STUDI KOMPARATIF ANTARA PELAYANAN DUKUN DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN YANG BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR Umar. T1, Yasir Haskas2 1STIKES 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar (Alamat Respondensi: [email protected]/082393889977) ABSTRAK Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara ghaib atau mengetahui segala bentuk rahasia batin. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selanggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit. kepuasan adalah ketidakpuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuainya yang di persiapkan antara harapan awal sebelum pembelian. Tujuan penelitian ini yaitu tujuan umum di ketahuinya gambaran antara pelayanan dukun dan pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien, tujuan khusus diketahuinya gambaran pelayanan dukun terhadap tingkat kepuasan pasien yang berobat, dan di ketahui gambaran pelayanan kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien yang berobat di wilayah kerja Puskesmas kassi-kassi Makssar. Penilitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung berobat, pengambilan sampel berdasarkan rumus Nursalam, didapatkan 98 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsof exel dan program statistic (SPSS) versi 16,0. Analisis data yang telah mencakup univariat dengan mencari distribusi frekuensi. Hasil analisis Univariat didapatkan perbandingan dari pelayanan Dukun dari 98 responden ada sebanyak 69 orang dengan (70,4%) yang kurang puas dengan pelayanan dukun dan ada 29 orang dengan (29,6%) yang puas dengan pelayanan dukun, dan pelayanan kesehatan dari 98 responden ada sebanyak 31 orang dengan (31,6%) yang kurang puas dengan pelayanan kesehatan, dan ada 67 orang dengan (68,4%) yang puas dengan pelayanan kesehatan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat gambaran antara pelayanan Dukun dan Pelayanan Kesehatan terhadap kepuasan pasien yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Kata Kunci : Pelayanan Dukun, Pelayanan Kesehatan, Tingkat Kepuasan PENDAHULUAN Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Masalah kesehatan bagi penduduk di kota maupun di perdesaan Indonesia masih saja merupakan masalah yang pelik. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya program kesehatan yang diterapkan dan terus dikembangkan belum berjalan dengan baik, baik itu program kesehatan baru maupun program kesehatan hasil modifikasi program lama. Banyak pelayanan kesehatan yang belum memadai. Tak dapat disangkal lagi, ilmu kedokteran modern telah berkembang pesat sehingga meninggalkan konsep lama yang dibatasi oleh penggunaan teknis medis modern dalam melawan penyakit. (Saraswati, 2009). Upaya bidang kesehatan masyarakat seperti peningkatan taraf kesehatan perorangan, pendidikan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan harus juga memperhitungkan pengetahuan-pengetahuan lain mengenai kebiasaan, adat istiadat, dan tingkat 31 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721 pengetahuan traditional medicine masyarakat setempat. Seringkali, program kesehatan menemui kegagalan karena dicoba untuk dijalankan hanya semata-mata dengan berpedoman kepada pertimbangan teknis medis. Sehingga hampir di seluruh Indonesia masih banyak pasien atau masyarakat yang menderita penyakit yang ditolong oleh dukun bukan melalu dokter atau teknis medis. Secara teoretis, wewenang dapat dibedakan atas wewenang tradisional, wewenang rasional dan wewenang karismatis. Dukun di anggap sebagai orang yang memiliki kekuasaan karismatis, yaitu kemampuan atau wibawa yang khusus terdapat dalam dirinya. Wibawa tadi dimiliki tanpa dipelajari, tetapi ada dengan sendirinya dan merupakan anugerah dari Tuhan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang menderita penyakit, disamping melakukan pengobatan melalui tindakan medis, sebagian besar masyarakat juga minta pertolongan atau melakukan pengobatan melalui dukun dengan menggunakan beberapa indikator seperti prestasi kunjungan puskesmas terhadap penduduk sesuai data yang di peroleh di puskesmas kassi–kassi jumlah kunjungan yang berobat di wilayah kerja puskesmas pada tahun 2010 Sebanyak 80,162 pengunjung Dan tahun 2011 sebanyak 85,046 pengunnjung dan tahun 2012 sebanyak 55,508 pengunjung. Sehingga hal yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul :“Studi Komparatif Antara Pelayanan Dukun dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien yang Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar”. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar 8 Juli sampai dengan 22 Juli 2013, dimana penelitian ini menggunakan kuesioner dengan cara membagikan kuesioner tersebut kepada responden yang berkunjung berobat di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar. Desain penelitian yag digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan. Jumlah sampel yang didapatkan yaitu 98 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Pengolahan Data Pengambilan data dilaksanakan selama 10 hari. Sebelum data diolah penulis melakukan pemeriksaan data, berdasarkan hasil pengolahan data berikut ini penulis akan menyajikan analisis univariat yang diuji dengan chis-square. Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara elektronik melalui komputer dengan bantuan program SPSS 16.0: 1. Editing Editing dilakukan untuk memeriksa ulang atau mengecek jumlah dan meneliti kelengkapan data yang diperlukan. 2. Coding Setelah semua koesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau ”coding” , yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data ( data entry). 3. Memasukkan Data ( Data Entry ) Data, yakni jawaban-jawaban dari masingmasing responden yang dalam bentuk ”kode” ( angka atau huruf ) di masukkan ke dalam program atau ”software” komputer. 4. Pembersihan Data ( cleaning ). Apabila semua data dari setiap sumber data atau setiap responden selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi. Analisis Data Setelah memperoleh nilai dari masingmasing tabel selanjutnya data dianalisis dengan system computerisasi untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numeric digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur pada pasien yang berkunjung berobat Umur n % 15-25 17 17.3 26-35 27 27.6 36-45 17 17.3 46-55 16 16.3 56-65 14 14.3 ≥66 7 7.2 Total 98 100.0 32 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 98 responden hanya ada 7 orang yang berumur 66> tahun (7,2%) dan kebanyakan responden yang berumur 2635 tahun sebanyak 27 orang dengan (27,6%,). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang berkunjung berobat Jenis Kelamin n % Perempuan 48 49.0 Laki-laki 50 51.0 Total 98 100.0 Dari tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat Obesitas 12 orang (16,2%) sedangkan responden yang tidak Obesitas 62 orang (83,8%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan pada pasien yang berkunjung berobat Pendidikan n % Tidak Tamat 1 1.0 SD 22 22.0 SMP 26 26.5 SMA 35 37 PT 14 14.3 Total 98 100.0 Dari tabel 5 menunjukkan bahwa responden ada riwayat keturunan sebanyak 38 orang (51,4%) sedangkan responden yang tidak ada riwayat keturunan sebanyak 36 orang (48,6%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaa pada pasien yang berkunjung berobat Pekerjaan n % Buruh Harian 28 28.6 Wiraswasta 44 44.9 PNS 13 13.3 Pensiunan 13 13.3 Total 98 100.0 Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 98 responden terdapat 13 orang responden pensiunan dengan (13.3%), kemudian terdapat 13 orang PNS dengan (13,3%), dan kebanyakan responden yang berjumlah 44 orang yang berprofesi sebagai wiraswasta dengan (44,9%) Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan Dukun Pelayanan Dukum Kurang Puas Puas Total n % 69 29 98 70.4 29.6 100.0 Dari tabel 5 diketahui bahwa dari 98 responden, ada sebanyak 69 orang responden dengan (70,4%) yang tidak puas dengan pelayanan Dukun, Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Pelayanan n % Kesehatan Kurang Puas 31 31.6 Puas 67 68.4 Total 98 100.0 Dari tabel 6 diketahui bahwa dari 98 responden, ada sebanyak 67 orang responden (68,4%) yang tidak puas dengan pelayanan Kesehatan. PEMBAHASAN Umur merupakan faktor yang penting dalam kejadian berbagai penyakit dikarenakan semakin tua seseorang maka akan semakin menurun daya tahan tubuh. Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 98 responden ada 7 orang yang berumur 66> tahun (7,1%) 56-65 tahun yaitu sebanyak 14 orang (14,3%), kemudian 46-55 tahun sebanyak 16 orang (16,3%), 36-45 tahun sebanyak 17 orang (17,3%), 15-25 tahun yaitu sebanyak 17 0rang (17,3%), dan kebanyakan responden berumur 26-35 tahun sebanyak 27 orang (27,3%,). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa dari hasil analisis Univariat didapatkan dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 98 responden terdapat 1 orang responden yang tidak tamat SD (1,0) kemudian 22 orang hanya tamat SD dengan (22.0%), kemudian 26 orang yang tamat SMP dengan (26,5%), 14 orang yang sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dengan (14,3%) dan kebanyakan 35 orang yang tamat SMA dengan (35,7%). Pendidikan adalah sarana untuk memperoleh keterampilan, pengetahuanpengetahuan yang akan menjadi bekal dan acuan manusia untuk menjalani kehidupan di dunia. Definisi tingkat pendidikan yaitu suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap – sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik. Tujuannya untuk mengembangkan / mengubah kognisi, afeksi seseorang. 33 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721 Menurut Susenas (2004), pendidikan terdiri dari tidak / belum pernah sekolah, tidak / belum tamat SD, tamat SD, SLTP, SLTA, DIPLOMA I/II, Akademi / DIII dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa dari hasil analisis Univariat didapatkan dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 98 responden terdapat 13 orang responden pensiunan dengan (13.3%), kemudian 13 orang PNS dengan (13,3%), 28 orang yang berprofesi sebagai buruh harian dengan (28,6%) dan kebanyakan 44 orang yang berprofesi sebagai wiraswasta dengan (44,9%). Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan jenis pekerjaaan yang mereka dapatkan juga rendah yaitu sebagai buruh, Wiraswasta, PNS, dan Pensiunan. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan uang (Aditama, 2007). Sedangkan menurut (Siswanto, 1999) adalah suatu profesi yang dimiliki seseorang baik anak, dewasa, ataupun orang tua yang mampu menghasilkan uang, Kepuasan, wawasan dan keterampilan yang biasanya untuk hidup sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan sedangkan menurut kami pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan uang sebagai modal dasar untuk tetap bertahan hidup didunia ini. 1. Tingkat kepuasan pasien berobat ke dukun Dalam kamus besar bahasa Indonesia di katakan bahwa Dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi – jampi (mantra, guna-guna dan lain sebagainya). Tidak bisa kita pungkiri walau ditengah kita masih ada sebagian kecil masyarakat yang menggunakan pengobatan dukun. Menurut Evans-Pritchard dalam masyarakat-mayarakat tradisional, keputusan peribadi, sebagaimana yang telah kita lihat, sering mendasari karir medis. Para ahli ramuan dan dukun, misalnya, sering memperoleh keterampilan mereka dari kerabat dekat mereka. Mereka dapat mencatat pengaruh makanan dan ramuan-ramuan pada para pasien dan saling menukar informasi dengan orangorang lain yang memiliki keterampilan serupa dengan cara ini membangun reputasi mereka sebagai penyembuh rumah bagi penyakit-penyakit umum dan penyakit anak-anak serta diare pilek, rematik, dan sebgainya. (Anderson 2009). Dari tabel 5 diketahui bahwa dari 98 responden, ada sebanyak 69 orang responden dengan (70,4%) yang kurang puas dengan pelayanan dukun, kemudian terdapat 29 responden dengan (29,6%) yang puas dengan pelayanan dukun. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakkan masyarakat yang berobat ke dukun mengantakan kurang puas, hal ini dikarenakan pengobatan berdasarkan pengalaman induvidu saja dan ditambah dengan proses penyembuhan yang tidak masuk akal, sehingga membuat masyarakat resah atau merasa ditipu oleh dukun. 2. Tingkat kepuasaan pasien berobat kepelayanan kesehatan Asrul Azwar; mendefinisikan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selanggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat. (Abu Usmah Abdurrahmah bin rawiyah An-nawawi, 2008). Kemenkes RI memberikan pengertian tentang pelayanan kesehatan, yang meliputi tenaga kerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah di tetapkan. (Munijaya, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tabulasi data 5 pada pelayanan dukun dari 98 responden terdapat 69 responden dengan presentasinya (70,4%), kemudian yang kurang puas berobat di dukun dan 29 (29,6%) yang puas berobat di dukun. Dan dari pelayanan kesehatan dari tabulasi data 6 diketahui bahwa dari 98 responden, ada sebanyak 31 orang responden (31,6%) yang kurang puas dengan pelayanan Kesehatan, dan ada 29 responden (68,4%) yang puas dengan pelayanan Kesehatan. Hal ini di karenakan perkembangan dunia kesehatan berkembang dengan pesat dan di tambah lagi masyarakat mulai menyadiri akan penting kesehatan dalam hidupnya, kmudian mudahnya akses atau tersedianya pelanyanan yang di sediakan oleh pihak pemerintah maupun swasta untuk melayani masyarakat yang datang berobat. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Indonesi sehat 2010 yang berarti pemerintah menfokuskan pusat perhatian terhadap kesehatan masyarakat. Peningkat kinerja dan mutu upaya kesehatan dilakukan oelh departemen kesehatan 34 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721 melalui pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar kesehatan dan pedoman berbagai upaya kesehatan. Disamping itu departemen kesehatan juga melakukan fasilitas sumber daya kesehatan kepada masyarakat berupa askes, kartu sehat jam kesmas dan lainlain, sumber daya obat dan perbakalan kesehatan bagi para pelaku upaya/pembangunan kesehatan, diharapkan upaya dapat terselenggara dengan baik, dapat dicapai, dan dapat dijangkau oleh segenap kalangan masyarakat, serta terjamin mutunya. Upaya ini meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan. (Departemen kesehatan 2010). Pada penelitian ini diperoleh persentasi pelayanan Dukun lebih rendah dibandingkan dengan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil tersebut Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan dan dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan lebih memuaskan dibandingkan dengan pelayanan Dukun. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (wardiyati, 2006) yang menyatakan bahwa terdapat perbandingan antara pelayanan Dukun dan Pelayanan Kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien. Dan kebanyakan responden menyatakan bahwa masyarakat yang menderita penyakit, disamping melakukan pengobatan melalui tindakan medis (kesehatan), sebagian besar masyarakat juga minta pertolongan atau melakukan pengobatan melalui Dukun. Dari kesimpulan beberapa responden yang di teliti menyatakan bahwa responden lebih memuaskan berobat di Kesehatan dibandingkan berobat di Dukun. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Komparatif Antara Pelayanan Dukun dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien yang Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makssar maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat gambaran pelayanan dukun terhadap tingkat kepuasan pasien dengan kurang puas sebanyak dengan (70,4%). Dan yang puas sebanyak dengan (29,6%). 2. Terdapat gambaran pelayanan Kesehatan terhadap tingkat kepuasan pasien yang berobat di wilayah kerja puskesmas KassiKassi Kota Makassar, dengan kurang puas sebanyak (31,6%). Dan yang puas sebanyak dengan (68,4%). SARAN Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini demi penyempurnaan penelitian antara lain : 1. Bagi Institusi pelayanan kesehatan, agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan lebih meningkatkan program penanggulangan untuk penyakit. 2. Bagi Puskesmas, Perlu meningkatkan sosialisasi pelayanan kesehatan, dan lebih mefasilitasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar meningkatkan pengetahuan masyarakat agar berobat dipelayanan kesehatan dari pada dukun. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan melakukan penambahan variabel yang lain untuk menambah khasanah pengetahuan dan jumlah penelitian yang terkait. DAFTAR PUSTAKA A Gde Munujaya. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta Aderson, 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Alamsyah Dedi L, 2011.Manajemen Pelayanan Kesehatan. Pontianak Alimul Hidayat, A. Aziz . 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya Al-RaQiya, 2011. Jin dan Dukun Hitam Putih Indonesia. Surabaya. Anonim..(2010). “perdukunan terlarang”. Diaskes 8 juni2013. Anonim “http://www.voa-islam.com/islamia/2013/04/24148/shalat-40-malam tidak di terima karena-datang ke“dukun 35 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721 Anonim http://unmuhpnk.ac. Id/.wp-content/aploads/2011/06/kepuasan pasien-pdf.(2011).”kepuasan pasien”. di akses dari 7 mei 2012Anonim ,”http://www.voa-islamcom/news/indonesia. Anonim..(2011).”Kepuasan Pasien”.diakses dari 7 September 2012 Hartono Bambang. 2010 Visi dan misi Kesehtan di Puskesmas Jakarta. Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan di Rumah Sakit. Jakarta Reksodihardjo, Soejeng. 2008. Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa Tengah. Surabaya Sianturi Yenni 2009. Kepuasan pelanggan. Surabaya. Sugiyono, 2010. Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta. Nursalam,2008.Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Jilid II.Salemba Medika. Jakarta. Nursalam, 2008. Ketidak Puasan, Mutu dan Jasa. Jakarta. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010.. Depertemen kesehatan. 36 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721