Kesehatan | 13 RABU, 29 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA INFO Tiga Hal Bantu si Nakal Cepat Tepat Tangani Stroke DALAM penanganan stroke, dikenal istilah golden time atau waktu terbaik penanganan untuk mencegah kecacatan dan kematian. Waktunya singkat, hanya 3 jam setelah gejala muncul. Karena singkatnya golden time itu, deteksi dini stroke jadi penting untuk menghindari keterlambatan. Apa saja gejala yang perlu diwaspadai? “Gejalanya, lemah atau lumpuh sesisi badan, kesemutan sesisi, pelo atau wajah merot, bicara tidak jelas, melihat dobel, pusing tidak seimbang, sakit kepala hebat dan muntahmuntah, kesadaran menurun,” jelas spesialis saraf Robert Loho pada seminar bertajuk Deteksi dan penanganan Stroke di RS Mitra Keluarga Bekasi, beberapa waktu lalu. Orang yang mengalami gejala stroke harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki layanan penanganan stroke. Pemeriksaan lebih lanjut dengan alat radiologi (CT scan, MRI maupun angiografi) perlu dilakukan untuk memastikan kondisi otak dan menentukan tipe stroke. “Ada dua tipe stroke, perdarahan dan penyumbatan, keduanya memerlukan penanganan berbeda,” imbuh Robert. (*/S-3) Agar si ‘nakal’ tetap bisa berprestasi, diperlukan obat yang tepat, terapi perilaku, dan dukungan dari lingkungan. Eni Kartinah A WA L N YA , M i r a tidak menyangka keaktifan anaknya merupakan tandatanda kelainan. Jika dibandingkan dengan anak seusianya, Adit yang kala itu berusia tiga tahun memang kelewat aktif. Tiada hari tanpa bongkarbongkar benda di sekitarnya, berlari-lari, dan melompatlompat. Adit tidak pernah bisa duduk diam. Sebelum satu kegiatan selesai, ia akan beralih ke kegiatan lain. Semula, Mira menyangka kelakuan Adit itu bagian dari tumbuh kembangnya. Namun, ketika Adit masuk sekolah dasar, persoalan mulai muncul. Para guru mengeluh Adit tidak bisa fokus. Ia lebih suka mengobrol dan bermain di kelas ketimbang memperhatikan pelajaran. Saat menginjak kelas dua, karena prestasi akademiknya kurang, Adit terpaksa tinggal kelas. Hingga suatu hari Adit menjalani tes psikologis dan perilaku anak. Hasilnya sungguh mengejutkan Mira. Bungsu laki-lakinya itu dinyatakan mengidap kelainan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). “Selama ini saya sering kesal, mengira Adit bodoh dan nakal. Rupanya, prestasinya buruk karena dia sulit berkonsentrasi,” ujar perempuan asal Bogor, Jawa Barat, ini. Akhirnya, Mira menyertakan Adit pada sebuah program terapi. Ia juga memilih sekolah baru bagi Adit, yakni sekolah yang menerapkan sistem belajar-mengajar pada kelompok kecil. Kepada guru, Mira menjelaskan kondisi Adit. Hasilnya cukup memuaskan. Adit bisa belajar dengan lebih nyaman di kelas. Meskipun hingga saat ini Adit yang berusia 12 tahun belum terbebas dari gangguan konsentrasi dan cenderung mudah frustrasi. Tingkat kedewasaannya juga lebih rendah ketimbang anak sebaya. “Adit sempat minder dengan kondisinya, tapi saya selalu menekankan dia tidak bodoh, ia hanya mengalami gangguan konsentrasi,” ujar Mira. Pengalaman Adit dan Mira itu memberi gambaran tentang problematika kelainan GPPH pada anak. Sebagaimana dite rangkan psikiater anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Tjhin Wiguna, GPPH memang kerap merepotkan anak dan keluarganya. Bagi anak-anak usia sekolah seperti Adit, GPPH sering menjadi batu sandungan dalam mengejar prestasi akademik. “GPPH merupakan sebuah gangguan pada anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, dan sulit memusatkan perhatian. Gejalagejala itu muncul secara lebih sering, persisten dengan tingkat lebih berat jika dibandingkan dengan teman sebayanya,” ujar Tjhin. Anak dengan GPPH sering kali disalahartikan sebagai anak yang nakal, tidak bisa diam, bahkan suka menentang. Gejala-gejala GPPH umumnya telah timbul sebelum anak berusia tujuh tahun. Walau demikian, biasanya orang tua baru curiga saat anak mulai bersekolah. Karena saat itulah anak mulai dituntut mematuhi peraturan di sekolah. Keluhan yang sering disampaikan teman maupun gurunya, antara lain anak nakal, tidak kenal takut, suka berjalan-jalan dalam kelas, dan sering mengobrol dengan kawannya saat pelajaran berlangsung. Penegakan diagnosis GPPH dilakukan dengan pengamatan perilaku anak di rumah maupun di sekolah. Gejala-gejala yang dimiliki anak GPPH terbagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Psikiater akan mencocokkannya dengan kriteria diagnosis. Minuman Antioksidan dari Manggis UNIHEALTH, perusahaan multilevel marketing di lingkungan kelompok usaha SOHO Group telah meluncurkan produk terbarunya, minuman antioksidan Magozai. Komposisi minuman ini terdiri dari manggis, goji, dan acai yang memiliki senyawa bioaktif pencegah kerusakan sel tubuh. Minuman ini diformulasikan dr Theo Setijadi, konsultan R&D di lingkungan SOHO Group. Ia mengawali penelitiannya dari sebuah keinginan membuat minuman antioksidan sesuai dengan kebutuhan pribadinya saat itu dengan meracik ekstrak manggis, goji, dan acai. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata formula itu memiliki nilai oxygen radical absorbance capacity (Orac) tertinggi jika dibandingkan dengan produk minuman antioksidan lainnya. Orac adalah ukuran kapasitas penyerapan oksigen radikal yang salah satu tempat pengujiannya adalah di Brunswick Laboratories, sebuah laboratorium berskala internasional di Amerika Serikat. “Untuk mengukur kualitas minuman antioksidan digunakan standar TAC (total antioxidant capacity) atau kapasitas total antioksidan. Makin tinggi nilai TAC, makin tinggi kandungan zat penghancur radikal bebasnya. “Nilai TAC pada 1 liter Magozai adalah 102.570,” ujar Theo di Jakarta, beberapa waktu lalu. Radikal bebas, lanjut Theo, adalah salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif seperti kanker, kardiovaskular, stroke, katarak & gangguan pada mata, gangguan neurologis, diabetes melitus, alzheimer, dan parkinson. (*/S-3) MODEL: RINOF - FOTO: MI/HARYANTO GEJALA GPPH: Gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) bisa dijumpai sejak masa balita. Antara lain, sulit berkonsentrasi, impulsif, sangat aktif, dan tidak bisa fokus pada satu kegiatan. Gangguan otak Prevalensi GPPH pada anak di dunia diduga berkisar antara 2%-9,5%. Sementara itu, di Indonesia belum ada penelitian menyeluruh. Sebuah penelitian pada 2000 pada anak-anak SD di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menyebut prevalensi GPPH sebesar 9,5%. Penelitian lain di Jakarta Pusat pada 20002001 memperkirakan prevalensi sebanyak 4,2% dari sekitar 600 anak SD kelas satu sampai tiga. Timbulnya GPPH terkait dengan faktor genetik. Namun, penyebab pastinya belum diketahui. Sebuah penelitian yang melibatkan pemindaian otak anak dengan GPPH menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan adanya pengecilan pada bagian-bagian yang berfungsi meregulasi fungsi perhatian seseorang. Namun, penyebab terjadinya pengecilan itu belum diketahui. Penelitian lain juga menunjukkan anak dengan GPPH mengalami ketidakseimbangan zat neurokimia otak. Kondisi itu membuat anak dengan GPPH memiliki kontrol diri yang buruk. Menurut Tjhin, pada dasarnya gejala 70% GPPH bisa hilang ketika anak menginjak usia remaja, 30% sisanya akan mene tap hingga si anak dewasa. Namun demikian, penanganan sejak dini sangat diperlukan. Sebab GPPH berpengaruh pada kehidupan sosial anak. Gangguan ini kerap menimbulkan depresi, perasaan rendah diri, citra diri yang tidak sempurna, dan perilaku menentang pada anak. Selain itu, GPPH mengganggu fungsi akademisnya. “Jika dibiarkan, berapa banyak kegagalan yang harus dialami anak tersebut sebelum remaja? Berapa kali ia harus tidak naik kelas karena terganggu fungsi akademisnya?” kata Tjhin. Penanganan GPPH dilakukan dengan obat-obatan (psikofarmakologi) dan terapi perilaku (psikososial). Obat jenis psikostimulan seperti metilfenidat diketahui dapat mengurangi gejala hiperaktivitas, impulsivitas, dan inatensi hingga 70%-80%. Namun sayang, saat ini masih ada stigma negatif mengenai pengobatan. Banyak yang mengira obat menimbulkan ketergantungan. “Padahal tidak demikian, obat-obatan ini tidak berbahaya. Penggunaannya pun memiliki tingkat keberhasilan tinggi,” ujar Tjhin. Selain perlu obat-obatan, anak GPPH memerlukan terapi perilaku. Dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk guru dan teman sekolah, sangat diperlukan agar anak dengan GPPH bisa berkembang optimal. (*/S-2) [email protected] Tanda-Tanda Anak Sakit Gula APAKAH akhir-akhir ini anak Anda sering mengompol padahal sebelumnya ia sudah melewati masa-masa itu? Jangan langsung memarahinya, cobalah cek kadar gula darah si kecil. Jangan-jangan itu bagian dari gejala penyakit gula atau diabetes. Diabetes tipe 1 memang bisa timbul pada anak-anak, mulai balita hingga remaja. Penyebabnya adalah kerusakan pankreas akibat serangan sistem imun (autoimun). Ka rena rusak, pankreas tidak da pat memproduksi insulin. Tanpa insulin, gula darah hasil pencernaan makanan tidak dapat masuk sel-sel tubuh, sehingga kadarnya dalam darah meninggi melebihi normal. Ini berbeda dengan diabetes tipe 2 yang umumnya terjadi pada orang dewasa. Pada diabetes tipe 2 pankreas menghasilkan insulin, namun tubuh resisten sehingga insulin itu tidak dapat menjalankan fungsinya. ’’Sering buang air kecil atau mengompol merupakan salah satu gejala diabetes tipe 1. Ini terjadi karena tubuh berusaha mengeluarkan kelebihan gula dalam darah melalui urine,’’ jelas dokter spesialis anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto SXC/HU PANKREAS RUSAK: Diabetes pada anak-anak timbul karena kerusakan pankreas. Mangunkusumo, Frida Soesanti, pada sebuah seminar kesehatan di Jakarta, beberapa waktu lalu. Selain itu, lanjut Frida, gejala lainnya adalah sering minum. Itu untuk mengganti cairan yang keluar melalui urine. Anak juga jadi sering lapar/banyak makan karena gula (sumber energi) gagal masuk sel, membuat tubuh lapar energi. Gejala selanjutnya ialah penurunan berat badan. Ini karena tubuh yang tidak memperoleh energi dari gula mulai menggunakan sumber energi lain untuk aktivitasnya, seperti lemak dan otot. Selain itu, anak juga sering kelelahan karena tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi. ’’Jika menjumpai gejala-gejala itu, segera periksakan ke dokter,’’ pesan Frida. Dokter akan melakukan pengecekan kadar gula darah. Kadar gula darah sewaktu yang lebih dari 200 mg/dL, atau kadar gula darah puasa dalam dua kali pemeriksaan lebih dari 125 mh/dL, mengindikasikan diabetes. Beberapa tes lain diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Mengenali gejala secara dini dan segera membawa anak ke dokter sangat penting dilakukan. Penanganan yang terlambat bisa berakibat fatal karena anak bisa mengalami ketoasidosis. Ketoasidosis terjadi ketika sel yang kekurangan gula membakar lemak sebagai sumber energi sehingga menghasilkan zat keton. Gejala ketoasidosis antara lain tubuh lemah, napas sesak, pandangan kabur, mual, nyeri perut, dan pingsan. ’’Ketoasidosis termasuk keadaan gawat darurat yang mengancam nyawa dengan angka kematian 5%-15%. Sayangnya, saat ini sekitar 15%-30% pasien diabetes justru baru datang periksa ketika mengalami gejala awal ketoasidosis,’’ jelas Frida. Sampai saat ini, diabetes tipe 1 belum bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan sehingga penderitanya bisa tetap ‘sehat’. Pengendalian dilakukan dengan pemberian insulin. Dengan adanya suplai insulin dari luar, gula dalam darah bisa masuk ke sel dan menjadi sumber energi. ’’Insulin harus diberikan seumur hidup agar kadar gula darah tetap terkendali,’’ kata Frida. Pemberian insulin harus dibarengi dengan diet yang benar dan olahraga teratur. Dengan kadar gula darah yang terkendali, anak dapat beraktivitas dan berkembang normal. Anak yang didiagnosis diabetes tipe 1 kerap stres. Orang tua harus memotivasinya agar tetap semangat. Hal pertama yang perlu dilakukan ialah mendorong anak belajar tentang diabetes sehingga paham dengan kondisinya dan mandiri. Juga menjelaskan kondisi anak pada guru di sekolah. ’’Perlakukan anak dengan normal, jangan terlalu memanjakan atau terlalu keras padanya,’’ pungkas Frida. (*/S-3) Multimanfaat Asam Folat HAMPIR semua produk susu untuk ibu hamil diperkaya dengan asam folat. Asam folat juga sering diresepkan dokter kandungan sebagai suplemen untuk ibu hamil. Hal itu tentu bukan tanpa dasar. Menurut dokter spesialis kandungan Prima Progestian, asam folat memang memiliki banyak manfaat penting untuk menunjang kesehatan ibu hamil dan janinnya. ’’Kecukupan folat mengurangi risiko terjadinya neural tube defect (NTD) atau cacat selubung saraf pada janin,’’ ujar Prima pada acara senam hamil di Jakarta, beberapa waktu lalu. NTD, lanjut Prima, menyebabkan janin lahir cacat, seperti mengalami spina bifida (celah pada tulang belakang), anensefali (tidak ada kubah tengkorak dan otak), atau ensefalosel (celah pada tulang tengkorak). Selain itu, asam folat juga mengurangi risiko anemia dan menurunkan kadar homosistein dalam darah. Pada ibu hamil, kadar homosistein yang tinggi perlu dicegah karena menyebabkan komplikasi selama kehamilan, seperti preeklamsia (darah tinggi pada ibu hamil), kelahiran prematur, dan kematian janin. K a re n a i t u , k e b u t u h a n asam folat harus dipenuhi sejak se seorang merencanakan kehamil an. Ini karena proses pembentukan sel-sel otak pada janin dimulai sejak usia dua minggu seusai pembuahan. Kegagalan menutup tabung saraf dapat terjadi pada hari ke-28 setelah pembuahan. Padahal, saat itu umumnya perempuan belum menyadari dirinya hamil. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition edisi 2007 menguji kadar folat sel darah merah pada lebih dari 700 perempuan Asia usia 18-40 tahun di Jakarta, Beijing, dan Kuala Lumpur, yang kemudian dianalisis untuk memperoleh prediksi tingkat NTD kota-kota tersebut. Studi ini menunjukkan bahwa di Jakarta, 3 dari 5 (60%) wanita usia subur dalam penelitian tersebut memiliki kadar folat sel darah merah yang kurang dari ideal (nilai level folat yang dapat mencegah risiko NTD secara optimal sebesar 905 nmol/L). Berdasarkan nilai rata-rata folat tersebut, diprediksi tingkat NTD sebesar 15 dari 10.000 kelahiran. ’’Kebenaran prediksi itu harus dicegah. Perempuan yang merencanakan kehamilan disarankan memenuhi kebutuhan asam folat minimal sejak empat bulan sebelum kehamilan,’’ imbuh Prima. Asupan yang direkomendasikan adalah 400 mikrogram per hari. Untuk ibu hamil atau merencanakan kehamilan kebutuhannya lebih tinggi lagi, yaitu 600 mikrogram per hari. Asam folat banyak terdapat pada sayuran hijau, buah-buahan sitrus, dan kacang-kacangan. Tentu saja, asam folat bukan satu-satunya zat gizi yang diperlukan ibu hamil. Selain itu, banyak zat gizi lain yang juga tak kalah penting.(*/S-3) ANTARA/YUSRAN UCCANG SUMBER FOLAT: Jeruk merupakan buah yang banyak mengandung asam folat. Sumber alami asama folat lainnya adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan.