FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN DUKUN BAYI SEBAGAI PENOLONGPERSALINANDI KECAMATAN GREGED KABUPATENCIREBON (Factors Associated with the Selection of Traditional Midwife as a Delivery HelperinGregedDistrictCirebonRegency) Junny Setyawati1 , Agus Khurniawan2 (Kepala Puskesmas Kesunean Kota Cirebon. 1 Dosen tetap Akper Muhammadiyah Cirebon.2) ABSTRACT Introduction : The high of Infant Mortality Rate in Indonesia and West Java was caused by the high delivery assistance of traditional midwives. Some studies revealed that internal and ekxternal factors influenced the high of Infant Mortality Rate In Indonesia, West Java, and Cirebon Regency.Method : The external factors are social economic status and the lack of health worker that cause the low coverage delivery assistance of midwives. The problem of research will analyzed using the quantitative study with case control. The collected data was statistically analyzed using bivarint analysis with chi square and multivariant analysis with logistic regressions.Result : The result showed that the factors related to the selection of traditional midwives as labor helper were education, knowledge, attitudes, tradition, distance, psychological closeness, and economic status. The most dominant factor is related to psychological proximity and knowledge.Discussion : Based on the research result, it is advised that enhancing mutually beneficial cooperation between midwives and traditional midwives as outlined in the written form and known to local stakeholders. Increasing partnership between midwives and traditional midwive with supervised 1-2 traditional midwives by a midwive. Increasing home visit. Creating capacity building for midwives. Increasing the quantity and quality of maternal classes to improve maternal knowledge and the quality of psychological closeness. Keywords : delivery, traditional midwife, knowledge, psychological proximity. PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat yang sampai saat ini masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lain1. Angka kematian bayi di Indonesia tahun 2009 adalah 29,97 per 1000 kelahiran hidup, di Jawa Barat angka kematian bayi tahun 2009 adalah 38,5 per 1000 kelahiran hidup2. 50 Data BPS tahun 2008 tercatat adanya kematian bayi di Kabupaten Cirebon sebesar 50,35 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 jumlah kematian bayi di Kabupaten Cirebon sebanyak 329 bayi dari 42.802 kelahiran hidup 3. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jumlah kematian bayi di Kabupaten Cirebon tinggi. Menurut Peterson, tingginya angka kematian bayi disebabkan oleh faktor kesehatan dan non-kesehatan, 80% persalinan ditolong oleh dukun bayi, atau diakibatkan oleh penyakit dan masalah gizi.4Menurut Muhamad di beberapa daerah masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga dukun bayi. 5 Banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun bayi merupakan masalah kesehatan yang menjadi penyebab tak langsung tingginya kematian bayi. Berdasarkan Profil Puskesmas Kamarang, wilayah kerja Puskesmas Kamarang Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon tahun 2009, memiliki bidan 15 orang dan dukun bayi 22 orang.6 Hal ini yang menyebabkan banyak ibu hamil yang lebih memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya. Secara empiris, tingginya cakupan dukun bayi menolong persalinan menimbulkan masalah kualitasdalamasuhan kebidanan klinis dan asuhan kebidanan komunitas , yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatandi wilayah kerja Puskesmas Kamarang Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon sebesar 75,36%. Kondisi inimerupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian bayi di wilayah tersebut.6 Menurut Indikator Indonesia Sehat 2010, target cakupan linakes adalah sebesar 90%.7 Wiku Adisasmito menyatakan bahwa masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator yang salah satunya adalah proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.8 Oleh karena itu, cakupan linakes merupakan faktor pelayanan kesehatan yang penting untuk menurunkan angka kematian bayi. 51 Hasil penelitian Harni dan studi kualitatif di 3 kota di Jawa Barat tahun 2009, didapatkan alasan ibu memilih dukun bayi, yaitu: biaya yang murah dan fleksibel cara pembayarannya.9,10 Hasil penelitian di 3 kota tersebut juga menyatakan bahwa ibu memilih dukun bayi karena adanya kedekatan psikologis (karena kesamaan bahasa, tempat tinggal, kultur), tradisi melahirkan ditolong dukun bayi, serta persepsi bahwa ke bidan hanya jika ada komplikasi, dan juga adanya persepsi komunitas bahwa dukun lebih berpengalaman dibanding bidan yang muda serta dukun lebih sabar menunggui ibu sampai bayinya lahir.10 Berdasarkan hasil telaah data tersebut maka diperkirakan ibu hamil di Jawa Barat termasuk di Kabupaten Cirebon masih cenderung memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya.Fenomena banyaknya ibu yang meminta pertolongan persalinan pada dukun bayi ini menarik untuk diteliti, oleh karena itu penulis menetapkan rendahnya cakupan linakes sebagai masalah penelitian (problem of research). Berdasarkan beberapa studi, pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan seorang ibu dilandasi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Dari penelitian Harni disebutkan bahwa sikap, pendidikan formal ibu dan pengetahuan yang dimiliki ibu tentang persalinan dan perawatan persalinan mempunyai hubungan yang berarti dengan pemanfaatan tenaga penolong persalinan.9 Menurut Anwar, semakin dekat jarak fasilitas dengan tempat tinggal penduduk, semakin besar pula kemungkinan penduduk memanfaatkan fasilitas tersebut. Kedekatan secara psikologis juga menjadi salah satu faktor yang mendasari ibu memilih dukun bayi.11 Menurut Sarlito, seseorang akan lebih percaya untuk membantunya pada seseorang yang telah dikenal dekat. 12 Berdasarkan pandangan ahli tersebut maka dapat diidentifikasi faktor yang mengkondisikan ibu hamil lebih memilih dukun sebagai penolong persalinannya.Faktor 52 tersebut dijadikan variabel penelitian yaitufaktor pendidikan, pengetahuan, sikap, tradisi, jarak, kedekatan psikologis, pelayanan dukun bayi, dan status ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel pendidikan, pengetahuan, sikap, tradisi, jarak, kedekatan psikologis, pelayanan dukun bayi dan status ekonomi dengan keputusan ibu hamil memilih dukun sebagai penolong persalinannya dan mengetahui faktor dominanyang berpengaruh terhadap keputusan ibu hamil memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya. BAHAN DAN METODE Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif dengankasus kontrol yang pendekatannya bersifat retrospektif. Kasus adalah ibu yang melahirkan ditolong dukun bayi, sedangkan kontrol adalah ibu yang melahirkan ditolong tenaga kesehatan. Berikut ini adalah skema penelitian kasus kontrol tersebut : Faktor pengaruh ditelusuri retrospektif Ya Tidak Ya Tidak Penelitian dimulai KASUS : Ditolong dukun bayi KONTROL : Ditolong kesehatan tenaga Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri atas 8 variabel yaitu: pendidikan, pengetahuan, sikap, tradisi, jarak, kedekatan psikologis, pelayanan dukun bayi, dan status ekonomi. Variabel terikatnya adalah perilaku memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang berdomisili di Kecamatan Greged,telah melahirkan pada bulan September 2009 sampai Oktober 2010 yang tercatat pada register ibu di Puskesmas Kamarang, Kabupaten Cirebon, seluruhnya 53 berjumlah 1.077. Jumlah sampel yang diambil untuk kasus adalah seluruh ibu yang melahirkan ditolong dukun bayi yaitu sebanyak 101 ibu. Perbandingan jumlah kasus dan kontrol dalam penelitian ini adalah 1:1, sehingga jumlah kontrol yang diambil adalah sebanyak 101. Jumlah seluruh responden (kasus dan kontrol) adalah sebanyak 202. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat proporsi subjek yang terpajan pada kasus dan proporsi subjek yang terpajan pada kontrol. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, dengan menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat dilakukan dengan regresi logistik ganda. HASIL Hasil analisis univariate berupaproporsi pajanan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi yang menggambarkan variabel subjek penelitian pada kasus dan kontrol : Tabel 1. Distribusi Kasus dan Kontrol menurut Faktor Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Tradisi, Jarak, Kedekatan Psikologis, Pelayanan Dukun dan Status Ekonomi Pemilihan penolong persalinan Variabel Penelitian Faktor Pendidikan Tidak sekolah-SD SLTP SLTA-Dipl-Sarjana Faktor Pengetahuan Kurang Cukup Baik Sikap Negatif Positif Kasus (dukun) Kontrol (nakes) N % N % 88 12 1 87,1 12,0 0,9 67 26 8 66,3 25,7 8,0 13 48 40 12,9 47,5 39,6 5 10 86 5,0 9,9 85,1 18 83 17,8 82,2 2 99 2,0 98,0 Tradisi 54 Ya Tidak Jarak Dekat Tidak dekat Kedekatan Psikologis Ya Tidak Pelayanan Dukun Ya Tidak Status Ekonomi Miskin Tidak miskin 82 19 81,2 18,8 28 73 27,7 72,3 85 16 84,2 15,8 63 38 62,4 37,6 81 20 80,2 19,8 21 80 20,8 79,2 101 0 100,0 0,0 100 1 99,0 1,0 89 12 88,1 11,9 69 32 68,3 31,7 Berdasarkan hasil analisa uji bivariate dengan menggunakan Chi-square untuk melihat hubungan masing-masing variabel independent dengan variabel dependent adalah sebagai berikut: Tabel 2. Hubungan Faktor Pendidikan dengan Perilaku memilih dukun bayi Variabel Koef.B SE Nilai p. Rasio odds Pendidikan constant 0,854 -1,770 0,216 0,465 <0,001 <0,001 2,349 0,170 95,0% C.I. Lower Upper 1,537 3,589 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pendidikan dengan perilaku memilih dukun bayi (p<0,05). Pendidikan mempunyai rasio odds untuk menyebabkan perilaku memilih dukun bayi sebesar 2,349 kali. Tabel 3. Hubungan Faktor Pengetahuan Ibu dengan Perilaku memilih dukunbayi Variabel Koef B SE Nilai p. Pengetahuan constant 1,520 -3,920 0,285 0,770 <0,001 <0.001 Rasio odds 4,572 0,020 95,0% C.I. Lower Upper 2,615 7,993 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan dengan perilaku memilih dukun ( nilai p <0,05 ). Ibu dengan tingkat pengetahuan kurang mempunyai rasio odds untuk memilih dukun bayi sebesar 4,572 kali dibanding ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik. 55 Tabel 4. Hubungan Faktor Sikap Ibu dengan Perilaku memilih dukun bayi Variabel Koef B SE Nilai p Sikap constant 2,232 -4,311 0,764 1,507 0,004 0,004 Hasil uji statistik Rasio odds 9,318 0,013 95,0% C.I. Lower Upper 2,083 41,687 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sikap dengan perilaku memilih dukun bayi ( nilai p<0,05). Ibu dengan sikap negatif mempunyai rasio odds untuk memilih dukun bayi sebesar 9,318 kali dibanding ibu yang memiliki sikap yang positif. Tabel 5. Hubungan Faktor Tradisi dengan Perilaku memilih dukun bayi. Variabel Koef B SE Nilai p. Tradisi constant 2,421 -3,495 0,338 0,508 <0,001 <0,001 Rasio odds 11,252 95,0% C.I. Lower Upper 5,801 2,.834 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor tradisi dengan perilaku memilih dukun bayi (nilai p<0,05). Ibu yang memiliki tradisi melahirkan ditolong dukun bayi mempunyai rasio odds untuk memilih dukun bayi sebesar 11,252 kali dibanding ibu yang tidak memiliki tradisi melahirkan ditolong dukun bayi. Tabel 6. Hubungan Faktor Jarak dengan Perilaku memilih dukun bayi Variabel Koef B SE Nilai p. constant 1,165 -1,464 0,341 0,447 0,001 0,001 Jarak Rasio odds 3,204 0,231 95,0% C.I. Lower Upper 1,642 6,255 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor jarak dengan perilaku memilih dukun bayi (nilai p<0,05). Ibu dengan jarak yang dekat ke rumah dukun bayi mempunyai rasio odds untuk memilih dukun bayi sebesar 3,204 kali dibanding ibu yang tinggal tidak dekat dengan rumah dukun bayi. Tabel 7. Hubungan Faktor Kedekatan psikologis dengan Perilaku memilih Dukun bayi Variabel Koef B SE Nilai p. Rasio 95,0% C.I. 56 Psikologis constanta 2,736 -4,086 0,350 0,550 <0,001 <0,001 odds 15,429 0,017 Lower 7,770 Upper 30,634 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor kedekatan psikologis dengan perilaku memilih dukun bayi (nilai p<0,05). Ibu yang memiliki kedekatan psikologis dengan dukun bayi mempunyai rasio odds untuk memilih dukun bayi sebesar 15,429 kali dibanding ibu yang tidak memiliki kedekatan psikologis. Tabel8. Hubungan Faktor Pelayanan dukun dengan Perilaku memilih dukun Bayi Variabel Koef B SE Nilai p. Rasio odds Yandukun constant 21,213 -0,505 40192,507 40192,507 1,000 1,000 2E+009 0,000 95,0% C.I. Lower Upper 0,000 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor pelayanan dukun bayi dengan perilaku memilih dukun bayi (nilai p>0,05). Tabel 9. Hubungan Faktor Status Ekonomi dengan Perilaku memilih dukun bayi Variabel ekonomi constant Koef B SE Nilai p Rasio odds 1,235 -1,490 0,375 0,466 0,001 0,001 3,440 0,225 95,0% C.I. Lower Upper 1,651 7,167 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor status ekonomi dengan perilaku memilih dukun bayi (nilai p<0,05). Ibu dengan status ekonomi miskin mempunyai rasio odds untuk memilih dukun bayi sebesar 3,440 kali dibanding ibu yang memiliki status ekonomi tidak miskin. Analisis Multivariabel dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa variabel independent dengan variable dependent. Seluruh variabel dianalis secara bersamasama untuk melihat faktor mana yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan responden. 57 Tabel 10.Model Akhir Hubungan Variabel Pengetahuan dan Kedekatan Psikologis dengan perilaku memilih dukun bayi Variabel Koef B SE Nilai p. Rasio odds Pengetahuan Psikologis Constant 0,943 2,416 -6,026 0,299 0,364 0,897 0,002 <0,000 <0,000 2,569 11,203 0,002 95,0% C.I. Lower Upper 2,383 9,051 1,658 5,450 Hasil keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil model akhir pada tabel 10. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan kedekatan psikologis dengan perilaku memilih dukun bayi. Akurasi model analisis tersebut adalah 80,2%. PEMBAHASAN A. Hubungan Faktor Pendidikan dengan Perilaku memilih dukun bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastono, Murdiningsih, Wiryawan, Adiwiryono, dan Anwar. Penelitian Hastono, menyimpulkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah cenderung lebih memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinannya.13 Penelitian Murdiningsih menemukan bahwa ibu dengan pendidikan SD atau sederajat memiliki peluang 7,96 kali memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya.14Penelitian Wiryawan menyatakan bahwapendidikan ibu yang rendah cenderung memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan. 15 Hasil penelitian Adiwiryono menyimpulkan bahwa pendidikan tinggi cenderung memilih penolong persalinan tenaga kesehatan.16 Demikian pula hasil penelitian Anwar yang menemukan bahwa ibu dengan lama pendidikan sama atau lebih dari 10 tahun memiliki peluang untuk memanfaatkan tenaga persalinan terlatih dibanding ibu yang tidak memiliki latar pendidikan formal.11 Hasil penelitian ini, selain sejalan dengan hasil beberapa penelitian di atas, juga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan merespon sesuatu yang datang dari luar. Orang 58 yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dan akan berpikir sejauhmana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut dibanding dengan masyarakat yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.12,17 Di tempat penelitian tingkat pendidikan masyarakat : tamat SD 61%, tamat SLTP 15%, tamat SLTA 12%, tamat Perguruan Tinggi 7%, putus sekolah dan lain-lain 5%. Dengan demikian mayoritas pendidikan masyarakatnya rendah. Hal ini berhubungan dengan masih banyaknya ibu yang memilih dukun bayi. B. Hubungan Faktor Pengetahuan Ibu dengan Perilaku memilih dukun bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosmini, Karjatin, dan Sugiati yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.18,19,20 Demikian pula hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green dan model WHO yang menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan dengan perilaku.21,17Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan. C. Hubungan Faktor Sikap Ibu dengan Perilaku memilih dukun bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Lawrence Green dan model WHO yang menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku.17 Sejalan dengan itu, Benyamin Bloom (1908) seorang psikolog pendidikan menyatakan bahwa perilaku terdiri dari 3 ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang dalam perkembangan selanjutnya disebut sebagai pengetahuan, sikap, dan praktik. 9 Menurut Myersjika kita mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap sikap objek 59 tertentu, kita akan tahu pula kecenderungan perilakunya. Dengan demikian kita dapat meramalkan perilakunya.12 Menurut Newcomb, seorang ahli psikologi sosial, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap merupakan predisposisi perilaku (tindakan). Sikap merupakan reaksi yang masih bersifat tertutup. Sedangkan tindakan merupakan reaksi terbuka. 17 Hasil penelitian lain tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Penelitian Hartshorne dan May 1928, La Pierre 1934, dan Sarwono 1990menyatakan adanya ketidaksesuaian antara sikap dengan perilaku. Sikap positif terhadap kesehatan tidak selalu dapat memperkirakan perilaku seseorang. Sikap dapat menentukan perilaku jika ia muncul atau dimunculkan dalam kesadaran seseorang.12 D. Hubungan Faktor Tradisi dengan Perilaku memilih dukun bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green bahwa tradisi mempengaruhi perilaku.17 Menurut Saparinah Sadli, ada hubungan yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan terbatas, dan lingkungan umum. 17 Lingkungan terbatas, yaitu : tradisi, adat-istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan Menurut G.M. Foster, tradisi memiliki pengaruh terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan seseorang. 17Thaddeus (1994) juga menyatakan bahwa tradisi merupakan salah satu alasan mengapa memilih dukun bayi sebagi penolong persalinan.22 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain, yaitu penelitian Christina R. Titaley,dkk (2009) di 3 kabupaten di Jawa Baratdan Monthe yang menyatakan bahwa tradisi melahirkan di rumah menyebabkan ibu lebih memilih dukun bayi. 10,23 Selain itu upacara ritual turun-temurun terkait dengan kelahiran bayi yang dilakukan dukun bayi juga menyebabkan seorang ibu lebih memilih dukun bayi. 10,23 60 Di tempat penelitian ini yaitu di Kecamatan Greged, didapatkan bahwa faktor tradisi yang ada terkait dengan penyelenggaraan ritual-ritual yang terkait dengan kehamilan dan kelahiran bayi, seperti : syukuran empat bulanan dan tujuh bulanan saat ibu hamil, doa yang dibacakan saat proses persalinan, doa yang dibacakan saat memandikan bayi, doa puput tali pusat, serta akikah yang dipimpin oleh dukun bayi. Doa dan ritual yang tidak dilakukan oleh bidan ini yang seringkali membuat seorang ibu lebih memilih dukun bayi. E. Hubungan Faktor Jarak dengan Perilaku memilih dukun bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green, teori Snehandu B. Kar, dan model WHO yang menyatakan bahwa ketersediaan dan kemudahan mengakses sumber daya kesehatan berhubungan dengan perilaku. 17 Persoalan tingginya pemanfaatan tenaga dukun di masyarakat tidak terlepas dari faktor kemudahan dalam mendapatkan dukun di setiap desa.10 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan jurnal Anwaryang menyatakan bahwa semakin dekat jarak fasilitas layanan kesehatan dengan tempat tinggal penduduk, semakin besar pula kemungkinan fasilitas tersebut dimanfaatkan. 8 Sejalan dengan penelitian ini, menurut Edy, alasan ibu memilih dukun bayi adalah karena selalu ada jika dibutuhkan dan tinggal dekat dengan mereka.10,22,24 Di wilayah kerja Puskesmas Kamarang yang menjadi tempat penelitian, terdapat 22 orang dukun bayi yang tersebar di seluruh desa (10 desa). Sedangkan jumlah bidan dengan status PNS hanya 10 orang. Kondisi ini memungkinkan masyarakat mudah mengakses dukun bayi. Namun demikian hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Karjati dan Sugiati yang menemukan bahwa jarak tidak berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.19,20 Hal ini dimungkinkan karena ada faktor lain yang lebih dominan yaitu faktor kualitas pelayanan, biaya, dan kebiasaan. 61 F. Hubungan Faktor Kedekatan Psikologis dengan Perilaku memilih dukun bayi Sesuai dengan model WHO,bahwa pemikiran dan perasaan seseorang berhubungan dengan perilaku.17 Menurut Sarlito, seseorang akan lebih percaya untuk membantunya pada seseorang yang telah dikenal dekat. 12 Kedekatan ini diartikan sebagai adanya hubungan kekerabatan atau seringnya berkomunikasi dan merasa nyaman dalam hubungan komunikasi tersebut. Menurut Buss (1985), Faktor kesamaan juga merupakan hal yang penting sehingga membuat orang akrab. Kesamaan itu meliputi kesamaan fisik, genetik, fungsional, kognitif, sikap, perilaku, geografis, dan kesamaan-kesamaan lainnya.12 Dukun bayi tinggal bersama ibu-ibu hamil yang ditolongnya dalam waktu yang lama. Dukun bayi menjadi bagian dari komunitas dengan kultur yang sama dan bahasa yang sama, sehingga secara psikologis berbeda dengan bidan yang pendatang dan belum lama tinggal di tempat ia ditugaskan.10 Di tempat penelitian didapatkan bahwa faktor kedekatan secara psikologis terjadi karena adanya hubungan kekerabatan dengan dukun bayi atau keluarganya telah berlangganan secara turun-temurun ditolong oleh dukun bayi. Dimungkinkan terdapat kesamaan sikap dan tempat tinggal antara ibu dengan dukun bayi. G. Hubungan Faktor Pelayanan Dukun Bayi dengan Perilaku memilih dukun bayi Hasil penelitian di 3 kabupaten di Jawa Barat, yaitu Garut, Ciamis, dan Sukabumi, menunjukkan bahwa terdapat persepsi komunitas bahwa bidan berusia muda sehingga kurang pengalaman,dukun sabar menunggui ibu selama proses persalinan sedangkan bidan akan meninggalkan ibu jika belum saatnya melahirkan, dan bidan baru akan dipanggil jika persalinan bermasalah. 10 62 Responden yang memilih dukun, sebagian dengan alasan pelayanan yang tidak diberikan bidan (memijit ibu dan bayi, memandikan sampai puput, memimpin upacara puputan, sabar, dan tidak melakukan penyuntikan atau penjahitan). H. Hubungan Faktor Status Ekonomi dengan Perilaku memilih dukun bayi Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan adanya hubungan antara keterjangkauan sumber daya termasuk biaya dengan perilaku.17 Dari segi ekonomi, pelayanan dukun bayi masih jauh lebih murah daripada oleh tenaga kesehatan, karena tujuan menjadi dukun bayi adalah semata-mata karena panggilan sosial untuk mengharapkan pahala dari Tuhan dan bukan untuk mencari keuntungan ekonomi semata10,14,22 Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian Harni, Adiwiryono, Wiryawan, dan Pada. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan. Semakin tinggi pendapatan akan semakin memilih bidan sebagai penolong persalinan.9,15,16,25 Di tempat penelitian, jumlah penduduk miskin sebesar 21.799 dari total jumlah penduduk 55.032. Artinya separuh dari total jumlah penduduk berstatus ekonomi miskin. I. Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Perilaku Memilih Dukun Bayi Di wilayah kerja Puskesmas Kamarang dukun bayi lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan bidan. Seluruh dukun bayi adalah penduduk setempat yang telah lama tinggal di wilayah tersebut bersama-sama dengan penduduk setempat, sehingga kedekatan psikologis karena unsur kesamaan daerah asal dan tempat tinggal menjadi dominan sebagaimana telah diuraikan dalam hubungan antara faktor kedekatan psikologis dengan perilaku memilih dukun. Sedangkan bidan tidak selalu penduduk 63 setempat dan tidak semua tinggal di wilayah tersebut. Faktor kedekatan psikologis yang didasari kesamaan itu yang menyebabkan ibu memilih dukun bayi. Faktor ekonomi berhubungan secara bermakna dari hasil analisis bivariabel, namun tidak dominan dari hasil analisis multivariabel. Dengan demikian adanya program jampersal (jaminan persalinan) yang gratis untuk semua ibu melahirkan tidak secara otomatis membuat seluruh ibu melahirkan di bidan. Namun jampersal dapat mengurangi jumlah ibu yang bersalin di dukun bayi. J. Keterbatasan Penelitian. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam beberapa hal : 1. Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol. Kasus ditentukan terlebih dahulu kemudian ditelusuri faktor-faktor penyebabnya. Untuk faktor pengetahuan dan sikap yang ditelusuri setelah kejadian dapat terjadi bias. 2. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang tidak baku sehingga dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Hasil uji tersebut dapat berbeda pada waktu dan tempat yang berbeda. 3. Cara pengumpulan data adalah dengan menggunakan formulir recall melalui wawancara sehingga berisiko bias karena tergantung daya ingat dan kejujuran ibu, serta kemampuan pewawancara. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil analisis penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, sikap, tradisi, jarak, kedekatan psikologis, status ekonomi dengan pemilihan dukun bayi sebagai penolong 64 persalinan dan tidak adanya hubungan antara pelayanan dukun bayi dengan pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan. 2. Faktor yang dominan mempengaruhi keputusan ibu memilih dukun sebagai penolong persalinan adalah faktor pengetahuan dan kedekatan psikologis. Dari kedua faktor tersebut yang paling dominan mempengaruhi perilaku pemilihan dukun bayi sebagi penolong persalinan adalah faktor kedekatan psikologis antara ibu atau keluarga ibu hamil dengan dukun bayi. B. Saran 1. Saran Akademis Mengacu pada hasil penelitian, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Faktor lain itu diantaranya : faktor pelayanan kesehatan ( pelayanan asuhan kebidanan oleh bidan), promosi kesehatan, KIE ( Komunikasi, Informasi, Edukasi), dan faktor lingkungan keluarga. 2. Saran Praktis 1) Dinas Kesehatan (1) Kegiatan pengembangan kapasitas diri ( capacity building) untuk bidan perlu diselenggarakan agar bidan memiliki kekuatan kepribadian ( konsep diri positif, kemampuan untuk membuka diri dan memantau diri, kesadaran diri, kepribadian yang bersahabat), keterampilan komunikasi (verbal, non verbal, empati), penyesuaian psikologis, dan kesadaran budaya. (2) Disarankan untuk merintis program kemitraan dengan dokter spesialis di rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan ke puskesmas. Kegiatan ini dapat menjadi media transfer of knowledgedari dokter spesialis ke bidan-bidan puskesmas. 2) Puskesmas 65 (1) Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas perlu ditingkatkan. Kegiatan kunjungan rumah (home visit) perlu ditingkatkan secara kuantitas dan kualitas untuk meningkatkan kedekatan psikologis antara bidan dan ibu hamil. (2) Puskesmas agar lebih mengoptimalkan program kemitraan antara bidan dan dukun bayi sesuai dengan perannya masing-masing. Bentuk nyata kemitraan tersebut diantaranya adalah pendampingan satu orang dukun oleh satu orang bidan dan pemberian reward untuk dukun yang memberikan kontribusi terbesar pada kemitraan. (3) Media kelas ibu sebagai upaya meningkatkan pengetahuan ibu perlu ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas.Pengisi materinya harus bisa diperkaya dengan menghadirkan tenaga ahli lain. (4) Penyuluhan kepada masyarakat mengenai tenaga penolong persalinan yang aman perlu ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat. 3. Institusi Pendidikan Kurikulum pendidikan etika profesi (soft skill) perlu dikembangkanuntuk meningkatkan keterampilan pelayanan manusia. DAFTAR PUSTAKA 1. Wikipedia The Free Encyclopedia. List of countries by infant mortality rate The United Nations World Population Prospect report and the CIAWorld Factbook; 2011. [ Diunduh 23 Juni 2011]. Tersedia dari : http://en.wikipedia.org/wiki/list_of_countries_by_infant_mortality_rate. 2. Kementrian RI. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Indikator Kesehatan Indonesia 2005-2009. 2010. [Diunduh 23 Juni 2011]. Tersedia dari : http:/www.dekes.go.id/downloads/publikasi/BOOKLET202009.pdf. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2009.hlm 24-25. 4. Peterson, G. Target kesehatan dalam tujuan pembangunan millennium 3. 2002..hlm 3. WHO. 66 5. Muhamad Arifin. Faktor predisposisi ibu melahirkan memilih persalinan ke dukun di wilayah kerja Puskesmas Jeruk legi 1 Kabupaten Cilacap. Banjar : Yayasan Bina Putra; 2005.hlm 2-3. 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. Profil Puskesmas Kamarang; 2010. 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indikator 2010.Kepmenkes no 1202/Menkes/SK/VIII/2003. Jakarta; 2008 Indonesia sehat 8. Wiku Adisasmito. Sistem Kesehatan.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada; 2007.hlm.37. 9. Harni. Hubungan antara Karakteristik Demografi, Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan. [tesis]. Depok : Pascasarjana FKM-UI; 1994. 10. Christina R. Titaley, Cynthia L. Hunter, Michael J. Dibley, Peter Heywood. Why do some women still prefer traditional birth attendants and home delivery care services in west java province, Indonesia.2009. [Diunduh 26 Juni 2012]. Tersedia dari : Research Article : BMC Pregnancy and Childbirth.www.biomedcentral.com/14712393/10/43. 11.Anwar, A.T.M. Iqbal et.al (2004) Bangladesh: Inequalities In Utilization Of Maternal Health Care Services – Evidence From Matlab.2004. [diunduh 26 Maret 2010]. Tersedia dari : http://siteresources.worldbank.org. 12.SarlitoWS.Psikologi Sosial. Jakarta: Balai pustaka.2002.hlm.66,70,76,208. 13.HastonoSutanto Priyo. Hubungan Faktor Sosio Demografi Ibu dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Kabupaten Cianjur Tahun 1995. UI. Jurnal Penelitian Universitas Indonesia Edisi Kedokteran dan Kesehatan No. 1/Seri A/30 Januari 1997 14.Murdiningsih. Hubungan faktor ibu, fasilitas dan dukungan orang lain dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus Palembang Tahun 2000. [tesis]. Depok: FKM-UI; 2001. 15.Wiryawan, Yuana. Hubungan Antara Pemeriksa Kehamilan dan Faktor Sosiodemografi Ibu Hamil dengan Pilihan Penolong Persalinan di Indonesia (Analisis Data Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001.[tesis]. Depok: FKMUI; 2003 16.Adiwiryono Retno Mardhiati. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga penolong persalinan di Indonesia (Analisis Data SDKI 1997).[tesis]. Depok: FKM-UI; 2001. 17. Soekidjo Notoatmodjo, penyunting. Promosi kesehatan: teori dan aplikasi.Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005. hlm. 43,46-49,56-63, 65-80. 18.Mimin Rosmini. Determinan pemanfaatan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2002. [tesis]. Depok : Pascasarjana FKM-UI;2002. 67 19.Atin Karijatin. Hubungan antara faktor-faktor pada ibu bersalin dengan pemanfaatan penolong persalinan di Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat Tahun 2001.[tesis]. Depok: Pascasarjana FKM-UI; 2001 20.Sugiati. Faktor-faktor ibu bersalin yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cimahi Kabupaten Bandung tahun 2002-2003.[tesis]. Depok : Pascasarjana FKM-UI; 2003 21. Soekidjo Notoatmodjo, penyunting. Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2007. hlm. 138,136-137,140, 142-150. 22. Thadeus S. Maine D. Too far to walk maternal mortality . in context sadal science and medicine.1994.38(8) : 1091-1110.[diunduh 26 juni 2012]. Tersedia dari :http:/www.biomedcentral.co 23.Monthe, Krisman. Analisis tempat persalinan oleh ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Telu Batang Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2000.[tesis]. Depok: Program pasca sarjana FKMUI; 2000. 24.Edy, Suprabowo, Praktik budaya dalam kehamilan, persalinan dan nifas pada Suku Dayak Sanggau Tahun 2006..[tesis]. Depok :Program pasca sarjanaFKM-UI; 2006. 25.Pada, Andi .Hubungan Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Propinsi Jawa Barat Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder Survei Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2001.[Tesis]. Depok : Pascasarjana FKM-UI. 2002. 68