studi komparatif antara pelayanan dukun dan pelayanan kesehatan

advertisement
STUDI KOMPARATIF ANTARA PELAYANAN DUKUN DAN PELAYANAN
KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN YANG
BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI
MAKASSAR
Umar. T1, Yasir Haskas2
1STIKES
2STIKES
Nani Hasanuddin Makassar
Nani Hasanuddin Makassar
(Alamat Respondensi: [email protected]/082393889977)
ABSTRAK
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara ghaib atau mengetahui
segala bentuk rahasia batin. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selanggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit. kepuasan adalah ketidakpuasan pelanggan sebagai
respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuainya yang di persiapkan antara harapan awal
sebelum pembelian. Tujuan penelitian ini yaitu tujuan umum di ketahuinya gambaran antara
pelayanan dukun dan pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien, tujuan khusus
diketahuinya gambaran pelayanan dukun terhadap tingkat kepuasan pasien yang berobat, dan di
ketahui gambaran pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien yang berobat di wilayah
kerja Puskesmas kassi-kassi Makssar. Penilitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung berobat, pengambilan sampel
berdasarkan rumus Nursalam, didapatkan 98 responden sesuai dengan kriteria inklusi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsof exel dan program statistic
(SPSS) versi 16,0. Analisis data yang telah mencakup univariat dengan mencari distribusi frekuensi.
Hasil analisis Univariat didapatkan perbandingan dari pelayanan Dukun dari 98 responden ada
sebanyak 69 orang dengan (70,4%) yang kurang puas dengan pelayanan dukun dan ada 29 orang
dengan (29,6%) yang puas dengan pelayanan dukun, dan pelayanan kesehatan dari 98 responden
ada sebanyak 31 orang dengan (31,6%) yang kurang puas dengan pelayanan kesehatan, dan ada
67 orang dengan (68,4%) yang puas dengan pelayanan kesehatan. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah terdapat gambaran antara pelayanan Dukun dan Pelayanan Kesehatan terhadap kepuasan
pasien yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.
Kata Kunci : Pelayanan Dukun, Pelayanan Kesehatan, Tingkat Kepuasan
PENDAHULUAN
Pelayanan
di
bidang
kesehatan
merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Tidak
mengherankan
apabila
bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar
bisa memberikan pelayanan kesehatan yang
terbaik
untuk
masyarakat.
Pelayanan
kesehatan yang dimaksud tentunya adalah
pelayanan yang cepat, tepat, murah dan
ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan
bisa menjalankan pembangunan dengan baik
apabila didukung oleh masyarakat yang sehat
secara jasmani dan rohani.
Masalah kesehatan bagi penduduk di
kota maupun di perdesaan Indonesia masih
saja merupakan masalah yang pelik. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya program
kesehatan yang diterapkan dan terus
dikembangkan belum berjalan dengan baik,
baik itu program kesehatan baru maupun
program kesehatan hasil modifikasi program
lama. Banyak pelayanan kesehatan yang
belum memadai. Tak dapat disangkal lagi,
ilmu kedokteran modern telah berkembang
pesat sehingga meninggalkan konsep lama
yang dibatasi oleh penggunaan teknis medis
modern dalam melawan penyakit. (Saraswati,
2009).
Upaya bidang kesehatan masyarakat
seperti
peningkatan
taraf
kesehatan
perorangan,
pendidikan
kesehatan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, dan harus juga memperhitungkan
pengetahuan-pengetahuan lain mengenai
kebiasaan,
adat istiadat, dan tingkat
31
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
pengetahuan traditional medicine masyarakat
setempat. Seringkali, program kesehatan
menemui kegagalan karena dicoba untuk
dijalankan hanya semata-mata dengan
berpedoman kepada pertimbangan teknis
medis. Sehingga hampir di seluruh Indonesia
masih banyak pasien atau masyarakat yang
menderita penyakit yang ditolong oleh dukun
bukan melalu dokter atau teknis medis.
Secara teoretis, wewenang dapat dibedakan
atas wewenang
tradisional,
wewenang
rasional dan wewenang karismatis. Dukun di
anggap sebagai orang yang memiliki
kekuasaan karismatis, yaitu kemampuan atau
wibawa yang khusus terdapat dalam dirinya.
Wibawa tadi dimiliki tanpa dipelajari, tetapi ada
dengan sendirinya dan merupakan anugerah
dari Tuhan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan
bahwa
masyarakat
yang
menderita penyakit, disamping melakukan
pengobatan melalui tindakan medis, sebagian
besar masyarakat juga minta pertolongan atau
melakukan pengobatan melalui dukun dengan
menggunakan beberapa indikator seperti
prestasi kunjungan puskesmas terhadap
penduduk sesuai data yang di peroleh di
puskesmas kassi–kassi jumlah
kunjungan
yang berobat di wilayah kerja puskesmas
pada
tahun
2010
Sebanyak
80,162
pengunjung Dan
tahun 2011 sebanyak
85,046 pengunnjung dan
tahun 2012
sebanyak 55,508 pengunjung.
Sehingga hal yang mendorong penulis
untuk melakukan penelitian dengan judul
:“Studi Komparatif Antara Pelayanan Dukun
dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien yang Berobat di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Kassi-Kassi
Kota
Makassar”.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi dan sampel
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar
8 Juli sampai dengan 22 Juli 2013, dimana
penelitian ini menggunakan kuesioner dengan
cara membagikan kuesioner tersebut kepada
responden yang berkunjung berobat di wilayah
kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.
Desain penelitian yag digunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan. Jumlah
sampel yang didapatkan yaitu 98 orang
dengan menggunakan teknik total sampling.
Pengolahan Data
Pengambilan data dilaksanakan selama
10 hari. Sebelum data diolah penulis
melakukan pemeriksaan data, berdasarkan
hasil pengolahan data berikut ini penulis akan
menyajikan analisis univariat yang diuji
dengan chis-square.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan
data. Pengolahan data dilakukan secara
elektronik melalui komputer dengan bantuan
program SPSS 16.0:
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ulang
atau mengecek jumlah dan meneliti
kelengkapan data yang diperlukan.
2. Coding
Setelah semua koesioner diedit atau
disunting,
selanjutnya
dilakukan
peng”kodean” atau ”coding” , yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
Koding atau pemberian kode ini sangat
berguna dalam memasukkan data ( data
entry).
3. Memasukkan Data ( Data Entry )
Data, yakni jawaban-jawaban dari masingmasing responden yang dalam bentuk
”kode” ( angka atau huruf ) di masukkan ke
dalam program atau ”software” komputer.
4. Pembersihan Data ( cleaning ).
Apabila semua data dari setiap sumber
data atau setiap responden selesai
dimasukkan, perlu di cek kembali untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan
sebagainya,
kemudian
di
lakukan
pembetulan atau koreksi.
Analisis Data
Setelah memperoleh nilai dari masingmasing tabel selanjutnya data dianalisis
dengan
system
computerisasi
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariate tergantung dari jenis
datanya. Untuk data numeric digunakan nilai
mean atau rata-rata, median dan standar
deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap variabel.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan umur pada pasien yang
berkunjung berobat
Umur
n
%
15-25
17
17.3
26-35
27
27.6
36-45
17
17.3
46-55
16
16.3
56-65
14
14.3
≥66
7
7.2
Total
98
100.0
32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 98
responden hanya ada 7 orang yang
berumur 66>
tahun (7,2%)
dan
kebanyakan responden yang berumur 2635 tahun sebanyak 27 orang dengan
(27,6%,).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan jenis kelamin pada pasien
yang berkunjung berobat
Jenis Kelamin
n
%
Perempuan
48
49.0
Laki-laki
50
51.0
Total
98
100.0
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki riwayat Obesitas
12 orang (16,2%) sedangkan responden
yang tidak Obesitas 62 orang (83,8%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan pendidikan pada pasien yang
berkunjung berobat
Pendidikan
n
%
Tidak Tamat
1
1.0
SD
22
22.0
SMP
26
26.5
SMA
35
37
PT
14
14.3
Total
98
100.0
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa
responden
ada
riwayat
keturunan
sebanyak 38 orang (51,4%) sedangkan
responden yang tidak ada riwayat
keturunan sebanyak 36 orang (48,6%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan pekerjaa pada pasien yang
berkunjung berobat
Pekerjaan
n
%
Buruh Harian
28
28.6
Wiraswasta
44
44.9
PNS
13
13.3
Pensiunan
13
13.3
Total
98
100.0
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari
98
responden terdapat 13 orang
responden pensiunan dengan (13.3%),
kemudian terdapat 13 orang PNS dengan
(13,3%), dan kebanyakan responden yang
berjumlah 44 orang yang berprofesi
sebagai wiraswasta dengan (44,9%)
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pelayanan Dukun
Pelayanan
Dukum
Kurang Puas
Puas
Total
n
%
69
29
98
70.4
29.6
100.0
Dari tabel 5 diketahui bahwa dari 98
responden, ada sebanyak 69
orang
responden dengan (70,4%) yang tidak
puas dengan pelayanan Dukun,
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
n
%
Kesehatan
Kurang Puas
31
31.6
Puas
67
68.4
Total
98
100.0
Dari tabel 6 diketahui bahwa dari 98
responden, ada sebanyak 67 orang
responden (68,4%) yang tidak puas
dengan pelayanan Kesehatan.
PEMBAHASAN
Umur merupakan faktor yang penting
dalam kejadian berbagai penyakit dikarenakan
semakin tua seseorang maka akan semakin
menurun daya tahan tubuh. Dari tabel 1
menunjukkan bahwa dari 98 responden ada 7
orang yang berumur 66> tahun (7,1%) 56-65
tahun yaitu sebanyak 14 orang (14,3%),
kemudian 46-55 tahun sebanyak 16 orang
(16,3%), 36-45 tahun sebanyak 17 orang
(17,3%), 15-25 tahun yaitu sebanyak 17
0rang (17,3%), dan kebanyakan responden
berumur 26-35 tahun sebanyak 27 orang
(27,3%,).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, bahwa dari hasil analisis Univariat
didapatkan dari tabel 3 menunjukkan bahwa
dari 98 responden terdapat 1 orang responden
yang tidak tamat SD (1,0) kemudian 22 orang
hanya tamat SD dengan (22.0%), kemudian
26 orang yang tamat SMP dengan (26,5%), 14
orang yang sudah menyelesaikan pendidikan
di perguruan tinggi dengan (14,3%) dan
kebanyakan 35 orang yang tamat SMA
dengan (35,7%).
Pendidikan adalah sarana untuk
memperoleh
keterampilan,
pengetahuanpengetahuan yang akan menjadi bekal dan
acuan manusia untuk menjalani kehidupan di
dunia. Definisi tingkat pendidikan yaitu suatu
cara untuk mengembangkan keterampilan,
kebiasaan dan sikap – sikap yang diharapkan
dapat membuat seseorang menjadi warga
negara
yang
baik.
Tujuannya
untuk
mengembangkan / mengubah kognisi, afeksi
seseorang.
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Menurut Susenas (2004), pendidikan
terdiri dari tidak / belum pernah sekolah, tidak /
belum tamat SD, tamat SD, SLTP, SLTA,
DIPLOMA I/II, Akademi / DIII dan Perguruan
Tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, bahwa dari hasil analisis Univariat
didapatkan dari tabel 4 menunjukkan bahwa
dari 98
responden terdapat 13 orang
responden pensiunan dengan (13.3%),
kemudian 13 orang PNS dengan (13,3%), 28
orang yang berprofesi sebagai buruh harian
dengan (28,6%) dan kebanyakan 44 orang
yang berprofesi sebagai wiraswasta dengan
(44,9%). Rendahnya tingkat pendidikan
menyebabkan jenis pekerjaaan yang mereka
dapatkan juga rendah yaitu sebagai buruh,
Wiraswasta, PNS, dan Pensiunan.
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang
dimiliki seseorang untuk menghasilkan uang
(Aditama,
2007).
Sedangkan
menurut
(Siswanto, 1999) adalah suatu profesi yang
dimiliki seseorang baik anak, dewasa, ataupun
orang tua yang mampu menghasilkan uang,
Kepuasan, wawasan dan keterampilan yang
biasanya untuk hidup sehari-hari berupa
sandang, pangan dan papan sedangkan
menurut kami pekerjaan adalah suatu
kegiatan yang dimiliki seseorang untuk
menghasilkan uang sebagai modal dasar
untuk tetap bertahan hidup didunia ini.
1. Tingkat kepuasan pasien berobat ke dukun
Dalam
kamus besar bahasa
Indonesia di katakan bahwa Dukun adalah
orang yang mengobati, menolong orang
sakit, memberi jampi – jampi (mantra,
guna-guna dan lain sebagainya). Tidak
bisa kita pungkiri walau ditengah kita masih
ada sebagian kecil masyarakat yang
menggunakan pengobatan dukun.
Menurut Evans-Pritchard
dalam
masyarakat-mayarakat
tradisional,
keputusan peribadi, sebagaimana yang
telah kita lihat, sering mendasari karir
medis. Para ahli ramuan dan dukun,
misalnya, sering memperoleh keterampilan
mereka dari kerabat dekat mereka. Mereka
dapat mencatat pengaruh makanan dan
ramuan-ramuan pada para pasien dan
saling menukar informasi dengan orangorang lain yang memiliki keterampilan
serupa dengan cara ini membangun
reputasi mereka sebagai penyembuh
rumah bagi penyakit-penyakit umum dan
penyakit anak-anak
serta diare pilek,
rematik, dan sebgainya. (Anderson 2009).
Dari tabel 5 diketahui bahwa dari 98
responden, ada sebanyak 69
orang
responden dengan (70,4%) yang kurang
puas dengan pelayanan dukun, kemudian
terdapat 29 responden dengan (29,6%)
yang puas dengan pelayanan dukun.
Dapat disimpulkan bahwa kebanyakkan
masyarakat yang berobat ke dukun
mengantakan kurang puas, hal ini
dikarenakan
pengobatan
berdasarkan
pengalaman induvidu saja dan ditambah
dengan proses penyembuhan yang tidak
masuk
akal,
sehingga
membuat
masyarakat resah atau merasa ditipu oleh
dukun.
2. Tingkat
kepuasaan
pasien
berobat
kepelayanan kesehatan
Asrul
Azwar;
mendefinisikan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang di selanggarakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, kelompok dan ataupun
masyarakat. (Abu Usmah Abdurrahmah bin
rawiyah An-nawawi, 2008).
Kemenkes
RI
memberikan
pengertian tentang pelayanan kesehatan,
yang
meliputi
tenaga
kerja
yang
menunjukkan
tingkat
kesempurnaan
pelayanan kesehatan, tidak saja yang
dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien
sesuai
dengan
kepuasan
rata-rata
penduduk tetapi juga sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah di
tetapkan. (Munijaya, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari tabulasi data 5 pada pelayanan dukun
dari 98 responden terdapat 69 responden
dengan presentasinya (70,4%), kemudian
yang kurang puas berobat di dukun dan 29
(29,6%) yang puas berobat di dukun. Dan
dari pelayanan kesehatan dari tabulasi
data 6 diketahui bahwa dari 98 responden,
ada sebanyak 31
orang responden
(31,6%) yang kurang puas dengan
pelayanan Kesehatan, dan ada 29
responden (68,4%) yang puas dengan
pelayanan Kesehatan. Hal ini di karenakan
perkembangan
dunia
kesehatan
berkembang dengan pesat dan di tambah
lagi masyarakat mulai menyadiri akan
penting kesehatan dalam hidupnya,
kmudian mudahnya akses atau tersedianya
pelanyanan yang di sediakan oleh pihak
pemerintah maupun swasta untuk melayani
masyarakat yang datang berobat.
Hal ini sejalan dengan visi dan misi
Indonesi sehat 2010
yang berarti
pemerintah menfokuskan pusat perhatian
terhadap kesehatan masyarakat. Peningkat
kinerja dan mutu upaya kesehatan
dilakukan oelh departemen kesehatan
34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
melalui
pengembangan
kebijakan
pembangunan kesehatan, yang meliputi
kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta
pengembangan standar kesehatan dan
pedoman berbagai upaya kesehatan.
Disamping itu departemen kesehatan juga
melakukan
fasilitas
sumber
daya
kesehatan kepada masyarakat berupa
askes, kartu sehat jam kesmas dan lainlain, sumber daya obat dan perbakalan
kesehatan
bagi
para
pelaku
upaya/pembangunan
kesehatan,
diharapkan upaya dapat terselenggara
dengan baik, dapat dicapai, dan dapat
dijangkau
oleh
segenap
kalangan
masyarakat, serta terjamin mutunya. Upaya
ini meliputi upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan.
(Departemen kesehatan 2010).
Pada
penelitian
ini
diperoleh
persentasi pelayanan Dukun lebih rendah
dibandingkan
dengan
pelayanan
kesehatan. Berdasarkan hasil tersebut
Menurut asumsi peneliti dari hasil
penelitian yang telah dilakukan didapatkan
dan dapat disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan lebih memuaskan dibandingkan
dengan pelayanan Dukun.
Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (wardiyati,
2006) yang menyatakan bahwa terdapat
perbandingan antara pelayanan Dukun dan
Pelayanan Kesehatan terhadap tingkat
kepuasan
pasien.
Dan
kebanyakan
responden menyatakan bahwa masyarakat
yang menderita penyakit, disamping
melakukan pengobatan melalui tindakan
medis
(kesehatan),
sebagian
besar
masyarakat juga minta pertolongan atau
melakukan pengobatan melalui Dukun.
Dari kesimpulan beberapa responden yang
di teliti menyatakan bahwa responden lebih
memuaskan
berobat
di
Kesehatan
dibandingkan berobat di Dukun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Studi Komparatif Antara Pelayanan Dukun dan
Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien yang Berobat di Wilayah
Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makssar maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat gambaran pelayanan dukun
terhadap tingkat kepuasan pasien dengan
kurang puas sebanyak dengan (70,4%).
Dan yang puas sebanyak dengan (29,6%).
2. Terdapat gambaran pelayanan Kesehatan
terhadap tingkat kepuasan pasien yang
berobat di wilayah kerja puskesmas KassiKassi Kota Makassar, dengan kurang puas
sebanyak (31,6%). Dan yang puas
sebanyak dengan (68,4%).
SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan
pada penelitian ini demi penyempurnaan
penelitian antara lain :
1. Bagi Institusi pelayanan kesehatan, agar
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
dan
lebih
meningkatkan
program
penanggulangan untuk penyakit.
2. Bagi Puskesmas, Perlu meningkatkan
sosialisasi pelayanan kesehatan, dan lebih
mefasilitasi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
agar
meningkatkan
pengetahuan masyarakat agar berobat
dipelayanan kesehatan dari pada dukun.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan
melakukan penambahan variabel yang lain
untuk menambah khasanah pengetahuan
dan jumlah penelitian yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
A Gde Munujaya. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta
Aderson, 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta.
Alamsyah Dedi L, 2011.Manajemen Pelayanan Kesehatan. Pontianak
Alimul Hidayat, A. Aziz . 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya
Al-RaQiya, 2011. Jin dan Dukun Hitam Putih Indonesia. Surabaya.
Anonim..(2010). “perdukunan terlarang”. Diaskes 8 juni2013.
Anonim “http://www.voa-islam.com/islamia/2013/04/24148/shalat-40-malam tidak di terima karena-datang ke“dukun
35
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Anonim http://unmuhpnk.ac. Id/.wp-content/aploads/2011/06/kepuasan pasien-pdf.(2011).”kepuasan pasien”. di
akses dari 7 mei 2012Anonim ,”http://www.voa-islamcom/news/indonesia.
Anonim..(2011).”Kepuasan Pasien”.diakses dari 7 September 2012
Hartono Bambang. 2010 Visi dan misi Kesehtan di Puskesmas Jakarta.
Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan di
Rumah Sakit. Jakarta
Reksodihardjo, Soejeng. 2008. Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa Tengah.
Surabaya
Sianturi Yenni 2009. Kepuasan pelanggan. Surabaya.
Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta.
Nursalam,2008.Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Jilid II.Salemba Medika.
Jakarta.
Nursalam, 2008. Ketidak Puasan, Mutu dan Jasa. Jakarta.
Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010.. Depertemen kesehatan.
36
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Download