yang diyakini masing-masing dan tidak saling mempengaruhi. Etika pergaulan tidak membeda-bedakan antara sesama pemeluk beragama maupun dengan penganut agama lain, yang penting dapat menjaga diri dan jangan sampai ikut masuk atau terjerumus dalam pergaulan yang tidak benar, setidaknya bisa tahu kaidah yang baik dalam bergaul (wawancara dengan Hmy 10 Juli 2013). Etika pergaulan di antara sesama dan lain agama harus ada toleransi. Tidak ada sifat membeda-bedakan antara penganut agama harus seimbang. Sesama penganut agama harus saling menghormati dan menghargai serta saling DRAFT menjaga nama baik agama yang dianut dan memajukan hal-hal positif. Harus menghormati satu sama lain antara muslim dengan nonmuslim (wawancara dengan Syd 10 Juli 2013). Etika dalam bergaul dengan penganut agama lain harus saling menghargai dan saling menjaga agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat membuat pertengkaran antaragama, tidak diperbolehkan membedabedakan antara muslim dan non muslim ketika bergaul. Namun pergaulan didasarkan pada sifat yang baik. Harus saling menghargai antar penganut agama, intinya semboyan bhinneka tunggal ika diterpakan (Wawancara dengan Asl, 10 Juli 2013). Pergaulan di antara sesama agama lebih penting karena bisa saling mengerti dengan agama lain bertukar dalam melakukan tali persaudaran dengan pikiran secara adil. Saling menghormati memperlakukan secara 246 seimbang, tidak ada sikap yang membeda-bedakan antara sesama penganut agama dan penganut agama lain. Pergaulan sesama agama, perlakuan harus baik-baik dan menyayangi apalagi dalam satu agama, sedangkan yang lain agama pun harus harus begitu jadi tidak boleh membeda-bedakan kasih sayang terhadap sesama dan yang tidak sama agamanya. Saling menghormati satu sama lain yang mungkin berbeda agama menjadikan merasa tidak mau berteman dan bergaul dengan penganut agama lain, berteman seperti dengan sesama agama saling menyayangi (wawancara dengan Lls 10 Juli 2013). Etika pergaulan harus sesuai dengan norma dan saling menghormati, yang tinggi menyayangi yang rendah, yang rendah menghormati yang tinggi. Saling menasihati dan menghormati antara agama lain yang berbeda dengan kita. Seperti halnya kita sebagai penganut agama Islam tidak boleh membedabedakan antara agama Islam dan agama yang lain. Memang agama Islam dengan agama yang lainya cara beribadahnya tidak sama, namun memiliki tujuan yang sama yaitu ingin dekat dengan penciptanya (wawancara dengan DRAFT Kkp, 10 Juli 2013). Sesama masyarakat harus menjalin hubungan baik dengan sesama agama. Mungkin cara bergaulnya berbeda, menurut agama Islam perlakuan seperti ini benar tapi menurut agama lain salah, yang terpenting mengikuti yang baik dan menurut kita pantas untuk kita jalankan selagi tidak melanggar perintah Allah Swt. (wawancara dengan Etr, 10 Juli 2013). 247 F.Sikap Guru Pendidikan Agama Islam Pendidikan multikultural MA MINAT Cilacap terhadap Kesenjangan sosial akan memicu bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dalam masyarakat. Penyebab terjadinya kesenjangan sosial salah satu faktornya adalah adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Perbedaan kelas sosial, ekonomi, dan dominasi kelompok tertentu memunculkan labelisasi tertentu pada kelompok sosial masyarakat. Titik kulminasi dari perbedaan yang tajam dalam masyarakat menjadikan disharmonis yang akhirnya akan menimbulkan bentuk pertikaian. Upaya mengatasi diskriminasi dalam masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan sebagai pembentukan akhlak bangsa menjadi faktor dominan bagi penanaman anti rasial maupun bentuk perbedaan yang lain. Aktivitas pendidikan yang paling dominan adalah unsur guru sebagai aktor yang DRAFT langsung terkait dengan kepribadian siswa. Interaksi guru dan siswa merupakan interaksi dialogis yang memungkinkan terjadinya transformasi ilmu maupun transformasi kepribadian siswa. Guru membawa sejumlah nilai-nilai yang akan mempengaruhi afeksi siswa. Pendidikan multikultural membutuhkan sikap seorang guru. Memberikan pemahaman kepada mereka tentang cara mensikapi perbedaan yang baik dengan memberikan dalil-dalil qur’an /hadis. Menghargai dan memberikan kebebasan kepada mereka dalam mengerjakan amalanya. Memberikan hak yang sama kepada mereka sebagai anak didik untuk bisa mendapatkan ilmu di madrasah (wawancara dengan Mnr, 14-3-2014) Menyikapi hal tersebut dengan arif dan bijak, menanamkan pada anak didik bahwa perbedaan itu adalah rahmat dan merupakan sesuatu yang wajar. Jangan 248 memperbesar perbedaan yang akhirnya bisa merusak ukhuwah antar anak didik. Disamping itu juga memberikan pengajaran kepada anak didik tentang hakikat ukhuwah yang terdapat dalam beberapa ayat dalam Al qur’an dan hadis. (wawancara dengan Mjd, 10-3-2014) Sebagaimana telah saya utarakan di atas bahwa ibadah ghoiru mahdhoh praktiknya berbeda-beda sesuai dengan ijtihadnya masing-masing. Potensi untuk berbeda itu sangat kuat, karena memang di beri kebebasan untuk berfikir. Ada ayat-ayat Al qur’an yang bisa di ijtihadi adapula yang tidak bisa. Dengan demikian kalau ada guru atau anak didik melakukan amalanamalan yang berbeda maka kita hormati, kita memberi kebebasan yang penting aqidahnya dan syari’atnya benar. Jika ada siswa yang aqidahnya tidak benar maka akan kita arahkan dengan cara diajak bicara mengenai aqidah dan syari’at Islam. (wawancara dengan Msy, 11-3-2014) Menurut guru MA MINAT Cilacap perbedaan adalah rahmat. Ketika diantara anak didik kita yang berbeda dalam amalan agama Islam. Sebagai guru kita harus berbuat adil dan memberikan haknya dan tidak membeda- DRAFT bedakan, kita tetap tidak membeda-bedakan kita tetap memperlakukan dan memperhatikan seperti anak didik yang lain. Sikap guru dalam mewujudkan pendidikan multikultural menjadi penting. Pengembangan sikap guru yang responsif terhadap pendidikan multikultural perlu didasari dengan pengetahuan yang cukup tentang isu-isu dan wacana pendidikan multikultural. Guru Pendidikan Agama Islam sudah terbiasa untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan pendidikan multikultural karena muatan bahan ajar Pendidikan Agama Islam demokratis maupun persamaan hak. 249 banyak mengajarkan toleransi, Sikap guru terhadap multikultural terlihat ketika guru melakukan pembinaan terhadap siswa dari berbagai daerah maupun dari beberapa penganut mazhab yang berbeda. Ims sebagai guru fiqh ketika menerangkan perbedaan mazhab dan aliran teologi dimulai dengan mengantarkan beberapa perspektif teologi yang berkembang dalam dunia pemikiran Islam. Selanjutnya di paparkan berbagai dasar pemikiran dalam aliran teologi tersebut. Keterangan yang diberikan guru tidak memihak pada satu mazhab tertentu, namun memberikan kebebasan berpikir kepada siswa yaitu dengan cara menyuruh siswa memberikan tanggapan atas berbagai mazhab yang ada. (Observasi 2/7/2014) Sikap guru terhadap kondisi multikultural yang berkembang di MA MINAT Cilacap menunjukan sikap yang positif dan memiliki penghargaan yang tinggi atas keragaman. Siswa MA MINAT Cilacap memiliki rutinitas kajian secara bersama-sama yang dilakukan di aula jahid. Kajian yang dilakukan seputar masalahmasalah perbedaan fiqh. Kajian tersebut menjadi menarik dengan adanya perbedaan pemahaman siswa tentang fiqh dan kultur yang berbeda. Topik kajian dimulai dan diantarkan guru fiqh selanjutnya pembahasan singkat disampaikan oleh guru dan siswa selanjutnya diberi kesempatan untuk berargumentasi. Hasil argumentasi sangat beragam, namun di akhir penutup guru memberikan kesimpulan yang memberikan kebebasan berpikir dan siswa terlihat terbiasa dengan semua bentuk berpedaan berpikir. (observasi 12/ 7/2014) DRAFT Sikap guru MA MINAT Cilacap terkait dengan pendidikan multikultural yaitu memahami dengan adanya gerakan-gerakan agama yang bersifat radikal. Hal itu disikapi oleh guru yang beranggapan bahwa sebenarnya di dalam Islam sudah jelas bahwa ada kebebasan beragama. Sikap yang diajarkan kepada siswa yaitu siswa diajari untuk mengedepankan musyawarah bersikap tasamuh (toleransi) (Wawancara dengan Mf guru fiqh MA MINAT Putri 26 Januari 2012). 250 Kehidupan multikultural adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Arus globalisasi semakin memudahkan dalam mengakses semua informasi terkait budaya, gaya hidup, sosial, ekonomi, politik dan ajaranajaran agama sekalipun. Pengaruh antarbudaya tidak dapat dilepaskan dari sisi kehidupan manusia, sehingga budaya akan terpengaruh dari budaya yang lain. Kehidupan yang serba global menjadikan manusia tidak dapat lepas dari relasi budaya tersebut. Islam mengakui realitas tersebut sebagai kehendak Tuhan. Kehidupan yang serba plural yaitu keanekaragaman ideologi, pemikiran, keyakinan, ras, etnis, dan budaya adalah sunatullah. Perbedaan tersebut sebagai rahmat yang saling melengkapi kelemahan masing-masing sehingga tercapai perdamaian dan warna baru dalam kehidupan yang harmonis menuju masyakat Indonesia yang madani. DRAFT Pendidikan sebagai wahana untuk melakukan pendidikan multikultural juga tercermin terhadap sikap guru dalam pendidikan multikultural. Salah satu contoh terkait dengan hal tersebut adalah tentang sikap guru memahami jihad dalam ragam kehidupan multikultural. Sikap guru terhadap implementasi pendidikan multikultural terkait jihad yang ditanamkan kepada siswa adalah jihad dimaknai secara luas. Jihad bukalah harus perang, namun belajar untuk mencari ilmu juga merupakan bagian dari jihad. Bukan juga jihad dipahami sebagai usaha untuk menegakkan negara Islam (Wawancara dengan Mf guru Sejarah Kebudayaan Islam tanggal 15 Januari 2012). MA MINAT Cilacap sebagai sebuah madrasah yang bernaung dalam yayasan yang juga memiliki pesantren menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dari luar Jawa. Keberadaan Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin mempengaruhi kultur madrasah. Letak MA MINAT Cilacap yang berada dalam komplek pesantren membentuk kultur madrasah menyatu dengan kultur 251 pesantren. Guru MA MINAT Cilacap mayoritas alamuni Pesantren Al Ihya Ulumudin sehingga pembelajaran di MA MINAT Cilacap juga memadukan antara metode pembelajaran bentuk persekolahan dengan model penanaman nilai-nilai akhlak di pesantren. Hal tersebut merupakan karakteristik yang dimiliki MA MINAT Cilacap yang menjadikan berbeda dengan madrasah pada umumnya. Sikap guru MA MINAT Cilacap terhadap implementasi pendidikan multikultural ketika menghadapi siswa dari beragam daerah lebih mengedepankan persamaan hak. MA MINAT Cilacap sebagai sebuah Madrasah yang berbasis pesantren yang telah eksis cukup lama banyak siswa yang berasal dari luar daerah, sekitar 30 persen dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa luar daerah rata-rata beradaptasi sekitar satu bulan. Kepribadian mereka cenderung keras dibandingkan dengan orang Jawa. Ketika beradapatasi sebenarnya tidak ada kendala yang berarti dalam bersosialisasi. Kendala yang dirasakan biasanya soal bahasa. Sikap guru memperlakukan siswa adalah diperlakukan sama dengan siswa yang lain (Wawancara dengan Mf 26 Januari 2012). Sikap guru terhadap perbedaan latar belakang siswa memberikan DRAFT perlakuan yang setara, sehingga memungkinkan pemberdayaan dalam diri siswa. Hal ini akan memunculkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Madrasah berfungsi sebagai sebuah lembaga untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dan sebagai sebuah tempat untuk melakukan transformasi sosial, karena hal tersebut semakin penting untuk menghadapi globalisasi dalam semua aspek kehidupan. Fenomena konflik antar penganut umat beragama dapat dinetralisasi melalui pendidikan multikulural di Madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan untuk melakukan usaha preventif terjadinya pertikaian antar umat beragama. Produk pendidikan merupakan gambaran 252 tingkat kepribadian bangsa untuk masa mendatang sehingga masa depan bangsa sangat ditentukan hasil-hasil pendidikan. Penanaman sikap toleransi, demokrasi, persamaan hak, penghargaan atas keragaman merupakan aspek yang perlu ditanamkan dalam pembentukan kepribadian siswa. Pembentukan kepribadian siswa dalam menghadapi realitas perbedaan yang terjadi di masyarakat perlu diimbangi dengan pembentukan sikap guru yang responsif terhadap multikultural. Adapun sikap guru dalam menghadapi realitas perbedaan dalam masyarakat sbb: Sikap guru MA MINAT Cilacap menanamkan perdamaian di antara keragaman yang terjadi dalam masyarakat. Munculnya tindak kekerasan para penganut agama yang mengatasnamakan Islam, disikapi oleh guru yang berlatar belakang pesantren yang menganut ahlussunah wal jamaah, tidak pernah ada yang menganjurkan tindak kekerasan. Islam yang sebenarnya bukan agama kekerasan tetapi merupakan agama yang moderat, yaitu agama yang menghargai tolong menolong diantara manusia. Pemahaman orang pesantren memandang orang di luar Islam bahwa orang-orang di luar Islam perlu diajak kerja sama dalam rangka hablum minannas (hubungan sesama manusia). Jadi kalau ada orang yang mengatasnamakan agama lalu mengatasnamakan li i’lai kalimatilah (menegakkan agama) menjadi keliru (Wawancara dengan IH 26 Januari 2012). DRAFT Keberagamaan yang inklusif memberikan sikap yang lebih terbuka atas perbedaan. Kebenaran-kebenaran agama adalah wajib diyakini oleh setiap pemeluknya, sehingga kebenaran tersebut bersifat dogmatis bagi penganut agama tertentu. Keberagamaan inklusif memungkinkan pemberian penghargaan atas realitas agama-agama yang berbeda tanpa diskriminasi, terlebih melakukan pemaksaan atas agama tertentu terhadap agama lain. Hal ini tercermin dari sikap guru MA MINAT Cilacap ketika menghadapi realitas 253 perbedaan agama yang terjadi dalam masyarakat. Perbedaan agama dan keyakinan merupakan realitas yang sudah semestinya terjadi, sehingga kearifan dalam menghadapi perbedaan merupakan hal yang harus dimiliki seorang guru. Sikap terhadap orang-orang pemeluk agama lain, tentang perbedaan adalah sudah menjadi sunatullah (ketentuan Allah). Tidak bisa memaksakan keyakinan kepada orang lain karena itu merupakan hidayah yang sematamata datang dari Allah Swt. Jadi hubungan antarberbagai keyakinan agama adalah merupakan bagian hubungan antar manusia (hablum minannas). Sementara ada berbagai pihak yang menggunakan nama pesantren dan bertindak anti pluralisme agama. Hal Itu yang akan merusak citra Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam). Sebenarnya diagama sudah jelas aturan lakum dinukum waliyadin, agama tidak memaksakan kehendak individu. Jadi pemahamanya adalah bahwa orang di luar agama (nonIslam) adalah belum dapat hidayah dalam konteks beragama (Wawancara dengan MS 19 Januari 2012). Kearifan dalam mengahadapi perbedaan termasuk keyakinan beragama merupakan keharusan dan perlu dipahami bagi anggota masyarakat. Hal ini DRAFT akan menuju masyarakat madani, yakni masyarakat yang dapat mengakui semua realitas perbedaan tanpa menghilangkan hak-hak pribadi dalam menentukan semua pilihan sesuai dengan kebebasan dalam memilih keyakinan. Masyarakat madani akan membentuk struktur masyarakat demokratis, dinamis, dan beradab. Semua perbedaan diakomodasi dalam bingkai kemasyarakatan. Dengan demikian, Ancaman disintegrasi bangsa akan dapat dicegah menuju pada pembentukan masyarakat yang demokratis. Hal ini juga diperlukan sikap guru MA MINAT Cilacap dalam mengahadapi realitas perubahan dinamika masyarakat. Guru MA MINAT Cilacap yang juga sebagian besar sebagai masyarakat pesantren telah memiliki sikap dan pola pemikiran yang lebih dinamis terhadap 254 perubahan kultur masyarakat. Semakin berkembangnya jaman dan semakin majunya peradaban, sikap guru MA MINAT Cilacap sebagian besar sebagai masyarakat pesantren yang dianggap lembaga tradisional terjadi perubahan dalam memandang hal itu, ada perubahan pemikiran yang cukup signifikan tentang pemikiran pesantren terhadap perubahan-perubahan. Sikap guru MA MINAT Cilacap juga mengakomodir ilmu-ilmu di luar keIslaman. Bahkan di MA MINAT Cilacap dan Ponpes Al Ihya Ulumudin setengah diharuskan bahwa ada ilmu-ilmu di luar pesantren harus dikuasai, sehingga untuk mengakomodir isu-isu perubahan maka ilmu keislaman harus disesuaikan dengan perubahan yang ada dan perubahan itu dapat dirasakan (Wawancara denagn MS, 19 Januari 2012). Sikap positif yang telah ditunjukkan oleh guru MA MINAT Cilacap dalam menghadapi dinamika yang terjadi dalam masyarakat merupakan bagian yang fundamental dalam pembentukan kepribadian siswa. Pembentukan kepribadian siswa dalam merespon kehidupan yang multikultur juga sangat ditentukan oleh DRAFT sikap guru dalam melakukan internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam diri siswa. Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pendidikan multikultural meliputi: persamaan hak, toleransi, demokrasi, kebebasan, anti deskriminasi, solidaritas maupun kebersamaan dapat diimplementasikan melalui proses pembelajaran. Pendidikan Agama Islam memuat nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diajarkan kepada siswa. Pendidikan multikultural tidak sebatas dalam dataran kognisi, namun sampai dengan pembentukan afeksi. Sikap guru dalam merespon nilai-nilai multikultural juga ditunjang dengan adanya kompetensi yang mendukung dalam pembelajaran sejarah kebudayaan 255 Islam. Nilai-nilai tarikh atau sejarah kebudayaan Islam dapat menjadikan siswa memiliki pola berpikir inklusif. Dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu dilakukan kontekstualisasi sehingga nilai-nilai sejarah kebudayaan Islam dapat diinternalisasikan dalam diri siswa (Wawancara dengan Mf, 19 Januari 2012). Sikap guru MA MINAT Cilacap antusias terhadap pendidikan multikultural, menganjurkan hormat-menghormati termasuk menghormati terhadap semua perbedaan. Dengan demikian, sikap guru MA MINAT Cilacap telah mengakui realitas perbedaan yang ada dalam masyarakat dengan memposisikan perbedaan sebagai bagian dari kehidupan yang multikultural. Sikap demikian menjadikan mudah berinteraksi dengan berbagai perbedaan siswa dari perbedaan daerah, budaya dan agama. Guru bersikap mengaplikasikan pendidikan multikultural dalam mensikapi DRAFT siswa yang heterogen dan sangat menerima dengan baik. Sikap guru sangat merespons dan sudah memberikan materi pendidikan multikultural kepada anak didik, responsif terhadap pendidikan multikultural. Guru juga menerapkan pendidikan multikultural dalam menghadapi perkembangan siswa yang heterogen. Guru mengimplementasikan pendidikan multikultural terutama dalam menyikapi perbedaan antara siswa. Guru lebih menghargai siswa karena mereka dari latar belakang yang berbeda sebagai perwujudan sikap sangat setuju diterapkan pendidikan multikultural. (wawancara dengan Snf, 10 Juli 2013). 256 G.Sikap Siswa MA MINAT Cilacap terhadap Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural Sikap siswa MA MINAT Cilacap terhadap pendididikan multikultural pada umumnya adalah menanggapi dengan positif dan menyambut dengan respon baik. Latar belakang siswa MA MINAT Cilacap sebagian besar berasal dari luar Jawa membutukan implementasi pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural juga dibutuhkan siswa untuk melakukan adaptasi dengan masyarakat Jawa. Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar Jawa sekitar 30 % dari jumlah keseluruhan, sebagian besar mereka tinggal di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumudin yang berlokasi menyatu dengan MA MINAT Cilacap hanya terpisah dengan halaman pesantren. Sikap yang dikembangkan pada siswa terhadap multikultural juga terlihatdari alumni MA MINAT Cilacap sebagaimana diungkap oleh pengguna DRAFT lulusan di sebuah perguruan tinggi agama Islam negeri di Purwokerto yang bekerja dalam unit pusat pangkalan data. Adapun sikap alumni MA MINAT Cilacap tersebut menurut pimpinan dalam unit kerja tersebut adalah : Kalau menurut saya Ar memiliki semangat kerja yang bagus dan tidak bertendensi hanya pada materi tapi memang bekerja dengan orientasi pada pemenuhan tugas dan tanggung jawab. Cara bekerjanya baik. memiliki solidaritas tinggi dan merasa memiliki unit kerja yang baik. Bekerja dengan penuh tanggung jawab. Pelayanan baik terhadap dosen dan mahasiswa. Pemahaman terhadap keragaman juga sangat mengakui adanya pluralitas karena memang hal itu juga ditopang dengan adanya keilmuan yang mendukung di MA MINAT Cilacap dalam menghargai keragaman hal tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat loyalitas dalam kerja. (wawancara dengan Nfd tgl 19/6/2014). Smn merupakan alumni MA MINAT Cilacap yang bekerja dalam sebuah perguruan tinggi agama Islam swasta. Sebagai salah seroang pimpinan dalam 257 sebuah peguruan tinggi di tuntut memiliki sikap yang lebih terbuka dalam berbagai relasi sosial. Adapun sikap Smn terhadap keragaman menurut teman sejawatnya berikut: Smn memiliki wacana pluralisme yang cukup baik dan sangat menerima terhadap semua aspek perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini sangat didukung kultur yang berkembang di MA MINAT Cilacap yang mengedepankan nilai-nilai multikultural. Sikap terhadap realitas perbedaan dalam multi pemahaman tentang khilafiah dia dapat menerika dengan baik. (wawancara dengan Ags tgl 20/6/2014) Swn merupakan salah satu alaumni MA MINAT Cilacap dan berkerja dalam lembaga pendidikan. Adapun sikap terhadap keragaman terhadap beberapa madzhab dalam Islam lebih terbuka dan menghormati atas keragaman yang terjadi dalam masyarakat. Swn sebagai salah satu pimpinan dalam jurusan di perguruan tingga swasta lebih bersifat akomodatif terhadap perbedaan ide ketika dalam merumuskan kebijakan-kebijakan lembaga. Beliau lebih dapat memutuskan kebijakan yang dapat mengakomodir semua kepentingan demi kemajuan lembaga. Hal itu terlihat ketika sedang memimpin rapatrapat jurusan. Sebagai seorang pemuka agama didesanya dia juga menghadapi berbagai keragaman mazhab yang dianut masyarakat, namun lebih bisa bersikap kooperatif. (wawancara dengan Ags 25/6/2014) DRAFT Sejarah latar belakang orang tua mereka sebagian besar pernah menuntut ilmu di Pesantren Al Ihya Ulumudin. Motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak di MA MINAT Cilacap sekaligus dapat menuntut ilmu di pesantren. Siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari luar Jawa, sebagian mereka lahir dan besar di luar Jawa, sehingga jarang yang mengenali budaya Jawa. Kondisi di atas menjadikan sikap siswa dapat menerima dan mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan multikultural karena pendidikan multikultural mengakui adanya kesetaraan dan kebersamaan dari kondisi yang beragam budaya maupun bahasa. Pendidikan multikultural dapat menfasilitasi 258 perbedaan kultur siswa. Perbedaan sikap antara masyarakat tentunya dipengaruhi berbagai aspek, seperti yang dikatakan dan dialami oleh AF siswa MA MINAT Cilacap yang berasal dari Sungai Bahar Jambi. Banyaknya teman di MA MINAT Cilacap yang berasal dari berbagai daerah dari luar Jawa harus dapat menghargai perbedaan budaya ketika berinteraksi dengan teman-teman berbagai daerah, karena mereka memiliki keunikan dalam budaya masingmasing sehingga perlu kita sikapi dengan baik. Dengan demikian, proses adaptasi di MA MINAT Cilacap berjalan dengan lancar. Ragam budaya masing-masing siswa sangat berda-beda tetapi perbedanya menjadi rahmat, menurutnya perbedaan hanya pada karakter, orang sana (Jambi) dengan orang Jawa adalah orang sana sifatnya lebih keras. Jadi perbedaan menjadi hak tiap daerah masing-masing, namun kita harus menghormati perbedaan yang ada. Selanjutnya dalam rangka menghormati perbedaan yang dimiliki tiap-tiap siswa dibutukan cara untuk bisa menyesuaikan dengan lingkungan madrasah dengan budaya yang berbeda dari daerah asal. Adaptasi di MA MINAT Cilacap cukup terbantu dengan adanya perkumpulan khusus bagi teman dari Jambi (ikatan santri) untuk teman-teman dari MA MINAT Cilacap yang tinggal di pondok, mereka ikut Iksa (ikatan santri) Jambi dan sekaligus sebagai teman untuk sosialisasi dengan teman dari berbagai daerah. Ikatan siswa dan santri sering mengadakan kegiatan bersama sehingga terjadi persahabatan antara siswa dari berbagai daerah dan dapat menghargai berbagai perbedaan siswa dengan karakter yang berbeda pula (Wawancara 1 Pebruari 2012). DRAFT Kultur siswa seperti di atas mendukung terhadap implementasi pendidikan multikultural. Sikap siswa memiliki pemahaman terhadap pendidikan multikultural dan cenderung mempraktikanya karena karakter siswa pun heterogen. Sikap siswa mempraktekan nilai-nilai yang termuat dalam pendidikan multikultural. MA MINAT Cilacap memiliki misi yang kuat dalam perwujudan dan pengembangan pendidikan multikuktural. Misi yang akan dituju adalah dalam 259 rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu mengaktualisasikannya di masyarakat dan menjadi madrasah sebagai lembaga pemantapan akidah, pengembangan ilmu, amal dan akhlak yang dibangun atas dasar komitmen yang kokoh dan berlandaskan ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah dalam arti menjunjung tinggi sikap toleransi (tasamuh) dan keseimbangan (tawazun) dalam segala aspek kehidupan. Pengembangan sikap siswa pada sikap tasamuh artinya MA MINAT Cilacap secara kelembagaan adalah sebagai sebuah institusi pendidikan yang memiliki sikap toleransi yang sangat tinggi terhadap semua perbedaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini teraktualisasi dalam proses pendidikan dan khususnya Pendidikan Agama Islam. Forum-forum diskusi ilmiah dalam bidang pendidikan juga sering dilakukan oleh MA MINAT Cilacap. DRAFT Sikap tawazun yang dikembangakan dalam visi MA MINAT Cilacap merupakan pengembangan sikap siswa untuk saling menghargai segala perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Tasamuh dan tawazun merupakan nilai-nilai fundametal yang ada dalam pendidikan multikultural. Perwujudan misi turut membentuk sikap siswa saling-menghargai, siswa mempraktekan pendidikan multikultural. Siswa memahami tentang beragamnya masyarakat sehingga mereka lebih bersikap saling menghargai. Sikap siswa mempraktekan pendidikan multikultural termasuk di dalamnya mengakui pluralitas. Am berasal dari Pring Sewu Lampung, menurutnya aktualisasi sikap menerima pendidikan multikultural difasilitasi melalui salah satu perkumpulan bagi orang-orang Lampung ada Iksa (ikatan santri) Lampung, teman-teman MA MINAT yang berasal dari Lampung rata-rata 260 masuk Iksa Lampung. Kegiatan Iksa Lampung antara lain silaturahmi. Silaturahmi dilakukan untuk mempererat persahabatan di antara anggota Iksa yang lainya dan membentuk sikap menghargai pluralitas budaya, kesetaraan akan menghilangkan perpecahan. Cara bersosialisai dengan teman-teman dari berbagai daerah menjadi dinamis jika saling menghormati perbedaan diantara teman-teman dari Jawa maupun luar Jawa. Hal ini juga ditunjang dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap banyak mengajarkan nilai-nilai pendidikan multikultural (Wawancara dengan Am,1 Pebruari 2012). Perbedaan asal daerah siswa membawa sisi positif dalam diri siswa. Pemahaman tentang multikultural dalam pergaulan antar siswa membentuk sikap toleransi, sehingga pembentukan sikap yang ramah dan terbuka terhadap semua perbedaan menjadi terbentuk dengan lingkungan dan kultur madrasah yang ada. Setiap daerah memiliki sikap yang sangat beragam. Sebagaimana yang dialami responden bahwa daerah asal memiliki karakter yang lebih keras dalam bersikap, namun disisi lain terdapat aspek positif jika seseorang dapat beradaptasi dengan daerah tertentu serta bersikap terbuka atas semua bentuk DRAFT perbedaan. Ketika seorang memiliki sikap yang lebih terbuka dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap perbedaan budaya akan mudah melakukan penyesuaian dengan kultur yang baru. Artinya sikap yang terbuka terhadap realitas kehidupan yang multikultural menjadi penting untuk melakukan pemberdayaan dan eksistensi diri. Terkait dengan sikap siswa terhadap pendidikan pendidikan multikultural adalah sikap siswa responsif dan sangat mendukung adanya pendidikan multikultural. Hal tersebut juga didukung karena kultur siswa dalam kondisi multietnis maupun multibahasa sehingga memiliki sifat 261 antikekerasan dan menghargai teman dari berbagai latar belakang yang berbeda. Latar belakang siswa salah satunya Ah dulu sebelum sekolah di MA MINAT Cilacap, SD dan MTs di Medan. Orang tua asli Medan. Alamat lengkap rumah di Rantau Prapat Medan. Mayoritas daerahnya orang dari Batak, orang batak keras kalau dia dikerasi bisa bacok-bacokan (pertikaian). Hal ini sebetulnya karena mereka kurang menghargai hak-hak masing-masing. (wawancara 1 Pebruari 2012) Maka menghargai budaya teman-teman menjadi sangat perlu apalagi pergaulan di sini banyak ragam budaya teman-teman walaupun yang mayoritas Jawa, dari pergaulan tersebut bisa diambil ilmunya. Pergaulan dengan teman-teman di kelas mudah untuk bergaul dari teman-teman yang berasal dari daerah lain. Dengan teman-teman dari Jawa bisa komunikasi (wawancara 5 Pebruari 2012). Sikap menerima siswa terhadap pendidikan multikultural juga dipengaruhi setting dan latar belakang masyarakat multiras, bahasa, dan agama. Proses adaptasi bagi Ah tidak mengalami kendala cuma penyesuaian dengan bahasa Jawa seperti kalau pelajaran agama menggunakan kitab (kitab kuning yang biasa dirujuk pesantren) biasanya diartikan dengan bahasa Jawa, tapi kemudian diterangkan juga dengan bahasa Indonesia. Pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap untuk memperbaiki akhlak, karena dulu waktu sekolah di SD dan SMP pergaulanya rusak dan ibadahnya tidak pernah dijalankan setelah di MA MINAT sadar (wawancara 1 Pebruari 2012). DRAFT Berbeda dengan respons yang berasal dari daerah yang berbeda. Kota tempat tinggalnya memiliki akhlak yang lebih mudah mengadakan sosialisasi dengan masyarakat jawa. Sejumlah pertikaian yang terjadi di daerahnya antara lain adalah perebutan lahan. Fenomena tersebut disadari oleh responden bahwa diskriminasi dan pertikaian antara warga adalah sikap yang tidak memiliki pemahaman yang luas tentang tata cara kehidupan bermasyarakat dan toleransi. Bentuk kesadaran tersebut yang dimiliki oleh responden menjadi motivasi untuk membentuk sikap yang lebih mulia dengan memadukan pemahaman dan 262 penguasaan ilmu-ilmu agama, MA MINAT Cilacap menjadi alternatif untuk melakukan perbaikan sikap dalam menghargai sesama. Teman dari latar belakang yang berbeda. Sikap yang lebih toleran dan arif terhadap semua keanekaragaman sebagaimana hasil wawancara berikut: AS berasal dari Kalimantan Tengah, kota Waringin Barat, desa Bumi Harjo. Orang tua asli Jawa. Sekolah SD, SMP di Kalimantan tengah. Didaerahnya rata-rata penduduknya orang dayak sekitar 60% sehingga terbiasa dengan kehidupan yang multikultural. Pergaulan dari berbagai daerah yang terpenting saling menghargai sesama teman sehingga tidak ada yang merasa tersakiti, karena tiap daerah memilki karakter masing-masing, sehingga ketika di MA MINAT Cilacap tidak menemukan kendala bersosialisasi, walaupun teman-teman disini rata-rata memakai bahasa Jawa. (wawancara dengan As, 1 Pebruari 2012). Pendidikan di MA MINAT Cilacap mengarahkan pada sikap lebih menghargai perbedaan masyarakat, karena pembelajaran di MA MINAT Cilacap tidak jauh beda dengan di pondok yaitu mengajarkan persamaan derajat. Terutama bahan ajar aqidah akhlak menjadikan supaya akhlak menjadi DRAFT baik (Wawancara, 1 Pebruari 2012). Satu sisi responden lain berlatar belakang dari daerah yang memiliki tingkat ketegangan konfik yang cukup tinggi memiliki sikap yang berbeda. Hal tersebut juga turut membentuk akhlak masyarakat setempat. Perbedaan kultur Jawa dengan daerah asal membawa beberapa konsekuensi dalam melakukan adaptasi. Kendala utama dalam melakukan sosialisasi yang dirasakan responden adalah tentang bahasa. Penggunaan bahasa yang berbeda dengan bahasa tempat tinggal yang belum pernah dikenal sebelumnya menjadi masalah yang perlu diselesaikan. Tata cara keseharian dan pola pergaulan masyarakat 263 Jawa dipandang berbeda dengan daerah asal, namun permasalahan tersebut dapat diatasi. Lz dari Sumatra Selatan, Palembang-Bandar Jaya-Lahat, orang tua asli Jawa tetapi lahir dan besar di Palembang. Kendala dulu waktu pertama bersosialisasi dengan teman-teman di MA MINAT Cilacap, dia merasa kesulitan bahasa karena teman-teman pakai bahasa Jawa. Dia sebelumnya merasakan cara bergaulnya beda, keseharianya juga beda. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap mengajarkan berpikir luas. Contonya tentang bahan ajar tentang hubungan dengan sesama dan jadi mengerti baik dan buruk. Dia memilih sekolah di MA MINAT Cilacap karena banyak pelajaran agamanya dan dekat pondok yang pelajaranya kitab kuning sekaligus mendidik untuk lebih terbuka dalam pergaulan (Wawancara, 11 Pebruari 2012). Dengan demikian, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang menjembatani problem perbedaan budaya dan sikap siswa sangat menerima pendidikan multikultural. Sebagian orang tua siswa MA MINAT Cilacap dari luar Jawa pernah menuntut ilmu di Pesantren Al Ihya Ulumudin. Kultur yang berbeda dengan daerah asal sehingga menimbulkan akhlak yang berbeda. DRAFT Perbedaan sifat orang Jawa cenderung lebih halus dibandingkan dengan latar belakang daerah asal. Sisi positif dari daerah asal responden adalah jika mereka diajak bergaul dengan cara baik maka akan membalas kebaikan juga kepada kita. Penilaian respons tersebut memberikan makna bahwa telah memiliki sikap terhadap kehidupan multikultural. Dengan demikian, Implementasi pendidikan multikultural yang ada di MA MINAT semakin membentuk sikap yang responsif terhadap keanekaragaman dan bersifat lebih terbuka dalam menghadapi semua bentuk perbedaan termasuk perbedaan bahasa. Jh berasal dari Lampung Selatan kabupaten Tanggamus, Banjarsari. Orang tua asli asli Lampung dan ibunya pernah mondok (Ponpes Al Ihya 264 Ulumudin). sebagai tempat sebagian besar siswa MA MINAT tinggal) disini. Dulu Jh sekolah di SD di Lampung, melanjutkan MTs Minat sekarang tinggal di ponpes Al Ihya Ulumudin. Waktu pertama kali datang ke MA MINAT kesulitan yang dihadapi terutama dalam bahasa Jawa yang dapat menjadi kendala dalam pergaulan. Sikap yang terpenting dalam pergaulan saling menghargai perbedaan bahasa karena masing-masing memiliki perbedaan dan ciri masing-masing. Pernah terjadi perkelahian antara orang Lampung asli, misalnya anggota disakiti yang lain tidak terima. Hal itu terjadi menurutnya rasa persaudaraan kurang. Penyebabnya apa pertikaian itu biasanya masalah tentang harga diri.Pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap menurutnya menjadikan lebih tahu tentang keagamaan dan menjadikan pribadi lebih baik. Dia merasakan lebih baik dari yang dulu. Dia tertarik untuk sekolah di MA MINAT Cilacap karena MA MINAT Cilacap beda dengan yang lain, disini ada pelajaran mantiq, nahwu, falak (wawancara, 1 Pebruari 2012). Responden dibawah ini juga memiliki kesamaan persepsi dengan responden sebelumnya. Orang Jawa dipandang sebagai orang yang memiliki perangai halus dibanding dengan daerah asal, tetapi walaupun terdapat perbedaan dengan daerahnya dalam pergaulan dengan teman-teman di MA DRAFT MINAT Cilacap tidak mengalami kendala yang berarti. Realita multikultural dalam kehidupan perlu dihadapi dengan pembentukan sikap yang memiliki toleransi lebih luas terhadap semua bentuk perbedaan yang ada dalam masyarakat. Menurut responden pembentukan sikap kepribadian perlu didukung materi Pendidikan Agama Islam yang mengajarkan tentang syariat dan muamalat. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap merupakan salah satu upaya dalam pembentukan sikap dan sebagai pembentukan kepribadian yang lebih baik serta berakhlakul karimah. Sikap tidak hanya dibentuk dari kultur masyarakat sekitar, namun pemahaman dan internalisasi norma-norma agama juga dominan dalam pembentukan sikap. Pendapat responden menyikapi pendidikan multikultural di 265 MA MINAT Cilacap adalah sebagai pembentukan sikap menuju akhlak mulia dan terbuka dalam pergaulan. Ni berasal dari dari Sumatra Selatan, Palembang, Sungai Lilin, Kabupaten Musi, Banyu Asin, namun dia besar di palembang. Bapak dan Ibunya asli Lampung. Dulu dia sekolahnya SD dan SMP di Palembang. Kendala dalam bersosialisasi dalam berbahasa Jawa merasa kesulitan. Namun tetap bersikap terbuka dalam pergaulan dengan teman-teman sehingga persahabatan dengan teman-teman tidak ada kendala. Hal ini juga didukung dengan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT, menjadikan dia lebih tahu tentang hukum Islam, kepribadian menjadi lebih baik (Wawancara 5 Pebruari 2012). Pernyataan responden di bawah ini hampir sama, kendala yang dihadapi ketika bersosialisasi adalah tentang bahasa. Kultur daerah asal lebih unik karena memakai beberapa bahasa daerah sehingga ketika bersosialisasi di luar daerah bukan kendala yang berarti. Ragam pemakaian multi bahasa daerah mejadikan pembentukan sikap yang lebih terbuka dan permisif ketika memahami realitas budaya. Terkait dengan hal diatas Pendidikan Agama Islam DRAFT yang dilakukan di MA MINAT Cilacap merupakan bagian dalam pembentukan kepribadian termasuk menghargai perbedaan bahasa. Nk berasal dari Riau, Sungai Pagar TSM Mekar Jaya, Kampar. Asli daerah orang tua dari Jatim. Kendala yang dihadapi ketika pertama sosialisasi di MA MINAT Cilacap adalah tentang bahasa, karena disini hanya pakai bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan didaerahnya campur-campur ada bahasa Minang, Jawa, Batak, ngapak, bandek, Padang. Bahasa yang digunakan komunikasi secara resmi menggunakan bahasa Indonesia. Keanekaragaman bahasa membutuhkan sikap saling menghargai ragam bahasa daerah sehingga tercapai persatuan dan keutuhan bangsa. Pembentukan sikap tersebut juga didukung materi Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. (Wawancara, 5 Pebruari 2012). Perbedaan asal daerah responden membawa konsekuensi yang berbeda, kompetensi ini perlu dimiliki dalam melakukan adaptasi dengan daerah setempat. Responden dibawah ini hampir sama masalah yang dihadapi dengan 266 responden lain, namun sedikit perbedaan bahwa bahasa daerah yang dihadapi adalah bahasa Melayu. Pola pergaulan di MA MINAT Cilacap dirasakan ada beberapa perbedaan dengan daerah asal responden. Hubungan dengan sesama teman dirasakan lebih baik dengan daerah asal walaupun demikian juga terdapat aspek positif yang dimiliki oleh daerah asal. Responden telah memiliki kompetensi kultural dalam menghadapi semua keanekaragaman dan menghargai sesama teman dari latar belakang yang berbeda. Mm berasal dari Kalimantan Barat, kabupaten Ketapang, desa Singkup. Orang tua asli Jawa dan dulu tinggal di Pesantren Al Ihya Ulumudin. Pertama kali sosialisasi disini kendala yang dihadapi adalah sulit dengan berbahasa Jawa. Bahasa daerah yang digunakan bahasa melayu Indonesia. Kendala sosialisasi dengan teman-teman cara bergaulnya saja yang beda. Sikap sosialisasi dengan teman-teman perlu menghargai latar belakang daerah masing-masing karena setiap bahasa dan budaya daerah tertentu berbeda sehingga tidak terjadi pertikaian. Penyebab utama pertikaian dipicu karena mereka tidak saling toleransi, tidak saling pengertian dan kurang menghargai orang lain (Wawancara 8 Pebruari 2012). DRAFT Kesamaan persepsi antar beberapa responden dalam memandang karakter orang Jawa yang cenderung lebih memiliki perangai lebih halus. Kendala utama yang dihadapi dalam melakukan sosialisasi adalah pada kendala penguasaan bahasa Jawa, namun dalam melakukan sosialisasi dengan kultur MA MINAT Cilacap tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap diakui oleh responden dapat memberikan pembentukan karakter karena dengan penguasaan dan pemahaman terhadap normatif keislaman akan turut membentuk kepribadian siswa. Perpaduan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem persekolahan menjadikan MA MINAT Cilacap memiliki karakteristik pendidikan tersendiri. Pengalaman responden terhadap berbagai kultur dan 267 dilegkapi dengan Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap turut membentuk sikap siswa yang lebih responsif terhadap dinamika multikultural dalam mengakui perbedaan karakter individu yang berkembang dimasyarakat. Ma berasal dari Kabupaten Manokwari, propinsi Papua Barat desa sumber Boga kecamatan Masai. Orang tua besar di Manokwari. Asal sekolah dari SD di Manokwari, MTs di Semarang. Kedala dalam bersosialisasi dengan teman-teman di MA MINAT pada bahasa, karena disini pakai bahasa ngapak. Penyesuaian dengan teman-teman di MA MINAT Cilacap yang dia rasakan bahwa teman-teman disini sopan-sopan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk penyesuaian tidak lama dan dibutuhkan sikap mengakui perbedaan karakter masing-masing indovidu dan bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap turut membentuk karakter tersebut (Wawancara 10 Pebruari 2012 ). DRAFT 268 H.Kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung Pendidikan Multikultural Implementasi nilai-nilai multikultural membutuhkan faktor pendukung sehingga dominasi kelompok tertentu terhadap kelompok minoritas dapat diminimalisir. Pembentukan kultur madrasah yang responsif terhadap keragaman akan turut membentuk pola kepribadian anak toleran terhadap semua aspek perbedaan: ideologi, agama, ras, bahasa, dan suku. Latar belakang siswa MA MINAT Cilacap dari berbagai daerah, sehingga pendidikan agama Islam yang diberikan mempertimbangkan kultur yang sangat berbeda dalam diri siswa. Agama yang dianut oleh siswa homogen yaitu Islam, namun dari sisi kultur sangat heterogen sehingga proses pembelajaran yang dilakukan menanamkan persamaan hak. Sikap guru dalam mengembangkan nilai-nilai multikultural adalah menghargai terhadap perbedaan menjadi faktor penting. DRAFT Pengembangan nilai-nilai multikultural dilakukan MA MINAT Cilacap dalam proses pembelajaran. Perlakuan persamaan hak diantara siswa menjadikan pola berpikir lebih terbuka terhadap perbedaan yang terjadi dalam iklim pembelajaran. Kultur madrasah yang dikembangkan MA MINAT Cilacap antara lain: 1. Bahtsul Masail Bahtsul masail adalah pembahasan masalah-masalah biasanya seputar masalah fiqih. Semakin berkembangnya pemikiran dan aliran madzhab di dalam Islam menimbulkan berbagai pemahaman yang beragam dalam kajian Fiqih. Kemajukan perkembangan teknologi turut mempengaruhi masalah- 267 masalah fiqih yang dibutuhkan solusinya. Kajian fiqih yang beragam sering menjadi masalah khilafiyah pemicu perpecahan dalam Islam. Terkait dalam hal tersebut kultur yang dikembangkan di MA MINAT Cilacap adalah dengan cara diskusi masalah-masalah fiqih. Diskusi masalah-masalah terutama tentang fiqih karena banyak permasalahan didalam fiqih. Biasanya diskusi yang kita lakukan misalnya tentang ubudiah (ibadah) dan khilafiyah (perbedaan pendapat). Misalnya pada fiqih Ibadah terkait tentang doa qunut dalam sholat subuh. Kita sampaikan dasar-dasar yang memakai qunut dan yang tidak memakai qunut jadi anak dapat memahami semuanya. (wawancara dengan Mrf, 103-2014). Selain masalah khilafiyah diatas biasanya juga di bahasa tentang adzan di dalam sholat Jumat. Namun pembahasan tersebut bukan untuk mencari titik perbedaan tetapi bertujuan untuk mencari dasar pelaksanaanya sehingga anak akan dapat memahami perbedaan-perbedaan tsb. Tentang sholat jumat ada yang memakai adzan satu dan dua. Siswa kita arahkan tentang perbedaan pendapat itu termasuk dasar yang menggunakan adzan satu maupun dasar yang digunakan bagi yang memakai adzan dua. Sehingga orang yang memakai adzan dua menjadi tidak salah. (wawancara dengan IHl, 14-3-2014). DRAFT Selain diskusi masalah fiqih yang sering menjadi topik diskusi menurut guru fiqih MA MINAT Cilacap juga masalah yang sering memicu perbedaan pendapat di masyarakat adalah tentang sholat tarawih. Bilangan raka’at yang berbeda sering menjadi perdebatan, hal ini dijadikan topik diskusi fiqih dengan tujuan mengajarkan kepada anak didik tentang perbedaan pendapat. Selain itu juga dibahas tentang sholat tarawih biasanya yang banyak di perbincangkan siswa mengapa ada yang 20 dan 8 rakaat. Dasar-dasar dalil yang digunakan ketika berikan kepada siswa sehingga mereka tidak mudah menyalahkan orang lain. (wawancara dengan IHl, 14-3-2014). 268 2.Silaturahmi Silaturahmi merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh MA MINAT Cilacap, hal ini sangat mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam. Silaturahmi menjadi pendukung salah satu implementasi materi Aqidah Akhlak dengan standar kompetensi persatuan dan kerukunan. silaturahmi yang dilakukan siswa MA MINAT Cilacap kepada para kiai maupun para guru. Silaturahmi biasa dilakukan oleh siswa MA MINAT Cilacap kerumah guru-gurunya maupun kerumah para kiai. Hal ini biasa dilakukan oleh mereka ketika jelang ujian maupun saat hari raya. Biasanya mereka datang untuk meminta doa dari para guru maupun dengan kiai. Sikap semacam itu sengaja ditanamkan dalam diri siswa untuk memiliki sikap menghormati kepada para guru dan kiai dan juga menjadikan hubungan guru dan siswa lebih akrab (wawancara dengan Ims 20 Nopember 2013). Silaturahmi menjadi kultur yang melembaga di MA MINAT Cilacap. Silaturahmi sebagai bentuk silaturahmi membentuk relasi guru dan siswa lebih efektif dan produktif menghilangkan sekat antara guru dan siswa. Aktifitas DRAFT silaturahmi di dalam sebagai bentuk menghargai siswa kepada guru dan sebaliknya guru memberikan bentuk penghargaan kepada siswa melalui doa yang diberikan. Dengan demikian, silaturahmi menanamkan sikap saling menghargai (mutual respect). Sikap tersebut mendudukan semua siswa memiliki kesataran walaupun realitanya banyak perbedaan-perbedaan, sehingga perdamaian dan kehidupan harmonis dapat teralisasikan. Kultur dinamis madrasah saling menghargai dan tidak melakukan deskriminasi terhadap latar belakang siswa sebagai daya tarik tersendiri bagi input siswa. Kondisi siswa MA MINAT Cilacap meliputi dari berbagai daerah 269 perlu melakukan strategi pembelajaran yang bisa diterima bagi seluruh siswa. Berikut respon siswa terhadap perbedaan kultur. Silaturahmi memberikan implikasi dalam mengembangkan persaudaraan dan membangun kedekatan relasi guru-siswa. Dengan demikian, silaturahmi membawa siswa dalam pembentukan sikap saling menghargai dan menghormati antara guru dan siswa. Silaturahmi merupakan salah satu kultur MA MINAT Cilacap dalam membentuk sikap menghormati. Silaturahmi sebagai bentuk penghormatan kepada kiai atau orang yang telah berjasa. Silaturahmi dilakukan oleh siswa-siswa dengan dipimpin oleh guru. Silaturahmi juga merupakan upaya mencari barokah (keutamaan) kepada orang berjasa. Pelaksanaanya biasanya ketika jelang ujian dan termasuk ketika peringatan haul (memperingati hari wafat kiai) karena diperuntukkan kesiapan mental siswa (wawancara dengan Msl tgl 15 september 2012). Silaturahmi berimplikasi pada pengembangan sikap siswa menghargai. Sikap menghargai merupakan bagian ajaran agama-agama serta anjuran DRAFT kemanusiaan pada akhirnya mengajarkan siswa pada kesetaraan hak, perdamaian maupun solidaritas. Tindak kekerasan golongan tertentu menjadi kedamaian antar umat manusia, karena hakikatnya manusia terlahir membawa potensi sama dan hak-hak sama. Aktualisasi dari sikap saling menghargai terdeskripsikan pada persahabatan diantara siswa MAMINAT Cilacap yang berasal dari luar daerah. Persahabatan dengan teman-teman menurut NI (nama samaran Siswa) ketika di MA MINAT Cilacap merasa persahabatan tidak dapat mendapatkan kendala. Persepsinya terhadap orang jawa adalah memiliki perangai lebih halus. Terkait dengan materi PAI di MA MINAT Cilacap berpendapat menjadikannya lebih tahu tentang hukum agama Islam, kepribadian menjadi lebih baik. Alasan memilih sekolah di MA MINAT Cilacap karena disini dekat dengan pesantren, materi agamanya banyak (Wawancara tgl 12 Pebruari 2012). 270 Silaturahmi sebagai kultur madrasah dengan dibarengi pola pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat melakukan secara aktif aktualisasi diri. Persamaan hak dan perlakuan setara menjadi budaya madrasah dinamis untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai multikultural. Madrasah tidak hanya dimaknai sebagai lembaga pendidikan untuk mekakukan transfer ilmu, namun madrasah juga sebagai tempat untuk melakukan pembentukan kepribadian serta penanaman akhlak mulia. Secara kodrati manusia dilahirkan dengan kemampuan yang sangat beragam (diffable). Satu sisi orang memiliki kelebihan dalam hal tertentu namun kurang dalam bagian-bagian lain. 3.Pembiasaan Multilingual Pembiasaan multingual/ multi bahasa diterapkan di MA MINAT Cilacap. Guru setiap pergantian jam pelajaran mengawali pembelajaran dengan bahasa DRAFT Arab, Inggris, dan bahasa Indonesia. Pembiasaan tersebut mengarah pada implementasi toleransi sesuai dengan materi Al qur’an Hadits tentang toleransi. Pembiasaan multilingual mendidik siswa untuk menghargai keragaman bahasa. Pembiasaan penggunaan multilingual menjadi aturan yang harus dilakukan oleh setiap guru, dengan demikian diharapkan penggunakan tiga bahasa dapat membudaya di MA MINAT Cilacap (wawancara dengan waka kurikulum Pr, 18 Oktober 2012). Keragaman bahasa juga memberikan potensi menguatnya primodialisme kelompok tertentu. Dominasi bahasa tertentu dengan bahasa lain dapat memicu konfik dan akhirnya mengarah pada sikap prejudise dan deskriminasi antar golongan masyarakat, walaupun bahasa juga merupakan cermin keragaman elemen yang terjadi dalam masyarakat. Hal tersebut sangat 271 mungkin terjadi melihat latar belakang siswa MA MINAT Cilacap lebih dari 30 % berasal dari luar Jawa. Pembiasaan penggunaan multilingual yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam rangka menepis primodialisme kebahasaan sekaligus menghilangkan deskriminasi dan prejudise. Hal ini merupakan bagian dari pendidikan multikultural yaitu pengakuan atas keragaman bahasa, sehingga menimbulkan kesadaran bagi siswa bahwa bahasa merupakan bagian keragaman yang perlu dilestarikan dan bukan merupakan sumber konflik serta dominasi kelompok dengan bahasa tertentu. Pembiasaan multilingual selain dilakukan dalam pergantian tiap pelajaran di kelas juga dilakukan dengan selalu mencantumkan papan nama ruang kelas, kantor, perpustakaan maupun ruang-ruang lain yang ada. Papan nama ruang digunakan multilingual yaitu bahasa Arab, bahsa Inggris dan bahasa Indonesia. DRAFT Nilai positif yang dihasilkan adalah membangun kesadaran akan multilingual merupakan bagian yang terjadi dalam masyarakat. Penggunaan ketiga bahasa tersebut salah satu membangun kesadaran anak didik dalam menghilangkan diskriminasi bahasa sehingga menimbulkan kesadaran kesetaraan dalam keragaman. 272 Gambar.8 Ruang kelas dengan papan nama multilingual (Dokumentasi, 25 Juni 2012) Implementasi pembiasaan multilingual menepis primodialisme, satwasangka dan deskriminasi. Hal tersebut juga teraktualisasi pada sikap dalam menghadapi siswa yang berbeda budaya oleh guru MF diperlakukan tidak ada perbedaan diantara siswa, semua siswa mendapat perlakuan yang berbeda. DRAFT Cuma perbedaan kelas untuk membedakan mereka yang dari pesantren maupun yang nonpesantren, yaitu dibedakan kelas 1 C, 1 D, II C dan II D. Biasanya yang masuk kelas C adalah mereka yang berasal dari pesantren, sedangkan yang di kelas D adalah mereka yang berlatar belakang umum. Perlakuan tersebut dimaksudkan untuk membantu siswa yang tidak berlatar belakang pesantren agar cepat beradaptasi. Hasil yang diperoleh lebih baik, siswa yang berasal nonpesantren lebih cepat menyesuaikan diri (Wawancara dengan Mf 26 Januari 2012). Guru dalam memberikan persamaan hak terhadap siswa dengan melakukan penyampaian materi-materi pendidikan agama Islam yang lebih bersifat kontekstual. Kajian materi pendidikan agama Islam banyak memuat nilai-nilai multikultural. Mata pelajaran tarikh atau sejarah kebudayaan Islam terdapat nila-nilai tauladan yang dapat dikontekstualisasikan. Sejarah 273 kebudayaan Islam tidak hanya dimaknai sebagai simbol kejayaan masa lampau, namun nilai sejarah dapat diteladani dan diaktualisasikan dalam diri siswa. Sifat yang telah dicontohkan rosul dalam kehidupan multikultural yaitu dengan melahirkan Piagam Madinah merupakan teladan yang baik dalam kehidupan yang sangat pluralis. Piagam Madinah merupakan perjanjian kesepakatan yang telah dibuat oleh Rasul yang dapat mengakomodir semua golongan termasuk di luar Islam sekalipun. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di MA MINAT Cilacap melakukan kontektualisasi makna sejarah. Nilai-nilai Tarikh atau sejarah kebudayaan Islam dikatakan oleh MS guru sejarah kebudayaan Islam dapat menjadikan siswa memiliki pola berpikir terbuka dalam menghadapi perbedaan. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu dilakukan kontekstualisasi sehingga nilai-nilai sejarah kebudayaan Islam seperti aspek toleransi sebagaimana telah dilakukan oleh Rasul dapat diinternalisasikan dalam diri siswa (Wawancara dengan MS 19 Januari 2012). DRAFT Bahasa merupakan alat komunikasi dalam aktifitas pendidikan. Kendala bahasa bagi siswa MA MINAT Cilacap dari luar jawa difasilitasi dengan forum ikatan santri (Iksa) dari masing-masing daerah, misalnya iksa Lampung, Medan dan Kalimantan. Iksa menjadi lembaga pembinaan bagi santri luar daerah terutama mempercepat adaptasi. Santri luar Jawa pada umumnya membutuhkan waktu panjang untuk dapat berbicara Jawa, namun dari sisi arti bahasa Jawa mereka dapat mengerti. Kultur madrasah turut menunjang dalam beradaptasi. Penggunaan multilingual yang diterapkan dalam pembelajaran di MA MINAT Cilacap menepis problem keragaman bahasa siswa. 274 4. Berpeci dan Berjilbab Kompetensi dasar dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA MINAT Cilacap memuat tentang akhlak berpakaian dan berhias. Pembiasaan siswa dan guru MA MINAT Cilacap dalam berpakaian adalah diwajibkan berpeci dan berjilbab. Ketika memasuki pintu gerbang MA MINAT Cilacap komplek siswa putra terpampang didepan papan pengumuman ” Kawasan wajib berpeci” demikian juga di komplek siswa putri tertulis ”Kawasan wajib berjibab”. Semua siswa wajib mengenakan peci dan jilbab, ketika tidak mematuhi maka tidak dapat mengikuti proses pembelajaran (Observasi, 16 september 2012). MA MINAT Cilacap mengadopsi kearifan lokal yaitu dengan mewajibkan bagi siswa putra mengenakan peci, bahkan bapak guru juga konsisten mengenakan peci. Hal tersebut langkah mengintegrasikan aspek-aspek positif kedalam kultur Madrasah. Secara tidak langsung peci dipandang sebagai DRAFT lambang kesalekhan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Dengan demikian, menjadi salah satu upaya pembentukan moral. Internalisasi nilai-nilai dalam kepribadian seperti rasa menghormati, kesetaraan dan humanisasi terbentuk dalam diri anak. Jilbab merupakan bagian dari implementasi ajaran Islam, hal ini juga turut membantu terbentuknya kepribadian siswa arif dan memiliki kepekaan sosial tinggi dan moralitas menjadi terjaga. 275 Gambar.9 Siswa MA MINAT Cilacap wajib berpeci (Dokumentasi, 25 Juni 2012) DRAFT Gambar.10 Siswi MA MINAT Cilacap wajib berjilbab (Dokumentasi, 25 Juni 2012) 276 Kesan yang diperoleh Lz tentang keharusan memakai Jilbab di MA MINAT Cilacap adalah dapat mengajarkan berakhlak. Hal ini juga terkait dengan materi tentang hubungan dengan sesama dan jadi mengerti baik dan buruk. Kewajiban berjilbab di MA MINAT Cilacap juga sesuai karena Banyak pelajaran agamanya dan dekat pondok yang pelajaranya kitab kuning (Wawancara,12 Pebruari 2012). Motivasi utama siswa MA MINAT Cilacap adalah penguasaan nilai-nilai agama untuk membentuk kepribadian muslim yang salih salah satu kultur mendukung kewajiban berpeci dan berjilbab. Kepribadian yang baik akan terbentuk jika didasari normatif agama. Akhlak mulia merupakan perwujudan dari kepribadian baik. Kesadaran dan kebutuhan terhadap menunutut ilmu terutama ilmu-ilmu keIslaman secara langsung membentuk kepribadian yang memiliki kompetensi kultural. Agama dapat membuat kesadaran bagi para pemeluknya untuk berbuat sesuai perintah agama. Sedangkan Jh berpendapat kewajiban memakai peci mendukung materi pendidikan agama Islam di MA MINAT Cilacap menjadikan lebih tahu tentang keagamaan dan menjadikan pribadi lebih baik. Dia merasakan lebih baik dari yang dulu. Kultur di MA MINAT Cilacap sangat mendukung keharusan berpeci dan berjilbab karena MA MINAT Cilacap beda dengan yang lain, di sini ada pelajaran mantiq, nahwu, falak (Wawancara 18 Pebruari 2012). DRAFT Kultur jawa lebih dipandang sebagai sebuah kultur yang lebih halus dibandingakan dengan luar jawa. Kecenderungan orang luar Jawa mudah melakukan adaptasi dengan orang jawa. Perbedaan kultur antar daerah mendorong terbentuknya karakter sesorang, sedangkan agama membawa aturan-aturan yang dapat bersifat universal dalam pembentukan karakter seseorang. Ajaran nilai-nilai agama dapat mengarahkan kepribadian seseorang. Nilai-nilai tersebut merupakan bagian penting dalam konteks pendidikan multikultural semua harus dihapuskan 277 segala bentuk deskriminasi. Diskriminasi menjadi beragam varian yaitu diskriminasi dalam perlakuan maupun diskriminasi terhadap ras maupun etnik. Hal-hal di atas yang perlu dihapuskan dalam praktek pendidikan multikultural. Siswa MA MINAT Cilacap dalam proses pendidikan lebih merasakan adanya perlakuan yang sama dan tidak ada perlakuan yang berbeda. Siswa MA MINAT Cilacap dari berbagai daerah cukup banyak, sehingga terjadi keragaman bahasa. Guru pendidikan agama Islam berperan dalam pembentukan akhlak mulia dan kepribadian siswa. Guru semestinya memiliki pemahaman yang memadai dalam melakukan penghormatan terhadap perbedaan bahasa yang digunakan siswa. Perilaku respek diimplementasi dalam pola pembelajaran di kelas. Metode keteladan yang ditampilkan oleh guru akan mudah dicontoh oleh siswanya, sehingga pendidikan multikultural tidak sebatas teoritis namun juga dalam dataran praktis. Sosialisasi awal siswa DRAFT MA MINAT Cilacap dari luar daerah terkendala dalam bidang bahasa tetapi mereka cepat melakukan adaptasi. Kendala sosialisasi dengan sesama siswa tidak ada kendala yang berarti, cuma cara bergaulnya saja yang beda. Pergaulan antara teman di sini baikbaik, saya suka di sini. Proses pembelajaran di MA MINAT Cilacap dapat diikuti dengan baik. Terkait dengan materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di MA Cilacap, agak susah menerima karena banyak bahasa Arabnya. Terkait dengan pembentukan kepribadian. Materi Pendidikan Agama Islam dari MA MINAT Cilacap dapat menghilangkan sifat-sifat jelek. Dia memilih sekolah di MA MINAT Cilacap adalah pelajaran agamanya banyak dan dapat mengurangi pergaulan bebas (Wawancara, Maret 2012). Pendidikan multikultural dapat ditempuh melalui proses pembelajaran dan kelembagaaan dengan membangun kultur Madrasah dalam mendukung pembentukan karakter melalui wajib 278 berpeci dan berjilbab. Proses pembelajaran memasukan nilai-nilai multikultural dalam materi ajar, pembentukan sikap guru dan siswa yang responsif terhadap pendidikan multikutural serta penciptaan iklim kelas kondusif. Guru diharapkan memiliki sikap sensitif terhadap pendidikan multikultural. Kultur MA MINAT Cilacap yang mewajibkan berpeci dan berjilbab membawa pengaruh terhadap kepribadian siswa dan pembentukan karakter. 5. Gedung Madrasah Perpaduan Arsitektur Jawa dan Islam Pendidikan multikultural memungkinkan saling menghormati antara berbagai perbedaan yang terjadi di dalam masyarakat, pengalaman dari berbagai pengalaman antarkultural terjadinya akulturasi berbagai budaya. Manifestasi hilangnya satwasangka terjadi satu budaya dapat mengakomodasi nilai-nilai pstif dari budaya yang lain sehingga terjadi harmoni budaya. Sarana gedung MA MINAT Cilacap terlihat memakai perpaduan berbagai unsur DRAFT arsitektur mencerminkan akulturasi budaya, sehingga tidak memunculkan dominasi budaya tertentu. Pintu gerbang utama MA MINAT Cilacap mengakomodasi kearifan lokal berupa bangunan arsitektur Jawa (joglo). Hal ini mencerminkan pola berpikir multikultural terjadi pada MA MINAT Cilacap. Pemahaman lebih terbuka atas realitas budaya di dalam masyarakat. Hal ini memiliki makna bahwa warga madrasah telah memiliki kesadaran dan kompetensi kultural sehingga dapat mengakomodir budaya Jawa tanpa menimbulkan pertentangan teologis. Gedung aula jadid merupakan tempat yang biasa digunakan dalam kegiatan madrasah tampak jelas menggunakan 279 aristektur Jawa. Kontruksi atap aula hingga desain ruang aula menggunakan arsitektur Jawa. Pengalaman multikultural membuka cakrawala pemikiran universal tidak tersekat pada kehidupan monokultur sekaligus membangun wacana pemikiran terhadap keragaman (diversity), kemajemukan (plurality). Hal tersebut membawa konsekuensi pada pandangan kesetaraan (equality) pada akhirnya membentuk tatanan kehidupan sosial harmoni. DRAFT Gambar.11 Aula Jadid mengunakan arsitektur Jawa (Joglo) (Dokumentasi, 25 Juni 2012) Selain mengakomodasi arsitektur Jawa (joglo), MA MINAT Cilacap juga memadukan arsitektur Islami dari timur tengah, terlihat pada arsitektur bangunan perpustakaan. Desain bangunan perpustakaan dari lantai satu hingga lantai 2 menggunakan aristektur Islam terutama terlihat pada bentuk-bentuk kanopi dan jendela serta atap. Tampak depan terlihat relief bangunan dengan nuansa Islami. 280 Gambar.12 Perpustakaan dengan mengunakan arsitektur Islam (Dokumentasi, 25 Juni 2012) 6. Makna Logo MA MINAT Cilacap DRAFT Pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap terlembaga dan teraktualisasi tergambar pada makna logo madrasah. Lambang globe (bumi) memiliki makna bahwa MA MINAT Cilacap beriorientasi pada pendidikan global tidak hanya berkutat pada pemahaman keilmuan tertentu, namun mengakomodasi berbagai nilai-nilai positif berbagai budaya maupun ilmu-ilmu lain. Pendidikan global dalam logo MA MINAT Cilacap sebagai bentuk manifestasi pengakuan keragaman budaya, bahasa, ras maupun agama, sehingga MA MINAT Cilacap mengedepankan semangat kebersaman, kesetaraan dan keragaman (wawancara dengan kepala madrasah, 7 Nopember 2013). Lambang obor api memberikan makna bahwa MA MINAT Cilacap mengembangkan semangat kemajuan keilmuan dengan pengakuan kebenarankebenaran ilmu tanpa batas agama maupun pemahaman tertentu. Artinya menghilangkan aspek absolut kebenaran ilmu tertentu dan menutup kebenaran 281 ilmu di luar Islam. Dengan demikian MA MINAT Cilacap menanamkan semangat kesetaraan dalam kemajemukan. Lambang bintang sembilan memberi arti bahwa MA MINAT Cilacap mengikuti pola pikir majemuk dan pluralisme yang diajarkan walisongo (penyebar dakwah Islam di Jawa). Konsep dakwah walisongo mengutamakan perdamaian tanpa melakukan pemaksaan dan nirkekerasan. Dakwah dilakukan melalui akulturasi budaya sehingga tidak menimbulkan konflik sosial. Ajaranajaran humanisasi dengan mengakomodasi kearifan lokal mengispirasi langkah pengembangan kultur di MA MINAT Cilacap. Lambang Al qur’an Hadis adalah sumber kebenaran mutlak yang selalu menjadi pendoman operasional MA MINAT Cilacap. Ajaran-ajaran toleransi, menghormati perbedaan, kesetaraan merupakan ajaran Qur’an Hadits serta antikekerasan. Al qur’an Hadis menjadi dasar pijak utama dalam membangun relasi sosial antar multikural termasuk multiagama (wawancara dengan kepala madrasah, 7 Nopember 2013). DRAFT Lambang Madrasah Islamiyah Nahdlotutthulab, bermakna kebangkitan pelajar yaitu aspek progresif dan dinamis dalam mengahadapi kehidupan global merupakan semangat yang menjiwai MA MINAT Cilacap. Dinamika kehidupan multirasial, multikultural merupakan bagian tantangan dalam memajukan keilmuan, sehingga kebangkitan pelajar memiliki makna luas pada peningkatan keilmuan, karakter terutama dalam kehidupan multikultural. 282 Gambar.13 Logo MA MINAT Cilacap (Dokumetasi, 25 Juni 2012) Makna logo MA MINAT Cilacap diimplementasikan pada visi yang disusun yaitu: terwujudnya generasi penerus yang bekompeten dalam bidang DRAFT agama dan akhlak, berdaya juang tinggi aktif, kreatif dan inovatif, memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat. Visi MA MINAT Cilacap diturunkan dari makna lambang-lambang terdapat dalam logo MA MINAT Cilacap. Visi tersebut menggambarkan idealisasi ke depan dengan mengedepankan penguasaan agama serta akhlak. Artinya aspek moralitas merupakan bagian dari visi untuk mencetak output yang memiliki karakter baik. Hal ini sejalan dengan dimensi pendidikan multikultural yaitu tetap mengedepankan human relation dinamis, anti kekerasan serta anti diskriminasi budaya. 283 Gambar.14 Visi MA MINAT Cilacap (Dokumetasi, 25 Juni 2012) Visi tersebut diatas diperkuat dengan menentukan misi yaitu: madrasah model dalam pengembangan agama Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi. DRAFT Sebagai lembaga pendidikan mental dan perjuangan. Pusat kajian ilmu agama Islam ala ahlussunah wal jamaah. Visi dioperasionalisasikan melalui misi bermuatan pada pendidikan multikultural. Misi MA MINAT Cilacap tetap melalukan dan mengadopsi perkembangan keilmuan maupun teknologi, hal ini juga berimplikasi bersikap permisif terhadap isu-isu pendidikan multikultural. Konsep tersebut didukung pada misi menjadi pusat kajian keilmuan dengan model ahlussunah wal jamaah. Artinya MA MINAT Cilacap mengakomodasi kebenaran-kebenaran yang bersifat universal hal ini senada dengan semangat pendidikan multikultural. 284 Gambar.15 Misi MA MINAT Cilacap (Dokumetasi, 25 Juni 2012) 7. Tata Aturan Madrasah MA MINAT Cilacap sebagai lembaga pendidikan mengembangkan tata aturan yang menjamin pendidikan multikultural dengan baik. MA MINAT DRAFT Cilacap melakukan pemberdayaan dalam diri siswa melalui pola pembelajaran dalam mengurangi dampak sosialisasi antara lain sebagai berikut: Satu sisi pendidikan multikulutral dapat dikembangakan melalui kelembagaan Madrasah. Pendidikan multikultural mengembangkan kesadaran bersama dengan melalui kompetensi budaya, memahami realitas sosial dan menghilangkan bentuk-bentuk ketimpangan sosial. Dengan demikian, praksis pendidikan multikultural perlu melakukan tata aturan madrasah yang menjamin terjadinya pemberdayaan guru dan siswa. Pemberdayaan guru melalui model pembelajaran yang bersifat kontekstual terhadap nilai perdamian, demokrasi, humanisasi dan sosial. Pemberdayaan siswa dengan memberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. 285 Realisasi dari konteks pendidikan multikultural dibutuhkan tata aturan organisasi madrasah yang lebih kondusif bagi pemberdayaan sekolah menuju pendidikan multikultural. Adapun terkait dengan hal tersebut dapat dilihat dari struktur Organisasi Madrasah Aliyah Islamiyah Nahdlatuttullab (MA MINAT CILACAP) Cilacap dengan tugas dari komponen-komponennya meliputi: a. Kepala MA. MINAT (KH. Mu’rofudin, S.H.) bertugas sebagai pembuat perencanaan dan program, mengorganisasikan, melaksanakan pengawasan b. Waka Administrasi/Waka Sarana Prasarana (KH. Ishak Hilal) bertugas sebagai pengatur pelaksanaan kegiatan kepegawaian, keuangan, pengadaan dan inventarisasi sarana dan prasarana. c. Waka Kurikulum (Puri, BA.) mempunyai tugas pengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, inventarisasi training guru, DRAFT evaluasi kegiatan sekolah. d. Waka Urusan Hubungan Madrasah dengan Masyarakat “HUMAS” (Khasbullah Maulana) bertugas mengatur informasi madrasah dengan masyarakat, kerjasama madrasah dengan masyarakat, hubungan dengan instansi pemerintah dan swasta. e. Tata Usaha Madrasah (K. MA. Munir, S.Hi), melaksanakan pengaturan administrasi kantor, pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan, administrasi keuangan, sarana prasarana dan inventarisasi peralatan madrasah. 286 f. Guru-guru bertugas melakukan kegiatan belajar mengajar, evaluasi belajar siswa, koordinator kurikuler, administrasi kegiatan belajar mengajar. g. Wali Kelas bertugas sebagai pengelolaan kelas, pembina siswa, melaporkan keadaan siswa, pengisian raport. h. Petugas Bimbingan Penyuluhan, Bimbingan Karier,dan Bimbingan Konseling (K. Masduki BA) bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan, pembentukan pribadi siswa, membantu siswa memecahkan masalah, administrasi BP / BK. i. Kebijakan Madrasah dalam bidang Organisasi Madrasah MA MINAT CILACAP merupakan kebijakan yang sesuai dengan tugas masingmasing yang diberikan oleh kepala Madrasah kepada seluruh karyawan MA MINAT CILACAP dalam hal ini adalah: DRAFT a. Kepala Madrasah mempunyai beberapa tugas yaitu: 1) Umum meliputi penyusunan perencanaan, mengorganisir kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, mengevaluasi kegiatan, membuat kebijaksanaan, mengadakan rapat Madrasah, mengambil keputusan dan pengaturan administrasi. 2) Menyelenggarakan Administrasi seperti mengadakan perencanaan kegiatan Madrasah, mengkontrol dan mendata administrasi waka-waka, memberikan petunjuk kearah penyempurnaan administrasi di tingkat wakil kepala, mengontrol data-data keuangan, meminta data/laporan kegiatan. 287 3) Supervisi, dalam hal ini Kepala Madrasah mengadakan KBM, kegiatan BP, kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, kegiatan ketatausahaan, kepustakaan dan laboratorium. b. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum sebagai pembantu kepala Madrasah dalam hal-hal sebagai penyusun program pengajaran, menyusun pembagian tugas guru, menyusun jadwal pelajaran, jadwal evaluasi belajar, pelaksanaan UM dan UN, jadwal penerimaan siswa baru, mengkoordinasikan penyusunan program belajar, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengajaran. c. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan mempunyai tugas menyusun program pembinaan siswa, megadakan bimbingan dan pelaksanaan pengendalian kegiatan siswa, membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan, DRAFT memberikan pengarahan dan menyelenggarakan pemilihan pengurus OSIS, pemilihan calon siswa teladan dan calon penerima beasiswa, mengadakan seleksi siswa untuk mengikuti kegiatan luar Madrasah, membuat laporan kegiatan siswa. d. Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana bertugas sebagai pengatur dan penyelenggara hubungan antara Madrasah dengan Wali Siswa, pembina pengembangan hubungan antara Madrasah dengan lembaga lain, mengadakan kegiatan bersama antara Madrasah dengan masyarakat, lembaga luar Madrasah, menyusun laporan kegiatan hubungan masyarakat. 288 e. Guru, dalam hal ini guru bertugas sebagai pembuat rencana kegiatan belajar mengajar, melakukan persiapan mengajar, melakukan KBM, melakukan penilaian, memberikan dorongan dan bimbingan siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya, membuat dan menyusun lembar kerja, memantau kemampuan dan kemauan siswa didiknya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, membuat catatan kemajuan hasil siswa dalam memahami materi pelajaran yang sudah diberikan. f. Wali Kelas membantu kepala Madrasah dalam bidang pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas, hiasan dinding, pengisian daftar nilai siswa, pengisian buku raport, pembagian buku raport. g. Pegawai Kepustakaan, buku/bahan bertugas kepustakaan, sebagai pelayanan perencana pengadaan kepustakaan, perencana pengembangan perpustakaan, pemelihara dan perbaikan kekayaan DRAFT kepustakaan, inventarisasi kekayaan kepustakaan, labelling buku-buku kepustakaan, mengadakan kartu kepustakaan, membuat katalog, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepustakaan. h. Kepala Urusan/Bagian Tata Usaha bertugas sebagai penyusun program tata usaha Madrasah, membuat RAPBS, pembenah dan penyempurna administrasi Madrasah, pembantu, penyempurna pembenahan administrasi pegawai, pembuat agenda surat masuk dan keluar. i. Bimbingan dan Penyuluhan bertugas sebagai penyusun program pelaksanaan BP, mengadakan koordinasi dengan wali kelas dalam 289 penanganan masalah yang dihadapi siswa, memberikan layanan penyuluhan terhadap siswa dalam meningkatkan prestasi. j. Hasil belajar, mengadakan kerjasama dengan wali siswa dalam penanganan siswa, mengadakan penilaian dan pembantu statistik pelaksanaan dan hasil penyuluhan, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan. (Diolah dari dokumentasi tanggal 3 Pebruari 2012) Tata aturan pelaksnaan pendidikan MA MINAT Cilacap memiliki keteraturan dan persamaan hak antara guru, siswa, kepala madrasah dan pegawai. Pimpinan madrasah menetapkan tata aturan pelaksanaan pendidikan sebagai tindak lanjut (aturan palaksana) dari peraturan yayasan dibidang pendidikan. Tata aturan tersebut diwujudkan dalam bentuk tata tertib. DRAFT a. Tugas dan kewajiban selaku kepala madrasah /wakil kepala madrasah. 1) Wajib menunjukkan kesetiaan, kepatuhan pada peraturan yang berlaku (peraturan negara, yayasan, dan madrasah). 2) Kepala madrasah dan wakil kepala madrasah selaku pimpinan wajib menjadi contoh yang berakhlakul karimah. 3) Kepala madrasah/ wakil kepala madrasah wajib bersikap sopan, tegas, jujur, bijaksana, dan berjiwa demokratis. 4) Kepala/wakil madrasah harus mampu memberikan dorongan rangsangan yang positif dalam hal pengabdian dan kemauan kerja (mampu menumbuhkan etos kerja pada anggotanya). 290 5) Kepala madrasah/wakil kepala madrasah harus mampu menumbuhkan suasana damai dan kerjasama yang baik antara komponen yang ada dalam Madrasah tersebut. 6) Mampu menumbuhkan hubungan yang baik dengan lembaga pemerintah atau lembaga swasta yang lain dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 7) Kepala madrasah dan wakil kepala madrasah harus bisa melaksanakan tugas kepentingan secara terbuka. 8) Kepala madrasah harus selalu berusaha menanamkan, mempertahankan, mewujudkan visi dan misi Yayasan. 9) Kepala madrasah dan wakil kepala madrasah sebagai manager berkewajiban melaksanakan manajemen sebaik-baiknya di dalam kurikulum, personalia, keuagan dan administrasi. DRAFT b. Tugas dan kewajiban guru selaku pengajar dan pendidik. 1) Mengadakan persiapan mengajar. 2) Datang ke sekolah 10 menit sebelum kegitan mengajar dimulai pada setiap hari kerja 3) Guru yang tidak bisa melaksankan tugas harus memberi tahu/ meminta ijin kepada kepala madrasah 4) Guru hanya boleh meninggalkan sekolah dengan madrasah 291 ijin kepala 5) Guru yang tidak melaksanakan tugas/mengajar diberi tugas oleh kepala madrasah (membuat naskah soal, rangkuman pelajaran untuk siswa) 6) Guru yang tidak bisa melaksanakan tugas harus bisa mencari kesempatan/waktu pengganti hari yang ditinggalkannya 7) Mengadakan evaluasi yang telah disampaikan secara teratur yang meliputi: a) Evaluasi terhadap sistem yang digunakan b) Evaluasi terhadap hasil belajar c) Evaluasi terhadap kegiatan siswa diluar kelas 8) Ikut memelihara ketertiban kelas dan sekolah 9) Setiap guru yang masuk kelas harus memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas. DRAFT 10) Guru yang mengajar tidak dibenarkan meninggalkan kelas 11) Guru yang sedang mengajar tidak diperkenankan merokok di kelas 12) Ikut membina hubungan yang harmonis antara: a) Guru dan siswa dengan selalu membina komunikasi yang sehat b) Madrasah dan masyarakat atau aparat pemerintah c) Semua komponen yang ada dalam madrasah 13) Seorang guru harus selalu berusaha menyelaraskan dan meningkatkan pengetahuannya 14) Cara berpakaian seorang guru harus mengindahkan nilai kesopanan dan estetika 292 15) Hubungan antara guru dan atasan hendaknya selalu diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan 16) Setiap guru harus bersikap toleran dalam setiap penyelesaian masalah 17) Selaku pendidik seorang guru harus dapat selalu menyadari dan mencintai pekerjaannya 18) Selaku pendidik seorang guru harus bisa mencintai siswanya sebagaimana ia menciantai anaknya 19) Seorang guru harus bisa menjadi dinamisator dan motivator pendidikan masyarakat 20) Guru harus menjadi stabilitator perkembangan masyarakat c . Larangan-larangan 1) Guru dilarang mengajar pada lembaga pendidikan lain kecuali atas ijin kepala madrasah DRAFT 2) Guru dilarang menjadi kepala madrasah/lembaga pendidikan lain 3) Guru dilarang mengadakan kegiatan ekstra kulikuler di lingkungan Madrasah 4) Guru dilarang melakukan tindakan yang bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku. d. Sanksi-sanksi Seorang guru yang tidak bisa melaksanakan hal-hal sebagaimana dalam ketentuan diatas dapat dikenakan sangsi sebagai berikut: 1) Teguran/peringatan lisan langsung dari kepala madrasah 2) Peringatan tertulis maksimum tiga kali 293 3) Hukuman administatif 4) Dipindahtugaskan ke tempat lain 5) Pemberitahuan sementara oleh yang berwenang 6) Pemberhentian dengan hormat 7) Pemberhentian dengan tidak hormat 8) Tindakan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku e. Kebijakan Kepala sekolah dalam bidang kepegawaian 1) Pendidikan dan latihan 2) Pendidikan dan pelatihan bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam rangka pengabdian 3) Setiap pegawai yang memenuhi syarat memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan 4) Peraturan mengenai pendidikan dan latihan diatur dengan keputusan DRAFT pimpinan lembaga atas persetujuan Badan Pelaksana Harian 5) Kesejahteraan Pegawai 6) Kenaikan honor dengan memperhatikan anggaran. (Dokumentasi tanggal 19 Agustus 2011) Pembinaan siswa dan tata tertib siswa dilakukan pada saat pelaksanaan upacara bendera dan melalui Bimbingan dan Konseling Tata Tertib Siswa MA MINAT CILACAP : a. Tugas dan Kewajiban 1) Kegiatan intra sekolah Waktu pelajaran berlangsung: 294 Para siswa wajib datang ke madrasah sebelum pelajaran dimulai Para siswa memasuki ruangan atau kelas dengan tertib dan teratur Sebelum jam pertama dimulai para siswa memberi hormat kepada bapak/Ibu guru Pada saat akan dimulainya jam pelajaran pertama atau akan berakhirnya jam terakhir para siswa berdoa lebih dahulu Siswa yang datang terlambat wajib lapor kepada guru piket / wali kelas/ BP/petugas kantor yang lainnya Waktu tidak ada pelajaran Waktu istirahat siswa harus berada diluar kelas Pada jam bebas semua siswa tidak boleh meninggalkan lingkungan madrasah Pada saat guru bidang studi tidak hadir, ketua kelas harus lapor DRAFT kepada wali kelas/guru piket Meninggalkan madrsah Para siswa meninggalkan madrasah setelah selesainya jam pelajaran berakhir Para siswa diperkenankan meninggalkan madrasah sebelum jam terarakhir selesai kalau mendapat ijin dari kepala madrasah Para siswa diperkenankan meninggalkan madrasah kalau kepala madrasah membubarkan kegiatan belajar mengajar lebih awal karena ada kegiatan penting madrasah lainnya 2) Kegiatan Ekstrakurikuler 295 Setiap siswa MA MINAT CILACAP wajib menjadi anggota OSIS di madrasahnya Setiap siswa berhak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh madrasah 3) Kebersihan dan keindahan Gedung madrasah, halaman dan peralatan Setiap siswa wajib menjaga keindahan dan kebersihan madrasah Setiap siswa wajib berusaha memperindah gedung madrasah dan lingkungannya Pakaian dan cara berdandan Setiap siswa wajib berdandan sesuai dengan ketentuan Setiap siswa memakai pakaian seragam yang ditentukan oleh madrasah DRAFT Setiap siswa laki-laki tidak boleh berambut panjang Setiap siswa wajib menjaga kerapihan pakaian dan rambutnya Setiap siswa laki-laki tidak boleh memakai kalung, anting dan sejenisnya Upacara bendera Setiap siswa wajib mengikuti upacara yang diadakan oleh madrasah Setiap wajib mengikuti upacara yang diadakan bersama dengan lembaga lain Setiap siswa wajib menjaga ketertiban, kehikmatan dan kelancaran upacara 296 Lain-lain Setiap siswa wajib menjaga nama baik madrasah, baik di madrasah maupun diluar madrasah Setiap siswa dilarang membawa barang atau alat terlarang ke madrasah (senjata tajam, narkotik, ganja, buku majalah dan gambar porno, dan lainya) Setiap siswa tidak dibenarkan membawa atau menghisap rokok di madrasah Setiap siswa tidak dibenarkan membuat kegaduhan atau melakukan hal-hal yang bisa menggangu ketertiban dan ketenangan madrasah 4) Sanksi Peraturan atau tata tertib baru bisa berjalan apabila sudah dilengkapi dengan sangsi bagi setiap yang melanggar peraturan tersebut. Maka DRAFT dari itu tata tertib madrasah ini dilengkapi dengan sangsi-sangsi adapun sangsi-sangsi itu adalah sebagai berikut: a. Peringatan lisan oleh guru, wali kelas, BP, kesiswaan, Kepala Madrasah secara langsung. b.Peringatan tertulis kepada siswa dengan tebusan kepada wali siswa. c. Peringatan tegas dengan keharusan membuat surat pernyataan kesanggupan melaksanakn ketentuan yang ditetapkan oleh madrasah. d.Pemanggilan orang tua wali untuk menentuak langkah-langkah penanganan bersama. e. Dipindahkan ke madrasah lain. 297 f. Dikembalikan kepada orang tua wali. 5) Pengaturan Mutasi Siswa Mutasi siswa dilakukan dengan memberikan surat pindah disertai nilai raport 6) Pengaturan lulusan/alumni Standar nilai kelulusan mengacu pada Kemendiknas MA MINAT CILACAP tahun 2009/2010 mencapai 90%, bagi yang tidak lulus mengikuti kejar paket C. Alumni MA MINAT Cilacap sekitar 75 % melanjutkan ke perguruan tinggi dan 25% ada yang masih tetap di Pondok Pesantren ada yang keluar, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi selanjutnya maka dilakukan pengarahan-pengarahan dari pihak sekolah. Perguruan tinggi yang ditawarkan antara lain IAIIG, STAIN Purwokerto, UIN Jogja dan lain-lain, atau dari Perguruan Tinggi DRAFT langsung yang menawarkan kepada siswa MA MINAT Cilacap. Pada tahun 2009/2010 untuk prestasi umum ada dua anak yang mendapatkan beasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Syarif Hidayatulloh. Pada tahun 2008/2009 untuk prestasi agama ada emapt anak yang mendapatkan beasiswa di Al Azhar Kairo Mesir. 7) Kegiatan Ekstrakurikuler Pembinaan minat bakat terdiri dari hadrah, marawis, volly, karya tulis remaja, olah raga, karate, pramuka dan guru mengarahkan masingmasing siswa sesuai dengan bakatnya. Kelas XII tidak ada ekstrakurikuler tetapi diadakan pengayaan, kelas X dan XI diadakan 298 ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat para siswa. Jadwal ekstrakurikuler diambil pada jam akhir pelajaran pada hari senin dan selasa. 8) Kebijakan sekolah di bidang Kesiswaan Aturan yang dibuat tidak lepas dari kebijakan sekolah. Sebagai contoh, Setiap ada kegiatan keagamaan diserahkan kepada siswa dari pembuatan proposal sampai pembentukan panitia dengan tujuan agar tumbuh kemandirian pada diri siswa, dalam hal ini guru sebagai pembimbing saja. (Dokumentasi tanggal 22 September 2011) DRAFT 299 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan terhadap kajian multikultural pada Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di MA MINAT Cilacap mengacu pada kurikulum berdimensi multikultural yaitu pada kurikulum Aqidah akhlak, Al qu’an Hadis maupun pada fiqih. Konstruk keilmuan didukung melalui stuktur kurikulum yang memuat nilai-nilai pendidikan multikultural. Pada kurikulum Aqidah akhlak dimensi multikultural memuat materi tentang aliran-aliran dalam ilmu kalam. Hal ini mengarahakan anak pada pemahaman akan keragaman pemikiran dalam kalam. Sedangkan dalam DRAFT kurikulum Al qur’an Hadis terutama pada materi tentang ayat-ayat toleransi dan etika pergaulan. Siswa diarahkan mengetahui dasar normatif tentang toleransi dan etika dalam pergaulan. Kurikulum fiqih pada materi tentang aliran mahzab dalam fiqih lebih banyak mengarahkan anak dalam memahami perbedaan pemikiran dalam fiqih. Kurikulum pendidikan agama Islam di MA MINAT Cilacap berdimensi multikultural memuat pengakuan atas keragaman kultur, ras, dan sosial yang dikembangkan dan di internalisasikan dalam pembelajaran. 2. Nilai-nilai multikultural yang dikembangkan dalam bahan ajar di MA MINAT Cilacap adalah persamaan hak, adil, toleransi, persaudaraan, dan 355 etika pergaulan. Nilai-nilai tersebut adalah termuat dalam bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap yang selanjutnya dikembangkan dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai tersebut dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar di MA MINAT Cilacap selanjutnya didukung kultur madrasah yang adaptif dan responsif terhadap pendidikan multikultural. Kultur madrasah turut membentuk sikap guru dan siswa serta personel madrasah terhadap penerapan pendidikan multikultural. Adapun nilai-nilai pendidikan multikultural yang terimplementasi pada bahan ajar Pendidikan Agama Islam di MA MINAT Cilacap. 3.Makna multikultural menurut guru Pendidikan Agama Islam dan siswa MA MINAT Cilacap tidak lepas dari pengaruh yang dikembangkan Institusi. MA MINAT Cilacap mengembangkan konsep tawazun dan mengedepankan tasamuh membawa konsep yang baik terhadap pendidikan DRAFT multikultural. Sedangkan siswa MA MINAT Cilacap memberi makna multikultural antara lain tentang persamaan hak yang harus diberikan lembaga pendidikan sebagai institusi sebagai tempat untuk melakukan pemberdayaan siswa. Persamaan hak menjadi pondasi dasar dalam meminimalisasi konflik yang berkembang dalam masyarakat. Pemberdayaan siswa MA MINAT Cilacap pada sikap persamaan hak memberikan nilai positif pada pembentukan perilaku yang lebih responsif multikultural. Makna persamaan hak menurut siswa adalah jika tidak ada perbedaan hak antara siswa yang berasal dari berbagai daerah maka perolehan hak antara siswa menjadi setara. 356 4. Sikap guru MA MINAT Cilacap terbuka terhadap keberagaman bahasa dan budaya, serta menghargai karakter siswa dari beragam daerah. Sikap tersebut didukung pemaknaan multikultural menurut guru dan siswa tentang makna multikultural. Sikap siswa telah memiliki pemahaman dan kompetensi kultural. Sikap siswa memberi makna adil yaitu merupakan perlakuan yang sama antara ras. Sedangkan persaman hak adalah penghargaan atas keragaman bahasa yang dimiliki oleh siswa. 5. Kultur MA MINAT Cilacap dalam mendukung implementasi pendidikan multikultural adalah dapat dideskripsikan melalui pembiasaan: bahtsul masail, silaturahmi, pembiasaan multilingual, berpeci dan berjilbab, gedung madrasah menggunakan arsitektur Jawa dan Islam, makna logo MA MINAT Cilacap memiliki nilai multikultural, tata aturan madrasah memuat perlindungan pada hak-hak guru dan siswa. Makna logo MA DRAFT MINAT Cilacap dan tata aturan madrasah yang mengakomodasi kesetaraan hak semua personel madrasah. Aspek-aspek di atas adalah merupakan aspek yang mendukung kultur madrasah dalam implementasi pendidikan multikultural dan hal ini didukung kultur Pesantren Al Ihya Ulumudin. Dengan demikian, kultur yang mendukung tersebut juga mempercepat sosialisasi dan adaptasi siswa yang berasal dari luar daerah Jawa. Akhirnya, kultur MA MINAT Cilacap sangat mendukung dalam implementasi pendidikan multikultural. 357 B.Implikasi Implikasi yang diperoleh dari sisi kelembagaan menjadikan MA MINAT Cilacap sebagai salah satu lembaga pendidikan di antara lembaga pendidikan yang lain melakukan upaya pendidikan multikultural. Artinya MA MINAT Cilacap memberikan kontribusi terhadap pengembangan sikap menghormati kemajemukan dan meminimalisasi konflik sosial berdimensi agama. Implikasi dalam wacana keilmuan terutama pendidikan multikultural, MA MINAT Cilacap telah memetakan nilai-nilai pendidikan multikultural yang dilakukan dengan pengembangan bahan ajar sampai dengan menciptakan kultur madrasah. Dengan demikian, pendidikan multikultural dalam perspektif Islam merupakan anjuran bukan larangan. Hal ini terbukti banyak dasar normatif Islam yang menyerukan humanisasi, demokratisasi dan keadilan. Sedangkan dari sisi kebijakan, pendidikan multikultural yang dilakukan oleh DRAFT MA MINAT Cilacap menjadi salah satu wacana yang memperkaya keilmuan dalam bidang pendidikan multikultural. C.Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih berorientasi pada lima dimensi pendidikan multikultural, sehingga lebih difokuskan pada identifikasi nilai-nilai pendidikan multikultural yang dapat dikembang dalam pendidikan Islam. Selanjutnya, peneliti melakukan deskripsi dan analisis tentang dimensi multkultural dalam kurikulum, nilai multikultural dalam bahan ajar, makna multikultural menurut guru dan siswa, sikap guru serta siswa, kultur madrasah terhadap implementasi pendidikan multikultural. 358 Kajian dasar filosofis dalam perspektif Islam tentang pendidikan multikultural belum banyak dilakukan. Hal tersebut jika dilakukan penelitian akan memberikan justifikasi yang lebih kuat terhadap implementasi pendidikan multikultural dengan dasar filosofis yang lebih Islami. D.Saran Berdasarkan simpulan penelitian dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Nilai-nilai multikultural yang telah dikembangkan di MA MINAT Cilacap dapat dikembangkan menjadi satu kebijakan yang di tetapkan oleh yayasan Ya Bakki terhadap implementasi pendidikan multikultural. 2. Diperlukan perangkat pendukung dan regulasi yang mengatur bagi implementasi pendidikan multikultural di MA MINAT Cilacap. 3. Bagi MA MINAT Cilacap, implementasi pendidikan multikultural yang DRAFT telah dilakukan memberikan dampak positif bagi pemberdayaan siswa maupun semua personel sekolah. Hal ini sekaligus menepis citra bahwa madrasah khususnya , Islam pada umumnya lebih identik dengan jihad yang berkonotasi kekerasan ataupun peperangan, sehingga MA MINAT Cilacap perlu meningkatkan dan melestarikan implementasi pendidikan multikultural. 4. Kemenag sebagai sebuah lembaga yang menaugi madrasah perlu melakukan intensitas pembinaan terutama pada karakteristik yang dimiliki oleh madrasah swasta, antara lain tentang implementasi pendidikan multikultural. 359 5. Praktisi pendidikan terutama yang lebih menaruh perhatian terhadap pendidikan multikultural dapat mengembangkan wacana, pemahaman dan terori tentang pendidikan multikultural. DRAFT 360 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. (2005). Idiologi pendidikan Islam paradigma humanisme teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Alfaro, C. (2008). Global student teaching experiences: stories bridging cultural and inter-cultural difference. Journal of Multicultural Education, 15, 4, 117127. Almarza, D.J. (2005). Connecting multicultural education theories with practice: a case study of an intervention course using the realistic approach in teacher Education . Bilingual Research Journal, 29, 3,197-110. Aly,A.(2011). Pendidikan islam multikultural di pesantren telaah terhadap kurikulum pondok pesantren modern islam assalam surakarta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arifin, N.Z. (2008). Gagasan dan rancangan pendidikan agama berwawasan multikultural di sekolah agama dan madrasah, dalam www.dirjen.kemenag.ri.or.id. Arifin, S. & Barizi, A. (2001). Paradigma pendidikan berbasis pluralism dan demokrasi: Rekonstruksi dan akulturasi tradisi ikhtilaf dalam islam. Malang: UMM. DRAFT Awokoya, J.T., Clark, C. (2008). Demystifying cultural theories and practices: Locating black immigrant experiences in teacher education research. Journal Multicultural Education. 16, 2,205-211. Azra, A. (2002). Paradigma baru pendidikan nasional: Rekonstruksi dan demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Azwar, S. (2003). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baidhawy, Z. (2005). Pendidikan agama berwawasan multikultural. Jakarta: Erlangga. Banks, J.A. (2005). Multicultural education: Issues and perspective.(5 th ed.). New York: JhonWiley & Sons, Inc. __________.(1991). Curriculum planning and development.New York: Mc.GrawHill Book Company. ___________.(2007). Educating citizens in a multicultural society.(2 nd ed.) , New York: Teacher college press. 361 Beairsto, Bruce, Carrigan, Tony. (2004). Imperatives and possibilites for multicultural education. Journal of multicultural, 44, 2,302-318. Binawah, A. (2004). Penyempitan kebebasan beragama. Yogyakarta: Majalah Basis, Januari-Februari. Bukhari. Shahih Bukhari. juz 23, al-maktabah al-syamilah.(...) Bulls, R.A.L.(2004). Jihad ala pesantren di mata antropologi amerika. Yogyakarta: Gama Media. Burnet, G. (2007). Varieties of multicultural education: An introduction. New York: Eric Publication. Chen,M. (2009). Seeking accurate cultural Multicultural Education, 16, 3,120-131. representation. Journal of Chinaka, S.D., Nwachukwu. (2005). Standards-based planning and teaching in a multicultural classroom [Versi Elektronik]. Journal of Multicultural Education. San Francisco: 13, 1, 95-107. Dhofier, Z. (2000). Revitalisasi peran pendidikan agama islam dalam pengembangan masyarakat madani (dalam Ismail SM eds). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DRAFT Ekstrand,L.(1994). Multicultural education. J.Saha (ed). International encyclopedia of the society of education. New York: Pergamon. Gollnik, D.M.,Chin, P.C.(1983). Multicultural education in a pluralistic society. London: The CV Mosby Company. Hamdan, F. & Syarifudin. (2005). Titik tengkar pesantren: Resolusi konflik masyarakat pesantren. Yogyakarta: Pilar Religia. Hamim, T. (2000). Islam dan civil society (masyrakat madani): tinjauan tentang prinsip human rights, pluralism, dan religious tolerance, dalam Pendidikan islam, demokratisasi dan masyarakat madani (Ismail SM:ed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hara, E. (2006). Pengalaman multikultural di berbagai negara. Majalah AlWasathiyyah,1, 12. Huber,T.,Warring,Mitchell,L.Alagic & M.,Gibson, (2010). Multicultural/diversity outcomes: assessing students' knowledge bases across programs in one college of education1 [Versi Elektronik]. Journal of Thought. 5, 451-468. 362 Ilyas,Y. (2000). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UMY. Keith, J., Mancera, B.M., Mendoza, M.V. (2006). Comprehensive multicultural education: theory and practice. Journal Multicultural Education, 14,1,851860. Kerlinger, F. N. (1996). Asas-asas penelitian behavioral: (Edisi ke-3). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Laduke, A.E. (2009). Resistance and renegotiation: preservice teacher interactions with and reactions to multicultural education course content[Versi Elektronik]. Journal Of Multicultural Education, 16, 3,343-357. Latif, Y. (2005). Intelegensia muslim dan kuasa: genealogi inteligensia muslim indonesia abad ke-20. Bandung: Mizan. Liggett, T., Finley,S. (2009). Upsetting the apple cart: issues of diversity in preservice teacher education. Journal Multicultural Education, 16, 4,251270. Lynch,J.(1986). Multicultural: Principle and practice. London: Routledge & Kegan Paul. Ma’arif, S . (2006, November). Islam dan pendidikan pluralisme, (menampilkan wajah islam toleran melalui kurikulum pai berbasis kemajemukan), makalah disampaikan dalam annual conference kajian islam di Lembang Bandung. DRAFT Mahfud, C.(2006). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Marzuki dkk.(2010). Tipologi perubahan dan model pendidikan multikultural pesantren salaf. http//staff.uny.ac.id, 12 Januari 2014 14:20 WIB. Mas’ud, A. (2004). Format baru pola pendidikan keagamaan pada masyarakat multikultural dalam perspektif sisdiknas. Dalam Muamar Ramadhan & Hardinal (ed.), Antologi studi agama dan pendidikan. Semarang: CV Aneka ilmu. Miles, M.B., Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Alih Bahasa Rohidi,T.R.Jakarta: UI Press. Moleong, L.J. (2000). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhammad, H. (2005). Makalah refleksi bersama empat agama dan gerakan sosial dan pluralisme. Diselenggarakan oleh The wahid institute pp al urwatul wusqa. 363 Nafi, D. (2007). Praksis pendidikan pesantren. Yogyakarta: LKiS. Parsudi, S. (2002). Menuju masyarakat indonesia yang multikultural, simposium internasional bali. Jurnal Antropologi Indonesia, 16-21. Rosyada, D. (2002). Paradigma pendidikan demokratis: sebuah pelibatan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan : Jakarta: Media. Pranowo, B. (1988). Stereotip etnik, asimilasi, integrasi sosial. Jakarta: Pustaka Grafika Kita. Savage, T.V. Armstrong, D.G. (1996). Effective teaching in elementary sosial studies, Columbus: Prentice Hall. Sheets, R.H., Fong, A. (2010). Multicultural education: teacher conceptualization and approach to implementation [Versi Elektronik]. Journal Multicultural Education. Shihab, M,Q. (2002). Tafsir al-misbah, pesan, kesan dan keserasian al-qur’an, Vol 15. Jakarta: Lentera Hati. ___________.(1999). Islami inklusif, menuju sikap terbuka dalam beragama, Bandung: Mizan. Smith, E.B. (2009). Approaches to multicultural education in preservice teacher education: philosophical frameworks and models for teaching [Versi Elektronik]. Journal Multicultural Education, 16, 3,512-530. DRAFT Smith, M.K.(2002). Curriculum theory and practice. London: Routledge. Spradley, J.P.(2006). Metode Etnografi. ( Terjemahan Misbah Zulfa Elizabeth). Sacramento:Wadsworth Publishing Company. (Buku asli diterbitkan tahun 1972). Sudjangi.(1993). Pengembangan dan inovasi kurikulum. Jakarta: BP2A Depag RI. Thoyibi dkk.(2006). Dimensi multikulturalisme dalam ceramah keagamaan di surakarta. Surakarta: PSB-PS.UMS. Tilaar,H.A.R.(2002). Pendidikan, kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia: Strategi reformasi pendidikan pendidikan nasioanal. Bandung. Rosda Karya Truna, D.S.(2010). Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalisme: Telaah kritis atas muatan pendidikan multikulturalisme dalam buku ajar 364 pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum di Indonesia: Jakarta: Kemenag RI. Tonda (2009). Upsetting the apple cart:issues of diversity in preservice teacher education. Journal of multicultural, 44, 2,302-318. Wong, P. (2008). Transactions, transformation and transcendence: multicultural service-learning experience of preservice teachers. Journal of Multicultural Education, 16, 126-139. Yakin, A. (2005). Pendidikan multikultural cross cultural understanding untuk demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media. Yana, S. (2004). Multikultural dan agenda kemanusiaan, Waspada Online, 22 Mei 2004 15:54 WIB. Zamroni. (2010). A conception frame-work of multicultural education. Yoyakarta:PPs ____________.The implementation of multicultural education.Yogyakarta:PPs _____________. Multikultural practice.Yogyakarta: PPs education: Phylosophy, DRAFT 365 policy and